Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis Gerakan Stasiun Pemantauan Patahan Opak
Nurrohmat Widjajanti, Parseno, Hilmiyati UlinnuhaUniversitas Gadjah Mada, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Geodesi, Yogyakarta, 55284, Indonesia
Email: [email protected]
Abstract
This paper presents the results of Opak Fault geodynamic study in geometric aspect. Previous research has
been carried out optimization of Opak Fault monitoring network. After having optimum network then
monitoring points (TGD, OPK and SGY) built permanently in optimized locations. Furthermore, the
monitoring points measured by GNSS survey with relatively static method in 2013 and 2014. GNSS
measurements at monitoring points conducted again in 2015. The result is a three-dimensional coordinates
of the points TGD, OPK and SGY at the region of Opak Fault in 2015. Furthermore, the three-dimensional
coordinates were analyzed movements compared to the coordinates of previous studies in 2013 and 2014.
The results showed that the velocity value of monitoring point’s movement from 2014 to 2015 reached
fraction of centimeter. The velocity of East component is relatively larger than North components. The
horizontal movement of the monitoring points mostly toward the Southeast.
Keywords: monitoring points, velocity movements, Opak Fault
I. Pendahuluan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan
suatu daerah yang rawan bencana [1]. Keberadaan
Patahan Opak merupakan salah satu penyebabnya.
Patahan ini menjadi lebih populer setelah gempa
bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei
2006. Gempa bumi tersebut penyebabnya adalah
aktivitas Patahan Opak. Hal ini diungkapkan oleh
sebagian ahli kebumian [2]. Akibat gempa bumi
tersebut menjadikan struktur bumi di sekitarnya
terdeformasi dalam arah vertikal maupun horizontal.
Empat tahapan gempa bumi yaitu interseismik,
praseismik, koseismik, dan pascaseismik. Setiap
tahapan kondisinya berbeda-beda. Tahapan
pascaseismik terjadi dalam periode yang lama sampai
mencapai kondisi kesetimbangan baru. Dengan
demikian Patahan Opak ini dapat dikatakan dalam
kondisi mencapai kesetimbangan yang baru [3].
Kajian deformasi koseismik dan pascaseismik
gempa Yogya tahun 2006 dilakukan berdasar data
survei Global Navigation Satellite System (GNSS)
[4]. Pada penelitian tersebut, survei GNSS dilakukan
terhadap 48 titik pada kerangka kadastral nasional
orde 2. Interval pengamatan per titik antara 12 s.d. 20
jam. Pengolahan data dilakukan secara radial
terhadap titik kontrol nasional orde 0 N0005 yang
terletak di Boulevard Kampus UGM. Perangkat
lunak yang digunakan adalah Bernese 5.0. Hasilnya
memberikan gambaran antara Juni 2006 s.d. Juni
2008 terdapat pergerakan sinistral (left-lateral)
kurang dari 10 s.d. 15 cm dan terdapat pergerakan
dekstral antara 0,3 dan 9,1 cm dari kawasan sebelah
timur Patahan Opak (Gunung Kidul) terhadap area
sebelah barat yang relatif lebih stabil (Gambar 1).
[4]. Hasil kajian menunjukkan sudut strike deformasi
koseismik sekitar 48° dan sudut kemiringan (dip
angle) sekitar 89°.
Gambar 1. Deformasi koseismik (2D) gempa Yogyakarta
2006 [4]
Pada tahun 2013 Laboratorium Geodesi Jurusan
Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada (JTG FT UGM) melakukan penelitian
Penguatan Unit Penyelenggara Riset. Penelitian
tersebut didanai dari Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN) UGM. Salah satu kegiatan
yang dilakukan adalah pengadaan jaring kontrol
geodinamik di wilayah Patahan Opak. Kajian
geodinamik dilakukan dari aspek geometrik melalui
pengamatan dengan teknologi satelit untuk
menentukan koordinat titik pantau. Hasil penelitian
tersebut telah terpasang 17 titik pantau Patahan Opak
yang tersebar di Kabupaten Gunung Kidul,
Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Bantul [5]. Pada penelitian tersebut
kestabilan lokasi titik pantau telah dievaluasi stuktur
geologi dan kondisi topografi berdasar peta Geologi
2016 6th International Annual Engineering Seminar (InAES), Yogyakarta, Indonesia
wilayah Yogyakarta. Titik-titik dipasang pada lokasi
yang stabil, dan pemasangan stasiun mencapai
lapisan bedrock.
Beberapa kajian optimasi jaring di kawasan
Patahan Opak telah dilakukan. Jaring Teknik Geodesi
(TGD) merupakan bentuk jaring GPS yang optimum
untuk pemantauan geodinamik secara makro. Kriteria
optimum dari segi akurasi dan dari segi kehandalan
ditinjau dari nilai kofaktor koordinat tiga dimensi
hasil hitung perataan kuadrat terkecil metode
parameter pada titik TGD1, TGD2, TGD3, TGD5,
TGD6 dan TGD7 [6]. Optimasi juga dilakukan
berdasar hitungan syarat matriks kriteria dengan
metode Baarda [7]. Hasilnya menunjukkan bahwa
desain jaring SGY dan OPK pada kajian ini telah
memenuhi kehandalan sesuai persyaratan matriks
kriteria. Desain jaring SGY dan OPK memiliki
strength of figure yang cukup baik [7]. Optimasi
jaring pemantauan mikro dua dimensi dilakukan di
segmen jaring SGY (Segoroyoso) [8]. Hasil hitungan
optimasi jaring menunjukkan bahwa titik TGD2
sesuai sebagai titik ikat jaring monitoring Patahan
Opak Segmen Segoroyoso (lima titik SGY). Jika
ditinjau dari besar elips kesalahan per titik, jaring
TGD2 relatif lebih kecil dibanding jaring lain (SGY)
dan kesalahan terdistribusi secara merata di seluruh
titik. [8].
Kajian terhadap jaring pemantauan Patahan Opak
tiga dimensi telah dilakukan dalam rangka analisis
deformasi kawasan tersebut [9, 10, 11]. Kajian
tersebut berbeda pada aspek jaring pemantauannya
yaitu jaring mikro dan makro serta strategi
pengolahannya. Hasilnya diperoleh koordinat tiga
dimensi hasil pengukuran dengan survei GNSS pada
tahun 2014 dan analisis pergerakannya terhadap hasil
tahun 2013.
Pada paper ini bertujuan untuk menyajikan hasil
kajian lanjutan pemantauan geodinamik aspek
geometrik yang kontinyu di Patahan Opak. Seperti
kajian tahun 2013, pada tahun 2015 ini merupakan
kolaborasi penelitian dengan penekanan analisis yang
berbeda-beda [12, 13, 14].
Mengingat aktifnya Patahan Opak tersebut dengan
potensi kegempaan yang relatif tinggi maka perlu
dilakukan monitoring kondisi geodinamik di
kawasan tersebut secara kontinyu.
II. Metode
Bahan yang digunakan terdiri atas data koordinat
dan ketelitiannya tahun 2014 serta data pengamatan
GNSS tahun 2015 di titik-titik SGY (SGY1, SGY2,
SGY3, SGY5 dan SGY6), OPK (OPK3, OPK4,
OPK6, OPK7 dan OPK8) serta TGD (TGD1, TGD2,
TGD3, TGD4, TGD5, TGD6 dan TGD 7) pada jaring
pemantauan Patahan Opak. Pemilihan titik ikat IGS
mempertimbangkan bentuk geometri jaring yang
tersebar merata di sekitar jaring SGY, OPK dan TGD,
yaitu COCO, DARW, DGAR, GUAM, KARR,
PIMO dan TOW2.
Pengamatan GNSS di titik pantau Patahan Opak
(jaring SGY, OPK dan TGD) pada tanggal 9 s.d. 11
Juni 2014 dan 5 s.d. 7 Juni 2015. Pengamatan
dilakukan dengan receiver GNSS tipe geodetik
metode relatif statik dengan sampling rate 30 detik.
Pengolahan diawali dengan pengecekan kualitas
data pengamatan dengan perangkat lunak
Translation, Editing and Quality Check (TEQC).
Selanjutnya pengolahan data menggunakan perangkat
lunak GAMIT dan GLOBK untuk menentukan
koordinat dan kecepatan pergerakan titiknya.
Pengolahan menggunakan GAMIT secara
otomatis menggunakan sh_gamit. Pengolahan
GLOBK dilakukan dengan melibatkan seluruh
jumlah pengamatan yang telah berada dalam daftar h-
file biner dalam format *.gdl. Hasil pengolahan ini
berupa file dengan format *.log dan *.org. Hasil
koordinat stasiun dari file *.org digunakan sebagai
koordinat pendekatan untuk pengolahan ulang hingga
mendapat nilai koordinat yang tetap. Selanjutnya
dihitung kecepatan pergerakannya
III. Hasil dan Pembahasan
Hasil yang dibahas meliputi hasil cek kualitas data
dengan TEQC, hasil pengolahan dengan GAMIT dan
hasil pengolahan dengan GLOBK serta hasil
hitungan kecepatan pergerakannya.
III.1. Hasil cek kualitas data
Hasil evaluasi menunjukkan terdapat beberapa
titik pantau nilai multipath maupun Ionosphere Delay
Observable (IOD) lebih besar dari toleransi. Namun
demikian pengolahan dengan GAMIT dan GLOBK
tetap dilanjutkan untuk melihat seberapa ketelitian
yang dihasilkan dengan kondisi data yang telah
diperoleh. Multipath bisa dikurangi dengan
pengamatan dalam periode yang panjang. Sedangkan
efek ionosfer dieliminir dengan pengamatan GPS
menggunakan receiver dual frekuensi.
III.2. Hasil pengolahan dengan GAMIT
Hasil pengolahan data dengan GAMIT
menunjukkan bahwa nilai postfit norm root mean
square (nrms) memenuhi kriteria pengolahan
GAMIT. Sedangkan berdasar nilai ambiguitas
menandakan bahwa pada pengolahan tidak terjadi
noise pada pseudorange, tidak ada kesalahan pada
ukuran, konfigurasi jaringan baik, kualitas orbit baik,
koordinat apriori sesuai serta tidak ada kesalahan
pada kondisi atmosfer.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa hasil
pengolahan tersebut memenuhi standar kualitas
pengolahan dengan GAMIT. Dengan demikian dapat
digunakan untuk pengolahan lanjutan GLOBK.
III.3. Hasil pengolahan dengan GLOBK
Hasil pengolahan GLOBK adalah nilai koordinat
dan ketelitiannya. Hasil lainnya yang diperoleh
adalah nilai statistik chy-square per derajat kebebasan
(χ2/f). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa data
yang dimodelkan dalam solusi baik dan menandakan
data konsisten secara internal.
Proses mendapatkan koordinat teliti hasil
pengolahan GLOBK adalah dengan iterasi pada
2016 6th International Annual Engineering Seminar (InAES), Yogyakarta, Indonesia
!
stabilisasi koordinat. Stabilisasi yang dimaksud
adalah melakukan pengikatan stasiun pengamatan ke
ITRF, dalam penelitian ini ITRF2013. Selain itu juga
dalam proses tersebut menghapus stasiun yang
mempunyai residu tinggi baik horizontal maupun
vertikal dengan tingkat kepercayaan 99%. Hasil akhir
dari proses GLOBK adalah nilai koordinat hasil
stabilisasi dan ketelitiannya.
Hasil pengolahan GLOBK disajikan pada Tabel 1
yaitu koordinat dalam sistem toposentrik tiga dimensi
dari 17 titik pantau Patahan Opak. Koordinat
ditunjukkan dengan komponen North, East dan Up.
Nilai ketelitian yang ditunjukkan dengan simpangan
baku disajikan dalam sebuah grafik pada Gambar 2.
Tabel 1. Koordinat titik pantau Patahan Opak dalam
sistem toposentrik
Titik North (m) East (m) Up (m)
SGY1 -877367.36762 12176248.88302 90.54426
SGY2 -879573.92811 12173189.68848 141.37813
SGY3 -879827.17288 12175653.52071 145.27117
SGY5 -874642.41133 12179967.08041 283.38889
SGY6 -874712.03200 12182286.05761 408.17917
OPK3 -878601.58450 12189702.13113 151.96975
OPK4 -882390.31194 12181942.38151 189.15682
OPK6 -886315.50993 12187316.82771 198.58843
OPK7 -894636.47879 12175161.85321 298.62590
OPK8 -886126.73128 12171756.29162 254.90255
TGD1 -864798.78679 12186767.14753 255.12342
TGD2 -877389.22380 12179309.66897 401.53410
TGD3 -862679.32768 12174037.78969 179.76911
TGD4 -874332.06443 12164639.02897 145.17825
TGD5 -861553.12770 12155314.71748 151.02146
TGD6 -880814.33307 12150209.32024 52.64181
TGD7 -883034.06269 12164684.39317 48.57006
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Nil
ai
(m)
Ketelitian Koordinat
Gambar 2. Nilai simpangan baku koordinat titik
pantau Patahan Opak dalam sistem koordinat
toposentrik
Ketelitian komponen North dan East lebih tinggi
bila dibandingkan dengan nilai komponen Up. Hal
ini berarti ketelitian komponen horizontal relatif baik
mencapai fraksi sentimeter dibandingkan ketelitian
komponen vertikal. Namun demikian secara
keseluruhan hasil ini belum maksimal, karena
pengolahan data dengan perangkat ilmiah
ketelitiannya masih rendah.
Ketelitian yang relatif rendah tersebut disebabkan
karena lama pengukuran GNSS tahun 2015 masing-
masing titik hanya 8 jam. Hasil cek kualitas data
dengan TEQC memang menunjukkan ada sebagian
titik yang belum memenuhi toleransi.
Berdasarkan pengamatan visual di lokasi titik-titik
pantau pada tahun 2015, kondisi sekitar lokasi titik
sudah lebih banyak tumbuhan rindang jika
dibandingkan dengan kondisi tahun 2014. Hal ini
juga mempengaruhi ketelitian koordinat yang
dihasilkan. Hal ini juga terbukti bahwa hasil
penelitian tahun 2015 ketelitian koordinatnya lebih
rendah dibandingkan dengan koordinat tahun 2014
[9]. Oleh karena pada penelitian berikutnya
semestinya dipertimbangkan sky of view lokasi titik
pantau dan lama waktu pengukuran diperpanjang
supaya kesalahan dan bias dapat lebih direduksi.
Ketika waktu pengamatan GPS melebihi 24 jam, nilai
ketelitian dapat mencapai fraksi milimeter. Solusi ini
diperlukan dalam menentukan posisi yang presisi
untuk aplikasi analisis deformasi.
III.2. Hasil pengolahan kecepatan pergerakan
Visualisasi kecepatan pergerakan komponen
North, East dan Up dapat dilihat pada Gambar 3, 4
dan 5.
Berdasar Gambar 3, 4 dan 5 dapat dilihat bahwa
kecepatan pergerakan titik pantau Patahan Opak
antara tahun 2014 s.d. 2015 nilainya mencapai fraksi
sentimeter. Kecepatan komponen East relatif lebih
besar dari komponen North. Nilai kecepatan terbesar
dan terkecil di masing-masing komponen berbeda.
Kecepatan yang relatif besar ini disebabkan pada
periode 2014 s.d. 2015 banyak terjadi gempa-gempa
kecil di kawasan Patahan Opak.
Hal lain yang perlu dikaji lebih lanjut apakah pada
periode tahun 2014 s.d 2015 tersebut berkaitan siklus
gempa Gunung Merapi Yogyakarta yang periodenya
empat tahunan, yaitu tahun 2006, 2010 dan 2014,
dengan letusan terbesar terjadi pada tahun 2010.
-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
OP
K3
OP
K4
OP
K6
OP
K7
OP
K8
TG
D1
TG
D2
TG
D3
TG
D4
TG
D5
TG
D6
TG
D7
SG
Y1
SG
Y2
SG
Y3
SG
Y5
SG
Y6
Kecep
ata
n(d
m)
Kecepatan Pergerakan Komponen North
2014-2015
Gambar 3. Kecepatan komponen North
2016 6th International Annual Engineering Seminar (InAES), Yogyakarta, Indonesia
"
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
OP
K3
OP
K4
OP
K6
OP
K7
OP
K8
TG
D1
TG
D2
TG
D3
TG
D4
TG
D5
TG
D6
TG
D7
SG
Y1
SG
Y2
SG
Y3
SG
Y5
SG
Y6
Kecep
ata
n(d
m)
Kecepatan Pergerakan Komponen East
2014-2015
Gambar 4. Kecepatan komponen East
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
OP
K3
OP
K4
OP
K6
OP
K7
OP
K8
TG
D1
TG
D2
TG
D3
TG
D4
TG
D5
TG
D6
TG
D7
SG
Y1
SG
Y2
SG
Y3
SG
Y5
SG
Y6
Kecep
ata
n (
dm
)
Kecepatan Pergerakan Komponen Up
2014-2015
Gambar 5. Kecepatan komponen Up
Tabel 2 menyajikan koordinat geodetik pada 17
titik pantau Patahan Opak. Semua titik pantau berada
sekitar lintang selatan 7o dan bujur timur 110o.
Tabel 2. Koordinat geodetik titik pantau
Patahan Opak
Titik Lintang (o) Bujur (o) Tinggi (m)
SGY1 -7.8815252 110.4241268 90.5442600
SGY2 -7.9013470 110.4017392 141.3781300
SGY3 -7.9036220 110.4248507 145.2711700
SGY5 -7.8570465 110.4517394 283.3888900
SGY6 -7.8576719 110.4727686 408.1791700
OPK3 -7.8926123 110.5491946 151.9697500
OPK4 -7.9266470 110.4880311 189.1568200
OPK6 -7.9619077 110.5460319 198.5884300
OPK7 -8.0366562 110.4559548 298.6259000
OPK8 -7.9602119 110.4048888 254.9025500
TGD1 -7.7686197 110.4899000 255.1234200
TGD2 -7.8817215 110.4518845 401.5341000
TGD3 -7.7495803 110.3692269 179.7691100
TGD4 -7.8542586 110.3119787 145.1782500
TGD5 -7.7394634 110.1972363 151.0214600
TGD6 -7.9124898 110.1963853 52.6418100
TGD7 -7.9324299 110.3330411 48.5700600
Gambar 7. Pergerakan (2D) titik pantau Patahan
Opak periode 2014 s.d. 2015
Pergerakan (2D) titik pantau Patahan Opak
periode 2014 s.d. 2015 disajikan pada Gambar 7.
Berdasar Gambar 7 dapat dilihat bahwa elips
kesalahannya relatif besar. Pergerakan horizontal
terbesar terjadi di titik SGY6. Dimana titik-titik SGY
tersebut merupakan jaring mikro pemantaun Patahan
Opak. Sebagian besar pergerakan titik pantau menuju
ke arah tenggara. Hasil kajian pada paper ini sesuai
dengan hasil penelitian Bock, dkk (2003). Lempeng
Pulau Jawa mengalami pergeseran ke arah tenggara
disebabkan karena adanya interaksi Paparan Sunda
dan lempeng Eurasia yang kuat terhadap lempeng
Hindia-Australia [15].
IV. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan hasil pengolahan data meliputi:
1.# Hasil evaluasi dengan TEQC pada data
pengukuran GNSS titik pantau Patahan Opak
tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat
beberapa titik pantau mempunyai nilai multipathmaupun Ionosphere Delay Observable lebih
besar dari toleransi.
2.# Titik pantau Patahan Opak hasil pengukuran
tahun 2015 menghasilkan nilai ketelitian
koordinat relatif besar mencapai fraksi
sentimeter.
3.# Kecepatan pergerakan titik pantau Patahan Opak
antara tahun 2014 s.d. 2015 nilainya mencapai
fraksi sentimeter. Sebagian besar pergerakan
(2D) titik pantau Patahan Opak periode 2014 s.d.
2015 menuju ke arah tenggara.
Saran yang dapat diberikan untuk kegiatan
selanjutnya, yaitu mengingat sifat dinamisnya titik
pantau Patahan Opak karena terletak pada lokasi
yang sering terjadi gempa bumi, perlu ditentukan
koordinatnya secara berkala dengan pengamatan
GNSS. Kualitas dan kuantitas data pengukuran perlu
ditingkatkan agar diperoleh hasil yang mempunyai
ketelitian maksimal. Dengan demikian studi
geodinamik Patahan Opak dapat dilakukan lebih
komprehensif.
2016 6th International Annual Engineering Seminar (InAES), Yogyakarta, Indonesia
$
Daftar Pustaka
[1]# Wijoyono, E., 2011, Potensi Ancaman Bencana
di Yogyakarta dan Sekitarnya, [online]
http://elantowow.wordpress.com/2011/05/13/pot
ensi-ancaman-bencana-di-yogyakarta-dan-
sekitarnya/ [10 Maret 2013].
[2]# Walter, T.R., dkk., 2008, The 26 May 2006
Magnitude 6,4 Yogyakarta Earthquake South of
Mt. Merapi Volcano: Did Lahar Deposits
Amplify Ground Shaking and thus Lead to the
Disaster?, Geochemistry Geophysics
Geosystems, Vol. 9, No. 5, Published by AGU
and the Geochemical Society, An Electronic
Journal of the Earth Science.
[3]# Abidin, H.Z., Heri, A., Irwan, M., Gamal, M.,
Kusuma, M.A., Kimata, F. dan Ando, M., 2007,
Deformasi Seismik Gempa Yogyakarta dari
Survei GPS, Jurnal Geofisika Indonesia, Edisi
2007, No. 1.
[4]# Abidin, H.Z., Andreas, H., Meilano, I., Gamal,
M., Gumilar, I., dan Abdullah, C.I., 2009,
Deformasi Koseismik dan Pascaseismik Gempa
Yogyakarta 2006 dari Hasil Survei GPS, Jurnal
Geologi Indonesia, Vol. 4, No. 4 Desember
2009: 275-284.
[5]# Widjajanti, N., dkk., 2013, Optimalisasi
Laboratorium Geodesi Jurusan Teknik Geodesi
FT UGM dalam Penelitian Studi Geodinamik
untuk Keperluan Mitigasi Bencana Multi Hazard
di Yogyakarta, Penelitian Unit Penyelenggara
Riset UGM, Yogyakarta.
[6]# Widjajanti, N. dan Parseno, 2013, Strategi dalam
Desain Jaring Kontrol GPS untuk Studi
Geodinamik di Patahan Opak, Penelitian DPP
Jurusan Teknik Geodesi FT UGM, Yogyakarta.
[7]# Lestari, D. dan Yulaikhah, 2013, Optimasi Jaring
Kontrol Horisonal Berdasarkan Persyaratan
Matriks Kriteria untuk Studi Geodinamik di
Patahan Sungai Opak, Penelitian DPP Sekolah
Vokasi UGM, Yogyakarta.
[8]# Fahrurazi, D. dan Atunggal, D., 2013,
Pemasangan Jaring Kontrol GNSS untuk Studi
Deformasi Patahan Opak Segmen Segoroyoso,
Penelitian DPP Jurusan Teknik Geodesi Fakultas
Teknik UGM, Yogyakarta.
[9]# Widjajanti, N. dan Parseno, 2014, Penetuan
Koordinat Titik GPS untuk Studi Geodinamik di
Patahan Opak, Penelitian DPP Jurusan Teknik
Geodesi FT UGM, Yogyakarta.
[10]#Lestari, D. dan Yulaikhah, 2014, Realisasi Jaring
Pemantauan Deformasi Patahan Opak, Penelitian
DPP Sekolah Vokasi UGM, Yogyakarta.
[11]#Parseno dan Taftazani, M.I., 2014, Studi
Estimasi Kecepatan Pergerakan Lempeng di
Titik Kontrol Sesar Opak, Penelitian DPP
Sekolah Vokasi UGM, Yogyakarta.
[12]#Widjajanti, N. dan Parseno, 2015, Analisis
Gerakan Stasiun Pemantauan Patahan Opak,
Penelitian DPP Jurusan Teknik Geodesi FT
UGM, Yogyakarta.
[13]#Lestari, D. dan Yulaikhah, 2015, Analisis
Pergeseran Horizontal dan Kecepatan Jaring
Kontrol (Mayor) Pemantauan Deformasi Patahan
Opak, Penelitian DPP Jurusan Teknik Geodesi
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
[14]#Parseno dan Taftazani, M.I., 2015, Studi
Estimasi Pergerakan Titik Kontrol Sesar Opak
dengan Pengamatan GPS Epok Banyak,
Penelitian DPP Sekolah Vokasi UGM,
Yogyakarta.
[15]#Bock, Y., Prawirodirdjo, L., Genrich, J.F.,
Stevens, C.W., McCaffrey, R., Subarya, C.,
Puntodewo, SSO., and Calais, E., 2003, Crustal
Motion in Indonesia from Global Positioning
System Measurements, Journal of Geophysical
Research, Vol. 108, No. B8. 2367.
2016 6th International Annual Engineering Seminar (InAES), Yogyakarta, Indonesia
%