581
i Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017

i Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PROSIDING
untuk Kemanusiaan dan Peradaban”
Auditorium II Kampus III UIN Walisongo Semarang, 21 Oktober 2017
ISBN : 978-602-51531-0-5
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA 2017
“Menguatkan Fundamental Research dan Pembelajaran MIPA untuk Kemanusiaan dan Peradaban”
Panitia Pelaksana: Dr. Ruswan, MA Dr. Lianah, M.Pd. Ismail, M.Ag. Dr. Hamdani Mu’in, M.Ag. Dr. Hamdan Hadi Kusuma, M.Sc. R. Arizal Firmansyah, S.Pd., M.Si. Mujiasih, S.Pd.,M.Pd. Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd., M.Kom. M. Ardhi Khalif, M.Sc. Mulyatun, M.Si. Emy Siswanah, S.Pd., M.Si. Agus Sudarmanto, M.Si. Teguh Wibowo, M.Pd. Aini Fitriyah, M.Sc. Rusmadi, M.Si. M. Izzatul Faqih, S.Pd. M.Pd. Ulya Lathifa, S.Pd.,M.Pd. Ulliya Fitriani, S.Pd., M.Pd. Reviewer: Ardhi Prabowo, S.Pd., M.Pd. Budi Cahyono, S.Pd.,M.Si. Atik Rahmawati, S.Pd., M.Si. Andi Fadllan, S.Si., M. Sc. Siti Mukhlishoh Setyawati, M. Si
Editor: Widyastuti, Hamdan Hadi K., Hesti Khuzaimah N.Y., Qisthi Fariyani, Saifullah Hidayat, Biaunik Niski K., Anita Fibonacci Diterbitkan oleh: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan, Telp. (024)76433366, Fax.76433366 http://semnasmipa2017.walisongo.ac.id/ , email: [email protected]
PENDIDIKAN FISIKA PENULIS JUDUL ARTIKEL HLM. Ahmad Fatih Musyarrof, Agus Yulianto, Budi Astuti
Analisis Kemampuan Representasi Gambar pada Pokok Bahasan Gerak Parabola
2-7
Analisis Kemampuan Representasi Mahasiswa Pendidikan Fisika dalam Menyelesaikan Materi Perkembangan Teori Atom
8-11
Penyiapan Kompetensi Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Lesson Study dan Penerapan Konferensi 3- 2-1
12-22
Arik Pujiyanti, Arsini, Sheilla Rully Anggita
Pengaruh Modul Fisika Berbasis Kearifan Lokal Materi Usaha dan Energi Terhadap Hasil Belajar Siswa
23-28
Cintia Agtasia Putri, Miftakhul Arzak, Agus Yulianto, Budi Astuti
Game Tebak Kartu Besaran Fisika Berbasis Android untuk Memotivasi Siswa Belajar Mandiri
29-34
Damar Sapta Jatmika, Agus Yulianto, Budi Astuti
Perbandingan Model Evaluasi Paper Based Test (PBT) dan Computer Based Test (CBT) di SMK Palapa Semarang
35-39
Integrasi Sains Islam dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP
40-44
Identifikasi Pemahaman Mahasiswa Tentang Konsep Teori Atom Bohr
45-50
Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa Melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
51-56
Persepsi Pengampu Perkuliahan IPA Terhadap Pelaksanaan Evaluasi dan Hasil Belajar IPA Terintegrasi
57-62
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK Melalui Model Project Based Learning (PjBL)
63-66
DAFTAR ISI
Pemahaman Fisika Kuantum Terhadap Visualisasi Foton dan Elektron
67-71
Instrumen Pilihan Ganda Empat Tingkat untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Suhu dan Kalor
72-78
Pemahaman Mahasiswa Tentang Mekanika Kuantum dilihat dari Pemahaman Tentang Prinsip Ketidakpastian Heisenberg
79-82
83-88
Three-Tier Diagnostic Test untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA Materi Gerak Melingkar Beraturan
89-97
98-104
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Berbantuan CD Interaktif
105-110
111-118
Pengembangan Metode Praktikum Berbantuan Analisis Video Tracker untuk Menentukan Nilai Viskositas Fluida
119-123
Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Siswa SMP dengan Tes Diagostik Berbasis Web
124-127
Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Video Pembelajaran pada Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah
128-133
Identifikasi Pemahaman Konsep Perkembangan Teori Atom pada Mahasiswa Pendidikan Fisika
134-138
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017 vi
Vetti Nurkhabibah, Nadhifah, Edi Daenuri Anwar
Pengembangan Modul Fisika Kelas XI MA Bercirikan Integrasi Sains dan Islam pada Materi Usaha dan Energi, Hukum Kekekalan Energi Momentum, Impuls, dan Tumbukan
139-146
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Bahan Ajar Fisika Berbasis Pendekatan Saintifik
147-156
Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Dan Literasi Sains Terhadap Penguasaan Konsep Materi Gerak Lurus (GL) SMP IT Robbani Kendal
157-164
165-175
BIOLOGI PENULIS JUDUL ARTIKEL HLM. Irma Rohmawati, Diah Aprilia, Nadya Fitriani, Roie Megeron
Pemaknaan Masyarakat Desa Karangmanggis Terhadap Upaya Konservasi Air di Desa Karangmanggis Boja Kendal
177-181
182-190
Mochamad Hadi, Rully Rahadian, Udi Tarwotjo
Rasio Serangga OPT dan Musuh Alaminya di Sawah Organik dan Sawah Anorganik
191-196
Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Hutan Wisata Nglimut Gonoharjo Kendal
197-201
PENDIDIKAN BIOLOGI PENULIS JUDUL ARTIKEL HLM. Nur Khoiri Pola Peningkatan Mutu Pembelajaran
Biologi Berbasis Manajemen Kurikulum di Madrasah Aliyah
341 - 358
DAFTAR ISI
Rochmayatun, Bunga Ihda Norra,
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Berbasis Media Tebak Gambar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Materi Sistem Ekskresi di MAN Kendal Tahun Pelajaran 2016/2017
212-215
Pengaruh Pemanfaatan Website sebagai Sumber Belajar Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
216-223
Pengembangan Modul Biologi Bernilai Islam Materi Sistem Reproduksi pada Manusia untuk SMA/MA Kelas XI Semester Genap
224-230
231-238
Rinto
Penerapan Self Assesment untuk Mengungkap Kemampuan Inquiry Siswa pada Praktikum Sel Tumbuhan
239-250
251-261
Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Kearifan Lokal di Kawasan Wisata Goa Kreo Pada Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 16 Semarang
262-266
267-272
Pengembangan Booklet Efek Boraks Terhadap Organ Pencernaan sebagai Sumber Belajar Histologi
273-281
282-288
MATEMATIKA PENULIS JUDUL ARTIKEL HLM. Linda Indiyarti Putri Etnomatematika Dalam Konteks Sosial
Budaya (Studi Kasus di Pasar Tradisional Gang Baru Semarang)
290-300
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017 viii
PENDIDIKAN MATEMATIKA PENULIS JUDUL ARTIKEL HLM. Alfin Ni’mah, Emy Siswanah, Ahmad Aunur Rohman
Efektivitas Model Pembelajaran Active Knowledge Sharing dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Peserta Didik Materi Segiempat MTS Tarbiyatul Islamiyah Batangan Tahun Pelajaran 2016/2017
302-308
Efektivitas Model Brain Based Learning (BBL) Berbantu LKPD Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik Materi Segiempat Kelas VII MTS Miftahul Huda Maguan Tahun 2016/2017
309-315
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik pada Materi Bangun Ruang
316-324
Pembelajaran Mata Kuliah Pemrograman Komputer Berbasis Edmodo
325-330
Rancang Bangun dan Implementasi Media Pembelajaran Matematika Berbasis Google Sketchup pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII
331-343
Efektivitas Strategi Pembelajaran Relating, Experiencing, Applying, Cooperating And Transferring (REACT) Terhadap Motivasi Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Materi Pokok Lingkaran Kelas VIII MTS Husnul Khatimah 01 Rowosari Tahun Pelajaran 2016/2017
344-352
Pengembangan Modul Matematika Bernuansa Islami dengan Pendekatan Saintifik Pada Materi Pokok Aritmetika Sosial Peserta Didik Kelas VII MTS N Brangsong Kendal
353-365
366-376
ix Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017
Yusrina Wardani Model Pembelajaran Search, Solve, Create, And Share (SSCS) Untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis
377-383
384-390
Analisis Kesulitan Mahasiswa Dalam Ujian Komprehensif
391-394
KIMIA PENULIS JUDUL ARTIKEL HLM. Willy Tirza Eden, Sri Nurhayati, Eko Budi Susatyo, Harjito, Ella Kusumastuti
Pelatihan dan Pendampingan Instrumen HPLC untuk Praktikum Analisis Sediaan Farmasi bagi Guru Kimia SMK Farmasi dan Farmasi Industri Se-Kota Semarang
399-404
405-410
PENDIDIKAN KIMIA PENULIS JUDUL ARTIKEL HLM. Atik Rahmawati Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Melalui Perkuliahan Kimia Lingkungan Terintegrasi Nilai-Nilai Islam
412-418
Desain Lembar Kerja Siswa Berbasis Pembelajaran Kontekstual untuk Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa
419-427
Sri Haryani, Endah Fitriani, Deko Budi Susatya, Dan Sri Wardani
Pembekalan Merancang Lembar Kerja Peserta Didik Konstruktivis Dalam Meningkatkan Pedagogical Content Knowledge dan Metakognisi Calon Guru
428-436
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia dengan Materi Pokok Larutan Penyangga Berbasis Website Sebagai Sumber Belajar Peserta Didik
437-443
444-450
Kasmadi Imam Supardi
Development Learning Material Integrated With Unity Of Sciences And Multilevel Representation In Topic Solubility Equilibria And Solubility Product Constant
451-456
Ummi Azizah, R. Rizal Firmansyah, Ulya Lathifa
Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Bernuansa Green Chemistry pada Materi Asam Basa, Larutan Penyangga, Dan Hidrolisis Garam Kelas XI IPA di SMA Institut Indonesia Semarang
457-463
Efektivitas Penerapan Modul Kimia Terintegrasi Karakter Islami pada Materi Reaksi Redoks
464-470
Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Hukum Dasar dan Stokiometri
471-477
478-481
482-488
UMUM PENULIS JUDUL ARTIKEL HLM. Endang Sugiharti, Riza Arifudin, Alamsyah, Dan Anggy Trisnawan Putra
Analisis Perancangan Sistem Informasi Tracer Study pada Jurusan Ilmu Komputer
490-498
497-501
502-509
Pengembangan Instrumen Penilaian untuk Mengukur Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Kelas VII
510-518
Nur Novianti, Maria Ulfah
519-523
524-532
533-542
Pengembangan Electronic Diagnostic Test Miskonsepsi Sains Berbasis Web dengan Certainty of Response Index (CRI)
543-549
Susilawati, Widia Nur Jannah, Dianasari
Motivasi Belajar Mahasiswa PGSD Dalam Menyusun Bahan Ajar IPA Melalui Model Project Based Learning (PjBL)
550-556
557-568
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur selayaknya tercurah kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala
(SWT) yang tanpa henti memberikan rahmat dan karuniaNya, baik karunia sehat, rejeki,
kecerdasan, kemauan dan lain-lain, bahkan juga karunia dalam bentuk kesadaran dan
kemampuan bersyukur kepadaNya, dan dengan ijinNya Prosiding Seminar Nasional MIPA
2017 ini dapat terselesaikan dengan baik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan Sains
yang diselenggarakan oleh Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Islam Negeri (UIN)
Walisongo Semarang ini mengambil tema “Menguatkan Fundamental Research dan
Pembelajaran MIPA untuk Kemanusiaan dan Peradaban” dan bertempat Auditorium II
Kampus III UIN Walisongo Semarang pada tanggal 21 Oktober 2017. Seminar ini diikuti oleh
peneliti-peneliti dari berbagai bidang ilmu dari seluruh Indonesia, yang telah membahas
berbagai bidang kajian studi pendidikan MIPA, Sains, dan Teknologi.
Prosiding ini dibuat dengan tujuan memberikan pengetahuan bagi khalayak luas terkait
penelitian dan perkembangan pendidikan dan Sains. Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017
FST UIN Walisongo ini berisi pemakalah dari universitas-universitas di Indonesia, yang pada
saat acara, pemakalah dibagi menjadi 2 yaitu presentasi oral dan presentasi poster. Sesi
diskusi pada sesi oral maupun poster diharapkan dapat menjadi motivasi bagi pemakalah
untuk terus berinovasi sekaligus menjadi koreksi diri untuk perbaikan dikemudian hari.
Prosiding ini berisi 76 makalah, khususnya dalam bidang Studi Pendidikan MIPA, Sains
dan Teknologi. Kami mengucapkan terima kasih atas kesediaan M. Abdulkadir Matoprawiro,
Ph.D. (FMIPA, Institut Teknologi Bandung), Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. (Pendidikan Fisika,
UNNES) dan Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M.Ed. (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo
Semarang), para tamu undangan, dan para peserta Seminar Nasional MIPA 2017, yang telah
menghadiri pembukaan dan memberikan sambutan pada seminar ini.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada panitia pelaksana, dan Pimpinan
Dekan FST UIN Walisongo Semarang yang telah menyediakan fasilitas untuk persiapan-
persiapan, serta pihak-pihak lain yang belum kami sebut, tetapi banyak membantu atas
terselenggaranya seminar ini serta terwujudnya prosiding ini. Semoga Allah SWT meridhai
semua langkah dan perjuangan kita, serta berkenan mencatatnya sebagai amal ibadah.
Aamiin.
PENDIDIKAN FISIKA…
PENDIDIKAN
FISIKA
ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI GAMBAR PADA POKOK BAHASAN GERAK PARABOLA
Ahmad Fatih Musyarrof, Agus Yulianto, Budi Astuti
Program Studi Magister Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Semarang Jl. Kelud Utara III, Semarang, 50237
Email: [email protected]
Abstrak Dalam mempelajari pokok bahasan gerak parabola, siswa diharapkan mampu untuk merepresentasi kembali data yang diberikan kedalam gambar grafik gerak parabola. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam merepresentasi data kedalam bentuk gambar. Metode analisis yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Sejumlah siswa diberikan pertanyaan terkait dengan pesawat yang menjatuhkan bom dari ketinggian tertentu. Siswa diminta merepresentasikan kembali data yang diperoleh kedalam bentuk gambar grafik gerak parabola. Hasil yang diperoleh adalah representasi gambar yang sesuai dengan bagaimana pemahaman siswa. Kemungkinan- kemungkinan penyebab kesalahan yang muncul pada hasil representasi gambar dibahas. Diperoleh hasil bahwa siswa kurang mampu merepresentasi kembali data yang diberikan kedalam gambar grafik gerak parabola. Kata kunci: representasi gambar, gerak parabola
PENDAHULUAN Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari fenomena alam beserta segala interaksinya. Hadi dan Dwijananti (2015) berpendapat bahwa fisika merupakan ilmu yang mempelajari fenomena atau gejala yang terjadi di alam dan membahas bagaimana gejala tersebut terjadi. Menurut Murtono dan Miskiyah (2014), ciri khas materi fisika yang berupa fenomena yang teramati membuat pembelajaran fisika banyak melibatkan pengamatan dan pemahaman terhadap fenomena tersebut. Dengan kata lain, belajar tentang fenomena membutuhkan pengam7atan guna memperoleh pengetahuan. Pada dasarnya, kelengkapan pengetahuan sebagai bentuk penguasaan konsep penting dimiliki oleh siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Silaban (2014) bahwa penguasaan konsep adalah usaha yang harus dilakukan oleh siswa dalam merekam dan mentransfer kembali sejumlah informasi dari suatu materi pelajaran tertentu yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah, menganalisa, dan menginterpretasikan pada suatu keadaan tertentu. Artinya, informasi sebagai bentuk pengetahuan haruslah lengkap agar konsep dapat dipahami dengan baik. Hal ini sejalan dengan kurikulum 2013 yang menuntut penguasaan siswa terhadap keterampilan abstrak yang merupakan kemampuan belajar yaitu keterampilan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengomunikasikan (permendikbud no. 104, 2014). Menurut Rahmawati et al (2012), materi fisika yang bersifat abstrak sulit untuk divisualisasikan, membuat siswa kesulitan dalam menelaah konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak. Sedangkan Wahyuningsih et al (2013) berpendapat bahwa kesalahan pemahaman konsep oleh siswa secara konsisten akan mempengaruhi efektivitas proses belajar selanjutnya oleh siswa yang bersangkutan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan memvisualisasikan konsep serta permasalahan menjadi penting untuk dimiliki siswa dalam belajar fisika agar siswa dapat menguasai konsep. Menurut Mulyani (2014), visualisasi merupakan salah satu cara dalam mengkonversi data atau informasi kedalam bentuk visual. Visualisasi konsep dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya melalui representasi. Murtono et al (2014) menyatakan bahwa representasi merupakan proses pembentukan, abstraksi dan pendemonstrasian. Merepresentasikan kembali data kepada sesuatu penyajian yang lain
memberikan gambaran baru bagi siswa terkait masalah yang diberikan. Merepresentasi kembali sebuah permasalahan membantu siswa dalam menguraikan kembali informasi yang dimiliki sehingga meningkatkan ketepatan pengambilan keputusan kemampuan representasi diperlukan dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, kemampuan representasi siswa perlu mendapatkan perhatian. Gerak parabola merupakan pokok bahasan yang membutuhkan penggambaran atau visualisasi untuk dapat dipahami siswa. Gambar grafik lintasan gerak parabola merupakan salah satu bentuk representasi yang dapat mempermudah siswa dalam mempelajari dan menyelesaikan permasalahan gerak parabola. Menurut Bunawan et al (2015), penggunaan grafik dalam proses penyelesaian masalah membutuhkan beberapa kemampuan seperti mampu memvisualisasikan solusi suatu masalah, merigkas data, menginterpretasi hubungan antar berbagai variabel, membuat prediksi, dan menarik kesimpulan. Dengan membuat grafik parabola, siswa dapat memvisualisasikan bagaimana lintasan, vektor kecepatan, posisi, serta jarak partikel pada saat tertentu. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mampu merepresentasikan kembali data pada suatu permasalahan gerak parabola kedalam bentuk gambar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam merepresentasi kembali data kedalam gambar grafik gerak parabola. METODE PENELITIAN Dilakukan penelitian terhadap kemampuan siswa dalam merepresentasikan soal kedalam gambar grafik pada pokok bahasan gerak parabola. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Temanggung dengan sampel penelitian sejumlah 33 siswa kelas XII. Siswa sebelumnya telah memperoleh materi gerak parabola yang diberikan pada pembelajaran di kelas XI. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian yang terkait dengan materi gerak parabola. Pertanyaan yang diberikan adalah “Sebuah pesawat yang terbang mendatar dengan kecepatan 100 m/s menjatuhkan bom pada ketinggian 500 m dari permukaan tanah. Gambarkan grafik lintasan bom. Berapakah jarak yang ditempuh pesawat dihitung dari saat pesawat menjatuhkan bom hingga bom menyentuh tanah? (g = 10 m/s2)”. Hasil yang diperoleh adalah jawaban siswa yakni representasi grafik lintasan gerak parabola yang sesuai dengan pemahaman siswa terhadap konsep gerak parabola. Kesalahan siswa dalam merepresentasikan serta kemungkinan-kemungkinan penyebab kesalahan yang muncul pada hasil representasi gambar dibahas secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam merepresentasikan data gerak parabola kedalam grafik, diperlukan kemampuan bernalar yang tinggi. Kelengkapan informasi yang dimiliki oleh siswa terkait gerak parabola dapat terlihat dari bagaimana siswa merepresentasi data yang diperoleh dari soal yang diberikan menjadi grafik gerak parabola serta bagaimana siswa menguraikan dan melengkapi data yang diperoleh. Dari 33 siswa subjek penelitian 11 siswa tidak mampu memberikan visualisasi grafik lintasan gerak parabola, 20 siswa memberikan visualisasi yang tidak sesuai dengan konsep gerak parabola, dan hanya 2 orang yang mampu merepresentasi data berupa visualisasi grafik lintasan gerak parabola disertai informasi minimal yakni data yang ada pada permasalahan. Berikut disajikan beberapa hasil representasi siswa berupa visualisasi lintasan gerak parabola dalam bentuk gambar serta analisis kesalahan siswa dalam merepresentasi.
PENDIDIKAN FISIKA…
Gambar 1 Jawaban siswa A
Siswa A menggambarkan lintasan gerak bom dengan garis lurus searah dengan lintasan pesawat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Dapat dikatakan siswa belum memahami konsep dasar dari gerak parabola. Pengetahuan yang dimiliki siswa terkait gerak parabola sangat kurang. Visualisasi terhadap gerak parabola dapat digolongkan rendah. Siswa juga tidak memahami permasalahan yang diberikan. Dalam merepresentasikan kedalam grafik, siswa hanya terfokus pada visualisasi lintasan pesawat, sedangkan permasalahan yang diberikan berhubungan dengan visualisasi lintasan gerak parabola. Siswa B seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2, menggambarkan lintasan bom searah dengan laju pesawat kemudian pada jarak tertentu bom menuju ke dasar.
Gambar 2 Jawaban siswa B
Visualisasi lintasan gerak yang diberikan melalui representasi dalam bentuk grafik belum menunjukkan bahwa siswa B memahami konsep gerak parabola. Diperoleh temuan bahwa siswa mengerti permasalahan yang diberikan serta memahami bahwa bom yang dijatuhkan bebas arahnya akan menuju ke bawah. Namun dalam pemahamannya terhadap bentuk lintasan bom, siswa belum memahami bahwa lintasan yang dilewati oleh bom adalah lintasan dengan bentuk setengah parabola.
PENDIDIKAN FISIKA…
Gambar 3 Jawaban siswa C
Siswa C menggambarkan lintasan gerak bom berlawanan arah dengan arah laju pesawat. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3. Siswa C dimungkinkan memiliki pandangan bahwa laju pesawat tidak mempengaruhi bom sehingga ketika bom dijatuhkan, pesawat akan tetap melaju dan bom tertinggal jatuh ke belakang. Hasil representasi grafik lintasan gerak parabola siswa D diberikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Jawaban siswa D
Hasil visualisasi menunjukkan adanya kesesuaian dengan konsep gerak parabola. Siswa mampu memberikan gambaran bahwa lintasan gerak bom berbentuk setengah parabola searah gerak pesawat. Siswa D memahami bahwa laju pesawat akan mempengaruhi lintasan bom yang terbentuk. Seorang siswa yang dapat memvisualisasikan grafik lintasan gerak parabola dengan baik akan dapat menyajikan informasi meskipun hanya disesuaikan dengan data pada soal. Informasi minimal yang dibutuhkan dalam memberikan visualisasi grafik gerak parabola adalah adanya visualisasi garis semu lintasan serta kelengkapan data yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan. Siswa yang mampu merepresentasikan data dengan baik akan dapat memberikan Informasi tambahan dalam grafik sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki serta kemampuan dalam menguraikan data. Banyaknya informasi yang disajikan dengan baik dalam grafik memberikan kesempatan kepada siswa membuat kemungkinan-kemungkinan dalam menjawab sehingga dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat. Dari pemaparan beberapa temuan, dapat diperoleh gambaran rendahnya kemampuan visualisasi siswa kelas XII SMA Negeri 1 Temanggung khususnya pada pokok bahasan gerak parabola Secara umum siswa belum memahami bahwa terdapat pengaruh yang diberikan oleh laju pesawat terhadap lintasan suatu objek ketika terdapat objek yang dijatuhkan bebas dari pesawat. Objek secara vertikal yakni searah sumbu-y akan
PENDIDIKAN FISIKA…
6 Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017
dipandang sebagai benda yang jatuh bebas namun ada laju pesawat pada arah horisontal (sumbu-x) yang mempengaruhi pergerakan bom sehingga jalur lintasan gerak bom berupa kurva setengah parabola dengan arah bom menuju ke tanah searah gerak pesawat. Kelengkapan informasi yang diberikan siswa dalam merepresentasikan lintasan gerak juga rendah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bagaimana siswa tidak mampu dalam menguraikan data kecepatan menurut arahnya. Sebagian besar siswa kesulitan memahami bahwa kecepatan gerak pesawat searah sumbu-x sama dengan kecepatan awal bom searah sumbu-x. Siswa juga tidak memahami jika kecepatan gerak dapat diuraikan secara vektor sesuai dengan arah sumbu-x dan sumbu-y. Konsep vektor yang diperoleh siswa dimungkinkan kurang matang sehingga menghambat siswa dalam merepresentasi grafik lintasan parabola dan menguraikan data yang ada didalamnya. Secara umum, dapat terlihat dari hasil visualisasi yang dibuat oleh siswa bahwa siswa belum memahami permasalahan yang diberikan. Selain itu, siswa belum mampu merepresentasikan kembali data kedalam bentuk gambar grafik parabola dengan baik. Kebergantungan siswa akan hapalan rumus dalam menyelesaikan permasalahan gerak parabola menjadikan siswa tidak mampu merepresentasi dengan baik. Ketidakmampuan siswa dalam merepresentasikan kembali data permasalahan yang diperoleh terlihat dari ketidaksesuaian konsep serta tidak banyaknya informasi yang diberikan dalam grafik lintasasn gerak parabola. Perlu adanya perbaikan konsep dasar pada pokok bahasan gerak baik gerak lurus maupun parabola, konsep vektor, serta konsep lain yang berhubungan sehingga siswa memiliki pengetahuan yang utuh terkait konsep-konsep tersebut. Kemampuan representasi memudahkan siswa dalam memahami konsep. Representasi memberikan peluang siswa berpikir dengan cara yang lain. Rasa percaya diri dalam menyelesaikan permasalahan akan tumbuh ketika seorang siswa paham konsep. Ketepatan dalam pemilihan strategi pemecahan masalah akan semakin tinggi dengan banyaknya pengetahuan yang dikuasai. Dengan mengamati, pandangan siswa akan suatu permasalahan menjadi lebih luas. Diperlukan perhatian yang lebih terhadap kemampuan siswa dalam merepresentasikan kembali data khususnya pada pokok bahasan gerak parabola. SIMPULAN Diperoleh temuan kesulitan siswa dalam merepresentasikan data gerak parabola kedalam grafik lintasan gerak diantaranya belum mampu membayangkan lintasan gerak parabola, belum memahami konsep vektor, serta belum mampu menguraikan informasi yang dimiliki secara baik. Kesalahan yang muncul dari hasil visualisasi gerak parabola berhubungan dengan kurangnya penguasaan konsep gerak parabola serta konsep- konsep lainnya yang berhubungan.. Dapat dikatakan bahwa secara umum siswa kelas XII SMA Negeri 1 Temanggung belum mampu merepresentasikan data kedalam bentuk gambar pada pokok bahasan gerak parabola dengan baik. REFERENSI Bunawan W., Agus S., Aloysius R. & Nahadi. (2015). Penilaian Pemahaman Representasi
Grafik Materi Optika Geometri Menggunakan Tes Diagnostik. Cakrawala Pendidikan, 34(2), 257-267.
Hadi, W. S. & P. Dwijananti. (2015). Pengembangan Komik Fisika Berbasis Android Sebagai Suplemen Pokok Bahasan Radioaktivitas untuk Sekolah Menengah Atas. Unnes Physics Education Journal, 4(2), 15-24.
Mulyani, A. (2014). Representasi Visual buku Biologi SMA Pada Materi Kingdom Plantae. Scientiae Educatia, 3(1), 35-47.
PENDIDIKAN FISIKA…
Murtono & Evi M. (2014). Pengembangan Instrumen Evaluasi dengan Teknik Simulasi sebagai Asesmen Alternatif dalam Pembelajaran Fisika Materi Mekanika Fluida SMA Kelas XI. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 1(1), 1-12.
Murtono, A. Setiawan. & D. Rusdiana (2014). Fungsi Representasi dalam Mengakses Penguasaan Konsep Fisika Mahasiswa. Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Fisika UAD, 1(2), 80-84.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Permendikbud.
Rahmawati, F., Indrawati & Rif’ati D. H. (2012). Penerapan Model Teaching With Analogies (TWA) dalam Pembelajaran Fisika di MA. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2), 192.
Silaban, B. (2014). Hubungan Antara Penguasaan Konsep Fisika dan Kreatifitas dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Pokok Listrik Statis. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, 20(1), 65-75.
Wahyuningsih, T., T. Raharjo, & D. F. Mashitoh. (2013). Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1), 111-117.
PENDIDIKAN FISIKA…
ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA DALAM MENYELESAIKAN MATERI PERKEMBANGAN TEORI
ATOM
1Program Studi Magister Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Jl. Kelud Utara III, Semarang 50237
2SMK Pelayaran Semarang, Jl Kendeng I No.3 Bendan Ngisor, Semarang 50233 *Email:[email protected]
Abstrak
Kemampuan dalam mengungkapkan konsep fisika dapat dilakukan melalui berbagai representasi. Mahasiswa yang memahami suatu konsep, tidak akan mendapat kesulitan untuk menyatakan pemahamannya dalam berbagai bentuk representasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan representasi mahasiswa penidikan Fisika dalam menyelesaikan materi perkembangan teori atom. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan representasi gambar dan visual. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekriptif. Data penelitian diambil melalui tes essai yang diberikan pada mahasiswa Pendidikan Fisika Semester VI. Hasil data dianalisis dengan analisis menurut Miles dan Huberman melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil analisis data, dapat diketahui bahwa kemampuan representasi verbal mahasiswa sangat baik dan kemampuan representasi gambar mahasiswa baik. Kata kunci: representasi, gambar, verbal, perkembangan teori atom
PENDAHULUAN
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dapat ditentukan melalui beberapa hal diantaranya adalah metode, strategi, dan bagaimana cara mengevaluasi yang tepat. Dengan metode dan strategi yang tepat maka materi akan mudah diterima dan dipahami secara tepat dan benar. Evaluasi yang tepat akan mengukur kemampuan peserta didik yang sebenarnya, sehingga dapat memberikan feed back yang tepat terhadap pembelajaran maupun evaluasi selanjutnya.
Tes merupakan alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami materi yang telah diterimanaya. Namun ada berbagai macam bentuk test yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan. Tes pilihan ganda pemahaman konsep telah dikembangkan untuk menguji pemahaman siswa terhadap gaya, grafik kinematika, termal, rangkaian listrik, dan listrik dan magnet (Singh & Rosengrant, 2003). Force Cocept Inventory (FCI) adalah tes yang berhubungan dengan gaya dalam bentuk pilihan ganda, sedangkan yang berkaitan dengan dengan grafik kenematika adalah Test of Understanding Graphs in Kinematics (TUG-K) (Beichner,1994), yang berkaitan dengan termal adalah Thermal Concept Evaluation (TCE) (Yeo dan Zadnik, 2001). sedangkan untuk rangkaian listrik adalah Determining and Interpretation Resistive Electric Circuits Concepts (DIRECT ) (Engelhardt dan Beichner, 2004) dan untuk listrik magnet adalah Conceptual Survey of Electricity and Magnetism (CSEM)
Soal-soal ujian Fisika lebih banyak berupa soal-soal yang mengutamakan perhitungan matematis. Hanya sedikit yang mempersoalkan kemampuan siswa menyatakan definisi, menganalisis makna suatu hukum atau teori, dan tidak menuntut kemampuan menyelesaikan soal secara bersistem. Werdhiana mengungkapkan bahwa kemampuan peserta didik untuk memahami arti fisis biasanya diukur dengan soal-soal yang umumnya bersifat kuantitatif. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan tes terhadap beberapa mahasiswa menggunakan berbagai representasi yaitu verbal dan gambar. Hal ini untuk melihat pemahaman
PENDIDIKAN FISIKA…
konsep mahasiswa secara utuh dari berbagai representasi dan bagaimana kecenderungan mahasiswa dalam menjawab soal tes berbagai representasi. Representasi adalah merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbulkan obyek dan atau proses (Rosengrat, Etkina, & Heuvelen, 2006). Multipel representasi dapat diartikan merepresentasikan suatu konsep yang sama.
Dalam penelitian ini menggunakan dua representasi, yaitu representasi verbal dan representasi gambar. Kemampuan verbal (verbal linguistic) adalah kemampuan seseorang yang berkaitan bagaimana seseorang menggunakan kata-kata/kalimat dengan sebaik-baiknya sehingga kata-kata itu dapat ditangkap oleh orang dengan benar sesuai dengan maksud dari yang mengucapkan kalimat. Kemampuan mengamti suatu bentuk gambar atau grafik merupakan kemampuan untuk mengapresiasi suatu bentuk gambar atau grafik sesuai dengan pesan yang membuat gamabar atau grafik. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan terhadap 37 mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah materi perkembangan teori atom. Untuk menjawab permasalahan penelitian digunakan teknik tes. Osborne & Freyberg menyatakan bahwa untuk mengetahui konsepsi siswa tentang suatu konsep dapat dilakukan dengan menggunakan tes. Teknik tes digunakan untuk memperoleh informasi secara tertulis tentang pemahaman mahasiswa dalam memaknai konsep-konsep yang termuat dalam perkembangan teori atom. Setelah tes dilakukan dan hasilnya dianalisis
Perkembangan teori atom dimulai dari konsep materi yang dikemukakan oleh Demokritus bahwa ‘materi dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil, sampai diperoleh bagian terkecil yang tidak dapat dibagi lagi’ yang kemudian dikenal sebagai atom. Kemudian dilanjutkan penemuan- penemuan mengenai konsep atom mulai dari tahun 1803 yang dikemukakan oleh John Dalton hingga sekarang, penelitian terus berlanjut mengenai teori atom sebagai penyempurnaan teori sebelumnya.
Secara singkat perkembangan teori atom diuraikan sebagai berikut. Menurut John Dalton, atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Teori atom Thompson merupakan penyempurnaan dari teori atom Dalton dengan diutarakannya partikel dasar penyusun atom yaitu elektron. Rutherford membuat hipotesa bahwa atom tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilingi inti.
Niels Bohr membuat empat postulat yaitu 1. Dalam mengelilingi inti atom, elektron berada pada kulit (lintasan) tertentu; 2. Selama elektron berada pada lintasan stasioner tertentu, energi elektron tetap sehingga tidak ada energi yang diemisikan atau diserap; 3. Elektron dapat beralih dari satu kulit ke kulit lain; 4. Lintasan stasioner elektron memiliki momentum sudut. Penelitian ini hanya menggunakan empat tokoh ahli dalam mendeskripsikan atom. Melalui deskripsi atom tersebut dapat diketahui bahwa materi tersebut memerlukan representasi verbal dan gambar yang bagus untuk kemudian dapat menunjukkan pemahaman konsep pada materi perkembangan teori atom. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian terhadap 37 mahasiswa pendidikan Fisika diperoleh data seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
PENDIDIKAN FISIKA…
TABEL 1. Kemampuan jumlah siswa yang memahami representasi dan mendeskripsikan materi perkembangan teori atom dengan representasi
Berdasarkan Tabel 1 terlihat prosentase kemampuan mahasiswa satu kelas dalam
memahami representasi dan mendeskripsikan materi dengan multirepresentsi, yaitu representasi verbal dan representasi gambar.
Dari ke 37 mahasiswa pendidikan Fisika yang menjadi subyek penelitian mendapatkan skor 134 yang menjawab dengan menggunakan representasi verbal dalam mendeskripsikan materi perkembangan teori atom yang diberikan oleh mahasiswa yang bersangkutan atau 90,54 % dari keseluruhan siswa.
Berikutnya penyelesaian soal menggunakan representasi gambar bias mendapatkan skor sebanyak 107 atau hanya 72,30 % dari keseluruhan siswa yang mampu mendeskripsikan materi perkembangan teori atom dari total keseluruhan siswa.
Secara umum perolehan prosentase kemampuan didapat dari kenyataan bahwa tingkat keseringan yang didapat oleh siswa saat belajar representasi fisika pada materi perkembangan teori atom adalah dengan urutan representasi verbal, baru kemudian representasi gambar.
Kemampuan representasi mahasiswa tergantung dari tingkat keseringan mahasiswa belajar dan berlatih dalam menggunakan representasi ketika mendeskripsikan materi perkembangan teori atom yang dihadapi oleh mahasiswa. SIMPULAN DAN SARAN
Setelah melaksanakan penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya Prosentase keseluruhan siswa yang memahami multirepresentasi ataupun mampu membuat penyelesaian atau mendeskripsikan materi eprkembangan teori atom sangat maksimal (di atas 50 %). Pada bagian ini dapat diberikan beberapa saran agar penelitian selanjutnya dengan topic yang sama dapat lebih baik. Adapun sarannya adalah: 1. Mahasiswa yang diteliti dapat berasal dari populasi yang lebih besar 2. Representasi yang diukur bias ditambahi untuk representasi grafik dan
representasi numerik UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berkenan membantu menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih kepada Bapak Diro Atmanto, Bapak Teguh Purnomo, dan Bapak Subiyanto selaku ketua yayasan dan Kepala SMK Pelayaran Semarang yang telah mengizinkan saya menempuh pendidikan pascasarjana. REFERENSI Saputri, Mentari Dwi. (2017). Skripsi. Analisis Kemampuan Representasi Matematis
dalam Menyelesaikan Soal Materi Himpunan pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Baki. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Harun, Mochamad, Sutopo, dan Sentot Kusairi. (2016). Analisis Kemampuan Representasi Siswa pada Pokok Bahasan Fluida. Pros. Semnas Pend.IPA Pascasarjana UM Vol.1. 2016, ISBN:978-60.
No Kemampuan
Murtono, (2015). Analisis Representasi Gabar dalam Menyelesaikan Permasalahan Pemantulan dan Pembiasan Bagi Mahasiswa Program StdiPendidikan Fisika. Jurnal Inovasi dan Pembealajaran Fisika, Volume 2, Nomor 1.
Lestari, Puji. (2016). Analisis Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika yang Mendapatkan Model Aktivitas Investigasi Autentik. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY.
Effendi, Leo Adhar. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol. 13 No. 2.
Lasiani dan Ani Rusilowati. (2017). Pola Pemecahan Masalah Berdasarkan Representasi Siswa dalam Membangun Pemahaman Konsep Fisika. Phys. Comm. 1 (1).
Theasy, Yoan, Wiyanyo, dan Sujarwata. (2017). Identifikasi Kesulitan Belajar Berdasarkan Kemampuan Multirepresentasi. Phys. Comm. 1 (2) 1-5.
Lasiani, Ani Rusilowati. Dan Mahardika Prasetya Aji (2016). Pola Pemecahan Masalah Berdasarkan Representasi Siswa dalam Membangun Pemahaman Konsep Fisik Model. JISE 5 (2)
Ismet. (2013). Dampak Program Perkuliahan Mekanika Berbasis Multiple Representasi terhadap Kecerdasa Spasial Mahasiswa Calon guru. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9 132-143.
Effendi, Leo Adhar. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Metode, Penenmuan Terbimbing untuk meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pe mecahan Maselah Matematis siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 13 No.2
PENDIDIKAN FISIKA…
PENYIAPAN KOMPETENSI MENGAJAR MAHASISWA CALON GURU MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY DAN PENERAPAN KONFERENSI
3-2-1
[email protected]
dari kalangan akademisi di perguruan tinggi. Salah satu indikator kualitas pendidikan tercermin dari mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki bangsa Indonesia. Jika kualitas SDM rendah, berarti kualitas pendidikannya rendah. Penciptaan SDM berkualitas, serta guru dan dosen yang profesional, diperlukan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Penyelenggaraan pendidikan bermutu, mengandung makna memenuhi standar minimal yang ditetapkan dan memuaskan bagi masyarakat pengguna (stakeholder). Untuk mencapai profesionalitas dalam bidangnya dan memenuhi standar sebagai tenaga pendidik yang profesional, diperlukan tenaga pendidik yang kompeten dalam bidangnya.
Upaya yang dapat dilakukan oleh dosen sebagai pendidik, untuk perbaikan proses pembelajaran yang ditujukan pada pemahaman mahasiswa terhadap materi pembelajaran, masih membutuhkan usaha perbaikan secara berkelanjutan. Walaupun seringkali kita mengetahui bahwa banyak mahasiswa yang mungkin mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami atau tidak mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hapalan tersebut. Mahasiswa masih membutuhkan bimbingan untuk menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam kehidupan. Proses pembelajaran sudah semestinya tidak didominasi oleh aktivitas dosen, karena dosen bukan sebagai sumber utama pengetahuan dan proses pembelajaran tidak hanya berpegang pada buku paket, modul atau diktat tetapi menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat, sesuai dengan kompetensi mahasiswa yang akan dicapai. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berinteraksi dengan benda-benda konkrit dalam situasi yang nyata, ataupun dengan visualisasi menggunakan media maya. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali dosen itu sendiri. Hal ini dikarenakan masih lemahnya fungsi pengawasan proses
PENDIDIKAN FISIKA…
pembelajaran di kelas. Pengawasan yang sudah berjalan masih sebatas kelengkapan administrasi, belum diarahkan pada kinerja dosen dalam proses pembelajaran. Akibatnya, dosen tidak tertantang melakukan persiapan mengajar dengan baik, dan memikirkan metoda mengajar yang bervariasi. Kekurangan proses pembelajaram di Perguruan Tinggi, di antaranya adalah:
1. Proses perkuliahan kurang menekankan pada aspek kognitif yang tinggi, seperti ketajaman daya analisis dan evaluasi, berkembangnya kreativitas, kemandirian belajar, dan berkembangannya aspek-aspek afektif.
2. Materi perkuliahan kurang berorientasi pada hasil penelitian dan kebutuhan jangka panjang. Dosen menggunakan pola pembelajaran yang cenderung sama dari tahun ke tahun. Perubahan kurikulum tidak memberikan dampak pada perubahan materi ajar, metode, dan strategi pembelajaran.
3. Kompetensi/tujuan perkuliahan untuk ranah kognitif, psikomotor tingkat tinggi dan ranah afektif masih perlu ditingkatkan.
4. Kemandirian belajar mahasiswa belum tumbuh maksimal. Mereka cenderung menggantungkan pada perkuliahan yang disampaikan dosen. Untuk mengatasi kelemahan perkuliahan di perguruan tinggi, maka direncanakan model in-service training yang lebih berfokus pada upaya pemberdayaan dosen sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapi. Model tersebut adalah lesson study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Dengan demikian, lesson study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan lesson study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi dosen. Kinerja mahasiswa dalam pembelajaran menjadi bagian terpenting yang perlu diupayakan peningkatannya dalam proses pembelajaran. Melalui pelaksanaan pembelajaran dengan mengimplementasikan lesson study, kinerja mahasiswa dalam bentuk interaksi mahasiswa-mahasiswa, mahasiswa-dosen, mahasiswa-bahan ajar dan mahasiswa-lingkungan, merupakan hal-hal yang menjadi perhatian. Pada tahapan refleksi (see) dosen akan mendapatkan masukan-masukan dari berbagai pihak yang kompeten, tentang pembelajaran yang diarahkan pada bagaimana mahasiswa belajar. Kondisi ini memungkinkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dosen model saat mengajar akan diamati oleh observer yang terdiri atas dosen sebidang studi. Idealnya, ketua program studi dan para pakar strategi pembelajaran juga dapat dilbatkan. Perencanaan dan pelaksanaan perkuliahan melalui lesson study ini, dapat dilakukan pengembangan rencana pembelajaran secara kolaboratif antara tim dosen pengembang, untuk melakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi atau masukan-masukan yang diperoleh dari para observer dengan memfokuskan pada bagaimana mahasiswa belajar. Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pelaksanaan pembelajaran berbasis lesson study ini adalah untuk: (1) meningkatkan keprofesionalan dosen Pendidikan di FMIPA Universitas Negeri Semarang dalam menerapkan model pembelajaran pada matakuliah Dasar-dasar Proses Pembelajaran, (2) mendeskripsikan model pembelajaran yang diterapkan untuk mengondisikan kompetensi mengajar mahasiswa calon guru, dan (3) menyelidiki keberhasilan penerapan model pembelajaran dalam mengondisikan mahasiswa siap melaksanakan paraktik mengajar di sekolah secara kompeten.
Kompetensi/keterampilan mengajar merupakan suatu kebulatan dari beberapa keterampilan yang tersusun dari unsur-unsur pembentuknya. Untuk dapat terampil dalam mengajar, keterampilan dasar harus dimuliki oleh seorang guru. Keterampilan dasar merupakan tolok ukur kemenarikan suatu proses pembelajaran. Keterampilan
PENDIDIKAN FISIKA…
dasar meliputi variasi stimulus, membuka pelajaran, dan menutup pelajaran. Untuk mewujudkan mahasiswa yang kompeten, tentunya diperlukan strategi yang dapat memotivasi mahasiswa untuk mencapainya. Salah satu upaya yang dapat diterapkan adalah pembimbingan dalam bentuk konferensi antara dosen, mahasiswa, dan observer.
Konferensi merupakan salah satu strategi pembimbingan PPL yang biasa dilakukan di negara-negara maju, seperti di Amerika (Michigan State University), Finlandia, dan negara-negara lain. Konferensi dapat diterapkan dalam perkuliahan Dasar Proses Pembelajaran, yang melatih mahasiswa calon guru untuk terampil mengajar. Konferensi ini merupakan kegiatan bertemunya dosen (pembimbing), observer, dan mahasiswa yang praktik secara bersama-sama untuk melihat progress yang dicapai dalam kegiatan peer teachingnya. Pertemuan menekankan kepada capaian dan kesulitan praktikan serta bantuan yang dapat diberikan oleh dosen dan observer terhadap praktikan. Tema-tema yang dibahas ditentukan berdasarkan diskusi antara dosen, observer dan mahasiswa, misalnya: (1) kompetensi sosial dan kepribadian, (2) kompetensi membuka pembelajaran, (3) kompetensi menfasilitasi kegiatan inti pembelajaran, (4) penggunaan strategi/pendekatan pembelajaran, (5) pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran, dan (6) pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa.
Setidaknya ada empat fokus/tema diskusi reflektif yang dapat dipilih, yakni (1) Kompetensi Kepribadian, (2) Kompetensi Sosial, (3) Kompetensi pedagogik, dan (4) Kompetensi Profesional. Konferensi ke-1 dan ke-2 lebih bersifat sebagai refleksi untuk perbaikan kompetensi praktikan. Kalaupun ada kegiatan penilaian pada konferensi ke-1 dan ke-2, hasil penilaian tersebut boleh tidak digunakan untuk menentukan nilai akhir. Konferensi ke-1 fokus pada diskusi reflektif mengenai kompetensi sosial dan kepibadian praktikan. Konferensi ke-2 fokus diskusi pada merefleksikan kompetensi profesional dan pedagogik praktikan. Konferensi ke-3 untuk penentuan nilai akhir matakuliah Dasar-dasar Proses Pembelajaran.
METODE PENELITIAN A. Subyek dan Lokasi
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika yang sedang mengambil mata kuliah Dasar-dasar Proses Pembelajaran. Penelitian dilakukan di FMIPA Universitas Negeri Semarang. B. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 4 kali pelaksanaan open lesson untuk pokok bahasan keterampilan dasar mengajar, membuka dan menutup pelajaran, kegiatan inti, serta micro teaching. Desain penelitian dinyatakan dalam bentuk bagan pada Gambar 2.
PENDIDIKAN FISIKA…
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017 15
Setiap open lesson dalam penelitian diawali dengan tahap plan. Kegiatan pada tahap plan adalah: (1) membentuk group lesson study, (2) menentukan fokus kajian dari lesson study, (3) merencanakan research lesson. Dalam membentuk group lesson study, langkah yang dilakukan adalah merekrut anggota (yang terdiri atas dosen mata kuliah yang serumpun), menyusun komitmen bersama, menyusun jadwal pertemuan, dan menyepakati aturan group. Dalam menentukan fokus kajian dari lesson study, dosen mata kuliah serumpun dapat berkolaborasi menyusun perangkat pembelajaran serta menentukan siapa yang akan menjadi dosen model. Untuk mengoptimalkan dosen berkolaborasi, hal yang perlu ditekankan adalah penyusunan research lesson.
Menurut Ridwan (2007) daftar pertanyaan dalam research lesson adalah sebagai berikut : a. Apa yang saat ini dipahami mahasiswa tentang topik perkuliahan? b. Apa yang diharapkan dikuasai mahasiswa pada akhir pembelajaran? c. Apa saja rangkaian pertanyaan dan atau pengalaman yang akan mendorong
mahasiswa memperoleh pengetahuan lebih lanjut? d. Kegiatan apa yang mampu memotivasi dan bermakna bagi mahasiswa? e. Apa bukti tentang hasil belajar, motivasi mahasiswa, perilaku mahasiswa yang harus
dikumpulkan untuk data diskusi pada saat refleksi dan bagaimana instrumen pengumpulannya?
Dari tahap plan diperoleh RPP, media atau alat peraga pembelajaran, instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran, lembar observasi pembelajaran dan soal evaluasi. Penyusunan perangkat diupayakan dapat mengoptimalkan terjadinya kolaborasi antarmahasiswa. Hal ini sesuai dengan pandangan Vigotsky dalam pembelajaran bahwa siswa dapat mencapai kepakaran setelah berinteraksi dengan sebayanya.
Tahap selanjutnya adalah tahap do. Pada tahap do, dosen model melaksanakan open class. Para observer dengan posisi mengelilingi kelas tapi tidak mengganggu pandangan mahasiswa. Observasi di kelas dengan dipandu lembar observasi, yaitu: a. Kapan mahasiswa mulai berkonsentrasi untuk mengikuti kuliah, b. Kapan mahasiswa berhenti berkonsentrasi dalam mengikuti kuliah c. Apa kelebihan yang dimiliki dosen saat proses pembelajaran untuk kita tiru d. Pelajaran berharga apa yang dapat dipetik dari pengamatan tadi. Fokus pengamatan adalah bagaimana setiap mahasiswa mengikuti kuliah, dalam konteks apa yang dipikirkan mahasiswa, hal apa saja sekiranya yang membuat mahasiswa berkonsentrasi atau tidak berkonsentrasi pada pembelajaran.
Setelah proses pembelajaran dilaksanakan sesuai rencana, selanjutnya diadakan kegiatan refleksi (see) yang antara lain meliputi diskusi tentang aktivitas pembelajaran mahasiswa serta kejadian-kejadian penting selama pembelajaran berlangsung. Setiap observer menyampaikan hasil observasinya. Pada saat diskusi refleksi difokuskan pada bagaimana setiap mahasiswa mengikuti kuliah. Jadi bukan mengkritik atau menyerang bagaimana dosen mengajar. Observasi disampaikan dengan bahasa yang sangat santun, sehingga tidak menyinggung perasaan dosen model. Hal ini berbeda dengan supervisi kelas yang biasa dilakukan. Hal yang dibahas adalah mahasiswa yang tidak konsentrasi, mengapa hal ini sampai terjadi dan dicarikan solusinya. Setelah selesai tahap see, dengan mengacu pada hasil yang didapatkan pada tahap see, kemudian dilanjutkan ke siklus dua dengan kembali ke tahap plan, tahap do,dan tahap see, begitu juga dengan siklus tiga dan empat.
Pada saat melakukan pengamatan, para observer melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Mengisi lembar instrumen observasi kinerja mahasiswa dan dosen b. Membuat catatan tentang komentar atau diskusi yang dilakukan mahasiswa
PENDIDIKAN FISIKA…
c. Membuat catatan tentang variasi metode yang digunakan termasuk keefektifan penggunaan metode yang digunakan.
d. Membuat catatan tentang interaksi mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan bahan ajar dan interaksi mahasiswa dengan dosen.
C. Data dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini mengukur peningkatan kualitas pembelajaran, dengan data-data yang akan dikumpulkan terdiri atas: (a) bahan ajar pembelajaran yang digunakan oleh dosen, (b) proses pembelajaran meliputi interaksi mahasiswa-mahasiswa, mahasiswa- dosen, dan mahasiswa-bahan ajar, dan (c) nilai akhir mahasiswa.
Data dalam penelitian ini, diperoleh berdasarkan hasil analisis bahan ajar, proses pembelajaran melalui pengamatan kegiatan pembelajaran (pengisian instrumen pengamatan Lesson Study) dan nilai mahasiswa di akhir semester. Adapun rincian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Lembar observasi kinerja mahasiswa dan dosen, dalam proses pembelajaran, dengan
skala penilaian (tidak kompeten sampai dengan sangat kompeten) b. Angket sikap mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, dengan skala
penilaian (sangat kurang sampai dengan amat baik) c. Dalam penelitian ini, juga dilakukan dokumentasi komentar para pengamat tentang
pelaksanaan Lesson Study, sehingga diharapkan dapat menjadi masukan bagi peningkatan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi.
D. Teknik Analisis Data
Kinerja dosen secara keseluruhan ditentukan berdasarkan skor terendah (17) dan skor tertinggi (68), dengan kriteria sebagai berikut:
Sangat baik, jika perolehan skor ≥ 58 Baik, jika perolehan skor antara >47 sampai ≤ 57 Sedang, jika perolehan skor > 37 sampai ≤ 47 Kurang, jika perolehan skor > 27 sampai ≤ 37 Sangat kurang jika perolehan skor ≤ 27
Kriteria kinerja dosen untuk setiap tahapan pembelajaran mengikuti ketentuan berikut: a. Pendahuluan dan Penutup: skor tertinggi 12, skor terendah 3, kriterianya
Sangat baik, jika perolehan skor ≥ 11 Baik, jika perolehan skor antara >8 sampai ≤10 Sedang, jika perolehan skor antara >6 sampai ≤ 8 Kurang, jika perolehan skor antara >5 sampai ≤ 6 Sangat kurang jika perolehan skor ≤ 5
b. Kegiatan Inti: skor tertinggi 44, skor terendah 11, kriterianya Sangat baik, jika perolehan skor ≥ 39 Baik, jika perolehan skor antara >31 sampai ≤38 Sedang, jika perolehan skor antara >24 sampai ≤31 Kurang, jika perolehan skor antara >17 sampai ≤24 Sangat kurang jika perolehan skor ≤ 17
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peningkatan Keprofesionalan Dosen Dalam Menerapkan Konferensi 3-2-1
Melalui Lesson Study
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017 17
Pengolahan data hasil observasi dan pemberian angket tentang kinerja dosen pada setiap open lesson diperoleh data hasil seperti yang tertera pada Tabel 1. Skor kinerja dosen untuk setiap tahap kegiatan pembelajaran tiap open lesson dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Kinerja Dosen Model Setiap Open Lesson
*) Skor maksimum 68 Secara keseluruhan kinerja dosen meningkat bahkan pada akhir siklus sudah
menunjukkan kinerja yang amat baik. Kinerja dosen di awal siklus menunjukkan hasil yang masih rendah, meskip[un sudah pada kategori baik. Hal ini disebabkan karena dosen belum memberikan motivasi dan menggali pengetahuan awal mahasiswa, serta kurang membimbing interaksi antarmahasiswa. Dosen sudah memberikan pertanyaan kepada mahasiswa dan menjawab dengan tepat pertanyaan mahasiswa, serta sudah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mencatat hal-hal penting, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan konferensi, menyampaikan 3 hal positif yang telah dilakukan, 2 kekurangan, dan 1 rencana tindak lanjut.
Tabel 2. Kinerja Dosen Model dalam Setiap Tahap Pembelajaran Tahap
Pembelajaran yang diamati
Pendahuluan *) 7 (S)
9 (B)
10 (B)
10 (B)
Keterangan: *) skor maksimum 12 **) skor maksimum 44 SB = Sangat baik, B = Baik, S = Sedang, K = Kurang, SK = Sangat Kurang
Pada akhir perkuliahan dosen kurang menegaskan materi dan menyimpulkan materi dan tidak menyampaikan materi yang dibahas pada pertemuan yang akan datang. Pada siklus ke dua, kinerja dosen tergolong baik, kekurangan pada siklus pertama telah diperbaiki. Kinerja dosen terus meningkat, dari open lesson ke open lesson berikutnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lesson study mendukung keprofesionalan dosen dalam mengajar matakuliah Dasar-dasar Proses Pembelajaran dengan menerapkan Konferensi 3-2-1.
Aspek yang diamati Skor setiap open lesson 1 2 3 4
Kesesuaian dengan perangkat pembelajaran
Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
57 (baik)
62 (s.baik)
64 (s.baik)
PENDIDIKAN FISIKA…
B. Deskripsi Penerapan Konferensi 3-2-1 untuk Mengondisikan Kompetensi Mengajar Mahasiswa Calon Guru
Sebelum melaksanakan perkuliahan dilakukan Lesson Study bersama dosen sebidang yang mengampi matakuliah Dasar-dasar Proses Pembelajaran. Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan (merencanakan), Do (melaksanakan) dan See (merefleksi) yang berkelanjutan (Hendayana, 2006). Dengan kata lain, Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan kualitas pembelajaran yang tidak pernah berakhir (continous improvement).
Tahap merencanakan (Plan), bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan mahasiswa dan berpusat pada mahasiswa, bagaimana supaya mahasiswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian oleh dosen, tetapi dilakukan secara bersama oleh beberapa dosen secara berkolaborasi. Tahap pelaksanaan (Do), merupakan penerapan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Konferensi 3- 2-1 diimplementasikan ketika mahasiswa selesai mempraktikan keterampilan mengajar, dan dilanjutkan dengan kegiatan refleksi (See). Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara dosen dan pengamat, dipandu oleh personalia yang ditunjuk. Lesson Study bukan untuk mengevaluasi kinerja dosen ketika memberi materi pembelajaran, tetapi diarahkan pada bagaimana mahasiswa belajar (Sumardi, 2006). Hasil penelitian Supriatna (2005) menunjukkan bahwa hadirnya observer dari berbagai kalangan memungkinkan diperolehnya informasi tentang pembelajaran atau aktivitas belajar mengajar yang beraneka ragam, sehingga dosen model mendapatkan wawasan yang luas dari masukan berbagai kalangan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Widianti (2006) berpendapat bahwa melalui implementasi Lesson Study, kualitas pembelajaran dan rasa kepercayaan diri pendidik dapat meningkat. Rusilowati, dkk. (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa peningkatan profesionalitas dosen terjadi ketika lesson study diterapkan dalam perkuliahan Fisika Dasar.
Langkah-langkah pelaksanaan pembimbingan melalui kegiatan konferensi adalah sebagai berikut : a. Dosen pembimbing mempersilakan praktikan untuk menyampaikan
kemampuan apa yang sudah dicapai dan kemampuan apa yang masih belum dikuasai (self assesment). Atau dengan kata lain, praktikan diminta untuk menyampaikan kelebihan dan kekurangannya pada aspek kompetensi yang sedang menjadi tema/fokus bimbingan.
b. Dosen pembimbing meminta pandangan dari teman sejawat mengenai kemampuan yang sudah dan belum dikuasai oleh praktikan.
c. Berdasarkan pengakuan praktikan dan pandangan teman sejawat, dosen memberi penegasan mengenai apa yang sudah dan apa yang belum dikuasai oleh praktikan.
d. Dosen pembimbing, teman sejawat dan praktikan bersama-sama menyepakati apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan praktikan.
e. Dosen menawarkan dukungan apa yang dapat membantu praktikan untuk memperbaiki kelemahan.
Hasil konferensi dapat ditulis sebagai jurnal reflektif dan digunakan sebagai dasar penyusunan rencana pembelajaran berikutnya. Jurnal reflektif yang telah dibahas dalam konferensi ditandatangani oleh praktikan, dosen pembimbing. Setiap hasil konferensi dan rencana kegiatan yang telah disepakati pada saat bimbingan, dapat dikompilasi menjadi portofolio praktikan. Dengan demikian, progres praktikan dapat diketahui.
PENDIDIKAN FISIKA…
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017 19
Pada saat berlangsung konferensi tentunya banyak balikan yang diberikan oleh dosen pembimbing dan teman sejawat demi perbaikan performen praktikan di praktik mengajar berikutnya. Balikan dari guru pamong dan dosen pembimbing sebaiknya senantiasa mendapatkan perhatian baik dari segi cara maupun waktu yang tepat. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa balikan seorang pengajar dapat mempengaruhi semangat belajar, perbaikan pemahaman, hingga perbaikan kualitas tingkah laku pebelajar (Akalin& Sucuoglu, 2015; Seevers et al., 2014; McLaren, 2012; Auld et al., 2010; Vojdanoska et al., 2010; Conroy et al., 2009; Brosvic& Epstein, 2007; Brosvic et al., 2005).
Balikan dapat diberikan berdasarkan rekaman kegiatan praktik yang telah dilakukan. Lutovac et al. (2005) menyatakan rekaman video praktik mengajar merupakan sarana penting untuk membantu calon guru dan pembimbing agar lebih fokus dalam diskusi pasca-mengajar, sehingga calon guru dapat mengeksplorasi metode dan melihat dirinya dengan yang berbeda. Model konferensi 3-2-1 juga dapat diterapkan untuk diskusi tentang rekaman video ini.
C. Keberhasilan Penerapan Model Pembelajaran dalam Mengondisikan
Mahasiswa Siap Melaksanakan Paraktik Mengajar di Sekolah Secara Kompeten.
Penerapan Konferensi 3-2-1 dapat mengondisikan kesiapan mahasiswa dalam mengajar. Keterampilan mengajar diajarkan secara bertahap, mulai keterampilan dasar, keterampilan membuka pelajaran, kegiatan inti dan menutup pelajaran hingga praktik mengajar di hadapan teman-temannya (peer teaching). Variasi stimulus merupakan suatu kegiatan guru dalam proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi proses belajar mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusias serta penuh partisipasi. Aspek-aspek yang harus dikuasai dalam variasi stimulus adalah : (1) gerak guru (teacher movement), (2) isyarat/sasmita guru (teacher gesture), (3) suara guru, (4) kebisuan guru, (5) gaya interaksi, (6) kontak pandang dan gerak, (7) pemusatan perhatian murid, (8) pengalihan penggunaan indera .
Keterampilan lain yang dipraktikkan adalah membuka pelajaran. Siasat membuka pelajaran merupakan usaha atau kegiatan guru dalam setting kegiatan belajar mengajar yang beretujuan untuk menciptakan pra kondisi belajar. Perhatian serta sikap mental siswa dapat diarahkan untuk siap mengikuti kegiatan dalam proses belajar mengajar. Keterampilan membuka pelajaran yang dilatihkan adalah: a. menyiapkan mental murid agar siap memasuki persoalan yang dibicarakan; b. menimbulkan minat serta pemusatan perhatian murid terhadap apa yang
dibicarakan dalam proses kegiatan belajar mengajar; c. memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas; d. menyampaikan manfaat dari materi yang akan dipelajarai dalam kehidupannya;
Keterampilan menutup pelajaran (closure)merupakan usaha guru untuk mengakhiri kegiatan belajar mengajar. Keterampilan yang dilatihkan pada kegiatan ini adalah: a. merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru saja dibahas
atau dipelajari sehinga murid mempunyai gambaran yang tentang apa yang baru saja dibicarakan;
b. mengkonsolidasi perhatian murid terhadap hal-hal pokok yang sudah dipelajari; c. mengorganisasikan semua kegiatan maupun pembicaraan yang telah dipelajari.
Pada tahap Do (open lesson) setiap siklus Lesson Study mahasiswa diminta untuk mempraktikkan aspek keterampilan, kemudian diberi kesempatan untuk menyapaikan hal positif yang telah dilakukan, 2 hal yang masih kurang, dan 1 tindak
PENDIDIKAN FISIKA…
20 Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017
lanjut. Dosen dan observer juga melakukan hal yang sama, menyampaikan 3 hal positif yang telah dilakukan praktikan, 2 hal yang masih kurang dan 1 saran perbaikan.
Keterampilan mahasiswa terus meningkat dari open lesson satu ke open lesson berikutnya. Pada open lesson pertama mahasiswa masih malu-malu menyampaikan 3 hal positif yang telah dia lakukan. Pada open lesson berikutnya mahasiswa mulai terbiasa, berani mengemukakan hal-hal terbaik yang telah dikuasai. Puncaknya adalah pada saat mahasiswa melakukan peer teaching. Pada kegiatan ini seluruh keterampilan mengajar dipraktikkan secara holistik.
Contoh hasil kegiatan konferensi 3-2-1 pada saat salah seorang mahasiswa (berinisial A) selesai melakukan peer teaching dapat dilihat pada Tabel 3. Pencatatn hasil kegiatan konferensi 3-2-1 dilakukan bagi seluruh mahasiswa untuk empat open lesson. Dengan demikian, dapat ditentukan trend atau peningkatan keterampilan mengajar mahasiswa calon guru. Harapannya, mahasiswa sudah menguasai keterampilan mengajar dengan baik ketika mereka melakukan praktik pengalaman lapangan di sekolah.
Tabel 3. Hasil Kegiatan Konferensi 3-2-1 terhadap Mahasiswa Berinisial A Konferensi 3-
2-1 Hasil Penilaian
- Percaya diri - Mengaktifkan
- Memberikan pesan-pesan yang menarik
- Bahasa kadang- kadang masih menggunakan bahasa Jawa
- Pengelolaan waktu
- Pengelolaan kelas
- Belum melakukan evaluasi
- Penggunaan papan tulis
Satu Saran/Tindak lanjut
- Memperbaiki penggunaan bahasa dan memperhatik an penggunaan
- Menggunakan gelas yang lebih besar agar dapat mengaduk garam dengan baik
- Manfaatkan papan tulis untuk menjelaskan konsep
Secra umum, keterampilan mengajar mahasiswa telah meningkat, semakin
membaik dari open lesson satu ke open lesson berikutnya. Hal ini tentunya merupakan dampak dari penerapan konferensi 3-2-1 pada setiap perkuliahan.
SIMPULAN
Keterampilan mahasiswa calon guru perlu dipersiapkan, agar mereka percaya diri ketika melaksanakan PPL di sekolah. Upaya yang dapat dilakukan oleh dosen untuk
PENDIDIKAN FISIKA…
perbaikan proses pembelajaran yang membekali keterampilan mahasiswa dalam mengajar harus dilakukan secara berkelanjutan.
Keterampilan dosen dalam mengelola perkuliahan yang terkait dengan keterampilan mengajar juga perlu mendapat perhatian. Peningkatan keterampilan dosen dapat dilakukan melalui kegiatan lesson study, yang merupakan kegiatan kolaborasi antardosen sebidang. Melalui kegiatan ini, keterampilan dosen dapat diobservasi melalui aktivitas dan keterampilan mahasiswa yang diajarnya. Dengan demikian, kekurangan yang dimiliki dosen dapat terdeteksi dapat dapat diperbaiki. Kegiatan lesson study ini mampu meningkatkan keprofesionalan dosen dalam mengajar Dasar-dasar Proses Pembelajaran.
Keterampilan mengajar bagi mahasiswa calon guru dapat dikondisikan melalui penerapan Konferensi 3-2-1. Kegiatan ini merefleksi kegiatan praktik mengajar yang telah dilakukan oleh mahasiswa bersama dosen dan observer. Refleksi yang pertama dilakukan oleh mahasiswa, dilanjutkan oleh dosen dan observer. Hal yang disampaikan adalah 3 hal terbaik yang telah dilakukan, 2 hal yang masih kurang, dan 1 saran atau tindak lanjut yang akan dilakukan. Hal yang baik digali lebih banyak dibanding kekurangannya agar mahasiswa menjadi termotivasi untuk melakukan praktik mengajar. Konferensi 3-2-1 ini mampu meningkatkan keterampilan mengajar bagi mahasiswa calon guru, dan tentunya menjadi lebih siap untuk melaksanakan kegiatan PPL di sekolah. REFERENSI Akalin, S., & Sucuoglu, B. (2015). Effects of Classroom Management Intervention Based
on Teacher Training and Performance Feedback on Outcomes of Teacher-Student Dyads in Inclusive Classrooms. Educational Sciences: Theory and Practice, 15(3), 739-758.
Auld, R. G., Belfiore, P. J., & Scheeler, M. C. (2010). Increasing pre-service teachers’ use of differential reinforcement: Effects of performance feedback on consequences for student behavior.Journal of Behavioral Education, 19(2), 169-183.
Brosvic, G. M., & Epstein, M. L. (2007). Enhancing learning in the introductory course. The Psychological Record, 57(3), 391- 405
Brosvic, G. M., Epstein, M. L., Cook, M. J., & Dihoff, R. E. (2005). Efficacy of error for the correction of initially incorrect assumptions and of feedback for the affirmation of correct responding: Learning in the classroom. The Psychological Record, 55(3), 401-415.
Conroy, M. A., Sutherland, K. S., Snyder, A., Al-Hendawi, M., & Vo, A. (2009). Creating a Positive Classroom Atmosphere: Teachers' Use of Effective Praise and Feedback. Beyond Behavior,18(2), 18-26.
Hendayana S.. 2006. Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press.
Lutovac, S., Kaasila, R., & Juuso, H. (2005). Video-Stimulated Recall as a Facilitator of a Pre-Service Teacher’s Reflection on Teaching and Post-Teaching Supervision Discussion - A Case Study from Finland. Journal of Education and Learning, 4(3), 14-24.
McLaren, S. V. (2012). Assessment is for learning: supporting feedback. International Journal of Technology and Design Education, 22(2), 227-245.
Rusilowati, A., Khanafiyah, S.,& Marwoto, P.. 2010. Evaluasi Keterlaksanaan Perkuliahan Fisika Dasar Berbasis Lesson Study . Laporan Penelitian. Semarang: LP2M
Saito H., Hendayana S., & Harun H. 2006. Development of School - Based in - Service Training Under an Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project. Bandung UPI Press.
PENDIDIKAN FISIKA…
22 Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017
Seevers, M. T., Rowe, W. J., & Skinner, S. J. (2014). Praise in public, criticize in private? An assessment of performance feedback transparency in a classroom setting. Marketing Education Review, 24(2), 85-100.
Sumardi Y. 2006. Monitoring dan Evaluasi Lesson Study. Makalah Semiloka. Lesson Study di LPMP Jawa Tengah, 2 Juni 2006.
Supriatna, A. 2008. Peningkatan Keprofesionalan Guru Melalui Implementasi Lesson Study. Makalah Seminar Nasional Lesson Study. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah, 23 Februari 2008.
Vojdanoska, M., Cranney, J., & Newell, B. R. (2010). The testing effect: The role of feedback and collaboration in a tertiary classroom setting.Applied Cognitive Psychology, 24(8), 1183-1195.
Widianti, T, dkk. (2006). Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Lesson Study. Laporan Pengabdian Masyarakat. FMIPA Universitas Negeri Semarang.
PENDIDIKAN FISIKA…
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017 23
PENGARUH MODUL FISIKA BERBASIS KEARIFAN LOKAL MATERI USAHA DAN ENERGI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
Arik Pujiyanti1, Arsini2, Sheilla Rully Anggita3
Pendidikan Fisika UIN Walisongo Semarang E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII di SMP N 3 Kendal menggunakan modul fisika berbasis kearifan lokal pada materi usaha dan energi. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan penelitian eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group design yang hampir sama dengan desain pretest-posstest control group design. Sampel pada penelitian ini adalah kelas VIII B sebagai kelas kontrol dan kelas VIII C sebagai kelas eksperimen. Rata-rata nilai siswa setelah diberi perlakuan menggunakan modul fisika berbasis kearifan lokal lebih tinggi yaitu 87.59 dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan yaitu 79.33. Uji perbedaan dua rata-rata diperoleh thitung = 4.130 dan ttabel = 2.002 karena thitung > ttabel, maka hipotesis pengaruh penggunaan modul fisika berbasis kearifan lokal pada materi usaha dan energi terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di SMP N 3 Kendal yang diajukan dapat diterima. Rata-rata N-Gain tingkat pengaruh kelas eksperimen memperoleh 0.52 memiliki pengaruh berada pada kategori sedang dan kelas kontrol memperoleh 0.27 memiliki pengaruh berada pada kategori rendah. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis kearifan lokal memberikan pengaruh yang baik ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Kata Kunci: Hasil Belajar, Kearifan Lokal
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Tujuan pembelajaran pada hakikatnya yaitu diperolehnya perubahan tingkah laku individu [1]. Adanya pembelajaran tentunya membutuhkan sumber belajar. Sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber belajar yang ada di luar diri siswa dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. Sumber belajar sangat bermanfaat dalam proses belajar mengajar diantaranya yaitu [2]: a) Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret terhadap siswa, b) Memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat, dan c) Merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
Adanya proses belajar dan sumber belajar, dapat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar[3].
Keberhasilan proses pembelajaran selain untuk memperoleh kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) yang tinggi, juga diperlukan proses pembelajaran yang dikemas secara baik dengan peran serta dari guru dan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran juga bergantung pada media pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SMP N 3 Kendal, selama proses pembelajaran di kelas, baik guru maupun siswa memiliki beberapa permasalahan, salah satu diantaranya yaitu penggunaan buku pegangan yang bermacam-macam dan konten materi yang terkandung dalam buku pegangan belum mencakup materi secara detail, sehingga siswa kurang memahami materi fisika lebih mendalam. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang nilainya mendekati batas KKM yaitu 75. Oleh karena itu, sebuah keharusan bagi setiap guru agar mampu
24 Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017
menyiapkan dan membuat bahan ajar yang inovatif. Salah satunya adalah dengan membuat modul yang dapat menjadikan siswa aktif belajar secara mandiri.
Modul merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Modul yang baik, hendaknya mengacu kepada tujuan yang telah digariskan dalam kurikulum [4]. Selain itu, modul yang baik harus dapat menyesuaikan kondisi lingkungan setempat, agar modul mudah dipahami oleh siswa, sehingga pembuatan modul dapat dikaitkan dengan lingkungan setempat yang berkaitan dengan kearifan lokal.
Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya lingkungan setempat. Kearifan lokal adalah produk budaya masa lalu secara terus menerus dijadikan pegangan hidup[5]. Kearifan lokal dapat dimasukkan ke dalam pendidikan sebagai salah satu usaha untuk melestarikan budaya lokal yang terdapat pada suatu daerah. Kearifan lokal yang dimasukkan dalam pendidikan merupakan salah satu pendidikan berbasis masyarakat. Tujuan dari pendidikan berbasis masyarakat biasanya mengarahkan pada isu-isu masyarakat seperti lingkungan sosial, budaya dan adat istiadat pada suatu deerah tertentu [6].
Penelitian yang dilakukan oleh Wiraguna dkk dengan judul “Pengaruh Pendekatan CTL Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SD Gugus IV Kecataman Buleleng”. Bahwa dengan pendekatan CTL berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang diperkuat dengan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen adalah 22.98 berada pada kategori sangat tinggi sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa kelas kontrol adalah 20.00 berada pada kategori tinggi[7]. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Wiraguna dkk, bahwa kearifan lokal dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti mengintegrasikan kearifan lokal dalam suatu modul. Hal ini agar dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Modul fisika berbasis kearifan lokal yang dikembangkan oleh peneliti merupakan modul yang mengaitkan budaya, permainan tradisional, dan aktivitas sehari-hari yang sering dijumpai oleh siswa dalam materi fisika usaha dan energi. Penggunaan modul fisika berbasis kearifan lokal dapat membuat siswa lebih paham yang ditunjukkan dengan hasil belajar yang meningkat.
Melalui penggunaan modul fisika berbasis kearifan lokal diharapkan dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dalam memahami materi fisika usaha dan energi.
METODE
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif deskriptif. Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan eksperimen dan jenis metode yang digunakan adalah quasy experiment (pengembangan dari desain penelitian true experimental). Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nonequivalent control group design [8]. Adapun desain penelitian digambarkan seperti pada tabel 1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII. Penenentuan sampel penelitian dikakukan dengan teknik memilih 2 kelas dari 8 kelas yang ada. Pengambilan sampel penelitian pada populasi kelas VIII dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu [9]. Berdasarkan teknik tersebut telah menghasilkan kelas VIII B terdiri dari 30 siswa yang dijadikan sebagai kelas kontrol dan VIII C terdiri dari 29 siswa yang dijadikan sebagai kelas eksperimen.
Tabel 1. Desain Nonequivalent Control Group Design
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017 25
Keterangan: O1 = Test pemahaman awal (pretest) kelas eksperimen. O2 = Test pemahaman akhir (posttest) kelas eksperimen. O3 = Test pemahaman awal (pretest) kelas kontrol. O4 = Test pemahaman akhir (posttest) kelas kontrol. X = Pembelajaran di kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan modul fisika
berbasis kearifan lokal. Pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan instrumen tes. Tes yang
digunakan berupa pretest-posstest dengan tipe soal pilihan ganda dan uraian. Sebelum instrumen tes digunakan, uji coba instrumen dilakukan dengan skala
terbatas di kelas IX dengan jumlah siswa 30, kemudian dianalisis menggunakan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Setelah dianalisis, instrumen yang valid digunakan untuk pretest dan posttest. Instrumen tes diuji dengan skala besar yaitu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk melihat hasil belajar siswa dengan menghitung rata-rata, standar deviasi dan varian. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk mengambil keputusan berdasarkan analisis data. Sebelum pengambilan keputusan diperlukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogentias, kemudian pengajuan hipotesis diuji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis soal uji coba tersebut, didapatkan 17 soal pilihan ganda yang valid dari 30 soal dan 7 soal uraian yang valid dari 10 soal. Hasil reliabilitas soal pilihan ganda diperoleh 11 = 0.536 dengan taraf signifikansi 5% dan N=30, hasil perhitungan 11 lebih besar dari (0.361) maka soal pilihan ganda tersebut disimpulkan reliabel memiliki kategori sedang. Sedangkan hasil perhitungan soal uraian diperoleh 11 = 0.731 dan = 0.361 maka soal uraian tersebut disimpulkan reliabel memiliki kategori tinggi.
Kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan memiliki kemampuan yang sama. Peneliti untuk mengetahui kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti mengadakan pretest pada kedua kelas tersebut. Rata-rata pretest ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Analisis Data Pretest (Data Awal) Group Statistics
Kelas N Mean Std.Dev Std. Eror Mean
Eks 29 72.759 9.553 1.77396 Kont 30 69.033 13.109 2.39323
Dari data hasil pretest diperoleh rata-rata pada kelas kontrol sebesar 69.033 pada
kelas eksperimen 72.759 dengan standar deviasi 9.553. Berdasarkan analisis data pretest tersebut, disimpulkan bahwa rata-rata pretest hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol sebelum diberi perlakuan, sehingga diperlukan hasil uji beda rata-rata menggunakan uji t independent ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Uji T Independent Pretest (Data Awal) Kelas T Sig.
(2- tailed)
Mean Dif
Ho
Berdasarkan tabel 3 ditunjukkan bahwa 0.219 > 0.05, sehingga dikatakan HO
diterima. Disimpulkan, tidak terdapat perbedaan pada kemampuan awal siswa atau tidak terdapat pengaruh dari faktor lain terkait dengan kemampuan awal siswa.
Penelitian ini, pada kelas eksperimen diajar menggunakan modul fisika berbasis kearifan lokal sedangkan kelas kontrol diajar menggunakan buku pegangan dari guru IPA di SMP N 3 Kendal. Perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dari hasil posttest yang ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Analisis Data Posttest (Data Akhir)
Group Statistics Kelas N Mean Std.Dev Std. Eror
Mean Eks 29 87.5862 7.45231 1.38386 Kont 30 79.333 7.87984 1.43866
Analisis dari hasil pengolahan data posttest yang telah diperoleh ditunjukkan
pada tabel 4, bahwa rata-rata posttest kelas eksperimen yaitu 87.5862 dengan standar deviasi 7.45231. Sedangkan rata-rata posttest kelas kontrol yaitu 79.333 dengan standar deviasi 7.87984. Dengan demikian, rata-rata posttest pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Hasil posttest yang terdistribusi normal, kemudian peneliti melakukan uji t independent untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dilakukan. Hasil uji hipotesis ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisis Uji T Independent Posttest Kelas T Sig. (2-
tailed) Mean Dif
Std. Error Dif
Hasil analisis uji t independent ditunjukkan pada tabel 5, dapat diidentifikasikan, bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai probabilitas = 0.000 < 0.05, sehingga Ho ditolak dan dapat disimpulkan terdapat pengaruh modul fisika berbasis kearifan lokal materi usaha dan energi terhadap hasil belajar siswa.
Setelah peneliti mengetahui bahwa modul fisika berbasis kearifan lokal sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, kemudian peneliti menentukan N-gain rata- rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang ditunjukkan pada tabel 6.
Tabel 6. N-gain Rata-rata Kriteria Kelas
Ekperimen Kontrol Rendah 7 12
Sedang 13 18
Tinggi 9 0
Berdasarkan hasil N-gain rata-rata, maka dapat disimpulkan, bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar dengan kategori memiliki pengaruh sedang dan kelas kontrol mengalami peningkatan hasil belajar dengan kategori memiliki pengaruh rendah. Hasil dari perhitungan N-gain rata-rata, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
PENDIDIKAN FISIKA…
Lebih tingginya hasil belajar siswa kelas eksperimen daripada kelas kontrol dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologi dan psikologi. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan sosial sekolah, lingkungan masyarakat dan lain-lain [10]. Media pembelajaran juga memiliki andil dalam faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa[11].
Salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah modul. Hal ini, terlihat dari hasil penelitian kelas eksperimen yang diajar menggunakan modul fisika berbasis kearifan lokal mengalami peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan kelas kontrol yang diajar menggunakan media pembelajaran berupa buku ajar dari guru di SMP N 3 Kendal.
Kearifan lokal juga termasuk salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Kearifan lokal dapat berupa lingkungan sekolah, lingkungan sosial keluarga, lingkungan sosial masyarakat atau sosial masyarakat yang berkaitan dengan kearifan lokal, karena lingkungan tersebut dapat menjadikan siswa mendapatkan sebuah pengalaman yang berkaitan dengan interaksi antar manusia [12].
Munculnya modul kearifan lokal membuat siswa tertarik untuk belajar fisika. Kearifan lokal yang terdapat dalam modul ini berupa permainan tradisional dan aktivitas yang sering dijumpai oleh siswa. Adanya modul fisika berbasis kearifan lokal bertujuan agar mempermudah siswa untuk memahami materi usaha dan energi. Berdasarkan penjelasan dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis kearifan lokal memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada tingkat kategori sedang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa hasil uji t pada penelitian dengan jumlah responden (N) = 59, derajat kebebasan (dk) 57 pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai = 2.002 dan = 4.130. Hal ini menunjukkan bahwa > maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis pengaruh penggunaan modul fisika berbasis kearifan lokal pada materi usaha dan energi siswa kelas VIII di SMP N 3 Kendal yang telah diajukan dapat diterima. Pengaruh modul terhadap siswa kelas eksperimen berada pada kategori sedang sebesar 0.52.
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufik, dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaiakan penelitian ini dengan baik. Ucapan terimakasih peneliti haturkan kepada Ibu Arsin, M.Sc. selaku pembimbing I dan Ibu Sheilla Rully Anggita, S.Pd., M.Si. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti selama penelitian. Ucapan terimakasih juga peneliti haturkan kepada seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-satu yang telah membantu untuk kelancaran penelitian ini.
REFERENSI I. SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: RaSAIL Media
Group, 2011. A. Rohani, Media Intruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Divapress, 2012. Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung, 2009.
PENDIDIKAN FISIKA…
Wagiran, “PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL DALAM MENDUKUNG VISI PEMBANGUNAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2020 (Tahun Kedua),” J. Penelit. Dan Pengemb. N, vol. 3, no. 5, pp. 1–29, 2011.
W. Wuryandani, “Integrasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran untuk menanamkan nasionalisme di sekolah dasar,” Proceding Semin. Nas. Lemb. Penelit. UNY, pp. 1–10, 2010.
Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2015. A. Susanto, Teori belajar pembelajaran. Jakarta, 2013. Baharuddin&Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta, 2007. N. W. Dewi, B. S. Kristiantari, M. G. R. Negara, and I. G. A. Oka, “Model Tematik Bernuansa
Kearifan Lokal Berbantuan Media Animasi Berpengaruh terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD Negeri Gugus Kapten Japa,” Mimb. Pgsd Univ. Ganesha, vol. 2, no. 1, 2014.
PENDIDIKAN FISIKA…
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017 29
GAME TEBAK KARTU BESARAN FISIKA BERBASIS ANDROID UNTUK MEMOTIVASI SISWA BELAJAR MANDIRI
Cintia Agtasia Putri1,2*, Miftakhul Arzak, Agus Yulianto1, Budi Astuti1
1Program Studi Magister Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Semarang Jalan Kelud Utara III, Semarang, 50237
Universitas Negeri Semarang 2SMK Ngesti Widhi Husada Kendal
Jalan Laut No.31 RT 01/ RW 03 Kelurahan Ngilir, 51311 *Email: [email protected]
Abstrak
Media edukasi inovatif berupa game tebak kartu besaran fisika, dapat menambah pengalaman baru bagi siswa. Tujuan penelitian ini untuk memotivasi siswa belajar mandiri melalui game berbasis aplikasi android. Game ini berisi materi besaran, dimensi dan alat ukur fisika. Subjek penelitian sebanyak 35 siswa kelas X MIPA 4 di SMA Negeri 1 Kendal. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, angket respon dan wawancara. Analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan data yang diperoleh melalui angket respon, sebesar 91% siswa menyatakan bahwa game berbasis android dapat memotivasi belajar mandiri siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara. Jadi, dapat disimpulkan penggunaan game merupakan sarana inovatif yang memotivasi belajar mandiri siswa pada mata pelajaran fisika. Kata kunci: permainan, motivasi, belajar mandiri
PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin canggih, alat yang digunakan untuk belajar bukan hanya buku dan alat peraga manual. Buku pelajaran cenderung bersifat textbook membuat siswa bosan. Didukung dengan penelitian Yusro (2016) menyatakan bahwa keberadaan modul saat ini masih bersifat verbal atau tekstual sehingga siswa merasa kurang tertarik membaca.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa siswa SMA N 1 Kendal sebelum penelitian menunjukkan bahwa mereka cenderung lebih lama membuka smartphone saat di rumah dibandingkan membuka buku pelajaran. Smartphone menjadi barang yang wajib dimiliki semua orang tidak terkecuali siswa sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada siswa SMA Muhammadiyah Sewon Bantul, ditemukan sebanyak 90% siswa mempunyai smartphone berbasis Android (Fristiatuti: 2016).
Smartphone selain digunakan sebagai media untuk berkomunikasi, juga dapat membantu siswa dalam belajar mandiri sehingga hasil belajar siswa menjadi baik. Fazar (2016) menyebutkan aplikasi berbantuan android yang dikembangkan memiliki efek terhadap peningkatan kemampuan pemahaman siswa, dan bahan ajar yang dihasilkan telah dinyatakan valid, praktis, dan mempunyai efek potensial terhadap pemaham konsep.
Pengaruh yang kuat dari handphone terhadap siswa itu tergantung dari individunya. Rahma (2014), dalam penelitiannya menyebutkan jika siswa lebih mementingkan bermain handphone daripada yang lainnya, seperti belajar dan bermain, hal ini akan membawa dampak yang tidak baik. Sesuai dengan penelitian Manumpil (2015), melalui wawancara dengan 10 siswa, didapatkan bahwa 8 siswa menggunakan gadget lebih dari 3 jam dalam sehari, dan berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis di SMA Negeri 9 Manado dari jam 10.00-14.00, terlihat siswa sering menggunakan gadget secara diam-diam pada saat jam pelajaran