7

National Symposium on Engineering AES 2016tiga dimensi telah dilakukan dalam rangka analisis deformasi kawasan tersebut [9, 10, 11]. Kajian tersebut berbeda pada aspek jaring pemantauannya

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: National Symposium on Engineering AES 2016tiga dimensi telah dilakukan dalam rangka analisis deformasi kawasan tersebut [9, 10, 11]. Kajian tersebut berbeda pada aspek jaring pemantauannya
Page 2: National Symposium on Engineering AES 2016tiga dimensi telah dilakukan dalam rangka analisis deformasi kawasan tersebut [9, 10, 11]. Kajian tersebut berbeda pada aspek jaring pemantauannya
Page 3: National Symposium on Engineering AES 2016tiga dimensi telah dilakukan dalam rangka analisis deformasi kawasan tersebut [9, 10, 11]. Kajian tersebut berbeda pada aspek jaring pemantauannya

Analisis Gerakan Stasiun Pemantauan Patahan Opak

Nurrohmat Widjajanti, Parseno, Hilmiyati UlinnuhaUniversitas Gadjah Mada, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Geodesi, Yogyakarta, 55284, Indonesia

Email: [email protected]

Abstract

This paper presents the results of Opak Fault geodynamic study in geometric aspect. Previous research has

been carried out optimization of Opak Fault monitoring network. After having optimum network then

monitoring points (TGD, OPK and SGY) built permanently in optimized locations. Furthermore, the

monitoring points measured by GNSS survey with relatively static method in 2013 and 2014. GNSS

measurements at monitoring points conducted again in 2015. The result is a three-dimensional coordinates

of the points TGD, OPK and SGY at the region of Opak Fault in 2015. Furthermore, the three-dimensional

coordinates were analyzed movements compared to the coordinates of previous studies in 2013 and 2014.

The results showed that the velocity value of monitoring point’s movement from 2014 to 2015 reached

fraction of centimeter. The velocity of East component is relatively larger than North components. The

horizontal movement of the monitoring points mostly toward the Southeast.

Keywords: monitoring points, velocity movements, Opak Fault

I. Pendahuluan

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan

suatu daerah yang rawan bencana [1]. Keberadaan

Patahan Opak merupakan salah satu penyebabnya.

Patahan ini menjadi lebih populer setelah gempa

bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei

2006. Gempa bumi tersebut penyebabnya adalah

aktivitas Patahan Opak. Hal ini diungkapkan oleh

sebagian ahli kebumian [2]. Akibat gempa bumi

tersebut menjadikan struktur bumi di sekitarnya

terdeformasi dalam arah vertikal maupun horizontal.

Empat tahapan gempa bumi yaitu interseismik,

praseismik, koseismik, dan pascaseismik. Setiap

tahapan kondisinya berbeda-beda. Tahapan

pascaseismik terjadi dalam periode yang lama sampai

mencapai kondisi kesetimbangan baru. Dengan

demikian Patahan Opak ini dapat dikatakan dalam

kondisi mencapai kesetimbangan yang baru [3].

Kajian deformasi koseismik dan pascaseismik

gempa Yogya tahun 2006 dilakukan berdasar data

survei Global Navigation Satellite System (GNSS)

[4]. Pada penelitian tersebut, survei GNSS dilakukan

terhadap 48 titik pada kerangka kadastral nasional

orde 2. Interval pengamatan per titik antara 12 s.d. 20

jam. Pengolahan data dilakukan secara radial

terhadap titik kontrol nasional orde 0 N0005 yang

terletak di Boulevard Kampus UGM. Perangkat

lunak yang digunakan adalah Bernese 5.0. Hasilnya

memberikan gambaran antara Juni 2006 s.d. Juni

2008 terdapat pergerakan sinistral (left-lateral)

kurang dari 10 s.d. 15 cm dan terdapat pergerakan

dekstral antara 0,3 dan 9,1 cm dari kawasan sebelah

timur Patahan Opak (Gunung Kidul) terhadap area

sebelah barat yang relatif lebih stabil (Gambar 1).

[4]. Hasil kajian menunjukkan sudut strike deformasi

koseismik sekitar 48° dan sudut kemiringan (dip

angle) sekitar 89°.

Gambar 1. Deformasi koseismik (2D) gempa Yogyakarta

2006 [4]

Pada tahun 2013 Laboratorium Geodesi Jurusan

Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah

Mada (JTG FT UGM) melakukan penelitian

Penguatan Unit Penyelenggara Riset. Penelitian

tersebut didanai dari Biaya Operasional Perguruan

Tinggi Negeri (BOPTN) UGM. Salah satu kegiatan

yang dilakukan adalah pengadaan jaring kontrol

geodinamik di wilayah Patahan Opak. Kajian

geodinamik dilakukan dari aspek geometrik melalui

pengamatan dengan teknologi satelit untuk

menentukan koordinat titik pantau. Hasil penelitian

tersebut telah terpasang 17 titik pantau Patahan Opak

yang tersebar di Kabupaten Gunung Kidul,

Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Sleman dan

Kabupaten Bantul [5]. Pada penelitian tersebut

kestabilan lokasi titik pantau telah dievaluasi stuktur

geologi dan kondisi topografi berdasar peta Geologi

2016 6th International Annual Engineering Seminar (InAES), Yogyakarta, Indonesia

Page 4: National Symposium on Engineering AES 2016tiga dimensi telah dilakukan dalam rangka analisis deformasi kawasan tersebut [9, 10, 11]. Kajian tersebut berbeda pada aspek jaring pemantauannya

wilayah Yogyakarta. Titik-titik dipasang pada lokasi

yang stabil, dan pemasangan stasiun mencapai

lapisan bedrock.

Beberapa kajian optimasi jaring di kawasan

Patahan Opak telah dilakukan. Jaring Teknik Geodesi

(TGD) merupakan bentuk jaring GPS yang optimum

untuk pemantauan geodinamik secara makro. Kriteria

optimum dari segi akurasi dan dari segi kehandalan

ditinjau dari nilai kofaktor koordinat tiga dimensi

hasil hitung perataan kuadrat terkecil metode

parameter pada titik TGD1, TGD2, TGD3, TGD5,

TGD6 dan TGD7 [6]. Optimasi juga dilakukan

berdasar hitungan syarat matriks kriteria dengan

metode Baarda [7]. Hasilnya menunjukkan bahwa

desain jaring SGY dan OPK pada kajian ini telah

memenuhi kehandalan sesuai persyaratan matriks

kriteria. Desain jaring SGY dan OPK memiliki

strength of figure yang cukup baik [7]. Optimasi

jaring pemantauan mikro dua dimensi dilakukan di

segmen jaring SGY (Segoroyoso) [8]. Hasil hitungan

optimasi jaring menunjukkan bahwa titik TGD2

sesuai sebagai titik ikat jaring monitoring Patahan

Opak Segmen Segoroyoso (lima titik SGY). Jika

ditinjau dari besar elips kesalahan per titik, jaring

TGD2 relatif lebih kecil dibanding jaring lain (SGY)

dan kesalahan terdistribusi secara merata di seluruh

titik. [8].

Kajian terhadap jaring pemantauan Patahan Opak

tiga dimensi telah dilakukan dalam rangka analisis

deformasi kawasan tersebut [9, 10, 11]. Kajian

tersebut berbeda pada aspek jaring pemantauannya

yaitu jaring mikro dan makro serta strategi

pengolahannya. Hasilnya diperoleh koordinat tiga

dimensi hasil pengukuran dengan survei GNSS pada

tahun 2014 dan analisis pergerakannya terhadap hasil

tahun 2013.

Pada paper ini bertujuan untuk menyajikan hasil

kajian lanjutan pemantauan geodinamik aspek

geometrik yang kontinyu di Patahan Opak. Seperti

kajian tahun 2013, pada tahun 2015 ini merupakan

kolaborasi penelitian dengan penekanan analisis yang

berbeda-beda [12, 13, 14].

Mengingat aktifnya Patahan Opak tersebut dengan

potensi kegempaan yang relatif tinggi maka perlu

dilakukan monitoring kondisi geodinamik di

kawasan tersebut secara kontinyu.

II. Metode

Bahan yang digunakan terdiri atas data koordinat

dan ketelitiannya tahun 2014 serta data pengamatan

GNSS tahun 2015 di titik-titik SGY (SGY1, SGY2,

SGY3, SGY5 dan SGY6), OPK (OPK3, OPK4,

OPK6, OPK7 dan OPK8) serta TGD (TGD1, TGD2,

TGD3, TGD4, TGD5, TGD6 dan TGD 7) pada jaring

pemantauan Patahan Opak. Pemilihan titik ikat IGS

mempertimbangkan bentuk geometri jaring yang

tersebar merata di sekitar jaring SGY, OPK dan TGD,

yaitu COCO, DARW, DGAR, GUAM, KARR,

PIMO dan TOW2.

Pengamatan GNSS di titik pantau Patahan Opak

(jaring SGY, OPK dan TGD) pada tanggal 9 s.d. 11

Juni 2014 dan 5 s.d. 7 Juni 2015. Pengamatan

dilakukan dengan receiver GNSS tipe geodetik

metode relatif statik dengan sampling rate 30 detik.

Pengolahan diawali dengan pengecekan kualitas

data pengamatan dengan perangkat lunak

Translation, Editing and Quality Check (TEQC).

Selanjutnya pengolahan data menggunakan perangkat

lunak GAMIT dan GLOBK untuk menentukan

koordinat dan kecepatan pergerakan titiknya.

Pengolahan menggunakan GAMIT secara

otomatis menggunakan sh_gamit. Pengolahan

GLOBK dilakukan dengan melibatkan seluruh

jumlah pengamatan yang telah berada dalam daftar h-

file biner dalam format *.gdl. Hasil pengolahan ini

berupa file dengan format *.log dan *.org. Hasil

koordinat stasiun dari file *.org digunakan sebagai

koordinat pendekatan untuk pengolahan ulang hingga

mendapat nilai koordinat yang tetap. Selanjutnya

dihitung kecepatan pergerakannya

III. Hasil dan Pembahasan

Hasil yang dibahas meliputi hasil cek kualitas data

dengan TEQC, hasil pengolahan dengan GAMIT dan

hasil pengolahan dengan GLOBK serta hasil

hitungan kecepatan pergerakannya.

III.1. Hasil cek kualitas data

Hasil evaluasi menunjukkan terdapat beberapa

titik pantau nilai multipath maupun Ionosphere Delay

Observable (IOD) lebih besar dari toleransi. Namun

demikian pengolahan dengan GAMIT dan GLOBK

tetap dilanjutkan untuk melihat seberapa ketelitian

yang dihasilkan dengan kondisi data yang telah

diperoleh. Multipath bisa dikurangi dengan

pengamatan dalam periode yang panjang. Sedangkan

efek ionosfer dieliminir dengan pengamatan GPS

menggunakan receiver dual frekuensi.

III.2. Hasil pengolahan dengan GAMIT

Hasil pengolahan data dengan GAMIT

menunjukkan bahwa nilai postfit norm root mean

square (nrms) memenuhi kriteria pengolahan

GAMIT. Sedangkan berdasar nilai ambiguitas

menandakan bahwa pada pengolahan tidak terjadi

noise pada pseudorange, tidak ada kesalahan pada

ukuran, konfigurasi jaringan baik, kualitas orbit baik,

koordinat apriori sesuai serta tidak ada kesalahan

pada kondisi atmosfer.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa hasil

pengolahan tersebut memenuhi standar kualitas

pengolahan dengan GAMIT. Dengan demikian dapat

digunakan untuk pengolahan lanjutan GLOBK.

III.3. Hasil pengolahan dengan GLOBK

Hasil pengolahan GLOBK adalah nilai koordinat

dan ketelitiannya. Hasil lainnya yang diperoleh

adalah nilai statistik chy-square per derajat kebebasan

(χ2/f). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa data

yang dimodelkan dalam solusi baik dan menandakan

data konsisten secara internal.

Proses mendapatkan koordinat teliti hasil

pengolahan GLOBK adalah dengan iterasi pada

2016 6th International Annual Engineering Seminar (InAES), Yogyakarta, Indonesia

!

Page 5: National Symposium on Engineering AES 2016tiga dimensi telah dilakukan dalam rangka analisis deformasi kawasan tersebut [9, 10, 11]. Kajian tersebut berbeda pada aspek jaring pemantauannya

stabilisasi koordinat. Stabilisasi yang dimaksud

adalah melakukan pengikatan stasiun pengamatan ke

ITRF, dalam penelitian ini ITRF2013. Selain itu juga

dalam proses tersebut menghapus stasiun yang

mempunyai residu tinggi baik horizontal maupun

vertikal dengan tingkat kepercayaan 99%. Hasil akhir

dari proses GLOBK adalah nilai koordinat hasil

stabilisasi dan ketelitiannya.

Hasil pengolahan GLOBK disajikan pada Tabel 1

yaitu koordinat dalam sistem toposentrik tiga dimensi

dari 17 titik pantau Patahan Opak. Koordinat

ditunjukkan dengan komponen North, East dan Up.

Nilai ketelitian yang ditunjukkan dengan simpangan

baku disajikan dalam sebuah grafik pada Gambar 2.

Tabel 1. Koordinat titik pantau Patahan Opak dalam

sistem toposentrik

Titik North (m) East (m) Up (m)

SGY1 -877367.36762 12176248.88302 90.54426

SGY2 -879573.92811 12173189.68848 141.37813

SGY3 -879827.17288 12175653.52071 145.27117

SGY5 -874642.41133 12179967.08041 283.38889

SGY6 -874712.03200 12182286.05761 408.17917

OPK3 -878601.58450 12189702.13113 151.96975

OPK4 -882390.31194 12181942.38151 189.15682

OPK6 -886315.50993 12187316.82771 198.58843

OPK7 -894636.47879 12175161.85321 298.62590

OPK8 -886126.73128 12171756.29162 254.90255

TGD1 -864798.78679 12186767.14753 255.12342

TGD2 -877389.22380 12179309.66897 401.53410

TGD3 -862679.32768 12174037.78969 179.76911

TGD4 -874332.06443 12164639.02897 145.17825

TGD5 -861553.12770 12155314.71748 151.02146

TGD6 -880814.33307 12150209.32024 52.64181

TGD7 -883034.06269 12164684.39317 48.57006

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Nil

ai

(m)

Ketelitian Koordinat

Gambar 2. Nilai simpangan baku koordinat titik

pantau Patahan Opak dalam sistem koordinat

toposentrik

Ketelitian komponen North dan East lebih tinggi

bila dibandingkan dengan nilai komponen Up. Hal

ini berarti ketelitian komponen horizontal relatif baik

mencapai fraksi sentimeter dibandingkan ketelitian

komponen vertikal. Namun demikian secara

keseluruhan hasil ini belum maksimal, karena

pengolahan data dengan perangkat ilmiah

ketelitiannya masih rendah.

Ketelitian yang relatif rendah tersebut disebabkan

karena lama pengukuran GNSS tahun 2015 masing-

masing titik hanya 8 jam. Hasil cek kualitas data

dengan TEQC memang menunjukkan ada sebagian

titik yang belum memenuhi toleransi.

Berdasarkan pengamatan visual di lokasi titik-titik

pantau pada tahun 2015, kondisi sekitar lokasi titik

sudah lebih banyak tumbuhan rindang jika

dibandingkan dengan kondisi tahun 2014. Hal ini

juga mempengaruhi ketelitian koordinat yang

dihasilkan. Hal ini juga terbukti bahwa hasil

penelitian tahun 2015 ketelitian koordinatnya lebih

rendah dibandingkan dengan koordinat tahun 2014

[9]. Oleh karena pada penelitian berikutnya

semestinya dipertimbangkan sky of view lokasi titik

pantau dan lama waktu pengukuran diperpanjang

supaya kesalahan dan bias dapat lebih direduksi.

Ketika waktu pengamatan GPS melebihi 24 jam, nilai

ketelitian dapat mencapai fraksi milimeter. Solusi ini

diperlukan dalam menentukan posisi yang presisi

untuk aplikasi analisis deformasi.

III.2. Hasil pengolahan kecepatan pergerakan

Visualisasi kecepatan pergerakan komponen

North, East dan Up dapat dilihat pada Gambar 3, 4

dan 5.

Berdasar Gambar 3, 4 dan 5 dapat dilihat bahwa

kecepatan pergerakan titik pantau Patahan Opak

antara tahun 2014 s.d. 2015 nilainya mencapai fraksi

sentimeter. Kecepatan komponen East relatif lebih

besar dari komponen North. Nilai kecepatan terbesar

dan terkecil di masing-masing komponen berbeda.

Kecepatan yang relatif besar ini disebabkan pada

periode 2014 s.d. 2015 banyak terjadi gempa-gempa

kecil di kawasan Patahan Opak.

Hal lain yang perlu dikaji lebih lanjut apakah pada

periode tahun 2014 s.d 2015 tersebut berkaitan siklus

gempa Gunung Merapi Yogyakarta yang periodenya

empat tahunan, yaitu tahun 2006, 2010 dan 2014,

dengan letusan terbesar terjadi pada tahun 2010.

-1.2

-1

-0.8

-0.6

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

OP

K3

OP

K4

OP

K6

OP

K7

OP

K8

TG

D1

TG

D2

TG

D3

TG

D4

TG

D5

TG

D6

TG

D7

SG

Y1

SG

Y2

SG

Y3

SG

Y5

SG

Y6

Kecep

ata

n(d

m)

Kecepatan Pergerakan Komponen North

2014-2015

Gambar 3. Kecepatan komponen North

2016 6th International Annual Engineering Seminar (InAES), Yogyakarta, Indonesia

"

Page 6: National Symposium on Engineering AES 2016tiga dimensi telah dilakukan dalam rangka analisis deformasi kawasan tersebut [9, 10, 11]. Kajian tersebut berbeda pada aspek jaring pemantauannya

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

OP

K3

OP

K4

OP

K6

OP

K7

OP

K8

TG

D1

TG

D2

TG

D3

TG

D4

TG

D5

TG

D6

TG

D7

SG

Y1

SG

Y2

SG

Y3

SG

Y5

SG

Y6

Kecep

ata

n(d

m)

Kecepatan Pergerakan Komponen East

2014-2015

Gambar 4. Kecepatan komponen East

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

OP

K3

OP

K4

OP

K6

OP

K7

OP

K8

TG

D1

TG

D2

TG

D3

TG

D4

TG

D5

TG

D6

TG

D7

SG

Y1

SG

Y2

SG

Y3

SG

Y5

SG

Y6

Kecep

ata

n (

dm

)

Kecepatan Pergerakan Komponen Up

2014-2015

Gambar 5. Kecepatan komponen Up

Tabel 2 menyajikan koordinat geodetik pada 17

titik pantau Patahan Opak. Semua titik pantau berada

sekitar lintang selatan 7o dan bujur timur 110o.

Tabel 2. Koordinat geodetik titik pantau

Patahan Opak

Titik Lintang (o) Bujur (o) Tinggi (m)

SGY1 -7.8815252 110.4241268 90.5442600

SGY2 -7.9013470 110.4017392 141.3781300

SGY3 -7.9036220 110.4248507 145.2711700

SGY5 -7.8570465 110.4517394 283.3888900

SGY6 -7.8576719 110.4727686 408.1791700

OPK3 -7.8926123 110.5491946 151.9697500

OPK4 -7.9266470 110.4880311 189.1568200

OPK6 -7.9619077 110.5460319 198.5884300

OPK7 -8.0366562 110.4559548 298.6259000

OPK8 -7.9602119 110.4048888 254.9025500

TGD1 -7.7686197 110.4899000 255.1234200

TGD2 -7.8817215 110.4518845 401.5341000

TGD3 -7.7495803 110.3692269 179.7691100

TGD4 -7.8542586 110.3119787 145.1782500

TGD5 -7.7394634 110.1972363 151.0214600

TGD6 -7.9124898 110.1963853 52.6418100

TGD7 -7.9324299 110.3330411 48.5700600

Gambar 7. Pergerakan (2D) titik pantau Patahan

Opak periode 2014 s.d. 2015

Pergerakan (2D) titik pantau Patahan Opak

periode 2014 s.d. 2015 disajikan pada Gambar 7.

Berdasar Gambar 7 dapat dilihat bahwa elips

kesalahannya relatif besar. Pergerakan horizontal

terbesar terjadi di titik SGY6. Dimana titik-titik SGY

tersebut merupakan jaring mikro pemantaun Patahan

Opak. Sebagian besar pergerakan titik pantau menuju

ke arah tenggara. Hasil kajian pada paper ini sesuai

dengan hasil penelitian Bock, dkk (2003). Lempeng

Pulau Jawa mengalami pergeseran ke arah tenggara

disebabkan karena adanya interaksi Paparan Sunda

dan lempeng Eurasia yang kuat terhadap lempeng

Hindia-Australia [15].

IV. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan hasil pengolahan data meliputi:

1.# Hasil evaluasi dengan TEQC pada data

pengukuran GNSS titik pantau Patahan Opak

tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat

beberapa titik pantau mempunyai nilai multipathmaupun Ionosphere Delay Observable lebih

besar dari toleransi.

2.# Titik pantau Patahan Opak hasil pengukuran

tahun 2015 menghasilkan nilai ketelitian

koordinat relatif besar mencapai fraksi

sentimeter.

3.# Kecepatan pergerakan titik pantau Patahan Opak

antara tahun 2014 s.d. 2015 nilainya mencapai

fraksi sentimeter. Sebagian besar pergerakan

(2D) titik pantau Patahan Opak periode 2014 s.d.

2015 menuju ke arah tenggara.

Saran yang dapat diberikan untuk kegiatan

selanjutnya, yaitu mengingat sifat dinamisnya titik

pantau Patahan Opak karena terletak pada lokasi

yang sering terjadi gempa bumi, perlu ditentukan

koordinatnya secara berkala dengan pengamatan

GNSS. Kualitas dan kuantitas data pengukuran perlu

ditingkatkan agar diperoleh hasil yang mempunyai

ketelitian maksimal. Dengan demikian studi

geodinamik Patahan Opak dapat dilakukan lebih

komprehensif.

2016 6th International Annual Engineering Seminar (InAES), Yogyakarta, Indonesia

$

Page 7: National Symposium on Engineering AES 2016tiga dimensi telah dilakukan dalam rangka analisis deformasi kawasan tersebut [9, 10, 11]. Kajian tersebut berbeda pada aspek jaring pemantauannya

Daftar Pustaka

[1]# Wijoyono, E., 2011, Potensi Ancaman Bencana

di Yogyakarta dan Sekitarnya, [online]

http://elantowow.wordpress.com/2011/05/13/pot

ensi-ancaman-bencana-di-yogyakarta-dan-

sekitarnya/ [10 Maret 2013].

[2]# Walter, T.R., dkk., 2008, The 26 May 2006

Magnitude 6,4 Yogyakarta Earthquake South of

Mt. Merapi Volcano: Did Lahar Deposits

Amplify Ground Shaking and thus Lead to the

Disaster?, Geochemistry Geophysics

Geosystems, Vol. 9, No. 5, Published by AGU

and the Geochemical Society, An Electronic

Journal of the Earth Science.

[3]# Abidin, H.Z., Heri, A., Irwan, M., Gamal, M.,

Kusuma, M.A., Kimata, F. dan Ando, M., 2007,

Deformasi Seismik Gempa Yogyakarta dari

Survei GPS, Jurnal Geofisika Indonesia, Edisi

2007, No. 1.

[4]# Abidin, H.Z., Andreas, H., Meilano, I., Gamal,

M., Gumilar, I., dan Abdullah, C.I., 2009,

Deformasi Koseismik dan Pascaseismik Gempa

Yogyakarta 2006 dari Hasil Survei GPS, Jurnal

Geologi Indonesia, Vol. 4, No. 4 Desember

2009: 275-284.

[5]# Widjajanti, N., dkk., 2013, Optimalisasi

Laboratorium Geodesi Jurusan Teknik Geodesi

FT UGM dalam Penelitian Studi Geodinamik

untuk Keperluan Mitigasi Bencana Multi Hazard

di Yogyakarta, Penelitian Unit Penyelenggara

Riset UGM, Yogyakarta.

[6]# Widjajanti, N. dan Parseno, 2013, Strategi dalam

Desain Jaring Kontrol GPS untuk Studi

Geodinamik di Patahan Opak, Penelitian DPP

Jurusan Teknik Geodesi FT UGM, Yogyakarta.

[7]# Lestari, D. dan Yulaikhah, 2013, Optimasi Jaring

Kontrol Horisonal Berdasarkan Persyaratan

Matriks Kriteria untuk Studi Geodinamik di

Patahan Sungai Opak, Penelitian DPP Sekolah

Vokasi UGM, Yogyakarta.

[8]# Fahrurazi, D. dan Atunggal, D., 2013,

Pemasangan Jaring Kontrol GNSS untuk Studi

Deformasi Patahan Opak Segmen Segoroyoso,

Penelitian DPP Jurusan Teknik Geodesi Fakultas

Teknik UGM, Yogyakarta.

[9]# Widjajanti, N. dan Parseno, 2014, Penetuan

Koordinat Titik GPS untuk Studi Geodinamik di

Patahan Opak, Penelitian DPP Jurusan Teknik

Geodesi FT UGM, Yogyakarta.

[10]#Lestari, D. dan Yulaikhah, 2014, Realisasi Jaring

Pemantauan Deformasi Patahan Opak, Penelitian

DPP Sekolah Vokasi UGM, Yogyakarta.

[11]#Parseno dan Taftazani, M.I., 2014, Studi

Estimasi Kecepatan Pergerakan Lempeng di

Titik Kontrol Sesar Opak, Penelitian DPP

Sekolah Vokasi UGM, Yogyakarta.

[12]#Widjajanti, N. dan Parseno, 2015, Analisis

Gerakan Stasiun Pemantauan Patahan Opak,

Penelitian DPP Jurusan Teknik Geodesi FT

UGM, Yogyakarta.

[13]#Lestari, D. dan Yulaikhah, 2015, Analisis

Pergeseran Horizontal dan Kecepatan Jaring

Kontrol (Mayor) Pemantauan Deformasi Patahan

Opak, Penelitian DPP Jurusan Teknik Geodesi

Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.

[14]#Parseno dan Taftazani, M.I., 2015, Studi

Estimasi Pergerakan Titik Kontrol Sesar Opak

dengan Pengamatan GPS Epok Banyak,

Penelitian DPP Sekolah Vokasi UGM,

Yogyakarta.

[15]#Bock, Y., Prawirodirdjo, L., Genrich, J.F.,

Stevens, C.W., McCaffrey, R., Subarya, C.,

Puntodewo, SSO., and Calais, E., 2003, Crustal

Motion in Indonesia from Global Positioning

System Measurements, Journal of Geophysical

Research, Vol. 108, No. B8. 2367.

2016 6th International Annual Engineering Seminar (InAES), Yogyakarta, Indonesia

%