Referat Morbus Hansen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat lepra

Citation preview

Multi Cubes

Powerpoint Templates

REFERAT

MORBUS HANSENMarissa Anggraeni030.08.155

Pembimbingdr. Nurhasanah, Sp.KKPowerpoint TemplatesPage #1PENDAHULUAN

Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae yang intraseluler obligat. Mycobacterium leprae yang secara primer menyerang saraf tepi dan secara sekunder menyerang kulit serta organ-organ lain12 Kusta memiliki dua macam tipe gejala klinis yaitu pausibasilar (PB) dan multibasilar (MB).Penyakit kusta masih menjadi permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar masyarakat dunia terutama di Negara berkembangKusta bukan penyakit keturunan, tetapi merupakan penyakit menular. Penyakit menular ini pada umumnya mempengaruhi kulit dan saraf perifer, tetapi mempunyai cakupan manifestasi klinis yang luas.1Powerpoint TemplatesPage #TINJAUAN PUSTAKA

DefinisiIstilah kusta berasal dari bahasa Sansekerta, dikenal sejak 1400 tahun SM, yakni kustha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Kata lepra disebut dalam kitab Injil yang mencakup beberapa penyakit kulit lainya. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.

Powerpoint TemplatesPage #Epidemiologi Penyakit Kusta

Powerpoint TemplatesPage #Etiologi Mycobacterium leprae - pleomorf lurus, batang panjang, sisi paralel dengan kedua ujung bulat- ukuran 0,3-0,5 x 1-8 mikro- Basil ini berbentuk batang gram positif dan bersifat tahan asam, tidak bergerak dan tidak berspora,dapat tersebar atau dalam berbagai ukuran bentuk kelompok, termasuk masa irreguler besar yang disebut globi Mycobacterium ini termasuk kuman aerob

Powerpoint TemplatesPage #Penularan Lepra

Powerpoint TemplatesPage #Faktor yang mempermudah timbulnya kuman

Powerpoint TemplatesPage #Masa inkubasiPenyakit ini jarang sekali ditemukan pada anak-anak dibawah usia 3 tahun; meskipun, lebih dari 50 kasus telah ditemukan pada anak-anak dibawah usia 1 tahun, yang paling muda adalah usia 2,5 bulan. Secara umum, telah disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.

ReservoirSampai saat ini manusia merupakan satu-satunya yang diketahui berperan sebagai reservoir.

Powerpoint TemplatesPage #Patogenesis

Masuknya M.Leprae ke dalam tubuh berkaitan dengan Sistem Imunitas Selular (SIS)Kuman akan ditangkap oleh APC (Antigen Presenting Cell) selanjutnya akan mengaktivasi To sehingga To akan berdifferensiasi menjadi Th1 dan Th2. - mengaktifasi dari eosinofil.- mengaktifasi dari makrofag - mengaktifasi sel B untuk menghasilkan IgG dan IgE- mengaktifasi sel mast. Pada kusta tipe LL terjadi kelumpuhan sistem imunitas selular, dengan demikian makrofag tidak mampu menghancurkan kuman sehingga kuman dapat bermultiplikasi dengan bebas, yang kemudian dapat merusak jaringan.11

Powerpoint TemplatesPage #Pada kusta tipe TT kemampuan fungsi sistem imunitas selular tinggi, sehingga makrofag sanggup menghancurkan kuman. Sayangnya setelah semua kuman di fagositosis, makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak bergerak aktif dan kadang-kadang bersatu membentuk sel datia langhans. Bila infeksi ini tidak segera di atasi akan terjadi reaksi berlebihan dan masa epiteloid akan menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan disekitarnya.5,7

Sel Schwan merupakan sel target untuk pertumbuhan Mycobacterium lepare, disamping itu sel Schwan berfungsi sebagai demielinisasi dan hanya sedikit fungsinya sebagai fagositosis. Jadi, bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalm sel Schwan, kuman dapat bermigrasi dan beraktivasi. Akibatnya aktivitas regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang progresif

Powerpoint TemplatesPage #Patogenesis Kerusakan Saraf pada Pasien Kusta

M.Leprae memiliki bagian G domain of extracellular matriks protein laminin 2 yang akan berikatan dengansel schwaan melalui reseptor dystroglikan lalu akan mengaktifkan MHC kelas II setelah itu mengaktifkan CD4+. CD4+ akan mengaktifkan Th1 dan Th2 dimana Th1 dan Th2 akan mengaktifkan makrofag. Makrofag gagal memakan M. Leprae akibat adanya fenolat glikolipid I yang melindunginya di dalam makrofag. Ketidakmampuan makrofag akan merangsang dia bekerja terus-menerus untuk menghasilkan sitokin dan GF yang lebih banyak lagi. Sitokin dan GF tidak mengenelai bagian self atau nonself sehingga akan merusak saraf dan saraf yang rusak akan diganti dengan jaringan fibrous sehingga terjadilah penebalan saraf tepi. Sel schwann merupakan APC non professional.

Powerpoint TemplatesPage #Patogenesis Reaksi Kusta

Suatu keadaan akut pada perjalanan penyakit kusta yangg kronikPenyebab utama kerusakan saraf dan cacatDapat terjadi pada awal, selama & setelah terapiPembagian :Reaksi tipe I ~ reversal hipersensitifitas tipe IVReaksi tipe II ~ ENL hipersensitifitas tipe IIIKe-2 tipe reaksi ini dpt berlangsung ringan - berat

Powerpoint TemplatesPage #Klasifikasi Penyakit Kusta

Klasifikasi Internasional, Madrid (1953)Klasifikasi untuk kepentingan riset /klasfikasi Ridley-Jopling (1962).Klasifikasi untuk kepentingan program kusta /klasifikasi WHO (1981) dan modifikasi WHO (1988)Salah satu tipe penyakit kusta yang tidak termasuk dalam klasifikasi Ridley dan jopling, tetapi diterima secara luas oleh para ahli kusta yaitu tipe indeterminate (I). lesi biasanya berupa makula hipopigmentasi dengan sedikit sisik dan kulit di sekitarnya normal. Lokasi biasanya di bagian ekstensor ekstremitas, bokong atau muka, kadang-kadang dapat ditemukan makula hipestesi atau sedikit penebalan saraf. Diagnosis tipe ini hanya dapat ditegakkan, bila dengan pemeriksaan histopatologik.

Powerpoint TemplatesPage #

Powerpoint TemplatesPage #

Powerpoint TemplatesPage #Cell Mediated ImmuneBakterioskopikTT BT BB BL LLPausibasiler (PB) Multibasiler (MB)Klasifikasi Ridley-Joping, 1992Powerpoint TemplatesPage #klasifikasi Ridley dan Jopling

Powerpoint TemplatesPage #klasifikasi Ridley dan Jopling

Powerpoint TemplatesPage #klasifikasi Ridley dan Jopling

Powerpoint TemplatesPage #klasifikasi Ridley dan Jopling

Powerpoint TemplatesPage #klasifikasi Ridley dan Jopling

Powerpoint TemplatesPage #

Powerpoint TemplatesPage #Menurut Jimmy Wales (2008), tanda-tanda tersangka kusta (Suspek) adalah sebagai berikut : Powerpoint TemplatesPage #Gejala-gejala kerusakan saraf menurut A. Kosasih (2008)Powerpoint TemplatesPage #Kerusakan pada organ lain

Kerusakan mata pada kusta Primer dapat menyebabkan alopesia pada alis mata dan bulu mata, juga mendesak jaringan mata lainnya.Sekunder disebabkan rusaknya N. fasialis yang dapat membuat paralisis N. orbikularis palpebrarum sebagian atau seluruhnya, lalu mengakibatkan lagoftalmus, lalu kerusakan bagian mata yang lain, dan berakhir kebutaanInfiltrasi granuloma kedalam adneksa kulit, terdiri kelenjar keringat, kelenjar palit, dan folikel rambut dapat mengakibatkan kulit kering dan alopesia. Tipe lepromatosa dapat timbul ginekomastia akibat gangguan hormonal dan oleh karena infiltrasi granuloma pada tubulus seminiferus testis.Powerpoint TemplatesPage #Powerpoint TemplatesPage #Reaksi kusta

Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit yang sebenarnya sangat kronik.Powerpoint TemplatesPage #KLINISREVERSALENLKulit

Saraf

KonstitusiLesi >> eritematosaLesi baru

MembesarNyeri +/-Gangguan fungsi +/-

Demam ringanMaleseNodus < >>>Nyeri, ulserasi

MembesarNyeri +/-Gangguan fungsi +/-

Demam ringan beratMalese Powerpoint TemplatesPage #

Powerpoint TemplatesPage #

Powerpoint TemplatesPage #

Powerpoint TemplatesPage #fenomena Lucio

Fenomena lucio merupakan reaksi kusta yang sangat berat yang terjadi pada kusta tipe lepromatosa non nodular difus- plak atau infiltrat difus, berwarna merah muda, bentuk rak teratur dan terasa nyer- Lesi terutama pada ekstremitas, kemudian meluas ke seluruh tubuh. - Lesi yang berat akan semakin eritematosa, disertai purpura dan bula kemudian dengan cepat terjadi nekrosis serta ulserasi yang nyeri. Lesi lambat menyembuh dan akhirnya terbentuk jaringan parut.- Gambaran histopatologik dari fenomena lucio menunjukkan nekrosis epidermal iskemik dengan nekrosis pembuluh darah superfisial, edema, dan proliferasi endotelial pembuh darah lebih dalam.

Powerpoint TemplatesPage #

Powerpoint TemplatesPage #Pemeriksaan Penderita KustaAnamnesisSubyektif : Keluhan penderita, Kelainan kulit, Mati rasa, Gangguan fungsi pada saraf.Obyektif : Riwayat kontak dengan penderita, Latar belakang keluarga misalnya Keadaan sosial ekonomi.

Inspeksi dimulai pada saat berinteraksi dengan penderita dan dilanjutkan dengan pemeriksaan lebih lanjut. Ruangan membutuhkan cahaya yang adekuat (terang) diperlukan agar petugas dapat membedakan warna dan bentuk tubuh.

Palpasi : Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya dilakukan pada:

Powerpoint TemplatesPage #

Powerpoint TemplatesPage #35

Powerpoint TemplatesPage #36Fungsi sensorik :

- Rasa Raba-Rasa Nyeri-Rasa Suhu

Powerpoint TemplatesPage #Powerpoint TemplatesPage #Kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan dinyatakan dengan indeks bakteri ( I.B)1 + Bila 1 10 BTA dalam 100 LP2+Bila 1 10 BTA dalam 10 LP3+Bila 1 10 BTA rata rata dalam 1 LP4+Bila 11 100 BTA rata rata dalam 1 LP5+Bila 101 1000BTA rata rata dalam 1 LP6+Bila> 1000 BTA rata rata dalam 1 LPIndeks morfologi (IM) adalah persentase bentuk solid dibandingkan dengan jumlah solid dan non solid.

Powerpoint TemplatesPage #Penunjang diagnosis

Powerpoint TemplatesPage #Penunjang diagnosisReaksi Mitsuda bernilai :0 Papul berdiameter 3 mm atau kurang+ 1 Papul berdiameter 4 6 mm+ 2 Papul berdiameter 7 10 mm+ 3 papul berdiameter lebih dari 10 mm atau papul dengan ulserasi

Powerpoint TemplatesPage #DiagnosisKardinal SignPowerpoint TemplatesPage #Diagnosis BandingDermatofitosisTinea versikolorPitriasis albaDermatitis seboroikaPitriasis roseaPsoriasis

Penyakit kusta ~ The Greatest Immitator

Powerpoint TemplatesPage #PengobatanRegimen Pengobatan Kusta tersebut (WHO/DEPKES RI). PB dengan lesi tunggal diberikan ROM (Rifampicin Ofloxacin Minocyclin). Pemberian obat sekali saja langsung RFT/=Release From Treatment. Obat diminum di depan petugas. Anak-anak Ibu hamil tidak di berikan ROM. Bila obat ROM belum tersedia di Puskesmas diobAti dengan regimen pengobatan PB lesi (2-5).

Regimen pengobatan kusta disesuaikan dengan yang direkomendasikan oleh WHO/DEPKES RI (1981). Untuk itu klasifikasi kusta disederhanakan menjadi :1. Pausi Basiler (PB)2. Multi Basiler (MB)

Powerpoint TemplatesPage #Bila lesi tunggal dgn pembesaran saraf diberikan: regimen pengobatan PB lesi (2-5). PB dengan lesi 2 5.Lama pengobatan 6 dosis ini bisa diselesaikan selama (6-9) bulan. Setelah minum 6 dosis ini dinyatakan RFT (Release From Treatment) yaitu berhenti minum obat.

Powerpoint TemplatesPage #MB dengan lesi > 5.Lama pengobatan 12 dosis ini bisa diselesaikan selama 12-18 bulan. Setelah selesai minum 12 dosisi obat ini, dinyatakan RFT/=Realease FromTreatment yaitu berhenti minum obat. Masa pengamatan setelah RFT dilakukan secara pasif untuk tipe PB selama 2 tahun dan tipe MB selama 5 tahun. Jika bakterioskopis tetap negatif dan klinis tidak ada keaktifan baru, maka dinyatakan bebas dari pengamatan atau disebut Release From Control =(RFC)

Powerpoint TemplatesPage #

Powerpoint TemplatesPage #

Powerpoint TemplatesPage #Penderita tidak dapat diobati dengan rifampisin

Lama PengobatanJenis ObatDosis6 BulanKlofazimin50 mg/hariOfloksasin400 mg/hariMinosiklin100 mg.hariDiikuti dengan 18 bulanKlofazimin + Ofloksasin50 mg/hariatauMinosiklin400 mg/hariPenderita yang tidak dapat diobati dengan DDS

RifampisinKlofaziminDewasa600 mg/bln50 mg/hari dan 300 mg/bulanAnak-anak450 mg/bln50 mg/hari dan 150 mg/bulanPowerpoint TemplatesPage #Pengobatan ReaksiPrinsip pengobatan :Pemberian obat anti reaksiIstirahat atau imobilisasiAnalgetik, sedatifu/ mengatasi rasa nyeriMDT diteruskan

Powerpoint TemplatesPage #Reaksi ENLRinganrawat jalan, istirahatBeratrawat inapObat :Prednison 15 30 mg/hr berat/ringan reaksiKlofazimin 200 300 mg/hrThalidomideteratogenik, di Indonesia (-)

Reaksi ReversalNeuritis (+)Prednison 15 30 mg/hrAnalgetik + sedatifAnggota gerak yang terkena istirahatkan

Neuritis (-)Kortikosteroid (-)Analgetik kalau perlu Powerpoint TemplatesPage #Rehabilitasi Medik

a) Mencegah kerusakan saraf, sehingga terhindar pula dari gangguan sensorik, paralisis, dan kontraktur.b) Hentikan kerusakan mata untuk mencegah kebutaan.c) Kontrol nyeri.d) Pengobatan untuk mematikan basil lepra dan mencegah perburukan keadaan penyakit.

Powerpoint TemplatesPage #Komplikasi Di dunia, lepra mungkin penyebab tersering kerusakan tangan. Trauma dan infeksi kronik sekunderdapat menyebabkan hilangnya jari jemari ataupun ekstremitas bagian distal. Juga sering terjadi kebutaan. Fenomena lucio yang ditandai dengan artitis, terbatas pada pasien lepromatosus difus, infiltratif dan non noduler. Kasus klinik yang berat lainnya adalah vaskulitis nekrotikus dan menyebabkan meningkatnya mortalitas. Amiloidos sekunder merupakan penyulit pada penyakit leprosa berat terutama ENL kronik.

Powerpoint TemplatesPage #PrognosisSetelah program terapi obat biasanya prognsis baik, yang paling sulit adalah manajemen dari gejala neurologis, kontraktur dan perubahan pada tangan dan kaki. Ini membutuhkan tenaga ahli seperti neurologis, ortopedik, ahli bedah, prodratis, oftalmologis, physical medicine, dan rehabilitasi. Yang tidak umum adalah secondary amyloidosis dengan gagal ginjal dapat mejadi komplikasi.

Powerpoint TemplatesPage #KESIMPULAN

1. Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata.2. Manefestasi klinis berupa Tanda-tanda pada kulit, Bercak/kelainan kulit yang merah/putih dibagian tubuh, Kulit mengkilat, Bercak yang tidak gatal, Adanya bagian-bagian yang tidak berkeringat atau tidak berambut, Lepuh tidak nyeri, Tanda-tanda pada syaraf, Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan, Gangguan gerak anggota badan/bagian muka, Adanya cacat (deformitas), Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh.3. Penatalaksanaan morbus Hansen meliputi pengobatan dengan obat obatan farmakologi dan rehabiltasi medic. Rehabilitasi medic meliputi pelatihan untuk mencegah kerusakan saraf, sehingga terhindar pula dari gangguan sensorik, paralisis, dan kontraktur.

Powerpoint TemplatesPage #DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Cetakan kelima. Jakarta: FK UI; 2010.h. 73-88Daili, dkk. 1998. Kusta. UI PRES. Jakarta.Djuanda, Edwin. 1990. Rahasia Kulit Anda. FKUI. Jakarta.Djuanda.A., Menaldi. SL., Wisesa.TW., dan Ashadi. LN. (1997). Kusta : diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.Djuanda. A.,Djuanda. S., Hamzah. M., dan Aisah.A. Ed . (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penrbit FKUIDacre, Jane dan Kopelman, Peter. Buku saku keterampilan klinis. Cetakan pertama. Jakarta: EGC; 2005.h.258-59.Siregar, R.S. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Edisi kedua. Cetakan pertama. Jakarta: EGC; 2005.h.29-34.Barrett. TL., Wells. MJ., Libow.L., Quirk.C., and Elston DM. (2002). Leprosy, retrieved January 14, 2005 from http://emedicine.com/derm/byname/leprosy.htm. Last update: April 10, 2002Ditjen PPM & PL. (2000). Buku Pedoman Program P2 Kusta Bagi Petugas Puskesmas. Jakarta : Sub Direktorat Kusta & Frambusia.Sridharan R, Lorenzo NZ.Leprosy: Neurological infection. 2007. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1165419-overview Leisinger, KM. (2005). Leprosy in the year 2005: Impressive success with the treatment of a biblical disease http://novartisfoundatin.com/en/about/organization/board/klaus-leisinger.htmWHO. (2002). Elimination of Leprosy as a Public Health Problem. retrieved January 14, 2005 from http://who.int.com/lep/stat2002/global02.htmLlast update: January 10, 2005

Powerpoint TemplatesPage #

By: Marissa Anggraeni Thank You! Powerpoint TemplatesPage #