digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    1/109

    RENCANA

    TATA

    RUANG

    WILAYAH

    NASIONAL

    MEI

    1996

    BADAN KOORDINASI

    TATA

    RUANG

    NASIONAL

    s7[I

    y

    4'{'.0('*

    le

    it-

    7t

    (RTRWN)

    ee,_

    ie

    r*T

    trW

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    2/109

    BAB

    I

    BAB tr

    DAF'TAR

    ISI

    Halaman

    PENDAHULUAN..

    I

    BAB V

    STRATEGI DAN

    ARATIAN

    KEBIIAKSANAAN

    PEMANFAATAN

    RUANG

    WTLAYAH

    NASIONAL..............

    A. Tujuan

    Nasional

    Pemanfaatan

    Ruang...

    B.

    Sbuktur

    dan

    Pola

    Pemanfaatan

    Ruang

    Wilayah

    Nasional..

    1. Strategi

    Pengembangan

    Kawasan...............

    2.

    Pola

    Pemanfaatan

    Ruang

    Wilayah Nasional..

    3.

    Struktur Ruang

    Wilayah

    Nasional..

    4. Kawasan

    yang

    Diprioritaskan

    Pengembangannya

    dan

    Kawasan

    Tertenfu..

    BAB

    VI

    KRITERIA

    DAN

    POI-A PENGELOI-AAN

    KAWASAN

    Kriteria dan Pola

    Pengelolaan

    Kawasan

    Lindung

    U

    1.

    Tujuan

    dan

    Sasaran...............

    M

    2.

    Ruang Lingkup...

    34

    3.

    Pokok-Pokok

    Kebijaksanaan

    Kawasan Lindung..

    94

    4.

    Perencanaan

    dan Penetapan

    Kawasan

    Lindung..

    3T

    5.

    Pemanfaatan

    dan Pengendalian

    Kawasan Lindung..

    lT

    Kriteria dan Pola Pengelolaan

    Kawasan Budi daya........

    38

    1.

    Tujuan

    dan Sasaran..............,

    38

    2.

    Ruang Lingkup...

    38

    3.

    Pokok-Pokok

    Kebijaksanaan

    Kawasan

    Budi daya.........

    33

    4.

    Perencanaan

    dan Penatapan

    Kawasan

    Budi daya.........

    M

    5.

    Pemanfaatan

    dan Pengendalian

    Kawasan

    Budi

    daya.........

    45

    IGiteria

    dan

    Pola

    Pengelolaan

    Kawasan Tertentu

    46

    1.

    TujuandanSasaran

    46

    2.

    Ruang

    Lingkup...

    46

    3. Pokok-Pokok

    Kebijaksana€rn

    Kawasan

    Terbentu..

    46

    4.

    Perencanaan

    dan Penetapan

    Kawasan

    Tertenfu..

    49

    5. Pemanfaatan

    dan Pengendalian

    Kawasan

    Tertentu..............

    ..

    49

    22

    22

    22

    26

    27

    32

    .

    B.

    MUATAN, FUNGSI

    DAN

    PENDEKATAN

    PENYUSUNAN

    RTRWN

    Muatan

    Isi

    dan Fungsi RTRWN...

    Pendekatan

    Penyusunan

    RTRWN

    1,.

    Dasar

    Penataan

    Ruang

    2.

    Kesahran

    Ruang

    Dara

    Laut

    dan

    Udara

    3.

    PendekatanWilayah

    BAB III

    PEMANFAATAN

    RUANG

    WII-A.YAH

    NASIONAL

    PADA

    PJP r.......

    Letak Geografis

    dan Sumberdaya

    AIam.......

    Sumberdaya

    Buatan

    (Infrastrukfur)...........

    .............:...

    Perkembangan

    Penduduk

    1.

    Iumlah

    dan Struktur

    Umur

    Penduduk-

    2.

    Sebaran

    Penduduk

    Antar

    Witayah..

    3.

    Mobilitas

    Penduduk.................

    Perkembangan

    Ekonomi

    Wilayah...............

    Pemanfaatan

    Ruang

    Wilayah

    Nasional

    Akhir PIP

    t........

    Pola

    danShuktur

    RuangWilayah

    Nasional

    Akhir PIp

    L.......

    1.

    Jaringan

    Transportasi..............

    2.

    ]aringan

    Prasarana

    Kelistrikan

    3.

    Jaringan

    Telekomunikasi.......

    4.

    Kondisi

    Kawasan

    Permukiman

    Perkotaan.............

    5.

    Prasarana

    Pengairan

    BAB

    TV

    ARAHPEMBANGUNAN

    JANGKA

    PANIANG

    KEDUA

    DAN

    TATA

    RUANG

    WILAYAH

    NASIONAL

    15

    Arah

    Pembangunan

    NasionaI............

    Arah

    Pembangunan

    Daerah...............

    Ruang

    Wilayah

    Nasional

    Akhir PIP

    [.......

    Arah dan

    Perkiraan

    Pengembangan

    Wilayah

    dalam

    plp

    tr........

    Perkiraan

    Perkembangan

    Penduduk

    1.

    Umum......

    2.

    Perkembangan

    Penduduk

    Perkotaan.........

    2

    2

    2

    3

    5

    A.

    B.

    C.

    8

    8

    8

    8

    8

    12

    12

    12

    14

    14

    14

    14

    14

    74

    A.

    B.

    C.

    D.

    E.

    F.

    15

    15

    15

    16

    18

    18

    18

    A.

    B.

    C.

    D.

    E.

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    3/109

    RENCAI{A

    TATA

    RUAIIG

    WILAYAH

    NASIONAL

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Dalam

    rangka

    mewujudkan

    tujuan pembangunan

    jangka

    paqiang,

    upaya

    pembangunan

    perlu

    ditingkatkan

    melalui perencanatn,

    pelaksanaan,

    dan

    pengawasan

    pembangunan

    yang

    lebih

    baik,

    agar

    selunrh pikiran

    dan sumber daya

    dapat

    diarahkan secara

    efisien dan

    efektif

    Satah

    satu hal

    pokok yang

    dibutuhkan

    untuk mencapai maksud

    tersebut

    adalah

    peningkatan

    keterpaduan

    dx1 |5s5s1xsien

    pembangunan

    di segala

    bidang.

    Garis-garis

    Besar

    Flaluan Negara

    (GBHN)

    1993

    BAB

    II

    mengenai

    Pembangunan Nasionaf

    mengamanatkan

    bahwa wawasan

    dalam

    penyelenggaraan

    pembangunan

    nasional

    adatah Wawasan

    Nusantara yang

    mencakup perwujudan

    Kepulauan

    Nusantara

    sebagai Satu

    Kesatuan

    Politi\ Satu

    Kesanran

    Ekonomi

    Satu

    Kesatuan

    SosialBudaya,

    dan

    Satu Kesatuan Pertahanan

    Keamanaa.

    Dalam

    GBHN 1993

    juga

    digariskan

    bahwa

    perekonomian

    daerah

    harus

    dikembargkan

    secara

    serasi

    dan

    seimbang antar

    daerah dalam

    satu

    kesatuan perekonomian

    nasional

    dengan

    mendayagr:nakan potensi

    dan peran

    serta

    daerah

    secara optimal

    dnlam

    rangka

    perwujudan

    Wawasan

    Nusantara

    dan

    Ketahanan

    Nasional.

    Selanjutnya

    GBHN 1993

    mengarabkan

    pula

    bahwa

    pendayagunaan

    sumber

    daya alam

    dilatukan

    secara terencana, rasional,

    optimal,

    bertanggrrng

    jawab dan

    sesuai

    de,ngan

    kemampuan

    daya

    dukungnya

    dengan

    mengutamakan

    sebesar-besanrya

    mtuk ke,mahuran

    rakyag

    serta meryerhatikan

    kelesarian

    firngsi-fungsi

    dan keseimbangan

    lingkungan

    hidup

    guna

    pembangunar yang

    berkelanjutan.

    Sehubungan

    de,ngan rtu,

    perlu

    disusun

    "Pola

    Tata Ruang

    Nasional'

    yang

    dapat

    d[iadikan

    pedoman

    bagi

    perencanaan

    pembangunan,

    yang

    meryerhatikar penataan

    lingkungan

    niaup

    dan

    pemanfaatan

    sumber

    daya alam

    dimana

    kegiatan

    pembangunan

    dapat

    dilakgkan secafa

    aman,

    tertib, efuien

    dan

    efektif

    Pola

    Tata

    Ruang

    memadukan

    dan

    menyerasikan

    tata

    guna

    tanah, tata

    guna

    udara, tata

    guna

    air,

    dan

    tata

    guna

    sumber

    daya alam lainnya

    dalam

    satu

    kesatuan

    tata

    lingkungan

    yang

    harmonis

    dan

    dinamis

    serta

    ditunjang

    oleh

    pengelolaan

    perkembangan

    kependudukan

    yang

    serasi, disusun

    melalui

    pendekatan

    wilayah

    dengan

    memperhatikan

    sifat

    lingkungan

    alam

    dan lingkungan

    sosial.

    Sejalan

    dengan

    upaya

    pe,lrataan

    rurxg

    tersebut,

    Undang-undang No.

    24 Tahun 1992

    tentang

    penataan

    Ruang

    (UUPR)

    menetapkan bahwa

    pada

    tingkat

    nasional

    dizusun

    Rencana

    Tata

    Ruang

    Wilayah

    Nasional

    (RTRWN),

    yang merupakan

    StrategiNasional

    Pengembangan

    Pola

    Tata Ruang

    (SNPPTR)

    wilayah

    nasional yang

    memuat

    strategi

    dan arahan kebiiaksanaan pemanfaatan

    ruang wilayah

    nasionaL

    RTRWN

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    4/109

    B.

    1.

    .

    BAB

    tr

    MUATAN,

    ISI,

    FIINGSI DAN

    PENDEKATAN

    PEIYYUSUNAN

    RTRWN

    Muatan,Isi dan Fungsi

    RTRWN

    Di dalam

    Pasal

    20 Undang-Undang

    No.

    24

    Tahun

    L992

    tertmg

    Penataan Ruang

    (tJItPR),

    digariskan

    petqiuk

    menge,nai

    nmratan, isr, dan

    fungsi Rencana Tata Ruang

    Wilayah

    Nasional

    (RTRWN)

    sebagai

    berikut

    :

    1.

    Muatan

    RTRWN

    RTRWN

    merupakan

    strategr

    dan

    arahan

    kebifaksanaan

    pemanfaatan

    ruang wilayah

    negara,

    yang

    meliputi:

    a.

    tujuan

    nasional

    dari

    pemanfaatan

    ruang

    untuk

    peningkatan

    kesejahteraan;

    b. struktur dan

    pola

    pemanfaatan

    rurng

    wilayah nasional;

    c.

    kriteria

    dan

    pola pe,ngelolaan

    kawasan lindung,

    kawasan budi

    daya,

    dan

    kawasan tertentu.

    2.

    RTRWN berisi :

    a.

    penetapan

    kawasan

    lindung, kawasan budi

    daya, dan kawasan

    tertentu

    yang

    ditetapkan

    secara nasional;

    b

    nonna dan

    kiteria

    pemanfaatan

    ruang;

    c. pedomenpengendalianpemanfaatanrurng.

    3. Fungsi

    RTRWN

    RTRWN

    berfirngsi sebagai

    pedoman

    untuk

    :

    a.

    perumusan

    kebiiaksanaan

    pokok pemanfaatan

    ruang di wilayah nasional;

    b. mewujudkan

    keterpaduan,

    keterkaitan

    dan keseimbangan

    perkembangan

    antarwilayah

    serta keserasian

    antarsektor;

    c. pengarahan

    lokasi

    investasi

    yang

    dilaksanakan oleh

    pemerintah

    dan

    atau

    masyarakat;

    d.

    Penataan

    runng

    wilayah

    Propinsi Daerah

    Tingkat I dan wilayah

    Kabupaten/Kotamadya

    Daerah Tingkat

    tI.

    Pendekatan

    Penyusunan RTRWN

    Penyrsrnan

    RTRWN berlandaskan

    :

    (l)

    Dasar

    Penataan

    Ruang,

    (2)

    Kesatuan

    Ruang

    Darat,

    Laut

    dan

    Udara,

    dan

    (3)

    Pendekatan

    Wilayah.

    Dasar Penataan Ruang

    Sezuai dengan

    Pasal T

    UUPR5

    RTRWN didasarkan

    pada:

    Fungsi Utame Kawasan

    Berdasarkan

    firngsi

    utama

    kawasan, ruang wilayah

    nasional

    dibagi atas

    kawasan berfungsi

    lindung

    dan

    kawasan

    budi

    daya. Kawasan

    berfirngsi

    lindung

    direncanakan

    untuk

    mewujudkan

    pemanfaatan ruang

    yang

    memperhatikan kelestarian fungsi

    lingkungaa

    serta

    optimasi dalam

    pengguuan

    srmber

    daya

    alam

    sesuai dengan daya

    dukung

    lingkungan hidup

    untuk

    mencapai

    pembangunan

    yang

    berkelanjutan.

    Kawasanbudi daya direncanakan

    untuk mencapai

    pemanfaatan

    zumber

    da-va

    seoptimal

    mungkin

    sesuai

    dengan daya dukung

    lingkungan

    dengan

    tetap

    memperhatikan kelestarian

    lingkungan

    hidup. Di dalam

    kawasan budi daya

    terdapat

    (diindikasikan)

    sebaran

    pengembangan

    kegiatan

    produksi,

    jasa

    dan

    permukiman

    beserta

    prasarana

    wilayah

    pendukungnya.

    pi

    dalam

    kawasanbudi

    daya

    terdapat kawasan yang

    memiliki

    potensi

    tertentu

    baik

    yang

    sudah berkembang maupun

    yang prospektif

    untuk dikembangkan.

    Kawasan ini srategis bagi

    pembangunan

    serta

    pengembangan

    ruang

    wilayah

    nasional sehingga

    dapat

    disebut

    sebagai

    kawasan andalan.

    Kawasan

    andalan

    yang

    sudah

    berkembang mempunyai

    potensi

    untuk

    lebih

    dikembangkan

    karena didalamnya

    terdapat antara lain aglomerasi

    kota,

    aglomerasi kegiatan self,or

    produksi yang

    didukung

    oleh

    ketersediaan sumber

    daya manusia, zumber daya

    alam, kedekatan

    lokasi

    terhadap

    pusat-pusat

    pertumbuhan

    regional

    dan

    mempunyai ffiastruktur

    pendukung.

    Kawasan

    andalan

    yang

    prospektif

    untuk berkembang mempunyai

    peluang

    untuk

    dikembangkan karena didalamnya

    terdapat zumber daya

    alam,

    mempunyai

    akses terhadap

    pusat pertumbuhan,

    dekat

    dengan

    dan dapat

    menjadi

    pusat-pusat

    permukiman

    dan dimungkinkan untuk

    pengadaan

    prasarana

    pendukung.

    Untuk

    mendorong

    pernrmbuhan,

    pemerataan

    dan kesafuan

    wilayah

    nasional,

    kawasan-kawasan

    andalan diupayakan

    menyebar dalam ruang wilayah

    RTRWN

    RTRIVN

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    5/109

    b.

    Nasional baik di ruanB daratan

    rnaupun

    ruang lautan dan saling terkait serta

    menguatkan satu sama lain. (lihatGambar2.LA)

    Fungsi

    Kawasan

    dan Kegiatan

    Fungsi kawasan

    didasarkan pada pengamatan

    dominasi

    kegiatan atau

    sifat

    tertentu

    dari

    suatu kawasan.

    Dalam

    kaitan

    ini ruang

    wilayah

    nasional dapat

    terdiri atas kawasan perdesaan,

    kawasan perkotaan

    dan

    kawasan

    tertentu.

    Kawasan

    perdesaan

    meliputi

    teapat permukiman perdesaan" tempat

    kegiatan

    pertanian,

    kegiatan pemerintahan, pelayanan sosial

    dan

    kegiatan

    ekonomi.

    Kawasan

    perkotaan

    meliputi

    tempat

    permukiman

    perkotaan"

    tempat

    pem$atatr

    dan

    pendistribusian

    kegiatan

    non

    pertanian

    se,pertipelayanan

    jasa

    pemerintaha4

    kegiatan

    pelayanan

    sosial

    dan kegiatan ekonomi.

    Kawasan

    tertentu meliputi tempat

    pengembangan

    kegiatan-kegiatan

    yang

    strategis

    secara

    nasional,

    yaitu

    :

    t)

    kegiatan

    yang

    mempunyai pengaruh

    besar terhadap

    (upaya)

    pengembangan

    tata rurng

    di

    wilayah sekitarnya;

    2)

    kegiatan

    yang

    mempunyai

    dampak terhadap

    kegratan

    lain dalam

    bidang

    yang

    sejenis maupun

    terhadap

    kegratan

    di

    bidang lain;

    3)

    kegiatan yang

    merupakan

    fahor

    pendorong

    bagi

    peningkatan

    kesej

    ahteraan

    masyarakat

    ;

    4\

    kegiatanyangmenduhrngkepentinganpertahanankeflmanan

    negara

    yang

    bersifat

    strategis.

    Aspek Administrasi

    Berdasarkan

    sistem administrasi

    pemerintahan,

    dibedakan adanya

    Ruang

    Wilayah Nasionaf

    Ruang

    Wilayah

    Propinsi

    Daerah

    Tingkat I

    dan Ruang

    Wilayah Kabupaten/I(otamadya Daerah

    Tingkat

    II.

    RTRWN

    disusun

    dengan

    melihat

    wilayah

    nasional

    sebagai satu kesatuan

    wilayah,

    lebih

    lanjut

    dijabarkan kedalam strategi

    serta

    struktur dan

    pola

    pemanfaatan

    ruang wilayah

    Propinsi Daerah Tingkat

    I

    dan disebut sebagai

    Rencana

    Tata

    Ruang

    Wilayah Propinsi Daerah

    Tingkat

    I

    (RTRWP).

    Kawasan andalan dan

    kawasan

    tertentu dalam

    RTRWN menjadi salah

    satu

    dasar dalam penentrum

    kawasan

    prioritas

    dalam

    RTRWP. Pemerintah Daerah

    Tingkat

    I

    dengan

    pertimbangan

    tertentu dapat

    menentukan kawasan

    prioritas

    di luar kawasan

    andalan

    dan kawasan

    tertentu, akan

    tetapi firngsinya

    harus

    saling memperkuat

    dengan

    kawasan

    andalan

    dan

    kawasan

    terteNrtu

    yang

    ditetapkan dalam

    RTRWN

    (lihat

    Gambar 2.1.8).

    Selanjutnya

    strategi

    dan struktur

    pemanfaatan

    ruang

    propinsi

    tersebut

    dijabarkan kedalam

    rencana

    pemanfaatan

    nung

    wilayah

    Kabupaten4(otamadya Dati

    II. Rencana

    ini disebut Rencana

    Tata

    Ruang

    Wilayah Kabupaten/I(otamadya Daerah

    Tingkat II (RTRWK).

    Kawasan

    prioritas

    di

    RTRWP menjadi

    salah

    satu

    dasar

    dalam

    penentuan kawasan

    prioritas

    di

    RTRWI(

    Daerah tingkat II

    dengan

    pertimbangan

    tertentu dapat

    menentukan

    kawasan

    prioritas

    tambahan di luar

    kawasan

    prioritas

    dalam

    RTRWP.

    (lihat

    Gambar 2.1.C)

    Kesatuan

    Ruang Daral

    Laut

    dan Udara

    Ruang adalah wadah

    yang

    meliputi

    r.uang daratan,

    ruang lautan, dan ruang

    udara

    sebagai

    satu

    kesatuan wilayall

    tenryat

    manusia dan maltluk hidup lainnya melakukan

    kegiatan

    serta

    memelihara kelangsungan

    hidup.

    Dengan pengertian

    itu

    yang

    diatur

    dalam RTRWN

    adalahruang

    yang

    merupakan tempat manusia

    dan

    mahluk lain hidup

    dan melalcukan

    kegiatan

    serta

    memelihara

    kelangsungan

    kehidupan"

    yaitu

    :

    a. rurng darat

    yang

    meliputi bagian muka bumi

    yang

    dibatasi

    garis

    pantai

    dan

    ruang

    di

    bawahnya

    sampai

    kedalaman

    100

    (seratus)

    meter.

    (Catatan

    :

    batas

    lrzdalanwt

    100

    nrcter

    ini

    diambil berdasarlan

    kenyataan bahwa hingga

    hni

    kegiatan

    kehidupan marutsia

    di bawah permul

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    6/109

    Gambar

    21

    SKEMA

    PENATAAN

    RUANG

    BERDASARKAN

    FUNGSI

    UTAMA

    DAN

    ADMINISTRASI

    A

    WILAYAH

    NASIONAL

    r"t

    t..

    ,r/

    : Kawasan

    Andalan

    : Kawasan

    Tertentu

    :

    Batas Administrasi

    Dati

    I

    KL:KawasanLindung

    KB:lGwasanBudidaya

    KwL

    ;

    Kawasan

    di Laut

    "r

    :

    Kawasan Prioritas

    O

    :

    Pusat

    Permukiman

    H:

    PrasaranaWilayah

    -

    Transportasi

    -

    Air

    Bersih

    - Liskik

    Telekomunikasi

    ,---*''--

    :

    Sungai

    : Pertanian pangan

    |

    : Industri

    },

    ,rt*"""n

    Lindung

    O

    '

    Kawasan

    Komersial

    D

    Kawasan Perikanan

    |

    :Pelabuhan

    :

    Batas

    Administrasi

    Dati ll

    :

    Kawasan

    Prioritas

    di

    Dati

    ll

    : Sempadan

    Sungai

    C WILAYAH

    DATI

    II

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    7/109

    Konsep Wilayah

    Ruang

    Darat,

    Laut dau

    Udara

    diberikan

    secara

    skematis

    pada

    Gambar

    2.2.

    3.

    Pendekatan Wilavah

    Pendekatan

    wrlayah

    pada

    prinsipnya

    memandang

    wilayah

    sebagai

    suatu

    sistem.

    Keselunrhan

    unsrpembentuk

    wilayah

    yang

    meliputi

    zumber-daya

    alam,

    sumberdaya

    buatan dan

    manusia

    beserta kegiatannya

    yang

    meliputi

    politrlq ekono-i,

    sosial

    budaya

    dan

    pertahanan

    keamanan

    negara berinteraksi

    membentuk

    zuatu

    wujud ruang.

    UUPR

    menjelaskan

    bahwa wujud

    pemenfaxlsn

    ruang

    wilayah

    yang

    direncanakan atau

    tidalq disebut

    tata ruang. Dengan

    demikian

    tata

    ruang dapat

    juga

    diidentifikasikan

    sebagai wujud interaksi unsur-unsur

    pembentuk ruang.

    Mengingat

    wilayah

    adalah zuatu sistem dan merupakan

    tempat

    manusia

    bermukim

    serta mempertahankan

    hidupnya maka dalam

    penataan ruang

    yang paling

    utama

    diwujudkan

    adalah

    meningkatkan

    kinerja atau

    kualitas ruang

    wilayah

    untuk

    penyediaan produksi

    dan

    jasa

    yang

    cukup,

    permukiman sehat

    dan

    kelestarian

    lingkungan

    hidup.

    Oleh

    karena itu suatu hal

    yang

    mendasar dalam

    penataan

    ruang

    dengan

    pendekatan

    wilayah

    adalah memadukan

    unsur

    pembentuk ruang wilayah agar

    kinerja

    wilayah

    meningkat dalem lingkungan

    yang

    tetap

    lestari

    dan

    kondusifterhadap

    pengembangan

    kesejahteraan

    mn

    syarakat yang berkelanjutan.

    Memperhatikan hal-hal tersebut

    penyusunan RTRWN

    dilakukan dengan

    tahapan

    sebagai berikut

    :

    a. Pengenalan

    Kondisi Tata

    Ruang

    Pada tahap ini dilakukan

    pengkajian

    untuk melihat

    pola

    dan

    interaksi dari

    unsur-unsur

    pembentuk

    ruang terutama

    yang

    meliputi

    kondisi

    dan sebaran

    sumber

    daya alam dan buatan,

    kegiatan

    produksi,

    sebaran

    dan

    sruktur

    penduduk

    Pengkajian ini dilalaftan

    untuk

    mengetahui

    gambaran

    kondisi

    tata

    ruang

    yang

    ada.

    b.

    Pengenalan

    Masalah Tata Ruang

    serta Perumusan

    Kebljaksanaan

    Pengembangan

    Ruang Wilayah Nasional

    Pada

    tahap ini dikenali masalah

    tata

    ruang melalui

    pembandingan kondisi

    tata

    ruang

    yang

    ada dengan arahan-arahan

    kebijaksanaan

    pemanfaatan

    ruang

    di

    masa

    mendatang

    serta

    kendala-kendala yang

    dihadapi.

    Penyusunan Strategi dan

    Pola

    Pemanfaatan Ruang

    Dengan

    memperhatikan,

    pennasalahan

    yang

    ada dan

    kebijaksanaan

    pengembangan ruang

    wilayah.

    disusun

    strategi

    pengembangan struktur

    dan

    pola pemanfaatan ruang wilayah

    nasional.

    Secara skematis tahapan

    penyusunan RTRWN diberikan

    pada

    Gambar

    2.3.

    RTRWN

    RTRIYi\'

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    8/109

    GAMBAR

    2.2

    Konsep Ruang

    Darat, Laut,

    dan

    Udara

    ,i#'Fffi

    \\

    batas

    batas

    ZEE

    teritorial

    (2@

    mil)

    (12

    mil)

    permukiman

    pertanian

    hutan

    produksi

    Penanlan

    terbatas

    permukiman

    industri

    hutan

    lindung

    kawasan

    pantai

    /

    Pelabuhan

    Budidaya

    laut :

    perikanan

    jalur

    internasional

    Kawasa n untuk

    Pemanfaatan

    Sumber Daya

    Kelautan

    Pengembangan

    Kawasan

    Pantai

    Kawasan

    Darat

    Konservasi Pantai

    Permukiman

    Perkebunan

    hutan

    hutan

    hutan

    .

    gari6

    batas

    produksi

    lindung

    Produksi

    pantai

    teritorial

    terbatas

    terbatas

    (12

    mil)

    permukiman

    pertanian

    't

    .;'

    I

    I

     

    i

    I

    \

    \

    I

    I

    \

    \

    i

    '\

    \,

    kawaean pantal

    n

    Kawasan Andalan

    Pusat

    Permukiman

    Kawasan

    lindung

    Lahan

    Gambut

    Pertanian

    tanaman

    pangan

    lndustri

    Jalur

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    9/109

    GAMBAR 2.3

    KERANGKA

    PIKIR

    PENYUSUNAN

    RTRWN

    PEiIGEMI.AN

    KONDISI AWAL TATA

    RUANG

    WII.AYAH i{ASIOML

    STRATEGI PENGEMBANGAN

    RUANG

    WILAYAH

    i{ASIOML

    PERUMLJSAN RENCAM

    STRI.,(TURDAI{ POtA

    PE}TANFAAATAI.{

    RIIAI.IG

    r.r sroML

    l.PO(

    l(^WASAll

    UNO(AG'

    2

    POII, P€}.IG

    EM BAN GA'{

    KAWASAI.I

    g,JUOAYA

    s-SlSTEilr

    PEFfr/lr

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    10/109

    B.

    BAB

    III

    KONDISI

    TATA

    RUANG

    WILAYAH

    NASIONAL

    PADA PJP

    I

    Umum

    Kondisi

    tata

    ruang

    digambarkan

    oleh

    dua

    aspek

    utama yaitu pola

    pemanfaatan

    ruang

    dan

    struktur

    ruang.

    Pola

    pemanfaatan

    ruang

    memperlihatkan

    sebaran kawasan

    budidaya

    beserta

    sektor-sektor

    di

    dalamnya,

    sedangkan

    struktur

    ruang digambarkan

    oleh

    pusat-pusat

    permukiman

    atau

    perkotaan dan

    jaringan infrastruktur

    pendukung

    pusat

    perkotaan.

    Disamping

    itu

    untuk

    lebih

    memberikan gambaran

    yang

    jelas,

    kondisi

    tata ruang

    juga

    dilengkapi

    dengan

    penjelasan

    kondisi zumber

    daya

    alam,

    perkembangan

    ekonomi

    dan

    persebaran

    penduduk.

    Letak

    Geografis

    dan

    Sumber

    Daya

    AIam

    Wilayah

    nusantara yang

    luas

    berkedudukan

    di khatulistiwa

    pada posisi

    silang

    antara

    dua

    benua

    dan

    dua

    samudera

    yang

    sangat

    strategis

    bagi

    pengembangan

    ekonomi.

    Dilihat

    dari

    kedudukan

    geografis

    Indonesi4

    Jawa

    dan

    Sumatera

    terutama

    perairan

    dalamnya"

    berada

    tepat

    pada

    jalur

    perdagangan

    internasional

    (perhubungan

    laut)

    terutama

    yang

    menghubungkannya

    dengan

    Negara-negara

    Industri,

    Negara-negara

    Industri

    Baru

    dan

    Negara-negara

    ASEAN

    lainnya.

    Pada

    umumnya

    keadaan

    ekonomi

    pulau-pulau

    di wilayah

    nasional

    Indonesia

    telah mengalami

    perkembangan

    tetapi

    masih

    terdapat

    perbedaan

    tingkat

    kemajuan

    antara

    satu dengan

    lainnya.

    Kawasan

    Barat Indonesia

    (KBI)

    yaitu

    Pulau Jawa

    dan

    Pulau

    Sumatera

    pada

    umumnya

    lebih

    berkembang

    dibandingkan

    dengan

    Kawasan

    Timur tndonesia

    (KTI),

    yaitu

    pula-u-pulau

    lainnya.

    Secara

    geografis,

    KTI

    memiliki

    wilayah

    yang

    relatif

    lebih

    luas

    dibandingkan

    dengan

    KBI,

    namun

    tidak

    seluruh wilayahnya

    dapat

    dikembangkan

    bagi

    kegiatan

    produktif.

    Secara

    umum

    stunber

    daya lahan

    di

    KTI lebih

    cocok

    untuk

    tanaman keras,

    budi

    daya

    kelautan

    dan

    kegiatan

    pertambangan.

    Wilayah

    KTI

    mempunyai prospek

    untuk dikembangkan

    bagi

    mernacu perkembangan

    ekonomi

    nasional.

    Luas

    lautan

    Indonesia

    adalah 5,8

    juta

    km2

    terdiri

    dari

    0,3

    juta

    km2 perairan

    teritorial

    2,8

    juta

    km2 perairan

    laut

    nusantara

    dan2,7

    juta

    km2

    zona

    ekonomi

    eksklusif.

    KTI

    memiliki

    lautan

    lebih luas

    dibandingkan

    dengan

    KBI.

    Kondisi ini

    memberi

    peluang

    terhadap

    kemungkinanlebihberkembangryaKTl

    pada

    PJP

    II

    melalui pengembangan

    potensi

    kelautan

    baik

    perikanarq

    industri

    kelautan maupun

    wisata.

    Di

    samping

    sumber

    daya kelautan

    yang

    terdapat

    di wilayah

    nasional

    Indonesia,

    terutama

    di

    KTI,

    Indonesia

    juga

    memitiki

    lahan yang

    sangat

    luas

    berupa

    kawasan hutan

    dan kawasan

    produksi

    lainnya

    seperti

    pertanian

    tanaman

    pangan

    dan perkebunan.

    Lahan

    potensial

    untuk

    kegiatan

    pertanian

    letaknyatersebar

    dengan

    komposisi

    terbesar

    di

    KBI

    (Pulau

    Jawa

    dan Pulau

    Sumatera).

    Hutan Indonesia

    juga

    potensial

    digunakan untuk

    pembangunan

    nasional.

    Sampai

    saat ini

    kawasan

    hutan

    digolongkan

    dalam

    kawasan-kawasan hutan

    lindung, hutan

    suaka

    alanr, hutan

    produksi

    dan hutan

    konversi. Kawasan

    hutan

    konversi

    adalah kawasan hutan yang

    dapat

    dialihfungsikan

    penggunaannya

    menjadi kawasan

    produksi

    selain hasil

    hutan.

    Kawasan

    hutan

    produksi

    terutama

    diperuntukkan

    bagr

    pengembangan

    produksi

    bahan mentah

    berupa

    hasil

    hutan

    untuk

    kebutuhan

    industri

    dan

    penghasil

    jasa.

    Luas

    hutan perpropinsi

    diperlihatkan pada

    tabel

    3.1.

    Dari

    tabel tersebut

    terlihat

    bahwa presentase

    luas hutan

    di

    Pulau

    Jawa dan

    Bali

    adalah

    sebesar

    21,74oh,

    jauhlebih

    rendah dibandingkan

    prosentase

    luas hutan

    di

    pulau

    lain

    seperti

    Sumatera

    (63,24

    o/o),

    Sulawesi

    (66,32

    Yo) dan Kalimantan

    (77,9

    %).

    D sapming itu terlihat

    juga

    dari Tabel 3.1

    terlihat

    pula

    luas

    lahan

    yang

    belum

    diusahakan,

    seperti

    semak-semalq

    dimana

    di

    luar

    Jawa masih cukup

    luas. Data potensi

    tanah

    tersebut

    memperlihatkan

    bahwa tanah-tanah

    di

    Pulau

    Jawa sudah

    tinggl tingkat

    pemanfaatannya"

    sedangkan

    di

    luar

    Jawa

    terutama

    di

    KTI

    potensi tanahnya

    masih

    sangat besar.

    Dilihat

    dari

    potensi

    mineral

    di seluruh

    wilayah Indonesi4

    mempunyai

    potensi

    yang

    cukup

    baik,

    khuzusnya di

    wilayatr KTI dan belum

    dimanfaatkan seluruhnya. Pengembangan

    wilayah

    KTI

    di bidang

    pertanrbangan

    sangat

    didukung oleh

    ketersediaan

    bahan

    tambang.

    Sebaran

    potensi

    mineral dan energi

    diberikan

    pada

    Peta

    3.1. Disamping

    potensi

    tersebut

    di atas,

    hal

    yang

    pedu

    diwaspadai adalah

    potensi

    bahaya

    lingkungan

    bagi

    pengembangarq

    seperti

    bahaya

    banjir,

    tanatr

    longsor

    dan bahwa gempa.

    Persebaran

    potensi

    bahaya linglarngan tersebut

    diberikan

    pada

    P

    eta

    3.2.

    Perkembangan

    Penduduk

    1. Jumlah dan

    Struktur

    Umur

    Penduduk

    Akhir

    PJP

    I

    penduduk

    Indonesia

    berjumlah

    sekitar

    189

    juta jiwa

    dengan

    laju

    pertumbuhan

    penduduk

    sekitar I,9/o

    peftahun.

    Walaupun

    pertumbuhannya

    menurun

    tetapi

    jurnlah

    penduduk

    akan

    terus

    bertambah.

    Apabila

    pertumbuhannya

    tidak

    dikendalikan

    dapat terjadi ketidakseimbangan

    antara

    jumlah

    penduduk

    dengan

    daya

    dukung

    dan daya

    tampung lingkungan

    alanr, kawasan

    budi daya

    dan

    lingkungan

    sosial.

    Sampai saat

    ini

    struktur

    umur

    penduduk

    Indonesia masih

    termasuk

    penduduk

    muda

    dimana

    proporsi penduduk yang

    berusia

    0

    -

    14

    tahun masih

    diatas 30olo,

    penduduk

    usia

    kerja

    sekitar 60yo, sedangkan

    penduduk

    usia tua

    sekitar 10olo, sehingga

    beban

    tanggungan

    kerja menjadi

    tinggi.

    Sebaran Penduduk

    Antar Wilayah.

    Pada

    tahun 1993,

    persebaran penduduk

    Indonesia

    menunjukkan

    ketidak-merataan

    yang

    cukup

    menonjol,

    sebagian besar masih

    terkonsentrasi

    di P. Jawa

    yaitu

    sekitar

    59,3yo,

    dan di

    P.

    Sumatera sekitar 20,7yo,P.

    Sulawesi sekitar

    j,Oyo,P.

    Kalimantan

    5,3yo,

    Irian

    Jaya

    1.0%.

    Di lihat

    dari sebaran

    penduduk

    berdasarkan

    C.

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    11/109

    -"ry

    u'\r

    /

    o

    I

    ,@r

    r-q

    ,,",d

    XI{D I\T

    ]E

    S

    NA

    PETA POLA

    PEMANFAATAN

    RUANO

    AKHIR

    PJP

    I

    KETERANGA|\I

    n-mri

    HUIAI{

    UNIXTNO

    riil,

    irrli

    DAN

    KoNsEF/Asl

    HUTAI'I PRODUI€|

    I

    nousnr

    ::r:r

    i:

    pERKEzuMN

    PARIWISATA

    I

    eenrruB

    rreAN

    &.mLr:

    &

    R.PPPTIL

    lm

    Peta 3.1

    ofi,sw/wt2/fi

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    12/109

    Peta

    3.e

    IFIGD^IEIN

    tr

    BllrrsrF

    (@)

    I

    EUrrBrEr

    GE{@IEI4

    I

    n|Trr

    o

    ElElrl

    DtsrB r 6tl

    a

    BlEllf Dlltl

    lfill

    \/

    (rNDrtlIE)

    Ar@.

    DErrr|D

    ;\xmr'

    VUrP,/Org

    r1al

    e IANOllIt

    I

    nrn rs

    4rB

    (uwrmt

    u$

    $

    orrnrcrx uuf,c urrrr

    ,,lman

    o

    I

    unrno

    urP PnoonEE

    Gffi"f'

    -"

    IITEI

    lornrn

    qrmban

    1.

    Ptb

    R.Ftu lee0

    2.

    Dapoft.'nan

    F tatrlergon

    ftn

    grcrll

    ET.D^N

    ISOORD:tr\ASI

    RUANO

    NAIIONAIJ

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    13/109

    bo

    Ol-

    I

    o\,

    fb

    )

    I

    I

    i

    3

    -t

    ^

    Peta 3.8

    KETEMNGAN

    E3ffiffir*

    I

    *u*

    psrarsr

    s$rR

    MERAIi

    WLJO}IIS IKTIF

    sfirb€n P6

    RaFFRot

    legO

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    14/109

    propinsi,

    tiga

    propinsi

    di Jawa merupakan

    yang

    terbesar

    yaitu

    masing-masing

    Jawa

    Barat

    20,0o/o,

    Jawa

    Tengah

    15,50 dan

    Jawa

    Timur

    17 .60 .

    Yang

    terendah

    terdapat

    di

    Timor

    Timur

    sebesar

    0,4o/o

    dan Sulawesi Tenggara

    dan

    Kalimantan

    Tengah

    masing-

    masing 0,8o/o.

    Kepadatan penduduk

    Indonesia

    (iwa/km2)

    adalah

    sekitar 99 orang,

    dimana

    P.

    Jawa

    merupakan

    pulau

    yang paling padat

    yaitu

    sehtar 880

    orang

    per

    km2. Pulau-pulau

    lainnya

    yaitu

    P.

    Sumatera

    8l orang

    P.

    Sulawesi

    69

    orang

    P.

    Kalimantan

    18

    orang,

    dan Irian

    Jaya 5

    orang. Berdasarkan

    propinsi

    maka

    Propinsi

    DKI

    Jaya

    merupakan

    propinsi

    terpadat yaitu

    sekitar 13,242

    orang

    per

    kno.

    Propinsi-propinsi

    dip. Jawa

    lainnya

    kepadatannya adalah

    DIY

    Yogyakarta

    sekitar

    900,

    Jawa

    Barat

    dan

    Jawa

    Tengah

    sekitar 870 dan paling rendah

    Jawa Timur

    sekitar

    690

    orang. Propinsi

    lain

    umumnya mempunyai

    kepadatan

    di bawah

    100

    orang

    kecuali

    Sumatera

    Utara

    15l

    orang,

    Lampung

    182

    orang, Bali 507

    orang,

    Nusa

    Tenggara

    Barat

    176

    orang

    dan

    Sulawesi

    Selatan 118

    orang, sedangkan

    propinsi

    yang paling

    rendatr yaitu

    propinsi

    Irian

    Jaya

    yaitu

    5

    orang.

    Penduduk

    perkotaan

    merupakan

    salah satu ciri

    dari daerah

    urban,

    dan

    apabila

    dilihat

    sSagai

    penduduk

    yang

    berpotensi dibandingkan

    dengan

    penduduk perdesaan,

    mereka

    merupakan

    modal

    pembangunan

    di daerah

    perkotaan.

    Sampai

    dengan tahun

    1993

    penduduk

    perkotaan

    mencapai sekitar

    34%

    daijumlah

    penduduk

    dan

    penduduk

    perdesaan

    sekitar

    66,0yo. Apabila

    dibandingkan

    dengan

    penduduk

    perkotaan

    pada

    tahun 1990

    yaitu

    sekitar 3OYo, maka

    pertanrbahan

    penduduk

    perkotaan

    dalam

    tiga

    tahun ini

    cukup

    pesat.

    Mobilitas Penduduk

    Pola

    perpindatran

    penduduk

    antarpulau

    selama

    dekade

    terakhir

    ini

    tidak

    banyak

    mengalami

    perubahan,

    akan tetapi

    jumlah

    orang

    yang pindah

    yang

    tercatat

    dalam

    sensus 1990 lebih

    besar dari

    yang

    tercatat

    pada

    sensus 1980. Penduduk yang

    keluar

    dari berbagai

    pulau

    di

    Indonesia

    seba,gan besar

    menuju

    ke P.

    Jawa" kecuali

    dari P.

    Sulawesi.

    Orang

    yang

    keluar

    dari P. Sumatera

    90olo, lebih

    tujuannya

    adatah

    P.

    Jawa"

    yang

    keluar

    dari

    P.

    Kalimantan hampir

    80%

    pindah

    ke P.

    Jawa. Sebaliknya

    orang

    yang

    pindah

    ke

    pulau

    -

    pulau

    lain berasal

    dari P.

    Jawa, orang

    yang

    pindah

    ke

    P.

    Sumatera 90Yo

    berasal dari

    P.

    Jawa, begitu

    pula

    untuk P. Kalimantan

    dan P.

    Sulawesi

    masing-masing

    7SYo

    dan 600/o.Ini memberikan

    gambaran

    bahwa

    P.

    Jawa

    masih

    merupakpn

    daerah asal dan daerah

    tujuan

    perpindahan

    penduduk.

    Beberapa

    propinsi

    di Jawa

    yang

    dikenal

    sebagai

    pengirim

    transmigrasi,

    yaitu

    Jawa

    Timur,

    Jawa

    Tengah

    dan

    DI

    Yogyakarta,

    memperlihatkan migrasi net yang

    negatif,

    sedangkan

    Jawa

    Barat

    dan DK[ Jaya mendapat

    tambahan terus sehingga

    migrasi

    netnya

    besar. Propinsi-propinsi

    di

    luar

    Pulau

    Jawa

    yang

    terkenal dengan

    penduduknya

    sebagai perantau

    juga

    menunjukan

    migrasi net

    yang

    negatif

    yaitu

    Sumatera

    Barat

    dan

    Sulawesi

    Selatan.

    Perkembangan

    Ekonom

    i

    Wilayah

    Meski

    terdapat

    perbaikan, perkembangan

    ekonomi wilayah

    di

    seluruh

    Indonesia

    masih

    menunjukkan

    adanya ketidakmeratazn.

    Hal ini

    terlihat

    dari kontribusi

    PDRB

    (Produk

    Domestik

    Regional

    Bruto)

    yang

    dihasilkan

    ekonomi per pulau

    utama

    dalam

    total PDB

    (Produk

    Domestik

    Bruto)

    Nasional.

    Pada tahun

    1993,

    kontribusi

    PDRB Pulau

    Jawa

    dalam

    harga

    berlaku

    (tidak

    termasuk minyak dan

    gas)

    terhadap

    perekonomian

    nasional

    adalah

    63,4yo,

    sedangkan pada

    tahun

    yang

    samaP. Sumateramemberikankontribusi

    18,3

    oZ,

    P.

    KalimantanT%o,

    P.

    Sulawesi4,5yo

    dan selebihnya(5,9Yo)

    berasal dari pulau-pulau

    Bali,

    Nusa Tenggara,

    Irian

    Jaya,

    Maluku dan Timor Timur.

    Ditinjau

    dari laju

    pertumbuhan

    ekonomi wilayah

    juga

    masih

    terdapat

    ketidakmerataan

    antar

    propinsi

    di

    seluruh

    Indonesia. Data laju

    pertumbuhan

    rata-rata

    PDRB

    per propinsi

    dalam

    periode

    1983-1993

    (harga

    konstan 1983 tanpa

    minyak

    dan

    ga.s)

    menunjukkan

    batrwa beberapa

    propinsi

    menunjukkan

    laju

    pertumbuhan

    tinggr

    di atas

    rata-rata

    nasional

    (7,5o/o),

    yuttt

    Sumatera

    Utara

    (8,2yo),

    Jawa Barat

    (8,7yo),I-ampung

    (8,6yo),

    Kalimantan

    Barat

    (8,5olo),

    atau

    Kalimantan

    Timur

    (ll,l%).

    Sedangkan

    beberapa

    propinsi

    lainnya

    menunjukkan

    laju

    pertumbuhan

    di bawah rata-rata

    nasional

    seperti Jawa Tengah

    (6,60A),

    Sulawesi

    Selatan

    (7,3o

    ),Jawa

    Timur

    (6,6Yo),

    Nusa Tenggara

    Barat

    (6,8yo),

    atau Nusa Tenggara

    Timur

    (6,1

    %). Perbedaan

    laju

    pernrmbuhan

    ini

    menunjukkan

    adanya

    perbedaan

    kinerja

    kegiatan

    perekonomian

    di

    setiap daerah.

    Dlihat dari

    sisi

    pendapatan

    per

    kapit4

    juga

    terlihat adanya

    perbedaan yang

    cukup

    menonjol

    dari sanr

    propinsi

    ke

    propinsi

    lainryra. Padatahun 1990,

    pendapatan

    per

    kapita

    setiap

    propinsi

    yang

    diular

    dari

    PDRB

    per

    kapita

    (tidak

    termasuk

    migas)

    bervariasi

    dari

    Rp.2,8

    juta

    di

    DKI

    Jal€rtayaitu

    tertinggi di

    seluruh

    Indonesia, hingga

    Rp. 360 ribu

    di

    Timor

    Timur.

    Di

    antara

    kedua

    batas

    tersebut,

    Jawa

    Barat

    misalnya memiliki

    PDRB

    per

    kapita

    sebesar

    Rp 790 ribu,

    Sulawesi

    Utara sebesar Rp. 608

    ribtl

    atau di

    Sumatera Utara

    sebesar sekitar

    Rp. I

    juta.

    Pola Pemanfaatan

    Ruang

    Wilayah

    Nasional Akhir

    PJP

    I

    Pemanfaatan

    ruang

    wilayah

    nasional

    sampai

    dengan

    alCrir PJP I memperlihatkan

    bahwa

    tingkat

    pemanfaatan

    ruang

    untuk

    kegiatan

    budi daya

    di

    P.Jawa

    danP.

    Sumaterajauh

    lebih tinggi

    dari

    pulau-pulau

    lainnya.

    Tingkat pemanfaatan

    ruang

    pada

    umumnya sejalan dengan

    tingkat

    kepadatan penduduk,

    dimana

    Pulau

    Jawa

    dan

    Sumatera

    mempunyai

    kepadatan

    penduduk

    yang

    lebih

    tinggi

    dari

    pulau-pulau

    lain.

    Pulau-pulau

    di KBI

    umumnya manpunyai tingkat

    pemanfaatan

    ruang untuk kegiatan produksi

    seperti sawah,

    perkebunan

    dan

    industri

    serta

    permukiman

    juga

    lebih

    tinggi

    dibandingkan

    pulau-pulau

    lainnya (perhatikan

    Peta 3.3).

    t2

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    15/109

    Peta 3.4

    PETA

    BESARAN

    KOTA

    DTN

    JAEINGAN TRANSPORTAIII

    TAHT'N 109{I

    KETEMNGAN

    O

    Kqr

    MErRo

    rCTA EESTR

    E

    K'TA

    SEDANO

    ,

    I(0TA KEqL

    JALAN

    JAI.A}I

    ARTER

    1-l

    ,nn

    rcurcm

    AqNOIM UDIARA

    m

    xErs urArA

    A

    xE.ls

    otJ

    PELAg,J}I^N |.AI'T

    I

    rFrs UrAHA

    E

    xElrs DUA

    \,JV

    ri

    (r-

    \

    ri

    \

    \

    i\.ix

    .l

    *t--tt\r

    'ffi

    t-

    \;

    ?o

    {Cr.=-

    \

    'T

    c\

    1i

    INDONESIA

    n

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    16/109

    F. Pola dan

    Struktur

    Ruang

    Wilayah

    Nasional

    Akhir

    pJp

    I

    1.

    Jaringan

    Transportasi

    a. Transportasi

    Jalan

    Pulau

    Jawa dan Pulau

    Sumatera telah memiliki prasarana

    jalan

    yang

    relatif

    telah

    berkembang

    bailc, sedangkan

    Pulau

    Kalimantan dan

    Irian

    Jaya

    ketersediaannya

    terbatas.

    Tingkat

    pelayanan

    tertinggi

    terdapat

    di Pulau

    Jawa

    yakni

    0.52

    Km/Ih2,

    Nusa Tenggara O,23

    KrnIKm2, Pulau

    Sumatera 0,14

    Km/I(m2,

    sedangkan

    yang

    terendah

    adalah Irian

    Jaya 0,0lKm/Km2.

    Panjang

    jalan

    di

    Indonesia

    224.172,6

    Km terdiri

    dari

    jalan

    nasional

    5,630/o,

    jalan

    propinsi

    18,0

    5yo,

    j

    al

    an kabup

    aten

    7 0,89Yo,

    j

    alan

    kotamadya

    5,3yo,

    j

    alan

    tol

    O,l3yo.

    Rata-rata pertambahan

    jalan5,20Yo

    per

    tahun

    (lihat

    Peta 3.4)

    b.

    Transportasi

    Kereta

    Api

    Di Pulau

    Jawa,

    transportasi

    kereta api

    menghubungkan

    wilayah

    bagian barat

    dan wilayah

    bagtan

    timur

    dan merupakan

    sistem

    jaringan.

    Untuk Pulau

    Sumatera

    jaringan

    kereta

    api

    terdiri

    atas tiga sistem

    yang

    saling terpisah

    dan

    membentuk pola

    konsentris,

    berpusat pada pelabuhan

    laut. Ketiga

    sistem

    itu

    adalah

    jaringan

    kereta

    api Sumatera

    Utar4

    jaringan

    kereta

    api Sumatera

    Barat, dan

    jaringan

    kereta

    api

    Sumatera

    Selatan

    yang

    melayani

    Propinsi

    Sumatera

    Selatan

    dan

    propinsi

    Lampung.

    c. Transportasi

    Sungai

    dan

    Danau

    Transportasi

    sungai

    dan danau

    sangat penting

    peranannya

    di

    Pulau

    Xatimantan' Pulau

    Sumatera

    dan

    Pulau kian

    Jaya.

    Di

    daerah-daerah

    tersebut,

    khususnya

    di Pulau

    Kalimantan

    angkutan

    sungai

    turut

    berperan

    sebagai

    angkutan

    utatna maupun

    angkutan

    pengumpul

    dan

    lokal,

    sedangkan

    untuk

    transportasi

    danau berperan

    sebagai

    pelayanan

    lokal.

    d.

    Transportasi

    Penyeberangan

    Transportasi

    penyeberangan

    menurut

    fungsinya

    adalatr bagran

    dari prasarana

    transportasi

    jalan

    atau transportasi

    jalan

    rel.

    Sampai dengan aldrir

    PJP I

    terdapat 88

    lintasan penyeberangan,42Yo

    lintasan

    berada di wilayah

    KBI

    dan

    58%

    lintasan

    berada

    di

    KTI.

    e.

    Transportasi

    Laut

    Di

    Indonesia

    terdapat 1889

    pelabuhan

    yang

    terdiri atas 656

    buah

    pelabuhan

    umum

    dan 1233

    buah

    pelabuhan

    khusus. Pelabuhan-pelabuhan

    tersebut

    di

    atas

    memberikan pelayanan

    menurut status, kelas, peran dan

    fungsinya.

    Penyebaran

    pelabuhan

    laut

    relatif kurang

    merata. Pelabuhan

    di

    Pulau

    Sumatera

    dan di Pulau

    Jawa

    relatif

    lebih

    banyak dibanding dengan pulau-pulau

    lainnya.

    Pada

    unnrmnya

    tingkat

    utilitas

    rata-rata

    pelabuhan

    di

    Indonesia

    cukup

    tinggr

    (>60%)

    kecuali

    sebugan pelabuhan

    di

    Kawasan

    Timur

    Indonesia

    (

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    17/109

    BAB IV

    ARAH

    PEMBANGUNAN

    DAN PENGEMBANGAN

    RUANG

    WILAYAH

    NASIONAL

    JANGKA

    PANJANG

    KEDUA

    Arah

    Pembangunan

    Nasional

    Titik berat

    Pembangunan

    Jangka

    Panjang

    Kedua

    diletakkan

    pada

    bidang ekonomi,

    yang

    merupakan penggerak

    utama

    pembangunan,

    seiring

    dengan lnralitas

    sumber

    daya

    manusia

    dan

    didorong secara

    saling

    memperkuat,

    saling

    terkait dan

    terpadu dengan

    pembangunan

    bidang-

    bidang

    lainnya

    yang

    dilaksanakan

    seiram4

    selaras,

    dan

    serasi dengan

    keberhasilan

    pembangunan

    bidang ekonomi dalam

    rangka

    mencapai

    tujuan dan sasaran

    pembangunan

    nasional.

    Memperhatikan

    keadaan

    ekonomi

    nasional

    sampai akhir PJP I dan

    masalah-masalah

    yang

    dihadapi,

    ditentukan

    rencana

    pembangunan

    ekonomi nasonal dengan

    penekanan

    pada

    penguatan

    struktur

    industri dan pemantapan produksi pangan.

    Perkiraan perfumbuhan

    ekonomi

    nasional

    selama PJP II

    terdapat

    pada

    Tabel 4.1.

    TABEL

    4.1.

    TARGET

    PEMBANGI.]NAN

    EKONOMI PADA PJP tr

    REPELITAV REPELITA X

    PRODI.]K NASIONAI

    Pertumbuhan

    PDB

    (%)

    Pertsnian

    Industri Pengolahan

    Non Migas

    L:in kin

    Total

    PENDIIDUK

    (tahrn

    terakhir)

    Jumlah Penduduk

    (uta

    orang)

    Pertumbuhan

    (7o

    per tahun)

    Pendapatan

    per

    kapita riil

    Iuta

    Rupiah

    (harga

    konstan 1989)

    TENAGA KERIA

    rPAK

    (%)

    Argkatan

    Kerja

    (uu onng)

    Pertumbuhan

    (7o

    per

    tahun)

    Tingkat

    pengangguran (rata-rata)

    Produlrivitas

    (US

    S / orang)

    Pertumbuhan

    (% per

    tahun)

    Penyerapan

    sektoral

    (uta

    jiwa)

    Perianian

    lndustri

    pengolahan

    [.ain

    -

    lain

    2.1

    10.0

    I r.0

    6.9

    6.4

    189.1

    t.7

    t.t71

    685

    55.9

    78.8

    J.I

    3.2

    1.670

    3.3

    78.8

    3

    8.0

    9.9

    30.9

    3.5

    8.7

    9.0

    9.5

    E.7

    258.2

    0.9

    4.993

    2.603

    62.1

    l1'1 .9

    2.0

    2.O

    4.839

    6.8

    147.5

    40.8

    28.9

    't1.8

    Keterangan

    :

    -

    Penduduli usia

    keria

    adalah

    penduduk

    yang

    berumur 15 tahun

    ke atas

    -

    Angkatan

    ke{a

    adalah

    penduduk usia

    15 tahun

    yang

    bekerja

    atau

    mencari pekerjaan

    -

    TPAK

    (Tingkat

    Partisipasi Angkatan

    Kerja) adalah

    persentase

    angkatan

    kerja

    terhadap

    penduduk

    usia kerja

    -

    Sumber:

    REPELITA VI.

    BUKU

    II

    B.

    Arahan Pengembangan

    Wilayah dan Pembangunan Daerah

    Pengembangan

    wilayah

    dimaksudkan

    untuk

    meningkatkan

    daya dan hasil

    guna

    sumber daya

    yumg

    tersebar

    di wilayah

    nasional dalam

    mewujudkan

    tujuan

    pembangunan

    nasional.

    Dalam

    upaya

    pengembangan

    wilayah

    arah

    dan

    kebijaksanaan yang

    ditempuh

    adalah

    l.

    Pembangunan

    diarahkan

    untuk

    meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat

    dengan

    tetap

    memperkokoh kesatuan

    dan

    ketahanan nasional

    serta

    mewujudkan

    Wawasan

    Nusantara.

    2. Pembangunan

    selctoral

    dilakukan

    secara

    saling memperkuat untuk meningkatkan

    pertumbuhan, pemerataan

    dan

    kesatuan

    wilayah

    nasional

    serta pembangunan yang

    berkelanjutan.

    3. Perkembangan wilayah

    diupayakan

    saling terkait

    dan menguatkan

    sesuai

    dengan

    potensiwilayah.

    Pengembangan

    wilayah

    dilakukan

    selaras dan

    menguatkan

    dengan

    pembangunan

    daerah,

    mengingat

    pembangurun

    daerah merupakan bagian

    integral

    dari

    pembangunan

    nasional

    yang

    terpadu dengan

    pembangunan

    sektoral

    dalam rangka mengupayakan

    pemerataan

    pembangunan

    antar daerah. Arah kebijaksanaan

    pembangunan

    daerah dalam PJP

    II adalah

    sebagai berikut :

    l. Memacu

    pemerataan

    pembangunan

    dan

    hasil-hasilnya

    dalam

    rangka

    meningkatkan

    kesejahteraan rakyat.

    2. Meningkatkan

    prakarsa

    dan

    peran

    serta aktif masyarakat.

    3.

    Meningkatkan

    pendayagunaan

    potensi

    daerah

    secara optimal dan terpadu dalam

    mengisi

    otonomi

    daerah.

    4.

    Mengupayakan pemerataan pembangunan

    di

    seluruh

    wilayah tanah

    air, daerah dan

    kawasan

    yang

    kurang

    berkembang

    (sepeni

    kawasan

    timur Indonesia,

    daerah terpencil

    dan daerah

    perbatasan).

    Visi Ruang

    Wilayah Nasional Akhir

    PJP tr

    Dalam rencana

    pengembangan

    ekonomi

    sampai akhk PJP tr

    (Tabel

    4. 1.)

    terlihat

    pertumbuhan

    ekonomi akan

    diupayakan tinggi,

    dimana

    industri

    pengolahan

    menjadi tulang

    punggung

    yang

    didukung

    oleh

    pertanian yang

    mantap.

    Jika upaya pengembangan

    industri

    yang

    memperhatikan

    keadaan

    tata

    ruang

    yang

    ada

    dilakukan

    tanpa

    melakukan upaya-upaya

    pemerataan,

    maka

    akan terjadi akumulasi

    pertumbuhan

    di kawasan-kaw.asan sudah berkembang.

    Sikap ini

    dapat menimbulkan

    permasalahan dalam

    pengembangan

    wilayah nasional,

    misalnya.

    l.

    kawasan-kawasan

    yang

    mengalami

    perkembangan

    cepat seperti

    pantai

    utara P.

    Jawa,

    pantai

    timur P.

    Sumatera

    akan

    semakin

    berkembang

    dan

    menimbulkan

    implikasi

    masalah tata ruang. Perkembangan

    pantai

    selatan dan utara P.

    Jawa

    menjadi

    semakin

    tidak seimbang dan

    mendorong

    terjadinya

    migrasi

    dari

    pantai

    selatan

    ke

    pantai

    utara,

    A.

    c.

    15

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    18/109

    diikuti dengan

    akumulasi

    kegiatan

    ekonomi

    di

    pantai

    utara.

    Kondisi

    ini akan

    menimbulkan masalah

    lingkungan

    di

    pantai

    utara,

    khususnya

    di kota-kota

    besar.

    Sementara

    di Pantai

    Selatan, kegiatan

    ekonomi kurang

    ber-kembang,

    sehingga

    meningkatkan

    masalah ketertinggalan

    desa

    yang

    saat

    ini

    sudah

    banyak

    ditemui.

    2.

    perkembangan

    ini

    akan mempertajam konflik

    penggunaan

    lahan

    subur

    antara

    permukiman,

    industri

    dan

    tanaman

    pangan di

    wilayah tersebut, dan

    akan

    dapat

    mempengaruhi

    produksi

    pangan

    nasional.

    3.

    perkembangan

    pantai

    utara

    P.

    Jawa

    juga

    akan

    menarik migrasi dari luar pulau

    yang

    mengakibatkan polarisasi

    penduduk

    di P.

    Jawa dan

    mengakibatkan

    semakin

    terbatasnya

    daya

    dukung lahan dan air

    4. pantai

    timur

    P.

    Sumatera akan

    berkembang

    jauh

    lebih

    cepat

    dari

    pantai

    barat

    dan akan

    membawa

    implikasi

    spasial

    terhadap

    masalah

    lingkungan

    di

    perkotaan

    pantai

    timur

    P.

    Sumatera

    serta

    terbat:rsnya perkembangan

    ekonomi

    di

    pantai

    barat.

    5.

    perkembangan

    pantai

    timur

    P.

    Sumatera

    dan

    pantai

    utara

    P.

    Jawa akan

    menyebabkan

    ti"gLat

    perkembangan

    P.

    Sumatera

    dan

    P.

    Jawa

    semakin tingg

    dan

    jauh

    meninggalkan

    KTI.

    Hal ini

    dapat menyebabkan

    polarisasi

    kegiatan

    ke KBI sehingga

    semakin

    sulit

    mewujudkan pemerataan

    pembangunan

    antarwilayah

    dalam

    ruang

    wilayah nasional.

    6.

    ekonomi

    KTI

    akan

    terbebani biaya

    tinggi

    karena

    jauh

    dari

    pusat-pusat

    pertumbuhan.

    7. investor

    semakin

    kurang tertarik

    ke

    KTI sehingga

    akan

    mengalami

    kesulitan

    untuk

    mempromosikan

    sumber daya

    alam

    yang potensial

    untuk

    perkembangan

    ekonomi

    nasional.

    8.

    dalam

    jangka

    panjang

    kerusakan

    linglamgan dan

    daya

    dukung

    P. Jawa

    pada

    akhirnya

    akan

    dapat

    menghalangi

    efisiensi

    pertumbuhan

    ekonomi nasional

    karena

    biaya

    pemeliharaan

    lingkungan

    yang

    semakin mahal.

    Menghadapi

    masalah

    tersebut, dari

    sisi spatial

    (keruangan) dibutuhkan

    suatu pandangan

    ke

    depanatau visi pemanfaatan

    ruang dalam

    PJP II'

    dimana

    pola persebaran

    kegiatan

    ekonomi

    dan

    penduduk

    lebih merata

    di wilayah

    nasional.

    Visi

    ruang tersebut di

    atas

    secara

    skematis

    digambarkan

    pada

    Peta

    4.1,

    dimana

    sebaran

    kegiatan

    ekonomi

    yang

    lebih merata

    diantara

    pulau-pulau

    utama serta keterkaitan kegiatan

    ekonomi antar

    pulau.

    Dalam

    visi

    ruang tersebut tercakup

    pemikiran-pemikiran

    mengenai

    pemanfaatan

    ruang

    wilayah

    nasional

    sebagai berikut

    :

    I perkembangan

    kegiatan

    ekonomi

    antarpulau

    yang

    semakin seimbang

    dan

    semakin

    terkait

    untuk

    mendorong

    terwujudnya

    pemerataan

    pembangunan

    dan

    kesatuan

    wilayah

    nasional.

    2

    sektor

    industri

    yang

    semakin menyebar

    di luar

    P.

    Jawa

    dan

    P.

    Sumatera

    sesuai

    dengan

    potensinya

    untuk mempercepat perkembangan

    ekonomi

    wilayah.

    3. penyebaran

    kegiatan

    ekonomi

    yang sezuai

    dengan

    potensi

    kawasan di wilayah nasional

    dan membentuk

    keterkaitan

    yang

    mewujudkan penguatan struklur

    ekonomi

    secara

    sekloral

    dan reeional.

    D.

    4

    industri

    di P.

    Jawa

    tetap berkembang akan

    tetapi

    perlu

    memberi

    perhatian

    khusus paCa

    ketersediaan

    air

    dan

    kelestarian

    lingkungan

    5 luas lahan

    pertanian

    secara

    nasional

    tetap

    dipertahankan

    untuk menjaga

    kemandirian

    dibidang produksi

    pangan Dengan

    demikian

    perubahan

    fungsi lahan

    pertanian

    yang

    ada

    di P.

    Jawa

    yang

    menjadi

    permukiman

    dan

    kawasan

    industri

    harus

    diganti

    dengan

    pembukaan

    sawah

    baru

    di luar P.

    jawa.

    6. penyebaran

    kegiatan

    ekonomi didorong

    ke KTI dengan memperhltikan potensi

    sumber

    daya

    alanq

    saling menguatkan dengan

    pengembangan pusat-pusat

    permukiman

    dan

    dapat menciptakan

    kesempatan kerja

    sehingga

    dapat

    menarik

    penduduk

    dari

    daerah

    padat.

    Perkiraan

    Perkembangan

    Ekonomi

    Wilayah dalam

    PJP

    II

    Berdasarkan visi

    ruang

    akhir

    PJP II

    di

    atas, dilakukan

    perkiraan

    persebaran

    kegiatan

    ekonomi

    wilayah

    yang

    konsisten dengan

    perkiraan

    ekonomi

    makro PJP

    II.

    Perkiraan ini dilakukan

    dengan

    unit

    analisis

    propinsi

    dan

    pulau-pulau

    utama

    berdasarkan

    perkembangan

    ekonomi wilayah dalam

    periode

    PJP I

    dan skenario intervensi kebijaksanaan

    pembangunan

    dalam PJP II,

    yaitu

    intervensi kebijaksanaan pemerintah

    untuk mendorong

    pemerataan

    pembangunan.

    Juga

    digambarkan

    pentahapan

    perubahan

    kegiatan

    sektor-sehor

    ekonomi

    secara spasial

    dan

    perkembangan penduduk

    dan lahan

    pertanian.

    I . Metodologi

    Perkiraan

    Perkembangan Ekonomi

    Wilayah

    Perkiraan

    ekonomi wilayah

    (propinsi

    dan

    pulau)

    dilakukan

    atas

    dasar Tabel Input--

    Output

    (I-O)

    Nasional

    terakhir

    (1990)

    dan data perkembangan

    ekonomi wilayah

    terakhir,

    yang

    kemudian

    dirinci

    lebih lanjut ke

    dalam bentuk Tabel

    I-O regional

    sektoral.

    Tabel

    I-O

    menggambarkan hubungan

    dinamis

    antarsektor

    produksi

    dalam

    suatu

    ekonomi maupun hubungannya

    dengan

    sektor-sektor

    di

    ekonomi

    (negara)

    lainny4

    serta menggambarkan seberapa

    besar output

    yang

    dihasilkan

    berdasarkan

    input

    yang

    diberikan

    pada

    selctor

    produksi

    dan

    besaran

    fakror produksi.

    Perkiraan perkembangan

    ekonomi

    u'ilayah

    didasarkan

    atas

    perubahan-perubahan

    yang

    diharapkan

    pada

    permintaan

    akhir sebagai variabel

    eksogen, khususnya

    investasi

    pemerintah

    dan

    besaran

    ekspor (antar

    propinsi

    maupun

    ke

    luar

    negeri)

    sebagai

    akibat

    adanya intervensi

    kebij

    aksanaan

    pengemb

    angan

    wilayah.

    Pendekatan

    yang

    diambil dan

    1'ang

    melatarbelakangi

    perkiraan

    ekonomi

    wilayah

    ini

    adalah:

    a.

    Proporsi

    hubungan

    antarsektor dalam satu

    propinsi

    maupun

    antar

    propinsi

    (technical

    coefficient)

    diasumsikan

    sama

    dengan

    proporsi

    hubungan

    antarseklor

    secara

    nasional.

    b Hubungan

    ekspor-impor antarpulau

    didasarkan

    pada

    data

    ekspor-impor

    antarpulau,

    data

    I-O nasional

    dan

    asumsi

    hubungan

    dan intensitas

    ekspor-

    l6

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    19/109

    VIEI

    RUAI{G

    frIIAYAII

    NAiIIONAI.

    AIGIB

    PJP

    II

    O

    TNDUSTRI

    PEhI/EDAAN

    B{HAN

    AAKU,/DAS\R

    FooT

    LOOSE/

    PADAT KARYA

    A

    PERTANIAN

    TAMIY1AN

    PANGAN

    PERKEBUMN

    ffi

    PERil(A}.|AN

    KEHIJTAMN

    tl

    PARrttusArA

    B{I-IAN OI.AHAN

    E

    BAHAN

    E{KU

    ,2d\o

    fi

    Hplxosl

    a(oNoMl

    \oad

    ]tI{DOI{]TSTA

    4t

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    20/109

    impor

    antarpulau

    berdasarkan

    hubungan

    geografi

    s terdekat.

    c.

    Kebijaksanaan

    investasi

    didasarkan atas

    keinginan untuk

    mendorong

    daerah-

    daerah diluar

    Jawa

    dan Kawasan

    Timur Indonesia

    (KTD

    dengan

    :

    i.

    Porsi

    investasi untuk

    Sumatera

    terhadap investasi total

    nasional

    sama

    sepertr

    porsi pada awal

    PJP

    I[.

    ii. Porsi

    investasi

    untuk

    propinsi-propinsi

    KTI terhadap investasi

    total

    nasional

    rata-rata selama

    PJP II ditingkatkan

    1,6 kali investasi

    pada

    awal PJP II.

    iii.

    Porsi investasi

    untuk Pulau Jawa

    ditetapkan

    0,4

    kali investasi

    pada

    awal

    PJP

    II.

    d.

    Peningkatan laju

    ekpor

    non migas di KTI

    rata-rata

    l3%o, danrata-rata

    di

    KBI

    sekitar

    l

    lo%.

    e.

    Perkiraan komsumsi masyarakat didasarkan atas asumsi besaran elastisitas

    konsumsi

    terhadap

    PDB.

    Berdasarkan analisis

    perkembangan

    masa lalu

    (dengan

    data tahun

    dasar 1993)

    serta

    perubahan-perubahan

    kebijaksanaan

    tersebut di

    atas,

    maka dapat diperkirakan

    perkembangan

    ekonomi

    wilayah

    (propinsi

    dan/atau

    pulau)

    untuk

    Repelita

    VI

    hingga

    Repelita

    X

    yang

    diindikasikan oleh

    perkembangan

    laju

    pertumbuhan

    ekonomi

    per

    propinsi

    atau

    per pulau, peranan

    setiap

    propinsi

    dalam ekonomi

    Indonesia

    secara

    keseluruhan

    baih

    termasuk

    seklor

    migas maupun

    di

    luar

    sektor

    migas, serta

    perubahan

    struktur ekonomi

    (pergeseran peranan

    sektor

    pertaniarl

    seldor

    industri,

    dan sektor

    jasa-jasa).

    Perkiraan ekonomi

    propinsi

    menggunakan tahun

    dasar 1993

    diberikan

    pada

    T

    abel

    4.2.

    Perkiraan

    Perkembangan

    Penduduk

    Umum

    Dengan memperhatikan

    perkembangan seklor-sekfor

    produksi

    di

    masing-masing

    propinsi,

    diperkirakan

    jumlah

    penduduk akan

    meningkat

    di setiap

    propinsi

    sebagai

    akibat

    meningkatnya kesempatan

    kerja di berbagai

    sektor

    produksi.

    Perkiraan

    peningkatan

    penduduk

    ini

    menggunakan asumsi-asumsi elastisitas

    tenaga kerja di

    masing-masing

    sektor

    produksi.

    Selanjutnya

    dengan menggabungkan

    pertumbuhan

    penduduk disebabkan

    migrasi akibat

    meningkatnya

    kesempatan

    kerja dengan

    pertumbuhan penduduk

    secara

    alamiah,

    diperoleh

    perkiraan pertumbuhan

    penduduk

    secara

    total

    pada

    akhir

    PJP II.

    Perkiraan

    penduduk

    diberikan

    pada

    Tabel

    4.3.

    Perkembangan

    Penduduk Perkotaan

    Sejalan dengan

    perkembangan

    kegiatan

    ekonomi

    yang

    semakin

    meningkat, struktur

    perekonomian yang

    semula didominasi

    seklor

    pertanian dan

    primer

    lainnya

    mulai

    bergeser ke

    sektor

    industri

    (industri

    dan

    pertambangan)

    serta

    ke

    seklor tersier

    (konstruksi,

    utilitas, keuangan dan

    jasa

    lainnya). Kegiatan ekonomi

    di kedua

    sektor

    terakhir umumnya berlokasi

    di

    daerah

    perkotaag

    sehingga

    transformasi struktur

    ekonomi

    juga

    mempengaruhi

    perkembangan

    perkotaan

    yang

    terlihat dari

    meningkatnya

    tingkat

    urbanisasi.

    Tingkat urbanisasi

    ini

    meningkat

    disebabkan karena

    tiga hal:

    pertama, pemekaran

    kota

    itu sendiri sebagai akibat

    meluasnya

    kegiatan

    penduduk kota; kedua, meningkatnya

    arus migrasi

    penduduk

    desa

    ke

    kota,

    karena

    adanya faktor

    penarik

    dari kota

    itu

    (seperti

    kegiatan

    ekonomi,

    dan

    lainnya);

    dan

    yang

    terakhir

    adalah

    karena faktor

    pendorong di daerah asal

    (perdesaan)-

    Perkiraan

    penduduk perkotaan

    diberikan

    pada Tabel 4.4 dan

    gambar

    persebaran

    kota

    diberikan

    padaPeta 4.2.

    E.

    l.

    )

    l8

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    21/109

    Tabel4.2.

    PERIflRAAI\EKONOMIPROPINSI

    Propinsi

    PDRB

    TOTAL

    PDRB

    NON

    MIGAS

    Laju

    Rata-Rata

    (o/o)

    DISTRIBUSI

    PDRB Laju

    Reta-Rata

    o/o

    DISTRIBUST

    PDRB

    I

    993

    %

    2018

    Yo

    I

    993

    o/o

    2018

    Vo

    D.l.

    Aceh 8_10 3.49 3.90

    100

    l8l

    3.68

    Sumatera Utara 9-80 5_64

    9.46

    9.90

    6-t0

    9-62

    Sumatera Barat

    9-30 t-76

    2.62

    9.30

    1.95

    2-68

    Riau 660 453

    3.62

    10.80

    t66 3.20

    Jambi

    9-30

    o74

    t09

    9-30 0.81

    l^l

    Sumatera Seletan

    8.80

    3-76 4.99

    9.20 3.50 4.71

    Benskulu

    7.90 0-46 0-49

    7.90 0.51 0.50

    Lempung 10.50

    1.77

    3.45

    l0-50 197

    3.53

    D.K.l.

    Java

    7.20 l4-09 12-.93 720

    15.66 13.22

    Jawa

    Barat 6_20

    16.46

    1.90

    6.30

    l7-35 I1.98

    Jawa

    Tensah 5.20

    t?0

    6-80

    5.40

    I 1.83 6.55

    D.I. Yowakarta 7

    -70

    I05

    tos

    7.70

    l.t7 l.l8

    Jawa

    Timur 6^80 t6 l6 192

    6.30 17.95 12.19

    Kalimantan Barat

    1220

    l

    -53

    4-44

    l) )o

    l

    -7l

    4.54

    Kalimanten Tensah

    9.30 0-82

    t.24 9.30 0-92

    t.26

    Kelimenten Selatan

    8.90 t-41 l-90 890

    l-55

    1.93

    Kalimantan

    Timur

    6.80 4_87 407 9t0

    2-90 3.80

    Sulawesi

    Utarr

    9.20

    0.80

    l.t7

    9.20

    0-88

    l9

    Sulawcsi

    Teneah

    RSO

    0.5t

    0.63

    8-50

    0.56 o64

    Sutawesi Selatan t0

    70

    2-35 4.78

    10.70 261

    4.89

    Sulawesi

    Tcnseara

    8t0

    o.42

    o.47 8.10

    046

    0.48

    Bali

    9.10

    l-64 2.34 9_10

    t.82

    2.39

    NTR

    ROO

    o7R oR6 Rnn

    o87 ORR

    N.T.T

    7.90

    0-66

    o7)

    7-90 0-73

    075

    Maluku

    9.60 o79

    1.34

    9-90 0-88 136

    Irian Java

    7.70

    1.56

    1.62 7.90

    t.66

    1.67

    Timor

    Timur

    7.90

    0.16

    0.18

    7

    -90

    0.18 0.20

    Sumate ra

    8.80

    22.15

    29.62 9.90

    t8-3r

    29.03

    Jawa

    +

    Bali

    6,60

    61.19

    46.98 6.50

    65.78

    47.51

    Kalimantan

    8.70

    8-63

    I65

    t0.00

    7.08 I

    1.53

    Sulawesi

    10.00 408

    7.05

    10.00

    4.51

    720

    Pulau

    KTI lainnya

    KBI

    fl.r)

    8,20

    730

    3,95

    83.34

    4,72

    76.60

    8.40

    7.50

    4,32

    84 09

    4,86

    76.54

    KTI(I3)

    8.90

    l6-66

    23.42 9.60

    15.91

    23.59

    lndones

    in

    7

    -60

    I fn-fxl ln{l fm

    7qo

    10,0-(}0

    I

    flo

    ()(l

    TABEL 4.3.

    PERK|RAAN

    PENDUDUK (TOTAL

    DAN KOTA)

    PADA

    AKHIR

    PJP II

    (Dalam

    Juta

    Jiwa)

    PULAU

    JUMLAII PEI\IDIJDUK

    TAIIUN 1990 AKHIRPJPtr

    TOTAL

    KOTA TOTAL

    KOTA

    Jrrmlnh

    (%)

    Jrrmleh

    (%)

    Jumlah

    (%)

    Jrrmlah

    (%)

    Jawa

    107,50

    60p2

    36,70 6't

    99

    144,05

    55,79 8123 60,53

    Srrmatera 36.40

    2032 to20

    18,65 58.40

    22,61

    ?? ?,

    24,83

    Kalims6l

    9,10 5,08 2,50

    4,57 16,47

    6,38 5,15

    3,U

    Sularvesi

    12,50

    698 2,70

    4,94

    18,67 723 8,15

    697

    Lainnva

    13.60

    7,59 2,60 4,'15

    20,63 7,99 6,36

    4;14

    TOTAL

    17 9, 10 10 0, 00 54,7O 100,00 2582 100,00

    r342

    100,00

    TABEL

    4.4.

    PERKIRAAN

    JTJMLAII

    KOTA DAI{ PEI\DT'DTJK

    MENURUT

    BESARAN KOTA

    PADA

    TAHUN

    1990 DAN

    AKITIR PJP

    II

    BESARAN

    KOTA

    TAHIJN

    T99O

    AKHIRPJP

    II

    Jumlah

    Jumlah

    Kota

    Penduduk

    fiuta

    jiwa)

    Kota

    Penduduk

    fiuta

    jiwa)

    Metro

    )

    6

    14,10 t6

    45,01

    Besar 4.95

    23

    14,09

    Sedang 62 12,50

    t75

    49,98

    Kecil/l-ainnya 1237 23.t5 t67

    4

    25,r2

    TOTAL 13l2 s4JO

    1888

    1342

    *)

    Catatan

    :

    l

    a)

    Metro : Kota

    dengan

    penduduk

    lebih

    dari 1juta

    b)

    Mega Urban . Kota

    yang

    terdiri dari aglomerasi

    beberapa

    kota

    dengan

    penduduk

    lebih besar

    dari

    5

    juta.

    c)

    Megapolitan: Kota

    yang

    terdid dari aglomerasi

    beberapa kota

    metropolitan dan

    kota-kota lainnya.

    2.

    Pada tahun 1990

    kota metro yang

    sudah megapolitan

    (berpenduduk

    >

    5

    juta)

    adalah

    Jakarta.

    l9

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    22/109

    t

    J.

    Pada

    akhir PJP II

    kota-kota

    metro

    diperkirakan

    membentuk

    aglomerasi

    dengan

    kota

    disekitamya

    (megaurban)

    antara lain

    :

    a)

    DKI

    bersama Bekasi,

    Tangerang,

    Depolq

    Cibinong

    dengan

    jumlah

    penduduk

    sekitar

    l5,l

    juta

    jiwa

    (megaurban/

    megapolitan).

    b)

    Bandung

    bersama

    Cimahi

    dan

    kota-kota

    lain

    disekitarnya

    dengan

    jumlah

    penduduk

    4,5

    juta jiwa.

    c)

    Surabaya

    bersama

    Gresih

    Mojokerto,

    Sidoarjo,

    Lamongan

    dengan

    jumlah

    penduduk

    sekitar 5,1juta

    jiwa.

    d)

    Medan

    bersama Binjar,

    Lubuk

    Pakam

    dengan

    jumlatr

    penduduk 4,5

    jiwa.

    e)

    Ujug

    Pandang dengan

    Sungguminasa,

    Maros,

    Takalar,

    Parrgkajene

    dengan

    jumlah

    penduduk

    sekitar 1,5

    juta

    jiwa.

    20

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    23/109

    Peta

    4.2

    (t

    lr-

    Oo-

    I

    nll

    DONESIA

    rI

    W

    i$,rim

    (p

    ,*

    gpplx

    (q

    s JurA)

    MEIRO

    B6AR

    lG-l

    srorr.re

    lT-l

    recu

    JALAN

    JI,I.AN ARIEil

    JAII}I

    KOLEKTOR

    FIEIBUMN

    I4TT

    I

    UrAMA

    FRI,B

    E

    UTAIA

    SEToNDER

    BANqARA

    UDARA

    E

    urArr^

    Ao.A

    JI,I.UR

    AI€KUTAN

    E

    t.*r

    HAtEArAl{

    F:E

    uux xffirA Apl

    =EArfs

    zEE

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    24/109

    BAB V

    STRATEGI

    DAI\

    ARAHAN

    KEBIJAKSANAAN

    PEMANFAATAN

    RUANG

    WILAYAH

    NASIONAL

    Tujuan

    Nasional Pemanfaatan

    Ruang

    Sesuai

    dengan

    Pasal20

    ayat I

    UIJP& salah

    satu

    muatan

    RTRWN

    adalah

    tujuan

    nasional

    pemanfaatan

    ruang.

    Memperhatikan

    tata

    ruang

    yang

    ada

    dan

    tata ruang

    akhir PJP

    II

    yang

    diinginkan, tujuan

    nasional

    pemanfaatan

    nrang

    untuk

    peningkatan

    kesejahteraan

    maqyarakat

    dan pertahanan

    keamanan

    ditetapkan sebagai

    berikut :

    1.

    Mencegah timbulnya kenrsakan

    frmgsi lingkungan

    hidup

    melalui

    :

    a.

    peningkatan

    frmgsilindung

    te,rhadap tanah,

    air,

    iklim,

    keaneka-ragaman hayati,

    tumbuhan

    dan satwa serta

    nilai

    sejarah

    dan budaya bangsa;

    b.

    pemeliharaan

    keanekaragaman

    hayatq

    ekosistem

    dan keunikan

    alam

    serta

    kearifan

    tradisional;

    c.

    petretapan pokok-pokok

    lriteria

    pe,nentuan

    kawasan berfungsi

    lindung

    serta

    kebij

    aksanaan

    pengelolaannya.

    2.

    Mencapaipemanfaatan

    sumber

    daya

    yang

    optimal melalui :

    a.

    pemenfaatan

    sumber

    daya

    alam

    yang

    seoptimal

    mungkin

    dengan tetap

    memperhatikan

    kelestarian

    lingkungan;

    b.

    pengaturan

    lokasi

    pemanfaatan

    lahan

    yang

    menghasilkan

    sinerg keterkaitan

    sektor

    dalam

    wilayah nasional

    dan mengfuindari

    konflik

    pemanfaatan nrang

    dan sumber

    daya.

    c.

    penetapan

    pokok-pokok

    kriteria

    penentuan

    kawasan

    budi daya serta

    kebii

    aksanaan

    p

    e,ngelolaannya.

    3. Meningkatkan keseimbangan

    perkembangan

    antar

    kawasan melalui

    pemanfaatan

    ruang kawasan

    secara

    serasi

    selaras

    dan seimbang serta berkelanjutan dalam rangka

    meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi,

    mempercepat perhrmbuhan kawasan

    tertinggal

    dan

    meningkatkan

    daya dukung

    lingkungan.

    4. Meningkatkan kemampuan

    memelihara

    pertahanan

    keaman

    an negara

    yang

    dinamis

    dan

    memperkuat

    integrasi nasional.

    Untuk mewujudkan

    tujuan

    pemanfaatan

    tersebut

    ditempuh

    strategi

    pengembangan

    dan

    pemanfaatan

    kawasan berfrrngsi lindung

    dan

    budi

    daya

    beserta

    keterkaitannya dengan

    pengembangan

    permukiman, prasarana

    pendukung dan

    dengan

    pertahanan keamanarl

    ss13

    strategi

    pengembangan

    kawasan

    tertentu.

    Struktur dan Pola Pemanfaatan

    Ruang

    Wilayah

    Nasional

    Struktur dan

    pola

    ruang wilayah nasional

    meliputi

    strategi

    atau

    langkah-tangkah

    yang

    perlu

    dibuktikan

    delam pengembangan

    dan

    pengelolan

    kawasan

    untuk mewujudkan

    tata

    ruang yang

    dinginkan.

    1.

    Strategi

    Pengembangan

    Kawasan

    a.

    Strategi

    Pengembangan

    dan

    Pengelolaan

    Kawasan

    Berfungsi Lindung

    1)

    Memeliharakelestarianlingkungan

    a)

    Untuk

    mewujudkan

    kelestarian

    alam diupayakan

    dengan melakukan

    perlindungan

    kawasan-kawasan

    di darat, laut dan

    udara

    yang

    saling

    serasi dan

    selaras.

    b) Perlindungan

    kawasan

    di

    darat dan

    di laut diupayakan

    untuk

    melindungi

    lingkungan

    fisik

    alam,

    buatan

    dan budaya meliputi

    :

    (1)

    kawasanyang

    memberikan

    perlindungan

    kawasan

    bawahnya;

    (2)

    kawasanperlindungansetempat;

    (3)

    kawasan

    zuaka alam, pelestarian

    alam dan cagar

    budaya;

    (4)

    kawasan

    rawan

    bencana

    alam-

    c)

    Perlindungan

    kawasan

    di laut

    diupayakan

    untuk

    melindungi

    lingkungan

    alam

    dan kekayaan

    laut

    meliputi

    :

    (1)

    kawasan-kawasan

    taman laut;

    (2)

    kawasan-kawasan

    teryat

    reproduksi

    hayati laut.

    d) Perlindungan

    kawasan

    di

    udara diupayakan

    untuk melindungi

    kelestarian

    iklim

    dan

    kualitas udara

    serta kedaulatan negara.

    Untuk itu

    di

    udara

    ditetapkan

    adanya:

    (1)

    kawasan

    terbatas;

    (2)

    kawasan

    terlarang;

    (3)

    kawasan

    terkendali.

    e) Penentuan

    kawasan-kawasan

    berfungsi

    lindung

    didasarkan pada

    prinsip

    melindungi kelestarian

    lingkungan

    hidup

    yang

    mencakup

    sumber

    daya

    alam,

    zumber

    daya

    buatan

    dan

    nilai

    sejarah

    serta budaya

    bangsa

    guna

    mewujudkan

    pembangunan

    berkelanjutan.

    Untuk

    itu

    faktor-faktor

    fisik

    seperti

    sifat-sifat

    tanah, kemiringan

    lahan,

    ketinggian permukaan

    bumt penutupan

    lahan,

    kondisi

    sumber

    daya

    alam

    hayati

    dan ekosistemnya,

    teknologi yang

    tersedia, nilai

    sejarah

    dan

    budaya

    bangsa

    digunakan

    sebagai

    dasar

    pertimbangan

    untuk

    menentukan

    kawasan

    berfirngsi lindtrng.

    0

    Kawasan-kawasan

    yang berfirngsi

    lindung

    diupayakan

    agar

    dapat

    membentuk

    suatu kesatuan

    pada

    setiap

    pulau.

    22

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    25/109

    Untuk

    itu

    :

    (l)

    kawasan

    berfungsi

    lindung pada

    daerah

    perbatasan

    wilayah

    administrxsi

    harus

    selaras satu

    sama

    lain;

    (2)

    kawasan

    berfrrngsi

    lindung

    di

    pantai,

    seperti

    hutan

    bakau,

    perlu

    diupayakan

    membentuk

    suatu kesatuan

    sezuai

    dengan

    sistem hidrologi

    dan

    kondisi

    pantai;

    (3)

    kawasan

    berfungsi

    lindung,

    seperti hutan

    dan gambut,

    perlu

    diupayakan

    membentuk

    ruatu kesatuan

    sezuai

    dengan

    kondisi

    hidrologi

    tanah

    dan habitat

    yang

    ada

    didalamnya.

    g)

    Diupayakan

    secara

    bertahap

    mengembatikan

    firogsi

    kawasan

    yang

    berfungsi

    lindung

    yang

    telah

    terganggu

    untuk

    dapat memelihara

    keseimbangan

    alam

    dengan

    memperhatikan

    ftsmampuan

    nasional

    teknologi yang

    tersedia,

    kondisi

    sosial

    ekononi

    dan

    budaya.

    h) Kawasan-kawasan

    yang

    berfirngsi

    lindung

    selain untuk

    melindungi

    pelestarian alam

    dan

    budaya,

    juga

    dapat

    dimanfaatkan

    unnrk kegiatan

    sosial

    ekonomi

    seperti pertambangan,

    penelitian"

    pariwisata

    dan lain-

    lain

    dengan qyarat

    bahwa

    fungsi lindung yang

    diemban kawasan

    tersebut

    tidak terganggu.

    Kegiatan

    Budi Daya

    dalamKawasan

    Berfrrngsi

    Lindung

    :

    a) Dalam

    kawasan

    lindung

    sejauh mungkin

    dihindari kegiatan

    budi

    daya

    dan

    permukiman.

    b)

    Apabila

    dalam

    kawasan

    lindung

    perlu

    dikembengl

  • 8/8/2019 digital_15997-[_Konten_]-KONTEN 4022.pdf

    26/109

    kemampuan

    investasi

    nasional

    sumber

    daya

    buatan dan

    kondisi

    ekonomi

    global.

    h)

    Dalam

    pengembangan

    kawasan andalan

    dan

    sektor unggulannya

    seperti

    disebut pada

    butir

    g)

    di

    atas, perlu

    dipadukan

    dengan

    pengembangan

    kegiatan

    transmigrasi

    dan

    permukiman

    perambah

    hutan,

    agar

    pengembangan

    wilayah di

    Indonesia

    dapat

    saling

    menguatkan

    dengan p engem-bangan

    kep

    endudukan.

    i)

    Diupayakan

    unnrk

    meningkatkan

    keterkaitan

    yang

    saling menguatkan

    antar

    kawasan

    andalan

    dalam

    wilayah nasional untuk meningkatkan

    sinergi p

    erkembangan

    sebesar-besanrya.

    j)

    Kawasan

    andalan diprioritaskan pe,ngembangannya pada

    penataan

    ruang

    Dati

    I

    dan

    Dati tr.

    Pengemb angan

    Permukiman

    a) Kawasan

    permukiman

    diupayakan dapat berfungsi sebagai pusat

    pelayanan:

    (l)

    ekonomi

    yang

    meliputi

    :

    produksi,

    siryul danjasa tranqportasi,

    ,srtx

    ftggengan,

    (2)

    jasa

    pemerintahan;

    dau

    (3)

    jasa

    pelayanan

    sosial

    menunjang

    kegiatan budi

    daya

    di dalam

    kawasan

    permukiman

    maupun

    untuk daerah

    sekitarnya.

    b) Diusahakan agar pusat permukiman

    terkait

    secara selaras, saling

    menryerkuat

    dan serasi dalam.nrang

    wilayah

    nasionaf

    sehingga

    pusat-

    pusat

    permukinum

    dapat membelrtuk

    suafu kesatuan

    dan

    dapat

    menunjang pernrmbuhan

    dan penyebaran

    kegiatan

    budi daya dalam

    ru;rn

    g

    wilayah

    nasional

    c)

    Diupayakan

    agar pusat-pusat permukiman

    membentuk suatu sistem

    yang

    mencerminkan

    :

    (1)

    fungsi

    dan

    hirarki pusat

    sesuai de,ngan

    wilayah

    pelayanannya;

    (2)

    pola

    keterkaitan

    pusat-pusat permukiman.

    d)

    Diupayakan

    untuk

    meningkatkan

    keterkaitan

    permukiman

    perkotaan

    dan perdesaan

    serta

    dengan

    kawasan

    sekitanrya

    yang

    selaras

    dan

    sling memperkuat.

    e)

    Diupayakan

    agar

    pengembangan

    lokasi

    permukiman

    baru,

    seperti

    permukiman

    transmigrasi

    dan

    kota

    barq

    memper-hatikan

    sistem

    permukimaq

    jaringan

    prasarana

    dan kawasan-kawasan

    budi daya

    yang

    ada maupun

    yang

    direncanakan, agar pengembangilnnya

    dapat saling

    memperkuat.

    0

    Dalampusat-pusat

    permlkiman

    perkotaan

    darr

    perdesaan

    diupayakan

    mengembangkan

    kawasan-kawasan

    untuk

    kegiatan

    usaha

    dan kegiatan

    perlindungan lingkungan

    antara lain hutan kota,

    taman

    terbuka dan

    jalur

    hijau

    yang

    harmonis.

    3)

    g)

    Pembangunan perumahan

    dan

    permukiman

    disesuaikan

    dengan

    ketentuan

    tata