109
8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 1/109 1 SKRIPSI PENGARUH SENAM KAKI DIABETES  TERHADAP PERUBAHAN ANKLE BRACHI AL I NDEX  (ABI) PADA PASIEN ULKUS  KAKI DIABETIK  DI RUANG RAWAT INAP LONTARA 1 RSUP DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Oleh : NURHAERANI KASIM C 121 11 636 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN F A K U L T A S K E D O K T E R A N UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

--nurhaerani-9008-1-13-nur-m

  • Upload
    rafi

  • View
    220

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 1/109

SKRIPSI

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES  TERHADAP PERUBAHAN

ANKLE BRACHI AL I NDEX  (ABI) PADA PASIEN ULKUS  KAKI

DIABETIK  DI RUANG RAWAT INAP LONTARA 1

RSUP DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO

MAKASSAR

Oleh :

NURHAERANI KASIM

C 121 11 636

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

F A K U L T A S K E D O K T E R A N

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 2/109

S K R I P S I

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PERUBAHAN

ANKLE BRACHIAL INDEKS (ABI) PADA PASIEN ULKUS KAKI

DIABETIK DI RUANG RAWAT INAP LONTARA 1 RSUP

DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Skripsi ini dibuat dan dianjurkan untuk memenuhi salah satu syarat

menempuh ujian akhir dan untuk mendapatkan gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

NURHAERANI KASIM

C 121 11 636

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

F A K U L T A S K E D O K T E R A N

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 3: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 3/109

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PERUBAHAN ANKLE BRACHIAL

INDEX (ABI) PADA PASIEN ULKUS KAKI DIABETIK

DI RUANG RAWAT INAP LONTARA 1 RSUP DR.WAHIDIN

SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh :

NURHAERANI KASIMC 121 11 636

Skripsi ini diterima dan disetujui untuk dipertahankan di depan tim penguji.

Dosen Pembimbing 

Pembimbing I

Andina Setyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Pembimbing II

Moh.Syafar, S.Kep.Ns.,MANP

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas Kedokteran

Univesitas Hasanuddin

Dr. Werna Nontji, S.Kp.,M.KepNIP. 19500114 197207 2 001

Page 4: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 4/109

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PERUBAHAN

ANKLE BRACHIAL INDEKS (ABI) PADA PASIEN ULKUS KAKI

DIABETIK DI RUANG RAWAT INAP LONTARA I RSUP

DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Telah dipertahankan dihadapanSidang Tim PengujiAkhir

Hari/Tanggal : Jumat, 08 Februari 2013

Pukul : 10.00-12.00 WITA

Tempat : RuangKuliah 412Lantai 4 PSIK Unhas

Oleh

NURHAERANI KASIM

C121 11 636

Dan yang bersangkutandinyatakan

LULUS

Tim PengujiAkhir:

Penguji I : Dr. Elly L.Sjattar, S.Kp.,M.Kes ………………………….. 

Penguji II : TutiSeniwati, S.Kep.,Ns.,M.Kes ………………………….. 

Penguji III : Moh. SyafarSangkala, S.Kep.,Ns.,MANP ……………………….....

Penguji IV : AndinaSetyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep …….................................. 

Mengetahui:

A.n. DekanWakilDekanBidangAkademik

FakultasKedokteranUniversitasHasanuddin,

Prof. dr. Budu, Ph.D.,SpM(K),M. MedEd

 NIP. 19661231 199503 1 009

Ketua Program StudiKeperawatanFakultasKedokteran

UniversitasHasanuddin,

Dr. WernaNontji, S.Kp.,M.Kep

 NIP. 19500114 197207 2 001

Page 5: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 5/109

ABSTRAK

 Nurhaerani Kasim. C12111636.  PENGARUH SENAM KAKI DIABETESTERHADAP PERUBAHAN ANKLE BRACHIAL INDEKS (ABI) PADA PASIEN

ULKUS KAKI DIABETES DI RUANG RAWAT INAP LONTARA I RSUP DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR, dibimbing oleh Andina Setyawati danMoh. Syafar Sangkala (xvii + 80 halaman + 12 tabel + 2 grafik + 9 lampiran).

Latar Belakang: Ulkus Kaki diabetes adalah salah satu komplikasi yang paling sering

 pada pasien diabetes melitus. Senam kaki diabetes telah diusulkan sebagai salah satumodalitas untuk mencegah komplikasi dan dapat mempercepat penyembuhan luka dariulkus diabetik yang dapat dinilai dari pengukuran tekanan Ankle Brachial Indeks (ABI).Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam kaki diabetes padaAnkle Brachial Indeks (ABI) pada ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap Lontara I

RSUP. Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar.Metode:  Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperimental   dengan  pre-test   dan post-test . Tiga puluh pasien diabetes dengan ulkus kaki yang diperoleh dengan purposive sampling , 15 menjadi kelompok intervensi senam kaki dan 15 menjadi kelompok kontrol.Kelompok intervensi dipandu untuk melakukan senam kaki diabetes selama tujuh hari berturut-turut, sementara kelompok kontrol diberi perawatan standar. Skor ABI diukursetiap hari selama tujuh hari dari kedua kelompok menggunakan sphygmomanometer danUSG Doppler. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Friedmen danIndependen t -test dengan tingkat signifikan α <0,05.Hasil: Penelitian ini menemukan peningkatan yang signifikan pada skor ABI padakelompok intervensi (Median = 1,06, p = 0,0002) dibandingkan dengan kelompok kontrol(Median = 0,97, p = 0,994). Studi ini juga menemukan bahwa ada perbedaan yang

signifikan secara statistik pada GDS (p = 0,002) pada kelompok intervensi (Mean ± SD =128,67 ± 23,58) dibandingkan dengan kelompok kontrol (Mean ± SD = 199,60 ± 70,23) pada akhir intervensi.Kesimpulan dan saran: Senam kaki diabetes dapat meningkatkan nilai ABI danmenurunkan nilai GDS pada pasien diabetes dengan ulkus kaki yang kemudianmeningkatkan proses penyembuhan luka. Oleh karena itu sangat penting untukmengusulkan senam kaki diabetes sebagai salah satu intervensi non-farmakologis pada pasien diabetes untuk membantu mengurangi komplikasi ulkus kaki diabetik.

Kata Kunci: Diabetes mellitus, senam kaki diabetes, Ankle Brachial Indeks, ulkus

kaki diabetik  

Daftar Pustaka: 30 Kepustakaan (2000-2012)

Page 6: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 6/109

ABSTRACT

 Nurhaerani Kasim. C12111636.  THE EFFECT OF DIABETIC FOOT EXERCISEON ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) IN DIABETIC PATIENTS WITH FOOT

ULCERS IN LONTARA WARD OF DR. WAHIDIN SUDIROHUSODOGENERAL HOSPITAL, MAKASSAR, guided by Andina Setyawati and Moh.SyafarSangkala (which is consisted of xvii pages + 80 pages + 12 tables + 2 graphs + 9

attachments).

Background: Foot ulcer is one of the most common complications among diabetic patients. Diabetic foot exercise has been suggested as one of modalities to prevent thecomplication and may facilitate wound healing of the ulcer that can be assessed fromankle brachial pressure index (ABI) measurement.Aim: This study aimed to determine the effect of diabetic foot exercise on ankle brachial

index (ABI) in diabetic patients with foot ulcers in Lontara Ward of Dr. WahidinSudirohusodo General Hospital, Makassar.Method:  This study used a quasy randomized-controlled trial with pre- and post-testdesign. Thirty diabetic patients with foot ulcers were purposively sampled, 15 wereassigned to a foot exercise group and 15 to a control group. The intervention group wereguided to perform foot exercises for seven days respectively while the control group weregiven standard care. The ABI score were measured everyday for seven days from bothgroups using sphygmomanometer and Doppler ultrasound. The data obtained wereanalysed using Friedmen and Independent t -test with significant level α < 0.05.Results: This study found a significant increase on the ABI score in the interventiongroup (Median = 1.06, p = 0.0002) compared to the control group (Median = 0.97, p =0.994). This study also found that there was statistically significant difference on

capillary blood sugar (p= 0.002) in the intervention group (Mean ± SD = 128.67 ± 23.58)compared to controlled group (Mean ± SD = 199.60 ± 70.23) after the completion of theintervention.Conclusion: Diabetic foot exercise evidently increases the ABI score and decreases thecapillary blood sugar on diabetic patients with foot ulcers that subsequently improves thewound healing process. Suggesting this exercise as a non-pharmacological interventionfor diabetic patients is imperative to help reducing the diabetic foot ulcer complication.

Key words: Diabetic, Foot exercise, Ankle Brachial Index, Foot ulcerLiterature sources: 30 literatures (2000-2012) 

Page 7: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 7/109

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

 Nama : Nurhaerani Kasim

 NIM : C 121 11 636

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

 bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain,

maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima

sanksi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan

sama sekali.

Makassar, Februari 2013

Yang membuat pernyataan

 Nurhaerani Kasim

Page 8: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 8/109

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

 berkah dan limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

 penyusunan skripsi ini dengan baik.

Begitu banyak kendala yang penulis temui dalam penyusunan skripsi ini,

namun berkat kerja keras serta bimbingan dan arahan dari berbagai pihak maka

skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. 

Bapak Prof. Dr. dr. Irawan Yusuf, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Makassar.

2.  Ibu Dr. Werna Nontji, S. Kp., M. Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

3.  Ibu Andina Setyawati, S. Kep., Ns, M. Kep, selaku pembimbing I dan

Bapak Mohammad Syafar, S. Kep, Ns., MANP, selaku pembimbing II yang

telah memberikan arahan dan dukungan yang sangat berharga dalam

 penyusunan skripsi ini.

4.  Dr. Elly L. Sjattar, S. Kp., M.Kes, selaku penguji I dan Tuti Seniwati S.

Kep., Ns, selaku penguji II yang telah banyak memberikan saran dalam

 penyusunan skripsi ini.

Page 9: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 9/109

5.  Kanda Syahrul Ningrat, S.Kep., Ns, yang selalu memberikan spirit baru

kepada penulis untuk terus berkarya dan memberi bimbingan serta masukan

dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

6. 

Drg. Nurhayati Habib, M.Kes  selaku Kepala Bagian Pendidikan dan

Penelitian RSUP. Dr. Wahidin Sudrohusodo yang telah memberikan izin

 pengambilan data awal dan penelitian.

7.  Ibu Hj. Hajrah, S.Kep.Ns dan Bapak Nurqamar, S.Kep.Ns selaku kepala

ruangan lontara 1 atas yang telah membantu peneliti selama melakukan

 penelitian ini.

8.  Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah banyak membantu dalam

 proses perkuliahan.

9. 

Ayahanda tercinta M. Kasim Saleh dan ibunda tersayang Marwayah yang

tak kenal lelah mengasuh, membesarkan, mendidik, dan mendoakan setiap

langkah penulis dalam proses pencarian ilmu demi masa depan penulis yang

lebih cerah.

10.  Saudara-saudaraku Nurfaidah Kasim, Muh. Fauzan Kasim, Nurfauziah

Kasim, dan Nurfakhirah Kasim yang selalu memberikan dukungan dan

doanya selama ini.

11. 

Teman-teman seperjuanganku (Syahrianti, Suwardha Yunus, Nurasiah, dan

Yokbet G) yang telah menunjukkan solidaritas yang luar biasa selama

 penelitian ini.

Page 10: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 10/109

10 

12.  Semua rekan mahasiswa Ners B angkatan 2011, selama bersama dan

 jalannya penelitian ini memberikan banyak masukan dan informasi dalam

 penyusunan skripsi ini.

13. 

Rekan-rekan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin yang selalu

memberikan dukungannya.

14.  Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

memberikan sumbangsih dalam penyusan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dan

keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran positif demi penyempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Atas

 partisipasi semua pihak, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga

Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlimpah. Amin.

Makassar, Februari 2013

Penulis

Page 11: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 11/109

11 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL  ……………………………………………………... 

HALAMAN PERSETUJUAN  …………………………………………...  ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….…….  iii

ABSTRAK ……………………………………………………..…………..  iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ………………………………….  vi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..  vii

DAFTAR ISI  ……………………………………………………………...  x

DAFTAR TABEL …………………………………………………………  xiii

DAFTAR GAMBAR   ……………………………………………………...  xv

DAFTAR BAGAN …………………………………………………………  xvi

DAFTAR GRAFIK  …………………………………………………………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………...  xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. 

Latar Belakang ……………………………………………  1

B. Rumusan Masalah …...……………………………………  7

C. 

Tujuan Penelitian ………………………………………….  8

D. Manfaat Penelitian ………….……………………………..  9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Biabetes Mellitus……………..…  10

B. Tinjauan Umum Tentang Ulkus Diabetik …...……………  18

Page 12: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 12/109

12 

C. Tinjauan Umum Tentang Senam Kaki Diabetes.…….…….  27

D. 

Tinjaun Umum Tentang Ankle Brachial Index …….…..…. 36

E. 

Kerangka Teori Penelitian …………………..………………  41

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. 

Kerangka Konsep …………………………..……………..  42

B. Hipotesis Penelitian ……………………………..………..  43

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ……………………..………………  44

B. Tampat dan Waktu Penelitian ……………………………..  45

C. Populasi dan Sampel ………………………………..…….  45

D. 

Alur Penelitian ………………………..…………………..  48

E. Variabel Penelitian …………….……………………..…  49

F. 

Instrumen Penelitian………………………..………………  51

G. Pengumpulan Data ………………………………………. 53

H. Pengolahan dan Analisa Data ………………..…………...  54

I.  Etika Penelitian …………………………………..……….  56

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. 

Hasil ……………………………………………………….  58

B. 

Pembahasan ………………………………………………..  69

C. 

Keterbatasan Penelitian ……………………………………  76

BAB VI PENUTUP

A.  Kesimpulan ………………………………………………..  78

B.  Saran ………………………………………………………  79

Page 13: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 13/109

13 

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 14/109

14 

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bakteri yang sering ditemukan pada foot-diabetic ……………… 19

Tabel 2.2 Klasifikasi PEDIS International Consensus on the Diabetic

 Foot 2003………………………………………………………... 24 

Tabel 2.3 Klasifikasi Kaki Diabetik berdasarkan Sifat Lesi……………….. 25

Tabel 5.1 Beda Karakteristik Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol (n=30) ……………………………………… 59

Tabel 5.2 Beda Karakteristik Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol (n=30) ………………………………………. 60

Tabel 5.3 Perbedaan Peningkatan Nilai ABI Responden pre dan post  

Senam Kaki Diabetes (n=30)……………………………………. 61

Tabel 5.4 Perbedaan Penigkatan Nilai ABI Responden pre dan post

Senam Kaki Diabetes pada Kelompok Intervensi (n=15)……….  62

Tabel 5.5 Distribusi Jumlah Responden berdasarkan Perubahan

 Nilai ABI pada Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol (n=30) ………………………………….…...  63

Tabel 5.6 Pengaruh Frekuensi Latihan Senam Kaki Diabetik

Tambahan Diluar Jadwal Program Penelitian terhadap

 Nilai ABI pada Kelompok Intervensi (n=15) …………………...  65

Tabel 5.7 Pengaruh Kepatuhan Diet terhadap Nilai GDS pada

Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n=30) …………... 66

Page 15: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 15/109

15 

Tabel 5.8 Pengaruh Frekuensi Latihan Senam Kaki Diabetik

terhadap Penurunan Nilai GDS Kelompok Intervensi

dan Kelompok Kontrol setelah 7 Hari (n=30) …………………... 67

Page 16: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 16/109

16 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pasien duduk di atas kursi …………………………………. 30

Gambar 2.2 Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke atas …. 30

Gambar 2.3 Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat ……. 31

Gambar 2.4 Ujung kaki diangkat ke atas ……………………………….. 32

Gambar 2.5 Jari-jari kaki di lantai ……………………………………… 32

Gambar 2.6 Kaki diluruskan dan diangkat ……………………………... 33

Gambar 2.7 Kedua kaki membentuk kertas seperti bola ……………….. 33

Page 17: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 17/109

17 

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian ………………………………… 41

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ………………………………. 42

Bagan 4.1 Rancangan Penelitian ……………………………………… 44

Bagan 4.2 Alur Penelitian …………………………………………….. 48

Page 18: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 18/109

18 

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Nilai ABI Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol Hari 1-7 sebelum dan

setelah Senam Kaki Diabetik (n=30)………………………  64 

Grafik 5.2 Nilai GDS Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol Hari 1-7 (n=30)……………………….  68

Page 19: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 19/109

19 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan menjadi Responden

Lampiran 3 : Lefleat Senam Kaki Diabetes

Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur (SOP) Senam Kaki Diabetes

Lampiran 5 : Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Ankle

Brachial Index

Lampiran 6 : Master Tabel

Lampiran 7 : Hasil Uji Statistik

Lampiran 8 : Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian

Page 20: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 20/109

20 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara

hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat,

sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif.

 Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu dari penyakit degeneratif tersebut.

DM merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik atau

kadar gula darah tinggi sebagai akibat dari kurangnya sekresi insulin,

aktifitas insulin ataupun keduanya ( American Diabetes Assosiation,

2004). Beberapa jenis DM terjadi karena interaksi yang kompleks dari

lingkungan, genetik, dan pola hidup sehari-hari. DM dibagi kepada beberapa

kelas yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM kehamilan

( American Diabetes Assosiation, 2009).

Estimasi  International Diabetes Federation (IDF), terdapat 177 juta

 penduduk dunia yang menderita DM pada tahun 2002.  Data terakhir IDF

tahun 2006, prevalensi DM tipe 2 di Amerika Serikat 8,3%, Cina 3,9%

(Suyono, 2006). Organisasi Kesehatan Dunia, World Health Organization

(WHO), memprediksi data DM tersebut akan meningkat 300 juta dalam 25

tahun mendatang (Suyono, 2006). Data WHO juga mencatat bahwa

Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes

terbesar di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. WHO

Page 21: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 21/109

21 

memastikan peningkatan pada penderita DM tipe 2 paling banyak dialami

negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Tandra,H. 2008).

Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka tertinggi

untuk penderita DM terutama tipe 2. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa

 pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang

( Diabetes Care, 2004). Hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia

45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan di

daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. Penelitian terakhir

yang dilakukan oleh Litbang Depkes tahun 2008 menunjukkan bahwa

 prevalensi nasional untuk diabetes 5,7% (1,5% terdiri dari pasien diabetes

yang sudah terdiagnosis sebelumnya, sedangkan sisanya 4,2% baru ketahuan

diabetes saat penelitian) (Soegondo,dkk. 2009).

Penyakit DM merupakan penyakit seumur hidup dan tidak

dapat disembuhkan, akan tetapi kadar glukosa darah dapat dikendalikan

sedemikian rupa sehingga selalu sama dengan kadar glukosa orang normal

atau dalam batas normal. Kadar glukosa yang tidak terkendali dan tertangani

dengan baik bisa mengakibatkan berbagai komplikasi (Tandra,H. 2008).

Kompikasi DM dapat muncul secara akut yaitu timbul secara mendadak. Dua

komplikasi akut yang paling sering adalah reaksi hipoglikemia dan koma

diabetik . Komplikasi yang lain muncul secara kronik yaitu timbul secara

 perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi akhirnya berangsur menjadi makin

 berat dan membahayakan. Komplikasi ini meliputi makrovaskuler ,

Page 22: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 22/109

22 

mikrovaskuler   dan diabetik retinopati, nephropathy, neuropathy (kerusakan

saraf) serta kaki diabetik (Waspadji, 2006).

Sebanding dengan meningkatnya prevalensi penderita DM, angka

kejadian kaki diabetik, seperti ulkus, infeksi, dan gangren kaki serta artropati

charcot semakin meningkat. Prevalensi penderita ulkus kaki diabetika di

Amerika Serikat sebesar 15-20% dan angka mortalitas sebesar 17,6%

 bagi penderita DM dan merupakan sebab utama perawatan penderita DM

di rumah sak it (Soegondo,dkk . 2009). Penelitian kasus kontrol di Amerika

Serikat menunjukkan bahwa 16% perawatan DM dan 23% total hari

 perawatan adalah akibat ulkus kaki diabetika dan amputasi kaki karena

ulkus kaki diabetika sebesar 50% dari total amputasi  kaki. Sebanyak 15%

 penderita DM akan mengalami persoalan kak i  suatu saat dalam

kehidupannya (Robert G, 2002).

Prevalensi penderita ulkus diabetik di Indonesia sebesar 15% dari

 penderita DM. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun

2003 masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar. Sebagian besar

 perawatan DM selalu terkait dengan ulkus kaki diabetik. Angka kematian dan

angka amputasi  masih tinggi, masing-masing sebesar 32,5% dan 23,5%.

 Nasib pender ita DM pasca amputasi masih sangat buruk, sebanyak 14,3%

akan meninggal dalam setahun paska amputasi dan sebanyak 37% akan

meninggal 3 tahun pasca amputasi (Waspadji, 2006) .

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar (Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin

Page 23: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 23/109

23 

Sudirohusodo Makassar 9 April 2012), pada tahun 2009 penderita DM di

ruang rawat jalan berjumlah 8.490 pasien dengan komplikasi ulkus diabetik

160, sedangkan di ruang rawat inap berjumlah 367 pasien dengan komplikasi

ulkus kaki diabetik 120 pasien dari jumlah total. Tahun 2010 penderita DM di

ruang rawat jalan berjumlah 907 pasien dengan komplikasi ulkus diabetik 20

 pasien, dan di ruang rawat inap berjumlah 860 pasien dengan komplikasi

ulkus kaki diabetik 165 pasien dari jumlah total. Tahun 2011 penderita DM

 berjumlah 516 pasien di ruang rawat jalan dengan komplikasi ulkus diabetik

13 orang dan di ruang rawat inap penderita DM berjumlah 657 orang dengan

komplikasi ulkus diabetik 110 pasien dari jumlah total. Kebanyakan dari

 pasien tersebut di atas adalah pasien rujukan dari berbagai daerah di kawasan

Indonesia timur. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kejadian DM

dan ulkus kaki diabetik masih sangat tinggi di kawasan Indonesia bagian

timur.

Perawatan kaki merupakan upaya pencegahan primer terjadinya ulkus

kaki diabetik. Beberapa aspek perawatan kaki yang dapat mencegah kejadian

ulkus kaki diabetik semakin parah yaitu aspek pemeriksaan rutin, membasuh

dan membersihkan kaki, memotong kuku yang benar, pemilihan alas kaki

yang baik, dan senam kaki diabetes (Soegondo, dkk. 2009).

Saat ini teknik yang sering digunakan di RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo dan beberapa RS lainnya di Makassar yaitu dengan

membersihkan kaki, jika terdapat luka ulkus yang luas dilakukan perawatan

luka (dressing ) dengan metode moist wound healing  atau menjaga agar luka

Page 24: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 24/109

24 

dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat

dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket

dengan bahan kompres, dan terhindar dari infeksi. Tindakan dressing  

merupakan salah satu komponen penting dalam mempercepat penyembuhan

luka (Cahyono, 2007).

Salah satu diantara kelima aspek perawatan kaki tersebut selain

membasuh/ membersihkan kaki yaitu senam kaki diabetes. Senam kaki ini

sangat dianjurkan untuk penderita DM  yang mengalami gangguan

sirkulasi darah dan neuropathy di kaki, tetapi disesuaikan dengan

kondisi dan kemampuan tubuh penderita. Latihan senam kaki DM ini dapat

dilakukan dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki, misalnya

 berdiri dengan kedua tumit diangkat, mengangkat dan menurunkan

kaki. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat,

memutar keluar atau ke dalam dan mencengkram pada jari-jari kaki

(Soegondo, dkk. 2009).

Gerakan dalam senam kaki DM tersebut seperti yang disampaikan

dalam 3rd National Diabetes Educators Training Camp tahun 2005 dapat

membantu memperbaiki sirkulasi darah di kaki sehingga dapat meningkatkan

 Ankle Brachial Index  (ABI) yang menjadi salah satu indikator terjadinya

 penyakit arteri. Selain itu, senam kaki DM dapat mengurangi keluhan dari

neuropathy sensorik seperti rasa pegal dan kesemutan di kaki. Manfaat dari

senam kaki DM yang lain adalah dapat memperkuat otot-otot kecil,

mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas), meningkatkan

Page 25: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 25/109

25 

kekuatan otot betis dan paha ( gastrocnemius, hamstring, quadriceps),

dan mengatasi keterbatasan gerak sendi (Soegondo, dkk. 2009).

Senam kaki DM dapat menjadi salah satu alternatif bagi pasien DM

untuk meningkatkan aliran darah dan memperlancar sirkulasi darah, hal ini

membuat lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak

reseptor insulin yang tersedia dan aktif (Soegondo, dkk. 2009). Kondisi ini

akan mempermudah saraf menerima nutrisi dan oksigen yang mana dapat

meningkatkan fungsi saraf (Guyton & Hall, 2006).

Patensi vaskuler dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa

 pemeriksaan non invasif seperti  Doopler   ultrasonic  ( Ankle Brachial Index/

ABI), transcutaneous oxygen tension (TcP02), USG color Doppler atau

menggunakan pemeriksaan invasif seperti digital subtraction angiography

(DSA), magnetic resonance angiografi (MRA) atau computed tomography

angigraphy (CTA). Pemeriksaan ABI sangat murah, mudah dilakukan dan

mempunyai sensitivitas yang cukup baik sebagai marker adanya insufisiensi

arterial.  Pemeriksaan ABI dilakukan seperti kita mengukur tekanan darah

menggunakan manset tekanan darah, kemudian adanya tekanan yang berasal

dari arteri akan dideteksi oleh  probe Doppler (pengganti stetoskop). Keadaan

normal tekanan sistolik di tungkai bawah (ankle) sama atau sedikit lebih tinggi

dibandingkan tekanan darah sistolik lengan atas (brachial), keadaan di mana

terjadi stenosis arteri di tungkai bawah maka akan terjadi penurunan tekanan.

ABI dihitung berdasarkan rasio tekanan sistolik ankle dibagi tekanan sistolik

brachial .

Page 26: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 26/109

26 

Peningkatan ABI pada penderita DM sangat berpengaruh terhadap

 perbaikan sirkulasi darah kaki yang dapat mecegah terjadinya perluasan luka

ulkus diabetik . ABI dapat ditingkatkan dengan cara beraktivitas dan latihan

 jasmani seperti berjalan kaki atau senam kaki. Penelitian yang dilakukan oleh

McDermott, et al (2002) di Chicago yang bertujuan untuk menggambarkan

hubungan antara ABI dan fungsi tungkai  terhadap 460 penderita penyakit

arteri perifer  dengan hasil yang menunjukkan adanya pengaruh aktivitas fisik

(berjalan) terhadap  Ankle Brachial Index. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan di Indonesia oleh Juliani Nasution pada tahun 2011, meneliti

10 pasien DM selama 7 hari mengenai pengaruh senam kaki terhadap

 peningkatan sirkulasi darah kaki pasien DM diperoleh hasil bahwa sirkulasi

darah mengalami peningkatan yang signifikan. Dari hasil tersebut dapat

dikatakan bahwa senam kaki sangat berpengaruh pada peningkatan sirkulasi

darah kaki pasien Diabetes Mellitus.

Berdasarkan uraian di atas, mendorong peneliti untuk mengetahui

“Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Perubahan Ankle Brachial Index

(ABI) pada Pasien Ulkus Kaki Diabetik di Ruang Rawat Inap Lontara 1

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar ”. 

B.  Rumusan Masalah

Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes

terbesar di dunia setelah India, Amerika Serikat dan Cina. Penderita DM

diperkirakan pada tahun 2030 prevalensinya mencapai 21,3 juta orang.

Page 27: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 27/109

27 

Sebanding dengan meningkatnya prevalensi penderita DM, angka kejadian

kaki diabetik, seperti ulkus, infeksi dan gangren kaki serta artropati charcot  

semakin meningkat. Berbagai masalah dapat ditimbulkan oleh penyakit DM,

yang perlu mendapat perhatian oleh berbagai profesi kesehatan. Sehingga

 peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan

 penderita ulkus kaki diabetik yang mendapatkan latihan senam kaki DM,

dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut : apakah ada pengaruh senam

kaki diabetes terhadap perubahan skor ABI pada pasien ulkus kaki diabetik  di

Ruang Rawat Inap Lontara 1 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar?.

C.  Tujuan

1.  Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh senam kaki

diabetes  terhadap perubahan  Ankle Brachial Indeks  (ABI) pada pasien

ulkus  kaki diabetik   di ruang rawat inap Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

2.  Tujuan Khusus

a. 

Teridentifikasinya rerata skor ABI sebelum dan setelah dilakukan

senam kaki diabetes.

 b. 

Teridentifikasinya perbedaan rerata skor ABI sebelum dan setelah

senam kaki diabetes.

c.  Teridentifikasinya perbedaan selisih rerata skor ABI pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol

Page 28: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 28/109

28 

d.  Teridentifikasinya perbedaan nilai GDS sebelum dan setelah senam

kaki diabetes pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

D.  Manfaat

1. 

Terhadap lmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan di dunia

keperawatan khususnya dalam menambah ilmu intervensi keperawatan

terhadap klien dengan gangguan ulkus kaki diabetik.

2.  Terhadap Instansi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

 pihak rumah sakit untuk memulai mensosialisasikan senam kaki diabetes

sebagai salah satu cara perawatan pada ulkus kaki diabetik  sehingga tidak

semakin parah.

3.  Terhadap Penderita Ulkus Kaki Diabetik

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan klien dalam

merawat kakinya yang terserang ulkus kaki diabetik sehingga dapat

membantu proses penyembuhannya.

4. 

Terhadap peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi data primer atau data sekunder untuk

melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel-variabel yang dapat

diperluas secara ilmiah.

Page 29: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 29/109

29 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dibahas mengenai diabetes mellitus, ulkus kaki diabetik ,

senam kaki diabetes, dan  Ankle Brachial Index serta beberapa penelitian yang

terkait dengan senam kaki diabetes  dan  Ankle Brachial Index. Adapun tinjauan

umum masing-masing sebagai berikut.

A.  Tinjauan Umum Tentang Diabetes Mellitus 

1.  Pengertian

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

yang ditandai oleh hiperglikemia  yang terjadi akibat defek pada kerja

insulin atau resistensi insulin di hati berupa peningkatan produksi glukosa

hepatik dan di jaringan perifer berupa otot dan lemak, sekresi insulin oleh

sel beta pankreas, atau keduanya (Minadiarly, 2006).

2.  Etiologi

 Insulin Dependent Diabetes Mellitus  (IDDM) atau Diabetes Mellitus

Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel β pulau

Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan  Non Insulin Dependent

 Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung

Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin

(Mansjoer, 2001).

Page 30: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 30/109

30 

3.  Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Melitus menurut  American Diabetes

 Association (2004) sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

(PERKENI) adalah:

a. 

Diabetes Mellitus Tipe I :  Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(IDDM)

Diabetes Melitus tipe ini dikenal sebagai diabetes yang

tergantung insulin. Tipe ini berkembang jika tubuh tidak mampu

memproduksi insulin. Jenis ini biasanya muncul sebelum usia 40

tahun. Menurut Suddarth & Brunner (2002) Diabetes Mellitus tipe ini

disebabkan oleh:

1)  Faktor Genetik  dimana penderita diabetes tidak mewarisi diabetes

tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau

kecenderungan genetik kearah terjadinya Diabetes Melitus tipe

I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang

memiliki tipe antigen HLA.

2)  Faktor Imunologi  yaitu adanya respon autoimun yang merupakan

respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal

tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu

autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin

endogen.

Page 31: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 31/109

31 

3)  Faktor lingkungan dimana Virus atau toksin tertentu dapat memicu

 proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

 b. 

Diabetes Mellitus Tipe II :  Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus 

(NIDDM).

Diabetes Melitus yang tidak tergantung insulin dan terjadi

akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin).

Disebabkan karena turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

 pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

 produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi

resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif

insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi

insulin pada rangsangan glukosa. Namun pada rangsangan glukosa

 bersama bahan perangsang sekresi insulin lain, berarti sel pankreas

mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer, 2001).

c.  Diabetes Mellitus Tipe III

Diabetes Melitus tipe ini dapat disebabkan oleh faktor atau

kondisi lainnya seperti: Subtipe genetik spesifik, biasanya disebut

 Maturity-onset diabetes of the young (MODY) , defek genetik yang

terjadi akibat disfungsi sel-beta, perbedaan encoding reseptor

insulin. Penyakit Eksokrin pada pankreas berkaitan dengan

agenesis pankreas yaitu insulin promotor faktor 1 mengalami

gangguan. Toksik dengan pemakaian bahan-bahan kimia dan obat-

obatan dalam jangka panjang mengakibatkan encoding kromosom

Page 32: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 32/109

32 

dan reseptor berubah. Dapat juga disebabkan oleh Diabetes Melitus

yang berkaitan dengan imunitas tubuh autoantibodi.

d. 

Diabetes Melitus Gestasional

Merupakan suatu gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi

atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung

(Nursemierva, 2001). Definisi ini juga mencakup pasien yang

sebetulnya masih mengidap Diabetes Melitus tetapi belum

terdeteksi, dan baru diketahui saat kehamilan berlangsung. Faktor

resiko  Diabetes Melitus Gestasional ialah abortus berulang, riwayat

melahirkan anak meninggal tanpa sebab yang jelas, riwayat pernah

melahirkan bayi dengan cacat bawaan, pernah melahirkan bayi

lebih dari 4000 gram, pernah  pre-eklamsia,  polihidroamion. Faktor

 predisposisi Diabetes Melitus Gestasional adalah umur ibu hamil lebih

dari 30 tahun, riwayat Diabetes Melitus dalam keluarga, pernah

mengalami diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya,

infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil (PERKENI, 2002).

4.  Gambaran Klinis

Gambaran klinis awal pada Diabetes Melitus adalah  poliuri  atau

 banyak kencing disebabkan karena kadar glukosa darah meningkat

sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga

terjadi osmotik diuresis dimana gula banyak menarik cairan dan

elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.  Polidipsi (banyak

minum) disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan

Page 33: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 33/109

33 

cairan banyak karena  poliuri  sehingga untuk mengimbangi klien

lebih banyak minum.  Polifagia  (banyak makan) disebabkan karena

glukosa tidak sampai ke sel-sel yang mengalami  starvasi  (lapar)

sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Walaupun klien

 banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada

sampai pada pembuluh darah. Berat badan menurun, lemas, lekas

lelah, tenaga berkurang disebabkan karena kehabisan glikogen yang telah

dilebur menjadi glukosa, maka tubuh mendapat peleburan zat dari

 bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus

merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan

makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan

lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap

kurus. Mata kabur yang disebabkan oleh gangguan lintas polibi

(glukosa- sarbitol fruktasi) karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat

 penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan

katarak.

5.  Komplikasi

Komplikasi diabetes terjadi akibat gangguan metabolik akut seperti

hipoglikemia atau hiperglikemia atau pada tahap lanjut, akibat kerusakan

mikrovaskular dan makrovaskular, dimana risikonya tergantung pada

kontrol terhadap kadar glukosa dan faktor risiko vaskular konvensional

(Safitri, 2006).

Page 34: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 34/109

34 

a.  Komplikasi Mikrovaskular pada Diabetes

Penyakit pembuluh darah kecil merupakan tanda utama diabetes

mellitus dan membutuhkan waktu 10 tahun atau lebih untuk dapat

terjadi.

1) 

Penyakit mata (retinopati)

Satu dari antara tiga orang dengan diabetes mengalami

 penyakit mata dan 5% mengalami kebutaan pada umur 30 tahun.

Retinopati terjadi akibat penebalan membran basal kapiler, yang

menyebabkan pembuluh darah mudah bocor karena perdarahan

dan eksudat padat, pembuluh darah tertutup (iskemia retina dan

 pembuluh darah baru), dan edema makula (Safitri, 2006).

Katarak pada pasien diabetes mellitus terjadinya lebih dini

dibanding pada populasi normal (Waspadji, 2006).

Katarak terjadi 10  –   15 tahun lebih cepat pada penderita

diabetes (Safitri, 2006).

2)   Nefropati diabetik

Keadaan ini terjadi 15 –  25 tahun setelah diagnosis pada 35 –  

45% pasien dengan diabetes tipe 1 dan kurang dari 20% pasien

dengan diabetes tipe 2 (Safitri, 2006).

Pasien dengan nefropati diabetik dapat menunjukkan

gambaran gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat, sampai

keluhan sesak napas akibat penimbunan cairan (Waspadji, 2006).

 Nefropati diabetik   melibatkan dua pola patologik yang

Page 35: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 35/109

35 

 berbeda yang dapat berada bersama  –   sama atau tidak yaitu difus

dan noduler. Difus yang lebih sering, terdiri atas pelebaran

membrana basalis glomerulus bersama penebalan mesangial

menyeluruh. Pada bentuk noduler, penumpukan banyak bahan

PAS-positif diendapkan pada perifer berkas glomerulus, disebut

lesi Kimmelstiel-Wilson (Foster, 2000).

3)   Neuropati diabetik

 Neuropati diabetik  dapat mempengaruhi setiap bagian sistem

saraf, kecuali otak. Gambaran yang paling lazim adalah

 polineuropati perifer. Biasanya bilateral, gejala meliputi mati rasa,

kesemutan, hiperestesi berat, dan nyeri.  Mononeuropati, meskipun

lebih jarang dibanding  polineuropati  juga dapat terjadi. Khas,

terdapat wrist drop, foot drop, atau paralisis nervus kranialis ke-3,

ke-4, atau ke-6.  Mononeuropati  khas ditandai oleh reversibilitas

spontan yang tinggi, biasanya selama beberapa minggu.

Radikulopati adalah sindroma sensori dengan nyeri timbul

sepanjang distribusi satu atau lebih nervus spinalis, biasanya pada

dinding dada dan perut.  Neuropati autonomik dapat muncul

dengan berbagai cara. Saluran cerna merupakan target utama, dan

mungkin terdapat disfungsi esophagus dengan kesulitan menelan,

 penundaan pengosongan lambung, konstipasi, atau diare (Foster,

2000).

Page 36: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 36/109

36 

 b.  Komplikasi Makrovaskular pada Diabetes

Masalah khusus pada pasien diabetik   adalah berkembangnya

ulkus  pada kaki dan tungkai bawah. Ulkus  terutama terjadi karena

distribusi tekanan abnormal sekunder karena neuropati diabetik.

Penyakit vaskular dengan penurunan suplai darah berperan dalam

 pembentukan lesi ini, dan infeksi umum terjadi, sering oleh banyak

organisme (Waspadji, 2006).

Pasien diabetes mellitus dengan kelainan makrovaskular dapat

memberikan gambaran kelainan pada tungkai bawah, baik berupa

ulkus  maupun  gangren diabetik . Pada pasien tersebut bila dilakukan

 perabaan arteri mungkin akan teraba denyut yang berkurang sampai

menghilang. Perabaan arteri perlu dilakukan pada setiap pasien

diabetes mellitus, paling sedikit pada arteri dorsalis pedis, tibialis

 posterior, dan poplitea (Waspadji, 2006).

Kelainan kaki pada diabetes dapat disebabkan oleh infeksi/ septik,

neuropati, iskemik atau kombinasi antara ketiganya. Membedakan ke-

empat penyebab tersebut perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan

langkah pengobatan yang akan diambil (Adam, 2005).

Iskemi dan neuropati merupakan faktor utama yang memegang

 peranan terjadinya ulkus pada kaki penderita diabetes. Setiap

terjadinya ulkus pada kaki akan mudah diikuti oleh infeksi, sehingga

dapatlah dikatakan bahwa sangat jarang kaki diabetik tanpa disertai

infeksi. Biakan kuman dari nanah kaki diabetik sering memperlihatkan

Page 37: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 37/109

37 

 pertumbuhan kuman yang lebih dari satu, hal mana lebih mempersulit

 pemilihan jenis antibiotik yang sesuai dengan kuman yang tumbuh

(Adam, 2005).

Faktor risiko ulkus diabetika adalah lama DM ≥ 10 tahun, kadar

kolesterol ≥ 200 mg/dl, kadar HDL ≤ 45 mg/dl, ketidakpatuhan diet

DM, kurangnya latihan fisik, perawatan kaki tidak teratur dan

 penggunaan alas kaki tidak tepat dengan memberikan sumbangan

terhadap ulkus diabetika sebesar 99,9 % (Hastuti, 2007).

B.  Tinjauan Umum Tentang Ulkus Diabetik

1. 

Definisi

Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik

yang melibatkan gangguan pada saraf peripheral dan autonomik (Suriadi,

2004). Kaki diabetik merupakan tukak yang timbul pada penderita

Diabetes Mellitus yang disebabkan karena angiopati diabetik, neuropati

diabetik atau akibat trauma (Pinzur, 2009).

2.  Etiologi

Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada

 penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada

 pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati akan mengakibatkan berbagai

 perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya

 perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan mempermudah

terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi inilah yang

menyebabkan terjadinya infeksi lebih mudah merebak dan menjadi infeksi

Page 38: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 38/109

38 

yang luas. Berikut adalah etiologi bakteri yang sering ditemukan pada

diabetic foot-ulcer. (Waspadji,2006).

Tabel 2.1 Bakteri yang sering ditemukan pada foot-diabetic

Bacteria n (%)

Staphylococcus aureus

 Escherichia coli

Staphylococcus epidermis

 Proteus mirabilis

 Pseudomonas aeruginosa

 Enterobacter spp

 Morganella spp Proteus vulgaris

 Klebsiella spp

Citrobacter spp

 Diphtheroid

Yeast  

11 (26,19)

10 (23,8)

6 (14,3)

4 (9,5)

2 (4,76)

2 (4,76)

2 (4,76)1 (2,4)

1 (2,4)

1 (2,4)

1 (2,4)

1 (2,4)

3.  Patogenesis terjadinya ulkus diabetikum

a. 

Sistem saraf

Pada penderita DM, adanya neuropati diabetikum akan

menyebabkan seorang penderita DM kurang atau tidak merasakan

adanya trauma, baik mekanik, kemis, maupun termis, keadaan ini

memudahkan terjadinya lesi atau ulserasi yang kemudian masuknya

mikroorganisme menyebabkan infeksi terjadilah selulitis atau gangren.

Perubahan yang terjadi yang mudah ditunjukkan pada pemeriksaan

rutin adalah penurunan sensasi (rasa raba, panas, dingin, nyeri), nyeri

radikuler, hilangnya refleks tendon, hilangnya rasa vibrasi dan posisi,

anhidrosis, pembentukan kalus pada daerah tekanan, perubahan bentuk

kaki karena atrofi otot, perubahan tulang dan sendi (Anoname, 2009).

Page 39: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 39/109

39 

 b.  Sistem vaskular

Iskemia merupakan penyebab berkembangnya gangren pada

 pasien DM. Dua kategori kelainan vaskuler :

1) 

Makroangiopati 

Makroangiopati yang berupa oklusi pembuluh darah ukuran

sedang maupun besar menyebabkan iskemia dan gangren. Dengan

adanya DM, proses aterosklerosis berlangsung cepat dan lebih

 berat dengan keterlibatan pembuluh darah multipel. Sembilan

 puluh persen pasien mengalami tiga atau lebih oklusi pembuluh

darah dengan oklusi yang segmental serta lebih panjang dibanding

non DM. Aterosklerosis biasanya proksimal namun sering

 berhubungan dengan oklusi arteri distal bawah lutut, terutama

arteri tibialis anterior dan posterior, peronealis, metatarsalis, serta

arteri digitalis.

2)  Mikroangiopati

Mikroangiopati berupa penebalan membrana basalis arteri

kecil, arteriola, kapiler dan venula. Kondisi ini merupakan akibat

hiperglikemia menyebabkan reaksi enzimatik dan nonenzimatik

glukosa kedalam membrana basalis. Penebalan membrana basalis

menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah.

c.  Sistem Imun 

Status hiperglikemi dapat mengganggu berbagai fungsi netrofil

dan monosit (makrofag) meliputi proses kemotaksis, perlekatan

Page 40: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 40/109

40 

(adherence), fagositosis dan proses-bunuh mikroorganisme intraseluler

(intracelluler killing ). Semua proses ini terutama penting untuk

membatasi invasi bakteri piogenik dan bakteri lainnya. Empat tahapan

tersebut diawali dengan kemotaksis, kemudian fagositosis, dan

mulailah proses intra seluler untuk membunuh kuman tersebut oleh

radikal bebas oksigen (RBO=O2) dan hidrogen peroksida. Dalam

keadaan normal kedua bahan dihasilkan dari glukosa melalui proses

hexose monophosphate shunt   yang memerlukan NADPH

(nicotinamide adenine dinucleotide phosphate). Pada keadaan

hiperglikemia, glukosa tersebut oleh aldose reduktase  (AR) diubah

menjadi sorbitol, dan proses ini membutuhkan NADPH. Akibat dari

 proses ini sel akan kekurangan NADPH untuk membentuk O2  dan

H2O2  karena NADPH digunakan dalam reaksi. Gangguan ini akan

lebih parah apabila regulasi DM memburuk (Anonim, 2009)

 Angiopati diabetik   hampir selalu mengakibatkan neuropati

 perifer . Neuropati diabetik  ini berupa gangguan motorik, sensorik, dan

autonom, yang masing  –   masing memegang peranan pada terjadinya

luka kaki. Paralisis otot kaki menyebabkan perubahan keseimbangan

di sendi kaki, perubahan cara berjalan, dan akan menimbulkan titik

tekan baru pada telapak kaki sehingga terjadi kalus di tempat itu.

Gangguan sensorik menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya

 perlindungan terhadap trauma, sehingga penderita mengalami cedera

tanpa disadari. Akibatnya kalus dapat berubah menjadi ulkus yang bila

Page 41: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 41/109

41 

disertai infeksi berkembang menjadi selulitis dan berakhir dengan

gangren. Gangguan saraf autonom mengakibatkan hilangnya sekresi

kulit sehingga kulit kering dan mudah mengalami luka yang sukar

sembuh (Syamsuhidajat & Jong, 2004).

Infeksi dan luka ini sukar sembuh dan mudah mengalami nekrosis

akibat dari tiga faktor. Faktor pertama adalah angiopati arteriol yang

menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik sehingga mekanisme

radang jadi tidak efektif. Faktor kedua adalah lingkungan gula darah

yang subur untuk perkembangan bacteria patogen. Faktor ketiga

adalah karena terjadi pintas arteri-vena di subkutis yang terbuka, aliran

nutrient akan melampaui tempat infeksi di kulit (Syamsuhidajat &

Jong, 2004).

Gangren diabetik akibat mikroangiopati disebut juga gangren

 panas karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan

terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di

 bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki

(Syamsuhidajat & Jong, 2004).

Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah,

sedang secara akut emboli akan memberikan gejala klinik 5P ( pain,

 paleness, paresthesia, pulselessness, paralisis) dan bila terjadi

sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinik menurut pola dari

Fontaine :

Page 42: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 42/109

42 

1)  Stadium 1 : asimptomatik   atau gejala tidak khas (semutan,

geringgingan)

2) 

Stadium 2 : klaudikasio intermiten (sehingga jarak tempuh

intermiten)

3) 

Stadium 3 : nyeri saat beristirahat

4)  Stadium 4 : manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia

(sekresi, ulkus) (Syamsuhidajat & Jong, 2004).

4.  Klasifikasi

Adanya klasifikasi kaki diabetes yang dapat diterima semua pihak

akan mempermudah para peneliti dalam membandingkan hasil penelitian

dari berbagai tempat. Dengan klasifikasi PEDIS ( International Working

Group on Diabetic Foot-2003), maka akan dapat ditentukan kelainan apa

yang lebih dominan, vascular, infeksi, atau neuropatik, sehingga arah

 pengelolaan pun dapat dituju dengan lebih baik. (Waspadji, 2006).

Page 43: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 43/109

43 

Tabel 2.2 Klasifikasi PEDIS International Consensus on the Diabetic Foot 2003 

Impaired Perfusion 1=none

2=PAD+but not critical

3=Critical limb ischemia

Size/Extent in mm2 Tissue Loss/Depth 1=Superficial fullthickness, not deeper than

dermis

2=deep ulcer, below dermis, involving

subcutaneous struktur, fascia, muscle/tendon.

3=all subsequent layers of the foot involved

including bone and/joint

Infection 1=no symptoms/signs of infection

2=infection of skin and subcutaneous tissue only

3=erythema >2cm / infection involving

subcutaneous structure(s). no systemic sign(s) of

inflammatory response

4=infection with systemic manifestation : fever,

leucocytosis, shift to the left, metabolic

instability, hypotension, azotemia

Impaired Sensation 1=absent

2=present

Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam

enam derajat menurut Wagner (Frykberg, 2004) :

Page 44: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 44/109

44 

Tabel 2.3 Klasifikasi Kaki Diabetik berdasarkan Sifat Lesi

DerajatSifat

Luka/ tukak Abses Selulitis Osteomielitis Gangren

0 - - - - -

I Superfisial - - - -

IIDalam sampai

tendon/ tulang- - - -

III Dalam + +/- +/- -

IV Dalam +/- +/- +/- Jari

V GangrenSeluruh

kaki

Kaki diabetik menurut Wagner (Frykberg, 2004) :

a.  Wagner 0 : kulit utuh

Kaki neuropati : pes planovalgus, paralisis otot kecil di dalam kaki, jari

 palu, jari sikap cakar, hiperemia, pembuluh vena melebar.

 b.  Wagner 1 : tukak neuropatik/ superfisial : telapak kaki, dikelilingi

kalus, hiperemia.

c. 

Wagner 2 : tukak superfisial dorsum dan lateral kaki, tukak

neuroiskemik, meluas subkutan, selulitis sekitarnya, gangren di

 pinggir.

d. 

Wagner 3 : tukak dalam (neuroiskemik) sampai tulang tumit,

osteomielitis.

e.  Wagner 4 : gangren dua jari dan sebagian kaki depan, hiperemia.

Page 45: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 45/109

45 

5.  Penanggulangan ulkus diabetik

Pada penderita DM sebaiknya pemasangan infus tidak di kaki untuk

kaki diabetik karena merupakan end artery. Terapi DM dengan ulkus

adalah insulin, karena insulin bersifat anabolik agent sehingga baik untuk

 pembentukan jaringan, apalagi jika disertai underweight   (A. Guntur H,

2006).

Pengobatan kelainan ulkus diabetik  terdiri dari pengendalian diabetes

dan penanganan kelainan ulkus. Pengendalian diabetes mellitus harus

disertai upaya memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang

memadai dan pemberian antiagregasi trombosit, hipolipidemik , dan

hipotensif jika dibutuhkan. Antibiotik diberikan bila ada infeksi. Pilihan

antibiotik mungkin berupa golongan penisilin spektrum luas, golongan

kloksasilin/ dikloksasilin, untuk terapi vaskulitis, dan golongan yang aktif

terhadap kuman anaerob seperti klindamisin atau metronidazol. Obat lokal

seperti solutio, salep, atau krim diberikan setelah luka dicuci dengan cairan

antiseptik (Syamsuhidajat & Jong, 2004).

Terapi bedah untuk kaki dapat terdiri dari tindakan bedah kecil seperti

insisi dan penyaliran abses, debridemen, dan nekrotomi. Prinsipnya ialah

mengeluarkan semua jaringan nekrotik untuk maksud eliminasi infeksi

sehingga luka dapat sembuh. Tindak bedah berupa amputasi dilakukan

 berdasarkan indikasi yang tepat. Tindakan bedah vaskular misalnya

embolektomi, endarteriektomi, atau rekonstruksi pembuluh kadang

dilakukan (Syamsuhidajat & Jong, 2004).

Page 46: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 46/109

46 

Alasan pasien DM mudah terjadi infeksi dan luka tidak sembuh-

sembuh :

a. 

Imunitas turun

 b. 

Penurunan fungsi leukosit

c. 

Kerentanan, karena kadar gula darah yang naik turun, keton bodies 

d.  Mikro/ makroangiopati : leukosit dan O2 sulit mencapai jaringan.

(Guntur, 2006)

C.  Tinjauan Umum Tentang Senam Kaki Diabetes

1.  Defenisi

Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan

terencana, disusun secara sistematik dengan tujuan membentuk dan

mengembangkan pribadi secara harmonis (Probosuseno, 2007).

Berdasarkan pengertiannya, senam adalah salah satu jenis olahraga

aerobik yang menggunakan gerakan sebagian otot-otot tubuh, dimana

kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (Karim, 2002).

Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan

 penyakit Diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik

teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan

salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud

adalah berjalan, bersepeda santai, jogging, senam, dan berenang. Latihan

fisik ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani

(PERKENI, 2002).

Page 47: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 47/109

47 

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien

diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarkan peredaran darah bagian kaki (Soegondo,dkk. 2009).

2. 

Tujuan

Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki

ini adalah memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes,

sehingga nutrisi lancar ke jaringan tersebut (Setyoadi & Kushariyadi,

2011).

Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan

memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan

 bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot

 paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono, 2009).

3. 

Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh

 penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya

diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai

tindakan pencegahan dini.

Kontraindikasi senam kaki ini pada klien yang mengalami perubahan

fungsi fisiologis seperti dipsnea  atau nyeri dada. Orang yang depresi,

khawatir atau cemas. Keadaan- keadaan seperti ini perlu diperhatikan

sebelum dilakukan tindakan senam kaki. Selain itu kaji keadaan

umum dan keadaaan pasien apakah layak untuk dilakukan senam kaki

tersebut, cek tanda-tanda vital dan status respiratori adakah dispnea  atau

Page 48: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 48/109

48 

nyeri dada, kaji status emosi pasien (suasana hati, motivasi), serta

 perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan senam

kaki tersebut.

4. 

Prosedur

Latihan senam kaki diabetes dapat dilakukan dengan posisi berdiri,

duduk, dan tidur, dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki

misalnya berdiri dengan kedua tumit diangkat, mengangkat kaki, dan

menurukan kaki. Gerakan dapat berupa menekuk, meluruskan,

mengangkat, memutar keluar atau kedalam dan mencengkramkan dan

meluruskan jari-jari kaki. Latihan senam kaki diabetes ini dapat dilakukan

setiap hari secara teratur selama 20-30 menit (Soegondo,dkk. 2009).

Alat yang harus dipersiapkan adalah kursi dan dua lembar kertas

(jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk), prosedur pelaksanaan

senam. Sedangkan persiapan untuk klien adalah kontrak topik, waktu,

tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki. Perhatikan juga lingkungan

yang mendukung, seperti lingkungan yang nyaman bagi pasien, dan jaga

 privacy pasien.

Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki diabetes (Setyoadi &

Kushariyadi, 2011):

a. 

Perawat cuci tangan

 b.  Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk

tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga

dilakukan dalam posisi berbaring dengan meluruskan kaki. 

Page 49: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 49/109

49 

Gambar 2.1 Pasien duduk di atas kursi

c.  Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki

diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar

ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi t idur, jari-jari kedua belah kaki

diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar

ayam sebanyak 10 kali. 

Gambar 2.2 Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke atas

d.  Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak

kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai

dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan

kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi

Page 50: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 50/109

50 

tidur, menggerakkan jari dan tumit kaki secara bergantian antara

kaki kiri dan kaki kanan sebanyak 10 kali..

Gambar 2.3 Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat

e.  Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas

dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada

 pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, kaki lurus ke

atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan

kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 2.4 Ujung kaki diangkat ke atas 

f.  Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10

Page 51: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 51/109

51 

kali. Pada posisi tidur kaki harus diangkat sedikit agar dapat

melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. 

Gambar 2.5 Jari-jari kaki di lantai

g. 

Luruskan salah  satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan

kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10

lakukan secara bergantian. Gerakan ini sama dengan posisi tidur.

Gambar 2.6 Kaki diluruskan dan diangkat

h.  Lutut diluruskan lalu dibengkokkan kembali ke arah bawah, ulangi

sebanyak 10 kali.

Page 52: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 52/109

52 

i.  Letakkan sehelai kertas surat kabar di lantai. Bentuk kertas tersebut

menjadi seperti bola dengan menggunakan kedua belah kaki.

Kemudian buka bola itu menjadi lembaran seperti semula

menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan sekali saja.

Gambar 2.7 Kedua kaki membentuk kertas seperti bola

5.  Hal yang di Evaluasi Setelah Tindakan

Setelah malakukan senam kaki evaluasi pasien apakah

 pasien dapat menyebutkan kembali pengertian senam kaki, dapat

menyebutkan kembali 2 dari 4 tujuan senam kaki, dan dapat

memperagakan sendiri teknik-teknik senam kaki secara mandiri.

6.  Dokumentasi Tindakan

Perhatikan respon pasien setelah melakukan senam kaki. Lihat

tindakan yang dilakukan klien apakah sesuai atau tidak dengan

 prosedur, dan perhatikan tingkat kemampuan klien melakukan senam

kaki (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

Penelitian yang terkait senam kaki diabetes yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Dewi (2005) di Yogyakarta yang berjudul Hubungan Aspek-

aspek Perawatan Kaki Diabetes dengan Kejadian Ulkus Kaki Diabetes pada

Page 53: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 53/109

53 

Pasien Diabetes Melilitus dengan tujuan untuk mengetahui aspek-aspek

 perawatan kaki diabetes yang berhubungan dengan kejadian ulkus kaki

diabetes. Penelitian ini dilakukan pada 21 orang pasien DM untuk masing-

masing kelompok kasus dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara aspek-aspek perawatan kaki diabetes

dengan kejadian ulkus kaki diabetes. Dari aspek senam kaki diabetes

diperoleh hubungan yang bermakna antara senam kaki diabetes dengan

kejadian ulkus diabetes. Berdasarkan hal tersebut, maka pasien DM dengan

kebiasaan buruk saat melakukan senam kaki diabetes akan berpeluang besar

terkena ulkus diabetes. Kaki diabetes mengalami gangguan sirkulasi darah dan

neuropati sehingga dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani atau senam

kaki sesuai dengan kondisi agar resiko terjadi ulkus kaki diabetes dapat

dicegah.

Penelitian lain dilakukan oleh Bruari,W (2009) di Surakarta mengenai

Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Nyeri Kaki Pada Pasien Diabetes

Mellitus yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam kaki Diabetik

terhadap tingkat nyeri kaki pada pasien DM sebelum dan sesudah di berikan

 perlakuan senam kaki diabetik. Penelitian dilakukan pada 44 orang pasien DM

dengan hasil yang menunjukkan bahwa sebelum melakukan senam kaki

diabetik seluruh pasien Diabetes Mellitus mengalami rasa nyeri yang masuk

kategori sedang, setelah melakukan senam kaki diabetik 15,90% atau 7 pasien

tidak mengalami rasa nyeri dan 84,10% atau 37 pasien mengalami rasa nyeri

yang masuk kategori ringan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

Page 54: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 54/109

54 

 perbedaan yang signifikan tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien Diabetes

Mellitus sebelum dan setelah senam kaki diabetik.

Penelitian terkait senam kaki diabetes juga dilakukan di Medan oleh

Juliani Nasution pada tahun 2011 mengenai pengaruh senam kaki terhadap

 peningkatan sirkulasi darah kaki pasien DM yang bertujuan mengetahui

 pengaruh senam kaki dalam meningkatkan sirkulasi darah pasien DM. Peneliti

melakukan senam kaki diabetes terhadap 10 pasien DM selama 7 hari dan

diperoleh hasil bahwa sirkulasi darah mengalami peningkatan yang

signifikan. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa senam kaki sangat

 berpengaruh pada peningkatan sirkulasi darah kaki pasien Diabetes Mellitus.

D.  Tinjauan Umum Tentang Ankl e Brachial I ndex  

 Ankle Brachial Index  (ABI) adalah test non invasive untuk mengukur

rasio tekanan darah sistolik kaki (ankle) dengan tekanan darah sistolik lengan

(brachial ). Tekanan darah sistolik diukur dengan menggunakan alat yang

disebut  simple hand held vascular Doppler ultrasound probe dan tensimeter

( spygmomanometer ). Nilai ABI kanan dan kiri dihitung dengan membagi

tekanan sistolik pada dorsalis pedis dan posterior tibia atau pergelangan kaki

(ankle) pada masing-masing tungkai dengan tekanan sistolik tertinggi pada

kedua lengan atas (brachial ). Dua nilai terburuk menentukan ABI pada tiap

 pasien (Mangiafico, 2006; Scottish Intercollegiate Guideline network, 2006).

Pemeriksaan ABI sebaiknya dilakukan pada pasien yang mengalami

luka pada kaki untuk mendeteksi adanya insufisiensi arteri sehingga dapat

Page 55: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 55/109

55 

menentukan jenis luka apakah arterial ulcer, venous ulcer atau mixed ulcer.

Sehingga dapat memberikan intervensi secara tepat

1. 

Prosedur Pengukuran ABI

a. 

Perkenalan dan persetujuan

1) 

Perkenalkan diri anda pada pasien dan pastikan identitasnya 

2)  Jelaskan alasan dilakukannya prosedur dan maknanya. 

 b.  Posisi pasien

1)  Posisikan pasien pada posisi terlentang, kedua lengan dipaparkan, dan

 posisi kaki sama tinggi dengan posisi jantung. 

2)  Pastikan bahwa pasien nyaman, dan biarkan ia beristirahat selama 20

menit. 

c.  Prosedur  

1) 

Cuci tangan

2)  Pilih ukuran manset tekanan darah yang sesuai dan tempatkan di

sekitar lengan pasien.

3)  Palpasi arteri brachialis  dan oleskan gel ultrasound   pada tempat

tersebut.

4) 

Dengan menggunakan  probe Doppler   (arahkan pada sudut sekitar

45°), carilah sinyal arteri brachialis dan kembangkan manset hingga

sinyal tersebut menghilang.

5)  Kempeskan manset perlahan (pada kecepatan 2-3 mmHg per detik)

sampai sinyal muncul kembali, dan catat “tekanan brachial ” ini. 

Page 56: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 56/109

56 

6)  Bersihkan gel ultrasound  dari lengan pasien dan ulangi prosedur yang

sama pada lengan yang satu lagi.

7) 

Gunakan nilai yang lebih tinggi dari kedua hasil pemeriksaan untuk

menghitung ABI.

8) 

Pilih ukuran manset yang sesuai dan tempatkan di sekitar betis di atas

maleolus, pastikan bahwa setiap ulkus yang ada di daerah ini sudah

ditutup sebelumnya.

9)  Palpasi denyut arteri dorsalis pedis  (di antara tulang metatarsal   satu

dan dua) atau denyut arteri tibialis anterior   (di titik tengah di antara

maleolus).

10) 

Oleskan gel ultrasound   di tempat ketika arteri terpalpasi (jika anda

tidak dapat memalpasi arteri, oleskan gel di tempat arteri seharusnya

dapat terpalpasi) dan, menggunakan  probe Doppler , temukan sinyal

arteri yang optimal.

11) Catat tekanan arteri dorsalis pedis  (DP) atau tibialis anterior   (TA)

seperti ketika mencatat tekanan brachialis.

12) Palpasi arteri tibialis posterior   (TP) (terletak posterior dari maleolus)

dan oleskan gel ultrasound di tempat ditemukannya arteri.

13) 

Menggunakan probe Doppler , temukan sinyal arteri yang optimal dan

seperti untuk tekanan darah dorsalis pedis  dan brachialis, ukur dan

catat tekanan dorsalis pedis.

Page 57: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 57/109

57 

14) Bersihkan gel ultrasound   dari tungkai pasien ulangi prosedur yang

sama pada tungkai bawah yang satu lagi untuk mendapatkan tekanan

DP/TA dan TP.

15) 

Gunakan nilai tekanan darah yang lebih tinggi dari dua nilai DP atau

TA dengan nilai TP) untuk menghitung ABI untuk tiap pergelangan

kaki.

16) Bersihkan gel ultrasound yang tersisa pada kulit pasien, bantu pasien

 berpakaian, dan pastikan mereka nyaman.

17) Bersihkan gel dari probe.

18) Cuci tangan

d. 

Akhir   prosedur  

Hitung ABI untuk tiap pergelangan kaki. ABI adalah tekanan darah

tertinggi yang direkam pada pergelangan kaki, dibagi dengan tekanan

brachialis tertinggi (Sritharan,dkk. 2011).

2.  Interpretasi pengukuran ABI :

a.   Nilai ABI normal adalah > 1,0

 b.   Nilai ABI sering kali meningkat semu pada penderita diabetes, karena

 pembuluh darah terkalsifikasi sehingga tidak dapat terkompresi.

c. 

 Nilai ABI < 0,9 menandakan penyakit vaskuler perifer.

d. 

 Nilai ABI pada kisaran 0,5 –  0,9 terlihat pada klaudikasio intermitten.

e.   Nilai ABI < 0,5 menandakan penyakit vaskuler perifer, disertai nyeri pada

saat beristirahat, gangren dan ulkus.

Page 58: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 58/109

58 

Penelitian yang terkait dengan  Ankle Brachial Index  antara lain

 penelitian yang dilakukan oleh Dr Stefan F.Lange (2003) mengenai cara

 pengukuran Ankle Brachial Index mempengaruhi hasil dari test penyakit arteri

 perifer. Ada banyak cara yang berbeda untuk mengukur ABI. Untuk

menentukan kemungkinan pengaruh cara dalam penentuan ABI, peneliti

membandingkan cara pengukuran ABI menggunakan  Doppler ultrasound

 pada 6880 pasien berusia 65 tahun atau lebih tanpa seleksi pada suatu primary

care  (perawatan primer). Rata rata tekanan sistolik pada arteri brachialis

kanan dan kiri umumnya digunakan sebagai penyebut. Sebagai pembilang

 peneliti menggunakan yang didapat dari 5 cara : tekanan darah pergelangan

kaki yang tertinggi dari masing masing tungkai, tekanan darah pergelangan

kaki yang terendah dari masing masing tungkai; tekanan darah sistolik (SP)

arteri tibialis posterior, SP arteri tibialis anterior dan SP arteri tibialis posterior

setelah exercise ABI kurang dari 0.9 dianggap sebagai PAD , dan diperkirakan

 prevalensinya paling rendah bila digunakan pengukuran dengan tekanan darah

dari pergelangan kaki yang tertinggi dari masing masing tungkai (18 %). Dan

 prevalensinya paling tinggi bila tekanan tungkai yang terendah yang

digunakan (34.5%). Perbedaan dengan metode lain kurang nyata. Metode

 pertama, menggunakan tekanan tertinggi dan hasilnya paling akurat untuk

memperkirakan prevalensi PAD pada populasi umum. Bagaimanapun, metode

yang digunakan tidak mempengaruhi secara substansial eratnya hubungan

antara PAD dan kejadian cardiovaskular , odds ratio yang mana bervariasi

antara 1.7 dan 2.2. Juga disimpulkan sebagaimana telah dianjurkan oleh

Page 59: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 59/109

59 

 American Heart Association pengukuran dengan menggunakan tekanan arteri

yang lebih tinggi pada tekanan arteri pergelangan kaki adalah prosedur yang

lebih cocok untuk menilai ABI.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Mary McGrae, MD et al (2002) di

Chicago yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara ABI dan

fungsi tungkai. Penelitian dilakukan  terhadap 460 penderita penyakit arteri

 perifer  dengan cara melakukan aktivitas fisik seperti berjalan kaki, jalan cepat,

dan melatih keseimbangan berdiri. Hasil Penelitian yang menunjukkan adanya

 pengaruh aktivitas fisik terhadap Ankle Brachial Index.

Page 60: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 60/109

60 

Page 61: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 61/109

61 

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A.  Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2010). Pada kerangka konsep ini memperlihatkan pengaruh

senam kaki diabetes (variabel bebas) terhadap perubahan  Ankle Brachial

 Index (variabel terikat). Adapun kerangka konsep pada penelitian ini sebagai

 berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

= Diteliti = Tidak diteliti

= Hubungan

Variabel Independen

Senam Kaki

Diabetes

Variabel Dependen

 Ankle Brachial Index 

(ABI)

Variabel Kendali

Merokok

Hipertensi

Sellulitis

Penyakit vaskular perifer jantung dan ginjal

Variabel Moderat

Status diet/asupan nutrisi

GDS

Frekuensi latihan

Page 62: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 62/109

62 

B.  Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. 

Ada perbedaan rerata skor ABI pada pasien ulkus kaki diabetik sebelum

dan setelah senam kaki diabetes.

2. 

Ada perbedaan selisih rerata skor ABI pada pasien ulkus kaki diabetik

antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

3.  Ada perbedaan nilai GDS pada pasien ulkus kaki diabetik sebelum dan

setelah senam kaki diabetes pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.

Page 63: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 63/109

63 

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A.  Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

eksperimental studies  dengan  pre-test dan pots-test , yang bertujuan untuk

mengetahui bahwa senam kaki diabetes berpengaruh terhadap perubahan

 Ankle Brachial Index  (ABI) pada pasien ulkus kaki diabetik. Desain

 penelitian quasi eksperimental   melibatkan dua kelompok yaitu kelompok

intervensi dan kelompok kontrol. Pada kedua kelompok diawali dengan

 pengukuran Ankle Brachial Index (pre-test). Kelompok intervensi diberikan

 perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Kemudian

setelah dilakukan senam kaki diabetes dilakuan pengukuran kembali ( post-

test ) untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan. Rancangan ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

 Pre Test   Perlakuan  Post Test  

Kelompok Intervensi

Kelompok Kontrol

Bagan 4.1 Rancangan Penelitian

01 X 02

03 04

Page 64: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 64/109

64 

Keterangan:

01 

: Pengukuran  Ankle Brachial Index  pasien ulkus diabetik sebelum

dilakukan senam kaki diabetes pada kelompok intervensi

X : Pemberian perlakuan berupa senam kaki diabetes kepada pasien ulkus

kaki diabetik pada kelompok intervensi

02  : Pengukuran  Ankle Brachial Index  pasien ulkus diabetik setelah

dilakukan senam kaki diabetes pada kelompok intervensi

03  : Pengukuran Ankle Brachial Index pasien ulkus diabetik (pre-test) pada

kelompok kotrol

04  : Pengukuran  Ankle Brachial Index  pasien ulkus diabetik (post-test)

 pada kelompok kotrol

B. 

Tempat Dan Waktu Penelitian

1.  Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap Lontara 1 RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2.  Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 29 Juli sampai 30

September 2012.

C.  Populasi Dan Sampel

1.  Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita

Page 65: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 65/109

65 

Diabetes Melitus di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang

 berjumlah 657 pasien pada tahun 2011.

2. 

Besar Sampel

Penelitian ini menggunakan tekhnik pengambilan sampel yaitu

nonprobability sampling   dengan cara  purposive sampling   yaitu

 pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria

inklusi dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,

sampai jumlah terpenuhi.

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita

Diabetes Melitus dengan ulkus kaki diabetik yang memenuhi kriteria

inklusi dan dirawat di Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar pada bulan Juli sampai September 2012. Berdasarkan

 pengamatan awal di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

didapatkan data jumlah pasien penderita Diabetes Melitus dengan ulkus

kaki diabetik bulan Januari-Desember 2011 yaitu sebanyak 110 orang

dengan rata-rata pasien dalam 1 bulan adalah 10-12 orang.

Jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 30

orang yang terbagi dalam dua kelompok yaitu 15 orang kelompok kontrol

dan 15 orang kelompok perlakuan. Dalam pembagian kelompok sampel

tidak dilakukan randomisasi, artinya pengelompokkan anggota-anggota

kelompok kontrol dan perlakuan tidak dilakukan secara acak kemudian

dilakukan pre test pada kedua kelompok tersebut dan diikuti intervensi

Page 66: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 66/109

66 

 pada kelompok perlakuan. Kemudian setelah itu dilakukan post test pada

kedua kelompok baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. 

Adapun kriteria sampel yang ditentukan dalam penelitian ini

adalah:

a. 

Kriteria Inklusi:

1)   pasien yang dapat diajak komunikasi

2)   pasien  Diabetes Melitus  dengan ulkus kaki diabetik   yang

dirawat di ruang Lontara 1 RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Makassar

3)   pasien Diabetes Melitus Tipe 1 dan 2

4) 

 pasien dengan kesadaran penuh dan tidak mengalami

disorientasi tempat, waktu, dan orang.

5) 

 pasien yang bersedia berpartisipasi menjadi responden

6)   pasien yang dapat duduk dan bergerak aktif

7)   pasien yang tidak mengalami amputasi jari kaki/pergelangan kaki

 b.  Kriteria Eksklusi :

1)   pasien yang pada saat penelitian merupakan perokok aktif

2) 

 pasien dengan hipertensi 

3) 

 pasien yang mengalami dispnea atau nyeri dada

4) 

 pasien yang menderita sellulitis

5)   pasien dengan penyakit vaskular perifer, jantung dan ginjal

Page 67: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 67/109

Page 68: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 68/109

68 

E.  Variabel Penelitian

1. 

Identifikasi Variabel

a. 

Variabel Independen (bebas)

Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Variabel ini disebut variabel bebas artinya

 bebas mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2008). Variabel

Independen dalam penelitian ini adalah senam kaki diabetes.

 b.  Variabel Dependen (tergantung)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat variabel

 bebas terhadap perubahan (Hidayat, 2008). Variabel dependen dalam

 penelitian ini adalah Ankle Brachial Index (ABI).

c.  Variabel Kendali

Yang menjadi variabel kendali pada penelitian ini adalah hipertensi,

merokok, sellulitis, penyakit vaskular perifer, jantung dan ginjal.

d.  Variabel Moderat

Yang menjadi variabel kendali pada penelitian ini adalah status

diet/asupan nutrisi, frekuensi latihan dan GDS.

2. 

Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

a.  Senam Kaki Diabetes

Senam kaki diabetes dalam penelitian ini adalah serangkaian

gerakan yang dilakukan pada pergelangan dan jari-jari kaki pasien

Diabetes Melitus selama 7 hari selama 30 menit yang bertujuan

untuk melancarkan sirkulasi darah pada bagian kaki tersebut dengan

Page 69: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 69/109

69 

Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai lampiran 4.

 b. 

 Ankle Brachial Index (ABI)

ABI dalam peneilitian ini merupakan test non invasive  untuk

mengukur rasio tekanan darah sistolik kaki (ankle) dengan tekanan

darah sistolik lengan (brachial ) pada pasien ulkus diabetik sebelum

dan setelah dilakukan senam kaki diabetes, dengan menggunakan

 simple hand held vascular Doppler ultrasound probe dan tensimeter

( spygmomanometer ). Pengukuran ABI dilakukan 20 menit sebelum

dilakukan senam kaki diabetes dan 20 menit setelah dilakukan senam

kaki diabetes.

Kriteria obyektif penilaian skor ABI meliputi:

ABI meningkat : jika skor ABI sebelum senam kaki diabetes

lebih tinggi daripada setelah senam kaki

diabetes.

ABI menurun : jika skor ABI sebelum senam kaki diabetes

lebih rendah daripada setelah senam kaki

diabetes.

ABI tetap : jika skor ABI sebelum dan setelah dilakukan

senam kaki diabetes tetap atau sama.

c. 

Frekuensi Latihan

Frekuensi latihan dalam penelitian ini adalah jumlah latihan

senam kaki diabetik yang dilakukan responden secara mandiri dalam

sehari.

Page 70: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 70/109

70 

Kriteria obyektif frekuensi latihan meliputi:

1) 

Tidak pernah melakukan latihan

2) 

Dua kali dalam sehari

3) 

Lebih dari dua kali sehari

d. 

Gula Darah Sewaktu (GDS)

GDS dalam penelitian ini adalah nilai hasil pemeriksaan GDS

 per hari yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan

 pengukuran ABI.

e.  Status diet/Asupan Nutrisi

Status diet/asupan nutrisi dalam penelitian ini adalah diet yang

dilakukan oleh responden sejak masuk di rumah sakit.

Kriteria obyektif nutrisi meliputi:

1) 

Mengikuti diet rumah sakit

2)  Tidak mengikuti diet rumah sakit

F.  Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengukur

tekanan sirkulasi darah Doppler dengan merek HI-doop yang memiliki

sensitivitas 81% dan spesifitas 93% dan  sphygmomanometer (tensimeter)

untuk mengukur skor  Ankle Brachial Index  (ABI). Direkomendasikan

menggunakan  probe  dengan frekuensi 8 MHz untuk ukuran lingkar kaki

normal dan 5 MHz untuk lingkar kaki obesitas atau edema. Cara melakukan

kalibrasi yang sederhana adalah sebagi berikut:

Page 71: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 71/109

71 

1.  Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol

(0 mmHg).

2. 

Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-

rapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari

2 mmHg (ke 198mmHg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang

 bocor.

3.  Laju Penurunan kecepatan dari 200 mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik,

dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.

4.  Jika kecepatan turunnya angka di  sphygmomanometer  lebih dari 1 detik,

 berarti harus diperhatikan keandalan dari  sphygmomanometer tersebut.

Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk

terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolik pasien

akan terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan

diastolik.

Hasil pengukuran  Ankle Brachial Index (ABI)  pre  dan  post  intervensi

disajikan dalam bentuk lembar observasi, dengan tujuan untuk melihat

 pengaruh senam kaki terhadap perubahan Ankle Brachial Index  (ABI) pada

 penderita ulkus kaki diabetik . Dilampirkan pula Standar Operasional

Prosedur (SOP) dan leaflet tentang senam kaki diabetes sebagai pedoman

dalam melakukan senam kaki diabetes.

Page 72: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 72/109

Page 73: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 73/109

73 

rumus ABI, hasil dari ABI inilah sirkulasi darah  pre – test . Hal ini

dilakukan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol untuk

memperoleh sirkulasi darah pre. 

5. Kemudian melakukan senam kaki diabetes selama 20-30 menit, dengan

frekuensi 1 kali sehari pada pagi hari selama 7 hari untuk kelompok

intervensi.

6. Setelah senam kaki diabetes dilakukan pada kelompok intervensi, peneliti

kemudian melakukan pengukuran ABI kembali (post-test ). Pada

kelompok kontrol juga dilakukan pengukuran ABI. Maka diperoleh

hasil sirkulasi darah post.

7. Untuk hari berikutnya, sebelum melakukan prosedur pengumpulan data

kembali, terlebih dahulu ditanyakan kepada responden berapa kali

melakukan senam kaki diabetes selain waktu yang dijadwalkan. Kemudian

lakukan prosedur pengumpulan data tahap 4-6 kembali selama 7 hari.

8. Penelitian dilakukan terhadap 2 orang responden dari kelompok intervensi

dan 2 orang responden dari kelompok kontrol selama 7 hari, kemudian

dilanjutkan dengan 2 orang responden dari kelompok intervensi dan

kelompok kontrol untuk 7 hari berikutnya, demikian seterusnya sampai

 jumlah sampel terpenuhi.

H.  Pengolahan Dan Analisa Data

1.  Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Page 74: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 74/109

74 

a.  Editing

Merupakan langkah pengecekan kembali terhadap data yang telah

masuk dalam usaha melengkapi data yang masih kurang.

 b. 

Coding

Pemberian nilai pada opsi-opsi yang telah lengkap kemudian data

ditabulasi atau diolah dalam tabel, selanjutnya diuraikan dari

 presentasi dan hasil perhitungan tersebut.

c.  Tabulasi

Tabulasi data merupakan kelanjutan dari pengkodean pada proses

 pengolahan. Dalam hal ini setiap data tersebut dikoding kemudian

ditabulasi agar lebih mempermudah penyajian data dalam bentuk

distribusi frekuensi.

2. 

Analisa Data

a.  Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

 penelitian. Analisa ini untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

 presentasi dari variabel yang diteliti.

 b. 

Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel dependen

terhadap variabel independen. Data yang telah terkumpul dianalisa

menggunakan program SPSS 16,0. Uji beda karakteristik antara

kelompok intervensi dan kontrol, untuk nilai ABI digunakan uji mann-

whitney, sedangkan nilai GDS dan kepatuhan diet terhadap nilai GDS

Page 75: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 75/109

75 

menggunakan Uji T tidak berpasangan. Data pengaruh frekuensi

latihan senam kaki diabetes terhadap nilai ABI pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol menggunakan uji one way anova

tetapi memiliki sebaran data yang tidak normal berdasarkan hasil uji

 shapiro-wilk   untuk itu uji yang digunakan adalah uji kruskal-wallis.

Dan analisa post hoc untuk uji friedman dengan menggunakan uji

wilcoxon  untuk menemukan perbedaan peningkatan nilai ABI

kelompok intervensi setelah senam kaki diabetik selama 7 hari.

I.  Etika Penelitian

Peneliti mendapatkan rekomendasi dari pihak institusi instansi tempat

 penelitian dalam hal ini RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Kemudian peneliti melakukan penelitian. Setelah mendapat persetujuan

 barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian

(Hidayat, 2007)

1.  Lembar persetujuan menjadi responden ( Informed Consent )

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti yang

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul dan manfaat penelitian.

Responden tidak ada yang menolak saat peneliti melakukan penelitian

terhadap responden.

2.   Anonymity (tanpa nama)

Kerahasiaan responden terjaga dengan cara peneliti tidak mencantumkan

nama responden, hanya memberikan kode huruf awal nama responden.

Page 76: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 76/109

76 

3.  Confindentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data

tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4. 

 Justice (Keadilan)

Penelitian mempertimbangkan aspek keadilan dan hak subyek untuk

mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah

 berpartisipasi dalam penelitian.

5.   Beneficiance (Keuntungan)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek

 penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi.

Page 77: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 77/109

77 

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasan pembahasan

mengenai pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan Ankle Brachial Index

(ABI) pada pasien ulkus diabetik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 29 Juli 2012 sampai dengan 30

September 2012. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 30 orang diruang rawat

Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Seluruh responden yang

masuk kriteria inklusi yang didapatkan dengan  purposive sampling kemudian

dibagi menjadi dua kelompok yaitu 15 orang kelompok intervensi dan 15 orang

kelompok kontrol. Pasien yang menyetujui untuk dilakukan pengukuran GDS dan

ABI dan diberikan senam kaki diabetes menjadi kelompok intervensi dan pasien

yang menyetujui untuk dilakukan pengukuran GDS dan ABI serta diberikan

tindakan yang standar menjadi kelompok kontrol.

A.  Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden dari

30 responden yang didapat, grafik nilai ABI responden pre dan post senam

kaki diabetik, grafik nilai GDS responden selama 7 hari berturut-turut, nilai

GDS terhadap nilai ABI, frekuensi latihan terhadap nilai ABI, nutrisi

terhadap nilai ABI dan perbedaan peningkatan nilai ABI antara kelompok

intervensi dengan kelompok kontrol. Semua hasil ini dipaparkan dalam

Page 78: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 78/109

Page 79: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 79/109

79 

2.  Beda Karakteristik Sebelum Intervensi berdasarkan Nilai ABI Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol

Tabel 5.2

Beda Karakteristik Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n=30)

Karakteristik

Responden

Data Kelompok

Intervensi

Data Kelompok

Kontrolp value

nMedian

(Min-Maks)n

Median

(Min-Maks)

ABI pre (hari ke 1) 15 0,95 (0,90-1,0) 15 1,0 (0,90-1,0) 0,217*ABI post (hari ke 7) 15 1,0 (0,92-1,34) 15 0,92 (0,90-1,0) 0,0005*

*mann-whitney test

Tabel 5.2 di atas menunjukkan beda karakteristik nilai ABI antara

kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada pengukuran hari pertama

semua responden dalam kelompok intervensi yakni 15 orang (100%)

memiliki nilai ABI dengan nilai median 0,95 dan nilai minimum-

maksimum 0,90-1,0. Demikian pula pada kelompok kontrol semua

responden yakni 15 orang (100%) memiliki nilai ABI dengan nilai median

1,0 dan nilai minimum-maksimum 0,90-1,0. Berdasarkan hasil uji shapiro-

wilk  didapatkan nilai p=0,0001 dan p=0,0009 yang berarti bahwa sebaran

data tidak normal. Uji hipotesa yang dipakai untuk data ABI ini adalah uji

mann-whitney sebagai uji nonparametrik   dan didapatkan nilai  p=0,217

yang berati bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara nilai ABI

kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada pengukuran hari pertama,

sedangkan pada hari ke tujuh didapatkan nilai p=0,0005 yang berarti

 bahwa ada perbedaan bermakna antara nilai ABI kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

Page 80: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 80/109

80 

3.  Perbedaan Peningkatan Nilai ABI Responden  pre  dan  post   Senam Kaki

Diabetik pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Tabel 5.3

Perbedaan Peningkatan Nilai ABI Responden pre  dan post  

Senam Kaki Diabetik (n=30)

Kelompok

Pre   Post  

p

CI 95 % 

Median

(min-maks)

Median

(min-maks)Lower Upper

Intervensi

ABI

0,96(0,93-1,00)

1,06(0,96-1,15) 0,0002*

0,994*

-0,12 -0,08

Kontrol

ABI

0,96

(0,89-1,02)

0,97

(0,92-1,02)-0,02 0,01

*Uji Friedman

Tabel 5.3 di atas memperlihatkan perbedaan peningkatan nilai ABI

responden  pre dan  post senam kaki diabetik. Pada kelompok intervensi

nilai median ABI pre senam kaki diabetik adalah 0,96 dengan nilai

minimum-maksimum 0,93-1,00 dan post senam kaki diabetik adalah 1,06

dengan nilai minimum-maksimum 0,96-1,15. Berdasarkan uji shapiro-wilk  

didapatkan nilai  p<0,05 yang berarti bahwa sebaran data tidak normal,

sehingga uji yang digunakan dalam melihat perbedaan ini adalah uji

 friedman dengan nilai  p=0,0002 yang berarti bahwa terdapat perbedaan

 bermakna antara nilai ABI  pre  dan  post latihan senam kaki diabetik

dengan nilai CI 95% (-0,12 - -0,08). Sedangkan pada kelompok kontrol

 berdasarkan uji friedman didapatkan nilai  p=0,994 yang berarti bahwa

tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai ABI  pre dan  post latihan

senam kaki diabetik dengan nilai CI 95% (-0,02 - 0,01).

Page 81: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 81/109

81 

4.  Analisa  Post Hoc terhadap Perbedaan Peningkatan Nilai ABI Responden

 Pre dan Post  Senam Kaki Diabetik pada Kelompok Intervensi Hari 1-7

Tabel 5.4

Perbedaan Peningkatan Nilai ABI Responden pre  dan post  

Senam Kaki Diabetik pada Kelompok Intervensi Hari 1-7 (n=15)

Median

(minimum-maksimum)p

ABI Setelah Latihan Hari 1

ABI Setelah Latihan Hari 2

ABI Setelah Latihan Hari 3

ABI Setelah Latihan Hari 4

ABI Setelah Latihan Hari 5

ABI Setelah Latihan Hari 6

ABI Setelah Latihan Hari 7

1,00 (0,90-1,00)1,00 (0,95-1,21)1,00 (0,90-1,23)0,99 (0,90-1,30)1,00 (0,90-1,32)1,00 (0,97-1,32)1,00 (0,92-1,34)

0,010*0,004*0,007*0,027*0,002*0,002*0,002*

*uji wilcoxon

Tabel 5.4 di atas memperlihatkan hasil analisa post hoc yang

digunakan untuk menemukan perbedaan peningkatan nilai ABI selama 7

hari responden melakukan senam kaki diabetik. Analisa post hoc untuk uji

 friedman ini adalah dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil uji wilcoxon

ini memperlihatkan rata-rata nilai  p<0,05. Hasil analisa ini menunjukkan

 bahwa ada perubahan nilai ABI yang terjadi setelah dilakukan senam kaki

diabetik selama tujuh hari berturut-turut.

Page 82: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 82/109

82 

5.  Distribusi Jumlah Responden berdasarkan Perubahan Nilai ABI

Tabel 5.5Distribusi Jumlah Responden berdasarkan Perubahan

Nilai ABI pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n=30)

HARI

INTERVENSI KONTROL

ABI

Meningkat

ABI

Tetap

ABI

Menurun

ABI

Meningkat

ABI

Tetap

ABI

Menurun

n % n % n % n % n % n %

1 8 53,3 7 46,7 - 0 - 0 15 100 - 0

2 7 46,7 5 33,3 3 20 9 60 2 13,3 4 26,7

3 5 33,3 5 33,3 5 33,3 6 40 3 20 6 40

4 4 26,7 4 26,7 7 46,7 6 40 2 13,3 7 46,7

5 10 66,7 2 13,3 3 20 6 40 5 33,3 4 26,7

6 6 40 3 20 6 40 7 46,7 3 20 5 33,3

7 5 33,3 4 26,7 6 40 4 26,7 5 33,3 6 40

Tabel 5.5 di atas memperlihatkan perubahan nilai ABI kelompok

intervensi dan kelompok kontrol selama 7 hari pemeriksaan. Pada

kelompok intervensi, sebagian besar responden mengalami peningkatan

nilai ABI pada hari ke lima intervensi yakni 10 responden (66,7%), dan

sebagian besar responden mengalami nilai ABI yang tetap pada hari

 pertama intervensi yakni 7 responden (46,7%), serta sebagian besar

responden mengalami penurunan nilai ABI pada hari ke empat intervensi

yakni 7 responden (46,7%). Sedangkan pada kelompok kontrol, sebagian

 besar responden mengalami peningkatan nilai ABI pada hari ke dua yakni

9 responden (60%), dan sebagian besar responden mengalami nilai ABI

yang tetap pada hari pertama yakni 15 responden (100%), serta sebagian

 besar responden mengalami penurunan nilai ABI pada hari ke empat yakni

7 responden (46,7%).

Page 83: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 83/109

83 

6.  Grafik Nilai ABI Kelompok Intervensi dan Kontrol

Grafik 5.1Nilai ABI Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Hari 1-7 sebelum dan setelah Senam Kaki Diabetik (n=30)

Grafik 5.1 di atas menunjukkan perubahan nilai ABI pada

kelompok intervensi dalam penelitian ini selama 7 hari. Rerata nilai ABI

 pada kelompok intervensi, mengalami penurunan pada hari ke tiga dan

hari ke empat yakni dari rerata nilai ABI hari ke dua 1,0313 menjadi

1,0247 pada hari ke tiga dan 1,0213 pada hari ke empat, tetapi rerata nilai

ABI ini kembali meningkat secara progresif pada hari ke lima yakni

menjadi 1,0847 meskipun pada hari ke enam kembali menurun namun

tidak secara progresif yakni menjadi 1,08 dan kembali meningkat pada

hari ke tujuh menjadi 1,0913. Grafik 5.1 di atas juga menunjukkan

Page 84: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 84/109

84 

 perubahan nilai ABI pada kelompok kontrol dalam penelitian ini selama 7

hari. Berbeda dengan kelompok intervensi, rerata nilai ABI pada

kelompok kontrol ini menunjukkan penurunan yang terjadi secara terus

menerus dari hari pertama sampai hari ke tujuh pengukuran. Pada hari

 pertama terlihat rerata nilai ABI yakni 0,9613 dan menurun secara terus

menerus selama 7 hari, dimana rerata niali ABI pada kelompok kontrol ini

menjadi 0,946.

7.  Pengaruh Frekuensi Latihan Senam Kaki Diabetik terhadap Nilai ABI

Kelompok Intervensi

Tabel 5.6

Pengaruh Frekuensi Latihan Senam Kaki Diabetik

Tambahan Diluar Jadwal Program Penelitian terhadap Nilai ABI

pada Kelompok Intervensi (n=15)

Frekuensi

Latihan

Kelompok Intervensi Median

(Min-Maks)

p value

n (%)2 x sehari

1 x sehari

Tidak pernah

753

473320

1,20(0,92-1,34)1,00(0,95-1,23)1,00(1,00-1,00)

0,519*

*Uji Kruskal-Wallis

Tabel 5.6 menyajikan hasil analisis pengaruh frekuensi latihan

senam kaki diabetik terhadap nilai ABI pada kelompok intervensi. Pada

kelompok intervensi, sebagian besar responden melakukan latihan 2 kali

sehari yakni 7 orang (47%) dengan nilai median ABI 1,20 dan nilai

minimum-maksimum ABI 0,92-1,34. Berdasarkan hasil uji shapiro-wilk  

didapatkan hasil  p=0,008 maka dapat dikatakan data frekuensi latihan

senam kaki diabetik dan nilai ABI berdistribusi tidak normal. Uji yang

dipakai adalah Uji Kruskal-Wallis  sebagai uji nonparametrik   dan

Page 85: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 85/109

85 

didapatkan nilai  p=0,519 yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang

 bermakna frekuensi latihan senam kaki diabetik terhadap nilai ABI.

8. 

Pengaruh Kepatuhan Diet terhadap Nilai GDS pada Kelompok Intervensi

dan Kelompok Kontrol

Tabel 5.7

Pengaruh Kepatuhan Diet terhadap Nilai GDS pada Kelompok Intervensi

dan Kelompok Kontrol (n=30)

Frekuensi LatihanKelompok Intervensi Kelompok Kontrol p

valuen(%) Mean(SD) n(%) Mean(SD)

Mengikuti Diet RS

Tidak Mengikuti Diet RS

14(93)1(7)

125,93(21,85)167

10(67)5(33)

123,33(17,79)250,44(34,08)

0,044*

*Uji T Tidak Berpasangan 

Tabel 5.7 menyajikan hasil analisis pengaruh kepatuhan diet

terhadap nilai ABI. Pada kelompok intervensi sebagian besar responden

mengikuti diet yang diberikan rumah sakit yakni 14 responden (93%)

dengan nilai mean GDS 125,93 dan nilai standar deviasi 21,85. Demikian

 pula pada kelompok kontrol sebagian besar responden mengikuti diet yang

diberikan rumah sakit yakni 10 responden (67%) dengan nilai mean GDS

123,33 dan nilai standar deviasi 17,79. Berdasarkan uji t tidak

berpasangan  didapatkan nilai  p=0,044 yang berarti bahwa terdapat

 pengaruh yang bermakna kepatuhan diet terhadap nilai GDS pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Page 86: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 86/109

86 

9.  Pengaruh Latihan Senam Kaki Diabetik terhadap Penurunan Nilai GDS

setelah 7 hari Latihan

Tabel 5.8

Pengaruh Latihan Senam Kaki Diabetik terhadap

Penurunan Nilai GDS Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol setelah 7 Hari(n=30)

Nilai

GDS(mg/dl)

Data Kelompok IntervensiData Kelompok Kontrol p

value

n (%) Mean (SD) n (%) Mean (SD)

< 140> 140

10 (66,7)5 (33,3) 128,67 (23,576)

6 (40)9 (60) 199,60 (70,225) 0,002*

*uji T- tidak berpasangan

Tabel 5.8 di atas memperlihatkan pengaruh latihan senam kaki

diabetik terhadap penurunan nilai GDS setelah 7 hari latihan. Pada

kelompok intervensi sebagian besar responden memiliki nilai GDS < 140

mg/dl yakni 10 responden (67%) dengan nilai rata-rata 128,67 dan standar

deviasi 23,576. Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar

responden memiliki nilai GDS > 140 mg/dl yakni 9 responden (60%)

dengan nilai rata-rata 199,60 dan standar deviasi 70,225. Berdasarkan hasil

uji T tidak berpasangan  didapatkan nilai  p=0,002 yang berarti bahwa

terdapat perbedaan bermakna antara nilai GDS kelompok intervensi dan

kontrol pada pengukuran selama 7 hari.

Page 87: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 87/109

87 

10. Grafik Nilai GDS Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Grafik 5.2Nilai GDS Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Hari 1-7 (n=30)

Grafik 5.2 di atas menunjukkan rerata nilai GDS kelompok

intervensi dalam penelitian ini selama 7 hari. Rerata nilai GDS pada

kelompok intervensi ini mengalami penurunan yang progresif secara terus

menerus dari hari pertama sampai hari ke tujuh intervensi. Pada hari

 pertama terlihat rerata nilai GDS yakni 215,3 gr/dl menurun secara

 progresif menjadi 128,7 gr/dl pada hari ke tujuh . Grafik 5.2 di atas juga

menunjukkan rerata nilai GDS kelompok kontrol dalam penelitian ini

selama 7 hari. Berbeda dengan kelompok intervensi pada kelompok

kontrol ini rerata nilai GDS mengalami penurunan dan peningkatan. Pada

hari ke tiga rerata nilai GDS mengalami penurunan yakni menjadi 199,4

Page 88: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 88/109

88 

dari rerata nilai GDS hari pertama yakni 214,9 gr/dl, tetapi rerata nilai

GDS ini kembali mengalami peningkatan yang progresif pada hari ke lima

yakni menjadi 228,5 gr/dl. Meskipun pada hari ke enam dan ke tujuh

kembali menurun berturut-turut menjadi 220,3 gr/dl dan 199,6 gr/dl tetapi

rerata nilai GDS kelompok kontrol ini tetap berada dalam rentang nilai

GDS yang cukup tinggi di atas normal. 

B.  Pembahasan

1.  Karakteristik Responden

Responden pada kelompok intervensi dalam penelitian ini sebagian

 besar memiliki nilai GDS <140 mg/dl dan pada kelompok kontrol

sebagian besar memiliki nilai GDS >140 mg/dl. Nilai GDS ini mengalami

 perubahan yang signifikan selama 7 hari penelitian ini. Dilihat dari

frekuensi latihan senam kaki diabetik dan kepatuhan diet responden,

sebagian besar responden melakukan latihan senam kaki diabetik pada

kelompok intervensi setelah peneliti mengajarkan latihan tersebut dan

sebagian besar responden patuh terhadap diet yang ditetapkan rumah

sakit. Tentunya ketiga faktor ini yakni nilai GDS, frekuensi latihan senam

kaki diabetik, dan kepatuhan diet responden akan sangat berpengaruh

dalam peningkatan ataupun penurunan nilai ABI dalam 7 hari penelitian

ini. Hal ini akan peneliti bahas secara mendalam pada pembahasan

selanjutnya.

Page 89: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 89/109

89 

2.  Perbedaan Peningkatan Nilai ABI Responden  Pre dan  Post Senam Kaki

Diabetik

Hasil analisis data yang diperlihatkan pada responden kelompok

intervensi dan kontrol memperlihatkan perbedaan dari kedua kelompok

ini. Hasil bermakna terjadi pada kelompok intervensi dengan nilai

 p=0,001. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh senam kaki

diabetik terhadap perubahan nilai ABI. Sedangkan pada kelompok

kontrol tidak terlihat perubahan yang bermakna terhadap nilai ABI.

Peningkatan nilai ABI tentunya disebabkan oleh beberapa faktor

yang dapat mempengaruhinya. Dalam penelitian ini peneliti melihat

 peningkatan dari adanya latihan senam kaki diabetik yang diberikan

 berdasarkan instruksi peneliti kepada responden secara langsung dan

anjuran untuk melakukan latihan secara mandiri oleh responden. Selain

dari latihan senam kaki ini juga, peneliti melihat peningkatan nilai ABI

ini dari nutrisi yang diikuti responden apakah mengikuti diet rumah sakit

atau tidak mengikuti diet rumah sakit. Dimana nutrisi ini akan

mempengaruhi pada peningkatan nilai GDS.

Keadaan GDS yang meningkat dan terus-menerus akan

mempunyai dampak pada kemampuan pembuluh darah tidak

 berkontraksi dan relaksasi berkurang. Hal ini mengakibatkan sirkulasi

darah dalam tubuh menurun, terutama pada kaki, sehingga glukosa darah

tidak lancar masuk ke dalam dalam jaringan atau sel-sel dalam tubuh,

dan terjadi penyumbatan pada pembuluh darah terutama pada kaki atau

Page 90: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 90/109

90 

sirkulasi darah kaki menjadi tidak lancar. Hal ini akan mempengaruhi

nilai ABI yang tentunya akan sangat berbeda pada setiap responden.

3.  Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Anke Brachial Index (ABI)

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan rerata nilai ABI

 pada kelompok intervensi. Peningkatan ini terjadi dari hari pertama

sampai hari ke tujuh secara signifikan. Sedangkan jika dilihat pada

kelompok kontrol pada penelitian ini, terlihat bahwa rerata nilai ABI

mengalami penurunan. Sehingga dari hal ini dapat dikatakan bahwa

terdapat perbedaan rerata nilai ABI responden  pre dan  post senam kaki

diabetik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Rerata nilai ABI kelompok intervensi dan kontrol dalam

 penelitian ini memperlihatkan nilai ABI dalam batas normal, baik pada

 pemeriksaan  pre dan  post senam kaki diabetik pada kelompok intervesi

maupun pemeriksaan pertama dan kedua pada kelompok kontrol.

Sehingga peneliti dapat mengatakan bahwa semua responden yang diikut

sertakan dalam penelitian ini tidak memiliki masalah yang sangat berarti

 pada kondisi darah dan pembuluh darahnya. Meskipun jika kita melihat

secara individu ada beberapa responden memiliki nilai ABI < 0,9 yang

dapat menginterpretasikan gangguan pada sirkulasi ekstremitas

responden ini. Tetapi hal ini diabaikan dan peneliti melihat pada rerata

nilai ABI yang didapatkan pada perhitungan statistika.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian terkait senam kaki diabetes

yang juga dilakukan di Medan oleh Juliani Nasution pada tahun 2011

Page 91: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 91/109

91 

mengenai pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah

kaki pasien DM yang bertujuan mengetahui pengaruh senam kaki dalam

meningkatkan sirkulasi darah pasien DM. Peneliti melakukan senam kaki

diabetes terhadap 10 pasien DM selama 7 hari dan diperoleh hasil bahwa

sirkulasi darah mengalami peningkatan yang signifikan. Dari hasil

tersebut dapat dikatakan bahwa senam kaki sangat berpengaruh pada

 peningkatan sirkulasi darah kaki pasien Diabetes Mellitus.

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dewi (2005) di Yogyakarta yang berjudul Hubungan Aspek-aspek

Perawatan Kaki Diabetes dengan Kejadian Ulkus Kaki Diabetes pada

Pasien Diabetes Melilitus dengan tujuan untuk mengetahui aspek-aspek

 perawatan kaki diabetes yang berhubungan dengan kejadian ulkus kaki

diabetes. Penelitian ini dilakukan pada 21 orang pasien DM untuk

masing-masing kelompok kasus dan kontrol. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aspek-

aspek perawatan kaki diabetes dengan kejadian ulkus kaki diabetes. Dari

aspek senam kaki diabetes diperoleh hubungan yang bermakna antara

senam kaki diabetes dengan kejadian ulkus diabetes. Berdasarkan hal

tersebut, maka pasien DM dengan kebiasaan buruk saat melakukan

senam kaki diabetes akan berpeluang besar terkena ulkus diabetes. Kaki

diabetes mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropati sehingga

dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani atau senam kaki sesuai

dengan kondisi agar resiko terjadi ulkus kaki diabetes dapat dicegah.

Page 92: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 92/109

92 

Pengaruh senam kaki diabetik sangat jelas terlihat pada hasil

 penelitian ini. Hipotesa yang telah dirumuskan oleh peneliti, terjawab

dengan hasil penelitian ini. Dimana terdapat pengaruh senam kaki

diabetik terhadap peningkatan nilai ABI pada pasien ulkus diabetikum.

Sesuai dengan Tara (2003) yang menyebutkan bahwa senam kaki dapat

mencegah keparahan ulkus diabetikum dengan memperlancar peredaran

darah ke perifer, menguatkan otot kaki, mencegah kekakuan, mencegah

kebas-kebas dan menghangatkan kaki sehingga dapat mempercepat

 penyembuhan luka. Dari hal ini peneliti menganalisa juga bahwa dengan

adanya kelancaran perdarahan perifer setelah melakukan latihan fisik

dalam hal ini latihan senam kaki diabetik, sehingga nilai ABI dapat

meningkat setelah latihan.

Penelitian lain yang sudah pernah dilakukan adalah pengaruh

senam kaki terhadap pencegahan kaki diabetik (Cinta, 2009). Hasil

 penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan keadaan kaki

 pada saat  pre dan  post senam kaki. Oleh karena itu, senam kaki sangat

 baik dilakukan pada pasien diabetes melitus, baik untuk pencegahan

maupun untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada tungkai bawah.

Penelitian yang sesuai lainnya juga adalah penelitian yang

dilakukan oleh McDermott, et al (2002) di Chicago yang bertujuan untuk

menggambarkan hubungan antara ABI dan fungsi tungkai. Penelitian

dilakukan  terhadap 460 penderita penyakit arteri perifer   dengan cara

melakukan aktivitas fisik seperti berjalan kaki, jalan cepat, dan melatih

Page 93: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 93/109

93 

keseimbangan berdiri. Hasil Penelitian yang menunjukkan adanya

 pengaruh aktivitas fisik terhadap peningkatan Ankle Brachial Index.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh frekuensi

latihan senam kaki diabetes tambahan diluar jadwal program penelitian

terhadap nilai ABI pada kelompok intervensi. Responden yang

melaksanakan frekuensi latihan 2-3 kali sehari mengalami peningkatan

nilai ABI dengan median 1,20 dan nilai minimum-maksimum (0,92-1,34).

Menurut Akhtyo (2009) adanya masalah kaki pada pasien

Diabetes Melitus karena pasien DM kurang mengontrol kadar glukosa

darahnya, sehingga glukosa darah banyak menumpuk di pembuluh darah,

hal tersebut yang menyebabkan sirkulasi darah di jaringan kurang

termasuk di kaki, tanda dan gejala lainnya mencakup berkurangnya

denyut nadi perifer dan neuropati perifer (pasien merasakan kebas atau

kesemutan pada kaki). Dengan melakukan senam kaki pada pasien DM

yang melibatkan kelompok otot-otot utamanya (otot kaki), sehingga otot

kaki berkontraksi secara teratur maka akan terjadi peningkatan laju

metabolik pada otot yang aktif. Kemudian akan terjadi dilatasi pada

arteriol maupun kapiler, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler

terbuka sehingga akan terjadi peningkatan sirkulasi darah kaki

(peningkatan ABI) dan penarikan glukosa ke dalam sel. Senam kaki

dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dengan frekuensi 3-5 kali

 perminggu dan intensitas 40-70% (ringan sampai sedang). (PERKENI,

2002).

Page 94: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 94/109

94 

Porsi latihan juga harus diperhatikan, latihan yang berlebihan

akan merugikan kesehatan, sedangkan latihan yang terlalu sedikit tidak

 begitu bermanfaat. Penentuan porsi latihan tersebut harus memperhatikan

intensitas latihan, lama latihan dan frekuensi latihan. Pada saat

latihan/senam ringan, pemakaian asam lemak bebas dan glukosa tidak

tergantung insulin, apabila senam ditingkatkan menjadi berintensitas

sedang maka insulin akan menurun dan adrenalin akan meningkat.

Selanjutnya bila senam dalam intensitas yang lebih berat maka non

adrenalin akan meningkat dan menghambat sekresi insulin dan bersamaan

dengan itu terjadi peningkatan glukagon. Apabila latihan senam terus

ditingkatkan maka sumber tenaga dan glikogen otot berkurang,

selanjutnya akan terjadi pemakaian glukosa darah dan asam lemak bebas

sehingga dapat menyebabkan kelelahan (Brunner & Suddarth. 2002).

4.  Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Nilai GDS

Selain menunjukkan peningkatan ABI, hasil penelitian ini juga

menunjukkan penurunan nilai GDS yang terjadi pada kelompok

intervensi. Penurunan nilai GDS pada kelompok intervensi ini terjadi

secara terus menerus dari hari pertama sampai hari ketujuh. Sedangkan

 pada kelompok kontrol masih dapat terlihat peningkatan dalam beberapa

hari meskipun juga terjadi penurunan pada hari berikutnya.

Menurut Krucoff (2004) bahwa latihan fisik mempunyai efek

 pada metabolisme tubuh yaitu meningkatkan kualitas insulin,

Page 95: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 95/109

95 

meningkatkan pemakaian glukosa darah sehingga tidak menumpuk,

meningkatkan transport glukosa ke sel-sel. Senam kaki merupakan

 pilihan yang tepat untuk pasien diabetes melitus karena dapat

memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki kesehatan secara umum pada

 pasien diabetes. Senam kaki merupakan salah satu terapi yang diberikan

untuk memperlancar sirkulasi darah yang terganggu.

Hal ini sejalan menurut Ilyas (2007) latihan jasmani secara

langsung dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa

oleh otot yang aktif, dan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga

lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor insulin menjadi lebih

aktif yang akan berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah dan juga

akan mengaktifkan pompa vena pada pasien diabetes sehingga tidak

terjadi komplikasi atau gangguan sirkulasi darah perifer.

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan penjelasan tentang hasil-

hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian ini, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada latihan

senam kaki diabetik terhadap peningkatan nilai ABI.

C.  Keterbatasan penelitian

Penelitian ini tentunya masih banyak keterbatasan dan kekurangan yang

terdapat di dalamnya. Jumlah sampel yang masih dapat ditambahkan

 jumlahnya untuk lebih memperkuat hasil penelitian. Dengan jumlah sampel

yang didapat peneliti yakni 30 responden, tentunya masih sangat kurang

Page 96: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 96/109

96 

untuk dapat menggeneralisir hasil penelitian ini secara luas di semua daerah.

Di samping jumlah sampel, keterbatasan lain adalah banyaknya faktor yang

dapat mempengaruhi nilai ABI pada responden belum terkontrol oleh peneliti

contohnya penyakit komplikasi yang diderita responden, konsumsi obat-obat

farmakologis, dan faktor genetik responden. Waktu pengukuran ABI dan

GDS serta pemberian senam kaki diabetes yang berbeda-beda dari hari ke

hari juga merupakan kekurangan dari penelitian ini.

Page 97: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 97/109

97 

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil oleh peneliti yang sesuai dengan tujuan

 penelitian ini adalah:

1.  Rerata nilai ABI  pre dan  post   senam kaki diabetes pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol dalam batas normal.

2.  Terjadi peningkatan rerata nilai ABI pada kelompok intervensi dari hari

 pertama sampai hari ke tujuh sedangkan rerata nilai ABI pada kelompok

kontrol mengalami penurunan.

3.  Terjadi peningkatan yang signifikan skor ABI pada kelompok intervensi

(Median = 1,06, p = 0,0002) dibandingkan dengan kelompok kontrol

(Median = 0,97, p = 0,994).

4.  Ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada nilai GDS (p = 0,002)

kelompok intervensi (Mean ± SD = 128,67 ± 23,58) dibandingkan dengan

kelompok kontrol (Mean ± SD = 199,60 ± 70,23) setelah selesainya

intervensi senam kaki diabetes.

Page 98: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 98/109

98 

B.  Saran

Senam kaki diabetik sangat bermanfaat untuk pasien dengan ulkus

diabetik untuk itu peneliti menyarankan bahwa:

1. 

Institusi pendidikan keperawatan dapat membekali mahasiswanya sebagai

calon perawat agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik

dalam senam kaki diabetik ini. Sehingga nantinya ia mampu

mengaplikasikannya di lahan praktek.

2.  Untuk institusi pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat membuat

kebijakan bahwa senam kaki diabetik ini merupakan salah satu

 penanganan non farmakologik yang terdapat standar operasional prosedur

 penanganan pasien dengan diabetes melitus.

3.  Untuk peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan agar dapat

menambahkan jumlah sampel penelitian menjadi lebih besar dan lebih

mengontrol semua faktor yang dapat mempengaruhi nilai ABI pada

responden misalnya mengontrol masalah penyakit komplikasi yang

diderita oleh responden, konsumsi obat-obat farmakologis, dan faktor

genetik responden.

Page 99: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 99/109

Page 100: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 100/109

100 

Ilyas, E.I. 2007. Manfaat Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes, dalam

Soegondo, S., et al, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu (hal. 261-

269), Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Mansjoer, A. 2001.  Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius.

FKUI: Jakarta

McDermott,M., Greenland,P., Liu,K., Guralnik, J.M., Celic,L., Criqul,M.H.,

…..…… Clark,E. 2002. The Ankle Brachial Index is Associated with Leg

Function and Physical Activity: The Walking and Leg Circulation Study.

 Journals of American College of Physicians-American Society of Internal

 Medicine. Vol 136, p.873-883.

Minadiarly. 2006.  Diabetes Melitus: Gangrene Ulcer, Infeksi, Mengenal Gejala

 Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi. Edisi 1. Pustaka Populer

Obat: Jakarta

 Nasution, J. 2011. Pengaruh Senam Kaki terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah

kaki pada Pasien Penderita Diabetes melitus. Diakses tanggal 28 April

2012. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20590

 Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

 Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Salemba Medika: Jakarta

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2002. „Pengelolaan Diabetes

Melitus Tipe 2 di Indonesia‟. CV Aksara Buana: Jakarta

Pinzur, M.S. 2009.  Diabetic foot . Diakses tanggal 28 April 2012.

hhtp://www.emedicine.com

Sastroasmoro, S & Ismail. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi

4. Sagung Seto: Jakarta

Setyoadi & Kushariayadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien

 Psikogeriatrik . Salemba Medika: Jakarta

Soegondo, S. Soewondo,P. & Subekti,I. 2009.  Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Terpadu. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Sritharan,K. Elwell,V, & Sivananthan,S. 2011.  Ragam Topik OSCE Esensial

untuk Ujian Akhir Keterampilan Medis & Bedah. EGC: Jakarta

Page 101: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 101/109

101 

Suyono, S. 2006. „Diabetes Mellitus di Indonesia‟.  Buku ajar Ilmu Penyakit

 Dalam. Jilid III. Edisi 4. FKUI: Jakarta

Syamsuhidayat,R & Jong,D.W. 2004.  Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC:

Jakarta

Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Dibetes. PT

Gramedia Pustaka Umum: Jakarta

Udjianti,W. 2007.  Ankle brachial pressure index (ABPI) dan compression

bandage. Surabaya.

Waspadji, S. 2006. „Diabetes Mellitus di Indonesia‟. Dalam: Aru W, dkk. Editors,

Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi 4. FKUI: Jakarta

WHO (World Health Organization). 2000. Panduan Penatalaksanaan Diabetes

Mellitus

Wibisono. 2009. Senam Khusus Untuk Penederita Diabetes. Diakses tanggal 28

April 2012. http://senamkaki.com

Page 102: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 102/109

102 

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth,

Bapak/Ibu Calon Responden

di-

Tempat.

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, dengan :

 Nama : Nurhaerani Kasim

 Nim : C 121 11636

Alamat : Jl. Skarda‟N Green Permai Blok C/34 

Ingin melakukan penelitian dengan judul :

“Pengaruh Senam Kaki terhadap Perubahan Ankl e Brachial I ndex   (ABI) pada Pasien Ulkus  

Kaki Diabetik  di Ruang Rawat Inap Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang dapat merugikan bapak/ibu calon responden.

Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan

 penelitian, jika bapak/ibu calon tidak bersedia menjadi responden maka tidak ada ancaman bagi

 bapak/ibu.

Jika bapak/ibu telah menjadi responden dan terjadi hal-hal yang merugikan makan bapak/ibu boleh

mengundurkan diri dan tidak berpartisipasi dalam penelitian ini.

Saya sebagai peneliti sebelumnya mengucapkan terima kasih atas kesediaan bapak/ibu menjadi

responden dalam penelitian ini.

Peneliti

 Nurhaerani Kasim

Page 103: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 103/109

103 

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

 Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa ProgramStudi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar yang bernama

 Nurhaerani Kasim (C1211636) dengan judul “Pengaruh Senam Kaki terhadap Perubahan Ankle

Brachial I ndex  (ABI) pada Pasien Ulkus  Kaki Diabetik  di Ruang Rawat Inap Lontara 1 RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar” 

Saya memahami penelitian ini dimaksudkan untuk kepentingan ilmiah dalam rangka penyusunan

skripsi bagi peneliti dan tidak merugikan saya serta hal-hal yang sifatnya rahasia akan dijaga

kerahasiaannya.

Dalam penelitian ini, saya akan bekerjasama dengan baik yaitu dengan mematuhi semua prosedur

senam kaki diabetes yang diberikan dan pemeriksaan  Ankle Brachial Index dari awal sampai akhir

 penelitian.

Dengan demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapa pun, saya siap berpartisipasi

dalam penelitian ini.

Demikian lembar persetujuan ini saya tanda tangani dan kiranya dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Makassar, 2012

Mengetahui,

Responden  Peneliti

(...…..……………………...) ( …………………………….)

Saksi 

( ……………………………) 

Page 104: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 104/109

Page 105: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 105/109

105 

Perhatikan juga lingkungan yang mendukung, seperti lingkungan yang nyaman bagi

 pasien, dan jaga privacy pasien.

5. 

Prosedur

Latihan senam kaki diabetes dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk, dan

tidur, dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri dengan

kedua tumit diangkat, mengankat kaki, dan menurukan kaki. Gerakan dapat berupa

menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar keluar atau kedalam dan

mencengkramkan dan meluruskan jari-jari kaki. Latihan senam kaki diabetes ini dapat

dilakukan setiap hari secara teratur (Soegondo,dkk. 2009).

Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki:

a. 

Perawat cuci tangan

 b.  Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas

 bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam  posisi

 berbaring dengan meluruskan kaki. 

c. 

Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas

lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada

 posisi tidur, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan

kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. 

d.  Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas.

Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki

diangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan

diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan tumit kaki

secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan sebanyak 10 kali.

Page 106: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 106/109

106 

e.  Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat

gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak

10 kali. Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan memutar dengan

 pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

f.  Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar

dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur

kaki harus diangkat sedikit agar dapat melakukan gerakan memutar  pada

 pergelangan kaki sebanyak 10 kali. 

g.  Luruskan salah  satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,

tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara

 bergantian. Gerakan ini sama dengan posisi tidur.

h.  Lutut diluruskan lalu dibengkokkan kembali ke arah bawah, ulangi sebanyak 10

kali.

i.  Letakkan sehelai kertas surat kabar di lantai. Bentuk kertas tersebut menjadi

seperti bola dengan menggunakan kedua belah kaki. Kemudian buka bola itu

menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini

dilakukan sekali saja.

6.  Dokumentasi Tindakan

Perhatikan respon pasien setelah melakukan senam kaki. Lihat tindakan yang

dilakukan klien apakah sesuai atau tidak dengan prosedur, dan perhatikan tingkat

kemampuan klien melakukan senam kaki.

Page 107: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 107/109

107 

Lampiran 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)PENGUKURAN ANKLE BRACHIAL INDEX

1. 

Definisi

Ankle Brachial Index (ABI) adalah test non invasive untuk mengukur rasio

tekanan darah sistolik kaki (ankle) dengan tekanan darah sistolik lengan (brachial ).

 Nilai ABI kanan dan kiri dihitung dengan membagi tekanan sistolik pada dorsalis pedis

dan posterior tibia atau pergelangan kaki (ankle) pada masing-masing tungkai dengan

tekanan sistolik tertinggi pada kedua lengan atas (brachial ).

2.  Tujuan

Pemeriksaan ABI dilakukan untuk mendeteksi adanya insufisiensi arteri sehingga dapat

menentukan jenis luka apakah arterial ulcer, venous ulcer atau mixed ulcer. Sehingga

dapat memberikan intervensi secara tepat

3.  Persiapan alat

Tekanan darah sistolik diukur dengan menggunakan alat yang disebut simple hand held

vascular Doppler ultrasound probe dan tensimeter ( spygmomanometer ).

4.  Persiapan klien

a.  Perkenalan dan persetujuan

1)  Perkenalkan diri anda pada pasien dan pastikan identitasnya 

2)  Jelaskan alasan dilakukannya prosedur dan maknanya. 

 b.  Posisi pasien

1)  Posisikan pasien pada posisi terlentang, kedua lengan dipaparkan, dan posisi

kaki sama tinggi dengan posisi jantung. 

2) 

Pastikan bahwa pasien nyaman, dan biarkan ia beristirahat selama 20 menit.  

5.  Prosedur pengukuran ABI

a.  Cuci tangan

 b. 

Pilih ukuran manset tekanan darah yang sesuai dan tempatkan di sekitar lengan

 pasien.

c.  Palpasi arteri brachialis dan oleskan gel ultrasound  pada tempat tersebut.

Page 108: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 108/109

108 

d.  Dengan menggunakan  probe Doppler   (arahkan pada sudut sekitar 45°), carilah

sinyal arteri brachialis dan kembangkan manset hingga sinyal tersebut menghilang.

e.  Kempeskan manset perlahan (pada kecepatan 2-3 mmHg per detik) sampai sinyal

muncul kembali, dan catat “tekanan brachial ” ini. 

f. 

Bersihkan gel ultrasound  dari lengan pasien dan ulangi prosedur yang sama pada

lengan yang satu lagi.

g.  Gunakan nilai yang lebih tinggi dari kedua hasil pemeriksaan untuk menghitung

ABI.

h.  Pilih ukuran manset yang sesuai dan tempatkan di sekitar betis di atas maleolus,

 pastikan bahwa setiap ulkus yang ada di daerah ini sudah ditutup sebelumnya.

i. 

Palpasi denyut arteri dorsalis pedis (di antara tulang metatarsal  satu dan dua) atau

denyut arteri tibialis anterior  (di titik tengah di antara maleolus).

 j.  Oleskan gel ultrasound   di tempat ketika arteri terpalpasi (jika anda tidak dapat

memalpasi arteri, oleskan gel di tempat arteri seharusnya dapat terpalpasi) dan,

menggunakan probe Doppler , temukan sinyal arteri yang optimal.

k.  Catat tekanan arteri dorsalis pedis  (DP) atau tibialis anterior   (TA) seperti ketika

mencatat tekanan brachialis.

l.  Palpasi arteri tibialis posterior  (TP) (terletak posterior dari maleolus) dan oleskan

gel ultrasound di tempat ditemukannya arteri.

m.  Menggunakan probe Doppler , temukan sinyal arteri yang optimal dan seperti untuk

tekanan darah dorsalis pedis dan brachialis, ukur dan catat tekanan dorsalis pedis.

n.  Bersihkan gel ultrasound   dari tungkai pasien ulangi prosedur yang sama pada

tungkai bawah yang satu lagi untuk mendapatkan tekanan DP/TA dan TP.

o. 

Gunakan nilai tekanan darah yang lebih tinggi dari dua nilai DP atau TA dengan

nilai TP) untuk menghitung ABI untuk tiap pergelangan kaki.

 p.  Bersihkan gel ultrasound yang tersisa pada kulit pasien, bantu pasien berpakaian,

dan pastikan mereka nyaman.

q. 

Bersihkan gel dari probe.

r.  Cuci tangan

Page 109: --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

8/18/2019 --nurhaerani-9008-1-13-nur-m

http://slidepdf.com/reader/full/-nurhaerani-9008-1-13-nur-m 109/109

6.  Akhir prosedur

Hitung ABI untuk tiap pergelangan kaki. ABI adalah tekanan darah tertinggi yang

direkam pada pergelangan kaki, dibagi dengan tekanan brachialis tertinggi. Setelah itu

dokumentasikan hasilnya dan perhatikan respon pasien setelah dilakukan pengukuran.