9
\ 50 Buletin Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 1, Agustus 2020 Homepage: http://journal.stie-yppi.ac.id/index.php/bam ISSN (Cetak) : 2746-3354 ISSN (Online) : 2774-9908 PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA DARI KOTORAN SAPI DI DESA SELOTUMPENG KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN Aji Yoga Anindita 1* , Ella Izzatin Nada 2 ,Mokh Sya’roni 3 ,Mukhamad Rikza 4 , Ahmad Tajuddin Arafat 5 1,3,5 Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Walisongo Semarang 2 Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Walisongo Semarang 4 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Walisongo Semarang Abstrak Tingginya penggunaan energi tak terbarukan menjadi masalah nasional yang harus segera dipecahkan. Biogas dapat menjadi solusi sebagai energi alternatif yang menghasilkan gas metan sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dapat dipergunakan untuk memasak. Tim Program Pengabdian UIN Walisongo Semarang melakukan pemberdayaan masyarakat di Desa Selotumpeng Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen dalam pemanfaatan kotoran ternak sapi menjadi biogas sebagai sumber energi alternatif. Pelakasaan program ini menggunakan metode ABCD (Asset-based community development) dengan menfokuskan pada pengembangan aset Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki oleh desa tersebut, yaitu limbah ternak sapi untuk menjadi energi alternatif dan dapat mengembangkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pengabdian diawali dengan sosialisasi dan penyuluhan, pembuatan instalasi biogas dan uji coba Instalasi biogas. Kata Kunci : Energi, Biogas, Pemberdayaan Masyarakat A. PENDAHULUAN Pembangunan fisik dan ekonomi selalu dianggap menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan. Pengolahan sumber daya alam menjadi alternatif yang efektif dalam pembangunan ekonomi. Sumber daya alam yang senantiasa dimanfaatkan melebihi daya dukungnya, bahkan dirusak tanpa adanya upaya pemulihan dapat mengakibatkan kepunahan, ketidakseimbangan, dan berdampak kepada timbulnya permasalahan- permaslahan baru (Harahap, 2018). Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan rumah tangga, maupun untuk industri dan transportasi. Padahal, ketahanan dan ketersediaan bahan bakar merupakan salah satu pilar penting dalam pembangunan suatu negara. Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya energi yang sangat beragam, dengan sumber energi yang bersifat terbarukan (renewable recources) dan sumber energi yang bersifat tak terbarukan (unrenewable resources). Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang berkelanjutan jika dilakukan pengelolaan yang baik dalam pemanfaatan.

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI …

\

50

Buletin Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 1, Agustus 2020

Homepage: http://journal.stie-yppi.ac.id/index.php/bam

ISSN (Cetak) : 2746-3354 ISSN (Online) : 2774-9908

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI BIOGAS SKALA RUMAH

TANGGA DARI KOTORAN SAPI DI DESA SELOTUMPENG KECAMATAN MIRIT

KABUPATEN KEBUMEN

Aji Yoga Anindita1*, Ella Izzatin Nada2,Mokh Sya’roni3,Mukhamad Rikza4, Ahmad Tajuddin Arafat5

1,3,5Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Walisongo Semarang 2Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Walisongo Semarang

4Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Walisongo Semarang

Abstrak Tingginya penggunaan energi tak terbarukan menjadi masalah nasional yang harus segera

dipecahkan. Biogas dapat menjadi solusi sebagai energi alternatif yang menghasilkan gas metan sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dapat dipergunakan untuk memasak. Tim Program Pengabdian UIN Walisongo Semarang melakukan pemberdayaan masyarakat di Desa Selotumpeng Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen dalam pemanfaatan kotoran ternak sapi menjadi biogas sebagai sumber energi alternatif. Pelakasaan program ini menggunakan metode ABCD (Asset-based community development) dengan menfokuskan pada pengembangan aset Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki oleh desa tersebut, yaitu limbah ternak sapi untuk menjadi energi alternatif dan dapat mengembangkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pengabdian diawali dengan sosialisasi dan penyuluhan, pembuatan instalasi biogas dan uji coba Instalasi biogas.

Kata Kunci : Energi, Biogas, Pemberdayaan Masyarakat

A. PENDAHULUAN

Pembangunan fisik dan ekonomi selalu dianggap menjadi tolak ukur keberhasilan

pembangunan. Pengolahan sumber daya alam menjadi alternatif yang efektif dalam

pembangunan ekonomi. Sumber daya alam yang senantiasa dimanfaatkan melebihi daya

dukungnya, bahkan dirusak tanpa adanya upaya pemulihan dapat mengakibatkan kepunahan,

ketidakseimbangan, dan berdampak kepada timbulnya permasalahan- permaslahan baru

(Harahap, 2018).

Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan

jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan rumah tangga,

maupun untuk industri dan transportasi. Padahal, ketahanan dan ketersediaan bahan bakar

merupakan salah satu pilar penting dalam pembangunan suatu negara. Indonesia merupakan

negara dengan potensi sumber daya energi yang sangat beragam, dengan sumber energi yang

bersifat terbarukan (renewable recources) dan sumber energi yang bersifat tak terbarukan

(unrenewable resources). Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang berkelanjutan

jika dilakukan pengelolaan yang baik dalam pemanfaatan.

Page 2: PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI …

51

Buletin Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 1, Agustus 2020

Sedangkan sumber energi tak terbarukan adalah sumber energi yang akan habis jika

dieksploitasi secara terus menerus (Aisah & Herdiansyah, 2019). Sumber energi tak terbarukan

inilah yang menjadi permasalahan nasional saat ini. Tingginya ketergantungan masyarakat atas

pemanfaatan sumber daya energi tak terbarukan menjadi tantangan tersendiri dalam

pengelolaannya. Konsumsi energi tak terbarukan di Indonesia terhitung hingga tahun 2011

didominasi oleh Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan pangsa 32,7% (47,7%, tanpa biomasa),

diikuti oleh biomasa 25,1%, batu bara 13%, gas bumi 10,8%, listrik 8,8%, dan sisanya adalah

LPG, produk BBM lain, dan briket(Kementerian, 2013). Semakin tahun, energi-energi tak

terbarukan tersebut akan berkurang bahkan habis.

Mengkrucut pada penggunaan energi dalam skala rumah tangga, program konversi

minyak tanah ke LPG mengakibatkan kebutuhan LPG nasional meningkat dengan sangat cepat

tanpa diimbangi oleh sisi produksinya. Kebutuhan akan minyak bumi dapat dikatakan berkurang

dengan program tersebut, namun energi alternatif yang digunakan dengan sumber energi tak

terbarukan pula yang berupa gas alam justru menjadi permasalahan nasional baru. Semakin

meningkatnya penggunaan LPG dalam sektor rumah tangga menjadikan total kebutuhan LPG

nasional telah mencapai 4,3 juta ton pertahun (Kementerian, 2013).

Energi menjadi salah satu sumber kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam aktifitas

masyarakat, salah satunya adalah untuk memasak. Ketergantungan masyarakat akan energi,

juga dapat menyebabkan bertambahnya kebutuhan yang harus menjadi bagian dalam

pengeluaran belanja oleh masyarakat itu sendiri. Penyebab kemiskinan energi adalah ketika

masyarakat tidak mampu secara ekonomi untuk mengakses energi (affordability) (Tumiwa &

Imelda, 2011).

Untuk mengatasi permasalahan energi tersebut, maka diperlukan suatu bentuk

pemberdayaan, baik yang berasal dari pemerintah atau masyarakat sendiri. Program

pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi permasalahan keterbatasan energi tersebut, salah

satunya dapat diwujudkan melalui pemanfaatan kotoran hewan ternak untuk dijadikan biogas.

Pemanfaatan biogas mampu menyediakan sumber energi alternatif, mengurangi biaya

pengeluaran rumah tangga, menekan penggunaan energi bersubsidi dari pemerintah dan

melestarikan lingkungan (Harahap, 2018). Untuk itu, sebagai tim Program Pengabdian UIN

Walisongo Semarang melakukan pemberdayaan masyarakat di Desa Selotumpeng Kecamatan

Mirit Kabupaten Kebumen dalam pemanfaatan kotoran ternak sapi sebagai sumber energi

alternatif yang ramah lingkungan.

Pemilihan lokasi Program Pengabdian Mahasiswa tersebut di Desa Selotumpeng

Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada di

daerah ini, yaitu ternak sapi. Secara umum hampir seluruh masyarakat Desa Selotumpeng,

memiliki ternak sapi, selain bermata pencaharian sebagai petani. Badan Pusat Statistika

Page 3: PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI …

52

Buletin Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 1, Agustus 2020

Kabupaten Kebumen menyebutkan bahwa jumlah ternak sapi di Desa Selotumpeng Kecamatan

Mirit Kabupaten Kebumen pada tahun 2019 berjumlah 376 ekor (Badan Pusat Statistika

Kabupaten Kebumen, 2019).

B. METODE PELAKSANAAN

TIM Program Pengabdian Masyarakat UIN Walisongo di Desa Selotumpeng Kecamatan

Mirit Kabupaten Kebumen menggunakan metode ABCD (Asset-based community development).

Metode ini merupakan istilah model pemberdayaan yang dikemukakan oleh John Mcknight dan

Jody Kretzmann dari Institute for Policy Research University of Northwestern Illinois, USA. ABCD

merupakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang berlawanan atau ingin mengoreksi

konsep lama yang berpusat pada prinsip pemenuhan kebutuhan masyarakat (needs-based ap-

proach) (Cunningham, 2008).

Metode ABCD dipilih karena mengarah kepada konteks pemahaman dan internalisasi

aset, potensi, kekuatan, dan pendayagunaannya secara mandiri dan maksimal oleh masyarakat

sendiri dalam kerangka menuju peningkatan kesejahteran dan keberdayaan semua elemen

masyarakat. Jadi, pendekatan ini berfokus pada aset yang dimiliki masyarakat (aset based) dan

kemandirian (comunity-driven development). Metode pemberdayaan ini menyadari bahwa

betapun rendahnya pendapatan masyarakat di suatu daerah pastinya memiliki aset tertentu

yang dapat dikembangkan (half-full glas approach) (Diarta et al., 2009).

Pendekatan ini juga mengakui bahwa masyarakat memiliki kapasitas dan asosiasi yang

dapat menjadi aset membangun masyarakat yang kuat. Pengakuan terhadap kapasitas ini

memandang masyarakat mulai dapat memadukan kekuatannya dalam kombinasi sedemikian

rupa sehingga membuka struktur baru, peluang, kesempatan, sumber baru pendapatan, dan

kemungkinan baru untuk produktif (Diarta et al., 2009). Dengan metode tersebut, tim program

pengabdian akan menfokuskan pada pengembangan aset SDA yang dimiliki oleh desa tersebut,

yaitu limbah ternak sapi untuk menjadi energi alternatif dan dapat mengembangkan

kesejahteraan masyarakat.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberdayaan merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal

dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui

collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan

kemandirian secara ekonomi, ekologi dan sosial (Mardikanto & Soebiato, 2012). Pemberdayaan

juga dapat diartikan sebagai upaya untuk membangun kemampuan masyarakat dan mendorong,

memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk

mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata (Zubaedi, 2016).

Prinsip dari pemberdayaan yaitu melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan

Page 4: PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI …

53

Buletin Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 1, Agustus 2020

kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif. Dampak langsung

yang dikendaki oleh masyarakat dari proses pemberdayaan adalah segi ekonominya. Salah satu

bentuk dari dampak ekonomi adalah kemudahan masyarakat mengakses sumber-sumber

ekonomi. Sumber ekonomi yang ada di dalam masyarakat bisa saja sumber ekonomi alam dan

sumber ekonomi yang berasal dari manusia (Edi, 2005).

Sama halnya dengan masyarakat Desa Selotumpeng, Mirit, Kebumen yang memiliki

potensi untuk dapat dimanfaatkan dalam pengembangan ekonomi masyarakat berbasis energi.

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa jumlah ternak sapi di Desa Selotumpeng Kecamatan

Mirit Kabupaten Kebumen pada tahun 2019 berjumlah 376 ekor (Badan Pusat Statistika

Kabupaten Kebumen, 2019). Tingginya jumlah ternak sapi, tentunya juga mengakibatkan

tingginya kotoran sapi (limbah) yang akan sia-sia jika tidak dimanfaatkan dan justru

menimbulkan permasalahan baru, yaitu lingkungan.

1. Biogas Sebagai Energi Alternatif

Biogas merupakan bahan bakar gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau

fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia, hewan, limbah

domestik (rumah tangga), dan degradasi anaerobik bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri

anaerobik. Metana dalam biogas, apabila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batubara

dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit.

Campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material

dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerobik. Pada umumnya biogas terdiri atas gas

metana (CH4) 50 samapi 70%, gas karbon dioksida (CO2) 30 sampai 40%, hidrogen (H2) 5

sampai 10%, dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit ini (Wahyuni, 2009).

Manfaat energi biogas adalah menghasilkan gas metan sebagai pengganti bahan bakar

khususnya minyak tanah dan dapat dipergunakan untuk memasak. Dalam skala besar, biogas

dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi

biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk

organik pada tanaman atau budidaya pertanian. Manfaat energi biogas yang lebih penting

lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang

tidak dapat diperbaharui (Wahyuni, 2009).

Oleh karena pemerintah juga mendorong upaya-upaya untuk penggunaan sumber-

sumber energi alternatif lainnya yang dianggap layak dilihat dari segi teknis, ekonomi, dan

lingkungan. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5

tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi

alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada

sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak

(Setiawan, 2002).

Page 5: PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI …

54

Buletin Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 1, Agustus 2020

Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Proses ini merupakan peluang besar

untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan

bakar fosil atau energi-energi tak terbarukan (Setiawan, 2002).

2. Pelaksanaan Kegiatan

a. Sosialisasi dan Penyuluhan

Sebelum program pembuatan biogas, masyarakat, khusunya kelompok tani,

diberikan sosialisasi tentang manfaat biogas, tujuan dari pembuatan biogas, biaya

pembuatan biogas mandiri berbahan drum dan persiapan-persiapan lainnya sampai

pelaksanaan ujicoba biogas. Sosialisasi dilakukan oleh Tim Pengabdian UIN Walisongo

Semarang yang bekerjasama dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dan

Lingkungan Hidup (Perkim-LH) Kabupaten Kebumen. Sosialisasi dilakukan di Aula Balai

Desa Selotumpeng, Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen.

Sasaran pertama dari program pemberdayaan masyarakat berbasis energi ini

adalah kelompok tani di Desa Selotumpeng yang notabenya juga memiliki ternak sapi. Di

mana terdapat empat kelompok tani yang tersebar di masing-masing pedukuhan. Empat

kelompok tani tersebut di antaranya, Sri Widodo (Dukuh Abean), Sri Utomo (Dukuh

Trukan), Tegal Dadi (Dukuh Sampang Kulon), dan Karya Utama (Dukuh Sampang Wetan).

Gambar 1 : Sosialisasi dan Penyuluhan Biogas bekerjasama dengan Dinas Perkim-LH

Kabupaten Kebumen.

b. Pembuatan Instalasi Biogas

Instalasi biogas dibuat satu unit yang nantinya digunakan sebagai percontohan.

Untuk membuat unit produksi biogas skala rumah tangga tidak perlu mengeluarkan biaya

yang banyak. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan instalasi biogas adalah

drum bekas dan pipa berukuran 2 inci untuk memasukan kotoran dan pengeluaran

kotoran. Bahan-bahan lainya berupa pipa logam dengan diameter ½ inci, untuk ujung

Page 6: PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI …

55

Buletin Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 1, Agustus 2020

pengeluaran gas dan satu plastik, selain itu pula dibutuhkan pula pipa karet atau paralon

seperlunnya berdiameter ½ inci, sebagai penyaluran gas dari tangki percerna ke kompor.

Cara pembuatan instalasi biogas secara sederhana dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Bak Fermentasi (Digester) menggunakan satu drum besar. Bak ini terbuat dari tiga

buah drum dengan posisi direbahkan yang sisinya dilubangi dan kemudian disambung

dengan cara di las. Bak dilengkapi dengan pipa pemasukan isian (inlet) dan pipa

pengeluaran pembuangan (outlet) yang dipasang dengan sudut kemiringan 450. Bak

ini diisi kotoran sapi sebanyak lebih kurang ¾ drum. Bak fermentasi ini merupakan bak

penghasil gas yang selanjutnya dihubungkan dengan plastik pengumpul gas dengan

pipa.

2) Plastik Pengumpul Gas. Plastik ini dibuat terpisah dengan bak fermentasi dan

dihubungkan dengan selang dari bak fermentasi/penghasil gas disatu sisi dan sisi

lainnya ke kompor. Plastik ini digunakan untuk memudahkan pengamatan apabila gas

sudah terbentuk.

Gambar 2 : Pembuatan instalasi biogas skala rumah tangga dari kotoran sapi di salah satu rumah petani sekaligus peternak sapi

Dalam pembuatan instalasi biogas perlu juga diperhatikan penempatannya.

Tempat terbaik dan teraman untuk meletakkan unit produksi biogas adalah sekurang-

kurangnya 10 meter dari rumah. Terpisah dari tempat memasak sumber air, sehingga

limbah tidak mencapai sumber air bersih dan tidak mencemari kehidupan keluarga

serta tempat pengolahan pangan ketika memasukkan limbah tanaman dan kotoran

ternak dan bahan organik biogas. Namun, dianjurkan juga menempatkan unit biogas

tidak terlalu jauh dari rumah, agar tidak mengeluarkan lebih banyak biaya karena

membutuhkan pipa gas yang lebih panjang. Pipa gas harus dijaga dan dicegah jangan

sampai bocor dan jika dipasang menyeberang jalan, hendaknya dibenam ke dalam

tanah (Junaidi, 2002).

Page 7: PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI …

56

Buletin Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 1, Agustus 2020

c. Uji Coba Instalasi Biogas Uji coba dilakukan setelah gas yang ada dalam instalasi biogas terbentuk terlihat

dengan menggelembungnya plastik yang digunakan untuk penampung gas. Setelah

digester mampu menghasilkan gas, maka plastik penampung gas dihubungkan dengan

kompor. Uji coba dilakukan dengan cara membuka secara perlahan-lahan kran gas dari

digester. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada gas yang terbentuk, yang dicirikan

adanya penggelembungan plastik dan bau gas seperti bau khas kotoran sapi. Gas mulai

terbentuk pada hari ke -15, dan maksimum tercapai pada hari ke-20. Setelah gas keluar

selanjutnya digester diisi kembali dengan kotoran sapi segar sebanyak 3- 4 ember.

Gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran ternak dengan instalasi biogas

sederhana ini sudah mampu mencukupi kapasitasnya dalam menghasilkan gas yang bisa

digunakan untuk menyalakan kompor. Untuk perawatannya, disarankan, pembuatan

biogas dengan instalasi sederhana ini sebaiknya pemberian kotoran sapi dilakukan setiap

hari dengan jumlah sekitar 3 – 4 ember ukuran sedang.

Gambar 3 : Setelah 15 hari gas mulai terbentuk dicirkan dengan penggelembungan

plastik dan bau gas seperti bau khas kotoran sapi

Setelah dilakukan uji coba dan memperlihatkan manfaat kotoran sapi sebagai

energi alternatif untuk memasak, perlu dilakukan pembinaan lanjutan kepada

masyarakat, khususnya kelompok tani. Pembinaan dilakukan dalam pengisian kotoran

sapi pada instalasi Biogas yang telah dibuat.Pengisian kotoran ternak dilakukan setiap hari

sebanyak 3-4 ember ke dalam Bak digester melalui lubang pemasukan/ Corong/ Inlet.

Diharapkan dengan percontohan unit instalasi biogas yang dibuat, dapat memacu

masyarakat lain untuk memanfaatkan kotoran sapi sebagai penghasil energi yang selama

ini sangat dibutuhkan.

Page 8: PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI …

57

Buletin Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 1, Agustus 2020

Gambar 4 : Kompor dari biogas menyala dan dapat digunakan untuk memasak.

D. SIMPULAN

Sumber energi tak terbarukan menjadi permasalahan nasional saat ini yaitu tingginya

ketergantungan masyarakat atas pemanfaatan sumber daya energi tak terbarukan menjadi

tantangan tersendiri dalam pengelolaannya. Biogas dapat menjadi sumber energi alternatif yang

bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar seperti minyak tanah dan gas alam untuk memasak.

Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat

digunakan sebagai pupuk organik untuk pertanian. Pembuatan instalasi biogas dilakukan di Desa

Selotumpeng, Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen karena mempunyai potensi ternak sapi

yang memadai dan menghasilkan kotoran sapi yang cukup banyak sehingga perlu diolah menjadi

biogas agar tidak mencemari lingkungan. Tahapan pembuatan instalasi biogas dimulai dengan

pembuatan bak fermentasi menggunakan drum besar, kemudian pembuatan plastik pengumpul

gas dan terakhir dilakukan ujicoba instalasi biogas

E. DAFTAR PUSTAKA

Aisah, I. U., & Herdiansyah, H. (2019). Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Desa Mandiri Energi. Share: Social Work Journal, 9(2), 130– 141.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Kebumen. (2019). Kecamatan Mirit dalam Angka (2019th ed.). BPS Kabupaten Kebumen. https://doi.org/110201.3305080

Cunningham, G. (2008). Stimulating asset based and community driven development: Lessons from five communities in Ethiopia. From Clients to Citizens, Communities Changing the Course of Their Own Development, 263–298.

Darmawi, D. (2009). Peranan biogas limbah ternak sapi bantuan PT. Petrochina bagi peternak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu- Ilmu Peternakan, 191–195.

Diarta, I. K. S., SP, M. A., & DIARTA, I. K. S. (2009). Pro Poor Tourism Dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin Tinjauan Teoritis Pendekatan Metode Asset Based And Community-Driven Development. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, 4(1).

Edi, S. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama. Elizabeth, R., & Rusdiana, S. (2011). Efektivitas Pemanfaatan Biogas Sebagai Sumber

Page 9: PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS ENERGI …

58

Buletin Abdi Masyarakat Vol. 1 No. 1, Agustus 2020

Bahan Bakar Dalam Mengatasi Biaya Ekonomi Rumah Tangga di Perdesaan. Prosiding Seminar Nasional Era Baru Pembangunan Pertanian: Strategi Mengatasi Masalah Pangan, Bioenergi Dan Perubahan Iklim. Pusat Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian. Bogor (ID): P, 220–234.

Harahap, F. I. N. (2018). Dampak pemberdayaan masyarakat melalui program biogas dalam mewujudkan kemandirian energi. JPPM (Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat), 5(1), 41–50.

Junaidi, M. (2002). Sami’an, 2002,”. Pemanfaatan Teknologi Biogas Sebagai Sumber Energi Ramah Lingkungan Dl Perusahaan Susu Umbul Katon Surakarta”, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kementerian, E. (2013). Supply Demand Energi. Pusat Data Dan Teknologi Informasi Energi Dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM. Jakarta