30
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA DISUSUN OLEH: TIM PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA Ni Made Widi Astuti, S.Farm., M.Si., Apt. Drs. I N. K. Widjaja, Apt., M.Si. Dr.rer.nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, Apt., M.Si. Ni Made Pitri Susanti, S.Farm., M.Si., Apt. Luh Putu Mirah Kusuma Dewi, SF., M.Sc., Apt. Prof. Ir. Nyoman Semadi Antara, MP.Ph.D JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

PETUNJUK PRAKTIKUM

ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

DISUSUN OLEH:

TIM PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

Ni Made Widi Astuti, S.Farm., M.Si., Apt. Drs. I N. K. Widjaja, Apt., M.Si. Dr.rer.nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, Apt., M.Si. Ni Made Pitri Susanti, S.Farm., M.Si., Apt. Luh Putu Mirah Kusuma Dewi, SF., M.Sc., Apt. Prof. Ir. Nyoman Semadi Antara, MP.Ph.D

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Page 2: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia

yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan petunjuk praktikum Analisis Makanan

dan Kosmetika ini tepat pada waktunya.

Praktikum analisis makanan dan kosmetik merupakan suatu kegiatan untuk menunjang

pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah analisis makanan dan kosmetik. Praktikum ini akan

terdiri dari beberapa kali pertemuan dengan materi analisis berupa active materials, bahan

tambahan yang digunakan, serta bahan yang dilarang digunakan dalam produk makanan dan

kosmetika. Petunjuk praktikum ini menjelaskan secara singkat mengenai prinsip dasar dan

prosedur praktikum Analisis Makanan dan Kosmetika. Penyusunan petunjuk ini bertujuan untuk

membantu mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum. Untuk lebih memahami mengenai

praktikum ini, diharapkan mahasiswa tetap mempelajari teori yang terdapat dalam buku-buku

referensi.

Besar harapan kami agar petunjuk praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi

mahasiswa yang mengikuti praktikum Analisis Makanan dan Kosmetika. Petunjuk praktikum ini

masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami sangat mengharapan saran dan kritik demi perbaikan

selanjutnya.

Bukit Jimbaran, Pebruari 2013

Penyusun

Page 3: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

2

TATA-TERTIB PRAKTIKUM

ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

1. Setiap praktikan harus sudah hadir minimal 15 menit sebelum waktu praktikum dimulai. 2. Praktikan yang terlambat hanya ditoleransi 10 menit dan akan diberikan sanksi tertentu,

serta tidak diperkenankan mengikuti pre-test. 3. Praktikan harus sudah menyelesaikan praktikum termasuk membereskan alat-alat

maksimal 15 menit sebelum waktu praktikum berakhir. 4. Praktikan hanya boleh melakukan praktikum pada waktu-waktu yang telah ditentukan. 5. Praktikan wajib memakai jas lab setiap praktikum. 6. Selama praktikum, praktikan tidak diperbolehkan memakai sandal dan kaos oblong

(pakaian bebas rapi). Praktikan tidak diperkenankan makan, minum, dan merokok di laboratorium.

7. Praktikan wajib membawa lap, tisu, dan alat-alat pembantu lainnya yang ditetapkan. 8. Praktikan wajib memeriksa dan menjaga kebersihan alat dan ruangan praktikum sebelum,

selama, dan sesudah praktikum. 9. Jika terjadi kerusakan dan/atau kehilangan alat praktikum, maka praktikan bersama

kelompoknya diwajibkan mengganti alat dengan spesifikasi minimal sama sejumlah dua kali alat yang hilang/rusak, dengan tenggang waktu penggantian maksimal sehari sebelum praktikum selanjutnya kecuali untuk alat-alat tertentu.

10. Jurnal praktikum dikumpulkan di awal praktikum untuk diperiksa oleh dosen jaga. Mahasiswa yang tidak membawa jurnal tidak diperkenan kan mengikuti praktikum.

11. Data praktikum harus dilaporkan kepada asisten untuk mendapatkan persetujuan. 12. Laporan praktikum dibuat perkelompok dan diserahkan koordinator praktikum dengan

ketentuan batas penyerahan sebelum praktikum berikutnya. Keterlambatan pangumpulan laporan dengan alasan apapun akan diberikan nilai 0.

13. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum dengan alasan tertentu, harus menyampaikan ijin secara tertulis maksimal sehari sebelum praktikum.

14. Jika ketidakhadiran praktikan karena sakit, maka surat ijin disampaikan secara tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter paling lambat dua hari setelah hari praktikum.

Page 4: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

3

KETENTUAN PENILAIAN PRAKTIKUM

ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

• Jurnal : 20 %

• Keterampilan & pelaksanaan praktikum : 20 %

• Laporan : 25 %

• Diskusi : 30 %

• Kebersihan : 5 %

Nilai Akhir

• Nilai Praktikum : 70%

• Ujian : 30%

Page 5: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

4

JADWAL PRAKTIKUM

ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

Pertemuan Materi

1 Asistensi

2 Diskusi dan Presentasi Materi Praktikum I

3 Praktikum I

4 Diskusi dan Presentasi Materi Praktikum II

5 Praktikum II

6 Diskusi dan Presentasi Materi Praktikum III

7 Praktikum III

8 Diskusi dan Presentasi Materi Praktikum IV

9 Praktikum IV

10 Diskusi dan Presentasi Materi Praktikum V

11 Praktikum V

12 Diskusi dan Presentasi Hasil Praktikum

13 Diskusi dan Presentasi Hasil Praktikum

14 Responsi

Page 6: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

5

FORMAT JURNAL DAN LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

Jurnal dibuat sebelum praktikum sesuai dengan materi yang akan dipraktikumkan:

Carilah literatur (jurnal dan buku acuan standar) dan susunlah suatu Protokol Analisis untuk

materi praktikum sbb:

1. Analisis Rhodamin B dalam makanan

2. Analisis Boric Acid dalam bakso

3. Analisis Paraben dalam kosmetik.

4. Analisis Formalin dalam tahu

5. Analisis Hidroquinon pada krim pemutih

Format Laporan :

I. Pendahuluan :

- Tujuan

- Latar Belakang

II. Tinjauan Pustaka

III. Metode Penelitian + Skema Kerja

IV. Hasil dan Pembahasan

V. Kesimpulan

Daftar Pustaka

Page 7: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

6

PRAKTIKUM I

ANALISIS RHODAMIN B DALAM MAKANAN

1.1 Tujuan Praktikum

- Melakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif pewarna rhodamin B yang terkandung

dalam saos dan terasi yang dijual di pasaran dengan metode KLT-Densitometri.

1.2 Dasar Teori

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No: 329/Menkes/PER/X11/76, yang

dimaksud dengan zat tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan

sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu, termasuk kedalamnya adalah pewarna,

penyedap rasa dan aroma, pemantab, antioksidan, pengawet, pengemulsi, antigumpal, pemucat,

dan pengental (Donatus, 1990).

Rumus molekul dari rhodamin B adalah C28H31ClN2O3 (Milne, 2005). Bobot molekul

dari rhodamin B adalah 479,02 g/mol (Depkes RI, 1995). Rhodamin B memiliki nama lain

tetraethylrhodamin, basic violet 10, dan C.I. 45170 (Rost, 1995). Rhodamin B dalam bentuk

basanya berupa serbuk yang berwarna merah yang tidak larut di dalam air, tetapi larut dalam

alkohol yang nantinya akan menghasilkan larutan yang berwarna merah. Sedangkan dalam

bentuk garam HCl, rhodamin B berupa serbuk yang sangat halus yang berwarna ungu kehitaman

dengan fluoresensi kuning kehijauan. Dalam bentuk garamnya, rhodamin B larut dalam air yang

menghasilkan larutan pekat berwarna merah keunguan, serta larut pula dalam alkohol yang

nantinya menghasilkan larutan berwarna merah. Titik leleh dan titik didih rhodamin B masing-

masing adalah 2700C dan 3100C (Shimizu, 2004). Struktur rhodamin B adalah sebagai berikut:

Struktur Rhodamin B (Rost, 1995)

Page 8: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

7

Panjang gelombang maksimum rhodamin B adalah 555 nm (Rost, 1995). Berikut adalah

spectrum Rhodamin B :

Kurva Serapan Rhodamin B (Surdijati dkk., 2001)

Untuk analisis kuantitatif pada KLT dapat digunakan dua cara. Pertama, bercak pada plat

KLT diukur langsung pada lempeng dengan menggunakan ukuran luas atau dengan teknik

densitometri. Cara kedua adalah dengan mengerok bercak lalu menetapkan kadar senyawa yang

terdapat dalam bercak tersebut dengan metode analisis yang lain, misalkan dengan metode

spektrofotometri (Gandjar dan Rohman, 2007).

Analisis kuantitatif dari suatu senyawa yang telah dipisahkan dengan KLT biasanya

dilakukan dengan densitometer langsung pada lempeng KLT (atau secara in situ). Densitometer

dapat bekerja secara serapan atau flouresensi, dimana kebanyakan densitometer mempunyai

sumber cahaya yang diarahkan menuju monokromator (untuk memilih rentang panjang

gelombang yang cocok antara 200-800), sistem untuk memfokuskan sinar pada lempeng,

pengganda foton, dan rekorder (Gandjar dan Rohman, 2007).

Prinsip kerja spektrofotodensitometri berdasarkan interaksi antara radiasi

elektromagnetik dari sinar UV-Vis dengan analit yang merupakan noda pada plat. Radiasi

elektromagnetik yang datang pada plat diabsorpsi oleh analit, ditransmisi atau diteruskan jika

plat yang digunakan transparan. Radiasi elektromagnetik yang diabsorpsi oleh analit atau

indikator plat dapat diemisikan berupa flouresensi dan fosforesensi (Sherma and Fried 1994).

Page 9: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

8

Pemadaman flouresensi indikator F-254 dapat terjadi akibat adanya noda pada plat sehingga

teramati di bawah lampu UV sebagai noda hitam (Mulja dan Suharman, 1995).

1.3 Alat dan Bahan

Alat

- Timbangan elektrik

- Kertas saring

- Vial

- Labu ukur

- Labu erlenmeyer

- Gelas beaker

- Pipet ukur

- Pipet mikro

- Chamber pengembangan

- Seperangkat alat spektrofotodensitometer

- Oven

Bahan

- Sampel saos

- Baku rhodamin B

- Metanol

- Isopropanol

- Amonia

- TLC aluminium sheets silica gel 60 F 254 ukuran 9 x 10 cm

1.4 Prodedur Kerja

1 Pembuatan larutan : larutan stok rodamin B (1 mg/mL), larutan baku kerja dengan

konsentrasi 5, 20, 80, 100µg/mL.

2 Penyiapan larutan sampel : 5 gram sampel ditambahkan isopropanol 70% dan diaduk-aduk.

Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, digojog hingga homogen. Basahkan kertas saring

Page 10: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

9

dengan isopropanol 70% agar kertas saring untuk menjenuhkan kertas saring sehingga

sampel tidak akan terjerap ke dalam kertas saring. Hasil saringan selanjutnya ditampung.

3 Pembuatan fase gerak : isopropanol – amoniak (4 : 1) sebanyak 10 mL

4 Penetapan kadar dengan KLT-Densitometer : plat dicuci dengan metanol dan diaktivasi

(110oC 30 menit), sampel dan ditotolkan, lalu plat dielusi pada chamber yang telah

dijenuhkan dengan fase gerak. Setelah elusi, plat dikeringkan pada suhu 60oC (10 menit).

Kemudian plat dipindai dengan KLT-Densitometer pada panjang gelombang yang sesuai.

5 Data yang diperoleh (Rf, AUC, dll) diolah dan dihitung kadar analit menggunakan metode

kurva kalibrasi.

1.5 Hasil

- Analisis Kualitatif : Hasil identifikasi Rodamin B (Reaksi warna, Rf, dll)

- Analisis Kuantitatif : AUC

1.6 Perhitungan

1.7 Pembahasan

1.8 Kesimpulan (berdasarkan tujuan praktikum)

1.9 Daftar Pustaka

Page 11: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

10

PRAKTIKUM II

ANALISIS BORAKS DALAM BAKSO

2.1. Tujuan Praktikum

- Melakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif boraks yang terkandung di dalam tahu

yang dijual dipasaran dengan uji kualitatif pemeriksaan boraks pada sampel metode

sentrifugasi dengan reaksi H2SO4(P) dan Metanol (metode uji nyala), uji kualitatif

pemeriksaan boraks pada sampel metode sentrifugasi dengan reaksi dengan asam oksalat

dan kurkumin 1% dalam metanol dan metode Spektrofotometri UV-Vis.

2.2. Dasar Teori

Boraks

Boraks (Natrium tertaborat, Na2B

4O

7.10H

2O) merupakan kristal lunak yang mengandung

unsur boron, tidak berwarna, tidak berbau dan mudah larut dalam air. Bila terekspos di udara

kering dan hangat sering dilapisi serbuk warna putih seperti kapur. Natrium tetraborat

mengandung sejumlah Na2B

4O

7 yang setara dengan tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari

105,0 % Na2B

4O

7.10H

2O. Larutan boraks bersifat basa terhadap fenolftalein, mudah larut dalan

air mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam etanol (Dirjen POM 1995). Boron adalah

unsur mineral alam yang terdapat pada kulit bumi dalam jumlah relatif kecil, yaitu kurang dari

10 ppm. Konsentrasi pada air laut berkisar antara 0,5 – 9,6 ppm dengan rata-rata 4,6 ppm,

sedangkan pada air tawar berkisar antara <0,01 – 1,5 ppm. Di alam boron tidak ditemukan bebas

tetapi selalu berikatan dengan oksigen, biasanya sebagai asam (boric acid, H3BO

3) atau

garamnya yang disebut borates misalnya Natrium tetraborat (Na2B

4O

7.10H

2 O) atau yang

dikenal dengan boraks. Asam borat dan garamnya (utamanya boraks atau sodium tetraborat)

secara luas digunakan pada industri gelas, fiberglass, porselin, enamel, keramik glasur dan meta

alloy. Senyawa ini juga digunakan sebagai fire retardant, pupuk, bahan laundry, herbisida dan

insektisida.

Page 12: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

11

Rumus Bangun Boraks Anhidrat

Asam Borat

Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan nama borax.

Senyawa ini sering digunakan atau ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan sebagai

pengenyal ataupun sebagai pengawet.

Asam borat mengandung 99,0% dan 100,5% H3BO3, mempunyai bobot molekul 61,83

dengan B = 17,5%, H = 4,88%, O = 77,62%. Senyawa ini berbentuk serbuk hablur kristal

transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis.

Asam borat memiliki jarak lebur sekitar 171oC. Kelarutannya : larut dalam 18 bagian air

dingin (kelarutannya dapat ditingkatkan dengan penambahan HCl, asam sitrat, atau asam tartrat),

4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tak larut dalam eter.

Efek toksik dari senyawa boron atau asam borat yaitu dapat berfungsi sebagai bakterisida

lemah. Konsumsi berulang atau absorbsi berlebihan dapat mengakibatkan keracunan (efek

toksik). Gejalanya dapat berupa mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah, sakit kepala,

bahkan shock. Dosis letal pada orang dewasa : 15-25 gram, pada anak : 5-6 gram.

Analisis Asam Borat (SNI, 1992-1994, dan AOAC, 1995)

Uji Kualitatif

1. Uji Pendahuluan

Sampel cair diasamkan dengan HCl (100 : 7)

Sampel padat/pasta ditambah air secukupnya, dipanaskan, kemudian diasamkan.

Celupkan kertas numeric ke dalam larutan asam dan angkat segera.

Jika kertas berubah warna dari merah menjadi biru-hijau terang berarti sampel

mengandung asam borat atau Na2B4O7.

2. Uji Konfirmasi

25 gram sampel dibasakan dengan air kapur, diuapkan sampai hampir kering dengan

penangas kukus.

Bakar residu kering dengan api kecil hingga bahan organik terbakar sepenuhnya.

Dinginkan, digest dengan 15 mL air, tambahkan tetes demi tetes HCl sampai larutan

bersifat asam.

Celupkan kertas numeric ke dalam larutan dan keringkan dengan panas.

Page 13: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

12

Perubahan warna dari merah menjadi biru-hijau terang berarti sampel mengandung asam

borat

Metode Titrimetri

1. Timbang kurang lebih 10 gram sampel yang bersifat basa dengan menambahkan larutan

NaOH 10% dan diuapkan sampai hampir kering pada cawan petri. Bakar hingga seluruh

bahan terbakar, panas api yang kuat didinginkan, diberi 20 mL air panas dan

ditambahkan HCl tetes demi tetes sampai reaksi bersifat asam. Saring ke dalam labu

volumetri 100mL dan bilas dengan sedikit air panas, (volume filtrat harus antara 50-60

mL). Saring kembali beberapa kali yang tidak teroksidasi pada cawan petri, buat hingga

bersifat basa dengan air kapur. Keringkan pada penangas kukus, lalu bakar sampai

menjadi abu (putih).

2. Larutkan abu ke dalam beberapa mL HCl (1:3) dan tambahkan pada larutan dalam labu

volumetri 100 mL, bilas cawan dengan beberapa mL air. Tambahkan 0,5 g CaCl2 dan

beberapa tetes fenolptalein, kemudian larutkan NaOH 10% sampai dihasilkan warna

merah muda yang tetap. Terakhir larutkan sampai tanda batas dengan air kapur, kocok,

dan saring melalui saringan kering. 50 mL filtrat ditambahkan H2SO4 1N sampai warna

merah muda hilang, kemudian tambahkan metil jingga 0,05%, ditambahkan terus-

menerus sampai warna kuning berubah menjadi merah muda. Didihkan selama 1 menit

pada ekspel CO2. Didinginkan dan ditambahkan dengan hati-hati NaOH 0,2 N sampai

larutan berubah menjadi warna kuning, hindari kelebihan basa. Tambahkan 1-2 g neutral

manitol dan beberapa tetes PP, baca skala buret, dan lakukan titrasi lagi dengan NaOH

standar sampai warna merah muda. Tambahkan sedikit manitol dan jika warna merah

muda hilang, lanjutkan penambahan manitol sampai warna merah muda timbul kembali.

Ulangi penggantian penambahan manitol dan larutan standar basa sampai permanent

point tercapai. Volume gliserol (netral terhadap PP) sebanding dengan volume larutan

yang dititrasi, menggantikan manitol1 mL 0,2 NaOH = 0,0124 g H3BO3.

2.3. Alat dan Bahan

Alat

a. Timbangan elektrik

b. Kertas saring

c. Vial

d. Labu ukur

e. Labu erlenmeyer

f. Gelas beaker

g. Pipet ukur

Page 14: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

13

h. Seperangkat alat spektrofotometer

i. Oven

j. Cawan porselen

Bahan

a. Sampel

b. Asam sulfat pekat

c. Metanol

d. Kalsium karbonat

e. Asam klorida 10%,

f. Kunyit

g. Boraks standar

h. Akuades

2.4. Prosedur Kerja

Analisis Kualitatif Boraks

a. Metode Sentrifugasi (Reaksi dengan H2SO4 dan Metanol)

Sebanyak 10 g sampel diblender dengan air, kemudian disentrifugasi dengan

kecepatan 3000 rpm selama 2 menit dan diambil supernatannya. Sebagian

supernatannya dikeringkan diatas penangas air sampai kering kemudian residu ditambah

sedikit asam sulfat dan metanol kemudian dibakar. Diamati apakah terbentuk nyala

hijau (Silalahi dkk., 2010).

b. Metode Sentrifugasi (Reaksi dengan Asam Oksalat dan Kurkumin 1% dalam

Metanol)

Sebagian supernatan yang lain ditambah HCl 5N sampai larutan bereaksi asam,

disaring ke dalam cawan penguap. Ditambah 4 tetes larutan asam oksalat jenuh dan 1

mL larutan kurkumin 1% dalam metanol, diuapkan diatas penangas air, dan pada residu

diberikan uap amonia. Diamati apakah warna merah cemerlang berubah menjadi hijau

tua kehitaman (Silalahi dkk., 2010).

Page 15: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

14

c. Metode Uji Warna Kertas Kunyit

Dibuat kertas tumerik dengan cara diambil beberapa potong kunyit ukuran sedang

kemudian ditumbuk dan disaring hingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning.

Kertas saring selanjutnya dicelupkan ke dalam cairan kunyit tersebut dan dikeringkan.

Selanjutnya dibuat kertas tumerik yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan cara

memasukkan 1 sendok the boraks ke dalam gelas yang berisi air dan diaduk hingga

larut. Larutan boraks yang diperoleh diteteskan pada kertas tumerik yang telah

disiapkan. Diamati perubahan warna pada kertas tumerik. Selanjutnya sampel yang

akan diuji ditumbuk dan ditambahkan sedikit air. Teteskan air dari larutan sampel

tersebut pada kertas tumerik. Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas

tumerik. Apabila warnanya menyerupai warna pada kertas tumerik kontrol positif, maka

bahan makanan tersebut diduga positif mengandung boraks (Triastuti dkk., 2010).

Analisis Kuantitatif Boraks dengan Metode Titrasi Asam Basa

- Pembuatan larutan NaOH 10%, NaOH 0,2 N, H2SO4 1N, HCl 1 N, Indikator PP 1 %,

Indikator Metil Orange 1 %

- Preparasi sampel : 10 gram sampel diblender dengan air kemudian di sentrifugasi dengan

kecepatan 3000 rpm selama 2 menit dan diambil supernatannya. Ditambahkan beberapa

tetes larutan HCl ke dalam campuran sampai larutan bersifat asam (diuji dengan kertas

indikator universal) (Larutan A)

- Titrasi sampel : Larutan sampel (larutan A) ditambahkan 0,5 mg CaCl2 dan beberapa

tetes indikator phenolphtalein. Larutan kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 10%

hingga berwarna merah muda. Air kapur ditambahkan ke dalam larutan ad 100 mL dan

disaring dengan kertas saring Whatman. Sebanyak 50 mL filtrat dimasukkan dalam

erlenmeyer dan dititrasi dengan larutan H2SO4 1 N hingga warna merah muda hilang.

Larutan ditambahkan beberapa tetes indikator metil oranye dan titrasi dengan larutan

H2SO4 1 N diteruskan hingga larutan berubah dari kuning menjadi merah muda. Larutan

kemudian dididihkan selama 1 menit dan setelah dingin dititrasi hati-hati dengan larutan

NaOH 0,2 N sampai larutan berwarna merah muda. Sedikit mannitol ditambahkan ke

Page 16: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

15

dalam larutan dan jika warna merah muda hilang, titrasi diteruskan hingga warna larutan

menjadi merah muda stabil.

Analisis kuantitatif dengan Spektrofotometri

Metode Pengabuan

Sampel tahu yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang sebanyak 10 gram di dalam

kurs porselen, lalu dikeringkan di oven pada suhu 600C hingga benar-benar kering,

kemudian diabukan pada suhu 600ºC selama 8 jam. Ke dalam abu yang telah dingin

ditambahkan 20 ml aquades panas, sambil diaduk dengan batang pengaduk. Kemudian

disaring melalui kertas saring ke dalam labu ukur, bilas kertas saring dengan akuades panas,

kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda, kocok larutan sampel tersebut.

Selanjutnya dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dengan baku konsentrasi 10; 20; 40; 60;

80 ppm. Selanjutnya diukur pada rentang panjang gelombang 400-600 nm. Buat kurva

standar antara konsentrasi (ppm) vs absorbansi (A), tentukan persamaan garis dengan metoda

regresi linier dan dihitung kadar sampel (Triastuti et al., 2013).

Metode Sentrifugasi

Preparasi Sampel Bakso yang Diduga Mengandung Boraks

Sepuluh gram sampel digerus dengan 30 ml aquadest. Kemudian disentrifugasi dengan

kecepatan 3000 rpm selama 5 menit dan diambil supernatannya. Sampel ditimbang dan

dilarutkan dalam 2 mL HCl 6 M. Larutan disaring dan diencerkan hingga 25 mL dengan air

suling dan diekstraksi dengan N-butanol dan kloroform (1:4 v/v) dicampur selama 3 menit

dengan pengocokan berkala menggunakan vortex mixer. Setelah terjadi pemisahan, 1 mL

dari fase organik dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL dan 1 mL larutan kurkumin dalam

asam asetat ditambahkan ke dalam larutan diikuti oleh 0,25 mL asam sulfat pekat (H2SO4).

Campuran dibiarkan selama 30 menit dan ditambahkan dengan etil alkohol 99,5% hingga

tanda batas 50mL. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 550 nm dengan

menggunakan UV-visibel.

Pengukuran Absorbansi dengan Spektrofotometer UV-Vis

Penetapan kadar asam borat dilakukan dengan spektrofotometri uv visible pada panjang

gelombang 550 nm. Sedangkan untuk menghitung kadar asam borat dalam sampel dihitung

dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan regresi : y = ax ± b.

Page 17: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

16

2.5. Hasil

Analisis Kualitatif : Hasil identifikasi Boraks (Reaksi warna, Uji nyala, dll)

Analisis Kuantitatif : Absorbansi, Volume Pentiter

2.6. Perhitungan

2.7. Pembahasan

2.8. Kesimpulan (berdasarkan tujuan praktikum)

2.9. Daftar Pustaka

Page 18: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

17

PRAKTIKUM III

ANALISIS PARABEN DALAM KOSMETIKA

3.1. Tujuan Praktikum

- Melakukan identifikasi pengawet (paraben) dalam kosmetika

- Melakukan penetapan kadar pengawet (paraben) dalam kosmetika

3.2. Dasar Teori

Bahan pengawet yang biasa digunakan dalam kosmetik bertujuan untuk membuat

kosmetik lebih tahan lama selama proses distribusi dan penyimpanan. Adapun senyawa yang

sering digunakan antara lain metil paraben (metil 4-hidroksibenzoat), etil paraben (etil 4-

hidroksibenzoat), propil paraben (propil 4-hidroksibenzoat), dan butil paraben (butil 4-

hidroksibenzoat). Golongan paraben efektif dalam rentang pH yang lebar dan mempunyai

aktivitas antimicrobial spektrum luas, akan tetapi aktivitasnya paling efektif melawan jamur dan

khamir. Aktivitas antimicrobial meningkat dengan semakin panjangnya rantai alkil, namun

kelarutan dalam air akan menurun, oleh karena itu kombinasi dari golongan paraben sering

dipakai agar menjadi lebih efektif (Rowe et al., 2009).

Tabel Daya Larut Paraben Dalam Berbagai Pelarut

Kelarutan (g/100g)

Pelarut Suhu Metil Etil Propil Butil Heptil

Air

25 C

10 C

80 C

0,25

0,20

2,0

0,17

0,07

0,86

0,05

0,025

0,30

0,02

0,005

0,15

1,5 mg

Etanol

25 C

50 % (25 C)

10 % (25 C)

52,0

18,0

0,5

70,0

95,0

18,0

0,1

210,0

Propilen

glikol

25 C

50 % (25 C)

10 % (25 C)

22,0

2,7

0,3

25,0

26,0

0,9

0,06

110,0

Minyak

zaitun 25 C 2,9 3,0 5,2 9,9

Minyak

kacang 25 C 0,5 1,0 1,4 5,0

(Geiz, 2006)

Page 19: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

18

Metil paraben dengan nama kimia Metil 4-hidroksibenzoat memiliki rumus kimia

C8H8O3 dan berat molekul 152,15 g/mol. Pemeriannya berupa kristal tak berwarna atau kristalin

putih. Tidak berbau atau hampir tidak berbau dan jika dikecap menimbulkan rasa terbakar.

Kelarutan metil paraben yaitu larut dalam 2 bagian air dan dalam 50 bagian etanol (Depkes RI,

1979). Konstanta disosiasi (pKa) yaitu 8,4 pada 22 ˚C dengan koefisien partisi log P (oktanol/air)

sebesar 2,0 (Moffat et al., 2005). Berat jenis metil paraben yaitu 1,352 g/cm3 dengan jarak lebur

125-128 ˚C (Rowe et al., 2009).

Spektrum UV Metil Paraben dalam Larutan Etanol 257 nm (A11=1075a) (Moffat et al., 2005)

Propil paraben dengan nama kimia Propil 4-hidroksibenzoat memiliki rumus kimia

C10H12O3 dan berat molekul 180,20 g/mol. Pemeriannya berupa serbuk kristalin putih, tidak

berbau, dan tidak berasa. Kelarutan propil paraben yaitu larut dalam 2500 bagian air dingin,

dalam 400 air mendidih, 1,5 bagian etanol, 4 bagian kloroform, dan 3 bagian eter (Depkes RI,

1979). Konstanta disosiasi (pKa) yaitu 8,4 pada 22 ˚C dengan koefisien partisi log P (oktanol/air)

sebesar 3,0 (Moffat et al., 2005). Berat jenis metil paraben yaitu 0,706 g/cm3 dengan titik didih

295 ˚C (Rowe et al., 2009).

Panjang Gelombang

Page 20: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

19

Spektrum UV Propil Paraben dalam Larutan Asam 255 nm (A11=877b), Larutan Basa

(A11=1324b) (Moffat et al., 2005).

3.3. Alat dan Bahan

Alat

- Alat-alat gelas, neraca analitik, TLC-spektrofotodensitometer, Chamber, dll

Bahan

• Sampel cream atau lotion

• Standar paraben

• Etanol 96 %

• Benzene

• Aseton

• Kloroform

• Metanol

• TLC aluminium sheets silica gel 60 GF 254 ukuran10 x 10 cm

3.4. Prosedur Kerja

- Pembuatan larutan baku induk untuk masing-masing standar paraben, pembuatan larutan

seri masing-masing standar baku (50 ng/µL dan 250 ng/µL)

- Preparasi sampel : ke dalam beaker gelas 50 mL ditimbang 1 g sampel krim pelembab

wajah. Etanol 96% sebanyak 25 mLditambahkan ke sampel dan dicampur

secaramenyeluruh, lalu disaring menggunakan kertas saring. Larutan beralkohol

Page 21: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

20

kemudian diuapkan sampai 5 -10 mL pada penangas air. Larutan ini yang kemudian

ditotolkan pada plat KLT aluminium sheets silika gel 60 GF 254 ukuran 9cm x 10 cm.

- Pembuatan fase gerak : kloroform-metanol (9:1) sebanyak 10 mL

- Penyiapan plat KLT (prewashing dan aktivasi)

- Pemilihan panjang gelombang pengukuran

- Pemisahan (penotolan sampel dan elusi plat KLT) dan deteksi hasil pemisahan dengan

KLT-densitometer pada panjang gelombang yang telah ditentukan sebelumnya

3.5. Hasil

Analisis Kualitatif : Hasil identifikasi Paraben (Rf, warna dll)

Analisis Kuantitatif : Absorbansi (AUC)

3.6. Perhitungan

3.7. Pembahasan

3.8. Kesimpulan (berdasarkan tujuan praktikum)

3.9. Daftar Pustaka

Page 22: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

21

PRAKTIKUM IV

ANALISIS FORMALIN DALAM TAHU

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

4.1. Tujuan Praktikum

- Melakukan analisis kandungan formalin secara kualitatif dan kuantitatif pada tahu yang

dijual dipasaran dengan metode Spektrofotometri UV-Vis

4.2. Dasar Teori

Formalin merupakan larutan formaldehid di dalam air, yang mengandung 37% gas

formaldehid dalam air dengan rumus molekul CH2O.Biasanya ditambahkan 10-15% metanol

sebagai stabilisator. Larutan formaldehid mempunyai nama dagang formalin, formol, atau

mikrobisida (Cahyadi, 2006).

StrukturFormalin

Formalin merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 g/molyang pada

suhu normal dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas (menusuk) dan

sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini dapat bercampur dengan air dan tidak dapat

bercampur dengan etanol dan eter (Moffat, 2005).Penyimpanan dilakukan pada wadah tertutup

baik, terlindung dari cahaya dan sebaiknya pada suhu diatas 20°C (Depkes RI, 1979).Titik didih

formalin adalah 96°C (Merck, 1976).

Formalin dengan penambahan pereaksi Nash dan pemanasan 30 menit menghasikan

warna kuning yang mantap, yang kemudian diukur pada panjang gelombang 415 nm (Herlich,

1990).Reaksi formalin dengan pereaksi Nash dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 23: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

22

Reaksi formalin dengan pereaksi Nash.

Adapun prinsip dari analisis ini adalah formalin direaksikan dengan pereaksi tertentu

untuk menghasilkan larutan berwarna yang bisa diukur di daerah visibel pada panjang

gelombang 412 nm. Beberapa pereaksi yang dapat digunakan antara lain, asam kromotropat,

Purpold, MBTH-M ethylbenzothiazinonhydrazone dan Nash.

4.3. Alat dan Bahan

Alat

k. Timbangan elektrik

l. Kertas saring

m. Vial

n. Labu ukur

o. Labu erlenmeyer

p. Gelas beaker

q. Pipet ukur

r. Seperangkat alat spektrofotometer

s. Seperangkat alat destilasi

t. Penangas air

u. Cawan porselen

v. Aluminium foil

Bahan

a. Sampel

b. Formalin

Page 24: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

23

c. Akuades

d. H3PO410 %

e. Ammonium Asetat (NH4CH3COO)

f. Asam Asetat (CH3COOH)

g. Asetil Aseton

4.4. Prosedur Kerja

Pembuatan Pereaksi Nash

15 gram Ammonium Asetat (NH4CH3COO) ditimbang lalu dimasukkan ke dalam gelas

beaker ditambahkan 0,3 mL Asam Asetat (CH3COOH) dan 0,2 mL Asetil Aseton. Diaduk

hingga ammonium asetat larut.Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.Ditambahkan

aquadest hinggatanda batas, digojog ad homogen.

Pembuatan Larutan Seri Konsentrasi Formalin Konsentrasi 2 µg/mL; 4µg/mL; 6 µg/mL; 8

µg/mL; dan 10 µg/mL

Pembuatan Larutan Sampel

Ditimbang 10 gram sampel tahu, dihancurkan kemudian dimasukkan ke dalam beaker.Kemudian

ditambahkan 50 mL (5 mL H3PO4 10% dan 45 mL aquadest).Dimasukkan pada labu alas

bundar.Ditambahkan batu didih, kemudian dilakukan destilasi pada suhu 96°C.Destilat

ditampung pada erlenmayer yang telah berisi 5 mL aquadest sampai larutan destilat mencapai 50

mL.Destilat diambil sebanyak 2 mL kemudian ditambahkan dengan 4 mL pereaksi Nash dan 4

mL aquadest. Dipanaskan pada penangas air pada suhu 47°C selama 30 menit kemudian

didinginkan (Arifin, 2007).

Pengukuran dengan Spektrofotometri UV-Vis

Ukur absorbansi salah satu larutan standar pada rentang panjang gelombang 350-450 nm,

tentukan panjang gelombang maksimumnya. Lalu buat kurva kalibrasinya. Sampel formalin

ditetapkan kadarnya, dengan mengukur absorbansinya pada panjang gelombang

maksimumnya. Lalu tetapkan kadar formalin dengan memanfaatkan persamaan linear dari 5

variasi larutan standar.

Page 25: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

24

4.5. Hasil

Analisis Kualitatif : Hasil identifikasi Formalin (Reaksi warna, dll)

Analisis Kuantitatif : Absorbansi, Volume Pentiter

4.6. Perhitungan

4.7. Pembahasan

4.8. Kesimpulan (berdasarkan tujuan praktikum)

4.9. Daftar Pustaka

Page 26: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

25

PRAKTIKUM V

ANALISIS HIDROQUINON PADA KRIM PEMUTIH

5.1. Tujuan Praktikum

- Mengidentifikasi serta menetapkan kadar Hydroquinone dalam sampel krim pemutih

wajah dengan metode KLT-Densitometri

5.2. Dasar Teori

Hidroquinone merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki aktivitas meningkatkan

ekskresi melanin dari melanosit serta mencegah pembentukan melanin itu sendiri.

Hidroquinone secara topikal umumnya digunakan sebagai agen depigmentasi pada kondisi

hiperpigmentasi kulit seperti chloasma (melasma) dan bintik-bintik pada kulit.

Struktur Kimia Hidroquinone (Moffat et al., 2005).

Sinonim : Hydroquinol; Quinol; 1,4-Benzenediol

Rumus Kimia : C6H6O2

BM : 110,1 g/mol

Pemerian : Kristal putih atau serbuk kristalin putih, mudah menjadi gelap ketika

terpapar cahaya dan udara.

Kelarutan : Satu bagian hidrokuinon larut dalam 14 bagian air, larut dalam 4

bagian etanol, dalam 51 bagian kloroform, dan dalam 16 bagian eter.

Sukar larut dalam benzen.

Titik leleh : 170-1710C

Konstanta disosiasi : pKa = 10,9 (250C)

Koefisien Partisi : Log P = 0,6

Spektrum UV : λmax 295 nm (A11=282b) (Moffat at al., 2005).

Rf : n-Heksan : Aseton (3:2) = 0,5 (Siddique et al., 2012).

Page 27: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

26

Reaksi antara Hydroquinone dan ferric chloride dapat digambarkan sebagai berikut :

Reaksi antara Hydroquinone dan ferri klorida (Jaism and Mohammad, 2012).

5.3. Alat dan Bahan

Alat :

• Gelas Beaker

• Erlenmeyer

• Labu Ukur

• Gelas Ukur

• Batang Pengaduk

• Pipet Ukur

• Botol vial

• Ball Filler

• Hot Plate

• Chamber

• Pipet kapiler

• Densitometer

Page 28: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

27

Bahan :

• Melanox® Krim 4%

• Etanol 96%

• Sampel Krim Pemutih Wajah merk X

• Aquades

• Larutan HCl 4N

• Larutan FeCl3

• Na2SO4 anhidrat

• N-Heksan

• Aseton

5.4. Prosedur Kerja

Analisis Kualitatif

Pembuatan Larutan FeCl3

Dipipet 1 mL larutan FeCl3 38% b/v kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.

Ditambahkan aquadest sampai tanda batas labu ukur dan digojog hingga homogen.

Identifikasi sampel

Ditimbang 3 g sampel krim pemutih wajah dan dilarutkan dengan 10 mL aquades.

Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3. Hasil positif ditunjukkan dengan

terbentuknya warna hijau pada larutan uji.

Analisis Kuantitatif

- Pembuatan larutan seri Baku Hidroquinone 25 dan 100 µg/mL

- Preparasi sampel : ditimbang Sampel Krim Pemutih kurang lebih sebanyak 3,0 gram

dalam Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 6 tetes HCl 4 N dan 10 mL etanol 96% dan

dipanaskan di atas penangas air sambil diaduk. Disaring dengan menggunakan kertas

saring yang berisi 1 gram Na2SO4 anhidrat dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL.

Ditambah etanol 96 % sampai garis tanda dan digojog hingga homogen. Larutan uji

disiapkan dengan memipet 1 mL larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu

ukur 10 mL dan ditambahkan etanol 96% hingga tanda batas, digojog hingga homogen.

- Analisis dengan KLT-Densitometri : penyiapan plat (prewashing dan aktivasi plat),

penotolan sampel, penjenuhan chamber, elusi plat KLT, pengeringan plat KLT,

pemindaian plat KLT dengan TLC-scanner pada panjang gelombang yang ditentukan,

pembuatan kurva kalibrasi dengan memanfaat persamaan regresi linier, penghitungan

kadar analit.

Page 29: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

28

5.5. Hasil

Analisis Kualitatif : Hasil identifikasi Formalin (Reaksi warna, dll)

Analisis Kuantitatif : Absorbansi, Volume Pentiter

5.6. Perhitungan

5.7. Pembahasan

5.8. Kesimpulan (berdasarkan tujuan praktikum)

5.9. Daftar Pustaka

Page 30: PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN KOSMETIKA

29

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2007. Stabilitas Formalin dalam Daging Ayam Selama Penyimpanan.Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Donatus, I., A, 1990, Toksikologi Pangan, PAU Pangan dan Gizi, UGM. Jaism, A. M. and D. H. Mohammad. 2012. Practical Organic Chemistry. Baghdad : Org. Chem.

Lab. McNair, H.M. and J.M. Miller. 1998. Basic Gas Chromatography. New York: John Wiley and

Sons, Inc. McNair, H.M. dan E.J. Bonelli. 1988. Dasar Kromatografi Gas. Bandung: ITB. Milne, G. W. A. 2005. Gardner’s Commercially Important Chemicals: Synonyms, Trade Names,

and Properties. New Jersey: John Wiley & Sons Inc : 542 Moffat, Antonym C., M.David Osselton, and Brian Widdop. 2005. Clarke`s Analysis of Drugs

and Poisons. Third editions. London: The Pharmaceutical Press. Mulja, M. dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press. Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Rost, F. W. D., 1995. Fluorescence Microscopy, Volume 2. Cambidge: Cambridge University

Press: 366. Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients.

London: Pharmaceutical Press. Sherma, J. and B. Fried. 1996. Handbook of Thin-Layer Chromatography. Third Edition. New

York: Marcel Dekker Inc. Pss.147-149. Shimizu, Takeo. 2004. Pyrotechnic Chemistry, Pyrotechnic Reference Series No.4. USA: Journal

of Pyrotechnics Inc. Chapter 2, Page 28. Siddique, S., Z. Parveen, Z. Ali, and M. Zaheer. 2012. Qualitative and Quantitative Estimation in

Skin Whitening Cosmetics. Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and

Application. Vol 2 : 224-228. Silalahi, J., I. Melialia, L. Panjaitan. 2010. Maj. Kedokt. Indon. Vol. 60 No. 11. Pemeriksaan

Boraks di Dalam Bakso di Medan. Surdijati, Siti, Andjar Sardjimah, dan Lanni Wijaya. 2001. Identifikasi dan Penetapan Kadar Zat

Warna Merah dalam Dawet Secara Klt-Densitometri. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi. Vol. 2, No. 1: 38

Triastuti, E., Fatimawali, M. R. J. Runtuwene. Analisis Boraks Pada Tahu yang Diproduksi Di Kota Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 2 No. 01. Hal 69-74