Refrat I Glaucoma

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    1/25

    1

    TINJAUAN PUSTAKA

    DRUG INDUCED GLAUCOMA

    Disusun oleh :

    dr. M. M. Habibie

    Pembimbing :

    dr. Maharani, Sp.M (K)

    DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

    RSUP DR. KARIADI

    SEMARANG

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    2/25

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Glaukoma merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya kerusakan

    saraf optik, defek lapang pandang serta dalam beberapa kasus tertentu disertai

    pula dengan peningkatan tekanan intraokuler. Tekanan Intraokuler merupakan

    faktor resiko utama pada glaukoma. Tekanan tersebut bergantung pada

    keseimbangan antara pembentukan dan drainase humor aqueous. Secara garis

    besar glaukoma terbagi menjadi glaukoma sudut terbuka (Open Angle

    Glaucoma/OAG)dan glaukoma sudut tertutup (Angle Closure Glaucoma/ACG)1.

    Glaukoma akibat obat (Drug Induced Glaukoma)adalah salah satu bentuk

    dari glaukoma sekunder yang dipicu oleh obat-obatan sistemik dan topikal. Salah

    satu yang paling sering adalah glaukoma sudut terbuka akibat penggunaan obat

    glukokortikoid. Beberapa obat seperti antidepresan, antikoagulan, antagonis

    adrenergik, obat-obatan berbasis sulfa dan obat antiepileptik telah dilaporkan

    dapat menyebabkan glaukoma sudut tertutup akut, terutama pada orang-orang

    dengan predisposisi glaukoma sudut-tertutup. 1,2

    Glaukoma sudut tertutup bilateral merupakan bentuk glaukoma yang

    sangat jarang terjadi. Telah dilaporkan kejadian efusi uveal akibat obat pemberian

    obat seperti topiramat, trimetophrin serta venlafaxine, yang menyebabkan

    glaukoma sekunder sudut tertutup3

    Mekanisme glaukoma sekunder sudut terbuka pada umumnya disebabkan

    oleh obstruksi dari trabecular meshwork, sedangkan glaukoma sekuder sudut

    tertutup dipicu oleh penutupan sudut iridocornealis, pembengkakan lensa maupun

    efusi uveal. Tatalakasana kedua bentuk glaukoma ini serupa dengan glaucomajenis lain yakni dengan medikamentosa dan operatif.

    Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa 5-6% dari subyek yang sehat

    akan menunjukkan peningkatan TIO bermakna pada 4-6 minggu setelah

    pemakaian dexametason topikal4. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa

    prosentase tersebut berkaitan dengan frekuensi dan lama pemakaian obat.

    Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka, diabetes melitus, individu

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    3/25

    3

    dengan TIO tinggi dan pasien dengan penyakit jaringan lunak seperti Artritis

    Rheumatoid, memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap kejadian drug-induced

    glaucoma.2

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    4/25

    4

    BAB II

    ANATOMI DAN FISIOLOGI

    A. Dinamika Aqueous Humor

    Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan

    mengisi bilik mata anterior dan posterior. Aqueous humor mengalir dari korpus

    siliaris melewati bilik mata posterior dan anterior menuju sudut kamera okuli

    anterior. Aqueous humor diekskresikan oleh trabecular meshwork. Sudut kamera

    okuli anterior, yang dibentuk oleh pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris,

    merupakan komponen penting dalam proses pengaliran aqueous humor. Struktur

    ini terdiri dari Schwalbes line, trabecular meshwork danscleral spur.5

    Trabecular meshwork merupakan jaringan anyaman yang tersusun atas

    lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik. Trabecular meshwork

    disusun atas tiga bagian, yaitu uvea meshwork (bagian paling dalam),

    corneoscleral meshwork (lapisan terbesar) dan juxtacanalicular/endothelial

    meshwork (lapisan paling atas). Juxtacanalicular meshwork adalah struktur yang

    berhubungan dengan bagian dalam kanalis Schlemm. 4,5

    Aqueous humor diproduksi dengan kecepatan 2-3 L/menit dan mengisi

    bilik anterior sebanyak 250 L serta bilik posterior sebanyak 60 L. Aqueous

    humor berfungsi memberikan nutrisi (berupa glukosa dan asam amino) kepada

    jaringan-jaringan mata di segmen anterior, seperti lensa, kornea dan trabecular

    meshwork. Selain itu, zat sisa metabolisme (seperti asam piruvat dan asam laktat)

    juga dibuang dari jaringan-jaringan tersebut. Fungsi yang tidak kalah penting

    adalah menjaga kestabilan tekanan intraokuli, yang penting untuk menjaga

    integritas struktur mata. Aqueous humor juga menjadi media transmisi cahaya kejaras penglihatan.5

    Produksi aqueous humor melibatkan beberapa proses, yaitu transport aktif,

    ultrafiltrasi dan difusi sederhana. Transport aktif di sel epitel yang tidak

    berpigmen memegang peranan penting dalam produksi aqueous humor dan

    melibatkan Na+/K+-ATPase. Proses ultrafiltrasi adalah proses perpindahan air

    dan zat larut air ke dalam membran sel akibat perbedaan tekanan osmotik. Proses

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    5/25

    5

    ini berkaitan dengan pembentukan gradien tekanan di prosesus siliaris. Sedangkan

    proses difusi adalah proses yang menyebabkan pertukaran ion melewati membran

    melalui perbedaan gradien elektron.5

    Sistem pengaliran aqueous humor terdiri dari dua jenis sistem pengaliran

    utama, yaitu aliran konvensional/ trabecular outflow dan aliran nonkonvensional/

    uveoscleral outflow. Trabecular outflow merupakan aliran utama dari aqueous

    humor, sekitar 90% dari total. Aqueous humor mengalir dari bilik anterior ke

    kanalis Schlemm di trabecular meshwork dan menuju ke vena episklera, yang

    selanjutnya bermuara pada sinus kavernosus. Sistem pengaliran ini memerlukan

    perbedaan tekanan, terutama di jaringan trabekular. Uveoscleral outflow,

    merupakan sistem pengaliran utama yang kedua, sekitar 5-10% dari total.

    Aqueous humor mengalir dari bilik anterior ke muskulus siliaris dan rongga

    suprakoroidal lalu ke vena-vena di korpus siliaris, koroid dan sklera. Sistem aliran

    ini relatif tidak bergantung kepada perbedaan tekanan.1,3

    B. Sistem Saraf Otonom Pada Mata

    Sistem saraf otonom menginervasi otot polos, kelenjar dan jantung. Sistem

    saraf tersebut terdiri atas dua bagian besar yakni sistem saraf simpatis dan sistem

    saraf parasimpatis. Keseimbangan antara kedua sistem tersebut merupakan hal

    yang penting pada organ yang diinervasi oleh kedua sistem tersebut. Struktur

    okuler yang disarafi oleh sistem saraf otonom antara lain : sistem muskuler pada

    iris, m. cilliaris, otot polos pada palpebra, pembuluh darah konjungtiva dan

    choroid dan kelenjar lakrimalis.4

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    6/25

    6

    Gambar 2.1 Anatomi Sistem Saraf SImpatis

    Gambar 2.1 Anatomi Sistem Saraf Parasimpatis

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    7/25

    7

    Jalur simpatis berawal dari lamina gricea lateralis segmen thoracal dan

    lumbal medula spinalis. Persarafan simpatis untuk struktur okuler berasal dari

    segmen T1-T3. Jalur parasimpatis berawal dari otak tengah, pons, medula dan

    segmen sacral medula spinalis. Persarafan parasimpatis untuk struktur okuler

    berasal dari otak tengah dan pons. Jalur eferen sistem saraf otonom terdiri atas

    dua macam neuron. Badan sel neuron preganglionic terdapat pada otak atau

    medula spinalis dimana badan sel kedua terdapat pada ganglion diluar sistem saraf

    pusat. Serabut preganglionic pada umumnya diselubungi oleh myelin, berakhir di

    ganglion untuk kemudian mengalami sinaps. Serabut post ganglionic pada

    umumnya tidak diselubungi myelin keluar dari ganglion untuk kemudian

    menginervasi struktur target. Ganglion simpatis berlokasi didekat columna

    spinalis sedangkan ganglion parasimpatis terdapat di dekat organ target. Struktur

    okuler yang diinervasi oleh sistem simpatis antara lain adalah m. cilliaris, otot

    polos palpebra, glandula lakrimalis serta pembuluh darah choroid dan

    konjungtiva. Struktur okuler yang diinervasi oleh sistem parasimpatis antara lain

    m. sphincter iris, m. cilliaris, glandula lacrimalisdan struktur pembuluh darah. 4,5

    Gambar 2.3 Jaras Sistem Saraf Simpatis

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    8/25

    8

    Stimulasi sistem parasimpatis akan memicu konstriksi pupil sehingga akan

    mengurangi cahaya yang masuk ke mata serta menurunkan aberasi kromatis dan

    spheris. Simulasi sistem parasimpatis juga akan memicu kontraksi m. cilliaris

    sehingga membuat mata dapat fokus pada objek dekat dalam proses akomodasi.

    Stimulasi sistem simpatis akan mengaktivasi m. dillator pupil sehingga

    mengakibatkan diltasi pupil. Simulasi sistem simpatis juga dapat mengakibatkan

    vasokonstriksi pembuluh darah choroid dan konjungtiva serta memperlebar fisura

    palpebra dengan memicu kontraksi otot polos pada palpebra. Sistem saraf

    simpatis memiliki efek inhibisi minimal pada m. cilliaris.

    Agen farmakologis dapat mempengaruhi respon sistem saraf otonom.

    Tetes mata topikal dapat digunakan untuk mengaktivasi atau mencegah aktivasi

    dari otot interinsik bola mata

    Saat potensial aksi mencapai ujung terminal axon, neurotransmiter akan

    dilepaskan. Neurotransmiter tersebut kemudian akan mengaktivasi sistem saraf

    atau organ target. Pada sistem saraf simpatis, neurotransmiter yang dilepaskan

    oleh serabut preganglionic adalah acetylcholinesedangkan neurotransmiter yang

    dilepaskan oleh serabut saraf post ganglionic adalah norepinephrine. Pada sistem

    Gambar 2.4 Jaras Sistem Saraf Parasimpatis4

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    9/25

    9

    saraf simpatis parasimpatik baik serabut saraf preganglionic maupun

    postganglionic melepaskan neurotransmiter acetylcholine. Serabut saraf yang

    melepaskan acetylcholine disebut serabut cholinergic sedangkan serabut saraf

    yang melepaskan norepinephrinedisebut serabut adrenergic.

    Neurotransmiter akan berikatan dengan organ efektor di otot sehingga

    memicu kontraksi. Neurotransmiter tersebut kemudian dilepaskan dari otot dan

    mengalami proses reabsorbsi atau inaktivasi sehingga mencegah terjadinya

    spasme otot. Pada neuromuscular junction, acetylcholinesterase akan

    menghidrolisis acetylcholine menjadi bentuk inaktif sedangkan norepinephrine

    akan di reabsorbsi oleh saraf.

    Obat yang meniru aksi neurotransmiter disebut dengan agonist. Obat

    agonist yang bersifat direct-acting pada umumnya memiliki kesamaan struktur

    dengan transmitter sehingga dapat menyerupai kerja neurotransmiter dengan

    berikatan ada reseptor organ target. Obat agonist yang bersifat indirect-acting

    akan bekerja dengan memicu pelepasan neurotransmiter atau mencegah proses

    reabsorbsi neurotransmiter. Obat antagonist akan memblok reseptor atau

    mencegah pelepasan neurotransmiter sehingga mencegah aktivasi organ target.

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    10/25

    10

    Gambar 2.5 Kinerja

    Neurotransmiter Cholinergic4

    Gambar 2.6 Kinerja Antagonis

    Adrenergic dan Cholinergic4

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    11/25

    11

    BAB III

    OBAT-OBAT YANG DAPAT MENGAKIBATKAN GLAUKOMA

    Peningkatan tekanan intraokuler tekanan intra yang diinduksi obat

    umumnya dapat terjadi melalui mekanisme sudut terbuka dan sudut tertutup.

    Peningkatan tekanan intraokuler dengan mekanisme sudut terbuka disebabkan

    oleh obat-obat dari golongan steroid sedangkan peningkatan tekanan intraokuler

    dengan mekanisme sudut tertutup diakibatkan oleh obat golongan non-steroid.

    Penyebab peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sudut terbuka

    lebih bervariasi. Diantara penyebab tersebut antara lain proses pelepasan pigmen

    selama dilatasi pupil yang selanjutnya menyebabkan obstruksi dari trabekular

    meshwork. Beberapa obat diketahui dapat mengakibatkan glaukoma sudut

    tertutup dengan memicu pembengkakan lensa yang bersifat idiopatik. Obat

    tersebut antara lain mencakup antibiotik sulfa, kuinin dan aspirin. Beberapa agen

    dapat secara langsung menyumbat trabecular meshwork, seperti obat-obatan

    viskoelastik dan silikon oil.6

    A. Obat-Obat Yang Dapat Menyebabkan Glaukoma Sudut Terbuka

    Golongan Steroid

    Kortikosteroid merupakan kelas obat yang dapat menyebabkan kenaikan

    tekanan intraokuler. Tidak semua penggunaan obat dari golongan kortikosteroid

    dapat menyebabkan kenaikan tekanan intraokuler. Faktor risiko peningkatan

    tekanan intraokuler pada pengguna steroid antara lain : penderita dengan

    glaucoma primer sudut terbuka, riwayat keluarga glaucoma, myopia tinggi,

    diabetes melitus, riwayat penyakit jaringan ikat (arthritis rheumatoid), dan

    penderita yang termasuk dalam golongan steroid responder.

    1,2,6

    Respon pasien terhadap steroid berbeda tergantung pada cara pemberian

    obat. Sebagian besar pasien berespon terhadap pemberian kortikosteroid topikal

    pada area orbita/periorbital (tetes maupun salep) atau injeksi intravitreal. Oleh

    karena itu, dipertimbangkan pemberian obat secara intravena, parenteral dan

    inhalasi guna menurunkan frekuensi dan insidensi kenaikan tekanan intraokuler.

    Peningkatan tekanan intraokuler akibat penggunaan kortikosteroid jangka panjang

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    12/25

    12

    kadang tidak terdiagnosis sehingga dapat menimbulkan kerusakan nervus optikus

    yang parah.3,6

    Peningkatan tekanan intraokuler akibat pemberian kortikosteroid dapat

    terjadi dalam beberapa minggu pasca pemberian obat. Pada beberapa kasus,

    tekanan intraokuler dapat menurun secara spontan dalam beberapa minggu sampai

    bulan setelah steroid dihentikan. Pada beberapa kasus lain, tekanan intraokuler

    tetap meninggi meskipun pemberian steroid telah dihentikan.7 Sebagai catatan,

    pada beberapa pasien tertentu pemberian kortikosteroid tetap dilanjutkan

    meskipun telah terjadi peningkatan tekanan intraokuler. Pemberian obat tersebut

    harus disertai pengawasan tekanan intraokuler secara ketat dengan

    mempertimbangkan manfaat yang didapat serta resiko yang dapat terjadi. Pasien

    tersebut diobati seperti pengobatan glaucoma primer sudut terbuka.

    Patofisiologi secara pasti dari glaukoma yang diinduksi oleh obat belum

    diketahui. Yang diketahui adalah bahwa kenaikan tekanan intraokuler karena

    steroid secara sekunder dapat meningkatkan resistensi pengeluaran aqueous

    humor. Beberapa studi menunjukkan bahwa resistensi tersebutdapat ditingkatkan

    oleh akumulasi glikosaminoglikan atau peningkatkan produksi protein pada

    anyaman trabekula yang diinduksi oleh respon glukokortikoid, sehingga

    mengakibatkan obstruksi aliran keluar aqueous humor. Beberapa studi lain

    menunjukkan terjadinya perubahan sitoskeletal yang diinduksi oleh kortikosteroid

    sehingga dapat menghambat pinositosis dari humor aquos atau menghambat

    penghilangan glikosaminoglikan.7

    Antispasmolitik

    Obat antispasmolitik berfungsi untuk menekan sekresi gaster dan

    menurunkan motilitas perut melalui mekanisme antikolinergik. Walaupun belumdilaporkan adanya serangan glaukoma akibat pemberian obat antispasmolitik,

    propanthilane bromida (Pro-Banthine) dan dicyclomine Hcl (Bentyl) tercatat

    meningkatkan tekanan intraokuler pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka.

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    13/25

    13

    B. Obat Yang Dapat Menyebabkan Glaukoma Sudut Tertutup

    Glaucoma sudut tertutup akut terjadi pada indvidu dengan faktor resiko

    (hypermetropia, sudut iridocornealis dangkal, lensa yang tebal) saat pupil

    mengalami mid dilatasi. Setidaknya 1/3 kasus glaucoma sudut tertutup akut

    diakibatkan oleh peresepan obat yang berlebihan. Obat golongan -1 adrenergic

    atau antikolinergik dapat memicu serangan glaukoma sudut tertutup akut akibat

    adanya proses midriasis. Beberapa obat yang tidak memiliki efek terhadap pupil

    dapat memicu terjadi glaukoma sudut tertutup akut dengan mekanisme efusi

    choroidal (obat golongan sulfa dan antikoagulan). Obat dengan kinerja lokal

    (tetes mata, agen inhalasi) dan obat sistemik (atropine, adrenalin, ephedrine) dapat

    memicu terjadinya glaukoma sudut tertutup akut.

    Tabel 3.1 Obat Yang Dapat Memicu Glaukoma Sudut Tertutup Akut

    berdasarkan rute pemberian6

    Obat yang dapat menyebabkan glaukoma sudut tertutup akut berasal dari

    golongan non-steroid. Tidak seperti agen-agen kortikosteroid, daftar agen non-

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    14/25

    14

    steroid yang berhubungan dengan glaukoma sangat luas dan beragam.14

    Penyebab

    glaukoma yang berkaitan dengan agen-agen ini juga bervariasi. Penyebab tunggal

    glaukoma yang terbesar pada pasien adalah efek yang serupa dengan atropin yakni

    menimbulkan dilatasi pupil. Kelompok agen-agen ini adalah antipsikotropik,

    antidepresan, inhibitor oksidase monoamin/ monoamine oxidase (MAO)

    inhibitors, antihistamin, agen antiparkinsonian, agen antispasmolitik, agen

    midriatik, agen simpatetik, toksin botulinum. Dilatasi pupil yang terlihat pada

    kasus ini dapat cukup kuat memicu serangan glaukoma sudut-tertutup pada pasien

    dengan sudut yang sempit.

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    15/25

    15

    Tabel 3.2 Agen Non Steroid Yang Dapat Menyebabkan Glaukoma8

    Psikotropik

    Dari semua agen antipsikotropik di pasaran saat ini, hanya perphenazine

    (Trifalon) dan fluphenazin dekanoat (Prolixin) yang telah tercatat

    menyebabkan (sudut-tertutup akut). Fakta tersebut semakin mempertegas efek

    obat-obatan dengan potensi antikolinergik terhadap mata.

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    16/25

    16

    Antidepresan

    Beberapa jenis antidepresan baik dari jenis trisiklik semisal Amitriptilin

    (Elavil dan Amitril) dan imipramin (Tofranil) maupun non-trisiklik,

    flouxetin (Prozac) dan mianserin hidroklorid (Bolvidon)15 diketahui dapat

    menyebabkan galukoma sudut-tertutup. Mekanisme bagaimana obat-obatan

    tersebut dapat mengakibatkan glaukoma belum diketahui secara pasti.

    Pengubah-mood

    Obat-obat ini terbagi menjadi beberapa jenis antara lain sedatif (diazepam,

    morfin, barbiturat), stimulan (amphetamine), dan metilxantin (kafein dan teofilin).

    Pada studi literatur diketahui bahwa dizepam dapat memperkuat aksi

    antikolinergik terhadap mata pada pasien yang memiliki faktor predisposisi terjadi

    glaukoma sudut tertutup akut. Beberapa obat antidepresan seperti barbiturat,

    morfin, meperidine, reserpin dan fenitoin diketahui tidak mengakibatkan

    peningkatan tekanan intraokuler.

    Obat Sulfa

    Agen yang mengandung sulfa telah diketahui secara luas dapat

    mengakibatkan pembengkakan idiosinkritik lensa sehingga terjadi pendangkalan

    anterior chambers, edema retina, dan peningkatan tekanan intra okuler.

    Mekanisme tersebut tidak melibatkan pupil dan tidak berespon terhadap

    pemberian sikloplegi.

    Antiparkinson

    Agen anti-parkinson bekerja melalui beberapa mekanisme antara lain : (1)memulihkan kembali penyimpanan dopamine yang hilang pada corpus striatum,

    dan (2) Bekerja sebagai antikolinergik kuat. Trihexyphenidyl HCl (Artane) telah

    tercatat memicu glukoma sudut tertutup. Kejadian tersebut diduga diakibatkan

    oleh efek antikolinergik dari obat tersebut yang mengakibatkan dilatasi pupil

    Agen Anestetik

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    17/25

    17

    Anestesia umum selalu dikaitkan dengan peningkatan risiko terhadap

    pasien, antara lain risiko peningkatan tekanan intraokuler dan glukoma. Hal

    tersebut diduga terjadi akibat spasme laring, batuk, dan bersin terkait intubasi

    endotrakea. Beberapa agen anastesi seperti succinylcholine, ketamine, dan chloral

    hydrate telah tercatat mentingkatkan tekanan intraokuler. Efek ini disebabkan

    adanya peningkatan tonus otot ekstraokuli akibat pemberian agen anastesi tersebut

    diatas. Penggunaan atropine, scopalmine, dan efedrin preoperatif tercatat dapat

    mengakibatkan serangan glukoma sudut tertutup setelah anestesi umum.

    Antihistamine

    Antihistamin secara garis besar dapat dibagi dalam dua kelas yakni

    antihistamin H1 dan H2. Antihistamin H1 memblokade kerja histamin pada

    pengaturan permeabilitas kapiler, vaskuler, bronkial, dan otot polos lain.

    Antihistamine H2memblokade efek anti histamin pada otot polos pembuluh darah

    perifer dan sekresi asam lambung. Antihistamine memiliki efek antikolinergik

    yang akan berdampak pada peningkatan tekanan intraokuler. Walaupun potensi

    antikolinergik golongan ini termasuk ringan, orphenadrine citrate (Norgesic);

    anthistamin H1, telah tercatat memicu serangan glaukoma sudut tertutup. Studi

    lain menyebutkan bahwa antihistamin H1seperti promethazine HCl (Phenergan)

    dapat memicu pembengkakan lensa seperti halnya yang terjadi pada pemberian

    preparat sulfa. Meskipun hanya memicu respon yang lemah namun hal ini harus

    menjadi catatan dalam pendekatan terapi pasien dengan glaukoma.

    Agen Inhalasi

    Salbutamol dan Ipratropium merupakan obat yang lazim digunakansebagai kombinasi dalam tatalaksana obstruksi jalan napas kronis. Kedua obat

    tersebut juga telah tercatat dapat memicu serangan glukoma sudut tertutup. Hal

    tersebut diakibatkan oleh efek antikolinergik dari kombinasi Ipratropium dengan

    Salbutamol (agonis 2 adrenoreceptor) dalam meningkatkan produksi aqueous

    humor. Pada penderita dengan resiko serangan glaukoma, kedua obat diatas harus

    digunakan secara hati-hati.

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    18/25

    18

    Obat-obat Jantung

    Obat jantung tradisional termasuk digitalis dan quinidine tampaknya tak

    memberi efek pada tekanan intraokuler. Walau demikian, disopyramide phosphate

    (Norpac) tampak memiliki beberapa efek aktivitas antikolinergik dan memang

    telah tercatat dapat memicu serangan glukoma sudut tertutup.

    Toksin botulinum (Oculinum)

    Toksin botulinum merupakan pilihan terapi yang sangat populer untuk

    blepharospasm dan esential extraocular muscle palsy. Namun, injeksi botulinum

    toxin ini telah tercatat mengakibatkan serangan akut glukoma sudut tertutup. Obat

    ini dapat mempengaruhi ganglion silier, sehingga mengakibatkan midriasis pupil.

    Avastin dan Lucentin

    Beberapa studi menyebutkan terjadinya peningkatan tekanan intraokuler

    pasca injeksi anti-VEGF dalam terapi Neovascular Age Related Macular

    Degeneration (ARMD). Tekanan intraokuler merefleksikan keseimbangan antara

    produksi dan outflow dari Humor Aqueous. Ketidakseimbangan diantara kedua

    hal tersebut dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intraokuler. Injeksi obat

    intravitreal, seperti Lucentin (Ranibizumab) atau Avastin (Bevacizumab) akan

    meningkatkan jumlah cairan di dalam mata sehingga akan meningkatkan tekanan

    intraokuler. Pada umumnya cairan akan keluar perlahan dari mata sehingga

    tekanan bola mata akan kembali normal. Namun, ditemukan sejumlah kasus

    dimana pasien yang mendapatkan injeksi Lucentis dan Avastin intravitreal

    mengalami peningkatan tekanan intraokuler persisten.Empat dari 116 pasien dengan AMD (3.45%) mengalami peningkatan

    tekanan intraokuler yang tak membaik setelah beberapa injeksi Avastin (1.5

    mg/0.06 mL) dan/atau Lucentis (0.5 mg/0.05 mL). Analisis dari keempat kasus

    tersebut menunjukkan bahwa tidak satupun pasien memiliki riwayat diagnosis

    atau riwayat keluarga dengan glukoma/OHT. Dua pasien mendapat injeksi

    bevacizumab dan ranibizumab. Dua pasien mengalami OHT setelah pemberian

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    19/25

    19

    ranibizumab intravitreal dan 2 pasien setelah injeksi Avastin intravitreal.

    Tampaknya obat anti-VEGF pada beberapa orang berdampak pada peningkatan

    tekanan intraokuler yang tak mereda dan kemungkinan glaukoma. Penyebab dan

    faktor resiko kejadian tersebut diatas tidak diketahui secara pasti. Juga tak jelas

    apakah peningkatan tekanan intraokuler ini permanen, atau apakah tekanan

    intraokuler dapat kembali normal setelah penghentian injeksi anti-VEGF.

    Pengobatan glaukoma dapat menekan tekanan intraokuler setelah meningkat

    dengan penggunaan obat anti-VEGF.

    Terdapat beberapa publikasi yang menjelaskan penurunan rubeosis iridis

    pada pasien dengan neo-vaskular setelah injeksi Avastin intra-vitreal dan dapat

    berakibat pada penurunan tekanan intraokuler dalam 48 jam.

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    20/25

    20

    BAB IV

    TATALAKSANA DAN PENCEGAHAN

    A. Tatalaksana Dr ug-induced Glaucoma

    Terapi drug-induced glaucoma serupa dengan terapi glaukoma yang lain yakni

    terdiri atas medikamentosa, laser dan operatif.

    a). Terapi Medikamentosa

    Terapi Medikamentosa pada Glaukoma Sudut-Terbuka

    Pada beberapa kasus, penghentian steroid akan mengembalikan tekanan

    intraokuler pada tingkatan normal. Pada penggunaan kortikosteroid topikal bentuk

    tetes, penggunaan steroid dengan potensi lebih rendah, seperti bentuk fosfat dari

    prednisone dan dexamethasone semisal loteprednol etanabolate atau

    fluorometholone dapat dipertimbangkan. Obat tersebut memiliki potensi lebih

    kecil untuk meningkatkan tekanan intraokuler namun efek glukokorikoid yang

    didapat tidak sekuat preparat yang lain. Obat NSAID topikal (misal : diclofenac,

    ketorolac) adalah alternatif lain yang tak meningkatkan tekanan intraokuler,

    namun obat-obat tersebut memiliki efek antiinflamasi yang terbatas. Pada kasus

    tertentu di mana TIO pasien tak menurun setelah penghentian steroid atau pada

    pasien yang harus melanjutkan terapi steroid, obat anti-glukoma topikal bisa

    dipertimbangkan untuk digunakan.6,8

    Terapi Medikamentosa Pada Glaukoma Sudut Tertutup

    Jika peningkatan tekanan intraokuler disebabkan oleh pemberian obat jenis

    sulfa, maka penghentian obat dapat mengembalikan tekanan intraokuler pada

    batas normal. Namun, jika terjadi peningkatan tekanan intraokuler yang tinggi(TIO > 45 mmHg) penghentian obat mungkin tidak dapat memberikan respon

    seperti yang diharapkan. Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuler persisten

    pemberian manitol intravena dapat dipertimbangkan. Peningkatan tekanan

    intraokuler akibat etiologi yang lain dapat diterapi serupa dengan glukoma sudut

    tertutup primer yakni menggunakan preparat beta bloker topikal, analog

    prostaglandin, agonis kolinergik, dan acetazolamide oral.9,10

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    21/25

    21

    b). Terapi laser

    Untuk glukoma sudut terbuka akibat steroid, Selective Laser

    Trabeculoplasty atau Argon Laser Trabeculoplasty dapat digunakan bila tak ada

    inflamasi intraokuler dan ditemui hasil suboptimal pada pengelolaan dengan obat.

    Pada glaukoma sudut tertutup, iridoplasti perifer laser Argon atau iridotomi laser

    YAG dapat dilakukan untuk memperlebar sudut dan memperdalam anterior

    chamber.

    Gambar 4.1 Argon Trabeculoplasty

    Iridotomi laser dapat dilakukan untuk memulihkan blok pupil mencegah

    blok pupil lebih lanjut. Gambar 4 menunjukkan efek iridotomi laser Argon.

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    22/25

    22

    c.) Operatif

    Ketika terapi laser dan medis tak efektif dalam menurunkan tekanan

    intraokuler sesuai terget tekanan yang diharapkan atau jika pasien tidak dapat

    mentoleransi terapi medikamentosa, maka dapat dilakukan terapi operatif. Pilihan

    terapi operatif utama adalah trabeculectomy Pada kasus mata dengan

    neovaskularisasi atau inflamasi aktif, implan drainase glaukoma mungkin

    digunakan sebagai prosedur primer.

    Trabeculectomy juga dapat dilakukan dengan indikasi serupa pada

    glukoma sudut tertutup. Namun, operasi akan lebih sulit karena anterior chamber

    akan dangkal dan kornea biasanya lebih kabur karena peningkatan TIO.

    Gambar 4.2 Trabeculectomy

    B. Pencegahan Drug I nduced Glaucoma

    Penggunaan kortikosteroid jangka panjang yang tak penting harus

    dihindari. Pada pasien yang mendapatkan pemberian steroid jangka panjang

    terutama pasien dengan faktor risiko berupa riwayat keluarga dengan glukoma

    sudut terbuka primer diperlukan evaluasi dibidang ophthalmologi secara berkala

    Iridotomi laser profilaktif dapat dilakukan pada pasien glaukoma sudut

    tertutup yang memerlukan midriasis yang cukup sering seperti pemeriksaan

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    23/25

    23

    fundus untuk retinopati diabetika. Agen yang menyebabkan penutupan sudut

    sekunder harus dihindari pada individu rentan sebisa mungkin.

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    24/25

    24

    BAB V

    KESIMPULAN

    Obat yang dapat menyebabkan glaukoma sudut terbuka sebagian besar

    adalah kortikosteroid. Beberapa kelas obat, termasuk agonis adrenergik,

    kolinergik, antikolinergik, obat berbasis sulfa, inhibitor reuptake serotonin

    selektif, antidepresan trisiklik dan tetrasiklik, antikoagulan dan antagonis reseptor

    histamin H1 dan H2, telah dilaporkan dapat menginduksi atau memicu glukoma

    sudut tertutup akut, khususnya pada orang dengan predisposisi sudut sempit pada

    anterior chamber.

    Pada beberapa kasus, ACG akut simultan biateral terjadi pasca pemberian

    carbamazepine dan topiramate. Hal tersebut lebih rentan terjadi pada mata

    dengan panjang aksial yang pendek seperti hipermetropi, mikroftalmi, dan

    nanoftalmi. Perlunya pemahaman seorang klinisi tentang obat-obat yang dapat

    mengakibatkan peningkatan tekanan intraokuler sehingga memerlukan

    pendampingan oleh seorang ophthalmologis.

  • 7/26/2019 Refrat I Glaucoma

    25/25

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Lachkar Y, Bouassida W. Drug-induced acute angle closure glaucoma.

    Curr Opin Ophthalmol [internet] 2007 [cited 2014 Oct 18]; 18:129-33

    Available at :

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17301614

    2. Chan KCY, Sachdev N, Wells AP. Bilateral acute angle closure secondary

    to uveal effusions associated with Flucloxacillin and Carbamazepine.Br J

    Ophthalmol [internet] 2008 [cited 2014 Oct 18]; 92:428-430 Available at :

    http://bjo.bmj.com/content/92/3/428

    3. Remington, LA. Clinical Anatomy and Physiology of Visual System.

    Missouri : Butterworth-Heinemann; 2012 p. 156-168

    4. Moller, RA. Sensory System Anatomy and Physiology. California :

    Academic Press; 2003

    5. Ates H.; Kay O., Lu K., Andac K. Bilateral angel closure glaucoma

    following general anesthesia:International Ophthalmology [internet] 1999[cited 2014 Oct 18]; 23:129-30 Available at :www.atesveates.com/yayin_doc/8.pdf

    6. Brockhurst RJ. Nanophthalmos with uveal effusion: A new clinical entity.

    Trans Am Ophthalmol Soc [internet]1974 [cited 2014 Oct 18]; 72:371-403

    Available at :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1311406/

    7. Mandelkom R. Drug induced Glaucoma, clinical pathway in glaucoma,

    New York: Thieme Medical Publishers inc. 2001 350-333

    8. Mody MV, Keeney AH. Propantheline (probanthine) bromide in relation

    to normal and glaucomatous eyes: effects on intraocular tension and

    pupillary size.JAMA [internet]1955 [cited 2014 Oct 18]; 159:1113.

    Available at :http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=3029809. Katz RI, Eakins KB. Mode of action of succinylcholine on intraocular

    pressure.J Pharmacol Exp Ther [internet]1968 [cited 2014 Oct 18]; 162:1

    Available at :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/5656599

    10.Adelman RA, Zheng Q. Mayer HR. Persistent ocular hypertension

    following intravitreal bevacizumab and ranibizumab injections.J Ocul

    Pharmacol Ther.[internet] 2010 [cited 2014 Oct 18]; 26(1):105-110.

    Available at :http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20187807

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17301614http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17301614http://bjo.bmj.com/content/92/3/428http://bjo.bmj.com/content/92/3/428http://www.atesveates.com/yayin_doc/8.pdfhttp://www.atesveates.com/yayin_doc/8.pdfhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1311406/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1311406/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1311406/http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=302980http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=302980http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=302980http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/5656599http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/5656599http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/5656599http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20187807http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20187807http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20187807http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20187807http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/5656599http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=302980http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1311406/http://www.atesveates.com/yayin_doc/8.pdfhttp://bjo.bmj.com/content/92/3/428http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17301614