35
EFEKTIVITAS NPK ORGANIK SEBAGAI PENGGANTI NPK ANORGANIK PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) DI TANAH REGOSOL USULAN PENELITIAN Diajukan oleh : Elviyan Wahyu Tira 20130210021 Program Studi Agroteknologi Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2016

EFEKTIVITAS NPK ORGANIK SEBAGAI PENGGANTI NPK …blog.umy.ac.id/elviyanwahyutira/files/2017/08/Proposal-Skripsi-Elviya… · dijadikan bubur. Tanaman jagung manis membutuhkan minimal

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • EFEKTIVITAS NPK ORGANIK SEBAGAI PENGGANTI

    NPK ANORGANIK PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS

    (Zea mays saccharata) DI TANAH REGOSOL

    USULAN PENELITIAN

    Diajukan oleh :

    Elviyan Wahyu Tira

    20130210021

    Program Studi Agroteknologi

    Kepada

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    YOGYAKARTA

    2016

  • ii

    Usulan Penelitian

    EFEKTIVITAS NPK ORGANIK SEBAGAI PENGGANTI NPK

    ANORGANIK PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays

    saccharata) DI TANAH REGOSOL

    Yang diajukan oleh:

    Elviyan Wahyu Tira

    20130210021

    Program Studi Agroteknologi

    Telah disetujui/disahkan oleh:

    Pembimbing Utama:

    Ir. Mulyono, M.P

    NIP. 19600608198031002 Tanggal ………………..

    Pembimbing Pendamping:

    Ir. Nafi Ananda Utama, M.S

    NIP. 19610831198610133002 Tanggal ...........................

    Mengetahui:

    Ketua Program Studi Agroteknologi

    Dr. Innaka Ageng Rineksane, S.P. M.P Tanggal ………………...

    NIP. 19721012200004133050

  • iii

    DAFTAR ISI

    Usulan Penelitian .................................................................................................... ii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

    I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

    A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

    B. Perumusan Masalah ...................................................................................... 3

    C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

    A. Tanaman Jagung Manis ................................................................................ 5

    B. Tepung Darah Sapi ..................................................................................... 11

    C. Abu Tulang Sapi ......................................................................................... 12

    D. Abu Sabut Kelapa ....................................................................................... 13

    E. Tanah Regosol ............................................................................................ 15

    F. Hipotesis ..................................................................................................... 15

    III. TATA CARA PENELITIAN ........................................................................ 16

    A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................... 16

    B. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................................... 16

    C. Metode Penelitian ....................................................................................... 16

    D. Cara Penelitian ............................................................................................ 17

    E. Parameter yang Diamati ............................................................................. 21

    F. Analisis Data............................................................................................... 24

    G. Jadual Penelitian ......................................................................................... 24

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

    IV. LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 28

    Lampiran I. Lay Out Penelitian ......................................................................... 28

    Lampiran II. Perhitungan Dosis Pupuk ............................................................. 30

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Komoditas pangan dan hortikultura merupakan komoditas yang prospektif

    dikembangkan mengingat SDA, SDM dan ketersediaan teknologi, tetapi masih

    banyak diusahakan secara tradisional atau usahatani rakyat. Salah satu usahatani

    rakyat yang merupakan komoditas hortikultura yang cukup banyak diminati

    adalah jagung (Deptan, 2015). Salah satu jenis jagung yang mempunyai prospek

    bisnis yang baik dan menguntungkan adalah jagung manis yang biasa dikenal

    sweet corn (Zea mays saccharata) yang merupakan tipe jagung baru

    dikembangkan masyarakat indonesia. Keistimewaannya adalah kandungan gula

    (terutama sukrosa) yang tinggi pada waktu dipanen. Berbeda dengan jagung

    ladang, jagung manis biasanya tidak dijual sebagai pakan ternak, melainkan

    sebagai konsumsi manusia. Pengolahan jagung ini dapat direbus, dibakar, maupun

    dijadikan bubur.

    Tanaman jagung manis membutuhkan minimal 13 jenis unsur hara yang

    diserap melalui tanah. Hara N, P dan K (makro) diperlukan dalam jumlah lebih

    banyak, hara Ca, Mg dan S diperlukan dalam jumlah sedang, hara- hara tersebut

    tidak semua dapat diserap oleh tanaman (Syafruddin, 2007). Menurut Hong dalam

    Nurul (2008), jagung manis tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika

    unsur hara yang diberikan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan

    hasil panen secara kuantitatif dan kualitatif. Penambahan unsur hara pada jagung

    manis dapat berasal dari pupuk an-organik dan pupuk organik.

    Pupuk an-organik yang biasa digunakan dalam budidaya jagung manis

    adalah Urea, SP36 dan KCL. Pupuk an-organik tidak mampu memperbaiki

    kualitas tanah, berbeda dengan pupuk organik yang berfungsi sebagai penyubur

    dan pembenah tanah. Selain itu, pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan

    dan produksi tanaman karena mampu berperan dalam memperbaiki struktur tanah,

    http://id.wikipedia.org/wiki/Gulahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sukrosahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pakanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bubur

  • 2

    meningkatkan daya simpan air, meningkatkan aktivitas biologi tanah serta sebagai

    sumber nutrisi tanaman lengkap (Suntoro, 2003). Pupuk organik dapat berasal dari

    kotoran hewan dan atau sisa-sisa daun yang telah terurai. Beberapa bahan yang

    dapat dijadikan pupuk organik antara lain tepung darah, abu tulang sapi dan abu

    abu sabut kelapa. Tepung darah dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur N, abu

    tulang sapi sebagai sumber unsur P dan abu sabut kelapa sebagai sumber unsur K.

    Penggunaan ketiga bahan tersebut diharapkan dapat mengurangi penggunaan

    pupuk an-organik dalam budidaya tanaman dan juga dapat mengurangi limbah.

    Tepung darah memiliki kandungan unsur hara N sebesar 13%, P sebesar

    2% dan K sebesar 1% (Firmansyah, 2011). Tulang sapi merupakan limbah dari

    rumah potong hewan. Bahan padatan utama tulang sapi mengandung kristal

    kalsium hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2 dan kalsium karbonat (CaCO3).

    Kalsium hidroksiapatit merupakan fosfat an-organik yang larut dalam larutan

    asam dan merupakan salah satu fosfat primer dari fosfat alam (Jeng et al., 2008).

    Abu sabut kelapa juga telah banyak digunakan sebagai pupuk tanaman, karena

    kaya akan kandungan kalium. Menurut Risnah, Yudono, dan Syukur (2013), abu

    sabut kelapa mengandung K total yang tinggi, yaitu sebesar 21,87%.

    Salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan jagung manis adalah

    dosis yang tepat dari pupuk organik tepung darah, abu tulang sapi dan abu sabut

    kelapa. Pada dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ketidak efisienan

    pupuk, sedangkan pada dosis yang terlalu rendah menyebabkan pemberian pupuk

    tidak berpengaruh. Oleh karena itu, perlu diketahui dosis yang tepat. Berdasarkan

    permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan dosis

    yang tepat untuk pertumbuhan jagung manis.

  • 3

    B. Perumusan Masalah

    Tanaman jagung manis membutuhkan minimal 13 jenis unsur hara yang

    diserap melalui tanah. Hara N, P dan K (makro) diperlukan dalam jumlah lebih

    banyak, hara Ca, Mg dan S diperlukan dalam jumlah sedang, tidak semua unsur

    dapat diserap langsung oleh tanaman (Syafruddin, 2007). Menurut Hong (1989)

    dalam Nurul (2008), jagung manis tidak akan memberikan hasil yang maksimal

    jika unsur hara yang diberikan tidak cukup tersedia.

    Upaya untuk penambahan unsur hara N,P dan K yaitu dengan pemberian

    tepung darah sebagai pupuk N, abu tulang sapi sebagai pupuk P dan abu sabut

    kelapa sebagai pupuk K. Tepung darah sapi merupakan bahan ransum yang

    berasal dari darah segar dan bersih. Darah segar dan bersih tersebut biasanya

    diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Kandungan yang terdapat pada

    tepung darah sapi antara lain protein kasar 80%, lemak 1,6%, serat kasar 1%, N

    13,25%, P 1% dan K 0,6% (Jamila, 2012).

    Tulang sapi merupakan limbah dari rumah potong hewan. Bahan padatan

    utama tulang sapi mengandung kristal kalsium hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2

    dan kalsium karbonat (CaCO3). Kalsium hidroksiapatit merupakan fosfat

    anorganik yang larut dalam larutan asam dan merupakan salah satu fosfat primer

    dari fosfat alam (Jeng et al., 2008). Sehingga dalam pemanfaatan abu tulang sapi

    sebagai sumber unsur P perlu ditambahkan larutan asam. Berdasarkan penelitian

    Fitri dkk, (2012), konsentrasi filtrat abu sekam padi 20% dengan lama

    perendaman 48 jam merupakan perlakuan yang tepat pada pengolahan limbah

    tulang ayam untuk menghasilkan dekolagenasi kandungan Kalsium dan Fossor

    optimal.

    Sabut kelapa merupakan hasil sampingan dari buah kelapa dan merupakan

    bagian terbesar dari buah kelapa yaitu sekitar 35% dari bobot buah kelapa.

    Penggunaan sabut kelapa sebagai pupuk organik dalam bentuk abu sabut kelapa dapat

    meningkatkan potensi produksi sabut kelapa dan menjadi salah satu metode

    penanganan limbah sabut kelapa. Menurut Risnah dkk, (2013), abu sabut kelapa

    mengandung K total yang tinggi, yaitu sebesar 21,87%.

  • 4

    Ketiga bahan tersebut dapat dijadikan sebagai NPK organik dan pengganti

    NPK an-organik bagi pertumbuhan jagung manis, namun belum diketahui

    efektifitas penggunaan dari masing-masing bahan tersebut. Dengan demikian

    permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

    1. Berapa dosis tepung darah, abu tulang sapi dan abu sabut kelapa sebagai

    NPK organik yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman jagung

    manis?

    2. Apakah pemberian tepung darah, abu tulang sapi dan abu sabut kelapa

    sebagai NPK organik dapat menggantikan NPK an-organik pada

    pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Mendapatkan dosis tepung darah, abu tulang sapi dan abu sabut kelapa

    sebagai NPK organik yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman

    jagung manis.

    2. Mengetahui apakah pemberian tepung darah, abu tulang sapi dan abu sabut

    kelapa sebagai NPK organik dapat menggantikan NPK an-organik pada

    pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.

  • 5

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tanaman Jagung Manis

    Jagung manis (sweet corn) merupakan komoditas palawija dan termasuk

    dalam keluarga (famili) rumput-rumputan (Gramineae) genus Zea dan spesies Zea

    mays saccharata. Jagung manis memiliki ciri-ciri endosperm berwarna bening,

    kulit biji tipis, kandungan pati sedikit, pada waktu masak biji berkerut. Produk

    utama jagung manis adalah buah/ tongkolnya, biji jagung manis mempunyai

    bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung pada

    jenisnya, biji jagung manis terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (seed

    coat), endosperm dan embrio. Menurut Linnaeus dalam Kemal Prihatman (2000)

    klasifikasi tanaman jagung adalah sebagai berikut:

    Divisio : Spermathophyta

    Subdivisio : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledonenae

    Ordo : Graminae

    Famili : Graminaceae

    Subfamilia : Ponicoidae

    Genus : Zea

    Species : Zea mays saccharata

    Tanaman jagung manis umumnya ditaman untuk dipanen muda yaitu 69 –

    82 hari setelah tanam atau pada saat masak susu (milking stage). Proses

    pematangan merupakan proses perubahan gula menjadi pati sehingga biji jagung

    manis yang belum masak mengandung kadar gula lebih tinggi dan kadar pati lebih

    rendah. Sifat ini ditentukan oleh gen sugari resesif yang berfungsi untuk

    menghambat pembentukan gula menjadi pati. Dengan adanya gen resesif tersebut

    menyebabkan tanaman jagung menjadi 4 – 8 kali lebih manis dibandingkan

    dengan tanaman jagung biasa. kadar gula yang tinggi menyebabkan biji menjadi

    berkeriput. Adapun syarat tumbuh jagung manis sebagai berikut :

  • 6

    1. Suhu

    Meskipun dikenal sejumlah ras jagung yang mampu beradaptasi dengan

    suhu rendah dan kawasan tinggi, jagung adalah tanaman dataran rendah dengan

    suhu hangat dan penyuka cahaya matahari penuh. Perkecambahan jagung terhenti

    pada suhu di bawah 10 °C.

    2. Air

    Kebutuhan air jagung adalah rata-rata, namun kekurangan air pada masa

    awal tumbuh, masa pembungaan, dan pengisian biji akan berakibat pada

    penurunan hasil yang dramatis.

    3. Tanah

    Jagung dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, asalkan ketersediaan air

    dan hara tercukupi dan akar mampu tumbuh dengan baik. Perakaran jagung tidak

    dalam, sehingga lapis olah tidak boleh terlalu keras. Kebutuhan hara jagung

    tinggi, terutama terhadap nitrogen dan fosfor. Jagung menyukai tanah dengan

    kemasaman netral (pH 5 - 6,5). (Wikipedia, 2015).

    Untuk menghasilkan jagung manis yang baik perlu dilakukan teknologi

    budidaya yang baik. Budidaya jagung manis sebagai berikut:

    1. Pembibitan

    Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik,

    fisik maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak

    tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama

    dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih

    bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada

    kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih (Kemal, 2000).

    2. Persiapan Media Tanah

    Sebelum digunakan, tanah sebelumnya harus diolah terlebih dahulu.

    Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah dan memberikan

    kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah,

    drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi

    lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara

  • 7

    umum. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah

    bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi.

    Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan.

    Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak dengan cara tanah

    dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.

    Setelah tanah diolah, selanjutnya ditambahkan pupuk kandang sapi sebagai

    pupuk dasar. Menurut Firlana dalam Zulkifli dan Herman (2012), penggunaan

    pupuk kandang sapi pada tanaman jagung dengan dosis 20 ton/hektar

    menunjukkan hasil tertinggi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah

    tongkol, berat tongkol, berat basah dan berat pipilan kering.

    3. Penanaman

    Sebelum dilakukan penanaman tanah dibuat lubang tanam terlebih dahulu.

    Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu diperhatikan

    agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5

    cm dengan jarak tanamnya 60 x 15 cm dan tiap lubang hanya diisi 2 butir benih.

    Setelah dibuat lubang tanam, baru dapat dilakukan penanaman (Kemal, 2000).

    4. Pemeliharaan

    a) Penjarangan dan Penyulaman

    Penjarangan dilakukan untuk menentukan jumlah tanaman per lubang sesuai

    dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 2 tanaman, sedangkan

    yang dikehendaki hanya 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman

    yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang

    tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak

    boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan

    tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau

    mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih

    serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

    Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu

    penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam (Kemal, 2000).

  • 8

    b) Penyiangan

    Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu

    (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan dilkukan 15 hari

    setelah tanam.

    c) Pembumbunan

    Pembumbunan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga

    tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang

    bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini

    dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu

    pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk

    dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan

    terbentuk guludan yang memanjang (Kemal, 2000).

    d) Pemupukan

    Dosis pemupukan jagug untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak

    200-300 kg, pupuk Sp36 sebanyak 75-100 kg dan pupuk KCL sebanyak 50-100

    kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Adapun cara dan dosis

    pemupukan untuk setiap hektar:

    1) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea, 1 bagian pupuk TSP dan 1/3

    bagian pupuk KCL diberikan saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan

    lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;

    2) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 2/3 bagian pupuk KCl

    diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan

    lubang tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah;

    3) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari

    (Haryanto,2014)

    e) Penyiraman

    Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila

    tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan

    menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang

  • 9

    diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara

    bumbunan tanaman jagung.

    5. Hama dan Penyakit

    a) Hama Lalat bibit (Atherigona exigua stein)

    Jagung manis yang terserang hama lalat daunnya akan berubah warna

    menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang

    mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman

    menjadi kerdil atau mati. Lalat bibit mempunyai ciri-ciri warna lalat abu-abu,

    warna punggung kuning kehijauan dan bergaris, warna perut coklat kekuningan,

    warna telur putih mutiara, dan mempunyai panjang 3-3,5 mm. Lalat bibit dapat

    dikendalikan dengan cara:

    1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat

    membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen

    jagung.

    2) tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan,

    agar hama tidak menyebar.

    3) kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu

    diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai

    gulma.

    4) pengendalian menggunakn pestisida, adapun pestisida yang dapat

    digunakan yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion

    40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD

    sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.

    b) Hama Ulat Pemotong

    Tanaman jagung yang terserang oleh hama ulat pemoong mempunyai gejala

    terpotong beberapa cm di atas permukaan tanah yang ditandai dengan adanya

    bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu

    roboh di atas tanah. Beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon);

    Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek

  • 10

    buah jagung (Helicoverpa armigera). Ulat pemotong dapat dikendalikan dengan

    cara:

    1) bertanam secara serentak pada areal yang luas, bisa juga dilakukan

    pergiliran tanaman.

    2) mencari dan membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam

    tanah.

    c) Penyakit bulai (Downy mildew)

    Tanaman jagung yang terserang penyakit bulai mempunyai ciri- ciri:

    1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing dan kecil, kaku dan

    pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun

    terdapat lapisan spora cendawan warna putih

    2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami

    gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna ini

    dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi pada

    tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.

    Tanaman yang terserang penyakit bulai dapat dikendalikan dengan:

    1) penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan.

    2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul

    3) dilakukan pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.

    d) Penyakit Bercak Daun (Leaf bligh)

    Tanaman jagung yang terserang penyakit bercak daun mempunyai gejala:

    pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi

    warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal

    daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat

    kekuningkuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh

    permukaan daun berwarna coklat. Tanaman jagung yang terserang penyakit

    bercak daun dapat dikendalikan dengan:

    1) pergiliran tanaman hendaknya selalu dilakukan guna menekan meluasnya

    cendawan

    2) mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab.

  • 11

    3) menggunakan pestisida antara lain: Daconil 75 WP, Difolatan 4 F

    (Kemal, 2000).

    6. Panen

    Panen jagung manis dilakukan sekitar umur 65-75 hst atau buah sudah

    dikatakan masak secara fisiologis dengan ciri-ciri daun dan kelobot sudah

    mongering (menguning), bila kelobot dibuka biji sudah tampak kisut 100%, serta

    ada black layer pada daerah titik tumbuh. Cara memanen jagung yang matang

    fisiolagis adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat

    dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung (Kemal, 2000).

    B. Tepung Darah Sapi

    Tepung darah adalah tepung yang didapatkan dari hasil proses

    menguapkan air dari darah hewan potong akibat pemanasan atau perebusan.

    Darah ini merupakan limbah buangan dari rumah potong hewan (RPH) (Hasibuan,

    2006). Darah yang hasilkan dari pemotongan ternak telah menyumbang kira-kira

    30-45% dari keseluruhan produk hasil sampingan tersebut (Jamila, 2012). Di

    Indonesia, tepung darah belum banyak digunakan sedangkan di negara-negara

    maju, sisa-sisa rumah potong ini sudah diolah sedemikian rupa sehingga menjadi

    pupuk yang bernilai tinggi. Tepung darah merupakan sumber hara nitrogen dan

    fosfor (Hasibuan, 2006).

    Tepung darah dibuat dari darah sapi yang banyak mengandung protein

    (Bosco, 2010). Protein yang terkandung dalam darah kira-kira 80-90% dari total

    bahan kering yang terdapat dalam darah, dimana sangat kaya dengan asam amino

    lisin. Menurut komposisinya 80% darah terdiri atas air (Jamila, 2012). Produk

    tepung darah murni merupakan hasil proses dari darah sapi segar yang

    mengandung protein tinggi dan unsur hara nitrogen yang alami, selain itu juga

    dapat menjadi suplemen tambahan makanan ternak. Tepung darah juga sangat

    bagus sebagai pupuk organik (Wiyono, 2007).

    Tepung darah dapat diproduksi dari darah hasil pemotongan ternak yang

    bersih dan segar, berwarna coklat kehitaman serta relatif sulit larut dalam air.

  • 12

    Pada proses pembuatan tepung darah, untuk mendapatkan 1 kg tepung darah

    memerlukan 5 kg darah segar (5:1). Tepung darah mengandung protein non-

    sistetik yang cukup tinggi, dengan kandungan N = 13,25%, P=1% dan K=0,6%.

    Secara umum tepung darah mengandung bahan kering 90%, protein kasar 80-

    85%, lemak kasar 1-1,6%, serat kasar 1-1,5%, abu 4%, beta nitrogen 8,40% dan

    protein tercerna 63,1%. Kadar asam amino masing-masing metionin 1,0% ; sistin

    1,4% ; lisin 6,9% ; triptophan 1,0% ; isoleusin 0,8% ; histidin 3,05% ; valin 5,2% ;

    leusin 10,3% ; arginin 2,35% dan glisin 4,4% (Jamila, 2010).

    Aplikasi tepung darah harus sudah berbentuk bubuk kering, sehingga

    dapat disebar secara merata dan mudah terdekomposisi oleh mikroba. Aplikasi

    dapat dilakukan beberapa hari sebelum tanam atau pada saat tanam (Nicolas,

    2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh Eko (2016) mengenai pengaruh dosis

    tepung darah sapi terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis dengan

    rancangan percobaan acak lengkap, didapatkan perlakuan pemberian tepung darah

    sapi dengan dosis 10 gram/ tanaman merupakan perlakuan terbaik terhadap

    pertumbuhan dan hasil jangung manis.

    C. Abu Tulang Sapi

    Tulang merupakan salah satu hasil ikutan (by product) dari pemotongan

    ternak yang sampai saat ini belum termanfaatkan secara maksimal karena

    sebagian besar masyarakat masih menganggapnya sebagai limbah ternak

    (Muhammad, 2014). Dari pemotongan satu ekor sapi dengan berat 500-700 kg,

    akan menghasilkan tulang yang beratnya mencapai 50 kg. Jika tidak diolah maka

    akan berpotensi menganggu lingkungan Muarifin dalam Yusnita dkk, (2014).

    Menurut Muhammad (2014) tulang merupakan salah satu by product

    ternak yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk

    organik. Pernyataan tersebut sama dengan pernyataan Ginting dalam Dodi (2015),

    yang menyatakan bahwa tulang sapi merupakan limbah pada rumah potong hewan

    yang dapat digunakan campuran pupuk organik karena kaya akan bahan mineral

    seperti Ca, K dan P serta Protein. Setelah dianalisa kandungan yang terdapat pada

  • 13

    tulang sapi basah yaitu 20% air, 45% abu dan 18% bahan organik, dari kandungan

    abu terdapat 37% Ca dan 18% P. Salah satu pemanfaatan tulang sapi sebagai

    pupuk organik dilakukan dalam bentuk abu tulang sapi. Jenis tepung tulang ini

    dibuat dengan jalan membakar tulang agar menjadi steril dan menghilangkan

    semua senyawa organik. Selanjutnya arang atau abu dari tulang tersebut digiling

    hingga konsistensinya menjadi tepung arang/abu tulang.

    Bahan padatan utama tulang sapi mengandung kristal kalsium

    hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2 dan kalsium karbonat (CaCO3). Kalsium

    hidroksiapatit merupakan fosfat anorganik yang larut dalam larutan asam dan

    merupakan salah satu fosfat primer dari fosfat alam (Jeng et al., 2008). Sehingga

    dalam pemanfaatan abu tulang sapi sebagai sumber unsur P perlu ditambahkan

    larutan asam. Berdasarkan penelitian Fitri dkk, (2012), konsentrasi filtrat abu

    sekam padi 20% dengan lama perendaman 48 jam merupakan perlakuan yang

    tepat pada pengolahan limbah tulang ayam untuk menghasilkan dekolagenasi

    kandungan Kalsium dan Fossor optimal.

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Novia (2016) mengenai uji efektivitas

    tepung tulang sapi sebagai sumber Fosfor pada tanaman jagung manis di tanah

    regosol dalam percobaan acak lengkap, didapatkan perlakukan pemberian tepung

    tulang sapi dengan dosis 4,42 gram/tanaman merupakan perlakukan terbaik

    terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Pada penelitian tersebut disebutkan

    bahwa peningkatan takaran abu tulang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap

    pertumbuhan dan hasil jagung manis.

    D. Abu Sabut Kelapa

    Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai

    ke daun kelapa dapat bermanfaat, demikian juga dengan buahnya. Buah adalah

    bagian utama dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri.

    Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung

    kelapa, daging buah kelapa, dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama,

  • 14

    sedangkan air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping (by product) dari buah

    kelapa (Mahmud Zainal. 2005).

    Sabut kelapa adalah salah satu biomassa yang mudah didapatkan dan

    merupakan limbah pertanian. Menurut Haryanto dan Suheryanto (2004),

    komposisi buah kelapa yaitu sabut kelapa 35 %, tempurung 12 %, daging buah 28

    % dan air buah 25 %. Sehingga sabut kelapa merupakan bagian terbesar dari buah

    kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun

    adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,9 juta ton sabut kelapa

    yang dihasilkan (Sundari, 2013).

    Menurut Sundari (2013) didalam sabut kelapa terkandung unsur-unsur

    hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman yaitu berupa Kalium (K).

    Kandungan lain yang terdapat di sabut kelapa yaitu Kalsium (Ca), Magnesium

    (Mg), Natrium (Na) dan Fospor (P). Peranan unsur K dalam pertumbuhan

    vegetatif tanaman adalah untuk memperbaiki transportasi asimilat, menghemat

    penggunaan air melalui pengaturan mebuka – menutupnya stomata dan

    meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit

    (Mahdiannoor dkk., 2016).

    Pemanfaatan sabut kelapa dapat berupa abu sabut kelapa. Pembuatan abu

    sabut kelapa dengan membakar sabut kelapa dengan panas tertentu. Serabut

    kelapa mengandung 30% serat yang kaya dengan unsur kalium dan menurut

    Salunkhe, et al. dalam Siti dkk, (2014), abu serabut kelapa mengandung 20-30%

    kalium dan 2% fosfor. Pernyataan tersebut hampir sama dengan pernyataan

    Risnah dkk, (2013), yang menyatakan bahwa abu sabut kelapa mengandung K

    total yang tinggi, yaitu sebesar 21,87%.

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Mulyono dan Wisnu (2016) mengenai

    efektivitas pelet NPK organik berbahan ampas tahu, tepung darah sapi dan arang

    sabut kelapa dalam budidaya tanaman jagung manis (Zea mays saccharata S.) di

    tanah regosol. Perbandingan komposisi pelet NPK organik berbahan ampas tahu,

    tepung darah sapi, arang sabut kelapa dan lempung grumusol yaitu 2 : 1 : 1 : 1.

    Pada perlakuan pemberian pelet dengan dosis 50 gram/tanaman. merupakan

  • 15

    perlakukan terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Dengan

    perbandingan komposisi 2: 1: 1:1, didapatkan dosis arang sabut kelapa yang

    digunakan adalah 10 gram.

    E. Tanah Regosol

    Tanah regosol merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Entisol

    adalah yang belum berkembang dan banyak dijumpai pada tanah dengan bahan

    induk yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat maupun asalnya. Beberapa

    contoh entisol antara lain berupa tanah yang berkembang di atas batuan beku

    dengan solum dangkal atau tanah yang berkembang pada kondisi yang sangat

    basah atau sangat kering (Muhammad, 1996).

    Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai

    kuning dab bahan organik rendah yaitu 3,72%. Sifat tanah demkian membuat

    tanah tidak dapat menampung air an mineral yang dibutuhkan tanaman dengan

    baik. Kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur dengan pH 6-7.

    Tanah regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau dan

    buah-buahan yang tidak membutuhkan air. Regosol banyak tersebar di Jawa,

    Sumatera dan Nusa Tenggara yang kesemuanya memiliki gunung berapi

    (Hedisarawan, 203).

    F. Hipotesis

    Perlakuan P8 dengan dosis Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi

    4,42 gram/tan + Abu sabut 10 gram/tan memberikan pertumbuhan dan hasil

    tanaman jagung manis yang paling baik.

  • 16

    III. TATA CARA PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian akan dilakukan di Green House Fakultas Pertanian UMY di Jl.

    Lingkar Selatan, Taman Tirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY.

    Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2017.

    B. Bahan dan Alat Penelitian

    Bahan yang akan digunakan meliputi tanah regosol, tepung darah sapi, abu

    tulang sapi, abu sabut kelapa, benih jagung manis, Urea, SP36, KCl dan pupuk

    kandang. Alat yang akan digunakan meliputi timbangan anilitik, polybag, ember,

    cangkul, sekop, moffle, karung, penggaris/meteran dan alat tulis.

    C. Metode Penelitian

    Penelitian akan dilakukan menggunakan metode percobaan eksperimen

    non faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Adapun

    susunan perlakuan sebagai berikut:

    P1 = Tepung darah 1,3 gram/tan + Abu tulang sapi 0,25 gram/tan + Abu sabut

    0,35 gram/tan

    P2 = Tepung darah 1,3 gram/tan + Abu tulang sapi 0,25 gram/tan + Abu sabut 10

    gram/tan

    P3 = Tepung darah 1,3 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut

    0,35 gram/tan

    P4 = Tepung darah 1,3 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut 10

    gram/tan

    P5 = Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi 0,25 gram/tan + Abu sabut

    0,35 gram/tan

  • 17

    P6 = Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi 0,25 gram/tan + Abu sabut 10

    gram/tan

    P7 = Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut

    0,35 gram/tan

    P8 = Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut 10

    gram/tan

    P9 = Urea 5,8 gram/tan + SP36 1,9 gram/tan + KCl 1,9 gram/tan (perlakuan

    pembanding)

    Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 27 unit percobaan yang

    terdiri dari 3 tanaman sampel dan 3 tanaman korban sehingga terdapat 135

    tanaman (Lampiran 1).

    D. Cara Penelitian

    1. Pembuatan Tepung Darah Sapi

    Prinsip utama yang digunakan dalam memproses tepung darah sapi hanya

    dengan mengurangi kadar air melalui teknik pengeringan darah menjadi tepung

    darah sapi. Cara pembuatannya yaitu pertama menampung darah segar yang telah

    diperoleh dari rumah pemotongan hewan ditampung dalam wadah, kemudian

    tambahkan garam dapur sebanyak 1% dari volume agar darah tidak menggumpal

    sehingga mempermudah pembuatan tepung, selanjutnya darah segar dipanaskan di

    atas nyala api sedang sambil diaduk secara perlahan sehinga akhirnya mengental

    (kira-kira selama 15-20 menit).

    Darah yang sudah mengental akan berwarna hitam menandakan bahwa

    campuran tersebut sudah matang. Campuran darah kemudian dijemur dibawah

    sinar matahari selama 2 hari, kemudian ditumbuk hingga halus dan diayak hingga

    konsentrasinya menyerupai tepung. Tepung darah sapi dapat langsung digunakan

    sebagai pupuk organik.

  • 18

    2. Pembuatan Abu Tulang Sapi

    Pengolahan tulang sapi dilakukan dengan menyiapkan tulang sapi yang

    diperoleh dari rumah pemotongan hewan. Tulang sapi dibersihkan dari daging dan

    kotoran yang masih menempel, lalu dicuci. Selanjutnya filtrat abu sekam

    disiapkan untuk merendam tulang sapi. Cara pembuatan filtrat abu sekam yaitu

    dengan membakar sekam padi, kemudian diambil abunya sebanyak 600 gram

    yang kemudian dilarutkan dengan air sebanyak 3.000 ml atau 3 liter air. Abu yang

    sudah larut dalam air selanjutnya disaring dan menghasilkan filtrat. Tahap

    selanjutnya dilakukan perendaman tulang sapi yang sudah dibersihkan

    menggunakan filtrat abu sekam padi 20% selama 48 jam. Selanjutnya tulang sapi

    dilunakkan menggunakan moffle selama 4-7 jam, selanjutnya dikering anginkan

    lalu digerus dan diayak.

    3. Pembuatan Abu Sabut Kelapa

    Pembuatan abu sabut kelapa diawali dengan menyiapkan sabut kelapa.

    Sabut kelapa dibersihkan dari kotoran yang masih menempel. Selanjutnya sabut

    kelapa dipotong kecil-kecil dan dibakar hingga didapatkan abu yang dapat

    digunakan sebagai pupuk organik.

    4. Persiapan Media Tanam

    Persiapan media tanam dilakukan dengan mengambil tanah di kebun

    percobaan Fakultas Pertanian UMY. Tanah selanjutnya dikering anginkan selama

    ± 1 minggu. Tanah yang sudah dikering anginkan disaring menggunakan ayakan

    berdiameter 0,5 cm. Langkah selanjutnya adalah mencampurkan tanah dengan

    pupuk kandang sapi sebanyak 20 ton/ hektar atau 180 gram/ polybag (Lampiran

    2). Tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kandang sapi selanjutnya

    dimasukkan dalam polybag sebanyak 10 kg.

    5. Penanaman

    Penanaman jagung dilakukan dengan cara membuat lubang tanam di

    permukaan polybag menggunakan tugal atau tangan dengan kedalaman 3-5 cm.

  • 19

    Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji jagung,

    kemudian dilakukan penutupan dengan tanah secara tipis.

    6. Pemeliharaan

    a) Penjarangan dan Penyulaman

    Kegiatan penjarangan dan penyulaman dapat dilakukan pada waktu yang

    sama yaitu pada 7-10 hari sesudah tanam. Penjarangan dilakukan apabila dalam 1

    lubang tumbuh 2 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 1, maka tanaman

    tersebut harus dikurangi. Kriteria tanaman yang dicabut adalah tanaman yang

    tumbuhnya paling tidak baik. Tanaman tersebut dicabut dengan cara dipotong

    dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Penyulaman

    bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati. Jumlah dan jenis

    benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

    Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari umur yang sama.

    b) Penyiangan

    Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu

    atau gulma. Penyiangan dilakukan ketika terdapat tumbuhan lain yang tumbuh

    disekitar tanaman jagung manis.

    c) Penyiraman

    Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila

    tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan

    menjaga agar tanaman tidak layu.

    d) Pemupukan

    Pupuk yang digunakan sesuai dengan perlakuan yaitu:

    P1. Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut 4

    gram/tan

    P2. Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut

    10 gram/tan

    P3. Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut

    15 gram/tan

  • 20

    P4. Tepung darah 15 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut 4

    gram/tan

    P5. Tepung darah 15 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut

    10 gram/tan

    P6. Tepung darah 15 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut

    15 gram/tan

    P7. Tepung darah 20 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut 4

    gram/tan

    P8. Tepung darah 20 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut

    10 gram/tan

    P9. Tepung darah 20 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut

    15 gram/tan

    P10. Urea 2,7 gram/tan + SP36 0,9 gram/tan + KCl 0,9 gram/tan (perlakuan

    pembanding)

    Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Adapun cara dan dosis

    pemupukan untuk setiap hektar:

    1) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk N, 1 bagian pupuk P dan 1/3 bagian

    pupuk K diberikan saat tanam. Pemupukan dilakukan dengan cara

    pemberian pupuk di samping tanaman berjarak 5-7 cm dari batang

    tanaman sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;

    2) Susulan I: 1/3 bagian pupuk N ditambah 2/3 bagian pupuk K diberikan

    setelah tanaman berumur 30 hari. Pemupukan dilakukan dengan cara

    pemberian pupuk di samping tanaman berjarak 5-7 cm dari batang

    tanaman sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;

    3) Susulan II: 1/3 bagian pupuk N diberikan saat tanaman berumur 45 hari.

    e) Pengendalian Hama dan Penyakit

    Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan

    pestisida atau insektisida sesuai dosis anjuran saat terjadi serangan yang dapat

    membahayakan produksi tanaman jagung.

    7. Panen

  • 21

    Panen jagung manis dilakukan sekitar umur 65-75 hst atau buah sudah

    dikatakan masak secara fisiologis dengan ciri-ciri daun dan kelobot sudah

    mengering (menguning), bila kelobot dibuka biji sudah tampak kisut 100%, serta

    ada black layer pada daerah titik tumbuh. Cara memanen jagung yang matang

    fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat

    dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung

    E. Parameter yang Diamati

    1. Tinggi Tanaman (cm)

    Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali setelah

    tanam hingga panen. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan menggunakan

    penggaris dengan cara mengukur mulai dari pangkal batang hingga ruas batang

    sebelum bunga dan dinyatakan dalam satuan sentimeter.

    2. Jumlah Helai (helai)

    Perhitungan jumlah daun dilakukan setiap satu minggu sekali setelah

    tanam sampai tanaman dipanen. Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung

    jumlah daun yang membuka dan dinyatakan dalam satuan helai.

    3. Panjang Akar (cm)

    Panjang akar diperoleh dengan cara mengukur akar tanaman jaung manis

    terpanjang mulai dari pangkal akar sampai ujung akar pokok menggunakan

    penggaris. Pengamatan dilakukan setelah panen dan dinyatakan dalam satuan

    sentimeter.

    4. Bobot Tongkol dengan Klobot (g)

    Pengamatan bobot tongkol dengan klobot dilakukan setelah panen dengan

    cara menimbang tongkol menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan dalam

    satuan gram.

    5. Bobot Tongkol Tanpa Klobot (g)

    Pengamatan bobot tongkol tanpa klobot dilakukan setelah panen dengan

    cara menimbang tongkol jagung menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan

    dalam satuan gram.

  • 22

  • 23

    6. Bobot Segar Tanaman (g)

    Pengukuran bobot segar tanaman dilakukan setelah panen. Pengukuran

    dilakukan dengan cara menyobek polybag kemudian media tanam digemburkan di

    bawah pancuran air, hingga bagian akar bersih. Tanaman yang telah dibersihkan

    kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan dalam

    satuan gram.

    7. Bobot Kering Tanaman (g)

    Pengukuran berat kering tanaman dilakukan setelah panen dengan cara

    mengambil tanaman yang telah ditimbang bobot segarnya kemudian dijemur pada

    terik sinar matahari hingga kering. Tanaman yang telah kering selanjutnya

    dibungkus dengan kertas dan dioven pada suhu sekitar 80o

    C selama 48 jam

    hingga konstan. Pengamatan dilakukan setelah panen menggunakan timbangan

    analitik dan dinyatakan dalam satuan gram.

    8. Bobot Segar Akar (g)

    Bobot akar diperoleh dengan cara menimbang akar tanaman jagung manis

    yang telah dibersihkan dari tanah pada saat panen. Pengamatan dilakukan

    menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan dalam satuan gram.

    9. Bobot Kering Akar (g)

    Bobot kering akar diperoleh dengan cara menimbang akar tanaman jagung

    manis yang telah dijemur dan dioven pada suhu 80o C selama 48 jam hingga

    konstan. Pengukuran menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan dalam

    satuan gram.

    10. Panjang Tongkol (cm)

    Pengukuran panjang tongkol jagung dilakukan setelah panen

    menggunakan penggaris dan dinyatakan dalam satuan sentimeter.

    11. Diameter Tongkol (cm)

    Pengukuran diameter tongkol jagung dilakukan menggunakan jangka

    sorong pada bagian atas, tengan dan bawah kemudian hasilnya direrata dan

    dinyatakan dengan satuan sentimeter.

  • 24

    F. Analisis Data

    Data hasil pengamatan disidik ragam pada taraf nyata 5%. Apabila

    terdapat pengaruh yang berbeda nyata antar perlakuan dilakukan Uji Jarak

    Berganda Duncan taraf nyata 5%.

    G. Jadual Penelitian

    .

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Pembuatan tepung

    darah

    Pembuatan abu

    tulang sapi

    Pembuatan abu sabut

    kelapa

    Persiapan media

    tanam

    Penanaman

    Pemeliharaan

    Pengamatan

    Penen

    KegiatanFebruari Maret April Mei

  • 25

    DAFTAR PUSTAKA

    Andi Pratama, Mukhlis dan Sabrina. 2014. Campuran Tulang Sapi dengan Asam

    Organik untuk Meningkatkan P Tersedia dan Pertumbuhan Jagung di

    Inceptisol. Jurnal Online Agroteknologi. Medan. 2 (4): 1459-1463.

    Bosco P. Sitohang. 2010. Respons Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung

    Manis (Zea mays saccharata sturt) Terhadap Pemberian Limbah Kopi dan

    Tepung Darah Sapi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

    Utara. Medan.

    Deptan. 2015. Jagung dan Prosperk Pengembangan

    Agribisnis.http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b2jagung

    Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis: Jagung 2014. Di akses

    tanggal 9 Januari 2017.

    Dian Triana Sari. 2010. Pembuatan dan Karakterisasi Batako Menggunakan Abu

    sabut kelapa. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

    Dodi ermanto. 2015. Pengaruh Konsentrasi dan frekuensi Pupuk Organik Cair

    Diperkaya Tepung Tulang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

    Cabai (Capsicum annum L.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas

    Tamansiswa Padang. Padang

    Eko Muslim. 2016. Skripsi. Pengaruh Dosis Tepung Darah Sapi Terhadap

    pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Skripsi. Fakultas Pertanian

    Universitas Andalas. Padang.

    Firmansyah, A.M., 2011. Peraturan Tentang Pupuk, Klasifikasi Pupuk Alternatif

    dan Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produksi Pertanian.

    (Online). (http://kalteng.litbang.pertanian. go.id/ind/images/data/makalah-

    pupuk.pdf). Diakses pada 24 Desember 2016.

    Fitri Apriani Noor., Rachmat Wiradimadja dan Deny Rusmana. 2012.

    Dekolagenasi Limbah Tulang Ayam Oleh Filtrat Abu Sekam PAdi

    Terhadap Kandungan Kalsium dan Fosfor. Fakultas Peternakan

    Universitas Padjajaran.

    Haryanto Budiman. 2014. Sukses Bertanam Jagung Komoditas Pertanian yang

    Menjanjikan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 165 Hal.

    Haryanto dan Suheryanto. 2004. Pemisahan sabut kelapa menjadi serat kelapa

    dengan alat pengolahan (defibring mechine) untuk usaha kecil. Prosiding

    seminar nasional rekayasa kimia dan proses. ISSN: 1411-4216, hal. 1-9.

  • 26

    Hasibuan. 2006. Pupuk dan Pemupukan.USU-Press. Medan. 120 hal.

    Hedisasrawan. 2013. Tanah Regosol. http:// hedisasrawan. blogspot. co. id/ 2013/

    06/tanah-regosol.html. Diakses pada tanggal 1 Januari 2017.

    Jamila. 2012. Pemanfaatan Darah dari Limbah RPH. Teknologi Pengolahan

    Limbah Sisa Hasil Ternak. Modul. Fakultas Perternakan Universitas

    Hasanudin. Makasar.

    Jeng, A. S., Haraldsen, T. K., Gronlund, A, and Pedersen, P. A. 2008. Meat and

    Bone Meal as Nitrogen and Phosphorus Fertilizer to Cereal and Rye

    Grass. Nutr.Cycl.Agron. 76:183-191.

    Kemal Prihatman. 2000. TTG Budidaya Pertanian: Jagung Manis. Sistem

    Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek PEMD,

    BAPPENAS. Jakarta.

    Mahdiannoor, N., Istiqomah, dan Syafruddin. 2016. Aplikasi Pupuk Organik Cair

    Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis. Jurnal

    Ziraa’ah. 41 (1) : 1 – 10.

    Mahmud Zainal, Yulius Ferry. 2005. Prospek Pengolahan Hasil Samping Buah

    Kelapa. Perspektiv. Bogor.

    Muhammad Irfan Said. 2014. Pemanfaatan Limbah Tulang. Modul. Fakultas

    Perternakan Universitas Hasanudin. Makasar.

    Muhammad Munir. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Dunia Pustaka Jaya.

    Jakarta. 346 hal.

    Nicolas Marpaung. 2009. Pengaruh Dosis Darah Terhadap Pertumbuhan dan

    produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt. Skripsi. Fakultas

    Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Medan.

    Novia Utami. 2016. Uji Efektivitas Tepung Tulang Sapi Sebagai Sumber Fosofor

    Untuk Tanaman Jagung Manis (Zae mays scarata) di Tanah Regosol.

    Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

    Yogyakarta.

    Nurul Syarifah Al Amin. 2008.Pengaruh Kascing Dan Pupuk Anorganik

    Terhadap Efisiensi Serapan P Dan Hasil Jagung Manis (Zea Mays

    Saccharata Sturt) Pada Alfisols Jumantono. Skripsi. Fakultas Pertanian.

    Universitas Sebelas Maret.

  • 27

    Risnah, S., Yudono dan A. Syukur. 2013. Pengaruh abu sabut kelapa terhadap

    ketersediaan K di tanah dan serapan K pada pertumbuhan bibit kakao.

    Jurnal Ilmu Pertanian. 16 (2) : 79-91.

    Siti Maesaroh., Sri Mantini Rahayu Sedyawati dan Fransisca Widhi Mahatmanti.

    2014. Pembuatan Pupuk K2SO4 dari Ekstrak Serabut Kelapa dan Air

    Kawah Item. Indonesian Journal of chemical Science. Semarang. 3 (3):

    239-243.

    Sundari. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dari Rendaman Sabut

    Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

    Tanaman bengkoang (pachyrhiruz erosus). Laporan Penelitian. Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ilmu Universitas Negeri Yogyakarta.

    Yogyakarta.

    Suntoro Wongso Atmojo. 2003. Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah

    dan Upaya Pengelolaannya. Pengukuhan Guru Besar. Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret. Solo.

    Syafruddin, Faesal, dan M. Akil. 2007. Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung.

    Jurnal. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros. pdf

    Wikipedia. 2014. Jagung Manis. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung_manis.

    Diakses pada tanggal 29 Desember 2016.

    Wiyono, 2007. Prospek Cerah Dari Tepung Darah. http://www.wiyono.net.

    Diakses pada tanggal 30 Desember 2016.

    Zulkifli dan Herman. 2012. Respon Jagung Manis (Zea mays saccharata)

    Terhadap Dosis Dan Jenis Pupuk Organik. Jurnal Agroteknologi.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung_manis

  • 28

    IV. LAMPIRAN-LAMPIRAN

    Lampiran I. Lay Out Penelitian

    3k2 4u2 1u1

    1u3 4u1 7k1

    8u2 3u3 6u2

    7k2 9u3 6k2

    2u2 5u2 9k2

    4k1 1k1 7u2

    6u3 1u2 3k1

    8u1 6k1 8k1

    3u2 2u1 4k2

    5u3 3u1 2u3

    8u3 9k1 5k2

    6u1 7u1 5k1

    7u3 9u1 2k2

    5u1 9u2 4u3

    2k1 8k2 1k2

    Keterangan:

    P1 = Tepung darah 1,3 gram/tan + Abu tulang sapi 0,25 gram/tan + Abu sabut

    0,35 gram/tan

    P2 = Tepung darah 1,3 gram/tan + Abu tulang sapi 0,25 gram/tan + Abu sabut 10

    gram/tan

    P3 = Tepung darah 1,3 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut

    0,35 gram/tan

    P4 = Tepung darah 1,3 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut 10

    gram/tan

    P5 = Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi 0,25 gram/tan + Abu sabut

    0,35 gram/tan

    P6 = Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi 0,25 gram/tan + Abu sabut 10

    gram/tan

  • 29

    P7 = Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut

    0,35 gram/tan

    P8 = Tepung darah 10 gram/tan + Abu tulang sapi 4,42 gram/tan + Abu sabut 10

    gram/tan

    P9 = Urea 5,8 gram/tan + SP36 1,9 gram/tan + KCl 1,9 gram/tan (perlakuan

    pembanding)

    1,2,3,4,5,6= ulangan

  • 30

    Lampiran II. Perhitungan Dosis Pupuk

    Kebutuhan Pupuk Kandang = 20 ton/ hektar

    Kebutuhan Urea = 300 kg/ hektar

    Kebutuhan KCl = 100 kg/ hektar

    Kebutuhan SP36 = 100 kg/ hektar

    BV tanah = 1,3 gram/cm3

    Kedalaman akar = 60 cm

    Volume tanah 1 ha = luas lahan x kedalaman olah

    = 100.000.000 cm2 x 60 cm

    = 6.000.000.000 cm3

    Berat tanah 1 ha = Volume tanah x BV

    = 6.000.000.000 cm3 x 1,3 gram/cm3

    = 7.800.000.000 gram

    1. Kebutuhan pupuk kandang/ polibag

    =

    =

    = 26 gram

    2. Kebutuhan Urea/ polibag

    =

    =

    = 0,4 gram

    3. Kebutuhan SP-36/ polibag

    =

    =

    = 0,13 gram

    4. Kebutuhan KCl/ polibag

    =

    =

    = 0,13 gram

  • 31

    5. Kebutuhan tepung darah sapi per tanaman

    Kandungan N dalam tepung darah sapi = 13,25%

    Kandungan N dalam Urea = 46%

    Kebutuhan N tanaman jagung manis berdasarkan kebutuhan Urea 1 hektar

    =

    x kebutuhan Urea 1 hektar

    =

    x 300 kg

    = 138 kg

    Kebutuhan jagung manis akan tepung darah sapi 1 hektar

    =

    =

    = 1041,509 kg

    Dosis tepung darah sapi per polybag

    =

    =

    = 1,3 gram

    6. Kebutuhan abu tulang sapi per tanaman

    Kandungan P dalam abu tulang sapi = 18%

    Kandungan P dalam SP36 = 36%

    Kebutuhan P tanaman jagung manis berdasarkan kebutuhan SP36 1 hektar

    =

    x kebutuhan Sp36 1 hektar

    =

    x 100 kg

    = 36 kg

    Kebutuhan jagung manis akan abu tulang sapi 1 hektar

    =

    =

    = 200 kg

  • 32

    Dosis abu tulang sapi per polybag

    =

    =

    = 0,25 gram

    7. Kebutuhan abu sabut kelapa per tanaman

    Kandungan Kdalam abu sabut kelapa = 21,87%

    Kandungan K dalam KCl = 60%

    Kebutuhan K tanaman jagung manis berdasarkan kebutuhan KCl 1 hektar

    =

    x kebutuhan KCl 1 hektar

    =

    x 100 kg

    = 60 kg

    Kebutuhan jagung manis akan abu sabut kelapa 1 hektar

    =

    =

    = 274,348 kg

    Dosis abu sabut kelapa per polybag

    =

    =

    = 0,35 gram