163
MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasssar Oleh ARIANTO GUNAWAN 10533795315 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2019

MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makasssar

Oleh

ARIANTO GUNAWAN

10533795315

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2019

Page 2: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

iii

Page 3: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

iv

Page 4: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

ii

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Arianto Gunawan

Nim : 10533795315

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Makna Heuristik dan Hermeneutik Teks Puisi pada

Buku

Perihal Gendis Karya Sapardi Djoko Damono.

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim

penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuat

oleh siapa pun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 05 Desember 2019

Yang Membuat Pernyataan

Arianto Gunawan

Page 5: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

iii

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Arianto Gunawan

Nim : 10533795315

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut.

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai penyusunan skripsi ini selesai,

saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuat oleh siapa pun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 05 Desember 2019

Yang Membuat Perjanjian

Arianto Gunawan

Page 6: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

5 S

Jadilah orang yang SERIUS dengan

penuh SEMANGAT namun tetap SANTAI, serta

jangan lupa berSABAR di saat hal yang kamu ingin capai

belum terwujud dan terakhir jangan lupa STAY cool (tetap tenang).

Kupersembahkan karya ini buat :

Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,

atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan

Page 7: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

vii

ABSTRAK

Arianto Gunawan, 2019. “Makna Heuristik dan Hermeneutik Teks Puisi

pada Buku Perihal Gendis Karya Supardi Djoko Damono.”. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Siti

Suwadah Rimang dan Amal Akbar.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu Apa isi kandungan makna

Heuristik dan Hermeneutik pada Buku Puisi Perihal Gendis Karya Sapardi

Djoko Damono. Penelitian ini bertujuan mengetahui isi kandungan makna

Heuristik dan Hermeneutik pada Buku Puisi Perihal Gendis Karya Sapardi

Djoko Damono.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Kajian Pustaka. Dengan

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan pendekatan semiotik

Michael Riffaterre yang mencakup tentang pembacaan heuristik dan

hermeneutik. Data pada penelitian ini berupa data yang diperoleh dari hasil

pembahasan Heuristik dan Hermeneutik dari tiga puisi yang terdapat pada

Buku Perihal Gendis Karya Sapardi Djoko Damono yaitu, ‘Percakapan di Luar

Riuh Suara’, ‘Hening Gendis’ dan ‘Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali’.

Hasil Penelitian dari hasil pembahasan Heuristik dan Hermeneutik pada

buku puisi Sapardi Djoko Damono yaitu pada puisi “Percakapan di luar Riuh

Suara” memiliki pemaknaan tentang seorang gadis pendiam yang

menginginkan kebebasan dari kekasihnya agar dia dapat menjadi dirinya

sendiri. Puisi “Hening Gendis” memiliki pemaknaan tentang kesiapan

menghadapi sebuah kematian yang setiap orang tidak tahu kapan masanya.

Puisi “Aku ingin Sungai Tanpa Kendali” memiliki pemaknaan tentang

seseorang yang ingin hidup abadi guna mengetahui arti kehidupan yang

sesungguhnya.

Berdasarkan Hasi penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

dalam puisinya terdapat cerita yang berbeda – beda dari setiap bagian –

bagiannya, seperti pada salah satu puisi yang berjudul Hening Gendis yang

memiliki enam bagian di dalamnya dan terdiri atas 15 bait. Selain itu, pada

puisi tersebut memiliki tema yang berbeda – beda, yaitu puisi “Percakapan di

Luar Riuh Suara” yang memiliki tema tentang percintaan dan juga kebebasan,

lalu pada puisi “Hening Gendis” bertemakan tentang kematian dan ketuhanan

dan serta puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali” memiliki tema tentang

kehidupan dan kebebasan.

Kata kunci: Karya Sastra, Puisi, Makna Heuristik, Makna Hermeneutik

Page 8: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu

Wata’ala yang telah melimpahkan segala nikmat iman, rahmat, dan hidayah-Nya

sehingga penulis mampu melakukan segala tujuan yang ingin dicapai, dan nikmat

kesehatan yang diberikan sehingga penulis hingga saat ini dapat melakukan

aktivitas sehari – hari, serta nikmat kesehatan yang diberikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Makna Heuristik dan Hermeneutik

Teks Puisi pada Buku Perihal Gendis Karya Supardi Djoko Damono” sesuai

yang diharapakan.

Salawat serta salam semoga tetap tercurah atas Nabi Muhammad

Shallallahu’alayhi wasallam, nabi yang terakhir diutus ke bumi persada ini, untuk

menyempurnakan akhlak umat manusia, dan sang revolusioner sejati yang

menggulung tikar-tikar kekafiran dan membentangkan permadani-permadani

keislaman.

Penyusunan Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

mengikuti ujian Skripsi guna melanjutkan penelitian pada Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makasssar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini hambatan dan

kesulitan selalu penulis temui, namun hanya atas izin-Nya serta bimbingan,

dorongan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya Skripsi ini dapat

terselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Page 9: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

ix

Penyelesaian Skripsi ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa

ada keterlibatan berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan bantuannya.

Oleh sebab itu, dengan seegala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

dan penghargaan kepada Dr. Siti Suwadah Rimang, M.Hum. dan Dr. Amal Akbar,

M.Pd. pembimbing yang selalu memberikan dorongan, semangat , dan membuka

wawasan berpikir dalam memecahkan masalah dalam peneyelsaian penulisan

Skripsi ini.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih yang teramat tulus dari relung

hati yang paling dalam dipersembahkan kepada kedua orang tua Muh. Tang dan

Nuraeni atas pengorbanan mulia dan suci serta restunya demi keberhasilan penulis

mencapai apa yang dicita-citakan dan pengorbanannya, baik dari segi moril,

materi, serta selalu menjadi sumber inspirasi kepada penulis. Semoga Allah

Subhanahu Wa ta’ala. memberikan rahmat, berkah dan hidayah-Nya serta

meninggikan derajar di sisi-Nya.

Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E.,

M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd.,

Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Makassar, serta Dr. Munirah, M.Pd., Ketua Jurusan Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah

Makassar, serta seluruh dosen dan para staf dalam lingkungan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar karena berkat

bimbingan dan arahan kepemimpinan pula penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini.

Page 10: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

x

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh keluarga besar

Himaprodi PBSI FKIP Unismuh Makassar, teman – teman kelas B 2015, teman –

teman seangkatan akademik jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Angkatan 2015 serta kepada kakak dan adik-adik jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia yang telah turut andil dalam proses penulis dalam bentuk

motivasi dan semangat ketika penulis sedang mengalami kesulitan dalam proses

penyelesaian Skripsi ini.

Rasa syukur senantiasa penulis penjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa

ta’Ala atas bantuan yang diberikan selama proses penyusunan Skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa Skripsi ini

jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan, baik dari segi penulisan

maupun pembahasannya. Untuk itu, saran dan kritik yang dapat menyempurnakan

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi

penulis.

Amin Ya Rabbil Alamin

Akhirul qalam wassalamu alikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 05 Desember 2019

Arianto Gunawan

Page 11: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ......................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ............................................................................. v

MOTO DAN PERSEMBAHAN............................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 01

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 04

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 05

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 05

E. Definisi Istilah .........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Relevan ................................................................................... 07

B. Landasan Teori ........................................................................................ 12

C. Kerangka Pikir ......................................................................................... 38

Page 12: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 39

B. Data dan Sumber Data ............................................................................ 39

C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 40

D. Teknik Analisis Data ............................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Hasil Analisis Data ................................................................ 41

B. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................................ 88

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .................................................................................................. 94

B. Saran ......................................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 96

LAMPIRAN – LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 13: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Puisi Sapardi Djoko Damono .................................................................... 99

B. Klasifikasi Data .......................................................................................... 102

Page 14: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra merupakan refleksi dari berbagai fenomena yang terjadi

dalam masyarakat. Keberadaannya merupakan suatu hal yang penting dan

sudah menjadi keseharian dalam masyarakat, baik itu sebagai kebutuhan

maupun hanya sekadar hiburan. Terdapat berbagai bentuk karya sastra, mulai

dari prosa, drama, dan puisi. Puisi termasuk salah satu jenis karya sastra yang

tidak hanya ditempatkan secara khusus, tetapi dapat pula dijumpai dalam

media massa, majalah, dan surat kabar yang sangat dekat dan akrab dengan

masyarakat.

Pada dasarnya, karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena

karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-

kebenaran hidup, walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat

memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis

hiburan intelektual dan spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai

pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan

pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni (Sumardjo dan Saini 1994).

Puisi merupakan suatu media dalam sastra yang cukup ringkas sebab

adanya pemadatan isi dan pengungkapan makna yang diberikan secara tersirat

dengan penggunaan kata-kata kias dan penuh imajinatif. Kepadatan komposisi

yang ketat, membuat puisi tidak memberi ruang yang longgar pada penyair

dalam berkreasi secara bebas. Tak heran jika puisi disebut-sebut sebagai the

most condensed and concentrated from of literature maksudnya puisi

merupakan bentuk sastra paling padat dan terkonsentrasi.

1

Page 15: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

2

Pradopo (2005:124-129) menyatakan salah satu konvensi sastra

tentang ketidaklangsungan ekspresi menurut Riffaterre yang dijabarkan

dengan metode pembacaan heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik

adalah pembacaan puisi berdasar pada konvensi bahasanya, sedangkan

pembacaan hermeneutik adalah pembacaan puisi berdasar pada konvensi

sastranya.

Tahap pertama perlu disadari bahwa interpretasi dan pemaknaan tidak

diarahkan pada suatu proses yang hanya sampai pada permukaan karya sastra,

tetapi juga yang mampu "sampai di kedalaman makna" yang terkandung di

dalamnya. Untuk itu, seorang penafsir setidaknya harus memiliki wawasan

bahasa, sastra, dan budaya yang cukup luas dan mendalam.

Berhasil atau tidaknya seorang penafsir mencapai taraf interpretasi

yang optimal, sangat bergantung pada kecermatan dan ketajaman interpreter

itu sendiri. Selain itu, dibutuhkan metode pemahaman yang memadai; metode

pemahaman yang mendukung merupakan satu syarat yang harus dimiliki

interpreter. Dari beberapa alternatif yang ditawarkan para ahli sastra dalam

memahami karya sastra, metode pemahaman Heuristik dan Hermeneutik dapat

dipandang sebagai metode yang paling memadai.

Mengetahui makna Heuristik dan Hermeneutik dalam suatu puisi atau

sajak merupakan hal yang sangat penting bagi seorang pembaca atau

pendengar sebab dengan mengetahui maknanya pendengar dapat tahu pesan

tersirat yang ingin disampaikan penulis dalam memaknai teks puisi yang

lainnya. Selain itu, menjadi wadah atau media pembelajaran baik itu pembaca,

Page 16: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

3

pendengar, serta juga pecinta sastra. Meskipun dalam kajiannya banyak yang

telah meneliti makna heuristik dan hermeneutik dalam suatu buku puisi,

seperti yang dilakukan oleh Azka Mirantin dengan judul Analisis Makna

Heuristik dan Hermeneutik Teks Puisi dalam Buku Syair-Syair Cinta Karya

Khalil Gibran, Andina Muchti dengan judul Kajian Heuristik dan

Hermeneutik terhadap Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil

Anwar serta Leli Nuryati dengan judul Analisis Heuristik dan Hermeneutik

pada Puisi Permintan Karya Muhammad Yamin. Dengan tujuan

mendeskripsikan makna heuristik dan hermeneutik buku puisi tersebut. oleh

karena itu, penulis ingin melakukan penelitian pada objek kajian makna

heuristik dan hermeneutik juga. Meski objek yang ingin diteliti sama namun

dalam kajian yang ingin diteliti memiliki perbedaan pada judul puisi dan

pengarannya.

Seperti yang telah dijelaskan, penulis menyimpulkan bahawa puisi

merupakan media pengungkapan komunikasi tersirat dengan pemaknaan yang

mendalam dengan mengimplementasikan kehidupan sehari – hari sebagai

isinya. Di dalam puisi, terdapat penggunaan kata kias atau perumpamaan yang

tidak semua pembaca awam dapat menafsirkan atau memahami puisi secara

benar, penulis juga melihat ketertarikan dan perkembangan puisi yang

semakin pesat ditambah dengan media daring yang di dalamnya mencakup

media sosial seperti Facebook, Whatsapp dan Line yang banyak memposting

potongan-potongan puisi dari penulis terkenal hanya untuk dijadikan status

diberanda karena menyukainya. sebut saja Sapardi Djoko Damono dengan

Page 17: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

4

bukunya Perihal Gendis dan Chairil Anwar dengan bukunya Deru Campur

Debu.

Dari kedua buku kumpulan puisi yang ditulis oleh Sapardi Djoko

Damono dan Chairil Anwar terdapat perbedaan dari segi Gaya Bahasa dan

Diksinya, misalnya puisi dari Chairil Anwar menggunakan gaya bahasa

sederhana dan lebih banyak mengandung makna sebenarnya, lebih mudah

dipahami karena bersifat eksplisit. Contohnya, pusi yang berjudul Aku.

“Kalau sampai waktuku, ku mau tak seorang kan merayu tidak juga kau, tak

perlu sedu sedan itu, aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang,

biar peluru menembus kulitku aku tetap meradang menerjang, luka dan bisa

kubawa berlari, berlari, hingga hilang pedih peri, dan aku akan lebih tidak

perduli, aku mau hidup seribu tahun lagi” dari puisi tersebut dapat dimaknai

bahwa isinya menceritakan tentang wujud keteguhan hati yang dicerminkan

melalui dua kalimat di awal puisi “Kalau sampai waktuku, ku mau tak seorang

kan merayu….”, kemudian juga dapat dimaknai sebagai keberanian untuk

melawan dan tak takut akan kematian tersuratkan pada bait ketiga puisi

tersebut. “ …..biar peluru menembus kulitku, aku tetap meradang

menerjang…”. Dan juga dimaknai sebagai orang yang bersemangat dalam

berjuang yang tak ingin dibatasi oleh waktu. Dinyatakan melalui kalimat

“..aku mau hidup seribu tahun lagi”. Sedangkan, pada Puisi – puisi dari

Sapardi Djoko Damono lebih bersifat implisit dan dominan menggunakan

unsur alam, Gaya bahasanya pun berupa kiasan atau Perumpamaan.

Contohnya, puisi yang berjudul Hening Gendis, “ /i/ Hening adalah ketika

Page 18: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

5

angin membujukku mendirikan istana di atas selembar awan putih selembar

saja berlayar sangat perlahan mengayuh angin yang tak henti – hentinya

merindukan istana agar bisa sejenak, ya, sejenak saja telentang meluruskan

badan melupakan impian tentang istana tentang istirahat tentang takdir

sebagai jebara abadi. /ii/ Hening adalah ketika terdengae dendang gerimis

tanpa partitur membasahi kelokan tajam sepanjang lorong

keberadaanku……../vi/ Hening adalah ketika aku tak lagi mampu mengeja

apa pun yang baru saja kuucapkan”. dilihat dari potongan puisi tersebut

sangat jelas menggunakan kiasan dengan variasi unsur alam di dalamnya.

Sangat sulit untuk dicerna makna yang terkandung dalam setiap baitnya.

namun secara implisit untuk bait keenam membicarakan tentang kematian.

Meskipun dari kedua penulis tersebut memiliki karya – karya sastra

yang terkenal dan disukai banyak pembaca namun dari segi pemaknaan dapat

dilihat bahwa puisi dari Sapardi Djoko Damono yang paling sukar untuk

ditafsirkan isi dari puisinya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji

makna Heuristik dan Hermeneutik dari beberapa puisi yang terdapat pada

buku Perihal Gendis Karya Sapardi Djoko Damono. Adapun judul penelitian

yang penulis ingin kaji yaitu Makna Heuristik dan Hermeneutik Teks Puisi

pada Buku Perihal Gendis Karya Supardi Djoko Damono.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan masalah sebagai berikut ini

1. Apa makna Heuristik yang terdapat pada Buku Perihal Gendis Karya

Sapardi Djoko Damono?

Page 19: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

6

2. Apa makna Hermenutik yang terdapat pada Buku Perihal Gendis Karya

Sapardi Djoko Damono?

C. Tujuan penelitian

Dari pemaparan rumusan masalah yang bersumber oleh latar belakang maka

tujuan penelitian yaitu,

1. Mendeskripsikan makna Heuristik pada Buku Perihal Gendis Karya

Sapardi Djoko Damono

2. Mendeskripsikan makna Hermenutik pada Buku Perihal Gendis Karya

Sapardi Djoko Damono

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat penelitian ini diharapkan berguna bagi pembaca pada

umumnya dan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Makassar pada khususnya, mengenai teori semiotik

berkenaan dengan pembacaan Heuristik dan Hermeneutik, sehingga hasil

penelitian ini secara teori dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam

bidang bahasa dan sastra.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan referensi kepada mahasiswa

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang tertarik

Page 20: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

7

dalam bidang pengkajian puisi dan penerapan metode pembacaan heuristik

dan hermeneutik khususnya pada pecinta buku puisi.

E. Definisi Istilah

1. Sastra atau kesastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan

imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat)

melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap

kehidupan manusia (Esten, 1978:9).

2. Drama adalah genre sastra yang menunjukkan penampilan fisik secara

lisan setiap percakapan atau dialog antara pemimpin di sana. (Budianta

dkk 2002).

3. Puisi ialah sebuah bentuk karya sastra yang mengungkapkan suatu

pikiran serta perasaan dari penyair dan secara imajinatif serta disusun

dengan mengonsentrasikan sebuah kekuatan bahasa dengan

pengonsentrasian suatu struktur fisik serta struktur batinnya.

4. Prosa adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang terdapat

dalam puisi)

5. Makna yaitu maksud pembicara atau penulis

Page 21: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Relevan

Sebuah penelitian agar mempunyai orisinalitas perlu adanya tinjauan

pustaka. Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang

penelitian dan analisis sebelumnya yang telah dilakukan. Tinjauan terhadap

hasil penelitian dan analisis sebelumnya ini akan dipaparkan yang berkaitan

dengan analisis makna Heuristik dan Hermeneutik. Pada bagian ini dipaparkan

beberapa hasil penelitian yang telah dipublikasikan.

1. Mirantin (2018) dengan judul Analisis Makna Heuristik dan Hermeneutik

Teks Puisi dalam Buku Syair-Syair Cinta Karya Khalil Gibran.

Untuk melakukan penelitian diperlukan metode yang sesuai dengan objek

yang diteliti, dengan demikian proses penelitian dapat berjalan dengan baik dan

berhasil sesuai dengan yang diharapkan. penelitian ini menggunakan metode

deskriptif. Metode ini berusaha menggambarkan suatu gejala, peristiwa, yang

terjadi sebagaimana adanya pada saat penelitian atau dalam suatu peristiwa.

Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai

analisis teks puisi yang terdapat pada buku Syair-Syair Cinta Karya Khalil Gibran.

Gambaran tersebut diperoleh dari data yang dikumpulkan disusun dan

diklasifikasikan dari setiap puisi. Adapun pendeskripsian makna puisi yang akan

dilakukan oleh peneliti ialah dengan menggunakan teknik pembacaan Heuristik

dan Hermeneutik.

49

Page 22: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

9

Hasil kajian dan analisis dari enam teks puisi pada buku “Syair-Syair

Cinta” Karya Khalil Gibran dengan menggunakan teori pembacaan semiotik

tingkat pertama (Heuristik) dan pembacaan tingkat kedua (Hermeneutik) maka

dapat disimpulkan bahwa, pembacaan dan pemahaman Heuristik pada enam teks

puisi yang dianalisis dapat dilakukan dengan penambahan kata yang hampir

serupa pada setiap puisi, seperti konjungsi (kalau, namun, dan, tapi, daripada) kata

(malikat, cinta, kesedihan, jiwa, pemuda, malas, pemerintah, angkuh, perah,

penjajah, dan lain sebagainya) frasa seperti (meminta penangguhan, aku

melakukannya, rasa sakitnya, pertengkaran hebat, dan lain sebagainya), selain itu

terdapat pengualang kata yang sengaja tidak dituliskan, dan sinonim kata yang

ditambahkan oleh peneliti agar kata yang sudah jarang digunakan, lebih mudah

dimengerti dan hal itu ditandai dengan tanda kurung sebagai penjelas dari setiap

larik puisi tersebut. Makna Heuristik yang terkandung dalam puisi pertama ialah

gambaran dialog seorang lelaki yang kedatangan tamu yaitu temannya, dan

bertingkah seolah lelaki itu akan dicabut nyawanya. Puisi kedua memilki makna

Heuristik menunjukkan hakikat nyanyian jiwa atau kata hati setiap manusia dan

puisi ketiga menunjukkan sifat cinta yang universal. puisi kelima sebenarnya

memilki karakteristik yang hampir sama dengan puisi pertama yakni mengusir

sifat jeleknya dengan teknik dialog dengan jiwanya sendiri, kemudian dua puisi

terakhir menunjukkan krisis sosial dan kemanusian, perbandingan dua strata sosial

dan peperangan. Dari keenam puisi tersebut bisa ditarik benang merah bahwa

makna Heuristik yang sengaja dibangun oleh penyair ialah sisi kehidupan, cinta,

sosial, dan politik. Tahap pembacaan Hermeneutik atau tahap pembacaan tingkat

Page 23: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

10

kedua yang diperoleh dari sebuah makna yang padu tentang isi puisi seperti

halnya dalam enam teks puisi tersebut. Penulis menemukan makna yang

dihubungkan dengan konteks dari setiap puisi yaitu puisi pertama, bercerita

tentang kehidupan dan kematian, tentang seseorang yang sangat ingin hidup

kembali setelah maut datang menjemput, mencoba menawar dan meminta

penangguhan atas umurnya yang akan segera berakhir dengan datangnya malaikat

maut.

Kemudian terdapat puisi yang menceritakan keadaan setiap jiwa, nurani,

kata hati yakni petunjuk dari Tuhan yang menjadi hakim bagi setiap manusia,

keadaan jiwa yang memilki fitrah baik namun kemudian penyair menggambarkan

ketakukan akan kelemahannya yang mudah tergoda, dan di puisi selanjutnya

penulis masih menggambarkan keadaan jiwa dan hati, yakni sifat atau naluri cinta

kasih yang universal dan pasti dimiliki oleh setiap manusia juga sifatnya yang

memilki jalan kebaikan dan keburukan, hal ini diistilahkan dengan nyanyian cinta

atau hakikat dari sebuah cinta. Tangan kehidupan yang penuh godaan, mulai dari

godaan sifat, seperti kemalasan, rasa iri, dengki kemudian godaan yang disebutkan

di puisi selanjutnya yakni godaan dari sesama manusia. Godaan manusia ini bisa

berupa ketidakbenaran dalam hubungan sosial, ketidakbenaran hidup

berkelompok, sehingga kekacauan tersebut diluapkan melalui sindiran, ini

tertuang dalam puisi “Kami dan Kalian”, dan godaan manusia selanjutnya dapat

dilihat dari kisah penjajahan dan peperangan pada masa perang dunia I yang

sangat merugikan dan menyudutkan salah satu pihak, bahkan merugikan orang

Page 24: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

11

yang tidak bersalah, kisah ini tertuang pada puisi terakhir, yakni “Mati Sudah

Orang-Orangku”.

2. Muchti (2017) dengan judul Kajian Heuristik dan Hermeneutik terhadap

Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar.

Metode penelitian ini membahas mengenai pendekatan penelitian,

data dan sumber data, teknik penyediaan data serta teknik analisis data.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif kualitatif dan pendekatan semiotik. Subroto (1992:70)

mengutarakan bahwa penelitian kualitatif itu bersifat deskriptif. Peneliti

mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud kata-kata, kalimat

dan wacana. Pendekatan semiotik adalah pendekatan penelitian yang

menggunakan metode-metode semiotik, dalam hal ini adalah pembacaan

Heuristik dan Hermeneutik.

Memahami suatu Karya sastra, kita penulis menggunakan metode

pemahaman Heuristik dan Hermeneutik. Metode pemahaman Heuristik

merupakan langkah untuk menemukan makna melalui pengkajian struktur

bahasa dengan mengintrepetasikan teks sastra secara referensial lewat

tanda-tanda linguistik, sehingga menghasilkan pemahaman makna secara

harfiah. Sedangkan metode pemahaman Hermeneutik merupakan

interpretasi tahap kedua yang bersifat retroaktif yang melibatkan banyak

kode di luar bahasa dan menggabungkannya secara integratif sampai

pembaca dapat membongkar secara struktural guna mengungkapkan

makna (singificance) dalam sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan

Page 25: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

12

teks sebagai sistem tanda. Sehingga pembaca dapat memhami Karya sastra

secara menyeluruh dan mendalam.

Dari hasil pembacaan Heuristik dan Hermeneutik kumpulan Puisi

Karya Chairil Anwar, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Dalam

keenam puisinya Chairil Anwar selalu menghadirkan tema-tema

kebebasan, pemberontakan dan petualangan yang merupakan ekspresi dari

sifat-sifat Chairil itu sendiri. 2. Pengalaman masa pacaran dengan Hayati

yang tidak menyenangkan karena Hayati pergi dan selingkuh dengan pria

lain membuatnya marah dan memimpikan seorang kekasih yang sangat

berbeda dari hayati. Sehingga Chairil mengekspresikannya dengan kata-

kata kasar untuk menggambarkan kekesalannya itu.

3. Nuryati (2015) dengan judul Analisis Heuristik dan Hermeneutik pada

Puisi Permintan Karya Muhammad Yamin

Hasil analisis Heuristik dan Hermeneutik pada puisi Permintaan

Karya Muhammad Yamin yaitu bahwa pembacaan Hermeneutik dapat

dijadikan sebagai alat untuk menganalisis sebuah puisi. Pembacaan

Hermeneutik membicarakan tentang penafsiran dan pemaknaan dalam

sebuah puisi. Dalam pembacaan Heuristik yang menganalisis puisi

berdasarkan kata dan bait dalam puisi. Pembacaan Hermeneutik puisi

Permintaan Karya Muhammad Yamin dapat memberikan makna bahwa

Muhammad Yamin sebagai pengarang sangat menyayangi dan memuji

tanah kelahirannya yang berada di pesisir Sumatera yang dikelilingi oleh

lautan. Ia sangat merindukan tanah kelahirannya yang indah dan damai

Page 26: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

13

serta ia sangat bangga akan tanah kelahirannya sehingga ia menginginkan

jika kelak ia mati haruslah ia dikuburkan di tanah kelahirannya.

Dalam pembacaan Heuristik puisi Permintaan Karya Muhammad

Yamin merupakan puisi modern yang masih menggunakan kaidah-kaidah

lama, dengan lirik dan bait yang disusun 4-4-3-3 serta sajaknya yang bebas

a-b-b-a dan a-a-a. Melalui puisi ini Muhammad Yamin sebagai pengarang

memberikan kata-kata dan imajinasi yang mudah dimengerti dan memiliki

nilai keindahan bila dibaca dan dinikmati. Puisi ini memiliki makna

keseluruhan yang kuat bahwa penyair sangat mencintai dan merindukan

tanah kelahirannya.

B. Landasan Teori

1. Karya Sastra

Menurut Esten (1978:9) sastra atau kesastraan adalah pengungkapan dari

fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan

masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif

terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Menurut Eagleton (1988:4) sastra adalah karya tulisan yang halus (belle

letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara

dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan

diterbalikkan, dijadikan ganjil.

Page 27: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

14

Menurut Sumardjo dan Saini (1994:2-3), salah satu pengertian sastra

adalah seni bahasa. Maksudnya adalah, lahirnya sebuah karya sastra adalah untuk

dapat dinikmati oleh pembaca. Untuk dapat menikmati suatu karya sastra secara

sungguh-sungguh dan baik diperlukan pengetahuan tentang sastra. Tanpa

pengetahuan yang cukup, penikmatan akan sebuah karya sastra hanya bersifat

dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat. Sebelumnya,

patutlah semua orang tahu apa yang dimaksud dengan karya sastra. Karya sastra

bukanlah ilmu. karya sastra adalah seni, di mana banyak unsur kemanusiaan yang

masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode

keilmuan. Perasaan, semangat, kepercayaan, keyakinan sebagai unsur karya sastra

sulit dibuat batasannya.

Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran

kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan

dalam bentuk tulisan. Sumardjo (1991) dalam bukunya yang berjudul "Apresiasi

Kesusastraan" mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi

jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk

rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain.

Dari berbagai definisi yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli maka

penulis menyimpulkan bahwa karya sastra adalah hasil olah pikir manusia dari

cerminan perasaan yang diabadikan ke dalam selembar kertas yang mengandung

unsur komunikasi kepada pembacanya.

Page 28: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

15

Menurut Saryono (2009:16-17) sastra bukan sekedar artefak (barang mati),

tetapi sastra merupakan sosok yang hidup. Sebagai sosok yang hidup, sastra

berkembang dengan dinamis menyertai sosok-sosok lainnya, seperti politik,

ekonomi, kesenian, dan kebudayaan. Sastra dianggap mampu menjadi pemandu

menuju jalan kebenaran karena sastra yang baik adalah sastra yang ditulis dengan

penuh kejujuran, kebeningan, kesungguhan, kearifan, dan keluhuran nurani

manusia. Sastra yang baik tersebut mampu mengingatkan, menyadarkan, dan

mengembalikan manusia ke jalan yang semestinya, yaitu jalan kebenaran dalam

usaha menunaikan tugas-tugas kehidupannya (Saryono, 2009:20). Sastra dapat

dipandang sebagai suatu gejala sosial (Luxemburg, dkk, 1984:23). Hal itu

dikarenakan sastra ditulis dalam kurun waktu tertentu yang langsung berkaitan

dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu dan pengarang sastra merupakan

bagian dari suatu masyarakat atau menempatkan dirinya sebagai anggota dari

masyarakat tersebut.

2. Jenis-Jenis Karya sastra

Karya sastra dapat digunakan sebagai media komunikasi dalam

menyampaikan aturan tentang nilai-nilai moral kepada pembacanya, baik

anak – anak, remaja, maupun orang dewasa. Berikut adalah beberapa jenis

Karya sastra.

a. Prosa

Prosa adalah karangan yang bersifat menerangkan secara terurai

mengenai suatu masalah, hal atau peristiwa, dan lain-lain. Dengan

demikian, karangan bentuk ini jelas tidak bisa singkat dan pendek

Page 29: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

16

karena harus menerangkan secara panjang lebar dan sejelas-jelasnya

akan sesuatu. Ketepatan dan kejelasan kalimat menjadi sangat penting.

(Zainuddin dkk, 1991).

Prosa sifatnya bebas, yaitu tidak terikat irama, rima, jumlah

larik. Tetapi, prosa lama masih bersandar pada irama, pada gaya bahasa

masyarakat lama atau bahasa klise, misalnya hatta, syahdan, arkian,

kata sahibul hikayat dan wallahu alam bisawah. Bentuk bebas tetapi

masih bersandar pada irama maka bentuk karya sastra itu disebut prosa

liris. (Zainuddin dkk, 1991).

Cerpen, dongeng, novel atau hikayat merupakan cerita karya

sastra yang mengungkapannya secara mendalam, terperinci dan luas.

Tokoh-tokoh cerita, peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadiannya

diungkapkan dengan penguraian. Tokoh cerita diungkapkan atau

diceritakan semua yang ada pada tokoh cerita, bahkan sampai pada hal-

hal yang kecil. Pengungkapan semua peristiwa secara jelas disebut

prosa karena bentuk karya sastra ini sifatnya penguraikan seluruh

pikiran dan perasaan serta tidak terikat syarat-syarat tertentu (Zainuddin

dkk, 1991).

Prosa terdiri atas 2 yaitu prosa lama yakni, dongeng, mite,

legenda, sage, fabel, hikayat dan prosa baru yakni, cerita pendek atau

cerpen, roman dan novel, biografi dan otobiografi, kisah, tembo atau

sejarah, esei, kritik sastra (Zulfahnur dkk, 1996).

b. Drama

Page 30: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

17

Benhart (dalam Tarigan ,1984:7) menyatakan

bahwa drama adalah suatu karangan dalam prosa atau puisi yang

disajikan dalam dialog atau pantomi, suatu cerita yang mengandung

konflik atau kontras seorang tokoh, terutama sebagai suatu cerita yang

diperuntukkan buat dipentaskan di panggung dramatik.

Selanjutnya keterangan lain yang terdapat dalam Webster’s New

International Dictionary (dalam Tarigan, 1984:71) mengatakan

bahwa drama adalah suatu karangan, kini biasa dalam prosa disusun

buat pertunjukan dan dimaksimalkan untuk memotret kehidupan atau

tokoh suatu cerita dengan gerak dan biasanya dengan dialog yang

bermaksud memetik beberapa hal berdasarkan cerita dan sebagainya

yaitu lakon. Direncanakan atau disusun sedemikian rupa untuk

dipertunjukkan oleh pelaku di atas pentas.

Rosdiana dkk (2008) Menyatakan bahwa dalam tinjauan aspek

sikap terhadap naskah terdapat jenis drama modern dan tradisional.

Drama modern adalah drama yang berasal dari pengarang lain dan teks

telah dipersiapkan terlebih dulu. Sedangkan drama tradisional adalah

jenis drama yang dipentaskan secara improvisasi dan mengikuti adat

kebiasaan turun-temurun serta tidak mengikuti kepribadian seniman

pencipta tertentu.

c. Puisi

Puisi merupakan sebuah olahan pikiran seseorang, kehadiran

puisi dalam menyampiakan pesan kepada orang lain untuk diberi

Page 31: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

18

makna sangat manjur. Ketika seseorang sedang sedih, sedang jatuh

cinta dan lain sebagainya orang yang kaya dengan imajinasi tentu puisi

adalah alatnya. Dalam puisi terkdangmengandung beberapa unsur

ekstrinsik berikut aspek pendidikan, aspek sosial budaya, aspek sosial

masyrakat, aspek politik, aspek ekonomi, aspek adat dan sebagainya.

Puisi termaksud salah satu bentuk karya sastra. Karya sastra

merupakan bentuk komunikasi antara sastrawan dengna pembacanya.

Puisi merupakan alat pengungkapan fikiran dan perasaan atau sebagai

alat ekspresi, Apa yang ditulis sastrawan dalam karya sastranya adalah

sesuatu yang ingin diungkapkan pada pembaca. dalam penyampaian

idenya tersebut sastrawan tidak bisa dipisahkan dari latar belakang

lingkungannya. Puisi sebagai bentuk komunikasi sastra tidak akan

terlepas dari peranan pengarang sebagai pencipta sastra.

Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan,

dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan

kata – kata kias (Imajinatif). Pemilihan diksi dilakukan agar memiliki

kekuatan pengucapan, sehingga salah satuusaha penyair adalah

memilih kata – kata yang memiliki persamaan bunyi (rima). Kata –

kata itu mewakili makna yang lebih luas dan lebih banyak. Karenanya,

kata – kata dicarikan konotasi atau makna tambahan dan dibuat

bergaya dengan bahasa figuratif. (Rimang 2011:31-32)

Dalam bahasa Inggris kata puisi adalah poetry yang erat

berhubungan dengan kata poet dan kata poem. Adapun mengenai kata

Page 32: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

19

poet ini Vencil C.Coulter (dalam Tarigan, 2011:4) memberi penjelasan

sebagai berikut: “kata poet berasal dari kata yunani yang berarti

membuat; mencipta. Dalam bahasa inggris kata poet ini lama sekali

disebut maker. Dalam bahasa Yunani sendiri kata poet berarti orang

yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir

menyerupai dewa atau yang sangat suka kepada dewa-dewa. Dia

adalah orang yang berpengelihatan tajam, orang suci; yang sekaligus

merupakan seorang filusuf, negarawan, guru, orang yang dapat

menebak kebenaran yang tersembunyi.” (Coulter, Vincil C, 1930:284-

5)

Adapun pendapat lain mengatakan bahwa: “puisi sebagai salah

satu sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam

aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat

bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam macam

unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi di kaji jenis-jenis

atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi.

Begitu juga, puisi dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat

bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu kewaktu puisi selalu ditulis

dan selalu dibaca orang. Sepanjang zaman puisi selalu mengalami

perubahan, perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai

karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan

pembaharuan.” (Pradopo, 2005)

Page 33: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

20

Rimang (2011:32) menyatakan bahwa ada beberapa hal penting

yang tersirat dalam pengertian puisi, yakni :

1) Puisi merupakan ungkapan pemikiran, gagasan ide dan ekspresi

penyairnya.

2) Bahasa puisi berisifat konotatif, simbolis dan lambing kerena itu

penuh dengan imaji, metafora, kias dengan bahasa peguratif yang

estetis.

3) Penyusunan larik – larik puisi memamfaatkan pertimbangan bunyi

dan rima semaksimalnya.

4) Dalam penulisan puisi terjadi pemadatan kata dengan berbagai

bentuk kekuatan bahasa yang ada.

5) Sedang unsur pembangun puisi yang mencakup unsur batin dan

lahir puisi membangun kekuatan yang padu.

6) Bahasa puisi tidak terikat oleh kaidah kebahasaan umumnya,

karena itu ia memiliki kebebasan untuk menyimpang kaidah

kebahasaan yang ada, biasanya disebut dengan lisencia poetica.

Keterangan diatas masih membutuhkan penjelasan –

penjelasan yang lebih mendetail. Ralp Waldo Emerson member

penjelasan bahwa puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan

jiwa susatu, untuk menggerakkan tubuh yang kasar dan mencari

kehidupan dan alasan yang menyebabkan ada, karena bukannya irama

melainkan argumen yang membuat iramalah ( yaitu idea tau gagasan)

yang menjelma suatu puis. Sang penyair membuat suatu pikiran baru

Page 34: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

21

untuk disingkapkan kepada pembaca, dia ingin mengatakan kepada

semua orang betapa pengalaman bersatu dengan dia yang mempunyai

perbendaharaan kata yang lebih kaya dengan pengalamantersebut (Blair

& Chander 1935:3)

Ragam puisi bermacam – macam , jika dilihat dari menurut

zamannya dapat kita bedakan atas:

1) Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi peningggalan sastra melayu. Ada

yang asli dan ada pula berasal dari puisi-puisi asing yaitu Arab,

Parsi, dan India. Puisi baru ialah bentuk puisi Indonesia,

dipengaruhi puisi Barat, puisi baru banyak dipengaruhi oleh puisi

Belanda terutama angkatan 80-nya (De Tachtigers). Sedangkan

puisi modern (mulai dari angkatan ’45) dipengaruhi oleh puisi

dunia (Inggris, Prancis, Rusia, Italia, Spanyol, dan lain-lain)

perbedaan utama puisi tiga zaman ini terletak pada sifat keterikatan

dan kebebasan dalam mencipta. (Badudu, 1986)

Adapun menurut Waluyo (2002:46–50) jenis - jenis puisi lama

antara lain:

(a) Gurindam adalah jenis puisi lama yang terdiri atas dua baris,

semuanya merupakan isi dan menunjukan hubungan sebab

akibat.

(b) Pantun adalah jenis puisi lama yang terdiri atas empat baris,

memiliki rima, dengan baris pertama dan kedua merupakan

Page 35: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

22

sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi dan

berjadak a-b-a-b.

(c) Syair adalah puisi lama yang terdiri atas empat baris perbait,

memiliki rima. Semua baris merupakan isi dan biasanya tidak

selesai dalam satu bait karena digunakan untuk bercerita.

(d) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki

kekuatan gaib.

(e) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.

(f) Seloka adalah pantun berkait.

(g) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap

bait 4 baris, bersa-jak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.

2) Puisi baru

Menurut Badudu (1986:21) Puisi baru adalah puisi yang

mengalami perkembangan yang sangat pesat sekali. Perubahan-

perubahan yang terjadi sangat bertentangan dengan puisi lama jika

dilihat dari motif dan dasarnya. Tentunya dalam puisi baru

memancarkan kehidupan masyarakat yang baru, baru dalam corak

hidupnya, baru dalam pandangan dan baru pula kriteria-kriteria

puisinya. Karya dalam puisi baru bukan hanya merupakan karya

dalam permainan bahasa saja, melainkan dalam puisi-puisi baru

terlihat adanya konsentrasi yang penuh dan teliti dari penyairnya.

Puisi baru di Indonesia lahir dalam tahun dua puluhan. Sebenarnya

bukan angkatan pujangga baru yang memulai melahirkan bentuk-

Page 36: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

23

bentuk puisi baru, melainkan beberapa pengarang yang lebih tua

dari pada mereka yang biasanya disebut juga angkatan pra-

pujangga baru.

Selanjutnya Rimang (2011:36-64) menyatakan bahwa puisi

dilihat dari bentuk dan isinya. Dapat dikemukakan sebagai berikut.

1) Puisi Elegi

Puisi jenis ini hakikatnya merupakan puisi yang berisi

tentang ratapan dan kepedihan penyair , puisi ini termaksud puisi

lirik yang berisi ratapan kematian seseorang atau kematian

beberapa orang. Seorang penyair yang menulis puisi kematiannya

sendiri sebelum mati disebut epitaph.

2) Puisi Romance

Jenis puisi yang merupakan luapan batin penyair terhadap

sang pujaan, kekasih . Puisi demikian seringkali dan banyak kita

jumpai. Karena biasanya kepenyairan seseorang seringkali memang

diawali dengan persoalan cinta.

3) Puisi Dramatik

Puisi ini merupakan penggambaran dari perilaku seseorang,

baik lewat lakon, dialog, maupun monolog sehingga mengandung

suatu gambaran tentang kisah tertentu, puisi dramatik sering kita

jumpai, ketika sang penyair ingin mengekspresikan sebagai bentuk

pemanggungan sebuah puisi yang demikian seringklai

Page 37: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

24

memamfaatkan aspek – aspek (unsur) drama sebagai penajaman

pengucapan.

4) Puisi Satirik

Puisi ini merupakan puisi yang mengandung sindiran atau

kritik tentang kepincangan yang terjadi. Puisi banyak kita jumpai

dalam kehidupan ini, sebab kepincangan dan ketimpangan sosial

masyarakat kita sangat luar bias. Jenis puisi ini, biasanya

dipergunakan penyair untuk melakukan sindiran terhadap

fenomena sosial yang dinilainya timpang. Puisi – puisi banyak dan

sering ditulis penyair Karena memang budaya sosial masyarakat

memang luar biasa. Dalam bahasa Gunawan Mohammad,

Masyarakat kita masih memilih “Budaya pasemon”.

5) Puisi Didaktik

Puisi ini merupakan puisi yang sarat dengan nilai – nilai

yang dapat diambil oleh pembaca, atas penyair yang ingin

menyampaikan nilai – nilai edukatif yang penting dan dipahami

pembaca. Puisi seperti ini, sangat menarik jika dipergunakan untuk

menanamkan berbagai nilai, sehingga puisi demikian memang

mengabdi kepada masyarakat.

6) Puisi Lirik

Puisi ini berisikan luapan batin penyair secara individu yang

merupakan pengungkapan atas pengalaman batinnya. Puisi – puisi

ini banyak kita jumpai baik dimasa puisi lama, baru maupun puisi –

Page 38: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

25

puisi mutakhir. Puisi ini mencakup puisi elegi: Himne, ode,

epigram, humor, pastoral idyl, satire dan parody. Puisi – puisi lirik

dalam perpuisian baru boleh dibilang memang kental diucapkan

oleh pra penyair mutakhir. Sejak kepolopiran Supardi Djoko

Damono. Dengan ikon puisi lirik, pengekornya ternyata muncul

berbagai Variasi yang kreatif dan inpresif.

7) Puisi Naratif (Balada)

Puisi ini merupakan puisi yang berisi tentang cerita dengan

pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa sehingga

menjalin cerita. Puisi ini sering disebut juga puisi balada. Puisi ini

menurut Sumardjo (1991:26), Adalah puisi cerita yang

mengandung unsur – unsur sebagai berikut. : Bahasa sederhana,

langsung dan kongkret, mengandung unsur ketegangan, ancaman,

dan kejutan dalam materin cerita; mengandung kontras – kontras

yang dramatik didalamnya; terdapat pengulangan – pengulangan

untuk penegasan; mengandung kadar emosi yang kuat ; sedikit

dialog didalamnya; cerita bersifat objektif dan impersonal; sedikit

sekali mengandung ajaran moral (inilah sebabnya balada tentang

tokoh penjahat yang berani dan melegendaris).

8) Puisi Epik (Epos)

Pusi ini merupakan puisi yang didalamnya bercerita tentang

kepahlawanan, biasanya berkaitan dengan legenda, kepercayaan

maupun historis sebuah bangsa. Puisi ini dibedakan menjadi 2 yakti

Page 39: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

26

folk epic dan literary epic . Jenis yang pertama merupakan puisi

yang bila nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan, sedangkan yang

kedua, bermakna nilai akhir puisi itu menarik untuk dibaca,

diresapi dan dipahami makna yang terkandung didalamnya.

9) Puisi Fabel

Puisi yang berisi tentang cerita kehidupan binatang untuk

menyindir atau memberi tamsil kepada manusia.

10) Puisi Deskriptif

Puisi ini merupakan puisi yang menekankan pada impresi

penyair atau realita benda, peristiwa, keadaan atau suasana yang

dinilainya menarik bagi seorang penyair.

11) Puisi Kamar

Puisi jenis ini biasanya hanya menarik apabila dibacakan

seorang diri dan dilakukan didalam kamar. Artinya tidak cocok

apabila dibawahkan diatas panggung.

12) Puisi Hukla

Jenis puisi ini menarik untuk dipanggungkan.

13) Puisi Fisikal

Puisi merupakan puisi yang bersifat realistis, artinya

menggambarkan suatu realita (Kenyataan) dengan apa adanya.

Kerena itu, tentu yang dilukis bukanlah sebuah gagasan penyair

tetapi apa – apa yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh

penyairnya.

Page 40: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

27

14) Puisi Platonik

Puisi ini merupakan puisi yang sepenuhnya berisi tentang

hal spiritual atau kejiwaan.

15) Puisi Metafisikal

Puisi ini hakikatnya merupakan puisi yang bersifat filosofis

dan mengajak pembaca untuk merenung tentang kehidupan dalam

sebuah perjalanan (Proses) menemukan tuhannya. Hal – hal yang

diungkapkan penyair biasanya hal – hal yang metafisik, diluar

jangkauan indra.

16) Puisi Objektif

Mengungkapkan hal – hal diluar diri penyair. Karena itu,

puisi ini sering juga disebut dengan puisi interpersonal. Puisi –

puisi naratif dan deskrifitif, biasanya masuk kategori puisi yang

demikian karena bersifat menceritakan dan melukiskan, baik

kejadian, peristiwa, seting maupun aspektualitas kehidupan

lainnya.

17) Puisi Subjektif

Puisi ini sesunggunya merupakan puisi personal, yang

mengandalkan pada ekspresi personal penyairnya. Demikian

biasanya mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, perasaan, dan

suasana batin penyairnya.

18) Puisi Pastoral

Page 41: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

28

Jenis puisi ini merupakan puisi lirik yang berisi

penggambaran kehidupan kaum gembala atau petani di sawah,

nadanya biasanya sendu atau nostalgia, merindukan kehidupan

padang gembala di masa muda.

19) Puisi Humor

Puisi ini mencari efek humor, baik dalam isi maupun teknik

sajaknya. Puisi jenis ini menekankan mutunya pada segi

kecerdasan (wit) penyair dalam mengolah kata dan

mempermainkannya. Puisi humor, kerena itu, sering sekali

dikategorikan ke dalam puisi kontemporer.

20) Puis Parodi

Merupakan puisi lirik yang berisi ejekan (mirip dengan

satire) tetapi ditujukan kepada karya seni. Dalam puisi ini, karya

seni yang menjadi sasaran biasanya dipermainkan arti dan

bentuknya sehingga tercapai efek humor dan sekaligus ejekan

terhadap karya yang bersangkutan.

21) Puisi Idyl

Puisi yang berisi tentang nyanyian kehidupan di pedesaan,

perbukitan, pegunungan dan padang - padang, penulisannya

bergaya puisi lama karena dipadukan dengan gaya pantun.

Berkaitan dengan puisi yang menggunakan bahasa sebagai

mediumnya, dan sejatinya bahasa merupakan sistem semiotik atau

ketandaan yang bermakna, maka hal ini sangat erat kaitannya dengan

Page 42: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

29

disiplin ilmu semiotik. Ferdinan De Saussure (1857- 1913) adalah

salah satu ahli lingustik yang disebut sebagai pencetus semiotik yang

menyebut ilmu itu dengan istilah “semiologi“ dan Charles Sander

Peirce (1839-1914) adalah seorang filasafat yang menyebutnya dengan

nama “semiotics“. Kemudian kedua istilah itu digunakan secara

bergantian dengan merujuk pada makna yang sama.

Waluyo (1987:28) mengatakan, karya sastra puisi mempunyai

struktur yang berbeda dengan bentuk prosa. Penciptaannya

menggunakan prinsip-prinsip tertentu, seperti prinsip pemadatan atau

pengonsentrasian bentuk dan makna. Untuk itu, Aminuddin

(2002:110) berpendapat, dalam upaya memahami teks sastra, terutama

puisi, kesulitan yang biasa muncul adalah dalam upaya memahami

maknanya. Semua kajian sastra berkaitan dengan suatu aktivitas, yaitu

aktivitas interpretasi (penafsiran).

3. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik

model analisis semiotik Michael Riffaterre merupakan salah satu

metode untuk menganalisis karya sastra yang mencakup tentang

pembacaan Heuristik dan Hermeneutik. Oleh karena itu, teori yang

digunakan dalam penelitian ini mencakup pula teori mengenai semiotik.

a. Semiotik

Semiotik, semiotika dan semiologi adalah satu istilah yang

merujuk pada satu hal yang sama, yaitu ilmu mengenai tanda. Pradopo

Page 43: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

30

(2005:119) menyatakan, yang dimaksud dengan tanda adalah

fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan.

Berbicara mengenai tanda bahasa, Saussure dalam Pradopo

(2005:119) menyebutkan ada dua aspek penting yang menjadi bagian

dari tanda bahasa itu, yaitu penanda (signifier/signifiant) dan petanda

(signified/signifié). Le signe linguistique est donc ce que Ferdinand de

Saussure appelle une entité physique à deux faces, la combination

indissociable, à l’intérieur du cerveau humain, du signifié et du

signifiant). Ferdinand de Saussure menjelaskan bahwa tanda bahasa itu

seperti sebuah entitas fisik yang mempunyai dua sisi yang tidak dapat

dipisahkan dan terletak dalam konsep (otak) manusia; salah satu

sisinya disebut signifié ‘petanda’ dan sisi lainnya disebut signifiant

‘penanda’ keduanya tidak dapat dipisahkan.

Pradopo (2005) juga menjelaskan, yang dimaksud dengan

penanda adalah yang menandai, yang merupakan bentuk tanda

sedangkan petanda adalah yang ditandai, yang merupakan arti tanda.

Hal itu dapat dicontohkan sebagai berikut: satuan bunyi ‘ibu’

merupakan tanda yang menandai arti ‘orang yang melahirkan kita’.

Jadi, satuan bunyi ‘ibu’ adalah penanda sedangkan arti dari satuan

bunyi ‘ibu’, yaitu orang yang melahirkan 11 kita adalah petanda.

Hubungan antara penanda dan petanda ada tiga macam, yaitu:

1) Ikon

Page 44: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

31

Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan

yang bersifat alamiah antara petanda dan penandanya. Hubungan

itu adalah hubungan persamaan, misal gambar kuda sebagai

penanda yang menandai kuda (petanda) sebagai artinya; potret

menandai sesuatu atau seseorang yang dipotret; gambar pohon

menandai pohon (Pradopo 2005:120).

Sudjiman dan Zoest (1992:9) menjelaskan bahwa ikonisitas

adalah masalah penonjolan yaitu penonjolan aspek kemiripan

karena tanda yang mungkin menjadi acuannya itu mempunyai

sesuatu yang sama. Contoh: puisi Apollinaire yang berjudul La

Colombe poignardée et le Jet d’eau ‘Merpati yang ditikam dan Air

Mancur’. Puisi ini dalam penyusunan kata-katanya dibuat seperti

gambar merpati dan air mancur.

2) Indeks

Indeks Adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal

(sebab-akibat) antara penanda dan petandanya, misalnya asap

menandai api; alat penanda angin menunjukkan arah angin dan

sebagainya (Pradopo 2005:120).

Zoest (1990:9) mengatakan, indeks adalah tanda yang

mempunyai aspek eksistensial. Maksudnya, apa yang ditunjukkan

atau dimaksudkan oleh petanda dapat dilihat dari penandanya.

Dalam penelitian sastra dengan pendekatan semiotik, indeks ini

banyak dicari, yaitu tanda-tanda yang menunjukkan sebab akibat

Page 45: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

32

dalam arti luasnya. Misalnya dalam deskripsideskripsi mengenai

pakaian, keadaan tempat tinggal tokoh dan lain sebagainya yang

amat mengesankan yang terdapat dalam roman-roman karya

Balzac dapat diperoleh keterangan mengenai kekayaan dan

tingkatan sosial tokoh yang dideskripsikan itu.

3) Simbol

Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya,

hubungannya bersifat arbritrer (semaumaunya). Arti itu ditentukan

oleh konvensi (Pradopo 2005:120).

Sudjiman dan Zoest (1990:9) juga menjelaskannya sebagai

berikut: ‘Hubungan antara penanda dengan petandanya merupakan

hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional. Kata-kata

dan unsur kebahasaan pada umumnya merupakan simbol.’ Kata

‘Ibu’ adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat

bahasa (Indonesia). Orang Inggris menyebutnya ‘mother’, Prancis

menyebutnya ‘mère’ (Pradopo 2005:120).

Pemaknaan teks sastra, ragam tanda yang paling sulit

ditentukan maknanya adalah simbol karena isian maknanya sudah

ditentukan oleh unsur subjektif pengarang. Walaupun demikian,

Ullman, seorang tokoh linguistik Barat mengatakan, pemakaian

simbol tidak sepenuhnya arbitrer (Aminuddin 2002:126).

Page 46: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

33

Pradopo (2005:121) mengemukakan, bahan sastra adalah

bahasa yang sudah berarti. Bahasa berkedudukan sebagai bahan

dalam hubungannya dengan sastra, sudah mempunyai sistem dan

konvensi sendiri, maka disebut sistem semiotik tingkat pertama.

Sastra yang mempunyai sistem dan konvensi sendiri yang

mempergunakan bahasa, disebut sistem semiotik tingkat kedua.

Konvensi-konvensi tambahan dalam karya sastra bermacam-

macam. Puisi atau sajak mempunyai konvensi-konvensi tambahan

seperti konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang dilihat dan

konvensi kebahasaannya yaitu pada gaya bahasa; konvensi visual

yang terlihat lewat bait, baris sajak, enjambement (pemenggalan

kata dalam baris (larik) untuk kemudian memindahkannyake baris

berikutnya (Tirtawirya 1978:24)), rima; dan hubungan

intertekstual, yaitu keterkaitan makna antara sajak yang satu

dengan sajak yang lain (Pradopo 2005:131). Untuk memahami

puisi atau sajak sesuai dengan konvensi bahasa dan konvensi

sastranya tidak semua konvensi-konvensi itu digunakan Dalam

penelitian ini digunakan konvensi ketaklangsungan ekspresi

dengan metode pembacaan Heuristik dan Hermeneutik yang akan

diuraikan lebih rinci.

b. Heuristik dan Hermeneutik

1) Pengertian Pembacaan Heuristik “Analisis makna Heuristik ini,

puisi dianalisis berdasarkan struktur kebahasaannya. Untuk

Page 47: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

34

memperjelas arti jika perlu diberi sisipan kata atau sinonim yang

disimpan dalam tanda kurung. Begitu juga struktur kalimatnya

disesuaikan dengan kalimat baku, jika perlu susunannya dibalik

untuk memperjelas arti” (Pradopo, 2005) “Pembacaan Heuristik

adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara

semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat

pertama (Teeuw, 1984:100). Menurut Riffaterre (dalam Wellek

dan Warren, 1989:148) “Analisis secara Heuristik adalah analisis

pemberian makna berdasarkan struktur bahasa secara

konvensional, artinya bahasa dianalisis dalam pengertian yang

sesungguhnya dari maksud bahasa”. “Kerja Heuristik

menghasilkan pemahaman makna secara harfiah, makna tersurat,

aktual meaning.” (Nurgiyantoro, 2007:33). Pemahaman yang

didapatkan dari pembacaan ini merupakan makna yang sesuai

konvensi dalam komunikasi baik formal maupun nonformal.

Teknik ini berusaha menemukan maksud dari setiap kalimat

dengan berbagai usaha, seperti, penambahan kata depan,

penambahan konjungsi, maupun penambahan morfem lain yang

memilki makna yang sama. dapat disimpulkan analisis

pembacaan Heuristik adalah telaah makna secara harfiah dari

kata-kata dalam karya sastra tanpa melibatkan konteks dari teks

tersebut.

Page 48: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

35

2) Pengertian Pembacaan Hermeneutik berasal dari bahasa Yunani

‘hermeutike akar kata Hermeneutika berasal dari kata kerja

‘herme dan neuien’ yang beararti “menafsirkan” dan kata benda

‘herme dan neia’ yang berarti “interpretasi”. Penjelasan kata-kata

tersebut dapat disepadankan dengan mengungkapkan,

menjelaskan, menerjemahkan, membuka karakter dasar

interpretasi dalam teologi dan sastra (Palmer 2003:14).

Hermeneutik berarti “tafsir”. Dalam penelitian sastra

Hermeneutik memiliki paradigma tersendiri. Menurut Ricoeur

(dalam Endraswara, 2008:42) “Hermeneutik berusaha memahami

makna sastra yang ada di balik struktur”. Dalam hal ini

Hermeneutik memandang karya sastra sangat perlu ditafsirkan

karena di satu pihak karya sastra terdiri atas bahasa yang memiliki

struktur, dipihak lain, di dalam bahasa sangat banyak makna yang

tersembunyi atau dengan sengaja disembunyikan sehingga

menimbulkan imajinasi yang tidak bisa dibuktikan melainkan

harus ditafsirkan” (Ratna 2011:45-46) oleh karena itu, teknik

analisis Hermeneutik ini merupakan teknik pembacaan yang harus

diulangi kembali dengan bacaan retroaktif dan ditafsirkan secara

Hermeneutik berdasarkan konvensi sastra.

c. Langkah – langkah Penerapan

1) Heuristik

Page 49: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

36

Langkah-langkah penerapan Heuristik adalah dengan

mengkaji makna melalui teks atau bahasa secara harfiah dan

menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Menerapkan

Heuristik tidak menghiraukan kelengkapan atau kesempurnaan

teks atau kondisi gramatikal. Sehingga apresiator dapat

menambah ataupun mengurangi bentuk gramatikal yang ada guna

menemukan makna yang terkandung dalam teks karya sastra itu

sendiri.

2) Hermeneutik

Langkah-langkah penerapan Hermeneutik adalah dengan

mengkaji makna melalui pembacaan yang berulang-ulang dengan

meramalkan makna yang terkandung secara tersirat pada karya

sastra itu sendiri dengan menggunakan segenap pengetahuan yang

dimiliki. Menerapkan Hermeneutik memperhatikan segala bentuk

kode yang ada diluar kode bahasa guna menemukan makna yang

terkandung dalam karya sastra tersebut.

d. Contoh Penerapan

1) Heuristik

Contoh penerapan Heuristik sebagai berikut : Ia

menggeliat, merayap ke luar kegelapan. Ia menggeliat merayap ke

luar dari tiga kitab, saat kalam pertama dibentangkan …

(halaman 48). Penerapan Heuristik terdapat pada kata

Page 50: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

37

menggeliat, kata menggeliat biasanya dipergunakan untuk

menyebutkan kegiatan manusia setelah bangun tidur.

Contoh penerapan Heuristik yang lain adalah. …Kok

rasanya aku ini masih kurang cukup nrimo. Ya inilah tekanan

batin yang tak mampu aku keluhkan pada siapa pun kecuali pada

diriku sendiri dan Tuhanku (Kutahu Matiku, 2004:362). Analisis

Heuristik pada kata nrimo merupakan kata sifat yang berasal dari

bahasa Jawa, dalam bahasa Indonesia mempunyai arti menerima

keadaan apa adanya.

2) Hermeneutik

Sedangkan jika dikaji dengan langkah Hermeneutik akan

terlihan pada contoh penerapan Hermeneutik sebagai berikut: Ia

menggeliat, merayap ke luar kegelapan. Ia menggeliat merayap ke

luar dari tiga kitab, saat kalam pertama dibentangkan …

(halaman 48). Penerapan Hermeneutik terdapat pada

kata menggeliat, pembacaan untuk memaknai bukan secara

linguistik. Langkah hermenutik dilakukan untuk memaknai

kata menggeliat yang dipergunakan untuk kegiatan selain manusia,

yaitu ular.

Contoh penerapan Hermeneutik yang lain adalah. …Kok

rasanya aku ini masih kurang cukup nrimo. Ya inilah tekanan

batin yang tak mampu aku keluhkan pada siapa pun kecuali pada

diriku sendiri dan Tuhanku (Kutahu Matiku, 2004:362).

Page 51: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

38

Analisis Hermeneutik pada kata nrimo dianalisis secara

Hermeneutik dengan cara pemberian makna berdasarkan tinjauan

aspek yang dikaji, yaitu kata nrimo dihubungan dengan sikap

hidup manusia terhadap Allah dalam menerima kenyataan hidup.

Manusia yang percaya kepada Allah harus dapat menerima

kenyataan bahwa kenyataan hidup susah atau sedih yang ditemui

dalam kenyataan merupakan cobaan dari Allah.

C. Kerangka Pikir

Karya Sastra

Puisi Drama Prosa

Puisi Baru Puisi Lama

Buku Perihal Gendis

Karya Supardi Djoko Damono

Pembacaan Heuristik Pembacaan Hermeneutik

Analisis

Temuan

Page 52: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

39

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini membahas mengenai pendekatan penelitian, data dan

sumber data, teknik penyediaan data serta teknik analisis data.

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif

dengan menggunakan pendekatan semiotik. Subroto (1992:70) mengutarakan

bahwa penelitian kualitatif itu bersifat deskriptif. Peneliti mencatat dengan

teliti dan cermat data yang berwujud kata-kata, kalimat dan wacana.

Pendekatan semiotik adalah pendekatan penelitian yang menggunakan

metode-metode semiotik, dalam hal ini adalah Heuristik dan Hermeneutik.

B. Data dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka karena yang menjadi

sumber data adalah teks puisi. Sumber data yang digunakan adalah tiga puisi

yang terdapat pada Buku Perihal Gendis Karya Sapardi Djoko Damono

yaitu, ‘Percakapan di Luar Riuh Suara’, ‘Hening Gendis’, dan ‘Aku Ingin

Sungai Tanpa Kendali’.

Adapun sumber data pada penelitian ini adalah Buku “Perihal Gendis

Karya Saprdi Djoko Damono”, yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustakan

Utama, Jakarta tahun 2018. Dengan jumlah halaman sebanyak 58 halaman.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu penelitian maka

diperlukan teknik atau cara pengumpulan data yang sifatnya ilmiah.

Page 53: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

40

Sehubungan dengan hal itu, maka pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara:

1. Teknik Baca

Teknik ini digunakan dengan membaca dan mengamati syair-

syair dari tiga puisi yang akan dianalisis pada buku “Perihal Gendis

Karya Sapardi Djoko Damono”.

2. Teknik Catat

Hasil pengamatan terhadap tiga puisi tersebut kemudian dicatat

dalam kartu data yang telah dipersiapkan sekaligus

D. Teknik Analisis data

Analisis data merupakan tahap setelah data terkumpul. Data yang sudah

siap dan sudah dicatat dalam kartu data disusun secara sistematis sesuai

kepentingan penelitian. Pembacaaan Heuristik adalah pembacaan puisi atau sajak

berdasarkan struktur bahasanya sedangkan pembacaan Hermeneutik adalah

pembacaan sajak atau puisi berdasarkan konvensi-konvensi sastra menurut sistem

semiotik. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data dalam

penelitian ini adalah:

Mengidentifikasi puisi-puisi Sapardi Djoko Damono dan disusun dalam

korpus data.

1. Membaca keseluruhan puisi yang akan dianalisis.

2. Menganalisis bait demi bait puisi dengan pembacaan Heuristik.

3. Menganalisis dengan pembacaan Hermeneutik bait-bait puisi yang

telah dianalisis secara Heuristik.

Page 54: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Hasil Analisis Data

Model analisis yang digunakan adalah model analisis semiotik Michael

Riffaterre yang mencakup tentang pembacaan Heuristik dan Hermeneutik.

Ketiga puisi yang terdapat pada buku Perihal Gendis Karya Sapardi Djoko

Damono yaitu, ‘Percakapan di luar Riuh Suara’, ‘Hening Gendis’ dan ‘Aku

Ingin Sungai Tanpa Kendali’.

1. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Puisi “Percakapan di luar

Riuh Suara” Karya Sapardi Djoko Damono dengan menggunakan

pendekatan Semiotik Michael Riffaterre

a. Pembacaan Heuristik pada puisi “Percakapan di luar Riuh

Suara”

Dalam pembacaan Heuristik ini, puisi dianalisis berdasarkan

struktur kebahasaannya untuk memperjelas arti diberi sisipan kata

atau sinonim kata-katanya diletakkan dalam tanda kurung. Berikut

pembacaan Heuristiknya.

Percakapan di Luar Riuh(nya) Suara

Bait Pertama

GENDIS :

Kupu - kupu

Di mana(kah) selama ini

(eng)Kau gerangan ?

Sudah sekian lama(nya)

Aku tidak (pernah) melihatmu (lagi)

41

Page 55: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

42

Terbang berpasangan

ke sana (dan) ke mari

(Sepasang Penari)

Di taman ini.

Judul puisi ‘Percakapan di luar Riuh Suara’ memiliki arti tentang

pembicaraan atau percakapan yang dilakukan diluar dari keramaian

orang banyak. Berdasarkan bait pertama dari puisi tersebut yang

dibaca dengan metode pembacaan Heuristik, dapat dibaca sebagai

berikut. Tentang seorang gadis yang bernama Gendis yang sedang

mencari seekor kupu – kupu yang sering dilihatnya terbang di taman.

Dalam puisinya tokoh Aku sedang merasa khawatir karena tidak

berjumpa lagi dengan kupu-kupu yang biasanya ditemui di taman.

Bait Kedua

KUPU-KUPU:

Hei, (Coba) (kau) lihat

Mawar itu;

Aku (akan) segera (berangjak) pulang ke sana

Takut kalau (nantinya) (ter)kena jala (dari)

Anak – anak

Yang suka berlari(-lari)an (membuat)

(ke)Ribut(an) (sambil) berburu

Kupu – kupu (di taman).

Rumahku (ber)ada di(antara) sela-

Sela bunga mawar

Yang (ber)aroma (harum) seluas (taman)

(dan) Senantiasa (akan) (selalu) terbuka.

Berdasarkan bait kedua pada puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Seekor

kupu-kupu yang sedang mencoba beranjak pulang ke taman. Namun

harus lepas terlebih dahulu dari kejaran anak-anak yang mencoba

Page 56: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

43

untuk menangkapnya. Kupu-kupu itu juga menjelaskan tentang

tempatnya tinggal diantara sela-sela bunga mawar di taman. Pada

puisi ini tokoh kupu-kupu sedang berusaha dan mencoba kembali ke

taman untuk bertemu dengan tokoh Hei (orang yang dimaksudkan).

Bait Ketiga

/ii/

GENDIS:

Selamat pagi, mawar,

Matahari baru saja muncul (di timur)

(seketika) baumu langsung menusuk (relung) (hati)ku

Dari mana (saja) gerangan

(eng)kau belajar (tentang) meramu

Aroma (yang) (wangi) itu ?

Bagaimana pula

(eng)kau meramu

Aroma

Merah,

Hijau,

Biru,

Kuning

Itu?

Berdasarkan bait ketiga pada puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Seorang

gadis yang bernama Gendis yang sedang berbicara kepada bunga

mawar di pagi hari dan menanyakan tentang cara meramu aroma yang

begitu harum serta aroma wangi yang beraneka ragam (berwarna-

warni). Objek puisi ini adalah sebuah bunga mawar yang memiliki

aroma begitu harum yang disukai oleh gadis (Gendis) itu.

Bait keempat

MAWAR:

Pejamkan(lah) matamu;

Page 57: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

44

Pejamkan(lah) dengan cermat

Tataplah

Dirimu

Intimu (dan)

Hakikatmu

Yang (kini) bsedang berkembang

Daun demi daun

Yang (kini) sedang (mencoba) merekah

Menghisap udara

Dan apa pun (itu)

Yang (ber)ada disekitarmu

Dan menghembuskannya (keluar)

Ke (arah) sekitarmu

(eng)Kaulah mawar itu

Akulah mawar itu

Disebut apa pun kau

Disebut apa pun aku

Kini dan nanti

Nanti dan kini

Aroma (yang) akan

Menusuk apa pun

Menusuk siapa pun

Yang (berada) di sekitarmu (dan)

Yang (berada) di sekitarku (serta)

Yang (berada) di sekitar kita

Berdasarkan bait keempat pada puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Sebuah

bunga mawar yang mengibaratkan gadis itu juga sebagai dirinya

(bunga mawar) yang tumbuh dan berkembang hingga mekar dengan

aroma harum yang disukai orang sekitar yang menciumnya. Dari bait

puisi tersebut mengisyaratkan tentang seorang gadis yang tumbuh dan

berkembang seperti bunga mawar.

Bait kelima

GENDIS :

(seekor) burung kecil

(maaf siapa namamu?)

Page 58: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

45

Yang setiap (menjelang) pagi hinggap

Seloncatan (sendirian) saja

Di kawat jemuran

Di mana gerangan pasanganmu?

Berdasarkan bait kelima pada puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Yaitu,

seekor burung yang setiap paginya bertengger menyendiri di kawat

jemuran.

Bait Keenam

BURUNG :

Ia (telah) terbang ke (arah) utara

Dari kepak(annya) menetes - netes(kan)

Semerbak (bau) darah

(yang) menetes – netes (membentuk) (tulisan) aksara

Demi aksara

Dua puluh jumlahnya.

Tak terbilang warnanya

‘aku tetap sayang

padamu, tapi huruf – huruf

yang di balik bukit itu

memanggil – manggilku’

katanya.

Burung, kau tahu,

(mereka) tidak pernah meneteskan

air mata. Burung

hanyalah (dapat) (melantungkan) suara (-suara) (merdu)

selebihnya hanya bulu yang pada (suatu) saatnya nanti

akan lepas (tercabut)satu

demi satu

ditimang (oleh) angin

yang gemar mendendangkan

(langtunang) (lagu) nina bobok

Berdasarkan bait keenam pada puisi tersebut yang dibaca dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Seekor

burung yang menjelaskan tentang pasangannya yang terbang ke utara,

Page 59: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

46

tepatnya di balik bukit itu sambil meneteskan darah. Juga menjelaskan

tentang burung yang tidak dapat mengeluarkan air mata yang

selebihnya hanya dapat berkicau dengan merdunya diantara kesedihan

di sekitarnya.

Bait ketujuh

GENDIS :

Oke, tapi siapa namamu?

Aku (men)yukai nama

Yang kalau diucapkan

(akan) menjelma (sebagai) percikan api (lalu)

Menjelma (dari) makna

Menghangatkan malam

Berdasarkan bait ketujuh pada puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Seorang

gadis yang bernama Gendis yang ingin sekali megetahui nama dari

burung itu agar mereka dapat akrab (kata menghangatkan bisa

dibahasakan sebagai teman yang saling membutuhkan)

Bait Kedelapan

Tidak tahukah (eng)kau, Gendis,

Bahwa burung tidak

Memerlukan sebuah nama?

Tidak tahukah eng(kau) (apa) sebabnya, Gendis?

Nama selalu bergeser – geser tafsirnya

Kalau di ucapkan

Berdasarkan bait kedelapan pada puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Jawaban

yang diberikan oleh seekor burung kepada Gendis bahwa burung tidak

memerlukan nama sebab nama akan selalu bergeser maknanya jika

diucapkan.

Page 60: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

47

Bait Kesembilan

/iv/

GENDIS :

Ulat, kapan (kah) (eng)kau

(tak letih – letih

mengunyah daun)

menjadi (sebuah) kepompong?

Berdasarkan bait kesembilan pada puisi tersebut yang dianalisis

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Tentang seorang gadis yang bernama Gendis yang menanyakan

kepada ulat mengenai waktu proses perubahannya menjadi

kepompong.

Bait Kesepuluh

ULAT :

Kalau bulu – buluku

Sudah cukup tebal

Sepenuhnya (untuk) menyelimuti (seluruh) (tubuh) ku

Agar (aku) bisa bertapa (dengan) (tenang)

Agar (aku) bisa menutup telinga

Terhadap tanda tanya

Yang berbisik

Di luar sana;

Agar nanti aku bisa

Lolos dari kepompong

Dan mengepakkan sayap (lalu)

Terbang ke Bandar – Bandar

Negeri entah –

Berantah

Yang tak terbayangkan olehku

Tak terbayangkan olehmu-

Oleh kita

Dan berselancar di ruang

Angkasa – kita berdua

Ya, berdua saja.

Kita terbang tinggi – tinggi

Menembangkan larik – larik

Sinom dan asmaradana

Page 61: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

48

Agar kuda – kuda di bukit

Dan perahu – perahu (yang)

Di laut hidup kembali

Setelah lama tertidur

Bermimpi tentang

Negeri (yang) Abadi.

Berdasarkan bait kesepuluh pada puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Yaitu,

tentang proses awal dari seekor ulat yang hanya dapat merayap dari

daun ke daun lalu menjadi sebuah kepompong dan tertidur di

dalamnya hingga pada suatu saat keluar menjadi seekor kupu-kupu

dengan sayap yang indah terbang bebas melintasi berbagai negeri.

Bait Kesebelas

GENDIS :

Tapi, kau tahu (kan) aku

(ini) Tak bersayap

Berdasarkan bait kesebelas pada puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Yaitu,

tentang seorang gadis yang menyatakan dirinya tak bisa terbang ikut

bersama kupu-kupu sebab dia tidak memiliki sepasang sayap.

Bait Kedua belas

ULAT :

Semua gadis

Memiliki (sepasang) sayap (untuk) (terbang)

Semua gadis

Sangat tangkas dalam

Mengepak –

ngepakkannya

Page 62: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

49

Berdasarkan bait kedua belas pada puisi tersebut yang dianalisis

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan tentang ulat yang memberitahu Gendis bahwa semua

gadis memiliki sepasang sayap yang sangat gesit saat

mengepakkannya di langit.

Bait Ketiga belas

/v/

GENDIS :

Sesungguhnya yang benar – benar aku inginkan darimu

Adalah (hanyalah) ketulusan (untuk) menerima apa saja yang

kukatakan (ke) padamu

(hanya) dengan berbisik, dengan gemetar (tangan) (ini), dengan

(ke)ragu – ragu(an) (ku) (serta) dengan

penuh keyakinan tentang hubungan kita yang sebentar dekat (lalu)

(kemudian)

sebentar jauh serta sejenak (menjadi) tenang, sejenak (menjadi) riuh

yang kupahami

tapi tak kaupahami yang kaupahami tapi tak kupahami.

Berdasarkan bait ketiga belas pada puisi tersebut yang dianalisis

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Yaitu, keinginan seorang gadis yang bernama Gendis kepada orang

yang dia sayangi agar tulus dan mau menerima keputusan yang

dikatakan olehnya. Sebab dalam hubungannya sering mengalami

beberapa fase seperti kadang jauh, kadang pula dekat, kadang tidak

saling bicara serta tiba-tiba kembali saling berbicara. Yang membuat

mereka tidak saling mengerti dan memahami.

Bait Keempat belas

Page 63: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

50

GENDIS :

Sesungguhnya yang benar – benar aku inginkan darimu

Adalah (hanyalah) ketulusan (untuk) menerima apa saja yang

kukatakan (ke) padamu

(hanya) dengan berbisik, dengan gemetar (tangan) (ini), dengan

(ke)ragu – ragu(an) (ku) (serta) dengan

penuh keyakinan tentang hubungan kita yang sebentar dekat (lalu)

(kemudian)

sebentar jauh serta sejenak (menjadi) tenang, sejenak (menjadi) riuh

yang kupahami

tapi tak kaupahami yang kaupahami tapi tak kupahami.

Berdasarkan bait keempat belas pada puisi tersebut yang dianalisis

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Yaitu, keinginan seorang gadis yang bernama Gendis kepada orang

yang dia sayangi agar tulus dan mau menerima keputusan yang

dikatakan olehnya. sebab dalam hubungannya sering mengalami

beberapa fase seperti kadang jauh kadang pula dekat, kadang tidak

saling bicara serta tiba-tiba kembali saling berbicara. Yang membuat

mereka tidak saling mengerti dan memahami.

Dapat dikatakan bahwa bait ketiga belas dan bait keempat belas

memiliki bait puisi yang sama sehingga memiliki arti yang sama pula.

Hanya saja hal yang membedakan dari kedua bait puisi tersebut

terletak pada komunikasi yang ditujukan. Yaitu pada bait ketiga belas

berbicara dalam hatinya, sedangkan dalam bait keempat belas

berbicara langsung pada objek yang dituju (berbicara langsung kepada

Page 64: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

51

kekasihnya) ditandai dengan kalimat yang dicetak miring pada bait

keempat belas.

Bait Kelima belas

GENDIS :

Heran, kenapa pula (air) (mata)

(ini) tidak jatuh (bagaikan) gerimis

(Pada) pagi (hari) ini

Berdasarkan bait kelima belas pada puisi tersebut yang dianalisis

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Yaitu, Gendis yang merasa heran sebab air matanya tak jatuh

membasahi pipinya di pagi hari.

Bait Keenam belas

GENDIS :

Siapa gerangan

Yang (telah) berjanji (kepadanya) ?

Berdasarkan bait keempat belas pada puisi tersebut yang dibaca

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Tentang gadis yang bernama Gendis yang menanyakan tentang siapa

yang telah berjanji kepadanya.

b. Pembacaan Hermeneutik pada puisi “Percakapan di luar Riuh

Suara”

Pada pembacaan Hermeneutik sebuah puisi diinterpretasikan

melalui pemahaman kata dari makna konotatif dan ketidaklangsungan

Page 65: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

52

ekspresi yang sengaja dilakukan oleh seorang penyair. Pembacaan

Hermeneutik ini membuat puisi dapat dipahami secara keseluruhan.

Pembacaan Heuristik pada “Percakapan di luar Riuh Suara”

baru menghasilkan arti berdasarkan konvensi bahasa, belum sampai

pada makna puisi. Oleh karena itu, untuk memperolah makna yang

penuh, puisi tersebut harus dibaca berdasarkan pembacaan

Hermeneutik, yaitu pembacaan berdasarkan konvensi sastra. Judul

puisi “Percakapan di luar Riuh Suara” bermakna “pembicaraan atau

percakapan dalam hati dari dua orang tanpa saling bertemu”.

Untuk memperoleh makna yang penuh, puisi tersebut harus

dibaca berdasarkan pembacaan Hermeneutik yaitu pembacaan

berdasarkan konvensi sastra.

1) Dari bait pertama dalam puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu seseorang yang sedang

merindukan sosok yang sangat berharga di hidupnya yang sudah

lama tidak lagi datang menemuinya. Hal ini dijelaskan sebagai

berikut “Kupu-kupu” diartikan sebagai seorang kekasih atau

orang yang sangat berharga, “Di mana selama ini kau gerangan?

Sudah sekian lama aku tidak melihatmu terbang berpasangan

kesana kemari” diartikan sebagai ungkapan rasa rindu kepada

seseorang, dapat dilihat dari kalimat yang notasinya sedang

mencari. “di taman ini” tempat si Aku yang sedang merindu itu

Page 66: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

53

berada, bisa saja si Dia berada di suatu kota, desa atau pun di

rumah.

2) Dari bait kedua dalam puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu seseorang yang akan segera

pulang dengan perasaan yang khawatir serta menuntun gadis itu

agar masih tetap percaya kepadanya. Hal ini dijelaskan sebagai

berikut. “Hei, lihat mawar itu; aku segera pulang kesana”

diartikan bahwa si Aku yang memberi kabar kepada seseorang

yang di cintai. Bahwa, dia akan segera datang menemuinya.

“takut kalau kena jala anak-anak yang suka berlarian rebut

berburu kupu-kupu” dapat diartikan bahwa si Aku yang khawatir

akan gadisnya disana direbut oleh orang lain. “Rumahku ada di

sela-sela bunga mawar yang seluas aroma senantiasa terbuka.”

Diartikan sebagai perasaan cinta dari si Aku yang masih ada

kepada gadisnya.

3) Dari bait ketiga dalam puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu perasaan seorang gadis

yang dibuat bahagia oleh lelakinya yang baru datang dengan

berbagai macam cara yang tak terduga. Dapat dijelaskan sebagai

berikut “Selamat pagi, mawar matahari baru saja muncul baumu

langsung menusukku”. Diartikan sebagai seseorang yang telah

kembali datang dan langsung membuat si Aku menjadi sangat

bahagia. dari mana gerangan kau belajar meramu aroma itu?

Page 67: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

54

bagaimna pula kau meramu aroma merah hijau biru kuning

itu?”. Diartikan tentang si Mawar yang melakukan suatu hal yang

membuat Gendis bahagia secara tak terduga.

4) Dari bait keempat dalam puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, jadilah dirimu sendiri yang

tumbuh, berkembang, dan menjadi dewasa serta disukai dan

dihormati banyak orang. Dapat dijelaskan sebagai berikut.

“Pejamkan matamu, pejamkan dengan cermat tatplah dirimu

intimu hakikatmu yang sedang berkembang, daun demi daun

yang sedang merekah menghisap udara dan apa pun yang ada di

sekitarmu dan menghembuskannya kesekitarmu”. Diartikan

bahwa jadilah diri sendiri dan berkembang menjadi lebih indah

kedepannya. “kaulah mawar itu akulah mawar itu disebut apa

pun kau disebut apa pun aku kini dan nanti nanti dan kini aroma

akan menusuk apa pun menusuk siapa pun yang di sekitarmu

yang di sekitarku yang di sekitar kita kaulah mawar itu akulah

mawar itu”. Dapat diartikan bahwa dirimu adalah dirimu maka

apa pun yang orang pikirkan tentangmu tetaplah bersikap manis

dan jadilah orang yang bisa dihormati dan disukai banyak orang.

5) Dari bait kelima dalam puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu tentang Gendis yang

berjumpa dengan seseorang yang sama dengan dirinya yang

hanya menyendiri tanpa seseorang yang menemaninya namun

Page 68: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

55

tetap merasa bahagia. Hal ini dapat dijelaskan pada kalimat

“burung kecil yang setiap pagi hinggap seloncatan saja di kawat

jemuran” burung kecil dapat diartikan sebagai seseorang dan

hinggap seloncatan diumpamakan tentang rasa bahagianya.

Selanjutnya pada kalimat “di mana gerangan pasanganmu?”

kalimat ini memperjelas bahwa orang ini sendirian.

6) Dari bait keenam dalam puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

dapat dimaknai sebagai berikut. Tentang Gendis yang

mendengarkan cerita masa lalu dari seseorang mengenai

pasangannya yang telah tiada namun tetap kuat menjalani

kehidupan hingga perlahan menua dan tertidur selamanya (ajal

menjemput). Hal ini dapat dijelaskan pada kalimat. “ia terbang ke

utara dari kepaknya menetes – netes semerbak darah menetes –

netes aksara demi aksara dua puluh jumlahnya tak terbilang

warnanya” kata terbang pada kalimat tersebut menggambarkan

sebuah arti kepergian. Kemudian pada potongan kalimat menetes-

netes semerbak darah melambangkan mengenai suatu kematian.

Lalu selanjutnya pada potongan kalimat aksara demi aksara dua

puluh jumlahnya tak terbilang warnanya memiliki pemaknaan

yang cukup konflik yaitu tentang kalimat yang sangat spesial

terucap untuk terakhir kalinya. Penjelasannya seperti ini, yaitu

aksara-aksara disini dimaknai sebagai ucapan atau tanda

komunikasi. Lalu pada angka dua puluh melambangkan sesuatu

Page 69: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

56

yang sangat spesial (angka 10 diartikan istimewa namun setelah

dikalikan 2 menjadi angka 20 yang artinya bertambah istimewa)

selanjutnya pada kalimat “burung, kau tahu, tidak pernah

meneteskan air mata burung hanyalah suara” diartikan tentang

sosok yang kuat dan tidak mudah terpuruk. Lalu pada kalimat

“selebihnya hanya bulu yang pada saatnya nanti akan lepas satu

demi satu.” Memiliki arti tentang menjalani hidup yang semakin

hari usia akan berkurang (bulu pada kalimat tersebut dapat

dimaknai sebagai usia kehidupan). Dan pada kalimat terakhir

“ditimang angin yang gemar mendendangkan nina bobok”

diartikan sebagai aliran hidup hingga nantinya menutup usia.

7) Dari bait ketujuh dalam puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang Gendis yang ingin

mengetahui alasan hidup yang sesunggunya agar dia dapat

mengatur segala kebahagiaannya nanti. Hal ini dapat dijelaskan

pada kalimat “Oke tapi siapa namamu?” nama dapat diibaratkan

sebagai sebuah alasan atau tujuan hidup. Kalimat selanjutnya

“yang kalau di ucapkan menjelma makna menghangatkan

malam.” Artinya bila dia tahu maka dia akan dapat mengatur

segala kebahagiaannya (menghangatkan malam disini di ibaratkan

sebagai suatu kebahagiaan atau hal yang menyenangkan).

8) Dari bait kedelapan dalam puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

dapat dimaknai sebagai berikut. Tentang seseorang yang

Page 70: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

57

menjawab pertanyaan dari Gendis bahwa dalam menjalani

kehidupan tidak perlu adanya suatu alasan tertentu sebab ketika

alasan itu sudah tidak ada atau mungkin telah tercapai maka tak

ada lagi gunanya untuk hidup. Hal ini dijelaskan pada kalimat

“tidak tahukah kau, Gendis, bahwa burung tidak memerlukan

nama?” hal ini diartikan bahwa hidup ini tidak membutuhkan

suatu alasan atau tujuan. Selanjutnya “tidak tahukah kau

sebabnya Gendis? Nama selalu bergeser geser tafsirnya kalau

diucapkan” diartikan bahwa suatu alasan atau tujuan hidup akan

terus berubah-ubah sepanjang waktu dan bila ditanyakan apa

tujuan hidupmu maka aka nada pertanyaan yang terus berlanjut.

9) Dari bait kesembilan dalam puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

dapat dimaknai sebagai berikut. Tentang Seorang gadis yang

bertanya kepada seseorang tentang kapan dia akan memulai

merubah jalan hidupnya yang lebih baik. Hal ini dijelaskan pada

kalimat “ulat, kapan kau menjadi kepompong?” diibaratkan ulat

yang akan menjadi kepompong begitu pula manusia yang

awalnya tertutup pada semua orang dan ingin memulai untuk

membuka diri.

10) Dari bait kesepuluh dalam puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

dapat dimaknai sebagai berikut. Tentang proses memulai

perubahan pada dirinya sendiri hingga nantinya menjadi pribadi

yang lebih baik dan membuka matanya akan dunia ini. Yang

Page 71: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

58

dulunya sangat tertutup dan hanya berdiam diri tanpa

berkomunikasi kepada sesama. Hal ini dijelaskan pada setiap

kalimat dari bait puisi tersebut “kalau bulu – buluku sudah cukup

tebal sepenuhnya meneyelimutiku agar bisa menutup telinga

terhadap tanda tanya yang berisik di luar sana” tentang proses

keinginannya menjadi pribadi yang lebih baik dan menghiraukan

kata orang diluar sana. Selanjutnya pada kalimat. “agar aku bisa

lolos dari kepompong dan mengepakkan sayap terbang ke

Bandar – Bandar negeri entah berantah yang tak terbayangkan

olehku tak terbayangkan olehmu – oleh kita dan berselancar di

ruang angkasa – kita berdua ya, berdua saja. Kita terbang tinggi

– tinggi menembangkan larik – larik sinom dan asmaradana agar

kuda – kuda di bukit dan perahu – perahu di laut hidup kembali

setelah lama tertidur bermimpi tentang negeri abadi.” Hal ini

diartikan bahwa sosok yang awalnya tidak terlalu dilihat akhirnya

setelah merubah kebiasaan menyendiri menjadi lebih aktif dalam

berkomunikasi kepada semua orang.

11) Dari bait kesebelas dalam puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang Gendis yang masih

terikat pada masa lalunya dan masih belum bisa merubah dirinya

menjadi seseorang yang bebas di dunia ini. Hal ini dijelaskan

pada kalimat “Tapi kau tahu, aku tak bersayap” kalimat ‘kau

tahu’ bisa diartikan bahwa lawan bicaranya mengetahui tentang

Page 72: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

59

hubungan yang dijalani pada kekasihnya. Selanjutya kalimat ‘aku

tak bersayap’ diibaratkan tentang tidak adanya suatu kebebasan.

12) Dari bait kedua belas dalam puisi “Percakapan di luar Riuh

Suara” dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, seseorang yang

memberikan saran kepada Gendis bahwa semua orang itu

memiliki kebebasan. Kebebasan untuk melakukan segala hal yang

diinginkan. Hal ini dijelaskan pada kalimat “semua gadis

memiliki sayap semua gadis sangat tangkas mengepak –

ngepakkannya.” diartikan tentang semua orang (gadis) berhak

memiliki kebebasan yang diinginkannya.

13) Dari bait ketiga belas dalam puisi “Percakapan di luar Riuh

Suara” dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang keberanian

Gendis memutuskan hubungannya dengan kekasihnya akibat

merasa tidak saling memahami. Dalam bait puisinya kalimat tiap

kalimat sangat jelas menekankan tentang Gendis yang mencoba

untuk pergi dan memilih kebebasannya.

14) Dari bait keempat belas dalam puisi “Percakapan di luar Riuh

Suara” dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang keberanian

Gendis memutuskan hubungan dengan kekasihnya akibat merasa

tidak saling memahami. Dalam bait puisinya, kalimat tiap kalimat

sangat jelas menekankan tentang Gendis yang mencoba untuk

pergi dan memilih kebebasannya. Pada bait ketiga belas dan

empat belas memiliki persamaan pada bait dan maknanya namun

Page 73: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

60

pada hal ini yang dapat membedakannya ada pada cetakan miring

pada bait keempat belas yang menyimbolkan bahwa tokoh Gendis

sedang berbicara langsung kepada kekasihnya.

15) Dari bait kelima belas dalam puisi “Percakapan di luar Riuh

Suara” dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang perasaan

yang dialami Gendis setelah pergi namun tak merasakan adanya

kesedihan yang terlihat darinya. Hal ini dapat dijelaskan pada

kalimat “Heran kenapa pula tidak jatuh gerimis pagi ini.”

sesuatu yang dia herankan tentang kepergiaannya namun tak

merasakan kesedihan.

16) Dari bait keenam belas dalam puisi “Percakapan di luar Riuh

Suara” dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang

kebingungan Gendis tentang siapa yang telah berjanji kepadanya

untuk membuatnya berubah menjadi lebih baik.

2. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik pada puisi “Hening Gendis”

Karya Sapardi Djoko Damono.

a. Pembacaan Heuristik pada puisi “Hening Gendis”

Dalam pembacaan Heuristik ini, puisi dibaca berdasarkan

struktur kebahasaannya untuk memperjelas arti diberi sisipan kata

atau sinonim katanya diletakkan dalam tanda kurung. Berikut

pembacaan Heuristiknya.

Page 74: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

61

Hening Gendis

Bait Pertama

/i/

Hening adalah ketika angin

Membujukku (untuk) mendirikan

(sebuah) istana di atas selembar

Awan putih

(cukup) Selembar saja

Berlayar (dengan) sangat perlahan

Mengayuh (bersama) angin

Yang tak henti – hentinya

Merindukan istana agar bisa (berhenti) sejenak

Ya

Sejenak saja

Telentang (dan) meluruskan badan

Melupakan impian

Tentang istana

Tentang istirahat

Tentang takdir

Sebagai kembara (yang) abadi

Judul puisi “Hening Gendis” memiliki arti tanpa suara atau bunyi.

Berdasarkan bait pertama dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Tentang

angin yang yang mencoba untuk membujuk mendirikan sebuah

istana dan menikmatinya bersama. Kemudian, ketika sedang

beristirahat dalam pelayarannya, muncul rasa rindu untuk pulang.

Bait Kedua

/ii/

Hening adalah ketika terdengar

(suara) Dendang gerimis

Tanpa (ada) partitur

(yang) Membasahi kelokan-

Kelokan (yang) tajam

Page 75: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

62

Sepanjang lorong

Keberadaanku

Berdasarkan bait kedua dari puisi tersebut yang dibaca dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Mengandung arti tentang rasa sunyi disaat hujan turun disekitar

tempat tinggalnya.

Bait Ketiga

/iii/

Hening adalah ketika pintu (akan)

Menutup dengan suara (yang)

Memekakkan

Hanya agar bisa terbuka

Kembali dan membujukku (untuk)

(segera) Masuk ke rumah.

Hening adalah klik (dan) selot kunci

Adalah gorden yang bergeser (lalu)

Tertutup Satu

Demi Satu

Ketika potret-potret

Di dinding

Serentak mengarahkan mata(nya)

Ke arahku

Berdasarkan bait ketiga dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan tentang tokoh si Aku yang dipanggil masuk ke dalam

rumah yang begitu misterius. Dijelaskan sebagai rumah yang

misterius dapat ditekankan pada baris ketujuh hingga akhir “Hening”

adalah klik selot kunci Adalah gorden yang bergeser Tertutup Satu

Demi Satu Ketika potret-potret Di dinding Serentak mengarahkan

mata ke arahku.” Dari kalimat tentang Gorden yang bergeser sendiri

Page 76: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

63

dan dinding rumah yang seakan-akan memiliki mata melihat tokoh si

Aku.

Bait Keempat

/iv/

Hening adalah ketika jarum-jarum

Jam (yang) (ada) (di) dinding merapat

Ke angka

XII

Dan menudingku

Dan membentakku

Dan mendorongku ke sudut (Dinding)

Dan menampar – nampar pipiku (hingga) (memerah)

Dan melototkan mata (ke) (Arahku)

Dan bertanya (dengan) (suara) (yang) (se)keras keras,(nya)

(kearahku)

Ini jam berapa?

Berdasarkan bait keempat dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan bahwa pada tengah malam di rumah yang sunyi tokoh

si Aku sepertinya diganggu oleh makhluk astral penghuni rumah itu.

Hal ini dapat dijelaskan dari baris kelima sampai sepuluh yang

menekankan tentang gangguan yang dialami tokoh si Aku.

Bait Kelima

Hening adalah tik tok (dari) (bunyi) jam

Yang mendadak berhenti

Ketika (dia) mendengarku

(Dengan) Lirih menyanyikan

Satu – satunya (lantunang) doa

Yang masih tersisa.

Ini jam berapa ?

Page 77: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

64

Berdasarkan bait kelima dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan tentang tokoh si Aku yang akhirnya tidak diganggu

lagi setelah melantunkan sebuah doa.

Bait Keenam

/v/

Hening adalah ketika aku

Berujud (bagaikan) selembar warna biru.

Karena kau (adalah)biru

(Maka) Aku akan memasangmu

Di pigura

Dan mengantungkanmu

Di dinding.

Berdasarkan bait keenam dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan tentang tokoh si Aku yang mengibaratkan dirinya

sebagai warna biru dan nantinya akan dipasang sebagai pigura yang

terpajang di dinding.

Bait ketujuh

Hanya karena saya biru, Tuan?

Karena biru adalah dua lembar(an)

Warna yang saling bercermin (yaitu)

Langit dan samudra,

yang tak (akan) pernah berkedip (guna)

(untuk) melindungimu.

Page 78: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

65

Berdasarkan bait ketujuh dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan tentang warna biru yang merupakan dua lembar warna

yang saling bercermin yaitu langit dan samudra yang tidak akan

pernah berkedip guna untuk melindungimu.

Bait Kedelapan

Hanya karena saya biru, Tuan?

Biru (akan) selalu memanggil manyar

Yang memulung seutas

Demi seutas

Batang kering (dan)

Memintanya (untuk) menjadi sarang

(bagi) Tempatmu nanti bisa tidur

Dengan tenang

Tanpa (terasa) terganggu

Oleh dirimu sendiri.

Berdasarkan bait kedelapan dari puisi tersebut yang dianalisis

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan tentang sebuah warna biru yang selalu memanggil

manyar untuk membantunya membuat sebuah sarang yang nyaman

untuk ditiduri tanpa adanya ganggung baik itu dari dirinya sendiri

maupun gangguan dari yang lainnya.

Bait Kesembilan

Saya bisa tidur tenang, Tuan?

Biru adalah lembar(an) – lembar(an)

Melati dan kenanga

Yang terserak (masuk)

Di (dalam) tempat tidurmu.

Page 79: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

66

Berdasarkan bait kesembilan dari puisi tersebut yang dianalisis

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan tentang warna biru yang merupakan sebuah lembaran

melati dan kenanga yang diserak masuk ke dalam tempat tidur.

Bait Kesepuluh

Hanya karena saya biru, Tuan?

Karena kau (adalah) biru

(maka) Tidurmu (berada) di sarang manyar

Tak akan diganggu (oleh)

Mimpi tentang (hari) besok

(yang tak akan pernah ada)

( Dan)Tak akan diganggu lagi

(oleh) angan – angan tentang (hari)besok

yang akan menjadi kini kalau waktunya(telah) tiba.

Berdasarkan bait kesepuluh dari puisi tersebut yang dianalisis

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan tentang Warna Biru yang tidurnya berada di sarang

manyar tanpa ada lagi gangguan dari mimpi dan angan-angan di hari

esok.

Bait kesebelas

Tidak ada besok untuk saya, Tuan?

Tidak ada (Hari) besok

Yang ada hanya (masa)kini

Yang biru warnanya

Yang kekal nafasnya

Yang teratur detaknya (serta)

Yang senantiasa siap (untuk)

Menunggu langkah – langkah kaki yang katanya akan datang besok

Tetapi yang selalu tertunda sebab besok tidak ada dan tidak

Page 80: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

67

Akan pernah ada(lagi).

Berdasarkan bait kesebelas dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan tentang tidak adanya lagi hari esok, yang ada hanya

masa kini yang berwarna biru, memiliki umur yang panjang, teratur

napasnya serta senantiasa siap menunggu kedatangan seseorang.,

namun selalu tertunda dan tak ada lagi hari berikutnya.

Bait kedua belas

Langkah – langkah kaki itu, Tuan ?

Langkah – langkah kaki (itu )milik hari ini yang selalu akan

kaudengar (Di) (Sana)

Yang akan selalu berjanji (Untuk) akan datang lagi besok

Berdasarkan bait kedua belas dari puisi tersebut yang dibaca dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan tentang seseorang yang menunggu langkah kaki yang

berjanji untuk akan datang di hari esok.

Bait Ketiga Belas

Mengapa pula ia berjanji, Tuan?

Agar (eng)kau berpikir

(Bahwa) Akan ada yang menepatinya

Pada suatu saat nanti.

Berdasarkan bait ketiga belas dari puisi tersebut yang dianalisis

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Page 81: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

68

Yaitu, memiliki arti bahwa yang diberi janji akan terus berpikir

bahwa suatu saat akan ada yang menepatinya.

Bait keempat belas

Suara langkah-langkah kaki itu, Tuan ?

Telentang sajalah (eng)kau, (maka) aku akan memasangmu di

pigura malam ini

Dan mengantungkannya di dinding supaya manyar itu (dapat)

mengenali dan membimbingmu untuk (tetap) tinggal di

sarangnya.

Paham, Tuan

Berdasarkan bait keempat belas dari puisi tersebut yang dianalisis

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Menceritakan tentang tokoh si Aku yang akan memasang dia (Biru)

di pigura dan menggantungnya di dinding agar manyar dapat

mengenali dan membimbing (biru) untuk tetap tinggal di sarangnya.

Bait Kelima Belas

/vi/

Hening adalah

Ketika aku

(yang) Tak lagi

Mampu (untuk)

Mengeja

Apa pun (dari)

Yang baru saja

Kuucapkan

Berdasarkan bait keempat belas dari puisi tersebut yang dianalisis

dengan metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut.

Page 82: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

69

Tentang sebuah keheningan dari tokoh si Aku yang tak lagi mampu

untuk mengingat segala hal yang baru saja dia ucapkan.

b. Pembacaan Hermeneutik pada Puisi “Hening Gendis”

Pada pembacaan Hermeneutik sebuah puisi diinterpretasikan

melalui pemahaman kata dari makna konotatif dan

ketidaklangsungan ekspresi yang sengaja dilakukan oleh seorang

penyair. Pembacaan Hermeneutik ini membuat puisi dapat dipahami

secara keseluruhan.

Pembacaan Heuristik pada “Hening Gendis” baru

menghasilkan arti berdasarkan konvensi bahasa, belum sampai pada

makna puisi. Oleh karena itu, untuk memperoleh makna yang penuh,

puisi tersebut harus dibaca berdasarkan pembacaan Hermeneutik

yaitu pembacaan berdasarkan konvensi sastra. Judul puisi “Hening

Gendis” bermakna “Kesunyian yang dirasakan oleh Gendis”.

Untuk memperoleh makna yang penuh, puisi tersebut harus

dibaca berdasarkan pembacaan Hermeneutik yaitu pembacaan

berdasarkan konvensi sastra.

1) Dari bait pertama dalam puisi “Hening Gendis” dapat dimaknai

sebagai berikut. Yaitu, tentang seseorang yang berada diperahu

kecil di tengah lautan yang tertidur pulas akibat tiupan angin

yang sepoi-sepoi dan memimpikan keluarga atau orang yang

sangat penting dihidupnya yang kini telah tiada. Hal ini

Page 83: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

70

dijelaskan sebagai berikut “Hening adalah ketika angin

membujukku mendirikan istana selembar awan putih” diartikan

bahwa dia sedang bermimpi ditandai dengan selembar awan

putih yang diartikan lain seperti gelembung percakapan yang

muncul di atas kepala bagai layar yang menangkap mimpi,

selanjutnya. “berlayar sangat perlahan mengayuh angin yang

tak henti-hentinya merindukan istana agar bisa sejenak” dari

sini dapat dijelaskan bahwa tokoh Aku ini berada di sebuah

kapal di tengah laut dengan angin yang tertiup dan pada kalimat

tak henti-hentinya merindukan istana bisa diartikan sebagai

keluarga atau orang yang disayangi. “terlentang meluruskan

badan melupakan impian” diartikan bahwa tokoh aku sedang

berbaring yang juga bisa diargumentasikan sedang tertidur dan

melupakan impiannya. Impian di sini bisa saja diartikan bahwa

dia sedang bekerja sebagai nelayan atau bisa saja dia sedang

mencari pekerjaan di pulau seberang dan melupakannya untuk

sejenak dan kembali mengingat keluarganya.

2) Dari bait kedua dalam puisi “Hening Gendis” dapat dimaknai

sebagai berikut. Yaitu, seseorang yang sedang terpuruk dan

menangis. Hal ini dapat dijelaskan pada setiap kalimat puisi

tersebut. “ Hening adalah ketika dendang gerimis tanpa partitur

membasahi kelokan – kelokan lorong keberadaanku”. Kalimat

Page 84: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

71

tersebut dapat diartikan bahwa tangisan yang tak dapat ditahan

dan keluar mengalir melewati pipi di wajahnya.

3) Dari bait ketiga dalam puisi “Hening Gendis” dapat dimaknai

sebagai berikut. Yaitu, seseorang yang teringat kembali dengan

sosok keluarga yang telah berpulang saat melihat bingkai foto

keluarganya di dinding. Hal ini dapat dijelaskan pada kalimat

“Hening adalah ketika pintu menutupdengan suara

memekakkan hanya agar bisa terbuka kembali dan membujukku

masuk kerumah” . kalimat tersebut dapat diartikan bahwa tokoh

si Aku sedang mencoba mengingat atau membuka kenangannya.

(kata rumah di sini bisa diandaikan sebagai keluarga).

Selanjutnya “Hening adalah gorden yang bergeser tertutup satu

demi satu….” Diartikan bahwa mereka (keluarga) menghilang

satu demi satu. Kemudian “ketika potret – potret di dinding

serentak mengarahkan mata ke arahku” kalimat tersebut

diumpamakan sebagai bingkai foto keluarga dari tokoh si Aku

yang terpajang di dinding.

4) Dari bait keempat dalam puisi “Hening Gendis” dapat dimaknai

sebagai berikut. Yaitu, diartikan bahwa tokoh si Aku pada

tengah malam sedang mengalami gangguan oleh makhluk astral.

Hal ini dapat dijelaskan pada kalimat “Hening adalah ketika

jarum – jarum jam dinding merapat ke angka XII” mengartikan

tentang waktu pada tengah malam dan memunculkan

Page 85: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

72

pemaknaan bahwa yang mengganggunya sesuatu yang tak dapat

dilihat (makhluk halus). Selanjutnya “….. dan menudingku, dan

membentakku, dan mendorongku ke sudut dan menampar-

nampar pipiku dan memelototkan mata dan bertanya keras-

keras ini jam berapa?” diartikan tentang ganguan yang di alami

oleh tokoh si Aku.

5) Dari bait kelima dalam puisi “Hening Gendis” dapat dimaknai

sebagai berikut. Yaitu, diartikan bahwa sebelum

menghembuskan napas terakhirnya. tokoh si Aku mengucapkan

kalimat syahadat. Hal ini dapat dijelaskan pada kalimat “Hening

adalah tik tok jam yang mendadak berhenti.” diartikan tentang

tokoh si Aku yang berhenti bernapas (detak jantungnya berhenti

berdetak). Selanjutnya “ketika mendengarku lirih menyanyikan

satu-satunya doa yang masih tersisa” dari kalimat tersebut

memperjelas bahwa tokoh si aku masih sempat mengucapkan

kalimat syahadat atau doa-doa.

6) Dari bait keenam dalam puisi “Hening Gendis” dapat dimaknai

sebagai berikut. Yaitu, diartikan sebagai kepercayaan kepada

yang maha kuasa (Tuhan) dan berserah diri kepadanya. Hal ini

dijelaskan pada kalimat “Hening adalah ketika aku berujud

selembar warna biru” (dalam pemaknaannya Biru diartikan

sebagai kepercayaan) selanjutnya. “Karena kau biru aku akan

memasangmu di pigura dan menggantungkanm di dinding”

Page 86: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

73

dapat diartikan bahwa mempercayai adanya tuhan dan berserah

diri kepadanya.

7) Dari bait ketujuh dalam puisi “Hening Gendis” dapat dimaknai

sebagai berikut. Yaitu, bahwa dengan mempercayai-Nya maka

kita akan terjaga dan dilindunginya serta tuhan itu tidak pernah

tidur dan selalu mengawasi kita. Hal ini dapat dijelaskan pada

kalimat “Hanya karena saya biru, tuan?” dapat diartikan

tentang tuhan yang sedang berbicara pada seseorang.

Selanjutnya “karena biru adalah dua lembar warna yang saling

bercermin, langit dan samudra yang tak pernah berkedip

melindungimu.” Artinya, tuhan itu tidak pernah tidur dan selalu

mengawasi hambanya dan senantiasa selalu melindunginya dari

mara bahaya.

8) Dari bait kedelapan dalam puisi “Hening Gendis” dapat

dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tuhan yang memanggil

malaikat untuk membuatkan istana bagi hambanya yang

berserah diri kepada-Nya di surga kelak “Biru selalu

memanggil manyar yang memulung seutas batang kering

memintanya menjadi sarang tempatmu nanti bisa tidur dengan

tenang tanpa terganggu oleh dirimu sendiri” (manyar = burung

kecil pemakan biji-bijian dapat diumpakan sebagai malaikat)

diartikan tentang tuhan yang memanggil malaikat untuk

Page 87: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

74

membuatkan sebuah sarang (tempat tinggal) juga dapat diartikan

istana di surga nantinya.

9) Dari bait kesembilan dalam puisi “Hening Gendis” dapat

dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang kemasyuran tuhan

yang diberikan kepada hambanya sepanjang malam. Hal ini

dapat dijelaskan pada kalimat “Biru adalah lembar-lembar

melati dan kenanga yang terserak di tempat tidurmu” bunga

melati dan bunga kenanga memiliki aroma harum yang dapat

diartikan lain sebagai kemasyuran dan terserak (tersebar).

Sehingga dapat diartikan bahwa bentuk segala pemberian atau

cara tuhan untuk membuat hambanya tetap pada lindungannya

disetiap malam.

10) Dari bait kesepuluh dalam puisi “Hening Gendis” dapat

dimaknai sebagai berikut. Tentang ketetapan tuhan yang

mengatakan bahwa tak ada lagi hari esok untuk beraktivitas dan

mengejar impian di dunia ini setelah kematian datang untuk

menjemput nantinya. Hal ini dapat dijelaskan pada kalimat

“karena kau biru tidurmu di sarang manyar tak akan diganggu

mimpi tentang besok (yang tak akan pernah ada) tak akan

diganggu” diartikan bahwa tentang tak adanya lagi hal bisa

yang dikejar di dunia ini. Selanjtnya pada kalimat “angan –

angan tentang besok yang akan menjadi kini kalau waktunya

Page 88: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

75

tiba” dapat diartikan bahwa hari kematian akan datang pada

waktu yang telah ditetapkan oleh-Nya.

11) Dari bait kesebelas dalam puisi “Hening Gendis” dapat

dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang kesiapan seorang

hamba yang pasrah menanti ajal kematiannya dan tinggal

menunggu sosok malaikat pencabut nyawa yang senantiasa

mengikutinya setiap waktu dan hingga waktunya siap untuk

menjemputnya kembali ke maha pencipta. Hal ini dapat

dijelaskan pada kalimat “tak ada besok yang ada hanya kini

yang biru warnanya yang kekal napasnya yang teratur detaknya

yang senantiasa siap” diartikan tentang seorang hamba yang

berserah diri dan bersiap untuk kapan pun akan ajalnya, dapat

dipertegas dari kalimat teratur detaknya yang mengartikan

kesiapan dan tak ada rasa takut. Kemudian pada kalimat “…

menunggu langkah-langkah kaki yang katanya datang besok

tetapi yang selalu tertunda” langkah kaki diartikan sosok

seorang malaikat pencabut nyawa yang selalu menunda

kedatangannya karena belum waktunya juga pada kalimat

“sebab besok tidak ada dan tidak akan pernah ada”. Kalimat

tersebut dapat diartikan bahwa malaikat juga tidak mengetahui

kapan dan dimana ajal dari manusia itu akan tiba.

12) Dari bait kedua belas dalam puisi “Hening Gendis” dapat

dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang tuhan yang berkata

Page 89: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

76

bahwa, janji dari malaikat yang akan selalu datang setiap

harinya untuk melihat dan memperhatikan seorang hamba. Hal

ini dapat dilihat dari kalimat. “Langkah-langkah kaki milik hari

ini yang selalu akan kau dengar yang akan selalu berjanji akan

datang lagi besok.” dari kalimat di atas sangat jelas tentang

maknanya sebab hanya beberapa kata yang memiliki makna

tersirat seperti langkah-langkah yang dapat diibaratkan sebagai

malaikat pencabut nyawa.

13) Dari bait ketiga belas dalam puisi “Hening Gendis” dapat

dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang penjelasan janji yang

diberikan malaikat agar manusia senantiasa bersiap untuk

menanti kedatangannya. Hal ini dijelaskan pada kalimat

“mengapa pula ia berjanji, Tuan?Agar kau berpikir akan ada

menepatinya” diartikan bahwa agar manusia berpikir bahwa

suatu saat nanti janji dari malaikat yang diberikan akan

terlaksana yaitu menjemput (mencabut nyawa) manusia kembali

kepada-Nya.

14) Dari bait keempat belas dalam puisi “Hening Gendis” dapat

dimaknai sebagai berikut. Yaitu, seseorang yang telah merasa

hari ini adalah hari dimana malaikat maut menjemputnya dan

tuhan menyuruhnya untuk berbaring dan memberikan tanda

bahwa dia adalah seorang hamba yang berserah diri dan patuh

sehingga malaikat dapat mengetahuinya dan menjemputnya

Page 90: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

77

kembali ke sisi yang maha kuasa. Hal ini dapat dijelaskan pada

kalimat. “Suara langkah-langkah kaki itu, Tuan?” dapat

diartikan seorang hamba yang merasakan kedatangan sosok

malaikat maut dengan bertanya untuk lebih jelasnya.

Selanjutnya “Telentang sajalah kau, aku akan memasangmu di

pigura mala mini dan menggantungnya di dinding supaya

manyar itu mengenalimu…” diartikan bahwa tuhan menyuruh

hambanya untuk telentang atau berbaring dan memberikan tanda

kepada malaikat agar mengenalinya sebagai hamba yang patuh

dan berserah diri. Dan yang terakhir “ … dan membimbingmu

untuk tinggal disarangnya.” memberikan arti bahwa tuhan

memerintahkan kepada malaikat untuk segera menjemput dan

membawa ke sisinya.

15) Dari bait kelima belas dalam puisi “Hening Gendis” dapat

dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang seorang yang telah

direnggut nyawanya (roh yang telah ditarik oleh malaikat maut

dari tubuh fisiknya). Hal ini dapat dilihat dari kalimat “Hening

ketika aku tak lagi mampu mengeja apa pun yang baru saja

kuucapkan” dapat dijelaskan bahwa dari kalimat tersebut bahwa

orang ini awalnya dapat berbicara sebelum akhirnya tak dapat

berkata sepatah kata pun akibat roh yang ada pada tubuhnya

telah ditarik keluar oleh malaikat maut.

Page 91: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

78

3. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Puisi “Aku Ingin Sungai

Tanpa Kendali” Karya Sapardi Djoko Damono.

a. Pembacaan Heuristik pada Puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa

Kendali”

Dalam pembacaan Heuristik ini, puisi dibaca berdasarkan

struktur kebahasaannya untuk memperjelas arti diberi sisipan kata

atau sinonim katanya diletakkan dalam tanda kurung. Berikut

pembacaan Heuristiknya.

Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali

Bait Pertama

Aku (meng)ingin(kan) sungai

Tanpa (Adanya) Kendali

Terjun

Ke danau

(di)belakang rumah

Dan tumpah

Ke kamar ini

Judul puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali” memiliki arti tentang

keinginan dari tokoh Aku yang menginginkan sungai tanpa adanya

kendali (tanpa arah) untuk mengalir. Berdasarkan bait pertama dari

puisi tersebut yang dianalisis dengan metode pembacaan Heuristik

dapat dibaca sebagai berikut. Tentang tokoh Aku yang menginginkan

sebuah sungai tanpa arus dan mencoba untuk melompati ujung dari

sungai yaitu sebuah danau yang berada di belakang rumahnya dan

berakhir di kamarnya. Dalam puisinya, tokoh Aku merasakan

keinginan untuk melakukan suatu hal sesuai kehendaknya.

Page 92: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

79

Bait Kedua

Aku (meng)ingin(kan) (dua) (pasang) (bola) mata

Yang tidak bisa (ter)pejam

Bercakap (-cakap) dengan bunga

Di (suatu) perbukitan

Gemetar (tubuhnya) dipeluk angin

Berdasarkan bait kedua dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Tentang

tokoh Aku yang menginginkan sebuah mata yang tidak dapat terpejam

lalu berbicara kepada bunga di suatu perbukitan dengan angin yang

cukup dingin. Tokoh Aku dalam bait diatas memiliki kesinambungan

antara yang diinginkan dengan yang ingin dilakukan seperti

menginginkan sepasang bola mata (mengandaikan sosok Aku yang

buta) kemudian yang dilakukannya justru hanya berbicara kepada

bunga. Sangat berkontradiksi (berbanding terbalik) dengan yang

dilakukannya.

Bait ketiga

Aku (meng)ingin)kan tapak kaki (dari) (seekor) Kuda

Ya, tapak kaki (seekor) kuda

Yang berdebam

(lalu) menjemput sungai

Yang tersesat

Lenyap ke (arah) danau

Berdasarkan bait ketiga dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Tentang

tokoh Aku yang menginginkan sebuah sungai tanpa arus dan mencoba

untuk melompati ujung dari sungai yaitu sebuah tapak kaki dari

Page 93: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

80

seekor kuda yang berdebam lalu berjalan menyisir hilir mencari

sungai yang hilang di muara danau. tokoh Aku menginginkan sebuah

tapak kaki kuda dengan tujuan untuk membuatnya tetap kuat dalam

berjalan menuju danau.

Bait Keempat

Aku ingin mengayuh

(sebuah) biduk kecil

Menyeberang(i) danau

Ketika udara (terasa) tenang (menyejukkan)

Langit adalah (sebuah) lukisan (yang) abstrak

Tanpa garis (lurus)

Tanpa (tanda) titik

Tanpa (banyak) warna

Kecuali (warna) biru

Berdasarkan bait keempat dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Tentang

tokoh Aku yang ingin mengayuh sebuah perahu kecil menyeberangi

danau dengan udara yang begitu sejuk beserta pemandangan langit

biru yang begitu indah. Tokoh aku mencoba membuat dirinya

menyatu dengan alam dengan menikmati kesejukan angin yang sepoi

dan juga menatap langit di tengah danau yang begitu indah.

Bait Kelima

Aku ingin bergabung (bersama) dengan anak – anak yang (sedang)

bermain petak umpet di seberang danau (yang) di antaranya (terdapat)

pohon – pohon yang (berwarna) merah daunnya ketika (di) pagi (hari)

dan (berwarna) hijau ketika sore (hari) yang masing – masing berbisik

membujuk mereka, sembunyi di sini saja, tapi anak – anak itu tidak

mengindahkannnya dan (tetap) bergerak berpindah – pindah dari satu

pohon ke pohon lain (nya).

Page 94: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

81

Berdasarkan bait kelima dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Tentang

tokoh Aku yang ingin bergabung bersama anak-anak yang sedang

bermain petak umpet di seberang danau yang dikelilingi pohon-pohon

yang unik yang dapat berbicara kepada anak-anak yang sedang

bersembunyi bagaikan sedang berada di negeri dongeng. Tokoh aku

sedang berimajinasi tentang negeri dongeng yang memiliki karakter

yang unik.

Bait Keenam

Aku (meng)ingin(kan) sungai

Tanpa (Adanya) Kendali

Terjun

Ke danau

(di)belakang rumah

Dan tumpah

Ke kamar ini

Agar aku bisa

Mengayuh biduk (ini)

(lalu) menyeberanginya

Berdasarkan bait keenam dari puisi tersebut yang dianalisis dengan

metode pembacaan Heuristik dapat dibaca sebagai berikut. Tentang

tokoh Aku yang menginginkan sebuah sungai tanpa arus dan mencoba

untuk melompati ujung dari sungai, yaitu sebuah danau yang berada di

belakang rumahnya yang mengalir menuju kamarnya. Sehingga dia

dapat mengayuh biduknya untuk menyeberanginya. Dalam puisinya

tokoh Aku kembali pada awal mula dia menginginkan sesuatu hal dan

Page 95: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

82

menyimpulkan semuanya yaitu menyeberangi sebuah danau dengan

perahu kecilnya.

b. Pembacaan Hermeneutik pada puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa

Kendali”

Pada pembacaan Hermeneutik sebuah puisi diinterpretasikan

melalui pemahaman kata dari makna konotatif dan ketidaklangsungan

ekspresi yang sengaja dilakukan oleh seorang penyair. Pembacaan

Hermeneutik ini membuat puisi dapat dipahami secara keseluruhan.

Pembacaan Heuristik pada puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa

Kendali” baru menghasilkan arti berdasarkan konvensi bahasa, belum

sampai pada makna puisi. Oleh karena itu, untuk memperolah makna

yang penuh, puisi tersebut harus dibaca berdasarkan pembacaan

Hermeneutik yaitu pembacaan berdasarkan konvensi sastra. Judul

puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali” bermakna “keinginan

menjalani hidup tanpa batasan (kebebasan)”.

Untuk memperoleh makna yang penuh, puisi tersebut harus

dibaca berdasarkan pembacaan Hermeneutik, yaitu pembacaan

berdasarkan konvensi sastra.

1) Dari bait pertama dalam puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, seseorang yang

menginginkan sebuah kebebasan dalam mengatur jalannya

kehidupan sesuai yang diinginkan atau dikehendakinya dan

Page 96: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

83

menanggungnya pula dengan sendiri. Hal ini dapat dijelaskan

pada kalimat “Aku ingin sungai tanpa kendali”. Sungai

diibaratkan sebagai aliran waktu yang terus bergerak hingga

batasnya (ujungnya) kemudian pada bagian akhir kalimat yaitu

tanpa kendali diartikan tentang aliran waktu kehidupan yang

dapat diubah dan tidak menuntut untuk terus mengikutinya.

Selanjutnya pada kalimat “terjun ke danau belakang rumah dan

tumpah kekamar ini” kata terjun merupakan perumpamaan dari

kehendak yang besar yang artinya tergantung dari pilihan

individu. Contoh kasusnya seseorang yang ingin mencoba terjun

dari ketinggian, bagi yang berani pasti akan melakukannya dan

bagi mereka yang takut akan mengurungkan niatnya. Selanjutnya

pada potongan kalimat “danau belakang rumah” yaitu sebagai

objek dari kehendaknya. Lalu pada bagian akhir kalimat yaitu “…

dan tumpah ke kamar ini” mengandung arti tentang segala yang

diperbuatnya akan menjadi tanggungan dirinya pula (kamar dapat

diumpamakan sebagai tokoh Aku).

2) Dari bait kedua dalam puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, seseorang yang

menginginkan sebuah kehidupan yang abadi di dunia walau

nantinya akan sendirian disaat mereka yang tak abadi telah tiada.

Hal ini dapat dijelaskan pada kalimat “aku ingin mata yang tidak

bisa pejam” mengandung arti bahwa keinginan untuk tetap hidup

Page 97: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

84

lama, hal ini diperjelas pada mata yang tidak dapat terpejam bila

dipahami secara mendalam dapat diindikasikan bahwa mata itu

akan terus melihat tanpa batas waktu. Selanjutnya pada kalimat

“bercakap dengan bunga diperbukitan gemetar dipeluk angin”

bercakap dengan bunga diibaratkan bahwa tak ada lagi seseorang

(manusia) selain tanaman dan benda mati yang ada disekitarnya

untuk diajak becakap. Lalu pada kalimat gemetar dipeluk angin,

mengandung arti kesendirian. Akan lebih mudah memahaminya

bila diibaratkan seseorang yang tak memiliki pasangan akan

tercermin makna kesendirian pada kalimat “di peluk angin”

3) Dari bait ketiga dalam puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, seseorang yang memiliki

keinginan kuat untuk menemukan arti kehidupan yang hilang di

dunia ini. Hal ini dapat dijelaskan pada kalimat “aku ingin tapak

kaki kuda ya, tapak kaki kuda yang berdebam” ibarat kaki kuda

yang kuat serta kehendak yang besar. Sehingga dapat diartikan

bahwa keinginan atau pendirian yang begitu kuat. Selanjutnya

pada kalimat “menjemput sungai” dapat dimaknai membawa

kembali arus kehidupan. Potongan kalimat selanjutnya “… yang

tersesat lenyap ke danau.” Memiliki arti tentang sesuatu yang

hilang di dunia ini (danau diibaratkan sebuah kehidupan).

4) Dari bait keempat dalam puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, keinginan untuk melewati

Page 98: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

85

kehidupan dengan tenang dan keindahan langit biru yang indah.

Hal ini dapat dijelaskan pada kalimat “aku ingin mengayuh biduk

kecil menyeberang danau” diartikan bahwa keinginan untuk

melewati dan menjalani kehidupan. Selanjutnya “ketika udara

tenang langit adalah lukisan absatrak tanpa garis tanpa titik tanpa

warna kecuali biru” dimaknai bahwa ketika cuaca begitu cerah

terlihat keindahan yang dipancarkan langit biru.

5) Dari bait kelima dalam puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, tentang keinginan untuk

menyembunyikan jati dirinya dibalik sisi dunia antara mereka

yang telah menua dan yang masih muda dan terus bersembunyi

dari masa ke masa. Hal ini dapat dijelaskan pada kalimat “ aku

ingin bergabung dengan anak – anak yang bermain petak umpet

diseberang danau” memiliki arti tentang seseorang yang

mencoba untuk bersembunyi dibalik sisi kehidupan (seberang

danau diumpamakan sebagai sisi kehidupan). Selanjutnya pada

kalimat “diantara pohon-pohon yang merah daunnya ketika pagi

dan hijau ketika sore yang masing-masing berbisik membujuk

mereka, sembunyi di sini saja” bermakna bahwa dalam dunia ini

manusia digolongkan menjadi dua yaitu yang muda dan tua. “dan

kalimat terakhir yaitu “ anak – anak itu tidak mengindahkannya

dan bergerak berpindah – pindah dari satu poho ke lain pohon.”

memiliki makna bahwa seseorang yang abadi tidak memilih dari

Page 99: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

86

kedua golongan pada manusia itu melainkan menunggu waktu

berpindah dari masa ke masa hingga tak ada lagi yang

mengetahuinya.

6) Dari bait keenam dalam puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali”

dapat dimaknai sebagai berikut. Yaitu, seseorang yang

menginginkan sebuah kebebasan dalam mengatur jalannya

kehidupan sesuai yang diinginkan atau dikehendakinya dan

menanggungnya pula dengan sendiri sehingga dengan begitu dia

dapat menjalani kehidupannya dengan bahagia. Hal ini dapat

dijelaskan pada kalimat “Aku ingin sungai tanpa kendali”.

Sungai diibaratkan sebagai aliran waktu yang terus bergerak

hingga batasnya (ujungnya) kemudian pada bagian akhir kalimat

yaitu tanpa kendali diartikan tentang aliran waktu kehidupan yang

dapat diubah dan tidak menuntut untuk terus mengikutinya.

Selanjutnya pada kalimat “terjun ke danau belakang rumah dan

tumpah kekamar ini” kata terjun merupakan perumpaaman dari

kehendak yang besar yang artinya tergantung dari pilihan

individu. Contoh kasusnya seseorang yang ingin mencoba terjun

dari ketinggian, bagi yang berani pasti akan melakukannya dan

bagi mereka yang takut akan mengurungkan niatnya. Selanjutnya

pada potongan kalimat “danau belakang rumah” yaitu sebagai

objek dari kehendaknya. Lalu pada bagian akhir kalimat yaitu

“…dan Tumpah ke kamar ini” mengandung arti tentang segala

Page 100: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

87

yang diperbuatnya akan menjadi tanggungan dirinya pula (kamar

dapat di umpamakan sebagai tokoh Aku). Dan pada kalimat

terakhir ini “agar aku bisa mengayuh biduk menyeberanginya”

mengandung arti tentang mejalani kehidupan di dunia ini

B. Pembahasan dari hasil Analisis Data

Setelah melakukan analisis pada ketiga puisi karya Sapardi Djoko

Damono dapat dijelaskan bahwa penerapan makna kata dari Heuristik dan

Hermeneutik itu sendiri cukup banyak penulis temukan pada setiap baitnya.

Terbukti pada klasifikasi data yang penulis jabarkan terdapat tiga sampai

empat kata setiap baitnya yang menggunakan pemaknaan yang tidak

mengandung makna sebenarnya. Sehingga jika diartikan secara langsung

maka akan mengahasilkan pemaknaan ganda (ambigu).

Selanjutnya dalam pemaknaan puisi yang dibaca berdasarkan struktur

kebahasaannya (Heuristik) penulis memberikan sisipan kata atau sinonim

yang diletakkan dalam tanda kurung pada setiap bait puisi yang penulis

analisis. Sehingga dalam memaknainya akan lebih muda.

Pemaknaan puisi dari segi Hermeneutik pada puisi Sapardi Djoko

Damono. Penulis memknainya secara bait per bait yang artinya

menganalisis setiap baitnya dengan dibaca berulang kali hingga menemukan

makna yang sesungguhnya. Walau pun terdapat pemaknaan yang ambigu

namun penulis mencoba untuk mengaitkan bait puisi yang satu dengan yang

lain sehingga dalam proses memaknainya lebih mudah.

Page 101: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

88

Puisi Percakapan Riuh Suara Karya Sapardi Djoko Damono memiliki

16 bait yang menceritakan seorang gadis dengan kesendiriannya di sebuah

taman dan hanya berbicara kepada binatang yang dia temui. Dari segi gaya

bahasa yang diberikan, Sapardi Djoko Damono memasukkan unsur binatang

yang dapat berbicara kepada manusia (fabel), namun dalam pengertian atau

maknanya bukanlah binatang yang sesungguhnya, tetapi hanya

mengumpamakannya saja.

Meski pun dalam puisinya menggunakan kata-kata perumpamaan.

Namun dari aspek pemaknaan secara Heuristik dan Hermeneutik memiliki

beberapa kesamaan pada objek dari puisinya yaitu Gendis yang merasakan

kesendirian. Namun makna yang lain sangat jauh berbeda.

Selanjutnya pada puisi Hening Gendis karya Sapardi Djoko Damono

terdiri dari 15 bait. Menggunakan gaya bahasa yang cukup beraneka ragam

tidak seperti puisi sebelumnya yang hanya fokus pada satu unsur binatang

saja.Tetapi, puisi Hening Gendis tersebut memiliki berbagai macam setting

tempat dan waktu yang berbeda-beda pada setiap bagiannya. Seperti pada

larik pertama bait pertama, setting tempatnya berada di tengah lautan

kemudian lanjut pada larik ketiga setting tempatnya berada pada sebuah

rumah. Lalu pada bagian selanjutnya berada di dalam kamar.

Selain seting tempat yang berbeda. Puisi tersebut mengandung banyak

unsur alam seperti langit, samudra, burung manyar, bunga-bunga, awan

putih, angin, dan masih banyak lagi di dalam puisinya. Namun dalam hal ini

kita semua sudah tahu bahwa dari puisi Sapardi Djoko Damono tidak pernah

Page 102: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

89

menggunakan kata dengan makna yang sebenarnya secara langsung.

Sehingga dalam memaknai puisinya terlebih dahulu kita harus mengerti dan

paham makna setiap kata secara cermat.

Puisi Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali Karya Sapardi Djoko Damono

terdiri dari 6 bait dengan pola yang sama pada setiap baitnya. Pola-pola

yang dimaksud penulis disini yaitu kesamaan kata disetiap awal baitnya,

yaitu ingin. Kata ingin merujuk pada kemauan atau hasrat untuk memiliki

sesuatu.

Dari segi pemilihan kata Sapardi Djoko Damono memasukkan kata-

kata yang sering kita temui setiap hari namun kata tersebut lagi-lagi

bukanlah kata yang sesungguhnya, melainkan kata yang diumpamakan.

serta diibaratkan seperti suatu benda atau objek.

Setelah mengetahui hasil dari analisis makna Heuristik dan

Hermenutik dari ketiga puisi tersebut karya Sapardi Djoko Damono yang di

maknai dari bait per bait. Dapat diketahui makna keseluruhannya sebagai

berikut.

1. Puisi “Percakapan di luar Riuh Suara”

a. Makna Heuristik

Mengandung makna tentang seorang gadis yang bernama

Gendis yang melewati hari-harinya dengan kesendirian di taman

bunga yang indah. Hanya seekor kupu-kupu, burung, dan ulat yang

menemaninya silih berganti. Lalu pada suatu waktu kupu-kupu

Page 103: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

90

mengajaknya untuk terbang mengelilingi negeri sebagai suatu

kebebasan untuknya

b. Makna Hermeneutik

Mengandung makna tentang seorang gadis yang bernama

Gendis dengan kesendiriannya bersama ikatan yang dia jalani

bersama kekasihnya yang sangat tidak paham akan dirinya. Pada

suatu hari setelah dia berbicara kepada seseorang yang tak dikenal

dan lantas diberi saran agar menjadi dirinya sendiri. Gendis akhirnya

pergi meninggalkan kekasihnya tanpa digugusi pancaran kesedihan

dari hal yang dilakukannnya.

2. Puisi “Hening Gendis”

a. Makna Heuristik

Mengandung makna tentang seseorang yang merindukan

kampung halamannya lalu tertidur di siang hari dan memimpikan

berbagai macam kisah dan pada akhirnya dia tidak dapat mengingat

sesuatu hal yang diucapkannya disaat bermimpi tadi.

b. Makna Hermeneutik

Mengandung makna tentang mengingatkan kita akan kematian

dan menuntun agar selalu berhati-hati pada setiap hal yang dilakukan

dan bersegera untuk menyiapkan segala hal untuk menghadapinya.

Sebab tak ada yang tahu kapan dan dimana nantinya tuhan akan

memanggil kita kembali ke sisi-Nya.

Page 104: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

91

3. Puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali”

a. Makna Heuristik

Mengandung makna tentang seseorang yang menginginkan

beberapa hal yang tidak masuk akal serta mengkhayalkan suatu

cerita yang sulit dimengerti di dunia ini dan pada akhirnya keinginan

utamannya hanya ingin mengayuh perahu kecilnya menyeberangi

danau sambil menatap keindahan langit biru diatasnya.

b. Makna Hermeneutik

Mengandung makna tentang seseorang yang menginginkan

sebuah kebebasan dalam mengatur jalannya kehidupan sesuai yang

diinginkan bahkan menginginkan sebuah kehidupan abadi hingga

melintasi masa dari masa dunia ini agar pencariannya dalam

mengetahui makna kehidupan yang sesungguhnya dapat dia

temukan.

Adapun perbedaan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu

yang sempat dilakukan oleh Azka Mirantin, Andina Muchti dan Leli

Nuryati mengenai makna Heuristik dan Hermeneutiknya yaitu terdapat

perbedaan temuan pada klasifikasi data yang dilakukan. Artinya pada

penelitian yang dilakukan penulis, terdapat banyak penggunaan simbol-

simbol serta kalimat yang berupa perumpamaan dengan menggunakan

unsur-unsur alam sehingga dalam puisinya cukup sulit dan butuh waktu

untuk menemukan maknanya secara Hermeneutik dan memiliki cukup

banyak perbedaan dalam pemaknaannya secara Heuristik dan Hermenutik.

Page 105: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

92

Sedangkan pada ketiga penelitian relevan tersebut. sebenarnya juga

terdapat simbol-simbol serta perumpamaan yang cukup banyak. Namun,

dalam kaitannya tidak berfokus satu unsur saja seperti puisi dari Sapardi

Djoko Damono dengan unsur alamnya. Sehingga dalam memaknainya

cukup mudah meskipun juga memiliki waktu yang tidak singkat.

Perbedaan yang lebih terlihat lagi yaitu dari segi maknanya yang hampir

sama antara Heuristik dan Hermenutiknya.

Perbedaan lainnya juga terdapat pada tema puisi yang dianalisis

yaitu pada puisi yang dikaji penulis merupakan puisi yang bertemakan

tentang kehidupan di dunia. Sedangkan pada puisi yang dikaji oleh

Mirantin pada buku puisi Syair-syair Cinta Karya Khalil Gibran

bertemakan cinta yang di dalamnya mengungkapkan isi hati dan jiwa

seseorang. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Mucti pada

buku kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya chairil Anwar memiliki

tema tentang kebebasan, pemberontakan serta petualangan. Serta pada

penelitian yang dilakukan oleh Nuryati pada puisi Permintaan Karya

Muhammad Yamin bertemakan tentang kerinduan pada tanah kelahiran.

Page 106: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

93

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

C. Simpulan

Dalam memahami suatu karya sastra khususnya pada pemaknaan teks

puisi, kita dapat menggunakan metode pemahaman Heuristik dan

Hermeneutik. Metode pemahaman Heuristik merupakan langkah untuk

menemukan makna melalui pengkajian struktur bahasa dengan

menginterpretasikan teks sastra secara referensial (memiliki acuan) lewat

tanda-tanda linguistik, sehingga menghasilkan pemahaman makna secara

harfiah. Sedangkan metode pemahaman hermeneutik merupakan interpretasi

tahap kedua yang bersifat retroaktif yang melibatkan banyak kode di luar

bahasa dan menggabungkannya secara integratif sampai pembaca dapat

membongkar secara struktural guna mengungkapkan makna (significance)

dalam sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan teks sebagai sistem tanda.

Sehingga pembaca dapat memhami karya sastra secara menyeluruh dan

mendalam. Dari hasil pembacaan Heuristik dan Hermeneutik pada buku

Perihal Gendis Karya Sapardi Djoko Damono, dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut: 1. Dalam ketiga puisinya Sapardi Djoko Damono selalu

dominan menggunakan unsur alam, gaya bahasanya pun berupa kiasan atau

perumpamaan. 2. Dalam puisinya terdapat cerita yang berbeda-beda di setiap

bagiannya, seperti pada salah satu puisinya yang berjudul Hening Gendis

yang memiliki enam bagian di dalamnya dan terdiri dari 15 bait. 3. Dari

ketiga puisi yang dikaji makna Heuristik dan

98

Page 107: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

99

Hermeneutiknya memiliki tema yang berbeda-beda, yaitu puisi “Percakapan

di Luar Riuh Suara” memiliki tema tentang percintaan dan juga kebebasan,

lalu pada puisi “Hening Gendis” bertemakan tentang kematian dan puisi

“Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali” memiliki tema tentang kehidupan dan

kebebasan.

D. Saran

Berdasarkan hasil analisis makna Heuristik dan makna Hermeneutik

teks puisi Sapardi Djoko Damono, maka penulis dapat menyampaikan saran

sebagai berikut.

1. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian yang lebih baik

dan sempurna, baik yang berhubungan dengan penelitian ini, maupun yang

berhubungan dengan masalah lain dalam penelitian yang berobjek teks

puisi khususnya puisi-puisi Karya Sapardi Djoko Damono, karena terdapat

aspek lain yang dapat diteliti selain aspek makna, seperti menganalisis

majas, dan lain-lain.

2. Bagi para pendidik, diharapkan banyak menjadikan karya sastra khususnya

teks puisi sebagai bahan pengajaran sehingga nilai-nilai dan makna besar

yang terkandung dalam karya sastra dapat dijadikan sebagai pedoman

untuk terciptanya sebuah kebudayaaan yang baik khususnya untuk

mencerminkan kebudayaan Indonesia seutuhnya.

3. Bagi pembaca diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan apresiasi

masyarakat terhadap karya sastra, serta dapat menjadi bahan rujukan bagi

pembaca yang hendak meneliti karya sastra dengan pendekatan yang sama.

Page 108: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

100

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Jakarta: Sinar Baru

Badudu, J. S. 1986. Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Jakarta: PT.

Gramedia

Blair, Walter and W.K Chander. 1935. Approaches to Poetry. New York : D.

Appleton Century Company.

Budianta, Melani dkk. 2002. Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra

untuk Perguruan Tinggi. Depok: Indonesia.

Coulter, Vincil C. 1930. Readings in Language and Literature. New York: The

Ronald Press

Damono, Sapardi Djoko. 2018. Perihal Gendis. Cetakan Pertama. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama

Eagleton, Terry. 1988. Teori Kesusasteraan Satu Pengenalan . Kuala Lumpur :

Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Esten, Mursal. 1978. Kesusastraan (Pengantar, Teori, dan Sejarah). Bandung:

Angkasa.

Luxemburg, Jan van dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia

Mirantin, Azka. 2018. Analisis Makna Heuristik dan Hermeneutik Teks Puisi

dalam Buku Syair – Syair Cinta Karya Khalil Gibran. Skripsi. Garut:

Prodi PBSI STKIP GARUT

Page 109: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

101

Muchti, Andina. 2017. Kajian Heuristik dan Hermeneutik terhadap Kumpulan

Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. Skripsi. Palembang :

Universitas Bina Darma Palembang.

Nurgiyantoro, Burhan.2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Nuryati, Leli. 2015. Analisis Heuristik dan Hermeneutik pada Puisi Permintan

Karya Muhammad Yamin. Skripsi. Pekan Baru : FIB Unilak

Palmer, Richard E. 2003. Hermeneutika Teori Baru Mengenal Interpretasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Palupi, Nwi. 2004. Kutahu Matiku. Yogyakarta: CV Qalam

Pradopo, Rachmat Djoko. 2005 . Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rimang, Siti Suwadah. 2011. Kajian Sastra : Teori dan Praktik . Yogyakarta :

Aura Pustaka.

Rosdiana, Yusi dkk. 2008 . Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta:

Universiatas Terbuka.

Saryono. 2009. Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: Universitas Negeri

Malang.

Subroto. 1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjiman, Panuti dan zoest, Art Van. 1992. Serba-serbi Semiotika. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka.

Page 110: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

102

Sumardjo, Jakob, & Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur, 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.

Bandung : Angkasa.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia

Pustaka Jaya.

Tirtawirya, Putu Arya. 1978. Teori dan Aprestasi Puisi dan Prosa.

Surakarta:Erlangga

Waluyo, Herman J. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widyasari Press

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta : Erlangga.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. (Terjemahan

Melani Budiyanto) Jakarta: Gramedia.

Zainuddin, dkk. 1991 .Seluk-Beluk Pendidikan dari Al-Ghozali, Jakarta : Bumi

Aksara.

Zoest, Aart van. 1990. Semiotika : Tentang Tanda,. Jakarta: Yayasan Sumber

Agung.

Zulfahnur, dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.

Page 111: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

103

LAMPIRAN

A. Puisi Sapardi Djoko Damono

1. Percakapan Di Luar Riuh Suara

Percakapan di Luar Riuh Suara

/i/

GENDIS :

Kupu - kupu

Di mana selama ini

Kau gerangan ?

Sudah sekian lama

Aku tidak melihatmu

Terbang berpasangan ke sana ke mari

(Sepasang Penari)

Di taman ini.

KUPU-KUPU:

Hei, lihat

Mawar itu;

Aku segera pulang ke sana

Takut kalau kena jala

Anak – anak

Yang suka berlarian

Rebut berburu

Kupu – kupu.

Rumahku ada disela-

Sela bunga mawar

Yang seluas aroma

Senantiasa terbuka.

/ii/

GENDIS:

Selamat pagi, mawar,

Matahari baru saja muncul

baumu langsung menusukku.

Dari mana gerangan

Kau belajar meramu

Aroma itu ?

Page 112: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

104

Bagaimana pula

Kau meramu

Aroma

Merah

Hijau

Biru

Kuning

Itu?

MAWAR:

Pejamkan matamu;

Pejamkan dengan cermat

Tataplah

Dirimu

Intimu

Hakikatmu

Yang sedang berkembang

Daun demi daun

Yang sedang merekah

Menghisap udara

Dan apa pun

Yang ada disekitarmu

Dan menghembuskannya

Ke sekitarmu

Kaulah mawar itu

Akulah mawar itu

Disebut apa pun kau

Disebut apa pun aku

Kini dan nanti

Nanti dan kini

Aroma akan

Menusuk apa pun

Menusuk siapa pun

Yang di sekitarmu

Yang di sekitarku

Yang di sekitar kita

Kaulah mawar itu

Akulah mawar itu.

/iii/

GENDIS:

Burung kecil

(maaf siapa namamu?)

Yang setiap pagi hinggap

Seloncatan saja

Page 113: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

105

Di kawat jemuran

Di mana gerangan

Pasanganmu ?

BURUNG :

Ia terbang ke utara

Dari kapaknya menetes – netes

Semerbak darah

Menetes – netes aksara

Demi aksara

Dua puluh jumlahnya

Tak terbilang warnanya

‘aku tetap sayang

padamu, tapi huruf – huruf

yang di balik bukit itu

memanggil – manggilku’

katanya.

Burung, kau tahu,

Tidak pernah meneteskan

air mata, Burung

hanyalah suara –

selebihnya hanya bulu

yang pada saatnya nanti

akan lepas satu

demi satu

ditimang angin

yang gemar mendendangkan

nina bobok.

GENDIS :

Oke, tapi siapa namamu?

Aku suka nama

Yang kalau di ucapkan

menjelma percikan api

menjelma makna

menghangatkan malam.

BURUNG :

Tidak tahukah kau, Gendis,

bahwa burung tidak

memerlukan nama?

Tidak tahukah kau sebabnya, Gendis?

Nama selalu bergeser –

Geser tafsirnya

Kalau di ucapkan.

Page 114: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

106

/iv/

GENDIS :

Ulat, Kapan kau

(tak letih – letih

Mengunyah daun)

Menjadi kepompong?

ULAT :

Kalau bulu – buluku

Sudah cukup tebal

Sepenuhnya menyelimutiku

Agar bisa bertapa

Agar bisa menutup telinga

Terhadap tanda tanya

Yang berbisik

Di luar sana;

Agar nanti aku bisa

Lolos dari kepompong

Dan mengepakkan sayap

Terbang ke Bandar – Bandar

Negeri entah –

Berantah

Yang tak terbayangkan olehku

Tak terbayangkan olehmu-

Oleh kita

Dan berselancar di ruang

Angkasa – kita berdua

Ya, berdua saja.

Kita terbang tinggi – tinggi

Menembangkan larik – larik

Sinom dan asmaradana

Agar kuda – kuda di bukit

Dan perahu – perahu

Di laut hidup kembali

Setelah lama tertidur

Bermimpi tentang

Negeri Abadi.

GENDIS :

Tapi, kau tahu, aku

tak bersayap.

ULAT :

Semua gadis

Memiliki sayap

Page 115: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

107

Semua gadis

Sangat tangkas

Mengepak –

Ngepakkannya.

/v/

GENDIS :

Sesungguhnya yang benar – benar aku inginkan darimu

adalah ketulusan menerima apa saja yang kukatakan padamu

dengan berbisik dengan gemetar dengan ragu – ragu dengan

penuh keyakinan tentang hubungan kita yang sebentar dekat

sebentar jauh sejenak tenang sejenak riuh yang kupahami

tapi tak kaupahami yang kaupahami tapi tak kaupahami.

GENDIS :

Sesungguhnya yang benar – benar aku inginkan darimu

adalah ketulusan menerima apa saja yang kukatakan padamu

dengan berbisik dengan gemetar dengan ragu – ragu dengan

penuh keyakinan tentang hubungan kita yang sebentar dekat

sebentar jauh sejenak tenang sejenak riuh yang kupahami

tapi tak kaupahami yang kaupahami tapi tak kaupahami.

/vi/

GENDIS :

Heran, kenapa pula

Tidak jatuh gerimis

Pagi ini

GENDIS :

Siapa gerangan

Yang berjanji?

2. Hening Gendis

Hening Gendis

/i/

Hening adalah ketika angin

Membujukku mendirikan istana di atas selembar

Awan putih

Selembar saja

Berlayar sangat perlahan

Mengayuh angin

Page 116: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

108

Yang tak henti – hentinya

Merindukan istana agar bisa sejenak

Ya

Sejenak saja

Telentang meluruskan badan

Melupakan impian

Tentang istana

Tentang istirahat

Tentang takdir

Sebagai kembara abadi

/ii/

Hening adalah ketika terdengar

Dendang gerimis

Tanpa partitur

Membasahi kelokan-

Kelokan tajam

Sepanjang lorong

Keberadaanku

/iii/

Hening adalah ketika pintu

Menutup dengan suara

Memekakkan

Hana agar bisa terbuka

Kembali dan membujukku

Masuk ke rumah.

Hening adalah klik selot kungci

Adalah gorden yang bergeser

Tertutup Satu

Demi Satu

Ketika potret – potret

Di dinding

Serentak mengarahkan mata

Ke arahku

/iv/

Hening adalah ketika jarum – jarum

Jam dinding merapat

Ke angka

XII

Dan menudingku

Dan membentakku

Page 117: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

109

Dan mendorongku ke sudut

Dan menampar – nampar pipiku

Dan melototkan mata

Dan bertanya keras keras,

Ini jam berapa?

Hening adalah tik tok jam

Yang mendadak berhenti

Ketika mendengarku

Lirih menyanyikan

Satu – satunya doa

Yang masih tersisa.

Ini jam berapa ?

/v/

Hening adalah ketika aku

Berujud selembar warna biru.

Karena kau biru

Aku akan memasangmu

Di pigura

Dan mengantungkanmu

Di dinding.

Hanya karena saya biru, Tuan?

Karena biru adalah dua lembar

Warna yang saling bercermin,

Langit dan samudra,

yang tak pernah berkedip

melindungimu.

Hanya karena saya biru, Tuan?

Biru selalu memanggil manyar

Yang memulung seutas

Demi seutas

Batang kering

Memintanya menjadi sarang

Tempatmu nanti bisa tidur

Dengan tenang

Tanpa terganggu

Oleh dirimu sendiri.

Page 118: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

110

Saya bisa tidur tenang, Tuan?

Biru adalah lembar – lembar

Melati dan kenanga

Yang terserak

Di tempat tidurmu.

Hanya karena saya biru, Tuan?

Karena kau biru

Tidurmu di sarang manyar

Tak akan diganggu

Mimpi tentang besok

(yang tak akan pernah ada)

Tak akan diganggu

angan – angan tentang besok

yang akan menjadi kini kalau waktunya tiba.

Tidak ada besok untuk saya, Tuan?

Tidak ada besok

Yang ada hanya kini

Yang biru warnanya

Yang kekal nafasnya

Yang teratur detaknya

Yang senantiasa siap

Menunggu langkah – langkah kaki yang katanya akan besok

Tetapi yang selalu tertunda sebab besok tidak ada dan tidak

Akan pernah ada.

Langkah – langkah kaki itu, Tuan ?

Langkah – langkah kaki milik hari ini yang selalu akan kaudengar

Yang akan selalu berjanji akan datang lagi besok

Mengapa pula ia berjanji, Tuan?

Agar kau berpikir

Akan ada yang menepatinya

Pada suatu saat nanti.

Suara langkah – langkah kaki itu, Tuan ?

Telentang sajalah kau, aku akan memasangmu di pigura malam ini

Dan mengantungkannya di dinding supaya manyar itu

mengenali dan membimbingmu untuk tinggal di sarangnya.

Page 119: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

111

Paham, Tuan

/vi/

Hening adalah

Ketika aku

Tak lagi

Mampu

Mengeja

Apa pun

Yang baru saja

Kuucapkan

3. Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali

Aku ingin Sungai Tanpa Kendali

Aku ingin sungai

Tanpa kendali

Terjun

Ke danau

Belakang rumah

Dan tumpah

ke kamar ini

Aku ingin mata

Yang tidak bisa pejam

Bercakap dengan bunga

Di perbukitan

Gemetar dipeluk angin

Aku ingin tapak kaki kuda

Ya, tapak kaki kuda

Yang berdebam

Menjemput sungai

Yang tersesat

Lenyap ke danau

Aku ingin mengayuh

Biduk kecil

Menyeberang danau

ketika udara tenang

langit adalah lukisan abstrak

tanpa garis

tanpa titik

tanpa warna

Page 120: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

112

kecuali biru

aku ingin bergabung dengan anak – anak yang bermain petak

umpet di seberang danau di antara pohon - pohon yang merah

daunnya ketika pagi dan hijau ketika sore yang masing –

masing berbisik membujuk mereke, sembunyi di sini saja, tapi

anak – anak itu tidak mengindahkannya dan bergerak

berpindah – pindah dari satu pohon ke lain pohon.

Aku ingin sungai

Tanpa kedali

Terjun

Ke danau

Belakang rumah

Tumpah

Ke kamar ini

Agar ali bisa

Mengayuh biduk

Menyeberanginya

Page 121: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

114

B. Klasifikasi Data Heuristik dan Hermeneutik

No. Puisi Data Heuristik Hermeneutik

1. Percakapan Di Luar

Riuh Suara

GENDIS :

Kupu - kupu

Di mana selama ini

Kau gerangan ?

Sudah sekian lama

Aku tidak melihatmu

Terbang berpasangan ke

sana ke mari

(Sepasang Penari)

Di taman ini.

(Hal.01)

Berdasarkan bait pertama pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata kupu – kupu.

Kata kupu – kupu merupakan nama

dari Seekor serangga terbang yang

biasanya dalam kehidupan sehari

ada banyak di taman bunga.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait pertama puisi tersebut, maka

Penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata kupu – kupu. Pada kata

kata Kupu – kupu merupakan nama

salah satu jenis serangga yang

biasanya dipergunakan sebagai

simbol atau lambang perjalanan

hidup yang penuh perjuangan

hingga mencapai kehidupan yang

Page 122: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

115

indah

KUPU-KUPU:

Hei, lihat

Mawar itu;

Aku segera pulang ke sana

Takut kalau kena jala

Anak – anak

Yang suka berlarian

Rebut berburu

Kupu – kupu.

Rumahku ada disela-

Sela bunga mawar

Yang seluas aroma

Senantiasa terbuka.

Berdasarkan bait kedua pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata mawar, Jala dan

Aroma.

1) Mawar adalah sejenis bunga

yang memiliki harum yang

wangi yang sering ditanam di

taman – taman kota,

selanjutnya

2) kata Jala adalah Alat yang di

gunakan untuk menjaring

sebuah ikan di lautan. Selain

itu, juga di pakai sebagai net

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kedua puisi tersebut, maka

Penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata Mawar, Jala dan Aroma.

1) Kata mawar melambangkan

tentang perasaan cinta kepada

seseorang yang sangat spesial.

Selanjutnya

2) kata jala yang dipergunakan

pada potongan bait puisi

tersebut dilambangkan tentang

garis jarak yang memisahkan

Page 123: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

116

(Hal.01)

dalam permainan bola Volly,

Bulu tangkis dan juga Tenis.

3) Dan yang terakhir kata Aroma

disini berupa Bau dari suatu

unsur tertentu yang ditanggapi

oleh indra penciuman. Bau

disini adalah aroma yang

begitu harum dari bunga

mawar.

dua tempat. dan

3) Kata aroma melambangkan

tentang perasaan cinta yang

masih tetap sama

GENDIS:

Selamat pagi, mawar,

Matahari baru saja muncul

baumu langsung

menusukku.

Berdasarkan bait ketiga pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata Kata menusuk

serta beberapa warna seperti

Merah, hijau, biru, kuning.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait ketiga puisi tersebut, maka

Penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata menusuk serta beberapa

Page 124: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

117

Dari mana gerangan

Kau belajar meramu

Aroma itu ?

Bagaimana pula

Kau meramu

Aroma

Merah

Hijau

Biru

Kuning

Itu?

(Hal.02)

1) Kata menusuk disini diartikan

tentang sebuah bau yang

sangat menyengat masuk

kehidung. bau yang sangat

harum.

2) Warna merah, hijau, biru dan

kuning disini merupakan

perpaduan warna dari sebuah

peristiwa alam setelah hujan

yang biasanya disebut pelangi.

warna seperti merah, hijau, biru,

kuning. Hermeneutik terdapat pada

kata

1) Kata menusuk disini dapat

melambangkan tentang

seseorang yang tiba – tiba

datang tanpa di sangka -

sangka.

2) Warna merah, hijau, biru dan

kuning dapat dilambangkan

tentang perasaan campur aduk

dari seorang manusia seperti

marah, sedih dan bahagia.

Page 125: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

118

MAWAR:

Pejamkan matamu;

Pejamkan dengan cermat

Tataplah

Dirimu

Intimu

Hakikatmu

Yang sedang berkembang

Daun demi daun

Yang sedang merekah

Menghisap udara

Dan apa pun

Yang ada disekitarmu

Dan menghembuskannya

Berdasarkan bait keempat pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata Kata dirimu,

intimu, hakikatmu dan menghisap

1) Kata dirimu disini merujuk

pada seseorang yang sedang

bercermin melihat dirinya

2) Kata dirimu bisa di artikan

tentang jiwa yang terbenam

pada tubuhnya (tubuh kasar)

3) Kata Hakikat disini dapat

dijelaskan tentang dasar atau

tujuan kita sebagai manusia

hidup di dunia ini.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait keempat puisi tersebut, maka

Penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata Dirimu, Intimu,

Hakikatmu dan menghisap.

1) Kata Dirimu disini

melambangkan tentang jati diri

yang sesunggunya yang

dipendam

2) Kata Intimu disini

dilambangkan sebagai

perasaan dari lubuk hati yang

mengontrol segala aspek dari

Page 126: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

119

Ke sekitarmu

Kaulah mawar itu

Akulah mawar itu

Disebut apa pun kau

Disebut apa pun aku

Kini dan nanti

Nanti dan kini

Aroma akan

Menusuk apa pun

Menusuk siapa pun

Yang di sekitarmu

Yang di sekitarku

Yang di sekitar kita

Kaulah mawar itu

4) Kata menghisap disini dapat

diartikan tentang kita sebagai

manusia yang menghirup

udara untuk bernafas.

Sedangkan pada tumbuhan

menhirup atau meyerap karbon

dioksida untuk

kelangsungannya pada siang

hari.

dalam. Baik itu sedih, marah

atau pun bahagia.

3) Kata Hakikat disini

dilambangkan sebagai suatu

pilihan tempat untuk dilewati

melangkah menuju suatu

tujuan yang ingin dicapai

4) Kata menghisap disini

melambangkan tentang

kehidupan yang setiap harinya

kita lewati

Page 127: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

120

Akulah mawar itu.

(Hal.02)

GENDIS:

Burung kecil

(maaf siapa namamu?)

Yang setiap pagi hinggap

Seloncatan saja

Di kawat jemuran

Di mana gerangan

Pasanganmu ?

(Hal.04)

Berdasarkan bait kelima pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata Burung Kecil.

Kata burung kecil adalah nama dari

jenis unggas yang berbulu dan

memiliki sayap untuk terbang.

Salah satu burung kecil yang

banyak kita ketahui seperti burung

kenari.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kelima puisi tersebut, maka

Penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata Burung kecil. Burung

kecil (burung kenari) disini dapat

dilambangkan sebagai seseorang

yang memilki kebebasan untuk

melakukan interaksi kepada banyak

orang tanpa ada tekanan. Selain itu

burung kenari disini juga

menandakan tentang seseorang

Page 128: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

121

yang harus belajar hidup bersama

orang lain.

BURUNG :

Ia terbang ke utara

Dari kapaknya menetes –

netes

Semerbak darah

Menetes – netes aksara

Demi aksara

Dua puluh jumlahnya

Tak terbilang warnanya

‘aku tetap sayang

padamu, tapi huruf –

huruf

Berdasarkan bait keenam pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata Semerbak,

Aksara dan ditimang

1) Kata semerbak disini diartikan

sebagai bau yang begitu kuat

yang tercium oleh hidung.

2) Kata Aksara disini diartikan

sebagai tulisan – tulisan yang

berupa huruf atau kata dari

suatu bahasa daerah yang

memiliki banyak jenisnya.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait keenam puisi tersebut, maka

Penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata Semerbak, Aksara dan

ditimang.

1) Kata semerbak disini

dilambangkan tentang suatu

peristiwa buruk yang akan

terjadi.

2) Kata Aksara disini dapat di

lambangkan tentang tanda –

Page 129: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

122

yang di balik bukit itu

memanggil – manggilku’

katanya.

Burung, kau tahu,

Tidak pernah meneteskan

air mata, Burung

hanyalah suara –

selebihnya hanya bulu

yang pada saatnya nanti

akan lepas satu

demi satu

ditimang angin

yang gemar

mendendangkan

Seperti aksara lontara dan

Aksara Jawa.

3) Kata ditimang disini diartikan

sebagai perwujudan manusia

disaat balita yang digendong –

gendong oleh orang tuanya.

tanda akan suatu hal atau

persitiwa

3) Kata ditimang di lambangkan

tentang seseorang yang telah

angkat naik kelangit (roh dari

suatu mahluk yang telah

dicabut)

Page 130: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

123

nina bobok.

(Hal.04)

GENDIS :

Oke, tapi siapa namamu?

Aku suka nama

Yang kalau di ucapkan

menjelma percikan api

menjelma makna

menghangatkan malam.

(Hal.05)

Berdasarkan bait ketuju pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata Percikan.

Kata percikan dapat diartikan

sebagai hembusan atau hamburan

titi – titik api yang menajdi besar.

Kata percikan juga dapat dipakai

pada unsur cair yaitu Air.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait ketuju puisi tersebut, maka

Penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata Percikan. Kata percikan

disini dama melambangkan tentang

proses atau usaha yang sedang di

lakukan untuk membuat seseorang

bahagia.

BURUNG :

Tidak tahukah kau,

Gendis,

Berdasarkan bait kedelapan pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata bergeser – geser

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kedelapan puisi tersebut, maka

Page 131: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

124

bahwa burung tidak

memerlukan nama?

Tidak tahukah kau

sebabnya, Gendis?

Nama selalu bergeser –

Geser tafsirnya

Kalau di ucapkan.

(Hal.05)

Kata bergeser – geser disini

diartikan sebagai sesuatu yang

berpindah pindah tempat tidak

dalam berdiam atau tetap di lokasi

yang sama.

Penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata bergeser – geser. Kata

bergeser – geser melambangkan

tentang rentang waktu yang terus

bergulir tanpa henti dan tak dapat di

berhentikan.

GENDIS :

Ulat, Kapan kau

(tak letih – letih

Mengunyah daun)

Menjadi kepompong?

(Hal.06)

Berdasarkan bait kesembilan pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata ulat.

Kata ulat disini adalah salah satu

tahap bentuk dalam daur kehidupan

kupu – kupu, berupa binatang kecil

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kesembilan puisi tersebut,

maka Penerapan Hermeneutik

terdapat pada kata ulat. Kata ulat

dilambangkan tentang awal mula

Page 132: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

125

melata, memakan daun dan jika

sudah waktunya berubah bentuk

menajdi kepompong lalu menjadi

kupu – kupu.

perwujudan seseorang yang baru

ingin memulai peroses

kehidupannya menuju kehidupan

yang indah nantinya.

ULAT :

Kalau bulu – buluku

Sudah cukup tebal

Sepenuhnya

menyelimutiku

Agar bisa bertapa

Agar bisa menutup telinga

Terhadap tanda tanya

Yang berbisik

Di luar sana;

Berdasarkan bait kesepuluh pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata Bertapa, Tanda

tanya, Bandar – Bandar,

berselancar dan hidup.

1) Kata bertapa dimaknai

sebagai kegiatan

mengasingkan diri dari

keramaian dunia dengan

menahan nafsu (makan,

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kesepuluh puisi tersebut, maka

Penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata Bertapa, Tanda tanya,

Bandar – Bandar, berselancar dan

hidup.

1) Kata bertapa melambangkan

tentang seseorang yang

tidak menghiraukan ucapan

Page 133: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

126

Agar nanti aku bisa

Lolos dari kepompong

Dan mengepakkan sayap

Terbang ke Bandar –

Bandar

Negeri entah –

Berantah

Yang tak terbayangkan

olehku

Tak terbayangkan olehmu-

Oleh kita

Dan berselancar di ruang

Angkasa – kita berdua

Ya, berdua saja.

minum, tidur, birahi) unuk

mencari kerenangan batin.

2) Kata tanda tanya dimaknai

tentang sesuatu hal yang

tidak diketahui sebab

alasannya.

3) Kata bandar – Bandar

dimaknai tentang tempat

lepas landas dan

mendaratnya transportasi

udara.

4) Kata berselancar dimaknai

sebagai kegiatan yang

dilakukan dengan meluncur

atau percakapan dari

seseorang tentang dirinya

2) Kata tanda tanya

dilambangkan tentang

ucapan yang

membingunkan dan sulit di

pahami akibat suara yang

kurang besar.

3) Kata Bandar – Bandar

dilambangkan tentang

tujuan hidup yang ingin

dicapai oleh seseorang

4) Kata berselancar dapat

dilambangkan dengan

Page 134: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

127

Kita terbang tinggi –

tinggi

Menembangkan larik –

larik

Sinom dan asmaradana

Agar kuda – kuda di bukit

Dan perahu – perahu

Di laut hidup kembali

Setelah lama tertidur

Bermimpi tentang

Negeri abadi.

(Hal.06)

pada suatu papan mengikuti

ombak yang menuju pantai.

Kata berselancar juga dapat

di maknai tentang

menyusuri informasi atau

situs pada media daring.

5) Kata hidup memiliki makna

bahwa tetap bergerak tetap

bernafas dan tetap

menjalani akltifitas di dunia

ini.

kalimat bersenang – senang

mengikuti waktu di dalam

kehidupan.

5) Kata hidup dilambangkan

tentang ekspresi senang

bagaikan kembali hidup

setelah tujuannya tercapai di

dunia.

GENDIS :

Tapi, kau tahu, aku

Berdasarkan bait kesebelas pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

Page 135: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

128

tak bersayap.

(Hal.07)

terdapat pada kata bersayap. Kata

bersayap umumnya hanya dimilki

oleh burung yang di gunakan untuk

terbang guna mencari makan dan

berpindah posisi ketempat yang

jauh ingin di tujunya.

bait kesebelas puisi tersebut, maka

Penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata bersayap. Kata bersayap

disini menyimbolkan tentang

kebebasan seseorang untuk

melakukan segala sesuatu sesuai

keinginnannya.

ULAT :

Semua gadis

Memiliki sayap

Semua gadis

Sangat tangkas

Mengepak –

Ngepakkannya.

Berdasarkan bait kedua belas pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata tangkas. Kata

tangkas memiliki makna tentang

seseorang yang cekatan dan cepat

dalam bergerak.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kedua belas puisi tersebut,

maka penerapan Hermeneutik

terdapat pada kata tangkas. Kata

tangkas disini melambangkan

tentang seseorang yang tidak dapat

Page 136: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

129

(Hal.07) dihalangi oleh siapapun untuk

mencapai tujuannya.

GENDIS :

Sesungguhnya yang

benar – benar aku

inginkan darimu

adalah ketulusan

menerima apa saja yang

kukatakan padamu

dengan berbisik dengan

gemetar dengan ragu –

ragu dengan

penuh keyakinan tentang

hubungan kita yang

Berdasarkan bait ketiga belas pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata tenang. Kata

tenang biasanya di gunakan ketika

seseorang tidak merasa gelisa, tidak

rusuh atau pun kacau. Tenteram

dan damai. Tanpa adanya suara.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait ketiga belas puisi tersebut,

maka penerapan Hermeneutik

terdapat pada kata tenang. Kata

tenang melambangkan tentang

seseorang yang merasa kesepihan

dan berada di kesendiriannya.

Page 137: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

130

sebentar dekat

sebentar jauh sejenak

tenang sejenak riuh yang

kupahami

tapi tak kaupahami yang

kaupahami tapi tak

kaupahami.

(Hal.08)

GENDIS :

Sesungguhnya yang

benar – benar aku

inginkan darimu

adalah ketulusan

menerima apa saja yang

Berdasarkan bait ketempat belas

pada puisi tersebut. Penerapan

Heuristik terdapat pada kata tenang.

Kata tenang biasanya di gunakan

ketika seseorang tidak merasa

gelisa, tidak rusuh atau pun kacau.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait keempat belas puisi tersebut,

maka penerapan Hermeneutik

terdapat pada kata tenang. Kata

tenang melambangkan tentang

Page 138: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

131

kukatakan padamu

dengan berbisik dengan

gemetar dengan ragu –

ragu dengan

penuh keyakinan tentang

hubungan kita yang

sebentar dekat

sebentar jauh sejenak

tenang sejenak riuh yang

kupahami

tapi tak kaupahami yang

kaupahami tapi tak

kaupahami.

(Hal.08)

Tenteram dan damai. Tanpa adanya

suara.

seseorang yang merasa kesepihan

dan berada di kesendiriannya.

Page 139: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

132

GENDIS :

Heran, kenapa pula

Tidak jatuh gerimis

Pagi ini

(Hal.09)

Berdasarkan bait kelima belas pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata gerimis. Kata

gerimis disini merujuk pada hujan

rintik – rintik yang turun

membasahi atap – atap rumah.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kelima belas puisi tersebut,

maka penerapan Hermeneutik

terdapat pada kata gerimis.

Melambangkan tentang seseorang

yang sedang sedih dan menangis.

GENDIS :

Siapa gerangan

Yang berjanji?

(Hal.09)

- -

2. Hening Gendis /i/

Hening adalah ketika

angin

Berdasarkan bait peratama pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata Hening, Istana,

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait pertama puisi tersebut, maka

Page 140: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

133

Membujukku mendirikan

istana di atas selembar

Awan putih

Selembar saja

Berlayar sangat perlahan

Mengayuh angin

Yang tak henti – hentinya

Merindukan istana agar

bisa sejenak

Ya

Sejenak saja

Telentang meluruskan

badan

Melupakan impian

Awan Putih dan kembara abadi.

1) Kata Hening diartikan tentang

sebuah kesunyian tanpa adanya

suara yang terdengar.

2) Kata istana diartikan sebagai

tempat tinggal dari kaum

bangsawan yaitu raja, ratu

pangeran dan putrid beserta

bawahannya.

3) Kata awan diartikan sebagai

fenomena alam disaat air

menguap akibat pemanasan dan

pada ketinggian tertentu

menyatu menjadi awan yang

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata Hening,Istana, awan dan

mengayuh.

1) Kata Hening melambangkan

tentang rasa kesepian dari

seseorang

2) Kata istana melambangkan

tentang kampung halaman atau

seseorang yang sangat

istimewah sepeerti keluarga.

3) Kata awan melambangkan

sebuah gelembung percakapan

yang biasanya dalam cerita

fantasi orang tersebut sedang

Page 141: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

134

Tentang istana

Tentang istirahat

Tentang takdir

Sebagai kembara abadi

(Hal.12)

mengahasilkan titik titik air

yang akan turun kebumi.

4) Kata mengayuh disini merujuk

pada aktifitas menggerakkan

sebuah perahu dengan cara di

dayung.

5) Kata kembara disini

mengandung arti tentang

berkelana tanpa tujuan di tempat

tertentu.

berbicara dalam hati atau bisa

saja dia sedang bermimpi.

4) Kata mengayuh melambangkan

tentang seseorang yang memilki

usaha yang begitu keras guna

menuju ke tujuan yang di

impikan

5) Kata kembara disini

melambangkan tentang tujuan

hidup yang belum terarah

sebagaimana mestinya,

/ii/

Hening adalah ketika

Berdasarkan bait kedua pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

Page 142: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

135

terdengar

Dendang gerimis

Tanpa partitur

Membasahi kelokan-

Kelokan tajam

Sepanjang lorong

Keberadaanku

(Hal. 13)

terdapat pada kata Dendang,

Partitur dan lorong.

1) Kata dendang memiliki arti

sebuah nyanyian ungkapan rasa

senang atau bahagia yang

diiringi dengan bunyi – bunyian.

2) Kata Partitur mengandung arti

sebuah bentuk tertulis atau

tercetak pada komposisi musik.

3) Lorong diartikan sebagai

jalanan sempit yang biasanya

terdapat di perumahan –

perumahan di perkotaan.

bait kedua puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata dendang, partitur dan

lorong.

1) Kata dendang melambangkan

tentang perasaan yang sedang

terpuruk

2) Kata partitur melambangkan

intonasi dari suara seseorang

yang begitu rendah

3) Kata lorong melambangkan

perjalanan hidup yang begitu

sempit

Page 143: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

136

/iii/

Hening adalah ketika

pintu

Menutup dengan suara

Memekakkan

Hanya agar bisa terbuka

Kembali dan membujukku

Masuk ke rumah.

Hening adalah klik selot

kungci

Adalah gorden yang

bergeser

Tertutup Satu

Demi Satu

Berdasarkan bait ketiga pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata memekakkan

dan potret - potret.

1) Kata memekakkan diartikan

sebagai bunyi – bunyi nyaring

yang begitu keras misalnya

bunyi uang logam yang jatuh ke

lantai.

2) Kata potret – potret diartikan

sebagai objek atau gambar yang

di hasilkan dari media kamera

atau lukisan yang dipaparkan di

pameran potografi.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait ketiga puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata memekakkan dan potret –

potret.

1) Kata memekakkan

melambangkan tentang

pemikirannya yang begitu tiba –

tiba kembali mengingat hal –

hal dari masa lalu.

2) Kata potret – potret

melambangkan tentang

gambaran – gambaran yang

Page 144: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

137

Ketika potret – potret

Di dinding

Serentak mengarahkan

mata

Ke arahku

(Hal.14)

terlintas dipikirannya.

/iv/

Hening adalah ketika

jarum – jarum

Jam dinding merapat

Ke angka

XII

Dan menudingku

Berdasarkan bait keempat pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata Jarum – jarum.

Kata jarum – jarum disini adalah

alat jahit yang terbuat dari logam.

Definisi lainnya juga sebagai alat

yang digunakan sebagai penunjuk

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait keempat puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata jarum – jarum. Kata

jarum – jarum melambangkan

tentang sebuah petunjuk – petunjuk

Page 145: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

138

Dan membentakku

Dan mendorongku ke

sudut

Dan menampar – nampar

pipiku

Dan melototkan mata

Dan bertanya keras keras,

Ini jam berapa?

(Hal.15)

waktu di arloji maupun di jam

dinding. Juga terdapat pada kompas

sebagai penunjuk arah.

yang ditujukan kepada yang

mempercayainya.

Hening adalah tik tok jam

Yang mendadak berhenti

Ketika mendengarku

Lirih menyanyikan

Satu – satunya doa

Berdasarkan bait kelima pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata menyanyikan.

Kata menyanyikan disini yaitu

melagukan atau menyuarakan

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kelima puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata menyanyikan. Kata

Page 146: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

139

Yang masih tersisa.

Ini jam berapa ?

(Hal.15)

sebuah lagu atau nyanyian yang

bersumber pada pita suara manusia.

menyanyikan disini melambangkan

tentang suara – suara gemah yang

terlintas dan terdengar di telinga.

/v/

Hening adalah ketika aku

Berujud selembar warna

biru.

Karena kau biru

Aku akan memasangmu

Di pigura

Dan menggantungkanmu

Di dinding.

(Hal.16)

Berdasarkan bait keenam pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata biru dan dinding.

1) Kata biru disini merujuk pada

salah satu warna primer yaitu

Merah, biru dan kuning. Dari

ketiga warna tersebut

merupakan fondasi dari warna

lainnya.

2) Kata dinding disini yaitu

penutup sisi samping ruangan,

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait keenam puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata biru dan dinding.

1) Kata biru melambangkan

tentang sebuah langit yang luas

berwarna biru. Selain itu juga

dapat dilambangkan sebuah

lautan luas disamudra.

2) Kata dinding disini

Page 147: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

140

dengan berbagai macam bahan

seperti dari papan kayu,

anyaman bambu, tembok dan

sebagainya.

melambangkan tentang batasan

– batasan dari suatu ruang yang

terpisah. Sebagai contoh dunia

yang sekrang ini dan juga dunia

akhirat nanti.

Hanya karena saya biru,

Tuan?

Karena biru adalah dua

lembar

Warna yang saling

bercermin,

Langit dan samudra,

yang tak pernah berkedip

Berdasarkan bait ketuju pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata bercermin dan

berkedip.

1) Kata bercermin disini yaitu

aktifitas yang biasanya

dilakukan seseorang ketika

sedang berdandang atau

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait ketuju puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata bercermin dan berkedip

1) Kata bercermin disini yaitu

tentang perbuatan yang

dilakukan baik atau buruk akan

Page 148: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

141

melindungimu.

(Hal.16)

melakukan hal lain dari

pantulan dirinya di cermin.

2) Kata berkedip disini yaitu

aktifitas keseharian manusia

atau hewan dengan bergerak

membuka dan menutup berganti

– ganti kelopak matanya.

mendapatkan hal yang sama di

kedepannya.

2) Kata berkedip melambangkan

tentang sebuah tanda atau

peringatan kepada seseorang

Hanya karena saya biru,

Tuan?

Biru selalu memanggil

manyar

Yang memulung seutas

Demi seutas

Batang kering

Berdasarkan bait kedelapan pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata manyar. Kata

manyar adalah nama dari seekor

burung kecil pemakan biji – bijian

yang terkenal kemahirannya

membuat sarang yang indah.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kedelapan puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata manyar. Kata manyar

melambangkan mahluk ciptaan

tuhan yang tercipta dari cahaya

Page 149: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

142

Memintanya menjadi

sarang

Tempatmu nanti bisa tidur

Dengan tenang

Tanpa terganggu

Oleh dirimu sendiri.

(Hal.16)

yaitu malaikat.

Saya bisa tidur tenang,

Tuan?

Biru adalah lembar –

lembar

Melati dan kenanga

Yang terserak

Di tempat tidurmu.

Berdasarkan bait kesembilan pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata Melati dan

kenanga.

1) Kata melati disini adalah salah

satu jenis tanaman bunga hias

yang kerap ditanam ditaman –

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kesembilan puisi tersebut,

maka penerapan Hermeneutik

terdapat pada kata melati dan

kenanga.

1) Kata melati melambangkan

Page 150: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

143

(Hal.16) taman diperkotaan. Juga

terdapat di pekarangan rumah.

2) Kenanga yaitu sejenis pohon

yang berdiameter tinggi 38

meter yang memilki bunga kecil

berwarna hijau kekuning –

kekuningan dan berbau harum.

tentang rasa kasih sayang

kita kepada sesuatu yang

tidak dapat dilihat namun

dipercaya ada.

2) Kata Kenanga

melambangkan tentang

kehidupan manusia yag

harus bersifat tawakkal

meskipun gaji atau

jabatannya naik,

Hanya karena saya biru,

Tuan?

Karena kau biru

Berdasarkan bait kesepuluh pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata sarang. Kata

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kesepuluh puisi tersebut, maka

Page 151: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

144

Tidurmu di sarang

manyar

Tak akan diganggu

Mimpi tentang besok

(yang tak akan pernah

ada)

Tak akan diganggu

angan – angan tentang

besok

yang akan menjadi kini

kalau waktunya tiba.

(Hal.17)

sarang disini merupakan tempat

yang dibuat atau yang dipilih oleh

binatang unggas, seperti burung

untuk bertelur dan memiara

anaknya.

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata sarang. Kata sarang

melambangkan tentang tempat

yang begitu indah seperti disurga.

Tidak ada besok untuk

saya, Tuan?

Berdasarkan bait kesebelas pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

Page 152: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

145

Tidak ada besok

Yang ada hanya kini

Yang biru warnanya

Yang kekal nafasnya

Yang teratur detaknya

Yang senantiasa siap

Menunggu langkah –

langkah kaki yang

katanya akan besok

Tetapi yang selalu

tertunda sebab besok

tidak ada dan tidak

Akan pernah ada.

(Hal.17)

terdapat pada kata kekal. Kata

kekal disini adalah sesuatu yang tak

akan pernah hancur atau hilang.

Akan menjadi abadi

bait kesebelas puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata kekal. Kata kekal

melambangkan perwujudan dari

sang pencipta yang merupakan

penguasa dunia yang abadi

Page 153: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

146

Langkah – langkah kaki

itu, Tuan ?

Langkah – langkah kaki

milik hari ini yang selalu

akan kau dengar

Yang akan selalu berjanji

akan datang lagi besok

(Hal.17)

Berdasarkan bait kedua belas pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata langkah –

langkah. Kata langkah – langkah

disini yaitu gerakan kaki yang

bergantian (ke depan, ke belakang,

ke kiri, ke kanan) saat berjalan.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kedua belas puisi tersebut,

maka penerapan Hermeneutik

terdapat pada kata langkah –

langkah. Kata langkah – langkah

disini melambangkan sebuah waktu

atau masa yang terus berjalan

Mengapa pula ia berjanji,

Tuan?

Agar kau berpikir

Akan ada yang

menepatinya

Pada suatu saat nanti

Berdasarkan bait ketiga belas pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata menepati. Kata

menepati disini yaitu sesuatu hal

yang telah diucapkan dan haru

menematinya (janji, pesanan dan

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait ketiga belas belas puisi

tersebut, maka penerapan

Hermeneutik terdapat pada kata

menepati. Kata menepati

Page 154: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

147

(Hal.18) sebagainya). melambangkan segala sesuatu yang

telah dia ketahui sebelum masa

waktunya.

Suara langkah – langkah

kaki itu, Tuan ?

Telentang sajalah kau,

aku akan memasangmu di

pigura malam ini

Dan mengantungkannya

di dinding supaya manyar

itu

mengenali dan

membimbingmu untuk

Berdasarkan bait keempat belas

pada puisi tersebut. Penerapan

Heuristik terdapat pada kata

telentang. Kata telentang disini

yaitu terbaring dengan letak bagian

depan tubuh menghadap keatas.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait keempat belas puisi tersebut,

maka penerapan Hermeneutik

terdapat pada kata telentang. Kata

telentang melambangkan tentang

seseorang yang hanya berpasrah

diri terhadap apa yang nantinya

akan terjadi kepadanya.

Page 155: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

148

tinggal di sarangnya.

Paham, Tuan

(Hal.18)

/vi/

Hening adalah

Ketika aku

Tak lagi

Mampu

Mengeja

Apa pun

Yang baru saja

Kuucapkan

(Hal.19)

Berdasarkan bait kelima belas pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata mengeja. Kata

mengeja yaitu melafalkan atau

menyebutkan huruf – huruf satu

demi satu dari kata yang

dituliskannya. Biasanya digunakan

kepada anak yang baru ingin

belajar membaca.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kelima belas puisi tersebut,

maka penerapan Hermeneutik

terdapat pada kata mengeja. Kata

mengeja disini yaitu berucap atau

berbicara sebagai mana mestinya

(orang yang sedang melalukan

obrolan)

Page 156: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

149

3. Aku Ingin Sungai

Tanpa Kendali

Aku ingin sungai

Tanpa kendali

Terjun

Ke danau

Belakang rumah

Dan tumpah

ke kamar ini

(Hal.28)

Berdasarkan bait peratama pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata sungai dan

tumpah.

1) Kata sungai disini adalah aliran

air yang besar dan memanjang

yang mengalir secara terus

menerus dari hulu menuju hilir.

2) Kata tumpah memilki arti yaitu

tercurah keluar dari tempatnya

biasanya digunakan pada zat

cair yang kapasitas wadahnya

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait pertama puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata sungai dan tumpah

1) Kata sungai disini

melambangkan tentang aliran

waktu yang terus berjalan

2) Kata tumpah disini

melambangkan tentang masalah

besar yang dialami seseorang.

Page 157: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

150

sudah tak dapat menampung

isinya.

Aku ingin mata

Yang tidak bisa pejam

Bercakap dengan bunga

Di perbukitan

Gemetar dipeluk angin

(Hal.28)

Berdasarkan bait kedua pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata mata dan bunga.

1) Kata mata disini adalah salah

satu dari 5 indra manusia yang

dipergunakan untuk melihat.

2) Bunga adalah sebuah tanaman

yang memilki harum dan

kelopak yang indah dan sering

digunakan sebagai hiasan pada

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kedua puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata mata dan bunga

1) Kata mata melambangkan

tentang seseorang yang ingin

terus hidup di dunia.

2) Kata bunga melambangkan

tentang seorang gadis yang

Page 158: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

151

halaman rumah atau taman. cantik dan rupawan

Aku ingin tapak kaki

kuda

Ya, tapak kaki kuda

Yang berdebam

Menjemput sungai

Yang tersesat

Lenyap ke danau

(Hal.28)

Berdasarkan bait ketiga pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata kaki dan danau.

1) Kata kaki yaitu anggota badan

yang menopang tubuh dan di

gunakan untuk berjalan

2) Kata danau yaitu cekungan

besar di permukaan bumi yang

di genangi oleh airbisa tawar

ataupun asing yang seluruh

cekungan tersebut dikelilingi

oleh daratan

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait ketiga puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata kaki, dan danau.

1) Kata kaki yaitu melambangkan

arah tujuan hidup dari

seseorang.

2) Kata danau yaitu

melambangkan benuk tujuan

akhir yang ingin ducapai.

Page 159: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

152

Aku ingin mengayuh

Biduk

Menyeberang danau

ketika udara tenang

langit adalah lukisan

abstrak

tanpa garis

tanpa titik

tanpa warna

kecuali biru

(Hal.28)

Berdasarkan bait keempat pada

puisi tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata biduk dan

lukisan.

1) Kata biduk disini yaitu perahu

kecil terbuat dari kayu, yang

dipergunakan untuk menangkap

ikan.

2) Kata lukisan memiliki arti

tentang sebuah gambar yang

indah menggunakan media

kampas dan dilukis

menggunakan cat air.

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait keempat puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata biduk dan lukisan.

1) Kata biduk disini

melambangkan tentang

kokohnya seseorang yang ingin

melintasi dan mengarungi

dunia.

2) Kata lukisan melambangkan

tentang sesuatu yang begitu

Nampak unsur keindahannya.

Page 160: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

153

aku ingin bergabung

dengan anak – anak yang

bermain petak

umpet di seberang danau

di antara pohon - pohon

yang merah

daunnya ketika pagi dan

hijau ketika sore yang

masing –

masing berbisik

membujuk mereka,

sembunyi di sini saja, tapi

anak – anak itu tidak

mengindahkannya dan

Berdasarkan bait kelima pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata merah dan hijau.

1) Kata merah adalah urutan warna

pertama dari tujuh warna di

pelangi. Umumnya pada aturan

berlalu lintas, warna merah

menandakan untuk berhenti

2) Kata hijau adalah urutan warna

keempat dari tujuuh warna di

pelangi. Biasanya warna hijau

banyak ditemui di sekeliling

kita seperti daun dan rumput.

Sedangkan pada aturan berlalu

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait kelima puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata merah dan hijau.

1) Kata merah disini

melambangkan tentang

golongan tua atau seseorang

yang perawakan dewasa.

2) Kata hijau disini

melambangkan tentang

golongan muda mudi seperti

para remaja.

Page 161: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

154

bergerak

berpindah – pindah dari

satu pohon ke lain pohon.

(Hal.29)

lintas warna hijau menandakan

untuk maju.

Aku ingin sungai

Tanpa kendali

Terjun

Ke danau

Belakang rumah

Tumpah

Ke kamar ini

Agar aku bisa

Mengayuh biduk

Menyeberanginya

Berdasarkan bait keenam pada puisi

tersebut. Penerapan Heuristik

terdapat pada kata sungai , tumpah

dan biduk.

1) Kata sungai disini adalah aliran

air yang besar dan memanjang

yang mengalir secara terus

menerus dari hulu menuju hilir.

2) Kata tumpah memilki arti yaitu

tercurah keluar dari tempatnya

Setelah penulis membaca secara

berulang ulang pada keseluruhan

bait keenam puisi tersebut, maka

penerapan Hermeneutik terdapat

pada kata sungai, tumpah dan

biduk.

1) Kata sungai disini

melambangkan tentang aliran

waktu yang terus berjalan

2) Kata tumpah disini

Page 162: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

155

(Hal.29)

biasanya digunakan pada zat

cair yang kapasitas wadahnya

sudah tak dapat menampung

isinya.

3) Kata biduk disini yaitu perahu

kecil terbuat dari kayu, yang

dipergunakan untuk menangkap

ikan.

melambangkan tentang masalah

besar yang dialami

3) Kata biduk disini

melambangkan tentang

kokohnya seseorang yang ingin

melintasi dan mengarungi

dunia.

Page 163: MAKNA HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TEKS PUISI PADA BUKU

RIWAYAT HIDUP

Arianto Gunawan dilahirkan di Kabupaten Barru pada

tanggal 11 Agustus 1997, dari pasangan Ayahanda

Muhammad Tang dan Ibunda Nuraeni, S.Pd. Penulis

masuk sekolah dasar pada tahun 2003 di SDN Lapasu

kemudian pindah di saat kelas 3 SD di SDI Coppo

Kabupaten Barru dan tamat pada tahun 2009.

Selanjutnya, tamat SMPN 1 Barru tahun 2012, dan tamat SMAN 1 Barru tahun

2015. Pada tahun yang sama (2015), Penulis melanjutkan pendidikan pada

program Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.