View
13
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1 1
ANALISIS SISTEM LOGISTIK INDONESIA DAN STUDI KASUS
Setijadi
setijadi@SupplyChainIndonesia.com
2
PERMASALAHAN DAN KINERJA LOGISTIK NASIONAL
1
3
KINERJA LOGISTIK INDONESIA
0
1
2
3
4
5
Sin
gap
ore
Mal
aysi
a
Thai
lan
d
Ph
ilip
pin
es
Vie
tnam
Ind
on
esi
a
Cam
bo
dia
Lao
s
Mya
nm
ar
Sko
r
Negara
LOGISTICS PERFORMANCE INDEX (LPI) NEGARA-NEGARA ASEAN 2010-2014
2010
2012
2014
Sum
ber
: Wo
rld
Ban
k
Negara Persentase
Biaya Logistik
terhadap PDB
Persentase Biaya
Logistik terhadap
Biaya Penjualan
USA 9,9% 9,4%
Jepang 10,6% 5,9%
Korea Selatan 16,3% 12,5%
Indonesia 27%*
*Pusat Pengkajian Logistik dan Rantai Pasok ITB Sumber: Sislognas (2012)
BIAYA LOGISTIK INDONESIA DAN BEBERAPA NEGARA MAJU
0
1
2
3
4
Cu
sto
ms
Infr
astr
uct
ure
Inte
rnat
ion
alSh
ipm
ents
Logi
stic
s Q
ual
ity
and
Co
mp
ete
nce
Trac
kin
g an
dTr
acin
g
Tim
elin
ess
Sko
r
SKOR PER KOMPONEN LPI INDONESIA 2014
Persentase biaya logistik di Indonesia dibandingkan biaya produksi adalah 14% (LPEM UI, 2005)
• Rasio biaya logistik terhadap Nilai Tambah Bruto di sektor industri untuk 24 sektor Industri adalah sebesar 61,1%.
• Rasio biaya logistik industri terhadap Output sektor industri adalah sebesar 16,3%.
(Kementerian Perindustrian)
4
1. Komoditas • Belum adanya fokus kepada komoditas pokok dan strategis
2. Infrastruktur • Belum memadainya dukungan infrastruktur baik kuantitas maupun kualitas • Infrastruktur logistik nasional (pelabuhan, bandara, stasiun, pergudangan , dsb) belum
dikelola secara terintegrasi, efektif dan efisien • Belum efektifnya intermodal transportasi & interkoneksi antara infrastruktur
pelabuhan dan transportasi • Belum optimalnya fasilitasi perdagangan baik domestik maupun internasional
3. Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik
• Terbatasnya kemampuan daya saing Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Nasional baik pada tataran nasional maupun global
• Lemahnya jaringan nasional dan internasional • Layanan jasa logistik masih didominasi perusahaan-perusahaan multinasional
4. SDM • Rendahnya kompetensi SDM dan Manajemen • Minimnya Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Bidang Logistik
5. Teknologi Informasi dan Komunikasi
• Belum memadainya infrastruktur dan jaringan Teknologi Informasi dan Komunikasi • Terbatasnya jangkauan jaringan pelayanan non seluler • Mayoritas transaksi bisnis masih menggunakan “paper based system”.
6. Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah
7. Kelembagaan • Rendahnya Koordinasi Lintas Sektoral • Belum ada kelembagaan yang menjadi integrator kegiatan logistik Nasional
PERMASALAHAN LOGISTIK NASIONAL
Sumber: Sislognas (2012)
5
PERMASALAHAN UTAMA KONEKTIVITAS: INFRASTRUKTUR BIAYA PENGIRIMAN ANTAR PELABUHAN, KONGESTI, DAN DWELLING TIME MENJADI PERMASALAHAN UTAMA TRANSPORTASI LAUT
Sumber: World Bank
5.200 5.400 4.700 5.00 5.400 6.00 5.800 5.400 6.700 6.100 5.800 5.800
6.700 6.100 5.600 6.300 6.200 6.400 6.300 6.100 6.300 6.100 6.400
8.300 7.600 6.750 6.700 7.00
0
2
4
6
8
10
Jan
-20
11
Feb
-20
11
Mar
-20
11
Ap
r-2
01
1
Mei
-20
11
Jun
-20
11
Jul-
20
11
Ags
-20
11
Sep
-20
11
Okt
-20
11
No
v-2
011
Des
-201
1
Jan
-20
12
Feb
-20
12
Mar
-20
12
Ap
r-2
01
2
Mei
-20
12
Jun
-20
12
Jul-
20
12
Ags
-20
12
Sep
-20
12
Okt
-20
12
No
v-2
012
Jan
-20
13
Feb
-20
13
Mar
-20
13
Ap
r-2
01
3
Mei
-20
13
*
Day
Dwelling Time in Tanjung Priok Port
Sumber: Bappenas, 2013
6
KEMACETAN DI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK
INFRASTRUKTUR YANG TIDAK MEMADAI MENGAKIBATKAN PERMASALAHAN YANG BERULANG
Source: www.republika.co.id May 28, 2011
Source: www.tempo.co June 4, 2012
Source: www.tekno.kompas.com July 12, 2010
Source: www.poskota.co.id Source: 1.bp.blogspot.com
MASALAH KAPASITAS INFRASTRUKTUR DI JAWA DAN KEKURANGAN INFRASTRUKTUR DI LUAR JAWA
7
KUALITAS INFRASTRUKTUR INDONESIA Di antara negara-negara ASEAN, peringkat kualitas infrastruktur rel kereta Indonesia relatif lebih baik daripada infrastruktur jalan.
1
2
3
4
5
6
7Si
nga
po
re
Mal
aysi
a
Bru
nei
…
Thai
lan
d
Lao
s
Ind
on
esi
a
Cam
bo
dia
Ph
ilip
pin
es
Vie
tnam
Mya
nm
ar
SCO
RE
QUALITY OF ROADS
1
2
3
4
5
6
7
Sin
gap
ore
Mal
aysi
a
Ind
on
esi
a
Vie
tnam
Thai
lan
d
Ph
ilip
pin
es
Cam
bo
dia
Mya
nm
ar
SCO
RE
QUALITY OF RAILROAD INFRASTRUCTURE
1
2
3
4
5
6
7
Sin
gap
ore
Mal
aysi
a
Bru
nei
…
Thai
lan
d
Cam
bo
dia
Ind
on
esi
a
Vie
tnam
Ph
ilip
pin
es
Lao
s
Mya
nm
ar
SCO
RE
QUALITY OF PORT INFRASTRUCTURE
1
2
3
4
5
6
7
Sin
gap
ore
Mal
aysi
a
Thai
lan
d
Bru
nei
…
Ind
on
esi
a
Lao
s
Cam
bo
dia
Vie
tnam
Ph
ilip
pin
es
Mya
nm
ar
SCO
RE
QUALITY OF AIR TRANSPORT INFRASTRUCTURE
SK
OR
DA
N P
ER
ING
KA
T I
NF
RA
STR
UK
TU
R N
EG
AR
A-N
EG
AR
A A
SE
AN
B
ER
DA
SAR
KA
N G
LO
BA
L C
OM
PE
TIT
IVE
NE
SS
RE
PO
RT
20
13
-20
14
(S
um
be
r : W
orl
d E
con
om
ic F
oru
m, 2
01
4)
8
PROGRAM KEDAULATAN PANGAN SERTA PENINGKATAN DAYA SAING, DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Kebutuhan Peningkatan Dukungan Sektor Logistik
Kelangkaan komoditas
Harga komoditas mahal
Fluktuasi harga komoditas
Disparitas harga komoditas
KE
SE
JAH
TE
RA
AN
R
AK
YA
T
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015
KEDAULATAN PANGAN
DAYA SAING PRODUK/ KOMODITAS INDONESIA
Strategi Pengembang-an Dukungan
Sistem Logistik
9
Sum
ber
: Sis
logn
as, 2
01
2
IMPLEMENTASI SISLOGNAS Pencapaian atau efektivitas implementasi belum optimal
• Sesuai dengan paradigma “ship follows the trade” maka komoditas merupakan penghela (driver) dari seluruh kegiatan logistik. Namun, komoditas penggerak utama (key commodities) yang menjadi faktor penting dalam penetapan kebijakan logistik nasional hingga saat ini belum ditetapkan.
• Pencapaian atau efektivitas implementasi yang belum optimal, yang dapat dilihat dari pencapaian Road Map, Tahapan Implementasi, dan Rencana Aksi yang tidak seperti yang telah ditetapkan.
Revisi Pencapaian
Target Sislognas
TAHAPAN IMPLEMENTASI
RENCANA AKSI
ROADMAP
10
KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN Perbedaan konsep dan strategi antara Sislognas dan Pemerintah saat ini
Logistik Maritim Indonesia Berdasarkan Konsep Wilayah Depan dan Wilayah Dalam (Sislognas)
Konsep Tol Laut (Versi SCI)
Revisi Konsep
Sislognas
• Perbedaan strategi atau konsep antara Sislognas dan Pemerintahan saat ini menyulitkan pada tahap perencanaan maupun implementasi
11
KEMENKO PEREKONOMIAN
KENDALA INTEGRASI PERENCANAAN, IMPLEMENTASI, DAN PENGAWASAN
LOGISTIK BERSIFAT MULTISEKTORAL
KEMENKO KEMARITIMAN
• Kementerian Pertanian • Kementerian Perindustrian • Kementerian Perdagangan • Kementerian Keuangan • Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat • Kementerian BUMN
• Kementerian Perhubungan • Kementerian Kelautan dan Perikanan
PEMERINTAH-PEMERINTAH DAERAH
BUMN
BUMS
• Aspek koordinasi yang sangat penting namun rumit karena sistem logistik bersifat multisektoral. Pembinaan dan pengembangan sektor logistik ada di bawah beberapa kementerian dan lembaga.
• Kebutuhan perencanaan yang lebih terintegrasi karena sistem logistik yang bersifat multisektoral. Integrasi perencanaan harus mencakup perencanaan antar kementerian/lembaga hingga perusahaan-perusahaan BUMN terkait.
• Posisi BAPPENAS dalam struktur Kabinet yang sangat tepat saat ini perlu didorong dalam pengintegrasian perencanaan tersebut.
Integrasi Fungsi
Kelemba-gaan
ASOSIASI
PERBAIKAN LOGISTICS PERFORMANCE INDEX (LPI)
• Perbaikan LPI memerlukan perencanaan yang sistematis dan terintegrasi melibatkan para pihak terkait.
DEWAN LOGISTIK INDONESIA
12
Perpres/ Keppres
PP
REGULASI TERKAIT DENGAN SEKTOR LOGISTIK REGULASI DAN KEBIJAKAN SEKTOR LOGISTIK
UU/Perpu
• UU No. 10 Th. 1995 tentang Kepabeanan
• UU No. 5 Th. 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat
• UU No. 19 Th. 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
• PP No. 61 Th. 2009 tentang Kepelabuhanan • PP No. 8 Th. 2011 tentang Multimoda
• Perpres No. 32 Th. 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
• Perpres No. 26 Th. 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional
• UU No. 23 Th. 2007 tentang Kereta Api • UU No. 17 Th. 2008 tentang Pelayaran • UU No. 1 Th. 2009 tentang Penerbangan • UU No. 22 Th. 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan • UU No. 38 Th. 2009 tentang Pos • UU No. 7 Th. 2014 tentang Perdagangan
• Posisi Sislognas sebagai Perpres kurang kuat untuk efektivitas implementasinya.
• Pengaturan sektor transportasi yang merupakan bagian dari sistem logistik justru diatur dalam bentuk Undang-Undang (UU), yang posisinya lebih tinggi dari Perpres, yaitu: UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian, UU No. 17/2008 tentang Pelayaran, UU No. 1/2009 tentang Penerbangan, dan UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Penyusunan UU Logistik
13
STUDI KASUS
“RANTAI PASOK SAPI POTONG DI INDONESIA”
2
14
FENOMENA PERMASALAHAN
Mengapa Program “Sasa (Sapi-Sawit)”
gagal?
Fluktuasi harga daging sapi
Biaya pengiriman sapi
potong lokal lebih mahal dari impor
Ketidak-seimbangan pasokan dan permintaan?
Peternak kurang
bergairah karena harga pakan mahal?
Jumlah sapi 14 juta;
mengapa masih impor?
Sumber: Dirangkum dari Dahlan Iskan, “Memasuki Era BUMN Multinational Corporation” (2013) dan Analisis “Supply Chain Indonesia”
Data produksi dan penyaluran semen/embrio
Harga daging sapi mahal
15
SALURAN DISTRIBUSI SAPI POTONG
Sum
ber
: K
anto
r B
ank
Ind
on
esia
Med
an, 2
01
0.
Sum
ber
: H
elen
a J.
Pu
rba
BLANTIK JAGAL PEDAGANG
BESAR PEDAGANG
KECIL
PEDAGANG PENGUMPUL
RUMAH POTONG HEWAN
INDUSTRI PENGALENGAN
PEDAGANG PENGUMPUL
RUMAH POTONG HEWAN
PEDAGANG PENGUMPUL
PRODUSEN KONSUMEN
16
PEMBIBITAN KONSUMEN PENGECER RUMAH/TEMPAT
PEMOTONGAN HEWAN
PERANTARA/ PEDAGANG
PETA PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI PERBAIKAN RANTAI PASOK SAPI POTONG [1]
PETERNAK/ PETERNAKAN
• Masalah standar teknis dan proses
• Penerapan cold chain
• Masalah standar proses/sistem
• Kapasitas kecil • Peternakan
sebagai “budaya”, bukan “industri”
• Budaya: lebih memilih daging segar.
• Pilihan pengecer yang berkualitas
• Masalah standar teknis dan proses
• Penerapan cold chain M
AS
AL
AH
D
AM
PA
K
RE
KO
ME
ND
AS
I
• Biaya mahal • Ketidakpastian
pasokan
• Proporsio-nalitas margin
• Harga mahal
• Risiko kesehatan hewan.
• Risiko kehalalan.
• Risiko kualitas daging.
• Risiko keamanan daging.
• Risiko kualitas daging.
• Risiko keamanan daging.
• Risiko kualitas daging.
• Harga mahal.
• Peningkatan kapasitas atau pemberdayaan kelompok
• Bantuan teknis, manajemen, dan permodalan
• Standardisasi proses/sistem
• Standardisasi teknis dan proses
• Penerapan cold chain
• Bantuan teknis, manajemen, dan permodalan
• Standardisasi teknis dan proses
• Penerapan cold chain
• Bantuan teknis dan permodalan
• Risiko keamanan daging.
• Risiko kualitas daging.
PEMBIBITAN
• Kekurangan bibit/bakalan sapi
• Pengembang-an teknologi pembibitan melalui kerja sama Pemerintah, Perguruan Tinggi, dan Industri
• Biaya pembibitan sangat mahal
17
MA
SA
LA
H
DA
MP
AK
R
EK
OM
EN
-D
AS
I
• Kapasitas kecil berdampak ke biaya satuan yang tinggi.
• Risiko terhadap keselamatan hewan (luka, stres, dll). • Rawan pungli.
• Kapasitas kecil berdampak ke biaya satuan yang tinggi. • Fasilitas bongkar muat belum memadai berisiko
terhadap keselamatan hewan (luka, stres, dll).
• Standardisasi moda dan proses. • Perbaikan infrastruktur jalan raya. • Penggunaan dan pengembangan kereta api sebagai
moda secara terintegrasi (multimoda).
• Penggunaan dan pengembangan moda transportasi laut yang modern dan berkapasitas besar.
TRANSPORTASI
• Penggunaan moda transportasi jalan (truk) dengan kapasitas kecil
• Standar teknis dan proses • Kapasitas dan kondisi jalan
• Penggunaan moda transportasi laut dengan kapasitas kecil (kapal kecil).
• Fasilitas bongkar muat tidak memadai
TRANSPORTASI DARAT TRANSPORTASI LAUT
MAKRO
MA
SA
LA
H
DA
MP
AK
RE
KO
ME
N-D
AS
I
• Belum ada perencanaan pengembangan sistem logistik peternakan secara khusus
• Biaya logistik yang tinggi yang berdampak terhadap harga dan daya saing komoditas.
• Risiko kelangkaan di wilayah tertentu.
• Risiko fluktuasi harga. • Risiko disparitas harga.
• Pengembangan sistem logistik nasional khusus peternakan dalam MP3EI dan Sistem Logistik Nasional.
• Perlu koordinasi antar departemen/lembaga dan antar pemerintah daerah.
PETA PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI PERBAIKAN RANTAI PASOK SAPI POTONG [2]
18
MA
SA
LA
H
DA
MP
AK
R
EK
OM
EN
-D
AS
I
• Risiko kelangkaan di wilayah tertentu. • Risiko fluktuasi harga. • Risiko disparitas harga.
• Pengembangan “sistem informasi ternak” terpadu .
SISTEM INFORMASI
• Sistem informasi belum memadai, mencakup kebutuhan untuk:
• Pemantauan stok (berdasarkan wilayah, jenis kelamin dan umur ternak, tahapan ternak, tingkatan distribusi, dll.).
• Pemantauan aliran/distribusi. • Pemantauan ekspor/impor. • Pemantauan kebutuhan (volume, wilayah,
waktu).
• Risiko kelangkaan di wilayah tertentu. • Risiko fluktuasi harga. • Risiko disparitas harga. • Risiko keberlanjutan
• Penyusunan regulasi logistik peternakan yang terpadu.
• Beberapa regulasi yang berpotensi menimbulkan masalah:
• Persyaratan dokumen (akta, surat jalan, surat pengantar hewan, surat izin angkut, dll.).
• Pembatasan kuota pengiriman.
REGULASI
PETA PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI PERBAIKAN RANTAI PASOK SAPI POTONG [3]
19
ILUSTRASI PERBANDINGAN TRANSPORTASI
TRANSPORTASI SAPI IMPOR
TRANSPORTASI SAPI LOKAL
Sumber: Sucofindo (2012) Sumber: duniaternak.com Sumber: Sucofindo (2012)
Sumber: aktual.co Sumber: Sucofindo (2012) Sumber: Sucofindo (2012) Sumber: Sucofindo (2012)
20
ILUSTRASI PERBANDINGAN TRANSPORTASI
Sumber: Sucofindo (2012)
TRANSPORTASI SAPI IMPOR
TRANSPORTASI SAPI LOKAL
Sumber: Sucofindo (2012)
Sumber: lintangrenasititi.blogspot.com Sumber: Sucofindo (2012)
21
• Transportasi ternak lokal antar daerah dan antar pulau dikelola secara tradisional. – Transportasi ternak impor, sejak tiba
dipelabuhan bongkar, diangkut ke feedlot; kemudian dari feedlot dibawa ke RPH untuk disembelih; sudah mulai memperhatikan kaidah-kaidah kesejahteraan hewan dalam proses transportasinya, sejak Agustus 2011
• Mutu sarana transportasi ternak yang buruk menimbulkan kerugian yang besar, akibat susutnya bobot badan ternak selama perjalanan. – Kesejahteraan hewan (animal welfare) – Ekonomi : adanya kerugian produksi
(dehidrasi, luka, mutu daging, dll)
Simulasi kerugian susut bobot badan akibat transportasi.
• Apabila volume sapi yang ditransportasikan dari daerah produksi ke konsumsi sebanyak 500.000 ekor, BB rata-rata 300 kg.
• Susut akibat penanganan transportasi diasumsikan 8.75% (kisaran 5.5-12%), berapa kerugian dalam setahun?
Susut 8.75% x 300 kg x 500.000 = 13.125.000 kg.
Harga sapi (tahun 2012) = Rp27.500/kg bobot hidup
Kerugian/tahun = Rp361 MILYAR…!!!
DAMPAK TRANSPORTASI
Sumber: Sucofindo (2012)
22
LAMPIRAN
23
SETIJADI
Alumnus Program Sarjana dan Program Magister Jurusan Teknik Industri – Institut Teknologi Bandung.
Chairman of Supply Chain Indonesia (SCI), Head of Logistics & Supply Chain Center (LOGIC) – Universitas Widyatama Bandung, Sekretaris Jenderal Masyarakat Logistik Indonesia (MLI), Anggota Dewan Pengurus Pusat – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI).
Anggota Tim Implementasi Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan aktif memberikan kontribusi dalam pengembangan logistik nasional di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Konsultan dan trainer bidang logistik & supply chain di beberapa perusahaan nasional dan multi-nasional.
Kontak: setijadi@SupplyChainIndonesia.com
setijadi.adjhari@gmail.com
0812 218 2020
PROFIL SINGKAT
24 24
EDUCATION | TRAINING | CONSULTING | RESEARCH | DEVELOPMENT
P R O F I L
25
Supply Chain Indonesia adalah lembaga independen dalam bidang pendidikan, pelatihan, konsultasi, penelitian, dan pengembangan logistik dan supply chain
Visi Menjadi lembaga independent yang unggul dalam
memberikan kontribusi terhadap perbaikan dan pengembangan sistem logistik dan supply chain Indonesia.
Misi Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, konsultasi,
penelitian, dan pengembangan bidang logistik dan supply chain dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang berkompetensi dan jejaring kerja sama yang luas dan sinergis.
26
PENGALAMAN PUBLIC TRAINING [1]
Leadership in Logistics Operations, 25-26 Januari 2010
Sales & Operations Plan, 26-27 Januari 2010
Measuring Real Inventory Accuracy, 9 April 2010
Managing Master Schedule, 11-12 Juni 2010
Teknologi Pengemasan Produk Makanan, 12 Maret 2011
Lean Logistics, 6-7 Mei 2011 Loading Management, 12 & 19 Mei 2011 Best Practice of Collaborative System in
Port, 15-16 Februari 2012. Supply Chain Collaboration, 8 Maret
2012. Leadership in Action for Logistics, 2-3
Mei 2012. Demand Management & Sales
Forecasting, 2-3 Mei 2012. Transportation Planning & Costing for
Excellent Logistics, 2-3 Mei 2012.
Advance Efficiency in Logistics (Inventory) Using System Dynamic (Computer Aided), Mei 2006.
Dasar-dasar Logistik, Juni 2006.
Fleet Maintenance Management System, 29-30 November 2007.
Fleet Maintenance Management System, 29-30 April 2008.
Loading & Delivery Management System, 12-13 Maret 2008 & 6-7 Juni 2008 .
Material Handling System, 28-29 Juli 2008.
Fleet Maintenance & Tire Management“, 28-29 Agt 2008.
Best Practices in Warehousing & Inventory Management, 7-8 Agustus 2009
Driver Management, 14 Oktober 2009
Inventory Management As a Competitive Weapon, 20-21 Januari 2010
27
PENGALAMAN PUBLIC TRAINING [2]
Inventory Planning, 2-3 Mei 2012. Warehouse Operations Planning, 6-7 Juni
2012. Warehouse Design, 3 Juli 2012. Inventory Planning, 5-6 Juli 2012. Planning & Managing Warehouse
Operations 2013, 10-11 Oktober 2012. Basic Supply Chain, 22-23 Jan. 2013. Order to Cash, 22-23 Januari 2013. Best Practice of Collaborative System in
Port, 15-16 Februari 2013. Supply Chain Risk Management, 15-16
Februari 2013. Warehouse Space & Operations Planning,
5-6 Maret 2013. Leadership & Supervisory skill in
Logistic Operations, 8-9 Maret 2013. Performance Measurement for
Inventory, 8-9 Maret 2013.
Transportation Operations Planning,
15-16 Maret 2013. Manajemen Rantai Pasok Agribisnis, 3-
4 Mei 2013. Principle of Operations Planning, 3-4
Mei 2013. Cost Management for Transportation,
3-4 Mei 2013. Practical Supply Chain Management,
17-18 Mei 2013. Planning and Managing Drivers and
Fleet maintenance, 21-22 Juni 2013. Procurement Management, 21-22 Juni
2013. Implementasi “5R” untuk
Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Produksi, Pergudangan, dan Distribusi, 3-4 September 2013.
Strategic Lean Procurement, 27-28 September 2013.
Annual Planning and Budgeting for Logistics Operations, 4-5 Oktober 2013
28
PENGALAMAN IN-HOUSETRAINING
• Training Computerized Strategic Planning,
PT Pertamina (Persero), Januari 2006.
• Training Distribution & Transportation in Oil Company, PT
Pertamina (Persero), Juni 2006.
• Training Analisis Persediaan & Optimalisasi Biaya Distribusi
Berbasis Komputer, PT Pertamina (Persero), Juli 2006.
• Sistem Operasi Armada Truk Tangki yang Efektif dan Efisien 6
Angkatan (2007).
• Training Introduction to Logistics, PT Samudera Indonesia, 28
September 2007.
• Training Logistics & Supply Chain, PT Ritra Cargo Logistics, 11 Januari
2008 (Jakarta).
• Training Warehousing, PT Coca-Cola Bottling Indonesia: Cibitung, 25
Maret 2009 dan Serang, 11 Juni 2009.
• Training Good Warehousing Practices, Fajar Paper (PT Fajar Surya
Wisesa, Tbk.) Oktober-November 2009 (Cibitung)
29
PENELITIAN & PENGKAJIAN
29
Pemanfaatan Bersama Fasilitas Pengangkutan dan Penyimpanan Bahan Bakar Minyak serta Fasilitas Penunjangnya (2005).
Peningkatan Penyediaan BBM dari Kilang Dalam Negeri dan Impor (2008).
Implementasi Sistem Pendistribusian LPG Tertentu di Wilayah Malang Raya (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011)
Implementasi Sistem Pendistribusian LPG Tertentu di Pemalang, Brebes, dan Tegal (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012)
Penentuan Pelabuhan Impor Produk Hortikultura (Kementerian Perdagangan, 2012)
Pengkajian Biaya Logistik dan Persaingan Usaha Kepelabuhanan (KADIN, ALFI, INSA, 2013)
Evaluasi Pusat Distribusi Regional Bitung (Kementerian Perdagangan, 2013)
Evaluasi Pusat Distribusi Regional Makassar (Kementerian Perdagangan, 2013)
Pemetaan BUMN Logistik dan Posisi Strategis PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) (2014)
Pemetaan Posisi Strategis - PT Pos Indonesia (Persero) dan PT Pos Logistik Indonesia (2014)
30
KONSULTASI
Peningkatan Kinerja Pergudangan dan Distribusi Perusahaan Minimarket (Agustus-Desember 2006)
Perancangan Layout dan Racking System Gudang Perusahaan Distributor “Plastics Container” (Nov 2008-Peb 2009)
Perancangan Layout dan Racking System Gudang Pusat Distribusi Restoran (Nov 2010-Maret 2011)
Studi Kelayakan Perusahaan Jasa Transportasi Laut - PT Pos Logistik Indonesia (2013)
Pengembangan Perusahaan Jasa Konsultasi SCM - PT Pos Logistik Indonesia (2013)
2450
17540 24920 17540
11
320
2450 3375 5250 3375
320
1050 3893 5250 52503893 3893 3375 2450 5400
SECTION BUILDING
SCALE 1 : 200
DOUBLE DEEP
ALTERNATIVE - 1
RACKING COMBINATION OF DOUBLE DEEP & SELECTIVE
SHELVING
RACK FOR
PICK MODULEDOUBLE DEEP WITH PICK MODULE
2450 2450
440
Drawn : WN
Checked : STJ
Drg No. :
Date : Dec 19th, 2008
Scale : As Shown
Rev No :
Sht No :
TITLE
Rev Description By Date Chk
Drawing Approval
Approved by (signature)
Position
Position Date
24
00
6001800
CONVEYOR
1050
PALLET SIZE : 1300 (P) X 1100 (L) X 1800 (T)
BOX (SC#11) SIZE : 590 (P) X 390 (L) X 410 (T)
CAPACITY
* DOUBLE DEEP
442 BAYS
6630 PALLETS
* SELECTIVE
42 BAYS
630 PALLETS
* DOUBLE DEEP WITH PICK MODULE
24 BAYS
192 PALLETS
* RACK FOR PICK MODULE
12 BAYS
* PICK MODULE WITH SHELVING
12 BAYS
12 SHELVES
* SHELVING
10 BAYS
50 SHELVES
TOTAL
542 BAYS
7452 PALLETS
576 BOXES
SELECTIVE
PICK MODULE
WITH
SHELVING
2450
21
2
2
4
5
85
00
98
00
18
00
20
00
40
00
60
00
80
00
2450
21
2
2
4
5
85
00
98
00
18
00
20
00
40
00
60
00
80
00
1050 1050350
5400
1050 1050
CONVEYOR
350
2700
2
3
4
1 2 3 4 5 6
85
00
10
20
0
24
00
27
00
24
00
Penyusunan Cetak Biru Sistem Distribusi Nasional (2010)
Pengembangan Sistem Distribusi Tertutup LPG Tertentu (2011)
Capacity Building untuk Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi – Kementerian Perdagangan (2011)
Implementasi Sistem Logistik Nasional (2009-2014)
Penataan Standar Kompetensi Profesi Logistik Nasional (2012)
KONTRIBUSI DALAM PENGEMBANGAN LOGISTIK NASIONAL
31
FORUM DISKUSI & SEMINAR
Lean Distribution (21 Pebruari 2009).
Implementasi SCM di Unilever (2 Mei 2009).
Pengelolaan Logistik & Supply Chain Perusahaan Ritel (1 Agustus 2009).
The Toyota Way & SCM: Implementasinya di Indonesia (7 November 2009).
World Class Warehousing & Material Handling (13 Pebruari 2010).
Strategi Membangun Sistem Distribusi yang Efektif dan Efisien untuk Meningkatkan Daya Saing Perusahaan (17 Juli 2010).
Membangun Sistem Pergudangan dan Transportasi untuk Peningkatan Daya Saing Perusahaan dan Nasional (20 November 2010).
Forum Logistik Indonesia (26 Maret 2011).
Supply Chain Collaboration (1 Februari 2012)
Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Biaya Transportasi (24 Maret 2012)
Warehousing & Distribution (10 November 2012)
Forum Logistik Indonesia (September 2013)
Forum Logistik Indonesia (Oktober 2013)
Forum Logistik Indonesia (November 2013)
Logistik Industri Agribisnis (12 Februari 2014)
Efisiensi Pengangkutan Barang dengan Truk atau Kereta Api (23 Agustus 2014)
32
MEDIA KOMUNIKASI & INFORMASI Sebagai lembaga independent dalam bidang pendidikan, pelatihan, konsultasi, penelitian, dan pengembangan logistik dan supply chain, Supply Chain Indonesia (SCI) mengembangkan beberapa media informasi dan komunikasi:
Website:
www.SupplyChainIndonesia.com
LinkedIn:
Supply Chain Indonesia
Facebook:
Supply Chain Indonesia
Mailing list:
SupplyChainIndonesia@googlegroups.com
Mailing list:
jasa-logistik@googlegroups.com
33
WEBSITE SCI
34
MAILING LIST SCI
• Merupakan media komunikasi dan informasi para praktisi, akademisi, birokrasi, peneliti, dan pemerhati bidang logistik dan supply chain di Indonesia.
• Anggota sekitar 2.500 orang (Mei 2015).
Kirim email kosong ke:
CARA BERGABUNG
SupplyChainIndonesia+subscribe@googlegroups.com
35
EDUCATION | TRAINING | CONSULTING | RESEARCH | DEVELOPMENT
Sekretariat:
Jl. Negla 25 Setiabudi
Bandung 40154
Phone : 022 7000 1090
Mobile : 0821 1515 9595
E-mail : sekretariat@SupplyChainIndonesia.com
Website : www.SupplyChainIndonesia.com
Mailing list : SupplyChainIndonesia@googlegroups.com
LinkedIn : Supply Chain Indonesia
Facebook : Supply Chain Indonesia
Recommended