Upload
others
View
12
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
Laboratorium Ekonomi dan Pembangunan Pertanian
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
Ketua Laboratorium
M. Rondhi, SP., MP., Ph.D.
Pembina Mata Kuliah Analisis Kelayakan Agribisnis :
1. Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP.
2. Dr. Triana Dewi Hapsari, SP., MP.
3. Ir. Anik Suwandari, MP.
4. Agus Supriono, SP., M.Si.
5. Indah Ibanah, SP., M.Si.
6. Titin Agustina, SP.,MP.
7. Illia Seldon Magfiroh SE., MP.
8. Ariq Dewi Maharani, S.P., MP
9. Diana Fauziyah, SP., MP.
Asisten :
1. Adinda Tissa R. P.
2. Widia Enggar Saputri
3. Rollinda Mustikaning Cahyo
4. Nindy Novianti Anggraeni
5. Triwila Nindra Putra Perdana
6. Alivia Permatasari
7. Moh. Aji Prasetyo
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunis-Nya,
Buku Penuntun Praktikum Analisis Kelayakan Agribisnis ini dapat terselesaikan.
Buku Penuntun Praktikum ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dalam kegiatan
praktikum Analisis KelayakanAgribisnis berdasarkan silabi yang telah ditentukan pada tahun
ajaran 2018/2019. Buku ini disusun untuk menambah pengetahuan Analisis Kelayakan
Agribisnis, sehingga mahasiswa diharapkan lebih memahami teori analisis kelayakan dalam
agribisnis serta mampu melakukan analisa dalam mata kuliah Analisis Kelayakan Agribisnis.
Penyusun menyadari bahwa Buku Penuntun Praktikum ini masih kurang dari
sempurna dan masih dalam proses penyempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun selalu penyusun harapkan demi penyempurnaannya. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berperan dalam penyelesaian buku
ini. Penyusun berharap semoga buku ini dapat bermanfaat.
Jember, Maret 2019
Tim Penyusun
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Untuk menjaga kelancaran praktikum di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember, perlu diwujudkan adanya tata tertib bagi mahasiswa/praktikan yang
mengikuti acara praktikum, yaitu sebagai berikut:
1. Praktikan wajib berpakaian rapi dan sopan (bersepatu tertutup, baju / kaos berkerah).
2. Praktikan masuk ruangan 5 menit sebelum acara praktikum dimulai.
3. Praktikan dilarang makan, minum, merokok, serta berbicara atau bersuara yang dapat
mengganggu ketenangan jalannya praktikum di dalam ruangan saat acara praktikum
berlangsung.
4. Selama acara praktikum berlangsung alat komunikasi di matikan/silent.
5. Praktikan keluar-masuk ruangan praktikum harus seijin asisten
6. Bagi praktikan yang tidak masuk wajib memberikan surat ijin tertulis yang dilegalisasi
oleh Ketua Laboratorium/ koordinator praktikum/ dosen pengampu mata kuliah
maksimal 3 hari setelah acara praktikum dilaksanakan.
7. Praktikan yang terlambat lebih dari 5 menit terhitung sejak praktikum dimulai tidak
diperbolehkan megikuti praktikum.
8. Praktikan wajib tertib dalam mengikuti acara praktikum.
9. Sanksi praktikum diberlakukan atas kebijakan masing-masing laboratorium.
10. Apabila ada tindakan yang tidak sesuai etika akademis atau bertentangan dengan moral
dari praktikan selama mengikuti praktikum dapat mempengaruhi nilai akhir mata kuliah
mahasiswa yang bersangkutan.
11. Pratikan yang tidak menghadiri/mengikuti acara pratikum lebih dari 3 (tiga) kali
dinyataan gugur, dan dianggap tidak mempunyai nilai praktikum (0)
12. Praktian yang mendapat inhaln lebih dari 3 (tiga) kali dinyatakan gugur dan dianggap
tidak mempunyai nilai praktikum (0).
13. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib praktikum akan ditetapkan kemudian.
iv
SANKSI PRAKTIKUM
Untuk menjaga kelancaran dan disiplin praktikum di Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian / Agribisnis dan Program Studi Agribisnis – Fakultas Pertanian Universitas Jember,
perlu diberlakukan sanksi bagi mahasiswa/praktikan yang melanggar ketentuan kelengkapan
acara praktikum. Adapun bentuk-bentuk sanksi terebut sebagai berikut :
1. Praktikan yang tidak menghadiri acara pratikum karena sakit dengan bukti surat dokter
(rawat inap / rawat jalan) yang didelegasi oleh ketua Laboratorium / koordinator
pratikum / dosen pengampu mata kuliah diwajibkan menyalin 1 materi di dalam 1 buku,
dengan ketentuan materi yang disalin berisi mnimal 7 halaman. (foto copy materi yang
disalin) + cover.
2. Praktikan yang tidak menghadiri acara pratikum dengan izin yang didelegasi oleh
Jurusan / Fakultas / Universitas di wajibkan menyalin 1 materi di dalam 3 buku, dengan
ketentuan materi yang disalin berisi mnimal 7 halaman. (foto copy materi yang disalin) +
cover.
3. Praktikan yang tidak menghadiri acara pratikum dengan izin dari luar lingkungan
Jurusan / Fakultas / Universitas di wajibkan menyalin 1 materi di dalam 4 buku, dengan
ketentuan materi yang disalin berisi mnimal 7 halaman. (foto copy materi yang disalin) +
cover.
4. Praktikan yang tidak menghadiri acara pratikum dengan tanpa izin diwajibkan menyalin
1 materi di dalam 5 buku, dengan ketentuan materi yang disalin berisi mnimal 7
halaman. (foto copy materi yang disalin) + cover.
5. Praktikan yang tidak menghadiri acara pratikum wajib menghadap koordinator mata
pratikum maksimal 3 hari setelah acara pratikum.
6. Sanksi pratikum wajib diselesaikan sesuai dengan persetujuan dengan koordinator mata
pratikum. Praktikan yang tidak tepat waktu dalam pengumpulan tugas (sanksi pratikum)
maka akan diberi tugas atau sanksi tambahan.
v
Catatan:
Sanksi-sanksi tersebut diberlakukan adalah untuk memenuhi kekosongan nilai dan daftar
hadir akibat tidak mengikuti salah satu acara praktikum.Apabila sanksi tersebut belum
dilaksanakan maka nilai akhir praktikum tidak dapat diberikan pada yang bersangkutan.
Jember, Maret 2019
Menyetejui Mengetahui
Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian
M. Rondhi, SP., MP., Ph.D.
NIP. 197707062008012013
Ketua Laboratorium Ekonomi dan
Pembangunan Pertanian
M. Rondhi, SP., MP., Ph.D.
NIP. 197707062008012013
ii
DAFTAR ISI
Tim Pembina dan Asisten ...................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Tata Tertib ...................................................................................................................... iii
Sanksi Praktikum ................................................................................................................. iv
Daftar Isi ............................................................................................................................. vi
Bab 1. Studi Kelayakan Bisnis............................................................................................... 1
Bab 2. Aspek Keuangan ........................................................................................................ 4
Bab 3. Kriteria Penilaian Investasi ........................................................................................ 9
Bab 4. Aspek Teknis dan Manajemen Organisasi ............................................................... 28
Bab 5. Analisis Finansial dan Ekonomi ............................................................................... 33
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... vii
Aspek Keuangan
4
bab 1 studi kelayakan bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan sebuah studi untuk mengetahui tentang kelayakan
suatu usaha yang ada. Desain dalam studi kelayakan agribisnis terdiri dari lima aspek yaitu:
1. Aspek Keuangan
2. Aspek Teknis dan Teknologi
3. Aspek Manajemen dan Organisasi
4. Aspek Pasar dan Pemasaran
5. Aspek Hukum, Sosial, Budaya, dan Lingkungan.
Desain studi kelayakan agribisnis ini menjadi dasar dalam pembuatan laporan studi
kelayakan suatu usaha.
1. Aspek Keuangan
Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Aspek ini sama pentingnya dengan aspek yang lainnya,
bahkan ada beberapa pengusaha justru menganggap aspek inilah yang paling utama untuk
dianalisis karena dari aspek ini tergambar jelas hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan
perusahaan, sehingga aspek ini merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk diteliti
kelayakannya. Penelitian dalam aspek ini dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang
akan dikeluarkan dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian juga
meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek ini jadi dilaksanakan.
Penelitian ini meliputi seberapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali. Kemudian
dari mana saja sumber pembiayaan bisnis tersebutdan bagaimanatingkat suku bunga yang
berlaku, sehingga apabila dihitung dengan formula penilaian investasi sangat
menguntungkan. Metode penilaian yang yang akan digunakan untuk menilai suatu usaha
dikatakan layak atau tidak menurut aspek keuangan adalah dengan kriteria investasi.
2. Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan
terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan
kelayakan teknis atau operasi perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
teknis/operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi
perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari. Analisis dari aspek teknis atau operasi
adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya yang meliputi
ketepatan dalam penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), dan proses produksi
yang termasuk dalam pemilihan teknologi atau kesiagaan mesin-mesin yang digunakan.
Penelitian mengenai lokasi meliputi berbagai pertimbangan, apakah harus dekat dengan
pasar, dekat dengan bahan baku, dekat dengan tenaga kerja, dekat denganpemerintahan,
lembaga keuangan, pelabuhan atau pertimbangan lainnya.
Aspek Keuangan
5
3. Aspek Manajemen dan Organisasi
Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting dianalisis
untuk kelayakan suatu usaha, karena walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk
dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen organisasi yang baik, bukan tidak mungkin
akan mengalami kegagalan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi
kaidah-kaidah atau tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen atau kaidah ini akan
tergambar dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen. Untuk keperlun studi
kelayakan bisnis yang perlu dianalisis adalah bagaimana fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dapat diterapkan secara benar.
Dalam aspek organisasi ini menilai para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada.
Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional.
Struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya.
4. Aspek Pasar dan Pemasaran
Dalam kaitannya dengan studi kelayakan usaha atau proyek, aspek pasar dan
pemasaran merupakan salah satu aspek yang paling penting. Hal ini disebabkan karena aspek
pasar dan pemasaran sangat menentukan hidup dan matinya suatu perusahaan. Aspek pasar
dan pemasaran ini digunakan untuk menilai apakah perusahaan yang akan melakukan
investasi memiliki peluang pasar yang diinginkan atau tidak. Atau dengan kata lain seberapa
besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market share
yang dikuasai oleh para pesaing dewasa ini. Kemudian bagaimana strategi pemasaran yang
akan dijalankan,serta untuk mengungkap peluang pasar yang ada. Dalam hal ini, untuk
menentukan besarnya pasar nyata dan potensi pasar yang ada, maka perlu dilakukan riset
pasar, baik dengan terjun langsung ke lapangan maupun dengan mengumpulkan data dari
berbagai sumber.
5. Aspek Hukum, Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan
Dalam aspek hukum yang akan dibahas adalah masalah kelengkapan dan keabsahan
dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki.
Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat penting karena hal ini merupakan dasar hukum
yang harus dipegang apabila dikemudian hari timbul suatu masalah. Keabsahan dan
kesempurnaan dokumen dapat diperoleh dari pihak-pihak yang menerbitkan dan
mengeluarkan dokumen tersebut.
Penelitian dalam aspek ekonomi adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh
yang dtimbulkan jika suatu usaha ini dijalankan. Pengaruh ini terutama terhadap ekonomi
secara luas serta dampak sosial terhadap masyarakat secara keseluruhan.Dampak ekonomi
dapat berupa peningkatan pendapatan masyarakat baik yang bekerja di pabrik atau
masyarakat di luar lokasi pabrik. Sedangkan untuk dampak sosialnya seperti tersedianya
sarana dan prasarana seperti jalan, jembatan, penerangan, telepon, air, sarana pendidikan,
tempat kesehatan, dan sarana ibadah.
Aspek lingkungan merupakan aspek yang paling dibutuhkan untuk dianalisis pada
masa saat ini, karena setiap proyek yang dijalankan akan sangat besar dampaknya terhadap
lingkungan di sekitarnya, baik terhadap darat, air, dan udara, yang pada akhirnya berdampak
pada kehidupan manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya.
Aspek Keuangan
6
bab 2 aspek keuangan
1.1 PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN
Investasi yang dilakukan dalam berbagai bidang bisnis (usaha), sudah barang tentu
memerlukan sejumlah modal (uang), di samping keahlian lainnya. Modal yang digunakan
untuk membiayai suatu bisnis, mulai dari biaya praivestasi, biaya investasi dalam aktiva
tetap, hingga modal kerja. Untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut, modal dapat dicari
dari berbagai sumber dana yang ada. Sumber dana yang dicari dapat dipilih, apakah dengan
cara menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman (modal asing).
Dalam praktiknya pembiayaan suaru usaha bersumber dari sumber dana yag diperoleh
secara gabungan antara modal sendiri dan modal pinjaman. Masalah yang perlu memperoleh
perhatian berkaitan dengan perolehan modal adalah masa pengembalian modal dalam jangka
waktu tertentu. Tingkat pengembalian ini tergantung dari perjanjian dan estimasi keuntungan
yang akan diperoleh pada masa-masa mendatang. Estimasi keuntungan diperoleh dari selisih
pendapatan dan biaya dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya keuntungan sangat
berperan dalam pengembalian dana suatu usaha.
Dalam membuat estimasi pendapatan yang akan diperoleh di masa mendatang perlu
dilakukan perhitungan dengan cermatdegan membandingka data dan iformasi yang ada
sebelumnya. Begitu juga dengan estimasi biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama periode
tertentu, termasuk jenis-jenis biaya yang akan dikeluarkan juga perlu diperinci serinci
mungkin. Semuanya ini tentunya menggunakan asumsi-asumsi tertentu yang akhirnya akan
dituangkan dalam aliran kas (cash flow) perusahaan selama periode usaha.
Dengan dibuatnya aliran kas perusahaan, kemudian dinilai kelayakan investasi
tersebut melalui kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah
investasi ini layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek keuangan. Alat untuk menentukan
kelayakan usaha berdasarkan kriteria investasi dapat dilakukan melalui pendekatan Payback
Period (PP), Average Rate of Return (ARR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Profitability Index (PI), dan Break Even Point.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bhaw aspek keuangan merupakan aspek yang
digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek ini sama
pentingnya dengan aspek lainnya. Secara keseluruhan, penilaian dalam aspek keuangan
meliputi hal-hal seperti:
1. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh.
2. Kebutuhan biaya investasi.
3. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-
jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi.
4. Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode ke depan.
5. Kriteria penilaian investasi.
Aspek Keuangan
7
1.2 SUMBER-SUMBER DANA
Dalam praktiknya kebutuhan modal untuk investasi terdiri dari dua macam, yaitu
modal investasi dan modal kerja. Modal investasi digunakan untuk membeli aktiva tetap
seperti tanah bangunan, mesin-mesin, peralatan serta inventaris lainnya dan biasanya modal
investasi diperoleh dari pinjaman yang berjangka waktu panjang. Sedangkan modal kerja
yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan selama perusahaan
beroperasi. Jangka waktu penggunaan modl kerja relatif pendek, yaitu untuk satu atau
beberapa siklus operasi perusahaan. Modal kerja digunakan untuk keperluan membeli bahan
baku, membayar gaji karyawan, dan biaya pemeliharaan, serta biaya-biaya lainnya.
Dilihat dari segi asalnya, modal dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Modal Asing (Modal Pinjaman)
Modal pinjaman merupakan modal yang diperoleh dari pihak luar perusahaan dan
biasanya diperoleh secara pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang
relatif tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Di samping itu, dengan
menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak maajemen untuk
sungguh-sungguh mengerjakan usaha yang dijalankan karena adanya kewajiban untuk
mengembalikan modal tersebut. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:
a. Pinjaman dunia perbankan.
b. Pinjaman dari lembaga keuangan, seperti perusahaan modal ventura, asuransi, leasing,
dana pensiun, dll.
c. Pinjaman dari perusahaan non bank
2. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara
mengeluarkan saham baik secara tertutup maupun terbuka. Keuntungan menggunakan mdoal
sendiri adalah tidak adanya beban biay bunga seperti modal pinjaman. Perusahaan hanya
perlu membayar deviden. Pembayaran deviden dilakukan jika perusahaan memperoleh
keuntungan dan besarnya deviden tergantung dari keuntungan perusahaan yang diperoleh.
Kemudian tidak adanya kewajiban untuk mengembalikan modal yang digunakan. Kerugian
dari penggunakan modal milik sendiri adalah jumlahnya yang sangat terbatas da relatif sulit
untuk memperolehnya. Perolehan dana dari modal sendiri biasanya berasal dari setoran
pemegang saham, cadangan laba, dan laba yang belum dibagi.
1.3 BIAYA KEBUTUHAN INVESTASI
Komponen yang terkandung dalam biaya investasi biasanya disesuaikan dengan jenis
usaha yang akan dijalankan. Secara garis besar, biaya kebutuhan investasi meliputi:
1. Biaya prainvestasi
a. Biaya pembuatan studi
b. Biaya pengurusan izin-izin
2. Biaya aktiva tetap
a. Aktiva tetap berwujud, seperti tanah, mesin-mesin, bangunan, peralatan, inventaris
kantor, dan aktiva tetap berwujud lainnya.
b. Aktiva tetap tidak berwujud, seperti good will, hak cipta, lisensi, dan merek dagang.
Aspek Keuangan
8
3. Biaya operasional
a. upah dan gaji karyawan
b. biaya listrik
c. biaya telepon dan air
d. biaya pemeliharaassn
e. pajak
f. premi asuransi
g. biaya pemasaran, dan
h. biaya lainnya
1.4 ARUS KAS (CASH FLOW)
Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam satu
periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk (cash in) ke
perusahaan serta jenis-jenis pemasukan tersebut dan berapa uang yang keluar (cash out) serta
jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
Cash in dapat berupa pinjaman dari lembaga keuangan atau hibah dari pihak tertentu.
Cash in juga dapat diperoleh dari pengahasilan atau pendapatan yang diperoleh dari usaha
yang sedang dijalankan, seperti penjualan. Di samping itu, cash in juga bisa pula berasal dari
pendapatan lainnya yang bukan dari usaha utama.
Cash out merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam satu
periode, baik yang langsung berhubungan dengan usaha yang dijalankan atau yang tidak ada
hubungan sama sekali dengan usaha utama. Cash out ini merupakan biaya-biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengankegiatan usaha
seperti, pembayaran cicilan utang dan bunga pinjaman, biaya produksi, biaya tenaga kerja,
dan biaya pemasaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, arus kas adalah jumlah uang yang masuk dan keluar
dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan sampai dengan berakhirnya investasi
tersebut. Dalam hal ini, bagi investor yang terpenting adalah berapa kas bersih yang diterima
dari uang yang diinvestasikan di suatu usaha. Pentingnya kas akhir bagi investor jika
dibandingkan dengan laba yang diterima perusahaan dikrenakan:
1. Kas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan uang tunai sehari-hari.
2. Kas digunakan untuk membayar semua kewajiban yang jatuh tempo.
3. Kas juga digunakan untuk melakukan investasi kembali.
Jenis-jenis cash flow yang dikaitkan dengan suatu usaha terdiri dari:
1. Initial Cash Flow atau kas awal adalah pengeluaran pada awal periode untuk investasi.
Contoh biaya pra investasi adalah pembelian aktiva tetap dan modal kerja/operasional.
2. Operasional Cash Flow merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada saat operasi
usaha, seperti penghasilan yang diterima dan pengeluarkan yang dikeluarkan pada suatu
periode tertentu.
3. Terminal Cash Flow adalah uang kas yang diterima pada saat usaha tersebut berakhir.
Aspek Keuangan
9
Tabel 1.1 Contoh Estimasi Cash Flow PT Mantak Igak (dalam ribuan)
KOMPONEN TAHUN/ PERIODE
2002 2003 2004 2005 2006
KAS MASUK
Investasi 2.930.450 0 0 0 0
Pendapatan 1.500.000 1.800.000 2.100.000 2.250.000 2.530.000
Total Kas Masuk 4.430.450 1.800.000 2.100.000 2.250.000 2.530.000
KAS KELUAR
Pembelian aktiva tetap 2.680.000 0 0 0 0
Gaji dan upah 120.000 140.000 160.000 180.000 200.000
Listrik 8.000 10.000 11.000 12.000 13.000
Telepon 6.000 6.500 7.000 8.000 9.500
Biaya pemeliharaan 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000
Pajak (PBB) 1.500 1.600 1.700 1.800 2.000
Bunga bank 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Penyusutan 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
Biaya pemasaran 50.000 60.000 70.000 80.000 100.000
Asuransi 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
Biaya administrasi 12.000 15.000 17.000 22.000 26.000
Biaya lainnya 16.000 19.000 20.000 26.000 28.000
Total kas keluar 3.150.000 514.000 554.200 602.300 656.000
Surplus (defisit) 1.285.450 1.285.400 1.545.800 1.647.700 1.847.000
Saldo awal kas 1.285.450 2.565.850 4.111.650 5.759.350
Saldo akhir kas 1.285.450 2.565.850 4.111.650 5.759.350 8.633.350
Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi
manajemen. Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh akitva yang dikendalikannya dengan
mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan presentase. Rasio ini
menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun
modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio yang dihasilkan, semakin tidak baik, demikian
pula sebaliknya. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan
operasi perusahaan. Rumus untuk mencari Return on Investment (ROI) adalah sebagai
berikut:
Return on Investment (ROI) =
Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi
penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya, posisi pemilik
perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaikntya. Rumus untuk mencari Return on Equity
(ROE) adalah sebagai berikut:
Return on Equity (ROE) =
Kriteria Penilaian Investasi
10
bab 3 kriteria penilaian investasi
2.1 ANALISIS KRITERIA INVESTASI
Perhitungan kriteria investasi adalah untuk mengetahui sejauh mana gagasan usaha
(proyek) yang direncanakan dapat memberikan manfaat (benefit), baik dilihat dari financial
benefit maupuan social benefit. Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari
modal yang diinvestasikan yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total
biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis proyek (Ibrahim,
2003).
Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis antara lain:
1. Net Present Value (NPV)
Net present value adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur
apakah suatu proyek feasible atau tidak. Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah
didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount
factor. Bentuk formulasi rumus NPV adalah:
atau
Keterangan:
NB : net benefit = benefit – cost : cost yang telah di-discount
C : biaya investasi + biaya operasi i : discount factor
: benefit yang telah di-discount n : tahun (waktu)
Kriteria pengambilan keputusan:
a. Apabila hasil perhitungan NPV > 0 (nol), menunjukkan usaha/proyek tersebut feasible
untuk dilaksanakan.
b. Apabila hasil perhitungan NPV < 0 (nol), menunjukkan usaha/proyek tidak layak untuk
dilaksanakan.
c. Apabila hasil perhitungan NPV = 0 (nol), menunjukkan proyek tersebut berada dalam
keadaan Break Even Point (BEP) dimana TR = TC dalam bentuk present value.
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di
discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negatif (-) dengan rumus:
Kriteria Penilaian Investasi
11
Keterangan:
NB(+) : net benefit (+)
NB(-) : net benefit (-)
Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika nilai Net B/C > 1, menunjukkan proyek tersebut layak untuk dikerjakan
b. Jika nilai Net B/C < 1, menunjukkanproyek tidak layak untuk dikerjakan.
c. Jika nilai Net B/C = 1, menunjukkan cash in flow dengan cash out flow dalam present
value disebut dengan Break Even Point (BEP) yaitu TR = TC.
3. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah di-discount dengan
cost secara keseluruhan yang telah di-discount. Adapun bentuk formulanya adalah:
Keterangan:
PV (B) : present value (benefit)
PV (C) : present value (cost)
Kriteria pengambilan keputusan:
a. Gross B/C > 1, menunjukkan bahwa bisnis tersebut layak untuk dilanjutkan (feasible).
b. Gross B/C < 1, menunjukkan bahwa bisnis tersebut tidak layak untuk dilanjutkan (not
feasible).
c. Gross B/C = 1, menunjukkan bisnis yang dikerjakan berada dalam keadaan BEP (Break
Event Point)
4. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net
present value sama dengan 0 (nol), untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung nilai
NPV1 dan nilai NPV2 dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV1 telah menunjukkan angka
positif maka discount factor yang kedua harus lebih besar dari SOCC (discount factor) dan
sebaliknya apabila NPV1 menunjukkan angka negatif maka discount factor yang kedua
berada dibawah SOCC (discount factor).
Keterangan :
i1 : tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 : tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika IRR > discount factor artinya proyek tersebut layak
b. Jika IRR < discount factor artinya proyek tersebut tidak layak
c. Jika IRR = discount factor artinya proyek tersebut berada dalam keadaan BEP
t
t
t
t
CPV
BPV
CGrossB
0
0
)(
)(
/
Kriteria Penilaian Investasi
12
5. Profitability Ratio (PR)
Profitability Ratio (PR) merupakan suatu jenis perbandingan antara selisih benefit
dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibanding dengan jumlah investasi. Nilai dari setiap
variabel dalam bentuk present value atau nilai yang telah di-discount dengan discount factor
dari SOCC yang berlaku dalam masyarakat. Adapun bentuk formulasi rumusnya adalah
sebagai berikut:
Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika nilai PR > 1, menunjukkan proyek tersebut layak untuk dikerjakan
b. Jika nilai PR < 1, menunjukkanproyek tidak layak untuk dikerjakan.
c. Jika nilai PR = 1, menunjukkan cash in flow dengan cash out flow dalam present value
disebut dengan break even point (BEP) yaitu TR = TC.
6. Payback Period (PP)
Payback Period (PP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus
penerimaan (cash in flow) secara komulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk
present value. Analisis Payback Period dalam studi kelayakan digunakan untuk mengetahui
berapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin
cepat pengembalian biaya investasi proyek, maka semakin baik proyek tersebut karena
semakin lancar perputaran modalnya.
Perangkat untu mengukur Paybacks Periods di antaranya:
1. Net Benefit Komulatif
2. Net Benefit rata-rata setiap tahun
Rumus mencari Payback Periods adalah :
PP = Investasi / Net Benefit rata-rata tiap tahun
2.2 ANALISIS SENSITIVITAS
Apabila akan merencanakan suatu proyek, semua biaya yang akan dikeluarkan dan
benefit yang akan diperoleh tiap tahun, semuanya diperkirakan berdasarkan data yang
diperoleh dari proyek yang sudah ada atau dari teori yang berhubungan dengan proyek yang
direncanakan. Dengan demikian mungkin saja terjadi kekeliruan atau ketidaktepatan
perkiraan biaya dan benefit yang telah disusun. Ketidaktepatan perkiraan itu diantaranya :
a. Terjadi kenaikan biaya, terutama biaya operasionalnya.
b. Dengan adanya proyek, produk meningkat yang memungkinkan untuk turunnya harga
produk, sehingga akan menurunkan benefit.
c. Mundurnya waktu berproduksi sehingga menurunkan benefit.
Mengatasi hal-hal tersebut di atas diperlukan adanya analisis kepekaan (sensitivitas
analisis). Banyaknya analisis kepekaan yang akan dibuat tergantung dari asumsi yang
ditentukan. Sebagai contoh mengenai asumsi yang sering digunakan adalah:
a. Seandainya biaya naik 10 % dari perkiraan semula, sedangkan keadaan benefit tetap.
b. Seandanya biaya tetap tetapi benefit turun sebesar 10%.
Kriteria Penilaian Investasi
13
c. Mundurnya waktu berproduksi sehingga menurunkan benefit.
Seandainya asumsi yang dibuat tiga, berarti analisis kepekaan yang dibuat sebanyak
tiga analisis, apabila hasil analisis itu ternyata proyek ini masih layak untuk diusahakan,
dengan demikian adanya analisa kepekaan akan menambah kepercayaan atas proyek yang
akan diusahakan.
Tabel 2.2 Kriteria pengambilan keputusan :
No. Teknik
Analisis
Hasil
Perhitunga
n
Kriteria
Penilaian
Rekomendasi
1 NPV 0 layak Diusahakan/ dilanjutkan
2 Net B/C 1 layak Diusahakan/ dilanjutkan
3 IRR 1 layak Diusahakan/ dilanjutkan
4 Gross B/C 1 layak Diusahakan/ dilanjutkan
5 PR 1 layak Diusahakan/ dilanjutkan
14
LANGKAH-LANGKAH ANALISIS KRITERIA INVESTASI
Penganalisisan kelayakan suatu usaha dapat dilakukan dengan program Microsoft
Excel. Dengan memanfaatkan kelebihan program ini pekerjaan analisis kelayakan suatu
usaha akan menjadi mudah. Analisis kelayakan usaha dengan memanfaatkan program
Excel dapat dikelompokkan menjadi enam langkah, yaitu sebagai berikut:.
A. Memasukkan Data
Langkah awal yang dilakukan dalam analisis kelayakan usaha dengan Microsoft
Excel adalah memasukkan data-data awal yang diperlukan. Data-data tersebut
berhubungan dengan data kurun waktu (dalam tahun), benefit (per tahun), dan cost (per
tahun).
Tabel 2.1 Data Awal Analisis Kelayakan Suatu Usaha
Tahun Benefit Cost 1 2 3
0 0 95
1 6 33
2 20 22
3 25 12
4 32 13
5 60 13
6 68 17
7 70 19
8 70 20
9 65 28
10 60 30
B. Langkah Perhitungan I
Setelah langkah awal dilaksanakan, kita dapat memulai perhitungan yang pertama.
Dalam perhitungan pertama ini akan diterapkan secara langsung fungsi-fungsi formula
yang dimiliki program Excel dengan tanpa menghitung satu per satu terlebih dahulu.
Data dari
tahun ke 0
(nol) hingga
tahun ke 10
(sepuluh)
15
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Pertama
Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 10% NPV 10% PV (B) PV(C)
(2 – 3) =1/(1+10%)Kolom1
(4 x 5) (2 x 5) ( 3 x 5)
1 2 3 4 5 6 7 8
0 0 95 -95 1 -95 0 95
1 6 33 -27 0,909091 -24,54545 5,4545455 30
2 20 22 -2 0,826446 -1,652893 16,528926 18,181818
3 25 12 13 0,751315 9,7670924 18,78287 9,0157776
4 32 13 19 0,683013 12,977256 21,856431 8,8791749
5 60 13 47 0,620921 29,183302 37,255279 8,0719772
6 68 17 51 0,564474 28,78817 38,384227 9,5960568
7 70 19 51 0,513158 26,171064 35,921068 9,7500042
8 70 20 50 0,466507 23,325369 32,655517 9,3301476
9 65 28 37 0,424098 15,691612 27,566345 11,874733
10 60 30 30 0,385543 11,566299 23,132597 11,566299
Jumlah A B C D E
Rata-rata
Keterangan:
A : Net Benefit = Benefit – Cost
(Kolom 2 – Kolom 3)
B : DF 10% = 1/(1+10%)Tahun
C : Net Present Value (10%) = Net Benefit x DF 10%
(Kolom 4 x Kolom 5)
D :Present Value Benefit = Benefit x DF 10%
(Kolom 2 x Kolom 5)
E :Present Value Cost = Cost x DF 10%
(Kolom 3 x Kolom 5)
Persamaan
No Kolom
16
Tabel 2.3 Perhitungan Discon Factor 10% Tahun ke-0 sampaike-10
Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 10%
(2 - 3) =1/(1+10%)Kolom1
1 2 3 4 5
0 0 95 -95 =1/(1+0,1)^A4
1 6 33 -27 =1/(1+0,1)^A5
2 20 22 -2 =1/(1+0,1)^A6
3 25 12 13 =1/(1+0,1)^A7
4 32 13 19 =1/(1+0,1)^A8
5 60 13 47 =1/(1+0,1)^A9
6 68 17 51 =1/(1+0,1)^A10
7 70 19 51 =1/(1+0,1)^A11
8 70 20 50 =1/(1+0,1)^A12
9 65 28 37 =1/(1+0,1)^A13
10 60 30 30 =1/(1+0,1)^A14
Setelah itu, dapat dilakukan perhitungan PV (B) dan PV (C) seperti tabel dibawah
ini:
Tabel 2.4 Perhitungan NPV 10%, PV(B) dan PV(C) Tahun ke-0 sampai ke-10
DF 10% NPV 10% PV (B) PV(C)
=1/(1+10%)Kolom1 (4 x 5) (2 x 5) ( 3 x 5)
5 6 7 8
=1/(1+0,1)^A4 =D4*E4 =B4*E4 =C4*E4
=1/(1+0,1)^A5 =D5*E5 =B5*E5 =C5*E5
=1/(1+0,1)^A6 =D6*E6 =B6*E6 =C6*E6
=1/(1+0,1)^A7 =D7*E7 =B7*E7 =C7*E7
=1/(1+0,1)^A8 =D8*E8 =B8*E8 =C8*E8
=1/(1+0,1)^A9 =D9*E9 =B9*E9 =C9*E9
=1/(1+0,1)^A10 =D10*E10 =B10*E10 =C10*E10
=1/(1+0,1)^A11 =D11*E11 =B11*E11 =C11*E11
=1/(1+0,1)^A12 =D12*E12 =B12*E12 =C12*E12
=1/(1+0,1)^A13 =D13*E13 =B13*E13 =C13*E13
=1/(1+0,1)^A14 =D14*E14 =B14*E14 =C14*E14
C. Langkah Perhitungan II
Langkah selanjutnya adalah langkah perhitungan II, yaitu menghitung DF
13%, NPV 13%, DF 15%, NPV 15%, total setiap DF serta rata-rata setiap DF.
Seperti pada perhitungan pertama, untuk mendapatkan nilai-nilainya kita tidak
perlu melakukan perhitungan terlebih dahulu, yaitu cukup memasukkan rumus-
rumus perhitungan yang digunakan.
Persamaa
n
Rumus yang dituliskan untuk tahun ke nol hingga tahun ke sepuluh
17
Tabel 2.5 Lanjutan Perhitungan
Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 13% NPV 13% DF 15% NPV 15%
(2 - 3) (4 x 9) ( 4 x 11)
1 2 3 4 9 10 11 12
0 95 -95 =1/(1+0,13)^A4 =D4*I4 =1/(1+0,15)^A4 =D4*L4
1 6 33 -27 =1/(1+0,13)^A5 =D4*I5 =1/(1+0,15)^A5 =D4*L5
2 20 22 -2 =1/(1+0,13)^A6 =D4*I6 =1/(1+0,15)^A6 =D4*L6
3 25 12 13 =1/(1+0,13)^A7 =D4*I7 =1/(1+0,15)^A7 =D4*L7
4 32 13 19 =1/(1+0,13)^A8 =D4*I8 =1/(1+0,15)^A8 =D4*L8
5 60 13 47 =1/(1+0,13)^A9 =D4*I9 =1/(1+0,15)^A9 =D4*L9
6 68 17 51 =1/(1+0,13)^A10 =D4*I10 =1/(1+0,15)^A10 =D4*L10
7 70 19 51 =1/(1+0,13)^A11 =D4*I11 =1/(1+0,15)^A11 =D4*L11
8 70 20 50 =1/(1+0,13)^A12 =D4*I12 =1/(1+0,15)^A12 =D4*L12
9 65 28 37 =1/(1+0,13)^A13 =D4*I13 =1/(1+0,15)^A13 =D4*L13
10 60 30 30 =1/(1+0,13)^A14 =D4*I14 =1/(1+0,15)^A14 =D4*L14
Jumlah =sum(B4:B14) =sum(C4:C14) =sum(D4:D14) =sum(I4:I14) =sum(J4:J14) =sum(K4:K14) =sum(L4:L14)
Rata-2 =Avg(B4:B14) =Avg(C4:C14) =Avg(D4:D14) =Avg(I4:I14) =Avg(J4:J14) =Avg(K4:K14) =Avg(L4:L14)
18
Tabel 2.6 Lanjutan Perhitungan
Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 13% NPV 13% DF 15% NPV 15%
(2 - 3) (4 x 9) ( 4 x 11)
1 2 3 4 9 10 11 12
0 95 -95 1 -95 1 -95
1 6 33 -27 0,884956 -23,89381 0,869565217 -23,47826
2 20 22 -2 0,783147 -1,566293 0,756143667 -1,512287
3 25 12 13 0,69305 9,009652 0,657516232 8,547711
4 32 13 19 0,613319 11,65306 0,571753246 10,86331
5 60 13 47 0,54276 25,50972 0,497176735 23,36731
6 68 17 51 0,480319 24,49624 0,432327596 22,04871
7 70 19 51 0,425061 21,67809 0,37593704 19,17279
8 70 20 50 0,37616 18,80799 0,326901774 16,34509
9 65 28 37 0,332885 12,31674 0,284262412 10,51771
10 60 30 30 0,294588 8,83765 0,247184706 7,415541
Jumlah 476 302 174 6,42624 11,849 6,0187686 -1,7124
Rata-rata 43,272727 27,454545 15,818182 1,07719 -0,1557
Keterangan:
A : DF 13% = 1/(1+13%)Tahun
B : Net Present Value (13%) = Net Benefit x DF 13%
(Kolom 4 x Kolom 9)
C : DF 15% = 1/(1+15%)Tahun
D :Net Present Value (15%) = Net Benefit x DF 15%
(Kolom 4 x Kolom 11)
19
D. Langkah Perhitungan III
Langkah selanjutnya adalah langkah perhitungan III, yaitu menghitung nilai
net benefit cost ratio untuk tiap-tiap discount factor, nilai gross benefit, nilai IRR
dan nilai payback periods. Nilai net benefit cost ratio dapat dihitung dengan
persamaan berikut ini.
(Positif)NPV
(Negatif)NPVRatioCostBenefitNet
Pada tabel di atas telah dihitung nilai NPV pada kolom ke 7 untuk NPV
10%, kolom ke 10 untuk NPV 13%, dan kolom ke 12 untuk NPV 15%.
Untuk menghitung net benefit cost ratio NPV 10% dilakukan dengan
menjumlahkan nilai NPV positif kemudian dibagi dengan jumlah nilai NPV
negatif.
Tabel 2.7 Nilai NPV Negatif dan NPV Positif
Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 10% NPV 10%
(2 - 3) (4 x 5)
1 2 3 4 5 6
0 95 -95 1 -95
1 6 33 -27 0,909091 -24,545455
2 20 22 -2 0,826446 -1,6528926
3 25 12 13 0,751315 9,7670924
4 32 13 19 0,683013 12,977256
5 60 13 47 0,620921 29,183302
6 68 17 51 0,564474 28,78817
7 70 19 51 0,513158 26,171064
8 70 20 50 0,466507 23,325369
9 65 28 37 0,424098 15,691612
10 60 30 30 0,385543 11,566299
Dengan melihat tabel 4.9, kita dapat menuliskan rumus dalam selnya,
yaitu: =sum(F4:F6)/sum(F7:F14). Setelah nilai tersebut didapat, langkah
berikutnya adalah membuat nilai absolut, caranya dengan menggunakan fungsi
ABS. Dengan demikian, akan didapat net benefit cost ratio untuk NPV 10%.
Untuk perhitungan net benefit cost ratio yang lain, langkah-langkah di atas dapat
digunakan kembali.
Langkah selanjutnya adalah menghitung gross benefit. Nilai gross benefit
dapat diperoleh dengan rumus berikut :
)(
)(
CPV
BPVBenefitGross
Perhitungan jumlah PV(B) telah kita lakukan pada sel kolom ke 7 baris ke
15, sedangkan jumlah PV(C) pada sel kolom ke 8 baris ke 15.Nilai IRR dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
Nilai
NPV (-)
negatif
Nilai NPV
(+) positif
20
)(Rate)(Rate*)(NPV)(NPV
)NPV()(RateIRR
Tabel 2.8 Nilai NPV Positif dan NPV Negatif
DF 13% NPV 13% DF 15% NPV 15%
(4 x 9) ( 4 x 11)
9 10 11 12
1 -95 1 -95
0,884956 -23,89381 0,869565217 -23,47826
0,783147 -1,566293 0,756143667 -1,512287
0,69305 9,009652 0,657516232 8,547711
0,613319 11,65306 0,571753246 10,86331
0,54276 25,50972 0,497176735 23,36731
0,480319 24,49624 0,432327596 22,04871
0,425061 21,67809 0,37593704 19,17279
0,37616 18,80799 0,326901774 16,34509
0,332885 12,31674 0,284262412 10,51771
0,294588 8,83765 0,247184706 7,415541
6,42624 11,849 6,0187686 -1,7124
1,07719 -0,1557
Nilai NPV positif mendekati nol
Nilai NPV negatif mendekati nol
21
Tabel 2.9 Penulisan Rumus pada Perhitungan ke Tiga
Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 10% NPV 10% PV (B) PV(C)
(2 - 3) (4 x 5) (2 x 5) ( 3 x 5)
1 2 3 4 5 6 7 8
0 95 -95 1 -95 0 95
1 6 33 -27 0,909091 -24,54545 5,454545 30
2 20 22 -2 0,826446 -1,652893 16,52893 18,18182
3 25 12 13 0,751315 9,767092 18,78287 9,015778
4 32 13 19 0,683013 12,97726 21,85643 8,879175
5 60 13 47 0,620921 29,1833 37,25528 8,071977
6 68 17 51 0,564474 28,78817 38,38423 9,596057
7 70 19 51 0,513158 26,17106 35,92107 9,750004
8 70 20 50 0,466507 23,32537 32,65552 9,330148
9 65 28 37 0,424098 15,69161 27,56635 11,87473
10 60 30 30 0,385543 11,5663 23,1326 11,5663
Jumlah 476 302 174 7,14457 36,2718 257,538 221,266
Rata-rata 43,2727 27,4545 15,8182 3,29744 23,4125 20,1151
22
Tabel 2.10 Lanjutan Perhitungan
Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 13% NPV 13% DF 15% NPV 15%
(2 – 3) (4 x 9) ( 4 x 11)
1 2 3 4 9 10 11 12
0 95 -95 1 -95 1 -95
1 6 33 -27 0,884956 -23,89381 0,869565217 -23,47826
2 20 22 -2 0,783147 -1,566293 0,756143667 -1,512287
3 25 12 13 0,69305 9,009652 0,657516232 8,547711
4 32 13 19 0,613319 11,65306 0,571753246 10,86331
5 60 13 47 0,54276 25,50972 0,497176735 23,36731
6 68 17 51 0,480319 24,49624 0,432327596 22,04871
7 70 19 51 0,425061 21,67809 0,37593704 19,17279
8 70 20 50 0,37616 18,80799 0,326901774 16,34509
9 65 28 37 0,332885 12,31674 0,284262412 10,51771
10 60 30 30 0,294588 8,83765 0,247184706 7,415541
Jumlah 476 302 174 6,42624 11,849 6,0187686 -1,7124
Rata-rata 43,2727 27,4545 15,8182 1,07719 -0,1557
23
Tabel 2.11 Lanjutan Perhitungan
Net Benefit Cost Ratio= NPV(+) / NPV(-) 0,1 0,13 0,15
NPV =sum(F7:F14)/sum (F4:F6) =sum(J7:J14)/sum (J4:J6) =sum(L7:L14)/sum (L4:L6)
Absolut =ABS(F19) =ABS(J19) =ABS(L19)
Gross Benefit = PV (B) / PV(C)
Hasil= =G15/H15
IRR = rate (+) mendekati nol + (NPV (+) mendekati nol)* (rate (-) - rate (+)) / NPV (+) - NPV(-)
Hasil = =0,13+(J15)/(J15-L15)*(0,15-0,13)
Payback periods = Cost konstruksi / (Jumlah Net Benefit / n tahun)
Hasil = =C4/D15/10
24
Tabel 2.12 Lanjutan Perhitungan
Net Benefit Cost Ratio= NPV(+) / NPV(-) 0,1 0,13 0,15
NPV -1,299277 -1,098365 -0,985729014
Absolut 1,299277 1,098365 0,985729
Gross Benefit= PV (B)/ PV(C)
Hasil = 1,163929
IRR= rate (+) mendekati nol + (NPV (+) mendekati nol)* (rate (-) - rate (+)) / NPV (+) - NPV(-)
Hasil = 0,147475
Payback periods= Cost konstruksi / (Jumlah Net Benefit / n tahun)
Hasil = 5,45977
25
E. Langkah Perhitungan IV
Langkah selanjutnya adalah langkah perhitungan IV, yaitu menghitung
nilai cost sensitivitas tiap tahun dan perubahan cost. Untuk perubahan cost dapat
dihitung dengan menambahkan nilai cost sensitivitas dengan cost pada tahun yang
sama.
Penulisan rumus perubahan cost tergantung pada alamat sel dari
perhitungan cost sensitivitas. Sebagai contoh, apabila alamat sel perhitungan cost
censitivitas tersebut adalah pada alamat B30 sampai B40, maka penulisan
rumusnya seperti yang terdapat dalam tabel 2.13.
Tabel 2.13 Penulisan Rumus pada Perhitungan ke Empat
Cost Sensitivitas 15 % =
Cost * 15 %
Perubahan Cost =
Cost Sensitivitas 15 % + Cost
Hasil Tahun ke 0 = =C4*0,15 =B30+C4
Hasil Tahun ke 1 = =C5*0,15 =B31+C5
Hasil Tahun ke 2 = =C6*0,15 =B32+C6
Hasil Tahun ke 3 = =C7*0,15 =B33+C7
Hasil Tahun ke 4 = =C8*0,15 =B34+C8
Hasil Tahun ke 5 = =C9*0,15 =B35+C9
Hasil Tahun ke 6 = =C10*0,15 =B36+C10
Hasil Tahun ke 7 = =C11*0,15 =B37+C11
Hasil Tahun ke 8 = =C12*0,15 =B38+C12
Hasil Tahun ke 9 = =C13*0,15 =B39+C13
Hasil Tahun ke 10 = =C14*0,15 =B40+C14
26
Tabel 2.14 Hasil Perhitungan ke Empat
Cost Sensitivitas 15 % =
Cost * 15 %
Perubahan Cost =
Cost Sensitivitas 15 % + Cost
Hasil Tahun ke 0 = 14,25 37,95
Hasil Tahun ke 1 = 4,95 25,3
Hasil Tahun ke 2 = 3,3 13,8
Hasil Tahun ke 3 = 1,8 14,95
Hasil Tahun ke 4 = 1,95 14,95
Hasil Tahun ke 5 = 1,95 19,55
Hasil Tahun ke 6 = 2,55 21,85
Hasil Tahun ke 7 = 2,85 23
Hasil Tahun ke 8 = 3 32,2
Hasil Tahun ke 9 = 4,2 34,5
Hasil Tahun ke 10 = 4,5
F. Langkah Penentuan Kelayakan
Berdasarkan hasil perhitungan perubahan cost, kita bisa menentukan
kelayakan suatu usaha yang akan didirikan. Cara penentuannya adalah dengan
mengubah data cost awal dengan nilai perubahan cost yang didapat. Dengan
perubahan data tersebut nilai-nilai hasil perhitungan akan berubah juga, termasuk
nilai IRR-nya. Apabila IRR tersebut lebih besar daripada suku bunga bank, maka
proyek tersebut layak untuk dilaksanakan.
27
Tabel 2.15 Hasil Perhitungan Ketiga
Tahun Benefit Cost Net
Benefit
DF 10% NPV 10% PV (B) PV(C)
(2 - 3) (4 x 5) (2 x 5) ( 3 x 5)
1 2 3 4 5 6 7 8
0 , 109,25 -109,25 1 -109,25 0 109,25
1 6, 37,95 -31,95 0,909091 -29,04545 5,454545 34,5
2 20, 25,3 -5,3 0,826446 -4,380165 16,52893 20,90909
3 25, 13,8 11,2 0,751315 8,414726 18,78287 10,36814
4 32, 14,95 17,05 0,683013 11,64538 21,85643 10,21105
5 60, 14,95 45,05 0,620921 27,97251 37,25528 9,282774
6 68, 19,55 48,45 0,564474 27,34876 38,38423 11,03547
7 70, 21,85 48,15 0,513158 24,70856 35,92107 11,2125
8 70, 23, 47, 0,466507 21,92585 32,65552 10,72967
9 65, 32,2 32,8 0,424098 13,9104 27,56635 13,65594
10 60, 34,5 25,5 0,385543 9,831354 23,1326 13,30124
Jumlah 476, 347,3 128,7 7,14457 3,08192 257,538 254,456
Rata-rata 43,2727 31,57273 11,7 0,28017 23,4125 23,1324
28
Tabel 2.16 Lanjutan Perhitungan
Tahun Benefit Cost Net
Benefit
DF 13% NPV 13% DF 15% NPV 15%
(2 - 3) (4 x 9) ( 4 x 11)
1 2 3 4 9 10 11 12
0 , 109,25 -109,25 1 -109,25 1 -109,25
1 6, 37,95 -31,95 0,884956 -28,27434 0,869565217 -27,78261
2 20, 25,3 -5,3 0,783147 -4,150677 0,756143667 -4,007561
3 25, 13,8 11,2 0,69305 7,762162 0,657516232 7,364182
4 32, 14,95 17,05 0,613319 10,45708 0,571753246 9,748393
5 60, 14,95 45,05 0,54276 24,45134 0,497176735 22,39781
6 68, 19,55 48,45 0,480319 23,27143 0,432327596 20,94627
7 70, 21,85 48,15 0,425061 20,46667 0,37593704 18,10137
8 70, 23, 47, 0,37616 17,67951 0,326901774 15,36438
9 65, 32,2 32,8 0,332885 10,91862 0,284262412 9,323807
10 60, 34,5 25,5 0,294588 7,512003 0,247184706 6,30321
Jumlah 476, 347,3 128,7 6,42624 -19,156 6,0187686 -31,491
Rata-rata 43,2727 31,57273 11,7 -1,7415 -2,8628
Tabel 2.17 Lanjutan Perhitungan
Net Benefit Cost Ratio= NPV(+) /
NPV(-)
0,1 0,13 0,15
NPV -
1,021601
-
3,778528
-
0,77672501
Absolut 1,021601 3,778528 0,776725
Gross Benefit= PV (B)/
PV(C)
Hasil = 1,012112
IRR= rate (+) mendekati nol + (NPV (+) mendekati nol)* (rate (-) -
rate (+)) / NPV (+) - NPV(-)
Hasil = 0,098939
Payback periods= Cost konstruksi / (Jumlah Net
Benefit / n tahun)
Hasil = 8,488733
Sumber:
Soetriono dan A. Suwandari. 2002. Analisis Biaya dan Manfaat. Jember: UJ Press.
Aspek Teknis dan Manajemen Organisasi
29
bab 4 aspek teknis dan manajemen organisasi
3.1 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI
Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan
terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Analisis dari
aspek teknis atau operasi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan
usahanya yang meliputi ketepatan dalam penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout),
dan proses produksi yang termasuk dalam pemilihan teknologi atau kesiagaan mesin-mesin
yang digunakan.
Tujuan dari aspek ini adalah apabila dilihat dari segi pembangunan proyek dan segi
implementasi rutin bisnis secara teknik dapat dilaksanakan, begitu pula dengan aspek
teknologi yang digunakan. Sumber data untuk melakukan analisis pada aspek teknis dan
teknologi dalam studi kelayakan bisnis berasal dari data primer maupun sekunder. Berkaitan
dengan studi kelayakan bisnis untuk aspek teknik dan teknologi, hal-hal yang dapat
diperhatikan yaitu:
A. Penentuan Lokasi Bisnis
Lokasi bisnis adalah lokasi dimana bisnis akan dijalankan, baik lokasi untuk lahan
pabrik maupun lokasi untuk perkantoran (administrasi). Variabel-variabel utama dalam
pemilihan lokasi bisnis adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju,
ketersediaan sumber energi (air), dan ketersediaan fasilitas transportasi.
B. Penentuan Luas Produksi
Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang seharusnya
diproduksi oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Luas produksi berbeda dengan luas
perusahaan. Hal ini karena mengukur luas perusahaan tidak hanya dapat diukur dengan
pendekatan luas produksi saja, tetapi juga dapat diukur dengan beberapa indikator : (a) bahan
dasar yang digunakan; (b) barang yang dihasilkan; (c) peralatan mesin-mesin yang
digunakan; (d) jumlah pegawai yang digunakan.
C. Tata Letak (Layout)
Layout merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas
yang dapat menentukan efisiensi produksi atau operasi. Keuntungan dengan adanya layout
antara lain :
1. Memberikan rung gerak yang memadai untuk beraktivitas dan pemeliharaan
2. Pemakaian ruang yang efisien
3. Mengurangi biaya produksi maupun investasi
4. Aliran material menjadi lancar
5. Pengangkutan material dan barang jadi yang rendah
6. Kebutuhan persediaan yang rendah
7. Memberikan kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja yang lebih baik
Aspek Teknis dan Manajemen Organisasi
30
D. Pemilihan Mesin Peralatan dan Teknologi
Pemilihan mesin peralatan dan teknologi merupakan hal yang penting. Hal ini karena
kesalahan dalam pemilihan peralatan mesin dan peralatan akan menimbulkan kerugian jangka
panjang. Berikut ini beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (a) kesesuaian dengan
teknologi; (b) kualitas; (c) harga perolehan; dan (d) umur ekonomis.
3.2 ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI
Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting dianalisis
untuk kelayakan suatu usaha, karena walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk
dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen organisasi yang baik, bukan tidak mungkin
akan mengalami kegagalan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi
kaidah-kaidah atau tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen atau kaidah ini akan
tergambar dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen. Untuk keperlun studi
kelayakan bisnis yang perlu dianalisis adalah bagaimana fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dapat diterapkan secara benar.
3.2.1 Manajemen
Manajemen proyek merupakan system untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Pada umumnya setiap proyek yang relative
besar meliputi tiga tahapan, yaitu perencanaan, penjadwalan, serta pengawasan atau
pengendalian.
1.1 Perencanaan Proyek
Perencanaan proyek merupakan suatu usaha untuk membuat dan menentukan apa yang
harus dicapai pada suatu proyek, kapan, dan bagaimana proyek tersebut dilaksanakan..
Unsur-unsur rencana proyek yang baik meliputi menetapkan tujuan, mendefinisikan proyek,
mencantumkan langkah utama untuk dilakukan, jadwal waktu penyelesaian, analisi biaya
atau manfaat dan uraian mengenai sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
proyek. Alat analisis yang digunakan adalah perkiraan penjadwalan proyek yaitu waktu dan
biaya, anggaran, cash flow, penjelasan peralatan yang digunakan, data personel dan diagram
teknik (engineering diagrams).
1.2 Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menentukan aktivitas-
aktivitas proyek yang harus dimunculkan dalam urutan waktu tertentu. Tujuan penjadwalan
proyek yaitu menggambarkan hubungan dari setiap aktivitas dari keseluruhan proyek,
mengidentifikasi hubungan yang harus didahulukan antara aktivitas-aktivitas yang ada,
memperkirakan waktu, biaya yang realistis untuk setiap aktivitas, mengidentifikasi jalur kritis
dan kemacetan dalam proyek, memperbaiki dan memperbarui rencana atau jadwal
semula.Pendekatan penjadwalan yang popular adalah Bagan Gantt. Berikut merupakan
contoh pendjadwalan menggunakan Bagan Gantt:
Aspek Teknis dan Manajemen Organisasi
31
Tabel 3.1 Contoh Bagan Gantt
No. Nama Aktivitas Periode
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1. Menggali
2. Fondasi
3. Tembok
4. Pemasangan Ledeng
5. Atap
6. Pekerjaan listrik
7. Lantai
8. Pengecetan
1.3 Pelaksanaan Pembangunan Proyek
Setelah mengetahui waktu pelaksanaan pembangunan proyek, untuk selanjutnya perlu
menentukan siapa yang harus melaksanakan pembangunan proyek tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar dalam pengimplementasian rencana pembangunan proyek dalam bentuk
kegiatan kerja proyek dapat diawasi secara cermat. Tujuannnya adalah agar apa yang
dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Disini perlu mengidentifikasikan jenis-
jenis pekerjaan yang diperlukan pada proyek tersebut. Tentu saja ada bermacam-macam jenis
pekerjaan yang mungkin diperlukan, ada berbagai cara untuk membagi pekerjaan tersebut.
Ada yang membagi menurut tipe pekerjaan manajerial dan operasional, ada pula yang
membagi berdasarkan fungsi. Keterangan tentang apa yang perlu dilakukan dalam suatu
pekerjaan yang biasa disebut sebagai job description.
1.4 Pengawasan Proyek
Pengawasan atau pengendalian proyek merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menjaga agar proyek selesai tepat pada waktunya, meliputi monitoring terhadap sumber daya,
biaya, kualitas dan anggaran, menyimpulkan umpan balik untuk memperbaiki rencana proyek
dan memindahkan sumber daya ketempat yang paling dibutuhkan.
3.2.2 Organisasi
Organisasi secara statis diartikan sebagai suatu wadah atau tempat kerja sama untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Organisasi secara dinamis
diartikan sebagai suatu proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Organisasi formal menurut klasik merupakan organisasi yang dengan
sengaja direncanakan dan strukturnya dengan secara tegas disusun sebagai system kegiatan
yang terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan di
bawah kekuasaan dan kepemimpinan.
Struktur organisasi menggambarkan tugas, wewenang dan taggung jawab masing-
masing bagian untuk mempermudah perusahaan melakukan pengendalian. Tujuan organisasi
akan menentukan struktur organisasi yaitu dengan menentukan seluruh tugas, hubungan antar
tugas, batas wewenang dan tanggung jawab untuk menjalankan organisasi untuk mencapai
tujuan tersebut.
Aspek Teknis dan Manajemen Organisasi
32
3.3 METODE PENENTUAN LOKASI USAHA
Penentuan suatu lokasi bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dipertimbangkan.
Untuk menilai lokasi yang sesuai dengan keninginan perusahaan dapat digunakan berbagai
metode sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Paling tidak ada tiga metode yang dapat
digunakan dalam menilai suatu lokasi sebelum memutuskan, antara lain:
1. Metode Penilaian Hasil Value
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam metod penilaian hasil value antara
lain pasar, bahan baku, transportasi, tenaga kerja, dan lainnya. Berikut contoh metode
penilaian hasil value dalam menentukan lokasi usaha.
PT Sinar Layang bermaksud mendirikan pabrik tekstil dengan lokasi yang diinginkan
adalah di Serang, Cirebon dan Bandung. Perhatikan tabel dibawah ini.
Tabel 4.2 Penilaian Lokasi dengan Metode Penialaian Hasil Value
No. Kebutuhan Nilai Lokasi yang Ideal Serang Bandung Cirebon
1. Pasar 40 25 35 20
2. Bahan Baku 30 20 25 15
3. Transportasi 15 7 13 8
4. Tenaga Kerja 10 10 9 11
5. Lainnya 5 4 5 4
Jumlah 100 66 87 58
Sehingga interpretasi yang dapat dilakukan adalah berdasarkan metode penilaian hasil value,
maka lokasi tertinggi yang dipilih adalah Kota Bandung dengan nilai 87.
2. Metode Perbandingan Biaya (Cost Comparison Method)
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam metode perbandingan biaya antara
lain bahan baku, bahan bakar dan listrik, biaya operasi, biaya umum, dan lainnya.
Metode perbandingan biaya didasarkan pada kebutuhan biaya-biaya utama seperti
biaya bahan baku, operasi, distribusi, umum, dan lainnya. Perhatikan tabel berikut.
Tabel 4.3 Penilaian Lokasi dengan Metode Perbandingan Biaya (Cost Comparison Method)
No. Jenis Biaya Lokasi
Serang Cirebon Bandung
1. Bahan Baku 150 160 140
2. Bahan Bakar dan Listrik 40 45 40
3. Biaya Operasi 60 65 55
Aspek Teknis dan Manajemen Organisasi
33
4. Biaya Umum 70 75 65
5. Biaya Lainnya 10 10 5
Jumlah 330 355 305
Sehingga interpretasi yang dapat dilakukan adalah berdasarkan metode perbandingan biaya,
maka lokasi yang dipilih adalah Kota Bandung dengan biaya termurah sebesar Rp 305/unit.
3. Metode Analisis Ekonomi (Economic Analysis Method)
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam metode analisis ekonomi antara
lain biaya sewa, biaya tenaga kerja, biaya pengangkutan, biaya bahan bakar dan listrik, pajak,
perumahan, sikap masyarakat, dan lainnya.
Metode analisis ekonomi didasarkan pada berbagai jenis biaya yang akan menjadi
beban usaha termasuk biaya perumahan dan biaya sosial seperti masyarakat. Perhatikan tabel
berikut.
Tabel 4.4 Penilaian Lokasi dengan Metode Analisis Ekonomi (Economic Analysis Method)
No. Jenis Biaya
Lokasi
Serang Cirebon Bandung
1. Biaya Sewa 200.000 150.000 175.000
2. Biaya Tenaga Kerja 900.000 1.600.000 850.000
3. Biaya Pengangkutan 300.00 400.000 350.000
4. Biaya Bahan Bakar dan Listrik 180.000 180.000 180.000
5. Pajak 50.000 60.000 50.000
Total Biaya Operasi 1.630.000 1.790.000 1.605.000
6. Perumahan Baik Cukup Baik
7. Sikap Masyarakat Cukup Sedang Baik
Sehingga interpretasi yang dapat dilakukan adalah berdasarkan metode analisis ekonomi,
maka lokasi yang dipilih adalah Kota Bandung.
Analisis Finansial dan Ekonomi
34
bab 5 ANAlisis finansial dan ekonomi
Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang petani
sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan didalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu
perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah
biaya-biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria
kelayakan atau keuntungan suatu proyek. Hasil finansial sering juga disebut “private returns”.
Beberapa hal lain yang harus diperhatikan dalam analisis finansial ialah waktu didapatkannya
returns sebelum pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan proyek kehabisan
modal.
Analisis ekonomi adalah analisis usahatani yang melihat dari sudut perekonomian
secara keseluruhan. Dalam analisis ekonomi yang diperhatikan ialah hasil total, atau
produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek
untuk masyarakat atau perekonomian sebagai keseluruhan, tanpa melihat siapa yang
menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil
proyek tersebut. Hasil itu disebut “the social returns” atau “the economic returns” dari
usahatani.
Menurut Djamin (2003) dalam Soetriono (2006) perbedaan antara keduanya adalah:
1. Harga
Pada analisis finansial harga yang digunakan adalah harga pasar (market price),
sedangkan pada analisis ekonomi untuk mencari tingkat profitabilitas ekonomi akan
digunakan harga bayangan. Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (2000), beberapa cara
penggunaan harga bayangan antara lain sebagai berikut:
b. Harga input output diperdagangkan
Harga bayangan yang digunakan untuk input output diperdagangkan adalah harga
internasional atau border price yang dinyatakan dalam satuan moneter setempat pada
kurs pasar. Menurut Djamin (2003), border price yang relevan untuk input dan output
impor adalah harga impor CIF lepas dari pelabuhan (dikurangi segala jenis bea
masuk, pajak impor, dan lain sebagainya), sedangkan pada input output yang
merupakan barang ekspor maka border price yang relevan digunakan adalah harga
FOB pada titik masuk pelabuhan ekspor.
c. Harga input tidak diperdagangkan
Harga bayangan dari input adalah consumer willingness to pay atau kesediaan
konsumen untuk membayar dalam hal ini adalah kesediaan pihak yang
berkepentingan dalam proyek untuk membayar.
d. Biaya tenaga kerja
Harga bayangan untuk biaya tenaga kerja adalah berapa sektor lain bersedia
membayar untuk tenaga kerja tersebut apabila usahatani menarik tenaga kerja dari
sektor lain. Kalau proyek tersebut menciptakan tenaga kerja, maka harga bayangan
tenaga kerja jauh lebih rendah dibandingkan dengan upah yang dibayarkan
perusahaan kepada mereka.
Analisis Finansial dan Ekonomi
35
e. Lahan
Harga bayangan modal untuk lahan diperhitungkan dari biaya pengorbanan produksi
(production foregone) yaitu hasil produksi dari tanah bila tidak digunakan untuk
proyek, untuk tanah yang tidak menghasilkan maka harga bayangan dapat berupa
harga sewa dari tanah tersebut.
f. Nilai tukar valuta asing
Harga bayangan untuk nilai valuta asing adalah nilai resmi yang ditentukan oleh
lembaga pemerintah yang berwenang dikali dengan faktor konfersi.
2. Pajak
Pembayaran pajak dalam analisis finansial akan dikurangkan pada manfaat proyek atau
dianggap sebagai biaya. Sedangkan pada analisis ekonomi pembayaran pajak tidak
dikurangkan dalam perhitungan benefit proyek yang diserahkan pada pemerintah untuk
kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan, dan oleh karena itu dianggap sebagai biaya.
3. Subsidi
Didalam analisis finansial, subsidi (pengurangan pajak, pembatasan pajak impor
terhadap bahan baku, dapat pula berupa sarana-sarana lainnya yang dapat dimanfaatkan
proyek yang bersangkutan) akan mengurangi biaya proyek, jadi menambah benefit proyek,
sedangkan pada analisis ekonomi subsidi tidak dihitung sebagai salah satu penyebab
bertambahnya keuntungan oleh karena itu tidak dihitung.
Menurut Gray dkk (2005), untuk tujuan analisis kelayakan, pasar dalam negeri
dianggap sebagai bagian dari pasaran dunia sehingga keunggulan komparatif di pasar dalam
negeri dinilai berdasarkan perbandingan antara opportunity cost rill dari produksi dalam
negeri dengan border price yang relevan. Produksi yang relevan untuk produksi dalam negeri
yang melebihi konsumsi nasional adalah harga FOB untuk ekspor, sedangkan untuk jenis
barang tradable yang produksi dalam negerinya kurang dari konsumsi nasional, border price
yang relevan adalah harga CIF.
Pada proyek yang feasible (layak) atau memiliki keunggulan komparatif, berarti dari
segi efisien proyek tersebut dinilai menguntungkan, dengan kata lain opportunities cost dari
sarana produksi yang dipakai oleh proyek lebih rendah daripada opportunities cost sumber-
sumber yang perlu digunakan untuk mendapatkan atau menghemat satu dolar. Sebaliknya
jika proyek tidak layak atau tidak memiliki keunggulan komparatif, artinya proyek tersebut
mengakibatkan pemborosan sumber-sumber nasional karena peluang investasi yang tersedia
diluar proyek masih mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
Free On Board (FOB) adalah harga perbatasan yang digunakan untuk barang-barang
yang dapat diekspor yang didalamnya termasuk semua biaya sampai barang selesai dimuat di
atas kapal sudah termasuk ongkos pengepakan dan bongkar muat (handling), dan
pengangkutan ke pelabuhan, diukur dalam US$ per satuan (US$/satuan).
Cost Insurance and Freight (CIF) adalah harga yang digunakan untuk barang -barang
yang dapat diimpor yang didalmnya teramsuk harga barang, ongkos pengepakan dan bongkar
muat (handling), ongkos pengangkutan dari gudang ke pelabuhan sampai muat, diukur dalam
US$ per satuan (US$/satuan).
Sumber:
Soetriono. 2017. Daya Saing Pertanian dalam Tinjauan Analisis. Malang: Intimedia.
vii
DAFTAR PUSTAKA
Husein, Umar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi 3). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ibrahim, H. M. Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis: Edisi Revisi. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.
Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis: Edisi Revisi. Jakarta: Prenada Media
Group.
Soetriono dan A. Suwandari. 2002. Analisis Biaya dan Manfaat. Jember: UJ Press.
Soetriono. 2011. Analisis Ekonomi dan Finansial [Serial Online]. http://irtusss.blogspot.co.id
/2011/02/analisis-kelayakan-agribisnis.html. [03 Maret 2017].
Soetriono. 2017. Analisis Daya Saing Pertanian dalam Tinjauan Analisis. Malang: Intimedia.