215
ISSN: 0854-915X ISSN: 0854-915X ISSN: 0854-915X ISSN: 0854-915X ISSN: 0854-915X No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006 Website: http://www.pustekkom.go.id DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN Biologi Komunikasi Pembelajaran Team-based Learning Pengembangan dan Evaluasi Media Pembelajaran JURNAL TEKNODIK

repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

1No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006 1

ISSN: 0854-915XISSN: 0854-915XISSN: 0854-915XISSN: 0854-915XISSN: 0854-915X No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006W

ebsi

te:

htt

p:/

/ww

w.p

ust

ekko

m.g

o.id

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALPUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DANKOMUNIKASI PENDIDIKAN

• Biologi KomunikasiPembelajaran

• Team-based Learning

• Pengembangan danEvaluasi MediaPembelajaran

JU R N A L

TEKNODIK

Page 2: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

2 Website: http://www.pustekkom.go.id

Daftar Isi:

DAFTAR ISI ............................................................................ 2

EDITORIAL ............................................................................ 3

• Biologi Komunikasi melalui Implementasi TeknologiKomunikasi menuju Akselerasi Pembelajaran(Dr. Deni Darmawan, S.Pd., M.Si.) ....................................... 7

• Team-based Learning sebagai Salah Satu PendekatanMetoda Pengajaran yang Efektif(Ir. Falahah) ....................................................................... 48

• Studi Evaluatif Pemanfaatan Video Pendidikan Sekolah dalamProses Pembelajaran(Drs. Oos M. Anwas, M.Si.) ................................................. 59

• Pengembangan Software Pembelajaran Multimedia Interaktif(Drs. Ade Koesnandar, M.Pd.) ............................................. 75

• Bagaimana Memudahkan Peserta Didik Mempelajari Modul?(Drs. Sudirman Siahaan, M.Pd.) .......................................... 89

• Perkembangan dan Pemanfaatan Teknologi Informasidalam Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh(Edy Mulyana, ST., MT., dan Asep Saefudin, M.Pd.) .............. 119

• Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah(Drs. Waldopo, M.Pd.) ........................................................ 135

• Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa SMA ProgramBlock Grant Kecakapan Hidup(Dr. Nudin Ibrahim) ............................................................. 160

• Identifikasi Kesulitan Calon Guru Taman Kanak-kanakdalam Mempelajari Musik(Marwati Mansyur) .............................................................. 182

• Variabel dalam Penelitian Pendidikan(Purwanto, M.Pd.) ............................................................... 196

Acuan Penulisan ..................................................................... 216

Page 3: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

3No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006Editorial

Editorial

E disi 18 Jurnal Teknodik kembali hadir menyajikan berbagai topik10 tulisan hasil penelitian dan pengkajian. Deni Darmawanmenulis hasil penelitian tentang Biologi Komunikasi dalam proses

belajar. Yang menarik dari temuan Doktor Ilmu Komunikasi Unpad iniadalah ditemukannya bukti mengenai perilaku biologi komunikasi yangterjadi di dalam otak manusia, terutama peserta didik. Perilaku iniditunjukkan melalui bukti-bukti proses komunikasi yang dilakukan olehbagian-bagian spesifik otak: frontal, temporal, parasagital, occipital, dancentral khususnya ketika peserta didik melakukan aktivitas belajar dalambentuk mengamati, memahami, mendengar, dan melakukankecenderungan bertindak.

Menghadapi kelas dengan jumlah peserta didik besar, Guru memerlukanstrategi khusus. Dalam hal ini Falahah melakukan pengkajian tentangpendekatan mengajar terutama dalam kelas besar yaitu Team BasedLearning. Menurut Dosen STMIK Jabar Bandung ini kekuatan TBL terletakpada usaha membangun motivasi belajar mandiri dan iklim kerja kelompoksehingga siswa dapat mempelari materi atau topik bahasan secara lebihefektif, menarik, tidak membosankan dan dapat memahami mulai darikonsep hingga implementasinya.

Terkait dengan pemanfaatan media pembelajaran, Oos M. Anwasmelaporkan hasil penelitian pemanfaatan media video pendidikan sekolahdalam proses pembelajaran. Hasil temuanya menunjukan bahwa siswalebih tertarik pada objek visual yang relatif unik, dan jarang merekatemukan, serta benda-benda yang abstrak yang disajikan melalui mediatersebut. Mereka seolah menemukan suasana belajar yang baru danlebih kondusif dibandingkan dengan belajar tanpa media. Oleh karenaitu menurut Peneliti di Pustekkom Depdiknas ini, media video/televisiperlu terus dikembangkan dan dimanfaatkan ke sekolah di seluruh tanahair.

Page 4: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

4 Website: http://www.pustekkom.go.idEditorial

Dalam hal pengembangan media pembelajaran, Ade Kusnandar, KepalaStudio Multimedia Pustekkom, membuat tulisan lebih praktis tentangpengembangan software pembelajaran multimedia interaktif, yaitu dimulaidengan analisis kebutuhan, pemilihan topik, penyusunan garis besarisi, penulisan naskah, pelaksanaan produksi, evaluasi dan revisi, sertapengemasan.

Sementara itu Sudirman Siahaan, Peneliti di Pustekkom Depdiknas,menjelaskan secara praktis tentang langkah-langkah mengembangkanmodul sebagai bahan belajar utama dalam memudahkan peserta didikbelajar secara mandiri.

Edy Mulyana dan Asep Saepudin melakukan pengkajian tentangperkembangan dan pemanfaatan teknologi informasi. Menurut kandidatdoktor UPI Bandung ini, pemanfaatan Teknologi ini selain efektif digunakanpada program pendidikan jarak jauh juga memenuhi karakteristik sebagaiinovasi bagi pengembangan pendidikan yang relatif ajeg baik aspek: relativeadvantage, compability, complexity, triability, maupun obsevability-nya.

Waldopo, peneliti di Pustekkom Depdiknas, melaporkan hasil penelitiantentang kesiapan Madrasah apabila pengelolaannya diserahkan kedaerah. Yang menarik dari hasil penelitian ini adalah diketahui bahwapara pejabat di daerah cenderung merasa “belum siap” jika Madrasahdidesentralisaikan serta kondisi SDM (khususnya Guru) yang ada diMadrasah belum seperti yang diharapkan.

Penelitian lain dilakukan oleh Nurdin Ibrahim. Dosen Jurusan Kurikulumdan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Negeri Jakarta ini melaporkanhasil penelitian tentang hasil belajar bahasa Inggris siswa SMA programBlock Grant Kecakapan Hidup. Hasil yang diperoleh menunjukkanbahwa: pertama, secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikanantara hasil belajar bahasa Inggris siswa yang memperoleh Block Grantdengan yang tidak. Kedua terdapat interaksi antara pemberian danabantuan Block Grant dan kemampuan awal terhadap hasil belajar bahasaInggris.

Page 5: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

5No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Marwati Mansyur, Dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi PendidikanFIP Universitas Negeri Jakarta, menjelaskan hasil penelitian tentangkesulitan calon guru TK dalam mempelajari musik. Yang menarik darihasil penelitian ini bahwa calon guru TK ini diketahui: bekal belajar musikmasih rendah terutama membaca not balok sedangkan bekal tertinggiadalah bergerak sesuai dengan isi lagu, membaca not angka ternyatayang paling sulit, sedangkan hampir tidak mengalami kesulitan ketikabergerak sesuai dengan isi lagu, alat musik yang paling dikuasai adalahtamborin, sedangkan yang kurang dikuasai castanyet, dan tingkatkreativitas belajar musik dalam katagori tinggi.

Purwanto, dosen STAIN Surakarta menulis hasil kajian tentang variabeldalam penelitian pendidikan. Menurut Purwanto dalam pengumpulan datapenelitian harus mempertimbangkan dua hal yaitu dari siapa data diperoleh dan Karakteristik apa yang akan diukur. Responden selainmempunyai kesamaan dalam satu karakteristik, juga mempunyaiperbedaan karakteristik yang lain yang disebut variabel. Data variabeldikumpulkan dengan mengukur kepemilikan variabel pada responden.

Selamat membaca.

uuuuuuuuuuuuuuuuuu

Editorial

Page 6: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

6 Website: http://www.pustekkom.go.id

Page 7: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

7No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

BIOLBIOLBIOLBIOLBIOLOGI KOGI KOGI KOGI KOGI KOMUNIKOMUNIKOMUNIKOMUNIKOMUNIKASI MELASI MELASI MELASI MELASI MELALUIALUIALUIALUIALUIIMPLEMENTIMPLEMENTIMPLEMENTIMPLEMENTIMPLEMENTASI TEKNOLASI TEKNOLASI TEKNOLASI TEKNOLASI TEKNOLOGI INFORMASIOGI INFORMASIOGI INFORMASIOGI INFORMASIOGI INFORMASIMENUJU AKSELERMENUJU AKSELERMENUJU AKSELERMENUJU AKSELERMENUJU AKSELERASI PEMBELASI PEMBELASI PEMBELASI PEMBELASI PEMBELAJARAJARAJARAJARAJARAN *AN *AN *AN *AN *

Oleh : Deni Darmawan **

Abstrak

Biologi Komunikasi merupakan cabang Ilmu Komunikasi yangmemiliki bidang garapan khusus terhadap upaya-upayapenjelasan mengenai fenomena dibalik fenomena psikologi.Bidang garapan ini sangat penting untuk lebih banyak dikajisecara mendalam khususnya melalui penelitian-penelitian yangsifatnya eksperimental/laboratorium. Sehingga BiologiKomunikasi ini dapat menjadi Mata Kuliah Khusus pada ProgramStudi Komunikasi di kemudian hari.Salah satu temuan yang sangat penting dari penelitian, yaituditemukannya bukti mengenai perilaku biologi komunikasi yangterjadi di dalam otak manusia, dalam hal ini peserta didik. Perilaku-perilaku tersebut ditunjukkan melalui bukti-bukti proseskomunikasi yang dilakukan oleh bagian-bagian spesifik otak (Frontal (F); Temporal (T); Parasagital (P); Occipital (Oc); danCentral (C)) khususnya ketika peserta didik melakukan aktivitasbelajar dalam bentuk mengamati, memahami, mendengar, danmelakukan kecenderungan bertindak. Masing-masing bagianspesifik otak tersebut melakukan transfer informasi yang berasaldari luar individu, khususnya stimulus yang dikemas dalam bentukmedia yang berbasis Teknologi Informasi, sebagaimana yangbanyak ditemui dalam bentuk model-model pembelajaran dewasaini ( Computer Based Instruction : Drill, Tutorial, Simulasi, danPermainan); ataupun yang dikemas dengan pemanfaatan ICT((Information Communication and Technology) di sekolah-sekolah.

*) Tulisan ini berisi temuan dari penelitian Disertasi Bidang Kajian Ilmu Komunikasidi Universitas Padjadjaran Bandung tahun 2006.

**) Dr. Deni Darmawan, S.Pd., M.Si., adalah Dosen Universitas Pendidikan Indonesia(UPI) Bandung, Konsultan Research. (E-mail: [email protected] )

Page 8: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

8 Website: http://www.pustekkom.go.id

Temuan penelitian ini secara praktis bisa diaplikasikan padakelompok bidang studi sosial maupun bidang eksakta mulaijenjang Sekolah Dasar sampai dengan Pendidikan Tinggi.

A. PENDAHULUANBerdasar pengamatan terhadap fenomena nyata di beberapa lembagapendidikan mulai dari jenjang Pendidikan Dasar sampai PendidikanTinggi menunjukkan bahwa aspek pengembangan dan adopsiterhadap teknologi Informasi dan Komunikasi masih berbeda-bedakemampuan dan hasil yang diperolehnya. Khususnya dalam duniapendidikan selama ini umumnya tidak dilakukan berdasarkan analisiskemampuan berpikir, kreativitas dan studi-studi pengoptimalankemampuan otak kiri dan otak kanan para pengguna terutama pesertadidik. Dari hasil pengamatan dan pengalaman selama ini pemanfaatandan desain pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasitidak diiringi dan disesuaikan dengan hasil penelitian mengenaipemberdayaan kemampuan belajar peserta didik.

Inovasi yang dilakukan dari kasus-kasus lembaga pendidikanpengalaman empirik penulis di Bandung masih dalam satu sudutpandang, yaitu pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasidalam pembelajaran. Sebagai contohnya banyak pembelajaranmenggunakan model pembelajaran berbasis komputer, yaitu informasipelajaran yang disampaikan dikemas dalam bentuk program interaktifkomputer. Padahal pemanfaatan tersebut belum tentu sesuai dandidukung oleh kondisi atau perilaku biologis peserta didik terutamakemampuan otak kiri dan otak kanannya. Kecenderungan di lapanganpemanfaatan teknologi informasi ini masih dalam rangka trendpembelajaran modern saja. Fenomena seperti ini mengakibatkanmunculnya dilema bahwa hasil proses pembelajaran tidak mencapaikualitas yang diinginkan, padahal guru sudah berusaha membuatprogram pembelajaran yang bagus dan mahal dengan fasilitas mediadan alat yang modern.

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 9: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

9No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Banyak faktor dalam keberhasilan suatu proses dan hasilpembelajaran tersebut jika dilihat secara utuh dari landasan ilmiahdan pendekatan ilmu pendidikan. Jelasnya bahwa dalam praktekpendidikan selama ini belum menyentuh analisis kebutuhan perilakupeserta didik secara biologis terutama analisis pemberdayaan secaraseimbang antara otak kiri dan otak kanan. Inilah yang menjadi intidari masalah telaah terhadap hakikat dibalik perilaku yang nampak,di mana secara psikologis ketika belajar siswa yang dimaksudkelihatan memperhatikan dan mengamati semua penjelasan guru,akan tetapi guru tersebut tidak tahu bagaimana dibalik prilaku yangnampak yang dialami siswa tersebut.

Di sisi lain telaah fenomena komunikasi yang terjadi dalam tubuhmanusia yang dikontrol oleh bagian spesifik otak, baik pada belahanotak kiri maupun otak kanan sehingga menjadi suatu perilaku yangkompleks masih belum banyak dianalisis dalam ilmu komunikasi.Sebagaimana dinyatakan oleh salah satu pendapat ahli bahwa semuadaerah dalam otak baik otak kiri dan kanan melakukan komunikasiketika perilaku kompleks ditunjukkan manusia, (Chauchard, 1983:41).Perilaku kompleks inilah yang diharapkan mampu dicapai olehpeserta didik terutama ketika mereka mengikuti pembelajaranberbasis teknologi informasi dan komunikasi. Perilaku kompleks initentunya didukung oleh kemampuan berpikir, kepekaan terhadapperasaan, kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang akantercapai jika proses pembelajaran yang dialami mendukung.

Penelitian ini bertujuan menemukan gambaran fakta empiris secaraholistik dan teruji mengenai biologi komunikasi otak kiri dan otakkanan peserta didik melalui implementasi teknologi informasi dalampembelajaran berdasarkan perspektif komunikasi, pendidikan,psikologi, kedokteran, budaya dan teknologi informasi untukmempercepat pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar sampaipendidikan tinggi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:1. Menemukan bagaimana pengaruh pengemasan informasi

pembelajaran dalam bentuk model pembelajaran berbasisteknologi informasi terhadap kecepatan belajar siswa yang

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 10: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

10 Website: http://www.pustekkom.go.id

dikontrol oleh kondisi biologi komunikiasi otak pada bidang sosialdan eksakta pada jenjang pendidikan dasar, menengah danpendidikan tinggi.

2. Menemukan, menganalisis dan menjelaskan perilaku biologikomunikasi yang terjadi pada otak peserta didik ketika melakukankegiatan mengamati, merasa, memahami dan kecenderunganbertindak saat sebelum dan sesudah memperoleh informasipembelajaran berbasis teknologi informasi pada tingkatpendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi dalam bidangeksakta dan sosial.

3. Menganalisis perspektif pendidikan, komunikasi, psikologi,kedokteran, budaya dan teknologi Informasi terhadap fenomenaperilaku biologi komunikasi otak yang dialami peserta didik padaproses menerima, mentransformasi dan mengolah informasipembelajaran berbasis teknologi informasi pada jenjangpendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi menujuakselerasi belajar.

4. Menganalisis model pembelajaran berbasis teknologi informasidan komunikasi yang mampu memberikan optimalisasi prosesperilaku biologi komunikasi otak dalam akselerasi pembelajaranpeserta didik pada tingkat pendidikan dasar, menengah, dan tinggiuntuk bidang sosial dan eksakta.

B. KERANGKA PEMIKIRANPerkembangan ilmu komunikasi akan terus berlanjut dan diantaranyaberdasarkan atas hasil adopsi dan inovasi, salah satunya didasarkanatas hasil pemikiran dari adopsi teknologi komunikasi yangdikemukakan oleh Rogers, (1986:116).

Mengenai inovasi ini, Litlejohn (1996:137) mengkajinya melaluiInformation-Integration Theory, yaitu bagaimana informasi diorganisasidan diperlakukan serta bagaimana informasi tersebut mempengaruhisistem kognitif. Jika ditinjau dari ilmu biologi maka analisis terhadapotak ini memerlukan landasan telaah ilmu-ilmu alam lainnya sepertiilmu fisika dan matematika. Jika kembali kepada upaya

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 11: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

11No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

pemberdayaan kemampuan otak manusia dalam melakukankomunikasi maka Applbaum (1973) mengemukakan salah satulandasan utamanya yang berhubungan dengan Fundamental Conceptin Human Communication, dijelaskan bahwa: ”Analisis terhadapperilaku manusia yang muncul akan memberikan kajian secaramendalam terhadap proses komunikasi interpersonal dan komunikasiintrapersonal.”. Salah satu kajian ilmu komunikasi dari sudut pandangteoritis yang berkenaan terhadap pehatian penggunaan biologi dalammenganalisis proses komunikasi manusia diantaranya dalamInterpersonal Communication Book yang dituliskan olehDevito,(1989: 267-269), dijelaskan bahwa: “Perilaku biologi komunikasiyang ditampilkan cenderung kepada hasil hubungan antara individudengan individu lainnya dalam lingkungan sosial: ” the process ofsending and receiving messages between two persons, or among asmall group, with some effect and some immediate feedback).”

Berdasarkan uraian di atas selanjutnya dapat ditelaah kembalimengenai salah satu akar dari komunikasi adalah Biologi (ICA, 2000-2002), di mana Winangsih, (2001:18-19), mengembangkannya dalambentuk pohon komunikasi. Secara praksis biologi komunikasi dalamhal ini analisisnya ditujukan pada telaah proses interaksi antar individumulai dari interaksi antar organ tubuh individu yang dikontrol olehotaknya. Telaah komunikasi secara biologi, khususnya yang terjadipada otak manusia di antaranya dapat pula dianalisis secara intramengenai bahasa yang ditunjukkan oleh individu. Bahasa adalahsistem tak terbatas dari tanda-tanda dengar dan lihat yang digunakanmanusia untuk berkomunikasi (Pope, 1989:400).

Salah satu teori belajar yang melandasasi dalam upaya penerapanteknologi dalam pembelajaran ini di antaranya teori kognitif yangdikembangkan oleh Gagne (1985:76-77), melalui structure danprocess sebagai berikut : structure receptor, short term dan longterm memory storage, retrieval, response organization, performancefeedback form effector and reiforcement. Pendapat ini diasumsikanmemberikan penjelasan terhadap pengkondisian stimulus-respon,sebagaimana dikemukakan oleh Hall (1993:115) bahwa: ”Melalui

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 12: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

12 Website: http://www.pustekkom.go.id

faham Psikologi Konstitusi Sheldon yang menggunakan OrientasiBiologis dan Genetik-nya dalam melakukan proses kognitif sehinggadiperoleh pemahaman secara menyeluruh.” Dengan demikianhasilnya diharapkan mampu menjawab tantangan dari InternationalCommunication Association (ICA, 1995) yaitu Instructional/Developmental Communication; dan Divission and Communicationin the National Communication Association (NCA, 1995), yaituInstructional Development dalam Web Site ICA (Craig, (2004:1).Dengan demikian bagaimana ilmu komunikasi, biologi, psikologi,pendidikan dan teknologi informasi mampu terlihat dalam perilakukomunikasi manusia secara intra maupun inter.

Adapun analisis terhadap proses biologi komunikasi terletak padapemrosesan informasi yang terjadi pada memori. Kondisi biologistetap akan memberikan kontribusi dalam pengukuran danpengotomatisan keseimbangan pemrosesan informasi sebagai dalambentuk stimulus yang datang. Gagne (1985:77) mengilustrasikannyadalam Essential of learning for instruction, sebagai berikut : Stimulusyang datang dari lingkungan tertentu (environment) yang memberikanstimulus kemudian diterima receptor hingga mampumenyampaikannya pada sensory register dan disimpan pada short-term memory atau long term memory, yang pada akhirnya diteruskankepada response generator sebagai tujuan sementara menujueffectors yang akan menunjukkan kecenderungan respon.

Berdasarkan pendapat tersebut maka bentuk bahan belajar dapatdisajikan dalam program-program pembelajaran berbasis teknologiinformasi, yaitu dikemas dalam bentuk software pembelajaran.Secara lebih rinci Petterson (1993) dalam Plomp (1996:178)menyusun ringkasan prinsip umum disain pesan pembelajaran antaralain sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: (a)penyampaian informasi yang relevan sesuai dengan prasyarat yangdiperlukan (recall relevant prerequisite information); (b)mengorganisasikan bahan belajar dan rancangan penyajiannya(organize content and present organizer); (c) menyusun bahan belajardari sederhana ke kompleks ( progress from simple to complex); (d)

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 13: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

13No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

penyajian informasi yang beragam (variety information peresented);dan (e) menyajikan contoh-contoh ( present examples andnonexamples).

Dalam hal ini Rogers, (1986: 55) menjelaskan pula bahwa : ”Interaksipembelajaran merupakan suatu proses yang dinamis denganmempertimbangkan dua hal, yaitu proses komunikasi itu sendiri danperlunya saling pengertian untuk mencapai hasil belajar yangdiharapkan.”

Sebagaimana yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian ini makakajiannya akan dianalisis perspektif dari keilmuan pendidikan,komunikasi, psikologi, kedokteran/ biologi dan teknologi informasiterhadap apa yang menjadi fokus penelitian yang telah dirumuskan.Persepsi dikemukakan oleh Rahmat, (1999:51) yaitu sebagaipengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yangdiperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.Persepsi dari pakar keilmuan tersebut diharapkan mampu mampumenjelaskan dan mendukung kondisi budaya pembelajaran yang diterjadi di lingkungan pendidikan. Budaya pembelajaran yang mampumemberikan kesempatan adaptasi bagi semua pihak yang terkaitdidalamnya diasumsikan sangat dibutuhkan dewasa ini.Pembelajaran yang dimaksud yaitu pembelajaran yang mampumenyeimbangkan dan memberdayakan kemampuan kerja otak kiridan otak kanan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Shahib(2003:98-101), yaitu proses pembelajaran yang mampumenampakkan adanya keterkaitan antara logik, emosi (perasaan),dan fisik bertahap sesuai sistem memori, mampu mengandalkanpikiran logik dan kritis yang bermotivasi kreativitas. Lebih lanjutShahib, (2003:141) menjelaskan bahwa perasaan atau emosi yangterdapat pada otak kanan ini mampu mempengaruhi otak kiri danmengendalikan seluruh perilaku otak manusia, seperti motivasi,mengelola informasi, yakin diri, kekuatan pribadi dan berpikir inovatif.Berdasarkan uraian di atas, maka alur pikir dalam penelitan inisebagai berikut:

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 14: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

14 Website: http://www.pustekkom.go.id

C. METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi, eksperimenlaboratorium, dan survey explanatory. Dilaksanakan di Sekolah Dasarsampai dengan Pendidikan di Bandung dengan teknik sampel ClusterSampling.Teknik pengumpulan data menggunakan instrumenwawancara, observasi, dan focuss group disscussion, surveieksplanasi, eksperimen kuasi, dan eksperimen Laboratorium EEG,kuesioner, soal tes kemampuan otak kiri dan kanan, serta pedomanpemeriksaan EEG. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

- Perilaku biologi komunikasi (Inter)(Joseph A. Devito 1989: 267-269)

- Biologi komunikasi sosial (Geofrey Pope, 1984: 386)

- Teknologi Komunikasi (Jogiyanto, 2003:324)

Stimulus-responberdasarkan Orientasi

Biologis dan Genetik-nyaCalvin S. Hall (1993:115)

Fundamental of HumanCommunication Theory

(Ronald L. Applbaum,1973)

Biologi Komunikasi secara intradan inter (Geoffrey Pope,

1989:400).

Perilaku komunikasimanusia secaraIntra dan Inter

Theory (Wilson, 1975)

Information-Integration Theory(Litlejohn, 1996:137)

Difussion and Inovation Theory(Everet M. Rogers, 1986)

Cognitive TheoryGagne,1985:76-77

Instructional Communication(Cole dan Chan, 1994: 13).

Prinsip umum disain pesanpembelajaran

Petterson (1993) dalam Plomp(1996:178)

Media Komunikasi(Stewart L. Tubbs-SylviaMoss, 1996:225)

Kemampuan Otak Kiridan Otak Kanan(Nurhalim Shahib, (2003)

Akselerasi Pembelajaran;Rose & Nicholl (1997:43) :- Motivating your mind- Aquiring the information- Searching out the meaning- Triggering memory- Exhibiting what you know- Reflecting on How You’ve

learned

Instructional message(Flemming and Levy, 1993: 178);(Robert LaRose, 1997)

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 15: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

15No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

teknik yang disesuaikan berdasarkan karakteristik dan jenis data(skala) baik itu dengan metode statistik, maupun kualitatif sertapengukuran alat laboratorium syaraf dan bedah otak.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN1. Pengaruh pengemasan informasi terhadap kecepatan

belajar siswa yang dikontrol oleh kondisi biologi komunikasiotak.a. Pengaruh Pengemasan Informasi Pembelajaran Terhadap

Percepatan Belajar yang dikontrol oleh Biologi Komunikasi Otak

Tabel 1. Hasil Pengujian Percepatan, Ketepatan danKemampuan Otak Peserta didik

Pembelajaran dengan PBTIK pada kelompok sosial dan

eksak mulai peserta didik SD-PT lebih cepat daripada

pembelajaran NONPBTIK.Skor ketepatan menjawab tes

kemampuan Analisis dan Sintesis yang dikontrol oleh

biologi komunikasi melalui PBTIK lebih tinggi dari pada Non

PBTIK pada tes kemampuan Analisis dan Sintesis mulai

SD-PT pada bidang eksakta dan sosial.

Kemampuan otak kiri dan kanan dengan PBTIK lebih tinggi

rata-ratanya daripada otak kiri dan kanan NonPBTIK

pada eksak dan sosial

Analisis otak kiri pada kelompok eksak lebih tinggi rata-

ratanya daripada analisis otak kiri kelompok sosial.

Sintesis otak kanan kelompok eksak lebih tinggi rata-

ratanya daripada sintesis otak kanan kelompok sosial.

Analisis-Otak Kiri-Sosial-SDNONPBTIK lebih kecil

kemampuannya daripada Sintesis-Otak-Kanan-Sosial-

SDNONPBTIK

Analisis-Otak Kiri Sosial-SDPBTIK lebih kecil kemampuan

Sintesis-Otak Kanan Sosial-SDPBTIK

No Jenjang Hasil PenelitianPend.

1. SD

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 16: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

16 Website: http://www.pustekkom.go.id

No Jenjang Hasil PenelitianPend.

2. SMP

Analisis-Otak Kiri-Eksak-SDNONPBTIK lebih tinggi daripada

Sintesis-Otak-Kanan-Eksak-SDPNONPBTIKc.

Analisis-Otak Kiri-Eksak-SDPBTIK lebih kecil daripada

Sintesis-Otak Kanan-EksakSDPBTI

Analisis Otak Kiri-Sosial-SMPNONPBTIK lebih rendah

daripada Analisis-Otak-Kiri-Sosial-SMPPBTIK

Analisis-Otak Kiri-eksak-SMPNONPBTIKAnalisis Otak-Kiri-

Eksak-SMPPBTIK

Analisis-Otak Kiri-eksak-SMPNONPBTIK lebih rendah dari

Analisis Otak-Kiri-Eksak-SMPPBTIK

Sintesis-Otak Kanan-Sosial-SMPNONPBTIK lebih rendah

daripada Sintesis-Otak-Kanan-Sosial-SMPPBTIK

Sintesis-Otak-Kanan-Eksak-SMPNONPBTIK lebih rendah

daripada Sintesis-Otak Kanan-EksakSMPPBTIK

Analisis-Otak-Kiri-Sosial-SMPPBTIK lebih rendah daripada

Analisis-Otak Kiri-Eksak-SMPPBTIK

Sintesis-Otak-Kanan-Sosial-SMPPBTIK lebih rendah

daripada Sintesis-Otak Kanan-EksakSMPPBTIK

Analisis Otak Kiri-Sosial-SMPNONPBTIK lebih rendah

daripada Sintesis-Otak Kanan-Sosial-SMPNONPBTIK

Analisis-Otak-Kiri-Sosial-SMPPBTIK lebih tinggi daripada

Sintesis-Otak-Kanan-Sosial-SMPPBTIK

Analisis-Otak Kiri-eksak-SMPNONPBTIK lebih tinggi

daripada Sintesis-Otak-Kanan-Eksak-SMPNONPBTIK

Analisis-Otak Kiri-Eksak-SMPPBTIK lebih tinggi daripada

Sintesis-Otak Kanan-EksakSMPPBTIK.

Analisis Otak Kiri-Sosial-SMANONPBTIK lebih kecil

daripada Analisis-Otak-Kiri-Sosial-SMAPBTIK

Analisis-Otak Kiri-eksak-SMANONPBTIK lebih kecil

daripada Analisis Otak-Kiri-Eksak-SMAPBTIK

Sintesis-Otak Kanan-Sosial-SMANONPBTIK lebih kecil

lebih kecil daripada Sintesis-Otak-Kanan-Sosial-

SMAPBTIK

3. SMA

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 17: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

17No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

No Jenjang Hasil PenelitianPend.

Sintesis-Otak-Kanan-Eksak-SMANONPBTIK lebih kecil

daripada Sintesis-Otak Kanan-EksakSMAPBTIK

Analisis Otak-Kiri-Eksak-SMAPBTIK lebih kecil daripada

Analisis-Otak-Kiri-Sosial-SMAPBTIK

Sintesis-Otak Kanan-EksakSMA PBTIK lebih kecil daripada

Sintesis-Otak-Kanan-Sosial-SMA PBTIK

Analisis Otak Kiri-Sosial-SMANONPBTIKlebih besar

daripada Sintesis-Otak Kanan-Sosial-SMANONPBTIK

Analisis-Otak-Kiri-Sosial-SMAPBTIK lebih besar daripada

Sintesis-Otak-Kanan-Sosial-SMAPBTIK

Analisis-Otak Kiri-eksak-SMANONPBTIK lebih kecil

daripada Sintesis-Otak-Kanan-Eksak-SMANONPBTIK

Analisis Otak-Kiri-Eksak-SMAPBTIK lebih kecil daripada

Sintesis-Otak Kanan-EksakSMAPBTIK.

Analisis Otak Kiri-Sosial-SMPNONPBTIK lebih rendah

daripada Analisis-Otak-Kiri-Sosial-SMPPBTIK

Analisis-Otak Kiri-eksak-PTNONPBTIK lebih rendah dari

Analisis Otak-Kiri-Eksak-PTPBTIK

Sintesis-Otak Kanan-Sosial-PTNONPBTIK lebih rendah

dari Sintesis-Otak-Kanan-Sosial-PTPBTIK

Sintesis-Otak-Kanan-Eksak-PTNONPBTIK lebih rendah

dari Sintesis-Otak Kanan-EksakPTPBTIK

Analisis Otak-Kiri-Eksak-PTPBTIK lebih rendah dari

Analisis-Otak-Kiri-Sosial-PTPBTIK

Sintesis-Otak Kanan-EksakPTPBTIK lebih rendah dari

Sintesis-Otak-Kanan-Sosial-PTPBTIK

Analisis Otak Kiri-Sosial-PTNONPBTIK lembih tinggi

Sintesis-Otak Kanan-Sosial-PTNONPBTIK

Analisis Otak-Kiri-Eksak-PTPBTIK hampir sama dengan

Sintesis-Otak Kanan-EksakPTPBTIK.

4. PT

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 18: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

18 Website: http://www.pustekkom.go.id

b. Pengaruh pengemasan informasi PBTIK terhadap akselerasipembelajaran bidang sosial dan eksakta yang dikontrolbiologi komunikasiPengujian terhadap pengaruh pengemasan informasipembelajaran berbasis TIK juga dilakukan analisisnya padakelompok sosial dan eksakta, yang keduanya dikontrol olehbiologi komunikasi yang dialami peserta didik ketikamengikuti pembelajaran. Berikut adalah diagram jalur darimasing-masing pengujian pengaruh serta rangkuman tabelhasil pengujian pengaruh pengemasan pada kelompok sosialdan eksak.

Tabel 2

Tabel 4.3

2. Proses perilaku biologi komunikasi yang terjadi pada otakpeserta didikProses perilaku biologi komunikasi yang terjadi ketika pesertadidik jenjang SD-PT melakukan aktivitas belajar mengamati,merasa, memahami dan kecenderungan bertindak terjadi padabagian-bagian spesifik belahan otak kiri dan kanan , yaitu

H0 : PZX1 = 0H1 : PZX1 = 0 5,262482608 1.6645 118 Tolak H0

H0 : PZY = 0H1 : PZY = 0 8,511442782 1.6645 118 Tolak H0

Hipotesis t i df Keputusanttabel;

(α) = 0.05

H0 : PZX2 = 0H1 : PZX2 = 0 18,89357963 1.6645 118 Tolak H0

H0 : PZY = 0H1 : PZY = 0 23,03821727 1.6645 118 Tolak H0

Hipotesis t i df Keputusanttabel;

(α) = 0.05

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 19: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

19No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Frefrontal (Fp); Frontal (F); temporal (T); Parietal (P); Central(C); Occivital (O) ; dan Parasagital (FCP), dengan kecepatangelombang Alpha dan Betha yang berbeda dalam menerima,mengolah dan mentransformasikan pesan baik pesanpembelajaran kelompok sosial maupun eksakta sebelum atauselama mengikuti pembelajaran berbasis teknologi informasi dankomunikasi.a. Aktivitas Perilaku biologi komunikasi ketika melihat

Gb. a. Bagaimana Occipitl menerimastimulus dari indera visual

b. Aktivitas Perilaku biologi komunikasi ketika merasa

Gb. b. Perspektif Biologi Komunikasi melaluiaktivitas ”merasa” (Sumber : Hasil Riset, 2004)

Occipital (O1O2)

Temporal (T1T2)Frontal (F1F2)Parietal (P11P2)

PesanBerbasisTeknologiInformasi

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 20: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

20 Website: http://www.pustekkom.go.id

Tumbuh MotivasiBelajar (gejala

Psikologi)

Selamaada stimulus

Sebelumada stimulus

Pemrosesan informasi melalui biologikomunikasi antara Frontal, Temporal,Occipital dan Parietal yang berada padabelahan otak kiri dan otak kanan dibantuCentral, Parasagital dan Hypocampus

Pemrosesan informasi melalui biologikomunikasi selama ada stimulus berbasisteknologi informasi dan komunikasi antaraFrontal, Temporal, Occipital dan Parietalyang berada pada belahan otak kiri danotak kanan dibantu Central , parietalhypocampus dan cerebelum

c. Aktivitas Perilaku biologi komunikasi ketika merasa

Gb. 4.5 Model pemrosesan Informasi yang melibatkan prosesbiologi komunikasi, psikologi komunikasi berdasarkan ada

atau tidak adanya stimulus berbasis teknologi informasidan komunikasi dalam bentuk aktivitas ”memahami”

(Sumber : Hasil Riset, 2004)

d. Aktivitas Perilaku biologi komunikasi ketika melakukankecenderungan bertindak

Gb. 4.6 Proses terjadinya kecenderungan bertindak sebagaisalah satu perspektif biologi komunikasi.

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 21: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

21No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

BIOLOGIKOMUNIKASI

Bidang kajiankomunikasi

Bidang kajiankomunikasi

Bidang kajiankomunikasi

Bidang kajiankomunikasi

Intra Personal

Inter Personal

CognitionTheory

ModelTransaksional

3. Telaah perspektif bidang keilmuan terhadap fenomenaperilaku biologi komunikasi otak pada peserta didika. Ilmu komunikasi:

Memberikan kontribusi pemikiran pada aspek kajian bagiansepesifik otak sebagai komponen-komponen terjadinyakomunikasi secara biologi, yang merujuk kepada penjelasankomunikasi secara intrapersonal pada indivdu

Gb. 4.11.Perspektif Ilmu Komunikasi terhadap BiologiKomunikasi otak kiri dan otak kanan (Hasil Riset, 2004)

b. Psikologi:Memberikan kontribusi pemikiran pada aspek pemrosesaninformasi yang terjadi pada otak kiri dan otak kanan yangberkaitan dengan komunikasi nonverbal khususnya dalamproses pengkodean pesan yang terjadi selama metabolismeterjadi dalam otak. Khususnya dalam penjelasan mengenaiproses dan keterhubungan antara Short Term Memory danLong Term Memory ketika peserta didik melakukan aktivitasbelajar, sebagaimana dapat dilihat pada bagan berikut.

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 22: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

22 Website: http://www.pustekkom.go.id

Fisik

Imajinasi

Kreasi/daya cipta

Rasio/Logika

Perasaan

Motivasi

OtakKanan

OtakKiri

ProblemSolving

Kreativitas

Internal Environment (komunikasiantar bagian spesifik belahan otakkiri dan otak kanan: F, P, C, T, O

Long Term Memory

MultimediaSensory

Auditoryor Verbal STM

KinestetikSensory

SSTM

Perilakuyang

nampak

VisualSTM

ExternalEnvironment

Gb. 4.12 Model Pemrosesan informasi hasil telaah biologikomunikasi dari perspektif psikologi yang melibatkan

LTM dan STM (Hasil Penelitian, 2004)

c. Kedokteran:Memberikan penjelasan dari sudut sistem syaraf dankomunikasi antarsel syaraf otak, dan penjelasan terjadinyaprilaku biologi komunikasi berdasarkan bagian spesifik otakseperti Fr, F, P, T, Occ, C, dan Prc, serta penjelasanmengenai jalur-jalur proses komunikasi secara biologiberlangsung berdasarkan jenis stimulus yang diterima.Disamping itu juga memberikan penjelasan fungsi belahanotak kiri dan kanan yang akan memperngaruhi memori-kreativitas-learning , khususnya yang berkaitan denganpemecahan masalah.

Gb. 4.13Pembentukan kreativitas dalam pemecahan masalaah

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 23: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

23No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

FEEDBACK

STIMULUSVISUAL,AUDIO,

MULTIMEDIA

OCCIPILTALDAN

PARIETAL

FRONTALDAN

TEMPORALAKTIVITASMOTORIK

d. Ilmu PendidikanMemberikan penjelasan dari kajian tentang:(1) Alur informasi berdasarkan stimulus dari media

pembelajaran khususnya visual, audio dan AV terhadapfenomena kerja otak atau interaksi otak kanan dan otakkiri dan kontrol perbedaan kemampuan berdasarkan usiaatau jenjang pendidikan.

(2) Pemrosesan informasi dalam kaitannya dengan psikologikognitif khususnya berkaitan dengan memory jangkapanjangd an jangka pendek.

(3) Kajian tentang fisiologi otak

Gb. 4.14 Pola Interaktif dalam pembelajaranCBI berdasarkan Biologi Komunikasi

Dalam telaah secara sistem bagaimana biologi komunikasiotak kiri dan otak kanan ini menjadi landasan dalammenganalisis dan mendesain sistrem pembelajaran yangmelibatkan pengajaran, kurikulum, penilaian dan lingkunganberlajar. Semua komponen tersebut harus berdasarkankemampuan kerja otak peserta didik.

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 24: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

24 Website: http://www.pustekkom.go.id

Proses

KontrolBelajar

KontrolBelajar

MenuLatihan

Pertanyaan

EvaluasiPetunjuk

Contoh

Sajian

Brain Compatible

Kebutuhan Pembelajar berbasis ICT

Perspektif Pendidikan

BIOLOGI KOMUNIKASIOTAK KIRI DAN OTAK KANAN

Curriculum withthebrain in mind

Environment withthe brain in mind

Teaching withthe brain in mind

Assesment withthe brain in mind

Gb. 4.15 Biologi Komunikasi dalam Implementasi Belajarberbasis Otak melalui Perspektif Teknologi Informasi

(Hasil Riset, 2004)

e. Teknologi InformasiMemberikan penjelasan terhadap proses belajar yang terjadipada otak pada dasarnya telah ditransfer atau ditiru olehsistem kerja komputer. Maka prilaku biologi komunikasimerupakan dasar dari sistem pembelajaran berbasisteknologi informasi dan komunikasi dan sebaliknya prilakutersebut akan lebih cepat berlangsung melalui stimulus-stimulus yang diprogram melalui komputer dan sistem jaringanseperti intranet, internet, dan dukungan manajaemen ICT.

Gb. 4.16 Komponen-komponen dalam Hypertutorialsebagai salah satu perspektif TI dalam Biologi Komunikasi

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 25: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

25No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

f. Ilmu BudayaMemberikan penjelasan terhadap peran guru dalammembudayakan:(1) Inovasi dalam desain laboratorium nyata yang mampu

membelajarkan peserta didik baik kemampuan otak kirimaupun otak kanan

(2) Inovasi dalam menemukan model-model pembelajaranyang mampu mengoptimalkan kemampuan belahan otak.

4. Model pembelajaran berbasis teknologi informasi dankomunikasi yang mampu memberikan optimalisasi prosesperilaku biologi komunikasi otaka. Jenjang SD, Kajian model ini lebih ditujukan kepada aspek:

(1) Optimalisasi kreativitas, teligensi, fisik, emosi, minat dankondisi dalam diri peserta didik melalui desain modelyang memperhatikan sajian informasi secara visual, audioatau motorik .

(2) Model pembelajaran yang betul-betul didesain denganmemperhatikan teori belajar adaptif, modalitas, dankognitif fleksibilitas dalam bentuk latihan dan Tutorial.

b. Jenjang SMP, Kajian model lebih ditujukan kepada:(1) Optimalisasi berpikir lateral, fleksibilitas kognitif(2) Model gabungan antara tutorial, simulasi, dan latihan

siswa mampu dengan cepat menyelesaikan pelajaran .

c. Jenjang SMA, Kajian model lebih ditujukan kepada:(1) Mengoptimalkan penglihatan, pendengaran, dan

kinestetik yang ditujukan kepada pemecahan masalah.(2) Menggabungkan kemampuan berpikir logik dan kreativitas

mengembangkan pikiran-pikiran yang sifatnya discoverydan inquiry yang membantu peserta didik mencapaikecepatan dan kreativitas belajar yang lebih mandiri.

(3) Bentuk multi media interaktif yang menyajikan informasibelajar dalam bentuk pola gabungan yaitu yang berisipetunjuk, tes-tes kemampuan awal berupa latihan,

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 26: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

26 Website: http://www.pustekkom.go.id

latihan , serta alur penyajian materi secara bercabangdan bahkan diketengahkan ilustrasi dalam bentuk videodan simulasi animasi teks dan gambar akan lebih mampumemberikan proses belajar secara utuh.

d. Jenjang PT, Kajian model lebih ditujukan pada:(1) Penerapan Mapping concept , Problem Based Learning(2) Kemampuan logika yang sifatnya advance organizer of

knowledge,(3) Pengembangan inquiry & Dicovery(4) Model disajikan dengan dukungan e-learning, dan ICT.

5. Biologi komunikasi sebagai Landasan Praktis dalam desainModel PembelajaranSebagaimana ditegaskan pada beberapa hasil penelitian danpembahasan, maka model biologi komunikasi ini adalah cabangilmu komunikasi yang mempelajari gejala-gejala perilaku biologikomunikasi yang mempengaruhi perilaku psikologis yang nampakpada diri individu. Khususnya dalam konteks pembelajaran bahwamodel biologi komunikasi ini dapat dijadikan pisau analisis dalammenjelaskan aktivitas belajar peserta didik ketika mengamati,merasa, memahami, dan kecenderungan bertindak berdasarkanada atau tidak adanya stimulus pembelajaran berbasis teknologikomunikasi dan informasi. Analisis perilaku komunikasi baik darisudut bioogi komunikasi maupun psikologi komunikasi ini mampumenjelaskan komunikasi intra dan interepersonal. Sebagai salahsatu syarat sebuah cabang ilmu komunikasi, maka secaraakademik biologi komunikasi ini telah memenuhi persyaratan,yaitu : a) memiliki komponen-komponennya, yaitu berupa bagian-bagian spesifik otak yang mencakup prefrontal, frontal, temporal,parietal, central, occipital dan parasagital; b) menunjukkan danmenjelaskan proses interaksi yang dilakukan komponen-komponennya; c) menunjukkan proses traksaksi yang terjadiantar komponen-komponennya; dan d) memiliki kajian dari

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 27: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

27No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Accelerated Learning

PerubahanPerilaku

Diseraf, elaborasi,(meniru, mengingat,

berimajinasi, menyadari,dan memperhatikan

Stimulus(Informasi)

Model-modelDesain

Dihafalkan

Disintesis

DianalisisAccelerated Learning

perspektif keilmuan yang terkait dengan aspek uji validasi secarateori maupun praktek.

Berikut adalah visualisasi dari model biologi komunikasi, yaitu:

Gb. 4.66 Model Biologi Komunikasi

Gb. 4.19 Model jalur pengolahan informasi dalamotak Menuju proses akselerasi

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 28: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

28 Website: http://www.pustekkom.go.id

Interaksi belahan otak melalui Frontal,Temporal, Parietal dan Occipital

Kreativitas berdasarkan InteraksiDimensi dalam Meta Kecerdasan

MODEL PEMBELAJARANUNTUK SD

Adaptasi, Modalitas danFleksibilitas Kognitif

Imajinasi, Daya Ciptadan Permainan

Prosedur Desain Instructional BerbasisTeknologi Informasi dan Komunikasi:- Need assesment- Instructional Promt (Identitas, Petunjuk)- Menu Utama (Tujuan , Materi, Evaluasi)- Alurr pembelajaran- Stimulus-Respon terkondisi dan Refle

Gb. 4.10 Model Pemikiran Biologi Komunikasi Otak KiriDan Otak Kanan Berbasis Teknologi Informasi Pada Jenjang

Pendidikan Dasar sampai dengan Pendidikan Tinggi

a. Model Pembelajran Jenjang SD berdasarkan BiologiKomunikasi

Gb. 4.55 Model Pembelajaran Jenjang Sekolah Dasar denganPembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Melalui Pemberdayaan Otak Peserta Didik (Hasil Riset, 2005)

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 29: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

29No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Dengan demikian bahwa dengan memperhatikan tingkatperkembangan siswa baik pada aspek inteligensi, fisik,emosi, minat dan kondisi dalam diri peserta didiK itu sendirimaka bagian temporal, frontal, parietal akan dibantu olehoccipital. Hasilnya dalam bentuk pembelajaran yang lengkapdan dialami oleh siswa jenjang Sekolah Dasar bukan hanyapada tataran belahan otak saja juga diharapkan mampumenembus perasaan dengan demikian selanjutnya akansenang jika diajak belajar. Terlebih jika model pembelajaranini didesain melalui komputer multimedia. Dalam hal inidikemukakan Solehah (2004) yang mengajar di kelas Vterbukti bahwa model pembelajaran yang berbasis teknologiinformasi komputer yang mampu membantu anak dalammemahami materi secara utuh baik itu konsep, bentuk, danproses adalah model penyajian yang mengandung unsurpermainan dengan dilengkapi tutorial atau petunjuk bagi siswabagaimana ia menyelesaikan permainan. Setelah selesaibelajar maka berpikir kreatif pada peserta didik ini bisaterwujud, di mana menurut Stenberg dalam Collin & Rose(1997: 211), bahwa terdapat 3 (tiga) tahap dalam berpikirkreatif yaitu: insight, combination, compare old andnew.Dalam kegiatan belajar seperti dijelaskan di atas makakemampuan otak kiri yang berisi kemampuan pemahamandan pengetahuan tentang informasi yang dilihat dan diingatnyasaat melihat gambar yang disajikan, dibantu oleh kemampuanotak kanan yang berisi kreativitas dan imajinasi dalammemperhitungkan perbandingan antara bahan-bahanbangunan yang diperlukan, sehingga akhirnya siswa bisamengambil kesimpulan untuk memilih jawaban yang benar.Dengan ditemukannya jawaban yang benar maka pesertadidik akan merasa bahwa proses belajar yang ia lakukancukup memberikan makna. Dengan perolehan makna inilahmaka langkah berikutnya walaupun didesain cukup komplek,akan tetapi npeserta didik akan termotivasi untuk bisamelaluinya dengan mulus sehingga evaluasi yang akan iahadapi berikutnya akan lebih baik dari hasil sebelumnya.

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 30: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

30 Website: http://www.pustekkom.go.id

Berikut adalah ilustrasi pemikiran tentang modelpembelajaran berdasarkan teknologi informasi dankomunikasi yang berusaha membangkitkan aktivitas belahanotak kiri dan kanan yang diharapkan mampu membantuakselerasi belajar peserta didik.

Jika dikaitkan dengan adanya kelompok mata pelajaraneksak dan sosial, maka desain pembelajaran berbasisteknologi informasi dan komunikasi ini pada dasarnya samadalam arti mengikuti prosedur dan latar belakang desain yangsama, walaupun dari temuan penelitian ini menunjukkanbahwa model-model pembelajaran untuk kelompok eksakternyata memiliki pengaruh yang lebih tinggi dari padakelompok sosial terhadap akselerasi pembelajaran yangdikontrol oleh biologi komunikasi otak kanan dan otak kiri.Berdasarkan deskripsi dan pembahasan di atas maka modelpembelajaran yang bisa diadopsikan dalam pembelajaranberbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dikontrololeh biologi komunikasi pada jenjang sekolah dasar ini belummengarah kepada penekanan secara mendalam dari aspekkeluasan, dan kekomplekan materi yang disajikan dan yangdijadikan pokok pemikirannya adalah aspek adaptasi danmenyenangkan.

b. Model Pembelajaran Jenjang SMP berdasarkan BiologiKomunikasiBerdasarkan deskripsi hasil data sebelumnya diperolehinformasi bahwa perkembangan belajar dan kecepatanbelajar siswa selama pembelajaran berlangsung terutamadengan menggunakan model LCBT (Lateral Computer BasedTutorial), sangat tergantung kepada bagaimana gurumengemas materi tersebut. Darmawan, dkk (2003: 89)menjelaskan bahwa:

LCBT sangat penting membantu kecepatan dan melatihberpikir kritis siswa dan dapat memberikan pengalaman

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 31: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

31No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

berpikir kritis pada guru dalam pengembangan stimulus-stimulus pembelajaran yang mampu merangsang siswaberpikir cepat, tepat dan bermakna selama pembelajaran.

Model pembelajaran Lateral Computer Base Tutorial, ini padadasarnya menerapkan prinsip model latihan dan tutorialdengan melalui penerapan berpikir lateral atau loncatanberpikir yang didukung kemampuan visual dalam memahamiinformasi pembelajaran dari layar komputer. Semuakomponen desain sajian pembelajaran berbasis teknologiinformasi dan komunikasi ini mesti memperhatikan bagaimanawarna dipilih, bagaimana animasi diatur dari segi timer ,bagaimana audio sesuai dengan gambar objek atau animasiyang diilustrasikan. Semuanya ini jika dipadukan dalambentuk tutorial yang berbasiskan LCBT maka peserta didikakan lebih cepat lagi belajarnya terlebih hal ini cukupmemberikan ketenangan belajar dan tumbuh perasaantentang dan percaya diri. Terlebih jika model didesain denganmenambahkan pencitraan terhadap latar belakang musikyang mampu menyentuh sensory otak pada belahan kananmaka proses berpikir akan terjadi secara seimbang, dikontrololeh alunan musik yang membuat individu stabil dalam jalurpikirnya serta merasa tenang. Dalam hal bacground musikini penulis adaptasi dari Bonny (Stephen Merrit, 2003: 28)bahwa” MPH (Memandu Pencitraan Musik) mampu mengajakpendengar untuk menuliskan, menggambarkan, danmenceritakan kembali apa yang dipelajarinya.” Terlebih jikapetunjuk (totorial line) yang dikembangkan cukup jelasmengajak peserta didik belajar sampai dengan tuntas. Desainmodel tutorial dewasa ini penulis sarankan untukmemperhatikan aspek latar belakang (sound effect ) musikyang disesuikan dengan kelompok mata pelajaran. Karenamusik bisa memberikan ciri dan gaya belajar dan berpikirsesuai dengan pribadi masing-masing. Lazanov dalam Merrit(2003: 50) menjaslakn bahwa ”Dampak terapi musik apabiladikaitkan dengan seni, drama, dan konsentrasi dalam

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 32: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

32 Website: http://www.pustekkom.go.id

suasana santai, mampu mengaktifkan kapasitas”paraconscious” yaitu semua tingkat kejiwaaan yang tidaksadar yang tidak terbatas. Metode inilah yang disebut metodeAccelerated Learning ”.

Demikian juga petunjuk terebut lebih cenderung banyakdisajikan dalam bentuk audio (narator), maka sentuhan audioini juga harus betul-betul mampu mengoptimalkan bagianspesifik lobus Temporal baik sebelah kiri maupun sebelahkanan. Colling & Rose (1997: 183) mengemukakan bahwa ”Music is the highest part of human culture and expression. Itallows us to feel connected to something greater. Underheathmusic is a code of rythm and sounds that your left brainrelates to while the right brain relates to the texture of thesounds.” Demikian juga menurut Rakhmat, (2004:12) bahwalobus temporal berkaitan dengan memori, emosi,pendengaran dan bahasa. Adapun visual ditujukan padaoptimalisasi bagian spesifik occipital dimana prinsip kerjanyaselalu bersilangan antara mata kiri dengan belahan otakkanan dan mata kanan dengan belahan otak kiri. Kondisi inimemberikan makna bahwa belajar memang tidak bisa hanyaotak kiri atau otak kanan saja melainkan harus kedua-duanyamelakukan aktivitas sehingga apa yang disebut akselerasibelajar dapat berlangsung secara komplek. Dalam desainmodel pembelajaran berbasis teknologi informasi dankomunikasi untuk jenjang SMP berdasarkan tiga dimensi diatas juga harus direlevansikan dengan dimensi berpikirberdasarkan indera visual, audio dan kinestetik yang dimilikioleh model tutorial. Berdasarkan hasil temuan dalampenelitian ini penulis adaptasikan dengan apa yangdikemukakan oleh Eric (2000:186) mengenai ”Eye Movementand Thinking” , mengemukakan bahwa ” there are seven basiceye movements that related to thinking.” Pendapat tersebutmenunjukkan bahwa pada dasarnya berpikir akanberhubungan dengan aktivitas kognitif. Hasil teslaboratoriumnya menunjukkan bahwa : ”Cognitive activity

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 33: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

33No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

occuring in one hemisphere triggers eye movements in theopposite hemisphere”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ketujuhgerakan visual dasar yang berhubungan dengan berpikir iniadalah sebagai berikut:1) Visual thinking of stored picture memories;2) Visual thinking of created new pictures;3) Auditory thingking and recalling souns;4) Auditory thinking and creating new sounds;5) Internal dialogue (talking to your self);6) Experiencig feelings;7) Authomatic resposes.

Berdasarkan tujuh dasar gerakan visual mata di atas terlihatbahwa kaitan antara dimensi visual, audio dan kinestetikdiasumsikan mampu mendukung proses berpikir yang lebihmenekankan pada proses kognitif secara fleksibel. Prinsipberpikir fleksibel inilah yang seharusnya diperhatikan dalammendesain model pembelajaran dalam bentuk tutorialberbasis teknologi informasi dan komunikasi. Karena dengansentuhan teknologi seperti dalam mengkondisikan danmengatur gerakan berdasarkan kecerdasan visual dan audiomaka akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalammenyelesaikan pembelajaran (mastery learning) tanpahambatan. Jika informasi pembelajaran yang dikemas berupatulisan, image atau objek bahkan ada animasi dan suara(multimedia) maka dimensi berpikir dan dimensi biologikomunikasi, psikologi dan proses belajar menjadi tolak ukurkualitas aktivitas proses belajar menunjuk kecepatan belajar(accelerated learning), dalam hal ini Jensen (2000:187) lebihlanjut menjelaskan bahwa strategi yang baik dalammenerapkan pergerakan visual yang dikaitkan dengan otakdapat didesain secara terintegrasi dalam model Tutorial, dapatdiilustrasikan sebagai berikut :a) Acces Feeling With Regard To The Word: Start with

eyes looking down.

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 34: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

34 Website: http://www.pustekkom.go.id

b) Visualize the image of the word : Move eyes up and tothe right.

c) Segment a word in auditory memory: Say the letter whilelooking to the night;

d) Cement a word kinesthetically : Trace the letter of it withyour finger.

e) Recall a stored image of the word: Colse eyes and lookto the left;

f) Write out the correct spelling on paper;g) To segment the succes: Look down to the right and

feeling of empowerment.

Jika melihat uraian di atas ternyata dalam prosespembelajaran melalui 7 aktivitas ini aspek visual, audio, dankinestetik berlangsung secara terintegrasi dan tentunyadikontrol atau ditentukan oleh aktivitas belahan otak kirimaupun kanan sesuai dengan jenis aktivitasnya. Dariketujuh langkah di atas cukup memberikan dasar bagaimanapeserta didik yang sudah berada pada tingkat kemampuanberpikir abstract yaitu pada rentang 10-20 thn (Jensen,2000:179). Ketiga kecerdasan yaitu visual, audio dankinestetik ini merupakan kunci dalam keberhasilanaccelerated learning dalam satu pembelajaran sebagaimanadikemukakan oleh Colling & Rose 1997: 171) melaluipernyataan yaitu: Yous saw it, heard it, read it, did it, andsaid it. Dalam kaitannya dengan alur peserta didik mengikutipembelajaran dengan tutorial ini, maka salah satu yang dapatdikembangkan dalam desain modelnya adalah denganmenggunakan konsep Mind Mapping ( Buzan, 1997:83) . Dimana dengan konsep ini fungsi kerja dari semua bagianspesifik otak akan bisa diberdayakan semua dan tertujukepada satu tujuan (keberhasilan belajar) melalui prosescepat dnegan pemberdayaan fungsi-fungsi bagian spesifikatak. Melalui prinsip Mind Mapping ini maka jalur bercabang(branching) yang dikembangkan dalam desain model tutorialdapat diikuti dan cepat dilalui oleh peserta didik karena hal

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 35: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

35No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

ini sangat berkaitan dengan tuntutan kerja semua prosesberpikir. Dijelaskan lebih lanjut menurut Buzan (1997: 59)bahwa : The map is an expression of Radiant Thinking and is thereforea natural function of human mind. The mind map can beapplied to every aspect of life where improved learning andclearer thinking will enhance human performance. The MindMap has four essential characteritics :a) The subject of attention is crystallised in a central image;b) The main themes of the subject radiant from the central

image as branches.c) Branshes comprise a key image or key word printed on

an associated line. Topics of lesser importance are alsorepresented as branches attached to higher levelbranches.

d) The branches form a connected nodal structure.

Dalam hal ini Buzan (1997:60) menegaskan bahwa:” Mindmap may be enhance and enrich with colour, pictures, codesand dimension to add interest, beauty and individuality. Thesein turn aid creativity, memory and specifically the recall ofinformation.” Terutama sekali untuk model yang betul-betulmenerapkan konsep ICT (Informatioan Communication&Technology) yang mendasar, yaitu yang mampumemberikan kesempatan pada siswa untuk memilih alternatifjalur penuntasan dalam mempelajari materi yang diajarkan.Misalnya dalam pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasipada pokok bahasan belajar Microsoft Word, ternyata denganmodel tutorial ini siswa lebih tenang dan cepat dalammenanggapi semua materi yang disajikan. Melalui tutorialini juga siswa cenderung lebih mampu mengontrolkemampuan dalam menjawab soal-soal yang disajikan.Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebetulnyaindera-indera yang diperlukan dalam belajar hendaknyamampu dikembangkan secara terintegrasi dalam sebuahproses pembelajaran. Gardner dalam Stine (2003: 42) bahwa

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 36: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

36 Website: http://www.pustekkom.go.id

indera belajar mencakup : verbal, logika, visual, musikal,kinestetik, hubungan intrapersonal, dan hubunganinterpersonal.

Selain melalui model tutorial model pembelajaran berbasisteknologi informasi untuk jenjang SMP ini diantaranya adalahmodel simulasi yang digabungkan atau terintegrasi dalammodel tutorial. Model ini dikatakan oleh Aris (2004) yangmengajar Fisika, di mana ketika siswa mengikutipembelajaran dengan model gabungan antara tutorial,simulasi, dan latihan siswa mampu dengan cepatmenyelesaikan pelajaran. Semua model berpikir yang dituntutsangat memungkinkan bisa dilakukan oleh peserta didikberdasarkan kemampuan bagian spesifik otaknya,sebagaimana dijelaskan oleh Stine, (2003:212) bahwa Modelberpikir meningkatkan enam kali lipat kekuatan otak, dengancara memikirkan situasi dari setiap sudut pandang berikutyaitu : berpikir obyektif; berpikir kritis; berpikir positif; Berpikirkreatif; berpikir intuitif; berpikir tentang model. Temuan inimemberikan penjelasan terhadap pencapaian kecepatanwaktu pembelajaran. Berikut adalah visualisasi modelpemikiran tentang model pembelajaran berbasis teknologiinformasi dan komunikasi berdasarkan biologi komunikasi.

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 37: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

37No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Interaksi belahan otak melaluiFrontal,

Temporal, Parietal dan Occipital

Kreativitas berdasarkan Interaksi Dimensidalam Meta Kecerdasan diperluasdengan pemaknaan ganjaran dan

relaksasi untuk Berpikir Lateral

Adaptasi, Modalitas dan FleksibilitasKognitif yang berkembang dalamkecepatan Koordinasi Kinestetik

secara reflek

Integrasi prinsip Tutorial,Permainan dan Simulasi

Prosedur Desain Instructional BerbasisTeknologi Informasi dan Komunikasi:- Need assesment - Instructional Prompt

(Identitas, Petunjuk) - Menu Utama (Tujuan,Materi, Evaluasi) -Alurr pembelajaran-Stimulus –Respon terkondisi- Refleksi

MODEL PEMBELAJARANUNTUK SMP

Gb. 4.56 Model Pembelajaran Jenjang Sekolah MenengahPertama dengan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasidan Komunikasi Melalui Pemberdayaan Otak Peserta Didik

(Hasil Riset, 2005)

c. Model Pembelajaran Jenjang SMA berdasarkan BiologiKomunikasiModel pembelajaran berbasis teknologi informasi dankomunikasi yang bisa disarankan untuk jenjang SMA iniadalah model pembelajaran yang tentunya disesuaikandengan tingkatan berpikir yang dimiliki individu pada usia ini.Di mana salah satunya adalah model-model pembelajaranyang mampu mengoptimalkan kemampuan kreativitas danperasaannya. Kedua aspek ini sangat erat kaitannya dengantingkatan berpikir yang dimiliki peserta didik jenjang SMAyaitu berada dalam tahaf berpikir abstrak.

Sebagaimana dari temuan menunjukkan bahwa dalampelajaran matematika di SMU Mutthahari model pembelajaranberbasis komputer atau aplikasi hasil inovasi teknologiinformasi dan komunikasi cukup menarik terutama padabagian pada permainan dalam bentuk kuis dan tutorial yangdiakhiri dengan latihan-latihan. Seperti dalam pelajarankelompok eksak di antaranya matematika bahwa siswa

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 38: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

38 Website: http://www.pustekkom.go.id

terlihat lebih mampu menggabungkan kemampuan berpikirlogik dan kreatif dalam mengembangkan pikiran-pikiran yangsifatnya discovery dan inquiry, (Karim, 2004). Sperry dalamKapadia (2004: 54) menjelaskan sekali lagi bahwa orangyang menggunakan kedua sisi otaknya punya kekuatanmental yang baik. Maka orang harus menggunakan keduasisi otaknya. Demikiann juga dalam hal aktivitas belajar keduabelahan otak terutama masa-masa peserta didik berada padajenjang SMA harus lebih banyak dilatih untuk kesiapan profesimasa depannya berdasarkan konsentrasi disiplin ilmu yangakan ditempuh kemudian hari.

Model pembelajaran untuk jenjang SMU ini ditujukan untukmemunculkan sebuah kecepatan dan kreativitas belajar yanglebih mandiri terutama dengan mengandalkan kekuatanmemori dan imajinasi baik itu imajinasi yang berasal darikecerdasan visual dalam bentuk sajian visual animasi,imajinasi berdasarkan kecerdasan audio dalam bentuk sajianbackground suara dan jenis musik yang dikemas (SabastianBach), juga imajinasi berdasarkan kecerdasan kinestetiknya(DeForter, 2000) yang bisa disajikan melalui permainan dansimulasi yang didesain dalam model tersebut. Khusus untukpenumbuhan kekuatan kerja memori berdasarkan image-image yang didesain dalam model pembelajaran ini penulismenetapkan nya sebagai suatu yang sangat dominan dalamkecepatan belajar. Dalam hal ini minimal peserta didik takjub,terstimulir dan muncul rasa ingin tahu bahkan inginmembuatnya sendiri.berdasarkan imajinasi sendiri. Imajinasiselama mengikuti model pebelajaran ini sangat kuat dalammempengaruhi memori. Dalam hal ini Osho (1999: 137)mengemukakan bahwa” Jika kita melakukan eksplorasimemori maka kita perlu melakukan pengembangan imajinasi-imajinasi yang kreatif misalnya dalam bentuk hal-hal yangmungkin terjadi yang sebelum tidak mungkin.” Kontribusidalam pembelajaran berbasis teknologi informasi dankomunikasi sebelumnya tidak mungkin untuk dikembangkan

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 39: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

39No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

ternyata melalui temuan-temuan sebelumnya seperti yangdilakukan oleh ( Steven & Trollip SR., 1984) dengan konsepdan desain model Computer Based Instruction), hal yangtidak mungkin ini ternyata bisa diwujudkan terutama yangberhubungan dengan pola-pola berpikir dalam belajar sepertilatihan, pemetaan konsep, permainan, tutorial dan simulasiyang sebelumnya dilakukan dalam bentuk media-media nyata(realia).Shahib (2005) dalam hal ini menjelaskan bahwa:

“Seseorang mengatur dan memproses informasi sangatbergantung kepada kebiasaannya berpikir. Bagi seseorangyang biasa berpikir logis cara yang mudah menyerapinformasi adalah disajikan dalam bentuk yang logis. Lainhalnya dengan seseorang yang otak kanannya lebih dominan.Bagi mereka lebih senang mulai dari global lebih dahulu danbiasanya visualisasi yang disertai dengan imajinasi sangatberkesan bagi yang otak kanannya dominan.”

Pendapat di atas dijadikan dasar dalam desain modelmultimedia interaktif ini yang harus menyajikan aspek belajarkognitif dan aspek kreativitas peseta didik jenjang SMUterutama sekali dalam melakukan pemecahan masalah.Dalam hal ini aspek kognitif dalam model ini masih perludikembangkan tentunya dengan proporsi yang seimbangberdasarkan tingkat perasaan dan gaya belajar yang telahterbentuk Dalam hal ini Shahib (2003:111) menegaskankembali bahwa aspek ”perasaan ” memegang peran dalamproses pembelajaran yaitu suatu fungsi otak kanan. Keduabelahan otak dengan dua pola berpikir yang berbedamemungkinkan untuk dipadukan dalam model MMI untukkelompok sosial atau eksak hal ini ditujukan kepadaterciptanya imajinasi kreatif yang utuh. Salah satu bukti dilapangan menunjukkan bahwa dalam pelajaran kimia, dimana games atau permainan yang diiringi soal-soal latihandan pembuktian ternyata mampu menarik perhatian siswa,seperti dalam materi SMU kelas I tentang unsur-unsur kimia

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 40: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

40 Website: http://www.pustekkom.go.id

MODEL PEMBELAJARANUNTUK SMA

Abstraksi, dan Perasaan

Interaksi belahan otak melalui Frontal,Temporal, Parietal dan Occipital

Adaptasi, Modalitas dan FleksibilitasKognitif yang berkembang dalam

Koordinasi KinestetikMulti Media Interaktif (MMI)

Kreativitas berdasarkan Interaksi Dimensidalam Meta Kecerdasan diperluasdengan pemaknaan ganjaran dan

relaksasi untuk Berpikir Lateral

AnalogiBerpikir

Prosedur Desain Instructional Berbasis TeknologiInformasi dan Komunikasi:- Need assesment- Instructional Prompt (Identitas, Petunjuk)- Menu Utama (Tujuan , Materi, Evaluasi)- Alurr pembelajaran- Stimulus –Respon terkondisi- Refleksi

dan pelajaran fisika tentang arus listrik. Fenomena yang terjadipada kedua materi jika disampaikan dengan sajian modelgames dan simulasi ternyata cukup memberikan keteranganyang jelas mengenai bagaimana kemampuan kerja belahanotak kiri dan otak kanan ini saling mendukung dan mengisikekurangan masing-masing. (Karim, 2004. Dapat disimpulkanbahwa model yang cocok untuk jenjang SMA ini adalah modeltutorial, simulasi dan permainan yang didesain dalam bentukMMI, di mana desainnya tidak lagi menyekat antara modeltutorial, model permainan dan dan model simulasi. Jadimelalui sajian model ini masalah akselerasi siswa yangmengalami gangguan dengan pola berpikir tertentu bisa dibantu dengan sajian-sajian yang menjembatani kelanjutankebiasaan ia berpikir apakah itu berpikirnya logik, global,atau keduanya. Berikut adalah visualisasi model pemikirantentang model pembelajaran berbasis teknologi informasi dankomunikasi berdasarkan biologi komunikasi.

Gb. 4.57 Model Pembelajaran Jenjang Sekolah Menengah Atas denganPembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui

Pemberdayaan Otak Peserta Didik (Hasil Riset, 2005)

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 41: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

41No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

d. Model Pembelajaran Jenjang Pendidikan Tinggi berdasarkanBiologi KomunikasiModel untuk jenjang PT ini, juga harus sudah mampumenyentuh aspek intuisi tentang apa yang dilihat (visual),dengan demikian kecepatan belajar akan lebih terbantuterutama yang akhirnya memberikan keyakinan terhadapsesuatu langkah-langkah pembuktian tentang hal-hal yangbaru dipelajarinya. Model Tutorial yang dikemas juga harusmengadopsi konsep Lateral Thinking terutama untukkelompok eksak sehingga stimulus aspek imajinasi dankesan visual membantu dalam problem solving. Aspek-aspekpersuasif dalam model tersebut juga mesti ada yangdiperuntukkan dalam mengajak mahasiswa untuk berpikirlogis dan rasional tentang fenomena yang disajikan dalambentuk simulasi. Semua aspek yang mewarnai modelpembelajaran yang dimaksud di atas prinsipnya menyajikansebuah permasalahan yang didesain dalam bentuk latihan,tutorial, simulasi dan permainan. Menurut Shahib (2003:100) pola pembelajaran yang disaji disebutnya dengan PBL(Problem Solving Learning). Dalam PBL ini diberikan jugainstrumen yang menuntut tanggung-jawab dan kreativitaspeserta didik. Dengan demikian pada tahapan desain modelantara dosen dan mahasiswa perlu melakukan kerjasamaterutama dalam hal penerapan teknologi informasi yang selamaini bahkan jauh lebih cepat dan banyak dikuasai olehmahasiswa sendiri ketimbang dosennya akan tetapi kontroldan penanaman serta desain pendekatan dalam menerapkanmodel pembelajaran ini harus menjadi tanggung jawab dosenjuga. Berdasarkan uraian di atas maka berikut ini adalahmodel pembelajaran berbasis teknologi informasi dankomunikasi untuk jenjang pendidikan tinggi ini mencakupseluruh model yang dikemukakan oleh Trollif & Allesi (1992)yaitu drill, tutorial, simulasi dan Games yang diintegrasikandengan berbagai aspek pendukung yang mencakup mappingconcept, advance organizer knowledge, discovery-inqury,lateral thinking, persuasif, visual-audio imaging, yang

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 42: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

42 Website: http://www.pustekkom.go.id

dikemas dalam sistem ICT (Information CommunicationTechnology) dengan alternatif sajian melalui prosedur sistembelajar jarak jauh seperti e-learning, teleconference, yangisinya bersifat problem solving dengan jalur pemecahanmasalah diserahkan pada gaya dan tanggung jawab,keyakinan serta kemandirian belajar mahasiswa. Berikutadalah visualisasi model pemikiran mengenai modelpembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasiberdasarkan kontrol perilaku biologi komunikasi pada jenjangPendidikan Tinggi.

Gb. 4.58 Model Pembelajaran Jenjang Pendidikan Tinggi denganPembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Melalui Pemberdayaan Otak Peserta Didik (Hasil Riset, 2005)

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 43: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

43No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

E. KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Pengemasan informasi dalam bentuk model pembelajaran

berbasis teknologi informasi ternyata memberikan pengaruh yangpositif dan signifikan terhadap kecepatan belajar peserta didikpada bidang eksakta dan sosial, mulai dari jenjang SD sampaiPT yang dikontrol oleh perilaku biologi komunikasi.

2. Perilaku biologi komunikasi otak dalam aktivitas mengamati,merasa, memahami dan kecenderungan bertindak berlangsungpada bagian-bagian spesifik otak yaitu Prefrontal, Frontal,Parietal, Temporal, Parasagital, Central dan Occipital secaramenyeluruh dengan kecepatan berbeda pada belahan otak kiridan kanan baik sebelum maupun setelah menerima informasipembelajaran berbasis teknologi informasi, terutama dalammelakukan transaksional sebagai wujud adanya interaksi antarsel dalam perspektif komunikasi.

3. Telaah perspektif keilmuan membuktikan perilaku biologikomunikasi dalam menjelaskan komunikasi intrapersonal daninterpersonal berdasarkan information processing melalui shortterm & long term memory, sehingga tercipta kreativitas fisik,imajinasi, emosi, asosiasi, rasio-logika, dan perasaan yangmemperlancar proses menerima, mentransformasi dan mengolahinformasi pembelajaran berbasis TI sebagai salah satu bentukbrain based learning dalam akselerasi pembelajaran peserta didikjenjang SD sampai PT.

4. Model pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasiyang dikemas dalam bentuk latihan, tutorial, simulasi danpermainan dapat mengoptimalkan perilaku biologi komunikasipeserta didik dengan memperhatikan aktivitas bagian spesifikotak, khususnya untuk membantu kreativitas, adaptasibilitas,modalitas, fleksibilitas kognitif, imajinatif, berpikir lateral, mindmapping, discovery-inquiry, problem based learning, sentuhanmusik, dan persuasif learning, pada peserta didik jenjang SDsampai PT bidang sosial dan eksakta.

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 44: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

44 Website: http://www.pustekkom.go.id

Saran1. Saran Teoritis

Penelitian mengenai komunikasi, khususnya biologi komunikasiyang banyak berhubungan dengan bidang ilmu biologi dankedokteran yang dititikberatkan pada komunikasi yang terjadiantar jaringan sel, organ tubuh dan sistem pengendali komunikasimanusia lainnya. Penelitian semacam ini belum banyakdilakukan, padahal telaah secara biologi, fisiologis, dankedokteran sangat diperlukan dalam kajian lebih mendalamterhadap psikologi komunikasi, sosiologi komunikasi dankomunikasi instruksional, yang mampu mengarahkan individuuntuk berperilaku secara rasional dan logis. Dengan demikianmaka disarankan untuk meneliti aspek bidang ilmu biologi dankedokteran dalam kaitannya dengan psikologi, sosiologi danpendidikan baik secara kuantitatif maupun penelitian tindakan(action research) yang menggunakan pisau analisis teori-teorikomunikasi, psikologi, sosiologi, biologi, kedokteran, budaya,dan teknologi informasi secara mendalam.

Dalam telaah keilmuan secara mendalam maka sebagaimanayang dimiliki oleh ilmu lain bahwa biologi komunikasi memilikikomponen-komponen yang masih dan perlu untuk di telaah ataudikaji kembali secara ilmiah sehingga mampu memberikankontribusi bagi para ilmuan, akademisi, dan praktisi ilmukomunikasi dalam mengkaji secara mendalam mengenaikomunikasi secara intrapersonal dan interpersonal sertamenerjemahkan apa yang disebut dengan black box. Khususkajian tentang Black box ini pada dasarnya adalah fenomenabiologi yang selama ini hanya menjadi bidang garapan ilmukedokteran atau medis padahal dalam telaah dan penerapanmodel-model komunikasi sangat diperlukan kejelasan atauproses seperti apa yang terjadi dalam black box tersebut. Jadisalah satu kemampuan biologi komunikasi yang diyakiniberdasarkan hasil penelitian ini ditujukan untuk mampumenegaskan kembali bagaimana sebuah informasi diolah dalamotak manusia, yang dibuktikan melalui kajian fenomena fungsi

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 45: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

45No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

kerja otak yang dimiliki oleh peserta didik mulai jenjang SDsampai PT.

2. Saran PraktisBerdasarkan hasil penelitian ini maka secara praktis disarankanbahwa:a. Para pendidik ketika melaksanakan pembelajaran berbasis

teknologi informasi hendaknya mengenali dan memperhatikanperbedaan kecepatan peserta didik dalam melakukanaktivitas mengamati, merasa, memahami dan kecenderunganbertindak dengan mulai mengenali ciri dari bagian spesifikotak sebagai komponen komunikasi yang melakukan prosespengolahan informasi secara transaksional, interaksi danperspektif keilmuan yang jelas.

b. Kepada para desainer model-model pembelajaran berbasisteknologi informasi dan komunikasi serta pendidiklainnyahendaknya memperhatikan aspek optimalisasi proses belajarpeserta didik yang mencakup semua aktivitas belajar yangdikontrol oleh bagian spesifik otak sehingga modelpembelajaran dalam bentuk CBI, CAI yang diproduksi mampumembantu akselerasi belajar peserta didik.

c. Dalam melakukan dan membudayakan inovasi teknologiinformasi dan komunikasi yang melibatkan proses biologikomunikasi untuk membantu akselerasi pembelajaranberbasis otak hendaknya memperhatikan keterlibatan kajianperspektif ilmu-ilmu terkait seperti psikologi, biologi,pendidikan, komunikasi, budaya, kedokteran dan teknologiinformasi itu sendiri sehingga diperoleh suatu validasi yangcukup mewakili untuk bisa disebarluaskan implementasinya.

d. Perilaku biologi komunikasi seperti proses asosiasi danpersepsi melalui dukungan short-term dan long-term memoryhendaknya menjadi bahan pemikiran para desainerpembelajaran, pendidik dalam rangka mengembangkan pola-pola berpikir problem solving untuk mewujudkan keberhasilanakselerasi pembelajaran peserta didik yang dimulai darimemotivasi diri sendiri, keterampilan mencari memberi makna

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 46: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

46 Website: http://www.pustekkom.go.id

informasi pembelajaran, melatih mengungkapkan pengalamansendiri hingga bagaimana mengatur dan merefleksikankeberhasilan belajarnya.

DAFTAR PUSTAKAApplbaum L.Ronald & Karl W. A. Anatol, 1974, Strategies for Persuasive

Communication. Ohio: Charles E. Merril Publishing Company.Bigge, Morris, L., 1982, Learning Theorie for Teacher . Fourth Edition.

New York: Harper & Row. Netherland : Elsevier Science B.V. all rightReserved.

Chauchard, Paul, 1983, Bahasa dan Pikiran, Yogyakarta : Kanisius.Christina, Bubb-Lewis, 1998, The Effect of Human-Computer

Communication Mode, Task Complexcity, and Desire for Control onPerformace and Discourse Organization in and Adaptive Task.Dominion University.

Chriswell, L. Eleanor, 1989, The Design of Computer Based Instruction,New York: Macmilan Publishing Company.

Chow, Vincent WS, 1997, Multimedia Tchnology and Application.Singapore: Spring-Verlag Singapore Pte. Ltd.

Cohen, Vicki Blum. 1985. A Reexamination of Feedback In ComputerBased Instruction: Implication for Instructional Design. EducationalTechnology Journal, New Jersey.

Criswell,L. Eleanor, 1989, The design of Computer-based Instruction,New York: Macmilan Publishing Company.

Devito A. Jeseph, 1996, Komunikasi antar Manusia. New York: HarperCollins Publisher. Inc.

Gagne, R.M, 1985, Essentials of Learning for Instruction, New York :Dryden Press.

Ishak Abdulhak, dan Deni Darmawan, 2001, Model KomunikasiPembelajaran dalam Penyelenggaraan Perkuliahan Kelompok MKBSdi Lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, Bandung : LembagaPenelitian UPI, No: 060/23/2001 , 13 Desember 2001.

Jalallludin Rakhmat, 1999, Psikologi Komunikasi, Bandung: Rosdakarya.________________, 2004, Belajar Cerdas. Bandung : Brain Press-

Muthahhari.

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 47: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

47No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Jensen, Eric, 2003, Brain Based Learning, San Diego : The Brain Store.__________, 1996, Braion-based Learning, Del Mar, CA, USA: Turning

Point Publishing.Littlejohn W. Stephen, 1996, Theories of Human Communication, Belmont

: Wadsworth Publishing Company.Plomp, Tjeerd. Ely, Donald P. (Ed), 1996, International Encyclopedia of

Educational Technology, 2ed, Cambridge: Pergamon.Pope, Geoffrey, 1984, Antropologi Biologi , Jakarta : RajawaliRakhmat , Jalalludin, 2003, Belajar Cerdas, Bandung : Cortext

Muthahhari. Press.Ritzer George, 1992, Sociological Theory, 3ed , New York: McGraw-Hill,

Inc.Roger M. Everett, 1983, Diffussion of Innovation, 3ed, London: The Free

Press Collier Macmillan Publisher._______________, 1986, Communication Technology: The New Media

and Technology. London: Collier Macmilan Publishers.Shahib, Nurhalim, 2003, Mengenal Allah dengan Mencerdaskan Otak

Kanan, Bandung : Media Pustakatama.Stanger, Ross & Solley, M. Charles, 1970, Basic Psychology: A

Perceptual-Homeostatic Approach . Bombay –New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Co. LTD.

uuuuuuuuuuuuuuuuuu

Deni Darmawan: Biologi KomunikasiMelalui Implementasi Teknologi Informasi

Page 48: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

48 Website: http://www.pustekkom.go.id

TEAM-BASED LEARNING;TEAM-BASED LEARNING;TEAM-BASED LEARNING;TEAM-BASED LEARNING;TEAM-BASED LEARNING;“SEBA“SEBA“SEBA“SEBA“SEBAGGGGGAI SALAI SALAI SALAI SALAI SALAH SAAH SAAH SAAH SAAH SATU PENDEKTU PENDEKTU PENDEKTU PENDEKTU PENDEKAAAAATTTTTANANANANAN

METODMETODMETODMETODMETODA PENGA PENGA PENGA PENGA PENGAJARAJARAJARAJARAJARAN YAN YAN YAN YAN YANG EFEKTIFANG EFEKTIFANG EFEKTIFANG EFEKTIFANG EFEKTIF”””””Oleh Falahah *

Abstrak

Team-based Learning (TBL) adalah salah satu pendekatan yangdapat diterapkan untuk menyampaikan materi pengajaran secaralebih efektif, khususnya pada kelas yang siswanya berjumlahbanyak (kelas besar). Kekuatan TBL terletak pada usahamembangun motivasi belajar mandiri dan iklim kerja kelompoksehingga siswa dapat mempelari materi atau topik bahasansecara lebih efektif, menarik, tidak membosankan dan dapatmemahami mulai dari konsep hingga implementasinya. Sasaranini dapat dicapai dengan menerapkan sejumlah langkah danmetoda yang intinya adalah pengelolaan kelompok belajar,penugasan baik secara mandiri maupun berkelompok sertasistem penilaian yang membuat para siswa dapat mengeksplorasikekuatannya sebagai individu maupun sebagai anggota dari satukelompok.

Kata kunci: Team-based Learning, Kerja Kelompok, efektifitaspenyampaian materi

A. PENDAHULUANMengajar dan belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang terjadi diseluruh lingkungan tingkat pendidikan. Seorang guru atau pengajarakan berusaha semaksimal mungkin untuk menularkanpengetahuannya kepada para peserta didik dengan berbagai cara

*) Ir. Falahah, adalah dosen Sekolah Tinggi Manajemen Informatika danKomputer Jabar,“Bandung,“[email protected]““

Page 49: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

49No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

dan pendekatan. Meskipun saat ini telah banyak metoda danpendekatan yang dicoba diterapkan dalam proses belajar mengajarini, tetapi masih sering terjadi bahwa proses tersebut masih dianggapmembosankan, terutama oleh sebagian peserta didik, apalagi jikaguru yang berdiri di depan kelas tidak mampu menyampaikan materidan membawa suasana kelas menjadi menarik.

Pemahaman terhadap istilah ‘menarik’ memang bermacam-macam.Ada yang mengartikan dengan kelas yang ‘hidup’, artinya siswa aktifbertanya, menjawab, melontarkan pendapat dan sebagainya, adajuga yang berarti bahwa pelajaran dibawakan dalam suasana ‘sersan’alias serius tetapi santai, artinya siswa dapat mengikuti pelajarantanpa merasakan beban atas apa yang dipelajarinya, karena siswasudah menyenangi pelajaran tersebut.

Sebagian pemahaman di atas memang tidak salah, bahkan memanghal-hal seperti itulah yang sangat diharapkan baik oleh siswa maupunpengajar sendiri. Tetapi mencapai hal seperti itu tidaklah mudah.Banyak factor yang mempengaruhinya, misalnya, jenis materi yangakan disampaikan, jumlah siswa dalam kelas, tingkat pengetahuanumum siswa terhadap materi tersebut dan juga yang terpenting adalahpenguasaan pengajar atas materi tersebut dan karakter pengajar itusendiri.

Meski pada saat ini telah banyak disusun pedoman untuk mencapaisituasi belajar yang efektif dan menarik, tetapi penerapannya tidaklahmudah. Guru dituntut bekerja ekstra baik sebelum dan setelahpelajaran dimulai. Mulai dari menyiapkan alat peraga, strategipenyampaian materi dan teknik evaluasi yang praktis dan menarik.Jika guru terbiasa dalam pola tradisional yaitu memberikan pelajaransecara satu arah dan mengukur kemampuan penguasaan siswaberdasarkan materi uji tertulis yang diberikan di akhir pelajaran,mungkin agak sulit untuk berpindah ke cara yang lebih interaktif.

Salah satu cara yang cukup interaktif adalah memberdayakan kerjakelompok. Cara ini cukup efektif untuk kelas dengan siswa yang

Falahah: Team-based Learning sebagai SalahSatu Pendekatan Metode Pengajaran yang Efektif

Page 50: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

50 Website: http://www.pustekkom.go.id

berjumlah cukup besar, karena biasanya kelas dengan kondisi sepertiini sulit dijaga dinamikanya. Jika guru tidak memperhatikan kondisisiswa dengan seksama maka dapat terjadi bahwa kelas berlangsungsecara monoton, membosankan, dan banyak siswa yang tidak dapatmemahami inti materi yang ingin disampaikan karena keburu bosandan mengantuk.

B. KONSEP DASAR TEAM-BASED LEARNING(TBL) Pemberdayaan kerja kelompok dalam satu kelas dapatdilakukan dengan mengenalkan konsep yang disebut dengan Team-based Learning (TBL) yaitu model pembelajaran yang menekankanpada kerja kelompok.

Untuk berpindah ke pendekatan ini maka ada tiga hal yang harusdiubah yaitu:1. Tujuan utama berubah. Jika semula tujuan utamanya adalah

pengenalan konsep-konsep inti pada para siswa, maka padaTBL tujuan utamanya selain pengenalan juga termasuk menjaminbahwa siswa mampu menggunakan konsep tersebut.

2. Peranan dan fungsi guru juga berubah. Jika semula guru menjadiseseorang yang menyebarkan informasi dan konsep, maka gurudituntut untuk merancang dan mengelola proses instruksionalsecara keseluruhan.

3. Peranan dan fungsi siswa juga berubah, yaitu yang semula hanyaberupa penerima pasif informasi dan materi pelajaran, maka siswadituntut untuk bertanggung jawab dalam menyerap konseptersebut dan bekerja sama dengan siswa lain agar konseptersebut dapat diterapkan.

Kelebihan TBL tidak dapat dirasakan secara otomatis, tetapikelebihan-kelebihan ini akan dirasakan jika guru dapatmengimplementasikan 4 syarat dasar TBL yaitu:1. Grup harus dibentuk dan dikelola dengan baik.

Pembentukan grup harus dapat meminimalisasi berbagai batasan

Falahah: Team-based Learning sebagai SalahSatu Pendekatan Metode Pengajaran yang Efektif

Page 51: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

51No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

yang mungkin dapat mempengaruhi pola kerjasama antaranggota. Batasan ini misalnya perbedaan kultur, kebiasaan,minat, dan sebagainya. Sehingga sebagai modal awalpembentukan grup yang baik maka guru minimal harusmemahami latar belakang siswanya secara umum. Hal ini dapatdiperoleh misalnya dengan bertanya satu persatu pada siswamengenai misalnya hobinya, asal sekolahnya, atau asaldaerahnya, dan sebagainya. Hal lain yang harus diperhatikanmisalnya tingkat pengetahuan atau keterampilan tertentu padaanggota grup ini, misalnya tingkat penguasaan terhadap bahasatertentu, atau kemampuan atas penyediaan sumber daya. Grupyang terbentuk sebaiknya bersifat permanen selama matapelajaran tersebut berlangsung hingga evaluasi akhir misalnyadi akhir semester atau di tahun ajaran. Ini untuk membangunkekompakkan antar anggota dalam grup. Secara umum, satugrup dapat terdiri atas 5 hingga 7 orang.

2. Siswa harus dikondisikan agar bertanggung jawab terhadappekerjaan individu dan kelompoknya.Pada kelas tradisional, biasanya guru mengukur tingkatpemahaman atau tanggung jawab siswa atas tugas yangdiberikan dalam bentuk nilai terhadap hasil tugas tersebut. Tetapi,dalam kondisi belajar berkelompok maka ada beberapa hal yangjuga harus diperhatikan dalam penilaian misalnya kemampuanpersiapan tiap kelompok, waktu dan usaha yang dilakukan untukmenyelesaikan tugas, dan interaksi satu sama lain secaraproduktif. Untuk mencapai komponen penilaian tersebut makapada pendekatan TBL dilakukan 3 jenis penilaian yaitu: Penilaianterhadap persiapan sebelum kelas dimulai. Artinya, guru harusmemberikan tugas untuk dikerjakan di rumah sebelum pelajarandimulai. Jika siswa gagal menyelesaikan tugas ini maka siswatersebut kemungkinan tidak dapat memberikan kontribusi bagikelompoknya. Dengan cara ini diharapkan setiap siswa akanmempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum kelas dimulaidengan motivasi agar dapat berpartisipasi dalam kelompoknya.Untuk menguji persiapan ini maka guru dapat menyiapkan

Falahah: Team-based Learning sebagai SalahSatu Pendekatan Metode Pengajaran yang Efektif

Page 52: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

52 Website: http://www.pustekkom.go.id

serangkaian uji tertulis, misalnya soal pilihan ganda sekitar 15-20 nomor yang harus dikerjakan sebelum pelajaran dimulai. Soalini mula-mula dikerjakan perorangan. Kemudian kepada siswadiberikan soal yang sama untuk dikerjakan berkelompok sehinggasiswa harus mengambil kesepakatan dalam kelompoknya untukmemilih jawaban yang dianggap paling benar. Dengan cara inimaka setiap siswa dalam kelompoknya akan berusaha belajardari yang lain atau menularkan pengetahuannya kepada anggotayang lain agar mencapai kesepakatan dalam memilih satujawaban. Setiap kesalahan pengambilan keputusan akanmempengaruhi nilai semua anggota kelompok sehingga setiapanggota tim akan saling berargumentasi untuk menentukanjawaban yang paling tepat. Dengan cara ini, proses pemahamandan penerapan atas satu konsep dapat dilakukan dengan lebihcepat. Tahapan berikutnya adalah siswa diminta menilai kontribusirekannya dalam tim, yang meliputi persiapan individu sebelumkelas dimulai, kehadiran dan atensinya pada diskusi kelompokyang mungkin saja dapat terjadi di luar kelas, kontribusi positifdalam diskusi tersebut, dan sikap serta pendekatannya dalammenyelesaikan masalah perbedaan pendapat atau tingkatpengetahuan dalam satu kelompok. Dengan cara ini maka setiapanggota akan dinilai secara adil oleh anggota lainnya dalam satukelompok.

3. Penugasan Kelompok harus dapat membangun prosespembelajaran dan pembentukan kelompok. Prinsip dasar dalammerancang tugas untuk kelompok yaitu bahwa tugas tersebuthanya dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan kesepakatansatu kelompok. Untuk itu, tugas dapat dibuat cukup rumit danhasilnya biasanya berupa presentasi atas produk akhir tugassehingga setiap kelompok dituntut untuk membagi-bagi pekerjaandan mengkordinasikan proses pengerjaannya.

4. Siswa harus menerima umpan balik secepatnya dan secara rutin.Agar tim tersebut dapat bekerja dengan efektif maka tim tersebutharus menerima umpan balik atas kinerja grup secara cepat dan

Falahah: Team-based Learning sebagai SalahSatu Pendekatan Metode Pengajaran yang Efektif

Page 53: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

53No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

rutin. Hal ini dapat dilakukan dengan menjalankan serangkaianuji dan evaluasi secara rutin atas hasil yang dicapai oleh kelompoktersebut dan mempublikasikan hasil evaluasinya secara rutinsetiap pertemuan. Dengan publikasi rutin ini maka setiapkelompok akan terpacu untuk memperbaiki kinerjanya danmempertahankan citra atas nilai baik yang sudah diperoleh.

C. PENERAPAN TBLSalah satu keuntungan TBL yang terbesar adalah pengalihan perananguru sebagai seseorang yang bertanggung jawab tunggal untukmenguasai dan menyampaikan seluruh materi pelajaran, menjadisebagai pengarah dan pengelola kelas, sedangkan usahapenguasaan materi diambil alih oleh para siswa dan dijalankan dalamproses pengelolaan kelompoknya masing-masing.“Jika guru inginmenyampaikan satu pelajaran dengan menggunakan pendekatanTBL, agar efektif, maka guru harus merancang pelajaran tersebutdari awal hingga akhir dan proses ini dikerjakan jauh-jauh hari sebelumsemester dimulai. Proses perancangan ini meliputi penentuan tentangaktivitas pada 4 titik waktu yaitu : sebelum kelas dimulai, hari pertamakelas dimulai, setiap unit instruksi utama dan saat mendekati akhirsemester/pelajaran1. Sebelum kelas dimulai:

Tugas yang harus dilakukan pada periode ini meliputi:a. Membagi materi kelas menjadi unit-unit makro“Dalam setiap

unit makro instruksi tersebut, kelas akan mengikuti sederetanaktivitas di dalam dan diluar kelas. Pada fase ini siswa akanmempelajari secara garis besar materi tersebut, dan berlatihmenjawab sederetan pertanyaan sebelum materi tersebutbenar-benar dibahas di dalam kelas, sehingga ketikadilakukan pembahasan di dalam kelas mereka sudah tidakasing dengan materi tersebut.

b. Mengidentifikasi tujuan dan sasaran instruksional. DalamTBL, setiap unit makro memiliki 2 jenis sasaranpembelajaran. Pertama adalah apa yang akan dilakukansiswa dengan pengetahuan yang baru mereka peroleh.Sasaran kedua yaitu sasaran instruksional yang berfokus

Falahah: Team-based Learning sebagai SalahSatu Pendekatan Metode Pengajaran yang Efektif

Page 54: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

54 Website: http://www.pustekkom.go.id

pada identifikasi konsep dan terminology pelajaran yang harusdiketahui oleh siswa agar dapat memenuhi sasaran pertamatersebut. Sasaran ini akan mempengaruhi motivasi siswa.Dengan memberikan instruksi yang membuat siswa harusmembaca materi tersebut sebelum diterangkan di kelas,maka, meskipun siswa mungkin belum memahamisepenuhnya konsep materi tersebut, tetapi siwa akantermotivasi dan merasa bahwa mereka telah mempelajarisesuatu ‘yang tidak diajarkan di kelas’ sehingga memberimereka nilai lebih.

c. Merancang sistem penilaian. Sistem penilaian yang efektifpada TBL harus memperhatikan kepentingan siswa danpengajar sendiri. Untuk kedua pihak tersebut, kepentinganutama adalah bagaimana memperoleh penilaian sesuaidengan kemampuan dan usaha setiap siswa. Oleh karenitusistem penilaian yang baik haruslah meliputi penilaianterhadap: “Kemampuan perorangan“ Kemampuantim“Kontribusi setiap orang dalam keberhasilan timnya.“Untukmasing-masing komponen tersebut kemudian dibuatpembobotan yang komposisinya juga diketahui dan diterimaoleh siswa.

2. Hari pertama kelas dimulai:Aktivitas yang dilakukan pada jam-jam pertama pelajaran dimulaimenentukan keberhasilan pendekatan TBL.

Pada waktu ini, pengajar harus berkonsentrasi untuk mencapai4 sasaran TBL. Pertama, pengajar harus memahami siswanyadan bagaimana akan mengelola kelas tersebut. Kedua, pekerjaanmembentuk kelompok harus sudah selesai. Ketiga, kepentingansiswa atas sistem penilaian harus disampaikan dengan jelasdan keempat harus ditetapkan beberapa mekanisme untukmemfasilitasi terbentuknya norma positif kerja kelompok.

Hal pertama yang harus disampaikan dan dipahami oleh parasiswa adalah bagaimana pendekatan yang akan digunakan dalam

Falahah: Team-based Learning sebagai SalahSatu Pendekatan Metode Pengajaran yang Efektif

Page 55: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

55No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

menyampaikan pelajaran tersebut dan apa manfaat daripendekatan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan ujicoba dengansegera memberikan semacam simulasi kerja kelompok berupabahan bacaan yang harus segera mereka kaji dan diskusikandengan mengikuti mekanisme yang ada yaitu menyelesaikanmasalah secara perorangan kemudian secara berkelompok.Dengan adanya ujicoba ini maka para anggota kelompok yangbaru terbentuk tersebut dapat segera mengetahui sumber dayadan potensi anggota kelompoknya masing-masing, sehinggamemberikan titik awal yang baik dalam mengelola kerjasamakelompoknya.

3. Setiap Unit Instruksi utamaUntuk setiap topik utama pelajaran, kelas dengan pendekatanTBL akan menjalankan sederetan aktifitas belajar. Instruksi untuksetiap unit utama ini dapat dikembangkan menjadi 6-10 jam kelas,yang setara dengan 2 - 4 minggu pada jadwal pelajaran. Untuksetiap unit, aktivitas dalam kelas ditujukan untuk membanguntujuan utama pendidikan yaitu membangun pemahaman atasmateri pelajaran, dan meningkatkan kekompakan kelompokuntuk mencapai keberhasilan kelompok dalam mengelola prosesbelajar di dalam kelompoknya.

Salah satu proses penting yang harus dijalankan pada setiapjam pelajaran berlangsung adalah mengukur kesiapan siswauntuk mengikuti pelajaran tersebut. Hal ini dapat dilakukan denganlangkah-langkah berikut :a. Tugas membaca: diberikan sekumpulan materi yang harus

dibaca di rumah / di luar jam pelajaran.b. Evaluasi individu: untuk melihat sejauh mana siswa

memahami materi yang sudah dibaca / dipelajari secaramandiri tersebut.

c. Evaluasi kelompok: bahan evaluasi yang sama denganevaluasi individu, diberikan kembali dan harus dikerjakansecara berkelompok sehingga setiap anggota harus

Falahah: Team-based Learning sebagai SalahSatu Pendekatan Metode Pengajaran yang Efektif

Page 56: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

56 Website: http://www.pustekkom.go.id

mencapai kesepakatan dan memberikan alasan ataspemilihan jawaban kelompoknya.

4. Perbaikan: diberikan kesempatan untuk memperbaikikesalahan atau kekeliruan jawaban yang sudah diberikansebelumnya sehingga siswa terpicu untuk memperbaiki nilaikelompoknya. Pada fase ini siswa akan memberikan alasanatas perbaikan jawaban tersebut.

5. Umpan balik dari pengajar: di fase akhir, pengajar dapatmemberikan semacam pengarahan dan koreksi atas berbagaikesalahan pemahaman yang sudah terbentuk dari proses 1sampai 4 sehingga memperjelas sasaran pemahaman yangdiinginkan.

d. Mendekati akhir pelajaranPada saat masa pelajaran akan berakhir (akhir semester),pengajar perlu mengingatkan para siswa tentang apa yang sudahdipelajari yang meliputi : konsep, aplikasi konsep, nilai kerjasamakelompok terhadap perkembangan intelektual, interaksi yangmenyebabkan terbentuknya kerja kelompok yang efektif, danmanfaat positifnya untuk setiap individu.“Proses ini mungkin harusdilakukan dengan seksama, karena jika tidak dilakukan denganbaik maka kemungkinan besar siswa akan merasa tertipu. Siswaakan merasa bahwa pengajar sebenarnya tidak memberikan apa-apa, karena pengajar tidak memberikan catatan yang terstrukturdan siswa seolah-olah dibiarkan mengetahui dan mempelajarisendiri semua pengetahuan yang mereka peroleh. Untukmenghindari hal ini maka pengulangan atas konsep yang sudahdipelajari perlu dilakukan dalam periode tertentu, dan dilakukandengan cara misalnya:a. Memberikan daftar konsep materi secara garis besar

(misalnya dalam satu lembar)b. Mengajak siswa untuk mengidentifikasi secara individu

konsep mana yang tidak mereka kenali / pahami.c. Membandingkan kesimpulan individu ini dalam satu timd. Mengkaji ulang setiap konsep yang dianggap belum dipahami

oleh tim tersebut.

Falahah: Team-based Learning sebagai SalahSatu Pendekatan Metode Pengajaran yang Efektif

Page 57: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

57No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

D. MANFAAT PENDEKATAN TEAM-BASED LEARNING1. Memahami aplikasi materi pelajaran

Di akhir semua pelajaran, guru harus membantu siswanya untukmelihat kembali dan mengintegrasikan apa yang sudah merekapelajari khususnya dalam penerapan materi pelajaran. Salahsatu caranya adalah dengan memberikan tugas berupamenyelesaikan sebuah masalah yang tidak terstruktur denganbaik dan memerlukan penerapan konsep dalam berbagai sudutpandang. Bentuk akhirnya dapat berupa proposal solusi yangdiajukan oleh setiap kelompok atas masalah tersebut.

2. Mempelajari Nilai Kerjasama KelompokSalah satu nilai terpenting dalam TBL adalah agar siswa dapatmemahami dan menghargai pentingnya kerja sama kelompokuntuk menyelesaikan masalah, dalam setiap aspek kehidupan.Biasanya, di tengah-tengah semeseter siswa sedikit peduliterhadap anggota timnya yang memiliki kinerja terbaik, tetapijarang yang memperhatikan pengaruh positif tersebut. Olehkarena itu, mendekati akhir semester, guru dapatmempublikasikan nilai kumulatif yang diperoleh oleh setiap timyang meliputi, nilai terendah, nilai tertinggi dan rata-rata, nilaitim, dan perbandingan antara nilai tim dengan nilai tertinggi individuyang dicapai dalam tim tersebut. Biasanya siswa akan terkejutmelihat pola hasil nilai tersebut karena biasanya nilai kelompokyang terendah juga bisa saja lebih tinggi dari nilai individu yangtertinggi di kelas. Dengan demikian para siswa dapat menyadarikekuatan bekerja secara kelompok.

3. Mempelajari tentang dirinya sendiri.Salah satu manfaat terpenting dari pendekatan TBL adalah bahwaTBL dapat menciptakan kondisi dimana siswa dapat mempelajaribagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam satu tim. Seiringdengan waktu, siswa akan mempelajari dua hal, pertama yaitusiswa akan saling mengenal kekuatan dan kelemahan rekannyamasing-masing, dan akibatnya siswa dapat memberikan umpanbalik yang lebih efektif. Hal kedua yang dipelajari dari pendekatan

Falahah: Team-based Learning sebagai SalahSatu Pendekatan Metode Pengajaran yang Efektif

Page 58: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

58 Website: http://www.pustekkom.go.id

ini adalah hampir setiap anggota berkesempatan membangunhubungan antarpersonal yang kuat yang membuat mereka dapatsaling memberikan umpan balik yang jujur di antara sesamaanggota.

E. KESIMPULANTeam Based Learning adalah salah satu pendekatan yang dapatdigunakan untuk menyampaikan materi pengajaran agar lebih menarikdan efektif dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam memahamidan menerapkan konsep tersebut dalam menyelesaikan masalahsehari-hari.

Keberhasilan penerapan Team Based Learning bergantung padaperencanaan dan persiapan yang matang dari pengajar khususnyauntuk mempersiapkan unit materi dan bahan pendukung yangdiperkirakan dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, tugasterstruktur yang hanya dapat dikerjakan dengan eksplorasi kerja samakelompok, sistem penilaian yang terbuka dan umpan balik yangmenerus dari pengajar kepada setiap kelompok siswa.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pendekatan TBL iniadalah:1. membangun tingkat kognitif yang tinggi di dalam kelas yang besar2. membangun dukungan sosial bagi siswa yang 'bermasalah'.3. mengkondisikan pengembangan keahlian interpersonal dan

kelomok4. Membangun dan menguatkan atensi pengajar terhadap

peranannya.

PUSTAKA ACUANMichaelsen, Larry, Arletta Bauman Knight and L. Dee Fink (editors),

Team-based Learning: A Transformative Use of Small Groupsin College Teaching, Stylus Publishing, LLC, Sterling VA, 2004.

Bieber, "Team-based Learning" , http://web.njit.edu/~bieber/CIS677S05/tbl.html.

uuuuuuuuuuuuuuuuuu

Falahah: Team-based Learning sebagai SalahSatu Pendekatan Metode Pengajaran yang Efektif

Page 59: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

59No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

*) Drs. Oos M. Anwas, M.Si., adalah peneliti bidang pendidikan,bekerja di Pustekkom Depdiknas.

STUDI EVSTUDI EVSTUDI EVSTUDI EVSTUDI EVALUAALUAALUAALUAALUATIF PEMANFTIF PEMANFTIF PEMANFTIF PEMANFTIF PEMANFAAAAAAAAAATTTTTANANANANANVIDEO PENDIDIKVIDEO PENDIDIKVIDEO PENDIDIKVIDEO PENDIDIKVIDEO PENDIDIKAN SEKAN SEKAN SEKAN SEKAN SEKOLOLOLOLOLAHAHAHAHAH

DDDDDALALALALALAM PROSES PEMBELAM PROSES PEMBELAM PROSES PEMBELAM PROSES PEMBELAM PROSES PEMBELAJARAJARAJARAJARAJARANANANANANOleh: Oos M. Anwas *

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaanmedia video pendidikan sekolah sebagai media pembelajaran.Adapun aspek yang diteliti meliputi aspek: media, pembelajaran,dan materi. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas III SMPpada mata pelajaran Biologi dan Fisika. Hasil analisa datamenunjukan bahwa ketiga aspek dalam media video cukup baik.Yang perlu digarisbawahi dari hasil pembahasan diketahui bahwasiswa lebih tertarik pada objek visual yang relatif unik, dan jarangmereka temukan, serta benda-benda yang abstrak yang disajikanmelalui media tersebut. Mereka seolah menemukan suasanabelajar yang baru dan lebih kondusif dibandingkan denganbelajar tanpa media. Oleh karena itu sebagai rekomendasinya,media video/televisi perlu terus dikembangkan dandisebarluaskan ke sekolah-sekolah untuk dimanfaatkan denganmemperhatikan kebutuhan dan karakteristik media tersebut.

Kata Kunci: media, video, televisi, pembelajaran, audio visual.

A. PENDAHULUANKebijakan pemerintah di samping perluasan kesempatan belajar jugaditekankan pada peningkatan mutu pendidikan khususnya dalammenunjang program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Untukmencapai hal tersebut, berbagai upaya telah, sedang, dan akan terusdilakukan. Diantara upaya tersebut adalah pendayagunaan teknologiinformasi dan komunikasi, salah satunya pemanfaatan televisi/videountuk keperluan pembelajaran/ pendidikan.

Page 60: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

60 Website: http://www.pustekkom.go.id

Media Video sebagai media audio visual dan juga unsur gerak sangatmungkin digunakan sebagai media pembelajaran dalam meningkatanwawasan dan pemahaman siswa. Media ini bisa dimanfaatkan gurudalam proses pembelajaran sesuai dengan keperluan dan jadwalsekolah. Di samping itu program video dapat dipancarkan melaluistasiun TV. Pengalaman dari penyelenggaraan Siaran TelevisiPendidikan Sekolah (STVPS) di TPI menunjukan bahwa programtersebut dapat menyampaikan pesan-pesan pembelajaran kepadasiswa secara cepat, serentak, dan mencapai sasaran yang luas.Program ini telah disiarkan pula melalui satelit digital pertama,Cakrawarta 1, oleh perusahaan swasta PT Media Citra Indostar (MCI).Kemudian seiring kebutuhan dan tuntutan zaman disiarkan televisiyang khusus menyairkan tentang pendidikan yaitu Televisi Edukasi(TVE). Dengan demikian program video pendidikan sekolah dapatbermanfaat ganda yaitu dimanfaatkan guru/siswa dalam prosespembelajaran di sekolah serta dapat dipancarkan melalui siarantelevisi.

Pengembangan media video pendidikan sekolah ini dilakukan olehPustekkom Depdiknas. Pengembangan media ini dilakukan olehsebuah team, yang melibatkan ahli materi, ahli media, penulis naskah,guru-guru, serta pihak-pihak terkait lainnya. Meskipun program initelah dikembangkan sedemikian rupa, namun masih diperlukan ujicoba lapangan (sasaran program). Sesuai dengan tugas diPustekkom, penulis melakukan penelitian terhadap beberapa materivideo pendidikan sekolah dalam pemanfaatanya di sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan mediavideo pendidikan sekolah dalam proses pembelajaran. Adapun aspekyang diteliti meliputi .aspek media, aspek pembelajaran, dan aspekmateri. Aspek media meliputi; daya tarik visual, animasi, musik,pemain, serta topik materi yang divideokan. Aspek pembalajaranmeliputi: kejelasan materi, bahasa, kecepatan, relevansi denganpelajaran yang sedang dipelajari serta kemudahan penyajian program.Sedangkan Aspek materi meliputi: kebenaran materi, manfaat, danpenambahan wawasan dan pemahaman.

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 61: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

61No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Kegunaan penelitian ini lebih bersifat praktis yaitu sebagai bahanmasukan bagi pengembang media Video/televisi pembelajaranterutama bagi Pustekkom Depdiknas yang memproduksi mediatersebut. Disamping itu penelitian ini diharapkan berguna dalammemperkaya khasanah penelitian tentang media pembelajarankhususnya yang berhubungan dengan pengembangan danpemanfaatan media video/televisi dalam proses pembelajaran.

B. KAJIAN LITERATURPenelitian-penelitian ilmu komunikasi mengenai dampak mediamenunjukan bahwa media merupakan kekuatan yang besar bagikepentingan-kepentingan yang dominan dalam masyarakat (Littlejohn,1996). Sedangkan Daniss McQuel dan Sven Windahl (1996) dalambuku Communication Models for the Study of Mass Communicationmenjelaskan model psikologi Comstoc tentang efek televisi terhadaporang perorangan. Ditegaskannya bahwa media TV tidak hanyamengajarkan tingkah laku, tetapi juga tindakan sebagai stimulusuntuk membangkitkan tingkah laku yang dipelajari dari sumber-sumber lain. Ini menunjukan bahwa media TV memiliki kekuatanyang ampuh (powerful) bagi pemirsanya.

Media televisi dapat berfungsi sebagai media informasi, media hiburan,dan media pendidikan/pembelajaran. Sebagai media pembelajaran,pesan-pesan edukatif baik dalam aspek kognitif, afektif, ataupunpsikomotor bisa dikemas dalam bentuk program televisi/viedo. Secaralebih khusus televisi dapat dirancang/dimanfaatkan sebagai mediapembelajaran. Pesan-pesan instruksional, seperti percobaan dilaboratorium dapat diperlihatkan melalui tayangan televisi. Televisijuga dapat menghadirkan objek-objek yang berbahaya seperti reaksinuklir, objek yang jauh, objek yang kecil seperti amuba, dan objekyang besar secara nyata ke dalam kelas. Keuntungan lain, televisibisa memberikan penekanan terhadap pesan-pesan khusus padapeserta didik, misalnya melalui teknik close up, penggunaan grafis/animasi, sudut pengambilan gambar, teknik editing, serta trik-triklainnya yang menimbulkan kesan tertentu pada sasaran sesuaidengan tujuan yang dikehendaki.

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 62: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

62 Website: http://www.pustekkom.go.id

Menurut Paul Bosner (1977) televisi pembelajaran merupakanaplikasi dari berbagai metode dan teknologi pertelevisian yangdimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran. Tujuan pokok dariprogram televisi pembelajaran adalah menyampaikan materipembelajaran kepada sejumlah besar siswa dalam waktu yangbersamaan.

Dalam kehidupan masyarakat menurut Perin (1977) televisimemberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari-haridibandingkan dengan media lainnya. Ia memerankan peran utamadalam kehidupan, ia juga merupakan sumber informasi dan sumberbelajar dalam kehidupan manusia. Bahkan Perin menegaskan bahwadalam kehidupan manusia, televisi merupakan sumber informasi yangutama ( a prime source of news ). Oleh karena itu kalau dimanfaatkandengan sebaik-baiknya, maka televisi akan menjadi suatu mediayang sangat potensial untuk menunjang tercapainya tujuanpembelajaran. Televisi memiliki potensi yang luar biasa, mampumemberikan motivasi, memberikan rangsangan dan dalam waktuyang bersamaan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Secara lebih terperinci Heinich, Molenda dan Russel (1992)mengatakan bahwa sebagaimana film, televisi dapatmempresentasikan gambar gerak dan warna yang disertai suara.Media televisi dapat dipancarkan dalam jarak yang jauh, dapatdirekam serta diputar ulang kapan saja dibutuhkan. Gavriel Salomon(1977) melengkapi pendapat tersebut dengan mengatakan bahwasalah satu potensi media televisi pembelajaran adalah kemampuannyauntuk menunjukkan secara jelas dan nyata tentang proses dari suatukejadian atau proses dari suatu perubahan.

Di Indonesia, Lily Rompas (dalam Dedi Mulyana, 1997) melakukanpenelitian untuk penyusunan disertasinya (1983). Ia membuktikanbahwa tidak akan ada kesulitan bila pelajaran sekolah diberikan lewattelevisi. Menurutnya bahkan pengajaran via televisi dapatmeningkatkan kemampuan belajar siswa, terutama siswa yang

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 63: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

63No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

memiliki kemampuan piktorial, asalkan penyajiannya menarik.Temuan penelitian ini nampaknya sejalan dengan beberapa penelitianyang dilakukan di Amerioka Serikat, yang menyatakan bahwa siswa/mahasiswa umumnya menganggap pelajaran melalui televisi sebagaisuatu hal yang wajar dan pantas untuk mata pelajaran mereka.

Uraian di atas menunjukan bahwa televisi/video memiliki potensi yangcukup besar jika dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Denganmenggunakan media televisi siswa dapat mengamati secara langsungtentang wujud benda yang sesungguhnya, mengamati proses darisuatu kejadian atau suatu perubahan, mengamati suatu gerakan danlain-lain yang diiringi dengan suara. sehingga materi pembelajaranyang diterima oleh peserta didik tidak bersifat abstrak, tetapi menjadikongkrit dan jelas. Oleh karena itu sangatlah benar jika dikatakanbahwa televisi pembelajaran mampu menambah wawasan danpemahaman siswa, memberikan motivasi dan merangsang siswauntuk belajar.

Dalam tahapan pengembangan media, perlu dibedakan secara lebihhati-hati antara media video/VCD dan media televisi. Ketika orangnonton video, ia memiliki kesiapan untuk menerima tontonan dalamkaset video/VCD tersebut. Masalah menarik atau tidak menjadiurusan lain, yang pasti ia siap menonton apapun yang ditampilkandalam isi media tersebut. Ada kesiapan mental untuk menerimatontonan tersebut. Lain halnya dengan media TV, biasanya kita nontontelevisi sambil memegang remote control. Melalui alat ini kita bisamencari sesuka hati acara yang disukai. Jika acara tidak menariksegera kita mencari chanel lain yang sesuai dengan keinginan. Iniberarti mengembangkan media TV untuk pembelajaran harus didesainsemenarik mungkin sehingga sasaran bisa terlena dan hanyut untukmenonton tayangan itu hingga tuntas, dan pesan pembelajaran bisaefektif. Jika tidak menarik, pasti ia segera memindahkan ke saluranlain. Ini adalah tantangan bagi pengembang media TV untukpembelajaran/pendidikan.

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 64: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

64 Website: http://www.pustekkom.go.id

C. METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan di propinsi Jawa Barat, yaitu SMP 1Tanjungsari, Sumedang dan SMP Jalancagak, Subang. Adapunwaktunya dilaksanakan sekitar dua bulan yakni dari bulan Marethingga bulan April 2000 yang dimulai dengan tahap penyusunandesain, pembuatan instrumen, pengumpulan data di lapangan, analisadan laporan hasil.

Metode penelitian menggunakan eksperimen, yaitu uji coba terhadapsiswa kelas III sebanyak 80 siswa yang diambil secara acak (random).Adapun topik materi video yang diteliti adalah Tingkah Laku Pubertas(Biologi), Hormon Pada Manusia (Biologi), Awan (Fisika), dan Petir(Fisika). Semua media video ini adalah produksi PustekkomDepdiknas. Sedangkan untuk guru setiap lokasi sedikitnya 2 (dua)orang yang mengajarkan untuk setiap mata pelajaran Fisika danBiologi. Sedangkan alat pengumpul data berupa instrumen yang telahdisusun sebelumnya dan dikaji (review) oleh beberapa ahli terkait.

Dalam pelaksaan uji coba di masing-masing sekolah, respondensiswa yang terjaring secara random dikumpulkan dalam satu ruangkelas. Selanjutnya guru membuka pelajaran dan memberikanpetunjuk belajar melalui media video. Kemudian guru memutarprogram video. Selama pemutaran program siswa dan gurumemperhatikan dengan seksama. Selama proses pembelajaranberlangsung penulis mengobservasi segala reaksi dan tingkah lakusiswa dan juga guru. Setelah pemutaran program, guru melakukandiskusi dan tanya jawab tentang materi yang disampaikan melaluimedia tersebut. Selanjutnya penulis memberikan questioner kepadasiswa tentang pendapat dan penilaiannya terhadap program videoyang baru saja mereka saksikan. Begitu pula kepada guru matapelajaran diminta untuk memberikan penilaian pada aspek kurikulum,aspek materi, aspek pembelajaran dan aspek media serta saran-saran perbaikannya. Untuk melengkapi data, penulis melakukandiskusi dengan siswa dan guru tentang pengalaman yang dialamidalam proses pembelajaran melalui media video tersebut. Rangkaian

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 65: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

65No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

proses ini dilakukan secara sama terhadap 4 topik media video. Datayang terkumpul dari lapangan selanjutnya diolah dan dianalisamenggunakan statistik deskriptif (prosentase).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Aspek Media

Aspek media dalam media video memiliki arti penting sebagaidaya tarik sehingga pesan yang disampaikan sampai ke sasaran.Secara umum aspek-aspek media yang terdapat dalam mediavideo ini menunjukan hasil yang baik. Misalnya dalam hal dayatarik program hampir seluruh responden (98%) menyatakantertarik, dan hanya 2% yang merasa kurang menarik. Sementaraitu lebih dari setengahnya (60%) responden menyatakan sukadengan media ini, bahkan 29% menyatakan sangat suka dansisanya 11% yang menyatakan program kurang mereka sukai.Ini menunjukan bahwa media video ini dapat menarik dan disukaisiswa.

Bagaimana dengan aspek visualnya, hampir seluruhnya (99%)responden menyatakan jelas dan mendukung pesan yangdisampaikan dan hanya 1% siswa saja yang menyatakangambar-gambarnya kurang jelas. Begitu pula dalam penggunaanbahasa, hampir seluruhnya (99%) menyatakan bahwa bahasayang digunakan dalam program video ini bisa dipahami/dimengerti,dan hanya 1 orang responden saja yang menyatakan sebagianbesar tidak dapat ia mengerti.

Dalam beberapa scene (bagian) program video dilengkapi dengannarasi. Narasi ini dimunculkan untuk menperjelas materi/pesanyang disampaikan. Dalam hal narasi ini sebagian besar (72%)responden menyatakan suara narasi cukup jernih dan bisadipahami, dan sisanya 28% menyatakan sedang-sedang saja.

Aspek lain yang dilihat dalam media ini adalah animasi. Menurutresponden, hampir seluruhnya (96%) menyimpulkan bahwa

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 66: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

66 Website: http://www.pustekkom.go.id

gambar-gambar animasi menarik dan mendukung pemahamanmateri pelajaran, hanya 4% yang menyatakan menyatakansedang-sedang saja.

Dalam beberapa scene, pengemasan materi pembelajaranmelalui video/TV diperankan oleh pemain. Fungsi pemain tidakhanya untuk menarik acara tertapi juga dituntut untuk dapatmemerankan sesuai dengan peran yang dimainkan. Dalam halini hampir seluruh responden (96%) menyatakan pemainnya baikartinya dapat memerankan sesuai dengan perannya, 4%responden menyatakan ada pemain yang tidak menarik.

Secara lebih khusus terhadap judul-judul program yang diuji coba,responden memberikan tanggapan terhadap bagian-bagian yangdisukai dan tidak disukai serta manfaat langsung bagi merekadalam proses pembelajaran.

Untuk judul program “Tingkah Laku Pubertas”, bagian-bagianyang mereka sukai 56% responden menyatakan menyukai padabagian penjelasan tentang perubahan psikologis pada wanita,42% menyatakan menyukai pada bagian penjelasan tentangperubahan fisik pada wanita, 35% responden menyatakanmenyukai pada bagian penjelasan tentang perubahan fisik danpsikologis pada laki-laki, 4% responden menyatakan menyukaipada adegan seorang pelajar SLTP yang menolak diajak bermainjudi oleh temannya dan 0,6% responden menyatakan senangpada narasi atau suaranya.

Sementara itu bagian-bagian yang tidak mereka sukai antaralain: penjelasan tentang perubahan psikologis pada laki-laki, tidakdisukai oleh 36% responden, penjelasan tentang perubahanpsikologis pada wanita, tidak disukai oleh 23% responden,penjelasan tentang perubahan fisik pada wanita, tidak disukaioleh 20% responden, penjelasan tentang perubahan fisik padalaki-laki, tidak disukai oleh 15% responden, adegan tentang

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 67: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

67No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

minum-minuman keras sambil main judi, tidak disukai oleh 5%responden, dan 0,6 % responden tidak menyukai adegan ketikabapak sedang marah-marah pada anaknya.

Judul program “Hormon Pada Manusia”, 54% respondenmenyatakan menyukai pada bagian penjelasan gambar tentangletak kelenjar penghasil hormon, 50% responden menyukai padabagian penjelasan tentang perbedaan jenis hormon pada laki-laki dan perempuan yang mempengaruhi bentuk tubuh, 36%responden menyukai bagian contoh anak yang mengalamihambatan pertumbuhan tubuh dan mental karena pengaruhhormon dan 33% mengenai penjelasan melalui gambar tentangcara kerja hormon.

Judul program “Awan”, 69% responden menyatakan menyukaipada bagian penjelasan bentuk-bentuk awan, 63% menyukaipada bagian penjelasan terjadinya awan, 39% respondenmenyukai pada bagian penjelasan percobaan terbentuknya awandan terjadinya hujan, 35% responden menyukai bagian penjelasanproses terjadinya kabut dan 8% responden senang pada bagianpendahuluannya.

Sedangkan terhadap pertanyaan “pada bagian-bagian mana yangtidak mereka sukai”, diperoleh jawaban sebagai berikut:penjelasan pada bagian pendahuluan tidak disukai oleh 54%responden, penjelasan tentang proses terjadinya awan tidakdisukai oleh 4% responden, penjelasan tentang proses bentuk-bentuk awan, tidak disukai oleh 4% responden, penjelasantentang proses terjadinya kabut tidak disukai oleh 9% responden,dan percobaan terbentuknya awan serta terjadinya hujan tidakdisukai oleh 6% responden. Ini menunjukan bahwa hampirseluruh responden menyukai proses terjadinya awan yangdisajikan melalui teknik animasi. Sementara bagian pendahuluanini merupakan pengantar materi yang disampaikan melaluitampilan kehidupan sehari-hari yang terkait dengan awan.

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 68: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

68 Website: http://www.pustekkom.go.id

Sementara itu untuk judul program “Petir”, 51,4% respondenmenyatakan menyukai pada bagian penjelasan proses terjadinyapetir, 45,1% menyatakan menyukai pada bagian penjelasansebab-sebab terjadinya petir, 42,4% responden menyatakanmenyukai pada bagian penjelasan penangkal petir dan 2,08%responden menyatakan menyukai bagian percobaan denganmenggunakan penggaris dan kertas-kertas kecil. Sedangkanbagian yang tidak disukainya, meliputi penjelasan pada bagianpendahuluan tidak disukai oleh 69,4% responden. Penjelasantentang proses terjadinya petir, tidak disukai oleh 7,6%responden. Penjelasan tentang waktu terjadinya petir tidakdisukai oleh 9,7% responden. Dialog yang terlalu panjang tidakmenyukai oleh 0,7% responden.

Hasil responden di atas menunjukan bahwa secara lebih khususmereka lebih tertarik kepada bagian-bagian objek visual yangrelatif unik, dan jarang mereka temukan, seperti pertumbuhanfisik tubuh pada masa pubertas, bentuk-bentuk awan dan petir.Pada umumnya mereka juga menyukai terhadap benda-bendaabstrak dan sulit untuk ditemui dalam kehidupan sehari-hari,misalnya bentuk hormon, penyerbukan pada bunga, prosesterjadinya petir, dan lain-lain. Benda-benda abstrak ini disajikandalam teknik animasi. Menurut beberapa ahli dalam kajian teorimenyatakan bahwa media dapat membuat sesuatu yang abstraklebih kongkrit. Media video dengan teknik animasi juga dapatmemanupulasi dan menekankan bagian-bagian tertentu yangdianggap perlu, sehingga penjelasan lebih terfokus, hal ini terbuktiresponden menyukai dan dapat lebih mudah memahami materipelajaran.

2. Aspek PembelajaranSebagai media pembelajaran, media video/TV perlumemperhatikan aspek pembelajaran. Aspek ini salah satunyaadalah manfaat materi/pesan yang disampaikan video/TV bagipembelajaran responden. Dalam aspek ini seluruh respondenmenyatakan bahwa materi pelajaran dalam media ini bermanfaat/

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 69: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

69No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

berguna dan menambah wawasan dan pengalaman mereka.Mereka semunya juga menyatakan berminat untukmemanfaatkan program dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam hal kecepatan penyajian materinya, 58% respondenmenyatakan sedang-sedang saja, 22% responden menyatakanterlalu cepat dan 20% sisanya menyatakan cepat. Aspekkecepatan penyajian ini yang perlu menjadi perhatianpengembang media ini.

Di dalam questioner dilengkapi pula dengan evaluasi ketercapaiantujuan pembelajaran dari masing-masing kompetensi yangdisampaikan melalui media video/TV. Untuk judul program“Tingkah Laku Pubertas”, 100% responden dapat menjawabpertanyaan dengan benar pada kompetensi 1, kemudian 88%responden dapat menjawab dengan benar pada kompetensi 2,dan untuk pada kompetensi 3 hampir seluruhnya (82%)responden dapat menjawab dengan benar.

Judul program “Hormon pada Manusia”, sebagian besar (78%)responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar padakompetensi 1, 76% responden dapat menjawab dengan benarpada kompetensi 2, dan untuk pada kompetensi 3 sebagian besar(71%) responden dapat menjawab dengan benar.

Untuk Judul program “Awan”, sebagian besar (75%) respondendapat menjawab pertanyaan dengan benar pada kompetensi 1,sebagian besar (80%) responden dapat menjawab dengan benarpada kompetensi 2, dan untuk pada kompetensi 3 ada 65%responden dapat menjawab dengan benar.

Untuk Judul program “Petir”, sebagian besar (79%) respondendapat menjawab pertanyaan dengan benar pada kompetensi 1,hampir seluruh responden (99,%) dapat menjawab dengan benarpada kompetensi 2, dan untuk pada kompetensi 3 juga hampirseluruh responden (98%) dapat menjawab dengan benar. Ini

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 70: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

70 Website: http://www.pustekkom.go.id

menunjukan bahwa penjelasan materi melalui media TV/videodapat dengan mudah dipahami oleh siswa sebagai sasarannya.

3. Aspek MateriMateri pelajaran merupakan inti pesan yang disampaikan melaluimedia ini. Dalam aspek ini seluruh responden (100%)menyatakan bahwa materi yang disampaikan melalui media TV/video ini perlu dipelajari dan sesuai dengan tuntutan kurikulumyang sedang mereka pelajari. Mereka juga meyakini manfaatmateri ini untuk menambah wawasan dan pemahamannya.

Pentingnya materi ini juga dapat disimak dari item questionerselanjutnya. Setelah menyaksikan program, sebagaian besarresponden (88%) menyatakan memperoleh sesuatu yang baru(materi pelajaran), dan hanya 12% responden yang menyatakantidak memperoleh sesuatu yang baru.

Mengenai penjelasan materi pelajaran dalam media video/TV ini,lebih dari setengahnya responden (53%) menyatakan sebagianbesar dapat memahami, bahkan 46% responden menyatakansemuanya dapat memahami materi pelajaran, sebaliknya hanyaada 1% responden saja yang menyatakan ada penjelasan yangtidak dapat ia pahami. Item ini dikuatkan pula oleh hasil evaluasipada aspek pembelajaran di atas yang hasilnya di atas 75%responden dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikanmelalui media video/TV ini.

Hasil pengamatan penulis beberapa aktivitas responden ketikamengikuti pelajaran berbantuan media TV ini antara lain:memperhatikan dengan seksama sambil mencatat bagian-bagianyang dianggap perlu atau mencatat bagian yang perlu penjelasanguru, ada pula yang hanya mengamati tanpa mencatat, ada jugayang memperhatikan sambil sekali-sekali berbisik/bicara denganteman sebangkunya. Namun umumnya mereka serius terfokuspada penjelasan materi melalui media video ini.

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 71: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

71No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Kondisi ini diakui oleh gurunya. Semua guru merasakan adasesuatu kondisi pembelajaran yang berbeda jika dibandingkandengan pembelajaran tanpa bantuan video tersebut. Menurutmereka siswa lebih semangat, termotivasi, dan yang lebih pentingadalah materi pelajaran dapat disajikan lebih real/kongkrit. Merekabisa menggunakan indra mata dan pendengaranya untukmencerna materi pelajaran, sehingga hasilnya bisa lebih bagus.Para guru juga merasa terbantu menyampaikan dan menciptakankondisi belajar yang lebih kondusif. Mereka berharap kondisipembelajaran ini tidak hanya terbatas di saat penelitian dilakukan,tetapi bisa terus mereka gunakan dalam keseharian merekamengajar di sekolah ini. Semoga.

E. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Secara umum keterbacaan media video pendidikan sekolah dariaspek media cukup baik. Hal ini dapat dilihat diketahui dariindikator-indikatornya antara lain; daya tarik dan gambar-gambarnya cukup jelas, penggunaan bahasa juga cukup jelasdan mudah dipahami, narasi atau suaranya jelas, musikmendukung materi, begitu pula animasinya mendukung danmemperjelas materi pelajaran, serta aspek pemain padaumumnya mereka bisa memerankan sesuai perannya. Secaralebih khusus mereka menunjukan pada bagian-bagian objekvisual yang relatif unik, dan jarang mereka temukan, sepertipertumbuhan fisik tubuh pada masa pubertas, bentuk-bentukawan. Pada umumnya mereka juga menyukai terhadap benda-benda abstrak dan sulit untuk ditemui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya bentuk hormon, penyerbukan pada bunga, prosesterjadinya petir, dan lain-lain.

Pada aspek pembelajaran, siswa dan guru merasa yakin bahwamateri program sangat bermanfaat dalam menunjang prosespembelajaran. Semua materi ini juga memperkaya wawasan danpemahaman siswa. Begitupun guru optimis terhadap efektivitas

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 72: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

72 Website: http://www.pustekkom.go.id

pemanfaatan media ini dalam proses pembelajaran. Merekasemua merasakan terbantu bila media ini digunakan untuk prosespembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi ketercapaian materidiketahui bahwa hampir semua siswa mengisi dengan betulpertanyaan materi program. Daya serap siswa terhadap sebagianmateri yang terdapat dalam program-program tersebut umumnyabagus, lebih dari 80% responden bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut materi. Ini menunjukan bahwaprogram video/TV efektif untuk menyampaikan materipembelajaran. Namun diketahui pula bahwa penyajian materimasih dirasakan relatif terlalu cepat.

Materi pelajaran yang disajikan sudah sesuai dengan sasaran.Responden siswa juga merasa dapat memperoleh sesuatu yangbaru dari hasil tayangan program terutama dalam halpenambahan pengetahuan dan pengalaman. terutama dalam halpenambahan pengetahuan dan pengalaman. Urutan penyajianpun cukup sistematis sehingga memudahkan sasaran dalammemahami materi. Hal ini berarti materi program dapatmenambah wawasan dan pemahaman sasaran.

Program video pendidikan sekolah yang diproduksi Pustekkomini layak siar dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.Oleh karena itu media video mata pelajaran Fisika dan Biologidengan judul Tingkah Laku Pubertas (Biologi), Hormon PadaManusia (Biologi), Awan (Fisika), dan Petir (Fisika) layak disiarkanmelalui stasiun televisi atau disebarluaskan dalam bentuk kasetvideo/CD untuk dimanfaatkan di sekolah-sekolah.

2. SaranPenelitian ini dapat memberikan saran terutama untukpengembangan media video/televisi pembelajaran di masamendatang. Beberapa saran tersebut antara lain: kecepatansajian materi perlu ditinjau kembali dengan memperhatikanberbagai karakter kemampuan siswa. Perlu pula aspekpengulangan terhadap materi yang dianggap penting atau

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 73: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

73No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

diasumsikan sulit dipahami siswa. Pengulangan dapatdisampaikan diakhir program (sebagai kesimpulan) atau di tempatlain yang dianggap sesuai. Perlu juga penegasan mediapembelajaran sebagai media televisi atau media video.

Media TV/Video pembelajaran semacam ini perlu terusdikembangkan dan disempurnakan, karena program ini ternyatamendapat sambutan baik dari peserta didik. Begitu pula paraguru merasa terbantu dalam menciptakan pembelajaran yangkondusif terutama materi-materi yang diasumsikan relatif sulitdipahami sebagian besar siswa dalam setiap mata pelajaransesuai dengan karakteristik media televisi/Video. Pengembangandan pemanfaatan media ini perlu didukung oleh kebijakanpemerintah dalam hal ini Depdiknas untuk mendorong sekolah-sekolah dan para guru untuk memanfaatkan media khususnyamedia video/televisi dalam proses pembelajaran.

PUSTAKA ACUAN Brown, Ray J.(1976), Children and Television, Beverly Hills, California

: Sage Publication, Inc.Dwyer, Francis M. , (1978), Strategis for Improving Visual Learning,

State-College, Pensylvania : Learning Services.Gavriel, Solomon. (1977) Instructional Television: A Cognitive

Approach to Media. Englewood Cliffs, New Jersey : EducationaTechnology Publication.

Heinich, Molenda, Russel, (1982), Instructional Media and The NewTechnologies of Instruction. New York : John Willey and Sons.

Kuswandi, Wawan. (1996), Komunikasi Massa: Sebuah Analisi MediaTelevisi, Jakarta: Rineka Cipta.

Littlejohn, (1996), Theories of Human Communication, Wadsworth,Publishing Company, An International Thomson Publishing Company.

Mulyana, Dedi. (1997), Merindukan Televisi Pengajara; Bercintadengan Televisi, Bandung: Remaja Rosda Karya

McQual, Denis, ( 2002), Mass Communication Theory, London: SagePublication.

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 74: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

74 Website: http://www.pustekkom.go.id

McQual, Daniss dan Sven Windahl, (1996), Communication Modelsfor the Study of Mass Communication, Singapure: Longman.

Perin, Donald G, (1977), Instructional Television : Synopsis ofTelevision in Education, New Jersey : Educationa TechnologyPublication.

Rakhmat, Jalaludi. (1991), Islam Aktual; Refleksi Sosial SeorangCendikiawan Muslim, Bandung: Mizan.

——————————, (1985), Psikologi Komunikasi, Bandung:Remaja Karya.

Sendjaja, Sasa Djuarsa, (1994), Teori Komunikasi, Materi Pokok ModulUT, Jakarta: Universitas Terbuka.

——————, (1996), Pengantar Komunikasi, Materi Pokok Modul UT,Jakarta: Universitas Terbuka.

Supriadi, Dedi. (1997), Kontraversial tentang Dampak Kekerasan SiaranTelevisi terhadap Perilaku pemirsanya; Bercinta dengan Televisi,Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tim Redaksi. “Cakrawarta Konstelasi Empat Satelit”, Harian UmumRepublika, Jakarta : 25 November 1997, Hlm. 16 Kolom 4 - 5. “DariIndostar ke Cakrawarta Menghapus Blankspot di tanah Air”,Jakarta : 9 September 1997,

Wilkonson, Gene L. (1980), Media dalam Pembelajaran: PenelitianSelama 60 tahun, Jakarta: Rajawali.

uuuuuuuuuuuuuuuuuu

Oos M. Anwas: Studi EvaluatifPemanfaatan Video Pendidikan

Page 75: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

75No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

PENGEMBANGPENGEMBANGPENGEMBANGPENGEMBANGPENGEMBANGAN SOFAN SOFAN SOFAN SOFAN SOFTWTWTWTWTWAREAREAREAREAREPEMBELPEMBELPEMBELPEMBELPEMBELAJARAJARAJARAJARAJARAN MULAN MULAN MULAN MULAN MULTIMEDIA INTERTIMEDIA INTERTIMEDIA INTERTIMEDIA INTERTIMEDIA INTERAKTIFAKTIFAKTIFAKTIFAKTIF

Oleh: Ade Koesnandar *

Abstrak

Multimedia interaktif merupakan konvergen dari berbagai mediaseperti video, audio, foto, grafis, animasi, dan teks yang dikemassecara terintegrasi dan interaktif. Karena sifatnya tersebutmultimedia interaktif mempunyai potensi yang sangat besaruntuk digunakan dalam pembelajaran. Secara umum, langkah-langkah pembuatan multimedia pembelajaran interaktif terdiridari; analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan pemilihan topik,penyusunan garis besar isi, penulisan naskah, pelaksanaanproduksi, evaluasi dan revisi, serta pengemasan.

Kata kunci: analisis kebutuhan, pemilihan topik, garis besarisi, peta materi, naskah, produksi, evaluasi dan revisi, sertapengemasan.

PENGANTARTulisan ini disusun untuk memenuhi sejumlah permintaan dari berbagaipihak yang ingin mengetahui proses pengembangan multimediapembelajaran interaktif. Tulisan disajikan dengan bahasa yang sederhanadan praktis agar mudah dipahami. Materi tulisan selain berdasarkan padasejumlah buku referensi, sebagian besar adalah berdasarkan pengalamanselama lebih dari lima tahun penulis terlibat langsung dalampengembangan software pembelajaran multimedia interaktif.

Sofware multimedia pembelajaran interaktif (MPI) adalah mediapembelajaran yang merupakan kombinasi dari berbagai unsur media yang

*) Drs. Ade Koesnandar, M.Pd., adalah Kepala studio Multimediapada Pustekkom Depdiknas

Page 76: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

76 Website: http://www.pustekkom.go.id

terdiri dari teks, grafis, foto, animasi, video, dan suara yang disajikansecara interaktif. Pemanfaatan multimedia dalam pembelajaranberdasarkan asumsi bahwa proses komunikasi pembelajaran akan lebihbaik apabila dapat digunakan berbagai media sesuai dengankarakteristiknya. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa pemanfaatanmultimedia dalam pembelajaran memberikan pemahaman yang lebih baikdan lebih lama bagi siswa, memberikan daya tarik, baik digunakansebagai metode pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan anakberfikir kritis, eksploratif, dll.

Sebagai media yang relatif baru, MPI banyak diminati, bukan hanya olehkalangan pendidikan sebagai user produk MPI, melainkan juga parapengembang media pembelajaran. Pustekkom sebagai institusi yangbertugas dalam hal pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasiuntuk pembelajaran, juga telah mengembangkan prototipe MPI sejaktahun 1998. Seiring dengan berkembangnya teknologi komputermultimedia dan internet, maka MPI merupakan salah satu solusi dalampembelajaran. Di antara masalah pembelajaran yang dapat teratasi denganMPI adalah kebutuhan sumber belajar yang berkualitas dan memenuhistandard bagi guru dan siswa, pemerataan sumber belajar dan konsistensimateri pembelajaran untuk seluruh siswa yang tersebar di berbagai daerahsehingga tidak ada lagi perbedaan sumber belajar bagi sekolah di desadan kota. Di samping itu, dengan pemanfaatan MPI pembelajaran akanlebih menarik dan menyenangkan.

LANGKAH-LANGAKAH PENGEMBANGAN MMINTERAKTIFPernahkah anda menyaksikan seorang arsitek membangun jembatan?Dari mana mereka mulai bekerja? Biasanya mereka bekerja mulai denganmembuat gambar rancang bangun. Gambar rancangan sangatbermanfaat untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan.Demikian pula halnya pembuatan media pembelajaran sebaiknya dimulaidengan membuat rancangan. Sebagaimana seorang arsitek, sebelummembangun perlu menjawab dulu pertanyaan mengapa jembatan perludibangun, untuk siapa jembatan itu, dilalui kendaraan berat ataukah hanyauntuk orang yang menyebrang saja? Pertanyaan-pertanyaan dasar

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 77: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

77No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Analisis Kebutuhan

Pemilihan Topik

Pembuatan Garis Besar Isi

Penulisan Naskah

Pelaksanaan Produksi

Evaluasi dan Preview

Pengemasan

tersebut berlaku umum baik bagi seorang arsitek ataupun bagi seorangpengembang media pembelajaran.

Bagaimana langkah-langkah pembuatan media pembelajaran? Secarasingkat langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Langkah-langkah pembuatan media pembelajaran dimulai dari analisiskebutuhan, dilanjutkan dengan pemilihan topik, penyusunan garis besarisi, penulisan naskah, pelaksanaan produksi, evaluasi dan revisi, sertapengemasan.

1. Analisis kebutuhanSuatu program media yang baik adalah yang dapat menjawabkebutuhan pemakainya. Oleh karena itu, pengembangan programmedia harus dimulai dari kebutuhan. Namun demikian, kita seringkalitidak menyadari akan adanya kebutuhan. Dari mana kita tahu adakebutuhan? Kebutuhan biasanya diketahui dari adanya masalah.Masalah tersebut mungkin berupa rendahnya prestasi siswa,kurangnya motivasi siswa dalam belajar, kesulitan guru dalammenyampaikan materi pelajaran, kurangnya bahan belajar dsb.Namun perlu diingat bahwa tidak semua masalah dapat diatasidengan membuat media pembelajaran. Kita perlu mengidentifikasisecara tepat, masalah-masalah apa yang solusinya adalah pembuatanmedia pembelajaran.

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 78: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

78 Website: http://www.pustekkom.go.id

IdentifikaksiMasalah

RumuskanAlternatif Solusi

MM?

Pembuatan MediaMM

Tidak

Ya

Diagram Alur Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dapat anda lakukan dengan cara sederhanamaupun menggunakan metode ilmiah. Hal tersebut akan tergantungkepada seberapa besar akurasi jawaban atas kebutuhan yang andainginkan, dan seberapa besar resiko yang mungkin terjadi apabilakeputusan telah diambil. Berikut beberapa pertanyaan yang dapatmembantu anda dalam melakukan analisis kebutuhan.

Apakah ada kesulitan dalam proses belajar mengajar?Masalah apa sajakah yang menyebabkan kesulitan tersebut?Apakah kesulitan tersebut dapat diatasi dengan multimedia interaktif?Apakah dapat menggunakan media yang telah tersedia ataukah perlumembuat sendiri?

Apabila solusi yang tepat adalah perlu media membuat MPI, teruskanke pembuatan media tersebut, namun apabila solusi bukanpembuatan MPI, carilah alternatif solusi lain.

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 79: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

79No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

2. Pilih topik yang tepat sesuai kebutuhanApakah semua topik cocok untuk disajikan dalam mediapembelajaran MPI? Pada dasarnya semua topik yang ada padakurikulum dapat disajikan dengan menggunakan MPI. Yang terpentingbukan topik apa yang bisa dimediakan namun bagaimana penyajiantopik tersebut secara sederhana, jelas, menarik, dan mudah untukdipahami.

Namun demikian, pemilihan topik perlu dilakukan agar kita dapatmenentukan prioritas topik apa yang sangat kita perlukan. Berikutbeberapa langkah yang dapat menjadi pedoman.

Pertama-tama anda perlu pertimbangkan apakah topik tersebutesensial, relatif tetap dan tidak cepat berubah? Pertanyaan ini pentingmengingat pembuatan media seringkali tidak mudah dan tidak murah.Apabila kita memilih topik yang tidak terlalu penting atau topik itucepat berubah maka lebih baik anda cari topik lain.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah topik itu sulit? Kesulitan dapatdilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain secara substansimateri tersebut mungkin terlalu abstrak, rumit, ataupun sesuatu yangbaru dan belum dikenal oleh siswa. Kesulitan juga dapat dilihat daripencapaian hasil belajar siswa, apakah selama ini siswa selalumendapatkan nilai yang rendah untuk topik tersebut? Kesulitan jugadapat dilihat dari waktu, biaya, bahaya, dll. Suatu topik akan lebihjelas kalau siswa melihat atau mengalami secara langsung. Sebagaicontoh peristiwa letusan gunung atau reaksi nuklir. Untuk melihatdan mengalami langsung peristiwa tersebut perlu waktu dan biayayang mahal di samping resiko yang mungkin terjadi, maka mediamerupakan solusi alternatif.

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 80: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

80 Website: http://www.pustekkom.go.id

Esensial

Sulit

Tentukan topik

Cara lain

Cara lain

Abstrak, sulit dipahamioleh siswa, sulit dijelaskanoleh guru, tidak tersedia

media yang relevan

Materi esensialsesuai kurikulum,

tidak cepat berubah

Kesulitan dapatdiatasi dengan media

MPP atau SPM

Diagram Alur Pemilihan Topik

Berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas anda dapatmenentukan prioritas topik yang akan anda kembangkan menjadimedia pembelajaran.

3. Buatlah garis besar isi mediaLangkah selanjutnya adalah mulai membuat rancangan. Rancanganmedia pembelajaran tidak berbeda dengan rancangan pelajaran yangbiasa anda lakukan sehari-hari sebagai persiapan mengajar.Rancangan berisi tujuan, sasaran, strategi, materi, media, danevaluasi. Rancangan dapat pula anda tuangkan dalam format garisbesar isi media atau sering disebut GBIM. Untuk membuata GBIMyang baik, anda dapat lakukan terlebih dahulu dengan membuat petamateri untuk topik yang telah anda pilih. Peta materi adalah gambarskema yang dibuat untuk menunjukkan rincian dan hubungan antarbagian materi yang tercakup dalam besaran materi tertentu. Misalnya,topik yang anda pilih adalah otomotif (mobil), maka anda buat petamateri tentang mobil.

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 81: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

81No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Electrical BodySistem Kemudi

Sistem Suspensi

Electrical Engine

Pengapian

Starter

EFI System

Power Train

Pengisian

Konvensional

Regulator

(Otomotif) Mobil

Electrical EngineChasis

Pengapian

Starter

Pengisian

IC Regulator Reduksi

Gambar contoh peta materi Otomotif. Masing-masing kotak masihdapat dibagi lagi, sehingga sampai ke ranting terkecil.

Peta materi berguna bagi kita untuk melihat cakupan dan cukupan(keluasan dan kedalaman) materi. Dengan peta materi kita dapatmenentukan seberapa luas atau mencakup apa saja materi yangakan dibahas, dan seberapa mendalam pembahasan akan kitalakukan. Semakin detil kita kembangkan ranting peta materi makasemakin dalam bahasan materi kita. Pada contoh di atas, materidiperdalam pada ranting electrical engine.

Setelah peta materi selesai, maka materi tersebut dapat andatuangkan ke dalam format GBIM yang dapat dibuat dalam bentukmatrik sebagai berikut.

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 82: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

82 Website: http://www.pustekkom.go.id

No IndikatorPokokMateri

Evaluasi Text/Narasi

Media

Audio Video/Animasi Simulasi

Sumber

Contoh GBIM untuk SPM

Mata Pelajaran : ......................Topik : ......................Jenjang/Kls/Semester : ......................Penulis : ......................Standard kompetensi : ..................Kompetensi Dasar : .................

Format GBIM dapat berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Yangterpenting format ini harus dapat menjadi pedoman dalam penulisannaskah.

4. Penulisan naskahBerdasarkan GBIM yang telah anda susun, anda dapat menulisnaskah media MPI. Naskah merupakan cetak biru untuk media yangakan anda buat. Selain berisi materi, naskah berisi petunjuk-petunjukteknis untuk pemrograman, penyediaan gambar, suara, animasi,simulasi, dll. Naskah MPI biasanya lebih rumit daripada naskah bukuatau makalah. Dikatakan lebih rumit, karena pada naskah MPI, andaharus memikirkan sekaligus aspek pembelajaran, materi,interaktivitas, serta petunjuk teknis, dll.

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 83: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

83No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Mulai

Materi 1

Test

Materi 2

Test

Selesai

Penulisan naskah yang baik akan sangat membantu dalampelaksanaan pembuatan media selanjutnya. Penulisan naskahdimulai dengan membuat diagram alur atau flowchart. Sebagaimananamanya, diagram ini menunjukkan alur sajian program. Alur sajianprogram merupakan rekayasa pembelajaran, artinya padapenyusunan flowchart ini anda sedang menggiring dan mengarahkansiswa mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Flowchartbisa linear, bercabang, ataupun gabungan.

Contoh flowchart linear

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 84: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

84 Website: http://www.pustekkom.go.id

Mulai

Materi 1

Test

Materi 1 Materi 1

Test Test

M e n u

Contoh flowchart branching

Setelah anda membuat flowchart, maka langkah selanjutnya adalahmenulis naskah. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwanaskah merupakan petunjuk-petunjuk bagi pelaksana produksiseperti programer, grafis, animasi, narasi, dll. Maka format naskahharus mengandung semua elemen petunjuk tersebut. Ada berbagaiformat naskah yang dapat anda kembangkan sesuai dengankebutuhan. Berikut ini adalah salah satu contoh format naskah MPI

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 85: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

85No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Mata Pelajaran : ..............................Judul/Topik : ..............................Kelas/Semester : ..............................

Ketika anda menuliskan materi sajian pada kolom tampilan dannarasi, usahakan anda menempatkan diri sebagai murid atau user.Pertimbangkanlah apakah sajian menarik bagi user, mudah dipahami,memberikan motivasi, dll. Sedangkan ketika anda mengisi kolomketerangan buatlah keterangan atau petunjuk yang sejelas-jelasnya,anggaplah bahwa naskah ini akan diproduksi oleh orang lain.

Apabila naskah sudah selesai, ada baiknya anda konsultasikandengan sejawat atau siswa anda, mungkin mereka dapat memberikanmasukan. Seringkali kita menjumpai bahwa sudut pandang oranglainmerupakan masukan yang penting yang mungkin tidak terpikirkanoleh kita sebelumnya.

Kolom ini berisi keterangan tampilan, petunjukpemrograman, petunjuk gambar, animasi, simulasi, dll

Judul: ............. Nama Frame: ............. Hal: .............

Kolom ini berisi seluruh materi yang akantampil di layar, baik teks, gambar, animsi,tombol navigasi, dll.

Kolom iniberisi teksyang akandibacakan/narasi ataupun suaralainnya

Tampilan: Sound/Narasi:

Keterangan/Petunjuk:

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 86: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

86 Website: http://www.pustekkom.go.id

Preview &Uji Coba

ScriptConference

PemrogramanAwalDesain Menu

PenyusunanNama File

PenyediaanStock Photo& Video

PengetikanText Perekaman

PembuatanAnimasi

Digitalisasi

Authoring/Pemrograman

Preview/Testing

Preview

EditingText

EditingVideo

Test &Preview

ProgmanLanjutan

Revisi

Desain Tampilan& Back Ground

Shooting:Photo &Video

DigitalisasiPhoto & Video

FINAL

5. Laksanakan pembuatan mediaSetelah menyelesaikan naskah, kita dapat langsung pada kegiatanproduksi. Kegiatan produksi mencakup pembuatan rancangantampilan, pemrograman, pembuatan gambar/grafis, pembuatananimasi, pemotretan, pengetikan teks, pengisian suara, pengisianmusik, dll. Pelaksanaan produksi biasanya dilakukan oleh satu timkerabat kerja sesuai dengan keahlian dan kemampuan masing-masing.

Apabila naskah ditulis oleh orang lain, ada baiknya sebelum memulaiproduksi dilakukan script conference. Script conference adalahpertemuan antara penulis naskah dengan produser dan kerabat kerjaproduksi untuk membahas segala sesuatu yang berkaitan dengannaskah baik pengembangan ide, konfirmasi materi, masalah-masalahteknis, sumber bahan, dll.

Langkah-langkah kegiatan produksi dapat digambarkan sebagaiberikut.

Pemrograman awal atau pemrograman dasar dapat dilakukansimultan dengan penyusunan nama file, pembuatan desain tampilan,serta penyediaan stock media seperti foto, video, gambar, dll.Sementara itu rekaman suara sebaiknya dilakukan setelah editing

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 87: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

87No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

teks dan gambar untuk menghindari terjadinya pengulangan rekamansuara. Setelah pemrograman cukup lengkap, lakukanlah test danpreview. Test dan preview sebaiknya dilakukan oleh orang lain agarkita mendapat masukan. Berdasarkan masukan tersebut, dilakukanrevisi dan pemrograman dilanjutkan. Preview dan revisi dapatdilakukan berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan sampai dengananda merasa puas dengan produk yang dihasilkan.

6. Evalusi dan RevisiEvaluasi pada kegiatan produksi ini disebut evaluasi formatif, yaknievaluasi yang bertujuan untuk memperbaiki produk. Evaluasi dapatdilakukan dengan beberapa cara, antara lain test, preview, dan ujicoba. Revisi adalah tindakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.

Test bertujuan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan,kekurangan ataupun kelemahan produk yang sedang kita buat. Adabeberapa jenis test dalam pembuatan media, antara lain test fungsi,test kehandalan, dan test kompatibilitas. Test fungsi dimaksudkanuntuk menguji apakah fungsi-fungsi tombol interaktivitas telahberfungsi dengan baik atau tidak. Test kehandalan untuk mengujikemampuan dan kecepatan software merespon berbagaikemungkinan klik oleh user serta keamanan sistem. Sedangkan testkompatibilias dimaksudkan untuk menguji kemungkinan softwaretersebut dijalankan pada berbagai sistem operasi dan kapasitaskomputer.

Preview adalah proses melihat awal sebelum produk dipublikasikan.Preview biasanya dilakukan oleh tim ahli dan produser untuk melihatapakah produk sudah memenuhi syarat ataukah masih ada bagian-bagian yang harus diperbaiki.

Sedangkan uji coba merupakan evaluasi yang dilaksanakan setelahproduk dianggap selesai. Uji coba bertujuan untuk mendapatkanmasukan dari calon user. Uji coba dapat dilakukan secaraperseorangan, kelompok kecil, ataupun kelas.

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 88: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

88 Website: http://www.pustekkom.go.id

7. PengemasanSetelah semuanya selesai, anda tinggal memberi sentuhan akhirberupa pemaketan, pembuatan kemasan, petunjuk pemanfaatan,ataupun bahan penyerta untuk siswa. Agar produk anda kelihatanmenarik, buatlah desain cover dan kemasan yang baik. Selamatmencoba.

BAHAN PUSTAKAGagne, Robert M., Leslie J. Briggs, Walter W. Wager, Principles of

Instructional Design, Harcout Brace Jovanovich College, 1992Hannafian, Michael J. and Kyle L. Peck, The Design, Development, and

Evaluation of Instructional Sofware, Macmillan Pub. Com., New York,1988

Harun, Jamaluddin, Asas Multimedia dan Aplikasinya dalamPembelajaran, Centre for Teaching and Learning, Universiti TeknologiMalaysia

Kusnandar, Evaluasi Program Multimedia Pembelajaran, Pustekkom,2000

Purwanto, Dasar-dasar Pengembangan Multimedia, Pustekkom, 2000Purwanto, Hardjito, Kusnandar, Multimedia Interaktif, Jejak Langkah

Teknologi Pendidikan, Pustekkom, 2006Romiszowski, A.J., Developing Auto-Instructional Materials, Kogan

Page, New York, 1992

uuuuuuuuuuuuuuuuuu

Ade Koesnandar: Pengembangan SoftwarePembelajaran Multimedia Interaktif

Page 89: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

89No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

BAGAIMANA MEMUDAHKANBAGAIMANA MEMUDAHKANBAGAIMANA MEMUDAHKANBAGAIMANA MEMUDAHKANBAGAIMANA MEMUDAHKANPESERTPESERTPESERTPESERTPESERTA DIDIK MEMPELA DIDIK MEMPELA DIDIK MEMPELA DIDIK MEMPELA DIDIK MEMPELAJARI MODUL?AJARI MODUL?AJARI MODUL?AJARI MODUL?AJARI MODUL?

Oleh: Sudirman Siahaan *

Abstrak

Bahan belajar mandiri cetak atau yang disebut modul merupakanbahan belajar utama yang dikembangkan oleh sebagian besarinstitusi/lembaga penyelenggara pendidikan terbuka dan jarakjauh untuk digunakan membelajarkan para peserta didiknya.Modul tidak hanya berisikan materi pembelajaran (self-contained)tetapi juga memuat berbagai petunjuk/penjelasan tentang cara-cara mempelajari modul dan ruang atau tempat bagi pesertadidik untuk melakukan penilaian sendiri mengenai kemajuanbelajarnya (learning guides and steps). Selama mempelajarimodul, peserta didik senantiasa dimotivasi/didorong untuk terus-menerus aktif mempelajari modul termasuk mengerjakan soal-soal latihan/tugas dan tes. Umpan balik terhadap hasil pekerjaanpeserta didik juga terdapat di dalam modul. Petunjuk/penjelasanyang terdapat di dalam modul dimaksudkan untuk membantumempermudah peserta didik mempelajari dan menguasai materipembelajaran. Petunjuk/penjelasan tentang cara-caramempelajari modul atau yang disebut juga sebagai “petunjukbelajar“ dinilai sangat penting dalam menentukan keberhasilanpeserta didik belajar. Mengapa? Karena kegiatan pembelajaranpada pendidikan terbuka dan jarak jauh hampir sepenuhnyadilaksanakan peserta didik melalui interaksinya dengan sumberbelajar, tanpa atau dengan seminimal mungkin bantuan oranglain. Terlebih lagi apabila modul ditujukan kepada peserta didikusia pendidikan dasar dan menengah. Esensi kegiatan belajaryang demikian inilah yang harus benar-benar diperhatikan oleh

*) Drs. Sudirman Siahaan, M.Pd., adalah tenaga fungsional penelitibidang pendidikan pada Pustekkom Depdiknas

Page 90: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

90 Website: http://www.pustekkom.go.id

penulis modul. Tulisan tentang “Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul?“ ini dinilai penting karenamembahas hal-hal praktis yang diharapkan akan dapatmembantu penulis modul merumuskan/memberikan cara-caradan langkah-langkah mempelajari modul.

Kata Kunci: modul, belajar mandiri, petunjuk belajar

A. PENDAHULUAN“Bagaimana Memudahkan Peserta Didik Mempelajari modul?”merupakan satu topik yang bersifat praktis yang diharapkan akandapat membantu membekali penulis/calon penulis modul atauseseorang yang berminat untuk mempelajari cara-cara merumuskanpetunjuk belajar dan langkah-langkah mempelajari modul. Memangmasih ada beberapa topik lainnya yang membahas tentang cara-cara membantu mempermudah peserta didik mempelajari modul,yaitu antara lain perancangan dan penggunaan ilustrasi yangmemadai (Purwanto, 2000), penggunaan bahasa yang komunikatif(Inten, 2000), penggunaan kalimat yang sederhana (Haryono, 2001),penggunaan contoh (Rahardjo, 2001). Yang menjadi fokus bahasandi dalam tulisan ini terbatas pada cara-cara atau petunjuk belajardan langkah-langkah mempelajari modul sehingga dapat membantumempermudah peserta didik mempelajari modul. Sekalipun memangketerlibatan aspek mental sangat besar di dalam mempelajari modul,namun aspek fisik juga tidaklah menjadi terlupakan (Andamsari,2000).

Tulisan ini merupakan salah satu referensi bagi penulis/calon penulismodul dalam menulis modul. Topik tulisan ini dinilai penting untukdibahas karena modul pada hakekatnya adalah bahan belajar mandiritercetak yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara independen,baik secara individual maupun dalam kelompok kecil, tanpa ataudengan seminimal mungkin bantuan orang lain (Haryono, 2001).Karena itu, penulis modul haruslah mampu merumuskan sesederhanamungkin cara-cara atau langkah-langkah mempelajari modul

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 91: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

91No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

sehingga mudah dipahami oleh peserta didik yang mempelajari modul.Sekaligus juga mengantisipasi kemungkinan terjadinya kesulitanyang dihadapi peserta didik dalam mempelajari modul. Terlebih lagiapabila modul ditujukan kepada peserta didik usia pendidikan dasardan menengah.

Kekurangpahaman peserta didik tentang cara-cara dan langkah-langkah mempelajari modul atau kekurangjelasan cara-cara danlangkah-langkah mempelajari modul yang dirumuskan dapat“menggoda” peserta didik untuk tidak tertib mempelajari modul.Sebagai contoh tentang ketidaktertiban peserta didik adalah godaanuntuk tidak berupaya seoptimal mungkin mempelajari uraian materipelajaran dan mengerjakan soal-soal tugas/latihan dan tes yangdiberikan. Kecenderungan lainnya adalah melihat langsung KunciJawaban terhadap soal-soal tugas/latihan dan tes yang padaumumnya tersedia pada bagian akhir modul. Contoh lain lagi adalahkecenderungan peserta didik untuk langsung mempelajari rangkumanyang ada di dalam modul dan kemudian mengerjakan soal-soal tugas/latihan dan tes yang diberikan. Kecenderungan sikap yang demikianini (belum berkembangnya sikap kejujuran terhadap diri sendiri) dikalangan sebagian peserta didik perlu disiasati oleh para penulismodul.

Memang tidak ada garansi apabila cara-cara dan langkah-langkahmempelajari modul telah dirumuskan secara jelas di dalam modul,maka peserta didik akan mempelajari modul sesuai dengan cara-cara dan langkah-langkah yang diberikan. Godaan untuk menempuhjalan pintas mempelajari modul senantiasa terbuka. Sekalipun tidakada yang dapat menjamin bahwa peserta didik akan mempelajarimodul sesuai dengan cara dan langkah yang diberikan, tetapi setidak-tidaknya akan dapat menggugah peserta didik setiap saat membacacara dan langkah mempelajari modul. Memang masih ada upayalain yang dapat ditempuh penulis modul agar peserta didik dapatlebih aktif mempelajari modul, yaitu penulisan modul yangdisesuaikan dengan karakteristik modul, seperti: penggunaan ilustrasidan penggunaan bahasa yang komunikatif. Namun pembahasan di

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 92: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

92 Website: http://www.pustekkom.go.id

dalam tulisan ini hanya berfokus pada perumusan cara-caramemotivasi atau mendorong peserta didik agar lebih mudah danberhasil mempelajari modul.

Pada dasarnya, keberhasilan belajar peserta didik pendidikan terbukadan jarak jauh sangat ditentukan oleh kesadaran, kemauan keras,dan disiplin yang tinggi dalam belajar mandiri. Karena itu, kegiatanbelajar peserta didik akan lebih terarah dalam mempelajari modulapabila peserta didik dapat memahami secara jelas cara-cara danlangkah-langkah mempelajari modul yang telah dirumuskan. Disamping itu, pemberian appersepsi, appresiasi, motivasi, dan salutasidiharapkan akan dapat menggugah dan mendorong peserta didikuntuk meningkatkan motivasinya mempelajari modul.

Sehubungan dengan uraian mengenai essensi cara-cara dan langkah-langkah mempelajari modul, maka para penulis modul dalam menulismodul hendaknya selalu cermat untuk menuliskan cara dan langkahmempelajari modul. Tentunya diharapkan bahwa peserta didik akanmerasakan “seolah-olah penulis modul berbicara langsung denganpeserta didik” sewaktu mereka mempelajari modul. Dengan demikian,peserta didik akan tergugah untuk lebih aktif mempelajari modul.Karena itu, tulisan ini setidak-tidaknya akan membantu membekalipara penulis modul dalam merumuskan cara-cara dan langkah-langkah mempelajari modul yang mengarah pada pengkondisianpeserta didik untuk lebih aktif mempelajari modul.

B. PEDOMAN MENULIS MODUL AGAR MEBANTUMEMPERMUDAH PESERTA DIDIK MEMPELAJARIMODUL1. Perumusan Cara-cara atau Petunjuk dalam

Mempelajari ModulMengapa penulis modul perlu mempelajari cara-cara belajardengan modul (petunjuk belajar)? Atau, dengan pertanyaan lain,apa jadinya seandainya sebuah modul tidak mempunyai petunjuk

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 93: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

93No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

pemanfaatan modul (petunjuk belajar) yang jelas bagi orang yangmempelajarinya? Tentulah peserta didik akan mengalami kesulitanmempelajari modul. Kesulitan mempelajari modul yang dihadapiakan dapat mengakibatkan menurunnya motivasi belajar pesertadidik. Motivasi belajar yang menurun akan dapat pula berpengaruhpada tingkat keberhasilan belajar peserta didik. Jelaslah tampakbetapa penting dan menentukannya cara-cara atau petunjukbelajar di dalam bahan belajar mandiri (modul) (Sadiman, 1987).Petunjuk belajar perlu dipelajari dan dipahami peserta didikterlebih dahulu sebelum mempelajari materi pembelajaran yangdisajikan di dalam modul.

Adalah benar bahwa cara-cara atau petunjuk belajar perluditempatkan pada bagian awal setiap modul. Mengapa demikian?Karena tujuannya adalah agar para peserta didik mengetahuiterlebih dahulu secara jelas bagaimana seharusnya merekamempelajari modul. Dengan diketahuinya secara jelas cara-caramempelajari modul, tentunya akan dapat membantumempermudah peserta didik memahami/menguasai materipembelajaran yang diuraikan di dalam modul. Tetapi, apakahcukup jika cara-cara atau petunjuk belajar hanya ditempatkanpada bagian awal modul? Jawabannya tentulah tidak.

Cara-cara atau petunjuk belajar tidak hanya diperlukan padabagian awal modul tetapi diperlukan juga di dalam uraian materimodul itu sendiri. Mengapa? Karena melalui cara-cara ataupetunjuk belajar, peserta didik dimotivasi untuk terus-menerusaktif melakukan kegiatan belajarnya. Misalnya, peserta didikdiperkirakan akan mengalami kesulitan pada bagian materitertentu yang terdapat di dalam modul. Pada bagian yang demikianini perlu diberikan cara-cara atau petunjuk belajar. Tujuannyaadalah agar peserta didik yang mengalami kesulitan belajarmerasa mendapat dorongan/motivasi yang membesarkan hatinyauntuk mencari solusi sehingga dapat meneruskan kegiatanbelajarnya. Melalui cara-cara atau petunjuk belajar ini, peserta

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 94: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

94 Website: http://www.pustekkom.go.id

didik diarahkan untuk tidak mudah berputus asa. Semangatbelajar peserta didik haruslah selalu ditumbuh-kembangkan dandipertahankan untuk tidak menurun selama mempelajari modul(Siahaan, 2004).

Berikut ini disajikan sebuah contoh tentang cara-cara ataupetunjuk belajar yang berkaitan dengan bagian materi modul yangdiperkirakan sulit dipahami peserta didik.

Sejauh ini, apakah Anda mengalami kesulitan? Jika YA,mengapa Anda tidak mencoba mempelajari kembali materipelajaran yang baru saja Anda pelajari? Yakinkan diri Andabahwa Anda pasti dapat mengatasi kesulitan yang Andahadapi. Ingatlah bahwa keberhasilan mengatasi kesulitanakan lebih memantapkan rasa percaya diri. SekalipunAnda misalnya sudah berusaha tetapi kesulitan/masalahnya masih belum juga teratasi, mengapa tidakmencoba mendiskusikannya dengan teman atau oranglain yang mungkin dapat membantu Anda? Tentulah Andaakan dengan senang hati melakukannya bukan? Ajaklah2 atau 3 orang teman untuk berdiskusi tentang kesulitanyang Anda hadapi.

Selanjutnya, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan penulisdalam menuliskan cara-cara atau petunjuk belajar yang dapatmembantu mempermudah peserta didik mempelajari modul?Khusus yang berkaitan dengan petunjuk belajar, ada 3 hal yangperlu diperhatikan, yaitu: (a) penempatan petunjuk belajar, (b)kapan petunjuk belajar diberikan, dan (c) tips dalam menuliskancara-cara atau petunjuk belajar dalam mempelajari modul. Selainketiga hal ini, langkah-langkah mempelajari modul juga akanmenjadi materi bahasan di dalam tulisan ini.

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 95: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

95No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

a. Petunjuk Belajar1) Penempatan Petunjuk Belajar di dalam Modul

a) Petunjuk Belajar Diperlukan pada Awal ModulSebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnyabahwa cara-cara atau petunjuk belajar dalammempelajari modul terdapat pada bagian awal moduldan juga pada uraian materi modul. Pada sistematika/format modul, bagian awal modul disebut sebagaiPENDAHULUAN. Pada bagian PENDAHULUANinilah dijelaskan secara garis besar tentangbagaimana cara-cara mempelajari modul. Karena itu,penulis modul haruslah dapat menguraikan “cara-caraatau petunjuk mempelajari modul” sejelas mungkindan memadai.

Agar “cara-cara atau petunjuk belajar dalammempelajari modul” yang disusun dapat membantumemudahkan peserta didik mempelajari modul, makapenulis modul haruslah memposisikan dirinyasebagai peserta didik yang akan mempelajari modulitu sendiri. Melalui pemikiran yang demikian ini, maka“cara-cara atau petunjuk belajar” yang disusundiharapkan akan dapat membantu mempermudahpeserta didik mempelajari modul. Implikasi lebih jauhdari petunjuk belajar yang sederhana dan jelas adalahpada tingkat keberhasilan belajar peserta didik.

Apabila dicermati uraian yang dikemukakan padabagian PENDAHULUAN dari setiap modul, makaakan ditemukan uraian tentang judul modul, ruanglingkup materi modul, tujuan pembelajaran, langkah-langkah memperlajari modul, beberapa penekanankhusus untuk diperhatikan peserta didik, tips yangmemotivasi peserta didik untuk aktif belajar, ucapanselamat berjumpa dalam modul, dan ucapan“SELAMAT BELAJAR“ kepada peserta didik. Pada

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 96: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

96 Website: http://www.pustekkom.go.id

bagian akhir dari PENDAHULUAN, penulis moduljuga pada umumnya menyampaikan harapannyakepada peserta didik agar mereka SUKSESMEMPELAJARI MODUL.

b) Petunjuk Belajar pada Uraian Materi ModulSetelah mempelajari “cara-cara atau petunjuk belajar”yang terdapat pada bagian awal modul, maka pesertadidik telah dikondisikan agar menerapkan “cara-caraatau petunjuk belajar” tersebut selama mempelajarimodul. Namum berdasarkan pengalaman, parapeserta didik masih tetap membutuhkan “cara-caraatau petunjuk belajar” dalam mempelajari uraianmateri pembelajaran yang disajikan di dalam setiapKegiatan Belajar yang terdapat pada modul.Tujuannya adalah agar motivasi atau semangatbelajar peserta didik tidak mengalami kemunduruan.Motivasi/ semangat belajar yang dapat dipertahankansecara terus-menerus atau bahkan ditingkatkan akanmenjadi salah satu faktor yang turut menentukankeberhasilan belajar peserta didik.

2) Kapan Diberikan Petunjuk Belajar di dalam Modul?Ada beberapa kondisi yang dinilai penting untukmemberikan cara atau petunjuk belajar kepada pesertadidik yang mempelajari modul, yaitu:a) Pada saat peserta didik mempelajari bagian awal

modul atau PENDAHULUANAda beberapa petunjuk belajar yang perludikemukakan pada bagian PENDAHULUAN darisuatu modul. Misalnya tentang tujuan pembelajaranatau kompetensi yang akan dicapai setelah selesaimempelajari modul, ruang lingkup materi yangdicakup, langkah-langkah yang perlu diperhatikanpeserta didik dalam mempelajari modul, dan tindaklanjut setelah selesai mempelajari modul. Berikut ini

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 97: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

97No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

akan diberikan beberapa contoh petunjuk belajarpada bagian PENDAHULUAN modul yang perludipertimbangkan oleh penulis modul.(1) Contoh tentang petunjuk belajar yang berkaitan

dengan langkah-langkah mempelajari modul.

Modul ini disusun menjadi 3 Kegiatan Belajar.Setiap Kegiatan Belajar dilengkapi dengansoal-soal tugas/latihan. Melalui soal-soallatihan/tugas dan tes yang Anda kerjakandengan sungguh-sungguh akanmemungkinkan Anda menguasai materipelajaran yang disajikan pada modul. Mulailahdengan Kegiatan Belajar 1. Setelah selesaimempelajari semua materi pembelajaranyang diuraikan pada ketiga Kegiatan Belajar,mintalah waktu kepada tutor/fasilitator untukmengerjakan Tes Akhir Modul (TAM).

(2) Contoh tentang petunjuk belajar yang berkaitandengan tujuan pembelajaran atau kompetensiyang akan dicapai peserta didik setelah selesaimempelajari modul .

Setelah selesai mempelajari modul ini, Andaakan dapat: (1) menjelaskan pengertian,karakteristik, dan format/sistematika modul;(2) membedakan modul dengan buku teks;dan (3) menjelaskan prinsip-prinsip penulisanmodul.

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 98: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

98 Website: http://www.pustekkom.go.id

(3) Contoh tentang petunjuk belajar yang berkaitandengan ruang lingkup materi pelajaran yangdicakup di dalam modul.

Materi pelajaran yang diuraikan di dalammodul ini terdiri atas 3 Kegiatan Belajar yangakan membahas (a) pengertian, karakteristikdan format/sistematika modul, (b) prinsip-prinsip penulisan/ pengembangan modul, dan(c) prosedur/langkah-langkah penulisanmodul. Pada setiap Kegiatan Belajar terdapatpengantar, uraian materi, dan rangkuman.Setiap Kegiatan Belajar dilengkapi dengansoal-soal tugas/latihan. Mulailah denganKegiatan Belajar-1. Selamat Belajar dansemoga sukses!

(4) Contoh tentang petunjuk belajar yang berkaitandengan pemberian motivasi kepada peserta didikdalam mempelajari modul.

Belajar melalui modul tidaklah sulit asalkanAnda mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan cermat mengikuti petunjukbelajar yang diberikan. Anda dapatmempelajari bagian tertentu berulang kalisampai kita benar-benar memahami materipelajaran yang dibahas. Tidak perlu merasamalu apabila Anda lebih lambatmenyelesaikan sebuah modul. Anda tidakperlu ragu menemui seseorang untukmendiskusikan materi tertentu yang terdapatdi dalam modul ini yang kemungkinan sulitAnda pahami. Ingatlah bahwa “Di mana adakemauan, di situ ada jalan”. Selamat belajar!

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 99: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

99No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

b) Pada saat peserta didik mempelajari uraian materipelajaran yang dibahas di dalam Kegiatan Belajar(1) Contoh petunjuk belajar yang disajikan pada

bagian pengantar dari suatu Kegiatan Belajar

Jika Anda diminta untuk mengerjakansesuatu, misalnya menuliskan pendapat ataumelengkapi isian tertentu di dalam modul ini,maka segeralah hal tersebut Anda kerjakan.Kerjakanlah dengan serius/tekun. Jangansekali-kali mencoba menunda untukmengerjakannya. Setelah Anda selesaimempelajari materi yang diuraikan danmerasa benar-benar telah memahaminya,maka kerjakanlah soal-soal tugas/latihanyang disediakan. Usahakan untuk tidaksekali-kali melihat Kunci Jawaban yangdisediakan sebelum selesai mengerjakansemua soal tugas/latihan. Jika Anda tidakbersikap jujur dalam hal ini, maka yang rugiadalah diri Anda sendiri.

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 100: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

100 Website: http://www.pustekkom.go.id

(2) Contoh lainnya dari petunjuk belajar yangdisajikan pada bagian pengantar suatu KegiatanBelajar

Setelah selesai mempelajari materi yangdiuraikan pada Kegiatan Belajar 1 ini, Andadiminta untuk mencamkan rangkuman materipelajaran yang terdapat pada bagian akhir dariuraian materi. Anda juga dimungkinkan untukmemberikan tambahan terhadap materirangkuman. Setelah itu, kerjakanlah soal-soallatihan/tugas yang diberikan. Anda tidakdibenarkan untuk melanjutkan kegiatanbelajar mempelajari materi pelajaran yangterdapat pada Kegiatan Belajar 2 apabila Andabelum berhasil mengerjakan soal-soal latihan/tugas yang diberikan minimal 75% benar.

(3) Pada saat peserta didik diberikan soal-soallatihan/tugas atau tes untuk dikerjakanApakah yang harus diperhatikan peserta didikdalam mengerjakan soal-soal latihan/tugas(tes) yang diberikan pada setiap akhirKegiatan Belajar? Dalam kaitan ini, petunjukbelajar yang diberikan hendaknya dapatmeyakinkan peserta didik agar tidak sekali-kali melihat Kunci Jawaban yang ada sebelumsemua soal latihan/tugas atau tes selesaidikerjakan. Di samping itu, peserta didikbarulah dipersilakan untuk memeriksa hasilpekerjaannya dengan menggunakan KunciJawaban.

Contoh petunjuk belajar yang berkaitandengan dengan soal-soal latihan/ tugas (tes).

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 101: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

101No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Cobalah kerjakan sendiri soal-soal latihan/tugas (tes) berikut ini dengan cermat.Usahakanlah untuk mengerjakan semua soallatihan/tugas (tes) yang diberikan. Setelahselesai, periksalah jawaban Anda denganmenggunakan Kunci Jawaban yangdisediakan pada bagian akhir modul ini.Namun jangan sekali-kali melihat KunciJawaban sebelum Anda selesai mengerjakansemua soal latihan/tugas (tes) karena akanmerugikan diri Anda sendiri. Semoga berhasil.

(4) Petunjuk belajar yang berkaitan dengan tindaklanjut yang perlu dilakukan peserta didik setelahmengetahui hasil yang dicapai dalammengerjakan soal-soal latihan/ tugas (tes). Apayang perlu dilakukan peserta didik setelahmengetahui hasil yang dicapai dalammengerjakan soal-soal latihan (tes)? Apakahpeserta didik diperkenankan untuk mempelajarimateri yang diuraikan pada Kegiatan Belajarberikutnya? Ataukah, peserta didik perlu didorongatau diyakinkan untuk mempelajari ulang materipelajaran yang baru selesai dipelajarinyaterutama materi pelajaran yang masih belumdipahami.

Sehubungan dengan tindak lanjut yang perludilakukan peserta didik, berikut ini diberikancontoh petunjuk belajar agar peserta didikmelakukan tindak lanjut setelah mengetahui hasilyang dicapai dalam mengerjakan soal-soallatihan (tes).

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 102: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

102 Website: http://www.pustekkom.go.id

Bagaimana hasil pekerjaan Anda? Tidakterlalu sulit soal-soal latihannya bukan?Tentulah Anda telah berhasil menjawab semuasoal latihan/tugas dengan benar atau setidak-tidaknya 75% benar. Jika Ya, lanjutkanlahmempelajari modul pada bagian berikutnya.Namun, seandainya BELUM, Anda tidak perlumerasa malu atau menjadi kendor semangatbelajarnya. Cobalah pelajari ulang secara lebihcermat materi pembelajaran yang baru selesaiAnda pelajari terutama bagian materipembelajaran yang benar-benar belum Andapahami. Yakinkan diri Anda bahwa Anda pastiakan berhasil. Semoga Anda berhasil.

(5) Petunjuk belajar yang perlu diberikan yangberkaitan dengan tindak lanjut untuk mengerjakanTes Akhir Modul (TAM) sebagai syarat untukdapat mempelajari modul berikutnya.

Selamat! Anda baru saja selesai mempelajarimateri pelajaran yang dibahas di dalam modulini. Untuk dapat melanjutkan kegiatan belajarAnda ke modul berikutnya, temuilah tutor/fasilitator agar Anda diberikan waktu untukmengerjakan Tes Akhir Modul (TAM). Nah,persiapkan diri Anda dengan sebaik-baiknya agarAnda dapat berhasil mengerjakan TAM denganhasil yang memuaskan atau setidak-tidaknyamencapai standar keberhasilan yang minimal.Tanyakanlah sekaligus kepada tutor/fasilitator,kapan dapat Anda memperoleh hasil TAM. Sekalilagi, hanya dengan persiapan yang matang, Andaakan berhasil mengarjakan TAM. SelamatMempersiapkan diri dan Semoga sukses!

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 103: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

103No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

3) Tujuan Merumuskan Cara-cara atau Petunjuk Belajar didalam ModulPada uraian sebelumnya dikemukakan bahwa cara-caraatau petunjuk belajar dan langkah-langkah dalammempelajari modul tidak hanya perlu diberikan padabagian PENDAHULUAN tetapi juga pad URAIAN MATERIyang terdapat pada setiap Kegiatan Belajar. Tujuan apayang akan dicapai dengan merumuskan cara-cara ataupetunjuk belajar dan langkah-langkah di dalam modul?Berikut ini dikemukakan beberapa tujuan dirumuskannyacara-cara atau petunjuk belajar dan langkah-langkah didalam modul.

a) Menggugah atau memotivasi peserta didik untukmempelajari ulang materi pembelajaran yang barusaja selesai dipelajariAda kecenderungan di kalangan sebagian pesertadidik untuk tidak cermat memperhatikan standarminimal penguasaan materi pelajaran pada masing-masing penggalan belajar atau kegiatan belajar yangterdapat di dalam modul. Karena itu, penulis modulharuslah cermat mengingatkan peserta didik melaluipetunjuk belajar yang diberikan agar peserta didikmengikuti petunjuk belajar demi kepentingannyasendiri.

Pada kotak di bawah ini, diberikan sebuah contohpetunjuk belajar yang bertujuan mendorong ataumemotivasi peserta didik untuk mempelajari ulangmateri pembelajaran yang baru saja selesaidipelajarinya.

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 104: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

104 Website: http://www.pustekkom.go.id

Jika seandainya Anda belum berhasil menjawabsoal-soal latihan/tugas 75% benar, berarti Andabelum diperkenankan untuk mempelajariKegiatan Belajar berikutnya. Walau demikian,Anda tidak perlu merasa malu atau menjadi kendorsemangat belajarnya. Cobalah pelajari ulangsecara lebih cermat materi pelajaran yang barusaja selesai Anda pelajari terutama bagian materipelajaran yang benar-benar belum Anda pahami.Yakinkan diri Anda bahwa Anda pasti akanberhasil. Semoga Anda berhasil.

b) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuklebih memantapkan pemahamannya tentang hal-halpenting yang telah diuraikanAgar peserta didik dapat menyimpan inti materipembelajaran yang telah dipelajari dengan lebih baikdan tahan lebih lama di dalam memorinya, makadipandang perlu untuk memberikan petunjuk belajarsebelum peserta didik beralih/berpindah kepembahasan materi pembelajaran berikutnya.Contoh yang diberikan di bawah ini dapatditambahkan atau disempurnakan sehingga pesertadidik lebih termotivasi untuk lebih memantapkanpemahamannya tentang hal-hal penting yang telahdiuraikan.

Hendaknya di dalam benak penulis modulberkembang pemikiran “apakah dengan membacapetunjuk belajar yang diberikan, peserta didik akanmerasa termotivasi atau diberi kesempatan untukmemantapkan pemahamannya tentang hal-halpenting yang telah diuraikan?” Dalam kaitan ini, yangtetap dipegang teguh oleh penulis modul adalahapakah peserta didik dapat dengan mudah

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 105: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

105No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

memahami petunjuk belajar yang diberikan atautidak.

Contoh petunjuk belajar yang bertujuan memberikankesempatan kepada peserta didik untuk lebihmemantapkan pemahamannya tentang hal-halpenting yang telah diuraikan.

Sampai sejauh ini, diharapkan pemahaman Andamengenai konsep tentang modul sudah jelas.Nah, untuk lebih memantapkan pemahaman Andatentang konsep mengenai modul, cobalahrumuskan dengan menggunakan bahasa Andasendiri pengertian mengenai modul pada kotakberikut ini.

Modul adalah .........................................................................................................................................................................................................................................................................

c) Mendorong/memotivasi peserta didik agar tergerakhati dan pikirannya untuk berbagi pengetahuan/pendapatnya dengan orang lainTentunya kita masih belum merasa puas apabilapeserta didik hanya mampu memahami materipembelajaran yang dipelajarinya. Kita akan lebihpuas lagi apabila peserta didik juga termotivasi untukberbagi pengetahuan/ pendapatnya dengan oranglain. Dalam kaitan ini, petunjuk belajar yangdisarankan untuk diberikan kepada peserta didikadalah misalnya memotivasi peserta didik untukmendiskusikan topik tertentu yang berkaitan denganmateri pembelajaran yang telah dipelajari. Yang

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 106: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

106 Website: http://www.pustekkom.go.id

menjadi penekanan di sini adalah yang berkaitandengan aspek “probing” (pendalaman) atau “problemsolving”. Berikut ini diberikan sebuah contoh petunjukbelajar tentang dorongan atau motivasi bagi pesertadidik untuk berbagi pengalaman ataupengetahuannya dengan sesama temannya.

Contoh petunjuk belajar yang bertujuan untukmendorong/memotivasi peserta didik agar tergerakhati dan pikirannya berbagi pengetahuan/pendapatnya dengan orang lain.

Anda telah mempelajari apa yang dimaksudkandengan bahan belajar mandiri atau modul. Apakahbuku teks yang dipelajari peserta didik secaraindividual dapat disebut sebagai modul? Apaalasannya? Cobalah Anda diskusikan pertanyaanini dengan temanmu. Jangan lupa menyerahkanhasil diskusi Anda kepada tutor/fasilitator padapertemuan yang akan datang.

d) Menggugah hati dan pemikiran peserta didik untukmenggali berbagai sumber (referensi) yang berkaitandengan materi pelajaran yang sedang dipelajarisehingga akan dapat memperluas wawasannyaPenguasaan peserta didik terhadap materi pelajaranakan semakin mantap apabila peserta didik didoronguntuk mengemukakan pendapatnya melaluipembuatan paper satu halaman (a one-page paper).Untuk melaksanakan tugas ini, peserta didik tentunyaakan menggali berbagai sumber/referensi, baik yangberupa media cetak maupun melalui diskusi dengansesama teman atau beberapa nara sumber yangrelevan yang dapat ditemui.

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 107: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

107No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Berikut ini diberikan contoh petunjuk belajar yangbertujuan menggugah hati dan pemikiran peserta didikagar termotivasi untuk menggali berbagai sumber(referensi) yang akan dapat memperluaswawasannya.

Kita baru saja selesai membahas materi pelajarantentang modul. Modul merupakan salah satu jenismedia pembelajaran. Tentunya sekarang Andatelah mengetahui apa yang menjadi karakteristikmodul. Nah, untuk memperluas wawasan Andamengenai media pembelajaran atau mediasebagai sumber belajar, cobalah buat paper satuhalaman (a one-page paper) tentang salah satujenis media pembelajaran lainnya.

Di dalam paper tersebut, cobalah kemukakanjuga kelebihan dan keterbatasan media yangAnda tuliskan. Gunakanlah berbagai referensi dannara sumber. Lebih cepat Anda menyelesaikandan menyerahkannya kepada tutor/fasilitator akansemakin baik. Selamat mengerjakan tugas dansemoga berhasil.

e) Mendorong peserta didik untuk melakukan kajian(reviu) terhadap materi pembelajaran yang telahselesai dipelajarinyaPetunjuk belajar yang diberikan kepada peserta didikperlu dibuat bervariasi. Harapannya adalah agarpeserta didik tidak merasa bosan. Peserta didik akansenantiasa mendapatkan suatu tugas yang berbedadengan yang sebelumnya (baru). Dalam kaitan ini,petunjuk belajarnya dapat berupa peserta didikdiminta untuk melengkapi sebuah pernyataan. Untukdapat melengkapi pernyataan yang diberikan,peserta didik harus mereviu materi pembelajaran

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 108: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

108 Website: http://www.pustekkom.go.id

yang telah dipelajari sebelumnya. Diharapkan melaluipetunjuk belajar yang demikian ini, maka pemahamanpeserta didik tentang materi pembelajaran tertentuyang diuraikan di dalam modul akan semakin jelasdan daya retensinya tentu akan relatif lebih lama.

Berikut ini diberikan sebuah contoh petunjuk belajaryang bertujuan memotivasi atau mendorong pesertadidik untuk melakukan kajian (reviu) terhadap materipembelajaran yang telah selesai dipelajarinya.

Untuk lebih meyakinkan diri Anda mengenaikonsep tentang modul, cobalah lengkapipernyataan yang terdapat pada kotak berikut ini.

Bahan belajar mandiri (modul) adalah bahanbelajar utama pada pendidikan atau pelatihanjarak jauh yang dirancang khusus secaraprofessional agar dapat dipelajari............................oleh peserta didik, baiksecara individual maupun kelompok.Karakteristik modul adalah..............................................................................................................................................................................................................................................................................

f) Mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatanpraktekHaruslah dihindarkan pemberian petunjuk belajaryang tidak mungkin dilakukan peserta didik, misalnyasaja, meminta peserta didik untuk melakukan kerjapraktek. Petunjuk belajar yang demikian ini akan sulitdilaksanakan dan kalaupun dilaksanakan akanmenyita waktu yang relatif banyak di samping akan

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 109: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

109No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

dapat menurunkan motivasi/semangat belajarpeserta didik. Tujuannya memang sangat baik tetapiketerlaksanaannya dan dampaknya perlu menjadipertimbangan bagi para penulis modul.

Sekalipun demikian, petunjuk belajar yang menuntutkerja praktek masih dapat dipertimbangkan apabilasifatnya masih cukup sederhana dan tidak terlalumembutuhkan banyak persyaratan dan waktunyajuga tidak terlalu lama. Apabila memerlukan peralatanhendaknya peralatan yang terdapat di lingkunganrumah tangga (Lasmono, 2000). Sebagai contohmisalnya adalah yang berupa praktek melakukankegiatan diskusi dengan 4 atau 5 orang peserta didikmengenai topik tertentu, atau mewawancarai narasumber atau orang tertentu lainnya yang terdapat dikalangan masyarakat dan kemudian menuliskanhasilnya.

Sejauh ini, Anda telah berhasil mempelajari topiktentang kiat mempelajari modul yang berhasil.Nah, untuk mengetahui berbagai kiat mempelajarimodul yang berhasil, ajaklah 4 atau 5 teman dandiskusikanlah kiat-kiat mempelajari modul yangberhasil. Bagilah pengetahuan atau pengalamantentang kiat mempelajari modul yang telahmembuat Anda berhasil belajar. Percayalahbahwa melalui diskusi, maka Anda akan lebihpercaya dan sekaligus juga membantu sesamateman sehingga turut berhasil belajar.

2. Langkah-Langkah Mempelajari ModulAda beberapa langkah pemanfaatan yang harus diikuti olehpeserta didik atau siapa saja yang akan melakukan kegiatanbelajar dengan menggunakan modul. Bagi peserta didik di

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 110: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

110 Website: http://www.pustekkom.go.id

lingkungan pendidikan persekolahan, langkah-langkah kegiatanbelajar dengan menggunakan modul seyogianya sudah dijelaskanpada pertemuan awal program pembelajaran dimulai (orientasikegiatan belajar). Berbeda halnya dengan program pembelajaranyang diikuti oleh orang dewasa. Pada program pendidikan jarakjauh yang diikuti oleh orang dewasa, maka langkah-langkahkegiatan belajar yang telah dirumuskan di dalam modul tentunyadapat dipelajari sendiri oleh peserta didik. Artinya, tidak perludijelaskan secara verbal dan khusus dalam pertemuan awal(orientasi kegiatan belajar).

Strategi belajar pada pendidikan jarak jauh adalah belajar mandiritanpa ada ketergantungan pada orang lain dan kalaupun bantuanorang lain dibutuhkan, bantuan tersebut sangat minimal. Itulahsebabnya mengapa petunjuk belajar di dalam modul sangatpenting dan turut menentukan keberhasilan peserta didik belajar.Selanjutnya, langkah-langkah kegiatan belajar selamamempelajari modul yang dimaksudkan dapat diuraikan sebagaiberikut:

a. Mempelajari petunjuk belajar yang terdapat di bagianPENDAHULUAN pada setiap modulSewaktu peserta didik mengikuti orientasi kegiatan belajar,kepada peserta didik juga sudah disampaikan daftar modulyang akan dipelajari selama satu semester atau satu tahun.Seyogianya memang modul perdana yang perlu diberikankepada peserta didik pada waktu orientasi kegiatan belajar.Pemberian modul-modul berikutnya akan sepenuhnyaditentukan oleh kecepatan belajar masing-masing pesertadidik sendiri dalam memahami materi pembelajaran yangdibahas di dalam setiap modul.

Sewaktu peserta didik memegang modul perdana, makatutor/fasilitator meminta peserta didik untuk membacanyasecara cermat. Kemudian, tutor/fasilitator melakukankonfirmasi dengan menanyakan kepada peserta didik tentang

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 111: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

111No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

informasi apa saja yang diuraikan di dalam bagianPENDAHULUAN yang telah mereka baca. Setelah konfirmasidilakukan, tutor/fasilitator memberikan penekanan-penekananyang perlu diperhatikan dan dilaksanakan peserta didik,antara lain yaitu memperhatikan dan menerapkan petunjukbelajar yang diberikan dan melakukan dengan sebaik-baiknyapenugasan apapun yang diminta di dalam modul untukdilakukan peserta didik.

b. Mempelajari Materi Pembelajaran Kegiatan Belajar 1Setelah mempelajari petunjuk pemanfaatan modul (petunjukbelajar) yang terdapat pada bagian PENDAHULUAN, secaragaris besar, peserta didik sudah tahu cara-cara mempelajarimodul, kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai, danevaluasi terhadap hasil belajar yang mereka lakukan. Petunjukbelajar yang lebih khusus diberikan pada bagian “Pengantar”yang terdapat pada masing-masing Kegiatan Belajar.Demikianlah halnya sewaktu peserta didik akan memulaiaktivitas belajarnya pada Kegiatan Belajar 1. Peserta didikditekankan untuk memahami penjelasan yang diberikan padabagian “Pengantar”.

Dengan mempelajari penjelasan pada bagian “Pengantar”,maka peserta didik dapat mengetahui dengan jelaskompetensi yang akan dikuasainya setelah selesaimempelajari materi pembelajaran pada Kegiatan Belajar 1.Selain kompetensi yang akan dikuasai, kepada peserta didikjuga diinformasikan tentang sejauh mana ruang lingkup materipembelajaran yang akan dipelajarinya dan persyaratan apasaja yang harus dipenuhi peserta didik untuk dapatmelanjutkan kegiatan belajarnya pada Kegiatan Belajar 2.Jika penjelasan pada bagian “Pengantar” telah dapat dipahamipeserta didik secara jelas, maka barulah peserta didik mulaimempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada bagianUraian Materi.

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 112: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

112 Website: http://www.pustekkom.go.id

Mempelajari materi yang diuraikan di dalam setiap KegiatanBelajar hendaklah dilakukan tahap demi tahap sampaipeserta didik benar-benar telah menguasainya. Bila perlu,peserta didik dapat saja membuat catatan kecil tentang hal-hal tertentu yang kemungkinan tidak atau sulit dipahaminya.Jika di dalam mempelajari uraian materi pembelajaran,peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu, misalnyamenulis, maka hendaknya peserta didik melakukan haltersebut.

Janganlah sekali-kali ada anggapan bahwa penugasan yangdiminta di dalam modul untuk dilakukan peserta didik adalahhal yang kecil sehingga jika tidak dilakukan, tidak akanberdampak apa-apa. Pemikiran yang demikian ini tidaklahbenar. Justru jika peserta didik tidak melakukan penugasanyang diminta di dalam modul berarti peserta didik menampik/membuang peluang yang berharga. Karena itu, penugasanapa saja yang dituntut untuk dilaksanakan, hendaknyapeserta didik segera melaksanakannya tanpa perlu harusmenundanya atau apalagi melewatkannya begitu saja.

Dengan mengerjakan semua aktivitas belajar sebagaimanayang diminta di dalam modul dan peserta didikmengerjakannya dengan sebaik-baiknya, maka anggotabadan (fisik) peserta didik juga melakukan aktivitas. Implikasilebih jauh adalah bahwa peserta didik tidak hanyamengaktifkan otak (olah pikir) tetapi juga fisiknya ikutdiaktifkan sehingga akan dapat mengurangi kejenuhan/kebosanan belajar. Manfaat lain dari mengaktifkan unsur otakdan bagian fisik dalam kegiatan belajar akan dapat membantumempermudah peserta didik memahami materi pelajaranyang dipelajarinya.

Setelah peserta didik selesai mempelajari materipembelajaran pada Kegiatan Belajar 1, maka peserta didikdapat mereviu rangkuman yang diberikan. Dalam hal ini,

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 113: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

113No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

peserta didik mempunyai peluang untuk menambahkanmateri rangkuman yang ada apabila memang dirasakanpeserta didik ada yang perlu ditambahkan. Dengan adanyarangkuman ini tidaklah berarti bahwa peserta didik cukuphanya mempelajari rangkuman yang ada di dalam modul.

Rangkuman yang diberikan pada setiap Kegiatan Belajarhendaknya disikapi peserta didik sebagai suatu upaya yangmembantu mempermudah peserta didik mengambil intisaridari materi pembelajaran yang telah dipelajarinya padamasing-masing Kegiatan Belajar.

c. Mengerjakan Soal-soal Tugas/LatihanDi dalam modul, soal-soal tugas/latihan pada umumnyaditempatkan setelah selesai dibahas uraian materipembelajaran yang terdapat pada Kegiatan Belajar. Sebelumsoal-soal tugas/latihan, kepada peserta didik biasanyadiberikan sejenis rangkuman atau sinopsis materipembelajaran yang dibahas pada setiap Kegiatan Belajar.Tentunya dalam hal ini, peserta didik haruslah mempunyaikeyakinan bahwa dirinya memang benar-benar telahmenguasai materi pembelajaran yang dibahas pada KegiatanBelajar sebelum mulai mengerjakan soal-soal tugas/latihan.Mengapa?

Pada dasarnya, melalui penyelesaian soal-soal tugas/latihan,setiap peserta didik akan mendapat kesempatan untukmengukur sendiri tingkat penguasaan dirinya terhadap materipembelajaran yang telah dipelajarinya (self-assessment).Biasanya, soal-soal tugas/latihan diawali dengan informasitentang cara-cara mengerjakan soal-soal tugas/ latihan.Sejauh mana masing-masing peserta didik telah berhasilmencapai kompetensi yang telah ditetapkan akan dapatdibuktikan melalui tingkat keberhasilannya mengerjakan soal-soal tugas/latihan. Itulah sebabnya, kepada peserta didikditekankan agar kegiatan mengerjakan soal-soal tugas/latihan

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 114: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

114 Website: http://www.pustekkom.go.id

dilakukan setelah dirinya yakin benar telah menguasai materipembelajaran yang telah dipelajarinya.

Memang ada “godaan” bagi peserta didik untuk melakukan“potong kompas” dalam mengerjakan soal-soal tugas/latihan,yaitu dengan melihat Kunci Jawaban yang disediakan dibagian akhir modul. Karena itulah selalu diingatkan di dalammodul agar peserta didik tidak sekali-kali melihat KunciJawaban soal-soal tugas/latihan sebelum semua soal selesaidikerjakan. Tujuannya adalah agar peserta didik “tidakmenipu” atau merugikan dirinya sendiri tetapi secara jujurakan mengetahui batas/tingkat penguasaannya terhadapmateri pembelajaran.

Langkah lebih lanjut adalah bahwa peserta didik diminta untukbersikap jujur terhadap dirinya sendiri dalam hal tingkatpenguasaannya terhadap materi pembelajaran. Seandainya,tingkat penguasaan peserta didik terhadap materipembelajaran masih belum mencapai batas/tingkat minimalyang ditentukan, maka peserta didik harus sportif sekalipuntidak ada orang lain yang memonitor kegiatan belajarnya.Sportivitas peserta didik juga dituntut untuk melakukankonsekuensi dari belum tercapainya tingkat penguasaanmateri pembelajaran yang minimal. Artinya, peserta didikyang bersangkutan harus mempelajari ulang materipembelajaran yang baru selesai dipelajarinya terutama yangberkaitan dengan materi pembelajaran yang belumdikuasainya.

Manakala peserta didik telah berhasil mengerjakan soal-soaltugas/latihan mencapai tingkat keberhasilan 75% atau lebihtinggi, maka peserta didik barulah diperkenankan untukmempelajari materi pembelajaran yang disajikan padaKegiatan Belajar 2. Kembali lagi dalam hal ini dituntut “sikapjujur” dari setiap peserta didik dalam melaksanakan kegiatan

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 115: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

115No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

belajar mandirinya. Demikian seterusnya sampai semuamateri pembelajaran yang terdapat di dalam modul selesaidipelajari peserta didik.

d. Mengerjakan Tes Akhir Modul (TAM)Mengerjakan tes hanya dimungkinkan apabila peserta didiktelah dapat menyelesaikan sebuah modul dengan baik.Pengertian “berhasil dengan baik” di sini adalah bahwa pesertadidik telah mencapai atau mungkin juga bahkan telah melewatibatas/tingkat minimal keberhasilan yang ditentukan dalammengerjakan soal-soal tugas/latihan yang terdapat padasetiap Kegiatan Belajar. Dalam kaitan ini, sportivitas pesertadidik untuk kepentingan dirinya sendiri tentunya perluditekankan. Artinya, sebelum mengerjakan tes, kepadapeserta didik perlu dipertanyakan tentang penguasaannyaterhadap materi pembelajaran yang disajikan di dalam sebuahmodul di samping kesiapannya sendiri untuk mengerjakantes.

Sebelum mengerjakan tes, tutor/fasilitator akan memberikanberbagai penjelasan yang penting untuk diketahui pesertadidik agar peserta didik dapat dengan tenang mengerjakantes. Di dalam penjelasan awal ini, para tutor/fasilitator,haruslah menginformasikan kepada peserta didik tentangkesalahan yang ada pada butir-butir tes disertai dengankoreksi perbaikannya sehingga tidak menimbulkankebingungan peserta didik. Selama mengerjakan tes, pesertadidik juga diawasi oleh tutor/fasilitator. Pertanyaan ataukesulitan yang dihadapi peserta didik selama mengerjakantes dapat langsung ditanyakan/diklarifikasi peserta didikkepada tutor/fasilitator.

Setelah selesai mengerjakan tes, hasil pekerjaan pesertadidik diperiksa oleh tutor/ fasilitator dengan menggunakankunci jawaban. Pemeriksaan hasil pekerjaan peserta didikhendaknya diupayakan dapat diselesaikan dalam waktu yang

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 116: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

116 Website: http://www.pustekkom.go.id

tidak terlalu lama. Tutor/fasilitator hendaknya jugamenginformasikan kepada peserta didik mengenai waktupengembalian hasil tes yang dikerjakan peserta didik. Padawaktu yang ditetapkan, hasil tes dikembalikan kepadapeserta didik sehingga peserta didik dapat mengetahui tingkatkeberhasilannya mengerjakan tes. Selain itu, peserta didikjuga akan mengetahui apakah dirinya sudah diperbolehkanatau belum untuk mempelajari modul berikutnya.

Seandainya hasil tes yang dikerjakan peserta didik belummemungkinkannya untuk mempelajari modul berikutnya,maka secara sportif peserta didik yang bersangkutan haruslahmenerimanya. Di samping itu, peserta didik haruslah lebihmempersiapkan dirinya untuk mengerjakan tes untuk yangkedua kalinya. Apabila dalam mengerjakan tes untuk keduakalinya ini, peserta didik ternyata juga belum mencapai batas/tingkat minimal untuk boleh mempelajari modul berikutnya,maka peranan tutor/fasilitator sangat diharapkan untukmembantu peserta didik mengatasi kesulitan yangdialaminya.

Materi pembelajaran yang mungkin masih dirasakan pesertadidik sulit atau tidak dapat dipahami, maka tutor/fasilitatordituntut untuk bersama-sama mendiskusikannya. Denganperanan tutor/fasilitator yang sedemikian ini, maka berbagaikesulitan yang dihadapi peserta didik dapat diatasi/diselesaikan dan sekaligus juga memperjelas pemahamanpeserta didik terhadap materi pembelajaran yang dirasakansulit. Kondisi yang demikian ini akan turut membesarkanhati peserta didik dan diharapkan akan dapat menghindarkanpeserta didik dari semangat belajar yang mengendor.

C. KESIMPULAN DAN SARANKegiatan pembelajaran pada pendidikan terbuka dan jarak jauh hampirsepenuhnya dilaksanakan peserta didik melalui interaksinya dengansumber belajar, tanpa atau dengan seminimal mungkin bantuan orang

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 117: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

117No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

lain. Modul atau bahan belajar mandiri merupakan salah satu sumberbelajar dan sekaligus juga menjadi bahan belajar utama yangdikembangkan oleh sebagian besar institusi/lembaga penyelenggarapendidikan terbuka dan jarak jauh untuk digunakan membelajarkanpara peserta didiknya. Modul tidak hanya berisikan materipembelajaran (self-contained) tetapi juga memuat berbagai petunjuk/penjelasan tentang cara-cara mempelajari modul dan ruang atautempat bagi peserta didik untuk melakukan penilaian sendiri mengenaikemajuan belajarnya (learning guides and steps).

Pengetahuan penulis atau calon penulis modul tentang cara-caraatau petunjuk belajar dan langkah-langkah mempelajari modul sangatdiperlukan agar modul yang dihasilkannya memang dapat lebih mudahdipelajari oleh peserta didik. Cara-cara atau petunjuk belajar danlangkah-langkah mempelajari modul tidak hanya diberikan padabagian PENDAHULUAN modul tetapi juga pada bagian URAIANMATERI modul. Cara-cara atau petunjuk belajar dan langkah-langkahmempelajari modul merupakan salah satu upaya penulis modulmemotivasi/mendorong peserta didik untuk aktif mempelajari modultermasuk mengerjakan soal-soal latihan/tugas dan tes. Perumusancara-cara atau petunjuk belajar dan langkah-langkah mempelajarimodul dinilai sangat penting dalam menentukan keberhasilan pesertadidik belajar. Terlebih lagi apabila modul ditujukan kepada pesertadidik usia pendidikan dasar dan menengah. Esensi kegiatan belajaryang demikian inilah yang harus benar-benar diperhatikan oleh penulismodul.

Apabila peserta didik usia sekolah dasar dan menengah yangditargetkan sebagai sasaran yang akan mempelajari modul, maka disamping cara-cara atau petunjuk belajar dan langkah-langkahmempelajari modul yang dirumuskan secara sederhana dan jelas,maka modul hendaknya juga menggunakan (1) banyak ilustrasi (kayadengan ilustrasi), (2) kalimat-kalimat sederhana, (3) contoh-contohyang memperjelas uraian materi pelajaran, dan (4) titian belajar (dimulaidengan uraian meteri pelajaran yang lebih mudah). Aspek teknis yangjuga penting adalah yang berkaitan dengan perwajahan modul.

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 118: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

118 Website: http://www.pustekkom.go.id

KEPUSTAKAANAndamsari. (2000). “Aktivitas Belajar dalam Modul” sebagai bagian

dari Modul Pelatihan Penyusunan Modul. Jakarta: Pusat TeknologiKomunikasi dan Informasi Pendidikan.

Haryono, Anung. (2001). Self-learning Materials (Module): The Conceptand Format. Module. Presented in the training on “Self-LearningMaterials Development”, conducted by SEAMEO SEAMOLEC underthe sponsorship of Japan-ASEAN Solidarity through ASEANFoundation. Jakarta: SEAMEO SEAMOLEC.

Inten, Wayan. (2000). “Penggunaan Bahasa dalam Modul” sebagaibagian dari Modul Pelatihan Penyusunan Modul. Jakarta: PusatTeknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan.

Lasmono, Suharto. (2000). “Petunjuk Belajar dalam Modul” sebagaibagian dari Modul Pelatihan Penyusunan Modul. Jakarta: PusatTeknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan.

Purwanto. (2000). “Perancangan dan Penggunaan Ilustrasi” sebagaibagian dari Modul Pelatihan Penyusunan Modul. Jakarta: PusatTeknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan.

Rahardjo, Raphael. (2001). Promoting Active Learning. Module.Presented in the training on “Self-Learning Materials Development”,conducted by SEAMEO SEAMOLEC under the sponsorship of Japan-ASEAN Solidarity through ASEAN Foundation. Jakarta: SEAMEOSEAMOLEC.

Sadiman, Arief S. (ed.). (1987). Course Development: A Manual forEditors of Distance-Teaching Materials. Second Edition.Diterjemahkan oleh Anung Haryono. Cambridge: InternationalExtension College.

Siahaan, Sudirman. (2004). Modul tentang Menulis Modul. Disajikanpada pelatihan “Dasar-dasar Penulisan Modul” bagi guru-guru SekolahMenengah Ekonomi tingkat Atas (SMEA) di lingkungan MajelisPendidikan Kristen (MPK). Salatiga, Jawa Tengah: Majelis PendidikanKristen.

uuuuuuuuuuuuuuuuuu

Sudirman Siahaan: Bagaimana MemudahkanPeserta Didik Mempelajari Modul

Page 119: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

119No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

*) Edy Mulyana, ST., MT dan Asep Saepudin, M.Pd., adalah Staf Pengajar SekolahTinggi Manajemen Informatika dan Komputer Mardira Indonesia

PERKEMBANGPERKEMBANGPERKEMBANGPERKEMBANGPERKEMBANGAN DAN DAN DAN DAN DAN PEMANFAN PEMANFAN PEMANFAN PEMANFAN PEMANFAAAAAAAAAATTTTTANANANANANTEKNOLOGI INFORMASITEKNOLOGI INFORMASITEKNOLOGI INFORMASITEKNOLOGI INFORMASITEKNOLOGI INFORMASI

DDDDDALALALALALAM PENYELENGGAM PENYELENGGAM PENYELENGGAM PENYELENGGAM PENYELENGGARARARARARAAAAAANANANANANPENDIDIKAN JARAK JAUHPENDIDIKAN JARAK JAUHPENDIDIKAN JARAK JAUHPENDIDIKAN JARAK JAUHPENDIDIKAN JARAK JAUH

Oleh: Edy Mulyana & Asep Saepudin *

Abstrak

Walaupun istilah teknologi informasi dan sistem informasiseringkali dipertukarkan penggunaannya, namun keduanyamemiliki nuansa arti yang sama, yaitu bagaimana sebuahorganisasi berusaha untuk menggunakan perangkat komputer,aplikasi, dan sarana telekomunikasi untuk meningkatkankinerjanya secara signifikan. Ditinjau dari segi pengertiannya,sistem informasi dapat dianalogikan sebagai sebuah permintaan(demand), dimana kebutuhan akan sarana pengolahan data dankomunikasi yang cepat dan murah. Sedangkan teknologiinformasi merupakan jawaban (supply) terhadap kebutuhantersebut dalam bentuk penciptaan produk-produk berbaruteknologi perangkat keras dan perangkat lunak.Teknologi Informasi sebagai sebuh alat dapat digunakan padaberbagai bidang dan unit kerja. Pemanfaatan Teknologi informasipada bidang pendidikan, selain efektif digunakan pada programpendidikan jarak jauh (distance educational) juga memenuhikarakteristik sebagai sebuah inovasi bagi pengembanganpendidikan yang relatif ajeg baik aspek: relative advantage,compability, Complexity, Triability, maupun Obsevability.nya.

Page 120: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

120 Website: http://www.pustekkom.go.id

PENDAHULUANSudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan perkembangankomputer dan telekomunikasi telah merubah cara hidup masyarakat didunia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Keberadaan dan perananteknologi informasi di segala sektor kehidupan tanpa sadar telahmembawa dunia memasuki era baru globalisasi lebih cepat dari yangdibayangkan semula. Dampaknya tidak hanya berpengaruh pada sisimakro ekonomi dan politik masing-masing negara yang dipengaruhinya,tetapi lebih jauh telah merasuki aspek-aspek sosial budaya manusiatermasuk bidang pendidikan.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa perkembangan komputer telahmembawa dunia ke sebuah era baru: abad informasi. Dari sekian banyaksektor kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh kehadiran teknologiinformasi, organisasi atau institusi pendidikan merupakan entiti yangpaling banyak mendapatkan manfaat. Bagi dunia pendidikan, sisteminformasi dan teknologi informasi tidak hanya berfungsi sebagai saranapendukung untuk meningkatkan kinerja institusi dari waktu ke waktu,tetapi lebih jauh lagi telah menjadi senjata utama dalam mengembangkanmutu sumber daya manusia.

KONSEP TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEMINFORMASIIstilah ‘teknologi informasi’ mulai dipergunakan secara luas di pertengahantahun 80-an. Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologikomputer yang dipadukan dengan teknologi telekomunikasi. Definisi kata‘informasi’ sendiri secara internasional telah disepakati sebagai ‘hasildari pengolahan data’ yang secara prinsip memiliki nilai atau value yanglebih dibandingkan dengan data mentah. Komputer merupakan bentukteknologi informasi pertama (cikal bakal) yang dapat melakukan prosespengolahan data menjadi informasi. Dalam kurun waktu yang kuranglebih sama, kemajuan teknologi telekomunikasi terlihat sedemikianpesatnya, sehingga telah mampu membuat dunia menjadi terasa lebihkecil mereduksi ruang dan waktu (time and space). Dari sejarah ini dapat

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 121: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

121No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teknologi informasi adalahsuatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadiinformasi dan proses penyaluran data/informasi tersebut dalam batas-batas ruang dan waktu.

Sedangkan sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaandan pengaliran informasi. Dalam hal ini, teknologi informasi hanyamerupakan salah satu komponen kecil saja. Komponen komponenlainnya adalah: proses dan prosedur, struktur organisasi, sumber dayamanusia, produk, pelanggan, supplier, rekanan, dan lain sebagainya.Secara teori, di satu titik ekstrim, suatu sistem informasi yang baik belumtentu harus memiliki komponen teknologi informasi (lihat perusahaan-perusahaan pengrajin kecil dengan omset milyaran); sementara di titikekstrim yang lain, komputer memegang peranan teramat sangat pentingdalam penciptaan produk (perhatikan perusahaan manufakturing Jepangyang mempekerjakan robot untuk seluruh proses perakitan). Jadi,kehandalan suatu sistem informasi dalam perusahaan atau organisasiterletak pada keterkaitan antar komponen-komponen yang ada, sehinggadapat dihasilkan dan dialirkan suatu informasi yang berguna (akurat,terpercaya, detil, cepat, relevan, dsb.) untuk lembaga yang bersangkutan.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASITidak dapat disangkal bahwa salah satu penyebab utama terjadinya eraglobalisasi yang datangnya lebih cepat dari dugaan semua pihak adalahkarena perkembangan pesat teknologi informasi. Implementasi internet,electronic commerce, electronic data interchange, virtual office,telemedicine, intranet, dan lain sebagainya telah menerobos batas-batasfisik antar negara. Penggabungan antara teknologi komputer dengantelekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang sisteminformasi. Data atau informasi bahan belajar yang pada jaman dahuluharus memakan waktu berhari-hari untuk diolah sebelum dikirimkan kesisi lain di dunia, saat ini dapat dilakukan dalam hitungan detik.

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 122: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

122 Website: http://www.pustekkom.go.id

Menurut Dr. Richardus Eko Indrajit (2004) secara garis besar, ada tigaperiode atau era perkembangan sistem informasi, yang dimulai daripertama kali diketemukannya komputer hingga saat ini. Ketiga era tersebutyakni era komputerisasi, era teknologi informasi, dan era globalisasiinformasi, terjadi tidak hanya karena dipicu oleh perkembangan teknologikomputer yang sedemikian pesat, namun didukung pula oleh teori-teoribaru mengenai manajemen modern. Ahli-ahli manajemen dan organisasiseperti Peter Drucker, Michael Hammer, Porter, sangat mewarnaipandangan manajemen terhadap teknologi informasi di era modern.

ERA KOMPUTERISASIPeriode ini dimulai sekitar tahun 1960-an ketika mini computer danmainframe diperkenalkan perusahaan seperti IBM ke dunia industri.Kemampuan menghitung yang sedemikian cepat menyebabkan banyaksekali perusahaan yang memanfaatkannya untuk keperluan pengolahandata (data processing). Pemakaian komputer di masa ini ditujukan untukmeningkatkan efisiensi, karena terbukti untuk pekerjaan-pekerjaantertentu, mempergunakan komputer jauh lebih efisien (dari segi waktudan biaya) dibandingkan dengan mempekerjakan berpuluh-puluh stafpegawai untuk hal serupa. Pada era tersebut, belum terlihat suasanakompetisi yang sedemikian ketat. Jumlah lembaga pendidikan atauperusahaan yang memanfaatkan teknologi ini pun masih relatif sedikit.Kebanyakan dari perusahaan-perusahaan besar secara tidak langsung“memonopoli pasar-pasar tertentu, karena belum ada pesaing yang berarti.Hampir semua perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidanginfrastruktur (listrik dan telekomunikasi) dan pertambangan pada saatitu membeli perangkat komputer untuk membantu kegiatanadministrasinya sehari-hari. Keperluan organisasi pada lembagapendidikan dan atau perusahaan yang paling banyak menyita waktu.Komputer pada saat itu adalah untuk administrasi back office, terutamayang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan. Di pihak lain,kemampuan mainframe untuk melakukan perhitungan rumit jugadimanfaatkan lembaga pendidikan dan perusahaan untuk membantumenyelesaikan problem-problem teknis operasional, seperti simulasi-simulasi perhitungan.

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 123: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

123No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

ERA TEKNOLOGI INFORMASIKemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi telahmembawa komputer memasuki masa-masa “revolusi”-nya. Di awal tahun1970-an, teknologi PC (Personal Computer) mulai diperkenalkan sebagaialternatif pengganti mini computer. Dengan seperangkat komputer yangdapat ditaruh di meja kerja (desktop), seseorang dapat memperoleh dataatau informasi yang telah diolah oleh komputer (dengan kecepatan yanghampir sama dengan kecepatan mini computer, bahkan mainframe).Kegunaan komputer tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi, namunlebih jauh untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran atau proseskerja yang lebih efektif. Tidak seperti halnya pada era komputerisasidimana komputer hanya menjadi “milik pribadi” Divisi EDP (ElectronicData Processing), di era kedua ini setiap individu di organisasi lembagapendidikan dan perusahaan dapat memanfaatkan kecanggihan komputer,seperti untuk mengolah database, spreadsheet, maupun data processing(end-user computing).

Pemakaian komputer kemudian semakin marak, terutama didukungdengan alam kompetisi yang telah berubah dari monompoli menjadi pasarbebas. Secara tidak langsung, institusi baik berupa lembaga pendidikan,perusahaan maupun pemerintahan yang telah memanfaatkan teknologikomputer sangat efisien dan efektif dibandingkan instansi yang sebagianprosesnya masih dikelola secara manual. Pada era inilah komputermemasuki babak barunya, yaitu sebagai suatu fasilitas yang dapatmemberikan keuntungan kompetitif bagi institusi, terutama yang bergerakdi bidang pelayanan atau jasa seperti lembaga pendidikan.

Teori-teori manajemen organisasi modern secara intensif mulaidiperkenalkan di awal tahun 1980-an. Salah satu teori yang paling banyakdipelajari dan diterapkan adalah mengenai manajemen perubahan (changemanagement). Hampir di semua kerangka teori manajemen perubahanditekankan pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu komponenutama yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang ingin menang dalampersaingan bisnis. Tidak seperti pada kedua era sebelumnya yang lebihmenekankan pada unsur teknologi, pada era manajemen perubahan iniyang lebih ditekankan adalah sistem informasi, dimana komputer dan

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 124: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

124 Website: http://www.pustekkom.go.id

teknologi informasi merupakan komponen dari sistem tersebut. Kuncidari keberhasilan perusahaan di era tahun 1980-an ini adalah penciptaandan penguasaan informasi secara cepat danc akurat. Informasi di dalamperusahaan dianalogikan sebagai darah dalam peredaran darah manusiayang harus selalu mengalir dengan teratur, cepat, terus-menerus, ketempat-tempat yang membutuhkannya (strategis).

Ditekankan oleh beberapa ahli manajemen, bahwa lembaga yangmenguasai informasilah yang memiliki keunggulan kompetitif di dalamlingkungan makro. Di dalam periode ini, perubahan secara filosofis terjadipada lembaga pendidikan atau perusahaan yang dalam perkembangnnyamerubah lembaga pendidikan dan perusahaan tradisional ke lembagapendidikan dan perusahaan modern. Pada dasarnya, seorang pelangganatau orang tua siswa dalam memilih lembaga pendidikan atau jasa yangdibutuhkannya, akan mencari sekolah atau perusahaan yangmenawarkan jasa tersebut: cheaper (lebih murah), better (lebih baik),dan faster (lebih cepat). Di sinilah peranan sistem informasi sebagaikomponen utama dalam memberikan keunggulan kompetitif bagi lembagapendidikan dan perusahaan. Oleh karena itu, kunci dari kinerja lembagapendidikan atau perusahaan adalah pada proses yang terjadi baik didalam lembaga pendidikan atau perusahaan (back office) maupun yanglangsung bersinggungan dengan pelanggan (front office).

Untuk itu, Tidak heran bahwa di era tahun 1980-an sampai dengan awaltahun 1990-an terlihat banyak sekali perusahaan yang kemudian diikutibanyak lembaga pendidikan tinggi melakukan BPR (Business ProcessReengineering), re-strukturisasi, implementasi ISO-9000, implementasiTQM, instalasi dan pemakaian sistem informasi korporat (SAP, Oracle,BAAN), dan lain sebagainya. Utilisasi teknologi informasi terlihat sangatmendominasi dalam setiap program manajemen perubahan yangdilakukan perusahaan-perusahaan.

ERA GLOBALISASI INFORMASIBelum banyak buku yang secara eksplisit memasukkan era terakhir inike dalam sejarah evolusi teknologi informasi. Fenomena yang terlihat

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 125: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

125No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

adalah bahwa sejak pertengahan tahun 1980-an, perkembangan di bidangteknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) sedemikian pesatnya,sehingga kalau digambarkan secara grafis, kemajuan yang terjadi terlihatsecara eksponensial. Ketika sebuah seminar internasional mengenaiinternet diselenggarakan di San Fransisco pada tahun 1996 (Indrajit,2004) para praktisi teknologi informasi yang dahulu bekerja sama dalampenelitian untuk memperkenalkan internet ke dunia industri pun secarajujur mengaku bahwa mereka tidak pernah menduga perkembanganinternet akan menjadi seperti ini. Ibaratnya mereka melihat bahwa yangditanam adalah benih pohon ajaib, yang tiba-tiba membelah diri menjadipohon raksasa yang tinggi menjulang. Sulit untuk ditemukan teori yangdapat menjelaskan semua fenomena yang terjadi sejak awal tahun 1990-an ini, namun fakta yang terjadi dapat disimpulkan sebagai berikut:

Tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi.Keberadaannya telah menghilangkan garis-garis batas antar negara dalamhal flow of information. Tidak ada negara yang mampu untuk mencegahmengalirnya informasi dari atau ke luar negara lain, karena batasan antaranegara tidak dikenal dalam virtual world of computer. Penerapan teknologiseperti LAN, WAN, GlobalNet, Intranet, Internet, Ekstranet, semakinhari semakin merata dan membudaya di masyarakat. Terbukti sangatsulit untuk menentukan perangkat hukum yang sesuai dan terbukti efektifuntuk menangkal segala hal yang berhubungan dengan penciptaan danaliran informasi. Lembaga dan program pedidikan pun sudah tidak terikatpada batasan fisik lagi. Melalui virtual world of computer, seseorang dapatmencari sumber belajar di seluruh lapisan masyarakat dunia yangterhubung dengan jaringan internet.

Sulit untuk dihitung besarnya akses informasi yang mengalir bebas melaluijaringan internet. Transaksi-transaksi kerjasama atau kontrak belajar dapatdengan mudah dilakukan di cyberspace melalui electronic education.Tidak jarang lembaga pendidikan kaliber dunia yang akhirnya harusmendefinisikan kembali visi dan misi program pendidikannya, terutamayang bergelut di bidang teknologi. Kemudahan-kemudahan yangditawarkan perangkat canggih teknologi informasi telah merubah mindsetpengelolaan pendidikan.

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 126: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

126 Website: http://www.pustekkom.go.id

Dari keempat era di atas, terlihat bagaimana alam kompetisi dankemajuan teknologi informasi sejak dipergunakannya komputer dalamprogram pendidikan hingga saat ini terkait erat satu dan lainnya.Memasuki abad informasi berarti memasuki dunia dengan teknologi baru,teknologi informasi. Mempergunakan teknologi informasi seoptimummungkin berarti harus merubah mindset. Merubah mindset merupakanhal yang teramat sulit untuk dilakukan, karena pada dasarnya “peopledo not like to change”. Paling tidak, hal yang harus ada terlebih dahuludi setiap individu adalah kemauan untuk berubah. Tanpa “willingness tochange”, sangat mustahillah kita dapat memanfaatkan teknologi informasiuntuk membangun proigram pendidikan nasional dalam kancahinternasional.

TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDIDIKANJARAK JAUHa. Kajian Filosofis

Secara filosofis, pendidikan adalah hak setiap anggota masyarakat,dan pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Proses pendidikan tidakdibatasi untuk satu wilayah atau masyarakat tertentu, tapi harusdirasakan oleh seluruh anggota masyarakat di berbagai daerah diIndonesia secara merata dalam kesempatannya maupun kualitasnya.

Berdasarkan data empirik, bahwa pada jenjang dan jalur pendidikanyang saat ini proses belajar mengajarnya relatif konvensional (tatapmuka), sesungguhnya menghadapi banyak keterbatasan dan sudahtidak lagi mampu memenuhi kebutuhan pendidikan untuk masyarakatyang semakin kompleks dan tersebar. Penulis berasumsi bahwa,dengan diselenggarakannya program pendidikan jarak jauh sepertiProgram Belajar paket A dan Paket B, SMP terbuka yang didirikanpada tahun 1979, Universitas Terbuka sejak tahun 1984, sertapendidikan guru tertulis pada tahun 1955, dan program pendidikandan pelatihan jarak jauh di berbagai departemen, termasuk usahamenuntaskan program Wajar 9 tahun dengan memakai systempendidikan jarak jauh, adalah fakta bahwa pendidikan konvensional

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 127: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

127No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

(tatap muka) tak mampu lagi memenuhi kebutuhan pendidikanmasyarakat hampir disemua jenis dan jenjang pendidikan.

Berdasarkan pertimbangan filosofis dan empirik tersebut, nampaknyapendidikan konvensional (tatap muka) yang saat ini berlangsungkhususnya pada jalur pendidikan formal, sebentar lagi akan menjadipermasalahan serius. Permasalah tersebut diantaranya, pertamakendala dari pihak pemerintah yaitu terbatasnya dana untukmenambah lahan dan bangunan, gaji tenaga pengajar, sertaterbatasnya sumber daya manusia yang akan menjadi pengajarpada institusi yang akan dibangun tersebut. Kedua, kendala daripihak peserta belajar (masyarakat) itu sendiri yaitu, selain jauhnyajarak tempat tinggal dengan pusat sekolah atau kampus, jugasebagian besar diantara mereka telah bekerja dan disibukan denganpekerjaaan kantornya, sehingga tidak bisa hadir secara teratur dalamkegiatan tatap muka.

Pada sisi lain, dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi,serta tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, saat inisudah banyak sarana dan fasilitas tekonologi komputer (sepertiteknologi internet) yang memungkinkan dimanfaatkan oleh duniapendidikan dalam kegiatan proses belajar mengajarnya (khususnyapendidikan jarak jauh), sehingga target yang diharapkan dapattercapai secara efetif.

b. Kajian Praktis-InovasiPenggunaan Tekonologi Informasi dalam dunia pendidikan dimaknaisebagi sebuah inovasi. Suatu benda, alat atau teknologi dapat disebutinovasi apabila memenuhi karakteristik inovasi. Everett M. Rogers,mengembangkan teori difusi inovasi yang merinci karakteristik sebuahinovasi, yakni: relative advantage, compatibility, Complexity,Trialability, dan Observability. Dengan menggunakan karakteristiktersebut, dapat dianalisis keajegan teknologi informasi sebagaisebuah inovasi. Dibawah ini akan diuraikan gambaran karakteristikinovasi dalam penerapan teknologi informasi pada program pendidikanjarak jauh sebagia berikut:

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 128: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

128 Website: http://www.pustekkom.go.id

a. Keuntungan relatif (relative advantage),Teknologi internet merupakan sarana yang dapat digunakan untukberkomunikasi antar personal atau kelompok orang secaralangsung, walaupun yang bersangkutan tidak hadir secara nyata.Dilihat dari aspek materi ajar, melalui pemanfaatkan teknologiinformasi (Komputer), seolah-olah materi ajar dapat diakses olehsiapa saja dan kapan saja. Akses terhadap materi ajarsebenarnya dapat diatur bila dikehendaki karena tersedia fasilitaspengaman dimana hanya orang (waraga belajar) yang telahmendaftar saja yang bisa mengakses materi ajar tersebut.Kondisi ini merupakan keuntungan bagi dunia pendidikan(khususnya PLS), karena pengajar atau tutor dapat mentansfermateri ajarnya kepada warga belajar dari jarak yang jauh (tidakharus berkunjung). Selain itu setiap materi yang disampaikanmelalui internet dapat diakses (dibaca) oleh banyak warga belajardalam waktu yang bersamaan atau berbeda, sehingga wargabelajar tidak diharuskan menerima materi ajar pada waktu yangdijadualkan seperti pendidikan tatap muka.

Selain secara status sosial lebih bergengsi, proses belajarmengajar dengan memanfaatkan teknologi internet sangatekonomis, karena sangat efisien dari biaya. Alasan tersebutdikarenakan, pertama, proses belajar mengajar tidak harusmemerlukan bangunan tetap seperti sekolah, kedua, bagi Toturtidak harus mengeluarkan banyak biaya untuk transfortasi ataubiaya akomodasi lainnya, ketiga, bagi warga belajar tidak harusmembeli modul-modul banyak.

b. Kesepadanan (compatibility),Berkenaan dengan kesesuaian, penerapan teknologi internet tidakbertentangan dengan nilai yang berkembang dalam masyarakat,seperti nilai-nilai agama, budaya atau norma masyarakat lainnya,mengingat inovasi ini lebih bersifat individual dan hanya diaksesoleh individu (warga belajar) yang berkepentingan tidak melibatkandan atau menganggu masyarakat lain secara menyeluruh. Bahkandengan hadirnya teknologi ini masyarkat memandang adalah

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 129: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

129No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

sebuah kemajuan zaman yang harus diikuti oleh masyarakat.Hal ini terbukti dari animo masyarakat untuk mendirikian lembagakursus serta mengikutsertakan putra-putrinya untuk kursuskomputer/internet semakin tumbuh berkembang hampir disetiapwilayah.

c. Kompleksitas (Complexity),Proses belajar mengajar dengan memanfaatkan teknologi internet,awalnya akan dianggap sukar, karena memerlukan keterampilantersendiri yang diperoleh melalui proses belajar dan melibatkanprovider tertentu. Kerumitan tersebut dapat teratasi, karenafasilitas dan sumber-sumber buku panduan belajar komputer sertalembaga-lembaga kursus sudah tersebar banyak. Selain itu, paraputera-puteri anggota masyarakat (umumnya pelajar) relatif telahmengenal pengopersian komputer, dan saat ini hampir disetiaprumah telah memiliki komputer. Berkenaan dengan provider (pusatakses), hampir diseluruh Indonesia telah terjangkau banyakprovider. Oleh karena itu, Bagi warga belajar memungkinkanmengakses materi ajar melalui teknologi internet.

d. Kemungkinan dapat dicoba (Trialability),Teknologi internet yang sarananya adalah komputer merupukanbarang nyata, yang dapat dicoba langsung oleh setiap wargabelajar. Bahkan dapat dipelajari oleh siapa saja. Melalui prosesmencoba, warga belajar dapat melihat kecanggihan komputerdalam mengolah informasi. Hal ini merupakan daya tarik tersendiriakan tercapainya difusi inovasi bagi warga belajar untukmemanfatakan teknologi komputer.

e. Kemungkinan dapat diamati (Obsevability),Proses kerja komputer adalah proses kerja teknologi yanghasilnya dapat langsung dilihat. Warga belajar dapat mencobamemberikan masukan (input) data, kemudian komputer akanmemproses dan dengan segera akan dihasilkan keluaran (output)sistem informasi hasil pengolahan data berupa printout, atauvisualisasi pada display, dalam bentuk tulisan, tabulasi data,

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 130: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

130 Website: http://www.pustekkom.go.id

gambar, dan sebagainya. Hal ini meruapakan salah satu dayatarik cepatnya proses difusi inovasi penerapan teknologi internet/komputer bagi program kegiatan belajar jarak jauh.

c. Kajian Dukungan dan HambatanDaya dukung dalam difusi inovasi penerapan teknologi internet padaprogram Pendidikan jarak jauh, diantaranya, pertama dilihat darisofwre. Bahwa penyampain materi yang akan ditransformasikankepada warga belajar dapat lebih efektif dan efisien, karena diIndonesia sudah banyak dibuat software pendidikan oleh para pakarkomputer, walaupun tergolong pada fase “early stage”. Saat ini sudabanyak software pendidikan yang bermutu tinggi dan beberapadiantaranya buatan luar negeri. Beberapa contoh software pendidikanyang dikenal diantaranya: computer assisted instruction (CAI), yangumumnya software ini sangat baik untuk keperluan remedial.intelligent computer assited instructional (ICAL), dapat digunakanuntuk material tau konsep. Computer assisted training (CAT),computer assisted design (CAD), computer assisted media (CAM),dan lain-lain. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap kantor telahmemiliki dan menggunakan komputer. Kedua, Dilihat dari kesiapanmasyarakat, Saat ini pada setiap keluarga, komputer sudah menjadifasilitas biasa dan dapat dioperasikan oleh hampir semua anggotakeluarga. Jumlah keluarga yang mempunyai komputer menunjukanpeningkatan sebagai hasil kemajuan dari perkembangan ekonomi.Ini berarti bahwa jumlah masyarakat yang mempunyai aksesterhadap komputer meningkat dari waktu kewaktu. Oleh arena itu,program pendidikan jarak jauh dengan berbasis komputer/internetdapat dikembangkan untuk kelompok (masyarakat) ini.

Mengingat negara bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupanbangsa, maka negara tentu yang akan menyediakan materi ajar denganmempekerjakan pakar yang mempunyai dedikasi tinggi untukmemajukan pendidikan di Indonesia. Selama ini pemerintah telah banyakmenyediakan materi jarar. Mahalanya biaya honor dan pembuatan materiajar bukan masalah, karena dapat dijustifikasi, apabila materi ajartersebut dapat dipakai oleh segenap anggota masyarakat di Indonesia

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 131: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

131No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Hambatan yang mungkin dihadapai dalam inovasi tersebut,digambarakn Evert M. Rogers yang oleh Ibrahim (1988) didiklasifikasikan dalam enam (6) hambatan inovasi yaitu, Estimasi,konflik, inovasi tidak berkembang (macet), finansial, penolakankelompok tertentu, kurangnya hubungnan sosial. Dari keenam faktortersebut, ada dua (2) hambatan dalam inovasi penerapan teknologiintrenet ini yaitu, macetnya inovasi dan keterbatasan finansial.Macetnya inovasi dikarenakan keterbatasan warga belajar untukmengopersikan komputer/internetnya dalam mengakses bahan ajar(faktor internal). Oleh karena itu perlu ada aksi untuk menyiapkanmasyarakat (ready for lerning), yaitu dengan cara melibatkan parapenyuluh lapangan dari departemen terkait, mislanya penyuluhpertanian, penyuluh industri, aparat pemerintah setempat dansebagainya. Mereka ini petugas yang telah terlatih dan mengetahuimateri ajar yang tersedia dan cara akses atau mendapatkannya.Mereka bertanggungjawab membantu kelompok masyarakattermasuk mengkomunikasikan materi ajar yang tidak dipahamimasyarakat sehingga dapat mempelajarinya dalam waktu tertentu.Sedangkan keterbatasan finansial (faktor eksternal), akan terjadikarena inovasi ini perlu biaya banyak untuk menyediakan saranakomputer termasuk iuran wajib kepada provider. Untuk mengatasihal tersebut, setiap per satu komputer diakses oleh satu kelompokwarga belajar.

Jaringan internet merupakan salah satu jenis jaringan yang populerdimanfaatkan, karena internet merupakan teknologi informasi yangmampu menghubungan komputer di seluruh dunia, sehinggamemungkinkan informasi dari berbagai jenis dan bentuk informasidapat dipakai secara bersama-sama. Program ini optimis akanberjalan dengan baik, karena saat ini telah banyak perusahaan swastadi Indonesia yang menyediakan jasa sambungan internet, misalnyaIndoInternet, Radnet, D-Net, Idola, dan lain-lain.

Sebagai ilustrasi, kita dapat mengadopsi pola PT Pos Indonesia yangyang pada beberapa tahun lalu menjadi penyedia jasa sambunganke internet (Wasantara-Net) yang membuka cabang disetiap kota,

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 132: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

132 Website: http://www.pustekkom.go.id

yang kemudian menjadi pengembangan Nusantara 21. Nusantara21 adalah jalan raya lintasan informasi yang menghubungkanseluruh kawasan nusantara dengan bandwidth yang sangat besar,sehingga memungkinkan pertukaran informasi dalam berbagai bentuk(teks, grafis, suara dan video) dapat terjadi dengan cepat.

Penerapan teknologi komputer dalam pendidikan, dapat diterapkanmelalui beberapa kategori yaitu. Pertama, karena alasan masyarakat(warga belajar) sudah memiliki komputer sendiri, maka dapatdikembangkan Paket belajar Personal-Interaktif. Paket ini dilakukandengan cara memanfaatkan software pendidikan seperti; ComputerAssisted Instructional (CAI) atau Computer-Based Training (CBT).Pada pemanfaatan jenis ini, informasi atau materi ajar dikemas dalamsuatu software. Peserta belajar dapat belajar dengan caramenjalankan program komputer atau perangkat lunak tersebut dikomputer secara mandiri dan di lokasi masing-masing. Melalui paketprogram belajar ini peserta dapat melakukan simulasi atau jugaumpan balik kepada peserta ajar tentang kemajuan belajarnya.Kedua, karena alasan negara Indonesia terdiri atas ribuan pulauyang tersebar dalam wilayah yang sangat luas, serta dihuni olehlebih dari 200 juta penduduk dengan distribusi secara tidak homogen.Kondisi ini memang disadari kendala ketika akan diterapkan sistempendidikan konvensional (tatap muka). Maka teknologi internet yangmungkin diterapkan untuk kondisi tersebut adalah melalui jaringaninternet.

Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet iniyang salah satunya adalah system “dot.com educational system”(Kardiawarman, 2000). Paradigma ini dapat mengitegrasikanbeberapa system seperti; (1) paradigma virtual teacher resources,yang dapat mengatasi terbatasnya jumlah tutor/instruktur yangberkualitas, sehingga warga belajar tidak harus secara intensifmemerlukan dukungan tutor, karena peranan instruktur/tutor maya(virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh system belajartersebut. (2) virtual school system, yang dapat membuka peluang

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 133: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

133No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

menyelenggarakan pendidikan tinggi yang tidak memerlukan ruangdan waktu. Keunggulan paradigma ini daya tampung siswa takterbatas. Warga belajar dapat melakukan kegiatan belajar kapansaja, dimana saja, dan darimana saja. (3) paradigma cybereducational resources system, atau dot com leraning resourcessystem. Merupakan pedukung kedua paradigma di atas, dalammembantu akses terhadap artikel atau jurnal elektronik yang tersediasecara bebas dan gratis dalam internet.

Semua paradigma tersebut di atas dapat diintegrasikan kedalamsuatu system pendidikan jarak jauh (distance educational) denganpemanfaatan teknologi internet. Salah satu bentuk pemanfatanteknologi internet pada pendidikan jarak jauh adalah pengajaranberbasis Web yang dikenal dengan istilah e-Learning. Melalui mediaini proses belajar dapat dijalankan secara on-line atau di-download.Untuk keperluan off-line. Warga belajar (adopter) dapat mengaksessystem kapan saja dibutuhkan dan sesering mungkin (timeindependence), tidak terbatas pada jam belajar dan tidak tergantungpada tempat (place independence). Fungsi lain yang dapat digunakanuntuk proses belajar tersebut melalui e-mail atau grup diskusi, yangdapat berinteraksi dan mengirimkan naskah secara electronic. Ketiga,karena alasan untuk kesamaan mutu dalam memperolah materi,dikembangkan paket belajar terdistribusi. Materi ajar dapat dikemasdalam bentuk Webpage, ataupun program belajar interaktif (CAI atauCBT). Materi belajar kemudian di tempatkan disebuah server yangtersambung ke internet sehingga dapat diambil oleh warga belajarbaik memakai Web-Browser ataupun File Transport Protocol (aplikasipengiriman file).

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 134: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

134 Website: http://www.pustekkom.go.id

DAFTAR PUSTAKA

Asep Saepudin. 2001. Alih Ilmu dan Teknologi dalam Pendidikan.Jurnal Teknodik Pustekom Depdiknas. No. 9/Okt/2001.

Alexander,S.: “Teaching and Learning on the Word Wide Web”, http://www.scu.edu.au/Ausweb95/papers/education/alexander.

Everett M. Rogers. 1983. Diffusion of Innovasion. The Free Press ADivision of MacMillan Publishing Co. Inc. New York.

Ibrahim. 1998. Inovasi Pendidikan. Jakarta; Dirjen DiktiIndrajit E.R, (2004). Sistem Informasi. Bandung: Makalah Seminar.Kardiawan . 2000. Pendidikan Berbasis Komputer. Mimbar

Pendidikan. No. 4 tahun XiX. UPI Bandung.Mulyani Sumantri. 2000. Inovasi Pendidikan (Catatan Perkulaihan).

uuuuuuuuuuuuuuuuuu

Edy Mulyana & Asep Saefudin: Perkembangandan Pemanfaatan TI dlm Penyelenggaraan PJJ

Page 135: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

135No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

PENGEMBANGPENGEMBANGPENGEMBANGPENGEMBANGPENGEMBANGAN KUALITAN KUALITAN KUALITAN KUALITAN KUALITASASASASASSDM (GURU) DI MADRASAHSDM (GURU) DI MADRASAHSDM (GURU) DI MADRASAHSDM (GURU) DI MADRASAHSDM (GURU) DI MADRASAH

Oleh: Waldopo *

Abstrak

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka keberadaanMadrasah diakui sama dengan sekolah-sekolah yang selamaini dikelola Depdiknas yaitu sebagai salah satu subsistempendidikan nasional. Dengan demikian, MI sama dengan SD,MTs.dengan SMP dan MA dengan SMA. Sehubungan denganhal tersebut Madrasahpun juga harus didesentralisasikansebagaimana SD, SMP maupun SMA yang selama ini dikelolasecara terpusat oleh Depdiknas. Untuk mengantisipasi masalahini, Departemen Agama melalui MESA (Madrasah Education SubSector Assesment) melakukan studi menyeluruh tentangpengelolaan Madrasah untuk melihat kesiapan Madrasah jikapengelolaannya diserahkan ke daerah. Studi dilakukan denganmelihat dokumentasi, mewawancarai pakar, pejabat, praktisilapangan dan lain-lain. Sebagai sampel dikunjungi 6 lokasiguna melihat kondisi riil Madrasah, mewawancarai para guru dankepala Madrasah, serta melakukan diskusi terfokus (FocusGroup Discussion) dengan pejabat daerah seperti para Ka KanwilDepag dan Kepala Kantor Departemen Agama, para pejabatPropinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi masalahanggaran dan perencanaan. Selain itu dilakukan observasi danwawancara dengan para pengelola MDC (Madrasah DevelopmentCenter) CLRC (Common Learning Resources Center) danpengelola Madrasah Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

*) Drs. Waldopo, M.Pd., adalah tim konsultan untuk MESA Depag Tahun 2003 bidangpengembangan SDM, peneliti pada bidang Teknologi Pembelajaran, PustekkomDepdiknas.

Page 136: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

136 Website: http://www.pustekkom.go.id

pertama, para pejabat di daerah cenderung merasa “belum siap”jika Madrasah didesentralisaikan dan kedua, kondisi SDM(lhususnya Guru) yang ada di Madrasah belum seperti yangdiharapkan.

Kata Kunci: Common Learning Resources Center (CLRC),Madrasah Development Center (MDC), Madrasah Model,M E S A,

I. PENDAHULUANPembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kaitannya denganusaha untuk memperoleh hasil pendidikan dan pembelajaran yangberkualitas, tidak terlepas dari peran Guru (teachers) dan KepalaSekolah (school principals) di samping komponen-komponenpendidikan lainnya.

Mengingat besarnya peranan guru dan kepala sekolah dalam prosesterjadinya kegiatan pendidikan/pembelajaran, dari dua jenis SDMinil guru dipilih untuk dijadikan fokus dalam kajian ini.

Peranan guru dianggap sangat dominan dalam menentukan hasilpendidikan/pembelajaran, karena merekalah sebagai pelaksanasekaligus sumber belajar yang sehari-harinya berinteraksi langsungdengan siswa (peserta didik). Kalau diinginginkan adanya hasilpendidikan/ pembelajaran yang berkualitas dari Madrasah, makasumber belajar yang berupa guru juga harus yang berkualitas dalamarti disamping memiliki sertifikasi mereka juga perlu memenuhikompetensi sebagai guru di Madrasah.

Dalam kaitannya dengan pendidikan di Madrasah, sesuai denganKeppres No.34/1972, Inpres No.15/1974 dan Surat KeputusanBersama Tiga Menteri yaitu Mendikbud (pada waktu itu), Menagdan Mendagri Nomor 0371 U/1975 dan No 16 tahun 1975 tanggal 24Maret 1975, Madrasah merupakan bagian integral dari sistem

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 137: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

137No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

pendidikan nasional. Hal ini ditegaskan kembali dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989. DalamUndang-Undang tersebut kedudukan Madrasah sama dengan sekolahumum dengan tambahan yang berciri khas Islam. Dengan demikian,Madrasah Ibtida’iyah (MI) kedudukannya sama dengan Sekolah Dasar,Madrasah Tsanawiyah (M.Ts) sama dengan SLTP dan Madrasah‘Aliyah (MA) sama dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). DalamUndang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional bab VI pasal 17 ayat 2 ditegaskan bahwa Pendidikan Dasarberbentuk Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtida’iyah (MI) ataubentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP)dan Madrasah Tsanawiyah (M.Ts) atau bentuk lain yang sederajat.Selanjutnya pada bab yang sama pasal 13 ayat 3 disebutkanPendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),Madrasah ‘Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) danMadrasah ‘Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.Dengan demikian pada saat ini Madrasah kedudukannya benar-benardiakui sama dengan sekolah Umum (MI sederajat dengan SD, MTssederajat dengan SMP, dan MA sederajat dengan SMA). Madrasahmerupakan salah satu Subsistem Pendidikan Nasional. Sebagaisalah satu subsistem pendidikan nasional Madrasah dituntut untukmenyampaikan materi pendidikan (kurikulum) yang sama dengansekolah-sekolah umum yang selama ini dikelola Depdiknas. Olehkarena itu, kurikulum yang digunakan Madrasah pada saat ini haruslahsama dengan kurikulum yang digunakan oleh sekolah-sekolah umumyaitu kurikulum tahun 1994 atau kurikulum 2004 yang berbasiskompetensi (KBK).dan selanjutnya akan disesuaikan dengankurikulum 2006. Meski demikian Madrasah juga tidak bolehmelupakan ciri khasnya sebagai lembaga pendidikan yangmengajarkan materi-materi keagamaan Islam. Ciri khas inilahsebenarnya yang merupakan nilai plus dari Madrasah pada saatini. Berdasarkan ciri khasnya tersebut, maka secara substansialdapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan Madrasah selain samadengan sekolah umum melainkan juga mempunyai tujuan tambahanyaitu untuk menghasilkan insan-insan intelek yang bukan hanya

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 138: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

138 Website: http://www.pustekkom.go.id

sekedar menguasai pengetahuan umum, namun juga menguasaimateri-materi keagamaan Islam. Madrasah ingin mendidik siswa-siswanya menjadi manusia-manusia pandai (dalam bidangpengetahuan umum) yang berwawasan Islam (Islami). Keislamanmereka diharapkan bukan hanya tercermin dalam pola fikirnya namunjuga dalam tingkah lakunya sehari-hari. Dengan demikian, dapatdisimpulkan bahwa beban kurikulum yang harus disampaikan olehMadrasah jauh lebih berat jika dibandingkan dengan sekolah umum.

Sehubungan dengan beban kurikulum yang jauh lebih berat tersebut,sudah sewajarnya jika Madrasah harus didukung oleh tenaga-tenagaguru dalam jumlah yang mencukupi serta kualifikasi yang handal,artinya memiliki sertifikasi dan kompetensi yang memenuhipersyaratan akademis dan dapat menjadi teladan yang baik bagisiswa-siswanya. Itulah gambaran riil guru-guru yang seharusnyadimiliki oleh Madrasah. Mengingat beratnya beban tersebut, makasudah sewajarnya jika Guru Madrasah memperoleh penghargaanyang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Guru Sekolah umum.

II. KAJIAN TEORIBerbicara tentang perjalanan Madrasah hingga menjadi bagian darisubsistem pendidikan nasional tidak bisa terlepas dari sejarahmasukknya Islam ke Indonesia. Islam masuk ke Indonesiadiperkirakan sudah dimulai pada abad ke 7 Masehi melalui interaksiantara penduduk pribumi dengan para pedagang muslim dari kawasanGujarat (India) yang sengaja datang ke Indonesia untuk berda’wahsambil berdagang. Disamping itu, masuknya Islam ke Indonesia jugadibawa oleh para sufi yang sengaja melakukan perjalanan dengantujuan untuk berda’wah (menyebarkan Agama Islam). Islam masukke Indonesia secara pesat dimulai pada abad ke 12 Masehi (JournalMadrasah, 1996 : 10). Perkembangan selanjutnya para tokoh muslim(yang rata-rata juga sebagai da’i) melakukan penyebaran agama Islamdisamping secara langsung kepada masyarakat juga melalui pendirianpesantren-pesantren dan sekolah-sekolah yang disebut Madrasah.Pada awalnya Madrasah didirikan khusus untuk mengajarkan bebagai

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 139: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

139No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

pengetahuan tentang agama Islam serta ilmu ‘alat yang diperlukanuntuk memahaminya seperti bahasa Arab dan lain-lain. Hampirseluruh Madrasah ketika itu dikelola secara swasta oleh masyarakat.Pemerintah mulai ikut terlibat dalam pengelolaan pendidikanMadrasah semenjak didirikan Departemen Agama 3 Januari 1946,meskipun departemen ini embrionya sudah ada sejak zaman Belandadengan berdirinya kantor Voor Inlandcshe en MohammadenscheZaken (Journal Madrasah, 1996 : 11). Dengan keterlibatannya tersebutpemerintah secara berangsur-angsur memasukkan kurikulum umumke dalam pendidikan Madrasah. Dengan demikian lulusan pendidikanMadrasah diharapkan disamping memiliiki pengetahuan di bidangagama Islam juga memiliiki pengetahuan di bidang ilmu pengetahuandan teknologi secara umum. Selanjutnya Pendidikan Madrasahdiharapkan akan menjadi bagian dari sistem pendidikan nasionalyang menghasilkan SDM-SDM yang berkualitas. Seiring denganperjalanan waktu, perkembangan dan kemajuan-kemajuan yangdicapai oleh pendidikan Madrasah, maka pada era tahun tujuhpuluhanpemerintah memeberikan appresiasi.

Berkenaan dengan hal tersebut sesuai dengan Keppres No.34/1972,Inpres No.15/1974 dan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri yaituMenteri Pendidikan dan Kebudayaan (pada waktu itu), Menteri Agamadan Menteri Dalam Negeri Nomor 0371 U/1975 dan No 16 tahun1975 tanggal 24 Maret 1975, Madrasah merupakan bagian integraldari sistem pendidikan nasional. Hal ini ditegaskan kembali dalamUndang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989.Dalam Undang-Undang tersebut kedudukan Madrasah sama dengansekolah umum dengan tambahan yang berciri khas Islam. Dengandemikian, Madrasah Ibtida’iyah (MI) kedudukannya sama denganSekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (M.Ts) sama denganSekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah ‘Aliyah (MA) samadengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam Undang-UndangNomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab VIpasal 17 ayat 2 ditegaskan bahwa Pendidikan Dasar berbentukSekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtida’iyah (MI) atau bentuk lain

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 140: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

140 Website: http://www.pustekkom.go.id

yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) danMadrasah Tsanawiyah (M.Ts) atau bentuk lain yang sederajat.Selanjutnya pada bab yang sama pasal 13 ayat 3 disebutkanPendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),Madrasah ‘Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) danMadrasah ‘Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.Dengan demikian pada saat ini Madrasah kedudukannya benar-benardiakui sama dengan sekolah Umum (MI sederajat dengan SD, MTssederajat dengan SMP, MA sederajat dengan SMA dan MAK sederajatdengan SMK). Madrasah benar-benar merupakan salah satuSubsistem Pendidikan Nasional. Sebagai salah satu subsistempendidikan nasional Madrasah dituntut untuk menyampaikan materipendidikan (kurikulum) yang sama dengan sekolah-sekolah umumyang selama ini dikelola Departemen Pendidikan Nasional(Depdiknas). Oleh karena itu, kurikulum yang digunakan Madrasahpada saat ini juga harus sama dengan kurikulum yang digunakanoleh sekolah-sekolah umum yaitu kurikulum tahun 1994 ataukurikulum 2004 yang berbasis kompetensi (KBK). Meski demikianMadrasah juga tidak boleh melupakan ciri khasnya sebagai lembagapendidikan yang mengajarkan materi-materi keagamaan Islam. Cirikhas inilah sebenarnya yang merupakan nilai plus dari Madrasahpada saat ini. Berdasarkan ciri khasnya tersebut, maka secarasubstansial dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan Madrasahselain sama dengan sekolah umum melainkan juga mempunyai tujuantambahan yaitu untuk menghasilkan insan-insan intelek yang bukanhanya sekedar menguasai pengetahuan umum, namun jugamenguasai materi-materi keagamaan Islam. Madrasah ingin mendidiksiswa-siswanya menjadi manusia-manusia pandai (dalam bidangpengetahuan umum) yang berwawasan Islam (Islami). Keislamanmereka diharapkan bukan hanya tercermin dalam pola fikirnya namunjuga dalam tingkah lakunya sehari-hari. Dengan demikian, dapatdisimpulkan bahwa beban kurikulum yang harus disampaikan olehMadrasah jauh lebih berat jika dibandingkan dengan sekolah umum.

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 141: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

141No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Sehubungan dengan beban kurikulum yang jauh lebih berat tersebut,sudah sewajarnya jika Madrasah harus didukung oleh tenaga-tenagaguru dalam jumlah yang mencukupi serta kualifikasi yang handal,artinya memiliki sertifikasi dan kompetensi, memenuhi persyaratanakademis dan dapat menjadi teladan yang baik bagi siswa-siswanya.Itulah gambaran riil guru-guru yang seharusnya dimiliki oleh Madrasah.Mengingat beratnya beban tersebut, maka sudah sewajarnya jikaGuru memperoleh penghargaan yang lebih tinggi jika dibandingkandengan Guru dan Kepala Sekolah umum.

Mengenai penerapan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh untukkegiatan pendidikan/pembelajaran dinilai memiliki beberapa kelebihanantara lain: murah, memiliki daya jangkau yang luas serta pesertadidik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan tanpa harusmeninggalkan tempat tugasnya.

Pustekkom sebagai salah satu lembaga di bawah Depdiknas yangsalah satu tugas dan fungsinya mengembangkan dan merintispelaksanaan kegiatan pembelajaran /pendidikan melalui sistemPendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, telah mencobakan sistemtersebut dalam kegiatan pendidikan/pembelajaran, misalnya: SMPTerbuka, SMA Terbuka, Siaran radio untuk pendidikan luar sekolah,Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Inggris untuk guru-guru SD, SiaranTelevisi Edukasi dan layanan pendidikan yang berbasis on line(internet). Hasilnya dapat dikatakan tidak mengecewakan. Sebagaicontoh hasil Ujian Nasional untuk SMP dan SMA Terbuka rata-ratadiatas 75%. Demikian pula Diklat Bahasa Inggris untuk guru SDlulusannya juga rata-rata di atas 75%.

III. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN:GAMBARAN GURU MADRASAH1. Jumlah Guru

Secara keseluruhan jumlah Guru Madrasah di seluruh Indonesiauntuk tahun pelajaran 2001/2002 ada 456.281 orang yang terdiridari guru Madrasah

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 142: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

142 Website: http://www.pustekkom.go.id

RasioSiswa Guru

JenisMadrasah

J u m l a hKeterangan

Sekolah Siswa G u r u

M I

M Ts.

M A

J u m l a h

22.799

10.791

3.772

37.362

3.075.528

1.961.511

661.104

5.698.143

196.374

192.279

67.628

456.281

16,05

12,7

12,05

-

TahunPelajaran2001/2002

-

Ibtida’iyah (MI) 196.374 orang,, guru Madrasah Tsanawiyah(M.Ts.) 192.279 orang dan guru Madrasah ‘Aliyah (MA) sebanyak67.628.

Jumlah siswa yang diasuh oleh guru-guru tersebut untuk tahunpelajaran yang sama ada 5.698.143 anak. Mereka ditampungdalam 37.362 lembaga pendidikan Madrasah Negeri dan Swasta.Untuk Madrasah Ibtida’iyah (MI) jumlahnya ada 22.799 sekolahdengan jumlah siswa 3.075.528 anak, Madrasah Tsanawiyah(M.Ts.) ada 10.791 sekolah dengan jumlah siswa 1.961.511 anakdan Madrasah ‘Aliyah (MA) ada 3772 sekolah dengan jumlahsiswa sebanyak 661.104 anak (EMIS-DEPAG, “StatistikPendidikan Islam MI, MTs dan MA” Tahun Pelajaran 2001/2002 :1, 9, 50-51).

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :Tabel 1. Sekolah, Siswa, Guru dan Rasio Siswa Guru Madrasah

Khusus untuk guru disajikan data sebagai berikut :

Walaupun jumlah guru Madrasah pada saat ini ada 456.281,namun pada kenyataannya jumlah tersebut menurut EMIS masihbelum mencukupi. Secara keseluruhan Madrasah-Madrasah diseluruh Indonesia masih memerlukan tambahan guru sekitar50.691 orang (Ibid : 59-63) dengan rincian tambahan 31.806orang guru untuk Madrasah Ibtida’iyah, 10.198 orang guru untukMadrasah Tsanawiyah dan 8.687 orang guru untuk Madrasah‘Aliyah.

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 143: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

143No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Madrasah Ibtida’iyah 75% 25%

Madrasah Tsanawiyah 67% 33%

Madrasah ‘Aliyah 15,5% 84,5%

Jenis MadrasahK a t e g o r i

Qualified Unqualified

Menurut hasil temuan lapangan (dari 6 lokasi yang dikunjungisebagai sampel (Jambi, Sumatera Barat, Jawa Timur, KalimantanSelatan, Bali dan Sulawesi Tenggara) diperoleh informasi bahwakekurangan guru tersebut terutama untuk guru-guru matapelajaran umum seperti Fisika, Matematika, Biologi dan BahasaInggris. Perlu diketahui bahwa bukan hanya MadrasahTsanawiyah dan Madrasah ‘Aliyah saja yang menerapkan sistemguru mata pelajaran, namun Madrasah Ibtida’iyah mulai klas IIIjuga sudah menerapkan sistem guru mata pelajaran.

2. Kualifikasi (Kecukupan) Pendidikan GuruDari segi kualifikasi, diketahui bahwa 75 % guru MadrasahIbtida’iyah (MI) dan 67% guru Madrasah Tsanawiyah (M.Ts.)terkategori tidak qualified (INSEP dan Direktorat PembinaanPerguruan Agama Islam-Depag, Final Report Inservice TrainingBP3 Madrasah Ibtida’iyah dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta,2001 : 1).

Sedangkan untuk Madrasah ‘Aliyah (MA) masih terdapat 2.096orang guru atau sekitar 15,5% yang belum memiliki kualifikasipendidikan setingkat S1

atau yang sederajat seperti Akta IV(Depag : Leaflet Statistik Pendidikan Madrasah ‘Aliyah tahun2001-2002).

Data selengkapnya tentang kualifikasi guru adalah sebagaiberikut :

Tabel 2.Kualifikasi Guru Madrasah pada Tahun Pelajaran 2001/2002

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 144: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

144 Website: http://www.pustekkom.go.id

Dari data di atas, dapat dikatakan bahwa masih ada pekerjaanbesar yang menjadi tanggung jawab pemerintah (Depag) untuksegera diselesaikan agar amanah yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang memposisikanMadrasah sejajar dengan sekolah-sekolah umum dengantambahan nilai plusnya dapat terwujud. Pekerjaan pemerintahyang harus segera diselesaikan adalah menjadikan guru-guruMadrasah yang berkategori unqualified menjadi qualified .

3. Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan Guru (Spesialisasi)dengan Tugas MengajarnyaDari segi kesesuaian antara latar belakang pendidikan(spesialisasi) yang ditekuni guru di Perguruan Tinggi dengan matapelajaran yang menjadi tanggung jawab mengajarnya, diperolehinformasi bahwa lebih dari 80% guru MI dan M.Ts. untuk bidangstudi pengetahuan umum seperti Biologi, Fisika, Ekonomi danMatematika berlatar belakang pendidikan Agama ((INSEP danDirektorat Pembinaan Perguruan Agama Islam-Depag, FinalReport Inservice Training BP3 Madrasah Ibtida’iyah dan MadrasahTsanawiyah : 1-2).

Sedangkan untuk Madrasah ‘Aliyah, 35.624 orang guru atausekitar 52,7 % nya memiliki spesialisai yang tidak sesuai(mismatched). Mereka ini terdiri dari IPS : 12.205 orang guru,IPA : 6.291 orang guru, Bahasa : 6283 orang guru dan 10.845orang guru dalam kategori lainnya. Hanya jurusan keagamaanyang memiliki persediaan guru yang cukup dengan spesialisasiyang tepat (Depag : Leaflet Statistik Pendidikan Madrasah ‘Aliyahtahun 2001-2002).

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 145: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

145No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Madrasah Ibtida’iyah 20% 80%

Madrasah Tsanawiyah 20% 80%

Madrasah ‘Aliyah 47,3% 52,7%

Jenis Madrasah

K a t e g o r i

Matched(sesuai)

Mismatched(tidak sesuai)

Keterangan

Mismatchedterjadi untukbidang studiumum

Tabel 3. Keseuaian Spesialisasi Pendidikan Guru Madrasah

Mismatched terjadi untuk bidang studi umum seperti biologi,fisika, matematika, kimia, ekonomi, geografi dan lain-lain. Bidangstudi tersebut mestinya diajarkan oleh guru-guru yang memilikikompetensi yaitu yang memiliki latar belakang pendidikan yangsama, namun diajarkan oleh guru-guru yang latar belakangpendidikannya di bidang keagamaan. Kejadian ini dimulai ketikaMadrasah lebih banyak menerima lulusan PGA (Pendidikan GuruAgama) dan IAI (Institut Agama Islam) sebagai guru. Hal ini lama-lama tentunya terakumulasi sehingga Madrasah mengalamikelebihan guru untuk bidang studi keagamaan dan kekuranganguru untuk bidang studi umum.

4. Jumlah Guru Berdasarkan Jenis KelaminBerdasarkan data yang dikeluarkan EMIS, pada tahun pelajaran2001/2002 keadaan guru Madrasah (MI, M.Ts dan MA) baik negerimaupun swasta berdasarkan jenis kelaminnya adalah sebagaiberikut :

Dari 196.374 orang guru Madrasah Ibtidai’yah, 54,73%nyaberjenis kelamin pria, sedangkan 45,27% sisanya berjeniskelamin wanita.

Untuk Madrasah Tsanawiyah, dari 192.279 orang guru MadrasahTsanawi’yah, 66,81%nya berjenis kelamin pria, dan 33,19%sisanya berjenis kelamin wanita. Sedangkan untuk Madrasah‘Aliyah, dari 67.628 orang guru Madrasah ‘Aliyah, 66,24%nya

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 146: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

146 Website: http://www.pustekkom.go.id

M I

M. Ts

M A

Jumlah

JenisMadrasah

J u m l a h G u r u

Laki-Laki PerempuanJumlah

Total

107.476(54,73%)128.467

(66,81%)46.150

(66,24%)282.093

(61,82%)

88.898(45,27%)

63.812(33,19%)

21.478(31,78%)174.188

(38,18%)

196.374(100%)

192.279(100%)67.628(100%)

456.281(100%)

berjenis kelamin pria, dan 31,78% sisanya berjenis kelamin wanita(EMIS-Depag, Statistik Pendidikan Islam Tahun Pelajaran 1998/1999 – 2001/2002 : 50-51). Data tersebut dapat disajikan dalambentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 4. Data Guru Madrasah (Berdasarkan jenis kelamin)

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa dari segi kesetaraangender, untuk guru-guru Madrasah sudah tidak ada masalah,karena hampir 40% guru-guru Madrasah (tepatnya 38,18%) terdiridari kaum wanita. Hal ini juga tidak mengejutkan karenameskipun menurut tradisi Islam wanita dianjurkan untuk lebihbanyak tinggal di rumah mendidik anak-anaknya, namun untukprofesi-profesi tertentu seperti profesi di bidang pendidikan dankesehatan wanita dibolehkan turut berpartisipasi di dalamnya.

5. Rasio Siswa terhadap GuruRasio siswa terhadap guru pada tahun pelajaran 2001/2002 adalahsebagai berikut (ibid : 58)a. Madrasah Ibtida’iyah Negeri (MIN) rasio siswa terhadap guru

16,5 dan Madrasah Ibtida’iyah Swasta (MIS) 15,6. Artinya,setiap 1 orang guru MIN mengajar 16,5 siswa dan setiap 1orang guru MIS mengajar 15,6 siswa.

b. Madrasah Tsanawiyah Negeri (M.Ts. N) rasio siswa terhadapguru adalah 16,5 dan Madrasah Tsanawiyah Swasta (M.Ts.

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 147: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

147No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Madrasah Ibtida’iyah 16,5Negeri (MIN)

Madrasah Ibtida’iyah 15,6Swasta (MIS)

Madrasah Tsanawiyah 16,5Negeri (M Ts. N)

Madrasah Tsanawiyah 9,0Swasta (M Ts. S)

Madrasah ‘Aliyah 16,7Negeri (MAN)

Madrasah ‘Aliyah 7,4Swasta (MAS)

Jenis Madrasah Rasio Siswa Guru

S) 9,0. Artinya, setiap 1 orang guru M.Ts. N mengajar 16,5siswa dan setiap 1 orang guru M.Ts. S mengajar 9,0 orangsiswa.

c. Madrasah ‘Aliyah Negeri (MAN) rasio siswa terhadap guruadalah 16,7 dan Madrasah ‘Aliyah Swasta (MAS) 7,4.Artinya, setiap 1 orang guru MAN mengajar 16,7 siswa dansetiap 1 orang guru MAS mengajar 7,4 orang siswa.

Tabel 5. Rasio Siswa dan Guru Madrasah

Dari segi rasio siswa guru, ternyata Madrasah-Madrasah swastarata-rata kondisinya lebih bagus dibandingkan dengan Madrasah-Madrasah Negeri, namun karena keterbatasan faktor-faktor lainyang ada pada Madrasah swasta seperti faktor SDMnya, makahasilnya juga belum seperti yang diharapkan.

6. Status Kepegawaian GuruBerdasarkan status kepegawaiannya, untuk tahun pelajaran 2001/2002 status para Guru Madrasah adalah sebagai berikut (ibid :52-53) :

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 148: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

148 Website: http://www.pustekkom.go.id

100%

100%

100%

100%

100%

100%

JenisMadrasah

Status Kepegawaian

PegawaiNegeri

Non PegawaiNegeri

JumlahTotal

Madrasah Ibtida’iyahNegeri (MIN)

Madrasah Ibtida’iyahSwasta (MIS)

Madrasah TsanawiyahNegeri (M Ts. N)

Madrasah TsanawiyahSwasta (M Ts. S)

Madrasah ‘AliyahNegeri (MAN)

Madrasah ‘AliyahSwasta (MAS)

65,2%

14,5%

60,4%

6%

56,1%

4,4%

34,8%

85,5%

39,6%

94%

33,9%

95,6%

a. 65,2% guru MIN berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS)dan 34,8% sisanya berstatus non PNS.

b. 14,5% Guru MIS berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS)dan 85,5% sisanya non PNS.

c. 60,4% guru MTs. N berstatus sebagai pegawai negeri sipil(PNS) dan 39,6% sisanya berstatus non PNS.

d. 6 % guru MTs. S berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS)dan 94% sisanya berstatus non PNS.

e. 56,1% guru MAN berstatus sebagai pegawai negeri sipil(PNS) dan 33,9% sisanya berstatus non PNS.

f. 4,4% guru MAS berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS)dan 95,6% sisanya berstatus non PNS.

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :Tabel 6. Status Kepegawaian Guru Madrasah

Dari data di atas nampak bahwa masih banyak guru Madrasahyang statusnya belum pegawai negeri. Di Madrasah-Madrasahnegeri sekalipun, masih terdapat lebih dari 30% guru-gurunya

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 149: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

149No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

belum berstatus sebagai pegawai negeri. Sedangkan untukMadrasah swasta lebih dari 90% guru M Ts dan MA berstatusnon pegawai negeri sipil. Sedangkan untuk MI jumlahnya 85,5%.

Mengingat masih banyaknya jumlah guru Madrasah yangberstatus non pegewai negeri sipil, hal ini tentu akanmempengaruhi kinerja guru, karena berkaitan dengan masalahrendahnya penghasilan yang mereka terima. Penghasilan merekarata-rata sepenuhnya bergantung pada SPP murid. Hal ini perlumenjadi perhatian pemerintah, karena bagaimana para guru dapatmengajar dengan baik bila penghasilan mereka rata-rata masihberada di bawah standar kebutuhan minimal. Sebagai contohsebuah MAS yang cukup terkenal di Kota Jambi hanya mampumenggaji tenaga-tenaga pengajar honorernya sebanyak Rp7000;/jam yang dihitung untuk satu bulan. Dengan demikian jika seorangguru mengajar secara full di MAS tersebut, maka penghasilanyang ia terima tiap bulannya adalah : 6 jam x 6 hari x Rp7000;= Rp252.000; (dua ratus lima puluh dua ribu rupiah), suatu jumlahyang sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup di kotaPropinsi. Jumlah ini tidak jauh berbeda bahkan lebih kecil lagibagi guru-guru honorer dari sekolah – sekolah negeri dan swastalainnya.

7. Usia GuruPada tahun 2002 terdapat 12.516 orang guru MI yang berstatusPNS yang telah berusia 55 tahun. Sedangkan guru non PNSyang telah berusia lebih dari 55 tahun ada 11.844 orang (Depag: Leaflet Statistik Pendidikan Madrasah Ibtida’iyah tahun 2001-2002). Pada Madrasah Tsanawiyah terdapat 4.798 guru PNSyang telah berusia lebih dari 55 tahun dan guru yang berstatusnon PNS yang telah berusia lebih dari 55 tahun ada 12.864 orang(Depag : Leaflet Statistik Pendidikan Madrasah Tsanawiyah tahun2001-2002). Sedangkan pada Madrasah ‘Aliyah terdapat 1.494guru PNS yang memasuki usia pensiun (Depag : Leaflet StatistikPendidikan Madrasah ‘Aliyah tahun 2001-2002).

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 150: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

150 Website: http://www.pustekkom.go.id

Jenis Madrasah

P N S Non P N S

Jumlah Guru Madrasah yangTh. 2002 Memasuki Usia 55 tahun

Madrasah Ibtida’iyah 12.516 11.844

Madrasah Tsanawiyah 4.798 12.864

Madrasah ‘Aliyah 1.494 -

Tabel 7. Usia Guru Madrasah

Dengan melihat tabel tentang usia guru tersebut, maka dalamrentang waktu lima tahun ke depan (tahun 2007) pemerintah danmasyarakat setidaknya perlu mempersiapkan guru-guru baruuntuk mengganti mereka karena pensiun. Gambaran kasar guru-guru baru yang perlu dipersiapkan untuk pengganti pada tahun2007 mendatang adalah :- Guru Madrasah Ibtida’iyah 24.360 orang,- Guru Madrasah Tsanawiyah 17.662 orang, dan- Guru Madrasah ‘Aliiyah 17.662 orang 1494 orang.Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang dalam kurun waktuyang sama mengundurkan diri atau meninggal dunia.

8. Partisipasi Masyarakat Terhadap GuruDengan melihat data pada status kepegawaian para guru, makadapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat terhadap GuruMadrasah masih cukup besar terutama kepada para guru yangberstatus non PNS. Bahkan pada Madrasah Negeri sekalipun,34,8% guru MIN, 39,6% guru M.Ts dan 33,9% guru MANberstatus non PNS. Artinya honorarium yang mereka perolehsebagai guru berasal dari partisipasi masyarakat. Prosentaseguru yang memperoleh honorarium yang bersumber daripartisipasi masyarakat tersebut jumlahnya lebih besar lagi padaMadrasah-Madrasah swasta. Bahkan secara keseluruhan 67,7%sumber keuangan MA berasal dari partisipasi masyarakat melaluiiuran BP3 dan bentuk-bentuk partisipasi lainnya (Depag : LeafletStatistik Pendidikan Madrasah ‘Aliyah tahun 2001-2002).

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 151: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

151No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

9. Berbagai Masalah yang Dihadapi Guru Sehubungandengan Masalah DesentralisasiDengan diberlakukannya Undang-Undang Sistem PendidikanNasional, dimana antara Madrasah dengan Sekolah Umumdianggap sama sebagai subsistem pendidikan nasional, makamau tidak mau, cepat atau lambat Madrasah harusdidesentralisasikan sebagaimana sekolah umum yang telahterlebih dahulu didesentralisaikan. Dari hasil kunjungan lapangandi 6 Propinsi sebagai sample (Sumatera Barat, Jambi, Jawa Timur,Bali, Kalimantan Selatan dan Sulawesi tenggara) menunjukkanbahwa secara umum para guru maupun pihak sekolah merasatidak ada masalah jika Madrasah didesentralisasikan. Olehkarena itu pihak pengelola daerah (pihak Kanwil dan Kandeppag)perlu disiapkan dan disosialisaikan tentang kebijakan. Jika tidakmereka cenderung berpendapat bahwa “belum saatnya Madrasahdidesentralisasikan”. Dengan demikian pihak daerah akanmempersiapkan berbagai kebijakan (Perda, SK Ka Kanwil Depagdan lain-lain) untuk mempersiapkan kebijakan desentralisasiMadrasah. Hal ini disebabkan dengan telah diberlakukannyaUndang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, maka cepat ataulambat pendidikan Madrasah harus didesentralisasikan. Dengandidesentralisasikannya Madrasah, maka berbagai permasalahanguru Madrasah yang selama ini dirasakan akan dapat diatasi.Diantara berbagai permasalahan guru Madrasah misalnya yangberhubungnan dengan kualifikasi, rmismatch, distribution, lowpaid, attendence dan lain-lain dapat diatasi. Masalah kualifikasiguru misalnya, karena berada di bawah pengelolaan Dinaspendidikan, maka seluruh guru Madrasah akan memperolehperlakuan dan pelayanan yang sama dengan guru sekolah-sekolahumum yang selama ini dikelola oleh Depdiknas. Dengan demikianguru-guru Madrasah yang belum memenuhi syarat kualifikasiakan memperoleh layanan pendidikan tambahan baik melaluiinservice, preservice maupun studi lanjutan sampai merekamemperoleh kualifikasi pendidikan yang diperlukan sebagaimanayang diberikan oleh guru-guru sekolah umum. Hal demikian juga

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 152: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

152 Website: http://www.pustekkom.go.id

akan diperlakukan bagi guru-guru yang mismatch baik melaluipelatihan-pelatihan penyetaraan maupun melalui studi lanjutanpada jurussan yang sesuai dengan mata pelajaran yang menjaditugas mengajarnya. Masalah rekruitmen dan seleksi guru-guruMadrasah juga menjadi satu paket dengan rekruitmen dan seleksiuntuk guru-guru sekolah yang dikelola Depdiknas.

10. Kebijakan dan sumbangan pihak Depdiknas, ADB danDepag terhadap SDM MadrasahSumbangan yang diberikan oleh Depdiknas kepada Madrasahberupa sumbangan guru kontrak untuk jangka waktu 3 tahun.Sedangkan dari pihak Depag ada bantuan yang berupa tenagaguru yang diperbantukan (Guru DPK). Bantuan dalam bentukfinansial diberikan pada tahun 2001 dengan nama BKG (Bantuankhusus Guru). Jumlahnya Rp900.000; (sembilan ratus ribu rupiah)untuk setiap orang guru per tahun sebanyak 4 orang guru tiapsekolah. Meskipun bantuan tidak diberikan kepada seluruhMadrasah, namun bagi Madrasah yang menerima bantuantersebut merasa sangat terbantu dalam meringankan bebannya.Sedangkan bantuan dari Asian Development Bank (ADB)terhadap guru Madrasah, pernah dilakukan melalui proyek ASTI(Assistence Scheme for Teachers Improvement). Kepada paraguru Madrasah diberi kesempatan untuk melanjutkan studinya,memperoleh pelatihan-pelatihan, kursus dan lain-lain gunamengatasi masalah kurangnya jumlah guru dan ketidak sesuaianantara latar belakang bidang studi guru dengan tugasmengajarnya (mismatch).

11. Berbagai Intervensi KebijakanBerbagai intervensi yang berupa kebijakan untuk membantu guru-guru Madrasah antara lain dibentuknya : CLRC (CommonLearning Resource Centre) atau Pusat Sumber Belajar Bersama,Madrasah Model dan MDC (Madrasah Development Center) atauPusat Pengembangan Madrasah.

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 153: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

153No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Melalui CLRC para guru Madrasah memperoleh kesempatanuntuk memperoleh berbagai pelatihan guna meningkatkankemampuannya. Di tempat itu pula sesama guru Madrasah bisasaling bertemu dan saling berdiskusi untuk memecahkanberbagai hal serta mengatasi berbagai persoalan yang dihadapisehubungan dengan tugasnya sehari-hari. CLRC ditempatkan diMAN-MAN model.

Kebijakan lainnya dalam bentuk pendirian Madrasah-MadrasahModel. Setiap Madrasah Model dilengkapi dengan berbagaifasilitas pembelajaran yang mencukupi, tenaga guru yangqualified dan match serta kepala sekolah yang memenuhipersyaratan akademis. Madrasah-Madrasah model mempunyaikewajiban untuk menularkan keberhasilan-keberhasilannyakepada Madrasah-Madrasah lain di sekitarnya yang bukan model.Dengan kata lain madrassah-madrasah yang bukan modeldiharapkan dapat belajar atau meniru berbagai hal yang terdapatdi Madrasah Model.

Intervensi lainnya melalui pembangunan MDC (MadrasahDevelopment Center) atau Pusat Pengembangan Madrasah.Dalam lembaga ini terdapat para pakar bidang pendidikan dariperguruan tinggi, para praktisi pendidikan, pakar yang ada diKanwil Depag dan lain-lain. Tugas mereka adalah memikirkanberbagai strategi untuk pembangunan Madrasah, sehinggaMadrasah memperoleh kemajuan seperti yang diharapkan .

12. Hubungan Guru dengan siswa dan orang tua siswaHubungan kekeluargaan antara guru dengan siswa serta gurudengan orang tua siswa sangat terasa di Madrasah. Hubunganantara mereka nuansanya lebih terasa sebagai hubungankekeluargaan dari pada hubungan formal. Sebagai contoh daribeberapa Madrasah yang dikunjungi menunjukkan bahwa bilaada siswa yang tidak mampu untuk membayar SPP atau iuran-iuran wajib lainnya, maka tidak serta merta anak tersebut ditolak

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 154: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

154 Website: http://www.pustekkom.go.id

atau dikeluarkan dari sekolah tersebut, namun dicarikan jalankeluar agar anak tetap dapat bersekolah. Demikian pula bila adaanak yang ingin keluar, maka pihak sekolah akan berusahasedemikian rupa agar anak tidak jadi keluar. Contoh lainnyalainnya ada sebuah Madrasah Ibtida’iyah yang hanya denganmemungut SPP Rp4000; setiap anak per bulannya, namun pihaksekolah melalui UKS menyediakan pelayanan kesehatan secaracuma-cuma, tambahan les membaca Al qur’an dan bidangkeagamaan Islam secara cuma-cuma serta mengikuti kegiatanekstra kurikuler yang berupa Pramuka dan Drum band juga secaracuma-cuma.

Di Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat ada sebuahMadrasah Ibtida’iyah Swasta yang setiap bulannya hanya mampumemberikan honor arium Rp25.000; (dua puluh lima ribu rupiah)pada setiap guru, namun karena para Guru menganggap murid-muridnya sebagai keluarga sendiri, maka mereka tidakmemasalahkan dengan kecilnya honor, mereka tetap mengajardengan tekun sehingga tingkat kelulusannya pada tahun 2003mencapai 90%.

13. Peran MDC (Madrasah Educations Center) Madrasah Model,CLRC (Common Learning Resource Center) dan DepartemenPendidikan Nasional Dalam Peningkatan Kualitas KepalaMadrasahDengan memperhatikan data tentang kondisi SDM Madrasah(khususnya guru) seperti yang telah dikemukakan, maka perluadanya intervensi dari berbagai pihak untuk mengatasi berbagaipersoalan tersebut. Berbagai lembaga telah didirikan dandiharapkan dapat berperan dalam mengatasi berbagai persoalanyang dihadapi dalam pengembangan SDM Madrasah (khususnyaGuru dan Kepala Sekolah) serta meningkatkan kualitas mereka,sehingga tujuan Madrasah yang ingin mendidik anak-anak bangsamenjadi manusia yang berkwalitas, islami dan mampu bersaingdi pasar global dapat tercapai. Berbagai lembaga tersebut antara

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 155: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

155No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

lain didirikannya lembaga yang berupa MDC (MadrasahEducations Center), CLRC (Common Learning Resource Center),dan Madrasah Model. Tak lupa Departemen Pendidikan Nasionaltentunya juga diharapkan peran sertanya dalam mengatasipersoalan tersebut.

a. Peran MDC (Madrasah Educations Center)MDC atau Pusat Pengembangan Madrasah merupakanlembaga non struktural dan semi otonon yang beradalangsung di bawah Ka Kanwil Depag merupakan lembagayang tugas dan fungsinya menelorkan pemikiran-pemikiraninnovatif untuk pengembangan Madrasah, MDC diharapkandapat menyumbangkan berbagai pemikiran dan strategiuntuk mengatasi persoalan-persoalan SDM di Madrasahkhususnya guru dan kepala Madrasah. Namun kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa lembaga yang menjadi tempatberkumpulnya para pemikir Madrasah tersebut kebanyakanbelum memulai aktivitasnya, meskipun fasilitas yang berupagedung, mebelair dan peralatan kantor telah disediakan. Ada2 MDC yang telah memulai aktivitasnya yaitu MDC untukPropinsi Jawa Timur dan Sumatera Barat ; namun di keduaMDC tersebut aktivitasnya belum menyentuh langsung padapersoalan Kepala Madrasah.

b. Peran CLRC (Common Learning Resource Center)CLRC atau pusat sumber belajar bersama merupakan suatulembaga yang dibentuk sebagai wadah bagi para guruMadrasah (termasuk kepala Madrasah) untuk meningkatkankemampuan dan ketrampilannya. CLRC ini ditempatkan diMadrasah-Madrasah Model. Oleh karena itu pengelolaannyalangsung berada di bawah Kepala Madrasah Model. Hampirseluruh CLRC telah melaksanakan program-programmnya,dan program-program yang mereka laksanakan sudahterfokus pada peningkatan kualitas Guru. Dengan demikianpenataran-penataran, workshop maupun diskusi-diskusi yangmereka laksanakan pesertanya adalah guru-guru Madrasah.

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 156: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

156 Website: http://www.pustekkom.go.id

c. Peran Madrasah ModelDari temuan di lapangan menunjukkan bahwa Kepala-KepalaMadrasah yang berhasil membawa Madrasahnya meraihsukses karena mereka belajar dari teman-teman sesamakepala Madrasah yang telah berhasil meraih sukses terlebihdahulu.

Madrasah Model dibentuk untuk dijadikan model bagimadrasah-madrasah lain di sekitarnya guna ditirukeberhasilannya. Dengan kata lain keberhasilan MadrasahModel diharapkan dapat mengimbas ke Madrasah-Madrasahlain.

Meskipun keberhasilan seorang kepala Madrasah tidak harusdari Madrasah Model, akan tetapi penciptaan MadrasahModel lebih mengarah ke sana.

Yang menjadi persoalan buat Madrasah Model adalah ketikaproyek sudah berakhir dan bantuan untuk Madrasah Modelsudah tidak ada lagi, apakah Madrasah Model masih mampumempertahankan predikatnya sebagai sekolah yang bisadicontoh oleh Madrasah-Madrasah lain.

d. Peran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) DalamUpaya Peningkatan Kualitas Guru Madrasah Melalui SistemPendidikan Terbuka dan Jarak JauhPeran Depdiknas dalam meningkatkan kemampuan guru-guru Madrasah berupa pemberian pelatihan-pelatihan, Diklatdan pendidikan lanjutan guna memperoleh sertifikasi dankualifikasi yang dituntut. Namun karena masih cenderungmenggunakan sistem yang konvensional, maka pelatihanmaupun pendidikan tersebut belum mampu menjangkauseluruh Madrasah, terutama Madrasah-Madrasah swastayang berada di pelosok-pelosok dan daerah-daerah terpencil.Di samping itu, karena berbagai hal, pelatihan-pelatihan yangselama ini diberikan oleh Depdiknas sifatnya masih sporadis

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 157: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

157No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

dan tidak berkelanjutan. Untuk ini Depdiknas dapatmengambil iterobosan-terobosan yang sifatnya innovatif,misalnya memberikan pelatihan dengan menggunakan sistempendidikan terbuka dan jarak-jauh.

Ada beberapa keuntungan jika sistem ini yang dipilih.Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :- Biayanya relatif murah,- Depdiknas telah memiliki infrastruktur (Pustekkom, UT,

PPPG Tertulis dan lain-lain)- Pelatihan bersifat menyeluruh dan berkesinambungan,

dan- Para Guru Madrasah dapat mengikuti pelatihan dengan

tanpa harus meninggalkan tempat tugasnya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Dari hasil kajian dapat dikemukakan beberapa kesimpulansebagai berikut:a. Baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas , kondisi

guru-guru di Madrasah masih perlu ditingkatkan.b. Hubungan antara guru Madrasah dengan siswa-siswanya dan

juga dengan para orang siswa relatif bagus, kondusif danmendukung perkembangan Madrasah.

c. Partisipasi Masyarakat terhadap perkembangan Madrasahjuga relatif bagus, sehingga Madrasah swasta yang biayaoperasionalnya ditanggung oleh masyarakat melalui danainfak, zakat dan sodaqoh.

2. Sarana. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan akandiberlakukannya Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 158: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

158 Website: http://www.pustekkom.go.id

Pendidikan mak Baik kuantitas maupun kualitas GuruMadrasah perlu ditingkatkan.

b. Mengingat Madrasah sudah menjadi satu kesatuan darisistem pendidikan Nasional, maka pihak DepartemenPendidikan Nasional perlu meningkatkan perannya dalamikut serta meningkatkan kecukupan kuantitas maupunkualitas guru-guru Madrasah. Untuk kepentingan iniDepdiknas bekerja sama dengan Departemen Agama.

c. Mengingat lembaga pendidikan yang menerapkan sistempendidikan secara konvensional masih memiliki keterbatasandaya jangkau, artinya belum mampu menjangkau guru-guruMadrasah yang tersebar ke segala penjuru pelosok tanahair, maka pemerintah perlu memikirkan sistem lain yangbersifat innovatif yang dapat mengatasi kendala waktu dantempat yaitu sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh bagipengembangan guru-guru di Madrasah.

DAFTAR PUSTAKADepartemen Pendidikan Nasional RI, “Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional,Jakarta, 2005

_______________, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14Tahun 2003 tentang Sistm Pendidikan Nasional, Jakarta, 2003

_______________, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta, 2005

Education Management Information System (EMIS), StatistikPendidikan Islam MI, MTs.dan MA Tahun Pelajaran 1998/1999sampai dengan tahun Pelajaran 2001/2002, Ditjen Baga IslamDepartemen Agama , Jakarta, 2002.

______________ Leaflet Pendidikan Islam Madrasah ‘Aliyah tahun2001/2002, Ditjen Baga Islam Departemen Agama, Jakarta, 2002.

______________, Leaflet Pendidikan Islam Madrasah ‘Ibtida’iyahtahun 2001/2002, Ditjen Baga Islam Departemen Agama, Jakarta,2002.

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 159: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

159No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

______________, Leaflet Pendidikan Islam Madrasah Tsanawiyah2001/2002, Ditjen Baga Islam Departemen Agama , Jakarta, 2002.

Indradjati Sidi , Tenaga Kependidikan dan Permasalahannya ,Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 1999.

Kelompok Kerja Tenaga Kependidikan, Rekomendasi-RekomendasiUntuk Pemberdayaan Guru dan tenaga Kependidikan, BadanPerencanaan Pembangunan Nasional Biro Agama, Pendidikan,Kebudayaan, dan Olahraga, Jakarta, 1999.

Pusat Studi Pengembangan Islam dan Masyarakat UIN SyarifHidayatullah: “Journal Madrasah 1996", Jakarta 1996.

Saiful Umam dan Arief Subhan, Bekerja Bersama MadrasahMembangun Model Pendidikan Indonesia, Basic EducationProject (BEP) Departemen Agama RI dan Indonesian Institute ForSociety Epowerment (INSEP), Jakarta, 2001

Waldopo, Potensi Televisi Sebagai Media Pendidikan danPembelajaran”, Journal Teknodik Nomor 8/IV/Teknodik/Mei/2000, Jakarta: Pustekkom Depdiknas, 2000.

uuuuuuuuuuuuuuuuuu

Waldopo: Pengembangan Kualitas SDM (Guru) di Madrasah

Page 160: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

160 Website: http://www.pustekkom.go.id

HASIL BELHASIL BELHASIL BELHASIL BELHASIL BELAJAR BAHASAJAR BAHASAJAR BAHASAJAR BAHASAJAR BAHASA INGGRISA INGGRISA INGGRISA INGGRISA INGGRISSISWSISWSISWSISWSISWA SMA A SMA A SMA A SMA A SMA PROGRPROGRPROGRPROGRPROGRAM BLAM BLAM BLAM BLAM BLOCK GROCK GROCK GROCK GROCK GRANTANTANTANTANT

KECKECKECKECKECAKAKAKAKAKAPAPAPAPAPAN HIDUPAN HIDUPAN HIDUPAN HIDUPAN HIDUPOleh: Nurdin Ibrahim *

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapatperbedaan hasil belajar bahasa Inggris antara siswa yangmemperoleh Block Grant dan yang tidak memperoleh BlockGrant. Penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri Jakartayang mendapat Block Grant Kecakapan Hidup dan SMA NegeriJakarta yang tidak mendapat Block Grant Kecakapan Hiduptahun 2003, yang terdapat di wilayah Jakarta Timur, Pusat danUtara. Teknik analisis yang digunakan adalah Analysis ofVariance (ANOVA) dengan uji lanjut Tukey pada α = 0,05.Penelitian ini jenis expo facto dan rancangan penelitian yangdigunakan adalah penelitian faktorial 2x2. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa: Pertama, secarakeseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasilbelajar bahasa Inggris siswa yang memperoleh Block Grantdengan yang tidak memperoleh Block Grant. Kedua, terdapatinteraksi antara pemberian dana bantuan Block Grant dankemampuan awal terhadap hasil belajar bahasa Inggris siswa.

Kata kunci: Block grant, kecakapan hidup, belajar, hasil belajar,bahasa Inggris

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapitantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitassumberdaya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global.

*) Dr. Nurdin Ibrahim; Dosen Universitas Negeri Jakarta.

Page 161: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

161No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Krisis multi dimensi yang terjadi sejak tahun 1997 berpengaruhterhadap kinerja program-program pembangunan pendidikannasional (Depdiknas, 2001:11). Pengaruh langsung krisis terhadappendidikan adalah menurunnya kemampuan orangtua siswa untukmembiayai pendidikan anak-anaknya, terutama pada masyarakatlapisan bawah. Anak-anak mereka sulit mengenyam pendidikanbermutu karena impitan ekonomi dan biaya pendidikan yangterlampau mahal. Gejala ini mengakibatkan meningkatnya jumlahangka putus sekolah dan meningkatnya anak-anak usia sekolahyang terpaksa bekerja pada berbagai lapangan kerja.

Struktur tenaga kerja di Indonesia lebih banyak didominasi orang-orang berpendidikan rendah. Data tahun 2000 menunjukkan,komposisi angkatan kerja yang mengenyam pendidikan tingkatsekolah dasar ke bawah mencapai 59 persen. Sementaraangkatan kerja lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama dan SLTAmasing-masing 16,06 persen dan 19,44 persen. Sementara ituangkatan kerja berpendidikan tinggi berjumlah sangat sedikit,yakni 4,6 persen (Alhumani: 2004:42).

Sementara itu Pendidikan Nasional dihadapkan kepada berbagaimasalah antara lain peningkatan kualitas dan relevansi pendidikanyaitu masih rendahnya prosentase lulusan SMU yang memenuhipersyaratan untuk masuk ke perguruan tinggi, dan terbatasnyaanggaran yang tersedia dan belum terpenuhi sumber daya darimasyarakat secara profesional. Peningkatan mutu dan relevansipendidikan dikaitkan dengan tuntutan kemajuan Iptek danpersaingan yang tajam antara negara dalam penguasaan,pengembangan, dan pemanfaatan Iptek untuk pembangunan(Nanang Fattah: 2002:78-80). Adapun salah satu tantangan yangdihadapi oleh pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikanmenegah umum adalah menyiapkan siswa memasuki perguruantinggi, baik akademik maupun profesional di dalam maupun diluar negeri, penguasaan bahasa asing khususnya bahasa Inggrissebagai bahasa sains dan teknologi (Depdiknas: 2001:61).

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 162: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

162 Website: http://www.pustekkom.go.id

Di sisi lain berdasarkan data tahun 2002/2003 (Depdiknas: 2003:156) lulusan SMA di Indonesia sebanyak 935.127 orang. Darijumlah itu yang tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi (negeridan swasta) hampir 90%. Hal ini berarti mereka yang tidakmelanjutkan ke Perguruan Tinggi akan masuk ke dunia kerja,terutama sekali bagi mereka yang berasal dari keluarga yangberstatus sosial ekonomi di bawah rata-rata atau tidak mampu.

Berdasarkan Program Pembangunan Nasional lima tahun(Propenas) Depsdiknas (2001: 66-69) tahun 2000-2004menetapkan kegiatan-kegiatan pokok sasaran pembangunanpendidikan menengah di antaranya adalah (1) meningkatkanstandar mutu nasional secara bertahap agar lulusan pendidikanmenengah mampu bersaing dengan lulusan pendidikan menengahdi negara-negara lain, (2) mengembangkan program-programketerampilan/kejuruan pada SMU dan MA yang sesuai denganlingkungan setempat atau tuntutan dunia kerja setempat agarpara lulusan SMU dan MA yang tidak memiliki peluang untukmelanjutkan ke perguruan tinggi dapat bersaing dalam memasukidunia kerja. dan (3) mengembangkan pendekatan pembelajaranyang inovatif atau yang mampu memacu proses belajar yangmaksimal serta mencapai prestasi yang tinggi

Atas dasar itu maka sejak tahun 2001/2002 Pemerintah dalamhal ini Depdiknas menetapkan suatu kebijakan untukmeningkatkan pendidikan kecakapan hidup (life skills) denganpemberian “block-grant” berupa bantuan uang kepada SMAsecara bertahap. Jumlah SMA yang telah mendapat “block-grant” sampai tahun 2004 sejumlah 1911 sekolah. Khusus untukpropinsi DKI Jakarta jumlah SMA Negeri dan swasta yang telahmendapat “block-grant” sampai tahun 2004 berjumlah 72 sekolahdengan rincian 20 sekolah pada tahun 2002, 39 sekolah padatahun 2003 dan 13 sekolah pada tahun 2004.

Adapun program-program yang dilaksanakan oleh penerimablock-grant (Depdiknas, 2004:12) mencakup sebagai berikut (1)

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 163: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

163No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

reorientasi pembelajaran; (2) pembekalan kecakapan vokasional;dan (3) pengembangan Manajemen Peningkatan Mutu BerbasisSekolah. Reorientasi pembelajaran dimaksudkan sebagai upayameningkatkan kemampuan akademik siswa terutama matapelajaran bahasa Inggris sebagai dasar untuk mempersiapkanmereka melanjutkan ke perguruan tinggi.

Bahasa Inggris (Depdikbud. 1993: 1) merupakan bahasainternasional yang banyak digunakan oleh setiap orang di seluruhpenjuru dunia terutama di era globalisasi ini. Bahasa menjadialat komunikasi efektif yang memungkinkan setiap orang yangberbeda bangsa dapat saling berinteraksi. Kemampuanberinteraksi sosial dengan semua pihak (Communication Skill)dengan menggunakan bahasa Inggris menjadi tuntutanprofesionalisme dalam dunia kerja. Oleh karena itu peningkatanmutu bahasa Inggris di kalangan siswa khususnya siswa SMAharus diprioritaskan.

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya pemberian block-grant terhadap hasil belajar bahasa Inggris siswa SMA di DKIJakarta, maka dilakukan suatu penelitian tentang: “PengaruhBlock Grant Kecakapan Hidup Terhadap Hasil Belajar BahasaInggris di SMA Negeri Jakarta”

B. Masalah, tujuan, dan hipotesis penelitianPermasalahannya adalah “(a) apakah terdapat perbedaan hasilbelajar bahasa Inggris antara siswa SMA Negeri di DKI Jakartayang mendapat block grant dengan yang tidak mendapat blockgrant, dan (b) Apakah terdapat interaksi (pemberian block grantdan non-block grant) dan kemampuan awal (tinggi dan rendah)terhadap hasil belajar bahasa Inggris”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasimengenai. (a) Perbedaan hasil belajar Bahasa Inggris antarasiswa SMA Negeri di DKI Jakarta yang memperoleh block-grantdengan yang tidak memperoleh block-grant, dan (b) Interaksi

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 164: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

164 Website: http://www.pustekkom.go.id

antara pemberian (block grant dan non-block grant) dankemampuan awal (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajarbahasa Inggris siswa”.

Penelitian ini menggunakan hipotesis deskriptif sebagai berikut.(a) “Terdapat perbedaan hasil belajar Bahasa Inggris antara siswaSMA Negeri di DKI Jakarta yang memperoleh block-grant denganyang tidak memperoleh block-grant, dan (b) Terdapat interaksiantara pemberian block grant dengan kemampuan awal terhadaphasil belajar bahasa Inggris siswa”.

II. KAJIAN PUSTAKAA. Hakikat Block Grant Kecakapan Hidup

Block Grant adalah bantuan berupa uang yang diberikan olehpemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasionalkepada sekolah-sekolah khususnya SMP dan SMA untukmelaksanakan pendidikan keterampilan atau kecakapan hidup(life skills) bagi siswanya. Menurut CEFS yang dikutip IllinoisDepartment of Commerce and Economic Opportunity (DCEO)berpendapat bahwa program Block Grant menyediakan bidangjasa yang membantu orang-orang yang kurang mampu mencapaiketerampilan, motivasi dan pengetahuan yang diperlukan agardapat mandiri (http://www.advant.com/cefs/csbg.htm: 1.)

Di Indonesia (Depdiknas, 2004) pemberian subsidi ke sekolahdalam bentuk block grant secara umum di antaranya bertujuanuntuk:1. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan melalui

penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu.2. Mendorong sekolah untuk melaksanakan Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) dalam rangka meningkatkanefektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan disekolah.

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 165: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

165No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Berkaitan dengan pelaksanaan block grant di SMP dan SMAprogram-program yang dipilih hendaknya diutamakan yangberkaitan dengan penguasaan sains, matematika, dan bahasakhususnya bahasa Inggris. Kecakapan Hidup (Life skills) fokuspada pengajaran keterampilan kesiapan bersama denganketerampilan hidup sehari-hari. Para siswa belajar keterampilanhidup yang mereka dapat sehingga mereka dapatmenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun visi dariprogram life skills (http://www.wpsweb.com/GatesLane/life%20skills.htm. 2005:1) adalah agar para siswa menjadisemandiri mungkin sehingga mereka dapat secepatnya belajarcara yang secara individual berbeda terhadap masing-masingorang agar menjadi anggota penyokong dalam masyarakat.Selanjutnya disebutkan bahwa Life skills (kecakapan hidup)meningkat sebagai hasil langsung dari program tandingan yangterdiri dari academic achievement, self-esteem, connectivenessto school and community, communication, decision-making/problem-solving, and conflict resolution/violence prevention.

Landasan yuridis pendidikan kecakapan hidup (life skills) dapatmengacu pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional. Pada Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwapendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didiksecara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan padadasarnya merupakan Pendidikan Kecakapan Hidup. Jadi padaakhirnya tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik agarnantinya mampu meningkatkan dan mengembangkan dirinyasebagai pribadi yang mandiri, sebagai anggota masyarakat dansebagai warga negara.

Secara umum pendidikan kecakapan hidup (life skills) bertujuanmemfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 166: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

166 Website: http://www.pustekkom.go.id

mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untukmenghadapi perannya di masa datang. Sedangkan manfaatpendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bagi peserta didikadalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkanproblema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri,warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Jika hal itudapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapanganpekerjaan yang sudah ada dapat diturunkan, yang berartiproduktivitas nasional akan meningkat secara bertahapPeningkatan produktivitas nasional akan mempengaruhipembangunan ekonomi. Sehingga secara tidak langsungkecakapan hidup memberi kontribusi terhadap pembangunanekonomi.

B. Hakikat Hasil Belajar Bahasa InggrisPoerwadarminta (2002:75) mengatakan bahwa bahasa adalahsistem lambang bunyi (tanda yang berupa sembarang bunyi(bunyi=bahasa)) yang dipakai orang untuk melahirkan pikirandan perasaan; misalnya memperluas pengetahuan. Lambangbunyi yang dihasilkan ini berbeda pada setiap daerah, oleh karenaitu untuk memahami suatu bahasa yang dipakai oleh daerahtertentu, seorang manusia harus mempelajari lambang bunyi/bahasa yang digunakan oleh daerah tersebut.

Dalam Kurikulum berbasis kompetensi SMA bidang studi bahasaInggris dan bahasa asing (Depdiknas, http://www.puskur.or.id)memiliki kompetensi yang diharapkan yaitu : 1) Menyimak:menafsirkan isi berbagai bentuk teks lisan dan meresponnyadalam bentuk kegiatan yang beragam; 2) Berbicara: berbicarasecara efektif dalam berbagai konteks untuk menyampaikaninformasi, pikiran dan perasaan serta menjalin hubungan sosial;3) Membaca: menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulis danmerespon dalam bentuk kegiatan yang beragam; 4) Menulis:menulis kreatif berbagai bentuk teks untuk menyampaikaninformasi dan mengungkapkan pikiran serta perasaan; 5)

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 167: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

167No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Apresiasi sastra: menghayati dan menghargai karya sastra; 6)Sikap: menghargai budaya positif dan bahasa yang dipelajari.

Kompetensi di atas merupakan uraian kemampuan yang harusdimiliki siswa untuk menguasai suatu bahasa asing. Siswamenggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan,mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untukberinteraksi dengan orang lain. Siswa dapat mempelajarikemampuan tersebut secara bertahap dan akan lebih efektif jikasiswa sering mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran bahasa Inggris perlu dilaksanakan denganmelibatkan peran aktif siswa dan memanfaatkan media yangmendukung proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapatKariman (2002:6) proses pembelajaran konvensional secarabertahap harus memanfaatkan media dan multimedia, agar lebihberkualitas. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yangsemakin maju pesat menuntut tersedianya media dan multimediayang menunjang pembelajaran di kelas maupun dalampembelajaran mandiri.

Sementara itu belajar merupakan suatu terminologi yangmenggambarkan suatu proses perubahan melalui pengalaman.Proses tersebut mempersyaratkan perubahan yang relatifpermanen berupa sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan,dan keterampilan melalui pengalaman. Menurut Gagne (1977:49-50), belajar adalah suatu perubahan dalam disposisi ataukapabilitas manusia. Perubahan dalam menunjukkan kinerja(perilaku) itu sendiri disebut belajar. Peningkatan (hasil) belajardapat dilakukan dengan membandingkan penampilan kapabilitas(kinerja) sebelum masuk ke dalam kondisi belajar denganpenampilan sesudah melakukan belajar. Ini berarti bahwa (hasil)belajar itu merupakan semua keterampilan, pengetahuan, sikapdan nilai yang diperoleh individu (siswa).

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 168: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

168 Website: http://www.pustekkom.go.id

Gagne dan Briggs membagi hasil belajar menjadi lima kategorikapabilitas yaitu (1) keterampilan intelektual (intellectual skills),(2) strategi kognitif (cognitive strategies), (3) informasi verbal(verbal information), (4) keterampilan motorik (motor skills), dan(5) sikap (attitudes). Keterampilan intelektual adalah kecakapanyang berkenaan dengan pengetahuan prosedural, mulai darikemampuan membedakan, konsep konkret, konsep definisi,kaidah serta kaidah yang lebih tinggi; kaidah yang mengandungbanyak langkah disebut prosedur (Gagne, 1989:90).

Bloom dan kawan-kawannya, sebagaimana dikutip oleh Degeng(1989:176-177), mengklasifikasikan hasil pengajaran (belajar)menjadi tiga domain atau ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotor,dan sikap. Ranah kognitif menaruh perhatian pada pengembangankapabilitas dan keterampilan intelektual; ranah psikomotorberkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilanmotorik; dan ranah sikap berkaitan dengan pengembanganperasaan, sikap, nilai, dan emosi.

Reigeluth (1983:20) mengatakan bahwa hasil pembelajaransecara umum dapat dikategorisasi menjadi tiga kelas atau level,yaitu (1) keefektifitas pembelajaran, yang biasanya diukur daritingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari berbagai sudut, (2)efisiensi pembelajaran, yang biasanya diukur dari waktu belajardan/atau biaya pembelajaran, dan (3) daya tarik pembelajaranyang selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar secara kontinu.Secara spesifik, hasil belajar adalah suatu kinerja (performance)yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yangtelah diperoleh.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar BahasaInggris siswa SMA adalah seberapa banyak siswa menguasaiatau mencapai tujuan-tujuan pembelajaran (umum dan khusus)yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku. Dengankata lain, seberapa banyak materi-materi pembelajaran yang telah

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 169: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

169No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

ditetapkan dalam kurikulum telah dikuasai oleh siswa. Adapunhasil belajar Bahasa Inggris siswa SMA yang dimaksud dalampenelitian ini adalah nilai Bahasa Inggris semester V.

III. METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan di DKI Jakarta, berlangsung selama bulanApril-Mei 2005.

A. Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan metode ex post facto. Yang dimaksuddengan penelitian ex post facto (Furchan, 1982:384) adalahdimulai dengan menggambarkan keadaan sekarang, yangdianggap sebagai akibat dari faktor-faktor yang terjadisebelumnya, kemudian mencoba menyelidiki ke belakang gunamenetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab, yangsudah beroperasi di masa lalu. Penelitian ini untuk mengetahuipengaruh reorientasi pembelajaran melalui block grant kecakapanhidup yang diberikan pada tahun 2003 (perlakuan pada semesterIII dan IV) terhadap hasil belajar bahasa Inggris siswa SMAsemester V. Sebagai variabel kontrol adalah nilai UAN SMP siswaketika masuk ke SMA.

Rancangan penelitian dapat ditunjukkan dalam tabel 3.1. berikut

Tabel 3.1 Rancangan Faktorial 2 x 2

Tinggi (B1) A

1B

1A

2B

1

Rendah (B2) A

1B

2A

2B

2

Tanpa Block Grant(A

2)

KemampuanAwal (B)

Status Bantuan Dana (A)

Block Grant(A

1)

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 170: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

170 Website: http://www.pustekkom.go.id

Keterangan :A1B1 = Siswa SMA Negeri dengan kemampuan awal tinggi

yang memperoleh block-grant.A

2B

1= Siswa SMA Negeri dengan kemampuan awal tinggi

yang tidak memperoleh block-grant.A

1B

2= Siswa SMA Negeri dengan kemampuan awal rendah

yang memperoleh block-grant.A2B2 = Siswa SMA Negeri dengan kemampuan awal rendah

yang tidak memperoleh block-grant.

B. Teknik Pengumpulan DataAlat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner danpedoman observasi. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkandata mengenai hasil pelaksanaan program kebijakan block-grant,jenis kelamin, jurusan siswa, lama waktu mengikuti kursus/bimbel, media pembelajaran, dan tingkat pendidikan guru.Sementara pedoman observasi digunakan untuk memperolehdata yang berkaitan hasil (produk) seperti nilai UAN BahasaInggris dan nilai Bahasa Inggris semester V. Adapun data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah data cross-section. Datasiswa SMA yang digunakan adalah siswa kelas III (pada saatpenelitian) pada 8 SMA Negeri di DKI Jakarta pada tahun 2003/2004, yang diasumsikan memperoleh program reorientasipembelajaran bahasa Inggris pada semester III, IV dan V.

Uji validitas instrumen penelitian ini menggunakan uji validitaslogis melalui validitas muka/isi.

C. Populasi dan SampelPopulasi target dalam penelitian ini seluruh siswa SMA Negeridi wilayah DKI Jakarta, sedangkan populasi terjangkau adalahsiswa SMAN yang ada di wilayah Kodya Jakarta Timur, Utaradan Pusat. Adapun sampelnya adalah siswa kelas III padasekolah yang memperoleh block-grant kecakapan hidup tahun2003 dan siswa kelas III SMAN yang tidak memperoleh block-

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 171: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

171No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

1. Jakarta Timur SMAN 31, Kayu Manis SMAN 36, Rawamangun

2. Jakarta Timur SMAN 76, Cakung SMAN 11, Cakung

3. Jakarta Pusat SMAN 20, Kota SMAN 10, Kota

4. Jakarta Utara SMAN 15, Sunter SMAN 40, Sunter

No. Wilayah SMA Block Grant SMA Non Block Grant

grant kecakapan hidup pada wilayah yang sama dan setaradengan sekolah yang dapat block grant.

Penentuan lokasi sampel dilakukan secara random purposivesample yaitu dengan kriteria sekolah-sekolah yang memilihprogram pendidikan kecakapan hidup (life skills) yang sama atausejenis yaitu program reorientasi pembelajaran Bahasa Inggris.

Lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.2. Lokasi Sebagai Sumber Data Penelitian

D. Teknik Analisis DataTeknik analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu dengananalysis of variance (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji Tukey.

Analysis of Variance (ANOVA) adalah teknik analisis yangdigunakan dalam penelitian ini adalah Analysis of Variance(ANOVA) – dua jalur pada taraf sangat signifkansi = 0,01 dan/atau taraf signifikansi = 0,05 (Ary, Jacob, dan Razawiech,1985:279). Analysis of variance adalah suatu teknik statistik yangdigunakan untuk menguji suatu hipotesis yang menyatakan tidakada perbedaan antara perlakuan (H

0) dengan suatu hipotesis

alternatif yang menyatakan ada perbedaan (H1) Gravetter dan

Wallnau (1985:43).

Sebelum data hasil penelitian dianalisis secara statistik, terlebihdahulu dilakukan uji persyaratan yang meliputi uji normalitas dan

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 172: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

172 Website: http://www.pustekkom.go.id

uji homogenitas populasi. Uji normalitas yang dilakukanmenggunakan uji Lilliefors, sedangkan uji homogenitasmenggunakan uji Barrlett (Sudjana, 1992:466-467). Adapunhipotesa statistik dalam uji ANOVA adalah.

a. H0 : µA

1 = µA

2

H1 : µA

1 > µA

2

b. H0 : A x B = 0H

1 : A x B 0

IV. HASIL PENELITIANA. Deskripsi Data

Berikut ini disajikan secara deskripsi data hasil belajar bahasaInggris siswa. Besaran yang akan disajikan adalah jumlahsampel, skor rata-rata (mean) dan simpangan baku (standardeviasi).

Perbandingan kemampuan awal bahasa Inggris siswa yangmemperoleh block grant dan yang tidak memperoleh block grantdapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Rangkuman Data

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 173: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

173No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Keterangan:n = jumlah sampel

X

= skor rata-rata (mean)

Sd = standar deviasi

B. Pengujian HipotesisTeknik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalahanalisis varians dua jalur dilanjutkan dengan Tukey’S HDS test.

Dari data hasil belajar bahasa Inggris, setelah dilakukanperhitungan diperoleh hasil varians seperti dalam tabel 4.2.berikut.

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan ANOVA Dua Jalur

Keterangan:** = Sangat Signifikan* = SignifikanJK = Jumlah KuadratRJK = Rerata Jumlah KuadratFhit = F hitungFtab = F tabel

1. Perbedaan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa pada sekolahMemperoleh Block Grant dan tidak Memperoleh Block GrantDari data diperoleh skor rata-rata hasil belajar Bahasa Inggriskelompok siswa pada sekolah yang memperoleh block grant

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 174: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

174 Website: http://www.pustekkom.go.id

sebesar 5,82 dan simpangan baku 1,19, sedangkan untukkelompok siswa pada sekolah yang tidak memperoleh blockgrant hasil belajar Bahasa Inggrisnya sebesar 5,24 dansimpangan baku 140.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis varians dua jalur (lihattabel 4.1.) menunjukkan bahwa harga F

hitung sebesar 18,77,

sedangkan harga Ftabel sebesar 3,88 pada taraf signifikansi= 0,05, dan F

tabel sebesar 6,75 pada taraf signifikansi = 0,01.

Tampak Fhitung

> Ftabel

, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berartibahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara hasilbelajar Bahasa Inggris siswa pada sekolah yang memperolehblock grant dengan siswa pada sekolah yang tidakmemperoleh block grant.

Di samping itu berdasarkan data = 5,82 > = 5,24; berartihasil belajar Bahasa Inggris siswa pada sekolah yangmemperoleh block grant lebih tinggi dibandingkan siswa padasekolah yang tidak memperoleh block grant. Dalam hal inidapat dikatakan bahwa pemberian block grant terbuktimemberikan pengaruh yang lebih efektif terhadap hasil belajarBahasa Inggris siswa. Dapat disimpulkan bahwa secaraumum hasil belajar siswa pada sekolah yang diberi blockgrant lebih baik daripada siswa pada sekolah yang tidak diberiblock grant.

Untuk melihat apakah perbedaan tersebut signifikan atau tidakdilanjutkan dengan Uji Tukey. Dari hasil uji Tukey diperolehhasil sebagai berikut.

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 175: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

175No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Tabel 4.3. Uji Tukey Hasil Belajar Bahasa Inggris antaraSekolah Memperoleh Block Grant dan tidak MemperolehBlock Grant.

Keterangan:* = Signifikansi pada = 0,05A

1= Sekolah yang memperoleh block grant.

A2

= Sekolah yang tidak memperoleh block grant.

Berdasarkan hasil uji lebih lanjut dengan menggunakan ujiTukey pada taraf signifikansi = 0,05 (lihat tabel 4.2.)menunjukkan bahwa qhitung = 6,44 lebih besar daripadaq

tabel = 2,77. Nilai rata-rata kelompok siswa pada sekolah

yang memperoleh block grant = 5,82 lebih besardibandingkan dengan kelompok siswa pada sekolah yangtidak memperoleh block grant yang nilai rata-ratanya 5,24.Jadi hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa secarakeseluruhan terdapat perbedaan antara hasil belajar BahasaInggris kelompok siswa pada sekolah yang memperolehblock grant dengan kelompok siswa pada sekolah yang tidakmemperoleh block grant teruji kebenarannya.

2. Interaksi antara Pemberian Dana Bantuan Block Grant danKemampuan Awal terhadap Hasil Belajar Bahasa InggrisDari hasil penelitian diperoleh data (lihat tabel 4.1) sebagaiberikut: (1) dengan kemampuan awal tinggi, rata-rata hasilbelajar bahasa Inggris pada sekolah yang memperoleh blockgrant sebesar 6,34 lebih besar dibandingkan dengan sekolahyang tidak memperoleh block grant sebesar 6,10 dan (2)dengan kemampuan awal rendah, rata-rata hasil belajarbahasa Inggris pada sekolah yang memperoleh block grant

Kelompok yang dibandingkan qhitung qtabel Kesimpulan

A1 dan A2 6,44* 2,77 A1 > A2

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 176: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

176 Website: http://www.pustekkom.go.id

A1 dengan A2 6,44s 2,77 A1 > A2

A1B1 dengan A2B1 1,85ts 3,63 A1B1 < A2B1

A1B2 dengan A2B2 7,00s 3,63 A1B2 > A2B2

Kelompok Perlakuan qhitung qtabel α = 0,05 Kesimpulan

yang Dibandingkan

sebesar 5,29 lebih besar daripada sekolah yang tidakmemperoleh block grant 4,38.

Dari perhitungan dengan analisis varians dua jalur diperolehFhitung sebesar 6,25, sedangkan Ftabel sebesar 3,88 pada tarafsignifikansi = 0,05. Tampak bahwa F

hitung > F

tabel. Dengan

demikian, hipotesis nol ditolak. Kesimpulan hipotesispenelitian yang menyatakan bahwa terdapat interaksi antarapemberian dana bantuan block grant dengan kemampuanawal terhadap hasil belajar Bahasa Inggris terujikebenarannya.

Untuk melihat pengaruh hasil interaksi tersebut, dilanjutkandengan Uji Tukey yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.4. Hasil Rangkuman Uji Tukey pada KelompokPerlakuan dan Kontrol

Keterangan:s = signifikan pada = 0,05ts = tidak signifikan pada = 0,05A

1B

1= siswa dengan kemampuan awal tinggi mendapat

block grant.A

2B

1= siswa dengan kemampuan awal tinggi tidak

mendapat block grant.A

1B

2= siswa dengan kemampuan awal rendah memperoleh

block grant.A

2B

2= siswa dengan kemampuan awal rendah tidak

memperoleh block grant.

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 177: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

177No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

(1) A1 dengan A

2

Hasil belajar bahasa Inggris sekolah yang memperoleh blockgrant (=5,82) lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah yangtidak memperoleh block grant (=5,24), dengan harga q

hitung =

6,44 lebih besar dari qtabel = 2,77 pada taraf signifikansi =0,05.

(2) A1B1 dengan A2B1

Hasil belajar bahasa Inggris siswa yang mempunyaikemampuan awal tinggi yang memperoleh block grant (=6,34)tidak berbeda dibandingkan dengan siswa yang tidakmempunyai kemampuan awal tinggi yang tidak memperolehblock grant (= 6,10), dengan harga q

hitung = 1,85 lebih kecil

dari qtabel = 3,63 pada taraf signifikansi = 0,05.

(3) A1B

2 dengan A

2B

2

Hasil belajar bahasa Inggris siswa yang memperoleh blockgrant yang mempunyai kemampuan awal rendah (=5,29) lebihtinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak memperolehblock grant yang mempunyai kemampuan awal rendah(=4,38), dengan harga q

hitung = 7,00 lebih besar dari

qtabel

= 3,63 pada taraf signifikansi = 0,05.

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARANA. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ex post facto mengenai pengaruh block grantkecakapan hidup terhadap hasil belajar bahasa Inggris pada tahun2003 ada beberapa kesimpulan yang diperoleh seperti berikut.a. Hasil pengujian dengan ANOVA dapat disimpulkan bahwa

secara keseluruhan hasil belajar bahasa Inggris pada siswayang memperoleh block grant lebih baik dibandingkan dengansiswa yang tidak memperoleh block grant.

b. Terdapat interaksi antara pemberian dana bantuan block grantkecakapan hidup dan kemampuan awal terhadap hasil belajarbahasa Inggris siswa.

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 178: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

178 Website: http://www.pustekkom.go.id

B. Implikasi PenelitianUntuk bersaing di era global kemampuan bahasa Inggris sangatdiperlukan baik bagi siswa-siswa yang melanjutkan ke perguruantinggi maupun yang melanjutkan ke dunia kerja. Atas dasar ituDepartemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat PendidikanMenengah Umum telah memberikan bantuan block grant kepadaSMA Negeri dan Swasta sejak tahun 2002. Block grant ini diantaranya untuk melakukan reorientasi pembelajaran pada SMAyang bersangkutan dengan tujuan untuk meningkatkan prosespembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajarsiswa. Dalam era globalisasi bahasa Inggris yang merupakanbahasa Internasional menjadi penting karena kemampuanberinteraksi sosial dengan semua pihak (Communication Skill)dengan menggunakan bahasa Inggris menjadi tuntutanprofesionalisme baik dalam dunia kerja maupun dunia akademis.Untuk dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara-negaralain, kemampuan berbahasa Inggris tenaga kerja Indonesia harusditingkatkan. Oleh karena itu implikasi hasil penelitian ini adalahsebagai berikut.

Pertama, berdasarkan hasil penelitian bahwa hasil belajar siswaSMA yang memperoleh block grant lebih baik daripada siswayang tidak memperoleh block grant. Ini berarti pemberian blockgrant khususnya kegiatan reorientasi pembelajaran bahasaInggris dapat membantu sekolah melengkapi sarana atau mediapembelajaran berupa kaset audio dan vidio pembelajaran bahasaInggris. Hal ini memungkinkan guru bahasa Inggris dapatmeningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih menarikdengan memanfaatkan berbagai macam media dan metodepembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajarbahasa Inggris siswa.

Kedua; Dari hasil penelitian ini juga diperoleh informasi bahwasiswa yang berkemampuan awal rendah yang memperoleh blockgrant, hasil belajar bahasa Inggrisnya lebih tinggi dibandingkandengan siswa yang tidak memperoleh block grant. Hal ini terjadi

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 179: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

179No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

karena guru-guru bahasa Inggris pada sekolah yang mendapatblock grant dapat mendorong dan meningkatkan motivasi belajarbahasa Inggris siswa dengan menggunakan dan memanfaatkanberbagai jenis metode dan media pembelajaran yang menarikseperti kaset audio dan vidio pembelajaran bahasa Inggris.Pendekatan proses pembelajaran yang menggunakan danmemanfaatkan berbagai jenis metode dan media pembelajarandapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris siswa SMA,terutama sekali bagi siswa-siswa yang mempunyai nilai UANbahasa Inggris SMP yang rendah.

Ketiga;, pemberian block grant akan sangat bermanfaat bagisekolah-sekolah yang belum lengkap sarana pembelajarannya.Terutma sekolah-sekolah yang pada umumnya mempunyai siswaberkemampuan awal rendah dengan kondisi sekolah yang tidakmempunyai fasilitas dan media pembelajaran yang tidakmemadai.

C. SaranBertolak dari hasil kesimpulan dan implikasi di atas, maka dapatdisarankan beberapa hal sebagai berikut.1. Block Grant Kecakapan Hidup sangat diperlukan khususnya

bagi sekolah-sekolah di derah pinggiran kota, agar dapatmeningkatkan hasil belajar siswa di sekolah tersebut. Jikaprogram Block Grant tidak dilanjutkan maka pemerintah dapatmemberikan program bantuan lain yang dikhususkan untukpeningkatan mutu pembelajaran.

2. Pemanfaatan media pembelajaran dan penggunaan metodepembelajaran yang inovatif dan menarik harus diupayakanuntuk dilakukan dalam proses pembelajaran baikpembelajaran bahasa Inggris maupun mata pelajaran-matapelajaran lain.

3. Harus dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruhBlock Grant ataupun program bantuan yang lain terhadap

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 180: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

180 Website: http://www.pustekkom.go.id

mata pelajaran-mata pelajaran lain khususnya dalammeningkatkan hasil belajar siswa terutama mata pelajaran-mata pelajaran yang penting seperti Bahasa Indonesia,Matematika, dan Sains. Selain itu juga perlu diadakanpenelitian tentang dampak pemberian Block GrantKecakapan Hidup yang bersifat vokasional terhadap lulusan-lulusan SMA yang mendapat block grant yang telah bekerjadi masyarakat dan instansi Pemerintah dan Swasta.

KEPUSTAKAANAlhumani, Amich. “Pendidikan Tinggi dan Pembangunan Ekonomi”.

Kompas. Jakarta: Jumat 6 Agustus 2004.Ary, Donald, Jacobs, Lucy Cheser, dan Razaviech, Asghar. Introduction

to Research in Education. New York: Holt, Rinehart and Winston.1985.

Brolin, D.E. Life Centered Carer Education: A Competency BasedApproach. Reston VA: The Council for Exceptional Children.1989.

CEFS Economic Opportunity Corporation. Community Services BlockGrant (CSBG). http://www.advant.com/cefs/csbg.htm. 2005.

Departemen Pendidikan dan Budaya. Kurikulum Sekolah MenengahUmum : Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Depdikbud. 1993.

—————. Konsep Dasar Pendidikan Kecakapan Hidup. Jakarta:Depdiknas. 2004.

—————. Kurikulum Berbasis Kompetensi. http://www.puskur.or.id.—————. Pedoman Pelaksanaan Pemberian Block Grant

Pendidikan Menengah Umum 2004. Jakarta: Dikmenum. 2004.—————. Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA) Departemen

Pendidikan Nasional Tahun 2004. Jakarta: Depdiknas. 2003.

—————. Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan, Pemudadan Olahraga. Jakarta: Depdiknas. 2001.

—————. Statistik Pendidikan Tinggi 2002/2003. Jakarta: Balitbang.2003

—————. Statistik Persekolahan SMU 2002/2003. Jakarta: Balitbang.2003.

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 181: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

181No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

—————. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.2003.

Degeng, I. Nyoman S. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta:Ditjen Dikti Depdikbud. 1989.

Fatah, Nanang. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. 2002.

Furcham, Arief. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional. 1982.

Gagne, Robert M. Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran,diterjemahkan oleh Munandir. Jakarta: PAU Proyek PengembanganPusat Fasilitas Bersama Antar Universitas/UIC. 1989.

—————. The Conditions of Learning. New York: Holt, Rinehart andWiston. 1977.

Gagne, Robert M. and Briggs, Leslie J. Principles of Instructional Design,second edition. New York: Holt, Pinehart and Winstone. 1979.

Kariman, Tina Mariana. Strategi Pembelajaran Abad 21, dalam MakalahSeminar Teknologi Pembelajaran. Jakarta: IPTPI. 2002.

Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka. 2002.

Ragan, Tillman J., dan Smith, Patricia L. Conditions-Based Model forDesigning Instruction. (ed.). Handbook of Research for EducationalCommunications and Technology. New York: Macmillan LibraryReference USA. 1996.

Reigeluth, Charles M. Instructional-Design Theories and Models.London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. 1983.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. Metode Penelitian Survey.Jakarta: LP3ES. 1989.

Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 1992.Tim BBE Depdiknas. Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup.

Surabaya: SIC bekerjasama dengan LPM UNESA. 2003.

uuuuuuuuuuuuuuuuuu

Nurdin Ibrahim: Hasil Belajar B. Inggris SiswaSMA Program Block Grant Kecakapan Hidup

Page 182: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

182 Website: http://www.pustekkom.go.id

*) Marwati Mansyur, adalah staf edukatif FIP UNJ Jakarta

IDENTIFIKIDENTIFIKIDENTIFIKIDENTIFIKIDENTIFIKASI KESULITASI KESULITASI KESULITASI KESULITASI KESULITANANANANANCCCCCALALALALALON GURU TON GURU TON GURU TON GURU TON GURU TAMAN KAMAN KAMAN KAMAN KAMAN KANAKANAKANAKANAKANAK-K-K-K-K-KANAKANAKANAKANAKANAK

DDDDDALALALALALAM MEMPELAM MEMPELAM MEMPELAM MEMPELAM MEMPELAJARI MUSIKAJARI MUSIKAJARI MUSIKAJARI MUSIKAJARI MUSIKOleh: Marwati Mansyur *

Abstrak

Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran tentang kesulitanmahasiswa calon guru TK dalam mempelajari musik, terutamauntuk mengenali bekal mahasiswa belajar musik, mengetahuiletak kesulitan mahasiswa dalam belajar musik, mengetahuipenguasaan mahasiswa terhadap alat musik, dan mengetahuitinggi rendahnya kreativitas mahasiswa dalam belajar musik.Penelitian menggunakan metode survai, dilaksanakan padabulan Mei 2005 sampai dengan November 2005 di Program StudiPGTK, Jurusan Pendidikan Anak, FIP, UNJ. Populasi penelitianadalah mahasiswa Program Studi D-II PGTK yang sedangmenempuh mata kuliah Musik. Pengambilan sampel dilakukandengan simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah40 responden.Hasil penelitian adalah: (1) Bekal belajar musik yang dimilikimahasiswa masih rendah, ditunjukkan dengan rerata skor tidaklebih dari 2,5; dengan skor tertinggi 4,0. Bekal paling rendahadalah membaca not balok, sedangkan bekal tertinggi adalahbergerak sesuai dengan isi lagu, (2) Membaca not angkamerupakan yang paling sulit, sedangkan mahasiswa hampir tidakmengalami kesulitan ketika bergerak sesuai dengan isi lagu,(3) Alat musik yang paling dikuasai mahasiswa PGTK adalahtamborin, sedangkan yang kurang dikuasai adalah castanyet,dan (4) tingkat kreativitas mahasiswa PGTK belajar musik dalamkatagori tinggi, ditunjukkan dengan rerata skore 3,575.

Page 183: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

183No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

PENDAHULUANProgram Studi Guru Taman Kanak-kanak (PGTK) merupakan programstudi yang meluluskan calon tenaga guru TK. PGTK juga diperlukanuntuk mengantisipasi permasalahan terkait dengan kualitas yaknisejauhmana PGTK dapat meluluskan calon guru TK yang memilikikompetensi standar sebagaimana yang dibutuhkan masyarakat saat ini.Di lain pihak, lembaga TK menyelenggarakan pendidikan untukmengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahapperkembangan peserta didik. Permasalahan yang muncul adalah bekalapa saja yang diperlukan mahasiswa PGTK agar kelak mampumengembangkan kepribadian dan potensi anak didik usia TK secaraoptimal?

Agar mahasiswa PGTK memiliki kompetensi standar sebagai guru TK,kepada mereka diberikan beberapa mata kuliah, di antaranya adalahmata kuliah musik. Pembelajaran musik merupakan pembelajaran untukmemberi kesempatan mengembangkan rasa keindahan kepada anakdidik dengan mengalami dan menghayati bunyi ungkapan musik itusendiri (Jamalus dan Busroh, 1991/1992: 1). Hal ini berarti rasa keindahandapat memberi kesadaran kepada anak didik bahwa musik itu adalahbagian dari kehidupan. Musik dapat mengembangkan kepekaan anakdidik terhadap lingkungannya, dapat menghargai serta menikmati musik.

Pembelajaran musik pada Program Studi PGTK memerlukan kecermatancara pelaksanaannya. Hal ini disebabkan karena mahasiswa PGTKnantinya akan menjadi guru di TK. Kegiatan dalam pembelajaran musikdi PGTK dapat dikatakan sebagai pengalaman awal bermusik bagimahasiswa. Oleh karena itu, pembelajaran musik diberikan secaramenyenangkan dengan memberikan sentuhan pribadi yang memuaskan,dalam rangka membentuk pengalaman musik yang mampu merekagunakan untuk mengungkapkan pemahaman secara bermakna, dinamis,dan variatif.

Tidak dapat dipungkiri bahwa karena bekal bermusik mahasiswa sangatminim, mahasiswa mengalami kesulitan, misalnya tidak kreatif menyusun

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 184: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

184 Website: http://www.pustekkom.go.id

kalimat menjadi syair lagu yang sesuai tema, sama sekali tidak dapatmemainkan alat musik, atau pengisian gerak dan tari yang tidak cocokdengan musiknya. Oleh karena itu, penelitian tentang identifikasi kesulitanmahasiswa calon guru TK belajar musik menjadi penting untukdirealisasikan. Hasil yang diperoleh akan memberikan umpan balik bagidosen pengampu mata kuliah Musik I dan II dalam hal penentuan strategipembelajarannya, materi-materi yang perlu mendapat penekanan, danjenis alat musik mana yang benar-benar harus dikuasai mahasiswa.

Ruang lingkup masalah penelitian dibatasi pada identifikasi kesulitanmahasiswa calon guru TK dalam mempelajari musik. Permasalahan yangdapat dirumuskan adalah: Seberapa besar bekal mahasiswa calon guruTK untuk belajar musik? Dimanakah letak kesulitan mahasiswa calonguru TK belajar musik? Seberapa besar penguasaan mahasiswa calonguru TK terhadap alat musik? Bagaimana kreativitas mahasiswa calonguru TK dalam belajar musik?

LANDASAN TEORITaman Kanak-kanak merupakan bentuk pendidikan usia dini pada jalurpendidikan formal. Tujuannya adalah untuk membantu anak didikmengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputimoral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar(Anon, 2004: 6). Aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama, sertapengembangan sosial, emosional, dan kemandirian termasuk bidangpengembangan pembiasaan, sedangkan aspek berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni termasuk bidang pengembangan kemampuan dasar.Tugas ini sangatlah berat. Oleh karena itu, timbul pertanyaan: tenagakependidikan yang bagaimanakah yang diperlukan dan mampu menjawabtantangan yang dihadapi dalam perkembangan pendidikan anak usiaTK? Semestinya tenaga kependidikan calon guru TK disiapkan secaraprofesional.

Dalam rangka meletakkan dasar ke arah perkembangan moral, nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian,

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 185: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

185No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

dan seni; guru TK perlu memahami kemampuan yang harus dikuasaianak didik. Untuk itu kepada calon guru TK yang menempuh pendidikansetara D-II PGTK diberikan materi-materi esensial sebagai bekalpengembangan pembiasaan dan kemampuan dasar pada anak TK. Aspekperkembangan seni pada anak TK bertujuan agar anak dapat dan mampumenciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya, mengembangkankepekaan, dan dapat menghargai hasil karya yang kreatif (Anon, 2004:7). Aspek perkembangan seni di back up oleh mata kuliah Musik I danMusik II.

Musik merupakan media untuk mencurahkan pikiran dan rasa sertamerupakan alat untuk berkomunikasi (Mahmud, 1995: 8). Musik jugamerupakan bunyi yang ungkapannya dapat ditanggapi melalui pancaindera pendengaran untuk bernyanyi, bermain musik, bergerak mengikutimusik. Indra pendengaran yang ada pada telinga memberi informasi dalambentuk persepsi auditif tentang berbagai suara, misalnya suara anakmenyanyi, burung berkicau, lonceng berdentang. Menurut Moeslichatoen(1999: 69), persepsi auditif akan membantu anak mengembangkanperbendaharaan pengetahuan dan memperluas wawasan, di antaranyaanak dapat mengetahui bahwa: (1) setiap bunyi itu mempunyai sumbersuara dan dapat dideskripsikan, (2) bunyi-bunyian itu dapat dibandingkanberdasarkan persamaan dan sumber suaranya, dan (3) bunyi-bunyianitu dapat digolongkan berdasarkan kesamaan sifat bunyi ke dalam satupenggolongan.

Hakikat musik memang bunyi, namun demikian tidak setiap bunyi tentumusik. Menurut Seashore (1997: 1-5), musik adalah medium (bunyi).Melalui bunyi ini dapat diungkapkan rasa gembira, sedih, patriotisme,sesal, dan pengharapan. Musik adalah pesona jiwa, alat yang mengangkatpikiran dan ingatan ke tingkat yang lebih tinggi, pintu gerbang menujuimajinasi. Hal ini yang menyebabkan seseorang bersinar matanya, nadinyaberdenyut lebih cepat, menyebabkan emosi melampaui diri sendiri.Berdasarkan beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa musikadalah ilmu atau seni menyusun nada dalam urutan kombinasi untukmenghasilkan komposisi suara (bunyi) yang mempunyai kesatuan dan

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 186: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

186 Website: http://www.pustekkom.go.id

kesinambungan sehingga mengandung irama lagu dan keharmonisan.Bernyanyi merupakan kegiatan yang penting di sekolah, terutama di TKdan SD. Apabila anak menyenangi kegiatan bernyanyi, maka akanmendapatkan pengalaman bernyanyi. Hal ini dapat memberikan kepuasankepadanya, apalagi jika diiringi dengan bunyi yang berasal dari mediatubuh sendiri, misalnya tepuk tangan, tepuk paha, dan hentakan kaki.Menurut Jamalus dan Busroh (1991/1992: 7) bahwa bernyanyi merupakanalat bagi anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.Pendidikan yang diberikan kepada anak didik di TK haruslah mencakupmusik dan gerak tubuh. Gerak tubuh adalah alat yang baik bagi anakuntuk menyatakan pikiran dan perasaannya sesuai denganperkembangan dan pertumbuhannya. Apabila kepada anak diajarkanmengungkapkan musik melalui gerak, maka pemahaman anak terhadapunsur-unsur musik akan berkembang lebih mantap.

Melalui lagu, anak akan merasakan berbagai perasaan, sedih, senang,gembira, dan bahagia. Perasaan itu membawa untuk menghayati artihormat pada orang tua, sayang sesamanya, kagum akan kebesaranTuhan, cinta tanah air, dan sebagainya. Menurut Mahmud dan Fat (1994:1-2), nyanyian memiliki fungsi sosial selama nyanyian itudikomunikasikan. Nyanyian juga dapat digunakan untuk mengembangkankognitif anak.

Belajar mendengar dan mengapresiasikan nada musik bertujuan untukmengembangkan kemampuan mendengar dan mengapresiasikan nadamusik dengan cara menyenandungkan atau memainkan (dengan instrumenmusik) nada irama bagi anak untuk ditebak. Menumbuhkan kemampuanbahasa dengan menyanyikan beberapa lagu anak-anak, mengucapkansuku kata dalam nyanyian. Misalnya: la-la-la, ma-ma-ma, ti-ti-ti, mi-mi-mi. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan jasmani, misalnyabergerak bebas sesuai dengan irama musik, menggerakkan kepala, tangan,atau kaki sesuai dengan irama musik atau ritmik.

Dengan demikian, tujuan menyanyi dan bermain musik bagi anak-anakusia TK menurut Hidayat (2003: 96-97) adalah untuk mencapaikemampuan dalam pengembangan daya cipta, bahasa, dan daya pikir.

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 187: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

187No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Menyanyi dan bermain musik juga dapat melatih motorik kasar dan halus,dengan melakukan senam irama, dan tanpa disadari anak bertambahperbendaharaan kata-kata baru melalui lagu-lagu/nyanyian.

Mahasiswa Program Studi PGTK menempuh dua mata kuliah musik,yaitu Musik I dan Musik II masing-masing 2 SKS. Mata kuliah Musik I (2SKS), memberikan pemahaman tentang notasi, birama dan irama,apresiasi musik dan keterampilan menyanyi. Penggunaan notasi, biramadan irama pada sebuah lagu. Pengenalan dan pemahaman jenis musikdan lagu serta penguasaan instrumen musik. Adapun mata kuliah MusikII memberikan keterampilan menyanyi dengan bantuan jenis alat musik,menciptakan lagu sederhana, pengisian notasi dan gerak dari sebuahlagu (Anon, 2002: 160). Alat musik yang diajarkan tidak hanya alat musikmodern (piano, organ), tetapi juga menggunakan media tubuh, misalnyatepuk tangan dan suara mulut; dan alat musik media alam seperti bunyibatu dan kayu.

Materi-materi dalam mata kuliah Musik I dan Musik II juga harus dapatmemberikan bekal mahasiswa calon guru TK untuk mengembangkankemampuan dasar di bidang seni. Hasil belajar di bidang seni menurutkurikulum 2004 khususnya yang berhubungan dengan mata kuliah MusikI dan Musik II dirumuskan sebagai berikut: dapat menciptakan sesuatudengan berbagai media (dengan indikator: membuat bunyi-bunyian denganberbagai alat, menciptakan alat perkusi sederhana, bertepuk tangandengan 2 pola), dapat mengekspresikan diri dalam bentuk geraksederhana (indikatornya: menggerakkan kepala, tangan atau kaki sesuaidengan irama musik/ritmik, mengekspresikan diri secara bebas sesuaiirama musik, mengikuti gerakan tari sederhana sesuai irama musik, danmengekspresikan diri dalam gerak bervariatif), dapat menyanyi danmemainkan alat musik sederhana (indikatornya: menyanyi 15-20 laguanak-anak, bermain dengan berbagai alat musik perkusi sederhana),dapat menampilkan sajak sederhana (indikatornya: mengucapkan sajakdengan ekspresi, mengucapkan syair dari berbagai lagu sambil diiringisenandung lagunya, dapat melakukan gerakan pantomim sederhana,melakukan gerak pantomim secara sederhana, dan menceritakan gerakpantomim ke dalam bahasa lisan).

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 188: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

188 Website: http://www.pustekkom.go.id

Seperti telah disinggung di depan, bahwa fungsi menyanyi pada anakdapat mengembangkan kreativitas. Hal ini akan tercapai apabila merekadiajar dan dibimbing oleh guru yang kreatif. Oleh karena itu, dalam belajarmusik, kreativitas mahasiswa program D-II PGTK harus dikembangkan.Berikut dipaparkan tentang batasan kreativitas dalam belajar musik.

Kreativitas didefinisikan dalam berbagai cara tetapi orang lebih cenderungmelihat dari sisi keterampilan, misalnya menggambar, memahat, menari,menyanyi, maupun berupa gagasan-gagasan (Chance, 1994: 148). Halini berarti kreativitas sangat spesifik kondisinya, penampilan atausemacam sesuatu hal yang mendekati tidak ada kebohongan atau sesuaidengan kenyataan. Kreativitas tampaknya menjadi bebas dan tidakmendapat pengaruh. Dalam seni, kreativitas anak tumbuh dengan jelasdan terjadi dengan sendirinya secara bebas dan dengan pendekatanalami yang ditunjukkan pada pembelajaran. Menurut Mahmud dan Fat(1994: 5), bernyanyi (bermusik) adalah kegiatan kreatif. Bernyanyi denganekspresi, bernyanyi dengan gaya, bernyanyi dengan gerak tari, bernyanyimengembangkan imajinasi. Sebuah ciptaan nyanyian, betapa punsederhananya, adalah hasil yang kreatif dan imajinatif. Dalam mengarangnyanyian, peranan kreativitas dan imajinasi dapat menentukan kualitassuatu ciptaan nyanyian. Oleh karena itu, aktivitas seseorang yang kreatifketika belajar musik akan terlihat pada rasa ingin tahu, dan ingin mencobasebuah lagu atau suatu alat musik. Hal ini sesuai dengan pendapatMahmud dan Fat (1994: 87) menyatakan bahwa bermusik adalah aktivitaskreatif seorang anak, antara lain tampak pada rasa ingin tahu, inginmencoba, dan daya imajinasinya menjadi berkembang. Kegiatanberkreativitas bertujuan untuk memantapkan dan mengembangkanpengetahuan dan keterampilan musik yang telah diperoleh, misalnyadengan jalan mencoba dan memilih alat musik perkusi yang sesuai untukmengungkapkan isi dan maksud musik atau nyanyian yang diiringi.

METODOLOGI PENELITIANPenelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan mahasiswa calonguru TK dalam mempelajari musik. Penelitian dengan metode survai,dilaksanakan di Program Studi PGTK, Jurusan Pendidikan Anak, FIP

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 189: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

189No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

UNJ. Waktu penelitian adalah bulan Mei 2005 sampai dengan bulanNopember 2005 pada mahasiswa yang mengambil mata kuliah musiktahun akademik 2005/2006.

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa program D-II PGTK FIPUNJ. Populasi terjangkaunya adalah mahasiswa program D-II PGTK FIPUNJ yang sedang menempuh mata kuliah Musik I. Pengambilan sampeldilakukan dengan simple random sampling. Dari 70 mahasiswa yangmengambil mata kuliah Musik I, diambil secara random 40 mahasiswauntuk dijadikan sampel penelitian.

Pada penelitian ini menggunakan instrumen berupa tes tindakan/penampilan/ keterampilan dan instrumen kreativitas belajar musik. Teskreativitas berupa lagu, siswa membuat partitur musik dengan alat perkusidan alat tiup yang sederhana, kemudian dicobakan.

Pengumpulan data dilaksanakan pada awal, selama proses, dan akhirproses perkuliahan Musik I. Pengumpulan data menggunakan lembaranobservasi dan tes kreativitas belajar musik. Kegiatan analisis data terdiridari analisis deskriptif dan analisis statistik. Kegiatan analisis deskriptifberdasarkan lembaran observasi. Analisis statistik berdasarkan teskreativitas belajar musik untuk mengetahui tingkat kreativitas mahasiswadalam belajar musik. Data diolah dalam bentuk sesuai dengan kebutuhan,dengan skor tertinggi 4 dan skor terendah 1.

HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASANPermasalah penelitian ini meliputi empat kelompok. Hasil penelitianterhadap keempat kelompok tersebut adalah sebagai berikut.1. Bekal Mahasiswa Untuk Belajar Musik

Untuk memperoleh gambaran tentang bekal belajar musik yang telahdimiliki mahasiswa dilakukan observasi pada awal perkuliahan,digunakan lembar observasi. Data yang diperoleh seperti tampakpada tabel berikut.

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 190: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

190 Website: http://www.pustekkom.go.id

Tabel 1. Bekal Mahasiswa Belajar Musik

Terlihat pada Tabel 1 di atas tentang bekal mahasiswa belajar musik,ternyata membaca not balok adalah yang paling rendah. Hal inidisebabkan karena mahasiswa tidak mempunyai dasar musik yangstandar. Jika hasil ini dibandingkan dengan bekal mahasiswamembaca not angka, hal inipun masih rendah, yaitu dengan rerata2,125. Berdasarkan hasil observasi mengenai membaca not angkadan not balok, dapat dikatakan bahwa mereka kurang mempunyaidasar-dasar bermain musik. Hal ini menunjukkan bahwa inputmahasiswa PGTK tentang bermusik kurang sekali. Bekal mahasiswauntuk bergerak sesuai dengan isi lagu dengan rerata 2,300merupakan bekal yang tertinggi. Hal ini dimunginkan karena dalamkehidupan sehari-hari tanpa mereka sadari timbul gerakan, misalnyaketika mendengar musik. Juga dalam kehidupan sehari-hari merekaberolah raga, misalnya senam yang diiringi dengan musik, sehinggasecara otomatis badan bergerak.

2. Kesulitan Mahasiswa Belajar MusikUntuk memperoleh gambaran tentang kesulitan belajar musikdilakukan observasi pada proses perkuliahan, digunakan lembarobservasi. Data yang diperoleh seperti tampak pada Tabel 2 berikut.

1. Membaca not angka 2,125

2. Membaca not balok 2,025

3. Membaca nilai notdengan birama 3/4, 2/4, 4/4dengan tepukan/pukul meja 2,225

4. Membaca syair lagudengan tepat 2,175

5. Bergerak sesuaidengan isi lagu 2,300

No. Keterangan RerataSkor

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 191: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

191No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

1. Membaca not angka 2,825

2. Membaca not balok 3,000

3. Membaca nilai not denganbirama 3/4, 2/4, 4/4 dengantepukan/pukul meja 3,075

4. Membaca syair lagudengan tepat 3,425

5. Bergerak sesuai denganisi lagu 3,550

No. Keterangan RerataSkor

Tabel 2. Kesulitan Mahasiswa Belajar Musik

Mahasiswa calon guru TK pada dasarnya tidak mempunyai dasar-dasar untuk bermain musik. Hal ini disebabkan karena bayanganmereka yang salah tentang bermusik. Mereka mengira bahwabermain musik itu adalah bakat dan sulit, sehingga tanpa ada bakattidak akan mampu bermain musik, ini adalah pendapat yang salah.Terlihat pada Tabel 2 di atas, bahwa keempat komponen mempunyairerata di atas 3,00 artinya dalam membaca not balok, membacanilai not dengan birama ¾, 2/4 dan 4/4 dengan tepukan/pukul meja,membaca syair lagu dengan tepat dan bergerak sesuai dengan isilagu, dapat dikatakan mereka tidak mengalami kesulitan dan merekamenyenangi kegiatan-kegiatan praktik musik tersebut. Namundemikian, mereka masih mengalami kesulitan dalam membaca notangka, ditunjukkan dengan perolehan rerata 2,825. Hal ini dapat terjadikarena: (1) jarang berlatih solmisasi, (2) tidak mau membuka mulutsecara maksimal sesuai tuntutan berfokal, (3) mahasiswa tidak maumempelajari nilai-nilai not, sehingga sulit bagi mereka untuk membacanot, mereka hanya mengikuti iringan musik saja, tetapi ketikamusiknya tidak ada mereka tidak bisa membaca notasi.

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 192: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

192 Website: http://www.pustekkom.go.id

1. Tamborin 3,650

2. Castanyet 3,200

3. Ringbell 3,225

4. Triangel 3,475

5. Recorder Sopran 3,450

No. Keterangan RerataSkor

3. Penguasaan Mahasiswa tentang Alat MusikUntuk pengambilan data tentang penguasaan alat musik dilakukanobservasi pada proses pembelajaran. Mereka diberi kesempatanuntuk berlatih sendiri-sendiri memainkan semua alat musik yangdisediakan, kemudian berkelompok untuk memainkan semua alatmusik. Di sini akan terlihat/terdengar apakah permainan alat musiktersebut sudah menyatu atau belum sesuai dengan partitur lagu.Data yang diperoleh tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Penguasaan Mahasiswa tentang Alat Musik

Jika dilihat penguasaan mahasiswa dalam memainkan alat musik,pertama kali mahasiswa takut untuk memainkan alat musik tersebut.Karena tuntutan kompetensi menjadi guru TK, mereka harus berusahabelajar memainkan alat musik sederhana. Ternyata setelah belajar,mereka tertarik dan menyenanginya. Akibatnya kemampuan merekamemainkan alat musik tinggi. Hal ini terlihat rerata skor yangdiperoleh ketika memainkan alat musik lebih dari 3,00. Penguasaanalat musik tertinggi adalah tamborin, hal ini disebabkan karena alatini mudah memainkannya dan enak didengar. Penguasaan alat musikyang paling rendah adalah ketika memainkan alat musik castanyet,mereka harus selalu berkonsentrasi agar tidak ketinggalan. Begitumereka kehilangan konsentrasi mereka menjadi ketinggalan danakibatnya salah hitungan.

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 193: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

193No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

4. Kreativitas Mahasiswa dalam Belajar MusikKreativitas mahasiswa dalam belajar musik yang dimaksud di siniadalah bagaimana mahasiswa bermain musik sendiri-sendiri tanpabimbingan. Sesudah itu mereka bermain musik secara berkelompoktanpa bimbingan. Ternyata mereka menemukan bahwa bermainmusik itu indah. Akibatnya mereka belajar membuat partitur sendiriuntuk mengiringi lagu baru. Guna melihat seberapa tinggi tingkatkreativitas mahasiswa belajar musik diberikan tes pada akhir prosespembelajaran. Hasil yang diperoleh pada tes kreativitas belajar musikditunjukkan dengan rerata 3,575. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkatkreativitas mahasiswa dalam belajar musik termasuk kategori tinggi.

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan: (1) Bekalbelajar musik yang dimiliki mahasiswa masih rendah, ditunjukkan denganrerata skor tidak lebih dari 2,500. Bekal bermusik paling rendah adalahmembaca not balok, sedangkan bekal tertinggi adalah bergerak sesuaidengan isi lagu; (2) Teridentifikasi bahwa membaca not angka merupakanyang paling sulit, sedangkan mahasiswa hampir tidak mengalami kesulitanketika bergerak sesuai dengan isi lagu; (3) Alat musik yang paling dikuasaimahasiswa PGTK adalah tamborin, sedangkan yang kurang dikuasaiadalah castanyet; dan (4) Tingkat kreativitas mahasiswa PGTK belajarmusik dalam kategori tinggi, ditunjukkan dengan rerata skor 3,575.

Upaya untuk mengetahui tinggi rendahnya bekal mahasiswa belajar musikdapat dilakukan oleh Program Studi PGTK ketika diadakan tes masukcalon mahasiswa PGTK, yakni dengan mengadakan tes khususpenguasaan bermusik. Calon mahasiswa disuruh membaca notasi balok,notasi solmisasi, dan memainkan beberapa alat musik. Dengan cara ini,akan diketahui calon-calon mahasiswa mana yang sudah menguasaimusik. Tes khusus penguasaan bermusik ini juga dapat mengantisipasikesulitan membaca notasi angka yang diidentifikasi paling sulit.

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 194: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

194 Website: http://www.pustekkom.go.id

Dosen pengampu mata kuliah musik harus menitikberatkan padapembacaan notasi angka (solmisasi), kemudian notasi balok. Dosenpengampu mata kuliah musik dapat menugaskan mahasiswa untukmenambah frekuensi dalam mendengarkan musik karena denganbertambah lama mendengarkan dan merasakan musik akan semakinbanyak pula ia mengenyam rasa dan semakin terbiasa ia mencaripengalaman dalam dunia musik terutama musik tiup dan musik perkusi,serta tidak lupa menyanyi (membaca notasi).

Upaya untuk meningkatkan penguasaan alat musik bagi mahasiswaPGTK selain alat musik tamborin yang mudah dimainkan adalah denganmenekankan pada alat musik castanyet. Program Studi PGTK dapatmemperbanyak alat musik castanyet ini agar setiap mahasiswa dapatleluasa berlatih memainkan alat musik ini.

Apabila dilihat dari tingkat kreativitas, maka ditemukan bahwa kreativitasmahasiswa PGTK belajar musik dalam kategori tinggi, ditunjukkan denganrerata skor 3,575. Hasil ini menggembirakan, namun tetap perludiupayakan agar mahasiswa calon guru TK lebih kreatif lagi. Upaya yangperlu dilakukan adalah membiasakan mereka untuk bermusik seseringmungkin, tidak hanya ketika mereka menempuh mata kuliah musik saja.Berdasarkan uraian di atas, dapat diberikan saran sebagai berikut: (1)Bagi calon guru TK, setelah mengetahui dan merasakan bahwa musikitu indah, maka kemampuan yang telah dimiliki harus dipertahankandan dapat dikembangkan untuk lagu-lagu yang lain dan bervariatif untukdikembangkan di sekolah tempat mahasiswa mengajar nanti; (2) Bagidosen pengampu mata kuliah Musik I dan Musik II, hasil penelitian inisebagai masukan untuk perbaikan pembelajaran di masa yang akandatang; (3) Bagi Program Studi PGTK, hasil ini dapat dijadikan sebagaipedoman dalam menjaring input mahasiswa PGTK. Hasil penelitian inijuga mendorong Program Studi PGTK untuk melengkapi danmemperbanyak alat-alat musik perkusi; dan (4) Bagi pembaca, dapatmelakukan penelitian lanjutan yang lebih kompleks.

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 195: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

195No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

DAFTAR PUSTAKAAnon. Pedoman Kegiatan Akademik Universitas Negeri Jakarta.

Jakarta: UNJ, 2002._____. Kurikulum TK dan RA: Standar Kompetensi. Jakarta:

Departemen PendidikanNasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,

Direktorat Pendidikan TK dan SD, 2004.Chance, Paul. Learning and Behavior. Pacific Grove, California: Brooks/

Cole Publishing Company, 1994.Hidayat, Heri. Aktivitas Mengajar Anak TK: Panduan Mahasiswa

PGTK/PGRA, Guru, dan Orang Tua. Bandung: Katarsis, 2003.Jamalus, dan Hamzah Busroh. Pendidikan Kesenian I (Musik).

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan TenagaKependidikan, 1991/1992.

Mahmud, A.T. Musik dan Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1995.

Mahmud, A.T. dan Fat. Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar diTaman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,Bagian Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak-kanak, 1994.

Moeslichatoen. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta:Rineka Cipta, 1999.

Seashore, C. E. Psychology of Music. New York: Dover Publications,Inc., 1967.

uuuuuuuuuuuuuuuuuu

Marwati Mansyur: Identifikasi KesulitanCalon Guru TK dalam Mempelajari Musik

Page 196: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

196 Website: http://www.pustekkom.go.id

VVVVVARIABEL DARIABEL DARIABEL DARIABEL DARIABEL DALALALALALAMAMAMAMAMPENELITIAN PENDIDIKANPENELITIAN PENDIDIKANPENELITIAN PENDIDIKANPENELITIAN PENDIDIKANPENELITIAN PENDIDIKAN

Oleh : Purwanto *

Abstrak

Pengumpulan data dalam penelitian pendidikan harusmempertimbangkan dua hal : 1) Dari siapa data di peroleh.Pertanyaan ini berhubungan dengan objek yang mempunyai sifatyang akan diukur yang dikenal sebagai reponden. 2)Karakteristik apa yang akan diukur. Responden mempunyaikesamaan dalam satu karakteristik sehingga menjadi satupopulasi. Untuk memperoleh penyederhanaan dalampengumpulan data mungkin pengumpulan tidak dilakukan ataspopulasi tetapi atas sampel. Di samping responden mempunyaikesamaan dalam satu karakteristik, antara respondenmempunyai perbedaan dalam karakteristik yang lain yang disebutvariabel. Data variabel dikumpulkan dengan mengukurkepemilikan variabel pada responden.

Kata kunci : responden, populasi / sampel, variabel

A. PENDAHULUANPenelitian kuantitatif yang digunakan dalam ilmu sosial danpendidikan merupakan model penelitian yang meniru cara kerjapenelitian alam. Salah satu cara kerja dalam penelitian alam yangdilakukan dalam penelitian sosial dan pendidikan adalah cara yangdilakukan dalam pengumpulan data. Dalam penelitian alampengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran.Misalnya : pengumpulan data suhu pasien, berat suatu benda, jaraksuatu tempat, waktu suatu proses dan sebagainya dilakukan dengancara melakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan sesuai dengan

*) Purwanto, M.Pd., adalah dosen STAIN Surakarta

Page 197: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

197No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

alat ukur dan keadaan yang diukur dapat berupa menimbang,mengukur, menakar, membandingkan dan sebagainya.

Pengukuran merupakan cara pengumpulan data yang dilakukandengan membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya.Tinggi badan diukur dengan membandingkan benda dengan alat ukurmistar, berat badan diukur dengan membandingkan benda yang databeratnya akan dikumpulkan dengan alat ukur timbangan, suhu pasiendiukur dengan membandingkan pasien dengan alat ukur termometer,dan sebagainya. Dalam membandingkan sesuatu yang diukur denganalat ukurnya itu, data mengenai objek-objek yang diukur diberikandengan menerakan angka pada objek sesuai kadar kepemilikansifatnya dalam alat ukur yang digunakan.

Cara kerja pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukanpengukuran juga menjadi tradisi pengumpulan data dalam penelitiansosial dan pendidikan yang dilakukan menggunakan metodekuantitatif. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dari objek penelitianpada sifat tertentu yang dikenal dengan variabel. Pengukuran variabeldari objek penelitian memungkinkan skor angka dapat diterakan padaobjek sesuai kadar kepemilikan variabel oleh objek sebagaimanaditunjukkan oleh alat ukurnya. Untuk memperjelas pembahasanmengenai variabel dan pengumpulan data, maka tulisan inimenyajikan pembahasan tentang variabel dan pengumpulan data.

B. VARIABELUntuk memahami pengumpulan data yang dilakukan dengan caramelakukan pengukuran, maka perlu dijelaskan sebelumnya sumberpengumpulan data, objek penelitian dan variabel. Objek penelitianalam adalah benda-benda yang darinya akan dikumpulkan datanya.Keseluruhan objek yang mempunyai satu karakteristik yang samadinamakan populasi. Sumber pengumpulan data dapat berupapopulasi atau sampel. Pengukuran dapat dilakukan pada semua bendayang menjadi bagian dari populasi, dapat pula dilakukan atas

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 198: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

198 Website: http://www.pustekkom.go.id

Populasi /Sampel DataVariabelObjek

sebagian dari populasi yang dikenal sebagai sampel. Setelah jelassumber pengumpulan data dan objeknya, maka dapat diukur sifatyang hendak diukur yang dikenal sebagai variabel. Untuk itu berikutdibahas tentang sumber pengumpulan data, objek penelitian danvariabel dalam penelitian. Hal itu dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Sumber pengumpulan dataPengukuran dapat dilakukan pada semua benda yang menjadibagian dari populasi, dapat pula dilakukan atas sebagian daripopulasi yang dikenal sebagai sampel. Populasi adalahkeseluruhan unsur yang mempunyai satu karakteristik yangsama. Populasi logam adalah keseluruhan unsur yangmempunyai sifat yang sama yaitu logam. Apabila pengukurandilakukan atas semua logam yang ada, maka sumberpengumpulan data adalah populasi, sedang bila sebagian logamyang menjadi sampel saja yang diukur untuk dikumpulkandatanya, maka sumber pengumpulan data adalah sampel.

2. Objek penelitianObjek penelitian alam adalah benda-benda yang darinya akandikumpulkan datanya. Pengumpulan data dilakukan atas objekyang sifatnya akan diukur untuk dikumpulkan datanya. Penelitianalam menempatkan benda alam – baik mati maupun hidup —sebagai objek yang darinya data akan dikumpulkan. Penelitianmengenai pengaruh lama pemuaian dengan bertambahpanjangnya logam menggunakan objek berupa logam. Dalampenelitian ini objek yang dikaji adalah logam. Sejumlah logamsatu persatu dipanaskan dalam waktu tertentu dan diukurpertambahan panjangnya. Kesimpulan mengenai hubunganantara lama pemuaian dan pertambahan panjang logam padabeberapa logam itu kemudian menjadi sebuah temuan penelitian.

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 199: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

199No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

3. VariabelAlam terdiri dari sangat banyak ragam gejala yang acak, rumit,kompleks dan tidak beraturan. Keadaan demikian membuat alammenjadi sulit untuk dipahami oleh manusia. Penelitian membantumanusia menaklukan kerumitan alam sehingga ketidaktahuanmanusia atas alam berubah menjadi pengetahuan. Usahamenaklukan kerumitan itu dilakukan dengan menyederhanakankerumitan alam dengan memilih gejala tertentu dalam ukuranyang memungkinkan dapat dikelola karena bisa diobservasi danterukur. Gejala tertentu yang disederhanakan dari kerumitan alamyang dipilih dalam ukuran yang dapat dikelola dikenal denganistilah variabel.

Variabel adalah gejala yang dipersoalkan. Gejala bersifatmembedakan satu unsur populasi dengan unsur yang lain. Olehkarena variabel bersifat membedakan maka variabel harusmempunyai nilai yang bervariasi. Populasi adalah keseluruhanobjek yang mempunyai satu karakteritik yang sama. Meskiseluruh objek anggota populasi mempunyai satu karakteristikyang sama sehingga menempatkan mereka ke dalam satupopulasi, namun antara objek-objek yang menjadi anggotapopulasi berbeda dalam gejala yang lain. Gejala yangmembedakan objek-objek yang menjadi anggota populasidinamakan sebagai variabel. Misalnya : populasi terdiri dari 10buah gedung. Populasi terdiri dari objek sebanyak 10 buahgedung sebagai anggota dan mereka menjadi populasi karenamempunyai satu karakteristik yang sama yaitu gedung. Meskipun10 buah gedung mempunyai satu kesamaan, mereka mungkinberbeda dalam warna, tinggi, bahan, kualitas, usia, jumlah ruang,dan sebagainya. Gejala-gejala yang membedakan itu merupakanvariabel.

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 200: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

200 Website: http://www.pustekkom.go.id

C. VARIABEL DALAM PENELITIAN PENDIDIKANVariabel mempunyai tiga ciri yaitu dapat diukur, membedakan objekdari objek lain dalam satu populasi dan nilainya bervariasi. 1) Variabelharus dapat diukur. Penelitian kuantitatif mengharuskan hasilpenelitian yang objektif, terukur dan selalu terbuka untuk diuji. Variabelberbeda dengan konsep. Konsep belum dapat diukur, sedang variabeldapat diukur. Variabel adalah operasionalisasi konsep (Bouma, 1993: 38). Misalnya : penampilan akademik adalah konsep dan hasilbelajar adalah variabel, belajar adalah konsep dan strategi belajaradalah variabel, keadaan adalah konsep dan suhu adalah variabeldan sebagainya. Oleh karena itu, data variabel penelitian harustampak dalam perilaku yang dapat diobservasi dan diukur. Misalnya: prestasi belajar adalah jumlah jawaban benar yang dibuat siswadalam mengerjakan sebuah tes. 2) Variabel membedakan satu objekdari yang lainnya. Objek-objek menjadi anggota populasi karenamempunyai satu karakteristik yang sama. Meski sama, objek-objekdalam populasi dapat dibedakan satu sama lain dalam variabel.Misalnya : populasi siswa terdiri dari anggota yang memiliki satukesamaan karakteriktik yaitu siswa. Disamping kesamaan itu, antaramereka berbeda dalam usia, jenis kelamin, agama, ras, tempattinggal, prestasi belajar, pekerjaan orang tua, kecerdasan, bakatkhusus, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan itu merupakanvariabel karena mempunyai sifat membedakan. 3) Variabel mempunyainilai yang bervariasi. Oleh karena variabel membedakan satu objekdengan objek lain dalam satu populasi, maka variabel harusmempunyai nilai yang bervariasi. Misalnya : dari populasi yang terdiridari 50 orang siswa, jenis kelamin hanya akan menjadi variabel apabiladari 50 orang siswa bervariasi dalam jenis kelamin. Sebaliknya biladari 50 orang siswa itu semuanya laki-laki, maka jenis kelamin bukanvariabel.

Variabel dapat diklasifikasikan menggunakan beberapa carapenggolongan, yaitu berdasarkan sifat, kedudukan, skala,kemungkinan manipulasi, alat ukur pengumpulan data dan penampilanyang diukur. Menurut sifatnya, variabel dapat dibagi menjadi tiga yaituvariabel kategori, diskrit dan kontinum. 1) Variabel kategori adalah

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 201: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

201No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

variabel yang dapat diklasifikasi secara pilah (mutually exclusive).Termasuk dalam variabel ini adalah jenis kelamin (laki-laki,perempuan), status perkawinan (belum, menikah, janda/duda), warnakulit (putih, hitam, sawo matang), suku (Jawa, Sunda, Batak, Bali,lainnya), dan sebagainya. 2) Variabel diskrit adalah variabel yangdikumpulkan datanya dengan cara membilang. Sebagai hasil prosesmembilang maka data diskrit mempunyai ukuran satuan yang utuhsehingga tidak memungkinkan data berupa pecahan. Termasuk dalamvariabel ini adalah jumlah anak, jumlah penduduk, jumlah panen,usia, jumlah murid, jumlah sekolah, jumlah propinsi dan sebagainya.3) Variabel kontinum adalah variabel yang datanya terdapat dalamsuatu kontinum karena merupakan hasil dari proses mengukur. Hasilpengukuran berat sebesar 10 kg berada dalam suatu kontinummungkin 9,98 kg atau 10,15 kg. Data hasil pengukuranmemungkinkan berbentuk pecahan karena hasil pengukuran beradadalam sebuah kontinum. Variabel dalam pendidikan yang tergolongkelompok variabel ini adalah motivasi belajar, minat membaca,prestasi belajar, konsep diri dan sebagainya.

Menurut kedudukannya, variabel dapat dibagi menjadi dua yaituvariabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabelyang nilainya mempengaruhi variabel terikat. Sebaliknya variabelterikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas.Dalam sebuah penelitian tentang hubungan antara lama pemuaiandengan bertambah panjangnya muai, maka lama pemuaianmerupakan variabel bebas dan lama pemuaian merupakan variabelterikat. Namun dalam penelitian lain tentang hubungan antarapertambahan panjang muai dengan pertambahan berat makapertambahan panjang muai tidak lagi merupakan variabel terikat tetapivariabel bebas untuk variabel terikat pertambahan berat. Hal itudisebabkan karena pada kedua penelitian variabel pertambahanpanjang muai menempati kedudukan yang berbeda.

Beberapa variabel bebas kadang-kadang diabaikan. Variabel yangdapat menjadi variabel bebas tetapi diabaikan dikenal beberapamacam yaitu variabel moderator, kontrol, acak dan laten (intervening).

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 202: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

202 Website: http://www.pustekkom.go.id

1) Variabel moderator adalah variabel yang sebenarnya menjadiperantara variabel bebas tertentu dengan variabel terikatnya. Misalnya: metode mengajar berhubungan dengan hasil belajar dengan tingkatyang berbeda pada guru yang mempunyai jenis kelamin.Sehubungan dengan metode mengajar, jenis kelamin gurumempengaruhi hasil belajar, tetapi diabaikan dengan tidakmemasukkannya ke dalam analisis. 2) Variabel kontrol adalah variabelyang menjadi variabel bebas dan dimasukkan ke dalam penelitiantetapi dibuat konstan dengan mengontrolnya. Misalnya : metodemengajar dan usia berhubungan dengan hasil belajar (metodemengajar tertentu hanya mempengaruhi hasil belajar pada tingkatusia tertentu). Usia dimasukkan ke dalam analisis, tetapi diabaikandengan membuatnya menjadi konstan. 3) Variabel rambang atauacak adalah variabel yang pengaruhnya tidak terlalu menentukansehingga dapat diabaikan pada sampel yang diambil secara acak.4) Variabel laten (intervening) adalah variabel bebas yang dapat dikajisecara teoretik tetapi tidak dapat diobservasi. Misalnya : di antarahubungan antara kehadiran guru dengan prestasi belajar, terdapatvariabel intervening berupa keaktifan belajar siswa.

Penggolongan lain mengelompokkan variabel menurut skalanya.Berdasarkan skalanya, variabel dapat dibedakan menjadi empat yaituvariabel nominal, ordinal, interval dan rasio. 1) Variabel nominal adalahvariabel yang tingkat skalanya hanya memilah. Perbedaan nilaivariabel tidak mempunyai makna apapun kecuali hanya untukkeperluan memberikan tanda atau label. Perbedaan nilai tidakmempunyai sifat untuk dapat diurutkan dengan aturan tertentu karenasifat skalanya yang nominal. Misalnya, bila variabel jenis kelamindinilai dengan memberikan responden laki-laki dengan skor 1 (satu)dan perempuan dengan skor 0 (nol) tidak berarti bahwa laki-laki lebihtinggi daripada perempuan karena skornya lebih besar. Perbedaanskor semata hanya dilakukan untuk pemberian tanda. Termasuk kedalam variabel nominal adalah agama, jenis kelamin, suku, pekerjaan,pendidikan, dan sebagainya. 2) Variabel ordinal adalah variabel yangpeneraan skornya dimaksudkan untuk mengurutkan bahwa suatuobjek lebih dari yang lain dalam variabel yang diukur. Oleh karenanya

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 203: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

203No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

sebuah objek yang mempunyai skor lebih tinggi dari yang lain dapatdikatakan lebih dari objek lain dalam variabel yang diukur karenaskala datanya ordinal. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa siswayang memperoleh nilai 95 dalam tes prestasi belajar lebih pandaidaripada siswa yang memperoleh nilai 80. Termasuk dalam variabelyang mempunyai skala ordinal adalah kecerdasan, prestasi belajar,kreativitas, minat menjadi guru, penguasaan bahasa asing,kemampuan penyesuaian diri dan sebagainya. 3) Variabel intervaladalah variabel yang mempunyai skala dengan interval yang sama.Oleh karena mempunyai interval yang sama maka data-data denganskala interval dapat dijumlahkan. Misalnya : tiga orang memperolehskor motivasi belajar masing-masing 20, 30 dan 40. Meskipun selisihskor antara ketiganya sama yaitu 10, namun tidak berarti selisihkadar motivasi belajar ketiganya sama. Hal itu disebabkan karenadata motivasi belajar hanya dapat diurutkan, tetapi tidak dapatdijumlahkan. Berbeda dengan data variabel suhu misalnya. Sebuahbenda dengan suhu 60°C bila ditambahkan 40°C maka akan menjadibenda dengan suhu 100°C. Hal itu dapat dilakukan karena suhumerupakan variabel dengan skala interval. 4) Variabel rasio adalahvariabel yang mempunyai skala tingkat tertinggi. Skor datanya tidakhanya dapat dijumlahkan tetapi juga mempunyai 0 (nol) absolut. Suhu0°C tidak dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tanpa suhu, sebabangka 0 (nol) ditentukan secara sembarang, yaitu titik beku yangdalam skala celsius ditetapkan sebagai keadaan nol. Padakenayataannya, titik beku dalam skala termometer Farenheitmempunyai suhu 32°F. Berbeda dengan suhu, berat merupakanvariabel yang mempunyai skala rasio. Berat 0 kg berarti keadaantidak ada berat sama sekali. Berat 0 kg sama beratnya dengan 0ton, 0 ons, 0 pounds dan sebagainya karena variabel berat merupakanvariabel dengan skala rasio. Termasuk dalam variabel rasio adalahberat, jarak, waktu, dan sebagainya.

Menurut kemungkinannya dilakukan manipulasi, variabel dapat dibagimenjadi dua yaitu variabel aktif (perlakuan) dan variabel organismik(atribut). Variabel aktif adalah variabel yang dapat dimanipulasikan,seperti jenis pupuk, jenis obat yang diberikan, sistem imbalan, metode

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 204: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

204 Website: http://www.pustekkom.go.id

mengajar, konsekuensi perilaku, bentuk tes, jenis tes, dansebagainya. Variabel atribut adalah variabel yang tidak dapatdimanipulasikan, seperti kecerdasan, motivasi, gaya kognitif, sikapdan sebagainya.

Menurut alat ukur pengumpulan datanya, variabel dapat digolongkanmenjadi dua yaitu variabel faktual dan variabel konsep. 1) Variabelfaktual adalah variabel yang alat ukurnya tidak perlu dibakukan karenakesalahan data bukan merupakan kesalahan alat ukurnya. Misalnya: bila responden tidak jujur mengisi data tentang variabel usia makakesalahan tidak terletak pada alat ukurnya. Termasuk dalam variabelfaktual adalah agama, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan,asal daerah, asal sekolah dan sebagainya. 2) Sebaliknya, variabelkonsep atau konstruk adalah variabel yang alat ukur pengumpulandatanya harus terlebih dulu dibakukan sebelum digunakan untukpengumpulan data. Hal itu disebabkan karena ada kemungkinankesalahan data disebabkan oleh instrumen alat ukur yang salahkonsep. Misalnya : data motivasi belajar dapat menjadi salah karenabutir-butirnya pertanyaannya tidak mengukur apa yang semestinyadiukur (tidak valid) atau alat ukur motivasi belajar tidak memberikanhasil konsisten (tidak reliabel). Termasuk variabel konsep adalahprestasi belajar, minat belajar, sikap terhadap mata pelajaranmatematika, dan sebagainya.

Variabel dapat digolongkan menurut penampilan yang diukur. Menurutpenggolongan ini, variabel dapat dibedakan menjadi variabelperformansi maksimal dan variabel performansi tipikal (Cronbach,1984). 1) Variabel performansi maksimal (maximum performance)adalah variabel yang dalam pengumpulan datanya responden didoronguntuk menunjukkan penampilan maksimalnya. Berdasarkanpenampilan maksimalnya, dapat diketahui kemampuan respondendalam variabel yang diukur. Termasuk dalam variabel performansimaksimal adalah prestasi belajar, kreativitas, kemampuan verbal,kemampuan numerik, kecerdasan, kemampuan penyesuaian diri,potensi akademik, bakat musik dan sebagainya. Alat ukur

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 205: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

205No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

pengumpulan data variabel performansi maksimal adalah tes,sehingga dikenal tes prestasi belajar, tes kreativitas, tes kemampuanverbal, tes kecerdasan, tes potensi akademik, tes bakat dansebagainya. 2) Variabel performansi tipikal adalah variabel yang dalampengumpulan datanya responden tidak didorong untuk menunjukkanpenampilan maksimalnya, tetapi lebih didorong untuk melaporkansecara jujur keadaan dirinya apa adanya sehubungan dengan variabelyang diukur. Misalnya : dalam pengumpulan data “motivasi belajar”di mana responden diminta memberikan respons atas butir-butirinstrumen dengan lima pilihan (tidak pernah, jarang, kadang, sering,selalu). Responden tidak didorong untuk memberikan respons setinggimungkin dengan sesering mungkin menjawab “selalu”, tetapi didoronguntuk memberikan jujur sesuai keadaan yang dialami dan dirasakan.Termasuk dalam variabel performansi tipikal adalah usia, jenis kelamin,agama, pendidikan, minat belajar, penilaian terhadap kemampuanguru, sikap terhadap mata pelajaran IPA, konsep diri, percaya diri,tipe kepribadian dan sebagainya. Alat ukur pengumpulan data untukvariabel performansi tipikal adalah instrumen nontes.

D. PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIANSOSIAL DAN PENDIDIKANPengumpulan data dalam penelitian sosial dan pendidikan diawalidari populasi atau sampel. Populasi adalah keseluruhan objek dalampendidikan yang mempunyai satu karakteristik yang sama.Kesamaan dalam satu karakteristik membawa objek-objek masukke dalam satu populasi yang sama. Data dikumpulkan dari populasiatau sampel. Populasi atau sampel merupakan objek yang darinyaakan dilakukan pengukuran untuk pengumpulan data. Objek dalampenelitian sosial dan pendidikan dari mana data akan diambil dikenaldengan responden. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukurrespons yang diberikan oleh responden. Populasi (diwakili sampel)terdiri dari responden dengan satu persamaan karakteristik. Disamping para responden dalam populasi (diwakili sampel)mempunyai persamaan, di antara mereka mengandung sejumlah

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 206: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

206 Website: http://www.pustekkom.go.id

perbedaan. Perbedaan responden dalam satu populasi merupakanvariabel. Data yang diambil data tentang variabel dari responden yangdiukur variabelnya. Hal itu dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Sumber pengumpulan dataResponden diambil dari sumber pengumpulan data. Sumberpengumpulan data dapat berupa populasi atau sampel. Bilakeseluruhan objek yang memiliki kesamaan karakteritik itu ditelitidan dikumpulkan datanya, maka sumber pengumpulan dataadalah populasi. Dalam keadaan demikian, seluruh anggotapopulasi menjadi responden. Namun bila sebagian saja darikeseluruhan objek yang diteliti dan dikumpulkan datanya makasumber pengumpulan data adalah sampel. Oleh karena ituresponden hanya berasal dari sampel. Sampel adalah sebagiandari populasi yang ditentukan dengan teknik tertentu sehinggamempunyai sifat yang sama dengan populasi. Penelitian danpengumpulan data dari sebagian populasi dimaksudkan agarpenelitian menangani lebih sedikit objek dengan tetapmempertahankan kualitas penelitian walaupun hanya dilakukanatas sampel, karena lebih dari sebagian populasi, sampel jugamempunyai ciri yang sama dengan populasi karena diambildengan teknik tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Responden penelitianDalam penelitian pendidikan, objek yang menjadi respondendapat berupa manusia pelaku pendidikan dan hasil karya manusiapelaku pendidikan. 1) Objek penelitian pendidikan berupa manusiapelaku pendidikan terdiri dari manusia yang terlibat dalam aktivitaspendidikan. Mereka dapat berupa siswa (mahasiswa, pesertabelajar, peserta pelatihan, dan sebagainya), guru (dosen, tutor,instruktur, widyaiswara, pamong, dan sebagainya), karyawan,kepala sekolah (rektor, ketua, direktur, pimpinan, dan

Populasi /Sampel DataVariabelResponden

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 207: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

207No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

sebagainya), orang tua / wali, komite sekolah, kantor departemenpendidikan, pengawas, dan sebagainya. 2) Objek penelitianpendidikan juga dapat berupa hasil karya manusia pelakupendidikan. Mereka dapat berupa kurikulum (dibuat olehpengembang kurikulum), media pengajaran (dibuat oleh guru ataupengembang media), metode mengajar (dikembangkan oleh guruatau ahli instruksional), tugas rumah (dibuat oleh siswa), karyasastra (tugas dibuat oleh siswa), buku teks (dibuat oleh penulisbuku), tes hasil belajar (dibuat oleh guru atau pengembang teshasil belajar lain), dan sebagainya.

3. VariabelData dalam penelitian pendidikan dikumpulkan dari variabel yangdimiliki oleh responden. Responden penelitian pendidikan menjadisumber pengumpulan data karena mempunyai satu kesamaankarakteristik karena berasal dari populasi atau sampel yangmempunyai sifat sama dengan populasi. Meskipun respondenmempunyai satu kesamaan karakteristik, mereka mempunyaiperbedaan dalam hal lainnya. Perbedaan itu merupakan variabel.Menurut Ghiselli, Campbell dan Zedeck (1981 : 10), variabelmerupakan karakteristik atau kualitas yang individu berbeda satusama lain. Misalnya : prestasi belajar siswa SLTP se-Surakarta.Populasi adalah seluruh siswa SLTP se-Surakarta. Pengumpulandata dapat dilakukan atas populasi atau sampel. Bilapengumpulan data akan dilakukan atas seluruh siswa SLTP se-Surakarta maka sumber pengumpulan data adalah populasi.Sedang bila pengumpulan data hanya akan dilakukan atassebagian dari siswa SLTP se-Surakarta, maka sumberpengumpulan data adalah sampel. Populasi atau sampel siswaSLTP se-Surakarta merupakan reponden yang mempunyaikesamaan karakteritik yaitu siswa SLTP se-Surakarta. Populasiatau sampel akan menjadi responden yang darinya data akandikumpulkan. Meski sama-sama siswa SLTP se-Surakarta, diantara mereka terdapat perbedaan dalam hal yang lain, salahsatunya adalah prestasi belajar. Prestasi belajar merupakanvariabel (yang membedakan seorang siswa dari yang lain). Bila

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 208: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

208 Website: http://www.pustekkom.go.id

sumber pengumpulan datanya adalah populasi, maka dataprestasi belajar diukur (dikumpulkan) dari seluruh siswa SLTPse-Surakarta dengan melakukan testing.

Variabel-variabel penelitian pendidikan dapat diidentifikasi dariobjek-objek penelitian pendidikan yang menjadi anggota populasitertentu. Objek dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu manusiapelaku pendidikan dan hasil karya manusia pelaku pendidikan.Manusia pelaku pendidikan dapat berupa siswa, guru, kepalasekolah, karyawan, orang tua / wali, komite sekolah, pengurusyayasan, kantor departemen pendidikan, dan sebagainya. Hasilkarya manusia pelaku pendidikan dapat berupa tugas siswa,tes hasil belajar, kurkulum, buku teks, media pembelajaran,metode mengajar, dan sebagainya.

Dari objek penelitian pendidikan berupa manusia pelakupendidikan dapat diidentifikasi variabel. 1) Dari objek berupasiswa, variabel dapat berupa usia, agama, jenis kelamin, sukubangsa, berat badan, tinggi badan, minat belajar, sikap terhadapmata pelajaran IPA, kecerdasan, bakat olah raga, prestasi belajar,pekerjaan orang tua, tempat tinggal, motivasi belajar, kreativitas,status sosial ekonomi, penilaian terhadap kinerja guru, jumlahsaudara kandung, urutan kelahiran, minat menjadi guru, konsepdiri, harga diri, toleransi, kepekaan sosial, kejujuran, religiusitas,agresivitas, modernitas, pandangan terhadap sekolah, perilakukejenisan (sex role), kecemasan, pola asuh orang tua,kemampuan numerik, kemampuan verbal, penyesuaian diri,penguasaan bahasa asing, motivasi berprestasi, kemandirianbelajar, tipe kepribadian, kepuasan terhadap layanan sekolah,prasangka terhadap kelompok agama lain, perhatian orang tua,perhatian guru, aspirasi berprestasi, kecerdasan emosi,kecerdasan spiritual, kemampuan berpikir kritis, kemampuanawal, kesiapan belajar, kecepatan belajar, kondisi fisik, sikapterhadap tugas belajar, kedisiplinan belajar, kedisiplinan disekolah, dan sebagainya. 2) Dari objek penelitian berupa guru,

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 209: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

209No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

sejumlah variabel yang dapat diidentifikasi yaitu jenis kelamin,agama, suku, usia, lama mengajar, penghasilan, jumlah anak,pendidikan, kemampuan mengajar, motivasi berprestasi,penguasaan materi, pola mengajar, status sosial ekonomi,perhatian terhadap siswa, kualitas mengajar, kewibawaan,keteladanan, kemampuan bekerja sama, gaya mengajar,kedisiplinan mengajar, tanggung jawab profesi, dan sebagainya.3) Dari objek penelitian berupa kepala sekolah, sejumlah variabeldapat diidentifikasi seperti : jenis kelamin, usia, penghasilan,pendidikan, pengalaman memimpin, lama bekerja, statusperkawinan, jumlah anak, produktivitas kerja, pola kepemimpinan,gaya kepemimpinan, agama, suku, status sosial ekonomi,motivasi kerja, motivasi berprestasi, perhatian terhadap sekolah,kualitas kepemimpinan, kewibawaan, kecerdasan intelektual,kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, keteladanan,kedisiplinan kerja dan sebagainya. 4) Dari objek penelitian berupaorang tua sejumlah variabel dapat diidentifikasi seperti : usia,agama, suku, harapan terhadap sekolah, pekerjaan, polapengasuhan, status sosial ekonomi, penghasilan, jumlah anak,motivasi menyekolah anak, pendidikan, perhatian terhadap anak,kualitas pengasuhan anak, kewibawaan, keteladanan, dansebagainya. 5) Dari objek berupa orang yang penting bagi anak(significant others) dapat diidentifikasi sejumlah variabel seperti: usia, jenis kelamin, agama, hubungan dengan anak, pekerjaan,suku, perhatian terhadap anak, dan sebagainya. 6) Dari objekberupa pemerintah daerah dapat diidentifikasi sejumlah variabelseperti : alokasi APBD terhadap pendidikan, perhatian terhadapguru, perhatian terhadap sekolah, motivasi memajukanpendidikan, dan sebagainya. 7) Dari objek berupa petugasbimbingan penyuluhan dapat diidentifikasi sejumlah variabelseperti : pendidikan, usia, agama, jenis kelamin, perhatianterhadap siswa, kecerdasan, dan sebagainya. 8) Dari objekberupa pengguna lulusan dapat diidentifikasi sejumlah variabelseperti bidang usaha, harapan terhadap pegawai, besarnyapenawaran gaji, cara merekrut pegawai, pandangan terhadap

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 210: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

210 Website: http://www.pustekkom.go.id

lulusan, dan sebagainya. 9) Dari objek berupa komite sekolahatau wali amanat dapat diidentifikasi sejumlah variabel seperti :pemahaman terhadap tugas dan fungsi, pendidikan, pekerjaan,efektivitas kerja dan sebagainya. 10) Dari pengelolaekstrakurikuler dapat diidentifikasi sejumlah variabel seperti : jeniskelamin, status perkawinan, besar gaji, jumlah anak, pendidikan,motivasi membina ekstrakurikuler, jenis ekstrakurikuler, dansebagainya. 11) Dari objek berupa penilik sekolah variabel dapatberupa : usia, jenis kelamin, pendidikan, metode supervisi,frekuensi supervisi, dan sebagainya. 12) Dari objek berupa temansekolah dapat diidentifikasi variabel seperti : jenis kelamin, usia,kedekatan hubungan dengan anak, tipe kepribadian, penyesuaiandiri, dan sebagainya.

Dari objek penelitian pendidikan berupa hasil karya manusiapelaku pendidikan sejumlah variabel dapat diidentifikasi. 1) Dariobjek berupa kurikulum dapat diidentifikasi sejumlah variabelseperti : penyerapan muatan lokal, kesesuaian dengan tarafperkembangan siswa, relevansinya dengan pembentukankompetensi, kejelasan tujuan, dan sebagainya. 2) Dari objekberupa buku teks dapat diidentifikasi sejumlah variabel : kualitasbahan, jumlah halaman, keterbacaan, kelengkapan isi,kesesuaian dengan kurikulum, harga, bias jender, keluasanmateri, kesesuaian dengan kebudayaan anak, kejelasan bahasa,rasialisme, dan sebagainya. 3) Dari objek berupa sistem evaluasidapat diidentifikasi sejumlah variabel seperti : bentuk tes, jenistes, waktu pengerjaan, cara pengujian, kualitas tes, skala, acuanpenilaian, dan sebagainya. 4) Dari objek berupa sekolah ataulembaga pendidikan dapat diidentifikasi sejumlah variabel :kelayakan gedung, jumlah bangunan, kedisiplinan, hubungandengan pemasok, hubungan dengan pengguna, kenyamanan,efektivitas kerja, efisiensi kerja, produktivitas kerja, transparansi,dan sebagainya. 5) Dari objek berupa ruang kelas dapatdiidentifikasi sejumlah variabel seperti : kenyamanan,pencahayaan, pertukaran udara, penataan, dan sebagainya. 6)

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 211: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

211No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

Dari objek berupa media pembelajaran dapat diidentifikasisejumlah variabel seperti : bahan, jenis, harga, kualitas, kejelasan,kemampuan menarik perhatian, dan sebagainya. 7) Dari objekberupa lingkungan dapat diidentifikasi sejumlah variabel seperti: kondisi ekonomi, keadaan sosiopolitik, pandangan terhadappendidikan, kebijakan makro pemerintah di bidang pendidikan,dan sebagainya. 8) Dari objek berupa metode pembelajaran dapatdiidentifikasi sejumlah variabel seperti : jenis, kesesuaian dengantopik pembelajaran, keterlibatan siswa dalam pembelajaran,demokratisme, dan sebagainya. 9) dari objek berupa fasilitasdapat diidentifikasi sejumlah variabel seperti : bahan, jenis,kesesuaian dengan kebutuhan, dan sebagainya. 10) Dari objekberupa tugas mengarang yang dibuat oleh siswa dapatdiidentifikasi sejumlah variabel seperti : jumlah kata, alurpembahasan, kekuatan argumentasi, kejelasan pembahasan,dan sebagainya.

Apabila ditinjau dari kedudukan variabelnya, tidak ada variabelterikat dalam penelitian sosial dan pendidikan yang disebabkanoleh satu variabel bebas. Setiap akibat dalam gejala sosial danpendidikan selalu disebabkan oleh penyebab yang tidak tunggal.Walaupun begitu, hubungan satu variabel bebas terhadap satuvariabel terikat dapat dilihat dengan mengontrol masuknyavariabel bebas yang lain. Semakin banyak variabel bebas yangmempunyai kemungkinan mempengaruhi variabel terikat masukke dalam model, maka semakin baik peramalan yang dibuat.Penambahan variabel bebas akan meningkatkan kecermatanprediksi atas variabel terikat (Marascuilo dan Levin, 1983 : 76).

Variabel dalam penelitian sosial dan pendidikan dapat digolongkanmenurut sifatnya, sehingga dalam penelitian sosial danpendidikan terdapat variabel yang bersifat kategori, diskrit dankontinum. Beberapa variabel yang merupakan variabel kategoriadalah suku bangsa, jenis kelamin, agama, asal tempat tinggal,asal sekolah, pendidikan, dan sebagainya. Termasuk variabel

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 212: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

212 Website: http://www.pustekkom.go.id

Kelas Kategori

21 – 40 Rendah

41 – 60 Sedang

61 – 80 Tinggi

yang bersifat diskrit adalah jumlah saudara, jumlah anak, besarpendapatan, jumlah siswa, jumlah guru, jumlah sekolah, jumlahsekolah swasta dan sebagainya. Sedang termasuk variabel yangmempunyai sifat kontinum adalah tipe kepemimpinan, kualitasmengajar, penguasaan materi, prestasi belajar, kecerdasanemosi, dan sebagainya. Dalam penelitian pendidikan, variabelkontinum kadang-kadang diubah menjadi variabel kategori dengancara menyusun klasifikasi menurut ketentuan tertentu. Kadang-kadang variabel kontinum dijadikan dikotomo atau trikotomi secaraartifisial (Kerlinger, 1996 : 281). Misalnya : motivasi belajarsebenarnya merupakan variabel kontinum. Untuk kepentinganpengelompokkan reponden dan membedakannya di antarakelompok maka variabel motivasi belajar dapat diubah menjadivariabel kontinum dengan klasifikasi sebagai berikut :

Dari klasifikasi tersebut diketahui bahwa variabel motivasi belajardiubah dari variabel kontinum menjadi variabel kategori di manaresponden yang mempunyai skor motivasi belajar antara 21sampai 40 tergolong kelompok responden yang mempunyaimotivasi belajar rendah, responden yang mempunyai skor motivasibelajar antara 41 sampai 60 tergolong kelompok responden yangmempunyai motivasi belajar sedang, dan responden yangmempunyai skor motivasi belajar antara 61 sampai 80 tergolongkelompok responden yang mempunyai motivasi belajar tinggi.

Menurut skalanya, sebagian besar variabel dalam penelitiansosial dan pendidikan mempunyai skala nominal dan ordinal.Termasuk variabel penelitian sosial dan pendidikan yangmempunyai skala nominal adalah jenis kelamin, agama, suku

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 213: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

213No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

bangsa, pekerjaan, pendidikan, pengalaman mengajar, jumlahsaudara, golongan darah, usia, dan sebagainya. Termasukvariabel dalam penelitian sosial dan pendidikan yang mempunyaidata dengan skala ordinal adalah minat belajar, kemampuanmengajar, kecerdasan, prestasi belajar dan sebagainya. Tidakada variabel dalam penelitian pendidikan yang secara nyatamemiliki skala hingga tingkat interval, apalagi rasio. Penggunaanrumus statitstika parametrik – yang memungkinkankesimpulannya digeneralisir – mempersyaratkan skala datanyapaling tidak interval. Untuk tidak menutup kesempatan penelitiansosial dan pendidikan menggunakan statistika parametrik dankarenanya kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisir, makadalam penelitian pendidikan data variabel dikumpulkan denganmembuat penskalaan sehingga data hasil pengukurannya yangsebenarnya ordinal dapat diasumsikan memiliki skala padatingkat interval dan analisis datanya dapat menggunakanstatistika parametrika. Penskalaan (scaling) adalah prosedurpenempatan atribut atau karakteristik objek pada titik-titik tertentusepanjang kontinum (Azwar, 2001 : 97). Menurut Kerlinger (1996:706), kebanyakan skala yang digunakan dalam ilmu sosial adalahordinal, namun dapat diasumsikan interval yang punya intervalyang sama karena : 1) ukuran-ukuran yang berelasi secarasubstansial dan linear dapat diasumsikan adanya interval yangsama. Semakin relasi mendekati linearitas, semakin mendekatisama interval-interval pada skala tersebut. Dengan begitu, skalaordinal sama dengan skala interval, 2) metode penskalaan dantransformasi untuk mengubah skala ordinal menjadi skala interval.Beberapa cara penskalaan dapat dilakukan : skala Likert, skalapilihan ganda dari Inkels, skala Thurstone dengan skala 1 – 11,skala Guttman dengan pilihan ya dan tidak, serta semantikdiferensial dengan akala 1 – 7.

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 214: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

214 Website: http://www.pustekkom.go.id

E. PENUTUPDalam pengumpulan data terdapat dua hal yang harusdipertimbangkan : 1) Objek apa yang akan diukur. Pertanyaan iniberhubungan dengan objek yang mempunyai sifat yang akan diukur.Pengukuran dilakukan atas sifat dari objek-objek (populasi atausampelnya). 2) Sifat apa yang akan diukur. Objek-objek mempunyaikesamaan dalam satu karakteristik sehingga menjadi satu populasi.Untuk memperoleh penyederhanaan dalam pengumpulan datamungkin pengumpulan tidak dilakukan atas populasi tetapi atassampel. Di samping objek-objek mempunyai kesamaan dalam satukarakteristik, antara objek-objek mempunyai perbedaan dalamkarakteristik yang lain yang disebut variabel. Data variabel dikumpulkandengan mengukur kepemilikan variabel pada objek-objek.

Dalam pengumpulan data dalam penelitian pendidikan juga terdapatdua hal yang harus dipertimbangkan : 1) Dari siapa pengumpulandata akan dilakukan. Pertanyaan ini berhubungan dengan objek yangmempunyai sifat yang akan diukur yang dikenal sebagai reponden.Pengukuran dilakukan atas karakteristik dari responden (populasiatau sampelnya). 2) Karakteristik apa yang akan diukur. Respondenmempunyai kesamaan dalam satu karakteristik sehingga menjadisatu populasi. Untuk memperoleh penyederhanaan dalampengumpulan data mungkin pengumpulan tidak dilakukan ataspopulasi tetapi atas sampel. Di samping responden mempunyaikesamaan dalam satu karakteristik, antara responden mempunyaiperbedaan dalam karakteristik yang lain yang disebut variabel. Datavariabel dikumpulkan dengan mengukur kepemilikan variabel padaresponden.

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan

Page 215: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13159/1/2006 JUNI no 18.pdf · 2 Website: Daftar Isi: DAFTAR ISI

215No. 18/X/TEKNODIK/JUNI/2006

DAFTAR PUSTAKABouma, Gary D (1993). The research proccess. Oxford : Oxford University

PressCronbach, Lee J (1984). Essentials of psychological testing. 4th edition.

New York : Harper and RowGhiselli, Edwin E; Campbell, John P dan Zedeck, Sheldon (1981).

Measurement theory for the behavioral sciences. San Fransisco: WH Freeman and Company

Kerlinger, Fred N (1996). Asas-asas penelitian behavioral. TerjemahanLandung R Simatupang. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Marascuilo, Leonard A dan Levin, Joel R (1983). Multivariate statisticsin the social sciences : A researcher’s guide. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company

Siegel, Sidney (1997). Statistika Nonparametrik. Terjemahan ZanzawiSuyuti dan Landung R Simatupang. Jakarta : PT Gramedia.

uuuuuuuuuuuuuuuuuu

Purwanto: Variabel dalam Penelitian Pendidikan