PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DI
LABORATORIUM ANDEV RESEARCH AND
DEVELOPMENT PADA PT ARB FARMA
Oleh
Ari Sugih Subagja
NIM: 004201605003
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik
Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu
pada Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Industri
2020
ii
LEMBAR PERSETUJIAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul “Pengukuran Produktivitas Di Laboratorium
ANDEV Research and Development pada PT ARB Farma” yang
disusun dan diajukan oleh Ari Sugih Subagja sebagai salah satu
persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu (S1) pada
Fakultas Teknik telah ditinjau dan dianggap memenuhi persyaratan
sebuah skripsi. Oleh karena itu, Saya merekomendasikan skripsi ini
untuk maju sidang.
Cikarang, Indonesia, 31 Januari 2020
Andira Taslim, S.T., M.T.
iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengukuran Produktivitas
Di Laboratorium ANDEV Research and Development pada PT
ARB Farma” adalah hasil dari pekerjaan saya dan seluruh ide,
pendapat atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara
penulisan referensi yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan
ini tidak sesuai dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung
sanksi yang akan dikenakan pada saya.
Cikarang, Indonesia, 31 Januari 2020
Ari Sugih Subagja
iv
LEMBAR PENGESAHAN
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DI
LABORATORIUM ANDEV RESEARCH AND
DEVELOPMENT PADA PT ARB FARMA
Oleh
Ari Sugih Subagja
NIM: 004201605003
Disetujui Oleh
Andira Taslim, S.T., M.T.
Pembimbing
Andira Taslim, S.T., M.T.
Ketua Program Studi Teknik Industri
v
ABSTRAK
Adanya peningkatan jumlah kedatangan sampel pengujian setiap tahunnya
membuat perusahaan harus selalu meningkatkan target yang ditetapkan yang
mengakibatkan Laboratorium R&D harus selalu melakukan upaya-upaya dalam
meningkatkan produktivitas kerjanya. Agar upaya yang dilakukan tersebut tepat
sasaran maka perlu dilakukan suatu pengukuran produktivitas dengan kriteria yang
lebih rinci. Adapun kriteria produktivitas yang dianggap penting oleh perusahaan
yaitu pencapaian assay (Rasio 1), ontime sample yang dianalisa (Rasio 2), minimasi
jam lembur (Rasio 3), minimasi Analisa Ulang (Rasio 4), minimasi pemakaian
reagen (Rasio 5), dan jumlah downtime mesin HPLC (Rasio 6). Pengukuran
produktivitas pada penelitian ini menggunakan metode Objective Matrix (OMAX)
dimana pengukuran difokuskan pada kriteria-kriteria inti. Kriteria yang memiliki
nilai buruk diidentifikasiki penyebab masalah buruknya kriteria tersebut dengan
diagram fishbone dan diperbaiki dengan dibuat rancangan usulan perbaikan
menggunakan metode 5W+1H. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai
indeks produktivitas di Bulan Mei 2019 sebesar 0.03 % dan beberapa kriteria berada
di bawah standar yaitu Rasio 2 berada pada level 1, Rasio 3 berada pada level 1,
dan Rasio berda pada level 1. Perbaikan dilakukan pada Bulan September-
Desember 2019 pada kriteria yang berada di bawah standar. Setelah perbaikan
terjadi peningkatan produktivitas untuk Rasio 2 menjadi level 6, Rasio 3 menjadi
level 4, dan Rasio 6 menjadi level 4.
Kata kunci: Produktivitas, OMAX, fishbone, 5W1H, Brainstroming, Indikator
Performansi
vi
ABSTRACK
An increase in the number of samples arrivals each year oblige the company to
increase the targets and make the R&D laboratories should always inproving work
productivity. In order to make the effort done on target, then it is necessary to do a
produvtivity measurement with more detailed criteria. As for the criteria of
productivity are considered important by the company is the achievement of assay
(Ratio 1), sample ontime analyzed (Ratio 2), minimize overtime (Ratio 3), minimize
reanalysis (Ratio 4), minimize of HPLC machine downtime (Ratio 6). The
measurement of productivity in this study is using OMAX, where the measurement
is focused on the core criteria. The criteria that have a bad value will be identifies
as the causeof the problem, then would be processed with the fishbone diagram and
improved by the design of the proposed improvement using the 5W +1H method.
Rising the measurement results obtained the value of productivity index on May
2019 of 0.03 % and some criteria are below the standard that is ratio 2 is at level
1, rasio 3 is at level 1 and the ratio 6 is at level 1. Improvements were made in
September-December 2019 on criteria that were below the standard. After
improvement, productivity increases for Ratio 2 to level 6, Ratio 3 to level 4, and
Ratio 6 to level 4.
Key word: Productivity, OMAX, Fishbone, 5W+1H, Brainstorming, Performance
Indocator
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakn Tugas Akhir
beserta laporannya tepat waktu tanpa danya halangan berarti. Tugas Akhir ini
disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Instalasi PT ARB Farma
dari bulan September 2019 sampai dengan Januari 2020. Tugas Akhir ini berjudul
berjudul “Pengukuran Produktivitas Di Laboratorium ANDEV Research and
Development pada PT ARB Farma” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
medapatkan gelar Sarjana Teknik di Fakuktas Teknik Universitas Presiden.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta
dukungan yaitu kepada:
1. Ibu Andira Taslim, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing dan Kepala Program
Perkuliahan Teknik Industri Universitas Presiden yang telah banyak
memberikan waktu, bimbingan, motovasi, dan saran kepada penulis dalam
menyususn Tugas Akhir ini.
2. Seluruh Staf Dosen Program Perkuliahan Fakultas Teknik Universitas Presiden
yang telah memberikan bekal ilmu dalam penyusunan Tugas akhir ini.
3. Seluruh personil PT ARB Farma yang telah berpartisipasi dalam penyususnan
laporan ini.
4. Untuk orangtua tercinta. Terimakasih untuk doa dan dukungannya.
5. Untuk seluruh rekan-rekan Universitas Presiden jurusan Teknik Industri
angkatan 2016, untuk setiap kebersamaan dan perjuangan selama 4 tahun ini.
6. Untuk rekan saya Ka Bayu, Ka Diskha karena telah membantu saya dalam
penelitian tugas akhir ini.
Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah dilakuakan dalam penyususnan
Tugas Akhir ini dapar memberikan manfaat bagi pada pembaca, khususnya di
lingkungan Fakultas Teknik Industri Universitas Presiden maupun khalayak luas.
viii
Penulis menyadari bahwa penyususn Tugas Akhir masih jauh dari sempurna. Oleh
karenan itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan Tugas Akhir ini di masa yang akan datang.
Cikarang , Januari 2020
Ari Sugih Subagja
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJIAN PEMBIMBING .......................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
2.1 Produktivitas Secara Umum ..................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Produktivitas ................................................................... 6
2.1.2 Siklus-Siklus Produktivitas ............................................................... 8
2.1.3 Unsur-unsur Produktivitas ................................................................ 9
2.1.4 Ruang Lingkup Produktivitas ......................................................... 10
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas ................................. 10
2.3 Pengukuran Produktivitas ....................................................................... 12
2.4 Manfaat Pengukuran Produktivitas ........................................................ 14
2.5 Model-Model Pengukuran Produktivitas ............................................... 16
2.5.1 Model Produktivitas Total David J. Sumanth ................................. 16
2.5.2 Model Produktivitas Parsial POSPAC ............................................ 17
2.5.3 Model Marvin E. Mundel ................................................................ 18
2.5.4 Model Craig-Harris ......................................................................... 18
2.5.5 Pendekatan Angka Indeks ............................................................... 19
x
2.5.6 Model Kendrick dan D. Creamer .................................................... 20
2.5.7 Model APC ..................................................................................... 21
2.6 Model Pengukuran Objective Matrix (OMAX) ..................................... 22
2.6.1 Latar Belakang Objective Matrix (OMAX) .................................... 22
2.6.2 Alasan Pemilihan Model Objective Matrix (OMAX) ..................... 22
2.6.3 Susunan dan Bentuk Model Objective Matrix (OMAX) ................ 23
2.6.4 Langkah-langkah Penyususnan Objective Matrix (OMAX) ........... 25
2.6.5 Pengoperasian Objective Matrix ..................................................... 27
2.7 Alat Implementasi Kaizen ...................................................................... 28
2.7.1 Brainstorming ................................................................................. 28
2.7.2 Diagram Tulang Ikan (Fishbone) .................................................... 29
2.7.3 5W1H .............................................................................................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 35
3.1 Studi Pendahuluan .................................................................................. 35
3.1.1 Studi Lapangan................................................................................ 35
3.1.2 Studi Pustaka ................................................................................... 35
3.2 Penentuan Kriteria Produktivitas ............................................................ 35
3.3 Pengumpulan Data ................................................................................. 36
3.4 Pengolahan Data ..................................................................................... 36
3.5 Analisa Pemecahan Masalah .................................................................. 36
3.6 Usulan Perbaikan .................................................................................... 37
3.7 Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 37
BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN ANALSIS ......................................... 40
4.1 Departement Research and Development (R&D) .................................. 40
4.2 Penentuan Potensial Objektif ................................................................. 42
4.3 Penentuan Kriteria Pengukuran .............................................................. 43
4.4 Pengumpulan Data ................................................................................. 45
4.5 Pengolahan Data ..................................................................................... 49
4.5.1 Perhitungan Kriteria Produktivitas .................................................. 49
4.5.2 Penyusuna Tabel Objective Matrix (OMAX) ................................. 58
4.6 Analsis Data ........................................................................................... 59
4.6.1 Analsis Produktivitas Parsial .......................................................... 60
4.6.2 Analisa Produktivitas Total ............................................................. 60
4.7 Identifikasi Permasalahan Produktivitas ................................................ 61
xi
4.8 Usulan Perbaikan .................................................................................... 65
4.9 Setelah Perbaikan ................................................................................... 69
4.9.1 Perhitungan Produktivitas Rasio 2 Setelah Perbaikan .................... 69
4.9.2 Perhitungan Produktivitas Rasio 3 Setelah Perbaikan .................... 69
4.9.3 Perhitungan Produktivitas Rasio 6 Setelah Perbaikan .................... 70
4.9.4 Penyusuna Tabel Objectiv Matrix (OMAX) Setelah Perbaikan ..... 70
4.9.5 Analisa Data Setalah Perbaikan ...................................................... 71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 72
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 72
5.2 Saran ....................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74
LAMPIRAN .......................................................................................................... 75
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Siklus Produktivitas ............................................................................ 8
Gambar 2-2 Struktur Dasar Objective Matrix (OMAX) ....................................... 24
Gambar 2-3 Langkah 1: Menyepakati Pernyataan Masalah ................................. 31
Gambar 2-4 Langkah 2: Mengidentifikasi Kategori-kategori ............................... 32
Gambar 2-5 Langkah 3: Menemukan Sebab-sebab Potensial............................... 32
Gambar 3-1 Diagram Alir Penetiltian ................................................................... 39
Gambar 4-1 Kedatangan Sampel Pengujian di Laboratorium R&D ..................... 40
Gambar 4-2 Pencapaian Produktivitas Laboratorium R&D Tahun 2018 ............. 41
Gambar 4-3 Diagram Sebab Akibat Rendahnya Ontime Analisa ......................... 63
Gambar 4-4 Diagram Sebab Akibat Tingginya Jam Lembur ............................... 63
Gambar 4-5 Diagram Sebab Akibat Downtime Mesin HPLC .............................. 64
xiii
DAFTAR TABEL
Table 2-1 Keuntungan dan Batasan Pengukuran Produktivitas ............................ 13
Table 4-1 Kriteria Potensial Objektif .................................................................... 43
Table 4-2 Hasil brainstorming Penetuan Bobot.................................................... 44
Table 4-3 Pembobotan OMAX ............................................................................. 44
Table 4-4 Perbandingan Nilai Produktivitas 3 tahun terakhir ............................... 45
Table 4-5 Data-data Kriteria Pengukuran Produktivitas ....................................... 48
Table 4-6 Hasil Perhitungan Rasio 1 .................................................................... 49
Table 4-7 Hasil Perhitungan Rasio 2 .................................................................... 50
Table 4-8 Hasil Perhitungan Rasio 3 .................................................................... 52
Table 4-9 Hasil Perhitungan Rasio 4 .................................................................... 53
Table 4-10 Hasil Perhitungan Rasio 5 .................................................................. 55
Table 4-11 Hasil Perhitungan Rasio 6 .................................................................. 56
Table 4-12 Rangkuman Perhitungan Tiap Rasio .................................................. 57
Table 4-13 Perhitungan Objective Matrix (OMAX) ............................................. 59
Table 4-14 Hasil Brainstorming Penyebab Rendahnya Produktivitas .................. 61
Table 4-15 Usulan Perbaikan Rasio 2 Menggunakan Metode 5W + 1H .............. 66
Table 4-16 Usulan Perbaikan Rasio 3 Menggunakan Metode 5W + 1H .............. 67
Table 4-17 Usulan Perbaikan Rasio 6 Menggunakan Metode 5W + 1H .............. 68
Table 4-18 Data-data Kriteria Pengukuran Produktivitas ..................................... 69
Table 4-19 Hasil Perhitungan Rasio 2 setalah perbaikan ..................................... 69
Table 4-20 Hasil Perhitungan Rasio 3 Setelah Perbaikan ..................................... 70
Table 4-21 Hasil Perhitungan Rasio 6 Setelah Perbaikan ..................................... 70
Table 4-22 Perhitungan Objective Matrix (OMAX) Setelah Perbaikan pada Rasio
2, Rasio 3, dan Rasio 6 .......................................................................................... 71
Table 4-23 Hasil peningkatan Level Setelah Perbaikan ....................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang sekarang sedang terjadi ini tampak demikian
semakin pesat. Dengan adanya perkembangan teknologi ini mengakibatkan iklim
persaingan bisnis menjadi semakin ketat. Dalam jangka panjang persaingan suatu
industri tidak hanya diukur dari keunggulan-keunggulan produknya saja, akan
tetapi juga kinerja sistem industrinya secara keseluruhan. Mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan daya saing menjadi suatu keharusan bagi perusahaan.
Untuk memenangkan persaingan tidak ada jalan lain selain meningkatkan
produktivitas perusahaan dari berbagai aspek.
Membandingkan nilai yang dihasilkan dari suatu aktivitas terhadap nilai semua
masukan yang digunakan pada aktivitas tersebut disebut dengan produktivitas.
Produktivitas juga digunakan untuk sarana manjemen menganalisa dan mendorong
efisiensi produksi serta mengetahui tingkat optimal suatu perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya yang telah dimiliki untuk menghasilkan output yang
susuai target. Pengukuran produktivitas dilakukan sebagai cara untuk mengetahui,
meningkatkan, dan memperbaiki produktivitas pada perushaan.
Saat ini, produktivitas merupakan tantangan bagi pimpinan perusahaan, begitu juga
dengan PT ARB Farma. PT ARB Farma adalah perusahaan multinasional yang
memproduksi farmasi, suplemen, nutrisi, dan layanan kesehatan. PT ARB Farma
telah tumbuh dan bertransformasi menjadi penyedia solusi kesehatan terintegrasi
melalui 4 kelompok divisi usahanya: Divisi Obat Resep, Divisi Produk Kesehatan,
Divisi Nutrisi, dan Divisi Distribusi dan Logistik.
Seperti perusahaan pada umumnya, PT ARB Farma terdiri dari beberapa
departemen, salah satunya adalah departemen Research and Development (R&D).
Departemen pengembangan dan penelitian ini adalah bagian dimana serangkaian
2
proses seperti penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk menemukan
formula baru, memperbaiki kualitas produk yang telah ada, penentuan spesifikasi
bahan baku unutuk manufacturing, menentuan shelf-life produk, dan validasi
metode analisa dilakukan.
Penelitian yang sangat vital mengenai obat-obatan di PT ARB Farma ada di
Laboratorium R&D. Laboratorium R&D merupakan bagian dimana proses
pengujian terhadap sampel obat hasil penelitian maupun pengembangan dilakukan.
Jika pengujian di bagian ini lambat, maka akan menghambat perusahaan dalam
menghasilkan produk yang lebih inovatif. Semakin menigkatnya penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Departemen R&D, menyebabkan pengujian
sampel obat-obatan di Laboratorium R&D menjadi banyak.
Selama ini pengukuran produktivitas yang dilakukan oleh Departemen R&D
memiliki kekurangan dimana banyak kriteria-kriteria kinerja yang berpengaruh
bagi departemen R&D tidak diukur lebih rinci. Sehingga menarik untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengukuran produktivitas pada Departemen R&D.
Dengan dilakukan pengukuran produktivitas tersebut dapat diketahui kriteria-
kriteria yang memiliki kinerja baik serta untuk mencapai target dan kriteria yang
belum memuaskan ataupun buruk yang selanjutnya akan diidentifikasi penyebab
masalah dengan diagram fishbone dan diperbaiki dengan rancangan usulan
perbaikan menggunakan metode 5W+1H.
Dalam menganalsis produktivitas suatu perusahaan memiliki berbagai cara. Pada
penilitian ini digunakan metode Objective Matrix atau disingkat OMAX. Metode
ini adalah suatu sistem pengukuran terhadap produktivitas yang diperuntukan
memantau produktivitas suatu perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria
yang sesuai. Karena beberapa kelebihannya sehingga metode ini dipilih. Kelebihan-
kelebihan dari metode ini antara lain dapat mengidentifikasikan setiap faktor yang
berpengaruh dan kurang berpengaruh terhadap meningkatnya produktivitas. Bentuk
dari model ini yaitu flexible, setiap data yang dibutuhkan pada model ini mudah
diperoleh.
3
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi pada penelitian ini adalah:
a. Apakah ada kriteria-kriteari lain yang dapat mempengaruhi produktivitas di
Laboratorium Andev R&D?
b. Bagaimana mengukur produktivitas pada Laboratorium Andev R&D?
c. Faktor-faktor apa saja yang memperngaruhi rendahnya produktivitas di
Laboratorium Andev R&D?
d. Bagaimana usulan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas di
Laboratorium Andev R&D?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai pada penelitian yang dilakukan di PT ARB Farma yaitu:
a. Menetukan kriteria-kriteria produktivitas yang berpengaruh bagi perusahaan.
b. Mengukur produktivitas pada Laboratorium Andev R&D ARB Farma.
c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh rendahnya produktivitas
Laboratorium R&D.
d. Memberikan usulan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas di
Laboratorium R&D.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Ruang lingkup penelitian adalah aktifitas di Laboratorium Andev R&D pada
PT ARB Farma.
b. Data pengamatan pengukuran produktivitas dilakukan dari bulan Januari 2019
sampai dengan bulan Mei 2019.
c. Periode yang akan digunakan sebagai periode dasar untuk mengukur
produktivitas adalah data dari bulan Januari 2018 sampai dengan bulan
Desember 2018.
d. Pengukuran produktivitas ini dilakukan dengan menggunakan metode
Objective Matrix (OMAX).
4
e. Pengukuran kriteria produktivitas dan analisis dilakukan hanya pada kriteria
yang dianggap prioritas oleh perusahaan berdasarkan Key Performance
Indicator (KPI) perusahaan dan hasil Brainstorming.
f. Analisis faktor penyebab dan ususlan perbaikan hanya dilakukan terhadap
kriteria produktivitas yang memiliki nilai produktivitas rendah.
1.5 Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran dari penelitian ini, sistematika penulisan dibagi kedalam enam
bab yaitu:
BAB I Pendahuluan
Pada babaini berisikanalatar belakangamasalah, pokokapersoalan,
maksudadan tujuanapenulisan, pembatasan masalah, dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Pada babaini berisi tentangalandasan teori-teoriayang digunakan
dalam mengolahadan menganalisaadata yang diperolehasecara
langsungamaupun tidakalangsung yaitu pengertian produktivitas
dan metode yang digunakan untuk mengukur produktivitas.
BAB III Metode Penelitian
Padaabab iniaberisi tentangalangkah-langkah dalamamelakukan
penelitian, mulaiadari studi pendahuluan, perumusan masalah,
pengumpulan dan pengoahan data yang diperoleh, analisis sampai
denganakesimpulan akhir
BAB IV Pengumpulan Data
Pada babaini akan dikumpulkanadata-data yang berikatan dengan
penelitian. Data diambil dari studi literatur, dokumentasi
perusahaan, pengumpulan data dengan cara inspeksi dan wawancara
langsung, serta pengumpulan data dari responden ahli yang disusun
secara sistematis untuk dilakukan pengolahan dan analsisi data.
Pada bab ini juga menguraikanahasil pengolahanadata dan
analsisnya, sertaamengusulkan solusiaalternativ agar kondisi
perusahaanamenjadi lebihabaik.
5
BAB VI Kesimpulan dan Saran
Pada babaini berisi beberapa hal yangadapat disimpulkanadari hasil
penelitianayang telah dilakuakan dengan menjawab seluruh masalah
yang telah dirumuskan dalam Bab I denganajelas danaringkas.
Selainaitu padaaBab ini juga akan dijabarkan semua saran untuk
seluruh pihak terkait dalamapenelitian ini.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produktivitas Secara Umum
2.1.1 Pengertian Produktivitas
Definisi dari produktivitas pertama kali muncil pada tahun 1766 dalam sebuah
artiket yang disusun dan ditulis oleh Francis Quesnay yang merupakan seorang
ekonom Prancis (Ravianto, 1985). Namun menurut Walter Aigner dalam karyanya
”Motivation and Awarness”, filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada
sejak awal peradaban manusia, karena makna produktivitas adalah keinginan (will)
dan upaya (effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas di dalam segala
bidang.
Pada tahun 1883, Litre mendefinisikan produkvifitas sebagai kemampuan
menghasilkan. Pengertian ini masih banyak dipakai hingga awal abad 20, sampai
kemudian mencul pengertian yang lebih umum, yaitu produktivitas merupakan
suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) atau bentuk
formulanya dapat dinyatakan sebagai berikut (Sumanth, 1984)
Produktivitas =𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡… … … … … … … … … … … … … … … … . (2.1)
Campuran (coumpound) dari aktivitas dan produksi, yang dimana suatu daya
produksi menjadi sebuah penyebab dan mengukur hasil produktivitas dari daya
produksi tersebut adalah arti dari produktivitas (Ravianto, 1985). Menurut badan-
badan internasional terdapat beberapa pengertian atau definisi definisi dari
produktivitas tersendiri yang dapat diuraikan di bawah ini (Ravianto, 1985):
1. Pada dasarnya produktivitas adalah suatu output dibagi dengan salah satu
elemen produksi ,Menurut Organization for Economic Coorperation and
Development (OCED),
2. Output dari hasil integrasi empat elemen produksi yaitu tenaga, tanah, modal,
kerja dan organisasi, menurut International Labour Organization (ILO)
7
3. Tingkat efesiensi pemanfaatan setiap elemen produksi adalah produktivitas,
menurut Europe Production Agency (EPA)
Dewan Produktivitas Nasional menyatakan berdasarkan dari definsi-definisi di atas
adalah:
1. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia. Sikap dan
mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus
lebih baik dari hari sebelumnya dan hari esok harus ebih baik dari hari ini
terkandung dalam produktivitas.
2. Dua pengertian berbeda merupakan produktivitas dan produksi. Penambahan
jumlah dari hasil yang telah dicapai menunjukan adanya peningkatan produksi,
pertambahan hasil dan perbaikan cara produksi terkadung dalam peningkatan
produktivitas. Produksi dapat meningkat meskipun produktivitasnya menurun.
Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas.
3. Tiga bentuk dibawah ini dapat memperlihatkan peningkatan produktivitas:
a. (Output) Jumlah keluaran dalam mencapai tujuna meningkatkan dengan
menggunakan sumber (input) daya yang sama.
b. (Output) Jumlah keluaran untuk mencapai tujuan meningkat atau sama
dicapai dengan menggunakan (input) sumber daya yang lebih sedikit.
c. (Output) Jumlah keluaran dalam mencapai tujuan yang lebih besar
diperoleh dengan pertambahan sumber daya (imput) yang relative lebih
kecil.
4. Yang memegang peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas
adalah sumber daya manusia, yang merupakan hasil karya manusia pada
hakikatnya adalan alat produksi dan teknologi.
Seberapa efektifnya proses produksi yang telah didayagunakan untuk
meningkatkan output dan seberapa efisiensinyasumber input yang telah dihemat
untuk meningkatkan produktivitas. Meyebabkan input produksi yang berkaitan
dengan nilai tambah dan berusaha untuk meinimalisasi semua kegiatan yang
meghambat proses produksi. Pernyataan-pernyataan produksi diatas menyatakan
bahwa, faktor-faktor produksi yang meleiputi tenaga kerja (man), mesin dan
8
peralatan (machine), bahan baku (material), system (method), yang digunakan
unruk memanajemen proses produksi, dan modal sangat mempengaruhi
produktivitas (Sinungan, 2008)
2.1.2 Siklus-Siklus Produktivitas
Sumanth mengemukakan konsep siklus produktivitas yang dikenal sebagai MEPI.
Ada empat tahap dalam konsep siklus produktivitas (Sumanth, 1984), yaitu:
1. Produktivity Measurment (Pengukuran Produktivitas)
2. Productivity Evaluation (Evaluasi Produktivitas)
3. Productivity Planning (Perencanaan Produktivitas)
4. Productivity Improvement (Peningkatan Produktivitas)
Sumber: Sumanth, 1984, Productivity Engineering and Management.
Gambar 2-1 Siklus-siklus Produktivitas
Gambar di atas menunjukkan bahwa sifat dari siklus produktivitas adalah kontinu,
melibatkan semua aspek pengukuran, penilaian, perencanaan, dan peningkatan
produktivitas. Program peningkatan produktivitas dimulai dari pengukuran
produktivitas dari sistem industri itu sendiri yang berdasarkan konsep siklus
produktivitas. Untuk memilih indikator pengukuran yang sederhana sampai yang
lebih kompleks dapat digunakan berbagai teknik pengukuran dan juga dapat
dikembangkan.
9
Mengevaluasi tingkat produktivitas aktual untuk dibandingkan dengan rencana
yang yang telah ditetapkan adalah langkah selanjutnya apabila produktivitas dari
system industri itu telah dapat diukur. Tingkat produktivitas yang harus dievaluasi
dan dicari akar penyebabnya yang menimbulkan kesenjangan-kesenjangan
produktivitas tersebut. Selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas
yang akan dicapai dalam jangka pendek dan jangka panjang. Untuk mencapai
peningkatan produktivitas yang terus menerus dalam sistem industri maka siklus
produktivitas tersebut diulang kembali terus menerus. (Sumanth, 1984).
2.1.3 Unsur-unsur Produktivitas
Sumanth menyatakan bahwa ada beberapa unsur-unsur produktivitas diantaranya
yaitu (Sumanth, 1984):
1. Efisiensi
Kegiatan penghematan penggunaan sumber-sumber dalam kegiatan produksi
atau kegiatan organisasi adala efisiensi. Contohnya adalah penghematan
pemakaian uang, bahan baku, tenaga kerja, waktu, air, ruangan, listrik, dan
sebagaianya.
2. Efektivitas
Seberapa jauh target yang ditentukan dan dapat dicapai, baik dari waktu
maupun kualitas adalah efektivitas. Besar persentase target tercapai semakin
tinggi pula efektivitasnya. Rasio keluaran atau masukan merupakan ukuran
efektivitasnya. Peningkatan efisiensi belum tentu diikuti dengan peningkatan
efektivitasnya, atau pun sebaliknya.
3. Kualitas
Ukuran kulaitas walaupun sulit diukur dari rasio output dan input merupakan
produktivitas. Yang mentukan kualitas output adalah kualitas input dan
kualitas proses. Karena disana ada pertambahan nilai (value added) bagi
konsumen yang berarti menaikan daya saing dan produktivitas sebab output
dengan kualitas tinggi secara tidak langsung meningkatkan rasio output dan
input.
10
2.1.4 Ruang Lingkup Produktivitas
Menurut Mauli (Tamtomo, 2008), produktivitas dapat dibedakan ke dalam 4 ruang
lingkup yang berdasarkan dari tingkat besarnya unit yang dibahas:
1. Produktivitas Skala Nasional
Pendapatan dan keluaran nasional pada suatu waktu didapatkan dengan
mengguanakan estimasi produktivitas. Indeks pertumbuhan, terutama
produktivitas tenaga kerja mengguanakan produktivitas pada lingkup nasional.
Jumlah barang dan jasa yang tinggi pekerja dibandingkan terhadap sebelumnya
sehingga merupakan potensi atau pendapatan yang nyata per pekerja yang
tinggi adalah gambaran dari kenaikan produktivitas nasional tenaga kerja.
2. Produktivitas Skala Industri
Semua faktor yang mempengaruhi serta saling berhubungan dapat
dikelompokan dalam suatu kelompok industri.
3. Produktivitas Skala Organisasi atau Perusahaan
Hubungan antar faktor lebih mudah di analisis pada lingkup ini. Produktivitas
dapat dikendalikan, diukur, dibandingkan terhadap keadaan sebelummnya atau
dibandingkan terhadap perusahaan sejenis
4. Produktivitas Tenaga Kerja (Perorangan)
Lingkungan kerja, keberhasilan peralatan, proses, dan perlengkapan dapat
mempengaruhi seorang pekerja. Munculah kepuasan kerja dan motivasi yang
dimana merupakan faktor yang sulit diukur pada lingkup ini.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Kombinasi dari efektivitas dan efisiensi adalah produktivitas. Efisiensi
berhunbungan dengan pemanfaatan aneka sumber sedangkan efektivitas terkait
dengan kinerja. Beberapa faktor dapat mempengaruhi produktivitas dari suatu
perusahaan. Yang mempengaruhi naik atau turunnya produktivitas secara umum
ada 12 faktor (Sumanth, 1984), yaitu:
1. Investasi
Yang akan menentukan modal usaha dan akan berpengaruh terhadap usaha
dalam mempromosikan produk, penggunaan kapasitas, atau market share
adalah besar kecilnya investasi.
11
2. Rasio Modal Buruh
Apabila perusahaan telah memakai teknologi yang canggih dan tinggi dan
menyebabkan jumlah produksi per unit waktu meningkat artinya rasio semakin
tinggi
3. Penelitian dan Pengembangan
Dengan adanya penelitian dan pengembangan dapat menyebabkan atau
menghasilkan hal-hal yang inovatif.
4. Penggunaan Kapasitas
Persentase pemakaian kapasitas menentukan besar kecilnya keluaran per jam.
5. Pengaruh Pemerintah
Sasaran industri dan sosial yang selalu bertentangan diatur keseimbangannya.
6. Umur Pabrik dan Peralatan
Adanya usaha modernisasi peralatan ditandai dengan tingkat rata-rata umur
pabrik dan peralatan yang semakin tinggi.
7. Ongkos Energi
Masukan energi meningkat cepat maka ongkos produksi pun keseluruhan
meningka, sehingga produktivitas parsial meningkat pada tenaga kerja atau
buruh.
8. Kelompok Kerja
Dengan pergeseran struktur pekerja, semakin dibutuhkannya kerja sama,
keterampilan, dan keahlian.
9. Etika Kerja
Pemanfaatan waktu harus seproduktif mungkin sehingga penghargaan akan
waktu semakin tinggi.
10. Kecemasan Pekerja Akan Keahilangan Pekerjaanya
Banyak orang berpendapat bahwa pengangguaran akan meningkat karena
peningkatan produktivitas dengan sistem kontrol komputer. Adanya
pengalihan sistem menjadi sistem komputer dan microprocessor sistem
kontrol, mengakibatkan banyak orang tidak bekerja (menganggur).
11. Pengaruh Serikat Buruh
12
Adanya pengertian terutama demi tuntutan gaji dan upah diperlukan serikat
buruh sangan kuat. Penopang peningkatan produktivitasnya merupakan kerja
sama antara buruh dengan manajemen
12. Manajemen
Faktor yang dianggan dominan terutama daka proses penjadwalan dan
perencanaan, kejelasan instruksi pada tenaga kerja, dan pengaturan beban kerja
adalah manajemen.
2.3 Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas bisa dilakuakan dengan mengguanakan berbagai macam
ukuran, baik pada tingkat perusahaan maupun semua unit atau semua kegiatan
individual. Untuk menentukan arah dari produktivitas itu sendiri , turun ataupun
naik dapat dibandingkan produktivitasnya terhadap pesaing, dan mengukur dampak
semua program perbaikan produktivitas atau pengurangan biaya yang mereka
lakukan, maka produktivitas harus diukur dan dimonitor (Handoko, 2000).
Menurut Sumanth (1984: 7), pengukuran produktivitas dibedakan menjadi tiga
strata faktor yaitu:
1. Produktivitas Pasrial (Single-Factor Productivity)
Membandingkan keluaran (output) dangan masukan (input) adalah
produktivitas parsial. Material, tenaga kerja, energi, dan kapital bisa menjadi
salah satu produksi. .
Produktivitas =Keluaran
Satu Masukan… … … … … … … … … … … … … … (2.2)
2. Produktivitas Total
Membandingkan keluaran dengan semua faktor masukan, sehingga dapat
mencerminkan pengaruh semua masukan dalam menghasilkan keluaran
merupakan produktivitas total. Produktivitas total ini bisa menjadi sebuah alat
untuk mendiganosa sesuatu yang berharga dalam tingkat perusahaan atau unit
operasi, misalnya faktor modal, tenaga kerja, dan input lainnya pada
pertumbuhan produktivitas untuk melihat kontribusi.
Produktivitas =Total Keluaran
Total Masukan… … … … … … … … … … … , … … (2.3)
13
3. Produktivitas Faktor Total
Rasio keluaran bersih terhadapt jumlah masukan tenaga kerja dan faktor modal
merupakan produktivitas faktor total. Keluaran total dikurangi dengan jumlah
rasio barang atau jasa yang dibeli adalah keluaran bersih.
Produktivitas =Keluaran
Beberapa Masukan … … … … … … . . … … . … … (2.4)
Berikut ini merupakan keuntungan dan batasan dari masing-masing jenis
pengukuran produktivitas.
Table 2-1 Keuntungan dan Batasan Pengukuran Produktivitas
Sumber: Sumanth, 1984
Keuntungan-keuntungan Batasan-batasan
1. Produktivitas Parsial
a. Mudah untuk dimengerti dan
dipahami.
b. Mudah dalam mendapatkan
atau mengumpulkan data.
c. Perhitungan mudah dilakukan.
d. Karena tiga keuntungan diatas
sehingga mudah untuk di
manajerial.
e. Data-data dari beberapa
indikator produktivitas telah
banyak di berbagai industri.
f. Jika dibandingkan dengan
produktivitas faktor-faktor dan
produktivitas total merupakan
diagnosa yang sangat tepat
untuk meningkatkan
produktivitas
a. Jika menggunakan satu parsial
tidak dapat dikatakan akurat
dan mungkin masih terdapat
factor-faktor yang tidak
diketahui
b. Banyaknya cost keseluruhan
tidak dapat diterangkan.
c. Area kesalahan dapat
diperbaiki dengan kontrol
manajemen sehingga dapat
menunjukkan kesalahan shift
kerja.
d. Pengukuran produktivitas
parsial dapat merupakan
pendekatan yang sukses dan
sebaliknya merupakan kontrol
keuntungan
2. Produktivitas Faktor-Total
a. Record data dari perusahaan
relative lebih mudah untuk
didapat dibandingkan dengan
produktivitas total.
b. Biasanya sangat menarik dalam
sudut pandang ekonomi.
a. Faktor langsung dari material
dan energy sebagai input tidak
dapat ditunjukkan.
b. Karena kesulitan bagi manajer
operasi mengubungkan
tambahan nilai dengan efisiensi
produksi maka pendekatan
tambahan nilai material yang
dicapai perusahaan sebagai
output tidak tepat didefinisikan
sebagai output
14
c. Faktor dari total biaya produkdi
input tidak langsung
menunjukkanukuran
produktivitasnya merupakan
porsi biaya material yang tidak
tepat.
d. Semua data untuk
membandingkan produktivitas
relative sulit , walaupun pada
industri periode waktu tertentu
dan spesifik waktu tertentu
ukuran dipublikasikan
3. Produktivitas Total
a. Semua faktor-faktor output dan
input keseluruhan
dibandingkan, agar lebih
akurat.
b. Profit dapat dikontrol oleh top
managemen sehingga lebih
akurat.
c. Cara yang efektif adalah
digunakan bersama dengan
produktivitas parsial.
d. Melakukan analisa
produktivitas lebih mudah .
e. Biaya total berhubungan
langsung
a. Data-data perhitungan
produktivitas sulit didapat
kecuali data tercatat untuk
analisa produktivitas total.
b. Karena semua faktor output dan
input yang tidak dapat
dijangkau, Produktivitas parsial
dan produktivitas faktor total
tidak dapat benar-benar
membandingkan output dan
input secara keseluruhan.
Yang paling banyak digunakan oleh perusahaan adalah pendekatan produktivitas
parsial. Rasio atau indeks produktivitas tentang tenaga kerja, penjualan, organisasi,
produk, dan produksi dapat mengukur produktivitas parsial (Sinungan, 2008)
2.4 Manfaat Pengukuran Produktivitas
Pada tingkat produktivitas mana perusahaan itu beropersi agar dapat
membandingkan produktivitas standar adalah suatu kewajian bagi organisasi.
Produktivitas standar ditetapkan oleh manajen untuk mengukur produktivitas dari
waktu ke waktu, serta membandingkan dengan produktivitas industri yang sejenis
dan menghasilkan produk serupa. Perusahaan dapat membandingkan daya saing
dari produknya di pasar global kompetitif adalah suatu hal yang penting.
15
Suatu organisasi akan mendapatkan manfaat dari pengukurna produktivitas
diantaranya:
1. Tingkat produktivitas antara yang direncanakan dan yang diukur menjadi dasar
strategi dalam meningkatkan kesenjangan produktivitas.
2. Dimasa mendatang perencanaan target produktivitas dapat diubah kembali
yang berdasarkan informasi-informasi pengukuran tingkat produktivitasnya.
3. Baik dalan jangka panjang maupun jangka pendek, melalui pengukuran
produktivitas perencanaan sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien.
4. Pada skala nasional maupun global, dalam membandingkan tingkat
produktivitas di antara industri sejenis dan organisasi perusahaan pengukuran
tingkat produktivitas perusahaan merupakan informasi yang sangat
bermanfaat.
5. Dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut
produktivitas tujuan ekonomis dan nonekonomis dari perusahaan dapar
diorganisasiakan kembali. Dengan meningkatkan produktivitas melalui
efisiensi penggunaan sumber daya, perusahaan dapat menilai tingkat efisiensi
perusahaannya.
6. Tindakan-tindakan kompetitif berupa semua upaya peningktana produktivitas
terus menerus tercipta dari pengukuran produktivitas.
Yang akan menjadi landasan di dalam membuat kebijakan kebijakan perbaikan
produktivitas secara keseluran dalam proses bisnis adalah hasil pengukuran
produktivitas perusahaan. Untuk mendukung pengukuran produktivitas yang valid
ada beberpaa kondisi yang sangat diperlukan yaitu:
1. Yang harus dirumuskan secara jelas adalah berbagai masalah yang berkaitan
serta peluang untuk mempebaiki produktivitas. Program pengukuran
produktivitas harus dimulai sebagai permulaan.
2. Sistem industri keseluruhan adalah fokus dari pengukurna produktivitas pada
sistem industri dilakukan pengukuran produktivitas.
3. Pengukuran produktivitas bersifat partisipatif karena melibatkan semua
indivitdu yang terlibat dalam proses industri.
16
4. Peta-peta, diagram-diagram, tabel hasil perhitungan statistik dapat ditunjukan
atau ditampilkan dari hasil pengukuran produktivitas.
5. Komitmen secara menyeluruh dari karyawan dan manajemen dalam
pengukuran produktivitas dan perbaikan perlu adanya.
2.5 Model-Model Pengukuran Produktivitas
Ada berbagai macam metode atau model pengukuran produktivitas pada tingkat
perusahaan, diantaranya;
a. Model David J. Sumanth
b. Model POSPAC
c. Model Marvin E. Mundel
d. Model Craig-Harris
e. Model Pendekatan Angka indeks
f. Model APC (the American production center)
g. Model OMAX
2.5.1 Model Produktivitas Total David J. Sumanth
Model produktivitas total ini dikembangkan oleh David J. Sumanth untuk lingkup
perusahaan dengan mempertimbangkan seluruh faktor masukan dalam
menghasilkan keluaran. Model ini disamping dapat diterapkan pada perusahaan
manufaktur juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa.
Sehingga dalam hal ini yang dimaksud dengan ‘produk’ meliputi produk secara
fisik pada perusahaan manufaktur maupun produk non fisik pada perusahaan yang
bergerak pada bidang jasa. Model produktivitas total David J. Sumanth dinyatakan
sebagai berikut;
Produktivitas Total = Total Keluaran (tangible)
Total Masukan (tangible)
Atau
Produktivitas Total = Total Keluaran produk i
Total Masukan produk i
Dimana;
Total keluaran meliputi:
17
Nilai unit produk jadi
Nilai unit produk setengah jadi
Deviden
Bunga
Pendapatan lainnya
Total masukan meliputi :
Nilai tenaga kerja
Nilai bahan
Nilai energi
Nilai modal
Biaya lainnya
2.5.2 Model Produktivitas Parsial POSPAC
Model produktivitas parsial POSPAC pertama kali dicetuskan pada saat
berlangsungnya kongres produktivitas dunia ke-4, pada bulan Mei 1984 di Olso,
Norwegia. Sehingga model pengukuran produktivitas ini diberi nama model
pengukuran skandinavia atau habberstad.
Pada dasarnya model ini, merupakan gabungan dari beberapa ukuran produktivitas
parsial yang masing-masing akan menggambarkan produktivitas sebagai
kelompaok aktivitas yang diklasifikasikan kedalam enam kelompok, yang masing-
masing kelompok menunjang kepada perbaikan suatu jenis produktivitas di dalam
perusahaan (Max, 2002).
Adapun ke-enam bidang yang dapat memungkinkan adanya peningkatan nilai
tambah atau pengunaan sumber-sumber yang lebih efektif adalah;
1. Produktivitas produksi (Production productivity)
2. Produktivitas organisasi (Organization productivity)
3. Produktivitas penjualan (Sales prodduktivity)
4. Produktivitas produk (Produc productivity)
5. Produktivitas tenaga kerja (Arbieter productivity)
6. Produktivitas modal (Capital productivity)
18
2.5.3 Model Marvin E. Mundel
Mervin E. Mundel pada tahun 1983 mengemukakan tentang pengukuran indeks
produktivitas (IP), dalam hal ini terdiri atas dua bentuk, yaiu;
IP = OAMP/RIMP
AOBP/RIBP 𝑥 100
IP = OAMP/OABP
RIMP/RIBP 𝑥 100
Dimana;
IP = Indeks Produktivitas
AOMP = Keluaran agregat untuk periode dasar
RIMP = Masukan untuk periode yang diukur
RIBP = Masukan untuk periode dasar
Dari kedua bentuk pengukuran indeks produktivitas Marvin E. mundel di atas,
tampak bahwa keduanya serupa, sehingga dalam penerapan produktivitas pada
perusahaan, kita dapat menggunakan salah satunya. Bentuk formula yang pertama
merupakan perbandingan antara indeks kinerja pada periode terukur dengan indeks
kinerja dasarnya. Sedangkan bentuk formula yang kedua merupakan perbandingan
antara indeks keluaran dengan indeks masukan.
2.5.4 Model Craig-Harris
Menurut Craig-Harris pengukuran produktivitas total dinyatakan dalam formulasi
matematis sebagai berikut;
Pt = Ot
L + C + R + Q
Dimana:
Pt = Produktivitas total
Ot = keluaran total
L = Faktor masukan tenaga kerja
C = Faktor masukan modal
R = Faktor masukan bahan baku
Adapun penjelasa dari model Craig-Harris diatas adalah sebagai berikut:
19
1. Keluaran adalah (jumlah unit yan g diproduksi X harga jual) + dividen + bunga
+ sumber-umber pendapatan lainnya
2. Masukan tenaga kerja adalah jumlah jam kerja tiap klasifikasi pekerja X upah
rata-rata pada periode dasar para pekerja
3. Masukan Modal adalah modal lancar + modal tetap
4. Masukan bahan baku dan alat adalah komponen yang dibeli X harga bahan
baku dan komponen pada periode dasar
2.5.5 Pendekatan Angka Indeks
Pada dasarnya angka indeks suatu besaran yang menunjukan variasi perubahan
dalam waktu dan ruang mengenai suatu hal tertentu. Pengukuran angka indeks yang
telah umum dilakukan terutama dalam bidang ekonomi adalah indeks harga dan
indeks produksi yang biasanya dipergunakan untuk mengukur perubahan harga atau
perubahan produksi sepanjang waktu tertentu. Dengan demikian angka indeks yang
diperoleh dapat diperbandingkan dengan keadaan periode dasar itu. Dari sini akan
dapat terlihat perubahan apakah perubahan bersifat naik, tetap, atau juga turun.
Sebagai contoh; misalnya harga suatu produk sebear 40 ribu rupiah dalam tahun
dasar, katakanlah pada tahun 1989. kemudian diketahuai harga produk itu telah
meningkat sebesar 60 ribu rupiah pada tahun 1990 dan 68 ribu rupiah pada tahun
1991. dengan memperlakukan harga 40 ribu rupiah sebagai seratus dalan tahun
1989 (tahun dasar). Maka indeks untuk tahun 1990 dan 1991, akan menjadi:
Indeks harga 1990 = 60000
40000𝑥100 = 150
Indeks harga 1990 = 68000
40000𝑥100 = 170
Berdasarkan angka indeks harga yang dihitung, kita mengetahuai bahwa harga
produksi itu telah meningkat sebesar 50% dalam tahun 1990 dibandingkan terhadap
harga tahun dasar 1989, serta harga telah meningkat sebesar 70% pada tahun 1991
dibandingkan pada harga tahun dasar 1989. kita dapat membuktikan secara mudah
besar poersentase keniakan itu dengan rumus sebagai beruikut;
60000 − 40000
40000𝑥100 = 50%
20
68000 − 40000
40000𝑥100 = 70%
Dengan menggunakan angka indeks kita dapat menyatakan produktivitas pada titik
waktu yang berbeda.
2.5.6 Model Kendrick dan D. Creamer
Angka indeks yang diperkenalkan Kendrick dan Creamer terdiri dari tiga jenis
yaitu; produktivitas total, produktivitas faktor total, dan produktivitas parsial.
Indeks prodduktivitas total untuk periode tertentu diukur sebagai berikut:
Output periode tertentu dalam harga − harga periode dasar
Input periode tertentu dalam harga − harga peroide dasar
Selisih antara output periode tertentu dalam harga-harga periode dasar dan input
dalam harga-harga periode dasar menunjukan peningkatan (atau penurunan)
produktivitas dalam periode itu. Indeks produktivitas faktor total diukur
berdasarkan:
Output bersih
Input faktor total
Dimana;
Output bersih adalah output total – barang dan jasa antara
Input faktor total adalah ( input jam kerja dari periode waktu tertentu yang diboboti
berdasarkan rata-rata penghasilan per jam dalam periode dasar) + (input modal dari
periode tertentu yang dinyatakan dalam harga-harga periode dasar dan diboboti
berdasarkan “rate of return” periode dasar, dengan penyusustan diperlakukan
sebagai jasa antara)
Peningkatan atau penurunan produktivitas dapat dilihat berdasarkan selisih antara
output bersih dan input faktor total. Berdasarkan definisi pengukuran diatas, tampak
bahwa indeks produktivitas faktor total ditentukan dengan jalan mengeluarkan
pengaruh dari barang-barang dan jasa antara yang ada pada sisi input dan output.
Indek produktivitas parsial dapat ditentukan sebagai berikut;
21
Produktivitas parsial dari tenaga kerja
Output dalam harga − harga periode dasar
Input tenaga kerja dalam harga − harga periode dasar
Produktivitas parsial dari material
Output dalam harga − harga periode dasar
Input material kerja dalam harga − harga periode dasar
Catatan, angka indeks pada periode dasar harus ditentukan sedemikian rupa agar
bernilai 100 (seratus)
2.5.7 Model APC
Pusat Produktivitas Amerika (the American Productivity Center = APC) telah
mengemukanan ukuran produktivitas yang didefinisikan sebagai berikut:
Frofitabilitas = hasil penjualan
biaya − biaya
Frofitabilitas = Banyaknya output x harga per unit
banyaknya input x harga per unit
Frofitabilitas = Banyaknya output
banyaknya input t𝑥
harga
biaya
Frofitabilitas = IP x indeks perbaikan harga
Dari ukuran produktivitas yang dikemukakan APC tampak adanya hubungan
frofitabilitas dengan produktivitas dan faktor perbaikan harga. Rasio produktivitas
memberikan suatu indikasi penggunaan sumber-sumber dalam penghasilan output
perusahaan.
Dalam model APC, kuantitas output dan input setiap tahun digandakan dengan
harga-harga dan biaya per unit setiap tahun digandakan dengan kuantitas output dan
input pada tahun tertentu akan menghasilkan indeks perbaikan harga pada tahun itu.
Dengan diketahui indeks produktivitas dan indeks perbaikan harga. Maka indeks
profitabilitas dapat ditentukan dengan jalan:
Indeks Frofitabilitas = Indeks produktivitas x Indeks perbaikan harga
Atau,
Indeks Produktivitas = Indeks Profitabilitas
Indeks perbaikan harga
Indeks perbaikan haga menunjukan perubahan dalam input terhadap biaya output
perusahaan.
22
Dalam model APC, biaya-biaya per unit tenaga kerja, material, dan energi dihitung
atau ditentukan secara langsung, sedangkan perhitungan input modal ditentukan
berdasarkan depresiasi total ditambah keuntungan relatif terhadap harta total (harta
tetap + modal kerj) yang dipergunakan. Dengan demikian, input modal untuk satu
periode tertentu = depresiasi untuk (periode itu + (ROA periode dasar) X (harta
sekarang yang dipergunakan).
Catatan ROA = return of asset
2.6 Model Pengukuran Objective Matrix (OMAX)
2.6.1 Latar Belakang Objective Matrix (OMAX)
OMAX atau dikenal dengan Objective Matrix merupakan sistem pengukuan ynag
dikembangkan untuk memantau produktivitas pada setiap bagian perusahaan
dengan kriteria-kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian
tersebut (Objektif). Riggs di Oregon State University adalah pengembang dari
model OMAX ini. Semua kriteria produktivitas digabungjan oleh OMAX kedalam
bentuk terpadu dan saling berhubungan. Seluruh jajaran di perusahaan pun ikut
terlibat. Pada pengukuran OMAX, memperbaiki dan mempertahankan aktifitas
seluruh personil. Karena sistem OMAX ini adalah sisem pengukuran yang
diserahkan langsung ke bagian bagian unit proses (Riggs, 1983).
Pengukuran produktivitas dengan model OMAX memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
a. Mudah dipahamani dan relatif lebih sederhana.
b. Tidak memerlukan kebutuhan yang khsus dan juga mudah untuk dilaksanakan.
c. Data-data yang dibutuhkan mudah untuk diperoleh.
d. Lebih flexible, tetapi tergantung juga terhadap masalah yang sedang di hadapi.
2.6.2 Alasan Pemilihan Model Objective Matrix (OMAX)
Masalah-masalah seperti terlalu rumit dan sulit dalam pengukuran
produktivitasndengan mengkombinasikan kriteria-kriteria produktivitas yang
penting dalam bentuk yang terpadu serta saling terkait satu dengan yang lainnya
23
dan mudah dikombinasikan dapat diatasi dengan pengukuran produktivias model
OMAX ini. Mulai dari pekerja tingkat bawah sampai dengan pada manager di
dalam proses pembentukan dan pelaksanaannya, dikarenakan model OMAX ini
terikat dengan seluruh karyawan dan seluruh jajaran pegawai. Perpaduan antara
berbagai ukuran keberhasilan atau kriteria-kriteria produktivitas yang tentunya
sudah dibobot sesuai dengan kepentingan dari masing-masing kriteria-kriteria
tersebut yang merupakan produktivitas total serta menjadi dasar dalam pengukuran
produktivitas total (Mahendra,2007):
1. Semua aktivitas pengukuran produktivitas, penilaian produktivitas,
perencanaaan, serta peningkatan dari produktivitas dijalankan adalah
kemungkinan pada model ini.
2. Dalam peningkatan produktivitas faktor-faktor yang berpengaruh dapat
diidentifikasi dengan baik dan juga dapat diidentifikasikan.
3. Motivasi bagi pekerja adalah hasil dari adanya sasaran produktivitas yang
sangat jelas dan mudah sekali untuk dimenegrti.
4. Persetujuan dari manajemen terhadap peningkatan faktor-faktor peningkatan
produktivitas perusahaan yaitu dengan diadakannya pembobotan yang
menceriminkan pengaruh kriteria masing-masing.
5. Peningkatan produktivitas baik fisik maupun materil dan juga nilai dalm satuan
indikator atau indeks ini adalah gabungan dari semua faktor-faktor yang ada.
2.6.3 Susunan dan Bentuk Model Objective Matrix (OMAX)
Dalam penelitian mengenai pengukuran produktivitas perusahaan ini, Model
pengukuran produktivitas parsial OMAX ini digunakan dalam pengukuran
produktivitas dengan struktur dasar seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini.
24
a
10
9
5
4
3
2
1
0
8
7
6
Indikator Performansi
Skor
Bobot
Nilai
Performansi
Krite
ria
Pro
duktivitas
Level
A
Sekarang IndeksSebelum
B
b1
b2
C
c1
c2
(Sumber : Rigss, 1983)
Gambar 2-2 Struktur Dasar dari Objective Matrix (OMAX)
Berdasarkan Gambar 2.2, bagian penidentifikasian, bagian kuantifikasian, serta
bagian pemantauan adalah kelompok dalam struktir dasar OMAX ini.
A. Blok Pendefinisian, terdiri atas:
1. Kriteria-kriteria yang menjadi ukuran produktivitas pada bagian atau
departemen yang akan diukur produktivitasnya adalah pengertian dari
kriteria produktivitas. Contohnya pada departemen produksi yang akan
menjadi kriteria seperti scrap/100 unit, output/hour. Kriteria ini lebih baik
jika lebih dari satu.
2. Contoh output/hour = 100 dan merupakan nilai tiap produktivitas
berdasarkan pengukuran terakhir adalah pengertian dari performansi
sekarang.
25
B. Blok Kuantifikasi, terdiri dari :
Terdiri atas sebelas bagian dari level 0 sampai dengan level 10. Skala semakin
besar menunjukan semakin baik pula produktivitasnya serta sebaliknya. Skala-
skala dan angka-angka ini menunjukan tingkat performansi dari kriteria-
kirteria yang diukur, Berikut pembagian skala menjadi 3 kelompok:
1. Level 0, yaitu nilai produktivitasnya yang terburuk yang mungkin terjadi.
2. Level 3, yaitu nilai produktivitas performansi sekarang.
3. Level 10, yaitu nilai produktivitasnya yang diharapkan sampai periode
tertentu.
Kenaikkan nilai produktivitas disesuaikan dengan cara interpolasi.
C. Blok Pemantauan, terdiri atas:
1. Contoh, output/hour = 100 berada pada level 5, maka skor pengukuran itu
adalah 5. Jika terdapat pengukuran yang tidak sesuai dengan angka yang
terdapat pada matrix maka dilakukan pembulatan ke bawah. Yang dimana
skor adalah nilai level pengukurna produktivitas.
2. Jumlah dari bobot tiap kriteria adalah 100. Besarnya bobot dari tiap kriteria
produktivitas total adalah bobot.
3. Perkalian tiap skor dengan bobotnya adalah nilai.
4. Jumlah dari tiap Indeks Produktivitas (IP), dihitung sebagai persentase
kenaikan atau penyususnan terhadap performansi sekarang adalah
indikator produktivitas.
2.6.4 Langkah-langkah Penyususnan Objective Matrix (OMAX)
Adapun langkah-langkah untuk menyusun matrix tersebut anatara lain:
a. Mementukan Kriteria Produktivitas
Mengidentifikasi kriteria-kriteria produktivitas yang sesuai bagi unit kerja
dimana pengukuran akan dilaksanakan adalah langkah pertama. Kondisi atau
kegiatan yang mendukung produktivitas yang sedang diukur dan dapat
dikontrol oleh unit kerja tersebut harus dinyatakan. Efisiensi dari input,
efektivitas dari output serta semua ukuran lainnya (interferensial) yang secara
tidak langsung mendukung kegiatan yang akan diukur adalah kriteria-kriteria
tersebut. Kriteria harus mudah dimengerti agar efektif dan mudah diukur.
26
Dilakukan secara baik administrasinya sehingga dapat diterima. Sebaiknya
krieteria-kriteria ini berdiri tidak saling bergantung antara satu dengan yang
lainnya dan merupakan semua faktor yang dapat diukur.
b. Menjelaskan Data
Sesudah semua kriteria teridentifikasi dengan baik, mendefinisikan kriteria-
kriteria tersebut secara lebih terperinci adalah langkah selanjutnya. Setiap
kriteria dijelaskan lebih lanjut, seperti tingkat ketidakhadiran, rasio yang
membentuk kriteria ini harus dijelaskan. Diidentifikasikan dengan jelas juga
pada sumber daya setiap pengukuran laporan yang akurat, sumber daya lain,
serta orang-orang yang terlibat dan bertanggung jawab. Dalam perhitungan
matrik harus dispesifikasikan dengan baik untuk setiap bilangannya.
c. Penilaian Pencapaian Mula-mula
Penjelasan dan pengumpulan data setiap kriteria adalah langkash selanjutnya
setelah menentukan kriteria yang akan diukur. Mengolah data supaya layak
untuk digunakan adalah langkah selanjutnya. Untuk memperoleh data
pencapaian, pertama diperoleh dengan cara menghitung rata-rata dari periode
data yang ditentukan. Mula-mula pencapaian diletakkan pada level 3 dari skala
level 0 sampai dengan level 10 agar memberikan tempat untuk peraikan
dibandingkan untuk terjadinya kemunduran.
d. Menetapkan Sasaran (Level 10)
Pencapaian mula-mula berada pada level 3, pencapaian harapan atau
pencapaian yang ingin dituju nantinya adalah level 10. Level 10 ini berkaitan
dengan semua sasaran yang ingin dicapai di waktu mendatang sehingga
berkesan optimis. Gambaran yang realistis dan diperhitungkan pula faktor-
faktor yang realistis adalah sasaran uang harus diambil. Dalam beberapa waktu
mendatang telah terjadi kemunginan adanya peralatan baru atau terjadinya
perubahan.
e. Menetapkan Sasaran Jangka Pendek
Level 0, level 3, dan level 10 jika sudah terisi maka level yang tersisa lainnya
dapat diisi. Level-level yang terisisa yaitu level 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 adalah suatu
sasaran intermediate sebelum tingkat pencapaian saat ini beserta dengan
sasaran yang diharapkan dapat dicapai pada setiap kriteria produktivitas. Dari
27
level 3 ke level 0 juga dilakuakan seperti di atas. Tergantung pada kesepakatan
karena tidak ada syarat yang baku .Pokok perhatian dari struktur skalan ini
adalah seberapa baik pelevelan ini dimengerti oleh orang yang
produktivitasnya diukur. Sehingga ada sebelas tingkatan pencapaian untuk
tiap-tiap kriteria. Dari satu kolom atas ke bawah dari badan matriks diisi oleh
satu kriteria.
f. Menetukan Derajat Kepentingan
Seberapa besar derajat kepentingan setiap kriteria diberi bobot karena setiap
kriteria tidak mempunyai pengaruh yang sama pada produktivitas keseluruhan.
Pembobotan berfungsi untuk memberikan perhatian dan kesemptana secara
langsung pada aktivitas-aktivitas yang berpotensi besar bagi peningkatan
produktivitas. Manajer biasanya melakukan pembobotan ini. 100 % adalah
total keseluran semua kriteria. Secara teknis matrix ini dapat digunakan untuk
pengikuran tingkat produktivitas dan mengetahui cara meningkatkan
produktivtas, bila pembobotan telah dilaksanakan.
2.6.5 Pengoperasian Objective Matrix
Matriks dapat dioperasikan setelah seluruh bandan matriks terisi dengan lengkap.
Berikut adalah cara pengoperasian matriks:
a. Pencapaian sekarang
Mengumpulkan data dari setiap kriteria atau rasio selama periode pengukuran
yang akan dilakukan dan pencapaian sebenarnya ditetapkan untuk setiap
kriteria atau rasio tersebut merupakan langkah awal pada tahap ini.
Dimasukkan data-data yang didapat ke dalam kolom-kolom pencapaian pada
bagian atas matirks.
b. Melingkari bilangan pencapaian (No.1) pada badan matrik.
Pada bilangan yang tepat sama dengan bilangan pencapaian maka dilingkari
pada bagian badan matriks tersebut. Yang dilingkari adalah bilangan yang
berada dibawahnya. Yang harus diingat adalah setiap kotak pada matriks
adalah suatu rintangan yang harus diatasi untuk mencapai skor tertentu.
Pencapaian yang lebih kecil dari pencapaian terburuk yang diperoleh atau
berada pada level terbawah tetap berada pada level 0 periode tersebut.
28
c. Penetuan skor
Tingkat skor yang dicapai ditunjukan oleh bilangan yang dilingkari. Pada
kolom skor yang berada pada bagian bawah matriks diletakkan tingkat skor
tersebut.
d. Penetuan nilai
Skor yang telah didapat dikalikan dengan besarnya pembobotan sesuai dengan
bobotnya masing masing. Hasil tersebut diletakkan di kolom nilai yang terletak
pada bagian bawah matriks.
e. Indikator pencapaian
Indikator pencapaian diperoleh dari hasil penjumlahan nilai-nilai yang didapat
untuk setiap kriteria.
f. Indeks
Jika membandingkan dengan nila dari periode lain, sebuah indikator
produktivitas hanyalah bermanfaat. Berdasarkan nilai skor satu unit kerja tidak
bisa dibandingkan dengan unit kerja lainnya, karena kriteria setiap unit berbeda
dan kondisinya bervariasi. Indeks performansi diperlukan sebagai nilai bobot
total yang dimana digunakan untuk menila perkembangan dari waktu ke waktu.
Untuk menghitung performasi saru period ke periode selanjutnya dapat
menggunakan indeks produktivitas.
2.7 Alat Implementasi Kaizen
2.7.1 Brainstorming
Brainstorming merupakan suatu startegi atau suatu metode pemecah masalah yang
kreatif (Alex, 1963). Metode yang menitik beratkan pada pengungkapan pendapat
ini bermula dengan keinginan Osborn untuk mendorong karyawannya supaya dapat
berpikir kreatif mencari solusi dari permasalahan yang ada pada perusahannya
dengan cara berdiskusi dimana setiap karyawannya bebas mengungkapkan
pendapat.
Metode Brainstroming dikenal juga dengan metode curah pendapat atau sumbang
saran. Menurut Morgan Brainstorming adalah salah satu bentuk berpikir kreatif
sehingga pertimbangan memberikan jalan untuk berinisiatif kreatif. Peserta
29
didorong untuk mencurahkan semua ide yang timbul dari pikirannya dalam jangka
waktu tertentu berkenaan dengan beberapa masalah dan tidak diminta untuk
menilainya selama curah pendapat berlangsung. Penilaian akan dilakukan pada
periode berikutnya dimana semua ide dipilih, dievaluasi, dan mungkin diterapkan.
Sejalan dengan itu Kang dan Song mengungkapkan Metode brainstorming adalah
teknik diskusi kelompok dimana anggotanya menyatakan sebanyak mungkin ide-
idenya atas topik tertentu tanpa hambatan dan pertimbangan aplikasi praktisnya.
Spontanitas dan kreativitas merupakan bagian penting dalam curah pendapat,
penilaian terhadap ide-ide dilakukan pada sesi berikutnya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa metode brainstorming adalah suatu bentuk diskusi dimana
peserta didorong untuk menyatakan gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,
pengalaman serta ide-ide mengenai suatu masalah tanpa adanya penilaian dari
peserta lain.
Pelaksanaan Brainstorming dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyatukan persamaan masalah secara jelas.
b. Semua anggota kelompok harus berfikir dan membuat catatan.
c. Tiap-tiap anggota yang memberikan ide/pendapat tidak boleh disanggah oleh
anggota lain.
d. Setiap anggota kelompok menyiapkan suatu rangking dari ide-ide atau respon
yang diterima.
e. Ranking individual kelompok meyiapkan suatu rangking dari ide-ide atau
respon yang diterima.
f. Memprioritaskan untuk memilih ide-ide terbaik dari berbagai ide atau respon
yang telah dikemukakan.
2.7.2 Diagram Tulang Ikan (Fishbone)
Diagram sebab-akibat atau sering disebut juga sebagai fishbone digram atau
ishikawa diagram, sesuai dengan nama Prof. Kaoru Ishikawa dari Jepang yang
memperkenalkan diagram ini. Diagram sebab-akibat adalah suatu pendekatan
terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam
30
menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan
yang terjadi. Dapat untuk melihat hubungan atau kolerasi dari satu faktor penyebab
yang berhubungan dengan faktor lain adalah fungsi pemakaian diagram sebab
akibat. (Wingjosoebroto, 2006).
Diagram ini dapat digunakan dalam situasi dimana terdapat pertemuan diskusi
dengan mengguanakan brainstorming untuk mengidentifikasikan penyebab suatu
masalah terjadi, diperlukan analisis lebih terperinci terhadp suatu masalah, dan
terdapat kesulitan untuk memisahkan penyebab dari akibat.
Diagram sebab akibat memiliki kegunaan sebagai berikut:
a. Mengenal penyebab-penyebab yang sangat penting.
b. Memahami akibar-akibat dan semua penyebab.
c. Memperbandingkan prosedur kerja.
d. Menemukan pemecahan yang tepat.
e. Memecahkan hal apa yang harus dilakuakan.
f. Menganalisa kondisi menjadi lebih efisien aktual untuk perbaiakan kulaitas
jasa atau produk, dan juga minimasi biaya.
g. Dapat dibuatnya standarisasi operasi yang sudah ada maupun yang sedang
direncanakan.
h. Untuk membuat keputusan dan tindakan perbaikan pada ketidak sesuain
tersebut merupakan pembelajaran bagi pihak terkait
i. Menghilangkan dan mengurangi kondisi menyebabkan ketidak sesuan produk
atau jasa serta keluhan dari pelanggan.
Berikut ini adalah Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab-akibat
(Wingjosoebroto, 2006):
a. Garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung sebelah kanan dan kotak
depannya di gambar. Kotak di paling kanan disi dengan masakah yang akan
dianalisis.
31
Gambar 2-3 Langkah 1: Menyepakati Pernyataan Masalah
b. Dikotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama
dituliskan kategori’penyebab utama. Kotak tersebut dengan’garis panah yang
miring kearah garis’panah utama dihubungkan. Berikut ini adalah kategori-
kategori yang digunakan antara lain:
1. Digunakan dalam industri manufaktur adalah kategori 6M :
a. Mesin dan teknologi (Mechine)
b. Metode atau proses (Method)
c. Bahan Baku (Material),
d. Tenaga kerja (Man Power)
e. Pengukuran atau inspeksi (Measurment)
f. Lingkungan (Milieu/Mother nature)
2. Digunakan dalam industri jasa adalah kategori 8P:
a. Produk atau jasa (Product)
b. Harga (Price)
c. Tempat (Place)
d. Promosi atau hiburan (Promotion)
e. Orang (People)
f. Proses (Proses)
g. Bukti fisik (Physical Evidence)
h. Produktivitas dan kualitas (Product and Quality)
3. Digunakan dalam industri jasa adalah kategori 5S:
a. Lingkungan (Soundings)
b. Pemasok (suppliers)
c. Sistem (systems)
d. Keterampilan (skills)
32
e. Keselamtan (safety)
Di atas merupakan kategori-kategori sebagai saran, kategori-kategori lain bisa kita
gunakan untuk membantu mengatur semua gagasan. Biasanya jumlah kategori ada
empat sampai dengan enam kategori.
Gambar 2-4 Langkah 2: Mengidentifikasi Kategori-kategori
c. Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, yang
mana penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama.
Hubungkan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab
utama yang bersangkutan.
Gambar 2-5 Langkah 3: Menemukan Sebab-sebab Potensial
2.7.3 5W1H
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menggali akar penyebab masalah
(root cause analysis) adalah dengan menggunakan metode 5W dan 1H. 5W adalah
suatu metode untuk menggali penyebab masalah yang lebih mendalam secara
sistematis untuk menemukan cara penaggulangan yang lebih dalam pula. Metode
ini pertama kali dikembangkan oleh Sakichi Toyoda dan digunakan sebagai
33
metodologi Toyota Motor Corporation selama perkembangan manufaktur mereka.
Metode ini merupakan bagian penting dari proses penyelesaian masalah yang
menjadi bagian dari Toyota Production System.
Buku “the Quality Toolbox”, oleh Nancy R. Taugue, mendeskirpsikan suatu
metode atau pendekatan untuk mengajukan pertanyaan terhadap proses atau sebuah
persoalan. Struktur pertanyaannya ini yang memaksa pelaku mempertimbangkan
aspek-aspek yang mungkin bisa berkaitan dengan persoalan-persoalan yang sedang
dihapadi. Metode ini biasanya bergunakan untuk menganalisa proses atau upaya
untuk peningkatan peluang, atau ketika masalah telah teridentifikasi, akan tetapi
perlu pemahaman lebih lanjut. Tetapi dengan adanya modifikasi tertentu, metode
ini bisa digunakan dalam merencanakan sebuah proyek atau langkah-langkah dalam
perencanaannya. Selain itu metode ini juga bisa berguna untuk mengkaji ulang
proyek-proyek yang telah dilaksanakan, dan juga bisa mempermudah dalam
pembuatan laporan, persentasi, atau sekedar menulis artikel. Metode 5W+1H, yaitu:
1. Apa (What) adalah apa yang menjadi target utama dengan menetapkan
penyebab yang paling utama yang dapat diperbaiki.
2. Mengapa (Why) adalah, mengapa rencana tindakan itu diperlukan dengan
mecari alasan dan membadningkan antara produk yang bagus dengan produk
cacat atau rusak.
3. Diaman (Where) adalah diamana rencana itu akan dilaksanakan.
4. Bilamana (When) adalah bilamana aktivitas rencana tindakan itu akan terbaik
untuk dilaksanakan.
5. Siapa (Who) adalah siapa yang akan mengerjakan aktivitas rencana tindakan
itu, yaitu dengan mengidentifikasi struktur organisasi untuk menentukan
jabatan atau posisi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan langkah
perbaiakan.
6. Bagaimana (How) adalah bagaimana langkah-langkah dalam penerapan
tindakan peningkatan itu.
Langkah- langkah yang telah direkomendasikan oleh Nacy R. Tague didalam
bukunya tersebut:
34
1. Selalu mengkaji ulang berbagai situasi yang dihadapi dalam sebuah
penelitian/penggalian data.
2. Semua unsur dalam 5W+1H harus dipahami.
3. Pertanyaan yang relevan terhadap setiap unsur dalam 5W1H dikembangkan.
Tidak melihat urutan karena tidak penting.
4. Pertanyaan yang sudah dikembangkan di jawab. Data kurang jika masih ada
pertanyaan yang belum terjawab.
5. Dilanjutkan dengan:
a. Jawaban dikembangkan menjadi startegi perencanaan, jika dalam
konyeks perencanaan.
b. Jawaban dan pertanyaan tersebut digunakan untukpenggalian lebih
lanjut, jika dalam kontek analisa proses/proyek.
c. Jawaban dan pertanyaan bisa membantu untuk analisa sumber masalah,
jika dalam konteksmengidentifikasi persoalan.
d. Jawaban dan pertanyaan digunakan untuk memodofikasi,
mengembangkan, atau menstandarisai perubahan, jika dalam konteks
mengkaji ulang.
e. Jawaban-jawaban digunakan sebagai isi dari tulisan persentasi, jika
dalam konteks mempersiapkan tulisan atau persentasi.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Studi Pendahuluan
Penyusunan penelitian ini dimulai dengan melakuakan studi pendahuluan yang
bertujuan untuk mencari informasi mengenai masalah yang ada di PT ARB Farma
yang berkaitan dengan pengukuran produktivitas serta mempelajaari metode-
metode yang sesuai yang akan digunakan dalam pemecahan masalah. Dalam studi
pendahuluan ini terdapat dua acara yang dilakukan yaitu:
3.1.1 Studi Lapangan
Studi lapangan digunakan sebagai sarana untuk mengetahui kondisi yang dijadikan
objek penelitian berlangsung, dengan melakukan pengamatan secara langsung di
lapangan maupun wawancara dengan pegawai yang terlibat langsung untuk
mendapatkan informasi mengenai masalah yang ada.
3.1.2 Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan dan
mengumpulkan referensi baik berupa teori-teori dasar maupun metode-metode
pendekatan yang berkaitan dengan metode perumusan masalah dan pemecahan
masalah. Studi pustaka dilakukan dengan tujuan agar penelitian ini tidak
menyimpang dan memiliki landasan yang kuat.
3.2 Penentuan Kriteria Produktivitas
Dilakukan pemilihan kriteria yang dianggap penting pada Laboratorium R&D PT
ARB Farma. Penentuan kriteria ini dilakukan melalui wawancara dan diskusi
dengan pihak perusahaan yang diwakilkan oleh General Manajer R&D, Manajer
Laboratorium R&D, dan Supervisor Laboratorium R&D.
36
3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada tahap ini diperoleh dengan cara observasi langsung,
wawancara, dan diskusi. Kegiatan ini dilakuakan guna memperoleh data-data yang
diperlukan untuk dilakukan pengolahan data. Data-data yang dikumpulkan
meliputi:
a. Data-data bersifat umum
1. Kegiatan di Laboratorium R&D
b. Data-data bersifat khusus
Bekaitan dengan topik masalah yang akan diteliti dan kriterian produktivitas
yang akan diukur yaitu:
1. Data Jumlah assay yang dicapai, assay adalah perkalian antara jumlah
sampel dengan bobot analisa sampel.
2. Data jumlah manhour.
3. Data jumlah sampel yang dianalisa tepat waktu.
4. Data jumlah sampel yang masuk.
5. Data jumlah sampel yang dianalisa.
6. Data jumlah waktu kerja lembur terpakai.
7. Data jumlah waktu kerja lembur tersedia.
8. Data jumlah kesalahan analisa.
9. Data jumlah jam tersedia alat HPLC.
10. Data jumlah jam downtime alat HPLC.
11. Data jumlah penggunaan reagen.
3.4 Pengolahan Data
Pengolaha data dilakuakn dengan menggunakan metode Objective Matrix. Tahapan
ini dimulai dengan melakukan pengukuran standar awal yakni tingkat produktivitas
tahun 2018, menentukan bobot, pembentuk matriks, pemnerapan metode Objective
matrix, mengukjur indikator pencapaian, dan mengukur hasil produktivitas.
3.5 Analisa Pemecahan Masalah
Setelah melakuakn pengolahan data, maka selanjutnya akan dilakukan analisis
terhadap hasil yang diperoleh. Adapun analisis yang dilakukan meliputi:
37
a. Analisis perhitungan indeks produktivitas.
b. Analisis terhadap kriteria produktivitas yang diukur.
c. Analisis permasalahan (Root Cause Analysis) terhadap kriteria produktivitas
kritis yang mempengaruhi peningkatan produktivitas. Adapun alat yang
digunakan untuk mengevalusasi akar penyebab masalah rendahnya nilai
produktivitas pada kriteria produktivitas yang diukur adalah diagram tulang
ikan (fishbone).
3.6 Usulan Perbaikan
Tahapan selanjutnya yaitu memberikan usulan-usulan perbaikan bagi perusahaan
terhadap kriteria-kriteria produktivitas yang dinilai rendah yang dapat diupayakan
untuk peningkatan produktivitas secara terus-menerus (kaizen). Usulan-usulan
perbaiakn disususn dalam bentuk action plan yang berdasarkan pada metode 5W
dan 1H yaitu What (apa), Why (mengapa), Who (Siapa), Where (dimana), When
(Kapan), dan How (bagaimana) sehingga hasilnya dapat menuju peningkatan
produktivitas.
3.7 Kesimpulan dan Saran
Tahapan terakhir yang akan dilaksanakan adalah penarikan kesimpulan dan saran.
Berdasarkan hasil analisis produktivitas yang dilakuakan maka diperoleh suatu
kesimpulan yang merupakan rangkuman dari hasil-hasil yang diperoleh dari
pengolahan data, serta saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
oleh pihak perusahaan dalam usaha peningkatan produktivitas perusahaan.
38
Skema diagram alir dari tahapan-tahapan yang telah dijelaskan di atas dapat dilihan
pada gambar 3.1
Mulai
Studi Pendahuluan
1. Studi Lapangan
2. Studi Pustaka
Rumusan Masalah
Kebutuhan peningkatan produktivitas agar Laboratorium R&D dapat
memenuhi target perusahaan yang semakin meingkat setiap tahunnya
Tujuan Penelitian
1. Menetukan kriteria-kriteria produktivitas yang berpengaruh bagi
perusahaan.
2. Mengukur produktivitas pada Laboratorium R&D PT ARB Farma.
3. Mengatur faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya
produktivitas
4. Memberikan ususlan perbaiakan untuk meningkatkan produktivitas.
Penetuan Kriteria Produktivitas
Penetuan kriteria produktivitas yang dianggap
penting di laboratorium R&D
A
39
A
Pengumpulan Data
1. Wawancara dan diskusi dengan pihak terkait.
2. Data arsip perusahaan yang sesuai dengan kriteria pengukuran
produktivitas yang akan diukur.
3. Data pendukung lain sebagai penunjang kelengkapan dalam pengolahan
data.
Pengolahan Data
1. Pengukuran standar awal produktivitas tahun 2018.
2. Penetuan bobot kriteria produktivitas.
3. Pembentukan Objective Matrix.
4. Pengukuran indikator pencapaian dan indeks produktivitas
Analsisi Pemecahan Masalah
1. Analsis perhitungan indeks produktivitas.
2. Analisis terhadap kriteria produktivitas yang diukur.
3. Analisis permasalahan (Root Causes Analysis)
Menyususun langkah perbaiakan
menggunakan 5W dan 1 H dan
Melakukan Perbaiakan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3-2 Diagram Alir Penetiltian
40
BAB IV
PENGUMPULAN DATA DAN ANALSIS
4.1 Departement Research and Development (R&D)
Kedatangan sample pengujian di Laboratorium R&D tiap tahunnya yang terdiri dari
pengujian validasi, pengembangan, dan premarketing selalu mengalami
peningkatan.
Gambar 4-1 Kedatangan Sampel Pengujian di Laboratorium R&D
Hal ini merupakan dampak dari upaya perusahaan untuk meningkatkan daya
saingnya dengan mengembangkan produk-produk yang lebih inovatif dengan
memperhatikan aspek kualitas dan efisiensi, melakukan cost saving, serta
meningkatkan kepercayaan konsumen. Di bawah ini merupakan pencapaian
produktivitas actual laboratorium R&D selama tahun 2018.
0
5000
10000
15000
20000
25000
2016 2017 2018
Jum
lah
Sam
pel
Validasi Pengembangan Pre-Marketing
41
Gambar 4-2 Pencapaian Produktivitas Laboratorium R&D Tahun 2018
Berdasarkan gambar di atas rata-rata pencapaian produktivitas penyelesaian sampel
di Laboratorium R&D selama tahun 2018 adalah 2,06 dengan target yang telah
ditetapkan perusahaan yaitu 2,0. Agar dapat selalu memenuhi target yangditetapkan
perusahaan, maka Departemen R&D harus melakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan produktivitas kerjanya. Sebagai langkah awal dalam upaya tersebut
yaitu dengan melakukan pengukuran produktivitas.
Depaartemen Pengembangan dan Penelitian ini, khususnya laboratorium R&D
menjadi ruang lingkup pada penelitian ini. Departemen Penelitian dan
Pengembangan mempunyai peranan yaitu dalam proses pengembangan produk-
produk baru, mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada saat produksi, proyek
penelitian khusus, menyususn metode-metode analisa, memetukan shelf-life
produk, serta menunjang data-data dalam penyusunan dossier registrasi (formula,
data-data stabilita, dan kemsana produk):
1. Pengembangan Formula (Formulation)
Mengembangkan produk baru, baik ethical maupun OTC yang sesuia dengan
teknologi sediaan obat merupakan tugas utama formulation. Proses ini dapat
dilakukan di dalam maupun di luar perusahaan seperti kegiatan lisensi atau
bekerja sama dengan Lembaga pendidikan atau penelitian.
2. Laboratorium Analitical Development (Andev)
Berikut adalah tugas utama laboratorium Andev:
2,0 1,9 1,9
2,3
2,0 2,0 2,02,2 2,1 2,2 2,1
2,0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Dec
Produktivitas
42
a. Mengembangkan metode-metode analisa obat, pengemas, dan produk
untun mendapatkan metode analisa yang sesuai. Selanjutnya metode
analisa tersebut divalidasi dan dijadikan sebagai acuan analis melakukan
pemeriksaan rutin dan menjadikan metode analisa tersebut efektif, valid,
dan praktis
b. Menentukan dan menetapkan bahan baku yang akan digunakan di PT ARB
Farma.
3. Pengembangan Kemasan (Packaging Development)
Melakukan penelitian dan pengembangan material-material kemasan baik
kemasan primer maupun kemasan sekunder untuk produk-produk baru,
melakukan design produk serta menyiapkan dokumen-dokumen yang terkait
dengan kemasan spesifikasi, MA dan PPI.
4.2 Penentuan Potensial Objektif
Penentuan rasio yang akan digunakan dalam pengukuran produktivitas perusahaan
yaitu dimana akan membentuk suatu potensi objektif pengukuran yang dapat
mempengaruhi pengukuran produktivitas tersebut. Penetuan potensial objektif
hanya diarahkan pada tempat dimana peneliti melakuakan penelitian yaitu
laboratorium Andev R&D. Adapun potensi objektif yang dapat dibentuk
berdasarkan kriteria-kriteria yang akan diukur, meliputi:
1. Kriteria Efisiensi
Merupakan kriteria yang menunjukan bagaimana penggunaan sumber daya
perusahaan, seperti tenaga kerja, material, serta modal yang sehemat mungkin.
Adapun rasio-rasio yang akan diukur yaiotu rasio assay yang dicapai, rasio
sampel yang dianalisa, dan rasio jam lembur.
2. Kriteria Efektivitas
Merupoakan kriteria yang menunjukan bagaimana perusahaan mencapai hasil
bila dipandang dari sudut kuantitas dan kualitasnya. Adapun kriteria yang
diukur adalah rasio penggunaan reagen analisa dan rasio kesalahan analisa.
3. Kriteria Interferensial
Merupakan kriteria yang tidak secara langsung mempengaruhi produktivitas,
tetapi bila diikutsertakan dalam matrix dapat membantu memperhitungkan
43
variable yang mempengaruhi produktivitas. Adapun kriteria yang diukur yaitu
rasio downtime mesin HPLC.
4.3 Penentuan Kriteria Pengukuran
Tahap selannjutnya yaitu mengembangkan potensial objektif yang ada menjadi
kriteria-kriteria yang dapat dijadikan alat pengukur produktivitas. Setiap kriteria
didapat dari hasil brainstrorming. Brainstroming dilakuan pada hari Kamis, 15
Agustus 2019, dan dihadiri oleh General Manager R&D, Manager Lab R&D, dan
Supervisor Lab R&D. Pada diskusi ini bertujuan untuk menentukan kriteria-kriteria
lain dalam pengukuran produktivitas Lab Andev R&D pada PT ARB Farma, serta
pembobotan kriteria-kriteria tersebut yang akan digunakan pada tabel perhitungan
OMAX. Berikut ini adalah hasil Brainstorming kriteria-kriteria yang berpengaruh
dalam pengukuran produktivitas.
Table 4-1 Kriteria Potensial Objektif
No. Kriteria Rasio
1. Kriteria Efisiensi :
Pencapaain Assay
(Rasio 1)
Jumlah bobot sampel yang dianalisa
Jumlah manhour
2. Kriteria Efisiensi :
Ontime Sampel yang
dianalisa (Rasio 2)
Jumlah sampel yang dianalisa tepat waktu
Jumlah sampel yang masuk
3. Kriteria Efisiensi :
Minimasi Jam Lembur
(Rasio 3)
Jumlah jam lembur terpakai
Jumlah lembur tersedia
4. Kriteria Efektivitas :
Minimasi Analisa
Ulang (Rasio 4)
Jumlah kesalahan analisa
Jumlah sampel yang dianalisa
5. Kriteri Efektivitas :
Minimasi Pemakaina
Reagen (Rasio 5)
Jumlah sampel yang dianalisa
Jumlah reagen yang digunakan
6 Kriteria Interferensial :
(Downtime mesin)
HPLC Rasio 6
Jumlah downtime mesin HPLC
Jumlah jam mesin HPLC
Setiap kriteria tidak memiliki pengaruh yang sama pada produktivitas unit kerja
keseluruhan, sehingga untuk melihat seberapa besar derajat kepentingannya maka
setiap kriteria diberi bobot. Penetuan bobot diberikan berdasarkan skala
44
kepentingan yang terdapat pada masing-masing kriteria. Rnetang nilai yang
diberikan yaitu dari skala 1 hingga 5, dimana skala 1 adalah sangat tidak penting,
skala 2 adalah tidak penting, skala 3 adalah cukup penting, skala 4adalah penting,
dan skala 5 adalah sangat penting. Adapun hasil braistorming tersebut adalah
sebagai berikut:
Table 4-2 Hasil brainstorming Penetuan Bobot
Rasio Kriteria Produktivitas
Penilaian Bobot Rata-
rata General
Mng. R&D
Manager
Lab. R&D
Supervisor
Lab. R&D
1 Pencapaian Assay 5 5 5 15
2 On Time Sampel yang
Dianalisa 5 5 5 15
3 Minimasi Jam Lembur 4 4 4 12
4 Minimasi Analisa
Ulang 4 4 5 13
5 Minimasi Pemakaian
Reagen 4 4 3 11
6 Jumlah Downtime
Mesin HPLC 3 4 5 12
Bobot yang digunakan dalam Objective Matrix adalah bobot dari kriteria penting
yang mempengaruhi produktivitas di bagian Laboratorium R&D. Bobot ini
selanjutnya dikonversikan sehingga berjumlah 100%. Pada tabel 5.8 dapat dilihat
bobot rasio tiap kriteria produktivitas.
Table 4-3 Pembobotan OMAX
Rasio Kriteria Produktivitas Bobot Bobot OMAX (%)
1 Pencapaian Assay 15 19,2
2 On Time Sampel yang Dianalisa 15 19,2
3 Minimasi Jam Lembur 12 15,4
4 Minimasi Analisa Ulang 13 16,7
5 Minimasi Pemakaian Reagen 11 14,1
6 Jumlah Downtime Mesin HPLC 12 15,4
Jumlah Total 78 100
45
4.4 Pengumpulan Data
Setelah penetuan kriteria tersebut di atas, maka dilakuakan pengumpulan data yang
diperlukan untuk pengukuran produktivitas. Data-data yang diambil tersebut adalah
data bulan Januari 2018 sampai dengan Desember 2018 sebagai data periode dasar,
karena dibandingkan dengan data 3 tahun terakhir yaitu 2016, 2017, dan 2018.
Tahun 2018 adalah tahun dengan nilai produktivitas terbaik, dikarenakan PT ARB
Farma setiap tahun melakukan Continous Imporvemet, yang menyebabkan
produktivitas tiap tahunnya meningkat. Berikut ini tabel perbandingan nilai
produktivitas 3 tahun terakhir.
Table 4-4 Perbandingan Nilai Produktivitas 3 tahun terakhir
Tahun Bulan
Jumlah
Bobot
Sampel
Jumlah
Manhour
Rasio
Produktivitas
20
16
Jan 3650 2120 1.7
Feb 3150 2050 1.5
Mar 3200 2035 1.6
Apr 3245 2100 1.5
Mei 3520 2145 1.6
Jun 3175 2095 1.5
Jul 3220 2030 1.6
Aug 2990 1995 1.5
Sep 3450 2045 1.7
Okt 3125 2045 1.5
Nov 3115 1990 1.6
Des 3045 2005 1.5
Rata-Rata 1,6
Tahun Bulan
Jumlah
Bobot
Sampel
Jumlah
Manhour
Rasio
Produktivitas
20
17
Jan 5420 2900 1.9
Feb 4650 2835 1.6
Mar 5100 2830 1.8
Apr 5225 2790 1.9
Mei 4625 2820 1.6
Jun 4930 2835 1.7
Jul 5005 2880 1.7
Aug 5290 2860 1.8
Sep 4740 2645 1.8
Okt 4685 2720 1.7
Nov 4690 2710 1.7
Des 4900 2800 1.8
Rata-Rata 1,8
46
Sedangkan data yang diambil dari bulan Januari 2019 sampai dengan Juni 2019
digunakan sebagai data pengukuran produktivitas. Data yang dibutihkan untuk
pengukuran produktivitas yaitu:
1. Data jumlah bobot sampel yang dianalisa
Adalah data jumlah sampel yang dianalisa setiap bulannya dikalikan dengan
bobot sampel yang dianalisa. Sebagai contoh, dilakuakn pengujian sampel
kadar sebanyak 5 sampel, sedangkan bobot analisa kadar sebesar 2, maka
jumlah bobot sampel: 5 x 2 = 10.
2. Data jumlah manhour
Adalah jumlah jam tersedia dalam tiap bulannya.
3. Data jumlah sampel yang dianalisa tepat waktu
Adalah data jumlah sampel yang selesai dianalisa tepat waktu setiap
bulannya.
4. Data jumlah sampel yang dianalisa
Adalah data jumlah sampel yang selesai dianalisa setiap bulannya.
5. Data jumlah sampel yang masuk
Adalah data jumlah sampel yang masuk dan diterima di laboratorium R&D
setiap bulannya.
6. Data jam lembur terpakai
Tahun Bulan
Jumlah
Bobot
Sampel
Jumlah
Manhour
Rasio
Produktivitas
20
18
Jan 6620 3310 2,0
Feb 6348 3289 1,9
Mar 6403 3370 1,9
Apr 7550 3283 2,3
Mei 6647 3324 2,0
Jun 6598 3299 2,0
Jul 6574 3287 2,0
Aug 7278 3308 2,2
Sep 6993 3330 2,1
Okt 7227 3285 2,2
Nov 6974 3305 2,1
Des 6587 3294 2,0
Rata-Rata 2,06
47
Adalah data yang menunjukan jumlah jam lembur terpakai dalam satu
bulan.
7. Data jam lembur tersedia
Adalah data yang menunjukan jumlah jam lembur tersedia setiap bulan.
8. Data jumlah reagen yang terpakai
Adalah data jumlah pemakaian reagen yang digunakan pada proses analisa
setiap bulannya.
9. Data jumlah kesalahan analisa
Adalah data jumlah kesalahan analisa sampel dalam satu bulan.
10. Data downtime mesin HPLC
Adalah data yang menunjukan banyaknya jam kerusakan mesin dan waktu
tunggu untuk kalibrasi, sehingga mesin tidak dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
11. Data jumlah jam mesin HPLC
Adalah jumlah jam mesin yang tersedia setiap bulannya. Jumlah mesin yang
digunakan adalah 10 mesin dengan asumsi semua mesin mempunyai
spesifikasi yang sama
48
Table 4-5 Data-data Kriteria Pengukuran Produktivitas
Tahun Bulan
Jumlah
Bobot
Sampel
Jumlah
Manhour
Jumlah
Sampel
Dianalisa
Jumlah
Sampel
On Time
Jumlah
Sampel
Masuk
Jam
Lembur
Terpakai
Jam
Lembur
Tersedai
Jumlah
Reagen
Terpakai
Jumlah
Kesalahan
Analisa
Downtime
Mesin
Jam
Mesin
Tersedia
20
18
Jan 6620 3310 3603 3450 3619 110 900 43 317 150 3778
Feb 6348 3289 3174 3037 3235 89 900 51 365 187 3890
Mar 6403 3370 3202 3109 3208 170 900 39 367 100 3900
Apr 7550 3283 3775 3711 3775 82.5 900 55 289 215 3250
Mei 6647 3324 3324 3284 3419 123.5 900 49 415 179 3695
Jun 6598 3299 3299 3210 3299 99 900 41 390 100 3890
Jul 6574 3287 3287 3225 3287 87 900 37 123 110 3200
Aug 7278 3308 3639 3519 3771 108 900 46 321 187 3375
Sep 6993 3330 3497 3353 3543 130 900 35 210 123 3415
Okt 7227 3285 3614 3534 3695 85 900 58 360 155 3410
Nov 6974 3305 3487 3417 3526 105 900 55 311 187 3600
Des 6587 3294 3294 3264 3385 93.5 900 48 288 120 3640
20
19
Jan 7308 3480 3654 3490 3779 120 900 55 216 143 3758
Feb 6952 3476 3476 3354 3543 116 900 43 158 210 3530
Mar 7955 3459 4017 3908 4017 133 900 56 198 310 3840
Apr 6986 3493 3517 3369 3607 157 900 40 225 165 3810
Mei 7632 3469 3837 3683 3683 128 900 39 178 123 3707
Sumber : Data Perusaha
49
4.5 Pengolahan Data
4.5.1 Perhitungan Kriteria Produktivitas
4.5.1.1 Perhitungan Kriteria Produktivitas Rasio 1
Kriteria ini menunjukan perbandingan antara jumlah bobot sampel yang dianalisa
dengan jumlah jam kerja tersedia. Periode yang dijadikan nilai standar awal adalah
nilai rata-rata bulan Januari hingga Desember 2018 dan periode pengukuran adalah
bulan Januari hingga Mei 2019. Berikut ini merupakan table hasil perhitungan
Rasio 1:
Table 4-6 Hasil Perhitungan Rasio 1
Tahun Bulan
Jumlah
Bobot yang
Dianalisa
Jumlah
Manhour Rasio
20
18
Jan 6620 3310 2,0
Feb 6348 3289 1,9
Mar 6403 3370 1,9
Apr 7550 3283 2,3
Mei 6647 3324 2,0
Jun 6598 3299 2,0
Jul 6574 3287 2,0
Aug 7278 3308 2,2
Sep 6993 3330 2,1
Okt 7227 3285 2,2
Nov 6974 3305 2,1
Des 6587 3294 2,0
Rata-rata Rasio 2,06
Tahun Bulan
Jumlah
Bobot yang
Dianalisa
Jumlah
Manhour Rasio
20
19
Jan 7308 3480 2,1
Feb 6952 3476 2,0
Mar 7955 3459 2,3
Apr 6986 3493 2,0
Mei 7632 3469 2,2
Rata-rata Rasio 2,12
Berdasarkan tabel diatas, nilai standar awal yang diperoleh dari rasio ini adalah 2,06
yang diletakkan pada level performance 3 pada tabel OMAX. Nilai harapan yang
ingin dicapai perusahaan adalah 2,3 yang sesuai dengan target perusahhan untuk
tahun 2019 dan diletakkan pada level performance 10. Nilai terburuk terdapat pada
50
data bulan Februari dan Maret 2018 yaitu 1,9 dan diletakkan pada level
performance 0.
Nilai-nilai antara nilai harapan (level 10) dengan nilai standar awal (level 3) disebut
sebagai nilai selang yang dihitung dengan cara interpolasi. Nilai selang ini
didapatkan dengan menghitung selisih nilai antara nilai harapan (level 10) dengan
nilai standar awal (level 3) kemudia dibagi dengan jumlah interval yang terdapat
diantaranya yaitu 7 interval. Nilai selangnya adalah :
(2,30-2,06) / 7 = 0,033
Begitu juga dengan nilai selang yang terdapat diantara nilai standar awal (Level 3)
dengan nilai terburuk (Level 0), dihitung dengan cara yang sama seperti di atas,
yaitu menghitung selsisih nilai anatara nilai standar awal (Level 3) dengan nilai
terburuk (Level 0) lalu membaginya dengan interval yang ada diantaranya yaitu 3
interval. Nilai selangnya adalah:
(2,06-1,90) / 3 = 0,053
4.5.1.2 Perhitungan Kriteria Produktivitas Rasio 2
Kriteria ini menunjukan perbandingan anatara jumlah sampel yang dianalisa tepat
waktu dengan jumlah sampel keseluruhan yang dianalisa. Periode yang dijadikan
nilai standar awal adalah nilai rata-rata bulan Januari hingga Desember 2018 dan
periode pengukuran adalah bulan Januari hingga Mei 2019. Berikut ini merupakan
tabel hasil perhitungan rasio 2.
Table 4-7 Hasil Perhitungan Rasio 2
Tahun Bulan
Jumlah Sampel
yang Dianalisa
Tepat Waktu
Jumlah Sampel
yang Masuk Rasio
20
18
Jan 3450 3619 0.953
Feb 3037 3235 0.939
Mar 3109 3208 0.969
Apr 3711 3775 0.983
Mei 3284 3419 0.961
Jun 3210 3299 0.973
51
Jul 3225 3287 0.981
Aug 3519 3771 0.933
Sep 3353 3543 0.946
Okt 3534 3695 0.956
Nov 3417 3526 0.969
Des 3264 3385 0.964
Rata-rata Rasio 0,961
Tahun Bulan
Jumlah Sampel
yang Dianalisa
Tepat Waktu
Jumlah Sampel
yang Masuk Rasio
20
19
Jan 3490 3779 0.924
Feb 3354 3543 0.947
Mar 3908 4017 0.973
Apr 3369 3607 0.934
Mei 3683 3915 0.941
Rata-rata Rasio 0,944
Nilai standar awal yang diperoleh dari rasio ini adalah 0,961 yang diletakkan pada
level performance 3 pada tabel OMAX. Nilai harapan yang ingin dicapai
perusahaan adalah 0,983 yeng tercapai pada bulan April 2018 dan diletakkan pada
level performance 10. Nilai terburuk terdapat pada bulan Februari 2018 yaitu
0,0,933 dan diletakkan pada level performance 0.
Nilai-nilai anatara nilai harapan (level 10) dengan nilai standar awal (Level 3)
disebut sebagai nilai selang yang dihitung dengan cara interpolasi. Nilai selang ini
didapatkan dengan menghitung selsisih nilai antara nilai harapan (Level 10) dengan
nilai standar awal (Level 3) kemudian dibagi dengan jumlah interval yang terdapat
diantaranya yaitu 7 interval. Nilai selangnya adalah:
(0,983-0,961) / 7 = 0,003
Begitu juga dengan nilai selang yang tedapat diantaranya nilai standar awal (Level
3) dengan nilai terburuk (Level 0), dihitung dengan cara yang sama seperti diatas,
yaitu menghitung selisih nilai antara nilai standar awal (Level 3) dengan nilai
terburuk (Level 0) lalu membaginya dengan interval yang ada diantaranya yaitu 3
interval. Nilai selangnya adalah:
(0,961-0,933) / 3 = 0,009
52
4.5.1.3 Perhitungan Kriteria Produktivitas Rasio 3
Kriteria ini menunjukkan perbandingan antara jumlah jam lembur yang terpakai
secara actual dengan jumlah jam lembur yang tersedia setiap bulannya. Periode
yang dijadikan nilai standar awal adalah nilai rata-rata bulan Januari hingga
Desember 2018 dan periode pengukuran adalah bulan Januari hingga Mei 2019.
Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan rasio 3.
Table 4-8 Hasil Perhitungan Rasio 3
Tahun Bulan Jumlah Jam
Lembur Terpakai
Jumlah Jam
Lembur
Terdedia
Rasio
20
18
Jan 110 900 0,122
Feb 89 900 0,099
Mar 170 900 0,189
Apr 82,5 900 0,092
Mei 123,5 900 0,137
Jun 99 900 0,110
Jul 87 900 0,097
Aug 108 900 0,120
Sep 130 900 0,144
Okt 85 900 0,094
Nov 105 900 0,117
Des 93,5 900 0,104
Rata-rata Rasio 0,119
Tahun Bulan Jumlah Jam
Lembur Terpakai
Jumlah Jam
Lembur
Terdedia
Rasio
20
19
Jan 120 900 0,133
Feb 116 900 0,129
Mar 133 900 0,148
Apr 157 900 0,174
Mei 128 900 0,142
Rata-rata Rasio 0,145
Nilai standar awal yang diperoleh dari rasio ini adalah 0,119 yang diletakkan pada
level performance 3 pada tabel OMAX. Nilai harapan yang ingin dicapai
perusahaan adalah 0,092 yeng tercapai pada bulan April 2018 dan diletakkan pada
level performance 10. Nilai terburuk terdapat pada bulan Maret 2018 yaitu 0,189
dan diletakkan pada level performance 0.
53
Nilai-nilai anatara nilai harapan (level 10) dengan nilai standar awal (Level 3)
disebut sebagai nilai selang yang dihitung dengan cara interpolasi. Nilai selang ini
didapatkan dengan menghitung selsisih nilai antara nilai harapan (Level 10) dengan
nilai standar awal (Level 3) kemudian dibagi dengan jumlah interval yang terdapat
diantaranya yaitu 7 interval. Nilai selangnya adalah:
(0,119-0,092) / 7 = 0,0039
Begitu juga dengan nilai selang yang tedapat diantaranya nilai standar awal (Level
3) dengan nilai terburuk (Level 0), dihitung dengan cara yang sama seperti diatas,
yaitu menghitung selisih nilai antara nilai standar awal (Level 3) dengan nilai
terburuk (Level 0) lalu membaginya dengan interval yang ada diantaranya yaitu 3
interval. Nilai selangnya adalah:
(0,189-0,119) / 3 = 0,0233
4.5.1.4 Perhitungan Kriteria Produktivitas Rasio 4
Kriteria ini menunjukkan perbandingan antara jumlah analisa yang tidak sesuai
standar dengan jumlah sampel yang dianalisa setiap bulannya. Periode yang
dijadikan nilai standar awal adalah nilai rata-rata bulan Januari hingga Desember
2018 dan periode pengukuran adalah bulan Januari hingga Mei 2019. Berikut
merupakan tabel hasil perhitumgan rasio 4:
Table 4-9 Hasil Perhitungan Rasio 4
Tahun Bulan Jumlah Kesalahan
Analisa
Jumlah Sampel
yang Dianalisa Rasio
20
18
Jan 317 3603 0,088
Feb 365 3174 0,115
Mar 367 3202 0,115
Apr 289 3775 0,077
Mei 415 3324 0,125
Jun 390 3299 0,118
Jul 123 3287 0,037
Aug 321 3639 0,088
Sep 210 3497 0,060
Okt 360 3614 0,100
Nov 311 3487 0,089
Des 288 3294 0,087
Rata-rata Rasio 0,092
54
Tahun Bulan Jumlah Kesalahan
Analisa
Jumlah Sampel
yang Dianalisa Rasio
20
19
Jan 216 3654 0,059
Feb 158 3476 0,045
Mar 198 4017 0,049
Apr 225 3517 0,064
Mei 178 3837 0,046
Rata-rata Rasio 0.053
Nilai standar awal yang diperoleh dari rasio ini adalah 0,092 yang diletakkan pada
level performance 3 pada tabel OMAX. Nilai harapan yang ingin dicapai
perusahaan adalah 0,037 yeng tercapai pada bulan Juli 2018 dan diletakkan pada
level performance 10. Nilai terburuk terdapat pada bulan Mei 2018 yaitu 0,125 dan
diletakkan pada level performance 0.
Nilai-nilai anatara nilai harapan (level 10) dengan nilai standar awal (Level 3)
disebut sebagai nilai selang yang dihitung dengan cara interpolasi. Nilai selang ini
didapatkan dengan menghitung selsisih nilai antara nilai harapan (Level 10) dengan
nilai standar awal (Level 3) kemudian dibagi dengan jumlah interval yang terdapat
diantaranya yaitu 7 interval. Nilai selangnya adalah:
(0,092-0,037) / 7 = 0,0078
Begitu juga dengan nilai selang yang tedapat diantaranya nilai standar awal (Level
3) dengan nilai terburuk (Level 0), dihitung dengan cara yang sama seperti diatas,
yaitu menghitung selisih nilai antara nilai standar awal (Level 3) dengan nilai
terburuk (Level 0) lalu membaginya dengan interval yang ada diantaranya yaitu 3
interval. Nilai selangnya adalah:
(0,125-0,092) / 3 = 0,011
4.5.1.5 Perhitungan Produktivitas Rasio 5
Kriteria ini menunjukkan perbandingan anatara jumlah sampel yang selesai
dianalisa dengan jumlah reagen yang digunakan secara aktual. Periode yang
dijadikan nilai standar awal adalah nila rata-rata bulan Januari hingga Desember
2018 dan periode pengukuran adalah bulan Januari hingga Mei 2019. Berikut ini
merupakan tabel hasil perhitungan Rasio 5:
55
Table 4-10 Hasil Perhitungan Rasio 5
Tahun Bulan Jumlah Sampel
yang Dianalisa
Jumlah Reagen
yang digunakan Rasio
20
18
Jan 3603 43 83,79
Feb 3174 51 62,23
Mar 3202 39 82,09
Apr 3775 55 68,63
Mei 3324 49 67,83
Jun 3299 41 80,46
Jul 3287 37 88,84
Aug 3639 46 79,10
Sep 3497 35 99,90
Okt 3614 58 62,30
Nov 3487 55 63,40
Des 3294 48 68,61
Rata-rata Rasio 75,60
Tahun Bulan Jumlah Sampel
yang Dianalisa
Jumlah Reagen
yang digunakan Rasio
20
19
Jan 3654 55 66,44
Feb 3476 43 80,84
Mar 4017 56 71,73
Apr 3517 40 87,93
Mei 3837 39 98,38
Rata-rata Rasio 81,06
Nilai standar awal yang diperoleh dari rasio ini adalah 75,60 yang diletakkan pada
level performance 3 pada tabel OMAX. Nilai harapan yang ingin dicapai
perusahaan adalah 99,90 yeng tercapai pada bulan September 2018 dan diletakkan
pada level performance 10. Nilai terburuk terdapat pada bulan Februari 2018 yaitu
62,23 dan diletakkan pada level performance 0.
Nilai-nilai anatara nilai harapan (level 10) dengan nilai standar awal (Level 3)
disebut sebagai nilai selang yang dihitung dengan cara interpolasi. Nilai selang ini
didapatkan dengan menghitung selsisih nilai antara nilai harapan (Level 10) dengan
nilai standar awal (Level 3) kemudian dibagi dengan jumlah interval yang terdapat
diantaranya yaitu 7 interval. Nilai selangnya adalah:
(99,90-75,60) / 7 = 3,47
56
Begitu juga dengan nilai selang yang tedapat diantaranya nilai standar awal (Level
3) dengan nilai terburuk (Level 0), dihitung dengan cara yang sama seperti diatas,
yaitu menghitung selisih nilai antara nilai standar awal (Level 3) dengan nilai
terburuk (Level 0) lalu membaginya dengan interval yang ada diantaranya yaitu 3
interval. Nilai selangnya adalah:
(75,60-62,23) / 3 = 4,46
4.5.1.6 Perhitungan Kriteria Produktivitas Rasio 6
Kriteria ini menunjukkan perbandingan anatar jumlah downtime mesin HPLC dan
jumlah tersedia mesin HPLC. Periode yang dijadikan nilai standar awal adalah nila
rata-rata bulan Januari hingga Desember 2018 dan periode pengukuran adalah
bulan Januari hingga Mei 2019. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan
Rasio 6:
Table 4-11 Hasil Perhitungan Rasio 6
Tahun Bulan Jumlah Downtine
Mesin HPLC
Jumlah Jam
Tersedai Mesin
HPLC
Rasio
20
18
Jan 150 3778 0,040
Feb 187 3890 0,048
Mar 100 3900 0,026
Apr 215 3250 0,066
Mei 179 3695 0,048
Jun 100 3890 0,026
Jul 110 3200 0,034
Aug 187 3375 0,055
Sep 123 3415 0,036
Okt 155 3410 0,045
Nov 187 3600 0,052
Des 120 3640 0,033
Rata-rata Rasio 0,040
Tahun Bulan Jumlah Downtine
Mesin HPLC
Jumlah Jam
Tersedai Mesin
HPLC
Rasio
20
19
Jan 143 3758 0,038
Feb 210 3530 0,059
Mar 310 3840 0,081
Apr 165 3810 0,043
Mei 123 3707 0,033
Rata-rata Rasio 0,051
57
Nilai standar awal yang diperoleh dari rasio ini adalah 0,040 yang diletakkan pada
level performance 3 pada tabel OMAX. Nilai harapan yang ingin dicapai
perusahaan adalah 0,026 yeng tercapai pada bulan Maret 2018 dan diletakkan pada
level performance 10. Nilai terburuk terdapat pada bulan April 2018 yaitu 0,066
dan diletakkan pada level performance 0.
Nilai-nilai anatara nilai harapan (level 10) dengan nilai standar awal (Level 3)
disebut sebagai nilai selang yang dihitung dengan cara interpolasi. Nilai selang ini
didapatkan dengan menghitung selsisih nilai antara nilai harapan (Level 10) dengan
nilai standar awal (Level 3) kemudian dibagi dengan jumlah interval yang terdapat
diantaranya yaitu 7 interval. Nilai selangnya adalah:
(0,040-0,026) / 7 = 0,002
Begitu juga dengan nilai selang yang tedapat diantaranya nilai standar awal (Level
3) dengan nilai terburuk (Level 0), dihitung dengan cara yang sama seperti diatas,
yaitu menghitung selisih nilai antara nilai standar awal (Level 3) dengan nilai
terburuk (Level 0) lalu membaginya dengan interval yang ada diantaranya yaitu 3
interval. Nilai selangnya adalah:
(0,066-0,040) / 3 = 0,008
Berikut ini merupakan rangkuman perhitungan untuk masing-masing kriteria rasio:
Table 4-12 Rangkuman Perhitungan Tiap Rasio
No. Nilai Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Rasio 6
1 Nilai Standar Awal
(Level 3) 2,060 0,961 0,119 0,092 75,60 0,040
2 Nilai harapan
(Level 10) 2,300 0,983 0,092 0,037 99,90 0,026
3 Nilai Terburuk
(Level 0) 1,900 0,933 0,1889 0,125 62,23 0,066
4 Nilai Selang
(Lvl 10 dan Lvl 3) 0,034 0,003 0,004 0,008 3,471 0,002
5 Nilai Selang
(Lvl 3 dan Lvl 0) 0,053 0,009 0,023 0,011 4,467 0,009
58
4.5.2 Penyusuna Tabel Objective Matrix (OMAX)
Langkah selanjutnya adalah penyusunan tabel Objective Matrix (OMAX). Data
yang telah diperoleh disususn kedalam tabel OMAX untuk dilakukan analisis
produktivitas meliputi perhitungan nilai performansi dan indeks produktivitas dari
bulan Januari 2019 sampai dengan Mei 2019 dengan periode dasar adalah data
tahun 2018. Nilai performansi didapat dari pengukuran pada setiap bulan dari
masing-masing kriteria.
Setelah perhitungan performansi selesai dilanjutkan dengan penetuan level untuk
setiap kriteria. Level ini diperoleh dengan cara mencari angka pada blok matriks
yang sama dengan nilai performansi kriteria yang bersangkutan.pemilihan level ini
dilakukan dengan pendekatan skor ke bawah (pesimistis).
Setelah level masing-masing kriteria ditentukan, maka langkah selanjutanya adalah
menentukan nilai pada masing-masing kriteria. Nilai ini diperoleh dari hasil
perkalian level yang dicapai dengan bobot untuk masing-masing kriteria. Sebagai
contoh, pada tabel 5.9 untuk rasio 1 lebel yang dicapai adalah 4 dengan bobot
sebesar 19,2 % maka nilai yang diperoleh adalah:
4x 19,2 = 76,8
Selanjutnta adalah menghitung indikator performansi dengan cara nilai pada setiap
kriteria dijumlahkan dan hasilnya diletakkan pada kolom periode saat ini (Current).
Sedangkan kolom Previous adalah indikator performansi pada periode dasar yang
bernilai 300, karena level yang diberikan pada periode dasar adalah 3 dan bobot
berjumlah 300.
Indikator Performansi = 76,8 + 19,2 + 15,4 + 116,9 + 56,4 + 15,4 = 300,1
Langkah berikutnya yaitu menghitung indeks produktivitas dengan cara indikator
performansi (current) dibagi dengan indikator performansi periode dasar (previous)
dan dikalikan dengan 100%. Secara jelas rumus perhitungan untuk Indeks
Produktivitas (IP) adalah sebagai berikut:
59
IP =Indikator periode yang diukur − indikator periode dasar
Indikator periodedasar 𝑥 100 %
Perhitungan metode OMAX dapat dilihat pada tabel 4-12 berikut ini:
Table 4-13 Perhitungan Objective Matrix (OMAX)
Ras
io 1
Ras
io 2
Ras
io 3
Ras
io 4
Ras
io 5
Ras
io 6
Pro
duct
ivit
y
Cri
teri
a
2,12 0,944 0,145 0,053 81,06 0,051 Performance
2,300 0.982 0,092 0,037 99,900 0,026 10
2,266 0.979 0,096 0,045 96,429 0,028 9
2,231 0.976 0,100 0,053 92,957 0,030 8
2,197 0.973 0,104 0,061 89,486 0,032 7
2,163 0.970 0,107 0,068 86,014 0,034 6
2,129 0.967 0,111 0,076 82,543 0,036 5 Level
2,094 0.964 0,115 0,084 79,071 0,038 4
2,060 0.961 0,119 0,092 75,600 0,040 3
2,007 0.952 0,142 0,103 71,143 0,049 2
1,953 0.943 0,166 0,114 66,687 0,057 1
1,900 0.934 0,189 0,125 62,230 0,066 0
4 1 1 7 4 1 Level
Weight
Value
19,2 19,2 15,4 16,7 14,1 15,4
76,8 19,2 15,4 116,9 56,4 15,4
Performance Current Previous Index
Indicator 300,1 300 0,03 %
4.6 Analsis Data
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah
mengevaluasi dan menganalsisi hasil pengolahan data tersebut. Dengan melakukan
ananlsis terhadap hasil pengukuran produktivitas maka dapat diketahui nilai indeks
produktivitas yang dicapai perusahaan dan juga dapat diketahui dengan jelas
kondisi perusahhan pada saat itu jika dibandingkan dengan periode dasar. Evaluasi
produktivitas pada saat itu jika dibandingkan dengan periode dasar. Evaluasi
produktivitas ini lebih diarahkan untuk mengetahui perubahan produktivitas selama
60
lima bulan terakhir periode pengukuran yaitu bulan Januari 2019 sampai dengan
Mei 2019.
4.6.1 Analsis Produktivitas Parsial
Evaluasi produktivitas parsial didasarkan pada pencapaian skor produktivitas dari
setiap kriteria. Masing-masing kriteria mempunyai pengaruh yang berbeda-beda
dalam mencapai produktivitasnya. Perubahan tersebut dapat dievaluasi melalui skor
yang menunjukkan tingkat produktivitas yang dicapai.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dialukuan selama bulan Januari 2019 sampai
dengan Mei 2019, diperoleh hasil bahwa kriteria yang mengalami peningkatan di
tahum 2018 adalah Rasio 4 yaitu kriteria minimasi kesalahan analisa yang berada
di level 7. Lalu rasio 1 dan rasio 5 yaitu jumlah assay yang dicapai dan minimasi
reagen yang digunakan, keduanya menempati Level 4. Rasio 1 dan Rasio 5 ini
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan
Rasio 2, Rasio 3, dan Rasio 6 berada pada Level 1 yang berarti ketiga kriteria
tersebut masih jauh dari nilai rata-rata tahun lalu bahkan di bawah standar. Oleh
karena itu diperlukan adanya perbaikan untuk ketiga kriteria tersebut agar
Laboratorium R&D dapat terus meningkatkan produktivitasnya.
4.6.2 Analisa Produktivitas Total
Analisa produktivitas total ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
produktivitas total yang dicapai oleh perusahaan. Analisis yang dilakukan dalam
pengukuran produktivitas ini adalah dengan cara membandingkan pencapaian
produktivitas pada periode yang diukur dengan produktivitas periode sebelumnya
dengan melihat nilai indeks produktivitas pada performance indicator dalam
matriks OMAX.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan selama bulan Januari 2018 sampai
dengan bulan Desember 2018, didapatkan nilai indeks produktivitas tahun 2019
yaitu 0,03 %. Nilai ini menandakan bahwa kondisi produktivitas perusahaan
khususnya Laboratorium R&D tidak mengalami peningkatan yang signifikan jika
61
dibandingkan dengan pencapaian produktivitas tahun 2018. Hal ini dikarenakan
belum dilakukannya upaya perbaikan produktivitas terhadap kondisi laboratorium
sehingga pada tahun 2019 terjadi penurunan produktivitas terhadap beberapa
kriteria yaitu rasio 2,rasio 3, dan rasio 6 yang ketiganya berada pada level yang
buruk yaitu level 1 dan saling berkaitan dapat mempengaruhi produktivitas secara
keseluruhan.
4.7 Identifikasi Permasalahan Produktivitas
Berdasarkan hasil analisa data, beberapa kriteria yang berada pada level buruk anata
lain Rasio 2, Rasio 3, dan Rasio 6. Oleh karena itu maka penulis akan menganilsis
faktor-faktor yang menjadi penyebab buruknya performance pada kriteria-kriteria
tersebut. Faktor-faktor penyebab ini dapat dianalisis dengan melakuakan
brainstorming dan diagram sebab akibat.
Rendahnya jumlah sampel yang dianalisa tepat waktu (rasio 2), tingginya jam
lembur (rasio 3), dan tingginya downtime HPLC (rasi 6) saling berhubungan satu
sama lain, sehingga menyebabkan ketiga kriteria ini berada pada level bururk yang
dapat mempengaruhi produktivitas keseluruhan. Keterkaitan antara kriteria-kriteria
tersebut yaitu karenan tingginya downtime mesin HPLC yang mengakibatkan
terhambatnya proses analisa sehingga sampel tidak dapat diselesaikan tepat waktu.
Oleh karena itu diperlukan waktu kerja tambahan (Lembur) untuk menyelesaikan
sampel yang masuk di Laboratorium R&D dan mencapai ontime yang ditetapkan
perusahaan.
Adapun penyebab rendahnya produktivitas ketiga kriteria tersebut paa tahun 2019
sesuai denngan hasil brainstorming dan diskusi dengan pihak-pihak terkait adalah
sebagai berikut:
Table 4-14 Hasil Brainstorming Penyebab Rendahnya Produktivitas
Permasalahan Jawaban
Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3 Narasumber 4
Identitas Diri
- - Jabatan Supervisor Analis Analis Analis
62
- Masa Kerja 15 Tahun 20 Tahun 13 Tahun 2 Tahun Permasalahan
1: Rendahnya
Ontime
Analisa
- Antrian alat
instrument
- Penggunaan
alat gelas
bersama-
sama
- Kealahan
pengerjaan
sampel
- Mesin yang
sring
bermasalah
- Antrian alat
instrument
- Jumlah alat
gelas yang
sedikit
sehingga
harus
bergantian
- Ketersediaan
bahan kimia
habis
- Peralatan
yang sering
rusak dan
membutuh-
kan waktu
untuk
perbaikan
- Reagen
Habis
- Waktu
analisa lama
- Reagent
habis
- Pengerjaan
sampel yang
lama
- Kesalahan
dalam analisa
Permasalahan
2: Tingginya
Jam lembur
- Metode
analisa yang
panjang
- Kurang
Personel
- Mesin rusak
- Antrian
pengguanan
alat - Kurang
personel
- Metode
analisa rumit
- Pengerjaan
sampel lama
- Antrian
penggunaan
alat
- Mesin
bermasalah
- Pengerjaan
sampel lama
- Alat gelas
digunakan
bersama-
sama
Permasalahan
3: Tingginya
downtime
mesin
- Pelaksanaan
kalibrasi
yang tidak
sesuai jadwal
- Follow up
perbaikan
yang lama
- Mesin sering
rusak
- Follow up
perbaikan
yang lama
- Penggunaan
yang tidak
sesuai
- Mesin yang
rusak karena
kesalahan
dalam
treatment
mesin
- Suhu ruang
instrument
tidak sesuai
- Menunggu
kalibrasi
- Mesin Rusak
Hasil brainstorming mengenai penyebab rendahnya produktivitas ketiga kriteria
produktivitas pada tahun 2019, selanjutnya disususn ke dalam diagram sebab akibat
sebagai berikut:
63
Gambar 4-3 Diagram Sebab Akibat Rendahnya Ontime Analisa
Berdasarkan diagram sebab akibat diatas dapat diketahui bahwa penyebab
rendahnya ontime analisa adalah:
a. Kelalaian analis dalam menyebabkan proses analisa harus berulang
pengerjannya.
b. Prosedur analisa yang terlalu banyak dan kompleks menyebabkan proses
analisa membutuhkan waktu yang lama. Sehingga sampel tidak dapat selesai
tepat waktu.
c. Downtime mesin terdiri dari kerusakan mesin dan waktu tunggu kalibrasi.
d. Keterbatasan jumlah alat gelas mengakibatkan sampel tidak dapat dikerjakan
secara keseluruhan karena alat gelas yang digunakan secara bergantian
e. Reagen yang habis dapat menyebabkan pengujian sampel menjadi tertunda.
Gambar 4-4 Diagram Sebab Akibat Tingginya Jam Lembur
64
Berdasarkan diagram sebab akibat di atas dapat diketahui bahwa penyebab
tingginya jam lembur adalah:
a. Kurangnya jumlah analis yang tersedia mengakibatkan diperlukan waktu
lembur untuk menyelesaikan sampel tepat waktu.
b. Prosedur analisa yang terlalu banyak dan kompleks menyebabkan proses
analisa membutuhkan waktu yang lama. Sehingga sampel tidak dapat selesai
tepat waktu.
c. Keterbatasan jumlah alat gelas mengakibatkan sampel tidak dapat dikerjakan
secara keseluruhan karena alat gelas yang digunakan secara bergantian
d. Adanya kerusakan pada alat-alat penunjang laboratorium seperti mesin HPLC,
neraca, stirrer, kalibrasi mesin, dan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk perbaikan alat menyebabkan proses analisa menjadi lambat.
Gambar 4-5 Diagram Sebab Akibat Downtime Mesin HPLC
Berdasarkan diagram sebab akibat di atas dapat diketahui bahwa penyebab dari
tingginya downtime mesin HPLC adalah:
a. Tidak lengkapnya SOP mengenai treatment mesin HPLC serta kurangnya
kepedulian dan pengetahuan analis dalam penggunaan mesin HPLC sehingga
dapat mengakibatkan kesalahan dalam melakukan treatment mesin HPLC. Hal
ini menyebabkan mesin HPLC mudah rusak.
b. Kuarngnya perawatan mesin HPLC sehingga dapat mengakibatkan mesin
HPLC rusak.
65
c. Follow up kalibrasi yang tidak sesuai jadwal dapat mengakibatkan waktu
proses kalibrasi menjadi lebih lama. Kalibrasi pada mesin HPLC dilakukan
oleh pihak eksternal yang membutuhkan waktu pemesanan selama 5 hari
sebelum masa kalibrasi berakhir, sedangkan untuk proses kalibrasi berlangsung
selama 2 hari. Maka jika pihak eksternal dihubungi pada saat masa kalibrasi
berakhir, mesin tidak dapat digunakan selama 7 hari.
4.8 Usulan Perbaikan
Produktivitas diharapkan akan meningkat jika dibandingkan denga periode
sebelumnya. Tetapi pada kenyatannya sering terjadi suatu pencapaian yang tidak
diinginkan atau tidak sesuai dengan sasaran atau tujuan sehingga perusahaan
mengalami pertumbuhan negative. Untuk mengantisipasi kegagalan tersebut
diperlukan usaha-usaha perbaikan agar sasaran atau tujuan yang diinginkan
tercapai. Perbaikan dilakukan dengan minijau ulang apa yang telah dilakukan pada
periode sebelumnya.
Berikut ini merupakan usulan tindakan perbaikan untuk meningkatkan
produktivitas laboratorium R&D terhadap rasio 2, 3, dan 6 dengan menggunakan
5W dan 1H.
66
Table 4-15 Usulan Perbaikan Rasio 2 Menggunakan Metode 5W + 1H
No. Akar
Masalah What Why Where When Who How
1.
Kelalaian
Analis dalam
Bekerja
Memberikan
peringatan kepada
analis agar
bekerja sesuai
prosedur
Agar analis tidak melakuakan
kesalahan dalambekerja
sehingga tidak dierlukan
pengerjaan ulang.
Lab.
R&D
Setiap awal
shift
Spv Lab.
R&D
- Melakukan briefing setiap
awal shift.
- Memberikan reward
kepada analis yang tidak
pernah melakukan
kesalahan
2.
Prosedur
analis terlalu
banyak
Mengurangi
prosedur yang
tidak berpengaruh
terhadap hasil
analisa.
Agar proses analisa dapat
diselesaika dengan waktu
yang lebih cepat
Lab.
R&D
September
2019
Spv dan
analis Lab.
R&D
- Mereview proses analisa
apakah terdapat proses
yang non value added.
- Membuat SOP baru
3.
Keterbatasan
jumlah alat
gelas
Melakukan stok
opname alat gelas
Agar analis dapat bekerja
dengan maksimal tanpa harus
menunggu pekerjaan analis
lainnya.
Lab.
R&D Setiap 3 bulan
Spv Lb.
R&D
- Melakukan monitoring
jumlah alat gelas.
- Pengadaan alat gelas
yang disesiaukan dangan
kebutuhan analsa
4. Mesin Rusak
Melakukan
Preventive
Maintenance
Agar mesin selalu bekerja
dengan baik
Lab.
R&D
Sesuai jadwal
preventive
maintenance
Mantennace
Engineer
- Membuat jadwla
preventive maintenance
5. Reagen habis
Melakukan
control stok
reagen secara
berkala
Agar reagen untuk analisa
selalu tersedia sehingga tidak
menghambat proses analisa
Lab.
R&D Setiap bulan
Analis Lab.
R&D
- Mencatat pemakaian
reagen setiap bulan.
- Membuat kartu stok
- Melakukan perencanaan
dan pengendalian
persediaan reagen
67
Table 4-16 Usulan Perbaikan Rasio 3 Menggunakan Metode 5W + 1H
No. Akar
Masalah What Why Where When Who How
1. Kekurangan
persolnil
Melakukan
analisis beban
kerja
Agar jumlah analis yang
tersedia sesuai dengan
jumlah beban kerja.
Lab.
R&D Setiap tahun
Spv Lab.
R&D
- Menghitung waktu baku
proses analisa.
- Penambahan personil
2.
Prosedur
analis terlalu
banyak
Mengurangi
prosedur yang
tidak berpengaruh
terhadap hasil
analisa.
Agar proses analisa dapat
diselesaika dengan waktu
yang lebih cepat
Lab.
R&D
September
2019
Spv dan
analis Lab.
R&D
- Mereview proses analisa
apakah terdapat proses
yang non value added.
- Membuat SOP baru
3.
Keterbatasan
jumlah alat
gelas
Melakukan stok
opname alat gelas
Agar analis dapat bekerja
dengan maksimal tanpa harus
menunggu pekerjaan analis
lainnya.
Lab.
R&D Setiap 3 bulan
Spv Lb.
R&D
- Melakukan monitoring
jumlah alat gelas.
- Pengadaan alat gelas
yang disesiaukan dangan
kebutuhan analsa
4. Mesin Rusak
Melakukan
Preventive
Maintenance
Agar mesin selalu bekerja
dengan baik
Lab.
R&D
Sesuai jadwal
preventive
maintenance
Mantennace
Engineer
- Membuat jadwla
preventive maintenance
68
Table 4-17 Usulan Perbaikan Rasio 6 Menggunakan Metode 5W + 1H
No. Akar
Masalah What Why Where When Who How
1.
SOP mesin
tidak
lengkap
Memperbaiki
SOP mesin
HPLC
Agar analis dapat
melakukan
treatment mesin
HPLC dengan
benar..
Lab.
R&D
September
2019
Spv Lab.
R&D
- Membuat SOP baru untuk penggunaan
mesin
- Training penggunaan mesinHPLC untuk
karyawan baru
2.
Kurangnya
Perawatan
mesin HPLC
Melakukan
Preventive
Maintenance
Agar mesin selalu
bekerja dengan
baik
Lab.
R&D
Sesuai jadwal
preventive
maintenance
Mantennace
Engineer
- Membuat jadwla preventive maintenance
3.
Tingginya
waktu
tunggu
kalibrasi
mesin HPLC
Membuat
penjadwalan
kalibrasi
Agar mengurangi
waktu tunggu
dalam proses
kalibrasi mesin
HPLC
Lab.
R&D
September
2019
Spv dan
analis Lab.
R&D
- Menugaskan analis untuk menjadi
penanggung jawab masing-masing mesin
HPLC
- Menghunungi pihak eksternal 5 hari
sebelum masa kalibrasi berakhir.
69
4.9 Setelah Perbaikan
Perbaikan dilakukan sesuai dengan usulan, perbaikan dilakukan pada bulan
September 2019 sampai dengan Desember 2019, setelah perbaiakan diperoleh data
sebagai berikut.
Table 4-18 Data-data Kriteria Pengukuran Produktivitas
Tahun Bulan
Jumlah
Sampel
Dianalisa
Jumlah
Sampel
On Time
Jam
Lembur
Terpakai
Jam
Lembur
Tersedai
Downtime
Mesin
Jam
Mesin
Tersedia
20
19
Sep 3685 3845 110 900 150 3540
Okt 3840 3960 90 900 200 3690
Nov 3950 4017 95 900 145 3745
Des 3915 4025 110 900 115 3810
4.9.1 Perhitungan Produktivitas Rasio 2 Setelah Perbaikan
Kriteria ini menunjukan perbandingan anatara jumlah sampel yang dianalisa tepat
waktu dengan jumlah sampel keseluruhan yang dianalisa setelah perbaikan periode
pengukuran adalah bulan September hingga Desember 2019. Berikut ini merupakan
tabel hasil perhitungan rasio 2.
Table 4-19 Hasil Perhitungan Rasio 2 setalah perbaikan
Tahun Bulan
Jumlah Sampel
yang Dianalisa
Tepat Waktu
Jumlah Sampel
yang Masuk Rasio
20
19 Sep 3685 3845 0.958
Oct 3840 3960 0.970
Nov 3950 4017 0.983
Des 3915 4025 0.973
Rata-rata Rasio 0.971
4.9.2 Perhitungan Produktivitas Rasio 3 Setelah Perbaikan
Kriteria ini menunjukkan perbandingan antara jumlah jam lembur yang terpakai
secara actual dengan jumlah jam lembur yang tersedia setiap bulannya. Periode
pengukuran adalah bulan September hingga Desember 2019. Berikut ini merupakan
tabel hasil perhitungan rasio 3.
70
Table 4-20 Hasil Perhitungan Rasio 3 Setelah Perbaikan
Tahun Bulan Jumlah Jam
Lembur Terpakai
Jumlah Jam
Lembur
Terdedia
Rasio
20
19 Sep 110 900 0.122
Oct 90 900 0.100
Nov 95 900 0.106
Des 110 900 0.122
Rata-rata Rasio 0,113
4.9.3 Perhitungan Produktivitas Rasio 6 Setelah Perbaikan
Kriteria ini menunjukkan perbandingan anatar jumlah downtime mesin HPLC dan
jumlah tersedia mesin HPLC. Periode pengukuran adalah bulan September hingga
Desember 2019. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan rasio 6.
Table 4-21 Hasil Perhitungan Rasio 6 Setelah Perbaikan
Tahun Bulan Jumlah Downtine
Mesin HPLC
Jumlah Jam
Tersedai Mesin
HPLC
Rasio
2019
Sep 150 3540 0.042
Oct 170 3690 0.046
Nov 145 3745 0.039
Des 115 3810 0.030
Rata-rata Rasio 0,039
4.9.4 Penyusuna Tabel Objectiv Matrix (OMAX) Setelah Perbaikan
Langkah selanjutnya adalah penyusunan tabel Objective Matrix (OMAX). Data
yang telah diperoleh disususn kedalam tabel OMAX untuk dilakukan analisis
produktivitas meliputi perhitungan nilai performansi dan indeks produktivitas dari
bulan September 2019 sampai dengan Desember 2019 dengan periode dasar adalah
data tahun 2018. Nilai performansi didapat dari pengukuran setelah perbaikan pada
Rasio 2, Rasio 3, dan Rasio 6
71
Table 4-22 Perhitungan Objective Matrix (OMAX) Setelah Perbaikan pada Rasio
2, Rasio 3, dan Rasio 6
Ras
io 2
Ras
io 3
Ras
io 6
Pro
duct
ivit
y
Cri
teri
a
0,971 0,113 0,039 Performance
0.982 0,092 0.026 10
0.979 0,096 0.028 9
0.976 0,100 0.030 8
0.973 0,104 0.033 7
0.970 0,107 0.035 6
0.967 0,111 0.038 5 Level
0.964 0,115 0.040 4
0.961 0,119 0.042 3
0.952 0,142 0.050 2
0.943 0,166 0.058 1
0.934 0,189 0.066 0
6 4 4 Level
19,2 15,4 15,4 Weight
115,2 61,6 61,6 Value
Performance Current Previous Index
Indicator 238.4 150 158,93 %
4.9.5 Analisa Data Setalah Perbaikan
Dari hasil pengolahan data tabel OMAX setelah perbaikan menunjukan bahwa
terjadi peningkatan level pada Rasio 2, Rasio 3, dan Rasio 6 yaitu:
Table 4-23 Hasil peningkatan Level Setelah Perbaikan
Rasio Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
Rasio 2 Level 1 Level 6
Rasio 3 Level 1 Level 4
Rasio 6 Level 1 Level 4
Terjadi Index peningkatan sebesar 158,93 % pada rasio 2,3 dan 6.
72
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dialukan di Laboratorium Andev R&D PT ARB
Farma mengenai pengukuran produktuvitas dengan menggunakan Objective Matrix
maka dapat diambil beberpa kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengukuran produktivitas dilakukan terhadap enam kriteria yang terdiri dari
jamulah assay yang dicapai, ontime sampel yang dianalisa, minimasi jam
lembur, minimasi kesalahan analisa, minimasi pengguanan reagen, dan jumlah
downtime mesin HPLC.
b. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan nilai indeks prosuktivitas pada tahun
2019 yaitu 0,03 %.
c. Kriteria yang mempengaruhi rendahnya nilai produktivitas antara lain Rasio 2
(ontime sampel yang dianalisa), Rasio 3 (minimasi jam lebur), dan Rasio 6
(downtime mesin HPLC).
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produktivitas ketiga kriteria di
atas yaitu:
1. Rasio 2: Kelalaian analis dalam bekerja, prosedur analsa terlau banyak,
keterbatasan jumlah alat gelas, mesin rusak, dan reagen habis.
2. Rasio 3: Kekurangan analsi, prosedur terlalu banyak, keterbatasan jumlah
alat gelas, dan mesin rusak.
3. Rasio 6 : SOP mesin tidak lengkap, kurangnya perawatan mesin, dan
tingginya waktu tunggu kalibrasi.
d. Usulan perbaikan untuk ketiga kriteria tersebut yaitu:
1. Rasio 2: Memberika peringatan kepada analis agarbekerja sesuai dengan
prosedur, mengurangi prosedur yang tidak berpengaruh terhadap analsia,
melakukan pengadaan alat gelas, melakuak preventive maintenance, dan
melakukan control stok reagen secara berkala.
73
2. Rasio 3 : Melakuan analisa beban kerja, mengurangi prosedur yang tidak
berpengaruh terhadap analisa, melakuka stock opname alat gelas, dan
melakukan preventive maintenance.
3. Rasio 6 :Memperbaiki SOP mesin HPLC, melakukan preventive
maintenance, dan membuat orsedur penjadwalan kalibrasi.
4. Setelah dikalukan perbaikan pada Rasio 2, 3 dan 6 terjadi peningkatan
level sebagai berikut
Rasio Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
Rasio 2 Level 1 Level 6
Rasio 3 Level 1 Level 4
Rasio 6 Level 1 Level 4
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan
khusushnya di Lbaroratoriun Andev R&D antara lain:
a. Untuk mengoptimalkan penggunaan alat disarankan agar perusahaan dapat
melakukan preventive maintenance secara berkala terhadap peralatan yang
digunakan agar alat senantiasa terawatt dan meminimasi kerusakan pada alat
yang dapat meghambat proses analisa.
b. Pemberian motivasi kepada kaeyawan untuk meningkatkan kepedulian serta
meingkatkan tamggung jawab dalam bekerja.
c. Memberikan reward pada karyawan yang tidak lalai dalam bekerja.
d. Melakukan monitoring jumlah peralatan penunjang analisa agar tidak terjadi
penundaan pekerjaan dikarenakan antrian pada penggunaan pearlatan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Alex F. Osborn. 1963. Applied Imagination: Principle and procedures of Creative
Problem Solving 3rd Edition. Charles Scribners Sons: New York.
Handoko, T.Hani. 2000. Dasar-dasar Manjemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Mahendra, MK. 2007. Peningkatan Produktivitas Galangan Kapal
Menggunakan Model OMAX (Studi Kasus: di PT BEN Santosa
Surabaya), Skripsi. Surabya: Fakultas Teknologo kelautan, Institut
Teknologi Sepuluh November
Max .2002. Pengukuran Produktivitas Total dan Parsial Dengan
Menggunakan Model David J. Sumanth dan POSPAC di PT Coca Cola
Amatil Indonesia. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industir dan Mesin,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Mudell, Marvin E. 1983. Improving Productivity and Effectiveness. New Jersey,
USA, Prentice Hall.
Ravianto, J.1985. Orientasi Produktivitas dan Ekonom Jepang. Jakarta: Bumi
Aksara
Riggs JL. 1983. Productivity measurement by Objectives. Natl Prod.
Sinungan, M. 2008. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara
Sumanth, D.J. 1984. Productivity Enineering and Management, Productivity
Measurment, Evaluation, Planning and Improvement in Manufacturing
and Service Organization. Mc Graw-Hill Book Company.
Tague, Nancy R. 2004. The Quality Toolbox: Second Edition. Milwaukee
Wisconsin: ASQ Quality Press.
Tamtomo, Aryanditi T. 2008. Pengukuran Produktivitas Proses Produksi PT
HAlco dengan Menggunakan Alat Ukur OMAX. Tesis. Depok: Fakultas
Ekonomi Universita Indonesia
Wignjosoebroto, Sritomo. 2006. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri.
Jakarta: Guna Widya
75
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Brainstorming Identifikasi Faktor Penyebab
76
Lampiran 2 Lembar Brainstorming Identifikasi Faktor Penyebab
77
Lampiran 3 Lembar Brainstorming Identifikasi Faktor Penyebab
78
Lampiran 4 Lembar Brainstorming Identifikasi Faktor Penyebab