43
ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2015

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARETDI KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH

HENDRIK FARIZALNIM : 07C20101114

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT

2015

Page 2: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

iii

ABSTRAK

Hendrik Farizal. Analisis Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat. Di bawah bimbingan Zulbaidi dan Chairiyaton.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan petani karet yang

ada di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Data yang diperoleh dari hasil

kuisioner atau wawancara langsung dengan petani karet yang ada di Kecamatan

Samatiga.

Produksi karet yang diperoleh oleh petani karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat ada memperoleh produksi tinggi, dan ada yang

memperoleh produksi rendah walaupun dengan harga tetap 15 ribu/kg.

Biaya yang dikeluarkan oleh petani karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2013. Untuk luas lahan karet 1 ha petani karet

mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1.700.000 dalam setahun. dan untuk luas lahan 2

ha petani karet mengeluarkan biaya sebesar Rp. 2.400.000.

Pendapatan yang diperoleh petani karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat yang luas lahan 1 ha memperoleh pendapatan sebesar

32.400.000-43.200.000 dalam satu tahun. dan yang luas lahan 2 ha memperoleh

pendapatan sebesar Rp. 64.800.000-86.400.000 dalam satu tahun

Kata Kunci : Pendapatan Petani Karet, Produksi Karet, biaya.

Page 3: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang

menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa nonmigas bagi Indonesia,

sehingga memiliki prospek yang cerah, oleh sebab itu upaya peningkatan

produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidangteknologi

budidaya. Perkebunan karet Indonesia dinilai strategis karena pada tahun 2005

mempunyai areal terluas di dunia yaitu 3,262 juta ha,volume ekspor karet

Indonesia sebesar 1,874 juta ton merupakan salah satu sumber devisa kedua

setelah kelapa sawit dengan nilai US $ 2,18 juta, dan merupakan sumber

pendapatan bagi lebih dari 15 juta penduduk Indonesia (Direktorat Jenderal Bina

Produksi Perkebunan, 2004).

Pola kebijakan dan strategi agribisnis karet Indonesia yaitu

mensejahterakan masyarakat dan berkelanjutan yang berbasis lateks dan kayu

berdaya saing tinggi dengan strategi peningkatan produktivitas perkebunan rakyat

melalui penggunaan klon unggul, percepatan peremajaan karet tua atau rusak,

diversifikasi usahatani dan penerapan pola tanam sela (Departemen Pertanian

Republik Indonesia, 2005). Rendahnya produktivitas karet rakyat menyebabkan

rendahnya produksi karet dan pendapatan dari usaha tani karet juga

mempengaruhi rendahnya pendapatan rumah tangga petani sedangkan kebutuhan

hidup petani tetap bahkan meningkat sehingga mendorong petani meningkatkan

pendapatannya dengan melakukan eksploitasi penyadapan kurang baik dan

berlebihan yang menyebabkan tanaman karet menjadi rusak.

Page 4: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

2

Petani karet merupakan salah satu kelompok masyarakat yang mempunyai

corak kehidupan yang berbeda dari masyarakat lainnya. Demikian juga kehidupan

masyarakat petani karet di Aceh Barat. Masalah yang mendasar dalam kehidupan

petani karet Aceh Barat adalah kemiskinan. Kemiskinan ini di sebabkan oleh

berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal yang

sangat penting adalah sistem pemasaran hasil karet yang lebih menguntungkan

pedagang perantara.

Produksi karet di Provinsi Aceh pada tahun 2012 sebesar 51.377 ton/tahun

ini sangat menunjang Pendapatan petani karet, dengan luas tanam sebesar 96.470

hektar tersebar dibeberapa kabupaten kota yang ada di Provinsi Aceh terkecuali

Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah, peningkatan jumlah

pohon karet pada tahun 2013 di Aceh 2,38 juta pohon atau sebesar 7,43 persen.

(Aceh Dalam Angka Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh)

Melonjak harga karet dan membuat banyak masyarakat yang

mengusahakan tanaman ini sehingga luas arealnya terus bertambah setiap

tahunnya. Pada Tahun 2013 luas kebun karet yang ada di Kabupaten Aceh Barat

mencapai 24.096 hektar. Dengan luas lahan tersebut dihasilkan produksi karet

sebesar 17.270 ton.

Kabupaten Aceh Barat salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Aceh

mendapat bantuan membuka 9500 hektar kebun karet sebagai upaya percepatan

peningkatan ekonomi rakyat, pada tahun 2013 jumlah petani bertambah banyak

dari tahun 2012, karena setelah begitu menjanjikan petani lain ikut terangsang dan

mengajukan permohonan membuka kebun karet rakyat dengan bantuan

pemerintah. Program perkembangan kebun rakyat ini juga merupakan langkah

Page 5: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

3

pemerintah daerah menyahuti permintaan investor Negara Thailand

mengharapkan meulaboh menjadi sentra pemasaran karet dengan target produksi

berskala pasar ekspor. Selain membantu percepatan peningkatan ekonomi rakyat

program rehabilitas lahan tidur menjadi kebun karet ikut mendorong

terlaksananya program pemerintah daerah mengembangkan komoditas

kompetensi inti wilayah ini. Berikut ini luas area karet yang ada di Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat :

Tabel 1

Luas Area dan Produksi Karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010-2013

No Tahun Luas Area (Hektar) Produksi (Ton)

1 2010 2071,00 1799,80

2 2011 2196,00 1799,80

3 2012 2170,06 1981,00

4 2013 2268,06 2519,87 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (2013)

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat kita lihat luas area karet di Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2010 dengan luas 2071,00 ha, dengan

produksi karet pada tahun tersebut sebesar 1799,80 ton, pada tahun 2011 luas area

seluas 2196,00 ha, pada tahun luas lahan bertambah. dan produksi belum

mengalami peningkatan masih seperti tahun sebelumnya sebesar 1799,80 ton, dan

pada tahun 2012 luas area karet bertambah sebesar 2170,06 ha, dengan produksi

karet sebesar 1981,00 ton, pada tahun tersebut produksi semakin bertambah

kerena semakin banyak bertambah batang karet yang sudah diambil getahnya, dan

pada tahun 2013 luas area karet 2268,06 ha, semakin luas dari dan produksi

sebesar 2519,87 ton.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita lihat luas area karet yang ada di

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh semakin luas dan produksinya juga

semakin meningkatan ini dikarenakan semakin adanya perhatian dari pemerintah

Page 6: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

4

memberi bantuan bibit kepada masyarakat yang mempunyai lahan untuk ditanami

pohon karet, sehingga sangat membantu perekonomian masyarakat tersebut dalam

memenuhi kebutuhan sehari - hari.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat suatu

penelitian dengan judul “Analisis Pendapatan Petani Karet di Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat “.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah

menganalisis bagaimana pendapatan petani karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan petani karet yang

ada di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Adapun penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada :

1. Penulis

Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori yang

telah dipelajari dengan praktek yang diterapkan.

2. Lingkungan Akademik

Page 7: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

5

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan bacaan

bagi yang ingin mendalami tentang pendapatan petani karet.

1.4.2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan masukan serta

ide dalam meningkatkan pendapatan petani karet yang ada di Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagian kesatu pendahuluan merupakan bagian pendahuluan yang beri

latang belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bagian kedua tinjauan pustaka diberi landasan teori dan juga

mengungkapkan kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.

Bagian ketiga metode penelitian berisikan deskripsi tentang bagaimana

penelitian akan dilaksanakan secara operasional yang menggunakan model analisi

data, definisi operasional penelitian, pengujian hipotesis.

Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari Deskriptif Objek

Penelitian, Perkembangan Penduduk Petani Karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat, Perkembangan Pendidikan Petani Karet di Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat, Perkembangan Petani Karet berdasarkan

Tanggungan Keluarga di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, Gambaran

Umum Tanaman karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, Biaya

Page 8: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

6

Produksi, Produksi Usahatani karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat, Pendapatan Usaha Tani Karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat, Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Petani Karet di Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

Bagian kelima Simpulan yang terdiri dari Simpulan dan Saran.

Page 9: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang

kontan maupun tidak. Pendapatan juga disebut income dari seorang warga

masyarakat adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya

pada sektor produksi. Sektor produksi ini membeli factor-faktor produksi tersebut

untuk digukan sebangai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar

faktor produksi. (Sukirno 2008, h. 48).

2.1.1. Jenis-Jenis Pendapatan

Menurut Sukirno Pendapatan terdiri dari beberapa jenis yaitu (Sukirno 2008,

h.33)

a. Pendapan Nasional Neto (NNI)

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang

dihitung menurut jumlah belas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai

pemilik factor produksi.Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNI dikurangi pajak

tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya

dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah.

b. Pendapatan Perseorangan (PI)

Pendapatan Perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan

yang diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan.Tidak seperti

pendapatan nasional, pendapatan perseorangan tidak mengikutsertakan

pendapatan tertahan (etained earnings), yaitu pendapatan yang diperoleh

perusahaan, namun tidak dibagikan kepada pemiliknya.Pendapatan perseorangan

Page 10: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

8

juga mengurangi pajak pendapatan perusahan dan kontribusi pada tunjangan

sosial (MankieW 2006, h. 9).

c. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah

pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa

konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi

investasi.Disposable Income (DI) ini diperoleh dari Personal Income (PI)

dikurangi dengan pajak langsung.Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang

bebannya wajib pajak,contohnya pajak pendapatan.

d. Pendapatan Nasional Riel

Pendapatan Nasional Riel adalah pendapatan yang dihitung atau

ditentukan berdasarkan harga-harga yang tidak berubah atau tetap dari tahun ke

tahun.

e. Pendapatan Nasional Menurut Harga Yang Berlaku

Pendapatan Nasional Menurut Harga Yang Berlaku adalah pendapatan

nasional yang dihitung atau ditentukan berdasarkan harga-harga yang berlaku

pada tahun dimana produksi nasional yang sedang dinilai diproduksikan.

f. Pendapatan Nasional Menurut Harga Tetap

Pendapatan Nasional Menurut Harga Tetap adalah harga yang berlaku

pada suatu tahun tertentu dan seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa

yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain.

2.1.2. Pendapatan Petani Karet

Pendapatan merupakan hal yang sangat penting dimiliki olehnseseorang

guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Setiap orang selalu berusaha

Page 11: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

9

untuk memiliki pendapatan agar dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya,

paling tidak memenuhi kebutuhan pokoknya. Untuk itu berbagai macam

pekerjaan dilakukan oleh seseorang agar memperoleh pendapatan termasuk

pekerjaan sebagai petani karet. (Priyanto 2013, h. 22).

Hasil penjualan karet merupakan pendapatan bagi petani karet penyadap.

Pendapatan petani karet penyadap sering kali tidak stabil karena dapat

dipengaruhi oleh besar produksi,harga jual beli karet dengan pedagang

pengumpul, waktu kerja dan kualitas karet. Faktor yang mempengaruhi

pendapatan petani antara lain kurang tersedianya sarana yang diperlukan untuk

meningkatkan pendapatan.

Benih ataupun bibit sebagai produk akhir dari suatu program pemuliaan

tanaman yang pada umumnya memiliki karakteristik keunggulan tertentu,

mempunyai peranan yang vital sebagai penentu batas atas produktivitas dan dalam

menjamin keberhasilan budidaya tanaman. Sampai saat ini perbaikan ginetik

tanaman di Indonesia masih terbatas melalui metode pemuliaan tanaman, seperti

persilangan, seleksi dan mutasi, dam masih belum secara optimal memanfaatkan

aneka teknologi pemuliaan modern yang saat ini sangat pesat berkembang di

Negara-negara maju. Tujuan pemuliaan masih berkisar pada upaya peningkatan

produktifitas. (Priyanto 2013, h. 23).

2.2. Petani

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian utamanya

dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan

dan menghasilkan barang-barang tanaman (seperti padi, karet, buah dan lain

lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di

Page 12: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

10

gunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat

menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti karet.

Seorang petani mengusahakan tanah miliknya atau bekerja sebagai buruh

di kebun orang lain. Pemilik tanah yang mengusahakan tanahnya dengan

mempekerjakan buruh juga dikenal sebagai petani atau buruh tani.

Petani umumnya merujuk kepada orang yang mengelola kebun atau ladang dan

menjalankan peternakan hewan. Biasanya hasil pertanian digunakan sendiri atau

dijual kepada orang lain atau pihak lain misalnya melalui Koperasi Unit Desa

untuk disalurkan kepasar. http://id.wikipedia.com/pengertian-petani) diakses

tanggal 2 April 2014.

2.2.1. Pengertian Pertanian

Menurut (Firdaus 2009, h. 4) dalam berbagai buku atau tulisan, kita sering

menjumpai pembagian pertanian ke dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian

dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas mencakup: Pertanian rakyat atau

disebut pertanian besar,dalam arti sempit: Perkebunan, termasuk di dalamnya

perkebunan rakyat dan perkebunan besar, Kehutanan, Peternakan, dan Perikanan.

Secara praktik pembagian secara konvensional tersebut ternyata kurang

konsisten dan tidak jarang menimbulkan kesulitan. Misalnya, perkebunan rakyat

secara ekonomis juga dapat disamakan dengan pertanian rakyat karena

perbedaannya hanya terletak pada macam komoditi atau hasilnya saja, yaitu

tanaman bahan makanan bagi pertanian rakyat dan tanaman perdagangan terutama

bahan-bahan ekspor bagi perkebunan rakyat.

Page 13: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

11

Bagi pihak lain, dalam kenyataannya tanaman padi, jagung, dan ketela

juga merupakan tanaman perdagangan yang penting tidak saja untuk pasaran

dalam negeri, tetapi jagung dan ketela (gaplek) juga untuk pasaran luar negeri.

Sebaliknya, petani yang menanam tanaman perkebunan seperti karet, kopi, lada

banyak pula yang menanam padi dan jagung terutama untuk kebutuhan konsumsi

keluarganya sendiri. Dengan demikian, pembagian antara pertanian rakyat dan

perkebunan menjadi kabur dan kehilangan arti.

2.2.2. Pertanian Rakyat

Pertanian rakyat adalah usaha pertanian keluarga di mana diproduksi

bahan makanan utama seperti padi, palawija (jagung, kacang-kacangan, dan ubi-

ubian) dan tanaman hortikultura, yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Pertanian

rakyat diusahakan di tanah sawah, ladang, dan pekarangan.Walaupun tujuan

penggunaan hasil-hasil tanaman ini bukan merupakan kriteria, namun pada

umumnya sebagian besar hasil-hasil pertanian rakyat adalah untuk keperluan

konsumsi keluarga. Pertanian rakyat meliputi pula usaha-usaha mata pencaharian

tambahan, yaitu peternakan, perikanan, dan kadang-kadang usaha pencaharian

hasil hutan. (Firdaus 2009, h. 5).

2.3. Pemasaran Karet Rakyat

Rendahnya harga karet yang diterima oleh petani selama ini sering

dituduhkan karena jeleknya kualitas produksi karet-rakyat. Sebaiknya ke depan,

persoalan yang menimpa petani karet ini tidak dilihat hanya dari sisi rendahnya

mutu karet yang dihasilkan petani karet rakyat. Namun perlu juga dilihat dari sisi

faktor penyebab lainnya, misalnya sisi hubungan sosial antara petani dengan pihak

Page 14: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

12

lain yang ada di tingkat lokal. Artinya, persoalan rendahnya pendapatan dan

kehidupan petani tidak hanya disebabkan oleh persoalan teknis semata, tapi yang

tidak kalah pentingnya adalah dukungan situasi dan kondisi sosial masyarakat di

tingkat bawah. Iklim sosial yang dimaksud adalah adanya kenyataan bahwa

penentuan harga karet di tingkat bawah justru sering ditentukan oleh keterikatan

hubungan sosial antara petani kecil, petani besar dengan pedagang karet di tingkat

lokal yang menggiringnya ke sudut posisi tawar petani karet rakyat menjadi

lemah. Kenyataan seperti ini, di pedesaan sulit sekali untuk dihindarkan.

Keinginan yang besar dari petani untuk tetap menjaga keeratan hubungan sosial

sering memaksa dan menghilangkan rasionalitas petani dalam berbisnis. Hal ini

dapat menyulitkan posisi petani dalam adu tawar-menawar dalam proses

penentuan harga bagi produksi karetnya. Karenanya kebanyakan mereka, suka

atau tidak, terpaksa atau rela, mereka pasrah dan menerima harga yang telah

ditentukan (sepihak) oleh para toke.

Variabel lain yang juga berperan ikut menentukan tingkat pendapatan petani

adalah rantai pemasaran karet, sebab kenyataan menunjukkan bahwa begitu

banyaknya lapisan pedagang yang terlibat, sehingga menjadikan rantai tataniaga

karet di sini cukup panjang,dan kondisi demikian sudah merupakan suatu

fenomena lama. Petani tidak pernah bisalangsung dalam memasarkan produksi

karetnya kepada pabrik atau pedagang eksportir. Paling kurang mereka harus

melalui dua atau tiga orang pedagang perantara yaitu pedagangdi tingkat desa dan

pedagang di tingkat kecamatan. Meski disadari, rantai tataniaga yang pendek sulit

dijumpai, petani pun harus melalui rantai pemasaran yang panjang dan berliku,

mulai dari pedagang ditingkat kelompok, di tingkat desa, pedagang di tingkat

Page 15: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

13

kecamatan, sampai ke pedagang agen-komisi,baru masuk ke pabrik pengolahan

atau eksportir karet. Panjangnya rantai tataniaga itu berakibat kepada rendahnya

harga jual di tingkat petani, karenanya petani hanya bisa menerima harga karet

apa adanya.

Menurut Didit ( 2005, h. 20-21 ) jalur tata niaga karet di bagi dua macam,

yaitu jalur tata niaga tahap satu dan tahap kedua. Jalur tata niaga tahap satu adalah

pengumpulan karet produksi perkebunan dari pabrik pengolah yang bermuara

pada konsumen, baik dalam maupun luar negeri (ekspor). Jalur tata niaga kedua

ini juga melibatkan perkebunan besar milik swasta dan milik pemerintah sebagai

pemasok. Jalur tataniaga karet tahap satu dimulai dari petani yang menjual karet

baku, tempat pelelangan atau KUD. Para pembeli karet rakyat ini selanjutnya

menjual karet beku ke pabrik.

Jalur tata niaga tersebut petani menempati posisi sangat lemah dalam

transaksi dengan pihak pembeli karet produksinya. Para pedagang perantara

umumnya juga merangkap sebagai pedagang kebutuhan sehari-hari petani karet

.dalam hal ini mereka menyediakan keluarga petani dan petani akan membayarnya

dengan karet hasil produksi dikemudian hari.

Jalur tata niaga karet tahap dua yang merupakan kelanjutan dari jalur tata

niaga tahap satu, dimulai dari dari pabrik pengolah bokar atau pengolah latek

perkebunan besar. dari pabrik pengolah ini dibeli pihak swasta atau PT

Perkebunan Nusantara (PTPN). Pihak swasta umumnya lansung menjual ke

konsumen dalam negeri, sedangkan PTPN untuk diekspor setelah melalui

beberapa tahap.

Page 16: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

14

2.3.1. Perkembangan Karet Rakyat

Perkembangan karet rakyat non revitalisasi adalah upaya percepatan

pengembangan perkebunan karet, baik melalui perluasan atau penanaman baru

maupun peremajaan yakni dengan melakukan penggantian tanaman karet yang

sudah tidak produktif (tua/rusak) dengan tanaman karet baru secara keseluruhan

dalam satu areal tertentu dengan menerapkan inovasi teknologi. Percepatan

pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan areal penanaman baru pada

areal tetentu dengan menggunakan bibit karet unggul.

Peningkatan produktifitas tanaman umumnya merupakan tujuan yang

paling sering dilakukan pemuliaan dalam merakit suatu kultivar. Hal ini karena

peningkatan produktifitas berpotensi menguntungkan secara ekonomi bagi petani,

peningkatan produktifitas diharapkan dapat mengkonpensasi biaya produksi yang

telah dikeluarkan. Peningkatan produktifitas (daya hasil persatuan luas )

diharapkan akan dapat meningkatkan produksi secara nasional. (Priyanto 2013, h.

25).

2. 3.2. Pengembangan Karet Alam

Kebutuhan karet alam di Indonesia terus meningkat sejalan dengan

meningkatnya standar hidup manusia dan mobilitas manusia serta barang yang

memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

transmisi, sepatu dan sandal karet. Secara fundamental harga karet alam

dipengaruhi oleh permintaan (konsumsi) dan penawaran (produksi) serta

stok/cadangan dan masing-masing faktor. (Pane 2011, h. 26)

Page 17: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

15

2.3.3. Pertumbuhan Konsumsi Karet Alam

Konsumsi karet alam dunia dalam dua dekade terakhir meningkat secara

drastis, walaupun terjadi ressesi ekonomi dunia kurun waktu 2011 konsumsi karet

alam mengalami pertumbuhan yang menurun. Kondisi ini akan mempengaruhi

pihak konsumen terutama pabrik-pabrik ban mobil, pertumbuhsn produksi

Indonesia ini adapat dicapai melalui peremajaan atau penanaman baru karet yang

cukup luas dengan perkiraan produksi pada tahun 2020 sebesar 3,5 juta ton dan

tahun 2035 sebesar 5,1 ton. (Anwar 2006, h. 30).

2.3.4. Pertumbuhan Produksi Karet Alam di Indonesia

Penawaran karet dunia meningkat lebih dari tiga persen pertahun dalam

dua dekade terakhir, dimana menacapai 8,81 juta ton pada tahun 2005,

pertumbuhan tersebut berdasar dari Negara produsen Thailand, Indonesia,

Malaysia, India, china dan lainya. Pengembangan pertumbuhan karet di Indonesia

hampir seluruhnya diusahakan oleh petani (PR) seluas 2.935.081 ha (84,75 %)

kemudia perkebunan besar nasioanal seluas 239.132 ha (6,97 %), dan 275.931 ha

(8,28 %) yang dikelola oleh perkebunan besar swasta, sehingga permasalahan

sosial khususnya yang terkait dengan lahan tidak pernah terjadi. Kehadiran

tanaman karet sebagai tanaman perkebunan telah memberikan manfaat sosial yang

positif khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja dan berusaha. Oleh

karena itu biaya dan manfaat sosial dalam pengembangan perkebunan karet

bernilai positif dan juga akan meningkat pendapatan petani karet itu sendri.

(Damarjati 2011, h. 56)

Menurut (Damarjati 2011, h. 56) Target pengembangan karet harus

didukung dengan berbagai faktor antara lain :

Page 18: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

16

1. Seluruh sentra produksi mempunyai komitmen untuk pengembangan karet

pada wilayah masing-masing

2. Penyediaan benih bibit karet sesuai permintaan setiap wilayah pengembangan.

3. Petugas penyuluh perkebunan yang menangani karet

4. Sumber daya manusia dan sarana petani untuk pemeliharaan kebun dan

penanganan pasca panen.

5. Dukungan perbankan berupa dana untuk pemeliharaan dan pengelolaan kebun.

Pengembangan perkebunan karet dilakukan secara tradisional dan masih

memegang kuat ketentuan-ketentuan adat khususnya terkait dengan konservasi

sumber daya alam. Karena itu penentuan lokasi kebun karet dan cara pengelolaan

oleh petani dilakukan dengan sangat hati-hati, sehingga pengembangan

perkebunan karet dapat dikatakan tidak menimbulkan permasalahan lingkungan

yang bearti.

2.3.5. Lateks

Lateks perupakan suatu cairan berwarna putih sampai kekuning-kuningan

yang diperoleh dengan cara penyadapan (membuka pembuluh lateks) pada kulit

tanaman karet. Lateks banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan barang

yang berasal dari karet. Bahan kimia yang umunya digunakan untuk pengawetan

lateks kebun adalah larutan amoniak dalam lateks kebun harus disesuiakan dengan

lamanya waktu yang dibutuhkan, proses pengelolaan di pabrik dan jenis mutu

karet yang diperlukan. Lateks kebun dari tempat pengumpulan hasil harus

diangkut segera kepabrik walaupun telah diberi bahan pengawet kimia. (Damarjati

2011, h. 57)

Page 19: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

17

2.4. Usaha Tani dan Pertanian

2.4.1. Pengertian Usahatani dan Pertanian

Usaha Tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di

tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

perbaikan-perbaikan yang dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-

bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut dan sebagainya Usaha tani dapat

berupa bercocok tanam atau memelihara ternak. (Daniel 2004, h. 20)

Kegiatan produksi dalam usaha tani merupakan suatu bagian usaha dimana

biaya dan penerimaan sangat penting sekali. Hal terpenting dalam usaha tani

adalah bahwa usaha tani senantiasa berubah baik dalam ukurannya maupun

susunannya. Hal ini karena petani selalu mencari metode usaha tani yang baru dan

efisien serta dapat meningkatkan produksi yang sangat tinggi. (Daniel 2004, h. 20)

2.4.2. Pengertian Pertanian

Pertanian dalam arti sempit adalah suatu usaha yang meliputi bidang-

bidang seperti bercocok tanam, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan,

pengelolaan hasil bumi, dan pemasaran hasil bumi, sedangkan pertanian

dalam arti luas dimana zat-zat atau bahan - bahan anorganis dengan bantuan

tumbuhan dan hewan yang bersifat reproduktif dan usaha pelestariannya.

(Firdaus 2009, h. 4)

2.4.3. Pertanian Indonesia

Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika, karena sebagian besar

daerahnya berada di daerah tropik yang langsung dipengaruhi oleh garis

khatulistiwa yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Di samping

Page 20: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

18

pengaruh khatulistiwa, ada dua faktor alam lainnya yang ikut memberi corak

pertanian Indonesia. Pertama, bentuknya sebagai kepulauan, dan kedua,

topografinya yang bergunung-gunung. Dalam hubungan ini letaknya di antara

dua lautan besar, yaitu lautan Indonesia dan lautan Pasifik serta dua benua yaitu

benua Asia dan benua Australia, juga ikut mempengaruhi iklim Indonesia,

terutama perubahan arah angin dari daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan

rendah. Bentuk tanah yang bergunung-gunung memungkinkan adanya variasi

suhu udara yang berbeda-beda pada suatu daerah tertentu. Pada daerah

pegunungan yang makin tinggi, pengaruh iklim tropik makin berkurang dan

digantikan oleh semacam iklim subtropik (setengah panas) dan iklim setengah

dingin. Pada kenyataannya, tanaman-tanaman pertanian iklim subtropik dan

tanaman iklim sedang seperti teh, kopi, kina,sayur-sayuran dan buah-buahan

menjadi komoditi penting dalam perdagangan domestik maupun internasional.

Hal itu disebabkan iklim yang mendukung serta penduduk yang sebagian besar

masih bermata pencaharian di sektor pertanian. (Http//google.com perekonomian

Indonesia di akses 1 April 2014)

2.4.4. Pembangunan Pertanian

Banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan pertanian pada masa

yang akan datang. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang

harus menjadi prioritas dalam melakukan program apapun. Pembangunan adalah

penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik hingga terjadi keadilan dan tingkat

kesejahteraan yang tinggi. Sistem tersebut harus berdaya saing, berkerakyatan,

berkelanjutan, dan desentralistik. Berdaya saing berarti pertanian pertanian dapat kita

sejajarkan dengan produk pertanian Negara lain, baik jumlah maupun kualitasnya.

Berkerakyatan berarti setiap usaha pembangunan pertanian harus mengikutkan petani

Page 21: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

19

supaya semakin berdaya sebagai subjek pembangunan. Berkelanjutan berarti

pembangunan pertanian memberikan jaminan bagi keberlangsungan pertanian.

Sementara desentralisasi mengandung arti bahwa pembangunan pertanian harus

berdasarkan keinginan petani, sesuai dengan kebutuhannya dan sangat menghargai

budaya lokal. (Firdaus 2009, h. 5)

Program pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah serangkaian upaya

untuk memfasilitasi, melayani, dan mendorong berkembangnya sistem pertanian dan

usaha usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Program

pembangunan pertanian di arahkan kepada pencapaian tujuan pembangunan pertanian

jangka panjang, yaitu sektor pertanian sebagai andalan pembangunan nasional.

Ketangguhan perekonomian nasional dengan basis agraris sebagaimana Indonesia

tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan ketangguhan sektor pertanian. Relevan

sekali apabila visi, misi, tujuan, dan strategi pembangunan pertanian adalah untuk

meningkatkan kesejateraan masyarakat pertanian dalam mendukung perekonomian

nasional.

2.4.5. Produksi Usaha Tani dan Faktor Produksi

Produksi adalah kegiatan yang menciptakan manfaat (utility) baik dimasa kini

maupun di masa yang akan datang. (Nasution 2006, h. 102)

Menurut Sugiarto (2007, h. 56) berpendapat produksi adalah setiap kegiatan

yang mengubah input menjadi output, kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa

dinyatakan dalam fungsi produksi.

Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan

barang-barang dan jasa. Faktor produksi memang sangat menentukan besar

kecilnya produksi yang diperoleh. Adapun faktor produksi yang dimaksud

adalah : (Rosyidi 2003, h. 56)

Page 22: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

20

a. Alam (dalam hal ini luas lahan atau tanah)

Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan suatu pabriknya dari

hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan tempat

produksi itu keluar. Semakin luas lahan yang digunakan, maka semakin besar

hasil produksi yang diperoleh dari lahan tersebut.

b. Modal

Modal adalah barang atau uang yang secara bersama-sama dengan faktor

produksi lainnya (tanah atau tenaga kerja) menghasilkan barang-barang baru

yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal dalam pertanian dapat diwujudkan

dalam bentuk pengeluaran pupuk dengan tujuan untuk meningkatkan hasil

pertanian.

c. Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah kapasitas buruh untuk bekerja bukan dalam keahlian yang

produktif, melainkan reaksi sosialnya terhadap kesempatan ekonomi dan

kesediaannya untuk mengalami perubahan ekonomi.

d. Teknologi

Dalam pengertian sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya

cara-cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-

pekerjaan tradisional seperti pekerjaan menanam, membuat pakaian, atau

membuat rumah.

2.5. Gambaran Usahatani di Indonesia

Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usaha tani kecil karena

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat

Page 23: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

21

b. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang

rendah

c. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten

d. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan

lainnya. Usaha tani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil, maka telah

disepakati menetapkan bahwa petani kecil didefinisikan sebagai berikut :

a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per

kapita per tahun

b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan

sawah untuk di Pulau Jawa atau 0,5 ha di luar Pulau Jawa. Bila petani

tersebut juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di Pulau Jawa dan

1,0 ha di luar Pulau Jawa.

c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.

d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis. Dari segi

otonomi.

Ciri-ciri daerah dengan pertumbuhan dan perkembangan usahatani, adalah :

a. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani atas asas pengelolaan

yang di dasarkan atas tujuan dan prinsip sosial ekonomi dari usaha.Usaha

pertanian atas dasar tujuan dan prinsip sosial ekonomi yang melekat

padanya, usaha tani digolongkan menjadi tiga yaitu :

b. Tingkat pertumbuhan usahatani berdasarkan teknik atau alat pengelolaan

tanah.,

c. Tingkat pertumbuhan usahatani di Indonesia berdasarkan kekuasaan badan-

badan kemasyarakatan atas pengelolaan usaha tani.Menurut para

Page 24: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

22

cendekiawan usaha tani di Indonesia itu mula-mula dilakukan oleh suku dan

kemudian digantikan dengan marga atau desa, famili atau keluarga

persekutuan-persekutuan orang dan akhirnya perseorangan.

2.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Dalam Usaha tani

Apabila usaha tani dapat diartikan sebagai kesatuan organisasi antara kerja,

modal, dan Pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi dilapangan

pertanian. Petani saja tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah keadaan

usaha taninya sendiri. Karena itu bantuan dari luar diperlukan, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Yang harus menjadi perhatian petani agar usaha

taninya maju, keterbatasan yang ada pada dirinya harus diatasi dengan menggali

kesempatan diluar lingkungannya. Bahkan bukan sekedar menggali terlebih lagi

harus mampu mengungkapkannya menjadi kekuatan pendorong dan mengatasi

diluar tersebut. (Soekartiwi 2003, h. 29)

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha tani yang digolongkan

menjadi dua yaitu : (Soekartiwi 2003, h. 29)

1. Faktor-faktor usaha tani itu interen sendiri (faktor interen) yang terdiri dari :

* Petani pengelola

* tanah usaha tani

* tenaga kerja

* modal

* tingkat teknologi kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga

* jumlah keluarga.

2. Faktor-faktor usaha tani (faktor eksteren) :

Tersedianya sarana transportasi dan komonikasi

Page 25: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

23

Aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani serta

sarana penyeluhan bagi petani.

Aspek-aspek pemasaran merupakan masalah diluar usaha tani yang perlu

diperhatikan seperti kita ketahui yang serba terbatas berada pada posisi yang

lemah dalam penawaran persaingan, terutama yang menyangkut penjualan

hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian.

Fasilitas kredit

Sebagai akibat dan langkahnya usaha tani, kredit menjadi penting dalam hal

ini pemerintah perlu menyediakan fasilitas kredit kepada petani dengan

syarat mudah dicapai dengan prosedur yang mudah dan suku bunga yang

relative rendah dapat membuka peluang pemilik modal swasta mengulurkan

tangan.

Sarana penyuluhan bagi petani

Dengan kondisi seperti petani yang demikian, uluran tangan kepada mereka

memang sangat diperlukan termasuk uluran tangan dalam pelayanan

penyuluhan kepada petani. Penyuluhan tersebut dapat berupa introduksi

cara-cara produksi yang baru dilingkungan petani.

Secara sektoral, sektor pertanian terdiri dari sub sektor pertanian tanaman

pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor pertenakan, dan sub sektor kehutanan.

Sub sektor pertanian tanaman pangan khususnya padi merupakan penghidupan

bagi sebagian besar penduduk Indonesia. (Soekartiwi 2003, h. 31).

2.5.2. Biaya Usaha Tani

Dalam usaha tani di kenal dua macam biaya yaitu biaya tunai atau biaya

yang dibayarkan dan biaya tidak tunai biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang

Page 26: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

24

dibayarkan adalah biaya untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya

untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan. Kadang-kadang

juga termasuk biaya untuk iuran pemakaian air dan irigasi, pembayaran zakat, dan

lain sebagainya. Biaya sering kali jadi masalah bagi petani, terutama dalam

pengadaan input atau sarana produksi. Karena kurangnya biaya yang tersedia,

tidak jarang petani mengalami kerugian dalam usaha taninya. (Daniel 2004, h.

20).

Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :

a. Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar kecilnya

modal yang dipakai

b. Macam-macam komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga

menentukan besar kecilnya modal yang dipakai

c. Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usaha tani.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mmengambil judul Analisis Pendapatan Petani Karet di Desa

Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang’’ penelitian ini bertujuan

mengtahui fluktuasi harga karet yang terjadi didesa pangkal batu Kecamatan

Tempunak Kabupaten Sintang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif yang bersifat kualitatif dengan bentuk penelitian analisis

dokumen atau analisis isi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi

langsung, komonikasi langsung dan studi dokumentasi. Alat pengumpul data yang

dipergunakan adalah lembar observasi, panduan wawancara dan catatan-catatan.

Analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pendapatan rata-rata petani penyadap karet dalam satu bulan dengan luas kebun 1

Page 27: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

25

hektar ± Rp. 2.800.000. Upaya meningkatkan pendapatan petani penyadap karet

dengan cara bekerja diluar kegiatan penyadapan karet dan melakukan intensifikasi

dan ekstensifikasi pertanian berupa perawatan dan pemupukan pohon karet dan

menambah lahan sadapan ditempat lain. Dari penelitian ini dapat

direkomendasikan yaitu petani penyadap karet harus memperhatikan jumlah

pohon karet yang subur dan produktif. (Nuaini, h. 32)

Page 28: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

26

III. METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi yang diambil oleh penulis di daerah penelitian sangat luas aspek

analisisnya yaitu pendapatan petani karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten

Aceh Barat. Namun karena aspek penelitian sangat luas penulis mengambil

sampel hanya 5 desa. Yaitu. Desa Lebok, desa Leuken, desa Keureseng, desa

Kreung tinggai, desa Pange.

Sampel merupakan sebagian dari seluruh objek penelitian yang diambil

yang mewakili seluruh populasi. Sampel yang diambil sebanyak 75 orang petani

karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan boring sampling (Secara acak sederhana),

karena objek terlalu luas. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu penelitian.

Tabel 2

Jumlah Populasi dan Sampel Usaha Tani Karet

di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2013 No Nama Desa Populasi (KK) Sampel (KK)

1 Lebok 40 20

2 Leuken 30 15

3 Keureseng 25 15

4 Kreung tinggai 20 10

5 Pange 25 15

Jumlah 140 75

Sumber : data kuisioner masyarakat petani karet di Kecamatn Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Page 29: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

27

Peneliti hanya mengambil 5 desa dari keseluruhan desa dikarenakan

karena objek terlalu luas dan keterbatasan waktu peneltian, maka penulis

mengambil desa yang mayoritas masyarakatnya petani karet.

3.1.1. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani karet di

Kecamatan Samatiga dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan.

Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari berbagai

instansi yang berhubungan seperi BPS, Dinas Pertanian dan literatur yang

mendukung penelitian ini..

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi merupakan salah satu teknik operasional pengumpulan data

melalui proses pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap obyek yang

diamati secara langsung. Dalam metode ini pihak pengamat melakukan

pengamatan dan pengukuran dengan teliti terhadap obyek yang diamati,

bagaimanakah keadaannya, kemudian dicatat secara cermat dan sistematis

peristiwa-peristiwa yang diamati, sehingga data yang telah diperoleh tidak

luput dari pengamatan.

b. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan bertanya

langsung. Dalam wawancara ini terjadi interaksi komunikasi antara pihak

peneliti selaku penanya dan responden selaku pihak yang diharapkan

memberikan jawaban.

Page 30: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

28

c. Kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yang telah disusun

secara sistematis dan sesuai dengan rencana jawaban yang diperlukan.

3.2. Model Analisis Data

1. Pendapatan Usahatani dapat dihitung dengan rumus : ( Soekartiwi, 2002. h.

123)

Pd = TR-TC

Dimana :

Pd = Pendapatan Usahatani

TR = Total Penerimaan (Total revuneu)

Tc = Total biaya ( total cost)

3.3. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini di definisi operasional variabel dalam análisis ini

sebagai berikut :

a. Penerimaan Usahatani karet adalah jumlah produksi karet dikalikan harga

jual yang diterima oleh petani

b. Pendapatan bersih Usahatani karet adalah penerimaan yang diperoleh dari

usahatani karet dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk usaha tani

karet.

c. Kelayakan Usahatani karet adalah ukuran suatu usaha dapat dihasilkan

keuntungan yang proposional dengan membandingkan jumlah penerimaan

dengan seluruh biaya produksi dalam pengelolaan.

d. Biaya adalah biaya yang dikeluar petani karet untuk untuk keperluan usaha

tani karet.

Page 31: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Objek Penelitian

4.1.1. Deskripstif Wilayah Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Kecamatan Samatiga merupakan salah satu Kecamatan yang ada di

Kabupaten Aceh Barat. Kecamatan Samatiga Terletak diantara 04011’30’’

04018’50’’ lintang utara serta 95

058’10’’ dan 95

0 65’10’’ bujur timur dengan luas

wilayah 140,69 km2, kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan

Bubon, yang terletak dibagian utara samudra Indonesia dibagian selatan sehingga

menjadi sumber pencarian bagi bagian besar masyarakat. Sedangkan dibagian

barat Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Arongan Lambalek,

dan sebelah timur berbatasan dibatasi oleh Kecamatan Johan Pahlawan.

Secara administrasi, terdapat tiga puluh dua gampong dalam kecamatan

ini, dilihat dari topografi keseluruhan gampong di Kecamatan ini di daerah

daratan dengan ketinggian rata-rata 7 meter dipermukaan laut. Sebagian besar

gampong di Kecamatan ini berada kawasan hutan. Suhu udara disepanjang tahun

terus mengalami perubahan yaitu dari 25,50

meningkat menjadi 26,70. Secara

administrasi terdapat sebanyak 32 gampong, 96 dusun dan 6 mukim di Kecamatan

Samatiga. (Badan Pusat Statistik Aceh Barat).

4.1.2. Perkembangan tingkat umur Petani Karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat

Kecamatan Samatiga dikatagorikan sebagai tipe ekspansif yang

mempunyai ciri dominannya penduduk berusia mudah. Tingkat umur dalam usaha

tani sangat begitu penting kerena dengan usia relatif muda masih memiliki fisik

Page 32: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

30

yang kuat dan mampu menyadap karet dengan waktu yang lama. di Kecamatan

Samatiga rata-rata masyarakat petani karet relatif memiliki usia muda. Dan

Sebagian besar petani karet di Kecamatan Samatiga berusia muda tetapi mereka

telah memiliki keluarga.

Tabel 3

Klasifikasi Petani Karet Berdasarkan Umur di Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat

No Interval Umur Jumlah Petani

1 24-35 25

2 36-45 35

3 46-65 15

Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 25 orang petani

karet yang berumur 24-35 tahun, dan 35 petani yang berumur 36-45 tahun, dan 15

tahun petani karet berumur 46-65 tahun, sehingga menunjukkan bahwa petani

pada usiatani karet sudah berada pada usia diatas produktif (15-55 tahun) namun

demikian mereka masih cukup potensial untuk mengembangkan usahataninya.

4.1.3. Perkembangan Pendidikan Petani Karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi cara petani dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan

akan mempengaruhi pada kemampuan petani dalam menerapkan informasi baru

dalam bidang pertanian dan membantu petani dalam mengambil keputusan serta

dalam memecahkan masalah yang dihadapi petani dalam menglola usahataninya.

Secara rinci tingkat pendidikan dapat dilihat ditabel dibawah ini :

Page 33: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

31

Tabel 4

Klasifikasi petani Karet Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah Petani (jiwa)

1 Tamat SD 20

2 Tamat SLTP 35

3 Tamat SLTA 20 Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan

formal yang ditempuh oleh responden usahatani karet di Kecamatan Samatiga

bervariasi mulai dari tingkat SD sampai dengan tingkat SLTA. Sebanyak 20

petani yang tamat SD, 35 petani tamatan SLTP, dan 20 petani tamatan SLTA.

4.1.4. Perkembangan Petani Karet berdasarkan Tanggungan Keluarga di

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Jumlah tanggungan keluarga secara langsung akan akan menjadikan petani

lebih giat dalam berusaha tani disamping juga akan menambah tenaga kerja

keluarga, tanggungan keluarga petani responden terdiri dari istri, anak dan

keluarga lainnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel dibawah ini :

Tabel 5

Klasifikasi Petani Karet berdasarkan Tanggungan Keluarga di Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2013

No Tanggungan Keluarga Jumlah Petani (jiwa)

1 1 10

2 2 17

3 3 28

4 4 20 Sumber : Data primer (2013)

Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa jumlah responden yang

memiliki tanggungan keluarga 1 orang adalah sebanyak 10 orang dan tanggungan

sebanyak 2 orang sebanyak 17 orang, dan yang memiliki tanggungan 3 orang

Page 34: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

32

adalah sebanyak 28 orang, dan yang memiliki tanggungan 4 orang adalah

sebanyak 20 orang.

Jumlah tanggungan keluarga juga merupakan salah satu faktor penting

yang dapat mempengaruhi cara petani dalam mengelola usahataninya. Semakin

besar tanggungan keluarganya bearti semakin besar beban yang harus ditanggung

untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

4.2. Gambaran Umum Tanaman karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat

Perkebunan karet Adalah salah satu mata pencarian utama masyarakat

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat adapun status kepemilikan lahan

adalah lahan milik sendiri, dalam melaksanakan kegiatan usahataninya

pembukaan lahan, persiapan bibit dan penanaman semuanya dikelola sendiri.

Persiapan bibit dan penanaman karet telah menghasilkan dengan jangka waktu 5

tahun. Petani karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat melakukan

tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Pembukaan Lahan

Pada awalnya pembukaan lahan untuk tanaman karet dilakukan dengan

penebangan, dalam penebangan ini biasanya dibagi menjadi dua tahap yaitu

yang pertama rintisan kecil yaitu merintis tumbuhan yang masih kecil dan

kedua rintisan besar yaitu merintis tumbuhan besar dan dilanjutkan dengan

pembakaran.

2. Penanaman.

Sebelum melakukan penanaman terlebih dahulu menentukan letak dan jarak

tanaman karet. Adapun jarak penanaman karet di Kecamatan Samatiga 4x6

Page 35: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

33

meter, sehingga dapat diketahui dalam satu hektar terdapat 416 pohon karet,

selanjutnya membuat lubang tanam 60x60x60 cm, polibag dibuka kemudian

bibit dimasukkan ke dalam tanah dan lubang tanam ditutup dengan tanah.

3. Pemupukan

Pada umumnya pemupukan dilakukan setahun dua kali, pemupukan diberikan

untuk mempercepat pertumbuhan, caranya pupuk dimasukkan kedalam

lubang 1-1,5 meter dari pohon pada lahan yang tersedia, pupuk yang

digunakan adalah pupuk urea, SP 36 dan KCL.

4. Pemeliharaan

a. Penyiangan

Penyiangan dilakukan tergantung pada keadaan tanaman penggangu

(gulma). Umumnya penyiangan 2-3 kali setahun.

b. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila gejala serangan mulai

tampak, binatang yang sering menganggu pada awal penanaman tanaman

karet adalah babi hutan, hal yang dilakukan petani adalah mengusir babi

tersebut atau dibuat pembatas.

5. Penyadapan

Penyadapan merupakan salah satu kegiatan dari pengusahaan tanaman karet.

Tanaman karet umumnya dapat disadap setelah berumur 5 tahun, penyadapan

dilakukan pada pagi hari mulai pukul 06.00 dengan menggunakan pisau

sadap. Notasi penyadapan dilakukan petani di Kecamatan Samatiga 2 hari

sekali, tetesan lateks ditampung didalam mangkuk sadap, mangkuk sadap

yang digunakan didaerah penelitian ini adalah batok kelapa.

Page 36: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

34

6. Hasil Produksi

Hasil karet yang sudah disadap oleh petani karet yang ada di Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat akan dijual kepada agen karet, atau biasa

disebut toke. yang harga berkisar Rp. 15.000 perkilogram.

4.2.1. Biaya Produksi

Biaya produksi dalam usaha tani ini mencakupi biaya pupuk, biaya

peptisida, dan biaya lain-lain, jumlah biaya produksi dalam satu tahun dengan

jumlah 75 responden.

Tabel 6

Biaya yang dikeluarkan oleh Petani Karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat

No Luas

Lahan

Pupuk Peptisida Biaya lain-

lain

Jumlah Jumlah

petani

1 1 ha 800.000 400.000 200.000 1400.000 22

2 1 ha 900.000 500.000 200.000 1600.000 31

3 1 ha 1.000.000 500.000 200.000 1.700.000 19

4 2 ha 2.000.000 1.000.000 300.000 2.400.000 3 Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat biaya yang dikeluarkan oleh

petani karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2013.

Petani karet yang mengeluarkan biaya produksi sebesar 1.400.000 terdapat 22

petani karet dengan luas lahan 1 ha. dan petani yang mengeluarkan biaya produksi

sebesar 1.600.000 terdapat 31 petani karet dengan luas lahan juga 1 ha. dan petani

karet yang mengeluarkan biaya produksi sebesar 1.700.000 terdapat 19 petani

karet juga dengan luas lahan 1 ha. Untuk luas lahan karet 2 ha petani karet

mengeluarkan biaya sebesar 2.400.000 terdapat 3 petani karet. Biaya yang

dikeluarkan untuk membeli pupuk, peptisida dan untuk biaya lain-lain.

Page 37: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

35

4.2.2. Produksi karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

dalam mengusahakan usahataninya tiap petani memiliki lahan 1 ha, hanya

ada sebagian kecil memiliki lahan sampai 2 ha. dengan hasil produksi antara

petani yang satu dengan petani yang lainya bervariasi ada yang mendapatkan hasil

yang tinggi, dan juga ada yang mendapatkan hasil yang rendah.

Untuk lebih jelas Produksi karet yang ada di Kecamaran Samatiga

Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 7

Produksi Karet Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2013

N0 Luas Lahan Produksi karet

perhari

Jumlah hari kerja Jumlah petani

1 1 ha 12 kg 15 hari 10 orang

2 1 ha 13 kg 15 hari 12 orang

3 1 ha 14 kg 15 hari 14 orang

4 1 ha 15 kg 15 hari 17 orang

5 1 ha 16 kg 15 hari 19 orang

6 2 ha 24 kg 15 hari 1 orang

7 2 ha 30 kg 15 hari 1 orang

8 2 ha 32 kg 15 hari 1 orang Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa produksi karet di

Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2013 dengan produksi 12

kg perhari diperoleh oleh 10 orang petani karet yang ada di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat, dan produksi 13 kg diperoleh oleh 12 orang, dan produksi

14 kg karet perhari diperoleh oleh 14 orang, dan produksi 15 kg diperoleh oleh 17

orang petani karet yang ada di Kecamatan Samatiga, dan 19 orang petani karet

memperoleh 16 kg karet, dan yang memperoleh 24 kg karet diperoleh oleh 1

orang, dan 30 kg karet diperoleh oleh 1 orang, dan 32 kg diperoleh oleh 1 orang.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita lihat produksi karet yang

dihasilkan oleh petani karet yang ada di Kecamatan Samatiga sangat bervariasi

Page 38: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

36

berkisar antara 12 sampai 32 kg. walaupun dapat kita lihat luas lahan yang

dimiliki rata-rata 1 ha, hanya ada beberapa orang yang memiliki lahan 2 ha,

dengan produksi yang dihasilkan juga berbeda.

4.3. Pendapatan petani Karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat

Pendapatan Usahatani karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat untuk lebih jelas dapat dilihat ditabel bawah ini :

Tabel 8

Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2013

No Luas

Lahan

Harga

Karet/kg

Produksi

karet perhari

Produksi

(kg)

Pendapatan Jumlah

petani

1 1 ha 15.000 12 kg 2160 32.400.000 10 orang

2 1 ha 15.000 13 kg 2340 35.100.000 12 orang

3 1 ha 15.000 14 kg 2520 37.800.000 14 orang

4 1 ha 15.000 15 kg 2700 40.500.000 17 orang

5 1 ha 15.000 16 kg 2880 43.200.000 19 orang

6 2 ha 15.000 24 kg 4320 64.800.000 1 orang

7 2 ha 15.000 30 kg 5400 81.000.000 1 orang

8 2 ha 15.000 32 kg 5760 86.400.000 1 orang Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel 8 diatas dapat kita lihat produksi dan pendapatan karet

di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2013, produksi karet

sebanyak 2160 kg pertahun didapatkan dari produksi karet perhari dikalikan

dengan hari kerja dan dikalikan dengan 12 bulan.

Pendapatan Rp. 32.400.000 hanya diperoleh oleh 10 orang petani dengan

luas lahan satu hektar, dan produksi karet 2340 ton dengan pendapatan Rp.

35.100.000 diperoleh oleh 12 orang dengan luas lahan 1 ha, dan produksi karet

sebanyakn 2520 kg dengan pendapatan Rp. 37.800.000 diperoleh oleh 14 orang

dengan luas lahan juga 1 ha, produksi karet 2700 kg dengan pendapatan yang

Page 39: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

37

diperoleh sebesar Rp. 40.500.000 diperoleh oleh 17 orang dengan luas lahan 1 ha,

dan produksi karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat sebanyak 2880

kg, dengan pendapatan sebesar Rp. 43.200.000 diperoleh oleh 19 orang dengan

luas lahan 1 ha, dan produksi 4320 kg, dengan pendapatan Rp. 64.800.000,

diperoleh oleh 1 orang dengan luas lahan 2 ha, dan produksi 5400 kg dengan

pendapatan Rp. 81.000.000 diperoleh oleh 1 orang dengan luas lahan 2 ha,

produksi 5760 kg dengan pendapatan sebesar Rp. 86.400.000 diperoleh oleh 1

orang, dengan luas lahan 1 ha.

Dari penjelasan diatas dapat kita lihat produksi dan pendapatan petani

karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat yang diperoleh sangat

bervariasi produksi yang dihasilkan berkisar 12-15 kg/hari walaupun luas lahan

yang sama tetapi pendapatannya berbeda, ini dikarenakan produksi karet yang

diperoleh oleh petani karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat ada

memperoleh produksi tinggi, dan ada yang memperoleh produksi rendah

walaupun dengan harga tetap 15 ribu/kg.

Page 40: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

V. KESIMPULAN

5.1. Simpulan

a. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dan disimpulkan secara

komprehensif bahwa pendapatan petani karet pada tahun 2013 produksi dan

pendapatan petani karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat yang

diperoleh sangat bervariasi produksi yang dihasilkan berkisar 12-15 kg/hari

walaupun luas lahan yang sama tetapi pendapatannya berbeda.

b. Produksi karet yang diperoleh oleh petani karet di Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat ada memperoleh produksi tinggi, dan ada yang

memperoleh produksi rendah walaupun dengan harga tetap 15 ribu/kg.

c. Biaya yang dikeluarkan oleh petani karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten

Aceh Barat pada tahun 2013. Untuk luas lahan karet 1 ha petani karet

mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1.700.000 dalam setahun. dan untuk luas

lahan 2 ha petani karet mengeluarkan biaya sebesar Rp. 2.400.000.

d. Pendapatan yang diperoleh petani karet di Kecamatan Samatiga Kabupaten

Aceh Barat yang luas lahan 1 ha memperoleh pendapatan sebesar 32.400.000-

43.200.000 dalam satu tahun. dan yang luas lahan 2 ha memperoleh

pendapatan sebesar Rp. 64.800.000-86.400.000 dalam satu tahun.

5.2. Saran-Saran

a. Adapun saran yang dapat dilakukan bagi para petani adalah dapat menjaga

kualitas karet tidak menurunkan harga karet. Oleh karena itu petani petani

karet tidak perlu mencampuri karetnya dengan barang yang dapat

memberatkan timbangan karet.

Page 41: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

39

b. Sedangkan bagi para pedagang hendaknya tidak berusaha untuk menekan

harga beli karet. Jika harga karet terlalu turun drastis dapat berpengaruh pada

motivasi petani karet sebagi dampaknya produksi karet akan menurun.

c. Bagi Pemerintah sendiri harusnya selalu menjadi motivator, ispirator bagi

petani karet sehingga petani karet merasakan pekerjaannya didukung dan

diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini akan berpengaruh pada peningkatan

produksi karet petani.

Page 42: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. 2006. Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet di

Indonesia. Medan

Badan Pusat Statistik (BPS) 2013. Aceh Barat Dalam Angka. Meulaboh. Aceh Barat.

Badan Pusat Statistik (BPS) 2013. Aceh Dalam Angka. Propinsi Aceh.

Damarjati, 2011. Prospektif harga karet alam. Peragi. Jakarta.

Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Jakarta

Didit, Heru, Setiawan dan Agus Andoko. 2005, Petunjuk Lengkap Budidaya Karet,

PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2010. Statistik Perkebunan Indonesia

komoditas Karet. Jakarta.

Firdaus Muhammad, 2009 . Manajemen Agribisnis. Bumi aksara, Jakarta.

Irawati Susan, 2006. Manajemen Keuangan. PT. Gramedia. Jakarta.

Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi-3. Salemba Empat.

Jakarta.

Nasution, Mustafa Edwin. Et. Al. Pengenalan Eklusif Ekonomi. Kencana Prenada

Group. Jakarta.

Nuraini. 2011. Skripsi Pendapatan Petani Karet. Program Studi Pendidikan Ekonomi

FKIP. Untan. Pontianak.

Pane, AA, 2011. Prospektif Harga Karet. Peragi. Jakarta.

Priyanto, Ichwan, 2013. Efektivitas Pemupukan Tanaman Karet. Gramedia. Jakarta.

Rosyidi, Suherman. 2003. Pengantar Teori Ekonomi : Pendekatan Kepada Teori

Ekonomi Mikro dan Makro. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta

Soekartiwi, 2003. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali. Jakarta.

Suharno, 2007. Teori Mikro Ekonomi. Percetakan Andi Offset. Jogyakarta.

Page 43: ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN …repository.utu.ac.id/719/1/I-V.pdf · SKRIPSI OLEH HENDRIK FARIZAL NIM : 07C20101114 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

44

Sutrisno, 2008. Manajemen Keuangan. Raja Grafindo. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2008. Teori Pengantar Ekonomi Makro. Edisi ke Tiga. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Sugiarto, Herlambang. 2007. Ekonomi Mikro. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

http://id.shvoong.com/pengertian-petani diakses tanggal 2 April 2014.

Http//google.com perekonomian Indonesia di akses 1 April 2014.