Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL PRAKTIKUMAUDITING 2
LABORATORIUM AKUNTANSI MENENGAHUNIVERSITAS GUNADARMA ATA 2020/2021
Penanggung Jawab:Dr. Budi Santoso, SE., MM Alfia Fiferi Mangku
Ananda Prastyani Annisya Dita Pratiwi Diaz Ayu Frida
Rafika Dessy Wulandari Rahayu Agriani Tri Ayu Agustini
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga modul praktikum Auditing 2 & Prak ini dapat diselesaikan.
Modul ini disusun bertujuan untuk menunjang praktikum Auditing 2 & Prak.
Diharapkan dengan modul ini para praktikan dapat mendapat wawasan tentang materi
praktikum yang diajarkan. Modul ini berisi contoh soal yang dibahas serta latihan-latihan
soal.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Modul ini masih terdapat banyak
kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhir kata kami selaku penulis yang terdiri dari tim litbang audit mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan modul ini. Semoga
bermanfaat bagi pembaca semuanya.
Jakarta, 14 Februari 2021
Tim Litbang Audit
Auditing 2 & Prak Page 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I
PEMERIKSAAN ASET TIDAK BERWUJUD
Pendahuluan ....................................................................................................................................... 4
Tujuan Pemeriksaan Aset Tidak Berwujud ............................................................................... 4
Jenis-jenis Aset Tidak Berwujud .................................................................................................. 5
Amortisasi Aset Tidak Berwujud ................................................................................................. 6
Contoh Kasus ................................................................................................................6
Kasus ................................................................................................................................................... 8
BAB II
PEMERIKSAAN LIABILITAS JANGKA PENDEK
Pendahuluan ..................................................................................................................................... 9
Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Liabilitas Jangka Pendek .................................. 10
Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek ................................................................... 11
Langkah Awal Penggunaan Software ACL ............................................................................ 14
Fungsi ACL ...................................................................................................................................... 20
Kasus dan Jawaban ......................................................................................................................... 21
BAB III
PEMERIKSAAN EKUITAS
Pendahuluan ..................................................................................................................................... 22
Sifat Permodalan ............................................................................................................................. 22
Tujuan Pemeriksaan Ekuitas ....................................................................................................... 25
Perlakuan Akuntansi Terhadap Ekuitas ......................................................................26
Pengungkapan Modal Saham ...................................................................................................... 27
Jurnal Ekuitas ................................................................................................................................... 28
Sistem dan Prosedur Penilaian .................................................................................................... 31
Auditing 2 & Prak Page 3
BAB I
PEMERIKSAAN ASET TIDAK BERWUJUD
A. PENDAHULUAN
Aktiva Tetap Tak Berwujud (Intangible Asset) merupakan aktiva tetap yang secara fisik tidak dapat dilihat bentuknya, akan tetapi memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan. Asset tidak berwujud adalah asset non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik.
Sifat Asset Tak Berwujud menurut Sukrisno Agoes (2004) adalah :
1. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
2. Tidak mempunyai bentuk, sehingga tidak bisa dipegang, diraba atau dilihat.
3. Diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah uang tertentu yang jumlahnya cukup
material.
Jika tidak memenuhi syarat tersebut, maka pengeluaran untuk memperoleh atau
menciptakan sendiri aktiva, diperlakukan sebagai Beban pada saat terjadinya.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN ASET TIDAK BERWUJUD
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas asset tak
berwujud.
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan asset tak
berwujud didukung oleh bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejaabat
perusahaan yang berwenang.
3. Untuk memeriksa apakah asset tidak berwujud yang dimiliki perusahaan masih
mempunyai kegunaan dimasa yang akan datang yang manfaatnya lebih dari satu
tahun.
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi asset tak berwujud dilakukan sesuai dengan
standart akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
5. Untuk memeriksa apakah hasil atau pendapatan yang diperoleh dari asset tak
berwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian asset tak berwujud dalam laporan keuangan
sudah dilakukan sesuai dengan standart akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
Auditing 2 & Prak Page 4
C. JENIS-JENIS AKTIVA TIDAK BERWUJUD
1. Hak Paten
Adalah suatu hak yang diberikan kepada pihak yang menemukan atau menciptakan
sesuatu yang baru agar pihak yang menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru
tersebut dapat memanfaatkan dan mengelolanya selama jangka waktu yang telah
ditetapkan. Amortisasi Hak Paten dapat dihitung atas dasar waktu atau atas dasar unit
yang diproduksi dan dapat dikredit langsung ke akun Paten.
2. Hak Cipta (Copy Right)
Adalah hak yang diberikan kepada seseorang atas karya-karya tulisan dan seni yang
dihasilkan. Hak Cipta tidak dapat diperbaharui. Masa manfaat hak cipta lebih pendek
dari umur hukumnya. Amortisasi Hak Cipta dilakukan dengan mendebet rekening
biaya dan mengkredit rekening Hak Cipta.
3. Merek Dagang dan Nama Dagang
Adalah suatu kata, frase atau symbol yang membedakan atau mengidentifikasikan
suatu perusahaan atau produk tertentu. Umur merek dagang, nama dagang atau nama
perusahaan dapat tak terbatas namun biaya harus diamortisasikan selama periode yang
mendapatkan manfaat tidak melebihi 40 tahun.
4. Leasehold
Adalah suatu persetujuan kontraktual antara lessor (pemilik property) dan lesse
(penyewa property) yang memberikan hak kepada lesse untuk menggunakan property
tertentu yang dimiliki oleh lessor, selama periode waktu tertentu sebagai imbalan atas
pembayaran kas yang telah ditetapkan dan pada umumnya secara periodik.
5. Franchise
Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan
produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo
maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang
memberikan hak franchise.
6. Goodwill
Timbul karena adanya penggabungan usaha satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya dalam satu kesatuan usaha yang baru. Tugas pertama auditor dalam audit
terhadap goodwill adalah menemukan bagaimana jumlah goodwill mula-mula
ditetapkan didalam akun goodwill.
Auditing 2 & Prak Page 5
7. Hak Sewa
Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa
gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan
oleh pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak
berwujud) karena hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau
dengan kata lain, atas sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa
akan memberikan manfaat kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di
masa yang akan datang. Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas
kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari
satu tahun buku. Melihat batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka kita dapat
memilah-milah atas kejadian sewa, apakah dibukukan sebagai aktiva tetap tak
berwujud atau sebagai biaya sewa.
D. AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD
Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan suatu aset tidak berwujud
selama masa manfaatnya. Harga perolehan aset tidak berwujud dibebankan secara
periodik ke dalam perhitungan laba rugi perusahaan. pembebanan harga perolehan aset ini
disebut amortisasi. Jumlah yang dapat diamortisasi dari suatu aset tidak berwujud harus
dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya.
Aset tidak berwujud umumnya diamortisasi menggunakan metode garis lurus.
Ketika aset tidak berwujud diamortisasi, beban harus ditunjukkan sebagai beban dan
kredit dilakukan ke akun akumulasi secara terpisah. Jurnal yang harus dibuat adalah:
(D) Beban Amortisasi xxx
(K) Akumulasi Amortisasi
xxx
CONTOH KASUS
1) PT Yaya Cantik mengeluarkan uang tunai untuk hak paten atas suatu penemuan baru
pembuatan produk kosmetik sebesar Rp 6.000.000. Taksiran umur paten 10 tahun. Paten
diperoleh pada tanggal 01 Juli 2020.
Diminta :
a. Buatlah jurnal pada saat perolehan Hak Paten!
b. Hitunglah besarnya beban amortisasi Hak Paten tahun 2020!
c. Buatlah jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2020!
Auditing 2 & Prak Page 6
Jawab :
a. Jurnal pada saat perolehan Hak Paten
(D) Hak Paten Rp 6.000.000
(K) Kas Rp 6.000.000
b. Besarnya beban amortisasi hak paten tahun 2020:
Umur paten 10 tahun (10 x 12 = 120 bulan)
Selama 2020 : 01 Juli – 31 Desember = 6 bulan
(6/120) x Rp 6.000.000 = Rp 300.000
c. Jurnal penyesuaian amortisasi hak patent pada tanggal 31 Desember 2020:
(D) Beban Amortisasi Hak Paten Rp 300.000
(K) Akumulasi Amortisasi Hak Paten Rp 300.000
2) PT Fix membeli PT You dengan harga Rp 28.000.000 nilai wajar aktiva PT You pada
saat transaksi Rp 35.000.000 dan nilai seluruh utangnya Rp 13.000.000. Goodwill
diamortisasikan selama umur ekonomisnya yaitu selama 15 tahun.
Diminta :
a. Berapakah nilai goodwillnya ?
b. Buatlah jurnal atas transaksi tersebut!
c. Buatlah jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi!
Jawab :
a. Maka nilai goodwill dihitung :
Harga beli PT You Rp 28.000.000
Nilai wajar aktiva netto Rp 35.000.000
Nilai utang (Rp 13.000.000)
Total modal PT You (Rp 22.000.000)
Nilai goodwill Rp 6.000.000
b. Transaksi tersebut dicatat dengan jurnal :
(D) Macam-macam aktiva Rp 35.000.000
(D) Goodwill Rp 6.000.000
Auditing 2 & Prak Page 7
(K) Macam-macam utang
Rp 13.000.000
(K) Kas Rp 28.000.000
c. Goodwill diamortisasikan selama umur ekonomisnya yaitu 15 tahun, maka setiap
tahunnya sebesar = Rp 6.000.000 : 15 = Rp 400.000
Jurnal penyesuaian setiap akhir periode akuntansi adalah :
(D) Beban amortisasi goodwiil Rp 400.000
(K) Goodwill Rp 400.000
KASUS
1. Pada awal tahun buku, PT Terang Banget mengeluarkan uang sebesar Rp 65.000.000
untuk memperoleh hak paten. Jangka waktu hak paten ditetapkan selama 10 tahun. Pada
saat memperoleh hak paten bagaimana perusahaan membuat jurnal tersebut?
Diminta :
a. Buatlah jurnal pada saat perolehan hak paten!
b. Buatlah perhitungan amortisasi pertahun!
c. Buatlah jurnal penyesuainnya!
2. Pada tanggal 01 Januari 2019, Doni memperoleh hak cipta atas lagu yang dikarangnya.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan karangan, pendaftaran dan hak
memperoleh hak cipta tersebut sebesar Rp 35.000.000. Menurut taksiran hasil penjualan
karangan, taksiran umur hak cipta 10 tahun.
Diminta :
a. Hitunglah besarnya amortisasi pertahun!
b. Buatlah jurnal penyesuaian pada 31 Desember 2020!
Auditing 2 & Prak Page 8
Auditing 2 & Prak Page 9
BAB II
PEMERIKSAAN LIABILITAS JANGKA PENDEK
A. PENDAHULUAN
iabilitas jangka pendek adalah kewajiban atau utang perusahaan kepada pihak
ketiga, yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu
tahun atau dalam siklus operasi normal perusahaan, biasanya menggunakan harta lancar
(current assets).
Menurut PSAK (IAI, 2009:1,8).
Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika;
1. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan.
2. Jatuh tempo dalam jangka waktu duabelas bulan dari tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).
Termasuk dalam liabilitas jangka pendek yaitu:
1. Utang usaha (account payable)
Kewajiban kepada pihak ketiga dari pembelian barang atau jasa secara kredit yang
harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun.
2. Pinjaman dari bank jangka pendek (short term loan)
Pinjaman yang diperoleh dari bank dan didukung oleh suatu perjanjian kredit (loan
agreement), bisa dalam bentuk kredit modal kerja (working capital loan) ataupun
kredit rekening koran (overdraft facility).
3. Bagian dari kredit jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu kurang atau sama
dengan satu tahun (current portion of long term loan)
Per tanggal laporan posisi keungan, bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh
tempo satu tahun yang akan datang harus direklasifikasi dari liabilitas jangka panjang
ke liabilitas jangka pendek.
4. Utang pajak (tax payable)
Kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi dalam periode berikutnya.
L
Auditing 2 & Prak Page 10
5. Biaya yang masih harus dibayar (accrued expenses)
Biaya yang sudah terjadi dan menjadi beban periode yang diperiksa, tetapi baru akan
dilunasi dalam periode berikutnya.
6. Utang dividen (dividend payable)
7. Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue)
8. Utang muka penjualan
9. Utang pemengang saham
10. Utang leasing (kewajiban sewa) yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang
11. Utang bunga
12. Utang perusahaan afiliasi (utang dalam rangka hubungan khusus)
B. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) LIABILITAS JANGKA
PENDEK.
1. Untuk meyakini bahwa terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka
pendek.
2. Untuk meyakini bahwa liabilitas jangka pendek tercantum dilaporan posisi keuangan
(neraca) didukung oleh bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi yang benar-
benar terjadi.
3. Untuk meyakini bahwa semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat per
tanggal neraca.
4. Untuk meyakini bahwa jumlah accrual expense reasonable (layak).
5. Untuk meyakini bahwa kewajiban sewa, jika ada, sudah tercatat sesuai dengan standar
akuntansi sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang sewa).
6. Untuk meyakini bahwa utang dalam mata uang asing per tanggal nerca, sudah
dikonveksikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI dan Selisih kurs
dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
7. Untuk menyakinkan bahwa biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas
jangka pendek telah dicatat per tanggal neraca.
8. Untuk menyakinkan bahwa bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada tanggal
neracabetul telah terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan.
9. Untuk menyakinkan bahwa semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti
oleh perusahaan sehingga tidak terjadi bank default (right and obligation).
Auditing 2 & Prak Page 11
C. PROSEDUR PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas kewajiban jangka pendek.
Dalam hal ini auditor dapat menggunakan internal control questionaries, flow chart
atau penjelasan narative.
2. Minta rincian dari kewajiban jangka pendek, baik hutang dagang maupun kewajiban
lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya dengan
saldo hutang di buku besar (controlling account)
Harus diingat bahwa rincian-rincian tersebut harus disiapkan oleh klien. Tugas auditor
adalah memeriksa rincian tersebut, bukan menyususn rincian. Jika rincian yang
diberikan klien tidak cocok dengan saldo buku besarnya atau terdapat kesalahan
footing, maka auditor harus mengembalikan rincian tersebut kepada klien untuk
diperbaiki.
3. Untuk hutang dagang cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut
subsidiary ledger hutang dagang (jika jumlah supplierya banyak, tidak usah 100 %).
Jika jumlah supplier banyak (misalnya 100 supplier), dan internal control klien baik
maka pencocokan ke sub ledger bisa dibatasi jumlahnya. Seandainya ditemukan
perbedaan antara saldo di rincian utang usaha dan saldo di sub ledger utang usaha,
harus diminta agar klien yang mencari penyebab perbedaan tersebut.
4. Secara test basis (sampling), periksa bukti pendukung dari saldo hutang kepada
beberapa supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase requisition,
purchase order, receiving report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan
mathematic (mathematical accuracy) dari dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi
dari pejabat perusahaan yang berwenang.
5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus
dilakukan rekonsiliasi antara saldo hutang menurut statement of account tersebut
dengan saldo subsidiary ledger hutang.
6. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik yang
saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
Auditor tidak harus mengirim konfirmasi untuk utang usaha, karena sumber
pencatatan utang usaha berasal dari luar perusahaan (misalnya faktur dari supplier),
dan tujuan konfirmasi adalah untuk memeriksa keakratan data akuntansi klien. Jadi
lain dengan konfirmasi piutang yang merupakan audit prosedur standar yang haru
dilakukan oleh auditor.
7. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraca (subsequent payment) untuk mengetahui
Auditing 2 & Prak Page 12
apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorded liabilities) per tanggal neraca
dan untuk meyakinkan diri mengenai kewajaran saldo hutang pertanggai neraca.
Caranya adalah dengan mereview buku pengeluaran kas sesudah tanggal neraca
sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan. Perhatikan apakah ada
pembayaran-pembayaran diperiode sesudah tanggal neraca yang menyangkut pembelian
atau biaya untuk tahun yang diperiksa yang belum diacatat sebagai liabilitas jangka
pendek pertanggal neraca.
8. Seandainya ada hutang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja, kredit
investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa Surat
perjanjian kreditnya dan buatkan excerpt dari perjanjian kredit tersebut, dan periksa
otorisasi dari direksi, dewan komisaris dan RUPS untuk perolehan kredit bank
tersebut.
9. Seandainya ada hutang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan
afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan datang, harus dikirim
konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga
etas pinjaman tersebut.
10. Seandainya ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah sesuai dengan
standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No.30) dan apakah bagian yang jatuh
tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat (direklasifikasi)
sebagai kewajiban jangka pendek.
11. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara akurat
dan tie-up jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum pada laporan
laba rugi, perhatikan juga aspek pajaknya.
12. Seandainya ada saldo debit dari hutang dagang maka harus ditelusuri apakah ini
merupakan uang muka pembelian atau karena adanya pengembalian barang yang
dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar (material) harus
direklasifikasi sebagai piutang.
13. Seandainya ada uang muka penjualan pertanggal neraca, periksa bukti pendukungnya
dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan di periode berikutnya
(subsequent clearance) misalnya dengan mengirimkan barang yang dipesan oleh
pembeli.
14. Seandainya ada kredit jangka panjang, harus diperiksa apakah bagian yang jatuh tempo
satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek.
Auditing 2 & Prak Page 13
15. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo tersebut per
tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia per tanggal neraca, dan selisih kurs yang terjadi
dibebankan/dikreditkan pada rugi laba tahun berjalan.
16. Untuk hutang PPh 21 dan PPN periksa apakah hutang tersebut sudah dilunasi pada
periode berikutnya. Seharusnya hutang PPh 21 dan PPN per 31 December dilunasi di
bulan Januari tahun berikutnya. Sedangkan untuk PPh Badan harus diperiksa apakah
pada waktu mengisi dan memasukkan SPT PPh Badan, perusahaan telah membayar PPh
29 (setoran akhir).
17. Periksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat oleh perusahaan, apakah
reasonable dan konsisten dengan dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu
harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal neraca.
Perlu diketahui bahwa untuk memperkecil laba, bisa saja perusahaan memperbesar
jumlah accrued expensenya. Dengan memeriksa pembayaran sesudah tanggal neraca
auditor bisa mengetahui apakah jumlah yang di accrued betul-betul diabayar di tahun
berikutnya dalam jumlah yang kurang lebih sama. Selain itu, bisa diketahui seandainya
ada biaya-biaya tahun yang diperiksa yang belum dicatat diperiode sesudah tanggal
neraca, sehingga harus diusulkan audit adjustmennya oleh auditor.
18. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjian yang dibuat
perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah semua kewajiban yang
tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut sudah dicatat per tanggal neraca.
19. Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perusahaan mempunyai masalah dibidang
hukum yang memerlukan bantuan dari legal consultant atau lawyer. Misalnya, ada
tuntutan dipengadilan yang pertanggal neraca prosesnya belum selesai. Seperti
diketahui proses peradilah memakan waktu yang cukup lama. Hal ini menyebabkan
timbulnya kontijen liabilities, yaitu liabilitas yang meungkin terjadi, mungkin juga
tidak terjadi, tergantung pada kejadian dalam periode berikutnya.
20. Periksa apakah penyajian kewajiban jangka pendek di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
(SAK).
Auditing 2 & Prak Page 14
LANGKAH AWAL PENGGUNAAN SOFTWARE ACL V6.5
1. Aktifkan software ACL
2. Bila muncul kotak dialog seperti ini, klik OK.
3. Kemudian isikan angka pada Start of Century value sebesar 40. Klik Ok.
4. Dan akan muncul tampilan dasar dari program ACL.
Auditing 2 & Prak Page 15
5. Langkah berikutnya pilih menu File kemudian sub menu New Document untuk membuat
dokumen baru.
6. Setelah itu save dengan File Nama “Nama_Kelas”.
7. Langkah berikutnya adalah memilih data dengan cara klik Options New pada kotak dialog
Select Input File Definition.
Auditing 2 & Prak Page 16
8. Setelah itu klik Next pada kotak dialog berikutnya.
9. Langkah selanjutnya pastikan titik pilihan terletak pada Disk seperti yang ditunjukkan
oleh gambar berikut. Kemudian klik Next.
10. Kemudian pada tampilan seperti gambar di bawah ini pilih salah satu file yang ingin
diaktifkan. Kemudian klik Open. (disini file yang diaktifkan adalah file Persediaan.dbf)
Auditing 2 & Prak Page 17
11. Setelah itu muncul tampilan seperti disamping. Pada tampilan ini pastikan pilihan
terdapat pada PCs (paling bawah). Kemudian klik Next.
12. Selanjutnya pilih dBASE compatible file pada kotak dialog berikutnya. Kemudian klik
Next lagi.
Auditing 2 & Prak Page 18
13. Setelah langkah diatas dilakukan maka akan tampil kotak dialog seperti ini. Kemudian
klik Finish untuk menyudahi prosedur ini.
14. Pada tampilan ini langsung saja pilih OK.
Auditing 2 & Prak Page 19
15. Setelah itu akan tampil tampilan seperti disamping.
16. Langkah berikutnya tampilkan command log dengan cara pilih menu. Window pada
menubar, lalu pilih Open Command Log. Dan akan muncul tampilan seperti dibawah
ini.
17. Karena tampilannya masih berantakan. Kita rapihkan agar bisa mudah dalam
mengerjakan kasusnya. Dengan cara pilih menu window kembali dan memilih option
Arrange All. Dan hasilnya akan tampak seperti contoh dibawah ini.
Auditing 2 & Prak Page 20
FUNGSI ACL
TOTAL
Fungsi total digunakan untuk total atau jumlah elemen data field yang berjenis numerik
(angka).
Contoh Kasus TOTAL
Berapakah TOTAL MKTVAL yang memiliki PRCDTE = 18/10/2018
(Gunakan file Persediaan.dbf)
Langkah-langkah :
Buka ACL.
Aktif pada file Hutang.DBF
Pada menu bar, pilih Analyze-Total.
Tampil jendela total.
Pada total fields, pilih MKTVAL.
Auditing 2 & Prak Page 21
Klik if, pada expression isikan: PRCDTE = `20181018` (untuk memasukkan tanggal
invoice gunakan “date” yang ada pada symbol perintah , kemudian verify-ok.
Kembali ke jendela Total, Klik OK.
Tampilan pada Command Log
Analisis
Terdapat 7 dari 152 records dari fields MKTVAL dengan PRCDTE=18/10/2018, dengan nilai
Total MKTVAL nya sebesar 98.801.10
Kasus 1
Berapakah total VALUE yang memiliki PRCDTE=31/12/2017
(Gunakan file Persediaan.dbf)
Kasus 2
Berapakah total UNCST yang memiliki PRCDTE=30/09/2018
(Gunakan file Persediaan.dbf)
Auditing 2 & Prak Page 22
BAB III
PEMERIKSAAN EKUITAS
A. PENDAHULUAN
kuitas merupakan bagian pemilik atas suatu entitas. Jenis jenis dan pengklasifikasian
ekuitas tergantung pada bentuk hukum perusahaan: perusahaan perseorangan, firma,
perseroan komanditer (CV), perseroan terbatas (PT), perusahaan umum (perum),
perusahaan jawatan (perjan), koperasi, dan lain-lain.
Terdapat perbedaan yang penting dalam audit atas ekuitas pemilik antara perusahaan
terbuka (public held corporation) dan perusahaan tertutup (closely held corporation). Dalam
sebagian besar perusahaan tertutup, yang umumnya memiliki sedikit pemegang saham, sering kali
terjadi transaksi, jika ada, berkenaan dengan akun modal saham selama tahun berjalan. Satu-
satunya transaksi yang dimasukkan dalam bagian ekuitas pemilik kemungkinan adalah perubahan
ekuitas pemilik akibat laba atau rugi tahunan dan pengumuman dividen. Perusahaan tertutup
jarang membayar dividen, sehingga auditor hanya akan menghabiskan waktu sedikit untuk
memverifikasi ekuitas pemilik, walaupun harus menguji catatan perusahaan. Akan tetapi, bagi
perusahaan terbuka verifikasi atas ekuitas pemilik jauh lebih kompleks karena banyaknya jumlah
pemegang saham dan individu yang memiliki saham sering berubah.
B. SIFAT PERMODALAN
Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik perusahaan.
Sedangkan dari segi pemilik perusahaan, modal adalah bagian hak atas kekayaan bersih
perusahaan (harta dikurangi kewajiban). Di dalam suatu perusahaan perorangan modal terdiri atas
modal pemilik tunggal; laba yang diperoleh dalam suatu periode dan tambahan setoran modal akan
menambah saldo modal. Kerugian yang diderita dalam suatu periode dan pengambilan prive akan
mengurangi saldo modal.
Di dalam suatu firma (partnership) modal terdiri atas modal lebih dari satu partner. Modal
masing-masing partner akan bertambah dengan adanya pembagian laba atau tambahan setoran
modal dan akan berkurang dengan adanya pembagian kerugian atau pengambilan prive.
E
Auditing 2 & Prak Page 23
Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal pokoknya adalah simpanan pokok
anggota yang tak dapat dipindah-tangankan dan dapat diambil kembali pada saat seorang anggota
mengundurkan diri. Kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-
pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk cadangan. Dalam badan hukum yang berbentuk
perseroan terbatas (PT), permodalannya terdiri dari:
Modal menurut akte pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman:
a. Modal dasar (authorized capital)
b. Modal ditempatkan (issued capital)
c. Modal disetor (paid-up/paid-in capital)
Modal yang berasal dari sumbangan (donated capital) bisa dilaporkan sebagai bagian dari
tambahan modal disetor.
• Treasury stock (saham perusahaan yang sudah beredar lalu dibeli kembali oleh perusahaan);
• Premium (agio) atau discount (disagio) dari penjualan saham baik saham biasa (common stock)
maupun saham preferen (preferred stock);
• Selisih kurs atau modal disetor;
• Selisih penilaian kembali aktiva tetap, untuk perusahaan yang melakukan revaluasi aktiva tetap
berdasarkan peraturan pemerintah;
• Retained Earnings (laba ditahan/sisa laba tahun lalu) atau deficit/Accumulated Losses (sisa rugi
tahun lalu).
Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai pemeriksaan permodalan:
1. Jika akte pendirian suatu PT belum mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman, menurut
Undang-Undang Perseroan Terbatas yang baru (No.1 Tahun 1995, yang mulai berlaku tanggal
7 Maret 1996), transaksi hukum perusahaan (perjanjian – perjanjian yang dibuat perusahaan)
belum dianggap sah.
2. Modal disetor dan modal ditempatkan tidak dapat melebihi modal dasar. Jika modal disetor
melebihi modal dasar maka harus dilakukan perubahan akte pendirian yang harus disahkan
oleh menteri kehakiman. Akte pendirian yang telah disahkan menteri kehakiman akan
diumumkan dalam berita Negara (Lembaga Negara).
Auditing 2 & Prak Page 24
Selama perubahan akte belum disahkan menteri kehakiman, kelebihan modal disetor atas modal
dasar dilaporkan sebagai hutang pemegang saham.
3. Modal yang tercantum di neraca adalah modal disetor.
Contohnya:
Modal dasar 100.000 lembar saham biasa = Rp 1.000.000.000
(nilai nominal Rp. 10.000,- per lembar saham)
Modal ditempatkan 50.000 lembar saham biasa = Rp 500.000.000
Modal disetor 50% dari modal ditempatkan = Rp 250.000.000
Jumlah yang tercantum di neraca adalah sebesar Rp 250.000.000
4. Tujuan pembelian kembali saham (treasury stock) adalah:
a. Untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan.
b. Untuk dibagikan kepada saham bonus kepada manajer dan pegawai perusahaan.
5. Jika akumulasi kerugian suatu perusahaan mencapai 50% dari modal disetor, perusahaan harus
melaporkan hal tersebut ke pengadilan negeri untuk diumumkan dalam berita Negara.
6. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK) aktiva tetap harus dicatat atau disajikan
dalam neraca berdasarkan harga perolehannya. Namun demikian jika ada peraturan
pemerintah yang memperbolehkannya, perusahaan dapat melakukan revaluasi aktiva tetap.
Pengaruh dari dilakukannya revaluasi aktiva tetap adalah nilai aktiva tetap meningkat dan
kenaikan nilai tersebut dicatat disisi kredit sebagai “selisih penilaian kembali aktiva tetap”
yang nantinya, dengan persetujuan kantor pelayanan pajak dapat dikonversikan sebagai
modal.
7. Adjustment ke Retained Earnings (deficit) hanya diperbolehkan jika menyangkut rugi laba
tahun lalu yang jumlahnya material (besar) atau menyangkut pembayaran pajak yang berasal
dari STP (Surat Tagihan Pajak) atau SKP (Surat Ketetapan Pajak) walaupun jumlahnya kecil.
8. Setoran saham dalam bentku barang (inbreng), harus menggunakan nilai wajar aktiva bukan
kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai appraisal yang disetujui dewan komisaris untuk PT
yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai yang disepakati oleh Dewan Komisaris dan
penyetor bentuk barang.
Auditing 2 & Prak Page 25
9. Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan pemodalan biasanya tidak banyak, kecuali jika :
a. Perusahaan banyak membuat koreksi Retained Earnings (deficit), sehingga
auditor harus memeriksa koreksi tersebut secara rinci (detailed).
b. Perusahaan dalam proses go public.
C. TUJUAN PEMERIKSAAN EKUITAS
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal kontrol yang baik atas permodalan, termasuk
internal kontrol atas transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham.
Beberapa ciri dari internal kontrol yang baik atas permodalan adalah:
a. Setiap perubahan modal (penambahan atau pengurangan) harus diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah. Untuk perusahaan yang berbetuk
PT, setiap perubahan harus melalui perubahan akte pendirian dan pengesahan dari
menteri kehakiman. Untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal
dalam negeri (PMDN) harus diotorisasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam
Negeri, untuk PMA harus diotorisasi oleh BKPM dan disetujui oleh presiden republik
Indonesia melalui SK presiden. Untuk perusahaan yang (akan) go public harus mendapat
persetujuan dari ketua Bapepam.
b. Pembagian dan pembayaran dividen harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang. Besarnya dividen yang akan dibagikan, diusulkan oleh direksi perusahaan
dan disahkan dalam RUPS. Untuk perusahaan go public yang selama tiga tahun berturut-
turut tidak membagikan dividen, yang akan dikenakan sanksi oleh Bapepem, yaitu harus
delisting (dikeluarkan dari bursa saham). Dividen yang dibagikan perusahaan bisa dalam
bentuk: cash dividend, stock dividend, property dividend dan liquidating dividend.
c. Digunakannya Biro Administrasi Efek (stock transfer agent) untuk mengurus
pengadministrasian saham dan pembayaran dividen, terutama untuk perusahaan yang
sudah go public. Dengan adanya biro tersebut perusahaan tidak direpotkan dalam
pencatatan mutasi saham yang sudah dijual ke masyarakat.
d. Setiap perubahan (adjustment) Retained Earnings/ deficit diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang dan didukung oleh bukti-bukti yang lengkap.
Auditing 2 & Prak Page 26
2. Untuk memeriksa apakah struktur permodalan yang tercantum di neraca sudah sesuai
dengan apa yang tercantum di akte pendirian perusahaan.Maksudnya bahwa jumlah
modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor, baik dalam jumlah lembar saham
maupun nilai nominal yang tercantum di akte pendirian harus sesuai dengan yang
tercantum di neraca. Selain itu auditor harus memeriksa dan yakin bahwa modal disetor
betul-betul sudah disetor oleh para pemegang saham.
3. Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari pemerintah yang menyangkut
permodalan (misalkan dari departemen kehakiman, BKPM, BKPMD, BAPEPAM, KPP
dan SK Presiden RI) telah dimiliki oleh perusahaan.
4. Untuk memeriksa apakah setiap perubahan pada Retained Earnings atau Accumulated
Losses didukung oleh bukti-bukti yang sah.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di neraca sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (SAK) dan hal-hal yang penting sudah diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sudah sesuai dengan SAK.
D. PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP EKUITAS
Laporan perubahan ekuitas melaporkan perubahan yang terjadi atas setiap komponen
ekuitas, yaitu peningkatan atau penurunan pada aset bersih pemilih (owners) suatu entitas
tertentu selama suatu periode tertentu. Tujuan dan manfaat penyusunan laporan perubahan
ekuitas adalah untuk memahami sebab pertambahan atau pengurangan komponan ekuitas
selama suatu periode tertentu, dan dilaporkan secara jelas perubahan yang disebabkan
sehubungan dengan:
a. Transaksi sehubungan dengan kepemilikan dengan pemilik, misalnya setoran modal
dan pembagian dividen;
b. Hasil usaha periode yang bersangkutan atau laba rugi bersih;
c. Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan oleh entitas;
d. Pendapatan komprehensif lain, seperti: penilaian kembali aset tetap, penilaian
kembali aset keuangan tersedia dijual, selisih kurs translasi laporan keuangan.
Auditing 2 & Prak Page 27
e. Koreksi atau penyesuaian atas saldo laba periode lalu.
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau catatan atas lapiran
keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan
nilai dividen per saham.
E. PENGUNGKAPAN MODAL SAHAM
Pengungkapan yang jelas tentang modal saham harus dilakukan secukupnya sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku. PSAK 1 memberikan petunjuk tentang
pengungkapan untuk setiap jenis saham, baik itu dilakukan dalam laporan posisi keuangan
ataupun dalam catatan atas laporan keuangan sebagai berikut:
1. Jumlah saham modal dasar;
2. Jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang diterbitkan tapi tidak disetor
penuh;
3. Nilai nominal saham; atau nilai dari saham yang tidak memiliki nilai nominal;
4. Rekonsiliasi jumlah saham yang beredar pada awal dan akhir periode;
5. Hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham;
6. Termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal;
7. Saham entitas yang dikuasai oleh entitas itu sendiri atau entitas anak atau entitas asosiasi;
dan
8. Saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan kontrak penjualan
saham, termasuk jumlah dan persyaratan.
Pendapatan Komprehensif Lain, yaitu pos-pos pendapatan dan beban yang tidak diakui
dalam laba rugi, namun menjadi bagian dari pendapatan komprehensif entitas. Pendapatan
komprehensif lain ini disajikan dalam tiga laporan keuangan, yaitu:
1. Laporan posisi keuangan, pada bagian ekuitas, dengan menyajikan saldo komponen
pendapatan komprehensif lain pada akhir periode pelaporan;
2. Laporan pendapatan komprehensif, dengan menyajikan penambahan dan pengurangan
komponen pendapatan komprehensif lain selama periode pelaporan;
Laporan perubahan ekuitas, sebagai komponen dari ekuitas, dengan menyajikan
rekonsiliasi komponen pendapatan komprehensif lain antara jumlah tercatat awal periode
dan akhir periode penyajian.
Auditing 2 & Prak Page 28
F. JURNAL EKUITAS
1. Penjualan Saham Secara Tunai
Jika dilihat dari nilai yang ditetapkan suatu saham, terdapat tiga jenis saham yaitu:
(1) Saham dengan nilai nominal, disurat saham ditulis nilai nominalnya. (2) Saham
dengan nilai ditetapkan, di dalam surat saham tidak ditulis nilai nominalnya namun
perusahaan menetapkan nilainya. (3) Saham tanpa nilai nominal dan nilai yang
ditetapkan.
a. Saham dengan nilai nominal
Untuk saham yang bernilai nominal atau niali yang ditetapkan, akuntansinya sama
yaitu rekening modal saham akan dikredit sebesar nilai nominal atau nilai yang
ditetapkan. Jika ada selisih antara nilai yang ditetapkan/nominal dengan uang yang
diterima, selisih tersebut dicatat sebagai diskon (jika harga jual saham < nilai
nominal saham) atau agio jika sebaliknya. Misalkan perusahaan menjual 4000
saham biasa yang nilai nominalnya adalah Rp10.000,00 tunai. Jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut :
• Harga jualnya Rp 10.000,00 per lembar
Kas Rp 40.000.000
Modal Saham Rp 40.000.000
• Harga jualnya Rp 12.000,00 per lembar
Kas Rp 48.000.000
Modal Saham Rp 40.000.000
Agio Saham Rp 8.000.000
• Harga jualnya Rp 8.000,00 per lembar
Kas Rp 32.000.000
Disagio Saham Rp 8.000.000
Modal Saham Rp 40.000.000
Auditing 2 & Prak Page 29
b. Saham tanpa nilai nominal
Untuk saham tanpa nilai nominal/ditetapkan, rekening modal saham akan dikredit
sebesar uang yang diterima tersebut. Misalkan perusahaan menjual 1000 saham
biasa tanpa nilai nominal tunai. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
• Harga jualnya Rp 15.000,00 per lembar
Kas Rp 15.000.000
Modal Saham Rp 15.000.000
• Harga jualnya Rp 17.000,00 per lembar
Kas Rp 17.000.000
Modal Saham Rp 17.000.000
• Harga jualnya Rp 5.000,00 per lembar
Kas Rp 5.000.000
Modal Saham Rp 5.000.000
2. Penjualan Saham Dengan Ditukar Dengan Harta Non Kas
Jika saham diterbitkan perusahaan sebagai pembayaran atas perolehan harta non
cash seperti aktiva tetap, pertukaran ini akan dicatat sebesar harga pasar dari saham atau
harga pasar aktiva tetap yang diperoleh mana yang lebih dapat diandalkan. Misalkan
perusahaan membeli sebidang tanah dengan menyerahkan 3000 lembar saham yang
nilai nominalnya adalah Rp10.000,00 per lembar.
Harga pasar tanah sebesar Rp50.000.000,00, ayat jurnal yang dibuat adalah :
Tanah Rp 50.000.000
Modal Saham Rp 30.000.000
Agio Saham Rp 20.000.000
3. Penjualan Saham Dengan Pembayaran Secara Bertahap
Jika saham dijual dengan pembayaran bertahap atau dengan pesanan, saham
mestinya baru diserahkan setelah harga saham dilunasi oleh pemesan saham. Pada saat
perusahaan menerima pesanan saham, perusahaan akan mencatat piutang pemesanan
saham dan jika menerima uang rekening piutang dikredit. Setelah lunas, saham
diserahkan ke pemesan. Misalkan PT AUDI pada tanggal 1 Mei 2019 menjual 3.000
Auditing 2 & Prak Page 30
lembar saham biasa dengan nominal Rp 8.000,00 per lembar dengan harga Rp
12.000,00 per lembar. Saat itu diterima kas 50% dari harga jualnya. Sisanya dibayar dua
kali yaitu pada tanggal 1 Juni dan 1 Juli. Pada tanggal 1 Agustus saham diserahkan ke
pemesan. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
• Tanggal 1 Mei 2019
Piutang Pemesanan Saham Rp 36.000.000
Saham yang dipesan Rp 24.000.000
Agio Saham Rp 12.000.000
Kas Rp 18.000.000
Piutang pemesanan saham Rp 18.000.000
• Tanggal 1 Juni 2019:
Kas Rp 9.000.000
Piutang pemesanan saham Rp 9.000.000
• Tanggal 1 Juli 2019:
Kas Rp 9.000.000
Piutang pemesanan saham Rp 9.000.000
• Tanggal 1 Agustus 2019:
Saham yang dipesan Rp 24.000.000
Modal Saham Rp 24.000.000
SOAL LATIHAN
PT YUJI pada tanggal 1 Januari 2021 menjual 5.000 lembar saham biasa dengan nominal Rp
5.000,00 per lembar dengan harga Rp 7.000,00 per lembar. Saat itu diterima kas 30% dari harga
jualnya. Sisanya dibayar dua kali yaitu pada tanggal 1 Maret dan 1 April. Pada tanggal 1 Mei
saham diserahkan ke pemesan. Buatlah jurnal yang diperlukan!
Auditing 2 & Prak Page 31
G. SISTEM DAN PROSEDUR PENILAIAN
Beberapa pengendalian internal sangatlah penting bagi aktivitas ekuitas pemilik yang
penting. Kami akan membahas beberapa dari pengendalian tersebut dalam bagian berikut.
1. Otorisasi transaksi yang tepat. Karena setiap transaksi ekuitas pemilik umumnya bersifat
material, banyak dari transaksi tersebut harus disetujui oleh dewan direksi. Jenis
transaksi ekuitas pemilik berikut biasanya memiliki otorisasi khusus:
a. Penerbitan modal saham;
b. Pembelian kembali modal saham;
c. Pengumuman dividen.
2. Penyimpanan catatan dan pemisahan tugas yang tepat. Jika suatu perusahaan menyimpan
catatan miliknya sendiri mengenai transaksi saham dan saham yang beredar,
pengendalian internal harus memadai untuk memastikan bahwa:
a. Pemilik aktual saham diakui dalam catatan perusahaan;
b. Jumlah dividen yang benar dibayar ke pemegang saham yang memiliki saham pada
tanggal pencatatan dividen;
c. Potensi misapropriasi aktiva yang telah diminimalisasi.
Sebagai pengendalian terhadap modal saham, sebagian besar perusahaan
menyimpan pembukuan sertifikat saham dan file induk modal saham pemegang saham.
Catatan sertifikat modal saham mencatat penerbitan dan pembelian kembali modal
saham selama umur perusahaan. File induk modal pemegang saham adalah catatan
saham yang beredar pada suatu waktu tertentu. Pengendalian internal yang
mempengaruhi pembayaran dividen dapat mencakup:
a. Cek dividen yang disiapkan dari catatan sertifikat modal saham oleh seseorang
yang tidak bertanggung jawab menyimpan catatan modal saham.
b. Setelah cek disiapkan, dilakukan verifikasi independen atas nama pemegang saham
dan jumlah cek serta merekonsiliasi total jumlah cek dividen dengan total dividen
yang diotorisasi dalam notulen.
c. Akun dividen imprest yang terpisah digunakan untuk mencegah pembayaran
jumlah dividen yang lebih besar dari yang diotorisasi.
Auditing 2 & Prak Page 32
3. Panitera independen dan agen transfer saham. Setiap perusahaan yang sahamnya terdaftra
di bursa saham diwajibkan memiliki panitera independen sebagai pengendali untuk
mencegah penerbitan sertifikat saham yang tidak tepat. Tanggung jawab panitera
independen adalah memastikan bahwa saham diterbitkan oleh perusahaan sesuai dengan
provisi modal saham dalam dalam akta perusahaan dan diotorisasi dewan direksi.
Auditor sangat memperhatikan empat hal berikut ketika mengaudit modal saham dan
agio saham:
4. dengan saldokeakuratan
a. Transaksi modal saham yang ada telah dicatat (tujuan yang berkaitan dengan
transaksi kelengkapan);
b. Transaksi modal saham yang dicatat memang terjadi dan dicatat secara akurat
(tujuan yang berkaitan dengan transaksi keterjadian dan keakuratan;
c. Modal saham telah dicatat secara akurat (tujuan yang berkaitan
d. Modal saham telah disajikan dan diungkapkan secara layak (keempat tujuan
penyajian dan pengungkapan).
5. Transaksi modal saham yang ada telah dicatat. Tujuan ini dapat dengan mudah dipenuhi
apabila panitera atau agen transfer digunakan. Auditor dapat mengkonfirmasikan
apakah setiap transaksi modal saham memang terjadi serta keakuratan yanga ada dengan
mereka dan kemudian menentukan apakah semua transaksi tersebut telah dicatat.
6. Transaksi modal saham yang dicatat memang terjadi dan dicatat secara akurat. Akan
diperlukan audit yang ekstensif atas transaksi yang melibatkan penerbitan modal saham
seperti penerbitan modal saham baru secara tunai, merger dengan perusahaan lain
melalui pertukaran saham, saham sumbangan, dan pembelian saham treasuri. Auditor
dapat segera memverifikasi keakuratan pencatatan transaksi modal saham secara tunai
dengan mengkonfirmasi jumlahnya dengan agen transfer dan menelusuri jumlah
transaksi modal saham yang tercatat ke penerimaan kas.
7. Modal saham dicatat secara akurat. Auditor memverifikasi saldo akhir akun modal saham
dengan menentukan terlebih dahulu jumlah saham yang beredar pada tanggal neraca.
Auditing 2 & Prak Page 33
8. Modal saham disajikan dan diungkapkan secara layak. Sumber informasi yang paling
penting untuk menentukan apakah keempat tujuan yang berkaitan dengan penyajian dan
pengungkapan bagi aktivitas modal saham telah dipenuhi adalah akta perusahaan,
notulen rapat dewan direksi, dan analisis auditor mengenai transaksi modal saham.
Auditor harus menentukan bahwa setiap kelas saham memiliki deskripsi yang tepat,
termasuk jumlah saham yang diterbitkan dan beredar serta setiap hak khusus atas
masing-masing kelas. Auditor juga harus memverifikasi penyajian dan pengungkapan
yang tepat atas opsi saham, waran saham, dan sekuritas konvertibel dangan memeriksa
dokumen hukum atau bukti lainnya menyangkut provisi persetujuan tersebut.
Tujuan yang paling penting, termasuk yang berkenaan dengan utang dividen, adalah:
1) Dividen yang dicatat memang terjadi (keterjadian);
2) Dividen yang ada telah dicatat (kelengkapan);
3) Dividen telah dicatat secara akurat (keakuratan);
4) Dividen dibayar kepada pemegang saham yang ada (keterjadian);
5) Utang dividen telah dicatat (kelengkapan);
6) Utang dividen telah dicatat secara akurat (keakuratan).