Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKNA PERAYAAN EKARISTI BAGI ANGGOTA MISDINAR
DI PAROKI SANTO ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh :
Veronika Sigalingging
NIM: 141124004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
MAKNAPERAYAANEKARISTIBAGIANGGOTAMISDINAR DI PAROKI SANTO ANTONllJS PADUA KOTABARU
YOGYAKARTA
Oleh:
p~:~FX. DaPiY~SFK, M. Pd
11
Tanggal17Desember2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
MAKNA PERAYAAN EKARISTI BAGI ANGGOTAMISDINAR DI PAROKI SANTO ANTONIUS PADUA KOTABARU
YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Veronika Sigalingging
NIM:: 141124004
SUSUNAN PANITIA PENGUn ~
: Dr. B. Agus. Rukiyanto, 8J.
: Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd.
: 1. FX. Dapiyanta SFK, M. Pd
2. P. Banyu Dewa HS. S.Ag. M.Si.. ,
3. M. Ariya S'e~ S.Pd. Mag. Theo
Telah dipertaliankan di depan Eanitia Penguji
Pad tanggal7 Jan~an 2019
dan dinyatakan. memenuhi syarat
Nama
Ketua
Sekretaris
Anggota
11l
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Skripsi ini kupersembahkan kepada
“Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbingku, serta kepada
Bunda maria yang mulia yang menghantarkan doa-doaku kepada Bapa”
“Anggota Misdinar Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta”
“Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma yang
telah mendidik dan memberikan pengalaman terindah didalam hidupku”
Kedua Orang tuaku
“Abner Sigalingging dan Ibu Theresia Sinaga”
Kakak dan adikku
“Saut, Lusiana, Yohannes, Gunawan, Alfonsius”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,
dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu”
(1 Timotius 4:12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 7 Januari 2019
~1~MmAvero~ng
VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBARPERNYATAANPERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
NIM
:Veronika Sigalingging
: 141124004
Derni pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
MAKNA PERAYAAN EKARISTI BAGI ANGGOTA MISDINAR PAROKI
SANTO ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada)Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dan membentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet dan media
lain untuk kepentingan akadernis tanpa perIu merninta ijin dari saya maupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 7 Januari 2019
Y~akan
Veronika Sigalingging
VII
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul MAKNA PERAYAAN EKARISTI BAGI
ANGGOTA MISDINAR DI PAROKI SANTO ANTONIUS PADUA
KOTABARU, YOGYAKARTA. Judul ini dipilih berdasarkan keingintahuan
penulis sejauh mana para misdinar yang aktif sebagai pelayan altar memaknai
perayaan Ekaristi.
Sakramen Ekaristi adalah sakramen utama, dikatakan utama karena
Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Dalam perayaan
Ekaristi diungkapkan iman seluruh Gereja akan penyelamatan Allah yang terjadi
dalam Kristus. Dalam Ekaristi umat bersatu sebagai Gereja yang nyata. Melalui
Ekaristi orang yang mengimani Kristus semakin penuh bersatu dengan tubuh dan
darah Kristus sebagai sumber keselamatan dan puncak seluruh hidup Kristiani.
Fokus penelitian adalah Makna Ekaristi yang secara primer meliputi pengalaman
keterlibatan remaja menjadi misdinar dalam perayaan Ekaristi. Misdinar dapat
memaknai perayaan Ekaristi untuk memperkuat iman remaja dalam setiap
keterlibatan. Sedangkan secara sekunder, meliputi sikap yang tercermin dalam
perbuatan hidup sehari-hari baik dilingkungan Gereja dan masyarakat.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomologis. Peneliti
memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah diterapkan yaitu informan
yang benar-benar aktif dalam setiap setiap tugas atau pertemuan misdinar dan
sudah memiliki banyak pengalaman, informan yang dipilih pun bersedia untuk
terlibat dalam penelitian ini. Penulis menggunakan metode Triangulasi sumber
data, untuk mencapai validitas data penulis memeriksa kembali informasi dari
responden dengan mewawancara orang tua dan pendamping. Informasi-informasi
tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif dengan cara reduksi data, penyajian
data, verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman misdinar mengenai arti
perayaan Ekaristi sebatas hafalan yakni sebagai kesempatan untuk berdoa dan
bersyukur sedangkan makna Ekaristi bagi misdinar mendapat pelajaran baru
mengenai Injil melalui homili dan tempat untuk berdoa meminta berkat Tuhan
atas kehidupan sehari-hari. Dalam hidup sehari-hari anggota misdinar juga sering
mengalami kesulitan, mereka belum melibatkan Ekaristi sebagai sumber dan
puncak hidup, yang mereka lakukan selalu berdoa dan intropeksi diri. Sebagai
misdinar bertanggung jawab dalam menjalankan tugas yang sudah dibagi dan
berlatih terus untuk mempersiapkan tugas yang akan datang sehingga pada saat
perayaan Ekaristi dapat berjalan dengan lancar.
Merespon permasalahan tersebut maka penulis mendesain program
pendampingan rekoleksi untuk komunitas Misdinar Paroki Kotabaru sebagai
upaya untuk membantu misdinar memahami Ekaristi dan memaknainya dalam
hidup sehari-hari mereka. Melalui rekoleksi tersebut, penulis akan mengajak
Misdinar untuk melihat dan menjadikan Ekaristi sebagai sumber dan puncak iman
kristiani yang mereka hayati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of this study is THE MEANING OF EKARISTIES FOR
ACOLYTES IN THE SANTO ANTONIUS PADUA KOTA BARU PARISH,
YOGYAKARTA. This title was chosen based on the writer's curiosity to the extent
to which the acolytes who were active as altar servants interpreted the celebration
of the Eucharist.
The Sacrament of the Eucharist is the main sacrament,it said to be
primary because the Eucharist is the source and culmination of the entire
Christians life. In the celebration of the Eucharist the faith of the whole Church is
revealed in the salvation of God that occurs in Christ In the Eucharist the people
unite as the real Church. Through the Eucharist the person who believes in Christ
is more fully united with the body and blood of Christ as the source of salvation
and the peak of the whole Christian life. The focus of the research is the
Eucharistic Meaning which primarily includes experiences of adolescent
involvement into acolyte in the celebration of the Eucharist. Acolytes can interpret
the celebration of the Eucharist to strengthen the faith of adolescents in every
engagement. While secondary, includes attitudes that are reflected in the actions
of daily living both within the Church and society.
The method used in this research is phenomenological qualitative.
Researcher chooses informants according to certain criteria that have been
applied, namely informants who are truly active in each task or meeting, and
have had a lot of experience, the selected informants are also willing to be
involved in this research. The author uses the triangulation method of data
sources, to achieve the validity of the data the author re-checks information from
respondents by interviewing parents and companions. The information is then
analyzed qualitatively by means of data reduction, data presentation, verification.
The results of the research show that the understanding of meaning of the
celebration of the Eucharist is limited to memorization, namely as an opportunity
to pray and be grateful while the Eucharistic meanings for acolytes receive new
lessons about the gospel through homilies and places to pray for God's blessings
on daily life. In the daily life of the acolyte members, they often experience
difficulties, they have not involved the Eucharist as the source and peak of life,
which they do always pray and self-reflections. As an acolyte, it is responsible for
carrying out the tasks that have been shared and continues to practice preparing
for the upcoming task so that when the Eucharistic celebration can run smoothly.
Responding to these problems, researcher designed a recollection
assistance program for the Acolytes in Kotabaru Parish community as an effort to
help the acolyte understand the Eucharist and interpret it in their daily lives.
Through the recollection, the author will invite Misdinar to see and make the
Eucharist the source and culmination of the Christian faith they live in.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih karunia dan
bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul
MAKNA EKARISTI BAGI ANGGOTA MISDINAR DI PAROKI SANTO
ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA ini terselesikan dengan
baik.
Skripsi ini ditulis dengan maksud memberikan sumbayangn pemikiran
mengenai makna Ekaristi bagi anggota misdinar di paroki Santo Antonius Padua
Kotabaru Yogyakarta. Selain itu skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
pendidikan, Universitas Santa Dharma Yogyakarta.
Tersusunnya Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. B. Agus. Rukiyanto, SJ selaku Kaprodi Pendikkat Universitas Sanata
Dharma, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis
selama menjalankan proses perkuliahan di kampus.
2. F.X. Dapiyanta SFK, M. Pd selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
penguji I bersedia meluangkan waktu dan penuh kesabaran, ketulusan dan
kesetiaan mendampingi dan membimbing penulis hingga akhir penulisan
skripsi.
3. P. Banyu Dewa HS. M.Si selaku dosen II yang telah meluangkan waktu dalam
mendampingi penulis pada saat ujian berlangsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. M. Ariya Seta, S,Pd., Mag.Theol. selaku dosen III yang telah meluangkan
waktu dalam mendampingi penulis pada saat ujian berlangsung
5. Segenap Dosen prodi Pendikkat, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama proses belajar hingga selesainya skripsi ini.
6. Segenap Staf Sekretariat, Perpustakan Prodi Pendikkat, Perpustakan Kolsani,
dan segenap karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada
penulis dalam penulisan skripsi.
7. Romo Macarius Maharsono Proboho Sj, Gereja Santo Antonius Padua
Kotabaru Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk
menjalankan penelitian di Paroki.
8. Para Orang tua anggota Misdinar yang telah meluangkan waktu untuk dapat
diwawancara dan membantu penulis dalam menjalankan penelitian di Paroki.
9. Anggota Misdinar Paroki Santo Antonius Padua Kota Baru, Yogyakarta yang
telah meluangkan waktu memberikan jawaban dalam penelitian wawancara.
10. Bapak Abner Sigalingging dan Ibu Theresia Rosula Sinaga, selaku orang tua
penulis yang selalu setia mendampingi, memberi kasih sayang dan mendukung
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.
11. Kakak saya Saut Nauli Margaretha Sigalingging, Lusi ana Sigalingging,
Yohanes Ferdinan Sigalingging, Mendrat Gunawan Sigalingging, Alfonsius
Rivaldi Sigalingging, yang mendukung dan menyemangati penulis
menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12. Induk sornang selama di Yogyakarta(+) Bapak Modestus Adi Sulistyana dan
Ibu Anastasia Endang Murtiasih, Bude Ning, mba Vitalista Epivani Tyas
Murwaningsih, Mikael Aditya. Yang selalu mendukung dan mernbantu penulis
menyelesaikan skripsi.
13. Sahabat-sahabat saya, Elisabeth Dhian Novitasari, Retno Wulandari, Mega
Hylda Carolina Simanungkalit, Maria Fransiska Burek Sari, Guslita Seventina,
GusH Laurensius, Fuad Insani Anif, Santy Utami, Maria Merianti Malau,
yang selalu mendukung dan membantu penulis menyelesaikan skripsi.
14. Teman-ternan Pendikkat angkatan 2014 yang selalu memberi dukungan dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi.
15. Tomio: tempat part time yang selalu rnendukung dan membantu penulis
rnenyelesaikan skripsi.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan, dukungan, doa, perhatian dan keIjasama sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
dalarn menyusun skripsi. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan skripsi akan penulis terima dengan senang hati.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pembaca.
Yogyakarta,7 Januari 2019
..
xu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. iv
HALAMAN MOTTO……………………………………………………... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
ABSTRAK………………………………………………………………… viii
ABSTRACT………………………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………. xiii
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………. Xv
BAB 1. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah......................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah………………………………………………. 7
D. Rumusan Masalah…………………………………………………. 7
E. Tujuan Penulisan…………………………………………………... 8
F. Manfaat Penulisan…………………………………………………. 8
G. Sistematika Penulisan……………………………………………... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA……………………………………………… 11
A. Perayaan Sakramen Ekaristi………………………………………. 11
1. Sakramen ……………………………………………………... 11
2. Gereja Sebagai Sakramen……………………………………… 13
3. Tujuh Sakramen Dalam Gereja………………………………... 15
4. Sakramen Ekaristi…………………………………………….. 17
5. Menghayati Sakramen Ekaristi………………………………... 20
6. Liturgi Sakramen Ekaristi……………………………………... 22
7. Struktur Perayaan Ekaristi…………………………………….. 22
B. Perkembangan Iman dan Moral Anak Usia Misdinar …………….. 25
1. Kepercayaan Mitis-Harfiah…………………………………… 25
2. Kepercayaan Sintetis-Konvensional…………………………... 26
3. Kepercayaan Individuatif-Reflektif …………………………… 27
C. Misdinar……………………………………………………....... 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Sejarah Misdinar………………………………………………. 29
2. Bentuk-Bentuk Kegiatan Misdinar…………………………….. 30
a. Tugas Dalam Perayaan Ekaristi……………………………. 30
b. Latihan Misdinar…………………………………………... 31
c. Pertemuan Rutin…………………………………………… 31
3. Spiritualitas Misdinar………………………………………….. 32
a. Melayani Dengan Penuh Cinta……………………………… 32
b. Melayani Tanpa Pamrih…………………………………….. 32
c. Mewaspadai Virus Misdinar……………………………….. 33
D. Makna Perayaan Ekaristi Bagi Misdinar…………………………… 35
E. Penelitian Yang Relevan…………………………………………… 43
F. Fokus Penelitian…………………………………………………… 43
BAB III. PENELITIAN METODOLOGI……………………………….. 45
A. Jenis Penelitian…………………………………………………….. 45
B. Desain Penelitian ………………………………………………….. 46
C. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………….. 46
D. Responden Penelitian…………………………………………….. 46
E. Pertanyaan Penelitian……………………………………………… 47
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data………………………… 48
1. Teknik Pengumpulan Data……………………………………. 48
2. Instrumen pengumpulan Data ………………………………… 48
a. Pedoman Wawancara……………………………………… 48
G. Teknik Keabsahan Data…………………………………………… 50
H. Teknik Analisis Data………………………………………………. 51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………. 53
A. Hasil Penelitian …………………………………………………… 53
1. Profil Responden………………………………………………. 53
2. Hasil Wawancara………………………………………………. 55
a. Pemahaman Anggota Misdinar Kotabaru Mengenai Perayaan
Ekaristi……………………………………………………..
56
b. Makna Perayaan Ekaristi Bagi Anggota Misdinar…………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
60
c. Pelaksanaan Tugas Sebagai Misdinar……………………… 67
3. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………….. 70
a. Pemahaman Ekaristi Bagi Anggota Misdinar…………….. 71
1. Pemahaman Arti Ekaristi Bagi Anggota Misdinar………… 71
2. Makna Perayaan Ekaristi Bagi Anggota Misdinar………… 71
3. Keterlibatan Menjadi Misdinar……………………………. 72
B. Usulan Program…………………………………………………… 73
1. Latar Belakang ……………………………………………….. 73
2. Tujuan Program ……………………………………………….. 75
3. Usulan Kegiatan Program…………………………………….. 75
a. Tema Umum ……………………………………………… 75
b. Tujuan Rekoleksi ………………………………………….. 76
c. Peserta …………………………………………………….. 76
d. Tempat dan Waktu………………………………………… 76
e. Bentuk dan Metode ………………………………………. 76
f. Sarana ….………………………………………………….. 76
g. Materi ……………………………………………………... 76
h. Susunan Acara Rekoleksi………………………………….. 80
C. Refleksi…………………………………………………………… 84
D. Keterbatasan Penelitian…………………………………………….. 86
E. BAB V PENUTUP ………………………………………………… 89
A. Kesimpulan ……………………………………………………... 89
B. Saran ……………………………………………………………. 91
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 92
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 93
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ……………………… 1
Lampiran 2: Surat Bersedia Memberi Hasil Penelitian………………. 2
Lampiran 3: Panduan Wawancara……………………………………. 3
Lampiran 4: Hasil Wawancara ……………………………………… 4
Lampiran 5: Presensi Penelitian……………………………………… 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. SINGKATAN DOKUMEN GEREJA
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici)
SC : Sacrosantum Concilium, Konsili Suci, Konstitusi Dogmatis
Konsili Vatikan II tentang Liturgi kudus, 8 Desember 1965
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964
PO :Presbyterorum Ordinis, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II
tentang pelayanan dan kehidupan Imam, 7 Desember 1965
RS : Rademptionis Sacramentum, Konstitusi Dogmatis Konsili
Vatikan II tentang Sakramen penebusan.
B. Singkatan lain
PUMR : Pedoman Umum Misale Romawi (Institutio Generalis Missalis
Romawi) buku liturgi 14 Juli 1570
TPE : Tata Perayaan Ekaristi
DSA : Doa Syukur Agung
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
St : Santo
Lih : Lihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang Masalah
Sejak awal Gereja tekun merenungkan, merefleksikan, dan menggali
kekayaan makna Ekaristi bagi hidup panggilan melayani dan perutusan di dunia
ini. Dalam Perayaan Ekaristi, berlangsunglah perjumpaan antara Allah dan umat
beriman melalui Yesus Kristus dalam ikatan Roh Kudus yang merupakan
penghayatan iman dalam hidup kita (Martasudjita, 2005:9). Perayaan Ekaristi
adalah ungkapan pujian syukur umat atas berkat yang dirasakan di dalam
kehidupan sehari-hari. Ekaristi dipandang juga sebagai sumber dan puncak hidup
Gereja yang membawa perubahan bagi umat dan mengingat karya penyelamatan
Allah. Umat bersama-sama mengenang peristiwa penebusan-Nya dan bersatu
dalam tubuh Kristus. Dengan dipersatukannya kita dengan Kristus, kita akan
mengambil bagian dalam kehidupan-Nya dan makna Sakramen Ekaristi akan
diubah menjadi serupa dengan Dia. Kesatuan sebagai Gereja merupakan
kebersamaan yang melibatkan lebih dari satu orang. Saat Perayaan Ekaristi,
Kristus hadir dan merayakan bersama seluruh umat di dalamnya sehingga menjadi
satu persatuan di dalam iman kita.
Ekaristi merupakan salah satu sakramen Gereja. Seluruh sakramen Gereja
berpusat pada sakramen Ekaristi. Ekaristi sebagai pelaksanaan diri Gereja di
bidang perayaan Ekaristi. Sebagai sakramen yang merupakan tanda dan sarana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
persatuan dengan Allah dan dengan sesama manusia. Ekaristi adalah Gereja dalam
bentuk Sakramen yang merupakan perayaan umat di mana menandakan kehadiran
dalam umat yang sungguh-sungguh dihayati dalam iman. Di dalam Sakramen
Ekaristi, Gereja merayakan dan mengenangkan misteri sengsara, wafat dan
kebangkitan Yesus Kristus, dalam penyelamatan umat manusia. Gereja
mengajarkan kepada kita bagaimana memaknai perjamuan Ekaristi setiap kali kita
merayakannya. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus bersama dengan
para murid sebelum ia memasuki misteri sengsara dan wafatnya. Inilah yang terus
dirayakan Gereja sampai saat ini. Ekaristi dikatakan sebagai sumber dan puncak
hidup umat beriman. Dalam sakramen Tuhan hadir dan berkarya secara nyata,
maka dikatakan Ekaristi sebagai puncak misteri keselamatan (Hadisumarta,
2003:2).
Di dalam (KHK) § 1247 dinyatakan bahwa pada hari minggu dan pada
hari pesta wajib lain, umat beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam
Ekaristi; selain itu, hendaknya mereka tidak melakukan pekerjaan dan urusan-
urusan yang merintangi ibadat yang harus dipersembahkan kepada Allah atau
merintangi kegembiraan khusus hari Tuhan atau istirahat yang dibutuhkan bagi
jiwa dan raga.
Tata cara Perayaan Ekaristi memiliki 4 bagian yaitu Ritus pembuka,
Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi dan Ritus penutup. Empat bagian tata cara
perayaan Ekaristi ada yang perlu kita pahami. Ekaristi dibuka dengan sebuah ritus
pembuka, yang bertujuan mempersatukan kita (umat) dan mempersiapkan umat
agar menyadari kehadiran Allah, agar dapat mendengarkan sabda Allah dengan
pantas dan bergairah dan dapat merayakan Ekaristi dengan pantas. Liturgi Sabda
dan Liturgi Ekaristi merupakan dua bagian pokok dalam perayaan Ekaristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(PUMR 28), keduanya berhubungan erat. Dalam Liturgi Sabda, dipaparkan karya
keselamatan Allah yang disyukuri dalam Liturgi Ekaristi. Perutusan merupakan
konsekuwensi dari seluruh perayaan. Setelah mendengarkan firman Tuhan, kita
dipanggil untuk mewartakan melalui hidup sehari-hari.
Dalam Perayaan Ekaristi diperlukan pelayan tertahbis dan umat. Di antara
umat beriman dipilih para petugas perayaan Ekaristi yang ambil bagian antara lain
lektor, misdinar, prodiakon, koor, petugas musik, serta keterlibatan umat. Umat
yang hadir dalam Perayaan Ekaristi perlu secara sadar dan aktif. Sadar berarti tahu
apa yang diperbuat sedangkan aktif berarti terlibat yang sepenuhnya dan
seutuhnya. Sadar dan aktif itu mencakup pemahaman akan seluruh misteri yang
dirayakan dan sekaligus keterlibatan yang penuh, utuh, dan aktif sejak persiapan,
pelaksanaan, hingga sesudah perayaan, yakni dengan ikut memaknai Perayaan
Ekaristi. Partisipasi aktif dari umat dalam Perayaan Ekaristi sulit untuk dinilai.
Melalui pengalaman saya sendiri pada saat Perayaan Ekaristi dimulai,
umat yang ada di sekitar saya pada saat menyahut, nyanyian bersama dan
jawaban-jawaban doa hanya diam. Umat tersebut sadar tapi tidak terlibat secara
penuh, karena itu berkaitan dengan pribadi masing-masing umat. Mungkin belum
banyak yang terpikir, bahwa ada bentuk partisipasi aktif lain yang tidak kalah
pentingnya: yaitu diam dan hening. Bisa jadi diam dan hening adalah bentuk
partisipasi aktif yang paling sulit dilakukan umat. Kadang lebih mudah bagi umat
untuk bicara dan bergerak daripada diam dan hening. Kapan umat dituntut untuk
berpartisipasi aktif dengan diam dan hening dalam Perayaan Ekaristi?
Sesungguhnya, dalam Perayaan Ekaristi ada banyak waktu di mana umat diminta
untuk diam dan hening Hal keaktifan ini yang harus diketahui untuk semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menemukan makna Ekaristi, terlebih perayaan Ekaristi merupakan suatu yang
sakral dan suci bagi umat Katolik.
Kesan saya pada saat mengikuti Perayaan Ekaristi ada beberapa umat
seharusnya sadar dan aktif dalam berpartisipasi mengikuti tata perayaan Ekaristi
tetapi ada beberapa umat belum terlibat secara penuh pada saat berdiri memilih
duduk. Umat hanya fokus pada diri sendiri tidak pada Perayaan Ekaristi yang
sedang berlangsung. Perayaan Ekaristi tidak hanya terbatas pada ritual kesalehan,
karena akan cenderung mengarah pada sikap kaku, tertutup dan beku, sehingga
Perayaan Ekaristi menjadi kering dan mati. Hal ini bertentangan dengan
kenyataan bahwa Ekaristi merupakan perayaan yang hidup dan ungkapan kasih
yang tergambar nyata dalam pengorbanan diri Yesus. Ekaristi juga menumbuhkan
sikap dalam diri umat sikap saling berbagi satu sama lain. Sebab dalam semangat
saling berbagi umat beriman secara personal maupun melayani Tuhan.
Melalui pengalaman dalam mendampingi Misdinar tahun 2017, anak-anak
yang bergabung menjadi Misdinar memiliki karakter dan kemampuan yang
berbeda-beda, untuk menyatukan itu semua sangat sulit. Ada anak yang mudah
diajak untuk latihan secara serius dan ada yang suka bercanda terus pada saat
latihan. Kesabaran dalam mendampingi anak-anak sangatlah perlu. Pada saat
Misdinar bertugas terjadi kesalahan. Karena anak-anak lebih fokus pada urutan
tugasnya bukan pada tugas. Ini bisa dimaklumi karena masih anak-anak dan
sebagai pendamping tidak harus dimarah tapi lebih ditingkatkan menjadi lebih
baik. Menjadi seorang misdinar sering terjebak pada Tata Perayaan Ekristi,
sehingga dalam tugas dan pelayanannya menjadi kaku dan kering. Misdinar
menjadi kurang menghayati dalam setiap tugas karena takut salah. Sebagai
pelayan dalam Perayaan Ekaristi, misdinar dapat membantu umat memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
esensi dari Perayaan Ekaristi itu sendiri, yaitu berkumpul sebagai komunitas
beriman dan mengenang peristiwa penyelamatan Allah yang terwujud dalam diri
Yesus Kristus.
Misdinar dalam menjalankan perannya perlu memahami dengan baik
mengenai sakramen, memiliki spiritualitas seperti St. Tarsisius yang karena
keberaniannya berkorban membela hosti kudus. Spiritualitas ini menunjukkan
betapa bermaknanya hosti bagi umat Kristiani, dan tata cara Ekaristi. Pemahaman
ini sangat diperlukan karena Perayaan Ekaristi itu sendiri penuh dengan simbol,
ada berbagai warna pakaian, tata gerak, dan berbagai peralatan misa. Spiritualitas
Santo Tarsisius membantu misdinar memahami dalam tugas pelayananya pada
Perayaan Ekaristi. Selain itu anggota misdinar juga harus mampu menjalin kerja
sama atau komunikasi yang baik terhadap romo dan teman satu kelompok.
Terjalinnya hubungan komunikasi yang baik antara teman kelompok sangat
membantu berjalannya tugas sebagai misdinar dengan lancar.
Misdinar sangat diharapkan memahami tugas sebelum Perayaan Ekaristi
dimulai, sehingga mampu mengikuti tugas dengan serius. Dengan adanya tata cara
perayaan Ekaristi dapat membantu Misdinar memahami dan mengetahui apa
misdinar hanya tahu tata cara tapi tidak bisa memaknainya. Terkadang Misdinar
bingung dan lupa dalam tugas yang diemban dan mengakibatkan saling bertanya
dan berbicara. Misdinar lupa bahwa mereka berada di tengah-tengah Panti Imam
dan seluruh mata tertuju dalam setiap gerak yang dilakukan. Misdinar tahu
mengenai sikap-sikap liturgi seperti Berdiri, berlutut, atau duduk, bukan sekedar
hafal melainkan mengerti maknanya sehingga juga melakukan dengan
kesungguhan hati. Hambatan yang dialami oleh misdinar yaitu sikap dan perilaku
pada saat tugas. Seperti mempertahankan keserasian dalam bekerjasama dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
bertugas, berbicara dengan rekan sesama Misdinar pada saat bertugas dalam
Perayaan Ekaristi, pandangan mata liar, keterlambatan dan sebagainya. Hal ini
bisa mengganggu konsentrasi umat yang sedang berlangsung mengikuti Perayaan
Ekaristi. Dengan mengalami berbagai hambatan Misdinar belum bisa dan
memaknai perayaan Ekaristi.
Misdinar bisa mengalami perjumpaan dengan Allah dalam Perayaan
Ekaristi. Namun untuk mengalami hal itu, misdinar mesti tinggal bersama Yesus,
bekerja bersama Yesus, dan bekerja seperti Yesus. Jika ketiga prasyarat tersebut
kita penuhi, niscaya kita akan mengalami perjumpaan dengan Allah (Gabriel
1997:9). Tinggal dan bekerja seperti Yesus dimaksud bahwa sebagai anak
Misdinar yang belum mengetahui banyak mengenai Ekaristi anak-anak diajak
untuk mengikuti Yesus yang tulus dalam melayani orang lain tanpa harus diberi
imbalan. Bekerja bersama Yesus dimaksud bahwa setiap tugas pelayanan yang
kita lakukan selalu menghadirkan Yesus hadir dalam doa untuk melancarkan
segala tugas yang kita lakukan. Bekerja seperti Yesus berarti memiliki semangat
tugas pelayanan sebagai misdinar, segala tantangan Ia hadapi tidak menjadi
halangan untuk melayani sesama. Tidak jarang misdinar sekedar melaksanakan
tugas akibatnya malas dan hanya rutinitas.
Untuk masuk menjadi anggota Misdinar berusia 9-16 tahun, jenjang
pendidikan dari kelas IV SD sampai dengan kelas III SMA. Pada usia tersebut
mereka berada pada tahap remaja, di mana pola pikir anggota misdinar tersebut
masih sangat sederhana dan membutuhkan pendampingan.
Berdasarkan kenyataan, penulis tertarik untuk menulis skripsi yang
berjudul: MAKNA EKARISTI BAGI ANGGOTA MISDINAR DI PAROKI
SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi perlu sadar dan aktif. Sadar
berarti paham apa yang dilakukan sedangkan aktif terlibat sepenuhnya dan
seutuhnya.
2. Partisipasi umat pada saat bernyanyi dan menyahut terlihat diam, umat
tersebut sadar tapi tidak sepenuhnya terlibat.
3. Pada saat bertugas anak-anak lebih fokus pada urutan tugas perayaan
Ekaristi yang akan dilakukan selanjutnya sehingga misdinar tidak
sepenuhnya memaknai perayaan Ekaristi.
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan keterbatasan penulisan dan sumber pustaka yang ada,
dan judul penelitian, maka pembatasan masalah terfokus pada makna perayaan
Ekaristi bagi anggota misdinar di paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan ini, dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana anggota misdinar menjalankan tugasnya di paroki Santo Antonius
Padua Kotabaru Yogyakarta?
2. Bagaimana anggota misdinar memahami sakramen Ekaristi?
3. Bagaimana anggota Misdinar mamaknai perayaan Ekaristi di paroki Santo
Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
E. Tujuan Penulisan
Skripsi ini ditulis dengan tujuan memberi pemahaman lebih mendalam
terkait makna perayaan Ekaristi bagi anggota misdinar di paroki Santo Antonius
Padua Kotabaru Yogyakarta, dengan demikian tujuan penulisan ini dirumuskan
sebagai berikut:
1. Mengetahui anggota misdinar menjalankan tugasnya di paroki Santo Antonius
Padua Kotabaru Yogyakarta.
2. Mengetahui misdinar memahami sakramen Ekaristi di paroki Santo Antonius
Padua Kotabaru Yogyakarta.
3. Mengetahui anggota Misdinar dalam memaknai perayaan Ekaristi di paroki
Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta.
4. Mengetahui Misdinar menghayati perayaan Ekaristi.
F. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan mampu memberikan manfaat berbagai pihak,
baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai sakramen Ekaristi bagi misdinar, umat Gereja untuk semakin
memahami dan memaknai perayaan Ekaristi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
1) Mengetahui sejauh mana misdinar memahami makna Ekaristi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2) Membagikan pengetahuan yang didapatkan selama kuliah terkait makna
Ekaristi untuk membuka wawasan misdinar gereja Santo Antonius
Kotabaru.
b. Bagi anggota Misdinar
1) Memberi pemahaman tentang Ekaristi dan makna perayaan Ekaristi.
2) Mengetahui makna Perayaan Ekaristi sebagai pelayan Altar dan Mengetahui
sejarah Misdinar sehingga semakin mampu untuk mengenal.
c. Pastor Paroki
1) Mendorong Mesdinar untuk tetap aktif dalam pelayanan Altar.
2) Membantu Misdinar yang pasif untuk kembali menjadi pelayan altar.
d. Orang tua
Membantu orang tua ikut mengawasi putra-putrinya pada waktu latihan
maupun dalam pergaulan sehari-hari digereja serta ikut memberikan dorongan
padanya.
G. Sistematika Penulisan
BAB I: berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sitematika penulisan.
BAB II: berisi tentang kajian teori tentang perayaan Ekaristi yang meliputi:
pengertian sakramen, Gereja sebagai sakramen, tujuh sakramen dalam Gereja,
sakramen Ekaristi, menghayati sakramen Ekaristi, liturgi sakramen Ekaristi,
struktur perayaan Ekaristi, perkembangan iman dan moral anak usia misdinar,
pengertian misdinar, sejarah misdinar, bentuk-bentuk kegiatan misdinar, nilai-
nilai yang didapatkan misdinar, makna perayaan Ekaristi, penelitian relevan,
fokus penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB III: menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, desain
penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, pertanyaan
penelitian, pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, pedoman wawancara,
teknik keabsahan data, dan teknik analisis data.
BAB IV: menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari uji persyaratan
analisis, deskripsi data hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, refleksi
kateketik, dan keterbatasan penelitian
BAB V: merupakan bagian penutup yang berisikan, kesimpulan dan saran atas
hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan sekaligus menjawab
permasalahan dari judul yang telah dipilih oleh penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Di dalam kajian pustaka ini penulis akan membahas tentang perayaan Ekaristi
dan makna perayaan Ekaristi bagi Misdinar. Pada pembahasan ini akan dibahas lebih
mendalam tentang perayaan Ekaristi mengenai Gereja sebagai sakramen, tujuh
sakramen dalam Gereja, sakramen Ekaristi, menghayati sakramen mahakudus, liturgi
sakramen Ekaristi, struktur perayaan Ekaristi. Pembahasan tentang Misdinar
mengenai perkembangan iman dan moral anak usia Misdinar, Misdinar, sejarah
Misdinar, bentuk kegiatan Misdinar, spiritualitas Misdinar, makna Ekaristi bagi
Misdinar.
A. Perayaan Sakramen Ekaristi
1. Sakramen
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI, 1996:400) mendefinisikan pengertian
sakramen sebagai berikut: “sakramen sebagai konkret duniawi yang menandai,
menampakkan dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan
lebih tepat Allah yang menyelamatkan”. Sakramen itu sungguh-sungguh nyata yang
datang dari Allah sendiri yang mampu menyelamatkan umat-Nya. Keselamatan yang
datang melalui sakramen-sakramen bisa dirasakan dengan penghayatan dalam hidup
sehari-hari.
Menurut KHK § 840 “sakramen merupakan tanda dan sarana yang
mengungkapkan dan menguatkan iman”. Sakramen yang telah kita terima bukan
sekedar tanda, tetapi tanda yang menyangkut hubungan kita dengan Allah sebagai
tanda yang mendatangkan rahmat. Menerima suatu sakramen juga diartikan sebagai
sarana untuk menyelamatkan kita melalui rahmat yang diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Di dalam SC 59 menyatakan pengertian sakramen sebagai berikut: “Sakramen
dimaksud sebagai tanda untuk mendidik”. Sakramen memberi tanda dengan
memperoleh rahmat secara nyata. Melalui rahmat Allah secara nyata, membuahkan
hasil nyata, yaitu untuk menyembah Allah secara benar, dan mengamalkan cinta
kasih, menjadi salah satu tanda mendidik iman. Maka dari itu umat kristiani dapat
memahami arti lambang-lambang Sakramen, yang kita terima untuk memupuk hidup
iman kristiani.
KGK 1118 menyatakan bahwa “Sakramen merupakan kekuatan-kekuatan
yang datang dari Tubuh Kristus yang tetap hidup dan menghidupkan”. Kekuatan-
kekuatan yang kita terima melalui sakramen, memberikan kehidupan baru melalui
rahmat Allah. Rahmat yang kita rasakan yakni persaudaraan, kasih sesama yang
saling menghidupkan suatu kesatuan didalam diri Allah. Bagi umat yang
menerimanya dengan sikap batin yang terbuka akan menghasilkan buah yang baik.
Kata sakramen dalam bahasa Indonesia berasal dari kata Latin, “Sacramentum
berakar pada kata sacr, sacer yang berarti: kudus, suci, lingkungan orang kudus atau
bidang yang suci. Bahasa latin sacrare berarti menyucikan, menguduskan”. Kata
sacramentum menunjuk tindakan penyucian ataupun menguduskan. Kata
sacramentum menunjuk “sumpah” prajurit yang digunakan untuk menyatakan
kesediaan diri seseorang untuk mengabdikan diri atau menguduskan diri bagi dewata
dan Negara. Kata sacramentum menunjuk pada uang jaminan atau denda yang ditaruh
dalam suatu kuil dewa oleh orang-orang atau pihak-pihak yang berperkara dalam
pengadilan. Pihak yang menang berhak mendapat kembali uangnya sedangkan yang
kalah merelakan uang jaminan menjadi milik dewa atau Negara. Sacramentum sendiri
dipakai untuk menerjemahkan mysterion dalam Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama
mysterion menggambarkan Allah sendiri yang mewahyukan diri baik dalam sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
masa kini maupun masa yang akan datang (eskatologis). Atau rencana penyelamat-
Nya dalam sejarah manusia. Perjanjian Baru memahami mysterion sebagai rencana
keselamatan Allah yang terlaksana dalam Yesus Kristus (Martasudjita 2003:61).
Berdasarkan pengertiaan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sakramen
adalah sebuah peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan dan
melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan lebih tepat Allah
yang menyelamatkan. Sakramen itu sungguh-sungguh nyata yang datang dari Allah
sendiri yang mampu menyelamatkan umat-Nya. Keselamatan yang datang melalui
sakramen-sakramen bisa kita rasakan dengan penghayatan dalam hidup sehari-hari.
Sakramen yang telah kita terima bukan sekedar tanda tetapi tanda yang menyangkut
hubungan langsung dengan Allah sebagai tanda yang mendatangkan rahmat. Melalui
rahmat Allah secara nyata, membuahkan hasil nyata untuk menyembah Allah secara
benar dan mengamalkan cinta kasih, menjadi salah satu tanda kekuatan-kekuatan
yang kita terima melalui sakramen. Rahmat yang kita rasakan yakni persaudaraan,
kasih sesama yang saling menghidupkan suatu kesatuan di dalam diri Allah. Bagi
umat yang menerimanya dengan sikap batin yang terbuka akan menghasilkan buah
yang baik.
2. Gereja sebagai Sakramen
Menurut Martasudjita (2003: 102-103) menyatakan bahwa Gereja sebagai
Sakramen keselamatan Allah sungguh-sungguh suatu ajaran yang harus kita syukuri.
Dengan sebutan sebagai sakramen, Gereja bukan lagi institusi penyelamatan itu
sendiri yakni seolah-olah Gereja sendiri adalah lembaga penyelamatan Allah.
“Keyakinan mengenai Gereja sebagai institusi penyelamatan Allah telah menjadi
kepercayaan Gereja selama berabad-abad. Gereja konsili Vatikan II adalah Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang mestinya mengakui dengan rendah hati bahwa yang terpenting dan yang
menjadi penyelamat adalah Yesus Kristus dan bukan diri sendiri”. Gereja hanyalah
sakramen keselamatan Allah dan bukan lembaga keselamatan itu sendiri. Kerajaan
Allah dan karya keselamatan Allah jauh lebih luas daripada Gereja. Gereja hanya
menampakkan saja yakni menandakan dan menghadirkan keselamatan itu bagi dunia.
Menurut Kasper dalam Martasudjita (2003: 104-105) menafsirkan mengenai
sakramen Gereja dalam dokumen Vatikan II, yang terbagi menjadi 4 poin. Pertama,
peristilaan Gereja sebagai sakramen keselamatan harus dimengerti dalam keseluruhan
eklesiologi Vatikan II. Istilah tersebut bukan satu-satunya yang dikatakan Vatikan II
mengenai Gereja. Ada banyak sebutan lain: “umat Allah, kandang, tanaman dan
ladang Allah, bangunan Allah, keluarga Allah, mempelai Kristus, dan tubuh Kristus”.
Adanya banyak sebutan untuk Gereja ini menunjuk pemahaman Konsili bahwa
Gereja pertama-tama merupakan misteri. Istilah Gereja sebagai sakramen tidak tepat.
Kedua, pemahaman Gereja sebagai sakramen Keselamatan perlu diletakan dalam
Kristologis yang jelas, menunjuk bahwa “Gereja itu bagaikan sakramen dalam
Kristus”. Artinya Kristus, yang ditinggikan, mampu menarik para murid untuk
mengikutinya. Ia mengutus Roh-Nya yang menghidupkan ke dalam hati para murid-
Nya, dan melalui Roh itu Ia menjadikan Tubuh-Nya, yakni Gereja, sakramen
keselamatan bagi semua orang. Dengan demikian, ciri Kristologis dari
sakramentalitas Gereja harus betul-betul sadar. Ketiga, istilah Gereja sebagai
sakramen keselamatan. Gereja berada dalam tanda keselamatan yang sudah tampak
dan sekaligus belum juga dipenuhi. Gereja ini merupakan benih awal mula Kerajaan
Kristus di dunia. “Sementara itu, Gereja lambat-laut berkembang, mendambakan
kerajaan yang sempurna, dan dengan sekuat tenaga berharap dan menginginkan agar
kelak dipersatukan dalam kemuliaan”. Dengan demikian ciri eskatologis juga menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sifat dari sakramentalitas Gereja. Keempat, pernyataan Vatikan II mengenai Gereja
sebagai sakramen sebenarnya di satu pihak menunjuk bahwa sebutan sakramen
“menunjuk pada realitas Gereja yang kompleks yang membuat kesatuan tegangan
antara kelihatan dan tidak kelihatan yang manusiawi dan Ilahi dan yang untuk misteri
itu orang hanya bisa memahami dalam iman”. Gereja disebut sakramen, itu berarti
bahwa apa yang tampak dalam Gereja menjadi simbol real, yakni tanda yang efektif
dan menghadirkan keselamatan Allah yang terlaksana di dalam Kristus bagi dunia.
Menurut Madya Utomo (2017:3-4) karya keselamatan Allah itu dinyatakan
dalam Yesus Kristus, maka Yesus Kristus dapat disebut sebagai sakramen pokok.
Sebagai sakramen keselamatan Bapa, Kristus dapat disebut sebagai “simbol
representatif karya keselamatan Allah”. Representatif yaitu simbol yang menunjuk
dan menghadirkan realitas melalui tanda dan simbol. Seluruh hidup Yesus
menampilkan karya keselamatan Allah. Maka Ia menjadi sakramen Allah, tanda dari
keselamatan yang ditawarkan Allah kepada manusia. Kehadiran Kristus di dunia
menghadirkan karya keselamatan Allah diteruskan oleh Gereja. Dengan hidup dan
karya-Nya, Gereja menghadirkan karya Kristus sendiri di dunia ini melalui sakramen
Kristus yang menjadi tanda dan sarana yang menghasilkan keselamatan Allah.
3. Tujuh Sakramen dalam Gereja
Gereja sebagai sakramen terwujud dalam tujuh sakramen Gereja. yaitu
Sakramen Baptis, Sakramen Ekaristi, Sakramen Krisma, Sakramen Tobat, Sakramen
Perkawinan, Sakramen Tahbisan, Sakramen pengurapan orang sakit.
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI, 1996:420) mendefinisikan pengertian
Sakramen Baptis sebagai berikut:
Sakramen Baptis merupakan langkah pertama kearah kesatuan hidup dan mati
Kristus yang sudah terbebas dari dosa asal dan dilahirkan kembali menjadi
putra Allah dalam kehidupan yang baru dan menandakan sudah sah menjadi
anggota Gereja. Dengan menerima sakramen baptis kesatuan kita dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Yesus dan Menjadi anggota Gereja, berarti menjadi pengikut Kristus dan
mampu terlibat dalam pelayanan Gereja.
Menurut Martasudjita (2003:266) “sakramen Ekaristi merupakan sakramen
utama, dikatakan utama karena Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup
Kristiani”. Seluruh misteri kehidupan bersama dengan Allah dan manusia yang
mengalami kepenuhannya dengan Kristus. Secara lebih mendalam sakramen Ekaristi
akan dibahas pada no 4.
Martasudjita (2003:245) menjelaskan bahwa sakramen krisma adalah
“penerimaan karunia Roh Kudus dengan pengurapan minyak. Maka itu berarti bahwa
umat yang beroleh bagian atau ambil bagian dalam pengurapan roh Allah pada diri
Kristus”. Pengurapan Roh Kudus atas diri orang-orang Kristiani lebih merupakan
suatu gambaran bahwa Roh Kudus ini benar-benar berkarya dalam diri mereka,
sebagaimana Kristus terurapi. Penguatan dihubungkan dengan karunia Roh Kudus
yang memberi kekuatan untuk bertumbuh sebagai orang Kristiani dan memampukan
orang beriman ikut ambil bagian dalam tugas pelayanan Gereja.
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI 1996:430) mendefinisikan pengertian
sakramen tobat sebagai berikut:
Sakramen Tobat adalah mengakui segala dosa melalui sakramen tobat, tidak
hanya dosanya diampuni, tetapi Ia dapat lagi mengambil bagian secara penuh
dalam kehidupan Gereja. Di mana kita memperoleh belas kasihan Allah
berupa pengampunan atas dosa yang diakui dan disesali. Tetapi bisa terjadi
kejahatan yang besar terkena hukuman Gereja yaitu ekskomunikasi.orang
tersebut tetap menjadi anggota Gereja namun dilarang mengambil bagian
dalam perayaan Ekaristi dan tugas gereja lainya.
Martasudjita (2013: 370) menjelaskan bahwa “Sakramen tahbisan sering juga
disebut sakramen Imamat. Dengan istilah Imamat diungkapkan terutama aspek tugas-
tugas menguduskan seperti pelayanan Ekaristi, pemberian absolusi sakramen tobat,
dan sebagainya, meskipun tentu saja, tugas Imamat meliputi bidang pengembalaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pelayanan, dan pengudusan”. Sedangkan tahbisan lebih menekankan aspek peristiwa
penuh rahmat yang mengubah dan menguduskan seseorang menjadi pemimpin gereja.
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI 1996:435-436) mendefinisikan
pengertian Sakramen Perkawinan sebagai berikut: “sakramen perkawinan pada
dasarnya juga menyangkut keanggotaan Gereja dalam arti Sakramen perkawinan
adalah syarat dapat mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi”.
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI, 1996: 414) menyatakan bahwa
“sakramen Pengurapan orang sakit adalah orang yang menerima sakramen
perminyakan dan doa khusus ketika orang sungguh-sungguh menghadapi musuh yang
terakhir ialah “maut”. Melalui perminyakan suci dan doa para imam dan seluruh
Gereja menyerahkan orang yang sakit kepada Tuhan. Untuk itu ia perlu dikuatkan
secara khusus, dengan mengoleskan minyak suci dan doa. Sakramen ini
mengharapkan penyembuhan ataupun kekuatan untuk menghadapi maut.
4. Sakramen Ekaristi
Menurut Konferensi Waligereja Indonesia (KWI 1996:401-403) Sakramen
Ekaristi adalah “sakramen utama”. Ini sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, yang
menyebut Ekaristi sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani.
Konsili Vatikan kedua memakai istilah Yunani kuno untuk Ekaristi, yakni
synaxiz. Kata yunani itu berarati “kumpulan” atau “pertemuan”, sama dengan
ekklesia (gereja). Tetapi itu tidak berarti bahwa perayaan Ekaristilah satu-
satunya pertemuan Gereja. Di banyak tempat, bila tidak ada Imam, umat
berkumpul untuk ibadat sabda atau doa bersama yang lain. Disitu pun
terlaksana kesatuan umat dalam Kristus walaupun tidak dalam bentuk
sakramen. Istilah sumber dan puncak yang dipakai Konsili Vatikan II dapat
memberi kesan seolah-olah hanya umat yang merayakan Ekaristi sungguh
umat Allah. Sabda Kristus, dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam
nama-Ku, disitu Allah ada ditengah-tengah mereka. Yang dimaksudkan
Konsili ialah bahwa dalam Ekaristi misteri dan kebangkitan, yang merupakan
sumber seluruh hidup Kristiani, dirayakan dengan paling meriah dan paling
resmi (Konferensi Waligereja Indonesia 401-403).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Menurut Martasudjita (2005:292) ajaran mengenai Ekaristi ada di dalam
berbagai dokumen Gereja, terutama konsititusi Lumen gentium, sacrosanctum
concillium dan dekret presbyterorum ordinis. Secara singkat dan padat, Vatikan II
merumuskan ajarannya mengenai Ekaristi SC 4:
Pada perjamuan terakhir, pada malam ia diserahkan, penyelamat kita
mengadakan kurban Ekaristi tubuh dan darah-Nya. Dengan demikian ia
mengabdikan kurban salib untuk selamanya dan mempercayakan kepada
Gereja, mempelai-Nya yang terkasih, kenangan wafat dan kebangkitan-Nya:
sakramen cinta kasih, perjamuan paskah. Dalam perjamuan itu Kristus
disambut, jiwa penuh rahmat, dan kita dikurniai jaminan kemulian yang akan
datang.
Meskipun Vatikan II tidak memberikan dogma baru mengenai Ekaristi tetapi
Konsili ini mengajarkan Ekaristi secara baru. Mengenai sakramen dan Ekaristi dalam
konteks aspek Antropologis; Adalah aspek yang berhubungan dengan sifat manusiawi
atau kemanusiaan manusia. Dalam setiap sakramen ada Materi (Tanda / Perbuatan)
dan Forma (kata) yang dapat dipahami (atau diindera) manusia. aspek Kristologis;
Adalah aspek yang bersumber pada Kristus sebagai asal dari semua sakramen, karena
Kristus adalah Sakramen Dasar. Aspek Eklesiologis; Adalah aspek yang berhubungan
dengan Gereja sebagai pelaksana sakramen berdasarkan perintah Kristus dan sebagai
jemaat. Gereja adalah sakramen keselamatan karena Gereja adalah tanda persatuan
mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. Gereja menghadirkan
Kristus, Kristus menghadirkan Allah. Konsili Vatikan II tetap menyampaikan
berbagai ajaran tentang Ekaristi yang tersebar diberbagai dokumen.
Menurut Madya Utomo (2017:20) “perayaan Ekaristi adalah perayaan iman,
artinya pada perayaan Ekaristi diungkapkan iman seluruh Gereja akan penyelamatan
Allah yang terjadi dalam Yesus Kristus”. Dalam Ekaristi seluruh umat dapat bersatu
sebagai Gereja secara nyata. Melalui Ekaristi orang yang mengimani Kristus semakin
penuh bersatu dengan tubuh dan darah Kristus sebagai sumber keselamatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
puncak seluruh hidup Kristiani. Ekaristi dipahami sebagai “sumber dan puncak,
karena melalui Ekaristi tampaklah pengungkapan diri Gereja sebagai sakramen
Ekaristi yang paling mendasar, karena dalam Ekaristi persatuan dengan Kristus dan
tentu saja juga dengan seluruh umat, ditampilkan dalam tanda”.
Perayaan Ekaristi dibagi menjadi dua bagian yaitu Liturgi Sabda dan Liturgi
Ekaristi. Dalam liturgi Ekaristi ada dua unsur pokok; perayaan Syukur dan
perjamuan. Ungkapan syukur laksanakan dalam bentuk perjamuan. Ekaristi sendiri
berarti syukur. Karena kebaikan Allah yang telah kita alami dalam kehidupan sehari-
hari. Ekaristi berarti syukur, berarti mengenangkan peristiwa yang kita alami. Dalam
upacara ataupun tradisi dalam masyarakat, selalu membuat syukuran melalui berkat
yang diterima dari Tuhan. Melalui perayaan syukur ini orang-orang menjadikan ini
tanda persekutuan dan persaudaraan sekaligus ikut merasakan berkat Allah yang
melimpah bagi hidup kita.
Menurut Madya Utomo (2017:23-25) “Ekaristi juga berbentuk perjamuan,
sudah menjadi kebiasaan Gereja Perdana untuk berkumpul dan mengadakan
perjamuan.” Tradisi ini berasal dari Allah sendiri pada saat perjamuan terakhir. Maka
untuk melihat makna Ekaristi kita harus melihat kembali pada perjamuan terakhir
yang diadakan Yesus bersama para murid. Yesus mengajak para Murid untuk ambil
bagian dalam penyerahan diri-Nya, ajakan yang dilakukan Yesus untuk
mempersatukan diri dengan tubuh Yesus sendiri. Dengan demikian penyerahan diri
Yesus menghasilkan keselamatan bagi semua orang setiap kali mengikuti Ekaristi
berarti “mengenangkan peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus sebagai pemenuhan
karya keselamatan Allah bagi manusia” Madyo Utomo (2017:20). Dengan demikian
inti kenangan itu ialah peristiwa keselamatan yang berpuncak pada wafat dan
kebangkitan Yesus. Inilah yang dikenang dalam perjamuan Ekaristi. Pengenangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tidak hanya terjadi pada masa lampau tetapi keselamatan kita rasakan hingga saat ini.
Berkat dan rahmat keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia dalam perayaan
Ekaristi kita terima dengan menyambut komuni, tubuh darah Kristus sendiri. Dengan
menyambut komuni persatuan dengan penyerahan diri Kristus menjadi nyata.
Dalam Ekaristi, kehadiran Kristus terjadi secara “sacramental, artinya dalam
tanda yang konkrit. Dalam hal ini Gereja mengajarkan mengenai kehadiran Kristus
secara real dalam rupa roti dan anggur” (Madya Utomo 2017:23-25) Kehadiran
Kristus dalam Ekaristi memang kehadiran yang sungguh nyata, dan bukan hanya
tanda dan simbol. Sungguh, nyata dalam arti tubuh dan darah Tuhan kita Yesus
Kristus. Kehadiran Kristus terjadi selama perayaan, komuni, dan saat roti dan anggur
disantap. Tetapi dengan jelas Gereja Katolik mengajarkan bahwa “kehadiran Tuhan
dalam Ekaristi bukan hanya selama perayaan atau bila disantap”. Kehadiran Kristus
dalam Ekaristi tetap ada dan tidak dibatasi pada saat perayaan saja.
5. Menghayati Sakramen Ekaristi
Yang pokok dalam penghayatan sakramen mahakudus yaitu sumber puncak
seluruh hidup Kristiani. Dalam perayaan seluruh umat dapat bersatu di dalam Gereja
secara nyata. Melalui Ekaristi orang yang mengimani Kristus semakin penuh bersatu
dengan tubuh dan darah Kristus sebagai sumber keselamatan dan puncak seluruh
hidup Kristiani. Ekaristi dipahami sebagai “sumber dan puncak, karena melalui
Ekaristi tampaklah pengungkapan diri Gereja sebagai sakramen Ekaristi yang paling
mendasar, karena dalam Ekaristi persatuan dengan Kristus dan tentu saja juga
dengan seluruh umat, ditampilkan dalam tanda”. Konferensi Waligereja (KWI 1996:
413-414) mengatakan bahwa “Komuni berarti ikut serta secara sacramental melalui
tanda dan sarana”. Maka dari umat pertama-tama diharapkan sikap iman yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Penghayatan Ekaristi dan sakramen pada umumnya, terutama merupakan suatu
pengalaman iman. Dalam iman orang dipersatukan dengan Kristus, dan dengan
sesama. “Ekaristi berarti suatu pertemuan pribadi dalam iman dengan Kristus.
Persekutuan iman berarti persekutuan jemaat, sebab semua bersama-sama menghayati
iman Gereja’. Sakramen itu “sakramen iman”, dan Ekaristi sebagai pusat dan puncak
semua sakramen merupakan perayaan iman bersama. Pusatnya bukanlah roti dan
anggur, melainkan Kristus yang karena iman hadir dalam seluruh umat.
Kesimpulan mengenai Ekaristi sesuai dengan ajaran konsili vatikan II yang
menyebut Ekaristi sumber puncak seluruh hidup Kristiani. (Martasudjita 2005: 29)
“kata dari Ekaristi mau mengungkapkan pujian syukur atas karya penyelamatan Allah
yang terlaksana melalui Yesus Kristus, sebagaimana berpuncak dalam peristiwa wafat
dan kebangkitan Kristus. Dengan pujian syukur, Gereja mengenangkan atau
menghadirkan misteri penebusan kristus Kristus untuk selama-lamanya. Diantara
sakramen-sakramen Gereja, Ekaristi adalah sakramen yang sangat penting dalam
kehidupan Gereja. Hal ini karena Gereja hidup dari dan untuk Ekaristi. Karena itu,
Ekaristi menjadi sumber dan puncak kehidupan kristiani. Kehadiran Kristus dalam
perayaan Ekaristi menjadi satu persatuan didalam hidup beriman kita. Pada saat kita
menerima komuni kudus, saat roti disantap. Tetapi dengan jelas Gereja Katolik
mengajarkan bahwa kehadiran Tuhan dalam Ekaristi bukan hanya selama perayaan
atau bila disantap. Kehadiran Kristus dalam Ekaristi tetap dan tidak hanya dibatasi
selama perayaan saja. Itulah sebabnya Gereja Katolik mempunyai tradisi sakramen.
Kehadiran Kritus didalam sakramen Ekaristi dapat mempersatukan kita. Penghayatan
Ekaristi dan sakramen pada umumnya terutama merupakan suatu pengalaman iman.
Dalam iman orang dipersatukan dengan Kristus, dan dengan sesama. Ekaristi berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
suatu pertemuan pribadi, dalam iman dengan Kristus. Bersatunya jemaat dalam
Kristus menjadi wujud dan membentuk satu tubuh dalam Kristus.
6. Liturgi Sakramen Ekaristi
Dalam sejarah perkembangan Gereja, Liturgi diartikan sebagai keikutsertaan
umat dalam karya keselamatan Allah. Baru sejak abad keempat sebelum masehi,
pemakaian kata leitourgia diperluas, yakni “untuk menyebut berbagai macam karya
pelayanan” (Martasudjita, 2011: 15). Dengan demikian, Liturgi sebagai kultus
(upacara) manusia untuk menyembah Allah sebagai karya penyelamatan Allah pada
umatnya. Yang terlibat dalam Liturgi adalah “Kepala, dan anggota Mistik Kristus”
(SC 7) itu berarti, subjek atau pelaku Liturgi adalah Yesus Kristus dan Gereja. Maka
Liturgi selalu merupakan tindakan Kristus dan Gereja. Sehingga di dalam Liturgi
terwujudlah persatuan yang begitu erat antara Kristus dengan Gereja sebagai
“Mempelai-Nya dan Tubuh-Nya sendiri. Yang dimaksud dengan Liturgi adalah
perayaan misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh
Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus
(Martasudjita, 2011:22)”. Dalam pembaharuan dan pengembangan Liturgi suci
keikutsertaan segenap umat secara penuh dan aktif itu perlu sangat diharapkan.
7. Struktur Perayaan Ekaristi
Menurut Martasudjita (2005:116) perayaan Ekaristi terdiri dari dua bagian
pokok yaitu Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Kedua bagian pokok itu diapit oleh
Ritus pembuka sebagai bagian yang mempersiapkan dan ritus penutup sebagai bagian
penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Perayaan Ekaristi merupakan perayaan kehadiran Tuhan Yesus Kristus dan
seluruh karya penebusan-Nya secara sacramental dalam persekutuan umat Dari
pengertian dasar Ekaristi sebagai perayaan kehadiran Tuhan ini, kita bisa memahami
makna perbagian dari perayaan Ekaristi.
Menurut Suharyo (2011:15) menjelaskan ritus pembuka memiliki tujuan
untuk “mempersatukan umat yang berhimpun dan menyiapkan mereka supaya dapat
mendengarkan sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan Ekaristi dengan
sebaik-baiknya”. Mempersatukan dan mempersiapkan umat agar mereka dapat
mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Bagian- bagian
dalam Ritus Pembuka biasanya ada perarakan masuk, penghormatan altar,
pendupaan, tanda salib, salam, pengantar, tobat, kyrie (Tuhan kasihanilah) Gloria
(kemuliaan) dan doa pembuka (Martasudjita 2005:118).
Martasudjita (2005:133) menjelaskan Liturgi Sabda, menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari liturgi Ekaristi dalam keseluruhan Ekaristi. Liturgi sabda dialog
perjumpaan antara Allah yang bersabda dan umat yang menanggapi sabda Allah.
Pewartaan Allah dilaksanakan dalam pembacaan Kitab suci dan Homili yang
memperdalam sabda Allah. Tanggapan umat atas sabda Allah melalui mazmur
tanggapan dan bait pengantar injil serta syahadat dan doa umat kepada Allah.
Liturgi Ekaristi yaitu pusat seluruh perayaan Ekaristi. Sebab dalam Liturgi
Ekaristi doa syukur Agung yang menjadi pusat dan puncak seluruh perayaan Ekaristi
(PUMR 30 dan 78). Doa Syukur Agung terdiri dari dua bagian: “Puji-syukur dan
permohonan” Yang pokok adalah puji-syukur, Maka jelaslah bahwa inti perayaan
Ekaristi adalah puji-syukur”. Puji-syukur yang kita rayakan adalah salah satu tanda
keselamatan dan rahmat yang telah kita terima dari Allah. Puji-syukur itu salah satu
pengungkapan iman kita kepada Allah. Selain itu, puji-syukur juga dapat kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
sampaikan melalui permohonan, tanda kepercayaan akan kebaikan Allah. Dengan
selalu mengandalkan Tuhan didalam hidup ini meenandakan bahwa kita selalu
mengimani dan percaya pada Allah. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI 1996:
406).
Melalui doa Syukur Agung, umat dapat menyampaikan “ucapan puji syukur
kepada Allah Bapa atas seluruh karya penyelamatan-Nya melalui Yesus Kritus yang
wafat dan bangkit kepada-Nya dipersembahkan roti dan anggur yang menjadi tubuh
dan darah Kritus dan doa-doa permohonan”. Komuni merupakan kesatuan bagian
Liturgi Ekaristi. Kesatuan umat beriman dengan Tuhan sudah terjadi dari awal hingga
akhir perayaan Ekaristi, hanya saja kesatuan dan persatuan kita dengan Kristus terjadi
secara singkat dan istimewa dalam bentuk tanda menyantap tubuh dan darah Kristus
dalam rupa roti dan anggur. Menyambut tubuh Kristus kita juga berpartisipasi dalam
seluruh karya penebusan Kristus yang dikenangkan atau dihadirkan dalam doa syukur
Agung (Martasudjita, 2005:143).
Ritus penutup, mengakhiri seluruh rangkaian perayaan Ekaristi dan
mengantar umat untuk kembali menjalankan kehidupannya sehari-hari dan
menjalankan utusannya di dunia melalui berkat dan pengutusan yang kita terima dari
Allah melalui tangan imam. Inti dari ritus penutup ini adalah berkat dan pengutusan,
sebelumnya di sampaikan pengumuman serta perarakan keluar. Berkat
mengungkapkan bahwa Tuhan sungguh hadir dan menyertai umatnya, dengan
menerima berkat kita dianugrahi kesatuan hidup dengan persatuan Allah Tritunggal.
Berkat memungkinkan kita untuk melaksanakan tugas perutusan. Pengutusan
mengharapkan kita untuk melaksanakan apa yang telah kita rayakan dalam misa
kudus dalam hidup sehari-hari. Dalam teks TPE 2005 pengutusan diawali dengan
pernyataan “saudara sekalian, perayaan Ekaristi sudah selesai” dan umat menjawab;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
“syukur kepada Allah” kemudian disampaikan pengutusan itu; “Marilah pergi! Kita
diutus” dan umat menjawab amin” (Martasudjita, 2005:212).
B. Perkembangan Iman dan Moral anak usia Misdinar
Keterlibatan anak remaja pada saat melayani di Gereja membantu
Perkembangan iman di dalam diri seorang anak remaja secara perlahan-lahan. Untuk
mencapai pada tindakan tersebut maka remaja perlu didampingi dalam perkembangan
iman mereka. Perkembangan Iman anak saling berhubungan antara pemikiran, hati,
dan tindakan yang menjadi teladan untuk remaja sebagai penerus Gereja. Sebagai
pelayan Gereja Tahap perkembangan kepercayaan anak memiliki ciri-ciri tersendiri
sehingga dengan bertumbuh kembangnya anak semakin mampu untuk mendalami
iman kepercayaannya. Usia Anak remaja yang ikut terlibat khususnya sebagai
pelayan Altar sekitar 9-18 Tahun.
1. Kepercayaan Mitis-Harfiah
Menurut Fowler (1995:117) tahap perkembangan Mitis-Harfiah usia 6-12
tahun. Menjelaskan Mitis-Harfiah menjadi salah satu cara anak untuk memahami
kepercayaan dengan mudah. Mitis atau yang disebut mitos adalah kisah suci yang
menceritakan berbagai kisah mengenai kehidupan atau kepercayaan pada zaman
sebelumnya. Mitos juga erat dikatakan kaitannya dengan ritual kepercayaan.
“Pemahaman anak mengenai mitos dapat dipahami secara harfiahnya Arti kata yang
dipahami anak, hanya sebagai identik dari cerita tersebut”. Cerita mitos sungguh-
sungguh penting sebab dapat menjadi kunci utama bagi remaja untuk mengetahui
lebih dalam mengenai gambaran-gambaran mengenai Allah sendiri (Fowler
1995:128).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
(Fowler, 1995:131) ada beberapa Ciri-ciri Mitis-Harfiah anak- anak
memahami dan mengartikan dunia pengalamannya melalui cerita, simbol religius,
gambaran, tradisi, upacara, musik dan tokoh-tokoh berani yang menjadi sarana anak
memahami cerita secara konkrit. Anak memahami cerita mitis secara harfiah, artinya
mitos belum dimengerti sebagai salah satu bahasa simbolik melainkan ditanggap
menurut arti kata-kata.
Pada tahap perkembangan iman seorang anak harus diseimbangi dengan
perkembangan moral yang sudah dibina sejak awal. Penalaran moral pada diri anak
hingga remaja memiliki tahap yang berbeda. Yang pertama tingkat prakonvensional
adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kholberg. Pada
tingkat ini, anak tidak memperlihatkan nilai-nilai moral karena penalaran moral
dikendalikan oleh imbalan dan hukuman. Dengan kata lain aturan dikontrol oleh
orang lain dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laku yang
buruk mendapatkan hukuman. Pada tingkat pertaman ada dua tahap di antaranya:
tahap I orientasi hukuman dan ketaatan, tahap pertama yang mana pada tahap ini
penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang dewasa
menuntut mereka lebih untuk taat. Tahap II individualism dan tujuan, pada tahap ini
penalaran moral didasarkan atas imbalan dan kepentingan sendiri. Anak-anak taat bila
mereka ingin taat Karena itu yang terbaik bagi mereka. Apa yang benar adalah apa
yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah (Kohlberg
1995:80).
2. Kepercayaan Sintetis-Konvensional
Tahap Perkembangan kepercayaan Sintetis-konvensional usia 12-17 tahun ini
menjelaskan bahwa Sintetis adalah menyatukan dua atau lebih arti. Sedangkan
konvensional berasal dari kata konvensi yang artinya kesepakatan. Kesepakatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dalam arti istilah ini bisa tercapai bila ada beberapa orang atau kelompok secara
umum sepakat sehingga dapat terjadi persepakatan (Fowler 1995:136). Ciri-ciri tahap
sintetis konvensional yaitu a)Remaja mampu memahami simboi menurut artinya
yang mengandung banyak dimensi. b)Gambaran religius dan keyakinan religius
disahkan oleh konvensi dan konsesus umum (Fowler, 1995:144). c)Gambaran
mengenai kesatuan dengan Allah yang transenden dicapai melalui simbol. d)Allah
menjadi tokoh yang mewakili dan melambangkan segala harapan sah, remaja. .
(Fowler, 1995: 157)
Perkembangan moral pada tahap konvensional merupakan suatu tingkat
penggabungan didalam diri remaja untuk menaati aturan-aturan baik dari dalam
(keluarga) maupun luar (masyarakat) tertentu, tetapi mereka tidak menaati aturan dari
dalam dan luar. Penalaran konvensional memiliki dua tahap, yang pertama norma-
norma interpersonal, dimana seseorang mengharagi kebenaran, kepedulian, dan
kesetiaaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral.
Seorang anak mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik kedua,
moralitas sistem sosial; dimana suatu pertimbangan itu didasarkan atas pemahaman
aturan sosial, hukum-hukum, keadilan dan kewajiban. Semua orang harus mematuhi
peraturan yang sudah ada. Perbuatan yang benar adalah mengikuti sebuah peraturan
yang sudah ditetapkan sehingga orang dapat merasakan rasa hormat dengan menaati
peraturan (Kohlber 1995: 81).
3. Kepercayaan Individuatif-Reflektif
Menurut Fowler (1995:160) Kepercayaan Individuatif-Reflektif pada usia 18
tahun ini orang dewasa tidak bergantung terhadap orang lain dan mampu mandiri,
sehingga kesadaran diri untuk refleksi dapat dilakukan lebih mendalam.” Dalam
perkembangan iman orang dewasa pada tahap ini sudah mampu untuk berpikir lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kritis, mengenai keyakinan kepercayaan, simbol-simbol dan cerita mitis.
Perkembangan iman orang dewasa dapat dilakukan melalui ritual dan simbolik,
Ritual juga mempunyai langkah-langkah yang memiliki makna dan arti sehingga
dapat direfleksikan dan dipahami. Sehingga perkembangan iman orang muda dewasa
terus berkembang. Dari tahapan Individuatif-reflektif memiliki ciri bahwa orang muda
dewasa dapat mengembangkan kepercayaannya melalui ritual, simbol dan gambaran
dogmatis secara lebih mendalam melalui refleksi secara pribadi.
Menurut Kohlberg (1995:82) “Perkembangan moral pada tahap pasca
konvensional dicirikan oleh dorongan utama menuju prinsip-prinsip yang mandiri.”
Dimana pada tahap ini kesadaran akan sebuah peraturan dan hukum yang harus
ditaati. Tahap perkembangan moral yang aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan
moral dirumuskan secara jelas berdasarkan nilai-nilai dan prinsip moral yang
memiliki keabsahan kode yang dapat diterapkan. Kedua, prinsip-prinsip etis yang
dipilih dari hati nurani yang berlaku untuk umat manusia, jika seseorang menghadapi
konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati walaupun
keputusan itu melibatkan resiko pribadi.
C. Misdinar
Misdinar adalah sekolompok remaja Katolik yang berjiwa penuh pengabdian,
tanpa pamrih, menyediakan dirinya dengan rela untuk melayani dalam gereja ibadat
atau kebaktian liturgis, khususnya dalam perayaan Ekaristi (Gabriel, 1997:11).
Syarat menjadi anggota misdinar yaitu remaja Katolik, boleh juga yang masih
Katekumenat, berjiwa pengabdian tanpa Pamrih. Itu merupakan syarat menjadi
anggota Misdinar, tetapi syarat agar bisa melayani misa adalah: Remaja Katolik yang
sudah menerima Komuni, hafal skema misa atau susunan Tata Perayaan Ekaristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
supaya tidak banyak mengalami kesulitan saat bertugas (Menurut Gabriel 1997:17).
Harus berpantang dari segala makanan dan minuman (hanya boleh minum air)
minimal satu jam sebelum menyambut Komuni (bukan satu jam sebelum Misa
dimulai (KHK 1983, Kanon 919).
Tugas Misdinar ialah mendampingi pemimpin liturgi dalam perayaan liturgi,
agar kebutuhan imam terpenuhi, dan dalam arti tertentu “mewakili” umat di sekitar
Altar, selain itu Misdinar dapat menambah perayaan khususnya pada hari raya dan
kesempatan khusus (Gabriel, 1997:59).
1. Sejarah Misdinar
Sejarah Misdinar terkait erat dengan sejarah perayaan Ekaristi dan pelayanan
para akolit. Dalam hal ini ada keterkaitan antara Misdinar, akolit dan perayaan
Ekaristi (Gabriel 1997: 11).
Pada zaman gereja purba Misa Kudus senantiasa dirayakan untuk mengenang
sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Demikian juga ketika gereja mengalami
penganiayaan oleh pemerintah Romawi, secara sembunyi-sembunyi para pengikut
Kristus tetap setia merayakan Misa Kudus. Sampai abad ketiga yang boleh
mengkonsekrasikan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus hanya para
uskup Kemudian Tuhan dan darah Kristus itu dibawa oleh para Akolit ini pertama
kali dikenal di Roma pada pertengahan abad III. Biasanya mereka juga bertugas
membawa lilin. Sedangkan menurut surat-surat St. Cyprianus, para Akolit di Afrika
bertugas sebagai pengantar surat dan persembahan (calon Imam). Makan dalam
merayakan Ekaristi dibantu oleh para remaja Katolik yang disebut pelayan misa.
Dalam bahasa Belanda pelayan misa itu dinamakan Misdinar dalam bahasa
Indonesia dipakai istilah Putra Altar. Pada masa sebelum konsili Vatikan II (1962-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
1965), tugas Misdinar tidak hanya melayani Imam, tetapi juga menjawab doa-doa
imam saat konsekrasi “Prefasi umat”. Setelah Konsili Vatikan II Gereja
memperbaharui liturgi dan mengajak seluruh berpartisipasi aktif didalam liturgi.
Misdinar juga mempunyai pelindung yakni Santo Tarsisius yang diperingati setiap 15
Agustus Tarsisius yang hidup sekitar tahun 250 Masehi adalah seorang Misdinar. Dia
adalah Misdinar seorang paus!. Pada masa Gereja masih masa penganiayaan oleh
kekaisaran Romawi. (RS 47) mempertahankan kebiasaan yang luhur sangatlah
dianjurkan, pelayanan altar oleh anak laki-laki dan pemuda biasanya disebut ajuda
atau pelayanan Misa, suatu tugas yang dilaksanakannya seturut cara para akolit
namun berjalannya waktu para perempuan diberi izin untuk melayani altar, sesuai
kebijakan diosesan dan dengan memperhatikan norma-norma yang sudah ditetapkan.
2. Bentuk-bentuk Kegiatan Misdinar
Kelompok misdinar merupakan salah satu kelompok kategorial anak yang
ada dalam Paroki. Dalam perkembangannya, kelompok misdinar dalam setiap Paroki
memiliki kegiatan masing-masing. Kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok
misdinar tidak jauh dari kegiatan yang dapat meningkatkan kecintaan terhadap
Gereja. Kegiatan tersebut meliputi melaksanakan tugas dalam Perayaan Ekaristi,
latihan misdinar, dan pertemuan rutin anggota kelompok.
a. Tugas dalam perayaan Ekaristi
Tugas utama yang harus dijalankan oleh seorang misdinar adalah melayani
imam saat perayaan Ekaristi, baik harian, mingguan, maupun hari-hari besar. Ketika
melayani imam di altar, tugas misdinar terbagi menjadi tiga, yaitu sebelum, selama,
dan sesudah perayaan Ekaristi. Sebelum perayaan dimulai, misdinar bertugas untuk
membantu koster menyiapkan perlengkapan dan peralatan misa serta menyiapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
buku (Gabriel, 1997: 22). Selama perayaan berlangsung, misdinar bertugas melayani
imam seperti membawa piala dan sibori ke altar, membawa ampul berisi air anggur
ke imam, menolong imam mencuci tangan, dan membantu imam membersihkan
bejana-bejana suci (Waskito, 1984: 22). Ketika perayaan Ekaristi selesai, para
misdinar masih memiliki tugas membantu koster kembali untuk meringkas buku dan
perlengkapan Misa (Gabriel, 1997: 22).
b. Latihan misdinar
Latihan misdinar biasanya dilakukan menjelang hari-hari besar seperti perayaan
Natal dan Pekan Suci (Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Malam Paskah,
Minggu Paskah). Dalam pelaksanaannya, Misa meriah yang telah disebut di atas
memiliki perbedaan dengan hari Minggu biasa. Setiap perayaan memiliki kekhasan
dan keunikannya masing-masing. Alat-alat liturgi yang dibutuhkan biasanya dalam
setiap perayaan berbeda, dan jumlahnya lebih banyak. Oleh karena itu, butuh
persiapan yang matang bagi para misdinar untuk mengetahui fungsi alat-alat liturgi
serta kapan alat tersebut digunakan.
Dalam khotbahnya pada bulan April 1980, Paus Yohanes Paulus II berpesan
sebagaimana dikutip oleh Waskito (1984:11) bahwa dalam melaksanakan tugas
melayani itu dibutuhkan persiapan yang baik supaya pada waktu hari pelaksanaan
dapat bertugas dengan baik, khidmad, dan lancar karena liturgi menghubungkan kita
dengan Kristus yang amat kudus.
c. Pertemuan rutin
Pertemuan rutin diadakan sesuai dengan kesepakatan anggota misdinar. Setiap
Paroki berbeda satu sama lain, karena kebutuhan dan keadaan misdinar dalam setiap
Paroki berbeda. Pertemuan rutin ada yang diadakan seminggu sekali, dua minggu
sekali, tiga minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Kegiatan yang dilaksanakan saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pertemuan rutin pada umumnya adalah pembagian jadwal untuk tugas, doa bersama,
dan memperdalam pengetahuan tentang liturgi Gereja. Dalam prakteknya, pertemuan
misdinar tidak hanya terpaku pada pembagian tugas semata, namun juga dapat
dikemas dengan acara yang menarik seperti rujakan, rekreasi bersama, fun bike,
diskusi, perkemahan, rekoleksi ataupun olahraga. Bahkan tidak menutup
kemungkinan para misdinar mengadakan anjangsana misdinar ke Paroki lain atau
mengunjungi seminari. Hal ini dilakukan untuk semakin menanamkan tali
persaudaraan antar anggota, dan menciptakan iklim yang menyenangkan dalam
komunitas tersebut. Dalam hal ini, pengurus meminta pertimbangan kepada
pendamping ataupun pastur Paroki (Gabriel, 1997: 24).
1. Spiritualitas Misdinar
Spiritualitas berasal dari kata Spirit yang berarti roh, jiwa semangat. Dengan
demikian spiritualitas Misdinar dapat diartikan sebagai semangat yang mesti
menjiwai pelayanan para Misdinar. Sebagai pelayan Misa, hendaknya kita
mengembangkan semangat / jiwa pengabdian tanpa pamrih. Adapun yang dimaksud
dengan semangat pengabdian tanpa pamrih adalah. Gabriel (2001:78)
a. Melayani dengan penuh cinta
Melayani bukanlah tugas yang hina, melainkan tugas yang luhur dan mulia.
Apalagi Tuhan sendiri yang kita layani dalam perayaan Ekaristi. Karenanya,
semangat ini juga menyiratkan rasa syukur atas kesempatan boleh melayani Tuhan
dan sesama.
b. Melayani tanpa pamrih
Yang dimaksud tanpa pamrih berarti melayani Tuhan dengan ketulusan hati
Ada banyak contoh pelayanan Misdinar yang tidak sepenuh hati. Mau menjadi
Misdinar manten, pembaptisan, pemakaman, asalkan mendapat imbalan. Mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
bertugas, asalkan ditraktir atau diajak piknik. Menjadi Misdinar agar nilai agamanya
bagus atau pelayanannya di altar disalahgunakan sebagai ajang bermain dan cari
perhatian dan sebagainya.
c. Mewaspadai virus misdinar
Dalam kaitannya dengan spiritualitas misdinar, perlu diketahui pula mengenai
virus yang mengincar para misdinar. Virus adalah kepanjangan dari pikiran rusak.
Adapun yang termasuk virus misdinar adalah malas, terlebih bila tidak ditugaskan
pada misa-misa favorit, mengharap imbalan, sombong lantaran bisa menjadi anaknya
romo, dengki atau iri terhadap kelebihan rekan-rekannya atau kelompok lain, ikut-
ikutan atau tidak punya pendirian, nakal dan nekad, selalu mencari alasan untuk
berdalih, ramai atau kurang bisa bisa menjaga keheningan di gereja dan di sakristi
(Gabriel, 2001: 94).
3. Nilai-nilai yang didapatkan dengan menjadi anggota Misdinar
Tugas pelayanan itu hendaknya juga dilandasi oleh semangat cinta kerena tugas
Misdinar itu suatu tugas yang mulia. Sebab Tuhan sendrilah yang mereka layani
dalam perayaan Ekaristi.
Menurut Gabriel Nilai-nilai yang Misdinar dapatkan menjadi anggota Altar
adalah:
1. Rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Hal ini berarti tidak
meremehkan atau melemparkan tugas yang diberikan, tetapi dengan senang hati
menerima dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya demi kemuliaan Tuhan.
2. Disiplin; kita dilatih berdisiplin waktu karena misa senantiasa dimulai tepat pada
waktunya. Kalau Misdinar nya terlambat, jadwal misa Kudus bisa kacau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3. Kerendahan hati untuk menjadi seorang pelayan dituntut sikap rendah hati.
Artinya menyadari bahwa bukan dirinya yang terpenting, melainkan yang
dilayaninya. Namun untuk sampai pada kerendahan hati diperlukan perjuangan
yang tiada henti, Sebab bahaya kesombongan rohani senantiasa menyerang
seorang misdinar.
4. Kesederhanaan; belajar dari baju misdinar yang di pakai untuk bertugas.
Diharapkan kesederhanan penampilan lahiriah ini pada akhirnya menjadi sikap
hidup sehari-hari.
5. Mau bekerjasama; sikap ini dilatih dengan melaksanakan tugas masing-masing
dalam satu tim pelayan Misa maupun dalam organisasi Misdinar.
6. Latihan kepemimpinan dan berorganisasi; dari pengalaman beroganisasi ini kita
ketahui bagaimana cara memimpin dan mempersatukan para anggota, serta seni
dalam berhubungan dengan orang banyak.
7. Menambah teman; artinya bersama-sama dengan teman seiman, sekelompok dan
sebaya ini kita bisa saling bertukar pengalaman.
8. Bertambahnya wawasan keimanan membantu penghayatan iman. Melalui
kegiatan Misdinar wawasan keimanan kita diperluas seperti mengenal alat-alat
liturgy, sikap-sikap liturgi, seluk-beluk misa Kudus dan berbagi kegiatan rohani.
Bertambahnya wawasan keimanan kita turut meningkatkan penghayatan iman
kita.
9. Kebersamaan dengan teman-teman seiman dalam menghayati iman terlebih
dalam pelayanan misa. Hal ini akan menumbuhkan sikap setia kawan karena
merasa senasib sepenanggungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
D. Makna perayaan Ekaristi bagi Misdinar
Perayaan Ekaristi terdiri atas dua bagian pokok, yaitu liturgi sabda dan liturgi
Ekaristi, dan kedua bagian pokok ini, diapit oleh ritus pembuka sebagai bagian yang
mempersiapkan dan ritus penutup sebagai bagian penutup (Martasudjita, 2005:116).
Dalam perayaan Ekaristi ada banyak petugas palayan untuk melancarakan perayan
yang diarayakan terutama salah satunya yaitu misdinar. Anak yang terlibat sebagai
tugas misdinar yaitu usia 9-18 tahun. Berdasarkan tahap-tahap kepercayaan: Mitis-
harfiah, usia (6-12) tahun, sintetis-Konvensional, usia (13-17) tahun, individuatif-
reflektif, usia (18 ke atas), anak hingga dewasa memiliki pemahaman berbeda –beda
untuk memaknai perayaan Ekaristi.
Tahap pertama Mitis-harfiah, anak lebih memahami perayaan Ekaristi melalui
simbol yang ada di dalam setiap bagian perayaan Ekaristi. Ritus Pembuka bertujuan
untuk mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan mereka agar dapat
mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus pembuka
diawali dengan perarakan masuk yang diiringi dengan lagu pembuka. Para petugas
yang berjalan menuju altar juga membawa berbagai hal simbol yang akan digunakan
dalam perayaan Ekaristi, seperti misdinar: membawa salib, dan lilin. Lektor:
membawa kitab suci, pemazmur: buku mazmur, dan urutan paling terakhir prodiakon
dan Imam (Martasudjita, 2005:119). Lalu sesampainya dialtar, salib dipajang di
dekat altar, lilin di atasnya altar dan kitab suci diletakan diatas altar. Untuk memulai
perayaan Ekaristi diawali dengan membuat tanda kemengaan (+) sebagai simbol
sebagai pengikut Kristus dan tanda keselamatan (Martasudjita, 2005:122) salam,
pengantar, tobat, kyrie, Gloria, doa pembuka (Martasudjita. Pada tahap mitis-harfiah
usia 6-12 tahun. Anak-anak dapat memaknai simbol lilin: sebagai penerang dan salib:
suatu simbol yang digunakan sebagai tanda bahwa Allah ikut hadir bersama kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
selama misa berlangsung. Anak-anak memaknai ritus pembuka sebagai persiapan diri
untuk menyambut kehadiran Tuhan yang diiringi dengan lagu-lagu pujian. Nyanyi
pembuka ini bertujuan untuk membuka Misa, membina kesatuan umat melalui tobat
dan doa-doa (Martasudjita, 2005:116).
Liturgi sabda terbagi menjadi beberapa bagian seperti bacaan pertama,
mazmur tanggapan, bacaan II, bait injil / Alleluya, Injil, aklamasi, homili, syahadat,
doa umat. Pewartaan sabda Allah dilaksanakan dalam pembacaan kitab suci dan
homili yang memperdalam sabda Allah, patut untuk anak-anak dengarkan. Anak
mitis-harfiah, dapat memakni bacaan kitab suci sebagai Allah yang hadir sendiri
menyampaikan firman-Nya ditengah Gereja karena bacaan Injil merupakan puncak
liturgi sabda. “Pembacaan injil menunjuk realitas iman bahwa Yesus Kristus sendiri
tetap hadir ditengah Gereja dan terus mewartakan Injil-Nya kepada segala makhluk”
(Martsudjita 2005:137).
Setelah selesai mendengarkan liturgi sabda, sekarang dilanjutkan Liturgi
Ekaristi. Liturgi Ekaristi “kehadiran Tuhan dan karya penebusan-Nya bagi Gereja
secara Sakramental, yaitu dalam rupa roti dan angur” (Martasudjita, 2005:117).
Persiapan liturgi Ekaristi dapat dilakukan menghantarkan persembahan ke depan
altar, terutama roti dan anggur, itulah bahan yang sama yang digunakan oleh Kristus.
Secara mitis-harfiah anak memandang bahwa roti dan anggur dipandang sebagai
sebuah simbol yang akan dibagi-bagikan kepada seluruh umat khusus orang yang
sudah menerima sakramen komuni pertama. Pada kisah kitab suci yang tertulis
Markus 14:22-25, mengenai perjamuan malam terkhir yang diadakan bersama murid-
murid Yesus. Liturgi Ekaristi menjadi “Pusat seluruh perayaan Ekaristi, sebab dalam
liturgi Ekaristi ini terdapat seluruh perayaan Ekaristi, sebab dalam liturgi Ekaristi
terdapat doa syukur Agung yang menjadi pusat dan puncak seluruh perayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Ekaristi”. Roti dan anggur yang berubah menjadi tubuh dan darah Kristus, dapat
disantap pada saat penerimaan komuni. Namun pada anak-anak yang belum bisa
menerima tubuh dan darah Kristus dapat menerima berkat langsung kepada romo. Ini
menjadi simbol bahwa Allah memberikan berkat melalui tangan para imam kepada
anak-anak.
Ritus penutup, “menyampaikan berkat Tuhan kepada seluruh umat beriman
sebagai kekuatan-bekal dalam menjalankan perutusan Gereja ditengah dunia”
(Martasudjita, 2005: 118). Anak-anak memaknainya dengan cara Imam mengangkat
tangan keatas beserta ucapan doa berkat kepada semua orang. Para pelayan dan Imam
juga turun meninggalkan altar diiringi lagu penutup.
Sintetis-konvensional usia 13-17 tahun, pada tahap ini usia remaja yang
semakin dewasa dapat memaknai simbol perayaan Ekaristi yang mengandung banyak
arti dimensi. Ritus pembuka, yang diawali dengan perarakan dan diiringi lagu
pembuka dengan bertujuan untuk membuka misa dan menghantar masuk kemisteri
iman sesuai dengan masa liturgi atau pesta yang dirayakan dan mengiringi para imam
beserta pelayan yang lainnya. Perarakan juga terkadang dilakukan dengan
Penghormatan atau pendupaan, yang dilakukan pada saat hari-hari raya besar dan
khusus.“Mencium altar ini menjadi lambang untuk memberi salam dan penghormatan
kepada Kristus Sang Imam Agung dan Sang Tuan Rumah perayaan Ekaristi”.
Pendupaan yang dilakukan oleh Imam dapat dimaknai remaja sebagai ungkapan rasa
hormat dan doa kepada sakramen maha kudus (Martasudjita, 2005: 121). Setelah
salam dan pengantar dilanjutkan doa tobat, seruan tobat, gloria. Doa tobat
menyampaikan penyesalan dan pertobatan atas dosa dan kesalahannya kepada Tuhan
dan sesama setelah itu disambung dengan lagu Tuhan kasianilah kami dan kemuliaan.
Doa Tobat, seruan tobat dan lagu kemuliaan menjadi satu-kesatuan dalam ritus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pembukaan yang sudah disahkan oleh TPE 2005. Remaja memaknai ini sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari ritus pembuka dan remaja memaknainya bahwa kita
manusia diberi kesempatan untuk mengakui dosa dan kesalahan sehingga kesiapan
batin kita untuk menerima tubuh dan darah Kristus dari hati dan pikiran sudah bersih
kembali.
Liturgi sabda, pewartaan Sabda Allah, renungan dan tanggapan umat beriman
atas sabda Allah itu. Bacaan I & II dan mazmur tanggapan, membuat suatu dialog
perjumpaan antara Allah yang bersabda dan umat yang menanggapi Sabda Allah itu
(Martasudjita, 2005:133) pewartaan sabda Allah dilakukan dalam pembacaan kitab
suci dan homili yang memperdalam sabda Allah. Syahadat singkat merupakan
ungkapan tanggapan umat terhadap sabda Allah yang telah didengarkan melalui
bacaan-bacaan dan homili. Bagi remaja syahadat singkat ini kita mengakui iman
kepercayaan yang digunakan dalam perayaan liturgi pembaptisan.
Liturgi Ekaristi ada bagian persiapan persembahan yang akan diantar kedepan
altar terutama roti dan anggur dan doa syukur agung sampai doa sesudah komuni
yang dirangkum menjadi pokok dalam sebuah pengharapan kepada Allah.
Pengharapan ini dimaknai remaja sebagai kepenuhan hidupnya dan kepenuhan akan
keyakinan keselamatan yang datang dari Allah sendiri didalam setiap langkah
hidupnya. Selain roti dan angggur masih ada satu lambang yang amat penting artinya,
yaitu pencampuran air kedalam anggur. Sebelum dihunjukkan, tindakan pencampuran
ini disertai dengan kata-kata ini: “Sebagaimana dilambangkan oleh pencampuran air
dan anggur ini, semoga kami boleh mengambil bagian dalam Kaallahan Kristus yang
telah berkenan menjadi manusia seperti kami” kata-kata itu mengungkapkan
keyakinan iman, menegaskan kenyataan bahwa seorang manusia bukanlah hanya
manusiawi saja tetapi mengambil bagian tugas untuk melayani sesama (Suharyo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2011: 66). Doa syukur Agung dimulai dengan dialog prefasi dan doa/ nyanyian, tiga
kali kudus untuk masuk ke dalam Doa Syukur Agung. Didalamnya terkenang
perjamuan malam terakhir Yesus dengan murid-muridNya sebelum Ia wafat dikayu
salib. Kita mengenangkan peristiwa itu dan mengingatkan Bapa akan pengorbanan
Yesus yang mendamaikan manusia dengan diriNya. “Yesus adalah damai sejahtera
kita. Perjamuan malam itu menjelaskan dan memberi arti kepada kematian Yesus”
(Suharyo, 2011: 68) kematian dan sengsara Yesus, sulit untuk dilupakan karena pada
saat itu Allah memurnikan dan menyembuhkan serta mengembangkan persaudaraan
sejati.“Ekaristi mengajarkan kita untuk menghadapi dengan tabah kenangan-
kenangan yang menyakitkan”.
Disini remaja dapat memaknai bahwa segala persoalan yang kita hadapi
didalam hidup ini harus penuh perjuangan dan pengorbanan yang murni sehingga
Allah akan memberi jalan yang terbaik. Sengsara dan wafat yesus memberi kita
makna kepada pengalaman hidup kita sekarang. Puncak dari perayaan Ekaristi adalah
Doa Syukur Agung yang dilanjutkan dengan penerimaan Tubuh dan Darah Kristus
dalam komuni. Komunio berarti persekutuan kasih. Sebagai persiapan menyambut
tubuh darah Kristus kita melakukan salam damai. Ini mengungkapkan simbolis
kesadaraan kita sebagai anggota komunitas dan akan kasih Bapa yang mengikat kita
satu sama lain. Menyambut tubuh dan darah Kristus adalah harapan semua orang,
melalui roti kita menjadi satu tubuh Kristus bersama saudara-saudari seimannya kita
(Gal 3:26-29) kita tidak akan mencintai bapa atau mengalami cintanya kalau tidak ada
kasih yang tulus terhadap sesama.
Setelah doa Komuni, Liturgi Ekaristi selesai. Perayaan Ekaristi ditutup dengan
ritus penutup. Ritus penutp adalah ritus pengutusan. Yesus mengutus para muridnya
untuk berani menyampaikan kesaksiannya mengenai kerajaan Allah. Ikut serta dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Ekaristi berarti siap diutus untuk memberikan kesaksian tentang hidup kepada orang-
orang yang ada disekitar kita. Demikianlah, “perutusan untuk membagikan hidup
Kristus mendorong kita lagi-lagi untuk berhimpun sebagai persekutuan, membaharui
iman, menyalakan harapan, memurnikan kasih dan melanjutkan kesaksian hidup dan
pelayanan yang nyata” (Suharyo 2011:101).
Tahap Individuatif-reflektif usia 18 ke atas. Pada tahap ini ritus pembuka
orang dewasa memaknainya sebagai perayaan Ekaristi yang mengajak kita untuk
menyadari bahwa Allah tri tunggal memanggil kita, mengundang kita untuk menjadi
persekutuan yang satu. “Kita datang merayakan Ekaristi sebagai tanggapan kita
terhadap undangan Allah Bapa, Putra dan Roh kudus” (Suharyo, 2011:16). Undangan
tersebut ditujukan kepada semua orang tanpa memandang status perbedaan.
Pengakuan dosa yang kita lakukan bukan hanya kepada Allah saja melainkan kepada
sesama kita. Kita mengakui bahwa kita adalah bagian dari umat manusia yang
berdosa. “Dalam pengakuan diri sebagai orang-orang berdosa, kita menempatkan diri
kita sebagai makhluk ciptaan Allah”.
Dengan mengakui kesalahan kita terhadap Allah kesiapan hati untuk
mendengarkan sabda Allah semakin siap. Kita diajak untuk membuka hati dan pikiran
untuk menerima sabda Allah yang dapat mengubah diri menjadi lebih baik dalam
tindakan maupun membaginya kepada orang lain. ‘Sabda Allah yang dibacakan
bukan hanya sebagai sekedar cerita yang dibacakan melainkan dimengerti dan
dikenang kembali, menjadi bagian dari kisah penyelamatan Allah itu” (Suharyo.
2011: 43) Sehingga iman yang timbul semakin mendewasakan dan mengarahkan
hidup kita kejalan yang benar. Pengakuan iman berarti berpegang pada rumus-rumus
mati dan beku, sebaliknya dengan pengakuan iman ini, umat berpegang pada
pemahaman dan pengalaman iman yang selalu diperdalam dan diperbaharui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Keyakinan yang ada dibalik doa umat ialah bahwa Allah adalah Dia yang selalu
mendengarkan.
Liturgi Ekaristi adalah puncak seluruh perayan Ekaristi. Dimana roti dan
anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus atau disebut dengan
Transubtansiasi. Perubahan roti dan anggur ini didalamnya dikenang perjamuan
malam terakhir Yesus dengan murid-muridNya, sebelum Ia wafat dikayu salib. Kita
mengenang peristiwa itu dan mengingatkan Bapa akan pengorbanan Yesus yang
mendamaikan manusia dengan diri-Nya. Yang kita kenangkan pada malam ketika Ia
dikhianati, ia mengambil roti dan mengubahnya. “Kenangan itu mempunyai daya
memurnikan dan menyembuhkan serta mengembangkan persaudaraan yang sejati”.
Karena dalam kenangan akan peristiwa yang seperti apapun gelapnya, kita melihat
karya Allah yang mengubah malam kelam penghianatan menjadi perdamaian
(Suharyo,2011: 69).
Doa syukur Agung juga mengingatkan kita kepada orang yang hidup dan
mati. Ketika disadarkan disebut persekutuan para kudus. Kenangan ini menghidupkan
penziarahan kita didunia ini akan sampai pada kepenuhannya dalam kemuliaan abadi
di surga bersama Bapa. Dengan mengenang orang-orang yang meninggal, kita
berharap agar karena penyelamatan Allah mereka ikut ambil bagian dalam
kebangkitan Kristus, seperti halnya para kudus (Suharyo, 2011: 85). Roti yang
dipecah-pecahkan menjadi lambang kesatuan kita dengan Tuhan dan umat beriman
lainnya karena kita semua merupakan satu tubuh (Martasudjita, 2005: 202). Komuni
umat merupakan saat yang suci, penting dan agung. Melalui komuni kita
berpartisipasi dalam peristiwa penebusan Kristus yang dikenangkan dalam doa
syukur Agung, dan kini diterima dalam bentuk tanda, yakni tubuh dan darah Kristus
sendiri. Untuk menerima tubuh dan darah Kristus kita perlu memberi hormat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menjawab amin. Doa sesudah komuni umumnya mengungkapkan syukur atas karunia
Ekaristi yang telah dirayakan dan diterima. Orang dewasa juga memaknai sebagai
kekuatan dan kesatuan Allah didalam diri kita.
Doa perutusan dan penutup perayaan Ekaristi adalah berkat pengutusan.
Allah memberikan berkat pengutusan melalui tumpangan tangan imam sehingga
perjalanan hidup kita kedapan selalu dalam lindungan Tuhan dan berkat melimpah
didalam kehidupan sehari-hari. “Ikut serta dalam perayaan Ekaristi berarti siap untuk
diutus dan menyampaikan kabar berita kepada orang-orang dan berani menjadi saksi
Kristus (Suharyo, 2011: 98).
Para petugas pelayan awam sangat lah membantu berjalannya perayaan
Ekaristi khususnya Misdinar. Yang terlibat menjadi Misdinar adalah anak-anak
remaja. Anak-anak Misdinar yang baru mengalami masa peralihan dari anak-anak
yang memiliki rasa keinginan tahu yang besar dengan berani tampil didepan orang
banyak untuk melayani Tuhan. Gereja mendukung adanya petugas liturgi seperti para
Misdinar, Gabriel (1997:16-18). “Dalam tradisi Gereja meski dianjurkan untuk
mempertahankan pelayanan altar oleh anak laki-laki, tetaplah diberi kemungkinan
untuk keterlibatan anak perempuaan untuk pelayanan Altar” (RS art 47). Para
Misdinar juga sangat bersyukur atas kesempatan dalam melayani Tuhan dalam
perayaan Ekaristi. Sebab tidak semua orang memiliki kesempatan melakukan tugas
mulia ini. Misdinar juga berpendapat melayani perayaan Ekaristi bukan untuk
mencari perhatian melainkan untuk menambah kemuliaan Tuhan (Martasudjita
2005:106). Perayaan Ekaristi memiliki makna pokok dari segi kebersamaan yang
melibatkan seluruh orang untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi, “Dimana
dalam perayaan Ekaristi Tuhan dan bersama seluruh Gereja ikut merayakan”. Dalam
segi partisipatif menuntut seluruh umat untuk sadar dan aktif (SC 14). Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
mengikuti perayaan Ekaristi kita sungguh-sungguh dari hati yang tulus dan mau
terlibat secara penuh. Dan segi kontekstual adalah “mampu menjawab kebutuhan dan
kerinduan actual dari umat beriman” (Kan. 943). “Diangkat menjadi akolit, seorang
awam bertugas dalam pelayanan di altar dan pembagian komuni, dan berdasarkan
dalam pelayanan akolit ini biasa disebut sebagai prodiakon/asisten imam. Perlu juga
diingat bahwa pengangkatan lektor dan akolit di dalam Gereja bukanlah sebuah
pekerjaan, melainkan sebuah pelayanan demi pembangunan umat Allah. Sebagai
sebuah pelayanan, maka orientasinya adalah cinta kasih, dan bukannya pencarian
bentuk-bentuk material demi kepentingan pribadi.
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang diteliti adalah penelitian yang
dilakukan Oleh Asnelly 2018 yang berjudul “Makna Perayaan Ekaristi Bagi Lanjut
Usia”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana makna Ekaristi, untuk
membantu persoalan hidup sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
tersebut, menunjukkan bahwa Ekaristi yang mereka rayakan memberikan peneguhan
tentang semangat hidup dengan nilai-nilai injili yang memberi pengharapan dan
kepasrahaan kepada Allah sang empunya kehidupan. maka dengan demikian mereka
dapat menemukan arti hidup bahagia, damai dan sejahtera.
F. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah makna Ekaristi bagi anggota misdinar di paroki Santo
Antonius Kotabaru. Makna Ekaristi yang pertama secara primer yang meliputi
pengalaman keterlibatan remaja menjadi Misdinar dalam perayaan Ekaristi. Misdinar
dapat memaknai perayaan Ekaristi untuk memperkuat iman remaja dalam setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
keterlibatan. Sedangkan secara sekunder, meliputi sikap yang tercermin dalam
perbuatan hidup sehari-hari baik di lingkungan Gereja dan masyarakat. Setelah
mengikuti perayaan Ekaristi, misdinar menyadari bahwa segala tugas yang diemban
menjadi tugas dari kerelaan hati misdinar dalam menjalankan tugas (Sugiyono,
2015:225).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan sebagai bentuk usaha untuk memperoleh
pengetahuan yang mendalam mengenai makna perayaan Ekaristi bagi anggota
Misdinar di paroki Antonius Padua kotabaru Yogyakarta. Pada bagian ini penulisan
menjelaskan jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian,
responden penelitian teknik dan intrumen pengumpulan data, teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif
fenomenologis. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan
fokus pada pengalaman dan pendapat setiap subjek. Fenomologi mencoba mencari
arti pengalaman dalam kehidupan. Peneliti mendapatkan data dengan konsep
pendapat dan pembedaan makna terhadap situasi atau pengalaman dalam kehidupan.
Tujuan dari fenomologi untuk mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang
mendasar dari pengalaman hidup. (Moleong, 2012:6).
Fungsi dan pengamatan penelitian kualitatif digunakan peneliti bermaksud
meneliti secara mendalam (Moleong, 2012:7). Penulis menggunakan metode
kualitatif fenomenologi untuk menggali makna Ekaristi bagi anggota Misdinar di
paroki Antonius Padua Kotabaru melalui pengalaman subyektif dari berbagai subyek
yang ditemui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
B. Desain Penelitian
Desain penelitian kualitatif menggunakan desain studi kasus. Dalam arti
penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara
mendalam. Lalu membuat perencanaan yang matang untuk menentukan tempat,
partisipan dan memulai pengumpulan data. Rencana ini bersifat fleksibel, desain
penelitian yang fleksibel memiliki kebebasan dalam menentukan langkah dalam
proses penelitian yang tepat. Strategi penelitian yang fleksibel itu mengkombinasikan
berbagai teknik untuk mendapatkan data yang valid, selain itu peneliti yang
menyesuaikan strategi pengumpulan data selama penelitian.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru
Yogyakarta karena di paroki ini , disatu sisi masih banyak anak remaja yang terlibat
menjadi Misdinar di tengah kota yang memiki tantangan yag besar dalam keterlibatan
dalam melayani. Hal ini menjadi Alasan mendasar penulis memilih Paroki Santo
Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu satu bulan yakni pada bulan 30
Oktober - 6 November 2018.
D. Responden Penelitian
Penelitian kualitatif tidak mempersoalkan berapa jumlah informan, tetapi
tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan. Dengan demikian informan yang
ditentukan dengan teknik Purposive sampling, yakni peneliti memilih informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menurut kriteria tertentu yang telah diterapkan. Kriteria ini harus sesuai dengan topik
penelitian. Kriterinya yaitu informan yang benar-benar aktif dalam setiap tugas atau
pertemuan misdinar dan sudah memiliki banyak pengalaman, informan yang dipilih
pun bersedia untuk terlibat dalam penelitian ini.
Peran responden adalah memberi tanggapan dan informasi terkait data yang
dibutuhkan oleh peneliti serta memberi masukan kepada peneliti baik secara langsung
maupun tidak langsung. Responden dalam penelitian ini adalah Misdinar yang
berusia 9-18 tahun, pendamping misdinar dan orang tua. Mereka dipilih sebagai
responden karena dinilai menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia
memberikan informasi yang akurat dan terpercaya. Dengan demikian responden
dalam penelitian ini adalah anggota misdinar, pendamping misdinar dan orang tua.
F. Pertanyaan Penelitian
Untuk menjawab permasalahan penelitian ini maka penulis menentukan
beberapa pertanyaan berikut:
1. Primer.
a. Aspek pemahaman tentang Ekaristi dan makna.
1. Apa yang dimaksud dengan perayaan Ekaristi?
2. Bagaimana misdinar memahami arti setiap ritus-ritus perayaan Ekaristi?
b.Makna
3. Apa yang misdinar rasakan pada saat mengikuti perayaan Ekaristi?
4. Kesulitan apa yang dirasakan misdinar didalam kehidupan sehari-hari?
2. Sekunder
1. Apa tujuan misdinar mengikuti perayaan Ekaristi?
2. Dorongan apa yang membuat misdinar ikut terlibat, menjadi pelayan altar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
G. Teknik dan instrumen pengumpulan data
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini, menggunakan teknik atau jenis metode yang digunakan oleh
peneliti adalah (1) wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam
merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka, bebas dengan
masalah fokus penelitian diarahkan pada pusat penelitian (Moleong, 2005:186).
Wawancara mendalam ini dilaksanakan dengan adannya daftar pertanyaan yang telah
disusun dengan hasil yang ingin dicapai. Teknik wawancara ini bertujuan untuk
memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan secara mendalam dari narasumber
yang bersangkutan sehingga mendapatkan informasi secara langsung dan mengetahui
dengan jelas peristiwa tersebut. (2) dan observasi: adalah metode pengamatan
langsung menggunakan alat indera atau alat bantu untuk pengindara suatu subjek dan
objek. Beberapa yang dapat diperoleh dari observasi adalah tempat, pelaku kegiatan
atau peristiwa, waktu dan perasaan. Dilakukannya observasi berguna untuk
menyajikan gambaran yang realistis perilaku dan kejadian untuk menjawab
pertanyaan, dan membantu mengerti perilaku narasumber dan juga evaluasi yaitu
melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu dan melakukan umpan balik terhadap
pengukuran.
2. Instrumen pengumpulan Data
Dalam pengambilan data di lapangan, peneliti dibantu dengan pedoman
wawancara (alat rekam) dan observasi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti
dalam pengambilan dan pengumpulan data. Sehingga data yang diambil dapat untuk
saling melengkapi data yang kurang lengkap.
a. Pedoman wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Peneliti dengan pendekatan kualitatif menggunakan instrumen, berupa
pedoman wawancara karena dalam proses pengumpulan data menekankan pada
wawancara terhadap narasumber/ responden untuk mengetahui makna Ekaristi bagi
Misdinar. Responden adalah pemberi informasi yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian dalam kualitatif. Berikut pedoman wawancara yang
digunakan.
Pedoman wawancara
Nama Responden :
Jenis kelamin :
Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
Wawancara ke :
1. Primer:
a. Pemahaman tentang Ekaristi dan makna.
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan perayaan Ekaristi?
2. Apa makna dari setiap ritus-ritus perayaan Ekaristi?
b. Makna Ekaristi
3. Apa yang anda temukan pada saat mengikuti perayaan Ekaristi?
4. Dorongan apa yang membuat anda ikut terlibat, menjadi pelayaan altar?
5. Kesulitan apa yang anda rasakan khususnya sebagai misdinar?
2. Sekunder
1. Jika mengalami kesulitan hidup, apa yang kamu lakukan ?
a. Kesulitan dalam sebuah kegagalan, emosi, berantem apa yang kamu lakukan?
b. Pada saat merasakan kebahagian apa yang kamu lakukan?
2. Apa tujuan anda mengikuti perayaan Ekaristi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
H. Teknik Keabsahan Data
Triangulasi pada hakekatnya merupakan metode yang dilakukan peneliti pada
saat mengumpulkan dan menganalisis data. Fenomena yang diteliti dapat dipahami
dengan baik sehingga diperoleh kebenaran yang pasti jika dilihat dari berbagai sudut
pandang. Karena itu triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi
yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara
mengurangi sebanyak mungkin kesalahan yang terjadi pada saat pengumpulan dan
analisis data (Moleong, 2008:330).
Triangulasi yang digunakan untuk penelitian yaitu triangulasi sumber data.
Sumber data adalah pengumpulan data dari beragam sumber yang saling berbeda
dengan menggunakan suatu metode yang sama. Dalam penelitian ini sumber data
yang berbeda akan diambil dari anggota misdinar, pendamping misdinar, dan orang
tua.
Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang
berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai
fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan
pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal. Sedangkan metode yang
digunakan wawancara. Alat yang digunakan untuk melakukan penelitian yaitu alat
perekam suara untuk merekam pendapat dari berbagai narasumber. Untuk itu maka
peneliti dapat melakukannya dengan jalan: a) mengajukan berbagai macam variasi
pertanyaan. b) mengeceknya dengan berbagai sumber data. c) memanfaatkan
berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
I. Teknik Analisis Data
Menurut Moleong (2004:248) analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain,
sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain
(analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan
yang akan dipelajari dan yang akan dipelajari. Setelah itu membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami (Sugiyono 2014:334).
Langkah-langkah analisis yang digunakan penelitian kualitatif;
1. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan (Sugiono, 2014:338).
2. Penyajian data
Miles dan Hubermen, menyatakan bahwa: “yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif”. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut (Sugiyono, 2014:341).
3. Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
(Sugiyono, 2014: 345) adalah penarikan kesimpulan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yanga kuat yang mendukung pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis memaparkan hasil penelitian dengan menggunakan
metode wawancara. Penelitian ini melibatkan beberapa responden yakni anggota
misdinar, pendamping misdinar, dan orang tua misdinar di Paroki Santo Antonius
Kotabaru. Hasil penelitian ini merupakan rangkuman dan jawaban responden tentang
makna Ekaristi bagi anggota misdinar didalam kehidupan sehari-hari. Dimensi makna
Ekaristi yang menjadi fokus penelitian ini, dibagi ke dalam dua hal yakni
penghayatan secara primer dan sekunder. Makna primer dibagi ke dalam dua aspek
yaitu aspek pengetahuan, makna perayaan Ekaristi. Sedangkan secara sekunder,
penulis cenderung melihat pengaruh terhadap kesadaran dan cara mereka memaknai
Ekaristi didalam kehidupan sehari-hari.
1. Profil Responden
Responden 1 AL, kelahiran Jakarta, 5 September 2003 (umur 15 tahun). Ia
bergabung sebagai anggota misdinar dari kelas 5 SD-SMA kelas X. Sekarang
menempuh pendidikan di sekolah SMAN 7 Yogyakarta. Ia mengaku sangat senang
ketika berdinamika bersama teman-teman misdinar yang lain. Saat penulis melakukan
wawancara ini, ia sedang terlibat membantu mendampingi anak-anak misdinar yang
baru. Ini menjadi sebuah kebanggaan bagi dirinya sendiri. Saat ini AL tinggal
bersama keluarganya di Jln. Gunung Ketur PA II/214. Wawancara bersamanya
dilaksanakan pada Rabu, 30 November 2018 pukul 18.46-19.05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Responden 2 WAR, lahir di Yogyakarta, 26 Maret 2004 (umur 14 tahun). Ia
bergabung sebagai anggota misdinar dari kelas 4 SD-SMP kelas VIII. Sekarang
menempuh pendidikan di sekolah SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Ia sangat
senang ikut terlibat dalam melayani. Saat penulis melakukan wawancara ini, ia
sedang terlibat membantu mendampingi anak-anak misdinar yang baru. Menjadi
sebuah kebanggaan bagi dirinya sendiri. Saat ini WAR tinggal bersama keluarganya
di jalan Mangkukusuman GK IV/1555. Wawancara bersamanya dilaksanakan pada
Rabu, 30 November 2018 pukul 19.22-19.30.
Responden 3 RPI, lahir di Klaten, 16 Juli 2006 (umur 12 tahun). Ia bergabung
sebagai anggota misdinar dari kelas 4 SD- SMP VII. Sekarang menempuh pendidikan
di SMPK Gayam Yogyakarta. Ia terlibat aktif menjadi misdinar pada saat masih
berada dikota Kudus dan melanjutkan menjadi misdinar Gereja Kotabaru. Saat ini
RPI tinggal di Ledok Tukangan Dn II no 679. Wawancaran bersamanya dilaksanakan
pada hari Rabu, 30 November 2018 pukul 19.31-19.40.
Responden 4 GURP, lahir di Yogyakarta 12, Juni 2008. Ia bergabung sebagai
anggota misdinar baru mulai kelas 5 ini. Sekarang menempuh pendidikan di SD
Pangudi Luhur Yogyakarta. Saat ini GURP tinggal di Mangkukusuman GK IV/1555.
Wawancaran bersamanya dilaksanakan pada hari Rabu, 30 November 2018 pukul
19.41-19.48.
Responden 5 BE, lahir Yogyakarta, 3 October 2003 (umur 15 tahun). Ia
bergabung menjadi misdinar kelas VII SMP–IX SMP. Sekarang menempuh
pendidikan di sekolah SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Keterlibatan menjadi
misdinar ternyata baginya sungguh luar biasa karena mendapatkan kesempatan
membantu menjadi pendamping misdinar yang baru terlibat. Saat ini BE tinggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
bersama keluarganya di jalan Kusbini no 198/Yogyakarta. Wawancara bersamanya
dilaksanakan pada Rabu, 30 November 2018 pukul 19.50-19.58.
Responden 6 CM, lahir Yogyakarta 4 kelas Juli 2003 (umur 15 tahun). Ia
bergabung menjadi misdinar kelas 4 SD- SMA. Sekarang menempuh pendidikan di
sekolah SMA Santa Maria Marsudirini. Keterlibatan menjadi misdinar lumayan lama
dan masih bertahan sampai sekarang dan menjadi salah satu pengurus. Saat ini CM
tinggal di jalan Mataram bn 1/377. Wawancara bersamanya dilaksanakan pada Rabu,
30 November 2018 pukul 20.00-20.15.
2. Hasil Wawancara
Pada bagian ini penulis menyajikan jawaban atau tanggapan dari responden
misdinar paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta 1) Mengenai perayaan Ekaristi
dan (2) Makna Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendapatkan tanggapan
atas kedua hal diatas, penulis menyiapkan beberapa pertanyaan kunci yang mudah
dijawab oleh responden. Penulis menemukan variasi jawaban yang beragam terkait
cara remaja berani terlibat menjadi misdinar dan memaknai perayaan Ekaristi didalam
kehidupan sehari-harinya. Untuk menguji kebenaran tanggapan responden, penulis
melakukan proses “trianggulasi sumber” dengan cara mewawancarai pihak tertentu,
biasanya orang yang dekat yaitu orang tua (informan) dan pendamping (Informan 2).
Responden yang dinilai bisa mengonfirmasi pernyataan-pernyataan responden secara
valid.
Makna Ekaristi zaman sekarang ini sangat bergantung pada seberapa dalam
seseorang memaknai arti Ekaristi dalam hidupnya dengan keterlibatannya sebagai
misidnar. Menurut penulis, memaknai dan keterlibatan menjadi misdinar adalah
kedua hal yang berbeda secara substansial. Kadang orang hanya terlibat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
melayani tapi sulit untuk memaknainya dan menerapkan didalam kehidupan sehari-
hari. Dalam konteks ini penelitian ini, penulis ingin mencari tahu seberapa besar
pengetahuan responden tentang arti Ekaristi dan bagaimana memaknainya.
a. Pemahaman anggota misdinar Kotabaru mengenai perayaan Ekaristi
Untuk mendapatkan tanggapan yang luas mengenai Ekaristi, penulis
menentukan beberapa pertanyaan kunci yang berhubungan dengan: (1) Arti perayaan
Ekaristi; (2) Makna dari setiap ritus-ritus perayaan Ekaristi.
1) Arti Perayaan Ekaristi
Penulis bertanya kepada semua responden tentang apa yang mereka ketahui
tentang arti perayaan Ekaristi. Secara keseluruhan responden memberi jawaban yang
hampir serupa.
Responden 1 dengan penuh keyakinan dan sangat lancar dalam menjawab:
Perayaan Ekaristi kayak tempat dimana kita bisa, bersyukur kepada Tuhan.
Memang bersyukur bisa kapan aja tapi di perayaan Ekaristi itu kita dapat
bersyukur lebih intensif, karena adanya perayaan Ekaristi kita bisa selalu ingat
sama Tuhan dan komunikasi kepada Tuhan. Yang aku syukuri itu mengenai
kehidupan sehari-hari dan berdoa untuk keluarga itu aja [wawancara R1, 30
Oktober 2018].
Responden 2 dengan singkat menjawab:
Perayaan Ekaristi itu apa namanya, kayak kita berkumpul lalu berdoa dan
menerima tubuh dan darah Kristus dalam suatu perjamuan. Hmmmm tubuh
dan darah Kristus itu kayak roti dan anggur yang sudah diberkati hmmm
maknanya yah itu kayak puncak pada saat perayaan Ekaristi [wawancara R2,
30 Oktober 2018]
Responden 3 kurang yakin untuk menjawab, seperti berpikir keras:
Perayaan Ekaristi emmm menurut saya berbicara dengan Tuhan pada saat hari
minggu, waktu untuk bertobat atas kesalahan satu minggu ini. Kayak ganggu
teman, bohong [wawancara R3, 30 Oktober 2018].
Responden 4 sangat santai dan singkat untuk menjawab pertanyaan:
Suatu perayaan tempat orang-orang berkumpul untuk berdoa kepada Tuhan
dan bersyukur kepada Tuhan [wawancara R4, 30 Oktober 2018].
Responden 5 sangat berpikir keras dan ragu-ragu untuk menjawab:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Hemmmm kayak organisasi tempat melayani Ekaristi, hmmm tempat berdoa
dan bersyukur, hmm semangat dan sumber dalam kehidupan [wawancara R5,
30 Oktober 2018].
Responden 6 sedikit grogi namun tetap mencoba untuk menjawab:
Perayaan Ekaristi itu sebuah perayaan iman, dimana umat berkumpul, terus
nanti akan ada konsekrasi yang menjadi sumber atau puncak pada saat
perayaan Ekaristi, lalu kita menerima Tubuh Kristus [wawancara R6, 30
Oktober 2018].
Semua data yang dijabarkan di atas adalah valid. Penulis menggunakan sistem
member check untu menguji kebenaran datanya. Semua data wawancara divalidasi
ulang dengan cara meminta responden melihat lagi hasil transkripnya, karena itu
penulis menilai bahwa pernyataan-pernyataan yang dikutip diatas adalah benar dan
kredibel.
Dari wawancara yang dilakukan kepada salah satu informan 1 yang mengenal
para responden mengatakan bahwa pemahaman misdinar mengenai perayaan Ekaristi
“tempat berdoa dan bertugas untuk melayani pada saat perayaan Ekaristi, karena pada
saat tidak bertugas, pada saat mengikuti perayaan Ekaristi, hati anak-anak tidak
sepenuhnya ikut terlibat dalam perayaan Ekaristi. [Wawancara II, Selasa, 6
November 2018]. Dari wawancara salah informan 2 mengatakan bahwa pemahaman
misdinar mengenai perayaan Ekaristi, “tempat untuk berkumpul dan berdoa kepada
Tuhan dan melayani”. Tanggapan yang diberikan oleh informan 1 dan informan 2
mengenai arti Ekaristi dapat dilihat bahwa anak-anak benar-benar antusias jika
bertugas dan mengikuti perayaan Ekaristi. Anak-anak juga pernah mengatakan
kepada saya bahwa Ekaristi ini tempat melayani Tuhan.
Dari jawaban informan 1 dan informan 2 mengenai arti perayaan Ekaristi,
sesuai dengan jawaban yang diberikan para responden, yaitu “tempat berkumpul,
berdoa dan bersyukur kepada Tuhan” Dengan begitu data yang diberikan misdinar
dapat dikatakan valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2) Pemahaman perayaan Ekaristi bagi anggota misdinar Kotabaru
Penulis bertanya kepada semua responden tentang makna ritus-ritus perayaan
Ekaristi. Secara keseluruhan responden memberi jawaban yang berbeda-beda. Berikut
tanggapan responden masing-masing.
Responden 1 dengan penuh keyakinan dan sangat lancar dalam menjawab:
Pembuka: hmmm itu kayak kita misalnya bertamu kerumah orang, pembuka
itu ya kita mengucapkan salam, nah perayaan Ekaristi dirayakan di Gereja nah
kita mengucapkan salam kepada Tuhan untuk permisi dan berdoa lebih dulu
kepada Tuhan bahwa kita akan melakukan misa. Liturgi Sabda: itu kita
mendengarkan cerita Tuhan, kita bisa ambil apa yang dalam bacaan dan
mengambil nilainya untuk kehidupan sehari-hari kita melalui cerita Tuhan.
Liturgi Ekaristi: itu inti dari perayaan Ekaristi, tujuan kita dari Ekaristi itu
tersampaikan pada pada saat konsekrasi dan komuni. Penutup: itu kita pamitan
kepada Tuhan, menerima berkat dari Tuhan untuk kehidupan seminggu
kedepan [wawancara R1, 30 Oktober 2018].
Responden 2 dengan singkat menjawab:
Pembuka: menyambut kehadiraan Tuhan Yesus dalam perayaan Ekaristi.
Liturgi sabda: mendengarkan sabda-sabda Tuhan. Liturgi Ekaristi: itu
mengenang sengsaranya Tuhan Yesus. Penutup: selesainya Ekaristi,
mendapatkan berkat, berani mewartakan sabda Allah [wawancara R2, 30
Oktober 2018].
Responden 3 kurang yakin, seperti berpikir panjang menjawab pertanyaan:
Pembuka menyambut kehadiraan Tuhan Yesus dalam perayaan Ekaristi
Liturgi sabda hmm mendengarkan sabda-sabda Tuhan. Liturgi Ekaristi itu
mengenang sengsaranya Tuhan Yesus. Penutup selesainya Ekaristi,
mendapatkan berkat, berani mewartakan sabda Allah [wawancara R3, 30
Oktober 2018].
Responden 4 sangat santai dan untuk menjawab:
Pembuka: Untuk permulaan berdoa mengawali perayaan Ekaristi. Liturgi
sabda: mendengarkan pengalaman lalu menanamkan ee suatu pengalaman
yang pernah dialami oleh Yesus sendiri.Liturgi Ekaristi: adanya permohonan
dalam hidup untuk dibimbing. Hmm konsekrasi dan komuni untuk bersatu
dengan Tuhan, kan didalam komuni dan konsekrasi. Hmmm sebagai tempat
bersatu dengan Tuhan untuk bersatu dengan Tuhan. Kan didalam komuni ada
tubuh dan darah Kristus nah itu berkat dan anugrah dari Allah sendiri
Penutup: nah itu kita menerima suatu berkat dan utusan [wawancara R4, 30
Oktober 2018]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Responden 5 berpikir panjang dan ragu-ragu berpikir panjang untuk menjawab:
Pembuka itu berterimakasih dan mengajak untuk bertobat dan berkumpul
bersama untuk berdoa. Liturgi sabda mendengarkan bacaan injil untuk
pedoman kehidupan sehari-hari, hmm liturgi Ekaristi: menerima yesus
didalam diri kita, pada saat penghormatan konsekrasi tubuh Kristus sebagai
sumber puncak. Penutup itu menerima berkat, melalui sabda yang didengar
saya harus berani bersaksi didalam kehidupan sehari-hari [wawancara R5, 30
Oktober 2018].
Responden 6 sedikit grogi namun tetap mencoba untuk menjawab:
Ritus pembuka: tobat atau lebih mempersiapkan diri untuk mengikuti
perayaan Ekaristi. Liturgi sabda itu isinya mendengarkan sabda Allah dan
mengambil nilai-nilai tentang kehidupan Yesus. Liturgi Ekaristi: ehmmm
mendekatkan diri kepada Tuhan, sebagai sumber puncak pada saat konsekrasi,
disitu kita menyembah tubuh dan darah Kristus, ada roti dan anggur juga yang
artinya mempersatukan kita kepada Tuhan mengenangkan. Penutup:
bersyukur dan mendapat berkat, melalui bacaan injil aku juga harus berani
bersaksi melalui bacaan injil yang aku dengar [wawancara R6, 30 Oktober
2018].
Kebenaran data yang diperoleh telah diuji validitasnya dengan mengadakan
member check untuk menguji kepada masing-masing responden yang telah
memberikan jawaban atas wawancara yang dilakukan sehingga jawaban dan
pertanyan dari responden sungguh benar dan bisa dipercaya.
Dari wawancara yang dilakukan kepada informan 1, mengatakan seluruh
misdinar mengetahui semua keempat ritus tersebut karena mereka sudah terbiasa
dengan tugas perayaan Ekaristi tapi untuk memaknainya misdinar pasti belum bisa,
karena sangat sulit bagi mereka memaknainya. Misdinar hanya memahami ritus-ritus
Ekaristi, hafalan saja. Yah paling secara keseluruhan mereka tahu setiap langkah-
langkah apa yang akan dilakukan, cukup hanya tindakan [wawancara 11, Selasa, 6
November 2018]. Menurut informan 2 anak-anak dapat memaknai ritus-ritus
perayaan Ekaristi karena mereka sudah terbiasa sering terlibat menjadi pelayan Altar
jadi pasti tahu.
Hasil wawancara antara informan 1 dan informan 2 sangat berbeda karena,
menurut tanggapan dari orang tua terbukti bahwa misdinar tidak dapat memaknai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
setiap ritus-ritus perayaan Ekaristi, mereka hanya sekedar menghafal dan apa yang
mereka ucapkan tidak dapat di jelaskan secara mendalam. Sehingga data ini tidak
dapat disebut valid.
b. Makna perayaan Ekaristi Bagi anggota misdinar
Untuk mendapatkan tanggapan yang komprehensif tentang makna Ekaristi
bagi kehidupan sehari-hari misdinar, Penulis menentukan beberapa pertanyaan kunci
yang berhubungan dengan makna sekunder dan primer. Poin-poin yang berhubungan
dengan makna sekunder antara lain: (1) Apa makna yang ditemukan pada saat
mengikuti perayaan Ekaristi. (2) Kesulitan yang dirasakan sebagai misdinar.
Sedangkan poin-poin kunci yang berhubungan dengan makna sekunder antara lain:
(a) yang dilakukan jika mengalami kesulitan hidup. (b) Jika mengalami kebahagian
apa yang dilakukan. (3) Pelaksanaan tugas sebagai misdinar (4) Tujuan mengikuti
perayaan Ekaristi.
1) Makna mengikuti perayaan Ekaristi
Penulis bertanya kepada semua responden tentang makna dalam saat
mengikuti perayaan Ekaristi. Secara keseluruhan responden memberi jawaban yang
berbeda-beda. Berikut tanggapan responden masing-masing.
Responden 1penuh keyakinan dan sangat lancar dalam menjawab:
Hmmm yang aku dapatkan, kayak kalau diperayaan Ekaristi itu dapat
pelajaran baru, dari Injil-injil Tuhan pada saat romo memberikan homili,
bacaan Injil yang sudah kita dengar diartikan oleh romo dan ternyata arti dari
Injil tersebut ini toh, akhirnya aku tahu arti Injil tersebut, dari Injil tersebut
dapat mengambil nilai bagi kehidupan sehari-hari. Dari perayaan Ekaristi aku
sadar bahwa Tuhan itu benar-benar ada dalam hidupku, bahwa Tuhan itu
benar-benar berperan penting dalam hidupku, bahwa perayaan Ekaristi itu
tempat bersyukur kepada Tuhan. Perayaan Ekaristi juga sumber puncak hidup
dan pengenangan akan Yesus Kristus [wawancara, selasa 30 Oktober 2018]
Responden 2 dengan singkat menjawab:
Dalam perayaan Ekaristi, banyak orang yang berkumpul, bersyukur dalam
mengikuti perayaan Ekaristi selain itu ada makna perkumpulan perjamuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kudus untuk memuliakan Tuhan dan beryukur [wawancara, selasa 30 Oktober
2018].
Responden 3 kurang yakin untuk menjawab seperti berpikir panjang menjawab
pertanyaan:
Dosa-dosa yang kita lakukan dapat diampuni dalam satu minggu tersebut, tapi
selain itu sebagai pedoman rasa syukur kepada Tuhan. Hmmm kayak
berantem dengan teman, jahil, yah itulah [wawancara, selasa 30 Oktober
2018].
Responden 4 santai dan singkat untuk menjawab pertanyaan:
Maknanya bisa berdoa memohon pertolongan bimbingan untuk kehidupan
sehari-hari dan jika mengalami kesulitan dapat dibantu oleh Tuhan. Selain itu
ada rasa syukur juga kepada Tuhan atas kehidupan. Selain itu ada rasa syukur
juga kepada Tuhan atas kehidupan sehari-hari [wawancara, selasa 30 Oktober
2018].
Responden 5 sangat berpikir keras dan ragu-ragu untuk menjawab:
Maknanya harus memuji Tuhan, semangat dalam melayani, tempat berkumpul
untuk bertemu Tuhan [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 6: sedikit grogi namun tetap menjawab:
Maknanya lebih dekat kepada Tuhan, menguatkan iman, lebih bersyukur dan
bertobat [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Untuk mengecek kebenaran data penulis mengadakan member check kepada
responden penelitian. Semua data wawancara divalidasi ulang dengan cara meminta
responden melihat lagi dan memeriksa hasil transkrip wawancara sehingga penulis
menilai pernyataan-pernyataan yang dikutip di atas adalah benar dan bisa dipercaya
kebenarannya.
Berdasarkan hasil wawancara yang kepada Informan 1 mengenai makna apa
yang didapat anak misdinar pada saat mengikuti Ekaristi, tanggapan secara umum,
orang tua mengatakan makna yang didapat anak-anak itu dapat mendengar firman
Tuhan, berdoa dan bersyukur kepada Tuhan, tempat bertugas atau melayani. Karena
misdinar itu dilihat-lihat belum bisa mengambil makna pada saat mengikuti perayaan
Ekaristi. Orang tua pernah Tanya secara langsung makna apa yang didapat dari
perayaan Ekaristi, pada saat anaknya selesai mengikuti misa tapi “anaknya hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
diam lalu menjawab hmm yah berdoa dan bersyukur Tuhan kasih kesehatan, dengar
romo kotbah tapi uda lupa” [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Berdasarkan wawancara informan 2 mengenai makna apa yang didapat
misdinar pada saat mengikuti perayaan Ekaristi “tempat untuk bertemu Tuhan,
mendengar bacaan Injil dan pasti banyaklah makna yang mereka dapat, sudah sering
bertugas juga” [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Hasil wawancara informan 1 dan informan 2 dan pendamping jawaban yang
diberikan oleh misdinar sangat berbeda-beda ada yang mengatakan “tempat orang
berkumpul untuk berdoa, bersyukur kepada Tuhan dan mendengarkan sabda Tuhan
untuk kehidupan hari-hari” dan makna yang di berikan misdinar hanya begitu singkat
dan tidak dapat dijelaskan lebih dalam oleh mereka. Begitu juga dengan tanggapan
responden 3 [Lampiran] hanya menjelaskan dosa yang dapat di ampuni kayak
berantem dengan teman-teman. Dari hasil wawancara yang diberikan misdinar data
yang diberikan dapat dikatakan valid, bahwa mereka memaknai perayaan Ekaristi
“dapat pelajaran baru mengenai injil pada saat romo memberikan homili, berdoa
memohon pertolongan Tuhan untuk kehidupan sehari-hari dan jika mengalami
kesulitan dapat dibantu oleh Tuhan, lebih dekat dengan Tuhan dan bertobat”. Makna
yang diungkapkan responden tidak mendalam karena cara pemikiran anak-anak dan
remaja mengenai Ekaristi masih sangat sederhana dan sekedar hafalan.
2. Kesulitan yang dirasakan misdinar
Responden 1 dengan penuh keyakinan menjawab:
Kesulitan dalam bertugas awalnya aku grogi karena melihat orang
ramai, akhirnya lama-kelamaan menjadi terbiasa. Kalau misalkan ada kayak
acara rekoleksi misdinar dan aku pengen ikut tapi pada saat itu ada acara
sekolah juga, ini sungguh sulit bagi waktu juga karena sudah berapa kali tidak
ikut rekoleksi, trus juga aku orangnya benar-benar kebo untuk bangun pagi,
padahal aku sering dapat tugas harian pagi, malas-malasan ku juga besar dan
membutuhkan tanggung jawab. Untuk kesulitan dalam bertugas tidak ada
[wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Responden 2 dengan singkat menjawab:
Komunikasi antar misdinar, karena pendapat setiap orang berbeda-beda
apalagi belum kenal dengan orang tersebut. Untuk kesulitan dalam bertugas
lupa apa yang selanjutnya untuk dilanjutkan mungkin karena kurang latihan
karena jadwal padat [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 3 kurang yakin untuk menjawab seperti berpikir keras:
Kesulitan yang aku rasakan gugup pada saat bertugas dan komunikasi dengan
teman-teman [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 4 sangat santai dan singkat menjawab:
Kesulitannya pada saat latihan dan bertugas sering deg-degan, lalu kerja sama
dengan teman-teman belum dapat berjalan dengan baik karena belum
mengenal teman-teman oleh sebab itu aku mau lebih mengenal teman-teman
supaya dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik [wawancara,
selasa 30 Oktober 2018].
Responden 5 sangat berpikir keras dalam menjawab:
Diawal dulu kesulitannya pada saat tugas harian jika telat langsung
digantikan oleh teman karena saya terlalu lama datang dan komunikasi
kurang disitu saya merasakan kecewa hati, mau keluar dari midinar tapi
dilarang sama kakak misdinar baik [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 6 sedikit grogi namun tetap mencoba menjawab:
Kesulitan yang aku alami komunikasi kepada teman seharusnya bertugas tapi
tidak bertugas, jadi kesulitan untuk mencari pengganti. Pada saat awal
mengalami grogi. Kesulitan sebagai pengurus semakin sulit untuk mengatur
jadwal dan waktu [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Untuk mengecek kebenaran data penulis mengadakan member check kepada
responden penelitian. Semua data wawacara divalidasi ulang dengan cara meminta
responden melihat lagi dan memeriksa hasil transkrip wawancara sehingga penulis
menilai pernyataan-pernyataan yang dikutip di atas adalah benar dan bisa dipercaya
kebenarannya.
Dari wawancara yang dilakukan kepada informan 1, kesulitan anak-anak
sering terjadi pada saat tugas pertama kali, rasa grogi yang mereka miliki sangat kuat
itu sering terjadi kepada anak-anak. Cara komunikasi anak- anak kepada teman yang
lainnya masih sangat kurang baik karena belum mengenal dengan dekat, membagi
waktu untuk kegiatan sekolah dan Gereja sering bertabrakan. Menurut informan 2,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kesulitan yang dihadapi misdinar itu, grogi pada saat awal bertugas dan itu wajar,
komunikasi antar misdinar sulit karena banyak anggota yang baru terus sehingga
menjadi sedikit kesulitan. Anak misdinar juga harus bisa bagi waktu dengan sekolah,
saya salut lihat mereka dapat membagi waktu untuk melayani [wawancara, selasa 30
Oktober 2018].
Dari tanggapan informan 1 dan informan 2 penulis melihat bahwa apa yang
dikatakan misdinar sesuai dan valid. Kesulitan yang dialami responden yaitu “grogi
pada saat awal tugas, komunikasi yang kurang sama teman-teman, membagi waktu
dengan kegiatan sekolah”.
5) Pada saat mengalami kesulitan hidup dan kebahagiaan, apa yang dilakukan.
Responden 1 Dengan penuh keyakinan dan lancar dalam menjawab:
Jika aku mengalami kegagalan, aku akan berusaha untuk intropeksi diri
sehingga aku dapat memperbaiki nilaiku untuk kedepannya. Kesulitan yang
aku hadapi dalam hidupku, aku mencoba untuk selalu bawa dalam doa dan
berusaha. Kayak aku bilang diawal tadi bahwa dalam perayaan Ekaristi adalah
tempat paling nyaman untuk menyampaikan keluh kesah kita [wawancara,
selasa 30 Oktober 2018].
Responden 2 dengan singkat menjawab:
Yang aku lakukan yang pertama yaitu intropeksi diri dan membutuhkan waktu
untuk memperbaikinya dan berdoa. Sebenarnya banyak kesulitan hidup yang
aku jalani tapi semuanya ada solusinya. Aku juga sering berdoa pada saat
mengalami kesulitan pada saat mengikuti perayaan Ekaristi. Serasa hati adem,
tenang, percaya bahwa Tuhan akan bantu aku [wawancara, selasa 30 Oktober
2018].
Responden 3 kurang yakin untuk menjawab seperti berpikir keras:
Berdoa dan bertanya kepada Tuhan dan berserah kepada Tuhan dan
memperbaiki diri [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 4 sangat santai dan singkat dalam menjawab:
Kesulitan yang aku hadapi dalam kegagalan nilai jelek dan kesulitan lain
mohon pertolongan kepada Tuhan, dan Intropeksi diri dengan memperbaiki
cara belajar [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 5 sangat berpikir keras dan ragu-ragu untuk menjawab:
Jika mendapatkan nilai jelek aku belajar lebih giat. Kalau aku lagi emosi
kegereja ketemu teman-teman dan mengikuti misa menjadi tenang dan berdoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kalau ada masalah hari-hari yang lalu minggu kegereja dan berdoa didepan
bunda Maria seperti dikasih jalan [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 6 sedikit grogi namun tetap menjawab:
Kesulitan yang aku hadapai cerita dengan orang tua terdekat, berdoa, cari
solusi yang penting jangan panik [wawancara, Selasa 30 Oktober 2018].
Data yang diperoleh di atas dinyatakan valid karena telah divalidasi ulang
dengan menggunakan sistem member check dengan cara meminta responden melihat
kembali hasil wawancaranya. Sehingga penulis menilai bahwa pernyataan-pernyataan
yang disajikan di atas dapat dipercaya kebenarannya.
Wawancara bersama infroman 1 memberikan pernyataan bahwa ketika
dihadapkan dalam persoalan hidup, mereka berdoa meminta pertolongan kepada
Tuhan dan intorpeksi diri”. Jawaban ini diperkuat oleh orang tua yang mengatakan
bahwa “anak-anak mulai mampu untuk membawa diri jika mengalami kesulitan,
kenapa bisa terjadi dan langsung mengintorpeksi diri dan memperbaikinya dan
meminta pertolongan kepada Tuhan” [wawancara 2, Selasa 6 November 2018].
Penulis juga melakukan wawancara kepada informan 2 yang lebih mengenal
responden agar data valid. Pada saat mengalami kesulitan yang paling sering
dilakukan oleh anak-anak adalah berdoa dan berserah kepada Tuhan dan intropeksi
diri. Jawaban yang telah diberikan oleh responden dapat dikatakan valid dengan bukti
yang telah diberikan oleh orang tua. Sedangkan informan 2, menurut saya pasti
mereka meluangkan waktu berdoa dan cerita sama keluarga.
Dari hasil ini wawanacara penulis melihat bahwa, hal yang dilakukan oleh
misdinar jika mengalami kesulitan hidup sehari-hari yaitu “berdoa dan berserah diri
kepada Tuhan, dan intropeksi diri”. Dari jawaban misdinar dapat disimpulkan bahwa
Ekaristi belum menjadi sumber dan puncak dalam hidup mereka pada saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menghadapi kesulitan. Dari data ini yang diberikan misdinar valid dengan apa yang
dikatakan oleh orang tua dan pendamping.
b. Yang dilakukan jika mengalami kebahagiaan:
Responden 1 dengan penuh keyakinan dan sangat lancar menjawab:
Yang aku lakukan pada saat merasakan kebahagiaan yaitu aku
membagikannya kepada orang-orang disekitar ku, misalnya pada saat aku
ulang tahun. Rasa syukur yang lain aku mungkin ngak terang-terangan
langsung berdoa kepada Tuhan tapi aku rasa syukurnya sepontan
mengucapkan terimakasih kepada Tuhan. Rasa syukur juga sering aku sampai
pada saat perayaan Ekaristi karna kan kayak aku bilang juga perayaan Ekaristi
itu tempat mengucap syukur [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 2 dengan singkat menjawab:
Bersyukur kepada Tuhan, kek trimakasih Tuhan karena sudah dikasih
anugrah, berbagi buat orang lain, karena jika kita berbagi kepada orang lain
itu sangat baik, yah misalnya aku ada rezeki yah traktir teman [wawancara,
selasa 30 Oktober 2018].
Responden 3 dengan singkat menjawab seperti berpikir keras:
Kalau naik kelas nilainya ditingkatkan kembali itu aja selain itu aku
mengucap syukur kepada Tuhan, berdoa [wawancara, selasa 30 Oktober
2018].
Responden 4 sangat berpikir keras dan ragu-ragu menjawab:
Tetap bersyukur tetap merayakan kegembiran dan berdoa, puncaknya juga
kepada Tuhan aja. Mengucap syukur kan bisa dimana saja, yang penting ingat
Tuhan. tapi aku juga tidak lupa menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan
melalui perayaan Ekaristi pada hari minggu [wawancara, selasa 30 Oktober
2018].
Responden 5 sangat singkat dalam menjawab:
Kalau merasakan kebahagiaan tetap berdoa dan bersyukur kepada Tuhan
[wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 6 sedikit grogi namun tetap menjawab:
Kalau merasakan kebahagiaan lebih semangat, dan beryukur kepada Tuhan
[wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Data yang diperoleh diatas dinyatakan valid karena telah dinyatakan ulang
dengan menggunkan sistem member chek dengan cara meminta responden melihat
kembali hasil wawancaranya. Sehingga penulis menilai bahwa pernyataan-pernyataan
yang disajikan diatas dapat dipercaya kebenarannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Wawancara bersama informan 1 yang mengenal responden juga mengatakan
bahwa yang dilakukan anak-anak pada saat merasakan kebahagiaan dalam hidup
sehari-hari mengucap bersyukur, berdoa dan trimakasih kepada Tuhan dengan
membagikan kebahagiaan kepada teman-teman jika ada rezeki. Orang tua juga
mengatakan responden selalu mengandalkan Tuhan baik senang maupun susah.
[Wawancara 1, sabtu 17 November 2018]. Jawaban yang diberikan oleh orang tua
hampir sama dengan apa yang dikatakan oleh responden, kebahagiaan yang mereka
rasakan mereka bersyukur, berdoa dan membagikan kepada orang disekitar jika ada
rezeki. Informan 2 memberi tanggapan bahwa kebahagiaan yang di rasakan oleh
anak-anak biasanya kelihatan langsung, misalnya pada saat misdinar kumpul, yah
tertawa bersam teman-teman lain, kalau misalnya ulang tahun pasti ada aja mau
traktir teman-teman lain. Kadang-kadang sih kalau anak-anak ada uang. Kalau
berdoa bersyukur pasti anak-anak lakukan meskipun tidak kelihatan langsung tapi
secara spontan anak-anak sudah mengucap syukur.
Apa yang disampaikan oleh orang tua dan pendamping dapat dikatakan valid
“bahwa rasa kebahagiaan yang mereka rasakan dilakukan dengan bersyukur, berdoa
dan berbagi kepada teman jika ada rezeki”.
c. Pelaksanaan tugas sebagai misdinar
Responden 1: menjawab penuh keyakinan dan sangat lancar:
Kalau awalnya ikut misdinar itu, dulu itu Cuma lihat teman eehh kayaknya
seru itu ikut misdinar, sebenarnya aku juga bukan paroki sini cuman banyak
temanku ikut misdinar di gereja Kotabaru ini. Pada saat awal ikut misdinar
eee ternyata begini toh, aku pun merasakan fase bosan jarang tugas, jarang
datang pertemuan. Pada saat jarang ikut pertemuan dan tugas, aku juga
merasakan ada yang kurang, lalu aku aktif lagi di misdinar karena aktif itu aku
jadi merasakan ternyata jadi pelayan Tuhan itu seru dan menyenangkan kok.
Jika dari hati ikhlas ya kedepannya akan menyenangkan, pada saat tidak aktif
ada yang kurang. Dari misdinar ini juga banyak belajar bahwa apa yang kita
lakukan dari tulus hati pasti akan menyenangkan seperti sekarang aku
dipercaya oleh kakak pendamping untuk mendampingi teman-teman misdinar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
yang lain, itu menjadi suatu mencapaian untuk diri sendiri bisa dipercaya oleh
orang lain, karena aku bisa terlibat aktif di misdinar ini. Pengalaman aku
sebagai pendamping yang baru, misalnya misdinar ada acara natal bersama
dan kita pendamping yang membuat acara tersebut, sungguh bahagia jika
teman-teman misdinar datang mengikuti acara tersebut meskipun rasa lelah
dalam mempersiapkan acara tersebut membutuhkan waktu yang lama namun
dari situ banyak belajar. Justru jadi pengurus sungguh merasakan ternyata
susah senang dalam misdinar. Dukungan dari yang lain terus mencoba, selain
itu orang tua juga pernah omong jika kamu dari kecil terus ikut organisasi
besok kamu akan enak dan enjoy jika mendapatkan tugas dari sekolah selain
itu kamu juga belajar untuk mengatur waktu, dukungan dari teman-teman
yang lama juga masih saya dapat [wawancara, selasa 30 Oktober 2018]
Responden 2 dengan sangat singkat menjawab:
Dari diri sendiri sebenarnya, kalau aku melihat orang melayani kayak asik dan
banyak dicintai orang [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 3 kurang yakin untuk menjawab:
Karena ingin membantu Yesus untuk mewartakan sabda selain itu dari hati
saya sendiri [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 4 sangat santai dan singkat dalam menjawab:
Sebenarnya hanya ikut-ikut saja tapi meskipun hanya ikut-ikutan akhirnya
ada keinginan dari hati sendiri [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 5 sangat berpikir keras dan ragu-ragu untuk menjawab:
Dulu tidak tertarik, karena ada temanya anak nya ayah yang misdinar
ditawarin lalu aku mendaftar, pertama kali tugas malas-malasan, beriringnya
waktu ternyata temannya semakin banyak dan semakin rajin, nah sekarang
aku dikasih kesempatan sebagai pendamping membantu teman-teman ini
menjadi kesempatan buatku untuk belajar [wawancara, selasa 30 Oktober
2018].
Responden 6 sedikit grogi namun tetap menjawab:
Dulu itu awalnya karena kakak saya, jadi pengen ikut. Ingin merasakan
melayani Tuhan [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Untuk mengecek kebenaran data penulis mengadakan member check kepada
responden penelitian. Semua data wawacara divalidasi ulang dengan cara meminta
responden melihat lagi dan memeriksa hasil transkrip wawancara sehingga penulis
menilai pernyataan-pernyataan yang dikutip di atas adalah benar dan bisa dipercaya
kebenarannya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada infroman 1 yang mengenal
responden, anak-anak terlibat menjadi misdinar itu, rata-rata ikutan dari teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dan dorongan orang tua. Untuk kesadaran dari diri sendiri masih sulit. Terkadang
anak juga harus dingatkan untuk ikut pertemuan, karna rasa malas mereka masih kuat.
Tapi sebagai orang tua tetap mendukung setiap aktivitas keterlibatan anak. Tapi saya
melihat anak-anak semakin hari semakin senang untuk ikut terlibat menjadi misdinar
tanpa ada rasa paksaan karna banyak bertemu teman dan belajar dari yang lain misal
berorganisasi. Menurut informan 2 keterlibatan misdinar rata-rata itu tertarik karena
melihat teman lalu didukung oleh orang tua dan mereka merasa aman dan menjadi
daya tarik diri sendiri [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Dari tanggapan orang tua dan pendamping mengatakan bahwa keterlibatan
msdinar itu rata-rata dari teman dan dorongan orang tua dan akhirnya panggilan dari
diri sendiri, dengan begitu data ini dapat dikatakan valid.
d) Tujuan mengikuti perayaan Ekaristi
Penulis bertanya kepada semua responden tentang apa yang membuat mereka
mengikuti perayaan Ekaristi. Secara keseluruhan responden memberi jawaban yang
berbeda-beda. Berikut tanggapan responden masing-masing.
Responden 1 menjawab dengan penuh keyakinan:
Kalau perayaan Ekaristi dari empat tahun yang lalu aku selalu berdoa
kesembuhan buat papa, ekonomi keluarga dilancarkan, kebanyakan doa untuk
keluarga. Tapi belakangan ini doaku selalu agar aku keterima disekolah negeri
agar membantu meringankan biaya keluarga ku, selain itu ujudnya bersyukur
masih dikasih kebahagian dan nafas kehidupan. Tujuan mengikuti perayaan
Ekaristi pokoknya mengucap syukur [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 2 dengan singkat menjawab:
Buat berdoa, berkumpul, untuk menyambut tubuh dan darah Kristus, dan
untuk meyampaikan ujud-ujud doa [wawancara, selasa 30 Oktober 2018].
Responden 3 kurang yakin untuk menjawab seperti berpikir keras:
Supaya disepanjang hidup rmemiliki tujuan yang sama dalam mengikuti
perayaan Ekaristi yaitu ucapan syukur dan ujud-ujud doa pribadi terhadap
Tuhan [wawancara 1, Selasa 30 Oktober 2018]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Responden 4 sangat berpikir keras dan ragu-ragu menjawab:
Hmm sebenarnya sih untuk minta pertolongan. Kadang-kadang sih malas ke
gereja tapi tetap disuruh. Yah namanya kesulitan kita harus ke Gereja untuk
berdoa. Namanya kesulitan harus kita minta sama Tuhan.
Responden 5 sangat singkat dalam menjawab:
Bersyukur kepada Tuhan dan berdoa, adanya juga ujud-ujud doa untuk
kesehatan dan kebahagaian keluarga dan pribadi.
Responden 6 sedikit grogi namun tetap menjawab:
Tujuannya hmmm supaya memperbaharui iman supaya lebih kuat pokoknya
bersyukur dan lebih mengembangkan iman, adanaya ujud-ujud pribadi.
Wawancara informan 1 yang mengenal responden juga memberikan jawaban
bahwa mereka mengikuti perayaan Ekaristi itu tujuannya “ada menyampaikan rasa
syukur dan ujud-ujud doa pribadi”. Ujud doa yang mereka sampaikan yaitu tentang
keluarga dan diri sendiri. Menurut pendamping tujuan misdinar mengikuti perayaan
Ekaristi “Itu sudah kewajiban umat katolik, anak-anak juga harus terlibat melayani
dan dalam Ekaristi anak-anak pasti untuk berdoa kepada Tuhan untuk keluarga dll.
[Wawancara 1, Sabtu 17 November 2018].
Apa yang dikatakan oleh informan 1 dan informan 2 sangat membantu,
Sehingga data yang valid adalah “tujuan mereka mengikuti perayaan Ekaristi untuk
berdoa, dan adanya ujud-ujud doa pribadi mengenai keluarga dan diri sendiri”
[wawancara 2, Selasa 30 Oktober 2018].
3. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan membahas fenomologis kualitatif: makna
perayaan Ekaristi bagi anggota misdinar di Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru
Yogyakarta. Fenomologis kualitatif makna perayaan Ekaristi ini dibagi menjadi (1)
Fenomologis tentang pemahaman mengenai arti Ekaristi; (2) Fenomologis tentang
makna perayaan Ekaristi;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
A. Pemahaman Ekaristi bagi anggota Misdinar
Penulis menemukan keragaman tentang jawaban dari remaja terkait
pemahamn makna mengenai Perayaan Ekaristi. Hal ini bukan karena keluasaan tema
Ekaristi itu sendiri melainkan karena keragaman pemahaman dan cara pandang
masing-masing dari responden yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian
secara umum penulis menyimpulkan bahwa pemahaman responden mengenai Ekaristi
yaitu.
1. Pemahaman arti Ekaristi bagi anggota misdinar
Arti Ekaristi yang diberikan oleh mereka “tempat berkumpul, berdoa dan
bersyukur kepada Tuhan” arti yang diberikan oleh mereka tidak dapat jelaskan secara
rinci dan mendalam karena Pemahaman mereka sebatas hafalan berarti mereka tak
paham apa arti perayaan Ekaristi yang sebenarnya. Begitu juga dengan makna ritus-
ritus perayaan Ekaristi misdinar tidak dapat memaknai setiap ritus-ritus perayaan
Ekaristi, mereka hanya sekedar menghafal dan apa yang mereka ucapkan tidak dapat
di jelaskan secara mendalam.
2. Makna perayaan Ekaristi bagi anggota misdinar
Makna perayaan Ekaristi Pada saat mereka mengikuti perayaan Ekaristi ada
macam-macam yang diperoleh mereka yaitu “dapat pelajaran baru mengenai Injil
pada saat romo memberikan homili, berdoa memohon pertolongan Tuhan untuk
kehidupan sehari-hari dan jika mengalami kesulitan dapat dibantu oleh Tuhan, lebih
dekat dengan Tuhan dan bertobat”. Makna yang diucapkan oleh mereka tidak sesuai
dengan apa yang mereka katakan karena informan 1 mengatakan bahwa mereka
masih sulit untuk terlibat mengikuti perayaan Ekaristi pada saat tidak bertugas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Mereka belum paham bagaimana mereka memaknai Ekaristi. Mereka harus
mendalami Ekaristi itu apa, baru mereka bisa memaknai.
Kesulitan-kesulitan hidup yang dihadapi oleh mereka, dengan melakukan
upaya untuk tempat berdoa dan berserah diri kepada Tuhan, dan intropeksi diri.
Dalam mengalami kesulitan mereka selalu bawa dalam doa. Ekaristi belum menjadi
sumber dan puncak dalam hidup mereka pada saat menghadapi kesulitan dan
kebahagiaan yang dilakukan berbagi kepada teman. Tujuan mereka untuk mengikuti
perayaan Ekaristi khususnya “ada rasa syukur dan wujud-wujud doa pibadi dan
keluarga”. Dari tujuan yang diungkapkan mereka maknanya mereka berdoa belum
tentu ada hubungannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada saat kesulitan dan
kebahagiaan. Tapi untuk keinginan, masih kurang lebih pada keluarga. Pemahaman
mereka sebatas hafalan saja berarti tak paham tujuan mereka mengikuti perayaan
Ekaristi tempat untuk berdoa.
3. Keterlibatan menjadi misdinar
Keterlibatan mereka sebagai misdinar masih tetap terlibat aktif. Keterlibatan
mereka sebagai misdinar memiliki dorongan yang berbeda-beda. Hampir semua
responden terlibat menjadi misdinar awalnya hanya ikut-ikutan saja namun mereka
sekarang benar-benar menjadi pelayan altar dari keinganan hati mereka. Karena
merasakan bahwa melayani Tuhan sangatlah seru dan bahagia. Sebagai misdinar
memiliki kesulitan yang dihadapi pada saat bertugas maupun tidak bertugas yaitu
grogi pada saat awal bertugas, komunikasi yang kurang sama teman-teman dan
membagi waktu dengan kegiatan sekolah. Meskipun begitu mereka tetap terlibat aktif
dan kompak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Melalui pembahasan hasil penelitian mengenai makna Ekaristi pendapat yang
diberikan oleh misdinar tidak dapat dijelaskan lebih lanjut karena apa yang mereka
ketahui hanya sekedar hafalan. Cara pemahaman misdinar mengenai Ekaristi masih
sangat sederhana sesuai dengan tahap pemikiran anak-anak yaitu melalui cerita,
simbol, narasi.
B. Usulan Program
Untuk menindak lanjuti temuan penelitian ini, penulis mengajukan usulan
program berupa rekoleksi untuk meningkatkan pemahaman misdinar mengenai
makna perayaan Ekaristi.
1. Latar Belakang
Misdinar adalah salah satu dari pelayan altar yang membantu para imam pada
saat perayaan Ekaristi. Memang itulah yang menjadi tugas utama misdinar. Akan
tetapi kegiatan misdinar tidak hanya itu. Misdinar bersama teman-teman yang lainnya
sering berkumpul bersama setelah misa berakhir dan mengadakan kegiatan bersama.
Bahkan misdinar mempunyai kelompok tersendiri, lengkap dengan ketua dan
pengurusnya segala. Disini misdinar benar-benar dilatih dalam berorganisasi yang
benar dan bertanggung jawab.
Berdasarkan hasil penelitian, yang diperoleh bahwa misdinar di paroki Santo
Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta sebagian masih belum memahami dan
memaknai perayaan Ekaristi. Arti perayaan Ekaristi bagi misdinar masih sebatas
tempat berkumpul untuk berdoa, bersyukur kepada Tuhan dan mendengarkan sabda
Tuhan untuk kehidupan hari-hari. Hal ini menyebabkan mereka sekedar menghafal
dan apa yang mereka ucapkan tidak dapat di jelaskan secara mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Pemahaman misdinar mengenai Ekaristi masih sangat terbatas dapat dilihat
berdasarkan dari teori mengenai tahap perkembangan kepercayaan anak. Yang
pertama itu tahap Mitis harfiah usia 6-11 tahun anak memahami Ekaristi dapat
melalui narasi, simbol dan cerita. Tahap sintetis-konvensional 12-17 tahun anak
memahami nya dengan ajaraan-ajaran Gereja yang ada sedangkan individuatif-
reflektif dewasa memahaminya dengan refleksi pribadi (fowler 1995:117). Dari
tahapan-tahapan yang dialami oleh anak hingga remaja mengenai pemahaman
Ekaristi masih dengan cara hal yang sangat sederhana dan mereka hanya mampu
memahami sesuai dengan kemampuan mereka dan belum sampai pada tahap refleksi
sehingga remaja belum mampu memaknai Ekaristi secara mendalam dan masih pada
tahap pertama dan kedua. Sesuai dengan apa yang didapatkan misdinar pada saat
bertugas atau mengikuti perayaan Ekaristi. Sehingga perkembangan iman mereka
belum mendalam.
Permasalahan yang dihadapi oleh misdinar yaitu pemahaman mengenai
Ekaristi dan ritus-ritus perayaan Ekaristi, dan memaknai perayaan Ekaristi didalam
kehidupan sehari-hari. Untuk membantu remaja agar dapat mengembangkan iman
mereka melalui perayaan Ekaristi diharapkan kegiatan misdinar yang diadakan dapat
dibuat menarik terutama mengenai Ekaristi yang dekat dengan tugas pelayanan
mereka.
Melalui usulan pertama program ini diharapkan misdinar, sungguh terbantu
untuk mengerti mengenai Ekaristi, sehingga misdinar terbantu untuk memaknai
perayaan Ekaristi. Mendorong atau mengarahkan mereka agar semakin berusaha dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Sehingga misdinar benar-benar dapat
melibatkan Ekaristi didalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber dan puncak hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
mereka. Makna Ekaristi yang didapatkan misdinar bermanfaat bagi kehidupan sehari-
hari misdinar.
Penulis mengusulkan rekoleksi sebagai usulan program untuk misdinar karena
kegiatan rekoleksi misdinar yang menarik akan membangun niat dan kesenangan
untuk mengikuti dan pada akhirnya membentuk niat-niat konkret sebagai buah dari
rekoleksi yang akan memperkembangkan iman mereka baik pelayanan di Gereja
maupun dimasyarakat. Melalui rekoleksi ini, misdinar akan dikenalkan mengenai
sakramen dan liturgi Ekaristi yang selama ini dekat dengan tugas pelayanan mereka.
Pemaknaan Ekaristi dikemas dengan bahasa yang ringan dan cukup mudah dipahami
oleh misdinar dimana mereka adalah umat pada usia remaja. Kegiatan rekoleksi ini
dikemas dengan dinamika kelompok yang menarik yang akan membangun
persekutuan yang solid dalam organisasi misdinar ini sehingga mudah bersama-sama
melayani masyarakat.
2. Tujuan Program
Program yang diusulkan penulis ini memiliki tujuan agar Misdinar Paroki
Kotabaru semakin memiliki pengertian yang mendalam mengenai Ekaristi dan
semakin memaknai Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Usulan Kegiatan Rekoleksi
a. Tema Umum
Kegiatan rekoleksi ini mengakat tema: “sakramen Ekaristi dalam hidupku”
tema ini diambil untuk membantu Misdinar Paroki Santo Antonius Padua Kota Baru
semakin memiliki pengertian yang mendalam mengenai Ekaristi dan semakin
memaknai Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
b. Tujuan Rekoleksi
Tujuan rekoleksi ialah bersama pendamping peserta semakin memahami arti
mengenai perayaan Ekaristi sehingga peserta mampu memaknai perayaan Ekaristi.
c. Peserta
Peserta Rekoleksi adalah Seluruh anggota misdinar di Paroki Santo Antonius
Padua Kotabaru, Yogyakarta.
d. Tempat dan waktu
Rekoleksi ini dilaksanakan pada bulan 25 Mei 2019 pukul 08.00- 15.00 WIB
di Aula widyamandala Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru, Yogyakarta.
e. Bentuk dan metode
Rekoleksi dilaksanakan dengan diawali dengan dinamika kelompok.
Menggali pengalaman, penyampaian materi, sharing kelompok, refleksi pribadi,
peneguhan dan ditutup dengan perayaan Ekaristi. Metode yang digunakan dalam
rekoleksi ini yaitu dibuka dengan gerak dan lagu, dinamika kelompok, penggalian
pengalaman, ceramah/ informasi, diskusi dan sharing pengalaman.
f. Sarana
Pendukung untuk memperlancar pelaksanaan rekoleksi adalah laptop, hand out,
LCD, sound system dan speaker
g. Materi
Yesus memberikan diri-Nya kepada kepada kita dalam rupa tubuh dan darah-
Nya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
• Ekaristi:
Sumber dan puncak seluruh perayaan liturgi dan bahkan seluruh hidup
kristiani (LG.11)
Ekaristi artinya perayaan syukur. Ekaristi berarti pengungkapan syukur kita
kepada Tuhan atas rahmat dan berkat yang telah kita terima sepanjang hari,
minggu, dan bulan. Jadi, bila kita merayakan ekaristi, berarti kita merayakan
hidup yang sudah dianugerahkan Tuhan kepada kita.
Ekaristi: Yesus yang mengurbankan diri-Nya bagi kita (tubuh dna darah-Nya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Apa makna Roti/hosti kudus?
Roti/hosti adalah lambang tubuh Yesus.
• Yesus memberikan tubuh-Nya kepada kita supaya kita memperoleh kekuatan
dan hidup.
• Yesus seperti hosti yang dipecah-pecah bagi kita supaya kita pun berbagi
dengan sesama kita yang berkekurangan, miskin dan kelaparan.
Apa makna Anggur kudus?
• Anggur adalah lambang darah Yesus yang dikorbankan bagi kita untuk
menebus dosa-dosa kita.
Darah Yesus mengalir dari lambung Yesus saat Ia disalibkan.
• Anggur lambang air kehidupan.
a. Materi sesi 2: Menjadi roti yang terpecah
Sakramen adalah tanda dan sarana keselamatan Allah kepada manusia yang
dihadirkan dalam diri Yesus Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Ekaristi artinya syukur. Ekaristi berarti pengungkapan syukur kita kepada
Tuhan atas rahmat dan berkat yang telah kita terima sepanjang hari, minggu,
dan bulan. Jadi, bila kita merayakan ekaristi, berarti kita merayakan hidup
yang sudah dianugerahkan Tuhan kepada kita.
Tiga hal menjadi pribadi yang Ekaristi :
Kis. Par. 2:24-47Tekun mendalami ajaran iman dalam kelompok (keluarga,
lingkungan dan kelompok kategorial). Tekun berkumpul untuk berdoa bersama dan
makan bersama dengan gembira dan tulus hati (memecahkan roti)
Saling berbagi harta kekayaan (rohani dan material)
Sehati, sejiwa, seperasaan dengan Yesus
Ekaristi (Mgr. I. Suharyo)
Mensyukuri anugerah Allah dalam hidup kita
Memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan kita
Merefleksikan hidup kita dalam terang sabda Allah yang kita dengarkan
Mempersembahkan hidup kita dan memperbarui komitmen hidup beriman
Siap diutus menjadi pribadi dan keluarga yang ekaristis (pemberian diri)
Ekaristi (Paus Yoh.Paulus II)
Menjadi pelopor diwujudkannya persekutuan dan persaudaraan, perdamaian
dan solidaritas dalam segala situasi.
Turut mencari jalan keluar untuk mengatasi salah satu bentuk kemiskinan
dalam dunia (pendidikan, moral, iman dll) :keluarga, sekolah, Gereja dna
masyarakat.
Menerima Hosti artinya:
Menerima Yesus yang menyelamatkan manusia
Membangun relasi yang lebih dekat dengan Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Menyatakan diri sebagai anggota Gereja (siap menerima tugas dan
tanggungjawab sebagai anggota Gereja).
h. Susunan Acara rekoleksi
Waktu Acara Petugas
08.00-08.30 -check in dan ice breaking
-salam pengantar
Pendamping
08.30-08.45 Pembuka
--Sapaan dan salam
- Lagu pembuka: gerak dan
lagu
- Doa Pembuka
Pendamping dan peserta.
Sesi I
08.45-09.15 -Penggalian pengalaman Pendamping dan peserta
09.15-10.30
10.30-10.45
Snack
Dinamika kelompok (Pesan
Berantai)
Petugas khusus
Pendamping
Sesi II
10.45-11.20 Yesus sebagai sumber hidup
dan puncak
Pendamping dan peserta
11.20-11.45 Sharing pengalaman
(pengalaman hidup mengenai
memaknai Ekaristi)
Pendamping
Sesi III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
11.45-12.30 -menjadi roti yang terpecah
Pendamping
12.30-13.00 Makan siang Khusus
13.00-13.25 Sesi pertanyaan Romo
13.25-13.40 Refleksi pribadi Romo &Pendamping
Sesi IV
13.40-14.15 -Peneguhan Pendamping
14.15-15.15 -Misa Penutup Romo Paroki
15.15- 15.30 Terimaksih dan sayonara
(selesai)
-Lagu Penutup: “ kumau cinta
Yesus selamanya”
Pendamping dan peserta
i. Detail kegiatan
Salam dan pengantar
Pendamping menyapa selamat pagi selamat datang kepada Misdinar peserta
rekoleksi, selanjutnya mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan
sehingga dapat berkumpul bersama untuk melaksanakan rekoleksi. Pendamping juga
menyampaikan tujuan pelaksanaan rekoleksi agar rekoleksi dapat berjalan dengan
lancar dan memberikan manfaat bagi peserta rekoleksi.
Lagu Pembuka
Yesus pokok
Dan kitalah cara-Nya
Tinggalah di dalamNya
Yesus pokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Dan kitalah caraNya
Tinggallah di dalamNya
Yesus pokok
Dan kitalah caraNya
Tinggallah di dalamNya
Pastilah kau akan berbuah
Yesus cintaku, ku cinta Kau
Pembukaan
Pendamping: Adik-adik, saat ini kita memasuki kegiatan pertemuan kita
dengan hati yang gembira dan bebas, sebab Tuhan hadir dan ada dengan kita di sini.
Kita bergembira karena kita bisa berkumpul bersama sebagai saudara. Kita disatukan
karena memiliki iman yang sama. Dan terlebih karena kita mempunyai tanggung
jawab dan pelayaanan yang sama. Selama ini kita sudah menjalankan tugas kita
pelayan dalam perayaan Ekaristi. Sebuah tugas yang sangat mulia. Ada banyak
kegembiraan, suka dan duka yang sudah kita alami dalam menjalankan tugas ini.
Pada sore hari ini kita diajak untuk hening sejenak melihat kembali tugas pelayanan
kita selama ini. untuk itu mari kita menyadari kehadiran Tuhan dalam kegitan ini
seraya memohon rahmat-Nya, agar dapat berjalan
Doa pembuka:
Bapa yang mahabaik, kami bersyukur dan bertrimakasih kepada-Mu karena
pada pagi hari ini Engkau berkenan hadir ditengah-tengah kami. Bapa saat ini kami
berkumpul di tempat ini ingin mendalami bersama tentang Ekaristi dan ritus-ritus
liturgi. Bapa bimbinglah kami agar semakin dapat mendalami makna Ekaristi dalam
hidup sehari-hari kami. Bapa, doa dan harapan ini kami haturkan ke dalam tangan-Mu
dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Sesi I: diawali perayaan Ekaristi.
Dinamika kelompok: “Pesan Berantai”.
Teknis Pelaksanaan :
1. Bagi peserta anda menjadi dua atau tiga kelompok
2. Tempatkan masing-masing kelompok berdiri berbanjar di ruang training
3. Panggil masing-masing satu orang paling pangkal dari kelompok untuk melihat
dan menghafal teks pesan yang telah anda sediakan
4. Tingkat kesulitan teks pesan tergantung dari kemampuan peserta anda
5. Setelah ketiga peserta tersebut menghafal teks yang anda perlihatkan, lalu
mereka membisikkan ke peserta lain dalam kelompoknya, sampai pesan itu
berakhir pada peserta paling ujung dari kelompok tersebut dengan mencatatkan
pada selembar kertas pesan yang dia terima tadi.
6. Pelatih memanggil peserta paling akhir tersebut, secara bergantian
membacakan pesan terakhir yang dia terima dan telah dicatatnya tadi
7. Pelatih mengamati proses permainan jika ada yang berbuat curang dan
memberikan penilaian yang didasarkan pada hasil akhir komunikasi berantai
tersebut
Sesi II: Menggali pengalaman dalam kelompok:
1. Apa yang kamu ketahui mengenai arti perayaan Ekaristi?
2. Jelaskan makna ritus-ritus Ekaristi bagi hidup sehari-hari?
3. Makna apa yang dapat kamu ambil pada saat perayaan Ekaristi untuk kehidupan
sehari-hari?
Sesi IV: Doa Penutup: dipimpin oleh satu peserta
Lagu penutup: “Kumau Cinta Yesus Selamanya”
Ku mau cinta Yesus selamanya (2x)
Meskipun badai silih berganti dalam hidupuku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Kutetap cinta yesus selamanya.
Ya Abba Bapa ini aku anakMu. Layakanlah seluruh hidupku.
Ya Abba Bapa ini aku anakMu. Pakailah sesuai dengan rencaMu.
C. REFLEKSI
Melalui penelitian yang dilakukan di paroki Santo Antonius Kotabaru
Yogyakarta, Misdinar masih kurang memahami Ekaristi dan memaknai dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Perayaan Ekaristi adalah sumber dan puncak hidup
kristiani (LG 11). Seharusnya Ekaristi menjadi sumber dan puncak keseluruhan hidup
kristiani. Namun pada kenyataannya perayaan Ekaristi hanya dipandang sebagai
tempat untuk berdoa, bersyukur, mengembangkan iman dan melayani. Mereka belum
membawa Ekaristi sebagai sumber dan puncak iman mereka. Ada kalanya ketika
mereka memiliki kesulitan didalam hidup sehari-hari, mereka harusnya membawa
seluruh permasalahan hidupnya ke dalam Ekaristi. Mereka belum bisa memaknai
Ekaristi dalam hidup sehari-hari mereka dan menjadikan Ekaristi sumber dan puncak
keseluruhan hidup mereka.
Dalam perayaan Ekaristi, penulis melihat bahwa misdinar memang terlibat
aktif menjadi pelayan Altar, namun pengetahuan mereka mengenai Ekaristi masih
kurang. Pengetahuan yang dimiliki misdinar sekedar pemahaman alat-alat liturgi, cara
bertugas dan warna-warna liturgi. namun untuk maknanya misidnar belum
memahaminya. Sebagai misdinar diharapkan untuk memiliki pengetahuan yang luas
dan mendalam supaya dalam perayaan Ekaristi benar-benar memahami perayaan
Ekaristi yang di rayakan agar makna yang didapat dapat berguna bagi kehidupan
sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Melalui penelitian ini saya menyadari bahwa Ekaristi tidak hanya pusat
seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja. hal
ini didukung dengan tegas oleh LG 11 yang menyatakan:
Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup
kristiani mereka mempersembahkan Anak domba Ilahi dan diri sendiri bersama
dengan-Nya kepada Allah: demikianlah semua menjalankan peranannya
sendiri dalam perayaan liturgi, baik dalam persembahan maupun dalam komuni
suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya
sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam
perjamuan suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan umat Allah,
yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan
secara mengagumkan.
Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup kristiani menunjuk bahwa
Ekaristi tidak terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Hidup sehari-hari
memperoleh kekuatan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber. Ekaristilah yang
memberi kekuatan yang menjiwai dan menggerakan seluruh hidup orang kristiani
dalam mengarungi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan dan melalui komuni suci kita
bersatu didalam tubuh Kistus. Segala sesuatu yang kita hadapi harus tertuju dan
mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.
Dalam proses penelitian yang dilakukan, penulis sungguh bersyukur karena
semakin dapat belajar dan menimba pengalaman yang baru dari setiap responden dan
memperoleh ilmu baru mengenai Ekaristi dari berbagai sumber yang sangat kredibel.
Selain dalam hal kemampuan yang diperoleh, penulis semakin diteguhkan dan dapat
mengambil nilai-nilai yang dapat memperkembangkan penulis sebagai calon katekis
dan guru agama Katolik. Penulis belajar menjadi pribadi yang rendah hati, sabar,
semangat, tekun dan pantang menyerah selama proses penelitian ini berlangsung
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan berkat karya Tuhan yang luar biasa.
Memang banyak tantangan dan hambatan yang menghadang, namun penulis selalu
berjuang demi terselesaikannya penulisan skripsi ini, berkat dukungan dari pihak
yang semakin memotivasi penulis. Perjumpaan dengan misdinar semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
menyadarkan penulis betapa pentingnya pemahaman akan Ekaristi sehingga dapat
dijadikan pedoman dalam bertindak dan dapat mengambil makna Ekaristi dalam bagi
kehidupan sehari-hari. Penulis sebagai calon katekis semakin terpanggil untuk
membantu misdinar agar memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai Ekaristi,
sehingga mereka memiliki pengetahuan yan mendalam agar keseimbangan sebagai
misdinar dapat menjadi lengkap baik pengalaman ataupun pengetahuan. Selain itu
agar mereka dapat memaknai Ekaristi sebagai sumber dan puncak iman mereka.
D. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini, memberikan kesimpulan bahwa ada makna perayaan
Ekaristi terhadap anggota misdinar di Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru
Yogyakarta. Dari kesimpulan tersebut, diketahui bahwa keaktifan misdinar menjadi
pelayan altar juga membantu untuk memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari.
Selama proses penelitian ini baik dari persiapan, pelaksanaan, menganalisis
data dan penyusunan, penulis menyadari bahwa keseluruhan proses penelitian masih
ada kekurangan dan belum sepenuhnya sempurna. Berikut ini dipaparkan secara
singkat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini.
1. Keterbatasan penelitian kualitatif adalah sulit untuk menperdalam data. Peneliti
sulit untuk mendapatkan data yang lebih dari hasil wawancara (penelitian
wawancara kurang mendalam). Hal ini dikarenakan pada saat melakukan
wawancara dan observasi, alat utama dalam pengumpulan data adalah alat
perekam suara untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan dan pengumpulan
data.. Melalui wawancara ini membantu responden untuk menjawab dan analisis
data menggunakan reduksi data,penyajian data, dan verifikasi (mengharuskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
peneliti harus pandai menganalisis data secara reduksi data,penyajian data, dan
verifikasi yang diperoleh)
2. Kelemahan Desain Studi Kasus Dalam arti penelitian difokuskan pada satu
fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam. Responden
yang diteliti masih sulit untuk menjawab pertanyaan yang secara mendalam, (b)
Strategi penelitian yang fleksibel itu mengkombinasikan berbagai teknik untuk
mendapatkan data yang valid (membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan
wawancara keresponden yang lain untuk memvalidkan data.
3. Bahan dan penelitian buku-buku referensi belum optimal mendukung penelitian
ini. Peneliti mengalami keterbatasan dalam mencari buku-buku acuan yang
mendukung penelitian ini khususnya mengenai misdinar yang memiliki sumber
referensi buku yang terbatas.
4. Peneliti melakukan wawancara kepada masing-masing responden yang telah
ditemui langsung di Gereja dengan hari dan waktu yang berbeda. Sehingga
memerlukan waktu yang cukup lama dalam melakukan wawancara.
5. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diasumsikan bahwa responden
menjawab pertanyaan instrumen sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman
yang sebenarnya dengan penuh kejujuran serta keterbukaan sehingga kebenaran
data dapat dianalis dengan baik. Bila responden yang diwawancara tidak sesuai
dengan realitas dan pengalaman yang sebenarnya, kesimpulan dapat berbeda dan
kebenaran data tidak dapat diukur dengan baik.
6. Peneliti memiliki keterbatasan dan kekurangan dalam pengetahuan dan
kemampuan membuat pertanyaan yang mudah dipahami oleh remaja, sehingga
peneliti harus menjelaskan dengan cara yang sederhana kepada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
7. Penulis juga menyadari adanya keterbatasan dan kelemahan, bukan hanya dalam
penyusunan skripsi ini, namun juga secara pribadi penulis memiliki kelemahan
dalam menganalisis data, sehingga membutuhkan waktu yang lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup kristiani, Ekaristi hendaknya
dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari oleh umat Katolik yang mengimani
Kristus. Karena melalui Ekaristi kita memiliki tujuan hidup yang menuju pada Allah.
Melalui perayaan Ekaristi kita dapat berkumpul, bersyukur dan memuliakan nama
Tuhan.
Beberapa poin simpulan berdasarkan hasil penelitian tentang makna Ekaristi
bagi anggota Misdinar Paroki Antonius Padua Kotabaru, Yogyakarta, sebagai berikut:
Pengertian Misdinar Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru, mengenai arti
perayaan Ekaristi adalah tempat berkumpul, berdoa dan bersyukur kepada Tuhan
Berdasarkan pemahaman berikut menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman
mengenai Ekaristi masih sekedar hafal. Dengan terlibatnya mereka sebagai misdinar
membantu mereka perlahan-lahan memahami mengenai Ekaristi. Misdinar
menjelaskan Makna ritus-ritus perayaan Ekaristi, pembuka itu sebagai awal Ekaristi.
Liturgi sabda: mendengar sabda Tuhan dan mendapatkan nilai untuk kehidupan
sehari-hari. liturgi sabda: adannya konsekrasi untuk penghormatan Kristus. Penutup:
kita mendapatkan berkat dari Tuhan dan berani bersaksi mengenai sabda Allah. Dari
jawaban tersebut misdinar masih kesulitan untuk menjelaskan makna ritus-ritus
perayaan Ekaristi. Mereka sekadar mengetahui yang akan dilakukan dalam setiap
ritus. Arti yang diberikan oleh mereka tidak dapat jelaskan secara rinci dan mendalam
karena Pemahaman mereka sebatas hafalan berarti mereka tak paham apa arti
perayaan Ekaristi yang sebenarnya. Begitu juga dengan makna ritus-ritus perayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Ekaristi misdinar tidak dapat memaknai setiap ritus-ritus perayaan Ekaristi, mereka
hanya sekedar menghafal dan apa yang mereka ucapkan tidak dapat di jelaskan secara
mendalam
Makna perayaan Ekaristi misdinar Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru
Yogyakarta, dibagi kedalam makna secara primer dan sekunder Makna perayaan
Ekaristi secara primer mengatakan bahwa makna yang mereka dapatkan pada saat
mengikuti perayaan Ekaristi dapat pelajaran baru mengenai injil pada saat romo
memberikan homily dan tempat berdoa memohon pertolongan Tuhan untuk
kehidupan sehari-hari. Jika mengalami kesulitan dapat dibantu oleh Tuhan, lebih
dekat dengan Tuhan dan bertobat. Kesulitan-kesulitan hidup yang dihadapi mereka,
melakukan upaya dengan “berdoa dan berserah diri kepada Tuhan, dan intropeksi
diri. Dalam mengalami kesulitan mereka selalu bawa dalam doa. Ekaristi belum
menjadi sumber dan puncak dalam hidup mereka. Pada saat menghadapi kebahagiaan
yang dilakukan mereka berbagi kepada teman. Tujuan mereka untuk mengikuti
perayaan Ekaristi khususnya ada Syukur dan ujud-ujud doa pibadi dan keluarga. Dari
tujuan yang diungkapkan mereka maknanya mereka berdoa belum tentu ada
hubungannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada saat kesulitan dan kebahagiaan.
Tapi untuk keinginan, masih kurang lebih pada keluarga. Pemahaman mereka sebatas
hafalan berarti tak paham tujuan mereka mengikuti Ekaristi hanya berdoa.
Faktor pendorong dan penghambat sebagai misdinar paroki Santo Antonius
Padua Kotabaru Yogyakarta. keterlibatan misdinar sebagai pelayan altar memiliki
dorongan ikut teman dan saudara Meskipun mereka awalnya terlibat menjadi
misdinar tidak dari hati semua, namun dengan beiringnya waktu mereka benar-benar
mengakui bahwa sekarang menjadi misdinar sudah dari hati yang paling tulus, karena
merasakan hal-hal yang positif dan banyak menambah pengalaman dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
berorganisasi. Sebagai misdinar juga memiliki kesulitan yang dihadapi yaitu harus
mampu membagi waktu kegiatan sekolah dan bangun pagi pada saat tugas harian,
komunikasi antar teman yang masih sulit karena belum terlalu mengenal teman lebih
dalam, kurangnya latihan pada saat bertugas dapat lupa urutan tugas selanjutnya, awal
bertugas menjadi misdinar mengalami grogi dan gugup. Kesulitan yang dialami
misdinar akhirnya dapat terlewati dengan keterlibatan mereka secara terus-menerus
secara aktif untuk belajar menjadi misdinar yang handal.
B. SARAN
Berdasarkan realitas yang ada, penulis akan mengungkapkan beberapa saran
kepada pihak yang terkait supaya misdiar paroki Santo Antonius Padua Kotabaru
Yogyakart lebih memahami dan memaknai Ekaristi dalam hidup sehari-hari.
1. Kepada Pastor Paroki dan Pembina Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru
Yogyakarta agar dapat memberikan pembekalan dan pendampingan mengenai
Ekaristi agar Misdinar lebih mengerti, memahami dan memaknai Ekaristi
sebagai sumber dalam hidup sehari-hari
2. Kepada Misdinar Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta supaya
lebih banyak belajar tentang Ekaristi dan selalu berupaya untuk terlibat aktif
sebagai misdinar agar semakin memaknai Ekaristi sebagai pucak dalam hidup
sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
DAFTAR PUSTAKA
Fowler, James W. (1995) Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan. Yogyakarta:
Kanisius.
Gabriel, F.X (1997) Seluk-Beluk Putra-Altar. Malang: Lumen Christi
__________ . (2001) Buku Pintar Misdinar. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama
Konsili Vatikan II. (1990) Sacrosanctum Concilium. R. Hardawiryana, Jakarta:
departemen Dokumentasi dan penerangan KWI
Kohlberg Lawrence. (1995) Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta:
Kanisius.
Kitab hukum kanonik. (2006) (editor dan penerjemah Dr. Rubiyatmoko) Bogor:
Grafika Mardi Yuana.
Konferensi WaliGereja. (1996) Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi.
Yogyakarta: Kanisius
__________. (2016.) Kitab Hukum Kanonik: Bogor: Grafika
Lembaga Biblika Indonesia. (2014) Kitab Suci Katolik. Ende: Arnoldus Ende.
Martasudjita, Emanuel (1999) Pengantar Liturgi : Makna, Sejarah dan Teologi
Liturgi. Yogyakarta: Kanisius.
__________. (2003) Sakramen-sakramen Gereja: Tinjauan Teologis dan Liturgis,
dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius.
__________. (2005a) Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral.
Yogyakarta: Kanisius.
__________. (2005b) Tentang Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius
__________. (2011) Liturgi Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi. Yogyakarta:
Kanisius
Madya Utama Ignatius L. (2017) Sakramentologi. Diktat Prodi IPPAK Sanata
Dharma Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. (2012) Metodologi Penelitiaan Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Prier. Karl-Edmund (2014-2015) Katekismus Gereja Katolik. Diktat Prodi IPPAK
Sanata Dharma Yogyakarta.
Puskat. Seri Puskat no 22. Pastoral Ekaristi untuk Anak-anak. Yogyakarta.
Suharyo. Ignasius (2011) Ekaristi: Meneguhkan Iman, Membangun Persaudaraan,
Menjiwai Pelayanan. Yogyakarta:Kanisius.
Sugiono. Dr (2014) Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: ALFABETA.
Sumber dari Internet
http://nataliageovani.blogspot.com/2015/05/contoh-persiapan-materi-rekoleksi.html.
Diakses pada tanggal 11 November 2018
http://komkat-kwi.org/model-katekese-remaja-memahami-sakramen-ekaristi. Diakses
pada tanggal 28 Agustus 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1
Surat Ijin Penelitian
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2
Surat Bersedia Memberi Hasil Penelitian
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3
Panduan Wawancara
(3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4
HASIL WAWANCARA
Responden 1 : AL
Pewawancara : Vero
Waktu : 18.46-19.05
Tempat : Jln. Gunung Ketur PA II/214
Vero Apa yang dimaksud dengan perayaan Ekaristi?
AL Eee perayaan Ekaristi tempat dimana kita bisa, apa ya.
Kayak Salah satu tempat kita kayak bersyukur kepada
Tuhan. Memang sih bersyukur kepada Tuhan itu bisa
kapan saja, tapi kalau misalkan perayaan Ekaristi kalau
bersyukur lebih apa yah, lebih intensif. Karena ada
perayaan Ekaristi kita bisa ingat selalu sama Tuhan, berdoa
sama Tuhan, komunikasi sama Tuhan.
Vero Apa yang kamu syukuri dalam perayaan Ekaristi?
AL Yang aku syukuri itu mengenai kehidupan sehari-hari dan
berdoa untuk keluarga itu aja.
Vero Dalam Ekaristi ada 4 ritus, apa makna dari setiap ritus-ritus
perayaan Ekaristi, tersebut?
AL Hmmmm pembuka itu kayak kita misalnya bertamu
kerumah orang, pembukanya itu ya kita mengucapkan
salam, kayak perayaan Ekaristi dirayakan di Gereja nah
pembuka itu mengucapkan salam kepada Tuhan untuk
permisi ke Tuhan “ Tuhan aku permisi datang kesini, aku
mau doa” berdoa lebih dulu kepada Tuhan bahwa akan
melakukan misa. Liturgi Sabda: ada bacaan sabda: nah
kalau bacaan sabda itu kayak kita dengarin cerita Tuhan,
kayak apa ya, dengarinlah cerita Tuhan kayak gimana, trus
kita bisa ambil apa aja yang Tuhan ceritain ke kita. Kita
bisa ambil untuk kehidupan kita sehari-hari. Liturgi
Ekaristi: itu kayak intinya, kalau misalkan intinya itu
tujuannya kita dari perayaan Ekaristi, itu dapat
tersampaikan pada saat Liturgi Ekaristi. Penutup itu kita
pamitan kepada Tuhan, menerima berkat dari Tuhan untuk
kehidupan seminggu kedepan.
Vero Apa yang kamu maksud dari intinya dari makna liturgi
Ekaristi?
AL Maksudnya aku yah Pada saat konsekrasi, dan menerima
komuni sudah menjadi intinya dalam perayaan Ekaristi,
pokoknya itu.
Vero Apa yang kamu dapatkan pada saat mengikuti perayaan
Ekaristi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
AL Hmmm yang aku dapatkan sih, kayak kalau
diperayaan Ekaristi itu dapat pelajaran baru, dari Injil-injil
Tuhan terus homili yang biasanya romo kasih, itu kan
sudah disangkut pautkan sama injil yang sudah dikasih.
Owh ini toh arti Injil nya nah akhirnya aku tahu arti injil
tersebut, dari Injil tersebut dapat nilai-nilai yang dingat-
ingat buat kehidupan sehari-hari. Dari perayaan Ekaristi
aku sadar bahwa Tuhan itu benar-benar ada dalam hidupku,
bahwa Tuhan itu benar-benar berperan penting dalam
hidupku, kayak diawal aku bilang perayaan Ekaristi itu
tempat bentuk bersyukur kepada Tuhan.
Vero Dorongan apa yang membuat anda ikut terlibat menjadi
pelayan altar?
AL Kalau awalnya untuk ikut misdinar itu, dulu itu Cuma lihat
teman eehh kayaknya seru itu ikut misdinar, trus ikutan
deh. Sebenarnya aku juga bukan paroki sini cuman banyak
temanku ikut misdinar di gereja kota baru ini. Pada saat
awal ikut misdinar kok gini sih, eee ternyata begini toh,
aku pun ada fasenya, merasakan fase bosan jarang tugas,
jarang datang pertemuan. Pada saat jarang ikut pertemuan,
tugas aku juga merasakan ada yang kurang, lalu aku aktif
lagi di misdinar ini karena aktif itu aku jadi merasa oh
begini yah cerita Tuhan ternyata jadi pelayan Tuhan itu
seru dan menyenangkan kok.emang dari hati ikhlas ya
kedepannya akan meyenangkan, rasanya menyenangkan
jika tidak aktif ada yang kurang. Dari misdinar ini juga
banyak belajar bahwa apa yang kita lakukan dari tulus hati
pasti akan menyenangkan, seperti sekarang aku dipercaya
oleh kakak pendamping untuk mendampingi teman-teman
misdinar yang lain, itu sudah kayak pencapaian tersendiri
kayak bisa dipercaya oleh orang lain, karena aku bisa
terlibat aktif di misdinar ini.
Vero Sebagai pendamping misdinar pengalaman apa yang kamu
dapatkan?
Pengalaman aku sebagai pendamping yang baru, karena
baru-baru juga misalnya misdinar ada acara natal dan
paskahan bersama dan kita pendamping yang membuat
acara tersebut, sungguh bahagia jika teman-teman misdinar
datang mengikuti acara tersebut kayak wow, jadi gini yah
kalau karya kita dihargaiin, jadi gini toh mengurus adek-
adek capek juga dalam rapat dan mempersiapkan yang lain.
Meskipun rasa lelah dalam mempersiapkan acara tersebut
membutuhkan waktu yang lama namun dari situ banyak
belajar. Justru jadi pengurus sungguh merasakan ternyata
susah senang dalam misdinar.
Selain dorongan dari teman, apakah ada dorongan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pihak lain?
Dukungan dari yang lain terus mencoba, selain itu orang
tua juga pernah omong jika kamu dari kecil terus ikut
organisasi besok kamu akan enak dan enjoy jika
mendapatkan tugas dari sekolah selain itu kamu juga
belajar untuk mengatur waktu, dukungan dari teman-teman
yang lama juga masih saya dapat
Vero Kesulitan apa yang anda rasakan khususnya sebagai
misdinar?
AL Kesulitannya itu Kalau misalkan ada kayak acara rekoleksi
misdinar dan aku pengen ikut tapi pada saat itu ada acara
sekolah juga, ini sungguh sulit bagi waktu juga karena
sudah berapa kali tidak ikut rekoleksi, trus juga aku
orangya benar-benar kebo untuk bangun pagi, padahal aku
sering dapat tugas harian pagi, malas-malasan ku juga
besar dan membutuhkan tanggung jawab.
Kesulitan pada saat bertugas yang pernah kamu alami,
apakah ada?
AL Untuk kesulitan dalam bertugas tidak ada. Paling hanya
sebuah komitmen yang dilepas begitu saja, sama teman-
teman.
Vero Sebagai misdinar, kalau menghadapi kesulitan dan
kebahagiaan dalam hidup apa yang kamu buat?
AL Kesulitan yang aku hadapi misalnya berantem sama teman
ku, mau siapa yang salah biasanya aku minta maaf lebih
dulu karena aku tidak suka sama keadaan dimana sesama
teman diam-diaman. Jika aku mengalami kegagalan,
misalnya tidak terpilih tugas paskah pasti aku ada yang
kurang, apa aku kurang rajin. Kenapa aku tidak kepilih.
Aku langsung kepikiran dan akan berusaha untuk
intropeksi diri. Kesulitan yang aku hadapi dalam hidupku,
aku mencoba untuk selalu bawa dalam doa dan berusaha.
Kayak aku bilang diawal tadi bahwa dalam perayaan
Ekaristi adalah tempat paling nyaman untuk
menyampaikan keluh kesah kita.
Pada saat merasakan kebahagiaan, Yang aku lakukan yaitu
secara tidak langsung aku membagikannya kebahagiaan
dengan teman-teman yang lain misalnya ketemu teman
membuat lelucon. Selain itu pada saat aku ulang tahun rasa
syukur bangat sama Tuhan. Aku emang ngak terang-
terangan langsung berdoa kepada Tuhan tapi aku rasa
syukurnya sepontan mengucapkan terimakasih kepada
Tuhan.
Vero Apa tujuan anda mengikuti perayaan Ekaristi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
AL Kalau perayaan Ekaristi dari 4 tahun yang lalu hingga
sekarang minta kesembuhan papah, aku diberi
kebahagiaan, rezeki keluarga dilancarkan, aku dapat
keterima di sekolah SMA negri, bersyukur masih diberi
nafas kehidupan dan teman-teman yang peduli. Pokonya
dalam perayaan Ekaristi lebih berdoa untuk keluarga.
Responden 2 : WAR
Pewawancara : Vero
Waktu : 19.22-19.30
Tempat : Jln. Mangkukusuman GK IV/1555
Vero Apa yang dimaksud dengan perayaan Ekaristi?
WAR Perayaan Ekaristi apa namanya kita berkumpul dalam suatu
perjamuan untuk menerima tubuh dan darah Kristus.
Vero Apa itu tubuh dan darah Kristus dan maknanya bagi
hidupmu?
WAR Hmmmm tubuh dan darah Kristus itu kayak roti dan
anggur yang sudah diberkati hmmm maknanya yah itu
kayak puncak pada saat perayaan Ekaristi
Vero Dalam Ekaristi ada 4 ritus, apa makna dari setiap ritus-ritus
perayaan Ekaristi, tersebut?
WAR Pembuka: mungkin kek awalan. Liturgi sabda:
mendengarkan bacaan sabda Allah. Liturgi Ekaristi:
sebagai puncak, penutup sebagai berkat perutusan. Yah
maknanya itu pokoknya susah jelasin
Vero Apa yang kamu dapatkan pada saat mengikuti perayaan
Ekaristi?
WAR Banyak orang berkumpul, misdinar, romo, koster, koor,
Yang aku temukan dalam perayaan Ekaristi, banyak orang
yang berkumpul dalam mengikuti perayaan Ekaristi selain
itu ada makna perkumpulan perjamuan, berkumpul untuk
memuliakan Tuhan. perkumpulan perjamuan itu kayak kita
menerima tubuh Kristus sebagai kekuatan hidup
Vero Dorongan apa yang membuat anda ikut terlibat menjadi
pelayan altar?
WAR Hmm Sebenarnya kayak aku lihat, orang melayani itu
merasa dicintai umat dan disukai umat. Simple aja sih.
Vero Apakah ada dorongan dari yang lain?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
WAR Kalau yang lain dari orang tua dan keluarga juga itu pasti.
Vero Kesulitan apa yang anda rasakan khususnya sebagai
misdinar?
WAR Komunikasi antar misdinar, karena pendapat setiap orang
berbeda-beda apalagi belum kenal dengan orang tersebut
dan terjadi miskomunikasi dan itu menjadi masalah bangat,
karena susah aja kita tidak mengenal orang itu. Untuk
kesulitan dalam bertugas lupa apa yang selanjutnya untuk
dilanjutkan mungkin karena kurang latihan karena jadwal
padat dan untuk romo tidak ada kesulitan.
Vero Sebagai misdinar, kalau menghadapi kesulitan dan
kebahagiaan apa yang kamu buat?
WAR Yang aku lakukan yang pertama pada saat mengalami
kesulitan berantem sama teman dan kegagalan dalam
melakukan sesuatu yaitu intropeksi diri lalu minta maaf
dan membutuhkan waktu untuk memperbaikinya dan
berdoa kepada Tuhan agar masalah yang aku hadapi ada
jalan keluar.
Dan kebahagiaan yang aku dapat dengan Bersyukur kepada
Tuhan, kek trimakasih Tuhan karena sudah dikasih
anugrah, berbagi buat orang lain, yah misalnya aku ada
rezeki yah traktir teman. karena jika kita berbagi kepada
orang lain itu sangat baik,
vero Apa tujuan anda mengikuti perayaan Ekaristi?
WAR Buat berdoa, berkumpul, untuk menyambut tubuh dan
darah Kristus, kayak ada permohonan dan untuk
meyampaikan ujud-ujud doa.
Responden 3 : RPI
Pewawancara : Vero
Waktu : 19.31-19.40
Tempat : Jln Ledok Tukangan Dn II no 679.
Vero Apa yang dimaksud dengan perayaan Ekaristi?
RPI Perayaan Ekaristi emmm menurut saya berbicara dengan
Tuhan pada saat hari minggu, waktu untuk bertobat atas
kesalahan satu minggu ini. Kayak ganggu teman, bohong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Vero Dalam Ekaristi ada 4 ritus, apa makna dari setiap ritus-ritus
perayaan Ekaristi, tersebut?
RPI Pembuka menyambut kehadiraan Tuhan Yesus dalam
perayaan Ekaristi
Liturgi sabda hmm mendengarkan sabda-sabda Tuhan.
Liturgi Ekaristi itu mengenang sengsaranya Tuhan Yesus.
Penutup selesainya Ekaristi, mendapatkan berkat, berani
mewartakan sabda Allah.
Vero Apa yang kamu dapatkan pada saat mengikuti perayaan
Ekaristi?
RPI Dosa-dosa yang kita lakukan dalam semingu dapat hilang
karena kita berbicara kepada Tuhan dan meminta maaf
kepada Tuhan. Hmm sebagai pedoman rasa syukur kepada
Tuhan.
Vero Dosa seperti apa yang dilakukan selama seminggu dan
dapat diampuni oleh Tuhan
RPI Hmmm kayak berantem dengan teman, jahil, yah itulah.
Vero Dorongan apa yang membuat anda ikut terlibat menjadi
pelayan altar?
RPI Karena ingin membantu Yesus mewartakan sabda. Hmm
yang lain tidak ada Karena dari diri sendiri.
Vero Kesulitan apa yang anda rasakan khususnya sebagai
misdinar?
RPI Tidak ada kesulitan. Hanya gugup saat bertugas dan
komunikasi dengan teman lain.
Vero Sebagai misdinar, kalau menghadapi kesulitan dan
kebahagiaan apa yang kamu buat?
RPI Berdoa dan bertanya kepada Tuhan dan berserah kepada.
Kebahagiaan kalau naik kelas nilainya ditingkatkan
kembali, kalau ulang tahun semakin berbakti kepada orang
tua. Hmmm mengucap syukur.
Vero Apa tujuan anda mengikuti perayaan Ekaristi?
RPI Supaya disepanjang hidup rafa selalu diberkati oleh Tuhan,
orang-orang yang saya sayang yang sudah meninggal dapat
diterima disurga dan bahagia. Selain itu ada rasa syukur
bagi pribadi dan keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 4 : GURP
Pewawancara : Vero
Waktu : 19.41-19.48
Tempat : Jln Mangkukusuman GK IV/1555.
Vero Apa yang dimaksud dengan perayaan Ekaristi?
GURP Suatu perayaan yang tempat orang-orang berkumpul,
untuk berdoa kepada Tuhan, semakin bersyukur kepada
Tuhan
Vero Dalam Ekaristi ada 4 ritus, apa makna dari setiap ritus-ritus
perayaan Ekaristi, tersebut?
GURP Pembuka: Untuk permulaan berdoa kepada Tuhan dan
mengawali perayaan Ekaristi. Liturgi sabda: menanamkan
ee suatu pengalaman yang pernah dialami oleh Yesus
sendiri. liturgi Ekaristi: adanya permohonan dalam hidup
untuk dibimbing. Hmm konsekrasi dan komuni. Penutup:
berkat dari Tuhan.
Vero Apa makna Konsekrasi dan komuni dalam liturgi Ekaristi
GURP Hmmm sebagai tempat bersatu dengan Tuhan untuk
bersatu dengan Tuhan. kan didalam komuni ada tubuh dan
darah Kristus nah itu berkat dan anugrah dari Allah sendiri
Vero Apa yang kamu dapatkan pada saat mengikuti perayaan
Ekaristi?
GRUP Maknanya bisa berdoa memohon pertolongan bimbingan
untuk kehidupan sehari-hari dan jika mengalami kesulitan
dapat dibantu oleh Tuhan. Selain itu ada rasa syukur juga
kepada Tuhan atas kehidupan sehari-hari.
Vero Dorongan apa yang membuat anda ikut terlibat menjadi
pelayan altar?
GRUP Sebenarnya hanya ikut-ikut saja tapi meskipun hanya ikut-
ikutan akhirnya ada keinginan dari hati sendiri
Vero Kesulitan apa yang anda rasakan khususnya sebagai
misdinar?
GRUP Kesulitannya pada saat latihan dan bertugas sering deg-
degan takutnya salah tapi setelah tugas ternyata berjalan
lancar. Lalu kerja sama dengan teman-teman belum dapat
berjalan dengan baik karena belum mengenal teman-teman
oleh sebab itu aku mau lebih mengenal teman-teman
supaya dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik.
Vero Sebagai misdinar, kalau menghadapi kesulitan dan
kebahagiaan apa yang kamu buat?
GRUP Kesulitan yang aku hadapi dalam kegagalan mohon
pertolongan kepada Tuhan misalnya pada saat mau ujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pokoknya selalu minta pertolongan sama Tuhan dan
intropeksi diri dengan memperbaiki cara belajar.
Tetap bersyukur tetap merayakan kegembiran dan berdoa,
puncaknya juga kepada Tuhan.
Vero Apa tujuan anda mengikuti perayaan Ekaristi?
Hmm sebenarnya sih untuk minta pertolongan. Kadang-
kadang sih malas ke gereja tapi tetap disuruh. Yah
namanya kesulitan kita harus ke Gereja untuk berdoa.
Namanya kesulitan harus kita minta sama Tuhan
Responden 5 : BE
Pewawancara : Vero
Waktu : 19.50-19.58
Tempat : Jln Kusbini no 198/Yogyakarta
Vero Apa yang dimaksud dengan perayaan Ekaristi?
BE Hemmmm kayak organisasi tempat melayani Ekaristi
hmmm tempat berdoa dan bersyukur, hmm semangat dan
sumber dalam kehidupan.
Vero Dalam Ekaristi ada 4 ritus, apa makna dari setiap ritus-ritus
perayaan Ekaristi, tersebut?
BE Pembuka itu hmmm berterimakasih dan mengajak untuk
bertobat dan berkumpul bersama untuk berdoa. Liturgi
sabda mendengarkan bacaan injil kayak motivasi hidup,
hmm itu aja. Liturgi Ekaristi: menerima yesus didalam diri
kita, pada saat penghormatan konsekrasi tubuh Kristus
sebagai sumber puncak. Penutup itu berterimakasi juga,
menerima berkat, melalui sabda yang didengar saya harus
berani bersaksi didalam kehidupan sehari-hari.
Vero Apa yang kamu dapatkan pada saat mengikuti perayaan
Ekaristi?
BE Maknanya harus terus memuji Tuhan, semangat dalam
melayani, tempat berkumpul untuk bertemu Tuhan.
Vero Dorongan apa yang membuat anda ikut terlibat menjadi
pelayan altar?
BE Kalau Dulu tidak tertarik, karena ada temanya anak nya
ayah yang misdinar ditawarin lalu dipaks untuk mendaftar,
pertama kali tugas malas-malasan, beriringnya waktu
ternyata temannya semakin banyak dan semakin rajin, nas
misalkan ke Gereja malas sekarang rajin. Nah sekarang aku
dikasih kesempatan sebagai pendamping membantu teman-
teman ini menjadi kesempatan buatku untuk belajar.
Vero Kesulitan apa yang anda rasakan khususnya sebagai
misdinar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BE Mungkin kesulitan waktu Diawal. Kesulitannya pada saat
tugas harian langsung digantikan oleh teman karena saya
terlalu lama datang, jadi seperti tugas aku direbut. Disitu
saya merasakan kecewa hati, mau keluar dari midinar tapi
dilarang sama kakak misdinar.
Vero Sebagai misdinar, kalau menghadapi kesulitan dan
kebahagiaan apa yang kamu buat?
BE Pertama itu kayak aku mengalami kesulitan, Kalau aku lagi
emosi kegereja ketemu teman-teman dan mengikuti misa
menjadi tenang dan berdoa. Kalau ada masalah hari-hari
yang lalu minggu kegereja dan berdoa didepan Bunda
Maria seperti dikasih jalan.
Kalau merasakan bahagian tetap berdoa dan bersyukur
kepada Tuhan.
Vero Apa tujuan anda mengikuti perayaan Ekaristi?
BE Bersyukur kepada Tuhan dan berdoa, adanya juga ujud-
ujud doa untuk kesehatan dan kebahagaian keluarga dan
pribadi.
Responden 6 : CM
Pewawancara : Vero
Waktu : 20.00-20.15.
Tempat : Jln Mataram bn 1/377
Vero Apa yang dimaksud dengan perayaan Ekaristi?
CM Perayaan Ekaristi itu ee sebuah perayaan iman dimana
umat berkumpul, hmm trus nanti kita ada konsekrasi yang
menjadi utama atau sumber lalu kita menerima Tubuh
Kristus.
Vero Dalam Ekaristi ada 4 ritus, apa makna dari setiap ritus-ritus
perayaan Ekaristi, tersebut?
CM Ritus pembuka: maknanya itu tobat atau lebih
mempersiapkan diri untuk mengikuti perayaan Ekaristi.
Liturgi sabda: itu isinya bacaan-bacaan, mendengarkan
sabda Allah dan mengambil nilai-nilai tentang kehidupan
Yesus. Masing-masing yang bisa diambil itu kayak cerita
mengenai mujizat yang dilakukan Tuhan kayak 5 roti dan 2
ikan. Liturgi Ekaristi: ehmmm mendekatkan diri kepada
Tuhan, sebagai sumber puncak pada saat konsekrasi, disitu
kita menyembah tubuh dan darah Kristus, ada roti dan
anggur juga yang artinya menguatkan dan mempersatukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kita kepada Tuhan, hmm pokoknya lebih mengenangkan.
Penutup: bersyukur dan mendapat berkat, melalui bacaan
injil aku juga harus berani bersaksi melalui bacaan injil
yang aku dengar.
Vero Apa yang kamu dapatkan pada saat mengikuti perayaan
Ekaristi?
CM Maknanya lebih dekat kepada Tuhan, menguatkan iman,
pokoknya intinya lebih bersyukur dan bertobat
Vero Perayaan Ekaristi itu bagi kamu sebagai sumber puncak
dalam hidup sehari-hari ngak?
CM Hmmm ia, jadi kalau misa kan seminggu sekali, ada
pengakuan dosa memang tidak selama seminggu.
Vero Dorongan apa yang membuat anda ikut terlibat menjadi
pelayan altar?
CM Dulu itu awalnya karena kakak saya, jadi pengen ikut,
ingin merasakan melayani Tuhan.
Vero Kesulitan apa yang anda rasakan khususnya sebagai
misdinar?
CM Kesulitan yang aku alami komunikasi kepada teman
seharusnya bertugas tapi tidak bertugas, jadi kesulitan
untuk mencari pengganti. Pada saat awal mengalami grogi.
Kesulitan sebagai pengurus semakin sulit untuk mengatur
jadwal dan waktu.
Vero Sebagai misdinar, kalau menghadapi kesulitan dan
kebahagiaan apa yang kamu buat?
CM Kesulitan yang aku hadapi cerita dengan orang tua dan
terdekat, berdoa, cari solusi yang penting jangan panik
Kalau merasakan kebahagiaan lebih semangat, dan
besyukur kepada Tuhan
Vero Apa tujuan anda mengikuti perayaan Ekaristi?
CM Tujuannya hmmm supaya memperbaharui iman supaya
lebih kuat pokoknya bersyukur dan lebih mengembangkan
iman, adanaya ujud-ujud pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5
Presensi Penelitian
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI