Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
133
LAMPIRAN
1. Transkrip Wawancara
2. Dokumentasi Media Online
3. Data dan Informasi dari Corporate Communication XL
4. Screenshot Video Youtube XL Future Leaders batch 1
5. Formulir Konsultasi Skripsi
6. CV
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
Wawancara Achmad Pradipta(Manager
Communication Services PT XL Axiata, Tbk)
Selasa, 2 Desember 2014
Menara Prima (Mega Kunigan, Lantai 7)
Pukul 12.15-12.59
I : Ivander
D : Dipta (Achmad Pradipta)
I : Tes tes..tes..Oke selamat siang Mas Achmad Pradipta, Manager Cor.Comm bagian
apanya nih ?
D : Manager bagian communication services
I : Oke, jadi kita mau wawancara Mas Achmad Pradipta untuk keperluan skripsi aku,
pertanyaan pertama yaitu, bagaimana peran dan fungsi divisi corporate
communication di XL ?
D : Kalo di XL itu kurang lebih supporting team, bukan core team. Karena kalo di
XL itu core team nya ada marketing, network, ya, kalo cor.comm itu kita supporting
function dimana kita harus ngebantu all team untuk communicate key message
perusahaan, dan kita semuanya responsible untuk menhandle apa yang ada di media
diluar sana, nah kalo di XL sendiri corporate communications itu dibagi beberapa
unit, itu ada CSR, ada PR, itu media relations, external communications, dan internal
communications, jadi ada 3, CSR, PR, dan internal communications.
I : Mas Dipta, kalau advertising, direct marketing, dan sales and promotion,apa
termasuk dalam ruang lingkup pekerjaan cor.comm di XL ?
D : Oh bukan bro, scope cor.comm hanya semua publikasi XL di media, media
relations, internal communication, dan CSR.
I : Kalau investor relation, Mas ?
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
D : Itu ada divisi sendiri kalau divisi investor relation, nah issue managemenet itu
termasuk ke cor.comm, Van. Tapi itu issue yang keluar di media, atau yang akan
keluar di media, kalau issue seputar HR, regulasi, keuangan, itu dihandle sama
departemen masing-masing, hanya jika ada potensi keluar di media, cor.comm akan
ikut andil disitu.
I : Mas Dipta di cor.comm di bagian apanya ya ?
D : Di CSR dan event management, jadi itu jadi satu unit
I : Ooo iyaiya., Bisa diceritain gak Mas CSR di XL ini ada apa aja ?
D : Boleh, kalo…iya, kalo di XL itu kita fokus ke dua, pertama kita fokus ke
pendidikan, dan pengembangan masyarakat, itu sebenarnya core emm..apa kita
sebutnya, pilar, yang dilaksanakan sebagai CSR initiative yang dijalankan oleh
cor.comm, tapi kalo diliat dari CSR itu kan luas ya, nah objektifnya itu kalo di XL
adalah, yang pertama, kita mau creating perceptions, pertama creating perceptions
dan yang kedua itu improve organizations efficiency, operational efficiency, nah dia
itu dengan misi menunjukan bahwa XL ini adalah perusahaan Indonesia, makannya
kita punya tagline persembahan XL untuk Indonesia.
Karena semua yang kita lakukan itu, karyawan kita kan lebih banyak orang
Indonesia, kita gak hanya narik profit untuk Indonesia doang, tapi kita juga
berkontribusi balik untuk Negara, melalui pendidikan dan pengembangan
masyarakat, nah, dua itu.
I : Oooo, ya ya ya. Nah Mas, dalam melakukan CSR, Mas, XL ada memakai
panduan-panduan atau guidance apa gak Mas ?
D : Ada, kita ada panduan yang selalu kita ikutin, itu namanya Global Reporting
Initiative, tapi Global Reporting Initiative itu kan luas banget ya cakupannya, jadi itu
lebih ke sustainability, nah ada beberapa part di GRI yang kita follow, memang
spesificly untuk CSR, yang berhubungan sama donations, creating future
generations, kemudian sama yang berhungan dengan pengembangan masyarakat, tapi
GRI itu kan luas, sustainability itu kan luas, ehmm..reporting, ehmm sorry,
guidelines seperti ramah lingkungan, seperti apa namanya…energy use, itu semua
sudah di apply d XL tapi tidak dalam konteks CSR, dalam konteks opreasional. Itu
udah ada.
I : Kalau ISO 26000 Mas ?
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
D : ISO 26000 kita belum, tapi dalam menuju kesana
I : Nah Mas, kalau hal-hal yang mendasari pelaksanaan CSR di XL ?
D : Pertama, kebutuhan dari stakeholders, itu macem-macem ya, kalo stakeholders di
XL itu kan banyak. Pertama, kita bicara tentang konsumen. Konsumen Indonesia itu
kan masyarakatnya telekomunikasi ya, kemudian abis itu stakeholder kita yang kedua
itu community, kita ehmm..beroperasi di seluruh penjuru Indonesia, BTS nya kadang-
kadang di daerah terpencil, jadi kita harus make sure community itu terjangkau lah,
terjamin.
Kemudian habis community kita punya yang namanya regulator, Pemerintah, mereka
juga stakeholders kita, kemudian media, samainternal employee, itu adalah
stakeholders kita. Nah ehmm..yang mendasari membuat CSR program adalah
kebutuhan dari masing-masing stakeholders, itu dari 2 tahun ke belakang, 2-3 tahun
ke belakang kita melihat paling membutuhkan perhatian adalah komunitas,
ehmm..bukan berarti kita menyampingkan kebutuhan internal dari employee,
kemudian media, karena kita lebih melihat yang harus dibantu adalah komunitas,
dalam hal ini adalah pendidikan, which is adalah anak-anak kuliah, gitu, beserta
dengan komunitas-komunitas lain yang ada di Indonesia, seperti komunitas di sekitar
BTS, atau komunitas di sekitar perusahaan yang berada di seluruh Indonesia. Jadi
kebutuhan dari masing-masing tertentu.
I : Ohh okeoke. Nah Mas bagaimana ini bisa lahir XL Future Leaders ?
D : Jadi gini, ada beberapa alasan fundamental dulunya, pertama, ehmm..CEO kita
punya visi, jadi visi yang pertama adalah pengen melihat pemimpin-pemimpin di
level CEO itu lebih banyak orang Indonesia, dibanding orang asing, itu visionernya,
itu visionernya dari CEO kita, kemudian kalau dari alasan fundamental di
masyarakat, kita melihat bahwa tingkat dari ehm..hardskill yang dibuat oleh
pemerintah, jadi contohnya pemerintah itu sudah melakukan hal yang sangat baik
untuk meningkatkan ehmm..hardskillnya dari anak-anak di Indonesia,
ehmm..infrastruktur memang harus diimprove, cuman disini kita melihat bahwa
kebutuhan anak Indonesia itu bukan hanya hardskill, gitu, kita udah buat beberapa
survey, sebenernya apa sih yang menjadi masalah dari pendidikan di Indonesia, selain
dari masalah infrastruktur yang harus dibenahi, ada juga masalah yang kita sebut
masalah ehmm kurikulum, kemudian masalah dari sumber daya manusia, kita
membuat survey, 360 degree, itu mulai dari Pemerintah, si anaknya, sektor swasta,
sektor pendidikan, dan termasuk Pemerintah.
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
I : Itu surveynya udah khusus untuk program ini ?
D : Belum, jadi kita buat survey, sebetulnya kebutuhannya apa sih ? Nah terlihat
bahwa disitu di surveynya keliatan bahwa anak Indonesia itu secara..secara
kompetitif dan secara hardskill itu bagus-bagus, memang bagus, IP misalnya, kita
ngomongin IP, nilai, itu bagus-bagus. Tapi secara nilai kompetitif ternyata di sektor
swasta itu melihat bahwa banyak yang belum ready untuk kerja, gitu. Di sektor
Pemerintah melihat bahwa tidak ada support dari sektor swasta untuk mendukung ini,
gitu, jadi kita melihat disini ada gap, gapnya adalah mereka tidak ready untuk kerja.
Nah disini kita buat survey lagi, apa yang membuat mereka jadi lebih ready kerja,
gitu.
Ehmm..pertama, kita melihat hasilnya, resultnya adalah tahun 2011 itu kita bikin
survey
I : Itu survey nya dari cor.comm atau dari XL ?
D : Ehmm..dari XL, dan dibantu oleh beberapa partners lah ehmm..namanya
Cognitions. Ehmm..suveynya itu, terlihat dari surveynya bahwa ehmm..mereka punya
kekurangan yaitu soft skills, mereka pada saat interview mereka terlalu menjelaskan
tentang dirinya, tapi dalam arti, “saya berasal dari universitas mana, saya sudah
belajar ini..”, jadi lebih ke dirinya, bukan ke visi, bagaimana dia akan berkontribusi
banyak ke perusahaan, which is ada communications problems disitu kan.
Ehmm..findings-findings di survey itulah yang mendasari kita membuat program
future leaders sebenarnya, kenapa, karena kita melihat adanya gap, ehmm..antara
Universitas, Sekolah, dan Actual di pekerjaan seperti apa, itu sih. Gap itu di
pendidikan yang mendasari kita membuat program future leaders ini.
I : Surveynya bisa cerita dikit gak Mas seperti apa ?
D : Boleh. Ehmm..surveynya itu di 2011, ehmm melibatkan banyak pihak ya,
melibatkan sektor swasta, itu berarti ada beberapa perusahaan juga, pada saat itu kalo
ga salah kita mengambil responden dari ehmm..saya juga lupa dari mana, tapi dari
sektor perusahaan, ada beberapa wakil dari perusahaan besar. Kemudian kita bikin
focus group discussion, kemudian habis itu kita ambil dari sektor ehmm..pendidikan
juga, pihak Universitas, abis itu dari si Mahasiswanya sendiri, kemudian dari orang
tua, guru, dan dari sektor NGO gitu. Kita bikin focus group discussion.
I : Berapa lama itu melakukan surveynya Mas ?
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
D : Ehmm..enam bulan, dari findings-findings nya lahir lah satu kebutuhan yang
namanya kita harus punya satu program untuk ehmm, dari situ kita bisa lihat bahwa
ada gap, sebenernya, di pendidikan, dan actual di pekerjaan, nah gap itu harus diisi
oleh program-program yang bisa memperkecil gap tersebut, whichis soft skill, gitu,
karena kita melihat bahwa soft skill itu di sekolah gapernah diajarin, anak itu harus
belajar dari learning by experience, sedangkan secara culture, secara budaya, soft
skill itu tidak didukung oleh culture tersebut, gitu. Misalkan, orang jawa itu punay
tendensi selalu mengalah dan tidak berbicara secara direct, selalu mengutamakan
kesopanan dan orang tua selalu dihormati, padahal kenyataannya di lapangan tidak
harus seperti itu, jadi kurang lebih kaya gitu.
Baru dibuat program XL Future Leaders yang meng address specific kebutuhan dari
anak-anak muda di Indonesia, which is yang dari 3 kurikulum itu, komunikasi efektif,
entrepreneurship and innovation, dan change management, 3 itu.
Barulah setelah itu disosialisasikan melalui XL Future Leaders roadshow, namun
selain roadshow kita juga melakukan sosialisasi berupa penyebaran poster di kampus-
kampus, oleh karena itu peserta kita berasal dari banyak daerah.
I : Itu penyusunan kurikulumnya berapa lama yah itu Mas ?
D : Penyusunan kurikulumnya itu ehmm…jadi kita punya beberapa fase, fase
pertama itu fase identifikasi masalah, which is itu needs analysis¸itu adalah fase
dimana kita planning, kita akan buat kurikulum seperti apa, kita akan buat
programnya seperti apa, nah itu fase needs analysis.
Kemudian fase kedua adalah fase implementations, adalah fase dimana mulai kita
launching programnya sampe sekarang, nah fase evaluasi adalah setelah program kita
selesai. Nah untuk evaluasi itu ada beberapa cara kita melakukannya, jadi kalo Future
Leaders ini kan sesuatu yang diajarkan ya, intangible ya, kita tidak menilai, kita tidak
memberikan nilai, kalo di sekolah kan semua bergantung sama iP, nah kalo disini kita
tidak bergantung sama score, tapi disini kita melihat perubahan kamu berdasarkan
observasi, nah short term kita adalah, selama dua tahun, perubahan kamu itu kita
bench mark dari level surface, developing, dan achieve, tiga itu, jadi pada saat kamu
masuk, kamu semua di surface, dan developing itu adalah fase dimana kamu berubah,
dan achieve itu dimana kamu memang sudah seperti yang kita harapkan. Jadi fase
short term evaluasinya adalah membuat semua anak Future Leaders itu berubah
menjadi seperti yang kita harapkan, itu short term, nah kalo long terms nya, karena
ini soft skill, diharapkan mereka bisa membuat dampak dan bener-bener sesuai
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
objektifnya, yaitu menjadi leaders, karena kita itu kan creating leaders, bukan
workers, kita akan lihat dampaknya 5-10 tahun lagi gitu.
Nah disini dibutuhkan konsistensi sih, kalo memang program ini memang kita punya
rencana jalankan selama 10 tahun, dan kita punya plan dimana kita bisa men track,
dan melihat growthnya dari para alumni, kaya kita baru melepas lulusan dari batch 1
kan ya, beberapa minggu yang lalu, itu kita punya alumni program, itu kita punya
program dimana kita bisa mentrack anak-anak ini, setelah mereka lulus dari Future
Leaders, itu apa yang mereka lakukan, jadi itu long termsgoal nya
I : Nah cara monitornya gimana tuh Mas ?
D : Setahun dua kali mereka akan bikin gathering, kita dari XL kita punya beberapa
program, ada networking session, kemudian habis itu kita bikin acara yang kita kasih
opportunity ke anak-anak yang sudah lulus bertemu satu sama lain dan memang
berkolaborasi juga, jadi memang nanti mendatangkan leaders-leaders juga dari
beberapa perusahaan untuk bener-bener networking.
I : Nah kalau yang selama dua tahun itu kan ada yang namanya surface, developing,
dan achieve ya, nah itu gimana cara memonitornya itu ya ?
D : Cara monitornya, karena ini kan sifatnya bukan nilai ya, jadi itu lebih ke
observasi, jadi masing-masing fasilitator itu kan memegang 20-26 orang nah dari
orang-orang itu, dia akan lihat growthnya dari masing-masing anak, gitu. Dan
bertugas kan mereka punya yang namanya IDP, terus punya yang namanya
mentoring, nah dari situ anak itu bisa diobservasi sudah berubah atau belum.
Misalnya Ivander kalo masuk dapet fasilitator, nah fasilitator itu akan mengobservasi
Ivander, dari saat itu masuk sampe sekarang, apa aja perubahan yang dilihat, apa
sudah bisa lebih menstrukturkan opini, apakah sekarang bisa mengaplikasikan
thinking tools, sehingga pada saat berkomunikasi di depan umum bisa lebih
terstruktur, lebih pede, kemudian apa-apa saja yang diajarkan sudah bisa di apply,
nah itu berarti sudah masuk ke tahap developing atau achieve.
I : Nah untuk pelaksanaannya Mas, Cor.Comm itu terlibat sampe sejauh mana ya Mas
?
D ; Jadi begini, kalo Cor.Comm ini, ‘ting-tang’nya ini di Cor.Comm, nah fasilitator
ini memang adalah jembatan antara kurikulum yang kita buat ke anak-anak, dan jadi
100% responsible menghandle anak-anak, kalo Cor.Comm lebih ke komunikasi
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
publik dari program ini, dan menjalankan program ini yang memang bener-bener
menjalankan operasionalnya itu fasilitator, jadi yang 100 anak-anak ini memang
tanggung jawab mereka.
I : Nah untuk evaluasinya Mas, sejauh ini unutk program XL Future Leaders batch 1,
evaluasinya seperti apa Mas ?
D : Evaluasinya macem-macem, jadi kalo di XL itu kita kan punya value kalo CSR
itu harus shared value, dimana semua hal yang kita lakukan harus memiliki impact,
ada direct impact ataupun indirect impact, kalo direct impact itu yang berhubungan
dengan sales, akusisi customers, itu yang agak secondary kita lakukan, karena kita
disini mau se honest mungkin untuk bikin CSR, walaupun tidak dapat dipungkiri juga
semua perusahaan bikin CSR karena alasannya sales kan, nah kalo di XL kita
measure nya itu dari perceptionindex, jadi kalo kita terlihat bahwa XL itu resultnya
dua tahun berturut-turut sangat baik, perusahaan yang sangat peduli terhadap dunia
pendidikan, itu yang sebenernya kita pengen achieve, dan dua tahun ke belakang
memang sebenarnya kita sangat baik. Surveynya itu dilakukan dimata wartawan,
media, dan dimanta stakeholders lain, seperti government dan NGO, gitu.
Kita punya frequent cor.comm survey, dimana kita disitu measure semua program
yang kita lakukan dan dampak yang kita harapkan, karena disini cor.comm ini kan
supporting functions, bukan core functions, karena sales kan jelas objektifnya sales,
network ya jelas objektifnya jaringan bagus, nah kalo Cor.Comm kan kita ke creating
perceptions, pada saat kita bikin program kita ingin dianggap sebagai perusahaan
yang peduli terhadap bidang pendidikan dan perusahaan yang mencetak leaders-
leaders dan lulusan terbaik, nah di survey itu menggambarkan bahwa kita disitu. Jadi
secara objektif pada saat kita bikin program dan result yang kita harapkan, pada saat
evaluasi, itu sama.
Jadi sejauh ini, ada korelasinya, positif, antara program ini dan reputasi perusahaan.
Itu satu, yang kedua, indirect impact nya adalah publikasi positif, karena kalo kita
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
melakukan CSR kan itu di kan dipublish media, itu kan membuat publikasi positif
terhadap XL.
I : Nah dari reputasi itu ada dampak-dampak ke bagian lain gak Mas ?
D : Ada, jadi disitu kan kita melihat kalo perusahaan kita dapat publisitas positif, nah
dampaknya adalah ehmm..dampaknya gak ada langsung ke saham, tapi kita akan
mencoba merelate bagaimana publisitas positif ini berdampak ke harga saham, itu
sekarang masih sulit. Tapi dampak lainnya itu ada ke sales, itu ada dampaknya.
Karena gini, karena gini, kita kan punya anak-anak Future Leaders dari Aceh sampe
Sulawesi, nah pada saat kita bikin recruitment itu kan temen-temen di daerah juga
ikutan bantu, dimana mereka juga diharapkan meningkatkan sales dimana ada anak
Future Leaders nya, nah salah satu cara dari kita, cara untuk meningkatkan sales nya
dalam membuat satu campaign dalam melakukan Future Leaders, dengan membuat
campaign, membuka ruang untuk sales untuk memfollow up juga, jadi ada dampak ke
sales nya, tidak banyak, tapi ada.
I : Nah boleh cerita lebih dalam gak mas tentang perception index itu Mas ?
D : Boleh, itu dilakukan setahun dua kali, jadi wave satu dan dua, wave itu per enam
bulan, jadi kita akan compare antara wave satu dengan dua, target kita di wave dua itu
berapa. Dilakukannya oleh lembaga survey independen, nah kalo di XL itu kita pake
TNS, nah itu sudah sekitar 3 tahun kita pakai TNS, survey perception index itu
digunakan untuk melihat berbagai macam efektivitas kinerja dari Corporate
Communications, mulai dari hubungan baik dengan media, sampe efektivitas
program-program yang dijalankan. Future Leaders masuk kedalam program-program
itu, gitu.
Ada beberapa indicator yang dilihat kalo kita berbicara tentang CSR, pertama adalah
persepsi yang ditimbulkan dari program CSR ini, jadinya ehm…apakah program
CSR ini dianggap sebagai program yang transparan, apakah ada program yang
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
memang punya maksud dan tujuan tertentu, apakah ini dianggap sebagai ehmm..jika
program ini apakah dianggap program yang ehmm..peduli dengan pendidikan atau
tidak. Apakah sebagai jualannya XL aja atau gak ?Jadi semua dilihat indicator-
indikatornya disitu.
Dan hasilnya positif, jadi kalo yang berhubungan sama sales itu gak, tapi kita dilihat
sebagai perusahaan yang peduli dengan pendidikan, dan fokus untuk membangun
anak muda untuk menjadi leaders-leaders di masa depan, gitu. Jadi efektivitasnya
banyak sih, jadi measurementnya kaya..misalnya denger kata Future Leaders, orang
itu associate kemana ? Gitu, orang langsung associate ke XL, itu ada indikatornya.
I : Nah terakhir aku mau tanya yang tentang penghargaan itu Mas
D : Oke., itu ada 2. Yang pertama itu ada ‘Golden Ring Award’, itu penghargaan
yang diberikan oleh media, media-media yang ada di Indonesia, karena mereka punya
penilaian-penilaian tertentu terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan
kegiatan CSR. Pada tahun 2013 kita menang ‘CSR Ring Award’, ‘Best CSR in
Telecommunications’. Nah pada 2014, baru minggu lalu, saya dapet ‘Asia Corporate
Exellent and Sustainability Awards”, jadi indikatornya adalah pada saat itu ada 3
program XL yang dianggap peduli terhadap leadership sustainability dari dunia,
pertama itu Future Leaders, habis itu Smart Village, yang ketiga itu SNI Smart
Mobile, jadi kaya semacam program UKM, dimana bisa meningkatkan UKM lewat
mobile advertising, gitu.
I : Oke aku rasa cukup, thank you Mas Dipta
D : Cukup ? Oke thank you
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
Transkrip Wawancara Dwi Kartika Sari (Program
Leader – XL Future Leaders)
Kamis - 27 November 2014
Menara Prima (Mega Kunigan) Lantai 7
Jam 10.21- 11.17,
i : Ivander
d : Dwi Kartika Sari (Deedee)
i : Oke selamat siang untuk Deedee
d : Ya, selamat siang
i : Iya jadi Deedee ini kan head of XL Future Leaders program, dan juga fasilitator
ya..ehmm..jadi apa saja yang menjadi tanggung jawab Deedee ?
d : Jadi kalau kepala program, we call it program leader ya dibilangnya, yang pasti sekarang
menaungi kelas batch 1, dan juga batch 2, yang sekarang batch 1 sudah selesai, jadi
sekarang batch 2 dan batch 3. Memastikan seluruh program berjalan dengan baik, seluruh
program-program yang harus berjalan, dan supervisi ke seluruh fasilitator, bahwa fasilitator
ini melakukan tugasnya dengan baik.Itu satu, tanggung jawab Deedee ke fasilitator.
Tanggung jawab Deedee ke XL adalah memastikan bahwa program yang sudah didesain
sedemikian rupa ini sesuai dengan plan nya, jadi harus dilaporkan ke XL. Jadi tidak sekedar
“oke kelasnya berjalan”, tapi juga “oke apakah fasilitatornya berjalan seperti seluruh desain
program ?”, which is yang sudah dibuat sama cognition. Ada pelaporan Deedee juga ke
cognition, jadi Deedee menghandle tiga tugas, bahwa ada..ehm, ke tim, bahwa program ini
berjalan baik, kemudian fasilitator termasuk supervise dan bagaimana tim fasilitator ini
berjalan dengan baik ya.
Yang kedua, menjadi jembatan diantara fasilitator ke XL itu sendiri, karena XL yang
membiayai program ini.Yang ketiganya, ehmm.., memastikan bahwa program ini berjalan,
karena Deedee juga harus melaporkan ini ke Cognition.
Jadi, ehm..sentral dari tiga designer dari program ini, itu yang harus Deedee pastikan, itu.
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
I : Ooo iyaiya, kalau latar belakang XL sendiri melaksanakan XL Future Leaders sebagai salah
satu program unggulannya, itu apa ya, Dee ? Sebab saya sendiri membaca dari laporan
tahunan XL tahun 2013 itu Pa Hasnul sendiri bilang bahwa ehmm..XL Future Leaders adalah
salah satu program unggulan dari XL. Latar belakangnya apa ya ?
D : Ehmm… mungkin Deedee akan meng quote Pa Hasnul cerita ya, cerita Pa Hasnul, latar
belakangnya kan dulu, memang Deedee ingat waktu itu pembukaan program XL Future
Leaders di national conference, itu adalah ketakutan Pa Hasnul, bahwa di tahun mendatang,
let’s say di tahun 2030 something, kita akan kekurangan leader, kita akan kekurangan
pemimpin, kita akan kekurangan top-top CEO, ehmm padahal sebenarnya itu yang
dibutuhkan, bagaimana membangun masa depan, lewat pemimpin, kita gak mungkin kan
semua jadi rakyat, harus ada yang jadi pemimpin, bisa berpikir secara ide besar, itu yang
dikhawatirkan Pa Hasnul. Kita harus bikin ini ehm…CSR program, yang notabene tidak hanya
memberikan uang, ehmm…tidak hanya memberikan uang untuk membangun sekolah,
ehm..untuk membantu kebakaran yang ada disana, gak, tapi lebih kepada manusianya yang
harus dibangun, kita kurang itu.
Yang kedua, kepedulian beliau, banyak top ehmm..perusahaan di Indonesia yang bos-
bosnya itu dari luar, kenapa gak orang Indonesia sendiri ? Kenapa gak anak muda Indonesia
sendiri ? Bisa dihitung pake jari lah, berapa yang seperti beliau ? Seorang Pa Hasnul, ada di
perusahaan besar, dan ini sebenarnya ada investasi dari luar juga kan ? Tapi beliau jadi CEO
nya gitu, bukan orang lain.
Nah bisa gak, legacy nya itu dibawa nanti teman-teman yang ke depannya keren. Hanya
adalah, kalau dulu Pa Hasnul butuh 30 tahun menjadi seorang CEO, yang biasanya sekarang
bisa gak dipercepat dari teman-teman ini, bagaimana cara nya, mungkin jadi 10 tahun,
mungkin jadi 15 tahun, udah dari mulai lulus kuliah, 15 tahun kemudian menjadi seorang
CEO, jadi ada semacam shortcut gitu ya, shortcut bukan berarti Pa Hasnul yang harus
panjang jalannya, berliku, karena apa dia bilang, “Saya gak ada coach nya, saya gak ada
orang yang mentorin saya, nah temen-temen sekarang dikasih nih, belum jadi lulus kuliah
udah dikasi program XL Future Leaders, dimana program ini isinya membangun seorang
yang bisa me-lead, atau seperti seorang manager gitu ya, bagaimana cara ehm..memimpin,
bagaimana menghadapi sebuah kasus atau masalah atau sebuah ideas, apakah akan dibuat
kritisi nya menjadi lebih baik, apakah menjadi masalah baru, apa menjadi ide baru, itu perlu
orang yang tahu memimpin, kenapa ? Karena dia akan punya tim, diluar itu adalah bahwa
Pa Hasnul juga cerita bahwa XL sudah punya keuntungan, kalau kaya kita buah, ehm..dia
cerita kalau tidak salah waktu itu avocado, setelah isinya avocado, di tengahnya kan itu ada
bijinya ya, ini mau dikemenain ? Kita udah dapet untung nih, ini mau dikemanain ? Tanem
lagi yuk, biar tumbuh lagi pohon-pohon avocado baru, that’s what he wants.
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
Jadi ketika kita bikin seperti ini, mudah-mudahan yang seratus sekian yang di batch 1, batch
2 dan batch 3, sampe sepuluh tahun kedepan, targetnya adalah 1.335 pemimpin ini, akan
banyak lagi CEO-CEO baru, hasil dari XL Future Leaders, itu idenya dari Pa Hasnul kalau
boleh mengutip ya, dari berbagai macam opening nya, dari berbagai macam eh..roadshow,
ideas nya kenapa ada XL Future Leaders.
I : Itu gagasan awalnya ya
D : Iya, ya.
I : Nah, perencanaannya dari gagasan itu gimana ya, Dee, ya ?
D : Pa Hasnul langsung membikin tim, yang menggodok bagaimana caranya kita mempunyai
program seperti ini untuk anak muda, karena biasanya program ini dibikin oleh orang-orang
yang sudah kerja, kalau di XL berarti untuk managers-nya, ehm..level-level yang memang
sudah posisi memimpin, sekarang bagaimana caranya itu sama.
Mulai lah itu diminta sebuah tim, waktu itu Deedee belum masuk soalnya, tim ini yang harus
mematangkan A, B, C, D nya, sampe pada posisi ini diberikan hanya untuk mahasiswa
semester emmm…awal, which is tahun ke dua dan ke tiga. Kenapa ? Emm..karena melalui
riset, itu emm..diberitahukan bahwa orang Indonesia itu gapunya cita-cita, belum terbentuk
cita-cita nya, nah itu bisa masuk di temen-temen yang kuliahnya di tahun kedua dan ketiga,
SD, SMP, dan SMA, itu ga dapet, tidak seperti diluar, yang edukasi dari SMP aja udah tahu,
saya mau ngapain ketika nanti sudah lulus kuliah. Indonesia itu baru ada di tahun kedua dan
tahun ketiga, itu berdasarkan survey research yang akhirnya diberikan dari bidding vendor
untuk membuat kurikulumnya which is dari Cognition
I : Ooo jadi untuk kurikulum nya itu ada vendor nya ya, Cognition ya ?
D : Yes, yes. Tapi itu tidak datang dengan tiba-tiba, jadi ehm kalau informasi dari Ms. Turina
itu ada 5 yang mereka panggil, dan yang terbaik keluar adalah dari Cognition, dari Cognition
itu melakukan research ya, untuk kebutuhan needs nya untuk anak Indonesia ini itu apa,
kemudian mulai membuat mimpi itu di umur berapa, di level edukasi seperti apa, dan
kemudian ditawarkan dan digodok, makannya kenapa kita sampai sekarang stay, program
ini diberikan kepada teman-teman yang kuliah di tahun kedua, dan ketiga strata 1, bukan
untuk strata 2. Emm..bukan untuk anak SMA, bukan untuk anak SMP, bukan what even SD.
I : Kalau Deedee sendiri ada pernah tahu tidak Dee riset ini dilakukannya seperti apa, atau
berapa lama ?
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
D : Itu harus ditanyakan ke Cognition langsung, jadi itu kalau tidak salah cukup lama. Ini
dibuatnya, nanti boleh dikonfirmasi lagi itu, kalau tidak salah setahun untuk research,
sampai akhirnya keputusan finalnya, yes, kita akan langsung launch. Itu setahun, lama.
Karena mereka harus interview, mereka harus liat pasar, kemudian membuat kalkulasi nya,
sampai akhirnya memutuskan ini kurikulumnya, dan ini adalah target..emmm.mahasiswa
yang harus dan akan diberikan program ini.
I : Kalau Deedee terlibat disini dari kapan ya ?
D : Dari mulai batch 1, dari mulai pertama ini mau dibuat, tapi Deedee mulai dari
aaa..roadshow. Jadi program sudah jadi, sudah diberikan oleh Cognition, dan program
sudah dibentuk, ini loh yang harus diberikan.Nah dari situ masuknya. Jadi proses masuknya
mereka memutuskan Cognition dengan XL, Deedee tidak terlibat langsung, jadi mulainya
baru bener-bener di batch 1 pada saat roadshow sudah selesai, dan kelas mau mulai, jadi
sudah kepilih lah berapa orang nih..ehmmm..120 anak ini ya, dan kita di assign untuk
kelasnya Jogja, kelasnya Bandung, kelasnya Jakarta,kelasnya emm..Surabaya, nah
itu..masuknya dari situ, dan itu dua bulan sebelum kelas dimulai, jadi kalau Januari kelas
dimulai, Deedee masuk sekitar bulan November, dan dapatlah, ini loh kelas-kelas yang akan
diberikan.
I : Jadi penyusunan kurikulum termasuk di vendor ya ?
D : Iyaiya
I : Nah kalau dari lulusan yang diharapkan ya Dee ya, lulusan seperti apa yang diharapkan
dari program ini Dee ?
D : Satu, lulusan ini tetap merasa Indonesia, kita gak bikin, karena kebetulan kurikulum ini
kan dari Cognition, namanya kan Cognition Education, ini dari New Zealand, mereka
membikin men design kurikulum yang akan diberikan, pertanyaannya kenapa dari luar, gak
dari local aja ? Nah kalau ini dijawabnya karena kurikulum yang mereka berikan itu
sebenarnya bukan membuat orang menjadi orang New Zealand, atau membuat ini
membuat pendidikan secara New Zealand, tapi kebutuhan yang dibutuhkan sama orang
Indonesia, yang kita harapkan seperti yang Pa Hasnul katakan, punya karakter Indonesia
yang humble, tapi punya quality yang sama dengan global leaders, apa sih global leaders
nya gitu ?
Mereka berpikir secara luas, tidak terkotak- kotak gitu ya, tidak hanya mereka yang berani
bicara di depan karena merasa “saya sama-sama orang Indonesia”, berani gak bicara di
depan orang-orang yang lebih majemuk ? Dari orang Asia mungkin, dari Eropa mungkin,
seperti itu yang kita harapkan buat temen-temen yang kita plot untuk jadi pemimpin masa
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
depan, Pa Hasnul yang orang Indonesia, kalau dalam bentuk karakternya dia sendiri sangat
Indonesia, secara performance nya sangat Indonesia, dan anak buahnya orang bule nya
banyak, tapi mampu untuk mimpin, nah kekurangan beliau itu “saya kadang-kadang
bicaranya masih kurang oke, saya kadang-kadang ketegasan di depan untuk berani berdiri,
itu kurang oke, karena dulu gak ada coach nya”, nah dengan ada seperti ini, seharusnya
menjadi double, triple, untuk temen-temen yang sekarang sudah oke, ditambah dengan
program ini, nah lulusan ini lah yang diminta, diharapkan selama dua tahun, kenapa kita dua
tahun panjangnya, karena tidak ada yang datangnya instan, semua itu melalui proses yang
temen-temen rasain, yang temen-temen bisa rasain, bahwa challenge selama dua tahun ini
bisa dibawa selama bertahun-tahun kemudian, jadi lulusan yang tidak hanya ngerti technical
aja lulus kuliah, tapi soft skill nya juga ada, karena itu yang jadi highlight, technical nya dari
kampus, and now you have XL Future Leaders, you have soft skill part, yang membangun,
yang mungkin di kampus tidak ada.
I : Ehm iyaiya
D : Ya seperti itu
I : Deedee bisa cerita gak kurikulumnya selama dua tahun itu seperti apa ya Dee ?
D : Nah kalau masalah kurikulum gambarannya ya ehmm.. pengalaman pertama ya, waktu
mengajar batch 1, itu mereka merasa semuanya top, karena memang semuanya yang
masuk seleksinya memang luar biasa gitu, terkejut-kejut gitu loh, “Kenapa saya perlu ini ?
Saya tahu, gua bisa” banyak hal-hal yang mereka langsung deny gitu, jadi yang diharapkan
mereka, mereka pikir ketika mereka masuk, saya akan menjadi orang nomor satu, yang lain
itu tidak ada apa-apanya gitu, nah kurikulum ini tidak membuat orang menjadi dominan,
tapi kurikulum ini membuat orang menjadi kritikal, maksudnya apa, menjadi dominan itu
memang perlu, tapi tidak menjadi belagu gitu, menjadi arrogant, menjadi sombong, kenapa
?
Karena once kita me-lead diri kita sendiri, bukan berarti titlenya adalah Boss, bukan berarti
tittle nya adalah leader, kalau kita ditunjuk jadi seorang staff pun, kita harus bisa mimpin,
nah inilah bagiannya kenapa kurikulum ini diperlukan, temen-temen menjadi kritis pada
saat diberikan tugas, bukan diberikan tittle, jadi dalam membuat team, kadang- kadang gini,
yang jadi leadernya, kadang-kadang yang dipilih jadi time keeper nya mereka gamau, ‘apaan
cuman megang jam aja?’, loh siapa yang bilang jadi time keeper hanya megang jam aja, dia
memastikan time plan sebuah group itu berjalan dengan baik, dia akan galak bahwa group-
groupnya, bagian-bagian divisinya yang emm..apa, yang sudah ter-assign disini, tidak hanya
sekedar bekerja, tapi tahu apa targetnya.
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
Nah hal ini yang belum dikuasai sama teman-teman, karena teman-teman yang masuk
merasa ‘gue masuk, gue harus jadi ketua, dibawahnya ini dianggap tidak penting’, itu
padahal penting. Nah faktor dominan ini yang coba dihilangkan, menjadi faktor kritikal, itu
yang ditekankan. Ketika kita ditunjuk menjadi seorang bendahara pun, bukan hanya koleksi
uang aja, tapi tahu bagaimana mengatur budget, tau bagaimana membuat laporan
keuangan yang bertanggung jawab, nah yang kaya gitu tuh, ini kurikulumnya yang mau
dibangun, makannya kenapa diberikan tiga pilarnya : effective communication, innovation
and entrepreneurship, dan managing change.
Effective communication bukan hanya yang jago bahasa Inggris,tapi tahu bagaimana
mengemukakan sebuah ide dengan tawaran seperti apa prosesnya, atau ketika ada masalah
tau evidence base nya seperti apa, ehmm..dan dia harus bulletproof, gimana caranya ketika
ditanyakan mereka tidak hanya ‘oh iya saya tidak tahu ya.”, misalnya begitu, not gonna
happen that way, nah itu bagian dari kerja sama dalam tim, bahwa ketua pun harus tahu
bahwa kerjaan seorang time keeper ini benar gak dilakukan, si bendahara ini benar gak
dilakukan..ehmm, quality control nya benar gak dilakukan, jadi bukan hanya menyuruh-
menyuruh dan menyuruh, tapi dia sendiri tahu posisi dia sebagai ketua itu memanage team,
kenapa ? Posisi seorang leader itu ketika dia sukses adalah ketika dia membawa tim nya
keatas, bukan karena ‘ini gara-gara saya’, tapi ‘ini gara-gara kami kerja sama’, itu.
Akhirnya itu mulai berubah di workshop tiga dan empat.
I : Oh itu uda mulai kerasa ya ?
D : Iya, jadi tidak ada yang merasa dominan lagi sebagai ketua, merasa harus didengar selalu
paling benar, selama dia tidak bisa mengungkapkan pendapatnya dengan tepat, which is
harus ada evidence nya, faktanya, logikanya seperti apa, well, means you fail, itu tidak kita
harapkan terjadi sama teman-teman. Jadi semuanya akan merata, dari mulai yang paling
keren kampusnya, paling tinggi GPA-nya ketemu dari temen-temen yang kampusnya
mungkin dari tempat yang biasa aja, GPA-nya mungkin dibawah tiga, itu akan sama naik
ketika mulai dalam konteks diskusi, seberapa besar kontribusi kita dalam sebuah tim, dan
me-lead nya, strategis atau tidak.
I : Oke, bisa cerita juga gak Dee tentang, ehmm..kan kalau XL Future Leaders biasanya ada
roadshow ya, bisa cerita gak roadshow nya seperti apa ?
D : Kebetulan yang batch 1 Deedee gak ikut roadshownya, karena belum masuk ya, karena
roadshow itu mulai dari pertengahan ehm..sorry, tahun 2012, which is bulan November
Deedee baru masuk, tapi kalau me-refresh pernyataan dari temen-temen tim corporate
communication, roadshow di tahun kedua dan ketiga, itu eskalasi kampus nya naik, jadi
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
kalau di tahun pertama hanya lima kampus besar, di tahun kedua itu nambah jadi..aduh
lupa yam nanti dikonfirmasi aja ke corp.comm, entah sepuluh atau sebelas, di tahun ketiga
itu lebih lagi, menjadi empat belas kampus, pertanyaannya kenapa tambah ? Karena
pendaftar ini bukan hanya dari lima kampus tadi saja, ya UI, ya ITB, ya emmm UnPad, emm
apalagi misalnya ya ? Emmm..UGM, bukan itu-itu lagi, jadi lebih ekspansif, lebih besar, jadi
kita lihat nih peluang-peluang mahasiswa-mahasiswa yang punya IQ, EQ itu, ternyata tidak
datang hanya dari top 5 kampus saja, akhirnya roadshow ini lebih ekspansif, lebih besar, dan
kita harapkan bukan hanya di Jawa saja, bukan hanya di Sumatera saja, tapi lebih bisa ke
Sulawesi juga, ke Kalimantan juga, mungkin nanti kita mau juga ada di Papua, nah ini yang
mau menyentuh CSR program kita untuk anak-anak Indonesia yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke.
I : Itu kalau pendaftarannya ada dari mana aja Dee ?
D : Pertama-tama itu semua kita dari online ya pendaftarannya, itu mereka kirim CV ke kita,
nah lalu kemudian berkembang, sekarang di batch 3 itu via website khusus
xlfutureleaders.com itu bisa langsung daftar kemarin itu, dulu di batch 1 belum ada itu
website XLFL, di batch 2 kita masih bikin, nah di batch 3 baru bener-bener ada
xlfutureleaders website, jadi boleh langsung dimasukan aplikasinya kesana, gitu.
I : Untuk kelasnya dalam pelaksanaan kurikulumnya itu bisa diceritakan gak Dee seperti apa
itu ?
D : Ehm jadi design dari program ini adalah pertemuannya dua bulan sekali, jadi kalau dalam
dua tahun itu kita punya lima kali dalam satu tahun, itu ehm..dibuatnya dua bulan sekali,
dan diantara dua bulan sekali itu ada online learning, karena ketemunya dua bulan sekali,
maka tugas, supervise, dan lainnya, through online, makannya didesign agar memastikan
silabus, atau modul, yang diberikan itu tepat, maka dibuatlah itu 10 kali pertemuan, dan
pertemuannya dibuat emm..sabtu dan minggu, full days, dari jam 8.30 jam 9, sampai kurang
lebih jam 5, Sabtu dan Minggu.
Kalau yang di Jakarta, yang pasti ada di Grha XL, di Jogja juga di Grha XL, jadi di semua
daerah yang di assign, itu diletakan tempatnya di Grha XL terdekat, hanya kelas- kelas ini
memang hanya menjadi basecamp saja, kita punya kelas di Jakarta tapi studentnya datang
dari Aceh, dari Medan, dari Pekanbaru, karena disana mereka cuman satu atau dua orang,
kalau kelas Jogja, datangnya dari Jogja, Semarang, Purwokerto, dan Malang, kalau di
Bandung itu purely Bandung, tapi di batch 2, Bandung ke Jakarta karena gak terlalu banyak,
jadi sangat fleksibel, mudah-mudahan ke depannya kelas-kelas ini bener-bener jadi region
ya, kita punya kelas di Kalimantan, misalnya, tapi so far belum ada, kita punya dari
Kalimantan di batch 2 itu diterbangkan ke Jakarta, jadi ini memang kelasnya diberikan ke
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
tempat-tempat yang memang XL ada tempat karena ini memang program XL, temen-temen
di region juga bisa support untuk activity nya. Jadi kalau di region itu gak lebih dari 10 orang,
kita akan terbangkan ke Jakarta, jadi seperti Medan, Aceh, itu diterbangkan ke Jakarta. Jauh
lebih baik aksesnya, dibanding kita kirim ke Surabaya, itu aksesnya jauh lebih sulit.
Jadi cukup unique ya, kaya yang kelas Jakarta-3 itu kan dari luar pulau, itu harus kerja lebih
keras untuk kerja kelompok, mereka gabisa ketemu, through online dan Hangouts (aplikasi
google) saja, karena memang sudah diberikan gadget oleh XL, jadi itu kenapa ada online,
karena temen-temen diberikan laptop, kemudian ada android handphone, dan diberikan
pulsanya, agar memastikan program ini berjalan baik dan temen-temen tidak ada alasan
tidak bisa dihubungi
I : Terus ehmm..oh iya, itu biaya akomodasi semua, segala macam, ditanggung semua oleh
XL ya ?
D : Yess, dari awal memang sudah diberikan ehm…informations bahwa program ini purely
diberikan oleh XL secara cuma-cuma kepada temen-temen ini, kalau ada kaya temen-temen
yang harus dari Aceh ke Jakarta, itu XL menanggung biaya penerbangannya, tinggal disini
dimananya, makannya, memastikan bahwa tugasnya yang sudah diberikan ke mahasiswa ini
adalah belajar, jadi untuk akomodasi dan sebagai macamnya itu sudah ditanggung oleh XL,
hanya adalah kalau ada temen-temen yang ada di region itu, misalnya ada dari temen
Jakarta, mereka datengnya dari Depok, itu tidak diberikan lagi, karena kalau yang dari
daerah sudah mengorbankan waktu panjangnya perjalanan, pantas diberikan seperti itu,
kalau yang disini karena lebih dekat harusnya sudah bisa mandiri, jadi kaya ongkos bus nya,
atau ongkos kereta nya dibayarin, itu gak ada, mereka udah aksesnya udah lebih deket,
ketemu fasilitator lebih deket, janjian ketemu tempat lebih deket, tidak mungkin berjibaku
seperti temen-temen daerah yang harus ninggalin comfort zone nya, keluar dari rumah,
keluar dari lokasi temen-temennya juga, masih buang waktu perjalanan nunggu 2 jam untuk
pesawat dan segala macam, jadi ada balance yang kita develop, makannya kalau di region,
kalau di Jogja misalnya mereka ada yang tinggal di Malioboro, itu mereka tidak dikasi
ongkos becak nya, jadi memang hanya yang diluar region yang diberikan transportasi, jadi
memang develop kiri dan kanannya.
I : Ehmm..ya, jadi kalau tidak salah di batch 1 selain di kelas juga ada beberapa project anak-
anak ya, bisa cerita tidak Dee kegiatan anak-anaknya, atau achievement apa saja yang ada
dari batch 1 ?
D : Ehmmm..batch 1, luar biasa, karena baru di workshop 2 mereka sudah gila kerja, kerja
bukan masalahnya ada workshop di kelas aja, tapi ide-ide untuk bisa mengaplikasikan
program yang sudah diberikan XL dalam program XL Future Leaders, jadi bagaimana mereka
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
bisa punya jiwa inovasi dan entrepreneurship, entrepreneurship bukan mereka jualan ya,
bukan mereka tau-tau buka toko gitu ya, gak. Tapi ada kegiatan, real, pertama kali itu ada
kegiatanbook talk, jadi kebetulan Pa Hasnul meluncurkan buku Everyone Can Lead, dan
batch 1 bilang, kenapa kita gak coba bikin ini sebagai gebrakan pertama untuk
mengumpulkan banyak anak muda untuk mengerti ada..ehmm..sesuatu dalam kegiatan itu
yang bisa dikritik ya, bahwa kamu bisa memimpin, dengan gaya kamu sendiri, makannya di
batch 1 itu ada series booktalk dengan berbagai macam gaya gitu ya, dari mulai ada di
Gramedia, kita buka booktalk untuk banyak orang public, ada juga book talk di @America,
emmm ada juga di Bandung, kita buat di Universitas, boomnya itu ada di batch 1 yang ada
gabungan dengan batch 2 di Jogja, yang International Leadership Festival, which isbook talk
nya dibarengin dengan konser musik, itu setau Deedee, baru pertama kali di Indonesia, itu
sukses luar biasa, karena lucunya, book talk dilakukan diatas panggung music, dan orangnya
itu banyak banget yang “ini bakal sukses gak ya?”, taunya itu sampe luber, peserta yang kita
kasih datang itu 350 sampai 400, yang datang itu hampir 500, dan rame nya pada saat book
talk, pada saat konser malah berkurang, lucu karena sebelumnya panitia pikir pada saat
konser musik bakalan lebih ramai, yang di bukunya akan lebih dikit, ini terbalik, haus akan
ilmu, haus akan sesuatu yang kita tidak punya itu masih dimiliki anak-anak Indonesia ya, itu.
Yang lainnya, sosial itu kita juga banyak, kaya ‘Ramadhan Act’, jadi pada saat itu bulan
Ramadhan, tidak seperti kegiatan ramadhan yang lain-lain, kita datang ke salah satu
Yayasan, ehmm..aduh lupa namanya, tapi seluruh anggota panti nya itu buta, jadi kita
datang kesana, kita berikan bahwa mereka punya sesuatu yang orang lain itu mungkin lupa
mereka punya sesuatu, kita datang dengan program, program ini bukan berarti kita akan
ngaji, kita akan datangkan Pa Ustad, sebaliknya malah, program ramadhan ini adalah
program yang super kreatif, bahwa kalau menjadi kurang itu bukan berarti harus minder,
karena teman-teman panitia ini datang dari berbagai macam agama, ada Christian, ada
Buddhist, ada Moslem, nah di program ramadhan act ini, kita kenalin temen-temen yang
kurang dalam pengelihatannya, beberapa orang ternyata sukses, ada yang juga lulus, ada
yang punya NGO sendiri, ehmm..mereka bisa menghasilkan sebuah ehmm…apa namanya,
ehmm…bisnis yang biasa dilakukan sama orang-orang yang bisa melihat, nah kita bawa
orang-orang ini ke panti sosial yang khusus memang menampung, orang-orang yang kurang
baik dalam pengelihatan ini, ini kita coba berbagi dengan mereka dengan motivasi, isinya
kita coba lebih kepada spirit ramadhan, bahwa orang yang pada saat ini harus menahan
lapar, haus, menjadi lebih sabar, itu hasilnya jauh lebih baik kalau bisa kita rangkul dengan
kegiatan yang jauh lebih baik lagi, itu “Ramadhan Act”.
Kemudian ada juga ‘Christmast Act’, ini ide gagasan temen-temen di Jakarta juga, yang
mendatangkan anak-anak penderita Kanker, which is ada kanker otak, kanker darah, dan
semacamnya, tapi kita datangkan ke XL, dan disini ehmm..idenya adalah berbagi kasih,
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
bahwa motivasi hidup itu harus selalu ada, walaupun kita ada di kondisi terburuk yang
pernah ada, yang seolah-olah gak ada umur panjang lagi untuk hidup, ini kita coba bagi
sama temen-temen kecil ini, kita coba bikin cerita, kita bikin semacem motivasi..bagaimana
caranya merangkai sebuah ehmm..situasi yang tadinya tidak menyenangkan, menjadi
menyenangkan dari temen-temen ini bikin sebuah program acara, cerita-cerita yang mereka
bisa berinteraksi langsung dan itu hanya di dalam ruangan kecil saja, 15 sampai 20 anak ini,
jadi anak-anak XL Future Leaders batch 1, kebetulan waktu itu dibantu sama batch 2 juga.
Kemudian di Jogja juga ada ‘Ramadhan Act’, temen-temen ini datang ke panti asuhan yang
memang untuk anak-anak yatim piatu, jadi disana mereka coba berbai hal kecil, sekitar dua
puluh orang, rata-rata anak-anak yatim piatu ini sudah putus sekolah, dan mungkin gabisa
ke sekolah yang keren, gitu ya, nah temen-temen XL Future Leaders Jogja kesana,
bagaimana memotivasi sendiri, bikin kelompok-kelompok kecil, diskusi, kemudian berbagi,
jadi lebih ke diskusi sharing, bagaimana memotivasi diri, dan memastikan menjadi anak
yatim piatu, anak putus sekolah itu tidak masalah, selama, balik ke diri kita sendiri,
bagaimana memandang masa depan yang saya punya. Itu berbaginya ehm..yang temen-
temen lakukan ke panti itu. Itu salah satu contoh-contoh, contoh yang lainnya ya.ehm..yang
lebih banyak kalo sosial itu..kalau di Jogja itu ada lagi mereka punya ide gila bikin sebuah
bisnis, ahh, godokan itu luar biasa berat, ini digodok selama 7 bulan, lama sekali, mulai dari
diskusi, ide, sampai akhirnya jadilah bisnis makanan.
Yang setelah tujuh bulan itu menghasilkan yang namanya café ahmm…nama nya Degdegan
Café, fokus awalnya ehmm..menjual ‘degan’, kenapa namanya ‘Degdegan’, degan which is
kelapa, yang dicampur menjadi sebuah minuman dengan bermacam taste, rasa dan
ehmm..favour, dan segala macamnya, makannya ditambahkan biar menjadi lebih selling
menjadi ‘Degdegan Café’.
Nah berjalannya café ini baru satu bulan, ada penawaran untuk kompetisi bisnis di usaha
kecil dan menengah, dibawalah si degdegan café ini, which is saat itu belum selesai masih
proses, untuk bertanding bersama ratusan orang yang sama-sama mendaftarkan diri untuk
diberikan dana hibah namanya, nah akhirnya Degdegan Café masuk ke top 100, dan
ehmm.masuk ke bagian ketika diputuskan, kita masuk ke bagian yang misalnya dana nya
dipotong 20 juta misalnya ya untuk dapat dana hibah, di challenge lah ketua project ini
untuk memastikan bahwa uangnya gak sampe segitu. Kalau uangnya bisa dikurangi, apa saja
yang bisa kamu lakukan untuk mengkalkulasi ulang pengeluaran untuk jadi bisa memastikan
kami memberikan dana hibah itu, hanya diberikan dalam waktu kurang dari dua menit, dan
peserta itu mempresentasikan kembali, dan hebatnya project leader kita ini bisa langsung
mengeksekusi itu dan turun menjadi angka 14 juta dan diterima oleh panel juri saat itu,
kemudian mendapatkan dana hibah itu. Kebetulan namanya adalah Laviona Grizelda, atau
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
nama panggilannya adalah Lala, dan setelah itu dua minggu kemudian dikabari bahwa
mereka menang dana hibah itu, dan mendapatkan uang 14 juta, jadi 14 juta ini menjadi
dana tambahan bagi Degdegan Café, yang tadinya dimulai dari dana.ehmmm, patungan
temen-temen yang waktu itu jumlahnya masih 21 orang..ehmm, menjadi sebagian dana
tambahan investasi modal café, nah setelah berjalan setahun, sekarang Degdegan Café
menjadi Degdegan Noodle Bar, jadi tidak hanya menjual si minuman saja, sekarang ada
tambahan namanya ‘Mie IPK’, ya sebenarnya pelesetan dari, kalo IPK kita kenal namanya
Indeks Prestasi Kumulatif, mereka menjadikan Indeks Prestasi Kepedesan, gitu hehehe, jadi
lebih ekspansi pasar, lokasinya kita rubah, konsepnya kita rubah, ehmm dan sekarang lebih
go public, jadi dulu fokusnya di mahasiswa aja, sekarang siapapun yang dateng ke Degdegan
Café merasa muda, merasa tertantang, jadi itu konsep yang sekarang dibesarkan sama
temen-temen, nah itu sebagian kegiatan dan aktivitas dari temen-temen di batch 1.
Diluar itu, banyak juga mereka yang..ehmm, sebelumnya di kampus itu banyak kegiatan,
pertandingan, student exchange, sekarang jadi terarah, tadinya ada 10 acara mereka ikut
semuanya, sekarang ikut 5, menang semuanya. Jadi lebih strategis, tidak ikut-ikutan, tidak
asal daftar.Memang terkadang tidak semuanya jadi juara, kadang sampai final sampai
semifinal, tapi pengalaman bahwa mereka mendapatkan itu dengan strategi, itu yang
menjadi menarik.
Dan buat yang mereka mendapatkan exchange keluar negeri, cara belajar di XL Futrure
Leaders ini bisa dibawa, salah satunya yang pernah student exchange ke Korea namanya
Wildan, ehmm..mengikuti ada kompetisi debat saat itu, yang Indonesia dipandang sebelah
mata tadinya, tapi akhirnya bisa come up jadi pemenang.
I : Emm..okeoke, jadi itu salah satu prestasinya ya
D : Yess, itu
I : Kalau secara keseluruhan ini bagaimana evaluasi XL Future Leaders batch 1, dari Deedee
sebagai program leader ?
D : Ya, yang pasti emm, luar biasa, karena ini adalah pilot project gitu ya, jadi kalau awal kita
mengkhawatirkan kalau ini akan tidak sukses, akhirnya jadi sukses, karena yakin, semua
pihak kerja sama tim nya emmm…tidak saling menggantungkan diri, tapi saling bahu
membahu gitu ya, kita memberikan sebuah program yang sudah benar-benar bagus, kenapa
tidak dilakukan secara personal gitu ya. Mungkin secara resultnya, belum melihat 120 anak
ini sukses, semuanya student exchange program, semuanya ikut kegiatan yang menjadi
juara satu, tidak. Tapi bahwa kalau kita bertanya secara general, kualitas temen-temen di
batch 1 ini sudah seperti yang diharapkan dari program ini, maksudnya perubahannya bisa
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
mereka perlihatkan, perubahan ini bisa mereka lakukan, perubahan ini juga bisa mereka
rasakan, bahwa saya yang dulu seperti ini, sekarang seperti ini.
Jadi hasil itu sudah terlihat dari batch 1, tapi hasil itu akan kita lihat di masa depan, apakah
batch 1 ini bisa masuk ke komposisi kerja yang lebih strategis gitu ya, mereka memang harus
merasakan dari bawah sih ya, nanti naik dan segala macamnya, itu nanti kita akan lihat 5
tahun ke depan, kalau yang sekarang kan mereka ikut dan menang kompetisi a b dan c, itu
kan mereka masih mahasiswa, yang diharapkan dari program ini adalah nanti, pada saatnya
waktunya mereka memimpin, mereka bekerja, real di business environment, mereka bisa
memperlihatkan kualitasnya seorang XL Future Leaders, kita tunggu itu.
I : Ooo iyaiya, tapi sejauh pelaksanaan 2 tahun ini, pelaksanaannya sudah sesuai ekspektasi
ya Dee ya ?
D : Ya, lebih.
I : Ya, lebih dari ekspektasi ya. Nah kalau yang jadi evaluasi dari batch 1, kan itu ada
impactnya ke batch 2 dan batch 3 ya Dee, apa ya ?
D : Oke, impact nya adalah mereka teamwork nya luar biasa, saling bahu membahunya itu
luar biasa, dan mereka juga menunjukan jati dirinya sebagai anak Indonesia yang
diperlihatkan on going terus menerus, mereka mau pass onlegacy nya ke batch 2 dan batch
3. Dan secara jelas perubahan yang mereka alami sekarang yaitu bisa diperlihatkan ke
teman-teman batch 2, “ini loh kenapa kamu harus masuk XL Future Leaders”, yang lainnya
adalah, sekarang Deedee sudah bisa pass onlegacy nya untuk mentoring, kalau dulu harus
sama facilitator, sekarang ehmm..beberapa hal Deedee sudah bisa pass on ketika temen-
temen mau diskusi sebuah problem, mau consult sebuah problem, Deedee udah bisa assign
beberapa temen-temen di batch 1 untuk meng guide adik-adiknya ini di batch 2, dan ini so
far udah terima beberapa masukan mereka bilang luar biasa, menjadi mentor itu sulit,
menjadi coach itu sulit, tapi bisa dilakukan, kalau sebelumnya kita di mentor, kita juga di
coach, dan merasakan perubahan itu, nah ini diharapkan nanti bisa dirasakan oleh batch 2
juga, dan batch 2 juga nanti bisa pass on ke batch 3 dan batch 4.
I : Nah Dee, ada gak pengaruh dari program XL Future Leaders, sebagai sebuah program
CSR, terhadap reputasi perusahaan XL ?
D : Oh iya pasti itu, ada. Kalau Deedee tidak salah itu sudah ada 2 penghargaan yang
didapatkan XL untuk program XL Future Leaders, dan yang terbaru adalah minggu lalu, ini
baru kita dapatkan, sekarang tim cor.comm masih di Singapore, dan juga yang Deedee
dengar bahwa XL sudah menjadi pioneer untuk program-program Future Leaders lainnya, ini
dilihat oleh program-program lain sehingga berkembang ehmm..kita bisa dengar banyak
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
program-program serupa, itu justru yang menjadi ekspektasi dari Pa Hasnul ketika bikin
program XL Future Leaders.
Karena XL itu kan terbatas, budget terbatas, orang terbatas, sedangkan kita punya setiap
tahun aja ada 500.000 lulusan mahasiswa yang perlu bekerja, perlu mencari, perlu segala
macemnya ya. XL gabisa tampung semuanya kan, ada keterbatasan. Setiap tahun untuk
program ini, kita terbatas di angka 120-145, bagaimana yang lainnya ? Bagaimana untuk
orang-orang yang gapunya kesempatan ? Mungkin di pelosok sana dan dia punya potensi
lebih ? Nah kalau lebih banyak lagi party yang membuat hal serupa, membangun Indonesia,
harusnya Indonesia bisa menjadi lebih keren lagi di tahun 2030.
I : Jadi itu bukan sebuah ancaman ya ketika perusahaan lain bikin yang sejenis ?
D : Engga, harus. Malah menjadi sebuah tenaga baru, istilahnya apa..emm..power jadi lebih
banyak lagi, lebih banyak yang peduli dengan Indonesia. Kita harus bikin itu
sebagai..ehmm..quote and quote, countagious ya, bukan penyakit, tapi hal-hal positif
memang harus lebih banyak countagious nya.Gitu. Jadi leadership programnya lebih banyak,
tapi sekali lagi kita bukan bikin tentara, kita bikin pemimpin yang punya hati, punya pikiran
yang bersih, tapi tau bagaimana caranya maju ke depan, being critical, dan bisa bertarung di
global international world, gitu.
I : Nah setelah batch 1 lulus, Dee, itu seperti apa Dee para lulusannya ? Apa dibiarkan
masing-masing aja, atau ada follow up dari XL ?
D : Ahmm…satu yang pasti, program ini gak terputus setelah mereka lulus, maksudnya
adalah kita mau tau track record mereka kedepannya seperti apa..ehmm, kita menggadang-
gadang bahwa di ehmm..5, bukan, 10 tahun ke depan, temen-temen yang lulus dari XLFL ini
bisa memberikan kontribusi nyata ke Negara ya, ke nation, kita ga akan tau kalau kita ga
tracking mereka, jadi kemarin ketika lulus di XL Future Leaders ini, temen-temen batch 1
sudah membuat alumni pledge yang mereka akan tetap ada di program ini dan menjadi
ambassador pertama, XL sendiri akan menyediakan semacam diskusi program untuk alumni
akan membuatnya seperti apa, harus datang dari temen-temen batch 1, karena kita
apresiasi bahwa mereka tersebar lagi ke daerah masing-masing kan, kita apresiasi mereka
akan menata masa depan mereka, bagaimana alumni ini tetep on recorded sama kita, itu
bagian dari XL untuk stay in touch sama kita, dengan XL, dan program ini lagi dibuat, apakah
kita akan buat ketemunya enam bulanan, atau setuap satu tahun sekali ada pertemuan
besar, itu masih dihitung kalkulasi biaya dan segala macamnya. Apakah XL akan
supportfinance nya, apakah akan diundang nanti kalau nanti alumni dateng, alumni dateng
dengan itikad baik mereka, dengan keinginan mereka, dan mereka dateng karena memang
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
‘saya bisa’, yang dari daerah bukan lagi ‘beliin lagi dong’, tapi saya datenng karena saya bisa
dari kantong saya sendiri.
Kalau track record itu bisa kita lakukan, berarti program ini berhasil ini. Jadi akan jadi contoh
buat adik-adik mereka di batch-batch selanjutnya. Memastikan target mereka ketika mereka
masuk ke XL Future Leaders ini punya Individual Development Program yang mereka sendiri
itu bisa di ehmm…bisa diberi tahu ke XL bahwa saya sudah sampai sini mencapainya, karena
secara tidak langsung bisa memotivasi temen-temen yang datang di batch-batch
selanjutnya, dan motivasi bagi XL bahwa program ini tepat diberikan buat temen-temen
mahasiswa di Indonesia ini, kaya gitu.
I : Nah Dee, dari awal program ini dibuat, ada planning gak sampai berapa batch program ini
akan dibuat ? Atau berjalannya waktu ada perubahan ?
D : Dulu di awal kita punya batch 1, eskalasi nya Pa Hasnul design untuk lima tahun, tapi
melihat berhasilnya temen-temen di batch 1 gitu ya, ehm..dari achievement mereka, dari
respon mereka, akhirnya Pa Hasnul menambah jadi 5 tahun lagi, jadi program ini akan jadi
batch 10, makannya adalah di tahun ke 10. Targetnya lulusannya ada 1.335 XL Future
Leaders yang akan lulus.
I : Nah Dee, kalau untuk cost atau investasi per anak di program ini, ada gambarannya gak
seperti apa ?
D : Ahm..kalau yang digaungkan Pa Hasnul, per anak itu sekitar seperti S2, sekitar 100 juta,
selama dua tahun. Kalau tidak salah pernah liat di presentasi Miss Turina, total 10 tahun ini
sekitar 80an miliar, 10 tahun ya total, termasuk kurikulum dan expense yang sudah
dikalkulasi, kurikulum, program, fasilitator, and another expenses.
I : Nah Dee fasilitator di batch 1 itu ada berapa ya ?
D : Itu ada tiga, ada Deedee, dan ada Cippy (Tjipto) dan juga Erni, masing-masing pegang 2
kelas. Di batch 2 formatnya dirubah, ada 2 fasilitator, jadi masing-masing memegang 3
kelas, dan untuk di batch 3 sama, ada 2 fasilitator, masing-masing pegang 3 kelas.
I : Nah kalau Deedee sendiri kan tadi, ehmm.. Deedee sebagai fasilitator, head of project, itu
tanggung jawab sama tim, sama XL, dan sama Cognition, itu alurnya seperti apa ya ?
D : Kalau untuk program sendiri, kemajuan student, kemajuan fasilitator, kegiatan yang
harus dilakukan dalam program itu Deedee langsung ke Cognition, dan itu yang utama
dilakukan. Kalau XL lebih kepada apakah semua sudah ter-plot dengan baik ?Seorang
fasiltator untuk kelas-kelasnya sudah dilakukan, tugas-tugasnya sudah dilakukan, kemudian
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
XL, kegiatan-kegiatan XL yang bersinggungan dengan XL Future Leaders ini bisa
dikomunikasikan.Jadi XL memilih program ini juga punya kontribusi yang istilahnya
membawa temen-temen sebagai youth programnya XL. Kalau ke fasilitator sendiri, Deedee
akan diskusi kegiatan mana yang harus di develop, atau anak mana yang bisa dipilih jika ada
butuh kegiatan dari XL yang bersinggungan dengan XL Future Leaders, tiga itu harus berjalan
simultaneously, ke Cognition Deedee harus berhubungan dengan program, apakah ada hal
dari fasilitator yang tidak dilakukannya, atau kurang maksimal, itu bisa langsung di detect
dari awal, di XL lebih ke kita mewakili program dan perusahaan, jadi youth leadership
program ini bener-bener bisa ditampilkan sebagai bagian dari program XL, temen-temen
juga bisa dipilih jadi ambassador XL ketika dibutuhkan, dan kegiatan apa yang bisa
melibatkan temen-temen juga, dan ke tim fasilitator ini adalah memastikan bahwa anak-
anak ini memang bisa dimaksimalisasi kemampuan mereka, bahwa mereka memang
belongs to XL Future Leaders.
I : Nah Dee, kalau diliat dari public nih ya, kan ada pertanyaan mungkin ya, apa ini tidak
menjadi salah satu ajang untuk rekrut karyawan dari XL ya Dee ya, itu seperti apa Dee ?
D : Sekali lagi Deedee mengambil informasi dari Pa Hasnul, kita tidak merekrut karyawan,
kalau merekrut karyawan ya tidak usah bikin program, jadi bahwa ini CSR, pure CSR, jadi kita
membetuknya memang bagian dari persembahan XL membangun negeri, ini dikembalikan
ke negeri, jadi kita tidak merekrut karyawan XL. Kalau mau merekrut karyawan XL sudah ada
jalurnya sendiri, bahwa ini adalah bakti untuk negeri itu memang diharapkan adalah lulusan
XL ini bisa tersebar kemana saja, membuktikan dirinya, bahwa dia bisa masuk Telkomsel,
Indosat, dia bisa masuk ke Unilever, mana saja yang bisa membuktikan bahwa program yang
dia ikuti, itu menghasilkan diluar sana. Tapi kalau mereka memang tertarik untuk masuk
telco industry dan mereka mau masuk ke XL, jalurnya sama seperti jalur public melamar ke
XL, tidak akan ada yang namanya jalur cepat, nepotisme, gak. Membiasakan bahwa
perjuangan itu dihasilkan dari diri sendiri, bukan karena ada seseorang diatas kita, ada orang
yang kita kenal, atau hal-hal yang bikin kita jadi pemalas, jadi itu yang coba diutarakan dari
awal, kita tidak merekrut karyawan, tapi pure CSR. Di tahun mendatang agar Indonesia jadi
lebih luar biasa karena top-top perusahaan di handlesama anak negeri, seperti itu.
I : Oke sekian cukup wawancaranya, thank you Deedee.
D : Oke Ivan.
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
Transkrip Wawancara Arief Ismaidi (Student
XL Future Leaders batch 1)
Kamis - 27 November 2014
Ranch Market Oakwood – Mega Kunigan
Jam 19.10-19.38
I : Ivander
A : Arief Ismaidi
I : Ini udah direkam ya, berisik gak ya ? Tes tes..tes
A : Okeyy..okeyy
I : Udah dikesiniin aja deh ya
A : Sini deh gue pegang deh
I : Oke, dengan Ismed Arief ya
A : Arief Ismaidi
I : Ini Arie sebagai salah satu ehmm…kita wawancara sebagai penerima program XL
Future Leaders batch 1 ya, bisa cerita gak gimana awalnya bisa tau tentang XL Future
Leaders
A : Oke..saat itu gue inget sekitar bulan Juni 2012 ehm…oke, background gue dulu
lah ya. Background gue dulu waktu 2012 gue ketua umum ahmm..salah satu
organisasi di UGM, waktu itu gue jadi ketua umum Himpunan Mahasiswa Ilmu
Komputer UGM, nah disitu pada saat bulan Juni, disitu ada yang namanya KKN,
Kuliah Kerja Nyata ahm…pokoknya gw sebisa mungkin selama kuliah, nyari
kegiatan lain lah. Jadi kalau yang KKN ini wajib dari Universitas.Gue sebenernya
waktu itu lagi liat-liat kaskus. Gue sebenernya, kepikiran sih, gue kuliah sampai kira-
kira akhir 2013, tapi organisasi gue akan berhenti di akhir 2012, setahun besok gue
akan ngapain, apakah gue akan fokus skripsi atau gue ada kegiatan lain lah. At least
yang bisa ngisi ehmm..ehmm, karena gue 2013 akan ngisi kegiatan karena gue udah
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
ga akan ada kegiatna perkuliahan lagi, disitu gue liat di kaskus, gue liat salah satu
thread itu ada tentang XL Future Leaders.
Pertamanya, gue jujuraja bukan tipe orang yang suka kegiatan diluar kampus. Tapi
kalo di dalem kampus sendiri gue lumayan aktif gitu loh, tapi untuk diluar kampus,
gue jarang ikutin, karena ahhm..gue lebih suka yang fokus, jadi bukan banyak
kegiatan dengan waktu yang sama, tapi sebisa mungkin satu kegiatan, tapi progresif
gitu loh. Itu gue seperti itu.
Pada saat gue liat, gue liat videonya, gue liat websitenya, kok kayanya tertarik ya ?
Nah dan ternyata programnya untuk 2013 awal gitu kan. Nah disitu gue coba apply,
gue masukin CV gue, gue waktu itu nulis segala macem, sampai akhirnya di bulan
September 2012 kalo ga salah, atau Oktober, itu mulai seleksi.
I : Online ya itu ?
A : Itu online. Gue bahkan gatau ada seminarnya saat itu di UGM, gue tau dari
kaskus, gue lupa yang pasang info itu siapa, tapi disitu ada posternya dan link video
nya, requirements dan outputnya gue liat akan jadi seperti apa, gue rasa oke, gue
patut coba nih. Gue gabisa aktif lagi di dalem kampus, yam au gamaua gue harus
keluar kampus dong, gitu.
I : Oke, itu awalnya ya. Nah tahap seleksinya itu ada apa aja ?
A : Tahap seleksinya ya ? Tahap pertama itu gue inget GMAT, general management
attitude test, terus habis itu ada tes TOEFL, habis TOEFL ada ehmm…kayanya iya
deh habis TOEFL habis itu ke FGD, forum group discussion, habis itu, kalo setelah
lolos, dua hari ya, FGD itu hari pertama, next day nya adalah interview, itu tahapan
tes nya. Terus habis interview, kira-kira selang sebulan lebih lah, habis itu baru keluar
pengumuman, di bulan November, karena jaman gue batch 1, itu kalo ga salah awal
Desember deh national launch nya.
I : Boleh cerita gak national launch nya itu seperti apa ? Itu kan berarti udah kepilih
semua tuh ya ?
A :National launch itu ahmm..ceritanya dalam bentuk apa nih maksudnya ?
I : Pelaksanaannya kaya gimana nih ? Berarti itu semua yang keterima dikumpulin ya
?
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
A : Iya. Kita national launch itu pertama kali nya kita ketemu semua partisipan dari
semua regional, dari semua kelas, itu di Grha, itu Sabtu Minggu. Hari pertama itu
lebih kea rah acara national conference nya, itu gue inget ada sesi talkshow, Pa
Hasnul Suhaemi as XL CEO, dan juga waktu itu gue lupa..ehmm..siapa CEO nya
Indosat ? Ehmm..siapa ya gue lupa, ya pokoknya dia deh.
I : Oh pembicaranya CEO dari Indosat ya ?
A : Serius, CEO atau one of BOD’s lah pokoknya, tapi seinget gue sih iya, CEO.
Acaranya menarik banget sih, maksudnya gini, pada saat..sebenernya pada saat gue
dinyatakan lolos, gue waktu itu mereflecti ulang,apa yang bikin gue tertarik ? Output
nya itu waktu itu, jalan jadi pemimpin kalau gak salah, pemimpi jadi pemimpin, itu
tema gue di batch 1, gitu loh.
Gue liat outputnya saat itu, memang three main competenciesas future global
leaders, nah gue coba reflect dengan acara national conference nya, itu benar-benar
merepresentasikan, tapi gue waktu itu gabisa ngebayangin nih, programnya dua tahun
gitu loh. Karena disitu gue kurang teliti juga, karena saat itu gue kira programnya
setaun ya, seperti acara-acara leadersip yang lain, tapi setelah gue tau itu dua tahun,
ini acaranya kedepan akan seperti apa ? Ya apakah kita akan cuman ketemu enam
bulan sekali, atua setahun sekali, gitu kan. Ternyata setelah dijelasin, workshop dua
bulan sekali, diselangi dengan online workshop, kaya gitu.Jadi pada saat national
conference tuh, itu di hari kedua dijelasin tentang acaranya.Hari pertama lebih ke
talkshow nya, jadi habis itu pengenalan program dari sisi latar belakang programnya
tuh kaya gimana.Itu daric or.comm, Bu Turina Farouk.
I : Untuk pelaksanaan programnya kan itu tadi ada kelas, da nada modul online ya,
kalo yang kelas sendiri itu gambarannya kaya apa tuh ?
A : Kelasnya, nah, ini juga salah satu yang gue bikin..apa ya..kaya semacam gue
menetapkan ‘oke gue tertarik banget’, karena itu tadi, gue suka yang berprogress
gitu, dan setelah gue rasakan dari workshop..oh sorry, waktu pertama gue batch 1
sebelum workshop itu, kita ada semacam matrikulasi English class, tujuannya adalah
untuk menyamaratakan kemampuan English dari masing-masing participant, gitu. Itu
3 hari, sebelum kelas workshop 1 dimulai.
I : Itu semuanya barengan apa gimana tuh ?
A : Gak, itu per kelas. Oke nah..itu selang sebulan, baru mulai workshop pertama, nah
kebetulan waktu workshop pertama, gue kan masuk kelas Jogja ya, gue waktu itu
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
kelas di Jogja tapi lagi pulang ke Jakarta, rumah gue di Jakarta. Jadi gue ikut kelas
Jakarta 3, dimana itu kelas campuran dari luar daerah. Nah, gue ikutin, materi
pertama yang gue dapet, itu tentang effective communication, apa, ehmm sebentar,
gue topik materinya itu tentang bus stop deh kalo ga salah, iya, hari pertama tentang
bus stop, pokoknya salah satu thinking tools dari effective communication kalo ga
salah bus stop, hari kedua itu pengenalan tekhnologi, karena kan kita akan
menghadapi online workshop nih, karena nanti yang dipake google hangout, materi-
materi biasanya lewat google drive. Nah hari kedua itu lebih ke pengenalan
tekhnologinya yang akan kita gunakan selama dua tahun ke depan, dari situ gue liat
oke.
Dan ternyata abis itu, kita ada yang namanya mentoring, ada yang namanya IDP,
individual development plant, gitu kan. Nah mulai tuh mentoring mulai kerasa, oke,
ternyata program ini tuh bener-bener nge-track partisipannya nih, bukan semata-mata
“oke gue dikasih tools” dan habis itu gue pake tools itu sendiri, itu thinking tools
yang diberikan ya kita harus mereflect sendiri pada saat apa dan yang mana itu harus
dipake, kaya gitu, bener-bener kita harus rasain sendiri.
I : Jadi ada kelas, ada modul online, dan ada IDP ya ?
A : Iya benar
I : Dan ada mentoring sama fasilitator ya ?
A : Iya, mentoring sama fasilitator, sebenernya online workshop nya lebih ke
mentoring sih, jadi selain ada PR-PR juga, sama ada juga mentoring, itu yang bener-
bener kita keep on track lah dengan plan kita.
I : Kalau untuk Arief sendiri, manfaat dan program apa yang dirasakan dari program
ini ?
A : Manfaat ya ? Kalau kita ngomongin manfaat, yang jelas, bener-bener lebih pede,
gitu. Karena kita kadang environment itu yang ngebentuk kita kan, nah di XL Future
Leaders ini, pada saat kita workshop, setahun 5 kali, itu bener-bener, ini sambil
berjalan sih, kemarin baru selesaikan, kita bener-bener full day discussion, full day
FGD, gitu kan, habis itu full day brainstorming, disitu tuh bener-bener, oke, yang
tadinya malu-malu, yang tadinya tuh ‘gue punya ide, tapi gatau nih bagaimana cara
ungkapkan ide gue, atau how to deliver this”, gitu kan, so anyone can accept my ideas
gitu kan, disitulah gue belajar, disitulah yang bener-bener kerasa perubahannya, itu
kerasa pada saat kita masuk ke lingkungan pekerjaan, once kita ngobrol, kita discuss
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
dengan beberapa orang yang, kita tau pangkatnya lebih diatas kita, but itulah disitu
nilai-nilai confidence gue merasa kepake banget, karena, oke ini out of topic juga, gue
merasa perlu disampein, gue waktu itu sempet ngobrol-ngobrol biasa, di kantin,
informal aja gitu loh, nah disitu kebetulan kita ehm sorry, gue ngobrol dengan
manager, ngobrol biasa, terus tiba-tiba ada salah satu manager yang tau gue peserta
XL Future Leaders gitu kan, terus dia kenalin gue, terus dia nanya “Lu diajarin apa
aja sih ? Materinya apa aja sih ?
Terus gue jabarin materinya segala macem, terus “Oh pantes ya, lu ngomong sama
gue tuh pede”, pede dalam arti apa ? Pede dalam arti, karena dia bilang gini, “Lu ga
ngerasa malu, atau minder, dengan gue yang disini managers, dari sisi umur jauh dari
lu, dan dari segi pengalaman jauh dari lu juga, lu ga ngerasa minder ?”Ya gue bilang
saat itu, “Kalau gue lagi ngobrol kaya gini, ngapain harus minder, Pak? Kita ngobrol
ya seperti biasa, but kalau misalnya ngomongin pengalaman, ngomongin
ehmm..technical skill, atau pengalaman kerja lah, jelas saya akan merasa minder, tapi
kalau disni saya ngobrol masalah ke pribadi, ideas-ideas, why gitu loh ? Nah itu disitu
kera sa nya. Confidence untuk ngomong dengan orang sih, yang even posisinya diatas
kita, gitu.
I : Nah kalau menurut lu sendiri ya, untuk program-program sejenis ini ya, itu sesuai
gak dengan kebutuhan Indonesia, khususnya mahasiswa ? Ini kan programnya
memang untuk mahasiswa nih
A : Gini, ini in my opinion ya, yang ehmm..menurut gue harus ditambahkan dalam
kurikulum pendidikan kita, itu bener-bener kemampuan untuk bersosialisasi, buat apa
kita punya otak yang brilian, ide yang brilian, ide yang bener-bener tajam dan brilian,
tapi kita gak tau, kita tau cara menyampaikannya, tapi kita gak tau bagaimana cara
menyampaikannya dengan tepat, dengan cermat dan tepat lah, maksudnya disitu tidak
menyinggung perasaan orang, atau juga bukan salah posisi intinya, itu, karena kita
ehmm..kalo gue pribadi dulu sebagai mahasiswa, gue bener-bener ga ada mata kuliah
tentang itu, gue gatau ya kalo di kampus laen, dalam arti gue lebih dibantu secara
teoretis, dan secara practical, gitu loh.
Nah tapi dari segi bersosialisasi, itu mungkin beberapa organisasi sudah bisa
menyalurkan itu, tapi ga ada wadah yang bener- bener memberikan kemampuan
seorang mahasiswa untuk bersosialisasi.Jadi gue rasa di program ini yang sudah
memberikan akses itu sih, sosialisasi dalam arti yang gue uda sampein tadi, gitu.
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
I : Sedikit kembali ke IDP, boleh gak jelasin lagi seperti apa IDP itu bentuk dan
aplikasi manfaatnya buat para penerima program ?
A : Oke boleh, IDP pada program XLFL ini mengarahkan gw untuk membagi goal,
dari goal utama untuk 1 tahun ke depan, akan di bagi menjadi beberapa goal kecil
untuk mendukung goal utama tersebut. Dan tentunya jika goal utama telah tercapai,
maka kita akan membuat lagi goal selanjut nya, sehingga nanti nya goal-goal utama
tersebut adalah goal kecil untuk masa depan kita.
Manfaatnya jelas, membuat kita jadi berpikir lebih strategis dan end to end, bukan
hanya punya visi jauh ke depan, kita juga dapat memecah masalah menjadi beberapa
bagian kecil, sehinga dengan mudah menyelesaikan masalah tersebut.
I : Nah sebelum lu ikut program ini ya, ikut XL Future Leaders ya, persepsi lu
terhadap XL itu seperti apa ?
A : XL dalam program ini atau XL sebagai perusahaan ?
I : XL sebagai perusahaan
A : XL sebagai perusahaan ya ? Gue sebatas tau oke XL sebagai one of big company
in Indonesia, gitu kan. Gue tau yang terbesar masih tetap Telkomsel, terus habis itu
nomor dua dan tiga, memang setau gue dari sisi subscriber ya, pengguna ya, itu
emang Indosat dan XL, gue cuman sebatas itu aja, gitu ya. Cuman ya…sesimple itu
aja sih, yang gue tau dulu sebagai perusahaan service penyedia layanan
telekomunikasi, hanya cuman berkecimpung disitu aja sih.
I : Nah setelah program ini, lu ada persepsi apa tentang XL ?
A : Dulu gue belum tau, dulu waktu jaman kuliah, sebelum acara ini, gue gak tau ada
yang namanya CSR, gitu. Gue ga begitu tau, nah setelah ada program ini, ternyata
pada awalnya ga terlalu paham bahwa ini part of CSR, gue pikir perusahaan itu
memang kadang kasih dana suka-suka untuk scholarship, ke mahasiswa nya, sorry
(telepon)
Oke, sorry ya. Sampe mana tadi ?
I : Tadi itu sampe CSR, jadi lu tau bahwa ini itu adalah CSR
A : Iya, jadi disitu adalah bahwa ini cukup memberikan knowledge ternyata company
punya loh yang namanya CSR. Ya tentu sebagai penerima program yang merasakan
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
sendiri manfaat dari program ini, dan gw rasa juga temen-temen future leaders yang
lain berpikiran sama, bahwa kita memandang XL sebagai perusahaan yang punya
keinginan untuk mencetak para pemimpin masa depan Indonesia, agar nanti
Indonesia memiliki pemimpin dari orang kita sendiri, mengingat program ini tidak
memiliki ikatan apapun dengan para penerima programnya, dan setau gw juga
kurikulumnya dibuat khusus untuk program ini, bahkan yang gw dengar, investasi per
anak itu sekitar 100 juta rupiah.
I : Nah berarti setelah lu tau ini bahwa salah satu part of CSR XL, lu juga tau dong
program sejenis yang merupakan CSR perusahaan ?
A : Ehmmmm…gini..ehmmm… setau gue memang setelah itu, company kan
memang punya budget untuk CSR, yang gue tau, setelah XL Future Leaders ada, ada
Future Leaders lainnya yang punya Karya Salemba Empat, namanya sama tapi
programnya beda, itu lembaga yayasan dengan UI, itu memang lembaga yang
mendukung CSR perusahaan
I : Menurut lu sendiri ada gak pendapat, saran, atau masukan untuk program ini ?
A : XL Future Leaders ? Ehmm..oke, bisa dispesifikasiin gak apanya ?
I : Iya maksudnya kan lu uda selesai program nih, ada gak hal-hal yang sebenernya
bisa ditambahin, tapi agak sedikit miss ? Atau menurut lu uda cukup baik sejauh ini ?
A : Sejauh ini dari program menurut gue cukup baik ya, karena lagi-lagi, gue coba
tanya-tanya temen gue yang ikut leadership juga dari perusahaan lain, itu memang
rata-rata oke, one week full workshop, gitu, abis itu cuman uang in a year,
di..dii..ehmm di perusahaan lain. Kali ini dari sisi program menurut gue cukup bagus
gitu ya karena bener-bener dua tahun itu bukan sekali dateng atau dua kali dateng,
tapi kan di track tuh per bulan itu udah lumayan jaga participant nya sih, bener-bener
ngejaga goals dari programnya ini, sama goals dari participant nya ini tetep tercapai.
Itu.Untuk yang mau gue tambahin…ehmm, itu sih.Karena kita juga bilang, misalkan,
ya, yang diluar program, itu udah ada juga. Karena kenapa penting ?
Yang pertama, kita dua tahun bareng-bareng terus, otomatis bonding antar peserta itu
wajib, harus untuk jaga.Karena environment itu bener-bener memegang peranan
penting deh terhadap individu. Yang kedua, bagaimana sih kita apply tools-tools yang
udah diajarin ? Ya memang kita kadang uda applydi kehidupan masing-masing ya,
either itu kuliah atau pekerjaan, tapi itu cukup penting juga untuk..ehm, kita bukan
unjuk gigi sih, tapi untuk menerapkan apa yang udah diajarin.
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
I : Setelah selesia gimana nih ?
A : Setelah selesai kebetulan gue baru graduation seminggu yang lalu, tapi yang jelas
lagi-lagi kita kaya pengen ngebangun kaya ehmm..kita mau ngebangun environment
kaya XL Future Leaders, kita percaya networking itu penting banget. Kita gak ada
yang tau gue bakal jadi apa kedepan, lu bakal jadi apa kedepan, somehowsomeday
kita bakalan ketemu, in the real life, “Oh ternyata lu dulu ini ?”, kan gak lucu “Oh lu
ternyata peserta ini juga?”, that’s why kita setelah graduation, kita ada alumni, untuk
jaga networking juga.
I : Oh itu dibentuk tuh ya ?
A : Iya
I : Oke, nah itu graduationnya seperti apa tuh ?
A :Graduationnya..oke..kemarin itu jadi Sabtu Minggu, hari pertama itu kita Sabtu,
agendanya itu kita bikin gallery, exhibition, apa aja yang kita udah kerjakan, project.
Local community project itu bener-bener ada penilaiannya bro, pilih dari 3 hal yang
udah diajarin ke kita. Pilih, apa effective communications, managing change, atau
entrepnreneurship and innovation, habis itu ada juga elevator speech dengan
seseorang yang expert di bidangnya, kemarin kita dibagi jadi 6 bidang, gue termasuk
ke information and technology, setau gue ada juga masalah NGO, education, bisnis,
sisanya gue lupa, oil and gas juga ada.
Kita disitu diberi kesempatan elevator speech ke si expert itu untuk menunjukan
something special yang ada dalam diri kita, dalam arti, “oke gue tertarik sama lu, lu
mau gak kerja sama gue ?”. Ada cerita yang menarik ya tentang elevator speech ini,
ini bener-bener sesuai namanya, elevator, gimana lu nge pitch orang. Kadang di
dunia kerja atau kampus ketika lu mau ngomong sama orang yang itu orang penting
banget, jabatannya penting banget, mereka waktunya dikit, gimana caranya, oke bos
gue, one of director, itu kita pengen ngomong, oke sambil jalan, atau lu somehow
ketemu orang yang penting di dalam lift, lu ceritain siapa diri lu, lu lagi ngerjain apa,
apa visi lu, kenapa dia butuh hire lu, itu penting banget. Jadi ya itu tadi, bener-bener
ngena ke dalam kehidupan kita, habis di hari kedua, lebih ke kita bareng- bareng
samanational conference nya batch 3 kan, terus habis itu ya ada acara ceremony nya,
itu kaya wisuda sih, kita dipanggil satu-satu ke depan, terus terima certificate.
I : Okedeh, sepertinya cukup, thank you
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
A : Oke, ga ada lagi ?
I : Iya cukup, thank you ya
A : Sama-sama
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
Daftar pertanyaan wawancara untuk Bpk. Silih Agung Wasesa
“IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PT. XL AXIATA, Tbk DALAM MENGELOLA
REPUTASI PERUSAHAAN (Studi Kasus Program XL Future Leaders batch
1)”
Oleh : Ivander Wijaya- Universitas Multimedia Nusantara (11140110206)
- Bagaimanakah bentuk program CSR yang ideal, khususnya saat ini di Indonesia ?
CSR yang baik itu, sesuai dengan namanya, adalah sebagai bentuk pertanggung
jawaban perusahaan terhadap stakeholder. Jadi, selain bertanggung jawab terhadap
perusahaan, CSR yang ideal juga bertanggung jawab terhadap kelangsungan bisnis
perusahaan. Tentu saja, kelangsungan usaha yang sehat dan bertanggung jawab. Ini
penting, karena tanpa bisa menjamin kelangsungan bisnis sebuah perusahaan, maka
CSR tidak bisa menjamin kebelangsungan dana buat CSR itu sendiri.
-Apakah memang program-program CSR harus sesuai dengan konsep-konsep CSR
yang ada ?
Harus dong, karena tanpa konsep CSR, maka CSR hanya akan menjadi gerakan
parsial yang karitatif, dan bahkan cenderung menjadi proyek ketimbang program.
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
-Apakah program CSR yang berhubungan dengan isu pendidikan relevan untuk
dilakukan di Indonesia untuk saat ini ?
Sangat relevan, karena pendidikan masih mutlak perlu ditingkatkan untuk Indonesia
yang penduduknya masih banyak tidak mendapatkan pendidikan yang layak.
- Bagaimana bentuk program CSR yang sesuai untuk industri telekomunikasi di
Indonesia ?
Tergantung dengan visi industri telekomunikasi itu sendiri. Tiap persh telko pasti
memiliki visi yang beda, maka ini akan berdampak pada CSR.
- Tahapan dalam pemilihan isu bagi program CSR ?
Ada banyak kok di text book soal CSR.
- Di Indonesia, apakah perusahaan-perusahaan sudah menjadikan ISO sebagai
panduan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam operasi perusahaan ?
Implementasi Program..., Ivander Wijaya, FIKOM UMN, 2015
Sudah ada beberapa perusahaan yang menggunakan ISO untuk CSR.
- Berkaitan dengan CSR dari XL, yaitu XL Future Leaders, apakah tujuan
pelaksanaan program itu menurut Bapak ? Apakah untuk pembentukan citra dan
reputasi ? Atau memang berasal dari keinginan perusahaan sendiri ?
Yang tahu tujuan program CSR kan hanya perusahaan itu sendiri. Kita diluar hanya
membaca apa yang tersurat.
- Bagaimana pendapat Bapak sebagai seorang praktisi PR terhadap program XL
Future Leaders ? Apakah ada kritik, saran, dan tanggapan ?
Programnya sangat mendasar, ingin menciptakan pemimpin masa depan. Hanya saja,
sayangnya masih kurang membangun inisiasi dari bawah…. bagaimana agar