STRATEGI PUBLIC RELATION DALAM MENGEMBANGKAN CITRA
LEMBAGA MADRASAH DI MAN 2 PONOROGO
SKRIPSI
SRI AMBARWATI CAHYANINGRUM
NIM: 210314343
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2018
vii
ABSTRAK
Cahyaningrum, Sri Ambarwati. 2018. Strategi Public Relation Dalam
Mengembangkan Citra Lembaga Madrasah di MAN 2 Ponorogo. Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing: M. Harir
Muzakki, MHI.
Kata Kunci: Strategi Public Relation, Citra Lembaga Madrasah
Penelitian ini dilatar belakangi oleh alasan bahwa globalisas dalam bidang
pendidikan saaat ini secara langsung berdampak pada semakin tajamnya persaingan
lembaga pendidikan di Indonesia. Banyaknya lembaga pendidikan menjadi
persaingan antar sekolah semakin kompetitif. Hal yang diperlukan untuk tetap
mempertahankan eksistensinya dalam bersaing dengan lembaga lainnya adalah
bahwa setiap lembaga haruslah memiliki citra positif dari masyarakat. Maka, strategi
public relation untuk lembaga pendidikan mutlak diperlukan. Strategi public relation berguna
untuk meningkatkan mutu pendidikan, memuaskan pengguna (masyarakat) dan mendapatkan
citra yang baik dari pengguna (masyarakat). Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa
pendidikan Islam di sekolah tidaklah penting. Masalah seperti ini mendorong lembaga
pendidikan Islam untuk memfungsikan bagian humas agar mengkonsep sesempurna mungkin
strategi-strategi public relataion dalam kegiatan internal maupun eksternal kepada
masyarakat, supaya lembaga pendidikan Islam dipandang sama pentingnya dengan
pendidikan di lembaga-lembaga umum lainnya. Untuk itu, strategi public relation dalam
lembaga pendidikan Islam penting dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan (1) Untuk menjelaskan Public Relation dalam
mengembangkan Citra Lembaga Madrasah di MAN 2 Ponorogo. (2) Untuk menjelaskan
penerapan strategi Public Relation dalam mengembangkan Citra Lembaga Madrasah di MAN
2 Ponorogo. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian
adalah studi kasus. Dengan prosedur pengumpulan data menggunakan: wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah data analisis interaktif Miles dan Huberman, yang meliputi: kegiatan reduksi data, display data, menarik kesimpulan atau verivikasi data.
Hasil analisis menunjukkan: (1) Public relation di MAN 2 Ponorogo diantaranya
pemberian layanan informasi dari suatu instansi/lembaga pendidikan ke pelanggan
(masyarakat luas) dan mengutamakan komunikasi yang baik. Di MAN 2 Ponorogo terdapat
dua jenis komunikasi yang lazim digunakan, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal (2) Pola strategi public relation di MAN 2 Ponorogo meliputi empat langkah
pokok, yaitu perencanaan dengan mengidentifikasi masalah dan merencanakan program-
program berdasarkan analisis masalah, pengorganisasian dengan pembentukan pengururus
dan pendelegasian wewenang yang akan terlibat dalam program-program kegiatan public
relation, implementasi pelaksanaan program dan komunikasi dengan strategi. dan
pelaporan/evaluasi program. Penerapan strategi public relation melalui kegiatan internal dan
eksternal. Dengan menggunakan strategi sekolah, fungsional, operasional. strategi public
relation ini memiliki kontribusi yang besar bagi citra lembaga di MAN 2 Ponorogo.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap lembaga haruslah memiliki citra positif dari masyarakat. Hal ini
diperlukan untuk tetap mempertahankan eksistensinya dalam bersaing dengan
lembaga lainnya. Citra itu sendiri dapat beperingkat baik, sedang atau buruk.
Peringkat citra yang berlainan tersebut akan memberikan dampak terhadap
keberhasilan kegiatan dalam bidang pendidikan. Salah satunya melalui aktivitas
pemasaran produk pendidikan, yang nantinya akan memunculkan kesan secara
berbeda dari masyarakat. Citra buruk melahirkan dampak yang negatif bagi
operasional usaha lembaga dan juga dapat melemahkan kemampuan suatu
lembaga untuk bersaing (competitive advantage). Karena, dewasa ini eksistensi
lembaga pendidikan tidak hanya berpatokan pada keunggulan untuk sekedar
dibandingkan dengan lembaga lain (comparative advantage). Citra yang baik dari
sebuah organisasi merupakan aset yang sangat penting karena citra mempunyai
suatu dampak persepsi konsumen dan operasional organisasi dalam berbagai hal.1
Seiring pesatnya perkembangan zaman, hal ini berimplikasi pada
munculnya dinamika pola pikir masyarakat menjadi lebih kritis dalam memilih
lembaga pendidikan. Hal tersebut menjadi ancaman (threath) besar bagi setiap
1 Firsan Nova, CRISIS Public Relation: Strategi PR Menghadapi Krisis, Mengelola Isu,
Membangun Citra Dan Reputasi Perusahaan (Jakarta: Rajawali Press, 2011), 302.
2
lembaga pendidikan untuk selalu merubah dan memperbaiki citranya menjadi
positif di mata masyarakat. Kehadiran lembaga pendidikan Islam di tengah
masyarakat telah memberikan kontribusi logis yang mengacu pada nilai-nilai
ilmiah. Sehingga, masyarakat akan lebih cerdas dalam menjalani roda kehidupan,
atas dasar itulah masyarkat mulai berfikir cerdas dalam memilih lembaga
pendidikan. Citra merupakan salah satu magnet terpenting dalam lembaga
pendidikan dalam menarik minat masyarakat. Lembaga pendidikan Islam yang
menpunyai citra positif akan mampu menarik minat masyarakat untuk masuk
menjadi bagian dalam lembaga tersebut. Akan tetapi, sebaliknya citra negatif yang
ditampilkan lembaga pendidikan Islam akan berdampak pula pada persepsi
masyarkat yang negatif.
Globalisasi dalam bidang pendidikan secara langsung berdampak pada
semakin tajamnya persaingan lembaga pendidikan di Indonesia. Persaingan
lembaga pendidikan yang semakin tajam ini memotivasi pada setiap lembaga
pendidikan di Indonesia untuk terus menerus memperbaiki kualitasnya, sehingga
mampu bertahan dan bahkan unggul dalam persaingan. Begitu banyaknya jumlah
lembaga pendidikan adalah faktor penyebab persaingan yang cukup
membahayakan, bagi lembaga pendidikan yang kurang siap menerima tantangan-
tantangan.
Perkembangan jumlah lembaga pendidikan secara institusional
merupakan hal yang cukup menggembirakan dalam skala kuantitas, namun
sayangnya tidak semua lembaga pendidikan Islam tersebut mampu bersaing antara
3
satu dengan yang lainnya. Ada beberapa lembaga pendidikan Islam yang masih
stagnan dan tidak mengalami kemajuan. Hal tersebut dipicu oleh kurangnya minat
masyarakat untuk ikut andil bergabung di dalamnya. Faktor yang menjadi problem
bagi lembaga pendidikan Islam adalah tidak adanya komunikasi efektif yang
dilakukan lembaga tersebut dengan publiknya. Sehingga, ia sulit memperoleh citra
posistif dari masyarakat. Sedangkan eksistensi lembaga pendidikan Islam dalam
menghadapi persaingan dipengaruhi oleh citra Lembaga itu sendiri dan
keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang dimiliki.2
Persaingan lembaga pendidikan Islam saat ini bukan hanya pada tataran
skala lokal dan regional. Namun persaingan lembaga pendidikan Islam saat ini
masuk pada ranah nasional bahkan internasional. Untuk menuju persaingan
tersebut tentu lembaga pendidikan Islam harus memperhatikan unsur kualitas dan
kuantitas. Kedua unsur tersebut sangat penting bagi lembaga pendidikan Dengan
adanya kuantitas yang memadai, misalkan dalam hal jumlah siswa ia dapat
menumbuhkan persepsi masyarkat bahwa lembaga pendidikan Islam tersebut
favorit karena banyaknya minat masyarakat untuk masuk di lembaga pendidikan
Islam tersebut. Namun adanya kuantitas tersebut tidak cukup bagi lembaga
pendidikan Islam sebagai alasan suatu keberhasilan yang dicapai, apabila tidak
diimbangi dengan kualitas. Oleh karena itu, keduanya merupakan faktor penting
dalam mempertahankan sebuah eksistensi lembaga. Namun yang menjadi
2 Uhar Suharsapatura, Manajemen Perguruan Tinggi Strategi Menghadapi Perubahan
(Bandung: PT Refika Aditama, 2015), 155.
4
persoalan mendasar adalah permasalahan apakah semua lembaga pendidikan Islam
telah berhasil atau belum dalam optimalisasi kualitas dan kuantitas. Karena pada
kenyataannya masih dijumpai banyak lembaga yang memprihatinkan dari segi
kuantitas dan kualitas. Maka, lembaga pendidikan Islam perlu menggali faktor-
faktor yang dapat meningkatkan citra dan keunggulan kompetitif (competitive
advantage) lembaga pendidikan Islam.
Peran lembaga pendidikan bagi masyarakat pada hakikatnya adalah
membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.
Dalam hal ini sekolah merupakan bagian yang integral dari sistem sosial yang
lebih besar, yaitu masyarakat. Hubungan sekolah dengan masyarakat harus dibina
suatu hubungan yang harmonis. Hal ini dikarenakan sekolah dan masyarakat
memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah.
Program sekolah dapat berjalan lancar apabila mendapat dukungan
masyarakat. Oleh karena itu, pimpinan sekolah harus membina hubungan yang
baik antara sekolah dan masyarakat. Sekolah harus memberikan banyak informasi
kepada masyarakat tentang program dan problem yang dihadapi agar masyarakat
mengetahui dan memahami masalah yang dihadapi sekolah. Dengan cara ini
diharapkan adanya umpan balik yang sangat berguna bagi pengembangan program
sekolah lebih lanjut dan menumbuhkan rasa simpati masyarakat terhadap program-
program sekolah, yang dapat mengundang partisipasi yang aktif dari masyarakat.3
3 Zainal Mukarom Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan Efektif
Pengelolaan Hubungan Masyarakat (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 289.
5
Salah satu faktor penting yang menyebabkan lembaga pendidikan Islam
tidak mendapatkan apresiasi masyarakat adalah kurang mampunya
mengakomodasi tuntutan masyarakat. Sehingga, lembaga tersebut akan
terkucilkan dan dengan sendirinya akan mati bersama pudarnnya kepercayaan
masyarakat tersebut. Maka tidak salah jika kemudian lembaga pendidikan Islam
yang tidak dapat membangun relasi yang kuat dapat dipastikan ia akan mengalami
masa dimana ia berada dalam keadaan stagnan. Maka dari itu dalam lembaga
pendidikan hubungan masyarakat (Public Relation) menjadi penting untuk terus
ditingkatkan.
Menurut Uhar Suharsaputra membangun relasi menjadi sangatlah penting
karena akan memberikan kontribusi bagi modal sosial yang juga penting bagi
penciptaan keunggulan kompetitif (competitive advantage) organisasi.4 Maka,
dalam upaya menumbuhkan kepercayaan masyarakat lembaga pendidikan Islam
seharusnya membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat agar
membentuk persepsi positif masyarakat. Karena dalam konteks otonomi
pendidikan, masyarakat merupakan salah satu stakeholder lembaga pendidikan
yang mempunyai peran penting dalam memajukan sebuah lembaga pendidikan.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di MAN 2 Ponorogo
bahwa saat ini MAN 2 Ponorogo menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam
yang diminati masyarakat. Komunikasi yang dibangun MAN 2 Ponorogo dengan
masyarakat begitu harmonis. Sehingga kepercayaan masyarakat untuk masuk di
4 Suharsapatura, Manajemen Perguruan Tinggi Strategi Menghadapi Perubahan, 158.
6
Lembaga tersebut begitu tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah calon
siswa/siswi yang cukup banyak. Setiap tahunnya pada penerimaan siswa/siswi
baru mengalami peningkatan yang cukup banyak dibandingkan dari tahun-tahun
sebelumnya, penigkatan tersebut tidak lain dikarenakan adanya persepsi positif
masyarakat terhadap MAN 2 Ponorogo.5
MAN 2 Ponorogo merupakan satu-satunya MA di Ponorogo yang
mempunyai program akselerasi. Mencetak siswa sebagai Ulul Albab. Dan pada
tahun 2016 ini mempunyai program baru yaitu SKS. MA Negeri II Ponorogo juga
ditunjuk langsung dari Propinsi sebagai pengaplikasi kurikulum 2013.6 Ini
merupakan bentuk kepercayaan yang diberikan dari Propinsi kepada MA Negeri II
Ponorogo.
Hubungan masyarakat yang dilakukan MAN 2 Ponorogo memberikan
nilai-nilai positif dalam memformulasikan persepsi masyarakat terhadap lembaga,
komunikasi yang dilakukan mengarah kepada komunikasi dua arah, yang mana
sesuai dengan apa yang disampaikan Lilik Setyowati7 bahwa :
MA Negeri II ini melakukan promosi dengan dua cara yaitu
promosi secara langsung dan promosi secara tidak langsung.
Secara langsung dapat terlihat pada media cetak, media
elektronik, dan IT. Sedangkan yang promosi tidak secara
langsung melalui kegiatan-kegiatan yang langsung bersentuhan
dengan masyarakat. Tidak hanya melalui kegiatan, tetapi dari
sikap dan akhlakul karimah dari semua warga sekolah ketika
berada di masyarakat menjadi sorotan pertama.
5 Dokumentasi MAN 2 Ponorogo 6 Taufik, wawancara, Ponorogo, 10 Januari 2018 7 Lilik Setyowati, wawancara, Ponorogo, 10 Januari 2018
7
Dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa komunikasi yang
dilakukan oleh MAN 2 Ponorogo memberikan kontribusi positif terhadap
kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat terpenuhi kebutuhannya. jadi, dalam
hubungan masyarakat MAN 2 Ponorogo mempuyai strategi tertentu dalam upaya
meningkatkan citra lembaga,, melalui pendekatan-pendekatan dalam Public
Relation serta kerjasama yang baik. Sehingga terjadi hubungan timbal balik antara
madrasah dengan masyarakat yang saling menguntungkan.
Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian mengenai Strategi
Public Relation serta dampaknya terhadap citra lembaga. Betapa pentingnya
Strategi Public Relation dalam upaya peningkatan citra lembaga pendidikan Islam
adalah yang melatarbelakangi penelitian ini. Maka, atas dasar latar belakang di
atas peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Strategi Public Relation Dalam
Meningkatkan Citra Lembaga Pendidikan Islam di MAN 2 Ponorogo”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti memfokuskan penelitian ini
pada permasalahan strategi Public Relation di MAN 2 Ponorogo, meliputi :
1. Public relation mengembangkan citra lembaga madrasah di MAN 2 Ponorogo.
2. Strategi Public relation mengembangkan citra lembaga madrasah di MAN 2
Ponorogo.
8
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana public relation dalam mengembangkan citra lembaga madrasah di
MAN 2 Ponorogo?
2. Bagaimana penerapan strategi public relation dalam mengembangkan citra
lembaga madrasah di MAN 2 Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk menjelaskan public relation dalam mengembangkan citra lembaga
madrasah di MAN 2 Ponorogo.
2. Untuk menjelaskan penerapan strategi public relation dalam mengembangkan
citra lembaga madrasah di MAN 2 Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis
maupun praktis bagi semua pihak:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan sebagai
pedoman rujukan, serta sumber informasi untuk penelitian berikutnya
9
2. Secara Praktis
a. Bagi kalangan akademis
Penelitian ini dapat sebagai wacana sekaligus masukan dalam menentukan
kebijakan yang berkaitan dengan strategi public relation di lembaga
pendidikan masing-masing.
b. Bagi sekolah
Dapat memberikan sumbangan pemikiran pada lembaga pendidikan Islam
baik formal maupun nonformal untuk meningkatkan dan mengembangkan
pelaksanaan strategi public relation dalam mengembangkan citra lembaga
madrasah.
c. Bagi Guru
Dapat memberikan motivasi untuk berimprovisasi dan berinovisasi dalam
pelaksanaan strategi public relation pada dunia pendidikan.
d. Bagi Masyarakat
Dapat mengetahui pentingnya peran antara masyarakat dengan lembaga
pendidikan dalam keberhasilan suatu strategi untuk mencapai tujuan
terkhusus pada strategi public relation bidang pendidikan.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah hasil penelitian dan agar dapat dicerna runtut
diperlukan sebuah sistematika pembahasan dalam laporan penelitian ini. Penelitian
ini dikelompokkan menjadi 6 bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub
10
yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sistematika ini menguraikan secara garis
besar apa yang termaktub dalam setiap bab. Sistematika pembahasan dalam skripsi
ini dirancang untuk di uraikan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab Pertama, Pendahuluan. Yang merupakan ilustrasi skripsi secara
keseluruhan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, fokus penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab Kedua, Kajian Teori. Pada bab ini berfungsi untuk menjelaskan
telaah hasil kajian terdahulu dan kerangka awal teori yang digunakan sebagai
landasan melakukan penelitian yang terdiri dari: definisi komunikasi, definisi
public relation, serta citra lembaga madrasah.
Bab Ketiga, Metode Penelitian. Pada bab ini berisi tentang metode
penelitian yang digunakan, diantaranya: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data,
teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan tahapan-tahapan
penelitian.
Bab Keempat, Paparan Data dan Temuan Penelitian. Pada bab ini berisi
tentang data umum yang meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan
misi, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, dan sarana prasarana di MAN 2
Ponorogo dan data khusus yang berkaitan dengan rumusan masalah.
Bab kelima, Pembahasan. Merupakan bab yang membahas tentang
analisis data yang diperoleh dalam penelitian yang meliputi analisis tentang
11
perencanaan, pelaksanaanan dan evaluasi penerapan strategi public relation serta
dampaknya terhadap pengembangan citra lembaga madrasah di MAN 2 Ponorogo.
Bab keenam, Penutup. Ini merupakan bab terakhir dari semua rangkaian
pembahasan dari bab I sampai bab VI. Bab ini dimaksud untuk memudahkan
pembaca memahami intisari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Terdahulu
Di samping menggunakan buku-buku atau referensi yang relevan,
peneliti juga melihat hasil penelitian terdahulu agar nantinya dapat dilihat
persamaan dan perbedaannya. Dalam tela’ah penelitian terdahulu ini peneliti
menemukan bahwa:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Eka Yuni Purwanti, yang
berjudul “Strategi Marketing Mix dalam Meningkatkan Citra Lembaga
Pendidikan Islam di MA Negeri II ponorogo”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa MA Negeri II melakukan strategi pemasaran secara
rasional, non rasional, dan penyesuaian atau adaptif. Terdapat tiga konsep
strategi yang dilakukan oleh MA Negeri II dalam melakukan strategi
pemasaran, yaitu segmen pasar, target, dan menentukan posisi pasar.
Kontribusi Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Citra Lembaga MA
Negeri II Ponorogo diantaranya: siswa mampu berprestasi secara umum
maupun unggul dalam religinya; membentuk siswa pempunyai akhlakul
karimah, membekali siswa menjadi kholifah di dunia, serta membekali
pendidikan Islam untuk akhiratnya; membangun kedisiplinan, kreatifitas,
percaya diri, melatih professional siswa; siswa dapat mengikuti arus
perkembangan zaman yang semakin tinggi tuntutannya; menjadikan kekuatan
untuk terus berkembang dan memajukan mutu pendidikan.; serta kinerja guru
13
dan karyawan meningkat. Hal inilah yang mampu menarik perhatian
masyarakat dan menumbuhkan rasa percaya masyarakat kepada MA Negeri II
Ponorogo.1
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun
persamaan antara penelitian pertama dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti adalah terletak pada membahas tentang meningkatkan citra lembaga
pendidikan Islam di MA Negeri II Ponorogo. Sedangkan perbedaannya adalah
terletak pada jenis strategi yang digunakan, pada penelitian pertama
menggunakan marketing mix, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan
peneliti menggunakan strategi public relation.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Warini, yang berjudul
“Strategi Public Relation Dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan di
SDIT Qurrota A’yun Ponorogo”. Hasil penelitian ini menunjukkan kontribusi
strategi Public Relation dalam meningkatkan mutu lembaga pendiidkan di
SDIT Qurrota A’yun Ponorogo yaitu sebagai salah satu sarana menyampaikan
informasi dan promosi sekolah, mengcover kegiatan sekolah, sebagai evaluasi
dan persiapan akreditasi yang sangat baik pada sekolah, serta sebagai khasanah
keilmuwan. Selain itu dengan adanya kerjasama dengan berbagai pihak dapat
berkontribusi dalam pembiayaan dan prestasi siswa. Sehingga antara pihak
sekolah dan masyarakat saling memberi masukan dan kerjasama demi
tercapainya pendidikan yang bermutu.2
1 Eka Yuni Purwanti. Strategi Marketing Mix dalam Meningkatkan Citra Lembaga
Pendidikan Islam di MA Negeri II ponorogo, IAIN Ponorogo. 2016. 2 Warini. Strategi Public Relation Dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan di
SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, IAIN Ponorogo. 2016.
14
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun
persamaan penelitian kedua dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah sama-sama menggunakan strategi Public Relation. Sedangkan
untuk perbedaanya terletak pada pembahasannya yaitu tentang Mutu Lembaga
Pendidikan di SDIT Qurrota A’yun, dan yang akan peneliti bahas ini tentang
Citra Lembaga Pendidikan Islam di lembaga yang berbeda yaitu MAN 2
Ponorogo.
B. Kajian Teori
1. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Menurut Himstreet dan Baty dalam Business Communications:
Principles and Methods, Komunikasi adalah suatu proses pertukaran
informasi antarindividu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik
dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan.
Sementara itu menurut Bovee, Komunikasi adalah suatu proses
pengiriman dan penerimaan pesan.
Communication dalam bahasa Indonesia diserap menjadi
komunikasi. Berdasarkan berbagai arti kata communicare yang
menjadi asal komunikasi, secara harfia komunikasi berarti
pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran, atau
berhubungan. Menurut Hardjana, komunikasi didefinisikan menjadi
15
proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui media tertentu.3
b. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi secara umum untuk memberikan penerangan
pendidikan, hiburan, dan mempengaruhi seseorang atau sekelompok
orang artinya dengan komunikasi manusia dapat saling menerima,
menyampaikan pikiran, gagasan, informasi pada seseorang atau
sekelompok orang. Menurut Onong Effendi, komunikasi mempunyai
fungsi yang sngat luas. Fungsi komunikasi sebagai berikut.
1) Fungsi menyiarkan informasi
Menyiarkan infomasi merupakan fungsi surat kabar yang utama,
karena pada hakikatnya orang membeli, untuk mendapatkan
informasi.
2) Fungsi mendidik
Fungsi mendidik dalam surat kabar bisa implicit dalam bentuk
berita, artikel atau tajuk rencana, berita bergambar, dan sebagainya.
3) Fungsi menghibur
Fungsi menghibur ini juga sangat penting sebagai represing, untuk
mengimbangi berita-berita yang berat, utntuk melemaskan
ketegangan pikiran.Isi surat kabar yang bersifat menhibur dapat di
bentuk; cerpen, teka-teki, cerbar, karikatur, dan sebagainya.
3 Ngainun Naim, Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), 18.
16
4) Fungsi mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi surat kabar secara implicit terdapat pada
tajuk rencan dan artikel.
c. Tujuan Komunikasi
Upaya untuk menjalin berbagai hubungan yang baik dengan
public internal dan public eksternal, maka komunikasi dalam hal ini
memeiliki tujuan sebagai berikut:
1) To inform (menginformasikan)
2) To explain (menerangkan)
3) To suggest (menyarankan)
4) To persuade (membujuk)
5) To invite (mengundang)
6) To convince (meyakinkan)4
d. Bentuk Dasar Komunikasi
Pada dasarnya, ada dua bentuk dasar komunikasi yang lazim
digunakan, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Masing-masing
dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikt:
1) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan-
pesan kepada pihak lain baik secara tertulis (written) maupun lisan
(oral). Bentuk komunikasi verbal ini memiliki struktur yang teratur
4 Muslimin, Hubungan Masyarakat Dan Konsep Kepribadian (Malang: UMM Press,
2004), 72.
17
dan terorganisasi dengan baik, sehingga tujuan penyampaian
pesan-pesan dapat tercapai dengan baik.
Berbagai macam contoh komunikkasi verbal, antara lain:
(a) Membuat dan mengirim surat pengantar barang ke suatu
perusahaan
(b) Membuat dan mengirim surat penawaran barang kepada pihak
lain
(c) Membuat dan mengirim surat Konfirmasi barang kepada
pelanggan
(d) Membuat dan mengirim surat Pemesanan barang (order) kepada
pihak lain
(e) Membuat dan mengirim surat penolakan kerja
(f) Membuat dan mengirim surat Pengumuman ke media massa
Melalui komunikasi secara lisan atau tertulis, diharapkan
orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan
dengan baik. Penyampaian suatu pesan secara lisan maupun tertulis
memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat membaca atau
mendengar apa yang dikatakan dengan baik dan benar.
Komunikasi yang efektif sangat bergantung pada
keterampilan seseorang dalam mengirim maupun menerima pesan.
Secara umum, untuk menyampaikan pesan-pesan, seseorang dapat
menggunakan tulisan maupun lisan, sedangkan untuk menerima
pesan-pesan, seseorang dapat menggunakan pendengaran dan
18
bacaan. Berbagai macam bentuk komunikasi verbal yang
digunakan:
(a) Berbicara dan menulis
(b) Mendengar dan membaca
2) Komunikasi Nonverbal
Bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam
komunikasi adalah komunikasi nonverbal (nonverbal
communication). Menurut teori antropologi, sebelum manusia
menggunakan kata-kata, mereka telah menggunakan gerakan-
gerakan tubuh, bahasa tubuh (body language) sebagai alat untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Berikut ini adalah beberapa
contoh perilaku yang menunjukkan komunikasi nonverbal:
(a) Mnggertakkan gigi untuk menunjukkan kemarahan
(b) Mengerutkan dahi untuk menunjukkan sedang berpikir keras
(c) Berpangku tangan untuk menunnjukkan seseorang sedang
melamun
(d) Tersenyum dan berjabat tangan dengan orang lain untuk
mewujudkan rasa senang, simpati dan penghormatan
(e) Menggelengkan kepala untuk menunjukkan sikap menolak atau
keheranan
(f) Tangan mengepal untuk menunnjukkan penuh percaya diri
Pada umumnya, bentuk komunikasi nonverbal memiliki
sifat yang kurang terstruktur, sehingga membuat komunikasi
19
nonverbal sulit untuk dipelajari. Salah satu keunggulan komunikasi
nonverbal adalah kesahihannya (reliabilitas). Hal ini berkaitan
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-
pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat.
Menurut Thil dan Bovee dalam Excellence in Business
Comunications, komunikasi nonverbal mempunyai enam tujuan,
yaitu:
(a) Memberikan informasi
(b) Mengatur alur suatu percakapan
(c) Mengekspresikan emosi
(d) Memberi sifat, melengkapi, menentang atau mengembangkan
pesan-pesan verbal
(e) Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain
(f) Mempermudah tugas-tugas khusus5
e. Proses Komunikasi
Menurut Bovee dan Thill dalam buku Business Comunication Today,
proses komunikasi terdiri atas enam tahap, yaitu:
1) Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
2) Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
3) Pengirim menyampaikan pesan
4) Penerima menerima pesan
5) Penerima menafsirkan pesan
5 Djoko Purrwanto, Komunikasi Bisnis Edisi Keempat (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011),
4–11.
20
6) Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada
pengirim6
2. Public Relation
a. Pengertian Public Relation
Pengertian public adalah sekelompok orang yang menaruh
perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan
kepentingan yang sama. Public merupakan group kecil, terdiri atas
orang-orang dengan jumlah sedikit, juga dapat merupakan kelompok
besar.7
Sedangkan istilah relation berarti adanya hubungan yang
timbal balik atau two-way-comunication. Dengan demikian, maka
public relation pada dasarnya berfungsi untuk menghubungkan
public-public atau pihak-pihak yang berkepentingan di dalam suatu
intansi. Hubungan efektif antara pihak-pihak yang berkepentingan
demi tercapainya kepentingan dan kepuasan bersama.8
Public relation adalah seni dan ilmu pengetahuan sosial
yang dapat dipergunakan untuk menganalisis kecenderungan,
memprediksi konsekuensinya, menasehati para pemimpin
organisasi dan melaksanakan program yang terencana mengenai
6 Purrwanto, 12–13. 7 Muslimin, Hubungan Masyarakat Dan Konsep Kepribadian, 5. 8 Muslimin, 6.
21
kegiatan-kegiatan yang melayani, baik kepentingan organisasi
maupun kepentingan publik atau umum.9
Menurut Cutlip, Center dan Broom dalam bukunya Effective
Public Relations mendefinisikan Public Relation sebagai the
planned effort to influence opinion through good character and
responsible performance, based on mutually satistifactory two-way
communications (usaha terencana untuk memengaruhi pandangan
melalui karakter yang baik serta tindakan yang bertanggung jawab,
didasarkan atas komunikasi dua arah yang saling memuaskan).10
Menurut Frank Jefkins, Public Relation adalah sesuatu yang
merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik ke dalam
maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan khalayaknya dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan yang spesifik berlandaskan pada saling
pengertian. Menurutnya, Public Relation pada intinya senantiasa
berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui informasi
dan membagi pengetahuan. Melalui kegiatan tersebut diharapkan akan
muncul suatu dampak perubahan yang positif.11
Adapun pengertian Public Relation dalam pendidikan adalah
rangkaian pengelolaan yang berkaitan dengan kegiatan hubungan
lembaga pendidikan dengan masyarakat (orangtua murid) yang
dimaksudkan untuk menunjang proses belajar mengajar di lembaga
9 Zainal Mukarom Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan
Efektif Pengelolaan Hubungan Masyarakat (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 45. 10 Syarifudin, S. Gasing Suryanto, Public Relations (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2016),
8. 11 Suryanto, 9.
22
pendidikan bersangkutan. Berdasarkan definisi tersebut humas
sekolah secara umum adalah fungsi yang khas antara lembaga
pendidikan dan warganya (guru, karyawan, siswa) dan warga dari
luar (wali siswa, masyarakat, institusi luar, dan partner sekolah).12
Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan timbal balik
untuk menjaga kelestarian dan kemajuan masyarakat itu sendiri.
Sekolah diselenggarakan untuk dapat menjaga kelestarian nilai-nilai
positif masyarakat dengan baik dan benar. Sekolah juga berperan
sebagai agen perubahan (agent of change), dimana sekolah dapat
mengadakan perubahan nilai-nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan
dan tuntutan masyarakat dalam kemajuan dan pembangunan.
Hubungan sekolah dan masyarakat dilakukan untuk
menjembatani kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah dan
masyarakat itu sendiri. Sekolah melakukan komunikasi dengan
masyarakat agar memahami kebutuhan pendidikan dan pembangunan
masyarakat. Hubungan sekolah dan masyarakat dapat dikatakan
sebagai usa kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran
informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antara
sekolah, personil sekolah dan anggota masyarakat.13
Jadi berdasarkan beberapa pengertian tersebut public relation
di dalam pendidikan yaitu seluruh proses kegiatan yang
12Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan Efektif Pengelolaan
Hubungan Masyarakat, 290. 13 Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasa R Dan Praktik (Bandung: PT Refika Aditama,
2010), 28.
23
direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-
sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati
dari masyarakat pada umumnya serta dari publik pada khususnya.
Sehingga kegiatan operasional sekolah atau pendidikan semakin
efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan.
b. Tujuan Public Relation
Pada tahap perencanaan program humas, hal pertama yang harus
dilakukan adalah penetapan tujuan, yaitu sebagai berikut:
1) Terpeliharanya saling pengertian
2) Menjaga dan membentu saling percaya
3) memelihara dan menciptakan kerja sama
Dengan demikian, tujuan humas pada intinya adalah mewujudkan dan
memelihara hubungan saling percaya dengan publik dalam rangka
menjalin kerja sama yang baik.14
Lesie merumuskan tujuan organisasi perkumpulan antara guru
dan masyarakat (orangtua murid) adalah sebagai berikut:
1) mengembangkan pengertian masyarakat (orangtua murid) tentang
tujuan dan kegiatan pendidikan di sekolah
2) Memperlihatkan bahwa rumah dan seolah bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan anak di sekolah
14 Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan Efektif
Pengelolaan Hubungan Masyarakat, 55.
24
3) Memberi fasilitas pertukaran informasi antara orangtua dan guru
yang mempunyai dampak terhadap pemecahan pendidikan anak
4) Perolehan opini masyarakat tentang sekolah dengan cara
mengadakan pertemuan dengan orang tua dalam rangka untuk
kebutuhan murid-murid
5) Membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak15
Menurut Mulyasa, tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat
adalah:
a. Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik
b. Memperkukuh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat
c. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan
sekolah16
c. Manfaat Public Relation
Fuad Ihsan menegaskan bahwa manfaat hubungan timbal balik
antara sekolah dan masyarakat, antara lain sebagai berikut:
1) Bagi Masyarakat
a) Adanya bantuan tenaga terdidik pada bidangnya sehingga
memperlancar pembangunan di lingkungan masyarakat yang
bersangkutan
15 Muhibudin Wijaya Laksana, 290. 16 Muhibudin Wijaya Laksana, 291.
25
b) Masyarakat akan dapat secara terbuka menyatakan realita di
masyarakat tersebut kepada para terdidik yang datang/ada di
lingkungan masyarakat tersebut
c) Meningkatkan cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang lebih
maju terhadap program pemerintah di lingkungan masyarakat
tersebut
d) Masyarakat lebih mengenal fungsi sekolah untuk pembangunan
sehingga mereka ikut memiliki sekolah tersebut
e) Masyarakat terdorong untuk semakin maju dalam berbagai
bidang kehidupannya, berkat kerja sama antara masyarakat dan
sekolah
2) Bagi Sekolah
Manfaat hubungan timbal balik bagi sekolah, antara lain
sebagai berikut:
a) Sekolah mendapat masukan dalam penyempurnaan
pendidikan/pengajaran/PBM akibat interaksi sekolah dengan
masyarakat
b) Memberikan pengalaman langsung dan praktis bagi siswa
dalam berbagai hal. Mendekati masalah secara interdisipliner
c) Mengerti dan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat
dalam masa pembangunan ini. Terdorong untuk mengerti lebih
banyak dalam berbagai segi masyarakat
d) Memanfaatkan narasumber dari masyarakat
26
e) Sekolah sering meerima bantuan dari masyarakat, antara lain
pemikiran, dana, sarana dan lain-lain
f) Memanfaatkan masyarakat sebagai laboratorium yang sesuai
dengan keprluan siswamata pelajaran tertentu17
Dari beberapa uraian tersebut, tampak bahwa dengan
mengadakan hubungan dengan masyarakat keberhasilan
sekolah/madrasah harus memfungsikan manajemen humasnya
dalam mewujudkan peran masyarakat dengan menjaga dan
meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat.
Sekolah/madrasah juga harus tetap dipercaya sebagai sekolah yang
berkualitas baik, unggul, mampu menghasilkan output yang
mampu menghadapi tantangan zaman pada masa kini dan yang
akan datang serta bisa dijadikan pelajaran berharga bagi sekolah-
sekolah lain dalam rangka memajukan sekolahnya.
Made Pidarta menegaskan secara terperinci tentang
manfaat hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat adalah
sebagai berikut.
17 Muhibudin Wijaya Laksana, 294.
27
Tabel 11.1
Manfaat Hubungan Timbal Balik
Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat
Bagi Lembaga Pendidikan Bagi Masyarakat
1. Memperbesar dorongan
mawas diri
2. Mempermudah mempebaiki
pendidikan
3. Memperbesar usaha
meningkatkan profesi
mengajar
4. Konsep tentang guru/dosen
menjadi benar
5. Mendapatkan koreksi dari
kelompok masyarakat
6. Mendapatkan dukungan
moral dari masyarakat
7. Memudahkan meminta
bantuan dan material dari
masyarakat
8. Memudahkan pemakaian
media pendidikan di
masyarakat
1. Mengetahui hal-hal
persekolahan dan inovasinya
2. Kebutuhan masyarakat
tentang pendidikan lebih
mudah diwujudkan
3. Menyalurkan kebutuhan
berpartisipasi dalam
pendidikan
4. Melakukan usul-usul
terhadap lembaga
pendidikan
Dari uraian tersebut, jelas bahwa pada hakikatnya
hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat bersifat
korelatif, saling mendukung satu sama lain. Lembaga maju karena
adanya dukungan dari masyarakat dan masyarakat bisa maju
karena adanya pendidikan yang memadai. Bagaimanapun, setiap
peserta didik pasti akan terjun ke masyarakat.18
Oleh sebab itu, peran aktif masyarakat dalam memajukan
pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan
masa depan. Dengan semikian, tujuan nasional yaitu
mencerdasakan kehidupan bangsa dan memeratakan pendidikan
18 Muhibudin Wijaya Laksana, 295.
28
dengan sistem Wajar (Wajib Belajar 9 Tahun) akan berhasil dan
menghasilkan output yang bermutu dan siap terjun di masyarakat
dengan berbagai tantangan yang ada di dalamnya.19
d. Peran Public Relation
Sebuah sistem yang baik akan menghasilkan proses yang baik
dan hasil yang dicapai pun akan baik pula. Di sinilah letak vital dari
peran humas dalam menyosialisasikan sebuah lembaga pendidikan
kepada masyarakat. Untuk membangun kepercayaan masyarakat,
humas eksternal memiliki tugas yang tidak ringan. Membangun dan
mempertahankan stigma sebuah lembaga pendidikan sangat
bergantung pada kontribusi humas eksternal lembaga yang
bersangkutan.20
Oemi Abdurrachman, membagi hubungan masyarakat ke dalam
dua bentuk, yaitu sebagai berikut:
1) Peran Humas Ekternal
Humas (pendidikan) eksternal adalah keseluruhan upaya
yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam
rangka menciptakan dan memelihara citra sekolah dan saling
pengertian antara sekolah/lembaga pendidikan dengan segenap
elemen yang berada di luar lingkungan sekolah. Sebagai alat
komunikasi, humas eksternal berhubungan dengan pihak-pihak
yang masih ada hubungan dengan sekolah. Secara sederhana
19 Muhibudin Wijaya Laksana, 296. 20 Muhibudin Wijaya Laksana, 302.
29
humas berinteraksi dengan khallayak pendidikan, LSM, media dan
wartawan yang memerhatikan kemajuan pendidikan.
Humas eksternal diharapkan secara terencana dan
berkesinambungan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Jadi, humas eksternal memiliki peran sebagai alat komunikasi bagi
sekolah/lembaga pendidikan dalam menyukseskan kegiatan dan
visi misi sekolah.
Oleh sebab itu, tugas humas sekoah sebagai alat
komunikasi eksternal antara lain:
a) Memfasilitasi kegiatan Komite Sekolah
b) Menjalin komunikasi dengan para orangtua siswa
c) Menjalin hubungan dengan sekolah-sekolah yang lain
d) memperluas hubungan dengan sekolah-sekoah dalam rangka
mempercepat kerja sama antar sekolah
e) Menjalin kerja sama dengan instansi/lembaga lain yang
berkaitan dengan pendidikan
f) Mengembangkan hubungan yang harmonis dengan dinas-dinas
yang berkaitan, terutama lembaga struktural Dinas Pendidikan,
baik Tingkat Kota maupun Provinsi
g) Melakukan komunikasi secara berkala dengan lembaga-lembaga
media massa, wartawan, dalam skala lokal dan nasional
Peran humas di sekolah adalah membantu
menetralisasikan persoalan sekolah. Departemen Pendidikan
30
Nasional mengeluarkan job description humas di sekolah, yaitu
membina, mengatur dan mengembangkan hubungan dengan
komite sekolah, membina pengembangan antara sekolah dan
lembaga pemerintahan, dunia usaha, dan lembaga sosial lainnya.
Selain itu, humas untuk menjalin komunikasi dengan pihak
eksternal sekolah.21
2) Kegiatan Humas Internal
Sesuai dengan tugasnya, humas memiliki peran ganda
dalam kinerjanya yaitu fungsi internal dan eksternal. Menurut
M.Linggar Anggono, kegiatan humas internal lebih pada
membangun komuikasi dan distribusi informasi ke dalam personal
di lembaganya. Dalam arti kegiatan humas internal, yaitu kegiatan
yang ditujukan kepada warga lingkungan sekolah, yakni para guru,
pegawai, dan organisasi siswa.22
e. Prinsip Public Relation
Dalam melaksanakan kegiatan hubungan sekolah dan
masyarakat perlu dianut beberapa prinsip. Prinsip ini memberikan
pedoman dan arah kepada guru dan kepala sekolah, sehingga
hubungan sekolah dan masyarakat itu dapat mencapai sasaran
yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip itu adalah:23
21 Muhibudin Wijaya Laksana, 303. 22 Muhibudin Wijaya Laksana, 304. 23 Soetjipto Raflis, Profesi Keguruan (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009), 194.
31
1) Prinsip otoritas, yaitu bahwa public relations harus dilakukan oleh
orang yang mempunyai otoritas, karena pengetahuan dan tanggung
jawabnya dalam penyelenggaraan sekolah.
2) Prinsip kesederhanaan, yaitu bahwa program-program hubungan
sekolah dan masyarakat harus jelas.
3) Prinsip sensitivitas, yaitu bahwa dalam menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan masyarakat, sekolah harus
sensitif terhadap kebutuhan serta harapan masyarakat. Apa yang
dianggap biasa oleh sekolah dapat merupakan hal yang sangat
menyinggung perasaan masyarakat.
4) Prinsip kejujuran, yaitu bahwa apa yang disampaikan kepada
masyarakat haruslah sesuatu apa adanya dan disampaikan secara
jujur. Sekali sekolah memberikan informasi yang tidak benar,
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah akan menurun.
Dan akibatnya sekolah tidak lagi mudah untuk membangun
kepercayaan itu kembali.
5) Prinsip ketetapan, yaitu bahwa apa yang disampaikan sekolah
kepada masyarakat harus tepat, baik dilihat dari segi isi, watu,
media yang digunakan serta tujuan yang ingin dicapai.
f. Jenis Kegiatan Public Relation
Public relations hakikatnya adalah kegiatan komunikasi
yang memiliki perbedaan dengan kegiatan komunikasi lainnya
karena ciri hakiki komunikasi public relations adalah two way
32
communications (komunikasi dua arah). Arus komunikasi timbal
balik ini yang merupakan prinsip pokok dalam public relations.
Dalam kegiatannya, public relations memberikan masukan
dan nasehat terhadap berbagai kebijakan manajemen yang
berhubungan dengan opini atau isu publik yang tengah
berkembang. Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan public
relations pada intinya adalah good image, good will, mutual
confidence, mutual understanding, mutual appretion, dan
tolerance.24
Menurut kurikulum 1975, kegiatan yang mneyangkut
hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi beberapa hal
berikut:
a) Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua siswa
b) Memelihara hubungan baik dengan Badan Pembantu
Penyelenggaraan Pendidikan (BP3)
c) Memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan
lembaga pemerintah, swasta, dan organisasi sosial
d) Memberi kesadaran kepada masyarakat tentang fungsi sekolah
melalui bermacam-macam teknik atau sarana komunikasi,
seperti majalah, surat kabar atau mendatangkan narasumber
Menurut Ngalim Purwanto dkk., hubungan antara sekolah
dan masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan sekolah lain,
24 Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan Efektif
Pengelolaan Hubungan Masyarakat, 48.
33
sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah dengan instansi atau
jawatan lain, dan sekolah dengan masyarakat umum. Hubungan
tersebut hendaknya merupakan hubungan kerja sama yang bersifat
pedagogis, sosiologis, dan produktif, yang dapat memberikan
keuntungan, kebaikan, kemajuan dua belah pihak. Untuk itu,
kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting dan
menentukan.25
Karena sekolah berada di tengah-tengah lingkungan
masyarakat, sekolah harus membangun dengan masyarakat.
Hubungan tersebut dapat ditinjau dari dua segi.
a) Hubungan dinas dengan instansi atasan
Hubungan kedinasan, tampak penyampaian laporan
tertulis mengenai bermacam-macam data dan kegiatan sekolah.
Kadang-kadang kegiatan tersebut berupa pelayanan kunjungan
pejabat pendidikan dalam rangka melakukan kegiatan supervisi.
b) Hubungan dengan pihak lain di luar ketentuan atasan
Selain itu, terdapat hubungan atau kerja sama dari pihk lain,
meliputi:
(1) Hubungan dengan BP3
(2) Hubungan dengan sekolah lain
(3) Hubungan dengan organisasi profesi guru, seperti Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI)
25 Muhibudin Wijaya Laksana, 300.
34
Menurut Nawawi, Hadari bahwa tugas-tugas pokok atau
beban kerja humas sekolah atau lembaga pendidikan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a) Memberikan informasi dan menyampaikan ide (gagasan) kepada
masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkannya
b) Menyebarluaskan informasi dan gagasan-gagasan itu agar
diketahui maksud atau tujuannya serta kegiatan-kegiatannya
termasuk kemungkinan dipetik manfaatnya oleh pihak-pihak di
luar sekolah
c) Membantu pimpinan yang karena tugas-tugasnya tidak dapat
langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-
pihak yang memerlukannya
d) Membantu pimpinan mempersiapkan bahan-bahan tentang
permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang
menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu. Dengan
demikian sekolah selalu siap dalam memberikan bahan-bahan
informasi yang up-to-date
e) Membantu pimpinan dalam mengembangkan rencana dan
kegiatan-kegiatan lanjutan yang berhubungan dengan pelayanan
kepada masyarakat (public service) sebagai akibat dari
komunikasi timbal balik dengan pihak luar, yang ternyata
35
menumbuhkan harapan atau penyempurnaan policy atau
kegiatan yang telah dilakukan oleh sekolah26
Kegiatan humas yang perlu dilaksanakan sekolah, diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Eksternal
Kegiatan ini selalu dihubungkan dan ditunjukkan
kepada publik atau masyarakat di luar sekolah. Terdapat
dua kegiatan yang dapat dilakuan, yakni kegiatan tidak
langsung dan kegiatan langsung atau tatap muka. Kegiatan
tidak langsung adalah kegiatan yang berhubungan dengan
masyarakat melalui perantaraan media tertentu,
diantaranya:
(1) Penyebaran Informasi melalui Televisi
(2) Penyebaran informasi melalui radio
(3) Penyebaran informasi melalui media cetak
(4) Pelaksanaan pameran di sekolah
Kegiatan langsung atau tatap muka adalah kkegiatan
yang dilaksanakan secara langsung misalnya rapat dengan
pengurus BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan
Pendidikan), konsultasi dengan tokoh masyarakat, dan
melayani kunjungan tamu.
26 Muhibudin Wijaya Laksana, 301.
36
b) Kegiatan Internal
Kegiatan ini merupakan publisitas ke dalam.
Sasarannya adalah warga sekolah, yakni para guru, tenaga
administrasi (tata usaha) dan para siswa. Kegiatan internal
dapat dibedakan atas kegiatan langsung yaitu tatap muka
dan kegiatan tidak langsung yaitu melalui media tertentu.
Kegiatan langsung, antara lain berupa:
(1) Rapat dewan guru
(2) Upacara sekolah
(3) Karyawisata atau rekreasi bersama
(4) Penjelasan lisan di berbagai kesempatan, misalnya pada
acara arisan dan syawalan
Kegiatan tidak langsung, antara lain berupa:
(1) Penyampaian informasi melalui surat edaran
(2) Penggunaan papan pengumuman sekolah
(3) penyelenggaraan majalah dinding
(4) Penerbitan buletin untuk dibagikan kepada warga
sekolah
(5) Pemasangan iklan atau pemberitahuan khusus melalui
media massa pada kesempatan-kesempatan tertentu
37
(6) Pelaksanaan kegiatan tatap muka yang tidak bersifat
rutin, antara lain pentas seni dan acara tutup tahun27
g. Pola Pelaksanaan Strategi Public Relation
Istilah strategi manajemen sering disebut rencana strategis atau
rencana jangka panjang untuk menetapkan garis besar tindakan.
Lamanya waktu yang akan dicakup tentu bervariasi. Dahulu, para ahli
menyebut sekitar 25 tahun. Namun, dewasa ini jarang sekali
perusahaan yang berani menetapkan arahnya untuk 25 tahun ke depan.
Sebagian besar membuatnya dalam kurun 5-10 tahun. Alasannya,
perubahan yang terjadi belakangan ini sangat sulit diterka arahnya.
Setiap perubahan saling mengait, sehingga perkiraan terjauh yang
dapat diduga menjadi amat terbatas.28
Lebih jauh, Kasali menyebut rencana jangka panjang merupakan
pegangan untuk menyusun rencana teknis dan langkah komunikasi
sehari-hari. Supaya dapat bertindak secara strategis, kegiatan PR harus
menyatu dengan visi dan misi organisasi. Berikut beberapa langkah
untuk membantu praktisi public relation menerapkan program
kerjanya:
1) Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar di dalam
maupun di luar organisasi. Fakta dan opini dapat diperoleh dari
media massa dalam kurun waktu tertentu, naskah-naskah pidato
27 Suryosubroto, Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
2012), 25–31. 28 Suryanto, Public Relations, 79.
38
pimpinan, produk publikasi perusahaan serta wawancara dengan
pihak-pihak penting
2) Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari
perubahan yang terjadi secara historis. Perubahan tersebut
umumnya disertai perubahan sikap perusahan terhadap publik atau
sebaliknya
3) Melakukan analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities
dan Threats). Komponen Strenghts dan Weakness dikaji dari
dalam perusahaan. Sementara itu, Opportunities dan Threats dikaji
dari lingkungan di luar organisasi. Peluang dan Ancaman dapat
muncul dari unsur-unsur seperti peraturan pemerintah,
kecemburuan serta pandangan masyarakat, perubahan struktur
kependudukan, situasi ekonomi, perubahan politik dan tekanan
yang muncul29
Pelaksanaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
1) Perencanaan
a) Identifikasi masalah
b) perumusan masalah
c) Perumusan tujuan
d) Analisis dan seleksi alternatif pemecahan masalah
29 Suryanto, 80.
39
e) Identifikasi sumber penunjang atau hambatan, untuk
perumusan masalah, perumusan tujuan, dan analisis seleksi
alternatif pemecahan masalah
f) Penyusunan program
g) Menyusun jadwal pertemuan dan kegiatan tahun pelajaran
2) Pelaksanaan
a) Menyampaikan rencana kepada orangtua siswa melalui rapat
dengan pengurus BP3, perwakilan orangtua siswa setiap kelas
ataupun dalam rapat pleno
b) Mengundang alumni melalui pengurusnya untuk hal yang
sama
c) Mengumpulkan orangtua siswa tertentu dan beberapa tokoh
masyarakat untuk maksud yang sama
3) Pengorganisasian
a) Mengukuhkan atau memilih pengurus BP3, alumni, dan panitia
(sesuai dengan tuntutan)
b) Menjelaskan uraian tugas dan kerangka organisasi sehingga
jelas
c) Menyusun program kegiatan
4) Laporan atau Awal Tahun Pelajaran
a) Setiap semester dibuat laporan terperinci da disampaikan
kepada anggota
b) Laporan atau awal tahun pelajaran
40
Melalui pengawasan dan laporan ini dapat diukur
pelaksanaan atau implementasi program tersebut. Kriteria
keberhasilan, seperti jumlah yang diterima pada sekolah yang
disenangi atau unggulan meningkat dan kerja sama dengan
orangtua bertambah baik dapat digunakan sebagai pengukur
keberhasilan. Kemudian, hasil tersebut digunakan sebagai
feedback untuk menyusun program berikutnya.30
Gambar 1.1. Pola Strategi Public Relation
h. Tingkatan Strategi Public Relation
Dalam konsep manajemen strategis juga dikenal adanya
tingkatan-tingkatan strategi. Antara satu tingkatan ddengan tingkatan
lain memiliki keterkaitan, dan tingkatan yang berada di bawahnya
menjalankan strategi yang dijalankan pada tingkatan strategi dalam
dunia persekolahan, adalah strategi tingkat sekolah, strategi fungsional,
strategi operasional.
30 Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan Efektif
Pengelolaan Hubungan Masyarakat, 308.
Pelaksanaan Pelaporan/
evaluasi
program
Perencanaan Pengorganisasian
41
a) Strategi Sekolah
Strategi ini berkaitan dengan keseluruhan tujuan dan rung
lingkup kegiatan sesuai dengan harapan para stakholder sekolah.
Misalnya, proses pendidikan dan hasil pendidikan seperti apakah
yang diharapkan oleh stakeholder sekolah.
Strategi tingat sekolah pada dasarnya menetapkan strategi
umum, setelah mengkaji lingkungan internal dan lingkungan
eksternal sekolah serta menetapkan visi, misi, dan tujuan.
Bagaimana nilai bersama, yaitu nilai yang diharapkan publik
sekolah, bisa diwujudkan dalam kenyataan merupakan fokus dari
strategi pada tingkat sekolah ini. Selanjutnya, sekolah juga
merumuskan strategi untuk meraih dukungan dan legitimasi dari
publik-publiknya, baik publik eksternal maupun internal. Selain
itu, dikembangkan strategi untuk pengembangan kapasitas melalui
peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan,
perumusan kebijakan dan pengembangan sistem yang dijalankan di
sekolah.
b) Strategi Fungsional
Strategi fungsional adalah upaya mewujudkan strategi
sekolah berdasarkan fungsi-fungsi yang ada di sekolah. Kita bisa
mellihat fungsi yang ada dallam manajemen sekolah berdasarkan
pembidangan wakil kepala sekolah.
42
Strategi fungsional bidang humas disusun dan dijalankan
untuk menunjang pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan
peran dan fungsi kehumasan. Seperti yang sudah kita bahas, fungsi
humas sekolah itu adalah komunikasi dan relasi. Maka, strategi
fugsional bidang kehumasan ini adalah menyusun strategi
komunikasi serta strategi membangun dan memelihara relasi
dengan publik-publik sekolah. Humas menyusun strategi apa dan
bagaimana berkomunikasi dengan publik internal sekolah, serta
membangun dan menjaga relasi dengan publik internal, khususnya
pendidik dan tenaga kependidikan. Humas Juga akan
mengidentifikasi publik eksternal yang strategi dan merumusan
strategi untuk berkomunikasi dan menjalin relasi dengan publik
eksternal.
c) Strategi Operasional
Tingkatan terakhir adalah straetgi operasional yang
menerjemahkan strategi ke dalam tindakan. Pada strategi
operasional ini, wakil kepala sekolah bidang humas menetapkan
tujuan-tujuan jangka pendek yang akan dicapai yang menunjang
tujuan jangka panjang sekolah. Kegiatan-kegiatan rutin humas
sekolah seperti berhubungan dengan media massa, berkomunikasi
dengan orang tua/wali siswa, serta menyebarluaskan informasi
pada pendidik dan tenaga kependidikan, dilaksanakan dalam
kerangka strategi operasional ini. Pada strategi operasional ini,
43
dipilih cara yang paling efektif dengan biaya yang efisien untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.31
Gambar 1.2. Tingkatan Strategi
Selain dengan menggunakan strategi tersebut sekolah juga perlu
menerapkan kerjasama dengan berbagai pihak. Hubungan kerjasama
sekolah dan masyarakat (public relations) dapat digolongkan menjadi
tiga jenis hubungan, yaitu:
a) Hubungan edukatif, yaitu hubungan kerjasama dalam hal
mendidik/murid, antara guru disekolah dan orang tua didalam
keluarga. Hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan
prinsip. Kerjasama dalam berusaha memenuhi fasilitas-fasilitas
yang diperlukan untuk belajar disekolah maupun dirumah, dalam
memecahkan masalah-masalah yang menyangkut kesulitan belajar
maupun kenakalan anak-anak.
31 Yosal Iriantara, Manajemen Humas Sekolah (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2013), 76–80.
Strategi Sekolah
Strategi Fungsional
Strategi Operasional
44
b) Hubungan kultural, yaitu kerjasama antara sekolah dan masyarakat
yang memungkinkan adanya saling membina dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah berada.
Kita mengetahui bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang
seharusnya dapat dijadikan barometer bagi maju mundurnya
kehidupan, cara pikir, kepercayaan, kesenian,adat istiadat, dsb dari
masyarakat lingkungan sekolah
c) Hubungan institusional, yaitu hubungan kerjasama antara sekolah
dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain, baik
swasta maupun pemerintah32
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan
interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-
tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, dan simpati dari
masyarakat, serta mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar
sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara
khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk
menyukseskan program-program sekolah yang bersangkutan sehingga
sekolah tersebut bisa tetap eksis. Hubungan masyarakat dengan
sekolah merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan
publik secara timbal balik baik dalam rangka mendukung fungsi dan
32 M. Ngaim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), 194–95.
45
tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta
pemenuhan kepentingan bersama.33
3. Citra
a. Pengertian Citra
Citra adalah a picture of mind, yaitu gambaran yang ada di
dalam benak seseorang. Berikut beberapa definisi yang dikemukakan
oleh para ahli :
1) Huddleston
Citra adalah serangkaian kepercayaan yang dihubungkan dengan
sebuah gambaran yang dimiliki atau diperoleh dari pengalaman.
2) Bill Canton
Citra adalah kesan, perasaan dan gambaran diri publik terhadap
perusahaan.
3) Richard F. Gerson
Citra adalah tentang bagaimana konsumen, calon konsumen dan
pesaing melihat anda.
4) Philip Kotler
Citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki
oleh seseorang terhadap suatu objek.
5) Frank Jefkins
33 Abdul Rahmat, Manajemen Humas Sekolah (Yogyakarta: Media Akademi, 2016), 119.
46
Citra adalah kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang
muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya.34
Citra mempunyai pengaruh penting bagi manajemen, dengan
kata lain citra mempunyai dampak internal bagi lembaga, karena citra
yang positif maupun negatif sangat berpengaruh terhadap kinerja
karyawan. Citra merupakan realitas, oleh karena itu jika komunikasi
pasar tidak cocok dengan realitas, ketidakpuasan akan muncul dan
akhirnya konsumen mempunyai persepsi yang buruk terhadap citra
organisai.35
b. Jenis Citra
Menurut Frank Jefkins terdapat 6 jenis citra, yaitu :
1) Citra Bayangan (Mirror Image)
Citra ini biasanya melekat kepada pemimpin organisasi terkait
pandangan orang lain. Pemimpin tersebut selalu merasa semua
orang mempunyai pandangan yang positif terhadap organisasi.
Biasanya, perasaan pemimpin tersebut tidak tepat karena hampir
serupa dengan fantasi.
2) Citra yang Berlaku (Current Image)
Citra yang berlaku merupakan kesan baik milik orang lain tentang
organisasi atau hal lain berkaitan dengan produk.
3) Citra yang Diharapkan (Wish Image)
34 Suryanto, Public Relations, 156.
35 Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), 332.
47
Citra yang diharapkan adalah citra yang diinginkan manajemen
atau organisasi.
4) Citra Perusahaan (Corporate Image)
Berkaitan dengan sosok perusahaan untuk menciptakan citra
positif, lebih dikenal serta diterima pubik.
5) Citra Majemuk (Multiple Image)
Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan, misalnya
bagaimana pihak PR mengenalkan identitas perusahaan.
6) Citra Penampilan (Performance Image)
Citra Penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana
kinerja atau penampilan diri para profesional.36
c. Faktor Pembentuk Citra
Citra sebuah organisasi terbentuk dari beragam sebab, antara lain :
1) Identitas Fisik
Secara fisik, sebuah organisasi atau individu dapat dilihat dari
pengenal visual, audio dan media komunikasi yang digunakan.
Pengenal visual misalnya nama yang melekat, logo, gedung dan
lobi sebuah kantor. Pengenal audio misalnya sebuah organisasi
memiliki jingle atau lagu yang mencerminkan corak organisasi.
Pengenal media berhubungan dengan media yang digunakan
organisasi untuk memperkenalkan citra diri, misalnya berupa
company profile, brosur, laporan tahunan, berita dan lain-lain.
36 Suryanto, Public Relations, 157.
48
Beragam pengenal tersebut biasanya mencerminkan identitas, visi,
misi dan sifat si pemilik.
2) Identitas Nonfisik
Identitas nonfisik berhubungan dengan identitas organisasi yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Misalnya sejarah,
filosofi, budaya di dalam organisasi, sistem punish and reward,
susunan manajemen, kepercayaan dan nilai kemanusiaan yang
ditanamkan dan lain sebagainya.
3) Kualitas Hasil, Mutu dan Pelayanan
Selain identitas, citra sebuah organisasi juga dibentuk oleh hasil
dan mutu produk, Artinya, sebuah produk yang dirancang, baik
barang atau jasa, mencerminkan kualitas manajemen. Semakin
baik sebuah hasil kerja dengan dibarengi mutu yang terjaga, citra
organisasi tentu semakin baik. Untuk menunjang hasil dan menjaga
kebaikan mutu di mata konsumen, organisasi harus
memaksimalkan pelayanan. Bentuk “pelayanan bintang lima”
tentunya akan sangat berkesan di mata konsumen. Memaksimalkan
pelayanan juga bentuk PR yang ideal.
4) Aktivitas dan Pola Hubungan
Jika sebuah organisasi sudah mempunyai produk dengan mutu
terjaga, maka menjaga hubungan dengan konsumen dan rekan
bisnis tentu harus selalu dicatat. Aktivitas dan pola hubungan
dengan individu, jaringan dan sumber daya di luar organisasi
49
mencerminkan citra organisasi. Memberikan responds jujur dan
memperlihatkan tanggung jawab adalah pola dasar.37
d. Proses Pembentuk Citra
Stimulus Respons
Rangsangan Perilaku
Gambar 1.3 Bentuk diagram proses pembentukan citra menurut John Nimpoeno
Keterangan :
1) Stimulus : Rangsangan yang mengaktifkan bagian-bagian tubuh.
Untuk organisasi, stimulus pembentuk citra berkaitan dengan
informasi yang berasal dari luar yang menggambarkan sebuah
proses pembentukan citra.
2) Persepsi : Hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan dikaitkan
dengan suatu pemahaman.
3) Kognisi : Aspek pengetahuan yang berhubungan dengan
kepercayaan, ide, dan konsep.
4) Motivasi : Kecenderungan yang menetap untuk mencapai tujuan
tertentu dan untuk sedapat mungkin menjadi kondisi kepuasan
maksimal bagi individu pada setiap saat.
5) Sikap : Hasil evaluasi ngatif atau positif terhadap konsekuensi-
konsekuensi penggunaan suatu objek.
37 Suryanto, 158.
Kognisi
Persepsi Sikap
Motivasi
50
6) Perilaku : Respons individu terhadap rangsangan yang berasal dari
dalam dirinya sendiri maupun lingkungan.
7) Respons : Perilaku berupa aktivitas seseorang yang berupa
tindakan sebagai aksi terhadap rangsangan atau stimulus.38
e. Manfaat Citra
Adapun manfaat citra adalah sebagai berikut:
1) Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap.
Di mana citra lembaga yang baik dan kuat akan menjadi identitas
atau kepribadian lembaga yang tidak mudah ditiru lembaga lain
sekaligus melindungi lembaga dari pesaing.
2) Menjadi perisai selama masa krisis.
Lembaga yang memiliki citra baik dan kuat akan lebih mudah
mendapatkan dukungan serta maaf dari masyarakat atas
kesalahannya.
3) Menjadi daya tarik eksekutif handal.
Sebuah lembaga dengan citra yang baik dan kuat akan mampu
menarik, memotivasi dan menahan eksekutif andal yang
merupakan asset penting penggerak roda lembaga.
4) Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.
38 Suryanto, 159.
51
Dengan citra yang sudah terbentuk dengan baik, dalam
menerjunkan produk baru di pasar maka kegiatan melakukan
strategi pemasaran tidak akan sebesar saat belum adanya citra.
5) Penghematan biaya operasional.
Sebuah lembaga dengan citra yang baik dan kuat akan
membutuhkan biaya untuk mempromosikan produk lebih sedikit
atau lebih hemat dibandingkan yang dilakukan oleh lembaga yang
belum memiliki citra atau bahkan belum dikenal konsumen.39
4. Madrasah
a. Pengertian Madrasah
Madrasah dari akar kata darasa (belajar), dan kata madrasah
adalah “isim makaan” yang mempunyai arti tempat belajar. Padanan
madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah lebih dikhususkan
lagi sekolah-sekolah agama Islam. Madrasah sebutan bagi sekolah
agama Islam adalah tempat proses belajar mengajar ajaran Islam secara
formal yang mempunyai kelas dan kurikulum dalam bentuk klasikal.
Padanan kata madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah.40
Madrasah adalah tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah
dan membuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama, menjadi pokok
pengajaran. Definisi lain dari madrasah adalah lembaga pendidikan
39 Suryanto, 160. 40 Ahid Nur, Problematika Madrasah Aliyah Di Indonesia (Kediri: STAIN Kediri Press,
2009), 22.
52
yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai dasar yang
diberikan sekurang-kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum.41
Secara umum, madrasah mempunyai tantangan utama yaitu
bagaimana merumuskan secara tepat perkembangan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat kontemporer serta kondisi masa depan, sehingga
dapat dilakukan langkah-langkah responsif yang efektif. Kemampuan
merespon tuntutan dan tantangan ini yang akan menambah optimisme
bahwa madrasah dengan visi dan karakter yang agamis, populis,
berkualitas dan beragam, akan menjadi model pendidikan pilihan masa
depan dengan berbagai keunggulan yang dimiliki. Seperti keunggulan
kepribadian, intelektual, dan keterampilan.42
Adapun penyebab lemahnya Madrasah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti kualitas pengelola, sistem feodalisme, kondisi
kultur masyarakat, kebijakan politik negara, dan terlalu banyak beban
yang harus dijalani siswa. Sedangkan strategi untuk mengatasi hal
tersebut, sebuah madrasah mendapat tawaran konseptual yang dimulai
dari pembenahan pada aspek manajemen, karena aspek manajemen ini
dipandang sebagai faktor penentu terhadap komponen madrasah yang
lain.43
Lembaga pendidikan Islam harus memiliki orientasi yang jelas.
Fadjar menyarankan ada 4 hal yang perlu dilihat dalam gerak
41 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di
Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2004), 57. 42 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Erlangga, 2007), 99. 43 Qomar, 86.
53
pendidikan, yaitu pertumbuhan (growht), perubahan (change),
pembaruan (development), dan kelanjutan (sustainability). Yang
berjutuan untuk merespon munculnya gejala-gejala melalui serangkaian
penataan strategi baru yang kondusif dalm memajukan lembaga
pendidikan Islam.44
44 Qomar, 48.
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting). Penelitian kualitatif
ini memiliki karakteristik alami karena menggunakan sumber data langsung,
proses lebih dipentingkan daripada hasil.1 Hal ini disebabkan adanya hubungan
bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam
proses. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa
induktif dan makna merupakan hal yang esensial.2 Dalam beberapa bidang studi,
pada dasarnya lebih tepat digunakan jenis penelitian kualitatif, misalnya penelitian
yang berupaya mengungkap sifat atau pengalaman seseorang dengan fenomena
tertentu. Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikitpun belum diketahui.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,
di mana studi kasus itu sediri adalah suatu deskripsi intensif untuk menganalisis
fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok-kelompok,
institusi ataupun masyarakat. Peneliti ini mencoba menggambarkan subyek
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
1998), 31. 2 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
3.
55
penelitian di dalam keseluruhan tingkah lakunya, yakni tingkah laku itu sendiri
beserta hal-hal yang melingkupinya, hubungan antara tingkah laku dengan riwayat
timbulnya tingkah laku, demikian pula hal-hal lain yang berkaitan dengan tingkah
laku tersebut. Peneliti juga mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit
secara mendalam.3 Studi kasus adalah suatu studi yang bersifat komprehensif,
intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menela’ah
permasalahan yang bersifat kontemporer.
Keunikan atau keunggulan dari studi kasus secara umum adalah
memberikan peluang yang luas kepada peneliti untuk menela’ah secara mendalam,
detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Ini adalah
kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari studi kasus. Selain itu studi kasus
juga memiliki keunggulan spesifik lainnya, yakni: studi kasus dapat memberikan
informasi penting mengenai hubungan antar-variabel serta proses-proses yang
memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas, studi kasus memberi
kesempatan untuk memperoleh konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui
penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan-
hubungan yang mungkin tidak diduga sebelumnya, studi kasus dapat menyajikan
data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk
membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan
mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. Studi kasus dalam
3 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, 314.
56
penelitian ini adalah tentang penerapan strategi public relation dalam
mengembangkan citra madrasah.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai key instrument yaitu orang
yang membuka kunci, menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat
dan leluasa. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamat
berperan serta, sebab peran penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.
Sehingga peneliti bertindak sebagai instrument kunci, yang mana peneliti
merencanakan penelitian, kemudian mencari data yang meliputi observasi dan
wawancara awal tentang public relation dalam mengembangkan citra lembaga
pendidikan islam. Selanjutnya mengumpulkan data, menganalisis dan menulis
hasil penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih tempat di MAN 2 Ponorogo, dengan beberapa hal yang
menjadi pertimbangan yaitu MAN 2 Ponorogo merupakan lembaga yang
bernaungan pendidikan Islam. Dari beberapa masyarakat lebih memberi
pencitraan yang baik terhadap sekolah ini, sehingga sekolah ini dikenal lebih baik
oleh masyarakat dibanding dengan sekolah lain yang lebih dulu berdirinya.
Padahal, sekolah ini ada setelah berdirinya MAN 1 Ponorogo.
57
D. Data dan Sumber Data
Data yang dicari adalah untuk menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini, yaitu tentang bagaimana public relation mengembangkan citra
lembaga madrasah di MAN 2 Ponorogo dan bagaimana public relation
menerapkan strategi untuk mengembangkan citra lembaga madrasah di MAN 2
Ponorogo.
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa yang dimaksud dengan sumber data
adalah dari mana peneliti akan mengedepankan dan menggali informasi yang
berupa data-data yang diperlukan. Sumber data secara garis besar terdiri orang
(person), tempat (place) dan kertas atau dokumen (paper).4
Sumber data dari penelitian kualitatif ini terdiri dari sumber data manusia
dan non manusia. Dari sumber data manusia datanya berupa kata-kata dan
tindakan. Untuk sumber data non manusia, datanya adalah selebihnya adalah
berupa data tambahan seperti dokumen, foto dan lainnya.5 Kata-kata dan tindakan
informan pada penelitian ini berasal dari kepala sekolah dan guru MAN 2
Ponorogo. Dengan demikian, dalam penelitian ini kata-kata dan tindakan yang
menjadi sumber data utama.
4 Arikunto, 99. 5 Arikunto, 112.
58
E. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif diskriptif terdapat beberapa metode
pengumpulan data, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara
secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan
terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara
mendalam.6 Jenis wawancara yang akan digunakan oleh peneliti adalah
wawancara tak terstruktur.
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada :
a. Kepala madrasah di MAN 2 Ponorogo, sebagai penentu kebijakan dalam
sebuah lembaga pendidikan, peneliti mencari informasi mengenai kebijakan
pelaksanaan public relation di MAN 2 Ponorogo.
b. Bagian Hubungan Masyarakat MAN 2 Ponorogo, untuk mencari informasi
mengenai strategi yang digunakan, proses penerapan dari strategi tersebut
dan implikasi strategi public relation terhadap citra lembaga madrasah di
MAN 2 Ponorogo.
6 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan
Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 180.
59
c. Peserta didik MAN 2 Ponorogo dan masyarakat, untuk melihat seberapa jauh
keberhasilan penerapan strategi public relation dan melihat bagaimana
pandangan masyarakat terhadap MAN 2 Ponorogo.
2. Observasi
Observasi adalah aktivitas untuk memperhatikan sesuatu dengan
menggunakan alat panca indera, yaitu melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, dan mengecap.7 Observasi merupakan metode
pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian.8
Hasil observasi ini dicatat dalam catatan lapangan karena hal ini sangat
bermanfaat atau penting bagi peneliti. Bahkan dapat dikatakan bahwa dalam
penelitian kualitatif ”jantungnya” adalah catatan lapangan.9 Penelitian
kualitatif mengandalkan pengamatan atau wawancara dalam pengumpulan data
di lapangan. Pada waktu berada di lapangan, peneliti membuat ”catatan”,
setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun ”catatan
lapangan”.10 Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Kalau wawancara dan
kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas
pada orang, tetapi juga obyek-obyek yang lain.11
7 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, 310. 8 Arikunto, 77. 9 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 154. 10 Moleong, 153. 11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2003), 145.
60
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah,
peserta didik dan kondisi guru yang akan diteliti serta penerapan strategi public
relation dalam mengembangkan citra lembaga madrasah di MAN 2 Ponorogo.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu participant observation (observasi berperan serta) dan non
participant observation (observasi non partisipasi). Dalam penelitian ini
menggunakan non participant observation. Ini berarti peneliti tidak terlibat
langsung dengan aktivitas orang yang sedang diamati. Peneliti hanya
mengamati, mencatat, menganalisis dan selanjutnya membuat kesimpulan dari
apa yang telah dilihatnya.
Pada observasi ini peneliti mengamati bagaimana upaya penerapan
stategi public relation yang dilakukan madrasah dalam mengembangkan citra
lembaga madrasah di MAN 2 Ponorogo. Serta mencoba melihat seberapa besar
tingkat keberhasilan dan dampak dari upaya tersebut. Hasil observasi ini ditulis
lengkap dan disajikan dalam transkrip observasi.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang
akan diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari
61
dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap
bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.12
Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang gambaran
umum sekolah terkait sejarah berdirinya, visi, misi, tujuan, dan struktur
organisasi sekolah, data guru dan murid, sarana-prasarana, dan dokumentasi
kegiatan public relation di MAN 2 Ponorogo. Seperti dokumen yang berkaitan
dengan promosi dan tingkat prestasi siswa di MAN 2 Ponorogo.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dengan berbagai macam teknik pengumpulan data,
maka diperlukan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.13 Langkah-
langkah analisis data ditunjukkan pada gambar berikut:
12Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
2008), 158. 13 Suwandi, 334.
62
Gambar: 3.1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman
a. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti bekerja untuk memperoleh data sebanyak-
banyaknya dari subyek penelitian dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi.
b. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Reduksi data bukan hanya sekedar
membuang data yang tidak diperlukan, melainkan merupakan upaya yang
dilakukan oleh peneliti selama analisis data dilakukan dan merupakan
langkah yang tak terpisahkan dari analisis data. Berkaitan dengan hal ini,
setelah data-data terkumpul yakni yang berkaitan dengan masalah penerapan
Strategi Public Relation selanjutnya dipilih yang penting dan difokuskan
pada pokok permasalahan.
Penyajian data Pengumpulan data
Reduksi data
Kesimpulan
63
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,
melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.
Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan
mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta
proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-
kelompok dan pola-pola data. Kemudian pada tahap terakhir dari reduksi
data, peneliti menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan
konseptualisasi). Dalam penelitian ini, reduksi data bermanfaat untuk
memilah dan memilih data-data yang sesuai dengan penelitian terkait
penerapan Strategi public relation dan pengembangan citra lembaga
madrasah di MAN 2 Ponorogo.
c. Penyajian Data (data display)
Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks ke
dalam suatu bentuk yang sistematis. Penyajian data (data display)
melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin
(kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga
seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan
penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa
bertumpuk maka membantu proses analisis. Dalam hubungan ini, data yang
tersaji berupa kelompok-kelompok gugusan-gugusan yang kemudian saling
dikait-kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan.
64
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Penyajian data menguraikan data dengan teks yang bersifat deskriptif.
Tujuan penyajian data ini adalah memudahkan pemahaman terhadap apa
yang diteliti dan bisa segera dilanjutkan penelitian ini berdasarkan penyajian
yang telah difahami. Dengan menyajikan data, akan memudahkan peneliti
untuk memahami apa yang terjadi.
d. Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions).
Drawing and Verifying Conclusions adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan, peneliti pada dasarnya
mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola
data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.14
Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkap temuan berupa hasil
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih kurang jelas dan
apa adanya kemudian diteliti menjadi lebih jelas dan diambil kesimpulan.
Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah yang dirumuskan di awal.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengembangkan validitas data atau mengecek keabsahan data. Dalam penelitian
ini peneliti mengecek keabsahan data dengan teknik triangulasi, yaitu
14 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2008), 106.
65
membandingkan data-data yang sudah diperoleh dari satu sumber kepada sumber
yang lain agar tercapai keabsahan data.15
H. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan
ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil
penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah:
1. Tahap Pra Lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih
lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan
lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan
penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian;
2. Tahap Pekerjaan Lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan
persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan
data;
3. Tahap Analisis Data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan
data;
4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
15 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 105.
66
BAB IV
DESKRIPSI DATA
A. DESKRIPSI DATA UMUM
1. Sejarah Singkat MAN 2 Ponorogo
Berbicara sejarah berdirinya MAN 2 Ponorogo tidak terlepas dari
sejarah panjang perjalanan PGAN Ponorogo. Berawal dari PGA Swasta
Ronggowarsito Tegalsari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo berdiri pada
tahun 1966 atas inisiatif para tokoh ulama Tegalsari yaitu kyai Muchsin
Qomar, kyai Sarjuni, kyai Yasin dan kyai Iskandar, yang kemudian pindah ke
Karanggebang Jetis. Setelah PGA menjadi PGAN dengan kepala sekolah
bapak Zubairi Masykur (Alm).
Ponorogo dikenal sebagai kota Reog karena merupakan kota asal
kesenian reog yang sudah di kenal dunia. Selain itu, Ponorogo juga dikenal
sebagai kota santri karena Ponorogo terdapat banyak pesantren. MAN 2
Ponorogo salah satu lembaga pendidikan Islam yang berada di bawah
Kementerian Agama dengan nomor statistik madrasah 131135020002
bersetatus Negeri merupakan alih fungsi dari PGAN Ponorogo seperti
tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 1990 dan 42 tahun
tahun 1992.
Seiring dengan perkembangan proses pembelajaran, PGAN
dipindahkan ke kota karena belum memiliki gedung sendiri, maka menyewa
67
gedung sebelah utara masjid Agung Ponorogo dan rumah penduduk sekitar.
Setelah tahun 1980 barulah PGAN memiliki gedung sengiri di Keniten
Kecamatan Ponorogo, atas tanah waqaf. Sesuai Surat Keputusan Menteri
Agama RI Nomor 1990 PGAN dialihfungsikan menjadi MAN 2 Ponorogo,
dan melalui Surat Keputusan Penyempurnaan tanggal 27 Januari 1992 Nomor
42 tahun 1992 menjadiMAN 2 Ponorogo.
Sejak berdirinya MAN 2 Ponorogo sampai sekarang telah beberapa
kali berganti kepemimpinan, diantaranya:
a) Z. A. Qoribun, B. BA
b) Drs. H. Muslim
c) H. Kasanun, SH
d) Imam Faqih Idris, SH
e) Abdullah, S.Pd
f) Drs. H. Suhanto, MA
g) Nasta’in, S.Pd., M.Pd.I
2. Letak Geografis
Kabupaten ponorogo adalah salah satu kabupaten yang berasal dari
provinsi jawa timur, Indonesia. Kabupaten Ponorogo terletak di koorinat 111
17’ – 111 52’ Bujur Timur dan 7 49’ – 8 20’ Lintang selatan dengan
ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 m di atas permukaan laut dan
memiliki luas wilayah 1.371,78 km. ponorogo terletak di sebelah barat dari
provinsi Jawa Timur dan berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah. Kota yang
68
berada di sebelah selatan adalah kota Pacitan, sebelah barat adalah kota
Wonogiri (Jawa Tengan), sebelah utara adalah kota Madiun, dan sebelah
timur adalah kota Trenggalek.
MAN 2 berada di wilayah perkotaan tepatnya di jalan Soekarno Hatta
381 Ponorogo menempati tanah seluas 9.788 m2. Letak MAN 2 berada di
sebelah selatan terminal seloaji, dan di sekitarnya berdiri beberapa pondok
pesantren seperti ponpes Thorikul Huda, ponpes Nurul Hikmah, ponpes
Ittihatul Ummah, ponpes Durisawo, dan ponpes Tahfidhul Qur’an.
3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah
a. Visi Madrasah
Religius, unggul, berbudaya, dan integritas.
b. Misi Madrasah
Religius:
1. Mewujudkan perilaku yang berakhlakul karimah bagi warga madrasah
2. Meningkatkan kualitas ibadah
3. Menjaga keistiqomahan pelaksanaan sholat jama’ah Dhuhur dan Dhuha
4. Mewujudkan tertib do’a, membaca Al-Qur’an dan Asmaul Husna
Unggul:
1. Meningkatkan karakter unggul dalah kedisiplinan
2. Memperkokoh kedisiplinan
3. Meningkatkan kualitas pengembangan kurikulum
4. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran
69
5. Mewujudkan perolehan NUN yang tinggi
6. Meningkatkan daya saing peserta didik dalam melanjutkan ke jenjang
pendidikan tinggi
7. Memperoleh juara KSM dan OSN tingkat regional dan nasional
8. Memperoleh juara olimpiade tingkat nasional
9. Meningkatkan riset remaja
10. Meningkatkan kejuaraan karya ilmiah remaja
11. Meningkatkan kreativitas peserta didik
12. Meningkatkan kejuaraan kreativitas peserta didik
13. Meningkatkan kegiatan bidang kesenian
14. Meningkatkan perolehan juara lomba bidang kesenian
15. Meningkatkan kegiatan bidang olah raga
16. Meningkatkan perolehan juara bidang olah raga
17. Meningkatkan kualitas manajemen madrasah
18. Pemberdayaan sarana dan prasarana yang memadai
Berbudaya:
1. Meningkatkan rasa suka pada kearifan budaya local
2. Meningkatkan peran serta warga madrasah dalam budaya pelestarian
lingkungan
3. Meningkatkan kesadaran warga madrasah dalam budaya pencegahan
kerusakan lingkungan
70
4. Meningkatkan peran warga madrasah dalam budaya pencegahan
pencemaran lingkungan
Integritas:
1. Meningkatkan integritas antara ilmu agama dan ilmu umum
2. Meningkatkan integritas antara akademik dan non akademik
c. Tujuan Madrasah
Dalam mengemban Misi, MAN 2 Ponorogo telah merumuskan beberapa
tujuan, yaitu:
1. Mewujudkan perilaku yang berakhlakul karimah bagi warga madrasah
2. Meningkatkan kualitas ibadah
3. Menjaga keistiqomahan pelaksanaan sholat jama’ah dhuhur dan
Sholat Dhuha
4. Mewujudkan tertib do’a, membaca Al qur’an dan asmaul husna
5. Meningkatkan karakter unggul dalam Kedisiplinan
6. Memperkokoh kedisiplinan
7. Meningkatkan kualitas pengembangan kurikulum
8. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran
9. Mewujudkan perolehan NUN yang tinggi
10. Meningkatkan daya saing peserta didik dalam melanjutkan ke jenjang
pendidikan Tinggi
11. Memperoleh juara KSM dan OSN tingkat regional dan Nasional
12. Memperoleh juara olimpiade tingkat Internasional
71
13. Meningkatkan riset remaja
14. Meningkatkan kejuaaraan karya ilmiah remaja
15. Meningkatkan kreativitas peserta didik
16. Meningkatkan kejuaraan kreatifitas peserta didik
17. Meningkatkan kegiatan bidang kesenian
18. Meningkatkan perolehan juara lo mba bidang kesenian
19. Meningkatkan kegiatan bidang olah raga
20. Meningkatkan perolehan juara bidang olah raga
21. Meningkatkan kualitas manajemen madrasah
22. Pemberdayaan sarana dan prasarana yang memadai
23. Meningkatkan pemahaman pada budaya lokal
24. Meningkatkan peran serta warga madrasah dalam budaya pelestarian
lingkungan
25. Meningkatkan kesadaran warga madrasah dalam budaya pencegahan
kerusakan lingkungan
26. Meningkatkan peran warga madrasah dalam budaya pencegahan
pencemaran lingkungan
27. Meningkatkan integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum
28. Meningkatkan integrasi antara akademik dan non akademik
72
4. Keadaan Pendidik, Tenaga Pendidik dan Siswa
MAN 2 Ponorogo memiliki 107 guru dengan klasifikasi pendidikan 24
guru S2, 65 guru S1, 2 guru D3, 16 guru SMA sederajat. Dari 107 guru
terdapat 69 guru pns, 22 guru honorer GTT 16 guru honorer PTT.
Jumlah siswa dalam 4 tahun terakhir, tahun ajaran 2012/2013
sebanyak 1164 siswa, tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 1145 siswa, tahun
ajaran 2014/2015 sebanyak 1167 siswa, dan tahun ajaran 2015/2016
sebanyak 1157 siswa.
DATA SISWA 4 TAHUN TERAKHIR
N
o
Tahun
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII TOTA
L
L
P jml
L
P
jml
L
P
jml
L
P jml
1
2015/2016
105
311
416
107
268
375
103
263
366
315
842 1157
2
2014/2015
120
287
401
109
276
385
103
272
375
332
835 1167
3
2013/2014
109
276
385
103
272
375
115
270
385
327
818 1145
4
2012/2013
118
290
408
121
276
397
98
261
359
337
827 1164
5. Sarana dan Prasarana
MAN 2 Ponorogo memiliki sarana dan prasarana sebagai penunjang
keberhasilan tujuan sekolah, yaitu:
73
NO JENIS BANGUNAN Jumlah
KONDISI BANGUNAN
Baik Rusak
Ringan
Rusak
Berat
1 R. Kelas 36 36
2 R. Kepala 1 1
3 R. TU 1 1
4 R. Guru 1 1
5 Perpustakaan 1 1
6 Laboratorium :
Fisika 1 1
Kimia 1 1
Bahasa 1 1
Komputer 2 2
7 Aula 1 1
8 R. Seni /
R.Ketrampilan
9 R. UKS 1 1
10 R. OSIS 1 1
11 R. BP 1 1
12 Mushola 1 1
13 WC 10 10 1
14 Tempat Parkir 3 3
15 GOR 1 1
16 Koperasi Siswa 1 1
17 Gasebo 1 1
J u m l a h 66 66 2 0
6. Fasilitas Guru dan Siswa
Fasilitas yang diberikan kepada siswa, guru dan karyawan yaitu
mushola, tempat parkir luas, ruang kelas multimedia (program akselerasi dan
bina prestasi), koperasi siswa, kantin, hotspot area, aula pertemuan, Gasebo,
gedung olahraga, lapangan bulutangkis, lapangan fitsal, lapangan tenis,
lapangan basket, lapangan volli, toilet, dan UKS.
74
7. Struktur Organisasi
Dalam pelaksanaan kelembagaannya, MAN 2 Ponorogo membentuk
kepengurusan organisasi kelembagaan. Tujuannya adalah agar
mempermudah dalam pelaksanaan tugas masing-masing secara efektif dan
tercapainya visi dan misi serta tujuan MAN 2 Ponorogo. Struktur organisasi
MAN 2 Ponorogo:
Kepala Madrasah : Nasta’in, S.Pd, M.Pd.I
Kepala Tata Usaha : Agus Eko Handoyo
Waka Kurikulum : Taufik Effendi, S.Ag, M.Pd.I
Waka Kesiswaan : Nyamiran, S.Pd, M.Pd.I
Waka Sarpras : Drs. Zain Attamiim, M.Pd
Waka Humas : Dra. Lilik Setyowati
B. DESKRIPSI DATA KHUSUS
1. Pengembangan Citra Lembaga Madrasah di MAN 2 Ponorogo melalui
Public Relation
Public relation merupakan rangkaian pengelolaan yang berkaitan
dengan kegiatan hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat
(orangtua murid) yang dimaksudkan untuk menunjang proses belajar
mengajar di lembaga pendidikan bersangkutan. Adapun definisi public
relation menurut MAN 2 Ponorogo itu sendiri sebagaimana yang disampaikan
75
oleh Dra. Lilik Setyowati selaku Humas di MAN 2 Ponorogo adalah sebagai
berikut:
Definisi public relation menurut MAN 2 Ponorogo adalah Layanan
pemberian informasi dari suatu instansi/lembaga pendidikan ke pelanggan
(masyarakat luas). Dan layanan tersebut dilaksanakan baik secara
langsung maupun tidak langsung.1
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa MAN 2 Ponorogo
lebih mengutamakan layanan dalam public relation untuk dapat menjaga
eksistensinya dan meningkatkan citra yang positif di mata masyarakat. Selain
layanan yang menjadi faktor utama, adapun faktor lain yang juga pentingnya
adalah komunikasi. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Dra. Lilik
Setyowati adalah sebagai berikut:
Selain layanan yang kita utamakan, komunikasi merupakan faktor penting
keberhasilan public relation dalam meningkatkan citra lembaga
pendidikan Islam di MAN 2 Ponorogo ini. Dengan terjalinnya
komunikasi yang baik dengan pihak internal maupun eksternal maka akan
sangat membantu dan memudahkan dalam pelaksanaan strategi yang akan
diterapkan sesuai tujuan yang diinginkan.2
Dapat disimpulkan bahwa, komunikasi menjadi faktor penting
keberhasilan public relation dalam meningkatkan citra lembaga pendidikan
Islam di MAN 2 Ponorogo. Dalam membangun dan menjalin komunikasi
diperlukan berbagai cara agar komunikasi terjalin secara efektif baik dengan
pihak internal maupun pihak eksternal. Oleh karena itu pihak internal lembaga
1 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018 2 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018
76
sendiri telah menggunakan berbagai cara seperti yang telah disampaikan oleh
Nasta’in, S.Pd, M.Pd.I selaku Kepala Madrasah adalah sebagai berikut:
Dengan pihak internal ada dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi formal
dan Komunikasi Non formal. Adapun komunikasi formal adalah saya
berusaha untuk membagi tugas dengan jelas sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki, motivasi dan sisi keadilan. Komunikasi yang dilakukan
disini menggunakan bahasa regulasi. Komunikasi Non formal adalah
selalu berupaya untuk menerapkan 3S (Senyum, Sapa, Salam).3
Dari uraian tersebut dapat diketahui cara membangun komunikasi yang
efektif dengan pihak internal. Selain dengan pihak internal komunikasi dalam
public relation, dengan pihak eksternal juga harus diperhatikan agar terjalin
dengan efektif dan harmonis. Seperti yang dijelaskan oleh Nasta’in, S.Pd,
M.Pd.I adalah sebagai berikut:
Adapaun dengan pihak eksternal/masyarakat komunikasi disini ada dua
jenis, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Yang
temasuk komuikasi langsung disini adalah :
1. Mengajak dan mengudang masyarakat untuk ikut andil dalam kegatan
tertentu
2. Memberikan ruang bagi masyarakat utuk memberikan kritik dan
saran/masukan ke pihak Madrasah
Contoh kasus : Ada laporan dari piha luar/tentangga bahwasanya ada
yang membuat kolam dan ada tembok/dinding sekolah yang
mengganggu langsung dari pihak Madrasah memberikan solusi dan
menindaklanjuti masalah tersebut.
Adapun yang termasuk komunikasi tidak langsung adalah personalia yang
ada di lingkungan masyarakat sebagai sarana untuk memberikan
informasi yang kemudian ditujukan untuk laporan ke pihak Madrasah.4
Hubungan sekolah dan masyarakat dilakukan untuk menjembatani
kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah dan masyarakat itu sendiri. Sekolah
3 Lihat transkip wawancara no, 02/W/5-5/2018 4 Lihat transkip wawancara no, 02/W/5-5/2018
77
melakukan komunikasi dengan masyarakat agar memahami kebutuhan
pendidikan dan pembangunan masyarakat. Untuk itu komunikasi dengan
masyarakat luas harus diperhatikan agar terjalin dengan efektif. Seperti yang
dijelaskan oleh Nasta’in, S.Pd, M.Pd.I adalah sebagai berikut:
Selain dengan pihak internal dan eksternal komunikasi dalam public
relation dengan masyarakat luas juga harus diperhatikan dengan lebih
agar citra Madrasah dipandang baik oleh masyarakat luas. Adapun
caranya adalah mendidik dan memberikan SOP pada satpam/security
Madrasah dan selalu menerapkan 3S (Senyum, Salam, Sapa).5
Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa jenis-jenis
komunikasi yang digunakan di MAN 2 Ponorogo untuk membangun
komunikasi yang efektif diantaranya dengan pihak internal yaitu komunikasi
vormal dan komunikasi non vormal sedangkan dengan pihak eksternal yaitu
komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung.
Public relation di MAN 2 Ponorogo sangat mengutamakan layanan dan
komunikasi. Dengan adanaya layanan yang baik dan jenis-jenis komunikasi
yang digunakan maka citra lembaga pendidikan Islam di MAN 2 Ponorogo
mendapatkan citra yang baik/positif dimata masyarakat luas dan dapat menjadi
sekolah unggulan yang dapat mennjaga eksistensinya dalam keunggulan
kompetitif.
5 Lihat transkip wawancara no, 02/W/5-5/2018
78
2. Penerapkan Strategi Public Relation Untuk Mengembangkan Citra
Lembaga Madrasah di MAN 2 Ponorogo
a. Pola Strategi Public Relation di MAN 2 Ponorogo
Pola merupakan suatu gambaran atau suatu konsep yang digunakan
untuk mengimplementasikan suatu strategi. Dan adapun pola strategi yang
digunakan MAN 2 Ponorogo melalui beberapa langkah.
Tahap awal yang diterapkan dalam pola strategi public relation adalah
perencanaan. Dalam perencanaan terdapat identifikasi masalah, perumusan
masalah, perumusan tujuan dll. seperti yang dijelaskan oleh Dra. Lilik
Setyowati adalah sebagai berikut:
Dalam perencanaan penerapan strategi public relation untuk
meningkatkan citra lembaga yang kita utamakan adalah pengenalan
tentang profile Madrasah baik secara online/offline. Kemudian
pengadaan sosialisasi ke SMP/MTs. Adapun sosialisasi tersebut
dilaksanakan oleh tim sosialisasi sendiri yang telah diberikan
tanggungjawab/wewenang sesuai tugasnya.6
Pada tahap perencanaan terdapat identifikasi masalah, dalam hal ini
meliputi memperhatikan dan mengawasi pengetahuan, opini sikap dan
perilaku pihak-pihak yang berhubungan dan berpengaruh oleh sikap dan
kebijakan sebuah organisasi/lembaga. Adapun cara humas MAN 2 Ponorogo
mengidentifikasi masalah melalui beberapa cara seperti yang dijelaskan oleh
Dra. Lilik Setyowati adalah sebagai berikut:
Kalau untuk ke kalangan masyarakat umum sendiri belum ada, kita
lebih cenderung melaksanakan identifikasi masalah dalam public
6 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018
79
relation kepada wali murid dan siswa MAN 2 Ponorogo. Adapun
caranya yaitu menggunakan angket dan melalui informasi publik. Dan
didalam angket tersebut sudah terpapar dengan sangat jelas untuk
mengidentifikasi masalah yang ada di luar maupun di dalam
lingkungan sekolah dengan cara musyawarah. Adapun yang terlibat
dalam perencaan strategi public relation adalah: BK, Komite Sekolah,
Kepala Sekolah, Guru.7
Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa strategi awal yang dilakukan
MAN 2 Ponorogo dengan perencanaan yang mana di dalam perencanaan
terdapat identifikasi masalah melalui angket dan informasi publik.
Setelah perencanaan upaya yang dilakukan MAN 2 Ponorogo pada
tahap beriktnya adalah pengorganisasian meliputi mengukuhkan atau
memilih pengurus BPPD (Badan Penerimaan Peserta Didik Baru),
menjelaskan uraian tugas dan menyusun program kegiatan.
Pengorganisasian dalam memilih pengurus, menjelaskan tugas dan
menyusun program kegiatan di MAN 2 Ponorogo menurut penjelasan Dra.
Lilik Setyowati dengan melalui kesepakatan, sebagai berikut:
Setelah perencanaan tahap selanjutnya sebelum pelaksanaan yaitu
pembentukan pengurus dan pendelegasian wewenang. Kalau untuk
pembentukan kepengurusan humas sendiri tidak ada (Humas sendiri
tidak memiliki bawahan). Tetapi untuk pelaksanaanya dibantu oleh
staf-staf yang lain guru-guru yang lain dibawah naungan dan
keputusan kepala sekolah. Yang mana Kepala Sekolah berusaha untuk
membagi tugas dengan jelas sesuai dengan kompetensi, motivasi dan
sisi keadilan. Dan dalam penyusunan program kegiatan sekolah harus
dilaksanakan dengan musyawarah dan melibatkan beberapa staf untuk
membantu kelancaran dalam kegiatan tersebut.8
7 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018 8 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018
80
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa pengorganisasian
atau pembentukan pengurus dan pendelegasian wewenang dilaksanakan
sesuai dengan kompetensi dan motivasi yang dimiliki berdasarkan program
kegiatan yang sudah dirancang dari permasalahan yang sudah diketahui oleh
pihak lembaga pendidikan.
Komunikasi yang baik akan memudahkan dalam pelaksanaan strategi
public relation agar customer dapat terlayani dengan baik dan maksimal.
Seperti yang disampaikan oleh Nasta’in, S.Pd, M.Pd.I selaku Kepala
Madrasah adalah sebagai berikut:
Dalam public relation komunikasi sangat penting demi terlaksananya
program kegiatan sesuai dengan tujuan. Selain komunikasi, kerjasama
dengan berbagai pihak juga sangat diperukan. Pelaksanan strategi
public relation dilaksanakan secara bertahap. Pemberian informasi
terkait pertemuan wali murid menggunakan surat edaran kalau lainnya
seperti halnya kegiatan-kegiatan bisa diakses di web MAN 2 Ponorogo
ada juga brosur dan pamflet yang disediakan. Dan juga kita ada tim
sosialisasi untuk penerimaan siswa-siswi baru.9
Kegiatan public relation dapat dievaluasi melalui dua kriteria: pertama
efektivitasnya, yaitu sampai seberapa jauh tujuan itu telah tercapai. Kedua
efisiensinya, yaitu sampai seberapa jauh sumber yang ada atau yang
potensial yang telah digunakan secara baik untuk kepentingan kegiatan
hubungan masyarakat. Evaluasi ini dapat dilakukan pada waktu proses
kegiatan sedang berlangsung atau pada akhir suatu program itu untuk
melihat seberapa jauh keberhasilannya.
9 Lihat transkip wawancara no, 02/W/5-5/2018
81
Kegiatan public relation di MAN 2 Ponorogo dievaluasi pada saat
proses kegiatan berlangsung dan juga setelah kegiatan dilaksanakan. Dra.
Lilik Setyowati selaku humas di MAN 2 Ponorogo menjelaskan sebagai
berikut:
Dalam evaluasi program kegiatan disini kita melaksanakannya pada
saat program kegiatan itu berlangsung dan juga setelah selesainya
kegiatan tersebut. Karena dengan begitu kita akan lebih mudah untuk
mengetahui tingkat keberhasilan program kegiatan itu dilaksanakan.
Kemudian hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai feedback untuk
menyusun program kegiatan berikutnya. Selain evaluasi dari pihak
internal kita juga menampung kritik dan saran dari pihak eksternal.
Kritik dan saran dari wali murid atau masyarakat luas biasanya kita
melihat dari pengunjung di web dan ada juga yang langsung datang ke
Madrasah utuk complain tetapi itu sangat minim sekali terjadi.10
Langkah-langkah dalam membangun strategi public relation sangatlah
diperlukan. Seperti yang dijelskan oleh Nasta’in, S.Pd, M.Pd.I selaku Kepala
Madrasah adalah sebagai berikut:
Terdapat beberapa langkah dalam membangun strategi public relation
di MAN 2 Ponorogo yaitu melalui dua pihak, pihak internal dan pihak
eksternal. Pertama pihak internal, yaitu hubungan antara guru-guru
dengan karyawan dan staf lain kita harus saling menjaga ukhuwah
demi terwujudnya komunikasi dan kerjasama yang baik dan berusaha
menerepkan 3S (senyum, salam, sapa). kedua pihak eksternal, yaitu
dengan wali murid, masyarakat sekitar dan masyarakat luas. Dengan
adanya wali murid sekolah sangat terbantu karena adanya kerjasama
terkait penyebar luasan informasi-informasi ke khalayak umum. Tetap
menjaga silaturahmi dengan masyarakat sekitar, karena tanpa adanya
campur tangan masyarakat sekitar sekolah tidak akan maju dan
berkembang. Dengan masyarakat luas, ketika pengadaan event-event
atau pameran sekolah kita juga perlu mengadakan kerja sama dengan
masyarakat luas contohnya dengan lembaga lain baik dari pemerintah
maupun non-pemerintah, mitra maupun non-mitra. Karena dengan
10 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018
82
begitu lembaga akan dikenal lebih luas oleh masyarakat luas dan kerja
sama terjalin dengan baik.11
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa langkah-langkah dalam
membangun strategi public relation di MAN 2 Ponorogo antara lain melalui
pihak internal dan eksternal. Adapun pihak internal meliputi guru-guru
dengan karyawan dan staf lainnya. Sedangkan dengan pihak eksternal
meliputi wali murid, masyarakat sekitar dan masyarakat luas. Karena
berhasil atau suksesnya sebuah lembaga, pengguna dan khalayak umum
yang dapat menilai. Dengan adanya citra lembaga yang positif di mata
masyarakat maka kerjasama dan hubungan masyarakat akan terjalin dengan
baik.
b. Penerapan Strategi Public Relation di MAN 2 Ponorogo
Berbagai strategi dilakukan oleh MAN 2 Ponorogo dalam menghadapi
persaingan agar tidak kalah dengan sekolah lain di era yang serba
berkemajuan ini. Dengan adanya strategi public relation yang dilakukan,
akan menimbulkan persepsi baik atau tidak baik dari masyarakat. Jika
strategi dilaksanakan dengan baik, maka timbul pencitraan yang baik pula.
Kegiatan Public Relation merupakan implementasi dari tugas humas
untuk mencapai tujuan humas dan menjalankan fungsi dan perannya secara
menyeluruh. Kegiatan Public Relation pada hakikatnya merupakan kegiatan
11 Lihat transkip wawancara no, 02/W/5-5/2018
83
berkomunikasi dengan berbagai macam simbol komunikasi, verbal ataupun
nonverbal.
Penerapan strategi public relation yang dilaksanakan di MAN 2
Ponorogo melalui dua jenis kegiatan, kegiatan internal dan kegiatan
eksternal. Internal sasarannya ditujukan kepada peserta didik, tenaga
pengajar, dan pegawai administrasi atau karyawan di lembaga pendidikan.
Eksternal sasarannya terdiri dari orang tua peserta didik, alumni, dunia
industri atau usaha, instansi pemerintah dan swasta, serta masyarakat luas.
Menurut penjelasan Dra. Lilik Setyowati tentang publisitas kegiatan
Madarasah adalah sebagai berikut:
MAN 2 Ponorogo penyampaian informasi menggunakan radio, karena
dengan radio dapat menjangkau publik dengan luas. Masarakat
ponorogo dan sekitarnya akan lebih mudah untuk menerima informasi
baik di daerah kota maupun desa.12
Penyebaran informasi yang digunakan di MAN 2 Ponorogo juga
melaui media cetak seperti surat kabar, baleho, spanduk yang ditempelkan di
sekitar Madrasah tetapi lebih lengkapnya bisa diakses di web MAN 2
Ponorogo. Seperti yang dijelaskan oleh Dra. Lilik Setyowati sebagai berikut:
Dalam menyampaikan informasi di MAN 2 Ponorogo selain
menggunakan radio juga melalui media cetak seperti surat kabar,
baleho, spanduk. Karena dengan semakin berkembangnya zaman di
era digital ini MAN 2 Ponorogo memfasilitasi masyarakat luas dengan
sangat mudah bisa diakses dimana saja dan kapan saja yaitu melalui
web MAN 2 Ponorogo. Di web tersebut sudah diinfokan dengan
12 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018
84
sangat jelas dan detail untuk segala informasi dan kegiatan yang ada di
MAN 2 Ponorogo.13
Open house/kunjungan merupakan salah satu bentuk interaksi dengan
pihak eksternal untuk mengetahui keadaan Madrasah secara langsung.
Seperti yang dijelaskan Nasta’in, S.Pd, M.Pd.I sebagai berikut:
Disini bukan istilah open house yang digunakan, tetapi lebih tepatnya
lagi kita menerima dengan sangat terbuka dan senang hati kunjugan
dari mana saja dari pihak pemerintah maupun non pemeritah, dari
pihak mitra maupun non mitra. Seperti akhir-akhir ini ada kujungan
dari SMA 2 Ponorogo dan juga MAN 2 Ponorogo sebagai tuan rumah
dalam rapat Kepala Sekolah Se-Karesidenan Madiun.
Pameran dan event digunakan untuk menunjukkan hasil karya siswa
kepada publik serta sebagai promosi Madrasah. Selain event yang diadakan
di Madrasah sendiri, terkadang MAN 2 Ponorogo juga mengikti acara di luar
Madrasah. Seperti yang dijelaskan Nasta’in, S.Pd, M.Pd.I sebagai berikut:
Event rutin yang dilaksanakan MAN 2 Ponorogo yang merupakan
branding Man 2 Ponorogo adalah SAC/PSC/IBM. Hal tersebut
merupakan kegiatan rutinan tahunan. Dan ditahun ini ada banjari dan
Tru Out CBT yang diadakan di MAN 2 Ponorogo. Dan kadang kala
kita juga mengikuti acara di luar Madrasah seperti event-event seperti
event yang/pameran yang diadakan oleh KEMENAG dll. Sedangkan
pameran hasil karya siswa dikemas menjadi satu dalam acara
perlombaan, karena dengan begitu lebih mengefisiensikan waktu.14
Perlombaan merupakan ajang penunjukan bakat (show your talent)
bagi siswa-siswi dan merupakan salah satu pendidikan skill di MAN 2
Ponorogo. Seperti yang dijelaskan Dra. Lilik Setyowati sebagai berikut:
13 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018 14 Lihat transkip wawancara no, 02/W/5-5/2018
85
Perlombaan sering diadakan di MAN 2 Ponorogo ini baik dari pihak
internal maupun eksternal. Dari pihak eksternal diantaranya yaitu
perlombaan AGLOW (perlombaan yang diadakn volenter dari
Amerika yang bertempat di Indonesia) relawan dari Amerika. O2SN
yaitu perlombaan yang berkaitan dengan bidang keolahragaan dan
masih banyak lagi. Adapun dari pihak internal sendiri ada banyak
perlombaan yang diadakan diantaranya Taekwondo dll. Dari tahun
sebelumnya perlombaan itu pecah, dan mulai tahun ini perlombaan
akan dilaksanakan serentak yang dikemas dengan sebutan Pekan Milad
(Hari ULTAH MAN 2 Ponorogo). Perlombaan diikuti baik dari tingkat
kabupaten, sekaresidenan, propinsi mapun nasional kita selalu
berperan aktif untuk mengikutinya. Dan alhamdulillah hasil prestasi
siswa dalam perlombaan tersebut bisa dikatakan selalu mendapatkan
apresiasi di berbagai tingkat.15
Diantara strategi public relation di MAN 2 Ponorogo menurut
penjelasan Dra. Lilik Setyowati sebagai berikut:
Dalam menentukan strategi di MAN 2 Ponorogo ini, sebelumnya
melihat bagaimana opini publik, apa yang diharapkan oleh pengguna.
Dari sekolah khususnya humas berusaha memperoleh informasi
melalui berbagai media seperti surat kabar, web karena teknologi
sekarang semakin maju dan berkembang sehingga lebih memudahkan
dalam proses pencarian informasi. Ada juga wali murid yang datang
langsung ke Madrasah untuk complain tetapi hal itu sangat minim
sekali terjadi.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dengan menggunakan
strategi operasional akan lebih mudah untuk memperoleh dan menerima
informasi dari pengguna. Hal tersebut diperoleh melalui berbagai media baik
dari media massa maupun cetak bahkan berkomunikasi langsung kepada
pihak Madrasah.
Hubungan sekolah dan masyarakat sangatlah dominan penting karena
adanya hubungan tersebut diharapkan sekolah tidak lagi selalu ketinggalan
15 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018
86
dengan perubahan dan tuntutan masyarakat yang senantiasa berkembang.
Hubungan tersebut diterapkan dalam bentuk kerjasama antara pihak sekolah
dengan masyarakat baik masyarakat sempit maupun luas. Seperti yamg
dijelaskan oleh Dra. Lilik Setyowati sebagai berikut:
Demi terwujudnya lembaga yang unggul dan berkompeten kerjasama
dengan masyarakat sangatlah membantu sekali. Karena dengan adanya
kerjasama baik maka sekolah akan mendapatkan citra yang baik di
mata masyarakat. Selain dengan wali murid sendiri untuk kerjasama
dalam hal perkembangan muridnya agar sesuai yang diharapkan yang
dilakukan melalu rapat atau secara langsung datang ke sekolah, pihak
sekolah juga membuka kritik dan saran kepada masyarakat luas
melalui web MAN 2 Ponorogo. Adapun bentuk kerjasama lainnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra lembaga seperti kerjasama
dengan Perpusda dalam hal literasi, kerjasama dengan PMI dalam hal
PMR, kerjasama dengan SAC dalam hal BIMBEL dan pihak dinas
lainnya.16
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui dengan menggunakan strategi
fungsional inilah antara pihak lembaga dapat membangun komunikasi dan
relasi atau kerjasama dengan pihak orang tua, masyarakat luas atau
pengguna jasa. Dengan terciptanya komunikasi dan relasi yang baik maka
lembaga akan dipandang mempunyai citra yang positif dan meningkat.
Dalam penerapan strategi sekolah proses pendidikan dan hasil
pendidikan seperti apakah yang diharapkan stakeholder sekolah. Dengan
mewujudkan visi, misi, tujuan, pengembangan kapasitas pendidik dan tenaga
pendidik, perumusan kebijakan maka akan lebih mudah untuk
16 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018
87
mengoperasional program-program kegiatan sekolah agar tercapai sesuai
dengan tujuan dan diterima dengan baik di mata pengguna jasa.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan strategi public
relation di MAN 2 Ponorogo seperti yang dijelaskan oleh Dra. Lilik
Setyowati sebagai berikut:
Untuk sarana dan prasarana disini alhamdulillah sudah terpenuhi
sehingga tidak menjadi kendala. Untuk masalah pelayanan
masyarakat/wali murid yang datang harus menunggu tidak langsung
dilayani ini merupakan salah satu kendala dalam hal pelayanan.
Kendala selebihnya melihat dari pengunjung di web (kritik dan saran)
dan ada yang langsung complain ke sekolah tetapi itu sangat minim.17
Masyarakat menambahkan terkait kendala-kendala atau masalah yang
dihadapi di MAN 2 Ponorogo adalah sebagai berikut:
Kurangnya perhatian wali kelas terhadap muridnya yang terkena
musibah contohnya tahun kemarin ada anak yang mengalami
kecelakaan tetapi dari pihak sekolah khususnya wali kelas kurangnya
komunikasi dan berinteraksi untuk menanyakan keadaan dll.
Kurangnya penanganan yang cepat terhadap murid yang akan
mengikuti ujian susulan karena terkena musibah bukan karena bolos
sekolah.18
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut bahwa dalam penerapan
strategi di MAN 2 Ponorogo mengalami berbagai kendala diantaranya:
Kurangnya penanganan yang segera terhadap customer service yang datang,
komunikasi yang kurang terhadap anak yang terkena musibah dan kurangnya
penanganan yang segera terkait anak yang hendak mengikuti ujian susulan.
17 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018 18 Lihat transkip wawancara no, 03/W/9-5/2018
88
Berdasarkan wawancara tersebut bahwa upaya yang dilakukan MAN 2
Ponorogo untuk mengatasi kendala tersebut seperti yang dijelaskan oleh Dra.
Lilik Setyowati sebagai berikut:
Upaya Madrasah untuk mengatasi kendala tersebut melalui
musyawarah bersama untuk pencapaian mufakat dan solusi terbaik.
Serta dalam hal kurangnya perhatian maka pihak sekolah akan lebih
memfokuskan terhadap murid-murid yang terkena musibah. Akan
lebih meningkatkan lagi pelayanan yang ada. Dari hal inilah sekolah
berusaha untuk mewujudkan pelayanan yang lebih baik dan dapat
memuaskan pelanggan atau pengguna jasa.19
Musyawarah merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi kendala-
kendala yang ada, karena dengan adanya musyawarah akan muncul
kesepakatan bersama. Yang sangat diutamakan di MAN 2 Ponorogo adalah
layanan baik internal maupun eksternal. Jadi sekolah akan berusaha selalu
meningkatkan layanan untuk kepuasan publik atau pengguna jasa.
c. Manfaat Public Relation Terhadap Masyarakat dan Sekolah Dalam
Mengembangkan Citra Lembaga Madrasah di MAN 2 Ponorogo
MAN 2 Ponorogo merupakan lembaga yang memadukan antara
pendidikan umum dengan pendidikan agamanya. Ada sebagian masyarakat
yang meragukan tentang kemampuan siswa yang sekolah di Madrasah, tetapi
MAN 2 Ponorogo berusaha menunjukkan bahwa siswa mampu berprestasi
yang unggul dengan umum maupun religius.
Madrasah merupakan lembaga yang mengajarkan pendidikan islam
pada siswa-siswinya. Dan tujuan dari madrasah ini sama dengan tujuan
pendiidkan Islam itu sendiri. Yaitu membentuk anak yang berakhlakul
19 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018
89
karimah dan membekali anak dengan pendidikan Islam supaya kelak
dapat menjalankan perannya di dunia sebagai kholifah, serta mendapat
bekal untuk akhiratnya.20
Dari wawancara tersebut, menjelaskan bahwa antara tujuan sekolah
dengan tujuan pendidikan Islam terdapat kesamaan. Seperti membentuk
siswa pempunyai akhlakul karimah, membekali siswa menjadi kholifah di
dunia, serta membekali pendidikan Islam untuk akhiratnya. Inilah kesamaan
antara tujuan pendidikan Islam dengan visi, misi, dan tujuan dari MAN 2
Ponorogo.
Kenyamanan siswa belajar di MAN 2 Ponorogo merupakan prioritas
sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif.
Selain kenyamanan, komunikasi juga harus dijaga agar terjalin dengan sopan
dan baik antara teman sebaya maupun yang lebih tua yaitu guru.
Saya sangat senang belajar di sini karena situasinya sangat nyaman dan
kondusif. Selain mendapatkan pengalaman di kelas di sini juga dapat
memperdalam skill menambah pengalaman dengan mengikuti berbagai
ekstrakurikuler yang ada dan menurut saya ekstrakurikuler di sini
sudah maju. Komunikasi dengan teman dan guru sangatlah terjalin
dengan baik dan sopan, karrena di sini selalu diterapkan 3S
(senyum,salam,sapa). Dan menurut pengalaman cerita saya ketika di
lingkungan rumah banyak yang membicarakan tentang MAN 2
Ponorogo bahwa sekolah ini sudah sangat maju dan sudah dikenal oleh
banyak masyarakat.21
Hubungan antara sekolah dengan masyarakat haruslah terjalin dengan
baik. Apabila terjalin dengan baik maka hal tersebut merupakan kunci dalam
20 Lihat transkip wawancara no, 02/W/5-5/2018 21 Lihat transkip wawancara no, 04/W/10-5/2018
90
keberhasilan sekolah untuk mendidik siswa-siswinya dan akan terciptanya
citra yang positif.
Dengan adanya strategi public relation maka masyarakat akan lebih
mudah memahami dan mengerti bagaimana layanan dan komunikasi
yang diberikan sekolah kepada masyarakat luas. Setelah melihat hal
tersebut maka masyarakat akan memberikan persepsi tentang MAN 2
Ponorogo. Dan alhamdulillah dengan adanya strategi public relation
selama ini sekolah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai
lembaga yang memiliki citra positif dan masyarakat berbondong-
bodong mendaftarkan anaknya ke MAN 2 Ponorogo.22
Dari penjelasan di atas, dengan adanya strategi public relation yang
baik dapat merubah persepsi masyarakat mengenai sekolah. Jika strategi
dilakukan secara baik maka masyarakat akan tanggap. Sehingga dengan
melihat keunggulan dan perbedaan MAN 2 Ponorogo masyarakat akan
menilai baik dan memberi pencitraan baik pula bagi lembaga. Pelayanan
yang baik akan menghasilkan siswa yang berprestasi dan akan lebih banyak
calon siswa yang mendaftar di MAN 2 Ponorogo.
Citra lembaga yang dinilai oleh masyarakat sangatlah berpengaruh
untuk kinerja guru dan karyawan. Untuk itu lembaga harus menjaga
keeksistensinya agar selalu mendapatkan nama baik di mata masyarakat.
Karena saya ingin masukkan anak saya ke sekolah yang pendidikan
formal dan agamanya sejajar, maka saya sangat tertarik di MAN 2
Ponorogo ini. Yang mana sekoah ini mencetak lulusan yang ulul albab
tangguh dalam imtaq cerdas dalam iptek. Saya melihat MAN 2
Ponorogo ini dari segi agama, kedisplinan, kegiatan kestrakurikuler
sudah bagus dan mendukung. Siswanya mampu bersaing dalam
perlombaan dari tingkat kabupaten, karesidenan bahkan nasional. Dan
lulusannya sudah sesuai yang diharapkan dan mampu masuk ke PTN
22 Lihat transkip wawancara no, 01/W/23-4/2018
91
ternama di Indonesia. Maka dari itu saya mengatakan MAN 2
Ponorogo ini sekolah yang bagus dan memiliki citra yang baik.23
Banyak masyarakat yang memberi citra yang baik bagi MAN 2
Ponorogo. Seperti yang dipaparkan pada wawancara bahwa citra MAN 2
Ponorogo hampir sama dengan sekolah lain yaitu hanya sekolah Islam biasa.
Namun, dengan adanya prestasi yang baik, lulusan yang agamis, dan mampu
masuk di perguruan tinggi ternama di berbagai daerah. Mengubah citra yang
biasa menjadi sekolah yang bercitra baik. Masyarakatpun sudah memiliki
pandangan untuk memasukkan anak mereka ke MAN 2 Ponorogo. Maka
dari itu, strategi publik relation ini memiliki kontribusi yang luar biasa bagi
citra lembaga di MAN 2 Ponorogo ini.
23 Lihat transkip wawancara no, 03/W/9-5/2018
92
BAB V
ANALISIS DATA
A. Analisis Data tentang Pengembangan Citra Lembaga Madrasah di MAN 2
Ponorogo melalui Public Relation
Citra lembaga merupakan salah satu magnet terpenting dalam lembaga
pendidikan untuk menarik minat masyarakat. Lembaga pendidikan Islam yang
menpunyai citra positif akan mampu menarik minat masyarakat untuk masuk
menjadi bagian dalam lembaga tersebut. Akan tetapi, apabila citra negatif yang
ditampilkan lembaga pendidikan Islam akan berdampak pula pada persepsi
masyarkat yang negatif.1
Lembaga MAN 2 Ponorogo berdiri pada tahun 1966 dan citra lembaga
mulai berkembang pada tahun 1992 sejak awal mulanya memiliki gedung
sendiri di Keniten, Kecamatan Ponorogo atas tanah waqaf. Pada usianya yang
ke-25 tahun, MAN 2 Ponorogo berperan aktif dalam pembangunan bangsa
yang bersentuhan langsung dengan dunia pendidikan. Banyak hal yang telah
diperbuat untuk mencerdaskan anak bangsa. Ini ditandai dengan sebaran
alumni yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta dan berkarya
di berbagai lembaga baik negeri maupun swasta. Untuk menjadi madrasah
unggulan Jawa Timur di wilayah barat, MAN 2 Ponorogo terus
mengembangkan berbagai layanan.2
1 Syarifudin S. Gasing Suryanto, Public Relations (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2016),
157. 2 Nasta’in, wawancara, Ponorogo, 5 Mei 2018.
93
Pandangan masyarakat terhadap citra MAN 2 Ponorogo dari segi
agama, kedisplinan, pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler sudah sangat
bagus, maju dan berkembang. Dalam menghadapi persaingan dengan lembaga
pendidikan lainnya, MAN 2 Ponorogo memiliki keunggulan dalam bersaing
(competitive advantage) yang mampu disandingkan dengan lembaga lainnya,
baik lembaga umum maupun Islam.3 Dengan adanya persepsi dari masyarakat
yang sudah jelas, maka dapat dikatakan bahwa MAN 2 Ponorogo sangatlah
dipandang sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki citra positif yang
semakin berkembang.
Public relation merupakan rangkaian pengelolaan yang berkaitan
dengan kegiatan hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat
(pemberian layanan) yang dimaksudkan untuk menunjang proses belajar
mengajar di lembaga pendidikan yang bersangkutan.4 Dengan adanya
public relation dalam lembaga pendidikan, maka kegiatan operasional
sekolah atau pendidikan semakin efektif dan efisien. Hal tersebut dapat
membantu demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh
suatu lembaga pendidikan.
Manajemen public relation di MAN 2 Ponorogo sangat baik dan
sistematis. Dimana hal tersebut termanifestasi pada proses penerapannya,
hingga pembagian tugas dan wewenang tiap-tiap divisinya yang sangat tertata
rapi. Public relation di MAN 2 Ponorogo terdiri dari segi layanan dan
komunikasi. MAN 2 Ponorogo berusaha memberikan layanan yang baik pada
3 Siti Marwiyati,wawancara, Ponorogo, 9 Mei 2018. 4 Zainal Mukarom, Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan
Efektif Pengelolaan Hubungan Masyarakat (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 290.
94
setiap pelanggan dengan berupaya menerapkan 3S (senyum, salam, sapa).
Layanan disini dapat berupa layanan langsung maupun layanan tidak langsung.
Selain itu lembaga juga menerima dengan sangat terbuka kritik dan saran dari
masyarakat.5 Layanan yang diberikan MAN 2 Ponorogo kepada masyarakat
sangat baik dan bagus. Hal tersebut termanifestasi pada saat pertemuan wali
murid atau kegiatan lainnya yang berhubungan langsung dengan masyarakat.6
Faktor yang menjadi problem bagi lembaga pendidikan Islam adalah
tidak adanya komunikasi efektif yang dilakukan lembaga tersebut dengan
publiknya. Sehingga, ia sulit memperoleh citra posistif dari masyarakat.
Sedangkan eksistensi lembaga pendidikan Islam dalam menghadapi persaingan
dipengaruhi oleh citra Lembaga itu sendiri dan keunggulan kompetitif
(competitive advantage) yang dimiliki.7
Terdapat dua jenis komunikasi yang lazim digunakan, yaitu
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kepada pihak
lain baik secara tertulis (written) maupun lisan (oral). Sedangkan komunikasi
nonverbal adalah kebalikan dari komunikasi verbal yaitu suatu proses dari
komunikasi yang dimana penyampaian informasi atau pesannya tidak memakai
kata-kata. Komunikasi ini sering disebut juga dengan bahasa isyarat. Bentuk
5 Nasta’in, wawancara, Ponorogo, 5 Mei 2018. 6 Siti Marwiyati,wawancara, Ponorogo, 9 Mei 2018. 7 Uhar Suharsapatura, Manajemen Perguruan Tinggi Strategi Menghadapi Perubahan
(Bandung: PT Refika Aditama, 2015), 155.
95
dari komunikasi nonverbal ini memakai gerakan seperti bahasa tubuh, ekspresi
wajah, dengan kontak mata dan lain sebagainya.8
Jenis komunikasi yang digunakan di MAN 2 Ponorogo dengan pihak
internal maupun eksternal adalah komunikasi verbal dan nonverbal.
Komunikasi verbal dalam bentuk tulisan (written) meliputi proposal, artikel,
brosur, papan pengumuman, poster, iklan, buklet, dan radio. Komunikasi
verbal dalam bentuk lisan (oral) meliputi open house, rapat, pertemuan.
Sedangkan komunikasi nonverbal meliputi seminar, special event, penelitian,
dan pameran sekolah.9
Dalam suatu public relation nyawa utamanya adalah komunikasi.
Sehingga suatu komunikasi disini mutlak dibangun secara efektif. Karena
dalam komunikasi yang efektif akan dibuktikan dengan adanya feedback dari
orang lain. Dengan adanya jenis-jenis komunikasi yang digunakan tersebut
maka akan sangat memudahkan untuk menjalin relasi dengan pihak lain dan
eksistensi lembaga tetap terjaga dengan baik.
B. Analisis Data tentang Penerapan Strategi Public Relation untuk
Mengembangkan Citra Lembaga Madrasah di MAN 2 Ponorogo
1. Pola Strategi Public Relation di MAN 2 Ponorogo
Pola strategi public relation meliputi empat langkah pokok, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pelaporan/evaluasi
8 Djoko Purrwanto, Komunikasi Bisnis Edisi Keempat (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011),
4. 9 Lilik Setyowati, wawancara, Ponorogo, 23 April 2018.
96
program.10 Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa
pola strategi public relation di MAN 2 Ponorogo memiliki empat
komponen, antara lain:
Pertama, perencanaan, dengan melalui perencanaan yang matang
dan melalukan pogram-pogram yang jelas usaha dalam mewujudkan
lembaga pendidikan yang berimage bagus akan bisa terwujud sesuai
harapan. Di dalam perencanaan terdapat identifikasi masalah yaitu
menentukan masalah yang sedang dihadapi.11 Misalnya bagaimana asumsi
atau pandangan masyarakat terkait lembaga MAN 2 Ponorogo,
permasalahan sebelumnya yaitu adanya anggapan masyarakat bahwa
sekolah umum unggul dalam prestasi akademik sedangkan sekolah
keagamaan unggul dari segi agama, sehingga sekolah berupaya untuk
mewujudkan sekolah yang optimal dari segi keagamaan dan prestasinya
sesuai dengan visi MAN 2 Ponorogo, terbentuknya siswa-siswi yang
berkepribadian islami, berprestasi optimal, kreatif dan menciptakan
lulusan yang ULUL ALBAB tangguh dalam imtaq cerdas dalam IPTEK.
Program-program yang direncanakan diantaranya pameran sekolah,
perlombaan, pertemuan wali murid, pentas seni dan lain sebagainya yang
melibatkan dengan masyarakat luas.12
Kedua, pengorganisasian, di dalam pengorganisasian hal yang
dilakukan merupakan pengukuhan atau memilih pengurus BP3,
10 Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan Efektif
Pengelolaan Hubungan Masyarakat, 308. 11 Muhibudin Wijaya Laksana, 308. 12 Nasta’in, wawancara, Ponorogo, 5 Mei 2018.
97
menjelaskan uraian tugas dan kerangka organisasi sehingga jelas.13 Di
MAN 2 Ponorogo pengorganisasian sama halnya dengan pembentukan
pengururs dan pendelegasian wewenang. Untuk struktur kehumasan
sendiri tidak ada tetapi humas dalam hal kerjanya dibantu oleh beberapa
bagian dan staf yang dapat mengoperasionalkan kegiatan dengan lancar.14
Ketiga, pelaksanaan, berdasarkan perencanaan strategis yang telah
dipersiapkan dan disetujui, implementasi program pelaksanaan yang
dirancang untuk sasaran spesifik bagi maing-masing public dilakukan
untuk mencapai tujuan program. Dalam pelaksanaan di MAN 2 Ponorogo,
hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik dengan pihak
internal mapun eksternal. Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan dalam
pelaksanaan meliputi pertemuan wali murid, rapat dan lainnya.
Keempat, melakukan evaluasi, langkah terakhir yang dilakukan
dalam pola strategi public relation. Kegatan public relation di MAN 2
Ponorogo dievaluasi melalui dua kriteria. pertama dari segi efektivitasnya,
yaitu seberapa jauh tujuan tersebut tercapai dan kedua dari segi
efisiensinya, yaitu seberapa jauh sumber yang digunakan secara untuk
kepentingan hubungan masyarakat. Evaluasi tersebut dilaksanakan pada
saat kegiatan berlangsung dan setelah kegiatan tersebut telah selesai.
Evaluasi ini dilakukan oleh semua pihak tidak hanya yang berwenang saja,
tetapi semuanya terlibat. Semisal apa yang mejadi harapan wali murid
13 Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan Efektif
Pengelolaan Hubungan Masyarakat, 308. 14 Lilik Setyowati, wawancara, Ponorogo, 23 April 2018.
98
dievaluasi dan dari pihak lembaga berusaha meberikan langkah-langkah
apa yang akan dilakukan.
Hasil dari evaluasi dijadikan sebagai wadah feedback/umpan balik
untuk menyusun program kegiatan berikutnya. Selain evaluasi dari pihak
internal kita juga menampung kritik dan saran dari pihak eksternal. Kritik
dan saran dari wali murid atau masyarakat luas biasanya kita melihat dari
pengunjung di web dan ada juga yang langsung datang ke Madrasah utuk
complain tetapi itu sangat minim sekali terjadi.15
Implikasi temuan ini terhadap lembaga pendidikan adalah agar
pihak lembaga menentukan dan mengembangkan pola strategi yang
strategis sesuai dengan visi, misi dan tujuan dari pihak lingkungan internal
maupun eksternal. Apabila strategi yang digunakan lembaga bagus dan
sesuai maka hal tersebut akan menjadi branding lembaga dan lembaga
memiliki posisi dan kualitas yang bagus dibandingkan dengan lembaga
lainnya yang sejenis. Implikasi untuk peneliti sendiri perlunya penelitian
tentang strategi public relation di lembaga pendidikan yang lebih lanjut
lagi.
2. Penerapan Strategi Public Relation di MAN 2 Ponorogo
Public relation hakikatnya adalah kegiatan komunikasi yang
memiliki perbedaan dengan kegiatan komunikasi lainnya karena ciri
hakiki komunikasi public relations adalah two way communications
15 Lilik Setyowati, wawancara, Ponorogo, 23 April 2018.
99
(komunikasi dua arah). Arus komunikasi timbal balik ini yang merupakan
prinsip pokok dalam public relations.16
Strategi public relations di MAN 2 Ponorogo melalui beberapa
beberapa kegiatan yaitu kegiatan eksternal dan internal. Kegiatan
eksternal meliputi penyebaran informasi melalui radio, media cetak.
Sedangkan kegiatan internal melalui rapat dewan guru, upacara sekolah.
Program kegiatan yang dilakukan sekolah antara lain pertemuan rutin wali
murid, mading karya siswa, event SAC/PSC/IBM, try out CBT.17
Dalam konsep manajemen strategis juga dikenal adanya tingkatan-
tingkatan strategi. Antara satu tingkatan ddengan tingkatan lain memiliki
keterkaitan, dan tingkatan yang berada di bawahnya mendukung strategi
yang dijalankan pada tingkatan strategi dalam dunia persekolahan, adalah
strategi tingkat sekolah, strategi fungsional, strategi operasional.18
Implementasi strategi public relations di MAN 2 Ponorogo melalui
beberapa strategi, antara lain: strategi sekolah terkait berkaitan dengan
keseluruhan tujuan dan rung lingkup kegiatan sesuai dengan harapan para
stakholder sekolah. Misalnya, proses pendidikan dan hasil pendidikan
seperti apakah yang diharapkan oleh stakeholder sekolah. Strategi
fungsional terkait antara sekolah dan wali murid harus kerjasama dan
bertanggung jawab dalam mewujudkan citra lembaga yang baik melalui
pertemuan wali murid. Selain itu dalam hal mewujudkan citra yang baik
16 Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan Efektif
Pengelolaan Hubungan Masyarakat, 48. 17 Nasta’in, wawancara, Ponorogo, 5 Mei 2018. 18 Yosal Iriantara, Manajemen Humas Sekolah (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2013), 76.
100
pihak lembaga juga bekerjasama dengan Perpusda, PMI, SAC, dinas.
Strategi operasional terkait budaya sosial dan nilai yang berlaku
dimasyarakat informasi melalui beberapa media masa baik dari surat
kabar, majalah, group, website, lewat blog maupun media cetak.19
3. Manfaat Public Relation Terhadap Masyarakat dan Sekolah Dalam
Mengembangkan Citra Lembaga Madrasah di MAN 2 Ponorogo
a. Bagi Masyarakat
Pada hakikatnya hubungan antara lembaga pendidikan dan
masyarakat bersifat korelatif, saling mendukung satu sama lain.
Lembaga maju karena adanya dukungan dari masyarakat dan
masyarakat bisa maju karena adanya pendidikan yang memadai.
Bagaimanapun, setiap peserta didik pasti akan terjun ke masyarakat.
Kontribusi yang bisa dilakukan sekolah bagi masyarakat, antara
lain: mencerdaskan kehidupan masyarakat, melahirkan warga
masyarakat yang siap bagi kepentingan kerja dilingkungan
masyarakat, dan melahirkan positif dan konstruktif bagi masyarakat
sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah
masyarakat.20
Menurut Fuad Ihsan bahwa manfaat hubungan timbal balik
antara sekolah dan masyarakat, antara lain sebagai berikut: Adanya
bantuan tenaga terdidik pada bidangnya sehingga memperlancar
pembangunan di lingkungan masyarakat, masyarakat akan dapat
19 Nasta’in, wawancara, Ponorogo, 5 Mei 2018. 20 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik (Jakarta: PT
RINEKA CIPTA, 1997), 139.
101
secara terbuka menyatakan realita di masyarakat tersebut kepada para
terdidik yang datang/ada di lingkungan masyarakat tersebut,
meningkatkan cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang lebih maju
terhadap program pemerintah di lingkungan masyarakat tersebut,
msyarakat lebih mengenal fungsi sekolah untuk pembangunan
sehingga mereka ikut memiliki sekolah tersebut, masyarakat terdorong
untuk semakin maju dalam berbagai bidang kehidupannya, berkat
kerja sama antara masyarakat dan sekolah.21
Dengan adanya public relation di lembaga madrasah, maka
masyarakat akan lebih mudah memahami dan mengerti bagaimana
layanan dan komunikasi yang diberikan sekolah kepada masyarakat
luas. Setelah melihat hal tersebut maka masyarakat akan memberikan
persepsi tentang MAN 2 Ponorogo. Dan alhamdulillah dengan adanya
public relation selama ini sekolah mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat sebagai lembaga yang memiliki citra positif dan
masyarakat berbondong-bodong mendaftarkan anaknya ke MAN 2
Ponorogo.22 MAN 2 Ponorogo menerima dengan sangat terbuka kritik
dan saran dari masyarakat baik secara lansung maupun tidak langsung.
Selain itu masyarakat bisa ikut andil dalam kegiatan sekolah yang
mana kegiatan tersebut perlu melibatkan masyarakat luar sehingga
terjalin kerjasama yang baik.23 Dengan adanya pemaparan data diatas
21 Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan Efektif
Pengelolaan Hubungan Masyarakat, 294. 22 Siti Marwiyati,wawancara, Ponorogo, 9 Mei 2018. 23 Nasta’in, wawancara, Ponorogo, 5 Mei 2018.
102
maka dapat diketahui bahwa public relation sangat memberikan
manfaat yang besar terhadap masyarakat. Hal itu diciptakan untuk
mengembangkan citra lembaga madrasah di MAN 2 Ponorogo.
b. Bagi Sekolah
Salah satu indikator keberhasilan suatu lembaga adalah image
yang baik dalam memberikan hasil nyata dan berorientasi tujuan.
Berkaitan dengan hal tersebut keberadaan public relations dirasa
sangat penting pada suatu lembaga. Menjalankan fungsi manajemen
menjadi public relations sangat menentukan kesuksesan dan kegagalan
suatu lembaga dalam membangun dan mempertahankan hubungan
dengan publiknya.
Manfaat hubungan timbal balik bagi sekolah, antara lain
sebagai berikut: sekolah mendapat masukan dalam penyempurnaan
pendidikan/pengajaran/PBM akibat interaksi sekolah dengan
masyarakat, memberikan pengalaman langsung dan praktis bagi siswa
dalam berbagai hal. Mendekati masalah secara interdisipliner,
mengerti dan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam
masa pembangunan ini sehingga terdorong untuk mengerti lebih
banyak dalam berbagai segi masyarakat, memanfaatkan narasumber
dari masyarakat, sekolah sering meerima bantuan dari masyarakat,
antara lain pemikiran, dana, sarana dan lain-lain, memanfaatkan
103
masyarakat sebagai laboratorium yang sesuai dengan keprluan siswa
mata pelajaran tertentu.24
Menurut MAN 2 Ponorogo sendiri, dalam memfungsikan
manajemen humasnya, keberhasilan sekolah/madrasah akan tercapai
sesuai tujuan sekolah. Hal tersebut termanifestasi dalam mewujudkan
peran sekolah dengan menjaga dan meningkatkan hubungan baik
dengan masyarakat. Sekolah/madrasah juga berusaha menumbuhkan
rasa percaya masyarakat terhadap madrasah sebagai sekolah yang
berkualitas baik, unggul, mampu menghasilkan output yang mampu
menghadapi tantangan zaman pada masa kini dan yang akan datang
serta bisa dijadikan pelajaran berharga bagi sekolah-sekolah lain
dalam rangka memajukan sekolahnya. Selain itu, dengan adanya
public relation dalam lembaga madrasah, humas memiliki peran
sebagai alat komunikasi bagi sekolah/lembaga pendidikan dalam
menyukseskan kegiatan dan visi misi sekolah.25 Dengan adanya
pemaparan data diatas maka dapat diketahui bahwa public relation
sangat memberikan manfaat yang besar terhadap sekolah. Hal itu
diciptakan untuk mengembangkan citra lembaga madrasah di MAN 2
Ponorogo, sehingga siswa mampu berprestasi secara umum maupun
unggul dalam religinya.
24 Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Public Relation: Panduan Efektif
Pengelolaan Hubungan Masyarakat, 294. 25 Nasta’in, wawancara, Ponorogo, 5 Mei 2018.
104
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajemen public relation di MAN 2 Ponorogo sangat baik, berkembang dan
sistematis. Dimana hal tersebut termanifestasi pada proses penerapannya,
hingga pembagian tugas dan wewenang tiap-tiap divisinya yang sangat tertata
rapi. Public relation di MAN 2 Ponorogo terdiri dari segi layanan dan
komunikasi. MAN 2 Ponorogo berusaha memberikan layanan yang baik pada
setiap pelanggan dengan berupaya menerapkan 3S (senyum, salam, sapa).
Layanan disini dapat berupa layanan langsung maupun layanan tidak langsung.
Selain itu lembaga juga menerima dengan sangat terbuka kritik dan saran dari
masyarakat. Jenis komunikasi yang digunakan di MAN 2 Ponorogo adalah
komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal dalam bentuk tulisan
(written) meliputi proposal, artikel, brosur, papan pengumuman, poster, iklan,
buklet, dan radio. Komunikasi verbal dalam bentuk lisan (oral) meliputi open
house, rapat, pertemuan. Sedangkan komunikasi nonverbal meliputi seminar,
special event, penelitian, dan pameran sekolah.
105
2. Penerapan strategi public relation untuk mengembangkan citra lembaga
madrasah di MAN 2 Ponorogo
a. Pola strategi public relation di MAN 2 Ponorogo meliputi empat langkah
pokok, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pelaporan/evaluasi program. Perencanaan, meliputi identifikasi masalah,
menentukan masalah dan perencanaan program-program kegiatan apa yang
akan dilakukan. Pengorganisasian, di MAN 2 Ponorogo dengan
pembentukan pengururus dan pendelegasian wewenang.. Pelaksanaan,
implementasi program melalui kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.
Evaluasi, merupakan penilaian tahap akhir yang akan dijadikan feedback
untuk menyusun program kegiatan selanjutnya.
b. Penerapan strategi public relations di MAN 2 Ponorogo melalui dua jenis
kegiatan yaitu kegiatan eksternal dan internal. Implementasi strategi public
relations di MAN 2 Ponorogo melalui beberapa strategi, antara lain:
strategi sekolah terkait berkaitan dengan keseluruhan tujuan dan rung
lingkup kegiatan sesuai dengan harapan para stakholder sekolah. Strategi
fungsional terkait antara sekolah dan wali murid harus kerjasama dalam
bentuk pertemuan wali murid. Strategi operasional menyebar luaskan
informasi melalui beberapa media massa baik dari surat kabar, majalah,
group, website, lewat blog maupun media cetak.
c. Strategi public relation memiliki manfaat yang besar terhadap masyarakat
dan sekolah dalam mengembangkan citra lembaga madrasah di MAN 2
106
Ponorogo. Bagi masyarakat, masyarakat akan lebih mudah memahami dan
mengerti bagaimana layanan dan komunikasi yang diberikan sekolah
kepada masyarakat, masyarakat akan memberikan persepsi tentang MAN 2
Ponorogo, menerima dengan sangat terbuka kritik dan saran dari
masyarakat baik secara lansung maupun tidak langsung, masyarakat bisa
ikut andil dalam kegiatan sekolah sehingga terjalin kerjasama yang baik.
Bagi sekolah, keberhasilan sekolah/madrasah akan tercapai sesuai tujuan
sekolah, Sekolah/madrasah juga berusaha menumbuhkan rasa percaya
masyarakat terhadap madrasah sebagai sekolah yang berkualitas baik,
unggul, mampu menghasilkan output yang mampu menghadapi tantangan
zaman pada masa kini dan yang akan datang, serta humas memiliki peran
sebagai alat komunikasi bagi sekolah/lembaga pendidikan dalam
menyukseskan kegiatan dan visi misi sekolah.
B. saran
1. Bagi Madrasah, public relation dalam sebuah lembaga pendidikan harus lebih
ditingkatkan lagi dan lebih dispesifikkan lagi karena public relation sangatlah
penting. Selain dapat meningkatan citra lembaga pendidikan, juga dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
2. Bagi peneliti berikutnya, diharapkan dapat menggali lebih dalam mengenai
kegiatan-kegiatan dalam startegi public relation.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA, 1998.
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di
Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Iriantara, Yosal. Manajemen Humas Sekolah. Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2013.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000.
Muhibudin Wijaya Laksana, Zainal Mukarom. Manajemen Public Relation: Panduan
Efektif Pengelolaan Hubungan Masyarakat. Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004.
Muslimin. Hubungan Masyarakat Dan Konsep Kepribadian. Malang: UMM Press,
2004.
Naim, Ngainun. Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2011.
Nova, Firsan. CRISIS Public Relation : Strategi PR Menghadapi Krisis, Mengelola
Isu, Membangun Citra Dan Reputasi Perusahaan. Jakarta: Rajawali Press,
2011.
Nur, Ahid. Problematika Madrasah Aliyah Di Indonesia. Kediri: STAIN Kediri
Press, 2009.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2008.
Prayudi. Public Relations Stratejik. Yogyakarta: Komunikasi UPN Press, 2012.
Purrwanto, Djoko. Komunikasi Bisnis Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga,
2011.
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003.
Qomar, Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga, 2007
.
Raflis, Soetjipto. Profesi Keguruan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009.
Rahmat, Abdul. Manajemen Humas Sekolah. Yogyakarta: Media Akademi, 2016.
Rohiat. Manajemen Sekolah: Teori Dasa R Dan Praktik. Bandung: PT Refika
Aditama, 2010.
Salam, Burhanuddin. Pengantar Pedagogik, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA, 1997.
Samsul Nizar, Ramayulis dan. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia,
2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2003.
Suharsapatura, Uhar. Manajemen Perguruan Tinggi Strategi Menghadapi
Perubahan. Bandung: PT Refika Aditama, 2015.
Suryanto, Syarifudin S. Gasing. Public Relations. Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2016.
Suryosubroto. Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat. Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
2012.
Sutisna. Perilaku Konsumen Dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003.
Suwandi, Basrowi dan. Memahami Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA, 2008.