17
1 Universitas Indonesia, 2017 Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni Karya Syekh Ihsan Jampes Devina Gary Oktiana, Maman Lesmana 1. Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia 2. Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia E-mail: [email protected], [email protected] Abstrak Kitab Irsyādu al-Ikhwānu Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni merupakan salah satu kitab karangan Syekh Ihsan ibn Dahlan Jampes yang membahas mengenai hukum minum kopi dan menghisap rokok. Seperti halnya kitab kuning yang lain, kitab ini disajikan dalam bentuk teks sastra, diawali dengan bentuk puisi kemudian diberi penjelasan dalam bentuk prosa, agar tidak membosankan. Artikel ini bertujuan untuk melihat struktur dan isi teks sastra yang digunakan dalam kitab tersebut, untuk melihat keefektifan cara tersebut dalam memberikan informasi tentang hukum minum kopi dan menghisap rokok di kalangan umat Islam. Untuk membahas hal tersebut, artikel ini menggunakan data pustaka, baik sebagai korpus penelitian maupun referensi, dan metode kualitatif, yang lebih mengutamakan kata daripada angka dan menekankankualitas daripada kuantitas. Data-data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif analitis dengan menggunakan metode strukturalisme semiotik. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa memang kitab ini menggunakan teks puisi klasik dan prosa dalam menyampaikan informasi tentang hukum minum kopi dan merokok, tapi unsur retorika yang digunakan lebih banyak menggunakan kata-kata yang denotatif daripada yang konotatif dan kata- kata yang haqiqi daripada yang majazi, sehingga lebih mudah untuk dicerna dan lebih efektif untuk digunakan sebagai sarana untuk memberikan informasi kepada pembaca. Structure and Content Analysis of The Book Irsyādu al-Ikhwāni Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni by Syekh Ihsan Jampes Abstract The book Irsyādu al-Ikhwānu Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni, one of the books written by Sheikh Ihsan ibn Dahlan Jampes, discusses the law of coffee drinking and smoking cigarettes. Like other kitab kuning (specific religious books regarding laws), this book is presented in the form of Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

1Universitas Indonesia, 2017

Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni

Karya Syekh Ihsan Jampes

Devina Gary Oktiana, Maman Lesmana

1. Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

2. Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

E-mail: [email protected], [email protected]

Abstrak

Kitab Irsyādu al-Ikhwānu Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni merupakan salah satu kitab karangan Syekh Ihsan ibn Dahlan Jampes yang membahas mengenai hukum minum kopi dan menghisap rokok. Seperti halnya kitab kuning yang lain, kitab ini disajikan dalam bentuk teks sastra, diawali dengan bentuk puisi kemudian diberi penjelasan dalam bentuk prosa, agar tidak membosankan. Artikel ini bertujuan untuk melihat struktur dan isi teks sastra yang digunakan dalam kitab tersebut, untuk melihat keefektifan cara tersebut dalam memberikan informasi tentang hukum minum kopi dan menghisap rokok di kalangan umat Islam. Untuk membahas hal tersebut, artikel ini menggunakan data pustaka, baik sebagai korpus penelitian maupun referensi, dan metode kualitatif, yang lebih mengutamakan kata daripada angka dan menekankankualitas daripada kuantitas. Data-data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif analitis dengan menggunakan metode strukturalisme semiotik. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa memang kitab ini menggunakan teks puisi klasik dan prosa dalam menyampaikan informasi tentang hukum minum kopi dan merokok, tapi unsur retorika yang digunakan lebih banyak menggunakan kata-kata yang denotatif daripada yang konotatif dan kata-kata yang haqiqi daripada yang majazi, sehingga lebih mudah untuk dicerna dan lebih efektif untuk digunakan sebagai sarana untuk memberikan informasi kepada pembaca.

Structure and Content Analysis of The Book Irsyādu al-Ikhwāni Libayāni Syurbi

al-Qahwati wa ad-Dhukhāni by Syekh Ihsan Jampes

Abstract

The book Irsyādu al-Ikhwānu Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni, one of the books written by Sheikh Ihsan ibn Dahlan Jampes, discusses the law of coffee drinking and smoking cigarettes. Like other kitab kuning (specific religious books regarding laws), this book is presented in the form of

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 2: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

2Universitas Indonesia, 2017

literary texts, starting in the form of peotry and then explained in the form of prose, in order to appeal readers. This article aims to look at the structure and content of literary texts used in the book, to see how effevtive it is in providing information about coffee drinking laws and smoking cigarettes among Muslims. To discuss this, this article uses bibliographic data, both as a research corpus and a reference, and qualitative method, which prioritises words rather than number and emphasises quality over quantity. The data are then presented in the form of descriptive analysis using semiotics structuralism methods. From the result of the research, it is found that this book uses classic poetry and prose texts in conveying information about the law of coffee drinking and smoking, but the rhetorical elements used in the texts consist of more denotative words rather than connotative ones as well as literal words rather than figurative ones, thus making it easier to digest and more effective to use as a means of providing information to the reader. Keywords: Sheikh Ihsan ibn Dahlan Jampes, literature, cigarettes, coffee

Pendahuluan

Kitab Irsyādu al-Ikhwānu Libayāni Syurbi al-Qahwati wa ad-Dhukhāni

merupakan salah satu kitab kuning karangan Syekh Ihsan ibn Dahlan Jampes yang

membahas mengenai kopi dan rokok. Dalam kitabnya ia menggunakan teks sastra

untuk menghilangkan kesan membosankan dan kerumitan. Ia memadukan keindahan

puisi dan prosa dalam menyampaikan pikirannya. Kitab yang sangat popular di

kalangan ulama, berisi pembahasan mengenai sejarah kopi dan rokok kemudian

dilanjutkan dengan hukum-hukumnya yang menjadi perdebatan di antara para ulama,

sehingga memberikan ruang kepada pembacanya untuk menentukan pilihannya

masing-masing,.

Polemik tentang hukum minum kopi dan merokok memang menjadi sebuah

perdebatan tiada akhir di kalangan ulama dan santrinya. Dalam kitab ini disajikan

dengan begitu sederhana dan indah melalui kepiawaian pengarang yang ahli dalam

ilmu persajakan Arab (Hadi, 2008: 22). Dalam buku tidak hanya berisi pemikiran

Syekh Ihsan semata, melainkan kutipan pemikiran-pemikiran ulama-ulama lain baik

yang terdahulu maupun sezaman dengannya melalui berbagai referensi kitab. Kitab

yang memiliki kandungan yang sangat berbobot ini mampu ia sajikan dengan

susunan puisi yang indah. (Jampes, 2013: 2). Kitab ini pun kental sekali dengan

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 3: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

3Universitas Indonesia, 2017

pesona sufistik, mengingat ia memang merupakan seorang sufi yang menjalani

kehidupan tasawuf Sunni, melalui tafsirannya atas pemikiran tasawuf imam al-

Ghazali (Wasid, 2016: 27).

Syekh Ihsan Jampes merupakan salah satu ulama Indonesia yang memiliki citra

yang begitu kuat dan dalam pada karya-karyanya. Tidaklah heran apabila karya-

karyanya begitu luar biasa, ditilik dari sepak terjangnya menekuni pendidikan Islam

serta latar belakang keluarganya yang hampir semuanya merupakan pemuka agama

Islam (Hadi, 2008: 1). Lahir dari keturunan “darah biru” sebagai putra kiai besar

pendiri pesantren Jampes di Jawa Timur (1886 M), menjadikan Syekh Ihsan terbiasa

hidup di lingkungan pesantren dengan kekayaan ilmu agama yang ada di dalamnya.

Selain itu, ia juga terbiasa melakukan studi wisata ke pesantren-pesantren lain guna

memperdalam ilmu yang Ia punya atau menambah ilmu baru (Murtadho, 2009: xv).

Syekh Ihsan Jampes memiliki nama lengkap Syekh Ihsan ibn Dahlan ibn Saleh

Jampes dan nama kecil Bakri, lahir pada 1901 M di lingkungan pesantren Jampes,

dusun Putih Kecamatan Gampengrejo, Kediri Jawa Timur dari pasangan K.H. Dahlan

ibn Saleh dan Ny. Artimah dan meninggal pada September 1952 (Murtadho, 2009:

xxii). Ayahnya, K.H. Dahlan pendiri pesantren Jampes (1886 M) adalah anak dari

KH. Saleh seorang ulama asal Bogor, Jawa Barat yang masih memiliki hubungan

nasab dengan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) Cirebon. Neneknya, Ny.

Istianah pun memiliki garis darah yang kental akan keislaman. Ayahnya, Kiai Mesir

dari desa Durenan Kabupaten Trenggalek merupakan anak dari seorang kiai yang

terkenal karena kesaktiannya yang merupakan keturunan dari Panembahan Senopati

pendiri Kerajaan Mataram, yaitu Kiai Yahuda dari Lorog Pacitan. Ibunda Ny.

Istianah juga merupakan cucu dari Kiai Ageng Hasan Besari pendiri pesantren

Tegalsari Ponorogo yang masih merupakan keturunan Sunan Ampel. (Wasid, 2016:

30-31).

Karyanya tentang kopi ini terinspirasi dari keseharian hidupnya yang sangat

menyukai kopi dan rokok. Meskipun terdapat banyak pandangan, keberaniannya

dalam mengeksplor kemampuannya membuat ia mampu mengupas tuntas

permasalahan seputar hukum kopi dan rokok yang ia tuangkan dalam tulisannya

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 4: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

4Universitas Indonesia, 2017

sebagai karya sastra klasik berbentuk buku atau lebih akrab disebut kitab kuning.

(Hadi, 2008: 49) Hal ini juga membuat daya tarik tersendiri bagi karyanya tersebut

untuk diteliti lebih dalam.

Kitab Irsyad al-Ikhwan fi Bayan Hukmi Syurb al-Qahwah wa ad-Dukhan

merupakan adaptasi puitik dan penjelasan dari kitab Tadzkirah al-Ikhwan fi Bayani

al-Qahwah wa ad-Dukhan karya KH. Ahmad Dahlan Semarang. Karya-karya lainnya

yang meskipun hanya berlabel syarah (penjelasan), namun Syekh Ihsan memberikan

banyak referensi lainnya yang ia temukan, memasukkan pemikirannya yang

berlandaskan ilmu pengetahuan yang tinggi, lalu ia kemukakan dalam bentuk puisi

klasik sebagai suatu bentuk eksplorasi kemampuannya dalam ilmu persajakan Arab,

sehingga kemudian kitab ini menjadi sebuah karya khasnya

Selain membahas secara detil asal muasal kopi dan rokok, Syekh Ihsan juga

menuliskan berbagai macam manfaat kopi dan rokok, serta pendapat-pendapat dari

kalangan ulama yang mengharamkan rokok dan kopi beserta alasanya dan pendapat-

pendapat yang mengbolehkan rokok dan kopi dengan dalil-dalil fiqih yang berkaitan

dengan kopi dan rokok.

Karena banyaknya data yang terdapat dalam kitab tersebut, artikel ini hanya

akan membahas teks sastra yang di dalamnya terdapat kata rokok dan kopinya.

Pembahasan

Seperti yang disebutkan dalam pendahuluan bahwa kitab ini terdiri dari prosa

dan puisi. Jika dilihat dari bentuknya, prosa yang ada dalam Kitab ini adalah Al-Naṡr

al-Fanni, yaitu prosa yang menggunakan sarana seni, yang tidak menggunakan

bahasa percakapan sehari-hari atau bahasa ilmiah yang kering, melainkan bahasa seni

yang kata, ungkapan, maupun kalimatnya menggandung estetika yang tinggi atau

disebut juga highly writing. (Lesmana, 2009: 13). Dalam penulisannya, kitab ini juga

banyak menggunakan unsur-unsur estetika yang tinggi dalam mengungkapkan

pendapat-pendapat serta data.

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 5: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

5Universitas Indonesia, 2017

Selain itu, kitab ini, juga menggunakan al-uslūb al-khitābi, yaitu salah satu gaya

penulisan prosa yang mempunyai ciri mengulang-ulang kata atau kalimat tertentu

yang berfungsi sebagai penekanan, menggunakan sinonim untuk memperjelas makna,

serta memberikan contoh masalah di dalam teks (Al-Jarim, 2013: 16). Syekh Ihsan

menggunakan gaya ini untuk menjabarkan berbagai permasalahan mengenai kopi dan

rokok secara mendetil, menyampaikan data dan mengupas sebuah permasalahan

dengan jelas dengan balutan sastra. Ia memperhatikan keseimbangan konteks bahasan

yang jelas dan akurat serta keindahan dalam penyampaiannya.

Selain kedua gaya tersebut, kitab ini juga menggunakan uslūb mustamirrun

mutarradun, yaitu gaya prosa yang dalam penulisannya tidak menggunakan

pungtuasi (Lesmana, 2009: 13). Penggunaan gaya ini memang sudah sangat biasa

dalam penulisan kitab kuning atau kitab klasik berbahasa Arab, ditambah lagi dengan

menggunakan aksara gundul yaitu aksara bahasa Arab yang ditulis tanpa

menggunakan tanda baca atau harakat. Penghubung kalimat antar kalimat dilakukan

dengan penambahan partikel seperti ،و، ثم dan lain-lain. Hal ini sebetulnya sangat

menyulitkan pembaca yang tidak terbiasa membaca tulisan yang demikian.

Dikhawatirkan akan terjadinya salah pengertian yang diakibatkan karena salahnya

menempatkan pungtuasi pada kalimat tersebut.

Contoh gaya tersebut adalah sebagai berikut:

وأما اختلاف المذكور الذي أتى (من جھة الحرام والحلال) فھو عند العلماء تلأعلام

(یعرف) الدخان المشھور واة كما یأتي(حتى اطال كل) منھم (في استدلال) لمدع

(بالتنباك) الذي ھو اسمھ اعجمي كما ذكر النابلیسي (بین الرفقا) بالقصر للوزن و

بعد الإختلاف الكثیرة في حكمھ كان (بعضھم وقف عنھ مطلقا) اي حلا وحرمھ كما

في فتاوى الكردي Perbedaan tentang aspek haram dan halal yang terjadi di kalangan para ulama

sudah berlangsung sejak lama. mereka saling mengemukakan dalil-dalil sebagai

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 6: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

6Universitas Indonesia, 2017

faktor penguat pendapat mereka. Rokok yang dikenal dengan al-tanbāk yang

merupakan nama dari luar Arab dikenal di kalangan para sahabat seperti yang

disebut oleh Al-Nābilīsī. Setelah perselisihan tentang hukum merokok semakin

banyak, sebagian di antara mereka mengambil sikap untuk menentukan tentang

halal dan haramnya merokok seperti yang terdapat dalam Fatāwā al-Kurdiy.

Teks ini sebenarnya terdiri dari tiga kalimat. Setiap kalimat tidak dihentikan

dengan tanda titik, tidak pula dalam kalimat terdapat tanda koma. Kalimat pertama

dan kalimat kedua dihubungkan dengan partikel (و), yaitu:

(یعرف) الدخان المشھور (بالتنباك)

ذكر الذي ھو اسمھ اعجمي كما

النابلیسي (بین الرفقا) بالقصر للوزن و

وأما اختلاف المذكور الذي أتى (من

جھة الحرام والحلال) فھو عند

العلماء تلأعلام (حتى اطال كل)

منھم (في استدلال) لمدعاة كما یأتي

Kalimat kedua dan kalimat ketiga juga dihubungkan dengan partikel (و)

و بعد الإختلاف الكثیرة في حكمھ

كان (بعضھم وقف عنھ مطلقا) اي

حلا وحرمھ كما في فتاوى الكردي و

(یعرف) الدخان المشھور (بالتنباك)

الذي ھو اسمھ اعجمي كما ذكر

النابلیسي (بین الرفقا) بالقصر

للوزن

Sementara itu, puisi yang digunakan dalam kitab ini adalah puisi klasik. Hal ini

dapat dilihat dari bentuknya yang dibagi menjadi 2 bagian, satu bait hanya terdiri dari

satu baris, karena tidak ada enjambemen seperti yang terdapat dalam puisi modern,

seperti halnya contoh berikut ini

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 7: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

7Universitas Indonesia, 2017

Lā yahrumu al-syurba kamā qad żukirā Faqāla inna ad-dukhāna al-masyhūrā

Tidak haram dalam menghisapnya

seperti yang telah disebutkan

Maka dia berkata sesungguhnya rokok

yang terkenal

Bait ini menjelaskan tentang pendapat dari seorang ulama yang mengatakan

bahwa tidak haram menghisap rokok. Sarana retorika yang digunakan pada bait ini

adalah ‘ilmu al-ma’ani, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana cara menyampaikan

pernyataan sesuai dengan situasi dan kondisi. Ilmu ini membahas tentang asal usul

pernyataan untuk tujuan tertentu dan aplikasinya sesuai dengan yang dibutuhkan.

(Shaleh, 1989:17). ‘Ilmu Al-Ma’ani dibagi menjadi dua cabang besar, yaitu kalām al-

khabar dan kalam al-insyā’ Secara bahasa, kalām al-khabar dapat dipadankan dengan

kalimat berita, sedangkan kalam al-insyā’ bukan kalimat berita. Secara lebih luas,

kalām al-khabar dapat diartikan sebagai sebuah pernyataan yang dapat berisi berita

benar atau bohong. Jika kalimat itu sesuai dengan kenyataan, maka berarti berita itu

benar adanya, sedangkan jika berita itu tidak sesuai dengan kenyataan maka berarti

berita itu bohong (Al-Jarim, 2013: 377).

Kalam al-khabar mempunyai beberapa tujuan. Salah satunya adalah fa’idat al-

khabar, yaitu menyampaikan sesuatu atau berita yang belum diketahui oleh lawan

bicaranya atau dengan kata lain hanya memberi informasi kepada lawan bicaranya.

(Shaleh, 1983:29) Seperti yang terlihat di dalam teks, dalam pemberian informasi

tersebut, bait ini menggunakan partikel penegas `inna sebelum kata benda ad-dukhan

(rokok) dan qad sebelum kata kerja zukira (disebutkan). Digunakannya partikel

penegas ini, dimaksudkan untuk memberikan tanda kepada lawan bicara bahwa

pernyataan ini memang betul-betul benar adanya, jangan diragukan lagi. Dalam

retorika Arab, jenis seperti ini disebut juga kalam al-khabar al-`inkari, yaitu kalimat

berita yang ditujukan kepada lawan bicara yang tidak percaya dengan informasi yang

disampaikan (Syarifudin, 2016: 237).

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 8: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

8Universitas Indonesia, 2017

Sarana retorika lain yang digunakan pada bait ini adalah adanya saj’ (rima) /-a/

pada akhir larik. Saj’ adalah kesesuaian bunyi pada huruf akhir dua larik atau lebih.

(Al-Jarim, 2013: 391). Sebenarnya, pada kaidah tatabahasa Arab, tidak ada tambahan

bunyi /-a/ di belakang kata /al-mashura/ dan kata /zukira/, namun agar rima di akhir

bait itu sama, maka ditambahkanlah dengan bunyi vokal /-a/. Inilah yang disebut

dengan licentia poetika. Seperti yang dikatakan oleh Shaw (dalam Hadi, 2015) bahwa

licentia poetica adalah kebebasan seorang sastrawan untuk menyimpang dari

kenyataan, dari bentuk atau aturan konvensional, untuk menghasilkan efek yang

dikehendaki. Bahasan tentang rima dalam retorika Arab termasuk dalam ‘ilmu al-

badi’, yaitu ilmu yang mempelajari cara memperindah kata atau ungkapan (Lesmana,

2010: 143).

Selain kalam al-khabar al-`inkari, ada juga yang disebut kalām al-khabar al-

‘ibtidā’i, yaitu pernyataan yang ditujukan kepada golongan orang yang tidak ragu

atau menentang informasi yang disampaikan (Syarifudin, 2016: 234). Seperti halnya

bait di bawah ini:

Fī awwali al-qarni al-‘āsyiri fa a’rifā Wa miṡluhu al-qahwatu mimmā ukhtulifā

pada awal abad kesepuluh maka

ketahuilah

Sama halnya dengan merokok, pada kopi

pun terdapat perbedaan

Bait ini menerangkan bahwa selain merokok, dalam hukum minum kopi pun

ada perbedaan pendapat. Bait ini sama dengan bait sebelumnya, yaitu tujuannya

adalah memberikan informasi biasa, tapi berbeda dengan bait sebelumnya, bait ini

tidak menggunakan partikel penegas sama sekali. Pernyataan seperti ini disebut juga

kalām khabar al-‘ibtidā’i. Menurut Shalih (dalam Lesmana, 2009: 29) al-‘ibtidā’i

adalah golongan orang yang menerima apa adanya pernyataan yang dikatakan oleh

pembicara. Karena itu, tidak perlu menggunakan partikel penegas karena lawan

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 9: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

9Universitas Indonesia, 2017

bicara sudah dianggap percaya dengan apa yang pembicara katakan. Seperti pada bait

sebelum ini, pada akhir bait ini juga rimanya sama, yaitu /-a/ yang merupakan licentia

poetika dari si pengarang.

Bait lain yang membicarakan tentang rokok adalah:

Wa gairu biḥamdin żī al-manān Qad intahā al-ahkām fi al-dukhāni

dan yang lainnya dengan memuji yang

memiliki kedermawan

Telah selesai hukum-hukum tentang

merokok

Bait ini mengatakan bahwa pembicaraan tentang hukum merokok sudah selesai.

Pada bait ini digunakan sarana retorika kalām al-khabar al-ṭalabi, yaitu kalimat berita

yang ditujukan kepada lawan bicara yang ragu dan masih membutuhkan kejelasan

atas kebenaran berita yang disampaikan (Syarifudin,2016:241). al-ṭalabi sendiri

menurut Shalih (dalam Lesmana, 2009: 29-30) adalah orang yang ragu terhadap apa

yang dinyatakan oleh pembicara. Sehingga pada jenis ini diperlukan partikel penegas,

namun cukup satu partikel saja, yaitu قَد (qad) yang digunakan pada kalimat verba qad

intahā al-ahkām fi al-dukhāni. Kalau melihat dari tujuannya, tujuan dari bait di atas

adalah hanya sebagai berita biasa yaitu memberitahukan bahwa pembahasan kitab ini

sudah selesai. Pada bait ini juga digunakan rima di akhir larik, yaitu bunyi /-ni/ pada

kata /ad-dukhani/ dan /al-manani/

Bait lain tentang rokok adalah

Qāla ‘alī ‘an al-dukhāni ijtanib Ali berkata, “Menjauhlah dari rokok!”

Pada bait ini dijelaskan tentang perkataan Ali yang menyuruh kita untuk

menjauhkan rokok. Bait ini menggunakan sarana retorika kalam `insya, yaitu

pernyataan yang tidak bisa dilihat benar atau tidaknya karena yang disampaikan

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 10: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

10Universitas Indonesia, 2017

bukan kalimat berita atau pemberitahuan. (Al-Jarim, 2013: 377). Salah satu jenisnya

adalah fi’il ‘amr (kata kerja perintah) yaitu menuntut dilaksanakannya suatu

pekerjaan oleh pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah. (Al-Jarim,

2013: 251). Pada bait di atas kata kerja perintahnya adalah /`ijtanib/ yang artinya

“menjauhlah”. Tujuan dari kata kerja perintah pada kalimat ini adalah irsyād atau

memberi petunjuk.

Contoh puisi yang lain adalah

Bayna al-‘ulamā żū ikhtilāfin ya‘tī Fa al-hukmu li al-dukhāni wa al-

qahwati

di antara para ulama terdapat perbedaan

yaitu

Maka hukum rokok dan kopi

Bait ini berupa kalam al-khabar, karena berupa pernyataan yang bisa dilihat

benar atau tidaknya. Tujuannya adalah fa`idat al-khabar, yaitu memberi informasi

bahwa terdapat perbedaan antara para ulama tentang hukum minum kopi dan

merokok. Dalam menyampaikan informasi tersebut, tampaknya pembicara tidak

merasa perlu untuk memberikan partikel penegas, mungkin karena pembicara yakin

bahwa informasi yang ia sampaikan dapat akan disanggah oleh yang menerimanya.

Pada bait ini juga digunakan rima yang sama, yaitu /-ti/, maksudnya adalah selain

untuk keindahan kata, juga untuk memberi perhatian pada pembaca.

Selanjutnya, adalah bait:

Wa ba’duhum waqafa ‘anhu mutlaqan Yu’rafu bi at-tanbak bayna ar-rufaqa

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 11: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

11Universitas Indonesia, 2017

dan di antara mereka mengambil sikap

terhadap secara tegas terhadap masalah

tersebut

Rokok itu dikenal dengan nama al-

tanbāk di kalangan para sahabat

Bait ini menjelaskan bahwa rokok itu sudah dikenal oleh para sahabat dengan

nama at-tanbak, kemudian mereka mengambil sikap yang tegas terhadap masalah

tersebut. Bait ini menggunakan sarana retorika al-wasl, yaitu gabungan dua buah

klausa atau kalimat yang dihubungkan dengan menggunakan partikel penghubung

/wa/ (Lesmana, 2009: 33). Al-Jarim (2013: 327) mengatakan bahwa digunakannya

/wa/ sebagai penghubung dikarenakan oleh tiga hal, pertama adalah jika kalimat

pertama dan kedua sama dalam hal struktur sintaksisnya. Kedua, karena kedua

kalimat tersebut sama-sama merupakan kalimat berita atau sama-sama bukan kalimat

berita. Ketiga, jika tidak menggunakan partikel penghubung /wa/ akan menimbulkan

kesalahpahaman dalam hal maknanya.

Bait yang lainnya adalah

Min ad-da’awi la dalilun qad yaramu Wa da’wa kawwanahu li zatihi haramun

adalah seruan-seruan yang tanpa dalil

Seruan tentang haramnya rokok karena

zatnya

Potongan puisi ini termasuk ke dalam al-‘itnāb tikrar. Al-Jarim (2013:342)

mengatakan bahwa al-‘itnāb adalah menambahkan kata, frase, atau klausa dalam

suatu kalimat untuk memberikan penjelasan. Al-‘itnāb memiliki teknik tersendiri

dalam pembuatannya. Disebut Tikrar karena adanya penyebutan suatu kata yang

diulang, yaitu pada kata دعوى (seruan) yang diulang dengan kata الدعاوى (seruan-

seruan). Pada bait ini juga digunakan rima yang sama, yaitu huruf /mim/ yang

berfungsi untuk memperindah bait dan memberi perhatian pada pembaca.

Bait-bait lain tentang rokok adalah sebagai berikut

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 12: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

12Universitas Indonesia, 2017

Bait ini memberi petunjuk kepada kita agar berhati-hati terhadap rokok, karena

bisa menjadi bencana bagi kita, karena tidak bermanfaat, dapat membahayakan tubuh

dan membawa penyakit. Dalam kedua bait ini, terdapat unsur al-qasr, yaitu

pembatasan. Seperti yang terdapat pada bait pertama di atas, klausa Waspadalah

pada segala bala yang menimpamu, dibatasi dengan kalimat terutama yang sudah

dikenal oleh manusia, yaitu rokok. Pada bait ini partikel pembatasnya adalah /la

siyama/ (terutama). Pada bait kedua, klausa membahayakan tubuh dan tidak

bermanfaat sama sekali dibatasi dengan klausa bahkan membawa kemudaratan dan

penyakit pada badan. Artikel pembatasnya adalah /bal/(bahkan). Selain itu, kedua

bait ini juga diakhiri dengan rima yang sama, yaitu /-ni/. Tampaknya, rima pada

kedua bait ini juga digunakan untuk memperindah bait dan memberi perhatian pada

pembaca.

Kemudian, bait lainnya adalah

Lā siyamā mā fasyā fī al-nāsi min

tutuni

’iyyāka min miḥnatin tulqīka min ‘aṭabi

terutama yang sudah dikenal oleh

manusia, yaitu rokok

Waspadalah pada segala bala yang

menimpamu

Bal mūriṡu al-ḍurra wa al’asqāmi fī al-

badani

muḥażżiru al-jismi lā naf‘a bihi ’abadā

bahkan membawa kemudaratan dan

penyakit pada badan

membahayakan tubuh dan tidak

bermanfaat sama sekali

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 13: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

13Universitas Indonesia, 2017

Faminhum al-qulyūbī wa al-luqānī Wa harrama jam’un ‘alā al-dukhāni

Di antara mereka adalah al-Qulyūbi dan

al-Luqāni

Sekelompok ulama telah mengharamkan

merokok

Bait ini berisi tentang pendapat dari sekelompok ulama yang mengatakan

bahwa merokok itu diharamkan, di antaranya adalah al-Qulyubi dan al-Luqani. Bait

ini hanya merupakan informasi biasa, karena tidak menggunakan partikel penegas.

Sarana retorika lain yang digunakan adalah Al-faṣl, yaitu pernyataan yang berupa

gabungan dua buah klausa, yang di antara kedua klausa tersebut tidak dihubungkan

dengan partikel sambung /wa/ (dan) (Lesmana, 2009: 33). Tidak digunakannya

partikel /wa/ sebagai penghubung kedua klausa tersebut, karena klausa kedua

menegaskan klausa pertama. Klausa pertama adalah Sekelompok ulama telah

mengharamkan merokok. Klausa ini sebenarnya merupakan kalimat sempurna, baik

dari dari strukturnya maupun isinya, tapi ditegaskan lagi dalam klausa kedua: Di

antara mereka adalah al-Qulyūbi dan al-Luqāni. Frase sekelompok ulama itu

ditegaskan lagi dengan nama al-Qulyūbi dan al-Luqāni. Dalam kaidah retorika Arab,

gabungan kedua klausa seperti ini tidak boleh dihubungkan dengan partikel

penghubung /wa/ (dan).

Bait yang lainnya adalah

Min jihati al-harami wa al-halali

Dari segi haram dan halalnya

Bait ini merupakan potongan dari bait yang lain yang menerangkan tentang

hukum minum kopi dan merokok dari aspek halal dan haramnya. Bait ini

menggunakan sarana retorika Ṭibāq, yaitu menggabungkan dua buah kata yang

maknanya bertentangan dalam satu pernyataan. Ada dua macam ṭibāq yaitu ṭibāq al-

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 14: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

14Universitas Indonesia, 2017

‘ijābī dan ṭibāq al-salbī. Disebut ṭibāq al-‘ijābī, jika pertentangan antara kedua kata

tersebut tidak ditandai dengan penggunaan kata “tidak”, adapun, disebut ṭibāq al-

salbī, jika pertentangan di antara kedua kata tersebut ditandai dengan penggunaan

kata “tidak” (Lesmana, 2009: 35). Kata yang berlawanan pada potongan puisi di atas

adalah kata al-ḥarām yang artinya adalah haram dan al-ḥalāl yang artinya adalah

halal. Ini berarti tibaq yang digunakan pada bait ini adalah tibaq `ijabi.

Setelah itu terdapat bait

`aw mubahan famubahun `annahum Fanayluhu laha ta’atun fafhamu

atau jika minum kopi itu merupakan

sesuatu yang diperbolehkan, maka

lakukanlah

Jika minum kopi itu merupakan

keharusan, maka ikutilah

Pada bait ini dijelaskan bahwa kalau memang hukum minum kopi itu

merupakan kewajiban maka ikuilah. Demikian juga, jika minum kopi itu

diperbolehkan, maka bolehlah meminumnya. Bait ini menggunakan sarana retorika

muqabalah, yaitu terdapatnya dua kata atau lebih di bagian awal kalimat, lalu diikuti

dengan kata-kata yang maknanya bertentangan pada bagian akhir dari kalimat

tersebut (Al-Jarim, 2013: 409). Pada bait ini, ada dua ungkapan yang bertentangan,

yaitu kalimat Jika minum kopi itu merupakan keharusan, maka ikutilah dan kalimat

atau jika minum kopi itu merupakan sesuatu yang diperbolehkan, maka lakukanlah.

Demikian pembahasan tentang struktur dan isi teks-teks sastra yang terdapat

dalam Kitab ini.

Penutup

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 15: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

15Universitas Indonesia, 2017

Berdasarkan keterangan di atas, artikel ini menemukan bahwa meskipun kitab

ini menggunakan teks-teks sastra dalam menyampaikan informasi tentang hukum

minum kopi dan merokok, namun diksi yang digunakan lebih banyak menggunakan

kata-kata yang denotatif daripada yang konotatif, dan kata-kata yang hakiki daripada

yang majazi, sehingga dapat dicerna dengan baik oleh khalayak ramai. Hal ini sesuai

dengan yang disebutkan oleh Sumardjo dan Saini KM tentang adanya Sastra non-

Imajinatif yang lebih menekankan unsur kefaktualan daripada daya khayalnya dan

ditopang dengan penggunaan yang cenderung denotatif. Meskipun ada yang

konotatif, kekonotatifan tersebut amat tergantung pada gaya penulisan yang dimiliki

pengarang (Wicaksono, 2014:17)

Artikel ini juga melihat bahwa pemilihan puisi Arab Klasik sebagai sarana

untuk menyampaikan ide-ide tentang hukum minum kopi dan merokok sudah cocok.

Karena bentuk puisi Arab klasik lebih sederhana dibandingkan puisi Arab modern,

sehingga dapat menyampaikan ide atau gagasan dengan baik dan memadai. Puisi

Arab Klasik pada umumnya terdiri dari puluhan bahkan ribuan bait dan satu bait

terdiri dari hanya satu baris, sehingga memadai untuk menyampaikan informasi

sebanyak-banyaknya, sementara puisi Arab Klasik pendek-pendek dan satu bait bisa

terdiri dari beberapa larik, karena ada enjambemen yang memotong-motongnya. Hal

ini akan merupakan sesuatu yang sulit untuk digunakan sebagai alat un tuk

menyampaikan berbagai macam ide yang diinginkan.

Aspek retorika yang digunakan dalam teks-teks sastra dalam kitab ini juga lebih

banyak menggunakan kata-kata yang hakiki daripada yang majazi, sehingga pembaca

tidak perlu susah untuk memahami teks tersebut. Yang sedikit menjadi masalah

adalah gaya penulisannya, karena kitab tersebut disajikan dengan gaya penulisan

prosa klasik yang tidak menggunakan pungtuasi. Hal ini akan sedikit menyulitkan

bagi para pembaca masa kini yang tidak terbiasa dengan bentuk seperti itu. Padahal,

dalam buku-buku terbitan sekarang sudah banyak yang menerapkan gaya penulisan

modern yang menggunakan pungtuasi.

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 16: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

16Universitas Indonesia, 2017

Daftar Pustaka Buku

Al-Hāsyimi, A.-S. A. (2010). Jawāhiru al-Balāgah. Kairo: Daar Ibnu al-Jauziyya.

Al-Jarim, A., & Amin, M. (2013). Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah. Bandung:

Penerbit Sinar Baru Algesindo.

Badawi, A. A. (1960). 'Ususu al-Naqd al-'adabī. Kairo: Maktabah al-Nahḍah a-MIṣriyyah.

Hadi, M. (2008). Jejak Spiritual Kiai Jampes. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Jampes, I. I. (2009). Kitab Kopi dan Rokok. (A. Murtadho, & M. Dje, Penerj.)

Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Jefferson, A. d. (1988). Teori Kesusastraan Modern. (M. Ahmad, Penerj.) Kuala Lumpur: Mas'adah (M) Sdn. Bhd.

___________. (2013). Irsyādu al-Ikhwāni Libayāni Syurbi Al-Qahwati Wa Ad-

Dhukhāni. (PISS-KTB, Penyunt.) Yogyakarta: PISS-KTB.

Lesmana, Maman. (2009). Kitāb Al-Bukhalā' Analisis Struktur Teks dan Isi. Depok:

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

__________Lesmana, Maman. (2010). Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok:

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Luxemburg, J. V. (1991). Tentang Sastra. (A. Ikram, Penerj.) Jakarta: Intermasa.

Melani Budianta, d. (2006). Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera.

Muradi, S. (1990). Kesusasteraan daripada Perspektif Semiotik. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.

Qomar, M. (2006). Pesantren: dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rahardjo, M. D. (Penyunt.). (1985). Pergulatan Dunia Pesantren. Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantreb dan Masyarakat.

Salim, A. A. (1415 H). Al-Arud wa Al-Qafiyah . Riyadh: Jami'ah al-Imam Muhammad bin Su'ud al-Islamiyah.

Syarifuddin, Bahruddin, M. S., Azizah, M., Muthohharoh, M., Qamariyah, N. L., &

Ni'mah, N. (2016). Kamus Istilah Ilmu Balaghah. Yogyakarta: AG Publisher.

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017

Page 17: Analisis Struktur dan Isi Kitab Irsyādu al-Ikhwānu

17Universitas Indonesia, 2017

Wasid. (2016). Tasawuf Nusantara Kiai Ihsan Jampes. Surabaya: Pustaka Idea.

Wicaksono, Andri (2014), Pengkajian Prosa Fiksi, Garudhawaca

Jurnal Elektronik

Lesmana, M. (2013). Mencari Kesesuaian Bentuk dan Isi. Alfaz, 243-260.

Website

Napster, Hadi, Dampak Licentia Poetica Bernama Kredo Puisi Terhadap Eksistensi

Bahasa http://www.kompasiana.com/ diunduh 11 Mei 2017 01:09:41

Analisis struktur ..., Devina Gary Oktiana, FIB UI, 2017