12
Junanda Mulyo Bintoro, Kusumaningdyah N. H, Ofita Purwani / Jurnal SENTHONG 2019 851 LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBIOSIS Junanda Mulyo Bintoro, Kusumaningdyah, Ofita Purwani Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] Abstrak Komunitas kreatif di sebuah kota merupakan sebuah elemen penting dalam proses pengembangan kota kreatif terkait program pemerintah di Indonesia dalam pengembangan ekonomi kreatif. Berdasarkan beberapa aspek dan potensi yang dimilikinya, Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang akan dicanangkan sebagai nominasi kota kreatif. Proposal desain ini memberikan solusi untuk peluang ini. Simbiosis sebagai pendekatan arsitektural diterapkan pada proses perencanaan dan perancangan Laboratorium Komunitas Kreatif dengan mengacu pada simbiosis saling menguntungkan (mutualisme) antara masing-masing karakter komunitas kreatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan analisis hubungan simbiosis antar komunitas kreatif yang memiliki pebedaan karakter agar dapat bekolaborasi dalam satu wadah creative space. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survey lapangan dan wawancara dengan warga setempat. Sementara itu data sekunder diperoleh dari studi literatur terkait arsitektur simbiosis. Data kantung aktivitas komunitas kreatif diperoleh melalui analisis pemetaan titik-titik pusat aktivitas komunitas kreatif sebagai bahan pertimbangan konsep penentuan lokasi, dan data karakter aktivitas komunitas kreatif diperoleh melalui analisis seluruh aktivitas masing-masing komunitas kreatif sebagai bahan pertimbangan konsep program ruang.Konsep baru yang ditawarkan adalah mewujudkan Laboratorium Komunitas Kreatif di Surakarta sebagai akselerasi pembentukan Kota Kreatif melalui teori Arsitektur Simbiosis. Kata kunci: komunitas kreatif, creative space, arsitektur simbiosis, Surakarta. 1. LATAR BELAKANG Salah satu strategi Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia dalam menyusun target pembangunan ekonomi kreatif nasional adalah memfasilitasi proses kreasi seperti pembangunan ruang kreatif dan jaringan orang kreatif [RPJMN 2015-2019]. Dukungan pemerintah dalam penyediaan fasilitas ruang kreatif akan berpotensi mempermudah pengembangan komunitas kreatif di setiap daerah. Sinergi program pemerintah diharapkan dapat menciptakan laboratorium atau pusat kegiatan komunitas kreatif yang mampu mendukung pengembangan ekonomi kreatif dan pembentukan kota kreatif di Indonesia. Romer (1986) menjelaskan bahwa, kreatifitas diperlukan di dalam proses untuk memproduksi solusi baru dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, Florida (2002) menyatakan bahwa, sebuah wilayah yang dilengkapi dengan Teknologi, Talenta dan Toleransi atau ‘3T’ melalui komunitasnya akan memiliki perkembangan ekonomi yang memuaskan. Dalam hal ini, kreatifitas dan komunitas sangat bersinergi dalam proses pertumbuhan ekonomi kreatif pada sebuah wilayah. Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang akan dicanangkan oleh Kemenparekraf, Kemdikbud, dan Kemenpora sebagai nominasi kota kreatif yang berbasis eco-culture pada Seminar Nasional di Balaikota Surakarta pada 16 Februari 2013 lampau. Kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kota Surakarta merupakan potensi terciptanya kota kreatif.Komunitas kreatif merupakan sebuah elemen penting dalam proses pengembangan kota kreatif di Surakarta terkait program pemerintah di Indonesia dalam pengembangan ekonomi kreatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Larassati (2015), menyampaikan bahwa kolaborasi komunitas kreatif masyarakat (people

TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

851

LABORATORIUMKOMUNITASKREATIFDISURAKARTADENGANPENDEKATANARSITEKTURSIMBIOSIS

JunandaMulyoBintoro,Kusumaningdyah,OfitaPurwani

ProdiArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaretSurakartadjoenanda.mb@gmail.com

Abstrak

KomunitaskreatifdisebuahkotamerupakansebuahelemenpentingdalamprosespengembangankotakreatifterkaitprogrampemerintahdiIndonesiadalampengembanganekonomikreatif.Berdasarkanbeberapaaspek dan potensi yang dimilikinya, Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang akan dicanangkansebagai nominasi kota kreatif. Proposal desain ini memberikan solusi untuk peluang ini. Simbiosis sebagaipendekatan arsitektural diterapkan pada proses perencanaan dan perancangan Laboratorium KomunitasKreatifdenganmengacupadasimbiosissalingmenguntungkan(mutualisme)antaramasing-masingkarakterkomunitaskreatif.Metodepenelitianyangdigunakanadalahmetodekuantitatifdenganpendekatananalisishubungansimbiosisantarkomunitaskreatifyangmemilikipebedaankarakteragardapatbekolaborasidalamsatu wadah creative space. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survey lapangan dan wawancaradenganwargasetempat.Sementaraitudatasekunderdiperolehdaristudiliteraturterkaitarsitektursimbiosis.Data kantung aktivitas komunitas kreatif diperoleh melalui analisis pemetaan titik-titik pusat aktivitaskomunitas kreatif sebagai bahan pertimbangan konsep penentuan lokasi, dan data karakter aktivitaskomunitaskreatifdiperolehmelaluianalisisseluruhaktivitasmasing-masingkomunitaskreatifsebagaibahanpertimbangan konsep program ruang.Konsep baru yang ditawarkan adalah mewujudkan LaboratoriumKomunitasKreatifdiSurakartasebagaiakselerasipembentukanKotaKreatifmelaluiteoriArsitekturSimbiosis.Katakunci:komunitaskreatif,creativespace,arsitektursimbiosis,Surakarta.

1. LATARBELAKANG

Salah satu strategi KementrianKoordinatorBidangPerekonomianRepublik Indonesia dalammenyusuntargetpembangunanekonomikreatifnasionaladalahmemfasilitasiproseskreasisepertipembangunan ruangkreatifdan jaringanorangkreatif [RPJMN2015-2019].Dukunganpemerintahdalampenyediaanfasilitasruangkreatifakanberpotensimempermudahpengembangankomunitaskreatif di setiap daerah. Sinergi programpemerintahdiharapkandapatmenciptakan laboratoriumataupusatkegiatankomunitaskreatifyangmampumendukungpengembanganekonomikreatifdanpembentukankotakreatifdiIndonesia.

Romer(1986)menjelaskanbahwa,kreatifitasdiperlukandidalamprosesuntukmemproduksisolusi baru dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, Florida (2002) menyatakanbahwa, sebuahwilayah yangdilengkapidenganTeknologi, TalentadanToleransi atau ‘3T’melaluikomunitasnya akan memiliki perkembangan ekonomi yang memuaskan. Dalam hal ini, kreatifitasdankomunitassangatbersinergidalamprosespertumbuhanekonomikreatifpadasebuahwilayah.

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang akan dicanangkan oleh Kemenparekraf,Kemdikbud,danKemenporasebagainominasikotakreatifyangberbasiseco-culturepadaSeminarNasionaldiBalaikotaSurakartapada16Februari2013lampau.KekayaanbudayayangdimilikiolehKota Surakarta merupakan potensi terciptanya kota kreatif.Komunitas kreatif merupakan sebuahelemenpentingdalamprosespengembangankotakreatifdiSurakartaterkaitprogrampemerintahdiIndonesiadalampengembanganekonomikreatifuntukmeningkatkankesejahteraanmasyarakat.Larassati (2015), menyampaikan bahwa kolaborasi komunitas kreatif masyarakat (people

Page 2: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

852

community) yang menaruh perhatian terhadap lingkungan berperan penting sebagai kontributormodelpengembangankotakreatifdiIndonesia.

Berdasarkan fenomena di atas,maka urgensi dalamproses desain adalah perencanaan danperancangan Laboaratorium Komunitas Kreatif di Surakarta sebagai akselerasi pembentukan kotakreatifdanwadahstimulasikreativitassebuahkotadalammempertahankanruang-ruangkreatifdanenergikreatifdiSurakarta.

Permasalahanyangditemukandalamprosesdesainadalah:a. Program ruang yang dapat mewadahi masing-masing kegiatan komunitas tanpa menimbulkan

konflikantarperbedaankarakterkomunitasdalamproseskolaborasi.b. Layoutdanpenataanzonifikasiruangyangsesuaiuntukkarakterkegiatankomunitas.c. Penciptaanruangkreatifyangmampumenunjangkegiatankreatifmasing-masingkomunitas.

Metodologi perancangan desain arsitektur simbiosis yang digunakan Kisho Kurokawa dalammen-simbiosiskan lingkungan yang plural memiliki beberapa metode. Dalam hal ini hirarki yangdicontohkan adalah simbiosis sejarah dan kontemporer,walaupun pada dasarnya simbiosis dapatdiaplikasikanpadaberbagai hirarki, seperti halnya antar karakter komunitas kreatif.Dalamproses‘simbiosis’ antar hirarki tersebut, nantinya dikenal adanya dualisme yakni Zona suci (sacred zone)danZonaantara(intermediatezone).

Pertama, menghargai pluralitas dengan ‘kelembutan’ melalui Intercultural Architecture.‘Kelembutan’disinidimaknaidenganhomogenitasdanuniversalitasyangditerapkansecaraterbatasdalampenyelesaianpluralitasdemiterjaganyanilaibudaya.Samasepertipluralitaskehidupanyanghadir karena faktorketurunan,arsitekturmemperolehpluralitasmelaluipewarisan tradisi sejarah.Warisaniniberlangsungpadaberbagaitingkatan,dantidakadametodeumumtunggalyangterjadi.SalahsatugayaarsitekturJepang,ataulebihdikenaldengansebutanSukiya,menggunakanmetodedi mana bentuk sejarah diikuti tapi teknik dan bahan-bahan kontemporer diperkenalkan untukmenghasilkan perubahan bertahap. Ini merupakan salah satu contoh dari simbiosis perbedaanzaman, antaramasa lalu dan sekarang. Padametode ini nilai sejarah arsitektur yang terkandungpada bangunan masih tervisualisasikan dengan sangat jelas, walaupun proses maupun teknikpembangunannya (intermediate space) sudah tidak mengikuti nilai sejarah. Dalam hal karakterkomunitaskreatifjugademikian.Penyesuaianterhadapkedekatankarakterdapatmempertahankannilai-nilai tradisi dalam proses kegiatan kolaborasi antar sub sektor komunitas kreatif. MetodepertamainisangattepatdigunakandalampenyelesaianpermasalahankonsepprogramruangpadaperancanganLaboratoriumKomunitasKreatifdiSurakarta.

Kedua, membedah fragmen bentuk sejarah dan menempatkan mereka secara bebas diseluruhkaryaarsitekturkontemporer,ataudisebutthemethodofrecombining.Denganmetodeini,maknabentukan sejarah yang telahhilangmuncul kembali danmemperoleh signifikasimultivalenbaru karena intermediate space disini mampumengkombinasikan dua karakter yang sangat kuatnamun tetap utuh, antara bentuk sejarah dan kontemporer. Metode ini sangat berbeda denganmetodeyangpertamakarenasecarafundamentalberbedadenganistilah‘menciptakankembalinilaisejarah arsitektur’. Dalam hal ini, hubungan simbiosis seluruh pengguna bangunan LaboratoriumKomunitas Kreatif dapat diidentifikasikan dan dikombinasikan berdasarkan kebutuhan kegiatan.Masing-masingkomunitaskreatifmembutuhkaneksistensiyangkuatuntukterciptanyaruang-ruangkolaborasi karena dalampendekatan simbiosis seharusnya tidakmendominasikan satu pihak saja.Metode kedua ini sangat tepat digunakan dalam penyelesaian permasalahan konsep layout danzonifikasiruangpadaperancanganLaboratoriumKomunitasKreatifdiSurakarta.

Ketiga, mengekspresikan ide-ide yang tak terlihat, estetika, gaya hidup maupun pola pikirmengenaisejarahmelaluisimbol-simbolsejarahdanbentukdarikaryaarsitektur.Dalammetodeini,simbolsejarahdanbentukyangterlihatdapatdimanipulasisecaraintelektual,sehinggamenciptakanmodusekspresibangunanyangditandaidenganabstraksi,ironi,kecerdasan,sirkulasi,ketimpangan,kecanggihan,danmetafora.Untukmembacakaryaarsitekturkontemporeryangmenganutmetodeinimembutuhkanpengetahuanyangluasdanintuisiyangtajamkarenaekspresiintermediatespace-nya yang lebih bebas. Dalam proses penciptaan ruang kreatif diperlukan ekspresi yang demikian

Page 3: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

853

pula. Ide-ideyangtakterlihat,estetika,gayahidup,maupunpolapikirdapatdiekspresikanmelaluibeberapa komponen visual, suasana ruang, dan ruang gerak sehingga pengunjung yang datangdapatmenciptakanpenyesuaianpersepsidengansendirinyabahwadirinyasedangberadadiruang-ruang kreatif dan begitupula pengguna bangunan (komunitas kreatif), dapat terpicu untuk selalumelakukankegiatankreatif.

Metodetentangmewarisitradisisejarahdalamlingkupmetodologiarsitektursimbiosisdipilihdan disesuaikan berdasarkan kondisi dan situasi bagaimana karya-karya arsitektur tersebut akandirencanakandandiatur.Maka,salahsatupoinpentingdarisimbiosisterhadapfokustransformasikebudayaanadalahkonversidarisudutpandanglogo-sentrismedengansimbiosisantarbudayayangberbeda dan ekologi (hubungan timbal balik) terhadap lingkungan setempat. Dalam hal ini, karyaarsitektur Laboratorium Komunitas Kreatif dengan pendekatan arsitektur simbiosis akan menjadilebih terbuka untuk konteks regional, perkotaan, alam, maupun lingkungan dalam menjalinhubungansimbiosismutualismedariberbagaipihak.

2. METODEPENELITIAN

Dalam proses perencanaan dan perancangan desain, dilakukan beberapa metode untukmengkaji secara mendalam mengenai komunitas kreatif dan teori arsitektur simbiosis. (1)Menganalisispemetaantitik-titikpusataktivitaskomunitaskreatifdiSurakartadanmengkajiseluruhaktivitas masing-masing komunitas kreatif. (2) Mengidentifikasikan prinsip dasar teori ArsitekturSimbiosis sebagai pendekatan desain. (3)Menurunkan prinsip dasar teori Arsitektur Simbiosis kedalambeberapapoinpenting,yangdisesuaikandengankonteksdanorientasisebagaisolusidalampenyelesaianbeberapapoinpermasalahandesain.a. Konsepprogram ruangdapatdiwujudkanmelaluipendekatan teori arsitektur simbiosisdengan

menganalisis hubungan simbiosis antar masing-masing sub sektor komunitas kreatif denganpenyesuaianterhadapkedekatankarakter.

b. Konsep layout dan zonifikasi ruang dapat diwujudkan melalui pendekatan teori arsitektursimbiosis denganmenganalisis hubungan simbiosis seluruh subjek penggunabangunandenganpenyesuaianterhadapkebutuhankegiatandankaraktersubjek.

c. Konseppenciptaanruangkreatifdapatdiwujudkanmelaluipendekatanteoriarsitektursimbiosisdengan menganalisis hubungan simbiosis antara pengguna (user) dan pengunjung (visitor)dengan penyesuaian terhadap persamaan persepsi melalui penciptaan suasana ruang sebagaipemicukegiatankreatif.

Page 4: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

854

Gambar1DiagramMetodePenelitian

Page 5: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

855

3. HASILDANPEMBAHASAN

A. KOTASURAKARTAa. LokasiTerpilih

BerdasarkanRencanaTataRuangWilayahKota Surakarta tahun2011–2013, lokasi terpilihmerupakanzonapariwisata,pendidikantinggi,danindustrikreatif.LokasiterpilihterletakdiJalanIrJuanda, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Surakarta. Lokasi terpilihmerupakan kawasandenganpotensiusiaproduktiftinggidanberadadipusatkegiatanpendidikantinggikotaSurakartasehingga lokasi ini sangat strategis danmudah dijangkau oleh sebagian besar anggota komunitaskreatif.

Gambar2LokasiTerpilih

b. PotensiSite

• Merupakan kawasan dengan potensi usia produktif serta berada di zona perindustrian,khususnyaindustrikreatif

• LokasiterletakdipusatkegiatanpendidikantinggikotaSurakarta• Merupakan kawasan industri kreatif denganpotensi pelayananpublikpendidikan tinggi dan

pariwisata• Kemudahan akses untuk kendaraan pribadi karena berdekatan dengan jalur antar provinsi

JalanSolo-Ngawi• Lokasiterletakdijalurarteridenganjalurlebarnamuntingkatvolumekendaraanyangmasih

nyaman• Beradajauhdarihirukpikukkotadengantingkatkenyamanankebisinganyangcukupbaik• Potensi kondisi alam yang baik di sekitar lokasi karena berbatasan langsung dengan Sungai

BengawanSolo• Masih terdapat lahan non-produktif walaupun sedikit di sekitar area bantaran Sungai

BengawanSoloB. ANALISIS

Pembahasan analisis perencanaan dan perancangan Laboratorium Komunitas Kreatif diSurakartasesuaiyangdiungkapkanKurokawa(1991)akanmencakuppadapermasalahanarsitekturalyangsesuaikaidahteoripendekatanArsitekturSimbiosis,yaitu:(1)programruang,(2)layoutdanzonifikasi ruang, dan (3) penciptaan ruang kreatif. Pembahasan ini mengacu pada tujuan dansasaranmelaluikajian(analisis,hipotesa,dandisintesiskan)gunamendapatkankonsepperencanaandanperancanganbangunanyangsesuaidengankegiatankomunitaskreatifmelaluipendekatanteoriArsitekturSimbiosis.

Page 6: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

856

a. ProgramRuangAnalisis program ruang bertujuan untuk mendapatkan pola peletakan ruang bagi obyek

rancang bangun. Penentuan pola hubungan ruang pada Laboratorium Komunitas Kreatifdiklasifikasikan berdasarkan kaidah teori Arsitektur Simbiosis oleh Kurokawa (1991), yaitu zonaRuang Komunitas (Sacred Zone) dan Ruang Simbiosis Kreatif (Intermediate Space). Dalam konsepprogram ruang, nantinya Ruang Komunitas akan dibagi menjadi 16 kelompok ruang berdasarkanSub-sektor Komunitas Kreatif dan Ruang Simbiosis Kreatif akan dibagimenjadi5 kelompok ruangberdasarkanRantaiNilaiPembangunanEkonomiKreatif.RuangKomunitas

Ruang Komunitas adalah bangunan atau ruang privat untukmewadahi kegiatan internal 16sub sektor komunitas kreatif berdasarkanmasing-masing karakter aktivitasnya. Ruangan ini biasadigunakan untuk tempat berdiskusi, basecamp, pelatihan dan aktivitas semi privat lainnya yangbersifatinternal.• LangkahI:KlasifikasiRuang

Langkah pertama, ruang dalammasing-masing sub sektor akan diklasifikasikan berdasarkan(1) Substansi dominan, (2) Intensitas minat industri, (3) Suasana ruang, (4) Kapasitaskebutuhansumberdayalistrik,dan(5)Outputindustrikreatif.Klasifikasiiniakanmenentukanpola hubungan ruang antar sub sektor komunitas kreatif untuk membentuk hubungansimbiosisyangidealantarkarakterkomunitasyangberbeda.16subsektorkomunitaskreatifyang diwadahiberada pada area Sacred Zone danmasing-masing difasilitasi basecamp danfasilitaspendukunglainnyaseluas196meterpersegi.

Gambar3

KlasifikasiRuagdanPolaHubunganRuang• LangkahII:PolaHubunganRuang

Langkah kedua adalah penentuan pola hubungan ruang pada zona Ruang Komunitasberdasarkan pengelompokan Ruang. Dalam menentukan pola hubungan ruang, masing-masing zonapada LaboratoriumKomunitasKreatif secaradetail akandianalisis berdasarkanketerkaitanmasing-masingruang16subsektorkomunitaskreatif.Ruangdihubungkandengancaradiputar300,450,dan600,tanpamerubahposisizoningklasifikasiruang.

Page 7: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

857

RuangSimbiosisKreatifRuangSimbiosisKreatifadalahtempatyangmemfasilitasikegiatankolaborasikomunitasagar

dapat melakukan tiap tahap rantai nilai pengembangan ekonomi kreatif, yaitu kreasi, produksi,distribusi,konsumsi,dankonservasi.PadaobyekperencanaanselainpenyediaanRuangKomunitas,terdapatbeberapafasilitaspendukungkomunitasuntukdiarahkanpadakegiatankolaborasikreatif.Fasilitas ini adalah penjabaran dari rantai nilai pembangunan ekonomi kreatif di IndonesiaberdasarkanPerpresNo.2Tahun2015,sebagaiberikut.

Gambar4RantaiNilaiPembangunanEkonomiKreatifdiIndonesia

Sumber:PerpresNo.2,2015• Sarana Kreasi, di perencanaan ini disebut sebagai Maker Space, merupakan fasilitas bagi

kolaborasi komunitas untukmelakukan kegiatan pelatihan teorimaupun praktek sumber dayadalam pengembangan idemaupun produk industri kreatif baik bersifat internalmaupun antarlintaskomunitaskreatif.Saranaproduksiyangdirencanakanterdiridari:RuangWorkshop,RuangStudio,MiniClassroom,danRuangDisplay.

• Sarana Produksi, di perencanaan ini disebut sebagai Event Area, merupakan fasilitas bagikolaborasikomunitaskreatifuntukmelakukankegiatankolaborasiapresiasi,kreasidanekspresisecarapublik.Fasilitasiniyangmewadahieventkolaborasikomunitaskreatif.Saranakreasiyangdirencanakanterdiridari:RuangTeater,RuangTeaterTerbuka,ExhibitionHall,danGaleri.

• SaranaDistribusi,diperencanaan inidisebutsebagaiBrainstormingCenter,merupakanfasilitasbagikolaborasikomunitasuntukmengujiidebarudangagasankreatifmerekaagarmendapatkaninformasi mengenai akses secara khusus pada akademisi, pemerintah, maupun pelakuusaha/industri. Melalui sarana ini komunitas saling berkolaborasi untuk dapat terjun langsungmengabdi pada pelayanan masyarakat sekaligus menyusun program kegiatan secara formal.Saranadistribusiyangdirencanakanterdiridari:MeetingRoomdanOpenHouseArea.

• Sarana Konsumsi, di perencanaan ini disebut sebagaiMarket Place, merupakan fasilitas yangmenampung produk kreatif dan bagi kolaborasi komunitas kreatif untuk melakukan kegiatantransaksi jual beli produk kreatif. Sarana konsumsi yangdirencanakan terdiri dari:Café&RestodanPasarKreatif.

• SaranaKonservasi,diperencanaaninidisebutsebagaiCommunalPublic,merupakanfasilitasbagikolaborasi komunitas untuk mempromosikan dan memberikan informasi maupun edukasimengenai komunitas kreatif kepada publik melalui ide kreatif. Sarana konservasi yangdirencanakanterdiridari:CommunalSpace,LivingMuseum,danPerpustakaanKomunitasKreatif.

b. LayoutdanZonifikasiRuangBerdasarkan pada poin persoalan berikutnya, konsep layout dan penataan zonifikasi ruang

menjadipertimbangandalamperancangansebagaipenempatandanpenataanwadahkegiatanyangsesuaiuntukkebutuhankegiatandankarakterkomunitasmelaluipendekatanArsitekturSimbiosis.

Page 8: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

858

LayoutPolaTatananMassa Konsep pola tatanan massa yang direncanakan mengacu pada tiga aspek sistem tatananmassasebagaipertimbangandalamperancangandesain,diantaranya:a. PolaTatananMassaberdasarkankomposisib. PolaTatananMassaberdasarkankonteksKotaSurakartac. PolaTatananMassaberdasarkankaedahArsitekturSimbiosis

Berdasarkan pertimbangan konteks kota Surakarta sebagai kota industri kreatif yangberbasissenipertunjukandankaedaharsitektursimbiosisyangmengacupadazonaSacredZonedanIntermediate Space, maka konsep pola tatanan massa yang tepat dalam perancangan desainLaboratoriumKomunitasKreatifadalahpolatatananmassadengankomposisiterpusat.

ZonifikasiRuang Pada diagram analisis sebelumnya mengenai analisis pola hubungan ruang, terdapatbeberapa klasifikasi karakter masing-masing sub sektor, diantaranya (1) Substansi dominan, (2)Intensitasminat industri, (3) Suasana ruang, (4) Kapasitas kebutuhan sumber daya listrik, dan (5)Outputindustrikreatif.Darihasilanalisisklasifikasitersebutterbentukirisanruang-ruangantarsubsektoryangselaluberdekatandanmembentukzonakelompokpolahubunganruangnyasendiri.

TABEL1KLASIFIKASIKARAKTERSUBSEKTORINDUSTRIKREATIF

SUBSEKTORINDUSTRIKREATIF

KLASIFIKASI

SubstansiDominan

SuasanaRuang

IntensitasMinatIndustri

OutputIndustriKreatif

KebutuhanSumberDaya

ListrikAplikasidanGame

DeveloperDesaindan

IPTEK Sedang Tinggi TidakBerwujud Besar

Arsitektur SeniBudayadanDesain Tenang Sedang BerwujuddanTidak

Berwujud Sedang

DesainInterior SeniBudayadanDesain Tenang Sedang BerwujuddanTidak

Berwujud Sedang

DesainKomunikasiVisual

SeniBudayadanDesain Tenang Sedang BerwujuddanTidak

Berwujud Sedang

DesainProduk SeniBudayadanDesain Sedang Sedang BerwujuddanTidak

Berwujud Sedang

Fashion SeniBudayadanDesain Tenang Tinggi Berwujud Sedang

Film,Animasi,danVideo

MediadanSeniBudaya Sedang Sedang TidakBerwujud Besar

Fotografi MediadanSeniBudaya Tenang Tinggi BerwujuddanTidak

Berwujud Kecil

Kriya SeniBudayadanDesain Tenang Sedang Berwujud Kecil

Kuliner SeniBudaya Tenang Tinggi Berwujud Kecil

Musik MediadanSeniBudaya Bising Tinggi TidakBerwujud Besar

Penerbitan Media Tenang Rendah BerwujuddanTidakBerwujud Sedang

Periklanan Media Sedang Rendah TidakBerwujud Sedang

SeniPertunjukan MediadanSeniBudaya Bising Rendah TidakBerwujud Besar

SeniRupa SeniBudayadanDesain Sedang Tinggi BerwujuddanTidak

Berwujud Kecil

TelevisidanRadio MediadanSeniBudaya Bising Rendah TidakBerwujud Besar

Page 9: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

859

Gambar5HasilAnalisisZonifikasiRuang

c. PenciptaanRuangKreatif

Konsep penciptaan suasana ruang yang memicu untuk berkegiatan secara kreatif menjadipertimbangan dalam perancangan Laboratorium Komunitas Kreatif sebagai penumbuh semangatuntukmenghasilkanide,gagasan,daninovasiuntukmendukungkegiatankomunitaskreatifmelaluipendekatan teori Arsitektur Simbiosis. Terdapat beberapa aspek bangunan yang dapat memicuterdorongnyauntukmelakukankegiatankreatif,diantaranya(1)dayapandangdanruanggerak,(2)komponenvisual, dan (3) suasana ruangyangamandannyaman.Dari ketiga spek tersebutdapatditurunkan menjadi beberapa pertimbangan konsep arsitektural, diantaranya (1) aspek dayapandang dan ruang gerak sebagai pertimbangan konsep orientasi bangunan, (2) aspek komponenvisualsebagaipertimbangankonsepbentukbangunan,dan(3)aspeksuasanaruangyangamandannyamansebagaipertimbangankonseppemilihankomponenmaterialdanpenciptaansuasanaruangkreatif.Makadilakukananalisisdata yang terkaitdenganpenciptaan ruangkreatifmelalui analisisorientasibangunan,analisisbentukbangunan,dananalisismaterialdanpenciptaansuasanaruangkreatifyangberdasarkanpadakaidahTeoriArsitekturSimbiosis.OrientasiBangunan

Konseporientasibangunan,selainsebagaipertimbanganaspekdayapandangdanruanggerakdalam penciptaan ruang kreatif, juga bertujuan untukmenentukan arah orientasi bangunan padalokasiterpilihberdasarkankondisidanpotensieksisting.

Gambar6KonsepOrientasiBangunandanDayaJangkauPandang

Page 10: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

860

BentukBangunanKonsepbentukbangunanbertujuanuntukmendapatkanbentukdansistemtatamassayang

sesuai dengan fungsi yang direncanakan dengan mempertimbangkan faktor sirkulasi, kelancaran,keefektifan,dankeefisienankegiatandanperuanganpadabangunanyangdirencanakan.

Gambar7KonsepBentukBangunan

KomponenMaterial

KonsepmaterialdansuasanaruangbangunanpadaLaboratoriumKomunitasKreatifmengacupada2aspek,yaitudarisegiteoripendekatanArsitekturSimbiosisdanobjekrancangbangunyangdirencanakan. Pemilihan material merupakan aspek penting dalam menciptakan ruang kreatifsekaligusmenjembatanipenciptaankarakterruangmasing-masingsubsektorkomunitaskreatif.a. Dari segi pendekatan Arsitektur Simbiosis, pertimbangan pemilihan material mengacu pada

komponen visual untuk memicu kegiatan kreatif user dalam Laboratorium Komunitas Kreatif.Terdapatbeberapahalyangperludiperhatikanpadaproseseksplorasimaterial.

Pertama,adalahjenisperlakuanyangdikenakanpadamaterial.Terdapatbanyakperlakuanyangmemungkinkan material diolah untuk mendapatkan respon yang khas. Jenis perlakuan yangumum diberikan pada material dapat diklasifikasikan pada dua hal yaitu perlakuan fisis danperlakuan kimiawi. Termasuk dalamperlakuan fisis adalah potong, sobek, tempa, sayat, tekuk,kikis, dan lipat. Perlakuan ini biasanya mempengaruhi karakteristik struktural dari material,sehingga material secara struktural melemah atau malah menguat. Jenis perlakuan kimiawiadalah jenis perlakuan yang menarik untuk diamati, karena hampir semua perlakuan yangbersifatkimiawicenderunguntukmemberikanunsur‘surprise’.

Kedua, adalah pemahaman terhadap potensi visual yang telah dimiliki sebelumnya. Beberapamaterial sudah memiliki unsur visual yang khas dimiliki oleh material itu sendiri. Eksplorasiterhadap karakteristik visual dapat dilakukan dengan mengatur material tersebut melaluipemilihanbentuk-bentukyangtidakterlaludominansecaravisual.Langkahuntukmenampilkankarakteristik visual melalui bentuk yang sederhana juga sering diterapkan, sebab setiapkeberadaan unsur visual pada satu komposisi akanmemberikan dampak langsung pada unsur

Page 11: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

861

perseptual,danselanjutnyaakanmempengaruhikualitasvisualdariobjek itusendiri.Beberapamaterial yang memiliki potensi visual dalam upaya penciptaan suasana ruang yang kreatifdiantaranyamaterial alumuniumpanel, bataekspos, betonekspos,motif keramik, dandindingpapantulis.

b. Dari segiobjek rancangbangunyangdirencanakan,pertimbanganpemilihanmaterialmengacupada hal-hal yang mampu mendukung kenyamanan fungsi bangunan, yaitu berdasarkanpenempatan material, seperti outdoor dan indoor, ruang bising dan tidak bising, penggunaanmaterial,sepertilantai,dinding,plafon,ataufurniture.

Adapun jenis material yang akan dipilih sebagai material utama dalam perancangan adalahmaterialbeton.Materialbetonmerupakanmaterialhasilcampuransemen,air,danagregatyangmenghasilkanteksturyangkhas.Material inicukupfleksibeldalampenggunaanyakarenadapatdigunakan sebagai lantai, dinding, ataupun atap, serta mudah dibentuk sesuai keinginan.Keunggulan material ini adalah tahan terhadap temperatur tinggi, biaya material, danpemeliharaan relatif rendah,memiliki umurmaterial realtif lama, bahan bakumudah didapat,kuat, dan daya tekan tinggi. Kelemahan material ini adalah bentuknya yang sulit diubah,pengerjaannya yang butuh ketelitian tinggi, membutuhkan alat bantu cetak, berat, memilikitenperaturruangyangrelatiftinggi,membutuhkanpencampuranbanyakmaterial,menghasilkanbanyaklimbahdalampengerjaan.

4. KESIMPULANDANSARAN

LaboratoriumKomunitasKreatifmerupakantempateksplorasiataueksperimensebagaipusatdanbasiskegiatankomunitaskreatifdalamsebuahkotayangdibatasimenjadi16sub-sektorwilayahkegiatankreatif.Simbiosissebagaipendekatanarsitekturdiaplikasikankedalamprosesperencanaandan perancangan Laboratorium Komunitas Kreatif dengan mengacu pada hubungan salingmenguntungkan (mutualisme) antarmasing-masing karakter komunitas kreatif. Konsep baru yangditawarkan yaitu mewujudkan Laboratorium Komunitas Kreatif di Surakarta sebagai akselerasipembentukanKotaKreatifmelaluiteoripendekatandesainArsitekturSimbiosis.

KonsepperencanaanLaboratoriumKomunitasKreatifmelaluianalisiskaidahteoripendekatanArsitektur Simbiosisdirumuskan menjadi beberapa bagian fokus dan sasaran perencanaan danperancangan.a. Konsep program ruang yang dapat mewadahi masing-masing kegiatan komunitas tanpa

menimbulkankonflikantarkarakterkomunitasmelaluipendekatanArsitekturSimbiosis.b. Konsep penciptaan ruang kreatif yang mampu menunjang kegiatan kreatif masing-masing

komunitasmelaluipendekatanArsitekturSimbiosis.c. Konsep layout dan penataan zonifikasi ruang yang sesuai untuk kegiatan komunitas melalui

pendekatanArsitekturSimbiosis.

Page 12: TH LABORATORIUM KOMUNITAS KREATIF DI SURAKARTA

JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019

862

REFERENSI

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2015. “Buku III RPJMN (Rencana PembangunanJangkaMenengahNasional)2015-2019:AgendaPembangunanWilayahRepublikIndonesia.”

Bintoro,Junanda.2017.LaboratoriumKomunitasKreatifdiSurakartaDenganPendekatanArsitekturSimbiosis.Surakarta:UniversitasSebelasMaret

Buitrago,Felipe.2015.OrangeEconomy.Jakarta:NouraBookPublishingEvans,G.,Foord,J.,Gertler,M.,S.,Tesolin,L.,Weinstock,S.2006.StrategiesforCreativeSpacesand

Cities: Lessons Learned. Cities Institute, LondonMetropolitanUniversity&Munk Centre forInternationalStudies,UniversityofToronto.

Florida, Richard. 2002.The Rise of the Creative Class: And How It's Transforming Work, Leisure,CommunityandEverydayLife.BasicBooks.

James, Paul. 2006. Globalism, Nationalism, Tribalism: Bringing Theory Back In—Volume 2 ofTowardsaTheoryofAbstractCommunity.London:SagePublications.

James, Paul;Nadarajah,Yaso;Haive,Karen;Stead,Victoria.2012. “SustainableCommunities,SustainableDevelopment:OtherPathsforPapuaNewGuinea.”

Larasati,Dwinita.2015.“CreativeCity,ContributiveCitizens.”BandungCreativeCityForum.Kurokawa, Kisho. 1991. Intercultural Architecrure (The Philosophy of Symbiosis). New York: The

AmericanInstitudeofArchitectsPress1735.OxfordEnglishDictionary,SecondEdition,1989.(Eds.)J.Simpson&E.S.C.Weiner.Oxford:Oxford

UniversityPress.Romer,P. 1986, IncreasingReturnsand Long-RunGrowth, /JournalofPolitical Economy/,Vol. 94,

No.5(Oct.1986),pp.1002-1037.Sebastian,Yoris.2014.BiangInovasi.Jakarta:GramediaPustakaUtamaSoeharto, Budi. 2015. “Membangun kotamelaluiOptimalisasi Potensi dan SumberdayaManusia,”

dalamIndonesiaCreativeCitiesConference2015.Surakarta.Tayyiba, Mira. 2015. “Kebijakan Nasional Pengembangan Kota Kreatif”, dalam Indonesia Creative

CitiesConference2015.Surakarta