Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH STRATEGI PDEODE
(PREDICT-DISCUSS-EXPLAIN-OBSERVE-DISCUSS-EXPLAIN)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
AI ARISKA
NIM. 11140170000034
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
ii
i
ABSTRAK
AI ARISKA (11140170000034). “Pengaruh Strategi PDEODE (Predict-
Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain) terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Mei
2019.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pembelajaran dengan strategi
PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain) terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Metode penelitian yang digunakan
adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian posttest only control design.
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu MTs Negeri di Kota Jakarta tahun ajaran
2018/2019. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling
pada siswa kelas VII dengan mengambil dua kelas dari lima kelas, satu kelas terdiri
dari 36 siswa sebagai kelas eksperimen yang diberi pembelajaran dengan strategi
PDEODE dan satu kelas lainnya terdiri dari 34 siswa sebagai kelas kontrol yang
diberi pembelajaran secara konvensional. Kemampuan berpikir kritis yang diukur
dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam merumuskan pertanyaan, memberi
alasan, menganalisis argumen, membuat langkah penyelesaian masalah,
mempertimbangkan keputusan, dan membuat kesimpulan. Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji-t pada taraf signifikansi 5% diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,0325 lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan
sebesar 𝛼 = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang diajarkan dengan strategi PDEODE (Predict-Discuss-
Explain-Observe-Discuss-Explain) lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Dari keenam indikator, pencapaian tertinggi siswa kelas PDEODE pada indikator
menganalisis argumen, sedangkan kelas konvensional pada indikator membuat
kesimpulan. Pencapaian indikator terendah siswa kelas PDEODE dan kelas
konvensional berada pada indikator yang sama yaitu indikator merumuskan
pertanyaan. Dengan demikian, kesimpulan penelitian ini adalah pembelajaran
dengan strategi PDEODE memiliki kontribusi yang lebih besar dibandingan dengan
pembelajaran konvensional terhadap pengembangan kemampuan berpikir kritis
matematis.
Kata Kunci: Strategi Pembelajaran PDEODE, Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis.
ii
ABSTRACT
AI ARISKA (11140170000034). "The Effect of PDEODE (Predict-Discuss-
Explain-Observe-Discuss-Explain) Strategy on Student’s Mathematical Critical
Thinking Skills". Paper of Mathematics Education Department, Faculty of
Educational Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, May
2019.
The aim of this research is to analyze the effect of learning with PDEODE (Predict-
Discuss-Exlain-Observe-Discuss-Explain) strategy towards the student’s
mathematical critical thinking skills. The used method in this research is quasi
experiment with the research design of posttest only control design. The research
was conducted in one of State Junior High Schools in Jakarta of the academic year
2018/2019. The samples were taken from students of seventh grade by using cluster
random sampling technique. The students were taken from two classes out of five
in which the first class as the experimental class given learning with PDEODE
strategy consisting 36 students and the second class as the control class given
conventional learning also consisting 34 students. Critical thinking skills that is
measured is the skills to formulate questions, giving reasons, analyzing arguments,
making steps of problem solving, considering the decision, and making conclusion.
Based on the hypothesis testing by using t-test on the significance level of 5%, the
significance value is 0.0325. It means smaller than the significance level set at 𝛼 =
0,05. It shows that average students' mathematical critical thinking skills of those
who got the learning with PDEODE strategy is higher than average the student’s
mathematical critical thinking skills of the students who got the conventional
learning approach. From six indicators, the highest achievement indicator from the
PDEODE class is on the indicator of analyzing argument, while the conventional
class on the indicator is making conclusion. The lowest achievement indicator of
both the PDEODE class and conventional class are also the same, that is on the
indicator of formulating question. Thus, the conclusion of the research is that
learning with PDEODE strategy has greater contribution than conventional
learning towards the development of student’s mathematical critical thinking skills.
Key Words: PDEODE Strategy, Mathematical Critical Thinking Skills.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan kesehatan, kenikmatan, dan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat
dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa terdapat berbagai
kendala yang dialami, namun dengan kerja keras, doa, bantuan dan semangat dari
berbagai pihak semua kendala dapat teratasi. Oleh karena itu, ucapan terimakasih
penulis ucapkan kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Abdul Muin, S.Si., M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing I, serta Ibu Gusni Satriawati, S.Ag., M.Pd
sebagai Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan semangat selama penulis
mengerjakan skripsi ini.
4. Bapak Dindin Sobiruddin, M.Kom., selaku Dosen Penasihat Akademik yang
telah memberikan bimbingan, arahan serta nasihat kepada penulis beserta
teman-teman dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
6. Teristimewa untuk keluarga tercinta, Ayahanda Anung Kartiwan dan Ibunda
Hamidah yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, dan mendoakan serta
iv
memberikan dukungan untuk penulis selama ini. Tak lupa adik Agus Hermawan
yang mampu menjadi penyemangat bagi penulis.
7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan keleluasaan dalam peminjaman
buku-buku yang dibutuhkan.
8. Bapak Drs. Imam Sayuti, M.Pd selaku Kepala MTs Negeri 30 Jakarta Timur
yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.
9. Ibu Siti Aisyah, M.Pd selaku guru matematika kelas VII MTs Negeri 30 Jakarta
Timur, seluruh dewan guru dan staff MTs Negeri 30 Jakarta Timur serta siswa-
siswi MTs Negeri 30 Jakarta Timur khususnya kelas VII-A dan VII-B yang
telah membantu penulis melaksanakan penelitian.
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2014
khususnya kelas B yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan, dan
doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan,
semangat, masukan dan doa yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima
sebagai amal baik. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta kritik serta saran yang membangun
dari berbagai pihak demi perbaikan penulis di masa yang akan datang. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat berguna bagi khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Jakarta, Mei 2019
Penulis,
Ai Ariska
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 11
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 11
D. Perumusan Masalah ................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12
1. Manfaat Teoritis ..................................................................................... 12
2. Manfaat Praktis ....................................................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................13
A. Deskripsi Konseptual ................................................................................ 13
1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ................................................. 13
2. Strategi Pembelajaran PDEODE ............................................................ 23
3. Pembelajaran Konvensional ................................................................... 28
B. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................... 29
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 30
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 36
B. Desain Penelitian ....................................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 37
D. Variabel Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ................................. 37
E. Instrumen Penelitian .................................................................................. 37
1. Validitas Instrumen ................................................................................ 41
vi
2. Daya Pembeda ........................................................................................ 42
3. Taraf Kesukaran ..................................................................................... 44
4. Reliabilitas Instrumen ............................................................................. 46
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 47
1. Uji Normalitas ........................................................................................ 47
2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 48
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 49
G. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................51
A. Deskripsi Data ........................................................................................... 51
1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ................................................. 51
2. Proses Pembelajaran ............................................................................... 66
a. Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ........................................ 66
B. Analisis Data ............................................................................................. 78
1. Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 79
2. Hasil Uji Homogenitas ........................................................................... 79
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 80
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 81
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................89
A. Kesimpulan ................................................................................................ 89
B. Saran .......................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................91
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Posisi Indonesia selama 12 tahun pada PISA ............................................... 3
Tabel 2. 1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ............................................ 18
Tabel 2. 2 Tahapan Pembelajaran dengan Strategi PDEODE ........................... 24
Tabel 3. 1 Desain Penelitian .............................................................................. 36
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis .......... 38
Tabel 3. 3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 39
Tabel 3. 4 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Berpikir Kritis ............. 42
Tabel 3. 5 Kriteria Indeks Daya Pembeda ......................................................... 43
Tabel 3. 6 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ......................................................................................... 44
Tabel 3. 7 Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen............................................... 45
Tabel 3. 8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ......................................................................................... 45
Tabel 3. 9 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Daya Pembeda, dan Taraf
Kesukaran ......................................................................................... 45
Tabel 3. 10 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen .......................... 46
Tabel 4. 1 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa . 51
Tabel 4. 2 Hasil Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa ................................................................................................ 53
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa 79
Tabel 4. 4 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa .................................................................................................. 80
Tabel 4. 5 Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 81
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Contoh Jawaban pada Kesalahan Mde ............................................ 6
Gambar 2. 1 Bagan Pengelolaan Strategi PDEODE .......................................... 27
Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ............................................. 34
Gambar 4. 1 Persentase Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa ............................................................................................. 55
Gambar 4. 2 Contoh Soal Indikator Mempertimbangkan Keputusan ............... 56
Gambar 4. 3 Contoh Jawaban Posttest No.1 Indikator Mempertimbangkan
Keputusan (a) Kelas PDEODE (b) Kelas Konvensional ............. 57
Gambar 4. 4 Contoh Soal Indikator Menganalisis Argumen ............................ 58
Gambar 4. 5 Contoh Jawaban Posttest No.2 Indikator Menganalisis Argumen
(a) Kelas PDEODE (b) Kelas Konvensional ............................... 59
Gambar 4. 6 Contoh Soal Indikator Membuat Langkah Penyelesaian Masalah 60
(b) Gambar 4. 7 Contoh Jawaban Posttest No.3 Indikator
Membuat Langkah Penyelesaian Masalah (a) Kelas PDEODE (b)
Kelas Konvensional ..................................................................... 61
Gambar 4. 8 Contoh Soal Indikator Memberi Alasan ...................................... 62
Gambar 4. 9 Contoh Jawaban Posttest No.4 Indikator Memberi Alasan (a)
Kelas PDEODE (b) Kelas Konvensional .................................... 62
Gambar 4. 10 Contoh Soal Indikator Merumuskan Pertanyaan ......................... 63
Gambar 4. 11 Contoh Jawaban Posttest No.5a Indikator Merumuskan
Pertanyaan (a) Kelas PDEODE (b) Kelas Konvensional ........... 64
Gambar 4. 12 Contoh Soal Indikator Membuat Kesimpulan ............................. 64
Gambar 4. 13 Contoh Jawaban Posttest No.6 Indikator Membuat Kesimpulan 65
Gambar 4. 14 Contoh LKS dan Pengerjaan Siswa pada Tahap Predict ............. 68
Gambar 4. 15 Contoh LKS dan Pengerjaan Siswa pada Tahap Discuss ............ 69
Gambar 4. 16 Contoh LKS dan Pengerjaan Siswa pada Tahap Explain ............ 70
Gambar 4. 17 Contoh LKS dan Pengerjaan Siswa pada Tahap Observe ........... 71
Gambar 4. 18 Contoh LKS dan Pengerjaan Siswa pada Tahap Discuss ............ 72
Gambar 4. 19 Contoh LKS dan Pengerjaan Siswa pada Tahap Explain ............ 73
ix
Gambar 4. 20 Contoh LKS dan Pengerjaan Siswa pada Tahap Mengamati ...... 75
Gambar 4. 21 Contoh LKS dan Pengerjaan Siswa pada Tahap Menanya ......... 75
Gambar 4. 22 Contoh LKS dan Pengerjaan Siswa pada Tahap Mengumpulkan
Informasi ...................................................................................... 76
Gambar 4. 23 Contoh LKS dan Pengerjaan Siswa pada Tahap Mengasosiasi... 77
Gambar 4. 24 Contoh LKS dan Pengerjaan Siswa pada Tahap
Mengomunikasikan ...................................................................... 77
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas ksperimen…………94
Lampiran 2 Rencana Pembelajaran Kelas Kontrol ........................................ 148
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen .......................... 201
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol ................................. 240
Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis .................................................................................... 269
Lampiran 6 Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis .................................................................................... 270
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis .................................................................................... 274
Lampiran 8 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis .................................................................................... 275
Lampiran 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis .................................................................................... 276
Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis .................................................................................... 277
Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Daya Pembeda, Tingkat
Kesukaran, dan Reliabilitas ........................................................ 278
Lampiran 12 Instrumen Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ....... 279
Lampiran 13 Kunci Jawaban Instrumen Posttest Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis .................................................................................... 283
Lampiran 14 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis .................................................................................... 288
Lampiran 15 Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ......................................... 291
Lampiran 16 Hasil Posttest Kelas Kontrol ........................................................ 292
Lampiran 17 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis .................................................................................... 293
xi
Lampiran 18 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Tes Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Siswa ............................................................... 294
Lampiran 19 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa ......................................................................... 295
Lampiran 20 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Tahap Pra Penelitian .................................................................... 296
Lampiran 21 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Tahap Pra
Penelitian ..................................................................................... 297
Lampiran 22 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Tahap Pra
Penelitian ...................................................................................... 298
Lampiran 23 Hasil Wawancara Tahap Pra Penelitian ....................................... 299
Lampiran 24 Surat Bimbingan Skripsi .............................................................. 301
Lampiran 25 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................... 303
Lampiran 26 Surat Keterangan Penelitian......................................................... 304
Lampiran 27 Lembar Uji Referensi................................................................... 305
Lampiran 28 Lembar Uji Plagiarisme ............................................................... 310
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU.I. No.2 Tahun 1989, definisi dari pendidikan adalah “usaha
sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.1 Berdasarkan definisi tersebut
pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa.
Menurut Dewey yang dikutip oleh Hengki Wijaya, “pendidikan sebagai alat untuk
mencapai kemajuan dan pembaruan sosial”.2 Berdasarkan pendapat tersebut maka
pendidikan merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu bangsa. Pada
Peraturan Pemerintah no 17 tahun 2010 dalam pasal 77 dijelaskan mengenai tujuan
pendidikan menengah yaitu sebagai berikut:
Tujuan pendidikan menengah yaitu untuk membentuk siswa menjadi insan yang:
(1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur; (2) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (3) sehat,
mandiri, dan percaya diri; dan (4) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung
jawab.3
Sesuai dengan tujuan pendidikan menengah yang terkandung dalam
Peraturan Pemerintah no 17 tersebut, maka diperlukan kesungguhan dalam
berusaha dan bekerja keras agar tujuan tersebut dapat tercapai sebagaimana
mestinya. Dalam hal ini, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
mampu berperan mengasah kemampuan siswa menjadi manusia kritis dan tidak
mudah menerima informasi secara mentah sebelum teruji kebenarannya. Hal
tersebut didukung oleh pendapat Mayadiana yang menyatakan bahwa “matematika
adalah metode logis”.4 Seiring dengan perkembangan zaman, muncul berbagai
permasalahan dalam kehidupan menunjukkan bahwa manusia harus mampu
menjadi pesaing handal agar dapat berkompetisi dengan manusia lainnya. Dengan
1Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h.2. 2Hengki Wijaya, “Pendidikan Dasar Untuk Penguatan Peran Bangsa Dalam Dinamika
Global (Prof Arismundar)”, ResearchGate, Makassar, Februari 2018, h. 1. 3Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan. 4Dina Mayadiana Suwarma, Suatu Alternatif Pembelajaran untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika, (Jakarta: Cakrawala Maha Karya, 2009), h. iv.
2
demikian, pembelajaran matematika di sekolah harus dilaksanakan sebaik mungkin
agar nantinya siswa mempunyai bekal sehingga siap menjalani kehidupan. Oleh
karena itu, matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang cukup memiliki
peranan penting bagi kehidupan. Kehidupan yang dimaksud yaitu kehidupan dalam
menghadapi dunia kerja di masa mendatang.
Menurut Preparing for 21st Century The Education Imperative yang dikutip
oleh Sudrajat, “pada abad 21 ini diramalkan akan lebih banyak lagi pekerjaan yang
memerlukan keterampilan tingkat tinggi yang melibatkan pemikiran kritis,
pemecahan masalah, penyampaian gagasan, dan kerjasama yang efektif”.5 Hal
tersebut menunjukkan salah satu pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam
kehidupan. Menurut NCTM, “berpikir kritis diperlukan sebagai jantung
pembelajaran di kelas guna membangun suasana kehidupan masyarakat menuju era
informasi”.6 Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Kemampuan matematika siswa
Indonesia dapat dilihat dari hasil tes PISA yang diujikan pada siswa usia 15 tahun
mengenai bidang matematika, sains dan membaca dalam menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan diikuti oleh berbagai negara.
Keikutsertaan Indonesia sebagai negara yang berpartisipasi dalam
pelaksanaan tes PISA sudah dimulai sejak awal dilaksanakannya tahun 2000.
Namun, walaupun Indonesia sudah terlibat sejak awal dalam penyelenggaraan
PISA, hasil yang diperoleh masih belum optimal. Posisi Indonesia yang selalu
berada di sepuluh urutan terbawah, belum sesuai dengan harapan yang dicita-
citakan bangsa. Perolehan skor yang diraih masih jauh tertinggal dari rata-rata
OECD. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika siswa
Indonesia masih dalam kategori rendah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil skor
matematika siswa Indonesia dalam tes PISA selama 12 tahun, diadaptasi dari
kemendikbud 2015 yang akan diuraikan pada tabel berikut.7
5Sudrajat, “Peranan Matematika dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”,
Seminar sehari The Power Mathematics for All Aplication HIMATIKA-UNISBA, Januari 2008, h.1. 6Suwarma, op. cit., h.3. 7Eka Rahmawati, Annajmi, dan Hardianto, “Analisis Kemampuan Matematis Siswa SMP
dalam Menyelesaikan Soal Matematika Bertipe PISA”, Jurnal Pendidikan Matematika, h. 2.
3
Tabel 1. 1
Posisi Indonesia selama 12 tahun pada PISA
Tahun
Studi
Mata
Pelajaran
Skor
Rata-rata
Indonesia
Skor Rata-
rata
Internasional
Peringkat
Indonesia
Negara yang
Berpartisipasi
2000 Matematika 367 500 39 41
2003 Matematika 360 500 38 40
2006 Matematika 391 500 50 57
2009 Matematika 371 496 57 65
2012 Matematika 375 494 64 65
Dalam tes PISA (Programme for International Students Asessment) terdapat
beberapa level kemampuan matematika yang diujikan. Pada level 6, salah satu
kompetensi matematika yang dapat dimiliki siswa yaitu siswa dapat melakukan
generalisasi dengan menggunakan informasi yang telah ditelaah dalam situasi
kompleks.8 Kemampuan generalisasi tersebut sesuai dengan salah satu indikator
kemampuan berpikir kritis yang akan penulis kembangkan yaitu siswa mampu
menarik kesimpulan secara umum berdasarkan pernyataan terkait masalah yang
diberikan. Selain itu, pada level 6 siswa juga dapat berpikir dan bernalar secara
matematika.9 Hal tersebut sejalan dengan pendapat Glazer yang menyatakan bahwa
penalaran matematika adalah salah satu aspek berpikir kritis.10 Pada level ini juga,
siswa dapat mengembangkan strategi baru untuk menghadapi situasi baru serta
merumuskan dan mengomunikasikan apa yang mereka temukan.11 Hal tersebut
sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis yang akan penulis kembangkan
yaitu siswa mampu membuat strategi/langkah penyelesaian suatu masalah dan
mampu mengajukan pertanyaan berdasarkan situasi masalah yang diberikan.
Selanjutnya, kemampuan berpikir kritis dalam tes PISA dapat dilihat pada
soal yang diujikan dalam level 5. Pada level tersebut, kompetensi matematika yang
dapat dimiliki siswa yaitu siswa dapat melakukan evaluasi terhadap strategi yang
diterapkan untuk memecahkan masalah berdasarkan situasi kompleks yang
8Rahmah Johar, “Domain Soal PISA untuk Literasi Matematika”, Jurnal Peluang, Vol. 1,
2012, h. 36. 9Ibid. 10Suwarma, op. cit., h.16. 11Johar, loc. cit.
4
dihadapinya tersebut.12 Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gerhand yang
menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses kompleks yang
melibatkan salah satunya evaluasi data serta membuat seleksi atau membuat
keputusan berdasarkan hasil evaluasi.13 Dengan demikian, level 5 sesuai dengan
salah satu indikator kemampuan berpikir kritis yang akan penulis kembangkan
yaitu siswa mampu mempertimbangkan keputusan melalui proses seleksi
berdasarkan hasil evaluasi. Selain itu, pada level ini siswa dapat bekerja dengan
menggunakan pemikiran dan penalaran yang luas.14 Dengan menggunakan
pemikiran dan penalarannya, siswa dapat menganalisis argumen dari data yang
diberikan. Hal tersebut juga merupakan indikator berpikir kritis yang akan penulis
kembangkan.
Aspek berpikir kritis dapat dilihat pula dalam tes PISA pada level 4. Pada
level tersebut, kompetensi matematika yang dapat dimiliki siswa yaitu siswa dapat
menggunakan keterampilannya dengan baik dan mengemukakan alasan dan
pandangan yang fleksibel sesuai dengan konteks.15 Hal tersebut sesuai dengan salah
satu indikator kemampuan berpikir kritis yang akan penulis kembangkan yaitu
siswa mampu memberikan penjelasan yang jelas dan logis terhadap masalah yang
diberikan guru. Mengacu pada uraian di atas, maka kemampuan berpikir kritis dapat
dikategorikan pada tes PISA level 4,5 dan 6. Berikut ini akan penulis uraikan
mengenai kemampuan berpikir kritis siswa tingkat SMP di daerah Jakarta.
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan
oleh Gema Aroysi pada tahun 2018 mengenai kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal bertipe PISA berdasarkan Teori Nolting pada tingkat SMP di
daerah Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 65,65% kesalahan
terbanyak yang dilakukan siswa yaitu pada aspek Tte (test-taking errors) dimana
siswa mengosongkan jawaban, tidak menyelesaikan semua langkah penyelesaian,
12Ibid. 13Suwarma, op. cit., h. 11. 14Johar, loc. cit. 15Ibid.
5
dan tidak memberikan kesimpulan di akhir jawaban.16 Ketika siswa mengosongkan
jawaban, mereka tidak dapat membuat langkah penyelesaian masalah dan
memberikan alasan-alasan yang jelas dan logis berdasarkan masalah yang
diberikan. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa jenis kesalahan
terbanyak kedua yang dilakukan siswa yaitu kesalahan pada aspek Mde (misread-
direction errors) sebesar 23,22% dimana siswa salah membaca perintah, yang
diketahui, atau yang ditanyakan dari soal dan mengerjakan soal tanpa konsep atau
asal-asalan.17
Selanjutnya, berdasarkan pengamatan Aroysi terhadap hasil kerja siswa
berupa 18 nomor soal bertipe PISA yang berkaitan dengan indikator kemampuan
berpikir kritis matematis yang akan penulis kembangkan salah satunya sebagai
berikut:
“Grafik berikut adalah biaya sewa 3 perusahaan mobil A, B, dan C.
Perusahaan manakah yang memiliki biaya sewa per penumpang termurah?
Jelaskan!
Berikut jawaban siswa untuk soal nomor 15 tersebut:”18
16Gema Aroysi, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Bertipe PISA
Berdasarkan Teori Nolting”, Skripsi pada Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta, 2018, h. 153, tidak dipublikasikan. 17Ibid. 18Ibid., h. 67-68.
Jarak (km)
6
Gambar 1. 1
Contoh Jawaban pada Kesalahan Mde
Berdasarkan jawaban tersebut, hampir seluruh siswa (70 dari 90 siswa)
melakukan kesalahan test-taking errors, yaitu siswa mengosongkan jawaban dan
sisanya terdapat 20 siswa melakukan kesalahan membaca petunjuk yaitu salah
menginterpretasi data berbentuk grafik tersebut.19 Kesalahan tersebut menunjukkan
rendahnya kemampuan berpikir kritis dalam kaitannya dengan indikator memberi
alasan dan membuat langkah penyelesaian masalah.
Sejalan dengan itu, peneliti juga telah melakukan pra penelitian pada sekolah
yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu berupa pemberian instrumen tes.
Instrumen yang diberikan sebanyak 3 butir soal berpikir kritis matematis dengan
masing-masing indikator yang diujikan yaitu memberi alasan, membuat langkah
penyelesaian masalah, dan membuat kesimpulan. Dalam skala 0% hingga 100%,
pra penelitian tersebut memberikan hasil yaitu rata-rata keseluruhan sebesar
34,76% dengan rincian sebagai berikut: 1) Indikator memberi alasan sebesar
27,86%, 2) membuat langkah penyelesaian masalah sebesar 35,71%, 3) membuat
kesimpulan sebesar 40,71%. Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap indikator berkategori rendah.
Selain itu, peneliti melakukan pengamatan mengenai jawaban hasil pekerjaan siswa
pada soal yang mengukur indikator memberi alasan yaitu:
19Ibid.
7
“Misalkan himpunan A={0,1,2} dan himpunan B={3,4,5,6}. Apakah terdapat
fungsi pemetaan yang mungkin dari himpunan A ke B dan dari himpunan B ke
A?Jelaskan alasanmu!”20
Hasil jawaban yang dikerjakan siswa menunjukkan bahwa siswa masih
mengalami kesulitan dalam memberikan alasan berdasarkan konsep matematis
terhadap masalah yang diberikan. Berikut jawaban dari sebagian besar siswa:
“A ke B = BA = 43 = 64 ; B ke A = AB = 34 = 81 ; Terdapat fungsi pemetaan dari
B ke A = 64 dan A ke B = 81, karena fungsi syarat domainnya tidak boleh
selingkuh.”
Berdasarkan jawaban tersebut, siswa menuliskan jawaban dengan tepat
bahwa terdapat pemetaan dari himpunan A ke B tetapi kurang tepat dalam
menjawab pemetaan dari B ke A karena tidak terdapat pemetaan. Siswa tidak
membuat fungsi pemetaan yang mungkin terjadi dari himpunan A ke B atau
sebaliknya, siswa hanya menuliskan cara untuk menentukan himpunan bagian.
Selain itu, siswa belum dapat memberikan alasan sesuai dengan konsep matematis
terkait syarat fungsi.
Berdasarkan hasil wawancara pada saat pra penelitian juga menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih rendah. Hal tersebut
dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan guru yaitu siswa lebih banyak
diberikan latihan soal, lalu diminta mengerjakan terlebih dahulu dan ketika tidak
ada yang mampu menyelesaikan maka guru yang akan menjelaskan. Guru juga
jarang memberikan soal-soal Higher Order Thinking pada siswa. Penerapan
pendekatan saintifik di sekolah belum berjalan secara maksimal. Peralihan siswa
setelah belajar pada jenjang Sekolah Dasar, kemudian melanjutkan tahap sekolah
menengah juga menjadi penghambat. Siswa belum terbiasa belajar mandiri. Guru
lebih banyak mengambil peran, dikarenakan sarana dan pra sarana sedang dalam
perbaikan sehingga guru fokus menuntaskan materi. Guru juga kurang bervariasi
dalam menerapkan metode pembelajaran matematika di sekolah.
20Latifah, “Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah Make An Organized List terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”, Skripsi pada Pendidikan Matematika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 161, tidak dipublikasikan.
8
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa masih
sangat rendah dalam hal berpikir kritis. Berpikir kritis adalah sebuah proses yang
terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan
masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan
penelitian ilmiah.21 Oleh karena itu, dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis diperlukan upaya pembelajaran aktif yang bepusat pada siswa. Transfer
pengetahuan tidak dilakukan mutlak oleh guru dengan metode ceramah, melainkan
siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan keaktifan
tersebut siswa akan lebih mudah untuk mengasah kemampuan berpikir kritisnya.
Berdasarkan definisi Richard Paul, Fisher berpendapat bahwa “satu-satunya cara
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis seseorang ialah melalui berpikir
tentang pemikiran diri sendiri”.22 Pendapat tersebut menjadi rujukan untuk
mengembangkan pemikiran kritis harus dimulai dari siswa sendiri. Siswa dituntut
untuk dapat mengonstruksi pengetahuannya agar dapat memecahkan masalah
dengan berbagai alternatif solusi. Langkah tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran harus berpusat pada siswa agar mereka dapat terlibat aktif dalam
kegiatan belajar.
Menurut Lambert, dalam lingkungan belajar berpikir kritis matematika,
seorang guru tidak memberikan matematika dalam bentuk yang sudah jadi, tetapi
ia bertindak sebagai partisipan yang mengarahkan siswa pada konsep yang benar.23
Pembelajaran matematika yang bersifat hapalan rumus, pemberian contoh soal, dan
latihan soal yang sesuai contoh tidak akan dapat mengasah kemampuan berpikir
kritis. Hal tersebut dikarenakan siswa cenderung hanya menyelesaikan soal yang
langsung dapat diselesaikan dengan memasukkan rumus sesuai prosedur yang
diberikan. Solusi dari masalah yang diberikan tidak akan beragam.
Berdasarkan hasil pemaparan sebelumnya, menunjukan bahwa perlu adanya
strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa aktif dalam membangun
pengetahuannya sendiri sehingga kemampuan berpikir kritis mereka dapat
21Elaine B.Johnson, Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: MLC, 2009), h. 183. 22Fisher, op. cit., h. 4. 23Suwarma, op. cit., h. 27.
9
dikembangkan. Salah satu pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa yaitu
strategi PDEODE.
Strategi PDEODE pertama kali diperkenalkan oleh Savander-Ranne dan
Kolari pada tahun 2003, dan merupakan modifikasi dari strategi Predict-Discuss-
Observe (POE).24 Strategi pembelajaran PDEODE menekankan bahwa siswa
berperan aktif dalam proses pembelajaran dimana siswa menemukan dan
membangun pengetahuan mereka sendiri.25 PDEODE memiliki enam langkah
terdiri dari komponen yang mendukung berpikir kritis dalam pembelajaran, yaitu
Predict (P), Discuss (D), Explain (E), Observe (O), Discuss (D), dan Explain (E).26
Strategi PDEODE memiliki berbagai macam keunggulan, diantaranya yaitu: 1)
proses pembelajaran yang dilakukan mendorong siswa berperan aktif, 2) siswa
dapat membangun pengetahuan secara mandiri berdasarkan masalah yang
diberikan guru, 3) siswa memiliki motivasi belajar dan kreativitas yang tinggi, 4)
mendorong terjadinya diskusi antar siswa dalam kelompok besar maupun kelompok
kecil, 5) mendorong siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan awal yang mereka
miliki, 6) menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dalam diri siswa, 7)
pembelajaran bersifat real dan dapat dilaksanakan selain di kelas, seperti di
laboratorium.27
Berdasarkan keunggulan dari strategi PDEODE tersebut, penulis menduga
bahwa kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui tahapan strategi
tersebut. Misalnya dengan penerapan strategi PDEODE, siswa dapat aktif dalam
pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Fisher bahwa berpikir kritis
merupakan “berpikir tentang pemikiran sendiri”.28 Pendapat tersebut menjadi
rujukan bahwa berpikir kritis harus dimulai dari siswa sendiri yaitu pembelajaran
24Tabitha Sri Hartati Wulandari. et al., Students’ Critical Thinking Improvement through
PDEODE and STAD Combination in The Nutrition and Health Lecture, International Journal of
Evaluation and Research in Education, Vol. 6, 2017, p. 111. 25Tismi Dipalaya and Aloysius Duran Corebima, The Effect of PDEODE (Predict-Discuss-
Explain-Observe-Discuss-Explain) Learning Strategy in The Different Academic Abilities on
Students’ Critical Thinking Skills in Senior High School, European Journal of Education Studies,
Vol. 2, 2016, p.72. 26Wulandari. et al., loc. cit. 27Dipalaya and Corebima, loc. cit. 28Fisher, loc. cit.
10
siswa aktif. Selain itu, dari penerapan strategi PDEODE siswa dapat membangun
pengetahuannya sendiri dari masalah yang ada. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat dari Moses dkk, yang menyatakan bahwa “lingkungan berpikir kritis
cenderung untuk mempromosikan prinsip konstruktivis”.29 Selanjutnya, penerapan
strategi PDEODE dapat mendorong terjadinya diskusi antar siswa. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat dari Mayadiana yang menyatakan bahwa “dalam
lingkungan belajar yang bernuansa berpikir kritis, siswa diberi kesempatan untuk
berinteraksi melalui kerja kelompok”.30 Dalam kegiatan kerja kelompok tersebut,
siswa akan berdiskusi antar satu sama lain yang mana diskusi merupakan salah satu
tahapan yang terdapat dalam strategi PDEODE. Selain itu, keunggulan dari strategi
PDEODE ini yaitu dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Rubenfeld dan Scheffer yang menyatakan bahwa salah satu
dimensi berpikir kritis yaitu memiliki rasa ingin tahu.31
Dalam PDEODE pada tahapan predict siswa dilibatkan dalam kegiatan
menuliskan prediksi secara individu terkait fenomena konseptual yang diberikan
guru dalam bentuk Lembar Kerja PDEODE. Strategi PDEODE adalah strategi
pembelajaran yang banyak melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Pada tahap discuss dan explain awal, siswa dilibatkan dalam kegiatan interaktif
seperti diskusi dan berbagi pemikiran serta membuat kesimpulan dan hipotesis
sementara dari fenomena yang diberikan guru untuk dipahami.
Pada tahap observe, discuss dan explain lanjutan siswa diminta untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan secara rinci menggunakan sumber-sumber
belajar yang dimiliki terkait dengan permasalahan yang diberikan guru dan siswa
diarahkan untuk melakukan analisis, membandingkan, mengkontraskan, dan
mengkritisi hasil temuan dari teman di kelompok lainnya serta membuat
kesimpulan secara general dari kontradiksi yang dialami antara jawaban hasil
predict dan hasil observe.
29Suwarma, op. cit., h. 25. 30Ibid. 31Agus Suprijono, Model-Model Pembelajaran Emansipatoris, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2016), h. 31.
11
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Strategi PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-
Discuss-Explain) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, terdapat beberapa pokok
masalah yang teridentifikasi yaitu:
1. Masih rendahnya kemampuan matematika siswa.
2. Masih rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
3. Pembelajaran yang digunakan belum cukup mendukung siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, berikut merupakan pembatasan masalah
yang akan dibahas pada penelitian ini:
1. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi PDEODE (Predict-
Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain).
2. Indikator kemampuan berpikir kritis yang diukur adalah:
a. Merumuskan pertanyaan
b. Memberi alasan
c. Menganalisis argumen
d. Membuat langkah penyelesaian masalah
e. Mempertimbangkan keputusan
f. Membuat kesimpulan
3. Penelitian ini hanya dilaksanakan untuk pokok bahasan Aritmatika Sosial dan
sampel yang diambil hanya pada kelas VII tingkat SMP.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain)?
2. Bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional?
12
3. Apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan
menggunakan strategi PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-
Explain) lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk:
1. Mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah
memperoleh pembelajaran dengan strategi PDEODE (Predict-Discuss-Explain-
Observe-Discuss-Explain).
2. Mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah
memperoleh pembelajaran konvensional.
3. Menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-
Discuss-Explain) dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi bahwa pembelajaran dengan strategi PDEODE
(Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain) memberikan pengaruh
yang positif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
b. Sebagai referensi untuk penelitan lain yang relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa.
b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini menambah referensi strategi pembelajaran
yang dapat digunakan sekolah dan diharapkan mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika di sekolah.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi
dan bahan rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual
1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
a. Definisi Berpikir Kritis
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang Allah ciptakan untuk
memimpin muka bumi ini. Hal tersebut dijelaskan dalam al-Qur’an surat Fathir
(35) ayat 39 yang artinya: “Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-
khalifah di muka bumi ini”. Hal yang membedakan antara manusia dengan
makhluk lainnya yaitu manusia diberikan kelebihan berupa akal untuk berpikir.
Vincent Ruggiero mengartikan berpikir sebagai “segala aktivitas mental yang
membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau
memenuhi keinginan untuk memahami”.1
Kemampuan berpikir dibagi menjadi dua yaitu kemampuan berpikir
tingkat tinggi dan kemampuan berpikir tingkat rendah.2 Menurut Lipman
dalam Wowo Sunaryo, berpikir kritis adalah salah satu hal yang dilibatkan
dalam berpikir tingkat tinggi dan dipandu oleh ide-ide kebenaran yang masing-
masing mempunyai makna.3 Hal tersebut menunjukkan bahwa berpikir kritis
adalah salah satu contoh dari kemampuan berpikir tingkat tinggi. Menurut
Splitier, orang yang berpikir kritis merupakan individu yang berpikir, bertindak
secara normatif dan siap bernalar tentang kualitas dari apa yang mereka lihat,
dengar, atau yang mereka pikirkan.4 Apabila anak-anak diberi kesempatan
untuk menggunakan pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi di setiap
tingkatan kelas, pada akhirnya mereka akan terbiasa membedakan antara
kebenaran dan kebohongan, penampilan dan kenyataan, fakta dan opini,
pengetahuan dan keyakinan.5
1Johnson, op. cit., h. 187. 2Suwarma, op. cit., h. 3. 3Wowo Sunaryo Kuswana, Taksnomomi Kognitif (Perkembangan Ragam Berpikir),
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 200. 4Suwarma, op. cit., h.11. 5Johnson, op. cit., h. 184.
14
Adapun mengenai definisi berpikir kritis, berikut ini akan diuraikan
berdasarkan pendapat dari beberapa ahli. Beberapa definisi klasik dari tradisi
berpikir kritis yang pertama diungkapkan oleh John Dewey, beliau
mengungkapkan bahwa “berpikir kritis merupakan pertimbangan yang aktif,
persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk
pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang
mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi
kecenderungannya”.6 Berdasarkan pendapat ‘bapak’ tradisi berpikir kritis
modern tersebut, berpikir kritis yang dimaksud adalah suatu proses aktif
dimana kita memikirkan suatu persoalan secara teliti dan mendalam,
mempertanyakan segala bentuk informasi tanpa mempercayai terlebih dahulu
sebelum alasan-alasan pendukung informasi tersebut benar-benar diyakini
kebenarannya sehingga kita dapat menemukan informasi yang relevan.
Pendapat lain yang sejalan dengan John Dewey adalah Johnson yang
berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses yang terarah dan jelas
yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,
mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan
penelitian ilmiah.7 Dari pendapat Johnson tersebut, berpikir kritis yang
dimaksud adalah ketika seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan, maka
individu tersebut harus memiliki cara untuk memecahkan masalah itu dengan
baik sehingga keputusan yang diambil jelas dan tepat sasaran berdasarkan
alasan-alasan logis yang dibuktikan pada saat melakukan penelitian ilmiah.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Gerhand dalam Mayadiana,
beliau berpendapat bahwa berpikir kritis adalah proses kompleks yang
melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, evaluasi data, dan
mempertimbangkan aspek kualitatif dan kuantitatif, serta membuat seleksi atau
membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi.8 Poin penting mengenai makna
berpikir kritis menurut Gerhand, dalam berpikir kritis ketika seseorang
6Fisher, op. cit., h. 2. 7Johnson, op. cit., h. 183. 8Suwarma, loc. cit.
15
membuat keputusan terhadap masalah yang diberikan, keputusan tersebut
harus sudah teruji kebenarannya karena di dalamnya telah dilalui proses
analisis, seleksi dan evaluasi yang baik sehingga hasil keputusan tersebut tepat
dan secara logis dapat dipertanggungjawabkan.
Pentingnya berpikir kritis dapat ditinjau dari segi tujuan berpikir kritis
itu sendiri. Adapun tujuan berpikir kritis yang dimaksud menurut Johnson yaitu
bertujuan untuk mencapai pemahaman yang mendalam.9 Berdasarkan tujuan
tersebut, seorang individu tidak serta merta memutuskan untuk mempercayai
atau menolak pernyataan yang dilontarkan seseorang sebelum mengkaji
terlebih dahulu hal yang menjadi permasalahan tersebut secara mendalam.
Manfaat yang didapat dari proses berpikir kritis menurut Feldman yaitu untuk
mengevaluasi situasi, masalah, atau argumen, dan memilih pola investigasi
yang menghasilkan jawaban terbaik yang bisa didapat.10
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan berpikir kritis
adalah proses berpikir yang mendalam, jelas dan masuk akal dengan cara
menganalisis, mensintesis permasalahan secara kompleks sehingga dapat
membuat keputusan yang tepat melalui pengujian berupa bukti dan
pertimbangan aspek kualitatif dan kuantitatif yang menitikberatkan pada
proses evaluasi.
b. Definisi Berpikir Kritis Matematis
Secara epistimologi menurut Craver dkk, berpikir kritis matematika
berbeda dengan berpikir kritis pada bidang lainnya.11 Berpikir kritis matematis
dalam penelitian ini yaitu berpikir kritis dalam bidang ilmu matematika. Dalam
pembelajaran matematika Norris mendefinisikan berpikir kritis sebagai
pengambilan keputusan secara rasional yang diyakini dan dikerjakan.12
Pendapat Norris tersebut menjadi rujukan bahwa pengambilan keputusan yang
9Johnson, op. cit., h. 185. 10Daniel A Feldman, Berpikir Kritis Strategi untuk Mengambil Keputusan, (Jakarta: PT
Indeks, 2010), h.4. 11Suwarma, op. cit., h. 7. 12Lia Kurniawati dan Belani Margi Utami, “Pengaruh Metode Penemuan dengan Strategi
Heuristik terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis”, KNPM V Himpunan Matematika
Indonesia, Juni 2013, h. 209.
16
dimaksud yaitu ketika siswa dihadapkan pada suatu soal yang melibatkan
penyelesaian masalah matematis maka siswa harus memikirkan dengan
rasional strategi yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut sehingga
dapat diyakini bahwa konsep yang digunakan benar adanya.
Definisi berpikir kritis matematis menurut Kurniawati dan Utami yaitu
suatu cara berpikir dalam usaha memperoleh pengetahuan dengan melakukan
pertimbangan dan membuat keputusan berdasarkan penalaran yang akan
digunakan dalam penyelesaian masalah matematika.13 Selanjutnya, Mayadiana
mendefinisikan bahwa penalaran merupakan bagian dari berpikir matematis
yang melibatkan pembentukan generalisasi dan penarikan kesimpulan tentang
ide-ide dan bagaimana ide-ide tersebut dihubungkan.14 Selain itu, Glazer
berpendapat bahwa berpikir kritis dalam matematika adalah kemampuan dan
disposisi untuk menyertakan pengetahuan sebelumnya, penalaran matematika,
dan strategi kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan, atau mengevaluasi
situasi-situasi matematika yang tidak familiar secara reflektif.15 Dengan
demikian, berpikir kritis matematis adalah proses berpikir untuk
menyelesaikan masalah matematika melalui kegiatan bernalar.
Individu yang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari
karakter individu tersebut. Karakter individu yang mendukung seseorang dapat
berpikir kritis seperti yang dikutip oleh Duldt-Battey, yaitu sebagai berikut:16
1) Truth seeking
Truth seeking merupakan karakter seseorang yang selalu ingin mencari
kebenaran, berani mengajukan berbagai pertanyaan, tidak berbohong dan
memberikan pendapat secara objektif.
2) Open-mindness
Open-mindness merupakan karakter seseorang yang toleransi pada
perbedaan pendapat dan berjiwa besar menerima apabila
pemikiran/pendapatnya salah.
13Ibid., h. 212. 14Suwarma, op. cit., h. 8. 15Ibid., h. 16. 16Suprijono, op. cit., h. 33.
17
3) Analyticity
Analyticyty merupakan karakter seseorang yang mampu menganalisis
dengan memecahkan masalah disertai bukti dan alasan yang jelas, dan dapat
menduga kelemahan-kelemahan yang mungkin dialami pada saat
menerapkan konsep.
4) Systematicity
Systematicity merupakan karakter seseorang dimana pekerjaan yang
dilakukannya terstruktur dengan baik.
5) Self-confidence
Self-confidence merupakan karakter seseorang yang percaya diri pada
keputusan yang diambil.
6) Inquisitiveness
Inquisitiveness merupakan karakter seseorang yang tidak mudah percaya
terhadap sesuatu.
7) Maturity
Maturity merupakan karakter seseorang yang mengkaji dan mengambil
keputusan dari suatu masalah dengan pemahaman yang mendalam.
Untuk mengetahui dan menilai kemampuan berpikir kritis yang dimiliki
individu yaitu dengan cara melakukan tes yang mencakup beberapa indikator
kemampuan berpikir kritis matematis. Menurut Ennis terdapat dua belas
indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kemampuan berpikir,
yaitu:17
1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification)
2) Membangun keterampilan dasar (basic support)
3) Membuat inferensi (inferring)
4) Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification)
5) Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics)
Kelima indikator keterampilan berpikir kritis tersebut diuraikan lebih
lanjut pada tabel berikut:18
17Suwarma, op. cit., h. 13. 18Ibid., h.13-16.
18
Tabel 2. 1
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan
Berpikir Kritis
Sub Keterampilan
Berpikir Kritis Penjelasan
1. Elementary
clarification
(memberikan
penjelasan
sederhana)
1. Memfokuskan
pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau
merumuskan
pertanyaan
b. Mengidentifikasi
kriteria-kriteria untuk
mempertimbangkan
jawaban yang mungkin
c. Menjaga kondisi
berpikir
2. Menganalisis
argumen
a. Mengidentifikasi
kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan
(sebab) yang dinyatakan
(eksplisit)
c. Mengidentifikasi alasan
(sebab) yang dinyatakan
(implisit)
d. Mengidentifikasi
ketidakrelevanan dan
kerelevanan
e. Mencari persamaan dan
perbedaan
f. Mencari struktur suatu
argumen
g. Merangkum
3. Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klarifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
a. Mengapa
b. Apa intinya, apa artinya
c. Apa contohnya, apa
yang bukan contohnya
d. Bagaimana
menerapkannya dalam
kasus tersebut
e. Perbedaan apa yang
menyebabkannya
f. Apakah Anda
menyatakan lebih dari
itu
19
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan
Berpikir Kritis
Sub Keterampilan
Berpikir Kritis Penjelasan
2. Basic Support
(membangun
keterampilan
dasar)
1. Mempertimbang-
kan kredibilitas
(kriteria) suatu
sumber
a. Ahli
b. Tidak adanya konflik
internal
c. Kesepakatan antar
sumber
d. Reputasi
e. Menggunakan prosedur
yang ada
f. Mengetahui resiko
g. Kemampuan memberi
alasan
h. Kebiasaan hati-hati
2. Mengobservasi
dan mempertim-
bangkan hasil
observasi
a. Ikut terlibat dalam
menyimpulkan
b. Dilaporkan oleh
pengamat sendiri
c. Mencatat hal-hal yang
diinginkan
d. Penguatan
(colaboration) dan
kemungkinan penguatan
e. Kondisi akses yang baik
f. Penggunaan teknologi
yang kompeten
g. Kepuasan observer atas
kredibilitas kriteria
3. Inference
(menyimpul-
kan)
1. Membuat
deduksi dan
mempertimbang-
kan hasil deduksi
a. Kelompok yang logis
b. Kondisi yang logis
c. Interpretasi pernyataan
2. Membuat
induksi dan
mempertimbang-
kan hasil induksi
a. Membuat generalisasi
b. Membuat kesimpulan
dan hipotesis
3. Membuat dan
mempertimbang-
kan nilai
keputusan
a. Latar belakang fakta
b. Konsekuensi
c. Penerapan prinsip-
prinsip
d. Memikirkan alternative
e. Menyeimbangkan,
memutuskan
20
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan
Berpikir Kritis
Sub Keterampilan
Berpikir Kritis Penjelasan
4. Advanced
Clarification
(membuat
penjelasan
lebih lanjut)
1. Mendefinisikan
istilah dan
mempertimbang-
kan definisi
a. Bentuk:sinonim,
klasifikasi, rentang
ekspresi yang sama,
operasional, contoh dan
noncontoh
b. Strategi definisi
(tindakan,
mengidentifikasi
persamaan)
c. Konten (isi)
2. Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
a. Penalaran secara implisit
b. Asumsi yang
diperlukan, rekonstruksi,
argumen
5. Strategies and
tactics
(mengatur
strategi dan
taktik)
Memutuskan suatu
tindakan
a. Mendefinisikan masalah
b. Menyeleksi kriteria
untuk membuat solusi
c. Merumuskan alternatif
yang memungkinkan
d. Memutuskan hal-hal
yang akan dilakukan
secara tentatif
e. Mereview
f. Memonitor
implementasi
Selain Ennis, indikator berpikir kritis juga dikemukakan oleh NCTM
(National Coucil of Teacher of Mathematics) yaitu sebagai berikut:19
a. Menarik kesimpulan logis tentang matematika.
b. Menggunakan model, mengetahui fakta, mengetahui sifat-sifat dan
mengetahui hubungan untuk menjelaskan pemikirannya.
c. Mempertimbangkan jawaban dan proses solusi mereka.
d. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika.
e. Memercayai bahwa matematika masuk akal.
f. Merekognisi dan menggunakan penalaran deduktif dan induktif.
19Ibid., h. 9.
21
g. Memahami dan mengaplikasikan proses penalaran.
h. Menyusun dan mengevaluasi konjektur dan argumen matematika.
i. Memvalidasi pemikiran mereka sendiri.
j. Menghargai penyebaran penggunaan dan kemampuan penalaran sebagai
bagian dari matematika.
k. Memformulasikan counter examples.
l. Mengikuti argumen logis.
m. Mempertimbangkan validitas argumen.
n. Mengkonstruk validitas argumen sederhana.
o. Membangun pembuktian.
Setelah mengetahui definisi, karakter, dan indikator berpikir kritis, penulis
akan memaparkan strategi yang diterapkan untuk menjadi pemikir kritis.
Adapun strategi yang diterapkan dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis yaitu sebagai berikut:20
1) Kesediaan untuk melihat diri sendiri
Tahapan untuk strategi ini yaitu:
a) Ajukan pertanyaan mengapa.
b) Identifikasi dan tolaklah bias diri.
c) Kenali proses berpikir diri sendiri, dan abaikan strategi berpikir yang
tidak produktif serta pelajari strategi baru yang efektif.
2) Evaluasi yang terus-menerus
Tahapan untuk strategi ini yaitu:
a) Mendapatkan umpan balik dari sumber lain.
b) Memuji kualitas jawaban yang ada.
c) Membandingkan tujuan awal dengan hasil.
3) Terus-menerus tidak berprasangka
Tahapan untuk strategi ini yaitu:
a) Menerima orang lain yang mungkin memiliki sudut pandang berbeda.
b) Mencari kesepakatan.
20Feldman, op. cit., h. 26-32.
22
c) Mengenali bahwa sering kali ada sejumlah solusi untuk suatu masalah.
4) Komitmen pada keputusan yang telah diambil
Tahapan untuk strategi ini yaitu:
a) Menciptakan batas analisis yang jelas.
b) Dapatkan jawaban yang paling dipercaya, daripada menanti akurasi
total.
c) Mengakui kebutuhan akan kesepakatan atau konsensus dalam membuat
keputusan.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan beberapa ahli mengenai
definisi berpikir kritis yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
definisi operasional kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan
dalam merumuskan pertanyaan, memberi alasan, menganalisis argumen,
membuat langkah penyelesaian masalah, mempertimbangkan keputusan, dan
membuat kesimpulan. Berdasarkan definisi operasional tersebut dapat
diturunkan menjadi beberapa indikator berpikir kritis yang digunakan dalam
penelitian ini. Dengan demikian, indikator kemampuan berpikir kritis
matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Merumuskan pertanyaan
Merumuskan pertanyaan adalah mengajukan pertanyaan berdasarkan situasi
masalah yang diberikan.
2) Memberi alasan
Memberi alasan adalah memberikan penjelasan terhadap suatu masalah
yang diberikan.
3) Menganalisis argumen
Menganalisis argumen adalah memberikan penjelasan mengenai kesesuaian
antara suatu masalah dengan argumen yang terkait.
4) Membuat langkah penyelesaian masalah
Membuat langkah penyelesaian masalah adalah menetapkan langkah-
langkah yang ditempuh untuk menyelesaikan suatu masalah.
5) Mempertimbangkan keputusan
23
Mempertimbangkan keputusan adalah memberikan penjelasan mengenai
kesesuaian antara situasi yang diberikan dengan keputusan yang diambil.
6) Membuat kesimpulan
Membuat kesimpulan adalah menarik kesimpulan secara umum
berdasarkan data yang diberikan.
2. Strategi Pembelajaran PDEODE
Strategi PDEODE merupakan pengembangan dari strategi POE.21 POE
merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivis.22
Namun, perbedaan yang mencolok antara POE dan PDEODE adalah adanya
penambahan fase "Discussion (D)" ke dalam POE.23 Pembelajaran POE terdiri dari
tiga langkah pembelajaran, yaitu:24
a. Predict
Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini yaitu siswa secara mandiri diminta
untuk menuliskan hasil prediksi mereka dari fenomena yang diberikan dan
memberikan penjelasan berupa alasan atas prediksinya tersebut.
b. Observe
Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini yaitu siswa secara berkelompok
diminta untuk melakukan observasi. Pada saat observasi, siswa tidak diizinkan
untuk berdiskusi. Siswa secara mandiri diminta menuliskan hasil pengamatan
masing-masing.
c. Explain
Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini yaitu siswa diminta untuk
membandingkan antara hasil observasi dan hasil prediksi sebelumnya dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Mereka juga diminta untuk
21Achmad Samsudin, dkk., Strategi & Desain Pembelajaran PDEODE*E (Predict,
Discuss, Explain, Observe, Discuss, Explain, Explore), (Bandung: Departemen Fisika UPI, 2017),
h. 30. 22Dipalaya and Corebima, op. cit., p.62. 23Samsudin, dkk., loc. cit. 24Chong Wah Liew and David F Treagust, A Predict-Observe-Explain Teaching Sequence
for Learning about Students’ Understanding of Heat and Expansion of Liquid, Australian Science
Teacher Journal, Vol. 41, No. 1, 1995, p. 69.
24
memberikan penjelasan disertai alasan logis mengenai kesesuaian antara
prediksi dan hasil observasi.
Strategi pembelajaran PDEODE pada awalnya dikembangkan oleh
SavanderRanne dan Kolari pada tahun 2003 dan pertama kali digunakan oleh Kolari
pada tahun 2005 dalam pendidikan teknik.25 Menurut Costu, strategi PDEODE
merupakan strategi pembelajaran yang penting dimana terdapat suasana yang
mendukung diskusi dan keragaman pandangan. Oleh karena itu, strategi tersebut
digunakan sebagai alat siswa untuk memahami situasi sehari-hari.26
Selain itu, menurut Cholisoh strategi pembelajaran ini dilengkapi dengan
proses demonstrasi dan lembar kerja PDEODE sehingga memungkinkan siswa
untuk menghubungkan antara konsep yang telah siswa pegang dengan gejala-gejala
alam yang siswa temui, sehingga diharapkan dapat mengasah dan mengembangkan
kemampuan berfikir kritis.27 Menurut Kolari dan Ranne, strategi ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pengetahuan awal mereka terkait
materi yang diberikan, adanya kerjasama dan tukar pendapat antar siswa satu
dengan siswa yang lain selama diskusi berlangsung, dan adanya perubahan
konseptual pada pengetahuan yang dimiliki siswa.28 Tahapan strategi PDEODE
yang terdapat dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2. 2
Tahapan Pembelajaran dengan Strategi PDEODE
Tahapan Penjelasan
Guru Siswa
Predict
(memprediksi)
Menyajikan masalah
mengenai fenomena
kehidupan sehari-hari
terkait materi yang akan
dibahas pada LKS.
Mengungkapkan prediksi
penyelesaian masalah
mengenai fenomena yang
diberikan berdasarkan
pendapat masing-masing
individu.
25Bayram Costu, Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy: Helping
Students Make Sense of Everyday Situations, Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, Vol. 4, 2008, p. 4. 26Ibid. 27Eni Ratna Sari, Edy Tandililing, dan Hamdani, “Remediasi Pemahaman Konsep Siswa
pada Materi Suhu dan Kalor Menggunakan Strategi PDEODE di SMA”, Artikel Penelitian pada
Pendidikan Fisika Universitas Tanjungpura Pontianak, Pontianak, 2016, h. 4. 28Dipalaya and Corebima, op. cit., p.63.
25
Tahapan Penjelasan
Guru Siswa
Discuss
(mendiskusikan)
Membimbing siswa untuk
mendiskusikan hasil
prediksi dari setiap
individu.
Berdiskusi dan berbagi ide-
ide mereka dalam
kelompoknya sendiri untuk
membahas hasil prediksi dari
setiap individu dan membuat
kesepakatan jawaban
sementara berdasarkan hasil
diskusi tersebut.
Explain
(menjelaskan)
Mengarahkan setiap
kelompok agar
menyampaikan hasil
diskusi kelompoknya
melalui diskusi kelas
dalam kegiatan presentasi.
Menjelaskan kesepakatan
hasil prediksi dan
memberikan alasan atas
prediksi yang telah dibahas
pada tahap diskusi
sebelumnya dalam kegiatan
presentasi.
Observe
(membuat
langkah)
Membimbing siswa untuk
menyelesaikan masalah
yang terdapat dalam LKS
agar sesuai dengan konsep
matematis yang bertujuan
untuk memastikan benar
atau tidaknya prediksi
yang telah dibuat.
Membuat langkah
penyelesaian masalah secara
rinci sesuai dengan konsep
matematis mengggunakan
sumber-sumber belajar yang
dimiliki untuk memastikan
kebenaran hasil prediksi yang
dibuat sebelumnya.
Discuss
(mendiskusikan)
Membimbing siswa untuk
mencocokkan jawaban
antara hasil prediksi
mereka di awal dengan
hasil jawaban mereka pada
saat observe melalui
kegiatan menganalisis,
membandingkan,
membedakan dan
mengkritik teman sekelas
dalam kelompok.
Mencocokkan jawaban antara
hasil prediksi di awal dengan
hasil jawaban mereka pada
saat observe dengan cara
menganalisis,
membandingkan,
membedakan dan mengkritik
teman sekelas mereka dalam
kelompok.
Explain
(menjelaskan)
Membimbing siswa untuk
menghadapi semua
perbedaan jawaban antara
predict dan observe
dimulai dengan
menyelesaikan segala
kontradiksi yang mungkin
ada di antara keyakinan
mereka.
Menyelesaikan berbagai
kontradiksi yang mungkin
ada di antara keyakinan
mereka mengenai semua
perbedaan yang mereka
temukan pada saat predict
dan observe.
26
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai definisi strategi
PDEODE yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan definisi operasional
strategi PDEODE adalah strategi pembelajaran konstruktivisme yang memiliki
enam tahapan pembelajaran yaitu predict, discuss, explain, observe, discuss, dan
explain. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dari fenomena yang ada di sekitar,
adanya diskusi dan bertukar pendapat antar siswa satu dengan yang lain, adanya
perubahan konseptual yang dibuktikan kebenarannya melalui kegiatan
penyelesaian masalah secara rinci sesuai dengan konsep matematis. Berikut ini
disajikan gambar untuk pengelolaan strategi PDEODE yang diadaptasi dari
Savander Ranne dan Kolari:29
29Carina Savander-Ranne and Samuli Kolari, Promoting the Conceptual Understanding of
Engineering Students through Visualisation, Global Journal of Enginering Education, Vol. 7, 2003,
p. 195.
27
Gambar 2. 1
Bagan Pengelolaan Strategi PDEODE
Predict (P)
Guru menyajikan fenomena berupa
masalah kehidupan sehari-hari, lalu siswa
dari setiap anggota kelompok diminta
untuk memprediksi mengenai
penyelesaian masalah fenomena tersebut.
Siswa dari setiap anggota kelompok
memberikan penjelasan yang
mendukung prediksinya dan
mengasumsikan bahwa prediksi
sementara mereka adalah benar.
Discuss (D)
Siswa melakukan diskusi kelompok
kecil untuk bertukar ide dan membahas
hasil prediksi dari setiap individu agar
tercapai solusi bersama.
Observe (O)
Setiap kelompok membuat langkah
penyelesaian masalah secara rinci
sesuai dengan konsep matematis untuk
membuktikan hasil prediksinya.
Discuss (D)
Siswa mengklarifikasi pemahaman
mereka, mungkin dengan membangun
pemahaman baru, membandingkan
pemahaman sebelumnya dengan
pemahaman baru.
Explain (E)
Setiap kelompok menyampaikan hasil
diskusinya dalam bentuk presentasi.
Explain (E)
Siswa memberikan penjelasan atas
kesalahpahaman yang mereka prediksi
di awal.
Guru dan siswa dalam kelompok besar
mendiskusikan langkah untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan.
Guru dan siswa dalam kelompok besar
memperjelas pemahaman dengan cara
menganalisis, membandingkan,
membedakan, dan mengkritik temuan
antar kelompok.
Pada akhir langkah pembelajaran, guru
memastikan bahwa semua siswa telah
menyelesaikan berbagai kontradiksi yang
ada dan memiliki pemahaman yang sama.
28
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa diterapkan
guru di kelas. Pembelajaran yang peneliti pilih untuk diterapkan pada kelas kontrol
yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran
saintifik umumnya diterapkan pada sekolah-sekolah di Indonesia yang menerapkan
kurikulum 2013 (K13). Pembelajaran saintifik mencakup tiga aspek penilaian yaitu
afektif, kognitif dan psikomotor. Komponen-komponen belajar yang terdapat
dalam pendekatan saintifik yaitu:30
a. Mengamati
Dalam kegiatan mengamati hal yang dapat dilakukan siswa dalam
pembelajaran saintifik ini diantaranya membaca, mendengar, menyimak, melihat
dengan bantuan alat ataupun tanpa bantuan alat. Kompetensi yang diharapkan dapat
berkembang pada fase mengamati ini yaitu siswa dapat melatih kesungguhan,
ketelitian, dan kemampuannya dalam mencari berbagai informasi.
b. Menanya
Dalam kegiatan menanya hal yang dapat dilakukan siswa dalam pembelajaran
saintifik ini yaitu mengajukan berbagai pertanyaan apabila tidak paham atas
informasi yang mereka amati pada fase sebelumnya atau bertanya untuk
memperoleh tambahan informasi guna memperjelas sesuatu yang sedang mereka
amati. Kompetensi yang diharapkan dapat berkembang pada fase menanya ini yaitu
siswa dapat melatih kreativitasnya, rasa ingin tahu yang lebih tinggi, melatih
merumuskan pertanyaan untuk lebih terampil pemikiran kritisnya, serta
membentuk karakter pebelajar sepanjang hayat.
c. Pengumpulan informasi
Dalam kegiatan mengumpulkan informasi hal yang dapat dilakukan siswa
dalam pembelajaran saintifik ini yaitu melakukan kegiatan percobaan/eksperimen,
membaca berbagai literatur pada buku teks, mengamati suatu objek dan kejadian,
melakukan kegiatan tertentu serta melakukan wawancara dengan narasumber.
30Musfiqon dan Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, (Sidoarjo: Nizamia
Learning Center, 2015), h. 38-40.
29
Kompetensi yang diharapkan dapat berkembang pada fase pengumpulan informasi
ini yaitu siswa dapat memiliki sikap yang sopan, jujur, teliti, mau menghargai
pendapat yang dikemukakan orang lain yang tidak sejalan dengannya, mampu
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dan mampu mengumpulkan
informasi dengan banyak variasi.
d. Mengasosiasi
Dalam kegiatan mengasosiasi hal yang dapat dilakukan siswa dalam
pembelajaran saintifik ini yaitu mengolah informasi dengan cara memperdalam
informasi tersebut dan memperluasnya sehingga informasi yang dimiliki saling
berhubungan dan mendukung antara satu dengan lainnya. Namun, dapat pula
informasi tersebut berbeda. Kompetensi yang diharapkan dapat berkembang pada
fase mengasosiasi ini yaitu siswa dapat memiliki sikap yang jujur, teliti, disiplin,
tunduk pada peraturan, mau bekerja keras, dan mampu mengaplikasikan langkah
berpikir deduktif ataupun induktif untuk memperoleh suatu kesimpulan.
e. Komunikasi
Dalam kegiatan mengomunikasikan hal yang dapat dilakukan siswa dalam
pembelajaran saintifik yaitu memberitahukan hasil eksperimen/pengamatan yang
telah dilakukan pada fase sebelumnya. Hasil pengamatan tersebut disimpulkan
dengan baik secara lisan maupun tulisan setelah dianalisis dengan sebaik mungkin.
Kompetensi yang diharapkan dapat berkembang pada fase mengomunikasikan ini
yaitu siswa dapat memiliki sikap yang jujur, teliti, toleransi, berpikir terstruktur,
dan berpendapat dengan jelas sehingga mudah dipahami oleh orang yang
mendengarnya.
B. Hasil Penelitian Relevan
Beberapa penelitian relevan yang mendukung penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Tismi Dipalaya dan Aloysius Duran Corebima
dengan judul “The Effect of PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-
Discuss-Explain) Learning Strategy in The Different Academic Abilities on
Students’ Critical Thinking Skills in Senior High School” memberikan simpulan
bahwa strategi pembelajaran PDEODE memiliki efek lebih besar pada hasil
30
belajar siswa sebanyak 71,43% dibandingkan dengan strategi pembelajaran
konvensional.31
2. Penelitian yang dilakukan oleh Tabitha dkk dengan judul “Students’ Critical
Thinking Improvement through PDEODE and STAD Combination in The
Nutrition and Health Lecture” memberikan simpulan bahwa pelaksanaan strategi
pembelajaran PDEODESTAD secara signifikan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa dalam subjek gizi dan kesehatan.32
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dina Ari Kusumawati dengan judul
“Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Melalui Pendekatan
Game Based Learning” memberikan simpulan bahwa kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan Game Based
Learning mengalami peningkatan.33
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan langkah pembelajaran strategi PDEODE yang telah dipaparkan
penulis sebelumnya, pembelajaran PDEODE dapat meningkatkan pengetahuan
siswa dengan cara siswa mengkonstruksi pengetahuan dari fenomena yang ada di
sekitar, adanya diskusi dan bertukar pendapat antar siswa satu dengan yang lain,
adanya perubahan konseptual yang dibuktikan kebenarannya melalui kegiatan
penyelesaian masalah secara rinci sesuai dengan konsep matematis. Kompetensi
yang dapat dicapai siswa dengan tahap pembelajaran strategi PDEODE berkaitan
dengan indikator berpikir kritis matematis. Berikut merupakan tahap rincian
pembelajaran strategi PDEODE beserta indikator berpikir kritis yang ingin dicapai
sebagai berikut:
31Dipalaya and Corebima, op. cit., p.73. 32Wulandari et al., op. cit., p.114. 33Dina Ari Kusumawati, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Melalui
Pendekatan Game Based Learning”, Skripsi pada Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta, 2018, h. 101, tidak dipublikasikan.
31
Kegiatan Indikator kemampuan berpikir
kritis matematis yang ingin dicapai
1. Predict
Guru menyajikan masalah
mengenai fenomena kehidupan
sehari-hari terkait materi yang akan
dibahas pada LKS.
Kemudian siswa diminta untuk
mengungkapkan prediksi
penyelesaian masalah mengenai
fenomena yang diberikan
berdasarkan pendapat masing-
masing individu.
Memberi alasan: siswa memberikan
penjelasan mengenai masalah yang
diberikan berupa prediksi jawaban
berdasarkan hasil pemikiran sendiri
serta menyatakan alasannya dengan
pengetahuan awal yang mereka miliki
dalam lembar kerja berbasis strategi
PDEODE.
2. Discuss
Guru membimbing siswa untuk
mendiskusikan hasil prediksi dari
setiap individu.
Kemudian siswa diminta untuk
berdiskusi dan berbagi ide-ide
mereka dalam kelompoknya sendiri
untuk membahas hasil prediksi dari
setiap individu dan membuat
kesepakatan jawaban sementara
berdasarkan hasil diskusi tersebut.
Merumuskan pertanyaan: siswa antar
satu sama lain saling mengajukan
pertanyaan terkait prediksi yang telah
dibuat oleh masing-masing individu.
Memberi alasan: siswa memberikan
penjelasan serta alasan atas jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan teman sekelompoknya.
Membuat langkah penyelesaian
masalah: siswa bersama kelompok
menetapkan langkah-langkah apa saja
yang ditempuh untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
3. Explain
Guru mengarahkan setiap
kelompok agar menyampaikan hasil
Merumuskan pertanyaan: siswa
saling menanggapi dan mengkritisi
hasil prediksi antar masing-masing
32
diskusi kelompoknya melalui
diskusi kelas.
Kemudian siswa diminta untuk
menjelaskan kesepakatan hasil
prediksi dan memberikan alasan
atas prediksi yang telah dibahas
pada tahap diskusi sebelumnya
dalam kegiatan presentasi.
kelompok apabila terdapat berbagai
pertanyaan.
Memberi alasan: siswa secara
berkelompok memberikan penjelasan
serta alasan kepada kelompok lain
terkait prediksi yang telah disepakati
oleh masing-masing kelompok.
4. Observe
Guru membimbing siswa untuk
menyelesaikan masalah yang
terdapat dalam LKS agar sesuai
dengan konsep matematis.
Kemudian siswa diminta untuk
membuat langkah penyelesaian
masalah secara rinci sesuai dengan
konsep matematis mengggunakan
sumber-sumber belajar yang
dimiliki untuk memastikan
kebenaran hasil prediksi yang
dibuat sebelumnya.
Membuat langkah penyelesaian
masalah: siswa secara berkelompok
membuat langkah-langkah
penyelesaian secara rinci untuk
menjawab masalah yang diberikan.
Menganalisis argumen: siswa
menganalisis setiap langkah yang
digunakan untuk menyelesaikan
masalah agar jawaban tersebut tepat
dan sesuai dengan masalah yang
diberikan.
5. Discuss
Guru membimbing siswa untuk
mencocokkan jawaban antara hasil
prediksi mereka di awal dengan
jawaban mereka pada saat observe.
Kemudian siswa diminta untuk
mencocokkan jawaban antara hasil
prediksi di awal dengan hasil
jawaban mereka pada saat observe
Merumuskan pertanyaan: siswa antar
satu sama lain saling mengkritisi
jawaban antar kelompok yang
diselesaikan pada tahap observe.
Memberi alasan: siswa memberikan
penjelasan lanjutan serta alasan
mengenai jawaban yang mereka yakini
kebenarannya setelah menyelesaikan
masalah pada tahap observe.
33
dengan cara menganalisis,
membandingkan, membedakan dan
mengkritik teman sekelas mereka
dalam kelompok.
Menganalisis argumen: siswa
mencocokkan antara prediksi dan
penyelesaian masalah yang mereka
kerjakan pada tahap observe.
Mempertimbangkan keputusan: siswa
memberikan penjelasan mengenai
perbedaan atau ketidakcocokan
jawaban hasil predict dan observe.
6. Explain
Guru membimbing siswa untuk
menghadapi semua perbedaan
jawaban antara predict dan observe.
Kemudian siswa diminta untuk
menyelesaikan berbagai kontradiksi
yang mungkin ada di antara
keyakinan mereka mengenai semua
perbedaan yang mereka temukan
pada saat predict dan observe.
Membuat kesimpulan: siswa bersama
guru menarik kesimpulan secara umum
terkait materi yang dibahas dalam LKS
serta menyelesaikan kesalahpahaman
yang mungkin terjadi ketika
melakukan prediksi.
34
Gambar 2. 2
Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
DISCUSS
Guru membimbing siswa untuk
berdiskusi.
Siswa berdiskusi dan berbagi ide-
ide mereka dalam kelompok untuk
membahas prediksi setiap individu.
EXPLAIN
Guru mengarahkan setiap
kelompok agar menyampaikan
hasil diskusinya.
Siswa menjelaskan hasil diskusi
dalam diskusi kelas melalui
kegiatan presentasi.
OBSERVE
Guru membimbing siswa
menyelesaikan masalah secara
rinci.
Siswa nenyelesaikan masalah yang
diberikan secara rinci sesuai
konsep matematis menggunakan
sumber-sumber belajar yang
dimiliki.
DISCUSS
Guru membimbing siswa untuk
mencocokkan antara hasil prediksi
mereka di awal dengan hasil
pengamatan.
Siswa menganalisis,
membandingkan, membedakan
dan mengkritik hasil temuan teman
sekelas mereka.
EXPLAIN
Guru membimbing siswa untuk
menghadapi semua perbedaan
antara pengamatan dan prediksi.
Siswa menyelesaikan berbagai
kontradiksi yang mungkin ada di
antara keyakinan mereka mengenai
semua perbedaan.
STRATEGI PDEODE Kemampuan
Berpikir Kritis
Matematis
Merumuskan
pertanyaan
Memberi
alasan
Menganalisis
argumen
Membuat langkah
penyelesaian
masalah
Mempertimbang-
kan keputusan
Membuat
kesimpulan
PREDICT
Guru menyajikan fenomena berupa
masalah.
Siswa mengungkapkan prediksi
mengenai penyelesaian masalah.
Pembelajaran
Konvensional
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan
informasi
Mengasosiasi
Mengomunika-
sikan
35
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teoretik yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: rata-rata kemampuan berpikir
kritis matematis siswa yang diajarkan dengan strategi PDEODE (Predict-Discuss-
Explain-Observe-Discuss-Explain) lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu MTs Negeri di Jakarta Timur yang
berlangsung pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.
B. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan
jenis eksperimen semu (Quasi Experimental). Quasi eksperimen digunakan karena
peneliti tidak dapat mengontrol secara keseluruhan variabel-variabel lain yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Perlakuan yang berbeda diberikan kepada
kedua kelas. Perlakuan pertama diberikan kepada kelas eksperimen dengan strategi
PDEODE dan perlakuan kedua diberikan kepada kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional.
Desain penelitian yang digunakan yaitu Posttest-Only Control Design dimana
pengontrolan dilakukan hanya pada tes akhir saja untuk menganalisis kemampuan
berpikir kritis siswa setelah diberi perlakuan tanpa diberikan pre-test. Desain
penelitian disajikan seperti tabel berikut:1
Tabel 3. 1
Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post Test
E X O
K - O
Keterangan:
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
X : Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen dengan menggunakan
strategi pembelajaran PDEODE
O : Pemberian tes kemampuan berpikir kritis yang sama pada kedua kelas
1Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantiatif-Kualitatif, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011), h. 105.
37
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII pada salah satu
MTs Negeri di Jakarta Timur, tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari lima kelas.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Cluster Random Sampling.
Setelah cluster dilakukan, terpilihlah 2 kelas yang akan dijadikan sampel dalam
penelitian. Dari kedua kelas tersebut dilakukan pengundian untuk menentukan
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberi
perlakuan dengan strategi PDEODE, sedangkan kelas kontrol menggunakan
pendekatan Saintifik. Berdasarkan hasil pengundian, terpilih kelas VII-B sebagai
kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang dan kelas VII-A sebagai
kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang.
D. Variabel Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel
bebas dan terikat. Kemampuan berpikir kritis matematis sebagai variabel terikat
dan strategi PDEODE sebagai variabel bebas. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu pemberian tes yang dilakukan setelah pembelajaran (posttest). Tes
diberikan kepada kedua kelompok sampel pada pokok bahasan Aritmatika Sosial.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian
yang dibuat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
kedua kelompok yang diberi perlakuan berbeda. Kedua kelompok tersebut
diberikan instrumen yang sama sebanyak 7 butir soal. Instrumen tes disusun
berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang telah ditetapkan.
Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.2 berikut ini:
38
Tabel 3. 2
Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Indikator Berpikir
Kritis Deskripsi Indikator
No Butir
Soal
Mempertimbangkan
keputusan
Mempertimbangkan keputusan dari suatu
masalah yang berkaitan dengan harga
jual dan harga beli
1
Menganalisis argumen Menganalisis argumen dari suatu
masalah yang berkaitan dengan
persentase untung
2
Membuat langkah
penyelesaian masalah
Membuat langkah penyelesaian suatu
masalah yang berkaitan dengan pajak 3
Memberi alasan Memberi alasan dari suatu masalah yang
berkaitan dengan persentase diskon 4
Merumuskan pertanyaan Merumuskan pertanyaan dari suatu
masalah yang berkaitan dengan bruto,
netto, tara
5a
Membuat langkah
penyelesaian masalah
Membuat langkah penyelesaian dari
suatu masalah yang berkaitan dengan
bruto, netto, tara
5b
Membuat kesimpulan Membuat kesimpulan dari suatu masalah
yang berkaitan dengan bunga tunggal 6
Kriteria penskoran yang dijadikan pedoman untuk menilai kemampuan
berpikir kritis matematis siswa ini, peneliti adaptasi dari Facione2 yang kemudian
disesuaikan dengan indikator kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini.
Adapun kriteria penskoran kemampuan berpikir kritis matematis dapat dilihat pada
tabel 3.3 berikut ini:
2Peter A. Facione and Noren C. Facione, The Holistic Critical Thinking Scoring Rubric –
HCTSR, Insight Assessment, Hemosa Beach, CA USA, 2014.
39
Tabel 3. 3
Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Indikator Kemampuan
Berpikir Kritis Kriteria Skor
Merumuskan pertanyaan Dapat menemukan masalah dan mengajukan
pertanyaan berdasarkan situasi masalah yang
diberikan dengan benar dan sesuai
4
Dapat menemukan masalah dengan tepat,
namun kurang sesuai dalam mengajukan
pertanyaan berdasarkan situasi masalah yang
diberikan
3
Dapat menemukan masalah dengan tepat,
namun tidak sesuai dalam mengajukan
pertanyaan berdasarkan situasi masalah yang
diberikan
2
Dapat menemukan masalah namun kurang
tepat sehingga salah dalam mengajukan
pertanyaan berdasarkan situasi masalah yang
diberikan
1
Tidak menuliskan jawaban 0
Memberi alasan Menuliskan jawaban dan memberikan
penjelasan matematis yang tepat dan lengkap 4
Menuliskan jawaban dengan tepat namun
memberikan penjelasan matematis yang
kurang lengkap
3
Menuliskan jawaban dengan tepat namun
memberikan penjelasan matematis yang
tidak tepat
2
Menuliskan jawaban dan penjelasan
matematis yang tidak tepat 1
Tidak menuliskan jawaban dan penjelasan 0
Menganalisis argumen Dapat memberikan penjelasan dengan tepat
dan lengkap mengenai kesesuaian antara
suatu masalah dengan argumen yang terkait
4
Dapat memberikan penjelasan mengenai
kesesuaian antara suatu masalah dengan
argumen yang terkait dengan tepat, namun
kurang lengkap
3
Dapat memberikan penjelasan mengenai
kesesuaian antara suatu masalah dengan
argumen yang terkait, namun kurang tepat
2
Dapat memberikan penjelasan mengenai
kesesuaian antara suatu masalah dengan
argumen yang terkait, namun tidak tepat
1
Tidak menuliskan jawaban 0
Tabel 3.3 (Lanjutan)
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
40
Tabel 3.3 (Lanjutan)
Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Indikator Kemampuan
Berpikir Kritis Kriteria Skor
Membuat langkah
penyelesaian masalah
Menuliskan langkah penyelesaian masalah
disertai dengan konsep matematika yang
tepat dan melakukan prosedur perhitungan
dengan benar, serta memberikan jawaban
akhir yang tepat.
4
Menuliskan langkah penyelesaian masalah
disertai dengan konsep matematika yang
tepat dan melakukan prosedur perhitungan
dengan benar, tetapi memberikan jawaban
akhir yang kurang tepat.
3
Menuliskan langkah penyelesaian masalah
disertai dengan konsep matematika yang
kurang tepat dan melakukan prosedur
perhitungan yang benar, serta memberikan
jawaban akhir yang kurang tepat.
2
Menuliskan langkah penyelesaian masalah
disertai dengan konsep matematika yang
tidak tepat dan melakukan prosedur
perhitungan yang salah, serta memberikan
jawaban akhir yang tidak tepat.
1
Tidak menuliskan jawaban dan langkah
penyelesaian masalah 0
Membuat kesimpulan Dapat menganalisis dan menjelaskan suatu
pernyataan dengan konsep matematika
secara tepat dan kesimpulan yang ditarik
tepat.
4
Dapat menganalisis suatu pernyataan, tetapi
penjelasan konsep matematika tidak sesuai,
namun kesimpulan yang ditarik tepat.
3
Dapat menganalisis suatu pernyataan, namun
penjelasan konsep matematika dan
kesimpulan yang ditarik kurang tepat.
2
Dapat menganalisis suatu pernyataan, namun
penjelasan konsep matematika dan
kesimpulan yang ditarik tidak tepat.
1
Tidak menuliskan jawaban 0
Mempertimbangkan
keputusan
Dapat memberikan penjelasan dengan tepat
dan lengkap mengenai kesesuaian antara
situasi yang diberikan dengan keputusan
yang diambil
4
41
Tabel 3.3 (Lanjutan)
Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Indikator Kemampuan
Berpikir Kritis Kriteria Skor
Mempertimbangkan
keputusan
Dapat memberikan penjelasan mengenai
kesesuaian antara situasi yang diberikan
dengan keputusan yang diambil dengan
tepat, namun kurang lengkap
3
Dapat memberikan penjelasan mengenai
kesesuaian antara situasi yang diberikan
dengan keputusan yang diambil, namun
kurang tepat
2
Dapat memberikan penjelasan mengenai
kesesuaian antara situasi yang diberikan
dengan keputusan yang diambil, namun tidak
tepat
1
Tidak menuliskan jawaban 0
Sebelum instrumen penelitian diberikan, terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen. Uji coba dimaksudkan untuk memperoleh validitas, daya pembeda, taraf
kesukaran, dan reliabilitas sehingga instrumen tes yang digunakan sudah memenuhi
persyaratan kelayakan sebagai pengumpul data yang baik.
1. Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan valid ketika instrumen tersebut dapat mengukur
sesuatu yang hendak diukur.3 Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah
instrumen yang dibuat sudah tepat dan mampu mengukur kemampuan beripikir
kritis matematis siswa. Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai
variabel yang diukur seperti dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut.4
Pengujian validitas tiap butir soal menggunakan rumus korelasi product moment
Pearson yaitu:5
3Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan
Matematika, (Bandung: Refika Aditama, 2015), h. 190. 4Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h.8. 5Lestari dan Yudhanegara, op. cit., h. 193.
42
𝑟𝑥𝑦 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋). (∑ 𝑌)
√[𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2]. [𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2]
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi antara skor butir soal (X) dan total skor (Y)
𝑁 = banyak subjek
𝑋 = skor butir soal atau skor item pernyataan/pertanyaan
𝑌 = total skor
Pada penelitian ini, perhitungan validitas menggunakan software MS.Excel.
Validitas instrumen ditentukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan 𝑟𝑥𝑦
dan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan 𝑑𝑓 = 𝑛 − 2.
Kriteria pengambilan keputusannya yaitu jika 𝑟𝑥𝑦 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal dikatakan
valid, sebaliknya jika 𝑟𝑥𝑦 ≤ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal dikatakan tidak valid. Setelah
dilakukan analisis dengan perhitungan korelasi product moment, seluruh soal
berkategori valid. Berikut hasil rekapitulasi uji validitas instrumen tes kemampuan
berpikir kritis matematis disajikan pada tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3. 4
Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Berpikir Kritis
No
Soal
Indikator
Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis
Validitas
Keterangan 𝒓𝑥𝑦 𝒓𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍
1 Mempertimbangkan
keputusan 0,592
0,3494
Valid
2 Menganalisis argumen 0,741 Valid
3 Membuat langkah
penyelesaian masalah 0,391 Valid
4 Memberi alasan 0,653 Valid
5a Merumuskan
pertanyaan 0,527 Valid
5b Membuat langkah
penyelesaian masalah 0,681 Valid
6 Membuat kesimpulan 0,545 Valid
2. Daya Pembeda
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk
dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang
43
kemampuannya rendah.6 Cara untuk menentukan kedua kelompok tersebut
menggunakan persentase 27% dari testee yag termasuk kelompok atas dan 27%
lainnya diambil dari testee yang termasuk dalam kelompok bawah. Hal ini
disebabkan karena berdasarkan bukti-bukti empirik pengambilan subyek sebanyak
27% testee kelompok atas dan 27% testee kelompok bawah itu telah menunjukkan
kesensitifannya, atau dengan kata lain dapat diandalkan.7 Rumus yang digunakan
untuk menentukan indeks daya pembeda instrumen tes tipe subjektif yaitu:8
𝐷𝑃 =�̅�𝐴 − �̅�𝐵
𝑆𝑀𝐼
Keterangan:
𝐷𝑃 = indeks daya pembeda butir soal
�̅�𝐴 = rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas
�̅�𝐵 = rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah
𝑆𝑀𝐼 = Skor Maksimum Ideal, yaitu skor maksimum yang akan diperoleh siswa
jika menjawab butir soal tersebut dengan tepat (sempurna)
Selanjutnya apabila nilai 𝐷𝑃 (daya pembeda) tiap butir soal sudah didapatkan,
maka kita dapat mengetahui interpretasi daya pembeda tiap butir soal tersebut
dalam uraian tabel berikut ini:9
Tabel 3. 5
Kriteria Indeks Daya Pembeda
Nilai Interpretasi Daya Pembeda
0,70 < 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Sangat baik
0,40 < 𝐷𝑃 ≤ 0,70 Baik
0,20 < 𝐷𝑃 ≤ 0,40 Cukup
0,00 < 𝐷𝑃 ≤ 0,20 Buruk
𝐷𝑃 ≤ 0,00 Sangat buruk
Hasil rekapitulasi uji daya pembeda instrumen tes kemampuan berpikir kritis
matematis dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini:
6 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h.385. 7Ibid., h.387. 8Lestari dan Yudhanegara, op. cit., h. 217. 9Ibid.
44
Tabel 3. 6
Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis
No
Soal
Indikator Kemampuan
Berpikir Kritis
Daya Pembeda
DP Kriteria
1 Mempertimbangkan
keputusan 0,42 Baik
2 Menganalisis argumen 0,67 Baik
3 Membuat langkah
penyelesaian masalah 0,25 Cukup
4 Memberi alasan 0,58 Baik
5a Merumuskan pertanyaan 0,36 Cukup
5b Membuat langkah
penyelesaian masalah 0,72 Sangat Baik
6 Membuat kesimpulan 0,33 Cukup
3. Taraf Kesukaran
Uji taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui apakah soal termasuk dalam
kategori sulit, mudah atau sedang untuk dikerjakan. Butir-butir item tes hasil belajar
dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item
tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat
kesukaran item itu adalah sedang atau cukup.10 Rumus yang digunakan untuk
menentukan indeks kesukaran instrumen tes tipe subjektif, yaitu:11
𝐼𝐾 =𝑛𝐴 + 𝑛𝐵
𝑁𝐴 + 𝑁𝐵
Keterangan:
𝐼𝐾 = indeks kesukaran
𝑛𝐴 = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
𝑛𝐵 = banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
𝑁𝐴 = banyak siswa kelompok atas
𝑁𝐵 = banyak siswa kelompok bawah
Selanjutnya apabila nilai 𝐼𝐾 (indeks kesukaran) tiap butir soal sudah
didapatkan, maka kita dapat mengetahui interpretasi tingkat kesukaran tiap butir
soal tersebut dalam uraian tabel berikut ini:12
10Sudijono, op. cit., h. 370. 11Lestari dan Yudhanegara, op. cit., h. 226. 12Ibid., h. 224.
45
Tabel 3. 7
Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen
IK Interpretasi Indeks Kesukaran
𝐼𝐾 = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < 𝐼𝐾 ≤ 0,30 Sukar
0,30 < 𝐼𝐾 ≤ 0,70 Sedang
0,70 < 𝐼𝐾 < 1,00 Mudah
𝐼𝐾 = 1,00 Terlalu mudah
Hasil rekapitulasi uji taraf kesukaran instrumen tes kemampuan berpikir kritis
matematis dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3. 8
Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis
No
Soal
Indikator Kemampuan
Berpikir Kritis
Taraf Kesukaran
IK Kriteria
1 Mempertimbangkan
keputusan 0,69 Sedang
2 Menganalisis argumen 0,55 Sedang
3 Membuat langkah
penyelesaian masalah 0,64 Sedang
4 Memberi alasan 0,55 Sedang
5a Merumuskan pertanyaan 0,58 Sedang
5b Membuat langkah
penyelesaian masalah 0,66 Sedang
6 Membuat kesimpulan 0,55 Sedang
Setelah dilakukan uji validitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran, berikut
disajikan rekapitulasi hasilnya pada tabel 3.9 berikut ini:
Tabel 3. 9
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Daya Pembeda, dan
Taraf Kesukaran
No Soal Validitas Daya
Pembeda
Taraf
Kesukaran Kesimpulan
1 Valid Baik Sedang Dipakai
2 Valid Baik Sedang Dipakai
3 Valid Cukup Sedang Dipakai
4 Valid Baik Sedang Dipakai
5a Valid Cukup Sedang Dipakai
5b Valid Sangat Baik Sedang Dipakai
6 Valid Cukup Sedang Dipakai
46
4. Reliabilitas Instrumen
Menurut Saifuddin Azwar, reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti
konsistensi, keterandalan, keterpercayaan, kestabilan, keajegan, dan sebagainya.13
Maksud dari makna reliabilitas tersebut yaitu sejauhmana hasil suatu proses
pengukuran dapat dipercaya. Hasil suatu pengukuran akan dapat dipercaya hanya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek
yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri
subjek memang belum berubah.14 Untuk mengetahui nilai reliabilitas tes
menggunakan rumus Alpha Cronbach :15
𝑟 = (𝑛
𝑛 − 1) (1 −
∑ 𝑠𝑖2
𝑠𝑡2
)
Keterangan :
𝑟 = koefisien reliabilitas
𝑛 = banyak butir soal
𝑠𝑖2 = varians skor butir soal ke-i
𝑠𝑡2 = varians skor total
Berikut ini teori dari Guildford mengenai kriteria dalam menginterpretasikan
derajat reliabilitas instrumen yang dibuat:16
Tabel 3. 10
Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Reliabilitas
0,90 ≤ 𝑟 ≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat tetap/sangat baik
0,70 ≤ 𝑟 < 0,90 Tinggi Tetap/baik
0,40 ≤ 𝑟 < 0,70 Sedang Cukup tetap/cukup baik
0,20 ≤ 𝑟 < 0,40 Rendah Tidak tetap/buruk
𝑟 < 0,20 Sangat rendah Sangat tidak tetap/sangat buruk
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas menggunakan software MS.Excel,
seluruh soal berkategori valid dan diperoleh nilai 𝑟 = 0,69. Nilai tersebut berada
dalam interval 0,40 ≤ 𝑟 < 0,70 sehingga memiliki kriteria sedang. Dengan
13Azwar, op. cit., h.7. 14Ibid. 15Lestari dan Yudhanegara, op. cit., h. 206. 16Ibid.
47
demikian, instrumen yang digunakan cukup baik untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis matematis siswa.
F. Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data hasil kemampuan berpikir kritis siswa, tahap
berikutnya yaitu dilakukan pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat
lunak SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Pengolahan dan analisis
tersebut bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
Peneliti melakukan analisis dengan melihat pengaruh strategi PDEODE terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis. Dalam skala 0% hingga 100%, kriteria yang
digunakan untuk mengetahui TKS (Tingkat Kemampuan Siswa) yaitu sebagai
berikut:17
0 ≤ 𝑇𝐾𝑆 ≤ 60 Rendah
60 < 𝑇𝐾𝑆 ≤ 75 Sedang
75 < 𝑇𝐾𝑆 ≤ 100 Tinggi
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan dua
rata-rata populasi independen dengan menggunakan teknik yaitu uji-t. Sebelum
dilakukan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak. Pada perhitungan uji normalitas, perangkat
lunak yang digunakan yaitu SPSS pada taraf signifikansi 5%. Perumusan hipotesis
untuk uji normalitas yaitu:18
𝐻0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
𝐻1:Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.
17Masrurotullaily, Hobri, dan Suharto, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Keuangan Berdasarkan Model Polya Siswa SMK Negeri 6 Jember”, Kadikna, Vol. 4,
2013, h.133. 18Kadir, Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan SPSS/Lisrel dalam
Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 157.
48
Uji normalitas data pada perangkat lunak SPSS menggunakan uji Shapiro-
Wilk dengan langkah-langkah sebagai berikut:19
a. Buka lembar kerja/file Deskriptif
b. Menu AnalyzeDescriptive StatisticsExplore
c. Klik dan masukkan variabel yang akan diuji normalitasnya ke kolom
Dependent List yaitu Nilai Posttest, kemudian pilih Plots
d. Pada Descriptives, lepaskan tanda ceklist
e. Pada Boxplot pilih None, selanjutnya klik Normality Plots with tests, lalu
klik Continue dan OK
Mengacu pada output yang ditunjukkan oleh tabel Test of Normality, berikut
merupakan kriteria pengambilan keputusan untuk menentukan hipotesis mana yang
akan dipilih:
a. Jika hasil Sig. > 0,05 maka Ho diterima, yaitu sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal.
b. Jika hasil Sig. < 0,05 maka Ho ditolak, yaitu sampel tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah data sampel berasal dari
populasi yang bervarians homogen atau tidak. Pada perhitungan uji homogenitas,
perangkat lunak yang digunakan yaitu SPSS pada taraf signifikansi 5%. Perumusan
hipotesis untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:
𝐻0: 𝜎12 = 𝜎2
2
𝐻1: 𝜎12 ≠ 𝜎2
2
Analisis yang digunakan untuk menguji homogenitas data pada perangkat
lunak SPSS menggunakan Levene Tests dengan langkah-langkah sebagai berikut:20
a. Buka lembar kerja/file Deskriptif
b. Menu AnalyzeDescriptive StatisticsExplore
19Singgih Santoso, Panduan Lengkap SPSS Versi 23, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2016), h. 209. 20Ibid.
49
c. Klik dan masukkan variabel yang berisi Nilai Posttest ke kolom Dependent
List dan masukkan variabel yang bervalue 1 dan 2 ke kolom Factor list,
kemudian pilih Plots
d. Pada Descriptives, lepaskan tanda ceklist
e. Pada Boxplot pilih None, selanjutnya pada Spread vs Level with Levene Tests,
pilih Power estimation, lalu klik Continue dan OK
Mengacu pada output yang ditunjukkan oleh tabel Test of Homogenity of
Variance, berikut merupakan kriteria pengambilan keputusan untuk menentukan
hipotesis mana yang akan dipilih:
a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak, yaitu varians kedua kelompok
berbeda atau tidak homogen.
b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima, yaitu varians kedua kelompok
sama atau homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi, selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-
rata populasi independen. Apabila hasil uji asumsi menunjukkan bahwa sampel dari
kedua kelompok berdistribusi normal, maka dilakukan uji statistik parametrik yaitu
uji-t. Sebaliknya, apabila data tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji
statistik non-parametrik yaitu uji-U Mann Whitney pada taraf signifikansi 5%.
Uji hipotesis menggunakan Independent Sample t Test yang terdapat pada
perangkat lunak SPSS dengan langkah-langkah sebagai berikut:21
a. Buka file SPSS yang berisi variabel beserta data yang akan diuji perbedaan rata-
ratanya
b. Pada menu Analyze Compare-Means Independent-Samples T test
c. Klik dan masukkan variabel yang berisi Nilai Posttest ke kolom Test
Variable(s)
d. Klik dan masukkan variabel yang bervalue 1 dan 2 ke kolom Define Groups
21Ibid., h. 271.
50
e. Masukkan value data yang akan dibandingkan rata-ratanya pada masing-masing
kolom Group 1 value 1 dan Group 2 value 2, kemudian klik Continue lalu
OK.
Untuk memutuskan hipotesis mana yang dipilih, dilihat dari nilai Sig. (2-
tailed) yang ditunjukkan output SPSS. Pada penelitian ini, pengujian hipotesis yang
digunakan yaitu uji pihak kanan oleh Sig. (1-tailed). Untuk mendapatkan nilai Sig.
(1-tailed) adalah dengan membagi dua nilai Sig. (2-tailed). Adapun kriteria
pengambilan keputusannya yaitu sebagai berikut:
a. Jika signifikansi (p-value) ≤ 0,05 maka Ho ditolak, yaitu rata-rata kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan strategi PDEODE lebih
tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional.
b. Jika signifikansi (p-value) > 0,05 maka Ho diterima, yaitu tidak terdapat
perbedaan antara rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
diajarkan dengan strategi PDEODE dan kemampuan berpikir kritis matematis
yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
G. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistika yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
𝐻0: 𝜇1 = 𝜇2
𝐻1: 𝜇1 > 𝜇2
Keterangan:
𝜇1: rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan
strategi PDEODE.
𝜇2: rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional.
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh strategi
pembelajaran Predict, Discuss, Explain, Observe, Discuss, Explain (PDEODE)
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa, diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan strategi PDEODE pada indikator menganalisis argumen dan membuat
kesimpulan sudah tergolong tinggi. Untuk pencapaian indikator memberi
alasan, membuat langkah penyelesaian masalah, dan mempertimbangkan
keputusan tergolong sedang. Namun, untuk indikator merumuskan pertanyaan
masih tergolong rendah. Hal tersebut memberikan simpulan bahwa penerapan
strategi PDEODE dalam pembelajaran efektif untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
2. Kemapuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan konvensional pada indikator membuat kesimpulan sudah
tergolong tinggi. Untuk pencapaian indikator memberi alasan, membuat
langkah penyelesaian masalah, dan mempertimbangkan keputusan tergolong
sedang. Namun, untuk indikator merumuskan pertanyaan dan menganalisis
argumen masih tergolong rendah. Hal tersebut memberikan simpulan bahwa
pendekatan konvensional belum optimal untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa.
3. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan menggunakan
strategi PDEODE lebih tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
90
B. Saran
Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada beberapa
saran penulis terkait penelitian ini, diantaranya:
1. Bagi guru, pembelajaran dengan strategi PDEODE membutuhkan waktu yang
relatif lama, maka dari itu sebaiknya lebih mempersiapkan desain pembelajaran
sebaik mungkin, mulai dari penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
pertimbangan alokasi waktu yang diperlukan sehingga mampu memperoleh
hasil yang optimal.
2. Bagi sekolah, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas PDEODE lebih tinggi
daripada rata-rata siswa kelas konvensional sehingga pembelajaran dengan
strategi PDEODE dapat menjadi salah satu alternatif yang disarankan dalam
pembelajaran matematika untuk dapat diterapkan kepada siswa dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi
dan bahan rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
4. Bagi peneliti lain, disarankan agar lebih selektif dalam memilih pokok bahasan
yang akan digunakan dalam penelitian dengan cara menentukan materi-materi
yang kaya akan konsep dan memungkinkan dilakukannya kegiatan observe
melalui kegiatan demonstrasi (hands-on experiment, labwork, dll) sehingga
kemampuan berpikir kritis dengan strategi PDEODE dapat lebih berkembang.
91
DAFTAR PUSTAKA
Aroysi, Gema. “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Bertipe
PISA Berdasarkan Teori Nolting”, Skripsi pada Pendidikan Matematika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta: 2018. tidak dipublikasikan.
Azwar, Saifuddin. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Costu, Bayram. Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy:
Helping Students Make Sense of Everyday Situations. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education. 4, 2008.
Dipalaya, Tismi., and Corebima, Aloysius Duran. The Effect of PDEODE (Predict-
Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain) Learning Strategy in The
Different Academic Abilities on Students’ Critical Thinking Skills in Senior
High School. European Journal of Education Studies. 2, 2016.
Facione, Peter A., and Facione, Noren C. The Holistic Critical Thinking Scoring
Rubric–HCTSR. AS: California Academic Press. 1994.
Feldman, Daniel A. Berpikir Kritis Strategi untuk Mengambil Keputusan. Jakarta:
PT Indeks, 2010.
Fisher, Alec. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga, 2009.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
Johar, Rahmah. “Domain Soal PISA untuk Literasi Matematika”. Jurnal Peluang.
1, 2012.
Johnson, Elaine B. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MLC, 2009.
Kadir. Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan SPSS/Lisrel
dalam Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.
Kurniawati, Lia., dan Utami, Belani Margi. “Pengaruh Metode Penemuan dengan
Strategi Heuristik terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis.” KNPM
V Himpunan Matematika Indonesia. Juni. 2013.
Kusumawati, Dina Ari. “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Melalui Pendekatan Game Based Learning”, Skripsi pada Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2018. tidak dipublikasikan.
Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksnomomi Kognitif (Perkermbangan Ragam
Berpikir). Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
92
Latifah, “Pengaruh Strategi Pemecahan Masalah Make An Organized List terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”, Skripsi pada Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2014. tidak dipublikasikan.
Lestari, Karunia Eka., dan Yudhanegara, Mokhammad Ridwan. Penelitian
Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama, 2015.
Lestari, Karunia Eka., dan Yudhanegara, Mokhammad Ridwan. Penelitian
Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama, 2018.
Liew, Chong Wah., and Treagust, David F. A Predict-Observe-Explain Teaching
Sequence for Learning about Students’ Understanding of Heat and Expansion
of Liquid. Australian Science Teacher Journal. 41, 1995.
Masrurotullaily, dkk., “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Keuangan Berdasarkan Model Polya Siswa SMK Negeri 6 Jember.” Kadikna.
4, 2013.
Musfiqon dan Nurdyansyah. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:
Nizamia Learning Center, 2015.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010. Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan.
Rahmawati, Eka, dkk., “Analisis Kemampuan Matematis Siswa SMP dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Bertipe PISA.” Jurnal Pendidikan
Matematika.
Samsudin, Achmad., dkk. Strategi & Desain Pembelajaran PDEODE*E (Predict,
Discuss, Explain, Observe, Discuss, Explain, Explore). Bandung:
Departemen Fisika UPI, 2017.
Santoso, Singgih. Panduan Lengkap SPSS Versi 23. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2016.
Sari, Eni Ratna., dkk. “Remediasi Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Suhu dan
Kalor Menggunakan Strategi PDEODE di SMA.” Artikel Penelitian pada
Pendidikan Fisika Universitas Tanjungpura Pontianak: 2016.
Savander-Ranne, Carina., and Kolari, Samuli. Promoting the Conceptual
Understanding of Engineering Students through Visualisation. Global
Journal of Enginering Education. 7, 2003.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Sudrajat. “Peranan Matematika dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.” Paper disampaikan pada Seminar sehari The Power Mathematics
for All Aplication HIMATIKA-UNISBA. Januari. 2008.
Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantiatif-Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
93
Suprijono, Agus. Model-Model Pembelajaran Emansipatoris. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2016.
Suwarma, Dina Mayadiana. Suatu Alternatif Pembelajaran untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jakarta: Cakrawala Maha Karya,
2009.
Wijaya, Hengki. “Pendidikan Dasar Untuk Penguatan Peran Bangsa Dalam
Dinamika Global (Prof Arismundar)”. ResearchGate. 2018.
Wulandari, Tabitha Sri Hartati., et al. Students’ Critical Thinking Improvement
through PDEODE and STAD Combination in The Nutrition and Health
Lecture. International Journal of Evaluation and Research in Education. 6,
2017.