63
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/812/8/LAMPIRAN.pdf · CV . Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015. Wawancara Achmad Pradipta(Manager

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

     

     

     

     

     

    Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

    Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

  • 133

    LAMPIRAN

    1. Transkrip Wawancara

    2. Dokumentasi Media Online

    3. Data dan Informasi dari Corporate Communication XL

    4. Screenshot Video Youtube XL Future Leaders batch 1

    5. Formulir Konsultasi Skripsi

    6. CV

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • Wawancara Achmad Pradipta(Manager

    Communication Services PT XL Axiata, Tbk)

    Selasa, 2 Desember 2014

    Menara Prima (Mega Kunigan, Lantai 7)

    Pukul 12.15-12.59

    I : Ivander

    D : Dipta (Achmad Pradipta)

    I : Tes tes..tes..Oke selamat siang Mas Achmad Pradipta, Manager Cor.Comm bagian

    apanya nih ?

    D : Manager bagian communication services

    I : Oke, jadi kita mau wawancara Mas Achmad Pradipta untuk keperluan skripsi aku,

    pertanyaan pertama yaitu, bagaimana peran dan fungsi divisi corporate

    communication di XL ?

    D : Kalo di XL itu kurang lebih supporting team, bukan core team. Karena kalo di

    XL itu core team nya ada marketing, network, ya, kalo cor.comm itu kita supporting

    function dimana kita harus ngebantu all team untuk communicate key message

    perusahaan, dan kita semuanya responsible untuk menhandle apa yang ada di media

    diluar sana, nah kalo di XL sendiri corporate communications itu dibagi beberapa

    unit, itu ada CSR, ada PR, itu media relations, external communications, dan internal

    communications, jadi ada 3, CSR, PR, dan internal communications.

    I : Mas Dipta, kalau advertising, direct marketing, dan sales and promotion,apa

    termasuk dalam ruang lingkup pekerjaan cor.comm di XL ?

    D : Oh bukan bro, scope cor.comm hanya semua publikasi XL di media, media

    relations, internal communication, dan CSR.

    I : Kalau investor relation, Mas ?

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • D : Itu ada divisi sendiri kalau divisi investor relation, nah issue managemenet itu

    termasuk ke cor.comm, Van. Tapi itu issue yang keluar di media, atau yang akan

    keluar di media, kalau issue seputar HR, regulasi, keuangan, itu dihandle sama

    departemen masing-masing, hanya jika ada potensi keluar di media, cor.comm akan

    ikut andil disitu.

    I : Mas Dipta di cor.comm di bagian apanya ya ?

    D : Di CSR dan event management, jadi itu jadi satu unit

    I : Ooo iyaiya., Bisa diceritain gak Mas CSR di XL ini ada apa aja ?

    D : Boleh, kalo…iya, kalo di XL itu kita fokus ke dua, pertama kita fokus ke

    pendidikan, dan pengembangan masyarakat, itu sebenarnya core emm..apa kita

    sebutnya, pilar, yang dilaksanakan sebagai CSR initiative yang dijalankan oleh

    cor.comm, tapi kalo diliat dari CSR itu kan luas ya, nah objektifnya itu kalo di XL

    adalah, yang pertama, kita mau creating perceptions, pertama creating perceptions

    dan yang kedua itu improve organizations efficiency, operational efficiency, nah dia

    itu dengan misi menunjukan bahwa XL ini adalah perusahaan Indonesia, makannya

    kita punya tagline persembahan XL untuk Indonesia.

    Karena semua yang kita lakukan itu, karyawan kita kan lebih banyak orang

    Indonesia, kita gak hanya narik profit untuk Indonesia doang, tapi kita juga

    berkontribusi balik untuk Negara, melalui pendidikan dan pengembangan

    masyarakat, nah, dua itu.

    I : Oooo, ya ya ya. Nah Mas, dalam melakukan CSR, Mas, XL ada memakai

    panduan-panduan atau guidance apa gak Mas ?

    D : Ada, kita ada panduan yang selalu kita ikutin, itu namanya Global Reporting

    Initiative, tapi Global Reporting Initiative itu kan luas banget ya cakupannya, jadi itu

    lebih ke sustainability, nah ada beberapa part di GRI yang kita follow, memang

    spesificly untuk CSR, yang berhubungan sama donations, creating future

    generations, kemudian sama yang berhungan dengan pengembangan masyarakat, tapi

    GRI itu kan luas, sustainability itu kan luas, ehmm..reporting, ehmm sorry,

    guidelines seperti ramah lingkungan, seperti apa namanya…energy use, itu semua

    sudah di apply d XL tapi tidak dalam konteks CSR, dalam konteks opreasional. Itu

    udah ada.

    I : Kalau ISO 26000 Mas ?

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • D : ISO 26000 kita belum, tapi dalam menuju kesana

    I : Nah Mas, kalau hal-hal yang mendasari pelaksanaan CSR di XL ?

    D : Pertama, kebutuhan dari stakeholders, itu macem-macem ya, kalo stakeholders di

    XL itu kan banyak. Pertama, kita bicara tentang konsumen. Konsumen Indonesia itu

    kan masyarakatnya telekomunikasi ya, kemudian abis itu stakeholder kita yang kedua

    itu community, kita ehmm..beroperasi di seluruh penjuru Indonesia, BTS nya kadang-

    kadang di daerah terpencil, jadi kita harus make sure community itu terjangkau lah,

    terjamin.

    Kemudian habis community kita punya yang namanya regulator, Pemerintah, mereka

    juga stakeholders kita, kemudian media, samainternal employee, itu adalah

    stakeholders kita. Nah ehmm..yang mendasari membuat CSR program adalah

    kebutuhan dari masing-masing stakeholders, itu dari 2 tahun ke belakang, 2-3 tahun

    ke belakang kita melihat paling membutuhkan perhatian adalah komunitas,

    ehmm..bukan berarti kita menyampingkan kebutuhan internal dari employee,

    kemudian media, karena kita lebih melihat yang harus dibantu adalah komunitas,

    dalam hal ini adalah pendidikan, which is adalah anak-anak kuliah, gitu, beserta

    dengan komunitas-komunitas lain yang ada di Indonesia, seperti komunitas di sekitar

    BTS, atau komunitas di sekitar perusahaan yang berada di seluruh Indonesia. Jadi

    kebutuhan dari masing-masing tertentu.

    I : Ohh okeoke. Nah Mas bagaimana ini bisa lahir XL Future Leaders ?

    D : Jadi gini, ada beberapa alasan fundamental dulunya, pertama, ehmm..CEO kita

    punya visi, jadi visi yang pertama adalah pengen melihat pemimpin-pemimpin di

    level CEO itu lebih banyak orang Indonesia, dibanding orang asing, itu visionernya,

    itu visionernya dari CEO kita, kemudian kalau dari alasan fundamental di

    masyarakat, kita melihat bahwa tingkat dari ehm..hardskill yang dibuat oleh

    pemerintah, jadi contohnya pemerintah itu sudah melakukan hal yang sangat baik

    untuk meningkatkan ehmm..hardskillnya dari anak-anak di Indonesia,

    ehmm..infrastruktur memang harus diimprove, cuman disini kita melihat bahwa

    kebutuhan anak Indonesia itu bukan hanya hardskill, gitu, kita udah buat beberapa

    survey, sebenernya apa sih yang menjadi masalah dari pendidikan di Indonesia, selain

    dari masalah infrastruktur yang harus dibenahi, ada juga masalah yang kita sebut

    masalah ehmm kurikulum, kemudian masalah dari sumber daya manusia, kita

    membuat survey, 360 degree, itu mulai dari Pemerintah, si anaknya, sektor swasta,

    sektor pendidikan, dan termasuk Pemerintah.

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • I : Itu surveynya udah khusus untuk program ini ?

    D : Belum, jadi kita buat survey, sebetulnya kebutuhannya apa sih ? Nah terlihat

    bahwa disitu di surveynya keliatan bahwa anak Indonesia itu secara..secara

    kompetitif dan secara hardskill itu bagus-bagus, memang bagus, IP misalnya, kita

    ngomongin IP, nilai, itu bagus-bagus. Tapi secara nilai kompetitif ternyata di sektor

    swasta itu melihat bahwa banyak yang belum ready untuk kerja, gitu. Di sektor

    Pemerintah melihat bahwa tidak ada support dari sektor swasta untuk mendukung ini,

    gitu, jadi kita melihat disini ada gap, gapnya adalah mereka tidak ready untuk kerja.

    Nah disini kita buat survey lagi, apa yang membuat mereka jadi lebih ready kerja,

    gitu.

    Ehmm..pertama, kita melihat hasilnya, resultnya adalah tahun 2011 itu kita bikin

    survey

    I : Itu survey nya dari cor.comm atau dari XL ?

    D : Ehmm..dari XL, dan dibantu oleh beberapa partners lah ehmm..namanya

    Cognitions. Ehmm..suveynya itu, terlihat dari surveynya bahwa ehmm..mereka punya

    kekurangan yaitu soft skills, mereka pada saat interview mereka terlalu menjelaskan

    tentang dirinya, tapi dalam arti, “saya berasal dari universitas mana, saya sudah

    belajar ini..”, jadi lebih ke dirinya, bukan ke visi, bagaimana dia akan berkontribusi

    banyak ke perusahaan, which is ada communications problems disitu kan.

    Ehmm..findings-findings di survey itulah yang mendasari kita membuat program

    future leaders sebenarnya, kenapa, karena kita melihat adanya gap, ehmm..antara

    Universitas, Sekolah, dan Actual di pekerjaan seperti apa, itu sih. Gap itu di

    pendidikan yang mendasari kita membuat program future leaders ini.

    I : Surveynya bisa cerita dikit gak Mas seperti apa ?

    D : Boleh. Ehmm..surveynya itu di 2011, ehmm melibatkan banyak pihak ya,

    melibatkan sektor swasta, itu berarti ada beberapa perusahaan juga, pada saat itu kalo

    ga salah kita mengambil responden dari ehmm..saya juga lupa dari mana, tapi dari

    sektor perusahaan, ada beberapa wakil dari perusahaan besar. Kemudian kita bikin

    focus group discussion, kemudian habis itu kita ambil dari sektor ehmm..pendidikan

    juga, pihak Universitas, abis itu dari si Mahasiswanya sendiri, kemudian dari orang

    tua, guru, dan dari sektor NGO gitu. Kita bikin focus group discussion.

    I : Berapa lama itu melakukan surveynya Mas ?

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • D : Ehmm..enam bulan, dari findings-findings nya lahir lah satu kebutuhan yang

    namanya kita harus punya satu program untuk ehmm, dari situ kita bisa lihat bahwa

    ada gap, sebenernya, di pendidikan, dan actual di pekerjaan, nah gap itu harus diisi

    oleh program-program yang bisa memperkecil gap tersebut, whichis soft skill, gitu,

    karena kita melihat bahwa soft skill itu di sekolah gapernah diajarin, anak itu harus

    belajar dari learning by experience, sedangkan secara culture, secara budaya, soft

    skill itu tidak didukung oleh culture tersebut, gitu. Misalkan, orang jawa itu punay

    tendensi selalu mengalah dan tidak berbicara secara direct, selalu mengutamakan

    kesopanan dan orang tua selalu dihormati, padahal kenyataannya di lapangan tidak

    harus seperti itu, jadi kurang lebih kaya gitu.

    Baru dibuat program XL Future Leaders yang meng address specific kebutuhan dari

    anak-anak muda di Indonesia, which is yang dari 3 kurikulum itu, komunikasi efektif,

    entrepreneurship and innovation, dan change management, 3 itu.

    Barulah setelah itu disosialisasikan melalui XL Future Leaders roadshow, namun

    selain roadshow kita juga melakukan sosialisasi berupa penyebaran poster di kampus-

    kampus, oleh karena itu peserta kita berasal dari banyak daerah.

    I : Itu penyusunan kurikulumnya berapa lama yah itu Mas ?

    D : Penyusunan kurikulumnya itu ehmm…jadi kita punya beberapa fase, fase

    pertama itu fase identifikasi masalah, which is itu needs analysis¸itu adalah fase

    dimana kita planning, kita akan buat kurikulum seperti apa, kita akan buat

    programnya seperti apa, nah itu fase needs analysis.

    Kemudian fase kedua adalah fase implementations, adalah fase dimana mulai kita

    launching programnya sampe sekarang, nah fase evaluasi adalah setelah program kita

    selesai. Nah untuk evaluasi itu ada beberapa cara kita melakukannya, jadi kalo Future

    Leaders ini kan sesuatu yang diajarkan ya, intangible ya, kita tidak menilai, kita tidak

    memberikan nilai, kalo di sekolah kan semua bergantung sama iP, nah kalo disini kita

    tidak bergantung sama score, tapi disini kita melihat perubahan kamu berdasarkan

    observasi, nah short term kita adalah, selama dua tahun, perubahan kamu itu kita

    bench mark dari level surface, developing, dan achieve, tiga itu, jadi pada saat kamu

    masuk, kamu semua di surface, dan developing itu adalah fase dimana kamu berubah,

    dan achieve itu dimana kamu memang sudah seperti yang kita harapkan. Jadi fase

    short term evaluasinya adalah membuat semua anak Future Leaders itu berubah

    menjadi seperti yang kita harapkan, itu short term, nah kalo long terms nya, karena

    ini soft skill, diharapkan mereka bisa membuat dampak dan bener-bener sesuai

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • objektifnya, yaitu menjadi leaders, karena kita itu kan creating leaders, bukan

    workers, kita akan lihat dampaknya 5-10 tahun lagi gitu.

    Nah disini dibutuhkan konsistensi sih, kalo memang program ini memang kita punya

    rencana jalankan selama 10 tahun, dan kita punya plan dimana kita bisa men track,

    dan melihat growthnya dari para alumni, kaya kita baru melepas lulusan dari batch 1

    kan ya, beberapa minggu yang lalu, itu kita punya alumni program, itu kita punya

    program dimana kita bisa mentrack anak-anak ini, setelah mereka lulus dari Future

    Leaders, itu apa yang mereka lakukan, jadi itu long termsgoal nya

    I : Nah cara monitornya gimana tuh Mas ?

    D : Setahun dua kali mereka akan bikin gathering, kita dari XL kita punya beberapa

    program, ada networking session, kemudian habis itu kita bikin acara yang kita kasih

    opportunity ke anak-anak yang sudah lulus bertemu satu sama lain dan memang

    berkolaborasi juga, jadi memang nanti mendatangkan leaders-leaders juga dari

    beberapa perusahaan untuk bener-bener networking.

    I : Nah kalau yang selama dua tahun itu kan ada yang namanya surface, developing,

    dan achieve ya, nah itu gimana cara memonitornya itu ya ?

    D : Cara monitornya, karena ini kan sifatnya bukan nilai ya, jadi itu lebih ke

    observasi, jadi masing-masing fasilitator itu kan memegang 20-26 orang nah dari

    orang-orang itu, dia akan lihat growthnya dari masing-masing anak, gitu. Dan

    bertugas kan mereka punya yang namanya IDP, terus punya yang namanya

    mentoring, nah dari situ anak itu bisa diobservasi sudah berubah atau belum.

    Misalnya Ivander kalo masuk dapet fasilitator, nah fasilitator itu akan mengobservasi

    Ivander, dari saat itu masuk sampe sekarang, apa aja perubahan yang dilihat, apa

    sudah bisa lebih menstrukturkan opini, apakah sekarang bisa mengaplikasikan

    thinking tools, sehingga pada saat berkomunikasi di depan umum bisa lebih

    terstruktur, lebih pede, kemudian apa-apa saja yang diajarkan sudah bisa di apply,

    nah itu berarti sudah masuk ke tahap developing atau achieve.

    I : Nah untuk pelaksanaannya Mas, Cor.Comm itu terlibat sampe sejauh mana ya Mas

    ?

    D ; Jadi begini, kalo Cor.Comm ini, ‘ting-tang’nya ini di Cor.Comm, nah fasilitator

    ini memang adalah jembatan antara kurikulum yang kita buat ke anak-anak, dan jadi

    100% responsible menghandle anak-anak, kalo Cor.Comm lebih ke komunikasi

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • publik dari program ini, dan menjalankan program ini yang memang bener-bener

    menjalankan operasionalnya itu fasilitator, jadi yang 100 anak-anak ini memang

    tanggung jawab mereka.

    I : Nah untuk evaluasinya Mas, sejauh ini unutk program XL Future Leaders batch 1,

    evaluasinya seperti apa Mas ?

    D : Evaluasinya macem-macem, jadi kalo di XL itu kita kan punya value kalo CSR

    itu harus shared value, dimana semua hal yang kita lakukan harus memiliki impact,

    ada direct impact ataupun indirect impact, kalo direct impact itu yang berhubungan

    dengan sales, akusisi customers, itu yang agak secondary kita lakukan, karena kita

    disini mau se honest mungkin untuk bikin CSR, walaupun tidak dapat dipungkiri juga

    semua perusahaan bikin CSR karena alasannya sales kan, nah kalo di XL kita

    measure nya itu dari perceptionindex, jadi kalo kita terlihat bahwa XL itu resultnya

    dua tahun berturut-turut sangat baik, perusahaan yang sangat peduli terhadap dunia

    pendidikan, itu yang sebenernya kita pengen achieve, dan dua tahun ke belakang

    memang sebenarnya kita sangat baik. Surveynya itu dilakukan dimata wartawan,

    media, dan dimanta stakeholders lain, seperti government dan NGO, gitu.

    Kita punya frequent cor.comm survey, dimana kita disitu measure semua program

    yang kita lakukan dan dampak yang kita harapkan, karena disini cor.comm ini kan

    supporting functions, bukan core functions, karena sales kan jelas objektifnya sales,

    network ya jelas objektifnya jaringan bagus, nah kalo Cor.Comm kan kita ke creating

    perceptions, pada saat kita bikin program kita ingin dianggap sebagai perusahaan

    yang peduli terhadap bidang pendidikan dan perusahaan yang mencetak leaders-

    leaders dan lulusan terbaik, nah di survey itu menggambarkan bahwa kita disitu. Jadi

    secara objektif pada saat kita bikin program dan result yang kita harapkan, pada saat

    evaluasi, itu sama.

    Jadi sejauh ini, ada korelasinya, positif, antara program ini dan reputasi perusahaan.

    Itu satu, yang kedua, indirect impact nya adalah publikasi positif, karena kalo kita

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • melakukan CSR kan itu di kan dipublish media, itu kan membuat publikasi positif

    terhadap XL.

    I : Nah dari reputasi itu ada dampak-dampak ke bagian lain gak Mas ?

    D : Ada, jadi disitu kan kita melihat kalo perusahaan kita dapat publisitas positif, nah

    dampaknya adalah ehmm..dampaknya gak ada langsung ke saham, tapi kita akan

    mencoba merelate bagaimana publisitas positif ini berdampak ke harga saham, itu

    sekarang masih sulit. Tapi dampak lainnya itu ada ke sales, itu ada dampaknya.

    Karena gini, karena gini, kita kan punya anak-anak Future Leaders dari Aceh sampe

    Sulawesi, nah pada saat kita bikin recruitment itu kan temen-temen di daerah juga

    ikutan bantu, dimana mereka juga diharapkan meningkatkan sales dimana ada anak

    Future Leaders nya, nah salah satu cara dari kita, cara untuk meningkatkan sales nya

    dalam membuat satu campaign dalam melakukan Future Leaders, dengan membuat

    campaign, membuka ruang untuk sales untuk memfollow up juga, jadi ada dampak ke

    sales nya, tidak banyak, tapi ada.

    I : Nah boleh cerita lebih dalam gak mas tentang perception index itu Mas ?

    D : Boleh, itu dilakukan setahun dua kali, jadi wave satu dan dua, wave itu per enam

    bulan, jadi kita akan compare antara wave satu dengan dua, target kita di wave dua itu

    berapa. Dilakukannya oleh lembaga survey independen, nah kalo di XL itu kita pake

    TNS, nah itu sudah sekitar 3 tahun kita pakai TNS, survey perception index itu

    digunakan untuk melihat berbagai macam efektivitas kinerja dari Corporate

    Communications, mulai dari hubungan baik dengan media, sampe efektivitas

    program-program yang dijalankan. Future Leaders masuk kedalam program-program

    itu, gitu.

    Ada beberapa indicator yang dilihat kalo kita berbicara tentang CSR, pertama adalah

    persepsi yang ditimbulkan dari program CSR ini, jadinya ehm…apakah program

    CSR ini dianggap sebagai program yang transparan, apakah ada program yang

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • memang punya maksud dan tujuan tertentu, apakah ini dianggap sebagai ehmm..jika

    program ini apakah dianggap program yang ehmm..peduli dengan pendidikan atau

    tidak. Apakah sebagai jualannya XL aja atau gak ?Jadi semua dilihat indicator-

    indikatornya disitu.

    Dan hasilnya positif, jadi kalo yang berhubungan sama sales itu gak, tapi kita dilihat

    sebagai perusahaan yang peduli dengan pendidikan, dan fokus untuk membangun

    anak muda untuk menjadi leaders-leaders di masa depan, gitu. Jadi efektivitasnya

    banyak sih, jadi measurementnya kaya..misalnya denger kata Future Leaders, orang

    itu associate kemana ? Gitu, orang langsung associate ke XL, itu ada indikatornya.

    I : Nah terakhir aku mau tanya yang tentang penghargaan itu Mas

    D : Oke., itu ada 2. Yang pertama itu ada ‘Golden Ring Award’, itu penghargaan

    yang diberikan oleh media, media-media yang ada di Indonesia, karena mereka punya

    penilaian-penilaian tertentu terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan

    kegiatan CSR. Pada tahun 2013 kita menang ‘CSR Ring Award’, ‘Best CSR in

    Telecommunications’. Nah pada 2014, baru minggu lalu, saya dapet ‘Asia Corporate

    Exellent and Sustainability Awards”, jadi indikatornya adalah pada saat itu ada 3

    program XL yang dianggap peduli terhadap leadership sustainability dari dunia,

    pertama itu Future Leaders, habis itu Smart Village, yang ketiga itu SNI Smart

    Mobile, jadi kaya semacam program UKM, dimana bisa meningkatkan UKM lewat

    mobile advertising, gitu.

    I : Oke aku rasa cukup, thank you Mas Dipta

    D : Cukup ? Oke thank you

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • Transkrip Wawancara Dwi Kartika Sari (Program

    Leader – XL Future Leaders)

    Kamis - 27 November 2014

    Menara Prima (Mega Kunigan) Lantai 7

    Jam 10.21- 11.17,

    i : Ivander

    d : Dwi Kartika Sari (Deedee)

    i : Oke selamat siang untuk Deedee

    d : Ya, selamat siang

    i : Iya jadi Deedee ini kan head of XL Future Leaders program, dan juga fasilitator

    ya..ehmm..jadi apa saja yang menjadi tanggung jawab Deedee ?

    d : Jadi kalau kepala program, we call it program leader ya dibilangnya, yang pasti sekarang

    menaungi kelas batch 1, dan juga batch 2, yang sekarang batch 1 sudah selesai, jadi

    sekarang batch 2 dan batch 3. Memastikan seluruh program berjalan dengan baik, seluruh

    program-program yang harus berjalan, dan supervisi ke seluruh fasilitator, bahwa fasilitator

    ini melakukan tugasnya dengan baik.Itu satu, tanggung jawab Deedee ke fasilitator.

    Tanggung jawab Deedee ke XL adalah memastikan bahwa program yang sudah didesain

    sedemikian rupa ini sesuai dengan plan nya, jadi harus dilaporkan ke XL. Jadi tidak sekedar

    “oke kelasnya berjalan”, tapi juga “oke apakah fasilitatornya berjalan seperti seluruh desain

    program ?”, which is yang sudah dibuat sama cognition. Ada pelaporan Deedee juga ke

    cognition, jadi Deedee menghandle tiga tugas, bahwa ada..ehm, ke tim, bahwa program ini

    berjalan baik, kemudian fasilitator termasuk supervise dan bagaimana tim fasilitator ini

    berjalan dengan baik ya.

    Yang kedua, menjadi jembatan diantara fasilitator ke XL itu sendiri, karena XL yang

    membiayai program ini.Yang ketiganya, ehmm.., memastikan bahwa program ini berjalan,

    karena Deedee juga harus melaporkan ini ke Cognition.

    Jadi, ehm..sentral dari tiga designer dari program ini, itu yang harus Deedee pastikan, itu.

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • I : Ooo iyaiya, kalau latar belakang XL sendiri melaksanakan XL Future Leaders sebagai salah

    satu program unggulannya, itu apa ya, Dee ? Sebab saya sendiri membaca dari laporan

    tahunan XL tahun 2013 itu Pa Hasnul sendiri bilang bahwa ehmm..XL Future Leaders adalah

    salah satu program unggulan dari XL. Latar belakangnya apa ya ?

    D : Ehmm… mungkin Deedee akan meng quote Pa Hasnul cerita ya, cerita Pa Hasnul, latar

    belakangnya kan dulu, memang Deedee ingat waktu itu pembukaan program XL Future

    Leaders di national conference, itu adalah ketakutan Pa Hasnul, bahwa di tahun mendatang,

    let’s say di tahun 2030 something, kita akan kekurangan leader, kita akan kekurangan

    pemimpin, kita akan kekurangan top-top CEO, ehmm padahal sebenarnya itu yang

    dibutuhkan, bagaimana membangun masa depan, lewat pemimpin, kita gak mungkin kan

    semua jadi rakyat, harus ada yang jadi pemimpin, bisa berpikir secara ide besar, itu yang

    dikhawatirkan Pa Hasnul. Kita harus bikin ini ehm…CSR program, yang notabene tidak hanya

    memberikan uang, ehmm…tidak hanya memberikan uang untuk membangun sekolah,

    ehm..untuk membantu kebakaran yang ada disana, gak, tapi lebih kepada manusianya yang

    harus dibangun, kita kurang itu.

    Yang kedua, kepedulian beliau, banyak top ehmm..perusahaan di Indonesia yang bos-

    bosnya itu dari luar, kenapa gak orang Indonesia sendiri ? Kenapa gak anak muda Indonesia

    sendiri ? Bisa dihitung pake jari lah, berapa yang seperti beliau ? Seorang Pa Hasnul, ada di

    perusahaan besar, dan ini sebenarnya ada investasi dari luar juga kan ? Tapi beliau jadi CEO

    nya gitu, bukan orang lain.

    Nah bisa gak, legacy nya itu dibawa nanti teman-teman yang ke depannya keren. Hanya

    adalah, kalau dulu Pa Hasnul butuh 30 tahun menjadi seorang CEO, yang biasanya sekarang

    bisa gak dipercepat dari teman-teman ini, bagaimana cara nya, mungkin jadi 10 tahun,

    mungkin jadi 15 tahun, udah dari mulai lulus kuliah, 15 tahun kemudian menjadi seorang

    CEO, jadi ada semacam shortcut gitu ya, shortcut bukan berarti Pa Hasnul yang harus

    panjang jalannya, berliku, karena apa dia bilang, “Saya gak ada coach nya, saya gak ada

    orang yang mentorin saya, nah temen-temen sekarang dikasih nih, belum jadi lulus kuliah

    udah dikasi program XL Future Leaders, dimana program ini isinya membangun seorang

    yang bisa me-lead, atau seperti seorang manager gitu ya, bagaimana cara ehm..memimpin,

    bagaimana menghadapi sebuah kasus atau masalah atau sebuah ideas, apakah akan dibuat

    kritisi nya menjadi lebih baik, apakah menjadi masalah baru, apa menjadi ide baru, itu perlu

    orang yang tahu memimpin, kenapa ? Karena dia akan punya tim, diluar itu adalah bahwa

    Pa Hasnul juga cerita bahwa XL sudah punya keuntungan, kalau kaya kita buah, ehm..dia

    cerita kalau tidak salah waktu itu avocado, setelah isinya avocado, di tengahnya kan itu ada

    bijinya ya, ini mau dikemenain ? Kita udah dapet untung nih, ini mau dikemanain ? Tanem

    lagi yuk, biar tumbuh lagi pohon-pohon avocado baru, that’s what he wants.

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • Jadi ketika kita bikin seperti ini, mudah-mudahan yang seratus sekian yang di batch 1, batch

    2 dan batch 3, sampe sepuluh tahun kedepan, targetnya adalah 1.335 pemimpin ini, akan

    banyak lagi CEO-CEO baru, hasil dari XL Future Leaders, itu idenya dari Pa Hasnul kalau

    boleh mengutip ya, dari berbagai macam opening nya, dari berbagai macam eh..roadshow,

    ideas nya kenapa ada XL Future Leaders.

    I : Itu gagasan awalnya ya

    D : Iya, ya.

    I : Nah, perencanaannya dari gagasan itu gimana ya, Dee, ya ?

    D : Pa Hasnul langsung membikin tim, yang menggodok bagaimana caranya kita mempunyai

    program seperti ini untuk anak muda, karena biasanya program ini dibikin oleh orang-orang

    yang sudah kerja, kalau di XL berarti untuk managers-nya, ehm..level-level yang memang

    sudah posisi memimpin, sekarang bagaimana caranya itu sama.

    Mulai lah itu diminta sebuah tim, waktu itu Deedee belum masuk soalnya, tim ini yang harus

    mematangkan A, B, C, D nya, sampe pada posisi ini diberikan hanya untuk mahasiswa

    semester emmm…awal, which is tahun ke dua dan ke tiga. Kenapa ? Emm..karena melalui

    riset, itu emm..diberitahukan bahwa orang Indonesia itu gapunya cita-cita, belum terbentuk

    cita-cita nya, nah itu bisa masuk di temen-temen yang kuliahnya di tahun kedua dan ketiga,

    SD, SMP, dan SMA, itu ga dapet, tidak seperti diluar, yang edukasi dari SMP aja udah tahu,

    saya mau ngapain ketika nanti sudah lulus kuliah. Indonesia itu baru ada di tahun kedua dan

    tahun ketiga, itu berdasarkan survey research yang akhirnya diberikan dari bidding vendor

    untuk membuat kurikulumnya which is dari Cognition

    I : Ooo jadi untuk kurikulum nya itu ada vendor nya ya, Cognition ya ?

    D : Yes, yes. Tapi itu tidak datang dengan tiba-tiba, jadi ehm kalau informasi dari Ms. Turina

    itu ada 5 yang mereka panggil, dan yang terbaik keluar adalah dari Cognition, dari Cognition

    itu melakukan research ya, untuk kebutuhan needs nya untuk anak Indonesia ini itu apa,

    kemudian mulai membuat mimpi itu di umur berapa, di level edukasi seperti apa, dan

    kemudian ditawarkan dan digodok, makannya kenapa kita sampai sekarang stay, program

    ini diberikan kepada teman-teman yang kuliah di tahun kedua, dan ketiga strata 1, bukan

    untuk strata 2. Emm..bukan untuk anak SMA, bukan untuk anak SMP, bukan what even SD.

    I : Kalau Deedee sendiri ada pernah tahu tidak Dee riset ini dilakukannya seperti apa, atau

    berapa lama ?

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • D : Itu harus ditanyakan ke Cognition langsung, jadi itu kalau tidak salah cukup lama. Ini

    dibuatnya, nanti boleh dikonfirmasi lagi itu, kalau tidak salah setahun untuk research,

    sampai akhirnya keputusan finalnya, yes, kita akan langsung launch. Itu setahun, lama.

    Karena mereka harus interview, mereka harus liat pasar, kemudian membuat kalkulasi nya,

    sampai akhirnya memutuskan ini kurikulumnya, dan ini adalah target..emmm.mahasiswa

    yang harus dan akan diberikan program ini.

    I : Kalau Deedee terlibat disini dari kapan ya ?

    D : Dari mulai batch 1, dari mulai pertama ini mau dibuat, tapi Deedee mulai dari

    aaa..roadshow. Jadi program sudah jadi, sudah diberikan oleh Cognition, dan program

    sudah dibentuk, ini loh yang harus diberikan.Nah dari situ masuknya. Jadi proses masuknya

    mereka memutuskan Cognition dengan XL, Deedee tidak terlibat langsung, jadi mulainya

    baru bener-bener di batch 1 pada saat roadshow sudah selesai, dan kelas mau mulai, jadi

    sudah kepilih lah berapa orang nih..ehmmm..120 anak ini ya, dan kita di assign untuk

    kelasnya Jogja, kelasnya Bandung, kelasnya Jakarta,kelasnya emm..Surabaya, nah

    itu..masuknya dari situ, dan itu dua bulan sebelum kelas dimulai, jadi kalau Januari kelas

    dimulai, Deedee masuk sekitar bulan November, dan dapatlah, ini loh kelas-kelas yang akan

    diberikan.

    I : Jadi penyusunan kurikulum termasuk di vendor ya ?

    D : Iyaiya

    I : Nah kalau dari lulusan yang diharapkan ya Dee ya, lulusan seperti apa yang diharapkan

    dari program ini Dee ?

    D : Satu, lulusan ini tetap merasa Indonesia, kita gak bikin, karena kebetulan kurikulum ini

    kan dari Cognition, namanya kan Cognition Education, ini dari New Zealand, mereka

    membikin men design kurikulum yang akan diberikan, pertanyaannya kenapa dari luar, gak

    dari local aja ? Nah kalau ini dijawabnya karena kurikulum yang mereka berikan itu

    sebenarnya bukan membuat orang menjadi orang New Zealand, atau membuat ini

    membuat pendidikan secara New Zealand, tapi kebutuhan yang dibutuhkan sama orang

    Indonesia, yang kita harapkan seperti yang Pa Hasnul katakan, punya karakter Indonesia

    yang humble, tapi punya quality yang sama dengan global leaders, apa sih global leaders

    nya gitu ?

    Mereka berpikir secara luas, tidak terkotak- kotak gitu ya, tidak hanya mereka yang berani

    bicara di depan karena merasa “saya sama-sama orang Indonesia”, berani gak bicara di

    depan orang-orang yang lebih majemuk ? Dari orang Asia mungkin, dari Eropa mungkin,

    seperti itu yang kita harapkan buat temen-temen yang kita plot untuk jadi pemimpin masa

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • depan, Pa Hasnul yang orang Indonesia, kalau dalam bentuk karakternya dia sendiri sangat

    Indonesia, secara performance nya sangat Indonesia, dan anak buahnya orang bule nya

    banyak, tapi mampu untuk mimpin, nah kekurangan beliau itu “saya kadang-kadang

    bicaranya masih kurang oke, saya kadang-kadang ketegasan di depan untuk berani berdiri,

    itu kurang oke, karena dulu gak ada coach nya”, nah dengan ada seperti ini, seharusnya

    menjadi double, triple, untuk temen-temen yang sekarang sudah oke, ditambah dengan

    program ini, nah lulusan ini lah yang diminta, diharapkan selama dua tahun, kenapa kita dua

    tahun panjangnya, karena tidak ada yang datangnya instan, semua itu melalui proses yang

    temen-temen rasain, yang temen-temen bisa rasain, bahwa challenge selama dua tahun ini

    bisa dibawa selama bertahun-tahun kemudian, jadi lulusan yang tidak hanya ngerti technical

    aja lulus kuliah, tapi soft skill nya juga ada, karena itu yang jadi highlight, technical nya dari

    kampus, and now you have XL Future Leaders, you have soft skill part, yang membangun,

    yang mungkin di kampus tidak ada.

    I : Ehm iyaiya

    D : Ya seperti itu

    I : Deedee bisa cerita gak kurikulumnya selama dua tahun itu seperti apa ya Dee ?

    D : Nah kalau masalah kurikulum gambarannya ya ehmm.. pengalaman pertama ya, waktu

    mengajar batch 1, itu mereka merasa semuanya top, karena memang semuanya yang

    masuk seleksinya memang luar biasa gitu, terkejut-kejut gitu loh, “Kenapa saya perlu ini ?

    Saya tahu, gua bisa” banyak hal-hal yang mereka langsung deny gitu, jadi yang diharapkan

    mereka, mereka pikir ketika mereka masuk, saya akan menjadi orang nomor satu, yang lain

    itu tidak ada apa-apanya gitu, nah kurikulum ini tidak membuat orang menjadi dominan,

    tapi kurikulum ini membuat orang menjadi kritikal, maksudnya apa, menjadi dominan itu

    memang perlu, tapi tidak menjadi belagu gitu, menjadi arrogant, menjadi sombong, kenapa

    ?

    Karena once kita me-lead diri kita sendiri, bukan berarti titlenya adalah Boss, bukan berarti

    tittle nya adalah leader, kalau kita ditunjuk jadi seorang staff pun, kita harus bisa mimpin,

    nah inilah bagiannya kenapa kurikulum ini diperlukan, temen-temen menjadi kritis pada

    saat diberikan tugas, bukan diberikan tittle, jadi dalam membuat team, kadang- kadang gini,

    yang jadi leadernya, kadang-kadang yang dipilih jadi time keeper nya mereka gamau, ‘apaan

    cuman megang jam aja?’, loh siapa yang bilang jadi time keeper hanya megang jam aja, dia

    memastikan time plan sebuah group itu berjalan dengan baik, dia akan galak bahwa group-

    groupnya, bagian-bagian divisinya yang emm..apa, yang sudah ter-assign disini, tidak hanya

    sekedar bekerja, tapi tahu apa targetnya.

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • Nah hal ini yang belum dikuasai sama teman-teman, karena teman-teman yang masuk

    merasa ‘gue masuk, gue harus jadi ketua, dibawahnya ini dianggap tidak penting’, itu

    padahal penting. Nah faktor dominan ini yang coba dihilangkan, menjadi faktor kritikal, itu

    yang ditekankan. Ketika kita ditunjuk menjadi seorang bendahara pun, bukan hanya koleksi

    uang aja, tapi tahu bagaimana mengatur budget, tau bagaimana membuat laporan

    keuangan yang bertanggung jawab, nah yang kaya gitu tuh, ini kurikulumnya yang mau

    dibangun, makannya kenapa diberikan tiga pilarnya : effective communication, innovation

    and entrepreneurship, dan managing change.

    Effective communication bukan hanya yang jago bahasa Inggris,tapi tahu bagaimana

    mengemukakan sebuah ide dengan tawaran seperti apa prosesnya, atau ketika ada masalah

    tau evidence base nya seperti apa, ehmm..dan dia harus bulletproof, gimana caranya ketika

    ditanyakan mereka tidak hanya ‘oh iya saya tidak tahu ya.”, misalnya begitu, not gonna

    happen that way, nah itu bagian dari kerja sama dalam tim, bahwa ketua pun harus tahu

    bahwa kerjaan seorang time keeper ini benar gak dilakukan, si bendahara ini benar gak

    dilakukan..ehmm, quality control nya benar gak dilakukan, jadi bukan hanya menyuruh-

    menyuruh dan menyuruh, tapi dia sendiri tahu posisi dia sebagai ketua itu memanage team,

    kenapa ? Posisi seorang leader itu ketika dia sukses adalah ketika dia membawa tim nya

    keatas, bukan karena ‘ini gara-gara saya’, tapi ‘ini gara-gara kami kerja sama’, itu.

    Akhirnya itu mulai berubah di workshop tiga dan empat.

    I : Oh itu uda mulai kerasa ya ?

    D : Iya, jadi tidak ada yang merasa dominan lagi sebagai ketua, merasa harus didengar selalu

    paling benar, selama dia tidak bisa mengungkapkan pendapatnya dengan tepat, which is

    harus ada evidence nya, faktanya, logikanya seperti apa, well, means you fail, itu tidak kita

    harapkan terjadi sama teman-teman. Jadi semuanya akan merata, dari mulai yang paling

    keren kampusnya, paling tinggi GPA-nya ketemu dari temen-temen yang kampusnya

    mungkin dari tempat yang biasa aja, GPA-nya mungkin dibawah tiga, itu akan sama naik

    ketika mulai dalam konteks diskusi, seberapa besar kontribusi kita dalam sebuah tim, dan

    me-lead nya, strategis atau tidak.

    I : Oke, bisa cerita juga gak Dee tentang, ehmm..kan kalau XL Future Leaders biasanya ada

    roadshow ya, bisa cerita gak roadshow nya seperti apa ?

    D : Kebetulan yang batch 1 Deedee gak ikut roadshownya, karena belum masuk ya, karena

    roadshow itu mulai dari pertengahan ehm..sorry, tahun 2012, which is bulan November

    Deedee baru masuk, tapi kalau me-refresh pernyataan dari temen-temen tim corporate

    communication, roadshow di tahun kedua dan ketiga, itu eskalasi kampus nya naik, jadi

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • kalau di tahun pertama hanya lima kampus besar, di tahun kedua itu nambah jadi..aduh

    lupa yam nanti dikonfirmasi aja ke corp.comm, entah sepuluh atau sebelas, di tahun ketiga

    itu lebih lagi, menjadi empat belas kampus, pertanyaannya kenapa tambah ? Karena

    pendaftar ini bukan hanya dari lima kampus tadi saja, ya UI, ya ITB, ya emmm UnPad, emm

    apalagi misalnya ya ? Emmm..UGM, bukan itu-itu lagi, jadi lebih ekspansif, lebih besar, jadi

    kita lihat nih peluang-peluang mahasiswa-mahasiswa yang punya IQ, EQ itu, ternyata tidak

    datang hanya dari top 5 kampus saja, akhirnya roadshow ini lebih ekspansif, lebih besar, dan

    kita harapkan bukan hanya di Jawa saja, bukan hanya di Sumatera saja, tapi lebih bisa ke

    Sulawesi juga, ke Kalimantan juga, mungkin nanti kita mau juga ada di Papua, nah ini yang

    mau menyentuh CSR program kita untuk anak-anak Indonesia yang tersebar dari Sabang

    sampai Merauke.

    I : Itu kalau pendaftarannya ada dari mana aja Dee ?

    D : Pertama-tama itu semua kita dari online ya pendaftarannya, itu mereka kirim CV ke kita,

    nah lalu kemudian berkembang, sekarang di batch 3 itu via website khusus

    xlfutureleaders.com itu bisa langsung daftar kemarin itu, dulu di batch 1 belum ada itu

    website XLFL, di batch 2 kita masih bikin, nah di batch 3 baru bener-bener ada

    xlfutureleaders website, jadi boleh langsung dimasukan aplikasinya kesana, gitu.

    I : Untuk kelasnya dalam pelaksanaan kurikulumnya itu bisa diceritakan gak Dee seperti apa

    itu ?

    D : Ehm jadi design dari program ini adalah pertemuannya dua bulan sekali, jadi kalau dalam

    dua tahun itu kita punya lima kali dalam satu tahun, itu ehm..dibuatnya dua bulan sekali,

    dan diantara dua bulan sekali itu ada online learning, karena ketemunya dua bulan sekali,

    maka tugas, supervise, dan lainnya, through online, makannya didesign agar memastikan

    silabus, atau modul, yang diberikan itu tepat, maka dibuatlah itu 10 kali pertemuan, dan

    pertemuannya dibuat emm..sabtu dan minggu, full days, dari jam 8.30 jam 9, sampai kurang

    lebih jam 5, Sabtu dan Minggu.

    Kalau yang di Jakarta, yang pasti ada di Grha XL, di Jogja juga di Grha XL, jadi di semua

    daerah yang di assign, itu diletakan tempatnya di Grha XL terdekat, hanya kelas- kelas ini

    memang hanya menjadi basecamp saja, kita punya kelas di Jakarta tapi studentnya datang

    dari Aceh, dari Medan, dari Pekanbaru, karena disana mereka cuman satu atau dua orang,

    kalau kelas Jogja, datangnya dari Jogja, Semarang, Purwokerto, dan Malang, kalau di

    Bandung itu purely Bandung, tapi di batch 2, Bandung ke Jakarta karena gak terlalu banyak,

    jadi sangat fleksibel, mudah-mudahan ke depannya kelas-kelas ini bener-bener jadi region

    ya, kita punya kelas di Kalimantan, misalnya, tapi so far belum ada, kita punya dari

    Kalimantan di batch 2 itu diterbangkan ke Jakarta, jadi ini memang kelasnya diberikan ke

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • tempat-tempat yang memang XL ada tempat karena ini memang program XL, temen-temen

    di region juga bisa support untuk activity nya. Jadi kalau di region itu gak lebih dari 10 orang,

    kita akan terbangkan ke Jakarta, jadi seperti Medan, Aceh, itu diterbangkan ke Jakarta. Jauh

    lebih baik aksesnya, dibanding kita kirim ke Surabaya, itu aksesnya jauh lebih sulit.

    Jadi cukup unique ya, kaya yang kelas Jakarta-3 itu kan dari luar pulau, itu harus kerja lebih

    keras untuk kerja kelompok, mereka gabisa ketemu, through online dan Hangouts (aplikasi

    google) saja, karena memang sudah diberikan gadget oleh XL, jadi itu kenapa ada online,

    karena temen-temen diberikan laptop, kemudian ada android handphone, dan diberikan

    pulsanya, agar memastikan program ini berjalan baik dan temen-temen tidak ada alasan

    tidak bisa dihubungi

    I : Terus ehmm..oh iya, itu biaya akomodasi semua, segala macam, ditanggung semua oleh

    XL ya ?

    D : Yess, dari awal memang sudah diberikan ehm…informations bahwa program ini purely

    diberikan oleh XL secara cuma-cuma kepada temen-temen ini, kalau ada kaya temen-temen

    yang harus dari Aceh ke Jakarta, itu XL menanggung biaya penerbangannya, tinggal disini

    dimananya, makannya, memastikan bahwa tugasnya yang sudah diberikan ke mahasiswa ini

    adalah belajar, jadi untuk akomodasi dan sebagai macamnya itu sudah ditanggung oleh XL,

    hanya adalah kalau ada temen-temen yang ada di region itu, misalnya ada dari temen

    Jakarta, mereka datengnya dari Depok, itu tidak diberikan lagi, karena kalau yang dari

    daerah sudah mengorbankan waktu panjangnya perjalanan, pantas diberikan seperti itu,

    kalau yang disini karena lebih dekat harusnya sudah bisa mandiri, jadi kaya ongkos bus nya,

    atau ongkos kereta nya dibayarin, itu gak ada, mereka udah aksesnya udah lebih deket,

    ketemu fasilitator lebih deket, janjian ketemu tempat lebih deket, tidak mungkin berjibaku

    seperti temen-temen daerah yang harus ninggalin comfort zone nya, keluar dari rumah,

    keluar dari lokasi temen-temennya juga, masih buang waktu perjalanan nunggu 2 jam untuk

    pesawat dan segala macam, jadi ada balance yang kita develop, makannya kalau di region,

    kalau di Jogja misalnya mereka ada yang tinggal di Malioboro, itu mereka tidak dikasi

    ongkos becak nya, jadi memang hanya yang diluar region yang diberikan transportasi, jadi

    memang develop kiri dan kanannya.

    I : Ehmm..ya, jadi kalau tidak salah di batch 1 selain di kelas juga ada beberapa project anak-

    anak ya, bisa cerita tidak Dee kegiatan anak-anaknya, atau achievement apa saja yang ada

    dari batch 1 ?

    D : Ehmmm..batch 1, luar biasa, karena baru di workshop 2 mereka sudah gila kerja, kerja

    bukan masalahnya ada workshop di kelas aja, tapi ide-ide untuk bisa mengaplikasikan

    program yang sudah diberikan XL dalam program XL Future Leaders, jadi bagaimana mereka

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • bisa punya jiwa inovasi dan entrepreneurship, entrepreneurship bukan mereka jualan ya,

    bukan mereka tau-tau buka toko gitu ya, gak. Tapi ada kegiatan, real, pertama kali itu ada

    kegiatanbook talk, jadi kebetulan Pa Hasnul meluncurkan buku Everyone Can Lead, dan

    batch 1 bilang, kenapa kita gak coba bikin ini sebagai gebrakan pertama untuk

    mengumpulkan banyak anak muda untuk mengerti ada..ehmm..sesuatu dalam kegiatan itu

    yang bisa dikritik ya, bahwa kamu bisa memimpin, dengan gaya kamu sendiri, makannya di

    batch 1 itu ada series booktalk dengan berbagai macam gaya gitu ya, dari mulai ada di

    Gramedia, kita buka booktalk untuk banyak orang public, ada juga book talk di @America,

    emmm ada juga di Bandung, kita buat di Universitas, boomnya itu ada di batch 1 yang ada

    gabungan dengan batch 2 di Jogja, yang International Leadership Festival, which isbook talk

    nya dibarengin dengan konser musik, itu setau Deedee, baru pertama kali di Indonesia, itu

    sukses luar biasa, karena lucunya, book talk dilakukan diatas panggung music, dan orangnya

    itu banyak banget yang “ini bakal sukses gak ya?”, taunya itu sampe luber, peserta yang kita

    kasih datang itu 350 sampai 400, yang datang itu hampir 500, dan rame nya pada saat book

    talk, pada saat konser malah berkurang, lucu karena sebelumnya panitia pikir pada saat

    konser musik bakalan lebih ramai, yang di bukunya akan lebih dikit, ini terbalik, haus akan

    ilmu, haus akan sesuatu yang kita tidak punya itu masih dimiliki anak-anak Indonesia ya, itu.

    Yang lainnya, sosial itu kita juga banyak, kaya ‘Ramadhan Act’, jadi pada saat itu bulan

    Ramadhan, tidak seperti kegiatan ramadhan yang lain-lain, kita datang ke salah satu

    Yayasan, ehmm..aduh lupa namanya, tapi seluruh anggota panti nya itu buta, jadi kita

    datang kesana, kita berikan bahwa mereka punya sesuatu yang orang lain itu mungkin lupa

    mereka punya sesuatu, kita datang dengan program, program ini bukan berarti kita akan

    ngaji, kita akan datangkan Pa Ustad, sebaliknya malah, program ramadhan ini adalah

    program yang super kreatif, bahwa kalau menjadi kurang itu bukan berarti harus minder,

    karena teman-teman panitia ini datang dari berbagai macam agama, ada Christian, ada

    Buddhist, ada Moslem, nah di program ramadhan act ini, kita kenalin temen-temen yang

    kurang dalam pengelihatannya, beberapa orang ternyata sukses, ada yang juga lulus, ada

    yang punya NGO sendiri, ehmm..mereka bisa menghasilkan sebuah ehmm…apa namanya,

    ehmm…bisnis yang biasa dilakukan sama orang-orang yang bisa melihat, nah kita bawa

    orang-orang ini ke panti sosial yang khusus memang menampung, orang-orang yang kurang

    baik dalam pengelihatan ini, ini kita coba berbagi dengan mereka dengan motivasi, isinya

    kita coba lebih kepada spirit ramadhan, bahwa orang yang pada saat ini harus menahan

    lapar, haus, menjadi lebih sabar, itu hasilnya jauh lebih baik kalau bisa kita rangkul dengan

    kegiatan yang jauh lebih baik lagi, itu “Ramadhan Act”.

    Kemudian ada juga ‘Christmast Act’, ini ide gagasan temen-temen di Jakarta juga, yang

    mendatangkan anak-anak penderita Kanker, which is ada kanker otak, kanker darah, dan

    semacamnya, tapi kita datangkan ke XL, dan disini ehmm..idenya adalah berbagi kasih,

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • bahwa motivasi hidup itu harus selalu ada, walaupun kita ada di kondisi terburuk yang

    pernah ada, yang seolah-olah gak ada umur panjang lagi untuk hidup, ini kita coba bagi

    sama temen-temen kecil ini, kita coba bikin cerita, kita bikin semacem motivasi..bagaimana

    caranya merangkai sebuah ehmm..situasi yang tadinya tidak menyenangkan, menjadi

    menyenangkan dari temen-temen ini bikin sebuah program acara, cerita-cerita yang mereka

    bisa berinteraksi langsung dan itu hanya di dalam ruangan kecil saja, 15 sampai 20 anak ini,

    jadi anak-anak XL Future Leaders batch 1, kebetulan waktu itu dibantu sama batch 2 juga.

    Kemudian di Jogja juga ada ‘Ramadhan Act’, temen-temen ini datang ke panti asuhan yang

    memang untuk anak-anak yatim piatu, jadi disana mereka coba berbai hal kecil, sekitar dua

    puluh orang, rata-rata anak-anak yatim piatu ini sudah putus sekolah, dan mungkin gabisa

    ke sekolah yang keren, gitu ya, nah temen-temen XL Future Leaders Jogja kesana,

    bagaimana memotivasi sendiri, bikin kelompok-kelompok kecil, diskusi, kemudian berbagi,

    jadi lebih ke diskusi sharing, bagaimana memotivasi diri, dan memastikan menjadi anak

    yatim piatu, anak putus sekolah itu tidak masalah, selama, balik ke diri kita sendiri,

    bagaimana memandang masa depan yang saya punya. Itu berbaginya ehm..yang temen-

    temen lakukan ke panti itu. Itu salah satu contoh-contoh, contoh yang lainnya ya.ehm..yang

    lebih banyak kalo sosial itu..kalau di Jogja itu ada lagi mereka punya ide gila bikin sebuah

    bisnis, ahh, godokan itu luar biasa berat, ini digodok selama 7 bulan, lama sekali, mulai dari

    diskusi, ide, sampai akhirnya jadilah bisnis makanan.

    Yang setelah tujuh bulan itu menghasilkan yang namanya café ahmm…nama nya Degdegan

    Café, fokus awalnya ehmm..menjual ‘degan’, kenapa namanya ‘Degdegan’, degan which is

    kelapa, yang dicampur menjadi sebuah minuman dengan bermacam taste, rasa dan

    ehmm..favour, dan segala macamnya, makannya ditambahkan biar menjadi lebih selling

    menjadi ‘Degdegan Café’.

    Nah berjalannya café ini baru satu bulan, ada penawaran untuk kompetisi bisnis di usaha

    kecil dan menengah, dibawalah si degdegan café ini, which is saat itu belum selesai masih

    proses, untuk bertanding bersama ratusan orang yang sama-sama mendaftarkan diri untuk

    diberikan dana hibah namanya, nah akhirnya Degdegan Café masuk ke top 100, dan

    ehmm.masuk ke bagian ketika diputuskan, kita masuk ke bagian yang misalnya dana nya

    dipotong 20 juta misalnya ya untuk dapat dana hibah, di challenge lah ketua project ini

    untuk memastikan bahwa uangnya gak sampe segitu. Kalau uangnya bisa dikurangi, apa saja

    yang bisa kamu lakukan untuk mengkalkulasi ulang pengeluaran untuk jadi bisa memastikan

    kami memberikan dana hibah itu, hanya diberikan dalam waktu kurang dari dua menit, dan

    peserta itu mempresentasikan kembali, dan hebatnya project leader kita ini bisa langsung

    mengeksekusi itu dan turun menjadi angka 14 juta dan diterima oleh panel juri saat itu,

    kemudian mendapatkan dana hibah itu. Kebetulan namanya adalah Laviona Grizelda, atau

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • nama panggilannya adalah Lala, dan setelah itu dua minggu kemudian dikabari bahwa

    mereka menang dana hibah itu, dan mendapatkan uang 14 juta, jadi 14 juta ini menjadi

    dana tambahan bagi Degdegan Café, yang tadinya dimulai dari dana.ehmmm, patungan

    temen-temen yang waktu itu jumlahnya masih 21 orang..ehmm, menjadi sebagian dana

    tambahan investasi modal café, nah setelah berjalan setahun, sekarang Degdegan Café

    menjadi Degdegan Noodle Bar, jadi tidak hanya menjual si minuman saja, sekarang ada

    tambahan namanya ‘Mie IPK’, ya sebenarnya pelesetan dari, kalo IPK kita kenal namanya

    Indeks Prestasi Kumulatif, mereka menjadikan Indeks Prestasi Kepedesan, gitu hehehe, jadi

    lebih ekspansi pasar, lokasinya kita rubah, konsepnya kita rubah, ehmm dan sekarang lebih

    go public, jadi dulu fokusnya di mahasiswa aja, sekarang siapapun yang dateng ke Degdegan

    Café merasa muda, merasa tertantang, jadi itu konsep yang sekarang dibesarkan sama

    temen-temen, nah itu sebagian kegiatan dan aktivitas dari temen-temen di batch 1.

    Diluar itu, banyak juga mereka yang..ehmm, sebelumnya di kampus itu banyak kegiatan,

    pertandingan, student exchange, sekarang jadi terarah, tadinya ada 10 acara mereka ikut

    semuanya, sekarang ikut 5, menang semuanya. Jadi lebih strategis, tidak ikut-ikutan, tidak

    asal daftar.Memang terkadang tidak semuanya jadi juara, kadang sampai final sampai

    semifinal, tapi pengalaman bahwa mereka mendapatkan itu dengan strategi, itu yang

    menjadi menarik.

    Dan buat yang mereka mendapatkan exchange keluar negeri, cara belajar di XL Futrure

    Leaders ini bisa dibawa, salah satunya yang pernah student exchange ke Korea namanya

    Wildan, ehmm..mengikuti ada kompetisi debat saat itu, yang Indonesia dipandang sebelah

    mata tadinya, tapi akhirnya bisa come up jadi pemenang.

    I : Emm..okeoke, jadi itu salah satu prestasinya ya

    D : Yess, itu

    I : Kalau secara keseluruhan ini bagaimana evaluasi XL Future Leaders batch 1, dari Deedee

    sebagai program leader ?

    D : Ya, yang pasti emm, luar biasa, karena ini adalah pilot project gitu ya, jadi kalau awal kita

    mengkhawatirkan kalau ini akan tidak sukses, akhirnya jadi sukses, karena yakin, semua

    pihak kerja sama tim nya emmm…tidak saling menggantungkan diri, tapi saling bahu

    membahu gitu ya, kita memberikan sebuah program yang sudah benar-benar bagus, kenapa

    tidak dilakukan secara personal gitu ya. Mungkin secara resultnya, belum melihat 120 anak

    ini sukses, semuanya student exchange program, semuanya ikut kegiatan yang menjadi

    juara satu, tidak. Tapi bahwa kalau kita bertanya secara general, kualitas temen-temen di

    batch 1 ini sudah seperti yang diharapkan dari program ini, maksudnya perubahannya bisa

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • mereka perlihatkan, perubahan ini bisa mereka lakukan, perubahan ini juga bisa mereka

    rasakan, bahwa saya yang dulu seperti ini, sekarang seperti ini.

    Jadi hasil itu sudah terlihat dari batch 1, tapi hasil itu akan kita lihat di masa depan, apakah

    batch 1 ini bisa masuk ke komposisi kerja yang lebih strategis gitu ya, mereka memang harus

    merasakan dari bawah sih ya, nanti naik dan segala macamnya, itu nanti kita akan lihat 5

    tahun ke depan, kalau yang sekarang kan mereka ikut dan menang kompetisi a b dan c, itu

    kan mereka masih mahasiswa, yang diharapkan dari program ini adalah nanti, pada saatnya

    waktunya mereka memimpin, mereka bekerja, real di business environment, mereka bisa

    memperlihatkan kualitasnya seorang XL Future Leaders, kita tunggu itu.

    I : Ooo iyaiya, tapi sejauh pelaksanaan 2 tahun ini, pelaksanaannya sudah sesuai ekspektasi

    ya Dee ya ?

    D : Ya, lebih.

    I : Ya, lebih dari ekspektasi ya. Nah kalau yang jadi evaluasi dari batch 1, kan itu ada

    impactnya ke batch 2 dan batch 3 ya Dee, apa ya ?

    D : Oke, impact nya adalah mereka teamwork nya luar biasa, saling bahu membahunya itu

    luar biasa, dan mereka juga menunjukan jati dirinya sebagai anak Indonesia yang

    diperlihatkan on going terus menerus, mereka mau pass onlegacy nya ke batch 2 dan batch

    3. Dan secara jelas perubahan yang mereka alami sekarang yaitu bisa diperlihatkan ke

    teman-teman batch 2, “ini loh kenapa kamu harus masuk XL Future Leaders”, yang lainnya

    adalah, sekarang Deedee sudah bisa pass onlegacy nya untuk mentoring, kalau dulu harus

    sama facilitator, sekarang ehmm..beberapa hal Deedee sudah bisa pass on ketika temen-

    temen mau diskusi sebuah problem, mau consult sebuah problem, Deedee udah bisa assign

    beberapa temen-temen di batch 1 untuk meng guide adik-adiknya ini di batch 2, dan ini so

    far udah terima beberapa masukan mereka bilang luar biasa, menjadi mentor itu sulit,

    menjadi coach itu sulit, tapi bisa dilakukan, kalau sebelumnya kita di mentor, kita juga di

    coach, dan merasakan perubahan itu, nah ini diharapkan nanti bisa dirasakan oleh batch 2

    juga, dan batch 2 juga nanti bisa pass on ke batch 3 dan batch 4.

    I : Nah Dee, ada gak pengaruh dari program XL Future Leaders, sebagai sebuah program

    CSR, terhadap reputasi perusahaan XL ?

    D : Oh iya pasti itu, ada. Kalau Deedee tidak salah itu sudah ada 2 penghargaan yang

    didapatkan XL untuk program XL Future Leaders, dan yang terbaru adalah minggu lalu, ini

    baru kita dapatkan, sekarang tim cor.comm masih di Singapore, dan juga yang Deedee

    dengar bahwa XL sudah menjadi pioneer untuk program-program Future Leaders lainnya, ini

    dilihat oleh program-program lain sehingga berkembang ehmm..kita bisa dengar banyak

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • program-program serupa, itu justru yang menjadi ekspektasi dari Pa Hasnul ketika bikin

    program XL Future Leaders.

    Karena XL itu kan terbatas, budget terbatas, orang terbatas, sedangkan kita punya setiap

    tahun aja ada 500.000 lulusan mahasiswa yang perlu bekerja, perlu mencari, perlu segala

    macemnya ya. XL gabisa tampung semuanya kan, ada keterbatasan. Setiap tahun untuk

    program ini, kita terbatas di angka 120-145, bagaimana yang lainnya ? Bagaimana untuk

    orang-orang yang gapunya kesempatan ? Mungkin di pelosok sana dan dia punya potensi

    lebih ? Nah kalau lebih banyak lagi party yang membuat hal serupa, membangun Indonesia,

    harusnya Indonesia bisa menjadi lebih keren lagi di tahun 2030.

    I : Jadi itu bukan sebuah ancaman ya ketika perusahaan lain bikin yang sejenis ?

    D : Engga, harus. Malah menjadi sebuah tenaga baru, istilahnya apa..emm..power jadi lebih

    banyak lagi, lebih banyak yang peduli dengan Indonesia. Kita harus bikin itu

    sebagai..ehmm..quote and quote, countagious ya, bukan penyakit, tapi hal-hal positif

    memang harus lebih banyak countagious nya.Gitu. Jadi leadership programnya lebih banyak,

    tapi sekali lagi kita bukan bikin tentara, kita bikin pemimpin yang punya hati, punya pikiran

    yang bersih, tapi tau bagaimana caranya maju ke depan, being critical, dan bisa bertarung di

    global international world, gitu.

    I : Nah setelah batch 1 lulus, Dee, itu seperti apa Dee para lulusannya ? Apa dibiarkan

    masing-masing aja, atau ada follow up dari XL ?

    D : Ahmm…satu yang pasti, program ini gak terputus setelah mereka lulus, maksudnya

    adalah kita mau tau track record mereka kedepannya seperti apa..ehmm, kita menggadang-

    gadang bahwa di ehmm..5, bukan, 10 tahun ke depan, temen-temen yang lulus dari XLFL ini

    bisa memberikan kontribusi nyata ke Negara ya, ke nation, kita ga akan tau kalau kita ga

    tracking mereka, jadi kemarin ketika lulus di XL Future Leaders ini, temen-temen batch 1

    sudah membuat alumni pledge yang mereka akan tetap ada di program ini dan menjadi

    ambassador pertama, XL sendiri akan menyediakan semacam diskusi program untuk alumni

    akan membuatnya seperti apa, harus datang dari temen-temen batch 1, karena kita

    apresiasi bahwa mereka tersebar lagi ke daerah masing-masing kan, kita apresiasi mereka

    akan menata masa depan mereka, bagaimana alumni ini tetep on recorded sama kita, itu

    bagian dari XL untuk stay in touch sama kita, dengan XL, dan program ini lagi dibuat, apakah

    kita akan buat ketemunya enam bulanan, atau setuap satu tahun sekali ada pertemuan

    besar, itu masih dihitung kalkulasi biaya dan segala macamnya. Apakah XL akan

    supportfinance nya, apakah akan diundang nanti kalau nanti alumni dateng, alumni dateng

    dengan itikad baik mereka, dengan keinginan mereka, dan mereka dateng karena memang

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • ‘saya bisa’, yang dari daerah bukan lagi ‘beliin lagi dong’, tapi saya datenng karena saya bisa

    dari kantong saya sendiri.

    Kalau track record itu bisa kita lakukan, berarti program ini berhasil ini. Jadi akan jadi contoh

    buat adik-adik mereka di batch-batch selanjutnya. Memastikan target mereka ketika mereka

    masuk ke XL Future Leaders ini punya Individual Development Program yang mereka sendiri

    itu bisa di ehmm…bisa diberi tahu ke XL bahwa saya sudah sampai sini mencapainya, karena

    secara tidak langsung bisa memotivasi temen-temen yang datang di batch-batch

    selanjutnya, dan motivasi bagi XL bahwa program ini tepat diberikan buat temen-temen

    mahasiswa di Indonesia ini, kaya gitu.

    I : Nah Dee, dari awal program ini dibuat, ada planning gak sampai berapa batch program ini

    akan dibuat ? Atau berjalannya waktu ada perubahan ?

    D : Dulu di awal kita punya batch 1, eskalasi nya Pa Hasnul design untuk lima tahun, tapi

    melihat berhasilnya temen-temen di batch 1 gitu ya, ehm..dari achievement mereka, dari

    respon mereka, akhirnya Pa Hasnul menambah jadi 5 tahun lagi, jadi program ini akan jadi

    batch 10, makannya adalah di tahun ke 10. Targetnya lulusannya ada 1.335 XL Future

    Leaders yang akan lulus.

    I : Nah Dee, kalau untuk cost atau investasi per anak di program ini, ada gambarannya gak

    seperti apa ?

    D : Ahm..kalau yang digaungkan Pa Hasnul, per anak itu sekitar seperti S2, sekitar 100 juta,

    selama dua tahun. Kalau tidak salah pernah liat di presentasi Miss Turina, total 10 tahun ini

    sekitar 80an miliar, 10 tahun ya total, termasuk kurikulum dan expense yang sudah

    dikalkulasi, kurikulum, program, fasilitator, and another expenses.

    I : Nah Dee fasilitator di batch 1 itu ada berapa ya ?

    D : Itu ada tiga, ada Deedee, dan ada Cippy (Tjipto) dan juga Erni, masing-masing pegang 2

    kelas. Di batch 2 formatnya dirubah, ada 2 fasilitator, jadi masing-masing memegang 3

    kelas, dan untuk di batch 3 sama, ada 2 fasilitator, masing-masing pegang 3 kelas.

    I : Nah kalau Deedee sendiri kan tadi, ehmm.. Deedee sebagai fasilitator, head of project, itu

    tanggung jawab sama tim, sama XL, dan sama Cognition, itu alurnya seperti apa ya ?

    D : Kalau untuk program sendiri, kemajuan student, kemajuan fasilitator, kegiatan yang

    harus dilakukan dalam program itu Deedee langsung ke Cognition, dan itu yang utama

    dilakukan. Kalau XL lebih kepada apakah semua sudah ter-plot dengan baik ?Seorang

    fasiltator untuk kelas-kelasnya sudah dilakukan, tugas-tugasnya sudah dilakukan, kemudian

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • XL, kegiatan-kegiatan XL yang bersinggungan dengan XL Future Leaders ini bisa

    dikomunikasikan.Jadi XL memilih program ini juga punya kontribusi yang istilahnya

    membawa temen-temen sebagai youth programnya XL. Kalau ke fasilitator sendiri, Deedee

    akan diskusi kegiatan mana yang harus di develop, atau anak mana yang bisa dipilih jika ada

    butuh kegiatan dari XL yang bersinggungan dengan XL Future Leaders, tiga itu harus berjalan

    simultaneously, ke Cognition Deedee harus berhubungan dengan program, apakah ada hal

    dari fasilitator yang tidak dilakukannya, atau kurang maksimal, itu bisa langsung di detect

    dari awal, di XL lebih ke kita mewakili program dan perusahaan, jadi youth leadership

    program ini bener-bener bisa ditampilkan sebagai bagian dari program XL, temen-temen

    juga bisa dipilih jadi ambassador XL ketika dibutuhkan, dan kegiatan apa yang bisa

    melibatkan temen-temen juga, dan ke tim fasilitator ini adalah memastikan bahwa anak-

    anak ini memang bisa dimaksimalisasi kemampuan mereka, bahwa mereka memang

    belongs to XL Future Leaders.

    I : Nah Dee, kalau diliat dari public nih ya, kan ada pertanyaan mungkin ya, apa ini tidak

    menjadi salah satu ajang untuk rekrut karyawan dari XL ya Dee ya, itu seperti apa Dee ?

    D : Sekali lagi Deedee mengambil informasi dari Pa Hasnul, kita tidak merekrut karyawan,

    kalau merekrut karyawan ya tidak usah bikin program, jadi bahwa ini CSR, pure CSR, jadi kita

    membetuknya memang bagian dari persembahan XL membangun negeri, ini dikembalikan

    ke negeri, jadi kita tidak merekrut karyawan XL. Kalau mau merekrut karyawan XL sudah ada

    jalurnya sendiri, bahwa ini adalah bakti untuk negeri itu memang diharapkan adalah lulusan

    XL ini bisa tersebar kemana saja, membuktikan dirinya, bahwa dia bisa masuk Telkomsel,

    Indosat, dia bisa masuk ke Unilever, mana saja yang bisa membuktikan bahwa program yang

    dia ikuti, itu menghasilkan diluar sana. Tapi kalau mereka memang tertarik untuk masuk

    telco industry dan mereka mau masuk ke XL, jalurnya sama seperti jalur public melamar ke

    XL, tidak akan ada yang namanya jalur cepat, nepotisme, gak. Membiasakan bahwa

    perjuangan itu dihasilkan dari diri sendiri, bukan karena ada seseorang diatas kita, ada orang

    yang kita kenal, atau hal-hal yang bikin kita jadi pemalas, jadi itu yang coba diutarakan dari

    awal, kita tidak merekrut karyawan, tapi pure CSR. Di tahun mendatang agar Indonesia jadi

    lebih luar biasa karena top-top perusahaan di handlesama anak negeri, seperti itu.

    I : Oke sekian cukup wawancaranya, thank you Deedee.

    D : Oke Ivan.

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • Transkrip Wawancara Arief Ismaidi (Student

    XL Future Leaders batch 1)

    Kamis - 27 November 2014

    Ranch Market Oakwood – Mega Kunigan

    Jam 19.10-19.38

    I : Ivander

    A : Arief Ismaidi

    I : Ini udah direkam ya, berisik gak ya ? Tes tes..tes

    A : Okeyy..okeyy

    I : Udah dikesiniin aja deh ya

    A : Sini deh gue pegang deh

    I : Oke, dengan Ismed Arief ya

    A : Arief Ismaidi

    I : Ini Arie sebagai salah satu ehmm…kita wawancara sebagai penerima program XL

    Future Leaders batch 1 ya, bisa cerita gak gimana awalnya bisa tau tentang XL Future

    Leaders

    A : Oke..saat itu gue inget sekitar bulan Juni 2012 ehm…oke, background gue dulu

    lah ya. Background gue dulu waktu 2012 gue ketua umum ahmm..salah satu

    organisasi di UGM, waktu itu gue jadi ketua umum Himpunan Mahasiswa Ilmu

    Komputer UGM, nah disitu pada saat bulan Juni, disitu ada yang namanya KKN,

    Kuliah Kerja Nyata ahm…pokoknya gw sebisa mungkin selama kuliah, nyari

    kegiatan lain lah. Jadi kalau yang KKN ini wajib dari Universitas.Gue sebenernya

    waktu itu lagi liat-liat kaskus. Gue sebenernya, kepikiran sih, gue kuliah sampai kira-

    kira akhir 2013, tapi organisasi gue akan berhenti di akhir 2012, setahun besok gue

    akan ngapain, apakah gue akan fokus skripsi atau gue ada kegiatan lain lah. At least

    yang bisa ngisi ehmm..ehmm, karena gue 2013 akan ngisi kegiatan karena gue udah

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • ga akan ada kegiatna perkuliahan lagi, disitu gue liat di kaskus, gue liat salah satu

    thread itu ada tentang XL Future Leaders.

    Pertamanya, gue jujuraja bukan tipe orang yang suka kegiatan diluar kampus. Tapi

    kalo di dalem kampus sendiri gue lumayan aktif gitu loh, tapi untuk diluar kampus,

    gue jarang ikutin, karena ahhm..gue lebih suka yang fokus, jadi bukan banyak

    kegiatan dengan waktu yang sama, tapi sebisa mungkin satu kegiatan, tapi progresif

    gitu loh. Itu gue seperti itu.

    Pada saat gue liat, gue liat videonya, gue liat websitenya, kok kayanya tertarik ya ?

    Nah dan ternyata programnya untuk 2013 awal gitu kan. Nah disitu gue coba apply,

    gue masukin CV gue, gue waktu itu nulis segala macem, sampai akhirnya di bulan

    September 2012 kalo ga salah, atau Oktober, itu mulai seleksi.

    I : Online ya itu ?

    A : Itu online. Gue bahkan gatau ada seminarnya saat itu di UGM, gue tau dari

    kaskus, gue lupa yang pasang info itu siapa, tapi disitu ada posternya dan link video

    nya, requirements dan outputnya gue liat akan jadi seperti apa, gue rasa oke, gue

    patut coba nih. Gue gabisa aktif lagi di dalem kampus, yam au gamaua gue harus

    keluar kampus dong, gitu.

    I : Oke, itu awalnya ya. Nah tahap seleksinya itu ada apa aja ?

    A : Tahap seleksinya ya ? Tahap pertama itu gue inget GMAT, general management

    attitude test, terus habis itu ada tes TOEFL, habis TOEFL ada ehmm…kayanya iya

    deh habis TOEFL habis itu ke FGD, forum group discussion, habis itu, kalo setelah

    lolos, dua hari ya, FGD itu hari pertama, next day nya adalah interview, itu tahapan

    tes nya. Terus habis interview, kira-kira selang sebulan lebih lah, habis itu baru keluar

    pengumuman, di bulan November, karena jaman gue batch 1, itu kalo ga salah awal

    Desember deh national launch nya.

    I : Boleh cerita gak national launch nya itu seperti apa ? Itu kan berarti udah kepilih

    semua tuh ya ?

    A :National launch itu ahmm..ceritanya dalam bentuk apa nih maksudnya ?

    I : Pelaksanaannya kaya gimana nih ? Berarti itu semua yang keterima dikumpulin ya

    ?

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • A : Iya. Kita national launch itu pertama kali nya kita ketemu semua partisipan dari

    semua regional, dari semua kelas, itu di Grha, itu Sabtu Minggu. Hari pertama itu

    lebih kea rah acara national conference nya, itu gue inget ada sesi talkshow, Pa

    Hasnul Suhaemi as XL CEO, dan juga waktu itu gue lupa..ehmm..siapa CEO nya

    Indosat ? Ehmm..siapa ya gue lupa, ya pokoknya dia deh.

    I : Oh pembicaranya CEO dari Indosat ya ?

    A : Serius, CEO atau one of BOD’s lah pokoknya, tapi seinget gue sih iya, CEO.

    Acaranya menarik banget sih, maksudnya gini, pada saat..sebenernya pada saat gue

    dinyatakan lolos, gue waktu itu mereflecti ulang,apa yang bikin gue tertarik ? Output

    nya itu waktu itu, jalan jadi pemimpin kalau gak salah, pemimpi jadi pemimpin, itu

    tema gue di batch 1, gitu loh.

    Gue liat outputnya saat itu, memang three main competenciesas future global

    leaders, nah gue coba reflect dengan acara national conference nya, itu benar-benar

    merepresentasikan, tapi gue waktu itu gabisa ngebayangin nih, programnya dua tahun

    gitu loh. Karena disitu gue kurang teliti juga, karena saat itu gue kira programnya

    setaun ya, seperti acara-acara leadersip yang lain, tapi setelah gue tau itu dua tahun,

    ini acaranya kedepan akan seperti apa ? Ya apakah kita akan cuman ketemu enam

    bulan sekali, atua setahun sekali, gitu kan. Ternyata setelah dijelasin, workshop dua

    bulan sekali, diselangi dengan online workshop, kaya gitu.Jadi pada saat national

    conference tuh, itu di hari kedua dijelasin tentang acaranya.Hari pertama lebih ke

    talkshow nya, jadi habis itu pengenalan program dari sisi latar belakang programnya

    tuh kaya gimana.Itu daric or.comm, Bu Turina Farouk.

    I : Untuk pelaksanaan programnya kan itu tadi ada kelas, da nada modul online ya,

    kalo yang kelas sendiri itu gambarannya kaya apa tuh ?

    A : Kelasnya, nah, ini juga salah satu yang gue bikin..apa ya..kaya semacam gue

    menetapkan ‘oke gue tertarik banget’, karena itu tadi, gue suka yang berprogress

    gitu, dan setelah gue rasakan dari workshop..oh sorry, waktu pertama gue batch 1

    sebelum workshop itu, kita ada semacam matrikulasi English class, tujuannya adalah

    untuk menyamaratakan kemampuan English dari masing-masing participant, gitu. Itu

    3 hari, sebelum kelas workshop 1 dimulai.

    I : Itu semuanya barengan apa gimana tuh ?

    A : Gak, itu per kelas. Oke nah..itu selang sebulan, baru mulai workshop pertama, nah

    kebetulan waktu workshop pertama, gue kan masuk kelas Jogja ya, gue waktu itu

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • kelas di Jogja tapi lagi pulang ke Jakarta, rumah gue di Jakarta. Jadi gue ikut kelas

    Jakarta 3, dimana itu kelas campuran dari luar daerah. Nah, gue ikutin, materi

    pertama yang gue dapet, itu tentang effective communication, apa, ehmm sebentar,

    gue topik materinya itu tentang bus stop deh kalo ga salah, iya, hari pertama tentang

    bus stop, pokoknya salah satu thinking tools dari effective communication kalo ga

    salah bus stop, hari kedua itu pengenalan tekhnologi, karena kan kita akan

    menghadapi online workshop nih, karena nanti yang dipake google hangout, materi-

    materi biasanya lewat google drive. Nah hari kedua itu lebih ke pengenalan

    tekhnologinya yang akan kita gunakan selama dua tahun ke depan, dari situ gue liat

    oke.

    Dan ternyata abis itu, kita ada yang namanya mentoring, ada yang namanya IDP,

    individual development plant, gitu kan. Nah mulai tuh mentoring mulai kerasa, oke,

    ternyata program ini tuh bener-bener nge-track partisipannya nih, bukan semata-mata

    “oke gue dikasih tools” dan habis itu gue pake tools itu sendiri, itu thinking tools

    yang diberikan ya kita harus mereflect sendiri pada saat apa dan yang mana itu harus

    dipake, kaya gitu, bener-bener kita harus rasain sendiri.

    I : Jadi ada kelas, ada modul online, dan ada IDP ya ?

    A : Iya benar

    I : Dan ada mentoring sama fasilitator ya ?

    A : Iya, mentoring sama fasilitator, sebenernya online workshop nya lebih ke

    mentoring sih, jadi selain ada PR-PR juga, sama ada juga mentoring, itu yang bener-

    bener kita keep on track lah dengan plan kita.

    I : Kalau untuk Arief sendiri, manfaat dan program apa yang dirasakan dari program

    ini ?

    A : Manfaat ya ? Kalau kita ngomongin manfaat, yang jelas, bener-bener lebih pede,

    gitu. Karena kita kadang environment itu yang ngebentuk kita kan, nah di XL Future

    Leaders ini, pada saat kita workshop, setahun 5 kali, itu bener-bener, ini sambil

    berjalan sih, kemarin baru selesaikan, kita bener-bener full day discussion, full day

    FGD, gitu kan, habis itu full day brainstorming, disitu tuh bener-bener, oke, yang

    tadinya malu-malu, yang tadinya tuh ‘gue punya ide, tapi gatau nih bagaimana cara

    ungkapkan ide gue, atau how to deliver this”, gitu kan, so anyone can accept my ideas

    gitu kan, disitulah gue belajar, disitulah yang bener-bener kerasa perubahannya, itu

    kerasa pada saat kita masuk ke lingkungan pekerjaan, once kita ngobrol, kita discuss

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • dengan beberapa orang yang, kita tau pangkatnya lebih diatas kita, but itulah disitu

    nilai-nilai confidence gue merasa kepake banget, karena, oke ini out of topic juga, gue

    merasa perlu disampein, gue waktu itu sempet ngobrol-ngobrol biasa, di kantin,

    informal aja gitu loh, nah disitu kebetulan kita ehm sorry, gue ngobrol dengan

    manager, ngobrol biasa, terus tiba-tiba ada salah satu manager yang tau gue peserta

    XL Future Leaders gitu kan, terus dia kenalin gue, terus dia nanya “Lu diajarin apa

    aja sih ? Materinya apa aja sih ?

    Terus gue jabarin materinya segala macem, terus “Oh pantes ya, lu ngomong sama

    gue tuh pede”, pede dalam arti apa ? Pede dalam arti, karena dia bilang gini, “Lu ga

    ngerasa malu, atau minder, dengan gue yang disini managers, dari sisi umur jauh dari

    lu, dan dari segi pengalaman jauh dari lu juga, lu ga ngerasa minder ?”Ya gue bilang

    saat itu, “Kalau gue lagi ngobrol kaya gini, ngapain harus minder, Pak? Kita ngobrol

    ya seperti biasa, but kalau misalnya ngomongin pengalaman, ngomongin

    ehmm..technical skill, atau pengalaman kerja lah, jelas saya akan merasa minder, tapi

    kalau disni saya ngobrol masalah ke pribadi, ideas-ideas, why gitu loh ? Nah itu disitu

    kera sa nya. Confidence untuk ngomong dengan orang sih, yang even posisinya diatas

    kita, gitu.

    I : Nah kalau menurut lu sendiri ya, untuk program-program sejenis ini ya, itu sesuai

    gak dengan kebutuhan Indonesia, khususnya mahasiswa ? Ini kan programnya

    memang untuk mahasiswa nih

    A : Gini, ini in my opinion ya, yang ehmm..menurut gue harus ditambahkan dalam

    kurikulum pendidikan kita, itu bener-bener kemampuan untuk bersosialisasi, buat apa

    kita punya otak yang brilian, ide yang brilian, ide yang bener-bener tajam dan brilian,

    tapi kita gak tau, kita tau cara menyampaikannya, tapi kita gak tau bagaimana cara

    menyampaikannya dengan tepat, dengan cermat dan tepat lah, maksudnya disitu tidak

    menyinggung perasaan orang, atau juga bukan salah posisi intinya, itu, karena kita

    ehmm..kalo gue pribadi dulu sebagai mahasiswa, gue bener-bener ga ada mata kuliah

    tentang itu, gue gatau ya kalo di kampus laen, dalam arti gue lebih dibantu secara

    teoretis, dan secara practical, gitu loh.

    Nah tapi dari segi bersosialisasi, itu mungkin beberapa organisasi sudah bisa

    menyalurkan itu, tapi ga ada wadah yang bener- bener memberikan kemampuan

    seorang mahasiswa untuk bersosialisasi.Jadi gue rasa di program ini yang sudah

    memberikan akses itu sih, sosialisasi dalam arti yang gue uda sampein tadi, gitu.

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • I : Sedikit kembali ke IDP, boleh gak jelasin lagi seperti apa IDP itu bentuk dan

    aplikasi manfaatnya buat para penerima program ?

    A : Oke boleh, IDP pada program XLFL ini mengarahkan gw untuk membagi goal,

    dari goal utama untuk 1 tahun ke depan, akan di bagi menjadi beberapa goal kecil

    untuk mendukung goal utama tersebut. Dan tentunya jika goal utama telah tercapai,

    maka kita akan membuat lagi goal selanjut nya, sehingga nanti nya goal-goal utama

    tersebut adalah goal kecil untuk masa depan kita.

    Manfaatnya jelas, membuat kita jadi berpikir lebih strategis dan end to end, bukan

    hanya punya visi jauh ke depan, kita juga dapat memecah masalah menjadi beberapa

    bagian kecil, sehinga dengan mudah menyelesaikan masalah tersebut.

    I : Nah sebelum lu ikut program ini ya, ikut XL Future Leaders ya, persepsi lu

    terhadap XL itu seperti apa ?

    A : XL dalam program ini atau XL sebagai perusahaan ?

    I : XL sebagai perusahaan

    A : XL sebagai perusahaan ya ? Gue sebatas tau oke XL sebagai one of big company

    in Indonesia, gitu kan. Gue tau yang terbesar masih tetap Telkomsel, terus habis itu

    nomor dua dan tiga, memang setau gue dari sisi subscriber ya, pengguna ya, itu

    emang Indosat dan XL, gue cuman sebatas itu aja, gitu ya. Cuman ya…sesimple itu

    aja sih, yang gue tau dulu sebagai perusahaan service penyedia layanan

    telekomunikasi, hanya cuman berkecimpung disitu aja sih.

    I : Nah setelah program ini, lu ada persepsi apa tentang XL ?

    A : Dulu gue belum tau, dulu waktu jaman kuliah, sebelum acara ini, gue gak tau ada

    yang namanya CSR, gitu. Gue ga begitu tau, nah setelah ada program ini, ternyata

    pada awalnya ga terlalu paham bahwa ini part of CSR, gue pikir perusahaan itu

    memang kadang kasih dana suka-suka untuk scholarship, ke mahasiswa nya, sorry

    (telepon)

    Oke, sorry ya. Sampe mana tadi ?

    I : Tadi itu sampe CSR, jadi lu tau bahwa ini itu adalah CSR

    A : Iya, jadi disitu adalah bahwa ini cukup memberikan knowledge ternyata company

    punya loh yang namanya CSR. Ya tentu sebagai penerima program yang merasakan

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • sendiri manfaat dari program ini, dan gw rasa juga temen-temen future leaders yang

    lain berpikiran sama, bahwa kita memandang XL sebagai perusahaan yang punya

    keinginan untuk mencetak para pemimpin masa depan Indonesia, agar nanti

    Indonesia memiliki pemimpin dari orang kita sendiri, mengingat program ini tidak

    memiliki ikatan apapun dengan para penerima programnya, dan setau gw juga

    kurikulumnya dibuat khusus untuk program ini, bahkan yang gw dengar, investasi per

    anak itu sekitar 100 juta rupiah.

    I : Nah berarti setelah lu tau ini bahwa salah satu part of CSR XL, lu juga tau dong

    program sejenis yang merupakan CSR perusahaan ?

    A : Ehmmmm…gini..ehmmm… setau gue memang setelah itu, company kan

    memang punya budget untuk CSR, yang gue tau, setelah XL Future Leaders ada, ada

    Future Leaders lainnya yang punya Karya Salemba Empat, namanya sama tapi

    programnya beda, itu lembaga yayasan dengan UI, itu memang lembaga yang

    mendukung CSR perusahaan

    I : Menurut lu sendiri ada gak pendapat, saran, atau masukan untuk program ini ?

    A : XL Future Leaders ? Ehmm..oke, bisa dispesifikasiin gak apanya ?

    I : Iya maksudnya kan lu uda selesai program nih, ada gak hal-hal yang sebenernya

    bisa ditambahin, tapi agak sedikit miss ? Atau menurut lu uda cukup baik sejauh ini ?

    A : Sejauh ini dari program menurut gue cukup baik ya, karena lagi-lagi, gue coba

    tanya-tanya temen gue yang ikut leadership juga dari perusahaan lain, itu memang

    rata-rata oke, one week full workshop, gitu, abis itu cuman uang in a year,

    di..dii..ehmm di perusahaan lain. Kali ini dari sisi program menurut gue cukup bagus

    gitu ya karena bener-bener dua tahun itu bukan sekali dateng atau dua kali dateng,

    tapi kan di track tuh per bulan itu udah lumayan jaga participant nya sih, bener-bener

    ngejaga goals dari programnya ini, sama goals dari participant nya ini tetep tercapai.

    Itu.Untuk yang mau gue tambahin…ehmm, itu sih.Karena kita juga bilang, misalkan,

    ya, yang diluar program, itu udah ada juga. Karena kenapa penting ?

    Yang pertama, kita dua tahun bareng-bareng terus, otomatis bonding antar peserta itu

    wajib, harus untuk jaga.Karena environment itu bener-bener memegang peranan

    penting deh terhadap individu. Yang kedua, bagaimana sih kita apply tools-tools yang

    udah diajarin ? Ya memang kita kadang uda applydi kehidupan masing-masing ya,

    either itu kuliah atau pekerjaan, tapi itu cukup penting juga untuk..ehm, kita bukan

    unjuk gigi sih, tapi untuk menerapkan apa yang udah diajarin.

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • I : Setelah selesia gimana nih ?

    A : Setelah selesai kebetulan gue baru graduation seminggu yang lalu, tapi yang jelas

    lagi-lagi kita kaya pengen ngebangun kaya ehmm..kita mau ngebangun environment

    kaya XL Future Leaders, kita percaya networking itu penting banget. Kita gak ada

    yang tau gue bakal jadi apa kedepan, lu bakal jadi apa kedepan, somehowsomeday

    kita bakalan ketemu, in the real life, “Oh ternyata lu dulu ini ?”, kan gak lucu “Oh lu

    ternyata peserta ini juga?”, that’s why kita setelah graduation, kita ada alumni, untuk

    jaga networking juga.

    I : Oh itu dibentuk tuh ya ?

    A : Iya

    I : Oke, nah itu graduationnya seperti apa tuh ?

    A :Graduationnya..oke..kemarin itu jadi Sabtu Minggu, hari pertama itu kita Sabtu,

    agendanya itu kita bikin gallery, exhibition, apa aja yang kita udah kerjakan, project.

    Local community project itu bener-bener ada penilaiannya bro, pilih dari 3 hal yang

    udah diajarin ke kita. Pilih, apa effective communications, managing change, atau

    entrepnreneurship and innovation, habis itu ada juga elevator speech dengan

    seseorang yang expert di bidangnya, kemarin kita dibagi jadi 6 bidang, gue termasuk

    ke information and technology, setau gue ada juga masalah NGO, education, bisnis,

    sisanya gue lupa, oil and gas juga ada.

    Kita disitu diberi kesempatan elevator speech ke si expert itu untuk menunjukan

    something special yang ada dalam diri kita, dalam arti, “oke gue tertarik sama lu, lu

    mau gak kerja sama gue ?”. Ada cerita yang menarik ya tentang elevator speech ini,

    ini bener-bener sesuai namanya, elevator, gimana lu nge pitch orang. Kadang di

    dunia kerja atau kampus ketika lu mau ngomong sama orang yang itu orang penting

    banget, jabatannya penting banget, mereka waktunya dikit, gimana caranya, oke bos

    gue, one of director, itu kita pengen ngomong, oke sambil jalan, atau lu somehow

    ketemu orang yang penting di dalam lift, lu ceritain siapa diri lu, lu lagi ngerjain apa,

    apa visi lu, kenapa dia butuh hire lu, itu penting banget. Jadi ya itu tadi, bener-bener

    ngena ke dalam kehidupan kita, habis di hari kedua, lebih ke kita bareng- bareng

    samanational conference nya batch 3 kan, terus habis itu ya ada acara ceremony nya,

    itu kaya wisuda sih, kita dipanggil satu-satu ke depan, terus terima certificate.

    I : Okedeh, sepertinya cukup, thank you

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • A : Oke, ga ada lagi ?

    I : Iya cukup, thank you ya

    A : Sama-sama

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • Daftar pertanyaan wawancara untuk Bpk. Silih Agung Wasesa

    “IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL

    RESPONSIBILITY PT. XL AXIATA, Tbk DALAM MENGELOLA

    REPUTASI PERUSAHAAN (Studi Kasus Program XL Future Leaders batch

    1)”

    Oleh : Ivander Wijaya- Universitas Multimedia Nusantara (11140110206)

    - Bagaimanakah bentuk program CSR yang ideal, khususnya saat ini di Indonesia ?

    CSR yang baik itu, sesuai dengan namanya, adalah sebagai bentuk pertanggung

    jawaban perusahaan terhadap stakeholder. Jadi, selain bertanggung jawab terhadap

    perusahaan, CSR yang ideal juga bertanggung jawab terhadap kelangsungan bisnis

    perusahaan. Tentu saja, kelangsungan usaha yang sehat dan bertanggung jawab. Ini

    penting, karena tanpa bisa menjamin kelangsungan bisnis sebuah perusahaan, maka

    CSR tidak bisa menjamin kebelangsungan dana buat CSR itu sendiri.

    -Apakah memang program-program CSR harus sesuai dengan konsep-konsep CSR

    yang ada ?

    Harus dong, karena tanpa konsep CSR, maka CSR hanya akan menjadi gerakan

    parsial yang karitatif, dan bahkan cenderung menjadi proyek ketimbang program.

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • -Apakah program CSR yang berhubungan dengan isu pendidikan relevan untuk

    dilakukan di Indonesia untuk saat ini ?

    Sangat relevan, karena pendidikan masih mutlak perlu ditingkatkan untuk Indonesia

    yang penduduknya masih banyak tidak mendapatkan pendidikan yang layak.

    - Bagaimana bentuk program CSR yang sesuai untuk industri telekomunikasi di

    Indonesia ?

    Tergantung dengan visi industri telekomunikasi itu sendiri. Tiap persh telko pasti

    memiliki visi yang beda, maka ini akan berdampak pada CSR.

    - Tahapan dalam pemilihan isu bagi program CSR ?

    Ada banyak kok di text book soal CSR.

    - Di Indonesia, apakah perusahaan-perusahaan sudah menjadikan ISO sebagai

    panduan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam operasi perusahaan ?

    Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015

  • Sudah ada beberapa perusahaan yang menggunakan ISO untuk CSR.

    - Berkaitan dengan CSR dari XL, yaitu XL Future Leaders, apakah tujuan

    pelaksanaan program itu menurut Bapak ? Apakah untuk pembentukan citra dan

    reputasi ? Atau memang berasal dari keinginan perusahaan sendiri ?

    Yang tahu tujuan program CSR kan hanya perusahaan itu sendiri. Kita diluar hanya

    membaca apa yang tersurat.

    - Bagaimana pendapat Bapak sebagai seorang praktisi PR terhadap program XL

    Future Leaders ? Apakah ada kritik, saran, dan tanggapan ?

    Programnya sangat mendasar, ingin menciptakan pemimpin masa depan. Hanya saja,

    sayangnya masih kurang membangun inisiasi dari bawah…. bagaimana agar