Upload
ahsanun-naseh-khudori
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
1/109
RENCANA
TATA
RUANG
WILAYAH
NASIONAL
MEI
1996
BADAN KOORDINASI
TATA
RUANG
NASIONAL
s7[I
y
4'{'.0('*
le
it-
7t
(RTRWN)
ee,_
ie
r*T
trW
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
2/109
BAB
I
BAB tr
DAF'TAR
ISI
Halaman
PENDAHULUAN..
I
BAB V
STRATEGI DAN
ARATIAN
KEBIIAKSANAAN
PEMANFAATAN
RUANG
WTLAYAH
NASIONAL..............
A. Tujuan
Nasional
Pemanfaatan
Ruang...
B.
Sbuktur
dan
Pola
Pemanfaatan
Ruang
Wilayah
Nasional..
1. Strategi
Pengembangan
Kawasan...............
2.
Pola
Pemanfaatan
Ruang
Wilayah Nasional..
3.
Struktur Ruang
Wilayah
Nasional..
4. Kawasan
yang
Diprioritaskan
Pengembangannya
dan
Kawasan
Tertenfu..
BAB
VI
KRITERIA
DAN
POI-A PENGELOI-AAN
KAWASAN
Kriteria dan Pola
Pengelolaan
Kawasan
Lindung
U
1.
Tujuan
dan
Sasaran...............
M
2.
Ruang Lingkup...
34
3.
Pokok-Pokok
Kebijaksanaan
Kawasan Lindung..
94
4.
Perencanaan
dan Penetapan
Kawasan
Lindung..
3T
5.
Pemanfaatan
dan Pengendalian
Kawasan Lindung..
lT
Kriteria dan Pola Pengelolaan
Kawasan Budi daya........
38
1.
Tujuan
dan Sasaran..............,
38
2.
Ruang Lingkup...
38
3.
Pokok-Pokok
Kebijaksanaan
Kawasan
Budi daya.........
33
4.
Perencanaan
dan Penatapan
Kawasan
Budi daya.........
M
5.
Pemanfaatan
dan Pengendalian
Kawasan
Budi
daya.........
45
IGiteria
dan
Pola
Pengelolaan
Kawasan Tertentu
46
1.
TujuandanSasaran
46
2.
Ruang
Lingkup...
46
3. Pokok-Pokok
Kebijaksana€rn
Kawasan
Terbentu..
46
4.
Perencanaan
dan Penetapan
Kawasan
Tertenfu..
49
5. Pemanfaatan
dan Pengendalian
Kawasan
Tertentu..............
..
49
22
22
22
26
27
32
.
B.
MUATAN, FUNGSI
DAN
PENDEKATAN
PENYUSUNAN
RTRWN
Muatan
Isi
dan Fungsi RTRWN...
Pendekatan
Penyusunan
RTRWN
1,.
Dasar
Penataan
Ruang
2.
Kesahran
Ruang
Dara
Laut
dan
Udara
3.
PendekatanWilayah
BAB III
PEMANFAATAN
RUANG
WII-A.YAH
NASIONAL
PADA
PJP r.......
Letak Geografis
dan Sumberdaya
AIam.......
Sumberdaya
Buatan
(Infrastrukfur)...........
.............:...
Perkembangan
Penduduk
1.
Iumlah
dan Struktur
Umur
Penduduk-
2.
Sebaran
Penduduk
Antar
Witayah..
3.
Mobilitas
Penduduk.................
Perkembangan
Ekonomi
Wilayah...............
Pemanfaatan
Ruang
Wilayah
Nasional
Akhir PIP
t........
Pola
danShuktur
RuangWilayah
Nasional
Akhir PIp
L.......
1.
Jaringan
Transportasi..............
2.
]aringan
Prasarana
Kelistrikan
3.
Jaringan
Telekomunikasi.......
4.
Kondisi
Kawasan
Permukiman
Perkotaan.............
5.
Prasarana
Pengairan
BAB
TV
ARAHPEMBANGUNAN
JANGKA
PANIANG
KEDUA
DAN
TATA
RUANG
WILAYAH
NASIONAL
15
Arah
Pembangunan
NasionaI............
Arah
Pembangunan
Daerah...............
Ruang
Wilayah
Nasional
Akhir PIP
[.......
Arah dan
Perkiraan
Pengembangan
Wilayah
dalam
plp
tr........
Perkiraan
Perkembangan
Penduduk
1.
Umum......
2.
Perkembangan
Penduduk
Perkotaan.........
2
2
2
3
5
A.
B.
C.
8
8
8
8
8
12
12
12
14
14
14
14
14
74
A.
B.
C.
D.
E.
F.
15
15
15
16
18
18
18
A.
B.
C.
D.
E.
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
3/109
RENCAI{A
TATA
RUAIIG
WILAYAH
NASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
rangka
mewujudkan
tujuan pembangunan
jangka
paqiang,
upaya
pembangunan
perlu
ditingkatkan
melalui perencanatn,
pelaksanaan,
dan
pengawasan
pembangunan
yang
lebih
baik,
agar
selunrh pikiran
dan sumber daya
dapat
diarahkan secara
efisien dan
efektif
Satah
satu hal
pokok yang
dibutuhkan
untuk mencapai maksud
tersebut
adalah
peningkatan
keterpaduan
dx1 |5s5s1xsien
pembangunan
di segala
bidang.
Garis-garis
Besar
Flaluan Negara
(GBHN)
1993
BAB
II
mengenai
Pembangunan Nasionaf
mengamanatkan
bahwa wawasan
dalam
penyelenggaraan
pembangunan
nasional
adatah Wawasan
Nusantara yang
mencakup perwujudan
Kepulauan
Nusantara
sebagai Satu
Kesatuan
Politi\ Satu
Kesanran
Ekonomi
Satu
Kesatuan
SosialBudaya,
dan
Satu Kesatuan Pertahanan
Keamanaa.
Dalam
GBHN 1993
juga
digariskan
bahwa
perekonomian
daerah
harus
dikembargkan
secara
serasi
dan
seimbang antar
daerah dalam
satu
kesatuan perekonomian
nasional
dengan
mendayagr:nakan potensi
dan peran
serta
daerah
secara optimal
dnlam
rangka
perwujudan
Wawasan
Nusantara
dan
Ketahanan
Nasional.
Selanjutnya
GBHN 1993
mengarabkan
pula
bahwa
pendayagunaan
sumber
daya alam
dilatukan
secara terencana, rasional,
optimal,
bertanggrrng
jawab dan
sesuai
de,ngan
kemampuan
daya
dukungnya
dengan
mengutamakan
sebesar-besanrya
mtuk ke,mahuran
rakyag
serta meryerhatikan
kelesarian
firngsi-fungsi
dan keseimbangan
lingkungan
hidup
guna
pembangunar yang
berkelanjutan.
Sehubungan
de,ngan rtu,
perlu
disusun
"Pola
Tata Ruang
Nasional'
yang
dapat
d[iadikan
pedoman
bagi
perencanaan
pembangunan,
yang
meryerhatikar penataan
lingkungan
niaup
dan
pemanfaatan
sumber
daya alam
dimana
kegiatan
pembangunan
dapat
dilakgkan secafa
aman,
tertib, efuien
dan
efektif
Pola
Tata
Ruang
memadukan
dan
menyerasikan
tata
guna
tanah, tata
guna
udara, tata
guna
air,
dan
tata
guna
sumber
daya alam lainnya
dalam
satu
kesatuan
tata
lingkungan
yang
harmonis
dan
dinamis
serta
ditunjang
oleh
pengelolaan
perkembangan
kependudukan
yang
serasi, disusun
melalui
pendekatan
wilayah
dengan
memperhatikan
sifat
lingkungan
alam
dan lingkungan
sosial.
Sejalan
dengan
upaya
pe,lrataan
rurxg
tersebut,
Undang-undang No.
24 Tahun 1992
tentang
penataan
Ruang
(UUPR)
menetapkan bahwa
pada
tingkat
nasional
dizusun
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
Nasional
(RTRWN),
yang merupakan
StrategiNasional
Pengembangan
Pola
Tata Ruang
(SNPPTR)
wilayah
nasional yang
memuat
strategi
dan arahan kebiiaksanaan pemanfaatan
ruang wilayah
nasionaL
RTRWN
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
4/109
B.
1.
.
BAB
tr
MUATAN,
ISI,
FIINGSI DAN
PENDEKATAN
PEIYYUSUNAN
RTRWN
Muatan,Isi dan Fungsi
RTRWN
Di dalam
Pasal
20 Undang-Undang
No.
24
Tahun
L992
tertmg
Penataan Ruang
(tJItPR),
digariskan
petqiuk
menge,nai
nmratan, isr, dan
fungsi Rencana Tata Ruang
Wilayah
Nasional
(RTRWN)
sebagai
berikut
:
1.
Muatan
RTRWN
RTRWN
merupakan
strategr
dan
arahan
kebifaksanaan
pemanfaatan
ruang wilayah
negara,
yang
meliputi:
a.
tujuan
nasional
dari
pemanfaatan
ruang
untuk
peningkatan
kesejahteraan;
b. struktur dan
pola
pemanfaatan
rurng
wilayah nasional;
c.
kriteria
dan
pola pe,ngelolaan
kawasan lindung,
kawasan budi
daya,
dan
kawasan tertentu.
2.
RTRWN berisi :
a.
penetapan
kawasan
lindung, kawasan budi
daya, dan kawasan
tertentu
yang
ditetapkan
secara nasional;
b
nonna dan
kiteria
pemanfaatan
ruang;
c. pedomenpengendalianpemanfaatanrurng.
3. Fungsi
RTRWN
RTRWN
berfirngsi sebagai
pedoman
untuk
:
a.
perumusan
kebiiaksanaan
pokok pemanfaatan
ruang di wilayah nasional;
b. mewujudkan
keterpaduan,
keterkaitan
dan keseimbangan
perkembangan
antarwilayah
serta keserasian
antarsektor;
c. pengarahan
lokasi
investasi
yang
dilaksanakan oleh
pemerintah
dan
atau
masyarakat;
d.
Penataan
runng
wilayah
Propinsi Daerah
Tingkat I dan wilayah
Kabupaten/Kotamadya
Daerah Tingkat
tI.
Pendekatan
Penyusunan RTRWN
Penyrsrnan
RTRWN berlandaskan
:
(l)
Dasar
Penataan
Ruang,
(2)
Kesatuan
Ruang
Darat,
Laut
dan
Udara,
dan
(3)
Pendekatan
Wilayah.
Dasar Penataan Ruang
Sezuai dengan
Pasal T
UUPR5
RTRWN didasarkan
pada:
Fungsi Utame Kawasan
Berdasarkan
firngsi
utama
kawasan, ruang wilayah
nasional
dibagi atas
kawasan berfungsi
lindung
dan
kawasan
budi
daya. Kawasan
berfirngsi
lindung
direncanakan
untuk
mewujudkan
pemanfaatan ruang
yang
memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungaa
serta
optimasi dalam
pengguuan
srmber
daya
alam
sesuai dengan daya
dukung
lingkungan hidup
untuk
mencapai
pembangunan
yang
berkelanjutan.
Kawasanbudi daya direncanakan
untuk mencapai
pemanfaatan
zumber
da-va
seoptimal
mungkin
sesuai
dengan daya dukung
lingkungan
dengan
tetap
memperhatikan kelestarian
lingkungan
hidup. Di dalam
kawasan budi daya
terdapat
(diindikasikan)
sebaran
pengembangan
kegiatan
produksi,
jasa
dan
permukiman
beserta
prasarana
wilayah
pendukungnya.
pi
dalam
kawasanbudi
daya
terdapat kawasan yang
memiliki
potensi
tertentu
baik
yang
sudah berkembang maupun
yang prospektif
untuk dikembangkan.
Kawasan ini srategis bagi
pembangunan
serta
pengembangan
ruang
wilayah
nasional sehingga
dapat
disebut
sebagai
kawasan andalan.
Kawasan
andalan
yang
sudah
berkembang mempunyai
potensi
untuk
lebih
dikembangkan
karena didalamnya
terdapat antara lain aglomerasi
kota,
aglomerasi kegiatan self,or
produksi yang
didukung
oleh
ketersediaan sumber
daya manusia, zumber daya
alam, kedekatan
lokasi
terhadap
pusat-pusat
pertumbuhan
regional
dan
mempunyai ffiastruktur
pendukung.
Kawasan
andalan
yang
prospektif
untuk berkembang mempunyai
peluang
untuk
dikembangkan karena didalamnya
terdapat zumber daya
alam,
mempunyai
akses terhadap
pusat pertumbuhan,
dekat
dengan
dan dapat
menjadi
pusat-pusat
permukiman
dan dimungkinkan untuk
pengadaan
prasarana
pendukung.
Untuk
mendorong
pernrmbuhan,
pemerataan
dan kesafuan
wilayah
nasional,
kawasan-kawasan
andalan diupayakan
menyebar dalam ruang wilayah
RTRWN
RTRIVN
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
5/109
b.
Nasional baik di ruanB daratan
rnaupun
ruang lautan dan saling terkait serta
menguatkan satu sama lain. (lihatGambar2.LA)
Fungsi
Kawasan
dan Kegiatan
Fungsi kawasan
didasarkan pada pengamatan
dominasi
kegiatan atau
sifat
tertentu
dari
suatu kawasan.
Dalam
kaitan
ini ruang
wilayah
nasional dapat
terdiri atas kawasan perdesaan,
kawasan perkotaan
dan
kawasan
tertentu.
Kawasan
perdesaan
meliputi
teapat permukiman perdesaan" tempat
kegiatan
pertanian,
kegiatan pemerintahan, pelayanan sosial
dan
kegiatan
ekonomi.
Kawasan
perkotaan
meliputi
tempat
permukiman
perkotaan"
tempat
pem$atatr
dan
pendistribusian
kegiatan
non
pertanian
se,pertipelayanan
jasa
pemerintaha4
kegiatan
pelayanan
sosial
dan kegiatan ekonomi.
Kawasan
tertentu meliputi tempat
pengembangan
kegiatan-kegiatan
yang
strategis
secara
nasional,
yaitu
:
t)
kegiatan
yang
mempunyai pengaruh
besar terhadap
(upaya)
pengembangan
tata rurng
di
wilayah sekitarnya;
2)
kegiatan
yang
mempunyai
dampak terhadap
kegratan
lain dalam
bidang
yang
sejenis maupun
terhadap
kegratan
di
bidang lain;
3)
kegiatan yang
merupakan
fahor
pendorong
bagi
peningkatan
kesej
ahteraan
masyarakat
;
4\
kegiatanyangmenduhrngkepentinganpertahanankeflmanan
negara
yang
bersifat
strategis.
Aspek Administrasi
Berdasarkan
sistem administrasi
pemerintahan,
dibedakan adanya
Ruang
Wilayah Nasionaf
Ruang
Wilayah
Propinsi
Daerah
Tingkat I
dan Ruang
Wilayah Kabupaten/I(otamadya Daerah
Tingkat
II.
RTRWN
disusun
dengan
melihat
wilayah
nasional
sebagai satu kesatuan
wilayah,
lebih
lanjut
dijabarkan kedalam strategi
serta
struktur dan
pola
pemanfaatan
ruang wilayah
Propinsi Daerah Tingkat
I
dan disebut sebagai
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah Propinsi Daerah
Tingkat
I
(RTRWP).
Kawasan andalan dan
kawasan
tertentu dalam
RTRWN menjadi salah
satu
dasar dalam penentrum
kawasan
prioritas
dalam
RTRWP. Pemerintah Daerah
Tingkat
I
dengan
pertimbangan
tertentu dapat
menentukan kawasan
prioritas
di luar kawasan
andalan
dan kawasan
tertentu, akan
tetapi firngsinya
harus
saling memperkuat
dengan
kawasan
andalan
dan
kawasan
terteNrtu
yang
ditetapkan dalam
RTRWN
(lihat
Gambar 2.1.8).
Selanjutnya
strategi
dan struktur
pemanfaatan
ruang
propinsi
tersebut
dijabarkan kedalam
rencana
pemanfaatan
nung
wilayah
Kabupaten4(otamadya Dati
II. Rencana
ini disebut Rencana
Tata
Ruang
Wilayah Kabupaten/I(otamadya Daerah
Tingkat II (RTRWK).
Kawasan
prioritas
di
RTRWP menjadi
salah
satu
dasar
dalam
penentuan kawasan
prioritas
di
RTRWI(
Daerah tingkat II
dengan
pertimbangan
tertentu dapat
menentukan
kawasan
prioritas
tambahan di luar
kawasan
prioritas
dalam
RTRWP.
(lihat
Gambar 2.1.C)
Kesatuan
Ruang Daral
Laut
dan Udara
Ruang adalah wadah
yang
meliputi
r.uang daratan,
ruang lautan, dan ruang
udara
sebagai
satu
kesatuan wilayall
tenryat
manusia dan maltluk hidup lainnya melakukan
kegiatan
serta
memelihara kelangsungan
hidup.
Dengan pengertian
itu
yang
diatur
dalam RTRWN
adalahruang
yang
merupakan tempat manusia
dan
mahluk lain hidup
dan melalcukan
kegiatan
serta
memelihara
kelangsungan
kehidupan"
yaitu
:
a. rurng darat
yang
meliputi bagian muka bumi
yang
dibatasi
garis
pantai
dan
ruang
di
bawahnya
sampai
kedalaman
100
(seratus)
meter.
(Catatan
:
batas
lrzdalanwt
100
nrcter
ini
diambil berdasarlan
kenyataan bahwa hingga
hni
kegiatan
kehidupan marutsia
di bawah permul
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
6/109
Gambar
21
SKEMA
PENATAAN
RUANG
BERDASARKAN
FUNGSI
UTAMA
DAN
ADMINISTRASI
A
WILAYAH
NASIONAL
r"t
t..
,r/
: Kawasan
Andalan
: Kawasan
Tertentu
:
Batas Administrasi
Dati
I
KL:KawasanLindung
KB:lGwasanBudidaya
KwL
;
Kawasan
di Laut
"r
:
Kawasan Prioritas
O
:
Pusat
Permukiman
H:
PrasaranaWilayah
-
Transportasi
-
Air
Bersih
- Liskik
Telekomunikasi
,---*''--
:
Sungai
: Pertanian pangan
|
: Industri
},
,rt*"""n
Lindung
O
'
Kawasan
Komersial
D
Kawasan Perikanan
|
:Pelabuhan
:
Batas
Administrasi
Dati ll
:
Kawasan
Prioritas
di
Dati
ll
: Sempadan
Sungai
C WILAYAH
DATI
II
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
7/109
Konsep Wilayah
Ruang
Darat,
Laut dau
Udara
diberikan
secara
skematis
pada
Gambar
2.2.
3.
Pendekatan Wilavah
Pendekatan
wrlayah
pada
prinsipnya
memandang
wilayah
sebagai
suatu
sistem.
Keselunrhan
unsrpembentuk
wilayah
yang
meliputi
zumber-daya
alam,
sumberdaya
buatan dan
manusia
beserta kegiatannya
yang
meliputi
politrlq ekono-i,
sosial
budaya
dan
pertahanan
keamanan
negara berinteraksi
membentuk
zuatu
wujud ruang.
UUPR
menjelaskan
bahwa wujud
pemenfaxlsn
ruang
wilayah
yang
direncanakan atau
tidalq disebut
tata ruang. Dengan
demikian
tata
ruang dapat
juga
diidentifikasikan
sebagai wujud interaksi unsur-unsur
pembentuk ruang.
Mengingat
wilayah
adalah zuatu sistem dan merupakan
tempat
manusia
bermukim
serta mempertahankan
hidupnya maka dalam
penataan ruang
yang paling
utama
diwujudkan
adalah
meningkatkan
kinerja atau
kualitas ruang
wilayah
untuk
penyediaan produksi
dan
jasa
yang
cukup,
permukiman sehat
dan
kelestarian
lingkungan
hidup.
Oleh
karena itu suatu hal
yang
mendasar dalam
penataan
ruang
dengan
pendekatan
wilayah
adalah memadukan
unsur
pembentuk ruang wilayah agar
kinerja
wilayah
meningkat dalem lingkungan
yang
tetap
lestari
dan
kondusifterhadap
pengembangan
kesejahteraan
mn
syarakat yang berkelanjutan.
Memperhatikan hal-hal tersebut
penyusunan RTRWN
dilakukan dengan
tahapan
sebagai berikut
:
a. Pengenalan
Kondisi Tata
Ruang
Pada tahap ini dilakukan
pengkajian
untuk melihat
pola
dan
interaksi dari
unsur-unsur
pembentuk
ruang terutama
yang
meliputi
kondisi
dan sebaran
sumber
daya alam dan buatan,
kegiatan
produksi,
sebaran
dan
sruktur
penduduk
Pengkajian ini dilalaftan
untuk
mengetahui
gambaran
kondisi
tata
ruang
yang
ada.
b.
Pengenalan
Masalah Tata Ruang
serta Perumusan
Kebljaksanaan
Pengembangan
Ruang Wilayah Nasional
Pada
tahap ini dikenali masalah
tata
ruang melalui
pembandingan kondisi
tata
ruang
yang
ada dengan arahan-arahan
kebijaksanaan
pemanfaatan
ruang
di
masa
mendatang
serta
kendala-kendala yang
dihadapi.
Penyusunan Strategi dan
Pola
Pemanfaatan Ruang
Dengan
memperhatikan,
pennasalahan
yang
ada dan
kebijaksanaan
pengembangan ruang
wilayah.
disusun
strategi
pengembangan struktur
dan
pola pemanfaatan ruang wilayah
nasional.
Secara skematis tahapan
penyusunan RTRWN diberikan
pada
Gambar
2.3.
RTRWN
RTRIYi\'
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
8/109
GAMBAR
2.2
Konsep Ruang
Darat, Laut,
dan
Udara
,i#'Fffi
\\
batas
batas
ZEE
teritorial
(2@
mil)
(12
mil)
permukiman
pertanian
hutan
produksi
Penanlan
terbatas
permukiman
industri
hutan
lindung
kawasan
pantai
/
Pelabuhan
Budidaya
laut :
perikanan
jalur
internasional
Kawasa n untuk
Pemanfaatan
Sumber Daya
Kelautan
Pengembangan
Kawasan
Pantai
Kawasan
Darat
Konservasi Pantai
Permukiman
Perkebunan
hutan
hutan
hutan
.
gari6
batas
produksi
lindung
Produksi
pantai
teritorial
terbatas
terbatas
(12
mil)
permukiman
pertanian
't
.;'
I
I
i
I
\
\
I
I
\
\
i
'\
\,
kawaean pantal
n
Kawasan Andalan
Pusat
Permukiman
Kawasan
lindung
Lahan
Gambut
Pertanian
tanaman
pangan
lndustri
Jalur
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
9/109
GAMBAR 2.3
KERANGKA
PIKIR
PENYUSUNAN
RTRWN
PEiIGEMI.AN
KONDISI AWAL TATA
RUANG
WII.AYAH i{ASIOML
STRATEGI PENGEMBANGAN
RUANG
WILAYAH
i{ASIOML
PERUMLJSAN RENCAM
STRI.,(TURDAI{ POtA
PE}TANFAAATAI.{
RIIAI.IG
r.r sroML
l.PO(
l(^WASAll
UNO(AG'
2
POII, P€}.IG
EM BAN GA'{
KAWASAI.I
g,JUOAYA
s-SlSTEilr
PEFfr/lr
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
10/109
B.
BAB
III
KONDISI
TATA
RUANG
WILAYAH
NASIONAL
PADA PJP
I
Umum
Kondisi
tata
ruang
digambarkan
oleh
dua
aspek
utama yaitu pola
pemanfaatan
ruang
dan
struktur
ruang.
Pola
pemanfaatan
ruang
memperlihatkan
sebaran kawasan
budidaya
beserta
sektor-sektor
di
dalamnya,
sedangkan
struktur
ruang digambarkan
oleh
pusat-pusat
permukiman
atau
perkotaan dan
jaringan infrastruktur
pendukung
pusat
perkotaan.
Disamping
itu
untuk
lebih
memberikan gambaran
yang
jelas,
kondisi
tata ruang
juga
dilengkapi
dengan
penjelasan
kondisi zumber
daya
alam,
perkembangan
ekonomi
dan
persebaran
penduduk.
Letak
Geografis
dan
Sumber
Daya
AIam
Wilayah
nusantara yang
luas
berkedudukan
di khatulistiwa
pada posisi
silang
antara
dua
benua
dan
dua
samudera
yang
sangat
strategis
bagi
pengembangan
ekonomi.
Dilihat
dari
kedudukan
geografis
Indonesi4
Jawa
dan
Sumatera
terutama
perairan
dalamnya"
berada
tepat
pada
jalur
perdagangan
internasional
(perhubungan
laut)
terutama
yang
menghubungkannya
dengan
Negara-negara
Industri,
Negara-negara
Industri
Baru
dan
Negara-negara
ASEAN
lainnya.
Pada
umumnya
keadaan
ekonomi
pulau-pulau
di wilayah
nasional
Indonesia
telah mengalami
perkembangan
tetapi
masih
terdapat
perbedaan
tingkat
kemajuan
antara
satu dengan
lainnya.
Kawasan
Barat Indonesia
(KBI)
yaitu
Pulau Jawa
dan
Pulau
Sumatera
pada
umumnya
lebih
berkembang
dibandingkan
dengan
Kawasan
Timur tndonesia
(KTI),
yaitu
pula-u-pulau
lainnya.
Secara
geografis,
KTI
memiliki
wilayah
yang
relatif
lebih
luas
dibandingkan
dengan
KBI,
namun
tidak
seluruh wilayahnya
dapat
dikembangkan
bagi
kegiatan
produktif.
Secara
umum
stunber
daya lahan
di
KTI lebih
cocok
untuk
tanaman keras,
budi
daya
kelautan
dan
kegiatan
pertambangan.
Wilayah
KTI
mempunyai prospek
untuk dikembangkan
bagi
mernacu perkembangan
ekonomi
nasional.
Luas
lautan
Indonesia
adalah 5,8
juta
km2
terdiri
dari
0,3
juta
km2 perairan
teritorial
2,8
juta
km2 perairan
laut
nusantara
dan2,7
juta
km2
zona
ekonomi
eksklusif.
KTI
memiliki
lautan
lebih luas
dibandingkan
dengan
KBI.
Kondisi ini
memberi
peluang
terhadap
kemungkinanlebihberkembangryaKTl
pada
PJP
II
melalui pengembangan
potensi
kelautan
baik
perikanarq
industri
kelautan maupun
wisata.
Di
samping
sumber
daya kelautan
yang
terdapat
di wilayah
nasional
Indonesia,
terutama
di
KTI,
Indonesia
juga
memitiki
lahan yang
sangat
luas
berupa
kawasan hutan
dan kawasan
produksi
lainnya
seperti
pertanian
tanaman
pangan
dan perkebunan.
Lahan
potensial
untuk
kegiatan
pertanian
letaknyatersebar
dengan
komposisi
terbesar
di
KBI
(Pulau
Jawa
dan Pulau
Sumatera).
Hutan Indonesia
juga
potensial
digunakan untuk
pembangunan
nasional.
Sampai
saat ini
kawasan
hutan
digolongkan
dalam
kawasan-kawasan hutan
lindung, hutan
suaka
alanr, hutan
produksi
dan hutan
konversi. Kawasan
hutan
konversi
adalah kawasan hutan yang
dapat
dialihfungsikan
penggunaannya
menjadi kawasan
produksi
selain hasil
hutan.
Kawasan
hutan
produksi
terutama
diperuntukkan
bagr
pengembangan
produksi
bahan mentah
berupa
hasil
hutan
untuk
kebutuhan
industri
dan
penghasil
jasa.
Luas
hutan perpropinsi
diperlihatkan pada
tabel
3.1.
Dari
tabel tersebut
terlihat
bahwa presentase
luas hutan
di
Pulau
Jawa dan
Bali
adalah
sebesar
21,74oh,
jauhlebih
rendah dibandingkan
prosentase
luas hutan
di
pulau
lain
seperti
Sumatera
(63,24
o/o),
Sulawesi
(66,32
Yo) dan Kalimantan
(77,9
%).
D sapming itu terlihat
juga
dari Tabel 3.1
terlihat
pula
luas
lahan
yang
belum
diusahakan,
seperti
semak-semalq
dimana
di
luar
Jawa masih cukup
luas. Data potensi
tanah
tersebut
memperlihatkan
bahwa tanah-tanah
di
Pulau
Jawa sudah
tinggl tingkat
pemanfaatannya"
sedangkan
di
luar
Jawa
terutama
di
KTI
potensi tanahnya
masih
sangat besar.
Dilihat
dari
potensi
mineral
di seluruh
wilayah Indonesi4
mempunyai
potensi
yang
cukup
baik,
khuzusnya di
wilayatr KTI dan belum
dimanfaatkan seluruhnya. Pengembangan
wilayah
KTI
di bidang
pertanrbangan
sangat
didukung oleh
ketersediaan
bahan
tambang.
Sebaran
potensi
mineral dan energi
diberikan
pada
Peta
3.1. Disamping
potensi
tersebut
di atas,
hal
yang
pedu
diwaspadai adalah
potensi
bahaya
lingkungan
bagi
pengembangarq
seperti
bahaya
banjir,
tanatr
longsor
dan bahwa gempa.
Persebaran
potensi
bahaya linglarngan tersebut
diberikan
pada
P
eta
3.2.
Perkembangan
Penduduk
1. Jumlah dan
Struktur
Umur
Penduduk
Akhir
PJP
I
penduduk
Indonesia
berjumlah
sekitar
189
juta jiwa
dengan
laju
pertumbuhan
penduduk
sekitar I,9/o
peftahun.
Walaupun
pertumbuhannya
menurun
tetapi
jurnlah
penduduk
akan
terus
bertambah.
Apabila
pertumbuhannya
tidak
dikendalikan
dapat terjadi ketidakseimbangan
antara
jumlah
penduduk
dengan
daya
dukung
dan daya
tampung lingkungan
alanr, kawasan
budi daya
dan
lingkungan
sosial.
Sampai saat
ini
struktur
umur
penduduk
Indonesia masih
termasuk
penduduk
muda
dimana
proporsi penduduk yang
berusia
0
-
14
tahun masih
diatas 30olo,
penduduk
usia
kerja
sekitar 60yo, sedangkan
penduduk
usia tua
sekitar 10olo, sehingga
beban
tanggungan
kerja menjadi
tinggi.
Sebaran Penduduk
Antar Wilayah.
Pada
tahun 1993,
persebaran penduduk
Indonesia
menunjukkan
ketidak-merataan
yang
cukup
menonjol,
sebagian besar masih
terkonsentrasi
di P. Jawa
yaitu
sekitar
59,3yo,
dan di
P.
Sumatera sekitar 20,7yo,P.
Sulawesi sekitar
j,Oyo,P.
Kalimantan
5,3yo,
Irian
Jaya
1.0%.
Di lihat
dari sebaran
penduduk
berdasarkan
C.
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
11/109
-"ry
u'\r
/
o
I
,@r
r-q
,,",d
XI{D I\T
]E
S
NA
PETA POLA
PEMANFAATAN
RUANO
AKHIR
PJP
I
KETERANGA|\I
n-mri
HUIAI{
UNIXTNO
riil,
irrli
DAN
KoNsEF/Asl
HUTAI'I PRODUI€|
I
nousnr
::r:r
i:
pERKEzuMN
PARIWISATA
I
eenrruB
rreAN
&.mLr:
&
R.PPPTIL
lm
Peta 3.1
ofi,sw/wt2/fi
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
12/109
Peta
3.e
IFIGD^IEIN
tr
BllrrsrF
(@)
I
EUrrBrEr
GE{@IEI4
I
n|Trr
o
ElElrl
DtsrB r 6tl
a
BlEllf Dlltl
lfill
\/
(rNDrtlIE)
Ar@.
DErrr|D
;\xmr'
VUrP,/Org
r1al
e IANOllIt
I
nrn rs
4rB
(uwrmt
u$
$
orrnrcrx uuf,c urrrr
,,lman
o
I
unrno
urP PnoonEE
Gffi"f'
-"
IITEI
lornrn
qrmban
1.
Ptb
R.Ftu lee0
2.
Dapoft.'nan
F tatrlergon
ftn
grcrll
ET.D^N
ISOORD:tr\ASI
RUANO
NAIIONAIJ
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
13/109
bo
Ol-
I
o\,
fb
)
I
I
i
3
-t
^
Peta 3.8
KETEMNGAN
E3ffiffir*
I
*u*
psrarsr
s$rR
MERAIi
WLJO}IIS IKTIF
sfirb€n P6
RaFFRot
legO
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
14/109
propinsi,
tiga
propinsi
di Jawa merupakan
yang
terbesar
yaitu
masing-masing
Jawa
Barat
20,0o/o,
Jawa
Tengah
15,50 dan
Jawa
Timur
17 .60 .
Yang
terendah
terdapat
di
Timor
Timur
sebesar
0,4o/o
dan Sulawesi Tenggara
dan
Kalimantan
Tengah
masing-
masing 0,8o/o.
Kepadatan penduduk
Indonesia
(iwa/km2)
adalah
sekitar 99 orang,
dimana
P.
Jawa
merupakan
pulau
yang paling padat
yaitu
sehtar 880
orang
per
km2. Pulau-pulau
lainnya
yaitu
P.
Sumatera
8l orang
P.
Sulawesi
69
orang
P.
Kalimantan
18
orang,
dan Irian
Jaya 5
orang. Berdasarkan
propinsi
maka
Propinsi
DKI
Jaya
merupakan
propinsi
terpadat yaitu
sekitar 13,242
orang
per
kno.
Propinsi-propinsi
dip. Jawa
lainnya
kepadatannya adalah
DIY
Yogyakarta
sekitar
900,
Jawa
Barat
dan
Jawa
Tengah
sekitar 870 dan paling rendah
Jawa Timur
sekitar
690
orang. Propinsi
lain
umumnya mempunyai
kepadatan
di bawah
100
orang
kecuali
Sumatera
Utara
15l
orang,
Lampung
182
orang, Bali 507
orang,
Nusa
Tenggara
Barat
176
orang
dan
Sulawesi
Selatan 118
orang, sedangkan
propinsi
yang paling
rendatr yaitu
propinsi
Irian
Jaya
yaitu
5
orang.
Penduduk
perkotaan
merupakan
salah satu ciri
dari daerah
urban,
dan
apabila
dilihat
sSagai
penduduk
yang
berpotensi dibandingkan
dengan
penduduk perdesaan,
mereka
merupakan
modal
pembangunan
di daerah
perkotaan.
Sampai
dengan tahun
1993
penduduk
perkotaan
mencapai sekitar
34%
daijumlah
penduduk
dan
penduduk
perdesaan
sekitar
66,0yo. Apabila
dibandingkan
dengan
penduduk
perkotaan
pada
tahun 1990
yaitu
sekitar 3OYo, maka
pertanrbahan
penduduk
perkotaan
dalam
tiga
tahun ini
cukup
pesat.
Mobilitas Penduduk
Pola
perpindatran
penduduk
antarpulau
selama
dekade
terakhir
ini
tidak
banyak
mengalami
perubahan,
akan tetapi
jumlah
orang
yang pindah
yang
tercatat
dalam
sensus 1990 lebih
besar dari
yang
tercatat
pada
sensus 1980. Penduduk yang
keluar
dari berbagai
pulau
di
Indonesia
seba,gan besar
menuju
ke P.
Jawa" kecuali
dari P.
Sulawesi.
Orang
yang
keluar
dari P. Sumatera
90olo, lebih
tujuannya
adatah
P.
Jawa"
yang
keluar
dari
P.
Kalimantan hampir
80%
pindah
ke P.
Jawa. Sebaliknya
orang
yang
pindah
ke
pulau
-
pulau
lain berasal
dari P.
Jawa, orang
yang
pindah
ke
P.
Sumatera 90Yo
berasal dari
P.
Jawa, begitu
pula
untuk P. Kalimantan
dan P.
Sulawesi
masing-masing
7SYo
dan 600/o.Ini memberikan
gambaran
bahwa
P.
Jawa
masih
merupakpn
daerah asal dan daerah
tujuan
perpindahan
penduduk.
Beberapa
propinsi
di Jawa
yang
dikenal
sebagai
pengirim
transmigrasi,
yaitu
Jawa
Timur,
Jawa
Tengah
dan
DI
Yogyakarta,
memperlihatkan migrasi net yang
negatif,
sedangkan
Jawa
Barat
dan DK[ Jaya mendapat
tambahan terus sehingga
migrasi
netnya
besar. Propinsi-propinsi
di
luar
Pulau
Jawa
yang
terkenal dengan
penduduknya
sebagai perantau
juga
menunjukan
migrasi net
yang
negatif
yaitu
Sumatera
Barat
dan
Sulawesi
Selatan.
Perkembangan
Ekonom
i
Wilayah
Meski
terdapat
perbaikan, perkembangan
ekonomi wilayah
di
seluruh
Indonesia
masih
menunjukkan
adanya ketidakmeratazn.
Hal ini
terlihat
dari kontribusi
PDRB
(Produk
Domestik
Regional
Bruto)
yang
dihasilkan
ekonomi per pulau
utama
dalam
total PDB
(Produk
Domestik
Bruto)
Nasional.
Pada tahun
1993,
kontribusi
PDRB Pulau
Jawa
dalam
harga
berlaku
(tidak
termasuk minyak dan
gas)
terhadap
perekonomian
nasional
adalah
63,4yo,
sedangkan pada
tahun
yang
samaP. Sumateramemberikankontribusi
18,3
oZ,
P.
KalimantanT%o,
P.
Sulawesi4,5yo
dan selebihnya(5,9Yo)
berasal dari pulau-pulau
Bali,
Nusa Tenggara,
Irian
Jaya,
Maluku dan Timor Timur.
Ditinjau
dari laju
pertumbuhan
ekonomi wilayah
juga
masih
terdapat
ketidakmerataan
antar
propinsi
di
seluruh
Indonesia. Data laju
pertumbuhan
rata-rata
PDRB
per propinsi
dalam
periode
1983-1993
(harga
konstan 1983 tanpa
minyak
dan
ga.s)
menunjukkan
batrwa beberapa
propinsi
menunjukkan
laju
pertumbuhan
tinggr
di atas
rata-rata
nasional
(7,5o/o),
yuttt
Sumatera
Utara
(8,2yo),
Jawa Barat
(8,7yo),I-ampung
(8,6yo),
Kalimantan
Barat
(8,5olo),
atau
Kalimantan
Timur
(ll,l%).
Sedangkan
beberapa
propinsi
lainnya
menunjukkan
laju
pertumbuhan
di bawah rata-rata
nasional
seperti Jawa Tengah
(6,60A),
Sulawesi
Selatan
(7,3o
),Jawa
Timur
(6,6Yo),
Nusa Tenggara
Barat
(6,8yo),
atau Nusa Tenggara
Timur
(6,1
%). Perbedaan
laju
pernrmbuhan
ini
menunjukkan
adanya
perbedaan
kinerja
kegiatan
perekonomian
di
setiap daerah.
Dlihat dari
sisi
pendapatan
per
kapit4
juga
terlihat adanya
perbedaan yang
cukup
menonjol
dari sanr
propinsi
ke
propinsi
lainryra. Padatahun 1990,
pendapatan
per
kapita
setiap
propinsi
yang
diular
dari
PDRB
per
kapita
(tidak
termasuk
migas)
bervariasi
dari
Rp.2,8
juta
di
DKI
Jal€rtayaitu
tertinggi di
seluruh
Indonesia, hingga
Rp. 360 ribu
di
Timor
Timur.
Di
antara
kedua
batas
tersebut,
Jawa
Barat
misalnya memiliki
PDRB
per
kapita
sebesar
Rp 790 ribu,
Sulawesi
Utara sebesar Rp. 608
ribtl
atau di
Sumatera Utara
sebesar sekitar
Rp. I
juta.
Pola Pemanfaatan
Ruang
Wilayah
Nasional Akhir
PJP
I
Pemanfaatan
ruang
wilayah
nasional
sampai
dengan
alCrir PJP I memperlihatkan
bahwa
tingkat
pemanfaatan
ruang
untuk
kegiatan
budi daya
di
P.Jawa
danP.
Sumaterajauh
lebih tinggi
dari
pulau-pulau
lainnya.
Tingkat pemanfaatan
ruang
pada
umumnya sejalan dengan
tingkat
kepadatan penduduk,
dimana
Pulau
Jawa
dan
Sumatera
mempunyai
kepadatan
penduduk
yang
lebih
tinggi
dari
pulau-pulau
lain.
Pulau-pulau
di KBI
umumnya manpunyai tingkat
pemanfaatan
ruang untuk kegiatan produksi
seperti sawah,
perkebunan
dan
industri
serta
permukiman
juga
lebih
tinggi
dibandingkan
pulau-pulau
lainnya (perhatikan
Peta 3.3).
t2
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
15/109
Peta 3.4
PETA
BESARAN
KOTA
DTN
JAEINGAN TRANSPORTAIII
TAHT'N 109{I
KETEMNGAN
O
Kqr
MErRo
rCTA EESTR
E
K'TA
SEDANO
,
I(0TA KEqL
JALAN
JAI.A}I
ARTER
1-l
,nn
rcurcm
AqNOIM UDIARA
m
xErs urArA
A
xE.ls
otJ
PELAg,J}I^N |.AI'T
I
rFrs UrAHA
E
xElrs DUA
\,JV
ri
(r-
€
\
ri
\
\
i\.ix
.l
*t--tt\r
'ffi
t-
\;
?o
{Cr.=-
\
'T
c\
1i
INDONESIA
n
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
16/109
F. Pola dan
Struktur
Ruang
Wilayah
Nasional
Akhir
pJp
I
1.
Jaringan
Transportasi
a. Transportasi
Jalan
Pulau
Jawa dan Pulau
Sumatera telah memiliki prasarana
jalan
yang
relatif
telah
berkembang
bailc, sedangkan
Pulau
Kalimantan dan
Irian
Jaya
ketersediaannya
terbatas.
Tingkat
pelayanan
tertinggi
terdapat
di Pulau
Jawa
yakni
0.52
Km/Ih2,
Nusa Tenggara O,23
KrnIKm2, Pulau
Sumatera 0,14
Km/I(m2,
sedangkan
yang
terendah
adalah Irian
Jaya 0,0lKm/Km2.
Panjang
jalan
di
Indonesia
224.172,6
Km terdiri
dari
jalan
nasional
5,630/o,
jalan
propinsi
18,0
5yo,
j
al
an kabup
aten
7 0,89Yo,
j
alan
kotamadya
5,3yo,
j
alan
tol
O,l3yo.
Rata-rata pertambahan
jalan5,20Yo
per
tahun
(lihat
Peta 3.4)
b.
Transportasi
Kereta
Api
Di Pulau
Jawa,
transportasi
kereta api
menghubungkan
wilayah
bagian barat
dan wilayah
bagtan
timur
dan merupakan
sistem
jaringan.
Untuk Pulau
Sumatera
jaringan
kereta
api
terdiri
atas tiga sistem
yang
saling terpisah
dan
membentuk pola
konsentris,
berpusat pada pelabuhan
laut. Ketiga
sistem
itu
adalah
jaringan
kereta
api Sumatera
Utar4
jaringan
kereta
api Sumatera
Barat, dan
jaringan
kereta
api
Sumatera
Selatan
yang
melayani
Propinsi
Sumatera
Selatan
dan
propinsi
Lampung.
c. Transportasi
Sungai
dan
Danau
Transportasi
sungai
dan danau
sangat penting
peranannya
di
Pulau
Xatimantan' Pulau
Sumatera
dan
Pulau kian
Jaya.
Di
daerah-daerah
tersebut,
khususnya
di Pulau
Kalimantan
angkutan
sungai
turut
berperan
sebagai
angkutan
utatna maupun
angkutan
pengumpul
dan
lokal,
sedangkan
untuk
transportasi
danau berperan
sebagai
pelayanan
lokal.
d.
Transportasi
Penyeberangan
Transportasi
penyeberangan
menurut
fungsinya
adalatr bagran
dari prasarana
transportasi
jalan
atau transportasi
jalan
rel.
Sampai dengan aldrir
PJP I
terdapat 88
lintasan penyeberangan,42Yo
lintasan
berada di wilayah
KBI
dan
58%
lintasan
berada
di
KTI.
e.
Transportasi
Laut
Di
Indonesia
terdapat 1889
pelabuhan
yang
terdiri atas 656
buah
pelabuhan
umum
dan 1233
buah
pelabuhan
khusus. Pelabuhan-pelabuhan
tersebut
di
atas
memberikan pelayanan
menurut status, kelas, peran dan
fungsinya.
Penyebaran
pelabuhan
laut
relatif kurang
merata. Pelabuhan
di
Pulau
Sumatera
dan di Pulau
Jawa
relatif
lebih
banyak dibanding dengan pulau-pulau
lainnya.
Pada
unnrmnya
tingkat
utilitas
rata-rata
pelabuhan
di
Indonesia
cukup
tinggr
(>60%)
kecuali
sebugan pelabuhan
di
Kawasan
Timur
Indonesia
(
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
17/109
BAB IV
ARAH
PEMBANGUNAN
DAN PENGEMBANGAN
RUANG
WILAYAH
NASIONAL
JANGKA
PANJANG
KEDUA
Arah
Pembangunan
Nasional
Titik berat
Pembangunan
Jangka
Panjang
Kedua
diletakkan
pada
bidang ekonomi,
yang
merupakan penggerak
utama
pembangunan,
seiring
dengan lnralitas
sumber
daya
manusia
dan
didorong secara
saling
memperkuat,
saling
terkait dan
terpadu dengan
pembangunan
bidang-
bidang
lainnya
yang
dilaksanakan
seiram4
selaras,
dan
serasi dengan
keberhasilan
pembangunan
bidang ekonomi dalam
rangka
mencapai
tujuan dan sasaran
pembangunan
nasional.
Memperhatikan
keadaan
ekonomi
nasional
sampai akhir PJP I dan
masalah-masalah
yang
dihadapi,
ditentukan
rencana
pembangunan
ekonomi nasonal dengan
penekanan
pada
penguatan
struktur
industri dan pemantapan produksi pangan.
Perkiraan perfumbuhan
ekonomi
nasional
selama PJP II
terdapat
pada
Tabel 4.1.
TABEL
4.1.
TARGET
PEMBANGI.]NAN
EKONOMI PADA PJP tr
REPELITAV REPELITA X
PRODI.]K NASIONAI
Pertumbuhan
PDB
(%)
Pertsnian
Industri Pengolahan
Non Migas
L:in kin
Total
PENDIIDUK
(tahrn
terakhir)
Jumlah Penduduk
(uta
orang)
Pertumbuhan
(7o
per tahun)
Pendapatan
per
kapita riil
Iuta
Rupiah
(harga
konstan 1989)
TENAGA KERIA
rPAK
(%)
Argkatan
Kerja
(uu onng)
Pertumbuhan
(7o
per
tahun)
Tingkat
pengangguran (rata-rata)
Produlrivitas
(US
S / orang)
Pertumbuhan
(% per
tahun)
Penyerapan
sektoral
(uta
jiwa)
Perianian
lndustri
pengolahan
[.ain
-
lain
2.1
10.0
I r.0
6.9
6.4
189.1
t.7
t.t71
685
55.9
78.8
J.I
3.2
1.670
3.3
78.8
3
8.0
9.9
30.9
3.5
8.7
9.0
9.5
E.7
258.2
0.9
4.993
2.603
62.1
l1'1 .9
2.0
2.O
4.839
6.8
147.5
40.8
28.9
't1.8
Keterangan
:
-
Penduduli usia
keria
adalah
penduduk
yang
berumur 15 tahun
ke atas
-
Angkatan
ke{a
adalah
penduduk usia
15 tahun
yang
bekerja
atau
mencari pekerjaan
-
TPAK
(Tingkat
Partisipasi Angkatan
Kerja) adalah
persentase
angkatan
kerja
terhadap
penduduk
usia kerja
-
Sumber:
REPELITA VI.
BUKU
II
B.
Arahan Pengembangan
Wilayah dan Pembangunan Daerah
Pengembangan
wilayah
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
daya dan hasil
guna
sumber daya
yumg
tersebar
di wilayah
nasional dalam
mewujudkan
tujuan
pembangunan
nasional.
Dalam
upaya
pengembangan
wilayah
arah
dan
kebijaksanaan yang
ditempuh
adalah
l.
Pembangunan
diarahkan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
dengan
tetap
memperkokoh kesatuan
dan
ketahanan nasional
serta
mewujudkan
Wawasan
Nusantara.
2. Pembangunan
selctoral
dilakukan
secara
saling memperkuat untuk meningkatkan
pertumbuhan, pemerataan
dan
kesatuan
wilayah
nasional
serta pembangunan yang
berkelanjutan.
3. Perkembangan wilayah
diupayakan
saling terkait
dan menguatkan
sesuai
dengan
potensiwilayah.
Pengembangan
wilayah
dilakukan
selaras dan
menguatkan
dengan
pembangunan
daerah,
mengingat
pembangurun
daerah merupakan bagian
integral
dari
pembangunan
nasional
yang
terpadu dengan
pembangunan
sektoral
dalam rangka mengupayakan
pemerataan
pembangunan
antar daerah. Arah kebijaksanaan
pembangunan
daerah dalam PJP
II adalah
sebagai berikut :
l. Memacu
pemerataan
pembangunan
dan
hasil-hasilnya
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
2. Meningkatkan
prakarsa
dan
peran
serta aktif masyarakat.
3.
Meningkatkan
pendayagunaan
potensi
daerah
secara optimal dan terpadu dalam
mengisi
otonomi
daerah.
4.
Mengupayakan pemerataan pembangunan
di
seluruh
wilayah tanah
air, daerah dan
kawasan
yang
kurang
berkembang
(sepeni
kawasan
timur Indonesia,
daerah terpencil
dan daerah
perbatasan).
Visi Ruang
Wilayah Nasional Akhir
PJP tr
Dalam rencana
pengembangan
ekonomi
sampai akhk PJP tr
(Tabel
4. 1.)
terlihat
pertumbuhan
ekonomi akan
diupayakan tinggi,
dimana
industri
pengolahan
menjadi tulang
punggung
yang
didukung
oleh
pertanian yang
mantap.
Jika upaya pengembangan
industri
yang
memperhatikan
keadaan
tata
ruang
yang
ada
dilakukan
tanpa
melakukan upaya-upaya
pemerataan,
maka
akan terjadi akumulasi
pertumbuhan
di kawasan-kaw.asan sudah berkembang.
Sikap ini
dapat menimbulkan
permasalahan dalam
pengembangan
wilayah nasional,
misalnya.
l.
kawasan-kawasan
yang
mengalami
perkembangan
cepat seperti
pantai
utara P.
Jawa,
pantai
timur P.
Sumatera
akan
semakin
berkembang
dan
menimbulkan
implikasi
masalah tata ruang. Perkembangan
pantai
selatan dan utara P.
Jawa
menjadi
semakin
tidak seimbang dan
mendorong
terjadinya
migrasi
dari
pantai
selatan
ke
pantai
utara,
A.
c.
15
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
18/109
diikuti dengan
akumulasi
kegiatan
ekonomi
di
pantai
utara.
Kondisi
ini akan
menimbulkan masalah
lingkungan
di
pantai
utara,
khususnya
di kota-kota
besar.
Sementara
di Pantai
Selatan, kegiatan
ekonomi kurang
ber-kembang,
sehingga
meningkatkan
masalah ketertinggalan
desa
yang
saat
ini
sudah
banyak
ditemui.
2.
perkembangan
ini
akan mempertajam konflik
penggunaan
lahan
subur
antara
permukiman,
industri
dan
tanaman
pangan di
wilayah tersebut, dan
akan
dapat
mempengaruhi
produksi
pangan
nasional.
3.
perkembangan
pantai
utara
P.
Jawa
juga
akan
menarik migrasi dari luar pulau
yang
mengakibatkan polarisasi
penduduk
di P.
Jawa dan
mengakibatkan
semakin
terbatasnya
daya
dukung lahan dan air
4. pantai
timur
P.
Sumatera akan
berkembang
jauh
lebih
cepat
dari
pantai
barat
dan akan
membawa
implikasi
spasial
terhadap
masalah
lingkungan
di
perkotaan
pantai
timur
P.
Sumatera
serta
terbat:rsnya perkembangan
ekonomi
di
pantai
barat.
5.
perkembangan
pantai
timur
P.
Sumatera
dan
pantai
utara
P.
Jawa akan
menyebabkan
ti"gLat
perkembangan
P.
Sumatera
dan
P.
Jawa
semakin tingg
dan
jauh
meninggalkan
KTI.
Hal ini
dapat menyebabkan
polarisasi
kegiatan
ke KBI sehingga
semakin
sulit
mewujudkan pemerataan
pembangunan
antarwilayah
dalam
ruang
wilayah nasional.
6.
ekonomi
KTI
akan
terbebani biaya
tinggi
karena
jauh
dari
pusat-pusat
pertumbuhan.
7. investor
semakin
kurang tertarik
ke
KTI sehingga
akan
mengalami
kesulitan
untuk
mempromosikan
sumber daya
alam
yang potensial
untuk
perkembangan
ekonomi
nasional.
8.
dalam
jangka
panjang
kerusakan
linglamgan dan
daya
dukung
P. Jawa
pada
akhirnya
akan
dapat
menghalangi
efisiensi
pertumbuhan
ekonomi nasional
karena
biaya
pemeliharaan
lingkungan
yang
semakin mahal.
Menghadapi
masalah
tersebut, dari
sisi spatial
(keruangan) dibutuhkan
suatu pandangan
ke
depanatau visi pemanfaatan
ruang dalam
PJP II'
dimana
pola persebaran
kegiatan
ekonomi
dan
penduduk
lebih merata
di wilayah
nasional.
Visi
ruang tersebut di
atas
secara
skematis
digambarkan
pada
Peta
4.1,
dimana
sebaran
kegiatan
ekonomi
yang
lebih merata
diantara
pulau-pulau
utama serta keterkaitan kegiatan
ekonomi antar
pulau.
Dalam
visi
ruang tersebut tercakup
pemikiran-pemikiran
mengenai
pemanfaatan
ruang
wilayah
nasional
sebagai berikut
:
I perkembangan
kegiatan
ekonomi
antarpulau
yang
semakin seimbang
dan
semakin
terkait
untuk
mendorong
terwujudnya
pemerataan
pembangunan
dan
kesatuan
wilayah
nasional.
2
sektor
industri
yang
semakin menyebar
di luar
P.
Jawa
dan
P.
Sumatera
sesuai
dengan
potensinya
untuk mempercepat perkembangan
ekonomi
wilayah.
3. penyebaran
kegiatan
ekonomi
yang sezuai
dengan
potensi
kawasan di wilayah nasional
dan membentuk
keterkaitan
yang
mewujudkan penguatan struklur
ekonomi
secara
sekloral
dan reeional.
D.
4
industri
di P.
Jawa
tetap berkembang akan
tetapi
perlu
memberi
perhatian
khusus paCa
ketersediaan
air
dan
kelestarian
lingkungan
5 luas lahan
pertanian
secara
nasional
tetap
dipertahankan
untuk menjaga
kemandirian
dibidang produksi
pangan Dengan
demikian
perubahan
fungsi lahan
pertanian
yang
ada
di P.
Jawa
yang
menjadi
permukiman
dan
kawasan
industri
harus
diganti
dengan
pembukaan
sawah
baru
di luar P.
jawa.
6. penyebaran
kegiatan
ekonomi didorong
ke KTI dengan memperhltikan potensi
sumber
daya
alanq
saling menguatkan dengan
pengembangan pusat-pusat
permukiman
dan
dapat menciptakan
kesempatan kerja
sehingga
dapat
menarik
penduduk
dari
daerah
padat.
Perkiraan
Perkembangan
Ekonomi
Wilayah dalam
PJP
II
Berdasarkan visi
ruang
akhir
PJP II
di
atas, dilakukan
perkiraan
persebaran
kegiatan
ekonomi
wilayah
yang
konsisten dengan
perkiraan
ekonomi
makro PJP
II.
Perkiraan ini dilakukan
dengan
unit
analisis
propinsi
dan
pulau-pulau
utama
berdasarkan
perkembangan
ekonomi wilayah dalam
periode
PJP I
dan skenario intervensi kebijaksanaan
pembangunan
dalam PJP II,
yaitu
intervensi kebijaksanaan pemerintah
untuk mendorong
pemerataan
pembangunan.
Juga
digambarkan
pentahapan
perubahan
kegiatan
sektor-sehor
ekonomi
secara spasial
dan
perkembangan penduduk
dan lahan
pertanian.
I . Metodologi
Perkiraan
Perkembangan Ekonomi
Wilayah
Perkiraan
ekonomi wilayah
(propinsi
dan
pulau)
dilakukan
atas
dasar Tabel Input--
Output
(I-O)
Nasional
terakhir
(1990)
dan data perkembangan
ekonomi wilayah
terakhir,
yang
kemudian
dirinci
lebih lanjut ke
dalam bentuk Tabel
I-O regional
sektoral.
Tabel
I-O
menggambarkan hubungan
dinamis
antarsektor
produksi
dalam
suatu
ekonomi maupun hubungannya
dengan
sektor-sektor
di
ekonomi
(negara)
lainny4
serta menggambarkan seberapa
besar output
yang
dihasilkan
berdasarkan
input
yang
diberikan
pada
selctor
produksi
dan
besaran
fakror produksi.
Perkiraan perkembangan
ekonomi
u'ilayah
didasarkan
atas
perubahan-perubahan
yang
diharapkan
pada
permintaan
akhir sebagai variabel
eksogen, khususnya
investasi
pemerintah
dan
besaran
ekspor (antar
propinsi
maupun
ke
luar
negeri)
sebagai
akibat
adanya intervensi
kebij
aksanaan
pengemb
angan
wilayah.
Pendekatan
yang
diambil dan
1'ang
melatarbelakangi
perkiraan
ekonomi
wilayah
ini
adalah:
a.
Proporsi
hubungan
antarsektor dalam satu
propinsi
maupun
antar
propinsi
(technical
coefficient)
diasumsikan
sama
dengan
proporsi
hubungan
antarseklor
secara
nasional.
b Hubungan
ekspor-impor antarpulau
didasarkan
pada
data
ekspor-impor
antarpulau,
data
I-O nasional
dan
asumsi
hubungan
dan intensitas
ekspor-
l6
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
19/109
VIEI
RUAI{G
frIIAYAII
NAiIIONAI.
AIGIB
PJP
II
O
TNDUSTRI
PEhI/EDAAN
B{HAN
AAKU,/DAS\R
FooT
LOOSE/
PADAT KARYA
A
PERTANIAN
TAMIY1AN
PANGAN
PERKEBUMN
ffi
PERil(A}.|AN
KEHIJTAMN
tl
PARrttusArA
B{I-IAN OI.AHAN
E
BAHAN
E{KU
,2d\o
fi
Hplxosl
a(oNoMl
\oad
]tI{DOI{]TSTA
4t
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
20/109
impor
antarpulau
berdasarkan
hubungan
geografi
s terdekat.
c.
Kebijaksanaan
investasi
didasarkan atas
keinginan untuk
mendorong
daerah-
daerah diluar
Jawa
dan Kawasan
Timur Indonesia
(KTD
dengan
:
i.
Porsi
investasi untuk
Sumatera
terhadap investasi total
nasional
sama
sepertr
porsi pada awal
PJP
I[.
ii. Porsi
investasi
untuk
propinsi-propinsi
KTI terhadap investasi
total
nasional
rata-rata selama
PJP II ditingkatkan
1,6 kali investasi
pada
awal PJP II.
iii.
Porsi investasi
untuk Pulau Jawa
ditetapkan
0,4
kali investasi
pada
awal
PJP
II.
d.
Peningkatan laju
ekpor
non migas di KTI
rata-rata
l3%o, danrata-rata
di
KBI
sekitar
l
lo%.
e.
Perkiraan komsumsi masyarakat didasarkan atas asumsi besaran elastisitas
konsumsi
terhadap
PDB.
Berdasarkan analisis
perkembangan
masa lalu
(dengan
data tahun
dasar 1993)
serta
perubahan-perubahan
kebijaksanaan
tersebut di
atas,
maka dapat diperkirakan
perkembangan
ekonomi
wilayah
(propinsi
dan/atau
pulau)
untuk
Repelita
VI
hingga
Repelita
X
yang
diindikasikan oleh
perkembangan
laju
pertumbuhan
ekonomi
per
propinsi
atau
per pulau, peranan
setiap
propinsi
dalam ekonomi
Indonesia
secara
keseluruhan
baih
termasuk
seklor
migas maupun
di
luar
sektor
migas, serta
perubahan
struktur ekonomi
(pergeseran peranan
sektor
pertaniarl
seldor
industri,
dan sektor
jasa-jasa).
Perkiraan ekonomi
propinsi
menggunakan tahun
dasar 1993
diberikan
pada
T
abel
4.2.
Perkiraan
Perkembangan
Penduduk
Umum
Dengan memperhatikan
perkembangan seklor-sekfor
produksi
di
masing-masing
propinsi,
diperkirakan
jumlah
penduduk akan
meningkat
di setiap
propinsi
sebagai
akibat
meningkatnya kesempatan
kerja di berbagai
sektor
produksi.
Perkiraan
peningkatan
penduduk
ini
menggunakan asumsi-asumsi elastisitas
tenaga kerja di
masing-masing
sektor
produksi.
Selanjutnya
dengan menggabungkan
pertumbuhan
penduduk disebabkan
migrasi akibat
meningkatnya
kesempatan
kerja dengan
pertumbuhan penduduk
secara
alamiah,
diperoleh
perkiraan pertumbuhan
penduduk
secara
total
pada
akhir
PJP II.
Perkiraan
penduduk
diberikan
pada
Tabel
4.3.
Perkembangan
Penduduk Perkotaan
Sejalan dengan
perkembangan
kegiatan
ekonomi
yang
semakin
meningkat, struktur
perekonomian yang
semula didominasi
seklor
pertanian dan
primer
lainnya
mulai
bergeser ke
sektor
industri
(industri
dan
pertambangan)
serta
ke
seklor tersier
(konstruksi,
utilitas, keuangan dan
jasa
lainnya). Kegiatan ekonomi
di kedua
sektor
terakhir umumnya berlokasi
di
daerah
perkotaag
sehingga
transformasi struktur
ekonomi
juga
mempengaruhi
perkembangan
perkotaan
yang
terlihat dari
meningkatnya
tingkat
urbanisasi.
Tingkat urbanisasi
ini
meningkat
disebabkan karena
tiga hal:
pertama, pemekaran
kota
itu sendiri sebagai akibat
meluasnya
kegiatan
penduduk kota; kedua, meningkatnya
arus migrasi
penduduk
desa
ke
kota,
karena
adanya faktor
penarik
dari kota
itu
(seperti
kegiatan
ekonomi,
dan
lainnya);
dan
yang
terakhir
adalah
karena faktor
pendorong di daerah asal
(perdesaan)-
Perkiraan
penduduk perkotaan
diberikan
pada Tabel 4.4 dan
gambar
persebaran
kota
diberikan
padaPeta 4.2.
E.
l.
)
l8
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
21/109
Tabel4.2.
PERIflRAAI\EKONOMIPROPINSI
Propinsi
PDRB
TOTAL
PDRB
NON
MIGAS
Laju
Rata-Rata
(o/o)
DISTRIBUSI
PDRB Laju
Reta-Rata
o/o
DISTRIBUST
PDRB
I
993
%
2018
Yo
I
993
o/o
2018
Vo
D.l.
Aceh 8_10 3.49 3.90
100
l8l
3.68
Sumatera Utara 9-80 5_64
9.46
9.90
6-t0
9-62
Sumatera Barat
9-30 t-76
2.62
9.30
1.95
2-68
Riau 660 453
3.62
10.80
t66 3.20
Jambi
9-30
o74
t09
9-30 0.81
l^l
Sumatera Seletan
8.80
3-76 4.99
9.20 3.50 4.71
Benskulu
7.90 0-46 0-49
7.90 0.51 0.50
Lempung 10.50
1.77
3.45
l0-50 197
3.53
D.K.l.
Java
7.20 l4-09 12-.93 720
15.66 13.22
Jawa
Barat 6_20
16.46
1.90
6.30
l7-35 I1.98
Jawa
Tensah 5.20
t?0
6-80
5.40
I 1.83 6.55
D.I. Yowakarta 7
-70
I05
tos
7.70
l.t7 l.l8
Jawa
Timur 6^80 t6 l6 192
6.30 17.95 12.19
Kalimantan Barat
1220
l
-53
4-44
l) )o
l
-7l
4.54
Kalimanten Tensah
9.30 0-82
t.24 9.30 0-92
t.26
Kelimenten Selatan
8.90 t-41 l-90 890
l-55
1.93
Kalimantan
Timur
6.80 4_87 407 9t0
2-90 3.80
Sulawesi
Utarr
9.20
0.80
l.t7
9.20
0-88
l9
Sulawcsi
Teneah
RSO
0.5t
0.63
8-50
0.56 o64
Sutawesi Selatan t0
70
2-35 4.78
10.70 261
4.89
Sulawesi
Tcnseara
8t0
o.42
o.47 8.10
046
0.48
Bali
9.10
l-64 2.34 9_10
t.82
2.39
NTR
ROO
o7R oR6 Rnn
o87 ORR
N.T.T
7.90
0-66
o7)
7-90 0-73
075
Maluku
9.60 o79
1.34
9-90 0-88 136
Irian Java
7.70
1.56
1.62 7.90
t.66
1.67
Timor
Timur
7.90
0.16
0.18
7
-90
0.18 0.20
Sumate ra
8.80
22.15
29.62 9.90
t8-3r
29.03
Jawa
+
Bali
6,60
61.19
46.98 6.50
65.78
47.51
Kalimantan
8.70
8-63
I65
t0.00
7.08 I
1.53
Sulawesi
10.00 408
7.05
10.00
4.51
720
Pulau
KTI lainnya
KBI
fl.r)
8,20
730
3,95
83.34
4,72
76.60
8.40
7.50
4,32
84 09
4,86
76.54
KTI(I3)
8.90
l6-66
23.42 9.60
15.91
23.59
lndones
in
7
-60
I fn-fxl ln{l fm
7qo
10,0-(}0
I
flo
()(l
TABEL 4.3.
PERK|RAAN
PENDUDUK (TOTAL
DAN KOTA)
PADA
AKHIR
PJP II
(Dalam
Juta
Jiwa)
PULAU
JUMLAII PEI\IDIJDUK
TAIIUN 1990 AKHIRPJPtr
TOTAL
KOTA TOTAL
KOTA
Jrrmlnh
(%)
Jrrmleh
(%)
Jumlah
(%)
Jrrmlah
(%)
Jawa
107,50
60p2
36,70 6't
99
144,05
55,79 8123 60,53
Srrmatera 36.40
2032 to20
18,65 58.40
22,61
?? ?,
24,83
Kalims6l
9,10 5,08 2,50
4,57 16,47
6,38 5,15
3,U
Sularvesi
12,50
698 2,70
4,94
18,67 723 8,15
697
Lainnva
13.60
7,59 2,60 4,'15
20,63 7,99 6,36
4;14
TOTAL
17 9, 10 10 0, 00 54,7O 100,00 2582 100,00
r342
100,00
TABEL
4.4.
PERKIRAAN
JTJMLAII
KOTA DAI{ PEI\DT'DTJK
MENURUT
BESARAN KOTA
PADA
TAHUN
1990 DAN
AKITIR PJP
II
BESARAN
KOTA
TAHIJN
T99O
AKHIRPJP
II
Jumlah
Jumlah
Kota
Penduduk
fiuta
jiwa)
Kota
Penduduk
fiuta
jiwa)
Metro
)
6
14,10 t6
45,01
Besar 4.95
23
14,09
Sedang 62 12,50
t75
49,98
Kecil/l-ainnya 1237 23.t5 t67
4
25,r2
TOTAL 13l2 s4JO
1888
1342
*)
Catatan
:
l
a)
Metro : Kota
dengan
penduduk
lebih
dari 1juta
b)
Mega Urban . Kota
yang
terdiri dari aglomerasi
beberapa
kota
dengan
penduduk
lebih besar
dari
5
juta.
c)
Megapolitan: Kota
yang
terdid dari aglomerasi
beberapa kota
metropolitan dan
kota-kota lainnya.
2.
Pada tahun 1990
kota metro yang
sudah megapolitan
(berpenduduk
>
5
juta)
adalah
Jakarta.
l9
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
22/109
t
J.
Pada
akhir PJP II
kota-kota
metro
diperkirakan
membentuk
aglomerasi
dengan
kota
disekitamya
(megaurban)
antara lain
:
a)
DKI
bersama Bekasi,
Tangerang,
Depolq
Cibinong
dengan
jumlah
penduduk
sekitar
l5,l
juta
jiwa
(megaurban/
megapolitan).
b)
Bandung
bersama
Cimahi
dan
kota-kota
lain
disekitarnya
dengan
jumlah
penduduk
4,5
juta jiwa.
c)
Surabaya
bersama
Gresih
Mojokerto,
Sidoarjo,
Lamongan
dengan
jumlah
penduduk
sekitar 5,1juta
jiwa.
d)
Medan
bersama Binjar,
Lubuk
Pakam
dengan
jumlatr
penduduk 4,5
jiwa.
e)
Ujug
Pandang dengan
Sungguminasa,
Maros,
Takalar,
Parrgkajene
dengan
jumlah
penduduk
sekitar 1,5
juta
jiwa.
20
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
23/109
Peta
4.2
(t
lr-
Oo-
I
nll
DONESIA
rI
W
i$,rim
(p
,*
gpplx
(q
s JurA)
MEIRO
B6AR
lG-l
srorr.re
lT-l
recu
JALAN
JI,I.AN ARIEil
JAII}I
KOLEKTOR
FIEIBUMN
I4TT
I
UrAMA
FRI,B
E
UTAIA
SEToNDER
BANqARA
UDARA
E
urArr^
Ao.A
JI,I.UR
AI€KUTAN
E
t.*r
HAtEArAl{
F:E
uux xffirA Apl
=EArfs
zEE
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
24/109
BAB V
STRATEGI
DAI\
ARAHAN
KEBIJAKSANAAN
PEMANFAATAN
RUANG
WILAYAH
NASIONAL
Tujuan
Nasional Pemanfaatan
Ruang
Sesuai
dengan
Pasal20
ayat I
UIJP& salah
satu
muatan
RTRWN
adalah
tujuan
nasional
pemanfaatan
ruang.
Memperhatikan
tata
ruang
yang
ada
dan
tata ruang
akhir PJP
II
yang
diinginkan, tujuan
nasional
pemanfaatan
nrang
untuk
peningkatan
kesejahteraan
maqyarakat
dan pertahanan
keamanan
ditetapkan sebagai
berikut :
1.
Mencegah timbulnya kenrsakan
frmgsi lingkungan
hidup
melalui
:
a.
peningkatan
frmgsilindung
te,rhadap tanah,
air,
iklim,
keaneka-ragaman hayati,
tumbuhan
dan satwa serta
nilai
sejarah
dan budaya bangsa;
b.
pemeliharaan
keanekaragaman
hayatq
ekosistem
dan keunikan
alam
serta
kearifan
tradisional;
c.
petretapan pokok-pokok
lriteria
pe,nentuan
kawasan berfungsi
lindung
serta
kebij
aksanaan
pengelolaannya.
2.
Mencapaipemanfaatan
sumber
daya
yang
optimal melalui :
a.
pemenfaatan
sumber
daya
alam
yang
seoptimal
mungkin
dengan tetap
memperhatikan
kelestarian
lingkungan;
b.
pengaturan
lokasi
pemanfaatan
lahan
yang
menghasilkan
sinerg keterkaitan
sektor
dalam
wilayah nasional
dan mengfuindari
konflik
pemanfaatan nrang
dan sumber
daya.
c.
penetapan
pokok-pokok
kriteria
penentuan
kawasan
budi daya serta
kebii
aksanaan
p
e,ngelolaannya.
3. Meningkatkan keseimbangan
perkembangan
antar
kawasan melalui
pemanfaatan
ruang kawasan
secara
serasi
selaras
dan seimbang serta berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan
ekonomi,
mempercepat perhrmbuhan kawasan
tertinggal
dan
meningkatkan
daya dukung
lingkungan.
4. Meningkatkan kemampuan
memelihara
pertahanan
keaman
an negara
yang
dinamis
dan
memperkuat
integrasi nasional.
Untuk mewujudkan
tujuan
pemanfaatan
tersebut
ditempuh
strategi
pengembangan
dan
pemanfaatan
kawasan berfrrngsi lindung
dan
budi
daya
beserta
keterkaitannya dengan
pengembangan
permukiman, prasarana
pendukung dan
dengan
pertahanan keamanarl
ss13
strategi
pengembangan
kawasan
tertentu.
Struktur dan Pola Pemanfaatan
Ruang
Wilayah
Nasional
Struktur dan
pola
ruang wilayah nasional
meliputi
strategi
atau
langkah-tangkah
yang
perlu
dibuktikan
delam pengembangan
dan
pengelolan
kawasan
untuk mewujudkan
tata
ruang yang
dinginkan.
1.
Strategi
Pengembangan
Kawasan
a.
Strategi
Pengembangan
dan
Pengelolaan
Kawasan
Berfungsi Lindung
1)
Memeliharakelestarianlingkungan
a)
Untuk
mewujudkan
kelestarian
alam diupayakan
dengan melakukan
perlindungan
kawasan-kawasan
di darat, laut dan
udara
yang
saling
serasi dan
selaras.
b) Perlindungan
kawasan
di
darat dan
di laut diupayakan
untuk
melindungi
lingkungan
fisik
alam,
buatan
dan budaya meliputi
:
(1)
kawasanyang
memberikan
perlindungan
kawasan
bawahnya;
(2)
kawasanperlindungansetempat;
(3)
kawasan
zuaka alam, pelestarian
alam dan cagar
budaya;
(4)
kawasan
rawan
bencana
alam-
c)
Perlindungan
kawasan
di laut
diupayakan
untuk
melindungi
lingkungan
alam
dan kekayaan
laut
meliputi
:
(1)
kawasan-kawasan
taman laut;
(2)
kawasan-kawasan
teryat
reproduksi
hayati laut.
d) Perlindungan
kawasan
di
udara diupayakan
untuk melindungi
kelestarian
iklim
dan
kualitas udara
serta kedaulatan negara.
Untuk itu
di
udara
ditetapkan
adanya:
(1)
kawasan
terbatas;
(2)
kawasan
terlarang;
(3)
kawasan
terkendali.
e) Penentuan
kawasan-kawasan
berfungsi
lindung
didasarkan pada
prinsip
melindungi kelestarian
lingkungan
hidup
yang
mencakup
sumber
daya
alam,
zumber
daya
buatan
dan
nilai
sejarah
serta budaya
bangsa
guna
mewujudkan
pembangunan
berkelanjutan.
Untuk
itu
faktor-faktor
fisik
seperti
sifat-sifat
tanah, kemiringan
lahan,
ketinggian permukaan
bumt penutupan
lahan,
kondisi
sumber
daya
alam
hayati
dan ekosistemnya,
teknologi yang
tersedia, nilai
sejarah
dan
budaya
bangsa
digunakan
sebagai
dasar
pertimbangan
untuk
menentukan
kawasan
berfirngsi lindtrng.
0
Kawasan-kawasan
yang berfirngsi
lindung
diupayakan
agar
dapat
membentuk
suatu kesatuan
pada
setiap
pulau.
22
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
25/109
Untuk
itu
:
(l)
kawasan
berfungsi
lindung pada
daerah
perbatasan
wilayah
administrxsi
harus
selaras satu
sama
lain;
(2)
kawasan
berfrrngsi
lindung
di
pantai,
seperti
hutan
bakau,
perlu
diupayakan
membentuk
suatu kesatuan
sezuai
dengan
sistem hidrologi
dan
kondisi
pantai;
(3)
kawasan
berfungsi
lindung,
seperti hutan
dan gambut,
perlu
diupayakan
membentuk
ruatu kesatuan
sezuai
dengan
kondisi
hidrologi
tanah
dan habitat
yang
ada
didalamnya.
g)
Diupayakan
secara
bertahap
mengembatikan
firogsi
kawasan
yang
berfungsi
lindung
yang
telah
terganggu
untuk
dapat memelihara
keseimbangan
alam
dengan
memperhatikan
ftsmampuan
nasional
teknologi yang
tersedia,
kondisi
sosial
ekononi
dan
budaya.
h) Kawasan-kawasan
yang
berfirngsi
lindung
selain untuk
melindungi
pelestarian alam
dan
budaya,
juga
dapat
dimanfaatkan
unnrk kegiatan
sosial
ekonomi
seperti pertambangan,
penelitian"
pariwisata
dan lain-
lain
dengan qyarat
bahwa
fungsi lindung yang
diemban kawasan
tersebut
tidak terganggu.
Kegiatan
Budi Daya
dalamKawasan
Berfrrngsi
Lindung
:
a) Dalam
kawasan
lindung
sejauh mungkin
dihindari kegiatan
budi
daya
dan
permukiman.
b)
Apabila
dalam
kawasan
lindung
perlu
dikembengl
8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf
26/109
kemampuan
investasi
nasional
sumber
daya
buatan dan
kondisi
ekonomi
global.
h)
Dalam
pengembangan
kawasan andalan
dan
sektor unggulannya
seperti
disebut pada
butir
g)
di
atas, perlu
dipadukan
dengan
pengembangan
kegiatan
transmigrasi
dan
permukiman
perambah
hutan,
agar
pengembangan
wilayah di
Indonesia
dapat
saling
menguatkan
dengan p engem-bangan
kep
endudukan.
i)
Diupayakan
unnrk
meningkatkan
keterkaitan
yang
saling menguatkan
antar
kawasan
andalan
dalam
wilayah nasional untuk meningkatkan
sinergi p
erkembangan
sebesar-besanrya.
j)
Kawasan
andalan diprioritaskan pe,ngembangannya pada
penataan
ruang
Dati
I
dan
Dati tr.
Pengemb angan
Permukiman
a) Kawasan
permukiman
diupayakan dapat berfungsi sebagai pusat
pelayanan:
(l)
ekonomi
yang
meliputi
:
produksi,
siryul danjasa tranqportasi,
,srtx
ftggengan,
(2)
jasa
pemerintahan;
dau
(3)
jasa
pelayanan
sosial
menunjang
kegiatan budi
daya
di dalam
kawasan
permukiman
maupun
untuk daerah
sekitarnya.
b) Diusahakan agar pusat permukiman
terkait
secara selaras, saling
menryerkuat
dan serasi dalam.nrang
wilayah
nasionaf
sehingga
pusat-
pusat
permukinum
dapat membelrtuk
suafu kesatuan
dan
dapat
menunjang pernrmbuhan
dan penyebaran
kegiatan
budi daya dalam
ru;rn
g
wilayah
nasional
c)
Diupayakan
agar pusat-pusat permukiman
membentuk suatu sistem
yang
mencerminkan
:
(1)
fungsi
dan
hirarki pusat
sesuai de,ngan
wilayah
pelayanannya;
(2)
pola
keterkaitan
pusat-pusat permukiman.
d)
Diupayakan
untuk
meningkatkan
keterkaitan
permukiman
perkotaan
dan perdesaan
serta
dengan
kawasan
sekitanrya
yang
selaras
dan
sling memperkuat.
e)
Diupayakan
agar
pengembangan
lokasi
permukiman
baru,
seperti
permukiman
transmigrasi
dan
kota
barq
memper-hatikan
sistem
permukimaq
jaringan
prasarana
dan kawasan-kawasan
budi daya
yang
ada maupun
yang
direncanakan, agar pengembangilnnya
dapat saling
memperkuat.
0
Dalampusat-pusat
permlkiman
perkotaan
darr
perdesaan
diupayakan
mengembangkan
kawasan-kawasan
untuk
kegiatan
usaha
dan kegiatan
perlindungan lingkungan
antara lain hutan kota,
taman
terbuka dan
jalur
hijau
yang
harmonis.
3)
g)
Pembangunan perumahan
dan
permukiman
disesuaikan
dengan
ketentuan
tata