View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK 6 JAM FRAKSI HEKSAN
ETANOL DARI EKSTRAK METANOL Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
TERHADAP KADAR ALBUMIN PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON
TETRAKLORIDA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
oleh :
Dian Ayu Maharani
NIM : 128114141
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK 6 JAM FRAKSI HEKSAN
ETANOL DARI EKSTRAK METANOL Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
TERHADAP KADAR ALBUMIN PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON
TETRAKLORIDA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
oleh :
Dian Ayu Maharani
NIM : 128114141
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PERSETUJUAN
PEMBIMBING
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Lembar Persembahan
Kupersembahkan karya ini untuk :
Allah SWT yang selalu ada dan tidak pernah tidur untuk
memelukku sangat erat
keluargaku tersayang yang selalu mendoakan dan memberi
kasih sayang yang berlimpah
seseorang terkasih dan para sahabat yang telah hadir di
hidupku
Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN
PUBLIKASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
perlindungan dan berkat yang telah diberikan sehingga skripsi berjudul
“PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK 6 JAM FRAKSI
HEKSAN ETANOL DARI EKSTRAK METANOL Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. TERHADAP KADAR ALBUMIN PADA TIKUS TERINDUKSI
KARBON TETRAKLORIDA”
yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
Program Studi Farmasi (S. Farm.) dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimaksih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mengijinkan
penulis menjalankan pembelajaran selama masa studi.
2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah membimbing, mendampingi, dan memotivasi penulis selama penelitian
dan penyusunan skripsi.
3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. yang telah memberikan kritik dan saran
demi kemajuan skripsi ini.
4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. yang telah memberikan kritik dan saran
demi kemajuan skripsi ini.
5. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Penanggungjawab
Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini.
5. Pak Heru, Pak Kayat, Pak Parjiman, Pak Wagiran, Pak Parlan, Pak Kunto, dan
Pak Bimo selaku laboran laboratorium Fakultas Farmasi dan Pak Otok selaku
pengelola gudang farmasi yang telah membantu penulis dalam proses
pelaksanaan penelitian di laboratorium.
6. Keluargaku tercinta, Bapak Drs. Suwito, Ibu Dra. Sri Adiyanti, Dian Ajeng
Maharani dan Dio Aji Mahondri yang telah memberi doa, kasih sayang,
motivasi dan dukungan baik moral maupun materil demi kelancaran studi dan
penyusunan naskah skripsi penulis.
7. Orang-orang berharga yang selalu ada dan membantu selama kelangsungan
skripsi ini yaitu Rianda Ilham yang selalu menyisihkan waktu, Annisa Nur
Hasanah yang tak lelah menjadi tempat keluh kesah, Santika Nindya Hapsari
Wibowo, Meizar Ferro Sapta Aji, Oktariani Aurelia Jamil, Venny Claudia
Hermanto, Penina Kurnia Uly, dan Cinthya Anggarini.
8. Teman-teman baik saya yang selalu menyisihkan waktunya untuk mengisi
waktu luang dan memberi motivasi, Yunita Tri Ratna Meliani, Siti Zianadia
Amiriliani, Fahmi Fairuzzaman, Ardhian Setya Mulyawan, M. Sri Satrio Ajie
Wicaksono, dan Rezha Ramadhika.
9. Teman dekat saya yang juga selalu memberi motivasi serta saran yang
membangun yaitu Sacharissa Ayu Desentya, Yoga Ramandika, Antony AW, I
Ketut Para Aryana, dan Samuel
10. Farmasi angkatan 2012 yang dengan baik hati mau berdinamika serta memberi
semangat yang positif.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna dan masih
banyak kekurangan sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak
demi kemajuan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak khususnya di bidang ilmu Farmasi.
Yogyakarta, 12 November 2015
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ................ vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
INTISARI .............................................................................................................. xviii
ABSTRACT ............................................................................................................ xix
BAB I. PENGANTAR .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1. Perumusan masalah ...................................................................................... 6
2. Keaslian penelitian ....................................................................................... 7
3. Manfaat penelitian ........................................................................................ 8
B. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 8
1. Tujuan umum ............................................................................................... 8
2. Tujuan khusus .............................................................................................. 9
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
A. Anatomi dan Fisiologi Hati .............................................................................. 10
B. Fungsi dan Metabolik Hati ............................................................................... 12
C. Kerusakan Hati ................................................................................................. 13
1. Perlemakan hati (steatosis) .......................................................................... 13
2. Nekrosis hati ................................................................................................ 13
3. Kolestasis ..................................................................................................... 14
4. Sirosis ........................................................................................................... 14
D. Hepatotoksin .................................................................................................... 14
E. Albumin ............................................................................................................ 15
F. Karbon tetraklorida ........................................................................................... 18
G. Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ................................................................ 20
1. Taksonomi .................................................................................................... 20
2. Sinonim ........................................................................................................ 21
3. Nama daerah................................................................................................. 21
4. Morfologi ..................................................................................................... 21
5. Kandungan kimia dan kegunaan .................................................................. 21
6. Khasiat dan kegunaan .................................................................................. 23
H. Ekstraksi ........................................................................................................... 24
I. Fraksinasi ........................................................................................................... 25
J. Antioksidan ........................................................................................................ 26
K. Landasan Teori ................................................................................................. 27
L. Hipotesis ........................................................................................................... 30
BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................................... 31
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................................. 31
1. Variabel utama ............................................................................................. 31
2. Variabel pengacau ........................................................................................ 31
3. Definisi operasional ..................................................................................... 32
C. Bahan Penelitian ............................................................................................... 33
1. Bahan utama ................................................................................................. 33
2. Bahan kimia ................................................................................................. 33
D. Alat Penelitian .................................................................................................. 34
E. Tata Cara Penelitian .......................................................................................... 35
1. Determinasi tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ........................ 35
2. Pengumpulan bahan uji ................................................................................ 35
3. Pembuatan serbuk. ....................................................................................... 35
4. Penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ....... 35
5. Pembuatan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
..................................................................................................................... 36
6. Pembuatan fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg ................................................................................ 37
7. Pembuatan larutan CMC-Na 1% sebagai pelarut ekstrak metanol ............. 37
8. Pembuatan Larutan karbon tetraklorida ....................................................... 38
9. Pembuatan larutan sediaan fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (FHEMM) ............................................. 38
10. Uji pendahuluan ......................................................................................... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
11. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji .................................................. 39
12. Pembuatan serum ....................................................................................... 40
13. Pengukuran albumin................................................................................... 41
F. Tata Cara Analisis Hasil ................................................................................... 41
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 42
A. Hasil Determinasi Tanaman ............................................................................. 42
B. Penyiapan Bahan .............................................................................................. 42
1. Pembuatan serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ......... 42
2. Hasil penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. .............................................................................................................. 43
C. Hasil Penimbangan Bobot Tetap beserta Rendemen Ekstrak dan FHEMM .... 43
D. Uji Pendahuluan ............................................................................................... 44
1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida ....................................... 44
2. Penentuan waktu kehepatotoksikan karbon tetraklorida mencapai
maksimal ...................................................................................................... 45
3. Penetapan dosis FHEMM ............................................................................ 50
D. Hasil uji efek Hepatoprotektif jangka pendek 6 jam FHEEM pada tikus
betina terinduksi karbon Tetraklorida .............................................................. 51
1. Kontrol negatif CMC-Na 1% ....................................................................... 55
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida (CCl4) dosis 2ml/kgBB .............. 55
3. Kontrol dosis III (137,14 mL/kgBB) FHEMM ............................................ 56
4. Kelompok perlakuan sediaan FHEMM jangka pendek 6 jam dosis 34,28
mg/KgBB;68,57mg/KgBB, dan 137,14 mg/KgBB ......................................... 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
E. Rangkuman Pembahasan .................................................................................. 61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 63
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64
LAMPIRAN .......................................................................................................... 71
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL Tabel I. Aktifitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida
dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0,24, dan 48 jam ................. 45
Tabel II. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian
karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan
darah jam ke-0, 24, 48 ................................................................... 47
Tabel III. Aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida
dosis 2ml/KgBB pada selang waktu 0,24, dan 48 ......................... 48
Tabel IV. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian
karbon tetraklorida dosis 2 mL/KgBB pada pencuplikan darah
jam ke-0, 24, dan 48 ...................................................................... 50
Tabel V. Purata kadar albumin ± SE pemberian FHEMM secara jangka
pendek 6 jam terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis
2 mL/KgBB ................................................................................... 53
Tabel VI. Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin pada tikus setelah
pemberian karbon tetra klorida dosis 2 mL/KgBB antar
kelompok perlakuan ...................................................................... 54
Tabel VII. Hasil Penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. ...................................................................................... 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Anatomi hati .................................................................................. 11
Gambar 2. Struktur lobulus hati....................................................................... 12
Gambar 3. Biotransformasi karbon tetraklorida .............................................. 19
Gambar 4. Mekanisme peroksidasi lipid oleh radikal CCl3 ............................ 20
Gambar 5. Tiga kandungan senyawa baru dari Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. ...................................................................................... 22
Gambar 6. Kandungan senyawa ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. ...................................................................................... 22
Gambar 7. Kandungan senyawa ekstrak etil asetat Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. ...................................................................................... 23
Gambar 8. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT sel hati tikus
setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/KgBB pada
selang waktu 0,24, dan 48 ............................................................. 46
Gambar 9. Diagram batang rata-rata aktivitas serum AST sel hati tikus
setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/KgBB pada
selang waktu 0,24, dan 48 ............................................................. 48
Gambar 10. Diagram batang rata-rata pengaruh dosis pemberian FHEMM
jangka pendek 6 jam terhadap hepatotoksisitas karbon
tetraklorida dilihat dari kadar albumin .......................................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Foto daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ............................ 72
Lampiran 2. Foto serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ................. 72
Lampiran 3. Ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. .................... 72
Lampiran 4. Foto FHEMM ................................................................................. 73
Lampiran 5. Foto alat yang digunakan dalam proses fraksinasi daun
Macaranga tanarius L. ..................................................................... 73
Lampiran 6. Surat determinasi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ......... 74
Lampiran 7. Surat ethical clearance penelitian ................................................... 75
Lampiran 8. Analisis statistik kadar serum ALT pada uji penentuan waktu
pencuplikan darah tikus terinduksi karbom tetraklorida dosis 2
mL/KgBB ......................................................................................... 76
Lampiran 9. Analisis statistik kadar serum AST pada uji penentuan waktu
pencuplikan darah tikus terinduksi karbon tetra klorida dosis 2
mL/KgBB ......................................................................................... 80
Lampiran 10. Analisis statistik kadar serum albumin kelompok perlakuan
FHEMM setelah terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/KgBB ....... 83
Lampiran 11. Perhitungan penetapan peringkat dosis FHEMM pada kelompok
perlakuan. ...................................................................................... 97
Lampiran 12. Perhitungan konversi dosis untuk manusia ................................... 98
Lampiran 13. Penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. ................................................................................................ 99
Lampiran 14. Perhitungan persen rendemen FHEMM ......................................... 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka
pendek 6 jam fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol daun Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat
peningkatan kadar albumin serta untuk mengetahui ada atau tidaknya kekerabatan
dosis pemberian fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. pada penggunaan jangka pendek 6 jam dengan
peningkatan kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian menggunakan tikus sehat, betina
galur Wistar, berumur 2-3 bulan, dan berat 130-170 gram. Tikus dibagi secara
acak ke dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I diberikan kontrol CMC-Na
1% dengan dosis 2 mL/kgBB secara p.o. Kelompok II diberikan kontrol karbon
tetraklorida dengan dosis 2 mL/kg BB secara i.p. Kelompok III adalah kelompok
kontrol dosis III yang diberikan fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dosis 137,14 mg/KgBB secara peroral dan
setelah 6 jam dilakukan pengambilan darah. Kelompok IV-VI merupakan
kelompok perlakuan yang diberikan fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol
daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dosis 34,28; 68,57; 137,14 mg/KgBB,
kemudian 6 jam setelah pemberian fraksi, diberikan dosis karbon tetraklorida 2
mL/kg BB. Pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida, seluruh
kelompok dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbitalis mata untuk
dilakukan penetapan kadar serum albumin. Analisis kadar albumin dilakukan
dengan menggunakan ANOVA pola satu arah dan dilanjutkan dengan uji Scheffe.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jangka pendek 6 jam
fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. menaikkan kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dan tidak
adanya kekerabatan antara dosis fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan peningkatan kadar albumin pada tikus
terinduksi karbon tetraklorida
Kata kunci : Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., fraksi , albumin, karbon
tetraklorida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
ABSTRACT
This study investigated the 6 hours short-term influence of the hexane-
ethanol fraction of methanol extract of Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.’s
leaves against carbon tetrachloride induced hepatotoxicity in rats. The albumin
level in serum were measured for the evaluation of hepar function. This study also
determined the relationship between the dose administration of the hexane-
ethanol fraction of methanol extract of Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg..’s
leaves on the use of 6 hours short term with increased level of albumin serum in
rats induced by carbon tetrachloride
This research was done with purely experimental with a completely
randomized design pattern undirectional .This study was carried out in healthy,
male Wistar rats, 2-3 month old, and weighing 130-170 grams. The rats were
divided into six groups of five each. Group I were treated with control of CMC-
Na 1% 2 mL/kgBW p.o. The second group were additionally treated with carbon
tetrachloride 2 mL/kgBW i.p. The third group (fraction control) received the
hexane-ethanol fraction of methanol extract of Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg.’s leaves (137.14 mg/kgBW, p.o.) and after six hours later, the blood was
collected. The forth until sixth group were given hexane-ethanol fraction of
methanol extract of Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.’s leaves (34.28; 68.57;
137.14 mg/kgBW, p.o.), and after six hour all rats in each group were given
carbon tetrachloride 2 mL/kgBW intraperitonially. Twenty four hours later, the
blood was collected from sinus orbital eye to be measured of albumin level from
each group. Analysis of albumin level used one-way ANOVA and then Scheffe
test.
The result showed that the 6 hours short-term influence of the hexane-
ethanol fraction of methanol extract of Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.’s
leaves increase albumin serum level in rats which induced carbon tetrachloride
and there wasn’t relationship between the three doses of hexane-ethanol fraction
methanol extract of Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.’s leaves dose with
increased levels of albumin in rats induced by carbon tetrachloride.
Keyword : Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., fraction, albumin, carbon tetrachloride
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Hati merupakan organ padat terbesar pada tubuh, dengan berat kurang
lebih 1500 g untuk ukuran dewasa dan terdiri dari seperlima dari total berat tubuh
orang dewasa. Hati terletak pada kuadran kanan di atas rongga perut ditutupi oleh
kapsul Glisson, dan dilindungi oleh tulang rusuk. Hati memiliki dua lobus
anatomi, dengan lobus kanan enam kali lebih besar daripada lobus kiri. Lobus
kanan dan lobus kiri dipisahkan secara anterior oleh falciform ligament dan
secara inferior dengan ligamentum teres (Sargent, 2009). Peran utama hati adalah
memetabolisme zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Zat-zat asing yang
dapat menimbulkan ketoksikan antara lain obat-obat tertentu, toksin industri, dan
racun tanaman. Tanda klinis hepatotoksik meliputi tanda-tanda awal berupa
anoreksia, mual, muntah, dan letargi. Seringkali pasien merasa hanya mengalami
tanda-tanda flu. Selanjutnya, timbul ikterik, hepatomegali, dan nyeri tekan pada
daerah hati (Baradero, Wilfrid and Siswadi, 2005).
Perubahan morfologis pada hati akan dipengaruhi oleh hepatotoksin
tertentu. Misalnya, karbon tetraklorida (CCl4) yang menyebabkan infiltrasi lemak
dalam hati atau nekrosis pada hati. Kontrasepsi oral dan media kontras
kolesistografik menyebabkan kolestasis dan inflamasi portal (Baradero et al.,
2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Salah satu senyawa yang dapat digunakan sebagai senyawa model yang dapat
menimbulkan kerusakan pada hati adalah CCl4. Ketoksikan CCl4 pada umumnya
sekitar 45-100 ppm (284-630 mg) dalam bentuk uap (Kazantzis, Bomford and
Oxon, 1960).
Perlemakan hati (steatosis) merupakan salah satu jenis gangguan fungsi
hati yang banyak terjadi. Perlemakan hati dibedakan menjadi perlemakan hati
yang disebabkan karena alkohol dan perlemakan hati yang tidak disebabkan
karena alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD). NAFLD
merupakan penyakit hati kronik terbanyak di dalam populasi umum dan diduga
akan meningkat pada masa depan sebagai akibat dari populasi yang semakin
menua, peningkatan obesitas dan diabetes. Menurut Amarapurkar, Hashimoto,
Lesmana, Sollano, Chen dan Goh (2007) berdasarkan studi yang dilakukan di
lingkungan urban, angka prevalensi NAFLD di Indonesia sekitar 30%, angka
tersebut lebih tinggi dari sebagian besar negara- negara Asia lainnya (Jepang 9–
30%; Cina 5–24%; Korea 18%; India 5–28%; Indonesia 30%; Malaysia 17%;
Singapura 5%). Dari data-data tersebut terlihat bahwa angka prevalensi penyakit
gangguan fungsi hati pada masyarakat cukup tinggi.
CCl4 terurai menjadi fosgen dan asam klorida. Pada umumnya, CCl4
mengakibatkan kerusakan pada semua organ, khususnya ginjal (edema dan
degenerasi lemak yang nyata pada tubuli) dan hati (nekrosis sentrilobular dan
degenerasi lemak) (Staf pengajar, 2004). CCl4 adalah salah satu senyawa
hepatotoksin yang digunakan sebagai senyawa hepatotoksik karena memiliki
kemampuan dalam menginduksi kerusakan hati (Surya, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Toksisitas CCl4 muncul ketika adanya proses biotransformasi dengan
peranan sitokrom P-450 menjadi radikal triklorometil (CCl3) dan triklorometil
peroksi (CCl3O2). Radikal triklorometil dari CCl4 ini akan berikatan secara
kovalen dengan lemak dan protein yang kemudian menimbulkan perlemakan hati
(steatosis) (Zimmerman, 1999). Uji diagnosis pada penyakit hati yaitu dengan
adanya peningkatan alanine transaminase (ALT) dan aspartate aminotransferase
(AST) karena nekrosis pada hati. Makin tinggi ALT dan AST berarti semakin luas
nekrosisnya. Masa protrombin memanjang, globulin meningkat, dan albumin
serum menurun (Baradero et al., 2005).
Kerusakan sel hati yang diakibatkan oleh CCl4 juga dapat memicu
aktivasi sel kupffer. Sel kupffer yang teraktivasi dapat melepaskan berbagai
mediator pro-inflamasi yang dapat memperberat kerusakan hepatosit dan mediator
antiinflamasi yang memiliki sifat sebagai hepatoprotektor. Selain itu, sel kupffer
juga dapat melepaskan reactive oxygen species (ROS) yang juga memperberat
kerusakan hepatosit. Bila hepatosit mengalami kerusakan, maka enzim-enzim
yang terdapat didalam hepatosit tersebut akan terlepas ke dalam sirkulasi sistemik.
Enzim-enzim yang banyak ditemukan dalam hepatosit antara lain serum glutamic
oxaloacetic transaminase (SGOT), serum glutamic piruvic transaminase (SGPT),
glutamil transferase (𝛾 - GT) (Panjaitan, Handharyani, Chairul, Masriani, Zakiah
dan Manalu, 2007). Adanya CCl4 dapat menyebabkan kerusakan hati yang
ditandai dengan peningkatan kadar ALT yang diikuti dengan penurunan kadar
albumin (Nirmala, Girija , Lakshman, dan Divya, 2012). Hal ini disebabkan
karena adanya CCl3 radikal yang akan menyebabkan keluarnya berbagai isi
sitoplasma seperti ALT sehingga sintesis lipoprotein terhambat dan menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
steatosis. Pada keadaan steatosis ini, struktur retikulum endoplasma mengalami
kerusakan, sehingga sintesa albumin menjadi menurun. Salah satu parameter
adanya kerusakan pada hati akibat adanya suatu hepatotoksik adalah penurunan
kadar albumin. Adanya peningkatan kadar albumin kembali ke normal setelah
pemberian senyawa yang mengarah pada proteksi hati menunjukkan adanya
stabilisasi retikulum endoplasma yang mengarah pada sintesis protein (Nasir,
Abubakar, Shehu, Aliyu and Toge, 2013).
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (Euphorbiaceae) merupakan
tanaman tropis yang tersebar secara merata di Asia Selatan (Kumazawa, Murase,
Momose and Fukumoto, 2013). Phommart, Sutthivaiyakit, Chimnoi, Ruchirawat
dan Sutthivaiyakit (2005) melaporkan bahwa Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
mempunyai aktivitas antiinflamasi. Pada penelitian Matsunami, Otsuka, Kondo,
Shinzato, Kawahata, Yamaguchi dan Takeda (2006) melaporkan bahwa ekstrak
metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. mempunyai aktivitas antioksidan
karena mempunyai macarangiosida A-C dan malofenol B yang dapat menangkap
radikal terhadap 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Penelitian Silli (2013)
melaporkan bahwa praperlakuan jangka pendek 6 jam ekstrak etanol-air daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. 1280 mg/kg BB mampu menghasilkan efek
hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi CCl4 2 ml/kg BB dengan waktu ,
1, 2, 4 , dan 6 jam secara berturut-turut untuk serum ALT adalah 56,8 ; 49,6 ; 52,4
; 27,2 dan 67,9 %. Perlakuan 6 jam ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. 1280 mg/kg BB merupakan waktu paling efektif untuk
menghasilkan efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi CCl4 2ml/kg BB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Fraksi heksan dan diklormetan ekstrak daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. mengandung aktivitas antioksidan yang tinggi ketika dibandingkan
dengan fraksi pelarut yang lainnya. Fraksi heksan dan metanol ekstrak daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki kandungan antioksidan tertinggi
dibandingkan dengan fraksi pelarut lain. Fraksi dari daun dan kayu spesies
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (Macaranga denticulate, Macaranga
pruinosa, Macaranga gigantean) memiliki potensi sebagai obat dan terapi.
(Mazlan, Mediani, Abas, Ahmad, Shaari, Khamis and Lajis, 2013).Dari penelitian
Windrawati (2013) dan Tiala (2013) terbukti bahwa daun Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. ekstrak metanol-air baik jangka panjang maupun jangka pendek 6
jam dengan penginduksi CCl4 memiliki efek hepatoprotektif. Hasil dari penelitian
Mazlan et al. (2013), fraksi spesies daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
memiliki potensi sebagai terapi karena memiliki aktivitas antioksidan.
Menurut penelitian Puteri dan Kawabata (2010), terdapat dua senyawa
yang larut dalam heksan dan etanol yaitu chebulagic acid, macatanin A dan
macatanin B. Hal ini diketahui dari perhitungan lipofilitas masing-masing
senyawa dibandingkan dengan lipofilisitas pelarut yaitu heksan-etanol.
Lipofilisitas heksan-etanol 1:1 yang dihitung menggunakan perangkat lunak
ChemAxon MarvinSketch v.5.11.5 memiliki koefisien partisi 2,97. Lipofilisitas
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. menurut penelitian Puteri dan Kawabata (2010) adalah corilagin=1,10 ;
chebulagic acid =2,64 ; macatanin A =2,76 ; macatanin B= 2,94 ; mallotinic
acid= 0,97. Dari lipofilisitas masing-masing senyawa tersebut dapat dilihat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
paling mendekati dengan heksan-etanol adalah chebulagic acid, macatanin A dan
macatanin B. Oleh karena itulah pelarut yang digunakan pada fraksi Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. adalah heksan-etanol.
Penelitian Tiala (2013) mengenai efek hepatoprotektif praperlakuan jangka
pendek terhadap ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
dan penelitian Silli (2013) mengenai efek hepatoprotektif praperlakuan jangka
pendek terhadap ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
tidak ditemukan adanya kekerabatan dosis pada penurunan aktivitas serum ALT
dan AST pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi CCl4.
Fraksi digunakan di dalam penelitian ini karena dalam bentuk ekstrak
dan infusa telah menimbulkan efek hepatoprotektif, oleh karena itu, penelitian ini
menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai pemberian fraksi heksan etanol dari
ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (FHEMM) dengan
penginduksi CCl4 jangka pendek 6 jam pada tikus betina galur Wistar. Sejauh
penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian mengenai efek hepatoprotektif
jangka pendek 6 jam FHEMM pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi
CCl4 berdasarkan aktivitas albumin belum pernah dilakukan.
1. Perumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pemberian FHEMM dalam penggunaan jangka pendek 6 jam
dapat menaikkan kadar albumin pada tikus betina galur Wistar yang
terinduksi CCl4?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Apakah ada kekerabatan antara dosis pemberian FHEMM pada
penggunaan jangka pendek 6 jam dengan peningkatan kadar albumin pada
tikus terinduksi CCl4?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. pernah
dilakukan oleh Phommart et al. (2005) melaporkan melaporkan bahwa flavonoid
dari ekstrak n-heksan dan kloroform daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
mempunyai aktivitas antioksidan terhadap 1,1-diphenyl-2-pycrylhydrazyl
(DPPH). Fraksi heksan dan diklorometan ekstrak daun Macaranga denticulate
dan Macaranga pruinosa memiliki kandungan aktivitas antioksidan tertinggi
(Mazlan et al., 2013).
Penelitian ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
telah dilakukan oleh Silli (2013) dengan dosis efektif 1280 mg/kg BB
menghasilkan efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi CCl4 dengan
praperlakuan jangka pendek 6 jam. Penelitian infusa daun Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. telah dilakukan oleh Nurcahyanti (2013) pada tikus yang
terinduksi CCl4 dengan praperlakuan jangka panjang.
Penelitian ekstrak daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. telah
dilakukan oleh Rahmamurti (2013) pada tikus yang terinduksi CCl4 dengan
praperlakuan jangka panjang. Penelitian ekstrak metanol-air daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. telah dilakukan oleh Windrawati (2013) dengan
penginduksi CCl4 praperlakuan jangka panjang dan didapat dosis efektif 3840
mg/kgBB. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa ekstrak metanol-air dan infusa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. baik jangka panjang maupun jangka pendek
6 jam memiliki efek hepatoprotektif terhadap tikus terinduksi CCl4.
Sejauh studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian terkait
dengan pengaruh pemberian jangka pendek 6 jam FHEMM terhadap kadar
albumin pada tikus betina galur Wistar terinduksi CCl4 belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan bagi masyarakat, khususnya ilmu kefarmasian mengenai
pengaruh pemberian FHEMM yang memiliki efek terhadap kenaikan kadar
albumin.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai manfaat daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang
dapat digunakan sebagai hepatoprotektif yang dapat menaikkan kadar albumin
serta kemungkinan adanya hubungan antara kenaikan dosis dan efektifitas
FHEMM.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian FHEMM terhadap kenaikan
kadar albumin pada tikus betina galur Wistar terinduksi CCl4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengaruh pemberian jangka pendek 6 jam FHEMM
terhadap kenaikan kadar albumin pada tikus betina galur Wistar
terinduksi CCl4.
b. Mengetahui adanya kekerabatan antar dosis FHEMM dalam
penggunaan jangka pendek 6 jam dengan peningkatan kadar albumin
pada tikus yang terinduksi CCl4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Hati
Hati merupakan organ viseral terbesar dalam tubuh manusia yang
memiliki berat sekitar 1500 g dan letaknya berada di bawah kerangka iga. Pada
kondisi hidup hati bewarna merah tua karena kaya akan persediaan darah (Sloane,
2003). Pada bagian atas hati memiliki bentuk cembung dan terletak di bagian
kanan bawah diafragma dan sebagian terletak di sebelah kiri bawah. Bagian
bawah hati memiliki bentuk berupa cekung dan melindungi organ lain seperti
ginjal kanan, lambung, usus, dan pankreas (Price and Wilson, 1984).
Hati tersusun atas 4 lobus-kanan, kiri, kaudatus, dan kuadratus, yang
dipisahkan oleh ligamentum fasciformis (Kahle, Leonhardt and Platzer, 1995).
Sebagian besar hati dilindungi oleh dinding thorax yang letaknya berada di regio
hypochondrium kanan dan epigastrum (Sloane, 2003). Pada bagian atas hati
memiliki bentuk cembung dan terletak di antara dua facies (permukaan), yaitu
facies diaphragmatica dan facies visceralis. Facies diaphragmatica terbagi
menjadi bagian anterior dan posterior. Letaknya berada di sisi atas, bentuknyapun
menyesuaikan lengkung diafragma dengan tekstur permukaan halus. Facies
visceralis menghadap ke bawah dan ke belakang dengan garis horizontal yang
membentang yang dinamakan porta hepatis (Wibowo dan Paryana, 2009)
(Gambar 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 1. Anatomi hati (Watson, 2014).
Hati memiliki lobus yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati. Diantara
lempeng-lempeng sel hati tersebut terdapat pembuluh-pembuluh kapiler yang
dinamakan sinusoid. Sinusoid merupakan cabang dari antara hepatik dan vena
portal. Arteri hepatik memili tugas untuk membawa darah yang mengandung
oksigen, vena portal membawa darah dari organ pencernaan dan limpa. Setiap
lobulus memiliki vena sentral. Vena sentral dari semua lobulus bergabung
menjadi satu untuk membentuk vena hepatika, yang memiliki fungsi untuk
mengambil darah dari hati ke vena cava inferior (Scanlon and Tina, 2007).
Hati terdiri dari unit-unit fungsional (Gambar 2) yang biasa disebut
lobulus yang berupa susunan jaringan berbentuk heksagonal yang mengelilingi
vena sentral. Darah dari cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari
perifer lobulus menuju sinusoid. Sinusoid merupakan kapiler luas yang mengalir
diantara jejeran sel hati ke vena sentral. Di bagian dalam sinusoid ini terdapat sel
yang berfungsi untuk menghancurkan sel darah merah dan bakteri yang
melewatinya di dalam darah. Sel ini disebut sel Kupffer atau sel fagositik
(Sherwood, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 2. Struktur lobus hati (Stenvall, Larsson, Strand and Jönsson, 2014).
B. Fungsi Metabolik Hati
Hati memiliki tiga fungsi utama di dalam tubuh yaitu sebagai alat
ekskresi, sintesis dan metabolisme (Chandrasoma and Taylor, 1995). Fungsi
metabolisme hati yang lain adalah metabolisme lemak, penimbunan vitamin, besi
dan tembaga, konjugasi dan ekskresi steroid adrenalin dan gonad serta
detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen (Price and Wilson, 2005). Hati
berperan dalam mengubah zat buangan dan bahan-bahan yang beracun agar
mudah untuk diekskresi dalam urin dan empedu. Selain itu hati memiliki fungsi
glikogenik yaitu menghasilkan glikogen dari glukosa yang diambil dari makanan
hidrat karbon (Pearce, 2009).
Ketika hati mengalami kehilangan jaringannya, hati akan melakukan
regenerasi atau mengembalikan dirinya sendiri. Proses regenerasi ini berlangsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
selama 5 hingga 7 hari pada tikus dimana pada saat ini hepatosit diperkirakan
mengalami replikasi sebanyak satu atau dua kali, dan setelah mencapai ukuran
yang sebenarnya, hepatosit akan kembali lagi pada keadaan semula (Guyton and
Hall, 2006).
C. Kerusakan Hati
Konsekuensi klinis paling parah dari kerusakan hati adalah terjadinya
gagal ginjal. Hal ini terjadi akibat kerusakan hati yang mendadak dan sifatnya
masif. Gagal hati merupakan titik akhir kerusakan progresif hati sebagai bagian
dari penyakit hati kronik. Umumnya sekitar 80%-90% kapasitas fungsional hati
sudah rusak sebelum gagal hati timbul (Kumar, Abbas, Fausto and Mitchell,
2007).
Jenis kerusakan sel hati yang dapat ditimbulkan akibat adanya efek
toksik antara lain :
1. Perlemakan hati
Perlemakan hati adalah keadaan dimana hati memiliki lemak melebihi 5%
dari berat hati itu sendiri. Dalam keadaan normal hati memiliki lemak hanya 5%
dari berat hati secara keseluruhan (Soemarto, 1996).
2. Nekrosis hati
Nekrosis hati merupakan kematian hepatosit. Perubahan morfologi awal
berupa edema sitoplasma, dilatasi retikulum endoplasma, dan disagregasi
polisom. Terjadi akumulasi trigliserida sebagai butiran lemak dalam sel
(Soemarto, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3. Kolestasis
Kolestasis merupakan jenis kerusakan hati yang bersifat akut dan lebih
jarang ditemukan dibandingkan dengan perlemakan hati dan nekrosis. Jenis
kerusakan ini sulit diinduksi pada hewan uji, kecuali jika digunakan steroid.
Mekanisme utama dari kolestasis adalah berkurangnya aktivitas ekskresi empedu
pada membran kanakulus (Lu, 1995).
4. Sirosis
Sirosis hati merupakan penyakit hati yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat diseertai nodul yang terbentuk dari kumpulan
hepatosit. Sirosis biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel
hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul (Tarigan,
1996).
D. Hepatotoksin
Hepatotoksin diklasifikasikan menjadi dua kelas, yaitu :
1. Hepatotoksin teramalkan (Tipe A)
Tipe A merupakan senyawa yang dapat merusak hati jika diberikan
dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek toksik. Jadi jenis hepatotoksin
ini bergantung dari jumlah dosis pemberian senyawa. CCl4 merupakan contoh
hepatotoksin teramalkan (Forrest, 2006).
2. Hepatotoksin tak teramalkan (Tipe B)
Tipe B merupakan senyawa yang merusak hati dengan tidak bergantung
pada dosis pemberian. Sebenarnya senyawa ini tidak bersifat toksik, namun
memberikan efek toksik pada orang-orang tertentu. Contoh senyawanya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
isoniazid dan clorpromazine (Forrest, 2006).
E. Albumin
Albumin adalah protein yang paling banyak ditemukan di dalam darah
manusia. Albumin diproduksi oleh hati dan mewakili 50% dari produksi protein
hepatik (Atara and Lanza, 2002). Albumin sangat larut di dalam plasma pada
konsentrasi normal antara 30 dan 50 g/dL. Albumin mampu mengangkut asam
lemak, logam, kolesterol, empedu, pigmen, serta obat-obatan. Albumin adalah
elemen kunci dalam regulasi tekanan osmotik dan distribusi cairan antara
kompartemen yang berbeda. Konsentrasi plasma albumin mewakili keseimbangan
antara sintesis di dalam hati dan katabolisme. Fungsi lain dari albumin ialah
kemampuannya untuk mengikat berbagai macam ligan yang mencakup asam
lemak bebas, kalsium, hormon steroid tertentu, bilirubin, dan sebagian plama
triptofan ( Hutchison, Reilly and Mac,1998)
Berikut adalah nilai normal albumin pada manusia dewasa yaitu sekitar
3,8-5,1 g/dL , anak-anak 4,0-5,8 g/dL, bayi 4,4-5,4 g/dL, dan untuk bayi baru lahir
berkisar 2,9-5,4 g/dL (Sutedjo, 2006). Serum albumin normal pada tikus yaitu 3,0-
3,5 mg/dL (Triznarizki, 2007). Penurunan albumin dapat dilihat dari kenaikan
ALT. Kenaikan ALT pada kondisi hati yang tidak normal, akan diikuti penurunan
kadar albumin (Sivakrishnan and Kottaimuthu, 2014).
Sintesis albumin membutuhkan mRNA untuk ditranslasikan. Suplai asam
amino yang cukup akan diaktivasi dan berikatan dengan tRNA. Ribosom
berfungsi untuk pembentukan energi dalam bentuk ATP. Sintesa albumin dimulai
di dalam nukleus, dimana gen ditranskripsikan ke dalam messenger ribonukleic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
acid (mRNA). mRNA disekresikan ke dalam sitoplasma, dimana albumin
berikatan dengan ribosom, membentuk polysome yang mensintesis
preproalbumin. Preproalbumin adalah molekul albumin dengan asam amino yang
disambung pada terminal N. Sambungan asam amino memberi isyarat
penempatan preproalbumin ke dalam membran retikulum endoplasma. Ketika
berada di dalam lumen retikulum endoplasma, asam amino akan memecah,
menyisakan albumin (albumin dengan asam amino yang tersisa). Proalbumin
merupakan bentuk intraseluler yang utama dari albumin. Proalbumin kemudian
dikirim ke aparatus golgi, dimana 6 sambungan asam amino dipindahkan sebelum
albumin disekresi oleh hepatosit. Rentang nilai rujukan bervariasi pada manusia
albumin serum kurang dari 2,5 mg/dL disebut abnormal, dan konsentrasi kurang
dari 1,5 mg/dL dapat menyebabkan tanda klinis yang bermakna seperti
pembentukan asites dan edema (Bangun, 2008).
Penurunan kadar albumin akibat adanya senyawa kimia, seperti CCl4
mengindikasikan terjadinya penurunan fungsi hati dalam hal sintesis protein
sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah protein intake dan berkurangnya
absorbsi asam amino. Menurunnya level protein total dan albumin akibat CCl4
akan menyebabkan kerusakan produksi pada hati dan terjadinya lokalisasi pada
retikulum endoplasma yang menyebabkan hilangnya P-450 yang mengarah pada
perlemakan hati (Rajendran, Hamalata, Akasakalai, Mandhukhrisna, Sohil and
Sundaram, 2009). Peningkatan kadar albumin kembali ke normal setelah
pemberian senyawa yang mengarah pada proteksi hati menunjukkan adanya
stabilisasi retikulum endoplasma yang mengarah pada sintesis protein (Nasir et
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
al., 2013). Berdasarkan penelitian Sivakrishnan dan Kottaimuthu (2014)
menyatakan bahwa kadar albumin mengalami penurunan mencapai 15% nilai
normal jika terjadi kerusakan pada senyawa yang dapat menginduksi kerusakan
hati seperti CCl4.
Albumin sangat larut dalam plasma pada konsentrasi yang normal antara
35 dan 50 g/dL. Albumin memiliki beberapa fungsi fisiologis dan farmakologis
penting. Albumin mampu mengangkut logam, asam lemak, kolesterol, pigmen
empedu, dan obat-obatan. Albumin merupakan elemen kunci dalam regulasi
tekanan osmotik dan distribusi cairan antara kompartemen yang berbeda.
Konsentrasi plasma albumin mewakili keseimbangan antara sintesis dalam hati
dan katabolisme. Fungsi penting albumin yang lainnya adalah kemampuan untuk
mengikat berbagai macam ligan berupa asam lemak bebas, kalsium, hormon
staroid tertentu, bilirubin dan sebagian triptofan plasma (Hutchison et al., 1998).
Pada kadar albumin serum berada dibawah nilai normal, maka fraksi obat yang
terikat protein tersebut berkurang, dengan kata lain fraksi obat bebas banyak
sehingga keadaan ini dapat menimbulkan pengaruh obat yang tidak diinginkan
(Sherlock, 1979). Penurunan kadar albumin dalam darah (hipoalbuminemia)
mengakibatkan cairan keluar dari pembuluh darah, keluar ke dalam jaringan
menyebabkan terjadinya edema. Kadar albumin dalam serum tergantung pada tiga
proses yang dinamik yaitu sintesa, degradasi dan distribusi. Beberapa faktor dapat
mempengaruhi sintesis albumin antara lain gizi, lingkungan, hormon dan adanya
suatu penyakit (Sherlock, 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
F. Karbon tetraklorida
Karbon tetraklorida memiliki berat molekul 153,82 ; titik didih 77◦C (171
F); titik beku -23◦C (-9 F); gravitasi spesifik: 1,5940; kelarutan dalam air 0,08%
pada suhu 20◦C; dapat larut dalam alkohol, benzena, kloroform, eter, karbon
disulfida, petroleum eter, naftalena, aseton, dan volatile oils. CCl4 digunakan
untuk senyawa pendingin, fumigasi atau pengasapan di pertanian, pemadam
kebakaran, cairan pembersih, penghilang noda, bahan pelarut untuk lemak,
minyak, lilin, dan karet (Sentra Informasi Keracunan Nasional, 2010).
Kerusakan hati yang timbul akibat pemberian CCl4 yang sering terjadi
adala steatosis yaitu karena lipid yang terbentuk menghambat sintesis protein
sehingga menurunkan produksi lipoprotein sehingga transportasi lipid terganggu.
Kondisi ini menyebabkan akumulasi jumlah lipid di hati (Timbrell, 2009).
Terjadinya steatosis adalah akibat induksi CCl4 yang akan meningkatan aktivitas
serum ALT mencapai tiga kali lipat dan peningkatan aktivitas serum AST
mencapai empat kali lipat dari kondisi normal (Ziemmerman, 1999 ).
Biotransformasi CCl4 (gambar 3) terjadi di hati pada retikulum
endoplasma dan dikatalisis oleh sitokrom p-450 2E1 (CYP2E1). Hasil
biotransformasi CCl4 menghasilkan radikal triklorometil (•CCl3) . Radikal
triklorometil tersebut berikatan secara kovalen pada protein dan lemak tak jenuh.
Pengikatan radikal ini menyebabkan perubahan kimia di membran sel, sehingga
menyebabkan terjadinya pecahnya sel, bahkan juga dapat menyebabkan kematian
sel (Lu, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 3. Biotransformasi karbon tetraklorida
(U.S Environmental Protection Agency, 2010)
Penambahan proton dan elektron pada radikal triklorometil dapat
membentuk kloroform (CHCl3), lalu dengan penambahan atom O akan
membentuk triklorometanol. Radikal triklorometil secara lebih lanjut dapat
mengalami reduksi dehalogenasi oleh sitokrom P-450 membentuk diklorokarben
(CCl2) yang dapat berikatan secara ireversibel pada komponen jaringan atau
bereaksi dengan air membentuk formyl chloride yang kemudian terdekomposisi
menjadi monoksida. Triklorometil yang bereaksi dengan oksigen akan
membentuk radikal triklorometil peroksi (COOCl3) dan pada keadaan anaerob,
terdimerisasi membentuk heksakloroetan (U.S Environmental Protection Agency,
2010).
Radikal triklorometil peroksi (COOCl3) menyerang lipid membran
retikulum endoplasma. Radikal triklorometil peroksi menyebabkan peroksidasi
lipid yang dapat menyebabkan kerusakan membran sel, kerusakan mitokondria,
dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. Kerusakan ini berupa gangguan
integritas membran yang menyebabkan keluarnya berbagai isi sitoplasma. Enzim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
ALT yang ada di dalam sitoplasma sel akan keluar sehingga meningkatkan
jumlah enzim ALT dalam darah (Panjaitan and Masriani, 2014) (Gambar 4).
Gambar 4. Mekanisme peroksidasi lipid oleh radikal CCl3 (Manahan, 2002).
Tubuh sebenarnya mempunyai sistem pertahanan untuk mengatasi
radikal bebas, salah satunya yaitu enzim glutation-S-transferase (GST) sebagai
enzim yang berperan dalam proses penangkapan radikal bebas (Timbrell, 2008).
G. Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
1. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Devisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Sub-devisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Classis : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-classis : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (Plantamor, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Sinonim
Ricinus tanarius L., Macaranga molliuscula, Macaranga tanarius var.
Glabra F. muell. (Asian Plant, 2012).
3. Nama Daerah
Mara, tutup merah, sapat (Plantamor ,2008).
4. Morfologi
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki daun yang berseling dan
berbentuk seperti jantung, dengan stipula besar serta luruh. Bunganya dimulai dari
ketiak dan ditutupi oleh daun ganggang. Memiliki kelenjar berwarna kekuningan
dan bijinya berbentuk bulat (Prosea,2011).
5. Kandungan kimia
Berdasarkan penelitian Phommart et al. (2005) terdapat tiga kandungan
senyawa baru ekstrak n-heksan dan kloroform daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. yaitu tanarifuranonol, tanariflavanone C, dan tanariflavanone D
(Gambar 5) beserta tujuh kandungan yang telah diketahui yaitu nymphaeol A,
nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavanone B, blumenol A (vomifoliol),
blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol dan annuionone).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 5 : Tiga kandungan senyawa baru dari Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. tanarifuranonol (1) tanariflavanone C (2) tanariflavanone D
(3) (Phommart et al., 2005).
Penelitian mengenai Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang dilakukan
oleh Matsunami et al. (2006) melaporkan adanya macarangoside A-C dan
mallophenol B yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas
terhadap radikal bebas DPPH. (gambar 6)
Gambar 6 . Kandungan senyawa ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. (Matsunami et al., 2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Puteri dan Kawabata (2010) mengisolasi kandungan senyawa antioksidan
dari ekstrak etil asetat daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yaitu mallotinic
acid, corilagin, macatannin A, chebulagic acid dan macatannin B (Gambar 7)
Gambar 7. Kandungan senyawa ekstrak etil asetat Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg.: mallotinic acid (1), corilagin (2), macatannin A (3), chebulagic acid
(4) dan macatannin B (5) (Puteri and Kawabata, 2010).
6. Khasiat dan kegunaan
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. berdasarkan penelitian Phommart et
al.(2005) akarnya digunakan sebagai antipiretik dan antitusif, sedangkan daunnya
memiliki efek anti inflamasi. Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang
kaya akan tanin, dapat digunakan sebagai obat diare, luka dan antiseptik (Lin,
Nonaka and Nishioka, 1990). Ekstrak Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
dimanfaatkan untuk pembuatan pasta gigi dan minuman kesehatan (Grosvenor,
Gothard, Mc William, Supriono and Gray, 1995).
Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Adrianto (2010) ekstrak
metanol-air daun tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki khasiat
sebagai hepatoprotektif jangka panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
H. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrak zat
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua pelarut diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan
sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Departemen
Kesehatan RI, 1995).
Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk praperlakukan sampel
untuk memisahkan analit-analit dari komponen-komponen matriks yang mungkin
mengganggu pada saat pendeteksian analit. Ekstraksi pelarut juga digunakan
untuk memekatkan analit yang ada di dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga
tidak menyulitkan proses pendeteksiannya. Analit-analit yang mudah terekstraksi
dalam pelarut organik adalah molekul netral yang memiliki ikatan kovalen dengan
subtituen yang sifatnya non polar atau agak polar. Senyawa-senyawa polar dan
senyawa-senyawa yang mudah terionisasi akan tertahan di dalam fase air
(Sudjadi, 2007) .
Keuntungan metode ekstraksi adalah mudah karena tidak perlu
dipanaskan sehingga kemungkinan kecil bahan alam akan rusak dan terurai.
Penggunaan pelarut dengan peningkatan kepolaran secara berurutan
memungkinkan pemisahan bahan-bahan alam berdasarkan kelarutannya dalam
pelarut ekstraksi. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi,
meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstraksi
di suhu kamar (Heinrich dan Barnes, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
I. Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari
campuran (padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa
jumlah kecil (fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau
pemisahan ini didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan
berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas. Fraksinasi
bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena,
etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin,
lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat diekstraksi dengan
pelarut organik (Harborne,1987).
Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang
polar dan dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut
dapat ditentukan dari nilai konstanta dielektrik pelarut.
Empat tahapan fraksinasi bertingkat dengan menggunakan empat macam
pelarut yaitu (1) ekstraksi aseton, (2) fraksinasi n-heksan, (3) fraksinasi etil eter,
dan (4) fraksinasi etil asetat (Lestari dan Pari 1990).
Macam – macam proses fraksinasi:
a) Proses fraksinasi kering (Winterization)
Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada
berat molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah
dibandingkan dengan proses yang lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya
rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
b) Proses fraksinasi basah (Wet Fractination)
Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat
pembasah (Wetting Agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau
detergent process. Hasil fraksi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi
kering.
c) Proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut (Solvent Fractionation)
Adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Proses
fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan dengan proses fraksinasi lainnya karena
menggunakan bahan pelarut.
d) Proses fraksinasi dengan pengembunan (Fractional Condentation)
Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan
pada titik didih dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan
kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang
cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi
(Harborne,1987).
J. Antioksidan
Antioksidan dalam pengertian kimia adalah senyawa pemberi elektron.
Antioksidan adalah molekul yang dapat memperlambat atau mencegah oksidasi
dari molekul lain. Oksidasi sendiri adalah reaksi kimia dimana terjadi pemindahan
elektron dari suatu substansi menjadi agen oksida. Reaksi oksidasi ini
menghasilkan radikal bebas yang memulai reaksi berantai untuk menghancurkan
sel. Antioksidan akan menghentikan reaksi berantai ini dengan menghilangkan
radikal bebas dan menghambat rekasi oksidasi lain (Cotran, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
K. Landasan Teori
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh (Sloane, 2003). Fungsi utama hati
bersangkutan dengan proses metabolisme dalam tubuh serta berfungsi untuk
mensekresi empedu, pembentukan ureum, pertahanan suhu tubuh, penyimpanan
dan penyebaran berbagai bahan (glikogen, lemak, vitamin, dan zat besi) dan
sebagai detoksifikasi (Pearce, 2009 ).
Toksisitas CCl4 timbul ketika mengalami proses biotransformasi oleh
sitokrom P-450 menjadi radikal triklorometil (•CCl3) dan trikloro peroksi
(•CCl3O2). Metabolit ini bersifat toksik karena akan terikat secara kovalen pada
protein dan lemak tak jenuh dan menyebabkan peroksidasi lipid. Terjadinya
steatosis akibat induksi CCl4 dapat meningkatan aktivitas serum ALT mencapai
tiga kali lipat dan peningkatan aktivitas serum AST mencapai empat kali lipat dari
kondisi normal (Panjaitan and Masriani, 2014). Peningkatan kadar alanine
transaminase (ALT) diikuti dengan penurunan kadar albumin (Nirmala et al.,
2012). Hal ini disebabkkan karena adanya CCl3 akan menyebabkan keluarnya
berbagai isi sitoplasma seperti ALT sehingga sintesis lipoprotein terhambat dan
menyebabkan steatosis. Pada keadaan steatosis ini, struktur retikulum endoplasma
mengalami kerusakan, sehingga sintesa albumin menjadi menurun. Salah satu
parameter adanya kerusakan pada hati akibat adanya suatu hepatotoksik adalah
penurunan kadar albumin.
Albumin memegang peranan penting dalam metabolisme dan transportasi
obat- obatan (Hutchison et al., 1998). Apabila kadar albumin berada di bawah
normal, maka fraksi obat bebas banyak sehingga akan menimbulkan pengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
yang tidak diinginkan. Adanya induksi senyawa kimia, seperti CCl4 akan
menyebabkan penurunan fungsi hati dalam hal sintesis protein sehingga
menyebabkan menurunnya protein uptake (Makni, Chtourou, Garoui, Boudawara
and Fetoui, 2011).
Penelitian Tiala (2013) mengenai efek hepatoprotektif praperlakuan jangka
pendek terhadap ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
dan penelitian Silli (2013) mengenai efek hepatoprotektif praperlakuan jangka
pendek terhadap ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
tidak ditemukan adanya kekerabatan dosis pada penurunan aktivitas serum ALT
dan AST pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi CCl4.
Senyawa antioksidan diperlukan untuk menghambat terjadinya oksidasi
lemak dari pejanan senyawa CCl4. Penelitian ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. telah dilakukan oleh Silli (2013) dengan
penginduksi CCl4 praperlakuan jangka pendek 6 jam. Fraksi heksan dan
diklormetan ekstrak daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. mengandung
aktivitas antioksidan yang tinggi ketika dibandingkan dengan fraksi pelarut yang
lainnya. Fraksi heksan dan metanol ekstrak daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. memiliki kandungan antioksidan tertinggi dibandingkan dengan fraksi
pelarut lain. Fraksi dari daun dan kayu spesies Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. (Macaranga denticulate, Macaranga pruinosa, Macaranga gigantean)
memiliki potensi sebagai obat dan terapi. (Mazlan et al., 2013). Dari penelitian
Windrawati (2013) dan Tiala (2013) terbukti bahwa tanaman Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. ekstrak metanol-air baik jangka panjang maupun jangka pendek 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
jam dengan penginduksi CCl4 memiliki efek hepatoprotektif. Dari penelitian
tersebut terbukti bahwa tanaman ekstrak metanol-air menunjukkan efek
hepatoprotektif pada perlakuan jangka panjang maupun jangka pendek 6 jam
dengan penginduksi CCl4.
Menurut penelitian Puteri dan Kawabata (2010), terdapat dua senyawa
yang larut dalam heksan dan etanol yaitu chebulagic acid, macatanin A dan
macatanin B. Setelah menghitung lipofilisitas masing-masing senyawa
dibandingkan dengan pelarut heksan-etanol menggunakan perangkat lunak
ChemAxon MarvinSketch v.5.11.5, lipofilisitas senyawa-senyawa yang
terkandung di dalam Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. menurut penelitian
Puteri dan Kawabata (2010) adalah corilagin=1,10 ; chebulagic acid =2,64 ;
macatanin A =2,76 ; macatanin B= 2,94 ; mallotinic acid= 0,97. Dari lipofilisitas
masing-masing senayawa tersebut dapat dilihat yang paling mendekati dengan
heksan-etanol adalah chebulagic acid, macatanin A dan macatanin B. Oleh karena
itu peneliti meneliti fraksi Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dari ekstrak
metanol dengan pelarut heksan-etanol mengacu pada penelitian Puteri dan
Kawabata (2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
L. Hipotesis
Pemberian oral FHEMM secara jangka pendek 6 jam dapat
meningkatkan kadar albumin dan tidak adanya kekerabatan antara kenaikan dosis
pemberian FHEMM dengan peningkatan kadar albumin pada tikus betina galur
Wistar yang terinduksi CCl4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni rancangan
acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Variabel utama
a. Variabel bebas. Variasi dosis pemberian FHEMM.
b. Variabel tergantung. Kadar albumin serum tikus betina galur Wistar
terinduksi CCl4 setelah pemberian jangka pendek 6 jam FHEMM.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali. Kondisi hewan uji yang digunakan
yaitu tikus betina galur Wistar dengan berat badan 130-170 g dan
berumur 2-3 bulan, frekuensi pemberian FHEMM satu kali sehari
selama enam jam, cara pemberian FHEMM secara per oral dan CCl4
secara intraperitoniaL. Bahan uji yang digunakan berupa daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang diperoleh dari daerah
Paingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Variabel pengacau tak terkendali. Kondisi patologis dari tikus betina
galur Wistar yang digunakan sebagai hewan uji.
3. Definisi operasional
a. Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Daun yang diambil adalah
daun yang berwarna hijau, segar, dan tidak bercacat yang dipisahkan
dari tulang dan tangkai daunnya.
b. Ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Ekstrak daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. adalah ekstrak
kental yang diperoleh dengan mengekstraksi serbuk kering daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. seberat 40 gram yang dimaserasi
ke dalam campuran 100 mL metanol dan 100 mL air selama 24 jam,
menggunakan alat orbital shaker dengan kecepatan 140 rpm.
Kemudian disaring dengan corong Buchner yang dilapisi dengan
kertas saring, kemudian dievaporasi dan diuapkan di dalam oven
selama 24 jam pada suhu 45ºC, hingga bobot tetap.
c. Fraksi heksan-etanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Fraksi dihasilkan dari proses maserasi ekstrak metanol daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan pelarut heksan etanol 1:1
selama 24 jam menggunakan alat orbital shaker dengan kecepatan
putaran 140 rpm. Kemudian disaring dengan corong Buchner yang
dilapisi dengan kertas saring lalu di oven selama 24 jam pada suhu 45
ºC.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
d. Kenaikan Kadar albumin. Kemampuan FHEMM pada dosis tertentu
untuk meningkatkan kadar albumin secara signifikan dibandingkan
dengan kontrol CCl4 pada tikus betina galur Wistar terinduksi CCl4.
e. Pemberian Jangka pendek 6 jam. Pemberian FHEMM daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. satu kali dalam 6 jam.
f. Efek Hepatoprotektif. Kemampuan FHEMM daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. yang diberikan secara jangka pendek 6 jam
pada dosis tertentu dapat menaikkan kadar albumin pada tikus betina
galur Wistar yang terinduksi CCl4.
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
a. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus betina
galur Wistar dengan berat badan 130-170 g dan umur 2-3 bulan yang
diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. yang diperoleh dari daerah Paingan, Depok, Sleman,
Yogyakarta.
2. Bahan kimia
a. Bahan hepatotoksin yang digunakan adalah CCl4 technical chemical-
reagent grade yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis dan
Instrumentasi Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b. Kontrol negatif yang digunakan CMC-Na 1% technical chemical-
reagent grade yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-
Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
c. Pelarut hepatotoksin yang digunakan olive oil (Bertolli®). Diperoleh
dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
d. CMC-Na 1% technical chemical-reagent grade sebagai pelarut
FHEMM yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
e. Metanol , etanol, heksan technical chemical-reagent grade dan
aquadest technical chemical-reagent grade yang diperoleh dari toko
CV General Labora dekat rs. Sardjito Yogyakarta.
f. Reagen serum Albumin BCG (Bromcresol Green) , TRIS , succinic
acid analyzed chemical-reagent grade.
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, timbangan
analitik, mesin penyerbuk, ayakan, beaker glass, gelas ukur, pengaduk,
cawan porselin, waterbath, stopwatch, kain mori, erlenmeyer, orbital
shaker, vaccum rotary evaporator, corong, labu ukur, tabung reaksi, pipet
tetes, pipet volume, tabung Eppendorf, pipa kapiler, sentrifuge, spuit injeksi
per oral dan ip, syringe 3 cc Terumo®, syringe 1 cc Terumo®, syringe 6 cc
Terumo®, dan Microlab 200 Merck®.
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Determinasi dilakukan dengan mencocokan ciri-ciri tanaman Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada buku acuan
determinasi dan disesuaikan dengan kunci determinasinya.
2. Pengumpulan bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. yang masih segar dan berwarna hijau, tidak berlubang, tidak terlalu muda
dan tidak terlalu tua, diperoleh dari daerah Paingan, Depok, Sleman, Yogyakarta
pada bulan Februari 2015.
3. Pembuatan serbuk
Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dicuci bersih dibawah air
mengalir. Setelah bersih, daun diangin-anginkan atau dilap dengan lap bersih
hingga daun kering kemudian dilakukan pengeringan menggunakan oven.
Pengeringan dengan oven dilakukan pada suhu 30ºC selama 72 jam. Setelah
kering daun diremas kecil-kecil dan dibuat serbuk lalu diayak dengan ayakan
nomor 50.
4. Penetapan kadar air serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg.
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan
alat moisture balance. Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan sampel
kurang lebih 5 g sampel dan menimbang bobot serbuk sebagai bobot sebelum
pemanasan (bobot a). Kemudian alat dipanaskan pada suhu 110ºC selama 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
menit, dan setelah itu menimbang bobot serbuk setelah pemanasan (bobot b).
Selisih bobot a dan b merupakan kadar air dari serbuk daun Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. yang diselidiki.
5. Pembuatan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg.
Sebanyak 40 g serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
diekstraksi secara maserasi mekanik dengan merendam serbuk ke dalam
campuran 100 mL metanol dan 100 mL air pada suhu kamar selama 24 jam
menggunakan alat orbital shaker dengan kecepatan 140 rpm. Setelah itu hasil
maserasi disaring menggunakan corong Buchner dilapisi kertas saring.
Filtrat dipindahkan ke dalam labu alas bulat untuk dievaporasi. Sisa serbuk di
dalam erlenmeyer dilarutkan menggunakan campuran 100 mL metanol dan 100
mL air kemudian dilakukan remaserasi. Proses remaserasi yang dilakukan
beberapa kali dapat dihentikan ketika warna filtrat menjadi bening.
Hasil evaporasi dituangkan dalam cawan porselin yang telah ditimbang
sebelumnya. Cawan porselin yang berisi larutan hasil maserasi dimasukkan dalam
oven untuk diuapkan selama 24 jam dengan suhu 45ºC untuk mendapatkan
ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang kental hingga
didapatkan ekstrak dengan bobot tetap.
Rendemen ekstrak merupakan selisih berat cawan berisi ekstrak kental dan
berat cawan kosong. Rata-rata rendemen dihitung dari 6 replikasi rendemen
ekstrak. Persentase rendemen ekstrak daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
merupakan banyaknya ekstrak kental yang didapatkan dari 1 kg serbuk daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
6. Pembuatan FHEMM
Ekstrak pekat ditimbang dan dilarutkan ke dalam pelarut heksan dan
etanol 1:1 , volume pelarut disesuaikan dengan bobot ekstrak, perbandingan 1:5.
Kemudian dilakukan maserasi mekanik menggunakan alat orbital shaker dengan
kecepatan putaran 140 rpm. Hasil maserasi disaring menggunakan kertas saring
dan corong Buchner dengan bantuan pompa vakum. Sisa ekstrak yang masih ada
di dalam erlenmeyer diremaserasi dengan pelarut heksan dan etanol 1:1 kemudian
dilakukan remaserasi. Proses remaserasi dapat dihentikan ketika warna filtrat
menjadi bening.
Filtrat dipisahkan dengan penyarinya dengan alat rotary vaccum
evaporator. Kemudian filrat dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah
ditimbang sebelumnya. Setelah itu, dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
pada suhu 45°C hingga didapatkan fraksi dengan bobot tetap.
Rendemen fraksi merupakan selisih berat cawan berisi fraksi dan berat
cawan kosong. Rata-rata rendemen dihitung dari jumlah bobot fraksi dari semua
replikasi per jumlah replikasi. Persentase rendemen FHEMM didapatkan dari total
jumlah bobot fraksi per total jumlah bobot ekstrak kental dikalikan 100%.
7. Pembuatan larutan CMC-Na 1% sebagai pelarut ekstrak metanol
Lima gram CMC-Na 1% yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke
dalam 250 mL air mendidih dan didiamkan selama 24 jam hingga CMC-Na 1%
mengembang di dalam gelas beaker. Larutan CMC-Na 1% yang telah
mengembang dipindahkan ke labu takar 500 mL dan di add 250 mL sisa air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
mendidih hingga tanda batas.
8. Pembuatan larutan karbon tetraklorida
Larutan hepatotoksin yang digunakan adalah CCl4, dibuat dalam
konsentrasi 50% dengan perbandingan CCl4 dan olive oil sebagai pelarut 1:1
(Janakat dan Al-Merie, 2002).
9. Pembuatan larutan sediaan FHEMM
FHEMM ditimbang kemudian diujikan kelarutannya terlebih dahulu di
dalam CMC-Na 1%. Larutan sediaan FHEMM dibuat dengan melarutkan 600 mg
FHEMM dengan 25 mL CMC, hingga diperoleh konsentrasi suspensi FHEMM
sebesar 600 mg/25 mL.
10. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis toksin karbon tetraklorida.
Dosis CCl4 sebagai hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie (2002), bahwa dosis 2 mg/kgBB
terbukti mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan AST dan penurunan
kadar albumin pada tikus bila diberikan secara intraperitonial.
b. Penetepan dosis FHEMM
Penetapan dosis FHEMM bersifat eksploratif. Dosis tertinggi yang dapat
ditetapkan yaitu 137,14 mg/kgBB. Peringkat dosis II ditetapkan dengan
menurunkan seperdua dari dosis tertinggi (½ x 137,14 mg/kgBB) = 68,57
mg/kgBB) dan peringkat dosis I ditetapkan dengan menurunkan seperdua dari
peringkat dosis II (½ x 68,57 mg/kgBB = 34,28 mg/kgBB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
c. Penetapan konsentrasi FHEMM
Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi pekat yang dapat dibuat
dimana pada konsentrasi tersebut fraksi dapat dimasukkan serta dikeluarkan dari
spuit per oral serta fraksi dapat terlarut sempurna dalam pelarut CMC-Na 1%.
Konsentrasi fraksi yang dapat ditetapkan yaitu 600 mg/25 mL.
d. Penetapan waktu pencuplikan darah.
Hewan uji tikus betina galur Wistar berjumlah 5 ekor. Dimana masing-
masing tikus diambil darah pada jam ke-0 setelah pemberian CCl4, kemudian
diambil darah pada jam ke-24 dan pada jam ke-48 diambil darahnya kembali.
Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata.
11. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji
Hewan uji tikus betina galur Wistar dibagi acak menjadi 6 kelompok,
masing-masing 5 ekor. Pengelompokan hewan uji adalah sebagai berikut:
a. Kelompok I (kelompok kontrol CMC-Na 1% ; 2 mL/KgBB ). Perlakuan
dilakukan secara peroral dan diberikan CMC-Na 1%. Pada jam ke-6
setelah pemberian FHEMM diambil darahnya untuk penetapan aktivitas
albumin.
b. Kelompok II (kelompok kontrol CCl4 ; 2 mL/KgBB). Perlakuan dilakukan
secara peroral dan diberikan larutan CCl4 yang telah dilarutkan olive oil.
Pada jam ke-6, diambil darahnya untuk penetapan aktivitas albumin.
c. Kelompok III (kelompok kontrol dosis III tanpa pemberian CCl4 ; 137,14
mg/KgBB). Perlakuan dilakukan peroral dan diberikan sediaan FHEMM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pada jam ke-6 setelah pemberian FHEMM, diambil darahnya untuk
penetapan aktivitas albumin.
d. Kelompok IV (kelompok dosis I (34,28 mg/KgBB) FHEMM, diberi CCl4
yang dilarutkan ke dalam olive oil). Perlakuan dilakukan peroral kemudian
diberikan CCl4 6 jam setelah pemberian sediaan FHEMM. Pada jam ke-24
setelah pemberian CCl4, semua kelompok diambil darahnya untuk
penetapan aktivitas albumin.
e. Kelompok V (kelompok dosis II (68,57 mg/KgBB) FHEMM, diberi CCl4
yang dilarutkan ke dalam olive oil). Perlakuan dilakukan peroral kemudian
diberikan CCl4 6 jam setelah pemberian sediaan FHEMM. Pada jam ke-24
setelah pemberian CCl4, semua kelompok diambil darahnya untuk
penetapan aktivitas albumin.
f. Kelompok VI (kelompok dosis III (137,14 mg/KgBB) FHEMM, diberi
CCl4 yang dilarutkan ke dalam olive oil). Perlakuan dilakukan peroral
kemudian diberikan CCl4 6 jam setelah pemberian sediaan FHEMM. Pada
jam ke-24 setelah pemberian CCl4, semua kelompok diambil darahnya
untuk penetapan aktivitas albumin.
12. Pembuatan serum
Darah diambil melalui sinus orbitalis mata hewan uji dan ditampung
dalam tabung eppendorf dan didiamkan selama 15 menit, lalu disentrifugasi
selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm, lalu dipisahkan bagian
supernatannya. Bagian supernatan yang diperoleh, disentrifugasi lagi dengan
kecepatan 4000 rpm selama 10 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
13. Pengukuran albumin
Architect c8000 merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kadar
albumin serum dengan metode Brom Cresol Green (BCG) dan reagen albumin
adalah BCG (Abbott). Pengukuran albumin dilakukan di Laboratorium Bethesda
Yogyakarta.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data kadar albumin dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui normalitas data pada masing-masing kelompok perlakuan. Nilai
normal suatu data ditunjukkan dengan nilai p>0,05. Apabila hasil analisis statistik
Kolmogorov-Smirnov kadar serum albumin menunjukkan distribusi data normal
(p>0,05), dilanjutkan dengan analisis One Way ANOVA dengan taraf
kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Setelah
itu, dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat kebermaknaan antar kelompok
bermakna (signifikan) (p<0,05) atau tidak bermakna (tidak signifikan) (p>0,05).
Jika didapatkan distribusi tidak normal, maka dilakukan analisis data
menggunakan uji Kruskal wallis untuk melihat homogenitasnya, dan dilanjutkan
dengan uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok bermakna. Uji
statistika menggunakan IBM SPSS Statistic 22 lisinse UGM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan adanya efek
hepatoprotektif FHEMM serta mengetahui ada tidaknya kekerabatan dosis
pemberian jangka pendek 6 jam FHEMM pada tikus betina galur Wistar
terinduksi CCl4. Pada penelitian ini aktivitas kadar albumin tikus digunakan
sebagai parameter uji kuantitatif.
A. Hasil Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dilakukan di
Laboratorium Biologi Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta atas nama
Penina Kurnia Uly sebagai ketua tim penelitian. Determinasi tanaman yang
dilakukan yaitu hingga tingkat spesies dengan cara mencocokkan ciri
makroskopis tanaman dengan bukti acuan. Bagian tanaman yang dideterminasi
yaitu batang, daun, bunga, dan buah. Hasil determinasi adalah benar bahwa
tanaman tersebut adalah daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
B. Penyiapan Bahan
1. Pembuatan serbuk kering
Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dibuat menjadi serbuk kering
agar kandungan fitokimia yang terdapat pada daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. lebih mudah tersari oleh pelarut dan senyawa yang diperoleh lebih banyak
karena luas permukaan kontak dengan pelarut semakin besar. Hasilnya didapatkan
serbuk halus yang melewati ayakan dengan nomor mesh 50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2. Hasil penetapan kadar air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Tujuan dilakukan penetapan kadar air untuk memenuhi persyaratan
serbuk yang baik yaitu kurang dari 10% (Dirjen POM, 1995). Penetapan kadar air
serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dilakukan dengan metode
gravimetri dengan alat moisture balance dikarenakan tidak adanya senyawa
volatile yang terkandung selain air sehingga hasil yang didapat merupakan kadar
air dari daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Hasil pengujian didapatkan
bahwa kandungan air dari serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
sebesar 8,76% sehingga dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan serbuk
simplisia yang baik.
C. Hasil Penimbangan Bobot Tetap beserta Rendemen Ekstrak dan
FHEMM
Untuk menentukan bobot pengeringan ekstrak yang sudah tetap
dilakukan dengan cara menimbang ekstrak yang berada dalam cawan setiap waktu
tertentu atau hingga berat menjadi konstan. Bobot tetap yang diperoleh selama
dua kali penimbangan berturut-turut setelah 24 jam di oven sebesar 0,47%
sehingga dapat dikatakan tidak ada sisa dari pelarut ekstrak.
Untuk menentukan bobot pengeringan fraksi yang sudah tetap dilakukan
dengan cara menimbang fraksi yang berada dalam cawan setiap waktu tertentu
atau hingga berat menjadi konstan. Bobot tetap yang diperoleh selama dua kali
penimbangan berturut-turut setelah 24 jam di oven sebesar 0,04% sehingga dapat
dikatakan tidak ada sisa dari pelarut fraksi.
Pada pembuatan ekstrak, digunakan 863 gram serbuk kering daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., sehingga dapat dihasilkan 156 gram ekstrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pekat. Pada pembuatan fraksi digunakan 156 gram ekstrak pekat, sehingga dapat
dihasilkan 30 gram fraksi. Berdasarkan hasil penimbangan bobot ekstrak,
didapatkan rendemen 18,03% sementara dari bobot fraksi, didapatkan rendemen
FHEMM sebesar 19,46%.
D. Uji Pendahuluan
1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida
Tujuan penentuan dosis ini adalah untuk mengetahui kisaran dosis CCl4
yang dapat menyebabkan kerusakan pada hati tikus yang ditandai dengan
kenaikan aktivitas serum ALT-AST paling tinggi. Dosis yang digunakan pada
percobaan ini yaitu 2 ml/kg BB dalam olive oil (1:1) secara intraperitoneal. Dosis
tersebut mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie (2002), dimana pada
dosis tersebut aktivitas ALT-AST serum menjadi 4 kali lipat serum kontrol
negatif.
Peningkatan aktivitas ALT akibat induksi CCl4 diikuti dengan
peningkatan bilirubin pada hati (Yilmaz, Ozbek, Citoglu, Ugras, Bayram and
Erdogan, 2006). Menurut Janakat dan Al-Merie (2002), dosis CCl4 sebesar 2
mL/kgBB yang diberikan secara per oral dapat menyebabkan kenaikan aktivitas
ALT.
Berdasarkan acuan yang telah disebutkan maka dapat dijadikan sebagai
dasar dosis CCl4 yang dapat menyebabkan ketoksikan pada hati, sehingga pada
penelitian ini digunakan dosis toksik CCl4 sebesar 2 mL/kgBB. Pembuatan larutan
hepatotoksin CCl4 dibuat pada konsentrasi 50% dengan perbandingan CCl4 : olive
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
oil adalah 1:1. Pada dosis 2 mL/kg BB sudah dapat menimbulkan efek
hepatotoksik yang ditandai dengan menurunnya kadar albumin.
2. Penentuan waktu kehepatotoksikan karbon tetraklorida mencapai
maksimal
Penentuan ini dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan CCl4
2 ml/kg BB untuk dapat menyebabkan kenaikan tertinggi serum ALT-AST
(peningkatan ALT 3-4 kali dan AST 4-5 kali). Pencuplikan darah dilakukan
melalui sinus orbitalis mata dengan selang waktu tertentu yaitu jam ke-0, 24, dan
48. Berikut merupakan hasil orientasi waktu pencuplikan darah hewan uji yang
disajikan dalam bentuk tabel (tabel 1) dan diagram batang (gambar 8).
Tabel I. Aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2
ml/KgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam.
Selang waktu (jam) Purata Aktivitas serum ALT ± SE (U/l)
0 66,8 ± 0,8
24 184,0 ± 16,5
48 62,3 ± 15,6
Keterangan : SE = Standard Error
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Gambar 8. Diagram batang rata-tata aktivitas serum ALT sel hati tikus
setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada selang waktu
0, 24, dan 48.
Dari tabel I dan gambar 8 tersebut, terlihat bahwa aktivitas serum ALT
yang paling besar terlihat pada jam ke-24 (184,0 ± 16,5U/l) dibandingkan dengan
jam ke-0 (66,8 ± 0,8U/l), aktivitas serum ALT mengalami kenaikan 3 kali. Pada
pencuplikan darah jam ke-48 aktivitas ALT sebesar (62,3 ± 15,6U/l) mulai
mengalami penurunan. Dari pengujian ini kemudian didapatkan waktu terjadinya
peningkatan ALT dan AST yang paling besar.
Dari hasil uji Shapiro Wilk, didapatkan hasil signifikan pada jam ke-0,
24, dan 48 berturut-berturut 66,8 (p>0,05) , 184,0 (p>0,05) dan 62,3 (p>0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa data memiliki distribusi normal sehingga dapat
dilanjutkan dengan uji pola searah (One Way ANOVA) untuk mengetahui apakah
variansi data tersebut homogen atau tidak. Untuk mengetahui variansi homogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
atau tidaknya data menggunakan uji pola searah yang memiliki hasil yang
signifikan 0.092 (p>0.05) yang berarti variansi data yang diperoleh homogen.
Kemudian dapat dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat kebermaknaan
perbedaan antar kelompoknya (Tabel II).
Tabel II. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian
karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada waktu pencuplikan
darah jam ke-0, 24, dan 48.
Jam 0 Jam 24 Jam 48
Jam 0 BB BTB
Jam 24 BB BB
Jam 48 BTB BB
BB= Berbeda bermakna (p<0,05); BTB= Berbeda tidak bermakna
(p>0,05)
Hasil uji statistik aktivitas serum ALT (tabel II) menyatakan bahwa
terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas serum ALT pada jam ke-24 dengan
jam ke-0 dan 48 (p≤0,05), namun terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara
aktivitas ALT pada jam ke-0 dengan jam ke-48 (p≥0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa pada jam ke-48, aktivitas serum ALT sudah kembali normal seperti pada
aktivitas serum ALT jam ke-0. Hal ini dapat terjadi karena Ketika hati mengalami
kehilangan jaringannya, hati akan melakukan regenerasi atau mengembalikan
dirinya sendiri (Guyton and Hall, 2006).
Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa pada jam ke-24, CCl4 akan
menyebabkan kenaikan ALT yang mengindikasikan telah adanya kerusakan hati
paling parah. Hasil ini juga didukung oleh penelitian penelitian Dongare,
Dhandel, dan Kadam (2013) serta penelitian Janakat dan Al-Merie (2002) yang
mengatakan bahwa peningkatan tertinggi aktivitas serum ALT dan AST dosis 2,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mL/kg BB secara intraperitoneal berada pada jam ke-24. Menurut Ziemmerman
(1999) peningkatan aktivitas serum ALT sebesar tiga kali dan AST sebesar empat
kali dari nilai normal menandakan telah terjadinya kerusakan hati khususnya
steatosis (perlemakan hati).
Aktivitas serum AST diukur pada waktu pencuplikan yang sudah
ditentukan yaitu 0, 24, dan 48 setelah pemejanan hepatotoksin. Tujuan dari
pencuplikan ini untuk melihat ketika CCl4 menyebabkan kerusakan hati yang
ditandai dengan kenaikan aktivitas serum AST paling tinggi. Hasil yang
didapatkan dari pengujian ini dapat dilihat dari tabel III dan gambar 9.
Tabel III. Aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis
2 ml/KgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam
Selang waktu (jam) Purata Aktivitas serum AST ± SE (U/L)
0 154,2 ± 2,1
24 669,6 ± 8,4
48 197,73 ± 9,6
Keterangan : SE = Standard Error
Gambar 9. Diagram batang rata-tata aktivitas serum AST sel hati tikus
setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada selang waktu
0, 24 dan 48.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Dari tabel III dan gambar 9 menunjukkan bahwa kenaikan serum AST
paling tinggi pada jam ke-24 (693,9 ± 32,8 U/L). Hal ini sama dengan aktivitas
serum ALT dimana kerusakan hati paling parah terjadi pada jam ke-24.
Peningkatan aktivitas serum AST pada jam ke-24 meningkat 4-5 kali lipat (669,6±
8,4 U/L) dibandingkan dengan aktivitas serum AST jam ke-0 (154,2 ± 2,1 U/L).
Akan tetapi, secara statistik pada pencuplikan jam ke-0, 24, dan 48 memiliki
perbedaan yang bermakna satu sama lain. Perlu diperhatikan bahwa antara jam
ke-0 dan jam ke-48 terjadi perbedaan yang bermakna, artinya bahwa aktivitas
serum AST belum berada pada keadaan normal atau belum mendekati jam ke-0.
Hal ini dikarenakan bahwa serum AST tidak hanya terdapat di hati namun juga
terdapat dalam sel jantung, ginjal, pankreas dan eritrosit (Thapa and Walia, 2007)
sehingga apabila terjadi kerusakan pada salah satu organ dapat mempengaruhi
konsentrasi AST dalam tubuh yang menyebabkan pada jam ke-48 belum
mendekati normal atau jam ke-0. Meskipun ketoksikan CCl4 yang utama terlihat
pada hati, namun senyawa ini mudah larut dalam komponen lemak, yang
mengakibatkan senyawa ini terdistribusi ke seluruh tubuh melalui aliran sistemik,
sehingga kerusakan tidak hanya terjadi pada hati namun juga dapat terjadi pada
sel-sel jantung, ginjal dan pankreas (Timbrell, 2008). CCl4 sebagai pelarut lipid
memudahkan senyawa tersebut dalam menyeberangi membran sel dan dapat
menimbulkan efek pada berbagai organ tubuh termasuk susunan saraf pusat, hati,
ginjal dan peredaran darah (Gene, 1999). Apabila kerusakan terjadi di luar hati,
maka kemampuan untuk regenerasinya lebih lambat daripada sel hati sehingga
pada jam ke-48 belum mendekati normal atau jam ke-0. Hasil pengujian statistik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
aktivitas serum AST dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian
karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan
darah jam ke-0, 24 dan 48
Jam 0 Jam 24 Jam 48
Jam 0 BB BB
Jam 24 BB BB
Jam 48 BB BB
Keterangan :
BB = Berbeda Bermakna (p≤0,05) ; BTB = Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)
Dari data diatas, terlihat bahwa aktivitas serum ALT dan AST
menunjukkan perbedaan yang bermakna pada pencuplikan darah jam ke-24
(p≤0,05) dibandingkan dengan waktu pencuplikan darah jam ke-0 dan 48 setelah
pemejanan CCl4. Berdasarkan aktivitas serum ALT dan AST dari hasil penelitian
ini, CCl4 memiliki efek hepatotoksik yang paling tinggi pada jam ke-24, sehingga
waktu pencuplikan darah yang digunakan dalam penelitian efek hepatoprotektif
FHEMM adalah jam ke-24 setelah pemejanan CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB
secara intraperitoneal.
3. Penetapan Dosis FHEMM
Penetapan dosis FHEMM bersifat eksploratif. Dosis tertinggi yang dapat
ditetapkan yaitu 137,14 mg/kgBB. Peringkat dosis II ditetapkan dengan
menurunkan seperdua dari dosis tertinggi (½ x 137,14 mg/kgBB) = 68,57
mg/kgBB) dan peringkat dosis I ditetapkan dengan menurunkan seperdua dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
peringkat dosis II (½ x 68,57 mg/kgBB = 34,28 mg/kgBB).
D. Hasil Uji Hepatoprotektif Jangka Pendek 6 Jam FHEMM pada Tikus
Terinduksi Karbon Tetraklorida
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian
FHEMM praperlakuan jangka pendek 6 jam dengan indikator terjadinya
peningkatan kadar albumin pada tikus terinduksi CCl4. Jangka pendek 6 jam
diartikan bahwa pemberian hepatotoksin CCl4 dilakukan dalam selang waktu 6
jam setelah pemberian sediaan FHEMM. Peneliti membatasi waktu yang
digunakan pada penelitian ini yaitu 6 jam setelah pemberian sediaan FHEMM.
Hal ini mengacu pada penelitian Silli (2012) dimana telah dilakukan optimasi
pada jam ke 1, 2, 4 dan 6, dimana pada hasil penelitian tersebut menunjukkan
pada jam ke 6 terdapat perubahan yang signifikan terhadap aktivitas ALT
sehingga pada penelitian dilakukan pengambilan darah setelah 6 jam pemberian
FHEMM. Pada penelitian ini digunakan tiga variasi dosis sediaan FHEMM untuk
melihat adanya kekerabatan antara dosis dengan peningkatan kadar albumin.
Dosis yang digunakan pada penelitian ini adalah dosis rendah sebesar 34,28 mg/
KgBB, dosis sedang sebesar 68,57 mg/KgBB, dan dosis tertinggi sebesar 137,14
mg/KgBB. Pada penelitian jangka pendek 6 jam sediaan FHEMM ini dilakukan
pencuplikan darah pada jam ke-24 setelah induksi CCl4.
Pada penelitian ini menggunakan 6 kelompok perlakuan, yaitu kelompok
I adalah kelompok kontrol negatif (CMC-Na 1%), kelompok II adalah kelompok
kontrol hepatotoksin CCl4 dosis 2 mL/kgBB, kelompok III adalah kelompok
kontrol dosis III (137,14 mg/KgBB) tanpa pemberian CCl4, kelompok IV, V, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
VI adalah kelompok perlakuan dengan tiga peringkat dosis masing-masing 34,28 ;
68,57; dan 137,14 mg/KgBB dimana setelah 6 jam kemudian dilakukan
pemejanan CCl4 dosis 2 mL/kgBB.
Data purata kadar albumin tikus dengan pemberian FHEMM secara
jangka pendek 6 jam yang terinduksi CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB dapat dilihat
pada Tabel V dan gambar 10.
Gambar 10. Diagram batang rata-rata pengaruh dosis pemberian FHEMM
jangka pendek 6 jam terhadap hepatotoksisitas karbon
tetraklorida dilihat dari kadar albumin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel V. Purata kadar albumin ± SE pemberian FHEMM secara jangka
pendek 6 jam terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB
Kelompok Perlakuan Purata Kadar Albumin ± SE
(mg/dL)
Kontrol negatif CMC-Na 1% 3,47 ± 0,07
Kontrol hepatotoksin karbon
tetraklorida (CCL4) dosis 2 mL/kgBB 2,85 ± 0,05
Kontrol Sediaan Dosis III
(2 mg/350gBB) tanpa
karbon tetraklorida
3,51 ± 0,17
Perlakuan Dosis I FHEMM
(0,5 mg/350gBB) beserta karbon
tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
3,39 ± 0,04
Perlakuan Dosis II FHEMM
(1 mg/350gBB) + karbon tetraklorida
dosis 2 mL/kgBB
3,27 ± 0,04
Perlakuan Dosis III FHEMM
(2 mg/350gBB) + karbon tetraklorida
dosis 2 mL/kgBB
3,09 ± 0,05
Keterangan : SE = Standar Error , FHEMM = Fraksi Heksan-Etanol dari Ekstrak
Metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Data kadar albumin dianalisis dengan menggunakan uji Shapiro Wilk
untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang diperoleh. Hasil uji
menunjukkan data memiliki distribusi yang tidak normal, namum memiliki
variansi data homogen yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi pada uji Levene’s
test sebesar 0,053 (p>0,05). Data selanjutnya dapat dianalisis menggunakam
analisis non parametik Kruskal Wallis karena terdapat data yang memiliki
distribusi tidak normal. Kruskal Wallis digunakan untuk mengetahui adanya
perbedaan antar kelompok perlakuan. Nilai signifikansi yang diperoleh dari uji
tersebut adalah sebesar 0,000 (p<0,05), dimana menunjukkan adanya perbedaan
antar kelompok perlakuan. Kebermaknaan perbedaan antar kelompok tersebut
selanjutnya dapat diketahui dengan uji Mann-Whitney pada tabel VI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel VI. Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin tikus setelah pemberian
karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB antar kelompok perlakuan
Kontrol
CMC-Na
1%
Kontrol
CCl4
(2
mL/KgBB)
Kontrol
Dosis
(137,14
mg/KgB)
pemberian
selama 6
jam
Dosis I
(34,28mg/
KgBB)
pemberian
selama 6
jam +
CCl4(2
mL/kgBB)
Dosis II
(68,57mg/K
gBB)
pemberian
selama 6
jam +
CCl4(2
mL/kgBB)
Dosis III
(137,14
mg/KgBB)
pemberian
selama 6 jam +
CCl4(2
mL/kgBB)
Kontrol CMC-
Na 1% BB BTB BTB BB BB
Kontrol CCl4 2
mL/kgBB BB BB BB BB BB
Kontrol Dosis
(137,14
mg/KgB)
pemberian
selama 6 jam
BTB BB BB BB BB
Dosis I
(34,28mg/KgB
B) pemberian
selama 6 jam +
CCl4(2
mL/kgBB)
BTB BB BB BTB BB
Dosis II
(68,57mg/KgB
B) pemberian
selama 6 jam +
CCl4(2
mL/kgBB)
BB BB BB BTB BTB
Dosis III
(137,14
mg/KgBB)
pemberian
selama 6 jam +
CCl4(2
mL/kgBB)
BB BB BB BB BTB
Keterangan :
BB = Berbeda Bermakna (p≤0,05) ; BTB = Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
1. Kontrol Negatif CMC-Na 1 %
Kontrol CMC-Na 1% dibuat dengan tujuan memastikan bahwa CMC-Na
1% sebagai pelarut dari FHEMM tidak memiliki potensi menimbulkan efek toksik
sehingga tidak mengaburkan hasil yang diperoleh. Pemilihan dosis CMC-Na
sebesar 1% disesuaikan dengan dosis pemberian FHEMM sehingga benar-benar
dapat dipastikan bahwa peningkatan kadar albumin tikus akibat pemberian
FHEMM dan bukan akibat pemberian CMC-Na 1%. Kadar albumin kontrol
negatif CMC-Na 1% yaitu 3,47 ± 0,07 mg/dL. Hasil ini menunjukkan kadar
albumin serum tikus masih di dalam rentang normal yaitu 3,0-3,5 mg/dL
(Triznarizki,2007). sehingga dapat dipastikan CMC-Na 1% tidak berperan dalam
menaikkan kadar albumin pada tikus.
Menurut penelitian Murtini, Triwibowo, Indriati, dan Ariyani (2010) ,
CMC-Na yang digunakan sebagai kontrol negatif tidak menurunkan kadar
albumin tikus yang digunakan dalam penelitian toksisitas subkronik Spirulina
plantesis secara in-vivo.
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Kontrol hepatotoksin CCl4 dibuat dengan tujuan mengetahui pengaruh
pemberian CCl4 dosis 2 mL/kgBB terhadap sel hati tikus. Kontrol CCl4 juga
digunakan sebagai acuan menganalisis adanya pengaruh pemberian FHEMM
terhadap tikus terinduksi CCl4. Menurut Janakat dan Al-Merie (2002) uji
dilakukan pada penelitian ini dengan memberikan CCl4: olive oil (1:1) dengan
dosis 2 mL/kgBB secara i.p.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Enam jam setelah penyuntikan, dilakukan pengambilan darah untuk
dilakukan pengukuran kadar albumin. Hasil pengukuran kadar albumin pada
kontrol hepatotoksin CCl4 dosis 2 mL/kgBB yaitu (2,85 ± 0,05) mg/dL. Secara
statistik, apabila dibandingkan dengan aktivitas serum albumin pada kontrol
CMC-Na 1% (3,47 ± 0,07) memperlihatkan hasil yang berbeda bermakna
(p≤0,05). Ini menunjukkan bahwa CCL4 dapat menurunkan aktivitas serum
albumin pada tikus betina galur Wistar.
3. Kontrol Dosis III ( 137,14 mg/KgBB ) FHEMM
Tujuan pembuatan kontrol dosis III sediaan FHEMM adalah untuk melihat
pengaruh FHEMM dosis tertinggi. Dosis fraksi yang diberikan pada tikus
perlakuan yaitu 137,14 mg/KgBB yang merupakan dosis tertinggi yang digunakan
dalam penelitian ini. Uji dilakukan dengan memberikan FHEMM pada tikus
secara oral, dan 6 jam kemudian setelah pemberian sediaan fraksi tersebut
dilakukan pengambilan cuplikan darah setelah itu dilakukan pengukuran kadar
albumin. Aznam, Atun, Arianingrum, Sulisdiarto, Utami, dan Sholeh (2010)
dalam penelitiannya mengenai aktivitas antihepatotoksik dan toksisitas ekstrak
etanol batang kayu Hopea mengarawan mengatakan bahwa hasil histopatologi
hati tikus yang diinduksi dengan CMC-Na 0,5% sebagai kontrol selama 4 hari
menunjukkan hasil yang normal.
Bila dibandingkan antara kontrol dosis III dengan kontrol CMC-Na 1%
(3,47 ± 0,07) mg/dl , kedua kelompok memiliki perbedaan kadar albumin yang
tidak bermakna (p≤0,05). Hal ini berarti FHEMM kontrol dosis III (137,14
mg/KgBB) tidak memiliki aktivitas menurunkan kadar albumin, dimana dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dilihat dari hasil statistika bahwa kadar albumin hampir sama dengan kontrol
negatif CMC-Na 1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian
FHEMM kontrol dosis III (137,14 mg/KgBB) selama 6 jam tidak memberikan
pengaruh terhadap aktivitas albumin.
4. Kelompok perlakuan sediaan FHEMM jangka pendek 6 jam dosis
34,28 mg/ KgBB ; 68,57mg/KgBB, dan 137,14 mg/KgBB
Pada penelitian ini dilakukan pengujian jangka pendek 6 jam yaitu
dimana dalam jangka waktu 6 jam setelah pemberian sediaan FHEMM secara oral
dengan tiga tingkatan dosis yaitu dosis rendah (34,28 mg/KgBB), dosis sedang
(68,57mg/KgBB), dan dosis tinggi (137,14 mg/KgBB), dilakukan pemejanan
hepatotoksin CCl4 dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial pada tikus. Pengaruh
pemberian FHEMM dapat dilihat dengan ada tidaknya peningkatan aktivitas
serum albumin pada tikus yang terinduksi CCl4.
Berikut merupakan analisis hasil purata kadar albumin pada tabel V pada
kelompok perlakuan dosis I (34,28 mg/KgBB); dosis II (68,57 mg/KgBB); dan
dosis III (137,14 mg/KgBBB) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol
hepatotoksin CCl4 sebesar 2,85 ± 0,05 mg/dL.
Analisis secara statistik FHEMM dosis I (34,28 mg/KgBB) dibandingkan
dengan kelompok kontrol hepatotoksin CCl4 menunjukkan hasil berbeda
bermakna (p<0,05) (Tabel VI). Hal ini menunjukkan bahwa FHEMM dosis I
(34,28 mg/KgBB) mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin
pada tikus setelah diinduksi CCl4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pada dosis II (68,57 mg/KgBB) dibandingkan dengan kelompok kontrol
hepatotoksin CCl4 menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05) (Tabel VI). Hal
ini menunjukkan bahwa FHEMM dosis II (68,57 mg/KgBB) mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus setelah diinduksi CCl4.
Pada dosis III (137,14 mg/KgBB) dibandingkan dengan kelompok
kontrol hepatotoksin CCl4 menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05) (Tabel
VI). Hal ini menunjukkan bahwa FHEMM dosis III (137,14 mg/KgBB)
mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus setelah
diinduksi CCl4.
Hasil analisis analisis secara statistik antara dosis I (34,28 mg/KgBB),
dosis II (68,57 mg/KgBB), dan dosis III (137,14 mg/KgBB) memiliki efek dalam
menaikkan kadar serum albumin pada tikus betina yang terinduksi CCl4.
Di bawah ini merupakan analisis hasil purata kadar albumin pada tabel V
pada kelompok perlakuan dosis I (34,28 mg/KgBB); dosis II (68,57 mg/KgBB);
dan dosis III (137,14 mg/KgBBB) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol
negatif CMC-Na 1% sebesar 3,47 ± 0,07 mg/dL.
Analisis secara statistik FHEMM daun dosis I (34,28 mg/KgBB)
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% menunjukkan hasil
berbeda tidak bermakna (p>0,05) (Tabel VI). Hal ini menunjukkan bahwa
FHEMM dosis I (34,28 mg/KgBB) memiliki pengaruh dalam menaikkan kadar
albumin pada tikus betina yang terinduksi CCL4 setara dengan normal.
Pada dosis II (68,57 mg/KgBB) dibandingkan dengan kelompok kontrol
negatif CMC-Na 1% menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05) (Tabel VI).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Hal ini menunjukkan bahwa FHEMM dosis II (68,57 mg/KgBB) mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus betina setelah diinduksi
CCl4 namun tidak setara atau belum sebanding dengan kadar albumin normal.
Pada dosis III (137,14 mg/KgBB) dibandingkan dengan kelompok
kontrol negatif CMC-Na 1% menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05)
(Tabel VI). Hal ini menunjukkan bahwa FHEMM dosis III (137,14 mg/KgBB)
memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus setelah
diinduksi CCl4 namun belum dapat sebanding atau setara dengan normal.
Berikut merupakan perbandingan antar kelompok perlakuan dosis I
(34,28 mg/KgBB); dosis II (68,57 mg/KgBB); dan dosis III (137,14 mg/KgBB)
untuk melihat ada atau tidaknya kekerabatan antar dosis pemberian FHEMM
terhada- peningkatan kadar albumin pada tikus betina terinduksi CCl4.
Analisis secara statistik antara dosis I (34,28 mg/kgBB) dengan dosis II
(68,57 mg/kgBB) menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna (p > 0,05) (Tabel
VI). Hal ini menunjukkan baik dosis I (34,28 mg/kgBB) dengan dosis II (68,57
mg/kgBB) masing-masing dapat memberikan efek untuk menaikkan kadar
albumin pada tikus betina yang terinduksi CCL4. Namun jika dilihat dari analisis
statistik yang sebelumnya telah dibahas di atas (perbandingan antara dosis II
dengan CMC-Na 1% , menunjukkan hasil berbeda bermakna (p≤0,05) dan
perbandingan dosis II dengan kontrol CCL4 menunjukkan hasil berbeda bermakna
(p≤0,05) ) dapat disimpulkan dosis II mampu menaikkan kadar albumin pada tikus
betina galur Wistar yang terinduksi CCL4 namun belum dapat setara dengan
normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Hasil analisis secara statistik antara dosis I (34,28 mg/kgBB) dengan
dosis III (137,14 mg/kgBB) menunjukkan hasil berbeda bermakna (p > 0,005)
(Tabel VI). Hal ini menunjukkan antara dosis I (34,28 mg/kgBB) dengan dosis III
(137,14 mg/kgBB) ada perbedaan yang signifikan dalam menaikkan kadar
albumin pada tikus yang terinduksi CCL4. Baik dosis I (34,28 mg/KgBB) maupun
dosis III (137,14 mg/KgBB) dapat menaikkan kadar albumin (ditinjau dari
analisis dosis III dengan kontrol CCL4 yang menunjukkan hasil berbeda
bermakna) pada tikus betina yang terinduksi CCL4 namun pada dosis III (137,14
mg/KgBB) kenaikan kadar albumin belum dapat setara dengan normal (ditinjau
dari perbandingan analisis statistik antara dosis III (137,14 mg/KgBB) dengan
kontrol negatif CMC-Na 1%).
Analisis statistik antara dosis II (68,57 mg/kgBB) dengan dosis III
(137,14 mg/kgBB) menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna (p>0,005) (Tabel
VI). Hal ini menunjukkan antara dosis II (68,57 mg/kgBB) dengan dosis III
(137,14 mg/kgBB) ada perbedaan yang tidak signifikan dalam menaikkan kadar
albumin pada tikus betina yang terinduksi CCL4, namun baik dosis II maupun
dosis III belum memiliki efek untuk menaikkan kadar albumin yang setara dengan
normal (jika dibandingkan dengan analisis statistik kedua dosis ini dengan kontrol
negatif CMC-Na yaitu berbeda bermakna (p≤0,05) ).
Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan tidak adanya kekerabatan
antara dosis pemberian sediaan FHEMM dengan peningkatan kadar albumin
terhadap tikus betina yang terinduksi CCl4. Tidak adanya kekerabatan dapat
diartikan dengan menaikkan dosis dari FHEMM tidak akan menaikkan efek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
hepatoprotektif.
Untuk mengembangkan penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pemberian FHEMM pada tikus betina dengan induksi senyawa lain,
contohnya parasetamol. Pemberian induksi senyawa hepatotoksin lain seperti
paracetamol dikarenakan parasetamol memiliki tipe kerusakan yang berbeda
dengan CCl4.
Kerusakan hati akibat parasetamol disebabkan oleh proses stres oksidatif
metabolik NAPQI yang sangat reaktif berikatan seacara kovalen dengan
makromolekul vital sel hati. Kerusakan yang timbul berupa nekrosis
sentrilobularis (Winarsi, 2007).
E. Rangkuman Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah pemberian FHEMM
dalam penggunaan jangka pendek 6 jam dapat memberikan pengaruh terhadap
kenaikan kadar albumin pada tikus betina galur Wistar dan untuk mengetahui
apakah ada hubungan kekerabatan antar dosis dalam menaikkan kadar albumin
pada tikus betina galur Wistar yang telah terinduksi CCl4. Efek hepatoprotektif
ditunjukkan dengan adanya kenaikan aktivitas albumin setelah pemberian
FHEMM pada tikus yang terinduksi CCl4. Dosis FHEMM yang digunakan yaitu
34,28 mg/kgBB; 68,57 mg/kgBB; dan 137,14 mg/kgBB.
Penelitian pemberian jangka pendek 6 jam FHEMM dengan tiga
tingkatan dosis, yaitu dosis I (34,28 mg/KgBB), dosis II (68,57 mg/KgBB), dan
dosis III (137,14 mg/KgBB) mampu meningkatkan kadar albumin pada tikus
betina terinduksi CCl4 2 mL/kgBB. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pemberian jangka pendek 6 jam FHEMM terhadap peningkatan kadar albumin
pada tikus betina terinduksi CCl4.
Pada ketiga dosis tersebut yang menunjukkan hasil berbeda bermakna
adalah dosis I (34,28 mg/KgBB) dengan dosis III (137,14 mg/KgBB). Diantara
dosis I (34,28 mg/KgBB) dengan dosis II (68,57 mg/KgBB) dan dosis II (68,57
mg/KgBB) dengan dosis III (137,14 mg/KgBB) menunjukkan perbedaan yang
tidak bermakna (p>0,05). Ini menunjukkan tidak adanya kekerabatan antara dosis
pemberian sediaan FHEMM dengan peningkatan kadar albumin terhadap tikus
betina yang terinduksi CCl4. Baik dosis I (34,28 mg/KgBB), dosis II (68,57
mg/KgBB), maupun dosis III (137,14 mg/KgBB) memiliki efek dalam menaikkan
kadar albumin pada tikus betina yang terinduksi CCl4 namun untuk dosis II dan
dosis III belum sebanding dengan CMC-Na 1% (kadar normal albumin).
Mekanisme kerja antioksidan dalam melindungi sel hati ditunjukkan
dengan peningkatan kadar albumin pada tikus kelompok perlakuan FHEMM
dimana peningkatan kadar albumin tersebut setara dengan kadar albumin normal
pada tikus yaitu penangkapan radikal bebas triklorometil menjadi produk non
toksik. Adanya peningkatan kadar albumin kembali ke normal setelah pemberian
senyawa yang mengarah pada proteksi hati menunjukkan adanya stabilisasi
retikulum endoplasma yang mengarah pada sintesis protein (Nasir et al., 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dan analisis statistik yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan:
1. Pemberian FHEMM pada dosis 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/kgBB
terbukti berpengaruh dalam menaikkan aktivitas serum albumin tikus
betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 dengan dosis 2 ml/kgBB
2. Tidak adanya kekerabatan antara dosis dengan peningkatan kadar albumin
pada perlakuan dosis I (34,28 mg/KgBB), perlakuan dosis II (68,57
mg/KgBB) , dan perlakuan dosis III (137,14 mg/KgBB).
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :
1. Penelitian mengenai efek hepatoprotektif FHEMM pada tikus betina
dengan induksi senyawa hepototoksin lain, contohnya parasetamol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, E., 2011, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol:Air Daun Macaranga
tanarius (L.) pada Tikus Jantan Terinduksi Parasetamol, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ahmed, B., Alam, T., Vashney, M., and Khan, SA., 2002, Hepatoprotective
Activity of Two Plants Belonging to The Apiaceae and The Euphorbiaceae
Family, Elsevier, USA, 79(3), pp.313-6.
Amarapurkar, Hashimoto, E., Lesmana, L.A., Sollano, J.D., Chen P.J., and Goh
K.L., 2007, How Common is Non-alcoholic Fatty Liver Disease in the Asia-
Pacific Region and Are There Local Differences?, J Gastroenterol Hepatol,
2007 (22), pp.788-793.
Asian Plant, 2012, Macaranga tanarius,
http://www.asianplant.net/Euphorbiaceae/Macaranga_tanaeius.htm, diakses
tanggal 10 April 2015.
Atara, A., and Lanza, R.P., 2002, Methods of Tissue Engineering, Elseiver, USA,
p. 525.
Aznam, N., Atun, S., Arianingrum, R., Sulisdiarto, S., S., Utami, B., S.,dan
Sholeh, A., B., 2010, Antihepatotoxic Activity and Toxicity of Ethanolic
Extract From Stem Bark of Hopea mengarawan, Department of Chemistry
Education, Yogyakarta, pp. 1-4.
Bangun, R., 2008, Hubungan Kadar Albumin Serum dan Outcome Fungsional
Penderita Stroke Iskemik dengan Diabetes, Jurnal Penelitian, Bagian Ilmu
Penyakit Syaraf FK USU/RSUP H.Adam Malik, Medan, hal. 8-12.
Baradero, M., Daylit, W., dan Siswadi, Y., 2005, Klien Gangguan Hati, EGC Kedokteran, Jakarta, hal.29-30.
Blattner, F.R., Weising, K., Banfer, G., Maschwitz, U., dan Fiala, B., 2011,
Molecular analysis of phylogenetic relationships among myrmecophytic
Macaranga species (Euphorbiaceae),Mol. Phylogenet. Evol. 19, pp. 331-344.
Chandrasoma, P., dan Taylor, C.R.., 1995, Concise Pathology, 2nd edition, FRC
Path Prent Prentice Hall International Inc., USA, pp.621-625.
Contran R.S., 1995, Buku Ajar Patologi I, Edisi 4, Jakarta, EGC, hal. 8-9.
Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, jilid IV, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal.7, 410.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1989, Materia Medika
Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 538.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia,
Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dongare, P. P., Dhande1, S. R., and Kadam V. J., 2013, Standardization of
Carbon Tetrachloride-Induced Hepatotoxicity In the Rat, Am. J. PharmTech., 3(5), pp. 2249-3387.
Forrest, E., 2006, Hepatic Disorders, 2nd edition, Pharmaceutical Press, London,
pp. 193, 201,202.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9,
Penerbit EGC, Jakarta, pp. 1103-1104.
Gene, D., L., 1999, Biochemical Markers in Myocaradial Injury, Aorn J, pp.
50,70,840.
Grosvenor, P. W., Gothard, P. K., McWilliam, N. C., Supriono, A., & Gray, D. O.
, 1995, Medicinal plants from Riau Province, Sumatra, Indonesia. Journal of
Ethnopharmacology, pp. 45, 75–95.
Heinrich, M., Barnes, J., 2009, Farmakognosi dan Fitoterapi, Penerbit EGC,
Jakarta, pp. 118.
Humphries, M. J., Guyton dan Hall., 2006, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 902-903, 904-906.
Harborne J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Hutchison A.S, Reilly D.S, and Mac A.C., 1988, Albumin Excretion Rate,
Albumin Concentration, and Albumin Creatinine Ratio Compare for
Screening Diabetics for Slight Albuminuria, Journal of Clinical Chemistry,
vol (34), pp. 10-14.
Janakat, S., dan Al-Merie, H., 2002, Optimization of the dose and route of
injection and characterization of the time course of carbon tetrachloride
induced hepatotoxicity in the rat, J. Pharm. Tox. Methods, hal. 48, 41-44.
Kahle, W., Leonhardt, H., Platzer, W., 1995, Atlas Berwarna dan Teks Anatomi
Manusia, Jilid 2: Alat-alat Dalam, Edisi 6, Penerbit Hipokrates, Jakarta, hal.
243-247.
Kazantzis G, Bomford RR, and Oxon DM. 1960. Dyspepsia due to inhalation of
carbon tetrachloride vapour, Lancet, pp. 360-362.
Koorders, S.H., Valeton, 1918, Atlas Der Baumarten Von Java, Buch und
Steindruckerei von Fa. P. W. M. TRAP, Leiden.
Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., Mitchell, R.N., 2007, Robbins&Cortan Basic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pathology, Edisi 7, Philadelphia, USA, p. 649.
Kurniawati, A. Y., 2010, Efek Antiinflamasi Ekstrak Metanol-Air Daun M.
tanarius (L.) Pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Kumazawa, S., Murase, M., Momose, N., and Fukumoto, S., 2013, Analysis of
Antioxidant Prenylflavonoids in different parts Macaranga tanarius, The
Plant Origin of Okinawan Propolis, Asian Pacific Journal of Tropical
Medicine, Elsevier, Jepang, pp. 1-2.
Lestari SB, Pari G. 1990. Analisis kimia beberapa jenis kayu Indonesia, Jurnal
Penelitian Hasil Hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan
VII, (3) ,hal. 96-100.
Lin, J.H., Nonaka, G., Nishioka, I., 1990, Tannins and Related Compounds. XCIV. 1)Isolation and Characterization of Seven New Hydrolyzable Tannuns from the Leaves of Macaranga tanarius (L.) MÜEL (L.), et ARG., Chem.Pharm.Bul(L.) 38 (5), pp. 1218-1223.
Lu, F.C., 1995, Toksikologi dasar: Asas, organ sasaran, dan penilaian risiko,
Terj.dari Basic toxicology: Fundamentals, target organs, and risk assesment
oleh Nugroho, E. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, hal. 37,
210-213.
Makni, M., Chtourou, Y., Garoui, EM., Boudawara, Fetoui, H., 2011, Carbon
Tetrachloride-Induced Nephrotoxicity and DNA damage in rats: Protective
role of vanilin,Human and Experimental Toxicology, pp. 1-2.
Manahan, S. E., 2002, Toxicological Chemistry and Biochemistry, 3rd edition,
Lewis Publishers, United States of America, pp. 329-330.
Marks, D., Marks, A., Smith, C., 1996, Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah
Pendekatan Klinis, EGC Kedokteran, Jakarta, hal. 576-577.
Matsunami, K., Ichiko T., Takakazu S., Mitsunori A., Kazunari K., Hideaki O, dkk, 2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius (L.) MÜLL.-ARG., Cherm. Pharm. Bull., 54 (10), pp. 1403-1406.
Mazlan, Mediani, Abas, Ahmad, Shaari, Khamis, and Lajis, 2013, Antioxidant,
Antityrosinase, Anticholinesterase, and Nireic Oxide Inhibition, Activities of
Three Malaysian Macaranga Species,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3834986/ , diakses tanggal
14 Agustus 2015.
Murtini, Triwibowo, Indriati, Ariyani, 2010, Uji Toksisitas SUB Kronik Spirulina
plantesis secara in-vivo, Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Perikanan, Vol.5 No.2, hal. 124-126.
Nasir A., Abubakar G.M., Shehu A.R., Aliyu U., dan Toge K.B., 2013, Hepatoprotective Effect of the Aqueous Leaf Extract of Andrographis paniculata Nees Against Carbon Tetrachloride – Induced Hepatotoxicity in Rats, Journal of Natural Produc, 21(1), pp. 45-54.
Nirmala M., Girija K., Lakshman K., dan Divya, 2012, Hepatoprotective activity of Musa paradisiaca on experimental animal models, Journal of Tropical Biomedicine, (11), hal. 11-15.
Nurcahyanti, N. C., 2013, Efek Hepatoprotektif Infusa Daun Macaranga tanarius
L. pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Panjaitan G., Handharyani E., Chairul, Masriani, Zakiah Z., Manalu W., 2007,
Pengaruh Pemberian Karbon Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal
Tikus, Makalah Kesehatan, Vol 11, (1), hal. 11-16.
Panjaitan, R.G.P., and Masriani, 2014, Gangguan Fungsi Hati Induk Bunting
Akibat Pemberian Karbon Tetraklorida, Jurnal Kedokteran Hewan, 8 (2), hal. 98-100.
Pearce, E.C., 2009, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 247-249.
Phommart, S., Sutthivaiyakit, P., Chimnoi, N., Ruchirawat, R., Sutthivaiyakit, S., 2005, Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod, 68, pp. 927-930.
Plantamor, 2008, Informasi Species- Mara Macaranga tanarius L. M.A.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=804, diakses tanggal 9 April
2015.
Price, S.A., dan Wilson, L.M., 1984, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Vol 1, Penerbit EGC, Jakarta, hal. 473-476.
Price, S. A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Edisi 6, EGC, Jakarta, hal. 472-476.
Primary Chinese Herbs Pictorial Illustrated, 1986, Chinese Hers, Vol.8, People’s
Hygiene Press, ed.m Kyoto, pp. 176-177.
Procházková, D., Boušová, I., and Wilhelmová, N., 2011, Antioxidant and
prooxidant properties of flavonoids, Fitoterapia, 82 (2011), pp. 513–523.
Prosea, 2011, Detil Data Macaranga tanarius Muell. Arg.,
http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=162 diakses tanggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
29 Juni 2015.
Puteri, G. M., D., P., T., dan Kawabata, J., F, 2010, Novel α-glucosidase
inhibitors from Macaranga tanarius leaves, Food Chemistry, 123: 384-389.
Rahmamurti, B., A., 2013, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol-Air Daun
Macaranga tanarius (L.) Pada Tikus Jantan Terinduksi Karbon
Tetraklorida: Kajian Terhadap Praperlakuan Jangka Panjang, Skripsi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Rajendran R., Hamalata S., Akasakalai K., Mandhukhrisna C.H., Sohil B., Vital
dan Sundaram M.R., 2009, Hepatoprotective activity of Mimosa pudica
leaves against Carbontetrachloride induced toxicity, Journal of Natural
Product, 2(26), pp.117-122.
Sargent, S., 2009, Liver diseases : An Essensial Guide for Nurses and Health
Care Professionals, Blackwell Publishing Ltd., United Kingdom, p. 1.
Scanlon, V.C., and Tina S., 2007, Essentials of Anatomy and Physiology, 5th ed, F a Davis Company, Philadelphia, p. 379.
Sentra Informasi Keracunan Nasional, 2010, Karbon tetraklorida, Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI, Jakarta, hal. 1,3.
Sherlock S., 1979, Penyakit Hati dan Sistem Saluran Empedu, Jakarta, Widya Medika, pp. 29 – 35.
Sherwood, 2007, Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi Keenam, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 669-671.
Silli, I., 2013, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga
tanarius (L.) Pada Tikus Jantan Terinduksi Karbon Tetraklorida: Kajian
Terhadap Praperlakuan Jangka Pendek, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Sivakrishnan, S. And Kottaimuthu, A., 2014, Hepatoprotective Activity of
Ethanolic Extract of Aerial Parts of Albizia Procera Roxb (Benth.) Againts
Paracetamol Induced Liver Toxicity on Wistar Rats, International Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical Science, Vol 6, Issu 1.
Sloane, E., 2003, Anatomi dan fisiologi untuk pemula, EGC, Jakarta, hal. 291.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2004, Kumpulan Kuliah Farmakologi edisi 2, EGC Kedokteran, Jakarta, hal.742.
Stenvall, A., Larsson, E., Strand S., and Jönsson , B., 2014, A small-scale
anatomical dosimetry model of the liver, Phys. Med. Biol, vol 59, pp. 15, 33,53.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Soemarto, W., 1996, Perlemakan Hati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi
Ketiga, Balai Pustaka FKUI, Jakarta, hal. 333-335.
Sudjadi, 2007, Kimia Farmasi Analisis, UGM Press, Yogyakarta, hal.46.
Surya, 2009, Efek Ekstrak Buah Mengkudu terhadap Kadar Enzim SGOT dan
SGPT pada Mencit dengan Induksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, 4, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sutedjo, A. Y., 2006, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Amara Books, Yogyakarta, hal. 97.
Syaifullah, M., 28 Juli 2010, Puluhan Juta Orang Indonesia Menderita Hepatitis,
Tempo, http://www.tempo.co/read/news/2010/07/28/063266900/Puluhan-
Juta-Orang-Indonesia-Menderita-Hepatitis diakses tanggal 16 Mei 2015.
Tarigan, P., 1996, Sirosis Hati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I, Edisi
Ketiga, Balai Pustaka FKUI, Jakarta, hal. 271-272.
Tiala, M. R. B. K., 2013, Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak Metanol-
Air Daun M. tanarius L. Terhadap Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida,
Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Thapa, B.R., Walia, A., 2007, Liver Function Tests and Their Interpretation,
Indian Journal of Pediatrics, vol.4.
Timbrell, J. A., 2008, Principles of Biochemical Toxicology, 4th Edition, Informa
Healthcare, USA, New York, pp. 308-311.
Timbrell, J. A., 2009, Principles of Biochemical Toxicology, Informa Healthcare,
USA, New York, pp. 193-311.
Trisnarizki, L., 2007, Pengaruh Ekstrak Biji Jinten Hitam Terhadap Kadar
Albumin Darah Tikus Wistar yang Diberi Metotreksat, Skripsi, Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
U.S. Environment Protection Agency, 2010, Toxicological Review of Carbon Tetrachloride, U.S. Environment Protection Agency, Washington, pp. 12 –
13.
Watson, L.J., 2014, Hepatocellular Carcinoma, http://geekymedics.com/2014/03 /13/hepatocellular-carcinoma, diakses tanggal 20 Juni 2015.
Wibowo, D.J., and Paryana, W., 2009, Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu, Bandung, hal. 347,348,351, 352.
Widmann FK, 1995, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.331.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Winarsi H, 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Penerbit Kanisius, hal.
82-77, 105-9, 147-55.
Windrawati, T. G., 2013, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol:Air (50:50) Daun
Macaranga tanarius L. Terhadap Kadar ALT-AST Serum pada Tikus
Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
World Agroforestry Centre. 2002., Botanic Nomenclature to Agroforestry trees:
Macaranga tanarius. World Agrofrestry Centre,
http://www.worldagroforestrycentre.org, diakses tanggal 30 Mei 2015.
Yilmaz, S.B., Ozbek, H., Citoglu, S.G., Ugras, S., Bayram, I., and Erdogan, E.,
2006, Analgesic and Hepatotoxic Effect of Ononis spinosa L., Phytotherapy
Research, (20), pp 500-503.
Ziemmerman, H. J., 1999, Hepatotoxicity, Appleton Century Crofts, New York, pp. 210.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Lampiran 2. Foto serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Lampiran 3. Ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 4. Foto fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Lampiran 5. Foto alat yang digunakan dalam proses fraksinasi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 6. Surat determinasi tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 7. Surat ethical clearance penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 8. Analisis statistik kadar serum ALT pada uji penentuan waktu pencuplikan darah tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2
ml/kg BB
Case Processing Summary
Kelompok_orientasi_C
Cl4
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
ALT
dimension1
jam 0 3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%
jam 24 3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%
jam 48 3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%
Descriptives
Kelompok_orientasi_CCl4 Statistic Std. Error
ALT jam 0 Mean 66,8333 ,84525
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 63,1965
Upper Bound 70,4701
5% Trimmed Mean .
Median 66,6000
Variance 2,143
Std. Deviation 1,46401
Minimum 65,50
Maximum 68,40
Range 2,90
Interquartile Range .
Skewness ,699 1,225
Kurtosis . .
jam 24 Mean 184,0000 16,48949
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 113,0514
Upper Bound 254,9486
5% Trimmed Mean .
Median 181,1000
Variance 815,710
Std. Deviation 28,56064
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Minimum 157,00
Maximum 213,90
Range 56,90
Interquartile Range .
Skewness ,452 1,225
Kurtosis . .
jam 48 Mean 62,3333 15,58518
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -4,7243
Upper Bound 129,3909
5% Trimmed Mean .
Median 49,0000
Variance 728,693
Std. Deviation 26,99432
Minimum 44,60
Maximum 93,40
Range 48,80
Interquartile Range .
Skewness 1,680 1,225
Kurtosis . .
Tests of Normality
Kelompok_orientasi_C
Cl4
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
ALT
jam 0 ,230 3 . ,981 3 ,736
jam 24 ,207 3 . ,992 3 ,832
jam 48 ,356 3 . ,817 3 ,156
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Oneway
Descriptives
ALT
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
jam 0 3 66,833
3
1,46401 ,84525 63,1965 70,4701 65,50 68,40
jam
24
3 184,00
00
28,56064 16,48949 113,0514 254,9486 157,00 213,90
jam
48
3 62,333
3
26,99432 15,58518 -4,7243 129,3909 44,60 93,40
Total 9 104,38
89
62,89291 20,96430 56,0451 152,7327 44,60 213,90
Test of Homogeneity of Variances
ALT
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,654 2 6 ,092
ANOVA
ALT
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 28551,056 2 14275,528 27,692 ,001
Within Groups 3093,093 6 515,516
Total 31644,149 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
ALT
Scheffea
Kelompok_orientasi_CCl4
N
Subset for alpha = 0.05
1 2
dimension1
jam 48 3 62,3333
jam 0 3 66,8333
jam 24 3 184,0000
Sig. ,971 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Multiple Comparisons
ALT
Scheffe
(I) Kelompok_
orientasi
_CCl4
(J)
Kelompok_orientasi
_CCl4
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
jam 0
jam
24
-117,16667* 18,53853 ,002 -176,6245 -57,7088
jam
48
4,50000 18,53853 ,971 -54,9578 63,9578
jam 24
jam 0 117,16667* 18,53853 ,002 57,7088 176,6245
jam
48
121,66667* 18,53853 ,002 62,2088 181,1245
jam 48
jam 0 -4,50000 18,53853 ,971 -63,9578 54,9578
jam
24
-121,66667* 18,53853 ,002 -181,1245 -62,2088
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 9. Analisis statistik kadar serum AST pada uji penentuan waktu pencuplikan darah tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2
ml/kg BB
Oneway
[DataSet1] F:\AST 0 24 48.sav
Descriptives
AST
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
0 3 154.2000 3.60555 2.08167 145.2433 163.1567 151.20 158.20
24 3 669.5667 14.49701 8.36985 633.5541 705.5792 660.80 686.30
48 3 197.7333 16.54398 9.55167 156.6358 238.8309 184.00 216.10
Total 9 340.5000 247.76965 82.58988 150.0474 530.9526 151.20 686.30
Test of Homogeneity of Variances
AST
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.315 2 6 .107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
ANOVA
AST
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 490124.647 2 245062.323 1479.646 .000
Within Groups 993.733 6 165.622
Total 491118.380 8
Multiple Comparisons
AST
Scheffe
(I) Waktu (J) Waktu Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
dimension2
0
dimension3
24 -515.36667* 10.50785 .000 -549.0680 -481.6653
48 -43.53333* 10.50785 .017 -77.2347 -9.8320
24
dimension3
0 515.36667* 10.50785 .000 481.6653 549.0680
48 471.83333* 10.50785 .000 438.1320 505.5347
48
dimension3
0 43.53333* 10.50785 .017 9.8320 77.2347
24 -471.83333* 10.50785 .000 -505.5347 -438.1320
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Homogeneous Subsets
AST
Scheffea
Waktu
N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
d
i
m
e
n
s
i
o
n
1
0 3 154.2000
48 3 197.7333
24 3 669.5667
Sig.
1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 10. Analisis statistik kadar serum albumin kelompok perlakuan
FHEMM setelah terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/KgBB
Case Processing Summary
Perlakuan Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Albumin Kontrol CMC 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kontrol CCL4 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kontrol dosis 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
FHEEM Dosis I 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
FHEEM Dosis II 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
FHEEM Dosis III 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Descriptives
Perlakuan
Statistic
Std.
Error
Albumin Kontrol CMC Mean 3.4700 .06542
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.2884
Upper Bound 3.6516
5% Trimmed Mean 3.4689
Median 3.5100
Variance .021
Std. Deviation .14629
Minimum 3.31
Maximum 3.65
Range .34
Interquartile Range .28
Skewness -.057 .913
Kurtosis -2.179 2.000
Kontrol CCL4 Mean 2.8480 .05286
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.7012
Upper Bound 2.9948
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
5% Trimmed Mean 2.8444
Median 2.7900
Variance .014
Std. Deviation .11819
Minimum 2.74
Maximum 3.02
Range .28
Interquartile Range .21
Skewness .891 .913
Kurtosis -1.041 2.000
Kontrol dosis Mean 3.5140 .01720
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.4662
Upper Bound 3.5618
5% Trimmed Mean 3.5133
Median 3.5100
Variance .001
Std. Deviation .03847
Minimum 3.47
Maximum 3.57
Range .10
Interquartile Range .07
Skewness .590 .913
Kurtosis -.022 2.000
FHEEM Dosis I Mean 3.3860 .04343
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.2654
Upper Bound 3.5066
5% Trimmed Mean 3.3883
Median 3.4500
Variance .009
Std. Deviation .09711
Minimum 3.27
Maximum 3.46
Range .19
Interquartile Range .18
Skewness -.625 .913
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Kurtosis -3.182 2.000
FHEEM Dosis II Mean 3.2680 .04116
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.1537
Upper Bound 3.3823
5% Trimmed Mean 3.2672
Median 3.2700
Variance .008
Std. Deviation .09203
Minimum 3.16
Maximum 3.39
Range .23
Interquartile Range .17
Skewness .204 .913
Kurtosis -1.270 2.000
FHEEM Dosis III Mean 3.0960 .05066
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.9554
Upper Bound 3.2366
5% Trimmed Mean 3.0961
Median 3.0900
Variance .013
Std. Deviation .11327
Minimum 2.97
Maximum 3.22
Range .25
Interquartile Range .22
Skewness .042 .913
Kurtosis -2.757 2.000
Tests of Normality
Perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Albumin Kontrol CMC .231 5 .200* .910 5 .467
Kontrol CCL4 .288 5 .200* .884 5 .330
Kontrol dosis .141 5 .200* .979 5 .928
FHEEM Dosis I .345 5 .052 .742 5 .025
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
FHEEM Dosis II .170 5 .200* .976 5 .911
FHEEM Dosis III .221 5 .200* .896 5 .388
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Oneway
Descriptives
Albumin
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Kontrol CMC 5 3.4700 .14629 .06542 3.2884 3.6516 3.31 3.65
Kontrol
CCL4
5 2.8480 .11819 .05286 2.7012 2.9948 2.74 3.02
Kontrol dosis 5 3.5140 .03847 .01720 3.4662 3.5618 3.47 3.57
FHEEM
Dosis I
5 3.3860 .09711 .04343 3.2654 3.5066 3.27 3.46
FHEEM
Dosis II
5 3.2680 .09203 .04116 3.1537 3.3823 3.16 3.39
FHEEM
Dosis III
5 3.0960 .11327 .05066 2.9554 3.2366 2.97 3.22
Total 30 3.2637 .25433 .04643 3.1687 3.3586 2.74 3.65
Test of Homogeneity of Variances
Albumin
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.575 5 24 .053
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
ANOVA
Albumin
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.606 5 .321 28.510 .000
Within Groups .270 24 .011
Total 1.876 29
Uji Distribusi Tidak Normal
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Albumin 30 3.2637 .25433 2.74 3.65
Perlakuan 30 3.5000 1.73702 1.00 6.00
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank
Albumin Kontrol CMC 5 23.50
Kontrol CCL4 5 3.40
Kontrol dosis 5 25.70
FHEEM Dosis I 5 18.30
FHEEM Dosis II 5 13.80
FHEEM Dosis III 5 8.30
Total 30
Test Statisticsa,b
Albumin
Chi-square 24.346
Df 5
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CMC 5 8.00 40.00
Kontrol CCL4 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CMC 5 5.30 26.50
Kontrol dosis 5 5.70 28.50
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U 11.500
Wilcoxon W 26.500
Z -.210
Asymp. Sig. (2-tailed) .834
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CMC 5 6.80 34.00
FHEEM Dosis I 5 4.20 21.00
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U 6.000
Wilcoxon W 21.000
Z -1.362
Asymp. Sig. (2-tailed) .173
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CMC 5 7.40 37.00
FHEEM Dosis II 5 3.60 18.00
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 18.000
Z -1.984
Asymp. Sig. (2-tailed) .047
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CMC 5 8.00 40.00
FHEEM Dosis III 5 3.00 15.00
Total 10
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CCL4 5 3.00 15.00
Kontrol dosis 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CCL4 5 3.00 15.00
FHEEM Dosis I 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CCL4 5 3.00 15.00
FHEEM Dosis II 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol CCL4 5 3.40 17.00
FHEEM Dosis III 5 7.60 38.00
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 17.000
Z -2.193
Asymp. Sig. (2-tailed) .028
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol dosis 5 8.00 40.00
FHEEM Dosis I 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol dosis 5 8.00 40.00
FHEEM Dosis II 5 3.00 15.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin Kontrol dosis 5 8.00 40.00
FHEEM Dosis III 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin FHEEM Dosis I 5 7.10 35.50
FHEEM Dosis II 5 3.90 19.50
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U 4.500
Wilcoxon W 19.500
Z -1.681
Asymp. Sig. (2-tailed) .093
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin FHEEM Dosis I 5 8.00 40.00
FHEEM Dosis III 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
Albumin FHEEM Dosis II 5 7.30 36.50
FHEEM Dosis III 5 3.70 18.50
Total 10
Test Statisticsb
Albumin
Mann-Whitney U 3.500
Wilcoxon W 18.500
Z -1.886
Asymp. Sig. (2-tailed) .059
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 11. Perhitungan penetapan peringkat dosis FHEMM pada
kelompok perlakuan
Bobot maksimal tikus = 350 g
Konsentrasi FHEMM yang digunakan = 600mg/25mL
Dengan dasar tersebut maka ditetapkan dosis pemberian FHEMM
D x BB = C x V
Dosis x Berat Badan Tikus = Konsentrasi x Volume Pemberian
a. Dosis rendah
V = ½ x 1 mL = 0,5 mL
=
= 0,03428 mg/gBB
= 34,28 mg/kgBB
b. Dosis tengah
V = 1 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
=
= 0,06857 mg/gBB
= 68,57 mg/kgBB
c. Dosis tinggi
V = 2 x 1 mL = 2 mL
=
= 0,13714 mg/gBB
= 137,14 mg/kgBB
Lampiran 12. Perhitungan konversi dosis untuk manusia
Konversi perhitungan dosis tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56,0
Dosis untuk manusia 70 kg = dosis untuk tikus 200 g x nilai konversi
Sehingga dapat diketahui dosis FHEMM untuk manusia adalah sebagai berikut :
1. FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB tikus
Dosis untuk tikus 200 g = 34,28 mg/kgBB = 6,856 mg
Dosis untuk manusia 70 kg = 6,856 mg x 56,0
= 383,94 mg
Dosis untuk manusia = 383,94 mg/70 kgBB
= 5,49 mg/kgBB
2. FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB tikus
Dosis untuk tikus 200 g = 68,57 mg/kgBB = 13,714 mg
Dosis untuk manusia 70 kg = 13,714 mg x 56,0
= 767,984 mg
Dosis untuk manusia = 767,984 mg/70kgBB
= 10,97 mg/kgBB
3. FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB tikus
Dosis untuk tikus 200 g = 137,14 mg/kgBB = 27,428 mg
Dosis untuk manusia 70 kg = 27,428 mg x 56,0
= 1535,97 mg
Dosis untuk manusia = 1535,97 mg/70kgBB
= 21,94 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 13. Penetepan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg.
Penetapan kadar air dilakukan menggunakan alat moisture balance dengan
metode Gravimetri. Pemanasan serbuk daun Macaranga tanarius L. dilakukan
pada suhu 110ºC dalam waktu 15 menit.
Tabel VII. Hasil penetapan kadar air serbuk daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg.
Bobot Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Sebelum pemanasan 5,014 g 5,027 g 5,022 g
Sesudah pemanasan 4,561 g 4,589 g 4,593 g
Kadar air 0,453 g 0,438 g 0,429 g
Rata-rata kadar air 0,440 g
= 9,03 %
= 8,71%
Replikasi III =
= 8,54%
= 8,765
Kadar air serbuk yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10%. Kadar air serbuk
daun Macaranga tanarius L. sebesar 8,76%, sehingga memenuhi persyaratan.
Lampiran 14. Perhitungan persen rendemen ekstrak dan FHEMM
Bobot total FHEMM
= (2,0589 g + 1,3414 g + 0,5518 g + 2,401 g + 2,1897 g + 0,7377 g + 0,3938 g +
1,4510 g + 0,1592 g + 4,4791 g + 2,1923 g + 1,7528 g + 5,3613 g + 1,8711 g) :
14
= 30,2727 g
Bobot total FHEMM
= (37,2885 g + 20,3613 g + 15,8970 g + 28,6314 g + 7,2300 g + 10,9442 g +
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
23,4058 g + 11,8083 g) : 8
= 155,5665 g
Bobot total serbuk daun
= (40,01 g + 40,16 g + 40,3423 g + 40,2263 g + 40,3297 g + 40,10 g + 40,25 g +
20,39 g + 40,00 g + 40,03 g + 40,03 g + 40,02 g + 40,09 g + 40,03 g + 40,03 g
+ 40,50 g + 40,05 g + 40,03 g + 40,04 g + 40,02 g + 40,00 g + 40,02 g) : 18
= 862,6983 g
Persen Rendemen ekstrak =
Persen Rendemen FHEMM =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “PENGARUH
PEMBERIAN JANGKA PENDEK 6 JAM
FRAKSI HEKSAN ETANOL DARI EKSTRAK
METANOL Macaranga tanarius L. TERHADAP
KADAR ALBUMIN PADA TIKUS
TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA”
Bernama lengkap Dian Ayu Maharani, merupakan
putri kedua dari pasangan Bapak Drs.Suwito dan Ibu Dra. Sri Adiyanti. Penulis
dilahirkan di Yogyakarta, pada tanggal 30 Mei 1993. Pendidikan formal yang
telah ditempuh penulis, yaitu TK Negeri 2 Yogyakara (1998-2000), tingkat
Sekolah Dasar di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta (2000-2006), tingkat
Sekolah Menengah Pertama di SMP N 5 Yogyakarta (2006-2009), dan tingkat
Sekolah Menengah Atas di SMA N 3 Yogyakarta (2009-2012). Penulis kemudian
melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada tahun 2012. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam
kegiatan kepanitiaan seperti Divisi Keamanan kegiatan Komisi Pemilihan Umum
Badan Eksekutif Mahasiswa 2013, Sebagai Divisi Pendamping Kelompok dalam
Inisiasi Sanata Dharma 2013, Divisi Keamanan Seminar Nasional yang
diselenggarakan Kementrian Pendidikan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas
Sanata Dharma 2013, serta menjadi Asisten Praktikum Compounding (2015).
hhhh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended