252
Jurnal MUDARRISUNA Diterbitkan Oleh: The Center for Research and Community Service (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Website: http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/mudarrisuna Email: [email protected]

Jurnal MUDARRISUNA

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal

MUDARRISUNA

Diterbitkan Oleh:

The Center for Research and Community Service (LP2M)

Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Website: http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/mudarrisuna

Email: [email protected]

Page 2: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal

MUDARRISUNA

ii

ISSN 2089-5127 E-ISSN 2460-0733

EDITOR TEAM Volume 9 Nomor 2 July-December 2019

Editor In-Chief

Ismail Darimi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia

National Editorial Board Eka Srimulyani, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Indonesia Hasan Baharun, Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Indonesia Mujiburrahman, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Indonesia Saifullah Idris, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia Abdul Wahid Arsyad, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia Ar Royyan Ramly, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia Dicky Wirianto, Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Wasliyah Banda Aceh, Indonesia Ikhsan Fajri, Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh, Indonesia Jailani, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia Musradinur, STAIN Gajah Putih Takengon Aceh Tengah, Indonesia Mustabsyirah M. Husein, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh Nurjannah Ismail, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Aceh Restu Andrian, Universitas Muhammadiyah Aceh, Indonesia Safriadi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Indonesia Sri Suyanta, Univesitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Aceh, Indonesia Sulaiman, STAI-PTIQ Banda Aceh, Indonesia Tabrani ZA, SCAD Independent, Indonesia Tien Rafida, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Indonesia Zulfatmi Budiman, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia

Editors Ziaurrahman, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Hilal Sigli, Aceh, Indonesia Muhammad Furqan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Sri Mawaddah, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia Ghufran Ibnu Yasa, UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh, Indonesia Abdul Haris Hasmar, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia Irman Siswanto, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia Murtadha, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia

Page 3: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal

MUDARRISUNA

iii

ISSN 2089-5127 E-ISSN 2460-0733

JOURNAL DESCRIPTION Volume 9 Nomor 2 July-December 2019

Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam is an open-access, The journal publishes various research and literary reviews in the field of education science and Islamic education providing reviewed scholarly articles that suggest new concepts and best practices for teachers, lecturers, research, and Islamic education practitioners in various places. This journal was established and initiated by a group of experts in education science and Islamic education in Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

Focus, Jurnal MUDARRISUNA (JM) publishes scholarly articles on education science and Islamic education in particular, based on researches and project reports, book reviews.

Scope, Jurnal MUDARRISUNA (JM) accepts submission in the field of education science and Islamic education science in scope Aqeedah, Morals, Jurisprudence, Islamic Law, Qoran, Hadith, History and Islamic Civilization to help spread new insights and concept, as well as highlights best-practices by and for many Islamic educational practitioners, teachers, lectures, and various education policy makers in the field.

Journal MUDARRISUNA is currently indexed and/or included by DOAJ (Directory of Open Access Journals), BASE (Bielefeld Academic Search Engine), Crossref, Google Scholar, Moraref, GARUDA, etc. Journal MUDARRISUNA (Print ISSN 2089-5127 and Online ISSN 2460-0733) has been designated as the 3rd accredited scientific journal (SINTA 3) by Ristekdikti.

Published by Center for Research and Publication Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh in cooperation with Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. This journal is published biannually in January-Juny and July-December.

Registered with Print ISSN 2089-5127 and Online ISSN 2460-0733.

© Copyright Reserved

Editorial Office:

Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam

Jln. Syaikh Abdur Rauf Prodi PAI FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh 23111, Aceh, Indonesia. Contact Person : Ismail Darimi Phone : +62811 3350 9 30 Email : [email protected] Website : http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/mudarrisuna

Page 4: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal

MUDARRISUNA

iv

ISSN 2089-5127 E-ISSN 2460-0733

TABLE OF CONTENTS Volume 9 Nomor 2 July-December 2019

Otak Rasional dan Otak Intuitif dalam Pendidikan Islam, 265-276

Sidik Purnomo

Aktivitas Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru Riau

di Luar Kelas, 277-289

Nurhadi & Zainul Bahri Lubis

Relasi antara Mata Pelajaran Aqidah-Akhlak pada Tradisi Berandep di

Dusun Sungai Jambu Kabupaten Kayong Utara, 290-307

Dewi Nurhayati & Wahab

Penilaian Sikap Sosial Dan Spiritual Siswa Di Sdit Istiqomah Lembang

Bandung Barat 308-319

A Wandi, Chaerul Rochman & Nina Nurmila

Konsep Pendidikan Profetik (Melacak Visi Kenabian dalam Pendidikan), 320-

338

Arifuddin

Kelayakan Media Pembelajaran Focusky Terintegrasi Nilai Agama untuk

Mengembangkan Karakter Disiplin, 339-351

Irma Yunita, Retno Triwoelandari & Muhammad Fahri

Nilai Nasionalisme Kebangsaan Aktivis Rohis, 352-373

Ashif Az Zafi

Pembelajaran Kitab Arab-Melayu di Aceh Besar sebagai Proses Transfer

Ilmu Agama Islam dan Upaya Menjaga Budaya, 374-397

Teuku Zulkhairi

Penggunaan Media dalam Pembelajarn Fiqh pada Dayah Tradisional di

Aceh, 398-418

Ismail Anshari & Tihalimah

Memahami Konsep Maslahah Imam Al-Gazali dalam Pelajaran Usul Fikih,

419-436

Darul Faizin

Kompetensi Professional Guru Qur’an Hadits di MTsN 8 Pidie, 437-453

Juairiah Umar

Page 5: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal

MUDARRISUNA

v

ISSN 2089-5127 E-ISSN 2460-0733

Dasar Epistemologi dalam Filsafat Pendidikan Islam, 454-470

Abidin Nurdin, Sri Astuti A. Samad & Munawwarah

Orientasi Mutu Pendidikan Manajemen Berbasis Sekolah, 471-486

Kadarisman & Saifullah Idris

Evaluasi Ujian Sekolah Berbasis Komputer (Usbk) Pendidikan Agama Islam

Tingkat Smk Tahun Pelajaran 2018/2019, 487-506

Bahtian Yusup, Chaerul Rochman & Agus Salim

Page 6: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal

MUDARRISUNA

Page 7: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

265

DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.4211 OTAK RASIONAL DAN OTAK INTUITIF DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Sidik Purnomo

Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia email: [email protected]

Abstract

The rational brain has indeed been widely reviewed by researchers, but the existence of an intuitive brain has not been widely known to date. This article aims to explain the rational and intuitive brain in Islamic education. This study is a literature review with a descriptive qualitative approach. Data analysis techniques using clarification, comparison and interpretation of neuroscience themes, rational brain, intuitive brain that I associate with Islamic Education. From the reality that exists in the world of education we often encounter a lack of serious students in learning Islamic Education which consequently the ability of students' knowledge in Islamic Education is very low, with educators need to know rational and intuitive brain functions that exist in each student so efforts to improve the quality of Islamic Education. The results of this study indicate that there is a close link between thinking using a rational and intuitive brain, that is, when the rational brain is maximized and reaches fatigue, intuitively works and finds unexpected answers.

Keywords: Rational brain; intuitive; Islamic religious education.

Abstrak

Otak rasional memang sudah banyak diulas para penelilti, namun keberadaan otak intuitif sampai saat ini belum banyak diketahui. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan otak rasional dan intuituf dalam pendidikan Islam.Kajian ini merupakan telaah kepustakaan dengan pendekatan kualitatif diskriptif. Tehnik analisis data dengan menggunakan klarifikasi, komparasi dan intepretasi terhadap tema-tema neurosains, otak rasional, otak intuitif yang saya kaitkan dengan Pendidikan Agama Islam. Dari realita yang ada didunia pendidikan sering kita jumpai adanya kekurang seriusan anak didik didalam belajar Pendidikan Agama Islam yang akibatnya kemampuan pengetahuan anak didik dalam Pendidikan Agama Islam sangat rendah, dengan demikan para pendidik perlu mengetahui fungsi otak rasional dan intuitif yang ada pada setiap anak didik agar usaha meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam.Hasil dari

Page 8: Jurnal MUDARRISUNA

Otak Rasional…

266

penelitian ini menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara berfikir menggunakan otak rasional dan intuitif yaitu ketika otak rasional dimaksimalkan fungsinya dan mencapai titik lelah maka intuitif akan bekerja dan menemukan jawaban yang tidak terduga.

Kata Kunci: Otak Rasional; intuitif; Pendidikan Agama Islam.

PENDAHULUAN

Dewasa ini Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu

bidang studi yang mendapat perhatian cukup besar, baik dari masyarakat

maupun pemerintah. Berbagai strategi pendidikan dan juga model

pembelajaran telah diterapkan dalam proses belajar mengajar disekolah,

Namun hasil belajar yang dicapai belumsesuai yang diharapkan. Pada

dasarnya Pendidikan Agama Islam telah menggunakan cara-cara berpikir

intuitif namun tidak mengenal dengan jelas cara kerja otak intuituf

sehingga banyak terjadi mispersepsi. Dalam makalah ini penulis akan

mengulas tentang otak rasional dan otak intuitif yang kita kaitkan dengan

Pendidikan Agama Islam. Dengan harapan kita sebagai para pendidik

akan lebih mengenal dengan jelas cara kerja otak intuitif yang sangat

membantu dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa.

Berbicara tentang pembelajaran PAI disekolah tidak terlepas dari

masalah-masalah yang terdapat didalamnya.Para guru menyadari bahwa

PAI bukanlah termasuk bidang studi yang menjadi idola kebanyakan

siswa. PAI sering dikeluhkan sebagai bidang studi yang membosankan

bagi siswa karena diajarkan dengan metode yang tidak menarik, guru

menerangkan materi sementara siswa hanya mencatat, sehingga

pengetahuan PAI siswa rendah dibanding pelajaran lain.

Salah satu faktor rendahnya pengetahuan siswa tentang PAI, bukan

semata-mata karena materi yang banyak dan sulit, namun juga karena

disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan. Soedjadi

memberikan penjelasan akan penyebab siswa mengalami kesulitan

didalam belajar bisa disebabkan faktor dari intern siswa sendiri akan

Page 9: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

267

tetapi juga bisa dari ekstern siswa sendiri.1 Sebagai contoh cara pemberian

materi pelajaran atau suasana lingkungan kelas. Sebagus apapun strategi

pembelajaran yang digunakan tidak akan menjadi jaminan pembelajaran

PAI mencapai tujuan yang diinginkan. Karena sebenarnya salah satu

faktor terpenting dalam pembelajaran adalah proses belajar. Memang saat

ini kebanyakan pembelajaran PAI sudah berpusat pada keterlibatan siswa

secra aktif. Tetapi kenyataan yang kita temui dilapangan pembelajaran

saat ini masih tergolong konvensional.

Dalam menjelaskan pelajaran banyak guru PAI yang masih banyak

ceramah sehingga aktifitas siswa kurang. Hal ini menimbulkan dampak

tidak baik dalam upaya mencapai hasil belajar siswa. Pengajaran secara

konvensional menyebabkan siswa hanya belajar secara prosedural serta

memahami materi tanpa penalaran.

Begitu juga kita juga sering banyak mendengar keluhan didunia

pendidikan PAI adalah kurang adanya keterkaitan antara pelajaran PAI

disekolah dengan dunia kehidupan sehari-hari dan kenyataan kehidupan

siswa dilingkungannya. Untuk itu kita perlu meningkatkan pembelajaran

PAI dengan cara mengintegrasikan dengan dunia nyata kehidupan siswa

dan memberikan nuansa pembelajaran yang menyenangkan, serta dapat

mengakrabkan PAI dengan siswa. Senada dengan hal tersebut,

Freunddenthal menerangkan bahwa pembelajaran adalah merupakan

aktifitas manusia yaitu pembelajaran dipandang merupakan suatu proses

bukan barang jadi.2

Didalam proses belajar mengajar guru dan murid dituntut untuk

berfikir. Berfikir merupakan suatu proses seseorang memunculakn ide

dan gagasanya untuk memecahkan masalah berdasar informasi yang

datang dari dalam maupun dari luar. Berdasar pendapat Solso berfikir

_____________

1Soedjadi, R. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. (Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud, 2001).

2Freudenthal, H. Refisiting Mathematics Education China Lectures. (Dordrecht: Kluwer, 1991).

Page 10: Jurnal MUDARRISUNA

Otak Rasional…

268

merupakan proses aktifitas yang memunculkan representasi mental baru

melalui tukar menukar informasi oleh hubungan komplek dari atribusi

mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakkan, penalaran,

penggambaran, pemecahan masalah, pembentukan konsep, kreatifitas,

dan kecerdasan. Proses berfikir ini dapat digolongkan menjadi beberapa,

diantaranya berfikir rasional dan berfikir intuitif.3

Artikel ini ditulis untuk menjelaskan bagaimana fungsi berpikir

rasional dan berpikir intuitif untuk meningkatkan mutu PAI. Menurut

pendapat penulis bahwa guru PAI harus pandai-pandai membangun

suasana yang merangsang peserta didik mengoptimalkan otak

rasionalnya , karena baru setelah otak rasional mencapai klimaks dalam

berfikir maka otak intuitif akan mulai bekerja. Menurut Tufiq Pasiak

karena ada proses berfikir rasional yang mendahuluinya, kelelahan

berfikir rasional disambung dengan kegiatan berfikir intuitif. Hasilnya

akan mendapatkan informasi tak terduga sehingga berlaku hukum otak

“jika otak rasional lelah otak intuitif akan melanjutkan perjalanan”.4

Menurut Suyadi otak rasional tidak akan maksimal tanpa peran

otak emosional dan otak spiritual. Rasionalitas dalam pembelajaran harus

melibatkan emosionalitas dengan cara mengemas materi pelajaran dalam

bentuk gambar, kata dan suara. Berdoa sebelum belajar adalah gerbang

memasuki dimensi emosi-spiritual.5 Oleh karena itu, pendekatan otak

secara keseluruhan (whole brain approach) akan secara jelas

memperlihatkan tidak dapat dipisahkan antara kognisi dengan emosi

sebagai satu kesatuan. Maka ruang kelas atau ruang baca yang kaya

stimulasi, seperti musik, aroma harum atau segar, dan rasa humor akan

_____________

3Solso, R. L. Psikologi Kognitif. (Jakarta: Erlangga, 2007)

4Taufik Pasiak, Revolusi IQ/EQ/ SQ: Menyikap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Qur’an dan Neurosains Mutakhir (Bandung: Mizan, 2002), h. 244

5Suyadi, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), h. 119.

Page 11: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

269

membantu kinerja otak secara keseluruhan sepanjang proses

pembelajaran.

Adapun intuisi memiliki banyak makna, ada yang mengartikan

sebagai kapasitas batin yang menjadikan kita mengetahui sesuatu ketika

pikiran kita tidak mengetahui ataumencapai kebuntuan dalam berfikir

ada yang menterjemahkan bahwa intuisi adalah pikiran alam bawah sadar

(the unconcious mind) yang bermakna sesuatu yang kita kerjakan tanpa

proses berfikir secara sadar atau sudah merupakan kebiasaan.

Ini bagaikan seseorang yang sedang mengendarai kendaraannya

yang mengetahui kendaraanya dijalan secara otomatik tanpa adanya

pemikiran logis sebelumya, Misalnya mengukur lebar sempitnya atau

kanan kiri. Pada proses intuitif, kita tahu bahwa alat indera terutama

penglihatan dan pendengaran kita dapat mengetahui lingkungan luar.

Hal ini disebabkan karena secara otomatis data tersebut diklarifikasikan

dan dihubungkan dengan data yang sudah ada. Dengan anggota tubuh,

tangan, kaki misalnya kita dapat menggerakkan lingkungan luar. Aktifitas

ini banyak dikontrol dan diarahkan oleh respon balik, selanjutnya

informasi megenai peningkatan dan hasilnya dapat diketahui melalui

reseptor luar. Dalam banyak kejadian hal tersebut dapat terjadi tanpa

adanya kesadaran. Misalnya ketika mengendarai sepeda ontel, sepeda

motor dan sebagainya.

Intuitif merupakan ketrampilan memunculkan dan menyeleksi

ide/gagasan/konsep/skema yang sudah ada dalam memori pikiran

untuk merespon stimulus secara otomatis dan spontan dengan tingkat

akurasi yang tinggi. Kecerdasan ini menggambarkan manfaat

pengetahuan dalam membantu kita untuk memutuskan dan bertindak

lebih efektif. Ketika pertama kali kita selesai mengerjakan soal kita akan

merasa kesulitan. Tetapi katika kita mencoba mengerjakan dengan

berulang-ulang apalagi dengan soal yang bervariasi kita akan menjadi

terbiasa sehingga mudah mengerjakan soal tersebut. Artinya bisa

Page 12: Jurnal MUDARRISUNA

Otak Rasional…

270

disimpulkan bahwa intuisi bisa dilatih berdasar banyak pengalaman

sehingga seseorang akan menjadi lebih cerdas.

Intuisi bermula dari pengalaman dan pengetahuan yang pernah

kita pelajari, kita kenali yang membimbing kita secara tiba-tiba dan

mendadak dalam merespon rangsangan dari luar (stimulus). Ketika

intuisi muncul akan mengalami kecenderungan terulang kembali respon

yang sudah dilakukan, dalam artian mengulang lagi cara berfikir yang

sama. Sehingga kita bisa melakukan sesuatu dengan cepat tidak perlu

berfikir dari awal lagi dan butuh proses lama dan bahkan dengan tingkat

akurasi yang tinggi maka tingkat keahlian kita sudah level tinggi.

PEMBAHASAN

Proses belajar mengejar PAI akan menjadi lebih bermutu jika para

anak didik semakin suka dengan pelajaran PAI dan mampu menyerap

ilmu lebih banyak dari pelajaran PAI. Untuk mencapai hal itu guru

mempunyai peran penting atau menjadi faktor penentu hal tersebut.

Maka guru harus pandai-pandai menciptakaan suasana pembelajaran

yang membuat anak didik ikut berperan aktif dalam proses belajar

mengajar. Langkah tersebut akan menuntun siswa memfungsikan otak

rasionalnya dengan optimal. Dan jika hal tersebut terus dilakukan maka

akan ada saatnya otak intuisi bekerja sehingga proses siswa didalam

mengkaji ilmu PAI akan lebih maksimal hasilnya.

Cara berfikir manusia dalam mengembangkan pengetahuan

diantarnya terdapat dua cara, yaitu cara analitik merupakan cara berfikir

menggunakan nalar induktif dan deduktif serta cara non analitik yang

sering disebut menggunakan intuisi. Cara berfikir menggunakan intuisi

dapat memperoleh jawaban singkat untuk mengembangkan pengetahuan

selanjutnya dan untuk pembuktianya dilakukan berfikir analitik. Tidak

seperti yang diharapkanya hasil belajar siswa salah satu penyebabnya

adalah tidak adanya solusi dari guru tentang masalah yang dihadapi

siswa ketika proses belajar.

Page 13: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

271

Pemberian solusi terhadap masalah dalam belajar agar memperoleh

hasil yang diinginkan salah satu caranya adalah dengan memaksimalkan

peran otak rasional dan intuitif. Ada tiga faktor yang mendukung

munculnya berfikir intuitif pada seseorang ketika kesulitan saat menemui

masalah yaitu: berdasar feeling, intrinsic, dan intervensi.6

1. Feeling merupakan munculnya pendapat yang tiba-tiba muncul dalam

pikiran dapat dikaitkan dengan masalah yang dihadapi sehingga

mampu membuat keputusan secara spontan

2. Intrinsik yaitu ide yang muncul spontan dari pemikiran siswa dalam

melakukan pemecahan masalah dan intinsik ini terjadi masih berkaitan

dengan feeling

3. Intervensi adalah hasil pemikiran yang dikaitkan dengan pengetahuan

sebelumnya sehingga akan memunculkan cara mendapatkan suatu

jawaban yang bersifat tiba-tiba. Intervensi juga masih berhubngan

dengan feeling

Berfikir intuitif berarti bekerja dengan feeling dan memiliki

keyakinan yang kuat untuk membuat suatu keputusan. Dalam membuat

keputusan seseorang membutuhkan suatu strategi yang tepat, agar

keputusan yang diambil benar-benar bisa menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi.Berpikir intuitif muncul ketika seseorang mengalami

kesulitan untuk menemukan jawaban yang benar dalam menghadapi

masalah. Menurut Kustos berpikir intuitif adalah proses kognitif melalui

feeling dan persepsi.7 Berpikir intuitif berbeda dengan berpikir

analitik.Penjelasan kebenaran suatu pernyataan dengan pembuktianya,

merupakan berpikir analitik, tetapi kebenaran yang munculnya secara

_____________

6Sao, S. Berpikir intuitif dalam pembelajaran matematika. (Prosiding seminar nasional, 2014)

7Kustos, P. N. Trens concerning four misconception in student’s intuitively-based probabilistic reasoning sourced in the heuristic of representativeness. (2010)

Page 14: Jurnal MUDARRISUNA

Otak Rasional…

272

subyektif dan diterima secara langsung (tanpa pembuktian) merupakan

berpikir intuitif.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir dengan

intuitif ada beberapa kelemahan diantaranya bersifat subektif dan

cenderung tanpa pembuktian, tetapi intuitif juga memiliki kelebihan

seperti yang telah kami kemukakan diatas bahwa intuitif mempunyai 3

faktor dalam memecahkan masalah yaitu feeling, intrinsic dan intervensi

dimana dari 3 faktor itu ada kesamaan yang berupa cara berfikir yang

menghasilkan jawaban yang cepat dan spontan. Dan cara yang demikian

sangat dibutuhkan khususnya bagi seorang pelajar.

Sebagaimana Dreyfus dan Eisenberg mengatakan bahwa

pemahaman secara intuitif sangat diperlukan sebagai “jembatan berfikir”

manakala seseorang berupaya untuk menyelesaikan masalah dan

memandu menyelaraskan kondisi awal dengan tujuan.8 Dengan kata lain

untuk beberapa siswa pada saat menyelesaikan masalah dalam pelajaran

telah mengetahui atau menemukan solusi/jawaban dari suatu masalah

sebelum siswa menuliskan langkah penyelesaianya. Meskipun saat

mereka menemukan ide awal dalam dalam penyelesaian masalah atau

langkah apa yang paling cocok untuk menyelesaikan masalahtersebut.

Munculna ide yang datang secara seketika dan bersifat otomatis atau

muncul tiba-tiba merupakan karakter berpikir yang melibatkan intuisi.

Menurut Fischbein, intuisi adalah proses kognitif yang spontan dan

segera, berdasarkan pada skema tertentu. Ada dua jenis intuisi yang

dikategorikan oleh Fischbein, yaitu intuisi untuk memahami masalah

yang disebut afirmatory dan intuisi untuk menyelesaikan masalah yang

disebut anticipatory, kedua jenis intuisi ini harus berjalan dalam

pemecahan masalah sehingga memperoleh hasil yang maksimal.9 Dalam

_____________

8Dreyfus, T. & Eisenberg, T. Intuitive functional concepts: A baseline study on intuitions. (1982)

9Fischbein, E. Intuition in science and mathematics an educational approach. (Netherland: Reidel, 1987),

Page 15: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

273

pemecahan masalah terkadang terdapat sesuatu tanpa pemikiran secara

mendalam yang digunakan untuk menyelesaikanya, walaupun sesuatu

tersebut belum tentu dapat dibuktikan kebenaranya. Sebagai contoh,

untuk membuktikan kebenaran pernyataan, awalnya siswa akan berpikir

secara sepintas (spontan) cara pembuktian yang digunakan, apakah bukti

langsung atau tidak langsung. Ini merupakan cirri berpikir intuitif.

Usodo mengatakan bahwa berpikir intuitif berperan penting dalam

menentukan strategi pemecahan masalah karena dengan intuisi siswa

mempunyai gagasan kreatif dalam memecahkan masalah.10 Banyak siswa

pandai dalam menyelesaikan soal pelajaran sering menggunakan cara-

cara yang cerdas, sehingga memberikan jawaban yang singkat dan akurat,

gagasan kreatif ini sejalan dengan tututan kurikulum 2013 yang

mewajibkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Kustos, pemecahan masalah yang tidak dianalisis adalah

ciri berpikir intuitif.11 Intuisi pada setiap siswa berbeda-beda. Siswa

seharusnya mengadalkan intuisinya sendiri dalam memecahkan masalah.

Pemecahan masalah dengan cara intuisi akan menghasilkan solusi

jawaban atau cara pemecahan ang berbeda-beda dari setiap siswa.

Sehingga pemecahan masalah denagn cara intuitif akan banyak memiliki

solusi jawaban berdasarkan pada pemikiran siswa dan strategi yang

digunakan untuk melakukan pemecahan masalah tersebut.

Beberapa ahli telah meneliti letak proses berpikir pada otak

manusia, termasuk berpikir intuitif. Otak kiri lebih menekankan cara

berpikir analitik, otak kanan lebih menekan kan cara berpikir imajinatif,

sedang otak tengah lebih menekankan cara berpikir intuitif. Otak tengah

disebut juga (mensecephalon), yaitu daerah kecil otak yang berfungsi

sebagai pusat refleks visual, pendengaran dan motor system informasi.

_____________

10Usodo, B. Karakteristik intuisi siswa sma dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari kemampuan matematika dan perbedaan gender. (Surakarta: Perputakaan FKIP UNS, 2011)

11Kustos, P. N. Trens concerning...

Page 16: Jurnal MUDARRISUNA

Otak Rasional…

274

Otak tengah memutuskan bagaimana harus bertindak dalam menanggapi

informasi sensorik ang diterimanya. Oleh karena itu langkah pertama dari

otak ini menentukan bagaimana orang bereaksi terhadap apa yang

mereka lihat dan mereka dengar.

Untuk itu belajar dengan menggunakan intuitif akan menjadi lebih

baik dan lebih bisa dipertanggung jawabkan secara keilmuan jika

dipadukan dengan belajar menggunakan otak rasional. Karena pemikiran

rasional adalah cara berpikir menggunakan penalaran berdasarkan data

yang tersedia untuk mencari kebenaran factual, keuntungan dan tingkat

kepentingan. Memiliki kemampuan untuk berpikir rasional dengan baik,

akan memiliki motivasi yang kuat terhadap segala sesuatu, baik saat

belajar, bekerja, beraktivitas maupun saat kita sedang mengalami

kegagalan atau suatu tekanan.

Jika Anda memang termasuk orang yang ingin memiliki

kemampuan untuk berpikir rasional dengan baik, maka Anda bisa

melakukan beberapa hal dibawah ini untuk meningkatkan pola pikir

Anda dan menjadikan Anda seseorang yang bisa memiliki kemampuan

untuk berpikir rasional dengan baik. Berikut caranya:

1. Tingkatkan kemampuan Anda dalam berpikir analisa dengan baik

2. Tingkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan Anda

3. Usahakan untuk hobi membaca

4. Jaga pola hidup yang sehat, karena akan menjadikan otak Anda terjaga

kesehatannya

5. Biasakan diri Anda untuk tidak menerima informasi dengan apa

adanya

6. Jadilah orang yang bisa berpikir secara kritis

Berpikir kristis merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir

secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan

tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Orang yang memiliki

kemampuan untuk berpikir secara kritis biasanya tidak langsung

menerima sesuatu yang dianggap baru bagi dirinya. Mereka akan lebih

Page 17: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

275

mempelajari secara mendalam tentang kebenaran sesuatu tersebut, dan

bisasnya seseorang yang memiliki kemampuan untuk berpikir kritis akan

memiliki tingkat kecerdasan yang baik. Banyak manfaatnya jika seseorang

mampu memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, karena apabila

seseorang yang memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, akan

menjalani setiap apa yang dia lakukan dengan penuh ketelitian, dan

disinilah yang akan menjadikan seseorang yang berpikir kritis itu

memiliki kelebihan dari orang lain.

PENUTUP

Apabila seorang guru PAI mampu menciptakan suasana

pembelajaran yang mengantarkan siswa belajar dengan memaksimalkan

penggunaan otak rasional sampai terjadi proses berfikir dengan intuitif

akan sangat meningkatkan mutu dalam belajar PAI, karena dengan otak

rasional maka kita akan mendapatkan alasan obyektif yang bisa

ditunjukkan kepada publik (transparan), bukti-bukti, referensi, yang bisa

diperdebatkan (dengan logis dan relevan argumentasi) dan sebanding

dengan adanya alat ukur, dan intuitif adalah proses kognitif yang spontan

dan segera, berdasarkan pada skema tertentu. Sehingga ketika otak

rasional dan intuitif bisa terfungsikan dengan baik dengan rangsangan

yang dilakukan oleh guru PAI dalam hal ini guru mampu menciptakan

suasana belajar yang menarik dan kondusif maka selain pelajaran PAI

akan menjadi idola bagi siswa, para siswa juga akan memperoleh bekal

ilmu PAI lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Dreyfus, T. & Eisenberg, T. (1982) Intuitive functional concepts: A baseline study on intuitions.

Fischbein, E. (1987) Intuition in science and mathematics an educational approach. Netherland: Reidel.

Freudenthal, H. (1991) Refisiting Mathematics Education China Lectures. Dordrecht: Kluwer.

Page 18: Jurnal MUDARRISUNA

Otak Rasional…

276

Kustos, P. N. (2010) Trens concerning four misconception in student’s intuitively-based probabilistic reasoning sourced in the heuristic of representativeness.

Sao, S. (2014) Berpikir intuitif dalam pembelajaran matematika. Prosiding seminar nasional.

Soedjadi, R. (2001) Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Solso, R. L. (2007) Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.

Suyadi, (2017) Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Taufik Pasiak, (2002) Revolusi IQ/EQ/ SQ: Menyikap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Qur’an dan Neurosains Mutakhir (Bandung: Mizan.

Usodo, B. (2011) Karakteristik intuisi siswa sma dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari kemampuan matematika dan perbedaan gender. Surakarta: Perputakaan FKIP UNS.

Page 19: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

277

DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.4221 AKTIVITAS BELAJAR SISWA MADRASAH TSANAWIYAH AL-MUTTAQIN PEKANBARU RIAU DI LUAR KELAS

Nurhadi & Zainul Bahri Lubis

1Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar Pekanbaru, Riau, Indonesia 2Pascasarjana UIN Suska Riau, Riau, Indonesia email: [email protected], [email protected]

Abstract

This study stood out of two variables, namely learning activities as X variables (independent / independent variables) and outside of class Y (dependent variable). The formulation of the problem in this study is how learning activities outside the classroom at Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru Riau. The purpose of this study was to find out the learning activities outside the classroom at Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru, Riau. The population in this study were all students of Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru Riau which numbered 385 people. For the sample in this study focused on students of class VII and VIII with consideration of class IX UN preparation, which amounted to 80 people. Data collection in this study uses questionnaires, observation, and documentation. Based on data processing, the results showed that the learning activities at Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru Riau were in the category of "Good", and "High", with numbers or scores of 75.44% in the range 61% - 80 %%.

Keywords: Activities; Student Learning; Outside Class.

PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan pada umumnya dan dalam proses

pendidikan pada khususnya, aktivitas belajar merupakan inti utama,

dalam arti kata bahwa pendidikan sendiri merupakan bantuan yang

dihasilkan melalui kegiatan belajar. Dalam kaitan itu menurut psikologi

Gestal bahwa belajar itu adalah proses aktif. Sedangkan yang di maksud

aktif di sini adalah bukan saja aktivitas yang nampak saja seperti gerak

Page 20: Jurnal MUDARRISUNA

Aktivitas Belajar…

278

badan akan tetapi juga termasuk aktivitas-aktivitas mental seperti

berpikir, mengingat dan sebagainya.

Aktivitas yang dilakukan oleh siswa-siswa di luar kelas berbeda-

beda. Sesuai dengan jenis kelamin mereka. Siswa laki-laki bermain sepak

bola kaki dan jenis permainan keras lainnya, sedangkan siswa perempuan

melakukan permainan atau kegiatan yang aman, seperti memasak, lompat

tali, dan sebagainya. Aktivitas itu dilakukan untuk menghilangkan

kejenuhan ketika mereka berada di sekolah untuk menuntut ilmu.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang

pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialaminya.

Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap

usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada

pendidikan. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-

mata mengumpulkan atau menghapal fakta-fakta yang tersaji dalam

bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan seperti

demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah

mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar

informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang di ajarkan oleh

gurunya.

Begitu urgennya aktivitas belajar siswa di luar kelas yang baik

sehingga dengan aktivitas yang baik tersebut akan memperoleh hasil yang

baik tentunya, namun sebaliknya jika aktivitas belajar tidak baik maka

akan sulit memperoleh hasil yang baik, akan tetapi dalam kenyataannya

dilapangan yang penulis lihat bahwa ada siswa yang aktivitas belajarnya

baik namun hasilnya tidak baik, dan ada siswa yang aktivitas belajarnya

tidak baik namun hasilnya baik. Yang penulis fokuskan dalam penelitian

ini adalah hubungan aktivitas belajar siswa di luar kelas terhadap hasil

belajar Fikih

Page 21: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

279

Adapun di Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru, hasil

belajar siswa sangat bervariasi dan tergolong cukup baik. Namun,

berdasarkan hasil pengamatan pada studi pendahuluan yang dilakukan

penulis melalui wawancara dengan guru Fikih di Madrasah Tsanawiyah

Al-Muttaqin Pekanbaru, penulis menemukan bahwa masih ada aktivitas

belajar siswa di luar kelas tergolong rendah. Maka hal tersebut dapat

dilihat dari beberapa Gejala antara lain: 1) Masih ada siswa yang tidak

mengerjakan tugas. 2) Terdapat siswa yang tidak mengulang-ulang

pelajarannya. 3) Masih ada siswa yang tidak membaca kembali catatan

singkat hasil belajar di sekolah. 4) Masih ada sebagian siswa yang tidak

membaca pelajaran yang akan disampaikan guru. 5) Masih ada sebagian

siswa yang tidak membaca bahan pelajaran Fikih. 6) Nilai ujian siswa

100% mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Berdasarkan gejala-gejala di atas dan dari latar belakang masalah,

maka dapat dirumuskan masalahnya, bagaimana aktivitas belajar siswa di

luar kelas di Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru?

Penelitian ini dilaksanakandari bulan Januari-Februari tahun 2017

dan berlokasi di Pekanbaru, tempatnya di Madarasah Tsanawiyah Al-

Muttaqin Pekanbaru Riau. Sebagai subjek penelitian ini adalah siswa

Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru Riau. Sedangkan objeknya

adalah aktivitas belajar siswa di luar kelas siswa Madrasah Tsanawiyah

Al-Muttaqin Pekanbaru Riau. Populasi merupakan keseluruhan subjek

atau sumber data dalam penelitian. Populasi adakalanya terbatas

(terhingga) dan adakalanya tidak terbatas (tidak terhingga). Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII sampai IX di

Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru Riau yang berjumlah 385

orang. Namun dengan pertimbangan karena kelas IX persiapan UN, maka

dalam penelitian ini difokuskan pada kelas VII dan VIII sebanyak 265

orang. Dengan keterbatasan yang ada pada peneliti maka akan di ambil

30% yaitu 80 orang. Karena kelasnya pararel maka setiap kelas akan di

Page 22: Jurnal MUDARRISUNA

Aktivitas Belajar…

280

ambil sampel sebanyak 10 orang secara acak. Teknik pengambilan sampel

di sebut Purposive Random Sampling.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data

dengan menggunakan Tiga cara, yakni yang pertama adalah angket,

observasi, dokumentasi. Angket, yaitu mengajukan sejumlah pertanyaan

atau pernyataan secara tertulis kepada siswa. Pertanyaan dan pernyataan

dalam angket harus merujuk kepada masalah (rumusan masalah)

penelitian dan indikator-indikator dalam konsep operasional.1 Angket

digunakan untuk mengetahui data perkembangan aktivitas belajar siswa

di luar kelas dalam pembelajaran Fikih. Wawancara adalah salah satu

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya

jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber

data.2Wawancara yang penulis lakukan untuk melengkapi dan

memperjelaskan data yang diperoleh dari angket sehingga keabsahan

datanya semakin dapat di pertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini,

teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang daftar

nama, jumlah siswa, dan nilai ulangan umum semester ganjil di

Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru Riau. Adapun

dokumentasi yang dimaksud disini adalah hasil belajar siswa yang

diambil dari nilai ulangan umum semester ganjil siswa yang digunakan

sebagai gambaran untuk melihat perkembangan aktivitas belajar siswa di

luar kelas.

Teknik korelasi serial ini digunakan untuk menguji hubungan

antara dua variabel, yang satu berskala pengukuran ordinal dan yang lain

berskala pengukuran interval. Gejala ordinal adalah gejala yang

dibedakan menurut golongan atau jenjangnya, tanpa mengukur jarak

antara titik yang satu dengan titik yang berikutnya. Misalnya:

kemampuan ekonomi (kaya, menengah, miskin) : Kerajinan (rajin, sedang,

malas) dan sebagainya. _____________

1Amri Darwis, Metode Penelitian Pendidikan Islam, PT Raja Grafindo Persada, juni 2014), h. 57.

2Mohammad Ali, Penelitian kependidikan, Bandung: Angkasa, 2013), h. 90.

Page 23: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

281

Rumus :

Dalam hal ini:

Rser = Koefisien korelasi serial

or = Ordinssssat yang lebih rendah pada kurve normal

ot = Ordinat yang lebih tinggi pada kurve normal

M = Mean (pada masing-masing kelompok)

= Standar seviasi total

P = Proporsi individu dalam golongan

PEMBAHASAN

1. Profil MTs Al-Muttaqin Pekanbaru

Sebelum Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin ini berdiri, telah ada

Madrasah Diniyah Amaliyah (MDA) yang berdiri pada tahun 1980. Pada

waktu itu MDA Al-Muttaqin satu-satunya MDA yang ada di Kecamatan

Tampan,sehingga muridnya sangat ramai dari penjuru pelosok

Kecamatan Tampan. Melihat gambaran ini, maka beberapa orang pemuka

masyarakat bermusyawarah untuk membuka sebuah Madrasah

Tsanawiyah dan hal ini dapat di wujudkan pada tahun 1990. Dengan

berdirinya Madrasah Tsanawiyah yang di beri nama Madrasah

Tsanawiyah Al-Muttaqin diatas tanah yang di wakafkan oleh H. Harun

(Alm) Seluas 2400 M.

Sedangkan yang sangat berperan penting didalam pendirian

Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin tersebut ialah H. Harun (Alm),

Makmur, Mukhtar, Drs. Kamiruddin. Dengan berdirinya Madrasah

Tsanawiyah tersebut,masyarakat berharap supaya ke depannya bisa

melahirkan anak didik yang berkompeten di dalam segala bidang.

Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin terletak di lahan yang sangat

trategis yaitu terletak di sebuah Desa Tuah Karya Kecamatan

TampanPekanbaru kurang lebih 30 m dari Jalan Pekanbaru-Bangkinang

yang sekarang berganti nama Jalan HR. Soebrantas. Sebelum menjadi

Kota Madya Pekanbaru, Desa ini mulanya adalah bagian dari Kabupaten

Page 24: Jurnal MUDARRISUNA

Aktivitas Belajar…

282

Kampar yang sekarang telah termasuk ke dalam Kelurahan Kabupaten

Kota Pekanbaru.

Adapun fakto-faktor yang melatar belakangi pendirian sekolah ini

antara lain:

1) Banyaknya Lulusan Sekolah Dasar (SD) yang tidak melanjutkan

Sekolah Di karenakan beberapa faktor.

2) Belum adanya sekolah Agama untuk setingkat Madrasah

Tsanawiyah di desa ini.

3) Berdasarkan letak lokasinya yang statregisdan mudah di jangkau

dari tempat tinggal penduduk setempat.

Visi dan Misi MTs Al-Muttaqin Pekanbaru adalah:

Visi : Mewujudkan MTs yang berkualitas dan menjadikan peserta

didik berakhlak mulia serta memiliki imtaq dan iptek. Misi: 1).

Meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan, penataran, dan work shop

dalam menerapkan kurikulum pendidikan. 2). Menghasilkan peserta

didik yang beriman, bertaqwa dan berakhlak melalui pendidikan

keislaman dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan bekerja

sama antara guru, orang tua, dan masyarakat. 3). Meningkatkan peserta

didik yang berilmu pengetahuan dan keterampilan hidup yang tinggi

melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler dalam dan luar

Madrasah secara efektif dan efesien.

2. Aktivitas Belajar Siswa di Luar Kelas

Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan giat

dan sungguh- sungguh. Maka dari itu aktivitas dapat dikatakan sebagai

suatu kegiatan atau kesibukan seseorang yang menggunakan tenaga,

pikiran untuk mencapai suatu tujuan tertentu semuanya itu dilakukan

untuk bisa mencapai kemampuan dari hasil yang optimal.

Selain dari itu aktivitas juga dapat diartikan sebagai tingkah laku

yang disadari maupun tingkah laku yang semata-mata merupakan

Page 25: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

283

gerakan otot dan kerangka badan (gerakan motoris) tingkah laku yang

berwujud merupakan perbuatan nyata yang di dasarkan pada kehendak.3

Adapun menurut S. Nasution bahwa aktivitas belajar adalah

aktivitas yang bersifat jasmani maupun rohani. Dalam kegiatan proses

belajar kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Maka sehubungan

dengan itu, piaget menerangkan bahwa seorang anak itu berfikir

sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berfikir.

Maka oleh karena itu supaya anak berfikir sendiri maka harus diberi

kesempatan untuk berbuat sendiri atau dibiarkan melakukan suatu

perbuatan dengan sendiri. Berfikir pada tahap verbal baru akan timbul

setelah anak itu berfikir pada tarap perbuatan.4

Aktivitas belajar di luar kelas adalah aktivitas yang bersifat fisik

maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling

berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman

bahwa jika seoarang anak berpikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu

tidak berpikir.5

3. Indikator-indikator Aktivitas Belajar

Jadi, indikator aktivitas belajar siswa yang digunakan oleh siswa

dalam proses pembelajaran yaitu:

1) Memperhatikan

2) Bertanya dan menjawab

3) Mengemukakan pendapat

4) Mendengarkan

5) Bermain

6) Memecahkan soal

7) Bersemangat, berani dan antusias.6

Untuk menumbuhkan aktivitas siswa dalam pembelajaran aktivitas

siswa dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu prinsip

utama terjadinya proses pembelajaran. Tanpa aktivitas, proses belajar

_____________

3Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 287.

4S. Nasution, Didaktit Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 89. 5Sardiman A.M, Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, Ed. 1, Cet. 19, 2011), h. 100. 6Nor Rohmah, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2012), h. 268.

Page 26: Jurnal MUDARRISUNA

Aktivitas Belajar…

284

tidak akan berlangsung. Dengan proses pembelajaran yang menekankan

pada aktivitas siswa, pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan

menyenangkan sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang

dimiliki siswa. Oleh karena itu, perlunya untuk menumbuhkan aktivitas

belajar siswa dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran

yang diharapkan akan tercapai. Pembelajaran yang menuntut adanya

aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran tentunya

membutuhkan serangkaian kegiatan yang dapat menumbuhkan aktivitas

belajar siswa.

4. Analisis Data Korelasi Aktivitas Belajar Siswa di Luar Kelas

Berikut aktivitas belajar siswa di luar kelas di Madrasah Tsanawiyah Al-

Muttaqin Pekanbaru.

Tabel 1. Aktivitas Belajar Siswa di Luar Kelas di Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru Riau

No Nama Siswa Aktivitas belajar siswa di luar

kelas Hasil belajar Fikih

1 Siswa 1 Sedang 77

2 Siswa 2 Tinggi 76

3 Siswa 3 Tinggi 76

4 Siswa 4 Tinggi 92

5 Siswa 5 Tinggi 85

6 Siswa 6 Tinggi 76

7 Siswa 7 Sedang 86

8 Siswa 8 Tinggi 87

9 Siswa 9 Sedang 77

10 Siswa 10 Tinggi 89

11 Siswa 11 Tinggi 86

12 Siswa 12 Tinggi 84

13 Siswa 13 Sedang 83

14 Siswa 14 Tinggi 86

15 Siswa 15 Sedang 85

16 Siswa 16 Tinggi 90

17 Siswa 17 Tinggi 80

18 Siswa 18 Sedang 86

19 Siswa 19 Tinggi 90

20 Siswa 20 Tinggi 85

21 Siswa 21 Sedang 88

22 Siswa 22 Tinggi 82

23 Siswa 23 Tinggi 85

Page 27: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

285

No Nama Siswa Aktivitas belajar siswa di luar

kelas Hasil belajar Fikih

24 Siswa 24 Sedang 86

25 Siswa 25 Tinggi 86

26 Siswa 26 Tinggi 84

27 Siswa 27 Sedang 92

28 Siswa 28 Sedang 81

29 Siswa 29 Tinggi 85

30 Siswa 30 Tinggi 84

31 Siswa 31 Tinggi 81

32 Siswa 32 Rendah 76

33 Siswa 33 Sedang 76

34 Siswa 34 Tinggi 76

35 Siswa 35 Tinggi 76

36 Siswa 36 Tinggi 80

37 Siswa 37 Tinggi 77

38 Siswa 38 Sedang 76

39 Siswa 39 Tinggi 86

40 Siswa 40 Sedang 76

41 Siswa 41 Tinggi 80

42 Siswa 42 Sedang 81

43 Siswa 43 Tinggi 80

44 Siswa 44 Sedang 98

45 Siswa 45 Tinggi 95

46 Siswa 46 Tinggi 89

47 Siswa 47 Sedang 80

48 Siswa 48 Tinggi 91

49 Siswa 49 Sedang 86

50 Siswa 50 Tinggi 86

51 Siswa 51 Sedang 91

52 Siswa 52 Tinggi 83

53 Siswa 53 Tinggi 85

54 Siswa 54 Sedang 89

55 Siswa 55 Tinggi 89

56 Siswa 56 Tinggi 80

57 Siswa 57 Sedang 91

58 Siswa 58 Tinggi 88

59 Siswa 59 Tinggi 84

60 Siswa 60 Sedang 80

61 Siswa 61 Tinggi 80

62 Siswa 62 Sedang 85

63 Siswa 63 Tinggi 80

64 Siswa 64 Sedang 80

Page 28: Jurnal MUDARRISUNA

Aktivitas Belajar…

286

No Nama Siswa Aktivitas belajar siswa di luar

kelas Hasil belajar Fikih

65 Siswa 65 Sedang 80

66 Siswa 66 Tinggi 80

67 Siswa 67 Tinggi 84

68 Siswa 68 Sedang 80

69 Siswa 69 Tinggi 80

70 Siswa 70 Tinggi 87

71 Siswa 71 Tinggi 80

72 Siswa 72 Tinggi 83

73 Siswa 73 Tinggi 80

74 Siswa 74 Sedang 82

75 Siswa 75 Tinggi 81

76 Siswa 76 Sedang 80

77 Siswa 77 Tinggi 86

78 Siswa 78 Tinggi 82

79 Siswa 79 Tinggi 82

80 Siswa 80 Tinggi 86

Jumlah 6673

Untuk menganalisis bagaimana aktivitas belajar siswa di luar kelas di

Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru, maka data yang telah disajikan

di atas dirangkum dalam suatu tabel rekapitulasi sebagai berikut.

Tabel 2. Rekapitulasi Korelasi Aktivitas Belajar Siswa di Luar Kelas di Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru Riau

No ALTERNATIF JAWABAN

3 2 1 TOTAL F P F P F P F P

1 53 66,2% 26 32,5% 1 1,2% 80 100%

2 51 63,8% 28 35% 1 1,2% 80 100%

3 20 25% 58 72,5% 2 2,5% 80 100%

4 19 23,8% 35 43,8% 26 32,5% 80 100%

5 29 36,2% 46 57,5% 5 6,2% 80 100%

6 13 16,2% 61 76,2% 6 7,5% 80 100%

7 32 40% 46 57,5% 2 2,5% 80 100%

8 33 41,25% 42 52,5% 5 6,25% 80 100%

9 12 15% 47 58,8% 21 26,2% 80 100%

10 29 36,2% 31 38,8% 20 25% 80 100%

11 26 32,5% 47 58,75% 7 8,75% 80 100%

12 12 15% 34 42,5% 34 42,5% 80 100%

13 36 45% 43 53,8% 1 1,2% 80 100%

14 41 51,2% 24 30% 15 18,8% 80 100%

Page 29: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

287

15 39 48,75% 38 47,5% 3 3,75% 80 100%

16 42 52,5% 37 46,25% 1 2,5% 80 100%

JUMLAH 487 643 150 1280 1600%

Berdasarkan rekapitulasi angket tentang aktivitas belajar siswa di

luar kelas diketahui bahwa alternatif jawaban : a). 3 terpilih sebanyak 487

kali. b). 2 terpilih sebanyak 643 kali. c). 1 terpilih sebanyak 150 kali.

Jumlah pilihan seluruhnya adalah 1.280. selanjutnya jumlah pilihan setiap

alternatif jawaban dikalikan dengan skor nilai masing-masing jawaban.

Adapun hasil alternatif jawaban yang diperoleh sebagai berikut.

a. 3 487 x 3 = 1.461

b. 2 643 x 2 = 1.286

c. 1 150 x 1 = 150

Jumlah total = 2.897 (F)

Kemudian jumlah seluruh pilihan dikalikan dengan bobot tertinggi.

1.280 x 3 = 3.840 (N). Oleh karena unsur F dan N sudah diketahui,

selanjutnya disubsitusikan ke dalam rumus sebagai berikut:

x 100%

P = Angka Persentase F = Frekuensi Responden N = Total Jumlah 100% = Bilangan Tetap

100%

100%

P = 75,44%

Hasil yang diperoleh setelah dipersentasikan tersebut, kemudian

dirujuk kepada kategori yang telah ditentukan sebagai berikut.

81% - 100% : Sangat Tinggi 61% - 80% : Tinggi 41% - 60% : Cukup Tinggi 21% - 40% : Tidak Tinggi 0% - 20% : Sangat Tidak Tinggi

Page 30: Jurnal MUDARRISUNA

Aktivitas Belajar…

288

Berdasarkan kategori di atas, diketahui bahwa angka atau skor

75,44% berada pada rentang 61% - 80%%. Oleh karena itu disimpulkan

bahwa aktivitas belajar siswa di luar kelas di Madrasah Tsanawiyah Al-

Muttaqin Pekanbaru “Tinggi”.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan penulis pada

pembahasan sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa

aktivitas belajar siswa di luar kelas Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin

Pekanbaru pada dasarnya tinggi, namun tidak mencapai tingkat

signifikan, dengan angka atau skor 75,44% berada pada rentang 61% -

80%%.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, (2015) Pendidikan Dalam Persfektif Hadits, UIN Jakarta: Press.

Amri Darwis, (2014) Metode Penelitian Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada.

Dimyati, dan Mudjiono, (2016) Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

M. Dalyono, (2017) Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Margono, (2014) Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Martinis Yamin, (2010) Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada Perss Cet. III.

Mohammad Ali, (2013) Penelitian kependidikan, Bandung: Angkasa.

Muhibbin Syah, (2010) Psikologi pendidikan Dengan Pendekatan Baru Bandung: Rosdakarya, Cet. 15.

Muhibbin Syah, (2010) Psikologi pendidikan suatu pendidikan guru, Bandung: Rosdakarya.

Nana Sudjana, (2011) Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.

Nana Sudjana, (2010) Penilaian hasil proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana dan Weri Suwariah, (2010) Model-model Mengajar CBSA, Bandung: Sinar Baru.

Page 31: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

289

Nana Syaodih, Sukmadinata, (2017) Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana Hanafiah, (2010) Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: Refika Aditama.

Nor Rohmah, (2012) Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Teras.

Oemar Hamalik, (2017)Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Purwanto, (2015) Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

S. Nasution, (2010) Didaktit Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Saefullah, (2012) Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia.

Sardiman, (2011) Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto, (2015) Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta; Rineka Cipta.

Syaiful Bahri Djamarah, (2016) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet, ke 3.

Syaiful Bahri Djamarah, (2016) Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta.

Tohirin, (2013) Psikologi Pemebelajaran Pendidikan Agama Islam, Pekanbaru: Sarana Mandiri Offset.

Wasty Soemanto, (2012) Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Zainul Bahri, (2016) Hubungan Aktivitas Belajar Siswa Di Luar Kelas Dengan Hasil Belajar Fikih Di Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru, Skripsi.

Zakiah Darajat, (2011) Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Page 32: Jurnal MUDARRISUNA

Relasi Antara…

290

DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.4456 RELASI ANTARA MATA PELAJARAN AQIDAH-AKHLAK PADA TRADISI BERANDEP DI DUSUN SUNGAI JAMBU KABUPATEN KAYONG UTARA

Dewi Nurhayati & Wahab

Institut Agama Islam Negeri Pontianak, Indonesia email: [email protected], [email protected]

Abstract

The culture of the Malays community of Sungai Jambu Hamlet has local wisdom in the tradition of holding the fields which are carried out once a year in cooperation when planting (rice paddy) and harvesting rice (rice cutting) to make work easier to complete quickly. Berandep is held in the morning starting from 6:30 to 10:30 WIB. In the implementation of holding, 4-6 people are formed and carried out in turns. If one of them gets a turn to plant and harvest rice the equipment that must be prepared is a penugal (a tool to make a hole to grow rice), a wood-based planter and a razor blade attached to a wood that is slightly made a hole so that the razor sticks easily to make it easier to plant (harvest rice), and the last to bring food and drinks to the perpetrator with a grip. This is done to help the perpetrator to have a difficult time when holding or planting and harvesting rice. In this study, researchers used a qualitative approach with ethnographic methods. Based on the research of the tradition above, that from the implementation of the tradition there is a behavior that leads to cooperation and helps others, in the sense of the subject of continuous ethics of the tradition of standing. The implementation of the tradition of berandep is related to the subjects of Aqeedah and Morals as outlined in the material of cooperation, help and good morals in neighboring and social life.

Keywords: Local culture; Berandep; Aqidah-akhlak.

Abstrak

Kebudayaan masyarakat Melayu Dusun Sungai Jambu memiliki kearifan lokal yang ada pada tradisi berandep di ladang yang dilaksanakan satu tahun sekali secara gotong royong pada saat menanam (nandor padi) dan memanen padi (mengetam padi) dengan tujuan agar mempermudahkan pekerjaan cepat selesai. Berandep dilaksanakan pagi hari mulai dari jam 06:30 s.d 10:30 WIB. Dalam pelaksanaan berandep terbentuk sebanyak 4-6 orang dan dilaksanakan secara bergiliran. Apabila salah satu di antaranya mendapatkan giliran menanam dan memanen padi perlengkapan yang

Page 33: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

291

harus disiapkan adalah penugal (alat untuk membuat lubang untuk menanam padi), pengetam yang terbuat dari kayu dan ditempelkan silet pada kayu yang sedikit dibuat lubang agar siletnya mudah menempel agar mempermudah untuk mengetam (memanen padi), dan yang terakhir membawa makanan serta minuman untuk pelaku berandep. Hal ini dilakukan untuk menolong pelaku berandep tidak kesulitan ketika menandor atau menanam dan memanen padi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Berdasarkan penelitian tradisi berandep di atas, bahwa dari pelaksanaan tradisi tersebut terdapat perilaku yang mengarahkan pada kerjasama dan tolong-menolong terhadap sesama, dalam arti mata pelajaran akidah-akhlak berkesinambungan terhadap tradisi berandep. Pelaksanaan tradisi berandep terdapat relasi pada mata pelajaran Aqidah-Akhlak yang dituangkan dalam materi kerjasama, tolong-menolong dan akhlak yang baik dalam hidup bertetangga dan bermasyarakat.

Kata Kunci: Kearifan Lokal; Berandep; Aqidah-Akhlak.

PENDAHULUAN

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat

manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu

kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa

pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka

internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi

sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan

di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi

spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak

mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai

perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual

mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai

keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan

individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual

tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang

dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan

mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam

Page 34: Jurnal MUDARRISUNA

Relasi Antara…

292

secara menyeluruh, menghayati tujuan, dan pada akhirnya dapat

mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.1 Oleh

..karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan

mencakup dua hal, yaitu: Pertama mendidik siswa untuk berprilaku

sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak yang Islami. Kedua, mendidik siswa-

siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam (subjek berupa pengetahuan

tentang ajaran Islam). Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha

sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta

didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah

ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Nurul Hidayati Rofiah sebagaimana diketahui bahwa

dasar pokok utama dalam Islam adalah Akidah atau keyakinan.2 Secara

khusus Akidah berarti kepercayaan dalam hati, diikrarkan dengan lisan,

dan diamalkan dalam perbuatan. Karakteristik materi Akidah yaitu

bersifat teologis-ideologis, mengutamakan keyakinan, dan memerlukan

pembuktian. Tauhid adalah ilmu yang mempelajari tentang pokok-pokok

akidah Islam menuju “keEsaan dan meng-Esakan Tuhan”, baik dzat, sifat,

maupun perbuatan-Nya yang tanpa sekutu bagi-Nya. Men-Tauhidkan

Allah adalah merupakan puncak integrasi dari berbagai keilmuan yang

ada di perguruan tinggi Islam, sehingga berbagai keilmuan yang ada

sangat terkait erat dengan tauhid dan mengarah kepada hasil puncak

yaitu men-Tauhidkan Allah. Oleh karena itu, ilmu-ilmu yang mengkaji

ayat-ayat qur‟aniyah dan ayat-ayat kauniyah menjadi sarana pendukung

utama.

Kajian akhlak merupakan ilmu wajib yang harus dipahami dan

diamalkan oleh mahasiswa sebagai pedoman hidup bermasyarakat yang

_____________

1Abdul Majid. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130.

2Nurul Hidayati Rofiah. 2016. “Desain Pengembangan Pembelajaran Akidah Akhlak Di Perguruan Tinggi” dalam Fenomena, Volume 8 (1): 58-59

Page 35: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

293

digali dari al-Qur‟an dan Al-Hadist serta norma-norma islami dan

akhirnya akan menjadi insan kamil yang berakhlak mulia di sisi manusia,

alam lingkungan, dan Allah SWT serta mempunyai etos kerja yang tinggi

dan mulia. Pembelajaran akhlak tentu tidak sebatas berorientasi

“pembiasaan”, indoktrinasi, melainkan juga berorientasi “pembentukan

kesadaran moral” (moral reasoning; value clarification) mahasiswa. Tentu

saja ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual mereka.

Berkaitan dengan akhlak mulia, tentu saja ada hubungannya

dengan kerja sama dan tolong-menolong. Menurut Abdulsyani, kerjasama

adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas

tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling

membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing.3 Selain itu,

pengertian tolong-menolong akan dipaparkan oleh para ahli di bawah ini.

Winardi menyatakan tolong menolong termasuk akhlak terpuji.

Kita tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan atau pertolongan orang

lain.4 Perilaku tolong menolong dapat mendatangkan banyak manfaat

yaitu antara lain sebagai berikut: Pekerjaan yang berat akan menjadi

ringan, masalah yang sulit menjadi mudah, dapat terjalin kerukunan antar

dengan orang lain, orang lain akan merasa senang menolong kita dan

mempunyai banyak teman.

Barmawie Umarie tolong menolong adalah ciri kehalusan budi,

kesucian jiwa, ketinggian akhlak dan membuahkan cinta antar teman,

solidaritas dan penguat persahabatan dan persaudaraan.5 Abduh Gholib

Ahmad Isa Islam menganjurkan setiap orang Islam agar menjadikan

tolong-menolong sebagai ciri dan sifat dalam mu‟amalah sesama mereka.6

_____________

3Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 156.

4Winardi. Membina Akidah dan Akhlak 3. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 91

5Barmawie Umarie. Materi Akhlak. (Solo: Ramadhani, 1995), hlm. 53

6Abduh Gholib Ahmad Isa. Etika Pergaulan Dari A-Z. (Solo: Pustaka Arafah, 2010), hlm. 38)

Page 36: Jurnal MUDARRISUNA

Relasi Antara…

294

Pendapat yang demikian juga dikemukakan Mohammad Daud Ali

bahwa “ruang lingkup akhlak salah satunya adalah akhlak terhadap

tetangga antara lain saling mengunjungi, saling memberi, dan saling

menghormati.7 Lebih lanjut Hasan menyatakan orang mukmin akan

tergerak hatinya apabila melihat orang lain tertimpa kerusakan untuk

menolong mereka sesuai dengan kemampuannya.8 Apabila tidak ada

bantuan berupa benda, kita dapat membantu orang tersebut dengan

nasihat atau kata-kata yang dapat menghibur hatinya. Bahkan, sewaktu-

waktu bantuan jasa pun lebih diharapkan daripada bantuan-bantuan

lainnya.

Tolong menolong didalam Islam disebut dengan ta’awun.9 Di

dalam Islam ta’awun tidak dapat direalisasikan dalam setiap kehidupan

manusia, karena bagi setiap muslimin tolong menolong harus dengan cara

yang sesuai dengan keadaan objek orang yang bersangkutan. Islam

mengajarkan kepada umatnya agar mau bekerja sama, tolong-menolong

dengan sesamanya atas dasar kekeluargaan. Allah SWT, berfirman “Dan

tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.

Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah amat besar siksa-Nya.”10

M. Quraish Shihab dari ayat di atas dapat dilihat bahwa tolong

menolong yang diperintahkan oleh Allah SWT adalah tolong menolong

untuk kebaikan dan takwa kepada Allah.11 Allah mengajarkan kaum

muslimin untuk saling menolong diantara mereka dalam segala kondisi

maupun keadaan, karena dalam perbuatan saling menolong tersebut

merupakan prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dengan siapapun.

_____________

7Mohammad Daud Ali (2004: 356-359)

8Rosihon Anwar. Akidah Akhlak. (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 243.

9Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Edisi yang Disempurnakan), jilid II. (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), hlm. 349)

10Qur‟an Surat al-Maidah ayat 2

11M. Quraish Shihab. Tafsir Al Misbah. (Jakarta Lentera Hati, 2014), hlm. 14

Page 37: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

295

Mengenai pengertian tolong-menolong di atas, terdapat pada mata

pelajaran Akidah-Akhlak yang mana dikemukakan oleh Andi Prastowo

menyatakan dengan berdasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan,

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, secara lebih spesifik, mata

pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah salah satunya adalah

aspek akhlak yang terdiri dari pembiasaan akhlakul karimah, yaitu:

disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup

sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun,

tolong-menolong, hormat dan patuh, siddiq, amanah, tablig, fathonah,

tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis,

qona‟ah, tawakkal, kesederhanaan, toleransi, dan cinta. 12

Manfaat tolong-menolong pada mata pelajaran Akidah-Akhlak erat

kaitannya dengan perilaku terpuji siswa-siswi. Perilaku yang baik atau

terpuji akan menghasilkan atau membuahkan perilaku yang akan

tertanam dalam pribadi anak. Maksudnya adalah pribadi anak yang

terbiasa berbuat baik akan menjadi kebiasaan dalam lingkungan baik di

rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini perlu ditekankan

bahwa perilaku terpuji baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat

terus-menerus diterapkan baik kepada orang tua, guru, dan anak-anak.

Perilaku terpuji pada mata pelajaran Akidah-Akhlak juga

diterapkan di lingkungan masyarakat. Salah satunya pada masyarakat

Melayu Dusun Sungai Jambu yang terus-menerus melaksanakan tradisi

berandep di ladang yang dilakukan secara gotong-royong (kerja sama) di

bidang pertanian. Tradisi ini dilakukan, karena masyarakat setempat

merasa puas apabila dilakukan secara bersama-sama dan pekerjaan cepat

selesai. Selain itu, keunikan tradisi berandep pada masyarakat Melayu

Dusun Sungai Jambu adalah berbagi minuman dan makanan bagi

perilaku berandep. Tidak hanya itu, walaupun perilaku berandep dalam

keadaan sulit perekonomiannya senantiasa membawa minuman dan

_____________

12Andi Prastowo. Pembelajaran Konstruktivistik-Scientific Untuk Pendidikan Agama di Sekolah/Madrasah. (Jakarta: RajaGrapindo, 2015), hlm. 161-162.

Page 38: Jurnal MUDARRISUNA

Relasi Antara…

296

makanan apa adanya dan lebih-lebihnya lagi perilaku berandep

menghargai pemberiaan sesama mereka.

Hal ini membuat peneliti menjadi tertarik meneliti tradisi berandep

pada masyarakat Melayu Dusun Sungai Jambu. Karena tradisi tersebut

ada relasi pada mata pelajaran Akidah-Akhlak. Oleh karena itu, tradisi

berandep menawarkan perilaku terpuji di kalangan masyarakat Dusun

Sungai Jambu. Hanya saja tradisi berandep terdiri 4-6 orang saja. Maka

dari itu, peneliti akan menawarkan kepada masyarakat setempat bahwa

tradisi berandep di ladang juga diajarkan kepada anak-anak atau

melibatkan anak dalam proses pelaksanaan menanam maupun memanen

padi.

Based on the objectives to be achieved, this study uses a qualitative

approach.13 (Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif) dengan metode etnografi. Etnografi

melibatkan pengamatan yang luas terhadap kelompok. Para etnografer

mempelajari makna dari perilaku, bahasa, dan interaksi di kalangan para

anggota kelompok berkebudayaan sama tersebut.

Adapun kegunaan dari metode etnografi adalah untuk mencoba

memahami makna perbuatan dan kejadian bagi orang yang bersangkutan

menurut kebudayaan dan pandangan mereka sendiri. Dalam penelitian

etnografi, peneliti lebih banyak bertindak sebagai orang yang belajar

kepada pendukung kebudayaan, sehingga peneliti dapat memahami dan

menganalisis budaya masyarakat. Dari pemahaman ini, maka setting

penelitian ini adalah masyarakat Melayu Dusun Sungai Jambu Kabupaten

Kayong Utara yang melaksanakan tradisi berandep di ladang. Subjek

penelitian dalam penelitian ini adalah pelaku tradisi berandep di ladang.

Adapun informan yang dimaksud adalah Ibu Juliana, Langna, Sahibah,

Ayu, Biah dan Endang. Teknik yang digunakan untuk memperoleh

_____________

13Wahab. (2015). Sapa And Base Communication Of Sambas Society: A Case Of Malay-Madurese Post-Conflict 1999-2014: Of Scientific And Technology Research. Vol 4 (2) :254

Page 39: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

297

informasi atau data adalah wawancara melalui via telepon pada pelaku

tradisi berandep di ladang.

Metode etnografi dari beberapa pendapat di atas menafsirkan

budaya ataupun kearifan lokal yang terdapat pada kebudayaan yang

sama dalam kehidupan berkelompok. Maka dari itu, metode etnografi

terdapat kaitannya dengan tradisi berandep yang mana proses

pelaksanaannya dikerjakan secara bersama-sama atau berkelompok.

PEMBAHASAN

Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi

Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah Mata pelajaran

Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat

mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk

dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan

pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat

dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk

jenjang pendidikan berikutnya. Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-

Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah salah satunya dengan pembiasaan akhlak

karimah (mahmudah) yang disajikan pada tiap semester dan jenjang

kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat,

hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat,

rukun, tolong-menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig,

fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan,

optimis, qana‟ah, dan tawakal.

Pendapat yang demikian juga dikemukakan oleh Ahmad Al-

Hasyim14 “Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka

dengan ilmu. Barangsipa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka

_____________

14Ahmad Al-Hasyim. Kitab Hadits Nabawiyah. (Semarang: Toha Putra, 2000), hlm. 52.

Page 40: Jurnal MUDARRISUNA

Relasi Antara…

298

dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka dengan

ilmu” (HR. Bukhori dan Muslim)

Hadist diatas adalah hadist yang menjelaskan tentang pentingnya

sebuah pendidikan, karena tanpa sebuah pendidikan tidak akan ada ilmu

yang bisa di dapatkan. Dan pada dasarnya semua yang ada di dunia,

bahkan kelak di akhirat ilmu akan selalu berguna dan dibutuhkan oleh

manusia. Seperti yang dijelaskan diatas, bahwasanya siapa yang

menghendaki kebaikan hendaknya menggunakan ilmu, dan untuk

menuju kebahagiaan diakhirat pun, ilmu sangatlah berguna. Dan dari

sebuah ilmu itulah sebuah kesuksesan yang diharapkan akan tercapai.

Maka dari itu betapa pentingnya sebuah pendidikan sangatlah terlihat

jelas dan perlu di lakukan dengan sebaik mungkin agar dapat sesuai

dengan apa yang kita butuhkan dalam kehidupan ini.

Dalam pembelajaran akidah-akhlak mengandung makna sebuah

usaha yang sadar dilakukan untuk merubah tingkah laku, peningkatan

kualitas diri dan mengetahui suatu hal yang belum diketahui dan perlu

untuk diketahui. Sedangkan akidah diartikan sebagai sebuah keyakinan

kepada Allah yang tertanam dalam hati. Sedangkan akhlak mempunyai

arti sebuah sikap, perilaku atau perbuatan yang tertanam atau menjadi

kebiasaan, yang kadang sering dilakukakan tanpa harus berpikir panjang.

Dalam pembelajaran yang dilakukan disini difokuskan pada pembelajaran

aqidah akhlak, yang mana dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya

pembelajaran akidah-akhlak adalah: upaya yang sadar dilakukan untuk

membentuk dan memperkuat keyakinan terhadap Allah dalam

peningkatan kualitas diri dalam perilaku yang baik dan terpuji baik

terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Muhammad Ali Hasan dalam Islam, dasar atau alat

pengukur yang menyatakan baik buruknya sifat seseorang itu adalah Al-

Qur‟an dan As-Sunnah Nabi SAW.15 Apa yang baik menurut Al-Qur‟an

_____________

15Rosihon Anwar. Akidah Akhlak. (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 208.

Page 41: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

299

dan As-Sunnah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam

kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut Al-Qur‟an

dan As-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.

Beberapa pernyataan di atas, setelah peneliti analisis bahwa mata

pelajaran akidah-akhlak berimplikasi pada keyakinan dan akhlak

manusia. Namun, di sini peneliti hanya membahas bagian akhlak saja. Di

bawah ini peneliti menyajikan beberapa teori yang berkaitan dengan

akhlak. Pernyataan selanjutnya dikemukakan Amr Khalid16 adapun

tujuan akhlak adalah:

1. Mengetahui Tujuan Utama Diutusnya Nabi Muhammad SAW.

Mengetahuinya tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW.

tentunya akan mendorong kita untuk mencapai akhlak mulia karena

ternyata akhlak merupakan sesuatu yang paling penting dalam agama.

Akhlak bahkan lebih utama daripada ibadah. Sebab tujuan utama ibadah

adalah mencapai kesempurnaan akhlak. Jika tidak mendatangkan akhlak

mulia, ibadah hanya merupakan gerakan formalitas saja.

2. Menyatukan kerenggangan antara akhlak dan ibadah

Tujuan lain mempelajari akhlak adalah menyatukan antara akhlak

dan ibadah, atau dalam ungkapan yang lebih luas antara agama dan

dunia. Kesatuan antara akhlak dan ibadah, misalnya diperlihatkan oleh

Rasulullah SAW. dalam sabdanya: ”Demi Allah tidak beriman, demi

Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Ditanya, “Siapa ya

Rasulullah?” Jawab Nabi, „Orang yang tetangganya merasa tidak aman

dari gangguannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Hadis diatas dengan jelas mengecam orang yang mengaku beriman

(ibadah), tetapi tidak memberikan keamanan kepada tetangganya

(akhlak). Usaha menyatukan antara ibadah dan akhlak, dengan

bimbingan hati yang diridai Allah SWT. dengan keikhlasan, akan

_____________

16Rosihon Anwar. Akidah Akhlak. (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 26-28.

Page 42: Jurnal MUDARRISUNA

Relasi Antara…

300

terwujud perbuatan-perbuatan yang terpuji, yang seimbang antara

kepentingan dunia dan akhirat serta terhindar dari perbuatan tercela.

3. Mengimplementasikan Pengetahuan tentang Akhlak dalam Kehidupan

Tujuan lain dari mempelajari akhlak adalah mendorong kita

menjadi orang-orang yang mengimplementasikan akhlak mulia dalam

kehidupan sehari-hari. Menurut Nogarsyah Moede Gayo bahwa “tujuan

akhlak adalah hendak menciptakan manusia agar menjadi makhluk yang

tinggi dan sempurna serta membedakannya dari makhluk-makhluk yang

lain.”17 Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan akhlak

adalah untuk memberikan pedoman atau penerang bagi manusia dalam

mengetahui perbuatan yang baik atau buruk. Terhadap perbuatan yang

baik ia berusaha melakukannya, dan terhadap perbuatan yang buruk ia

berusaha untuk menghindarinya.

Menurut Ahmad Mustofa menyatakan orang yang berakhlak

karena ketakwaan kepada Tuhan semata-mata, maka dapat menghasilkan

kebahagiaan, antara lain:

1. Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat

2. Akan disenangi orang dalam pergaulan

3. Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan

sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan

4. Orang yang bertaqwa dan berakhlak mendapatkan pertolongan dan

kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan

yang baik

5. Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dan segala

penderitaan dan kesukaran.18

Sedangkan menurut Barmawi Umari disebutkan bahwa:

_____________

17Nogarsyah Moede Gayo. Kamus Istilah Agama Islam. (Jakarta: Progres, 2004), hlm. 39

18Ahmad Mustofa. Akhlak Tasawuf. (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 26

Page 43: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

301

1. Ilmu akhlak, dapat mengetahui batas antara yang baik dengan yang

buruk dan dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, yaitu

menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya.

2. Berakhlak, dapat memperoleh isyad, taufiq dan hidayah yang dengan

demikian maka Isnya Allah kita akan berbahagia di dunia dan di

akhirat.19

Menurut Ahmad Amin manfaat mempelajari ilmu akhlak itu

adalah sangat penting dan mendasar diantara urgensinya bahwa:

1. Dapat menyinari orang dalam memecahkan kesulitan-kesulitan rutin

yang dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari yang berkaitan dengan

perilaku.

2. Dapat menjelaskan kepada orang untuk memelih perbuatan yang baik

dan lebih bermanfaat.

3. Dapat membendung dan mencegah kita secara kontinyu untuk tidak

terperangkap kepada keinginan-keinginan nafsu, bahkan

mengarahkannya kepada hal yang yang positif dengan menguatkan

unsur iradah.

4. Mengerti perbuatan baik akan menolong untuk menuju dan

menghadapi perbuatan itu dengan penuh minat dan kemauan.

5. Orang yang mengkaji ilmu akhlak akan tepat dalam memvonis

perilaku orang banyak dan tidak akan mengekor dan mengikuti

sesuatu tanpa pertimbangan yang matang lebih dahulu.20

Menurut Abuddin Nata bahwa “manfaat akhlak diantaranya

adalah:

1. Memperkuat dan Menyempurnakan Agama

2. Mempermudah Perhitungan Amal di Akhirat

3. Menghilangkan Kesulitan

4. Selamat Hidup Di Dunia dan Akhirat.21

_____________

19Ahmad Mustofa. Akhlak Tasawuf...., hlm. 31

20Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Grapindo Persada, 2004), hlm 16.

Page 44: Jurnal MUDARRISUNA

Relasi Antara…

302

Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa manfaat akhlak

adalah memberi jaminan seseorang menjadi baik dan sopan dan

membuka mata hati seseorang untuk mengetahui suatu perbuatan baik

dan buruk, selain itu juga memberikan apa manfaatnya jika berbuat baik

dan apa pula bahayanya jika berlaku jahat.

Berdasarkan hasil wawancara melalui via telepon, peneliti

menjabarkan gambaran umum sejarah Dusun Sungai Jambu. Menurut

Datuk Mu‟in selaku ketua adat dan tokoh agama bahwa Dusun Sungai

Jambu disebut sebagai dusun yang mana dulunya di tepi sungai banyak

pohon-pohon jambu. Oleh karena itu, maka disebut nama Dusun Sungai

Jambu. Kedua, wawancara dengan Muhammad Junaidi selaku Dusun

Sungai Jambu yang menyatakan bahwa jumlah penduduk Dusun Sungai

Jambu adalah dengan total KK (kartu keluarga) sebanyak 210 dan jumlah

warga sebanyak 562 orang dengan penganut Agama Islam dan penganut

Agama Budha dalam satu KK terdiri dari tujuh orang. Ketiga, pekerjaan

Masyarakat Melayu Dusun Sungai Jambu Kabupaten Kayong Utara

terdiri dari 50% sawit, 30% petani dan 10% nelayan. Dari gambaran

umum Dusun Sungai Jambu di atas, bahwa terdapat beberapa suku pada

masyarakat tersebut yaitu suku Melayu penganut Agama Islam dan Suku

Sakya penganut Agama Budha.

Bentuk kebudayaan masyarakat Melayu Dusun Sungai Jambu

memiliki kearifan lokal yang ada pada tradisi berandep di ladang yang

dilaksanakan satu tahun sekali. Berandep di ladang adalah aktivitas

masyarakat Melayu Dusun Sungai Jambu yang dilaksanakan secara

gotong royong (kerja sama) pada saat menanam (nandor padi) dan

memanen padi (mengetam padi) dengan tujuan agar mempermudahkan

pekerjaan cepat selesai. Selain itu, berandep di ladang dilaksanakan pagi

hari mulai dari jam 06:30-10:30 WIB.

Dalam pelaksanaan berandep terbentuk sebanyak 4-6 orang dan

dilaksanakan secara bergiliran. Apabila salah satu di antaranya

21Abudin Nata. Akhlak Tasawuf. (Jakarta. GrafindoPersada, 2011), hlm 173-176.

Page 45: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

303

mendapatkan giliran menanam dan memanen padi perlengkapan yang

harus disiapkan adalah penugal (alat untuk membuat lubang untuk

menanam padi), pengetam yang terbuat dari kayu dan ditempelkan silet

pada kayu yang sedikit dibuat lubang agar siletnya mudah menempel

agar mempermudah untuk mengetam (memanen padi), dan yang terakhir

membawa makanan serta minuman untuk pelaku berandep. Hal ini

dilakukan untuk menolong pelaku berandep tidak kesulitan ketika

menandor atau menanam dan memanen padi.

Berdasarkan penelitian tradisi berandep di ladang, peneliti

menemukan bahwa dari pelaksanaan tradisi berandep tersebut terdapat

perilaku yang mengarahkan pada kerja sama dan tolong-menolong

terhadap sesama yang terdapat pada mata pelajaran akidah-akhlak.

Namun di sini, peneliti hanya membahas, menganalisis dan menawarkan

bahwa tradisi berandep di ladang termasuk dalam ruang lingkup akhlak

terhadap sesama manusia. Oleh karena itu, peneliti akan mengulas dan

mengembangkan penemuan yang telah ditemukan di lapangan serta

mengaitkannya dengan mata pelajaran akidah-akhlak yang di dalam mata

pelajaran tersebut membahas materi kerja sama dan tolong-menolong. Di

bawah ini, peneliti akan memaparkan beberapa teori akhlak yang relevan

dengan hasil temuan di lapangan.

Menurut Zakiah Darajat bahwa akhlak terhadap sesama manusia

adalah suka menolong orang lain. Dalam hidup ini, setiap orang pasti

memerlukan pertolongan orang lain. Adakalanya karena sengsara dalam

hidup, penderitaan batin atau kegelisahan jiwa, dan adakalanya karena

sedih setelah mendapat berbagai musibah.22

Nasharuddin (2015:273) menegaskan, “saling membantu dan saling

tolong-menolong menjadi penting dalam mencapai masyarakat madani.

Itu sebabnya, Nabi menganjurkan kehidupan sesama Muslim itu

laksanakan kehidupan bersaudara. Dalam al-Qur‟an disebutkan, bahwa

_____________

22Rosihon Anwar. Akidah Akhlak. (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm 215

Page 46: Jurnal MUDARRISUNA

Relasi Antara…

304

kaum muslimin itu adalah bersaudara. Akhlak antar sesama, merupakan

bagian dari ketakwaan seseorang. Dalam hadis di bawah ini, ada tiga

perintah, yaitu bertakwalah kepada Allah, ikuti yang buruk itu dengan

yang baik dan berprilaku baik antarsesama manusia.

Hadis Nabi Muhammad al-Mushthafa:

“Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah saw, wahai Rasulullah saw. berilah saya washiyat (pengajaran). Kemudian Rasulullah menjawab: Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada. Lalu Abu Dzar bertanya lagi, “Tambah lagi ya Rasul.” Kemudian Rasulullah menjawab: Ikutilah kejelekan dengan kebaikan, maka kebaikan tersebut akan menghapus kejelekan. Lalu Abu Dzar berkata lagi,”Tambah lagi ya Rasul: Kemudian Rasulullah menjawab: Berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR al-Tirmiziy) Hal senada juga dinyatakan oleh Saad Riyadh menegaskan,

“Dalam hadis-hadisnya, Rasulullah saw. banyak menyeru kita untuk

tolong-menolong atau bahu membahu. Dengan demikian, akan terbentuk

masyarakat yang kokoh laksana benteng yang masing-masing

komponennya saling menguatkan, atau laksana satu tubuh yang jika salah

satu bagian sakit maka yang lain juga akan ikut merasakan.23 Rasulullah

saw. bersabda,

“Siapa saja (di antara orang-orang mukmin) yang melapangkan satu kesusahan dunia yang dialami mukmin yang lain maka Allah swt. akan melapangkan satu kesusahan darinya di hari akhirat. Siapa saja yang menutub aib (kejelekan) seorang muslim maka Allah swt. juga akan menutub aibnya, baik di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya Allah swt. akan selalu menolong seorang hamba selama ia tetap menolong saudaranya (sesama muslim).” (HR Tirmidzi) Berdasarkan teori tersebut, maka temuan dari penelitian ini bahwa

tradisi berandep di ladang relevansinya terletak pada materi kerja sama

dan tolong-menolong yang telah dituangkan dalam mata pelajaran

akidah-akhlak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini lebih menekankan

_____________

23Saad Riyadh. Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah. (Jakarta: GemaInsani, 2007) hlm. 113-114

Page 47: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

305

pada ruang lingkup akhlak terhadap sesama manusia dan sebagaimana

tercantum pada materi kerja sama dan tolong-menolong.

PENUTUP

Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan gotong

royong (kerja sama) dan tolong-menolong pada masyarakat Melayu

Dusun Sungai Jambu sangat terpelihara kelestariannya. Dengan adanya

kegiatan gotong royong (kerja sama) dan tolong-menolong

mempermudahkan pekerjaan cepat selesai.

Bila dikaji secara saksama, dalam kegiatan gotong-royong (kerja

sama) dan tolong-menolong masyarakat Melayu Dusun Sungai Jambu

terkandung nilai-nilai kebersamaan, nilai membiasakan diri untuk

bersedekah, mempererat hubungan silaturrahmi dan solodaritas sosial

yang bermanfaat bagi keselarasan hidup bermasyarakat pada masa kini.

Nilai-nilai tersebut dalam tradisi gotong-royong dan tolong-menolong

dapat disosialisasikan kepada generasi penerus khususnya generasi muda

sebagai kelompok sosial yang akan melanjutkan kehidupan masa akan

datang guna membentuk budi pekerti serta dalam menghadapi berbagai

pergeseran nilai pada era budaya global.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh Gholib Ahmad Isa. (2010) Etika Pergaulan Dari A-Z. Solo: Pustaka Arafah.

Abdul Majid. (2004). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Abdulsyani, (1994) Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara.

Abudin Nata. (2011) Akhlak Tasawuf. Jakarta. GrafindoPersada

Ahmad Al-Hasyim. (2000) Kitab Hadits Nabawiyah. Semarang: Toha Putra

Ahmad Mustofa. (1997) Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia

Andi Prastowo. (2015) Pembelajaran Konstruktivistik-Scientific Untuk Pendidikan Agama di Sekolah/Madrasah. Jakarta: RajaGrapindo.

Page 48: Jurnal MUDARRISUNA

Relasi Antara…

306

Barmawie Umarie. (1995) Materi Akhlak. Solo: Ramadhani

Kementerian Agama RI (2011). Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Edisi yang Disempurnakan), jilid II. Jakarta: Widya Cahaya

Kuswarno, Engkus. (2011) Etnografi Komunikasi: Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran.

M. Quraish Shihab. (2002) Tafsir Al Misbah. Jakarta Lentera Hati

Nasharuddin. (2015) Akhlak (Ciri Manusia Paripurna). Jakarta: Raja Grapindo Persada.

Nogarsyah Moede Gayo. (2004) Kamus Istilah Agama Islam. Jakarta: Progres.

Nurul Hidayati Rofiah. (2016) “Desain Pengembangan Pembelajaran Akidah Akhlak di Perguruan Tinggi” dalam Fenomena, Volume 8 (1): 58-59

Rosihon Anwar. (2008) Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.

Rosihon Anwar. (2010) Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Saad Riyadh. (2007) Jiwa dalam Bimbingan Rasulullah. Jakarta: GemaInsani

Salamun, dkk. (2002) Budaya Masyarakat Suku Bangsa Jawa di Kabupaten Wonosbo Provinsi Jawa Tengah. Yogyakarta: Badan Pengembangan dan Kebudayaan Pariwisata.

Wahab. (2015) Sapa and Base Communication of Sambas Society: a Case of Malay-Madurese Post-Conflict 1999-2014: of Scientific and Technology Research. Vol 4 (2) :254

Winardi. (2009) Membina Akidah dan Akhlak 3. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga. (2004) Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Grapindo Persada.

Page 49: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

307

DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.4763 PENILAIAN SIKAP SOSIAL DAN SPIRITUAL SISWA DI SDIT ISTIQOMAH LEMBANG BANDUNG BARAT

A Wandi1, Chaerul Rochman2, Nina Nurmila3

123 Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia email: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstract

The purpose of this study was to determine the assessment of affective attitudes of students in learning PAI at SDIT Istiqomah Lembang, Bandung Barat district. This is very important to be discussed and known by every educator, given that the teacher's task is not only limited to teaching, but also evaluates, and one of them is the assessment of affective attitudes related to spiritual and social attitudes. The research method used in this research is descriptive explorative. The assessment technique used is the assessment sheet between students and the instruments used are checks and rating scales with class-based sociometric techniques consisting of fourteen indicators. The conclusions of this assessment are: 1) There are four students who are in a good category and eighteen students are in a very good category, 2) There are nine indicators of affective aspects which are in the good category namely indicators 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, and there are five indicators in the excellent category, namely indicators 1, 2, 3, 5, 7.

Keywords: Attitude Assessment; Social and Spiritual Attitudes; Between Students.

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian sikap afektif siswa dalam pemebelajaran PAI di SDIT Istiqomah Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Hal ini sangat penting untuk dibahas dan diketahui oleh setiap pendidik, mengingat bahwa tugas guru tidak hanya terbatas pada pengajaran, tetapi juga mengevaluasi, dan salah satunya adalah penilaian sikap afektif terkait dengan sikap spiritual dan sosial. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Teknik penilaian yang digunakan adalah lembar penilaian antara siswa dan instrumen yang digunakan adalah cek dan skala penilaian dengan teknik sosiometrik berbasis kelas yang terdiri dari empat belas indikator. Kesimpulan dari penilaian ini adalah: 1) Ada empat siswa yang berada dalam kategori baik dan delapan belas siswa berada dalam kategori sangat baik, 2) Ada sembilan indikator aspek afektif yang berada pada kategori

Page 50: Jurnal MUDARRISUNA

Penilaian Sikap…

308

baik yaitu indikator 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan terdapat lima indikator berada pada kategori sangat baik, yaitu indikator 1, 2, 3, 5, 7.

Kata Kunci: Penilaian Sikap; Sikap Social dan Spiritual; Antar Peserta Didik.

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya

merubah tingkah laku dan sikap seorang peserta didik menuju sikap dan

tingkah laku baik melalui kegiatan komprehensif yang mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini sejalan dengan pendapat

Howard L. Kingkey yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah

mengatakan bahwa “Learning is the process by which behavior (in the broader

sensei) is originated or change througt practice or trining. Maksudnya adalah

belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan

atau dirubah melalui praktek atau latihan. Geoch merumuskan learning is

change is performance as a result of practice1. Maksudnya pembelajaran

merupakan suatu proses merubah tingkah laku peserta didik.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mencakup

kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap secara terpadu yang

disebut dengan penilaian autentik. Kompetensi sikap perlu mendapat

perhatian lebih luas karena dari dunia Pendidikan inilah tempat anak-

anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Sangat diharapkan

Pendidikan sikap mampu membentengi diri anak dari kuatnya arus

globalisasi. Dengan Pendidikan sikap ini diharapkan kecerdasan

emosiaonal anak mampu tumbuh selaras dengan kecerdasan

intelektualnya.

Supardi mendefinisikan secara sederhana penilaian autentik yang

sering disebut dengan authentic assessment. Authentic assessment adalah

satu asesmen hasil belajar yang menuntut peserta didik menunjukan

prestasi dan hasil belajar berupa kemampuan dalam kehidupan nyata

dalam bentuk kinerja atau hasil kerja. Dalam penilaian autentik sikap dan _____________

1Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 13.

Page 51: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

309

perilaku peserta didik dapat dinilai melalui observasi. Sedangkan secara

luas Supardi mendefinisikan penilaian autentik sebagai penilaian yang

dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),

proses (proces), dan keluaran (output) pembelajaran dalam rangka untuk

mengukur kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan maupun

kompetensi keterampilan menggunakan variasi instrumen atau alat tes

yang digunakan untuk penilaian.2

Secara filosofis penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap

pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan

kurikulum 2013. Penilaian autentik sebenarnya digariskan dalam standar

penilaian sebagaimana ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun

2007 tentang standar penilaian pendidikan. Dalam permendiknas tersebut

ditetapkan bahan penilaian terdiri atas: tes tulis, tes lisan, praktik, dan

kinerja, observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran dan di

luar pembelajaran serta penugasan (terstruktur dan tugas mandiri tak

terstruktur). Penilaian autentik ranah sikap merupakan proses

pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran

perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik. Gambaran

perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik perlu

diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa peserta didik

mengalami proses pembentukan sikap dengan benar.3

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muslich menyatakan

bahwa masih banyak guru yang melakukan penilaian namun tidak sesuai

dengan petunjuk penulisan dalam penilaian afektif. Seharusnya sebelum

melakukan penilaian efektif, guru harus membuat kisi-kisi penilaian serta

format penilaian dan indikator yang akan dinilai dengan jelas. Karena

kurangnya ketelitian serta kesiapan guru dalam melakukan penialaian

_____________

2Supardi, Penilaian Autentik:Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik (Konsep dan Aplikasi), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 24.

3Abdul Majid, Penilaian Autentik; Proses dan Hasil Belajar, (Bandung: RajaGrafindo Persada: 2013), hlm. 74.

Page 52: Jurnal MUDARRISUNA

Penilaian Sikap…

310

afektif, sehingga hasil yang diperolehpun tidak sesuai dengan seharusnya.

Maka disini penting bagi guru untuk mengetahui cara serta format yang

harus dipersiapkan sebelum melakukan penilaian afektif, agar hasil yang

diperoleh sesuai dengan seharusnya.4

Demikian pula menurut penelitian Endah Sri Winarni, dalam

praktek penilaian sikap pada kurikulum 2013 guru masih merasa

kesulitan untuk menerapkan secara ideal. Selain banyaknya yang harus

dinilai oleh guru pada penilaian sikap ini dengan beberapa metode yang

digunakan dirasa lebih kompleks sehingga kuran efisien.5

Kurikulum 2013 membagi penilaian meliputi sikap spiritual, sikap

sosial, pengetahuan dan keterampilan. Secara lebih umum dikategorikan

menjadi tiga domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap sosial dan

spiritual), dan psikomotor (keterampilan).6 Berdasarkan pembagian

penilaian tersebut, maka focus penelitian ini adalah mengenai penilaian

afektif yaitu penilaian sikap sosial dan spiritual. Adapun teknik penilaian

yang dipakai yaitu penilaian antarpeserta didik. Peneliti tertarik untuk

menerapkan penilaian antarpeserta didik ini di kelas, karena dengan

penilaian antarpeserta didik ini tidak hanya guru saja yang akan

mengenal sikap peserta didik dengan baik, tetapi juga peserta didik yang

melakukan penilaian. Dengan penilaian peserta didik ini, diharapkan

guru juga peserta didik lebih mengenal dan mengetahui sikap masing-

masing peserta didik, yang dengannya seorang guru akan tahu apa

tanggapan serta upaya apa yang akan dilakukan setelah mengetahui hasil

dari penilaian tersebut.

_____________

4Muhammad Muslich, “Pengembangan Model Assessment Afektif Berbasis Self Assessment dan Peer Assessment di SMA Negeri 1”, dalam Jurnal kebijakan dan pengembangan pendidikan, (2) 2, (2014), 143.

5Endah Sri Winarni, “Persepsi guru PAI dan Praktek penilaian sikap pada kurikulum 2006 dan kurikulum 2013, studi kasus di SMP Negeri Kecamatan Turi dan Sleman”, dalam MUKADDIMAH, jurnal studi islam, (2) 1, (2017), 110-111.

6Setiadi, H., “Pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013”, dalam Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 20 (2), (2016), 166-178.

Page 53: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

311

PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif yang

mendeskripsikan dan mengungkapkan pelaksanaan penilaian sikap

afektif (spiritual dan sosial). Teknik penilaian yang digunakan adalah

lembar penilaian antarpeserta didik yang merupakan teknik penilaian

dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan

pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan untuk penilaian

antarpeserta didik ini adalah dengan menggunakan cek dan skala

penilaian (rating scale) dengan teknik sosiometris berbasis kelas. Peserta

didik yang diberikan cek untuk melakukan penilaian merupakan siswa

kelas VI B SDIT Istiqomah Lembang Kabupaten Bandung Barat yang

berjumlah 22 siswa, terdiri dari 12 siswa perempuan dan 10 siswa laki-

laki. Adapun untuk waktu penilaiannya dilakukan pada Pertengahan

semester genap, yaitu pada bulan Mei 2019.

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah perumusan indikator

yang akan menjadi acuan dalam penilaian afektif antarpeserta didik.

Adapun untuk indikator yang menjadi acuan dalam penilaian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar Deskripsi Indikator

Sikap dan Pengertian Indikator

Sikap Spiritual Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu

Memberi salam ketika bertemu dengan orang lain

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut

Sikap Sosial Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan

Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki

1. Jujur

2. Disiplin Datang tepat waktu

Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/sekolah

3. Tanggungjawab Mengembalikan barang yang dipinjam

Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

4. Toleransi Menerima kesepakatan meskipun berbeda

pendapat

Page 54: Jurnal MUDARRISUNA

Penilaian Sikap…

312

Sikap dan Pengertian Indikator

Dapat memaafkan kesalahan orang lain

5. Sopan Santun

Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur

Mengucapkan terimakasih setelah menerima bantuan orang lain

6. Gotongroyong Bersedia membantu orang lain

7. Percaya diri Berani presentasi di depan kelas

Dari indikator tersebut, maka kemudian dibuat lembar penilaiannya,

adapun untuk lembar penilaiannya adalah sebagai berikut:

Tebel 2. Daftar Cek Penilaian Antarpeserta Didik

No Aspek Pengamatan Skor

4 3 2 1

1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu

2 Memberi salam ketika bertemu dengan orang lain

3 Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan/tugas

4 Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki

5 Masuk kelas tepat waktu

6 Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran

7 Mengembalikan barang yang dipinjam

8 Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

9 Memaafkan kesalahan orang lain

10 Menghormati pendapat teman

11 Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur

12 Mengucapkan terimakasih setelah menerima bantuan orang lain

13 Bersedia membantu orang lain

14 Berani presentasi di depan kelas

Dengan ketentuan sebagai berikut :

4= apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

3= apabila sering melakukan sesuatu dan kadang-kadang tidak melakukan

2= apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan

1= apabila tidak pernah melakukan

Adapun untuk petunjuk penskorannya yaitu sebagai berikut:

Tahap kedua dalam penelitian ini adalah pengembilan data, yang

selanjutnya diolah dengan menggunakan statistic deskriprif. Data yang

Page 55: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

313

diperoleh berupa skor penilaian sikap afektif peserta didik, dengan

ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria Perolehan Skor Peserta Didik

No Perolehan Skor Keterangan

1 3.33 < skor ≤ 4.00 Sangat Baik

2 2.33 < skor ≤ 3.33 Baik

3 1.33 < skor ≤ 2,33 Cukup

4 Skor ≤ 1.33 Kurang

(Sumber: Permendikbud No 81A Tahun 2013)

Dengan demikian, maka perolehan skor maksimal setiap peserta

didik adalah seribu dua ratus delapan puluh delapan (1.288). Adapun

rumus untuk menghitung persentase setiap skor adalah

%. Adapun untuk menentukan kualifikasi

persentase nilai afektif diinterpretasikan ke dalam tabel berikut ini:

Tabel 4. Kriteria Persentase Nilai Afektif

No % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00%-36.00% Tidak Baik

2 36.01%-52.00% Kurang Baik

3 52.01%-58.00% Cukup

4 58.01%-84.00% Baik

5 84.01%-100% Sangat Baik

(Sumber: Umi Narimawati, 2010:85)

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah dengan

teknik deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan data yang diperoleh

melalui penilaian antarpeserta didik tersebut, selanjutnya dideskripsikan

dan diambil kesimpulan mengenai masing-masing aspek yang dinilai.

Berdasarkan hasil pengambilan dan pengolahan data mengenai

penilaian sikap afektif peserta didik melalui penialaian antarpeserta didik,

maka dapat dijabarkan terkait dengan sikap afektif peserta didik, sebagai

berikut:

Page 56: Jurnal MUDARRISUNA

Penilaian Sikap…

314

Grafik 1. Hasil Penialaian Antarpeserta Didik

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa terdapat empat

(4) peserta didik yang berada pada kategori baik (2.33 < skor ≤ 3.33), dan

18 peserta didik berada pada kategori sangat baik (3.33 < skor ≤ 4.00).

Adapun persentasi setiap indikator berdasarkan hasil penilaian antar

peserta didik SDIT Istiqomah Lembang Kabupaten Bandung Barat, dapat

dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 2. Presentasi Setiap Indikator Hasil Penilaian Antarpeserta Didik

Berdasarkan grafik tersebut, diketahui bahwa terdapat sembilan

indikator yang berada pada kategori baik (58.01%-84.00%) yaitu indikator

4 (82.56%) indikator 6 (72.19 %), indicator 8 (83.56%), indicator 9 (81.52%),

indicator 10 (83.56%), indicator 11 (76.63%), indicator 12 (77.63%),

indicator 13 (79.57%), dan indokator 14 (68.30%), serta terdapat lima

Page 57: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

315

indikator berada pada kategori sangat baik (84.01%-100%), yaitu indikator

1 (86.96%), indikator 2 (85.46%), indikator 3 (87.64%), indikator 5 (84.24%),

dan indikator 7 (87.86%).

Indikator 1 dan 2 merupakan indikator sikap spiritual yaitu

mengenai sikap peserta didik dalam berdo’a dan memberikan salam

ketika bertemu dengan orang lain. Indikator tersebut berada pada

kategori sangat baik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sikap

spiritual peserta didik yang dibuktikan dengan berdo’a dan memberikan

salam kepada teman yang ditemuinya berada pada kategori sangat baik,

yaitu 86.96 % dan 85.46 %. Melalui penilaian antarpeserta didik ini, guru

dapat mengetahui indikator sikap afektif yang mana yang sudah baik,

sangat baik, atau masih kurang. Ramdani menyatakan bahwa education is

a conscious process done and provided for the students in order that they

implant and develop the physical and spiritual aspects optimally to

achieve the maturity. 7Dengan demikian bahwa guru harus bisa

mengembangkan aspek fisik dan spiritual secara optimal, guna

terwujudnya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan yaitu melahirkan

generasi muda yang berkualitas, tidak hanya dari segi kognitif tapi juga

dari segi efektik dan keterampilan.

Selain indikator spiritual, juga terdapat indikator social yang masih

berada pada kategori baik, yaitu berkaitan dengan aspek percaya diri.

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa 68.30% pada aspek pesercaya

diri. Hal ini berarti sebagian besar peserta didik masih kurang memiliki

sikap percaya diri. Sedangkan percaya diri merupakan suatu sikap yang

harus ditanamkan pada anak. Hal ini sejalan dengan Erik Erikson yang

menyatakan bahwa anak pada usia 3-6 tahun yang berada pada tahap

perkembangan otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu, sudah mulai

_____________

7 Ramdhani, et.al. “Building moderate attitude through character education.” Dalam makalah International Conference On Islam In Malay Word V (2015), 791-798.

Page 58: Jurnal MUDARRISUNA

Penilaian Sikap…

316

mengembangkan sikap percaya dirinya.8 Dengan demikian seharusnya

peserta didik di jenjang sekolah dasar sudah memiliki rasa percaya diri

yang tinggi, namun pada kenyataannya hal ini tidak berbanding lurus

dengan kenyataan bahwa peserta didik kelas VI sekolah dasar masih

memiliki rasa percaya diri yang rendah. Masalah kepercayaan diri pada

hakikatnya harus sangat diperhatikan karena salah satu faktor dalam

kesuksesan seseorang yaitu adanya rasa percaya diri yang tinggi.9

Mulkiyan dalam penelitiannya menyatakan bahwa salah satu cara

dalam mengatasi masalah percaya diri peserta didik adalah dengan

melalui konseling kelompok. Hal ini terbukti bahwa peserta didik yang

diberikan konseling kelompok dengan tahap-tahap konseling yang benar,

memiliki pengaruh positif yang signifikan dalam mengatasi rasa percaya

diri dalam proses belajar peserta didik. Dengan demikian koseling

kelompok bisa menjadi salah satu cara yang dapat diterapkan oleh guru

kepada peserta didik yang masih memiliki rasa percaya diri yang

rendah.10

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan

bahwa penilaian sikap social dan spiritual antarapeserta didik kelas 6B dalam

pembelajaran PAI di SDIT Istiqomah Lembang Kabupatena Bandung Barat,

hasilnya sebagai berikut:

1. Terdapat empat (4) peserta didik yang berada pada kategori baik (2.33 < skor

≤ 3.3), dan 18 peserta didik berada pada kategori sangat baik (3.33 < skor ≤

4.00),

2. Terdapat sembilan indikator yang berada pada kategori baik (58.01%-84.00%)

yaitu indikator 4 (82.56%) indikator 6 (72.19 %), indicator 8 (83.56%),

_____________

8Adha Anggraini, “Peran Konselor Untuk Meningkatkan Perilaku Percaya Diri Pada Anak Usia Dini Kelompok A Berdasarkan Perspektif Perkembangan Psikososial Di TK Aisyiyah Busthanul Athfal (ABA) 31 WIYUNG’, dalam Jurnal BK Unesa, (4) 3, (2014), 5.

9 Mulkiyan, M., “Mengatasi Masalah Kepercayaan Diri Siswa melalui Konseling Kelompok”, dalam Jurnal Konseling dan Pendidikan, (5) 3, (2017), 136.

10 Mulkiyan, M., “Mengatasi Masalah …, 139.

Page 59: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

317

indicator 9 (81.52%), indicator 10 (83.56%), indicator 11 (76.63%), indicator 12

(77.63%), indicator 13 (79.57%), dan indokator 14 (68.30%), serta terdapat lima

indikator berada pada kategori sangat baik (84.01%-100%), yaitu indikator 1

(86.96%), indikator 2 (85.46%), indikator 3 (87.64%), indikator 5 (84.24%), dan

indikator 7 (87.86%).

Dengan demikian bahwa, penialaian antarpeserta didik sangat baik

digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui sikap afektif (spiritual dan

sosial) peserta didik. Dan dengannya guru dapat memberikan informasi kepada

orang tua setiap peserta didik terkait dengan perkembangan peserta didik, serta

dapat melakukan layanan bimbingan untuk meningkatkan sikap afektif bagi

peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, (2013) Penilaian Autentik; Proses dan Hasil Belajar, Bandung: Raja Grafindo Persada.

Alawiyah, F. (2013). Peran Guru dalam Kurikulum 2013. Jurnal Aspirasi, 4(1), 65-74.

Anggraini, A. (2014). Peran Konselor Untuk Meningkatkan Perilaku Percaya Diri Pada Anak Usia Dini Kelompok A Berdasarkan Perspektif Perkembangan Psikososial Di TK Aisyiyah Busthanul Athfal (ABA) 31 WIYUNG. Jurnal BK Unesa, 4(3).

Mulkiyan, M. (2017). Mengatasi Masalah Kepercayaan Diri Siswa melalui Konseling Kelompok. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 5(3), 136-142.

Muslich, K. M. (2014). Pengembangan Model Assessment Afektif Berbasis Self Assessment dan Peer Assessment di SMA Negeri 1. Jurnal kebijakan dan pengembangan pendidikan, 2(2).

Ramdhani, M. A., Jamaluddin, D., & Ainissyifa, H. (2015). Building moderate attitude through character education.

Setiadi, H. (2016). Pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 20(2), 166-178.

Suharyat, Y. (2009). Hubungan antara sikap, minat dan perilaku manusia. Jurnal Region, 1(3), 1-19.

Supardi, (2015) Penilaian Autentik:Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik (Konsep dan Aplikasi), Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syaiful Bahri Djamarah, (2002) Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Page 60: Jurnal MUDARRISUNA

Penilaian Sikap…

318

Umi Narimawati, (2010) Metodologi Penelitian: Dasar Penyusun Penelitian Ekonomi, Jakarta: Genesis.

Uus Ruswandi, (2010) dan Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru, Bandung: Insan Mandiri.

Winarni, E. S. (2018). Persepsi Guru PAI dan Praktek Penilaian Sikap Pada Kurikulum 2006 dan K Kurikulum 2013 S tudi Kasus di SMSMP Negeri Kecamatan Turi dan Sleman. Mukaddimah: Jurnal Studi Islam, 2(1), 95-114.

Zainal Arifin, (2014) Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Page 61: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

319

DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.4782

KONSEP PENDIDIKAN PROFETIK (MELACAK VISI KENABIAN DALAM PENDIDIKAN)

Arifuddin

Institut Agama Islam Negeri Palopo, Indonesia email: [email protected]

Abstract

Prophetic education is an educational model inspired by the educational model exemplified by Muhammad. The learning model practiced by the Prophet aims to form productive human beings and can contribute to the birth of scientific life that does not stop at the level of mere knowledge but can also be realized in daily life. Prophet Muhammad SAW. always make good as the main agenda and mission in each person's actions. He also became a human model that always rejected all forms of munkar and became evidence of the moral highness of the Prophet Muhammad. Therefore, his actions are often imaged as the Qur'an. Prophetic education is Islamic education based on values of humanization, liberation, and transcendence. These three pillars should be the central theme of Islamic education. First, calling on the righteous (ta`muruna bi al-ma'ruf). This can be understood as the spirit of fighting for humanitarian values. Second, preventing all forms of disobedience (wa tanhauna „an al-munkar). This point can be understood as an effort to liberate from all forms of oppression (liberation). Third, believe in Allah (wa tu‟minuna billah) which means the idea of transcendence. A concept of faith that removes all forms of worship of God besides Allah SWT.

Keywords: Education; Prophetic; Prophetic Vision

Abstrak

Pendidikan profetik adalah suatu model pendidikan yang terinspirasi dari model pendidikan yang dicontohkan oleh Muhammad saw. Model pembelajaran yang praktikkan Rasulullah bertujuan membentuk manusia yang produktif dan dapat berkontribusi terhadap lahirnya perabadan keilmuan yang tidak berhenti pada level pengetahuan tetapi dapat diwujudkan dalam kehidupan keseharian. Nabi saw senantiasa menjadikan kebaikan sebagai agenda dan misi utama dalam setiap tindakan seseorang. Beliau juga menjadi model manusia yang senantiasa menampik segala bentuk kemungkaran. Menjadi bukti ketinggian akhlak Nabi Muhammad saw. oleh karena itu, tindakan-tindakan beliau seringkali

Page 62: Jurnal MUDARRISUNA

Konsep Pendidikan…

320

dicitrakan sebagai al-Qur‟an. Pendidikan profetik adalah pendidikan Islam yang berbasis pada nilai-nilai humanisasi, liberasi, dan transendensi. Ketiga pilar tersebut seharusnya menjadi tema sentral pendidikan Islam. Pertama, menyeru kepada yang makruf (ta`muruna bi al-ma‟ruf). Hal tersebut dapat dipahami sebagai semangat memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan (humanisasi). Kedua, mencegah segala bentuk kemungkaran (wa tanhauna „an al-munkar). Poin ini dapat dipahami sebagai upaya pembebasan dari segala bentuk penindasan (liberasi). Ketiga, beriman kepada Allah (wa tu‟minuna billah) yang berarti gagasan transendensi. Sebuah konsep keimanan yang menyingkirkan segala bentuk penyembahan tuhan selain Allah swt.

Kata Kunci: Pendidikan, Profetik, Visi Kenabian

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sistem yang mampu membantu dalam

mengembangkan segala potensi yang dimiliki manusia. Sehingga

pendidikan memiliki konstribusi yang sangat urgen dalam kehidupan

manusia. Segala potensi dan bakat dapat di tumbuh kembangkan,

sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi diri pribadi maupun untuk

kepentingan orang banyak. Selain itu pendidikan merupakan investasi

sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai yang

strategis bagi keberlangsungan peradaban manusia. Oleh sebab itu,

hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu

yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan

negara. Demikian halnya dengan Indonesia yang menempatkan

pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama.

Fenomena sistem pendidikan di Indonesia hingga hari ini

mengalami dikotomi ilmu yaitu ilmu agama dan ilmu umum yang

menjadi persoalan sampai hari ini dan belum menemukan jalan

keluarnya. Dikotomi ini tidak muncul begitu saja melaikan melalui proses

panjang, sehingga menghasilkan berbagai produk berpikir dan lembaga

pendidikan yang turut bertanggung jawab terhadap dikotomisasi

tersebut. Hal tersebut sebagaimana disinyalir oleh Haidar, bahwa

dikotomi ilmu yang merupakan pemisahan antara agama dan sains

melahirkan efek munculnya asumsi dari sebagian masyarakat seakan-

Page 63: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

321

akan terjadi perang dingin atau pertentangan antara agama dengan ilmu

pengetahuan.1

Idealnya, sistem pendidikan harusnya bersifat sempurna dan

bersifat universal. Muliwan menegaskan bahwa ajaran Islam memuat

semua sistem ilmu pengetahuan. Tidak ada dikotomi dalam sistem

keilmuan Islam.2 Nabi Muhammad sebagai peletak dasar ajaran Islam,

membawa obor kebenaran kapada segenap umat manusia. Rasulullah

sebagaimana dikutip Alfiah, merupakan seorang pendidik (guru). Hal

tersebut sebagaimana direkam dalam sabdanya yang menyebutkan

“Sesungguhnya Allah yang mengutusku sebagai seorang mu‟allim dan pemberi

kemudahan”. Rasulullah saw telah mendidik para sahabat dan generasi

muslim dengan sungguh-sungguh, sehingga mereka memiliki

kesempurnaan akhlak, kesucian jiwa dan karakter yang bersih.3

Dengan demikain, pendidikan profetik adalah suatu model

pendidikan yang terinspirasi dari model pendidikan yang dicontohkan

oleh Muhammad saw. Sebagai salah satu pola pendidikan, model

pembelajaran yang praktikkan Rasulullah bertujuan membentuk manusia

yang produktif dan dapat berkontribusi terhadap lahirnya perabadan

keilmuan. Perdaban ilmu yang tidak berhenti pada level pengetahuan

tetapi dapat diwujudkan dalam kehidupan keseharian. Model pendidikan

tersebut pada gilirannya mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang

saleh. Dengan kata lain, pendidikan yang mencerminkan perilaku

kenabian, dalam hal ini adalah nabi Muhammad saw.

Pendidikan tidak hanya berhenti pada pencapaian ijazah namun

hampa nilai spiritual (iman). Pendidikan seharusnya mampu

mensinergikan antara dimensi pengetahuan dan dimensi keimanan

_____________

1Hidar Putra Daulay. (2009). Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Reneka Cipta, 6.

2Jasa Ungguh Muliwan. (2005). Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1.

3Alfiah. (2010). Hadis Tarbawiy: Pendidikan Islam Tinjauan Hadis Nabi. Pekanbaru: Al Mujtahadah Press, 83.

Page 64: Jurnal MUDARRISUNA

Konsep Pendidikan…

322

sehingg mewujudkan perilaku yang berekadaban (ihsan). Oleh karena itu,

penelitian ini menguraikan konsep pendidikan profetik.

Cikal bakal lahirnnya pendidikan profetik di latar belakangi oleh

keprihatinan berbagai pihak melihat kondisi pendidikan Indonesia yang

semakin lama semakin kehilangan identitasnya. Selain itu, pendidikan

profetik juga merupakan respon terhadap sistem pendidikan yang belum

mampu berkontribusi bagi perbaikan negara-negara muslim.4

Khoiron Rosyadi sebagai salah satu tokoh penggagas pendidikan

profetik menilai bahwa pendidikan Islam adalah suatu ikhtiar untuk

menanamkan nilai-nilai Islam yang tidak terlepas dari landasan organik

(Al-Quran dan Sunnah) dan bertujuan untuk melahirkan manusia

bertakwa.5

Krisis relevansi dalam pendidikan Islam disebabkan karena adanya

paradigma dikotomi epistemologik antara ilmu agama dan ilmu umum,

antara ilmu modern Barat dan ilmu tradisional Islam.6 Berbeda dengan

analisis sebagaian cendikiawan yang menilai bahwa ajaran Islam memuat

semua sistem ilmu pengetahuan.7

Sejatinya, pendidikan harus kembali pada missi profetik. Misi

profetik yang dimaksud adalah pendidikan yang manusiawi. Dalam

terminologi Islam sering disebut sebagai insan kamil (manusia seutuhnya),

syumul (universal dan komprehensif), dan manusia takwa (nilai spiritual).8

Pendidikan profetik sejatinya merupakan proses untuk memanusiakan

_____________

4Moh. Shofan. (2004). Pendidikan Berparadigma Profetik. Yogyakarta: Penerbit IRCiSoD, 12.

5Khoiron Rosyadi. (2004). Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 303.

6Moh. Shofan. (2004). Pendidikan Berparadigma Profetik, 12.

7Endang Saifuddin Anshari. (1991). Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan Umatnya. Jakarta: Rajawali Press, 120-125.

8Khoiron Rosyadi. (2004). Pendidikan Profetik. 306.

Page 65: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

323

manusia. Dalam konteks ini, terdapat dua agenda penting pendidikan

profetik, yakni proses pemanusiaan dan proses kemanusiaan.9

Proses pemanusiaan adalah sebuah agenda pendidikan untuk

menjadikan manusia lebih bernilai secara kemanusiaan, membentuk

manusia menjadi insan sejati, memiliki dan menjunjung tinggi tata nilai

etik dan moral, memiliki semangat spiritualitas. Sedangkan proses

kemunisaan adalah sebuah agenda pendidikan untuk mengangkat

martabat manusia melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,

serta keterampilan profesional yang dapat mengangkat harkat dan

martabatnya sebagai manusia.10

Melalui pendidikan profetik yang mendesain lingkungan dengan

rancang bangun tradisi profetik yang secara terus menerus

mengembangkan peserta didik di dalamnya untuk selalu meningkat nilai

transendensi sekaligus sebagai bagian penting dari komunitas sosial.11

Oleh karena itu, pendidikan profetik mengarahkan manusia untuk

senantiasa memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi untuk

memperkuat pondasi kemanusiaan (humanisasi) dan menghapuskan

sebaga bentuk ketidakadilan (liberasi).

PEMBAHASAN

1. Strategi dan Model Pendidikan Profetik

Nabi saw senantiasa menjadikan kebaikan sebagai agenda dan misi

utama dalam setiap tindakan seseorang. Beliau juga menjadi model

manusia yang senantiasa menampik segala bentuk kemungkaran. Hal

tersebut menjadi bukti ketinggian akhlak Nabi Muhammad saw. oleh

_____________

9Zainuddin Syarif. (2014). Pendidikan Profetik dalam Membentuk Bangsa Religius. Jurnal Tadris, No. 1 Vol. (9), 4.

10Sudarwan Danim. (2006). Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 4.

11Moh. Roqib. (2016). Filsafat Pendidikan Profetik: Pendidikan Islam Integratif dalam Perspektif Kenabian Muhmmad. Purwokerto: An-Najah Press, 182.

Page 66: Jurnal MUDARRISUNA

Konsep Pendidikan…

324

karena itu, tindakan-tindakan beliau seringkali dicitrakan sebagai al-

Qur‟an.12

Di era modern, Rasulullah tetap menjadi model ideal sebagai

pendidik. James E. Royster mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad

saw tidak hanya menjadi model bagi abad ke 7 M, tetapi juga merupakan

imaginary educator pada masa sekarang.13 Metode yang diterapkan oleh

Nabi Muhammad dalam konteks pendidikan Islam merupakan wujud

konkret dari pesan-pesan al-Quran.14 Pertama, metode hikmah yang

bersifat dialogis. Sebagaimana dalam QS al-Nahl/16: 125.

Terjemahnya:

“Ajaklah manusia kepada jalan Allah dengan cara-cara yang bijak dan pelajaran yang baik serta berdialoglah dengan sikap yang baik. Sesungguhnya Allah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.15

Kedua, metode demonstrasi sebagaimana dicontohkan dalam QS al-

Maidah/5: 27-31.

_____________

12Fu‟ad Asy Syalhub. (2006). Guruku Muhammad SAW. Jakarta: Gema Insani, 11.

13Alfiah. (2010). Hadis Tarbawiy: Pendidikan Islam Tinjauan Hadis Nabi. Pekanbaru: Al Mujtahadah Press, 90.

14Abdurrahman al-Nahlawi. (1995). Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah, Wa Asalibuha fi al-Bait wa al-Madrasah wa al-Mujtama. diterjemahkan oleh Shihabuddin dengan judul Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Cet.I; Jakarta: Gema Insani Press, 204-289. Lihat Juga Chaeruddin B. (2009). Metodologi Pengajaran Agama Islam Luar Sekolah. Cet. I; Yogyakarta: Lanarka Publisher, 34-65. Lihat juga Muhammad Syafi‟i Antonio (Nio Gwan Chung). (2008). Muhammad SAW The Super Leader Super Manager. Jakarta: Tazkia Multimedia & ProLM Centre, 198-199.

15Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing, 559.

Page 67: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

325

Terjemahnya:

“Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak terima. Dia (Qabil) berkata “Sesungguhnya aku pasti membunuhmu”. Dia (Habil) berkata “Sesungguhnya Allah hanya menerima amal orang yang bertakawa”. “Sesungghnya jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam”. “Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka, dan itulah balasan bagi orang-orang zalim”. Nafsu (Qabil) mendoorongnya untuk membunuh saudaranya kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi. Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung

Page 68: Jurnal MUDARRISUNA

Konsep Pendidikan…

326

gagak ini sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku?” maka, termasuklah ia menjadi orang menyesal.” 16 Ketiga, metode pembiasaan sebagaimana dalam QS al-Baqarah/2:

219 dan al-Maidah/5 : 90 dan QS al-Nisa/4 : 43

Terjemahnya: “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka menanyakan kepadamu yang harus mereka infakkan. Katakanlah: "Kelebiha dari apa yang diperlukan."Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkannya.” (QS al-Baqarah/2: 219)17

Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, berkurban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.” (QS al-Maidah/5 : 90)18

_____________

16Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing, 221.

17Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing, 65.

18Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing, 243.

Page 69: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

327

Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah mendekati shalat, ketika dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang engkau ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) dalam keadaan junub, terkecuali sekedar melewati saja, sebelum mandi. Dan jika sakit, sedang dalam perjalanan, sehabis buang air, telah menyentuh perempuan, sedang tidak mendapat air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.” (QS al-Nisa/4 : 43)19

Keempat, metode perumpamaan sebagaimana dalam QS al-

Baqarah/2: 261

Terjemahnya:

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas, Maha Mengetahui.”20

Kelima, metode eksperimentasi sebagaimana dalam QS al-Rum/30:

50

_____________

19Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing, 167.

20Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing, 85.

Page 70: Jurnal MUDARRISUNA

Konsep Pendidikan…

328

Terjemahnya: “Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati (kering). Sesungguhnya demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”21

Keenam, metode keteladanan sebagaiamana dalam QS al-Shaf/61: 2-

3

Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Amat besar kebencian Allah jika mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”22

Selain metode tersebut, beberapa metode pendidikan yang

dipraktekkan pada zaman Rasulullah saw di antaranya berupa tanya

jawab, khususnya yang berkaitan dengan persoalan keimanan. Selain itu,

metode demonstrasi seringkali digunakan ketika berkaitan dengan

persoalan ibadah, seperti salat, haji, dan selainnya. Demikian juga dengan

penggunaan kisah umat terdahulu, para pengikut setia dan penentang

dakwah para rasul serta ganjaran yang diperolehnya. Sebagaimana dalam

kisah Qarun, Musa, dan selainnya. Metode ini digunakan khususnya

ketika berbicara persoalan etika.23 Selain metode pedidikan, sifat dan

sikap seorang guru mendapat perhatian dalam Islam agara misi profetik

pendidikan dapat tercapai. Di antara karakter positif yang harus dipenuhi

oleh para pendidik dalam pendidikan profetik adalah keikhlasan,

_____________

21Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing, 815.

22Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing, 1099.

23Muhammad Yunus. (1990). Sejarah Pendidikan Islam. Cet.VI: Jakarta: Hidakarya Agung, 25-29.

Page 71: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

329

kejujuran, welk the talk, adil dan egaliter, rendah hati, berani, serta sabar

dan menahan amarah.24

Model pendidikan profetik yang dicontohkan Nabi Muhammad

saw tidak bergantung pada sarana dan prasarana tertentu. Tempat

pendidikan Islam yang pertama dalam sejarah pendidikan Islam adalah

rumah Arqam Bin Abi al-Arqam. Di tempat inilah, Nabi Muhammad saw

menanamkan dasar-dasar pendidikan Islam kepada sahabatnya. Di

tempat ini pula Nabi saw membacakan ayat-ayat al-Qur‟an kepada para

pengikutnya, menerima tamu dan orang-orang yang hendak mengenal

ajaran agama Islam serta menanyakan hal-hal yang menyangkut ajaran

agama Islam.25 Selain rumah Arqam Bin Abi al-Arqam, pendidikan Islam

dilaksanakan di rumah Nabi saw sendiri, tempat para sahabat berkumpul

untuk belajar dan memahami ajaran agama Islam.26 Selain itu, pada awal

perkembangan Islam, selain tempat beribadah, umat Islam telah

memberdayakan masjid sebagai lembaga pendidikan keagamaan. Melalui

masjid, para sahabat mendalami prinsip-prinsip ajaran Islam, hukum-

hukum agama dan sebagainya. Masjid pertama yang didirikan Rasulullah

saw adalah masjid Quba‟ yang terletak di luar kota Madinah. Di masjid

inilah, Nabi saw memberikan pelajaran kepada para sahabatnya mengenai

persoalan keagamaan dan keduniaan.27 Dalam catatan salah seorang

orientalis kenamaan Jerman, Goldziher menyebutkan bahwa sebelum

kedatangan Islam, sarana pendidikan berupa kuttab (lembaga pendidikan

anak) sudah ada di negeri Arab. Dalam artikel yang ditulis dalam

Ensiklopedi Agama dan Akhlak, ia menegaskan bahwa kuttab (lembaga

pendidikan anak) pada perkembangan berikutnya diadopsi sebagai

_____________

24Muhammad Syafi‟i Antonio (Nio Gwan Chung). (2008). Muhammad SAW the Super Leader Super Manager, 187-191.

25Muhammad Yunus. (1990). Sejarah Pendidikan Islam, 6.

26Mohd. Athiyah „Al-Abrasyi. Al-Tarbiyah al-Islamiyah. diterjemahkan oleh H. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry, L.I.S. (1970). Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Cet I; Jakarta: Bulan Bintang, 62.

27Muhammad Yunus. (1990). Sejarah Pendidikan Islam, 14.

Page 72: Jurnal MUDARRISUNA

Konsep Pendidikan…

330

sarana pendidikan Islam, termasuk pengajaran al-Qur‟an dan prinsip-

prinsip dasar agama Islam.28

2. Misi Profetik Pendidikan Islam

Secara etimologis, pendidikan berasal dari kata “didik” dengan

awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti perbuatan. Istilah

pendidikan, berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagie” yang berarti

bimbingan yang diberikan kepada seorang anak. Dalam bahasa Inggris,

istilah pendidikan diterjemahkan dengan “education” yang memiliki

makna pengembangan atau bimbingan. Sedangkan dalam bahasa Arab,

istilah pendidikan sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti

pendidikan.29

M. Ngalim Purwanto mengajukan pengertian pendidikan yaitu

segala bentuk usaha dan perlakuan seseorang terhadap anak-anak untuk

mengarahkan perkembangan jasmani dan rohaninya menuju kedewasaan.

Dengan ungkapan lain, pendidikan ialah bimbingan yang diberikan

dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam

pertumbuhan (jasmani dan rohani) agar berguna bagi masyarakat.30 Oleh

karena itu, pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang

diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar

menjadi dewasa.31

Ramayulis mengutip pendapat Ali Akhalil menyebutkan bahwa

pendidikan Islam adalah ikhtiar untuk menjadikan peserta didik menjadi

hamba Allah yang saleh, menjadi pribadi muslim dan mukmin, yang

_____________

28Ahmad Syalabi. Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyah. alih Bahasa Muchtar Jahya dan M. Sanusi Latif. (1973). Sejarah Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 39.

29Ramayulis. (2015). Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Filsofis Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 111.

30M. Ngalim Purwanto. (2011). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 10.

31Ramayulis. (2015). Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Filsofis Sistem Pendidikan Islam, 111.

Page 73: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

331

hanya mengharapkan keridaan Allah.32 Menurut Abu Ahmadi,

pendidikan agama Islam merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan

untuk mengembangkan fitrah keberagamaan siswa agar lebih mampu

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.33

Abuddin Nata menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah

membina manusia agar menjadi khalifah Allah di muka bumi. Akan

tetapi, implementasi tujuan pendidikan tersebut harus disesuaikan

dengan situasi dan kondisi suatu masyarakat.34

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa

hakikat pendidikan Islam adalah proses dari upaya ihktiar manusia yang

menyentuh wujud manusia seutuhnya, baik segi jasmani maupun dari

segi rohaninya.35 Sedangkan term profetik diserap dari bahasa Inggris

prophet (nabi) atau prophetic yang berarti kenabian atau berkenaan dengan

nabi.36 Dalam hal ini, kenabian mengandung makna segala ihwal yang

berhubungan dengan seorang yang telah memperoleh potensi kenabian.37

Jika istilah profetik dihubungkan dengan term النبوية dalam bahasa Arab,

dapat dipahami bahwa Rasul saw adalah referensi otentik segala sesuatu.

Hal tersebut berarti bahwa Nabi Muhammad saw merupakan panutan,

baik dalam perkataan, perbuatan, atau persetujuannya.38 Dengan

demikian, makna profetik mengandung arti seseorang memiliki

kualifikasi, sifat atau ciri seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.

_____________

32 Ramayulis. (2015). Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Filsofis Sistem Pendidikan Islam, 120.

33Abu Ahmadi. (1992). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka, 9.

34Ibrahim. (1998). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 89.

35Ramayulis. (2015). Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Filsofis Sistem Pendidikan Islam, 121.

36M. Dagum. (2006). Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 897.

37Hamdani Bakran Adz-Dzakiey. (2007). Prophetic Psychology: Psikologi Kenabian, Menghidupkan Potensi dan Kepribadian Kenabian dalam Diri. Yogyakarta: Pustaka al-Furqan, 44.

38Muhammad Nur Abdul Hafizh Suawid. (2009). Prophetic Parenting. Yogyakarta: Pro-U Media, 42.

Page 74: Jurnal MUDARRISUNA

Konsep Pendidikan…

332

Pendidikan profetik merupakan pendidikan yang orientasi peserta

didiknya dipersiapkan sebagai individu sekaligus komunitas. Oleh karena

itu, standar keberhasilan pendidikan diukur berdasarkan capaian yang

terinternalisasi dalam individu dan teraktualisasi secara sosial.39

Target utama pendidikan profetik adalah pencapaian tujuan dan

cita-cita tertinggi pendidikan Islam yaitu melahirkan manusia-manusia

yang memiliki keteguhan iman dan pengetahuan yang dalam sebagai ciri

insan kamil.40

Misi ajaran Islam yang sesungguhnya adalah misi pendidikan

profetik itu sendiri, yaitu terwujudnya manusia yang paripurna (insan

kamil) sehat jasmani, rohani dan akal, serta berakhlak mulia. Selain itu

manusia paripurna juga memiliki pengetahuan dan keterampilan hidup

(life skill) yang memungkinkannya untuk memanfaatkan berbagai

peluang yang Allah ciptakan di muka bumi ini, serta dapat mengelolanya

demi kemaslahatan hidupnya secara pribadi dan untuk kemaslahatan

bersama secara umum.41

Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh sistem

pendidikan. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam

rangka memajukan kehidupan dari generasi ke generasi selanjutnya. Hal

ini dapat dipahami karena pendidikan berfungsi sebagai transfer of

knowlege dan transfer of culture pada dari genereasi ke generasi. Sejalan

dengan fenomena tersebut, pendidikan menjadi tumpuan bahkan

tuntutan kemajuan masyarakat dalam lintasan zaman.42

Dalam proses pendidikan termasuk pendidikan Islam, faktor

determinan adalah faktor pendidik dan peserta didik. Pendidik di zaman

_____________

39Moh. Roqib. (2016). Filsafat Pendidikan Profetik: Pendidikan Islam Integratif dalam Perspektif Kenabian Muhmmad. Purwokerto: An-Najah Press, 88.

40Zakiyah Daradjat, dkk. (1992). Ilmu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 29.

41Ramayulis. (2015). Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Filsofis Sistem Pendidikan Islam, 121-122.

42Nur Uhbiyati. (1999). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia, 9.

Page 75: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

333

Rasulullah saw adalah Nabi sendiri. Nabi mengemban misi utama sebagai

pendidik, sebagaimana disebutkan dalam firmanNya QS Ali Imran/3: 164

Terjemahnya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”43

Al Qur‟an juga menegaskan kepada umat Islam untuk senantiasa

meneladani Rasulullah saw, sebagaimana disebutkan dalam QS al-

„Araf/7:158.

Terjemahnya:

Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".44

_____________

43Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing, 139.

44Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing, 337.

Page 76: Jurnal MUDARRISUNA

Konsep Pendidikan…

334

Al-Qur‟an menunjukkan bahwa Rasulullah menjadi model atau

contoh dalam pelaksanaan ajaran Islam, termasuk di dalamnya

pendidikan yang dilaksanakan oleh Rasul saw. Dalam hal ini, Rasulullah

dibimbing atau didik langsung oleh Allah swt agar dapat melaksanakan

tugasnya dengan sempurna. Sejarah mencatat bahwa sebelum

Muhammad saw memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu memberikan

pendidikan kepada umatnya, terlebih dahulu Allah mendidik dan

mempersiapkannya untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna

melalui pengalaman, pengenalan serta perannya dalam kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.45 Dasar pendidikan Profetik itu

terangkum dalam QS Ali Imran/3: 110.

Terjemahnya:

Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.46

Terdapat tiga unsur dalam ayat tersebut yang perlu diuraikan.

Pertama, menyeru kepada yang makruf (ta`muruna bi al-ma‟ruf). Hal

tersebut dapat dipahami sebagai semangat memperjuangkan nilai-nilai

kemanusiaan (humanisasi). Kedua, mencegah segala bentuk kemungkaran

(wa tanhauna „an al-munkar). Poin ini dapat dipahami sebagai upaya

pembebasan dari segala bentuk penindasan (liberasi). Ketiga, beriman

kepada Allah (wa tu‟minuna billah) yang berarti gagasan transendensi.

_____________

45Zuhairini, et al. (1986). Sejarah Pendidikan Islam. Ditjen Binbaga Islam Depag RI, 18.

46Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing, 125.

Page 77: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

335

Sebuah konsep keimanan yang menyingkirkan segala bentuk

penyembahan tuhan selain Allah swt.47

Sejatinya, ketiga pilar tersebut seharusnya menjadi tema sentral

pendidikan Islam. Pendidikan Islam harus memuat unsur humanisasi,

liberasi dan transendensi. Oleh karena itu, tiga pilar tersebut harus

berjalan seirama dalam pendidikan Islam. Tanpa transendensi,

pendidikan Islam tidak akan terealisasi. Demikian halnya dengan

humanisasi, karena Islam adalah ikatan manusia dengan Allah sekaligus

ikatan dengan sesama makhluk.48 Dengan konsep liberasi pendidikan,

manusia akan terbebas dari segala bentuk penindasan yang menyebabkan

manusia kehilangan modal utama sebagai khalifatullah fi al-Ardh (manusia

sebagai wakil Tuhan di alam jagad raya). Sebaliknya, ketiganya tidak

dapat dipisahkan satu sama lain karena merupakan satu kesatuan. Oleh

karena itu, pendidikan profetik adalah pendidikan Islam yang berbasis

pada nilai-nilai transendensi, humanisasi dan liberasi plus transendensi.

Pendidikan yang bercorak transenden sering kali tidak cukup, terlebih

lagi dalam realitas pendidikan modern yang seringkali meminggirkan

nilai-nilai humanisasi dan liberasi pendidikan.

PENUTUP

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpuilkan bahwa Pendidikan

profetik adalah suatu model pendidikan yang terinspirasi dari model

pendidikan yang dicontohkan oleh Muhammad saw. Model pembelajaran

yang praktikkan Rasulullah bertujuan membentuk manusia yang

produktif dan dapat berkontribusi terhadap lahirnya perabadan keilmuan

_____________

47Dalam konteks ilmu sosial, konsep profetik juga diperkenalkan oleh Kuntowijoyo. Ia menyebutkan bahwa gagasan ilmu sosial profetik meliputi humanisasi, liberasi dan transendensi. Kuntowijoyo. (2001). Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Trasendental. Bandung: Mizan, 106-107.

48Moh. Roqib. (2016). Filsafat Pendidikan Profetik: Pendidikan Islam Integratif dalam Perspektif Kenabian Muhammad, 35-36.

Page 78: Jurnal MUDARRISUNA

Konsep Pendidikan…

336

yang tidak berhenti pada level pengetahuan tetapi dapat diwujudkan

dalam kehidupan keseharian.

Nabi saw senantiasa menjadikan kebaikan sebagai agenda dan misi

utama dalam setiap tindakan seseorang. Beliau juga menjadi model

manusia yang senantiasa menampik segala bentuk kemungkaran. Menjadi

bukti ketinggian akhlak Nabi Muhammad saw. oleh karena itu, tindakan-

tindakan beliau seringkali dicitrakan sebagai al-Qur‟an.

Pendidikan profetik adalah pendidikan Islam yang berbasis pada

nilai-nilai humanisasi, liberasi, dan transendensi. Ketiga pilar tersebut

seharusnya menjadi tema sentral pendidikan Islam. Pertama, menyeru

kepada yang makruf (ta`muruna bi al-ma‟ruf). Hal tersebut dapat dipahami

sebagai semangat memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan (humanisasi).

Kedua, mencegah segala bentuk kemungkaran (wa tanhauna „an al-munkar).

Poin ini dapat dipahami sebagai upaya pembebasan dari segala bentuk

penindasan (liberasi). Ketiga, beriman kepada Allah (wa tu‟minuna billah)

yang berarti gagasan transendensi. Sebuah konsep keimanan yang

menyingkirkan segala bentuk penyembahan tuhan selain Allah swt.

DAFTAR PUSTAKA

A. Gani, H. Bustami dan Djohar Bahry, L.I.S. (1970). Dassar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang.

Ahmadi, Abu. (1992). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka.

Alfiah. (2010). Hadis Tarbawiy: Pendidikan Islam Tinjauan Hadis Nabi. Pekanbaru: Al Mujtahadah Press.

Asy Syalhub, Fu‟ad. (2006). Guruku Muhammad SAW. Jakarta: Gema Insani.

Bakran Adz-Dzakiey, Hamdani. (2007). Prophetic Psychology: Psikologi Kenabian, Menghidupkan Potensi dan Kepribadian Kenabian dalam Diri. Yogyakarta: Pustaka al-Furqan.

Chaeruddin. B. (2009). Metodologi Pengajaran Agama Islam Luar Sekolah. Cet. I; Yogyakarta: Lanarka Publisher.

Dagum, M. (2006). Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara.

Page 79: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

337

Danim, Sudarwan. (2006). Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daradjat, Zakiyah, dkk. (1992). Ilmu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. (2010). Syaamil Al Qur‟an; Miracle the Reference. Bandung: Sigma Publishing.

Ibrahim. (1998). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Jahya, Muchtar dan M. Sanusi Latif. (1973). Sejarah Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang.

Kuntowijoyo. (2001). Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Trasendental. Bandung: Mizan.

Nur Abdul Hafizh Suawid, Muhammad. (2009). Prophetic Parenting. terj. Yogyakarta: Pro-U Media.

Purwanto, M. Ngalim. (2011). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Putra Daulay, Hidar. (2009). Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Reneka Cipta.

Ramayulis. (2015). Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Filsofis Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Roqib, Moh. (2016). Filsafat Pendidikan Profetik: Pendidikan Islam Integratif dalam Perspektif Kenabian Muhmmad. Purwokerto: An-Najah Press.

Rosyadi, Khoiron. (2004). Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saifuddin Anshari, Endang. (1991). Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan Umatnya. Jakarta: Rajawali Press.

Shihabuddin. (1995). Pendidikan Islam Di Rumah, sekolah dan Masyarakat. Cet.I, Jakarta: Gema Insani Press.

Shofan, Moh. (2004). Pendidikan Berparadigma Profetik. Yogyakarta: IRCiSoD.

Syafi‟i Antonio (Nio Gwan Chung), Muhammad. (2008). Muhammad SAW the Super Leader Super Manager. Jakarta: Tazkia Multimedia & ProLM Centre.

Syarif, Z. (2014). Pendidikan Profetik dalam Membentuk Bangsa Religius. TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam, 9(1), 1-16.

Uhbiyati, Nur. (1999). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Ungguh Muliwan, Jasa. (2005). Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 80: Jurnal MUDARRISUNA

Konsep Pendidikan…

338

Yunus, Muhammad. (1990). Sejarah Pendidikan Islam. Cet.VI; Jakarta: Hidakarya Agung.

Zuhairini, et al. (1986). Sejarah Pendidikan Islam. Ditjen Binbaga Islam Depag RI.

Page 81: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

339

DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.4785 KELAYAKAN MEDIA PEMBELAJARAN FOCUSKY TERINTEGRASI NILAI AGAMA UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN

Irma Yunita1, Retno Triwoelandari2, Muhammad Fahri3

123Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia email: [email protected], [email protected],

[email protected]

Abstract

The purpose of this study was to determine the feasibility of integrated focusky learning media of religious value to develop the discipline character of elementary school students. The method used in this research is research and development or Research and Development (R & D) which consists of three stages, namely: 1) preliminary study, 2) model development, 3) model testing. This learning media is assessed by three experts. The expert consists of material, language and media experts. Data collection techniques use media questionnaires, lattice instruments for student assessment of products, character achievement instruments. Analysis of data using SPSS 20 for Windows using paired samples t-test and t test independent samples t-test. The sample used is grade 5 elementary school students. Results obtained by material experts with a percentage of feasibility of 84% with very valid categories, linguists with a feasibility percentage of 77% with valid categories, media expert assessment results of 93% with very valid categories and learning media are valued by students as support. The average results of differences in pretest and posttest in the experimental class get a value of 7.56250 and the control class gets the average difference in pretest and posttest of 4.35714. This shows that focusky media integrated religious values are worthy of being used in the learning process and can develop the character of student discipline.

Keywords: Focusky Learning Media; Discipline; Character.

Abstrak

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran focusky terintegrasi nilai agama dapat mengembangkan karakter disiplin siswa sekolah dasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Reasearch and Development (R&D) yang terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1) study pendahuluan, 2) pengembangan model, 3) uji model. Media pembelajaran ini dinilai oleh tiga ahli. Ahli tersebut terdiri dari ahli materi, bahasa dan

Page 82: Jurnal MUDARRISUNA

Kelayakan Media…

340

media. Teknik pengumpulan data menggunakan angket media, kisi-kisi intrumen penilaian siswa tehadap produk, instrumen pencapaian karakter. Analisis data menggunakan SPSS 20 for windows dengan menggunakan uji t paired samples t-test dan uji t independent samples t-test. Sampel yang digunakan adalah siswa siswi sekolah dasar kelas 5. Hasil yang diperoleh ahli materi dengan presentase kelayakan sebesar 84% dengan kategori sangat valid, ahli bahasa dengan presentase kelayakan sebesar 77% dengan kategori valid, hasil penilaian ahli media sebesar 93% dengan katagori sangat valid dan media pembelajaran dinilai oleh siswa sebagai penunjang. Hasil rata-rata perbedaan pretest dan posttest pada kelas ekperimen mendapatkan nilai sebesar 7,56250 dan kelas kontrol mendapatkan hasil rata-rata perbedaan pretest dan posttest sebesar 4,35714. Hal ini menunjukkan bahwa media focusky terintegrasi nilai agama layak digunakan dalam proses pembelajaran dan dapat mengembangkan karakter disiplin siswa.

Kata Kunci: Media Pembelajaran Focusky; Karakter; Disiplin.

PENDAHULUAN

Media pelajaran merupakan alat bantu dengan berbagai bentuknya,

baik berupa alat-alat elektronik, gambar, alat peraga, buku ataupun yang

lainnya, yang kesemuanya digunakan untuk membantu menyalurkan isi

pelajaran pada peserta didik . Adapun pendapat lain bahwa media

merupakan alat bantu yang digunakan guru dengan desain yang

disesuaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Berdasarkan pemapamaran di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran merupakan sebuah alat bantu yang

digunakan oleh seorang pendidik untuk mempermudah peserta didik

dalam menerima materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai

dengan baik. Manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran

yaitu: 1) Media pembelajaran dapat memperjelas menyajian pesan dan

informasi, 2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan

perhatian anak sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, interaksi

yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya, 3) Media

pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu, 4)

media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada

siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka.

Alat bantu yang akan digunakan sebagai media pembelajaran

merupakan alat bantu yang memanfaatkan aplikasi komputer. Media ini

Page 83: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

341

dipilih karena masih rendahnya penggunaan media pembelajaran pada

saat proses pembelajaran sehingga materi yang disampaikan oleh

pendidik kurang diterima oleh peserta didik. Selain itu, media ini

merupakan media yang memanfaatkan ilmu teknologi yang

dikembangkan sesuai dengan zaman yang sudah berkembang. Ilmu

pengetahuan dan teknologi sangatlah berpengaruh besar terdahap dunia

pendidikan. Teknologi pendidikan merupakan disiplin ilmu terapan,

artinya teknologi ini berkembang karena adanya kebutuhan, yaitu

kebutuhan untuk pembelajaran yang lebih efektif, lebih banyak, lebih

luas, lebih cepat dan lebih produktif. Teknologi dapat dimanfaatkan

untuk mengatasi masalah belajar dalam dunia pendidikan.

Aplikasi yang akan dikembangkan oleh peneliti berupa aplikasi

focusky. Aplikasi ini merupan sebuah aplikasi dengan menggunakan efek

zoom (memperbesar dan memperkecil) dan efek path (pergeseran)

sehingga termasuk ke dalam media pembelajaran interaktif. Aplikasi ini

dapat mengkombinasikan antara audio, visual, teks, animasi dan lain

sebagainya yang dapat digabungkan menjadi sebuah vidio, sehingga

tampilan media akan menarik untuk dilihat.

Aplikasi focusky ini dapat digunakan pada berbagai macam mata

pelajaran, pendidik tinggal memilih mata pelajaran apa yang akan

dimasukan dalam aplikasi tersebut. Dalam penelitian ini, mata pelajaran

yang digunakan oleh peneliti yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) yang diintegrasikan oleh nilai agama. Integrasi adalah sebuah

pendekatan atau proses yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan

untuk menciptakan generasi madani yang memiliki pengetahuan multi

disiplin. Integrasi juga dapat didefinisikan sebagai gabungan antara dua

atau lebih ilmu menjadi satu kesatuan yang saling memperkuat.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

seluruh alam semesta dan fenomena-fenomena alam. IPA tidak terlepas

dari nilai agama, sebab segala sesuatu yang berkaitan dengan alam

semesta ini sudah tercatat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan di dalam

Page 84: Jurnal MUDARRISUNA

Kelayakan Media…

342

ayat-ayat Al-Qur’an bahwa manusia diperintahkan untuk senantiasa

memikirkan segala kejadian yang ada di alam untuk memperteguh

keyakinan agamanya, tercata dalam surah (Al-Anbiya, 21:30) IPA dalam

hal ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari agama. IPA

mengajarkan kepada manusia tentang bagaimana mengelola alam dengan

baik untuk kebutuhan hidup. Sedangkan agama mengajarkan tentang

nilai ketakwaan manusia terhadap Allah SWT serta nilai kebaikan

terhadap sesamanya.

Pentingnya integrasi nilai agama dalam pembelajaran IPA menjadi

satu kerangka dalam merumuskan tujuan pendidikan karena

pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah yang terintegrasi dengan nilai-nilai

spiritual. Pendidik dapat merancang media pembelajaran dengan

memasukan materi pembelajaran IPA yang dipadukan dengan nilai

agama yang dapat menambah wawasan siswa mengenai nilai agama serta

dapat menambahkan nilai karakter pada media tersebut.

Karakter yang akan dikembangkan yaitu karakter disiplin sisiwa.

Karakter disiplin merupakan suatu nilai atau sifat yang tertanam dalam

diri seseorang yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang

menunjukkan nilai ketertiban, kesetiaan, kepatuhan, dan ketaatan

terhadap segala bentuk peraturan dan ketentuan yang sudah diatur secara

sistematis serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menyisipkan nilai karakter pada media pembelajaran maka

dapat menumbuhkan nilai karakter siswa yang mungkin di zaman

sekarang nilai karakter sudah hampir menurun. Maka berdasarkan

pemaparan di atas dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan sebuah

media pembelajaran focusky pada mata pelajaran IPA yang terintegrasi

dengan nilai agama untuk mengembangkan karakter disiplin siswa

sekolah dasar.

Page 85: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

343

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan

media pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti, jika media

pembelajaran telah layak maka media pembelajaran bisa diuji cobakan

pada tahap berikutnya. Manfaat dari penelitian ini adalah mengaktifkan

siswa agar lebih tertarik dengan pembelajaran IPA dengan menggunakan

media pembelajaran focusky dan mengubah pandangan siswa yang

menganggap bahwa pembelajaran IPA membosankan merubah menjadi

pembelajaran yang menyenangkan.

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian dan

pengembangan atau Reasearch and Development (R&D). Penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu dan mengkaji keefektifan produk tersebut.

Ruang lingkup dalam penelitian ini ialah siswa siswi sekolah dasar (SD)

yang bertempat di SDN Pondok Rumput, objek yang digunakan dalam

penelitian adalah siswa-siswi kelas 5 SD dengan menggunakan dua kelas

yang dibedakan menjadi kelas ekperimen dan kelas kontrol.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS 20 for

windows dengan menggunakan uji t paired samples t-test dan uji t

independent samples t-test. Jenis instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu: 1) angket media yang harus diisi oleh para ahli, 2)

kisi-kisi intrumen penilaian siswa tehadap produk, 3) instrumen penilaian

indikator pencapaian karakter. Angket yang digunakan dinilai oleh tiga

ahli yaitu: ahli materi, bahasa dan ahli media. Selain penilaian ketiga ahli,

siswa-siswi kelas 5 memberikan penilaian untuk menunjang media

pembelajaran focusky terintegrasi nilai agama untuk mengembangkan

karakter disiplin.

PEMBAHASAN

Pengembangan penelitian ini menggunakan model Borg and Gall

(1983) yang kemudia di modifikasi oleh Nana Syaodih dan kawan-kawan

terdiri atas tiga tahap, yaitu: study pendahuluan, pengembangan model

Page 86: Jurnal MUDARRISUNA

Kelayakan Media…

344

dan uji model.1 Angket validasi yang digunakan oleh peneliti untuk

mengetahui kelayakan produk yaitu menggunakan skala likert dengan

rumus sebagai berikut:

Skala Likert

𝑃𝑘= 𝑥 100%

Keterangan:

Pk = Nilai katagori skala layak

S = Jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah nilai yang ideal

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui kelayakan media

pembelajaran focusky terintegrasi nilai agama, peneliti memberikan

produknya kepada validator untuk dinilai sebelum diuji cobakan. Para

ahli yang dipilih untuk menilai produk yaitu dosen Fakultas Agama

Islam. Kriteria kelayakan media pembelajaran ini berupa kevalidan untuk

merevisi media pembelajaran, kriteria ini digunakan oleh peneliti sebagai

pedoman untuk melihat tingkat kevalidan media pembelajaran. Adapun

tabel kriteria interpretasi skor kevalidan media pembelajaran sebagai

berikut2:

Tabel 1. Kriteria Interpretasi Skor kevalidan Media Pembelajaran Presentasi (%) Tingkat Kevalidan Kriteria Kelayakan

81-100 Sangat Valid Tidak Revisi

61-80 Valid Tidak Revisi

41-60 Cukup Valid Perlu Revisi

21-40 Kurang Valid Revisi

0-20 Tidak Valid Revisi Total

Berdasarkan kualifikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa jika hasil

presentasi menunjukkan angka 61-100% media pembelajaran focusky

_____________

1 Sukmadinata dan Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 184-189.

2 Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2012), 14.

Page 87: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

345

terintegrasi nilai agama dapat dikatakan valid dan dapat digunakan

kepada tahap berikutnya.

Dalam ini, Peneliti menggunakan tiga ahli yaitu ahli materi, ahli

bahasa dan ahli media. Ketiga ahli digunakan untuk menilai media

pembelajaran layak atau tidak sebelum digunakan dalam proses

pembelajaran di sekolah. Adapun hasil validasi dari ketiga ahli yaitu:

1. Ahli Materi

Dalam penilaian ini yang menjadi ahli materi yaitu Ibu Dr. Hj

Maemunah Sa’diah, M.Ag. Beliau adalah dosen studi Pendidikan Agama

Islam Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khladun Bogor. Pengambilan

data validasi ahli materi menggunakan angket ahli materi. Angket ahli

materi berisi kelayakan isi dan aspek kelayakan penyajian. Hasil yang

diperoleh ahli materi dengan presentase kelayakan sebesar 84% dengan

kategori sangat valid. Adapun hasil revisi dari ahli materi sebagai berikut:

Pada path ke-10 akan lebih baik jika ditambahkan keterangan air

bersuci.

Gambar 1. Pembahasan Keterangan Air Bersuci Sebelum dan Sesudah Revisi

Pada Gambar 1 pembahasan yang disajikan merupakan

pembahasan mengenai air bersuci sebelum dan sesudah direvisi.

Validator memberika masukan yaitu penambahan materi air bersuci

(mandi, istinja, wudhu) agar memperkuat nilai agama dalam media yang

dikembangkan. Hasil revisi merupakan masukan dari ahli materi yang

kemudian peneliti tambahkan dalam media pembelajaran.

Page 88: Jurnal MUDARRISUNA

Kelayakan Media…

346

2. Ahli Bahasa

Dalam penelitian ini yang menjadi ahli bahasa yaitu Ibu Salati

Asmahasanah, M.Pd. Beliau adalah dosen studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khladun

Bogor. Angket ahli materi berisi kelayakan isi dan aspek kelayakan

penyajian. Hasil yang diperoleh ahli bahasa dengan presentase kelayakan

sebesar 77% dengan kategori valid. Adapun hasil revisi dari ahli bahasa

sebagai berikut:

Pada path ke-20 akan lebih baik jika ada penambahan contoh

gambar konkrit

Gambar 2. Pembahasan Akibat Pasokan Air Berkurang Sebelum dan Sesudah Direvisi

Pada Gambar 2 pembahasan yang disajikan merupakan

pembahasan mengenai akibat pasokan air berkurang sebelum dan

sesudah direvisi, validator memberikan masukan yaitu penambahan

gambar konkrit agar lebih memperjelas materi dan mempermudah siswa

dalam memahami materi pembelajaran. Hasil revisi merupakan masukan

dari ahli materi yang kemudian peneliti tambahkan dalam media

pembelajaran.

3. Ahli Media

Dalam penelitian yang menjadi ahli media yaitu Irfan Supriatna,

M.Pd. Beliau adalah dosen studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khladun Bogor. Angket ahli materi

berisi kelayakan isi dan aspek kelayakan penyajian. Hasil yang diperoleh

Page 89: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

347

ahli media sebesar 93% dengan katagori sangat valid. Adapun Saran revisi

ahli media dalam pengembangan media pembelajaran focusky terintegrasi

nilai agama adalah penambahan durasi pada setiap path agar

mempermudah siswa dalam membaca dan memahami materi

pembelajaran yang ditayangkan dalam video pembelajaran.

Setelah melalui penialai para ahli, peneliti melakukan uji coba

produk, uji coba dilakukan pada uji validasi yaitu di SDN Pondok

Rumput pada siswa kelas 5 dengan menggunakan kelas eksperimen yang

memiliki siswa sebanyak 32 dan kontrol yang memiliki siswa sebanyak 28

siswa. pada uji ini terdapat perbedaan perlakuan antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol. kelas eksperimen pada saat kegiatan posttest

menggunakan media pembelajaran focusky pada saat pembelajaran

berlangsung. Berbeda dengan kelas eksperimen, kelas kontrol tidak

menggunakan media pembelajaran pada saat posttest berlangsung.

Dengan membedakan perlakuan dalam kelas eksperimen dan kontrol,

peneliti dapat membandingkan perbedaan antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Sebelum peneliti menghitung hasil paired samples t-test pada

kelas eksperimen dan kontrol, peneliti melakukan uji normalitas dan

homogenitas, uji ini dilakukan untuk mengetahui data yang digunakan

berdistribusi normal atau tidak dengan taraf ɑ sebesar 0,05. Jika hasil uji

normalitas dan homogenitas berdistribusi normal, maka peneliti bisa

melakukan tahap berikutnya yaitu uji paired samples t-test dengan

menggunakan SPSS 20 for windows. Adapun hasil yang diperoleh dari uji

paired samples t-test dengan menggunakan SPSS 20 for windows sebagai

berikut:

Page 90: Jurnal MUDARRISUNA

Kelayakan Media…

348

Tabel 2. Paired Samples T-Test Karakter Disiplin Kelas Eksperimen

Berdasarkan Tabel 2 paired samples t- test di atas bahwa rata-rata

perbedaan hasil pretest dan posttest adalah sebesar -7,56250 tanda minus (-)

menandakan bahwa hasil posttest lebih besar dibandingkan hasil pretest.

Artinya ada peningkatan hasil sesudah menggunakan media

pembelajaran focusky terintegrasi nilai agama dengan rata-rata 7,56250.

Hasil perhitungan nilai “t” adalah sebesar -17,859 dengan p-value

0,000 sing (2 tailed), dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya

perbedaan yang signifikan antara hasil rata-rata pretest dengan posttest.

Dengan demikian penggunaan media pembelajaran focusky terintegrasi

nilai agama dapat meningkatkan karakter disiplin siswa.

Tabel 3. Paired Samples T-Test Karakter Disiplin Kelas Kontrol

Paired Samples Test

Paired Differences T Df Sig.

(2-

tailed) Mean Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

NilaiPretest

-

NilaiPosttest

-

7,56250 2,39539 ,42345

-

8,42613

-

6,69887

-

17,859 31 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences T Df Sig.

(2-

tailed) Mean Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

NilaiPretest

NilaiPosttest

-

4,35714 3,02109 ,57093

-

5,52860

-

3,18569

-

7,632 27 ,000

Page 91: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

349

Berdasarkan Tabel 3 paired sample t- test di atas bahwa rata-rata

perbedaan hasil pretest dan posttest adalah sebesar -4,35714 tanda minus (-)

menandakan bahwa hasil posttest lebih besar dibandingkan hasil pretest.

Artinya ada peningkatan hasil sesudah menggunakan media

pembelajaran focusky terintegrasi nilai agama dengan rata-rata 4,35714.

Hasil perhitungan nilai “t” adalah sebesar -7,632 dengan p-value

0,000 sing (2 tailed), dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya

perbedaan yang signifikan antara hasil rata-rata pretest dengan posttest.

Dengan demikian penggunaan media pembelajaran focusky terintegrasi

nilai agama dapat meningkatkan karakter disiplin siswa.

Tabel 4. Independent Samples T-Test Karakter Disiplin Kelas Ekperimen dan Kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4 independent sample t-test

kelas eksperimen dengan menggabungkan data pretest dan posttes

diperoleh nilai mean difference Equal variances assumed sebesar 3,65625.

Hasil sig (2-tailed) equal variances assumed sebesar 0,000 dan Hasil sig (2-

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality

of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig.

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Posttest

Equal

variances

assumed

4,521 ,038 3,758 58 ,000 3,65625 ,97299 1,70861 5,60389

Equal

variances

not

assumed

3,692 50,347 ,001 3,65625 ,99022 1,66767 5,64483

Page 92: Jurnal MUDARRISUNA

Kelayakan Media…

350

tailed) equal variances not assumed 0,001. Maka Ha diterima dan Ho ditolak,

terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan hasil posttest.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh media pembelajaran focusky

terintegrasi nilai agama pada mata pelajaran IPA untuk meningkatkan

karakter disiplin siswa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti mengenai kelayakan

media pembelajaran focusky terintegrasi nilai agama, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Media pembelajaran focusky terintegrasi nilai agama telah memenuhi

kriteria kelayakan media dengan memperoleh hasil dari ahli materi

sebesar 84% ahli bahasa sebesar 77% dan ahli media sebesar 93%.

Setelah dinilai oleh para ahli, media pembelajaran focusky melewati

beberapa revisi untuk menyempurnakan media tersebut. Sehingga

dapat dikatakan bahwa media pembelajaran layak digunakan pada saat

proses pembelajaran berdasarkan hasil yang telah didapatkan.

2. Dengan penggunaan media pembelajaran focusky pada saat proses

pembelajaran berlangsung dapat meningkatkan karakter disiplin siswa.

Hal tersebut dapat dinyatakan dari hasil rata-rata yang didapatkan

pada saat uji coba validasi pada kelas eksperimen dengan hasil rata-

rata sebesar 7,56250 dan kelas kontrol dengan niali rata-rata sebesar

4,35714 dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa media pembelajaran

focusky terintegrasi nilai agama dapat mengembangkan karakter

disiplin siswa.

Dari hasil penelitian yang dilakuakan, peneliti berpendapat bahwa

dengan adanya media pembelajaran dapat berdampak positif terhadap proses

pembelajaran karena media pembelajaran dapat mempermudah peserta didik

dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan

menambah pemahaman siswa mengenai nilai agama yang ada dalam media

tersebut. Media pembelajaran juga dapat membantu pendidik dalam proses

Page 93: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

351

pembelejaran agar lebih efektif dan efesien, serta dapat menarik perhatian siswa

dan selain itu dapat mengembangkan karakter disiplin siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad, (2017) “Media Pembelajaran”, Jakarta: Raja Grapindo Persada,

Faizatul Muslimah, (2018) “Pengaruh Pembelajaran IPA Terintegrasi nilai-nilai islam dalam Mengembangkan Karakter Religius Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar”, (Artikel AcoMT, online).

MM Maswan dan Khoirul Muslimin, (2017) “Teknologi Pendidikan”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Musfiqon, HM, (2016) “Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran”, Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Muspiroh, N. (2013). Integrasi Nilai Islam dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. XXVIII No. 3 2013, 1435.

Riduwan, (2012) “Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian”, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2015) “Metode Penelitian Pendidikan”, Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih, (2013) “Metode Penelitian Pendidikan”, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Susilowati, S. (2017). Pengembangan bahan ajar IPA terintegrasi nilai Islam untuk meningkatkan sikap dan prestasi belajar IPA siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3(1), 78-88.

Ulin Nuha, (2016) “Ragam Metodologi dan Media Pembelajaran Bahasa Arab”, Yogyakarta: Diva Press.

Page 94: Jurnal MUDARRISUNA

Nilai Nasionalisme…

352

DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.4713 NILAI NASIONALISME KEBANGSAAN AKTIVIS ROHIS

Ashif Az Zafi

Institut Agama Islam Negeri Kudus, Indonesia email: [email protected]

Abstract

Having a Nationalism Value is a duty for every citizen. In other words, it is an unconditional value. At the same time, the issue of racial disunity has been grown lately. This issue is related to religion. Most compelling evidence, high school student’s Nationalism Value moreover theirs who follow spiritual organization has been descending due to the incorporation between religion and nationality. The scope of this field research is within SMA Negeri 1 Purworejo. Qualitative analysis method supported by descriptive statistical data is being used in this study. As a result, this research found that Nationalism Value can be instilled through classroom learning, recitation and activities in the spiritual program. The value of Unity and Patriotism, which constitutes for Nationalism Value, is invested through verbal and non verbal communication. For this reason, Islamic religion teacher is the most crucial agent in instilling Nationalism Values to spiritual activists. In the event that 57% of students have a high Unity Value and 68% of students have high Patriotism Value, henceforth the Nationalism's Value of spiritual activists tends to be high.

Keywords: Value; Nationalism; Rohis.

Abstrak

Nilai Nasionalisme Kebangsaan merupakan nilai mutlak yang harus dimiliki oleh setiap warga negara. Namun akhir-akhir ini marak isu yang berkaitan dengan perpecahan Bangsa. Isu tersebut berkaitan dengan agama. Salah satu isu agama dan kebangsaan adalah semakin terkikisnya Nilai Nasionalisme Kebangsaan dikalangan remaja SMA terutama yang mengikuti organisasi rohis. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Purworejo. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang didukung dengan data statistik deskriptif. Penelitian ini menemukan bahwa Nilai Nasionalisme Kebangsaan dapat ditanamkan melalui pembelajaran di kelas, pengajian dan kegiatan dalam program rohis. Nilai Kebangsaan yang tediri dari Nilai Persatuan dan Kesatuan serta Nilai Cinta Tanah Air ditanamkan melalui komunikasi verbal maupun non verbal. Agen yang paling berperan dalam

Page 95: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

353

menanamkan Nilai Nasionalisme Kebangsaan kepada aktivis rohis adalah Guru PAI. Nilai Nasionalisme Kebangsaan yang dimiliki aktivis rohis cenderung tinggi. Hal itu dibuktikan dengan 57% siswa memiliki Nilai Persatuan dan Kesatuan yang tergolong tinggi serta 68% siswa memiliki Nilai Cinta Tanah Air yang tergolong tinggi.

Kata Kunci: Nilai; Nasionalisme; Rohis.

PENDAHULUAN

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta agar pelaku penyebar

berita palsu alias hoax dan juga fitnah berbau agama harus ditindak tegas

dan keras. Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas membahas

antisipasi terkait dengan media sosial. Rapat tersebut juga menyinggung

mengenai MCA (Muslim Cyber Army). Dalam rapat itu, Jokowi meminta

aparat hukum melakukan penindakan yang tegas dan keras bagi

pengguna media sosial yang melontarkan ujaran kebencian dan fitnah.

Jokowi sadar bahwa perkembangan teknologi memberikan dampak

negatif bagi masyarakat. "Seperti yang kita lihat akhir-akhir ini, banyak

berseliweran informasi yang meresahkan, mengadu-domba, memecah-

belah,".1 Berita tersebut mengindikasikan bahwa saat ini banyak beredar

informasi yang ingin memecah belah Indonesia. Hal ini sudah disadari

oleh pmerintah.Berita yang disebar ingin melunturkan rasa persatuan dan

kesatuan, mengadu-domba satu sama lain, memecah belah Bangsa

Indonesia. Tidak sedikit berita yang mengaitkannya dengan isu-isu SARA

terutama agama.

Organisasi Islam ikut memberikan komentar mengenai isu-isu

agama yang bebau kebangsaan. Berdasarkan berita yang dirilis oleh

Kompas2 setidaknya terdapat empat organisasi Islam yang muncul.

Organisasi Islam yang memberikan komentar yaitu Nahdlatul Ulama,

Muhammadiyah, Hizbut Tahrir Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

Komentar organisasi tersebut berkaitan dengan Nilai Kebangsaan. Selain

_____________

1Detik. 2018. Berita Hoax Bisa Ancam Persatuan Dan Kesatuan Bangsa. https://news.detik.com/berita/d-3384849/mui-berita-hoax-bisa-mengancam-persatuan-dan-kesatuan-bangsa diakses pada 21 Maret 2018.

2Kompas: Agustus 2017 sampai Januari 2018

Page 96: Jurnal MUDARRISUNA

Nilai Nasionalisme…

354

organisasi yang berskala nasional, terdapat organisasi dilingkup

persekolahan yang dianggap berkaitan dengan isu-isu keagamaan dan

kebangsaan. Organisasi tersebut adalah Rohani Islam (Rohis) di sekolah.

Rohis di sekolah dapat memunculkan benih radikalisme di

kalangan remaja. Pada tahun 2011, beberapa alumni dan aktivis rohis dari

sebuah SMKN di Kabupaten Klaten Jawa Tengah ditangkap atas dugaan

melakukan aksi terorisme di kabupaten tersebut.3 Penelitian oleh

MAARIF Institute menyimpulkan bahwa bibit gerakan radikalisme dapat

tumbuh subur di sekolah karena pihak sekolah cenderung bersikap

terbuka terhadap pihak-pihak luar. Pihak luar yang dimaksud pada

umumnya adalah alumni dari sekolah tersebut yang telah berafiliasi

dengan organisasi berpaham radikal. Selanjutnya, para alumni tersebut

mencoba menginternalisasi ideologi radikal melalui kegiatan mentoring,

liqo, dan atau halaqoh.4 Berdasarkan penelitian pada tahun 2013 yang

dilakukan oleh ACDP Indonesia (Education Sector Analytical and Capacity

Development Partnership) di beberapa wilayah Indonesia, Pendidikan

Agama Islam di sekolah menengah menanamkan benih paham radikal.

Benih paham radikal ini masuk secara langsung melalui partisipasi dalam

organisasi masa yang berpaham radikal di masyarakat dan secara tidak

langsung penggiatnya melakukan intervensi kegiatan ekstrakurikuler

terutama rohis.5

Terdapat juga penelitian serius mengenai rohis yang berkaitan

dengan dakwah Islam modern. Studi mengenai rohis pada tahun 2011

dilakukan oleh Farid Wajidi, Hairus Salim HS dkk dan Najib Kailani.

Penelitian Farid Wajidi menjelaskan bahwa fenomena rohis berkaitan erat

dengan gerakan Islam pada masa Orde Baru dan Reformasi. Wajidi _____________

3Hayadin. Tragedi Kecolongan Rohis: Keterlibatan Alumni Rohis SMKN Anggrek pada Aksi Radikalisme. Jurnal Al-Qalam, (2013), hlm. 231-240

4Gaus, A. Pemetaan Problem Radikalisme di SMU Negeri di 4 Daerah. (Jakarta: MA’ARIF, 2013), hlm. 174-191

5Soegondo, Sari. Kementerian Agama Kukuhkan Visi dan Kembangkan Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan Islamdi Indonesia. (ACDP dan Kementerian Agama, 2016), hlm. 2

Page 97: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

355

menjelaskan bahwa gerakan Islam kampus yang mencapai

kematangannya pada masa Orde Baru meyebabkan gerakan ini

mengembangkannya pada dunia politik dan sekolah-sekolah. Wajidi

mengatakan bahwa dominasi gerakan keislaman rohis di sekolah

mendiskriminasi ekspresi kebebasan yang lain sehingga memicu

intoleransi di kalangan remaja.6 Berbeda dengan temuan Wajidi,

penelitian Hairus Salim, Najib Kailani dan Nikmal Azekiyah di

Yogyakarta menunjukkan bahwa meskipun terdapat gejala intoleran

akibat dominasi rohis namun siswa menegosiasikan bahkan

meghadapkan identitas mereka dengan dominasi rohis. Terdapat dimensi

“agency” siswa yang mempertanyakan bahkan menolak praktik

keislaman rohis yang konservatif.7

Penelitian lain yang dilakukan oleh Najib Kailani melihat sisi lain

dari munculnya gerakan dakwah rohis. Najib Kailani menyebutkan

bahwa keberadaan rohis tidak terlepas dari munculnya Budaya Pop Barat

yang masuk ke Indonesia. Budaya Pop Barat direspon oleh gerakan

dakwah Islam sehingga terbentuklah rohis di sekolah. Hal ini disebabkan

oleh kekhawatiran terhadap Budaya Pop Barat yang akan menggerus

moral remaja muslim (moral panics).8

Hasil penelitian sebelumnya diperkuat dengan penelitian terbaru

yang dilakukan oleh beberapa lembaga. Penelitian yang dilakukan pada

tahun 2016 hingga 2017 berkaitan tentang disintegrasi Nilai Kebangsaan

dalam organisasi rohis. Penelitian dilakukan oleh Masooda Bano dkk,

Wahid Foundation dan Balitbang Kemenag Jateng. Studi Masooda Bano

dkk dilakukan di beberapa daerah Indonesia utamanya di pulau Jawa.

_____________

6Wajidi, Farid. “Kaum Muda dan Pluralisme Kewargaan” dalam Zainal Abidin Bagir dkk. Pluralisme Kewargaan: Arah Baru Politik Keragaman di Indonesia. (Jakarta: CRCS-Mizan, 2011), hlm. 89-113

7Salim, Hairus HS, Najib Kailani dan Nikmal Azekiyah. Politik Ruang Publik Sekolah: Negosiasi dan Kontestasi di SMUN Yogyakarta. (Yogyakarta: Monograf CRCS UGM, 2011), hlm. 67-83

8Najib Kailani. Kepanikan Moral dan Dakwah Islam Populer,Jurnal Analisis Vol. XI No. 1 (2011), hlm 89-107

Page 98: Jurnal MUDARRISUNA

Nilai Nasionalisme…

356

Studi ini menjelaskan ada radikalisme di Sekolah Menengah. Jalur utama

masuknya radikalisme di sekolah melalui organisasi Rohis.9 Studi tersebut

dikuatkan dengan hasil temuan dari Wahid Foundation yang melakukan

penelitian pada kalangan aktivis Rohis yang melakukan Perkemahan

Rohis Nasional di Cibubur tahun 2016. Studi ini menyimpulkan bahwa

lebih dari 20% aktivis Rohis sering dan sangat sering mendengarkan

pengajian yang bersifat radikal, 33% mengartikan jihad sebagai perang,

78% mendukung ide kekhalifahan dan relasi sosial aktivis Rohis

cenderung terbuka (70%) namun rendah dalam mengucapkan selamat

hari raya pada umat beragama lain (66%).10 Studi terbaru dilakukan

Balitbang Kemenag Jateng yang melakukan penelitian di Purworejo,

Surakarta dan Sleman. Studi ini menyimpulkan bahwa (1) Rohis setingkat

SMA merupakan organisasi yang paling berperan dalam melakukan

transmisi nilai keagamaan karena remaja usia SMA sebagai bentuk

kaderisasi untuk membentuk militansi bermuara pada orientasi politik

menguasai perlemen bahkan pemerintahan, (2) Orientasi politik angota

Rohis terkait pemilihan pemimpin diutamakan adalah laki-laki yang

beragama Islam, Rohis tidak anti demokrasi, pendukung NKRI lebih

banyak dibanding pendukung khilafah, (3) Sikap toleransi anggota Rohis

terbagi menjadi 2 tipe yaitu eksklusif dan inklusif, yang paling menonjol

adalah tipe eksklusif terhadap umat yang berbeda dengan agama yang

dipeluk anggota Rohis.11

Kenyataan mengenai rohis bertentangan dengan hakekat

Pendidikan Islam. Pendidikan Islam di sekolah pada dasarnya berusaha

untuk membina sikap dan perilaku keberagaman peserta didik itu sendiri

yang tidak hanya difokuskan pada aspek pemahaman (tentang agama) _____________

9Bano, Masooda, dkk. Study on Islamic Religious Education in Secondary Schools in Indonesia. (Jakarta: Directorate General of Islamic Education, 2016), hlm. 4

10Wahid Foundation. Potensi Radikalisme di Kalangan Aktivis Rohani Islam di Sekolah-sekolah Negeri. Jakarta, 2016.

11Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Transmisi Nilai-nilai Keagamaan Melalui Organisasi ROHIS (Orientasi Politik dan Sikap Toleransi Peserta Didik). Semarang. 2017.

Page 99: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

357

semata tetapi bagaimana usaha pendidikan agama (Islam) mampu

menanamkan perilaku khalq dan khuluqnya, dengan mengetahui ajaran

agama (knowing) kemudian mempraktekkan tentang apa yang

diketahuinya (doing), dan mampu beragama atau menjalani hidup atas

dasar ajaran dan nilai-nilai agama (being).12 Pendidikan Islam memang

merupakan suatu upaya pendidikan dan ajaran nilai-nilai Islam menjadi

way of life seseorang. Namun demikian, sebagai pandangan dan sikap

hidup, nilai-nilai tersebut akan bisa berimplikasi positif maupun negatif,

sebab penanaman konsep nilai semacam itu berpotensi mewujudkan pada

sikap integrasi atau disintegrasi, berpotensi mengarah pada sikap toleran

atau intoleran yang dapat merusak persatuan bangsa. Fenomena-

fenomena tersebut tidak menutup kemungkinan akan banyak ditentukan

setidaknya oleh pandangan teologi agama dan doktrin ajarannya; sikap

dan perilaku pemeluknya dalam memahami dan menghayati agama

tersebut; lingkungan sosio-kultur yang mengelilinginya; dan peranan dan

pengaruh pemuka agama termasuk guru agama dalam mengarahkan

pengikutnya.13

Pada dasarnya semua agama membawa misi untuk menciptakan

kedamaian dan mempererat solidaritas dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Tetapi dalam waktu bersamaan, agama juga bisa menimbulkan

konflik sosial. Karena itu, nilai Nasionalisme Kebangsaan perlu diajarkan

melalui Pendidikan Islam. Ada radikalisme di dalam beragama yang

harus dinetralisasi oleh Pendidikan Islam. Sebenarnya bukan agama yang

mengajarkan kekerasan, tetapi orang yang menerjemahkan agama itu

berpandangan radikal.14 Dalam hal ini, sebagai manusia beriman, guru

agama punya tanggungjawab untuk mewujudkan kedamaian di keluarga,

sekolah dan masyarakat.

_____________

12Muhaimin, 2009: 306

13Ismail, Faisal. Dinamika Kerukunan Antarumat Beragama. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 46

14Balitbang Agama Semarang, 2016

Page 100: Jurnal MUDARRISUNA

Nilai Nasionalisme…

358

Tujuan Pendidikan Agama dalam Peraturan Menteri Agama No. 16

Tahun 2010 mengamanatkan kepada sekolah untuk melaksanakan

Pendidikan Agama. Dalam pasal 6 dijelaskan bahwa Pendidikan Agama

bertujuan untuk mewujudkan kerukunan antar umat dalam membangun

persatuan dan kesatuan bangsa. Proses pembelajaran pendidikan agama

dapat dilakukan melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstrakurikuler.15

Salah satu kegiatan ekstrakurikuler pendidikan agama di sekolah adalah

Rohis. Maka dari itu Rohis diharapkan mampu menanamkan Nilai

Nasionalisme Kebangsaan.Secara eksplisit disebutkan dalam UUD 1945

pasal 31 ayat 3 bahwa pendidikan di Indonesia bertujuan untuk

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia. Dalam

konteks kebangsaan, hal tersebut dapat dimaknai sebagai manusia yang

memiliki wawasan dan kepribadian Pancasila, yaitu manusia yang

religius, berwatak kerakyatan, berkeadilan sosial, menjaga persatuan

tanpa melalui kekerasan.Oleh karena itu, wawasan nasionalPancasila

perlu dikembangkan dalam Rohis sehingga dapat menjadi jembatan

kepentingan agama dan kepentingan bangsa dalam konteks relasi-relasi

sosial.16

Gerakan Islam radikal yang semakin berkembang pada rohis serta

menyasar kaum muda sebenarnya bisa ditangkal dengan pemahaman

kebangsaan yang komprehensif. Pemahaman kebangsaan yang dimaksud

adalah pemahaman akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa

berlandaskan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, serta Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber hukum di

Indonesia tidak perlu dipertentangkan dengan ajaran Agama Islam karena

pencetus Pancasila mengadopsi teks ajaran Agama Islam menjadi sila-sila

_____________

15Peraturan Menteri Agama No. 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah.

16Ridwan, N. K. Pancasila dan Deradikalisasi Berbasis Agama. Jurnal Pendidikan Islam, (2012), hlm. 173-196

Page 101: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

359

Pancasila.17 Namun demikian, hal inilah yang tidak dipahami oleh

gerakan Islam radikal yang menuntut penetapan hukum Islam secara

mutlak di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara menanamkan Nilai

Nasionalisme Kebangsaan dan tingkat Nilai Nasionalisme Kebangsaan

yang telah tertanam. pada aktivis Rohis di SMA Negeri 1 Purworejo.

Pemilihan tempat penelitian karena terdapat berita yang mengabarkan

bahwa 70% siswa di Purworejo menganut paham radikal18 dan ada stigma

dari masyarakat bahwa Rohis SMA Negeri 1 Purworejo merupakan Rohis

yang berpaham radikal. Namun SMA Negeri 1 Purworejo juga

merupakan sekolah rujukan yang menerapkan Wawasan Kebangsaan.19

PEMBAHASAN

1. Rohis dan Nasionalisme Kebangsaan

Rohani Islam atau biasa disebut dengan rohis merupakan salah

satu organisasi kesiswaan yang berada di lingkungan sekolah. Rohis

merupakan organisasi yang berlandaskan konsep nilai keislaman dan

menjadi sarana memperdalam pemahaman Agama Islam para

anggotanya. Posisi rohis di sekolah dapat dikatakan sebagai wadah

keagamaan yang bersifat independen karena dikembangkan secara

mandiri oleh siswa serta pembina rohis.20 Sebagaimana organisasi

kesiswaan lainnya, rohis juga memiliki struktur organisasi, seperti ketua,

_____________

17Khamdan, M. Pengembangan Nasionalisme Keagamaan Sebagai Strategi Penanganan Potensi Radikalisme Islam Transnasional. Jurnal Addin, (2016), hlm. 207-232

18Ansori, Muhamad. Paham Radikalisme Sudah Racuni Pelajar, Pemerintah Didesak Agar Segera Turun Tangan. Sorot Purowrejo. Purowrejo, diakses 29 Mei 2017

19Padmo Sukoco, Kepala SMA N 1 Purworejo, 10 Januari 2018

20Noer, A., Tambak, S., Rahman, H. 2017. Upaya Ekstrakurikuler Kerohanian Islam (ROHIS) dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa di SMK Ibnu Taimiyah Pekanbaru. Jurnal AlThariqah, (2017), hlm. 21-38

Page 102: Jurnal MUDARRISUNA

Nilai Nasionalisme…

360

wakil ketua, bendahara, sekretaris, dan divisi-divisi yang bertugas pada

bagiannya masing-masing.21

Kegiatan Rohis bertujuan untuk mewujudkan generasi muda yang

kuat, bertakwa, sekaligus cerdas, memiliki kesamaan cara pandang, visi,

dan akidah, sehingga memiliki peribadatan yang sama, tujuan yang sama,

serta harmoni dalam gerak langkahnya menyerupai barisan yang kokoh.

Barisan ini harus pandai memadukan aspek iman dan takwa (imtak) serta

ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Kecerdasan, kemampuan

intelektual, ketekunan belajar dan berlatih, serta kedisiplinan adalah bekal

dasar agar dapat menjadi manusia yang kompetetif dalam menghadapi

masa depan di era globalisasi.22

Kerohanian Islam memiliki dua fungsi utama yaitu syakhsiyah

islamiyyah, yaitu pribadi-pribadi yang Islami. Maksudnya adalah rohis

berfungsi membina muslim teladan yang menjadi pribadi-pribadi yang

unggul, baik dalam kapasitas keilmuannya maupun keimanannya. Fungsi

lainnya adalah untuk pembentukan jama’atul muslimin. Hal ini bermakna

rohis berfungsi sebagai ’base camp’ dari siswa-siswi muslim, untuk

menjadikan pribadi maupun komunitas yang Islami. Dari sini maka tekad

untuk membumikan Islam akan mudah tercapai.23 Melalui dua fungsi

utamanya, rohis berperan penting dalam pembinaan agama Islam di

lingkungan sekolah. Fungsi rohis tersebut terdapat dalam Visi rohis di

setiap sekolah. Rohis SMA Negeri 1 Purworejo memiliki visi

yaitu“Memperkuat ukhuwwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah dengan

membumikan Islam Rahatallil’alamin”.

Visi Kerohanian Islam (Rohis) bertujuan untuk mewujudkan

barisan pelajar yang mendukung dan memelopori persaudaraan sesama

_____________

21Imania. Pengaruh Keaktifan Berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) Terhadap Kemandirian Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2012-2013. (Salatiga: Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN, 2012), hlm. 32

22Imania. Pengaruh Keaktifan..., hlm. 35

23Imania. Pengaruh Keaktifan..., hlm. 34

Page 103: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

361

dan antar umat beragama. Tujuannya agar pelajar muslim mempunyai

nilai dan mampu bersikap damai terhadap sesama.24 Berdasarkan visi

rohis SMA Negeri 1 Purworejo, terdapat nilai Nasionalisme Kebangsaan

yang ingin ditanamkan kepada aktivis Rohis. Nasionalisme mengacu

kepada kesadaran warga negara akan pentingnya persatuan bangsa dan

dalam visi rohis SMA Negeri 1 Purworejo mengedepankan ukhuwah baik

islamiyah maupun insaniyah. Para pendiri bangsa tidak menjadikan

agama sebagai sumber hukum negara karena Negara Indonesia memiliki

keragaman dalam hal agama, suku, bangsa, bahkan status sosial. Oleh

karena itu, Pancasila dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”

diputuskan sebagai dasar negara dan sumber dari segala hukum yang ada

di Indonesia. Semboyan tersebut merupakan penegasan bahwa perbedaan

yang ada di Indonesia merupakan sumber kekuatan untuk menciptakan

persatuan dan kesatuan bangsa.25

Semangat kebhinnekaan tersebut juga melandasi munculnya

wawasan kebangsaan yang tercermin dalam setiap sila dalam Pancasila.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiyarto,26 sila pertama bermakna

pentingnya keimanan dan ketakwaan diperlukan sebagai unsur

pemersatu, sila kedua bermakna pengamalan kewajiban dan hak asasi

manusia sehingga perilaku yang ditampilkan dalam kehidupan bernegara

tidak melanggar hak-hak asasi orang lain, sila ketiga dapat dikatakan

penggambaran eksplisit wawasan kebangsaan dimana interaksi semua

elemen bangsa ditujukan untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, sila

keempat bermakna kepentingan rakyat merupakan yang paling utama

yang tercermin dalam demokrasi Pancasila, dan sila kelima menunjukkan

bahwa keadilan diperuntukkan bagi seluruh masyarakat tanpa melihat

perbedaan yang ada.

_____________

24Faqih, Ketua rohis SMAN 1 Purworejo, 11 Januari 2018

25Khamdan, M. Pengembangan Nasionalisme..., hlm. 217

26Sugiyarto. Tantangan Terhadap Eksistensi Negara Bangsa Indonesia dan Pemaknaan Kembali Nasionalisme. Jurnal Humanika, (2012), hlm. 1-8

Page 104: Jurnal MUDARRISUNA

Nilai Nasionalisme…

362

Pemahaman kebangsaan yang komprehensif mutlak diperlukan

dalam menangkal gelombang radikalisme yang mulai menginfiltrasi

dunia pendidikan di Indonesia. Darraz menyatakan bahwa materi

pelajaran untuk pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan Agama

Islam belum mencerminkan karakter dan nilai kebangsaan secara

operasional.27 Inilah sebab pembentukan karakter siswa sebagai warga

negara yang baik di tengah realitas keragaman belum terwujud.

2. Nilai Nasionalisme Kebangsaan Aktivis Rohis

Menurut Richard West dan Lynn H. Turner, komunikasi adalah “A

social process in which individuals employ symbols to establish and interpret

meaning in their environment”.28 Berdasarkan pengertian tersebut bahwa

komunikasi merupakan proses sosial untuk memahami makna di

lingkungan dimana manusia tersebut tinggal. Nilai Nasionalisme

Kebangsaan dapat diketahui dengan memahami makna lingkungan

sekolah dimana aktivis rohis melakukan proses soseial. Menurut Onong

Uchjana Effendy, komunikasi mengalami beberapa tahapan yang disebut

sebagai proses komunikasi.29 Proses komunikasi terdiri dari komunikator,

pesan, media dan komunikan. Dimana komunikator menyampaikan

pesan (nilai) sesuai tujuan yang diharapkan kepada komunikan melalui

media tertentu. Pemahaman komunikan mengenai pesan dapat diketahui

berdasarkan feedback yang diberikan. Komunikasi akan menjelaskan

melalui jalur apa Nilai Nasionalisme Kebangsaan masuk, apa pesan (Nilai

Nasionalisme Kebangsaan) yang ditransmisikan kepada aktivis rohis dan

bagaimana Nilai Nasionalisme Kebangsaan yang terdapat pada

komunikan (aktivis rohis).

_____________

27Darraz, M. A. Radikalisme dan Lemahnya Peran Pendidikan Kewargaan. (Jakarta: MA’ARIF, 2013), hlm. 154-173

28West, Richad dan Lynn H. Turner. Introducing Communication Theory. (New York: McGraw-Hill, 2010), hlm. 5

29Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 11

Page 105: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

363

Gambar 1. Proses Komunikasi

Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan

dalam proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan

seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber

dalam sebuah hubungan. Komunikator tidak hanya berperan sebagai

pengirim pesan saja, namun juga memberikan respons dan menjawab

pertanyaan yang disampaikan sebagai dampak dari proses komunikasi

yang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung.30

Berdasarkan hasil temuan dan analisis menunjukkan bahwa

komunikator memegang peran sentral dalam penanaman Nilai

Nasionalisme Kebangsaan kepada komunikan (aktivis rohis).

Komunikator merupakan tokoh sentral sebagai tempat bergantung dan

tempat bertanya peserta didik. Ada beberapa komunikator proses

penanaman Nilai Nasionalisme Kebangsaan dalam organisasi rohis yaitu

Guru PAI, penceramah dan sesama siswa. Peran utama adalah Guru PAI.

SMA Negeri 1 Purworejo mempunyai tiga Guru PAI. Pertama,

Herman Suwardi berpendidikan S2 dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Beliau memiliki latar belakang ilmu al Quran yang kuat. Dalam

pembelajaran menekankan pada bacaan al Quran yang tartil dan benar.

Beliau menekankanNilai Nasionalisme Kebangsaan dalam kegiatan

Peringatan Hari Besar Islam (Maulid Nabi dan Isra’Mi’raj). Namun beliau

kurang setuju dengan pemimpin non muslim. Beliau berafiliasi dengan

organisasi Nahdlatul Ulama. Kedua, Titik Istiqomah berpendidikan S1 dari

_____________

30Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi..., hlm. 12

Komunikator Pesan Media Komunikan

Feedback

Page 106: Jurnal MUDARRISUNA

Nilai Nasionalisme…

364

IAIN Salatiga. Beliau lebih menekankan pada pembelajaran yang praktis

dan mengkontekstualisasikan dengan masalah aktual. Beliau berafiliasi

dengan organisasi Nahdlatul Ulama. Ketiga, Ahmad Faizin berpendidikan

S1 dari IAIN Walisongo Semarang. Beliau memiliki background pesantren

yang kuat. Dalam pembelajaran Beliau lebih menekankan pada

pembelajaran yang praktis sesuai dengan Kompetensi Dasar. Dalam

kegiatan diluar pembelajaran (yang masih berkaitan dengan program

keislaman sekolah) beliau lebih menkankan pada penangkalan bibit

radikalisme dan liberalisme. Beliau berafiliasi dengan organisasi

Nahdlatul Ulama.31

Penentuan penceramah kegiatan di sekolah merupakan pilihan

siswa yang dikonsultasikan dengan Pembina. Penceramah di SMA Negeri

1 Purworejo ada yang dari daerah Purworejo dan luar daerah.

Penceramah didatangkan ketika ada acara PHBI atau kegiatan seperti

MABIT dan KISS (Kajian Islam Sepulang Sekolah). Penceramah yang

sering mengisi adalah Bapak K.H. Abdul Haq yang memiliki background

pesantren Nahdlatul Ulama yang memberikan pengajuan tentang rasa

toleransi dan nasionalisme. Ada juga Kyai dari Kebumen yang memiliki

background Nahdlatul Ulama. Ada juga Kyai yang merangkap sebagai

dosen di UNSIQ Wonosobo. Ada juga kegiatan shalat jumah yang di isi

oleh khatib dari kalangan Guru PAI di SMA Negeri 1 Purworejo.32

Siswa dapat menjadi komunikator dalam mentransfer Nilai

Nasionalisme Kebangsaan. Aktivisrohis melakukan transfer nilai dengan

menggunakan media sosial dan artikel 2 bulanan. Latar belakang siswa

yang mengikuti rohis berasal dari pesantren, ormas Nahdlatul Ulama,

ormas Muhammadiyah dan ormas HTI.33 Untuk tahun 2017/2018 yang

menjadi Pengurus Harian merupakan siswa yang memiliki background

pesantren Nahdlatul Ulama.

_____________

31Herman, Guru PAI SMAN 1 Purworejo, 10 Januari 2018

32Sekar, Sekertaris rohis SMAN 1 Purworejo, 11 Januari 2018

33Faqih, Ketua rohis SMAN 1 Purworejo, 11 Januari 2018

Page 107: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

365

Pesan merupakan keseluruhan apa yang disampaikan oleh

komunikator. Pesan dapat berupa kata-kata, tulisan, gambaran atau

perantara lain. Pesan ini memiliki inti, yakni mengarah pada usaha untuk

mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Inti pesan akan selalu

mengarah pada tujuan akhir komunikasi itu.34 Pesan yang ditransfer

merupakan Nilai Nasionalisme Kebangsaan. Nilai Nasionalisme

Kebangsaan yang ditanamkan adalah persatuan dan kesatuan serta cinta

tanah air. Pesan ini ditransfer melalui proses verbal dan non verbal.35

Proses verbal dapat melalui pembelajaran dan program sekolah

sedangkan non verbal dapat berupa kegiatan.

Nilai Persatuan dan Kesatuan dilaksanakan melalui cara verbal.

Menurut Mulyana komunikasi verbal merupakan komunikasi yang

dilakukan dengan menggunakan bahasa.36 Bahasa merupakan simbol-

simbol yang memiliki arti tertentu. Komunikasi verbal dapat dilakukan

secara lisan atau tulisan. Guru PAI di SMA Negeri 1 Purworejo

menyampaiakn prinsip-prinsip Persatuan dan Kesatuan pada

penyampaian materi: (1) prasangka baik/husnuzan (kelas 10), (2) toleransi

(kelas 11), (3) makna iman kepada kitab-kitab Allah SWT (kelas 11), (4)

makna iman kepada rasul-rasul Allah SWT (kelas 11), (5) perkembangan

Islam pada masa modern (kelas 11), (6) prinsip-prinsip dan praktek

ekonomi dalam Islam (kelas 11), (6) strategi dakwah dan perkembangan

Islam di Indonesia (kelas 12), (7) perkembangan dan kemunduran Islam di

Indonesia (kelas 12). PeyampaianNilai Persatuan dan Kesatuan melalaui

program rohis meliputi materi Sirah Nabi dan sahabat, adab bergaul

dengan sesama, hubungan negara dengan Islam, kajian tentang Islam

Rahmatan Lil Alamin dan pergaulan bebas.

_____________

34Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi..., hlm. 12

35Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal. (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 22

36Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 28

Page 108: Jurnal MUDARRISUNA

Nilai Nasionalisme…

366

Nilai Persatuan dan Kesatuan dilaksanakan melalui cara non

verbal. Menurut Mulyana komunikasi non verbal merupakan komunikasi

yang tidak menggunakan kata-kata dan tulisan.37 Komunikasi dilakukan

dengan kegiatan atau gerak tubuh. Kegiatan yang dilakukan dalam

menanamkan Nilai Persatuan dan Kesatuan adalah melalui

penyembelihan hewan kurban yang dilaksanakan bersama-sama.

Pengelolaan hewan kurban dilaksanakan oleh perwakilan kelas yang

terdiri dari beberapa penganut agama. Dalam melaksanakan pengolahan

hewan kurban tidak terjadi perbedaan antara penganut agama Islam

dengan penganut agama lain. Begitupun dalam pembagian hewan

kurban. Semua penganut agama mendapatkan bagian masing-masing.

Selanjutnya ada kegiatan PIK R. Acara ini merupakan acara dari salah satu

kepengurusan OSIS yang dibina oleh Guru Bimbingan Konseling. Pada

tahun 2018, acara ini membahas mengenai pergaulan bebas dan zina.

Acara ini diikuti oleh semua siswa kelas X. Pembicara dalam acara ini

adalah Kyai, Pendeta dan Dinas Sosial.

Nilai Cinta Tanah Air dilaksanakan melalui cara verbal. Guru PAI

di SMA Negeri 1 Purworejo menyampaiakn prinsip-prinsip Cinta Tanah

Airpada penyampaian materi: (1) berprasangka baik, (2) metode dakwah

Rasul di Mekkah (kelas 10), (3) metode dakwah Rasul di Madinah (kelas

10), dan (4) berpikir kritis dan demokratis (kelas 12). Penyampaian Nilai

Cinta Tanah Air melalui program rohis meliputi materi Sirah Nabi dan

sahabat, birul walidain, hubungan negara dengan Islam, kajian tentang

wanita dalam Islam.

Nilai Cinta Tanah Air dilaksanakan melalui cara non verbal.

Kegiatan yang dilakukan dalam menanamkan Nilai Cinta Tanah Air

adalah melalui pemilihan ketua OSIS. Penentuan ketua OSIS dilaksanakan

secara demokratis dengan cara pemilihan langsung. Semua siswa berhak

mencalonkan diri (sesuai dengan peraturan). Semua siswa berhak

_____________

37Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi..., hlm. 30

Page 109: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

367

memberikan hak suaranya dalam pemilihan ketua OSIS. Namun yang

menjadi menarik bahwa ada beberapa siswa baik laki-laki ataupun

perempuan yang menganggap bahwa ketua OSIS sebaiknya laki-laki.

Namun tidak ada anggapan bahwa ketua OSIS harus bergama atau

bersuku tertentu. Selain itu, Nilai Cinta Tanah Air juga ditampilkan dalam

penentuan perwakilan kelas atau sekolah yang akan mengikuti lomba.

Semua siswa berhak untuk mengikuti seleksi dalam setiap kegiatan.

Semua siswa berhak mengembangkan dirinya dan mewakili kelas atau

sekolah.

Media digunakan sebagai penyalur pesan dalam proses

komunikasi. Pemilihan sarana/media dalam proses komunikasi

tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan.38 Media atau sarana

yang digunakan mentransfer Nilai Nasionalisme Kebangsaan adalah

program sekolah seperti PHBI, KISS, MABIT dan PIK R. Guru dan siswa

juga menggunakan video atau youtube dalam pembelajaran. Media sosial

yang digunakan seperti Facebook, Whatsapp, Instragram, Twitter. Media

sosial ini digunakan oleh rohis dalam menanamkan Nilai Nasionalisme

Kebangsaan. Selain media sosial pengurus rohis juga menggunakan

artikel setiap 2 bulan sekali yang memuat kolom nasionalisme.

Komunikan merupakan penerima pesan atau berita yang

disampaikan oleh komunikator. Komunikan bisa terdiri satu orang atau

lebih, bisa dalam bentuk kelompok. Dalam proses komunikasi,

komunikan adalah elemen penting karena dialah yang menjadi sasaran

komunikasi dan bertanggung jawab untuk dapat mengerti pesan yang

disampaikan dengan baik.39 Komunikan dapat dibagi menjadi 3 jenjang

yaitu siswa kelas X, siswa kelas XI dan siswa kelas XII.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai Nasionalisme

Kebangsaan tertanam dengan baik. Nilai Nasionalisme Kebangsaan terdiri

_____________

38Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 89

39Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi..., hlm. 13

Page 110: Jurnal MUDARRISUNA

Nilai Nasionalisme…

368

dari Nilai Persatuan dan Kesatuan serta Nilai Cinta Tanah Air. Penilitian

ini melihat Nilai Persatuan dan Kesatuan dari 20 aspek atau indikator

yaitumembangun rasa persaudaraan, solidaritas, kedamaian, dan

antikekerasan antarkelompok masyarakat dengan semangat persatuan;

menjaga dan melindungi negara dari segala bentuk ancaman, baik dari

dalam maupun luar negeri; memajukan pergaulan demi kesatuan dan

persatuan bangsa; mengakui dan menghargai keanekaragaman pada diri

bangsa Indonesia; ikut berpastisipasi dalam suatu kegiatan yang berguna

untuk memajukan bangsa dan negara; mengembangkan persatuan

Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika; memiliki rasa senasib dan

sepenanggungan diantara sesama bangsa Indonesia; ikut berpartisipasi

dalam memelihara ketertiban bangsa dan negara; mampu menempatkan

persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan

negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan

golongan; menjungjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa;

menciptakan suasana aman, damai, dan tentram dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara; menjaga kedaulatan bangsa dan negara; aktif

memberi usul, saran, dan kritik terhadap penyelenggara negara; menjaga

ketertiban masyarakat dengan mematuhi aturan yang berlaku; mampu

memperoleh prestasi pada kompetisi Internasional guna mengharumkan

nama Negara; menjaga kerukunan antar sesama warga negara Indonesia;

menciptakan suatu karya seni yang berhubungan dengan nasionalisme;

mengembangkan nilai-nilai perjuangan bangsa yang dilandasi oleh jiwa

tekad, dan semangat kebangsaan; mampu menunjukan identitas nasional

dan kepribadian bangsa Indonesia; mengembangkan sikap hormat

menghormati dan bekerja sama antar sesama bangsa Indonesia.40

Penelitian ini melihat Nilai Cinta Tanah Air dari 20 aspek atau

indikator yaitumengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa;

_____________

40Kartawinata, Ade Makmur. Persatuan dan Kesatuan Bangsa: Suatu renungan Pembentukan Indonesia Merdeka Ke Arah Kebudayaan Kebangsaan. (Bandung: Primaco Akademika, 1999) 98

Page 111: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

369

mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air

Indonesia; memperingati dan menghayati hari kemerdekaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia; mencintai dan menggunakan produk dalam

negeri; mematuhi dan mentaati peraturan negara; berinisiatif mengadakan

perubahan demi kemajuan bangsa dan negara; menyaring masuknya

budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa; menanamkan

rasa cinta tanah air sejak usia dini; mendukung tim-tim dari Indonesia

pada saat berkompetisi di kancah Internasional; bangga menjadi bangsa

Indonesia; menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar; menjaga

nama baik bangsa dan negara; belajar dengan sungguh-sungguh demi

kemajuan bangsa dan Negara; mematuhi dan menghayati nilai-nilai yang

ada pada UUD 1945 dan Pancasila; mengembangkan sikap kesetiaan

kepada bangsa dan negara; bersedia mempertahankan dan memajukan

negara; peduli terhadap segala bentuk masalah yang dihadapi dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara; ikut serta dalam upaya pembelaan

negara; sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan

negara apabila diperlukan; bertindak secara teratur, menyeluruh, terpadu,

dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air.41

Nilai Nasionalisme Kebangsaan diketahui dengan menggunakan

angket berskala likert.42 Instrument skala likert, setelah melalui uji

reliabilitas dan validitasnya, angket yang valid dan reliabel untuk sikap

karakteristik Nilai Persatuan dan Kesatuan 30 item dan untuk sikap

karakteristik Nilai Cinta Tanah Air 24 item. Skala sikap tersebut terdiri

dari lima pilihan bertingkat, masing-masing item diberi skor satu sampai

dengan lima, diberikan kepada 67 aktivis rohis SMA Negeri 1 Purworejo

dan yang memenuhi syarat analisis ada 53 siswa. Perhitungan skala sikap

Nilai Persatuan dan Kesatuan skor minimal 30, skor maksinal 150. Skala

_____________

41Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pembangunan Bangsa: Etos Nasionalisme dan Negara Kesatuan. (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 74

42Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 93

Page 112: Jurnal MUDARRISUNA

Nilai Nasionalisme…

370

sikap Nilai Cinta Tanah Air skor minimal 24, skor maksimal 120.

Perolehan masing-masing aspek tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan

dengan jumlah interval sama dalam tiap tingkat. Selanjutnya diperoleh

gambaran siswa dengan sikap Nilai Persatuan dan Kesatuan kurang,

sedang dan tinggi serta sikap Nilai Cinta Tanah Air kurang, sedang dan

tinggi. Hasil penelitian sikap Nilai Persatuan dan Kesatuan serta sikap

Nilai Cinta Tanah Air aktivis rohis dapat ditampilkan pada grafik 1 dan 2.

Grafik 1. Hasil Pengukuran Nilai Persatuan dan Kesatuan Aktivis Rohis

Nilai Cinta Tanah Air

1 Kurang

2 Sedang

3 Tinggi

Grafik 2. Hasil Pengukuran Nilai Cinta Tanah Air Aktivis Rohis

Grafik 1 tentang Nilai Persatuan dan Kesatuan menunjukkan

bahwa 8 siswa atau 15% aktivis rohis memiliki Nilai Persatuan dan

Kesatuan yang kurang, 15 siswa atau 28% aktivis rohis memiliki Nilai

Persatuan dan Kesatuan yang sedang serta 30 siswa atau 57% aktivis rohis

memiliki Nilai Persatuan dan Kesatuan yang tinggi. Grafik 2 tentang Nilai

Cinta Tanah Air menunjukkan bahwa 5 siswa atau 9% aktivis rohis

memiliki Nilai Cinta Tanah Air yang kurang, 12 siswa atau 23% aktivis

rohis memiliki Nilai Cinta Tanah Air yang sedang serta 36 siswa atau 68%

aktivis rohis memiliki Nilai Cinta Tanah Air yang tinggi. Berdasarkan data

Page 113: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

371

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Nilai Nasionalisme Kebangsaan

yang dimiliki oleh mayoritas aktivis rohis SMA Negeri 1 Purworejo

tergolong sedang bahkan tinggi.

PENUTUP

Nilai Nasionalisme Kebangsaan merupakan nilai penting yang

harus dimiliki oleh semua warga negara. Namun nilai ini semakin terkikis

karena banyak faktor. Salah satunya berkembangnya paham keagamaan

yang radikal. Paham ini masuk sekolah menengah melalui organisasi

rohis. Namun tidak semua aktivis rohis memiliki Nilai Nasionalisme

Kebangsaan yang rendah karena nilai tersebut juga dipengaruhi oleh

budaya sekolah.

Penelitian ini menemukan bahwa Nilai Nasionalisme Kebangsaan

dapat ditanamkan melalui pembelajaran di kelas, pengajian dan kegiatan

dalam program rohis. Nilai Kebangsaan yang tediri dari Nilai Persatuan

dan Kesatuan serta Nilai Cinta Tanah Air ditanamkan melalui komunikasi

verbal maupun non verbal. Agen yang paling berperan dalam

menanamkan Nilai Nasionalisme Kebangsaan kepada aktivis rohis adalah

Guru PAI. Nilai Nasionalisme Kebangsaan yang dimiliki aktivis rohis

cenderung tinggi. Hal itu dibuktikan dengan 57% siswa memiliki Nilai

Persatuan dan Kesatuan yang tergolong tinggi serta 68% siswa memiliki

Nilai Cinta Tanah Air yang tergolong ting

DAFTAR PUSTAKA

Ansori, Muhamad. 2017. Paham Radikalisme Sudah Racuni Pelajar, Pemerintah Didesak Agar Segera Turun Tangan. Sorot Purowrejo. Purowrejo.

Azra, Azyumardi, dkk. 2015. Pengayaan Muatan Nilai-nialai Budaya Damai dalam Materi Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah (Buku Panduan Bagi Guru). Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia.

Baidhawy, Zakiyudin. 2005. Pendidikan Islam Berwawasan Multikultural.Jakarta: Erlangga.

Page 114: Jurnal MUDARRISUNA

Nilai Nasionalisme…

372

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. 2017. Transmisi Nilai-nilai Keagamaan Melalui Organisasi ROHIS (Orientasi Politik dan Sikap Toleransi Peserta Didik). Semarang.

Bano, Masooda, dkk. 2016. Study on Islamic Religious Education in Secondary Schools in Indonesia. Jakarta: Directorate General of Islamic Education.

Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Centre for Research and Development of Religious Education and Education, Board of Research, Development and Training. 2012.The Strategic Role of Religious Education in The Development of Culture of Peace.Bogor: Ministry of Religious Affair.

Darraz, M. A. 2013. Radikalisme dan Lemahnya Peran Pendidikan Kewargaan. Jakarta: MA’ARIF.

Detik. 2018. Berita Hoax Bisa Ancam Persatuan Dan Kesatuan Bangsa. https://news.detik.com/berita/d-3384849/mui-berita-hoax-bisa-mengancam-persatuan-dan-kesatuan-bangsa diakses pada 21 Maret 2018.

Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gaus, A. 2013. Pemetaan Problem Radikalisme di SMU Negeri di 4 Daerah. Jakarta: MA’ARIF.

Hainun, Rusnita. 2014 “Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah: Studi Kasus Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 4 Kota Bengkulu”.Disertasi.Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Hardjana, Agus M. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Hayadin. 2013. Tragedi Kecolongan Rohis: Keterlibatan Alumni Rohis SMKN Anggrek pada Aksi Radikalisme. Jurnal Al-Qalam.

Imania. 2012. Pengaruh Keaktifan Berorganisasi Kerohanian Islam (Rohis) Terhadap Kemandirian Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2012-2013. Salatiga: Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN.

Ismmail, Faisal. 2014. Dinamika Kerukunan Antarumat Beragama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kartawinata, Ade Makmur. 1999. Persatuan dan Kesatuan Bangsa: Suatu renungan Pembentukan Indonesia Merdeka Ke Arah Kebudayaan Kebangsaan. Bandung: Primaco Akademika.

Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pembangunan Bangsa: Etos Nasionalisme dan Negara Kesatuan. Yogyakarta: Kanisius.

Page 115: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

373

Khamdan, M. 2016. Pengembangan Nasionalisme Keagamaan Sebagai Strategi Penanganan Potensi Radikalisme Islam Transnasional. Jurnal Addin.

Membangun Budaya Damai melalui Pendidikan Agama. http://blasemarang.kemenag.go.id diakses pada 19 Maret 2018.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Najib Kailani. 2011. Kepanikan Moral dan Dakwah Islam Populer,Jurnal Analisis Vol. XI No. 1.

Noer, A., Tambak, S., Rahman, H. 2017. Upaya Ekstrakurikuler Kerohanian Islam (ROHIS) dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa di SMK Ibnu Taimiyah Pekanbaru. Jurnal AlThariqah.

Peraturan Menteri Agama No. 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah.

Ridwan, N. K. 2012. Pancasila dan Deradikalisasi Berbasis Agama. Jurnal Pendidikan Islam.

Salim, Hairus HS, Najib Kailani dan Nikmal Azekiyah. 2011. Politik Ruang Publik Sekolah: Negosiasi dan Kontestasi di SMUN Yogyakarta. Yogyakarta: Monograf CRCS UGM.

Soegondo, Sari. 2016. Kementerian Agama Kukuhkan Visi dan Kembangkan Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan Islamdi Indonesia. ACDP dan Kementerian Agama.

Sugiyarto. 2012. Tantangan Terhadap Eksistensi Negara Bangsa Indonesia dan Pemaknaan Kembali Nasionalisme. Jurnal Humanika.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Wahid Foundation. 2016. Potensi Radikalisme di Kalangan Aktivis Rohani Islam di Sekolah-sekolah Negeri. Jakarta.

Wajidi, Farid. 2011. “Kaum Muda dan Pluralisme Kewargaan” dalam Zainal Abidin Bagir dkk. Pluralisme Kewargaan: Arah Baru Politik Keragaman di Indonesia. Jakarta: CRCS-Mizan.

West, Richad dan Lynn H. Turner. 2010. Introducing Communication Theory. New York: McGraw-Hill.

Page 116: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

374

http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.5514 PEMBELAJARAN KITAB ARAB-MELAYU DI ACEH BESAR SEBAGAI PROSES TRANSFER ILMU AGAMA ISLAM DAN UPAYA MENJAGA BUDAYA

Teuku Zulkhairi

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia email: [email protected]

Abstract

This article discusses about Arabic-Malay books that were written by scholars in the past and are still a source of Islamic learning in the midst of Acehnese society today. Many books that read Arabic-Malay were born during the Samudera Pasai Kingdom and the Kingdom of Aceh Darussalam. The Arabic-Malay books written by scholars at the time were an important heritage of Islamic scientific culture which is still the main reference for Islamic learning of Muslim societies today. Then what is the actual process of learning Arabic-Malay books today which takes place informally through study assemblies that are held independently by the community?. What methods and books are used and what are the main objectives of learning this Arabic-Malay book in the midst of society? This question is what I am trying to answer in this article.

Keywords: Arabic-Malay Books; Culture; Spread of Islam.

Abstrak

Artikel ini membahas tentang kitab Arab-Melayu yang dikarang oleh ulama di masa lalu dan masih menjadi sumber pembelajaran agama Islam di tengah-tengah masyarakat Aceh dewasa ini. Banyak kitab-kitab bertuliskan Arab-Melayu yang lahir di masa Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam. Kitab-kitab Arab-Melayu yang dikarang para ulama di masa merupakan warisan penting dari budaya keilmuan Islam yang masih menjadi referensi utama pembelajaran Islam masyarakat muslim hingga saat ini. Lalu bagaimana sebenarnya proses pembelajaran kitab Arab-Melayu dewasa ini yang berlangsung secara informal melalui majelis-majelis pengajian yang diselenggarakan secara independen oleh masyarakat?. Metode dan kitab apa saja yang dipakai serta apa tujuan utama dari pembelajaran kitab Arab-Melayu ini di tengah-tengah masyarakat? Pertanyaan inilah yang dicoba jawab dalam artikel ini.

Kata Kunci: Kitab Arab-Melayu; Budaya; Penyebaran Islam.

Page 117: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

375

PENDAHULUAN

Meskipun dunia semakin maju dalam semua sendi kehidupan,

namun kitab-kitab Arab-Melayu atau juga dikenal Arab-Jawi terus

diajarkan di tengah-tengah masyarakat Aceh. Pengajaran kitab Arab-

Melayu bagi masyarakat muslim ini dilakukan sebagai upaya untuk

mentransfer ilmu-ilmu agama Islam seperti Tasawuf, Tauhid, dan Fiqh

kepada masyarakat. Selain itu, proses pembelajaran kitab Arab-Melayu ini

juga ikut berperan dalam menjaga budaya. Sebab, kitab-kitab Arab-

Melayu ini merupakan produk masa lalu dunia Islam Melayu yang

dirintis di masa Kerajaan Islam Samudera Pasai yang hari ini masuk

dalam kabupaten Aceh Utara. Pada fase berikutnya, Kerajaan Aceh

Darussalam melanjutkan estafet peradaban Melayu. Dengan kata lain, di

satu sisi pembelajaran kitab Arab-Melayu di tengah-tengah masyarakat

Aceh yang masih berlanjut hingga hari ini membuktikan bahwa kitab-

kitab Arab-Melayu telah berperan sebagai media transmisi ilmu

pengetahuan Islam bagi masyarakat Aceh khususnya, dan bagi dunia

Melayu Islam umumnya. Masyarakat memperoleh ilmu-ilmu tentang

Tasawuf, Tauhid dan Fiqh yang umumnya dipelajari dari kitab-kitab

bertuliskan Arab-Melayu ini. Dan di sisi lain, proses pembelajaran kitab-

kitab Arab-Melayu ini merupakan upaya menjaga kebudayaan, agar

budaya membaca Arab-Melayu atau penulisan tidak menjadi semakin

hilang di telan zaman.

Di masa dahulu, kitab Arab-Melayu ini berperan dalam

penyebaran agama Islam. Bahkan penyebaran kitab Arab-Melayu adalah

seiring dengan penyebaran Islam itu sendiri. Sebagaimana dikatakan

Kang Kyoung Seok, bahwa salah satu di antara pengaruh Islam yang

masuk ke dalam budaya Melayu adalah tulisan Jawi, yaitu tulisan Melayu

huruf Arab. Tulisan Jawi ini sampai ke dunia Melayu bersama-sama

dengan kedatangan agama Islam.1 Tulisan Arab – Melayu atau Arab –

_____________

1Kang Kyoung Seok, Perkembangan Tulisan Jawi dalam Masyarakat Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, 2015), hlm. xxi

Page 118: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

376

Jawi, maksudnya bahasa Melayu -- termasuk bahasa Indonesia di

dalamnya -- ditulis dengan menggunakan aksara Arab.2 Tulisan Arab

Melayu juga dikenal dengan sebutan tulisan Jawi. Namun keduanya

sebenarnya hanya perbedaan sebutan. Intinya sama. Kalau disebut tulisan

Arab – Melayu, maka yang dimaksudkan itu adalah tulisan Jawi. Begitu

juga, jika disebutkan tulisan Jawi, maka yang dimaksudkan itu adalah

tulisan Arab – Melayu.

Lebih ringkasnya dapat kita pahami, bahwa yang disebut dengan

tulisan Jawi adalah tulisan yang ditulis dengan huruf Arab, namun

penulisannya menggunakan bahasa Melayu. Tulisan Jawi atau Arab

Melayu ini berasal dari tulisan Arab yang tiba ke Kepulauan Melayu

bersama-sarna dengan kedatangan agama Islam. Dan memang, sejarah

penggunaan tulisan Jawi sangat erat kaitannya dengan sejarah

masuknya Islam di seluruh Kepulauan Melayu umumnya. 3 Tulisan Jawi

sering juga disebut tulisan Arab Melayu, khususnya di wilayah Sumatera

kecuali Aceh.4 Di Aceh justru lebih populer dengan sebutan tulisan

Jawi atau Jawoe. Para ulama menulis kitab-kitab bertuliskan Arab-

Melayu dalam berbagai kategori keilmuan untuk tujuan memperkenalkan

Islam kepada masyarakat luas. Kitab-kitab ini menjadi rujukan

pembelajaran masyarakat muslim dunia Melayu karena kemudahan

dalam proses pembelajarannya. Bahkan kemudian tulisan Arab-Melayu

ini menjadi tulisan pengantar (lingua franca) yang mempersatukan bangsa-

bangsa muslim di dunia Melayu. Kebudayaan ini terus berlangsung

hingga saat ini. Para teungku-teungku di gampong-gampong mengajarkan

kitab-kitab Arab-Melayu ini kepada masyarakat sebagai proses

_____________

2Teungku Muhammad Kalam Daud, Qaidah Penulisan Arab – Melayu, (Banda Aceh, 2005), hlm. 1

3Hashim Hj. Musa: Peranan Tulisan Jawi dalam Perkembangan Islam di Malaysia, Jurnal Pengajian Melayu, Jilid 16 Tahun 2015, hlm. 88-92

4Masyhur, Tulisan Jawi Sebagai Warisan Intelektual Islam Melayu Dan Peranannya Dalam Kajian Keagamaan Di Nusantara, Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam, Tamaddun: Vol. XVIII No. 2, tahun 2018 hlm. 94

Page 119: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

377

memahamkan masyarakat terhadap ilmu-ilmu agama Islam dan juga di

sisi lain bahwa proses ini berperan sebagai upaya menjaga kebudayaan.

Oleh sebab itu, penelitian ini mengambil tema “Pembelajaran Kitab

Arab-Melayu di Aceh Besar sebagai Proses Transfer Ilmu Agama Islam

dan Upaya Menjaga Budaya‟. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan etnografi. Data dikumpulkan melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi. Peneliti mewawancarai tiga

orang teungku pengajar kitab Arab-Melayu di tiga kecamatan berbeda di

Aceh Besar dalam medio 2018 hingga 2019. Ketiga teungku pengajar ini

sangat aktif mengajarkan kitab-kitab Arab-Melayu kepada masyarakat.

Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif.

PEMBAHASAN

1. Kelahiran Kitab-Kitab Arab-Melayu di Aceh

Sejumlah fakta sejarah menjelaskan bahwa Kesultanan Samudera

Pasai adalah pencetus aksara Arab – Melayu atau Jawi. Antara lain

dibuktikan dengan adanya sejumlah naskah-naskah yang menyebut

tulisan Jawi berasal dari Pasai yang saat ini masuk dalam wilayah

kabupaten Aceh Utara. Dari berbagai catatan sejarah, Islam telah identik

dengan bahasa Melayu sejak Kerajaan Samudera Pasai yang didirikan

oleh Sultan Malik al-Saleh atau Meurah Silu pada tahun 1270 M. Meurah

Silu sendiri merupakan keturuan dari sultan Perlak.5 Sebagaimana

diungkapkan oleh Noriah Mohamed, bahwa di Samudera Pasai para

ulama sangat giat dalam menyebarkan agama Islam ke seluruh Sumatera

dan Tanah Melayu. Dakwah Islam pada mulanya disampaikan melalui

lisan (tablīgh), tetapi setelah kawasan yang menerima Islam semakin luas,

maka semakin dirasakan seperluasan menullis asas agama Islam. Buku

agama yang mula-mula ditulis adalah Kitab Risālah yang mencatatkan

rukun iman dan rukun Islam. Walaupun demikian, tidak dapat dipastikan

_____________

5Pocut Haslinda Muda, Silsilah Raja-Raja Islam di Aceh, (Jakarta: Yayasan Tun Sri Lanang, 2011), hlm. 108

Page 120: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

378

dengan tepat kapan penulisan kitab ini tetapi mungkin sekitar abad

keempat belas atau minimal abad ke lima belas.6

Samudera-Pasai telah menjadi pusat tamadun Melayu Islam

yang pertama dan semasa pemerintahan raja yang berjuluk Malik

al-Zahir. Hal ini sebagaimana dilaporkan oleh Ibnu Bathuthah, seorang

pengembara dari Maroko bahwa ia telah sampai ke Jawa (h) yang

penghuninya adalah muslim, dan penguasanya adalah seorang Sultan

Muslim yang berjuluk Malik al-Zhahir. Ia juga menyatakan bahwa balai

untuk menghadap Raja senantiasa dikunjungi para ulama dan

sastrawan. 7 Samudera Pasai sendiri telah diakui secara luas oleh para

sejarawan dunia sebagai kerajaan Islam paling pertama diwilayah dunia

Melayu. Walaupun terdapatnya pandangan bahwa Islam telah

disebarkan ke dunia Melayu lebih awal lagi, yaitu semenjak disebarkan di

Semenanjung Tanah Arab, namun tidak adanya bukti kongkrit yang tidak

boleh dipertikaikan menyebabkan pendapat ini tidak dapat diguna pakai

dalam menentukan kapan kah sebenarnya Islam diperkenalkan di dunia

Melayu ini. Namun demikian, sarjana dan peneliti sepakat dengan

pandangan yang diberikan oleh sumber Barat bahawa Samudera-Pasai

(abad ke-13 – ke-14 Masehi) merupakan kerajaan Melayu-Islam yang

pertama diwujudkan di dunia Melayu.8

Dalam bidang keilmuan, Kesultanan Pasai menciptakan tulisan

Jawi sebagai tulisan resmi kesultanan wilayah Semenanjung Melayu dan

Nusantara tanpa menanggalkan bahasa dan fonemnya. Penciptaan

tersebut merupakan terobosan baru pada masanya yang belum dilakukan

oleh daerah-daerah (kesultanan) lainnya. Proses transmisi tersebut seiring

dengan islamisasi di Aceh dan Nusantara, sehingga dianggap sangat _____________

6Noriah Mohamed, Sejarah Sosiolinguistik Bahasa Melayu Lama, (Pulau Pinang: Penerbit Universiti Sains Malaysia, 1999), hlm. 34. Lihat juga Gazali, Dunia Sastera Melayu Lama, Prosa dan Puisi, (Kuala Lumpur: Fajar Bakti, 1992), hlm. 3

7Ibnu Bathuhthah, Tuḥfah an-Nazhāir fī Gharaih al-Amsar (Rihlal Ibni Bathuthah, (Kairo: Al-Mathba‟ah al-Khairiyah, 1322 H), hlm. 185

8Hamka, Sejarah Umat Islam, (edisi baru), (Singapura: Pustaka Nasional. 1997), hlm. 702

Page 121: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

379

relevan dalam konteks periode tersebut. Lahirnya tulisan Jawi dalam

konteks tersebut tidak terlepas dari kekuasaan dan kedaulatan dalam

mengimplementasikan ke seluruh wilayahnya.9

Beberapa karya tulis dalam abjad Jawi atau Arab-Melayu dari masa

Samudera Pasai dapat disebutkan, seperti: Terjemahan Hikayat Amir

Hamzah; Terjemahan Hikayat Muhammad Hanafiyah; Terjemahan Kitab

Durrul Manzhum, Hikayat Bayan Budiman; Hikayat Raja-Raja Pasai, Riwayat

Hidup Nabi Muhammad Saw; Epos-epos Islam dan; kitab-kitab ajaran

agama Islam lainnya.10 Tentu kitab-kitab ini dalam perkembangan

kemudian menjadi referensi pembelajaran yang penting di wilayah

kerajaan Samudera Pasai dan kemudian menyebar ke berbagai kawasan

dunia Melayu. Hal ini dibuktikan bahwa dari Samudera Pasai, tradisi

penulisan tulisan dan kitab-kitab Arab- Melayu kemudian menyebar ke

berbagai kawasan Asia Tenggara dan menjadi referensi pembelajaran bagi

umat Islam di kawasan ini. Hal ini misalnya diungkapkan Teuku

Iskandar, bahwa kejayaan Samudera Pasai tersebut kemudian disusul oleh

munculnya pusat-pusat kebudayaan Melayu lainnya seperti Melaka, (1400

– 1511 M), Johor (1511 – 1798 M), Aceh (1514 – 1900 M), Palembang (1650 –

1824 M), Riau (1798 – 1900 M), Brunei, Banjar, Patani.11

Dalam perkembangan kemudian, setelah Kerajaan Pasai

ditaklukkan oleh kerajaan Aceh pada tahun 1524, kebudayaan Melayu

Pasai berpindah ke Bandar Aceh Darussalam, ibukota kerajaan Aceh.

Kerajaan Aceh Darussalam sendiri didirikan oleh Sultan Alaiddin Johan

Syah pada tahun 601 H /1203 M. 12 Kerajaan Aceh Darussalam mengalami

perluasan wilayah di masa Sultan Ali Mughayat Syah anak dari Sultan

_____________

9Hermansyah, Kesultanan Pasai Pencentus Aksara Jawi, Jurnal Bimantara, PNRI Jakarta, Vol. 5. No.2 Tahun 2014, hlm. 26

10Tim Penulis A. Rani Usman dkk, Budaya Aceh, (Pemerintah Aceh: Banda Aceh, 2009), hlm. 119 – 120. Lihat juga Teuku Iskandar; Kesusastraan Melayu Klasik Sepanjang Abad, (Jakarta: Penerbit Libra, 1996), hlm. 99-182.

11Tim Penulis A. Rani Usman dkk, Budaya Aceh..., hlm. 120. Lihat juga Teuku Iskandar; Kesusastraan Melayu Klasik Sepanjang Abad..., hlm. xxiv-xxvii

12Pocut Haslinda Muda, Silsilah Raja-Raja.., hlm. 141

Page 122: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

380

Syamsu Syah dan kemudian mengalami puncak kejayaan di masa Sultan

Iskandar Muda dan anaknya Sultan Iskandar Tsani. Di masa mereka

Kerajaan Aceh Darussalam menjadi pusat peradaban Islam di kawasan

dunia Melayu. Di pusat kebudayaan baru ini sangat banyak dihasilkan

karya tulis baik dalam bahasa Melayu ataupun bahasa Arab antara lain

Kitab Tāj al-Salātīn atau Mahkota Segala Raja yang dikarang oleh Bukhari al-

Jauhari pada tahun 1603. Kemudian karena dianggap demikian

pentingnya sebagai kitab pegangan bagi raja-raja Islam di Nusantara, raja-

raja Mataram Islam merasa perlu kitab itu diterjemahkan ke dalam bahasa

Jawa dengan judul Serat Tāj al-Salātīn.13

Kitab lain adalah Kitab Sirāṭ al-Mustaqīm karya Nuruddin ar-Raniry,

yang diselesaikan di Aceh pada tahun 1044H/1644 yang isinya membahas

ilmu fikih, meskipun terbatas hanya pada ibadat. Kitab ini tersebar sampai

ke Semenanjung Tanah Melayu, dan antara lain juga terdapat di istana

Sultan Palembang yang naskahnya disalin pada tahun 1167H/1753.

Disamping itu, sebagaimana disinggung di muka Kitab Mir'āt al-Ṭullāb

yang ditulis dalam bahasa Melayu atau bahasa Jawi Pasai dipelajari di

Riau oleh Raja Muda-nya pada awal abad ke-19. 14

Syaikh Nuruddin Ar-Raniry sendiri pernah memangku jabatan

sebagai mufti besar Kesulthanan Aceh masa Iskandar Tsani (1637-1641 M).

Beliau adalah seorang ulama besar di masa Kerajaan Aceh Darussalam

yang memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas, pembaharu pemikiran

dan tercatat paling banyak menghasilkan karya.15 Karya-karya Syaikh

Nuruddin Ar-Raniry lainnya antara lain yaitu Kitab Durrāt al-Farāiḍ bi

Syarh al-‘Aqāid, kitab al-Fawāid al-Babiyyāt fi al-Ahādist al-Nabawiyyah, Bustān

al-Salātīn fi Dzikr al-Awwalīn wa al-Ākhirīn, Kitab Asrār al-Insān fi Ma’rifāt al-

_____________

13Teuku Haji Ibrahim Alfian, Proses Perkembangan Bahasa Jawi di Samudera Pasai (Aceh Utara) Menjadi Bahasa Nasional Indonesia, dalam buku Warisan Budaya Melayu Aceh, editor: Darwis A. Soelaiman (Banda Aceh: PUSMA, 2003), hlm. 148

14Teuku Haji Ibrahim Alfian, Proses Perkembangan Bahasa Jawi..., hlm. 148

15Muliadi Kurdi, Syaikh Nuruddin Ar-Raniry, Ulama Aceh Penyanggah Paham Wujudiah, (Banda Aceh: Penerbit Naskah Aceh, 2013), hlm. 1

Page 123: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

381

Rūh wa al-Raḥman. Berikutnya yaitu Kitab Al-Tibyān fi Ma’rifāt al-Adyān,

Kitab Akhbār al-Akhīrah fi Ahwal a-Qiyāmah, Kitab Ma’al Hayāt li ‘Ahl al-

Mamāt, Kitab ‘Ayn al-‘Alam Qabl an Yukhlaq, Kitab Hujjat al-Ṣiddīq li Daf’i al-

Zindīq. Kitab Bad’u al-Samawāt wa al-Ardh. Kitab Laṭaif al-Asrār, Kitab

Nubzat Da’wa al-Zhill, Kitab Jawāhir al-‘Ulūm fi Kasy al-Ma’lūm dan belasan

kitab lainnya.16

Selain Syaikh Nuruddin Ar-Raniry, ulama terkemuka dan memiliki

pengaruh besar di Aceh serta memiliki jaringan tarekat Syattariyah terluas

di Nusantara adalah Syeikh Abdurrauf al-Jawi al-Fansuri (As-Singkel)

atau dikenal juga dengan Syiah Kuala (w. 1693 M). Tokoh utama ini

sangat produktif dalam menulis karya-karyanya di dalam multidisipliner

keilmuan, sebagiannya masih menjadi rujukan utama bagi muslim di

wilayah Melayu Nusantara.17 Semasa hidupnya, Syaikh Abdurrauf As-

Singkili telah menulis puluhan kitab. Antara lain yaitu kitab Tarjuman al-

Mustafīd, kitab Sullām al-Mustafidīn, kitab Syarh Laṭif ‘ala Arba’ina Hadīthan li

al-Imām al-Nawawi, kitab al-Mau’izhah al-Badī’ah, kitab Bayān Tajalli, Daqāiq

al-Hurf, kitab Risalah Adab Murid Akan Syaikh dan puluhan lainnya.18

Menurut catatan Wan Nasyruddin wan Abdullah, setidaknya terdapat 35

buku beliau tentang tasawuf yang dapat dilacak. Satu buku tentang

Hadīth. 6 buku tentang Fiqh. 3 buku tentang akhlak dan satu buku

tentang Tafsir, yaitu Kitab Tafsīr Tarjumān al-Mustafīd.19 Adapun jumlah

yang sebanarnya bisa jadi lebih banyak dari itu. Wallahu a’lam bishshawab.

Nama-nama ulama lain di masa Kerajaan Aceh Darussalam yang

cukup produktif menulis antara lain yaitu Syaikh Hamzah Fansuri yang

juga menulis puluhan kitab. Salah satu kitabnya yaitu berjudul Mir‟at al-

Mukminīn, kitab Jawāhir al-Haqāiq, kitab Ṭarīq al-Sālikīn, kitab al-

_____________

16Erawadi Tradisi, Wacana dan Dinamika Intelektual Islam Aceh Abad XVIII dan XIX, (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Kemenag RI, 2011), hlm. 35-39

17Hermansyah, Kesultanan Pasai Pencetus...., hlm. 3

18Erawadi Tradisi, Wacana dan Dinamika Intelektual..., hlm. 41-44

19Wan Nasyruddin wan Abdullah dkk, Intertekstualiti dalam Tarjuman al-Mustafid, (Bangi: Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia, 2014)., hlm. 43-47

Page 124: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

382

Martabah dan sebagainya.20 Berikutnya berdasarkan hasil penelitian

Erawadi,21 kitab-kitab lain yang muncul pada abad ke XVIII dan XIX

misalnya seperti Kitab Kasy al-Kirām fi Bayān Niyyat fi al-Takbīr al-Ihrām,22

kitab Kaifiyyāt Zikir Syattariyah, kitab Nafi Itsbat pada Kalimat La Ilaha

Illalah, kitab Talkhīṣ al-Falāh fi Bayān Aḥkām al-ṭalaq wa al-Nikāḥ yang

semuanya adalah karangan Muhammad Zayn ibn al Faqih Jalaluddin al-

Asyi. Kemudian ada juga kitab Syifā’ al-Qulūb (Penawar Hati), kitab I’lam

al-Muttaqīn karangan Abdullah Asyi yang pernah menjadi Qadhi Malikul

„Adil pada masa Sultan Alaidin Jauharul Alam Syah. Lalu ada juga kitab

Dawa’ al-Qulūb min al-‘Uyūb (obat hati dari segala yang tercela), kitab

Mi’rāj al-Sālikīn ila Martabat al-Wasaliyyīn bi Jah Sayyid al-‘Arifīn dan kitab

Ḍhia’ al-Wara’ karangan Muhammad Ibn Ahmad Khatib al-Langgini.

Seterusnya ada juga kitab-kitab lain yang dikarang oleh para ulama

lainnya yang barangkali tidak tercatat dalam catatan sejarawan dan

penelitI. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa selepas Samudera

Pasai masuk dalam wilayah Kerajaan Aceh Darussalam, maka Kerajaan

Aceh Darussalam telah meneruskan tradisi penulisan kitab-kitab Arab-

Melayu yang sebelumnya pernah maju dan populer di Samudera Pasai.

Dan bahkan di masa Kerajaan Aceh Darussalam tradisi ini terus

berkembang dan maju yang ditandai dengan banyaknya kitab-kitab

bertuliskan Arab-Melayu yang ditulis oleh para ulama di masa kerajaan

Aceh Darussalam. Kitab-kitab tersebut menjadi referensi pembelajaran

bagi umat Islam di Aceh dan kawasan dunia Melayu pada saat itu dan

hingga saat ini.

2. Peranan Kitab Arab-Melayu dalam Penyebaran Ilmu Agama Islam

Sejumlah fakta sejarah menunjukkan besarnya pengaruh ajaran

Islam dalam kebudayaan Melayu. Sikap keagamaan masyarakat Melayu

_____________

20Erawadi Tradisi, Wacana dan Dinamika Intelektual..., hlm. 32-34

21Erawadi, Tradisi, Wacana dan Dinamika Intelektual..., hlm. 173-178

22Oman Fathurrahman dan Munawar Holil (Peny), Katatalog Naskah Ali Hasjmy Aceh, (Tokyo dan Jakarta: C-DATS-PPIM UIN Jakarta, 2007), hlm. 99

Page 125: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

383

sangat dipengaruhi oleh ajaran Islam, baik dalam bidang aqidah, syari‟ah

maupun akhlak. Maka Melayu itu sendiri diidentikkan dengan Islam.

Menurut Ali Hasjmy mengatakan, demikian besar peranan Islam dalam

membina dan menyempurnakan Bahasa dan Sastra Melayu lewat karya-

karya tulis dalam Huruf Arab, dibuktikan oleh kenyataan bahwa Melayu

itu identik dengan Islam, Bahasa Melayu sama sengan Bahasa Islam dan

Tulisan Jawi/Huruf /Arab Melayu sama dengan tulisan/huruf Islam. Hatta

kalau orang Cina atau bangsa lainnya yang masuk Islam disebut bahwa si

Yab Hok atau Frederik telah masuk Melayu (sebutan lidah Cina telah masuk

Melayu). 23Syed Muhammad Naquib al-Attas menerangkan, salah satu

kejadian baru yang terpenting mengenai kebudayaan, yang secara

langsung digerakkan oleh proses sejarah kebudayaan Islam adalah

penyebaran bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, bukan saja dalam

kesusasteraan epik dan roman, akan tetapi - lebih penting - dalam

pembicaraan falsafah. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa

kesusasteraan falsafah Islam di Kepulauan Melayu-Indonesia menambah

serta meninggikan perbendaharaan katanya dan istilah-istilah khususnya,

dan merupakan salah satu faktor terutama yang menjunjungnya ke

peringkat bahasa sastra yang bersifat rasional. 24

Penggunaan dan pengolahan bahasa Melayu oleh Islam untuk

mengembangkan kesusasteraan Islam telah membawa akibat modernisasi

terhadapnya sehingga dapat tersebar luas merata ke daerah kepulauan ini.

Sangatlah penting untuk memperhatikan bahwa cerita-cerita dalam epik

Mahabharata yang terdapat dalam bahasa Melayu itu banyak berasal dari

sumber Jawa, sedangkan banyak bilangan tulisan-tulisan mengenai

falsafah Islam yang terdapat dalam bahasa Jawa berasal dari sumber

Melayu, atau sekurang-kurangnya terpengaruh oleh gaya bahasa Melayu.

_____________

23A. Hasjmy, Warisan Budaya Melayu Aceh, editor: Darwis A. Soelaiman, (PUSMA: Banda Aceh, 2003), hlm. 99

24Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, (Petaling Jaya: Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), 1990), hlm. 21

Page 126: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

384

Bersangkutan juga dengan hal terpenting mengenai perkembangan serta

penyebaran bahasa Melayu adalah sejarah kedatangan Islam ke daerah

Kepulauan ini. Kesimpulan yang harus diambil dari sejarah ialah

keutamaan daerah-daerah Melayu dalam proses pengislaman. Kerajaan-

kerajaan Melayu lah, seperti Sumatra, yaitu Pasai dan Aceh, dan

Semenanjung Tanah Melayu, yaitu Melaka, bukan Jawa, yang mengambil

peranan utama.25

Peranan Islam dalam Kesusastraan Melayu lewat karya-karya para

ulama lainya cukup benar, sehingga karenanya Bahasa Melayu menjelma

menjadi Bahasa Tulisan setelah pada awalnya ia hanya Bahasa Lisan.

Sebagai Bahasa tulisan setelah mulanya ia hanya Bahasa Lisan. Sebagai

Bahasa Tulisan, Bahasa Melayu telah menjelma menjadi bahasa ilmiah.

Satu hal lagi yang patut diingat, bahwa kebanyakan para Ulama/Wali

adalah seniman dan pengarang lagu, yang dengan lagu-lagu yang

dikarangnya mereka menyiarkan dan mengembangkan Islam dan ajaran-

ajarannya dan disini kelihatan pula bagaimana besar Peranan Agama

(Islam) Dalam Kesusastraan Melayu. 26Jika para Wali Sembilan (Wali

Songo) di Pulau Jawa berperan sebagai seniman-seniman dan pengarang-

pengarang lagu-lagu atau tembang Jawa, seperti yang ditulis oleh Umur

Hasyim,27 maka di dunia Melayu para ulama mengarang kitab-kitab

Arab-Melayu atau menerjemahkannya dari kitab-kitab berbahasa Arab.

Di atas telah dijelaskan tentang pengaruh Islam dalam kebudayaan

Melayu. Bahwa kebudayaan Melayu sangat identik dengan Islam. Dalam

konteks ini, tulisan Arab – Melayu ikut berperan dalam penyebaran ilmu

agama Islam di kawasan nusantara. Di sini, kitab-kitab berbahasa Arab-

Melayu yang dikarang oleh para ulama memiliki peranan penting dalam

penyebaran Islam di kawasan nusantara. Baik kitab-kitab sastra, maupun

_____________

25Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam dalam Sejarah..., hlm. 21

26A. Hasjmy, Warisan Budaya Melayu...., hlm. 100

27Umur Hasyim: Sunan Muria, Antara Fakta dan Lagenda, (Kudus: Penerbit Tawang Alun, 1983) hlm. 65-66.

Page 127: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

385

kitab-kitab hukum, aqidah dan fikih, tasawuf, tafsir dan seterusnya.

Sebagaimana dikatakan Muhammad Redzuan Othman bahwa proses

pemindahan ilmu Islam kepada masyarakat Melayu terjadi melalui kitab

Jawi.28 Dalam konteks ini, yaitu pemindahan pemikiran, pendapat dan

pandangan ulama ulama di Timur Tengah dipindahkan dan

disebarkan kepada umat Islam di Kepulauan Melayu. Peranan

sebagai „perantara‟ oleh Kitab Jawi ini telah menjadi sebab penting

terjadinya perubahan-perubahan di dalam jiwa masyarakat Melayu

Nusantara baik dari sudut pendidikan agama dan pandangan hidup

mereka. 29 Selain itu juga dengan penerjemahan-penerjemahaan dari kitab

berbahasa Arab ke dalam bahasa Arab - Melayu.

3. Pembelajaran Kitab Arab-Melayu Dewasa Ini

Pembelajaran kitab Arab – Melayu atau disebut juga Jawi memiliki

sejumlah metode yang cukup bervariasi. Dalam observasi peneliti,

metode-metode yang dipraktekkan dalam pengajaran kitab Arab-Jawi di

Aceh Besar yaitu:

a. Baca dan Surah Kitab

Dalam pengajaran dan pembelajaran kitab Arab – Melayu, Teungku

Seumeubeut atau pengajar membaca kitab Arab – Melayu tertentu yang

telah dijadwalkan. Sementara para jama‟ah pengajian menyimak dengan

ketekunan. Jama‟ah pengajian juga ikut mengikuti pembacaan baris ke

baris kitab Arab – Melayu. Dan jika ada istilah-istilah dalam kitab Arab –

Melayu yang berasal dari bahasa Arab, maka pengajar atau Teungku

Seumeubeut langsung memberikan penjelasan dalam bahasa Aceh atau

bahasa Indonesia.30 Implementasi metode ini juga dapat dilihat pada

_____________

28Muhammad Redzuan Othman, “The role of Makka-educated Malays in the development of early scholarship and education in Malaya“, dalam Jurnal of Islamic studies, Volume 9 Tahun 1988, hlm. 2.

29Rahimin Affandi Abdul Rahim dkk, Paradigma Ilmu Kitab Jawi ....., hlm. 226 - 235

30Observasi pada pengajian kitab Arab-Melayu yang diasuh Teungku Muslim A. Wahab pada 22 November 2018 di Lamteuba, Aceh Besar.

Page 128: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

386

pengajian kitab Arab-Melayu di tempat lainnya. 31 Misalnya ketika

Teungku Seumeubeut menjelaskan hal-hal yang dapat membatalkan Puasa

Ramadhan. Salah satunya yaitu apa yang disebut dengan watha’. Maka

Teungku Seumeubeut langsung menjelaskan bahwa maksud kalimat

tersebut adalah berhubungan suami istri.

b. Tanya jawab

Metode tanya jawab adalah metode yang cukup sering dibicarakan

dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Munculnya tanya jawab

dalam ruangan belajar akan menandakan keaktifan para pelajar dalam

mengikuti proses pembelajaran. Maka dalam pembelajaran kitab Arab –

Melayu juga berlangsung proses tanya jawab. Jama‟ah yang sudah lanjut

usia sekalipun bersemangat dalam mengajukan pertanyaan ketika ada

penjelasan yang dirasa harus diperjelas lagi. Pertanyaan yang diajukan

memang tidak banyak karena memang Teungku Seumeubeut sudah

lumayan terang memberikan penjelasan. Namun, jika ada pertanyaan

yang muncul maka kemudian membuat Teungku Seumeubeut memberikan

jawaban yang lebih lengkap dan mendalam.

c. Integrasi Tasawuf, Tauhid dan Fiqh

Dalam pembacaan kitab Arab – Melayu, selain menjelaskan uraian

isi kitab yang sedang dibaca/diajarkan, Teungku Seumeubeut juga

menambahkan penjelasan di luar topik yang sedang dibaca. Ketika

membaca baris-baris kitab yang mengurai tentang Puasa Ramadhan

(fiqh), Teungku Seumeubeut juga menyelip dengan pembahasan tentang

akhlak tasawuf dan aqidah. Hal ini karena antara fiqh, tasawuf dan

aqidah merupakan bagian yang tidak terpisahkan. “Aqidah diibaratkan

seperti tanah tempat bercocok tanam. Dan fiqh atau ibadah diibaratkan seperti

tumbuhan yang ditanam di atas tanah tersebut. Sementara akhlak atau tasawuf

_____________

31Observasi peneliti misalnya metode ini juga dipraktekkan pada pengajian kitab Arab-Melayu yang diasuh oleh Tgk. Marbawi Yusuf di Dayah Ruhul Falah Samahani Kec. Kuta Mala Kab. Aceh Besar pada tanggal 25 Juni 2019.

Page 129: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

387

adalah pagarnya”.32Artinya, tanpa aqidah yang kuat, maka bangunan fiqh

tidak akan bisa dibangun atau didirikan. Sebab, di atas fondasi aqidah lah

ibadah dapat dilakukan. Sementara itu, jika aqidah sudah kokoh dan

ibadah juga dikerjakan, maka harus dijaga dengan akhlak tasawuf agar

pahala dari ibadah tidak hilang. Sebab, banyak kerusakan akhlak akan

menghilangkan amal ibadah yang dikerjakan seseorang. Misalnya seperti

riya’, takabur, dengki dan sebagainya.

Maka ketika Teungku Seumeubeut menjelaskan tentang bahasan niat

shalat, maka dijelaskan juga pentingnya menjaga niat agar tetap lurus

lillahi Ta’ala (karena Allah Swt) saja. Sebab niat menentukan posisi akhir

dari amalan seseorang. Sebab, perasaan ini menjurus ke riya’ atau

sombong bisa memakan amalan manusia. Manusia memang mudah

dalam beramal. Namun mempertahankan amalan yang sudah ada sangat

berat tantangannya. Apalagi kadangkala manusia juga suka berkata-kata

yang kurang baik di belakang orang yang dibicarakannya sehingga

amalannya hangus. Maka seseorang selain harus rajin beramal shalih, juga

harus pandai menjaga amalannya tersebut dengan ilmu akhlak tasawuf. 33

Ilmu akhlak tasawuf sendiri membahas berbagai hal yang berkaitan

dengan bagaimana mengeluarkan sifat buruk dalam diri kita dan

mengisinya dengan sifat-sifat baik. Selain itu, jama‟ah pengajian

kadangkala juga ditest bacaan shalat atau do‟a-do‟a oleh Teungku

Seumeubeut apakah betul atau tidak. Jika shalat maka Teungku Seumeubeut

akan membetulkan bacaan tersebut. Sebab, adakalanya seorang jama‟ah

dapat saja salah dalam bacaannya. Menurut penjelasan Teungku Muslem

A. Wahab, pernah terdapat ada seorang jama‟ah yang menggabungkan

antara bacaan Takbiratul Ihram yaitu “Allahu Akbar” dengan permulaan

do‟a iftitah, yaitu Allahu Akbar Kabira wal Hamdulillahi katsira. Oleh sebab

itu, ia menyimpulkan bahwa mengetest bacaan shalat dan do‟a-do‟a

_____________

32Wawancara dengan Teungku Muslim A. Wahab tanggal 22 Novermber 2018 di kemukiman Lamteuba, Aceh Besar.

33Selipan surah pada pengajian Kitab Bidayatul Mubtadin

Page 130: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

388

jama‟ah pengajian harus senantiasa dilakukan dalam berbagai

kesempatan pengajian pada waktu-waktu yang memungkinkan.

d. Metode Talaqqi

Di dunia pesantren atau dayah, metode talaqqi dipahami sebagai

metode dimana para santri satu-persatu membaca kitab dan guru

menyimak dan membenarkan bacaan tersebut. Penerapan metode Talaqqi

dalam pengajian dan pembelajaran kitab Arab-Melayu di Kemukiman

Lamteuba yaitu dimana jama‟ah pengajian diminta untuk membaca baris-

baris kitab dan Teungku Seumeubeut serta jama‟ah yang lain menyimaknya.

Jika ada yang salah dalam bacaan maka Teungku Seumeubeut akan

membetulkannya. Tujuannya agar jama‟ah juga dapat membaca isi kitab-

kitab yang dipelajari sehingga nanti dia akan dapat membaca sendiri

kitab-kitab Arab –Melayu tersebut di rumah masing-masing saat

dibutuhkan.34 Dengan demikian, metode ini bukan saja dapat membuat

peserta pembelajaran dapat memahami isi kitab yang dipelajari, namun

juga dapat menguasai cara baca kitab Arab – Melayu yang memang

memiliki aturan tersendiri. Dan untuk menyukseskan metode ini, setiap

jama‟ah ditekankan memiliki kitab masing-masing. Jadi tidak hanya

mendengar surah saja, namun juga ikut menyimak setiap baris yang

dibaca.

Tapi tidak semua pengajian kitab Arab – Melayu memberlakukan

metode talaqqi ini. Hal ini barangkali karena kadangkala ketersediaan

waktu tidak memungkinkan metode ini diterapkan jika jama‟ah

pengajiannnya banyak. Hal ini misalnya dapat kita perhatikan pada

pengajian Kitab Siyaru al-Sālikīn yang diasuh oleh Tgk. H. Hasanoel Basry

atau Abu Mudi pada setiap awal bulan di Masjid Raya Baiturrahman.

Dalam pengajian ini, sebagian jama‟ah ikut membawa kitab dan

menyimak setiap baris kitab yang dibaca oleh Abu Mudi. Namun terdapat

juga banyak jama‟ah lainnya yang hanya mendengar surah kitab atau

_____________

34Wawancara dengan Teungku Muslim A. Wahab, Minggu Pagi 5 November 2018 di Kemukiman Lamteuba.

Page 131: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

389

penjelasan isi kitab saja dari Abu Mudi. Tapi di waktu sesi tanya jawab,

para penanya dalam pengajian ini terdiri dari jama‟ah yang membawa

kitab dan juga jama‟ah yang tidak membawa kitab.35

Sementara itu, penerapan metode belajar kitab ArabMelayu bagi

santri di dayah agak sedikit berbeda, metode belajar kitab Arab – Melayu

bagi santri di dayah-dayah di Aceh Besar terdiri dari metode surah kitab

dan hafalan. Hal ini seperti laporan hasil penelitian yang dilakukan Zaidi

Miszuwar di Dayah Latansa Montasik Aceh Besar.36 Dari kedua metode

ini, disebutkan metode “surah kitab” sebagai metode yang paling banyak

dipakai digunakan dalam pembelajaran kitab Arab – Melayu di dayah

tersebut. Dijelaskan bahwa metode tersebut dijalankan yaitu dengan cara

dimana para santri duduk melingkar, salah satu santri membaca, dan saya

atau ustadz lain mengartikan kata perkata dan menjelaskan isi kitab

kuning tersebut kemudian para santri mencatatnya.

Agaknya, penerapan metode ini untuk santri disebabkan karena

kajian kitab Arab-Melayu bukanlah prioritas di dayah-dayah. Dan kitab

Arab-Melayu pun hanya diajarkan untuk kelas-kelas persiapan (Tajhizi)

saja. Kitab-kitab Arab-Melayu ini diajarkan untuk santri-santri kelas

persiapan karena mengingat mereka belum mampu mencerna isi kitab-

kitab Tasawuf, Tauhid dan Fiqh yang bertulis dalam bahasa Arab. Namun

di sisi lain, meskipun sudah dikelas persiapan, para santri di dayah juga

tentu diharapkan memahami dasar-dasar persoalan Islam dalam bidang

Tauhi, Fiqh, Tasawuf, Tarikh dan sebagainya sehingga kitab Arab-Melayu

tetap diajarkan kepada mereka untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan

ini. Namun secara umum, yang menjadi prioritas adalah kitab-kitab yang

bertulis dalam bahasa Arab. Kitab-kitab berbahasa Arab lah yang menjadi

konsentrasi studi para santri di dayah.

_____________

35Observasi peneliti dari awal Tahun 2018 pada pengajian Tastafi yang diasuh oleh Abu Mudi pada setiap awal bulan.

36Zaidi Miszuwar, Implementasi Metode Pembelajaran Teks Jawi Kitab Kuning Di Dayah Latansa Zikrullah Mugan Kecamatan Montasik, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh, 2017, hlm. 61

Page 132: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

390

e. Metode Kontekstual

Maksud metode kontekstual ini adalah bahwa materi pengajian

yang diajarkan oleh Teungku Seumeubeut adalah berdasarkan kebutuhan

jama‟ah pengajian. Jika sedang dalam momen tertentu, maka Teungku

Seumeubeut berdasarkan kesepakatan akan membaca materi kitab yang

sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pada saat itu . Jadi materi yang

dibaca tidak mesti lanjutan dari materi sebelumnya. Seperti para khatib

yang berkhotbah di mimbar jum‟at, mereka menyampaikan khutabnya

dan ceramahnya berdasarkan situasi kontekstual yang sedang terjadi saat

itu. Kadangkala jama‟ah meminta pembahasan khusus tentang puasa

karena saat itu mau datang bulan suci Ramadhan, maka Teungku

Seumeubeut pun membaca materi kitab yang berkaitan dengan puasa

Ramadhan. 37 Begitu juga dalam momen-momen yang lain seperti momen

nisfu sya‟ban, haji, dan sebagainya.

f. Kitab-kitab Arab-Melayu yang diajarkan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti di Lamteuba,

Kec. Seulimum Aceh Besar, ditemukan antara lain nama kitab-kitab

berikut ini yang diajarkan kepada masyarakat, yaitu: Kitab Sabīl al-

Muhtadīn li al-Tafaqquh fī Amri al-Dīn, Kitab Kifāyat al-Mubtadīn fi I’tiqad al-

Mu’minīn, Kitab Kasyful Ghaibiyah, Kitab Jamī‟ Jawami al-Muṣannifāt

(Kitab Lapan), Kitab ‘Aqīdat al-Nājīn fi ‘Ilmu Uṣūl al-Dīn, Kitab Siyaru al-

Sālikīn, Kitab Fardhu „Ain, Kitab Minḥaj al-Salām, Pelajaran Akhlak, Kitab

al-Yawākit wa al-Jawāhir fi 'Uqūbati Ahli al-Kabāir, Kitab Muniatul Muṣallī,

Kitab Sirāj al-Hudā, Kitab Kifāyat al-Muhtadī, Kitab Senjata Mu‟min, Kitab

Kifāyat al-Ghulām fī bayān arkān al-islām dan sebagainya.

_____________

37Wawancara dengan Teungku Marbawi Yusuf seusai pengajian di Dayah Ruhul Falah Samahani Kec. Kuta Malaka Kab. Aceh Besar tanggal 25 Juni 2019. Hasil wawancara ini juga diperkuat dengan hasil observasi peneliti pada pengajian yang diasuh Tgk Marbawi.

Page 133: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

391

4. Proses Transfer Ilmu Agama Islam

Pengajaran kitab Arab – Melayu kepada masyarakat memang

memiliki sejatinya memiliki sejumlah keunggulan. Antara lain yaitu

memudahkan masyarakat dalam memahami uraian yang dibahas di

dalamnya, yaitu ilmu-ilmu agama Islam seperti Tauhid, Tasawuf dan

Fikih serta ilmu-ilmu lainnya. Dengan pembelajaran kitab Arab-Melayu,

masyarakat menjadi lebih mudah dalam menyerap ilmu yang

disampaikan. Ketika pengajar membaca kitab Arab-Melayu dalam sebuah

pengajian, maka warga yang menghadiri pengajian dapat dengan mudah

mengikuti setiap baris yang dibaca dengan cermat. Hal ini karena

sebagaimana dibahas pada bab terdahulu, bahwa meskipun kitab Arab –

Melayu ditulis dengan huruf Arab, namun ditulis dengan bahasa Melayu.

Masyarakat akan dapat dengan mudah menangkap pemahaman yang

terkandung dalam isi kitab. Dan apabila mereka tidak memahami

seluruhnya, maka pengajar akan menjelaskan secara lebih mendetail dan

terang.

Hal ini tentu berbeda jika yang diajarkan adalah kitab-kitab Arab

seperti halnya yang diajarkan di dayah-dayah atau pesantren. Meskipun

masyarakat dapat saja menyimak surah dari kitab yang disampaikan oleh

seorang pengajar, namun tidak akan mampu memahami maksud dari

baris-baris yang diuraikan dalam isi kitab. Kecuali bagi mereka yang telah

sekian lama mengaji di dayah atau pesantren. Pengajaran kitab Arab

membutuhkan banyak ilmu alat sebagai prasyarat untuk bisa membaca

dan memahami kitab Arab. Misalnya seperti Ilmu Nahwu dan Sharaf.

Dalam pembelajaran kitab-kitab berbahasa Arab, menguasai kedua ilmu

ini adalah sebuah keniscayaan. Tanpa Ilmu Nahwu maka kita tidak akan

bisa membaca baris kitab-kitab turats (klasik) yang memang umumnya

ditulis tanpa baris.

Kesalahan memberikan baris pada kalimat-kalimat dalam kitab

turast (klasik) ini akan menyebabkan salah pula dalam pemaknaannya.

Begitu juga Ilmu Sharaf, tanpa memahami ilmu ini kita tidak akan bisa

Page 134: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

392

memahami pemalingan satu kata ke kata lainnya. Lebih dari itu, untuk

membaca dan memahami kitab-kitab yang bertuliskan Arab, maka kita

juga mesti memahami maknanya. Dan ini membutuhkan proses yang

cukup panjang untuk bisa memberikan arti dari setiap kalimat berbahasa

Arab yang ada dalam kitab Arab.

Kalau di dunia pesantren, para santri biasanya diwajibkan

menghafal mufradāt (kosakata) dalam bahasa Arab dan artinya dalam

bahasa Indonesia agar kemudian dapat memahami arti dari baris-baris

uraian dalam kitab berbahasa Arab. Sementara itu, ketentuan semacam

ini tidak berlaku sama sekali bagi kitab Arab – Melayu. Memang seorang

pengajar kitab Arab – Melayu juga dituntut untuk menguasai juga bahasa

Arab, hal ini karena dalam kitab Arab – Melayu juga terdapat banyak

kata-kata berbahasa Arab.

Namun untuk jama‟ah yang menghadiri pengajian kitab Jawi, hal

ini tidak terlalu bermasalah karena secara umum mereka akan dapat

memahami isi kitab Arab – Melayu meskipun ada kosakata dalam bahasa

Arab di dalamnya. Sebab, jumlah kosakata bahasa Arab tidak terlaku

banyak. Apalagi, sang pengajar kitab Arab – Melayu sendiri pasti juga

akan memberi tahu makna kosakata dalam bahasa Arab kepada para

jama‟ah pengajian.

Pembelajaran kitab Arab-Melayu kepada masyarakat dengan

tujuan untuk memudahkan transfer ilmu Tauhid, Tasawuf dan Fikh juga

disampaikan oleh Teungku Marbawi Yusuf. Menurut Teungku Marbawi

Yusuf38, ibaratnya seperti makanan, masyarakat butuh hidangan yang

siap saji. Pengajaran kitab Arab-Melayu ini membuat masyarakat lebih

mudah dalam memahami. Sebab, kitab-kitab bertuliskan Arab-Melayu ini

tidak membutuhkan banyak ilmu-ilmu alat untuk membaca dan

memahaminya. Hal ini karena memang ditulis dengan bahasa Melayu

_____________

38Wawancara dengan Teungku Marbawi Yusuf seusai pengajian di Dayah Ruhul Falah Samahani Kec. Kuta Malaka Kab. Aceh Besar tanggal 25 Juni 2019. Hasil wawancara ini juga diperkuat dengan hasil observasi peneliti pada pengajian yang diasuh Tgk Marbawi.

Page 135: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

393

dengan menggunakan huruf Arab. Namun bukan berarti kitab Arab-

Melayu berkurang kualitasnya dibawah kualitas kitab-kitab berbahasa

Arab, malahan menurut keterangan Tgk. Marbawi, kadangkala apa yang

tidak dijumpai di kitab Arab justru ada di Kitab Arab-Melayu. Hal ini

karena ditunjang oleh kealiman pengarang kitab Arab-Melayu tersebut

dimana ia pasti juga telah menguasai kitab-kitab berbahasa Arab.

5. Menjaga Budaya dengan Pembelajaran Kitab Arab-Melayu

Pada sub bab ini dijelaskan bahwa tulisan Arab – Melayu berasal

dari Kerajaan Samudera Pasai. Hal ini misalnya sebagaimana

diungkapkan Syaikh Abdurrauf As-Singkili bahwa ia mengarang kitab

Mir’atu al-Ṭullab adalah dengan menggunakan bahasa Jawi Pasai. Setelah

kerajaan Samudera Pasai melemah, tradisi penulisan Arab – Jawi atau

Arab – Melayu berkembang di kerajaan Aceh Darussalam. Ini

menandakan bahwa tulisan Arab – Melayu telah menjadi ciri khas

kebudayaan Aceh pada masa itu.

Upaya menjaga budaya Aceh dengan mengajarkan kitab-kitab

bertuliskan Arab – Melayu misalnya juga dijelaskan oleh Teungku Hasbi

Albayuni. Beliau mengajarkan Kitab Tarjuman al-Mustafīd karya Syaikh

Abdurrauf As-Singkili bagi jama‟ah yang berasal dari masyarakat umum

yang menghadiri pengajiannya di Dayah Thaibul Huda Desa Bayu

Lamcot Kec. Ingin Jaya Kab. Aceh Besar. Upaya beliau mengajarkannya

kitab ini karena menurut beliau saat ini kitab ini sudah jarang diajarkan

padahal kitab Tafsir berbahasa Arab Melayu ini merupakan karya ulama

Aceh. Bahkan di perguruan tinggi sekalipun tidak diajarkan.39 Padahal,

seperti kita pahami, nama Syaikh Abdurrauf As-Singkili atau yang lebih

dikenal dengan sebutan Teungku Syiah Kuala telah lama dijadikan

sebagai nama salah satu perguruan tinggi di Aceh, yaitu Universitas Syiah

Kuala. Selain itu, juga berdasarkan wawancara peneliti dengan Tgk.

_____________

39Hasil diskusi dengan Teungku Hasbi Albayuni di Dayah Thalibul Huda pada 5 November 2018.

Page 136: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

394

Marbawi Yusuf40, dimana ia mengatakan bahwa tujuannya mengajarkan

kitab Arab-Melayu kepada masyarakat di Aceh Besar dan Banda Aceh

adalah karena ulama-ulama dahulu kala di Aceh juga mengajarkan kitab

Arab-Melayu kepada masyarakat. Jadi ia melakukannya untuk

meneruskan apa yang dulu dilakukan oleh para ulama Aceh. Tgk.

Marbawi Yusuf memiliki jadwal yang cukup padat dalam mengajar kitab

Arab-Melayu kepada masyarakat.

Pada hari Minggu ia mengajar kitab Sabīl al-Muhtadi dan Siyaru al-

Sālikīn di Dayah Ruhul Falah Samahani Kec. Kuta Malaka. Pada malam

Jum‟at ia mengajar kitab al-Yawākit wal Jawāhir di Gampong Teudaya.

Pada malam Kamis ia mengajar Kitab Siyaru al-Sālikīn di Masjid Gampong

Leuthu. Hari Jum‟at ia mengajar kitab Siyaru al-Sālikīn di Masjid Lamleu

Sibreh Suka Makmur. Ia juga mengajar kitab Talā‟id di Gampong Baet

pada malam Sabtu. Juga di Gampong Reuhat Tuha ia mengajari kitab

Siyaru al-Sālikīn. Sedangkan pada hari Kamis ia juga mengajar kitab

Tauhid di Penjara Kajhu Kec. Baitussalam Kab. Aceh Besar.

Di seluruh meunasah yang ada dalam gampong-gampong di

wilayah kemukiman Lamteuba terdapat pengajian kitab Arab – Melayu

atau warga menyebutnya kitab Arab – Jawi. Pengajian kitab Arab –

Melayu di Kemukiman Lamteuba menurut cerita warga di sana sudah

menjadi tradisi karena telah berlangsung dalam jangka yang sangat lama,

berpuluh-puluh tahun lamanya. Bahkan ketika masa Belanda masuk ke

Aceh dulu pengajian ini masih tetap berlangsung. Kitab Arab – Melayu

telah menjadi referensi utama warga dalam upaya mengkaji khazahah

keilmuan Islam, khususnya dalam bidang fiqh, tauhid dan tasawuf.

Bahkan hampir bisa dikatakan tidak ada referensi lain selain kitab Arab –

Melayu yang digunakan secara turun temurun oleh warga di sana yang

mengkaji agama Islam baik keilmuan yang sifatnya fardhu ‘ain maupun

fardhu kifayah.

_____________

40Wawancara dengan Teungku Marbawi Yusuf seusai pengajian di Dayah Ruhul Falah Samahani Kec. Kuta Malaka Kab. Aceh Besar tanggal 25 Juni 2019.

Page 137: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

395

Jikapun ada wawasan agama dari penceramah-penceramah agama

dalam kesempatan hari jum‟at atau dalam momen-momen peringatan

hari-hari besar Islam, maka pengetahuan keislaman yang diperoleh dari

penceramah sangat sedikit dan tidak memadai.41 Hal ini tentu sangat

mudah dipahami mengingat bahwa penyampaian pengetahuan keislaman

dari mimbar-mimbar masjid oleh penceramah memiliki keterbatasan

waktu dan momentum sehingga sangat tidak mencukupi kebutuhan ilmu

fardhu ‘ain maupun fardhu kifayah yang harus diketahui warga.

PENUTUP

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa kitab Arab-Melayu

yang dikarang oleh para ulama di masa lalu terus dipelajari hingga saat

ini dan menjadi rukukan penting bagi pembelajaran Islam masyarakat

muslim, khususnya masyarakat muslim di pedesaan. Pembelajaran kitab

Arab-Melayu ini berlangsung secara informal dengan menggunakan

ragam metode pembelajaran. Sementara kitab-kitab yang diajarkan terdiri

dari berbagai kategori keilmuan. Tujuan utama penggunaan kitab Arab-

Melayu sebagai referensi pembelajaran bagi masyarakat muslim adalah

karena kemudahan dalam penyampaian atau dalam proses transfer ilmu

tauhid, tasawuf dan fikih. Sementara tujuan lainnya adalah untuk

menyelamatkan budaya disebabkan karena secara umum saat ini

pembelajaran kitab-kitab Arab-Melayu semakin jarang. Dengan upaya

pembelajaran kitab Arab-Melayu di tengah-tengah masyarakat,

diharapkan masyarakat semakin memahami ilmu-ilmu agama Islam dan

sekaligus dapat terus merawat tradisi belajar-mengajar kitab Arab-Melayu

sebagai produk kebudayaan di masa kejayaan masa lalu.

_____________

41 Wawancara tanggal 2 November 2018 dengan Teungku Lutfi. Beliau Imam Shalat Rawatib di Masjid Jami‟ Sirajul Huda Kemukiman Lamteuba.

Page 138: Jurnal MUDARRISUNA

Pembelajaran Kitab…

396

DAFTAR PUSTAKA

al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1990. Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, Petaling Jaya: Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM).

Alfian, Teuku Haji Ibrahim. 2003. Proses Perkembangan Bahasa Jawi di Samudera Pasai (Aceh Utara) Menjadi Bahasa Nasional Indonesia, dalam buku Warisan Budaya Melayu Aceh, editor: Darwis A. Soelaiman, Banda Aceh: PUSMA.

Basyir, Damanhuri. 2019. Kemasyhuran Syekh Abdurrauf As-Singkili, Banda Aceh: Ar-Raniry Press kerjasama dengan Zawiyah Nahjun Najah.

Bathuhthah, Ibnu. 1322 H. Tuḥfah an-Nazhāir fī Gharaih al-Amsar (Rihlal Ibni Bathuthah, Kairo: Al-Mathba‟ah al-Khairiyah.

Daud, Teungku Muhammad Kalam. 2005. Qaidah Penulisan Arab – Melayu, Banda Aceh.

Erawadi. 2011. Tradisi, Wacana dan Dinamika Intelektual Islam Aceh Abad XVIII dan XIX, Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Kemenag RI.

Gazali. 1992. Dunia Sastera Melayu Lama, Prosa dan Puisi, Kuala Lumpur: Fajar Bakti.

Hamka. 1997. Sejarah Umat Islam, (edisi baru), Singapura: Pustaka Nasional.

Hasjmy, A. 2003. Warisan Budaya Melayu Aceh, editor: Darwis A. Soelaiman, PUSMA: Banda Aceh.

Hasjmy, A. 1977. Sumbangan Kesusastraan Aceh dalam Membina Kesusastraan Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang.

Hasyim, Umur. 1983. Sunan Muria, Antara Fakta dan Lagenda, Kudus: Penerbit Tawang Alun.

Hermansyah, 2014. Kesultanan Pasai Pencentus Aksara Jawi, Jurnal Bimantara, PNRI Jakarta, Vol. 5. No.2:26

Holil, Oman Fathurrahman dan Munawar (Peny), 2007. Katatalog Naskah Ali Hasjmy Aceh, Tokyo dan Jakarta: C-DATS-PPIM UIN Jakarta.

Ibrahim, Husaini. 2007. Awal Mula Islam Masuk ke Aceh, Banda Aceh: Multivision.

Iskandar, Teuku. 1996. Kesusastraan Melayu Klasik Sepanjang Abad, Jakarta: Penerbit Libra.

Kurdi, Muliadi. 2013. Syaikh Nuruddin Ar-Raniry, Ulama Aceh Penyanggah Paham Wujudiah, Banda Aceh: Penerbit Naskah Aceh.

Page 139: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

397

Masyhur. 2018. Tulisan Jawi Sebagai Warisan Intelektual Islam Melayu Dan Peranannya Dalam Kajian Keagamaan Di Nusantara, Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam, Tamaddun: Vol. XVIII No. 2:94

Mohamed, Noriah. 1999. Sejarah Sosiolinguistik Bahasa Melayu Lama, Pulau Pinang: Penerbit Universiti Sains Malaysia.

Mohammad Redzuan Othman. 2005. Islam dan Masyarakat Melayu, Peranan dan pengaruh Timur Tengah, Kuala Lumpur: Pustaka Universiti Malaya.

Muda, Pocut Haslinda. 2011. Silsilah Raja Raja Islam di Aceh, Jakarta: Yayasan Tun Sri Lanang.

Muhammad, Taqiyuddin. 2011. Daulah Shalihiyyah di Sumatera, Banda Aceh: Center for Information of Samudera Pasai Heritage.

Musa, Hashim Hj. 2015. Peranan Tulisan Jawi dalam Perkembangan Islam di Malaysia, Jurnal Pengajian Melayu, Jilid 16:88-92

Nasyruddin wan Abdullah, Wan dkk, 2014. Intertekstualiti dalam Tarjuman al-Mustafid, Bangi: Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia.

Said, Muhammad. 1981. Aceh Sepanjang Abad, Medan: Percetakan dan Penerbitan Waspada.

Seok, Kang Kyoung. 2015. Perkembangan Tulisan Jawi dalam Masyarakat Melayu, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.

Usman, A. Rani dkk. 2009. Budaya Aceh, Banda Aceh: Pemerintah Aceh.

Zaidi Miszuwar. 2017. Implementasi Metode Pembelajaran Teks Jawi Kitab Kuning Di Dayah Latansa Zikrullah Mugan Kecamatan Montasik, Skripsi, Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.

Page 140: Jurnal MUDARRISUNA

Penggunaan Media…

398

http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.5661 PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARN FIQH PADA DAYAH TRADISIONAL DI ACEH (Studi Kasus pada Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie dan Dayah Darul Falah)

Ismail Anshari & Tihalimah

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia email: [email protected], [email protected]

Abstract

Traditional Dayah education in Aceh which has historically contributed to providing resplendent output, but is now starting to face serious challenges that lead to suboptimal quality of education. The study of fiqh in traditional dayahs that have produced quality graduates began to decline. Data collected through observation, interviews, and documentation analyzed through a qualitative approach show some significant findings. First, traditional dayahs in Aceh in fiqh learning have adopted the curriculum of the Aceh Dayah Education Office. Second, the integration of instructional media in the teaching of fiqh in traditional dayahs in Aceh has not been able to improve the quality of fiqh learning. Thirteen, the continuity of innovation in the integration of instructional media in fiqh learning is greatly influenced by internal and external support so that continuous and comprehensive innovation becomes a necessity so that the maximum output produced. This paper suggests a transformation in fiqh learning in traditional dayahs by actualizing learning oriented to the mastery of the material through the integration of learning media.

Keywords: Learning Media; Islamic education; fiqh; dayah; Aceh.

Abstrak

Pendidikan tradisional dayah di Aceh yang dalam sejarahnya telah berkontribusi dalam memberikan output gemilang, tetapi saat ini mulai menghadapi tantangan serius yang mengarah pada kualitas pendidikan yang belum optimal. Pembelajaran fiqh pada dayah tradisional yang telah mencetak lulusan berkualitas mulai mengalami kemunduran. Data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang dianalisis melalui pendekatan kualitatif menunjukkan beberapa temuan yang signifikan. Pertama, dayah tradisional di Aceh dalam pembelajaran fiqh telah mengadopsi kurikulum dari Dinas Pendidikan Dayah Aceh. Kedua, pengintegrasian media pembelajaran dalam pengajaran fiqh pada dayah tradisional di Aceh belum mampu meningkatkan kualitas

Page 141: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

399

pembelajaran fiqh. Ketigas, kontinuitas inovasi dalam pengintegrasian media pembelajaran pada pembelajaran fiqh sangat dipengaruhi oleh dukungan internal dan eksternal sehingga inovasi yang berkelanjutan dan komprehensif menjadi sebuah keharusan agar output yang dihasilkan maksimal. Tulisan ini menyarankan adanya suatu transformasi dalam pembelajaran fiqh pada dayah tradisional dengan mengaktualisasikan pembelajaran yang berorientasi pada penguasan materi melalui pengintegrasian media pembelajaran.

Kata Kunci: Media pembelajaran; pendidikan Islam; fiqh; dayah; Aceh.

PENDAHULUAN

Dayah tradisional dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam yang

telah berkotribusi gemilang dalam pembangunan Aceh sejak dulu, tetapi

saat ini kegemilangan tersebut mulai meredup. Peran alumni dayah

tradisional di masyarakat mulai tergantikan oleh lulusan sekolah formal

dari perguruan tinggi. Standar kompetensi profesionalisme yang

ditetapkan oleh pemerintah dinilai telah mengkerdilkan kualifikasi yang

dimiliki oleh alumni dayah.1 Lebih lanjut, munculnya anggapan di

masyarakat pendidikan dayah tidak lagi menjamin terbukanya lapangan

pekerjaan berkontribusi terhadap mundurnya penyelenggaraan

pendidikan di dayah.

Peran alumni dayah yang mulai menurun dalam kehidupan

masyarakat di Aceh juga dinilai semakin menguat. Hal ini ditemukan

setidaknya dalam dua hal. Pertama, mulai tergantikannya posisi alumni

dayah (dalam hal ini disebut Tengku Dayah) dalam menyelenggarakan

kegiatan fardhu kifayah dan hal yang berkaitan dengan fiqh, seperti

menjadi imam, penceramah dan imuem gampoeng.2 Kedua, terelimasinya

Tengku Dayah dalam rekrutmen penyuluh agama yang diselenggarakan

oleh Kementerian Agama Provinsi Aceh pada tahun 2017. Banyak Tengku

Dayah yang gagal menjadi penyuluh agama karena terkendala dengan

persyaratan administrasi seperti ijazah dan keterangan kompetensi.

Padahal, sebelum rekrutmen resmi dibuka tengku dayah yang berada di

_____________

1M. Hasbi Amiruddin, Menatap Masa Depan Dayah Di Aceh, cet.1, (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2008)

2Silahuddin, “Budaya Akademik dalam Sistem Pendidikan”, hlm. 351-352

Page 142: Jurnal MUDARRISUNA

Penggunaan Media…

400

Aceh diberdayakan secara tidak tertulis oleh Kementerian Agama Aceh

sebagai penyuluh agama di wilayahnya.

Kiprah alumni dayah yang mulai pudar di era modern merupakan

dilema bagi dayah dan para alumninya. Memudarnya kiprah alumni

dayah saat ini erat kaitannya dengan model pembelajaran yang

diselenggarakan oleh dayah. Model pendidikan yang monoton dan

kurang relevan dengan perkembangan zaman disinyalir sebagai salah

satu faktornya.3 Kurikulum dayah yang tidak mengalami evaluasi dan

pengembangan turut perpengaruh pada model pembelajaran yang

diterapkan. Dalam beberapa penelitian dijelaskan dayah di Aceh masih

menganut sistem pendidikan tradisional yang kurang berorientasi pada

pemenuhunan kompetensi secara profesional.4 Lebih lanjut,upaya

mempertahankan eksistensi dayah sebagai lemabaga pendidikan bercorak

agama telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Dayah Aceh (DPDA).

Penyetaraan kurikulum dayah merupakan satu diantara inovasi yang

dilakukan oleh DPDA.Meskipun demikian, inovasi yang dilakukan oleh

DPDA belum mampu meningkatkan kualitas pendidikan di dayah secara

efektif dan komprehensif. Hal ini dikarenakan inovasi yang dilakukan

hanya sebatas subtansial dan belum menyentuh aspek teknikal.

Dayah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan juga memiliki

tanggungjawab dalam berinovasi terhadap kurikulum yang telah

dirancang tetapi hal ini jarang dilakukan. Kesadaran dayah dalam

melakukan inovasi terhadap penyelenggaran pendidikan di dayah

sebagai upaya peningkatan kualitas belum disadari sepenuhnya. Lebih

lanjut, monotonitas dalam metode pembelajaran dan rendahnya

monitoring dan evaluasi terhadap dayah yang menyelenggarakan

pendidikan oleh DPDA, berakibat terhadap abainya sifat check and

balance untuk peningkatan kualitas. Inovas dalam penyelenggaran

_____________

3Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Islam Pesantren,(Jakarta: Inis, 1994)

4Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina 1997)

Page 143: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

401

pembelajaran di dayah khusunya mata pelajaran fiqh merupakan

keharusan sebagai upaya peningkatan kualitas lulusan. Oleh karena itu,

untuk mengetahui perkembangan kualitas pembelajaran fiqh pada dayah

di Aceh secara konkrit pasca dibentuknya DPDA, peneliti berinisiatif

untuk melakukan peneilitian terkait di Kabupaten Aceh Besar dan

Kabupaten Pidie Jaya.

Tulisan ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan pada

Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie di Aceh Besar dan Dayah Darul Falah di

Pidie Jaya Provinsi Aceh. Letak kedua dayah tersebut berada di pusat

perkampungan yang berdekatan dengan permukiman masyarakat.

Pemilihan Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie di Aceh Besar dan Dayah

Darul Falah di Pidie Jaya sebagai subjekpenelitian didasarkan pada tiga

alasan. Pertama, pimpinan kedua dayah telah dikenal secara gemilang

kiprahnya sebagai Alim Ulama di Aceh. Kedua, keberadaan dayah

tersebut tercatat di Dinas Pendidikan Dayah Aceh (DPDA). Ketiga, kedua

dayah tersebut telah berkembang dan memiliki banyak santri dan

alumni.Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara.

Observasi dilakukan terhadap aktivitas pembelajaran di Dayah Darul

Ulum Abu Lueng Ie di Aceh Besar dan Dayah Darul Falah di Pidie Jaya,

termasuk observasi pada kelengkapan fasilitas seperti sarana dan

prasarana pendukung, majalah dinding dan stuktur organisasi dayah;

proses pembelajaran di balai pengajian bale beut, dan kitab-kitab yang

digunakan; kegiatan sehari-hari santri (students), termasuk aktivitas di

luar jam pelajaran, seperti kegiatan ibadah dan interaksi dengan warga.

Adapun wawancara dilakukan terhadap tokoh dayah, tengku, dan

santri. Beberapa informan kunci meliputi (1) pimpinan dayah atau

perwakilan yayasan yang setingkat wakil direktur dan memiliki otoritas

terkait pengambilan kebijakan di dayah; (2) tengku dayah, yang dipilih

karena kedudukannya sebagai ustad pengasuh dan pengajar di yang telah

mengabdi selama 5 tahun; (3) santri, pelajar yang sedang mengenyam

pendidikan di dayah minimal selama 5 tahun dan saat ini tetap berstatus

Page 144: Jurnal MUDARRISUNA

Penggunaan Media…

402

santri. Beberapa pertanyaan kunci yang didiskusikan meliputi (1)

kurikulum pembelajaran fiqh yang diterapkan oleh di Dayah Darul Ulum

Abu Lueng Ie di Aceh Besar dan Dayah Darul Falah di Pidie Jaya, (2)

efektivitas dan kendala dari model pembelajaran tersebut, dan (3) inovasi

kurikulum yang dilakukan dalam pembelajaran fiqh sebagai upaya

peningkatan kualitas. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan

pemilahan dengan mengeliminasi data yang tidak relevan, kemudian

pada tahapan terakhir data dianalisis menggunakan metode dekriptif

dengan pendekatan kualitatif.

PEMBAHASAN

1. Pentingnya media pembelajaran

Perkembangan zaman yang serba cepat dalam berbagai lini

kehidupan turut berdampak terhadap dunia pendidikan. Tuntutan

terhadap dunia pendidikan agar mampu menyelenggarakan pendidikan

berdampingan dengan perkembangan zaman bukanlah hal baru. Salah

satu diantara tuntutan tersebut yaitu pemanfaatan media pembelajaran

untuk mendungkung proses pembelajaran yang efektif. Pembelajaran

yang efektif dapat dicapai melalui penggunaan metode dan media

pembelajaran yang tepat. Pengintegrasian media pembelajaran dalam

proses pembelajaran telah dilakukan sejak dulu sampai saat ini dan hasil

dari proses terserbut terbukti mampu meningkatkan efektivitas

pembelajaran.5

Media pembelajaran yang dapat diintegrasikan dalam proses

pembelajarn dapat dimulai dari model yang sederhanan sampai yang

berkaitan dengan teknologi dan informasi. Secara umum media

pembelajaran dapat dikelompokkan berdasarkan sifat terdiri atas media

visual, audio, audio-visual dan komputer.

_____________

5David Buckingham, “Media Education Goes Digital : An Introduction Media Education Goes Digital : An Introduction” 9884, no. May (2007).

Page 145: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

403

Berbagai jenis media yang dapat digunakan dalam proses

komunikasi pembelajaran menurut Koyo Kartasurya seperti dikutip oleh

Arif Sadiman, dkk digolongkan menjadi empat jenis yaitu:

a. Media visual meliputi gambar, sketsa, diagram dan hal lainya yang

berupa visual.

b. Media dengar meliputi radio, magnetic, tape recorder, magnetic

sheet recorder, laboratorium bahasa.

c. Projected still media meliputi slide, film strip, over head projector,

micro film, micro projector.

d. Projected motion media, meliputi, film, televisi, closed circuit

television (CCTV), video tape recorder, komputer

Menurut Zakiah Dradjad yang dikutip oleh Ramayulis alat atau

jenis-jenis media ini dalam dua dikelompokkan yaitu:6

a. Alat pendidikan yang bersifat benda: media tulis, seperti buku,

benda-benda alam seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan

sebagainya, gambar-gambar yang dirancang seperti grafik, gambar-

gambar yang di proyeksikan, seperti video transparan, audio

recorder (alat untuk mendengar), seperti kaset, tape radio.

b. Alat media yang bukan bersifat benda: Keteladanan, perintah atau

larangan, anjaran dan hukuman.

Meskipun media pembelajarn memiliki beragam jenis, akan tetapi

tidak semua media tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran. lebih

lanjut, penggunaan media juga sangat tergantung pada jenis pendidikana

baik formal atau non formal. Dalam pendidikan non formal seperti dayah

salafiyah, media pembelajaran yang tidak bersifat benda lebih dominan

digunakan.7

_____________

6Darajat, Zakiah, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

7Marhamah, “Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh,” At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam , No. 1, Juni 2018 10 (2018): 71–92.

Page 146: Jurnal MUDARRISUNA

Penggunaan Media…

404

2. Efektivitas Media Pembelajaran

Pengembangan berbagai metode pembelajaran bertujuan untuk

meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Pembelajaran yang efektif

akan berdampak positif terhadap pemahaman siswa sehingga tujuan

pembelajaran yang dirancang tercapai. Dalam strategi pembelajaran

penggunaan media pembelajaran dan multi media tergolong signifikan.

Peran dari media pembelajaran yang terbukti dapat mengahadirkan

pembelajaran yang efektif telah dibuktikan dalam berbagai penelitian.8

Lebih lajut, Falahudin mengungkapkan penggunaan media juga

mempermudah dalam penyederhanaan materi pembelajaran.9

Pengintegrasian media pembelajaran dalam strategi pengajaran

memiliki berbagai kelebihan. Media pembelajaran mampu menghadirkan

pembelajaran yang lebih menarik dan menguraikan kompleksitas materi

pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai fungsi masing-

masing, menurut Nana Sudjana terdapat enam fungsi media pembelajaran

yaitu:10

a. Alat bantu untuk menghadirkan pembelajaran yang efektif.

b. Media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan

situasi mengajar.

c. Dalam pemakaian media harus melihat tujuan dan bahan pelajaran.

d. Media pengajaran berfungsi untuk meningkatkan fokus dan

perhatian siswa.

e. Mempercepat proses belajar mengajar serta dapat membantu siswa

dalam menangkap pengertian yang disamapaikan oleh guru.

f. Sebagai sarana peningkatan mutu pembelajaran.

_____________

8Buckingham and Buckingham, “Media Education Goes Digital : An Introduction Media Education Goes Digital : An Introduction.”

9Iwan Falahudin, “Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran,” no. 4 (2014): 104–117.

10Udin Syaefuddin Saud, Inovasi Pendidikan, cet. 6, (Bandung: ALFABETA, 2013), hlm. 178.

Page 147: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

405

Esensi dari penggunaan media pembelajaran yaitu sebagai upaya

pemecahan masalah dalam dunia pendidikan untuk menemukan solusi

yang efektif dan efesien dalam peningkatan mutu pendidikan. Dalam

keadaan pembelajaran yang pasif media pembelajaran menjadi solusi

alternatif untuk menghadirkan pembelajaran yang efektif.11

3. Tantangan dalam Penggunaan Media Pembelajaran

Inovasi kurikulum sebagai wadah untuk mengembangkan potensi

dan pengetahuan murid membutuhkan instrumen atau metodologi

tertentu agar menghasilkan luaran yang bernilai ilmiah. Ketika output

dari pembelajaran menurun dan kualitas pendidikan rendah maka

upapaya peningkatan kualitas perlu dilakukan. Dalam upaya

peningkayan kapasitas perubahan yang perlu dilakukan dapat dimulai

dari pengintegrasian materi dalam media pembelajaran. Hal ini penting

karena media pembelajaran merupakan alat bantu dalam penyampain

materi. Media pembelajaran dapat diaplikasikan dalam berbagai materi.

Meskipun demikian, pemilihan media pembelajaran yang tepat dan sesuai

dengan materi dan karakterisktik siswa memiliki tantangan tersendiri.

Tantangan dalam memilih media pembelajaran dapat dibagi dalam

beberapa jenis: kesesuaian dengan materi, ketersedian alat pendukung

dan tujuan pembelajaran.12

Dalam penggunaan media pembelajaran menurut Wardani terikat

pada tiga asas pokok yaitu: asas filosofis, psikologis dan sosiologis.13

Pertama asas filosofis yang berkaitan terhadap nilai-nilai yang berlaku

pada masyarakat. Lebih lanjut, filsafat sebagai sistem nilai menjadi

sumber utama dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan.

_____________

11Hamalik, Oemar, (2005). Inovasi Pendidikan : Perwujudannya dalam Sistem Pendidikan Nasional, YP. Permindo, Bandung.

12Darimi, Ismail. "Teknologi Informasi Dan Komunikasi Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Efektif." Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi 1.2 (2017): 111-121.

13Wardani, I G. A.K. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Implementasinya: Makalah pada Penelitian Buku Ajar PGSD, Yogyakarta.

Page 148: Jurnal MUDARRISUNA

Penggunaan Media…

406

Kedua asas psikologis berhubungan dengan aspek kejiwaan dan

perkembangan peserta didik. Ketiga asas sosiologis berkaitan dengan

kebutuhan dan perkembangan dinamika sosial budaya masyarakat. Lebih

lanjut, Mulyasa menerangkan prinsip dalam strategi inovasi kurikulum

pendidikan juga harus mencakupi peningkatan keimanan, keseimbangan

etika, logika, etestika dan kinestetika.14

4. Pengintegrasian Media Pembelajaran di Dayah

Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie di Aceh Besar dan Dayah Darul

Falah di Pidie Jaya, telah proses pembelajarannya telah menerapkan

kurikulum pembelajaran. Kurikulum pembelajaran yang diterapkan oleh

kedua dayah tersebut merupakan kurikulum dayah tradisional yang

disusun oleh Dinas Pendidikan Dayah Aceh (DPDA) pada tahun 2008.

Dalam kurikulum ini telah terlampir beberapa jenis metode dan media

pembelajaran yang disarankan untuk diterapkan dalam pengajaran Fiqh.

“Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie dalam proses belajar dan

mengajar telah menerapakan kurikulum yang disusun oleh DPDA sejak

tahun 2010 dan kami menggunakan kitab-kitab yang disarankan”.15

“Dalam proses pembelajaran kami sudah menggunakan kurikulum yang

disarankan oleh DPDA dan kami telah mendapatkan sosialisasi terkait

media pembelajaran tersebut sejak tahun 2009”16

Berdasarkan keterangan dari narasumber, pembelajaran fiqh dalam

kurikulum yang disusun oleh DPDA terdapat pada semua tingkatan

kelas. Adapun tingkatan kelas di dayah tradisional di Aceh secara umum

berjumlah 9 tingkatan atau setara pendidikan A’liyah pada sekolah

formal. Lebih lanjut kurikulum fiqh yang digunakan oleh kedua dayah

dalam pembelajarannya. Sedangkan dalam proses pengajaran, metode

pembelajaran yang digunakan merupakan metode klasik. Metode klasik

_____________

14Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya..

15Wawancara, 10/2/ 2019, di Aceh Besar.

16Wawancara, 10/2/ 2019, di Pidie Jaya.

Page 149: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

407

dalam pembelajaran di dayah tradisional di Aceh merupakan metode

yang diajarkan secara turun-temurun.

Keterangan kedua narasumber menjelaskan beberapa metode

pembelajaran yang kerap dipraktikan yaitu wetonan, muzakarah dan

resitasi. Dalam keterangan lebih lanjut, kedua narasumber menerangkan .

Kurikulum tradisional tetap dipertahankan sebagai model pembelajaran

pelajaran agama melalui tiga metode yaitu wetonan merupakan metode

pembelajaran yang diterapkan pada tingkat awal. Muzakarah merupakan

model pembelajaran dengan sistim musyawarah untuk mendapatkan

kebenaran. Resitasi merupakan model pembelajaran yang

mengedepankan 70% peran santri. Ketiga metode pembelajaran tersebut

diimplementasikan melalui sistim halaqah.

Pada pola wetonan, seorang tengku terlibat langsung dalam proses

pembelajaran meskipun hanya pada tingkat tertentu. Model pembelajaran

Beut Pubeut pada tingkat tertentu hanya dilakukan oleh tengku. Pola

muzakarah merupakan pola pembelajaran dengan membagi santri

kedalam dua kelompok, pro dan kontra, untuk mendebatkan satu tema

yang telah disiapkan. Dalam prosesnya didampingin oleh satu atau dua

orang tengku yang bertindak sebagai hakim. Pola resitasi, diawali dengan

pemberian tugas pada santri untuk didiskusikan pada pertemuan

berikutnya. Dalam model ini yang diutamakan adalah pemecahan

masalah melalui diskusi antara santri dan tengku bahkan sampai terjadi

perdebatan antara tengku dan santri. Jika jawaban yang diperoleh belum

memuaskan maka jawabannya akan dicari dalam berbagai kitab dan

tengku bale.

Dalam pembelajaran fiqh pada semua tingkatan dayah sering

mempraktikan metode tersebut karena dianggap sesuai dan mudah untuk

diimplementasikan. Hal ini tersebut seperti yang dikemukan oleh masing-

masing narasumber seperti berikut ini.

“Dalam proses pembelajaran fiqh, kami (dayah tradisional) tetap

menggunakan metode pembelajaran seperti wetonan, resitasi dan

Page 150: Jurnal MUDARRISUNA

Penggunaan Media…

408

muzakrah karena dalam pembahasan fiqh banyak dalil-dalil yang perlu

pencerahan melalui kegiatan diskusi dan debat berdasarkan nash al-

qur’an dan hadist sebagai hujjah”.17 “Ilmu fiqh lebih mudah diajarkan

dengan pola pembelajaran klasik karena di dalam pembelajaran butuh

analisa yang merujuk pada dalil-dalil al-qur’an dan hadist”.18

Dalam proses pengajaran berdasarkan hasil pengamatan di kedua

dayah ditemukan media pembelajaran yang sederhana. Adapun media

pembelajaran tersebut berupa penggunaan papan tulis, spidol dan

flipchart pada ruang kelas dan balai-balai pengajian. Lebih lanjut, hasil

dalam wawancara dengan para narasumer kedua dayah menyatakana

mempunyai infokus dan beberapa komputer dalam laboratorium

komputer. Narasumber menyatakan dalam pengajaran menggunakan

metode reisitasi Tengku Dayah menggunakan flipchart untuk mencatat

point-point penting terkaiat pokok pembahasan, saran-saran dalam debat

dan intisari dari pembelajaran.

Disamping itu, keterangan dari narasumber Dayah Darul Ulum

Abu Lueng Ie menyatakan “kita juga menggunkan infocus dalam

pembelajaran fiqh pada materi tertentu yang diajarakan oleh pimpinan

dayah”.

5. Efektivitas Pengintegrasian Media Pembelajaran di dayah

Hasil wawancara mengungkap tigal hal terkait dengan efektivitas

penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran fiqh pada Dayah

Darul Ulum Abu Lueng Ie di Aceh Besar dan Dayah Darul Falah di Pidie

Jaya, yaitu: Pertama kedua dayah telah melakukan inovasi dalam

pembelajaran dengan menggunakan kurikulum dayah tradisional yang

digagas oleh DPDA pada tahun 2008. Sebelum dibentuknya DPDA kedua

dayah tidak menggunakan kurikulum tetapi proses pembelajaran dan

mata pelajaran yang diajarkan sesuai dengan arahan dari pimpinan

_____________

17Wawancara, 26/7/ 2019, di Aceh Besar.

18Wawancara, 27/7/ 2019, di Pidie Jaya.

Page 151: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

409

dayah. Model pembelajaran dan mata pelajaran yang diajarkan secara

umum memiliki kesamaan dengan beberapa dayah dalam wilayah yang

sama. Penerapan kurikulum dayah tradisional dimulai setelah adanya

intruksi dari DPDA untuk menerapakn kurikulum dayah tradisional

tahun 2008. Pasca instruksi tersebut kedua dayah mulai menerapakan

kurikulum yang standarisasinya berada dalam pengawasan DPDA. Hal

tersebut terungkap dalam cuplikan wawancara kedua narasumber seperti

berikut ini.

“Sekarang kami menggunakan kurikulum yang digagas badan

dayah pada tahun 2008, sebelumnya kami tidak menggunakan kurikulum

apapun.”19 “Prosese pembelajaran fiqh di dayah kami mengikuti arahan

dari pimpinan daya, untuk kurikulum sebelumnya sesuai dengan apa

yang diperintahkan Abu, tetapi sejak adanya kurikulum dari DPDA kami

mulai mengadopsinya di dayah”20

Kedua aspek dari perencanaan pembelajarn fiqh yang telah

dilakukan inovasi meliputi perumusan ulang tujuan pembelajaran,

relevansi pembelajaran dan sumber pembelajaran. Dalam perumusan

tujuan pembelajaran kedua dayah merumuskan tujuan pembelajaran

berlandaskan kebutuhan, tuntutan dan harapan. Oleh karena itu tujuan

dirumuskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat, santri

dan ilmu pengetahuan. Sebagaimana diungkapkan oleh Teungku

Noval Dayah Darul Ulum Aceh Besar: “Bahwa tujuan jangka

panjang inovasi kurikulum dayah yaitu santri menguasai kitab kuning,

jangka menengah santri tidak remedial dan jangka pendek santri bisa

diterima oleh masyarakat.”21 Untuk memperkuat hasil wawancara dengan

Teungku Noval, maka peneliti mewawancarai Teungku Arief dan

Teungku Rudi menyatakan bahwa: “Dalam Inovasi kurikulum harus

berorientasi pada tujuan dengan mempertimbangkan faktor masyarakat,

_____________

19Wawancara, 26/7/ 2019, di Aceh Besar.

20Wawancara, 27/7/ 2019, di Pidie Jaya.

21Wawancara, 26/7/ 2019, di Aceh Besar.

Page 152: Jurnal MUDARRISUNA

Penggunaan Media…

410

santri serta ilmu pengetahuan karena masyarakat mengharapkan santri

tidak canggung hidup di tengah-tengah masyarakat nantinya.”22

Untuk mendukung data tersebut, peneliti juga mewawancarai

Teungku Mahfud Dayah Darul Falah Pidie Jaya menyatakan bahwa:

“Dalam Inovasi kurikulum dayah perlu berorientasi pada tujuan, karena

dalam menyusun kurikulum harus mulai dari tujuan pembelajaran yang

harus dicapai.”23 Lebih lanjut, pada Dayah Darul Falah Pidie Jaya

Teungku Mahfud juga memperlihatkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebagai bagian dari inovasi yang

telah dilakukan.24

Ketiga inovasi dalam proses pembelajaran fiqh dengan

menggunkan metode pembelajaran aktif learning dan perangkat

pembelajaran yang memadai. Kedua dayah dalam melakukan inovasi

kurikulum fiqh juga mempertimbangkan relevansi antara komponen-

komponen kurikulum yaitu tujuan, materi, metode dan evaluasi

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Meskipun demikian

inovasi yang dilakukan masih berada pada tahap uji coba. Hal ini seperti

yang diungkapkan oleh kedua narasumber sebagai berikut.

“Tengku-tengku di dayah khususnya yang muda-muda sudah

mulai melakukan perencanaan pembelajaran dan penilaian”25 “sejauh ini

kita baru mulai menyusun perangkat pembelajaran secara umum dan

masih dalam masa percobaan”26

Dalam pembelajaran fiqh kedua dayah mulai menyertakan media

pembelajaran yang otentik sebagai bahan ajar seperti mengambil contoh-

contoh kasus yang diangakat oleh media baik cetak dan digital.

_____________

22Wawancara, 26/7/ 2019, di Aceh Besar.

23Wawancara, 27/7/ 2019, di Pidie Jaya.

24Wawancara, 27/7/ 2019, di Pidie Jaya.

25Wawancara, 26/7/ 2019, di Aceh Besar.

26Wawancara, 27/7/ 2019, di Pidie Jaya.

Page 153: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

411

6. Kendala dalam Pengintegrasian Media Pembelajaran di Dayah

Dayah Darul Ulum Aceh Besar dan Dayah Darul Falah Pidie Jaya

adalah adalah tempat pelaksanaan maupun penyelenggaraan pendidikan

Agama Islam yang berbasis kitab kuning. Kegiatan pokok yang perlu

ditegaskan dalam hal ini adalah adanya pembinaan potensi bagi santri

melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan wawancara

dengan Pimpinan Dayah Darul Falah Pidie Jaya tentang kendala

pengintegrasian media pembelajaran dalam pengajran fiqh pada dayah

dikemukakan sebagai berikut:

“Proses pendidikan di Dayah Darul Falah Pidie Jaya berlangsung

secara terus menerus selama 24 jam dengan penekanan khusus pada

upaya tafaquh fiddin. Masalah-masalahnya antara lain yaitu masih

terbatasnya sarana dan prasarana dalam dayah untuk mendukung

kebutuhan penyelenggaraan pengajaran di dayah khususnya untuk

tujuan peningkatan mutu lulusan dayah.”27

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan di atas, dapat

diketahui tentang adanya kendala penggunaan media pembelajaran

dalam pembelajaran fiqh di dayah dalam meningkatkan kualitas

pendidikan dan peningkatan mutu dayah. Diantara kendala yang dialami

adalah masih terbatasnya sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam

pembelajaran, seperti sarana tempat praktikum santri dan sarana

komputer. Lebih lanjut, kendala inovasi kurikulum fiqh di dayah dapat

diketahui adanya kendala dalam implementasi kurikulum dalam

pembelajaran di balai pengajian. Kendala tersebut diketahui yaitu

terbatasnya metode pembelajaran yang dipergunakan dimana guru

dayah. Dengan terbatasnya motode pembelajaran ini sehingga

pembelajaran fiqh tidak efektif. Keterbatasan metode menyebabkan guru

kurang mampu dalam mengefektifkan penggunaan metode-metode baru

_____________

27Wawancara, 27/7/ 2019, di Pidie Jaya.

Page 154: Jurnal MUDARRISUNA

Penggunaan Media…

412

dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut sehingga guru dayah hanya

sebahagian saja memilih dan menerapkan model pembelajaran dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar fiqh yang di laksanakan.

Berdasarkan wawancara dengan guru dayah Tengku Rudi terkait

kendala dalam penggunaan media pembelajaran dalam pengajran fiqh di

dayah dikemukakan sebagai berikut: “Dalam dalam pelaksanaan

pembelajaran di balai pengajian, tengku dayah dituntut mampu

melakukan mengaplikasikan model pembelajaran aktif learning, tetapi

karena jam pelajaran juga terdapat di malam hari hal ini sulit dilakukan.

Disamping itu, guru dayah juga mengalami beberapa hambatan yang

serius seperti keterbatasan dana, waktu serta tenaga dan sebagainya”.28

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan di atas dapat dipahami

tentang adanya kendala inovasi pembelajaran fiqh di dayah. Adapun

kendala yang dikemukakan dalam pengintegrasian media pembelajaran

di dayah sebagaimana dijelaskan adalah masalah keterbatasan sarana dan

fasilitas yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pendidikan di dayah.

Dalam penyusunan program pendidikan atau pengitegrasian media

pemebalajaran berkaitan dengan masalah dan relevansinya dengan

tuntutan pembangunan dalam segala bidang baik materil dan non materil.

7. Pengintegrasian Media Pembelajaran di Dayah

Data-data dari Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie di Aceh Besar dan

Dayah Darul Falah di Pidie Jaya dalam pembelajaran fiqh telah

menggunakan media pembelajaran berdasarkan kurikulum dayah

tradisional tahun 2008 yang digagas oleh Dinas Pendidikan Dayah Aceh

(DPDA). Kedua dayah tersebut secara definif menyatakan telah

mendapatkan sosialisasi terkait penggunaan media pembelajaran dalam

pengajaran fiqh yang berstandarisasi DPDA. Hal ini menunjukkan kedua

dayah telah menerapakan pembelajaran yang terkoneksi dengan media

pembelajaran dalam pembelajaran fiqh. Meskipun demikian, metode

_____________

28Wawancara, 26/7/ 2019, di Aceh Besar

Page 155: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

413

pembelajaran fiqh yang digunakan belum sepenuhnya mengacu pada

kurikulum yang berorientasi pada mastery learning. Hal terlihat pada

metode pembelajaran klasik yang masih dipertahankan dalam proses

pembelajaran oleh kedua dayah.

Pembelajaran menggunakan metode klasik belum sepenuhnya

mengadopsi model pembelajaran aktif. Meskipun demikian, para pihak

yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di dayah meyakini

metode wetonan, muzakrah dan resitasi sebagai metode yang mampu

mengaktualisasikan teori-teori pembelajaran pada santri. Hal ini senada

dengan yang dikatan Ramayulis dimana tujuan dari kurikulum

pendidikan Islam sebagai aktualisasi nilai-nilai keislaman dalam

pembelajaran. Lebih lanjut, kedua dayah masih menggunakan kurikulum

tahun 2008 yang sejatinya kurikulum pendidikan dayah tradisional telah

melakukan penyempurnaan dengan diterbitkan kurikulum Pendidikan

Dayah Berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh No. 47 Tahun 2010.

Pembaharuan tersebut disusun oleh tim ahli penyusunan Kurikulum dan

Pengembangan Silabus Dayah yang berjumlah 12 belas orang yang

digagas oleh subbid pembinaan kurikulum DPDA. Adapun unsur

tersebut terdiri dari kalangan pimpinan dayah di seluruh Aceh,

kurikulum dayah terbaru.

8. Efektivitas Pengintegrasian Media Pembelajaran di Dayah

Data hasil penelitian pada Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie di

Aceh Besar dan Dayah Darul Falah di Pidie Jaya, menunjukkan bahwa

pembelajaran fiqh telah mengalami inovasi. Inovasi pengajaran fiqh pada

kedua dayah dapat dilihat dari penerapan kurikulum tahun 2008 yang

digagas DPDA yang terintegrasi media pembelajaran. Hal ini sejalan

dengan tujuan penggunaan media pembelajaran yang yaitu terjadinya

Page 156: Jurnal MUDARRISUNA

Penggunaan Media…

414

proses pembelajaran dan perubahan tekni penyampaian materi yang

berorientasi pada pencapain tujuan pembelajaran29.

Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie dan Dayah Darul Falah telah

melakukan inovasi pembelajaran fiqh meliputi beberapa aspek dalam

skala kecil. Adapun aspek inovasi yang telah dilakukan meliputi

penyusunan ulang tujuan pembelajaran, perangkat pembelajaran seperti

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan materi pembelajaran. Hal

ini telah sesuai dengan tujuan penggunaan media pembelajaran yang

mengutamakan relevansi kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.30

Meskipun demikian, jika ditinjau lebih lanjut proses penggunaan media

pembelajaran yang dilakukan oleh kedua dayah masih pada tahap

percobaan dan dalam skala pemenuhan kewajiban administratif

pembelajaran. Lebih lanjut, aktualisasi dari inovasi yang dilakukan belum

mampu meningkatkan mutu pembelajaran fiqh pada kedua dayah. Hal ini

senada dengan yang diungkapkan oleh kedua narasumber “penyusunan

RPP hanya dilakukan oleh sebagian tengku saja”.

Inovasi pembelajaran fiqh sejatinya dapat dilakukan secara

komprehensif meliputi keempat komponen kurikulum agar tujuan

peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai. Meskipun demikian,

penggunaan media pembelajaran pada kedua dayah belum mecapai

tahapan tersebut. Lebih lanjut, peran DPDA dalam melakukan inovasi

pembelajaran fiqh pada dayah juga belum optimal karena dalam

penyempurnaan kurikulum dayah tradisional di Aceh hanya sebatas

penyetaraan mata pelajaran. Absennya inovasi komponen strategi

pembelajaran dan evaluasi turut berdampak terhadap penggunaan

metode klasik di kedua dayah dalam pembelajarannya fiqh. Akibatnya

mutu pendidikan dayah tidak terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini

_____________

29Hamalik, Oemar, (2005). Inovasi Pendidikan: Perwujudannya dalam Sistem Pendidikan Nasional, Permindo, Bandung.

30Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Page 157: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

415

senada dengan yang diungkapkan oleh ahli dimana strategi pembelajaran

dan evaluasi merupakan komponen penentu dalam menilai kualitas

pembelajaran fiqh.31

9. Kendala dalam Pengintegrasian Media Pembelajaran di Dayah

Pengintegrasian media pembelajaran didesain agar siswa mampu

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, baik affective, kognitif

dan psikomotorik. Dengan kata lain, kompetensi lulusan menjadi unsur

utama dalam desian model pembelajaran. Sukmadinata menjelaskan

bahwa penggunaan media pembelajaran merupakan cara sistematis untuk

mengoptimalkan kemampuan individu melalui pengintegrasian materi

pembelajaran dengan kondisi sosial masyarakat.32 Seperti halnya konsep

inovasi kurikulum yang dilaksanakan pada sekolah formal mengarah

pada pembentukan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal pelajar.

Meskipun demikian, keberhasilan penggunaan media pembelajaran

dalam pendidikan turut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dayah Darul

Ulum Abu Lueng Ie dan Dayah Darul Falah mengalami kendala internal

dan eksternal dalam pengintegrasian media pembelajaran. Pertama faktor

internal, secara internal kedua dayah merupakan lembaga pendidikan

swasta yang penyelenggaran pendidikan berada dalam pengawasan

internal yayasan dan kebijakan pimpinan. Lebih lanjut, sumber daya

manusia yang belum mumpuni dalam perencanaan inovasi kurikulum.

Pengalaman tengku dan pimpinan dayah yang tidak mengenyam

pendidikan tarbiyah turut berdampak terhadap inovasi kurikulum.

Disamping itu, urikulum dayah lebih banyak ditentukan oleh otoritas

pimpinan dayah. Bahkan, pada dayah tradisional tidak terdapat struktur

yang jelas terkait bidang peningkatan mutu dan pengembangan

kurikulum. Hal ini, menyebabkan ketidaksamaan kurikulum atau kitab-

_____________

31Mohammad Yazdi, Dosen Jurusan Matematika, and Universitas Tadulako, “E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN” 2, no. 1 (2012): 143–152.

32Sukmadinata, Nana Syaodih, (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Page 158: Jurnal MUDARRISUNA

Penggunaan Media…

416

kitab yang dijadikan standar dalam pengajaran. Hal ini senada dengan

pendapat para ahli dimana proses pembelajaran yang baik merujuk pada

kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.33

Kedua faktor eksternal yang meliputi dukungan sarana dan

prasarana. Kedua dayah berdasarkan amatan peneliti di lokasi belum

memiliki sarana yang memadai untuk menunjang pembelajaran yang

efektif. Proses pembelajaran mayoritas berlangsung pada balai-balai dan

minim ruang kelas seperti pada sekolah formal. Lebih lanjut, ketersedian

fasilitas pendukung pembelajara seperti laboratorium komputer dan

ruang multi media masih sangat minim. Sejalan dengan pendapat ahli

mutu pendidikan yang berkualitas berkaitan dengan ketersedian fasilitas

pembelajaran yang memadai.34 Meskipun demikian pembelajaran

menggunakan multi media sederhana sudah mulai diaplikasikan dalam

pembelajaran fiqh.

PENUTUP

Merujuk pada pembahasan di atas Proses pembelajaran fiqih di

dayah Darul Ulum Aceh Besar dan Darul Falah Pidie Jaya tergolong

sudah baik, dalam proses pembelajaran kedua dayah telah

mengintegrasiakn media pembelajaran dalam khusunya dalam

pembelajaran fiqh. Jenis media yang digunakan oleh kedua dayah juga

beragam, mulai media yang sederhana seperti papan tulis dan spidol

sampai pada penggunaan infocus. Meskipun demikian, pengintegrasian

media pemebelajaran dalam pengajaran fiqh masih berada pada tahap

percobaan karena mediapembelajaran merupakan hal baru dalam

pembelajaran di dayah tradisional. Disamping itu, keterbatasan

penggunaan media pembelajaran juga tidak terlepas dari peran fakto

internal dan eksternal yang mengingkat sehingga hal ini berdampak pada

_____________

33 Hamalik, Oemar, (2005). Inovasi Pendidikan : Perwujudannya dalam Sistem Pendidikan Nasional, YP. Permindo, Bandung.

34Silahuddin, “Budaya Akademik dalam Sistem Pendidikan”, hlm. 351-352

Page 159: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

417

belum maksimalnya output pembelajaran fiqh pada dayah tradisional di

Aceh.

DAFTAR PUSTAKA

Buckingham, David. (2007) “Media Education Goes Digital  : An Introduction Media Education Goes Digital  : An Introduction” 9884, no. May.

Darajat, Zakiah, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Darimi, Ismail. "Teknologi Informasi Dan Komunikasi Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Efektif." Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi 1.2 (2017): 111-121.

Direktorat Jenderal Pembinaan kelembagaan Agama Islam, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, proyek pembinaan prasarana dan sarana Perguruan tinggi Agama/ IAIN, 1985 Falahudin, Iwan. “Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran,” no. 4 (2014): 104–117.

Hamalik, Oemar, (2005). Inovasi Pendidikan: Perwujudannya dalam Sistem Pendidikan Nasional, YP. Permindo, Bandung.

Hasani Ahmad Said,”Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara”, Jurnal Ibda Vol.9 No. 2, Juli-Desember 2011)

Marhamah. “Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh.” At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam , No. 1, Juni 2018 10 (2018): 71–92.

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Islam Pesantren,(Jakarta: Inis, 1994)

Amiruddin, M. Hasbi. Menatap Masa Depan Dayah Di Aceh, cet.1, (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2008)

Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Madjid, Nurcholish. Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997)

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Edisi Revisi, Cet. 8, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm. 150.

Silahuddin, “Budaya Akademik dalam Sistem Pendidikan”, hlm. 351-352.

Subandijah. (1993). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 160: Jurnal MUDARRISUNA

Penggunaan Media…

418

Sukmadinata, Nana Syaodih, (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Udin Syaefuddin Saud, Inovasi Pendidikan, cet. 6, (Bandung: ALFABETA, 2013), hlm. 178

Wardani, I G. A.K. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana

Implementasinya: Makalah pada Penelitian Buku Ajar PGSD, Yogyakarta.

Yazdi, Mohammad, Dosen Jurusan Matematika, and Universitas Tadulako. “E-Learning Sebagai Media Pembelajaran” 2, no. 1 (2012): 143–152.

Page 161: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

419

http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.5303 MEMAHAMI KONSEP MAṢLAHAH IMAM AL-GAZALI DALAM PELAJARAN USUL FIKIH

Darul Faizin

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia email: [email protected]

Abstract

Maṣlahah is basically an expression of taking advantage and rejecting harm, but that is not what is meant by al-Gazali; according to him, taking benefits and rejecting harm is human‟s purpose, and human‟s good will be realized by achieving his goals. But what is meant by maṣlahah is protection the purpose of the Shari‟a (al-muhāfaẓah „ala maqsūdi asy-syarī‟ah). When dealing with texts (naṣ) maṣlahah is divided into three; 1) maṣlahah confirmed by the text (maṣlahah mu'tabarah), 2) maṣlahah was canceled by the text (maṣlahah mulgah), and 3) maṣlahah unconfirmed and not canceled by the text (maṣlahah mursalah). Maṣlahah mursalah when seen from the needs are divided into three levels; 1) primary level (ḍarūriyāt) in the form protection of religion (hifẓu ad-din), protection of life (hifẓu an-nafs), protection of mind (hifẓu al-„aql), protection of offspring (hifẓu an-nasl), and protection of property (hifẓu al-māl), 2) secondary level (hajiyāt), and 3) tertiary level (tahsīniyāt). Maṣlahah mursalah can be used as a argumentation for istimbāṭ by considering three characteristics, namely: maṣlahah is primary (ḍarūriyāt), certain (qath'iyyāt), and general (kulliyāt). According to al-Gazali, the purpose of the Shari‟a (maqāsid asy-syarī‟ah) can be known through the Qur‟an, Sunnah and consensus (ijma‟). Then every maṣlahah that does not protection the purpose of the Shari‟a which is understood from the Qur‟an, Sunnah, and consensus (ijma') is a strange maṣlahah (maṣlahah gharībah), that is, a maṣlahah that is not in line with the Shari‟a action, then the maṣlahah cannot be made into the argumentation of legal deduction (istimbāṭ). maṣlahah that is not in line with the actions of the Shari'a, then the maṣlahah cannot be used as a legal ijtihad argument (istimbāṭ).

Keywords: al-Gazali; maṣlahah; istimbāṭ.

Abstrak

Maṣlahah pada dasarnya adalah ungkapan dari mengambil manfaat dan menolak mudarat, tetapi bukan itu yang dimaksud oleh al-Gazali; menurutnya mengambil manfaat dan menolak mudarat adalah tujuan manusia, dan kebaikan manusia akan terwujud dengan meraih tujuannya.

Page 162: Jurnal MUDARRISUNA

Memahami Konsep…

420

Tetapi yang dimaksud dengan maṣlahah ialah memelihara tujuan syariat (al-muhāfaẓah „ala maqsūdi asy-syarī‟ah). Ketika berhadapan dengan teks (naṣ) maṣlahah terbagi tiga; 1) maṣlahah yang dikonfirmasi oleh teks (maṣlahah mu‟tabarah), 2) maṣlahah yang dibatalkan oleh teks (maṣlahah mulgah), dan 3) maṣlahah yang tidak dikonfirmasi dan tidak dibatalkan oleh teks (maṣlahah mursalah). Maṣlahah mursalah jika dilihat dari kebutuhannya terbagi atas tiga level; 1) level primer (ḍarūriyāt) berupa penjagaan terhadap agama (hifẓu ad-dīn), jiwa (hifẓu an-nafs), akal (hifẓu al-„aql), keturunan (hifẓu an-nasl), serta properti (hifẓu al-māl), 2) level sekunder (hajiyāt), dan 3) level tersier (tahsīniyāt). Maṣlahah mursalah dapat dijadikan dalil istimbāṭ dengan mempertimbangkan tiga sifat, yakni maṣlahah bersifat primer (ḍarūriyāt), pasti (qath‟iyyāt), dan umum (kulliyāt). Menurut al-Gazali, tujuan syariat (maqāsid asy-syarī‟ah) dapat diketahui melalui al-Qur‟an, Sunnah dan kosensus (ijma‟). Maka Setiap maṣlahah yang tidak memelihara tujuan syariat (maqāsid asy-syarī‟ah) yang difahami dari al-Qur‟an, Sunnah, dan kosensus (ijma‟) merupakan maṣlahah yang aneh (maṣlahah gharībah), yaitu maṣlahah yang tidak sejalan dengan tindakan syariat, maka maṣlahah tersebut tidak dapat dijadikan dalil ijtihad hukum (istimbāṭ).

Kata Kunci: al-Gazali; maṣlahah; istimbāṭ.

PENDAHULUAN

Sebuah gagasan dalam mendefinisikan maṣlahah sebagai

metodologi yang sah dalam menemukan hukum (istimbāṭ) datang dari

seorang ahli fikih Syafi‟i yang berteologi Asy‟ari, Muhammad al-Gazali

(w. 505 H). Murid al-Juwayni atau yang terkenal dengan Imam Haramain

(w. 478 H) itu memiliki karya intelektual yang berdampak luas pada masa

Islam abad pertengahan, dan pemikiran hukumnya tetap berpengaruh

hingga hari ini. Dia telah mendiskusikan konsep maṣlahah menjadi sebuah

sistem teori hukum yang sistematis, dan lebih koheren daripada

pemikiran ahli fikih sebelumnya.1 Meski tidak bisa dipungkiri bahwa

konsep maṣlahah yang disistematiskannya merupakan gagasan dari

gurunya al-Juwayni. Maka bisa dikatakan bahwa gagasan maṣlahah

sebagai metodologi penemuan hukum (istimbāṭ) digagas oleh al-Juwayni.

Namun al-Juwayni dalam karyanya al-Burhān mengistilahkan dengan

istidlāl.2

_____________

1Falicitas Opwis, Maslaha and The Purpose of The Law; Islamic Discours on Legal Cange From The 4th/10th to 8th/14th Century (Leiden: Brill, 2010), hlm. 65.

2Al-Juwayni, al-Burhān fi Uṣūl al-Fiqh (Beirut: Dār al-Jail, 1411 H/ 1991 M), Juz II, hlm. 161.

Page 163: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

421

Al-Gazali sangat berperan penting dalam memformulasikan

konsep maṣlahah sebagai metodologi penemuan hukum (istimbāṭ) yang

valid. Dalam dua karyanya tentang ilmu usul fikih, Shifā‟ al-Galīl fī Bayāni

asy-Syubhi wa al-mukhīl wa masālik at-Ta‟līl dan al-Mustaṣfa min „Ilmi al-

Uṣūl,3 dia membicarakan secara rinci (tafsīl) tentang mendapatkan

keputusan hukum (istimbāṭ) dengan maṣlahah yang tidak secara langsung

berlabuh pada sumber-sumber hukum Islam (naṣ dan ijma‟). Dalam Shifā‟

al-Galīl, al-Gazali membahas konsep maṣlahah sebagai kriteria untuk

mengidentifikasi rasio legis („illah) dari suatu produk hukum, bukan

maṣlahah sebagai sebuah metodologi penemuan hukum (istimbāṭ) yang

independen, dalam arti maṣlahah berpijak pada prosedur analogi (qiyas).

Disini peran dari maṣlahah adalah untuk mencari kesesuaian (munāsabah)4

sebagai kriteria untuk mengidentifikasi rasio legis („illah) dari sebuah

produk hukum.

Berbeda dalam al-Mustaṣfa, al-Gazali memperlakukan maṣlahah di

bawah judul istiṣlāh, di mana kondisinya untuk menerima maṣlahah

sebagai rasio legis (illah) lebih ketat daripada dalam karya sebelumnya,

Shifā‟ al-Galīl. Hal ini dikarenakan cara penetapan maṣlahah yang berbeda

dalam kedua metodologi tersebut. Dimana Maṣlahah yang terdapat pada

metodologi analogi (qiyas) bersumber dari dalil yang spesifik, sedangkan

maṣlahah pada metodologi maṣlahah mursalah tidak ada dalil secara spesifik

_____________

3Di antara sejumlah karya Al-Ghazali dalam bidang ushul fiqh, al-Mustasfa dipandang sebagai salah satu dari buku induk yang menjadi rujukan kitab-kitab ushul al-fiqh Syafi‟iyyah yang dikarang pada masa-masa berikutnya. Perhatian para ulama terhadap al-Mustasfa cukup besar. Hal ini ditandai dengan adanya upaya para ulama untuk mensyarah kitab tersebut, di samping ada pula yang meringkasnya dalam suatu buku dan memberikan catatan-catatan penting.

4Munāsabah secara etimologi artinya malā‟im, yang berarti cocok, yang pantas, baik, harmonis, dan tepat. Sedangkan secara terminologi didefinisikan sebagai penetapan rasio legis („illah) berdasarkan kebaikan, yang pantas, dan mencocoki, namun tidak memiliki teks (nash) sebagai sandarannya. Lihat asy-Syaukāniy, Irsyādu al-Fuhūl ila Tahqīqi al-Haq min „Ilmi al-Uṣūl (Riyaḍ: Dār al-Faḍīlah, 1421 H/ 2000 H), hlm. 892

Page 164: Jurnal MUDARRISUNA

Memahami Konsep…

422

yang menjelaskannya.5 Sehingga diperlukan sebuah kajian untuk

menjelaskan bagaimana konsep maṣlahah mursalah ini dioperasikan

sebagai metodologi istimbāṭ.

PEMBAHASAN

1. Konsep Maṣlahah al-Gazali

Dalam Lisānu al-„Arab, kata “maṣlahah” diartikan sebagai “shalāh”,

dan maksud kata “shalāh” adalah “ḍiddu al-fasād” yaitu kebaikan, yang

merupakan antonim dari kata kerusakan.6 Sedangkan dalam al-Munawwir

diartikan sebagai “fā‟idah” yang berarti faedah, kepentingan, kemanfaatan,

dan kemaslahatan.7 Sedangkan maṣlahah yang dimaksud oleh al-Gazali

adalah penjagaan terhadap tujuan syariat (al-muhāfaẓah „ala maqsūdi asy-

syar‟i). Hal ini sebagaimana yang dia katakan dalam al-Mustaṣfa: 8

الدصلحة فهي عبارة في الأصل عن جلب منفعة أو دفع مضرة، ولسنا نعني بو ذلك، فإن جلب الدنفعة ودفع الدضرة مقاصد الخلق وصلاح الخلق في تحصيل مقاصدىم، لكنا نعني بالدصلحة المحافظة

على مقصود الشرع.

Hal senada juga diungkapkan dalam Shifā‟ al-Galīl, 9 namun

ungkapan pemeliharan tujuan syariat diungkapkan dengan “ri‟āyah al-

maqāṣid”.

_____________

5Ahmad Munif Suratmaputra, Filsafat Hukum Islam al-Ghazali: Maslahah Mursalah & Relevansinya dengan Pembaharuan Hukum Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2018), hlm. 117.

6Ibnu Manżūr, Lisānu al-„Arab (Tp: Dār al-Ma‟ārif, tt), IV: 2479. Lihat kata “صلح”.

7A.W. Munawwir, Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka Progessif, 1997), hlm. 789. Lihat “صلح”.

8Muhammad al-Gazali, al-Mustaṣfa min „Ilmi al-Uṣūl (Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1413 H/ 1993 M), hlm. 174.

9Muhammad al-Gazali, Shifā‟ al-Galīl fi Bayāni asy-Syubhi wa al-mukhīl wa masālik at-Ta‟līl (Bagdad: Maktaba‟ah al-Irsyād, 1971 M), hlm. 159.

Page 165: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

423

الحاوية لذا أن الدناسبة ترجع إلى رعاية أمر مقصود، أما والعبارةالدقصود فينقسم إلى ديني وإلى دنيوي، وجميع أنواع الدناسبات ترجع

رعاية الدقاصد.إلى Sejalan dengan kecenderungan Asy‟ariyah terhadap theistic

subjetivisme,10 al-Gazali menolak gagasan bahwa maṣlahah dan mafsadah

dapat ditentukan oleh kecerdasan manusia. Meskipun al-Gazali

memahami bahwa maṣlahah sebagai kesejahteraan manusia di duniat-

akhirat. Dia berpendapat bahwa penilaian (estimation) seseorang terhadap

suatu tindakan, pasti didorong oleh tujuannya (garaḍ) dan

kecenderungannya (mayl). Oleh karena itu, satu-satunya standar yang

tidak berhubungan dengan segala bentuk kepentingan pribadi dan

berlaku untuk kepentingan seluruh manusia harus berasal dari luar

manusia, yaitu dari Tuhan. Karena itu, hanya dari sumber yang

diungkapkan oleh Ilahi (waḥy) yang berupa teks (naṣ) yang memberitahu

kepada manusia mana maṣlahah dan mana mafsadah kepada mereka.11

Sebab itu, Al-Gazali membedakan tiga jenis maṣlahah ketika

dihadapkan dengan teks (naṣ), yaitu:12

a. Maṣlahah mu‟tabarah, yaitu maṣlahah yang dibenarkan oleh teks (naṣ).

Maṣlahah ini dapat dijadikan hujjah dan kesimpulannya kembali

kepada prosedur analogi (qiyas), yaitu mengambil hukum dari

semangat teks (naṣ) dan kosensus (ijmā‟) untuk mencapai putusan

terhadap masalah baru. Misalnya: setiap minuman dan makanan

yang memabukkan adalah haram dianalogikan kepada khamr, sebab

khamr diharamkan untuk menjaga intelektual (hifẓ al-aql). Disini al-

Gazali menggunakan maṣlahah sebagai rasio legis („illah) untuk

menganalogikan semua makanan dan minuman yang memabukkan

menjadi terlarang.

_____________

10Aliran yang menyatakan bahwa individu bisa mengendalikan diri mereka sendiri berdasarkan kehendak mereka sendiri.

11Opwis, Maslaha, hlm. 68-69.

12Al-Gazali, al-Mustaṣfa, hlm. 173-174.

Page 166: Jurnal MUDARRISUNA

Memahami Konsep…

424

b. Maṣlahah mulgah, yaitu maṣlahah yang dibatalkan oleh teks (naṣ).

Misalnya: Pendapat seorang ahli fikih kepada seorang raja ketika dia

melakukan hubungan suami-istri di siang hari Ramadan dengan

mewajibkan raja tersebut berpuasa selama dua bulan berturut-turut

agar memberikan efek jera. Menurut al-Gazali, ini adalah pendapat

yang batil, karena kemaslahatannya telah dibatalkan oleh teks (naṣ),

dimana teks (naṣ) menyatakan; bagi orang yang melakukan

hubungan suami-istri di siang hari Ramadan wajib memerdekan

budak, jika tidak mampu maka berpuasa dua bulan berturut-turut,

dan jika tidak mampu maka memberi makan 60 orang miskin.13

Menurut al-Gazali, jika memberlakukan maṣlahah mulgah akan

merubah semua ketentuan-ketentuan hukum dalam Islam, hanya

karena disebabkan perbedaan kondisi dan situasi.

c. Maṣlahah mursalah, yaitu maṣlahah yang tidak dibenarkan dan tidak

pula dibatalkan oleh teks (naṣ). Maksudnya, maṣlahah yang tidak ada

teks spesifik yang membenarkan atau membatalkannya. Menurut al-

Gazali, maṣlahah mursalah inilah yang perlu untuk didiskusikan.

Maṣlahah mursalah tersebut dibagi oleh al-Gazali dalam tiga level,

yaitu; ada maṣlahah pada level primer (ḍarūriyāt), ada maṣlahah pada level

_____________

13Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi SAW, kemudian datanglah seorang pria menghadapnya. Lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai Rasulullah, celaka aku.” Nabi SAW berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istri, padahal aku sedang puasa.” Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas Nabi SAW bertanya lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas beliau SAW bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?” Pria tadi juga menjawab, “Tidak”. Abu Hurairah berkata, Nabi SAW lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah kurma kepada Nabi SAW. Kemudian Nabi SAW berkata,“Di mana orang yang bertanya tadi?” Pria tersebut lantas menjawab, “Ya, aku.” Kemudian Nabi SAW mengatakan, “Ambillah dan bersedakahlah dengannya.” Kemudian pria tadi mengatakan, “Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku. ” Nabi SAW lalu tersenyum sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu.” Lihat Muhammad al-Bukhāri, Ṣāḥīh al-Bukhāriy (Tp: Dār Thūqi an-Najāh, 1422 H), Juz III, hlm. 32. No. Hadis 1936, Kitāb ash-Shaum, Bāb Iżā Jāma‟a fi Ramaḍān wa lam Yakun Lahu Syay‟, fataṣaddaqa „alaih falyakfir.

Page 167: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

425

sekunder (hajiyāt), dan ada maṣlahah pada level tersier (tahsīniyāt). Pada

setiap level memiliki komplement yang menyempurnakannya.14

a. Maṣlahah Ḍarūriyāt

Maṣlahah ini merupakan maṣlahah yang kehidupan manusia

tergantung padanya, baik itu perkara dunia maupun akhirat. Jika maṣlahah

ini tidak terpenuhi maka akan terjadi kekacauan dan ketidakseimbangan

dalam kehidupan manusia di dunia, tersebar kerusakan, hilang

kenikmatan abadi, dan di akhirat akan mendapatkan azab.15 Maṣlahah ini

berfungsi menjaga lima prinsip fundamental tujuan syariat (aḍ-ḍarūrāt al-

khamsah), yaitu memelihara agama (hifẓu ad-dīn), memelihara kehidupan

(hifẓu an-nafs), memelihara intelektual (hifẓu al-„aql), memelihara keturunan

(hifẓu an-nasl), dan memelihara properti (hifẓu al-māl). Sedangkan apapun

yang merusak kelima prinsip fundamental ini merupakan

masfsadah/kerusakan yang harus dihilangkan, dan menghilangkan

mafsadah termasuk maṣlahah. Hal ini sebagaimana dikatakan al-Gazali

dalam al-Mustaṣfa:16

الخلق خمسة: وىو أن يحفظ عليهم دينهم منومقصود الشرع ونفسهم وعقلهم ونسلهم ومالذم، فكل ما يتضمن حفظ ىذه الأصول الخمسة فهو مصلحة، وكل ما يفوت ىذه الأصول فهو مفسدة ودفعها مصلحة ... وىذه الأصول الخمسة حفظها واقع

في رتبة الضرورات، فهي أقوى الدراتب في الدصالح.

Adapun contoh aplikasi kelima prinsip fundamental tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Hifẓu ad-dīn, seperti keputusan syariat untuk membunuh orang

kafir yang menyesatkan dan memberi hukuman kepada pembuat

_____________

14Al-Gazali, al-Mustaṣfa, hlm. 174-175.

15Wahbah az-Zuhailiy, Uṣūl al-Fiqh al-Islāmiy (Damaskus: Dār al-Fikr, 1406 H/ 1986 M), Juz II, hlm. 1020.

16Al-Gazali, al-Mustaṣfa, hlm. 174.

Page 168: Jurnal MUDARRISUNA

Memahami Konsep…

426

bid‟ah yang mengajak orang lain untuk mengikuti bid‟ahnya,

sebab hal ini apabila dibiarkan akan merusak agama.

2) Hifẓu an-nafs, seperti keputusan syariat mewajibkan hukum

kisas (menuntut balas atas suatu pembunuhan), sebab dengan

hukuman ini jiwa manusia akan terpelihara.

3) Hifẓu al-„aql, seperti kewajiban hadd bagi peminum khamr, karena

didalamnya terdapat pemeliharaan akal, dimana akal merupakan

sebab taklīf.

4) Hifẓu an-nasl, seperti kewajiban hadd bagi pelaku zina, karena

dengan hukuman ini akan terjaga keturunan dan nasab.

5) Hifẓu al-māl, seperti kewajiban memberi hukuman kepada para

penjarah dan pencuri, sebab dengan sanksi ini harta benda yang

menjadi sumber kehidupan manusia itu akan terpelihara.

Dengan menjaga kelima prinsip fundamental tersebut akan

seimbang tatanan kehidupan manusia, secara komunitas maupun

individu, baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Al-Qur‟an telah

memberikan isyarat terhadap kelima prinsip fundamental di atas; 17

إذا جاءك الدؤمنات يبايعنك على أن لا يشركن بالله النبييا أيها شيئا ولا يسرقن ولا يزنين ولا يقتلن أولادىن ولا يأتين ببهتان يفترينو بين أيديهن وأرجلهن ولا يعصينك في معروف فبايعهن

واستغفر لذن الله إن الله غفور رحيم.b. Maṣlahah Hajiyāt

Maṣlahah ini merupakan maṣlahah yang dibutuhkan oleh setiap

manusia untuk memudahkan urusan (taisīr), dan menghilangkan

kesulitan (raf‟u al-harj). Jika maṣlahah ini tidak terpenuhi, kehidupan tidak

akan terjadi kekacauan/kerusakan sebagaimana pada level pertama, akan

tetapi manusia akan mendapatkan kesukaran (masyaqqah) dan kesulitan

(harj). Maka syariat datang untuk menghilangkan kedua hal tersebut agar

_____________

17 Q.S. Al-Mumtahanah (60): 12.

Page 169: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

427

kehidupan manusia menjadi mudah dan ringan.18 Hal ini sebagaimana

ditegaskan oleh Allah SWT dalam al-Qur‟an: 19

ولا يريد بكم العسر.يريد الله بكم اليسر Contoh maṣlahah level ini, dalam ibadah; syariat memberikan dispensasi

(rukhṣah) dalam meringkas salat (qaṣr), menjamak salat, membatal puasa bagi

musafir dan orang sakit, salat dalam keadaan duduk ketika tidak mampu berdiri,

tidak wajib salat bagi wanita haid dan nifas, dan kebolehan mengusap sepatu bagi

orang musafir dan orang yang baru datang. Dalam muamalat; syariat

membolehkan kontrak untuk merealisasikan jual beli dan perdagangan. Dalam

tindak pidana; syariat memberikan hak kepada wali korban pembunuhan untuk

memaafkan dalam hukuman (qiṣās), kewajiban kerabat dekat untuk menanggung

denda (diyah), gugurnya hadd karena syubhat dan sebagainya.20

Dalam level ini, al-Gazali menjelaskan sebagai berikut: 21

الرتبة الثانية: ما يقع في رتبة الحاجات من الدصالح والدناسبات، غيرة والصغير، فذلك لا ضرورة إليو كتسليط الولي على تزويج الص

الدصالح. اقتناء لكنو محتاج إليو فيNamun al-Gazali tidak menjelaskan dengan rinci yang dia maksud

dengan maṣlahah hajiyāt. Hanya sebatas memberikan contoh kasus yang

menduduki level kedua ini, yaitu pemberian wewenang kepada wali

untuk menikahkan anaknya yang masih kecil, baik laki-laki maupun

perempuan. Menurutnya, hal ini tidak sampai pada level ḍarūriyāt, tetapi

diperlukan untuk memperoleh kemaslahatan, agar mudah dan tidak

sukar.

c. Maṣlahah Tahsiniyāt

Maṣlahah tahsiniyāt menduduki level terakhir dari ketiga level

maṣlahah yang disebutkan oleh al-Gazali. Dia mengatakan: 22

_____________

18Az-Zuhailiy, Uṣūl al-Fiqh, Juz II, hlm. 1022.

19Q.S. Al-Baqarah (2): 185.

20Az-Zuhailiy, Uṣūl al-Fiqh, Juz II, hlm. 1022-1023.

21Al-Gazali, al-Mustaṣfa, hlm. 175.

22Al-Gazali, al-Mustaṣfa, hlm. 175.

Page 170: Jurnal MUDARRISUNA

Memahami Konsep…

428

: ما لا يرجع إلى ضرورة ولا إلى حاجة ولكن يقع موقع الثالثةالرتبة التحسين والتزيين والتيسير للمزايا والدزائد ورعاية أحسن الدناىج في

العادات والدعاملات.

Maṣlahah pada level ini menempati posisi

memperbagus/peningkatan (tahsīn), perhiasan/ornamen (tazyīn), dan

mempermudah (taisīr) untuk memperoleh keistimewaan, nilai tambah,

dan memelihara etika yang baik dalam kehidupan sehari-hari dalam

bermuamalat. Definisi lain dari maṣlahah ini adalah maṣlahah yang dapat

menjaga marwah manusia, seperti berakhlak dengan akhlak yang baik

dalam setiap kebiasan (ādāt). Apabila maṣlahah ini tidak terpenuhi, maka

tidak akan terganggu sistem kehidupan manusia sebagaimana pada level

ḍarūriyāt. Demikian juga tidak akan terjadi kesukaran (masyaqqah) dan

kesulitan (harj) dalam kehidupan komunitas masyarakat dan individu

sebagaimana pada level hajiyāt. 23

Contoh maṣlahah level ini, dalam kebiasaan („ādāt); syariat

mengajarkan etika tata cara makan dan minum, tidak boros/berlebihan

dalam makanan dan minuman. Dalam Muamalat; syariat melarang jual

beli najis dan sesuatu yang menjatuhkan pada kebinasaan, larangan

membeli barang yang telah dibeli orang lain, larangan mengkhitbah

perempuan yang telah dikhitbah orang lain, dan perintah berlaku baik

kepada istri. Dalam hukum pidana; larangan menganiaya dalam

membunuh, serta larangan membunuh perempuan, anak kecil, orang tua

dan pendeta dalam peperangan.24

2. Prosedur Berdalil dengan Maṣlahah

Menghindari penyalahgunan yang sewenang-wenang dalam

interpretasi maṣlahah, al-Gazali membatasi penggunaan maṣlahah hajiyāt

dan maṣlahah tahsiniyāt. Kedua maṣlahah ini harus didukung oleh teks (naṣ),

kecuali maṣlahah hajiyāt yang berlaku sebagaimana ḍaruriyat, seperti

_____________

23Az-Zuhailiy, Uṣūl al-Fiqh, Juz II, hlm. 1022-1023.

24Az-Zuhailiy, Uṣūl al-Fiqh..., hlm. 1023-1024.

Page 171: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

429

memberikan kekuasaan kepada wali untuk mendidik anak yang masih

kecil, merawatnya, membelikan pakaian dan makanan kepadanya. 25

Menurut al-Gazali jika hanya menetapkan suatu hukum tanpa bersandar

pada teks (naṣ) hanya mengikuti pendapat akal (ra‟yu) belaka.

Adapun contoh hipotesis keputusan dengan maṣlahah-mursalah

yang dapat dijadikan dalil/ pertimbangan penetapan hukum Islam

sekalipun tidak ada dalil spesifik yang memperkuatnya, al-Gazali

memberikan sebuah skenario; orang kafir yang menjadikan sekelompok

tawanan muslim sebagai perisai. Bila tidak menyerang mereka, mereka

akan menyerang kita, akan masuk ke negeri kita, dan akan membunuh

semua kaum muslimin. Kalau kita menyerang tawanan yang menjadi

perisai itu agar bisa menembus musuh, berarti kita membunuh muslim

yang tidak berdosa lagi terpelihara jiwanya. Hal ini tidak diketahui

dalilnya dalam syariat.

Memelihara semua umat Islam itu lebih mendekati kepada tujuan

syariat (maqāsid asy-syarī‟ah). Karena secara pasti (qath‟iy) kita mengetahui

bahwa tujuan syariat adalah memperkecil angka pembunuhan. Hal ini

dilakukan berdasarkan pertimbangan maṣlahah yang diketahui secara pasti

(qath‟iy) bahwa maṣlahah itu menjadi tujuan syariat, bukan berdasarkan

suatu dalil yang spesifik, tetapi berdasarkan beberapa dalil yang tidak

terhitung. Maṣlahah ini dapat dijadikan dalil penemuan hukum (istimbāṭ)

dengan mempertimbangkan tiga sifat, yakni maṣlahah bersifat primer

(ḍarūriyāt), bersifat pasti (qath‟iyyāt), dan bersifat umum (kulliyāt). 26

Menurut al-Gazali, tujuan syariat (maqāsid asy-syarī‟ah) diketahui

melalui al-Qur‟an, Sunnah dan kosensus (ijma‟). Maka setiap maṣlahah

yang tidak berfungsi untuk memelihara tujuan syariat yang difahami dari

al-Qur‟an, Sunnah, dan kosensus (ijma‟) merupakan maṣlahah yang aneh

(gharībah), yaitu maṣlahah yang tidak sejalan dengan tindakan

syariat, maka maṣlahah tersebut tidak dapat dijadikan dalil penemuan

_____________

25Al-Gazali, al-Mustaṣfa, hlm. 175.

26Al-Gazali, al-Mustaṣfa, hlm. 175-176.

Page 172: Jurnal MUDARRISUNA

Memahami Konsep…

430

hukum (istimbāṭ). Al-Gazali beranggapan, orang yang berdalil dengan

maṣlahah gharībah berarti dia telah membuat syariat baru, karena dianggap

menetapkan hukum berdasarkan nafsunya, seperti orang yang

menetapkan hukum berdasarkan istihsān. 27

Penjelasan di atas dapat diketahui bagaimana kehati-hatian al-

Gazali dalam menjadikan maṣlahah mursalah sebagai metodologi istimbāṭ

hukum, sehingga tidak terbuka peluang bagi para pengikut hawa nafsu

untuk menolak ketentuan hukum dalam Islam dengan mengatasnamakan

maṣlahah. Oleh karena itu dia membuat tiga syarat yang harus terpenuhi

agar bisa berdalil dengan maṣlahah mursalah, sebagaimana berikut: 28

a. Maṣlahah harus bersifat nyata dan diketahui hakikatnya (maṣlahah

haqiqiyyah), tidak boleh bersandar pada maṣlahah yang diilusikan,

khayalan, dan tidak nyata (maṣlahah wahamiyyah). Maksudnya, suatu

keputusan hukum yang disandarkan pada maṣlahah harus benar-

benar nyata mendatangkan manfaat atau menolak mudarat. Contoh

maṣlahah haqiqiyyah; pembolehan menulis hadis-hadis Nabi SAW,

dan pengumpulan al-Qur‟an dalam satu mushab. Sedangkan contoh

maṣlahah wahamiyyah; pencabutan hak suami menalak istrinya, dan

memindahkan hak talak kepada hakim dalam semua keadaan.

b. Maṣlahah harus bersifat umum (maṣlahah „ammah), tidak boleh

bersandar pada maṣlahah perorangan/kelompok kecil (maṣlahah

syakhṣiyyah). Maksudnya, suatu keputusan hukum harus benar-benar

nyata mendatangkan manfaat bagi masyarakat umum/mayoritas

atau menolak mudarat dari mereka. Contoh maṣlahah „ammah:

menjaga pertahanan negara, dan menjaga kota Mekah dan Madinah

agar tidak dikuasai musuh. Sedangkan contoh maṣlahah syakhṣiyyah;

memutuskan suatu perkara demi kemaslahatan penguasa/investor

dengan mengabaikan kemaslahatan rakyat.

_____________

27Al-Gazali, al-Mustaṣfa, hlm. 179.

28Abdul Wahab Khalaf, „Ilmu Uṣūl al-Fiqh ( Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1437 H/ 2016 M), hlm. 64-65.

Page 173: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

431

c. Maṣlahah tidak menyalahi teks (naṣ) dan kosensus (ijma‟).

Maksudnya, suatu keputusan hukum yang bersandar pada maṣlahah

tidak boleh bertentangan dengan al-Qur‟an, Sunnah dan kosensus

(ijma‟). Maṣlahah ini disebut dengan maṣlahah mulgah, seperti;

menyamakan pembagian waris antara anak laki-laki dengan

perempuan, melegalkan khamr, prostititusi, riba, membuka aurat,

dan menolak hudud. Semua yang dianggap memberikan maṣlahah

tetapi menyalahi aturan al-Qur‟an, Sunnah dan kosensus (ijma‟)

tidak dapat dijadikan dalil istimbāṭ.

Adapun jika terjadi pergulatan antara maṣlahah dan mafsadah dalam

suatu kasus, al-Gazali lebih memprioritaskan maṣlahah yang lebih besar

atau mafsadah yang lebih kecil. Sebagai contoh, al-Gazali menolak

pandangan Imam Malik bin Anas (w. 179 H) yang membolehkan

memukul pencuri agar mengaku terhadap perbuatannya. Menurut al-

Gazali, tidak memukulnya lebih kecil mafsadahnya (membebaskan)

daripada menghukum orang yang tidak bersalah. 29

3. Kehujjahan Maṣlahah

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam penetapan hukum Islam

ada dalil yang disepakati keabsahannya sebagai sumber hukum dan ada

dalil yang diperselisihkan keabsahannya. Adapun dalil yang disepakati

keabsahannya adalah al-Qur‟an, Sunnah, kosensus (ijma‟), dan analogi

(qiyas). Artinya seorang ahli hukum dalam mencari ketetapan hukum

harus melalui keempat prosedur di atas. Apabila suatu permasalahan

ternyata ada ketetapan hukumnya dalam al-Qur‟an, maka dia berdalil

dengannya. Jika tidak ditemukan dalam al-Quran maka dia mencari di

dalam Sunnah, apabila ada maka dia berdalil dengan Sunnah tersebut.

Jika tidak ada dalam Sunnah dia mencari kosensus (ijma‟) para ulama di

suatu masa, lalu berhukum dengan kosensus tersebut. Jika ternyata tidak

ada kosensus maka dia berhukum dengan analogi (qiyas), yaitu

_____________

29Al-Gazali, al-Mustaṣfa, hlm. 176.

Page 174: Jurnal MUDARRISUNA

Memahami Konsep…

432

menganalogikan suatu permasalahan yang tidak ada teks (naṣ) spesifiknya

kepada permasalahan yang miliki teks yang spesifik.30

Keempat dalil di atas disepakati oleh para ulama Uṣūl

keabsahannya sebagai dalil istimbāṭ. Hal ini bersandar pada firman Allah

SWT: 31

يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر سول.منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والر

Perintah mentaati Allah dan Rasul merupakan perintah untuk

berdalil dengan al-Qur‟an dan Sunnah. Adapun perintah mentati ulil amr

adalah perintah untuk mengikuti setiap perkara yang telah disepakati

oleh para ahli ijtihad (mujtahid),32 karena mereka merupakan orang yang

berhak dalam menentukan hukum syariat. Sedangkan perintah

mengembalikan setiap perkara yang diperselisihkan kepada Allah dan

Rasul-Nya ialah perintahkan untuk mengikuti analogi (qiyas), karena

analogi dipahami sebagai menyamakan sesuatu yang tidak memiliki teks

(naṣ) kepada sesuatu yang memiliki teks.33

Adapun dalil yang tidak disepakati keabsahaannya sebagai dalil

istimbāṭ oleh para ulama Uṣūl ada enam,34 salah satunya adalah maṣlahah

mursalah. Asy-Syaukāni (w. 1250 H) menyebutkan bahwa ahli fikih dalam

menanggapi maṣlahah sebagai dalil istimbāṭ terbagi atas empat mazhab: 35

a. Menolak secara mutlak, ini merupakan pendapat mayoritas ulama.

b. Menerima secara mutlak, ini adalah riwayat dari Malik bin Anas (w.

179 H). Akan tetapi mayoritas para ulama Malikiyah

_____________

30Wahab Khalaf, „Ilmu Uṣūl, hlm. 15.

31Q.S. An-Nisā‟ (4): 59.

32Maksud ulil amr dalam ayat adalah ahli ijtihad (mujtahid). Lihat an-Nawawi al-Jawi, Marāhu Labīd li kasyfi ma‟na al-Qur‟ān al-Majīd (Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1434 H/ 2013 M), Juz I, hlm. 204-205.

33Wahab Khalaf, „Ilmu Uṣūl, hlm. 15.

34Keenam hal tersebut adalah; istihsān, maṣlahah mursalah, istiṣhāb, „urf, mażhab ṣahābiy, dan syar‟u man qablanā.

35Asy-Syaukāniy, Irsyādu al-Fuhūl, hlm. 990-992.

Page 175: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

433

mengingkarinya, termasuk al-Qurṭubiy (w. 671 H). Menurut al-

Āmidi (w. 631 H) dalam al-Ihkām, Imam Malik hanya menerima

maṣlahah yang bersifat primer (ḍarūriyāt), pasti (qath‟iyāt), dan umum

(kulliyāt) sebagai dalil yang sah dalam istimbāṭ.36

c. Membolehkan berdalil dengan maṣlahah mursalah dengan syarat

harus sesuai dengan dalil dasar yang umum, atau sesuai dengan

maṣlahah mu‟tabarah yang didukung oleh teks (naṣ). Dalam hal ini,

maṣlahah mursalah dipakai sebagai asas kesesuaian (munāsabah) dalam

analogi (qiyas). Ini adalah pendapat asy-Syāfi‟i (w. 204) dan

mayoritas ahli fikih Hanafi.37

d. Membolehkan berdalil dengan maṣlahah mursalah yang bersifat

primer (ḍarūriyāt), pasti (qath‟iyāt), dan umum (kulliyāt). Jika salah

satu dari tiga sifat ini tidak ada, maka maṣlahah tersebut tidak dapat

dijadikan dalil. Ini merupakan pendapat al-Gazali, yang diikuti oleh

al-Baiḍawi. Ini juga pendapat Malik bin Anas menurut al-Āmidi.

Menurut ahli usul fikih kontemporer, Muhammad Abu Zahrah (w.

1395 H), maṣlahah dalam fikih Islam merupakan suatu metodologi istimbāṭ

yang diakui keabsahannya. Dia menjelaskan, maṣlahah harus dijadikan

pertimbangan dalam putusan hukum (istimbāṭ) selama maṣlahah tersebut

tidak ditetapkan berdasarkan hawa nafsu, dan tidak bertentangan dengan

teks (naṣ). Baginya maṣlahah merupakan dasar (Uṣūl) dalam mencari

putusan hukum (istimbāṭ), sebuah metodologi untuk mengetahui hukum

syariat, dan tidak berarti menolak teks (naṣ) yang pasti (qath‟iy). Dalam

pandangan Abu Zahrah, maṣlahah tidak dapat dijadikan dalil hukum jika

suatu perkara tersebut memiliki teks (naṣ) yang pasti (qath‟iy), sanad yang

pasti, dan maksud (dilālah) yang pasti.

Adapun jika ada suatu hukum yang bersumber dari teks (naṣ) yang

bersifat asumsi (ẓanni), baik dari segi sanad maupun maksudnya,

_____________

36Al-Āmidi, al-Ihkām fi Uṣūl al-Ahkām (Beirut: Dār an-Nahḍah al-„Ilmiyyah, 1985 M), hlm. 394.

37Al-Juwayni, al-Burhān, Juz III, hlm. 161.

Page 176: Jurnal MUDARRISUNA

Memahami Konsep…

434

sedangkan maṣlahah bersifat pasti (qat‟iy) maka maṣlahah dapat

mengkhususkan teks (naṣ) itu apabila teks bersifat umum, dan maṣlahah

dapat menolak hadis ahad38 jika keduanya terdapat pertentangan. Karena

kedua-duanya merupakan dalil, salah satunya pasti (qath‟iy), yang lainnya

tidak. Sedangkan dalam fikih, sesuatu yang pasti (qath‟iy) dapat

mengkhususkan yang tidak pasti (ẓanniy) atau menolaknya jika

bertentangan.39

Meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri, sebagian ahli fikih menolak

maṣlahah sebagai suatu metodologi istimbāṭ hukum dengan anggapan

bahwa penetapan hukum berdasarkan maṣlahah akan membuka celah bagi

para pengikut hawa nafsu, baik dari penguasa, mufti dan lainnya untuk

memberikan fatwa menurut keinginan hawa nafsunya dengan

mengatasnamakan maṣlahah. Sebab maṣlahah merupakan perkara yang

dikira-kirakan oleh manusia, tentunya setiap orang akan berbeda dalam

memahami maṣlahah itu sendiri. Maka hal ini akan membuka pintu

kerusakan, karena boleh jadi manusia akan menganggap sesuatu itu

maṣlahah tetapi hakikatnya adalah kerusakan (mafsadah). 40 Namun hal ini

bisa dijawab dengan gagasan al-Gazali, dimana maṣlahah yang dimaksud

bukanlah maṣlahah yang dikehendaki oleh manusia, melainkan masalah

yang diinginkan oleh syari‟at, yaitu mewujudkan tujuan syariat (maqāsid

asy-syarī‟ah). Kemudian maṣlahah yang dijadikan dalil istimbāṭ harus

memenuhi tiga sifat, yaitu bersifat nyata (qaṭ‟iyyāt), umum (kulliyāt) dan

tidak boleh bertentangan dengan teks (naṣ). Dari sini dapat diketahui,

bahwa ahli fikih belum ada kesepahaman dalam memahami maṣlahah

sehingga melahirkan perbedaan pendapat tentang kehujjahannya.

_____________

38Hadis ahad secara etimologi adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang saja. Adapun secara terminologi adalah hadis yang diriwayatkan satu perawi atau lebih dalam satu tingkatan (ṭabaqah) namun tidak sampai derajat mutawatir. Lihat Mahmūd aṭ-Ṭahhan, Taisīru Muṣṭalaḥ al-Hadīṡ (Riyād: Maktabah al-Ma‟ārif, 1431 H/ 2010 M), hlm. 27.

39Abu Zahrah, Uṣūl al-Fiqh (Tp: Dar al-Fikr al-„Arabiy, tt), hlm. 283, 287.

40Wahab Khalaf, „Ilmu Uṣūl, hlm. 66.

Page 177: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

435

PENUTUP

Gagasan al-Gazali mengenai maṣlahah merupakan sebuah gagasan

yang moderat dalam memahami maṣlahah sebagai metodologi istimbāṭ. Hal

ini dikarenakan dalam proses penggunan maṣlahah memiliki prosedur

yang harus dipenuhi oleh ahli fikih dalam memutuskan suatu perkara.

Maka sepatutnya bagi para ahli fikih untuk memahami prosedur berdalil

dengan menggunakan maslaṣhah agar tidak memahami permasalahan

berdasarkan hawa nafsunya semata-mata. Apalagi sampai menolak teks

(naṣ), dan kosensus (ijma‟) dengan beralasan pada kemaslahatan. Karena

hakikat dari maṣlahah tidak akan bertentangan dengan teks (naṣ).41 Jika ada

yang berkata, “Dimana ada kemaslahatan disitu ada syari‟at Allah,” demikian

juga dia harus berkata, “Dimana ada syari‟at Allah disana terdapat

kemaslahatan.” Namun akal manusia yang terbatas untuk memahami

maṣlahah sehingga menganggapnya sebagai maṣlahah yang bersifat

partikular, individual, lokal, materil, dan duniawi. Padahal syari‟at

memandang maṣlahah secara komprehensif, partikular-global, individual-

sosial, lokal-universal, materil-spiritual, dan duniawi-ukhrawi.

DAFTAR PUSTAKA

Āmidi. 1985. al-, al-Ihkām fi Uṣūl al-Ahkām. Beirut: Dār an-Nahḍah al-„Ilmiyyah.

Bukhāri, Muhammad al-. 1422 H. Ṣāḥīh al-Bukhāriy, Tp: Dār Thūqi an-Najāh.

Gazali, Muhammad al-. 1413 H/1993 M. al-Mustaṣfa min „Ilmi al-Uṣūl, Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah.

Gazali, Muhammad al-. 1971 M. Shifā‟ al-Galīl fi Bayāni asy-Syubhi wa al-mukhīl wa masālik at-Ta‟līl, Bagdad: Maktaba‟ah al-Irsyād.

Jawi, an-Nawawi al-. 1434 H/2013 M. Marāhu Labīd li kasyfi ma‟na al-Qur‟ān al-Majīd, Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah.

Juwayni, al-. 1411 H/1991 M. al-Burhān fi Uṣūl al-Fiqh, Beirut: Dār al-Jail.

_____________

41Yūsuf al-Qaraḍāwi, Dirāsatun fi Fiqhi Maqāsidi asy-Syarī‟ah baina al-Maqāsid al-Kulliyah an-Nuṣūṣ al-Juz‟iyyah (Kairo: Dār asy-Syurūq, 2008 M), hlm. 129.

Page 178: Jurnal MUDARRISUNA

Memahami Konsep…

436

Khalaf, Abdul Wahab. 1437 H/2016 M. „Ilmu Uṣūl al-Fiqh, Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyyah.

Manżūr, Ibnu. tt. Lisānu al-„Arab, tp: Dār al-Ma‟ārif.

Munawwir A.W. 1997. Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progessif.

Opwis, Falicitas. 2010. Maslaha and The Purpose of The Law; Islamic Discours on Legal Cange From The 4th/10th to 8th/14th Century, Leiden: Brill.

Qaraḍāwi, Yūsuf al-. 2008. Dirāsatun fi Fiqhi Maqāsidi asy-Syarī‟ah baina al-Maqāsid al-Kulliyah an-Nuṣūṣ al-Juz‟iyyah, Kairo: Dār asy-Syurūq.

Suratmaputra, Ahmad Munif. 2018. Filsafat Hukum Islam al-Ghazali: Maslahah Mursalah & Relevansinya dengan Pembaharuan Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus.

Syaukāniy, asy-. 1421 H/2000 H. Irsyādu al-Fuhūl ila Tahqīqi al-Haq min „Ilmi al-Uṣūl, Riyaḍ: Dār al-Faḍīlah.

Ṭahhan, Mahmūd aṭ-. 1431 H/2010 M. Taisīru Muṣṭalaḥ al-Hadīṡ, Riyād: Maktabah al-Ma‟ārif.

Zahrah, Abu. tt. Uṣūl al-Fiqh. tp: Dar al-Fikr al-„Arabiy.

Page 179: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 Desember 2019

437

http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.4126 KOMPETENSI PROFESSIONAL GURU QUR’AN HADITS DI MTsN 8 PIDIE

Juairiah Umar

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia email: [email protected]

Abstrak

Kompetensi professional adalah kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi profosional guru Qur‟an Hadits adalah mengembangkan perencanaan baik tujuan, isi bahan pelajaran, metode, dan teknik serta penilaian merupakan unsur-unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap pelaksanaan pembelajaran. Pertanyaan penelitian adalah adakah hubungan kompetensi professional guru qur‟an hadits dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di MTsN Pidie. Penelitian kualitatif ini data dikumpulkan melalui Observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Data dianalisis melalui deskriptif analitis, untuk angket dianalisis dengan menggunakan Rating Scala, jumlah responden10, item juga 10 untuk kompetensi professional guru Q.H. 85% mendekati “selalu”, untuk Perencanaan 10 responden,item 10, hasilnya 74% mendekati cukup baik, sedangkan Pelaksanaan responden 10, item 13, hasilnya 82% mendekati sangat baik, berarti kompetensi profosional guru Q.H erat kaitanya dengan RPP dan Pelaksanaan pembelajaran.

Kata Kunci: kompetensi; professional; guru; qur‟an hadits; mtsn 8 pidie.

PENDAHULUAN

Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan

keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran dan pendidikan, serta belajar mandiri dengan

memanfaatkan sumber belajar. Jejen Musfah menjelaskan Kompetensi

Page 180: Jurnal MUDARRISUNA

Kompetensi Profesional…

438

guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan,

tehnologi, social, dan spiritual secara kaffah membentuk kompetensi

standard profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman

terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan

pribadi dan profesionalitas1

Istilah profesi adalah suatu jenis pekerjaan yang berkaitan dengan

(keahlian, ketrampilan, dan teknik) semakin ahli seseorang semakin

professional pekerjaannya, profesi juga harus memiliki suatu keahlian

(skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan

kompetensi (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan) secara khusus yang

diperoleh dari pendidikan akademisi dan akademis, profesi adalah suatu

pekerjaan yang didasarkan pada bidang keahlian (spesialis) dan latihan,

yang bertujuan melayani orang lain (peserta didik) yang

membutuhkannya.2

Guru merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan

di sekolah, baik itu ditingkat pendidikan kanak-kanak, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah. Seorang guru harus memiliki hubungan

kompetensi propesional guru dengan perencanaan dan proses

pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut dalam UU no.14 tahun 2005 bab

II pasal 2 ayat 1 menyatakan: “guru mempunyai kedudukan sebagai

tenaga propesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikanan anak usia dini pada jalur pendidikan formal

yang dianggkat dengan sesuai perundang-undangan”. Profesional berarti

melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok bukan sebagai pengisi waktu

luang atau hobi belaka. Dengan demikian, penyaminan mutu guru perlu

dilakukan dari waktu kewaktu demi terselengaranya layanan

pembelajaran yang berkualitas, serta menjadikan guru sebagai

profesiaonal dalam bidangnya.

_____________

1Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui pelatihan dan sumber belajar Teori

dan Praktek. (Jakarta: Kencana.2011), hlm 27

2Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Peripurna, (Bandung,

ALFABETA, 2011), hlm 19-21

Page 181: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 Desember 2019

439

Menurut badan standar nasional pendidikan kompetensi profesional

adalah kemampuan penguasan materi pembelajaran secara meluas dan

mendalam yang meliputi: a) konsep, struktur, dan metode keilmuan /

teknologi/seni/koheren dengan materi ajar, b) materi ajar yang ada dalam

kurikulum sekolah, c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, d)

penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, e) kompetensi

propesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan

budaya nasional.

Guru yang profesional mampu memotivasi siswa untuk

mengoptimalkan potensinya dalam kerangka pencapaian standar

pendidikan yang ditetapkan. Kompetensi profesional menurut Usman

(2006) meliputi: 1) penguasaan landasan kependidikan, dalam kompetensi

ini termasuk: penguasaan landasan dalam kependidikan, mengetahui

fungsi sekilas dalam masyarakat, mengenal prinsip-prinsip psikologi

pendidikan. 2) menguasai bahan pengajaran, 3) kemampuan menyusun

program pengajaran, 4) kemapuan menyusun prangkat penilaian hasil

belajar dari proses pembelajaran.3 Berdasar Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No 19 Th 2005 dalam pasal 20 dinyatakan bahwa,

perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP yang memuat

sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode

pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.4

Berpijak pada latar belakang di atas maka untuk melihat hubungan

kompetensi profesional guru Qur‟an Hadist dengan perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Pidie, peneliti perlu

meneliti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Pelaksanaan

Kegiatan Pembelajaran (PKP). Oleh karenanya dalam penelitian ini

peneliti merumuskan permasalahan.

_____________

3Syaiful Sanggala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:

ALFABETA, 2013. hlm 39-41

4Mawardi dkk, Pembelajaran Mikro (Panduan Praktis Perkuliahan Micro Teaching) IDC

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2013, hlm 84

Page 182: Jurnal MUDARRISUNA

Kompetensi Profesional…

440

Adakah hubungan kompetensi professional Guru Qur‟an Hadist

dengan perencanaan pembelajaran di MTsN Pidie? Adakah hubungan

kompetensi professional Guru Qur‟an Hadist dengan Pelaksanaan

Pembelajaran di MTsN Pidie? Seberapa tinggi tingkat hubungan

kompetensi professional Guru Qur‟an Hadist dengan perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran di MTs N Pidie?

Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui adakah

hubungan kompetensi professional Guru Qur‟an Hadist dengan

perencanaan di MTsN Pidie. 2) Untuk mengetahui adakah hubungan

kompetesi professional Guru Qur‟an Hadist dengan Pelaksanaan

Pembelajaran di MTsN Pidie. 3) Untuk mengetahui seberapa tinggi

tingkat hubungan kompetensi professional Guru Qur‟an Hadist dengan

Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran di MTsN Pidie?

Dari penelitian tersebut diharapkan terdapat hubungan kompetensi

professional Guru Qur‟an Hadist dengan perencanaan dan pelakasaan

kegiatan pembelajaran khusunya di MTsN Pidie, sehingga hasil penelitian

tersebut dapat memberikan sumbangan baru dalam bidang kompetensi

professional dalam menguasai materi, mengembangkan materi pelajaran

yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan dengan

melakukan tindakan reflektif, memanfaatkan tehnologi informasi. Guna

untuk meningkatkan pendidikan Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Metode kuantitatif disebut sebagai metode positivistik karena

berlandaskan pada filsafat potisivisme. Metode ini sebagai metode

ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu

konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode

kuantitatif juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini

dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini

Page 183: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 Desember 2019

441

disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka

dan anlisis menggunakan statistik5.

Metode kualitatif lebih menekankan pada analisis kata-kata daripada

angka, dan dengan melaporkan secara mendetail pandangan informan

yang sedang diinvestigasi. Penelitian kualitatif menginvestigasikan

pemahaman tentang apa, bagaimana, kapan, dan dimana sebuah perilaku

dalam upaya menjelaskan makna, konsep definisi, karakteristik, serta

gambaran yang gamblang. Metode penelitian kualitatif didefinisikan

sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan

memahami suatu gejala sentral.6

Penelitian kualitatif memiliki beberapa ciri; peneliti fokus pada

konteks dan makna terhadap fenomena dalam setting yang asli tanpa

rekayasa, peneliti adalah instrumen utama untuk meneliti dan

mengumpulkan data, pelaporan hasil penelitian lebih banyak

menggunakan kata atau gambar dari pada data numerik, dan

menggunakanan analisis induktif.7 Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif karena jenis metode ini akan menjawab tujuan penelitian yaitu

untuk mengetahui pandangan.

Penelitian kuantitatif dalam memandang realitas, gejala, atau obyek

yang diteliti sebagai sesuatu yang kongkrit, dapat diamati dengan panca

indera, dapat dikategorikan menurut jenis,bentuk, warna dan prilaku,

tidak berubah, dapat diukur dan diverivikasi. Dengan demikian dalam

penelitian kuantitatif, peneliti dapat menentukan hanya beberapa variable

saja dari obyek yang diteliti, dan kemudian dapat membuat instrument

untuk mengukurnya.8 Penelitian ini menggunakan pendekatan

_____________

5Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D

(Bandung.Alfabeta, 2012), hal. 13

6J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya.

(Jakarta: Grasindo, 2013), hal. 7. 7Asep Saipul Hamdi dan E. Bahrudin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hal. 9.

8Sugiono, Metode penelitian Pendidikan…hal. 17

Page 184: Jurnal MUDARRISUNA

Kompetensi Profesional…

442

kuantitatif, karena pendekatan ini akan menggunakan kuesioner sebagai

tehnik pengumpulan data,maka peneliti kuantitatif hampir tidak

mengenal siapa yang diteliti atau responden yang memberikan data.

Adapun Lokasi penelitian ini adalah Madrasah Tsanawiyah 8

Kabupaten Pidie. Penelitian ini berbentuk penelitian kuantitatif. Maka

untuk mendapatkan data kuantitatif, subjek penelitian yang direncanakan

adalah Guru Qur‟an Hadist MTsN 8 Kab Pidie. Sumber data pada

penelitian ini diperoleh dari guru-guru Qur‟an Hadist yang mengajar di

MTsN Delima Kab Pidie. Data yang diperoleh dari mereka melalui

Kuesioner,Observasi dan wawancara terstruktur , merupakan data primer

adalah Kuesioner untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam

rumusan masalah.

Teknik pengumpulan data merupakan prosedur atau cara yang

digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan.

Penelitian ini menggunakan kuesioner, pedoman observasi dan

Wawancara terstruktur untuk memperoleh data.Data yang telah

terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab

rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan. Dalam

penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang

digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif.9

Dalam penelitian kuantitatif, tehnik analisis data yang digunakan

sudah jelas, jaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan

menguji hipotesis diperoleh dari hasil Kuesioner, Observasi dan

Wawancara terstruktur kemudian dilakukan pentranskripsian data. Data

hasil analisis selanjutnya disajikan dandiberikan pembahasan.Penyajian

data menggunakan table, table distribusi frekuensi. Pembahasan terhadap

hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interprestasi

terhadap data-data yang telah disajikan. Setelah hasil penelitian diberikan

pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan.

_____________

9Sugiono.Metode Penelitian Pendidikan…. Hal. 51

Page 185: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 Desember 2019

443

PEMBAHASAN

A. Kompetensi Profesional Guru Qur’an Hadist di MTsN Kab.Pidie

Untuk mendeteksi sejauh mana guru telah memiliki sesuatu kegiatan

terencana yang mengkondisikan atau merangsang siswa agar bisa belajar

dengan baik sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam

membuat persiapan pembelajaran seorang guru dituntut mampu

merencanakan proses belajar mengajar dengan baik, melaksanakan dan

memimpin/ mengelola proses belajar mengajar dengan baik, menguasai/

mempersiapkan materi ajar dengan baik dan tidak boleh mengabaikan

menilai kemajuan proses belajar mengajar dengan baik.

1. Perencanaan Pembelajaran Qur‟an Hadist di MTsN Kab.Pidie

Dalam membuat persiapan pembelajaran guru Qur‟an Hadist kompeten

merancang dan mempersiapkan materi dengan baik, mempersiapkan media

dan sumber belajar, serta metode-metode yang yang tepat sesuai dengan

materi yang akan diajarkan. Guru Qur‟an Hadist MTsN Kab Pidie

menyatakan, perencanaan pembelajaran dengan penetapan langkah-langkah

dalam proses belajar mengajar merupakan langkah awal pembelajaran aktif,

untuk melihat yang profesionalkah Guru Qur‟an Hadist dalam perencanaan

dan pelaksanaan pembelajaran didasari pada langkah-lagkah operasional

yang telah diatur dengan baik dan terencana. Begitu juga halnya dalam

pengolaan materi, didukung oleh buku paket perindividu, didukung oleh

buku-buku bacaan yang relefan, modul dan sumber-sumber lainnya.

Sehingga aktifitas dan kebutuhan belajar siswa dapat tertata dengan baik.10

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru Qur‟an Hadist

peneliti mendapatkan bahwa perencanaan pembelajaran Qur‟an Hadistdi

MTsN 5, 6, 8, 13 Kab. Pidie sesuai dengan kurikulum yang diterapkan pada

Madrasah Tsanawiyah. Namun, peneliti mendapatkan bahwa jarang

membuat persiapan rencana program pembelajaran terhadap materi yang

_____________

10Hasil wawancara dengan Guru Qur’an Hadist MTsN 8 pada tanggal 22, 26, Agustus 2017.

Page 186: Jurnal MUDARRISUNA

Kompetensi Profesional…

444

dibelajarkan, pembuatan RPP hanya dilakukan pada saat tertentu saja.

Berpedoman kepada Buku Guru.11

Untuk mengetahui bagaimana hubungan Kompetensi Profesional Guru

Qur‟an Hadist dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan

Pelaksanaannya di MTsN Kab Pidie kelas VIII(delapan) dapat dilihat pada

hasil dokumentasi MTsN Kab Pidie yang peneliti lampirkan.

RPP yang berhasil didokumentasikan tersebut kemudian dianalisis

kelengkapan komponen RPPnya. Komponen kelengkapan RPP yang telah

disusun oleh Guru Qur‟an Hadist dipadukan dengan standar proses

peraturan pemerintah No. 41 tahun 2007. Sebagian besar data yang

ditemukan peneliti sudah sesuai dengan standar, namun ada beberapa poin

saja yang kurang sesuai dengan standar proses, yakni komponen materi ajar

yang ada di RPP belum nampak dalam kegiatan pembelajaran.

Kompetensi professional guru Qur‟an Hadist sudah sesuai dengan

standar permendiknas No.16 Tahun 2007. Secara kontinum dapat dibuat

kategori sebagai berikut:

100 200 300 400

341

Instrumen ini digunakan sebagai angket dan diberikan kepada 10

responden, maka sebelum dianalisis, data dapat ditabulasikan.

Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) =

4 x 10 x 10 = 400. Untuk ini skor tertinggi tiap butir = 4, jumlah butir = 10

dan jumlah responden = 10. Jumlah skor hasil pengupulan data = 341.

Dengan demikian kompetensi profesional guru Qur‟an Hadist menurut

persepsi 10 responden itu 341: 400 = 85% dari kriteria yang ditetapkan.

100 200 300 400

341 Tidak Kadang Sering Selalu Pernah kadang

_____________

11Hasil wawancara dengan Guru Qur’an Hadist MTsN 5 Kab Pidie 24 Agustus 2017

Page 187: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 Desember 2019

445

Nilai 341 termasuk dalam kategori interval “selalu dan sering”.

Tetapi lebih mendekati selalu.

Jumlah Skor kriterium (bila setiap item mendapat skor tertinggi) = 4

x 10 x 10 = 400. Untuk ini skor tertinggi tiap item = 4, jumlah item =10 dan

jumlah responden = 10.Jumlah skor hasil pengumpulan data = 294.

Dengan demikian kualitas Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

menurut persepsi 10 responden itu 294 : 400 = 73% dari kriteria yang

ditetapkan. Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut:

100 200 300 400

294

Sangat Kurang Cukup Sangat Tidak baik baik baik baik

Nilai 294 termasuk dalam kategori interval “ kurang baik dan cukup

baik”.Tetapi lebih mendekati cukup baik.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Qur‟an Hadist di MTsN Kab Pidie

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.

Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegitan inti

dan kegiatan penutup. Untuk mengetahui apakah RPP yang telah disusun

oleh guru Qur‟an Hadist sudah dipraktekkan dalam pelaksanaan

pembelajaran dapat dilihat pada hasil angket berikut ini:

Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi)

4x13x10 = 520. Untuk ini skor tertinggi tiap butir = 4. Jumlah butir = 13

dan jumlah responden 10. Jumlah skor hasil pengumpulan data = 520.

Dengan demikian kualitas Pelaksanaan Pembelajaran menurut persepsi

10 responden itu 430: 520 = 82% dari kriteria yang ditetapkan. Hal ini

secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut:

150 250 350 520

430 Sangat Kurang Cukup Sangat Tidak baik baik baik Baik

Page 188: Jurnal MUDARRISUNA

Kompetensi Profesional…

446

Nilai 430 termasuk dalam kategori interval “cukup baik dan sangat

baik” tetapi lebih mendekati sangat baik

Dari kategori interval diatas dapat dilihat bahwa pelaksanaan

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Qur‟an Hadist, berdasarkan

hasil angket dan observasi memiliki nilai persentase 82% dari kriteria

yang ditetapkan sesuai dan terlaksana, hanya 18% yang tidak sesuai dan

tidak terlaksana. Ini brarti bahwa pelaksanaan pembelajaran Qur‟an

Hadist sudah terlaksana dengan baik secara efektif dan efesian dengan

RPP yang telah disusun, walaupun ada beberapa point yang tidak

terlaksana.

Adapun tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a. Kegiatan pendahuluan

Dalam tahapan ini guru menciptakan suasana belajar untuk

kegiatan pemanasan. Guru menggali pengalaman awal siswa dan

kontektual berkanaan dengan tema yang akan disajikan. Beberapa

kegiatan yang dilakukan pada kegiatan pendahuluan antara lain:

- Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran. Contohnya membaca basmalah

dilanjutkan dengan doa‟sebelum memulai pembelajaran dan

membaca bersama-sama surat-surat pendek yang berkenaan

dengan materi pelajaranan.

- Mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang mengkaitkan

pengetahuan siswa dengan materi yang akan dipelajari.

Misalnya siswa melakukan tanya jawab tentang Q.S. Al-

Humazah dan At-Takasur menimbun harta (serakah)

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi apa

yang harus dicapai oleh siswa.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami, bahwa kegiatan

pendahuluan yang dilakukan guru secara implisit dapat menumbuhkan

Page 189: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 Desember 2019

447

minat dan motivasi siswa untuk menggali informasi yang mendalam dari

segala sesuatu yang disampaikan, dalam situsi yang lain siswa

memperoleh informasi terhadap sistem kerja yang akan ditempuh untuk

serangkaian kegiatan baik individu maupun kelompok. Untuk itu

appersepsi dan motivasi adalah kegiatan pemanasan menjadi tolok ukur

terhadap kinerja siswa dalam pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan – kegiatan yang

bertujuan untuk pengembangan kemampuan siswa pada aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik. Penyajian bahan pelajaran menggunakan

pendekatan atau metode yang bervariasi, dapat saja dilakukan secara

klasikal, individual, berpasangan dan kelompok.

Adapun metode pembelajaran yang dipakai oleh guru saat peneliti

amati kegiatan pembelajaran berupa metode ceramah, tanya jawab

diskusi kelompok dan hafalan. Media dan sumber belajar yang dipakai

adalah buku paket Al-Qur‟an Hadist kelas VIII. Juz „Amma, buku tajwid

dan buku-buku yang relevan lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang ada

di RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah dibuat oleh guru.

Beberapa kegiatan inti yang dilakukan antara lain:

- Guru dan siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 siswa

- Bersama kelompoknya siswa mendiskusikan materi yang telah

ditugaskan oleh guru misalnyas guru menugaskan siswa

menulis tentang materi Q.S.Al-Humazah dan At-Takasur

tentang menimbun harta (serakah) berupa membaca dengan

fasih dan tartil,menerjemahan, menjelaskan isi kandungannya

dan menghafal dengan fasih dan tartil.

- Siswa menulis hasil diskusi bersama kelompoknya kemudian

ditempel dan dipresentasikan didepan kelas.

- Kelompok lain dan guru menilai hasil presentasi kelompok

pada lembar penilaian. Hasil penilaian dikumpulkan keguru.

Page 190: Jurnal MUDARRISUNA

Kompetensi Profesional…

448

- Guru menentukan hasil kerja kelompok yang terbaik serta

memberikan arahan dan penguatan.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Kegiatan penutup

dimanfaatkan untuk menyimpulkan hasil pembelajaran dapat berupa

pesan-pesan moral atau mengidentivikasi materi yang dapat dipahami

siswa. Ini menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran telah diatur secara

terencana dengan tahapan pembelajaran demi untuk perolehan hasil yang

tepat. Beberapa kegiatan penutup yang dilakukan antara lain:

- Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/

kesimpulan

- Memberikan refleksi kepada siswa untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran

- Memberikan refleksi kepada siswa untuk mengetahui tingkat

keberhasilan guru dalam membelajarkan siswa apakah

pembelajarannyamenarik dan materi apa yang telah kita

bincangkan.

- Guru mengajukan pertanyaan ulang seputar Q.S. Al-Humazah

dan At-Takatsur tentang menimbun harta (serakah).

Dari hasil observasi, peneliti juga menemukan bahwa guru selalu

bertutur kata santun dan dapat dimengerti oleh siswa saat pembelajaran

Al-Qur‟an Hadits di kelas. Intonasi suara guru dalam proses

pembelajaran Al-Qur‟an Hadits juga dapat didengar baik oleh siswa.

Selain itu guru juga memakai pakaian yang sopan, bersih dan rapi.12

3. Evaluasi Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di MTsN 8 Kab Pidie

Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang digunakan

sebagai proses pemberi masukan terhadap kinerja yang telah dilakukan

oleh seorang pendidik untuk mencapai tujuan. Pembuatan evaluasi

didasarkan kepada teori evaluasi,namun pengembangan evaluasi dalam _____________

12Hasil observasi peneliti pada tanggal 22-26 Agustus 2017

Page 191: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 Desember 2019

449

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) lebih diutamakan dengan

tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran.Evaluasi pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di MTsN 8 Kab

Pidie dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang telah

disampaikan oleh guru dan untuk mengetahui kinerja guru selanjutnya.

Kegiatan evaluasi harus memperhatikan aspek-aspek yang akan

dievaluasi seperti aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.

Hal pertama yang dilakukan oleh guru Al-Qur‟an Hadits adalah untuk

evaluasi kognitif. Evaluasi kognitif berhubungan dengan kemampuan

berpikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami,

menganalisis, mensistesis, mengaplikasi, membaca fasih dan benar,

menerjemahkan, memilih ayat-ayat dalam Q.S.Al-Humazah dan At-

Takasur tentang menimbun harta (serakah) dan menjelaskan isi

kandungan Q.S.Al-Humazah dan At-Takasur Maka dari itu, teknik

evaluasi yang digunakan oleh guru Al-Qur‟an Hadits teknik tes yang

berupa tes tulis dan tes lisan, unjuk kerja membaca, soal pilihan ganda

dan soal uraian. Hal ini baik karena tes diartikan sebagai sejumlah

pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau atau sejumlah pertanyaan

yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat

kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes yaitu peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi peneliti selama dilapangan, guru

secara konsisten dan terprogram selalu mengadakan evaluasi

pembelajaran Al-Qur‟an Hadits setelah pelaksanaan pembelajaran Al-

Qur‟an Hadits. Penilaian hasil belajar yang diadakan menggunakan

standar penilaian pendidikan dan panduan penilaian kelompok mata

pelajaran. Bahkan secara rencana hubungan kompetensi profesional guru

Al-Qur‟an Hadits sudah memadai, guru telah menyusun bentuk evaluasi

pembelajran di RPP yang telah dibuat. Evaluasi pembelajaran yang

Page 192: Jurnal MUDARRISUNA

Kompetensi Profesional…

450

dilakukan tersebut sudah sesuai dengan indikator dan tujuan

pembelajaran namun dalam pelaksanaannya belum maksimal.13

Untuk mengetahui bagaimana bentuk evaluasi pembelajaran

semester II (genap) mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits di MTsN

Kabupaten Pidie, khususnya kelas II dapat dilihat pada hasil dokumentasi

MTsn 8 Kab Pidie yang peneliti lampirkan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran Al-Qur‟an

Hadits pada MTsN Kab Pidie secara keseluruhan baik, 85% dari kriteria

yang ditetapkan Kompetensi Profesional Guru Al-Qur‟an Hadits ada

hubungannya dengan Perencanaan Pembelajaran 74% dari kriteria yang

ditetapkan secara kontinum termasuk dalam kategori interval “kurang

baik dancukup baik” tetapi lebih mendekati cukup baik. Sedangkan

Pelaksanaan Pembelajaran 82% dari kriteria yang ditetapkan. Secara

kontinum dapatdibuat kategori interval “cukup baik dan sangat baik”

tetapi lebih mendekati sangat baik. Secara keseluruhan baik perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi sudah berjalan dengan baik dan hasil

pembelajaran juga sudah sesuai dengan indicator dan tujuan

pembelajaran yang diharapkan, walaupun ada beberapa hal yang kurang

terlaksana dan perlu adanya perbaikan tindak lanjut kedepan.

B. Hubungan Kompetensi Profesional Guru al-Qur’an Hadits dengan Perencanaan dan pelaksanaan di Madrasah Tsanawayah Kabupaten Pidie

Dalam melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut

memiliki seperangka kemampuan (competency) yang beraneka ragam.

Adanya komponen–komponen yang menunjukkan kualitas mengajar

akan lebih memudahkan para guru untuk terus meningkatkan kualitas

mengajarnya. Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka

kompetensi kinerja profesi keguruan (generic teaching competencies) dalam

penampilan aktual dalam proses belajar mengajar, minimal memiliki

empat kemampuan, yakni kemampuan: pertama, merencanakan proses

_____________

13Hasil observasi peneliti pada tanggal 22-26 Agustus 2017

Page 193: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 Desember 2019

451

belajar mengajar; kedua, melaksanakan dan memimpin/mengelola proses

belajar mengajar; ketiga, menguasai bahan pelajaran; keempat, menilai

kemajuan proses belajar mengajar; Hubungan Kompetensi profesional

ditelusuri melalui penguasaan meteri pembelajaran Al-Quran Hadits

secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum

mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi

materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi

keilmuannya. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang

studi Al-Qur‟an Hadits: a. Memahami materi ajar Al-Qu‟an Hadits, b.

Memahami Struktur, Konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau

koheren dengan materi ajar Al-Qur‟an Hadits. c. Memahami hubungan

konsep antar mata pelajaran terkait. d. Menerapkan konsep-konsep

keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Menguasai struktur dan metode

keilmuan, menguasai juga langakah - langkah penelitian dan kajian kritis

untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi Al-Qur‟an

Hadits.

Adanya kesesuaian hubungan kompetensi profesional Guru Al-

Qur‟an Hadits dengan Perencanaan dan pelaksanaan Pembelajaran. Ini

juga membuktikan bahwa guru Al-Qur‟an Hadit dalam pelaksanaan

pembelajaran berpedom pada RPP yang direncanakannya. Pengamatan

peneliti bahwa guru bidang studi Al-Qur‟an Hadits dalam melaksanakan

proses pembelajaran sudah menggunakan metode yang tepat dalam

pembelajaran. Setiap menyampaikan materi kepada siswa guru Al-Qur‟an

Hadits tidak hanya menggunakan satu metode saja, akan tetapi

menggunakan beberapa metode.14

Berdasarkan RPP Guru Al-Qur‟an Hadits dapat didiskripsikan

kompetensi profesional baik dalam perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran ada pengembangannya yaitu pendekatan yang berpusat

_____________

14Hasil observasi di MTsN Kab Pidie pada tanggal 22-26 Agustus 2017

Page 194: Jurnal MUDARRISUNA

Kompetensi Profesional…

452

pada siswa (student centered approach), artinya menempatkan siswa

sebagai pusat dari proses belajar dan guru sebagai fasilitator

PENUTUP

Kompetensi profesional Guru Qur‟an Hadits di MTsN pidie

dilakukan melalui Perencanaan, dan Pelaksanaan pembelajaran.

Perencanaan dilakukan dengan cara menyusun RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran). Untuk mengkaji kompetensi professional

guru Q. H. di MTsN Pidie, yang peneliti identifiksi baik perencanaan

proses pembelajaran Q.H, mengkaji kurikulum mapel Q.H, adanya

kesesuaian indikator dengan KD, pengelolaan belajar mengajar,

bervariasinya metode mengajar, menilai kemajuan proses belajar

mengajar, menguasai bahan pelajaran Q.H, secara luas dan mendalam,

dan membuat langkah-langkah pembelajaran. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa 85% kompetensi professional guru Q.H. termasuk

dalam kategori interval “ selalu dan sering tetapi lebih mendekati selalu.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) Guru Q.H.di MTsN

Pidie ada hubungannya dengan kompetensi professional guru, dijabarkan

dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa. Dalam menyusun

RPP yang harus diperhatikan komponen-komponen penting yang ada

dalam rencana pembelajaran sekurang-kurangnya meliputi: Kesesuaian

indikator dengan Kompetensi Dasar (KD), Keragaman Sumber belajar,

Kergaman dan Kesesuaian Metode, Alat/bahan, Kesesuaian Media

dengan Tujuan Pembelajaran, Kesesuaian Materi dengan KD/Indikotor,

merencanakan pengajaran remedial, langkah-langkah pembelajaran, dan

Evaluasi. Kualitas Perecanaan Pembelajaran ( RPP ) menurut persepsi 74%

dari kriteria yang ditetapkan termasuk dalam kategori interval “kurang

baik dan cukup baik.” Tetapi lebih mendekati cukup baik.

Kompetensi Profesional Guru Q.H, ada hubungannya dengan

pelaksanaan pembelajaran di MTsN Pidie, menunjukkan unsur perfoman

Guru dapat dikuasai secara baik yaitu: Mempersiapkan siswa untuk

belajar, keterampilan mengaitkan pengalaman awal anak dengan materi

Page 195: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 Desember 2019

453

inti, penguasaan terhadap materi pelajaran, penggunaan metode dan

alat/media pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampila

bertanya, keterampilan menjawab pertanyaan, keterampilan mengelola

kelas/kelompok, penggunaan lembar kerja, gaya menulis dan mutu

tulisan dipapan, gaya berkumunikasi, kesimpulan/penguatan, kesesuaian

antara rancanganRPP dengan yang dibelajarkan. Dengan demikian

Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran 82% termasuk dalam kategori interval

“cukup baik dan sangat baik” tetapi lebih mendekati sangat baik.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa hubungan Kompetensi

Profesional Guru Qur‟an Hadits dengan Perencanaan dan Pelaksanaan di

MTsN pidie, akan menumbuhkan kepercayaan sekaligus meningkatkan

mutu Belajar Mengajar

DAFTAR PUSTAKA

Asep Saipul Hamdi dan E. Bahrudin, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi

dalam Pendidikan, Yogyakarta: Deepublish.

J.R. Raco, 2013. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan

Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.

Jejen Musfah, 2011. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui pelatihan dan

sumber belajar Teori dan Praktek. Jakarta: Kencana.

Mawardi dkk, 2013. Pembelajaran Mikro (Panduan Praktis Perkuliahan Micro

Teaching) IDC LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Siti Suwadah Rimang, 2011. Meraih Predikat Guru dan Dosen Peripurna,

Bandung, Alfabeta.

Sugiono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,

dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Syaiful Sanggala, 2013. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga

Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Page 196: Jurnal MUDARRISUNA

Dasar Epistemologi…

454

http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.5183 DASAR EPISTEMOLOGI DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Abidin Nurdin1, Sri Astuti A. Samad2, Munawwarah A. Samad3

1Universitas Malikussaleh, Aceh, Indonesia 2,3Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Aceh, Indonesia email: [email protected], [email protected],

[email protected]

Abstract

Epistemology is the study of the source of knowledge or theories about science. Islamic epistemology views everything in a holistic manner that is not separate between aspects of the world and the hereafter, besides containing worldly values but also contains aspects of the afterlife. Epistemologically, knowledge in Islam is based on two things; first, through rational knowledge; secondly, through religious knowledge and experience, first is knowledge about beings and second is Divine reality. Therefore, in the philosophy of Islamic education, the source of knowledge is revelation over reason and the five senses. Revelation as the source of knowledge is what gives certainty to human reason about truth. Crisis of morality or human behavior is now an important factor occupying the epistemology base of true Islamic education, because education that is only able to educate intellectually and good skills is clearly considered a failure without being decorated with noble character.

Keywords: Epistemology; Revelation; Philosophy; Islamic Education.

PENDAHULUAN

Epistemologi diakui sebagai inti dan hakikat dari ilmu

pengetahuan, di samping ontologi dan aksiologi. Epistemologi adalah

ilmu yang membahas tentang sumber ilmu atau teori pengetahuan (theory

of knowledge) dan mengkaji tentang bagaimana cara mendapatkan ilmu

pengetahuan dari objek yang dipikirkan. Secara epistemologi,

pengembangan pendidikan Islam memang sangat diperlukan.

Pengembangan ini baik secara tekstual maupun pengembangan secara

Page 197: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

455

kontekstual. Karena secara global pendidikan Barat sudah mempengaruhi

pendidikan Islam dari berbagai lini, melalui berbagai sistem, teori

maupun teknologi pembelajaran.1

Dialektika pemikiran filsafat pendidikan Islam pada dasarnya

dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yang mana masing-masing

sudut pandang memiliki tipologi tersendiri. Pertama, dari sisi sumber

pemikiran, selain ia berasal dari ajaran murni agama yang tertuang dalam

al-Qur‟an, al-Sunnah, dan pendapat para ulama, juga dari ideologi

berbangsa dan bernegara, sosiokultural yang berkembang di masyarakat

(baik masa lalu maupun masa sekarang), dan tuntutan modernitas yang

dihadapi. Kedua, dari sisi dasar pemikiran, selain menggunakan dasar

filsafat Islam, juga memungkinkan penggunaan dasar filsafat Yunani atau

Barat yang pada akhirnya bermuara pada aliran-aliran filsafat pendidikan,

seperti perenialisme, esensialisme, eksistensialisme, progressifisme, dan

rekonstruksionisme. Ketiga, dari sisi pendekatan pemikiran, selain

menggunakan pendekatan doktriner, normatif, dan idealistik, juga

memungkinkan menggunakan pendekatan adopsi, adaptif-akomodatif,

atau pragmatis. Keempat, dari sisi pola pemikiran, selain-menampilkan

pemikiran yang spekulatif-rasionalistik, juga memungkinkan

menampilkan pemikiran yang spekulatif-intuitif. Kelima, dari sisi wilayah

jangkauannya, selain pemikiran filsafat yang bersifat universal yang dapat

diaplikasikan untuk semua tempat, keadaan, dan zaman, juga

memungkinkan bersifat lokal yang khusus untuk tempat, keadaan, dan

zaman ter- tentu saja. Keenam dari sisi wacana pemikirannya yang

berkembang, yang menyangkut tinjauan filosofis tentang komponen-

komponen pokok aktivitas pendidikan Islam (seperti tujuan, pendidik,

peserta didik, kurikulum, metode, dan lingkungan), dan mungkin masih

_____________

1Roziq Syaifudin, Epistemologi Pendidikan Islam dalam Kacamata Al-Ghazali, Dan

Fazlur Rahman, Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, Vol. 8, No. 2, Desember 2013,

H. 324.

Page 198: Jurnal MUDARRISUNA

Dasar Epistemologi…

456

banyak lagi sudut pandang yang lain.2

Epistemologi dalam terminologi filsafat dipahami sebagai teori

pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan

pengetahuan dari obyek yang ingin dipikirkan.3 Epistemologi Pendidikan

Islam adalah objek pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan dan cara

mengukur benar tidaknya pengetahuan yang berkaitan dengan

pembentukan kepribadian, akhlak, mengembangkan fitrah dan semua

potensi manusia secara maksimal sehingga menjadi muslim yang baik,

memiliki pola pikir logis-kritis, beriman, bertaqwa, berguna bagi diri dan

lingkungannya, dan dapat mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat

sesuai dengan ajaran Islam.4

Berbeda dengan Islam, menurut Naquib Al-Attas epistemologi

yang dikembangkan di Barat mengacu pada metode-metode utama yang

dilandasi empat macam metode, yaitu: pertama, rasionalisme filosofis yang

cenderung pada persepsi inderawi. Kedua, rasionalisme sekular yang

cenderung pada pengalaman inderawi dan menyangkal otoritas serta

intuisi, serta menolak wahyu dan agama sebagai sumber ilmu yang benar.

Ketiga, empirisme filosofis atau empirisme logis yang menyandarkan

seluruh ilmu pada fakta-fakta yang dapat diamati, bangunan logika dan

analisis bahasa, dan menelantarkan aspek nonempiris sebagai zat

supranatural. Keempat, sistem etika barat bercorak antroposentris, yaitu

menempatkan manusia sebagai pusat dari segala-galanya, sebagai sosok

individu yang merdeka tanpa batas. Sedangkan, sistem etika Islam lebih

_____________

2Moch Tolchah, Filsafat Pendidikan Islam:Konstruksi Tipologis dalam Pengembangan

Kurikulum, Tsaqafah: Jurnal Peradaban Islam, Vol. 11, No. 2, November 2015, h. 384.

3Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional Hingga Metode

Kritik (Jakarta: Erlangga, 2005), h. Ix.

4Abdul Ghofur, Konstruksi Epistemologi Pendidikan Islam (Studi Atas Pemikiran

Kependidikan Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Potensia: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 2, No. 2,

Desember 2016, h. 241.

Page 199: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

457

bercorak teo-antroposentris, yaitu meletakkan manusia sebagai pelaku

sejarah dan sekaligus makhluk Tuhan.5

Pada konteks tersebut dalam pendidikan secara filosofis terjadi

perbedaan antara Islam dan Barat. Jika pendidikan Islam memandang

peserta didik sebagai makhluk Allah dan sosial yang memiliki potensi

sesuai dengan fitrahnya, maka pendidikan Barat melihat peserta didik

sebagai sosok yang merdeka dengan potensi yang dimilikinya.6 Oleh

karena itu, disinilah letak pentingnya memahami sekaligus

mempraktikkan epistemologi sebagai dasar filsafat pendidikan Islam. Hal

ini penting untuk dilakukan agar ilmu yang diajarkan memiliki dasar

yang jelas dan benar karena akan berpengaruh pada tujuan, media, materi

dan metode pendidikan yang diajarkan kepada peserta didik.

PEMBAHASAN

1. Epistemologi dalam Pendidikan Islam

Naquib Al-Attas menawarkan satu istilah kunci dalam memahami

konsep pendidikan Islam yaitu istilah adab. Karena adab adalah disiplin

tubuh, jiwa dan ruh; disiplin yang menegaskan pengenalan dan

pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan kemampuan

dan potensi jasmaniah, intelektual dan ruahniah. Pendidikan Islam

menitikberatkan kepada bimbingan jasmani-rohani berdasarkan ajaran

Islam dalam membentuk akhlak mulia.7

Masalah mendasar yang dihadapi manusia saat ini adalah

problema ilmu dan adab. Karena ilmu dipisahkan dari nilai-nilai adab,

sehingga berdampak pada munculnya the loss of adab (hilangnya adab).

_____________

5 S. M. Naquib Al-Attas, Islam Dan Filsafat Sains, Terj. Saiful Muzani, (Bandung:

Mizan, 1995), h. 28. Mustafa, Perbedaan Pendidikan Islam dan Pendidikan Barat Dari Sudut

Metodologi Keilmuan, Jurnal Iqra’, Volume 3 Januari-Juni 2007, h. 29.

6Mustafa, Perbedaan Pendidikan Islam dan Pendidikan Barat Dari Sudut Metodologi

Keilmuan, Jurnal Iqra’, Volume 3 Januari-Juni 2007, h. 28.

7S. M. Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam; Suatu Rangka Pikir Filsafat

Pendidikan Islam, Bandung: Mizan, 1984, h. 52.

Page 200: Jurnal MUDARRISUNA

Dasar Epistemologi…

458

Realitas tersebut berefek luas pada pelbagai krisis adab dan akhlak tidak

hanya pada individu, masyarakat dan negara. Padahal antara ilmu dan

adab harus bersinergis, dalam konteks filsafat Islam bahwa berilmu tanpa

adab dimurkai (al-maghdhubi alaihim), dan beradab tanpa ilmu adalah

kesesatan (al-dhallin). Sebagaimana disebut oleh Imam Syafi‟i (w. 820 M),

“laisa al-ilm makhufidza walakin al-ilmu ma nafa’a” (bukanlah tidak sebut

ilmu, apa yang hanya dihafal, tetapi ilmu adalah apa yang aktualisasikan

dalam bentuk adab yang memberikan manfaat).8

Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa epistemologi pendidikan Islam

adalah objek pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan dan cara

mengukur benar tidaknya pengetahuan yang berkaitan dengan

pembentukan kepribadian, akhlak, mengembangkan fitrah dan semua

potensi manusia secara maksimal sehingga menjadi muslim yang baik,

memiliki pola pikir logis-kritis, beriman, bertaqwa, berguna bagi diri dan

lingkungannya, dan dapat mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat

sesuai dengan ajaran Islam. 9

Epistemologi tersebut menuntut segera dibangun oleh para pemikir

pendidikan Islam, karena ia berfungsi mengembangkan pendidikan

secara konseptual, kemudian secara aplikatif. Pendidikan Islam dalam

kajian Islam selama ini, belum dikembangkan di atas kerangka

epistemologinya yang jelas. Tidak terlalu berlebihan, jika dikatakan

bahwa hingga kini belum ada tawaran konseptual mengenai bangunan

epistemologi pendidikan Islam sebagai sarana atau pendekatan dalam

pengembangan pendidikan Islam.10

Al-Attas mengeritik Barat tentang kebahagiaan (happiness) yang

mengikuti pemikiran Aristotelian hanya menyentuh aspek duniawi yang

sampai saat ini menjadi konsep manusia modern. Konsepsi modern

_____________

8Ahmad Alim, Ilmu Dan Adab Dalam Islam, Adian Husaini (et.al.), Filsafat Ilmu:

Perspektif Barat dan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2013), h. 188.

9Abdul Ghofur, Konstruksi Epistemologi, h. 239.

10 Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan, h. 207.

Page 201: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

459

tentang kebahagiaan menurut al-Attas esensinya sama dengan konsepsi

manusia di masa lalu, di era paganisme. Sedangkan konsep Islam tentang

kebahagiaan tidak memisahkan antara dunia dan akhirat. Kebahagiaan

akan dialami dan disadari oleh orang-orang yang benar-benar tunduk dan

patuh kepada Allah dan mengikuti bibingan-Nya. Puncak kebahagiaan

dalam hidup adalah Cinta kepada Allah.11

Karena itu, titik fokus epistemologi Islam di samping menekankan

pada konsep yang holistik dan komperhensif tidak parsial dan partikular.

Artinya, bahwa konsepsi Islam tentang segala sesuatu selalu dilihat dalam

satu kesatuan, misalnya persoalan dunia akan selalu berkaitan dengan

akhirat. Sebagaimana ilmu mengandung nilai dunia dan akhirat, sebab itu

ilmu harus menyertakan nilai adab.

Paparan al-Attas tentang konsep epistemologi Islam serta

tantangan konsep Barat modern menunjukkan bahwa memang, konsep-

konsep kelimuan yang dikembangkan peradaban Barat sekuler

merupakan tantangan terbesar umat Islam. karena itu, al-Attas

menegaskan bahwa secara konseptual, antara Islam dan Barat terdapat

perbedaan yang fundamental sehingga akan menimbulkan konflik yang

bersifat permanen.12

Hasan Langgulung mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam

dalam hal ini memainkan peran penting bagaimana menguraikan

problematika mendasar dalam pendidikan Islam. Adapun filsafat

pendidikan Islam berasal dari filsafat hidup Islam, hal itu mencakup

kebenaran (truth) yang bersifat spekulatif dan praktikal yang menolong

untuk menafsirkan tentang manusia, sifat-sifat ilahiyah-Nya, nasib

kesudahannya, dan keseluruhan hakikat (reality). Hal tersebut

_____________

11Adian Husaini, Urgensi Epistemologi Islam, dalam Adian Husaini (et.al.), Filsafat Ilmu:

Perspektif Barat Dan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2013), h. 40

12Adian Husaini, Urgensi Epistemologi, h. 41.

Page 202: Jurnal MUDARRISUNA

Dasar Epistemologi…

460

berdasarkan pada prinsip- prinsip tertinggi dan tidak berubah pada

kesalahan bagi tingkah laku individu dan masyarakat.13

Senada dengan al-Attas dan Langgulung, Zuhairini mengatakan

bahwa filsafat pendidikan Islam memiliki peran yang cukup penting

sebagai bagian dari filsafat Islam dan ilmu pendidikan. Secara teoritis,

filsafat pendidikan Islam mampu memperkaya konsep dan teori-teori

secara filosofis dan Islami. Kemudian secara praktis, filsafat pendidikan

Islam berperan memberikan alternatif pemecahan berbagai macam

problem yang dihadapi oleh pendidikan Islam. Karena itu, pada konteks

lebih luas filsafat pendidikan Islam memberikan kontribusi ke arah

pengembangan konsep-konsep filosofis dari pendidikan Islam, yang

secara otomatis akan menghasilkan teori-teori baru dalam ilmu

pendidikan Islam, dan kedua kea rah perbaikan pemahaman dan

pembaharuan praktek dan pelaksanaan pendidikan Islam.14

Oleh sebab itu, disinilah pentingnya landasan epistemologi dalam

pendidikan Islam yang mengakui tidak hanya empirisme dan

rasionalisme sebagai pilarnya. Akan tetapi juga mengakui indra, akal,

intuisi dan yang paling penting adalah wahyu sebagai kerangka dan

sumber keilmuannya. Jika paradigma ini diperpegangi maka konsepsi dan

teori-teori filsafat pendidikan Islam yang teraplikasi pada tujuan, materi-

materi pendidikan yang akan ditularkan pada peserta didik akan

dipahami, dimengerti kemudian diimplementasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Konsep Ilmu dalam Filsafat Pendidikan Islam

Menurut al-Ghazali, ilmu diperoleh oleh manusia dengan dua cara,

yaitu: daruri (apriori) dan bukan daruri. Jenis yang pertama ini merupakan

copy paste dari potensi manusia, namun baru muncul ketika akal telah

_____________

13Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), h. 3.

Humam Mustajib, Filsafat Pendidikan Hasan Langgulung, El-Tarbawi: Jurnal Penddidikan Islam,

Volume IX, No.2, 2016, h. 92.

14Zuhairini dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 135-136.

Page 203: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

461

sempurna. Kedua jenis tadi muncul dengan dua cara, yaitu hujumi (tanpa

diusahakan/spontanitas) dan iktisab (usaha langsung).15 Ilmu yang

langsung ini merupakan hidayah dari Allah sedangkan yang tidak

langsung dengan mengembangkan metode penelitian mulai dari berpikir

deduktif (tafsir) dan induktif (istqra’).16

Lebih lanjut Fahmy Zarkasyi menerangkan bahwa menurut al-

Ghazali dalam konsep epistemologi Islam realitas tidak hanya terbatas

pada fisik atau lahiriyah dari dunia saja, tetapi juga mencakup realitas

supra duniawi atau realitas yang tertulis dalam Lembaran Takdir (lauhin

mahfudz). Karena itu al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadi dua

yaitu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan agama (syar’iyah) dan

ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan intelek („aqliyah). Perbedaan ini

bukanlah dikotomis tetapi hanya perbedaan sifat sumbernya. Teorinya

yang didasarkan pada pengetahuan agama berteraskan pengetahuan

tentang keesaan Tuhan (tauhid), yang dari sini dapat ditarik cabang-

cabang lain pengetahuan rasional. Singkatnya, al-Ghazali

mengintegrasikan dua jenis pengetahuan dan menempatkan karakter

religiusitas dan rasionalitas bagi keduanya; sebagian besar pengetahuan

agama itu rasional dan sebagian besar pengetahuan rasional itu religius.

Hal yang penting untuk dicatat tentang konsep pengetahuan al-Ghazali

adalah teori kepastian yang dapat dicapai dengan dua cara; pertama,

melalui pengetahuan rasional; kedua, melalui pengetahuan dan

pengalaman keagamaan. Pertama adalah pengetahuan tentang makhluk

dan yang kedua adalah ralitas Ilahi. Namun, pola pikir integratif secara

eksplisit tampak ketika ia menegaskan bahwa kepastian pengetahuan

rasional tidak ada nilainya jika tidak disertai dengan kepastian yang

diperolah dari pengetahuan realitas Ilahi.17

_____________

15Anwar Saeful, Filsafat Ilmu Al Ghazali: Dimensi Ontologi dan Aksiologi, (Bandung:

Pustaka Setia, 2007), h. 102.

16 Roziq Syafuddin, Epistemologi Pendidikan Islam, h. 339.

17Hamid Fahmy Zarkasyi, Kausalitas: Hukum Alam atau Tuhan, Membaca Pemikiran

Religio-Saintifik al-Ghazali, (Gontor: Unida, 2018), h. 219-220.

Page 204: Jurnal MUDARRISUNA

Dasar Epistemologi…

462

Sejalan dengan al-Ghazali, al-Attas juga membagi pencapaian ilmu

dalam dua kategori, yaitu. Pertama adalah ilmu adalah sesuatu yang

datang dari Allah dan diberikan kepada insan sebagai karunia-Nya.

Kedua, adalah sesuatu yang dicapai oleh jiwa yang aktif dan kreatif

berdasarkan daya usaha akliahnya sendiri, yang telah melalui

pengalaman, penyelidikan dan pengkajian. Definisi ini mengindikasi dua

cakupan pengertian; pertama, masuknya ilmu dari Allah ke dalam jiwa

manusia, kedua, sampainya jiwa manusia kepada objek ilmu melalui

penelitian dan kajian. Premis di atas dipertegas kembali oleh Alparslan

Acikgenc dan Wan Daud, yakni Pertama; ilmu diisyaratkan sebagai

sesuatu yang berasal dari Allah SWT. dapat dikatakan bahwa ilmu itu

adalah datangnya makna sesuatu atau objek ilmu ke dalam jiwa pencari

ilmu; kedua sebagai sesuatu yang diterima oleh jiwa yang aktif dan kreatif,

ilmu bisa diartikan sebagai datangnya jiwa pada makna sesuatu atau

objek ilmu.18

Ilmu yang dimiliki manusia muncul dari dua saluran: pertama

saluran luar, yakni khayal dari pancaindra. Sedangkan yang kedua, saluran

dalam, yakni ilham atau wahyu dari malaikat dari Allah. Adapun

penjelasannya secara detail adalah sebagai berikut: pertama, panca indra

(hawaasul khamsi) yang terdiri dari indra penglihat (mata), indra

pendengar (telinga), indra perasa (lidah), indra pencium (hidung), dan

indra peraba (kulit), merupakan sarana penangkap ilmu paling awal yang

muncul dalam diri manusia. Semua maujud yang ditemukan oleh hissi ini

yang disebut mahsusat serta temuan-temuan empiris yang disebut

mujarrobat termasuk dua dari lima pengetahuan apriori (daruri). Kedua,

akal. Para ahli bahasa pada umumnya sepakat bahwa akal (‘aql) berasal

dari kata ‘iqaal yang berarti tali pengikat yang kuat, dan ma’qul yang

berarti sesuatu yang berbenteng kuat di puncak gunung yang tak

_____________

18 S. M. Naquib Al-Attas, Islam Dan Filsafat Sains, Terj. Saiful Muzani, (Bandung:

Mizan, 1995), h. 78. Lailah Alfi, Konsep Ilmu Menurut Syed Muhammad Naquib Al-

Attas(Analisis Buku Islam dan Filsafat Sains), Tasfiyah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2,

Agustus 2018, h. 219.

Page 205: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

463

terjangkau oleh tangan manusia karena kokoh dan kuatnya. Penamaan

daya kemampuan ini dengan akal (‘aql) menunjukan urgensi potensialitas

dan kapabilitasnya sendiri. Dalam Misykat al-Anwar, Imam Ghazali

meyakinkan bahwa potensi akal cukup kapabel untuk menangkap bukan

saja objek yang terbatas (finite), tetapi juga yang tak terbatas (infinite).

Maujudnya meliputi yang discrete maupun yang continue, finitely divisible

maupun yang infinitely divisible. Bahkan dalam Ihya al-‘Ulumuddin, Al-

Ghazali menyediakan satu bab khusus untuk membicarakan keluhuran

dan kemuliaan akal, jenis-jenisnya serta sifat, fungsi dan kapabilitasnya.19

Karena itu, epistemologi al-Ghazali dapat disebut dengan sistem

sembilan tahap, yang terdiri dari tiga fase: fase penelitian, fase penalaran

rasional, fase kasyf melalui riyadhah, mujahadah, tazkiyah, termasuk zikir

dan meditasi. Ia menganut kebenaran korespondensial sekaligus

kebenaran koherensial sebatas kebenaran formal rasional, dan menolak

kebenaran pragmatis. Jadi al-Ghazali memasukkan intuisi yang berupa

kasyf dalam metode pencarian kebenarannya.20 Di sini al-Ghazali

menunjukkan keahliannya sebagai filosof, ahli kalam sekaligus sebagai

seorang sufi, sesuatu yang jarang ditemui dalam diri seseorang, pantas

jika al-Ghazali disebut sebagai hujjatul Islam.

Dapat dibayangkan jika landasan epistemologi pendidikan Islam

tidak berberdiri di atas paradigma Islam yang jelas. Maka ontologi dan

aksiologi pendidikan Islam juga akan melenceng dan jauh dari tujuan

pendidikan Islam yang sesungguhnya. Lebih dari itu, pendidikan Islam

yang tidak bersandar pada epistemologi Islam yang kokoh maka akan

melahirkan pendidikan yang menafikan kekuatan spritual,

mengedepankan akal dan mengenyampingkan wahyu, intuisi yang

spekulatif dan semakin lari dari orientasi teosentris serta bebas nilai.

Akibatnya pendidikan Islam perlahan tapi pasti akan kehilangan ruhnya,

disebabkan tidak adanya visi keilahian. Tragisnya, teori dan konsep ilmu

_____________

19 Roziq Syaifuddin, Epistemologi Pendidikan Islam, h. 337.

20 Roziq Syaifuddin, Epistemologi Pendidikan Islam, h. 344.

Page 206: Jurnal MUDARRISUNA

Dasar Epistemologi…

464

secara umum di Barat dipengaruhi oleh epistemologi yang mendasarkan

pada empirisme dan rasionalisme dihampir semua bidang ilmu,

kedokteran, fisika, kimia, ekonomi, hukum, sosial bahkan politik.

Akibatnya, paradigma dan metodologi yang berlandaskan pada

empirisme dan rasionalisme menjadi bumerang bagi nilai-nilai manusia

dan agama. Pendidikan yang mengusung rasio hanya akan mengantarkan

manusia pada keyakinan mendewakan akal, kemudian empiris pada

akhirnya melahirkan mazhab positivisme sebuah aliran dalam filsafat

pendidikan yang menggiring pemahaman untuk menafikan campur

tangan Tuhan dalam kehidupan manusia.

3. Wahyu sebagai Landasan Epistemologis

Saat ini dalam konteks epistemologis, masih ada yang menafikan

wahyu sebagai landasan ilmu, sebab katanya sulit dibuktikan secara

rasional. Padahal tidak semua realitas empiris harus dibuktikan secara

rasional, sebab rasio sendiri memiliki keterbatasan. Justru dalam kerangka

epistemologi Islam, wahyu merupakan landasan pertama dan utama

sebagai sumber ilmu dan kebenaran selanjutnya intuisi, akal, kemudian

indra. Adanya pahala, dosa, siksa kubur, akhirat, malaikat dan syetan

adalah bagian dari informasi dan ilmu yang berasal dari wahyu. Hal ini

hanya mampu dijangkau dengan ilmu tauhid dan keyakinan karena akal

terbatas untuk mencernanya. Sebagaimana gempa bumi sampai saat ini

ilmu tidak dapat diprediksi kapan terjadi dan berapa skala dan

kekuatannya, atau kapan sebuah daun akan jatuh ke bumi. Pada konteks

ini kekuasaan Allah SWT meliputi segala sesuatu di alam semesta ini

termasuk gempa bumi dan daun yang jatuh.

Oleh karena itu, sarjana Muslim seperti Abdurrahman Saleh

Abdullah mengakui bahwa wahyu merupakan sumber ilmu. Ia

menegaskan bahwa Al-Quran dan Hadis adalah asas bagi pendidikan

Islam sebab al-Quran mengandung segala sesuatu mengenai petunjuk

bagi manusia terkait dengan kehidupan dunia dan akhirat. Hal ini

disebutkan Allah SWT dalam QS. Al-An‟am (6): 38: “Tidak Kami luputkan

Page 207: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

465

dalam Kitab ini segala sesuatu”. Juga dalam QS. Al-Nahl (16): 89: “Dan Kami

turunkan kepadamu Kitab yang menerangkan tiap-tiap sesuatu dan sebagai

petunjuk dan rahmat serta berita gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”

Kata “segala sesuatu” ini ditafsirkan oleh para sarjana Muslim yaitu

meliputi berbagai macam ilmu pengetahuan.21

Ironisnya sampai saat ini wahyu sebagai landasan epistimologis

atau sumber ilmu masih ada yang tidak menerima, terutama kalangan

ilmuan Barat. Padahal ilmu atau kebenaran yang hanya bertumpu pada

akal semata justru telah dan akan membawa bencana besar pada manusia.

Pandangan epistemologi semacam inilah menurut al-Attas yang memicu

kekacauan besar dalam dunia keilmuan dan kemanusiaan saat ini. Ilmu

pengetahuan yang disebarkan Barat itu pada hakikatnya telah menjadi

problematik, karena kehilangan tujuan yang benar, dan lebih

menimbulkan kekacauan (chaos) dalam kehidupan manusia, ketimbang

membawa perdamaian dan keadilan.22

Bagi al-Attas ilmu dalam arti knowledge yang seolah-olah benar

padahal memproduksi kekacauan dan skeptisisme. Bahkan knowledge

yang untuk pertama kali dalam sejarah telah membawa kepada

kekacauan dalam “the three kingdom of nature”, yaitu dunia binatang,

tumbuhan dan mineral. Menurut al-Attas, bagi Barat, kebenaran

fundamental dari agama, dipandang sekedar teoritis. Kebenaran absolut

dinegasikan dan nilai-nilai relatif diterima, tidak ada satupun kepastian.

Konsekuensinya, adalah penegasian Tuhan dan akhirat yang

menempatkan manusia sebagai satu-satunya yang berhak mengatur

dunia. Manusia akhirnya dituhankan dan Tuhan pun dimanusiakan (man

is deified and deity humanised).23

Fahmy Zarkasyi menguatkan pandangan al-Attas bahwa ilmu yang

_____________

21Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Alih

Bahasa Oleh Arifin dan Zainuddin, (Jakarta: Renika Cipta, 2005), h. 18.

22 Adian Husaini, Urgensi Epistemologi, h. 38.

23Adian Husaini, Urgensi Epistemologi, h. 38.

Page 208: Jurnal MUDARRISUNA

Dasar Epistemologi…

466

menjadi asas peradaban Islam adalah ilmu yang terikat pada Tuhan, ilmu

yang teologis, dan bukan ilmu yang godless (sekuler). Jadi asas ilmu dan

peradaban Islam itu adalah konsep seminal dalam al-Qur‟an dan al-

Sunnah. Konsep-konsep itu kemudian ditafsirkan, dijelaskan, dan

dikembangkan menjadi berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam.

Keseluruhan kandungan al-Qur‟an dan al-Sunnah yang dijelaskan oleh

para ulama itu merefleksikan suatu cara pandang terhadap alam, baik

dunia maupun alam akhirat yang secara konseptual membentuk apa yang

kini disebut Pandangan Alam, Pandangan Hidup, atau Worldview. Oleh

sebab itu, jika al-Qur‟an diakui sebagai sumber peradaban Islam, maka

dapat dikatakan pula bahwa pandangan hidup Islam merupakan asas

peradaban Islam. Al-Qur‟an itu penuh dengan dimensi ilmu pengetahuan

dan asas peradaban Islam, malahan dapat dikatakan bahwa peradaban

Islam adalah peradaban ilmu dan bukan peradaban bangunan. Dengan

konsep yang seperti ini, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada sisi

kehidupan intelektual Muslim, kehidupan keagamaan dan politik, bahkan

kehidupan sehari-hari seorang Muslim yang awam yang tidak tersentuh

sikap penghargaan terhadap ilmu. Ilmu memiliki nilai yang tinggi dalam

Islam. Oleh sebab itu, tidak heran jika Franz Rosenthal penulis buku

Knowledge Triumphant (Keagungan Ilmu) menyimpulkan bahwa “ilmu

adalah Islam”.24

Pendidikan Islam dan konteks epistemologis memiliki arti yang

sangat penting bagi bangunan pengetahuan, sebab ia merupakan tempat

berpijak. Bangunan pendidikan Islam menjadi mapan, karena memiliki

landasan yang kokoh. Landasan epistemologi ilmu adalah metode ilmiah,

yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang

benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan

pengetahuan. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang

diperoleh lewat metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah

_____________

24Hamid Fahmy Zarkasyi, Tamaddun Sebagai Konsep Peradaban Islam, Tsaqafah: Jurnal

Peradaban Islam, Vol. 11, No. 1, Mei 2015, h. 10.

Page 209: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

467

merupakan penentu layak-tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga

memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan.

Dari pengertian, ruang lingkup, objek, dan landasan epistemologi ini,

dapat kita disimpulkan bahwa epistemologi merupakan salah satu

komponen filsafat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan,

khususnya berkenaan dengan cara, proses, dan prosedur bagaimana ilmu

itu diperoleh. Dalam pembahasan ini epistemologi pendidikan Islam lebih

diarahkan pada metode atau pendekatan yang dapat dipakai untuk

membangun ilmu pengetahuan Islam, dari pada komponen-komponen

lainnya, sebab metode atau pendekatan tersebut paling dekat dengan

upaya mengembangkan pendidikan Islam, baik secara konseptual

maupun aplikatif. Epistemologi pendidikan Islam dapat berfungsi sebagai

pengkritik, pemberi solusi, penemu, dan pengembang. 25

Jika ditelaah lebih jauh kajian tentang filsafat pendidikan Islam,

maka tidak akan pernah jauh dari pembahasan; konsep fitrah, hakikat

manusia, hubungan manusia dengan alam, konsepsi kehidupan manusia

dan beberapa kajian yang terkait dengan ontologi, epistemologi, aksiologi

dan aliran-aliran filsafat.26 Hal ini menunjukkan bahwa kajian filsafat

pendidikan Islam perlu dikembalikan pada posisi yang sebenarnya sesuai

dengan sumber dan teori keilmuan Islam. Apalagi saat ini kajian tujuan

pendidikan selalu dikaitan dengan tiga aspek yaitu, afektif, kognitif dan

psikomotor. Afektif terkait dengan kemampuan peserta didik untuk

berperilaku sesuai dengan nilai atau akhlak, kognitif terkait dengan

kecerdasan intelektual sedangkan psikomotor adalah kemampuan skill

dan keterampilan. Krisis akhlak atau perilaku manusia saat ini menjadi

faktor pentingnya mendudukan landasan epistemologi pendidikan Islam

yang benar, karena pendidikan yang hanya mampu mencerdaskan secara

intelektual dan skill yang baik jelas dianggap gagal tanpa dihiasi dengan

_____________

25Moh. Wardi, Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya (Perspektif

Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis), Jurnal Tadris, Volume 8 Nomor 1 Juni 2013, h. 58-59.

26Lihat misalnya, Zuhairini dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2004). Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013).

Page 210: Jurnal MUDARRISUNA

Dasar Epistemologi…

468

akhlak yang mulia. Akhlak dan perilaku yang mulai hanya dapat diraih

jika pendidikan didasarkan pada wahyu sebagaimana teruang dalam al-

Quran dan Sunnah.

PENUTUP

Epistemologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang sumber ilmu

pengetahuan atau teori tentang ilmu pengetahuan. Studi filsafat

pendidikan Islam meyakini bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah

wahyu di atas akal dan panca indra. Karena itu, ilmu dalam Islam tidak

hanya bersandar pada capaian akal dan indrawi tetapi lebih dari ilmu ia

berpijak pada kebenaran Ilahi yang kemudian dapat disebut teosentris,

bukan antroposentris atau ilmu yang berlandaskan pada rasionalisme

manusia. Bahkan pada batas tertentu intuisi berupa kasyf dapat dijadikan

sebagai metode pencapaian kebenaran ilmu. Antroposentrisme

sebagaimana dikembangkan oleh Barat hanya akan terjebak pada

kebenaran semu yang mempertuhankan manusia dengan kekuatan akal

yang sebenarnya terbatas.

Jika merujuk pada epistemologi al-Ghazali dan al-Attas maka ilmu

pengetahuan bersumber pada dua hal; pertama, melalui pengetahuan

rasional; kedua, melalui pengetahuan dan pengalaman keagamaan.

Pertama adalah pengetahuan tentang makhluk dan yang kedua adalah

realitas Ilahi. Namun, pola pikir integratif secara eksplisit tampak ketika ia

menegaskan bahwa kepastian pengetahuan rasional tidak ada nilainya

jika tidak disertai dengan kepastian yang diperolah dari pengetahuan

realitas Ilahi. Realitas Ilahi yang dijelaskan oleh wahyu sebagai bersumber

ilmu kemudian memberikan kepastian kepada akal tentang kebenaran.

Wahyu sebagai sumber filsafat pendidikan Islam sebagaimana dijelaskan

oleh filosof dan sarjana Muslim seperti al-Ghazali, al-Attas, Abdullah dan

Langgulung. Hal inilah yang tidak dimiliki oleh Barat, sehingga

pemikiran mereka hanya berputar-putar pada kebenaran semu yang tidak

memiliki ujung dan pangkal, berbeda dengan epistemologi Islam diikat

oleh kebenaran Ilahi berdasar pada Tauhid.

Page 211: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

469

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2005. Teori-teori Pendidikan berdasarkan Al-Quran, Alih Bahasa oleh Arifin dan Zainuddin, Jakarta: Renika Cipta.

Al-Attas, S. M. Naquib. 1984. Konsep Pendidikan dalam Islam; Suatu Rangka Pikir Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Mizan.

Al-Attas, S. M. Naquib. 1995. Islam dan Filsafat Sains, Terj. Saiful Muzani, Bandung: Mizan.

Alfi, Lailah, 2018. Konsep Ilmu Menurut Syed Muhammad Naquib Al-

Attas(Analisis Buku Islam dan Filsafat Sains), Tasfiyah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2.

Alim, Ahmad, 2013. Ilmu dan Adab dalam Islam, Adian Husaini (et.al.), Filsafat Ilmu: Perspektif Barat dan Islam, Jakarta: Gema Insani Press.

Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al Ghazali: Dimensi Ontologi Dan Aksiologi, Bandung: Pustaka Setia.

Ghofur, Abdul. 2016. Konstruksi Epistemologi Pendidikan Islam (Studi Atas Pemikiran Kependidikan Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Potensia: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 2, No. 2.

Husaini, Adian, 2013. Urgensi Epistemologi Islam dalam Adian Husaini (et.al.), Filsafat Ilmu: Perspektif Barat dan Islam, Jakarta: Gema Insani Press.

Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Mustafa, 2007. Perbedaan Pendidikan Islam dan Pendidikan Barat dari Sudut Metodologi Keilmuan, Jurnal Iqra‟, Vol. 3 No.1.

Mustajib, Humam. 2016. Filsafat Pendidikan Hasan Langgulung, El-Tarbawi: Jurnal Penddidikan Islam, Volume IX, No.2.

Nata, Abuddin. 2013. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.

Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik, Jakarta: Erlangga.

Syafuddin, Roziq. 2013. Epistemologi Pendidikan Islam Dalam Kacamata Al-Ghazali, Dan Fazlur Rahman, Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, Vol. 8, No. 2.

Tolchah, Moch. 2015. Filsafat Pendidikan Islam:Konstruksi Tipologis Dalam Pengembangan Kurikulum, Tsaqafah: Jurnal Peradaban Islam, Vol. 11, No. 2.

Page 212: Jurnal MUDARRISUNA

Dasar Epistemologi…

470

Wardi, Moh. 2013. Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya (Perspektif Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis), Jurnal Tadris, Volume 8 Nomor 1.

Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2018. Kausalitas: Hukum Alam atau Tuhan, Membaca Pemikiran Religio-Saintifik al-Ghazali, Gontor: Unida.

Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2015. Tamaddun Sebagai Konsep Peradaban Islam, Tsaqafah: Jurnal Peradaban Islam, Vol. 11, No. 1.

Zuhairini dkk., 2004. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Page 213: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

471

DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.5314 ORIENTASI MUTU PENDIDIKAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

1Kadarisman & 2Saifullah Idris

1Universitas Terbuka, Indonesia 2Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia email: [email protected] , [email protected]

Abstract

Improving the quality of human resources is an absolute prerequisite for achieving development goals. Efforts to improve the quality of education are continuously carried out. It is even more focused after being mandated in the objectives of national education, namely to improve the quality of education at each type and level of education. Realizing this, the government has made efforts to improve the education system, both through structuring software (software) and hardware (hardware). For this reason, attention needs to be paid to improving the quality of education. In this case, using the School-Based Management (MBS) approach. MBS can be regarded as a community work process by applying the principles of autonomy, accountability, participation, and sustainability to achieve quality education and learning goals.

Keywords: orientation; quality of education; school-based management.

Abstrak

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Upaya peningkatan mutu pendidikan terus-menerus dilakukan. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional yaitu untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menyadari hal tersebut, pemerintah telah melakukan upaya penyempurnaan sistem pendidikan, baik melalui penataan perangkat lunak (soft ware) maupun perangkat keras (hard ware). Untuk itu perlu adanya perhatian dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini menggunakan pendekatan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS dapat dikatakan sebagai suatu proses kerja komunitas dengan cara menerapkan kaidah-kaidah otonomi, akuntabilitas, partisipasi dan subtainabilitas untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara bermutu.

Kata Kunci: orientasi; kualitas pendidikan; manajemen berbasis sekolah.

Page 214: Jurnal MUDARRISUNA

Orientasi Mutu…

472

PENDAHULUAN

Pendidikan secara umum memiliki tugas suci dan mulia, yaitu

memberdayakan umat manusia sehingga mampu

mengaktualisasikan dirinya secara penuh di tengah kehidupan

bermasyarakat. Pendidikan memegang tugas mentransformasikan

individu-individu menjadi manusia sejati, yakni manusia sempurna yang

mampu menggali kecerdasan-kecerdasannya untuk membantu

menyelesaikan masalah-masalah hidupnya.1

Peningkatan kualitas pendidikan adalah pilihan sekaligus orientasi

pengembangan peradaban bangsa sebagai investasi masa depan

pembangunan bangsa berjangka panjang.Orientasi ini mutlak dilakukan

oleh karena pendidikan diyakini sebagai sarana utama pengembangan

kualitas sumber daya manusia. Dalam konteks itulah revitalisasi kebijakan

pendidikan terus menjadi perhatian pemerintah. Salah satu bentuk

revitalisasi itu ialah kebijakan pengelolaan sistem pendidikan dari

kebijakan yang semula sentralistik berubah menjadi desentralistik.

Sebagai konsekuensi logis dari bentuk desentralisasi pendidikan ialah

munculnya kebijakan pengelolaan pendidikan berbasis sekolah (school

based management).

Dengan sistem pengelolaan pendidikan berbasis sekolah tersebut

diasumsikan bahwa kualitas pendidikan dapat ditingkatkan, dan peran

serta masyarakat dalam memprakarsai lembaga pendidikan di tingkat

mikro (sekolah) akan lebih meningkat. Mutu, dalam pengertian umum

dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu produk atau hasil

kerja, baik berupa barang atau jasa. Mutu dapat bersifat abstrak, namun

dapat dirasakan, baik itu berupa barang atau jasa. Oleh karena itu makna

mutu akan berbeda antara orang yang satu dengan orang lainnya,

tergantung dari sudut pandang dan kebutuhannya.

_____________

1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Rajawali Pres, 1999), hal. 1-2.

Page 215: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

473

Dalam konteks pendidikan banyak pendapat tentang mutu.

Namun demikian, kajian tentang mutu dalam pendidikan dapat ditinjau

dari aspek input, proses, output dan dampak serta manfaat.Peningkatan

kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk

mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk

meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah pendidikan, Kualitas

pendidikan harus senantiasa ditingkatkan.

Adapun faktor penentu keberhasilan pembangunan adalah kualitas

SDM yang harus terus ditingkatkan melalui berbagai program

pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan

kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek) dan dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan (imtak).2

E. Mulyasa mengartikan MBS dengan pemberianotonomi luas

pada tingkat sekolah agar sekolah tersebut leluasa mengelola sumber

daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan

prioritas kebutuhan, sserta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.3

Dengan kata lain, kepala sekolah sebagai seorang manajer diberikan

kewenangan sepenuhnya untuk bias mengoptimalkan sumber daya

yang ada pada sekolah tersebut guna meningkatkan kualitas dan

mutu sekolah yang dipimpinnya. MBS adalah suatu ide tentang

pengambilan keputusan pendidikan yang diletakkan pada posisi yang

paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah. Pemberdayaan sekolah

dengan memberikan otonomi yang lebih besar, disamping pemerintah

juga menunjukkan sikap tanggap terhadap tuntutan masyarakat juga

merupakan sarana peningkatan efesiensi mutu dan pemerataan

pendidikan. Penekanan aspek-aspek tersebut sifatnya situasional dan

kondisional sesuai dengan masalah yang dihadapi dan politik yang dianut

oleh sistem pemerintahan. Misalnya krisis multi dimensi yang sudah

_____________

2E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi, dan Implementasi, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 3-4.

3E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah…, hal. 24.

Page 216: Jurnal MUDARRISUNA

Orientasi Mutu…

474

bertahun-tahun melanda Indonesia, dampaknya terhadap dunia

pendidikan tidak dapat dihindari.

Hal ini paling tidak ditunjukkan dengan berkurangnya

kemampuan pemerintah dalam penyediaan dana yang memadai

untuk pendidikan serta menurunnya kemampuan sebagian orang tua

untuk membiayai pendidikan anaknya. Kondisi tersebut secara

langsung berakibat pada menurunnya mutu pendidikan dan

terganggunya proses pemerataan.

Pendidikan yang bermutu mengacu pada berbagai input seperti

tenaga pengajar, peralatan, buku, biaya pendidikan, teknologi, dan

input-input lainnya yang diperlukan dalam proses pendidikan. Ada

pula yang mengaitkan mutu pada proses (pembelajaran), dengan

argumen bahwa proses pendidikan (pembelajaran) itu yang paling

menentukan kualitas. Jika mutu ingin diraih, maka proses harus diamati

dan dijadikan fokus perhatian. Melalui proses, penyelenggara

pendidikan dapat mengembangkan pendidikan, metode, dan teknik-

teknik pembelajaran yang dianggap efektif.

Orientasi mutu dari aspek outputmendasarkan pada hasil

pendidikan (pembelajaran) yang ditunjukkan oleh keunggulan akademik

dan nonakademik di suatu sekolah. Banyak sekolah yang mulai sadar

bahwa antara berbagai input, proses, dan output, perlu diperhatikan

secara seimbang. Bahkan untuk menjamin mutu, langkah-langkah

sudah dimulai dari misi, tujuan, sasaran, dan target dalam bentuk

desain perencanaan yang mantap. Para pendidik harus selalu sadar

akan hasil yang akan diperoleh bagi siswa setelah melalui proses

pembelajaran tertentu, dan gambaran akan hasil yang ingin dicapai

itu pada gilirannya akan memberikan motivasi untuk mengembangkan

input dan proses yang sesuai. Bahkan saat ini mutu pendidikan tidak

hanya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai, tetapi bagaimana

prestasi tersebut dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan,

Page 217: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

475

seperti yang tertuang di dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 35 dan PP

No. 19 Tahun 2005.

Berbagai pengamatan dan analisis yang dilakukan,4 sedikitnya ada

tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami

peningkatan secara merata. Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan

pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production

function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini

melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat

produksi. Jika input (masukan) pendidikan memadai, maka

diperlukan kegiatan proses dilembaga ini, dan akan menghasilkan

output yang dikehendaki. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang

diharapkan tidak terjadi, karena selama ini, penerapan pendekatan

education production function lebih memusatkan padainput

pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan.

Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.

Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik,

sehingga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung

padakeputusan birokrasi, yang kadang-kadang kebijakan yang

dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah. Dengan demikian

sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk

mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan

mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.

Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam

penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi

masyarakat pada umumnya selama ini lebih banyak bersifat dukungan

dana, bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan,

monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akuntabilitas,

sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggung-jawabkan hasil

_____________

4Dit. Dikdasmen, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku I Konsep dan Pelaksanaan, (Jakarta, Diknas, 2001), hal. 1-2.

Page 218: Jurnal MUDARRISUNA

Orientasi Mutu…

476

pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa,

sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan dengan pendidikan.

Penetapan standar untuk melihat mutu pendidikan masih

banyak yang didasarkan pada keinginan yang kuat dari pengguna

dan pemangku kepentingan pendidikan. Termasuk pengguna dan

pemangku kepentingan adalah siswa, guru, orang tua pengguna jasa

pendidikan, pengguna jasa lulusan yang menuntut kompetensi tertentu

sebagai indikator kelayakan bagi yang bersangkutan untuk

melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan, atau berbagai peran dalam

kehidupan sosial yang merupakan output pendidikan. Sementara

masalah input dan proses dianggap sebagai masalah internal sekolah

yang merupakan prerogatif profesi tenaga kependidikan. Sebenarnya,

input, proses, dan output tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Ketiganya merupakan masalah internal atau eksternal yang akan

menentukan mutu pendidikan sekolah.

Dari segi lingkup kompetensi yang harus dicapai begitu luas.

Pandangan tentang mutu pun kemudian meliputi berbagai aspek

kompetensi. Bukan hanya menyangkut ranah kognitif tetapi juga

afektif, psikomotor, dan bahkan spiritual. Mutu tidak hanya terfokus

pada pencapaian atau prestasi akademis (academic achievement),

tetapi juga bidang-bidang non-akademik, seperti prestasi seni,

keterampilan sosial, keterampilan vokasional, serta penghayatan dan

pengamalan spiritual dalam bentuk budi pekerti luhur.

Uraian di atas, dapat dipahami bahwa pembangunan

pendidikan bukanhanya terfokus pada penyediaan faktor input

pendidikan, tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses

pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada

dalam batas-batas tertentu, tetapi input tersebut tidak menjamin dapat

meningkatkan mutu pendidikan secara otomatis. Menyadari hal

tersebut, pemerintah telah melakukan upaya penyempurnaan sistem

Page 219: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

477

pendidikan, baik melalui penataan perangkat lunak (soft ware)

maupun perangkat keras (hard ware).

Upaya tersebut dapat dilihat dengan dikeluarkannya Undang-

Undang tentang Otonomi Daerah, yan secara langsun berpengaruh

terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan.

Sebelumnya pengelolaan pendidikan merupakan wewenang pusat,

dan dengan berlakunya undang-undang tersebut kewenangan berada

pada pemerintah daerah, kota/kabupaten.

Oleh karena itu, perlu adanya formula baru dalam pengelolaan

pendidikan di sekolah sesuai dengan tuntutan masyarakat dan

berkembangnya peraturan baru tersebut.Formula baru pengelolaan

pendidikan itu merupakan suatu upaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan, efesiensi, dan pemerataan.5 Secara umum, manajemen

peningkatan mutu berbasis sekolah dapat diartikan sebagai model

manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah

dan mendorong pengambilan keputusan secara partisipatif yang

melibatkan secara langsung warga sekolah (orang tua siswa, tokoh

masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk meningkatkan mutu

sekolah berdasarkan Kebijakan Pendidikan Nasional.Dengan pendekatan

ini sekolah memiliki kewenangan dalam mengembangkan program-

program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya.

Dengan fleksibilitas sekolah akan lebih aktif dalam mengelola sumber

daya sekolah secara lebih optimal.6

_____________

5Supriono Subakir dan Achmad Sapari, Manajemen Berbasis Sekolah (Surabaya, Penerbit SIC, 2001), hal. 5.

6Mulyono, Manajemen Pendidikan; Untuk Sekolah dan Madrasah (Malang, UIN, 2007), hal. 150.

Page 220: Jurnal MUDARRISUNA

Orientasi Mutu…

478

PEMBAHASAN

Sasaran pendidikan adalah seluruh aspek individu yang perlu

dikembangkan dan ditumbuhkan. Pertumbuhan tersebut meliputi spiritual,

kepribadian, pikiran, kemauan, perasaan, keterampilan, jasmani dan kesehatan.

Kesemuanya sangat perlu untuk dikembangkan secara menyeluruh sehingga

terciptalah manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mengimplementasikan

Manajemen Berbasis Sekolah secara efektif dan efesien, Kepala Sekolah perlu

memiliki kemampuan kepemimpinan, perencanaan dan pandangan yang luas

tentang sekolah dan pendidikan. Di samping itu, Kepala Sekolah juga harus

melakukan diskusi atau tukar pikiran, sumbang saran dan studi banding antar

sekolah untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinan Kepala Sekolah yang lain.

Selanjutnya Kepala Sekolah juga dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai

manajer sekolah dalam meningkatkan proses belajar mengajar dengan

melakukan supervsisi kelas, membina dan memberikan saran-saran positif

kepada menyerap kiat-kiat kepemimpinan Kepala Sekolah yang lain.

Selanjutnya Kepala Sekolah juga dituntut untuk melakukan

fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses belajar

mengajar dengan melakukan supervsisi kelas, membina dan memberikan

saran-saran positif kepada guru. Dalam rangka mengimplementasikan

manajemen berbasis sekolah secara efektif, guru harus meningkatkan

manajemen kelas. Guru merupakan teladan dan panutan siswa di kelas.

Oleh karena itu, guru berkewajiban untuk menyiapkan pembelajaran dan

manajemen persiapan isi materi pengajaran.

Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efesien

apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional.

Pengoperasian sekolah, dana yang cukup agar sekolah mampu

menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasaran yang

memadai untuk mendukung proses belajar-mengajar, serta dukungan

masyarakat (orangtua murid) yang tinggi.7

_____________

7E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah…, hal. 57-58.

Page 221: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

479

Berbeda dengan Nur Kholis,8 menurutnya ada sembilan

strategi yang bisa digunakan agar strategi implementasi kebijakan

MBS dapat berjalandengan sukses. Adapun ke sembilan strategi tersebut

adalah sebagaiberikut: 1) Sekolah harus memiliki otonomi terhadap

empat (4) hal, yaitu: kekuasaan dan kewenangan, pengembangan

pengetahuan dan keterampilan secara berkesinambungan, akses

informasi ke segalabagian, serta penghargaan kepada pihak yang

berhasil. 2) Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam

pembiayaan, proses pengambilan kurikulum dan intruksional non-

intruksional. 3) Adanya kepemimpinan sekolah yang kuat. 4) Proses

pengambilan keputusan yang demokratis. 5) Semua pihak memahamai

peran dan tanggung jawabnya secara sungguh-sungguh. 6) Adanya

guidelines (garis pedoman) dari Departemen Pendidikan. 7) Sekolah

memiliki transparansi dan akuntabilitas yang minimal diwujudkan

dalam pertanggungjawaban setiap tahunnya. 8) Penerapan MBS harus

diarahkan untuk pencapaian kinerja kerja. 9) Implementasi harus diawali

dari konsep MBS, identifikasi peranmasing-masing pembangunan

kelembagaan, pelatihan dan sebagainya.

Sebagai suatu paradigma pendidikan baru maka implementasi

sebuah paradigma harus memperhatikan kondisi sekolah setempat.

Dengan demikian, paradigma MBS memerlukan pentahapan yang tepat.

Dengan mempertimbangkan komplesitas tersebut, MBS diyakini akan

dapat dilaksanakan paling tidak melalui tiga tahap yaitu jangka pendek

(tahun pertama sampai dengan tahun kedua), jangka menengah (tahun

keempat sampai dengan tahun keenam) dan jangka panjang (setelah

tahun keenam). Pelaksanaan jangka pendek diprioritaskan pada kegiatan-

kegiatan yang tidak memerlukan perubahan mendasar terhadap aspek-

aspek pendidikan.

_____________

8Nur Kholis, Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta, Grasindo, 2003), hal. 132-134.

Page 222: Jurnal MUDARRISUNA

Orientasi Mutu…

480

Menurut Djama’an Satori sebagaimana dikutip oleh Mulyono.9 MBS

diwujudkan dalam bentuk kemandirian (otonomi pengelolaan) sekolah dan

menuntut penciptaan tatanan dan budaya kelembagaan baru. Hal yang

dimaksud mencakup: a) Pembentukan Komite Sekolah yang berfungsi

sebagai wadah yang menampung aspirasi dan stakeholder sekolah, serta

badan yang berfungsi untuk membantu sekolah meningkatkan kinerjanya

untuk terwujudnya layanan pendidikan dan hasil belajar yang bermutu, b)

Pengembangan Strategi Sekolah yang menggambarkan arah

pengembangan sekolah dalam perspektif 3-4 tahun mendatang. Dalam

perencanangan ini dirumuskan visi dan misi sekolah (kekuatan,

kelemahan, peluang dan tantangan) kajian isu-isu stratejik yang dihadapi,

perumusan program-program prioritas sekolah, perumusan strategi

pencapaian sasaran, pengendalian dan evaluasi pencapaian sasaran

pengembangan sekolah. Penyusunan ini harus bekerja sama dengan

Komite Sekolah, c) Pengembangan Perencanaan Tahunan Sekolah.

Perencanaan ini merupakan elaborasi dari Perancanaan Stratejik Sekolah

yang menggambarkan kegiatan-kegiatan operasional sekolah disertai

perencanaan anggaran pembiyaan sekolah, d) Melakukan internal

monitoring dan self-assesment yang dilakukan secara reguler, serta

melaporkan hasilnya dalam forum Komite Sekolah, e) Menyususn Laporan

Tahunan Sekolah yang menggambarkan pelaksanaan perencanaan

tahunan sekolah, f) Melakukan survey pendapat sekolah terhadap

stakeholder sekolah mengenai apa yang dianggap baik dan hal-hal apa saja

yang masig perlu perbaikan.

Manajemen berbasis sekolah ditawarkan sebagai bentuk operasional

desentralisasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah, hal ini pada

dasarnya akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang

berjalan saat ini. Hal ini diharapkan dapat membawa dampak terhadap

peningkatan efesiensi dan efektifitas kinerja sekolah, dengan menyediakan

_____________

9Mulyono, Manajemen Pendidikan Untuk Sekolah dan Madrasah (Malang, UIN Malang, 2007), hal. 157-158.

Page 223: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

481

layanan pendidikan yang konprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan

masyarakat.10

Bervariasinya kebutuhan siswa akan belajar, beragamnya

kebutuhan guru dan staf lain dalam pengembangan profesionalnya,

berbedanya lingkungan sekolah satu dengan lainnya dan ditambah dengan

harapan orang tua/masyarakat akan pendidikan yang bermutu bagi

anak dan tuntutan dunia usaha untuk memperoleh tenaga bermutu,

berdampak kepada keharusan bagi setiap individu terutama pimpinan

kelompok harus mampu merespon dan mengapresiasikan kondisi

tersebut di dalam proses pengambilan keputusan.11

Ini memberi keyakinan bahwa di dalam proses pengambilan

keputusan untuk peningkatan mutu pendidikan mungkin dapat

dipergunakan berbagai teori, perspektif dan kerangka acuan (framework)

dengan melibatkan berbagai kelompok masyarakat terutama yang

memiliki kepedulian kepada pendidikan. Karena sekolah berada pada

pada bagian terdepan dari pada proses pendidikan, maka diskusi ini

memberi konsekwensi bahwa sekolah harus menjadi bagian utama di

dalam proses pembuatan keputusan dalam rangka peningkatan mutu

pendidikan. Sementara, masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih

memahami pendidikan, sedangkan pemerintah pusat berperan sebagai

pendukung dalam hal menentukan kerangka dasar kebijakan pendidikan.

Strategi ini berbeda dengan konsep mengenai pengelolaan sekolah

yang selama ini kita kenal.Dalam sistem lama, birokrasi pusat sangat

mendominasi proses pengambilan atau pembuatan keputusan pendidikan,

yang bukan hanya kebijakan bersifat makro saja tetapi lebih jauh

kepada hal-hal yang bersifat mikro; Sementara sekolah cenderung hanya

melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut yang belum tentu sesuai

_____________

10E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 35.

11Dikmenum, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah (paper kerja), (Jakarta : Depdikbud,1 999), hal. 36.

Page 224: Jurnal MUDARRISUNA

Orientasi Mutu…

482

dengan kebutuhan belajar siswa, lingkungan Sekolah, dan harapan orang

tua. Pengalaman menunjukkan bahwa sistem lama seringkali menimbulkan

kontradiksi antara apa yang menjadi kebutuhan sekolah dengan kebijakan

yang harus dilaksanakan di dalam proses peningkatan mutu pendidikan.

Fenomena pemberian kemandirian kepada sekolah ini

memperlihatkan suatu perubahan cara berpikir dari yang bersifat

rasional, normatif dan pendekatan preskriptif di dalam pengambilan

keputusan pandidikan kepada suatu kesadaran akan kompleksnya

pengambilan keputusan di dalam sistem pendidikan dan

organisasiyang mungkin tidak dapat diapresiasiakan secara utuh oleh

birokrat pusat. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya

pemikiran untuk beralih kepada konsep manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah sebagai pendekatan baru di Indonesia, yang

merupakan bagian dari desentralisasi pendidikan yang tengah

dikembangkan.12

Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan

alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan

kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan

oleh teori effective school yang lebih memfokuskan diri pada perbaikan

proses pendidikan (Edmond, 1979). Beberapa indikator yang

menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain sebagai

berikut; (a) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (b) sekolah memilki

misi dan target mutu yang ingin dicapai, (c) sekolah memiliki

kepemimpinan yang kuat, (d) adanya harapan yang tinggi dari personel

sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk

berprestasi, (e) adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus

sesuai tuntutan IPTEK, (f) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus

menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan

_____________

12Suseno, Muchlas , Percepatan Pembelajaran Menjelang Abad 21 makalah hasil analisis dari Accelerated Learning for 21st Century oleh Colin Rose and Malcolm J. Nicholl, (Jakarta, Pasca IKIP, 2001), hal. 37.

Page 225: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

483

pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu, dan (g)

adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua

murid/masyarakat.13

Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk

meningkatkan kemampuan sekolah dan masyarakat dalam mengelola

perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan, kebijakan,

strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan oleh

pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut adanya

perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah; kepala

sekolah, guru dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan

masyarakat dalam memandang,memahami, membantu sekaligus sebagai

pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan

sekolah yang bersangkutan dengan didukung oleh pengelolaan sistem

informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan

kepada keberhasilan sekolah untuk menyiapkan pendidikan yang

berkualitas/bermutu bagi masyarakat.

Dalam mengimplementasikan konsep ini, sekolah memiliki

tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan

permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi setiap personel

sekolah di dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan

oleh pemerintah. Bersama -sama dengan orang tua dan masyarakat,

sekolah harus membuat keputusan, mengatur skala prioritas disamping

harus menyediakan lingkungan kerja yang lebih profesional bagi guru, dan

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keyakinan

masyarakat tentang sekolah/pendidikan.

Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah

orang yang mewakili berbagai kelompok yang berbeda di dalam

masyarakat sekolah dansecara profesional harus terlibat dalam setiap

proses perubahan di sekolah melalui penerapan prinsip-prinsip

_____________

13Tim Teknis Bappenas, School-Based Management di Tingkat Pendidikan Dasar. (Jakarta, Naskah kerjasama Bappenas dan Bank Dunia, 1997), hal. 46.

Page 226: Jurnal MUDARRISUNA

Orientasi Mutu…

484

pengelolaan kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan

penghargaan di dalam sekolah itu sendiri maupun sekolah lain. Ada empat

hal yang terkait dengan prinsip -prinsip pengelolaan kualitas total yaitu;

(a) perhatian harus ditekankan kepada proses dengan terus-menerus

mengumandangkan peningkatan mutu, (b) kualitas/mutu harus

ditentukan oleh pengguna jasa sekolah, (c) prestasi harus

diperolehmelalui pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan, (d)

sekolah harus menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan,

keterampilan, sikap arief bijaksana, karakter, dan memiliki kematangan

emosional. Sistem kompetisi tersebut akan mendorong sekolah untuk

terus meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan dapat

memberikan motivasi dan meningkatkan kepercayaan diri setiap

personel sekolah, khususnya siswa.

Jadi sekolah harus mengontrol semua semberdaya termasuk

sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan

secara lebih efisien sumber daya tersebut untuk hal -hal yang bermanfaat

bagi peningkatan mutu khususnya.Sementara itu, kebijakan makro yang

dirumuskan oleh pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya masih

diperlukan dalam rangka menjamin tujuan-tujuan yang bersifat nasional

dan akuntabilitas yang berlingkup nasional.Jelaslah bahwa konsep

manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini membawa isu

desentralisasi dalam manajemen (pengelolaan) pendidikan dimana

birokrasi pusat bukan lagi sebagai penentu semua kebijakan makro

maupun mikro, tetapi hanya berperan sebagai penentu kebijakan

makro, prioritas pembangunan, dan standar secara keseluruhan melalui

sistem monitoring dan pengendalian mutu.

Konsep ini sebenarnya lebih memfokuskan diri kepada tanggung

jawab individu sekolah dan masyarakat pendukungnya untuk

merancang mutu yang diinginkan, melaksanakan, dan mengevaluasi

hasilnya, dan secara terus menerus mnyempurnakan dirinya. Semua

upaya dalam pengimlementasian manajemen peningkatan mutu

Page 227: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

485

berbasis sekolah ini harus berakhir kepada peningkatan mutu siswa

(lulusan). Sementara itu pendanaan walaupun dianggap penting dalam

perspektif proses perencanaan dimana tujuan ditentukan, kebutuhan

diindentifikasikan, kebijakan diformulasikan dan prioritas ditentukan,

serta sumber daya dialokasikan, tetapi fokus perubahan kepada

bentuk pengelolaan yang mengekspresikan diri secara benar kepada

tujuan akhir yaitu mutu pendidikan dimana berbagai kebutuhan siswa

untuk belajar terpenuhi.

Untuk itu dengan memperhatikan kondisi geografik dan

sosiekonomik masyarakat, maka sumber daya dialokasikan dan

didistribusikan kepada sekolah dan pemanfaatannya dipercayakan

kepada sekolah sesuai dengan perencanaan dan prioritas yang telah

ditentukan oleh sekolah tersebut dan dengan dukungan masyarakat.

Pedoman pelaksanaan peningkatan mutu kalaupun ada hanya

bersifat umum yang memberikan rambu-rambu mengenai apa-apa

yang boleh/tidak boleh dilakukan. Secara singkat dapat ditegaskan

bahwa akhir dari itu semua bermuara kepada mutu pendidikan. Oleh

karena itu sekolah-sekolah harus berjuang untuk menjadi pusat mutu

(center for excellence) dan ini mendorong masing-masing sekolah agar

dapat menentukan visi dan misi nya utnuk mempersiapkan dan

memenuhi kebutuhan masa depan siswanya.

PENUTUP

Peningkatan kualitas pendidikan adalah pilihan sekaligus

orientasi pengembangan peradaban bangsa sebagai investasi masa

depan pembangunan bangsa berjangka panjang yang mutlak harus

dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat baik di lembaga maupun di

lingkungan keluarga, karena pendidikan diyakini sebagai sarana utama

pengembangan kualitas sumber daya manusia di indonesia. Oleh

karena itu sekolah harus tanggap tentang perkembangan dunia

pendidikan dan kemajuan teknologi yang semakin pesat.

Page 228: Jurnal MUDARRISUNA

Orientasi Mutu…

486

Di sinilah peran MBS sangat penting untuk meningkatkan mutu

pendidikan dan memajukan kemampuan SDM dari seluruh aspek

individu yang perlu dikembangkan dan ditumbuhkansecara maksimal.

Hal ini meliputi aspek spiritual, kepribadian, pikiran, kemauan,

perasaan, keterampilan, jasmani dan kesehatan. Kesemuanya sangat

perlu untuk dikembangkan secara menyeluruh sehingga terciptalah

manusia yang cerdas dan kompeten.

DAFTAR PUSTAKA

Dit.Dikdasmen. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku I Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta, Diknas.

Dikmenum. 1999. Peningkatan Mutu PendidikanBerbasis Sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah (paper kerja). Jakarta: Depdikbud.

E. Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung, Remaja Rosdakarya.

E. Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung, Remaja Rosdakarya.

Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta, PT. Rajawali Pres, 1999.

Mulyono. 2007. Manajemen Pendidikan; Untuk Sekolah dan Madrasah. Malang, UIN.

Nur Kholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta, Grasindo.

Mulyono. 2007. Manajemen Pendidikan Untuk Sekolah dan Madrasah. Malang, UIN Malang.

Supriono Subakir dan Achmad Sapari. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Surabaya, Penerbit SIC.

Suseno, Muchlas. 2001. “Percepatan Pembelajaran Menjelang Abad 21 makalah hasil analisis dari Accelerated Learning for 21st Century oleh Colin Rose and Malcolm J. Nicholl”. Jakarta, Pasca IKIP.

Tim Teknis Bappenas. 1997. School-Based Management di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta, Naskah kerjasama Bappenas dan Bank Dunia.

Page 229: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

487

DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jm.v9i2.4762 EVALUASI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTER (USBK) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SMK TAHUN PELAJARAN 2018/2019

1Bahtian Yusup, 2Chaerul Rochman, 3Agus Salim

1,2,3 Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia email: [email protected] , [email protected],

[email protected]

Abstract

This study aims to evaluate the implementation of Computer-Based School Exams in SMK Negeri 1 Panjalu, this is important to be discussed because for evaluation materials as well as follow-up for the implementation of Computer-Based School Exams especially the subjects of Islamic Education in the coming years can work better. This research method uses participatory descriptive research, Partisifan of this study are the teachers in SMK 1 Panjalu Ciamis. The instrument used refers to the implementation of the Computer Based School Examination (USBK) as a whole in the form of an analysis instrument, and interview guidelines. The conclusion in this study is; (1) Profile of achievement of student learning outcomes in the implementation of Computer-Based School School Exams (USBK) especially Islamic Education subjects where the average score of students is 73.66 and also explained that the average student answers multiple choices of 82 % and answer 18% 2) problems related to the implementation of Computer-Based School School Exams (USBK) both seen in general implementation and related matter questions especially Islamic Education subjects, where the solution in implementing Computer-Based School School Exams (USBK) must be prepared carefully both in terms of the carrying capacity of the facilities and the carrying capacity of human resources, especially teachers because they are related to the application and related to the subject matter of the students, they do not understand the material related to mawaris and the arguments both Al Quran and Hadith, effective and efficient in teaching students about mat eri mawaris.

Keywords: Islamic Education; Learning Outcomes; Problems and Solutions; USBK.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tentang pelaksanaan Ujian Sekolah Berbasis Komputer di SMK Negeri 1 Panjalu, hal ini penting dibahas karena untuk bahan evaluasi sekaligus tindak lanjut untuk pelaksanaan Ujian Sekolah Berbasis Komputer khususnya mata pelajaran

Page 230: Jurnal MUDARRISUNA

Evaluasi Ujian…

488

Pendidikan Agama Islam tahun pelajaran yang akan datang bisa berjalan lebih baik. Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriftip partisipatoris, Partisifan dari penelitian ini adalah para guru di SMKN 1 Panjalu Ciamis. Instrumen yang digunakan mengacu pada pelaksanaan Ujian Sekolah Berbasis Komputer (USBK) secara keseluruhan yang berbentuk Instrumen analisis, dan pedoman wawancara. Kesimpulannya pada penelitian ini adalah; (1) Profil ketercapaian Hasil belajar peserta didik pada pelaksanaan Ujian Sekolah Sekolah Berbasis Komputer (USBK) khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dimana rata - rata nilai peserta didik adalah 73,66 dan dijabarkan pula bahwa rata rata peserta didik menjawab jawaban pilihan ganda sebesar 82% dan mejawab esay 18% 2) problematika terkait pelaksanaan Ujian Sekolah Sekolah Berbasis Komputer (USBK) baik dilihat dari pelaksanaan secara umum maupun terkait materi soal khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dimana solusinya dalam pelaksanaan Ujian Sekolah Sekolah Berbasis Komputer (USBK) harus dipeersiapkan dengan matang baik ditinjau dari daya dukung sarana dan daya dukung sumber daya manusia terutama guru karena berkaitan dengan aplikasi dan berkaitan dengan materi soal peserta didik masik kurang memahami terkait materi mawaris dan dalil – dalil baik itu Al Quran dan Hadits maka diperlukan metode yang efektiv dan efisien dalam mengajarkan peserta didik tentang materi mawaris.

Kata Kunci: Hasil Belajar; PAI; Problematika; Solusi; USBK.

PENDAHULUAN

Persaingan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada era global

pada dasarnya merupakan persaingan kualitas pendidikan. Sumber daya

manusia adalah produk dari pendidikan dan/atau pelatihan. Oleh karena

itu semua negara berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Pemerintah Indonesia juga terus berusaha meningkatkan kualitas

pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.1

Pendapat di atas menunjukan bahwa Pendidikan memiliki peran

yang sangat penting dalam perkembangan peradaban manusia karena

menjadi salah satu indikator pencapaian indeks pembangunan manusia,

pendidikan menurut Undang – undang bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya, tetapi tidak boleh dipandang sebelah mata juga bahwa dalam

_____________

1Djamari Mardapi,(2013) Evaluasi Penerapan Ujian Akhir Sekolah Dasar Berbasis Standar Nasional, Jurnal Penelitian Pendidikan h.227-245

Page 231: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

489

proses pembelajaran dalam pendidikan tentunya ada yang harus

diperhatikan dimana dalam pendidikan yang disebut dengan pendidikan

yang bermutu itu adalah yang memenuhi 8 standar nasional pendidikan

yang anatara lain standar isi, standar proses, standar kelulusan, standar

pendidik dan tenaga kependidikan, standar penilianan, standar sarana

prasarana, standar pembiayaan dimana kedelapan standai ini harus

dipenuhi oleh setiap sekolah, tetapi pada kenyataanya tidak semua

sekolah mampu memenuhinya. Salahsatu permasalahan yang muncul

yaitu tentang standar penilian dalam kata lain yaoitu tentang proses

penilian atau evaluasi berbicara tentang evaluasi dalam hal ini standar

penilaian.

Standar Penilaian Pendidikan sebagian bagian yang tidak

terpisahkan dari 8 standar pendidikan, tepatnya dalam pasal 1 PP No. 32

Tahun 2013 tentang perubahan atas PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan menyatakan bahwa Standar Penilaian Pendidikan

adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian

hasil belajar Peserta Didik (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013).

Sekaitan dengan penilaian terhadap peserta didik, dalam pasal 63 ayat (1)

dinyatakan bahwa guru atau pendidik merupakan salah satu unsur yang

diamanatkan untuk melakukan penilaian pendidikan pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah. Dalam pandangan Arifin (2012, hal. 4)

penilaian yang dilakukan guru merupakan suatu proses yang sitematis

dan berkesinambungan. Tujuan dari penilaian adalah untuk

mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik

dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan

pertimbangan tertentu.2

Dengan hasil penilaian tersebut, seorang guru atau pendidik bisa

menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan

yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Salah satunya adalah

_____________

2Sudijono, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.h.16

Page 232: Jurnal MUDARRISUNA

Evaluasi Ujian…

490

bahwa hasil penilaian bisa dijadikan sebagai salah satu tolak ukur

keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas. Namun,

keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas bisa dilihat dari

hasil penilaian jika proses penilaian dilakukan secara baik dan sesuai

dengan prosedur. Karenanya, penilaian merupakan salah satu komponen

penting didalam seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran. Setidaknya

begitulah yang diutarakan Aunurrahman3.

Lebih jauh kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi

kepada guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan

membantu peserta didik mencapai perkembangan belajarnya secara

optimal sehingga implikasinya adalah kegiatan penilaian harus

digunakan sebagai cara atau teknik untuk mendidik sesuai dengan prinsip

pedagogis. Karena sebaik apapun pembelajaran yang dilakukan, tetapi

jika dalam pelaksanaan penilaian tidak sesuai dengan prosedur, penilaian

tersebut belum bisa menjadi tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan

pembelajaran yang dilaksanakan. Intinya guru dituntut untuk

melaksanakan penilaian sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

pemerintah. Contohnya pelaksanaan Ujian Sekolah Berbasis Komputer itu

semuanya dari pemerintah baik itu kisi – kisi sampai dengan soal, dan itu

sedikit menjadi problem tentunya bagi guru Pendidikan Agama Islam

(PAI) pertanayaan muncul bagaiamana pelaksanaan dan hasil Ujian

Sekolah Berbasis Komputer Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ?

Apa saja yang harus dievaluasi untu pelaksanaan tahun depan dari segi

butir soal dan yang lainnya? Penelitian ini akan bermakna jika mampu

menjawab masalah tersebut dan memberikan solusi terbaik.

Penelitian ini menerangkan bagaimana penilian kognitif melalui

ujian sekolah berstandar nasional (USBN), hasil yang dicapai peserta didik

dalam pelaksanaanya, mejelaskan maslah yang terjadi pada saat

_____________

3Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta h.226

Page 233: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

491

pelaksanaan ujian sekaligus mencoba memberikan solusi tentang

permasalahan yang ada.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif

partisipatoris partisipan dalam penelitian ini adalah 4 Orang pesrtadidik

SMKN 1 Panjalu khususnya kelas XII Akuntansi, 3 orang Guru guru

SMKN 1 Panjalu serta civitas akademi yang dipilih secara acak instruen

yang digunakan adalah pedoman wawancara bertujuan untuk

mendapatkan informasi pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional

dan mengetahui butir soal khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam, dan ruang lingkup penelitian ini adalah butir – butir soal yang

tercantum sebelumnya dalam kisi – kisi antara lain : 1) Menunnjukan

hukum bacaan Q.S Al Hujarat (49);12, 2) Menedeteksi hukum bacaan Q.S

Ali Imran (3);159, 3) Mengurutkan potongan Q.S Ali Imran (3);190-191, 4)

Menganalisis makna Q.S. at-Taubah (9): 105, 5) Mengkorelasikan isi

kandungan Q.S. Luqman (31): 13-14, 6) Menentukan contoh perilaku

persaudaraan (ukhuwah) dengan Q.S. al-Hujurat (49): 10, 7) Menerapkan

hikmah toleransi yang sesuai dengan hadis, 8) Menentukan dampak dari

pergaulan bebas dan perbuatan zina, 9) Mengkorelasikan Isi kandungan

dengan Hadis, 10) Menerapkan contoh perilaku asmual husna, 11)

Menentukan tugas malaikat, 12) Menyimpulkan fungsi beriman kepada

kitab Al-Qur'an, 13) Menyimpulkan sifat-sifat yang ada dalam diri Rasul,

14) Menunjukan contoh perilaku beriman kepada hari akhir, 15)

Menunjukan contoh perilaku beriman kepada Qada dan Qadar, 16)

Menyimpulkan manfaat kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, 17)

Menentukan contoh perilaku syaja'ah, 18) Menentukan hikmah

diperintahkannya menutup aurat, 19) Menentukan keutamaan menuntut

ilmu, 20) Menyimpulkan Keutamaan berbakti kepada orang tua, 21)

Menentukan adab kepada guru, 22) Menunjukan perilaku bekerja keras

dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari, 23) Menentukan

hadis dari segi perawinya, 24) Menentukan rukun wakaf, 25) Menerapkan

tentang tatacara mengkafani jenazah, 26) Menentukan rukun khutbah, 27)

Page 234: Jurnal MUDARRISUNA

Evaluasi Ujian…

492

Menerapkan ekonomi sesuai dengan syariat Islam, 28) Menentukan

ketentuan pernikahan dalam Islam, 29) Mengkorelasikan ketentuan

pernikahan dengan tujuan pernikahan dalam Islam, 30) menerapakan

ketentuan ahli waris, 31) menerapakan ketentuan ahli waris, 32)

Menentukan Strategi dakwah Nabi Muhammad saw di Makkah, 33)

Menentukan strategi, dan keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw di

Madinah, 34) Meganalisis perkembangan peradaban Islam pada masa

kejayaan (Masa Khulafaur Rasyidin – Bani Umayyah), 35)

Mengkorelasikan pemikiran Jamaludin Al-Afgani tentang pembaruan

Islam, 36) Menunjukan perkembangan Islam pada masa modern (1800-

sekarang), 37) Menganalisis bukti sejarah perkembangan Islam di

Indonesia, 38) Menyimpulkan nama tokoh yang memajukan peradaban

Islam di dunia, 39) Menunjukkan faktor-faktor kemajuan peradaban Islam

di dunia, 40) Menunjukan faktor-faktor kemunduran peradaban Islam di

dunia.

Setelah diperoleh hasil analisis data. Maka dilanjutkan dengan

triangulasi terhadap indikator-indikator yang belum maksimal dengan

cara menanyakan masalah-masalah yang dihadapi dan langkah-langkah

untuk solusinya

PEMBAHASAN

1. Hasil Belajar

Secara umum bahwa hasil belajar Hasil belajar merupakan

komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya

meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh dengan

meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas system penilaiannya.

Keduanya saling terkait, system pembelajaran yang baik akan

menghasilkan kualitas hasil belajar yang baik.

Penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran merupakan

implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan (SNP). Penetapan SNP membawa impikasi

terhadap model dan teknik penilaian pembelajaran yang mendidik.

Page 235: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

493

Perencanaan penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran

mencakup penilain eksternal dan internal. Hal ini mengisyaratkan bahwa

objek yang dinilainya adalah hasil belajar peserta didik yang pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku peserta didik. Tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang

kognitif, afektif dan psikomotorik.

a. Jenis-jenis Hasil Belajar

Benyamin Bloom berpendapat sebagaimana dikutip Nana Sudjana

(2009:23) menyebutkan klasifikasi hasil belajar secara garis besar dibagi

menjasi tiga ranah, yakni :

1) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisis, sintesis dan

evaluasi. (1) Pengetahuan, jenjang hafalan meliputi kemampuan

menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur, atau istilah

yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat

mebggunakannya. Hafalan merupakan hasil belajar yang paling

rendah, tapi menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.

(2) Pemahaman, merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam

proses berfikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang

berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari

beberapa segi. (3) Aplikasi atau penerapan, merupakan

kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.

Jenjang penerapan merupakan kemampuan menggunakan

prinsip, teori, hukuman, aturan, maupun metode yang dipelajari

pada situasi baru atau pada situasi konkrit. (4) Analisis, analisis

adalah usaha memilah atau integritas menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya atau susunannya. (5)

Sintesis, merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-

bagian yang terlepas menjadi suatu keseluruhan yang terpadu

atau menggabungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga

Page 236: Jurnal MUDARRISUNA

Evaluasi Ujian…

494

terjelma pola yang berkaitan secara logis, atau mengambil

kesimpulan dari perisiwa-peristiwa yang ada hubungannya satu

dengan yang lainnya. (6) Evaluasi, Mengevaluasi dalam aspek

kognitif, menyangkut masalah “benar/salah” yang didasarkan

atas dalil, hukum, prinsip pengetahuan.

2) Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri atas

aspek penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

3) Ranah Psikomotor, mencakup kemampuan yang berupa

keterampilan fisik (motorik) yang terdiri atas gerakan reflex,

keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan,

keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interperatif.

Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas, disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut

mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat

melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data

pembuktian yang akan menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian

ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu

pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indicator pencapaian tujuan

pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar belajar itu sendiri. Slameto (2013:54, 60),

menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai

berikut :

a. Faktor internal adalah yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor

psikologi.

Page 237: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

495

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor

eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

masyarakat.

Berdasarkan pendapat diatas, faktor yang mempengaruhi hasil

belajar antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa, faktor yang ada

ada diluar diri siswa. Faktor internal berasal dari dalam diri anak secara

biologis, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang sifatnya dari luar

diri siswa.

3. Hakikat Pendidikan Agama Islam

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upanya pengajaran dan

pelatihan.4 Definisi tentang pendidikan pada umumnya sangat banyak

orang – orang yunani, lebih kurang 600 tahun yang lalu sebelum masehi

telah menyatakan bahwa pendidikan ialah usaha membantu manusia

menjadi manusia, ada dua kata yang sangat penting yaitu membantu dan

manusia. Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia dan

seseorang dapat dikatakan sebagai manusia, ciri manusia yang telah

menjadi manusia, pertama memiliki kemampuan dalam mengendalikan

diri, kedua cinta tanah air, dan ketiga berpengetahuan.5

Pendidikan menurut Pasal 1 ayat (1) UU No.2/1989 adalah upaya

sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan latihan bagi perannya di masa yang akan datang.

Marimba mendefiniskan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan

secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani

siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.6 Pendidikan

_____________

4 Muhibbin Syah. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. hal.10

5Tafsir Ahmad. 2010. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. hal.33

6Tafsir Ahmad. 2011. Metodologi Pengajaran Agama Islam : Bandung : PT Remaja Rosdakarya hal.6

Page 238: Jurnal MUDARRISUNA

Evaluasi Ujian…

496

adalah aktiviitas semua potensi dasar manusia melalui interaksi antara

manusia dewasa dengan yang belum dewasa.

Secara umum Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata

pelajaran yang dikembangkan dari ajaran – ajaran dasar yang terdapat

dalam agama Islam. Ajaran dasar tersebut terdapat dalam al-Quran dan

al-Hadis, untuk kepentingan pendidikan, dengan melalui ijtihad para

ulama mengembangkat materi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada

tingkat yang lebih terperinci.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memhamai, menghayati,

hingga mengimani, ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan

kerukunan antara umat beragama hingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa.

Pendidikan Agama Islam merupakan sebuah program yang sudah

dipersiapkan bagi peserta didik yang dalam hal ini bukan hanya saja

mengetahui, bukan saja memahami melainkan dari mulai mengenal,

memahami, menghayati hingga mengimani dan juga diaplikan yang salah

satunya menjaga toleransi antar umat yang beda agama demi

terwujudnya suatu bangsa yang damai.

Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu

usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan,

yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai

pedoman hidup.

Ajaran Islam merupakan suatu ajaran yag luas, universal perlu

sebuah ilmu, pendidikan yang membantu dalam membimbing untuk

mendapakan pengetahuan keislaman yang menyeluruh dan dalam kata

lain bisa terbentuk Islam yang sempurna, yang selanjutnya bisa dijadikan

sebuah alat sebuah petunjuk untuk menjalani hidup.

Page 239: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

497

Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang

diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara

maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini,

memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

4. Dasar–dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar

yang kuat, dasar yang kuat menurut Zuhairini dapat ditinjau dari bergai

segi, yaitu:

a. Dasar Yuridis/Hukum

Dasar yuridis formal pelaksaan Pendidikan Agama Islam di

sekolah sebagai berikut:

1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara Pancasila, sila pertama:

Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Dasar strukural/konstitusional, yaitu UUD’45 dalam Bab XI pasal

29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi : 1. Negara berdasar atas

Ketuhanan Yang Maha Esa ; 2. Negara menjamin kemerdekaan

tiap – tiap penduduk untuk memeluk agama masing – masing dan

beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.

3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No

IV/MPR/1978 jo. Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat

oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap.MPR No. II/MPR 1993

tentang garis – garis besar haluan Negara yang pada pokoknya

menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara

langsung dimaksdkan kurikulum sekolah–sekolah formal, mulai

dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Page 240: Jurnal MUDARRISUNA

Evaluasi Ujian…

498

b. Segi Religius

Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran islam,

menurut ajaran islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan

merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al Quran banyak

ayat yang menunjukan perintah tersebut, antara lain:

Q.S Al – Nahl ; 125:

ى ل ع إ اد ة ن س ح ال عظة و م وال ة م ك ح ال ك ب ب سبيل رل ن ض م ب م عل أ ك هو ب ن ر حسن إ أ تي هي ال م ب ه ادل وج

ين د ت ه م ال ب م عل أ و وه ه يل ب عن سArtinya: Serulah (manusia) kepada Jalan Tuhanmu dengan Hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah merekan dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhamnu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang –

orang yang mendapat petunjuk.

c. Aspek Psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan

kehidupan bermasyarakat, hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,

manusia baik sebagai mahluk individu maupun sebagai anggota

masyarakat dihadapkan pada hal – hal yang membuat hatinya tidak

tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.

5. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Kurikulu Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah

berfungsi sebagai berikut :

a. Pengembangan, yaitu meningkatkaan keimanan dan ketakwaan

peserta didik kepada Alloh SWT yang telah ditanamkan dalam

lingkungan keluarga.

b. Penanam Nilai, yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencari

kebahagiaan dunia dan akhirat.

Page 241: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

499

c. Penyesuaian mental yaitu, untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan

dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan – kesalahan peserta

didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam

kehidupan sehari – hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal – hal negatif dari

lingkungan atau dari budaya lain yang dapat membahayakan

dirinya dan menghambat menuju manusia seutuhnya.

f. Pengajaran, yaitu pengetahuan ilmu keagamaan secara umum,

system dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak – anak yang memiliki

bakat khusus di bidang agama islam agar bakat tersebut dapat

berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk

dirinya sendiri dan bagi orang lain.

6. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Secara umum tujuan pendidikan islam adalah untuk membentuk

peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta

berahlak muliaPaparan diatas bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam

pada dasarnya berorientasi pada keimanan, ketakwaan dan yang paling

penting pada akhirnya adalah ahlak.

Berdasarkan kurikulum PAI bahwa Pendidikan Agama Islam di

sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan

melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,

pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama islam

sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat

melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang

memiliki ahlak mulia, tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi

utama diutusnya Nabi Muhammad SAW dengan demikian, pendidikan

Page 242: Jurnal MUDARRISUNA

Evaluasi Ujian…

500

ahlah adalah jiwa dari Pendidikan Agama Islam, mencapai

ahlakulkarimah adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.

Kompetensi Pendidikan Agama Islam (PAI) SMU/K

a. Kompetensi Lintas Kurikulum

1) Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan

kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai

dengan agama yang dianutnya.

2) Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan

mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk

berinteraksi dengan orang lain.

3) Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep – konsep, teknik –

teknik, pola, struktur, dan hubungan.

4) Memilih, mencari dan menerapkan teknologi dan informasi yang

diperlukan dari berbagai sumber.

5) Memahami dan menghargai lingkungan fisik, mahluk hidup, dan

teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan

nilai – nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.

6) Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontibusi aktif dalam

masyarakat dan budaya global berdasarkan pemahaman kontek

budaya, geografis, dan historis.

7) Berekreasi dan menghargai karya artistic, budaya, dan intelektual

serta menerapkan nilai – nilai luhur untuk meningkatkan

kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.

8) Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan

potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

9) Menunjukan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja

mandiri, dan bekerja sama dengan orang lain.

b. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Kemampuan dasar yang harus dicapai di sekolah yaitu :

1) Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun islam yang lainnya

dengan mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam

Page 243: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

501

sikap, prilaku, dan ahlak peserta didik dalam dimensi vertical

maupun horizontal.

2) Dapat membaca, menulis, dan memahami ayat Al Quran serta

mengetahui hukum bacaannya dan mampu

mengimplementasikan dalam kehidupan sehari – hari.

3) Mampu beribadah dengan baik sesuai dengan tuntunan syari’at

islam baik ibadah wajib maupun ibadah sunah.

4) Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rosululloh,

sahabat, dan tabiin serta mampu mengambil hikmah dari sejarah

perkembangan islam untuk kepentingan hidup sehari – hari masa

kini dan masa depan

5) Mampu mengamalkan system muamalat islam dalam tata

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

6) Seperti yang tergambar dalam kemampuan dasar umum diatas,

kemampuan dasar tiap kelas yang tercantum dalam standar

nasional juga dikelompokan lima unsur mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yaitu :

a) Al Quran

b) Keimanan

c) Ahlak

d) Fiqh/ ibadah

e) Tarikh / Sejarah

Dari hasil observasi awal menunjukan hasil Ujian Sekolah Berbasis

Komputer di SMK Negeri 1 Panjalu menunujukan sebagai berikut :

Gambar 1. Grafik Hasil Ujian Sekolah Berbasis Komputer PAI

Page 244: Jurnal MUDARRISUNA

Evaluasi Ujian…

502

Dari grafik diatas menunjukan bahwa ada peserta didik yang

mendapatkan nilai kecil dan ada juga yang menghasilkan nilai tinggi, ini

menunjukan hasil yang bervariasi setiap peserta didik mempunyai

hambatan, tantantang tersendiri. Dengan demikian, maka diperoleh

jumlah skor maksimal adalah tujuh puluh enam (94) untuk kriteria

ketuntansan minimal untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ini

adalah 78 apabila peserta didik kurang dari 78 maka harus mengikuti

perbaikan. Rumus penghitunagn persentase setiap nilai adalah

% . adapun untuk

menentukan kualifikasi prosentase ketercapaian digunakan tabel berikut:

Tabel 1. Presentase ketercapian

No. Prosentase Ketercapaian Kualifikasi

1 91 -100 Sangat Baik

2 81 - 90 Baik

3 71 - 80 Cukup Baik

4 61 -70 Kurang Baik

5 Kurang dari 61 Sangat kurang

Diadaptasi dari Aplikasi Raport SMK

Butir soal pada pelaksanaan Ujian Sekolah Berbasis Komputer

untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam teridiri dari 40 soal pilihan

ganda dan 5 esay dimana butir soal tersebut dari mulai kisi kisi sampai

dengan soal itu berasal dari Dinas Pendidikan Provinsi dan persentase

peserta didik mengerjakan soal pilihan ganda dan esai tergambar dalam

gambar sebagai berikut :

Gambar 2. Presentase Nilai Menjawab Soal PG dan esay

Page 245: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

503

Dari gambar diatas menunjukan bahwa persentase peserta didik

dalam menjawab soal pilihan ganda adalah 82% sedangkan rata – rata

peserta didik menjawab soal esai 18%.

Dari hasil analisis diatas kemudian mengadakan triangulasi kepada

pendidik dan peserta didik sebagai pelaksana dalam kegiatan Ujian

Sekolah Berbasis Komputer tahun pelajaran 2018/2019 sebagai berikut :

Tabel 2. Indikator Pelaksanaan secara umum USBK

Responden Masalah Solusi

Sandi Mardiansyah Fazrin

Belum sepenuhnya menguasai aplikasi USBN, sehingga terjadi kesalahan format isian dan pengaturan soal dll

Persiapakan lebih matang lagi dgn aplikasi yg digunakan, tentunya dgn banyaknya temuan menjadikan pelajaran yg harus diperbaiki dan dikembangkan lebih baik lagi Dimana guru-guru jg diberikan pembelajaran pengisian format soal untuk di input ke aplikasi, serta dilakukan pengecekan setalah soal di input memeastikan tidak ada kesalahan soal yang di input kan

Acep Rahmat Sarana prasaran belum memadai sepenuhnya jadi diperluka perangkat komputer yang memadai baik dari spsifikasi dan penunjang seperti aliran listrik

Perlengkap alat – alat dan kordinasi dengan phak terkainta seperti PLN

Tabel 2. Triangulasi Pelaksanaan USBK

Hasil triangulasi diatas menunjukan bahwa secara umum

pelaksanaan Ujian Sekolah Berbasis Komputer ini berjalan dengan baik,

tetapi masih ada kendala terutama dalam bidang penunjang yang

berkaitan dengan sarana prasarana sekolah, kendala yang lain adalah

Page 246: Jurnal MUDARRISUNA

Evaluasi Ujian…

504

bahwa guru- guru pun harus dibekali ilmu terlebih dahulu tertama dalam

penginfutan soal artinya bahwa harus ada pelatihan yang matang terkait

pelaksanaan Ujian Sekolah Berbasis Komputer ini secara efektiv dan

efisien.

Tabel 3. Indikator Butir Soal USBK Pendidikan Agama Islam

Responden Masalah Solusi

Agung Khorul (Yang Nilai rendah)

Kebingunan tentang soal – soal yang berkaitan dengan dalil – dalil al Quran maupun hadis dan materi soal tentang mawaris

Semoga untuk adik – adik kelas yang nanti dapat diberikan metode pengajaran yang mudah paham terkait materi dalil – dalil Al Quran dan mawaris agar peserta didik mudah memahami dan bukan hanya teori saja.

Intan (Yang Nilai Terbesar)

Kesusahan soal yang berkaitan tentang penghitungan mawaris, mudah mengerjakan soal yang berkiatan dengan kehidupan sehari sehari

Semoga guru dapat memberikan pemahaman tentang mawaeris yang mudah dipahamai terutama pada penghitungannya.

Tabel 3. Triangulasi Butir Soal PAI

Dari hasil triangulasi dengan peserta didik diatas bahwa hampir

kebayakan peserta didik masih kesulitan dalam menghafal, memahami

dalil Al Quran maupun hadits dan juga peserta didik kebingungan dalam

materi mawaris terutama dalam penghitungannya, makan evaluasi yang

harus dilakukan untuk tahun pelajaran berkutnya adalah guru

Pendidikan Agama Islam harus mengevaluasi model bahkan metode yang

efektiv untuk mengajarkan dali – dalil dan materi mawaris.

PENUTUP

Pelaksanaan evaluasi sangatlah penting khususnya dalam dunia

pendidikan dengan evaluasi bisa mengukur tingkat keberhasilan yang

kaitanya disini tentang Ujian Sekolah Berbasis Komputer, dan sekaligus

mengevaluasi soal – soal tentang Pendidikan Agama Islam dan hasilnya

Page 247: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 2 July-Desember 2019

505

Profil ketercapaian Hasil belajar peserta didik pada pelaksanaan Ujian

Sekolah Sekolah Berbasis Komputer (USBK) khususnya mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dimana rata - rata nilai peserta didik adalah

73,66 dan dijabarkan pula bahwa rata rata peserta didik menjawab

jawaban pilihan ganda sebesar 82% dan mejawab esay 18% 2)

problematika terkait pelaksanaan Ujian Sekolah Sekolah Berbasis

Komputer (USBK) baik dilihat dari pelaksanaan secara umum maupun

terkait materi soal khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,

dimana solusinya dalam pelaksanaan Ujian Sekolah Sekolah Berbasis

Komputer (USBK) harus dipeersiapkan dengan matang baik ditinjau dari

daya dukung sarana dan daya dukung sumber daya manusia terutama

guru karena berkaitan dengan aplikasi dan berkaitan dengan materi soal

peserta didik masik kurang memahami terkait materi mawaris dan dalil –

dalil baik itu Al Quran dan Hadits maka diperlukan metode yang efektiv

dan efisien dalam mengajarkan peserta didik tentang materi mawaris.

DAFTAR PUSTAKA

Akib, M. D. (2013). Sasaran atau Obyek Evaluasi Pendidikan dan Penilaian Berbasis Sekolah. Al-Hikmah, 10(5), 1-12.

Anwar, S., & Fakhruddin, A. (2016). Pelaksanaan Standar Penilaian oleh Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Studi Evaluatif terhadap Guru PAI SMP dan SMA di Bandung). Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’ lim, 14(2).

Asrori Mohammad. 2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima

Hulliyah, K., Amrizal, V., & Mawahib, M. (2011). Perancangan sistem pelaporan nilai ujian sekolah berstandar nasional pendidikan agama Islam (USBN PAI) berbasis web (studi kasus direktorat pendidikan agama Islam Kementrian Agama RI). JURNAL TEKNIK INFORMATIKA, 4(1).

Ismanto, I. (2014). EVALUASI HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI). Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 9(2).

Mahirah, B. (2017). Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa). Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(2).

Mardapi, D. (2009). Evaluasi penerapan ujian akhir sekolah dasar berbasis standar nasional. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 13(2).

Page 248: Jurnal MUDARRISUNA

Evaluasi Ujian…

506

Muzayanah, U. (2015). Kualitas Butir Soal Pai Pada Ujian Sekolah Berstandar Nasional. Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi), 1(1).

Sawaluddin, S. (2018). Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 3(1), 39-52.

Sulistiawan, C. H. (2016). Kualitas soal ujian sekolah matematika program IPA dan kontribusinya terhadap hasil ujian nasional. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 20(1), 1-10.

Syah Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tafsir Ahmad. 2010. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tafsir Ahmad. 2011. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tim LPP-SDM, (2010), Pendidikan Islam, 5, ed. Depok: Bina Muda Ciptakreasi.

Tim LPP-SDM, (2010), Pendidikan Islam, 6, ed. Depok: Bina Muda Ciptakreasi

Page 249: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 8 No. 2 July-Desember 2018

v

JUDUL DITULIS KAPITAL DENGAN FONT BOOK ANTIQUA 14 CETAK TEBAL (Maksimum 12 Kata)

Penulis11), Penulis22) dst. [Font Book Antiqua 10 Cetak Tebal dan NamaTidak Boleh Disingkat]

1,2,3,Nama Lembaga Afiliasi, Negara [penulis 1, 2, 3 jika penulis dari lembaga yang sama]. email: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstract [Font Book Antiqua 11 Cetak Tebal dan Miring]

Ditulis dalam bahasa Inggris yang berisikan isu-isu pokok, tujuan penelitian, metode/pendekatan dan hasil penelitian. Abstract ditulis dalam satu alenia, tidak lebih dari 200 kata. [Font Book Antiqua 11, spasi tunggal, dan cetak miring].

Keywords: Maksimum 5 kata kunci dipisahkan dengan tanda koma. [Font Book Antiqua 11

spasi tunggal, dan cetak miring]

Abstrak [Font Book Antiqua 11 Cetak Tebal]

Ditulis dalam bahasa Indonesia yang berisikan isu-isu pokok, tujuan penelitian, metode/pendekatan dan hasil penelitian. Abstract ditulis dalam satu alenia, tidak lebih dari 200 kata. [Font Book Antiqua 11 dan spasi tunggal].

Kata Kunci: Maksimum 5 kata kunci dipisahkan dengan tanda koma. [Font Book

Antiqua 11 dan spasi tunggal]

PENDAHULUAN [Font Book Antiqua 12 bold]

Pendahuluan mencakup latar belakang atas isu atau permasalahan

serta urgensi dan rasionalisasi kegiatan (penelitian atau pengabdian).

Tujuan kegiatan dan rencana pemecahan masalah disajikan dalam bagian

ini. Tinjauan pustaka yang relevan dan pengembangan hipotesis (jika ada)

dimasukkan dalam bagian ini. [Font Book Antiqua 12, normal]

Jika Artikel hasil penelitian perlu di jelaskan metode penelitian

terkait rancangan kegiatan, ruang lingkup atau objek, bahan dan alat

Page 250: Jurnal MUDARRISUNA

Judul Artikel (dua kata pertama)

vi

utama, tempat, teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel

penelitian, dan teknik analisis secara ringkas. [Font Book Antiqua 12, normal].

PEMBAHASAN [Font Book Antiqua 12 bold]

Bagian ini berisi kajian literatur yang dijadikan sebagai penunjang

konsep penelitian. Kajian literatur tidak terbatas pada teori saja, tetapi

juga bukti-bukti empiris. Hipotesis peneltiian (jika ada) harus dibangun

dari konsep teori dan didukung oleh kajian empiris (penelitian

sebelumnya). [Font Book Antiqua 12, normal].

Bagian ini juga menyajikan hasil penelitian. Hasil penelitian dapat

dilengkapi dengan tabel, grafik (gambar), dan/atau bagan. Bagian

pembahasan memaparkan hasil pengolahan data, menginterpretasikan

penemuan secara logis, mengaitkan dengan sumber rujukan yang relevan.

[Font Book Antiqua 12, normal]

PENUTUP [Font Book Antiqua 12 bold]

Bagian ini menyajikan berisi rangkuman singkat atas hasil

penelitian dan pembahasan. [Font Book Antiqua 12, normal]

DAFTAR PUSTAKA [Font Book Antiqua 12 bold]

Darimi, Ismail. "Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAI dalam Pembelajaran." Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam 5, no. 2 (2015): 309-324.

Idris, Saifullah. "The Status of Wilayat Al-Hisbah Institution in the Constitutional Law Order." Advanced Science Letters 24, no. 10 (2018): 7095-7099.

Page 251: Jurnal MUDARRISUNA

Jurnal MUDARRISUNA Vol. 8 No. 2 July-Desember 2018

vii

Catatan:

1. Lengkapi Daftar Riwayat Hidup sebagai lampiran

2. Penulisan naskah dan sitasi yang diacu dalam naskah ini disarankan

menggunakan aplikasi referensi (reference manager) seperti Mendeley,

Google Scholars, dll. dengan referensi Footnote1,2 dan cite Chicago.

3. Gambar dan tabel: Semua tabel dan gambar yang anda masukkan

dalam dokumen harus disesuaikan dengan urutan 1 kolom atau ukuran

penuh satu kertas, agar memudahkan bagi reviewer untuk mencermati

makna gambar

Gambar 1. Historical Timeline

Tabel 1. Editor Team Jurnal MUDARRISUNA

NO NAMA JABATAN KETERANGAN

1 Hasan Basri Editor in Chief

2 Ismail Darimi Managing Editor

_____________

1Darimi, Ismail. "Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAI dalam Pembelajaran." Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam 5, no. 2 (2015): 309-324.

2Idris, Saifullah. "The Status of Wilayat Al-Hisbah Institution in the Constitutional Law Order." Advanced Science Letters 24, no. 10 (2018): 7095-7099.

Page 252: Jurnal MUDARRISUNA

Judul Artikel (dua kata pertama)

viii

Daftar Riwayat Hidup

Nama Penulis* :

Afiliasi/Lembaga :

ID Google Scholars :

ID Sinta :

ORCID iD :

ID Scopus :

Email :

No. Hp :

Alamat :

*Jika penulis lebih dari satu orang, maka di gandakan form diatas.