14
JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT 1 PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN BANTARAN SUNGAI CILIWUNG KANAL BANJIR BARAT PETAMBURAN DENGAN PENDEKATAN WATERFRONT DEVELOPMENT Muhammad Firli Julian Safari 1 , Shahnaz Nabila Fuady S.T., M.T 2 , Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T 3 Institut Teknologi Sumatera Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan 35365 Email : [email protected] 2 ABSTRAK Hilangnya aktivitas masyarakat di ruang terbuka publik pada kawasan bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan disebabkan adanya upaya pemerintah dalam mengendalikan banjir, membuat kawasan tidak termanfaatkan secara optimal. Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir terjadinya banjir. Upaya tersebut berhasil meminimalisir terjadinya banjir, dan membuat masyarakat lebih tanggap menghadapi banjir. Hal ini menyebabkan kawasan tidak tertata dengan baik seperti adanya tumpukan sampah, pedagang memakai badan jalan, dan taman yang tidak terawat dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam terkait penataan ruang terbuka publik pada kawasan bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan dengan pendekatan Waterfront Development. Dalam mencapainya adapun sasaran yang dilakukan diantaranya: 1) Mengidentifikasi Potensi dan Masalah. 2) Merumuskan kriteria penataan yang tepat. 3) Menyusun konsep penataan ruang dengan pendekatan Waterfront Development. Sebelum teridentifikasi potensi dan masalah, perlu mengidentifikasi kondisi fisik dan non-fisik kawasan terlebih dahulu, kondisi fisik dengan walkthrough analysis dan kondisi non-fisik dengan walkability analysis. Setelah teridentifikasi potensi dan masalah, dirumuskan kriteria penataan dengan metode triangulasi. Setelah itu disusun konsep penataan yang terdiri dari 3 zona diantaranya 1) Environmental/Educational Zone. 2) Recreational Zone. 3) Residential Zone. Serta aspek penelitian diantaranya 1) Aspek Aktivitas dan Tata Guna Lahan. 2) Aspek Aksesibilitas dan Penghubung. 3) Aspek Infrastruktur Kawasan. 4) Aspek Ekonomi. 5) Aspek Sosial. 6) Aspek Lingkungan. 7) Aspek Preservasi. Kata Kunci: Penataan Ruang Terbuka Publik, Sungai Ciliwung, Waterfront Development ABSTRACT The measures taken by the government to cope with floods on the riverbanks of the Ciliwung River, Kanal Banjir Barat Petamburan, has led to the loss of public activities resulting in the minimal utilization of the area. The construction of embankments (sheet piles) and the expansion of water bodies are some of the government’s efforts to minimalize flooding. These efforts have succeeded in minimizing the occurrence of floods and also fostering more sense of responsiveness and awareness amongst the public when dealing with floods. Nevertheless, this causes disorganization to the area such as the clustering of garbage piles, street vendors, and poorly maintained parks. Henceforth, this study intends to specifically investigate about the arrangement of public open spaces in the area along the Ciliwung River, Kanal Banjir Barat Petamburan through applying the Waterfront Development approach. In an attempt to accomplish this, there are several objectives of

PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

1

PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN BANTARAN

SUNGAI CILIWUNG KANAL BANJIR BARAT PETAMBURAN

DENGAN PENDEKATAN WATERFRONT DEVELOPMENT

Muhammad Firli Julian Safari 1, Shahnaz Nabila Fuady S.T., M.T 2, Dr. Rahayu

Sulistyorini, S.T., M.T 3

Institut Teknologi Sumatera Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Kecamatan Jati Agung,

Lampung Selatan 35365

Email : [email protected]

ABSTRAK

Hilangnya aktivitas masyarakat di ruang terbuka publik pada kawasan bantaran Sungai

Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan disebabkan adanya upaya pemerintah dalam

mengendalikan banjir, membuat kawasan tidak termanfaatkan secara optimal.

Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk

meminimalisir terjadinya banjir. Upaya tersebut berhasil meminimalisir terjadinya banjir,

dan membuat masyarakat lebih tanggap menghadapi banjir. Hal ini menyebabkan kawasan

tidak tertata dengan baik seperti adanya tumpukan sampah, pedagang memakai badan jalan,

dan taman yang tidak terawat dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih

dalam terkait penataan ruang terbuka publik pada kawasan bantaran Sungai Ciliwung

Kanal Banjir Barat Petamburan dengan pendekatan Waterfront Development. Dalam

mencapainya adapun sasaran yang dilakukan diantaranya: 1) Mengidentifikasi Potensi dan

Masalah. 2) Merumuskan kriteria penataan yang tepat. 3) Menyusun konsep penataan

ruang dengan pendekatan Waterfront Development. Sebelum teridentifikasi potensi dan

masalah, perlu mengidentifikasi kondisi fisik dan non-fisik kawasan terlebih dahulu,

kondisi fisik dengan walkthrough analysis dan kondisi non-fisik dengan walkability

analysis. Setelah teridentifikasi potensi dan masalah, dirumuskan kriteria penataan dengan

metode triangulasi. Setelah itu disusun konsep penataan yang terdiri dari 3 zona

diantaranya 1) Environmental/Educational Zone. 2) Recreational Zone. 3) Residential

Zone. Serta aspek penelitian diantaranya 1) Aspek Aktivitas dan Tata Guna Lahan. 2)

Aspek Aksesibilitas dan Penghubung. 3) Aspek Infrastruktur Kawasan. 4) Aspek Ekonomi.

5) Aspek Sosial. 6) Aspek Lingkungan. 7) Aspek Preservasi.

Kata Kunci: Penataan Ruang Terbuka Publik, Sungai Ciliwung, Waterfront Development

ABSTRACT

The measures taken by the government to cope with floods on the riverbanks of the

Ciliwung River, Kanal Banjir Barat Petamburan, has led to the loss of public activities

resulting in the minimal utilization of the area. The construction of embankments (sheet

piles) and the expansion of water bodies are some of the government’s efforts to minimalize

flooding. These efforts have succeeded in minimizing the occurrence of floods and also

fostering more sense of responsiveness and awareness amongst the public when dealing

with floods. Nevertheless, this causes disorganization to the area such as the clustering of

garbage piles, street vendors, and poorly maintained parks. Henceforth, this study intends

to specifically investigate about the arrangement of public open spaces in the area along

the Ciliwung River, Kanal Banjir Barat Petamburan through applying the Waterfront

Development approach. In an attempt to accomplish this, there are several objectives of

Page 2: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

2

this study, namely: 1) Identifying Potentials and Problems. 2) Formulating appropriate

structuring criteria. 3) Arranging the concept of spatial planning using the Waterfront

Development approach. Before identifying the potentials and problems, it is crucial to

ascertain the physical and non-physical conditions of the area, the physical conditions

using a walkthrough analysis and the non-physical conditions by applying a walkability

analysis. After identifying potentials and problems, the structuring criteria were

formulated by implementing the triangulation method. Thenceforth, a structuring concept

was compiled in which it comprises of 3 zones including 1) Environmental / Educational

Zone. 2) Recreational Zone. 3) Residential Zone as well as the research aspects consisting

of 1) Aspects of Activities and Land Use, 2) Aspects of Accessibility and Connectivity, 3)

Regional Infrastructure Aspects, 4) Economic Aspects, 5) Social Aspects. 6) Environmental

Aspects and 7) Preservation Aspects.

Keyword: Arrangement Open Public Space, Ciliwung River, Waterfront Development.

A. PENDAHULUAN

Ruang Terbuka Publik merupakan aktivitas masyarakat atau aktivitas tertentu yang

dapat ditampung di suatu wadah baik secara individu maupun kelompok, yang bentuk

ruang publik tergantung dengan pola serta susunan massa bangunan (Rustam Hakim, 1987

dalam Rezeki, 2017). Keberadaan ruang terbuka publik menjadi sangat penting sebagai

sarana aktivitas masyarakat. DKI Jakarta merupakan kota dengan jumlah penduduk

terbesar dan juga kepadatan penduduk yang tinggi menjadi sebab ruang publik begitu

penting. Bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan menjadi kawasan yang

memiliki karakteristik fisik sebagai ruang terbuka publik yang berada di Bantaran Sungai,

dan kepadatan penduduk yang tinggi sehingga keberadaanya menjadi penting untuk

masyarakat sekitar. Kawasan sering digunakan masyarakat untuk berbagai aktivitas,

diantaranya seperti untuk kegiatan sosial, tempat bermain anak-anak, keolahragaan, adapun

turnamen sepak bola yang dibuat swadaya oleh masyarakat. Kegiatan tersebut tidak dapat

dilakukan saat musim hujan karena kawasan merupakan tepian sungai, membuat kawasan

sering dilanda bencana banjir setiap tahunnya. Hal ini membuat pemerintah berupaya

dalam menanggulangi bencana dengan membangun tanggul (turap) dan memperlebar

badan sungai. Dengan upaya pemerintah tersebut bencana banjir teriminimalisir dan

membuat masyarakat lebih tanggap dalam menghadapi bencana. Upaya ini menimbulkan

dampak, kawasan menjadi pasif karena tingginya tanggul (turap) dan hilangnya akses

kawasan membuat kawasan menjadi tidak termanfaatkan secara optimal sebagai ruang

publik. Dampak ini membuat kawasan menjadi 2 bagian, yaitu taman atas dan taman bawah

yang terpisahkan oleh tanggul (turap). Akses yang dapat dilalui hanya taman atas akan

tetapi sebelum adanya upaya penanggulangan bencana, masyarakat dapat mengakses

kawasan hingga tepian sungai, sehingga masyarakat secara inisiatif membuat akses yang

berbentuk tangga secara swadaya agar dapat mengakses taman bawah. Oleh karena itu

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai penataan ruang terbuka publik pada

kawasan bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan sehingga pada nantinya

perencanaan ini dapat memberikan rumusan konsep penataan yang sesuai kebutuhan

masyarakat dan mengoptimalkan potensi kawasan sebagai ruang publik dengan pendekatan

Waterfront Development.

B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukannya beberapa tahap yaitu analisa

digunakan analisis walkability dan analisis walkthrough, tahap sintesa digunakan analisis

triangulasi dan penilaian digunakan analisis tapak. Pertama tahap analisa adapun analisis

Page 3: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

3

yang digunakan diantaranya analisis walkthrough digunakan untuk mengidentifikasi

kondisi fisik kawasan dan analisis walkability digunakan untuk mengidentfikasi kondisi

non-fisik kawasan. Tahap selanjutnya tahap sintesa digunakan analisis triangulasi

ditujukan untuk merumuskan kriteria khusus yang digunakan sebagai dasar dalam

penyusunan konsep penataan yang memadukan antara data potensi-masalah, data hasil

wawancara, dan data sekunder hasil kajian pustaka. Tahap terakhir penilaian digunakan

analisis tapak yang tertuang disetiap aspek penelitian dan merupakan tahap evaluasi untuk

menghasilkan konsep penataan yang sesuai.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Akan dijelaskan mengenai hasil dan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini,

berikut penjelasannya:

1. Hasil identifikasi potensi dan masalah kawasan

Untuk memudahkan tahap analisa, hasil identifikasi kondisi fisik dan non fisik

dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek penelitian sebagai berikut;

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 1. Pengelompokkan Hasil Identifikasi Fisik dan Non-Fisik Berdasarkan

Aspek Penelitian

Pengelompokan antara unsur penilai diatas dengan aspek-aspek penelitian ini, dibuat untuk

memudahkan proses analisa selanjutnya. Sehingga, dari pengelompokan tersebut tercipta

kesimpulan hasil observasi dan analisa, berikut tabel kesimpulannya:

Tabel 1. Kesimpulan Hasil Observasi dan Analisis

ASPEK

PENELITIAN SUB ASPEK HASIL OBSERVASI DAN ANALISA

FISIK DAN

NON FISIK

AKTIVITAS DAN

TATA GUNA

LAHAN

Kawasan memiliki pola aktivitas masyarakat yang cukup aktif baik pagi,

sore, dan malam hari ; Kawasan memiliki guna lahan dominan permukiman

namun kawasan dikelilingi oleh pusat pusat kegiatan kota yaitu perdagangan

dan jasa; Masih terdapat ruang-ruang (non activity) yang tidak termanfaatkan

dengan baik

AKSESIBILITAS

DAN

PENGHUBUNG

Kawasan mudah diakses dengan kendaraan pribadi, namun perlu

disediakannya kantong parkir agar tidak parkir pada badan jalan ; Kawasan

mudah dijangkau angkutan umum, namun perlu disediakannya jalur pejalan

kaki ; Masyarakat untuk menjangkau tempat kerja masih banyak yang

berjalan kaki sehingga perlu penataan jalur pejalan kaki yang nyaman dan

sesuai.

Page 4: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

4

INFRASTRUKTUR

KAWASAN

Kondisi jalan untuk mengakses kawasan sudah mengalami perkerasan,

namun kondisi jalur pejalan kaki yang ada pada taman tidak terhubung atau

terputus putus menjadikannya tidak fungsional ; Kawasan tersebut menjadi

salah satu tempat relaksasi bagi warga setempat, namun minimnya sarana

dan prasarana lingkungan, seperti lampu penerangan membuat kawasan

tersebut saat malam cukup gelap, dan masyarakat kurang nyaman untuk

mengunjungi kawasan tersebut ; kawasan tidak memiliki sarana MCK untuk

umum

EKONOMI

Kawasan memiliki potensi ekonomi, karena banyaknya warga yang

mengunjungi kawasan sehingga menarik minat pedagang untuk berdagang

berada dekat dengan kawasan, namun perlu diperhatikan dalam penataannya

agar tidak menggunakan bahu jalan.

SOSIAL Masyarakat juga menggunakan kawasan untuk aktivitas sosial, ada berbagai

komunitas yang terdapat pada dalam kawasan.

LINGKUNGAN

Kawasan memiliki tanggul yang cukup tinggi, karena kawasan rentan akan

bencana banjir ; Kawasan tidak terawat dengan baik dan terdapat banyak

puing puing buangan warga pasca bencana banjir

PRESERVASI

Kawasan memiliki sejarah yang sudah hilang sejak adanya pembangunan

tanggul. Kawasan bersejarah tersebut dahulunya sering digunakan

masyarakat untuk turnamen sepakbola yang setiap tahunnya

diselenggarakan, walaupun banjir melanda tiap tahunnya warga tetap

swadaya membantu pasca terjadinya banjir, karena kawasan dianggap

sebagai rumah sendiri untuk mereka, berbeda kondisi sekarang kawasan

terasa kurang optimal penggunaannya dan warga tidak merawat sepenuhnya

sehingga perlu penataan lebih lanjut terkait hal ini.

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Tabel di atas merupakan hasil kesimpulan observasi dan analisa peneliti terhadap kawasan

dengan menggunakan kajian serta teori-teori relevan sesuai dengan topik penelitian.

Dengan adanya hasil kesimpulan observasi dan analisa di atas dapat digunakan untuk

proses analisis selanjutnya dengan menggunakan metode triangulasi yang memadukan

hasil kesimpulan observasi dan analisa, pandangan pemerintah, dan teori atau studi literatur

terkait.

2. Hasil analisis triangulasi

Merupakan bagian dari sasaran 2 penelitian yang bertujuan untuk merumuskan kriteria

khusus sebagai acuan konsep penataan, dengan menggunakan metode analisis triangulasi

guna memadukan data hasil observasi, hasil wawancara, dan kebijakan teori terkait.

Sehingga, melalui analisis ini akan menghasilkan kesimpulan berupa rumusan kriteria

penataan yang akan menjadi acuan dalam pembuatan konsep penataan pada sasaran 3.

Berikut tabel kriteria penataan yang telah dirumuskan dari hasil proses analisa triangulasi

yang telah dilakukan sebelumnya, yang akan digunakan sebagai bahan acuan dalam

membuat konsep-konsep penataan kawasan:

Tabel 2. Kriteria Penataan

ASPEK

PENELITIAN SUB ASPEK KRITERIA PENATAAN

ASPEK FISIK

DAN

LINGKUNGA

N

AKTIVITAS DAN

TATA GUNA

LAHAN

Perlunya pemetaan aktivitas dan tata guna lahan baik dalam dan sekitar

kawasan.

AKSES DAN

PENGHUBUNG

Perlunya dilakukan pendekatan visual, struktural, dan kolektif sebagai

sistem penghubung tata ruang perkotaan.

INFRASTRUKTUR

KAWASAN

Perlunya penyediaan infrastruktur kawasan yang sesuai arahan seperti

utilitas lingkungan, street furniture, sarana dan prasarana rekreatif, dan

perlindungan kawasan tepi air.

EKONOMI

Perlunya penyediaan ruang kegiatan usaha yang tepat sesuai dengan

kebutuhan pengguna ruang serta arahan kebijakan dan aturan terkait.

Page 5: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

5

SOSIAL

Perlunya penerapan konsep sesuai dengan kebutuhan serta aktivitas

masyarakat sebagai recreation dan residental waterfront serta

menerapkan tipe jenis ruang terbuka di kawasan permukiman tepi sungai

yang bersifat rekreatif, variatif, dan atraktif.

LINGKUNGAN

Perlunya penataan lingkungan seperti setting lansekap, vegetasi dan

material sesuai dengan karakter kawasan dengan tipe pengembangan

environmental waterfront.

PRESERVASI

Perlunya menyediakan ruang aktivitas olahraga untuk mengembalikan

nilai historis yang ada pada masyarakat setempat, sehingga kawasan perlu

penataan yang lebih menarik sesuai dengan kebutuhan.

Sumber: Hasil Analisis, 2020

3. Konsep penataan

a. Aspek Aktivitas dan Tata Guna Lahan

Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek diantaranya pemetaan

kawasan aktif dan pasif disekitar kawasan, pemetaan zona dalam kawasan, kebutuhan

ruang kawasan, membuat siteplan kawasan dan section plan berikut penjelasannya:

Tabel 3 Konsep Penataan Aspek Aktivitas dan Tata Guna Lahan

KRITERIA

PENATAAN Pemetaan aktivitas dan tata guna lahan baik dalam dan sekitar kawasan.

KONSEP

PENATAAN 1 Pemetaan kawasan aktif dan pasif disekitar kawasan

KONSEP

PENATAAN 2 Pemetaan Zona

Page 6: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

6

KONSEP

PENATAAN 3 Kebutuhan Ruang Kawasan

KONSEP

PENATAAN 4 Siteplan Kawasan

KONSEP PENATAAN 5 SECTION PLAN

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Page 7: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

7

Penataan kawasan dimulai dengan melihat guna lahan sekitar yang memiliki potensi aktif

dilihat dari kegiatannya seperti perdagangan dan jasa, perkantoran, dan lain-lain. Setelah

itu dilihat adanya keterkaitan lokasi kawasan terhadap gunalahan kawasan sekitarnya,

sehingga akan menimbulkan keterhubungan dan aktivitas saling menghidupkan ruang.

Kawasan dibuat zona untuk pengembangan kawasan sesuai dengan pendekatan waterfront

development dengan dikembangkannya menjadi 3 zona diantaranya zona

lingkungan/edukasi, zona rekreasi, dan zona permukiman. Selanjutnya membuat siteplan

kawasan. Siteplan dibagi per zona untuk mempermudah pembaca dalam melihat kebutuhan

ruang disetiap zona. Setelah itu untuk mempermudah penataan dalam kawasan peneliti

membuat potongan kondisi eksisting dan penataaan. Adapun perubahan yang terlihat

diantaranya PKL akan disediakan ruang dengan memakai lahan zonasi H.2, penyediaan

jalur pedestrian dan pesepedah, serta perataan baik untuk taman atas dan bawah.

b. Aspek Aksesibilitas dan Penghubung

Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek ini diantaranya penerapan

sistem linkage pada kawasan, penataan badan jalan, dan akses masuk dan keluar kawasan.

Tabel 4. Konsep Penataan Aspek Aksesibilitas dan Penghubung

KRITERIA

PENATAAN

Perlunya menata pola sirkulasi kawasan, dan dilakukan pendekatan visual, struktural, dan

kolektif sebagai sistem penghubung tata ruang perkotaan.

KONSEP

PENATAAN 1 Penerapan sistem linkage pada kawasan

KONSEP

PENATAAN 2 Penataan badan jalan

KONSEP

PENATAAN 3 Akses masuk dan keluar kawasan

Page 8: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

8

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Penataan dimulai dengan menerapkan sistem linkage. Pendekatan yang dapat

diterapkan di kawasan sendiri ialah pendekatan secara visual dan struktural penentuan

pendekatan ini akan memudahkan peneliti dalam mengimplementasikan konsep penataan.

Selanjutnya penataan badan jalan yang dimana dalam penataanya badan jalan memiliki

ruang untuk pejalan kaki, pesepeda, ruang parkir. Selanjutnya, peneliti menata akses masuk

kawasan yang dimana sebelumnya belum memiliki akses untuk difabel menjadi ada dan

elevasi disesuaikan agar lansia, dan anak-anak mudah dalam memasuki kawasan.

c. Aspek Infrastruktur Kawasan

Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek ini diantaranya penerapan

penataan street furniture, penataan drainase, sarana persampahan, fasilitas relaksasi, sarana

bermain anak-anak, sarana olahraga, dan jogging track.

Tabel 5. Konsep Penataan Aspek Infrastruktur Kawasan

KRITERIA

PENATAAN

Kawasan perlu menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai arahan dan kebutuhan yang

tepat seperti utilitas lingkungan, street furniture, sarana dan prasarana rekreatif serta

perlindungan tepi air.

Kawasan perlu pengelolaan lebih lanjut untuk keberlanjutannya sehingga dibutuhkan

kerjasama yang baik antar stakeholder

KONSEP

PENATAAN 1 Penataan Street furniture

KONSEP

PENATAAN 2 Penataan Drainase

KONSEP

PENATAAN 3 Sarana persampahan

Page 9: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

9

KONSEP

PENATAAN 4 Fasilitas Relaksasi

KONSEP

PENATAAN 5 Sarana bermain anak-anak

KONSEP

PENATAAN 6 Sarana Olahraga

KONSEP

PENATAAN 7 Jogging track

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Page 10: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

10

Penataan dimulai dengan melakukan penataan street furniture seperti lampu

penerangan, dan rambu-rambu agar pengguna ruang dapat mengunjungi kawasan baik

siang ataupun malam hari dan memberi kejelasan petunjuk saat berada di dalam kawasan.

Penataan sistem drainase masih mempertahankan sistem yang ada hanya saja tertuang

dalam rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di

Kecamatan Tanah Abang dilakukan pembangunan tunnel terpadu di sepanjang Kanal

Banjir Barat di Kelurahan Karet Tengsin, melakukan penerapan sumur resapan dalam dan

dangkal di setiap kelurahan, penerapan biopori di setiap kelurahan.Penataan sistem

persampahan masih mempertahankan sistem yang ada hanya saja tertuang dalam RDTR

Tanah Abang rencana prasarana sampah di Kecamatan Tanah Abang berupa penyediaan

TPS dan/atau TPS-3R di kelurahan dan/atau kecamatan dilengkapi prasarana penampungan

dan/atau pemilahan sampah spesifik, ditujukan untuk tempat penampungan sementara

dan/atau pengolahan sampah sebelum diangkut ke TPST dan/atau TPA. Fasilitas-fasilitas

yang ada di lokasi eksisting perlu diperbaharui dan sarana yang ada dilokasi dipertahankan

seperti lapangan olahraga dan tempat bermain serta penambahan spot-spot relaksasi dan

juga jogging track baik di taman atas ataupun taman tepian sungai.

d. Aspek Ekonomi

Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek ini adalah penyediaan ruang

untuk PKL.

Tabel 6 Konsep Penataan Aspek Ekonomi

KRITERIA

PENATAAN

Perlunya menyediakan ruang yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha dan arahan

serta kebijakan pemerintah

KONSEP

PENATAAN 1 Penyediaan ruang untuk PKL

Sumber: Hasil Analisis, 2020

PKL disediakan ruang untuk berdagang sesuai dengan peraturan Rencana Detil Tata

Ruang (RDTR) Tanah Abang Zona H.2 dengan kegiatan izin bersyarat berbunyi kegiatan

PKL dengan syarat sekurang-kurangnya ditetapkan waktu dan lokasinya.

e. Aspek Sosial

Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek ini adalah penyediaan ruang

aktivitas sosial (gazebo), penyediaan ruang aktivitas sosial pada ruang terbuka, penyediaan

ruang aktivitas sosial pada bantaran sungai.

Page 11: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

11

Tabel 7. Konsep Penataan Aspek Sosial

KRITERIA

PENATAAN

Kawasan perlu menerapkan konsep sesuai dengan potensi serta aktivitas masyarakat

sebagai recreation dan residential waterfront serta menerapkan tipe jenis ruang terbuka di

kawasan permukiman tepi sungai yang bersifat rekreatif, variatif, dan atraktif.

KONSEP

PENATAAN 1 Penyediaan ruang aktivitas sosial (Gazebo)

KONSEP

PENATAAN 2 Penyediaan ruang aktivitas sosial (Ruang terbuka)

KONSEP

PENATAAN 3 Penyediaan ruang aktivitas sosial (Bantaran Sungai)

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Ruang aktivitas sosial penting untuk dilakukan penataan mengingat

penduduk/masyarakat sangat membutuhkan ruang tersebut tergambar dari kondisi

eksisting. Untuk keamanan dan kenyamanan kegiatan di tepian sungai dibuatkan sabuk

hijau sebagai pengaman.

f. Aspek Lingkungan

Sub-bab ini akan menerapkan konsep penataan sesuai dengan kriteria penataan yang

telah didapatkan dari proses sintesa. Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam

aspek ini adalah penyediaan area edukasi dan penataan taman edukasi.

Tabel 8. Konsep Penataan Aspek Lingkungan

KRITERIA

PENATAAN

Perlunya penataan lingkungan seperti setting lansekap, vegetasi dan material sesuai

dengan karakter kawasan dengan tipe pengembangan environmental waterfront.

KONSEP

PENATAAN 1 Penataan area edukasi dan taman edukasi

Page 12: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

12

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Pada eksistingnya kawasan sudah memiliki lahan pertanian yang telah dikelola oleh

pak andi selaku pemilik komunitas yang dibuatnya dengan nama mandiri indah tani.

Dengan melihat potensi lingkungan dan edukasi peneliti membuat area edukasi yang dapat

menjadi pembelajaran anak-anak dan masyarakat terhadap pentingnya lingkungan.

g. Aspek Preservasi

Sub-bab ini akan menerapkan konsep penataan sesuai dengan kriteria penataan yang

telah didapatkan dari proses sintesa. Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam

aspek ini adalah penyediaan ruang berhistoris.

Tabel 9. Konsep Penataan Aspek Preservasi

KRITERIA

PENATAAN

Kawasan memilki historis sebagai ruang yang dapat menjadi aktivitas olahraga warga

setempat, sehingga kawasan perlu penataan yang lebih menarik sesuai dengan kebutuhan

masyarakat terhadap kawasan.

KONSEP

PENATAAN 1 Penyediaan ruang berhistoris

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Kawasan memiliki historis yang tidak terlupakan sampai saat ini, dalam penataan

ini dilakukan penyediaan kembali ruang berhistoris tersebut dengan memperhatikan

kondisi lingkungan disekitar. Penataan dilakukan dengan membuat kondisi elevasi dari

bantaran sungai menjadi datar, sehingga dapat terciptanya ruang yang cukup luas dan dapat

dimanfaatkan kembali oleh warga.

Page 13: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

13

KESIMPULAN

Berdasarkan permasalahannya, penataan di lokasi studi belum optimal

diperlukannya penataan kembali ruang terbuka publik pada lokasi guna mewujudkan ruang

publik tepi air yang sesuai dengan pendekatan Waterfront Development. Pendekatan

tersebut

Penelitian ini ditujukan guna mengetahui lebih dalam mengenai penataan ruang

terbuka publik pada kawasan bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kawasan memiliki potensi untuk dilakukannya

penataan sesuai dengan pendekatan Waterfront Development, dengan hasil penelitian yang

membuktikan bahwa kawasan memiliki 4 aspek yang mendukung diantaranya, Aspek

Ekonomi, Aspek Sosial, Aspek Lingkungan, dan Aspek Preservasi. Sebab itu kawasan

perlu dilakukan perencanaan serta penataan ruang yang baik agar ruang terbuka publik pada

bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan dapat mendukung rencana-

rencana induk di Jakarta seperti pada dokumen RDTR Tanah Abang dan RTRW Jakarta.

Dalam melakukan penataan kawasan yang baik, dan melihat pendapat dari berbagai

pihak yang berkaitan dengan kawasan seperti pemerintah atau dinas terkait, organisasi

masyarakat, dan masyarakat sendiri menginginkan kawasan menjadi ruang terbuka publik

yang bermanfaat seperti dahulunya sebelum adanya pembangunan yang menyebabkan

ruang terbuka menjadi tidak optimal atau tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

berkegiatan di ruang terbuka yang mereka miliki.

Setelah melakukan proses analisa yang dimulai dari mengidentifikasi kondisi fisik

dan non fisik kawasan untuk mendapatkan potensi serta permasalahan kawasan sebagai

area waterfront, merumuskan kriteria penataan, dan membuat konsep penataan. Hasil dari

proses analisa terbentuknya 3 zona yaitu environmental/educational zone, recreational

zone, dan residential zone karena adanya kondisi eksisting pada kawasan yang juga

mendukung terbentuknya zona tersebut serta terciptanya zona untuk mempermudah

pengguna ruang mengenali kawasan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

kawasan memiliki keterkaitan antar kegiatan-kegiatan yang ada disekitarnya, karena

lokasinya yang strategis dekat dengan berbagai pusat kegiatan sehingga memiliki potensi

sebagai ruang terbuka publik, dan juga untuk mengoptimalkan potensi kawasan perlunya

dilakukan penataan. (keterkaitan rancang kota dalam perencanaan) Penataan tersebut guna

untuk menangani lingkungan binaan yang diatur dalam rencana kota (makro) sehingga

perancangan kota (mezo) merupakan implementasi dari rencana kota itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

A, Djunaedi. 2000. Bahan Kuliah Perancangan Kota I

Azlina Binti Md. Yassin, Prof. Chris Eves, John Mc Donagh. 2012. An Evolution of

Waterfront Development in Malaysia.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jakarta, Kecamatan Tanah Abang dalam angka, 2019.

Breen, Ann dan Dick, Ricgby (1996), The New Waterfronts: The World Wide Urban

Success Story. McGraw Hill, New York.

Carr, Stephen, et. all, 1992, Public Space. Australia. Cambridge University Press.

Cullen, Gordon, 1975, Townscape. , New York. Van Nortrand Reinhold Company.

Danisworo, M. 1999. Rangkuman Buku Ajar Teori Perancangan Urban. Bandung Institut

Teknologi Bandung.

Grant, J.A & Associates. 2008. Glenferrie Road Precinct Walkability Study Final Report.

Krier, Rob. 1997. Urban Space. Rizzolli Int. Pub. New York

Larasati, Anindya Kenyo. 2017 Perencanaan Bantaran Sungai Code sebagai

Destinasi Wisata berbasis Riverwalk. Universitas Gadjah Mada. Tourisma, Vol. 1

Number 1 October 2017

London Planning Advisory Committee’s Walking Strategy for London (1996).

Page 14: PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2101250007/...Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

14

Lynch, K. 1960, The Image Of The City, Cambridge, MS. MIT Press, Cambridge,

Massachusetts.

______. 1981. Good City Form. Cambridge. MIT Press.

Pemerintah Indonesia. 1998. Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir.

Pemerintah Indonesia. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030. Jakarta

Pemerintah Indonesia. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 Tentang

Penyelenggaraan Prasarana Sarana Persampahan Dalam Penanganan Rumah

Tangga Dan Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Pemerintah Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.

Pemerintah Indonesia. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

Permana, Hendra Adi dan Prakarsa Yoga. Kajian Pola Tata Bangunan dan Lingkungan

Serta Bentuk Bangunan Kawasan “The Regatta” Di Pantai Mutiara Jakarta.

Universitas Indraprasta PGRI. Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

Rezeki, Sri. 2017. Penataan Ruang Terbuka Publik pada Bantaran Sungai di Kawasan

Pusat Kota Palu Dengan Pendekatan Waterfront Development Program Pasca

Sarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Sastrawati, Isfa. 2003. Prinsip Perancangan Kawasan Tepi Air. Kasus: Kawasan Tanjung

Bunga, Jurnal Perencanaan Wilayah Kota Vol. 14 No. 3, hal 95-117. Laboratorium

Perancangan Kota Departemen Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung,

Bandung.

Shirvani, Hamid. 1985, Urban Design Process, Van Nistrand Renhold Company, New

York.

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) , Alfabeta, Bandung.

Supriyadi, B. 2008. Kajian Waterfront di Semarang (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal

Barat). Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Pemukiman, Enclosure Volume 7 No.

1 Maret 2008.

MLA8, PPS, 2007, What is Placemaking?. Project for PublicSpaces, 2007

https://www.pps.org/article/what-is-placemaking.

Team Mirah Sakethi, 2010. Mengapa Jakarta Banjir?. Jakarta.

Torre, L, Azeo, 1989, Waterfront Development, Van Nostrand Reinhold, New York.

Trancik. 1986. Finding Lost Space :Theories Of Urban Design. New York. Van Nostrand

Reinhold Co.

Vidiyanti, Christy. 2016. Kajian Waterfront Di Semarang (Studi Kasus : Sungai

Sustainable Waterfront Development sebagai Strategi Penataan Kembali

Kawasan Bantaran Sungai. Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan

Kebijakan (SAPPK), ITB.

Zahnd, Markus, 1999, Perancangan Kota Secara Terpadu, KANISIUS, Yogyakarta.