169
LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS 2020 Kajian Minimisasi Risiko Penggunaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) oleh Konsumen dengan Menggunaka Metode Hazard Analysis Crytical Point (HACCP) dan Extended Producer Responsibility Tim Peneliti : Ketua : Ir. Mas Agus Mardyanto, MEng., PhD. (Departemen Teknik Lingkungan/FTSPK/ITS) Anggota I : Prof. Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, MSc. (Departemen Teknik Lingkungan/FTSPK/ITS) DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2020 Sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No: 903/PK/ITS/2020

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

i

LAPORAN KEMAJUAN

PENELITIAN LABORATORIUM

DANA ITS 2020

Kajian Minimisasi Risiko Penggunaan Air Minum Dalam Kemasan

(AMDK) oleh Konsumen dengan Menggunaka Metode Hazard

Analysis Crytical Point (HACCP) dan Extended Producer

Responsibility

Tim Peneliti :

Ketua : Ir. Mas Agus Mardyanto, MEng., PhD. (Departemen Teknik

Lingkungan/FTSPK/ITS)

Anggota I : Prof. Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, MSc. (Departemen Teknik

Lingkungan/FTSPK/ITS)

DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2020

Sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No: 903/PK/ITS/2020

Page 2: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

i

Daftar Isi

Daftar Isi .................................................................................................................................................... i

Daftar Tabel .............................................................................................................................................. ii

Daftar Gambar.......................................................................................................................................... iii

Daftar Lampiran ....................................................................................................................................... iv

BAB I RINGKASAN ................................................................................................................................. i

BAB II HASIL PENELITIAN ................................................................................................................... 6

BAB III STATUS LUARAN…………………………………………………………………………………….142

BAB IV PERAN MITRA (UntukPenelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi) ......................143

BAB V KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN..............................................................144

BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA .................................................................145

BAB VII DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................146

BAB VIII LAMPIRAN .............................................................................................................150

LAMPIRAN 1 Tabel Daftar Luaran ..........................................................................................151

Page 3: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

ii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Hasil Analisa pH pada Titik Sampling 23

Tabel 2.2 Hasil Analisa TDS pada Titik Sampling 27

Tabel 2.3 Hasil Analisa Kekeruhan pada Titik Sampling 30

Tabel 2.4 Hasil Analisa Kadar Sisa Ozon pada Produk 35

Tabel 2.5 Hasil Analisa Mikrobiologi Bakteri E. Coli Titik Sampling 38

Tabel 2. 6 Pembobotan Kepentingan Resiko 51

Tabel 2.7 Pembobotan Entitas 51

Tabel 2.8 Kategori dan Peringkat Severity 55

Tabel 2.9 Deskripsi Skala Besar Resiko dan Kondisi Lingkungan 56

Tabel 2.10 Nilai Severity Kualitas Air Baku 60

Tabel 2.11 Nilai Severity Jarak Sumber Air Baku dengan Pabrik 62

Tabel 2.12 Nilai Severity Kualitas Pompa 64

Tabel 213 Nilai Severity Media Penggantian Pasir Silika 66

Tabel 2.14 Nilai Severity Media Pencucian Pasir Silika 68

Tabel 2.15 Nilai Severity Ukuran Media Pasir Silika 70

Tabel 2.16 Nilai Severity Penggantian Media Gravel 72

Tabel 2. 17 Nilai Severity Pencucian Media Gravel 74

Tabel 2. 18 Nilai Severity Ukuran Media Gravel 76

Tabel 2.19 Nilai Severity Penggantian Media Karbon Aktif 78

Tabel 2 20 Nilai Severity Pencucian Media Karbon Aktif 80

Tabel 2. 21 Nilai Severity Jenis Media Karbon Aktif 82

Tabel 2.22 Nilai Severity Penggantian Catridge pada Mikro Filter 84

Tabel 2. 23 Nilai Severity Pencucian Membran catridge Mikrofilter 86

Tabel 2.24 Nilai Severity Ukuran Catridge pada Unit Mikro Filter 88

Tabel 2. 25 Nilai Severity Penggantian Ozone Generator 90

Tabel 2. 26 Nilai Severity Kadar Ozon 92

Tabel 2. 27 Nilai Severity Penggantian Lampu UV 95

Tabel 2. 28 Nilai Severity Spesifikasi Lampu UV 97

Tabel 2. 29 Nilai Severity Waktu Kontak Lampu UV 99

Tabel 2. 30 Nilai Severity Analisa Kualitas Air 101

Tabel 2. 31 Nilai Severity Titik Analisa Kualitas Air 103

Tabel 2. 32 Nilai Severity Sanitasi Pekerja 106

Tabel 2. 33 Nilai Severity Sanitasi pada Unit Pengolahan AMDK 108

Tabel 2.34 Nilai Severity pemahaman pekerja mengenai kualitas air sesuai

SNI 3553:2015

111

Tabel 2. 35 Nilai Severity Wawasan Pekerja terkait Operasional Pabrik

sesuai

PERMEPERINDAG No. 705 Tahun 2003

114

Tabel 2. 36 Nilai Severity pelatihan mengenai sistem manajemen kualitas air

minum sesuai SNI 01-4852-1998

117

Tabel 2. 37 Peringkat Severity 118

Page 4: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

iii

Tabel 2. 38 Penilaian Occurance 121

Tabel 2. 39 terkait Penilaian Occurance Air Baku 122

Tabel 2. 40 terkait Penilaian Occurance Unit Karbon Filter 123

Tabel 2. 41 terkait Penilaian Occurance Unit Mikro Filter 125

Tabel 2. 42 Penilaian Occurance Injeksi Ozon 126

Tabel 2. 43 Penilaian Occurance Lampu UV 128

Tabel 2. 44 Penilaian Occurance Perilaku Pekerja 129

Tabel 2. 45 Penilaian Occurance pada Wawasan Pekerja 130

Tabel 2. 46 Penliaian Detection 133

Tabel 2. 47 Penilaian Detection pada Air Baku 134

Tabel 2. 48 Penilaian Detection pada Unit Karbon Filter 136

Tabel 2. 49 Penilaian Detection pada Unit Mikro Filter 138

Tabel 2. 50 Penilaian Detection pada Unit Injeksi Ozon 139

Tabel 2. 51 Penilaian Detection pada Unit Lampu UV 141

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Produk Gelas, botol, dan Galon Toyamilindo Mountoya 6

Gambar 2.2 Unit Ground Tank Air Baku Toyamilindo Mountoya 7

Gambar 2. 3 Unit Karbon Filter AMDK Toyamilindo Mountoya 8

Gambar 2. 4 Unit Mikro Filter AMDK Toyamilindo Mountoya 10

Gambar 2. 5 Unit Injeksi Ozon AMDK Toyamilindo Mountoya 11

Gambar 2.6 Unit Tangki Mixing AMDK Toyamilindo Mountoya 11

Gambar 2.7 Unit Penyinaran UV AMDK Toyamilindo Mountoya 12

Gambar 2.8 Unit Reservoir Product AMDK Toyamilindo Mountoya 13

Gambar 2.9 Unit Filling Machine AMDK Toyamilindo Mountoya 14

Gambar 2.10 Proses Packing Bagian Produksi AMDK 15

Gambar 2.11 Titik-titik Sampling Unit Pengolahan AMDK 20

Gambar 2. 12 Hasil Grafik Analisa pH pada Titik Sampling 25

Gambar 2. 13 Hasil Analisa TDS pada Titik Sampling 29

Gambar 2.14 Hasil Grafik Analisa Sisa Kadar Ozon pada Produk 36

Gambar 4. 15 Diagram Fishbone Analysis 42

Page 5: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

DAFTAR PUSTAKA 148

Page 6: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

i

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Luaran Wajib:

Lampiran 1 Artikel Jurnal Q2

152

Luaran Tambahan Lampiran 2 :Artikel Konferensi

152

Luaran Tambahan Tugas Akhir yang dihasilkan 153

“Sustainability and Resilience of

Coastal Manajemen”

Penyelenggara : Pusat Penelitian

ITS, 30 Nopember 2020

Quality Control Of Mineral Water Production By Using Hazard Analysis Critical Control Point (Haccp) And Extended Producer Responsibility (Epr) Methods (Case Study : Toyamilindo Mountoya Company)

156

“Sustainability and Resilience of

Coastal Manajemen”

Penyelenggara : Pusat Penelitian

ITS, 30 Nopember 2020

Study Of Water Quality Status Of Surabaya River Water At Gunungsarijagir Segment Wit Pollutant Index (IP) And Total Pollutant Load Control System (TPLCS)

156

Lampiran Materi Jurnal Yang

Direncanakan Akan Dipublish

Study Of Mineral Water Production By Using Hazard Analysis Critical Control Point (Haccp) And Extended Producer Responsibility (Epr) Methods (Case Study : Toyamilindo Mountoya Company)

158

Page 7: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

BAB I RINGKASAN

Ringkasan penelitian berisi latar belakang penelitian,tujuan dan tahapan metode penelitian, luaran

yang ditargetkan, kata kunci

Permintaan akan Air Minum di Kota kota besar di Indonesia semakin meningkat tidak sebanding

dengan kapasitas penyediaan air minum yang oleh PDAM setempat. Sebagai contoh kasus adalah Kota

Cirebon yang mana merupakan kota yang hanya memiliki satu sumber mata air yaitu berasal dari

Gunung Ciremai yang terletak di Desa Cipanis, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Debit sumber

mata air tersebut dan dengan proses produksinya yang menghasilkan air minum dalam kemasan

(AMDK) diharapkan masih tetap layak dikonsumsi oleh masyarakat sekitarnya ( Provinsi Jawa Barat)

sebagai pemenuhan kebutuhan air minum yang salah satunya adalah perusahaan AMDK PT.

Toyamilindo Mountoya.

Page 8: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

3

Agar AMDK tersebut diwajibkan tetap menghasilkan produk air minum atau mutu AMDK yang

berkualitas air minum, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap penjaminan mutu kualitas

produksinya dengan menerapkan metode HACCP. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point),

adalah sebuah sistem analisa resiko dengan menetapkan pengendalian dan pengawasan yang tepat

untuk menghindari penyimpangan produk. Metode HACCP dapat diterapkan pada seluruh proses

produksi, seperti salah satunya contohnya produk AMDK yang prosesnya dimulai dari penyediaan air

baku hingga dihasilkan air minum hasil pengolahan.

Perusahan AMDK Toyamilindo Mountoya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi

AMDK tentunya mempunyai kekurangan dan kelebihan dalam proses produksi air minumnya.

Olehkarena itu, dalam pengelolaannya dilakukan sebuah manajemen kontrol dan dengan

menggunakan HACCP dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja setiap unit Water Treatment

Plant Sedangkan guna menjaga kelengkapan dari Standard Operating Procedure (SOP), untuk

memudahkan pekerja dalam melakukan maintenance perusahaan atau pabrik, serta meningkatkan

Page 9: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

4

wawasan pekerja maka upaya yang dilakuka yaitu dengan melalui beberapa pelatihan tentang

manajemen operasional pabrik.

Selain memperhatikan sistem produksi dan sumber daya manusia di Perusahaan AMDK, perlu juga

diperlukan pengawasan terhadap kualitas produk jadi baik yang dikemas dalam produk gelas, botol

ataupun galon. Selain itu permasalahan kualitas produk air minum dalam kemasan yang sampai

kekonsumen atau didistributor perusahaan atau pabrik masih juga perlu dikontrol kualitasnya. Hal ini

juga masih menjadi salah satu perhatian dan tanggung jawab pihak produsen atau perusahaan. Oleh

karena itu, pihak produsen juga masih harus bertanggung jawab atas produk air minum kemasan yang

diolahnya. Salah satu metode yang dapat diterapkan pabrik produksi Air Minum dalam Kemasan

seperti perusahaan AMDK Toyamilindo Montoya adalah metode Extended Producer Responsibility

(EPR).

Kata Kunci : Perusahaan Toyamilindo Mountoya, Metode HACCP, Metode EPR, AMDK. Kualitas

Produksi.

Page 10: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

5

Ringkasan penelitian berisi latar belakang penelitian,tujuan dan tahapan metode

penelitian, luaran yang ditargetkan, kata kunci

Page 11: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

6

BAB II HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian berisi kemajuan pelaksanaan penelitian, data yang diperoleh, dan analisis yang

telah dilakukan

2.1. Proses Produksi dan Kondisi Eksisting AMDK

Berdasarkan pada Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Air Minum dalam Kemasan, perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya dilakukan beberapa proses rangkaian water treatment, yaitu ground tank reservoir, unit karbon filter, unit mikrofilter 5 µm, unit mikrofilter 1 µm, unit mikrofilter 0,45 µm, unit injeksi ozon, unit tangki mixing, unit lampu UV, dan lalu disimpan ke tangki produk jadi sebelum memasuki bagian filling pada masing-masing produk. Berikut merupakan proses produksi perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya dan kondisi eksisting AMDK dari bahan baku sampai menjadi produk jadi. Rangkaian proses pengolahan airnya dapat dilihat berikut ini :

1.Bahan Baku dan Bahan Pengemas

Untuk memenuhi syarat standar mutu Perusahaan Toyamilindo Mountoya menerapkan standar mutu air minum dalam kemasan yang berlaku yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) terbaru untuk AMDK yaitu SNI 3553:2015 Kemasan primer merupakan wadah yang digunakan untuk mengemas produk AMDK yang bersentuhan langsung dengan produk air minum dalam kemasan. Perusahaan Toyamilindo Mountoya menghasilkan produk air minum dalam kemasan berupa produk cup 240 ml, botol 330 ml dan 600 ml, serta produk galon 19 liter. Berikut Ini merupakan contoh Gambar 2.1 macam-macam produk AMDK di perusahaan atau pabrik Toyamilindo Mountoya

Page 12: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

7

Gambar 2.16 Produk Gelas, botol, dan Galon Toyamilindo Mountoya

2.Unit Ground Tank Air Baku

Air yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan AMDK ini yaitu merupakan air alami yang berasa dari sumber mata air Cipaniis yang berada di lereng pegunungan Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat yang sebelumnya telah diolah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Cirebon. Air dari PDAM dialirkan melalui pipa tertutup dengan pipa induk dari PDAM yang diteruskan melalui pipa penyambung. Jarak pabrik dari sumber mata air adalah 14 kilometer. Volume air baku yang dibutuhkan dalam 1 kali produksi adalah 200.000 liter yang ditampung dalam ground tank dengan kapasitas 267.000 liter..Berikut ini Gambar 2.2 unit penyimpanan air baku atau ground tank Perusahaan Toyamilindo Mountoya

Page 13: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

8

Gambar 2.17 Unit Ground Tank Air Baku Toyamilindo Mountoya

3.Unit Karbon Filter

Air yang berasal dari ground tank reservoir dialirkan melalui pipa tertutup dengan menggunakan dorongan pompa ke water treatment. Proses awal water treatment adalah penyaringan karbon aktif (activated carbon filter). Penyaringan karbon menggunakan karbon aktif, gravel, serta pasir silika sebagai media filter, yang terdiri atas susunan dari paling atas yaitu pipa inlet untuk air, karbon aktif sebanyak 600 kg, pasir silika dengan ukuran 8 – 14 mm sebanyak 1100 kg, gravel dengan ukuran 3 – 6 mm sebanyak 275 kg, gravel dengan ukuran 6 – 12 mm sebanyak 275 kg, dan pipa outlet untuk air. Gambar 2.3 merupakan unit Karbon Filter yang digunakan Perusahaan Toyamilindo Mountoya

Page 14: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

9

Gambar 2. 18 Unit Karbon Filter AMDK Toyamilindo Mountoya

4.Unit Mikrofilter Air dari unit karbon filter dialirkan menuju mikrofilter yang berbentuk catridge microfilter guna dilakukan pemisahan partikel berukuran mikron dan submikron. Mikrofilter berfungsi untuk memisahkan padatan terlarut atau koloid yang ada dalam air. Perusahaan Toyamilindo Mountoya menggunakan 3 tangki penyaringan mikro dengan ukuran 5 µm1 µm, dan 0,45 µm dengan bahan dasar saringan adalah polypropylene dan seal material yaitu silikon. Berikut Gambar 2.4 Unit Mikro Filter yang digunakan pada Perusahaan Toyamilindo Mountoya

Page 15: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

10

Gambar 2. 19 Unit Mikro Filter AMDK Toyamilindo Mountoya

5. Unit Injeksi Ozon

Ozonisasi pada air minum memiliki fungsi antara lain membunuh kuman, bakteri dan jamur, mengawetkan air, serta memberi rasa segar pada air. Selain itu, ozon ini berfungsi sebagai desinfektan pada air dan tidak mengganggu keberadaan mineral pada air. Injeksi ozon terjadi di pipa pencampuran ozon. Kadar residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,1 – 0,5 ppm. Perusahaan Toyamilindo Mountoya ini ozon menggunakan jenis alat ozon generator yang dapat merubah oksigen udara bebas menjadi ozon dengan cara melewatkan oksigen melalui percikan bunga api yang terjadi antara dua lempengan kutub listrik bertegangan sangat tinggi. Berikut ini Gambar 2.5 Unit injeksi ozon atau ozone generator pada Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya

Gambar 2. 20 Unit Injeksi Ozon AMDK Toyamilindo Mountoya

Page 16: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

11

6. Unit Tangki Reaktor

Tangki reaktor atau tangki mixing berfungsi sebagai penampungan setelah proses ozonisasi juga berfungsi untuk penghomogenan ozon pada air sehingga dapat secara optimum dalam membunuh mikrooganisme yang ada dalam air. Tangki reaktor / reactor tank memiliki kapasitas sebesar 9 m3. Selanjutnya air dari tangki reaktor tersebut dialirkan menjadi dua arah yaitu menuju unit sterilisasi UV dan menuju tangki penampungan galon. Berikut ini merupakan Gambar 2.6 unit tangki mixing Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya

Gambar 2.21 Unit Tangki Mixing AMDK Toyamilindo Mountoya

7. Unit UV Sterilizer Perusahaan Toyamilindo Mountoya menerapkan desinfeksi tidak hanya dengan proses ozonisasi tapi juga menggunakan unit sterilisasi UV yang berfungsi untuk membunuh mikroorganisme. Alat sterilisasi UV mengguanakan 4 lampu dengan intensitas 400 watt dengan dosis UV maksimal adalah 30.000 µws/cm2. Berikut ini Gambar 2.7 unit penyinaran UV Toyamilindo Mountoya

Page 17: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

12

Gambar 2.22 Unit Penyinaran UV AMDK Toyamilindo Mountoya

8. Unit Reservoir Product

Air yang sudah melewati seluruh proses water treatment air akan dialirkan menuju tangki

penyimpanan yang berbeda. Tangki penyimpanan dibagi menjadi 2 yaitu tangki cup dan botol

1 tangki dan untuk galon 3 tangki. Kapasitas untuk setiap tangki penampungan adalah 1000

liter. Gambar 2.8 Unit Reservoir Product AMDK Toyamilindo Mountoya

Gambar 2.23 Unit Reservoir Product AMDK Toyamilindo Mountoya

Page 18: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

13

9.Unit Filling Machine

Filling machine terbagi menjadi 3, yaitu filling cup machine, filling bottle machine, dan filling

gallon machine dengan mesin yang berbeda-beda. Masing-masing mesin merupakan mesin

yang berkerja secara otomatis. Filling machine ditempatkan pada ruangan yang berbeda-beda

dimana setiap ruangan dibatasi oleh dinding kaca. Pada rangkaian mesin cup, pengisian akan

berjalan secara otomatis pengisian air dan juga penempelan lid pada cup, begitu juga dengan

mesin botol dan galon dengan pemberian tutup secara langsung dalam satu rangkaian ketika air

telah terisi. Setelah jadi produk akan melewati conveyor dan akan dilihat kualitas produk jika

tidak sesuai produk akan di reject. Kemudian dilakukan caping untuk memberikan tanggal

kadaluarsa, pada produk cup tanggal kadaluarsa berada di lid dan pada produk botol dan juga

produk galon berada pada tutup, setelah itu di cek kembali apakah produk sudah sesuai. Berikut

Gambar 2.9 mesin filling Perusahaan Toyamilindo Mountoya

Gambar 2.24 Unit Filling Machine AMDK Toyamilindo Mountoya

Page 19: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

14

10.Visual Control, Packing, Storage, dan Delivery

Proses visual control dilakukan oleh staf quality control setelah proses pengemasan primer pada

produk. Pengemasan sekunder dilakukan dengan menggunakan kardus/karton bergelombang

untuk produk cup 240 ml, botol 330 ml, dan botol 600 ml, sedangkan untuk produk galon 19

liter tidak ada kemasan sekunder. Proses pengepakan ke dalam dus dilakukan secara manual.

Untuk 1 kardus cup 240 ml berisi 48 cup, 1 kardus botol 330 ml berisi 24 botol, dan 1 kardus

botl 600 ml berisi 24 botol. Berikut Gambar 2.10 proses packing produk yang akan diberi kode

produksi dan expired date yang dilakukan oleh bagian produksi Perusahaan Toyamilindo

Mountoya

Gambar 2.25 Proses Packing Bagian Produksi AMDK

Produk jadi yang telah dikemas disimpan di dalam gudang penyimpanan. Lama penyimpanan

di gudang adalah 1 x 24 jam. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan residu ozon. Gudang

penyimpanan dibuat terpisah dan dibuat tertutup dan terhindar dari sinar matahari serta

dijauhkan dari benda yang beraroma tajam. Dus ataupun galon yang disimpan di gudang tidak

Page 20: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

15

boleh bersentuhan langsung dengan lantai untuk menghindari terjadinya kelembaban agar

produk tidak ditumbuhi lumut. Produk yang siap didistribusikan dipindahkan ke dalam truk dan

siap untuk di distribusikan ke wilayah Kota dan Kabupaten Cirebon. Proses distribusi produk

dilakukan dengan menggunakan truk. Produk Toyamilindo Mountoya didistribusikan sebagian

besar di wilayah Cirebon dan Jawa Barat lainnya.

Tenaga Bagian Produksi

Jumlah pekerja bagian produksi pada Perusahaan Toyamilindo Mountoya adalah sebanyak 30

orang pegawai produksi. Pekerja bagian produksi pada Perusahaaan Toyamilindo Mountoya

dibawah terdiri dari Head of SCM, Head of Production, Supervisor Production, Leader

Production, Helper Production, Transporter Production, Head of QC / QA, Co. Head of QC /

QA, QC Inspector, QC Officer, Supervisor Gudang, Head of Maintanace, Head of Purchasing,

dan staff lainnya. Struktur organisasi pekerja bagian produksi pada Perusahaan Toyamilindo

Mountoya dapat dilihat lebih lengkap pada lampiran 1. Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali

proses produksi adalah 7-8 jam (1 shift). Terdapat 15 pekerja yang berkerja dalam 1 shift. Rata-

rata pendidikan terakhir pada pekerja bagian produksi perusahaan Toyamilindo Mountoya

adalah minimal tingkat SMA atau SMK untuk maintanance dan produksi serta S1 untuk bagian

quality control / quality assurance. Pelatihan-pelatihan yang sudah didapatkan para pekerja

adalah peningkatan kualitas produk, pelatihan ISO 22000 : 2018 Sistem Manajemen Keamanan

Pangan, dan pelatihan hygene sanitasi.

Para pekerja bagian produksi perusahaan Toyamilindo Mountoya juga harus mengikuti

prosedur standar yang berlaku di perusahaan AMDK yang biasanya sudah tercantum dalam

Page 21: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

16

Standard Operating Procedure (SOP), intruksi kerja, ataupun petunjuk pelaksanaan lainnya.

SOP pada perusahaan Toyamilindo Mountoya yaitu yang mengatur jalannya operasi secara

keseluruhan, intruksi kerja yaitu intruksi jalannya sebuah proses, sedangkan petunjuk

pelaksanaan adalah langkah-langkah detail yang perlu diperhatikan dalam operasi. Contoh

Standard Operating Procedure (SOP), intruksi kerja, dan petunjuk pelaksanaan yang terdapat

pada Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya adalah :

- Intruksi kerja sanitasi tangki reaktor dan OH reservoir

- Intruksi kerja pencucian ground tank.

- Intruksi kerja sanitasi ruang produksi.

- Standard Operating Procedure (SOP) menjalankan mesin water treatment.

- Petunjuk pelaksanaan pemeriksaan parameter mikrobiologi.

- Petunjuk pelaksanaan pengukuran pH.

- Petunjuk pelaksanaan pengukuran TDS dan konduktivitas.

- Petunjuk pengukuran turbidity / kekeruhan.

- Standard Operating Procedure (SOP) menjalankan mesin UV.

- Petunjuk pelaksanaan pemeriksaan residu ozon.

2.2. Karakteristik Produk AMDK

Perusahaan Toyamilindo Mountoya melakukan analisa laboratorium atau uji kualitas pada air

baku selama proses pengolahan air berlangsung. Parameter yang diuji adalah kekeruhan, pH,

Total Dissolved Solid (TDS), bakteri Escherichia Coli, dan sisa ozon pada produk AMDK.

Page 22: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

17

Parameter uji kekeruhan, pH, Total Dissolved Solid (TDS), dan uji mikrobiologi pada unit

pengolahan dan produk AMDK tersebut mengacu pada baku mutu dalam SNI 01-3553-2015

tentang air mineral, sedangkan parameter uji sisa ozon pada produk mengacu pada Peraturan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia No 78 Tahun 2016 tentang pemberlakuan standar

nasional indonesia air mineral, air deminerak, air mineral alami, dan air minum embun secara

wajib.

Pengambilan sampel dilakukan satu kali pada 5 titik selama 7 hari kerja yaitu dimulai pada hari

senin hingga hari sabtu lalu dilanjutkan pada hari senin kembali tanggal Senin, 17 Februari

2020 hingga Senin, 24 Februari 2020. Pengambilan sampel yang dilaksanakan setiap hari,

ditujukan agar didapatkan sekumpulan data yang bersifat time series. Data time series adalah

sekumpulan data berupa angka yang dikumpulkan secara berurutan dari waktu ke waktu yang

didapat dalam suatu periode waktu tertentu guna memperoleh gambaran suatu kegiatan. Data

tersebut biasanya berupa data tahunan, triwulan, bulanan, mingguan, harian dan seterusnya

(Sidik, 2010). Data time series tersebut dapat pula sebuah deskripsi masa lalu yang digunakan

untuk memprediksi suatu kondisi masa depan sehingga dapat diketahui resiko-resiko di masa

depan beserta penyelesaiannya (Ashari, 2012). Penggunaan data time series dapat memudahkan

analisa resiko pada sistem produksi karena data runtut dan representatif.

Penelitian kualitas air dilakukan pada 5 titik sampling (lihat pada Gambar 2.11), yaitu pada

effluen unit ground tank, efluen unit karbon filter, effluen unit mikrofilter, efluen tangki mixing,

dan effluen unit filling UV. Pengujian kualitas air untuk parameter kekeruhan, pH, dan Total

Dissolved Solid (TDS) dilakukan pada 5 titik sampling yaitu pada effluen unit ground tank,

Page 23: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

18

effluen unit karbon filter, effluen unit mikrofilter, effluen tangki mixing, dan effluen unit filling

UV. Pengujian kualitas air untuk parameter sisa ozon hanya dilakukan dengan mengambil 1

buah produk yang sedang diproduksi. Tujuan dari penelitian sampel pada 5 titik sampling

tersebut adalah untuk memperoleh kualitas air selama proses pengolahan, selain itu untuk

memperoleh efektifitas pengolahan beserta kendala-kendala yang muncul dan mempengaruhi

jalannya proses produksi AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya. Hal tersebut diperlukan

untuk menetapkan adanya faktor-faktor penyebab kegagalan atau resiko yang berasa dari unit-

unit produksi AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya Pengujian kualitas air untuk

parameter mikrobiologi dilakukan per hari dengan titik sampel air baku, unit mikrofilter,dan

sampel produk AMDK (baik produk galon, botol, gelas). Salah satu prosedur yang diperlukan

dalam penyusunan analisa resiko HACCP pada sistem produksi AMDK adalah dengan metode

sampling. Menurut Rahmatina (2010), Sampling merupakan bagian dari objek yang diteliti.

Penelitian yang menggunakan analisis data kuantitatif, memerlukan sampel untuk menunjang

dalam penarikan kesimpulan. Penentuan jumlah sampel harus mewakuli atau menjadi

representatif dari populasi yang diamati, sehingga kesimpulan yang didapatkan bersifat dapat

dipercaya. Berikut 2.11 adalah titik-titik sampling untuk unit pengolahan AMDK :

Page 24: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

19

Gambar 2.26 Titik-titik Sampling Unit Pengolahan AMDK

Page 25: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

20

Keterangan :

- Titik 1 : Ground Tank

- Titik 2 : Effluen Karbon Filter - Titik 3 : Effluen Mikro Filter

- Titik 4 : Effluen Tangki Mixing Injeksi Ozon

- Titik 5 : Effluen Tangki filling

Setelah penentuan titik sampling, maka selanjutnya adalah melakukan sampling dengan

prosedur pemilihan wadah, pencucian wadah sampel, hingga teknik sampling sesuai dengan

SNI 6989.57:2008. Selain itu terdapat petunjuk pengambilan sampel air minum dari instalansi

pengolahan air yang diatur dalam SNI 7828:2012 dan SNI 3554:2015. Berdasarkan SNI

6989.57:2008, wadah yang digunakan untuk meyimpan sampel harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. Terbuat dari bahan gelas atau plastik Poli Etilen (PE) atau Poli Propilen (PP) atau

teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE).

b. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat.

c. Bersih dan bebas kontaminan.

d. Tidak berinteraksi dengan sampel.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan menggunakan gelas beaker ukuran 250 mL

dengan bagian atas ditutup dengan alumunium foil untuk analisis kekeruhan, pH, Total

Dissolved Solid (TDS), dan sisa ozon, sedangkan untuk analisa mikrobiologi bakteri

Page 26: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

21

Escherichia Coli menggunakan botol kaca 140 mL Proses sterilisasi dilakukan dengan

menggunakan autoclave Selama 3 jam. Tujuan sterilisasi adalah agar botol yang digunakan

untuk mengambil sampel steril sehingga sampel tidak terkontaminasi oleh zat-zat pengganggu.

Analisis pH pada Titik Sampling

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa yang

dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. Pada air murni dengan suhu 25ºC pH normal

memiliki nilai 7 sementara jika pH > 7 zat tersebut memiliki sifat basa. Jika nilai pH suatu zat

adalah < 7 maka zat tersebut memiliki sifat asam. (Nordstrom et al., 2000). pH atau derajat

keasaman dapat mempengaruhi kecepatan dekomposisi zat organik oleh mikroorganisme. pH

menunjukkan aktivitas ion hidrogen didalam air. Nilai pH dapat dipengaruhi oleh beberapa

parameter, baik aktivitas biologi, suhu, kandungan oksigen, dan ion-ion. Pengaruh pH terhadap

air minum sangatlah besar, untuk air minum jika pH terlalu rendah maka akan berasa pahit atau

asam, sedangkan jika pH terlalu tinggi maka air minum akan berasa tidak enak (kental atau

licin) (Rosita, 2014). Berikut adalah Tabel 2.1 analisa pH pada tiap titik sampel unit produksi

AMDK Toyamilindo Mountoya :

Tabel 2.52 Hasil Analisa Ph pada Titik Sampling No Tanggal A B C D E Baku

Mutu

Page 27: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

22

1. 17 Februari

2020

7,04 7,05 7,09 7,15 7,40 6,0 – 8,5

2. 18 Februari

2020

6,99 7,02 7,08 7,16 7,42 6,0 – 8,5

3. 19 Februari

2020

7,15 7,16 7,18 7,26 7,54 6,0 – 8,5

4. 20 Februari

2020

7,01 7,04 7,10 7,23 7,40 6,0 – 8,5

5. 21 Februari

2020

7,12 7,11 7,13 7,22 7,43 6,0 – 8,5

6. 22 Februari

2020

7,09 7,08 7,13 7,23 7,51 6,0 – 8,5

7. 24 Februari

2020

7,00 7,05 7,11 7,22 7,46 6,0 – 8,5

Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Primer Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya

Keterangan : Titik A : Ground Tank

Titik B : Effluen Carbon Filter

Titik C : Effluen Mikro Filter

Titik D : Effluen Tangki Mixing

Titik E : Effluen Filling / Unit UV

Page 28: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

23

Gambar 2. 27 Hasil Grafik Analisa pH pada Titik Sampling

6,006,206,406,606,807,007,207,407,607,808,008,208,40

Senin,17

Februari2020

Selasa,18

Februari2020

Rabu, 19Februari

2020

Kamis,20

Februari2020

Jumat,21

Februari2020

Sabtu.22

Februari2020

Senin,24

Februari2020

1 2 3 4 5 6 7

Nil

ai p

H

Hari ke-

Analisa pH

Ground Tank Effluen Karbon Filter

Effluen Mikro Filter Effluen Tangki Mixing

Effluen Filling / UV Baku Mutu

Page 29: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

24

Berdasarkan Tabel 2.1.dan Gambar 2.12 di atas (data primer), hasil analisa pH AMDK

Toyamilindo Mountoya selama 7 hari kerja (17 Februari 2020 hingga 24 Februari 2020)

diperoleh nilai pH tertinggi 7,54 dan nilai pH terendah 6,99. Hasil analisa tersebut masih sesuai

dengan baku mutu yang ditetapkan pada SNI 3553:2015 yaitu 6,0 sampai 8,5. Dari hasil analisa

parameter pH diatas (data primer), dapat kita ketahui bahwa nilai parameter pH air produksi

perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya memenuhi SNI 3553:2015.

Analisis TDS pada Titik Sampling

TDS (Total Dissolved Solid) adalah ukuran jumlah materi yang terlarut dalam air. Garam –

garam terlarut seperti sodium, klorida, magnesium, dan sulfat memberi kontribusi pada TDS.

Konsentrasi yang tinggi dari TDS dapat membatasi keseuaian air sebagai air sumber air minum

dan mewakili jumlah ion dalam air. Hal ini dikarenakan seperti TDS yang tinggi dalam air dapat

mempengaruhi kejernihan, warna, dan rasa. TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam

organik, dan gas terlarut (Putra dkk., 2012). Analisa TDS dilakukan menggunakan TDS meter.

Berikut adalah Tabel 2.2 analisa TDS pada unit produksi Perusahaan AMDK Toyamilindo

Mountoya

Tabel 2.53 Hasil Analisa TDS pada Titik Sampling

Page 30: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

25

No Tanggal A B C D E Baku Mutu

1. 17 Februari

2020

181 181 182 181 181 500 mg/L

2. 18 Februari

2020

181 180 180 180 179 500 mg/L

3. 19 Februari

2020

183 183 183 183 182 500 mg/L

4. 20 Februari

2020

182 182 182 182 180 500 mg/L

5. 21 Februari

2020

183 183 183 184 179 500 mg/L

6. 22 Februari

2020

180 180 180 179 179 500 mg/L

7. 24 Februari

2020

178 178 177 177 178 500 mg/L

Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Primer Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya

Keterangan :

Titik A : Ground Tank

Titik B : Effluen Carbon Filter

Titik C : Effluen Mikro Filter

Titik D : Effluen Tangki Mixing

Titik E : Effluen Filling / Unit UV

Page 31: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

26

Berdasarkan Tabel dan 2,2. diatas dan Gambar 2.13. dibawah AMDK Toyamilindo Mountoya

selama 7 hari kerja (17 Februari 2020 hingga 24 Februari 2020) diperoleh nilai TDS tertinggi

184 mg/L dan nilai TDS terendah 177 mg/L. Hasil analisa tersebut masih sesuai dengan baku

mutu yang ditetapkan pada SNI 3553:2015 yaitu maksimal 500 mg/L. Dari hasil analisa

parameter TDS diatas (data primer), dapat kita ketahui bahwa nilai parameter TDS air produksi

perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya memenuhi SNI 3553:2015.

Analisis Kekeruhan pada Titik Sampling

Penyebab kekeruhan air adalah adanya zat padat tersuspensi dalam air yang bersifat anorganik

maupun organik. Contoh zat padat tersuspensi anorganik adalah partikel-partikel yang berasal

dari pelapukan batu dan logam, sedangkan zat padat tersuspensi organik adalah partikel-partikel

yang berasal dari pelapukan tanaman dan/atau hewan. Selain itu zat pada tersuspensi juga dapat

berasal dari limbah domestik, industri, dan pertanian (Gafur dkk., 2017). Analisa kekeruhan

dilakukan dengan menggunakan turbidimeter. Berikut Tabel 2.3 dan Gambar 2.14. berikut

adalah analisa kekeruhan pada unit pengolahan produksi AMDK Toyamilindo Mountoya :

Page 32: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

27

050

100150200250300350400450500

Sen

in, 17 F

ebru

ari 2020

Sel

asa,

18 F

ebru

ari

2020

Rab

u, 19 F

ebru

ari

2020

Kam

is, 20 F

ebru

ari

2020

Jum

at, 2

1 F

ebru

ari

20

20

Sab

tu. 22 F

ebru

ari 2020

Sen

in, 24 F

ebru

ari 2020

1 2 3 4 5 6 7

Nil

ai T

DS

(m

g/L

)

Hari ke-

Analisa Uji TDS (mg/L)

Ground Tank (mg/L)Effluen Karbon Filter (mg/L)Effluen Mikro Filter (mg/L)Effluen Tangki Mixing (mg/L)

Page 33: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

28

Tabel 2.54 Hasil Analisa Kekeruhan pada Titik Sampling No Tanggal A B C D E Baku

Mutu

1. 17 Februari

2020

0,54 0,79 0,56 0,72 0,45 1,5 NTU

2. 18 Februari

2020

0,72 0,86 0,61 0,67 0,68 1,5 NTU

3. 19 Februari

2020

0,49 0,54 0,64 0,58 0,61 1,5 NTU

4. 20 Februari

2020

0,61 0,84 0,66 0,65 0,69 1,5 NTU

5. 21 Februari

2020

0,55 0,76 0,67 0,59 0,68 1,5 NTU

6. 22 Februari

2020

0,55 0,72 0,69 0,76 0,67 1,5 NTU

7. 24 Februari

2020

0,64 0,79 0,73 0,76 0,66 1,5 NTU

Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Primer Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya

Page 34: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

29

Keterangan :

Titik A : Ground Tank

Titik B : Effluen Carbon Filter

Titik C : Effluen Mikro Filter

Titik D : Effluen Tangki Mixing

Titik E : Effluen Filling / Unit UV

Page 35: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

30

Gambar 2. 28 Hasil Grafik Analisa Kekeruhan pada Titik Sampling

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

Senin,17

Februari2020

Selasa,18

Februari2020

Rabu, 19Februari

2020

Kamis,20

Februari2020

Jumat,21

Februari2020

Sabtu.22

Februari2020

Senin,24

Februari2020

1 2 3 4 5 6 7

Nil

ai K

eker

uh

an (N

TU

)

Hari Ke-

Analisa Uji Kekeruhan (NTU)

Ground Tank (NTU) Effluen Karbon Filter (NTU)

Effluen Mikro Filter (NTU) Effluen Tangki Mixing (NTU)

Effluen Filling / UV (NTU) Baku Mutu (NTU)

Page 36: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

31

Berdasarkan tabel dan gambar di atas (data primer), hasil analisa kekeruhan AMDK

Toyamilindo Mountoya selama 7 hari kerja (17 Februari 2020 hingga 24 Februari 2020)

diperoleh nilai kekeruhan tertinggi 0,86 NTU dan nilai kekeruhan terendah 0,45 NTU. Hasil

analisa tersebut masih sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan pada SNI 3553:2015 yaitu

maksimal 1,5 NTU. Dari hasil analisa parameter kekeruhan diatas (data primer), dapat kita

ketahui bahwa nilai parameter kekeruhan air produksi perusahaan AMDK Toyamilindo

Mountoya memenuhi SNI 3553:2015.

Tetapi terdapat fluktuasi nilai kekeruhan pada semua hari analisa laboratorium (senin, 17

februari 2020 hingga senin, 24 februari 2020). Kenaikan nilai kekeruhan selalu pada effluen

karbon filter. Seharusnya unit karbon filter berfungsi untuk menurunkan kekeruhan, tetapi pada

analisa kekeruhan terjadi peningkatan nilai kekeruhan pada effluen karbon filter. Hal ini

memerlukan analisa lanjutan terkait masalah yang terjadi pada unit karbon filter. Masalah yang

terjadi pada unit karbon filter dapat disebabkan oleh penggantian media filter atau penggantian

membran karbon filter yang tidak sesuai dengan SOP, pencucian media yang tidak rutin

prosedur sanitasi unit karbon filter yang tidak rutin ataupun kurangnya pengawasan dan

pengendalian kualitas air oleh bagian produksi AMDK Toyamilindo Mountoya. Menurut

Permenperindag No. 96 Tahun 2011, Standard Operation Procedur dari pencucian media unit

karbon filter adalah minimal setiap 1 minggu sekali dan penggantian media unit karbon filter

adalah minimal setiap 1 tahun sekali. Pencucian media unit karbon filter dilakukan untuk

menghindari dampak yang ditimbulkan seperti air yang diolah tercampur dengan kontaminan

yang menempel di media unit karbon filter yang tidak rutin dibersihkan, sedangkan penggantian

Page 37: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

32

media unit karbon filter dilakukan untuk menghindari partikel kasar pada air yang tidak dapat

tersaring dan dapat mempengaruhi kualitas air terutama parameter kekeruhan.

Analisis Kadar Sisa Ozon pada Produk

Ozon berfungsi sebagai desinfektan pada unit pengolahan injeksi ozon. Ada atau tidaknya ozon

akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan. Apabila tidak ada proses ozonisasi

pada saat produksi air minum, maka akan menimbulkan cemaran mikroba pada produk

setengah jadi bahkan sampai pada produk jadi akan mengandung mikroorganisme yang tidak

dikehendaki. Walaupun pada produk setengah jadi maupun produk jadi harus mengandung

ozon, namun pada produk jadi tidak boleh langsung diminum karena kandungan ozonnya akan

mempengaruhi kesehatan dan memiliki baku mutu tertentu. Analisa kadar sisa ozon ini

menggunakan disc comparator dan butir DPD. Berikut Tabel 2.4 adalah analisa kadar sisa ozon

pada produk jadi AMDK Toyamilindo Mountoya :

Tabel 2.55 Hasil Analisa Kadar Sisa Ozon pada Produk No. Tanggal Sisa Ozon Baku Mutu

1 Senin, 17 Februari 2020 0,1 ppm 0,05 – 0,3

Page 38: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

33

2 Selasa, 18 Februari 2020 0,1 ppm 0,05 – 0,3

3 Rabu, 19 Februari 2020 0,1 ppm 0,05 – 0,3

4 Kamis, 20 Februari 2020 0,1 ppm 0,05 – 0,3

5 Jumat, 21 Februari 2020 0,1 ppm 0,05 – 0,3

6 Sabtu, 22 Februari 2020 0,1 ppm 0,05 – 0,3

7 Senin, 24 Februari 2020 0,1 ppm 0,05 – 0,3

Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Primer Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya

Page 39: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

34

Gambar 2.29 Hasil Grafik Analisa Sisa Kadar Ozon pada Produk

Berdasarkan Tabel 2.4. dan Gambar 2.15 grafik di atas (data primer), hasil analisa kadar sisan

ozon pada produk AMDK Toyamilindo Mountoya selama 7 hari kerja (17 Februari 2020 hingga

24 Februari 2020) diperoleh nilai kadar sisa ozon pada produk yaitu 0,1 ppm atau konstan untuk

semua produk yang diuji dengan waktu kontak unit penyinaran UV selama 14 – 16 jam yang

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

Senin,17

Februari2020

Selasa,18

Februari2020

Rabu, 19Februari

2020

Kamis,20

Februari2020

Jumat,21

Februari2020

Sabtu.22

Februari2020

Senin,24

Februari2020

Kad

ar S

isa

Ozo

n (

pp

m)

Analisa Selama 7 Hari

Analisa Sisa Kadar Ozon pada Produk

Page 40: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

35

dibagi dalam 2 shift kerja . Hasil analisa tersebut masih sesuai dengan baku mutu yang

ditetapkan pada Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No 78 Tahun 2016

tentang pemberlakuan standar nasional indonesia air mineral yaitu antara 0,05 – 0,3 ppm.

Analisis Mikrobiologi Bakteri E. Coli

Sumber air yang mengandung bakteri Escherichia Coli menyatakan bahwa sumber air tersebut

telah tercemar oleh tinja manusia dan menyebabkan kualitas air minum tidak sesuai untuk

dikonsumsi. Maka dari itu terdapat hubungan yang erat antara kontaminasi oleh bakteri

Escherichia Coli pada sumber air dengan kasus diare yang diduga akibat infeksi. Selain itu,

kondisi fisik sumber air berhubungan dengan kandungan bakteriologis. Semakin baik kondisi

fisik air maka semakin sedikit kandungan bakteriologisnya, sebaliknya jika semakin buruk

kondisi fisik air makan semakin banyak kandungan bakteriologis pada air tersebut (Radjak dan

Febriyanti, 2013). Analisa bakteri Escherichia Coli menggunakan analisa tabung ganda.

Berikut Tabel 4.5 adalah analisa Escherichia Coli pada beberapa titik sampel AMDK :

Tabel 4. 56 Hasil Analisa Mikrobiologi Bakteri E. Coli Titik Sampling

Page 41: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

36

No Tanggal A B C Baku

Mutu

1. 17 Februari 2020 TTD TTD TTD TTD

2. 18 Februari 2020 TTD TTD TTD TTD

3. 19 Februari 2020 TTD TTD TTD TTD

4. 20 Februari 2020 TTD TTD TTD TTD

5. 21 Februari 2020 TTD TTD TTD TTD

6. 22 Februari 2020 TTD TTD TTD TTD

7. 24 Februari 2020 TTD TTD TTD TTD

Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Primer Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya

Keterangan :

Titik A : Ground Tank / Air Baku

Titik B : Effluen Mikro Filter

Titik C : Produk AMDK

Berdasarkan tabel di atas (data primer), hasil analisa mikrobiologi bakteri Escherichia Coli

pada titik sampling AMDK Toyamilindo Mountoya selama 7 hari kerja (17 Februari 2020

hingga 24 Februari 2020), diperoleh kandungan bakteri Escherichia Coli adalah negatif atau

tidak terdeteksi (TTD). Hasil analisa MPN bakteri Escherichia Coli yang hasilnya negatif atau

tidak terdeteksi pada sampel menyatakan bahwa bakteri Escherichia Coli tidak terdeteksi pada

air sampel. Hasil tersebut sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan pada SNI 3553:2015 yaitu

Page 42: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

37

tidak ditemukannya bakteri Escherichia Coli pada hasil tiap titik sampling. Air hasil produksi

memang seharusnya tidak memiliki kandungan bakteri Escherichia Coli atau tidak terdeteksi

sama sekali, karena bakteri Escherichia Coli dapat mempengaruhi kesehatan konsumen.

2.3 Identifikasi Resiko dan Bahaya Penyebab Kegagalan

Prinsip pertama dalam metode Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah

analisis bahaya yang mungkin muncul pada proses produksi. Bahaya tersebut berasal dari aspek

teknis maupun sumberdaya manusia yang dapat menyebabkan kegagalan proses dan

mempengaruhi kualitas hasil produksi. Untuk menganalisa resiko dan mengidentifikasi bahaya,

maka perlu mengetahui kondisi eksisting kemudian dilakukan penentuan prioritas

menggunakan metode Fishbone Diagram dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA). Namun

sebelum dapat menetapkan analisa resiko, terlebih dahulu harus diketahui karakteristik

perusahaan dan karakteristik air pada perusahaan Toyamilindo Mountoya. Metode Hazard

Analysis Critical Control Point (HACCP) memiliki 5 prinsip utama dalam penerapannya.

Menurut SNI 01-4852-1998, prinsip pertama metode HACCP adalah menganalisis bahaya dan

penetapan resiko. Analisis bahaya harus dilakukan pada semua aspek produk yang diproduksi,

dari pemilihan bahan baku menghasilkan produk jadi.

Page 43: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

38

2.3.1. Analisa Diagram Fishbone

Untuk mempermudah identifikasi penyebab kegagalan dan dampak yang diberikan pada

produksi air minum dalam kemasan Perusahaan Toyamilindo Mountoya perlu digunakan

fishbone analysis. Fishbone analysis atau yang biasa disebut dengan fishbone diagram dalam

menemukan akar penyebab masalah (Suryani, 2018). Dalam pembuatan fishbone analysis

didasarkan pada kuisioner yang telah diisi oleh pekerja dan juga survei kondisi eksisting proses

produksi air minum dalam kemasan (AMDK) Toyamilindo Mountoya yang kemudian

dijadikan sebagai sebuah permasalahan untuk dianalisis. Aspek yang diidentifikasi dalam

fishbone analysis ini adalah :

a. Air baku : Bahan baku yang akan diolah oleh Perusahaan AMDK Toyamilindo

Mountoya untuk menghasilkan AMDK.

b. Unit karbon filter : Teknologi unit karbon filter yang digunakan dalam pengolahan air

baku menjadi AMDK.

c. Unit Mikro filter ( 5 µm, 1 µm, 0,45 µm) : Teknologi unit mikro filter yang digunakan

dalam pengolahan air baku menjadi AMDK.

d. Unit injeksi ozon : Teknologi unit injeksi ozon yang digunakan dalam pengolahan air

baku menjadi AMDK.

e. Unit sinar ultraviolet : Teknologi unit sinar ultraviolet yang digunakan dalam

pengolahan air baku menjadi AMDK.

Page 44: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

39

f. Perilaku pekerja : Perlaku atau praktisi para pekerja bagian produksi dalam menjalankan

operasional perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya.

g. Wawasan pekerja : Pemahaman para pekerja bagian produksi mengenai peraturan-

peraturan yang terkait dalam sistem produksi AMDK Toyamilindo Mountoya.

Fishbone analysis tersebut dianalisis lebih lanjut menggunakan metode Failure Mode and

Effect Analysis (FMEA) sehingga nilai akhirnya adalah Risk Prority Number (RPN) yang

hasilnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan prioritas masalah yang akan

diselesaikan terlebih dahulu dan resiko bahaya yang terjadi dalam sistem produksi AMDK.

Diagram fishbone analysis dapat dilihat pada Gambar 2.16 yang disusun berdasarkan hasil

analisis pada Laboratorium Quality Control Perusahaan Toyamilindo Mountoya dan hasil

kuisioner dengan wawancara terhadap enam expert judgement AMDK Toyamilindo Mountoya

yaitu head of production, head of management representative, head of quality control and

assurance, co. head of quality control and assurance, head of PPK, dan head of maintanance,

dan survei langsung di lapangan. Setelah sebelumnya dilakukan analisis laboratorium,

berdasarkan hasil analisis laboratorium terjadi fluktuasi pada parameter kekeruhan yang terjadi

pada semua hari analisa laboratorium (senin, 17 februari 2020 hingga senin, 24 februari 2020).

Kenaikan nilai kekeruhan selalu terjadi pada effluen karbon filter, yang dapat disebabkan

karena tidak berfungsinya unit karbon filter dengan baik. Seharusnya unit karbon filter

berfungsi untuk menurunkan kekeruhan, bukan malah meningkatkan kekeruhan. Hal ini

dicurigai adanya masalah pada media unit pengolahan karbon filter. Hal ini berarti masalah-

Page 45: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

40

masalah pada unit karbon filter adalah salah satu unit yang harus diselesaikan agar unit

pengolahan air minum pada sistem produksi AMDK Toyamilindo Mountoya agar bekerja

secara optimal sesuai dengan standard operational procedure adalah:

Gambar 2. 30 Diagram Fishbone Analysis

a.Air Baku

Page 46: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

41

Air yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan AMDK ini yaitu merupakan air alami yang

berasal dari sumber mata air Cipaniis yang berada di lereng pegunungan Ciremai, Kabupaten

Kuningan, Provinsi Jawa Barat yang mana sumber air tersebut, sebelumnya telah digunakan

oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Cirebon sebagai air bakunya. Air ini,

kemudian oleh PDAM dialirkan melalui pipa tertutup dengan pipa induk dari PDAM yang

diteruskan melalui pipa penyambung. Jarak pabrik dari sumber mata air adalah 14 kilometer.

Volume air baku yang dibutuhkan dalam 1 kali produksi adalah 200.000 liter yang ditampung

dalam ground tank dengan kapasitas 267.000 liter. Sebelum air melalui proses water treatment,

ground tank reservoir merupakan unit penampungan pertama air. Perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya menyediakan tangki penampung cadangan, yaitu 6 tangki dengan

kapasitas 10.000 liter dan 2 tangi dengan kapasitas 5000 liter. Air baku yang akan diolah sebagai

bahan baku AMDK dan sangat berpengaruh pada kinerja unit-unit pengolahan air sudah bekerja

dengan efisien atau belum. Kondisi ground tank penampungan air baku dilakukan pengecekan

minimal satu bulan sekali dengan menggunakan diterjen food grade tanpa aroma yang sesuai

dengan SOP dari perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya. Untuk kendala pada

pengambilan air baku biasanya terjadi pemadaman atau penutupan giliran dari PDAM tetapi

jarang terjadi pada pengolahan produksi AMDK dan upaya menanggulanginya adalah dengan

menggunakan tangki penampung cadangan yang sudah terisi dengan air baku. Untuk pompa air

baku pernah juga terjadi motor pompa terbakar tetapi jarang terjadi dan upaya dari perusahaan

AMDK Toyamilindo Mountoya adalah dengan menggunakan pompa cadangan yang dipilih

dengan kualitas pompa terbaik dan sesuai dengan pompa utama. Oleh karena itu, aktivitas

Page 47: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

42

pengawasan dan pengendalian pada penampungan air baku, pompa, dan pipa dilakukan oleh

bagian maintanance dan pengecekannya setiap hari minimal satu kali pengecekan dan untuk

sanitasi ground tank sudah terjadwal setiap bulan minimal satu kali dan dilakukan pengecekan

harian effluen ground tank tiap satu jam sekali.

b.Unit Karbon Filter

Air yang berasal dari ground tank reservoir dialirkan melalui pipa tertutup dengan

menggunakan dorongan pompa ke water treatment. Proses awal water treatment adalah

penyaringan karbon (carbon filter). Penyaringan karbon menggunakan karbon aktif, gravel,

serta pasir silika sebagai media filter, yang terdiri atas susunan dari paling atas yaitu pipa inlet

untuk air, karbon aktif sebanyak 600 kg, pasir silika dengan ukuran 8 – 14 mm sebanyak 1100

kg, gravel dengan ukuran 3 – 6 mm sebanyak 275 kg, gravel dengan ukuran 6 – 12 mm

sebanyak 275 kg, dan pipa outlet untuk air. Karbon aktif dapat terbuat dari batu bara, arang

aktif (batok kelapa, kayu, dan sebagainya), tulang hewan. Karbon aktif yang digunakan di

Perusahaan Toyamilindo Mountoya adalah menggunakan arang aktif dan batok kelapa. Fungsi

proses penyaringan karbon adalah untuk menghilangkan padatan-padatan atau partikel kasar

yang terlarut dalam air dan menyerap kontaminasi pada air dengan prinsip adsorpsi.

Manfaatnya antara lain menyerap bau, menjernihkan, menyerap klorin, menciptakan rasa segar

pada air. Kapasitas karbon filter sendiri adalah 3 m3. Penggantian media filter, pencucian media

filter, ukuran media filter, dan jenis media filter sangat berpengaruh pada efektifitas unit filtrasi

di AMDK Toyamilindo Mountoya. Untuk perganitan media filter unit karbon filter dilakukan

Page 48: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

43

6 bulan sekali dan pembersihan atau backwash sanitasi media filter dilakukan minimal 2

minggu satu kali. Pengecekan kualitas air effluen karbon filter dilakukan tiap 3 jam sekali.

c.Unit Mikro Filter

Air dari carbon filter dialirkan menuju mikrofilter untuk dilakukan pemisahan partikel

berukuran mikron dan submikron. Bentuk mikrofilter berupa catridge, proses ini bertujuan

untuk menghilangkan kotoran berupa partikel-partikel kasar maupun halus. Mikrofilter

berfungsi untuk memisahkan padatan terlarut atau koloid yang ada dalam air. Perusahaan

Toyamilindo Mountoya menggunakan 3 tangki penyaringan mikro dengan ukuran 5 µm1 µm,

dan 0,45 µm dengan bahan dasar saringan adalah polypropylene dan seal material yaitu silikon.

Maka dari itu penggantian membran, pencucian membran, dan ukuran membran mikro filter

sangat berpengaruh dalam efektifitas unit mikro filter di AMDK Perusahaan Toyamilindo

Mountoya dalam menghasilkan produk AMDK yang lebih berkualitas. Pergantian media mikro

filter dilakukan 6 bulan sekali, sedangkan pembersihan media mikro filter dilakukan sekali

dalam seminggu. Kendala pada unit mikro filter adalah pembelian media karena catridge pada

mikro filter sulit ditemui dipasaran. Sanitasi pencucian unit mikrofilter dan perendaman

housing dilakukan oleh operator treatment dibawah pengawasan bagian Quality Control. Untuk

pengecekan effluen mikro filter dilakukan setiap 3 jam sekali.

d.Unit Injeksi Ozon

Page 49: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

44

Air yang telah melalui proses mikrofilter selanjutnya dialirkan menuju proses ozonisasi. Ozon

yang dihasilkan oleh ozon generator ini diinjeksikan dengan kuat ke dalam air. Ozonisasi pada

air minum memiliki fungsi antara lain membunuh kuman, bakteri dan jamur, mengawetkan air,

serta memberi rasa segar pada air dan menghilangkan bakteri Escherichia Coli yang terlarut

dalam air karena sangat berpengarh pada kesehatan konsumen. Ozon ini berfungsi sebagai

desinfektan pada air namun tidak mengganggu keberadaan mineral pada air. Injeksi ozon terjadi

di pipa pencampuran ozon. Kadar residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,1 – 0,5

ppm. Pemeriksaan kadar residu ozon dilakukan secara periodik setiap harinya. Maka dari itu

rutinnya penggantian ozone generator dan kadar ozon yang diberikan pada proses desinfeksi

air sangat berpengaruh pada efektifitas unit injeksi ozon di AMDK Toyamilindo Mountoya

dalam menghasilkan AMDK yang layak konsumsi dan berkualitas. Kendala pada unit tangki

mixing injeksi ozon biasanya seperti ballvalve yang bocor, sambungan seal pipa bocor, dan

sistem injeksi ozon yang tidak berfungsi. Metode pengawasan dan pengendalian monitoring

dilakukan bagian maintanance dan dilakukan pengecekan residu ozon serta kualitas air produk.

Pengecekan effluen air unit injeksi ozon dilakukan 3 jam sekali.

e.Unit Lampu UV

Perusahaan Toyamilindo Mountoya menerapkan desinfeksi tidak hanya dengan proses

ozonisasi tapi juga menggunakan unit sterilisasi UV. Air yang berasal dari tangki reaktor

dialirkan menuju unit sterilisasi UV dengan melewatkan air pada alat tersebut yang berfungsi

Page 50: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

45

untuk membunuh mikroorganisme. Alat sterilisasi UV mengguanakan 4 lampu dengan

intensitas 400 watt dengan dosis UV maksimal adalah 30.000 µws/cm2. Alat ini memiliki

bentuk tabung dengan 4 lampu pada sisi atas 1 lampu, 2 lampu bagian samping, dan 1 lampu di

bagian bawah yang dilapisi oleh kaca berbentuk tabung agar lampu tidak bersentuhan langsung

dengan air. Mekanisme kerja unit sterilisasi UV adalah dengan melepaskan proton yang akan

diserap oleh mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan DNA sehingga replikasi DNA

akan terhambat. Pada keadaan ini mikroorganisme akan mati secara perlahan karena tidak dapat

mengatur metabolisme ulang dan tidak dapat berkembang biak. Penggantian lampu UV,

spesifikasi lampu UV, dan waktu kontak dengan lampu UV sangat berpengaruh pada efektifitas

unit lampu UV di AMDK. Kendala lifetime lampu UV yang hanya 6000 jam dan harus

menggantinya kurang dari 1 tahun. Monitoring dilakukan oleh bagian maintanance dengan

pengecekan lama waktu penggunaan lampu UV setiap hari dan pengecekan effluen lampu UV

dilakukan 3 jam sekali.

f.Perilaku Pekerja

Perilaku pekerja bagian produksi AMDK Perusahaan Toyamilindo Mountoya sangat

mempengaruhi kinerja unit-unit sistem pengolahan air juga, karena pekerja yang menjalankan

fungsi-fungsi unit pengolahan air tersebut. Perilaku pekerja disini difokuskan juga pada

penggunaan APD dan analisa kualitas air. Selain itu jika perilaku pekerja sudah mengikuti

Standard Operating Procedure (SOP) tiap unit dan juga ketentuan teknis sesuai dengan

persyaratan perindustrian air minum dalam kemasanan Peraturan Menteri Perindustrian

Page 51: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

46

Republik Indonesia No. 96 Tahun 2011, maka produk AMDK yang dihasilkan akan lebih

berkualitas. Perilaku pekerja meliputi analisa kualitas air, titik analisa kualitas air, sanitasi

pekerja, dan sanitasi pada unit pengolahan AMDK.Untuk evaluasi pekerja bagian produksi,

dilakukan 6 bulan sekali audit internal. Lalu juga ada evaluasi terkait kehadiran absen dan juga

penilaian stakeholder terhadap jumlah error dari tiap produk atau pegawai pada unit produksi.

g.Wawasan Pekerja

Wawasan pekerja juga tidak kalah penting, karena untuk menjalankan unit-unit pada sistem

pengolahan air diperlukan pengetahuan dalam pengerjaannya. Wawasan pekerja dapat

menunjang unit- unit AMDK Toyamilindo Mountoya dapat bekerja secara optimal, perilaku

pekerja yang sesuai dengan teknis dan menghasilkan AMDK yang berkualitas. Wawasan

pekerja meliputi pemahaman pekerja mengenai kualitas air seusai SNI 3553:2015, wawasan

pekerja terkait operasional pabrik AMDK sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No. 705

Tahun 2003, dan pelatihan mengenai sistem manajemen kualitas air minum sesuai SNI 01-

4852-1998. Pegawai produksi telah melakukan beberapa pelatihan yaitu adalah peningkatan

kualitas produk, pelatihan ISO 22000 : 2018 Sistem Manajemen Keamanan Pangan, dan

pelatihan hygene sanitasi. Hasil dari pelatihan-pelatihan tersebut membuat pegawai bagian

produksi paham mengenai cara produksi air minum dalam kemasan dengan baik dan benar

sesuai SOP dan peraturan-peraturan yang berlaku untuk meminimalisir terjadinya cacat produk

yang akan diedarkan kepada konsumen.

Page 52: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

47

2.3.2. Penentuan Analisa Resiko dengan FMEA

Setelah menggunakan diagram fishbone untuk menganalisis identifikasi penyebab kegagalan

dan dampak yang diberikan pada produksi air minum dalam kemasan Perusahaan Toyamilindo

Mountoya dengan menggunakan fishbone analysis, maka dilanjutkan dengan menggunakan

metode FMEA yang akan diperoleh nilai RPN untuk pengambilan kesimpulan sehingga upaya

pencegahan kegagalan dapat dirumuskan dan pengambilan kesimpulan sehingga upaya

pencegahan kegagalan dapat dirumuskan. Dari diagram fishbone, didapatkan kendala-kendala

yang terjadi pada proses produksi perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya yang dapat

menyebabkan terhambatnya proses produksi seperti terbakarnya pompa untuk pengambilan air

baku, pemadaman bergilir oleh PDAM, pencucian media yang tidak sesuai pada jadwal dan

SOP, penggantian ozone generator yang tidak sesuai dengan jadwal dan SOP dan penggantian

membran catridge pada unit pengolahan mikrofilter.

Keunggulan pada metode FMEA dibandingkan metode lainnya adalah perhatian perusahaan

dapat lebih fokus untuk menangani masalah yang sudah teridentifikasi sebagai titik kritis,

sehingga hal itu dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan lebih jauh dan

meningkatkan efektifitas waktu maupun tenaga dalam menyelesaikan masalah tersebut. Kedua

metode ini juga mempertimbangkan program pemerintah Indonesia mengenai himbauan dalam

penerapan HACCP dan sebagai metode pendahulu atau pre-requisite untuk menjamin kualitas

produk air minum dalam kemasan. Himbauan penerapan HACCP ini didasarkan pada SNI 01-

4852-1998, ISO seri 9001 dan ISO seri 22000. Penerapan sistem HACCP dapat meningkatkan

Page 53: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

48

kualitas sistem produksi dan sumber daya manusia (SDM) bagian produksi Perusahaan

Mountoya dengan metode pengawasan dan pengendalian kualitas yang lebih terarah dan

terstandarisasi. Penerapan HACCP juga diharapkan dapat memberikan AMDK yang layak

untuk dikonsumsi. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk mencari resiko

terbesar menjadi penyebab penurunan kualitas air produksi. Seluruh penilaian severity,

occurance, dan detection skala lima untuk menjamin konsistensi analisis resiko (Fitrianti,

2016).

2.3.3. Penentuan Bobot Kepentingan Resiko

Pembobotan dalam FMEA ditentukan berdasarkan fishbone analysis yang dibuat dan

didukung wawancara dengan expert judgement AMDK Toyamilindo Mountoya mengenai

aspek yang penting. Bobot adalah nilai yang diberikan resiko terjadi sehingga memudahkan

pengambilan keputusan prioritas bahaya dan tindakan penyelesainnya. Pembobotan

disesuaikan dengan fishbone analysis dibuat dan pembobotan entitas bertujuan mempermudah

penentuan prioritas titik kritis HACCP apabila didapat perhitungan RPN yang sama

(Wahyuningsih, 2018). Pembobotan tiap kepentingan resiko pada Tabel 2.6, sedangkan

pembobotan tiap entitas pada Tabel 2.7.

Page 54: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

49

Tabel 2. 57 Pembobotan Kepentingan Resiko

Faktor Bobot

Air Baku 0,13

Karbon Filter 0,2

Mikro Filter 0,08

Injeksi Ozon 0,18

Sinar UV 0,1

Perliaku Pekerja 0,16

Wawasan Pekerja 0,15

1

Tabel 2.58 Pembobotan Entitas

Faktor Bobot

Air Baku

Jarak sumber air dengan perusahaan

AMDK

0,4

Kualitas air baku yang digunakan

untuk bahan baku

0,25

Kualitas pompa untuk transportasi

air

0,35

Page 55: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

50

1

Karbon Filter

Penggantian pasir silika 0,16

Pencucian pasir silika 0,13

Ukurann pasir silika 0,08

Penggantian gravel 0,15

Pencucian gravel 0,12

Ukuran gravel 0,07

Penggantian karbon aktif 0,14

Pencucian karbon aktif 0,11

Jenis karbon aktif 0,04

1

Mikro Filter

Ukuran membran catridge mikro

filter

0,25

Penggantian catridge pada unit

mikro filter

0,4

Pembersihan catridge pada unit

mikro filter

0,35

1

Page 56: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

51

Faktor Bobot

Injeksi Ozon

Penggantian unit injeksi ozon 0,55

Pengecekan kadar ozon tersisa

dalam air

0,45

1

Sinar UV

Penggantian lampu UV 0,4

Waktu kontak lampu UV 0,25

Spesifikasi lampu UV 0,35

1

Perilaku Pekerja

Analisa kualitas air 0,35

Titik analisa kualitas air 0,28

Sanitasi pekerja 0,14

Sanitasi water treatment plan 0,23

1

Wawasan Pekerja

Pemahaman pekerja mengenai

kualitas air sesuai SNI 3553 : 2015

0,4

Page 57: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

52

Wawasan pekerja terkait

operasional pabrik AMDK sesuai

PERMENPERINDAG No. 96

Tahun 2011

0,35

Pelatihan mengenai sistem

manajemen kualitas air minum

sesuai SNI 01-4852-1998

0,25

1

2.3.4. Penentuan Nilai Severity

Setelah ditentukan bobot pada masing-masing entitas untuk memudahkan penentuan

titik kendali kritis jika terdapat nilai RPN yang sama, maka dapat dihitung nilai severitynya.

Nilai severity adalah tingkat keseriusan atau tingkat keparahan dampak dari efek kegagalan

yang dapat terjadi pada sistem produksi. Severity merupakan nilai tingkat keseriusan sebuah

kondisi terhadap dampak yang ditimbulkan, semakin parah dampak yang ditimbulkan maka

semakin tinggi nilai severity yang dihasilkan (Fitrianti, 2016). Severity adalah langkah pertama

untuk menganalisi resiko dengan menghitung seberapa besar dampak atau intensitas kejadian

yang dapat mempengaruhi output proses (Wahyuningsih, 2018). Nilai severity sistem produksi

AMDK Toyamilindo Mountoya ditentukan berdasarkan pengamatan tiap jenis gangguan yang

dilakukan langsung di lapangan dan juga hasil analisis laboratorium kualitas airnya. Batasan

Page 58: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

53

nilai severity analisis ini adalah 1 – 5. Pembuatan tabel severity disesuaikan dengan kondisi

penilaian, pembobotan, kuisioner, proses produksi, dan jenis pengolahan air pada Perusahaan

AMDK Toyamilindo Mountoya. Rentang penilaian severity dapat dilihat pada Tabel 2.8

Tabel 2.59 Kategori dan Peringkat Severity

Range

Nilai

Severity of effect for FMEA Rating

≤ 20 % Kegagalan tidak memiliki pengaruh 1

21 – 40

%

Bentuk kegagalan berpengaruh pada

hasil produksi

2

41 – 60% Menyebabkan hilangnya performa

dari fungsi, dan berpengaruh terhadap

hasil produksi

3

61 – 80

%

Menyebabkan bahaya yang akan

melampaui standar aturan pemerintah

nasional dan pengurangan hasil

kualitas produksi yang signifikan

4

Page 59: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

54

≥ 81 % Kegagalan menyebabkan hasil

produksi tidak dapat diterima oleh

konsumen

5

Sumber : Wahyuningsih, 2018

Sebelum penilaian severity, terlebih dahulu dibuat skala besaran resiko untuk memudahkan

penilaian (Fitrianti, 2016). Selanjutnya dideskripsikan masing-masing skala kondisi

lingkungannya untuk menjamin konsistensi dalam analisa resiko. Skala besaran resiko dan

skala kondisi lingkungan dapat dilihat pada Tabel 2.9

Tabel 2.60 Deskripsi Skala Besar Resiko dan Kondisi Lingkungan

Skala Besar Resiko yang Ditimbulkan

Angka Besaran Keterangan

0 Sangat Kecil Resiko yang ditimbulkan tidak berpengaruh

kepada proses selanjutnya dan hasil produksi

Page 60: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

55

1 Kecil Resiko ditimbulkan berpengaruh kepada proses

selanjutnya dan hasil produksi

2 Sedang Resiko ditimbulkan menyebabkan fungsi unit

selanjutnya terganggu dan berpengaruh kepada

hasil produksi

3 Besar Resiko yang ditimbulkan dapat menyebabkan

hasil produksi yang akan melampui standar baku

mutu

4 Sangat Besar Resiko yang ditimbulkan dapat menyebabkan air

produksi melampaui standar baku mutu

Skala Kondisi Lingkungan

Angka Besaran Keterangan

5 Sangat Baik Kondisi ideal yang dinginkan untuk dicapai,

tidak menimbulkan pengaruh pada proses

selanjutnya

Page 61: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

56

4 Baik Kondisi membuat timbulnya resiko dapat

berpengaruh ke proses selanjutnya, masih

batasan standar baku mutu

3 Sedang Kondisi membuat timbulnya resiko

menyebabkan fungsi unit selanjutnya terganggu,

masih standar baku mutu

2 Buruk Kondisi dibawah batasan baku mutu sehingga

menyebabkan hasil produksi yang akan

melampaui standar baku mutu

1 Sangat Buruk Kondisi telah jauh dibawah baku mutu sehingga

menyebabkan hasil produksi melampaui standar

baku mutu

Sumber : Wahyuningsih, 2018

Berikut perhitungan nilai severity untuk entitas atau akar penyebab masalah :

Penentuan Batas Severity pada Air Baku

1.Kualitas Air Baku

Page 62: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

57

Kualitas air baku pada perusahaan Toyamilindo Mountoya yang digunakan dalam

memproduksi AMDK sudah mengikuti baku mutu yang sesuai dengan SNI 3553 : 2015 tentang

persyaratan kualitas air mineral. Data dari analisa laboratorium selama 7 hari menyatakan

bahwa parameter pH, Total Dissolved Solid (TDS), kekeruhan, dan bakteri Escherichia Coli

pada air baku sudah di bawah baku mutu. Maka air baku sudah layak untuk digunakan dalam

bahan baku produksi AMDK Toyamilindo Mountoya. Untuk kualitas air baku yang berada di

ground tank setiap 3 jam sekali di cek kualitasnya oleh bagian quality control and assurance

Toyamilindo Mountoya, karena kualitas air baku merupakan bagian penting dalam proses

produksi air minum dalam kemasan Perusahaan Toyamilindo Mountoya. Untuk pengecekan

kondisi ground tank dilakukan kurang lebih satu kali dalam satu bulan. Untuk kendala dari air

baku sendiri adalah pemadaman bergilir dari PDAM yang mempengaruhi produksi AMDK

tersebut. Berikut merupakan Tabel 2.10 Nilai Severity kualitas air baku berikut.

Pada Tabel 2.10 dijelaskan bahwa skala 5 merupakan kondisi ideal dengan skala besaran resiko

dampat terkecil (sangat baik) dari kandungan bakteri Escherichia Coli pada air baku yaitu tidak

terdeteksi sama sekali. Dari hasil analisa laboratorium atau data primer, skala 5 pada kolom

berwarna hijau merupakan kondisi eksisting dengan skala besaran resiko dampak yang sangat

baik yaitu kandungan bakteri Escherichia Coli pada air baku adalah tidak terdeteksi atau TTD.

Kandungan bakteri Escherichia Coli pada air baku dinyatakan layak untuk digunakan sebagai

bahan baku AMDK Toyamilindo Mountoya.

Tabel 2.61 Nilai Severity Kualitas Air Baku

Page 63: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

58

Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang

Parah Sangat

Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat

Buruk

Kandungan

bakteri E.

Coli sampel

Tidak

terdeteksi

Kandunga

n bakteri

E. Coli

2/250 mL

sampel

Kandungan

bakteri E.

Coli 4/250

mL sampel

Kandungan

bakteri E.

Coli 6/250

mL sampel

Kandungan

bakteri E.

Coli >

6/250 mL

sampel

Maka dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari kualitas air baku

adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut :

𝑺𝒆𝒗𝒆𝒓𝒊𝒕𝒚 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

Page 64: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

59

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas nilai severity pada kualitas air baku adalah 0%

2.Jarak Sumber Air Baku dengan Pabrik

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 96 Tahun 2011 tentang persyaratan teknis

industri air minum dalam kemasan pasal 6 ayat 1 bahwa lokasi sumber air baku yang berasal

dari air tanah atau air permukaan harus memiliki radius jarak 15 meter dari saluran air limbah

kedap air, 30 meter dari septic tank atau saluran limbah air tidak kedap air, 60 meter dari lubang

sumur, lapangan penimbunan limbah, kandang atau lapangan tempat tinggal hewan. Jarak

sumber air baku dari saluran air limbah kedap air dan tidak kedap air sekitar 45 meter dan 78

meter dari lubang sumur, juga jarak sumber air baku dengan pabrik AMDK Perusahaan

Toyamilindo Mountoya adalah 250 meter. Informasi tersebut didaptakan dari survei lapangan

dan wawancara dengan Head dan Co. Head quality control / quality assurance AMDK

Perusahaan Toyamilindo Mountoya.

Page 65: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

60

Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat

Kecil

Kecil Sedang

Parah Sangat

Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat

Baik

Baik Sedang

Buruk Sangat

Buruk

Radius >

15 m dari

saluran

limbah

kedap air,

> 30 m dari

septic tank,

Radius 15

m dari

saluran

limbah

kedap air,

30 m dari

septic tank,

Radius 13

m dari

saluran

limbah

kedap air,

28 m dari

septic tank,

Radius >

15 m dari

saluran

limbah

kedap air,

> 30 m dari

septic tank,

Radius >

15 m dari

saluran

limbah

kedap air,

> 30 m dari

septic tank,

Page 66: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

61

Pada Tabel 2.11 dijelaskan bahwa skala pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi ideal

dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) pada sumber air baku dengan radius

jarak > 15 meter dari saluran limbah kedap air, > 30 meter dari septic tank, dan > 60 meter dari

lubang sumur. Sedangkan dari hasil survei sumber air baku AMDK Perusahaan Toyamilindo

Mountoya memiliki radius jarak > 30 meter dari saluran limbah kedap air dan septic tank, serta

jarak >60 meter dari lubang sumur. Jadi kondisi eksisting sesuai dengan skala 5 atau kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik).

Tabel 2.62 Nilai Severity Jarak Sumber Air Baku dengan Pabrik

> 60 m dari

lubang

sumur

60 m dari

lubang

sumur

58 m dari

lubang

sumur

> 60 m dari

lubang

sumur

> 60 m dari

lubang

sumur

Page 67: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

62

Maka dari hasil perkiraan kondisi eksisting pada Tabel 2.11 dapat diketahui nilai severity jarak

sumber air baku dengan pabrik adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut :

𝑺𝒆𝒗𝒆𝒓𝒊𝒕𝒚 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas nilai severity pada jarak sumber air baku dengan pabrik adalah

0%.

3.Kualitas Pompa untuk Transportasi Air

Berdasarkan lampiran dari Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.705 Tahun

2003 tentang persyaratan teknis industri air minum dalam kemasan dan perdagangannya,

transportasi air baku ke unit-unit pengolahan air harus melalui pipa yang kedap udara dan

dilengkapi oleh pompa. Berdasarkan wawancara dan hasil kuisioner dengan Head of

Maintanance dan Head of Production, terdapat satu pompa utama dan satu pompa cadangan,

namun kedua pompa yang mengalirkan air baku ke pabrik pernah mengalami masalah seperti

terbakarnya pompa utama yang digunakan untuk mengalirkan air baku dan sekarang kondisi

pompa cadangan tersebut juga sedang rusak. Dampak yang ditimbulkan adalah terhambatnya

proses produksi dan fluktuasi debit air baku yang dialirkan. Untuk pompa dan pipa untuk

mengalirkan air baku ke proses produksi di cek minimal tiap satu kali dalam sehari selalu oleh

Page 68: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

63

bagian maintanance dan bagian production AMDK Toyamilindo Mountoya. Berikut

merupakan Tabel 2.12 nilai severity kualitas pompa :

Tabel 2.63 Nilai Severity Kualitas Pompa

Pada Tabel 2.12 dijelaskan

bahwa skala 5 pada kolom berwarna hijau merupakan kondisi ideal dengan skala besaran resiko

dampak terkecil (sangat baik) dari kondisi pompa air baku yang tidak pernah mengalami

kerusakan. Sedangkan dari hasil survei, wawancara dan hasil kuisioner dengan Head of

Maintanance dan Head of Production, skala 2 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

eksisting dengan skala besaran resiko dampak yang buruk (parah) yaitu pompa air baku selalu

mengalami kerusakan setiap 1 kali/ 3 bulan. Maka dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat

Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk Pompa tidak

pernah mengalami

kerusakan

Pompa mengalami kerusakan

setiap 1 kali/tahun

Pompa mengalami kerusakan

setiap 1 kali/ 6 bulan

Pompa mengalami kerusakan

setiap 1 kali/ 3 bulan

Pompa mengalami kerusakan

setiap 1 kali/ bulan

Page 69: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

64

diketahui nilai severity dari kualitas pompa adalah dengan perhitungan matematis sebagai

berikut.

𝑺𝒆𝒗𝒆𝒓𝒊𝒕𝒚 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 2

5 𝑥 100% = 60 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada kualitas pompa adalah 60%.

Penentuan Severity pada Unit Karbon Filter

1.Penggantian Media Pasir Silika

Berdasarkan wawancara dan hasil kuisioner dengan head of production, head of PPK dan head

of quality control and assurance perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya, perusahaan

AMDK mengganti pasir silika dilakukan 6 bulan sekali sesuai dengan jadwal dan SOP yang

berlaku. Dampak yang ditimbulkan ketika tidak mengganti pasir silika dalam 3 tahun akan

mengakibatkan partikel-partikel kasar pada air tidak dapat tersaring dan dapat mempengaruhi

kualitas terutama parameter kekeruhan pada produk AMDK Perusahaan Toyamilindo

Mountoya. Pada Tabel 2.13 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna hijau merupakan

kondisi eksisting dan juga kondisi ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat

baik) dari media pasir silika pada unit filtrasi yang diganti sesuai jadwal yaitu setiap 6 bulan

sekali.

Page 70: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

65

Tabel 264 Nilai Severity Media Penggantian Pasir Silika Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Pasir silika diganti

setiap kurang dari

1 tahun sekali

Pasir silika diganti

setiap 1 tahun sekali

Pasir silika

diganti setiap 2

tahun sekali

Pasir silika

diganti setiap 3

tahun sekali

Pasir silika diganti

setiap lebih dari 3

tahun sekali

Maka dari hasil perkiraan kondisi eksisting dari Tabel 2.13 dapat diketahui nilai severity dari

penggantian pasir silika adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑺𝒆𝒗𝒆𝒓𝒊𝒕𝒚 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Page 71: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

66

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada penggantian pasir silika adalah 0%

2.Pencucian Media Pasir Silika

Pencucian media pasir silika wawancara dan hasil kuisioner dengan head of production, head

of PPK dan head of quality control and assurance perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya,

dilakukan backwash, cleaning, dan sanitasi adalah setiap 2 minggu sekali. Idealnya, pencucian

pasir silika adalah setiap 1 minggu sekali karena dampak yang ditimbulkan adalah air yang

diolah tercampur dengan kontaminan yang menempel di pasir silika yang tidak rutin

dibersihkan. Berikut merupakan Tabel 2.14 nilai severity pencucian Pasir silika :

Tabel 2.65 Nilai Severity Media Pencucian Pasir Silika Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Page 72: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

67

Pasir silika dicuci

setiap 1 minggu

sekali

Pasir silika dicuci

setiap 1,5 minggu

sekali

Pasir silika

dicuci setiap 2

minggu sekali

Pasir silika

dicuci setiap 2,5

minggu sekali

Pasir silika dicuci

setiap 3 minggu

sekali

Pada Tabel 2.14 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari pencucian ideal media

pasir silika adalah setiap 1 minggu sekali. Sedangkan dari wawancara dan hasil kuisioner

dengan head of production, head of PPK dan head of quality control and assurance perusahaan

AMDK Toyamilindo Mountoya, skala 3 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

eksisting dengan skala besaran resiko dampak yang sedang (sedang) yaitu pencucian atau

backwash dan sanitasi media pasir silika setiap 2 minggu sekali. Media pasir silika yang tidak

rutin di backwash akan menyebabkan kontaminan yang menempel pada pasir silika ikut

tercampur pada air. Maka dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity

dari pencucian pasir silika adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 3

5 𝑥 100% = 40 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada pencucian pasir silika adalah 40%.

Page 73: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

68

3.Ukuran Media Pasir Silika

Media filter umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk, dan komposisi kimia. Setiap

media karbon filter memiliki Effective Size (ES), termasuk media pasir silika. Menurut SNI

6774:2008, Media pasir silika memiliki Effective Size atau ukuran efektif media yaitu 8 – 12

mm dengan ES tipikal 10 mm. Berdasarkan wawancara dan hasil kuisioner dengan head of

production, head of PPK dan head of quality control and assurance perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya, ukuran media pasir silika yang digunakan pada unit karbon filter

perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya adalah 8 – 12 mm sesuai dengan ES tipikal media

pasir silika. Berikut ini merupakan Tabel 2.15 nilai severity ukuran pasir silika :

Tabel 2.66 Nilai Severity Ukuran Media Pasir Silika Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

ES 8 – 12 mm ES 8 – 4 mm ES 4 – 2 mm ES 2 – 1 mm ES < 1 mm

Page 74: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

69

Pada Tabel 2.15 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) pada Effective Size media pasir

silika yaitu 8 – 12 mm. Dampak yang ditimbulkan adalah dapat meningkatnya efektifitas unit

filtrasi dalam menyaring partikel kasar pada air karena ukuran media pasir silika yang sesuai.

Sedangkan dari wawancara dan hasil kuisioner dengan head of production, head of PPK dan

head of quality control and assurance perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya, ukuran

media pasir silika yang digunakan sebagai media pada unit karbon filter Perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya adalah 8 – 12 mm dengan ES tipikal 10 mm. Jadi kondisi eksisting

sesuai dengan skala 5 atau kondisi ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat

baik). Maka hasil dari perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari ukuran

pasir silika dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑺𝒆𝒗𝒆𝒓𝒊𝒕𝒚 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada ukuran pasir silika adalah 0%

4.Penggantian Media Gravel

Page 75: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

70

Berdasarkan wawancara dan hasil kuisioner dengan head of production, head of PPK dan head

of quality control and assurance perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya, perusahaan

AMDK mengganti gravel atau media kerikil dilakukan 6 bulan sekali sesuai dengan jadwal dan

SOP yang berlaku. Dampak yang ditimbulkan ketika tidak mengganti pasir silika dalam 3 tahun

akan mengakibatkan partikel-partikel kasar pada air tidak dapat tersaring dan dapat

mempengaruhi kualitas terutama parameter kekeruhan pada produk AMDK Perusahaan

Toyamilindo Mountoya. Pada Tabel 2.16 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna hijau

merupakan kondisi eksisting dan juga kondisi ideal dengan skala besaran resiko dampak

terkecil (sangat baik) dari media pasir silika pada unit filtrasi yang diganti sesuai jadwal yaitu

setiap 6 bulan sekali.

Tabel 2.67 Nilai Severity Penggantian Media Gravel Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Page 76: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

71

Media Kerikil

diganti setiap

kurang dari 1

tahun sekali

Media Kerikil diganti

setiap 1 tahun sekali

Media Kerikil

diganti setiap 2

tahun sekali

Media Kerikil

diganti setiap 3

tahun sekali

Media Kerikil

diganti setiap lebih

dari 3 tahun sekali

Maka dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari penggantian

gravel atau media kerikil adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada penggantian gravel atau media kerikil

adalah 0%.

5.Pencucian Media Gravel

Pencucian media gravel atau media kerikil berdasarkan wawancara dan hasil kuisioner dengan

head of production, head of PPK dan head of quality control and assurance perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya, dilakukan backwash, cleaning, dan sanitasi adalah setiap 2 minggu

sekali. Idealnya, gravel atau media kerikil adalah setiap 1 minggu sekali karena dampak yang

Page 77: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

72

ditimbulkan adalah air yang diolah tercampur dengan kontaminan yang menempel di gravel

atau media kerikil yang tidak rutin dibersihkan. Berikut merupakan Tabel 2.17 Pencucian

gravel

Tabel 2. 68 Nilai Severity Pencucian Media Gravel Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

gravel atau media

kerikil dicuci

setiap 1 minggu

sekali

gravel atau media

kerikil dicuci setiap

1,5 minggu sekali

gravel atau

media kerikil

dicuci setiap 2

minggu sekali

gravel atau

media kerikil

dicuci setiap 2,5

minggu sekali

gravel atau media

kerikil dicuci

setiap 3 minggu

sekali

Pada Tabel 2.17 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari pencucian ideal gravel

Page 78: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

73

atau media kerikil adalah setiap 1 minggu sekali. Sedangkan dari wawancara dan hasil kuisioner

dengan head of production, head of PPK dan head of quality control and assurance perusahaan

AMDK Toyamilindo Mountoya, skala 3 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

eksisting dengan skala besaran resiko dampak yang sedang (sedang) yaitu pencucian atau

backwash dan sanitasi gravel atau media kerikil setiap 2 minggu sekali. Media gravel atau

media kerikil yang tidak rutin di backwash akan menyebabkan kontaminan yang menempel

pada gravel ikut tercampur pada air. Maka dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui

nilai severity dari pencucian gravel atau media kerikil adalah dengan perhitungan matematis

sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 3

5 𝑥 100% = 40 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada pencucian gravel atau media kerikil adalah

40%.

6.Ukuran media gravel

Media gravel atau kerikil memiliki variasi dalam ukuran, bentuk, dan komposisi kimia. Setiap

media karbon filter memiliki Effective Size (ES), termasuk media gravel atau kerikil. Menurut

Page 79: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

74

SNI 6774:2008, Media gravel atau media kerikil memiliki Effective Size atau ukuran efektif

media yaitu 3 – 12 m

m dengan ES tipikal 6 mm. Berdasarkan wawancara dan hasil kuisioner dengan head of

production, head of PPK dan head of quality control and assurance perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya, ukuran gravel atau media kerikil yang digunakan pada unit karbon

filter perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya adalah 3 – 12 mm sesuai dengan ES tipikal

media pasir silika. Dampak yang ditimbulkan adalah dapat meningkatnya efektifitas unit filtrasi

dalam menyaring partikel kasar pada air karena ukuran media pasir silika yang sesuai. Berikut

Tabel 2.18 Tabel Nilai Severity ukuran gravel :

Tabel 2. 69 Nilai Severity Ukuran Media Gravel Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

ES 3 – 12 mm ES < 3 mm ES < 2 mm ES < 1 mm ES < 0.5 mm

Page 80: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

75

Pada Tabel 2.18 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) pada Effective Size media

gravel atau media kerikil yaitu 3 – 12 mm. Sedangkan dari wawancara dan hasil kuisioner

dengan head of production, head of PPK dan head of quality control and assurance perusahaan

AMDK Toyamilindo Mountoya, ukuran gravel atau media kerikil yang digunakan sebagai

media pada unit karbon filter Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya adalah 3 – 12 mm

dengan ES tipikal 6 mm. Jadi kondisi eksisting sesuai dengan skala 5 atau kondisi ideal dengan

skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik). Maka hasil dari perkiraan kondisi eksisting

dapat diketahui nilai severity dari ukuran gravel atau media kerikil dengan perhitungan

matematis sebagai berikut.

𝑺𝒆𝒗𝒆𝒓𝒊𝒕𝒚 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada ukuran gravel atau media kerikil adalah 0%.

7.Penggantian Media Karbon Aktif

Berdasarkan dengan wawancara dan hasil kuisioner dengan head of production, head of PPK

dan head of quality control and assurance perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya, kondisi

Page 81: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

76

ideal dalam penggantian media karbon aktif adalah setiap 3 tahun sekali. Perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya mengganti karbon aktif setelah setelah pemakaian 3 tahun sekali.

Dampak yang ditimbulkan adalah partikel-partikel kasar tidak dapat tersaring, serta bau, warna

maupun rasa pada air juga tidak dapat dihilangkan. Hal itu dapat mempengaruhi kualitas

AMDK Toyamilindo Mountoya. Berikut ini merupakan Tabel 2.19 Nilai Severity Penggantian

Karbon Aktif :

Tabel 2.70 Nilai Severity Penggantian Media Karbon Aktif Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Karbon aktif

diganti tiap 3

tahun sekali

Karbon aktif diganti

tiap 3.5 tahun sekali

Karbon aktif

diganti tiap 4

tahun sekali

Karbon aktif

diganti tiap 4.5

tahun sekali

Karbon aktif

diganti tiap 5

tahun sekali

Page 82: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

77

Pada Tabel 2.19 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampat terkecil (sangat baik) dari media karbon aktif pada

unit filtrasi yang diganti sesuai jadwal yaitu 3 tahun sekali. Sedangkan dari wawacara dan hasil

kuisioner dengan head of production, head of PPK dan head of quality control and assurance

perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya, skala 5 pada kolom berwarna hijau merupakan

kondisi eksisting dengan skala besaran resiko dampak yang sangat kecil yaitu penggantian

media karbon aktif yaitu setiap 3 tahun sekali. Media karbon aktif yang tidak diganti sesuai

jadwal akan menyebabkan partikel-partikel kasar pada air tidak dapat tersaring dengan baik,

juga bau, warna maupun rasa pada air tidak dapat dihilangkan, serta menurunkan kualitas

AMDK. Maka hasil dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari

penggantian karbon aktif adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada penggantian karbon aktif adalah 0%

8.Pencucian Karbon Aktif

Pencucian media karbon aktif berdasarkan wawancara dan hasil kuisioner dengan head of

production, head of PPK dan head of quality control and assurance perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya, dilakukan backwash, cleaning, dan sanitasi adalah setiap 2 minggu

sekali. Idealnya, pencucian media karbon aktif adalah setiap 1 minggu sekali karena dampak

Page 83: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

78

yang ditimbulkan adalah air yang diolah tercampur dengan kontaminan yang menempel di

media karbon aktif yang tidak rutin dibersihkan. Berikut ini Tabel 2.20 Nilai Severity pencucian

media karbon aktif :

Tabel 2 71 Nilai Severity Pencucian Media Karbon Aktif Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat

Kecil

Kecil Sedang Parah Sangat

Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat

Baik

Baik Sedang Buruk Sangat

Buruk

media

karbon

aktif

dicuci

setiap 1

minggu

sekali

media karbon

aktif dicuci

setiap 1,5

minggu sekali

media

karbon

aktif

dicuci

setiap 2

minggu

sekali

media

karbon

aktif

dicuci

setiap 2,5

minggu

sekali

media

karbon

aktif dicuci

setiap 3

minggu

sekali

Page 84: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

79

Pada Tabel 2.20 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari pencucian ideal media

karbon aktif adalah setiap 1 minggu sekali. Sedangkan dari wawancara dan hasil kuisioner

dengan head of production, head of PPK dan head of quality control and assurance perusahaan

AMDK Toyamilindo Mountoya, skala 3 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

eksisting dengan skala besaran resiko dampak yang sedang (sedang) yaitu pencucian atau

backwash dan sanitasi media karbon aktif setiap 2 minggu sekali. Media karbon aktif yang tidak

rutin di backwash akan menyebabkan kontaminan yang menempel pada media karbon aktif ikut

tercampur pada air. Maka dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity

dari pencucian media karbon aktif adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 3

5 𝑥 100% = 40 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada pencucian media karbon aktif adalah 40%.

9.Jenis Media Karbon Aktif

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.705 Tahun 2003 tentang

persyaratan teknis industri air minum dalam kemasan dan perdagangannya, jenis karbon aktif

yang dapat digunakan dalam industri AMDK adalah berasal dari batu bara atau batok kelapa.

Jenis media karbon aktif yang digunakan pada unit karbon filter AMDK perusahaan

Page 85: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

80

Toyamilindo Mountoya adalah menggunakan arang aktif dan batok kelapa. Karbon aktif dari

tempurung kelapa memiliki tingkat kemurnian dan rapat massa yang tinggi sehingga

mempermudah dalam proses penanganan, kandungan abu yang dihasilkan rendah, daya serap

yang tinggi (Setiawati dan Suroto, 2010).

Pada Tabel 2.21 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan merupakan

kondisi ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) pada jenis karbon aktif

yang dibuat dari tempurung kelapa. Sedangkan dari wawancara dengan dan hasil kuisioner

dengan head dan co. head quality control/quality assurance, jenis karbon aktif yang digunakan

sebagai media pada unit karbon aktif perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya adalah jenis

karbon aktif dari tempurung kelapa.

Tabel 2. 72 Nilai Severity Jenis Media Karbon Aktif Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Page 86: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

81

Karbon aktif dari

tempurung kelapa

Karbon aktif dari batu

bara

Karbon aktif dari

potongan kayu

Karbon aktif dari

serbuk kayu

Karbon aktif dari

sekam padi

Pada Tabel 2.21 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampat terkecil (sangat baik) dari jenis karbon aktif yang

digunakan berasal dari tempurung kelapa. Maka hasil dari hasil perkiraan kondisi eksisting

dapat diketahui nilai severity dari penggantian karbon aktif adalah dengan perhitungan

matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada jenis karbon aktif adalah 0%

Penetuan Severity pada Unit Mikro Filter

1.Penggantian Membran Catridge pada Mikro Filter

Berdasarkan dengan wawancara hasil kuisioner dengan head of production, head of PPK dan

head of quality control and assurance perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya dan

peraturan United States Environmental Protection Agency (EPA) Tahun 2005 tentang

Membrane Flitration Guidance Manual, kondisi ideal dalam penggantian Membran Catridge

pada Mikro Filter adalah setiap 1 bulan sekali. Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya

Page 87: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

82

mengganti Membran Catridge pada Mikro Filter setelah pemakaian 6 bulan sekali. Berikut ini

merupakan Tabel 2.22 nilai Severity Penggantian membran catridge pada unit mikro filter :

Tabel2 . 73 Nilai Severity Penggantian Catridge pada Mikro Filter Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Membran

Catridge pada

Mikro Filter

diganti setiap 1

bulan sekali

Membran Catridge

pada Mikro Filter

diganti setiap 1.5

bulan sekali

Membran

Catridge pada

Mikro Filter

diganti setiap 2

bulan sekali

Membran

Catridge pada

Mikro Filter

diganti setiap 2.5

bulan sekali

Membran Catridge

pada Mikro Filter

diganti lebih dari

2.5 bulan sekali

Dampak yang ditimbulkan adalah partikel-partikel halus yang mengkontaminasi air tidak dapat

tersaring dan dapat mempengaruhi kualitas AMDK Toyamilindo Mountoya.Pada Tabel 2.22

dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi ideal dengan skala

Page 88: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

83

besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari penggantian Membran Catridge pada Mikro

Filter adalah setiap 1 bulan sekali. Sedangkan dari wawancara dan hasil kuisioner dengan head

of production, head of PPK dan head of quality control and assurance perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya, skala 1 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi eksisting

dengan skala besaran resiko dampak yang sangat parah (sangat buruk) yaitu penggantian

Membran Catridge pada Mikro Filter setiap 6 bulan sekali Dampak yang ditimbulkan adalah

partikel-partikel halus yang mengkontaminasi air tidak dapat tersaring dan dapat mempengaruhi

kualitas AMDK Toyamilindo Mountoya. Maka dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat

diketahui nilai severity dari penggantian Membran Catridge pada Mikro Filter adalah dengan

perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑺𝒆𝒗𝒆𝒓𝒊𝒕𝒚 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 1

5 𝑥 100% = 80 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada penggantian Membran Catridge pada Mikro

Filter adalah 80%.

2.Pencucian Membran Catridge pada Mikro Filter

Berdasarkan dengan wawancara hasil kuisioner dengan head of production, head of PPK dan

head of quality control and assurance perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya dan

peraturan United States Environmental Protection Agency (EPA) Tahun 2005 tentang

Page 89: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

84

Membrane Flitration Guidance Manual, kondisi ideal dalam Pencucian Membran Catridge

pada Mikro Filter adalah setiap 1 minggu sekali. Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya

Pencucian Membran Catridge pada Mikro Filter setelah pemakaian 1 minggu sekali. Dampak

yang ditimbulkan adalah air yang diolah tercampur dengan kontaminan yang menempel pada

membran catridge pada unit mikro filter yang tidak rutin dibersihkan. Berikut ini Tabel 2.23

Nilai Severity pencucian membran Catridge pada unit Mikro Filter

Tabel 2. 74 Nilai Severity Pencucian Membran catridge Mikrofilter Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Membran

Catridge pada

Mikro Filter di

backwash setiap 1

minggu sekali

Membran Catridge

pada Mikro Filter di

backwash setiap 1,5

minggu sekali

Membran

Catridge pada

Mikro Filter di

backwash setiap

2 minggu sekali

Membran

Catridge pada

Mikro Filter di

backwash setiap

2,5 minggu

sekali

Membran Catridge

pada Mikro Filter

di backwash setiap

3 minggu sekali

Page 90: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

85

Pada Tabel 2.23 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari pencucian Membran

Catridge pada Mikro Filter adalah setiap 1 minggu sekali. Sedangkan dari wawancara dan hasil

kuisioner dengan head of production, head of PPK dan head of quality control and assurance

perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya, skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan

kondisi eksisting dengan skala besaran resiko dampak yang sangat kecil (sangat baik) yaitu

pencucian membran catridge pada unit mikro filter setiap 1 minggu sekali. Membran catridge

pada unit mikro filter yang tidak rutin di backwash akan menyebabkan kontaminan yang

menempel pada membran ikut tercampur pada air. Maka dari hasil perkiran kondisi eksisting

dapat diketahui nilai severity dari pencucian membran catridge pada unit mikro filter adalah

dengan perhitungan matematis berikut

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada pencucian Membran Catridge pada Mikro

Filter adalah 0%.

3.Ukuran Membran Catridge pada Mikro Filter

Ukuran membran catridge filter yang digunakan pada perusahaan AMDK Toyamilindo

Mountoya adalah ukuran 5 µm, 1 µm, dan 0,45 µm. Semakin kecil ukuran membran maka

Page 91: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

86

semakin baik karena partikel-partikel halus akan hilang. Berdasarkan Peraturan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan No. 705 Tahun 2003 tentang persyaratan teknis industri air

minum dalam kemasan dan perdagangannya, penyaringan dengan mikrofilter dengan catridge

harus berukuran maksimal 10 µm. maka ukuran membran catridge unit mikro filter yang

digunakan oleh perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya susah sesuai. Berikut ini Tabel 2.24

Nilai Severity Ukuran Catridge pada Unit Mikro Filter

Tabel 2.75 Nilai Severity Ukuran Catridge pada Unit Mikro Filter Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Ukuran membran

catridge pada unit

mikro filter paling

kecil 1 µm

Ukuran membran

catridge pada unit

mikro filter paling

kecil 3-5 µm

Ukuran

membran

catridge mikro

filter paling kecil

10 µm

Ukuran membran

catridge mikro

filter paling kecil

15 µm

Ukuran membran

catridge mikro

filter paling kecil

> 15 µm

Page 92: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

87

Pada Tabel 2.24 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari ukuran Membran Catridge

pada Mikro Filter yang digunakan adalah paling kecil 1 µm. Sedangkan dari wawancara dan

hasil kuisioner perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya, skala 5 pada kolom berwarna hijau

merupakan kondisi eksisting dengan skala besaran resiko dampak yang sangat kecil (sangat

baik) yaitu ukuran Membran Catridge pada Mikro Filter yang digunakan adalah paling kecil 1

µm. Maka dari hasil perkiran kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari ukuran

membran catridge pada unit mikro filter adalah dengan perhitungan matematis berikut

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada pencucian Membran Catridge pada Mikro

Filter adalah 0%.

Penentuan Severity Unit Injeksi Ozon

1.Penggantian Ozone Generator pada Unit Injeksi Ozon

Berdasarkan wawancara dan hasil kuisioner dengan head dan co. head quality control / quality

assurance, ozone generator pada unit injeksi ozon harus diganti setiap 5 tahun sekali. Namun

ozone generator pada sistem produksi AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya belum

pernah diganti dengan ozone generator baru. Dampak yang ditimbulkan adalah bakteri patogen

Page 93: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

88

seperti bakteri Escherichia Coli yang terkandung dalam air tidak hilang dan dapat pengaruh

kesehatan konsumen AMDK Toyamilindo Mountoya.

Pada Tabel 2.25 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari penggantian ozone

generator setiap 5 tahun sekali. Sedangkan dari wawancara dan hasil kuisioner dengan head

dan co. head quality control / quality assurance, skala 1 pada kolom berwarna kuning

merupakan kondisi eksisting dengan skala besaran resiko dampak yang sangat parah (sangat

buruk) yaitu penggantian ozone generator yang tidak diganti lebih dari 9 tahun. Dampak yang

ditimbulkan dari penggunaan ozone generator ozone generator yang digunakan melebihi daya

fungsinya tidak dapat menghilangkan bakteri patogen seperti bakteri Escherichia Coli secara

efektif.

Tabel 2. 76 Nilai Severity Penggantian Ozone Generator Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Page 94: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

89

Ozone Generator

diganti setiap 5

tahun sekali

Ozone Generator

diganti setiap 6 tahun

sekali

Ozone Generator

diganti setiap 7

tahun sekali

Ozone Generator

diganti setiap 8

tahun sekali

Ozone Generator

diganti setiap lebih

8 tahun sekali

Dari hasil Tabel 2.25 diatas, dampak yang ditimbulkan dari penggunaan ozone generator ozone

generator yang digunakan melebihi daya fungsinya tidak dapat menghilangkan bakteri patogen

seperti bakteri Escherichia Coli secara efektif. Lalu kandungan bakteri patogen pada air dapat

membahayakan konsumen Toyamilindo Mountoya, karena dapat menyebabkan penyakit

infeksi seperti diare. Maka dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity

dari penggantian ozone generator pada unit injeksi ozon adalah dengan perhitungan matematis

sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 1

5 𝑥 100% = 80 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada penggantian ozone generator pada unit

injeksi ozon adalah 80%

2.Kadar Ozon

Page 95: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

90

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.96 Tahun 2011 tentang

persyaratan teknis industri air minum dalam kemasan dan perdagangannya, proses desinfeksi

dengan ozon dapat dilakukan dalam tangki pencampur atau tangki mixing injeksi ozon dalam

pipa, sedangkan kadar ozon yang digunakan untuk proses desinfeksi air baku adalah 0,2 – 0,6

ppm dengan kadar residu 0,1 ppm. Sedangkan kadar ozon yang digunakan pada unit produksi

AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya berkisar antara 0,1 – 0,5 ppm. Pada tabel 4.26

dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna hijau merupakan kondisi ideal dengan skala

besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari kadar ozon yang diberukan adalah 0,5 – 0,6

ppm dan kadar residu ozon yang tersisa dalam air adalah 0,1 – 0,4 ppm. Sedangkan dari

wawancara dan hasil kuisioner dengan head dan co. head quality control / quality assurance,

kadar ozon yang diberikan adalahpada proses injeksi ozon adalah 0,6 ppm dan kadar residu

ozon yang tersisa dalam air adalah 0,1 ppm.

Tabel 2. 77 Nilai Severity Kadar Ozon Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat

Kecil

Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Page 96: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

91

Sangat

Baik

Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Kadar ozon

0,5 – 0,6

ppm dan

kadar

residu ozon

0,1 – 0,4

ppm

Kadar ozon

0,3 – 0,4

ppm dan

kadar residu

ozon 0,1 –

0,4 ppm

Kadar

ozon 0,2

ppm dan

kadar

residu

ozon 0,1

– 0,4

ppm

Kadar

ozon 0,1

ppm dan

kadar

residu

ozon <

0,1 ppm

Kadar ozon <

0,1 ppm dan

kadar residu

ozon < 0,1

ppm

Pada Tabel 2.26 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampat terkecil (sangat baik). Maka hasil dari hasil perkiraan

kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari kadar ozon adalah dengan perhitungan

matematis sebagai berikut.

𝑺𝒆𝒗𝒆𝒓𝒊𝒕𝒚 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada kada ozon adalah 0%.

Page 97: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

92

Penentuan Severity Unit Lampu UV

1.Penggantian Lampu UV

Berdasarkan dengan wawancara hasil kuisioner dengan head of production, head of PPK dan

head of quality control and assurance perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya serta

peraturan United States Environmental Protection Agency (EPA) Tahun 2011 tentang Water

Treatment Manual (edisi desinfeksi), kondisi ideal dalam penggantian lampu ultraviolet pada

adalah setiap 12000 jam atau setara dengan 2 tahun sekali. Perusahaan AMDK Toyamilindo

Mountoya mengganti lampu ultraviolet setelah pemakaian 6000 jam atau kurang dari 1 tahun.

Dampak yang ditimbulkan adalah bakteri Escherichia Coli yang tidak sepenuhnya hilang dalam

air dan menyebabkan air produksi masih mengandung bakteri patogen. Keberadaan bakteri

Escherichia Coli pada air hasil produksi sangat berpengaruh pada kesehatan konsumen.

Pada Tabel 2.27 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari penggantian lampu

ultraviolet adalah setiap kurang dari 2 tahun sekali. Sedangkan dari wawancara dan hasil

kuisioner dengan head of production, head of PPK dan head of quality control and assurance

perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya, penggantian lampu ultraviolet dilakukan setelah

pemakaian 6000 Jam atau kurang dari 1 tahun. Karena penggunaan lampu UV yang digunakan

melebihi daya fungsinya tidak dapat menghilangkan bakteri patogen seperti bakteri Escherichia

Coli secara efektif. Lampu UV sebagai desinfeksi terakhir setelah injeksi ozon seharusnya dapat

Page 98: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

93

menghilangkan bakteri patogen pada air secara lebih efektif dibanding unit injeksi ozon.

Kandungan bakteri patogen pada air dapat membahayakan konsumen AMDK Toyamilindo

Mountoya, karena dapat menyebabkan penyakit infeksi seperti diare

Tabel 2. 78 Nilai Severity Penggantian Lampu UV Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Page 99: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

94

Lampu UV

diganti kurang

dari 2 tahun sekali

Lampu UV diganti

setiap 2.5 tahun sekali

Lampu UV

diganti setiap 3

tahun sekali

Lampu UV

diganti setiap 3.5

tahun sekali

Lampu UV diganti

setiap 4 tahun

sekali

Maka dari hasil Tabel 2.27 diatas, perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari

penggantian lampu ultraviolet adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 0

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai severity pada penggantian lampu UV adalah 0%.

2.Spesifikasi Lampu UV

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.705 Tahun 2003 tentang

persyaratan teknis industri air minum dalam kemasan dan perdagangannya, lampu UV yang

dapat digunakan pada industri air minum dalam kemasan harus memiliki panjang gelombang

245 nm atau 2537 AO dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2. Lampu UV yang

terpasang pada sistem produksi AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya memiliki panjang

gelombang 254 nm dengan intensitas 60.000 mw detik per cm2 sesuai dengan peraturan menteri

perindustrian dan perdagangan. Hal ini dapat menunjang dalam menghilangkan bakteri patogen

Page 100: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

95

yang masih terlarut di air dan membuat kualitas air menjadi lebih baik. Berikut ini Tabel 2.28

Nilai Severity Spesifikasi dari Lampu UV :

Tabel 2. 79 Nilai Severity Spesifikasi Lampu UV Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Spesifikasi lampu

UV adalah 254

nm dengan

intensitas >10.000

mw detik per cm2

Spesifikasi lampu UV

adalah 250 nm dengan

intensitas >10.000 mw

detik per cm2

Spesifikasi

lampu UV

adalah 245 nm

dengan intensitas

10.000 mw detik

per cm2

Spesifikasi

lampu UV

adalah 240 nm

dengan intensitas

<10.000 mw

detik per cm2

Spesifikasi lampu

UV adalah <240

nm dengan

intensitas <10.000

mw detik per cm2

Pada Tabel 2.28 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampat terkecil (sangat baik) dari spesifikasi lampu

ultraviolet yang digunakan memiliki panjang gelombang 254 nm dengan intensitas 10.000 mw

Page 101: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

96

detik per cm2. Sedangkan dari hasil wawancara dan hasil kuisioner dengan head dan co. head

quality control / quality assurance spesifikasi lampu UV yang digunakan memiliki panjang

gelombang 254 nm dengan intensitas 60.000 mw per detik cm2. Jadi kondisi eksisting sesuai

dengan skala 5 atau kondisi ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik).

Maka hasil dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari spesifikasi

lampu UV adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada spesifikasi lampu UV adalah 0%.

2.Waktu Kontak UV

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.705 Tahun 2003 tentang

persyaratan teknis industri air minum dalam kemasan dan perdagangannya, lampu UV harus

selalu menyala selama proses produksi AMDK beroperasi. Perusahaan AMDK Toyamilindo

Mountoya selalu menyalakan lampu UV selama proses beroperasi yang berlangsung dalam 2

shift. Satu shift memiliki periode selama 7 – 8 jam, maka Lampu UV perusahaan Toyamilindo

Mountoya sudah menyala selama 14 – 16 jam setiap harinya. Hal ini dapat meningkatkan

kualitas air dan menghindari terjadinya kontaminasi bakteri patogen selama proses produksi

berlangsung. Berikut ini merupakan Tabel 2.29 Nilai Severity Waktu Kontak Lampu UV :

Page 102: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

97

Tabel 2. 80 Nilai Severity Waktu Kontak Lampu UV Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Menyala selama

jam kerja

Menyala saat

pengolahan air saja

Menyala hanya 1

shift

Hanya menyala

selama 3 jam

awal dari jam

kerja

Menyala hanya

saat akan

pengisian

Pada Tabel 2.29 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna hijau merupakan kondisi ideal

dengan skala besaran resiko dampat terkecil (sangat baik) pada waktu kontak lampu UV yaitu

menyala selama jam kerja. Sedangkan dari hasil wawancara dan hasil kuisioner dengan head

dan co. head quality control / quality assurance, lampu UV menyala sepanjang jam kerja atau

14-16 jam kerja (2 shift). Jadi kondisi eksisting sesuai dengan skala 5 atau kondisi ideal dengan

skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik). Maka hasil dari hasil perkiraan kondisi

Page 103: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

98

eksisting dapat diketahui nilai severity dari waktu kontak lampu UV adalah dengan perhitungan

matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada waktu kontak lampu UV adalah 0%

Penentuan Severity Perilaku Kerja

1.Analisa Kualitas Air

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.705 Tahun 2003 tentang

persyaratan teknis industri air minum dalam kemasan dan perdagangannya, metode pengujian

mutu AMDK harus dilakukan sesuai SNI 01-3554-1998 atau revisinya. Parameter minimal

yang diuji adalah ph, kekeruhan, dan cemaran mikroba (total bakteri koliform atau bakteri

Escherichia Coli). Parameter fisik dan kimiawi harus diuji minimal seminggu sekali.

Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya sudah melakukan metode pengujian mutu air

dengan parameter ph, kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS), konduktivitas, organoleptik

(warna, bau rasa), benda asing, uji Total Coloni Count, uji jamur, dan uji pemeriksaan bakteri

Escherichia Coli setiap 3 jam sekali, sesuai dengan peraturan menteri perindustrian dan

perdagangan. Pengujian parameter fisik dan kimiawi menggunakan SNI 01-3553-2015,

sedangkan untuk parameter biologis menggunakan SNI 01-3554-2006 (Soesanto dan Syauqie,

Page 104: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

99

2018). Hal ini dapat berpengaruh dalam hasil analisa laboratorium yang sudah dilakukan

perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya, karena baku mutu total bakteri koliform dan

bakteri Escherichia Coli dalam SNI 01-3554-2014 lebih rendah dibandingkan dalam SNI 01-

3554-2006. Semakin rendah baku mutu, maka semakin baik kualitas produk AMDK tersebut.

Baku mutu SNI 01-3554-2014 menyatakan bahwa keberadaan bakteri Escherichia Coli harus

0/250 ml sampel (tidak terdeteksi), sedangkan baku mutu SNI 01-3554-2006 adalah <2/250 ml

sampel. Untuk air yang dikonsumsi sebagai air minum, air tersebut sama sekali tidak boleh

mengandung bakteri patogen agar tidak menyebabkan penyakit. Berikut ini Tabel 2.30 Nilai

Severity Analisa Kualitas Air

Tabel 2. 81 Nilai Severity Analisa Kualitas Air Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Parameter fisik

diuji < 3 bulan

sekali, parameter

biologis di uji < 1

Parameter fisik diuji <

3 bulan sekali,

parameter biologis di

uji < 1 minggu sekali

Parameter fisik

diuji 4 bulan

sekali, parameter

biologis di uji 2

Parameter fisik

diuji 6 bulan

sekali, parameter

biologis di uji 3

Parameter fisik

diuji 6 bulan

sekali, parameter

biologis di uji 4

Page 105: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

100

minggu sekali

sesuai dengan

metode uji SNI

01-3554-2014.

sesuai dengan metode

uji SNI 01-3554-2006

minggu sekali

sesuai dengan

metode uji SNI

01-3554-2014

minggu sekali

sesuai dengan

metode uji SNI

01-3554-2006

minggu sekali

sesuai dengan SNI

01-3554-2006

Pada Tabel 2.30 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampat terkecil (sangat baik) dari parameter fisik diuji < 3

bulan sekali, parameter biologis di uji < 1 minggu sekali sesuai dengan metode uji SNI 01-

3554-2014. Sedangkan dari hasil wawancara dan hasil kuisioner dengan head dan co. head

quality control / quality assurance, kondisi eksisting sesuai dengan skala 5 atau kondisi ideal

dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) yaitu pada perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya dilakukan metode pengujian mutu air dengan parameter ph, kekeruhan,

Total Dissolved Solid (TDS), konduktivitas, organoleptik (warna, bau rasa), benda asing, uji

Total Coloni Count, uji jamur, dan uji pemeriksaan bakteri Escherichia Coli setiap 3 jam sekali.

Maka hasil dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari analiasa

kualitas air adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada analisa kualitas air adalah 0%.

Page 106: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

101

2.Titik Analisa Kualitas Air

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.705 Tahun 2003 tentang

persyaratan teknis industri air minum dalam kemasan dan perdagangannya, metode pengujian

kualitas air selama proses produksi berlangsung harus dilakukan pada semua titik, terutama

outlet unit injeksi ozon agar dapat diketahui kadar residu ozon dan efektifitas unit ozone

generator untuk menghilangkan bakteri patogen yang berhubungan dengan kesehatan.

Tabel 2. 82 Nilai Severity Titik Analisa Kualitas Air

Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat

Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Page 107: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

102

konsumen. Perusahaan

AMDK Toyamilindo Mountoya melakukan pengujian pada 5 titik, yaitu pada unit ground tank

air baku, unit karbon filter, unit mikro filter, unit tangki mixing injeksi ozon dan unit filling.

Penghasilan data yang kurang jelas mengenai kadar residu ozon dan efektifias unit ozone

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat

Buruk

analisa

kualitas air

pada semua

titik yaitu pada

unit ground

tank air baku,

unit karbon

filter, unit

mikro filter,

unit tangki

mixing injeksi

ozon dan unit

filling

analisa

kualitas air

pada 4 titik

yaitu pada

unit ground

tank air

baku, unit

mikro

filter, unit

tangki

mixing

injeksi

ozon dan

unit filling

analisa

kualitas air

pada 3 titik

yaitu pada

unit ground

tank air

baku, unit

tangki

mixing

injeksi ozon

dan unit

filling

analisa

kualitas

air pada 2

titik yaitu

pada unit

ground

tank air

baku dan

unit filling

analisa

kualitas

air pada

1 titik

yaitu

pada

unit

filling

Page 108: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

103

generator, maka bakteri patogen yang terdapat dalam air tidak hilang dan akan mempengaruhi

kesehatan konsumen AMDK. Berikut ini Tabel 2.31 Nilai Severity Titik Analisa Kualitas Air

Pada Tabel 2.31 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampat terkecil (sangat baik) dari analisa kualitas air pada

semua titik yaitu pada unit ground tank air baku, unit karbon filter, unit mikro filter, unit tangki

mixing injeksi ozon dan unit filling. Sedangkan dari hasil wawancara dan hasil kuisioner dengan

head dan co. head quality control / quality assurance, kondisi eksisting sesuai dengan skala 5

atau kondisi ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) yaitu analisa

kualitas air pada semua titik yaitu pada unit ground tank air baku, unit karbon filter, unit mikro

filter, unit tangki mixing injeksi ozon dan unit filling. Titik analisa kualitas air yang tidak

lengkap menyebabkan adanya data efektifitas dari proses desinfeksi dari ozone generator dalam

menghilangkan bakteri patogen seperti bakteri Escherichia Coli. Maka hasil dari hasil perkiraan

kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari titik analisa kualitas air adalah dengan

perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada titik analisa kualitas air adalah 0%.

Page 109: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

104

3.Sanitasi Pekerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.705 Tahun 2003 tentang

persyaratan teknis industri air minum dalam kemasan dan perdagangannya, terdapat beberapa

prosedur standar yang harus diikuti oleh semua pekerja yang terlibat dalam proses produksi

AMDK, yaitu memakai pakaian yang bersih, cuci tangan dilakukan pada setiap kegiatan

produksi, tidak memakai perhiasan tangan, memakai penutup rambut dan mulut yang efektif,

memakai pakaian khusus yang digantung dengan ruangan pengisian. Selama proses produksi

AMDK para pekerja sudah mengikuti sebagian besar prosedur standar sesuai dengan peraturan.

Dampak yang ditimbulkan jika tidak mematuhi prosedur tersebut adalah menurunnya daya

higenis atau kebersihan pada produk AMDK. Pada Tabel 2.32 dijelaskan bahwa skala 5 pada

kolom berwarna kuning merupakan kondisi ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil

(sangat baik) dari para pekerja mengikuti semua prosedur sanitasi pekerja sesuai

PERMENPERINDAG No. 705 tahun 2004 yaitu memakai pakaian yang bersih, cuci tangan

dilakukan pada setiap kegiatan produksi, tidak memakai perhiasan tangan, memakai penutup

rambut dan mulut yang efektif, memakai pakaian khusus yang digantung dengan ruangan

pengisian. Dari hasil survei di bagian produksi perusahaan Toyamilindo Mountoya, skala 5

pada kolom berwarna hijau merupakan kondisi eksisting dengan skala besaran resiko dampak

yang sangat baik (sangat kecil) sesuai dengan prosedur sanitasi pekerja PERMEPERINDAG

No 705 Tahun 2003.

Tabel 2. 83 Nilai Severity Sanitasi Pekerja

Page 110: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

105

Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Mengikuti semua

prosedur sanitasi

pekerja sesuai

PERMEPERINAG

No 705 Tahun

2003

Melanggar 1

prosedur sanitasi

pekerja sesuai

PERMEPERINAG

No 705 Tahun

2003

Melanggar 2

prosedur sanitasi

pekerja sesuai

PERMEPERINAG

No 705 Tahun

2003

Melanggar 3-4

prosedur sanitasi

pekerja sesuai

PERMEPERINAG

No 705 Tahun

2003

Melanggar semua

prosedur sanitasi

pekerja sesuai

PERMEPERINAG

No 705 Tahun

2003

Dari hasil analisa Tabel 2.32 diatas ,maka hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai

severity dari sanitasi pekerja adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada sanitasi pekerja adalah 0%.

Page 111: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

106

3.Sanitasi pada Unit Pengolahan AMDK

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.705 Tahun 2003 tentang

persyaratan teknis industri air minum dalam kemasan dan perdagangannya serta Standard

Operating Procedur (SOP) sanitasi ruangan harus dilaksanakan setiap hari, memiliki drainase

yang efektif agar lantai ruang produksi selalu kering, terdapat fasilitas cuci tangan yang mudah

dijangkau, dan penempatan dengan benar barang-barang yang tidak berhubungan langsung

dengan produk. Kondisi eksisting berdasarkan survei di ruang produksi AMDK menunjukkan

bahwa sudah ada drainase dalam ruang produksi yang efektif dan lantai selalu terjaga kering,

ada fasilitas cuci tangan yang mudah dijangkau, peletakkan barang yang berhubungan secara

langsung dengan proses produksi sudah tertata rapi, dan sanitasi dilakukan setiap hari setelah

pergantian shift. Dampak yang dtimbulkan jika SOP sanitasi tidak dilakukan adalah

menurunnya daya higenis atau kebersihan pada AMDK. Berikut Tabel 2.33 Nilai Severity

Sanitasi pada Unit Pengolahan AMDK :

Tabel 2. 84 Nilai Severity Sanitasi pada Unit Pengolahan AMDK Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Page 112: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

107

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Sanitasi dilakukan

setiap hari dan

mengikuti

prosedur sesuai

PERMENPERIN

DAG No. 705

Tahun 2003

Sanitasi dilakukan

setiap 2 hari sekali

dan mengikuti

prosedur sesuai

PERMENPERIN

DAG No. 705

Tahun 2003

Sanitasi dilakukan

setiap 5 hari

sekali dan

melanggar 1

prosedur sesuai

PERMENPERIN

DAG No. 705

Tahun 2003

Sanitasi dilakukan

setiap 1 minggu

sekali dan

melanggar 3

prosedur sesuai

PERMENPERIN

DAG No. 705

Tahun 2003

Sanitasi dilakukan

setiap 2 minggu

sekali dan

melanggar 5

prosedur sesuai

PERMENPERIN

DAG No. 705

Tahun 2003

Pada Tabel 2.33 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari Sanitasi unit pengolahan

dilakukan setiap hari dan mengikuti prosedur sesuai PERMENPERINDAG No. 705 Tahun

2003 yaitu sanitasi ruangan harus dilaksanakan setiap hari, memiliki drainase yang efektif agar

lantai ruang produksi selalu kering, terdapat fasilitas cuci tangan yang mudah dijangkau, dan

penempatan dengan benar barang-barang yang tidak berhubungan langsung dengan produk.

Dari hasil survei di bagian produksi perusahaan Toyamilindo Mountoya, skala 5 pada kolom

Page 113: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

108

berwarna hijau merupakan kondisi eksisting dengan skala besaran resiko dampak yang sangat

baik (sangat kecil) sesuai dengan prosedur sanitasi pekerja PERMEPERINDAG No 705 Tahun

2003 yaitu sanitasi ruangan harus dilaksanakan setiap hari, memiliki drainase yang efektif agar

lantai ruang produksi selalu kering, terdapat fasilitas cuci tangan yang mudah dijangkau, dan

penempatan dengan benar barang-barang yang tidak berhubungan langsung dengan produk.

Maka hasil dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari sanitasi unit

pengolahan AMDK adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100%

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada sanitasi pengolahan unit AMDK adalah

0%.

Penentuan Severity Wawasan Pekerja

1.Pemahaman pekerja mengenai kualitas air sesuai SNI 3553:2015

Menurut SNI 3553:2015, parameter dalam peraturan ini merupakan persyaratan kualitas air

minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh penyelenggara produk air minum dalam

kemasan. Berdasarkan wawancara dan hasil kuisioner dengan 6 expert judgement perusahaan

AMDK Toyamilindo Mountoya, yaitu head of production, head of management representative,

head of quality control and assurance, co. head of quality control and assurance, head of PPK,

Page 114: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

109

dan head of maintanance, para pekerja perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya sudah

memahami SNI 3553:2015 tentang persyaratan kualitas air mineral AMDK ini. Pada saat

dilakukan uji laboratorium, semua parameter baik fisik, kimiawi, dan mikrobiologi hasil

analisanya masih dalam batas bauku mutu yang ditentukan SNI 3553:2015. Berikut ini Tabel

2.34 Nilai Severity pemahaman pekerja mengenai kualitas air yang sesuai dengan SNI 3553 :

2015 :

Tabel 2. 85 Nilai Severity pemahaman pekerja mengenai kualitas air sesuai SNI 3553:2015 Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat

Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat

Buruk

Tahu

menggunakan,

dan hasil

Tidak Tahu

menggunakan,

dan hasil

Tahu

menggunakan,

namun hasil

analisa tidak

Tahu tidak

menggunakan,

namun hasil

analisa tidak

Tidak tahu

dan tidak

mengunakan

Page 115: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

110

analisa sesuai

baku mutu

analisa sesuai

baku mutu

sesuai baku

mutu

sesuai baku

mutu

Pada Tabel 2.34 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari para pekerja mengetahui

baku mutu kualitas air SNI 3553:2015, menggunakannya sebagai persyaratan kualitas AMDK

Toyamilindo Mountoya dan hasil analisa laboratorium sesuai dengan baku mutu SNI

3553:2015. Dari hasil survei di bagian produksi perusahaan Toyamilindo Mountoya, skala 5

pada kolom berwarna hijau merupakan kondisi eksisting dengan skala besaran resiko dampak

yang sangat baik (sangat kecil) dari para pekerja mengetahui baku mutu kualitas air SNI

3553:2015, menggunakannya sebagai persyaratan kualitas AMDK Toyamilindo Mountoya dan

hasil analisa laboratorium sesuai dengan baku mutu SNI 3553:2015. Maka hasil dari hasil

perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity dari pemahaman para pekerja

mengenai kualitas air sesuai SNI 3553:2015 adalah dengan perhitungan matematis sebagai

berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada pemahaman pekerja mengenai kualitas air

sesuai SNI 3553:2015 adalah 0%.

Page 116: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

111

2.Wawasan Pekerja Terkait Operasional Pabrik Sesuai PERMENPERINDAG No. 705

Tahun 2003

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 705 Tahun 2003 Pasal 4,

perusahaan industri AMDK dalam melakukan proses produksi wajib menggunakan mesin dan

peralatan produksi serta memenuhi ketentuan teknis pada pedoman yang tercantum dalam

lampiran. Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya menjalankan produksi AMDK sudah

mengikuti beberapa ketentuan teknis pada pedoman lampiran PERMENPERINDAG No. 705

Tahun 2003, seperti sudah tersedianya fasilitas cuci tangan, pemakaian alat pelindung diri

(APD) dan pakaian khusus (seperti pelindung rambut, masker, baju produksi, dan sepatu

khusus), dan ketentuan teknis lainnya terkait proses produksi AMDK Toyamilindo Mountoya.

Jika tidak dilakukan sesuai dengan peraturan diatas maka dapat menyebakan penurunan

kualitas produk AMDK tersebut. Berikut ini Tabel 2.35 terkait Nilai Severity wawasan

pekerja terkait operasional pabrik sesuai PERMEPERINDAG No. 705 Tahun 2003

Tabel 2. 86 Nilai Severity Wawasan Pekerja terkait Operasional Pabrik sesuai

PERMEPERINDAG No. 705 Tahun 2003 Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat Parah

Skala Kondisi Lingkungan

Page 117: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

112

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Tahu

menggunakan, dan

mengikuti prosedur

sesuai

PERMENPERIND

AG No. 705 Tahun

2003

Tidak tahu,

menggunakan, dan

mengikuti prosedur

sesuai

PERMENPERIND

AG No. 705 Tahun

2003

Tahu

menggunakan, dan

melanggar

beberapa prosedur

sesuai

PERMENPERIND

AG No. 705 Tahun

2003

Tahu, tidak

menggunakan, dan

melanggar

beberapa prosedur

sesuai

PERMENPERIND

AG No. 705 Tahun

2003

Tidak tahu, dan

tidak menggunakan

prosedur sesuai

PERMENPERIND

AG No. 705 Tahun

2003

Pada Tabel 2.35 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna kuning merupakan kondisi

ideal dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari para pekerja mengetahui

prosedur operasional pabrik sesuai dengan PERMENPERINDAG No. 705 Tahun 2003,

menggunakannya sebagai prosedur operasional pabrik AMDK Toyamilindo Mountoya,

mengikuti semua prosedur. Maka hasil dari hasil perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui

nilai severity dari wawasan pekerja terkait operasional pabrik sesuai PERMENPERINDAG No.

705 Tahun 2003 adalah dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Page 118: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

113

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada wawasan pekerja terkait operasional pabrik

sesuai PERMENPERINDAG No. 705 Tahun 2003 adalah 0%.

3.Pelatihan Mengenai Sistem Manajemen Kualitas Air Minum Sesuai SNI 01-4852-1998

Berdasarkan SNI 01-4852-1998, upaya untuk meningkatkan keamanan produk konsumsi

seperti produk pangan dan minuman, setiap produsen harus memiliki pedoman penerapan

HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dalam manjemen kualitas produknya agar

keamanan dan kualitas produk tersebut dapat terjamin sampai ke konsumen. Dari wawancara

dan hasil kuisioner dengan head of quality control/quality assurance, perusahaan AMDK

Toyamillindo Mountoya sudah pernah memiliki dan ingin memperbarui pelatihan manajemen

kualitas HACCP untuk produk AMDK Toyamilindo Mountoya. Dampak yang ditimbulkan

adalah keamanan dan kualitas AMDK Perusahaan Toyamilindo Mountoya akan terjamin jika

pelatihan manajemen kualitas HACCP diperbarui minimal 1 tahun sekali karena adanya

perubahan dari setiap unit proses produksi tiap tahunnya.

Pada Tabel 2.36 dijelaskan bahwa skala 5 pada kolom berwarna hijau merupakan kondisi ideal

dengan skala besaran resiko dampak terkecil (sangat baik) dari para pekerja mengetahui dan

mengikuti pelatihan manajemen kualitas HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

sesuai dengan SNI 01-4852-1998. Sedangkan Dari wawancara dan hasil kuisioner dengan head

of quality control/quality assurance, perusahaan AMDK Toyamillindo Mountoya sudah pernah

memiliki dan ingin memperbarui pelatihan manajemen kualitas HACCP untuk produk AMDK

Toyamilindo Mountoya. Dampak yang ditimbulkan adalah keamanan dan kualitas AMDK

Page 119: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

114

Perusahaan Toyamilindo Mountoya akan terjamin jika pelatihan manajemen kualitas HACCP

diperbarui minimal 1 tahun sekali karena adanya perubahan dari setiap unit proses produksi tiap

tahunnya.

Tabel 2. 87 Nilai Severity pelatihan mengenai sistem manajemen kualitas air minum sesuai

SNI 01-4852-1998 Skala Besaran Resiko

0 1 2 3 4

Sangat Kecil Kecil Sedang Parah Sangat

Parah

Skala Kondisi Lingkungan

5 4 3 2 1

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat

Buruk

Tahu dan

mengikuti

pelatihan

manajemen

kualitas sesuai

SNI 01-4852-

1998

Tahu,

tetapi baru

mengikuti

pelatihan

manajemen

kualitas

sesuai SNI

Tahu dan

tidak

mengikuti

pelatihan

manajemen

kualitas

sesuai SNI

Tidak tahu

dan

berencana

mengikuti

pelatihan

manajemen

kualitas

Tidak tahu

dan tidak

mengikuti

pelatihan

manajemen

kualitas

apapun

Page 120: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

115

01-4852-

1998

01-4852-

1998

sesuai SNI

01-4852-

1998

Dari hasil analisa Tabel 2.36 diatas, perkiraan kondisi eksisting dapat diketahui nilai severity

dari pelatihan mengenai sistem manajemen kualitas air minum sesuai SNI 01-4852-1998 adalah

dengan perhitungan matematis sebagai berikut.

𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 = 5 − 5

5 𝑥 100% = 0 %

Berdasarkan perhitungan di atas, nilai severity pada dari pelatihan mengenai sistem manajemen

kualitas air minum sesuai SNI 01-4852-1998 adalah 0%.

PEMBERIAN PERINGKAT SEVERITY PADA TIAP ENTITAS

Setelah penentuan presentase dari nilai severity sudah dilakukan pada tiap entitas dari

fishbone analysis, maka dapat ditentukan peringkat severity sesuai rentang nilai. Berikut

Tabel 2.37 terkait Peringkat severity tiap entitas :

Page 121: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

116

Tabel 2. 88 Peringkat Severity Entitas Nilai

Severity

Peringkat

Air Baku

Kualitas air baku 0% 1

Jarak sumber air baku dengan pabrik 0% 1

Kualitas pompa untuk transportasi air 60% 3

Karbon Filter

Penggantian pasir silika 0% 1

Pencucian pasir silika 40% 3

Ukuran pasir silika 0% 1

Penggantian gravel / media kerikil 0% 1

Pencucian gravel / media kerikil 40% 3

Ukuran gravel / media kerikil 0% 1

Penggantian karbon aktif 0% 1

Pencucian karbon aktif 40% 3

Jenis karbon aktif 0% 1

Mikro Filter

Penggantian membran catridge 80% 4

Page 122: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

117

Pencucian membran catridge 0% 1

Ukuran membran catridge 0% 1

Injeksi Ozon

Penggantian ozone generator 80% 4

Kadar ozon 0% 1

Lampu UV

Penggantian Lampu UV 0% 1

Spesifikasi Lampu UV 0% 1

Waktu Kontak UV 0% 1

Entitas Nilai

Severity

Peringkat

Perilaku Pekerja

Analisa Kualitas Air 0% 1

Titik Analisa Kualitas Air 0% 1

Sanitasi Pekerja 0% 1

Sanitasi Unit Pengolahan AMDK 0% 1

Wawasan Pekerja

Pemahaman pekerja mengenai kualitas air

sesuai SNI 3553:2015

0% 1

Page 123: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

118

Wawasan pekerja terkait operasional

pabrik sesuai PERMENPERINDAG No.

705 Tahun 2003

0% 1

Pelatihan mengenai sistem manajemen

kualitas air minum sesuai SNI 01-4852-

1998

0% 1

PENENTUAN NILAI OCCURANCE

Occurance adalah tingkat kemungkinan terjadi kegagalan selama masa pengolahan (Fitrianti,

2016). Occurance digambarkan dengan beberapa kali kejadian terjadi dalam satuan waktu.

Penilaian occurance didapatkan dari hasil kuisioner dimana penentuan peluang muncul

kegagalan berdasarkan skala 1-5. Nilai 5 artinya tingkat frekuensi dampak sangat tinggi atau

jumlah kejadian sering terjadi dan nilai 1 artinya tingkat frekuensi dampak sangat rendah atau

jumlah kejadian jarang terjadi (Wahyuningsih, 2018). Apabila telah didapatkan range nilai

selanjutnya dalah menentukan rating terhadap occurance dari masing-masing faktor. Tabel

occurance dapat dilihat pada Tabel 2.38. Penentuan nilai occurance untuk masing-masing

entitas berdasarkan pada hasil analisa laboratorium, survei langsung dilapangan, wawancara,

dan hasil kuisioner dengan 6 expert judgement perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya.

sedangkan penentuan frekuensi atau seringnya terjadi mempertimbangkan banyaknya

kegagalan yang terjadi pada sistem produksi AMDK Toyamilindo Mountoya selama 1 tahun.

Page 124: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

119

Tabel 2. 89 Penilaian Occurance Occurance Probability of Failure Range

Nilai

Rating

Tidak

pernah

Kegagalan mustahil/terkecil yang

diharapkan

≤ 20% 1

Jarang Kegagalan dapat diatasi dan tidak

mempengaruhi proses lanjutan

21% -

40%

2

Cukup

sering

Kegagalan mempengaruhi proses

lanjutan tetapi tidak dalam jumlah

besar atau dampak signifikan

41% -

60%

3

Sering Kegagalan mempengaruhi proses

lanjutan dan memiliki dampak

besar

61% -

80%

4

Sangat

sering

Kegagalan tidak dapat dihindari. ≥ 81% 5

Sumber : Wahyuningsih (2018)

Berikut adalah tabel penilaian occurance pada tiap faktor resiko :

Penilaian Occurance pada Air Baku

Page 125: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

120

Berikut ini Tabel 2. 90 terkait Penilaian Occurance Air Baku : No Penyebab Potensial Frekuensi Terjadi Kegagalan

Dalam Setahun

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Kualitas air baku

2 Jarak sumber air baku

dengan pabrik

3 Kualitas pompa

Dari data hasil wawancara kuisioner serta data primer analisa laboratorium pada unit ground

tank air baku, hasil analisa pada Tabel 2.39 tentang penilaian occurance air baku tidak

ditemukan hasil analisa yang melebihi baku mutu baik dari analisis fisik, kimiawi, maupun

biologis. Maka kualitas air baku sudah sesuai dengan standar SNI 3553:2015 dan aman

digunakan untuk proses produksi AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya (skala 1). Dari

hasil survei dan wawancara, jarak sumber air baku dengan pabrik sudah sesuai dengan

PERMENPERINDAG No. 705 Tahun 2003, maka tidak terjadi kegagalan (skala 1). Sedangkan

dari hasil survei dan wawancara dengan expert judgement dari perusahaan AMDK Toyamilindo

Mountoya, kualitas pompa pada sumber air baku pernah terjadi kerusakan yakni terbakarnya

motor pompa utama yang digunakan untuk mengalirkan air baku dan sekarang kondisi pompa

Page 126: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

121

cadangan tersebut juga sedang rusak. Frekuensi kegagalannya adalah 6 bulan sekali, maka

kegagalannya sering terjadi sekitar 2 kali setiap tahunnya. Dampak yang ditimbulkan adalah

terhambatnya proses produksi dan fluktuasi debit air baku yang dialirkan (skala 3).

Penilaian Occurance pada Unit Karbon Filter

Berikut Tabel 2. 91 terkait Penilaian Occurance Unit Karbon Filter: No Penyebab Potensial Frekuensi Terjadi Kegagalan

Dalam Setahun

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Penggantian pasir silika

2 Pencucian pasir silika

3 Ukuran pasir silika

4 Penggantian gravel

5 Pencucian gravel

6 Ukuran gravel

7 Penggantian karbon

aktif

8 Pencucian karbon aktif

9 Jenis karbon aktif

Page 127: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

122

Dari hasil wawancara dan kuisioner dengan expert judgement perusahaan AMDK Toyamilindo

Mountoya serta hasil analisa data primer analisa laboratorium penggantian media pasir silika,

pada Tabel 2.40 dijelaskan bahwa media kerikil atau gravel, dan karbon aktif dilakukan

sebelum 3 tahun pemakaian yaitu diganti setelah pemaikaian 6 bulan sekali (skala 1). Untuk

pencucian atau backwash media pasir silika, media kerikil atau gravel, dan karbon aktif

dilakukan setiap 2 minggu sekali. Idealnya adalah pencucian media-media tersebut dilakukan

selama 1 minggu sekali dan dapat mengakibatkan dampak yang ditimbulkan yaitu air yang

diolah tercampur dengan kontaminan yang menempel pada media yang tidak rutin dibersihkan

dan menyebabkan hasil analisa parameter kekeruhan terjadi fluktuasi (skala 2). Untuk ukuran

dari media pasir silika, ukuran media kerikil atau gravel, dan jenis media karbon aktif yang

digunakan pada unit karbon filter AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya sudah sesuai

dengan PERMENPERINDAG No. 705 Tahun 2003, maka tidak pernah terjadi kegagalan dalam

1 tahun (skala 1).

Page 128: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

123

Penilaian Occurance pada Unit Mikro Filter

Berikut Tabel 2. 92 terkait Penilaian Occurance Unit Mikro Filter : No Penyebab Potensial Frekuensi Terjadi Kegagalan

Dalam Setahun

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Penggantian membran

catridge

2 Pencucian membran

catridge mikrofilter

3 Ukuran membran

catridge mikrofilter

Dari hasil wawancara, survei, dan kuisioner dengan expert judgement, pada Tabel 2.41

dijelaskan bahwa penggantian membran catridge untuk mikro filter seharusnya dilakukan

setiap 1 bulan sekali. Tetapi pada perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya dilakukan

penggantian setelah 6 bulan sekali. Dampak yang bisa ditimbulkan adalah partikel-partikel

halus yang mengkontaminasi air tidak dapat tersaring dan dapat mempengaruhi kualitas AMDK

Toyamilindo Mountoya (skala 3). Untuk pencucian membran catridge pada unit mikrofilter

rutin dilakukan setelah pemakaian 1 minggu sekali sesuai dengan peraturan US-EPA Tahun

Page 129: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

124

2005 tetang Membrane Filtration Guidance Manual (skala 1). Untuk ukuran membran catridge

pada unit mikro filter sudah sesuai dengan ketentuan teknis PERMENPERINDAG No. 705

Tahun 2003 yaitu ukuran 5 µm, 1 µm, dan 0,45 µm yang tidak pernah dirubah, maka kegagalan

tidak pernah terjadi (skala 1).

Penilaian Occurance pada Unit Injeksi Ozon

Berikut Tabel 2.42 terkait Penilaian Occurance Injeksi Ozon :

Tabel 2. 93 Penilaian Occurance Injeksi Ozon No Penyebab Potensial Frekuensi Terjadi Kegagalan

Dalam Setahun

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Penggantian ozone

generator

2 Kadar ozon

Dari hasil analisa laboratorium dan wawancara dengan expert judgement perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya, pada Tabel 2.42 unit ozone generator sudah digunakan lebih dari

standar 5 tahun. Hal ini dapat memungkinkan proses desinfeksi pada ozone generator tidak

Page 130: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

125

bekerja secara optimal dalam menghilangkan bakteri patogen karena ozone generator sudah

digunakan melibihi daya fungsinya, maka kegagalan cukup sering terjadi. Kegagalan yang

sering terjadi seperti contohnya ballvalve bocor, sambungan seal pipa bocor, dan sistem injeksi

ozon yang tidak berfungsi (skala 3). Sedangkan untuk kadar ozon dan kadar residu pada ozone

generator unit injeksi ozon sudah sesuai dengan ketentuan teknis PERMENPERINDAG No.

705 Tahun 2003. Kadar ozon yang digunakan perusahaan Toyamilindo Mountoya yaitu

berkisar antara 0,1 – 0,5 ppm dengan kadar residu 0,1 ppm (skala 1).

Penilaian Occurance pada Unit Lampu UV

Berikut Tabel 2.43 terkait dengan Penilaian Occurance Lampu UV:

Tabel 2. 94 Penilaian Occurance Lampu UV No Penyebab Potensial Frekuensi Terjadi Kegagalan

Dalam Setahun

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Penggantian Lampu UV

2 Spesifikasi Lampu UV

3 Waktu Kontak UV

Page 131: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

126

Dari hasil analisa laboratorium, wawancara, dan survei dengan expert jugdement perusahaan

AMDK Toyamilindo Mountoya, pada Tabel 2.43 dijelaskan bahwa.lampu UV telah digunakan

selama pemakaian 6000 jam atau kurang dari 1 tahun. Hal itu sudah sesuai dengan peraturan

US EPA Tahun 2011 tentang Watr Treatment Manual edisi desinfeksi (skala 1). Spesifikasi

lampu UV dan waktu kontak UV sudah sesuai dengan ketentuan teknis PERMENPERINDAG

No. 705 Tahun 2003 yaitu memiliki panjang gelombang 254 nm dengan intensitas 60.000 mw

detik per cm2 dan dinyalakan selama jam produksi berlangsung. Maka tidak ada kegagalan yang

terjadi (skala 1).

Penilaian Occurance pada Perilaku Pekerja

Berikut Tabel 2.44 terkait Penilaian Occurance Perilaku Pekerja :

Tabel 2. 95 Penilaian Occurance Perilaku Pekerja No Penyebab Potensial Frekuensi Terjadi Kegagalan

Dalam Setahun

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Analisa kualitas air

2 Titik analisa kualitas air

3 Sanitasi pekerja

Page 132: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

127

4 Sanitasi pada unit

pengolahan AMDK

Dari hasil analisa laboratorium, wawancara, dan hasil survei dengan expert judgement

perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya, pada Tabel 2.44 dijelaskan bahwa kualitas air

AMDK sudah sesuai dengan ketentuan PERMENPERINDAG No. 705 Tahun 2003, yaitu

parameter fisik dan kimiawi diuji setiap 3 jam sekali serta parameter mikrobiologi dilakukan

setiap hari. Metode pengujian mutu air dengan parameter ph, kekeruhan, Total Dissolved Solid

(TDS),konduktivitas, organoleptik (warna,bau rasa),benda asing, uji Total Coloni Count, uji

jamur,dan uji pemeriksaan bakteri Escherichia Coli Untuk baku mutu parameter fisik dan

kimiawi sudah menggunakan SNI 01-3553-2015 dan parameter biologi sudah menggunakan

SNI 01-3554-2014 (skala 1).

Page 133: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

128

Penilaian Occurance pada Wawasan Pekerja

Berikut Tabel 2.45 terkait Penilaian Occurance Wawasan Pekerja:

Tabel 2. 96 Penilaian Occurance pada Wawasan Pekerja No Penyebab Potensial Frekuensi Terjadi Kegagalan Dalam

Setahun

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Pemahaman pekerja

mengenai kualitas air

sesuai SNI 3553 : 2015

2 Wawasan pekerja terkait

operasional pabrik

sesuai

PERMEPERINDAG

No. 705 Tahun 2003

3 Pelatihan mengenai

sistem manajemen

kualitas air minum

sesuai SNI 01-4852-

1998

Page 134: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

129

Pada Tabel 2.45, dijelaskan bahwa titik analisa kualitas air pada perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya ada pada 5 titik, yaitu pada unit ground tank air baku, effluen unit

karbon filter, effluen unit mikro filter, effluen tangki mixing unit injeksi ozon, dan effluen unit

pengisian atau filling (skala 1). Sanitasi pekerja dan sanitasi pada unit pengolahan AMDK sudah

sesuai dengan ketentuan teknis PERMENPERINDAG No. 705 Tahun 2003, maka kegagalan

tidak pernah terjadi (skala 1). Dari hasil wawancara dan survei dengan expert judgement

perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya, pekerja bagian produksi sudah banyak yang

memahami kualitas air sesuai SNI 3553:2015 dengan benar, maka kegagalan tidak pernah

terjadi pada proses produksi AMDK (skala 1). Wawasan pekerja terkait operasional pabrik

sesuai PERMENPERINDAG No. 705 Tahun 2003 sudah cukup dimiliki oleh pagawai

perusahaan, sehingga meminimalkan terjadinya pelanggaran terhadap sanitasi pekerja dan

sanitasi ruang produksi (skala 1). Perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya sudah memiliki

manajemen kualitas air minum, termasuk metode HACCP (Hazard Analysis Critical Control

Point) sesuai SNI 01-4852-1998 yang akan diperbarui setiap tahunnya karena adanya

perubahan kondisi eksisting unit produksi setiap tahunnya, maka kegagalan tidak pernah terjadi

pada bagian produksi AMDK Toyamilindo Mountoya (skala 1).

Page 135: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

130

Penentuan Nilai Detection

Detection adalah nilai kemampuan dalam mengendalikan kegagalan yang terjadi (Fitrianti,

2016). Nilai detection berhubungan dengan pengendalian saat ini. Nilai detection diambil sesuai

dengan hasil kuisioner untuk occurance. Hal tersebut dikarenakan apabila nilai peluang

kegagalan semakin besar maka kemampuan mendeteksi kegagalan semakin kecil

(Wahyuningsih, 2018). Penentuan nilai detection didasarkan pada seringnya kegagalan terjadi

atau nilai occurance. Hal tersebut dilakukan karena jumlah kegagalan semakin sering terjadi

apabila metode pencegahan yang dilakukan kurang efektif. Penilaian detection memiliki

rentang skala 1 hingga skala 5. Skala 5 menjelaskan bahwa kemampuan alat kontrol dalam

mendeteksi bentuk atau penyebab kegagalan sangat rendah (tidak terdeteksi) dan skala 1

menjelaskan bahwa alat kontrol dapat mendeteksi kegagalan dengan mudah dan akurat (pasti

terdeteksi). Tabel penilaian detection dapat dilihat pada Tabel 2.46 sebagai berikut :

Tabel 2. 97 Penliaian Detection Detection Failure Detection Ability Rating

Sangat

Rendah

Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi

bentuk atau penyebab kegagalan sangat

rendah

5

Page 136: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

131

Detection Failure Detection Ability Rating

Rendah Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi

bentuk penyebab atau penyebab kegagalan

rendah

4

Sedang Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi

bentuk atau penyebab kegagalan sedang

3

Tinggi Alat kontrol dapat mendeteksi bentuk atau

penyebab kegagalan dengan mudah

2

Sangat

Tinggi

Alat kontrol dapat mendeteksi bentuk dan

penyebab kegagalan dengan mudah dan

akurat

1

Sumber : Wahyuningsih (2018)

Berikut adalah tabel penilaian detection pada tiap faktor resiko :

Penilaian Detection pada Air Baku

Berikut merupakan Tabel 2.47 terkait penilaian detection air baku:

Page 137: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

132

Tabel 2. 98 Penilaian Detection pada Air Baku No Penyebab Potensial Tingkat deteksi kegagalan

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Kualitas air baku

2 Jarak sumber air baku

dengan pabrik

3 Kualitas pompa

Berdasarkan penilaian detection pada kualitas air baku, pada Tabel 2.47 dijelaskan bahwa tidak

ditemukan hasil analisa yang melebihi baku mutu baik dari analisis fisik, kimiawi, maupun

biologis. Maka kualitas air baku sudah sesuai dengan standar SNI 3553:2015 dan aman

digunakan untuk proses produksi AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya serta kegagalan

belum pernah terjadi (skala 1). Jarak sumber air baku dengan pabrik sudah sesuai dengan

PERMENPERINDAG No. 705 Tahun 2003 dan tidak pernah ada perubahan serta nilai

occurance menunjukkan tidak pernah ada kegagalan, maka perusahaan AMDK Toyamilindo

Mountoya dapat mendeteksi kegagalan dengan mudah dan akurat (skala 1). Sedangkan untuk

kualitas pompa pada sumber air baku pernah terjadi kerusakan yakni terbakarnya motor pompa

utama yang digunakan untuk mengalirkan air baku dan sekarang kondisi pompa cadangan

tersebut juga sedang rusak. Frekuensi kegagalannya adalah 6 bulan sekali, maka kegagalannya

Page 138: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

133

sering terjadi sekitar 2 kali setiap tahunnya. Dampak yang ditimbulkan adalah terhambatnya

proses produksi dan fluktuasi debit air baku yang dialirkan. Upaya pencegahan dan pendeteksi

kegagalan pada faktor kualitas pompa air baku masih termasuk tingkat sedang (skala 3).

Penilaian Detection pada Unit Karbon Filter

Berikut Tabel 2.48 terkait Penilaian Detection pada Karbon Filter:

Tabel 2. 99 Penilaian Detection pada Unit Karbon Filter

No Penyebab Potensial Frekuensi Terjadi

Kegagalan Dalam Setahun

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Penggantian pasir

silika

2 Pencucian pasir

silika

3 Ukuran pasir silika

4 Penggantian gravel

Page 139: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

134

5 Pencucian gravel

6 Ukuran gravel

7 Penggantian karbon

aktif

8 Pencucian karbon

aktif

9 Jenis karbon aktif

Berdasarkan nilai detection, pada Tabel 4.48 dijelaskan bahwa penggantian media pasir silika,

media kerikil atau gravel, dan karbon aktif dilakukan sebelum 3 tahun pemakaian yaitu diganti

setelah pemakaian 6 bulan sekali. maka perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya dapat

mendeteksi kegagalan dengan mudah dan akurat (skala 1). Untuk pencucian atau backwash

media pasir silika, media kerikil atau gravel, dan karbon aktif dilakukan setiap 2 minggu sekali.

Idealnya adalah pencucian media-media tersebut dilakukan selama 1 minggu sekali dan dapat

mengakibatkan dampak yang ditimbulkan yaitu air yang diolah tercampur dengan kontaminan

yang menempel pada media yang tidak rutin dibersihkan dan menyebabkan hasil analisa

parameter kekeruhan terjadi fluktuasi. maka perusahaan AMDK Toyamilindo Mountoya dapat

mendeteksi kegagalan dengan cukup tinggi (skala 2). Untuk ukuran dari media pasir silika,

ukuran media kerikil atau gravel, dan jenis media karbon aktif yang digunakan pada unit karbon

Page 140: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

135

filter AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya sudah sesuai dengan PERMENPERINDAG

No. 705 Tahun 2003, maka tidak pernah terjadi kegagalan dalam 1 tahun dan dapat medeteksi

kegagalan dengan tingkatnya sangat tinggi atau akurat (skala 1)

Penilaian Detection pada Unit Mikro Filter

Berikut Tabel 4.49 terkait Penilaian Detection pada Mikro Filter :

Tabel 4. 100 Penilaian Detection pada Unit Mikro Filter

No Penyebab Potensial Frekuensi Terjadi

Kegagalan Dalam Setahun

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Penggantian

membran catridge

2 Pencucian membran

catridge mikrofilter

3 Ukuran membran

catridge mikrofilter

Page 141: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

136

Berdasarkan nilai detection, pada Tabel 4.49 dijelaskan bahwa penggantian membran catridge

untuk mikro filter seharusnya dilakukan setiap 1 bulan sekali. Tetapi pada perusahaan AMDK

Toyamilindo Mountoya dilakukan penggantian setelah 6 bulan sekali. Dampak yang bisa

ditimbulkan adalah partikel-partikel halus yang mengkontaminasi air tidak dapat tersaring dan

dapat mempengaruhi kualitas produk AMDK. Maka kemampuan AMDK perusahaan

Toyamilindo Mountoya dalam mendeteksi tingkat kegagalan dan upaya pencegahannya masih

sedang (skala 3). Untuk pencucian membran catridge pada unit mikrofilter rutin dilakukan

setelah pemakaian 1 minggu sekali sesuai dengan peraturan US-EPA Tahun 2005 tetang

Membrane Filtration Guidance Manual. Maka tidak pernah terjadi kegagalan dan membuat

AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya menyatakan tingkat kemampuan untuk mendeteksi

kegagalan dengan mudah dan akurat (skala 1). Untuk ukuran membran catridge pada unit

mikro filter sudah sesuai dengan ketentuan teknis PERMENPERINDAG No. 705 Tahun 2003

yaitu ukuran 5 µm, 1 µm, dan 0,45 µm yang tidak pernah dirubah, maka tidak pernah terjadi

kegagalan dan membuat AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya menyatakan tingkat

kemampuan untuk mendeteksi kegagalan dengan mudah dan akurat (skala 1).

Page 142: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

137

Penilaian Detection pada Unit Injeksi Ozon

Berikut Tabel 2.50 terkait Penilaian Detection pada Injeksi Ozon :

Tabel 2. 101 Penilaian Detection pada Unit Injeksi Ozon

No Penyebab Potensial Frekuensi Terjadi

Kegagalan Dalam Setahun

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Penggantian ozone

generator

2 Kadar ozon

Berdasarkan nilai detection, pada Tabel 2.50 dijelaskan bahwa unit ozone generator sudah

digunakan lebih dari standar 5 tahun. Hal ini dapat memungkinkan proses desinfeksi pada ozone

generator tidak bekerja secara optimal dalam menghilangkan bakteri patogen karena ozone

generator sudah digunakan melibihi daya fungsinya, maka kegagalan cukup sering terjadi.

Kegagalan yang sering terjadi seperti contohnya ballvalve bocor, sambungan seal pipa bocor,

dan sistem injeksi ozon yang tidak berfungsi. Maka kegagalan cukup sering terjadi,upaya

pendeteksian, dan pencegahan kegagalan tersebut adalah sedang (skala 3). Sedangkan untuk

Page 143: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

138

kadar ozon dan kadar residu pada ozone generator unit injeksi ozon sudah sesuai dengan

ketentuan teknis PERMENPERINDAG No. 705 Tahun 2003. Kadar ozon yang digunakan

perusahaan Toyamilindo Mountoya yaitu berkisar antara 0,1 – 0,5 ppm dengan kadar residu 0,1

ppm. maka tidak pernah terjadi kegagalan dan membuat AMDK perusahaan Toyamilindo

Mountoya menyatakan tingkat kemampuan untuk mendeteksi kegagalan dengan mudah dan

akurat (skala 1).

Penilaian Detection pada Lampu UV

Berikut Tabel 2.51 terkait Penilaian Detection pada unit Lampu UV:

Tabel 2. 102 Penilaian Detection pada Unit Lampu UV

No Penyebab Potensial Frekuensi Terjadi

Kegagalan Dalam Setahun

1 2 3 4 5

≤ 1 2 3 4 ≥ 5

1 Penggantian Lampu

UV

Page 144: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

139

2 Spesifikasi Lampu

UV

3 Waktu Kontak UV

Berdasarkan nilai detection, pada Tabel 4.51 dijelaskan bahwa lampu UV telah digunakan

selama pemakaian 6000 jam atau kurang dari 1 tahun. Hal itu sudah sesuai dengan peraturan

US EPA Tahun 2011 tentang Water Treatment Manual edisi desinfeksi. maka tidak pernah

terjadi kegagalan dan membuat AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya menyatakan

tingkat kemampuan untuk mendeteksi kegagalan dengan mudah dan akurat (skala 1).

Spesifikasi lampu UV dan waktu kontak UV sudah sesuai dengan ketentuan teknis

PERMENPERINDAG No. 705 Tahun 2003 yaitu memiliki panjang gelombang 254 nm dengan

intensitas 60.000 mw detik per cm2 dan dinyalakan selama jam produksi berlangsung. maka

tidak pernah terjadi kegagalan dan membuat AMDK perusahaan Toyamilindo Mountoya

menyatakan tingkat kemampuan untuk mendeteksi kegagalan dengan mudah dan akurat (skala

1).

Page 145: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

140

BAB III STATUS LUARAN

Status Luaran berisi status tercapainya luaran wajib yang dijanjikan dan luaran tambahan (jika ada). Uraian

status luaran harus didukung dengan bukti kemajuan ketercapaian luaran di bagian bab Lampiran

LUARAN WAJIB

Untuk luaran wajib yaitu berupa publikasi jurnal pada Archive of Environmental Protection, terindeks Scopus

Q2

https://content.sciendo.com/view/journals/aep/aep-overview.xml?language=en

dalam link tersebut nomor ISSN adalah e-ISSN : 2083-4810 dan ISSN : 2083-4773

untuk Subject Jurnal : Industial Chemistry > Green and Sustainable Technology

UNTUK LUARAN TAMBAHAN

Mengikutkan 2 mahasiswa Adithia dan Alysia pada seminar Internasional “Sustainability and Resilience of

Coastal Manajemen” yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian ITS pada tanggal 30 Nopember 2020

Page 146: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

141

BAB IV PERAN MITRA

(UntukPenelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi)

Berisi uraian realisasi kerjasama dan realisasi kontribusi mitra, baik in-kinddan in-cash

“Penelitian Ini tidak termasuk kedalam “Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi “

akan tetapi Termasuk Dalam “Penelitian Laboratorium” yang didanai dari Dana Lokal ITS

2020”

Page 147: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

142

BAB V KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN

Kendala Pelaksanaan Penelitian berisi kesulitan atau hambatan yang dihadapi selama melakukan penelitian

dan mencapai luaran yang dijanjikan

KENDALA KENDALA DALAM PELAKSANAAN PENELITIAN LABORATORIUM :

1. Pertanggung jawaban laporan penelitian untuk pelaporan kemajuan mengalami kendala seperti pada

permasalahan waktu dalam perolehan data primer dan sekunder di AMDK Montoya yang berada di

Wilayah Propinsi Jawa Barat tepatnya Kota Cirebon.

2. Dikarenakan terjadinya pandemic Covid 19 di dunia yang menjadi penyebab sulitnya dalam

pelaksanaan pengambilan sample dan analisa kualitas sumber air yang digunakan sebagai air baku

AMDK .

3. Karena pandemic yang saat ini masih terjadi di kota Surabaya untuk memerintahkan tim peneliti

turun berangkat survey ke lokasi objek menjadi suatu pertimbangan yang sangat sulit. Hal ini

disebabkan risiko besar yang harus dihadapi oleh tim peneliti. Sehingga sementara waktu untuk

pelaporan kemajuan masih digunakan data sekunder.

Page 148: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

143

BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA

Rencana Tahapan Selanjutnya berisi tentang rencana penyelesaian penelitian dan rencana untuk mencapai luaran

yang dijanjikan.

RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA UNTU PENYELSAIAN PENELITAN DAN UNTUK

MENCAPAI LUARAN YANG DIJANJIKAN :

1. Dilakukan sampling kualitas air baku dan air produksi AMDK sesuai objek penelitian, yaitu :

Secara paralel dengan pembuatan laporan kemajuan juga dilaksanakan ;

o sesuai kontrak dengan kontrak maka dilakukan Kembali sampling pada lokasi area

perusahaan AMDK Montouya mulai dari air baku sampai dengan air produksi serta air yang

telah diterima di distributornya dengan memakai tenaga lokal PT Mountoya.

o Sampling untuk kualitas air produksi digunakan pendekatan sampling pada

pelanggan/distributor sebanyak 3 tempat.

2. Menyusunkan menyempurnakan laporan akhir penelitian dan menyelesaikannya

3. Menyusun laporan Logbook untuk tahap II dan dikombinasi atau disatukan dengan logbook tahap I

seperti pada laporan kemajuan

4. Menyusun laporan keuangan taotal dari mulai 02 April 2020 (saat penenda tangganan kontrak)

sampai terselesaiannya laporan akhir penelitian ini bulan Nopember 2020.

5. Melanjutkan laporan akhir dengan menambahkan metode Extended Produser Responsibility (EPR)

untuk memperoleh penjaminan mutu produk dalam upaya penyelesaian penelitian ini.

6. Menyertakan 2 (dua) mahasiswa yang ikut dalam tim penelitian ini mengikuti kegiatan seminar

penelitian yang akan dilaksanakan pada tanggal 30 Nopember Tahun 2020

7. Dan diprediksi semua tugas dan kwajiban selesai pada bulan Nopember 2020. 8. Kendala yang lain untuk pemenuhan publish Jurnal Q2 membutuhkan waktu yang lama akan tetapi

diakhir bulan Maret mendatang ditetapkan oleh Puslit ITS harus sudah di publish. Peneliti dan tim

berusaha untuk memenuhi persyaratan tersebut dan oleh karena itu tim berusaha untuk melakukan

submitted materi penelitian di akhir bulan September ini.

Page 149: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

144

Page 150: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

145

BAB VII DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.

Hanya pustaka yang disitasi pada laporan kemajuan yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA

Alfarizi, M. F. 2019. Analisis Produk Reject pada Proses Blowing Preform pada Kemasan Botol dengan Metode Stastiscal Process

Control di PT. Toyamilindo Cirebon. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Alonso, J.L., Soriano, A., Carbajo, O., Amoros, I., Garelick, H. 1999. “Comparison and Recovery of Escherechia coli and

thermotolerant coliform in Water with a Chromogenic Medium Incubated at 41 and 44,5º C”. Appl. Microbiol Environ, Vol 65(8): 3746-3749

Allport, H. B. 1997. Activated Carbon. Encyclopedia of Science andTechnology. Mc Graw Hill Book Company. New York

Amanati, L. 2016. “Uji Nitrit pada Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang Beredar di Pasaran”. Jurnal Teknologi

Proses dan Inovasi Industri 2, 1:59-64.

APHA. 1998. Standard Methods for The Eximination of Water and Wastewater 20th Edition. United States.

Apsari, M. 2014. Analisis Resiko dan Optimasi. Surabaya. Jurnal Teknik Lingkungan. ITS

Arfah, M. 1993. Pengawasan Mutu Pangan. Bandung: Taristo

Ariani, D.W. 2003. Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta : C.V. Andi Offset.

Ashari. 2012. “Penerapan Metode Time Series dalam Simulasi Forecasting Perkembangan Akademik Mahasiswa”. Jurnal Teknik Infomatika 7, 9:9-16.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1998. “Sistem Analisa dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman

Penerapannya”. SNI 01-4852-1998. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional

Batarfie, M. U. A. 2006. “Analisis Pengendalian Mutu pada Proses Produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) SBQUA”.

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Baumann, E. R., Baylis, J.R., and Booth, R. L . 1971. “Water Quality And Treatment”. New York : McGRAW-HILL BOOK

COMPANY.

Bugis, H., Daud, A., dan Birawida, A. 2013. “Studi Kandungan Logam Berat Kromium VI (Cr VI) pada Air dan Sedimen di Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep”. Skripsi. Universitas Hasanuddin

Carlson, C. S. 2004. Effective FMEAS: Achieving Safe, Reliable, And Economical Products And Processes Using Failure Mode

And Effects Analysis.USA: ReliaSoft Corporation

Catwright, L. M. dan Latifah, D. 2010. “Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Sebagai Model Kendali dan Penjaminan

Mutu Produksi Pangan”. Invotec, Volume VI No. 17 Universitas Pendidikan Indonesia.

Dahlan, A., dan Wahyunus. 2016. Rencana HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pengolahan Kecap. Skripsi. Institut Pertanian Bogor

Daulay, S. 2014. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan Implentasinya dalam Industri Pangan. Jakarta.

Defra. 2011. A Review of Fungi in Drinking Water and The Implications for Human Health. Final Report Bio Intelligence Service.

France.

Dewi, M.L. 2015. Evaluasi bahaya Mikrobiologi pada Ayam Goreng Laos meliputi Prinsip-prinsip HACCP di Instalasi Gizi RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Dewi, Meralda Rose. 2019. Kajian Produksi Air Minum di IPAM Karang Pilang III dengan Metode HACCP. Jurnal Teknik

Lingkungan. ITS. Surabaya

Dvorak, B., dan Skipton, S. 2013. Guide of Drinking Water Treatment: Sediment Filtration. Nebraska: University of Nebraska.

Farida. 2002. Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum. Tesis, tidak dipublikasikan, Universitas Sumatera Utara: Medan.

Fitrianti, N. 2016. Analisis Penurunan Kualitas Air Produksi Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) X dengan Metode Failure

Mode And Effect Analysis (FMEA). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Fluoride of Drinking Water. 2006. World Health Organization. Cornwall, United Kingdom

Page 151: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

146

Gafur, A., Kartini, A., dan Rahman. 2017. “Studi Kualitas Fisik, Kimia, dan Biologi pada Air Minum Dalam Kemasan Berbagai

Merek yang Beredar di Kota Makassar Tahun 2016”. Jurnal Kesehatan Lingkungan 3, 1:37-46.

Gasperz, V. 2002. Total Quality Management. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.

Haitami., Dinna Rakhmina, Syahid Fakhridani. 2016. Ketepatan Hasil dan Variasi Waktu Pendidihan Pemeriksaan Zat Organik. Banjarmasin: Medical Laboratory Technology Journal

Harley, S., Schuba, B., dan Corkal, D. 2008. Ultraviolet Disinfection of Private Water Supplies for Household or Agricultural

Uses. Canada : Department Agriculture and Agri-foo

Hassan, F. dan Masduqi, A. 2016. Application of Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) in the Drinking Water

Company. The 1st International Seminar on Management of Technology, Surabaya.

ISO 22000. 2018. Keamanan Pangan

Istarani, F., dan Pandebesie, E. 2014. “Studi Dampak Arsen (As) dan Kadmium (Cd) terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan”.

Jurnal Teknik Lingkungan 3, 1:53-58

Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran, diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito,

E. B., Mertaniasih, N. M., Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII, 327-335, 362-363, Penerbit Salemba Medika,

Jakarta.

Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 197. 2017. Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Minuman Bidang Industri Air Minum Dalam

Kemasan Sub Bidang Produksi.

Kusuma, E.A., Rasyid, R., Endrinaldi. 2015. “Identifikasi Bakteri Coliform pada Air Kobokan di Rumah Makan Andalas

Kecamatan Padang Timur”. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol 4(3): 845-849

Kvech, S.A. 1998. Activated Carbon. United Stated of America: Departement Of Civil and Environmental Engineering. Virginia

Tech University.

Mahyudin, Barid, B., dan Nursetiawan. 2012. Analisis Kualitas Air dengan Filtrasi Menggunakan Pasir Silika Sebagai Media

Filter. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Marwati, S. 2010. Pemilihan Kemasan dan Peralatan Makan Berbahan Plastik yang Aman Bagi Kesehatan. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu : Total Quality Management, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia. Bogor.

Nordstrom, D. K., Alpers, C. N., Ptacek, C. J., Blowes, D. W. 2000. “Negative pH and Extremely Acidic Mine Waters from Iron

Mountain, California”. Environmental Science&Technology,34(2),254258. doi:10.1021/es990646v

Nugroho, M. S., Bisri, M., dan Anwar, M. R. 2012. “Kajian terhadap Implementasi Manajemen Mutu pada Pengelolaan Proyek

Perumahan”. Jurnal Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Vol. 6 No.2. Malang

Oktaviani, Nur. 2007 Kajian Pustaka Penerapan Sistem Analisis HACCP Terhadap Penyediaan Air Bersih di Indonesia Studi

Kasus IPAM Ngagel III PDAM Kota Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Pamularsih, C., Choanji, D., dan Widiasa, I. 2013. “Penyisihan Kekeruhan pada Sistem Pengolahan Air Sungai Tembalang dengan

Teknologi Rapid Sand Filter”. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 2, 4:48-54.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). 2014. Kota Cirebon.

Permatasari, S. O., Wardhani, S., dan Darjito. 2015. “Studi Pengaruh Penambahan H2O2 Terhadap Degradasi Methyl Orange

Menggunakan Fotokatalis TiO2-N”. Kimia Student Journal. Vol. 1

Peraturan Menteri Kesehatan. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Indonesia.

Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Nomor 705 Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya. Indonesia

Peraturan Menteri Perindustrian. 2011. Nomor 96 Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan. Indonesia

Peraturan Menteri Perindustrian. 2016. Nomor 78 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Air, Mineral, Air Demineral, Air

Mineral Alami, dan Air Minum Embun Secara Wajib

Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filosofi Baru Tentang Mutu Terpadu. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Pradana,SA. Dan Karnaningroem,N.2020. Kajian Produksi Air Minum dalam Kemasan dengan Metode Hazard Analysi Critical

Control Point (HACCP) dan Extended Produser Responsibility (EPR) (Study Kasus : Perusahaan Toyamilindo

Mountoya), Departemen Teknik Lingkungan,ITS.

Puspitasari, N., Martanto, A. 2014. Penggunaan FMEA dala, m Mengidentifikasi Resiko Kegagalan Proses Produksi Sarung ATM

(Alat Tenun Mesin). Jurnal Teknik Industri 9,2: 93 – 98.

Putra, I Dewa Gede Natih Kacu., Komang Ayu Nocianitri, Putu Ari Sandhi W. 2012. Analisis Mutu Air Minum Isi Ulang Di

Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Denpasar: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

Radjak, dan Febriyanti, N. 2013. Pengaruh Jarak Septic tank dan Kondisi Fisik Sumur terhadap Keberadaan Bakteri Escherichia Coli. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo

Rahdiansyah. 2018. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pelanggan Air Minum Isi Ulang”. Jurnal Hukum Vol 2 No. 2.

Universitas Islam Riau.

Rahmanita, V. A. 2019. Analisa Produk Reject pada Produksi Galon dengan Metode Statistical Process Control di PT.

Toyamilindo. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Page 152: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

147

Rahmatina, D. 2010. “Prosedur Menggunakan Stratified Random Sampling Method Dalam Mengestimasi Parameter Populasi”.

JEMI 1, 1:77-86.

Robbins, Stephen P. and Marry Coulter. 2003. Management. 7th Edition. New Jersey : Prentice-Hall International Inc.

Rosita, Nita. 2014. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang Beberapa Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Tangerang Selatan.

(Skripsi). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rusdi, U.D. & Suliasih, N., 2002. Ozonisasi Dan Kualitas Air Susu. JurnalBionatura. Vol. 4. 2. Pp.96-107.

Said, N. 2003. “Aplikasi Teknologi Osmosis Balik untuk Memenuhi Kebutuhan Air Minum di Kawasan Pesisir atau Pulau

Terpencil”. Jurnal Teknik Lingkungan 4, 2:15-34

Said, N. 2007. “Disinfeksi untuk Proses Pengolahan Air Minum”. JAI 3, 1:15-28

Sari, D., Rosyada, Z., dan Rahmadhani, N. 2011. Analisa Penyebab Kegagalan Produk Woven dengan Menggunakan Metode

Failure Mode and Effect Analysis. Jurnal Teknik Industri 1,6: 6 – 11.

Sekarwati, N., Subagiyono, dan Wulandari, H. 2016. “Analisis Kandungan Bakteri Total Koliform Dalam Air Bersih dan

Escherechia Coli Dalam Air Minum pada Depot Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan Sleman”. Jurnal Kesehatan Masyarakat 10, 2:1-12

Sellapan, E.U dan Astuti, D.A. 2012. Aplikasi Six Sigma pada Pengujian Kualitas Produk di UKM Keripik Apel Tinjauan dari

Aspek Proses. Jurnal Teknologi Pertanian 12, 1: 3-5

Sembiring. 2008. Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan dan Kualitas Bakteriologis pada Depot Air Minum Isi Ulang.

Edisi 1. Batam.

Setiawati, E., dan Suroto. 2010. “Pengaruh Bahan Aktivator Pada Pembuatan Karbon Aktif Tempurung Kelapa”. Jurnal Riset

Industri Hasil Hutan 2, 1:21-26.

Sidik, N. 2010. Forecasting Volume Produksi Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan Rakyat Kab. Magelang dengan Metode

Exponential Smoothing Berbantu Minitab. Semarang : Universitas Negeri Semarang

Soesanto, K., dan Syauqie, F. 2018. Studi Pengelolaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Unit Bisnis (UB) AMDK Asa

Perum Jasa Tirta I. Laporan Kerja Praktik. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Soesanto, Sri.S, 1997. Cara Menghilangkan Rasa Dan Bau Pada Pengolahan Air Minum. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Jakarta

Standar Nasional Indonesia. 1998. Nomor 01-4852. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman

dan Penerapannya. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta

Standar Nasional Indonesia. 2008. Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalansi Pengolahan Air Nomor 6774. Badan Standarisasi

Nasional. Jakarta

Standar Nasional Indonesia. 2015. Cara Uji Air Minum Dalam Kemasan Nomor 3554. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta

Standar Nasional Indonesia .2008: Metoda Pengambilan Contoh Air Permukaan Nomor 6989-57. Badan Standarisasi Nasional.

Jakarta

Standar Nasional Indonesia. 2012. Kualitas Air Nomor 7828. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta

Standar Nasional Indonesia. 2006. Air Minum Dalam Kemasan, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta

Sudarmaji. 2015. “Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical Control Point)”. Jurnal Kesehatan

Lingkungan 1, 2:183-190

Suliastuti, I., Anggraini, S., dan Iskandar, T. 2014. ”Pengaruh Perbandingan Jumlah Media Filter (Pasir Silika, Karbon Aktif,

Zeolit) dalam Kolom Filtrasi terhadap Kualitas Air Mineral”. Jurnal Teknik Kimia 2, 3:1-5.

Sudibyo, A. 2007. Pengendalian Keamanan dan Penerapan HACCP pada Industri Air Minum Dalam Kemasan. Agro Based Industri Journal 24, 1:50-66

Sunaya, Made Urmylla Lyysinthia. 2019. Kajian Sistem Produksi AMDK Produk Perusahaan X dengan Menggunakan Metode

HACCP. Jurnal Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

Supranto, J. 2003. Metode Riset: Aplikasinya dalam Pemasaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Surahman, Nanang, D., dan Riyanti, E., Agustus. 2014. Kajian HACCP Pengolahan Jambu Biji di Pilot Plant Sari Buah UPT

B2PTTG-LIPI SUBANG. Jurnal Agritech 34, 3: 266-276

Suryani, F. 2018. Penerapan Metode Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) dan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)

dalam Menganalisa Resiko Kecelakaan Kerja di PT. Pertamina Talisman Jambi Merang. Journal Industrial Services

3, 2:63-69.

Susanti, W. 2010. Analisa Kadar Ion Besi, Kadmium, dan Kalsium Dalam Air Minum Kemasan Galon dan Air Minum Kemasan

Galon Isi Ulang dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Susanto, A., Indra, A. 2016. “Prototipe Alat Pencuci Cartridge Filter Usaha Air Minum Isi Ulang”. Jurnal Inovtek 6, 1:1118.

Trisnawati, L. 2008. Perancangan dan Implementasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Plan Produk Air Minum

Dalam Kemasan (AMDK). Skripsi. Institut Pertanian Bogor

Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999. Tentang Perlindungan Konsumen

Undang – undang Nomor 18 Tahun 2012. Tentang Pangan.

United States Environmental Protection Agency. 1995. Water Treatment Manual: Filtration. United States

United States Environmental Protection Agency. 2005. Membrane Filtration Guidance Manual. United States.

United States Environmental Protection Agency. 2011. Water Treatment Manual: Disincfection. United States

Page 153: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

148

Wahyuningsih, Ida. 2018. Pengurangan Resiko Kegagalan Produksi Air Minum Isi Ulang Kecamatan Gubeng Kota Surabaya

dengan Menggunakan FMEA. ITS. Surabaya

Widiana, E., dkk, 2014. Uji Kualitas Air. Fakultas Sains danTeknologi. Universitas Islam Negeri Malang.

World Health Organization. 2008. Guidelines for Application of Hazard Analysis Critical Control Point. United States of America

Wulansari, Ria. 2012. Sinergi Teknologi Ozon Dan Sinar UV Dalam Penyediaan Air Minum Sebagai Terobosan Dalam

Pencegahan Penyakit Infeksi Diare Di Indonesia. (Skripsi). Depok: Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia,

Universitas Indonesia

Yonkyu, C. 2009. “The Effects of UV Disinfection on Drinking Water Quality in Distribution Systems”. Journal of Water Research

44, 2:115-122.

Page 154: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

149

BAB VIII LAMPIRAN

Lampiran berisi tabel daftar luaran (Format sesuai lampiran 1) dan bukti pendukung luaran wajib dan luaran tambahan (jika ada)

sesuai dengan target capaian yang dijanjikan

Tabel Daftar Luaran

PROGRAM : PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS TAHUN

2020

Nama Ketua Tim : Mas Agus Mardyanto

Judul : Kajian Minimisasi Risiko Penggunaan Air Minum Dalam

Kemasan (AMDK) oleh Konsumen dengan Menggunaka

Metode Hazard Analysis Crytical Point (HACCP) dan

Extended Producer Responsibility.

1.Artikel Jurnal

No Judul Artikel Nama Jurnal Status

Kemajuan*)

1 Study Of Mineral Water

Production By Using Hazard

Analysis Critical Control Point (HACCP) And Extended

Producer Responsibility (EPR)

Methods (Case Study : Toyamilindo

Mountoya Company)

Archive of Environmental Protection

https://content.sciendo.com/view/journals/aep/aep-

overview.xml?language=en

dalam link tersebut nomor ISSN adalah e-ISSN :

2083-4810 dan ISSN : 2083-4773

untuk Subject Jurnal : Industial Chemistry >

Green and Sustainable Technology

Siap untuk

Persiapan

submitted

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, published

2. Artikel Konferensi

No Judul Artikel Nama Konferensi (Nama

Penyelenggara, Tempat, Tanggal)

Status

Kemajuan*)

1 Quality Control Of Mineral Water Production By Using Hazard Analysis

Critical Control Point (Haccp) And Extended Producer Responsibility

(Epr) Methods (Case Study : Toyamilindo

Mountoya Company)

“Sustainability and Resilience of

Coastal Manajemen”

Penyelenggara : Pusat Penelitian

ITS, 30 Nopember 2020

Persiapan

2 Study Of Water Quality

Status Of Surabaya River

Water At Gunungsarijagir

Segment Wit Pollutant

“Sustainability and Resilience of

Coastal Manajemen”

Penyelenggara : Pusat Penelitian

ITS, 30 Nopember 2020

Persiapan

Page 155: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

150

Index (IP) And Total

Pollutant Load Control

System (TPLCS)

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, presented

3. Paten (Tidak ada)

No Judul Usulan Paten Status Kemajuan

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review

4. Buku (Tidak Ada)

No Judul Buku (Rencana) Penerbit Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: Persiapan, under review, published

5. Hasil Lain (Tidak ada)

No Nama Output Detail Output Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: cantumkan status kemajuan sesuai kondisi saat ini

6. Disertasi/Tesis/Tugas Akhir/PKM yang dihasilkan

No Nama Mahasiswa NRP Judul Status*)

1 Adhitia Satria Pradana

03211640000095

Kajian Produksi Air

Minum Dalam Kemasan

Dengan Menggunakan

Metode Hazard Analysis

Critical Control Point

(HACCP) Dan Extended

Producer Responsibility

(EPR)

(Studi Kasus :

Perusahaan Toyamilindo

Mountoya)

Sudah selesai (lulus

2020)

2 Alysia Safi

Damayanti

03211640000069 Kajian Status Mutu Air

Kali Surabaya Pada Segmen Gunungsari –

Jagir Dengan Metode

Indeks Pencemaran (IP) Dan Total Pollutant Load

Control System (TPLCS)

Sudah Selesai (Lulus

2020)

Page 156: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

151

*) Status kemajuan: cantumkan lulus dan tahun kelulusan atau i

n progress

Page 157: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

152

Page 158: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

153

LAMPIRAN 1 Tabel Daftar Luaran

Program : Penelitian Laboratorium Dana Lokal ITS 2020

Nama Ketua Tim : Mas Agus Mardyanto

Judul : Kajian Minimisasi Risiko Penggunaan Air Minum Dalam

Kemasan (AMDK) oleh Konsumen dengan Menggunaka

Metode Hazard Analysis Crytical Point (HACCP) dan

Extended Producer Responsibility.

1.Artikel Jurnal

No Judul Artikel Nama Jurnal Status

Kemajuan*)

1 Study Of Mineral Water

Production By Using Hazard

Analysis Critical Control Point

(HACCP) And Extended

Producer Responsibility (EPR)

Methods

(Case Study : Toyamilindo

Mountoya Company)

Archive of Environmental Protection

https://content.sciendo.com/view/journals/aep/aep-

overview.xml?language=en

dalam link tersebut nomor ISSN adalah e-ISSN :

2083-4810 dan ISSN : 2083-4773

untuk Subject Jurnal : Industial Chemistry >

Green and Sustainable Technology

Persiapan

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, published

2. Artikel Konferensi

No Judul Artikel Nama Konferensi (Nama

Penyelenggara, Tempat,

Tanggal)

Status Kemajuan*)

Quality Control Of Mineral Water Production By Using Hazard Analysis Critical Control Point (Haccp) And Extended Producer Responsibility (Epr) Methods (Case Study : Toyamilindo Mountoya Company)

“Sustainability and

Resilience of Coastal

Manajemen”

Penyelenggara : Pusat

Penelitian ITS, 30

Nopember 2020

Persiapan

Study Of Water Quality Status Of

Surabaya River Water At

Gunungsarijagir Segment Wit

Pollutant Index (IP) And Total

Pollutant Load Control System

(TPLCS)

“Sustainability and

Resilience of Coastal

Manajemen”

Penyelenggara : Pusat

Penelitian ITS, 30

Nopember 2020

Persiapan

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, presented

3. Paten

No Judul Usulan Paten Status Kemajuan

Page 159: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

154

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review

4. Buku

No Judul Buku (Rencana) Penerbit Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: Persiapan, under review, published

5. Hasil Lain

No Nama Output Detail Output Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: cantumkan status kemajuan sesuai kondisi saat ini

6. Disertasi/Tesis/Tugas Akhir/PKM yang dihasilkan

No Nama Mahasiswa NRP Judul Status*)

1 Adhitia Satria Pradana

03211640000095

Kajian Produksi Air Minum Dalam

Kemasan Dengan Menggunakan

Metode Hazard Analysis Critical

Control Point (HACCP) Dan

Extended Producer Responsibility

(EPR)

(Studi Kasus : Perusahaan

Toyamilindo Mountoya)

Sudah Selesai

(Lulus 2020)

2 Alysia Safi Damayanti

03211640000069 Kajian Status Mutu Air Kali

Surabaya Pada Segmen Gunungsari

– Jagir Dengan Metode Indeks

Pencemaran (IP) Dan Total

Pollutant Load Control System

(TPLCS)

Sudah Selesai

(Lulus 2020)

*) Status kemajuan: cantumkan lulus dan tahun kelulusan atau in progress

LAMPIRAN JURNAL

Page 160: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

155

STUDY OF MINERAL WATER PRODUCTION BY USING HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) AND

EXTENDED PRODUCER RESPONSIBILITY (EPR) METHODS

(CASE STUDY : TOYAMILINDO MOUNTOYA COMPANY)

Abstract

The demand for drinking water in Cirebon City is increasing and is not proportional to the drinking water supply capacity of DWTP

Cirebon City. So the Toyamilindo Mountoya Company was established, which is engaged in bottled drinking water (BDW), whose

production rate continues to increase. The need for quality control methods to improve the quality of bottled drinking water

products that can affect the quality of products consumed by customers. So BDW Toyamilindo Mountoya applies the HACCP and

EPR methods which aim to evaluate the performance of the BDW production processing unit in planning quality control with the

HACCP method, determine the quality control of bottled drinking water products to minimize negative risks to consumers with

the EPR method, and compare the quality of freshly produced bottled water with products that consumers accept. Based on the

analysis of existing conditions on the Toyamilindo Mountoya BDW, the poor performance of the processing unit and the need for

quality control monitoring is caused by replacing the membrane, cartridge micro filter and ozone generator, the ozone injection

unit that exceeds the usage limit, poor quality of raw water pumps and backwash scheduling of carbon filter media affect the

quality of production water and products. Quality control using the EPR method is carried out on the use of raw materials,

production processes, finished products, product storage and distribution, sanitation and waste treatment, and product quality to

consumers. Changes and decreases in product quality are due to the distance between the delivery to the store, the shipping or

transportation process, the method of storage, and the length of time the product is stored.

Keywords : Bottled Drinking Water, Extended Producer Responsibility, Hazard Analysis Critical Control Point, Quality Control,

Toyamilindo Mountoya Company.

1. INTRODUCTION

The demand for drinking water in Cirebon City is increasing and is not proportional to the drinking water supply capacity

of the DWTP.Cirebon city has the potential for vulnerability to the availability of drinking water because it depends on water

sources from Kuningan Regency, West Java. DWTP Cirebon City services reach 78% of total population of Cirebon City, while

the demand for drinking water has increased and has become a problem because people need drinking water (DWTP Cirebon City, 2014). To overcome this, people choose bottled drinking water for their daily needs. But it is necessary to be aware of namely, the

quality of water from the bottled water products used by the community, whether it meets the applicable drinking water quality

requirements and is listed in the Indonesian National Standard Number 3553 of 2015 and Regulation of the Minister of Industry

of the Republic of Indonesia Number 78 of 2016. So, the need for monitoring and controlling the results of the production process

so that it is suitable for consumption and reducing the negative risk of bottled drinking water (Dahlan and Wahyunus, 2016).

Therefore, the bottled drinking water (BDW) Toyamilindo Mountoya company, located in Cirebon City, seeks to apply the

method Hazard Analysis Critical Control Point to fulfill monitoring and control measures, as well as to reduce the negative risk of

bottled water products using the method Extended Producer Responsibility.

2. METHODS

Collecting laboratory research data to support HACCP and EPR methods, conducted interview surveys and questionnaires

containing aspects of production and aspects of human resources aimed at 6 expert judgments, namely Head of production, Head

and Co. Head of QA / QC, Head of Management Representative, Head of Maintenance, and Head of PPK. Meanwhile, to support

the EPR method, a questionnaire survey was obtained from 4 shops selling complete bottled drinking water, namely the Bayu shop,

Jaguar 99, Jembar Agung, and 100 mundu. The research area was carried out at the Toyamilindo Mountoya BDW Company which

is located on Jalan Pangeran Cakrabuana, Wanasaba Kidul Village, Talun District, Cirebon City, West Java Province.

STUDY OF MINERAL WATER PRODUCTION BY USING HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL

POINT (HACCP) AND EXTENDED PRODUCER RESPONSIBILITY (EPR) METHODS

(CASE STUDY : TOYAMILINDO MOUNTOYA COMPANY)

Nieke Karnaningroem, Mas Agus Mardianto, dan Adhita Satria Pradana

Nieke Karnaningroem, Mas Agus Mardianto, dan Adhita Satria Pradana

Page 161: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

156

Figure 1. Location of Research Area, BDW Company Toyamilindo Mountoya

Pre-requisites method, namely the initial procedure to support risk analysis and preparation of critical points which aims

to facilitate the identification of the causes of failure and the impact of the production process using the method fishbone

analysis and Failure Mode and Effect Analysis. Fishbone analysis can find the root causes of problems based on questionnaires

sourced from expert judgments, surveys of the existing conditions of the production process and can be used as problems to be

analyzed (Suryani, 2018). Identify potential failures in FMEA to assess aspects of failure based on incidence rate, severity, and

detection, then obtain the RPN value for failure prevention efforts so that companies focus on dealing with problems identified as

critical points, so as to reduce costs and increase the effectiveness of time and energy in solve problems (Sari, et al, 2011). These two methods consider the Indonesian government program regarding the appeal for HACCP implementation and as a method pre-

requisite to guarantee the quality of bottled drinking water products based on SNI 01-4852-1998, ISO 9001 series, and ISO series

22000 (Fitrianti, 2016). HACCP is a quality assurance method that not only guarantees the safety of bottled drinking water without

risk, but this method is based on the anticipation of hazards and supervision that prioritizes preventive measures rather than

emphasizing final product testing with control measures to minimize negative risks and the occurrence of hazards (Daulay, 2014).

The application of the HACCP method consists of 5 principles, namely risk and hazard analysis with the method pre-

requisite, identification and determination of critical control points, determination of critical limits from critical control points,

preparation of monitoring systems, and determination of corrective actions (SNI 01-4852, 1998).

EPR or producer responsibility for its products is a form of producer responsibility in producing and distributing its

products, as well as monitoring the use of raw materials, production processes, distribution, product quality, and so on, to minimize

the risk of negative products to consumers or distributors and reduce the potential risk of defects. products and decreased product

quality (Law Number. 8 of 1999). After the production process produces a product, an inspection is carried out which includes

two things, namely checking the conformity of the product with product quality standards and checking the conformity of the

product with consumer requirements. From this examination, it is known whether the product can be marketed to consumers or

whether it has to be reprocessed because it is not by customer needs, so quality control is needed from the beginning of the

production process to become bottled water (Nugroho, et al, 2012).

3. RESEARCH RESULTS AND DISCUSSION

a. Identification of Risks and Hazard Cause of Failure

Sampling was conducted once a day for 7 working days, starting on Monday, 17 February 2020 to Monday, 24 February

2020 which is a time series. Sampling in this study was carried out using a 250 mL beaker glass with the top covered with aluminum

foil, while for the microbiological analysis of bacteria Escherichia Coli using a 140 ml glass bottle. Following are the results of

the analysis carried out at the Laboratory Quality Control of the Toyamilindo Mountoya BDW Company :

1. pH Analysis, Total Dissolved Solids, Turbidity, Ozone Remaining Levels, and E. Coli Microbiology

The pH analysis results obtained the highest pH value of 7.54 and the lowest of 6.99. These results are still by the quality

standards in SNI 3553: 2015, namely 6.0 to 8.5. The results of TDS analysis obtained the highest TDS value of 184 mg / L and the lowest value of 177 mg / L. These results are still by the quality standards stipulated in SNI 3553: 2015, namely a maximum of

500 mg / L. The results of the analysis of the highest turbidity were 0.86 NTU and the lowest was 0.45 NTU. These results are still

by the quality standards in SNI 3553: 2015, namely a maximum of 1.5 NTU. However, it was found irregularities in the fluctuation

of the turbidity value on all laboratory analysis days. The increase in turbidity value is always in the carbon filter effluent, which

should function to reduce turbidity, but there is an increase in the turbidity value of the carbon filter effluent. This requires further

analysis related to problems that occur in the carbon filter unit. These problems can be caused by replacing filter media and carbon

filter membranes that are not by the SOP, washing the media that is not based on the sanitation procedure of the carbon filter unit

which is not routine, or the lack of supervision and control of water quality by the production department (Permenperin Number

96 of 2011). The results of the analysis of ozone levels in bottled drinking water products obtained the value of residual ozone

levels of 0.1 ppm or constant for all the products tested with UV irradiation unit contact time for 14 - 16 hours divided into

2 shifts work. The results of the analysis are still by the quality standards stipulated in the Regulation of the Minister of Industry

of the Republic of Indonesia Number 78 of 2016, which is between 0.05 - 0.3 ppm. The results of the analysis of bacteria Escherichia Coli at the sampling point obtained that the bacteria content Escherichia Coli was negative or not detected

(TTD). The negative results of the MPN analysis of the bacteria Escherichia Coli in the sample stated that the bacteria

were Escherichia Coli not detected in the sample water. These results are by the quality standards stipulated in SNI 3553 : 2015,

namely the absence of bacteria Escherichia Coli in the results of each sampling point.

2. Fishbone Analysis

In the preparation of fishbone analysis is based on a questionnaire sheet is divided into two, namely the questionnaire

Page 162: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

157

sheet and the technical part of human resources. The technical section questionnaire sheet includes questions about raw water

quality, carbon filter, microfilter, ozone injection, mixing tank, and ultraviolet light. Meanwhile, the human resources section of

the questionnaire sheet includes questions about worker behavior and worker insights. From the diagram fishbone, it is that found

there are problems in the BDW production process such as the burning of raw water intake pumps, rotating blackouts by DWTP,

washing media and replacing ozone generators that are not according to schedule and SOP as well as excessive use of the

membrane cartridge in the microfilter processing unit.

Figure 2. Fishbone Diagram Analysis

3. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Method Weighting is adjusted to fishbone analysis and entity weighting aims to make it easier to determine the priority of HACCP

critical points if there is the same RPN calculation (Wahyuningsih, 2018). Then, determining the value severity or the level of

seriousness of the impact, the more severe the impact, the higher the value severity. The limitation of the value of

the severity analysis is 1 - 5. Furthermore, each scale of environmental conditions is described to ensure consistency in risk analysis

(Fitrianti, 2016). Then the results of the estimation of the existing conditions can be known the value severity of each entity is

equation (1) below and then in Table 1 is the result of the ranking severity of each entity

Severity = Ideal Scale Value−Existing Scale Value

Ideal Scale Value x 100% (1)

Table 1. Rangking of each Entitity

Occurance or the rate of failure of the processing unit illustrated the number of events in 1 year, where the probability of

failure was based on a scale of 1-5. A value of 5 means the level of high impact frequency or the number of frequent occurrences

and a value of 1 means that the level of impact frequency is low or the number of events rarely occurs. Detection or the value of

the ability to control failure associated with that control based on the frequent failure occurs or a value occurrence performed

because the number of failures became more frequent if less effective methods of prevention do. Assessment Detection has a scale

range of 1 - 5. Scale 5 explains that the ability of the control device to detect the causes of failure is low (undetected) and scale 1,

namely the control device can detect failure easily and with a certainty of detection (Wahyuningsih, 2018).

In Table 2, the results of the Risk Priority Number are the multiplication of assessments severity,

occurrence, and detection, to determine the potential failure that occurs and the critical point for the HACCP method. The RPN

values are sorted from largest to smallest value. The largest RPN value is that the type of failure has a significant effect, has a high

risk, requires handling, and a monitoring method to repair failure. The smallest RPN value is that the type of failure never occurs,

the risk of danger does not have the potential to arise, and does not need it but is still given a monitoring method to minimize the

potential for failure. This type of failure has a significant and high-risk influence which is included as a critical control point whose

RPN value is above 10, because it indicates that failure can disrupt the production process so that it affects the characteristics or

quality of production water directly, such as laboratory analysis results that exceed quality standards. The results of the RPN

analysis obtained ratings of 1 to 27 identified hazards and not all types of hazard failures can be used as critical control points.

Determination of critical control points is only rated 1 - 6 which is controlled because it has a large RPN number or above 10 which

can disrupt the production process, while ratings 7 - 27 do not need to be put into a critical control point because the RPN value is

small and does not have the potential to cause failure in the production process. Potential failure occurs due to replacing the membrane cartridge in the microfilter unit and the ozone generator in the ozone injection unit which exceeds the period of use,

the quality of the pump for raw water transportation that is often damaged, backwash media for silica sand, gravel, and activated

carbon in the carbon filter unit that is not suitable with the applicable schedule or SOP. Then the above failures will be identified

at the critical control point.

Table 2. Result of Calculation Risk Priority Number

b. Hazard Analysis Critical Control Point Method

After analyzing the risks and hazards, the second principle is the determination of a critical control point or a hazard

prevention procedure that has been missed from the control, resulting in the emergence of a negative risk to BDW. Then, a critical

limit can be determined to facilitate risk control as the third principle (Hassan and Masduqi, 2016). The critical limit is a criterion

that separates acceptable and unacceptable conditions for each critical control point so that it is not exceeded to avoid loss of

control in corrective efforts based on legislation, safety standards, and scientifically tested values. (Sudarmaji, 2015). Arrangement

of a monitoring system as the fourth principle to provide information before any deviation occurs so that corrective action is taken

and does not affect the entire BDW production system (SNI 01-4852, 1998). Monitoring activities include determining the person

in charge for each production process, checking the critical control point handling procedure, testing the effectiveness of the critical

control point control handling procedure, and determining critical limits to ensure that it is still on a safe level. The fifth principle

Page 163: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

158

is the establishment of corrective actions for each critical control point to deal with deviations that occur so as not to affect

production results. If the critical limit is not within a tolerable level, corrective action is needed depending on the level of risk in

each product production process to ensure that the product production process does not cause new potential hazards (Daulay,

2014). After all the principles of the HACCP method have been carried out, all the results of the analysis are entered in Table 3

Table 3. Result of Hazard Analysis Critical Control Point Method

c. Analysis of Extended Producer Responsibility Method

Supervision and quality control are carried out as a whole from the production process, finished product, storage form,

process transportation, sanitation, waste treatment, and consumer products. Good quality of drinking water products will increase

consumer satisfaction and minimize the occurrence of contamination and product damage and maintain product quality to remain

good for consumers (Batarfie, 2006).

1. Quality Control of Production and Finished Products

Toyamilindo Mountoya BDW Company carries out a program hold and release, namely if there are raw materials or final

products that do not comply with the specified specifications after testing, the QC section provides information on parts of raw

material and finish goods to separate these raw materials or products and provide a clear identity. There are 3 types of identities

used in the implementation, namely quarantine, reject, and QC passed. Products that meet the specifications are given the status

of QC passed. The finished product is checked against the specifications of each product, such as checking the volume, expiration

date, foreign matter, appearance of the packaging. Control of the quality of the packaging process by checking the condition of the

product again if anything has been missed from the previous process, gluing the box, and also the expiration date on the packaging

box. Product withdrawal is carried out if discrepancies are found during the production process that can endanger consumers in

terms of food safety and the product has been sent to consumers. The product recall mechanism has been documented in the form

of a procedure by performing mock recall at least once a year. The process of controlling rework is the implementation

of repacking of products that occur due to imperfections during the packaging process, storage in finished goods warehouses, or

during transportation.

2. Quality Control of Storage and Transportation

Storage of finished products is used in special warehouses to prevent damage to materials which must comply with procedures QC

passed, to prevent users that are not by health requirements. The storage area must be clean and no scattered material stored in a

special area with a storage area air circulation system that is formed to prevent unwanted things from affecting the

product. Stacker and hand pallets as a means of transfer and unloading in the finished goods warehouse to the distribution

equipment are maintained so that contamination does not occur. Warehouses and General Affairs must regulate the traffic of

vehicles used for the transportation of raw materials, process auxiliary materials, packaging materials, and final products. The

General Affairs arranges vehicles for garbage collection and waste disposal. The supervisor warehouse arranges for container truck

inspections for product delivery to run properly and according to the SOP. Inspection for vehicles is carried out to see that the

vehicle used meets the specifications set by QC and security to ensure that no product is damaged or dirty during the

process loading.

3. Sanitation and Waste Management

The company performs environmental sanitation before, during, and after processing. Production room sanitation is

carried out before and after the production process as well as thorough cleaning every 2 weeks. Equipment sanitation is carried out

to avoid quality changes that occur in the BDW processing process.sanitation is a Ground reservoir carried out every 1 month,

using food grade soap. Sanitation of the carbon filter is carried out every 1 month with backwash repeatedly until the water is not

cloudy. To maintain the effectiveness of activated carbon, it is replaced every 6 months.sanitation is Microfilter carried out every

1 week with a physical wash. Cleaning the holding tanks and filling machines is done by soaking using food grade soap and rinsing

thoroughly. Sanitation for production workers uses equipment, namely uniforms and other equipment, namely hairnet, masks,

boots, gloves, and is sprayed with alcohol every 5 minutes. Waste from the BDW processing process is in the form of liquid and

solid waste. For liquid waste, namely water from washing bottles and gallons and water wasted from filling. Solid waste is activated

carbon, bottle caps, and gallons. For liquid waste, it is disposed of into a sewer that is connected to the irrigation of the population

because the wastewater that is disposed of is not dangerous because when washing the gallon it uses soap food grade. Solid waste

Page 164: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

159

in the form of activated carbon is sprinkled on the ground so that it will decompose, while waste for the production

of cups, damaged bottles, and gallons is collected and then sold to collectors.

4. Quality Control of Product for Consumers

Supervision of product quality for consumers is carried out in 3 ways, the first is to identify and trace products based on

monitoring and measurement of each stage of the production process. For finished products, the status identity is given after the last stage of the process. Tracing is maintained by implementing the use and filling of forms in each company department. Second,

establish and implement a non-conformance control system, especially for potentially unsafe products, by establishing corrective

and preventive action procedures and product recall procedures. This corrective and preventive action procedure regulates the

handling if a non-conformity is identified from the results of internal or external audits of customer complaints. Third, validation

of the ozonation process, where the company has regulations to determine the level of injected ozone to ensure the product is by

specifications and records the results of ozonation to re-validate the quality and safety of bottled water products according to

quality standards every 6 months to ensure the suitability of the products produced

5. Analysis Quality Product BDW for Consumer

The purpose of comparing product quality to consumers with product quality data when it is newly produced is to maintain

the quality of the product that has been produced and to detect a decrease in product quality when it is in the hands of consumers

because it can endanger consumer health. Factors that cause a decrease in the quality of bottled water products, for example, are the influence of the distance of the delivery process from the company to the store, damage during the product transportation

process to distributors or consumers, the wrong way to store products, and also the length of product storage. The BDW

Toyamilindo Mountoya company as a producer is not only responsible for the production process but is also obliged to monitor

the quality of its products in the hands of consumers or distributors by the Minister of Industry Regulation Number 96 of 2011.

Based on the results of analysis from 4 stores, changes in the quality of bottled drinking water products are caused by product

delivery, product storage, product storage time, and contamination from outside the product as evidenced by a significant change

in the pH number in glass and bottled products which can cause changes in the taste of the product. For the turbidity parameter,

there is an increase in the value of turbidity in bottled and gallon products which can affect the physicality of the product. In one

shop, moss was also found in gallons due to the lack of cleanliness of washing and improper storage due to direct exposure to

sunlight. Meanwhile, for TDS parameters, residual levels of ozone, and Escherichia coli bacteria, there was no change in the

quality of the product..

4. CONCLUSION

Based on the results of the analysis of the existing conditions at the Toyamilindo Mountoya bottled water, the poor

performance of the processing unit and the need for quality control monitoring is due to the replacement of the

membrane cartridge on the microfilter and the ozone generator on ozone injection that exceeds the usage limit, the poor quality

of the raw water transportation pump and backwash carbon filter media(silica sand, gravel, and activated carbon) that are not on

the schedule. Quality control using the EPR method is applied by quality control on the use of raw materials, production processes,

finished products, product storage, product distribution, sanitation and waste treatment, and product quality to consumers. The

results of the comparison of the quality of bottled drinking water for consumers with the quality of products that have just come out of the production process, there are changes or decreases in quality caused by the distance of product delivery to the store, the

product delivery process, how the product is stored, and also the length of storage for bottled water products.

REFERENCES

Batarfie, M. U. A. 2006. “Analisis Pengendalian Mutu pada Proses Produksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) SBQUA”.

Departemen Manajemen, Fakultas Eknomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Dahlan, A., dan Wahyunus. 2016. “Rencana HACCP Pengolahan Kecap”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Daulay, S. 2014. “Hazard Analysis Critical Control Point dan Implementasinya dalam Industri Pangan”. Jakarta.

Fitrianti, N. 2016. “Analisis Penurunan Kualitas Air Produksi Instalansi Air Minum (IPAM) X dengan Metode Failure Mode and

Effect Analysis (FMEA)”. Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya

Hassan, F. dan Masduqi, A. 2016. “Application of Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) in The Drinking Water

Company”. The 1st International Seminar on Management Technology, Surabaya.

Nugroho, M. S., Bisri, M. dan Anwar, M. R. 2012. “Kajian Terhadap Implementasi Manajemen Mutu pada Pengelolaan Proyek

Perumahan”. Jurnal Teknik Sipil, Universitas Brawijaya, Vol. 6 No. 2 Malang.

Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 96 Tentang Persyaratan Teknis Industri AMDK Tahun 2011. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon Tahun 2014.

Page 165: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

160

Sari, D., Rosyada, Z., dan Ramadhani, N. 2011. “Analisa Penyebab Kegagalan Produk Woven dengan Menggunakan Metode

Failure Mode and Effect Analysis”. Jurnal Teknik Industri 1,6:6-11.

Standar Nasional Indonesia (SNI). No. 01-4852 Tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta

Pedoman dan Penerapannya Tahun 1998.

Sudarmaji. 2015. “Analisis Bahaya dan Pengendalian HACCP” Jurnal Kesehatan Lingkungan 1,2:183-190

Suryani, F. “Penerapan Metode Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) dan FMEA dalam Menganalisa Resiko Kecelakaan

Kerja di PT. Pertamina Talisman Jambi Merang”. Journal Industri Services 3, 2:63-69 (2018).

Undang-undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Wahyuningsih, I. “Pengurangan Resiko Kegagalan Produksi Air Minum Isi Ulang Kecamatan Gubeng Kota Surabaya dengan

Menggunakan FMEA”. ITS : Surabaya (2018).

Figure 1. Location of Research Area

List of Figures

Figure 2. Fishbone Diagram Analysis

List of Tables

Table 1

Rangking of Severity

Entity Value

Severit

y

Rating

Raw Water

Quality of raw water 0% 1

Distance of raw water source to

factory

0% 1

Quality of pumps for water

transportation

60% 3

Carbon Filter

silica sand replacement 0% 1

Washing silica sand 40% 3

Size silica sand 0% 1

Replacement gravel media 0% 1

Washing gravel media 40% 3

size Gravel media 0% 1

Replacement activated carbon 0% 1

Washing activated carbon 40% 3

type active carbon 0% 1

Micro Filter

Replacement membrane cartridge 80% 4

Wash membrane cartridge 0% 1

The size of the membrane cartridge 0% 1

Injection ozone

Replacement ozone generator 80% 4

levels of ozone 0% 1

UV Lamp

Replacement Lamp UV 0 % 1

UV Lamp Specifications 0% 1

UV Contact Time 0% 1

Worker Behavior

Water Quality Analysis 0% 1

Water Quality Analysis Point 0% 1

Worker Sanitation 0% 1

Sanitation BDW Treatment Units 0% 1

Worker Insights Workers'

understanding of quality of water

according to SNI 3553: 2015

0% 1

Insights of workers related to

factory operations in accordance

with PERMENPERINDAG

Number. 705 of 2003

0% 1

Training on drinking water quality

management system according to

SNI 01-4852-1998

0% 1

Page 166: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

161

Tablel 2

Results Calculation of Risk Priority Number

Source Type of

Failure

S O D RP

N

Priority for

handling

Raw

Water

Quality of raw

water

1 1 1 1 23

Distance

source of raw

water with

factory

1 1 1 1 24

Pump quality 3 3 3 27 3

Carbon

Filter

Replacement

of silica sand

1 1 1 1 14

backwash

Silica sand

3 2 2 12 4

Size of silica

sand

1 1 1 1 17

Replacement

of media

gravel

1 1 1 1 15

Backwash

media gravel

3 2 2 12 5

media size

Gravel

1 1 1 1 18

Carbon

Filter

Replacement

activated

carbon

1 1 1 1 16

backwash

Activated

carbon

3 2 2 12 6

Types of

activated

carbon

1 1 1 1 19

Micro

Filter

Replacement

cartridge

microfilter

4 3 3 36 1

Backwash

membrane

cartridge

1 1 1 1 20

Size membran

catridge

1 1 1 1 21

Ozone

injectio

n

Replacement

of ozone

generator

4 3 3 36 2

Ozone levels 1 1 1 1 22

UV lamp

Replacement

of UV lamp

1 1 1 1 25

UV lamp

specifications

1 1 1 1 26

UV Contact

Time

1 1 1 1 27

Worker

behavi

or

Water quality

analysis

1 1 1 1 10

Water quality

analysis points

1 1 1 1 11

Worker

sanitation

1 1 1 1 12

Sanitation

treatment units

1 1 1 1 13

insight

s

Worker

s'

Understanding

water quality

workers SNI

3553: 2015

1 1 1 1 7

Insights

PERMENPER

INDAG.

factory

operational

workers

Number. 705

2003

1 1 1 1 8

training water

SNI 01-4852-

1998

1 1 1 1 9

Page 167: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

162

Table 3

Result of Hazard Analysis Critical Control Point Method

Type Failure

Critical Control Point Critical Limits Monitoring System

Correct

ion Failure

Risk CCPs

Critic

al

Limit

s

Referen

ce Procedure

Freq

uenc

yTh

e

PJ

use of

amembrane

cartridge in the

micro filter unit

exceeds the usage

power

(RPN value = 36)

Themembr

ane catrige

cannot

filter fine

water

particles

effectively.

Replace

ment and

the

period of

use of

thememb

rane

cartridge

in the

micro

filter

unit

1

Mont

h

Once

US EPA

2005 on

Membr

anes

Filtratio

n

Guidan

ce

Manual

Check the

condition of

themembran

e cartridge

on all parts

Ever

y

wee

k at

the

begi

nnin

g of

the

prod

uctio

n

proc

ess

Head

of QA

/ QC

and the

unit

operat

or

microf

ilter

membra

ne

cartridg

e be

replaced

at least

1 month

use of ozone

generators at the

injection unit of

ozone that exceed

the period of the

power usage

(Value RPN =

36)

Power

ozone

generator

so that

pathogens

gone

downhill

and is not

effective

period of

the use

of ozone

generato

rs at the

injection

unit

ozone

5Onc

e a

Year

US EPA

2011

Water

Treatme

nt

Manual

Disinfe

ction

Check

themicrobial

parameter

data E. Coli

on the ozone

injection

effluent for

1 year with

quality

standards

Ever

y

year

at

the

begi

nnin

g of

the

prod

uctio

n

proc

ess

Head

of QA

/ QC

and

ozone

injecti

on unit

operat

or

Replace

ozone

generato

r ozone

injectio

n unit at

least

once a

year

The

quality of the

main pump is not

up to standard

and is damaged

(RPN value = 27)

Raw water

treatment

for bottled

drinking

water

production

is

hampered,

disturbanc

es in

Availabl

e spare

pumps

and

selection

pump of

the

highest

quality.

Once

a

mont

h

PERME

N

PERIN

DAG

No. 705

of 2003

concern

ing

Technic

al

Check the

condition of

the main

pump and

the backup

pump.

Selection of

the best

pump for 1

month at

at

the

begi

nnin

g of

each

perg

an-

tian

shift

Head

of

mainta

n-ance

and

operat

or unit

ground

tank

Pengcek

anprima

ry pump

minimu

m

conditio

ns

before

the shift

of

Page 168: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

163

quality,

quantity,

and

continuity

Require

ments

for the

BDW

Industry

least

according to

the rules

prod

uctio

n

raw

water

producti

on

Backwash silica

sand media filter

carbon units late

and not according

to the standard

schedule

(RPN value = 12)

Contamina

nts

attached to

silica sand

can

dissolve in

water and

cause

turbidity

schedule

for

Backwas

h silica

sand

media on

the

carbon

filter

unit

1

Week

Once

Indones

ian

Nationa

l

Standar

d

Number

6774 of

2008

Check the

headloss on

the tank

according to

the results of

parameter

data

especially

turbidity on

carbon filter

effluent with

quality

standards

Ever

y

begi

nnin

g of

the

shift

prod

uctio

n

Head

of QA

/ QC

and

operat

or of

the

carbon

filter

unit

Wash

the

silica

sand

media

unit

carbon

filter

every

day at

least 1

time

Backwash

themedia gravel

or gravel carbon

filter unit late and

not according to

the standard

schedule

(RPN value = 12)

Contamina

nts

sticking to

themedia

gravel can

dissolve in

water and

cause

turbidity

Schedule

backwas

h media

gravel

on the

carbon

filter

unit

1

Week

Once

Indones

ian

Nationa

l

Standar

d

Number

6774

Year

2008

Check the

headloss on

the tank

according to

the results of

the

parameter

data,

especially

the turbidity

in the

carbon filter

effluent with

quality

standards

Ever

y

begi

nnin

g of

the

shift

prod

uctio

n

Head

of QA

/ QC

and

operat

or of

carbon

units

filter

Launder

ing

media

gravel

units of

carbon

filters

every

day at

least 1

time

Backwash media

activated carbon

carbon units filter

late and did not

match the

standard schedule

(Value RPN =

12)

contamina

nts

attached to

the

activated

carbon can

be

dissolved

in water

and

turbidity

Schedule

backwas

h media

activated

carbon

in the

carbon

filter

unit

Once

a

week

Indones

ian

Nationa

l

Standar

d

Number

6774

Year

2008

Check the

headloss on

the tank

according to

the results of

parameter

data,

especially

the turbidity

in the

carbon filter

effluent with

quality

standards

Ever

y

begi

nnin

g of

the

shift

prod

uctio

n

Head

of QA

/ QC

and

operat

ors of

carbon

filter

units

Wash

the

activate

d carbon

media

of the

carbon

filter

unit

every

day at

least 1

time

Page 169: LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS …

1