35
FILSAFAT BARAT ERA AUFKLARUNG Add Comment EDUCATION FOR ALL Rabu, 05 Juni 2013 Filsafat Barat Era Aufklarung - Pada abad pertengahan terjadi perdebatan sengit antara akal dan iman atau antara gereja dan kalangan proletar Eropa. Hal itu terjadi selama kurang lebih 8 abad lamanya. Mereka dipaksa mengikuti doktrin yang telah dikeluarkan oleh pihak gereja dalam dogma-dogma gerejanya. Mereka juga dipaksa untuk melupakan akan kebudayaan mereka dulu, yaitu kebudayaan Romawi dan Yunani. Namun, semakin lama mereka pun semakin merasakan akan kejanggalaan tentang doktrin yang mereka terima itu. Terasa berada di luar akal rasional (irasional).

Filsafat Barat Era Aufklarung

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Filsafat Barat Era Aufklarung

FILSAFAT BARAT ERA AUFKLARUNG Add Comment EDUCATION FOR ALL Rabu, 05 Juni 2013

Filsafat Barat Era Aufklarung - Pada abad pertengahan terjadi

perdebatan sengit antara akal dan iman atau antara gereja dan

kalangan proletar Eropa. Hal itu terjadi selama kurang lebih 8 abad lamanya.

Mereka dipaksa mengikuti doktrin yang telah dikeluarkan oleh pihak gereja

dalam dogma-dogma gerejanya. Mereka juga dipaksa untuk melupakan akan

kebudayaan mereka dulu, yaitu kebudayaan Romawi dan Yunani. Namun,

semakin lama mereka pun semakin merasakan akan kejanggalaan tentang

doktrin yang mereka terima itu. Terasa berada di luar akal rasional

(irasional).

Page 2: Filsafat Barat Era Aufklarung

Hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang pada zaman

itu. Pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak. Abad ini telah

mempertontonkan kelambanan kemajuan manusia dalam bidang pemikiran,

padahal manusia itu sudah membuktikan bahwa ia sanggup maju dengan

cepat. Abad ini juga telah dipenuhi lembaran hitam berupa pemusnahan

orang-orang yang berfikir kreatif diluar dogma gereja, karena pemikirannya

berlawanan atau berbeda dengan pikiran tokoh gereja pada saat itu. Abad ini

tidak saja lamban, lebih dari itu, filsafat mundur pada abad ini jangankan

menambah, menjaga warisan sebelumnya pun abad ini tidak mampu.

Banyak orang yang jengkel melihat dominasi Gereja atas orang Eropa.

Mereka ingin segera mengakhiri dominasi itu. Akan tetapi, mereka khawatir

mengalami nasib yang sama dengan kawan-kawan mereka yang telah

dikirim ke akhirat lewat penyiksaan Gereja. Seperti tokoh

Saint Coppernicus yang berbeda pendapat dengan gereja tentang pusat

tata surya. Menurutnya pusat tata surya adalah matahari (heliosentris).

Sedangkan menurut gereja, bumilah sebagai pusat dari tata surya

(geosentris). Sekalipun demikian adanya, ada juga pemberani yang sanggup

melawan arus deras itu. Orang itu salah satunya adalah Rene Descartes

yang terkenal dengan Filsafat Rasionalisme nya.

Melihat keadaan yang begitu parah pada zaman pertengahan di Eropa, maka

beberapa diantaranya melakukan suatu gerakan pembaharuan untuk lahir

kembali dalam artian lahir sebagai manusia yang tebebas dari kungkungan

gereja (dogma) atau dalam bahasa lain sebagai abad pencerahan.

Page 3: Filsafat Barat Era Aufklarung

A. Filsafat Era Aufklarung

Abad Pencerahan (Age of Enlightenment dalam literatur berbahasa Inggris)

adalah suatu masa di sekitar abad ke-18 di Eropa yang diketahui memiliki

semangat revisi atas kepercayaan-kepercayaan lama. Bertolak dari

pemikirian ini, masyarakat mulai menyadari pentingnya diskusi-diskusi dan

pemikiran ilmiah.

Aufklarung memberi kedudukan dan kepercayaan luar biasa kepada akal

budi manusia. Tokoh-tokoh yang mempelopori periode ini menanamkan

kepada pengikutnya dan manusia pada waktu itu bahwa akal manusia harus

digunakan untuk menjawab masalah hidup dan kehidupannya.

Immanuel Kant pernah membuat sebuah tulisan yang berjudul “Apa Itu

Pencerahan?” (What is aufklarung?). Menurut Kant, pencerahan adalah

bebasnya manusia dari rasa ketidakmatangan. Sedangkan ketidakmatangan

sendiri adalah ketidakmampuan menggunakan penalaran pribadi dan

keinginan untuk selalu merujuk dan menggunakan pendapat orang lain, atau

dengan kata lain selalu setuju dengan yang dikatakan orang. Manusia

menjadi tidak matang bukan karena dia tidak mau berpikir, tetapi karena dia

takut menggunakan pemahamannya sendiri. Selama masih bergantung

kepada pemahaman orang lain, selama itu pula seseorang tidak akan pernah

matang. Dan karenanya, tidak akan bisa tercerahkan atau maju. Semboyan

pencerahan yang sangat terkenal adalah Sapere Aude! yang berarti

“beranilah menggunakan pemahaman Anda sendiri!”[1].

Page 4: Filsafat Barat Era Aufklarung

Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu

pengetahuan  (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil

yang menggembirakan. Disisi lain jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk

itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu

pengetahuan alam. Isaac Newton ( 1642-1727) memberikan  dasar-dasar

berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-

gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk

itu dibutuhkan analisis[2]. Dengan demikian zaman pencerahan merupakan

tahap baru dalam proses emansipasi manusia Barat yang sudah dimulai

sejak Renaissance dan Reformasi.

Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-program  khusus

diantaranya adalah berjuang menentang dogma gereja populer. Senjatanya

adalah fakta-fakta ilmu dan metode-metode rasional[3]

Page 5: Filsafat Barat Era Aufklarung

B. Masa Pencerahan Di Jerman, Inggris Dan Prancis

1. Pencerahan Di Jerman

Pada umumnya Pencerahan di Jerman tidak begitu bermusuhan sikapnya

terhadap agama Kristen seperti yang terjadi di Perancis. Memang orang juga

berusaha menyerang dasar-dasar iman kepercayaan yang berdasarkan

wahyu, serta menggantinya dengan agama yang berdasarkan perasaan

yang bersifat pantheistic, akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa “perang’

terbuka.

Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orang bercita-cita

untuk mengubah ajaran kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu

kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum, yang dengan jelas

menampakkan perhatian kepada perasaan. Sejak semula pemikiran filsafat

dipengaruhi oleh gerakan rohani di Inggris dan di Perancis. Hal itu

mengakibatkan bahwa filsafat Jerman tidak berdiri sendiri. Para perintisnya

di antaranya adalah Samuel Pufendorff (1632-1694), Christian Thomasius

(1655-1728). Akan tetapi pemimpin yang sebenarnya di bidang filsafat

adalah Christian Wolff (1679- 1754)[4].

la mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu pengetahuan yang pasti

dan berguna, dengan mengusahakan adanya pengertian-pengertian yang

jelas dengan bukti-bukti yang kuat. Penting sekali baginya adalah susunan

sistim filsafat yang bersifat didaktis, gagasan-gagasan yang jelas dan

penguraian yang tegas. Dialah yang menciptakan pengistilahan-

Page 6: Filsafat Barat Era Aufklarung

pengistilahan filsafat dalam bahasa Jerman dan menjadikan bahasa itu

menjadi serasi bagi pemikiran ilmiah. Karena pekerjaannya itu filsafat

menarik perhatian umum[5].

Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir pemikiran

Leibniz dan menerapkan pemikiran itu pada segala bidang ilmu

pengetahuan. Dalam bagian-bagian yang kecil memang terdapat

penyimpangan-penyimpangan dari Leibniz. Hingga munculnya Kant yang

filsafatnya merajai universitas-universitas di Jerman.

2. Pencerahan Di Inggris

Di Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir yang

bermacam-macam keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir yang satu lepas

daripada yang lain, kecuali tentunya beberapa aliran pokok.

Page 7: Filsafat Barat Era Aufklarung

Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme, suatu

aliran dalam filsafat Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri

dengan gagasan Eduard Herbert yang dapat disebut pemberi alas ajaran

agama alamiah.

Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga

agama Kristen ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia

menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu. Terhadap segala

skeptisisme di bidang agama ia bermaksud sekuat mungkin meneguhkan

kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari agama[6].

Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa pengertian umum

yang pasti bagi semua orang dan secara langsung tampak jelas karena

naluri alamiah, yang mendahului segala pengalaman dalam pemikiran akal.

Ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah persetujuan umum segala

manusia, karena kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu mengenai soal

agama dan kesusilaan.

Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga

tersusunlah agama alamiah, yang berisi: bahwa ada Tokoh yang Tertinggi; bahwa manusia harus berbakti kepada Tokoh yang Tertinggi itu; bahwa bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan; bahwa manusia karena tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin

bahwa tiap pelanggaran kesusilaan harus disesali; bahwa kebaikan dan keadilan Allah memberikan pahala dan hukuman

kepada manusia di dalam hidup ini dan di akhirat. Menurut Herbert, di

Page 8: Filsafat Barat Era Aufklarung

dalam segala agama yang positif terdapat kebenaran-kebenaran pokok dari agama alamiah[7].

Pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 pandangan Herbert ini

dikembangkan lebih lanjut, baik yang mengenai unsur-unsurnya yang negatif

maupun unsur-unsurnya yang positif.

3. Pencerahan Di Prancis

Pada abad ke-18 filsafat di Perancis menimba gagasannya dari Inggris. Para

pelopor filsafat di Perancis sendiri (Descartes, dll) telah dilupakan dan tidak

dihargai lagi. Sekarang yang menjadi guru mereka adalah Locke dan

Newton.

Perbedaan antara filsafat Perancis dan Inggris pada masa tersebut  adalah

jika di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil pemikiran

mereka dikenal oleh umum, akan tetapi di Perancis keyakinan baru ini sejak

semula diberikan dalam bentuk populer. Akibatnya filsafat di Perancis dapat

ditangkap oleh golongan yang lebih luas, yang tidak begitu terpelajar seperti

para filsuf. Hal ini menjadikan keyakinan baru itu memasuki pandaangan

umum[8].

Page 9: Filsafat Barat Era Aufklarung

 

Demikianlah di Perancis filsafat lebih erat dihubungkan dengan hidup politik,

sosial dan kebudayaan pada waktu itu. Karena sifatnya yang populer itu

maka filsafat di Perancis pada waktu itu tidak begitu mendalam. Agama

Kristen  diserang secara keras sekali dengan memakai senjata yang

diberikan oleh Deisme[9].

Sama halnya dengan di Inggris demikian juga di Perancis terdapat

bermacam-macam aliran, ada golongan Ensiklopedi, yang menyusun ilmu

pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan ada golongan materialis, yang

meneruskan asas mekanisme menjadi materialisme semata-mata.

C. Tokoh-Tokoh Filsafat Pada Masa Aufklarung Dan Pemikirannya

1. Immanuel Kant

Orang yang seolah-olah dengan tiba-tiba menyempurnakan Pencerahan

adalah Immanuel Kant (1724-1804). Seorang Filsuf yang pengaruhnya

Page 10: Filsafat Barat Era Aufklarung

terhadap filsafat pada dua ratus tahun terakhir ini,baik di Barat maupun di

Timur, hampir secara universal diakui sebagai filsuf terbesar sejak masa

Aristoteles. Ada yang berpendapat bahwa filsafat pada dua ratus tahun

terakhir ini bagaikan catatan kaki terhadap tulisan-tulisannya. Ada juga yang

berpendapat sistem filsafatnya bagi dunia modern ini laksana Aristoteles

bagi dunia skolastik[10].

Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur, Jerman. Pikiran-pikiran dan tulisan-

tulisannya membawa revolusi yang jauh jangkauannya dalam filsafat

modern.ia hidup di zaman Scepticism. Sebagian besar hidupnya telah ia

pergunakan untuk mempelajari logical process of  thought (proses penalaran

logis), the external world (dunia eksternal) dan reality of things (realitas

segala yang wujud[11].

Kehidupannya dalam dunia filsuf dibagi dalam dua periode, zaman pra-kritis

dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis

yang dilancarkan oleh Wolff dkk. Tetapi karena terpengaruh oleh David

Hume (1711-1776), berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalisme. Ia

sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari tidur

dogmatisnya. Pada zaman kritisnya, Kant merubah wajah filsafatnya secara

radikal[12].

Dilingkungan masyarakatnya, Kant sering menjadi subjek karikatur secara

tidak wajar, semisal bahwa rutinitas hariannya amat kaku sampai-sampai

para tetangganya menyetel arloji mereka menurut kedatangan dan

Page 11: Filsafat Barat Era Aufklarung

kepergiannya setiap hari,namun cerita semacam ini mungkin justru

mencerminkan integritas kehidupannya yang bersesuaian dengan ide-idenya

sendiri jika kita ingin menilainya secara positif. Ketika meninggal, epitaf di

batu nisannya hanya bertuliskan “Sang Filsuf“ sebuah sebutan yang

dianggap tepat, dengan mempertimbangkan bahwa periode filsafat yang

bermula dengan tampilnya Sokrates menjadi lengkap dalam banyak hal

dengan hadirnya Kant[13].

Dengan munculnya Kant dimulailah zaman baru, sebab filsafatnya

mengantarkan suatu gagasan baru yang memberi arah kepada segala

pemikiran filsafat  la sendiri memang merasa, bahwa is meneruskan

Pencerahan.

Karyanya yang terkenal dengan menampakkan kritisismenya adalah Critique

of Pure Reason (kritik atas rasio murni) yang membicarakan tentang reason

dan knowing process yang ditulisnya selama lima belas tahun.Bukunya yang

kedua adalah Critique of Practical Reason atau kritik atas rasio praktis yang

menjelaskan filsafat moralnya dan bukunya yang ketiga adalah Critique of

judgment atau kritik atas daya pertimbangan[14].

Kant yang juga dikenal sebagai raksasa pemikir Barat mengatakan bahwa

Filsafat merupakan ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi

empat persolan yaitu apa yang dapat kita ketahui?, apa yang boleh kita

lakukan?, sampai dimanakah pengharapan kita? dan Apakah manusia itu?

[15].

Page 12: Filsafat Barat Era Aufklarung

2. Voltaire

Diantara tokoh yang menjadi sentral pembicaraan saat membicarakan

Aufklarung adalah Voltaire (1694-1778). Pada tahun 1726 ia mengungsi ke

Inggris. Di situ ia berkenalan dengan teori-teori Locke dan Newton. Apa yang

telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah: Sampai di mana jangkauan akal manusia Di mana letak batas-batas akal manusia.

Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal agama alamiah dan

etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar hidup

kemasyarakatan zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal.

Mengenai jiwa dikatakan, bahwa kita tidak mempunyai gagasan tentang jiwa

(pengaruh Locke). Yang kita amati hanyalah gejala-gejala psikis.

Pengetahuan kita tidak sampai kepada adanya suatu substansi jiwa yang

Page 13: Filsafat Barat Era Aufklarung

berdiri sendiri. Oleh karena agama dipandang sebagai terbatas kepada

beberapa perintah kesusilaan, maka ia menentang segala dogma dan

menentang agama[16].

3. J. J. Rousseau

Di Perancis pada era pencerahan ini juga ada Jean Jacques Rousseau (1712-

1778), yang telah memberikan penutupan yang sistematis bagi cita-cita

pencerahan di Perancis. Sebenarnya ia menentang Pencerahan, yang

menurut dia menyebarkan kesenian dan ilmu pengetahuan yang umum,

tanpa disertai penilaian yang baik, dengan terlalu percaya kepada

pembaharuan umat manusia melalui pengetahuan dan keadaban.

Sebenarnya Rousseau adalah seorang filsuf yang bukan menekankan kepada

akal, melainkan kepada perasaan dan subjektivitas. Akan tetapi di dalam

menghambakan diri kepada perasaan itu akalnya yang tajam

dipergunakan. Terkait kebudayaan menurut Rousseau, kebudayaan

bertentangan dengan alam, sebab kebudayaan merusak manusia. Yang

dimaksud ialah kebudayaan yang berlebih-lebihan tanpa terkendalikan dan

yang serba semu, seperti yang tampak di Perancis pada abad ke-18 itu[17].

Mengenai agama Rousseau berpendapat bahwa agama adalah urusan

pribadi. Agama tidak boleh mengasingkan orang dari hidup bermasyarakat.

Kesalahan agama Kristen ialah bahwa agama ini mematahkan kesatuan

masyarakat. Akan tetapi agama memang diperlukan oleh masyarakat. Akibat

keadaan ini ialah bahwa masyarakat membebankan kebenaran-kebenaran

keagamaan, yang pengakuannva secara lahir perlu bagi hidup

Page 14: Filsafat Barat Era Aufklarung

kemasyarakatan kepada para anggotanya sebagai suatu undang-undang,

yaitu tentang adanya Allah serta penyelenggaraannya terhadap dunia,

tentang penghukuman di akhirat dan sebagainya. Pengakuan secara lahiriah

terhadap agama memang perlu bagi masyarakat, tetapi pengakuan batiniah

tidak boleh dituntut oleh negara[18].

Pandangan Rousseau mengenai pendidikan berhubungan erat dengan

ajarannya tentang negara dan masyarakat. Menurut dia, pendidikan

bertugas untuk membebaskan anak dari pengaruh kebudayaan dan untuk

memberi kesempatan kepada anak mengembangkan kebaikannya sendiri

yang alamiah[19]. Segala sesuatu yang dapat merugikan perkembangan

anak yang alamiah harus dijauhkan dari anak. Di dalam pendidikan tidak

boleh ada pengertian “kekuasaan” yang memberi perintah dan yang harus

ditaati. Anak harus diserahkan kepada dirinya sendiri. Hanya dengan cara

demikian ada jaminan bagi pembentukan yang diinginkan. Juga pendidikan

agama yang secara positif tidak boleh diadakan. Anak harus memilih Sendiri

keyakinan apa yang akan diikutinya. Bagi seorang muslim, paham seperti ini

tentu sangat menyesatkan.

D. Aliran-Aliran Filsafat Era Aufklarung

1. Kritisme

Aliran ini dimulai di Inggris, kemudian Prancis dan selanjutnya menyebar

keseluruh Eropa, terutama di Jerman. Di Jerman pertentangan antara

rasionalisme dan empirisme terus berlanjut. Masing-masing berebut

otonomi. Kemudian timbul masalah, siapa sebenarnya yang dikatakan

Page 15: Filsafat Barat Era Aufklarung

sumber pengetahuan?, apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau

empirik?. Kant mencoba menyelesaikan persoalan diatas. Pada awalnya Kant

mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme

(Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya, karena

ia mengetahui bahwa dalam empirisme terkandung skeptisme. Untuk itu

tetap mengakui kebenaran ilmu dan dengan akal manusia akan dapat

mencapai kebenaran empirsme[20].

Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas

kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Pertentangan

antara rasionalisme dan empirisme dicoba untuk diselesaikan oleh Kant

dengan kritisismenya[21].

Adapun ciri-ciri kritisisme diantaranya adalah sebagai berikut: Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan

bukan pada objek. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk

mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenya saja[22].

2. Deisme

Deisme adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam

semesta ini. Akan tetapi setelah dunia diciptakan, Allah menyerahkan dunia

kepada nasibnya sendiri. Sebab Ia telah memasukkan hukum-hukum dunia

itu ke dalamnya. Segala sesuatu berjalan sesuai dengan hukum-hukumnya.

Manusia dapat menunaikan tugasnya dalam berbakti kepada Allah dengan

hidup sesuai dengan hukum-hukum akalnya[23].

Page 16: Filsafat Barat Era Aufklarung

Maksud aliran ini adalah menaklukkan wahyu Ilahi beserta dengan

kesaksian-kesaksiannya, yaitu buku-buku Alkitab, kepada kritik akal serta

menjabarkan agama dari pengetahuan yang alamiah, bebas dari segala

ajaran Gereja. Yang dipandang sebagai satu-satunya sumber dan patokan

kebenaran adalah akal.

Tokoh-tokoh yang mewakili aliran ini di antaranya adalah John Toland (1670-

1722), yang menulis Christianity not mysterious (1696), dan Matteh Tindal

(1656-1733), yang menulis Christianity as Old as Creation (1730)[24].

Deisme adalah kepercayaan bahwa dengan pengetahuan, akal dan pikiran,

seseorang bisa menentukan bahwa Tuhan adalah nyata. Beberapa deist

menanggap bahwa Tuhan tidak mencampuri urusan manusia dan mengubah

hukum-hukum alam semesta. Dengan demikian, deisme menolak

kepercayaan terhadap mukjizat atau segala bentuk kegaiban

lainnya. Pandangan tersebut merupakan pandangan khas tentang Tuhan

pada masa Pencerahan, terutama di dalam filsafat Pencerahan

Inggris.Penganut deisme percaya dengan keberadaan Tuhan, tanpa bantuan

Agama, Otoritas Religius, atau Kitab Suci.

Deist biasanya menolak kejadian gaib (kenabian, mukjizat) dan cenderung

menegaskan bahwa Tuhan (atau "Arsitek Yang Maha Esa") memiliki rencana

untuk semesta yang tidak terubahkan, baik oleh campur dalam urusan

kehidupan manusia atau menangguhkan hukum alam dari semesta. Apa

Page 17: Filsafat Barat Era Aufklarung

yang agama terorganisir lihat sebagai wahyu ilahi dan buku-buku suci, deists

melihat sebagai interpretasi yang dibuat oleh manusia lain, bukan berasal

dari Tuhan[25].

Deisme menonjol selama abad ke-17 dan 18 pada Masa Pencerahan,

terutama di Inggris, Perancis dan Amerika, kebanyakan di antara mereka

yang dibesarkan sebagai Kristen yang mendapati bahwa diri mereka

meragukan mukjizat, kebenaran dan keakuratan kitab suci, tetapi percaya

pada Tuhan[26].

KesimpulanPeriode aufklarung telah banyak membawa perubahan pola pikir manusia.

Manusia mulai menggunakan akalnya untuk meneliti secara kritis segala

yang ada dalam kehidupannya termasuk dalam kehidupan bernegara

dengan segala aspek yang ada di dalamnya. Masa inilah yang kemudian

membuat para tokoh yang kemudian terkenal sebagai pelopor sebuah aliran

untuk mulai menyuarakan pendapatnya. Pendapat ini dapat berupa celaan

dan kritikan tajam terhadap kinerja pemerintah yang otoriter dan ditator

terhadap rakyatnya.

Selain itu, perjumpaan akal budi dengan pengalaman manusia (empirik)

kemudian menghasilkan science yang maju. Menurut pandangan Aufklarung

dengan penyebarluasan ilmu pengetahuan maka harkat dan martabat

manusia akan semakin meningkat. Bagi mereka science merupakan sumber

kebahagiaan pula. Lahirlah scientisme, yakni sebuah paham yang

Page 18: Filsafat Barat Era Aufklarung

memandang science sebagai satu hal yang segalanya dalam mencapai

kebenaran, kebaikan, dan keindahan.

Menurut Immanuel Kant, di zaman ini manusia terlepas dari keadaan tidak

balik yang disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri yang tidak

memanfaatkan akalnya. Voltaire menyebut zaman pencerahan sebagai

“zaman akal” dimana manusia merasa bebas, zaman perwalian pemikiran

manusia dianggap sudah berakhir,mereka merdeka dari segala kuasa dari

luar dirinya.   Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-

program  khusus diantaranya adalah berjuang menentang dogma gereja dan

takhayul populer. Senjatanya adalah fakta-fakta ilmu dan metode-metode

rasional.

Di Jerman hadir sosok Immanuel Kant yang dalam filsafat kritiknya ia

bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan. Agar 

maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak

rasionalisme dan sifat sepihak empirisme.  Rasionalisme mengira telah

menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari

pengalaman. Adapun empirisme mengira telah memperoleh pengetahuan

dari pengalaman saja. Kritisisme Kant adalah suatu usaha besar untuk

mendamaikan rasionalisme dengan empirisme. Menurut Kant baik

rasionalisme maupun empirisme dua-duanya berat sebelah. Ia berusaha

Page 19: Filsafat Barat Era Aufklarung

menjelaskan bahwa pengalaman manusia merupakan perpaduan antara

sintesa unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori.

Di Inggris muncul paham deisme sebagai salah satu gejala Pencerahan yang

juga disebut pemberi alas ajaran agama alamiah. Munculnya paham deisme

ini sebagai bentuk penggabungan terhadap gagasan Eduard Herbert.

Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga

agama Kristen ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia

menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu.

[1]  Juhaya S. Praja, Aliran-aliran filsafat dan Etika (Cet II: Jakarta: Prenada Media 2005). hal.113[2] Saeful, Filsafat Umum, (Online: http://www.tokoblog.net/2010/07/filsafat-umum-aliran-pemikiran.html)[3] Jerome R. Ravertz,The Philosophy of Science,diterjemahkan oleh Saut Pasaribu, (Cet I: Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2004), hal.53[4] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Cet IX: Yogyakarta: Kanisius 1993), hal. 63[5] Syekhudin, Filsafat Abad Ke 18 Era Aufklarung, (Online: http://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/22/ filsafat-abad-ke-18-era-aufklarung/)[6] Syekhudin, ibid.[7] Harun Hadiwijono, op.cit., hal. 49[8] Ghulam Afrizal, Tokoh Filsafat Perancis (Denis Diderot), (Online: http://ghulamarifrizal.wordpress.com/ 2013/04/27/ tokoh-filsafat-perancis-denis-diderot/)[9] Ibid., hal. 57[10] Syekhudin, op. cit.[11] Juhaya S. Praja, op. cit., hal. 115[12] Nila Kantra, BIografi Immanuel Kant, (Online: http://gciput.blogspot.com/2012/07/kant-immanuael.html)[13] Stephen Palimous, The Tree of Philosophy, diterjemahkan oleh Muhammad Shodiq, (Cet I:Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2002), hal.85.[14] Nila Kantra, op. cit.[15] Juhaya S. Praja, op. cit., hal. 114[16] Nara Wirabumi, Pendidikan Zaman Pencerahan, (Online: http://narawirabumi.blogspot.com/p/ pendidikan-zaman-pencerahan.html)[17] Harun Hadiwijono, op. cit., hal. 59

Page 20: Filsafat Barat Era Aufklarung

[18] Harun Hadiwijono, ibid., hal. 62[19] Syekhudin, op.cit.[20] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Cet V: Jakarta: RajaGrafindo Persada 2003), hal. 115[21] Surajiyo, Ilmu Filsafat, (Cet I: Jakarta: Bumi Aksara 2005), Hal. 66-67[22] Juhaya S. Praja, op. cit., hal. 114[23] Harun Hadiwijono, op. cit., hal. 49[24] Syekhudin, op. cit.[25] ___________, Deisme, (Online: http://id.wikipedia.org/wiki/Deisme)[26] Ibid

Pencerahan, Enlightenment, Lumières, Aufklärung Pencerahan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aliran utama

pemikiran yang berkembang di Eropa dan Amerika pada abad ke-18. Perkembangan di bidang

ilmu pengetahuan dan intelektual pada abad ke-17, seperti ; penemuan-penemuan Isaac

Newton, munculnya aliran pemikiran Rasionalisme oleh Rene Descartes, atau pemikiran

Skeptismenya Pierre Bayle, Panteismenya Benedict de Spinoza, dan Filsafat Empirisme dari

Francis Bacon dan John Locke, sangat menunjang berkembangnya kepercayaan terhadap

hukum alam dan prinsip universal. Perkembangan ini juga menumbuhkan rasa kepercayaan

akan kemampuan akal manusia, dan hal ini tersebar hingga mempengaruhi pola pikir seluruh

masyarakat Eropa dan Amerika pada abad ke-18. Arus-arus pemikiran pada masa itu cukup

banyak dan bervariasi, akan tetapi beberapa ide dapat digolongkan sebagai ide hasil serapan

dan ide dasar. Pada masa Pencerahan, pendekatan berdasarkan rasio dan ilmu pengetahuan

terhadap persoalan agama, sosial, dan ekonomi menjadi tren di masyarakat, sehingga hal ini

menghasilkan sebuah pandangan yang bersifat duniawi atau sekuler dan juga membangun

opini umum tentang kemajuan dan kesempurnaan di berbagai bidang.

(www.ora_et_labora/enlight/prephil.htm)

Kant dalam essainya What’s Enlightenment seperti dikutip peneliti dari situs

http//www.karang_karang.com , menyatakan bahwa :

Page 21: Filsafat Barat Era Aufklarung

‘Enlightenment is man's emergence from his self-imposed immaturity. Immaturity is the inability to use one's understanding without guidance from another. This immaturity is self-imposed when its cause lies not in lack of understanding, but in lack of resolve and courage to use it without guidance from another. Sapere Aude! [dare to know] "Have courage to use your own understanding!"--that is the motto of enlightenment.’

Pencerahan mengusung ide pengakuan terhadap rasionalitas, kebebasan, kreativitas,

keanekaragaman, kesadaran, serta tanggung jawab pribadi. Doktrin-doktrin yang membimbing

dan menyemangati abad Pencerahan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) bagi umat

manusia, rasio atau akal budi merupakan kapasitas utama yang bersifat positif, 2) dengan rasio

manusia dapat membebaskan diri dari pemikiran primitif, dogmatif dan kepercayaan terhadap

takhyul yang merupakan suatu ikatan dari ketidak-rasionalan atau pengabaian akal budi, 3)

rasio adalah kemampuan utama manusia dan itu memberikannya tidak hanya kemampuan

berpikir akan tetapi juga memberi kemampuan bertindak dengan benar, 4) melalui kemajuan di

bidang filsafat dan ilmu pengetahuan, rasio dapat menuntun umat manusia secara keseluruhan

ke arah suatu keadaan dunia yang sempurna, 5) dengan rasio semua manusia menjadi

sederajat, oleh karena itu manusia berhak mendapatkan kebebasannya secara individu dan

juga persamaan perlakuan di depan hukum, 6) kepercayaan diterima hanyalah berdasarkan

pada rasio dan bukan otoritas dari para pendeta atau tokoh agama ataupun tradisi, 7) semua

manusia harus berusaha mencoba untuk memberikan dan mengembangkan pengetahuan,

tidak berdasarkan prasangka atau sifat bawaan (http:// www . wikileaks.com ).

Menurut Y. A. Piliang (1999 : 16) bahwa apa yang disebut Pencerahan dalam diskursus

filsafat adalah sebuah proses ‘penyempurnaan’ secara kumulatif kualitas subjektivitas dengan

segala kemampuan objektif akal budinya dalam mencapai satu tingkatan sosial yang disebut

dengan ‘kemajuan’. Keterputusan dari nilai-nilai mitos, spirit ketuhanan, telah memungkinkan

manusia untuk ‘mengukir sejarahnya sendiri’ di dunia–sebagai suatu proses self-determination,

dengan manusia menciptakan kriteria-kriteria dan nilai-nilai untuk perkembangan diri mereka

sendiri sebagai subjek yang merdeka.

Page 22: Filsafat Barat Era Aufklarung

Para filsuf memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan konsep-konsep

Pencerahan. Mereka mempopulerkan dan mengajarkan ide-ide baru kepada publik pembaca.

Para pendukung Pencerahan menunjukan beberapa sikap-sikap dasariah yang seragam.

Dengan kepercayaan yang tinggi terhadap rasionalitas, mereka mencoba untuk menemukan

dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip yang diakui keabsahannya secara universal yang

mana prinsip-prinsip ini mengatur manusia, alam dan masyarakat. Mereka sering kali

mengkritisi bahkan terkesan menyerang ranah rohani dan ilmu pengetahuan, doktrin, sikap-

sikap yang tidak bertoleransi, penyensoran, dan juga pengekangan di bidang ekonomi dan

sosial. Mereka beranggapan bahwa kebenaran dan rasionalitas adalah penunjang dalam

kemajuan. Gerakan ini berakar dari semangat Renaissance yang mengusung ide humanisme

dan mengalami masa keemasannya di sepanjang abad ke-18 (www.

facebook

.com).

Di Inggris Pencerahan dikenal dengan istilah Enlightenment, sedangkan di Perancis

dengan istilah Lumières dan di Jerman dengan die Aufklärung. Ide Pencerahan kemudian

tersebar ke seluruh Eropa, dan bahkan hingga ke daerah-daerah koloni di Amerika.

Penyebarannya adalah melalui buku-buku karya filsuf Pencerahan, atau lewat diskusi-diskusi

yang menjadi kebiasaan masyarakat pada masa itu, selain itu ada juga penyebaran melalui

surat-surat kabar dan pamflet-pamflet yang mempropagandakan ide Pencerahan.

Gerakan ini muncul sebagai suatu bentuk penolakan terhadap situasi di mana jati diri

manusia adalah jati diri yang terkungkung dan tertindas oleh aturan-aturan baku yang dianggap

irasional yang diberlakukan oleh pihak gereja sejak Abad Pertengahan (tahun 400-an Masehi

hingga tahun 1500-an). Gerakan ini juga merupakan reaksi terhadap situasi politik di mana

pihak-pihak monarki di Eropa menerapkan politik absolut yang juga sudah berlaku sejak abad

Page 23: Filsafat Barat Era Aufklarung

pertengahan yang memposisikan raja atau ratu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam

pemerintahan dan hal ini dianggap kerap kali merugikan pihak rakyat.

Pada abad sebelumnya, yakni abad pertengahan manusia memandang dirinya bukan

sebagai makhluk yang bebas. Ia bukan pula makhluk yang diajarkan bagaimana menjawab

persoalan-persoalan hidupnya secara nyata. Ia adalah makhluk yang harus hidup dalam satu

cara berpikir dan hanya boleh memikirkan satu hal, yakni bagaimana hidup menurut ajaran atau

dogma yang di ajarkan oleh gereja. Pandangan ini masih cukup berpengaruh di Eropa hingga

awal abad ke-18. Pada intinya gerakan Pencerahan dengan kritis mempertanyakan dan

berusaha merombak pandangan umum terhadap kepercayaan-kepercayaan tradisional, adat-

istiadat, dan sistem-sistem moral yang merupakan warisan dari abad pertengahan.

Pada umumnya pemikiran masyarakat Eropa dan para penetap di daerah koloni

Amerika pada abad abad ke-18 tidak lagi dilandaskan pada doktrin agama yang hanya

berorientasi pada pengaturan kesusilaan, melainkan bertitik pijak pada nilai-nilai humanisme

serta berorientasi pada pengembangan kehidupan manusia secara nyata. Pengakuan atas

nilai-nilai humanisme itu menempatkan manusia menjadi subjek dalam dirinya. Dalam

pengakuan ini, sikap-sikap yang didengungkan bukan ketaatan buta, melainkan kesadaran

pribadi untuk bertanggung jawab atas seluruh tindakannya. Jadi, manusia Pencerahan

bukanlah manusia yang bisa dikendalikan oleh dogma-dogma yang bersumber dari otoritas

religius, melainkan manusia yang bebas dan otonom. Ia adalah makhluk yang mampu

memberikan makna bagi sejarah kehidupan. Selain itu ia adalah makhluk yang memberikan

ruang bagi perkembangannya sendiri dalam hal karsa, cipta, dan rasa. Ia diajarkan pula

bagaimana harus hidup dan bagaimana harus mengembangkan dunianya. Lebih dari itu,

manusia Pencerahan bertujuan memberikan ruang gerak yang luas bagi kekayaan budaya

yang melekat dalam setiap masyarakat (http://www.twitter.com).

Page 24: Filsafat Barat Era Aufklarung

Dalam perkembangannya, masa Pencerahan ditandai dengan perubahan iklim di bidang

politik, seperti ; terbentuknya pemerintahan parlementer, konsolidasi pemerintahan,

pembentukan negara, terciptanya undang-undang hak rakyat dan juga kemunduran pengaruh

pihak monarki dan pihak gereja dalam sistem pemerintahan.

Berikut ini ulasan singkat tentang perkembangan serta tokoh-tokoh yang berpengaruh

dalam menghadirkan dan mengusahakan gerakan Pencerahan di Inggris, Perancis dan Jerman

(yang merupakan tiga wilayah penting perkembangan gerakan Pencerahan).

Gerakan Pencerahan di Inggris

Keyakinan gerakan Pencerahan akan masa depan yang cerah mendapat dukungan kuat

dari ilmu pengetahuan yang berkembang pesat masa sebelumnya. Misalnya dengan munculnya

Isaac Newton (1643-1727) dengan hukum gravitasinya yang tidak mengijinkan segala macam

spekulasi atau hipotesis atas fenomena dunia, melainkan menjamin kepastian. Kemudian di

bidang politik ada John Locke (1632-1704) seorang filsuf Inggris yang sangat terkenal dalam

filsafat politik sebagai filsuf negara liberal. Locke juga orang penting dalam filsafat pengetahuan.

Dua hal filsafat John Locke yang dianggap mempunyai implikasi bagi perkembangan

kebudayaan modern : (1) Anggapan bahwa pengetahuan itu berasal dari pengalaman, (2)

Bahwa apa yang kita ketahui melalui pengalaman itu bukanlah objek atau benda yang mau kita

ketahui itu sendiri, melainkan hanya kesan-kesannya pada panca indera kita. Di bidang

pemerintahan, John Locke mendesak agar perlu ada pembagian kekuasaan dan pemberian

jaminan atas hak kelompok minoritas untuk mengadakan oposisi.

Pencerahan dalam wilayah sosial-politik di Inggris dipicu juga oleh naskah-naskah

penting yang menjamin kebebasan warga, misalnya Habeas Corpus (1679) yang menetapkan

bahwa seorang tahanan harus dihadapkan kepada seorang hakim dalam waktu tiga hari dan

Page 25: Filsafat Barat Era Aufklarung

diberi tahu atas tuduhan apa ia ditahan. Hal ini menjadi dasar prinsip hukum bahwa seseorang

hanya boleh ditahan atas perintah hakim (bukan atas perintah pihak monarki atau gereja).

Dalam ranah lainnya, Undang-undang Pers tahun 1693 menjamin kebebasan

berpendapat bagi setiap warga. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki hak untuk mengajukan

kritik terhadap otoritas gereja atau negara tanpa perlu merasa takut.

 Salah seorang filsuf Pencerahan Inggris adalah David Hume (1711-1776). Sebagai tokoh

empirisme, Hume mempunyai peranan penting pula dengan pemikirannya tentang agama. Ia

melangkah lebih jauh lagi daripada “the deists” dalam mengkritik agama Kristen. Dalam suatu

karya yang telah diterbitkan secara anumerta, Dialogues Concerning Natural Religion, ia

menyangkal kemungkinan untuk mendasarkan adanya Allah secara rasional, karena prinsip itu

tidak dapat dibenarkan. Dan bukunya yang berjudul Natural History Of Religion (1755)

menyelidiki asal-usul serta perkembangan agama sepanjang sejarah umat manusia. Ia

berpendapat bahwa agama lahir dari “hopes and fears” manusia. Bentuk agama yang asli ialah

politeisme yang berangsur-angsur berkembang menjadi monotheisme.

Gerakan Pencerahan di Perancis

Abad ke-17 dapat dianggap zaman keemasan bagi filsafat Perancis, karena filsafat

Descartes dengan slogan yang terkenalnya “Aku berpikir maka aku ada” dan pengikut-

pengikutnya menyerbu semua lingkungan intelektual di Eropa. Tetapi pada abad 18 pikiran-

pikiran filosofis di Perancis di impor dari Inggris (Newton, Locke dan “the deists”).

Gerakan pencerahan di Perancis memusatkan perhatiannya pada 7 hal : (1)

rasionalisme, (2) gerakan pencerahan, (3) optimisme kebudayaan, (4) kembali ke alam, (5)

agama alamiah, (6) hak asasi manusia, (7) tantangan terhadap kekuasaan.

Dalam perkembangannya, Pencerahan di Perancis berlangsung secara liberal dan

radikal – dengan sentimen anti-Gereja. Voltaire (1694-1778) menyerukan pemusnahan gereja

Page 26: Filsafat Barat Era Aufklarung

“Ecrasez l’infâme!” (Luluh-lantakkan yang buruk!). Contoh lainnya, adalah pendirian patung

Dewi Rasio di dalam katedral Notre Dame, tahun 1793. Puncaknya adalah pada saat terjadi

Revolusi Perancis yang diawali dengan penyerbuan penjara Bastille –– tempat para tahanan

politik dikurung –– pada tanggal 14 Juli 1789 oleh rakyat yang gerah dengan pemerintahan

monarki Perancis yang dinilai dengan sewenang-wenang mengabaikan hak rakyat.

Berikut ini adalah para penggagas pencerahan di Perancis :

1. Pierre Bayle (1647-1706)

Ia memelopori Pencerahan di Perancis. Beyle adalah seorang pemikir yang sangat

kritis. Karyanya yang tekenal ialah Dictionnaire Historique At Critique. Buku ini merupakan

semacam ensiklopedi yang membicarakan tentang seluruh ilmu pengetahuan pada waktu itu.

2. Julien De La Mettrie (1709-1751)

Seorang doktor Perancis yang belajar di Laiden dan juga setelah tamat studinya

menetap di Belanda. Bukunya l’Homme Machine (Mesin manusia : 1748) merupakan uraian

mekanis tentang manusia. Karena pikiran-pikirannya dianggap terlalu ekstrim, ia harus

meninggalkan negeri Belanda dan pergi ke Raja Frederik di Prusia.

3. Paul-Henri D’holbach (1723-1789)

Menganut pendirian materialisme yang ekstrim. Dalam bukunya Sisteme de la Nature

(Sistem Alam : 1770), ia mencoba menguraikan materialisme sebagai sistem yang menyeluruh.

4. Claude Adrien Helvetius (1715-1771)

Dalam bukunya de l’Esprit (Perihal Roh : 1758) ia mereduksikan segala aktifitas psikis

menjadi penginderaan-penginderaan (sensations) saja. Juga dibidang politik dan religius ia

mengemukakan pendapat-pendapat yang ekstrim.

Page 27: Filsafat Barat Era Aufklarung

5. Voltaire (1694-1778)

Nama aslinya adalah Francois Marie Arouet. Voltaire adalah salah seorang filsuf yang

mewujudkan Pencerahan di Perancis. Wataknya militan dan tulisan-tulisannya sangat kritis. Ia

melancarkan serangan-serangan hebat menentang tata negara politik di bawah pimpinan Raja

Louis XV dan gereja Katolik Perancis yang sifatnya klerikal.

6. Charles De Montesquieu (1689-1755)

Seakan-akan melambangkan tentang kebebasan hidup dalam jaman ini. Ia menjadi

terkenal karena bukunya del’Esprit des Lois (1748). Montesquieu berpendapat bahwa

seharusnya undang-undang dibuat bukan berdasarkan inisiatif seseorang penguasa negara

tertentu, akan tetapi berdasarkan sifat-sifat bangsa terebut.

6. Jean-Jacques Rousseau (1712-1778)

Beliau dianggap sebagai salah satu filsuf yang terbesar pada zaman itu. Aliran

filsafatnya mempunyai kedudukan tersendiri. Ia tidak menganut optimisme pada rasio seperti

yang terdapat pada filosof Pencerahan lainnya. Tetapi ia menganut optimisme lain yaitu kodrat

manusia : “dalam keadaan yang asali, manusia adalah baik. Tetapi kultur dan ilmu pengetahuan

telah membusukkan keadaan asal itu. Oleh karenanya semboyan Rousseau menjadi :

Retournons a la nature (kembali ke alam). Bertentangan dengan Hobes yang melukiskan

keadaan asali manusia berlandaskan egoisme, maka Rousseau menganggap keadaan asali itu

berupa firdaus. Namun dengan timbulnya kultur situasi menjadi berubah sama sekali dan

penyebabnya adalah keserakahan manusia. Rousseau menentang kemewahan serta

kompleksitas yang terdapat dalam masyarakat waktu itu dan menekankan bahwa kebahagiaan

manusia akan diperoleh dengan kembali kepada kedaan asal yang bersahaja itu.

Gerakan Pencerahan di Jerman

Page 28: Filsafat Barat Era Aufklarung

Jika dibandingkan dengan di Perancis, maka di Jerman gerakan Pencerahan

berlangsung dengan lebih tenang. Pada waktu itu rasionalisme Kristian Wolff dan murid-

muridnya merajalela di semua Universitas di Jerman dan dapat dianggap sebagai gejala

tepenting dari masa Pencerahan di sana.

Seorang yang sangat mengagumi serta memajukan pemikiran pencerahan Jerman

adalah Frederick Agung atau Frederick II (1712-1786).

Pencerahan di Jerman lebih fokus pada persoalan moral dan upaya untuk menemukan

hubungan antara rasio dan agama. Gotthold Ephrain Lessing (1729-1781) dalam bukunya

“Pendidikan Bangsa Manusia” melihat bahwa dengan dorongan semangat Pencerahan kelak

akan tiba suatu jaman ketika kebenaran-kebenaran wahyu Allah dalam kitab suci akan

digantikan dengan kebenaran-kebenaran berdasarkan akal budi, suatu jaman ketika orang

melakukan yang baik, karena hal itu adalah sesuatu yang baik, bukan karena adanya semacam

ganjaran yang datang dari padanya.

Suatu ‘otonomi manusia’ menjadi proyek besar di sini. Suatu otonomi dalam berpikir dan

menentukan tindakannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang ia yakini sebagai sesuatu yang

baik, benar, dan tahan uji. Hal ini pulalah yang kita dapati dalam filsafatnya Kant. Bagi Kant,

sudah tiba saatnya untuk menyatakan bahwa akal budi manusia adalah ukuran dan prinsip

untuk segala-galanya ; untuk apa saja yang ia ketahui (segi epistemologi), untuk apa saja yang

ia perbuat (segi moral), dan untuk apa saja yang ia harapkan (segi teleologis).

Pandangan Kant di atas, mengarah pada ‘subjektivitas’ manusia. Berkat rasionya, sang

‘Aku’ menjadi pusat pemikiran, pusat pengetahuan, pusat perasaan, pusat kehendak, dan pusat

tindakan sehingga manusia bukan lagi sebagai viator mundi (peziarah di dunia), melainkan

sebagai faber mundi (pembuat dunia).