Nur Ayu Benazir S

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    1/117

    HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN

    DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA DINAS

    PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT 

    SKRIPSI 

    Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat 

    dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen 

    pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama 

    Disusun oleh : 

    Nama : Nur Ayu Benazir S

    NRP : 02.07.182 

    FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN 

    UNIVERSITAS WIDYATAMA 

    Terakreditasi (accredited) 

    SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) 

    Nomor : 010/BAN-PT/AK-X/S1/V/2007 

    Tanggal 19 Mei 2007 

    2013

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    2/117

    HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN

    DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA DINAS

    PENDIDIKAN

    PROVINSI JAWA BARAT 

    SKRIPSI 

    Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat 

    dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen 

    pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama 

    Disusun Oleh : 

    Nama : Nur Ayu Benazir S 

    NRP : 02.07.182 

    Menyetujui, 

    Dosen Pembimbing

    Pipin Sukandi S.E., M.M. 

    Mengetahui, 

    Ketua Program Studi Manajemen S1 

    Hj. Wien Dyahrini, S.E., MSIE., M.Si.

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    3/117

    ABSTRAK 

    Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam mempengaruhiperilaku bawahannya, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif demi

    tercapainya tujuan dari organisasi. Dalam hubungan pimpinan dengan

    bawahannya, sejumlah karyawan berharap mendapatkan perlakuan pemimpin

    yang terbuka dan memberikan keleluasaan dalam bekerja, sedangkan yang lainnya

    berharap agar pimpinan lebih banyak melakukan pengarahan. Dalam

    kenyataannya, setiap karyawan tidak hanya dikuasai oleh motif-motif ekonomi

    saja. Upah dan gaji yang besar belum tentu dapat menjamin kepuasan dan mampu

    memotivasi kerja karyawan.

    Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Hubungan Gaya

    Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Karyawan Pada Dinas Pendidikan

    Provinsi Jawa Barat . Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui

    bagaimana gaya kepemimpinan diterapkan pada Dinas Pendidikan Provinsi JawaBarat, untuk mengetahui motivasi kerja karyawan pada Dinas Pendidikan Provinsi

    Jawa Barat dan untuk mengetahui berapa kuat hubungan gaya kepemimpinan

    dengan motivasi kerja karyawan pada Dinas Pendidikan  Provinsi Jawa Barat. 

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif

    dengan pengumpulan data melalui, wawancara, observasi dan kuesioner. 

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang dilakukan di

    lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat kemungkinan gaya

    kepemimpinan afiliatif, hal ini berdasarkan nilai rata-rata jawaban tertinggi yaitu

    sebesar 3.94. Walau demikian gaya kepemimpinan selama ini dikatakan baik

    dengan nilai rata-rata sebesar 3,75 yang berada pada interval 3,40-4,19  yang

    artinya baik. Motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

    dapat dikatakan tinggi, karena nilai rata-rata dari keseluruhan pernyataan adalah

    sebesar 3,87 yang berada pada interval 3,40-4,19. 

    Hubungan gaya kepemimpinan  dengan motivasi  kerja pegawai  pada Dinas

    Pendidikan Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil uji korelasi adalah sebesar

    0,656  hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara gaya

    kepemimpinan dengan motivasi kerja. Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan

    terhadap motivasi kerja adalah sebesar 43,03%, dan sisanya dipengaruhi oleh

    faktor lain. Hasil uji hipotesis t hitung = 8,61> t tabel = 1,663 yang berarti Ho ditolak,

    ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan

    motivasi kerja. Maka hipotesis yang penulis ajukan dalam Bab I, yaitu : Apabila

    pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai maka motivasi kerja

    pegawai akan meningkat , dapat diterima. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    4/117

     ABSTRACT  

     Leadership is the way a leader in influencing the behavior of their

    subordinates, to cooperate and work productively to achieve the goals of the

    organization. In connection with his subordinate leaders, a number of employees

    are hoping to get treatment head open and provides flexibility at work, while

    others hope that leaders do more directing. In fact, every employee is not only

    controlled by economic motives alone. Wage and salary may not necessarily be

    able to guarantee satisfaction and motivate employees. 

     In this study, the authors take the title "Leadership Style Relationships

    With Employee Motivation In Education Department of West Java Province". The

     purpose of this study was to determine how the leadership styles applied to the

     Education Department of West Java Province, to see employee motivation in the

     Education Department of West Java Province, and to find out how strong therelationship of leadership style to employee motivation in the Education

     Department of West Java Province. The research method used in this research is

    descriptive method with data collection through interview, observation and

    questionnaire.

    The results showed that leadership style is done in the Education

     Department of West Java Province possibility affiliative leadership style, it is

    based on the average value of 3.94 for the highest response. Yet leadership style is

    said to be good for the average value at 3.75 which is the interval from 3.40 to

    4.19, which means good. Employee motivation in the Education Department of

    West Java Province to say high, because the average value of the entire statement

    is at 3.87 which is the interval from 3.40 to 4.19. 

    The relationship of leadership style to employee motivation at Education

     Department of West Java Province by the correlation of test results is equal to

    0.656 indicating a strong correlation between leadership styles and motivation to

    work. The magnitude of the influence of leadership style on work motivation is

    equal to 43.03%, and the rest influenced by other factors. The results of

    hypothesis test t = 8.61> t table = 1.663 which means that Ho is rejected, this

    indicates that there is a relationship between leadership style and motivation to

    work. The hypothesis that the authors propose in Chapter I, that is: "If the leaders

    apply the appropriate leadership style that will increase employee motivation", is

    acceptable. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    5/117

     

    BAB I 

    PENDAHULUAN 

    1.1 Latar Belakang Masalah 

    Setiap perusahaan menghadapi banyak tantangan dalam Manajemen

    Sumber Daya Manusia. Banyaknya lowongan pekerjaan setiap minggu pada

    media massa diikuti dengan tingkat keluar masuk karyawan ( turn over ) yang

    berkenaan dengan perampingan organisasi, keanekaragaman tenaga kerja,

    kekurangan akan tenaga kerja ahli pada berbagai perusahaan dan hal-hal lainnya.

    Peran yang demikian menuntut tingkat kemampuan, dedikasi maupun

    profesionalisme. 

    Untuk mencapai hasil yang optimal, perusahaan membutuhkan sebuah

    sistem yang mampu bekerja secara sinergi dan dinamis. Sistem ini melibatkan

    sumber daya manusia yang efisien, teknologi yang mengikuti perkembangan

    zaman, dan kebijakan-kebijakan perusahaan yang dapat mendukung interaksi

    antara sumber daya manusia dan teknologi. Teknologi yang digunakan, yang

    paling penting dalam proses penyatuan faktor-faktor yang dimiliki oleh

    perusahaan dalam rangka proses pencapaian tujuannya yaitu Sumber Daya

    Manusia. Faktor inilah yang menggerakkan seluruh faktor-faktor yang sudah

    dimiliki perusahaan dalam rangka proses pencapaian tujuan perusahaan. 

    Namun dalam prakteknya, orang bekerja dan melakukan tugas serta

    bertanggung jawab pada pekerjaannya, sering dipengaruhi oleh gaya

    kepemimpinan dari manajer, perusahaan atau organisasi tersebut (Iskandar, 2005).

    Para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan motivasi  kerja, keamanan,

    kualitas kehidupan kerja, dan terutama tingkat prestasi dalam suatu organisasi.

    Hal tersebut memberi arti, bahwa kepemimpinan memiliki faktor penting bagi

    organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh

    pimpinan, dapat mempengaruhi pegawainya melakukan pekerjaan sesuai dengan

    apa yang diarahkan dan diinginkannya dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk

    mencapai tujuan itu, maka peranan pemimpin untuk menciptakan motivasi kerja

    pegawai  yang tinggi yang merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh organisasi

    tersebut.

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    6/117

    Mengingat motivasi kerja mempengaruhi tindakan seorang pegawai, maka

    apabila suatu perusahaan tersebut akan memperoleh hasil yang lebih

    menguntungkan sehingga terjadi peningkatan produktivitas. Sebaliknya apabila

    suatu perusahaan mempunyai pegawai yang motivasi  kerjanya rendah dalam

    melakukan pekerjaan, tidak merasa bergairah, timbulnya keluhan-keluhan, adanya

    kelesuan, kurangnya rasa tanggung jawab, dan lain-lain, sudah barang tentu

    perusahaan atau organisasi tersebut akan mengalami kerugian karena pegawainya

    bekerja tidak produktif dan dapat dikatakan sebagai penurunan kinerja. 

    Penerapan kepemimpinan sangatlah berpengaruh terhadap motivasi  kerja

    pegawai, karena di dalam motivasi kerja pegawai untuk memenuhi kebutuhannya

    sangat membutuhkan dukungan dari seorang pimpinan, karena itu setiap

    pemimpin harus mengetahui secara jelas tentang apa yang dibutuhkan oleh

    pegawai dan perusahaan agar mereka bisa bekerja sama secara efektif .

    Masalah yang terjadi pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dimana

    kurangnya informasi dan sosialisasi terhadap ketentuan dan peraturan sehingga

    seringkali terjadi kesimpangsiuran dalam penyelesaian pekerjaan yang di

    instruksikan pimpinan. Adanya pergantian pimpinan akan berdampak pada

    kondisi kerja, sehingga menimbulkan perubahan sikap perilaku kerja yang dibawa

    oleh pimpinan yang baru yang berdampak pula pada kinerja karyawan.

    Berdasarkan permasalahan tersebut bahwa kurangnya motivasi kerja pada

    diri karyawan tersebut sehingga diperlukan ketegasan dari pimpinan terhadap

    karyawan agar pegawai mempunyai motivasi  yang tinggi dan loyal terhadap

    perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu didukung oleh gaya

    kepemimpinan yang sesuai dengan harapan pegawai  sehingga pegawai merasa

    kebutuhannya terpenuhi. Sehingga mampu meningkatkan motivasi kerja pegawai.

    Fenomena yang terjadi adalah adanya perbedaan pendapat tentang bagaimana

    gaya kepemimpinan yang baik menurut para pegawai. Berdasarkan uraian diatas,

    maka penulis mengangkat judul penelitian mengenai :

    HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN  DENGAN MOTIVASI  KERJA

    PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    7/117

     

    1.2 Identifikasi Masalah 

    Dengan kepemimpinan  yang sesuai dari setiap pemimpin dalam

    memimpin pegawainya maka akan menumbuhkan motivasi yang tinggi dari para

    pegawai yang akan memberi nilai positif bagi perusahaan dalam usaha mencapai

    tujuannya. Akan tetapi pada kenyataannya kepemimpinan dari seorang pemimpin

    tidak banyak berpengaruh pada perusahaan maupun dalam memotivasi  para

    pegawainya dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, oleh karena itu penyusun

    akan mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 

    1.  Gaya k epemimpinan  apa  yang dilakukan pada Dinas Pendidikan Provinsi

    Jawa Barat? 

    2.  Bagaimana motivasi  kerja pegawai  pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

    Barat?

    3.  Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan  dengan motivasi  kerja pegawai 

    pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat?

    1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penyusun

    tuliskan di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan

    informasi untuk mempelajari dan menilai pengaruh dari kepemimpinan  terhadap

    motivasi kerja pegawai.

    Sedangkan tujuan dari penelitian adalah : 

    1.  Untuk mengetahui gaya kepemimpinan  pada Dinas Pendidikan Provinsi

    Jawa Barat.

    2.  Untuk mengetahui motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi

    Jawa Barat.

    3.  Untuk mengetahui bagaimana hubungan gaya kepemimpinan  dengan

    motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    8/117

    1.4 Kegunaan Penelitian 

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

    1.  Bagi perusahaan tempat penyusun melakukan penelitian dapat berguna

    sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menyikapi berbagai

    masalah yang timbul dalam perusahaan menyangkut pengaruh

    kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai.

    2.  Bagi penyusun, penelitian ini selain merupakan salah satu syarat yang harus

    ditempuh dalam rangka menempuh sidang sarjana di Fakultas Bisnis dan

    Manajemen Universitas Widyatama, penelitian ini merupakan suatu

    pengalaman yang sangat berharga dimana penyusun dapat memperoleh

    suatu gambaran yang sangat nyata dan dapat membandingkan teori-teori

    yang telah penyusun pelajari selama masa kuliah dengan kenyataan yang

    terjadi dalam dunia kerja nyata. 

    3.  Bagi pembaca khususnya di lingkungan perguruan tinggi, penyusun sangat

    berharap agar hasil yang telah penyusun tulis dari hasil penelitian dapat

    sangat berguna untuk menambah pengetahuan serta wawasan khususnya di

    bidang sumber daya manusia. 

    1.5 Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis 

    Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Sumber Daya Manusia memegang

    peranan yang sangat penting dalam setiap perusahaan dalam usahanya mencapai

    tujuan perusahaan, akan tetapi semua itu tidak akan selalu berjalan dengan lancar,

    seringkali setiap perusahaan mengalami masalah menyangkut sumber daya

    manusia yang diantaranya tentang rendahnya motivasi kerja pegawai. Salah satu

    penyebab dari rendahnya motivasi  kerja pegawai diakibatkan dari pengaruh

    kepemimpinan dari seorang pemimpin. 

    Berbagai definisi kepemimpinan dikemukakan oleh para ahli, di bawah ini

    beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli. 

    Menurut B.H Raven yang dikutip oleh Supardo (2006:4) dalam bukunya

    Kepemimpinan Dasar-dasar dan Pengembangannya , menyatakan bahwa:

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    9/117

    Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi antara seorang

    pemimpin dan pengikutnya untuk mencapai tujuan kelompok,

    organisasi, dan masyarakat.

    Sedangkan menurut Howard H. Hoyt dalam bukunya  Aspect of Modern

    Public  Administration yang dikutip oleh Kartono (2008:57)  dalam bukunya

    Pemimpin dan Kepemimpinan , menyatakan bahwa :

    Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku

    manusia, dan kemampuan untuk membimbing orang.

    Dari pengertian yang telah disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan

    bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan lebih yang dimiliki oleh seseorang

    (baik dalam organisasi atau tidak) untuk mempengaruhi orang-orang yang ada

    dalam lingkungan sekitarnya, agar mereka bersedia bekerja untuk mencapai

    tujuan yang diinginkan oleh pemimpin. 

    Beberapa kepemimpinan menurut Hasibuan (2007:170) :

    1. 

    Kepemimpinan Otoriter 

    Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar

    mutlak tetap berada pada pimpinan atau pimpinan itu menganut sistem

    sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya

    ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk

    memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan

    keputusan. 

    Karakteristik dari Kepemimpinan Otoriter, yaitu : 

    a.  Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah

    ditetapkan pemimpin. 

    b.  Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar,dan paling cakap. 

    c.  Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi/perintah,

    hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    10/117

     

    2.  Kepemimpinan Partisipatif  

    Kepemimpina Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan

    dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan

    loyalitas, dan partisipatif para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar

    merasa ikut memiliki perusahaan. 

    Karakterisitik dari Kepemimpinan Partisipatif, yaitu : 

    a.  Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan-

    pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. 

    b.  Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran

    atau ide yang diberikan bawahannya. 

    c.  Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka (open management ) dan

    desentralisasi wewenang. 

    3. 

    Kepemimpinan Delegatif  

    Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan

    wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan

    dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa

    dalam melaksanakan pekerjaan. Pemimpin tidak peduli cara bawahan

    mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan

    kepada bawahan.

    Karakteristik dari Kepemimpinan Delegatif, yaitu :

    a.  Pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan

    kepada bawahan. 

    b.  Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan

    pekerjaan-pekerjaan itu dan hanya sedikit melakukan kontak mata dengan

    bawahannya. 

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kepemimpinan 

    yang cocok untuk segala situasi, maka penampilan pemimpin yang efektf dari

    perusahaan harus menyesuaikan tipe kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi.

    Pengertian situasi mencakup kemampuan bawahan, tuntutan pekerjaan, tujuan

    organisasi. Kepemimpinan yang demikian yang sangat baik untuk diterapkan agar

    motivasi kerja pegawai tinggi. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    11/117

     

    Hasibuan (2007;95) memberikan definisi motivasi sebagai berikut : 

    Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan

    kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja

    efektif , dan terintegrasi dengan segala daya upayanya  untuk

    mencapai kepuasan.

    Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa motivasi adalah keadaan dalam

    pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-

    kegiatan guna mencapai sasaran kepuasaan. Kita menerima motivasi sebagai suatu

    pengaruh terhadap tingkah laku dan apabila kita menerima dengan paham, bahwa

    bagian yang terbesar dalam pengaruh ini, terhadap tingkah laku manusia adalah

    pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Menurut Maslow yang dikutip oleh Hasibuan (2007:105), bahwa

    motivasi kerja karyawan dipengaruhi oleh kebutuhan fisik, kebutuhan akan

    keamanan dan keselamatan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan diri

    dan kebutuhan perwujudan diri. Kemudian dari faktor kebutuhan tersebut

    diturunkan menjadi indikator-indikator untuk mengetahui tingkat motivasi kerja

    pada karyawan, yaitu 

    1.  Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Yang

    termasuk kedalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan, minum,

    perumahan, udara dan lain sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan

    ini merangsang seseorang berperilaku atau bekerja giat. 

    2.  Kebutuhan keselamatan dan keamanan, adalah kebutuhan akan kebebasan dari

    ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam

    melaksanakan pekerjaan. 

    3.  Kebutuhan sosial, adalah kebutuhan sosial, teman, afiliasi, interaksi, dicintai

    dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan

    masyarakat lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal tidak akan mau

    hidup menyendiri seorang diri ditempat terpencil. Ia selalu membutuhkan

    kehidupan berkelompok, karena manusia adalah makhluk sosial. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    12/117

     

    4.  Kebutuhan akan penghargaan atau prestise, adalah kebutuhan akan

    penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan

    masyarakat lingkungannya. 

    Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi  kerja pegawai  timbul karena

    adanya beberapa faktor yang memuaskan pegawai. Faktor tersebut antara lain

    kebutuhan pegawai seperti kompensasi, upah atau penghargaan yang diberikan

    pimpinan. Dengan demikian apabila kepemimpinan yang dilakukan sesuai dengan

    kebutuhan dan dapat memberikan kepuasan bagi pegawai maka motivasi  kerja

    akan meningkat. 

    Berdasarkan uraian tersebut, penulis menarik hipotesis Apabila

    pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai maka motivasi kerja

    pegawai akan meningkat.

    1.6 Metode Penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh

    kepemimpinan  terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi

    Jawa Barat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. 

    Menurut Nazir (2003:54), mengemukakan bahwa metode deskriptif yaitu, 

    Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu

    kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada

    masa sekarang yang bertujuan untuk memberikan gambaran

    mengenai aspek-aspek yang sedang diteliti dan melakukan hubungan

    terhadap variabel yang diteliti.

    Untuk keperluan tersebut, maka penulis menggunakan bentuk-bentuk

    penelitian sebagai berikut: 

    1.  Penelitian Lapangan (Field Research)

    Penulis terjun langsung ke lapangan yang menjadi objek penelitian yangmeneliti secara langsung di tempat pelaksana kerja. 

    a.  Wawancara 

    Penulis mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu

    secara tertulis maupun secara lisan mengenai masalah yang akan diteliti

    kepada pemimpin perusahaan. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    13/117

     

    b.  Kuesioner 

    Data yang diperoleh dengan cara menjabarkan suatu daftar pertanyaan

    yang cukup terperinci dan lengkap tentang objek yang diteliti pada

    responden. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer yang

    selanjutnya akan diolah dan dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan. 

    c.  Observasi

    Pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat langsung

    terhadap data yang ada di perusahaan. 

    2.  Studi Kepustakaan ( Library Research)

    Mengumpulkan data dengan cara membaca, mempelajari dan menganalisa

    buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan

    cara sebagai berikut: 

    a.  Studi Literatur 

    Pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku dan catatan-catatan

    lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 

    b.  Studi Dokumentasi 

    Cara pengumpulan data dan informasi dengan lampiran-lampiran yang ada 

    hubungan dengan masalah yang diteliti. Data-data yang telah diperoleh

    tersebut (berupa data sekunder) akan dijadikan landasan teoritis dalam

    penyusunan skripsi. 

    1.7 Lokasi Penelitian

    Perusahaan yang akan digunakan oleh penyusun dalam melakukan

    penelitian adalah Dinas Pendidikan Provinsi  Jawa Barat Jl. Dr. Rajiman No. 6,

    Bandung. Waktu  penelitian dilakukan dari  tanggal 29 Oktober 2012 sampai

    dengan Januari 2013.

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    14/117

     

    BAB II 

    TINJAUAN PUSTAKA 

    2.1  Manajemen 

    2.1.1 

    Pengertian Manajemen 

    Manajemen merupakan alat untuk pencapaian tujuan yang diinginkan.

    Manajemen yang tepat akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan,

    karyawan, masyarakat. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya

    mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diaturnya berdasarkan urutan

    dari fungsi-fungsi manajemen itu (Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan,

    Pengendalian). Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan

    tujuan yang diinginkan. Adapun unsur-unsur manajemen itu terdiri dari  Men,

     Money, Method , Materials, Machine dan  Market  yang disingkat 6M. 

    Dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena manajemen merupakan

    alat dan wadah (tempat) untuk mengatur 6M dan semua aktivitas proses

    perusahaan dalam mencapai tujuannya. Walaupun manajemen hanya merupakan

    alat saja, tetapi harus diatur sebaik-baiknya, karena jika manajemen ini tepat

    maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua potensi

    yang dimiliki akan lebih bermanfaat. 

    Untuk lebih jelasnya pengertian manajemen ini penulis mengutip

    beberapa definisi sebagai berikut: 

    Menurut Kartono (2008:168)  dalam bukunya Pemimpin dan

    Kepemimpinan  menyatakan bahwa :

    Manajemen adalah penyelenggaraan usaha penyusunan dan

    pencapaian hasil yang diinginkan dengan menggunakan upaya-upaya

    kelompok, terdiri atas penggunaan bakat-bakat dan sumber dayamanusia.

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    15/117

     

    Kemudian menurut Hasibuan (2007:1) :

    Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan

    sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan

    efisien untuk mencapai suatu tujuan tetentu.

    Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu

    proses yang terdiri dari perencanaan, pengarahan, pengendalian, melalui

    pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lain secara efektif

    dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. 

    2.2  Manajemen Sumber Daya Manusia 

    2.2.1 

    Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 

    Sumber Daya Manusia merupakan komponen dari perusahaan yang

    mempunyai arti yang sangat penting sumber daya manusia menjadi sumber

    penentu dari perencanaan tujuan suatu perusahaan, karena fungsinya sebagai inti

    dari kegiatan perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia maka kegiatan

    perusahaan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya meskipun pada saat ini

    otomatisasi telah memasuki setiap perusahaan, tetapi apabila pelaku dan

    pelaksana mesin tersebut yaitu manusia, tidak memberikan peranan yang

    diharapkan maka otomatisasi itu akan menjadi sia-sia. 

    Untuk lebih memperjelas pengertian dari manajemen sumber daya

    manusia, berikut ini penulis mengutip beberapa definisi yang dikemukakan oleh

    beberapa ahli: 

    Menurut Rivai (2008:1) menyatakan bahwa: 

    Manajemen sumber daya manusia adalah salah satu bidang dari

    manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan,

    pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.

    Menurut Mangkunegara (2007:2), menyatakan bahwa : 

    Manajemen sumber daya manusia adalah suatu pengelolaan dengan

    pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai).

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    16/117

     

    Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa Manajemen Sumber Daya

    Manusia secara garis besar sama yaitu bahwa, manajemen sumber daya manusia

    mengatur semua tenaga kerja secara efektif dan efisien dengan mengembangkan

    kemampuan yang mereka miliki dalam mewujudkan tujuan perusahaan,

    karyawan, dan masyarakat. Dengan memiliki tujuan tertentu maka tenaga kerja

    akan termotivasi untuk bekerja sebaik mungkin. 

    2.2.2  Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia 

    Fungsi manajemen sumber daya manusi sangat luas, hal ini disebabkan

    karena tugas dan tanggung jawab manajemen sumber daya manusia untuk

    mengelola unsur-unsur manusia seefektif mungkin agar memiliki suatu tenaga

    kerja yang memuaskan. Menurut Hasibuan (2007:21), fungsi-fungsi sumber daya

    manusia meliputi fungsi manajerial dan fungsi operasional, yaitu : 

    1.  Fungsi-fungsi Manajerial 

    a.  Perencanaan 

    Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga

    kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan

    dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan

    menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi

    pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,

    kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan

    pemberhentian karyawan program kepegawaian yang baik akan membantu

    tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. 

    b.  Pengorganisasian 

    Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan

    dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi

    wewenang, intergrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization

    chart ). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan

    organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    17/117

     

    c.  Pengarahan 

    Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan

    agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efesien dalam

    membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

    Pengarahan dilakukan pemimpin dengan menugaskan bawahan agar

    mengerjakan tugasnya dengan baik. 

    d.  Pengendalian 

    Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua

    karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja

    sesuai dengan rencana. Apabila terdapat kesalahan atau penyimpangan

    dilakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian

    karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama,

    pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan. 

    2.  Fungsi-fungsi Operasional 

    a.  Pengadaan 

    Pengadaan ( procurement ) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan

    orientasi dan induksi untuk menciptakan karyawan yang sesuai dengan

    kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya

    tujuan. 

    b.  Pengembangan 

    Pengembangan (development ) adalah proses meningkatkan keterampilan

    teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan

    pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerja masa kini

    maupun masa depan. 

    c.  Kompensasi 

    Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) 

    dan tidak langsung (indirect ) uang atau barang kepada karyawan sebagai

    imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi

    adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak

    diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    18/117

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    19/117

     

    bergairah melaksanakan tugas-tugasnya. Gairah kerja, produktivitas kerja, dan

    proses manajemen suatu perusahaan akan baik jika tipe, cara, atau gaya

    kepemimpinan yang diterapkan pemimpinannya baik. 

    Tegasnya baik atau buruknya, tercapai atau tidaknya tujuan suatu

    perusahaan sebagian besar ditentukan oleh kecakapan pemimpin dalam

    melaksanakan kepemimpinannya untuk mengarahkan para bawahannya, karena

    kecakapan dan kewibawaan seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya

    akan mendorong gairah kerja, kreativitas, partisipasi, dan loyalitas para

    bawahannya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. 

    Definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli diantaranya sebagai

    berikut. 

    Menurut Kartono (2008:57), dalam bukunya Pemimpin dan

    Kepemimpinan , menyatakan bahwa :

    Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar

    mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

    Menurut Supardo, (2006:1), menyatakan bahwa:

    Kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks dimana seorang

    mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas, atau

    suatu sasaran, dan mengarahkan organisasi dengan cara yang

    membuatnya lebih kohesif dan lebih masuk akal.

    Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

    kepemimpinan merupakan kemampuan lebih yang dimilki oleh seseorang untuk

    mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok, agar orang bersedia

    bekerja secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan

    pada situasi tertentu. Setiap pemimpin dapat memiliki gaya kepemimpinan yang

    berbeda antara satu dengan yang lainnya dan tidak harus suatu gaya

    kepemimpinan itu lebih baik atau kurang baik daripada gaya kepemimpinan

    lainnya. Dasar yang sering dipergunakan dalam mengelompokkan gaya

    kepemimpinan yang ada adalah tugas yang dirasakan harus dilakukan oleh

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    20/117

     

    pemimpin, kewajiban yang pemimpin harapkan diterima oleh bawahan dan lain

    sebagainya. 

    2.3.2 

    Syarat-syarat Kepemimpinan

    Menurut Kartono (2008:36), Konsepsi mengenai persyaratan

    kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu: 

    b.  Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang

    kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk

    berbuat sesuatu.

    c.  Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu

    mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan

    bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

    d.  Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau

    keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan

    anggota biasa. 

    Kartono (2008:37), menuliskan kemampuan kepemimpinan dan syarat

    yang harus dimiliki, ialah: 

    1.  Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri. 

    2.  Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda. 

    3.  Multi terampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam. 

    4.  Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan. 

    5.  Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna. 

    6.  Mudah menyesuaikan diri adaptasinya tinggi. 

    7.  Sabar namun ulet, serta tidak mendek berhenti.

    8.  Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis. 

    9.  Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato. 

    10.  Berjiwa wiraswasta. 

    11.  Sehat jasmaninya dinamis, sanggup dan suka menerima tugas berat, serta

    berani mengambil resiko.

    12.  Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya. 

    13.  Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuannya.

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    21/117

     

    14.  Memiliki motivasi yang tinggi dan menyadari target atau tujuan hidupnya

    yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme yang tinggi. 

    15.  Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi, dan daya inovasi.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpin yang ideal adalah

    pemimpin yang berpengetahuan luas, adil, jujur, optimis, gigih, ulet, bijaksana,

    mampu memotivasi diri sendiri, memiliki hubungan yang baik dengan bawahan,

    dimana semua ini didapat dari pengembangan kepribadiannya sehingga seorang

    pemimpin memiliki nilai tambah tersendiri dalam melaksanakan tugas dan

    kewajibannya sebagai seorang pemimpin. 

    2.3.3 Gaya-gaya Kepemimpinan 

    Gaya  kepemimpinan manajemen merupakan cara yang dilakukan oleh

    seorang pemimpin dalam memimpin bawahannya yaitu bertujuan untuk

    mempengaruhi anggota atau bawahannya dalam mencapai suatu tujuan. 

    Berikut adalah Gaya Kepemimpinan yang dikemukakan oleh Hasibuan

    (2007:170), sebagai berikut :

    1. 

    Kepemimpinan Otoriter 

    Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar

    mutlak tetap berada pada pimpinan atau pimpinan itu menganut sistem

    sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya

    ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk

    memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan

    keputusan. 

    Karakteristik dari Kepemimpinan Otoriter, yaitu : 

    a.  Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah

    ditetapkan pemimpin. 

    b.  Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar,

    dan paling cakap. 

    c.  Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi/perintah,

    hukuman, serta pengawasan dilak ukan secara ketat. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    22/117

     

    2.  Kepemimpinan Partisipatif  

    Kepemimpina Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan

    dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan

    loyalitas, dan partisipatif para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar

    merasa ikut memiliki perusahaan. 

    Karakterisitik dari Kepemimpinan Partisipatif, yaitu : 

    a.  Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan-

    pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. 

    b.  Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran

    atau ide yang diberikan bawahannya. 

    c.  Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka (open management ) dan

    desentralisasi wewenang. 

    3. 

    Kepemimpinan Delegatif  

    Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan

    wewenang kepada bawahan dengan lengkap. Dengan demikian, bawahan

    dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa

    dalam melaksanakan pekerjaan. Pemimpin tidak peduli cara bawahan

    mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan

    kepada bawahan.

    Karakteristik dari Gaya Kepemimpinan Delegatif, yaitu : 

    b.  Pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan

    kepada bawahan. 

    c.  Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan

    pekerjaan-pekerjaan itu dan hanya sedikit melakukan kontak mata dengan

    bawahannya. 

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan

    yang cocok untuk segala situasi, maka penampilan pemimpin yang efektf dari

    perusahaan harus menyesuaikan tipe kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi.

    Pengertian situasi mencakup kemampuan bawahan, tuntutan pekerjaan, tujuan

    organisasi. Gaya kepemimpinan yang demikian yang sangat baik untuk diterapkan

    agar motivasi kerja karyawan tinggi. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    23/117

     

    Sedangkan menurut James A.F Stoner yang dialih bahasakan oleh Drs.

    Alexander Sindoro dalam bukunya Manajemen (1995;165): 

    Gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai

    oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja.

    Secara relatif ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu

    otokrasi, demokratis dan laissez- faire. Kebanyakan manajer menggunakan

    ketiganya pada suatu waktu, tetapi gaya yang paling sering digunakan akan dapat

    dipakai untuk membedakan seorang manajer sebagai pemimpin yang otokratis,

    demokratis atau leissez- faire. 

    Ketiga macam gaya kepemimpinan ini dapat dijelaskan dibawah ini: 

    1.  Otokratis 

    a.  Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin. 

    b.  Teknik -teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh atasan setiap

    waktu, sehingga langk ah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti

    untuk tingkat yang luas. 

    c.  Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap

    anggota. 

    d.  Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya

    terhadap kerja setiap anggota; mengambil jarak dari partisipasi kelompok

    aktif kecuali bila menunjukkan keahliannya. 

    2. 

    Demokratis 

    a.  Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan

    diambil dengan dorongan dan bantuan dari kelompok. 

    b.  Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan

    kelompok dibuat dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, pemimpin

    menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih. 

    c.  Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan

    pembagian tugas ditentukan oleh kelompok. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    24/117

     

    d.  Pemimpin adalah obyektif atau  fact -minded   dalam pujian dan

    kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa

    dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan. 

    3.   Laissez faire 

    a.  Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan

    partisipasi minimal dari pemimpin. 

    b.  Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang

    membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat

    ditanya.Dia tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja. 

    c.  Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas. 

    d.  Kadang-kadang memberi komentar sponsor terhadap kegiatan anggota

    atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu

    kejadian. 

    Terdapat enam gaya kepemimpinan yang dikutip dari buku Kepemimpinan 

    yang mendatangkan hasil yang ditulis oleh Daniel Goleman (2003;20) adalah

    sebagai berikut: 

    1.  Kepemimpinan Koersif (Coersive Style)

    Yaitu pemimpin yang menuntu perintahnya dipenuhi sesegera mungkin.

    Kebijakan ekstrim dibuat oleh pemimpin tanpa adanya fleksibilitas kepada

    bawahan. 

    Gaya kepemimpinan koersif akan mendatangkan hasil yang maksimal

    ketika organisasi dalam situasi krisis dan menuntut perbaikan secepatnya. 

    Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan koersif yaitu:

    a.  Kebijakan selalu ditentukan oleh pemimpin 

    b.  Tidak ada inisiatif atau ide-ide kreatif dari bawahan 

    c.  Pemimpin menetapkan kontrol yang ketat dan standar yang tinggi 

    2.  Kepemimpinan Otoritatif ( Authoritative Style)

    Yaitu pemimpin yang menggerakkan orang menuju suatu visi, pemimpin

    yang menggunakan gaya otoritatif akan memberikan motivasi kepada

    bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    25/117

     

    Gaya kepemimpinan otoritatif akan mendatangkan hasil yang maksimal

    ketika sebuah organisasi tidak memiliki tujuan yang jelas atau target yang pasti

    baik untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. 

    Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otoritatif yaitu: 

    a.  Pemimpin hanya memberikan tujuan akhir yang harus dicapai 

    b.  Memberikan kebebasan kepada bawahan untuk berinisiatif dan

    memberikan ide-ide baru 

    c.  Memiliki visi yang jelas dan keberanian untuk bertindak  

    d.  Memiliki kharisma dan percaya diri yang tinggi 

    e.  Pandai memberi motivasi kepada bawahan 

    3.  Kepemimpinan Afiliatif ( Affiliative Style)

    Yaitu pemimpin yang menilai individu dan emosi bawahan sebagai hal yang lebih

    penting dari tugas dan tujuan. Pemimpin afiliatif berusaha menciptakan

    keharmonisan antara pemimpin dan bawahan dan mengatur organisasi dengan

    membangun ikatan emosional yang kuat sehingga mendapatkan kesetiaan yang

    tinggi dari bawahan. 

    Gaya kepemimpinan afiliatif akan mendatangkan hasil yang maksimal

    pada sebuah perusahaan yang baru berdiri dimana pemimpin sedang berusaha

    untuk membangun kerjasama tim. 

    Adapun ciri-ciri kepemimpinan afiliatif yaitu: 

    a.  Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik  

    b.  Fleksibel dan meningkatkan inovasi 

    c.  Jarang memberikan arahan kepada bawahan 

    d.  Memungkinkan kinerja buruk tidak terkoreksi 

    e.  Cenderung memberikan toleransi yang berlebihan 

    4.  Kepemimpinan Demokratis ( Democratic Leadership)

    Yaitu pemimpin yang membangun rasa hormat dan tanggung jawab

    dengan mendengarkan pendapat orang lain. Pemimpin demokratis menetapkan

    kebijakan melalui konsensus dengan mengikutsertakan partisipasi bawahan. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    26/117

     

    Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis yaitu: 

    a.  Menghargai pendapat bawahan 

    b.  Fleksibel dan memberikan kebebasan kepada bawahan berinisiatif dan

    memberikan ide baru 

    c.  Tujuan yang dicapai realistis dan berdasarkan kesepakatan bersama 

    d.  Memungkinkan terjadinya pertemuan-pertemuan secara terus menerus 

    e.  Melakukan pemungutan suara sebagai jalan akhir untuk mendapatkan

    keputusan. 

    5.  Kepemimpinan Pacesetting (Pacesetting Leadership)

    Yaitu pemimpin yang ambisius yang menuntut keberhasilan dan

    kesempurnaan dari tugas yang diberikan kepada bawahannya. Pemimpin dengan

    gaya ini memiliki tujuan yang jelas dan memberikan arahan yang jelas mengenai

    hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. 

    Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan pacesetting yaitu:

    a.  Pemimpin menetapkan standar kinerja yang tinggi 

    b.  Memberi contoh dan melakukan perbaikan terus-menerus 

    c.  Tugas terhadap bawahan yang memiliki kinerja tidak baik. 

    d.  Memberikan arahan secara terperinci dan fleksibel. 

    e.  Tidak ada inisiatif dari bawahan. 

    6.  Kepemimpinan Coaching (Coaching Leadership)

    Yaitu pemimpin yang bertindak sebagai seorang penasehat bagi bawahan.

    Pemimpin coaching membantu para bawahannya untuk menemukan kekuatan dan

    kelemahan mereka dan membantu bawahan untuk membuat konsep dari aspirasi

    pribadi dan karir bawahan. 

    Adapun ciri-ciri kepemimpinan coaching yaitu: 

    a.  Pemimpin menghargai gagasan bawahan. 

    b.  Pemimpin memberi nasehat kepada bawahan mengenai tugas yang

    harus dilaksanakan. 

    c.  Bersedia untuk mentolerir kegagalan jangka pendek jika kegagalan itu

    dapat meningkatkan cara kerja bawahan dalam jangka panjang. 

    d.  Terbuka terhadap aspirasi atau kritik dari bawahan. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    27/117

     

    e.  Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memberikan pelatihan

    secara pribadi kepada bawahan. 

    Pemimpin yang akan memberikan hasil terbaik tidak tergantung pada satu

    gaya kepemimpinan. Para pimpinan menggunakan hampir semua gaya dalam

    takaran yang berbeda tergantung pada situasi dan kondisi. 

    2.3.4 Gaya Pengambilan Keputusan 

    Tidak ada Gaya Kepemimpinan yang mutlak baik atau buruk yang penting

    Tujuan tercapai dengan baik. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan

    dipengaruhi oleh faktor-faktor : tujuan, pengikut (bawahan), organisasi, karakter

    pemimpin, dan situasi yang ada. 

    Berikut ini adalah Gaya Pengambilan Keputusan yang dikemukakan oleh

    Hasibuan (2007:175) :

    a.  Gaya Otoratif  

    Gaya Otoratif diterapkan pada situasi ketika manajer memiliki pengalaman

    dan informasi untuk menghasilkan konklusi, sementara pengikut tidak

    memiliki kemampuan, kesediaan, dan keyakinan untuk memecahkan masalah.

    Jadi, manajer harus membuat keputusan tanpa bantuan pengikut. 

    b. 

    Gaya Konsultatif  

    Gaya Konsultatif adalah strategi yang tepat apabila manajer mengetahui bahwa

    pengikut juga mempunyai beberapa pengalaman atau pengetahuan tentang

    masalah dan bersedia memecahkan masalah meskipun belum mampu. Dalam

    situasi ini strategi yang terbaik adalah memperoleh masukan mereka, sebelum

    membuat keputusan final. 

    c.  Gaya Fasilitatif  

    Merupakan upaya kooperatif yaitu manajer dan pengikut bekerja sama

    mencapai keputusan bersama. Dalam hal ini, pemimpin secara efektif memiliki

    komitmen terhadap diri sendiri untuk berbagai dalam proses pengambilan

    keputusan. Gaya merupakan cara yang sempurna manakala berhadapan dengan

    pengikut yang mampu, tetapi belum yakin akan dirinya. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    28/117

     

    d.  Gaya Delegatif  

    Digunakan terhadap pengikut yang memiliki pengalaman dan informasi yang

    diperlukan untuk keputusan atau rekomendasi yang layak. 

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa apabila pemimpin mampu dengan

    tangkas, cerdas, cepat dan arif bijaksana mengambil keputusan yang tepat, maka

    organisasi atau perusahaan bisa berfungsi secara efektif dan efisien. 

    2.3.5  Beberapa Teori Kepemimpinan

    Menurut Wiludjeng (2006:74), mengenai teori kepemimpinan terdiri atas

    empat teori, sebagai berikut: 

    1. 

    The Great Man Theory (Teori Sifat) 

    Teori ini berusaha mengidentifikasikan karakteristik seorang pemimpin.

    Teori ini menyatakan bahwa seseorang yang bisa berhasil manjadi seorang

    pemimpin karena mereka memang dilahirkan untuk menjadi seorang

    pemimpin, apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai

    pemimpin. Keith Davis merumuskan ada 4 sifat umum yang mempengaruhi

    kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi, yaitu: 

    a.  Intelegensia 

    b.  Kematangan sosial 

    c.  Motivasi diri 

    d.  Hubungan pribadi 

    2.   Behavirol Theory (Teori Perilaku) 

    a.  Teori Tannenbaum dan Warren H Schmidt 

    Kedua orang akademis tersebut mencoba menjelaskan faktor-faktor apa

    saja yang mempengaruhi gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan

    dapat dijelaskan melalui titik ekstreem yaitu fokus pada atasan

    (pemimpin) dan fokus pada bawahan. Menurut kedua orang ini gaya

    kepemimpinan akan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor

    manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    29/117

     

    b.  Studi Ohio State University 

    Studi ini menyimpulkan bahwa ada dua kategori perilaku pemimpin

    yaitu: 

    1)  Consideration, diartikan sebagai tingkat dimana pemimpin peduli

    dan mendukung bawahan. Para pemimpin dengan gaya ini cenderung

    memiliki hubungan dengan bawahan yang mencerminkan perasaan

    saling percaya, dan mereka menghormati ide dan perasaan

    bawahannya. 

    2)   Initiating Structure ,  diartikan sebagai tingkat dimana pemimpin

    membuat struktur pekerjaannya sendiri dan pekerjaan bawahannya.

    Pemimpin dengan gaya ini cenderung mengarahkan pekerjaan

    kelompok melalui kegiatan perencanaan, pembelian tugas-tugas,

    penjadwalan, dan penetapan deadline. 

    c.  Studi The University of Michigan 

    Study ini menyimpulkan bahwa para manajer dapat dibedakan

    berdasarkan dua dimensi perilaku kepemimpinan, yaitu: 

    1)   Relationship Oriented , diartikan sebagai perilaku yang bersikap

    bersahabat pada bawahan, mengakui prestasi bawahan, dan

    memperhatikan kesejahteraan karyawan. 

    2)  Task Oriented , diartikan sebagai perilaku manajer yang menetapkan

    standar kerja yang tinggi, menentukan metode kerja yang harus

    dilakukan, dan mengawasi karyawan dengan ketat. 

    d.   Managerial Grid  

     Managerial grid   atau kisi-kisi manajemen yang dikembangkan oleh

    Robert Blake dan Jane S. Mouton mendorong manajer untuk memiliki

    dua kualitas kepemimpinan sekaligus yaitu orientasi pada tugas/produksi

    dan orientasi pada hubungan/orang. 

    3.  Contingensy Theory (Teori Situasi) 

    Pendekatan ini berpendapat bahwa tidak ada satu tipe kepemimpinan yang

    efektif untuk diterapkan di segala situasi. Teori yang menggunakan

    pendekatan kontingensi akan dibahas berikut ini: 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    30/117

     

    a.  Model Kepemimpinan Hersey 

    Teori ini mengembangkan model kepemimpinan dimana efektivitas

    kepemimpinan tergantung dari kesiapan bawahan. Kesiapan tersebut

    mencakup kemauan untuk mencapai prestasi, untuk menerima tanggung

     jawab, kemampuan mengerjakan tugas, dan pengalaman bawahan.

    Variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.

    Menurut model ini manajer atau pimpinan harus secara konstan

    mengevaluasi kondisi karyawan. Kemudian setelah kondisi karyawan

    diketahui manajer menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai

    dengan kondisi tersebut. Dengan demikian gaya kepemimpinan ini akan

    efektif karena sesuai dengan situasi karyawan. 

    b.  Model Fiedler 

    Teori ini mendasarkan pada pendapat bahwa sesorang menjadi pemimpin

    tidak hanya karena karakteristik individu mereka tetapi juga karena

    beberapa variable situasi dan interaksi antara pemimpin dengan bawahan.

    Fiedler menjelaskan tiga dimensi yang menjelaskan situasi kepemimpinan

    yang efektif. Ketiga dimensi tersebut adalah : 

    1)  Power Position (Kekuasaan posisi) 

    Dimensi ini menjelaskan kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin,

    seperti kaehlian atau kepribadian, yang mampu membuat bawahan

    mengikuti kemauan pemimpin. Pemimpin yang mempunyai

    kekuasaan dari posisinya yang jelas dan besar dapat memperoleh

    kepatuhan bawahan yang lebih besar. 

    2)  Task Structure (Struktur pekerjaan) 

    Dimensi ini menjelaskan sejauh mana pekerjaan dapat dirinci atau

    dijelaskan dan membuat bawahan bertanggung jawab untuk

    melaksanakan pekerjaan tersebut. Jika struktur pekerjaan jelas maka

    pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah, bawahan dapat diserahi

    tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan tersebut lebih baik. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    31/117

     

    3)   Leader Member Relation (Hubungan antara pemimpin-bawahan) 

    Hal ini berhubungan dengan antara bawahan-pimpinan, misalnya

    tingkat loyalitas, kepercayaan, dan rasa hormat karyawan terhadap

    pemimpinnya. Hubungan ini dapat diklasifikasikan baik atau

    buruk .

    Dari kombinasi ketiga variabel ini dapat ditentukan apakah situasi

    yang dihadapi oleh pemimpin menguntungkan atau tidak

    menguntungkan. 

    c.  Teori Jalur-Tujuan (Path Goal Theory)

    Teori ini menyatakan bahwa fungsi utama seorang pemimpin adalah

    untuk membuat tujuan bersama dengan bawahannya, membantu mereka

    menemukan jalur ( path) yang paling tepat dalam mencapai tujuan

    tersebut, dan mengatasi hambatan-hambatan yang timbul. 

    d.  Yetton dan Vroom Jago 

    Teori dari Vroom mengkritik teori path goal karena gagal

    memperhitungkan situasi dimana keterlibatan bawahan diperlukan. Model

    ini memperkenalkan lima gaya kepemimpinan yang mencerminkan garis

    kontinum dari pendekatan otoriter sampai ke pendekatan partisipatif.

    Sehingga model Vroom memperoleh dukungan empiris yang lebih baik

    dibandingkan dengan model kepemimpinan situasional lainnya.

    4. 

    Teori-teori Kepemimpinan Kontemporer

    Perkembangan penelitian dan teori kepemimpinan berkembang menuju

    banyak arah. Beberapa perkembangan baru akan dibahas dalam bagian ini. 

    a.  Kepemimpinan Transformasional atau Karismatik  

    Teori ini dikembangkan oleh Bernard M Bass. Ia membedakan

    kepemimpinan transaksional (transactional leadership). Pemimpin

    transaksional menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar

    mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi, dan

    membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan

    tugas tersebut. Sedangkan, pemimpin transformasional memotivasi

    bawahan untuk mengerjakan lebih dari yang diharapkan. Sehingga

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    32/117

     

    pemimpin harus mampu membuat bawahan menyadari perspektif yang

    lebih luas. Tipe kepemimpinan seperti hal tersebut dapat dimasukkan

    kedalam tipe pemimpin yang transaksional, tetapi agar lebih efektif

    seorang pemimpin tidak hanya menjalankan kepemimpinan dengan

    biasa tetapi harus lebih dari yang biasa.

    b.  Teori Kepemimpinan Psikoanalisa 

    Teori ini dikembangkan dengan menggunakan pendekatan Psikoanalitis.

    Sigmund Freud menjelaskan bahwa seseorang berperilaku karena ingin

    memenuhi kebutuhan bawah sadarnya. Menurut teori ini perilaku

    manusia sangat kompleks. Sehingga penampilan dari luar tidak dapat

    dijadikan pegangan. Untuk itu perlu dianalisa kembali teori-teori alam

    tentang manusia yang paling dasar untuk memahami perilaku manusia

    atau pemimpin yang sangat kompleks. 

    c.  Teori Kepemimpinan Romantis 

    Teori ini memandang bahwa pemimpin itu ada dan diperlukan untuk

    membantu mencapai kebutuhannya. Jika bawahan sudah tidak

    mempercayai pemimpinnya, maka efektivitas kepemimpinannya hilang,

    tidak peduli dengan tindakan pemimpin tersebut. Jika bawahan sudah

    dapat mengorganisasikan sendiri maka pemimpin tidak diperlukan lagi.

    Teori ini mencoba menyeimbangkan antara sisi atasan dengan sisi

    bawahan, sehingga porsi keduanya menjadi kurang lebih seimbang. 

    2.4  Motivasi Kerja 

    2.4.1 

    Pengertian Motivasi Kerja 

    Manajer atau pemimpin adalah orang-orang yang mencapai hasil-hasil

    melalui orang lain, yaitu para bawahan. Berhubung dengan hal itu, menjadi

    kewajiban dari setiap pemimpin agar para bawahannya berprestasi. Prestasi

    bawahan, terutama disebabkan oleh 2 (dua) hal, yaitu: kemampuan dan daya

    dorong. Kemampuan seseorang ditentukan oleh kualifikasi yang dimilikinya

    antara lain oleh pendidikan, pengalaman dan sifat-sifat pribadi sedangkan daya

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    33/117

     

    dorong dipengaruhi oleh sesuatu yang ada dalam diri seseorang dan hal-hal lain

    diluar dirinya. 

    Daya dorong yang ada dalam diri seseorang sering disebut motif. Daya

    dorong diluar diri seseorang, harus ditimbulkan pimpinan dan agar hal-hal di luar

    diri seseorang itu turut mempengaruhinya, pemimpin harus memilih berbagai

    sarana atau alat yang sesuai dengan orang lain. 

    Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan

    daya dan potensi bawahan agar mau bekerja sama secara

    produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah

    ditentukan. Pengertian Motivasi menurut Rivai (2008:455) : 

    Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang

    mempengaruhi untuk mencapai hasil yang spesifik sesuai dengan

    tujuan individu.

    Yang diartikan sebagai berikut : 

    Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan

    organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga tercapai

    keinginan para pegawai sekaligus tercapai tujuan organisasi.

    Menurut Liang Gie dalam yang dikutip oleh Martoyo ( 2000 : 165 ) :

    Motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer

    dalam memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang

    lain, dalam hal ini karyawannya, untuk mengambil tindakan-

    tindakan.

    Motivasi menurut Arep dan Tanjung ( 2003 : 18 ) yaitu : 

    Motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan

    seseorang untuk bekerja.

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    34/117

     

    Sedangkan definisi motivasi menurut Saydam (2000 : 227) :

    Motivasi diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian

    dorongan/rangsangan kepada para karyawan sehingga mereka

    bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.

    Menurut Robbins dalam buku Sofyandi dan Garniwa (2007;99), yaitu : 

    Motivasi adalah sebagai proses mengarahkan dan ketekunan setiap

    individu dengan tingkat intensitas yang tinggi untuk meningkatkan

    suatu usaha dalam mencapai tujuan.

    Menurut Hasibuan (2001:42), sebagai berikut : 

    Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan

    kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja

    efektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai

    kepuasan.

    Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

    adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang di dalam usaha

    memenuhi kebutuhannya baik secara riil maupun materiil, dan menyalurkan

    perilaku individu tersebut kearah pencapaian suatu tujuan. 

    2.4.2 

    Tujuan Motivasi Kerja 

    Pada hakekatnya pemberian motivasi kepada pegawai tersebut mempunyai

    tujuan yang dapat meningkatkan berbagai hal, menurut Hasibuan (2004 : 146) 

    tujuan pemberian motivasi kepada karyawan adalah untuk : 

    1.  Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan. 

    2.  Meningkatkan produktifitas kerja karyawan. 

    3.  Meningkatkan kedisiplinan karyawan. 

    4.  Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan. 

    5.  Mengefektifkan pengadaan karyawan. 

    6.  Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    35/117

     

    7.  Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan. 

    8.  Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan. 

    9.  Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-

    tugasnya.

    10.  Meningkatkan efisiensi pengunaan alat-alat dan bahan baku. 

    Berdasarkan hal tersebut di atas, jelaslah bahwa di dalam setiap

    perusahaan diperlukan motivasi kerja yang tinggi dari para karyawannya. Apabila

    tidak terdapatnya motivasi kerja yang tinggi dari para karyawannya dalam suatu

    perusahaan, maka akanlah sulit perusahaan tersebut untuk mencapai tujuannya. 

    2.4.3  Metode Motivasi Kerja 

    Untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode dari motivasi kerja, maka

    dibawah ini adalah metode motivasi kerja menurut Menurut Hasibuan (2007:149).

    Terdapat dua metode motivasi, yaitu : 

    1.  Motivasi Langsung ( Direct Motivation ) 

    Motivasi Langsung adalah motivasi (materiil dan non-materiil) yang

    diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk

    memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti

    pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, bintang jasa dan lain

    sebagainya. 

    2.  Motivasi Tidak Langsung ( Indirect Motivation ) 

    Motivasi Tidak Langsung adalah motivasi yang diberikan hanya

    merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah

    kerja / kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat

    melakukan pekerjaannya. Misalnya kursi yang empuk, mesin-mesin yang

    baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang

    serasi, penempatan yang tepat dan lain sebagainya. Motivasi tidak

    langsung ini besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja

    karyawan, sehingga produktifitas perusahaan meningkat. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    36/117

     

    Berdasarkan metode tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

    didalam memotivasi karyawan, kita harus mengetahui tentang apa yang

    dibutuhkan oleh para karyawan tersebut secara langsung maupun tidak langsung

    didalam pelaksanaan pekerjaannya dalam usaha pencapaian tujuan bersama. 

    2.4.4 

    Jenis- jenis Motivasi Kerja 

    Didalam memotivasi kerja karyawan, pemimpin haruslah mengetahui

    tentang sebab dan akibat dari adanya proses memotivasi kerja karyawan. Dibawah

    ini adalah dua jenis motivasi menurut Hasibuan (2004;222), yaitu : 

    1.  Motivasi Positif ( Incentive Positive ) 

    Dalam motivasi positif, manajer memotivasi (merangsang) bawahan

    dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas

    prestasi standar. Dengan motivasi positif ini semangat bekerja karyawan

    akan meningkat karena pada umumnya manusia senang menerima yang

    baik -baik saja. 

    2.  Motivasi Negatif ( Incentive Negative ) 

    Dalam motivasi negatif, manajer memotivasi bawahan dengan standar,

    apabila bawahan tidak dapat memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan

    oleh manajer maka mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi

    negatif ini, semangat kerja karyawan dalam jangka waktu pendek akan

    meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu

    panjang dapat berakibat kurang baik.

    Dalam praktek, kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh suatu

    perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang, supaya dapat

    meningkatkan semangat kerja karyawan.

    Yang menjadi masalah adalah kapan motivasi positif atau motivasi negatif

    itu efektif merangsang gairah kerja karyawan. Motivasi positif efektif untuk

     jangka panjang, sedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka pendek. Tetapi

    manajer harus konsisten dan adil dalam menerapkannya. 

    Berdasarkan hal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap

    karyawan akan termotivasi diakibatkan adanya unsur positif dan negatif dari

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    37/117

     

    pemimpin. Menurut saya, untuk memotivasi karyawan, seorang pemimpin

    haruslah menimbulkan dampak positif, misalnya menimbulkan rasa memiliki dan

    tanggung jawab kepada perusahaan oleh setiap karyawannya. 

    2.4.5  Teori Motivasi Kerja 

    Terdapat beberapa macam teori motivasi yang dikemukakan oleh para

    ahli, seperti yang penulis kutip dari Hasibuan (2000;152) dan Mangkunegara

    (2001;94), adalah sebagai berikut : 

    1.  Teori Motivasi Klasik  yang dikutip oleh Hasibuan (2000;152), yaitu

    Frederick Winslow Taylor mengemukakan bahwa teori motivasi klasik

    atau teori motivasi kebutuhan tunggal. Teori ini berpendapat bahwa

    manusia mau bekerja dengan giat untuk memenuhi kebutuhannya. 

    2.   Hierarki Kebutuhan Maslow yang dikutip oleh Mangkunegara (2001;95),

    yaitu : 

    a.  Physiological Needs ( kebutuhan fisik atau biologis ) 

    Physiological Needs adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup.

    Yang termasuk kedalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan,

    minum, perumahan, udara dan lain sebagainya. Keinginan untuk

    memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang berperilaku atau

    bekerja giat. 

    b.  Safety and Security Needs ( kebutuhan keselamatan dan keamanan ) 

    Safety and Security Needs adalah kebutuhan akan kebebasan dari

    ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan

    keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan. 

    c.   Affiliation or Acceptence Needs ( kebutuhan sosial )

     Affiliation or Acceptence Needs adalah kebutuhan sosial, teman,

    afiliasi, interaksi, dicintai dan mencintai, serta diterima dalam

    pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya. Pada

    dasarnya manusia normal tidak akan mau hidup menyendiri seorang

    diri ditempat terpencil. Ia selalu membutuhkan kehidupan

    berkelompok, karena manusia adalah makhluk sosial. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    38/117

     

    d.   Esteem or Status Needs (kebutuhan akan penghargaan atau prestise) 

     Esteem or Status Needs adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan

    pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat

    lingkungannya. 

    e.  Self Actualization Needs ( kebutuhan akan aktualisasi diri ) 

    Self Actualization Needs adalah kebutuhan akan aktualisasi diri

    dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi optimal,

    untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan. 

    3.  Teori Herzberg  yang dikutip oleh Hasibuan (2000;156), 

    Herzberg  mengemukakan suatu teori yang berhubungan langsung dengan

    kepuasan kerja, yang didasarkan pada penelitian bersama di kota Pitsburg

    dan sekitarnya. Dari hasil penelitian ini dikembangkan suatu gagasan

    bahwa ada 2 (dua) rangkaian kondisi yang mempengaruhi motivasi kerja

    seseorang, kedua rangkaian kondisi tersebut adalah rangkaian kondisi

    pertama disebut faktor motivator dan rangkaian kondisi kedua disebut

    faktor hygiene .

    Teori motivasi kerja dari Herzberg dalam teorinya membagi motivasi

    ke dalam 2 (dua) rangkaian kondisi seperti dikutip oleh Hasibuan

    (2000;157), yaitu : 

    1.  Rangkaian kondisi pertama disebut faktor motivator .

    2.  Rangkaian kondisi kedua disebut faktor hygiene .

    Faktor-faktor yang berperan sebagai motivator terhadap pegawai,

    yakni yang mampu memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja baik terdiri

    dari : 

    a.  Keberhasilan pelaksanaan : Agar seorang bawahan dapat berhasil

    dalam pelaksanaan pekerjaannya, maka pemimpin harus mempelajari

    bawahannya dan pekerjaannya dengan memberikan kesempatan

    kepadanya agar bawahan dapat berusaha mencapai hasil. Bila bawahan

    telah berhasil mengerjakan pekerjaannya, pemimpin harus menyatakan

    keberhasilan itu. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    39/117

     

    b.  Pengakuan : Sebagai lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan pemimpin

    harus memberi pernyataan pengakuan akan keberhasilan tersebut,

    berupa pemberian bonus uang tunai dan penghargaan. 

    c.  Pekerjaan itu sendiri : Pemimpin membuat usaha-usaha yang riil dan

    meyakinkan, sehingga bawahan mengerti akan pentingnya pekerjaan

    yang dilakukannya dan berusaha menghindarkan kebosanan dalam

    pekerjaan bawahan serta mengusahakan agar setiap bawahan sudah

    tepat dalam pekerjaannya. 

    d.  Tanggung jawab : Membiarkan bawahan bekerja sendiri sepanjang

    pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip partisipasi.

    Diterapkannya prinsip partisipasi membuat bawahan sepenuhnya

    merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya. 

    e.  Pengembangan pegawai : Pemimpin member rekomendasi tentang

    bawahan yang siap untuk pengembangan, untuk menaikkan

    pangkatnya atau dikirim mengikuti pendidikan atau latihan lanjutan. 

    4.  Teori X dan Teori Y dari McGregor yang dikutip oleh (Rivai, 2008),

    yaitu:

    Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang manusia.

    Negatif dengan tanda label X dan positif dengan tanda label Y. Setelah melakukan

    penyelidikan tentang perjanjian seorang manajer dan karyawan, McGregor

    merumuskan asumsi-asumsi dan perilaku manusia dalam organisasi sebagai

    berikut: 

    Teori X (negatif) merumuskan asumsi seperti: 

    a.  Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia

    akan menghindari dan akan bermalas-malasan dalam bekerja. 

    b.  Semenjak karyawan tidak suka atau tidak menyukai pekerjaannya,

    mereka harus diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakuti untuk

    menerima sanksi hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh. 

    c.  Karyawan akan meghindari tanggung jawabnya dan mencari tujuan

    formal sebisa mungkin. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    40/117

     

    d.  Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas faktor lainnya

    yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan menggambarkannya

    dengan sedikit ambisi. 

    Menurut teori X untuk memotivasi karyawan, harus dilakukan dengan

    cara pengawasan yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja

    giat. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung pada motivasi negatif yakni

    dengan menerapkan hukuman yang tegas. 

    Sebaliknya teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut: 

    a.  Karyawan dapat memandang pekerjaannya sebagai sesuatu yang wajar,

    lumrah dan alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian

    berdiskusi atau sekedar teman bicara. 

    b.  Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri jika

    mereka melakukan komitmen yang sangat objektif. 

    c.  Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah

    tersebar secara meluas diberbagai kalangan tidak hanya dari kalangan top

    manajemen atau dewan direksi. 

    Menurut teori Y untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan

    dengan cara meningkatkan partisipasi karyawan, kerjasama dan keterkaitan pada

    keputusan. Tegasnya, dedikasi, dan partisipasi akan lebih menjamin tercapainya

    sasaran. 

    2.5  Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja

    Gaya Kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap motivasi

    sebab keberhasilan seorang pemimpin  dalam menggerakkan orang lain untuk

    mencapai suatu tujuan tergantung pada bagaimana pemimpin itu menciptakan

    motivasi di dalam diri setiap karyawan (Kartono, 2008). Pemimpin berusaha

    mempengaruhi atau memotivasi bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan

    tujuan yang diharapkan pemimpin.Motivasi kerja yang tinggi dapat didukung oleh

    gaya kepemimpinan yang tepat, sehingga gaya kepemimpinan yang kurang tepat

    dalam penerapannya akan kurang memotivasi bawahannya dalam melakukan

    aktivitasnya-aktivitasnya. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    41/117

     

    Tugas seorang pimpinan yang utama dalam perusahaan memberikan

    sumbangan yang besar berupa tenaga dan pikiran terhadap perusahaannya agar

    tujuan perusahaan dapat tercapai. Tidak setiap orang dapat melaksanakan gaya

    kepemimpinan dengan baik, karena tugas-tugas dalam strategi kepemimpinan

    menuntut suatu tanggung jawab yang besar. 

    Selain daripada itu, untuk menimbulkan motivasi kerja yang tinggi,

    dibutuhkan suatu tindakan yang dapat menumbuhkan motivasi kerja karyawan

    pada suatu perusahaan. Dan tindakan tersebut berasal dari pemimpin atau yang

    biasa disebut dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan sangatlah

    berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, karena didalam motivasi kerja

    karyawan untuk memenuhi kebutuhannya sangat membutuhkan dukungan dari

    seorang pemimpin, karena itu setiap pemimpin harus mengetahui secara jelas

    tentang apa yang dibutuhkan oleh karyawan dan perusahaan agar mereka bisa

    bekerjasama secara efektif. Dan selain daripada itu karyawan juga harus

    mengetahui tentang apa yang diinginkan oleh pemimpin dan perusahaan agar

    tercapainya tujuan bersama, yaitu tujuan karyawan dalam memenuhi

    kebutuhannya dan tujuan perusahaan. Sehingga jelas disini, bahwa peranan

    seorang pimpinan sangat besar dalam mengatur bawahan dan pekerjaan agar

    setiap karyawan dalam melaksanakan tugas pekerjaan benar-benar menunjukan

    usaha-usaha ke arah peningkatan motivasi kerja. 

    Jadi, pada garis besarnya dapat kita simpulkan bahwa gaya kepemimpinan

    dapat meningkatkan motivasi.

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    42/117

     

    BAB III 

    OBJEK DAN METODE PENELITIAN 

    3.1  Objek Penelitian 

    Yang menjadi objek penelitian adalah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

    Barat,  tentang hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai.

    Adapun yang menjadi variabel independennya yaitu gaya kepemimpinan dan

    yang menjadi variabel dependennya yaitu motivasi kerja pegawai. 

    3.1.1 

    Visi 

    Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menjadi Akselerator peningkatan

    kesejahteraan masyarakat melalui manajemen pendidikan yang berkualitas guna

    mendukung visi Jawa Barat 2010.

    3.1.2 

    Misi 

    1.  Membangun koordinasi dan sinergitas antar lini, unit dan institusi dalam

    manajemen pendidikan di Jawa Barat yang terintegrasi berdasarkan tugas,

    fungsi dan peran masing-masing. 

    2.  Menciptakan suasana kondusif di dunia pendidikan dalam upaya

    meningkatkan kualitas pendidikan 

    3.  Meningkatkan kinerja dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada

    masyarakat.

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    43/117

     

    3.1.3  Struktur Organisasi 

    Adapun struktur organisasi di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

    Barat adalah sebagai berikut. 

    Sumber: Bagian Tata Usaha Disdik Jabar 

    3.1.4  Uraian Tugas dan Jabatan 

    Berdasarkan struktur organisasi dapat diuraikan mengenai peran dan tugasnya

    masing masing. 

    1.  Kepala Dinas

    a.  Kepala Dinas mempunyai tugas pokok merumuskan, menetapkan,

    memimpin,mengkordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan

    tugas pokok dinas serta mengkoordinasikan dan membina Unit

    Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

    Kepala Dinas

    Sekretariat

    Sub Dinas Pendidikan Dasar

    Sub Dinas Bina Pro ram

    Seksi

    Data & Informasi

    Seksi Penyusunan

    Pro ram

    Seksi Evaluasi &

    Monitorin

    Seksi

    Kurikulum

    Seksi Ketenagaan

    Seksi Sarpras

    Seksi

    Kesiswaan

    Sub Dinas SLB

    Sub Dinas Dikmenti

    Seksi

    Kurikulum

    Seksi Ketenagaan

    Seksi Sarpras

    Seksi

    Kesiswaan

    Seksi

    Kurikulum

    Seksi Ketenagaan

    Seksi Sarpras

    Seksi

    Kesiswaan

    Sub Dinas PLS

    Seksi

    Kurikulum

    Seksi

    Ketena aan

    Seksi

    Seksi

    Kesiswaan

    Kepala Bagian Tata Usaha

    Subag

    Ke e awaian

    Subag

    Keuan an

    Subag

    Umum

    UPTD

    UPTD

    UPTD

    KelompokPejabat

    fungsional 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    44/117

    b.  Rincian Tugas Kepala Dinas : 

    Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas

    pokok dan fungsi dinas. 

    Menyelenggarakan penyusunan program kerja dinas.

    Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis dinas sesuai dengan

    kebijakan umum pemerintah daerah. 

    Menyelenggarakan kordinasi dan kerja sama dengan intansi

    pemerintah, swasta dan lembaga terkait lainnya untuk kelancaran

    pelaksanaan kegiatan dinas. 

    Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis dalam rangka

    menyelenggarakan pelayanan pendidikan. 

    Menyelenggarakan kordinasi dan pembinaan UPTD. 

    Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan

    pengambilan kebijakan. 

    Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait. 

    Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan

    fungsinya. 

    Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintah

    dan pembangunan wilayah dalam pelaksanaan tugas di

    kabupaten/kota. 

    2.  Bagian Sekretariat

    a.  Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengelolaan

    sistem informasi dan pendapatan, penyusunan rencana, program, laporan

    pengelolaan keuangan, kepegawaian dan umum. 

    b.  Rincian Tugas Bagian sekretaris :

    Menyelenggarakan pengkajian dan koordinasi program kerja

    sekretarian dan dinas.

    Menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi dan peremajaan data. 

    Menyelenggarakan pengelolaan data administarasi keuangan. 

    Menyelenggarakan penyusunan anggaran belanja langsung dan

    belanja tidak langsung. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    45/117

     

    Menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan. 

    Menyelenggarakan pengelolaan urusan rumah tangga dan

    perlengkapan. 

    Menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan pengdokumentasian

    peraturan perundang-undangan, mengelola perpustakaan, protokol dan

    hubungan masyarakat. 

    Menyelenggarakan pengelolaan naskah dinas dan kearsipan. 

    Menyelenggarakan pembinaan jabatan fungsional. 

    Menyelenggarakan telaah staf sebagai bahan pertimbangan

    pengambilan kebijakan. 

    Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait. 

    Menyelenggarakan tugas lain sesuai sengan tugas pokok dan

    fungsinya. 

    3. 

    Subbagian Perencanaan dan Program 

    a.  Subbagian perencanaan dan program mempunyai tugas pokok

    melaksanakan pengelolaan sistem informasi dan peremajaan data,

    koordinasi pengendaliaan dan penyusunan perencanaan program dan

    pengendaliaan. 

    b. 

    Rincian Tugas subbagian perencanaan dan program :

    Melaksanakan penyusunan bahan dan koordinasi program kerja

    sekretaris dan dinas. 

    Melaksanakan pengelolaan data pendidikan. 

    Melaksanakan pengelolaan sistem informasi dinas. 

    Melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana serta program

    dinas dan UPTD yang meliputi pendidikan dasar, pendidikan

    menengah, pendidikan luar biasa, pendidikan formal maupun non

    formal dan UPTD. 

    Melaksanakan penyusunan bahan perumusan dan penetapan rencana

    strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 

    dan Laporan Keuangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dinas. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    46/117

    Melaksanakan pengendalian pelaksanaan rencana dan program dinas

    dan UPTD. 

    Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian perencanaan

    dan program. 

    Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait. 

    Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 

    4. 

    Subbagian Keuangan 

    a.  Subbagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan

    pengelolaan administarasi keuangan di lingkungan dinas. 

    b.  Rincian Tugas Subbagian Keuangan : 

    Melaksanakan penyusunan program kerja subbagian keuangan. 

    Melaksanakan pengumpulan bahan dan penyiapan anggaran dinas. 

    Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan dinas. 

    Melaksanakan penyusunan daftar gaji dan tunjangan daerah, tunjangan

    fungsional, struktural dan tunjangan kesejahteraan serta pembayaran

    lainnya. 

    Melaksanakan pembendaharaan keuangan. 

    Melaksanakan verifikasi keuangan. 

    Melaksanakan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan penyiapan

    bahan pertanggungjawaban keuangan. 

    Mengendalikan administrasi perjalanan dinas pegawai. 

    Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian keuangan. 

    5.  Subbagian Kepegawaian dan Umum 

    a.  Subbagian kepegawaian dan Umum  mempunyai tugas pokok

    melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan

    dan sarana prasarana. 

    b.  Rincian Tugas Subbagian Kepegawaian dan Umum : 

    Melaksanakan penyusunan program kerja subbagian kepegawaian dan

    umum. 

    Melaksanakan pengusulan kebutuhan pegawai, kenaikan pangkat,

    penyesuaian ijazah pegawai dan tenaga fungsional guru Sekolah Luar

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    47/117

    Biasa (SLB), Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan fungsional

    lainnya yang menjadi kewenangan dinas. 

    Melaksanakan fasilitasi pengangkatan, mutasi dan pemberhentiaan

     jabatan kepala sekolah, guru SLB, dan SBI. 

    Melaksanakan fasilitasi usulan penetapan kenaikan gaji berkala bagi

    pegawai dan guru yang menjadi kewenangan dinas. 

    Melaksanakan pengusulan ijin perceraian bagi pegawai, guru SLB dan

    SBI. 

    Melaksanak an pengusulan sertifikasi guru SLB dan SBI. 

    Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan disiplin pegawai. 

    Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan

    ketatalaksanaan kepada unit kerja di lingkungan dinas. 

    Melaksanakan penyiapan bahan rancangan dan pendokumentasian

    peraturan perundang-undangan. 

    Melaksanakan penerimaan, pengadaan, pendistribusian, dan

    pengiriman surat-surat/naskah dinas dan arsip serta pengelolaan

    perpustakaan. 

    Melaksanakan pengusulan bahan rekomendasi ijin operasional

    pendirian SLB dan perubahan status untuk SBI. 

    Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian

    kepegawaian dan umum. 

    6.  Bidang Pendidikan Dasar 

    a.  Bidang pendidikan dasar mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

    pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi pendidikan dasar.

    b.  Rincian Tugas Bidang Pendidikan Dasar :

    Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang pendidikan

    dasar. 

    Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi penyusunan pedoman

    dan supervasi bidang pendidikan dasar. 

    Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi pembinaan Taman

    Kanak -kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    48/117

     

    (SMP), Sekolah Standar Nasional (SSN), dan Sekolah Berstandar

    Internasional (SBI) .

    Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintahan

    dan pembangunan wilayah dalam pelaksanaan tugas di

    kabupaten/kota. 

    Penyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi penyelenggaraan

    bidang pendidikan dasar.

    Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan

    pengambilan kebijakan.

    7.  Seksi Pembinaan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),

    Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Standar Nasional (SSN),

    dan Sekolah Berstandar Internasional (SBI)

    a.  Seksi pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI mempunyai tugas

    pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

    pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI. 

    b.  Rincian Tugas Seksi Pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI :

    Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pembinaan TK dan

    SD,SMP, SSN dan SBI.

    Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan program kerja

    seksi pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI.

    Melaksanakan penyusunan bahan standarisasi dan pengembangan

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum muatan

    lokal dan kurikulum alternatif. 

    Melaksanakan penyusunan bahan standarisasi dan pengembangan

    tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. 

    Melaksanakan penyusuna alat evaluasi dan penilaian. 

    Melaksanakan evaluasi buku pegangan guru, buku pegangan siswa

    dan buku perpustakaan. 

    Melaksanakan penyusunan bahan fasilitasi dan pelaksanaan akreditasi

    sekolah. 

  • 8/18/2019 Nur Ayu Benazir S

    49/117

     

    Melaksanakan fasilitasi peningkatan profesionalisme pendidik dan

    tenaga kependidikan. 

    Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis penerimaan siswa

    dari kelompok masyarakat minoritas, terbelakang dan/atau tidak

    mampu secara ekonomi. 

    Melaksanakan kegiatan lomba kesiswaan tingkat provinsi.

    8. 

    Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi

    a.  Bidang pendidikan menengah dan tinggi mempunyai tugas pokok

    menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

    pendidikan menengah dan tinggi. 

    b. 

    Rincian Tugas bidang pendidikan menengah dan tinggi :

    Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang pendidikan

    menengah dan tinggi. 

    Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi penyusunan pedoman

    dan supervisi bidang pendidikan menengah dan tinggi. 

    Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi pembinaan Sekolah

    Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah

    Standar Nasional (SSN), Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan

    kerjasama pendidikan tinggi. 

    Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintah

    dan pembangunan wilayah dalam pelaksanaan tugas di

    kabupaten/kota. 

    Menyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi penyelenggaraan

    bidang pendidikan menengah dan tinggi. 

    Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan

    pengambilan kebijakan. 

    9.  Seksi Pembinaan SMA, SMK, SSN, SBI dan Kerjasama Pendidikan