11
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589 79 INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN KLASIFIKASI LERENG DAN LITOLOGI PENYUSUN LERENG, DESA PANINGKABAN, KECAMATAN LUMBIR, KABUPATEN BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH Faiz Nafi 1) , Dhany Rizky 1) 1). Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti [email protected] [email protected] Abstrak Berdasarkan data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dari 2011- 2015 kejadian bencana alam yang paling sering terjadi di Jawa Tengah adalah tanah longsor oleh karena itu dilakukannya penelitian ini guna memahami penyebab utama sering terjadinya tanah longsor di Jawa Tengah dengan daerah Banyumas sebagai studi kasus nya. Dipilihnya Desa Paningkaban sebagai daerah penelitian karena kondisinya yang didominasi oleh tebing tebing yang curam dan batuan yang mayoritas sudah mengalami pelapukan yang dapat memicu terjadinya longsor. Desa Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas yang merupakan daerah penelitian terletak pada koordinat 108 o 57’17.02” – 109 o 00’00” BT dan 07 o 24’03.24” – 07 o 27’18.2” LS. Secara geografis berbatasan dengan Kecamatan Lumbir di selatan dan Kecamatan Ajibarang di timur . Data yang digunakan diakusisi dari Laporan Geologi tahun 2015 berupa data litologi, stratigrafi, geomorfologi. Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan kemiringan lereng menggunakan peta topografi skala 1:12.500, kemudian hasil perhitungan lereng dibagi berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1985), dan dihubungkan dengan litologi penyusun lereng serta tingkat pelapukan. Kesimpulan dari hasil analisis daerah penelitian diperoleh hasil berupa indikasi apa saja yang menunjukan bahwa daerah penelitian memilki potensi yang tinggi untuk terjadi longsor serta langkah yang dapat diambil guna mencegah terjadinya longsor. Kata Kunci: Desa Paningkaban , Kemiringan Lereng, Pelapukan, Longsor Pendahuluan A. Latar Belakang Penulis melakukan penelitian pada daerah Desa Paningkaban, secara administratif lokasi Desa Paningkaban terletak pada Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Secara astronomis Desa Paningkaban terletak pada koordinat 108 o 57’17.02” – 109 o 00’00” BT dan 07 o 24’03.24” – 07 o 27’18.2” LS. Secara geografis berbatasan dengan Kecamatan Lumbir di selatan dan Kecamatan Ajibarang di timur. Desa Paningkaban didominasi oleh tebing tebing yang curam dan batuan yang mayoritas sudah mengalami pelapukan yang dapat memicu terjadinya longsor. Guna meminimalisir dampak bencana penulis melakukan mitigasi bencana dalam bentuk penelitian sebagai penyuluhan informasi untuk warga Banyumas B. Rumusan Masalah Dari penelitian di Desa Paningkaban dapat ditarik beberapa rumusan masalah yaitu : 1. Apa saja faktor yang mengontrol terjadinya longsor di Desa Paningkaban ? 2. Apa saja indikasi potensi longsor di Desa Paningkaban ? 3. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya longsor di Desa Paningkaban? C. Tujuan Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan pada memiliki tujuan, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui faktor yang mengontrol terjadinya longsor di Desa

INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

79

INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN KLASIFIKASILERENG DAN LITOLOGI PENYUSUN LERENG, DESA PANINGKABAN,

KECAMATAN LUMBIR, KABUPATEN BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH

Faiz Nafi 1), Dhany Rizky 1)

1). Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas [email protected]

[email protected]

AbstrakBerdasarkan data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dari 2011-

2015 kejadian bencana alam yang paling sering terjadi di Jawa Tengah adalah tanahlongsor oleh karena itu dilakukannya penelitian ini guna memahami penyebab utamasering terjadinya tanah longsor di Jawa Tengah dengan daerah Banyumas sebagai studikasus nya. Dipilihnya Desa Paningkaban sebagai daerah penelitian karena kondisinyayang didominasi oleh tebing tebing yang curam dan batuan yang mayoritas sudahmengalami pelapukan yang dapat memicu terjadinya longsor. Desa Paningkaban,Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas yang merupakan daerah penelitian terletakpada koordinat 108o57’17.02” – 109o00’00” BT dan 07o24’03.24” – 07o27’18.2” LS. Secarageografis berbatasan dengan Kecamatan Lumbir di selatan dan Kecamatan Ajibarang ditimur . Data yang digunakan diakusisi dari Laporan Geologi tahun 2015 berupa datalitologi, stratigrafi, geomorfologi. Pengolahan data dilakukan dengan perhitungankemiringan lereng menggunakan peta topografi skala 1:12.500, kemudian hasilperhitungan lereng dibagi berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1985), dan dihubungkandengan litologi penyusun lereng serta tingkat pelapukan. Kesimpulan dari hasil analisisdaerah penelitian diperoleh hasil berupa indikasi apa saja yang menunjukan bahwadaerah penelitian memilki potensi yang tinggi untuk terjadi longsor serta langkah yangdapat diambil guna mencegah terjadinya longsor.

Kata Kunci: Desa Paningkaban , Kemiringan Lereng, Pelapukan, Longsor

Pendahuluan

A. Latar BelakangPenulis melakukan penelitian pada daerah Desa Paningkaban, secara

administratif lokasi Desa Paningkaban terletak pada Kecamatan Lumbir, KabupatenBanyumas, Provinsi Jawa Tengah. Secara astronomis Desa Paningkaban terletak padakoordinat 108o57’17.02” – 109o00’00” BT dan 07o24’03.24” – 07o27’18.2” LS. Secarageografis berbatasan dengan Kecamatan Lumbir di selatan dan Kecamatan Ajibarang ditimur. Desa Paningkaban didominasi oleh tebing tebing yang curam dan batuan yangmayoritas sudah mengalami pelapukan yang dapat memicu terjadinya longsor. Gunameminimalisir dampak bencana penulis melakukan mitigasi bencana dalam bentukpenelitian sebagai penyuluhan informasi untuk warga Banyumas

B. Rumusan MasalahDari penelitian di Desa Paningkaban dapat ditarik beberapa rumusan masalah

yaitu :1. Apa saja faktor yang mengontrol terjadinya longsor di Desa Paningkaban ?2. Apa saja indikasi potensi longsor di Desa Paningkaban ?3. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya longsor di

Desa Paningkaban?C. Tujuan Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan pada memiliki tujuan, sebagai berikut :1. Untuk mengetahui faktor yang mengontrol terjadinya longsor di Desa

Page 2: INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

80

Paningkaban2. Untuk mengetahui indikasi potensi longsor di Desa Paningkaban3. Untuk mengetahui hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

longsor di Desa Paningkaban

D. Manfaat PenelitianManfaat yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan di Desa

Paningkaban, sebagai berikut :1. Sebagai referensi pembangunan pada daerah setempat2. Agar warga daerah setempat dapat peka terhadap bencana yang terjadi di

sekitar tempat tinggalnya3. Sebagai referensi untuk para peneliti lain yang ingin melakukan penelitian di

Desa Paningkaban4. Sebagai meningkatkan penegtahuan pembaca tentang longsor yang terdapat

di daerah penelitian

Studi PustakaA. Geologi Regional

Gambar 1. Geologi Regional Lembar Majenang (Kastowo , 1975)

Secara Geologi Regional daerah penelitian termasuk dalam lembaran Majenang.Dimana pada daerah penelitian terdapat Formasi Halang, Formasi Tapak, FormasiKumbang.

Formasi Halang tersusun atas dua bagian, yaitu bagian bawah dan bagian atas.Bagian atas terdiri dari batupasir tuffan, konglomerat, napal dan batu lempung yangberselang-seling dan berlapis baik. Struktur sedimen terlihat jelas, antara lain perlapisanbersusun, convolute lamination dan flute cast. Batu pasir umumnya bersifat wackedengan fragmen batuan andesitis. Bagian bawah terdiri dari breksi yang bersusunanandesit (Ter Haar, 1934 dalam Marks, 1957).

Formasi Kumbang diendapkan secara menjemari dengan Formasi Halang.Formasi ini tersusun atas dua bagian, yaitu bagian bawah dan bagian atas. Bagian bawah

Page 3: INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

81

terdiri dari breksi dengan komponen menyudut, ditemukan pada lapisan lava andesit,sedangkan bagian atasnya terdiri dari tuf yang berselang-seling dengan breksi danbatupasir tufaan.

Formasi Tapak diendapkan secara selaras di atas Formasi Kumbang padalingkugan laut dangkal. Formasi ini terdiri dari batupasir kasar berwarna kehijauan dankonglomerat, setempat dijumpai breksi. Di bagian atasnya terdiri dari batupasirgampingan dan napal berwarna hijau yang mengandung pecahan moluska sebagai ciridari satuan ini (Kartanegara dkk, 1987).Formasi Tapak mengandung dua Anggota, yaituAnggota Breksi dan Anggota Batugamping. Anggota Breksi terdiri dari breksi gunungapidengan massadasar batupasir tufaan, di beberapa tempat terdapat kalsit yang mengisicelah-celah. Anggota Batugamping terdiri dari lensa-lensa berwarna kelabu kekuningantidak berlapis.

B. Bencana Alam Dan Tanah LongsorMenurut Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 Bencana alam adalah bencana

yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian yang disebabkan oleh alam antara lainberupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanahlongsor. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,maupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunyakestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2007) membagi jenis longsormenjadi 6, diantaranya sebagai berikut :

Gambar 2. Macam – Macam Jenis Longsor (PVMBG, 2007)

a. Longsoran TranslasiBergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau

menggelombang landai.

b. Longsoran RotasiBergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

c. Pergerakan BlokPerpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata.

Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

d. Runtuhan BatuRuntuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak

ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga

Page 4: INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

82

menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapatmenyebabkan kerusakan yang parah.

e. Rayapan TanahRayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya

berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bias menyebabkan tiang-tiangtelepon, pohon, atau rumah miring kebawah.

f. Aliran Bahan RombakanJenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.

Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume, tekanan air, dan jenismaterialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusanmeter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliransungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

Proses tanah longsor pada dasarnya terjadi akibat gaya penahan lebih lemahdibandingkan gaya pendorong. Faktor – faktor terjadinya proses longsor dapat kita bagimenjadi 2 berdasarkan penyebab terjadinya, yaitu akibat faktor alam dan faktor manusia.Tingginya frekuensi gerakan tanah di Indonesia sangat berhubungan erat dengan faktoralamiah penyebab dari gerakan tanah yang meliputi morfologi permukaan bumi,penggunaan lahan, litologi, struktur geologi, curah hujan, dankegempaan(Kusumosubroto,2013). Selain faktor alamiah, gerakan tanah juga disebabkanoleh faktor aktivitas manusia yang mempengaruhi bentang alam, seperti kegiatanpertanian, pembebanan lereng, pemotongan lereng, dan pembangunan (Karnawati,2005).

Page 5: INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

83

Metodologi Penelitian

Gambar 3. Kerangka Berpikir

Hasil dan Pembahasan

Gambar 4. Geologi Daerah Penelitian

Geologi daerah penelitian Pada daerah pemetaan terdapat 4 satuan yaitu satuanbatupasir karbonatan perselingan batulempung (Formasi Halang) , satuan batupasirmasiv (Formasi Kumbang), satuan breksi monomik (Formasi Kumbang), satuan batupasirkarbonatan (Formasi Tapak).

Page 6: INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

84

Berdasarkan perhitungan kemiringan lereng ( Tabel 4 dan 5 ) dan klasifikasi VanZuidam daerah ( Tabel 6 ) penelitian didominasi oleh lereng yang curam (kemiringan > 55derajat ), kondisi ini meningkatkan potensi terjadinya longsor

Tabel 4. Perhitungan Kemiringan Lereng

Tabel 5. Perhitungan Kemiringan Lereng

Page 7: INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

85

Tabel 6. Klasifikasi Van Zuidam

Gambar 5. Faktor Kemiringan Lereng Berpengaruh Dalam Potensi Longsor di DaerahPenelitian

Pada daerah penelitian pelapukan yang terjadi sangat intensif baik secara fisikamaupun kimiawi. Pelapukan secara fisika terjadi akibat adanya perbedaan temperaturyang tinggi dimana terik matahari pada siang hari menyebabkan batuan mengembang

Page 8: INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

86

dan saat udara mendingin di malam hari menyebabkan batuan mengerut, proseskembang kerut ini menyebabkan batuan mengalami fracture (rekahan) dan melemahketahanannya akibat berkurangnya densitas batuan (Gambar 5), selain secara fisikaterjadi juga pelapukan kimia yang terjadi akibat intensitas interaksi antara air denganbatuan yang diindikasikan dengan banyaknya batuan yang lapuk (berubahnya warnabatuan) pelapukan kimiawi ini juga melemahkan ketahanan batuan ( Gambar 6 s.d 8 ).

Gambar 6. Terdapatnya Fracture pada Batuan yang Mengindikasikan TerjadinyaPelapukan Fisika

Gambar 7. Berkurangnya Ketahanan Batuan Akibat Pelapukan, Menyebabkan BatuanBerjatuhan

Gambar 8. Adanya Perubahan Warna pada Batuan yang Mengindikasikan TelahTerjadinya Pelapukan Kimiawi

Page 9: INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

87

Gambar 9. Batuan yang Ketahanannya Berkurang Dapat Menjadi Longsor yangMencelakai Warga

Suatu kejadian dapat dikatakan bencana apabila menimbulkan kerugian, makadaerah penelitian bisa dikatakan berpotensi terjadi bencana karena memiliki potensilongsor yang bisa merugikan dan menghambat aktivitas warga sekitar seperti kegiatanpenambangan atau menghalang jalan raya bahkan menghilangkan nyawa (Gambar 9 s.d.10 ).

Gambar 10. Daerah Penelitian Padat akan Aktivitas Warga, Seperti Penambangan Sirtu

KesimpulanBerdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa daerah

Paningkaban, Kec.Gumelar, Kab.Banyumas merupakan daerah yang rawan terjadilongsor karena beberapa faktor antara lain, intensitas pelapukan batuan yangmelemahkan ketahanan batuan serta kemiringan lereng yang dominan curam yangmempermudah terjadinya longsor.

Selain indikasi - indikasi di atas perlu juga diwaspadai indikasi - indikasi lain nyaantara lain sebagai berikut :a. Muncul retakan yang memanjang atau melengkung pada permukaan tanah atau

pada konstruksi bangunan.

Page 10: INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

88

b. Terjadi penggelembungan pada lereng atau tembok penahan.c. Secara tiba - tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka menandakan adanya

perubahan permukaan pada bangunan yang terdorong oleh masa tanah yangmulai bergerak.

d. Tiba-tiba muncul rembesan air atau mata air pada lereng bukit.e. Apabila sebelumnya sudah ada rembesan air atau mata air dilereng, air tersebut

berubah menjadi keruh bercampur lumpur.f. Pohon-pohon atau tiang pancang (listrik atau lainnya) miring searah dengan

kemiringan lereng.g. Terdengar suara gemuruh atau ledakan dari atas suatu bukit.h. Terjadi runtuhan atau aliran butir tanah/kerikil secara mendadakdari atas bukit

Guna mencegah longsor beberapa cara dapat dilakukan, diantaranya adalah sebagaiberikut :1. Jangan Membuat Kolam atau Sawah di Atas Lereng

Dengan adanya tebing curam terlebih pada lahan gundul sementara itu diatasnya juga ada kolam dan sawah yang dipenuhi air tentu membuat daya hidrostatikasemakin kuat menekan permukaan tanah sehingga tanah rentan untuk tergesermerubah dan mengakibatkan terjadinya longsor. Keadaan gawat akan terjadi jikasemua air sawah atau kolam tiba - tiba menghilang karena telah terserap kedalam tanah. Hal itulah yang sering terjadi sesaat sebelum terjadinya bencana.

2. Tidak Mendirikan Rumah di Bawah TebingJika lokasi pembuatan rumah sekitar memang berbukit, pilihlah lokasi yang kiranya

aman dari jangkauan luruhan tanah jika terjadi longsor. Usahakan lokasi bangunan sejauhmungkin dari kaki tebing, contoh jika tinggi suatu tebing 100 meter maka usahakan lokasirumah atau bangunan berjarak minimal 250 meter dari kaki lereng. Sehingga apabilaterjadi tanah longsor tidak akan mencapai bangunan tersebut.

3.Jangan Menebang Pohon di Sekitar LerengBanyak yang tidak mengetahui bahwa semakin banyaknya pohon maka semakin

kuat dan stabil suatu tanah, karena akar-akar dari pohon-pohon tersebut menyebar dansaling bersinggungan sehingga bisa membantu tanah tidak mudah longsor karena akanmenjadi penahan tanah.

4.Jangan Memotong Tebing Secara TegakKetika ingin menggali tanah dalam jumlah besar untuk keperluan tambang atau

lainnya maka sebaiknya jangan langsung memotong badan lereng secara tegak, karenaakan mengurangi daya penahan tanah terhadap tanah yang berada di atasnya. Karenawalaupun di atas lereng masih dipenuhi oleh pohon namun jika badan tebing sudahterpotong secara dalam justru tanah di bagian bawah yang akan kehilangan penopangsehingga akan mudah menimbulkan terjadinya penyebab tanah longsor.

5.Tidak Mendirikan Bangunan di Sekitar SungaiSemakin tinggi jarak antara bibir tebing terhadap sungai maka akan semakin besar

peluang terjadinya longsor. Terjadinya erosi tanah tidak langsung namun tanah yangterus tergerus oleh erosi tanah akan menyebabkan semakin habisnya tanah ada di sekitarsungai. Dan jika saat proses terjadinya hujan pada musim hujan dimana aliran sungaisangat deras dan volumenya besar maka dengan mudah terjadinya erosi.

6. Membuat TeraseringJika suatu lahan miring terpaksa digunakan untuk membuat sawah atau ladang

maka sebaiknya buatlah sistem bertingkat sehingga akan memperlambat run off (aliran

Page 11: INDIKASI POTENSI BAHAYA LONGSOR BERDASARKAN …

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

89

permukaan) ketika hujan. Jangan lupa atur drainase supaya tidak ada air yang tergenangdi lereng. Dengan demikian semakin jauh potensi terjadinya tanah longsor.

7. Lakukan Upaya PreventifDengan cara memeriksa apakah terdapat retakan pada tanah, jika ditemukan

maka segera tutup celah retakan itu dengan tanah lempung supaya tidak banyak airmasuk kedalam celah retakan tersebut. Selain itu dengan menjaga kelestarian vegetasi disekitar tebing juga menjadi salah satu upaya pencegahan yang terbukti efektif.

8. Memberikan Penyuluhan Kepada MasyarakatTerkait tanah longsor dan bahaya yang mengikutinya. Sering kali penyebab

rusaknya kawasan hutan sekitar lerang karena dilakukannya penebangan pohon olehmasyarakat sekitar yang memang belum memiliki kesadaran dan pengetahuan mengenaidampak negatif yang akan terjadi. Dengan memberikan penyuluhan akan membukawawasan dan kesadaran dari masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang dapatmemicu terjadinya bencana.

9. Harus Ada Intervensi dari PemerintahUpaya penyuluhan kepada masyarakat sekitar akan semakin tepat sasaran ketika

dibuat peraturan tegas terkait pelanggaran aturan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,harus ada upaya campur tangan dari pemerintah atau pihak berwenang untuk membuataturan dan sanksi yang tegas untuk setiap pelanggaran. Dengan demikian akan menekanrisiko terjadinya kerusakan hutan di area lereng.

Ucapan Terima kasihAtas dukungan yang telah diberikan dalam pembuatan makalah ini, penulis mengucapkanterimakasih sebesar–besarnya kepada:1. Harlan Renaldi S.T, selaku penyedia data yang tanpa bantuannya karya ilmiah ini

tidak dapat terselesaikan.2. Bapak Sofyan Rahman S.T, M.T, selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan kepada penulis dalam pembuatan karya ilmiah ini.3. Keluarga penulis, yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material.4. Berbagai pihak yang telah membantu penelitian ini yang namanya tidak dapat

penulis sebukan satu-satu.

Daftar Pustaka

Hardiyatmo .2006.Penanganan Tanah Longsor & Erosi. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Karnawati, D. 2005, Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan UpayaPenanggulangannya, Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Geologi UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta.

Kusumosubroto, H. 2013. Aliran Debris dan Lahar, Pembentukan, PengalirandanPengendaliannya. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Munir, M. 2003. Geologi Lingkungan. Malang: Bayumedia Publishing.

Sari, Maya.2015.9 Cara Mencegah Tanah Longsor. diakses dari

ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/cara-mencegah-tanah-longsor pada tanggal 13 Juli2017

Varnes D.J.1978. Slope movement types and processes. Landslides; Analisis andControl, National Research Council, Washington, D.C.