126
i UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 10 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER OKTA FESTI AMANDA, S.Farm. 1306344021 ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

i Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK SAMMARIE BASRA

JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR

PERIODE 10 – 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL – 12 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

OKTA FESTI AMANDA, S.Farm.

1306344021

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK SAMMARIE BASRA

JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR

PERIODE 10 – 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL – 12 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

OKTA FESTI AMANDA, S.Farm.

1306344021

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

iii

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

iv

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

v

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis uncapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek SamMarie Basra

yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur pada tanggal 10 –

29 Maret dan 21 April 2014 – 12 Mei 2014.

Laporan ini merupakan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker

di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Setelah mengikuti kegiatan PKPA ini,

diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja.

Kegiatan PKPA ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Bapak T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS selaku pembimbing I, yang telah

memberikan kesempatan, bimbingan, pengarahan, serta nasehat kepada penulis

selama kegiatan PKPA di Apotek SamMarie Basra.

2. Ibu Widia, S.Si., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek dan pembimbing

lapangan yang telah memberikan pengarahan dan penjelasan kepada penulis

selama kegiatan PKPA di Apotek SamMarie Basra.

3. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku Pembimbing II dan Ketua Program

Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah

memberikan arahan kepada penulis selama penulisan laporan PKPA.

4. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia yang telah memberikan kesempatan menempuh pendidikan profesi

apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

5. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku pembimbing akademis atas segala bimbingan

dan arahan yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan

profesi apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

vii

6. Keluarga atas dukungan, perhatian, dan doa yang diberikan kepada penulis

dalam melaksanakan kegiatan di Program Profesi Apoteker di Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia.

7. Karyawan dan Karyawati Apotek SamMarie Basra atas perhatian dan

kerjasama selama penulis melaksanakan PKPA.

8. Seluruh staf pengajar dan sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan selama pendidikan

program studi profesi apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

9. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan

LXXVIII yang selalu mendukung, menyemangati, dan memberikan rasa

kebersamaan selama satu tahun ini.

10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah

memberikan dukungan dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat

kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan

pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani PKPA ini dapat memberikan

manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

2014

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

iii

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

ix

ABSTRAK

Nama : Okta Festi Amanda

NPM : 1306344021

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek

SamMarie Basra Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta

Timur Periode 10-29 Maret 2014 dan 21 April – 12 Mei 2014

Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Apotek SamMari Basra Jalan

Basuki Rachmat No. 31, Jakarta Timur. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar

mahasiswa profesi apoteker dapat memahami tugas pokok, peran dan fungsi

apoteker di apotek serta memberikan kesempatan bagi mahasiswa calon apoteker

untuk beradaptasi langsung pada lingkungan kerja kefarmasian yang sebenarnya di

apotek. Tugas khusus yang diberikan berjudul pembuatan daftar dan pengkajian

terhadap penyimpanan obat Look Alike Sound Alike (LASA) dan high alert di

apotek Sammarie Basra. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui jenis obat-

obatan yang dapat dikategorikan sebagai LASA dan high alert di apotek SamMarie

Basra serta mengetahui apakah penyimpanan obat-obatan sudah sesuai dengan

ketentuan yang disarankan oleh Institute for Safe Medication Practices (ISMP).

Kata Kunci : Apotek, Look Alike Sound Alike, High Alert, SamMarie Basra

Tugas Umum : xv + 54 halaman, 20 lampiran

Tugas Khusus : ii + 24 halaman, 8 lampiran

Daftar Acuan Tugas Umum : 21 (1978-2012)

Daftar Acuan Tugas Khusus : 7 (1991-2012)

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

x

x

ABSTRACT

Name : Okta Festi Amanda

NPM : 1306344021

Study Program : Apothecary Profession

Title : Report of Apothecary Profession Internship at Apotek

SamMarie Basra, Basuki Rachmat Street Number 31, East

Jakarta on March 10th – 29th and April 21st – May 12th 2014

Pharmacist Professional Practice was implemented in Apotek SamMarie Basra,

Basuki Rachmat Street Number 31, East Jakarta. PKPA activity was intended that

students can understand the basic tasks, roles, and functions of pharmacist in

pharmacy. Besides that, the aim of this activity was also to give chance for the

students to adapt in the reality of pharmacist work environment at pharmacy. A

special task was given as making list of and reviewing the storage of Look Alike

Sound Alike (LASA) and High Alert drugs in Apotek SamMarie Basra. It was

aimed to know LASA and high alert drugs that exist in this pharmacy. Also, to

determine whether the storage of medicines is in conformity with the provisions

suggested by the Institute for Safe Medication Practices (ISMP).

Keywords : Pharmacy; Look Alike Sound Alike; High Alert;

SamMarie Basra

General Assignment : xv + 54 pages; 20 appendices

Spesific Assignment : ii + 24 pages; 8 appendices

Bibliography of General Assignment : 21 (1978-2012)

Bibliography of Spesific Assignment : 7 (1991-2012)

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

ABTRACT ............................................................................................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM .............................................................................. 3

2.1 Pengertian Apotek .......................................................................... 3

2.2 Landasan Hukum Apotek ............................................................... 3

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek .............................................................. 4

2.4 Persyaratan Pendirian Apotek ........................................................ 5

2.5 Kelengkapan Apotek ...................................................................... 6

2.6 Perbekalan Farmasi ........................................................................ 7

2.7 Tata Cara Pemberian Izin Apotek ................................................ 11

2.8 Personalia Apotek ........................................................................ 13

2.9 Pelanggaran Apotek ..................................................................... 15

2.10 Pencabutan Surat Izin Apotek ...................................................... 17

2.11 Pengelolaan Apotek ..................................................................... 18

2.12 Pelayanan Apotek......................................................................... 23

2.13 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek .................... 31

2.14 Pelayanan Informasi Obat ............................................................ 36

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAMMARIE BASRA ................. 38

3.1 Sejarah Singkat............................................................................. 38

3.2 Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek................................. 38

3.3 Struktur Organisasi ...................................................................... 38

3.4 Kegiatan di Apotek ...................................................................... 40

3.5 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika ..................................... 42

BAB 4. PEMBAHASAN ................................................................................... 44

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

xii

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 51

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 51

5.2 Saran ........................................................................................ 51

DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 53

LAMPIRAN .......................................................................................................... 55

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penandaan obat bebas ....................................................................... 8

Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas ......................................................... 8

Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas ...................................... 9

Gambar 2.4. Penandaan obat keras ..................................................................... 10

Gambar 2.5. Penandaan narkotika ....................................................................... 11

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah lokasi Apotek SamMarie Basra ........................................... 55

Lampiran 2. Desain ruang depan Apotek SamMarie Basra ................................ 56

Lampiran 3. Desain ruang racik Apotek SamMarie Basra ................................. 57

Lampiran 4. Denah ruangan Apotek SamMarie Basra ....................................... 58

Lampiran 5. Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psiktropika ................ 59

Lampiran 6. Form resep ...................................................................................... 60

Lampiran 7. Salinan resep ................................................................................... 61

Lampiran 8. Etiket obat ....................................................................................... 62

Lampiran 9. Plastik pembungkus obat ................................................................ 63

Lampiran 10. Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra ................................. 64

Lampiran 11. Alur pemesanan dan penerimaan obat ............................................ 65

Lampiran 12. Surat pesanan .................................................................................. 66

Lampiran 13. Faktur pembelian ............................................................................ 67

Lampiran 14. Kartu stok barang ........................................................................... 68

Lampiran 15. Surat pesanan narkotika .................................................................. 69

Lampiran 16. Surat pesanan psikotropika ............................................................. 70

Lampiran 17. Laporan penggunaan narkotika ...................................................... 71

Lampiran 18. Laporan penggunaan psikotropika ................................................. 72

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi

pencapaian derajat kesehatan (Presiden RI, 2009c). Apotek menjadi salah satu

sarana pelayanan kesehatan untuk mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,

apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan

farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan

kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Presiden RI, 2009a).

Pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan informasi obat merupakan

pelayanan kefarmasian yang menjadi salah satu sarana pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan di apotek.

Di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian disebutkan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat

dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu

pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan

sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien (Presiden RI, 2009a). Kegiatan pelayanan kefarmasian pada

awalnya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi. Saat ini,

pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek telah mengalami pergeseran

orientasi dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian

(pharmaceutical care) yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dari pasien (Menteri Kesehatan RI, 2004).

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

2

Universitas Indonesia

Pelayanan kefarmasian tersebut merupakan suatu tugas dan tanggung jawab

Apoteker Pengelola Apotek dalam melaksanakan pengelolaan baik secara teknis

farmasi maupun non teknis farmasi di apotek. Seorang apoteker harus memahami

dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)

dalam proses pelayanan. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kesalahan

pengobatan seorang apoteker harus melakukan praktiknya sesuai dengan standar

yang ada serta penerapan ilmu yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya. Selain itu,

kemampuan lain yang harus dimiliki oleh seorang apoteker adalah kemampuan

berkomunikasi dengan baik kepada tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan

terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional (Menteri Kesehatan RI,

2004).

Untuk dapat mempersiapkan pelaksanaan kegiatan pelayanan kefarmasian

tersebut maka perlu bagi para calon apoteker untuk melakukan Praktik Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) di apotek. Selain sebagai tempat yang memberikan

perbekalan bagi para calon apoteker untuk dapat menjadi apoteker profesional,

PKPA di apotek dapat digunakan sebagai tempat untuk menerapkan ilmu yang telah

dipelajari selama masa kuliah serta membandingkan teori dengan praktiknya di

lapangan. Oleh karena itu, Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia melakukan kerjasama dengan Apotek SamMarie Basra untuk

melaksanakan PKPA pada tanggal 10-29 Maret dan 21 April-12 Mei 2014.

1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek

SamMarie Basra yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia adalah :

a. Memahami tugas pokok, peran dan fungsi apoteker di apotek; dan

b. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa calon apoteker untuk beradaptasi

langsung pada lingkungan kerja kefarmasian yang sebenarnya di apotek dan

memahami sistem manajemen dan administrasi di Apotek SamMarie Basra,

serta memahami dan melaksanakan kegiatan di apotek baik secara teknis

kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan maka dalam

pelayanannya harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan,

menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan

keabsahannya terjamin. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu,

tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,

perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sementara menurut Peraturan

Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, dalam ketentuan

umum dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat

dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker dan apoteker adalah sarjana farmasi

yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009,

pekerjaan kefarmasian adalah perbuatan meliputi pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian

atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat

tradisional.

2.2 Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang

diatur dalam:

a. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

b. Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika;

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

uiperpustakaan
Sticky Note
Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

4

Universitas Indonesia

c. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika;

d. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek;

e. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang

disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

184/Menkes/Per/II/1995;

f. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;

g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

695/Menkes/Per/VI/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri

Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa

Bakti dan Izin kerja Apoteker;

h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek;

i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek;

dan

j. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 pasal 2, tugas dan

fungsi apotek adalah sebagai berikut:

a. Tempat praktik profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan;

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat;

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

5

Universitas Indonesia

2.4 Persyaratan Pendirian Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993

yang telah diperbarui melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 1332/Menkes/SK/X/2002, persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek adalah

sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama

dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan

tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi

lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain;

b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi; dan

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan

farmasi;

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa:

a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh

masyarakat;

b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.

c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat;

d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari

aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk

menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan

penyerahan;

e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk

memperoleh informasi dan konseling;

f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat,

serangga; dan

g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

6

Universitas Indonesia

2.5 Kelengkapan Apotek

Untuk mendapatkan izin apotek, seorang apoteker atau apoteker yang

bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan, harus siap

dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi

yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Beberapa

kelengkapan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah tempat

atau lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, tenaga kerja apotek, dan perbekalan

farmasi (Said, 2012).

2.5.1 Lokasi

Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan

komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar apotek

tidak dipermasalahkan lagi, tetapi ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan

kebijakan atau peraturan daerah masing-masing. Lokasi apotek dapat dipilih

dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah

penduduk, jumlah praktik dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan

faktor-faktor lainnya (Said, 2012).

2.5.2 Bangunan

Suatu apotek sebaiknya mempunyai luas bangunan yang cukup sehingga

dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Bangunan apotek

yang baik hendaknya memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan dan

penyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat,

dan kamar kecil. Bangunan apotek sebaiknya juga memiliki sumber air yang

memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan yang dapat memberikan

penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, serta ventilasi dan sanitasi

yang baik. Papan nama apotek dipasang di depan bangunan dengan ketentuan

memenuhi ukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam di atas

dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm, umumnya terbuat dari papan seng yang

pada bagian mukanya memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat

apotek, dan nomor telepon (Said, 2012).

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

7

Universitas Indonesia

2.5.3 Peralatan Apotek

Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki peralatan apotek

yang memadai agar dapat mendukung pelayanan kefarmasiannya. Peralatan apotek

yang harus dimiliki antara lain (Said, 2012):

a. Peralatan pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, lumpang,

alu,gelas ukur, dan lain-lain;

b. Peralatan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat,

lemari pendingin (kulkas), dan lemari khusus untuk narkotika dan

psikotropika. Lemari narkotik harus memenuhi persyaratan yang ada dalam

Undang-Undang Narkotika Nomor 35 tahun 2009;

c. Wadah pengemas dan pembungkus;

d. Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, buku catatan

penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok obat, kuitansi; dan

e. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan perundang-

undangan yang berhubungan dengan kegiatan apotek.

2.6 Perbekalan Farmasi

Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai “tanda” untuk

membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar

pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu:

a. Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika;

b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus

Obat Bebas dan Obat BebasTerbatas;

c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda

Khusus Obat Keras Daftar G;

d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat

Wajib Apotek; dan

e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.688/Menkes/Per/VII/1997 tentang

Peredaran Psikotropika.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

8

Universitas Indonesia

Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi

beberapa golongan yaitu (Said, 2012; Presiden RI, 1997b):

1. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep

dokter. Tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau

dengan garis tepi berwarna hitam (Menteri Kesehatan RI, 1983). Contoh obat bebas

adalah Panadol®, Promag®, dan Diatab®.

Gambar 2.1. Penandaan obat bebas

2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh

tanpa resep dokter. Tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat

berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam (Menteri Kesehatan RI, 1983).

Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas

Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam wadah

atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda peringatan

tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (disesuaikan

dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan

huruf berwarna putih.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

9

Universitas Indonesia

Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya, yaitu sebagai

berikut (Menteri Kesehatan RI, 1983):

a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Decolgen®,

Ultraflu®, dan Fatigon®.

b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh:

Betadine gargle® dan Minosep®.

c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Fosen

enema®

d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol®

Suppositoria.

Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas

3. Obat Keras Daftar G

Obat-obat yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,

mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak

yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan disebut obat keras. Tanda khusus untuk

obat keras adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam

dan huruf K di dalamnya yang menyentuh garis tepi (Menteri Kesehatan RI, 1986).

Pada etiket dan bungkus luar obat jadi yang tergolong obat keras harus dicantumkan

secara jelas tanda khusus untuk obat keras. Tanda khusus dapat tidak dicantumkan

P. No. 3

Awas! Obat Keras

Hanya untuk bagian

luar dari badan

P. No. 4

Awas! Obat Keras

Hanya untuk dibakar

P. No. 5

Awas! Obat Keras

Tidak boleh ditelan

P. No. 6

Awas! Obat Keras

Obat wasir, jangan

ditelan

P. No. 2

Awas! Obat Keras

Hanya untuk kumur,

Jangan ditelan

P. No. 1

Awas! Obat Keras

Baca aturan

memakainya

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

10

Universitas Indonesia

pada blister, strip aluminium/selofan, vial, ampul, tube atau bentuk wadah lain,

apabil wadah tersebut dikemas dalam bungkus luar (Menteri Kesehatan RI, 1986).

Gambar 2.4. Penandaan obat keras

Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter

dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya “boleh

diulang“. Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung, obat diabetes, hormon,

antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, semua obat suntik, dan psikotropika.

4. Psikotropika

Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku disbut

psikotropika. Penggolongan dari psikotropika adalah (Presiden RI, 1997a):

a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, metilendioksi metilamfetamin (MDMA);

b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:

amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, fensiklidin;

c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:

amobarbital, pentobarbital, siklobarbital; dan

d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

11

Universitas Indonesia

5. Narkotika

Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis

maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan, disebut narkotika (Presiden RI, 2009b).

Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika

Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Presiden RI, 2009b):

a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,

serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: kokain, opium, heroin, ganja;

b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan,

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, normetadona,

metadona; dan

c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: kodein, norkodeina, etilmorfina.

2.7 Tata Cara Pemberian Izin Apotek

Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI

kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek

(PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh

Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

12

Universitas Indonesia

pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan kepada

Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 7 dan pasal 9 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara

Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut:

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir APT-1;

b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima

permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk

melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan;

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat

dengan menggunakan contoh formulir APT-3;

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak

dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan

menggunakan contoh formulir APT-4;

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan

pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan

menggunakan contoh formulir APT-5;

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari

mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6;

g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

13

Universitas Indonesia

Penundaan;

h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana

dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan

pemilik sarana;

i. Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak

pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan; dan

j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan

APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan

permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam

jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib

mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan

menggunakan formulir model APT-7.

2.8 Personalia Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 1, tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan

operasional apotek terdiri dari:

a. Satu orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi

Surat Izin Apotek (SIA);

b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping

Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam

tertentu pada hari buka apotek;

c. Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola

Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat

lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Praktik

Apoteker dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek

lain; dan

d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

14

Universitas Indonesia

Tenaga-tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di

apotek terdiri dari:

a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker;

b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan

serta pengeluaran uang; dan

c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan

membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002

menjelaskan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah

apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Sebelum melaksanakan

kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku

untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat

melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Seorang APA

bertanggung jawab akan kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, dan juga

bertanggung jawab kepada pemilik modal apabila bekerja sama dengan pemilik

sarana apotek (PSA).

Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi

persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Presiden RI, 2009a):

a. Memiliki keahlian dan kewenangan;

b. Menerapkan Standar Profesi;

c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional;

d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi;

e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA);

f. Wajib memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker Pengelola

Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping di Apotek; dan

g. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktik di satu

apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktik

paling banyak di tiga Apotek.

Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan

oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi (Menteri Kesehatan RI,

2011). STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

15

Universitas Indonesia

lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA,

Apoteker harus memenuhi persyaratan (Presiden RI, 2009a):

a. Memiliki ijazah Apoteker;

b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi;

c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker;

d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki

surat izin praktik; dan

e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika

profesi

Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada

Apoteker dan Apoteker Pendamping untuk dapat melaksanakan praktik pekerjaan

kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, yaitu Apotek atau Instalasi

Farmasi Rumah Sakit (IFRS) (Menteri Kesehatan RI, 2011). SIPA dikeluarkan oleh

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.

SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada

tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin.

Untuk mendapatkan SIPA, apoteker harus memiliki (Presiden RI, 2009a):

a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA);

b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas

kesehatan yang memiliki izin; dan

c. Rekomendasi dari organisasi profesi.

Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut:

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis

kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku;

b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi;

c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang

optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,

mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin; dan

d. Melakukan pengembangan usaha apotek.

Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi (Said, 2012):

a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan;

b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan;

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

16

Universitas Indonesia

c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan; dan

d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai.

2.9 Pelanggaran Apotek

Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran berat apotek, yaitu sebagai

berikut:

a. Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi;

b. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap;

c. Pindah alamat apotek tanpa izin;

d. Menjual narkotika tanpa resep dokter;

e. Kerja sama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak

berhak dalam jumlah besar; dan

f. Tidak menunjuk Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti pada waktu

APA keluar daerah selama tiga bulan berturut-turut.

Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran ringan apotek, yaitu sebagai

berikut:

a. Tidak menunjuk Apoteker Pendamping pada waktu APA tidak dapat hadir

pada jam buka apotek;

b. Mengubah denah apotek tanpa izin;

c. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak;

d. Melayani resep yang tidak jelas dokternya;

e. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum dimusnahkan;

f. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada;

g. Salinan resep yang tidak ditanda tangani oleh apoteker;

h. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain;

i. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat;

j. Resep narkotika tidak dipisahkan;

k. Buku harian narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa; dan

l. Tidak mempunyai atau tidak mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui

dengan jelas asal-usul obat tersebut.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

17

Universitas Indonesia

Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila

terdapat pelanggaran terhadap:

a. Undang-Undang Obat Keras (St. 1937 No. 541);

b. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009;

c. Undang-Undang Narkotika No. 35 tahun 2009; dan

e. Undang-Undang Psikotropika No. 5 tahun 1997.

2.10 Pencabutan Surat Izin Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.

1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan

pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam

jangka waktu setahun sekali kepada Menteri Kesehatan dan tembusan disampaikan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila:

a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan

dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya

terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu baik atau karena

sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan, seharusnya dimusnahkan

dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh

Menteri;

b. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih dari

2 (dua) tahun secara terus menerus;

c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 9 tahun 1976 tentang

Narkotika yang telah direvisi menjadi Undang-undang No. 35 tahun 2009,

Undang-Undang Obat Keras No. St. 1973 No. 541, Undang-Undang No. 23

tahun 1992 tentang Kesehatan yang telah direvisi menjadi Undang-undang No.

36 tahun 2009.

d. Surat Izin Praktik Apoteker Pengelola Apotek dicabut;

e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat; dan

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

18

Universitas Indonesia

f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat

pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya

baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan

harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan

Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan:

a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga)

kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan

dengan menggunakan contoh Formulir APT-12; dan

b. Pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan

sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan

menggunakan contoh Formulir APT-13.

Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam poin (b) di atas,

dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh

persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan

contoh formulir APT-14. Pencairan Izin Apotek dimaksud di atas dilakukan setelah

menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola

Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib

mengikuti tata cara sebagai berikut:

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras

tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek;

b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci; dan

c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala

Dinas Kesehatan tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi

yang dimaksud dalam poin (a).

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

19

Universitas Indonesia

2.11 Pengelolaan Apotek

Seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi

pelayanan apotek disebut pengelolaan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi

menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan,

pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan

obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan

farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang

meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang

diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada

masyarakat, pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya

dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya (Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 1993c); dan

b. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi,

keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan

bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek (Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 1993c). Secara garis besar pengelolaan apotek dapat

dijabarkan sebagai berikut:

2.11.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Perencanaan

Kegiatan yang termasuk dalam proses perencanaan adalah pemilihan jenis,

jumlah, dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan

jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan

obat. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan dan alat

kesehatan, maka perlu dilakukan pengumpulan data obat-obatan yang akan dipesan.

Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta, yaitu jika barang

habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-

bulan sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan APA di dalam

melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar

Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang

ditawarkan sesuai, ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

20

Universitas Indonesia

sesuai, jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian

obat-obatan yang hampir kadaluarsa.

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek maka dalam membuat

perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan:

1) Pola penyakit, maksudnya adalah perlu memperhatikan dan mencermati pola

penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut;

2) Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi

daya beli terhadap obat-obatan; dan

3) Budaya masyarakat dimana pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat,

bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-obatan

khususnya obat-obatan tanpa resep. Demikian juga dengan budaya masyarakat

yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obat-

obat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut.

b. Pengadaan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993

tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF), menyebutkan bahwa pabrik farmasi dapat

menyalurkan produksinya langsung ke PBF, apotek, toko obat, apotek rumah sakit,

dan sarana kesehatan lain. Pengadaan barang di apotek meliputi pemesanan dan

pembelian. Pembelian barang dapat dilakukan secara langsung ke produsen atau

melalui PBF. Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

1) Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barang-barang

yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang ditawarkan

pemasok; dan

2) Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP), minimal

dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh

APA dengan mencantumkan nomor SIPA.

Pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara

antara lain (Anief, 2001):

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

21

Universitas Indonesia

1) Pembelian dalam jumlah terbatas yaitu pembelian dilakukan sesuai dengan

kebutuhan dalam waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini

dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari

apotek, misalnya satu kota dan selalu siap untuk segera mengirimkan obat yang

dipesan;

2) Pembelian berencana dimana metode ini erat hubungannya dengan

pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat atau barang dagangan

penting sekali, untuk mengetahui obat yang fast moving atau slow moving, hal

ini dapat dilihat pada kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian

sesuai dengan kebutuhan; dan

3) Pembelian secara spekulasi merupakan pembelian dilakukan dalam jumlah

yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga

dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Pola ini dilakukan pada

waktu-waktu tertentu jika diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan.

Meskipun apabila spekulasinya benar akan mendapat keuntungan besar, tetapi

cara ini mengandung resiko obat akan rusak atau kadaluarsa.

c. Penyimpanan

Obat dengan bentuk sediaan padat, sediaan cair, atau setengah padat

disimpan secara terpisah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang

bersifat higroskopis. Serum, vaksin, dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh

pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat

dilakukan secara alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan

obat saat diperlukan. Pengaturan pemakaian barang di apotek sebaiknya

menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out)

sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan

paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

22

Universitas Indonesia

2.11.2 Pengelolaan Keuangan

Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah:

a. Laporan Rugi-Laba

Laporan yang menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau

rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu disebut laporan laba-rugi.

Laporan rugi-laba biasanya berisi hasil penjualan, HPP (persediaan awal +

pembelian - persediaan akhir), laba kotor, biaya operasional, laba bersih usaha, laba

bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, pendapatan non usaha, dan pajak.

b. Neraca

Laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada waktu

tertentu disebut laporan neraca. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah

harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban yang disebut pasiva,

atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva

merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena

itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan pasiva.

Aktiva dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar berisi

kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Aktiva tetap dapat berupa

gedung atau tanah, sedangkan pasiva dapat berupa hutang dan modal.

c. Laporan Hutang-Piutang

Laporan yang berisi utang yang dimiliki apotek pada periode tertentu dalam

satu tahun disebut laporan hutang, sedangkan laporan piutang berisikan piutang

yang ditimbulkan karena transaksi yang belum lunas dari pihak lain kepada pihak

apotek.

2.11.3 Administrasi

Kegiatan yang biasa dilakukan dalam proses administrasi apotek meliputi:

a. Administrasi umum, kegiatannya meliputi, membuat agenda atau

mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan-laporan

seperti, laporan narkotika dan psikotropika, pelayanan resep dengan harganya,

pendapatan, alat dan obat KB, obat generik, dan lain-lain;

b. Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya uang disertai bukti-bukti

pengeluaran dan pemasukan;

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

23

Universitas Indonesia

c. Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan obat resep, obat bebas,

dan pembayaran secara tunai atau kredit;

d. Administrasi pergudangan meliputi, pencatatan penerimaan barang, masing-

masing barang diberi kartu stok, dan membuat defekta;

e. Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian harian secara tunai atau

kredit dan asal pembelian, mengumpulkan faktur secara teratur. Selain itu

dicatat kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung besarnya hutang

apotek;

f. Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan kredit, pelunasan piutang,

dan penagihan sisa piutang; dan

g. Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan,

mencatat kepangkatan, gaji, dan pendapatan lainnya dari karyawan.

2.12 Pelayanan Apotek

Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan

Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang telah diperbarui dengan

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/SK/X/2002 yang meliputi:

a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter

hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker

Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada

kepentingan masyarakat;

b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan yang

bermutu baik dan absah;

c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep

dengan obat paten. Namun resep dengan obat paten boleh diganti dengan obat

generik;

d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat

mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan

ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain

yang ditetapkan oleh Balai Besar POM;

e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib

berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

24

Universitas Indonesia

tepat;

f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat;

g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada

dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep

tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau

membubuhkan tandatangan yang lazim di atas resep;

h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker;

i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka

waktu 3 tahun;

j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep

atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan

atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku;

dan

k. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti

diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat

Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

2.12.1 Pelayanan Resep

Menurut Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek berdasarkan SK No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 (Departemen Kesehatan

RI, 2008), pelayanan resep meliputi:

a. Skrining Resep

Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi:

1) Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi: nama dokter, nomor SIP,

alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter

penulis resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin

pasien, dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang

diminta, cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya;

2) Memeriksa kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis,

inkompatibilitas, stabilitas, cara, lama pemberian; dan

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

25

Universitas Indonesia

3) Melakukan pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping,

interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada

keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis

resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu

menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

b. Penyiapan Obat

Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,

mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus

dibuat untuk melaksanakan peracikan obat, dengan memperhatikan dosis,

jenis, dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan

dapat dibaca.Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok

sehingga terjaga kualitasnya. Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara

obat dengan resep harus dilakukan sebelum obat diserahkan kepada pasien.

Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat

dan konseling kepada pasien.

c. Informasi Obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini, informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu

pengobatan, cara penyimpanan obat, aktifitas serta makanan dan minuman

yang harus dihindari selama terapi.

d. Konseling

Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup

pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau

penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit seperti kardiovaskular,

diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan

konseling secara berkelanjutan.

e. Monitoring Penggunaan Obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti

kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

26

Universitas Indonesia

Menurut Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek berdasarkan SK No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 (Departemen Kesehatan

RI, 2008), penyimpanan dan pemusnahan resep meliputi::

a. APA mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor

urut penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya selama tiga

tahun;

b. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya;

c. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu penyimpanan, dapat

dimusnahkan;

d. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang

memadai oleh APA bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang

petugas apotek; dan

e. Pada pemusnahan resep, harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan

bentuk yang telah ditentukan dan dibuat rangkap empat serta ditandatangani

oleh APA dan petugas apotek.

2.12.2 Promosi dan Edukasi

Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka pemberdayaan

masyarakat, apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk

penyakit ringan, dengan memilihkan obat yang sesuai. Apoteker juga harus

berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu

diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster,

penyuluhan, dan lain-lain.

2.12.3 Pelayanan Residensial (Home Care)

Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat

melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya

untuk kelompok lanjut usia (lansia) dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis

lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan

pengobatan (medication record).

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

27

Universitas Indonesia

2.12.4 Pelayanan Swamedikasi

Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah tindakan mengobati diri sendiri

dengan obat tanpa resep (golongan obat bebas dan bebas terbatas) yang dilakukan

secara tepat guna dan bertanggung jawab. Hal ini mengandung makna bahwa

walaupun digunakan untuk diri sendiri, pengobatan sendiri harus dilakukan secara

rasional. Ini berarti bahwa tindakan pemilihan dan penggunaan produk

bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagi para penggunanya.

Penggunaan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA)

dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat

secara aman dan rasional. Pelaksanaan swamedikasi yang bertanggung jawab

membutuhkan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat, dan kualitasnya,

serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan

kondisi pasien.

Apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan

bantuan, nasehat dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan

swamedikasi, agar dapat masyarakat dapat melakukan swamedikasi secara

bertanggung jawab. Apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa

walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun penggunaan obat bebas, obat

bebas terbatas, dan OWA tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang

tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya.

Dalam pelaksanaan swamedikasi, apoteker memiliki dua peran yang sangat

penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan

kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau memberikan

informasi kepada pasien dan keluarganya agar obat digunakan secara aman, tepat

dan rasional. Pemberian informasi dilakukan terutama dalam mempertimbangkan:

a. Ketepatan penentuan indikasi atau penyakit.

b. Ketepatan pemilihan obat yang efektif, aman, dan ekonomis.

c. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.

Satu hal yang sangat penting dalam informasi swamedikasi adalah

meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-

produk yang sedang digunakan pasien. Selain itu, apoteker juga diharapkan dapat

memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor penyakitnya dan kapan

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

28

Universitas Indonesia

harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus berkonsultasi kepada dokter.

Informasi yang perlu disampaikan oleh apoteker pada masyarakat dalam

pelaksanaan swamedikasi antara lain:

a. Khasiat obat

Apoteker perlu menerangkan dengan jelas khasiat obat yang bersangkutan,

sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami

pasien.

b. Kontraindikasi

Pasien perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi dari obat yang

diberikan,agar tidak menggunakannya jika memiliki kontraindikasi dimaksud.

c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada)

Pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul

dan apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.

d. Cara pemakaian

Cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk

menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan

melalui anus, atau cara lain.

e. Dosis

Dosis harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Apoteker dapat

menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen

(sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat

menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

f. Waktu pemakaian

Waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien,

misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.

g. Lama penggunaan

Lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar pasien

tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum

hilang atau sudah memerlukan pertolongan dokter.

h. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan

makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan.

i. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa meminum obat.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

29

Universitas Indonesia

j. Cara penyimpanan obat yang baik.

k. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa.

l. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak.

Selain itu, apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien tentang

obat generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta

keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan obat generik. Hal ini

penting dalam pemilihan obat yang selayaknya harus selalu memperhatikan aspek

farmakoekonomi dan hak pasien. Selain konseling dalam farmakoterapi, apoteker

juga memiliki tanggung jawab lain yang lebih luas dalam swamedikasi. Dalam

pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IPF (International Pharmaceutical

Federation) dan WMI (World Self-Medication Industry) tentang swamedikasi yang

bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan sebagai berikut:

a. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat dan

informasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua

produk yang tersedia untuk swamedikasi.

b. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan

kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila

dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi.

c. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan

kepada lembaga pemerintah yang berwenang, dan untuk menginformasikan

kepada produsen obat yang bersangkutan, mengenai efek yang tidak

dikehendaki (adverse reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan

obat tersebut dalam swamedikasi.

d. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota

masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus

dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan

tanpa indikasi yang jelas.

2.12.5 Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993

tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep harus memenuhi kriteria

sebagai berikut:

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

30

Universitas Indonesia

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia 2 tahun dan orangtua di atas 65 tahun;

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada

kelanjutan penyakit;

c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan;

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia; dan

e. Obat dimaksud memiliki resiko khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh

apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter (Menteri Kesehatan RI, 1990).

Apoteker di apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat, wajib:

a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien sesuai dengan yang

disebutkan dalam daftar obat wajib apotek;

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan; dan

c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,

efek samping, dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

Obat yang termasuk dalam OWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

(Menteri Kesehatan RI, 1990; Menteri Kesehatan RI, 1993d; Menteri Kesehatan

RI, 1993e). Obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib apotek no. 1 antara

lain (Menteri Kesehatan RI, 1990):

a. Obat kontrasepsi oral, baik tunggal maupun kombinasi.

b. Obat saluran cerna, yang terdiri dari :

1) Antasida + sedativ/spasmodik

2) Anti spasmodik

3) Spasmodik+analgesik

4) antimual

5) Laksan

c. Obat mulut dan tenggorokan

d. Obat saluran napas

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

31

Universitas Indonesia

e. Obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, yang terdiri dari :

1) Analgetik

2) Antihistamin

f. Antiparasit yang terdiri dari obat cacing.

g. Obat topikal untuk kulit yang terdiri dari :

1) Semua salep/krim antibiotik

2) Semua salep/krim kortikosteroid

3) Semua salep/krim/gel antiinflamasi nonsteroid (AINS)

4) Antijamur

5) Antiseptik lokal

6) Enzim antiradang topikal

7) Pemutih kulit

Sedangkan untuk obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib

apotek no. 2 dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

924/Menkes/PER/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 dan untuk obat-

obat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib apotek no. 3 dapat dilihat pada

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/PER/X/1993 tentang Daftar

Obat Wajib Apotek No. 3.

2.13 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek

2.13.1 Pengelolaan Narkotika

Narkotika merupakan bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan, namun menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang

ketat dan seksama. Pengendalian dan pengawasan narkotika, di Indonesia

merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah pengendalian dan

pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada

PT Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi

sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut

dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat

disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan,

penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan (Said, 2012).

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

32

Universitas Indonesia

1. Pemesanan Narkotika

Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan

narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP)

khusus narkotika, yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas,

stempel apotek, nomor SIPA dan SIA. Surat pesanan terdiri dari empat rangkap.

Surat pesanan narkotika dilengkapi dengan nama dan tanda tangan APA, nomor

Surat Izin Apotek (SIA), tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel

apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika.

2. Penyimpanan Narkotika

Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan

harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Menteri Kesehatan RI, 1978):

a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat;

b. Harus mempunyai kunci yang kuat;

c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan: bagian pertama

dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta

persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk

menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari;

d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x

100 cm maka lemari tersebut harus dibaut melekat pada tembok atau lantai;

e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain

narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan;

f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan; dan

g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

umum.

3. Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika

Prosedur tetap pelayanan resep yang mengandung narkotika, yaitu sebagai

berikut (Departemen Kesehatan RI, 2008):

a. Skrining resep

1) Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi;

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

33

Universitas Indonesia

2) Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmaseutik yaitu: bentuk

sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama

pemberian;

3) Mengkaji pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi, efek samping,

interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain);

4) Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit,

puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep

narkotika dalam tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama sekali;

5) Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau yang belum

dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang

menyimpan resep asli; dan

6) Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila

diperlukan.

b. Penyiapan Resep

1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep;

2) Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang

mengandung narkotika atau menimbang bahan baku narkotika;

3) Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya;

4) Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan

permintaan dalam resep; dan

5) Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan

jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.

c. Penyerahan Obat

1) Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan etiket

dengan resep sebelum dilakukan penyerahan;

2) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;

3) Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima;

4) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;

5) Menanyakan dan menuliskan alamat / nomor telepon pasien dibalik

resep; dan

6) Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikannya.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

34

Universitas Indonesia

Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang mengandung

narkotika antara lain:

a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu

pengetahuan;

b. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit

berdasarkan resep dokter;

c. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep

dokter;

d. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika,

walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama

sekali;

e. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali,

apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh

dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli; dan

f. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama

sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-

resep yang mengandung narkotika.

4. Pelaporan Narkotika

Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa

apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai

pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya.

Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat

lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak

tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan

Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan

Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan

Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotadengan menggunakan pelaporan

elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat

yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Dit jen Binfar dan Alkes) melalui

mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet. Namun,

penerapan undang-undang ini belum dilaksanakan secara menyeluruh di Indonesia.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

35

Universitas Indonesia

5. Pemusnahan Narkotika

APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau tidak

memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. Apoteker

Pengelola Apotek dan dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita

Acara Pemusnahan Narkotika yang sekurang-kurangnya memuat (Menteri

Kesehatan RI, 1978):

a. Nama, jenis, sifat, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan;

b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan;

c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan

pemusnahan; dan

d. Cara pemusnahan dibuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai POM.

Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan

narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan yang berupa:

teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan atau

pencabutan izin.

2.13.2 Pengelolaan Psikotropika

Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang

berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan.

Tujuan pengaturan psikotropika yaitu:

a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan

dan ilmu pengetahuan.

b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.

c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.

Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi:

a. Pemesanan Psikotropika

Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP), dimana satu SP bisa digunakan

untuk beberapa jenis obat. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat

dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,

dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan adalah dengan

menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

36

Universitas Indonesia

jelas, stempel apotek, nomor SIPA dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 3,

dua lembar untuk PBF dan 1 lembar untuk arsip apotek. Satu SP untuk

beberapa jenis obat psikotropika.

b. Penyimpanan Psikotropika

Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun karena

kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk obat

golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari

khusus.

c. Pelaporan Psikotropika

Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang

berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan pemakaiannya setiap bulan.

Laporan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM setempat, Dinas Kesehatan

Provinsi setempat, dan 1 salinan untuk arsip.

d. Pemusnahan Psikotropika

Kegiatan ini dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi

tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat

digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat

untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu

pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat Berita Acara dan dikirim

kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai

POM.

2.14 Pelayanan Informasi Obat

Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan,

pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan

informasi obat (PIO). Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi

tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat

regimen (dosis, cara, waktu, dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek

samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

37

Universitas Indonesia

dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif;

b. Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai

suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan;

c. Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut

pandang yang mungkin berlawanan;

d. Ilmiah, artinya informasi berdasarkan sumber data atv-au referensi yang dapat

dipercaya; dan

e. Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencakup

informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus

mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.

Peran apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat kepada pasien,

dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting, mengingat apotek sebagai

sarana kesehatan masyarakat yang melayani masyarakat dengan cara memberikan

obat sesuai dengan kebutuhan pasien atau resepnya. Pelaksanaan pelayanan

informasi obat di apotek bertujuan agar obat dapat digunakan pasien secara

rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen, tepat obat, serta waspada

terhadap efek samping obat. Oleh karena itu, dibutuhkan peran aktif apoteker di

apotek untuk memberikan informasi obat kepada pasien, dokter serta tenaga medis

lain yang terlibat di apotek.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

38 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAMMARIE BASRA

3.1 Sejarah Singkat

Apotek SamMarie Basra berdiri pada tanggal 7 Desember 2005,

berdasarkan atas akta notaris Herawati, SH., No. 7 tahun 2005. Apotek SamMarie

Basra di bawah naungan SamMarie Healthcare Group.

3.2 Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek

Apotek SamMarie Basra ini awalnya berlokasi di lantai 1 Gedung Samudra,

dan saat ini berlokasi di lantai dasar gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA)

SamMarie Basra Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur. Apotek berada di

pinggir jalan dua arah, yang dilalui oleh kendaraan umum, sehingga mudah

dijangkau oleh pasien dengan kendaraan umum serta memiliki halaman parkir yang

cukup luas untuk kendaraan pribadi. Lokasi apotek dapat dilihat pada Lampiran 1.

Bangunan Apotek memilik satu lantai yang terdiri dari ruang tunggu, tempat

penerimaan resep dan penjualan obat, ruang peracikan, penyimpanan obat, alkes

dan arsip, serta wastafel. Loket kasir, tempat istirahat pegawai dan toilet digunakan

bersama dengan RSIA SamMarie Basra. Desain apotek dapat dilihat pada Lampiran

2. dan Lampiran 3., sedangkan denah apotek dapat dilihat pada Lampiran 4.

Apotek memiliki ruang peracikan yang terpisah dengan ruang tunggu

sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Ruang peracikan cukup

luas sehingga karyawan dapat leluasa bergerak. Ruang tunggu apotek tidak terlalu

besar karena biasanya pasien menunggu di ruangan tunggu RSIA.

3.3 Struktur Organisasi

Pemilik Sarana Apotek (PSA) ini adalah PT. SamMarie Primafiat yang

dikelola oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Apoteker Pengelola Apotek

bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan di Apotek. Agar manajemen apotek

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

39

Universitas Indonesia

dapat berlangsung dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal, suatu

apotek harus mempunyai struktur organisasi serta pembagian tugas dan tanggung

jawab yang jelas. Apotek mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian

sebagai berikut (dapat dilihat pada Lampiran 10.).

Tenaga Teknis Farmasi yang terdapat di dalam Apotek SamMarie Basra

yaitu terdiri dari :

a. Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang

b. Asisten Apoteker : 5 orang

Tenaga kerja di Apotek SamMarie Basra secara bergantian bekerja

berdasarkan shift-shift yang telah dibagi, yaitu shift utama: shift pagi (pukul 07.00

s.d. 14.00 WIB); shift siang (pukul 14.00 s.d. 21.00 WIB); shift malam (pukul 21.00

s.d. 07.00 WIB) dan shift tambahan: shift middle (pukul 10.00 s.d. 17.00 WIB) dan

shift sore (pukul 15.30 s.d. 22.30 WIB). Adapun tugas dan fungsi tiap karyawan

yang ada di apotek SamMarie Basra adalah sebagai berikut:

a. APA (Apoteker Pengelola Apotek)

Tugas dan tanggung jawab APA sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya

(apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala keperluan

perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.

2) Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan

dan mengawasi dinas kerja Asisten Apoteker (AA) antara lain mengatur daftar

giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-

masing karyawan.

3) Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyimpanan

dokumen penting.

4) Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung

penggunaan obat yang rasional.

5) Melaksanakan pelayanan swamedikasi.

6) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang

penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

40

Universitas Indonesia

b. Asisten Apoteker

Tugas dan fungsi AA sebagai berikut:

1) Mendata keperluan barang.

2) Mengatur, mengawasi, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di

ruang peracikan.

3) Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa

kelengkapan resep.

4) Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep,

menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan

menyerahkan obat.

5) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang

penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

6) Mencatat keluar masuk barang.

7) Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa.

8) Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang

masuk setiap harinya.

9) Membuat salinan resep bila diperlukan.

3.4 Kegiatan di Apotek

Pengadaan atau pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang,

pembuatan obat racikan, dan penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan di

apotek.

3.4.1 Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi

Apoteker Pengelola Apotek dan AA membuat surat pesanan (SP) untuk

melakukan pengadaan perbekalan farmasi yang dilaksanakan melalui pembelian

secara kredit dan dibayar satu kali setiap bulan, yaitu 30 hari setelah pemesanan.

Sebelum dilakukan pengadaan obat, terlebih dahulu dilakukan perencanaan

pengadaan obat berdasarkan kebutuhan dan berdasarkan buku defecta. SamMarie

Healthcare Group memiliki unit usaha berupa Pedagang Besar Farmasi (PBF),

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

41

Universitas Indonesia

yaitu PT. SamMarie Tramedifa. Barang-barang yang dipesan, kemudian diantar dan

disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Untuk pemesanan

cito disampaikan melalui telepon dimana SP menyusul ketika barang diantar.

Barang yang diterima, diperiksa keadaan fisiknya, tanggal kadaluarsa, jenis, dan

jumlah barang sesuai dengan yang tertera pada faktur dan SP. Asisten Apoteker

atau APA akan menandatangani faktur barang yang diterima apabila barang yang

diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli diberikan kepada distributor dan lembar

kopinya disimpan. Bila sudah cocok dengan faktur maka barang yang diterima

dimasukkan datanya ke komputer dan kartu stok. Alur pemesanan obat di Apotek

SamMarie Basra dapat dilihat di Lampiran 11. Adapun contoh surat pesanan dan

faktur pembelian dapat dilihat pada Lampiran 12. dan Lampiran 13.

3.4.2 Penyimpanan dan Pengeluaran Barang

Barang diterima disimpan berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis dengan

sistem FIFO (First in First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Setiap jenis

obat yang disimpan disertai dengan kartu stok (contoh kartu stok dapat dilihat pada

Lampiran 14.). Obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen makanan, Over the

Counter (OTC), dan beberapa alat kesehatan diletakkan di etalase. Obat keras

(generik dan paten) diletakkan pada lemari dalam, sedangkan narkotika dan

psikotropika disimpan di lemari khusus. Obat yang membutuhkan penyimpanan

khusus pada suhu rendah, disimpan dalam lemari pendingin.

3.4.3 Penjualan

Kegiatan penjualan yang dilakukan meliputi pelayanan resep, penjualan

obat bebas dan alat kesehatan. Pelayanan resep dokter terdiri dari resep yang

dibayar tunai dan resep yang dibayar kredit melalui kasir RSIA.

a. Penjualan Resep yang dibayar tunai.

Permintaaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar secara tunai

disebut sebagai penjualan resep yang dibayar tunai.

b. Penjualan Resep yang dibayar kredit.

Permintaaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar tidak secara tunai

disebut sebagai penjualan resep yang dibayar kredit.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

42

Universitas Indonesia

Pasien melakukan pembayaran melalui jasa perusahaan asuransi yang

pembayarannya secara berjangka, berdasarkan perjanjian yang telah disetujui

bersama. Tagihan dibebankan kepada perusahaan yang bersangkutan. Apotek

mengadakan kerja sama dengan empat belas perusahaan asuransi di antaranya

Admedika, Gami medilum, Medika Plaza, PT. Interpay Kalindo, dan lain-lain.

c. Penjualan OTC.

Barang yang dijual tanpa resep dokter disebut penjualan OTC, dan meliputi obat

bebas dan obat bebas terbatas,obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi,

dan alat kesehatan.

3.5 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika

Pengelolaan obat golongan narkotika dan psikotropika memerlukan

pengawasan yang khusus. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya

penyalahgunaan yang dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya, tidak saja

bagi pengguna tetapi juga bagi masyarakat lainnya. Pengelolaan terhadap narkotika

dan psikotropika meliputi :

3.5.1 Pengadaan Narkotika dan Psikotropika

Pembelian narkotika pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma

sebagai distributor tunggal, pembelian tersebut dilakukan dengan menggunakan

surat pesanan narkotika rangkap 4 dimana satu surat pesanan hanya berlaku untuk

1 jenis narkotika dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)

dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIPA, nomor SIA, jabatan, alamat

rumah, nama apotek serta stempel apotek.

Pada pesanan psikotropika dapat dilakukan pada Pedagang Besar Farmasi

resmi khususnya untuk penyaluran psikotropika rangkap 3 dengan menggunakan

surat pesanan psikotropika. Contoh Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropika

dapat dilihat pada Lampiran 15. dan Lampiran 16.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

43

Universitas Indonesia

3.5.2 Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika

Tempat untuk menyimpan narkotika dan psikotropika berupa lemari khusus

yang saling terpisah satu sama lain dengan kunci yang berbeda. Baik lemari khusus

untuk menyimpan narkotika maupun lemari khusus untuk menyimpan

psikotropika, masing-masing lemari khusus tersebut terbuat dari kayu yang

ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum dengan kunci yang

kuat yang disimpan khusus dalam lemari obat oleh APA. Lemari khusus

penyimpanan narkotika maupun lemari khusus penyimpanan psikotropika, tidak

digunakan untuk menyimpan obat atau barang lain selain narkotika dan

psikotropika. Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psikotropika dapat dilihat

pada Lampiran 5.

3.5.3 Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika

Apotek hanya melayani resep yang mengandung narkotika dari resep asli

atau salinan resep yang berasal dari apotek SamMarie Basra yang belum dilayani.

Narkotika yang dikeluarkan dicatat dalam software pemakaian narkotika untuk

laporan penggunaan narkotika. Untuk psikotropika yang dipakai juga dicatat dalam

software pemakaian psikotropika.

3.5.4 Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika

Setiap bulan, apotek wajib membuat laporan narkotika berdasarkan

pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tercatat di buku harian penggunaan

narkotika. Data pemasukan dan pengeluaran narkotika serta psikotropika di

masukkan ke dalam sebuah software khusus. Hasil data laporan dikirim ke Seksi

Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jakarta Timur dalam bentuk softcopy

dengan tembusan ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dalam bentuk

hardcopy. Contoh laporan penggunaan narkotik dan psikotropik dapat dilihat pada

Lampiran 17. dan Lampiran 18.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

44 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya

praktik kefarmasian oleh apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan

apoteker (Presiden RI, 2009a). Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu bagian

dari sistem pelayanan kesehatan untuk membantu mewujudkan tercapainya

kesehatan yang paripurna pada seluruh masyarakat Indonesia. Kegiatan pelayanan

kefarmasian yang semula berorientasi pada pengelolaan obat sebagai komoditas

(drug oriented) telah berubah orientasi menjadi pelayanan komprehensif yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (patient oriented) pasien

(Menteri Kesehatan RI, 2004). Sebagai salah satu sarana pelayanan kefarmasian

maka apotek juga harus melakukan segala kegiatannya dengan orientasi terhadap

pasien. Namun, sebagai suatu badan usaha, sebuah apotek juga harus berusaha

untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal agar kelangsungan operasional

apotek dapat berjalan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa apotek memiliki

dua fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi.

Pada dasarnya, komoditas bisnis apotek adalah sediaan farmasi yang dapat

mempengaruhi kesehatan manusia (konsumen) sehingga pemerintah mewajibkan

bahwa penanggung jawab di apotek haruslah seorang apoteker yang telah

memperoleh Surat Izin Apotek (SIA). Hal ini bertujuan agar pengelolaan sediaan

farmasi tersebut dapat dilakukan sesuai ilmu kefarmasian yang telah dimiliki oleh

apoteker tersebut dan mencegah terjadinya cedera pada pasien karena pengelolaan

sediaan yang tidak benar.

Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab terhadap seluruh

kegiatan apotek, baik teknis maupun non teknis. Kegiatan teknis di apotek terdiri

dari kegiatan profesional dan manajerial. Kegiatan profesional meliputi kegiatan

yang berkaitan dengan pelayanan farmasi di apotek, mulai dari memeriksa

keabsahan resep, peracikan, pengemasan dan penulisan etiket, pemberian informasi

obat, hingga melakukan monitoring terhadap pasien ataupun memberikan

pelayanan swamedikasi pada pasien. Sementara itu, yang termasuk dalam kegiatan

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

45

Universitas Indonesia

manajerial meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan

penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat (konsumen). Seorang apoteker

juga harus membina hubungan yang baik dengan karyawan serta konsumennya agar

hubungan yang harmonis dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman sehingga

segala kegiatan dia apotek dapat berjalan dengan lancar. Kemampuan

berkomunikasi yang efektif juga penting, termasuk terhadap rekan sejawat seperti

dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya agar apotek dapat terus

mengalami kemajuan dan mendapat citra yang baik.

Pada PKPA kali ini, penulis berkesempatan untuk melakukan PKPA di

Apotek SamMarie Basra yang berlokasi di Jalan Basuki Rachamat No. 31 Jakarta

Timur. Lokasi ini merupakan lokasi yang padat penduduk dan ramai dilalui

kendaraan bermotor. Adanya fly over di depan lokasi apotek ini membuat apotek

menjadi tidak terlalu terlihat dari sisi jalan. Namun, karena apotek ini berada satu

bangunan dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra dimana pada

rumah sakit ini banyak praktik dokter dilaksanakan, membuat apotek ini tetap ramai

dikunjungi. Karena RSIA SamMarie Basra ditargetkan untuk konsumen dengan

kelas menengah ke atas maka target konsumen dari apotek ini pun demikian karena

jumlah resep yang masuk ke apotek ini sebagian besar dari RSIA tersebut.

Bangunan apotek SamMarie Basra dibagi menjadi 2 ruangan, yaitu ruangan

bagian depan dan ruangan bagian dalam. Ruangan bagian depan apotek digunakan

sebagai counter untuk penerimaan resep dan penghitungan nilai resep (kasir),

penyerahan obat, dan ruang tunggu. Pada bagian depan apotek juga terdapat etalase

kaca untuk menyimpan produk OTC (Over the Counter) yang digolongkan

berdasarkan alfabetis sehingga jenis obat di apotek tersebut dapat terlihat langsung

oleh konsumen, dan menarik perhatian konsumen untuk membeli. Ruang tunggu

apotek dilengkapi dengan kursi, pendingin ruangan, dan televisi sehingga pasien

dapat merasa nyaman selama menunggu penyiapan/peracikan obat. Pada bagian

depan Apotek SamMarie Basra terdapat papan nama penunjuk keberadaan apotek

yang dilengkapi dengan nama APA, No. SIPA (Surat Izin Praktik Apoteker), No.

SIA (Surat Izin Apotek), dan alamat apotek. Ruang tunggu juga selalu dijaga agar

tetap bersih agar menambah kenyamanan pelanggan. Halaman parkir pada apotek

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

46

Universitas Indonesia

ini juga cukup luas karena juga merupakan halaman parkir untuk rumah sakit dan

sebagian besar pasien menggunakan kendaraan pribadi.

Ruang bagian dalam apotek dibagi menjadi dua, yaitu ruang racik dan ruang

penyimpanan alat-alat kesehatan. Pada ruang racik terdapat lemari tempat

menyimpan obat ethical dan obat generik, serta meja untuk melakukan peracikan

dan penyiapan obat. Terdapat dua meja untuk penyiapan obat, satu meja yang

dilengkapi dengan lemari kecil di bawahnya digunakan untuk meracik obat dimana

pada meja tersebut telah tertata mortir dan alu serta alat pembungkus puyer dan

pada lemari bawahnya tersedia gelas ukur dan zat aktif obat yang biasanya

digunakan untuk meracik sediaan krim atau salep. Meja lainnya diletakkan di

samping meja racik yang biasa digunakan sebagai meja kerja. Meja kerja tersebut

merupakan tempat meletakkan etiket, plastik obat, kertas perkamen serta timbangan

dan merupakan tempat untuk menulis etiket serta pemeriksaan kembali obat

sebelum diserahkan pada konsumen. Kedua meja tersebut diletakkan di sudut kanan

ruang racik. Pada ruang racik juga dilengkapi dengan wastafel untuk mencuci

peralatan racik. Di belakang ruang racik, terdapat satu ruangan lagi yang merupakan

ruang penyimpanan alat-alat kesehatan yang diperlukan untuk kebutuhan rawat

inap rumah sakit.

Apoteker sebagai penanggung jawab kegiatan manajerial di apotek harus

melakukan pengelolaan terhadap sediaan farmasi di apotek dengan baik. Sistem

manajemen dan administrasi di apotek harus diatur seefektif mungkin sehingga

kegiatan apotek dapat berlangsung dengan baik dan lancar serta meminimalisasi

kesalahan. Pada Apotek SamMarie Basra, sistem manajemen dan administrasi

sudah terlaksana cukup baik. Struktur organisasi cukup sederhana dengan SDM

yang terdiri dari PSA, APA, dan Asisten Apoteker (AA) dengan pembagian shift,

yaitu shift utama: shift pagi (pukul 07.00 s.d. 14.00 WIB); shift siang (pukul 14.00

s.d. 21.00 WIB); shift malam (pukul 21.00 s.d. 07.00 WIB) dan shift tambahan:

shift middle (pukul 10.00 s.d. 17.00 WIB) dan shift sore (pukul 15.30 s.d. 22.30

WIB). Pada apotek ini tidak terdapat Apoteker Pendamping sehingga jika APA

tidak berada di tempat pelayanan dilakukan oleh AA.

Salah satu kegiatan rutin di apotek yaitu pengadaan obat-obatan dan barang

yang dilakukan sesuai kebutuhan apotek dengan cara mencatat obat-obatan yang

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

47

Universitas Indonesia

telah mencapai level stock minimum ke dalam buku permintaan (defecta).

Pengadaan dilakukan dengan memperhatikan arus barang, fast moving atau slow

moving. Pemesanan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan setiap hari karena

pemesanan hanya dilakukan pada satu PBF, yaitu PT. SamMarie Tramedifa dan

lokasi PBF tersebut dekat dengan apotek. Biasanya PT. SamMarie Tramedifa

mengantarkan obat ke Apotek SamMarie Basra pada siang atau sore hari.

Pemesanan obat dengan sistem CITO (segera) dapat dilakukan jika tiba-tiba

terdapat obat yang stoknya sedang kosong atau permintaan obat tersebut meningkat

dengan menelepon langsung PBF tersebut untuk minta diantarkan segera atau

menjemput sendiri obat ke PT. SamMarie Tramedia tersebut oleh kurir apotek.

Obat dan perbekalan kesehatan yang diterima oleh apotek dari PT.

SamMarie Tramedifa diperiksa terlebih dahulu sesuai surat pesanan barang, baik

dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Setelah pemeriksaan selesai, faktur

ditandatangi oleh asisten apoteker atau apoteker yang memeriksa dan diberi cap

apotek. Faktur disimpan dan kemudian dicatat dalam kartu stok dan sistem

inventori obat. Faktur asli akan diserahkan ke apotek dan PT. SamMarie Tramedifa

menerima tanda tukar faktur. Bila faktur akan jatuh tempo, maka pembayaran

dilakukan secara tunai kepada PT. SamMarie Tramedifa oleh bagian keuangan

RSIA SamMarie Basra. Apotek SamMarie Basra melakukan pembayaran setiap

hari Jumat.

Pengadaan untuk narkotika dan psikotropika dilakukan melalui mekanisme

yang berbeda. Pemesanan obat-obatan golongan narkotika dan psikotropika

dilakukan menggunakan surat pesanan khusus yang diisi dan ditandatangani oleh

APA. Surat pesanan ditujukan kepada PT. Kimia Farma Tbk. sebagai distributor

tunggal narkotika di Indonesia, dan pembayaran atas pesanan narkotika dilakukan

secara COD (Cash on Delivery). Sementara itu, untuk obat-obat psikotropika dapat

dilakukan melalui PBF yang menyediakan obat tersebut. Surat pesanan narkotika

terdiri dari empat rangkap, yaitu untuk PBF (PT Kimia Farma Tbk.), Balai POM,

pabrik obat (PT Kimia Farma Tbk.), dan arsip apotek.

Dalam satu surat pesanan hanya boleh digunakan untuk satu jenis narkotika

dengan mencantumkan pula jumlah sisa stok yang masih tersedia di apotek.

Sedangkan untuk psikotropika, SP dibuat tiga rangkap yang akan diserahkan pada

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

48

Universitas Indonesia

PBF, Balai POM, dan arsip. Dalam satu SP psikotropika dapat digunakan untuk

beberapa jenis obat untuk PBF yang sama dan tidak perlu mencantumkan sisa stok

di apotek. Untuk pemesanan narkotika, SP harus diserahkan terlebih dahulu pada

distributor sebelum barang diantarkan. Penerimaan obat golongan narkotika dan

psikotropika dilakukan oleh APA atau AA.

Penyimpanan obat di apotek SamMarie Basra dilakukan secara alfabetis

berdasarkan bentuk sediaan (padat, cair, semi padat, dan injeksi) serta dibedakan

antara obat generik dan nama dagang. Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (First

In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), dimana obat dengan tanggal

kadaluarsa yang lebih cepat diletakkan paling luar atau paling atas agar dapat keluar

lebih dahulu.

Obat disimpan pada lemari kaca sehingga memudahkan untuk pengambilan

obat saat diperlukan serta menghindari obat dari debu, kelembapan, dan cahaya

yang berlebihan. Ruang racik, ruang penyimpanan obat, dan lemari pendingin

selalu diatur kondisi temperaturnya. Untuk ruang racik dan ruang penyimpanan

obat diatur kondisi temperaturnya, yaitu di bawah 25 oC, sementara untuk lemari

pendingin juga diatur kondisi temperaturnya, yaitu di bawah 10 oC. Pengecekan

kondisi temperatur ruang racik, ruang penyimpanan obat, dan lemari pendingin

selalu dilakukan tiga kali sehari, yaitu pada jam 07.00 WIB, 14.00 WIB, dan 21.00

WIB. Pemantauan temperatur pada tempat penyimpanan ini penting untuk dapat

menjaga kestabilan obat sehingga obat yang diterima konsumen tetap terjaga

mutunya. Obat-obat yang memerlukan penyimpanan khusus dengan temperatur

dingin, seperti suppossitoria dan vaksin disimpan pada lemari pendingin dimana di

Apotek SamMarie Basra ini terdapat dua lemari pendingin.

Penyimpanan narkotika dan bahan baku narkotika serta obat keras tertentu

disimpan dalam lemari khusus terkunci yang terpisah dari lemari obat ethical lain,

dan letaknya tersembunyi dari penglihatan umum. Penyimpanan dan

penggunaannya harus diperhatikan untuk menghindari risiko kehilangan atau

penyalahgunaan obat. Kunci lemari narkotika berada dalam tanggung jawab APA,

tetapi dapat dibuka dengan seizin APA oleh AA yang bertugas pada shift dimana

apoteker sedang bertugas.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

49

Universitas Indonesia

Pelayanan yang dilakukan di Apotek SamMarie Basra meliputi dua hal,

yaitu pelayanan resep dan swamedikasi. Pelayanan swamedikasi dilakukan

berdasarkan permintaan pasien tanpa resep dokter terhadap obat bebas, bebas

terbatas, maupun obat wajib apotek. Pelayanan swamedikasi tidak terlalu sering

dilakukan pada apotek ini. Pelayanan resep merupakan pelayanan utama di apotek

ini karena apotek ini berada di dalam rumah sakit. Sebagian besar resep yang

dilayani berasal dari dokter yang praktik di RSIA SamMarie Basra.

Resep yang diberikan oleh pasien akan diperiksa kelengkapannya dan

dihargai oleh apoteker atau asisten apoteker yang sedang bertugas. Pasien

mempunyai hak penuh untuk menentukan jumlah obat yang akan diambil, apakah

langsung tebus seluruhnya atau setengahnya dahulu. Kecuali untuk obat-obat yang

harus diambil semua, maka apoteker atau asisten apoteker akan menjelaskan obat

mana yang sebaiknya ditebus terlebih dahulu. Jika pasien menginginkan obat

diganti dengan harga yang lebih rendah, maka apoteker dapat menghubungi dokter

yang bersangkutan terlebih dahulu. Setelah pasien setuju, pasien akan membayar

resep tersebut di kasir rumah sakit, sementara itu resep disiapkan di apotek,

dikemas, diberi etiket dan obat siap diserahkan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

dinyatakan bahwa sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan

pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian obat dengan resep. Setelah kesesuaian obat

dengan resep dikonfirmasi maka dapat dilakukan penyerahan obat kepada pasien

disertai pemberian informasi obat yang perlu bagi pasien oleh APA atau AA. Saat

pengambilan obat, pasien menyerahkan bukti pembayaran yang diperoleh dari kasir

untuk disimpan sebagai arsip di apotek.

Obat golongan narkotika hanya diberikan kepada pasien yang membawa

resep asli dari dokter. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang dan

jika tidak ditebus semua maka sisa obat yang belum diambil hanya bisa dibeli pada

apotek yang sama (apotek asal yang menyimpan resep asli). Resep yang

mengandung narkotika diberi garis merah dan disimpan terpisah dari resep obat

non-narkotika. Untuk obat golongan psikotropika dapat diberikan berdasarkan

resep asli dokter atau salinan resep. Resep ini dapat diulang jika perlu.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

50

Universitas Indonesia

Apotek SamMarie Basra melakukan pelaporan penggunaan obat golongan

narkotika dan psikotropika kepada Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur

setiap periode, yatu setiap bulan untuk obat golongan narkotika dan tiga bulan

sekali untuk psikotropika. Untuk obat-bat golongan ini yang rusak atau sudah

kadaluarsa, harus dilakukan pemusnahan yang disaksikan oleh APA, AA, dan

petugas dinas kesehatan serta dibuat berita acara pemusnahannya.

Pengelolaan resep di Apotek SamMarie Basra sudah cukup baik. Semua

resep yang sudah dilayani disimpan setiap harinya dan dipisahkan setiap bulan.

Resep-resep tersebut masih disimpan hingga saat ini dan belum dilakukan

pemusnahan resep.

Dari segi kewirausahaan, Apotek SamMarie Basra selalu berusaha

meningkatkan penjualan dan pelayanan kepada masyarakat. Stok obat diusahakan

sebisa mungkin untuk tidak pernah kosong ataupun over stock. Namun, terkadang

stok obat kosong masih sering terjadi di apotek ini sehingga pemesanan CITO perlu

dilakukan dan mengakibatkan pasien harus menunggu lebih lama dari waktu yang

seharusnya.

Dari segi pelayanan kefarmasian di apotek ini dapat dikatakan cukup baik.

Hal ini terlihat dari pelayanan resep yang diusahakan cepat dan tepat serta didukung

pemberian informasi obat yang sejelas mungkin pada pasien. Namun, konseling

penggunaan obat di apotek ini masih jarang dilakukan.

Fungsi promosi dan edukasi juga belum terlalu terlihat pada apotek ini

karena pada bagian depan apotek tidak terdapat penyebaran leaflet, brosur, ataupun

poster mengenai penggunaan obat.

Selain itu, kegiatan monitoring penggunaan obat dan efek penggunaan obat

yang tidak diinginkan pada apotek ini juga belum terlaksana. Kedua kegiatan

tersebut sebenarnya merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang perlu

dilakukan apoteker di apotek secara profesional dalam melakukan pelayanan

kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup pasien.

Untuk ke depannya diharapkan pada apotek ini, proses konseling dan

monitoring penggunaan obat serta efek obat yang tidak diinginkan dapat terlaksana.

Selain itu, diharapkan fungsi promosi dan edukasi dari apotek ini dapat lebih

dijalankan lagi.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

51 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilakukan di Apotek

SamMarie Basra dapat disimpulkan bahwa:

5.1.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) memiliki peran dan fungsi sebagai

penanggung jawab dalam pelaksana kegiatan kefarmasian di apotek baik kegiatan

teknis maupun non teknis, meliputi pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan

sarana dan prasarana apotek, pengelolaan sediaan farmasi (perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran), administrasi, pelayanan resep (skrining

resep, penyiapan obat, penyerahan obat, pemberian informasi obat), dan pelayanan

swamedikasi.

5.1.2 Pada pelaksanaan PKPA di Apotek SamMarie Basra, mahasiswa calon

apoteker diberi kesempatan untuk melakukan praktik kefarmasian seperti

penerimaan resep, penyiapan obat (peracikan, penulisan etiket, pengemasan obat,

penyerahan obat beserta pemberian informasi obat), melakukan penyimpanan obat

dan pengecekan suhu ruang penyimpanan serta pengisian kartu stok berdasarkan

faktur. Mahasiswa juga diberi penjelasan mengenai sistem administrasi dan

manajemen di Apotek SamMarie Basra sehingga mahasiswa mendapat pembekalan

yang cukup tentang kegiatan yang berlangsung di apotek.

5.2 Saran

5.2.1 Apotek SamMarie Basra perlu meningkatkan penerapan pelayanan

kefarmasian dalam hal komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada para

pelanggannya sebagai wujud peran apoteker dalam menjalankan praktik

kefarmasian. Fungsi KIE dapat ditingkatkan dengan penyediaan brosur, leaflet,

poster atau majalah kesehatan yang berisi informasi guna meningkatkan

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

52

Universitas Indonesia

pengetahuan dan perilaku pasien mengenai penggunaan obat. Kegiatan konseling

di Apotek SamMarie Basra serta monitoring penggunaan obat dan efek penggunaan

obat yang tidak diinginkan perlu dilaksanakan.

5.2.2 Perlu dilakukan pengkajian kembali dalam hal perencanaan pengadaan obat

harian untuk menghindari kekosongan stok obat karena pada saat ini kekosongan

stok obat masih terjadi.

5.2.3 Perlu seorang Apoteker Pendamping yang selalu ada di apotek agar

pelayanan kefarmasian dapat berjalan setiap saat dan pengendalian obat narkotika

dan psikotropika lebih terkontrol.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

53 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Anief, M. (2001). Manajemen Farmasi. (Cetakan ke-3). Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004). Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas

dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 28/Menkes/Per/1978 tentang Penyimpanan

Narkotika. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1983). Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus untuk

Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1986). Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nmor. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat

Keras Daftar G. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib

Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 918/Menkes/Per/X/1993 tentang Pedagang

Besar Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 919/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria

Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993c). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993d). Peraturan Menteri Kesehatan No.

924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.2. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

54

Universitas Indonesia

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993e). Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 1176/Menkes/SK/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Menteri Kesehatan Repbulik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1332/ Menkes/SK/X/2002 Tahun 2002 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin

Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotik. Jakarta: Sekretariat Negara Republik

Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (1997a). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Sekretariat Negara Republik

Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (1997b). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Jakarta: Sekretariat Negara Republik

Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Sekretariat

Negara Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Sekretariat Negara Republik

Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009c). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara Republik

Indonesia.

Said, M. U. (2012). Manajemen Apotek Praktis. (Cetakan ke-4 Ed. rev). Jakarta:

PD Wira Putra Kencana.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

54

Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

55

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Denah lokasi Apotek SamMarie Basra

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

56

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Desain ruang depan Apotek SamMarie Basra

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

57

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Desain ruang racik Apotek SamMarie Basra

(a) Meja racik obat (b) Lemari penyimpanan obat

(c) Lemari penyimpanan alat kesehatan

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

58

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Denah ruangan Apotek SamMarie Basra

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

59

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psikotropika

A B

Keterangan: A. Lemari khusus penyimpanan narkotika; B. Lemari khusus penyimpanan

Psikotropika

A B A B

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

60

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Form resep

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

61

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Salinan resep

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

62

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Etiket obat

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

63

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Plastik pembungkus obat

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

64

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra

Pemilik Sarana Apotek

Asisten

Apoteker

Asisten

Apoteker

Asisten

Apoteker

Asisten

Apoteker

Asisten

Apoteker

Apoteker Pengelola

Apotek

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

65

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Alur pemesanan dan penerimaan obat

Petugas mencatat barang yang ingin dipesan

Pemesanan barang ke PBF melalui telepon

Barang dikirim ke apotek pada hari yang sama setelah pemesanan

Cek kesesuaian barang (nama, jumlah, jenis) dengan faktur

Cek kondisi fisik barang

Setelah sesuai, faktur ditandatangani dan diberi cap apotek oleh petugas

Catat barang yang datang sistem komputerisasi dan kartu stok

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

66

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Surat pesanan

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

67

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Faktur pembelian

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

68

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Kartu stok barang

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

69

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Surat pesanan narkotika

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

70

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Surat pesanan psikotropika

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

71

Universitas Indonesia

Lampiran 17. Laporan penggunaan narkotika

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

72

Universitas Indonesia

Lampiran 18. Laporan penggunaan psikotropika

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

73

Universitas Indonesia

(lanjutan)

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBUATAN DAFTAR DAN PENGKAJIAN TERHADAP

PENYIMPANAN OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA)

DAN HIGH ALERT DI APOTEK SAMMARIE BASRA

TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

OKTA FESTI AMANDA, S. Farm.

1306344021

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

2

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBUATAN DAFTAR DAN PENGKAJIAN TERHADAP

PENYIMPANAN OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA)

DAN HIGH ALERT DI APOTEK SAMMARIE BASRA

TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

OKTA FESTI AMANDA, S. Farm.

1306344021

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

ii

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

iii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1 Pengertian Apotek ............................................................................ 3

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek ................................................................. 3

2.3 Medication Errors ............................................................................ 4

2.4 Peran Apoteker dalam Mewujudkan Keselamatan Pasien ............... 9

2.5 Look Alike-Sound Alike Drugs dan High-alert Drugs .................... 12

BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN ......................................................... 14

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ....................................................... 14

3.2 Metode Pengkajian ......................................................................... 14

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 15

4.1 Daftar Obat Look Alike Sound Alike (LASA) di Apotek SamMarie

Basra ............................................................................................ 16

4.2 Daftar Obat High Alert di Apotek SamMarie Basra ...................... 16

4.3 Penyimpanan Obat LASA di Apotek SamMarie Basra ................. 16

4.4 Penyimpanan Obat High Alert di Apotek SamMarie Basra ........... 20

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 23

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 23

5.2 Saran ............................................................................................... 23

DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 24

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

iv Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel taksonomi dan kategori medication errors ................................ 4

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

v Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Contoh peringatan obat LASA di Apotek SamMarie Basra ............. 19

Gambar 4.2 Contoh tall man letter ....................................................................... 20

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

vi Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar obat look alike sound alike (LASA) di Apotek SamMarie

Basra ................................................................................................. 25

Lampiran 2. Daftar obat high alert di Apotek SamMarie Basra ........................... 30

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apotek merupakan salah satu sarana praktik kefarmasian yang dilakukan

oleh apoteker. Kegiatan yang dilakukan di apotek meliputi penyaluran sediaan

farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya serta pelayanan kefarmasian. Pelayanan

kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker saat ini tidak lagi hanya menjadikan

obat sebagai komoditas, tetapi pelayanan yang dilakukan di apotek saat ini sudah

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Kementerian Kesehatan RI,

2004).

Dengan berubahnya orientasi kegiatan di apotek dari obat ke pasien ini,

maka seorang apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan untuk dapat

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melakukan

interaksi langsung dengan pasien. Interaksi dengan pasien dapat dilakukan melalui

pemberian informasi obat dan monitoring penggunaan obat, untuk mengetahui

tujuan terapi yang diberikan apakah sesuai dengan target yang ingin dicapai dan

terdokumentasi dengan baik. Seorang apoteker juga harus memahami dan

menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)

dalam proses pelayanan (Kementerian Kesehatan RI, 2004). Oleh karena itu,

untuk mencegah terjadinya kesalahan pengobatan seorang apoteker harus

melakukan pelayanan di apotek sesuai dengan standar yang berlaku serta ilmu

yang telah diperoleh.

Salah satu jenis kesalahan pengobatan yang sering terjadi adalah kesalahan

pemberian obat kepada pasien yang dapat mengakibatkan terjadinya cacat/cedera

pada pasien tersebut. Kesalahan pengobatan tersebut dapat disebabkan karena

adanya obat yang memiliki kemiripan pelafalan nama ataupun kemiripan bentuk

kemasan. Kesalahan dapat terjadi pada saat penerjemahan resep karena tulisan

pada resep yang kurang jelas ataupun karena kesalahan saat pengambilan obat

dalam lemari penyimpanan akibat kemiripan nama atau kemasan tersebut. Obat-

obatan dengan nama atau pelafalan yang mirip tersebut dikenal dengan sebutan

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

2

Universitas Indonesia

Look Alike Sound Alike (LASA) Drugs (Florida Hospital Memorial Medical

Center, 2012).

Selain obat-obat LASA, kesalahan obat yang dapat mengakibatkan

kerugian yang berat pada pasien juga dapat disebabkan karena kesalahan saat

memberikan obat yang high-alert. Obat-obatan high-alert adalah obat-obatan

yang berisiko memberikan kerugian yang signifikan terhadap pasien jika terjadi

kesalahan dalam pemberian obat tersebut (tidak tepat pasien, dosis, rute

pemberian, dan bentuk sediaan) (Florida Hospital Memorial Medical Center,

2012).

Dengan banyaknya jumlah obat-obatan dan perbekalan kesehatan lainnya

di apotek, maka kesalahan pengobatan sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu,

sejumlah upaya harus dilakukan dalam pengelolaan sediaan farmasi di apotek

untuk meminimalisasi kesalahan pengobatan tersebut. Salah satu cara

meminimalisasi kesalahan pengobatan tersebut adalah dengan membuat daftar

obat LASA dan high-alert di apotek, serta melakukan pengelolaan yang baik pada

obat-obatan tersebut terutama dalam penyimpanannya. Dalam tugas khusus ini

akan dilakukan pembuatan daftar obat LASA dan high-alert yang terdapat pada

apotek SamMarie Basra kemudian dilakukan pengkajian terhadap kondisi

penyimpanan obat-obatan tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan daftar dan pengkajian penyimpanan obat-obatan Look

Alike Sound Alike (LASA) dan high alert di apotek SamMarie Basra yaitu :

a. Mengetahui jenis obat-obatan yang dapat dikategorikan sebagai LASA dan

high alert di apotek SamMarie Basra.

b. Mengetahui apakah penyimpanan obat-obatan yang tergolong LASA dan

high alert di apotek SamMarie Basra sudah sesuai dengan ketentuan yang

disarankan oleh Institute for Safe Medication Practices (ISMP).

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan maka dalam

pelayanannya harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu

menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu

baik dan keabsahannya terjamin. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek

adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat

(Keputusan Menteri Kesehatan No.1332, 2002). Sementara menurut Peraturan

Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, dalam ketentuan

umum dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat

dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker dan apoteker adalah sarjana farmasi

yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan

apoteker.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009,

pekerjaan kefarmasian adalah perbuatan meliputi pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan

pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat

tradisional (Peraturan Pemerintah No.51, 2009).

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 pasal 2, tugas dan

fungsi apotek adalah sebagai berikut:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

4

Universitas Indonesia

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

2.3 Medication Errors

Definisi medication errors dari National Coordinating Council for

Medication error Reporting and Prevention (NCCMERP) adalah suatu

kejadian yang dapat dicegah yang menyebabkan penggunaan obat yang tidak

sesuai atau membahayakan pasien di mana pengobatan tersebut dikontrol oleh

tenaga medis profesional, pasien, atau konsumen, yang berhubungan dengan

praktis profesional, produk kesehatan, prosedur, sistem termasuk prescribing;

order communication; product labeling; packaging; compounding;

dispensing; distribution; administration; education; monitoring; dan

penggunaan. Definisi lain dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, medication error adalah kejadian yang merugikan

pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang

sebetulnya dapat dicegah (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan, 2008).

National Coordinating Council for Medication error Reporting and

Prevention (NCC MERP) mengklasifikasikan medication error berdasarkan

tingkat keparahan hasil dari pasien. Kesalahan yang dekat juga di klasifikasikan

sebagai kesalahan potensial yang berhak mendapat sistem yang luas dan

mengarah ke perbaikan. Kategori medication error adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Taksonomi & kategorisasi medication error

Tipe error Kategori Keterangan

NO ERROR

A Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan

terjadinya error

B Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien

C Error terjadi, obat sudah mencapai pasien tetapi tidak

menimbulkan risiko

a) Obat mencapai pasien dan sudah terlanjur

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

5

Universitas Indonesia

ERROR-

NO HARM

diminum/digunakan

b) Obat mencapai pasien tetapi belum sempat

diminum/digunakan

D Error terjadi dan konsekuensinya diperlukan

monitoring terhadap pasien, tetapi tidak

menimbulkan resiko (harm) pada pasien

ERROR-

HARM

E Error terjadi dan pasien memerlukan terapi atau

intervensi serta menimbulkan resiko (harm) pada

pasien yang bersifat sementara

F Error terjadi & pasien memerlukan perawatan atau

perpanjangan perawatan di rumah sakit disertai cacat

yang bersifat sementara

G Error terjadi dan menyebabkan resiko (harm)

permanen

H Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (mis.

anafilaksis, henti jantung)

ERROR-

DEATH

I Error terjadi dan menyebabkan kematian pasien

[Sumber : NCC MERP, 2001, telah diolah kembali]

Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu fase prescribing, fase

transcribing, fase dispensing, dan fase administrasion oleh pasien (Cohen,1991).

1. Prescribing Errors

Medication error pada fase prescribing adalah error yang terjadi pada fase

penulisan resep. Fase ini meliputi:

a. Kesalahan resep

Seleksi obat (didasarkan pada indikasi, kontraindikasi, alergi yang

diketahui, terapi obat yang ada, dan faktor lain), dosis, bentuk sediaan,

mutu, rute, konsentrasi, kecepatan pemberian, atau instruksi untuk

menggunakan suatu obat yang diorder atau diotorisasi oleh dokter

(atau penulis lain yang sah) yang tidak benar. Seleksi obat yang tidak

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

6

Universitas Indonesia

benar misalnya seorang pasien dengan infeksi bakteri yang resisten

terhadap obat yang ditulis untuk pasien tersebut.

Resep atau order obat yang tidak terbaca yang menyebabkan

kesalahan yang sampai pada pasien.

b. Kesalahan karena yang tidak diotorisasi

Pemberian kepada pasien, obat yang tidak diotorisasi oleh seorang

penulis resep yang sah untuk pasien. Mencakup suatu obat yang

keliru, suatu dosis diberikan kepada pasien yang keliru, obat yang

tidak diorder, duplikasi dosis, dosis diberikan di luar pedoman atau

protokol klinik yang telah ditetapkan, misalnya obat diberikan hanya

bila tekanan darah pasien turun di bawah suatu tingkat tekanan yang

ditetapkan sebelumnya.

c. Kesalahan karena dosis tidak benar

Pemberian kepada pasien suatu dosis yang lebih besar atau lebih kecil

dari jumlah yang diorder oleh dokter penulis resep atau pemberian

dosis duplikat kepada pasien, yaitu satu atau lebih unit dosis sebagai

tambahan pada dosis obat yang diorder.

d. Kesalahan karena indikasi tidak diobati

Kondisi medis pasien memerlukan terapi obat tetapi tidak menerima

suatu obat untuk indikasi tersebut. Misalnya seorang pasien hipertensi

atau glukoma tetapi tidak menggunakan obat untuk masalah ini.

e. Kesalahan karena penggunaan obat yang tidak diperlukan

Pasien menerima suatu obat untuk suatu kondisi medis yang tidak

memerlukan terapi obat.

2. Transcription Errors

Pada fase transcribing, kesalahan terjadi pada saat pembacaan resep untuk

proses dispensing, antara lain salah membaca resep karena tulisan yang tidak

jelas. Salah dalam menterjemahkan order pembuatan resep dan signature juga

dapat terjadi pada fase ini.

Jenis kesalahan obat yang termasuk transcription errors, yaitu:

a. Kesalahan karena pemantauan yang keliru

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

7

Universitas Indonesia

Gagal mengkaji suatu regimen tertulis untuk ketepatan dan pendeteksian

masalah, atau gagal menggunakan data klinik atau data laboratorium

untuk pengkajian respon pasien yang memadai terhadap terapi yang

ditulis.

b. Kesalahan karena ROM (Reaksi Obat Merugikan)

Pasien mengalami suatu masalah medis sebagai akibat dari ROM atau

efek samping.

Reaksi diharapkan atau tidak diharapkan, seperti ruam dengan suatu

antibiotik, pasien memerlukan perhatian pelayanan medis.

c. Kesalahan karena interaksi obat

Pasien mengalami masalah medis, sebagai akibat dari interaksi obat-

obat, obat-makanan, atau obat-prosedur laboratorium.

3. Administration Error

Kesalahan pada fase administration adalah kesalahan yang terjadi pada

proses penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan pasien atau

keluarganya. Kesalahan yang terjadi misalnya pasien salah menggunakan

suppositoria yang seharusnya melalui dubur tapi dimakan dengan bubur, salah

waktu minum obatnya seharusnya 1 jam sebelum makan tetapi diminum bersama

makan.

Jenis kesalahan obat yang termasuk administration errors yaitu :

a. Kesalahan karena lalai memberikan obat

Gagal memberikan satu dosis yang diorder untuk seorang pasien,

sebelum dosis terjadwal berikutnya.

b. Kesalahan karena waktu pemberian yang keliru

Pemberian obat di luar suatu jarak waktu yang ditentukan sebelumnya

dari waktu pemberian obat terjadwal.

c. Kesalahan karena teknik pemberian yang keliru

Prosedur yang tidak tepat atau teknik yang tidak benar dalam

pemberian suatu obat.

Kesalahan rute pemberian yang keliru berbeda dengan yang ditulis;

melalui rute yang benar, tetapi tempat yang keliru (misalnya mata kiri

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

8

Universitas Indonesia

sebagai ganti mata kanan), kesalahan karena kecepatan pemberian yang

keliru.

d. Kesalahan karena tidak patuh

Perilaku pasien yang tidak tepat berkenaan dengan ketaatan pada suatu

regimen obat yang ditulis. Misalnya paling umum tidak patuh

menggunakan terapi obat antihipertensi.

e. Kesalahan karena rute pemberian tidak benar

Pemberian suatu obat melalui rute yang lain dari yang diorder oleh

dokter, juga termasuk dosis yang diberikan melalui rute yang benar,

tetapi pada tempat yang keliru (misalnya mata kiri, seharusnya mata

kanan).

f. Kesalahan karena gagal menerima obat

Kondisi medis pasien memerlukan terapi obat, tetapi untuk alasan

farmasetik, psikologis, sosiologis, atau ekonomis, pasien tidak

menerima atau tidak menggunakan obat.

4. Dispensing Error

Kesalahan pada fase dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga

penyerahan resep oleh petugas apotek. Salah satu kemungkinan terjadinya error

adalah salah dalam mengambil obat dari rak penyimpanan karena kemasan atau

nama obat yang mirip atau dapat pula terjadi karena berdekatan letaknya. Selain

itu, salah dalam menghitung jumlah tablet yang akan diracik, ataupun salah dalam

pemberian informasi.

Jenis kesalahan obat yang termasuk Dispensing errors yaitu :

a. Kesalahan karena bentuk sediaan

Pemberian kepada pasien suatu sediaan obat dalam bentuk berbeda dari

yang diorder oleh dokter penulis.

Penggerusan tablet lepas lambat, termasuk kesalahan.

b. Kesalahan karena pembuatan/penyiapan obat yang keliru

Sediaan obat diformulasi atau disiapkan tidak benar sebelum pemberian.

Misalnya, pengenceran yang tidak benar, atau rekonstitusi suatu sediaan

yang tidak benar. Tidak mengocok suspensi. Mencampur obat-obat yang

secara fisik atau kimia inkompatibel.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

9

Universitas Indonesia

Penggunaan obat kadaluarsa, tidak melindungi obat terhadap pemaparan

cahaya.

c. Kesalahan karena pemberian obat yang rusak

Pemberian suatu obat yang telah kadaluarsa atau keutuhan fisik atau

kimia bentuk sediaan telah membahayakan. Termasuk obat-obat yang

disimpan secara tidak tepat.

2.4 Peran Apoteker dalam Mewujudkan Keselamatan Pasien

Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek

yaitu aspek manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi pemilihan

perbekalan farmasi, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, alur

pelayanan, sistem pengendalian (misalnya memanfaatkan IT). Sedangkan aspek

klinik meliputi skrining permintaan obat (resep atau bebas), penyiapan obat dan

obat khusus, penyerahan dan pemberian informasi obat, konseling, monitoring

dan evaluasi. Kegiatan farmasi klinik sangat diperlukan terutama pada pasien

yang menerima pengobatan dengan risiko tinggi. Keterlibatan apoteker dalam tim

pelayanan kesehatan perlu didukung mengingat keberadaannya melalui kegiatan

farmasi klinik terbukti memiliki konstribusi besar dalam menurunkan

insiden/kesalahan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,

2008)

Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi

(Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008) :

1. Pemilihan

Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat diturunkan

dengan pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obat-obat sesuai

formularium.

2. Pengadaan

Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan sesuai

peraturan yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor resmi.

3. Penyimpanan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk menurunkan kesalahan

pengambilan obat dan menjamin mutu obat:

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

10

Universitas Indonesia

Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-alike, sound-

alike medication names) secara terpisah.

Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) yang dapat

menimbulkan cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan di tempat

khusus. Misalnya : menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCl inj,

heparin, warfarin,insulin, kemoterapi, narkotik opiat, neuromuscular

blocking agents, thrombolitik, dan agonis adrenergik; kelompok obat

antidiabet jangan disimpan tercampur dengan obat lain secara alfabetis,

tetapi tempatkan secara terpisah

Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.

4. Skrining Resep

Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya medication error

melalui kolaborasi dengan dokter dan pasien.

Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan

nomor rekam medik/ nomor resep

Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi

resep dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan

resep, singkatan, hubungi dokter penulis resep.

Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam

pengambilan keputusan pemberian obat

Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.

Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan

penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi (e-

prescribing) dan pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan

diatas.

Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan

emergensi dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan

obat yang diminta benar, dengan mengeja nama obat serta memastikan

dosisnya. Informasi obat yang penting harus diberikan kepada petugas

yang meminta/menerima obat tersebut. Petugas yang menerima

permintaan harus menulis dengan jelas instruksi lisan setelah mendapat

konfirmasi.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

11

Universitas Indonesia

5. Dispensing

Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP.

Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali : pada

saat pengambilan obat dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah,

pada saat mengembalikan obat ke rak.

Dilakukan pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.

Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket, aturan

pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat, kesesuaian resep

terhadap isi etiket.

6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang

penting tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan dan

didiskusikan pada pasien adalah :

Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana

menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat,

lama pengobatan, kapan harus kembali ke dokter

Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan

obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien

Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR) yang

mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai

bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut

Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat

yang sudah rusak atau kadaluarsa.

Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai

kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada

proses sebelumnya.

7. Penggunaan Obat

Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien dan bekerja

sama dengan petugas kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah :

Tepat pasien

Tepat indikasi

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

12

Universitas Indonesia

Tepat waktu pemberian

Tepat obat

Tepat dosis

Tepat label obat (aturan pakai)

Tepat rute pemberian

8. Monitoring dan Evaluasi

Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek terapi,

mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil monitoring

dan evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan

dan mencegah pengulangan kesalahan.

Seluruh personal yang ada di tempat pelayanan kefarmasian harus terlibat di

dalam program keselamatan pasien khususnya medication safety dan harus secara

terus menerus mengidentifikasi masalah dan mengimplementasikan strategi untuk

meningkatkan keselamatan pasien.

2.5 Look a Like Sound a Like Drug dan High-Alert Drug

Look a like sound a like drug adalah obat-obatan yang memiliki kemiripan

rupa/kemasan atau kemiripan nama yang diidentifikasi dapat berpotensi menjadi

sumber kesalahan dalam sistem pelayanan kesehatan (Aurora Health Care System

Interdisciplinary Clinical Policy, 2009). Sementara itu, high alert drug adalah

obat-obatan yang berisiko tinggi menyebabkan kerugian atau cedera yang

signifikan ketika terjadi kesalahan dalam penggunaannya (Institute for Safe

Medication Practices (ISMP) , 2012).

Obat-obatan yang termasuk dalam golongan high alert yaitu :

antiretroviral (efavirenz, lamivudine, ritonavir, dll); agen kemoterapi oral

(siklofosfamid, merkaptopurin, temozolomid); agen hipoglikemik oral; agen

imunosupresan (azathioprine, siklosporin, takrolimus); insulin, baik subkutan

mauun intravena; opioid; total parenteral nutrition solutions (TPN/PPN); obat

hamil kategori X (bosentan, isotretinoin); antinyeri untuk neonatus; antibiotik

untuk neonatus; cairan IV untuk neonatus; heparin intravena dan bolus.

Kesalahan penggunaan obat high alert dapat dihindari dengan : memberikan

pengetahuan yang wajib diberikan pada pasien, meningkatkan akses terhadap

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

13

Universitas Indonesia

informasi tentang obat tersebut, menggunakan label tambahan atau peringatan

otomatis, menggunakan pengecekan ganda (double check), dan membuat

standarisasi peresepan, penyimpanan, penyaluran, dan pemberian obat-obat

tersebut (Institute for Safe Medication Practices (ISMP), 2012).

Kesalahan obat akibat look alike-sound alike dapat diminimalisasi dengan

beberapa cara berikut ini (Community Mental Health for Central Michigan,

2010):

a. Membuat daftar nama obat dagang dan generik yang ada di stok apotek

b. Menyimpan produk obat yang memiliki kemiripan nama atau rupa pada

tempat yang terpisah.

c. Melakukan dua kali pengecekan (double check) pada saat penyaluran

sediaan farmasi.

d. Menempelkan tanda yang menunjukkan adanya obat look alike sound alike

pada tempat disimpannya obat tersebut.

e. Mengubah penampilan obat yang memiliki kemiripan rupa/kemasan pada

label di apotek: data komputer, label di tempat penyimpanan, dan rekam

medis dengan memberi tanda seperti menebalkan huruf, memberikan warna

yang berbeda, atau menggunakan huruf kapital (tall man letter) pada bagian

nama yang berbeda (contoh : hydrOXIzine, hydrALAzine)

f. Meminta kepada dokter penulis resep untuk menuliskan resep menggunakan

nama generik dan nama dagang obat tersebut.

g. Mengingatkan pada konsumen akan kemungkinan terjadinya pencampuran.

h. Menganjurkan pada pasien dan staf yang melakukan pelayanan untuk

bertanya kepada apoteker dan perawat mengenai pengobatan yang tidak

familiar atau terlihat/terdengar berbeda dari yang dibayangkan.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

14 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENULISAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 – 29 Maret 2014 dan 21 april – 12

Mei 2014 yang bertempat di Apotek SamMarie Basra, Jalan Basuki Rachmat No.

31 Jakarta Timur.

3.2 Metode Penulisan

Penulisan laporan tugas khusus ini dilakukan dengan langkah sebagai

berikut :

a. Mengumpulkan daftar stok obat di apotek SamMarie Basra.

b. Membuat daftar obat look alike-sound like dan obat high alert dari daftar

stok obat tersebut.

c. Menganalisis apakah obat-obatan tersebut sudah disimpan sesuai dengan

yang disarankan menurut Institute for Safe Medication Practices untuk

meningkatkan keamanan pasien.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

15 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Medication error merupakan kejadian akibat penggunaan obat yang

mengakibatkan cedera tetapi sebenarnya dapat dicegah. Berdasarkan penelitian,

peringkat paling tinggi kesalahan pengobatan (medication error) pada tahap

ordering (49%), diikuti oleh tahap administration management (26%), pharmacy

management (14%), dan transcribing (11%) (Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008). Sementara itu, berdasarkan Laporan

Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Konggres PERSI Sep 2007),

kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10

besar insiden yang dilaporkan. Jika dilihat lebih lanjut, dari proses penggunaan

obat yang meliputi prescribing, transcribing, dispensing, dan administering,

dispensing menduduki peringkat pertama (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan, 2008).

Dalam proses dispensing, salah satu penyebab terjadinya kesalahan

pengobatan adalah adanya obat-obatan dengan nama atau rupa yang mirip. Obat-

obatan ini disebut dengan look alike-sound alike drug. Kesalahan dalam

pemberian obat ini dapat menyebabkan kerugian bagi pasien, baik ringan maupun

berat. Selain itu, kesalahan dalam pemberian obat yang dapat memberikan

kerugian yang berat juga dapat terjadi pada obat-obatan high-alert. Pemberian

obat high alert harus diberikan tepat pasien, tepat obat, tepat rute, tepat dosis, dan

tepat waktu (Florida Hospital Memorial Medical Center, 2012).

Untuk mengatasi kesalahan pengobatan akibat look alike-sound alike

drugs ataupun kesalahan pemberian obat-obatan high alert maka apotek sebagai

suatu tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh apoteker harus melakukan

berbagai langkah dalam mengurangi medication error tersebut demi

meningkatkan keamanan pasien. Salah satunya adalah dengan melakukan

penyimpanan yang benar terhadap obat-obatan tersebut sehingga tidak terjadi

kekeliruan dalam penyiapan obat (dispensing).

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

16

Universitas Indonesia

4.1 Daftar Obat Look Alike-Sound Alike (LASA) di Apotek SamMarie

Basra

Pembuatan daftar obat look alike-sound alike drug di apotek ini diawali

dengan mengumpulkan daftar stok obat yang ada di apotek ini, kemudian dilihat

dari keseluruhan obat tersebut apakah terdapat obat dengan nama yang mirip, dan

diperhatikan kemasan dari obat tersebut. Obat-obatan yang memiliki kemiripan

nama dan kemasan tersebut dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 1.

4.2 Daftar Obat High Alert di Apotek SamMarie Basra

Pembuatan daftar obat high alert di apotek SamMarie Basra dilakukan

sesuai dengan kategori obat high alert yang disebutkan dalam ISMP pada tahun

2012. Daftar obat high alert di apotek SamMarie Basra dapat dilihat pada

Lampiran 2.

4.3 Penyimpanan Obat LASA di Apotek SamMarie Basra

Institute Safe for Medication Practices (2011) dan Community Mental

Health for Central Michigan (2010) menyebutkan bahwa untuk menghindari

terjadinya kesalahan pengobatan (medication errors) akibat adanya obat-obat

LASA, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Menyimpan produk obat yang memiliki kemiripan nama atau rupa pada

tempat yang terpisah.

b. Menempelkan tanda yang menunjukkan adanya obat look alike sound alike

pada tempat disimpannya obat tersebut.

c. Mengubah penampilan obat yang memiliki kemiripan rupa/kemasan pada

label di apotek: data komputer, label di tempat penyimpanan, dan rekam

medis dengan memberi tanda seperti menebalkan huruf, memberikan warna

yang berbeda, atau menggunakan huruf kapital (tall man letter) pada bagian

nama yang berbeda (contoh : hydrOXIzine, hydrALAzine)

d. Melakukan dua kali pengecekan (double check) pada saat penyaluran

sediaan farmasi.

e. Meminta kepada dokter penulis resep untuk menuliskan resep menggunakan

nama generik dan nama dagang obat tersebut.

f. Mengingatkan pada konsumen akan kemungkinan terjadinya pencampuran.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

17

Universitas Indonesia

g. Menganjurkan pada pasien dan staf yang melakukan pelayanan untuk

bertanya kepada apoteker dan perawat mengenai pengobatan yang tidak

familiar atau terlihat/terdengar berbeda dari yang dibayangkan.

Pada penulisan tugas khusus ini akan dibahas kontrol terhadap obat LASA

di apotek SamMarie Basra yang menitikberatkan pada hal yang berhubungan

dengan penyimpanan, yaitu poin a,b, dan c.

Selama pengamatan yang dilakukan pada penyimpanan obat-obat LASA

(Lampiran 1) di apotek ini diperoleh hasil bahwa sebagian obat-obat LASA sudah

mengikuti penyimpanan sesuai dengan yang disarankan, yaitu dipisah antara obat

yang memiliki kemiripan nama dan kemasan. Namun, masih terdapat obat-obatan

yang memiliki kemasan mirip tetapi diletakkan berdekatan.

Secara umum, obat yang tergolong LASA dan diletakkan terpisah adalah

obat-obatan dengan kemasan yang sama, dan hanya dibedakan pada kandungan

zat aktif atau bentuk sediaannya saja. Obat-obatan tersebut di antaranya :

a. Alerten Q25 dan Q50 k. Garamycin krim dan salep

b. Amlodipine 10 mg dan 5 mg l. Histrine drop dan sirup

c. Cataflam 25 mg dan 50 mg m. Kloderma krim dan ointment

d. Captopril 12,5 mg dan 25 mg n. Diprosone krim dan salep

e. Extrace Inj. 200 dan 1000 mg o. Rhinos Neo dan Junior

f. Kaflam 25 mg dan 50 mg

g. Kalnex 250 mg dan 500 mg

h. Lovenox 0,4 mL dan 0,6 mL

i. Viagra 50 mg dan 100 mg

j. Dermatix 7 g dan 15 g

Namun, pada beberapa obat dengan kemasan demikian, masih terdapat obat yang

diletakkan berdekatan tanpa dipisahkan obat lain. Obat tersebut di antaranya :

a. Benzatin Benzil Penisilin 1,2 juta IU dan 2,4 juta IU

b. Mucopect 30 mg/5 mL dan 15 mg/5 Ml

c. Dalfarol 200 dan Dalfarol 300

d. Stesolid 5 mg/2,5 mL dan 10 mg/2,5 mL

Pada obat-obatan yang masih diletakkan berdekatan tersebut juga tidak

terdapat tanda lain yang menandakan bahwa obat-obatan tersebut ada

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

18

Universitas Indonesia

kemungkinan untuk tertukar. Untuk menghindari kesalahan, biasanya pegawai

apotek mengandalkan pengecekan ulang (double check) saja.

Penyimpanan obat LASA yang masih diletakkan berdekatan di apotek ini

juga terdapat pada obat-obatan dengan nama yang sama dan dosis berbeda, tetapi

terdapat perbedaan pada warna atau ukuran kemasannya. Karena adanya

perbedaan warna sesuai kandungan zat aktif dan bentuk nya, maka obat-obatan ini

masih diletakkan berdekatan tanpa dipisahkan lokasi raknya ataupun dipisahkan

dengan obat yang lain. Obat-obatan tersebut di antaranya :

a. Hydrocortisone 1% dan 2,5%

b. Retin-A krem 0,1% dan 0,05%

c. Vitacid 0,025%, 0,05%, dan 0,1%.

d. Clyndamicin 150 mg dan 300 mg

e. Elocon krim 5 g dan 10 g

f. Utrogestan 100 mg dan 200 mg

Meskipun warna atau ukuran kemasannya berbeda, kesalahan pengobatan juga

masih mungkin terjadi. Maka dari itu, pengecekan berganda ataupun peringatan

LASA sebaiknya juga diberikan. Selain itu, penyimpanan terhadap obat-obatan

tersebut sebaiknya juga terpisah demi mengurangi risiko terjadinya medication

errors. Penandaan khusus pada kemasan juga dirasa sangat penting untuk

dilakukan.

Selanjutnya, obat-obatan yang tergolong LASA di apotek ini yaitu obat-

obatan dengan kandungan yang berbeda namun memiliki kemiripan nama.

Sebagian besar obat-obatan ini terletak terpisah, baik terpisah tingkatan rak,

maupun terpisah hanya oleh satu atau dua obat lain. Akan tetapi, masih terdapat

juga obat-obatan yang seperti ini namun diletakkan berdekatan dikarenakan

perbedaan warna kemasan dianggap sudah cukup dapat membedakan keduanya.

Berikut adalah contoh obat-obatan yang sudah diletakkan terpisah :

a. Onic dan Onetic

b. Dextral dan Dextral Forte

c. Bioneuron dan Bioquinone

d. Dextrometorphan dan Dexamethason

e. Lapimox dan Lapicef

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

19

Universitas Indonesia

f. Ephedrin dan Ephinephrine

g. Dopamin dan Dopamet

h. Folamil dan Folamil Genio

i. Pulmicort dan Flamicort

j. Nalgestan dan Sagestam

Berikut contoh obat-obatan yang diletakkan tidak terpisah :

a. Adalat dan Adalat oros

b. Daivonex dan Daivobex

c. Seloxy dan Seloxy AA

d. Infanrix IPV Hib dan Infanrix

e. Buscopan dan Buscopan plus

f. Ovacare dan Oligocare

Berdasarkan hasil pengamatan di atas dapat dikatakan bahwa masih

terdapat penyimpanan yang kurang tepat pada obat-obatan LASA yang ada di

apotek ini. Meskipun terdapat perbedaan ukuran atau warna pada kemasan,

sebaiknya obat-obatan yang tergolong LASA tersebut dipisahkan atau dibuat

peringatan pada lemari penyimpanan obat tersebut. Selama pengamatan yang

dilakukan, pembuatan peringatan hanya terdapat pada satu merk yaitu dermatix 7

g dan 15 g, seperti terlihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Contoh Peringatan Obat LASA di Apotek SamMarie Basra

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

20

Universitas Indonesia

Hal lain yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan

pengobatan terkait penyimpanan obat LASA adalah dengan mengubah

penampilan dari nama obat tersebut, misalnya dengan menebalkan, memberi

warna atau menggunakan huruf kapital (tall man letter) pada huruf yang berbeda

dari nama obat tersebut di kemasan pada lemari penyimpanan atau data stok obat

di komputer. Contoh : ePHEDrine dan EPHINEPHrine; daivoNEX dan

daivoBET; LAPIcef dan LOVEcef; loraTADINE DAN loraZEPAM. Hal ini

dilakukan untuk menghindari kesalahan pengambilan obat atau kesalahan

memasukkan (entry) data ke sistem komputer. Selama pengamatan di apotek,

belum nampak terlaksananya sistem penyimpanan terhadap obat LASA yang

seperti ini. Padahal, menurut ISMP (2011) penyimpanan dengan cara tersebut

efektif dalam mengurangi medication errors akibat obat-obat LASA.

Gambar 4.2 Contoh Tall Man Letter

4.4 Penyimpanan Obat High Alert di Apotek SamMarie Basra

Dalam mengurangi kesalahan pengobatan akibat kesalahan pemberian

obat high alert (salah pasien, salah dosis, salah rute, salah bentuk sediaan, salah

waktu) maka langkah yang dapat dilakukan di antaranya memberikan

pengetahuan yang wajib diberikan pada pasien, meningkatkan akses terhadap

informasi tentang obat tersebut, menggunakan label tambahan atau peringatan

otomatis, menggunakan pengecekan ganda (double check), dan membuat

standarisasi peresepan, penyimpanan, penyaluran, dan pemberian obat-obat

tersebut (Institute for Safe Medication Practices (ISMP), 2012).

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

21

Universitas Indonesia

Salah satu langkah yang telah disebutkan di atas yaitu membuat

standarisasi dalam penyimpanan obat-obatan high alert di apotek atau rumah

sakit. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan obat high alert

di antaranya (Florida Hospital Memorial Medical Center, 2012) :

a. Menyediakan suatu area penyimpanan yang khusus digunakan untuk obat-

obatan high alert.

b. Membuat label merah bertuliskan “HIGH ALERT” pada area tersebut atau

jika tidak terdapat area penyimpanan khusus maka label tersebut

diletakkan pada kotak kemasan obat tersebut di lemari penyimpanan.

c. Pisahkan letak obat high alert yang memiliki kemiripan nama atau

kemasan (LASA) dan beri tanda dengan menggunakan huruf kapital,

memberi warna, atau menebalkan bagian nama yang berbeda.

d. Melakukan pengecekan berulang setiap pengambilan obat high alert dari

lokasi penyimpanan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada apotek SamMarie Basra

belum terdapat area khusus untuk penyimpanan obat-obat high alert. Selain itu,

tidak ada terdapat label yang menunjukkan adanya obat high alert di rak

penyimpanan tempat obat tersebut berada. Sementara itu, pemisahan letak obat-

obat high alert yang termasuk LASA sebagian ada yang sudah dipisahkan, dan

ada yang belum serta tidak ada penandaan khusus seperti penebalan huruf,

pemberian warna, atau penggunaan huruf besar pada obat-obatan tersebut. Contoh

obat high alert yang sudah dipisahkan yaitu Lovenox 0,6 dan 0,4 mL dan Otsu

D40 dan Otsu NS, sedangkan contoh obat yang belum dipisahkan letaknya yaitu

Stesolid 5 mg/2,5 mL dan 10 mg/2,5 mL.

Untuk ke depannya, diharapkan pada apotek ini sudah terdapat area khusus

penyimpanan obat-obatan high alert yang dilengkapi dengan label merah

bertuliskan “HIGH ALERT” atau adanya penandaan pada lemari tempat obat-

obatan high alert berada sebuah penandaan khusus agar sewaktu penyiapan obat-

obat tersebut tidak terjadi kesalahan. Hal ini karena kesalahan kecil saja dalam

penyiapan obat ini dapat mengakibat kerugian yang membahayakan keselamatan

pasien. Sementara sebelum adanya standarisasi penyimpanan obat high alert

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

22

Universitas Indonesia

seperti yang dimaksud, maka pengecekan berulang tidak dapat diabaikan dan

harus dilakukan pada setiap dispensing obat tersebut.

Selama ini untuk mengevaluasi kesalahan dalam dispensing, termasuk

peracikan dan penyerahan, dilakukan kegiatan stok harian pada hari berikutnya

untuk mengetahui apakah ada obat yang berlebih, kurang atau salah menyerahkan

kepada pasien. Selain itu, resep dan kuitansi juga dievaluasi bersamaan dengan

kegiatan stok harian tersebut.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

23

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembuatan daftar dan pengkajian terhadap penyimpanan obat

LASA dan high alert di Apotek SamMarie Basra dapat disimpulkan bahwa :

a. Terdapat sekitar 131 pasangan jenis obat yang dapat dikategorikan sebagai

look alike sound alike (LASA) dan sekitar 92 jenis obat yang

dikategorikan sebagai high alert di Apotek SamMarie Basra.

b. Penyimpanan obat-obatan yang termasuk look alike sound alike (LASA)

dan high alert belum seluruhnya sesuai dengan yang disarankan oleh

ISMP (2012). Pada apotek tersebut masih terdapat penyimpanan obat-

obatan LASA yang letaknya belum terpisah; pemberian peringatan adanya

obat-obat LASA belum dilakukan pada seluruh obat LASA; serta tidak

terdapat penandaan dengan menebalkan, memberi warna, atau

menggunakan huruf kapital (tall man letter) pada kemasan obat di lemari

penyimpanan atau stok obat di sistem komputer. Sementara itu,

penyimpanan obat high alert di apotek ini masih belum sesuai dengan

yang disarankan oleh ISMP karena belum adanya area khusus obat high

alert, tidak adanya label obat high alert, serta masih terdapat obat high

alert yang tergolong LASA namun letaknya tidak dipisahkan dan tidak

diberi tanda khusus.

5.2 Saran

Perlu dilakukan perbaikan dalam sistem penyimpanan obat-obatan LASA

dan high alert di apotek SamMarie Basra agar sesuai dengan yang disarankan

dalam ISMP sehingga kejadian medication errors dapat diminimalisasi.

23

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

24 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Cohen, M.R. (1991). Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed),

Medication Error, Washington, DC: American Pharmaceutical

Association. Dalam: Hartayu, Titien Siwi & Widayati Aris. (2005). Kajian

Kelengkapan Resep Pediatri Yang Berpotensi Menimbulkan Medication

Error Di 2 Rumah Sakit Dan 10 Apotek Di Yogyakarta. Yogyakarta:

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Community Mental Health for Central Michigan. 2010. Protocol for Look Alike

and Sound Alike Drugs. Diunduh pada 7 Mei 2014.

http://www.cmhcm.org/provider/centrain/CenTrain-

Page2_files/Handouts/Meds_Look_Alike_Sound_Alike_Guideline.pdf

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2008. Tanggung

Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety). Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 27-32.

Florida Hospital Memorial Medical Center. 2012. High-Alert/ High-Risk/

Hazardous/ Look Alike /Sound Alike Medications. Diunduh pada 7 Mei

2014.

https://www.floridahospital.com/sites/default/files/pdf/1000_519_high_ale

rt_high_risk_medications_look_alike_sound_alike_medications.pdf.

Institute for Safe Medication Practices (ISMP). 2011. ISMP’S List of Confused

Drugs Names. Diunduh pada 12 Mei 2014. https://www.ismp.org

Institute for Safe Medication Practices (ISMP). 2012. ISMP’S List of High Alert

Medication. Diunduh pada 12 Mei 2014.

https://www.ismp.org/tools/institutionalhighAlert.asp

Kementerian Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan

Farmasi di Apotek. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

LAMPIRAN

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

25

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Daftar obat look alike sound alike (LASA) di Apotek SamMarie

Basra

Nama Obat Pasangan Obat LASA

Acyclovir 200 mg Acyclovir 400 mg

Adalat Adalat OROS

Alerten 25 Alerten 50

Albumin Plasbumin

Amlodipine 5 mg Amlodipine 10 mg

Apolar Apolar N

Ardium Arimidex

Astifen Asthin

Bactoderm Oint. Bactoderm Cream

Benoson Benoson N

Benoson Beprosone

Benoson N Beprosone

Benzatin Benzolac

Benzatin benzil penisilin 1.200.000 IU Benzatin benzil penisilin 2.400.000 IU

Betason N Benoson N

Bestalin Betalans

Betalans Betablok

Bioneuron Bioquinone

Buscopan Buscopan Plus

Captopril 25 mg Captopril 50 mg

Cataflam Catapres

Cataflam 25 mg Cataflam 50 mg

Cefat Cefila

Cefotaxime Cefixime

Cendo xitrol Cendo fenicol

Ceradan Ceradolan

Clindamycin 150 mg Clindamycin 300 mg

Claneksi Claritin

Cortidex Cortison

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

26

Universitas Indonesia

Nama Obat Pasangan Obat LASA

Cygest supp 400 Cygest ovula 200

Cyclo Proginova Proginova

Daivobet Daivonex

Dalfarol 200 IU Dalfarol Soft 300 IU

Depo-Progestin Depot Proluton

Dermatix 7 gr Dermatix 15 gr

Dexamethasone Dextromethorphan

Dextamin Dextral

Dextral Dextral forte

Diane Dicynone

Diphten Duphaston

Diprosone krim Diprosone salep

Diflucan Diprivan

Dominal Drop Dominal Syrup

Dopamine Dopamet

Eflagen 25 mg Eflagen 50 mg

Eflin Eflagen

Elocon Krim Elocon salep

Elocon Krim 5 gr Elocon krim 10 gr

Endometril Endopect

Endometril Endrolin

Engerik B 0,5 cc Engerik B 1 cc

Ephedrine Ephinephrin

Extrace inj. 1000 Extrace inj. 200

Ferriz drop Fenistil Drop

Flagyl supp 0,5 gr Flagyl supp 1 gr

Flagyl Flagystatin

Folamil Folamil Genio

Flamicort Pulmicort

Garamycin salep Garamycin krim

Garamycin Gentamycin

(Lanjutan)

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

27

Universitas Indonesia

Nama Obat Pasangan Obat LASA

Glomasin Glomin

Glomasin Glomethyl

Gonal f multidose 1050 IU Gonal-f 75 IU inj. (5,5 mcg)

Griseofulvin 125 mg Griseofulvin 500 mg

Hemobion Neurobion

Histrine Drop Histrine Syr

Histrine Drop Histrine tab

Hystrine Syr Histrine tab

Hydrocortisone 1 % Hydrocortisone 2,5 %

Infanrix Infanrix HIB

Infanrix Infanrix IPV HIB

Infanrix IPV HIB Infanrix HIB

KA-EN 1B KA-EN 3B

Kaflam 25 mg Kaflam 50 mg

Kalnex 250 mg Kalnex 500 mg

Ketalar Ketorolac

Kloderma cream Kloderma oint.

Kloderma gel Kloderma cream

Kloderma gel Kloderma oint.

Lapicef 125 mg Lapicef 250 mg

Lapicef Lapimuc

Lapicef Lovecef

Lapimox Lapicef

Lapimox Lapimuc

Lasal 2 mg Lasal 4 mg

Lasix Lunex

Lexotan 3 mg Lexotan 6 mg

Lovenox 40 mg/0,4 mL Lovenox 60 mg/0,6 mL

Maltofer Maltofer fol

Mediklin Mediquin

Mediklin Topical Sol Mediklin Gel

(Lanjutan)

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

28

Universitas Indonesia

Nama Obat Pasangan Obat LASA

Melano Melanox

Meloxicam 15 mg Meloxicam 7,5 mg

Methyl prednisolon Prednisone

Milox 5 mg inj. Milox 15 mg inj.

Mucopect elix. Dws 60 ml 30 mg/5 ml Mucopect elix. Ped. 60 ml 15 mg/ 5ml

Nalgestan Sagestam

Neuropyron Neurobion

Onetic Onic

Otsu Wi Otsu NS

Otsu Wi Otsu MgSO4

Otsu NS Otsu MgSO4

Otsu Wi Otsu D40

Otsu NS Otsu D40

Otsu MgSO4 Otsu D40

Otsu Wi Otsu KCl 7,46

Otsu NS Otsu KCl 7,46

Otsu MgSO4 Otsu KCl 7,46

Otsu D40 Otsu KCl 7,46

Ovacare Oligocare

Pregnyl 1500 IU Pregnyl 5000 IU

Proviron Provagin

Pyrexin suppos 80 Pyrexin suppos 160

Retin-A Krim 0,1% Retin-A krim 0,05%

Rhinos Junior Rhinos Neo

Salbutamol Sanmol

Seloxy Seloxy AA

Stesolid 5 Stesolid 10

Tramal 50 mg Tramal 100 mg

Tiriz drop Ferriz drop

Torasic Lasic

Utrogestan 100 Utrogestan 200

(Lanjutan)

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

29

Universitas Indonesia

Nama Obat Pasangan Obat LASA

Valtrex Valvir

Vaxigrip 0,25 mL Vaxigrip 0,5 mL

Viagra 50 mg Viagra 100 mg

Vitacid 0,025% gel Vitacid 0,025% Krim

Vitacid 0,025% gel Vitacid 0,1% krim

Vitacid 0,025% gel Vitacid 0,05% krim

Vitacid 0,025% Krim Vitacid 0,1% krim

Vitacid 0,025% Krim Vitacid 0,05% krim

Vitacid 0,05% krim Vitacid 0,1% krim

(Lanjutan)

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

30

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Daftar obat high alert di Apotek SamMarie Basra

Kategori Pengobatan Contoh Obat di Apotek SamMarie Basra

Agonis adrenergik IV Epinephrine, Glomin

Antagonis adrenergik Betablok, Catapres, Dopamet, Inderal,

Lodoz

Agen anastetik Decain spinal, diprivan, isoflurane, ivanes,

ketalar, marcain, pehacain, proanes,

sevofluran, xylestesine, xylocaine,

Antiaritmia Cordarone, Diltiazem, Lidokain

Antiretroviral Cymevene, isprinol, valtrex, valvir, virtaz-

200, Zovirax IV

Antitrombosis Arixtra, ascardia, Fraxiparin, Inviclot,

Lovenox, Persantin, Plavix, Pleetal, Simarc,

ticlid, Thrombo aspilet

Agen kemoterapi

(parenteral dan oral)

Methotreksat,

Pengobatan epidural

atau intratekal

Decain spinal

Dekstrosa, hipertonis,

20% atau lebih tinggi

Otsu-D40

Hipoglikemik oral Actos, Amaryl, Glibenklamid, Glimepirid,

Glucophage, Glurenorm,

Pengobatan inotropik Digoxin, Dobutel inj.,

Insulin (subkutan dan IV) Humulin, Lantus, Mixtard, Novomix,

Agen sedasi Dormicum, phenobarbital, Hipnoz, miloz,

Valisanbe, Diazepam

Narkotika/opioid Analtram, Codipront, Tramal, Tramadol,

morphin HCl, pethidin HCl, Fentanyl

Agen penghambat neuromuskular Noveron, Sandimum Neoral, Sirdalud,

diazepam, stesolid, Valisanbe, Alganax,

Lexotan

Nutrisi parenteral (TNP) Aminofluid, Cernevit inj., Futrolit, KA-EN

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-3/20390940-PR-Okta... · yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 J

31

Universitas Indonesia

3B, KA-EN 1B, Kalbamin, Livamin,

Gelafusal, Gelofusine, KSR, manitol 20%,,

OTSU-KCL 7,46, OTSU MgSO4,

Plasbumin, Albumin, Otsu RL,

Air steril untuk injeksi, inhalasi,

dan irigasi dalam volume 100 mL

atau lebih

NaCl untuk injeksi, hipertonis,

atau lebih besar dari 0,9%

Otsu NS, Otsu Saline 3

Laporan praktek…, Okta Festi Amanda, FF UI, 2014