22
2 Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch Box: Surat yang Lezat” Muhammad Fathurrohman, Eva Latifah Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia Email: [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas representasi dan citra Indonesia yang terdapat dalam web drama Korea berjudul Lunch Box: Surat yang Lezat yang dirilis pada tahun 2015 sebagai media promosi makanan halal di Korea. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif dan kepustakaan. Melalui penelitian ini, citra Indonesia dari kacamata masyarakat Korea dapat diketahui. Tokoh utama dan pembantu perempuan serta makanan Indonesia menjadi representasi dari Indonesia dalam web drama ini. Dari penelitian ini, dapat ditemukan citra- citra Indonesia yang dicerminkan lewat representasi tokoh wanita dan makanan Indonesia. Citra itu juga dapat ditemukan lewat pemilihan unsur intrinsik dalam latar dan plot dari web drama ini. Citra-citra Indonesia tersebut adalah Islam, sulit didekati, memiliki posisi di bawah dengan Korea, dan ramah. Citra Indonesia lain yang juga dicerminkan lewat tokoh-tokoh wanita Indonesia, yaitu muslim, berpendidikan, mandiri, sulit untuk didekati, bebas, peduli terhadap teman, dan terlalu sayang terhadap anak sehingga menimbulkan kekhawatiran berlebih. Dari temuan-temuan ini, dapat disimpulkan bahwa melalui representasi-representasi Indonesia dalam web drama Lunch Box: Surat yang Lezat, terdapat citra-citra yang Korea miliki terhadap Indonesia. Kata kunci: citra; representasi; kajian intrinsik; web drama. Representation and Image of Indonesia in Web Drama “Lunch Box: Surat yang Lezat” Abstract This research discusses representation and images of Indonesia as it appears in Korean web drama entitled Lunch Box: Surat yang Lezat that has been released in 2015 as a promotional media for halal foods in Korea. A descriptive and literary method was used in this research. Through this research, the images of Indonesia in Koreans can be known. The main character, supporting characters and Indonesian foods are the representations of Indonesia in this web drama. The images of Indonesia are reflected through the representation of Indonesian women character and Indonesian foods. These images can also be seen through intrinsics in background and plot of this web drama. The images of Indonesia are Moslem, difficult to approach, have a lower ranking than Korea, and hospitable. The other images of Indonesia that can be seen through Indonesian women characters are Moslem, educated, independent, difficult to approach, free, caring about their friend, and have a great worry about their children. Through these findings can be concluded that representations of Indonesia in web drama Lunch Box: Surat yang Lezat reflected images of Indonesia that Koreans have for Indonesia. Keywords: images; intrinsic; representation; web drama. Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

2

Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch Box: Surat yang Lezat”

Muhammad Fathurrohman, Eva Latifah

Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas representasi dan citra Indonesia yang terdapat dalam web drama Korea berjudul Lunch Box: Surat yang Lezat yang dirilis pada tahun 2015 sebagai media promosi makanan halal di Korea. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif dan kepustakaan. Melalui penelitian ini, citra Indonesia dari kacamata masyarakat Korea dapat diketahui. Tokoh utama dan pembantu perempuan serta makanan Indonesia menjadi representasi dari Indonesia dalam web drama ini. Dari penelitian ini, dapat ditemukan citra-citra Indonesia yang dicerminkan lewat representasi tokoh wanita dan makanan Indonesia. Citra itu juga dapat ditemukan lewat pemilihan unsur intrinsik dalam latar dan plot dari web drama ini. Citra-citra Indonesia tersebut adalah Islam, sulit didekati, memiliki posisi di bawah dengan Korea, dan ramah. Citra Indonesia lain yang juga dicerminkan lewat tokoh-tokoh wanita Indonesia, yaitu muslim, berpendidikan, mandiri, sulit untuk didekati, bebas, peduli terhadap teman, dan terlalu sayang terhadap anak sehingga menimbulkan kekhawatiran berlebih. Dari temuan-temuan ini, dapat disimpulkan bahwa melalui representasi-representasi Indonesia dalam web drama Lunch Box: Surat yang Lezat, terdapat citra-citra yang Korea miliki terhadap Indonesia.

Kata kunci: citra; representasi; kajian intrinsik; web drama.

Representation and Image of Indonesia in Web Drama

“Lunch Box: Surat yang Lezat”

Abstract

This research discusses representation and images of Indonesia as it appears in Korean web drama entitled Lunch Box: Surat yang Lezat that has been released in 2015 as a promotional media for halal foods in Korea. A descriptive and literary method was used in this research. Through this research, the images of Indonesia in Koreans can be known. The main character, supporting characters and Indonesian foods are the representations of Indonesia in this web drama. The images of Indonesia are reflected through the representation of Indonesian women character and Indonesian foods. These images can also be seen through intrinsics in background and plot of this web drama. The images of Indonesia are Moslem, difficult to approach, have a lower ranking than Korea, and hospitable. The other images of Indonesia that can be seen through Indonesian women characters are Moslem, educated, independent, difficult to approach, free, caring about their friend, and have a great worry about their children. Through these findings can be concluded that representations of Indonesia in web drama Lunch Box: Surat yang Lezat reflected images of Indonesia that Koreans have for Indonesia.

Keywords: images; intrinsic; representation; web drama.

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 2: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

3

Pendahuluan

Drama merupakan “gelombang” pertama dari Hallyu yang menyebar ke seluruh dunia.

Fenomena ini ini telah publik dunia menolehkan pandangannya mereka ke Korea Selatan.1

Gelombang ini diawali dengan masuknya berbagai drama televisi Korea ke Tiongkok. Chung

(2011) mengatakan stasiun televisi Tiongkok sudah mulai menayangkan drama Korea pada

tahun 1997. Selain Tiongkok, Jepang juga mulai menayangkan drama Korea di akhir tahun

1990-an dengan drama berjudul “Winter Sonata.” Drama Korea menerima banyak kesuksesan

di Tiongkok. Chua (2004) dan Heo (2002) mengatakan karena kesuksesannya di Tiongkok,

kepopuleran dari drama Korea meningkat hingga dapat menembus negara yang memiliki

komunitas Tiongkok seperti Mongolia, Malaysia, dan Singapura lalu masuk ke negara-negara

di Asia Tenggara (dalam Ju, 2010).

Dewasa ini, para pecinta drama Korea mulai memanfaatkan media, seperti ponsel pintar,

untuk menikmati drama favorit mereka. Chung (2011) mengatakan internet telah mengubah

cara masyarakat membaca, berpikir, dan membagi ide mereka. Orang-orang mulai lebih

memilih untuk menonton televisi melalui perangkat seperti ponsel pintar dan tablet komputer.

Dikombinasikan dengan pertumbuhan cepat layanan daring video seperti YouTube, Hulu, dan

Netflix membuat televisi tradisional tergantikan oleh internet. Hal tersebut membawa

perubahan dalam industri drama Korea.

Tergantikannya televisi tradisional dengan internet telah mendorong munculnya drama

internet. Carter (2007) menjelaskan bahwa drama daring (atau biasa disebut Drama Internet

atau Web drama) adalah sebuah fiksi yang spesifik dibuat untuk ditonton di internet.

Kemunculan dari web drama diawali dengan video blog amatir YouTube seperti “Emokid201”

dan “Lonelygirl15” yang muncul pada tahun 2006. Video blog amatir tersebut membentuk

drama kontemporer seperti “KateModern” pada tahun 2007 yang berhasil meraup sekitar 25

juta penonton (dikutip dari Creeber, 2011).

Lee (dalam Kim, 2012) mengatakan bahwa warganet telah mendorong munculnya

drama internet yang disesuaikan dengan selera mereka. Kil (2016) mengemukakan bahwa

popularitas dari drama internet telah meningkat pesat di Korea. Kil mengatakan jumlah

produksi web drama meningkat dan menyentuh angka 67 web drama Korea yang telah

diproduksi pada tahun 2015. Web drama Korea yang pertama memperoleh perhatian besar

berjudul “The Cravings” dari Kirin Production yang diproduksi pada tahun 2013. Web drama

1 Selanjutnya disebut sebagai Korea.

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 3: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

4

dengan enam episode tersebut telah ditonton oleh dua juta orang pada situs NaverTV Cast.

Hal tersebut memicu kepesatan produksi web drama di Korea. CEO Kirin Production, Park

Kwang-su dalam wawancaranya bersama Kil mengatakan bahwa web drama sampai saat ini

belum memiliki model pendapatan yang pasti sehingga banyak web drama diproduksi sebagai

media promosi (Kil, 2016).

Web drama “Lunch Box: Surat yang Lezat” adalah salah satu web drama Korea yang

dibuat sebagai media untuk promosi. Web drama ini diproduksi sebagai media promosi untuk

makanan halal di Korea. Web drama ini yang bertujuan untuk mempromosikan makanan halal

di Korea ini mengambil pemeran utama wanita seorang Indonesia bernama Amelia Tantono

yang berperan sebagai Yulia. Selain karakter Indonesia, makanan Indonesia juga digunakan

sebagai representasi dari makanan halal di dalam web drama ini. Melalui hal tersebut,

representasi dan citra Indonesia di mata Korea dapat ditemukan. Hal itu juga dapat menjadi

salah satu cerminan bagaimana orang Korea secara umum memandang Indonesia, baik dari

segi budaya maupun masyarakatnya.

Melalui latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian untuk menganalisis

representasi dan citra mengenai Indonesia yang ditampilkan dalam web drama “Lunch Box:

Surat yang Lezat.” Dalam menganalisis web drama ini, penulis menggunakan metode

penelitian deskriptif. Metode deskriptif tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data

saja, melainkan juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut (Soejono dan

Abdurrahman, 2005). Selain metode penelitian deskriptif, penulis juga menggunakan metode

kepustakaan untuk mencari teori-teori yang dapat dijadikan landasan bagi penelitian ini.

Tinjauan Teoritis

Representasi adalah sebuah hal yang tidak dapat dilepaskan dari bahasa. Stuart Hall

(Hall, Evans, Nixon, 2013) mengatakan bahasa bekerja sebagai sistem representasi.

Representasi dalam bahasa Korea diterjemahankan sebagai �� (myosa) yang memiliki arti

mengekspresikan suatu target, objek, fenomena, dan sebagainya dengan deskripsi

menggunakan bahasa atau gambar (DESK ���� “DESK gugosajeon”, 1999). Dalam

pengertian tersebut, salah satu bentuk representasi adalah deskripsi menggunakan bahasa.

Representasi melalui bahasa merupakan proses pusat dari pembentukan makna

menggunakan tanda-tanda dan simbol-simbol. Tanda-tanda dan simbol-simbol yang

digunakan dalam bahasa dapat berbentuk suara, kata yang tertulis, gambar yang diproduksi

secara elektrik, not-not music, dan bahkan dapat berupa objek (Hall, 1997). Pendapat tersebut

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 4: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

5

menunjukkan bahwa bahasa bukan hanya sesuatu yang diucapkan maupun dituliskan manusia

saja, melainkan dapat berupa bentuk lain seperti yang disebutkan di atas.

Representasi juga merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari budaya. Hall (Hall,

Evans, Nixon, 2013) mengatakan kata budaya dapat dideskripsikan sebagai ‘nilai bersama’

dari suatu kelompok atau masyarakat. Du Gay dan kawan-kawan (1997) mengatakan manusia

dapat membentuk budaya makna bersama dan hal ini membangun dunia sosial yang ditinggali

secara bersama-sama (dalam Hall, Evans, Nixon, 2013). Hall kemudian mengatakan

partisipasi dari manusia dalam suatu budaya adalah asal makna dari orang, objek, dan

kejadian muncul. Manusia memberikan makna kepada hal-hal tersebut melalui bagaimana

kita merepresentasikan mereka.

Hall (1997) mengatakan terdapat dua proses atau dua sistem representasi. Proses

pertama adalah segala objek, orang, dan kejadian (hal-hal) berkorelasi dengan seperangkat

konsep atau dapat disebut sebagai representasi mental yang dibawa dalam kepala manusia.

Dalam proses kedua, bergantung kepada pembentukan peta konsep yang ada dalam pikiran

manusia menjadi tanda-tanda, kemudian tanda-tanda tersebut diorganisir menjadi bahasa yang

mewakili atau merepresentasi konsep-konsep tersebut. Hubungan antara ‘hal-hal’, konsep,

dan tanda-tanda merupakan pusat dari pembentukkan makna dalam bahasa. Proses yang

menghubungkan ketiga unsur ini disebut sebagai representasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat

dalam bagan 1 di bawah ini.

Bagan 1. Sistem Representasi

Sumber: Hall (1997)

Dalam representasi yang Hall (1997, hlm 24) tawarkan, terdapat tiga pendekatan untuk

menjelaskan bagaimana suatu representasi makna dapat terjadi melalui bahasa. Pendekatan

pertama disebut sebagai pendekatan reflektif. Dalam pendekatan ini, makna dianggap sebagai

sesuatu yang bersemayam dalam objek, orang, ide, maupun kejadian di dunia nyata. Bahasa

dalam pendekatan ini berfungsi sebagai cermin yang merefleksikan makna sebenarnya di

RepresentasiMental:

Konsep-konsepdariobjek,orangdankejadianyangada

dalampikiranmanusia

PembentukkankeBahasa:

konsep-konsepyangadadiberikantanda-tandakemudiandiubahkedalam

bahasa

Representasi

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 5: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

6

dunia nyata. Pendekatan kedua adalah pendekatan intensional. Pendekatan ini berpegang

bahwa pembicara atau penulis yang menentukan makna unik mereka terhadap dunia melalui

bahasa. Kata-kata di sini memiliki arti yang telah ditentukan oleh penulisnya. Pendekatan

terakhir mengakui bahwa baik suatu hal maupun seseorang dapat menetapkan suatu makna

dalam bahasa. Dalam pendekatan ini, manusia membentuk makna menggunakan sistem

representasi dengan konsep dan tanda-tanda. Pendekatan terakhir dikenal sebagai pendekatan

konstruktif (Hall, Evans, Nixon, 2013). Dalam penelitian ini, penulis akan berfokus pada

pendekatan yang terakhir. Bagan 2. Pendekatan-Pendekatan dalam Representasi

Sumber: Hall, dalam Hall, Evans, Nixon (2013)

Kalantzis dan Cope (2012) mengatakan citra adalah kemiripan visual, persamaan dari

beberapa hal, ide, atau perasaan. Mitchell (1984) dalam New Literary History mengatakan

citra pada masa ini dianggap sebagai semacam tanda. Tanda ini menyediakan jendela yang

tembus pandang ke dunia. Citra dianggap sebagai suatu tanda yang menyajikan penampilan

yang menipu dari kealamian dan penyembunyian yang transparan dari sebuah keburukan,

pembelokan, mekanisme banding sebuah representasi dan proses pembingungan secara

ideologi.

Mitchell melanjutkan (1984) jika citra adalah keluarga, akan menjadi mungkin untuk

membuat sebuah pengartian dari silsilah citra. Hal ini dapat dilakukan jika kita melihat pada

tempat-tempat citra dibedakan satu sama lain dan dari sekat-sekat perbedaan diskursus

institusional mereka. Dengan begitu kita dapat membuat pohon keluarga citra seperti berikut

ini:

PendekatanRepresentasi

PendekatanReflek7f:Maknasuatuobjek,orang,ide,atau

kejadianmerupakancerminankenyataan

PendekatanIntensional:Suatumaknasudahditentukansecaraunikolehpembicaraataupenulisnya

PendekatanKonstruk7f:Maknadibentukolehmanusia

menggunakansistemrepresentasidengankonsepdantanda-tanda

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 6: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

7

Bagan 3. Pohon Keluarga Citra

Sumber: Mitchell (1984)

Yoo (2008) mengatakan bahwa citra dari suatu negara adalah pengaplikasian dari

konsep citra di dalam suatu negara. Hall (1986) mengatakan bahwa citra dari suatu negara

dapat dikatakan sebagai kepercayaan umum suatu masyarakat terhadap suatu negara termasuk

ke dalamnya citra mengenai masyarakat dalam negara tersebut (dikutip dari Yoo, 2008). Citra

negara bukan hanya mengenai negara tersebut secara umum, melainkan juga meliputi aspek

masyarakat dari negara tersebut. Dari pernyataan Hall tersebut, manusia dari suatu negara

juga dapat merepresentasikan citra dari negara tempat dia tinggal. Citra-citra yang dimiliki

manusia maupun masyarakat dari suatu negara dapat juga dikatakan sebagai citra dari negara

tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan teori dari citra persepsi. Cope

(Kalantzis dan Cope, 2012) mengatakan bahwa perceptual image atau citra persepsi

menurutnya adalah citra yang dapat dilihat oleh indera mata manusia. Cope membandingkan

citra persepsi dan citra mental untuk lebih memperjelas penjelasannya mengenai citra persepsi.

Citra mental adalah citra yang muncul melalui pikiran manusia dengan memanggil kembali

memori-memori dari suatu hal atau kejadian. Citra mental menurut Cope dilihat manusia oleh

“mata” yang ada di pikiran masing-masing individu dan dapat berbeda satu sama lain dalam

penggambarannya. Citra persepsi di sisi lain merupakan citra yang dilihat indera mata yang

manusia miliki. Citra ini akan dilihat sama oleh orang lain karena benda atau hal yang dilihat

akan sama oleh setiap individunya.

Tabel 1. Perbandingan Citra Persepsi dan Citra Mental

Citra Persepsi Citra Mental Melihat hal menggunakan mata fisik yang berada di tubuh manusia

Membayangkan sesuatu dengan mata yang berada dalam pikiran manusia

Menemukan makna dalam suatu adegan Membuat makna dalam pikiran Perhatian yang selektif, melihat beberapa askpek dalam adegan yang aktual

Hanya bisa melihat apa yang dipanggil kembali oleh mata dalam pikiran

Terjadi sekarang Memori dari masa lalu

Perhatian yang fokus kepada objek masa kini Perhatian yang fokus kepada objek yang tidak terlihat

Tindakan mental dari pengakuan Tindakan mental dari mengingat dan

Citra

Grafisgambar,patung,

desain

Op7kcermin,proyeksi

Persepsidata,ragam,penampilan

Mentalmimpi,memori,ide,

fantasmata

Verbalmetafora,

deskripsi,tulisan

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 7: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

8

membayangkan Dunia nyata Imajinasi dan spekulasi Sumber: Kalantzis dan Cope (2012)

Sebuah fiksi atau cerita dapat terbangun berkat adanya unsur-unsur pembentuk di

dalamnya. Nurgiyantoro (2013) mengatakan bahwa terdapat dua jenis unsur pembangun fiksi

yang sudah dikenal sejak lama. Kedua unsur tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik. Dalam sebuah pengkajian fiksi, kedua unsur ini akan banyak disebut oleh peneliti

sebuah fiksi.

Nurgiyantoro (2013) kemudian memberikan suatu definisi mengenai unsur intrinsik.

Nurgiyantoro mengatakan bahwa unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra

itu sendiri. Unsur-unsur ini secara nyata akan dijumpai oleh penikmat sebuah fiksi. Kepaduan

antarunsur ini membuat suatu fiksi atau cerita menjadi berwujud. Unsur-unsur seperti plot,

penokohan, tema, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa merupakan bagian dari unsur

intrinsik.

Salah satu unsur penting dari suatu fiksi adalah penokohan. Tokoh dan penokohan

memiliki beberapa nama lain seperti watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi.

Meskipun memiliki nama yang berbeda, namun nama-nama tersebut memiliki pengertian

yang hampir sama. Tokoh merujuk kepada orang atau pelaku cerita. Abrams (1999)

mengatakan tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu fiksi atau drama,

yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang

diekspresikan melalui ucapan atau perbuatannya. tokoh-tokoh dalam cerita dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis. Penulis dalam penelitian ini hanya akan menggunakan salah satu jenis

dari tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Nurgiyantoro mengatakan bahwa tokoh

utama adalah tokoh yang tergolong penting dan paling banyak diceritakan. Tokoh utama

berperan penting dalam menentukan perkembangan plot cerita. Tokoh tambahan adalah tokoh

dalam cerita yang hanya muncul beberapa kali. Kemunculan dari tokoh tambahan yang hanya

beberapa kali tersebut menyebabkan tokoh ini terkadang kurang mendapat perhatian (dalam

Nurgiyantoro, 2013).

Abrams (1999) mengatakan latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu

merujuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita (dalam Nurgiyantoro, 2013). Aziez dan

Hasim (2010) mengatakan bahwa latar berkaitan dengan elemen-elemen yang memberikan

kesan abstrak tentang lingkungan, baik tempat maupun waktu. Latar dapat diciptakan dari

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 8: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

9

tempat dan waktu yang imajiner maupun faktual. Latar dibagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu

tempat, waktu, dan sosial-budaya (Nurgiyantoro, 2013).

Stanton (1965) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,

namun tiap kejadian yang terjadi hanya dihubungkan secara sebab akibat. Sejalan dengan

Stanton, Kenny (1966) mengatakan plot adalah peristiwa-peristiwa tidak sederhana karena

pengarang suatu cerita menyusun peristiwa-peristiwa dalam cerita berdasarkan kaitan sebab

akibat (dalam Nurgiyantoro, 2013). Dalam Aziez dan Hasim (2010), dijelaskan empat hal

yang dilakukan pengarang untuk mempertahankan minat baca pembaca. Hal ini dapat

dijadikan pembeda antara plot dan cerita. Empat hal tersebut, yaitu pilihan peristiwa yang

dirangkai berdasarkan waktu; peristiwa yang menarik; peristiwa yang mengarah kepada

peristiwa menarik lain; dan peristiwa yang memiliki alasan dan akibat. Keempat hal tersebut

merupakan pedoman yang dapat membantu dalam membedakan cerita dan plot.

Sinopsis, Latar, dan Plot Web Drama “Lunch Box: Surat yang Lezat”

Yong adalah seorang lelaki Korea yang bekerja membantu di restoran penyedia makan

siang milik ayahnya. Pada suatu kesempatan saat mengantarkan pesanan makan siang di salah

satu universitas Korea, Yong membuat makan siang khusus untuk wanita Indonesia yang

disukainya, Yulia. Yulia merupakan mahasiswa di universitas tersebut. Saat Yulia memasuki

ruangan, Yong memberikan makan siang khusus yang telah dibuatnya, namun ditolak Yulia

yang ternyata membawa makan siang yang dia masak sendiri. Yong merasa kecewa dan

bertanya-tanya mengapa Yulia menolak makan siang khusus dan lezat buatannya.

Saat menjalankan permintaan ayahnya untuk membeli bahan masakan di pasar, Yong

melihat Yulia sedang membayar bahan masakan di dalam sebuah mini market. Setelah Yulia

keluar dari mini market tersebut, Yong masuk ke dalam mini market dan bertanya kepada

penjaga mini market yang melayani Yulia sebelumnya mengenai apa yang telah dibeli Yulia

tadi. Dari penjaga tersebut, Yong akhirnya mengetahui bahwa Yulia membeli bahan masakan

halal. Yong meminta semua bahan masakan halal dan membelinya. Sesampainya di toko

milik ayahnya, Yong mencari tahu informasi mengenai apa itu halal. Setelah memperoleh

informasi tersebut, Yong mencoba kembali membuatkan makan siang khusus untuk Yulia

dengan menggunakan bahan masakan halal yang dibelinya. Keesokan harinya, Yong diam-

diam meletakkan makan siang yang telah dibuatkannya untuk Yulia ke dalam loker Yulia di

kampus. Tanpa mengetahui apapun, Yulia mengambil makanan tersebut.

Yulia dengan bersemangat memberitahu ibunya tentang bekal makan siang yang

diletakkan di loker miliknya. Namun, ibu Yulia melarang Yulia memakan makan siang

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 9: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

10

tersebut. Walaupun Yulia telah meyakinkan ibunya bahwa makan siang yang dia temukan di

lokernya itu merupakan makanan halal, ibu Yulia tetap tidak memperbolehkannya memakan

makanan tersebut. Keesokan harinya, Yong melihat bahwa bekal makan siang yang dia

berikan kemarin tidak disentuh sama sekali oleh Yulia. Yong membawa bekal makan siang

tersebut dan meminta ayahnya untuk mencicipi bekal yang dibuatnya dan meminta nasihat

mengenai apa yang harus dia lakukan.

Yong dibantu oleh ayahnya terus mencoba memasak untuk Yulia dan tetap meletakkan

bekal makan siang secara diam-diam di loker Yulia. Selain ayahnya, Yong juga mendapatkan

dukungan moril dari penjaga mini market yang biasa melayani Yulia. Pertemuannya yang

sering dengan Yulia membuat kasir laki-laki ini tahu beberapa bahan masakan untuk

membuat makanan Indonesia.

Pada suatu hari, Yulia melihat Yong sedang memasukkan bekal makan siang di

lokernya. Keesokan harinya, Yulia pergi ke lokernya saat Yong sedang meletakkan bekal

makan siang di lokernya. Yulia tidak marah kepada Yong dan malah mengajak Yong untuk

memakan bekal makan siang itu bersama. Di saat sedang menyantap bekal makan siang

bersama, Yulia meminta Yong untuk tidak memberikan bekal makan siang lagi untuk dia.

Yulia memberitahukan hal ini kepada temannya. Teman Yulia tersebut menduga bahwa

Yong hanya penasaran dengan Yulia, namun Yulia tampak sedih dengan caranya menolak

makanan pemberian Yong. Teman Yulia melihat bahwa Yulia juga memiliki perasaan khusus

untuk Yong. Menyadari hal tersebut, teman Yulia mengingatkan Yulia bahwa dia ada di

semester terakhir dan akan segera pulang ke Indonesia seusai studinya selesai. Meskipun

demikian, Yulia masih terlihat sedih dengan perbuatannya mendorong Yong menjauh darinya.

Di sisi lain, Yong sudah mulai menyerah untuk mengejar Yulia. Melihat anaknya yang

mengeluh dan tidak bersemangat, ayah Yong menasihati Yong untuk tidak mudah menyerah

jika keinginannya tidak berjalan sesuai rencana. Yong bangkit dan memulai rencananya untuk

membuatkan makanan istimewa untuk Yulia. Yong juga mendapat saran dari penjaga mini

market dalam melakukan hal ini. Yong bekerja keras sampai malam pada kesempatan kali ini.

Keesokan harinya, saat Yulia dan temannya sedang menaruh barang-barang mereka di

loker, Yulia menemukan sepucuk surat yang mengatakan bahwa ada makanan-makanan

istimewa yang telah disiapkan di salah satu ruangan di universitas Yulia. Saat masuk ke

ruangan tersebut, Yulia melihat bahwa sedang ada pesta kecil-kecilan. Dalam pesta yang

didatangi oleh beberapa mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Korea tersebut telah disediakan

berbagai makanan Indonesia dan Korea yang dapat dinikmati oleh mahasiswa-mahasiswa

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 10: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

11

yang datang ke pesta tersebut. Akhirnya, Yulia dan Yong bertemu di pesta kecil tersebut dan

mereka saling melemparkan senyum.

Web drama ini memiliki beberapa latar tempat yang dipilih sebagai penyokong jalannya

cerita. Latar-latar tempat yang muncul dalam web drama ini meliputi universitas, mini market,

dan restoran ayah Yong. Pemilihan latar tempat dalam web drama ini memiliki beberapa

maksud dan tujuan sebagai penyampai pesan. Melalui pemilihan latar universitas, dapat

dilihat bahwa penulis cerita web drama ingin menunjukkan sosok wanita Indonesia yang

berpendidikan. Sosok berpendidikan dari wanita Indonesia ini secara jelas dapat ditangkap

dengan posisi Yulia sebagai mahasiswa di universitas tersebut. Latar tempat kedua adalah

mini market dalam pasar tradisional Korea. Latar mini market ini memiliki pesan bahwa

Korea merupakan negara yang terbuka dan bersahabat dengan menyediakan bahan makanan

halal yang dibutuhkan oleh orang-orang muslim, termasuk muslim Indonesia untuk

dikonsumsi. Terakhir adalah restoran milik ayah Yong. Restoran menjadi latar tempat yang

penting yang mengikat jalinan cerita kedua tokoh utama, yaitu Yulia dan Yong.

Tahun 2000-an adalah latar waktu dari web drama ini. Dapat dilihat bahwa banyak

teknologi masa kini yang dimunculkan dalam web drama ini. Teknologi-teknologi tersebut

meliputi ponsel, video call yang dilakukan oleh Yulia, pengunaan laptop, dan mesin kasir

yang modern. Berbagai teknologi tersebut merupakan perkembangan dari teknologi modern

yang banyak digunakan pada masa kini. Edwards (2014) melalui situs PC World form IDG

mengatakan bahwa teknologi video call mulai populer sejak pertengahan 2000-an dan terus

berkembang sejak saat itu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa “Lunch Box: Surat

yang Lezat” menggunakan tahun 2000-an sebagai latar waktunya.

Latar terakhir yang terdapat dalam web drama ini adalah latar sosial-budaya. Budaya

Korea merupakan salah satu latar sosial-budaya dari web drama ini. Budaya Korea terlihat

dalam cara berkomunikasi dan cara memasak. Budaya Korea memang mengenal bentuk

akrab, formal, dan sopan dalam berkomunikasi. Hal ini tercermin dalam dialog-dialog yang

terjadi dalam web drama ini.

Teman klub Yulia 1: 무슨 일이 있어? (Museun iri isseo?) Yulia: 우리 엄마가 걱정이 좀 많으시잖아. (Uri eommaga geokjongi jom manheusijanha.) Yong: 저, 이걸 드세요. (Jeo, igeol deuseyo.) Yulia: 괜찮아요 (Gwaenchanayo.)(sambil menunjukkan bekal yang dibawanya). 먹자!(Meokja!) Terjemahan bebas Teman Klub Yulia 1: Ada apa? Yulia: Biasa, ibu aku sangat mengkhawatirkan aku. Yong: Permisi, silakan makan ini. Yulia: Oh, tidak usah (sambil menunjukkan bekal yang dibawanya). Yuk makan!

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 11: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

12

(Lunch Box: Surat yang Lezat, Episode 1, menit 03:37-03:49) Dari dialog di atas terlihat penggunaan bentuk akrab, formal, dan sopan yang biasa

digunakan dalam bahasa Korea. Bentuk akrab dapat dilihat dari percakapan antar teman klub

Yulia 1 dan Yulia. Tidak ada penggunaan akhiran penunjuk bentuk formal dalam percakapan

mereka yang menunjukkan bahwa mereka akrab satu sama lain. Bentuk formal dari dialog di

atas dapat dilihat pada percakapan Yong dan Yulia. Mereka menggunakan akhiran formal

berupa “-요” (-yo) karena kedua tokoh ini belum memiliki hubungan dekat. Bentuk terakhir

berupa bentuk sopan dapat ditemukan dalam jawaban Yulia terhadap pertanyaan temannya.

Yulia menggunakan kata “많으시다” (manheusida) yang merupakan bentuk sopan dari kata

“많다” (manhda) ditambah akhiran “-시-” (-si-) saat merujuk kepada ibunya sebagai bentuk

kesopanan saat merujuk kepada orang tuanya. Kedekatan antara Yulia dan teman Koreanya

dengan penggunaan bentuk akrab saat berkomukasi memperlihatkan citra Indonesia yang

dapat beradaptasi di negara yang memiliki budaya yang berbeda dengan budayanya.

Plot merupakan alur cerita yang memiliki hubungan sebab-akibat. Terdapat empat plot

dari web drama ini, yaitu Yong yang mendapat penolakan dari Yulia mengetahui bahwa Yulia

hanya memakan makanan halal, Yong berusaha membuatkan Yulia bekal makan siang yang

halal dan meletakkan makanan tersebut secara diam-diam ke dalam loker Yulia, Yulia

meminta Yong untuk berhenti memberinya bekal makan siang kepadanya, dan Yong yang

kembali mencoba meluluhkan hati Yulia dengan membuat pesta kecil yang diikuti oleh

mahasiswa Korea dan mahasiswa Indonesia. Melalui plot ini, terlihat bahwa Yong harus

melakukan banyak usaha untuk mendapatkan hati Yulia. Hal tersebut memunculkan citra

wanita Indonesia yang pada awalnya sulit didekati karena membutuhkan banyak waktu dan

tenaga untuk mendapatkan hati seorang wanita Indonesia.

Tokoh dan Penokohan Wanita Indonesia sebagai Representasi Citra Indonesia

Yulia merupakan nama dari tokoh utama wanita dalam web drama ini. Yulia

ditampilkan sebagai seorang wanita Indonesia. Keberadaan Yulia di Korea adalah untuk

melanjutkan studinya di salah satu universitas Korea. Dalam drama ini, karakter Yulia

ditampilkan sebagai seorang muslim. Yulia juga terlihat merupakan wanita yang aktif di

kampusnya karena tergabung dalam satu klub universitas meskipun tidak ada penjelasan

mengenai klub apa yang diikutinya.

Dalam web drama ini, Yulia merupakan wanita yang Yong, tokoh utama pria, suka.

Yulia ditampilkan sebagai seorang muslim. Jati diri muslim Yulia dapat dilihat melalui

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 12: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

13

dialognya bersama tokoh lain dan melalui tindakan yang dilakukannya. Jati diri muslim Yulia

dapat dilihat dalam kutipan dialog di bawah ini,

Yulia: Iya mah, iya. He eh, tenang aja aku rajin salat kok. Iya, he eh ya udah nanti ketemu lagi, ya! Dah!

(Lunch Box: Surat yang Lezat, Episode 1, menit 03:22 sampai 03:35) Dalam potongan dialog di atas, Yulia memberikan pernyataan kepada ibunya melalui telepon

bahwa dia rajin salat selama di Korea. Salat merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh

setiap muslim. Dalam bahasa Indonesia, kata salat sudah melekat dengan citra seorang

muslim. Oleh karena itu, pernyataan Yulia yang mengatakan bahwa dia rajin salat merupakan

salah satu bukti jati diri Yulia sebagai seorang muslim.

Sebagai seorang muslim, Yulia juga sangat memperhatikan makanan yang dimakannya.

Yulia selalu memastikan bahwa makanan yang dimakannya adalah halal. Untuk melakukan

hal tersebut, Yulia memasak makan siangnya sendiri. Yulia juga berusaha menjaga jaraknya

saat sedang berdua dengan Yong. Hal tersebut dilakukan Yulia karena dalam Islam, pria dan

wanita yang bukan mahram tidak diperbolehkan bersentuhan.

Gambar 1. Makan Siang yang Yulia Siapkan sendiri dan Yulia Menjaga Jarak Duduknya dengan Yong

Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 1 dan 2 menit 04:01 dan

06:56

Yulia juga digambarkan sebagai seorang wanita yang mandiri. Kemandirian Yulia dapat

dilihat dari dari penokohannya sebagai mahasiswa di salah satu universitas Korea.

Kemandirian ini ditampilkan lewat Yulia yang melanjutkan studinya di Korea seorang diri

tanpa ditemani oleh keluarganya. Yulia juga ditampilkan dapat mengurus dirinya sendiri

dengan membeli bahan masakan dan memasak bahan tersebut sendiri. Saat membeli bahan

makanan yang akan dimasaknya, Yulia juga terlihat pergi seorang diri tanpa ditemani oleh

temannya.

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 13: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

14

Gambar 2. Yulia Membeli Bahan Masakannya Sendiri

Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 1 menit 05:26

Penokohan terakhir dari tokoh Yulia adalah penurut. Yulia digambarkan merupakan

orang yang sangat menuruti perkataan ibunya. Saat Yulia memberitahukan mengenai makan

siang yang diberikan seseorang secara diam-diam ke dalam lokernya. Ibu Yulia

menasihatinya untuk tidak memakan hal tersebut karena tidak jelas asal-usulnya meskipun

Yulia memberitahukan ibunya bahwa makan tersebut memiliki stiker halal di tutupnya.

Meskipun demikian, ibu Yulia tetap sangsi dan melarang Yulia untuk memakan makan siang

tersebut. Yulia menuruti larangan ibunya tersebut. Meskipun kemudian Yulia mengetahui

bahwa Yong yang meletakkan makan siang ke dalam lokernya, Yulia tetap meminta Yong

untuk berhenti memberikan makan siang kepadanya. Hal-hal tersebut merupakan bukti bahwa

Yulia merupakan seseorang yang penurut.

Selain tokoh Yulia, terdapat dua tokoh wanita Indonesia yang ditampilkan dalam web

drama ini. Tokoh ini muncul sebagai tokoh tambahan yang membantu jalannya cerita. Tokoh

tambahan pertama adalah teman Yulia. Tokoh teman Yulia memiliki beberapa persamaan

penokohan dengan tokoh Yulia. Penokohan yang sama antara Yulia dan teman Yulia adalah

muslim dan mahasiswa Indonesia yang belajar di Korea.

Gambar 3. Teman Yulia yang Berhijab

Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 3 menit 04:21

Berbeda dengan Yulia yang diketahui sebagai seorang muslim melalui dialog dan

perilakunya, jati diri muslim dari teman Yulia dapat dilihat dari bagaimana dia berpakaian.

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 14: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

15

Teman Yulia digambarkan sebagai wanita muslim yang berhijab dan selalu menggunakan

pakaian yang panjang dan longgar. Penggunaan hijab sangat identik dengan citra seorang

muslimah, sehingga melalui penampilan dari teman Yulia yang mengenakan hijab dapat

diketahui bahwa teman Yulia juga merupakan seorang muslim.

Teman Yulia juga ditampilkan sebagai seorang wanita Indonesia yang sedang

menempuh pendidikannya di universitas Korea. Dari dialognya bersama Yulia, dapat

diketahui bahwa Yulia dan temannya akan segera menyelesaikan studi mereka di Korea. Hal

tersebut terdapat dalam dialog berikut,

Teman Yulia: Yul, lu pas pulang ke Indonesia mau ngapain? Gua mau interview di perusahaan teman bokap gua, nih. Lu mau gua kenalin juga gak? Yulia: (diam sambil memandang sesuatu di dalam lokernya) Teman Yulia: Yul lo ngapain sih? Kok gua didiemin. Yul!

(Lunch Box: Surat yang Lezat, Episode 3, menit 04:13 sampai 04:19)

Dari dialog di atas dapat dilihat bahwa Yulia dan temannya akan segera menyelesaikan studi

mereka di Korea. Teman Yulia juga sudah memiliki rencananya setelah menyelesaikan

studinya di Korea, yaitu melakukan wawancara kerja di salah satu perusahaan milik teman

ayahnya. Melalui penokohan ini dapat dilihat bahwa wanita ditampilkan sebagai wanita yang

berpendidikan kemampuan mereka untuk melanjutkan studi di Korea.

Selain kedua penokohan di atas, teman Yulia memiliki satu penokohan yang berbeda

dengan Yulia. Teman Yulia dalam web drama ini ditampilkan sebagai seseorang yang sangat

peduli terhadap temannya. Kepedulian dari teman Yulia ditampilkan saat Yulia mengetahui

bahwa orang yang meletakkan makan siang secara diam-diam di dalam lokernya adalah Yong.

Teman Yulia melihat bahwa Yulia juga memiliki hati untuk Yong meskipun telah meminta

Yong untuk berhenti memberikannya makan siang. Menyadari hal tersebut, teman Yulia

mengingatkan Yulia bahwa dia akan studinya di Korea yang terdapat dalam dialog berikut,

Teman Yulia: Jadi gimana? Dia udah ngerti? Tuhkan gua bilang juga apa! Dia tuh cuma penasaran aja sama lo. Gak mungkinlah dia bisa dengan semudah itu membaur. Tunggu! Lo jangan-jangan juga suka sama dia? Yulia: (diam dan menunduk ke bawah) Teman Yulia: Gak bisa, Yul! Lo kan semester inikan selesai pulang ke Indonesia. Terus lo mau gimana sama dia?

(Lunch Box: Surat yang Lezat, Episode 3, menit 00:48 sampai 01:09)

Dialog di atas merupakan bukti dari kepedulian teman Yulia terhadap Yulia. Dari dialog,

dapat dilihat bahwa teman Yulia mengkhawatirkan Yulia yang terlihat juga menyukai Yong.

Kekhawatiran itu didasarkan fakta bahwa Yulia akan kembali ke Indonesia setelah

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 15: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

16

menyelesaikan studinya di semester itu. Kepedulian teman Yulia terlihat saat dia mengatakan

“Terus lo mau gimana sama dia?”. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa teman Yulia

mengkhawatirkan masa depan hubungan Yulia dengan Yong jika memang mereka

melanjutkan hubungan mereka ke tingkat yang lebih serius. Melalui kutipan tersebut, teman

Yulia mengingatkan Yulia bahwa banyak hal yang harus dia pikirkan sebelum memutuskan

untuk melanjutkan hubungannya dengan Yong ke tingkat yang lebih serius.

Tokoh wanita Indonesia terakhir yang ditampilkan dalam web drama ini adalah tokoh

ibu Yulia. Tokoh ibu Yulia dalam web drama ini tidak ditampilkan secara fisik. Tokoh ibu

Yulia ditampilkan lewat dialognya Yulia. Dalam web drama ini, tokoh ibu Yulia ditampilkan

sebagai ibu yang dekat dan sangat sayang terhadap anaknya. Namun, rasa sayang yang

dimiliki ibu Yulia direpresentasikan dengan kekhawatiran yang berlebihan terhadap anaknya.

Kekhawatiran ibu Yulia dapat dilihat melalui dialog berikut,

Yulia: Mah mah mah, lihat deh. Aku dapat hadiah ini gitu dari nggak tahu siapa sih, cuma kayaknya enak, ya? Lihat deh! Ibu Yulia: Lia, sebentar! Siapa yang buatkan nggak tahu. Apa boleh dimakan? Yulia: Nih, lihat tuh lihat. Ada tulisan halalnya, kan? Kayaknya gak papa deh dimakan. Lagian juga ini kan hadiah dari orang. Ibu Yulia: Memangnya semua hadiah baik? Kamu mau buat mama selalu khawatir? Jangan makan sembarangan, ya! Janji sama mama! Yulia: Iya ma, iya.

(Lunch Box: Surat yang Lezat, Episode 2, menit 01:00 sampai 01:29)

Dari dialog di atas dapat dilihat bahwa ibu Yulia sangat mengkhawatirkan mengenai makanan

yang Yulia temukan di dalam lokernya. Kekhawatiran ibu Yulia dalam dialog di atas terlihat

agak berlebihan. Ibu Yulia bahkan juga meminta Yulia berjanji untuk tidak memakan

makanan sembarangan. Hal tersebut dapat dilihat sebagai bentuk kedekatan dan rasa sayang

ibu Yulia terhadap Yulia agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepada Yulia.

Dialog di atas juga memperlihatkan jati diri ibu Yulia sebagai seorang muslim. Pada

awal dialog, ibu Yulia memperlihatkan keraguan dan kekhawatirannya terhadap keamanan

makanan yang ditemukan Yulia di dalam lokernya. Ibu Yulia dalam dialog tersebut terlihat

sangsi dengan makanan tersebut karena tidak diketahui siapa yang memasaknya. Ibu Yulia

juga mempertanyakan keamanan makanan tersebut dengan mengatakan “Apa boleh

dimakan?”. Melalui pertanyaan itu, ibu Yulia tidak hanya mengkhawatirkan keamanan,

namun juga mengkhawatirkan kehalalan dari makanan yang ditemukan Yulia. Yulia

mengetahui kekhawatiran ibunya mengenai kehalalan makanan tersebut dan mencoba

meyakinkan ibunya dengan mengatakan bahwa terdapat logo halal dalam makanan tersebut.

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 16: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

17

Namun, sebagai seorang ibu yang dekat dan sayang dengan anaknya, ibu Yulia melarang

Yulia memakan makanan tersebut demi kebaikan Yulia.

Tabel 2. Tokoh dan Penokohan Wanita Indonesia

Tokoh Penokohan Bukti

Yulia

Muslim

- Mengatakan kepada ibunya melalui telepon bahwa dia rajin melakukan salat.

- Menjaga agar makanan yang dimakannya adalah halal. - Menjaga jaraknya saat duduk berdua dengan Yong.

Mandiri - Melanjutkan studinya sebagai mahasiswa di salah satu

universitas Korea tanpa ditemani keluarga. - Dapat menyiapkan dan memasak makanannya sendiri.

Penurut

- Menuruti permintaan ibunya untuk tidak memakan makanan yang diletakkan secara diam-diam ke lokernya.

- Meminta Yong menghentikan pemberian makan siang kepadanya.

Teman Yulia

Muslim - Penampilan teman Yulia yang selalu mengenakan hijab dan berbaju panjang.

Berpendidikan - Merupakan mahasiswa di salah satu universitas Korea. - Akan menyelesaikan pendidikannya di Korea.

Peduli terhadap teman

- Mengingatkan Yulia yang terlihat juga menyukai Yong agar memikirkan kembali keputusannya sebelum melanjutkan hubungannya bersama Yong ke tingkat yang lebih serius.

Ibu Yulia

Dekat dan sayang terhadap anaknya (melalui kekhawatiran yang berlebihan)

- Melarang Yulia memakan makanan yang ditemukannya di dalam loker.

- Meragukan keamanan dan kehalalan makanan yang Yulia temukan

Muslim - Meragukan kehalalan makanan yang Yulia temukan meskipun terdapat logo halal dalam makanan tersebut.

Dari penokohan-penokohan tokoh-tokoh wanita Indonesia yang ditampilkan dalam web

drama ini, dapat diketahui beberapa citra dari wanita Indonesia di mata Korea. Citra pertama

adalah wanita Indonesia sebagai seorang muslim. Penokohan muslim terdapat dalam seluruh

tokoh wanita Indonesia dalam web drama ini. Penokohan seluruh wanita Indonesia sebagai

seorang muslim tidak terlepas dari fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan pemeluk

agama Islam terbesar di dunia. Melalui perbedaan penampilan antara Yulia dan temannya,

dapat dilihat bahwa Korea melihat wanita muslim Indonesia lebih memiliki dalam hal

berpenampilan. Hal itu dapat dilihat dari karakter Yulia yang tidak menggunakan hijab

meskipun dia adalah seorang muslim. Kebebasan ini juga ditampilkan melalui Yulia dan

temannya yang merupakan mahasiswa salah satu universitas di Korea. Hal tersebut

menunjukkan bahwa wanita Indonesia tidak hanya memiliki kebebasan dalam hal

berpenampilan, namun juga dalam menentukan arah masa depan mereka.

Tokoh Yulia dan temannya yang ditampilkan sebagai mahasiswa di salah satu

universitas di Korea juga menunjukkan citra wanita Indonesia yang berpendidikan. Citra

tersebut dapat dilihat melalui status kedua tokoh tersebut sebagai mahasiswa di Korea. Kedua

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 17: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

18

tokoh tersebut juga tidak hanya sedang melanjutkan studinya di Korea, namun juga akan

segera menyelesaikan studinya. Melalui hal tersebut, diperlihatkan bahwa wanita Indonesia

juga mampu menyelesaikan studi mereka di negara asing. Bukti-bukti tersebut

memperlihatkan citra wanita Indonesia yang berpendidikan.

Selain citra-citra di atas, wanita Indonesia juga dipandang sebagai seorang yang penurut

terhadap orang tua mereka. Citra itu dapat dilihat melalui penokohan Yulia yang sangat

mendengar perkataan ibunya. Lalu wanita Indonesia juga dipandang peduli terhadap

temannya. Hal tersebut terlihat melalui teman Yulia yang mengingatkan Yulia mengenai

hubungannya dengan Yong. Wanita Indonesia juga dipandang oleh Korea sebagai orang tua

yang dekat dengan anaknya. Meskipun demikian, kedekatan ini ditampilkan dengan

kekhawatiran berlebih ibu Yulia terhadap anaknya, Yulia. Kekhawatiran berlebih ini

menunjukkan bahwa ibu Yulia tidak ingin anakknya mengalami hal-hal yang buruk.

Representasi Makanan Indonesia

Wanita Indonesia bukan satu-satunya bentuk representasi dari Indonesia yang muncul

dalam web drama yang menjadi media promosi makanan halal di Korea ini. Terdapat satu

representasi lain dari Indonesia, yaitu makanan. Makanan merupakan fokus utama dari web

drama ini. Di sini, makanan Indonesia muncul sebagai representasi makanan halal.

Terpilihnya makanan Indonesia sebagai representasi makanan halal tidak terlepas dari fakta

bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Fakta

tersebut dapat disimpulkan menjadi salah satu alasan pemilihan makanan Indonesia sebagai

representasi makanan halal dalam web drama Korea ini.

Gambar 4. Makanan Indonesia sebagai Representasi Makanan Halal

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 18: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

19

Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 1 menit 06:42, 06:5, dan

06:58

Ketiga potongan adegan di atas merupakan bukti representasi makanan Indonesia

sebagai makanan halal. Pada gambar pertama, Yong berusaha mencari informasi mengenai

apa itu halal. Setelah itu, adegan berganti menjadi di dapur. Pada adegan ini, Yong terlihat

sedang melihat gambar-gambar makanan yang ada di depannya dan akan mencoba membuat

makanan-makanan tersebut. Makanan-makanan yang terdapat dalam gambar merupakan

makanan Indonesia. Pada gambar kedua terdapat gambar sate, bakso, soto, dan sambal.

Selanjutnya pada gambar ketiga terdapat gambar makanan Indonesia berupa nasi goreng dan

beberapa makanan Indonesia yang tidak dapat ditentukan jenisnya. Makanan halal yang

dipilih Yong untuk dimasaknya adalah makanan Indonesia sehingga makanan Indonesia di

sini merepresentasikan makanan halal yang akan diberikan Yong kepada Yulia.

Gambar 5. Makanan Indonesia yang Muncul dalam Web Drama Ini

Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 3 menit 05:00 dan 05:03

Selain melalui gambar, makanan-makanan Indonesia juga muncul dengan bentuk fisik

dalam web drama ini. Makanan-makanan ini muncul pada akhir episode ketiga dari web

drama ini. Dari gambar-gambar di atas, terlihat nasi goreng, sate, nasi dengan rendang, gado-

gado, kue lapis, dan batagor sebagai makanan Indonesia yang ditampilkan. Melalui gambar,

kepiawaian Yong sebagai koki kembali terlihat. Pengaturan meja terlihat apik dan terlihat

sangat Indonesia dengan sentuhan miniatur wayang golek yang diletakkannya di antara

piring-piring makanan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Yong tidak hanya sekedar

mengetahui makanan Indonesia saja, melainkan juga budaya yang terkait dengan Indonesia.

Dari keseluruhan makanan yang ditampilkan, mayoritas makanan tersebut

menggunakan kecap manis sebagai salah satu bahan pembuatnya. Kecap manis merupakan

bahan masakan yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, namun kecap manis merupakan

bahan masakan yang tidak dapat ditemukan di Korea. Kecap manis yang muncul melalui

makanan Indonesia berupa nasi goreng, sate, dan gado-gado ini menjadi salah satu bentuk dari

ciri khas Indonesia yang ditampilkan dalam adegan di atas. Rasa kecap Indonesia yang manis

akan dapat dirasakan dalam makanan-makanan tersebut. Melalui representasi makanan

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 19: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

20

Indonesia yang menggunakan kecap manis tersebut, terdapat kesan Indonesia yang “manis”,

yaitu ramah dan masyarakatnya yang murah senyum.

Gambar 6. Orang Indonesia dan orang Korea yang Akrab sambil Menyantap Makanan yang Disuguhkan

Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 3 menit 04:51 dan 05:28

Rasa manis merupakan rasa yang dapat dirasakan dengan nikmat oleh semua orang.

Melalui representasi makanan berkecap manis ini, citra orang Indonesia yang ramah dan

mudah tersenyum tersampaikan. Citra ini didukung dengan keadaan pesta kecil yang

memperlihatkan keakraban antara orang Korea dan orang Indonesia. Pesta kecil ini juga

menjadi suatu representasi hubungan Indonesia dan Korea yang hangat dan akrab.

Kesimpulan

“Lunch Box: Surat yang Lezat” merupakan web drama Korea yang dibuat sebagai salah

satu media promosi makanan halal yang ada di Korea. Web drama ini memiliki beberapa

representasi Indonesia di dalamnya. Representasi Indonesia yang tedapat dalam web drama

ini dapat dilihat sebagai citra yang Korea miliki terhadap Indonesia. Representasi Indonesia

dalam web drama ini berupa tokoh wanita Indonesia dan makanan Indonesia. Selain dari

kedua representasi tersebut, unsur intrinsik berupa latar dan plot juga menunjukkan beberapa

citra mengenai Indonesia.

Melalui unsur intrinsik berupa latar, plot, dan penokohan dapat dilihat berbagai citra

Indonesia yang Korea miliki terhadap Indonesia. Latar universitas menampilkan suatu citra

mengenai wanita Indonesia yang berpendidikan karena Yulia dan temannya ditampilkan

sebagai seorang wanita Indonesia yang sedang melanjutkan studi di Korea. Latar sosial-

budaya dalam web drama ini menunjukkan citra wanita Indonesia yang mampu beradaptasi di

lingkungan sosial yang berbeda dengan negaranya. Dalam unsur intrinsik berupa plot terdapat

citra wanita Indonesia yang sulit didekati. Hal tersebut terlihat dari usaha Yong untuk

mendapatkan hati Yulia.

Melalui tokoh dan penokohan dapat lihat berbagai citra yang Korea miliki terhadap

Indoensia. Citra pertama adalah wanita Indonesia sebagai seorang muslim yang terdapat

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 20: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

21

dalam seluruh penokohan tokoh wanita Indonesia dalam web drama ini. Wanita muslim yang

ditampilkan dalam web drama ini menunjukkan kebebasan muslim Indonesia dalam hal

penampilan dan pemilihan masa depan mereka. Tokoh Yulia dan temannya yang ditampilkan

sebagai mahasiswa di salah satu universitas di Korea juga menunjukkan citra wanita

Indonesia yang berpendidikan. Selain citra-citra tersebut, wanita Indonesia juga memiliki citra

penurut terhadap perkataan orang tua, peduli terhadap teman, dan dekat dengan anaknya.

Makanan Indonesia dalam web drama ini merepresentasikan makanan yang halal. Citra

lain direpresentasikan lewat makanan Indonesia yang mayoritas mengandung bahan kecap

manis. Representasi tersebut merepresentasikan orang Indonesia yang ramah dan murah

senyum. Dari pengaturan meja yang terdapat minuatur wayang juga dapat dilihat bahwa tokoh

Yong tidak hanya mengenal makanan Indonesia saja, melainkan juga budaya Indonesia.

Saran

Penelitian mengenai citra Indonesia melalui karya sastra maupun konten budaya Korea

masih sedikit dilakukan. Penelitian terhadap citra Indonesia melalui kacamata Korea dapat

memberikan manfaat besar bagi penelitian mengenai citra Indonesia di dalam kesusastraan

asing. Selain itu, hasil penelitian mengenai citra dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan

untuk pengembangan hubungan kedua negara. Penelitian ini dapat menjadi pembuka berbagai

penelitian lain mengenai citra Indonesia yang terdapat dalam kesusastraan dan konten budaya

Korea maupun asing melalui genre film dan drama. Penelitian selanjutnya dapat mencoba

mencakup unsur-unsur Indonesia yang lebih luas, seperti tempat dan budaya, sebagai fokus

penelitian. Dengan mencoba mencakup unsur-unsur Indonesia yang lebih luas lagi,

pemahaman terhadap citra Indonesia melalui kesusastraan dan konten budaya Korea akan

dapat semakin terlihat dan jelas.

Daftar Pustaka

Korpus Data

Oh, Jephan, dir., Kang, Youngmo, prod., (2015). Lunch Box: Surat yang Lezat. Neezn,

diakses pada 12 Februari 2017.

https://www.youtube.com/channel/UCRfUDW46lvIvHFCgZWVeDnw/videos

Sumber Buku

Aziez, Furqonul, Hasim, Abdul. (2010). Menganalisa Fiksi: Sebuah Pengantar. Bogor:

Penerbit Ghalia Indonesia.

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 21: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

22

Chung, Ah-Young. (2011). K-Drama: A New TV Genre with Globab Appeal. Seoul: Korean

Culture and Information Service dan Ministry of Cultur, Sports, and Tourism

Hall, Stuart. (1997). Representation: Cultural Representation and Signifying Practices.

London: Sage Publications dan The Open University

Hall, Stuart, Evans, Jessica, Nixon, Sean. (2013). Representation. London: Sage Publications

dan The Open University

Kalantzis, Mary, Cope, Bill. (2012). Literacies. Cambridge: Cambridge University Press

���. (1999). DESK ����. ��: �����. Kim, Min-su. (1999). “DESK

gugeosajeon”. Kamus Bahasa Korea DESK. Seoul: Geumseong Chulphansa.

���. (2012). ���, ��� ���. ��: ������. Kim, Hwan-pyo. (2012).

“Deurama, hangugeul malhada”. Drama, membicarakan Korea. Seoul: Inmulgwasasangsa.

Nurgiyantoro, Burhan. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Soejono & Abdurrahman, H. (2005). Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan.

Jakarta: PT Rineka Cipta dan PT Bina Adiaksara.

���. (2008). �� ���: ��, ��,����. ��: ��������. Yoo, Jae-

ung. “Gukga imiji: iron, jeolyak, peurogeuraem”. Citra Negara: Teori, Strategi, Program.

Seoul: CommunicationBooks, Inc.

Jurnal, Tesis, dan Disertasi

Creeber, Glen. (2011). “It’s not TV, it’ online drama: The return of the intimate screen”.

International Journal of Cultural Studies, p. 591-606.

http://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1367877911402589

Ju, Hyejung. (2010). Glocalization of the Korean Popular Culture in East Asia: Theorizing

the Korean Wave. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana University of Oklahoma:

Proquest.

https://search.proquest.com/docview/858609071/371128A1D0274CEDPQ/1?accountid=

17242

Mitchell, W. J. T. (1984). “What Is an Image?”. New Literary History, Vol. 15, p. 503-537.

https://www.jstor.org/stable/468718

Majalah

Kil, Sonia. (2016). “Web Series Spin Big Audiences”. Variety. 6 Oktober 2016, p. 36.

Internet

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018

Page 22: Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch

23

Edwards, Benj. (2014) “History of Video Calls: From Fantasy to Flops to Facetime”. PC

World from IDG, diakses tanggal 17 Desember 2017.

https://www.pcworld.idg.com.au/slideshow/350404/history-video-calls-from-fantasy-

flops-facetime/

Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018