12
otivasi Jurnal Manajemen Motivasi 2020 (45-56) Jurnal Manajemen E-ISSN : 2407-5310 P-ISSN : 2085-1596 www.openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/jm_motivasi Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Pada Jasa Pendidikan Volume 13, No: 1 (2017); Juni Ramadania a, * , Carolina Candra a , Nur Afifah a a Universitas Tanjungpura, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Indonesia A R T I K E L I N F O A B S T R A K Keywords: Services Quality; Outcome Quality; Process Quality; Image; Satisfaction; Loyalty. Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun dan menguji model kualitas layanan terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan dalam jasa pendidikan. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Santo Petrus di Pontianak. Total populasi sebanyak 1.097 siswa SMA Santo Petrus di Pontianak, hanya 390 siswa yang dijadikan sampel penelitian. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala likert 1-5. Teknik sampling menggunakan proporsional random sampling yaitu diambil secara proporsional berdasarkan tingkat pendidikan dan program studi. Pendekatan model persamaan struktural (SEM) dengan model second order di analisis menggunakan software AMOS versi 21.Hasil penelitian memberikan temuan bahwa dalam penyampaian layanan pada jasa pendidikan siswa memandang bahwa kualitas proses lebih penting daripada kualitas hasil dalam menciptakan kepuasan. Kualitas proses tidak dapat membangun loyalitas pelanggan secara langsung melainkan melalui perantara kepuasan. Sementara itu kualitas hasil sangat signifikan dalam membangun loyalitas siswa, dan bukanlah kepuasan. Kepuasan tidak terbukti sebagai mediasi kualitas hasil terhadap loyalitas. Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa citra memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap kepuasan maupun loyalitas. Hal ini menggambarkan bahwa citra yang baik pada sekolah menyangkut reputasi, kredibilitas dan akreditasi sangat penting dalam menciptakan kepuasan dan membangun loyalitas pelanggan. Namun penelitian ini tidak dapat membuktikan peran mediasi kepuasan dari citra sekolah terhadap loyalitas pelanggan. 1. Pendahuluan Keberhasilan sekolah yang merupakan penyedia jasa pendidikan dapat diimplementasikan dengan memberikan layanan pendidikan yang berkualitas pada pelanggannya, yaitu siswa. Layanan pendidikan yang berkualitas dapat menciptakan kepuasan dan mewujudkan loyalitas siswa. Kepuasan dan loyalitas merupakan dua buah hal yang saling berkaitan satu sama lain, namun hubungan keduanya bersifat asimetris. Meskipun konsumen yang loyal biasanya puas, namun kepuasan tidak secara universal diterjemahkan sebagai loyalitas. Oliver (1999:34) mengemukakan 6 (enam) dari banyak dan beragam kemungkinan hubungan antara kepuasan dan loyalitas, antara lain: (1) kepuasan dan loyalitas merupakan perwujudan terpisah dari konsep yang sama; (2) kepuasan adalah inti bagi loyalitas, tidak bisa ada loyalitas tanpa kepuasan; (3) kepuasan adalah unsur loyalitas tetapi hanya salah satu komponennya; (4) adanya konsep loyalitas tertinggi (ultimate loyalty) yang terdiri dari kepuasan dan loyalitas sederhana; (5) sebagian kecil kepuasan ditemukan dalam loyalitas; (6) kepuasan merupakan awal permulaan dari urutan transisi yang memuncak dan menjadi suatu loyalitas yang terpisah. *Corresponding author. E-mail addresses: [email protected] (Ramadania). https://doi.org/10.29406/jmm.v16i2.2491 2407-5310/Jurnal Manajemen Motivasi 2020

Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

otivasi

Jurnal Manajemen Motivasi 2020 (45-56)

Jurnal Manajemen motivation

JournalOfManagement

E-ISSN : 2407-5310 P-ISSN : 2085-1596

Fak tor P er ti m ba ng a n M asy ar akat M e m ili h D aftar Ef ek Sy ar i ah

Fenn i Supri ad i, D ed i H ariy an t o

Ide nt i fi kas i M a naj e m e n As et d an Ki n erj a K e ua ng a n Ter h ad a p N il ai Pa sar

Pa d a P er us ah a an Pr o per t i Ya ng Ter daft ar di Bur sa Efek I nd o nes i a

Sa nt y M ayd a B at ubar a

Pe ng ar u h PD R B, Pe ndi di ka n d a n P e ng a ng g ur an Ter h a da p K e m i ski n an

di Ka bu pat e n S am b as

U ra y D ian N ovit a, N ur Ist iqa m ah

M a naj e m e n Ki ner j a, K ea dil a n d an Ki n erj a Kar ya w a n Pa da P T. Su n pri m a

N us ant ar a P e m bi ay a an ( C ol u m bi a F i n a nce) P o nt i an ak

U din R inald i, Tr i D iana, A n d in i T r ian a D e wi

Pe ng ar u h Ba ur a n P em as ar an Ter h a da p Ke p utus an K ons um e n M em bel i M o bil

H o nd a Pa da H o n da D ay a M otor di Kot a P o nt i an ak

Su miy at i , Ja k aria

Pe ng ar u h Str ess K er j a Ter h a da p Ki n er j a P eg aw ai Pe nj ag a da n Tek ni si S ar an a

Ba nt u N av i g as i P el ayar a n P a da K ant or D i stri k N av i g as i Kel as I II P ont i a na k

D e vi Y as min , A lf ian Yud a Pra s et iyo

Pe ng ar u h Pr om os i Ter h ad a p K e put us an M a has i sw a M em i li h Pr og r am Stu di

Bu di d aya P eri ka na n Pol i tekni k N eg er i Po nt i an ak

Sa m su dd in , En dan g S et iya n ing sih

www.openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/jm_motivasi 9 7 7 2 4 D7 5 31 DD5

Pe ng ar u h R etur n On Ass et, R etur n On Eq ui ty dan E ar ni ng P er Sh ar e Ter h a da p

R etur n S ah am P em b ent uk In deks K om pa s 1 00

D ed i H ariy an t o , A bdurr ah m an

Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Pada Jasa Pendidikan

EE KK OO NNOO MM II && BB II SS NNII SS

PROGRAMSTUDIMANAJEMEN

Univ er sit as M uh a m ma diy a h P onti a na k

Volume 13, No: 1 (2017); Juni

Ramadaniaa,*, Carolina Candra

a, Nur Afifah

a

a Universitas Tanjungpura, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Indonesia

A R T I K E L I N F O A B S T R A K

Keywords:

Services Quality;

Outcome Quality;

Process Quality;

Image;

Satisfaction;

Loyalty.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun dan menguji model kualitas layanan

terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan dalam jasa pendidikan. Penelitian ini

dilakukan di Sekolah Menengah Atas Santo Petrus di Pontianak. Total populasi

sebanyak 1.097 siswa SMA Santo Petrus di Pontianak, hanya 390 siswa yang

dijadikan sampel penelitian. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan

skala likert 1-5. Teknik sampling menggunakan proporsional random sampling yaitu

diambil secara proporsional berdasarkan tingkat pendidikan dan program studi.

Pendekatan model persamaan struktural (SEM) dengan model second order di

analisis menggunakan software AMOS versi 21.Hasil penelitian memberikan temuan

bahwa dalam penyampaian layanan pada jasa pendidikan siswa memandang bahwa

kualitas proses lebih penting daripada kualitas hasil dalam menciptakan kepuasan.

Kualitas proses tidak dapat membangun loyalitas pelanggan secara langsung

melainkan melalui perantara kepuasan. Sementara itu kualitas hasil sangat signifikan

dalam membangun loyalitas siswa, dan bukanlah kepuasan. Kepuasan tidak terbukti

sebagai mediasi kualitas hasil terhadap loyalitas. Penelitian ini juga memberikan

bukti bahwa citra memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap kepuasan maupun

loyalitas. Hal ini menggambarkan bahwa citra yang baik pada sekolah menyangkut

reputasi, kredibilitas dan akreditasi sangat penting dalam menciptakan kepuasan dan

membangun loyalitas pelanggan. Namun penelitian ini tidak dapat membuktikan

peran mediasi kepuasan dari citra sekolah terhadap loyalitas pelanggan.

1. Pendahuluan

Keberhasilan sekolah yang merupakan penyedia jasa pendidikan dapat diimplementasikan dengan memberikan layanan

pendidikan yang berkualitas pada pelanggannya, yaitu siswa. Layanan pendidikan yang berkualitas dapat menciptakan kepuasan

dan mewujudkan loyalitas siswa. Kepuasan dan loyalitas merupakan dua buah hal yang saling berkaitan satu sama lain, namun

hubungan keduanya bersifat asimetris. Meskipun konsumen yang loyal biasanya puas, namun kepuasan tidak secara universal

diterjemahkan sebagai loyalitas. Oliver (1999:34) mengemukakan 6 (enam) dari banyak dan beragam kemungkinan hubungan

antara kepuasan dan loyalitas, antara lain: (1) kepuasan dan loyalitas merupakan perwujudan terpisah dari konsep yang sama;

(2) kepuasan adalah inti bagi loyalitas, tidak bisa ada loyalitas tanpa kepuasan; (3) kepuasan adalah unsur loyalitas tetapi hanya

salah satu komponennya; (4) adanya konsep loyalitas tertinggi (ultimate loyalty) yang terdiri dari kepuasan dan loyalitas

sederhana; (5) sebagian kecil kepuasan ditemukan dalam loyalitas; (6) kepuasan merupakan awal permulaan dari urutan transisi

yang memuncak dan menjadi suatu loyalitas yang terpisah.

*Corresponding author.

E-mail addresses: [email protected] (Ramadania).

https://doi.org/10.29406/jmm.v16i2.2491

2407-5310/Jurnal Manajemen Motivasi 2020

Page 2: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

Ramadania; C. Candra; N. Afifah. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 45-56

46

Kepuasan sendiri merupakan suatu konsep abstrak yang sangat kompleks dan perlu didefinisikan sesuai dengan konteks

yang ada. Belum ada definisi maupun alat ukur yang disepakati secara pasti untuk kepuasan. Terdapat berbagai definisi yang

berbeda tentang kepuasan yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Giese & Cote (2000), definisi kepuasan tidak dapat terlepas

dari chameleon effect, artinya interpretasi terhadap sebuah definisi mungkin akan bervariasi baik antara individu maupun antara

situasi. Giese & Cote (2000) menyatakan kepuasan konsumen adalah respon baik emosional atau kognitif, yang berkaitan dengan

fokus tertentu (seperti harapan kinerja produk atau pengalaman konsumsi), yang ditentukan pada suatu waktu spesifik (misalnya,

setelah konsumsi atau memilih, berdasarkan akumulasi pengalaman). Kotler & Keller (2012:128) mengemukakan “konsep

kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang dihasilkan dari membandingkan kinerja (atau hasil) suatu produk

yang dirasakan dengan harapan”. Dari studi terhadap berbagai literatur dan studi sebelumnya, ditemukan sejumlah faktor yang

bisa dipakai dalam menilai kepuasan. Studi ini menggunakan beberapa pengukuran indikator dari studi-studi terdahulu (Gruber,

et al, 2010; Bacila, et al, 2014).

Loyalitas juga merupakan konsep multi-dimensional yang kompleks dan dinamis. Terdapat banyak definisi dan

operasionalisasi terhadap konsep loyalitas. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa loyalitas merupakan sikap atau perilaku

positif serta adanya pembelian ulang secara konsisten atau berlangganan dari pelanggan terhadap suatu penyedia produk ataupun

jasa (Gremler & Brown, 1996; Oliver, 1999; Shetch & Mittal, 2004; Kotler & Keller, 2012). Dalam penelitian ini, Loyalitas

merupakan komitmen dari peserta didik yang sangat menyukai dan ingin terus menggunakan jasa pendidikan SMA Santu Petrus

berdasarkan sikap dan perilaku yang sangat positif, serta tidak mau beralih ke sekolah lain. Berbagai teori dan dimensi untuk

menunjukkan loyalitas seorang pelanggan telah banyak dikemukakan oleh para peneliti terdahulu. Peneliti mengambil beberapa

indikator yang sesuai dengan bidang jasa pendidikan sebagai sub dimensi untuk mengukur loyalitas siswa, diantaranya Positive

Word of Mouth, Complaining Behavior (Yu & Dean, 2001), Repurchase intentions, Altruism (Jones & Taylor, 2005) dan

Willingness to pay more (Yu & Dean, 2001; Jones & Taylor, 2005). Jones & Taylor (2005) mengelompokkan beberapa indikator

tersebut ke dalam dimensi Behavioral, Attitudinal dan Cognitive.

Kepuasan dan loyalitas tercipta karena adanya penilaian pelanggan pada kualitas jasa yang dia terima. Kualitas merupakan

seluruh fitur maupun karakteristik produk atau jasa yang memiliki kemampuan dalam memuaskan kebutuhan konsumen.

Tingginya tingkat kualitas akan menghasilkan tingkat kepuasan konsumen yang tinggi (Kotler & Keller, 2012:131). Lewis &

Booms (1983) mengemukakan bahwa kualitas jasa merupakan ukuran dari apakah tingkat layanan yang diberikan sesuai dengan

harapan pelanggan. Definisi ini menggambarkan bahwa kualitas jasa dapat terwujud dengan memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan serta ketepatan dalam menyampaikan jasa sesuai dengan harapan pelanggan. Pada dasarnya ketiga hal itu yaitu

kualitas jasa, kepuasan dan loyalitas saling berhubungan. Dimana kualitas produk atau jasa merupakan kunci untuk penciptaan

kepuasan konsumen, dan pada akhirnya kepuasan akan membangun loyalitas konsumen. Dalam studi Akbar & Parvez (2009)

menemukan bahwa kepuasan merupakan mediator yang penting antara kualitas jasa yang dirasakan konsumen terhadap loyalitas

konsumen.

Dari studi terhadap penelitian terdahulu terkait hubungan antara kualitas jasa dan kepuasan, peneliti menemukan beberapa

penelitian terdahulu seperti Samosir (2005), Helgensen & Nesset (2007), Syamsi (2008), Marvianda, et al (2011), Hanaysha

(2012), Anil & Icli (2013), Shah (2013) dan Rinala, et al (2013) yang melakukan penelitian di sektor pendidikan (universitas dan

sekolah tinggi) serta Aryani & Rosinta (2010) yang menyimpulkan bahwa secara signifikan dan positif, kualitas jasa

mempengaruhi kepuasan pelanggan. Sedangkan Qomariah (2012) yang melakukan penelitian di universitas menyimpulkan

sebaliknya, yaitu bahwa kualitas jasa tidak mempengaruhi kepuasan. Studi lainnya menguji hubungan antara kualitas jasa dan

loyalitas menemukan beberapa penelitian terdahulu seperti Thurau, et al (2001) dan Fares, et al (2013) yang melakukan penelitian

di universitas menyimpulkan bahwa secara signifikan dan positif, kualitas jasa mempengaruhi loyalitas pelanggan. Sedangkan

Aryani & Rosinta (2010), Qomariah (2012) dan Rinala, et al (2013) yang melakukan penelitian di universitas menyimpulkan

sebaliknya, yaitu bahwa kualitas jasa tidak berpengaruh terhadap loyalitas. Sementara itu beberapa penelitian mengaitkan

hubungan antara kepuasan dan loyalitas. Beberapa penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa kepuasan secara positif

mempengaruhi loyalitas pelanggan (Yu & Dean, 2001; Helgesen & Nesset, 2007; Akbar & Parvez, 2009; Ehigie & Taylor, 2009;

Marvianda, et al, 2011; Anggia, et al, 2012; Qomariah, 2012; Fares, et al, 2013; Rinala, et al, 2013; Anil & Icli, 2013).

Gronroos (2001:150) mengemukakan perceived service quality model yang dapat menjelaskan bagaimana konsep jasa atau

layanan ditransformasikan ke sesuatu yang dapat menimbulkan kepuasan. Dalam mengkonsumsi suatu jasa, konsumen

merasakan apa yang dia terima sebagai hasil dari proses menggunakan sumber daya, hal ini dikategorikan sebagai dimensi

technical atau outcome quality dari proses. Konsumen juga merasakan bagaimana proses itu sendiri terjadi, hal ini dikategorikan

sebagai dimensi functional atau process quality. Pelanggan sering melakukan kontak secara kontinyu dengan perusahaan jasa

yang sama, maka memunculkan aspek dinamis yang diperlukan dalam perceived service quality model. Pengalaman pelanggan

sebelumnya dan persepsi pelanggan terhadap perusahaan jasa secara keseluruhan dalam tiap kontak akan membangun citra

perusahaan. Citra (image) merupakan satu dimensi yang juga diperhitungkan dalam perceived service quality model.

Berdasarkan perceived service quality model yang dikemukakan oleh Gronroos tersebut, kualitas jasa dapat dinilai dari 3 (tiga)

aspek, yaitu kualitas outcome, kualitas process dan image.

Dalam penelitian ini menggunakan dimensi kualitas hasil (outcome quality), kualitas proses (process quality) dan citra

(image) yang dikemukakan oleh Gronross (2001) sebagai variabel untuk yang mengukur konsep kualitas jasa dalam mencari

Page 3: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

Ramadania; C. Candra; N. Afifah. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 45-56

47

keterkaitannya terhadap kepuasan dan loyalitas siswa pada sekolah sebagai penyedia jasa pendidikan. Peneliti akan mencari

hubungan antara kualitas hasil, kualitas proses dan citra terhadap kepuasan dan loyalitas.

Menurut Gronroos (2001:151), Outcome atau Technical Quality merupakan persepsi konsumen terhadap apa yang dia

terima sebagai hasil dari proses menggunakan sumber daya dari penyedia jasa. Lebih lanjut Brady & Cronin (2001:40)

mengemukakan bahwa Outcome merupakan apa yang pelanggan peroleh saat atau setelah jasa disampaikan yang dipengaruhi

oleh waiting time (waktu tunggu penyampaian jasa), tangibles (barang fisik/berwujud) dan valence (penilaian terhadap baik atau

buruk layanan tanpa terpengaruh oleh evaluasi terhadap aspek lain dari pengalaman). Menurut Gronroos (2001:151), Process

atau Functional Quality merupakan persepsi konsumen terhadap bagaimana proses penyampaian jasa terjadi. Menurut Kotler &

Keller (2012), image merupakan kumpulan keyakinan, ide serta kesan yang muncul pada seseorang tentang suatu objek.

Newsom, et al (2010:280) juga mempunyai pendapat yang hampir sama, yaitu citra adalah kesan yang dimiliki seseorang atau

suatu masyarakat terhadap orang, perusahaan atau institusi. Demikian pula dengan Aisyah & Hosen (2009) mengungkapkan an

bahwa citra merupakan deskripsi yang dimiliki kebanyakan orang tentang pribadi, perusahaan, organisasi maupun produk.

Terkait dengan organization image atau citra perusahaan, apakah itu organisasi bisnis, sosial dan pendidikan, dapat menggunakan

definisi yang sama. Dalam Leonnard et al (2013:74), Picton dan Broderick (2001:25) mengemukakan bahwa citra perusahaan

merupakan kesan yang diciptakan oleh identitas perusahaan, yang sebenarnya adalah sebuah persepsi yang dimiliki masyarakat

tentang suatu perusahaan. Citra perusahaan merupakan representasi dari apa yang ada dalam pikiran masyarakat yang melibatkan

persepsi dan perasaan terhadap korporasi. Definisi tersebut diperkuat oleh pendapat Ratih (2009) yang mengemukakan bahwa

citra perusahaan adalah pemikiran pelanggan mengenai citra atau deskripsi keseluruhan dari perusahaan penyedia jasa

berdasarkan pengalaman serta pemahaman masing-masing pelanggan tentang produk, tingkat reputasi dan kredibilitas yang

berhasil dicapai perusahaan berdasarkan persepsi pelanggan.

Saat bersekolah, siswa sebagai konsumen dari jasa pendidikan akan merasakan apa yang dia terima sebagai hasil dari proses

menggunakan berbagai sumber daya yang disediakan sekolah, seperti gedung sekolah, fasilitas sekolah, maupun tenaga pendidik.

Dalam hal ini, kualitas jasa pendidikan sekolah dinilai dari aspek outcome quality. Dalam penelitian ini, variabel Outcome atau

Technical Quality, yang selanjutnya akan peneliti sebut dengan istilah Outcome quality, merupakan kualitas yang berkaitan

dengan persepsi peserta didik terhadap apa yang dia terima sebagai hasil dari proses menggunakan jasa pendidikan yang

disediakan oleh SMA Santu Petrus. Dari studi terhadap berbagai literatur dan penelitian terdahulu, peneliti menemukan sejumlah

faktor yang dapat digunakan sebagai dimensi untuk mendeskripsikan variabel Outcome quality, diantaranya Professionalism

(Gronroos, 2000), Tangible (Parasuraman, et al, 1988; Brady & Cronin, 2001; Sembiring, 2013), Curriculum (LeBlanc &

Nguyen, 1997; UNICEF, 2000), dan School Culture. Professionalism menggambarkan kognisi dan keterampilan yang ada pada

sumber daya (tenaga pendidik) yang digunakan dalam memecahkan masalah pelanggan (siswa) secara professional (Gronroos,

2000).

Dalam hal ini, kualitas jasa pendidikan sekolah dinilai dari aspek process quality. Dalam penelitian ini, Variabel Functional

atau Process quality, yang selanjutnya akan disebut dengan istilah Process quality, merupakan kualitas yang berkaitan dengan

persepsi peserta didik terhadap bagaimana proses mereka memperoleh hasil, atau bagaimana proses penyampaian jasa dari SMA

Santu Petrus kepada peserta didik. Dari studi terhadap berbagai literatur dan penelitian terdahulu, peneliti menemukan sejumlah

faktor yang dapat digunakan sebagai dimensi pengukuran untuk mendeskripsikan variabel Process quality, diantaranya Attitudes

& Behavior (Gronroos, 2000; Brady & Cronin, 2001; Rahman, et al, 2012), Accessibility & Flexibility (Gronroos, 2000; Rahman,

et al, 2012), Reliability & Trustworthiness, Service Recovery dan Serviscape (Gronroos, 2000).

Setelah menggunakan jasa pendidikan yang disediakan oleh sekolah, siswa akan membawa pengalaman yang mereka alami

serta evaluasi secara menyeluruh terhadap perusahaan jasa untuk setiap kontak pertemuan selama menggunakan jasa. Sekolah

dinilai dari aspek image atau citra yang dimilikinya. Dalam penelitian ini, image merupakan seperangkat keyakinan, ide, kesan

atau persepsi peserta didik terhadap apa yang ada pada SMA Santu Petrus berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Dari

studi terhadap berbagai literatur dan penelitian terdahulu, peneliti menemukan sejumlah faktor yang dapat digunakan sebagai

dimensi untuk mendeskripsikan variabel image, diantaranya reputation (Gronroos, 2000; Harrison, 2000; Abdullah, 2006),

credibility (Gronroos, 2000; Parasuraman, et al, 1985), dan accreditation (Sembiring, 2013).

Tabel 1. Data Jumlah Siswa Baru (2009 s/d 2014)

Sumber: SMA Santu Petrus tahun 2014

Tahun Masuk SMA

2009 360

2010 402

2011 380

2012 372

2013 382

2014 360

Page 4: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

48

Tabel 2. Data siswa lulusan SMP Santu Petrus, yang mendaftar ke SMA Santu Petrus dan yang mendaftar ke SMA lain

Tahun Jumlah lulusan SMP Santu Petrus

Jumlah siswa yang

mendaftar ke

SMA Santu Petrus

Jumlah siswa yang

mendaftar ke SMA lain

Jlh %

2009 303 257 46 15,2%

2010 337 296 41 12,2%

2011 321 270 51 15,9%

2012 291 244 47 16,2%

2013 354 278 76 21,5%

2014 314 244 70 22,3%

Sumber: SMP & SMA Santu Petrus tahun 2014

Data tersebut menggambarkan adanya fenomena berkurangnya minat para siswa untuk bersekolah di SMA Santu Petrus.

Kondisi ini sangat tidak baik untuk SMA Santu Petrus, terutama dalam menghadapi persaingan yang ketat dengan sekolah lain.

Banyak faktor yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi. Bisa saja dikarenakan kualitas jasa pendidikan yang tidak

memuaskan, tidak adanya loyalitas pelanggan, ataupun citra sekolah yang kurang baik. Pada kenyataannya, kualitas jasa maupun

kepuasan dapat mempengaruhi loyalitas siswa dalam melanjutkan pendidikan mereka. Ketika siswa mempunyai respon positif

terhadap kualitas jasa dan merasa puas, maka siswa akan cenderung menjadi loyal. Siswa tersebut akan merekomendasi kepada

adik-adiknya atau saudaranya yang masih bersekolah di tingkat SD maupun SMP untuk melanjutkan pendidikannya sekolah pada

SMA tersebut. Namun bila siswa mempunyai respon negatif terhadap kualitas jasa dan merasa tidak puas, maka siswa akan

cenderung menjadi tidak loyal. Mereka (siswa) dan orang tuas siswa tidak akan menyekolahkan adik-adiknya di sekolah tersebut.

Dari studi terhadap berbagai penelitian terdahulu, peneliti belum menemukan dan menyadari bahwa tidak banyak penelitian

terdahulu yang langsung mencari hubungan antara variabel kualitas hasil dan kualitas proses terhadap kepuasan dan loyalitas

tanpa melalui mediasi variabel kualitas jasa. Rahman, et al (2012) menyimpulkan bahwa kualitas teknis (outcome quality) dan

kualitas fungsional (process quality) sangat berpengaruh terhadap kepuasan konsumen ketika kualitas jasa berperan sebagai

variabel mediasi. Terkait hubungan antara image terhadap kepuasan maupun terhadap loyalitas, Anggia, et al (2012) yang

melakukan penelitian di universitas menyimpulkan bahwa secara signifikan dan positif, image mempengaruhi kepuasan dan

loyalitas. Qomariah (2012) yang melakukan penelitian di universitas menyimpulkan bahwa secara signifikan dan positif, citra

institusi mempengaruhi kepuasan, namun tidak mempengaruhi loyalitas. Hal ini didukung oleh penelitian Marvianda, et al (2011)

yang juga menyimpulkan bahwa citra institusi tidak mempengaruhi loyalitas. Peneliti lain seperti Helgesen & Nesset (2007),

Sembiring (2013) dan Fares, et al (2013) yang melakukan penelitian di universitas menyimpulkan bahwa secara signifikan dan

positif, citra institusi mempengaruhi loyalitas. Dari uraian tersebut menunjukkan masih terdapatnya inkonsistensi dalam

penelitian-penelitian terdahulu, oleh karenanya penelitian ini ingin membangun model kualitas jasa dan menguji pengaruhnya

terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan dalam konteks jasa pendidikan. Penelitian ini memberikan kontribusi pada tiga hal

penting, yaitu :1) membangun dan menguji model kualitas layanan dengan menggunakan tiga dimensi dari Gronroos (2001),

yaitu outcome quality, process quality dan image dengan model second order pada jasa pendidikan, 2) menguji pengaruh kualitas

layanan yang terdiri dari outcome quality, process quality dan image terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan dalam jasa

pendidikan, 3) menguji peran mediasi kepuasan dari kualitas layanan (outcome quality, process quality dan image) terhadap

loyalitas.

2.Kerangka Konseptual dan Hipotesis

Berikut ini pada Gambar 1. Menggambarkan Model Konseptual Penelitian.

Gambar 1. Model Konseptual Penelitian

Page 5: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

49

Hipotesis

Hipotesis-1 : Kualitas hasil (outcome quality) mempunyai pengaruh terhadap kepuasan siswa.

Hipotesis-2 : Kualitas proses (process quality) mempunyai pengaruh terhadap kepuasan siswa.

Hipotesis-3 : Citra (image) mempunyai pengaruh terhadap kepuasan siswa.

Hipotesis-4 : Kualitas hasil (outcome quality) mempunyai pengaruh terhadap loyalitas siswa.

Hipotesis-5 : Kualitas proses (process quality) terhadap loyalitas siswa.

Hipotesis-6 : Citra (image) mempunyai pengaruh terhadap loyalitas siswa.

Hipotesis-7 : Kepuasan mempunyai pengaruh terhadap loyalitas siswa

Hipotesis-8 : Kepuasan memediasi antara kualitas hasil (outcome quality) terhadap loyalitas siswa

Hipotesis-9 : Kepuasan memediasi antara kualitas proses (process quality) terhadap loyalitas siswa

Hipotesis-10 : Kepuasan memediasi antara citra (image) terhadap loyalitas siswa

3. Metode Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di SMA Santu Petrus yang berada di bawah asuhan Yayasan Pendidikan Kalimantan, yang

berlokasi di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 1097 orang siswa SMA Santu

Petrus Pontianak pada tahun ajaran 2014/2015. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 390 sampel.

Pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling berdasarkan jenjang pendidikan serta program studi

siswa. Pengujian terhadap hipotesis pada studi ini dilakukan dengan analisis Structural Equation Modelling (SEM) meliputi dua

tahapan, yaitu Analisis Model Pengukuran dan Analisis Model Struktural. Penelitian ini menggunakan SEM dengan second-

order. Program komputer untuk analisis SEM menggunakan program aplikasi AMOS (Analysis of Moment Structure) versi 21.

Penelitian menggunakan model structural second order dimana pengukuran variabel mempunyai dimensi, selanjutnya

dimensi diturunkan lagi menjadi sub dimensi (indikator/item). Variabel yang menjadi second order meliputi; outcome quality,

process quality, image dan loyalitas. Sementara untuk variabel kepuasan merupakan first order.

Variabel outcome quality, menggunakan dimensi pengukuran yaitu: Professionalism (Gronroos, 2000), Tangible

(Parasuraman, et al, 1988; Brady & Cronin, 2001; Sembiring, 2013), Curriculum (LeBlanc & Nguyen, 1997; UNICEF, 2000),

dan School Culture. Professionalism menggambarkan kognisi dan keterampilan yang ada pada sumber daya (tenaga pendidik)

yang digunakan dalam memecahkan masalah pelanggan (siswa) secara professional (Gronroos, 2000). Variabel process quality,

memiliki dimensi pengukuran, yaitu: diantaranya Attitudes & Behavior (Gronroos, 2000; Brady & Cronin, 2001; Rahman, et al,

2012), Accessibility & Flexibility (Gronroos, 2000; Rahman, et al, 2012), Reliability & Trustworthiness, Service Recovery dan

Serviscape (Gronroos, 2000). Dimensi pengukuran variabel image meliputi reputation (Gronroos, 2000; Harrison, 2000;

Abdullah, 2006), credibility (Gronroos, 2000; Parasuraman, et al, 1985), dan accreditation (Sembiring, 2013).

Dalam penelitian ini, kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari peserta didik saat menilai kinerja jasa SMA Santu

Petrus yang telah diterima dengan apa yang diharapkannya. Kepuasan dalam penelitian ini diukur oleh indicator yang digunakan

pada studi Gruber, et al., (2010) dan Bacila, et al., (2014) yang kemudian disesuaikan untuk menilai kepuasan siswa terhadap

berbagai layanan yang disediakan oleh lembaga pendidikan sesuai dengan pengalaman yang telah mereka alami selama

bersekolah, diantaranya adalah kepuasan terhadap tenaga pendidik, fasilitas sekolah, perlengkapan/peralatan pendukung

pembelajaran, materi pembelajaran (kurikulum), penilaian hasil belajar, manajemen sekolah, layanan staf tata usaha, citra

sekolah, suasana belajar sekolah, budaya sekolah serta berbagai aktivitas yang tersedia untuk waktu luang siswa.

Dimensi untuk mengukur loyalitas siswa, terdiri dari: positive word of mouth, complaining behavior (Yu & Dean, 2001),

repurchase intentions, altruism (Jones & Taylor, 2005) dan willingness to pay more (Yu & Dean, 2001; Jones & Taylor, 2005).

Indicator repurchase intention (niat menggunakan kembali) sebagai salah satu dimensi pengukur loyalitas dalam penelitian ini

adalah bukan siswa tersebut yang menggunakan kembali jasa pendidikan, namun ditujukan kepada adik-adik dari siswa tersebut

yang secara umum juga menggunakan jasa pendidikan Santo Petrus, yang mana adik-adik mereka yang masih sekolah di tingkat

SD atau SMP akan melanjutkan ke sekolah SMA Santo Petrus.

Analisis Model Pengukuran

Hasil estimasi terhadap model pengukuran kelima konstruk penelitian menunjukkan bahwa seluruh sub dimensi

dari dimensi Outcome quality, Process quality, Image, dan Loyalitas memiliki loading struktural (regression weight

terstandarisir) yang lebih besar dari 0,7, kecuali loading struktural untuk relasi dari dimensi Process quality ke sub

dimensi Service Recovery yang memiliki nilai sebesar 6,73. Sub dimensi pengukur dimensi Process quality tersebut

akan tetap dipertahankan oleh peneliti karena selisih nilainya tidak sangat jauh dari 0,7. Selain itu, menurut Dachlan

(2014:417), tidak selalu indikator yang tidak memenuhi validitas konvergen harus dibuang karena terkadang demi

kepentingan ketercakupan dalam sebuah instrumen pengukuran, indikator yang dianggap penting tetap dipertahankan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua sub dimensi telah memenuhi validitas konvergen sebagai pengukur

masing-masing dimensi.

Lebih lanjut penelitian ini menguji validitas konvergen indikator sebagai pengukur masing-masing sub dimensi. Hasil

estimasi menunjukkan beberapa indikator mempunyai nilai loading faktornya di bawah nilai 0,7, seperti S2_O (0,546), S8_O

(0,585), C6_O (0,386), dan P7_O (0,529) pada sub dimensi konstruk Outcome quality, S3 (0,676), S7 (0,641), S9 (0,697), dan

Page 6: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

50

S11 (0,590) pada konstruk Kepuasan, serta P3_L (0,688) dan C1_L (0,437) pada sub dimensi konstruk Loyalitas. Ini bermakna

indikator itu tidak memiliki validitas konvergen dalam mengukur tiap-tiap sub dimensi dan dikeluarkan dari analisis. Oleh

karena beberapa indikator telah dikeluarkan, maka model pengukuran berubah dan dilakukan estimasi ulang untuk konstruk

Outcome quality, Kepuasan, dan Loyalitas.

Hasil estimasi terhadap model perbaikan menunjukkan bahwa tidak ada lagi indikator yang memiliki loading

faktor di bawah 0,7. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua indikator telah memenuhi validitas konvergen

sebagai pengukur masing-masing sub dimensi. Hasil estimasi menunjukkan bahwa semua indikator dari setiap sub

dimensi yang ada telah memiliki nilai estimasi SMC di atas nilai 0,5. Kesimpulan yang dapat diambil adalah adalah

semua indikator telah memenuhi reliabilitas. Hasil perhitungan nilai koefisien CR dan koefisien AVE menunjukkan

bahwa semua konstruk telah memiliki nilai CR 0,7 dan nilai AVE 0,5. Kesimpulannya adalah semua konstruk laten

baik dimensi maupun sub dimensi yang ada telah memenuhi reliabilitas konstruk dengan baik. Hasil estimasi

memperlihatkan tidak terdapat nilai absolut dari c.r. (critical ratio) skewness dan nilai absolut dari c.r. kurtosis yang

lebih tinggi dari 2,58 ( = 1%). Dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel memenuhi asumsi normalitas univariat dan

normalitas multivariate, sehingga metode Maximum Likelihood (ML) dapat digunakan.

Data dapat dikatakan terbebas dari outlier jika nilai p1 dan p2 tidak lebih rendah dari 0,001 (untuk = 1%) serta nilai

statistik D2 (Mahalanobis d-squared) tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan nilai-nilai D2 pada observasi yang lain.

Selama proses analisis data, peneliti menemukan beberapa data yang teridentifikasi sebagai outlier. Data tersebut kemudian

dikeluarkan dari analisis. Untuk menjaga ketercukupan jumlah sampel penelitian, peneliti menggantinya dengan data sampel

lain yang juga berada pada jenjang dan program studi yang sama agar jumlah sampel penelitian tidak berubah, yaitu 390

sampel.

Analisis Model Struktural

Jika model pengukuran sudah valid dan reliable maka tahap kedua adalah analisis model structural dengan

melakukan evaluasi terhadap hubungan struktural antara satu konstruk dengan konstruk lainnya sebagaimana tergambar

dalam model penelitian yang merepresentasikan hipotesis penelitian yang hendak diuji.

Gambar 2. Model Struktural Penelitian

Model lengkap (full model) yang terdiri dari model struktural beserta model pengukurannya seperti tampak pada

Gambar 3.

Gambar 3. Model Struktural Lengkap (Full Model)

Page 7: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

51

Pada model penelitian ini, terdapat 7 relasi antara konstruk (variabel) yang bersifat langsung dan 3 relasi antara

konstruk yang bersifat tak langsung. Hipotesis untuk pengaruh langsung dapat diuji dengan menggunakan beberapa

cara. Pertama, dengan membandingkan C.R (critical ratio) dengan nilai statistik t-tabel. Untuk = 5%, maka t-tabel =

1,96. Jika koefisien jalur (relasi dependensi) mempunyai nilai |C. R| > 1,96, maka relasi tersebut signifikan (Ho ditolak

dan Ha diterima). Cara kedua adalah dengan membandingkan p-value pada hasil dengan taraf signifikan (untuk =

5%). Jika p-value< 0,05 maka relasi tersebut signifikan (Ho ditolak dan Ha diterima). Hasil estimasi model struktural

lengkap relasi pengaruh langsung tampak di Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Estimasi Model Struktural Lengkap Relasi Pengaruh Langsung

H Relasi Terstandarisasi Tidak Terstandarisasi

Estimate Estimate S.E. C.R. P

H1 Kepuasan <--- Outcome -0,106 -0,167 0,134 -1,248 0,212

H2 Kepuasan <--- Process 0,774 1,036 0,146 7,108 ***

H3 Kepuasan <--- Image 0,222 0,267 0,080 3,324 ***

H4 Loyalitas <--- Outcome 0,217 0,331 0,176 1,884 0,060

H5 Loyalitas <--- Process -0,052 -0,068 0,219 -0,311 0,756

H6 Loyalitas <--- Image 0,203 0,237 0,106 2,238 0,025

H7 Loyalitas <--- Kepuasan 0,363 0,352 0,120 2,947 0,003

Sumber: Data Olahan, 2015

Hasil estimasi model struktural lengkap relasi pengaruh tak langsung dan hasil perhitungan nilai CR dengan

menggunakan estimasi tidak terstandarisasi seperti tergambar pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Estimasi Model Struktural Lengkap Relasi Pengaruh Tak Langsung

H Relasi Terstandarisasi Tidak Terstandarisasi

Estimate Estimate S.E. C.R.

H8 Loyalitas <--- Outcome -0,039 -0,059 0,070 -0,843

H9 Loyalitas <--- Process 0,281 0,365 0,170 2,147

H10 Loyalitas <--- Image 0,080 0,094 0,057 1,649

Sumber: Data Olahan, 2015

Rangkuman hasil pengujian hipotesis seperti tampak di Tabel 5.

Tabel 5. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis

H Relasi Hasil Pengujian p-value Besar Pengaruh (standarizied)

H1 Outcome→ Kepuasan Tidak signifikan ( = 5%) 0,212 -0,106

H2 Process→ Kepuasan Signifikan ( = 5%) *** 0,774

H3 Image→ Kepuasan Signifikan ( = 5%) *** 0,222

H4 Outcome→ Loyalitas Signifikan ( = 6%) 0,060 0,217

H5 Process→ Loyalitas Tidak Signifikan ( = 5%) 0,756 -0,052

H6 Image→ Loyalitas Signifikan ( = 5%) 0,025 0,203

H7 Kepuasan → Loyalitas Signifikan ( = 5%) 0,003 0,363

H8 Outcome → Kepuasan → Loyalitas Tidak Signifikan ( = 5%) -0,039

H9 Process → Kepuasan → Loyalitas Signifikan ( = 5%) 0,281

H10 Image → Kepuasan → Loyalitas Tidak Signifikan ( = 5%) 0,080

Sumber: Data Olahan, 2015

Pengaruh Outcome Quality terhadap Kepuasan

Hasil analisis SEM yang dilakukan terhadap data kuesioner dengan bantuan program AMOS menunjukkan bahwa

variabel Outcome quality mempunyai pengaruh secara langsung (standardized estimation) terhadap Kepuasan sebesar

-0,106 dengan nilai p-value sebesar 0,212 dan nilai CR (critical ratio) sebesar -1,248. Dengan demikian, hipotesis

pertama (H1) yang berbunyi “Terdapat pengaruh antara Outcome quality terhadap Kepuasan” ditolak. Berdasarkan hasil

uji hipotesa tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap kualitas outcome tidak mempengaruhi kepuasan

mereka terhadap sekolah (pada taraf signifikansi = 5%), kualitas outcome yang baik tidak menjamin siswa akan

menjadi puas.

Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Gronroos (2001) yang mengemukakan bahwa kualitas outcome dapat

menimbulkan kepuasan, juga berbeda dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahman, et al (2012) yang

menyimpulkan bahwa technical quality (outcome quality) secara positif berhubungan dengan customer’s satisfaction

(kepuasan konsumen), tapi melalui mediasi service quality (kualitas jasa). Tidak banyak penelitian terdahulu yang

meneliti hubungan outcome quality terhadap kepuasan secara langsung tanpa mediasi kualitas jasa.

Page 8: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

52

Pengaruh Process quality terhadap Kepuasan

Hasil analisis SEM yang dilakukan terhadap data kuesioner dengan bantuan program AMOS, menunjukkan bahwa

variabel Process quality mempunyai pengaruh secara langsung (standardized estimation) terhadap Kepuasan sebesar

0,774 dengan nilai p-value berupa tiga buah asterik (***) yang artinya nilai p-value tersebut sangat kecil, yaitu lebih

kecil dari 0,001 dan nilai CR (critical ratio) sebesar 7,108. Dengan demikian, hipotesis kedua (H2) yang berbunyi

“Terdapat pengaruh antara Process quality terhadap Kepuasan siswa SMA Santu Petrus” diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahman, et al (2012) yang

menyimpulkan bahwa functional quality (process quality) secara positif berhubungan dengan customer’s satisfaction

(kepuasan konsumen), tapi melalui mediasi service quality (kualitas jasa). Tidak banyak penelitian terdahulu yang

meneliti hubungan process quality terhadap kepuasan secara langsung tanpa mediasi kualitas jasa.

Pengaruh Image terhadap Kepuasan

Hasil analisis SEM yang dilakukan terhadap data kuesioner dengan bantuan program AMOS menunjukkan bahwa

variabel Image mempunyai pengaruh secara langsung (standardized estimation) terhadap Kepuasan sebesar 0,222

dengan nilai p-value berupa tiga buah asterik (***) yang artinya nilai p-value tersebut sangat kecil, yaitu lebih kecil

dari 0,001 dan nilai CR (critical ratio) sebesar 3,324. Dengan demikian, hipotesis ketiga (H3) yang berbunyi “Terdapat

pengaruh antara Image terhadap Kepuasan siswa SMA Santu Petrus” diterima.

Berdasarkan hasil uji hipotesa tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap image yang dimiliki SMA

Santu Petrus mempengaruhi kepuasan mereka terhadap sekolah (pada taraf signifikansi = 5% dan = 1%), image

sekolah yang baik akan membentuk tingkat kepuasan siswa yang baik pula, namun sebaliknya, image sekolah yang

tidak baik akan menurunkan tingkat kepuasan siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Anggia, et al (2012) dan Qomariah (2012) yang melakukan penelitian di universitas, yang

menyimpulkan bahwa secara signifikan Image mempengaruhi Kepuasan.

Pengaruh Outcome Quality terhadap Loyalitas

Hasil analisis SEM yang dilakukan terhadap data kuesioner dengan bantuan program AMOS menunjukkan bahwa

variabel Outcome quality mempunyai pengaruh secara langsung (standardized estimation) terhadap Loyalitas sebesar

0,217 dengan nilai p-value sebesar 0,060 dan nilai koefisien jalur (relasi depedensi) atau CR (critical ratio) sebesar

1,884. Namun, selisih nilai p-value maupun nilai C.R dengan batas penerimaan atau cut off value pada taraf signifikansi

= 5% tersebut tidaklah terlalu sangat jauh. Dengan menggunakan taraf signifikansi 6%, pengaruh tersebut dapat

dikatakan signifikan karena nilai p-value lebih kecil dari 0,0601 dan nilai C.R lebih besar dari 1,88. Oleh karena itu,

hipotesis keempat (H4) yang berbunyi “Terdapat pengaruh antara outcome quality terhadap loyalitas” masih dapat

diterima pada taraf signifikansi 6%.

Selain pengaruh secara langsung, outcome quality memiliki relasi tak langsung terhadap loyalitas melalui variabel

Kepuasan. Berdasarkan hasil estimasi dengan program AMOS, diketahui bahwa besar pengaruh tak langsung

(standardized estimation) sebesar -0,039 dengan nilai CR (critical ratio) sebesar -0,843 yang nilai absolutnya tidak lebih

besar dari 1,96 (taraf signifikansi = 5%). Pengaruh tak langsung tersebut tidak signifikan sehingga hipotesis kedelapan

(H8) yang berbunyi “Terdapat pengaruh tak langsung antara Outcome quality terhadap Loyalitas melalui Kepuasan”

ditolak.

Pengaruh Process Quality terhadap Loyalitas

Hasil analisis SEM yang dilakukan terhadap data kuesioner dengan bantuan program AMOS, menunjukkan bahwa

variabel Process Quality mempunyai pengaruh langsung (standardized estimation) terhadap Loyalitas sebesar -0,052

dengan nilai p-value sebesar 0,756 dan nilai koefisien jalur (relasi depedensi) sebesar -0,311. Dengan demikian,

hipotesis kelima (H5) yang berbunyi “Terdapat pengaruh antara Process Quality terhadap Loyalitas” ditolak.

Penyebab pengaruh yang sangat lemah dari process quality terhadap loyalitas dapat dianalisis karena ada faktor-

faktor lain (di luar faktor kualitas process) yang memberikan pengaruh yang lebih kuat dalam menciptakan loyalitas

siswa dibandingkan dengan faktor kualitas process. Dalam penelitian ini sendiri, selain variabel Process Quality, peneliti

juga menggunakan variabel independen lain dalam mencari pengaruh terhadap variabel dependen Loyalitas, yaitu

variabel Outcome Quality dan variabel Image berdasarkan perceived service quality yang dikemukakan oleh Gronroos

(2001), serta variabel Kepuasan.

Selain pengaruh secara langsung, dalam penelitian ini Process Quality mempunyai jalur relasi secara tidak langsung

terhadap Loyalitas melalui Kepuasan. Hasil analisis SEM yang dilakukan terhadap data kuesioner dengan bantuan

program AMOS menunjukkan bahwa besar pengaruh tak langsung antara Process Quality terhadap Loyalitas melalui

Kepuasan (standardized estimation) sebesar 0,281 dengan nilai CR sebesar 2,147 yang lebih besar dari 1,96. Pengaruh

tersebut signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kesembilan (H9) yang berbunyi “Terdapat pengaruh

tak langsung antara Process Quality terhadap Loyalitas melalui Kepuasan” diterima.

Process Quality tidak berpengaruh terhadap Loyalitas secara langsung, namun Process Quality berpengaruh

terhadap Loyalitas secara tidak langsung melalui mediasi Kepuasan. Persepsi siswa yang cukup baik terhadap process

quality secara langsung tidak mempengaruhi tingkat loyalitas siswa. Namun secara tidak langsung, melalui mediasi

kepuasan, process quality tersebut mempengaruhi loyalitas.

Page 9: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

53

Pengaruh Image terhadap Loyalitas

Hasil analisis SEM yang dilakukan terhadap data kuesioner dengan bantuan program AMOS menunjukkan bahwa

variabel Image mempunyai pengaruh secara langsung (standardized estimation) terhadap Loyalitas sebesar 0,203

dengan nilai p-value sebesar 0,025 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai CR (critical ratio) sebesar 2,238 yang lebih besar

dari 1,96 ( = 5%). Pengaruh yang dihasilkan tersebut signifikan sehingga hipotesis keenam (H6) yang berbunyi

“Terdapat pengaruh antara Image terhadap Loyalitas siswa SMA Santu Petrus” diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anggia, et al (2012), Helgesen &

Nesset (2007), Sembiring (2013) dan Fares, et al (2013) yang melakukan penelitian di universitas, yang menyimpulkan

bahwa secara signifikan, citra institusi mempengaruhi loyalitas. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Qomariah (2012) dan Marvianda, et al (2011) yang melakukan penelitian di universitas,

yang menyimpulkan bahwa citra institusi tidak mempengaruhi loyalitas.

Pengaruh Kepuasan terhadap Loyalitas

Hasil analisis SEM yang dilakukan terhadap data kuesioner dengan bantuan program AMOS menunjukkan bahwa

variabel Kepuasan memiliki pengaruh secara langsung (standardized estimation) terhadap Loyalitas sebesar 0,363

dengan nilai p-value sebesar 0,003 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai CR (critical ratio) sebesar 2,947 yang lebih besar

dari 1,96 ( = 5%). Pengaruh yang dihasilkan tersebut signifikan sehingga hipotesis ketujuh (H7) dalam penelitian ini

yang berbunyi “Terdapat pengaruh antara Kepuasan terhadap Loyalitas siswa SMA Santu Petrus” diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Yu & Dean (2001), Helgesen & Nesset

(2007), Akbar & Parvez (2009), Ehigie & Taylor (2009), Marvianda, et al (2011), Anggia, et al (2012), Qomariah

(2012), Fares, et al (2013), Rinala, et al (2013) dan Anil & Icli (2013) yang menyimpulkan bahwa kepuasan secara

signifikan mempengaruhi loyalitas

Pengujian Peran Kepuasan sebagai mediasi.

Hasil analisis SEM dengan pengujian pengaruh tak langsung menunjukkan bahwa:

1)Jalur outcome quality→Kepuasan→ Loyalitas memiliki beta sebesar -0,039 dengan CR = -0,843 lebih kecil dari t-

tabel (1,96), menunjukkan bahwa kepuasan tidak berperan sebagai mediasi antara outcome quality terhadap loyalitas,

dengan demikian H8 ditolak,

2) Jalur process quality → kepuasan → loyalitas menunjukkan nila beta sebesar 0,281 dengan C.R sebesar 2,147 (lebih

besar dari t-tabel 1,96), membuktikan bahwa kepuasan berperan sebagai mediasi antara process quality terhadap

loyalitas. Dengan demikian H9 diterima.

3) Jalur image → Kepuasan → Loyalitas, memperlihatkan nilai beta sebesar 0,080 dengan C.R 1,649 (lebih kecil dari

t-tabel 1,96), membuktikan bahwa kepuasan tidak berperan sebagai mediasi antara image terhadap loyalitas. Dengan

demikian H-10 ditolak.

5. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat pengaruh antara outcome quality terhadap kepuasan siswa.

2. Terdapat pengaruh antara process quality terhadap kepuasan siswa.

3. Terdapat pengaruh antara image terhadap kepuasan siswa.

4. Terdapat pengaruh antara outcome quality terhadap loyalitas siswa.

5. Tidak terdapat pengaruh antara process quality terhadap loyalitas siswa.

6. Terdapat pengaruh antara image terhadap loyalitas siswa.

7. Terdapat pengaruh antara kepuasan yang dirasakan oleh siswa terhadap loyalitas siswa.

8. Tidak terdapat pengaruh tak langsung antara outcome quality terhadap loyalitas siswa melalui kepuasan siswa.

9. Terdapat pengaruh tak langsung antara process quality terhadap loyalitas siswa melalui kepuasan siswa.

10. Tidak terdapat pengaruh tak langsung antara image terhadap loyalitas siswa melalui kepuasan siswa.

Implikasi dan Rekomendasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hasil tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan

sementara kualitas proses memiliki pengaruh yang signifikan. Studi ini memberikan temuan bahwa dalam

penyampaian layanan pada jasa pendidikan siswa memandang bahwa kualitas proses lebih penting daripada kualitas

hasil dalam menciptakan kepuasan. Kualitas proses tidak dapat membangun loyalitas pelanggan secara langsung

melainkan melalui perantara kepuasan. Oleh karenanya penting bagi manajemen sekolah untuk memperhatikan dan

memperbaiki aspek-aspek dalam kualitas proses diantaranya attitudes & behavior, accessibility & flexibility,

reliability & trustworthiness, serta service recovery dan serviscape.

Kualitas hasil lebih ditujukan dalam membangun loyalitas siswa ketimbang kepuasan. Kepuasan dalam hal ini

tidak berperan sebagai mediasi antara kualitas hasil terhadap loyalitas. Hal ini memperlihatkan bahwa dalam

membangun loyalitas siswa, faktor kualitas hasil menjadi tolak ukur. Oleh karenanya penting bagi manajemen sekolah

Page 10: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

54

untuk meningkatkan aspek-aspek dalam outcome quality diantaranya profesionalisme, bukti-bukti fisik (tangible),

kurikulum serta budaya sekolah dalam membangun loyalitas pelanggan.

Citra (image) memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap kepuasan maupun loyalitas. Hal ini

menggambarkan bahwa citra yang baik pada sekolah menyangkut reputasi, kredibilitas dan akreditasi sangat penting

dalam menciptakan kepuasan dan membangun loyalitas pelanggan. Oleh karenanya indikator reputasi, kredibilitas dan

akreditasi terus-menerus secara berkesinambungan untuk ditingkatkan.

Adapun rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah memperluas ruang lingkup penelitian dengan melibatkan

responden berupa orang tua, alumni yang telah tamat, maupun siswa yang pindah ke sekolah lain saat akan melanjutkan

pendidikan ke jenjang berikutnya dalam menilai kualitas jasa pendidikan, kepuasan dan loyalitas. Mengingat pendidikan

merupakan hal yang sifatnya berkesinambungan dari jenjang ke jenjang, penelitian selanjutnya dapat melibatkan

responden mulai dari jenjang SD, SMP sampai SMA yang tentunya merupakan sekolah yang berada pada asuhan dan

pengelolaan manajemen dari yayasan yang sama. Sehingga dapat memperoleh persepsi siswa tentang kualitas jasa

pendidikan pada sebuah persekolahan secara lebih menyeluruh.

Keterbatasan Hasil Penelitian

Ruang lingkup penelitian dan populasi dalam penelitian ini hanya sebatas unit SMA saja. Selain itu, penelitian ini

belum melibatkan orang tua peserta didik maupun para alumni sebagai responden untuk menilai kualitas jasa, tingkat

kepuasan dan tingkat loyalitas.

DAFTAR PUSTAKA

1) Abdullah, Firdaus, 2006, “Measuring service quality in higher education: HEdPERF versus SERVPERF”, Marketing

Intelligence & Planning, Vol. 24, No. 1, pg. 31, Emerald Group Publishing Limited

2) Aisyah, Siti dan M.N. Hosen, 2009, “Citra Perusahaan, Fasilitas, dan Pelayanan Terkait Tingkat Kepuasan Nasabah di

Perbankan Syariah (Studi Empiris pada Bank Syariah Mandiri)”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 6, No. 3

3) Akbar, M.M. dan N. Parvez, 2009, “Impact of Service Quality, Trust and Customer Satisfaction on Customer Loyalty”,

ABAC Journal, Vol. 29, No. 1, pp. 24-38

4) Alma, Buchari dan Ratih Hurriyati, 2009, “Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan: Fokus Pada Mutu

dan Layanan Prima”, Penerbit: Alfabeta, Bandung

5) Anggia, et al, 2012, “The Effect of Total Service Quality and Private University Image Towards Satisfaction and University

Student Loyalty”, Public Reform for Good Government Governance–A4-PFM Conference, Surabaya

6) Anil, N.K. dan Gulnur Eti Icli, 2013, “Mba Students’ Satisfaction and Loyalty: State Vs. Private Universities In Turkey”,

Trziste, Vol. XXV, br. 2, str. 177-198

7) Aryani, Dwi, dan Febrina Rosinta, 2010, “Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan dalam Membentuk

Loyalitas Pelanggan”, Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 17, No. 2, hlm.114-126

8) Bacila M.F., M.C. Pop, M.A. Scridon dan R. Ciornea, 2014, “Development of An Instrument for Measuring Student

Satisfaction in Business Educational Institutions”, Contemporary Priorities in Business Education, Vol. XVI, No. 37

9) Brady, M.K., dan J.J. Cronin Jr., 2001, “Some New Thoughts on Conceptualizing Perceived Service Quality: A Hierarchical

Approach”, The Journal of Marketing, Vol. 65, No. 3, pp. 34-49, Published by: American Marketing Association

10) Creswell, John W., 2013, “Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga”, Penerbit: Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

11) Curran, Patrick J., West, Stephen G., Finch, John F., 1997, “The Robustness od Test Statistics to Nonnormality and

Specification Error in Confirmatory Factor Analysis. Psychological Methods”, 1, 16-19

12) Dachlan, Usman, 2014, “Panduan Lengkap Structural Equation Modeling Tingkat Dasar, Metodologi, Konsepsi, Aplikasi

(dengan AMOS)”, Penerbit: Lentera Ilmu, Semarang

13) Dado, Jaroslav, J.T. Petrovicova, S. Cuzovic dan T. Rajic, 2012, “An Empirical Examination of The Relationships Between

Service Quality, Satisfaction And Behavioral Intentions In Higher Education Setting”, Serbian Journal of Managament, Vol.

7, No. 2, pp. 203-218

14) Ehigie, B.O., Taylor, M., 2009, “Managing students’ loyalty to school after graduation through relationship marketing”, The

TQM Journal, Vol. 21, No. 5, pp. 502-516, Emerald Group Publishing Limited

15) Fares, Djafri, Meguellati Achour dan Omar Kachkar, 2013, “The Impact of Service Quality, Student Satisfaction, and

University Reputation on Student Loyalty: A Case Study of International Students in IIUM, Malaysia”, Information

Management and Business Review, Vol. 5, No. 12, pp. 584-590

16) Ferdinand, Augusty, 2007, “Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan

Disertasi Ilmu Manajemen Edisi 2”, Penerbit: Universitas Diponegoro, Semarang

17) Ferdinand, Augusty, 2014, “Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen: Aplikasi Model-Model Rumit

Dalam Penelitian Untuk Skripsi, Tesis Magister dan Disertasi Doktor”, Penerbit: Universitas Diponegoro, Semarang

Page 11: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

55

18) Ghozali, Imam, 2014, “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS 22.0 Update Bayesian

SEM”, Penerbit: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

19) Giese, J.L. dan J.A. Cote, 2000, “Defining Consumer Satisfaction”, Academy of Marketing Science Review, Volume 2000,

No. 1

20) Gremler, Dwayne D. dan Stephen W. Brown, 1996, "Service Loyalty; Its Nature, Importance, And Implications", Published

by: ISQA Inc c/o Business Research Institute, St John’s University, Jamaica, New York, USA

21) Gronroos, Christian, 1984, “A Service Quality Model and Its Marketing Implication”, European Journal of Marketing, Vol.

18, No. 4, pp. 36-45

22) Gronroos, Christian, 2000, “Service Management and Marketing: A Customer Relationship Management Approach Second

Edition”, Chichester: John Wiley & Sons, Ltd

23) Gronroos, Christian, 2001, “The perceived service quality concept - a mistake?”, Managing Service Quality Volume 11.

Number 3. 2001. pp. 150-152, MCB University Press

24) Gruber, T., F. Stefan, R. Voss, M.G. Zikuda, 2010, “Examining student satisfaction with higher education services Using a

new measurement tool”, International Journal of Public Sector Management, Vol. 23, No. 2, pp. 105-123, Emerald Group

Publishing Limited

25) Hanaysha, Jalal R.M., 2012, “Service Quality and Satisfacation: Study on International Students In Universities of North

Malaysia”, International Journal of Research in Management, Issue 2, Vol. 3, pp. 116-133

26) Harrison, Shirley, 2000, “Public Relations: An Introduction, Second Edition”, Thomson Learning, London

27) (https://books.google.co.id/books?id=djAybSNdvMUC&pg=PA92&dq=shirley+harrison+corporate+image&hl=id&sa=X

&ei=oUaGVbfKFIeLuASS3bKICQ&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=shirley%20harrison%20corporate%20image

&f=false)

28) Helgesen, Øyvind dan Erik Nesset, 2007, “Images, Satisfaction and Antecedents: Drivers of Student Loyalty? A Case Study

of a Norwegian University College”, Corporate Reputation Review, Vol. 10, No. 1, pp. 38–59, Palgrave Macmillan Ltd

29) Hill, Mary C dan Kathryn K. Epps, 2010, “The Impact of Physical Classroom Environment on Student Satisfaction And

Student Evaluation Of Teaching In The University Environment”, Academy of Educational Leadership Journal, Vol. 14,

No. 4

30) Hoque, K.E., A.Z.A. Razak, A.J. Othman, P.K. Mishra, dan R.S. Ab. Samad, 2013, “Quality Services as perceived by

students of International and Public schools”, Life Science Journal 2013, Vol. 10, No. 2,

31) http://www.lifesciencesite.com

32) Jones, Tim dan Shirley F. Taylor, 2005, “The Conceptual Domain of Service Loyalty: How Many Dimensions?”, Journal of

Services Marketing

33) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), http://kbbi.web.id/akreditasi

34) Kikyuno, “Menciptakan Budaya Sekolah yang Unggul”,: http://kikyuno.wordpress.com/tugas/, diakses tanggal 1 Februari

2015

35) Kotler, P. dan K. L. Keller, 2012, “Marketing Manajemen, 14th ed”, Upper Saddle River, N.J.: Prentice Hall International,

Inc.

36) LeBlanc, G. and Nguyen, N., 1997, “Searching for Excellence In Business Education: An Exploratory Study Of Customer

Impressions Of Service Quality”, International Journal of Educational Management, Vol. 11, pp. 72–79.

37) Leonnard, H.K.S Daryanto, D. Sukandar, dan E.Z. Yusuf, 2013, “The Loyalty Model Of Private University Student Study

Case: STIKOM London School of Public Relation”, International Journal of Information Technology and Business

Management, Vol. 20, No.1, JITBM & ARF.

38) Lewis, R.C. dan B.H. Booms, 1983, "The Marketing Aspects of Service Quality," in Emerging Perspec- tives on Services

Marketing, L. Berry, G. Shostack, dan G. Upah, eds., Chicago: American Marketing, 99-107.

39) Loke, S.P., A.A. Taiwo, H.M. Salim, A.G. Downe, 2011, “Service Quality and Customer Satisfaction in a

Telecommunication Service Provider”, International Conference on Financial Management and Economics, IPEDR Vol.11,

IACSIT Press, Singapore

40) Lovelock, Christopher, Jochen Wirtz dan Jacky Mussry, 2012, “Pemasaran Jasa Manusia, Teknologi, Strategi Perspektif

Indonesia Jilid I Edisi Ketujuh”, Penerbit: Erlangga, Jakarta

41) Macneil, A.J., D.L. Prater dan S. Busch, 2009, “The Effects Of School Culture And Climate On Student Achievement”,

International Journal of Leadership in Education, Vol. 12, No. 1, pp. 73–84

42) Marvianta, YB Andre, HP Sunardi dan Denny Iskandar Tjandrawan, 2011, “Keterkaitan antara Kualitas Layanan, Fasilitas,

Citra Universitas, dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Pelanggan”, Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida

Wacana, pp. 303-318

43) Nazir, Moh, 2003, “Metode Penelitian”, Penerbit: Ghalia Indonesia, Bogor.

44) Nazir, Moh, 2009, “Metode Penelitian”, Penerbit: Ghalia Indonesia, Bogor.

Page 12: Model Kualitas Layanan Dalam Membangun Kepuasan dan

56

45) Newsom, Doug, Judy VanSlyke Turk dan Dean Kruckeberg, 2010, “This Is PR: The Realities of Public Relations”, Boston:

Wadsworth Cengage Learning

46) Oliver, Richard L, 1999, “Whence Consumer Loyalty?”, The Journal of Marketing, Vol. 63, pp. 33-44, Fundamental Issues

and Directions for Marketing, Published by : American Marketing Association.

47) Parasuraman, A, V.A. Zeithaml, dan L.L. Berry, 1985, “A Conceptual Model of Service Quality and Its Implications for

Future”, The Journal of Marketing, Vol. 49, No. 4, pp. 41-50, Published by: American Marketing Association

48) Parasuraman, A, V.A. Zeithaml, dan L.L. Berry, 1988, “SERQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring Consumer

Perceptions of Service Quality”, Journal of Retailing, Vol. 64, No. 1, pp. 12-40

49) Picton, dan Broderick, 2001, “Integrated Marketing Communication. Principle & Practice”, International Thompson

Publications.

50) Qomariah, Nurul, 2012, “Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra Institusi terhadap Kepausan dan Loyalitas Pelanggan (Studi

pada Universitas Muhammadiyah di Jawa Timur)”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 10, No. 1, pp. 177-187

51) Rahman, M.S., A.H.Khan dan M.M. Haque, 2012, “A Conceptual Study On The Relationship Between Service Quality

Towards Customer Satisfaction: Servqual And Gronroos’s Service Quality Model Perspective”, Asian Social Science, Vol.

8, No. 13, Published by: Canadian Center of Science and Education

52) Ratih, Ida Aju Brahma, 2009, “Pengaruh Kinerja Produk, Pelayanan dan Sumber Daya Manusia terhadap Niat Pembelian

Ulang Melalui Citra Perusahaan dan Kepuasan Pelanggan PT Asuransi Jiwasraya”, Jurnal Ekonomi dan Kuangan, Vol. 13,

No. 2

53) Rinala, I Nyoman, I Made Yudana dan I Nyoman Natajaya, 2013, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Akademik Terhadap

Kepuasan dan Loyalitas Mahasiswa Pada Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali”, e-Journal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha, Program Studi Administrasi Pendidikan, Vol. 4

54) Samosir, Zurni Zahara, 2005, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Perpustakaan

USU”, Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.1, No.1, pp. 28-36

55) Sembiring, M.G., 2013, “Determinants of students’ loyalty at Universitas Terbuka”, AAOU Journal, Vol. 8, No. 1, pp. 47-

59

56) Sheth, J.N. dan B. Mittal, 2004, “Customer Behavior: A Managerial Perspective”, Mason, Ohio: South-Western

57) Shah, F.T., 2013, “Service Quality and Customer Satisfaction In Higher Education In Pakistan”, Journal of Quality and

Technology Management, Volume IX, Issue II, pp. 73–89

58) Siagian, James, 2013, “Metode Penelitian Sosial Praktis”, Penerbit: Untan Press, Pontianak

59) Sugiyono, 2012, “Metode Penelitian Kombinasi”, Penerbit: Alfabeta, Bandung.

60) Sugiyono, 2014, “Cara Mudah Menyusun Skripsi Tesis dan Disertasi”, Penerbit: Alfabeta, Bandung.

61) Syamsi, 2008, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa terhadap Kepuasan Konsumen pada Siswa Bimbingan dan Konsultasi

Belajar Al Qolam Bandarlampung”, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol. 5, No. 1, April 2008

62) Thurau, Thorsten Hennig, Markus F. Langer, dan Ursula Hansen, 2001, “Modeling and Managing Student Loyalty: An

Approach Based on the Concept of Relationship Quality”, Journal of Service Research: JSR, May 2001; 3, 4; ABI/INFORM

Complete, pp. 331

63) Tjiptono, Fandy, 2014, “Pemasaran Jasa – Prinsip, Penerapan, dan Penelitian”, Penerbit Andi, Yogyakarta

64) Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra, 2011, “Service, Quality & Satisfaction Edisi 3”, Penerbit: Andi, Yogyakarta

65) UNICEF, 2000, “Defining Quality in Education”, The principal researcher: Jeanette Colby, Miske Witt and Associates,

Education Section, Programme Division, UNICEF New York.

66) Usman, Dachlan, 2014, “Panduan Lengkap Structural Equation Modeling Tingkat Dasar”, Lentera Ilmu, Surabaya

67) Wijanto, Setyo Hari, 2008, “Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8: Konsep dan Tutorial”, Penerbit: Graha Ilmu,

Yogyakarta

68) Wijaya, David, 2012, “Pemasaran Jasa Pendidikan”, Penerbit: Salemba Empat, Jakarta

69) Yener, Dursun, 2013, “Students’ Perceived Service Quality of Distance Learning Courses in a Dual-Mode Education

System”, Contemporary Educational Technology, Vol. 4, No. 1, pp. 50-65

70) Yu, Yi-Ting dan Alison Dean, 2001, “The contribution of emotional satisfaction to consumer loyalty”, International Journal

of Service Industry Management, Vol. 12, No. 3, pp. 234-250, MCB University Press

71) Zainuddin, S., M.H. Kahmis, A. Muhamad dan N. Mamat, 2014, “Perception And Expectation Of Students Towards The

Service Quality: Perspective In Malaysian Research University”, Malaysian Online Journal Of Educational Management

(MOJEM), Vol. 2, Issue 2, pp. 73-91