Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI LITERATUR POTENSI INSTABILITAS DAN
INKOMPATIBILITAS PADA RESEP RACIKAN SEDIAAN KRIM YANG
MENGANDUNG GENTAMISIN SULFAT DAN DESOKSIMETASON
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Junia Brigita Tamara
NIM : 168114177
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
Halaman Judul
STUDI LITERATUR POTENSI INSTABILITAS DAN
INKOMPATIBILITAS PADA RESEP RACIKAN SEDIAAN KRIM YANG
MENGANDUNG GENTAMISIN SULFAT DAN DESOKSIMETASON
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Junia Brigita Tamara
NIM : 168114177
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Peracikan obat masih sering dilakukan di Indonesia. Salah satunya adalah
racikan sediaan krim yang dapat berpotensi mengalami instabilitas dan
inkompatibilitas yang dapat menurunkan efikasi dan keamanan obat. Namun, obat
racikan secara umum belum dinilai efikasi dan keamanannya dibandingkan dengan
obat komersial. Maka dari itu, seorang apoteker memiliki peranan sangat penting
untuk mengidentifikasi dan memastikan resep yang diberikan kepada pasien telah
tepat untuk diracik dalam rangka mencapai tujuan terapi yang diharapkan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi instabilitas dan inkompatibilitas
resep racikan krim yang mengandung Gentamisin Sulfat dan Desoksimetason.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kepustakaan. Pengkajian potensi dilakukan
dengan cara studi literatur dari berbagai referensi seperti kompendial, artikel ilmiah
dan database. Hasil dari studi kasus menunjukkan bahwa sediaan racikan krim
gentamisin sulfat dan desoksimetason berpotensi mengalami instabilitas yang
dipengaruhi oleh kelembapan. Namun, sediaan racikan tidak mengalami potensi
inkompatibitas dalam peracikan.
Kata kunci : Peracikan obat, sediaan krim, gentamisin sulfat, desoksimetason,
inkompatibilitas, instabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Extemporaneous preparation still do in Indonesia. One of them is the
creams extemporaneous preparation which potentially induce instability and
incompatibilities due to decreased efficacy and safety of the drug. In general,
quality and safety of extemporaneous preparation do not yet rated. Therefore a
pharmacist plays an important role to identify and ensure whether the patients have
received the appropriate prescribing of medications to achieve the expected
therapeutic goal. This study aimed to find out the potential for instability and
incompatibility of prescription creams containing gentamicin sulfate and
desoxymetasone. The researcher used library research as a method to gather
information. This study was carried out by studying literature from various
references such as compendial, scientific articles, and databases. The results of this
case study show that the extemporaneous prescription of gentamicin sulfate and
dexamethasone creams have the potential to cause instability caused by humidity.
The creams extemporaneous preparation doesn't have the potential for
incompatibility.
Keywords : Drug compounding, cream, gentamicin sulphate, desoxymethasone,
incompatibility, instability
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................ v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ................................................................................. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 5
KESIMPULAN ................................................................................................ 17
SARAN ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Potensi Degradasi Gugus- Gugus Fungsional Gentamisin
Sulfat .......................................................................................... 7
Tabel II. Potensi Degradasi Gugus- Gugus Fungsional
Desoksimetason ...................................................................... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Gentamisin Sulfat ...................................................... 5
Gambar 2. Reaksi Oksidasi pada Alkohol Sekunder ................................ 8
Gambar 3. Struktur Desoksimetason....................................................... 10
Gambar 4. Reaksi Pembentukan Hemiasetal .......................................... 12
Gambar 5. Reaksi Oksidasi pada Alkohol Primer .................................. 12
Gambar 6. Mekanisme Pembentukan Degradasi Desoksimetason dalam
Kondisi Basa ........................................................................ 13
Gambar 7. Produk Hasil Degradasi Desoksimetason ............................. 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Peracikan obat merupakan pilihan terapi yang penting untuk dilakukan
terutama dalam menangani pasien dengan kebutuhan medis khusus, saat suatu
produk komersial yang dikehendaki tidak tersedia di pasaran atau untuk
individualisasi dosis pasien (Gudeman et al., 2013, Guharoy et al., 2013). Namun,
peracikan obat juga dapat menimbulkan beberapa masalah yang termasuk ke dalam
medication error atau masalah kesehatan dalam pengobatan (Randell and Duffy,
2014). Kedua hal ini menyebabkan peracikan obat masih menjadi pro dan kontra di
masyarakat serta tenaga kesehatan lainnya.
Menurut U.S Food & Drug Administration (2018), peracikan obat
(compounding) adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang apoteker berlisensi
atau seseorang dengan pengawasan apoteker berlisensi (asisten apoteker) yang
mencampur atau mengubah bahan obat dan/atau obat jadi dari pabrik untuk
membuat obat yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Bahan yang digunakan
dalam sediaan racikan harus kompatibel antara zat obat satu dengan zat obat lainnya
dan dapat menyerupai formulasi yang dekat dengan produk komersial yang tersedia
sehingga dapat menghasilkan produk obat yang stabil, berkhasiat dan aman
(Minghetti et al, 2014; Pharmacy Board of Australia, 2017; Sellers and Utian,
2012).
Secara umum, obat racikan belum dinilai efikasi dan keamanannya. Hal ini
dapat membahayakan pasien yang menggunakan obat tersebut (Kurniawan, 2013).
Oleh karena itu, seorang apoteker memiliki peranan yang sangat penting untuk
mengidentifikasi dan juga memastikan resep yang diberikan kepada pasien telah
tepat untuk diracik dalam rangka mencapai tujuan terapi yang diharapkan. Salah
satu bentuk sediaan racikan yang diresepkan dan diracik adalah sediaan semisolid
dan bentuk sediaan semisolid dapat berpotensi mengalami medication error pada
saat proses peracikan (Kristina et al, 2017). Salah satu medication error yang dapat
terjadi adalah instabilitas dan inkompatibilitas obat yang dapat menurunkan
bioavailabilitas, efikasi, dan keamanan obat (Bharate et al, 2010; Singh et al, 2000).
Sebagai contoh hasil penelitian dari Makeen et al (2018), menunjukan bahwa
sediaan racikan semisolid memiliki data stabilitas yang terbatas, dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
penelitiannya peneliti mendapatkan bahwa salep methyl salicylate berpotensi
mengalami degradasi yang cepat berupa penurunan konsentrasi obat pada kondisi
temperatur tinggi.
Pada beberapa rumah sakit Indonesia masih banyak ditemukan penulisan
resep racikan oleh dokter saat melakukan pelayanan kesehatan (Rochjana, 2019).
Penggunaan antibakteri dan antiinflamasi sebagai pengobatan pada penyakit kulit
dalam bentuk sediaan semisolid menjadi salah satu contoh obat racikan yang
diresepkan di rumah sakit. Meskipun cukup banyak diresepkan, namun belum ada
bukti yang pasti terkait penggunaan yang tepat pada kedua golongan obat ini secara
bersamaan terutama mengenai efikasi dan keamanannya (Fleischer et al, 2017).
Salah satu formula racikan antibakteri dan antiinflamasi yang diresepkan
di rumah sakit adalah resep racikan kombinasi yang mengandung gentamisin sulfat
dan desoksimetason yang dibuat dalam bentuk sediaan krim. Dari 47 resep racikan
topikal yang diresepkan disalah satu rumah sakit di Yogyakarta, resep racikan yang
mengandung gentamisin sulfat dan desoksimetason diresepkan dengan frekuensi 32
kali pada periode bulan januari hingga april tahun 2019. Oleh karena itu, studi
literatur terhadap sediaan obat racikan terutama sediaan racikan krim yang
mengandung gentamisin sulfat dan desoksimetason perlu dilakukan untuk menilai
efikasi dan keamanannya. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui
potensi terjadinya instabilitas dan inkompatibilitas terhadap resep racikan krim
yang mengandung gentamisin sulfat dan desoksimetason. Hasil dari penulisan
skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk proses edukasi bagi
Apoteker, tenaga kefarmasian di instalasi farmasi dan tenaga medis lain di Rumah
sakit dan dapat digunakan sebagai acuan mengenai keamanan terkait peresepan
racikan krim kepada pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi kasus dengan
metode kepustakaan. Metode kepustakaan adalah salah satu jenis metode penelitian
kualitatif yang lokasi atau tempat penelitiannya dilakukan di pustaka, dokumen,
arsip, dan lain sejenisnya (Zed, 2004). Kasus dalam penelitian ini yaitu resep
racikan yang mengandung gentamisin sulfat dan desoksimetason dengan jumlah
frekuensi peresepan sebanyak 32 resep pada periode bulan Januari hingga April
2019 dengan contoh resep yang mengandung formula tersebut adalah:
R/ Sagestam® cream 1
Topcort® cream 1
m.f. cream da in pot 1
S u e
Analisis Potensi Instabilitas dan Inkompatibilitas
Analisis potensi instabilitas dan inkompatibilitas dilakukan dengan
mengumpulkan informasi umum, stabilitas dan inkompatibilitas gentamisin sulfat
dan desoksimetason yang dapat digunakan dalam proses pengkajian potensi
instabilitas dan inkompatibilitas sediaan racikan. Selain itu, dilakukan juga analisis
gugus fungsional yang terkandung dalam senyawa obat dan potensi interaksi yang
mempengaruhi stabilitas dan inkompatibilitas sediaan racikan. Pengumpulan
informasi umum dilakukan dengan mengumpulkan informasi terkait rumus
molekul, struktur kimia, bobot molekul, pemerian, kelarutan, titik leleh, nilai pKa,
wadah dan penyimpanan, dan indikasi obat dari masing-masing senyawa obat.
Pengumpulan informasi stabilitas dilakukan dengan mengumpulkan informasi
terkait stabilitas dan instabilitas senyawa obat terhadap cahaya, suhu, kelembapan,
pH, asam-basa, dan oksidator kuat. Informasi inkompatibilitas dilakukan dengan
mengumpulkan informasi terkait kompatibilitas dan inkompatibilitas senyawa obat
terhadap eksipien, terhadap senyawa obat lain serta terhadap wadah dan kemasan.
Analisis potensi instabilitas dan inkompatibilitas pada sediaan racikan
dilakukan melalui studi literatur. Literatur yang digunakan dalam pengumpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
informasi meliputi Farmakope Indonesia (FI) sebagai literatur utama, USP,
database seperti Pubchem, buku, serta artikel ilmiah yang memuat informasi
tentang obat yang dikaji. Kriteria artikel ilmiah yang dipakai yaitu diterbitkan oleh
badan organisasi resmi (WHO dan FDA), jurnal bereputasi yang minimal sudah
terindeks SINTA 2 secara nasional serta jurnal internasional terindeks DOAJ
(Directory of Open Access Journals), Pubmed, dan lainnya. Cara mencari artikel
ilmiah adalah dengan kata kunci pencarian di mesin pencari jurnal (google
cendekia, Pubmed, Embase, dll). Contoh kata kunci yang digunakan yaitu the
functional group of (nama obat), functional group analysis of (nama obat),
incompatibility of (gugus fungsi obat), degradation of (gugus fungsi obat), stability
of (nama obat), incompatibility of (nama obat), pharmaceutical drug interaction of
(nama obat), degradation of (nama obat), dan sebagainya.
Interpretasi Hasil
Hasil dari penelitian terkait dengan kajian potensi instabilitas dan
inkompatibilitas racikan krim yang mengandung Gentamisin Sulfat dan
Desoksimetason dipaparkan secara deskriptif berdasarkan hasil dari penelusuran
data dengan menjabarkan secara rinci studi literatur berkaitan dengan potensi
terjadinya instabilitas dan inkompatibilitas senyawa-senyawa tersebut dalam
bentuk paragraf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Informasi umum, Stabilitas dan Inkompatibilitas
1. Gentamisin Sulfat
Gentamisin Sulfat merupakan antibakteri golongan aminoglikosida yang
berupa garam sulfat atau campuran dari antibiotik yang dihasilkan oleh
pembiakan Micromonospora purpurea (Kemenkes RI, 2014; Pennington et al,
1975). Gentamisin sulfat terdiri dari 3 komponen, yaitu gentamisin C1, C2 dan
C1a yang setiap komponennya terdiri dari lima nitrogen basa (Grote et al, 2012;
Anonim, 2020a). Secara klinis, gentamisin sulfat digunakan dalam terapi
infeksi bakteri gram negatif dan sebagai antibakteri sistemik pada kulit, mata,
saluran kemih dan infeksi sistemik lainnya seperti meningitis (Zakova, 2014;
BPOM, 2015). Selain itu, gentamisin sulfat adalah antibiotik dengan sektrum
luas yang memberikan pengobatan topikal yang sangat efektif pada infeksi
bakteri primer dan sekunder pada kulit (Lochman et al, 2011). Gentamisin sulfat
memiliki berbagai bentuk sediaan yang tersedia di pasaran antara lain dalam
bentuk injeksi, krim, salep, salep mata dan tetes mata. Beberapa merek dagang
gentamisin sulfat yang tersedia di pasaran antara lain Garamisin®, Gentiderm®,
Sagestam® dan Salgen® (BPOM, 2015).
Gambar 1. Struktur Gentamisin Sulfat (Kementrian Kesehatan RI, 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Gentamisin sulfat dengan rumus molekul C60H125N15O25S memiliki potensi
setara dengan tidak kurang dari 590 μg per mg gentamisin, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. Gentamisin sulfat yang berupa serbuk berwarna putih
hingga kekuning-kuningan memiliki berat molekul 1488,8 g/mol. Gentamisin sulfat
larut dalam air, tidak larut dalam etanol, aseton, kloroform,eter dan benzen
(Kementerian Kesehatan RI, 2014 ; Pubchem, 2020). Gentamisin sulfat memiliki
nilai pKa 12,55 dalam asam kuat dan 10,18 dalam basa kuat. Titik lebur gentamisin
sulfat yaitu pada suhu 218-237oC (Anonim, 2020b). Pada larutan, gentamisin sulfat
memiliki pH antara 3,5 dan 5,5 (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Berbagai bentuk sediaan gentamisin sulfat seperti krim, salep, dan salep mata
mengandung gentamisin tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 135,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket. Penyimpanan krim, salep, dan salep mata dalam
tube yang dapat ditekan atau dalam wadah tertutup rapat. Penyimpanan dilakukan
pada suhu 2oC - 30oC dan dihindarkan dari panas berlebih. Gentamisin sulfat juga
tersedia dalam bentuk sediaan injeksi yang merupakan larutan steril dari gentamisin
sulfat dalam air untuk injeksi dan mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 125,0% gentamisin dari jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi
gentamisin sulfat berupa larutan jernih, agak kuning, dan berbau lemah. Selain itu,
injeksi gentamisin sulfat memiliki pH antara 3,0 dan 5,5 dan disimpan dalam wadah
dosis tunggal atau dosis ganda, sebaiknya wadah yang digunakan merupakan wadah
kaca tipe I (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Tabel I. Potensi Degradasi Gugus- Gugus Fungsional Gentamisin
Sulfat
No. Gugus
Fungsional
Instabil atau
inkompatibel
dengan
Hasil/ produk
reaksi
Pustaka
1 Amina
primer
Oksidasi Nitril Anonim,
2020c
2 Amina
sekunder
Oksidasi Imina Anonim,
2020c
3 Eter Oksidasi Unstable
hidroperoksida
dan peroksida
Stoker,
2010
4 Alkohol
Sekunder
Oksidasi Keton Stoker,
2010
Gentamisin sulfat memiliki 4 gugus fungsional yang berpotensi mengalami
reaksi dengan senyawa lain yaitu amin primer, amin sekunder, eter, dan alkohol
sekunder (Tabel I). Keempat gugus fungsional tersebut berpotensi mengalami
reaksi oksidasi yang merupakan reaksi yang terjadi akibat adanya penambahan
oksigen atau lepasnya hidrogen dari suatu molekul (Bharate, 2010; Stoker, 2010).
Gugus amin primer akan teroksidasi dengan agen pengoksidasi ringan seperti
NaOCl yang menghilangkan 4 atom hidrogen dari amin primer untuk membentuk
2
1
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
nitril (R-C≡N) (Anonim, 2020c). Amin sekunder juga mengalami oksidasi dengan
bantuan reagen seperti MnO2 yang akan membentuk imina (R2CH―NHR′)
(Anonim, 2020c). Gugus eter pada gentamisin sulfat bereaksi lambat dengan
oksigen dari udara untuk membentuk hidroperoksida yang tidak stabil dan
peroksida. Alkohol sekunder pada gentamisin sulfat juga berpotensi membentuk
keton dengan reaksi oksidasi oleh agen pengksidator ringan seperti potassium
permanganate (KMnO4), potassium dichromate (K2Cr2O7), dan chromic acid
(H2CrO4) (Stoker, 2010).
Gambar 2. Reaksi Oksidasi pada Alkohol Sekunder (Stoker, 2010)
Gentamisin sulfat cenderung stabil terhadap cahaya dan oksidator kuat.
Gentamisin sulfat disimpan dengan dua kondisi paparan cahaya yang berbeda yaitu
penerangan minim dengan menggunakan kantong foil terbuka pada suhu 20o C dan
penerangan tinggi dengan menggunakan lampu neon. Pengaruh stabilitas
gentamisin sulfat terhadap pengoksidator dilakukan dengan 30% hidrogen
peroksida (H2O2) yang disimpan dalam gas nitrogen pada suhu 20o C dan terlindung
dari cahaya. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa tidak terdapat degradasi yang
terjadi pada gentamisin sulfat (Cote et al, 2010 ; Mullin et al, 2016 ; Akram et al,
2006).
Menurut penelitian Rizk et al (1995), suhu hanya memiliki pengaruh yang
kecil untuk membentuk senyawa kompleks dan mempengaruhi stabilitas dari
gentamisin sulfat. Gentamisin sulfat tidak menunjukkan adanya proses degradasi
yang signifikan dalam penyimpanan pada suhu 4oC dan 60oC. Pengaruh gentamisin
sulfat pada kondisi asam dan basa juga diuji dengan menggunakan asam klorida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(HCl) dan natrium hidroksida (NaOH). Hasil yang didapat tidak menunjukan
adanya indikasi terjadi degradasi pada gentamisin sulfat (Mullin et al, 2016).
Studi stabilitas Gentamisin sulfat terkait kelembapan juga dilakukan oleh
Freiess and Schlapp (2006) terhadap penyimpanan Gentamisin sulfat. Gentamisin
sulfat disimpan dalam tiga kondisi berbeda yaitu pada 4oC/35% RH, 25oC/60%
RH, dan 40oC/75% RH yang akan dievaluasi sebanyak tiga kali pada minggu ke 2.4
dan 12. Hasil yang didapat pada 4oC/35% RH adalah gentamisin sulfat tidak
mengalami degradasi sampai minggu ke 12. Pada 25oC/60% RH, pada minggu ke
4 ditemukan adanya degradasi sebesar 5% dan pada 40oC/75% RH ditemukan juga
adanya degradasi pada minggu ke 2 sebesar 5%, minggu ke 4 sebesar 67% dan
minggu ke 12 sebesar 67%.
Penelitian Sombie et al (2014) menemukan penambahan gliseril monoleat
pada gentamisin sulfat akan menyebabkan degradasi sebesar 11% setelah 6 bulan
penyimpanan pada suhu 25oC. Gentamisin sulfat dengan penambahan gliseril
monoeat juga menunjukkan perubahan warna sediaan menjadi kekuningan hingga
kuning yang lebih gelap. Perubahan warna yang terjadi disebabkan oleh reaksi
hidrolisis pada gliseril monoleat. Gentamisin sulfat juga akan mengalami degradasi
jika dilarutkan dengan larutan dextrose 5% dengan pemanasan selama 5 hingga 27
menit dan tanpa dilakukan pemanasan dengan penyimpanan selama 3 minggu pada
suhu ruangan. Hasil degradasi pada campuran obat dengan dilakukan pemanasan
adalah 48% dan campuran yang tidak dilakukan pemanasan setelah 3 minggu akan
mengalami degradasi sebesar 37%. Degradasi yang terjadi akan menurunkan
potensi antimikroba pada gentamisin sulfat (Graham et al, 1997).
Gentamisin sulfat tidak kompatibel dengan obat-obat golongan penisilin,
sefalosporin, heparin, furosemide dan natrium bikarbonat. Larutan gentamisin pH
asam dapat melepaskan karbon dioksida. Interaksi pada preparasi pada pH basa dan
obat-obat yang tidak stabil pada pH asam masih memungkinkan untuk dilakukan
(Sweetman et al, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Desoksimetason
Desoksimetason adalah obat golongan kortikosteroid topikal turunan dari
deksametason di mana gugus hidroksi pada posisi 17-alfa disubstitusi oleh hidrogen
(Patwardan et al, 2015 ; Pubchem, 2020). Biasanya digunakan sebagai agen anti-
inflamasi dan antipruritik. Selain itu, bisa digunakan untuk mengatasi psioriasis
(Bagel and Nelson, 2018). Desoksimetason dibuat dalam berbagai bentuk sediaan
semisolid yaitu krim dan salep dalam rentang konsentrasi 0,05% hingga 0,25%
(Vladimirov et al, 1996). Beberapa merek dagang desoksimetason yang tersedia di
pasaran antara lain Dercason®, Desomex®, Inerson®, dan Topcort® (BPOM, 2015).
Gambar 3. Struktur Desoksimetason (Kementrian Kesehatan RI, 2014)
Desoksimetason memiliki rumus molekul C22H29FO4 mengandung tidak
kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C22H29FO4, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. Desoksimetason berupa serbuk hablur putih sampai praktis
putih, dan tidak berbau dengan berat molekul 376,46 g/mol. Desoksimetason tidak
larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam aseton dan dalam kloroform
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Desoksimetason memiliki nilai pKa 13,44
dalam asam kuat dan -3,3 dalam basa kuat (Anonim 2020d). Pada sediaan krim,
desoksimetason memiliki pH antara 4,0 sampai 8,0 (USP, 2009). Titik leleh
desoksimetason antara 206 o C dan 218o C. Penyimpanan desoskimetason dalam
wadah tertutup baik (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel II. Potensi Degradasi Gugus- gugus Fungsional Desoksimetason
No. Gugus
Fungsional
Instabil atau
inkompatibel
dengan
Hasil/ produk
reaksi
Pustaka
1 Keton Hidrolisis Hemiasetal
Stoker,
2010
2 Alkohol
Primer
Oksidasi Aldehida dan
karboksilat
3 Alkohol
Sekunder
Oksidasi Keton
Desoksimetason memiliki 3 gugus fungsional yang berpotensi mengalami
reaksi dengan senyawa lain yaitu keton, alkohol primer, dan alkohol sekunder
(Tabel II). Gugus keton pada desoksimetason berpotensi mengalami reaksi
hidrolisis yang merupakan reaksi kimia yang menguraikan air dengan melibatkan
katalis asam atau basa (Wardiyah, 2016). Gugus keton akan berpotensi mengalami
reaksi hidrolisis dengan adanya gugus alkohol yang akan menghasilkan senyawa
hemiasetal. Hemiasetal adalah senyawa organik yang atom karbonnya berikatan
dengan dua gugus sekaligus, yaitu hidroksi (-OH) dan alkoksi (-OR) (Stoker, 2010)
1
3
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 4. Reaksi Pembentukan Hemiasetal (Stoker, 2010)
Gugus alkohol primer dan alkohol sekunder juga berpotensi mengalami
reaksi oksidasi. Alkohol primer akan teoksidasi menjadi aldehida dan jika aldehida
dari hasil tersebut mengalami oksidasi lagi akan menjadi asam karboksilat. Alkohol
sekunder akan teroksidasi menjadi keton (Gambar 2). Oksidasi yang terjadi dipicu
oleh adanya agen pengoksidasi ringan seperti potassium permanganate (KMnO4),
potassium dichromate (K2Cr2O7), dan chromic acid (H2CrO4) (Stoker, 2010).
Gambar 5. Reaksi Oksidasi pada Alkohol Primer (Stoker, 2010)
Desoksimetason stabil terhadap cahaya dan panas. Menurut penelitian
Srinivasu et al (2012), desoksimetason yang disimpan pada suhu 60o dalam oven
kering dan dipaparkan oleh cahaya pada ruang stabilitas cahaya selama 10 hari tidak
membentuk produk degradasi yang ditunjukkan dengan nilai kadar awal obat dari
99,5% menjadi 99,8%.
Srinivasu et al (2012) juga melakukan penelitian stabilitas desoksimetason
terhadap hidrolisis asam dan oksidator kuat. Hidrolisis asam dilakukan
menggunakan 1N HCl dan oksidator kuat menggunakan 5% H2O2 pada sampel obat
selama 24 jam. Hasil yang didapatkan adalah tidak ditemukan produk degradasi
yang terbentuk pada sampel obat. Pada hidrolisis asam, nilai kadar awal obat 99,2%
menjadi 99,7% dan pada kondisi oksidator kuat nilai kadar awal obat 98,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menjadi 99,7%. Penelitian juga dilakukan terhadap ketsabilan obat terhadap air
yang disimpan pada suhu ruangan selama 48 jam dan hasil yang didapatkan terbukti
bahwa obat sangat stabil.
Frankel dan Patel (2012) melakukan penelitian terhadap kelembapan pada
desoksimetason. Desoksimetason disimpan pada suhu memiliki stabilitas yang baik
jika disimpan pada suhu 25oC±2oC (RH 60%±5%) selama 30 hari. Pengukuran nilai
kadar desoksimetason akan dihitung pada hari ke-7, 15, dan 30. Hasil penelitian
menunjukan bahwa nilai kadar awal obat sebesar 101,7%, pada hari ke-7 menjadi
95,3%; hari ke-15 sebesar 92,6% dan hari ke-30 sebesar 90,9%. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa desoksimetason stabil terhadap kelembapan karena nilai kadar
>84%.
Desoksimetason ditemukan akan mengalami degradasi pada kondisi basa
0,1 N NaOH selama 12 jam. Degradasi obat akan membentuk satu produk dengan
nilai kadar awal obat 92,2% menjadi 99,5%. Pembentukan produk degradasi obat
dalam kondisi basa dengan reaksi sebagai berikut:
Gambar 6. Mekanisme Pembentukan Degradasi Desoksimetason
dalam Kondisi Basa (Srinivasu et al, 2012).
Hasil produk degradasi desoksimetason yang terbentuk adalah 9-alfa-
fluoro-11-beta,20-dihidroksi-16alfa-metilpregna-1,4-diene-3,20dione. Reaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang terlibat adalah reaksi oksidasi terutama pada rantai 20-keto-21-hidroksi yang
akan membentuk gugus asam karboksilat pada rantai C17 pada hasil produk
degradasi (Srinivasu et al, 2012; Li et al, 2009).
Gambar 7. Produk Hasil Degradasi Desoksimetason
(Srinivasu et al, 2012)
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Krochmal et al (1989),
desoksimetason krim yang diracik dengan bahan tambahan urea 10% akan
menurunkan nilai kadar desoksimetason lebih dari 10% dengan kadar awal
desoksmetason adalah 20%.
Potensi Instabilitas dan Inkompatibilitas Gentamisin Sulfat dan
Desoksimetason
Resep gentamisin sulfat dan desoksimetason merupakan salah satu resep
dengan frekuensi tertinggi yang ditulis oleh dokter di salah satu Rumah Sakit
Yogyakarta. Resep racikan dibuat dalam bentuk sediaan krim dengan menggunakan
gentamisin sulfat krim dan desoksimetason krim. Resep dengan kedua obat tersebut
biasanya diindikasikan sebagai terapi dalam penanganan dermatitis atopik (Keles
dkk, 2016). Gentamisin sulfat dan desoksimetason juga dapat diresepkan untuk
pasien yang menderita paronikia kronis (Ningtyas dan Sibero, 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Apoteker Penanggung Jawab,
tahapan yang dilakukan pada saat melakukan peracikan kedua obat ini adalah
mencampur langsung gentamisin sulfat krim dan desoksimetason krim ke dalam
mortir yang tersedia. Pada proses peracikan obat ini, tidak dilakukan penambahan
bahan tambahan lain dan tidak dilakukan pengenceran. Pengenceran sediaan krim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
hanya dapat dilakukan jika sesuai pengenceran yang cocok dan harus dilakukan
dengan teknik aseptis (Cartika, 2016). Jika dilakukan pengenceran pada peracikan
obat ini akan memungkinkan terjadi potensi perubahan volume dan konsentrasi dari
obat racikan. Gentamisin krim yang digunakan memiliki berat massa 10 g dan
desoksimetason memiliki berat massa 10 g sehingga sediaan racikan kedua obat
memiliki total berat massa 20 g. Berat massa yang semakin besar pada sediaan
racikan akan memungkinkan untuk mempengaruhi penurunan konsentrasi dari
sediaan racikan. Jika konsentrasi obat menurun, maka efikasi pada pasien dalam
penggunaan sediaan racikan tersebut akan berpotensi menurun juga.
Penggunaan sediaan krim pada peracikan gentamisin sulfat dan
desoksimetason akan lebih rentan untuk mengalami degradasi dan kontaminasi
mikroba dikarenakan berdasarkan formulasinya sediaan krim mengandung air lebih
banyak dibandingkan dengan sediaan ointment. Berdasarkan Farmakope Indonesia
edisi III (1979), sediaan krim mengandung tidak kurang dari 60%. Degradasi obat
dan kontaminasi mikroba merupakan salah satu bentuk dari instabilitas obat (Bajaj
et al, 2012). Kontaminasi mikroba pada sediaan racikan dapat mempengaruhi sifat
fisika dari sediaan serta mengubah sifat kandungan bahan aktif. Perubahan ini akan
mempengaruhi potensi efikasi dan keamanan pada pasien (Heinrich, 2003).
Berdasarkan kondisi ruang peracikan yang digunakan untuk meracik
sediaan gentamisin sulfat dan desoksimetason, apoteker penanggung jawab
menyatakan bahwa ruang racikan terlindung dari paparan sinar matahari.
Gentamisin sulfat dan desoksimetason merupakan senyawa yang stabil terhadap
cahaya (Cote et al, 2010; Srinivasu, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa potensi
terjadinya instabilitas yang disebabkan oleh cahaya tidak dimungkinkan terjadi.
Selain itu, gentamisin sulfat dan desoksimetason juga stabil terhadap suhu (Rizk et
al, 1995; Srinivasu, 2012). Peracikan sediaan racikan gentamisin sulfat dan
desoksimetason dilakukan di ruangan dengan suhu yang diatur pada 25oC. Rata-
rata suhu udara di Kabupaten Sleman pada bulan Januari-April 2019 yaitu 26oC.
Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak ada potensi terjadinya instabilitas dari
sediaan racikan yang mungkin terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Desoksimetason cenderung stabil ketika disimpan pada suhu 25oC±2oC
dengan nilai kelembapan relatif 60%±5% (Frankel dan Patel, 2012). Berbeda
dengan desoksimetason, gentamisin sulfat tidak stabil pada penyimpanan 40oC
dengan nilai kelembapan relatif 70% dan akan mengalami degradasi sebesar 67%
(Freiess and Schlapp, 2006). Kadar kelembaban relatif pada bulan Januari hingga
April 2019 di Kabupaten Sleman, Yogyakarta berada pada rentang 84-88% (BMKG
Stasiun Geofisika Yogyakarta, 2019). Hal ini menunjukkan adanya potensi
degradasi gentamisin sulfat. Jika dilakukan peracikan antara gentamisin sulfat dan
desoksimetason pada kelembapan tersebut maka akan sangat berpotensi untuk
mempengaruhi stabilitas sediaan racikan. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai efek terapi akibat adanya degradasi gentamsin sulfat. Kelembapan juga
dapat mempengaruhi tumbuhnya mikroba pada sediaan racikan. Hal ini didukung
dengan bentuk sediaan krim yang memiliki kandungan air yang tinggi sehingga
meningkatkan potensi terjadinya kontaminasi mikroba.
Sediaan racikan gentamisin sulfat dan desoksimetason tidak ditemukan
adanya data yang menunjukkan terjadinya inkompatibilitas pada kedua obat. Salah
satu basis krim yang digunakan pada gentamisin sulfat krim adalah propilen glikol
(Gardezi et al, 2016). Basis krim yang digunakan dalam pembuatan desoksimetason
krim adalah petrolatom putih, isopropil miristat, lanolin alkohol, mineral oil, dan
ketostearil alkohol (Gad, 2008). Pada peracikan ini, basis krim pada masing-masing
sediaan tidak ditemukan adanya instabilitas maupun inkompatibilitas satu dengan
yang lainnya.
Sediaan racikan krim yang mengandung gentamisin sulfat dan
desoksimetason menggunakan pot plastik transparan sebagai wadah tempat sediaan
racikan. Namun, bahan pembuatan dari pot tersebut tidak diketahui. Gentamisin
sulfat dan desoksimetason tidak ditemukan adanya inkompatibilitas tehadap pot
plastik transparan yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pot
plastik transparan aman digunakan sebagai wadah sediaan racikan gentamisin sulfat
dan desoksimetason.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa resep racikan sediaan krim
yang mengandung gentamisin sulfat dan desoksimetason aman untuk dilakukan.
Potensi instabilitas pada sediaan racikan diperkirakan dipengaruhi oleh
kelembapan. Kelembapan juga dapat mempengaruhi peningkatan terjadinya
kontaminasi mikroba pada sediaan racikan krim yang diracik. Namun, sediaan
racikan ini tidak berpotensi mengalami inkompatibilitas.
SARAN
Peracikan sediaan krim gentamisin sulfat dan desoksimetason dapat
dilakukan dengan memperhatikan kebersihan dari ruangan dan alat yang digunakan
untuk memperkecil potensi terjadinya kontaminasi mikroba yang dapat
mempengaruhi stabilitas sediaan krim. Jika diperlukan dapat ditambahkan bahan
tambahan berupa pengawet pada sediaan krim. Meskipun demikian, potensi
instabilitas dan inkompatibilitas yang ditemukan dalam studi ini masih berdasar
pada studi literatur, sehingga perlu dilakukan penelitian eksperimental untuk
mengetahui profil stabilitas dan kompatibilitas sediaan racikan krim yang
mengandung gentamisin sulfat dan desoksimetason.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
DAFTAR PUSTAKA
Akram, M., El-didanmony, A., Ghoinem A., et al, 2006. Indirect
spectrophotometric determination of gentamicin and vancomycin
antibiotics based on their oxidation by potassium permanganate, Central
European Journal of Chemistry, Volume 4(4), 708-722.
Anonim, 2020a, Gentamicin Sulfate Salt, Merck,
https://www.sigmaaldrich.com/catalog/product/sial/e003632?lang=en®
ion=ID
Anonim, 2020b. Gentamicin [WWW Document]. Drugbank,. URL
https://www.drugbank.ca/drugs/ DB00798
Anonim, 2020c. Reaction of Amine, Encyclopædia Britannica, Inc.,
https://www.britannica.com/science/amine/Reactions-of-amines
Anonim, 2020d. Desoximetasone [WWW Document]. Drugbank,. URL
https://www.drugbank.ca/drugs/DB00547
Bagel, Jerry, and Nelson, Elise, 2018. An Open-label, Observational Study
Evaluating Desoximetasone Topical Spray 0.25% in Patients with Scalp
Psoriasis, J Clin Aesthet Dermatol, Volume 11(5), 27-29
Bajaj, S., Singla, D., and Sakhuja, N., 2012, Stability testing of pharmaceutical
products, Journal of Applied Pharmaceutical Science, Volume 2 (3), 129-
138.
Bharate, Sonali S., Bharate, Sandip B.,and Bajaj, Amrita N., 2010, Interactions and
incompatibilities of pharmaceutical excipients with active pharmaceutical
ingredients: A comprehensive review, Journal of Excipients and Food
Chemicals, Volume 1 (3).
Black, J., et al., 1964, Pharmacology of Gentamicin, New Broad Spectrum
Antibiotic in Sylvester, p.138-147.
BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta, 2019. Prakiraan Cuaca DI
Yogyakarta [WWW Document]. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika,. URL https://www.bmkg.go.id/cuaca/prakiraan-cuaca-
indonesia.bmkg?Prov=06&NamaProv=DI Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BPOM Republik Indonesia., 2019. Sagestam (online),
http://pionas.pom.go.id/monografi/gentamisin 6 Mei 2020
BPOM Republik Indonesia., 2019. Sagestam (online),
http://pionas.pom.go.id/obat/sagestam 8 Maret 2020.
BPOM Republik Indonesia., 2019. Topcort (online),
http://pionas.pom.go.id/obat/topcort 15 Maret 2020.
Cartika, Harpolia, 2016. Kimia Farmasi Komprehensif
Cote, D., Lok, C., Battistella, M., et al., 2010. Stability of Trisodium Citrate and
Gentamicin Solution for Catheter Locks after Storage in Plastic Syringes at
Room Temperature, Can J Hoop Pharm, Volume 63(4), 304-311.
Fleischer, David M., et al., 2017. Atopic Dermatitis: Skin Care and Topical
Therapies, Seminars in Cutaneous Medicine and Surgery, Volume 63 (176-
187).
Frankel, A., Patel, B., 2012. Compatibility Study Examining the Physical and
Chemical Stability of Calcipotriene Ointment 0.005% With Three Topical
Corticosteroids: Clobetasol Ointment 0.05%, Desoximetasone Ointment
0.25%, and Desoximetasone Ointment 0.05%. Psoriasis Forum, 18(2), 72–
74
Friess, Wolfgang and Schlapp, Monica, 2006. Sterilization of gentamicin
containing collagen/PLGA microparticle composites, European Journal of
Pharmaceutics and Biopharmaceutics, Volume 36 (3)
Gad, Shayne Cox, 2008, Pharmaceutical Manufacturing Handbook
Gardezi, Ali I., Schlageter, Karen W., C., Foster Brad, et al, 2016. Erosion of the
Silicone Peritoneal Dialysis Catheter with the Use of Gentamicin Cream at
the Exit Site. Advances in Peritoneal Dialysis, Vol. 32
Graham, A.E., Speicher, E., and Williamson, B. 1997. Journal of Pharmaceutical
and Biomedical Analysis, Vol. 15 (537-543).
Grote, Jonathan, Himmelsbach, Richard and Johnson, Don, 2012. Methodology for
the rapid separation of gentamicin components and regiospecific synthesis
of gentamicin conjugates. Vol. 53 (6751-6754).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Gudeman, J., Jozwiakowski, M., Chollet, J., and Randell M., 2013. Potential Risk
of Pharmacy Compounding. Drug R D, 13, 1-8.
Guharoy, R., J. Noviasky, Z. Haydar., et al., 2013. Compounding pharmacy
conundrum: "We cannot live without them but we cannot live with them"
according to the present paradigm. Chest, Volume 143 (4), 896-900.
Heinrich, J., 2003. State and Federal Oversight of Drug Compounding by
Pharmacies, United State : General Accounting Offive
Jao, Rodolfo L. and Jackson, George Gee, 1964, Gentamicin Sulfate, New
Antibiotic Against Gram-Negative Bacilli, Jama, Volume 189 (11).
Keles, Flinka F., Pandaleke, Herry E.J., dan Mawu, Ferra O., 2016, Profil
Dermatitis Atopik Pada Anak di Poliklinik Kulit Dan Kelamin RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2013 – Desember 2015. Jurnal
E-Clinic, Vol. 4(2).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Kibbe, A.H., 2000, Pharmaceutical Excipients Third Edition. American
Pharmaceutical Association, Washington, D.C.
Kristina, S.A., Chairun Wiedyaningsih, Niken Nur Widyakusuma, Hardika
Aditama, 2017, Extemporaneous Compounding Practice by Pharmacists :
A Systematic Review, International Journal of Pharmacy and Phamaceutical
Sciences, Volume 9 (2).
Krochmal, Lincoln, Wang, Jonas C.T., Patel, B. et al, 1989. Topical corticosteroid
compounding: Effects on physicochemical stability and skin penetration
rate, Journal of the American Academy of Dermatology, Volume 21(5)
979-984.
Kurniawan, B. R., 2013. Stabilitas Resep Racikan yang Berpotensi Mengalami
Inkompatibilitas Farmasetika yang Disimpan pada Wadah Tertutup Baik,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Volume 2 (2).
Li, Min, Chen, Bin, Monteiro, Stephanie, et al., 2009. Mechanism of base-catalyzed
autooxidation of corticosteroids containing 20-keto-21-hydroxyl side chain,
Tetrahedron Letters, Vol. 50 (4574-4581).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lochman, Petr, Paral, Jiri, and Koci, Jaromir, 2011. Gentamicin bound to the
nanofibre microdispersed oxidized cellulose in the treatment of deep
surgical site infections. Journal of Applied Biomedicine Vol. 9(143-149)
Makeen HA., Pancholi SS., Alhazmi HA.,Ezzi AA., Hazzazi AJA., Meraya AM.,
2018, Stability Testing of Extemporaneous Preparation of Methyl Salicylate
Ointment, Journal of Health Specialties, Volume 6 (2).
Martin, Sandra E., and Garrone, Analia, 2002. Efficient solvent-free iron(III)
catalyzed oxidation of alcohols by hydrogen peroxide. Tetrahedron Letters,
Vol. 44 (549-552).
McMurry, J., 2011. Fundamentals of Organic Chemistry, Seventh Edition.
Cengange Learning, USA.
Minghetti, P., Pantano, D., C., Gennari, et al., 2014, Regulatory framework of
pharmaceutical compounding and actual developments of legislation in
Europe, Health Policy, Volume 117 (3), 328-333.
Mullin, N., Deadman, B., Moynihan, H., et al., 2016. The impact of storage
conditions upon gentamicin coated antimicrobial, Journal of
Pharmaceutical Analysis, Volume 6(6), 374-381.
Ningtyas, Nurma Retno dan Sibero, Hendra Tarigan, 2019. Penggunaan Antibiotik
Kombinasi Antifungal Sistemik Dan Kortikosteroid Topikal Sebagai
Tatalaksana Paronkia Kronik. Medical Journal of Lampung University, Vol.
8(2).
Patwardhan, N., A., De, Kulkarni, K., et al., 2017. Pharmacological Properties and
Therapeutic Efficacy in the Treatment of Steroid Responsive Dermatoses,
International Journal of Health Sciences & Research, Volume 7(12), 290-
298.
Pennington, J. E., Dale, D. C., Reynolds, H. Y., MacLowry, J. D, 1975, Gentamicin
sulfate pharmacokinetics: lower levels of gentamicin in blood during fever,
Journal of Infectious Diseases, Volume 132(3), 270-275.
Pharmacy Board of Australia, 2017, Guidelines on Compounding of Medicines, p.5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Pubchem. 2020. Gentamicin Sulfate.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Gentamicin-sulphate diakses
pada tanggal 5 Maret 2020
Pubchem. 2020. Desoxymethasone.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Desoxymethasone diakses
pada tanggal 7 April 2020
Randell, M. D., and Duffy, P. J., 2014. Risk and Liabilities of Prescribing
Compounded Medication. Postgraduate Medicine, 126(4), 179.
Rizk, M., Zakhari, A., and Carreira, A., 1995. Fluorometric Determination of
Aminoglycoside Antibiotics Using Lanthanide Probe Ion Spectroscopy,
Elsevier Science, Volume 42, 1849-1856.
Rochjana et al, 2019. Masalah Farmasetika dan Interaksi Obat pada Resep Racikan
Pasien Pediatri: Studi Retrospektif pada Salah Satu Rumah Sakit di
Kabupaten Bogor, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Volume 8 (1).
Sellers, S., and Utian, W., 2012. Pharmacy compounding primer for physicians:
Prescriber beware, Journal of Drug, Volume 72 (16), 2043-2050.
Singh S., and Bakshi M., 2000, Guidance on conduct of stress test to determine
inherent stability of drugs. Pharm Technol Asia, Special Issue, Sep./Oct. 24-
36.
Sombié, Bavouma Charles, Yameogo, B Gérard Josias, Semdé, Rasmané, et al.,
2014. Stability Study in Accelerated Conditions of Based Gel Used in the
Treatment of Chronic Osteomyelitis, American Journal of Advanced Drug
Delivery, Volume 2(2), 203-212.
Stoker, H.S., 2016. General, Organic and Biological Chemistry. USA: Cengange
Learning. P.524.
Srinivasu, P., Sudhakarbabu, K., Sreeramulu, J., 2012. Identification,
characterization of degradation component in desoximetasone
pharmaceutical dosage forms and its quantification in the presence of
process related impurities. Journal of Liquid Chromatography and Related
Technologies, Volume 35 (8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. Thirty sixth
edition. London: Pharmaceutical Press.
United States Pharmacopeia 32, 2009. United States Pharmacopeia 32 NF 27.
U.S Food & Drug Administration, 2018, Compounding and the FDS : Questions
and Answers(online), https://www.fda.gov/drugs/human-drug-
compounding/compounding-and-fda-questions-and-answers diakses pada
23 September 2019.
Vladimirov, Sote, Cudina, Olivera, Agbaba, Danica, et al, 1995.
Spectrophotometric determination of desoximetasone in ointment using 1,4-
dihydrazinophthalazine, Journal of Pharmaceutical and Biomedical
Analysis. Vol. 14 (947-950).
Wardiyah, 2016. Kimia Organik
Watson, David G., Lin, Mei, Morton, Andrew et al, 2005. Compatibility and
stability of dexamethasone sodium phosphate and ketamine hydrochloride
subcutaneous infusions in polypropylene syringes, Journal of Pain and
Symptom Management, Volume 30(1), 80-86.
Zakova, Maria, et al., Dose Derivation of Once-Daily Dosing Guidelines for
Gentamicin in Critically Ill Pediatric Patients, The Drug Monitoring, Vol.
36 (233-294).
Zed, Mestika, 2004, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BIOGRAFI PENULIS
Penulis naskah skripsi berjudul “Studi Literatur Potensi
Instabilitas dan Inkompatibilitas Sediaan Racikan Krim
yang Mengandung Gentamisin Sulfat dan Desoksimetason”
bernama lengkap Junia Brigita Tamara, lahir di Pontianak
pada tanggal 29 Juni 1998. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara dari pasangan Aiysong dan Noriana
Naun. Penulis menempuh pendidikan formal di TK Swasta
Suster Pontianak (2003-2004), SD Swasta Suster Pontianak (2004-2010), SMP
Swasta Suster Pontianak (2010-2013), SMA Santu Petrus Pontianak (2013-2016)
dan melanjutkan Pendidikan Sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta pada tahun 2016. Selama menempuh pendidikan di perguruan
tinggi tersebut, penulis aktif di beberapa organisasi dan kepanitiaan. Penulis aktif
dalam organisasi Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia komisariat Universitas
Sanata Dharma pada periode 2017/2018 sebagai anggota divisi infokom dan
Pengurus JMKI wilayah Yogyakarta 2018/2019 sebagai anggota departemen
infokom. Penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti seperti Pharmalympic
2017 sebagai koordinator publikasi dan dokumentasi, Titrasi 2018 sebagai
koordinator publikasi dan dokumentasi, dan Pharmacy Performance sebagai
koordinator publikasi dan dokumentasi. Penulis juga pernah menjadi Asisten
Praktikum Farmasi Fisika (2017/2018), Asisten Praktikum Biofarmasetika
Farmakokinetika (2018/2019), Asisten Praktikum Formulasi dan Teknologi
Sediaan Farmasi (2018/2019)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI