Upload
ngohanh
View
287
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Modul PraktikuM algoritMa ii
iii
Daftar Isi
1. Larik/Array ......................................................................... 1
2. Array Dua Dimensi: Matriks ................................................ 7
3. Pencarian/Searching ..........................................................17
4. Modul Dalam Program .......................................................23
5. Pengurutan/Sorting ............................................................33
6. Penggabungan/Merging Array ..........................................53
7. Record ...............................................................................59
8. File Teks .............................................................................63
Modul PraktikuM algoritMa iiTim Dosen Program Studi Teknik Informatika
Copyright © 2012, indraPrasta Pgri PrEss.
Hak cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved
Cetakan I: Mei 2012
ISBN: 978-602-9346-**-*
indraPrasta Pgri PrEss.*******
******
iv 1
Modul Praktikum Alogaritma II
Array (Larik) adalahSuatu struktur data yang bisa menyimpan lebih dari satu data yang bertipe sama. Struktur data berbentuk larik ini diwakili oleh suatu nama variabel. Satu variabel bisa menyimpan banyak data, maka setiap data yang disimpan digunakan bilangan yang menunjukkan urutan atau disebut juga indeks, sehingga variabel array ini disebut juga variabel berindeks.
• Array (Larik) berdimensi satu disebut vektor.• Array (Larik) berdimensi dua disebut matriks.• Array (Larik) berdimensi tiga disebut tensor.
Bentuk umum atau deklarasi dari array pada Pascal adalah sebagai berikut:Var nama_array : array [a . . b] of tipe_data;
Dengan a : nilai indeks pertamab : nilai indeks terakhira dan b harus bertipe integer, dengan nilai a < nilai b.
Dengan deklarasi tersebut maka program akan mengalokasikan memori yang akan digunakan untuk menyimpan elemen-elemen array sebanyak maksimum (b-a+1).
Contoh definisi array / larik :a. nama_array : array [ 1 . . n ] of tipe_data;
contoh = A : array [1..10] of integer;b. tipe_data nama_array [n];
contoh = integer A[10];c. type larik : array [1 . . n ] of tipe_data;
nama_array : larik;contoh = type larik : array [1..10] of integer;
A : larik;
Larik/array
1
2 3
Modul Praktikum Alogaritma II Larik/Array
Pemberian nilai untuk Array pada Pascal.1. Contoh pemberian nilai untuk satu elemen array.
a. A[5] ← 51; artinya elemen kelima dari array A diberi nilai integer 51.b. B[18] ← 2.67; artinya elemen ke-18 array B diberi nilai bilangan real 2,67.c. C[6] ← ‘a’; artinya elemen ke-6 array C diberi nilai karakter / huruf a.d. C[i] ← ‘#’; artinya elemen ke-i array C diberi nilai karakter #.
2. Contoh pemberian nilai untuk beberapa elemen array yang berurutan.a. for i ← 1 to n do
A[i] ← random (1000)
endfor
artinya: elemen-elemen array A dari elemen pertama s.d. elemen ke-n diisi oleh hasil randomisasi bilangan 1 s.d. 1000
b. for i ← 11 to 25 do
A[i] ← 3*i+2
endfor
artinya: elemen-elemen array A dan elemen pertama s.d. elemen ke-n diisi oleh hasil perhitungan 3i + 2, dimana i adalah nilai indeks yang bersesuaian.
Pengaksesan Elemen-elemen Array.1. Contoh mengakses satu elemen array
a. X ← A[5]; artinya variabel x diberi nilai elemen kelima dari array A. b. Y ← B[18]; artinya variabel y diberi nilai elemen ke-18 dari array B.c. Z ← C[i]; artinya elemen ke-i dari array C diberikan kepada variabel Z.
2. Contoh mengakses beberapa elemen array yang berurutan.a. for i ← 1 to n do
P[i] ← A[i+l]
endfor
artinya : array P diberi nilai elemen array A dengan indeks ditambah satu.
b. for j ← 11 to 25 do
Z[j] ← B[j - 10]
endfor
artinya : elemen-elemen array A dan elemen ke-11 s.d. elemen ke-25 diisi oleh elemen-elemen array A dengan indeks dikurangi sepuluh.
3. Contoh mencetak / menampilkan satu elemen array.a. write(A[5]) ; artinya menampilkan nilai elemen kelima dari array A. b. write(Elemen ke-18 adalah=`,B[18]) ;
artinya menampilkan nilai elemen ke-18 dari array B.
4. Contoh mencetak / menampilkan beberapa elemen array yang berurutan
a. for i ← 1 to n do
write (A[i])
endfor
artinya : menampilkan nilai array A untuk elemen ke-1 s.d. ke-n.b. for k ← 11 to 25 do
write(’Elemen ke-’,k,’ adalah = ‘B[k])
endfor
artinya : menampilkan nilai array B untuk elemen ke-11 s.d. ke-25.5. Contoh menjumlah beberapa elemen array yang berurutan
a. for i ← 1 to n do
jumlah ← jum1ah + A[i]
endfor
artinya: menjumlah elemen-elemen array A dari elemen ke-1 s.d. ke-n.
b. for k ← 11 to 25 do
jumlah ← jumlah + B[i]
endfor
artinya: menjumlah elemen array B dari elemen ke-l1 s.d. ke-25
Contoh Program dengan menggunakan array:Program HITUNG_RATA;{Contoh Penggunaan array dalam program}var i, k, n : integer;
Jumlah : longint;
RATA : real;
A : array [0. .100] of integer;
begin
{Input Data}while A[n] <> -9 do
begin
n := n + 1;
write(‘Masukkan bilangannya : ’ ); readln(A[n]) ;
end; {end of while} n := n - 1;
writeln (‘ Banyaknya bilangan : ’, n);
4 5
Modul Praktikum Alogaritma II Larik/Array
{Mencetak Elemen array}write ( ‘Elemen array-nya adalah : ‘);
for i := 1 to n do
write (A[i],’, ‘);writeln;
{Menghitung jumlah e!emen array}for i := 1 to n do Jumlah := Jumlah + A[i];
write(‘Jumlah akhir = ’, Jumlah);
{Menghitung rata-rata}RATA := Jumlah/n;
writeln(‘ dan Rata-rata = ’,RATA);
writeln(‘ --o SELESAI o--’);
readln;
end.
Program Array_Record;
Uses crt;
Type mahasiswa = record
Nama : string;
Npm : string;
Nilai : integer;
end;
Var Mhs : array [1..10] of mahasiswa;
Jum : byte;
I,J : integer;
Procedure Input;
Begin
Writeln (‘Data Mhs’);
Write (‘ Jumlah data : ’);
Readln (Jum);
Writeln;
For I := 1 to Jum do
begin
writeln (‘Data ke- ‘, I);
write(‘Nama : ’); readln (Mhs[I].Nama);
write (‘Npm : ’); readln (Mhs[I].Npm);
write (‘Nilai :’); readln (Mhs[I].Nilai);
writeln;
end;
end;
Procedure Judul;
Begin
Clrscr;
Gotoxy(13,1); writeln(‘ DATA MAHASISWA ’);
Writeln(‘ ------------------------------ ‘);
gotoxy(3,3); write(‘No’);
gotoxy(7,3); write(‘Nama’);
gotoxy(27,3); write(‘Npm’);
gotoxy(45,3); writeln(‘Nilai’);
Writeln(‘ ------------------------------- ‘);
end;
Procedure Tampil;
Begin
for I := 1 to Jum do
begin
gotoxy(3,4 + I); write(I);
gotoxy(7,4 + I); write(Mhs[I].Nama);
gotoxy(27,4 + I); write(Mhs[I].Npm);
gotoxy(45,4 + I); write(Mhs[I].Nilai);
end;
writeln(‘ -------------------------------- ‘);
end;
{program utama}
Begin
Clrscr;
Input;
Judul;
Tampil;
Readln;
end.* * *
6 7
Modul Praktikum Alogaritma II
Jika array satu dimensi merepresentasikan struktur data berbentuk sederetan bilangan atau bias juga merepresentasikan elemen-elemen vektor, maka array dua dimensi akan merepresentasikan struktur data dari elemen-elemen matriks.
Deklarasi array pada PascalFormat pendeklarasian matriks pada pascal adalah sebagai berikut:
Var nama_matriks : array [a..b,c..d] of tipe data
Dimana a : nilai indeks pertama dimensi pertamab : nilai indeks terakhir dimensi keduaa,b,c dan d harus bertipe integer, dan a < b, serta c < d
Dengan deklarasi tersebut maka program akan mengalokasikan memori (ruang penyimpanan) yang akan digunakan untuk menyimpan data elemen-elemen array A tersebut sebanyak (b – a + 1) x (c – d + 1) buah lokasi.
Contoh:
1.var A : array [1. .8,1. .6) of integer
artinya : deklarasi suatu array 2 dimensi (matriks) yang bernama A yang akan menyimpanMaksimum 8 baris kali 6 kolom data bertipe integer dengan indeks baris 1 s.d. 8 dan indeks kolom 1 s.d. 6
2. var B : array [10. .15,6. .10 1 of real
artinya : deklarasi matriks yang bernama B yang akan menyimpan maksimum 6 baris kali Kolom data bertipe real dengan indeks baris 10 s.d. 15 dan indeks kolom 6 s.d. 10
3.var C : array [50. .100, 25. .50] of char
artinya : deklarasi suatu matriks yang bernama C yang akan menyimpan maksimum 51Baris kali 26 kolom data bertipe karakter dengan indeks baris 50 s.d. 100 dan Dan indeks kolom 25 s.d. 50.
array Dua Dimensi: matriks
2
8 9
Modul Praktikum Alogaritma II Array Dua Dimensi: Matriks
Notasi Umum untuk elemen matriks : A [i,j]Dimensi pertama, yaitu i, akan merepresentasikan indeks baris dan
dimensi kedua, yaitu j, akan merepresentasikam indeks kolom
Pemberian Nilai untuk Array pada Pascal1. Contoh pemberian nilai untuk satu elemen matriks
a. A[5,3] ← 51; artinya elemen baris kelima kolom ketiga dari matriks A diberi nilai
Integer 51.b. B [14,12] ← 3,25; artinya elemen baris ke-1 4 kolom ke-12 dari matriks B diberi
Nilai bilangan real 3,25c. B[i,j] ← ‘$ ‘; artinya elemen baris ke-i kolom ke-j dari matriks B diberi nilai
Karakter $.
2. Contoh pemberian nilai untuk beberapa elemen matriks yang berurutan a. for i ← 1 to n do
for j ← 1 to n do
write(A[i,j])
endfor
endfor
artinya : elemen-elemen matriks A dari elemen baris dan kolom pertama s.d. ke-n diisi Oleh hasil randomisasi bilangan 1 s.d. 1000
b. for i ← 6 to 20 do
for j ← 11 to 25 do
A[i,j] ← 3*i + 2*j
endfor
endfor
artinya : elemen-elemen matriks A dari baris ke-6 s.d. baris ke-20 dan kolom ke-11 s.d. kolom ke-25 diisi oleh hasil perhitungan 3i + 2j, dimana i dan j adalah nilai indeks baris dan indeks kolom yang bersesuaian.
Jawab : Algoritmanya adalah :For i ← 1 to 5 do
For j ← 1 to 5 doif i = j then A[i,j] ← i*i
else if i > j then A[i,j] ← i+jelse A[i,j] ← i – j
endifendif
endforendfor
Artinya : elemen-elemen matriks z dari kolom Dan baris ke 11 s.d. ke-25diisi oleh Elemen-elemen matriks B dengan Indeks yang sama
Contoh : Buatlah Algoritma untuk membentuk matriks berikut:
Pengaksesan Elemen-elemen Matriks 1. Contoh mengakses satu elemen matriks
a. x ← A[5,6]; artinya variabel x diberi nilai elemen baris kelima kolom ke enam darimatriks A
b. Y ← B[1,8]; artinya variabel Y diberi nilai elemen baris ke-1 kolom ke-8 dari matriks B
c. Z ← C[i,j]; artinya elemen baris ke-i kolom ke-j dari matriks C diberikan kepadaVariabel z.
2. Contoh mengakses beberapa elemen matriks yang berurutan.a. for i ← 1 to n do
for j ← 1 to n do
P[i,j] ← A[i+1,j+2]
endfor
endfor
artinya : matriks P diberi nilai elemen matriks A dengan indeks baris ditarnbah satu, dan Indeks kolom ditambah 2.
b. for i ← 11 to 25 do
for j ← 11 to 25 do
z[i,j] ← B [i,j]
endfor
endfor
1 1 2 3 4
3 4 1 2 3
4 5 9 1 2
5 6 7 16 1
6 7 8 9 25
10 11
Modul Praktikum Alogaritma II Array Dua Dimensi: Matriks
3. Contoh mencetak / menampilkan satu elemen matriks a. write(A[5,3]); artinya menampilkan nilai elemen baris kelima kolom ketiga
Dari matriks Ab. write(‘Elemen baris ke-1 kolom ke-4 adalah=’,B[18]);
artinya menampilkan nilai elemen baris ke-1 kolom ke-4 dari matriks B.
4. Contoh mencetak / menampilkan beberapa elemen matriks yang berurutan.a. for i ← 1 to n do
for j ← 1 to n do
Write(A[i,j])
endfor
writeln
endfor
b. for k ← ll to 25 do
for j ← 6 to 10 do
write(B[i,j])
endfor
writeln
endfor
Pernyataan writeln di atas merupakan perintah agar elemen-elemen baris berikutnya tercetak pada baris yang baru
5. Contoh menjumlah beberapa elemen matriks yang berurutan a. for i ← 1 to n do
for j ← 1 to n do
jumlah ← jumlah + A[i,j]
endfor
endfor
artinya: menjumlah semua elemen matriks A baris dan kolom ke-l s.d. ke-n
b. for k ← 11 to 25 do
for k ← 6 to l0 do
jumlah ← jumlah + B[i,j]
endfor
endfor
artinya : menjumlah elemen matriks B baris ke-1 1 s.d. ke-25 kolom ke-6 s.d. ke-l0
Artinya : Menampilkan semua elemen matriks A dari baris dan kolom pertama s.d. ke-n
Artinya : Menampilkan elemen matriks B untuk baris ke-11 s.d. ke-25 dan kolom ke-6 s.d. ke-10
b1
b2
. . bn
c1
c2
. . cn
b11 b12 . . b1n b21 b22 . . b2n
. . . . . . . . . . bn1 bn2 . . bnn
c11 c12 . . c1n c21 c22 . . c2n
. . . . . . . . . . cn1 cn2 . . cnn
Algoritma-algoritma Operasi Vektor dan matriks 1. Penjumlah dan Pengurangan Vektor: a ± b = C, a, b, dan c adalah vector yang berdimensi sama
± =
2. Perkalian Vektor (Dot Product):a. b = k, dimana a dan b adalah vector berdimensi sama, k adalah konstanta.
. = k
3. Penjumlah dan Pengurangan Matriks: A ± B = C, A, B, dan C adalah matriks yang berordo sama
± =
Definisi : C[i,j] ← A[i,j] ± B[i,j]
Algoritmanya :for i ← 1 to n do
for j ← 1 to n do
c[i,j] ← A[i,j] ± B[i,j]
endfor
endfor
a1
a2
. . an
Definisi : c(i) = a(i) ± b(i)
Algoritmanya :
for i ← 1 to n do
c[i] ← a[i] ± b[i]endfor
a1
a2
. . an
b1
b2
. . bn
Definisi : k = a1.b1+a2.b2 +a3.b3+. . . +an.bn
Algoritmanya :
k ← 0for i ← 1 to n do
k ← k + a[i]* b[i]endfor
a11 a12 . . a1n a21 a22 . . a2n
. . . . . . . . . . an1 an2 . . ann
12 13
Modul Praktikum Alogaritma II Array Dua Dimensi: Matriks
a11 a12 . . a1n a21 a22 . . a2n
. . . . . . . . . . an1 an2 . . ann
b1
b2
. . bn
c1
c2
. . cn
a11 a12 . . a1n a21 a22 . . a2n
. . . . . . . . . . an1 an2 . . ann
b11 b12 . . b1n b21 b22 . . b2n
. . . . . . . . . . bn1 bn2 . . bnn
c11 c12 . . c1n c21 c22 . . c2n
. . . . . . . . . . cn1 cn2 . . cnn
4. Perkalian Matriks dengan vector :A x b = c, A adalah matriks berordo n x n, b dan c adalah vector berdimensi n
X =
Definisi : ci = ai1.b1 + ai2.b2 + ai3.b3 + . . . . + ain.bn Contoh : c4 = a4i.b1 + a42.b2 + a43.b3 + . . . . + a4n.bn
Algoritmanya :for i ← 1 to n do
C[i] ← 0
for j ← 1 to n do
c[i] ← c[i] + A[i,j] * b[j]
endfor
endfor
5. Perkalian Matriks dengan Matriks:A x B = C, A, B, dan C adalah matriks yang berordo n x n
X =
Definisi : Perkalian matriks A dan B adalah perkalian antara elemen baris matriks Adengan elemen kolom matriks B untuk indeks yang bersesuaian kemudian hasil masing-masing perkalian tersebut dijumlahkan.
Cij = ai1.bij + ai2.b2j + ai3.b3j + . . . . + ain.bnj Contoh : C43 = a41.b13 + a42.b23 + a43.b33 + . . . . + a4n.bn3
Algoritmanya :for i ← 1 to n do
C[i,j] ← 0
for j ← 1 to n do
C[i,j] ← C[i,j] + A[i,k] * B[k,j]
endfor
endfor
Jika A dan B adalah matriks dengan ordo tidak sama :Misal : Am x p x Bp x n = Cm x n
Maka algoritmanya :for i ← 1 to m do
C[i,j] ← 0
for j ← 1 to p do
for j ← 1 to n do
C[i,j] ← C[i,j] + A[i,k] * B[k,j]
endfor
endfor
endfor
Program Perkalian_Matriks;uses crt;
Type
Larik = array [1..25, 1..25] of real;
Var
I,J,K = byte;
M,N,L = byte;
A,B,C = larik;
Begin
Clrscr;
Write(‘Baris matriks pertama ?’);
readln(M);
Write(‘Baris matriks pertama/baris matriks kedua ?’);
readln(N);
Write(‘Kolom matriks kedua ?’);
readln(L);
Writeln;
14 15
Modul Praktikum Alogaritma II Array Dua Dimensi: Matriks
{masukan data matriks pertama}
Writeln(‘Matriks yang pertama : ’);
for I := 1 to M do
begin
for J := 1 to N do
begin
write(‘Nilai [‘,I,’,’,J,’] ’); readln(A[I,J]);
end;
writeln;
end;
{masukan data matriks kedua}
Writeln(‘ Matriks yang kedua : ’);
for I := 1 to N do
begin
for J := 1 to L do
begin
write(‘Nilai [‘,I,’,’,J,’]?’);
readln(B[I,J]);
end;
writeln;
end;
{perkalian matriks]
for I := 1 to M do
begin
for J := 1 to N do
begin
C[I,J] := 0;
For k := 1 to L do
C[I,J] := C[I,J] + A[I,K]* B[K,J];
end;
end;
{mencetak hasil perkalian}
Clrscr;
Writeln(‘ Hasil dari perkalian matriks : ’);
Writeln;
for I := 1 to M do
begin
for J := 1 to L do
write(C[I,J]):9:2);
writeln;
end;
end.
Tugas : Buatlah program-program lainnya yang mengimplementasikan algoritma-algoritma di atas !
* * *
16 17
Modul Praktikum Alogaritma II
Proses pencarian/searching adalah proses mencari suatu data yang ditentukan pada suatu kumpulannya, misal pada suatu larik/array, linked-list, record, file, atau pada kumpulan data yang lain.
Permasalahan Pada PencarianPermasalahan pada pencarian bisa diklasifikasikan sebagai berikut :1. Dicari suatu data, misal data x, pada suatu kumpulan data, misal A. Hasil pencarian yang
diharapkan adalah suatu komentar bahwa data tersebut ditemukan atau tidak ditemukan.2. Dicari suatu data, misal data x, pada suatu kumpulan data, misal A. Hasil pencarian yang
diharapkan adalah suatu status bahwa data tersebut ditemukan atau tidak ditemukan.3. Dicari suatu data, misal data x, pada suatu larik/array, misal array A. Hasil pencarian yang
diharapkan adalah posisi yaitu nomor urut atau indeks data itu pada array tersebut.
Algoritma Pencarian 1. Pencarian Beruntun (Linear Searching)
Ide pencarian : elemen yang dicari dibandingkan dengan elemen-elemen yang ada padaKumpulan data tempat pencarian satu persatu mulai dari elemen pertama.
Algoritma : CARI(A, N, X)
{Mencari data x pada array A yang elemennya sebanyak N}Read (x)
I ← 1
While x <> A(I) AND I <= N do
I ← I + 1
endwhile
Pengaturan Hasil (output)Sesuai permasalahan pada pencarian yang dikemukakan di atas maka pengaturan hasil/ output yang diinginkan dari proses pencarian tersebut bisa disesuaikan dengan permasalahan di atas, yaitu :
Pencarian/searching
3
18 19
Modul Praktikum Alogaritma II Pencarian/Searching
1. Jika hasil yang diinginkan berupa komentar bahwa data x ditemukan atau tidak :if I <= N then
write (x,‘ ditemukan’)
else
write(x,‘ tidak ditemukan’)
endif
2. Jika hasil yang diinginkan berupa status bahwa data x dtemukan atau tidak: if I <= N then
Ketemu ← TRUE
else
Ketemu ← FALSE
endif
3. Jika hasil yang diinginkan berupa indeks data x pada array A:if I <= N then
Hasil ← I
else
Hasil ← 0 { misal jika tidak ditemukan maka variabel hasil diberi endif nilai 0
3. Pencarian Biner/Bagi Dua (Binary Searching) (Khusus untuk pencarian pada array yang sudah terurut)
Ide pencarian: elemen yang dicari dibandingkan dengan elemen tengah dari kumpulan data tempat pencarian. Jika sama maka data yang dicari ditemukan, jika tidak sama (dalam ini belum ditemukan) maka data yang dicari itu dibandingkan lagi dengan elemen tengah tersebut. Jika lebih kecil maka pencarian dilanjutkan ke bagian array sebelah kiri (bagian yang lebih kecil dan elemen tengah). Sebaliknya jika lebih besar maka pencarian dilanjutkan di sebelah kanan elemen tengah.
Ulangi langkah tersebut sampai ditemukan alan kumpulan data tidak bisa dibagi lagi menjadi dua bagian .
Algoritma : CARl (A, N, X){Mencari data x pada array A yang elemennya sebanyak N}Read (x)
a ← 1
b ← N
ketemu ← FALSE
while ketemu and a < b do
T ← (a+b) mod 2
if x = A(T) then ketemu ← TRUE
else if x < A(T) then b ← T - 1
else a ← T + 1
endwhile
Pengaturan Hasil (output) 1 .Jika hasil yang diinginkan berupa komentar bahwa data x ditemukan atau tidak:
if ketemu = TRUE then
write (x,‘ditemukan’)
else
write(x,‘tidak ditemukan’)
endif
2. Jika hasil yang diinginkan berupa status bahwa data x dtemukan atau tidak maka variabel ketemu tersebut menunjukkan status bahwa data yang dicari ditemukan atau tidak.’
3. Jika hasil yang diinginkan berupa indeks data x pada array A :if ketemu = TRUE then
Hasil ← T
else
Hasil ← 0 {misal jika tidak ditemukan maka variable hasil diberi nilai 0}
endif
Algoritma Searching Urut
Langkah 0 : Baca Vektor yang diketahui, misalnya sebagai vektor A dengan N elemen.
Langkah 1 : Baca data yang akan dicari, misal DATA.Langkah 2 : (Inisialisasi)
Tentukan : Ada = False
20 21
Modul Praktikum Alogaritma II Pencarian/Searching
Langkah 3 : (Proses Pencarian)Untuk I = 1 sampai N kerjakan langkah 4
Langakah 4 : Test apakah : DATA = A[I]?Jika Ya, (berarti data ketemu), tentukan ;Ada = True, Posisi = I dan I = N
Langkah 5 : (Menambah data pada vektor, jika diperlukan)Test apakah Ada = False ?Jika Ya, ( data tidak ketemu), tentukan :N = N + 1, dan A[I]= DATA
Langkah 6 : Selesai
Algoritma Searching Biner
Langkah 0 : Baca vektor yang diketahui, misal vektor A dengan N buah elemen, dan urutkan secara urut naik
Langkah 1 : Baca elemen yang akan dicari, misal DATA
Langkah 2 : ( Inisialisasi)
Tentukan Ada = False, Atas = N, dan Bawah = 1
Langkah 3 : Kerjakan langkah 4 dan 5 selama Atas >= Bawah
Langkah 4 : (Menentukan batas subvektor)
Tentukan : Tengah = ( Atas + Bawah ) div 2
Langkah 5 : Test nilai data terhadap A [Tengah]
Jika DATA > A [Tengah], (ada di subvektor 2),
Tentukan: Bawah = Tengah + 1
Jika DATA = A [Tengah], (ada disubvektor 1),
Tentukan : Atas = Tengah – 1
Jika Data = A [Tengah], (ketemu),
Tentukan : Ada = True
Posisi = Tengah, dan
Bawah = Atas + 1
Langkah 6 : Selesai
Contoh Program binary_search;
Uses crt;
Type Tipe_larik = word;
Larik = array [1..8] of tipe_larik;
Procedure caribiner ( x : larik; cari :tipe_larik; Bawah,atas
: word;
Var urutketemu : word);
Var tengah : word;
begin
if bawah > atas then urutketemu := 0
else
begin
tengah := (bawah + atas) div 2 ;
if cari = x[tengah] then
urutketemu := tengah
else
if cari < x[tengah] then
caribiner(x, cari, bawah, tengah-1,
urutketemu)
else
caribiner(x, cari, tengah+1, atas,
urutketemu);
end;
end;
type nama = string[20];
const
npm : larik = (1234, 1235, 1236, 1237, 1238, 1239, 1240,
1241);
nama_mhs : array [1..8] of nama =
(‘arief’,’ani’,budi’,’citra’,dewi’,’erni’,’fanny’,’ghana’)
;
22 23
Modul Praktikum Alogaritma II
var
cari : word;
ketemu : word;
lagi : char;
begin
lagi := ‘Y’;
while upcase(lagi) = ‘Y’ do
begin
clrscr;
write(‘NPM mahasiswa yang dicari: ’);
readln(cari);
writeln;
caribiner(npm, cari, 1, 8, ketemu);
if ketemu = 0 then
writeln(‘npm mahasiswa ini tidak ada’);
else
begin
writeln(‘ NPM mahasiswa : ’, npm[ketemu]);
writeln(‘Nama mahasiswa : ’, namamhs[ketemu]);
end; writeln;
write(‘cari yang lain lagi (Y/T) ?’); readln(lagi);
end;
end.
Modul dalam program atau disebut juga sub program atau routine atau sub routine adalah bagian program yang mengerjakan sebagian masalah yang akan diselesaikan oleh program tersebut. Suatu program yang akan menyelesaikan suatu masalah yang besar dan kompleks sebaiknya masalah tersebut dibagi-bagi menjadi masalah-masalah yang kecil agar lebih mudah untuk menyelesaikannya. Kemudian dalam implementasinya masalah-masalah yang kecil tersebut diselesaikan dengan pembuatan modul. Sifat dari implementasi suatu program dengan modul-modul disebut sifat modularitas. Program yang baik apabila sifat modularitasnya tinggi.
Keuntungan penerapan modul dalam program :1. Mempermudah dalam pemeliharaan (rnendeteksi kesalahan. perbaikan, modifikasi. dll) 2. .Jika banyak bagian program yang harus dikerjakan berulang-ulang maka hemat dalam .penulisan baris-baris instruksi.3. Mempermudah dalam pembacaan dan pemahaman program.
Pada saat eksekusi program, apabila suatu modul dipanggil (eksekusi program sudahmencapai modul tersebut) maka eksekusi program berpindah ke modul tersebut, kemudian jika sudah selesai maka kembali lagi ke program utama. Suatu modul bisa memanggil maupun dipanggil oleh modul lain.
moDuL DaLam Program
4
* * *
24 25
Modul Praktikum Alogaritma II Modul Dalam Program
Struktur program dengan modul dalam Pascal :1. Nama Program 2. Deklarasi Variabel Global 3. Penulisan Modul-modul yang dipanggil 4. Program Utama
Struktur modul dalam Pascal: 1. Nama Modul (dan parameter Formalnya) 2. Deklarasi Variabel Lokal 3. Penulisan modul-modul lain yang dipanggil (jika ada) 4. Isi Modul
Beberapa Istilah pada modul :
1. Variabel Global adalah suatu variabel yang dideklarasikan pada awal program utama dan bisa digunakan oleh semua bagian dari program tersebut, termasuk rnodul-rnodulnya.
2. Variabel Lokal adalah suatu variabel yang dideklarasikan pada suatu modul dan hanya bisa digunakan pada modul tersebut.
3. Parameter Formal adalah suatu parameter/variabel yang digunakan pada deklarasi/pende-finisian suatu modul.
Program Utama1. . . . .2. . . . . 3. . . . . 4. . . . . 5. Modul 16. . . . . 7. . . . .8. Modul 29. . . . .10. Modul 111. . . . . 12. . . . . 13. Modul 114. . . . .15. . . . . 16. Modul 317. . . . . 18. . . . .dst
Modul 11. . . .2. . . . 3. . . . dst
Modul 21. . . . . 2. . . . .dst
Modul 31. . . . . 2. . . . .3. Modul 24. . . . . dst
4. ParameterAktual adalah suatu parameter yang digunakan untuk memanggil suatu modul.5. Parameter Input adalah suatu parameter yang digunakan untuk memasukkan data yang
akan diproses oleh modul.6. Parameter Output adalah suatu parameter yang digunakan untuk mengirimkan hasil proses
dan suatu modul kepada yang memanggil modul tersebut.
Modul dalam Bahasa Pemrograman:Pada hampir semua bahasa pemrograman, terdapat dua jenis modul, yaitu : Prosedur (procedure) dan fungsi (Function).
Contoh deklarasi prosedur dan fungsi dalam Pascal:
1. Procedure InputData(var A:array of integer; var I:integer);
arti : deklarasi dari prosedur bernama lnputData dengan parameter formal array Adan Integer I. Parameter A dan I tersebut keduanya merupakan parameter output.
2. Procedure CetakArray(A:array of integer; N:integer);arti : deklarasi dari prosedur bernama CetakArray dengan parameter formal array A
dan integer N. Parameter A dan N tersebut keduanya merupakan parameter input.
3. Procedure HitungJumlah(A:array of integer; X:integer;
var Total:longint);
arti : deklarasi dan prosedur bernama HitungJumlah dengan parameter formal array A dan integer X, dan longinteger Total. Parameter A dan X merupakanparameter input, sedangkan parameter Total adalah parameter output.
4. procedure InputData;
arti : deklarasi dan prosedur bernama InputData tanpa parameter apapun.
5. function Total (B:array of integer; X:integer) :longint;
arti : deklarasi dari fungsi bernama Total dengan parameter formal array B dan integer X. Parameter B dan X tersebut keduanya merupakan parameter input.
Fungsi ini akan mengembalikan hasil suatu data bertipe Long integer.
Pada fungsi tidak ada parameter output, karena suatu fungsi akan selalu mengembalikan hasil kepada yang memanggil.
6. function MAX(D:array of integer; N:integer) :integer;
arti : deklarasi dan fungsi bernama Max dengan parameter formal array D dan integer N. Fungsi ini akan mengembalikan hasil suatu data bertipe integer.
26 27
Modul Praktikum Alogaritma II Modul Dalam Program
Contoh pemanggilan prosedur dan fungsi dalam Pascal:
1. InputData(A,n);
{ Panggil prosedur InputData dengan parameter aktual A dan n sesuai denganDeklarasi prosedurnya}
2. CetakArray(A,n);
{ Panggil prosedur CetakArray dengan parameter aktual A dan n sesuai dengan deklarasi prosedurnya}.
3. HitungJumlah(A,n,Jumlah);
{ Panggil prosedur HitungJumlah dengan parameter aktual A, n dan Jumlah sesuai dengan deklarasi prosedurnya }.
4. InputData;
{ Panggil prosedur InputData tanpa parameter apapun sesuai dengan deklarasi prosedurnya}.
5. Jumlah := Total(A,n);
{ Panggil Fungsi Total dengan parameter aktual A dan n sesuai dengan deklarasi fungsinya, dan hasil yang diberikan oleh fungsi tersebut akan disimpan dalam variabel Jumlah}.
6. Maksimum : MAX(A,n);
{ Panggil Fungsi MAX dengan parameter aktual A dan n sesuai dengan deklarasi fungsinya, dan hasil yang diberikan oleh fungsi tersebut akan disimpan dalamvariabel Maksimum}.
Pemanggilan Fungsi
Pemanggilan suatu fungsi bisa dilakukan dengan 4 cara:
1. Di simpan (di-assign) dalam suatu variabel, contoh seperti di atas.
2. Dioperasikan dengan variabel lain atau dengan bilangan dan hasilnya Di simpan (di-assign) dalam suatu variabel Contoh : Rata_rata := Total(A,n)/n;
artinya: bahwa hasil pemanggilan fungsi Total langsung dibagi dengan variabel n dan hasilnya disimpan dalam variabel rata-rata.
3. Langsung dicetak, Contoh : write (MAX(A,n)), artinya : bahwa hasil pemanggilan fungsi Max
langsung dicetak. 4. Untuk Uji Kondisi
Contoh: if (MAX(A,n)) < 100 then …….artinya bahwa hasil pemanggilan fungsi Max dijadikan sebagai uji kondisi IF-THEN
Contoh-contoh Program menggunakan modul:
Procedure faktorial(n: byte; var hasil: longint);
Begin
If N <= 1 then hasil := 1
Else Begin
Faktorial(N-1, hasil);
Hasil := N*hasil;
End; end;
Var N : byte; F : longint;
Begin
Write(‘Berapa faktorial? ’); readln(N);
Faktorial(N,F); Writeln(‘Faktorial = ’,F); readln;
End.
Function factorial (N: byte): longint;
Begin
If N <= 1 then faktorial := 1;
Else Faktorial := N*faktorial (N-1);
End;
Var N: byte;
Begin
Write (‘ berapa faktorial? ’); readln(N);
Writeln(‘ Faktorial = ’,Faktorial (N)); readln;
End.
28 29
Modul Praktikum Alogaritma II Modul Dalam Program
Function Fibonacci (n: word): word;
Begin
If n < 2 then Fibonacci := n
Else Fibonacci := Fibonacci(n-2) + Fibonacci(n-1);
End;
Var n: word;
Begin
Write(‘ suku ke berapa? ’); readln(n);
Writeln(‘nilai suku ke ‘,n,’ adalah ‘, Fibonacci(n));
readln;
End.
Function Fibonacci (n:word):word;
Begin
If n < 2 then Fibonacci := n;
Else begin
Fibobawah := 0;
Fiboatas := 1;
For i := 2 to n do
Begin
X := fibobawah; Fiboatas := fiboatas;
End; Fibonacci := fiboatas;
End; end;
Var n : word;
Begin
Write(‘suku ke berapa? ’);readln(n);
Writeln(‘nilai suku ke ‘,n,’ adalah ‘,Fibonacci(n));
readln;
End.
Program HITUNG_RATA_1;
{ Contoh Penggunaan Procedure dan array)var k, n, bil : integer;
Jumlah : longint;
RATA : real;
A : array[0. .100]of integer;
procedure InputData(var A:array of integer;
var I:integer);
begin
while A[I] <> -9 do begin
I : I + 1;
write (‘Masukkan bilangannya : ‘) ; readln(A[I]);
end; {end of while}
I:= I-1;
end; {end of procedure}
procedure CetakArray(A:array of integer; N:integer);
var i : integer;
begin
for i := 1 to N do write(A[i],‘, ‘);
end;
procedure HitungJumlah( A:array of integer; X : integer;
var Total:longint);
var i : integer;
begin
for i := 1 to X do Total := Total + A(i];
end; {end of procedure}
{Program Utama}
begin
InputData (A,n) ; {Panggil prosedur InputData}
writeln (‘Banyaknya bilangan : ‘ ,n);
write (‘Elemen array-nya adalah : ‘);
CetakArray(A,n); {Panggil prosedur CetakArray}
writeln;
HitungJumlah(A,n,Jumlah); {Panggil HitungJumlah}
write(‘ Jumlah akhir = ‘,Jumlah);
RATA := Jumlah/n; writeln (‘ dan Rata-rata = ‘,RATA);
writeln (‘ --o SELESAI o---’);
readln;
end.
30 31
Modul Praktikum Alogaritma II Modul Dalam Program
Program HITUNG_RATA_2;
{ Contoh Penggunaan Procedure dan array}
var k, n : integer;
Jumlah : longint;
RATA : real;
A : array[0. .l00]of integer;
procedure InputData;
begin
while A[n] <> -9 do begin
n := n + 1;
write(‘Masukkan bilangannya : ‘) ; readln (A[n]);
end; {end of while}
n := n — 1;
end; {end of procedure}
procedure CetakArray;
var i : integer;
begin
for i := 1 to n do write (A[i],‘, ‘);
end;
procedure HitungJumlah(var Total:longint);
var i : integer;
begin
for i := 1 to n do
Total := Total + A[i];
end; {end of procedure}
begin {Program Utama}
InputData; {Panggil prosedur InputData}
writeln (‘Banyaknya bilangan : ‘,n);
write (‘Elemen array-nya adalah : ‘);
CetakArray; {Panggil prosedur CetakArray}
writeln;
HitungJumlah(Jumlah); {Panggil HitungJumlah}
write (‘Jumlah akhir = ‘ , Jumlah);
RATA := Jumlah/n;
writeln (‘ dan Rata-rata = ‘ ,RATA);
writeln(’ --o SELESAI o--’);
readln;
end.
Program HITUNG_RATA_3;
{Contoh Penggunaan Function dan array)
var k, n, Maksimum, Minimum : integer;
Jumlah : longint; RATA : real;
A : array[0..l00] of integer;
procedure InputData;
begin
while A[n] <> -9 do begin
n := n + 1;
write(‘Masukkan bilangannya : ‘); readln(A[n]);
end; {end of while}
n := n — 1;
end; {end of procedure}
procedure CetakArray;
var i integer;
begin
for i := 1 to n do write(A[i],‘, ‘);
end;
function Total (B:array of integer; X:integer):longint;
var i : integer;
temp : longint;
begin
temp := 0;
for i := 1 to X do temp := temp + B[i];
Total := temp;
end; {end of function}
function MIN(B:array of integer; X:integer):integer;
var i : integer;
temp : integer;
begin
temp := B[1);
for I := 2 to X do if temp > B[i] then temp := B[i);
32 33
Modul Praktikum Alogaritma II
MIN := temp;
end; {end of function}
function MAX(D:array of integer; N:integer):integer;
var i : integer;
temp : integer;
begin
temp := D[1];
for i:= 2 to N do if temp < D[i] then temp :=D[i];
MAX := temp;
end; {end of function}
begin { Program Utama}
InputData;
writeln(’Banyaknya bilangan : ‘,n);
write(’Elemen array-nya adalah : ‘);CetakArray; writeln;
Jumlah := Total(A,n); write(’Jumlah akhir =
‘,Jumlah);
RATA := Jumlah/n; writeln(’ dan Rata-rata = ‘,RATA);
Minimum := MIN(A,n); writeln(’Elemen terkecil =
‘,Minimum);
Maksimum := MAX(A,n); writeln(’Elemen terbesar =
‘,Maksimum);
writeln(’ --o SELESAI 0--’); readln;
end.
Untuk memudahkan dalam proses pengurutan dan sekumpulan data maka sekumpulan data tersebut disimpan dalam suatu array (larik) atau senarai berkait (link-listed).
1. Pengurutan GELEMBUNG (Bubble Sort).
Ide Pengurutan : misal untuk pengurutan naik (Ascending).Dimulai dari elemen terakhir (paling kanan) kemudian dibandingkan dengan elemen depannya (sebelah kirinya). Jika elemen tersebut lebih kecil dari elemen depannya maka terjadi pertukaran posisi dua elemen tersebut (karena pengurutan naik maka elemen kanan harus lebih besar dari elemen kiri). Kemudian dibandingkan lagi dengan elemen didepannya dan seterusnya sampai dengan elemen paling kiri. Dalam satu langkah ini akan diperoleh satu elemen paling kiri sudah dalam posisi terurut. Langkah tersebut diulangi terus sampai semua elemen dalam posisi terurut.
Contoh :Misal elemen-elemen yang akan diurutkan disimpan dalam array, yaitu A = [6, 2, 9, 3. 7,4]
Langkah 1 : 6 2 9 5 7←4 : 4 < 7 maka terjadi pertukaran6 2 9 3←4 7 : 4 > 3 maka tidak terjadi pertukaran 6 2 9←3 4 7 : 3 < 9 maka terjadi pertukaran 6 2←3 9 4 7 : 3 > 2 maka tidak terjadi pertukaran 6←2 3 9 4 7 : 2 < 6 maka terjadi pertukaran 2 6 3 9 4 7 : Elemen pertama yaitu 2 sudah terurut.
Langkah 2 : 2 6 3 9 4←7 : 7 > 4 maka tidak terjadi pertukaran 2 6 3 9←4 7 : 4 < 9 maka terjadi pertukaran 2 6 3←4 9 7 : 4 > 3 maka tidak terjadi pertukaran 2 6←3 4 9 7 : 3 < 6 maka terjadi pertukaran 2 3 6 4 9 7 : Elemen kedua yaitu 3 sudah terurut.
Pengurutan/sorting
5
* * *
34 35
Modul Praktikum Alogaritma II Pengurutan/Sorting
Langkah 3 : 2 3 6 4 9←7 : 7 < 9 maka terjadi pertukaran 2 3 6 4←7 9 : 7 > 4 maka tidak terjadi pertukaran 2 3 6←4 7 9 : 4 < 6 maka terjadi pertukaran 2 3 4 6 7 9 : Elemen ketiga yaitu 4 sudah terurut.
Langkah 4 : 2 3 4 6 7←9 : 9 > 7 maka tidak terjadi pertukaran 2 3 4 6←7 9 : 7 > 6 maka tidak terjadi pertukaran 2 3 4 6 7 9 : Elemen keempat yaitu 6 sudah terurut.
Langkah 5 : 2 3 4 6 7←9 : 9 > 7 maka tidak terjadi pertukaran 2 3 4 6 7 9 : Elemen kelima yaitu 7 sudah terurut
Pada akhir langkah kelima ini tinggal satu elemen terakhir (elemen ke-6) yang belum diproses, tetapi karena tinggal satu elemen maka dengan sendirinya sudah menempati urutan yang benar (sudah terurut) sehingga Iangkah tidak perlu dilanjutkan (selesai).
Algoritma : Ascending
algoritma Bubble_Sort (A, n)
1. for i ← 1 to n-1 do
2. for j ← n to I do
3. if A[j] < A[j—1) then TUKAR(A[j],A[j—1])
4. endfor
5. endfor
Algoritma prosedur TUKAR: 6. TUKAR(x,y);
7. Temp ← x; x ← y; y ← Ternp;
8. end;
Contoh Program :
Program Urut_BUBBLE;
uses crt;
var i,j,k,temp,n : integer;
A, B, C : array [1..100] of integer;
begin
clrscr; textcolor(12);
write(’Banyaknya Elemen Array : ‘) ; readln(n);
{Input Data}
for i := 1 to n do A[i]:= random(l000);
{Cetak Array Sebelum Pengurutan}
writeln; textcolor(15);
write(’Sebelum diurutkan : ‘);
for i := 1 to n do write(A[i),’ ‘);
writeln; textcolor(15);
writeln(’Proses Pengurutan Bubble : ‘);
for i := 1 to n-1 do begin
for j := n downto i+1 do begin
if A[j-1] > A[j] then begin
temp := A[j-1];
A[j—1] := A[j];
A[j] := temp;
end;
end;
{Cetak Array tiap langkah pengurutan:}
writeln; write(’Hasil akhir langkah ke-’,i,’ : ‘);
for k := 1 to n do write(A[k],’ ‘);
end;
{Cetak Array Setelah Pengurutan}
writeln; writeln;
textcolor(15) ; write(’Hasil Pengurutan Bubble : ‘)
for i := 1 to n do write(A[i],’ ‘);
readln;
end.
2. Pengurutan GRAVITASI (Gravitasion Sort)
ide Pengurutan: Mirip dengan Bubble Sort tetapi dimulai dari elemen pertama (paling kiri) dan dibandingkan dengan elemen di belakangnya (sebelah kanannya), sehingga pada akhir langkah pertama diperoleh elemen terakhir sudah dalarn posisi terurut. Demikian seterusnya.
36 37
Modul Praktikum Alogaritma II Pengurutan/Sorting
Contoh: Urutkan naik elemen-elemen array A = [6, 2, 9, 3, 7, 4]
Langkah 1 : 6→2 9 3 7 4 : 6 > 2 maka terjadi pertukaran2 6→9 3 4 7 : 6 > 9 maka tidak terjadi pertukaran2 6 9→3 4 7 : 9 > 3 maka terjadi pertukaran2 6 3 9→4 7 : 9 > 4 maka terjadi pertukaran2 6 3 4 9→7 : 9 > 7 maka terjadi pertukaran2 6 3 4 7 9 : Elemen terakhir yaitu 9 sudah terurut.
Langkah 2 : 2→6 3 4 7 9 : 2 < 6 maka tidak terjadi pertukaran2 6→3 4 7 9 : 6 > 3 maka terjadi pertukaran2 3 6→4 7 9 : 6 > 4 maka terjadi pertukaran2 3 4 6→7 9 : 6 < 7 maka tidak terjadi pertukaran2 3 4 6 7 9 : Elemen kelima yaitu 7 sudah terurut.
Langkah 3 : 2→3 4 6 7 9 : 2 < 3 maka tidak terjadi pertukaran2 3→4 6 7 9 : 3 < 4 maka tidak terjadi pertukaran 2 3 4→6 7 9 : 4 < 6 maka tidak terjadi pertukaran2 3 4 6 7 9 : Elemen keempat yaitu 6 sudah terurut.
Langkah 4 : 2→3 4 6 7 9 : 2 < 3 maka tidak terjadi pertukaran2 3→4 6 7 9 : 3 < 4 maka tidak terjadi pertukaran 2 3 4 6 7 9 : Elemen ketiga yaitu 4 sudah terurut.
Langkah 5 : 2→3 4 6 7 9 : 2 < 3 maka tidak terjadi pertukaran2 3 4 6 7 9 : Elemen kedua yaitu 3 sudah terurut
Pada akhir langkah kelima ini tinggal satu elemen pertama yang belum diproses, tetapi karena tinggal satu elemen maka dengan sendirinya sudah menempati urutan yang benar (sudah terurut) sehingga langkah tidak perliu dilanjutkan (selesai).
Algoritma : Ascending
algoritma Gravitation_Sort (A, n)
1. for i ← 1 to n—i do
2. for j ← 1 ton-i do
3. if A[j] > A[j+1) then TUKAR(A[j],A[+i])
4. endfor
5. endfor
Algoritma prosedur TUKAR:
6. TUKAR(x,y);
7. Temp ← x; x ← y; y ← Temp;
8. end;
Contoh Program :
Program Urut_GRAVITASI;
uses crt;
var i,j,k,temp,n integer;
A, B, C array [1..100] of integer;
begin
clrscr; textcolor(12);
write(’Banyaknya Elemen Array : ‘); readln(n);
{Input Data}
for i := 1 to n do
begin
write(’Elemen ke-’ ,i,’: ‘); readln(A[i]);
end;
{Cetak Array Sebelum Pengurutan}writeln; textcolor(15); write(’Sebelum diurutkan : ‘);
for i := l to n do
write(A[i],’ ‘);
writeln; textcolor(15);
writeln; writeln(’Proses Pengurutan Gravitasi : ‘);
for i := 1 to n-1 do begin
for j := 1 to n-i do begin
if A[j] > A[j+1] then begin
temp := A[j+1];
A[j+1] := A[j];
A[j] := temp;
end;
end;
writeln; textcolor(i);
38 39
Modul Praktikum Alogaritma II Pengurutan/Sorting
{Cetak Array tiap Iangkah pengurutan :}write(’Hasil akhir langkah ke-’,i,’ : ‘);
for k := 1 to n do
write(A[k],’ ‘);
end;
{Cetak Array Setelah Pengurutan}writeln; writeln; textcolor(15);
write(’Hasil Pengurutan Gravitasi : ‘);
for i := 1 to n do
write(A[i],’ ‘);
writeln; writeln; textcolor(10);
write (’Sudah terurut dengan benar khan ..?‘);
readln;
end.
3. Pengurutan SELEKSI (Selection Sort)
Ide Pengurutan: Pemilihan elemen-elemen ekstrim, paling besar (maksimum) atau paling kecil (minimum), kemudian ditempatkan pada posisi yang sesuai. Langkah tersebut diulangi untuk elemen-elemen sisanya, sampai semua elemen terurut.Berdasarkan ide tersebut maka terdapat 4 variasi dalam pengurutan seleksi ini, yaitu: 1. Pengurutan Naik : Pemilihan maksimum, ditempatkan di bagian akhir. 2. Pengurutan Naik : Pemilihan minimum, ditempatkan di bagian awal. 3. Pengurutan Turun : Pemilihan maksimum, ditempatkan di bagian awal. 4. Pengurutan Turun : Pemilihan minimum, ditempatkan di bagian akhir.
Contoh:
Urutkan naik elemen-elemen array A = [6, 9, 7, 3, 2, 4] dengan pemilihan maksimum.
Langkah 1 : 6 9 7 3 2 4 : maksimumnya 9 (elemen ke-2) ditukar dengan 4 (elemen ke-6)
Hasilnya : 6 4 7 3 2 9
Langkah 2 : Elemen sisanya (yang belum terurut) : 6 4 7 3 26 4 7 3 2 : maksimumnya 7 (elemen ke-3)
ditukar dengan 2 (elemen ke-5) Hasilnya : 6 4 2 3 7 9
Langkah 3 : Elemen sisanya (yang belum terurut) : 6 4 2 36 4 2 3 : rnaksimumnya 6 (elemen ke-l)
ditukar dengan 3 (elemen ke-4) Hasilnya : 3 4 2 6 7 9
Langkah 4 : Elemen sisanya (yang belum terurut): 3 4 23 4 2 : maksimumnya 4 (elemen ke-2)
ditukar dengan 2 (elemen ke-3) Hasilnya : 3 2 4 6 7 9
Langkah 5 : Elemen sisanya (yang belum terurut): 3 23 2 : maksimumnya 3 (elemen ke-l)
ditukar dengan 2 (elemen ke-2) Hasilnya : 2 3 4 6 7 9
Pada akhir langkah ke-5 ini tinggal satu elemen yang belum diproses, tetapi karena sudah pasti menempati posisi yang sesuai maka proses tidak perlu dilanjutkan (selesai).
Algoritma : Ascending dengan memilih maksimum
algoritma Selection_Sort (A, n)
1. for i ← l to n—l do
2. imaks = 1;
3. for j ← 2 to n-i+1 do
4. if A[j] > A[imaks] then imaks ← j
5. endfor
6. TUKAR(A[imaks] ,A[n-i+l)
7. endfor
Algoritma prosedur TUKA R: 8. TUKAR(,y);
9. Temp ← x; x ← y; y ← Temp;
10. end
Silahkan dibuat programnya dan modifikasilah untuk tiga variasi yang lain.
40 41
Modul Praktikum Alogaritma II Pengurutan/Sorting
Contoh Program:
program Urut_SELEKSI;
uses crt;
var i,j,k,temp,imaks,n : integer ;
A,B,C : array [1. .100] of integer;
begin
clrscr; textcolor(10);
write(’Banyaknya Elemen Array: ‘); readln(n);
{lnputData}for i := 1 to n do begin
write(’Elemen ke-’ ,i, ’: ‘); readln(A[i]);
end;
{Cetak Array Sebelum Pengurutan)writeln; textcolor(15); write(’Sebelum diurutkan : ‘);
for i := 1 to n do write(A[i],’ ‘);
writeln; writeln; textcolor(15);
writeln(’Proses Pengurutan Seleksi : ‘);
for i := 1 to n-1 do begin
imaks := i;
for j := i+1 to n do
if A[j] < A[imaks] then imaks := j;
{Tukar A[j] dengan A[imaks]}temp := A[imaks];
A[imaks] := A[i];
A[i] := temp;
writeln; textcolor(i);
{Cetak Array tiap langkah pengurutan:}write (‘Hasil akhir langkah ke-’ , i ,’ : ‘);
for k := 1 to n do
write(A[k],’ ‘);
end;
{Cetak Array Setelah Pengurutan}textcolor(15); write(’Hasil Pengurutan Seleksi : ‘);
Dari gambar di samping :Misalkan elemen ke -1 s.d. ke-5sudah terurut. Maka sekarang kita ilustrasi-kan langkah pengurutan untuk elemen ke-6 :
for i := 1 to n do write(A[i],’ ‘ );
readln;
end.
4. Pengurutan SISIP (Insertion Sort) Ide Pengurutan : Ambil sembarang elemen (misal secara beruntun mulai dari elemen kedua), bandingkan dengan elemen-elemen didepannya untuk rnendapatkan posisi yang sebenarnya (posisi terurut). Jika posisi yang benar sudah diperoleh maka tempatkan elemen tersebut ke posisi yang benar tersebut.
Langkah untuk pengurutan naik :1. Anggap elemen pertama sudah dalam kondisi terurut. 2. Mulai elemen kedua sampai elemen terakhir lakukan :
2.1. Simpan elemen tersebut dalam variabel temporary 2.2. Bandingkan dengan elemen depannya:
− Jika lebih kecil maka bandingkan lagi dengan elemen depannya lagi − Jika Iebih besar maka lakukan pergeseran elemen-elemen dari elemen sebelum
elemen tersebut sampai elemen setelah elemen yang lebih kecil itu ke kanansatu langkah, dan isilah (assign-lah) posisi yang ditinggalkan oleh elemen yang digeser tersebut yang paling kiri dengan niali variable temporary tadi.
3. Ulangi untuk elemen-elemen berikutnya sampai semua elemen terurut.
Ilustrasi,: Pengurutan naik
Elemen ke : 1 2 3 4 5 6 7 8
Setelah elemen ke-6 dibanding-bandingkan dengan elemen-elemen didepannya ternyata seharusnya elemen ke-6 menempati elemen ke-2, maka elemen ke-2 sampai ke-5 digeser ke kanan satu langkah, dan elemen ke-2 di isi oleh elemen ke-6.
42 43
Modul Praktikum Alogaritma II Pengurutan/Sorting
Contoh: Urutkan naik elemen-elemen array A = [6 9 7 3 2 4]
Langkah 1 : Ambil Elemen kedua6←9 7 3 2 4 : 9 > 6 maka tidak terjadi pertukaran
Hasilnya 6 9 7 3 2 4
Langkah 2 : Ambil elemen ketiga
6 9←7 3 2 4 : 7 < 9 maka terjadi pertukaran
6←7 9 3 2 4 : 7 > 6 maka tidak terjadi pertukaran
Hasilnya 6 7 9 3 2 4
Langkah 3 : Ambil elemen keempat6 7 9←3 2 4 : 3 < 9 maka terjadi pertukaran6 7←3 9 2 4 : 3 < 7 maka terjadi pertukaran 6←3 7 9 2 4 : 3 < 6 maka terjadi pertukaran
Hasilnya 3 6 7 9 2 4
Langkah 4 : Ambil elemen kelima
3 6 7 9←2 4 : 2 < 9 maka terjadi pertukaran
3 6 7←2 9 4 : 2 < 7 maka terjadi pertukaran3 6←2 7 9 4 : 2 < 6 maka terjadi pertukaran3←2 6 7 9 4 : 2 < 3 maka terjadi pertukaran
Hasilnya 2 3 6 7 9 4
Langkah 5 : Ambil eleman keenam2 3 6 7 9←4 : 4 < 9 maka terjadi pertukaran 2 3 6 7←4 9 : 4 < 7 maka terjadi pertukaran2 3 6←4 7 9 : 4 < 6 maka terjadi pertukaran2 3←4 6 7 9 : 4 > 3 maka tidak terjadi pertukaran
Hasilnya 2 3 4 6 7 9
Algoritma : Ascending
algoritma Insertion_Sort (A, n)
1. for i ← 2 to n do
2. temp ← A[i]; j ← i-1;
3. while (temp < A[j]) and (j > 0) do
4. j ← j-1
5. endwhile
6. for k ← i downto j+1 do
7. A[k] ← A[k-1]
8. endfor
9. A[j+1] ← temp;
10. endfor
Pahami langkah pengurutan tersebut, coba implementasikan algoritmanya, dan modifikasi-lah untuk pengurutan menurun.
Contoh Program:
program INSERTION_SORT;
uses crt;
var i,j,k,temp,n : integer;
A,B,C : array [1. .100] of integer;
begin
clrscr; textcolor(12);
write(’Banyaknya Elemen Array : ‘); readln(n);
{Input Data}for i := 1 to n do
begin
write(’Elemen ke- ’ ,i,’: ‘) ; readln(A[i];
end;
{Cetak Array Sebelum Pengurutan} writeln; textcolor(15);
write(’Sebelum diurutkan : ‘);
for i := l to n do
write(A[i],’ ‘);
writeln; textcolor(15) ; writeln;
44 45
Modul Praktikum Alogaritma II Pengurutan/Sorting
writeln (‘Proses Pengurutan Insertion : ‘);
for i := 2 to n do begin
temp := A[i);
j := i—1;
while (temp < A[j]) and (j > 0) do
j := j - 1;
for k := i downto j+1 do
A[k]:= A[k-1];
A[j+1]:= temp;
writeln; textcolor(i);
write(’Hasil akhir langkah ke-’ ,i-1,’ : ‘);
{Cetak Array tiap langkah pengurutan :} for k := 1 to n do
write(A[k],’ ‘);
end;
{Cetak Array Setelah Pengurutan}writeln; writeln; textcolor(15);
write(’Hasil Pengurutan Insertion ‘);
for i := 1 to n do
write(A[i),’ ‘);
writeln; writeln; textcolor(10);
write (‘ Sudah terurut dengan benar khan ..? ‘);
readln;
end.
5. Pengurutan SISIP-TUKAR (Swap-Insertion Sort) Ide Pengurutan: Mirip dengan pengurutan SISIP, bedanya jika posisi suatu elemen tidak dalam kondisi terurut maka langsung dilakukan pertukaran. Jadi tidak ada proses pergeseran. Untuk pengurutan naik : Ambil sembarang elemen (misal secara beruntun mulai darielemen kedua), bandingkan dengan elemen didepannya, jika ternyata lebih kecil maka tukarkan, dan lakukan hal yang sama dengan elemen depannya lagi, sampai diperoleh kondisi lebih besar. Ulangi untuk elemen ketiga sampai elemen terakhir.
Langkah untuk pengurutan naik :1. Anggap elemen pertama sudah dalam kondisi terurut. 2. Mulai elemen kedua sampai elemen terakhir lakukan :
2.1. Simpan (assign) variabel indeksnya ke variabel lain. 2.2. Bandingkan elemen tersebut dengan elemen depannya (gunakan variable indeks
yang baru) :- Jika lebih kecil maka tukarkan, kemudian bandingkan lagi dengan elemen depannya lagi
- Jika lebih besar maka berhenti. 3. Ulangi untuk elemen ketiga dan seterusnya sampai semua elemen terurut
Contoh: Urutkan naik elemen-elemen array A [6, 2, 9, 3, 4, 7]
Langkah 1 : Ambil elemen kedua 6←2 9 3 4 7 : 2 < 6 maka terjadi pertukaran dan
Hasilnya : 2 6 9 3 4 7Langkah pertama selesai (sudah sampai elemen terdepan)
Langkah 2 : Ambil elemen ketiga 2 6←9 3 4 7 : 9 > 6 maka tidak terjadi pertukaran dan Langkah kedua selesai, Hasilnya : 2 6 9 3 4 7
Langkah 3 : Ambil elemen keempat 2 6 9←3 4 7 : 3 < 9 maka terjadi pertukaran 2 6←3 9 4 7 : 3 < 6 maka terjadi pertukaran 2←3 6 9 4 7 : 3 > 2 maka tidak terjadi pertukaran dan Langkah ketiga selesai, Hasilnya : 2 3 6 9 4 7
Langkah 4 : Ambil elemen kelima2 3 6 9←4 7 : 4 < 9 maka terjadi pertukaran 2 3 6←4 9 7 : 4 < 6 maka terjadi pertukaran 2 3←4 6 9 7 : 4 > 3 maka tidak terjadi pertukaran danLangkah keempat selesai, Hasilnya : 2 3 4 6 9 7
Langkah 5 : Ambil elemen keenam2 3 4 6 9←7 : 7 < 9 maka terjadi pertukaran 2 3 4 6←7 9 : 7 > 6 maka tidak terjadi pertukaran dan Langkah kelima selesai, Hasilnya : 2 3 4 6 7 9
46 47
Modul Praktikum Alogaritma II Pengurutan/Sorting
Algoritma : Ascending algoritma Insertion_Swap_Sort (A, n)
1. for i ← 1 to n-1 do
2. j ← i+i;
3. while (A[j] < A[j-l]) and (j > 1) do begin
4. TUKAR(A[j] ,A[j-1]);
5. j ← j - 1;
6. endwhile
7. endfor
Algoritma prosedur TUKAR:
8. TUKAR(x,y);
9. Temp ← x; x ← y; y ← Temp;
10. end;
Contoh Program :
Program INSERTION_SWAP_SORT;
uses crt;
var i,j,k,temp,n : integer;
A,B,C : array [1. .100] of integer;
begin
clrscr; textcolor(12);
write (‘Banyaknya Elemen Array : ‘); readln(n);
{Input Data}for i := 1 to n do
begin write(’Elemen ke-’ ,i,’: ‘) ; readln(A[i]);
end;
{Cetak Array Sebelum Pengurutan}writeln; textcolor(15); write(’Sebelum diurutkan : ‘);
for i := 1 to n do write(A[i], ’ ‘ );
writeln; textcolor(15); writeln;
writeln (‘Proses Pengurutan Swap_Insertion: ‘);
for i := 1 to n-1 do begin
j := i + 1;
while (A[j] < A[j-1]) and (j > 1) do begin
temp := A[j-1];
A[j-1]:= A[j];
A[j]:= temp;
j := j — 1;
end;
writeln; textcolor(i);
write(’Hasil akhir langkah ke-’,i,’ : ‘);
{Cetak Array tiap Iangkah pengurutan:}for k := 1 to n do write(A[k],’ ‘);
end;
{Cetak Array Setelah Pengurutan}writeln; writeln; textcolor(15);
write(’Hasil Pengurutan Insertion : ‘);
for i := 1 to n do write(A[i],’ ‘);
readln;
end.
Contoh Program sorting_bubble_selection;
uses crt;
Type larik = array [1..10] of byte’
objek = object
bykdata : byte;
dataawal : larik;
procedure input;
procedure tukar (var a,b : byte);
procedure bubble (data : larik);
procedure selection (data : larik);
procedure cetak (data : larik);
end;
procedure objek.input;
var I : byte
begin
repeat
write( ‘Banyak Data [max 110] ? ’);
readln (bykdata);
if (bykdata > 10) then
begin
writeln ( ‘Data yang dimasukkan kebanyakan ’);
readkey; writeln;
48 49
Modul Praktikum Alogaritma II Pengurutan/Sorting
end;
until (bykdata <= 10);
for i := 1 to bykdata do
begin
write(‘ Data ke- ‘,i,’= ’); readln (dataawal[i]);
end;
end;
procedure objek.tukar (var a, b : byte);
var temp : byte;
begin
temp := a; a := b; b := temp;
end;
procedure objek.bubble (data : larik);
var i,j : byte;
begin
clrscr;
writeln (‘ bubble sort ’);
write (‘awal : ‘);
cetak (data);
for i := 1 to bykdata-1 do
begin
if (data [j] > data[j+1] then
tukar(data[j], data[j+1]);
gotoxy (6, wherey);
end; readkey;
end;
write (‘ akhir : ’);
cetak (data); readkey;
end;
procedure objek.selection (data : larik);
var i, j, lok : byte;
begin
clrscr;
writeln(‘selection sort’); write (‘awal ’);
cetak (data);
for i := 1 to bykdata do
begin
lok := i ;
for j := i+1 to bykdata do
if (data[lok] > data [j] then
lok := j; tukar (data [i], data[lok]);
write (‘I = ‘,i,’ lok = ‘, lok);
cetak(data);
end;
procedure objek.cetak (data : larik);
var i : byte;
begin
for i := 1 to bykdata do
begin
gotoxy (i*10, wherey);
write(data[i] : 5);
end; writeln;
end;
var sort : objek;
begin
clrscr;
sort.input;
sort.bubble (sort.dataawal);
sort.selection (sort.dataawal);
end.
Program Sorting_swap_insertion;uses crt;
Type larik = array [1..10] of byte;
Objek = object
Bykdata : byte;
Dataawal : larik;
procedure input;
50 51
Modul Praktikum Alogaritma II Pengurutan/Sorting
procedure tukar (var a,b : byte);
procedure swa_insertion (data : larik);
procedure cetak (data : larik);
end;
procedure objek.input;
var i : byte
begin
repeat
write(‘Banyak Data [max 110] ? ’);
readln (bykdata);
if (bykdata > 10) then
begin
writeln (‘ Data yang dimasukkan kebanyakan ’);
readkey;
writeln;
end;
until (bykdata <= 10);
for i := 1 to bykdata do
begin
write(‘ Data ke- ‘,i,’= ’);
readln (dataawal[i]);
end;
end;
procedure objek.tukar (var a, b : byte);
var temp : byte;
begin
temp := a; a := b; b := temp;
end;
procedure objek.swap_insertion (data : larik);
var i, j, lok : byte;
begin
clrscr;
writeln (‘ swap insertion sort ’);
write (‘awal ‘);
cetak (data);
for i := 1 to bykdata-1 do
begin
write(‘I = ‘,i,’ ’);
j := i+1;
begin
while (data[j] < data [j-1]) and (j > 1) do
begin
tukar (data[j], data [j-1]); j := j-1;
{gotoxy (6, wherey);}
{write (‘J = ‘,j); }
Cetak (data);
end;
end;
writeln (‘ akhir = ’);
cetak (data);
readkey;
end;
end;
procedure objek.cetak (data : larik);
var i : byte;
begin
for i := 1 to bykdata do
begin
gotoxy (i*10, wherey);
write(data[i] : 5);
end;
writeln;
end;
var sort : objek;
begin
clrscr;
sort.input;
sort.swap_insertion(sort.dataawal);
end.
* * *
52 53
Modul Praktikum Alogaritma II
Merging adalah proses penggabungan dua array yang elemen-elemennya sudah terurut sehingga array hasil penggabungan tersebut juga terurut.
Contoh: Array A = [2, 5, 10, 12, 15, 17] Array B = [4, 6, 7, 11, 16, 18,20] Misalkan array C adalah hasil proses merging array A dan B tersebut maka :Array C = [2, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 20]
TUGAS: Buatlah program Merging dari dua array, misalkan array A dan B denganbanyaknya elemen masing-masing array tidak sama. Hasil Penggabungan simpan pada array C.
Struktur programnya :
Nama program
Deklarasi varabel
begin
1. input bilangan untuk banyaknya elemen array A misal m
2. generate array A : misal dengan random(1l0)
3. proses pengurutan array A
4. cetak array A
5. input bilangan untuk banyaknya elemen array B misal n
6. generate array B : misal dengan random(100)
7. proses pengurutan array B
8. mencetak array B
9. proses penggabungan (merging)
1O. cetak array C (hasil merging))
end.
Penggabungan/merging array
6
54 55
Modul Praktikum Alogaritma II Penggabungan/Merging Array
Saran : akan lebih baik jika dibuat juga prosedur pengurutan (dengan algoritma apa saja : Bubble atau Selection atau Insertion), sehingga pada proses pengurutan masing-masing array A dan B tinggal panggil prosedur pengurutan tersebut.
Algoritma Merging:
Langkah 0 : Baca kedua vektor yang akan dimerge, vektor A dan vektor B, banyaknya elemen pada kedua vektor, Ca dan Cb. Lakukan proses pengurutan secara urut naik pada kedua vektor ini.
Langkah 1 : (Menentukan subskrib awalan)Tentukan: I = 1, J = 1, dan Cc = 0
Langkah 2 : (Proses merging berlangsung)Kerjakan langkah 3 dan 4 sampai (I > Ca) atau ( J > Cb)
Langkah 3 : Tentukan : Cc = Cc + 1.
Langkah 4 : Test apakah : A[I] < B [J] ?Jika ya, tentukan : C[Cc] = A[I], dan I= I + 1.Jika tidak, tentukan : C[Cc] = B[j], dan J = J +1.
Langkah 5 : Test apakah I > Ca ?Jika ya, berarti semua elemen pada vektor pertama sudah diproses semua, kerjakan langkah 6.Jika tidak, berarti semua elemen pada vektor kedua sudah diproses semua, kerjakan langkah 7.
Langkah 6 : Untuk K = J sampai Cb, Tentukan :Cc = Cc + 1, dan C[Cc] = B[k],Dan melompat kelangkah 8.
Langkah 7 : Untuk K = I sampai Cb, tentukan :Cc = Cc + 1, dan C[Cc] = A[k].
Langkah 8 : Selesai.
Contoh Program :
PROGRAM MERGING_ARRAY;
uses crt;
var i,j,k,m,n,y,Temp : integer;
A,B,C : array[1. .100] of integer;
Procedure Cetak_array(A:array of integer; x:integer);
var i : integer;
begin
write(’ Hasilnya : ‘);
for i:= 0 to x-1 do write(A[i], ’ ‘);
end;
procedure sisip(var A : array of integer; x:integer);
var i,j,temp : integer;
begin
for i := 1 to x-1 do
begin
temp := A[i]; j := i;
while (temp < A[j-1]) and (j > 0) do
j := j — 1;
for k := i downto j do
A[k] := A[k-1];
A[j] := temp;
end;
end;
procedure Gabung(A,B array of integer; m,n : integer;
var C : array of integer; var x : integer);
var i, j, k, y : integer;
begin
i := 0; j := 0; k := 0;
while (i <= m) and (j <= n) do
begin
if A[i] < B[j) then
begin
56 57
Modul Praktikum Alogaritma II Penggabungan/Merging Array
C[k]:= A[i];
i := i + 1;
end
else
begin
C[k] := B[j];
j := j + 1;
end;
k := k + 1;
write(’i=’,i,’ j=’,j,’ k=’,k,’ ‘);
cetak_array(C,k-1);
writeln;
end;
if i > m then
begin
for y := k-1 to m+n do
begin
C[y] := B[j];
j := j + 1;
end;
end
else
if j > n then
begin
for y := k-1 to m+n do
begin
C[y] := A[i];
i := i + 1;
end;
end;
write(’Setelah penggabungan : ‘); cetak_array(C,y);
x := y;
end;
begin
clrscr;
randomize;
writeln(’ M E R G I N G’);
write(’Banyaknya elemen array pertama : ‘);
readln(m);
write(’Banyaknya elemen array kedua : ‘);
readln(n);
for i := 1 to m do
A[i] := random(100);
for i := 1 to n do
B[i] := random(100);
writeln( ‘Sebelum Penggabungan : ‘);
sisip(A,m);
write(’ Array pertama : ‘);
cetak_array(A,m); writeln;
sisip(B,n);
write(’ Array kedua : ‘);
cetak_array(B,n); writeln;
writeln(’Proses Penggabungan : ‘);
Gabung(A,B,m,n,C,y);
writeln;
write(’Setelah penggabungan : ‘);
cetak_array(C,y);
readln;
end.
Metoda MergeSort
Metoda MergeSort atau yang sering disebut juga dengan metoda MergeSort Dua Arah (Two-way MergeSort). Metoda ini memanfaatkan keteraturan yang diperoleh dari hasil merging dua buah vektor.
Vektor masukan dianggap yang mempunyai elemen dianggap sebagai N buah vektor yang masing-masing terdiri dari sebuah vektor. Untuk setiap pasang vektor kita lakukan proses
58 59
Modul Praktikum Alogaritma II
merging sehingga akan kitaperoleh N/2 vektor yang masing-masing terdiri dari 2 elemen ( jika ganjil, akan terdapat sebuah vektor dengan 1 elemen). Kemudian dilakukan merging kembali untuk setiap pasang vektor, sehingga kita peroleh N/4 buah vektor. Langkah ini kita teruskan sampai kita memperoleh sebuah vektor yang sudah dalam keadaan urut.
Ilustrasi
15 12 45 56 13 10 43 34 56 65
15 12 45 56 13 10 43 34 56 65
12 15 45 56 10 13 34 43 56 65
12 15 45 56 10 13 34 43
56 65
3415 43131210 45 56 56 65
4543 56 56 653415131210
Dengan tipe data record, dapat dikumpulkan beberapa item data yang masing-masing dengan tipe data berbeda-beda. Masing-masing item data itu disebut field. Jadi record terdiri dari kumpulan field yang dapat berbeda tipe. Biasanya record berisi beberapa field untuk sebuah subyek tertentu.
Deklarasi Record :Type nama_record = Record
field1; field2; ….fieldn;
end;Contoh:Type Mhs= Record
NPM : integer [12];Nama: string[25];Alamat: string[50];End;
Var Mahasiswa: Mhs;
Var Mahasiswa: RecordNPM : integer [12];Nama: string[25];Alamat: string[50];End;
Cara pemanggilannya:Mahasiswa.NPMMahasiswa.NamaMahasiswa.Alamat
Statement with digunakan untuk mempersingkat penulisan record sehingga tidak perlu menuliskan lagi nama recordnya.
Tipe Data Record dapat juga mempunyai Field berupa Tipe Data Record yang lainnya.
recorD
7
60 61
Modul Praktikum Alogaritma II Record
Contoh Program Type Data Record.
Type Hasil = Record
JariJari : real;
Keliling : real;
Luas : real;
End;
Var Lingkaran : Hasil;
Begin
With Lingkaran Do
Begin
Write (‘Jari-Jari lingkaran? ‘); readln (JariJari);
Keliling := 2*PI*JariJari;
Luas := PI * sqr(JariJari);
Writeln;
Writeln (‘Keliling Lingkaran = ‘, Keliling:7:2);
Writeln(‘Luas Lingkaran = ‘, Luas:7:2);
End;
End;
Contoh mengurutkan data mahasiswa berdasarkan NPM dengan Ascending (Mengurut Naik).
TypeDataMhs = Record
NPM : Integer;Nama : String[20];IP : Real;
End;Var
JumlahMhs, I, J : Byte;Mahasiswa : Array [1..50] of DataMhs;Temp : DataMhs;
Begin{masukkan data mahasiswa}
Write (‘Jumlah Mahasiswa ? ‘); Readln(JumlahMhs);For I := 1 to JumlahMhs Do
BeginWriteln;
With Mahasiswa[I] DoBeginWriteln;Write(‘NPM ke ‘, I:2,’ ? ‘); Readln (NPM);Write (‘Nama Mahasiswa ke ‘, I:2,’ ? ‘); Readln (Nama);Write (‘IP Mahasiswa ke ‘, I:2, ‘ ? ‘); Readln (IP);
End;End;{Mengurutkan data berdasarkan NPM mahasiswa dengan Bubble Sort}For I:= 1 to JumlahMhs-1 Do
For J:= 1 to JumlahMhs-I doIf Mahasiswa[J].NPM > Mahasiswa[J+1].NPM then
BeginTemp := Mahasiswa[J];Mahasiswa [J] := Mahasiswa [J+1];Mahasiswa [J+1] := Temp;
End;{menampilkan hasil}Writeln;Writeln(‘-----------------------------------------------------------------------‘);Writeln(‘ NPM Nama Mahasiswa IP ‘);Writeln(‘-----------------------------------------------------------------------‘);For I := 1 to JumlahMhs DoBegin
With Mahasiswa[I] DoWriteln (NPM:5, Nama:20, IP:11:2);
End;Writeln(‘-----------------------------------------------------------------------‘);End.
Contoh Tipe Data Record dengan Tipe Data Record Lainnya.
Type TglLhr = Record
Hari : 1..31;Bulan : 1..12;Tahun : Word;
62 63
Modul Praktikum Alogaritma II
End;Almt = Record
Jalan : String[35];Kota : String [25];
End;Mhs = Record
Nama: String[25];Alamat : Almt;TglLahir : TglLhr;
End;Var
DataMhs : Mhs;Begin{masukkan data Mahasiswa}DataMhs.Nama := ‘Intan’;DataMhs.Alamat.Jalan := ‘Muara 2’;DataMhs.Alamat.Kota := ‘Jakarta’;DataMhs.TglLahir.Hari := ‘19’;DataMhs.TglLahir.Bulan := ‘11’;DataMhs.TglLahir.Tahun := ‘198X’;{menampilkan hasil}With DataMhs DoBegin
Writeln (‘Nama Mahasiswa = ‘, Nama);With Alamat DoBegin
Writeln (‘Alamat = ‘, Jalan);Writeln (‘ ‘, Kota);
End;With TglLahir DoBegin
Writeln (‘Tanggal Lahir = ‘,Hari:2, ‘ -‘, Bulan:2, ‘ -‘, Tahun:4);End;End;End.
Bila data yang perlu disimpan mempunyai volume yang cukup besar, maka penggunaan variable atau larik sudah tidak tepat lagi, karena variable dan larik menggunakan memory internal computer yang bersifat terbatas dan volatile (hilang jika aliran listrik terputus). Oleh karena itu File digunakan untuk menyimpan data bervolume yang besar dengan menyimpannya di eksternal memory yang relative punya kapasitas yang besar dan bersifat nonvolatile (data tidak hilang jika aliran listrik putus, permanen).
Prosedur dan Fungsi StandarAssignAssign digunakan untuk menghubungkan nama dari eksternal file ke dalam suatu file variable dengan sintaks:
Assign (f, name : string);Ket: f adalah file variable
Name adalah eksternal file yang akan digunakan.Contoh: Assign(Rekam, ‘A:Data.DAT’);
Assign (Cetak, ‘LPT1’);
RewriteRewrite digunakan untuk membuka file yang baru atau yang belum pernah ada di disk dengan sintaks:
Rewrite (f[:file; recsize : word]);Ket:
f adalah file variable yang sudah dihubungkan dengan eksternal file menggunakan prosedur standar Assign. Recsize adalah ukuran dari record yang digunakan.
Contoh:Assign (Rekam, ‘A: GAJI.DAT’);Rewrite(Rekam);
Rewrite akan menghapus isi yang sebelumnya sudah ada di file.
FiLe teks
8
* * *
64 65
Modul Praktikum Alogaritma II File Teks
Write dan WritelnWrite dan writeln akan menuliskan data-data yang akan direkamkan ke file teks. Perbedaannya adalah prosedur write belum memberikan tanda akhir baris sedang writeln sudah memberikan tanda akhir baris.
Sintaks:Write ([var f : text;] v1[,v2, …, vn]);Writeln ([var f : text;] v1[,v2, …, vn]);
Contoh:Writeln (TipeFile, KodeBrg:5, NamaBrg:20, UnitBrg, HargaBrg:10:2);CloseClose digunakan untuk menutup file yang telah dibuka dengan prosedur Rewrite, Reset, Append dengan sintaks:
Close (f);Ket: f adalah file variable yang sudah dihubungkan dengan eksternal file menggunakan prosedur Assign.Contoh: Close (Rekam);
Langkah-langkah untuk membuat file teks yang baru:1. deklarasikan sebuah file variable dengan tipe file text.2. Hubungkan file variable ini dengan external file yang akan digunakan dengan
prosedur Assign.3. File teks yang baru dibuka dengan prosedur Rewrite.4. Masukkan data yang akan direkam ke file pada variable-variabel.5. Rekam data yang ada di variable-variabel ke file teks dengan menggunakan prosedur
write atau writeln. 6. Ulangi langkah 4 dan 5 bila rekam data belum selesai.7. tutup file teks bila operasi file telah selesai menggunakan prosedur Close.
Contoh Program File Teks
Uses crt;Var
BerkasTeks : Text; {variable file}KodeBrg : String[5];NamaBrg : String[20];UnitBrg : Integer;HargaBrg : Real;Lagi : Char;
BeginAssign (BerkasTeks, ‘Barang.txt’) {hubungan dengan eksternal file}Rewrite(BerkasTeks); {buka file}
Lagi := ‘Y’;While Upcase (Lagi) = ‘Y’ DoBegin
Clrscr;gotoXY(5,6); Write (‘Kode Barang : ‘);gotoXY(5,8); Write (‘Nama Barang : ‘);gotoXY(5,10); Write (‘Unit Barang : ‘);gotoXY(5,12); Write (‘Harga Satuan Barang: ‘);
{Masukkan data ke variable-variabel}gotoXY(27,6); readln(KodeBrg);gotoXY(27,8); readln(NamaBrg);gotoXY(27,10); readln(UnitBrg);gotoXY(27,12); readln(HargaBrg);
{rekam di file}Writeln(BerkasTeks,KodeBrg:5,NamaBrg:20,UnitBrg,HargaBrg:10:2);gotoXY(5,15); Write(‘Ada data lagi (Y/T) ? ‘ ); Readln(Lagi);end;
{tutup file}Close (BerkasTeks);End.
* * *
66 67
Modul Praktikum Alogaritma II File Teks
68
Modul Praktikum Alogaritma II